Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI Anggraini Aprilia B
[email protected]
Aniek Wahyuati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT The implementation of Z-score value theory as the basic of this research is used to estimate whether the company is in health condition or bankrupt. The Z-score value has five components that are as follow: the working capital ratio to the total assets (X1), the retained profit ratio to the total assets (X2), the profit ratio before interests and taxes to the total assets (X3), the stocks and capital market value ratio to the book of debt value (X 4), the sales ratio to the total assets (X5). This research is meant to answer “Can the Z-score method be used to estimate the bankruptcy to the banking companies which are listed in the Indonesia Stocks Exchange?” Keywords: Bankruptcy, Z-Score Analysis ABSTRAK Dasar penelitian ini menggunakan penerapan teori nilai Z-Score yang digunakan untuk memprediksi apakah perusahaan dalam kondisi sehat atau bangkrut. Nilai Z-Score dengan lima komponen, yaitu: Rasio Modal Kerja terhadap Total aktiva (X1), Rasio Laba Ditahan terhadap Total Aktiva (X 2), Rasio Laba Sebelum Bunga dan Pajak terhadap Total Aktiva (X3), Rasio Nilai Pasar Modal Saham terhadap Nilai Buku Hutang (X4), Rasio Penjualan terhadap Total Aktiva (X5). Penelitian ini bertujuan untuk menjawab “Apakah dengan menggunakan metode Z-Score dapat dipakai untuk memprediksi kebangkrutan pada perusahaan perbankan yang tedaftar di BEI?” Kata kunci: Kebangkrutan, Analisis Z-Score
PENDAHULUAN Perekonomian tumbuh dan berkembang dari berbagai macam lembaga keuangan. Salah satu di antara lembaga-lembaga keuangan yang paling besar peranannya dalam perekonomian adalah lembaga keuangan bank, yang lazimnya disebut bank. Bank merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai tempat orang baik dari internal perusahaan maupun eksternal perusahaan untuk menabung dan meminjam uang. Perbankan memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Perbankan merupakan perusahaan yang dalam kegiatannya berhubungan langsung dengan masyarakat. Kegiatan perbankan begitu dipengaruhi oleh kepercayaan nasabah atau masyarakat luas. Apabila perusahaan perbankan tidak mampu mengantisipasi perkembanagan serta tidak mempersiapkan diri untuk menhadapi resiko maka akan mengalami kesulitan keuangan dan akhirnya jatuh bangkrut. Perusahaan perbankan dituntut agar tanggap baik peluang atau permasalahan yang timbul dimasa ini atau masa depan, sehingga kinerja perusahaan harus lebih efektif dan efisien.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
2
Aspek penting kinerja perusahaan yaitu laporan keuangan. Kondisi dan kinerja keuangan perusahaan akan nampak dari hasil analisis laporan keuangan. Analisis terhadap laporan keuangan perusahaan untuk mengetahui tingkat kesehatan suatu perusahaan. Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (1996 : 262) analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan. Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut, semakin baik bagi pihak manajemen bisa melakukan perbaikan. Tanda-tanda kebangkrutan tersebut dapat dilihat dengan menggunakan laporan keuangan. Model prediksi kebangkrutan sudah dikembangkan ke beberapa negara. Altman (1983,1984) melakukan survei model-model yang dikembangkan di Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Swiss, Brazil, Australia, Inggris, Irlandia, Kanada, Belanda, dan Perancis. Altman menemukan lima rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan. Kelima rasio tersebut terdiri dari : modal kerja terhadap total aktiva, laba ditahan terhadap total aktiva, laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva, nilai pasar modal saham terhadap nilai buku hutang, dan penjualan terhadap total aktiva. Analisis tersebut adalah analisis Z-Score yang dapat memprediksi kinerja perusahaan, apakah perusahaan dalam kondisi bangkrut, kondisi rawan bangkrut, atau kondisi sehat. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Laporan Keuangan Menurut Hanafi dan Halim (1996 : 49) laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang penting bagi perusahaan untuk mengetahui tingkat keuntungan dan tingkat risiko perusahaan. Menurut Djarwanto (2004 : 1) laporan keuangan merupakan informasi tentang kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan yang dapat di pakai sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data keuangan perusahaan. Dari definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan sumber informasi yang menyajikan kondisi keuangan perusahaan dan digunakan sebagai alat komunikasi dengan pihak yang berkepentingan dengan data keuangan perusahaan. Kebangkrutan Menurut Hanafi dan Halim (1995:261) pengertian kebangkrutan adalah munculnya biaya-biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan dan biaya-biaya ini cukup besar. Untuk menghindari terjadinya kerugian akibat kebangkrutan pada perusahaan, harus diakukan analisis untuk memprediksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan sehingga dapat dilakukan tindakan preventif sebelum kerugian yang lebih besar terjadi. Pengertian Z-Score Dengan menggunakan pendekatan multivariate dalam prediksi kebangkrutan. Altman (1983,1984) melakukan survey model-model yang dikembangkan di Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Swiss, Brazil, Australia, Inggris, Irlandia, kanada, Belanda, dan Perancis. Dalam studinya, Altman menemukan lima rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan. Kelima rasio tersebut terdiri dari : modal kerja terhadap total aktiva, laba ditahan terhadap total aktiva, laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva, nilai pasar modal saham terhadap nilai buku hutang, dan penjualan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
3
terhadap total aktiva. Berikut ini adalah persamaan diskriminan untuk menentukan nilai Z (Mamduh M.Hanafi dan Abdul Halim, 1996:275) : Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5 Dimana : Z
=
Indeks keseluruhan
X1
=
(Aktiva lancar-Hutang lancar) / Total aktiva
X2
=
Laba yang ditahan / Total aktiva
X3
=
Laba sebelum bunga dan pajak / Total aktiva
X4
=
Nilai pasar saham biasa dan preferen / Nilai buku total hutang
X5
=
Penjualan / Total Aktiva
Masalah lain yang perlu dipertimbangkan adalah banyak perusahaan yang tidak go public dan dengan demikian tidak mempunyai nilai pasar. Untuk beberapa negara seperti Indonesia, perusahaan semacam itu merupakan bagian terbesar yang ada. Altman kemudian mengembangkan model alternatif dengan menggantikan variabel X4 (Nilai pasar saham biasa dan preferen/nilai buku total hutang). Dengan cara demikian model tersebut bisa dipakai baik untuk perusahaan yang go public maupun yang tidak go public. Persamaan yang diperoleh dengan cara semacam itu adalah sebagai berikut Z = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,42X4 + 0,998X5 Dimana : Z
=
Indeks keseluruhan
X1
=
(Aktiva lancar-Hutang lancar) / Total aktiva
X2
=
Laba yang ditahan / Total aktiva
X3
=
Laba sebelum bunga dan pajak / Total aktiva
X4
=
Nilai pasar saham biasa dan preferen / Nilai buku total hutang
X5
= Penjualan / Total Aktiva Angka-angka presentase di depan variabel independen (X1, X2, X3, X4, X5) adalah angka hasil proses penelitian yang dilakukan oleh Altman. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2011. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan perbankan yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang volume perdagangan terkecil selama periode 2007-2011, (2) Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan tahunan untuk periode 31 desember 2007-2011 yang dinyatakan dalam rupiah. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang terukur, variabel yang telah diidentifikasi harus didefinisi agar dapat dianalisis dan diukur besarannya. Variabel yang digunakan adalah :
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
4
Variabel Penelitian Metode Altman Z-Score adalah suatu alat yang digunakan untuk memprediksi suatu kondisi perusahaan apakah dalam kondisi sehat, rawan atau dalam keadaan bangkrut. Kondisi perusahaan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu : a. Z-Score > 2,99 maka keuangan perusahaan dalam klasifikasi tidak bangkrut / sehat b. Z-Score antara 1,81 – 2,99 maka keuangan perusahaan dalam klasifikasi rawan c. Z-Score < 1,81 maka keuangan perusahaan dalam klasifikasi bangkrut 1. a.
Penelitian Z-Score dengan rasio-rasio sebagai berikut : Rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva (X1) Rasio ini merupakan rasio likuiditas yang berfungsi untuk mengukur kinerja perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dan mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan perusahaan. Semakin kecil rasio ini maka menunjukkan kondisi keuangan perusahaan yang tidak sehat. Rumus rasio ini adalah :
b.
Rasio Laba Ditahan terhadap Total Aktiva (X2) Rasio ini merupakan rasio profitabilitas yang berfungsi untuk mengukur kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba selama masa operasi perusahaan. Semakin kecil rasio ini maka menunjukkan kondisi keuangan perusahaan yang tidak sehat. Rumus rasio ini adalah :
c.
Rasio Laba Sebelum Bunga dan Pajak terhadap Total Aktiva (X3) Rasio ini merupakan rasio coverage yang menghubungkan biaya keuangan perusahaan dengan kemampuan untuk membayar biaya tersebut. Apabila rasio EBIT lebih kecil dari total aktiva maka menunjukkan kondisi keuangan perusahaan yang tidak sehat. Rumus rasio ini adalah : Rasio Laba Sebelum Bunga dan Pajak terhadap Total Aktiva
=
d.
Rasio Nilai Pasar Modal Saham terhadap Nilai Buku Hutang (X4) Rasio ini merupakan rasio hutang yang berfungsi untuk menilai kemampuan permodalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya dari modal sendiri. Semakin kecil rasio ini maka menunjukkan kondisi keuangan perusahaan yang tidak sehat. Rumus rasio ini adalah : Rasio Nilai Pasar Modal Saham terhadap Nilai Buku Hutang
=
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
5
e.
Rasio Penjualan terhadap Total aktiva (X5) Rasio ini merupakan rasio aktivitas yang berfungsi untuk mengukur kinerja perusahaan dalam meningkatkan volume penjualan. Semakin kecil rasio ini maka menunjukkan kondisi keuangan perusahaan yang tidak sehat. Rumus rasio ini adalah : Rasio Penjualan terhadap Total Aktiva
=
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perhitungan Rasio Altman Z-Score Tabel 6 Ringkasan Perhitungan rasio Modal Kerja Terhadap Total aktiva (X1) No
Emiten
2007
2008
2009
2010
2011
RataRata
1
BABP
54,9%
70,4%
61,2%
60,3%
58,2%
61,0%
2
MEGA
79,7%
79,7%
84,9%
78,6%
83,8%
81,3%
3
MAYA
32,5%
25,4%
32,4%
34,6%
38,6%
32,7%
4
BBNP
6,7%
7,6%
7,4%
7,6%
7,0%
7,2%
Total Rata-Rata
45,6%
Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan sampel
Dari tabel di atas dapat diinterprestasikan sebagai berikut : 1)
PT Bank ICB Bumi Putera Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X1 adalah54,9%, pada tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi 70,4%, pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 61,2%, pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 60,3%, pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 58,2%. Rata-rata untuk X1 sebesar 61,0%, lebih besar dari rata-rata industri sebesar 45,6% . Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dari total aktiva dan posisi modal kerja bersih adalah lebih besar bila dibandingkan dengan rata-rata industrinya sehingga kondisi keuangan jika ditinjau dari rasio modal kerja terhadap total aktiva ini adalah baik. 2) PT Bank Mega Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X1 adalah 79,7%, pada tahun 2008 mengalami penetapan menjadi 79,7%, pada tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 84,9%, pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 78,6%, pada tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi 83,3%. Rata-rata untuk X1 sebesar 81,3%, lebih besar dari rata-rata industri sebesar 45,6%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dari total aktiva dan posisi modal kerja bersih adalah lebih besar bila dibandingkan dengan rata-rata industrinya sehingga kondisi keuangan jika ditinjau dari rasio modal kerja terhadap total aktiva ini adalah baik. 3) PT Bank Mayapada Internasional Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X1 adalah 32,5%, pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 25,4%, pada tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 32,4%, pada tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 34,6%, pada tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi 38,6%. Rata-rata untuk X1 sebesar 32,7%, lebih kecil dari rata-rata industri sebesar 45,6%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
6
pendeknya dari total aktiva dan posisi modal kerja bersih adalah lebih kecil bila dibandingkan dengan rata-rata industrinya sehingga kondisi keuangan jika ditinjau dari rasio modal kerja terhadap total aktiva ini adalah buruk. 4) PT Bank Nusantara parahyangan Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X1 adalah 6,7%, pada tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi 7,6%, pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 7,4%, pada tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 7,6%, pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 7,0%. Rata-rata untuk X1 sebesar 7,2%, lebih kecil dari rata-rata industri sebesar 45,6%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dari total aktiva dan posisi modal kerja bersih adalah lebih kecil bila dibandingkan dengan rata-rata industrinya sehingga kondisi keuangan jika ditinjau dari rasio modal kerja terhadap total aktiva ini adalah buruk. Tabel 11 Ringkasan Perhitungan Rasio Laba ditahan Terhadap Total aktiva (X 2) Emiten
2007
2008
2009
2010
2011
RataRata
1
BABP
56,7%
57,1%
46,7%
50,1%
57,0%
53,5%
2
MEGA
26,3%
22,3%
23,1%
22,3%
23,5%
23,5%
3
MAYA
26,3%
74,5%
60,6%
55,9%
39,0%
51,3%
4
BBNP
25,1%
31,8%
30,9%
34,4%
38,1%
32,0%
No
Total Rata-Rata
40,1%
Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan sampel
Dari tabel di atas dapat diinterprestasikan sebagai berikut : 1)
PT Bank ICB Bumi Putera Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X2 adalah 56,7%, pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 57,1%, pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 46,7%, pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 50,1%, pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 57,0%. Rata-rata untuk X2 sebesar 53,5%, lebih besar dari rata-rata industri sebesar 40,1%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan modal kerja terhadap total aktiva lebih besar dari ratarata industrinya. Dengan demikian kondisi keuangan perusahaan jika ditinjau dari rasio laba ditahan terhadap total aktiva adalah baik. 2) PT Bank Mega Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X2 adalah 23,6%, pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 22,3%%, pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 23,1%, pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 22,3%, pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 23,5%. Rata-rata untuk X2 sebesar 23,5%, lebih kecil dari rata-rata industri sebesar 40,1%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan modal kerja terhadap total aktiva lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata industrinya. Dengan demikian kondisi keuangan perusahaan jika ditinjau dari rasio laba ditahan terhadap total aktiva adalah buruk 3) PT Bank Mayapada Internasional Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X2 adalah 26,3%, pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 74,5%, pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 60,6%, pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 55,9%, pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 39,0%. Rata-rata untuk X2 sebesar 51,3%, lebih besar dari rata-rata industri sebesar 40,1%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
7
ditahan sebagai sumber pendanaan modal kerja terhadap total aktiva lebih besar dibandingkan dengan rata-rata industrinya. Dengan demikian kondisi keuangan perusahaan jika ditinjau dari rasio laba ditahan terhadap total aktiva adalah baik. 4) PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X2 adalah 25,1%, pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 31,8%, pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 30,9%, pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 34,4%, pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 38,1%. Rata-rata untuk X2 sebesar32,0%, lebih kecil dari rata-rata industri sebesar 40,1%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan modal kerja terhadap total aktiva lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata industrinya. Dengan demikian kondisi keuangan perusahaan jika ditinjau dari rasio laba ditahan terhadap total aktiva adalah buruk. Tabel 16 Ringkasan Perhitungan Rasio Laba Sebelum Bunga dan pajak Terhadap Total aktiva (X 3) Emiten
2007
2008
2009
2010
2011
RataRata
1
BABP
38,6%
29,0%
23,7%
24,7%
29,1%
17,4%
2
MEGA
41,6%
41,3%
37,9%
40,8%
34,2%
39,2%
3
MAYA
57,2%
22,9%
41,4%
40,6%
32,7%
39,0%
4
BBNP
9,2%
11,9%
11,3%
8,9%
7,5%
9,8%
No
Total Rata-Rata
26,3%
Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan sampel
Dari tabel di atas dapat diinterprestasikan sebagai berikut : 1)
PT Bank ICB Bumi Putera Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X3 adalah 38,6%, pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 29,0%, pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 23,7%, pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 24,7%, pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi (29,1%). Rata-rata untuk X3 sebesar 17,4%, lebih kecil dari rata-rata industri sebesar 26,3%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak dibandingkan dengan aktiva perusahaan adalah lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata industrinya. Dengan demikian kondisi keuangan perusahaan jika ditinjau dari rasio ini adalah buruk. 2) PT Bank Mega Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X3 adalah 41,6%, pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 41,3%, pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 37,9%, pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 40,8%, pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 34,2%. Rata-rata untuk X3 sebesar 39,2%, lebih besar rata-rata industri sebesar 26,3% . Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak dibandingkan dengan aktiva perusahaan adalah lebih besar rata-rata industrinya. Dengan demikian kondisi keuangan perusahaan jika ditinjau dari rasio ini adalah baik. 3) PT Bank Mayapada Internasional Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X3 adalah 57,2%, pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 22,9%, pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 41,4%, pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 40,6%, pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 32,7%. Rata-rata untuk X3 sebesar 39,0%, lebih besar dari rata-rata industri sebesar 26,3%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak dibandingkan dengan aktiva perusahaan adalah lebih besar dibandingkan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
8
dengan rata-rata industrinya. Dengan demikian kondisi keuangan perusahaan jika ditinjau dari rasio ini adalah baik. 4) PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X3 adalah 9,2%, pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 11,9%, pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 11,3%, pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 8,9%, pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 7,5%. Rata-rata untuk X3 sebesar 9,8%, lebih kecil dari rata-rata industri sebesar 26,3%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak dibandingkan dengan aktiva perusahaan adalah lebih kecil dibandingkan dengan ratarata industrinya. Dengan demikian kondisi keuangan perusahaan jika ditinjau dari rasio ini adalah buruk. Tabel 21 Ringkasan Perhitungan Rasio Nilai Pasar Modal Saham terhadap Nilai Buku Hutang (X4) No
Emiten
2007
2008
2009
2010
2011
RataRata
1
BABP
25,8%
25,9%
23,2%
19,4%
23,2%
23,5%
2
MEGA
31,0%
30,7%
54,0%
41,5%
34,8%
38,4%
3
MAYA
40,0%
31,0%
66,5%
75,0%
75,0%
57,5%
4
BBNP
4,6%
4,7%
4,5%
4,4%
3,5%
4,3%
Total Rata-Rata
30,9%
Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan sampel
Dari tabel di atas dapat diinterprestasikan sebagai berikut : 1)
PT Bank ICB Bumi Putera Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X4 adalah 25,8%, pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 25,9%, pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 23,2%, pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 19,4%, pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 23,2%. Rata-rata untuk X4 sebesar 23,5%, lebih kecil dari rata-rata industri sebesar 30,9%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan modal saham untuk memenuhi kewajiban atau hutang perusahaan adalah lebih kecil dari total rata-rata. Dengan demikian kondisi keuangan perusahaan apabila ditinjau dari rasio ini adalah buruk. 2) PT Bank Mega Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X4 adalah 31,0%, pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 30,7%, pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 54,0%, pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 41,5%, pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 34,8%. Rata-rata untuk X4 sebesar 38,4%, lebih besar rata-rata industri sebesar 30,9% . Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan modal saham untuk memenuhi kewajiban atau hutang perusahaan adalah lebih besar total rata-rata. Dengan demikian kondisi keuangan perusahaan apabila ditinjau dari rasio ini adalah baik. 3) PT Bank Mayapada Internasional Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X4 adalah 40,0%, pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 31,0%, pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 66,5%, pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 75,0%, pada tahun 2011 mengalami penetapan menjadi 75,0%. Rata-rata untuk X4 sebesar 57,5%, lebih besar dari rata-rata industri sebesar 30,9%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan modal saham untuk memenuhi kewajiban atau hutang perusahaan adalah lebih besar dari total rata-rata. Dengan demikian kondisi keuangan perusahaan apabila ditinjau dari rasio ini adalah baik. 4) PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
9
Pada tahun 2007 besarnya X4 adalah 4,6%, pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 4,7%, pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 4,5%, pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 4,4%, pada tahun 2011 mengalami penuruan menjadi 3,5%. Rata-rata untuk X4 sebesar 4,3%, lebih kecil dari rata-rata industri sebesar 30,9%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan modal saham untuk memenuhi kewajiban atau hutang perusahaan adalah lebih kecil dari total rata-rata. Dengan demikian kondisi keuangan perusahaan apabila ditinjau dari rasio ini adalah buruk. Tabel 26 Ringkasan Perhitungan Rasio Penjualan Terhadap Total aktiva (X5) No
Emiten
2007
2008
2009
2010
2011
RataRata
1
BABP
73,0%
72,7%
82,2%
85,3%
87,2%
80,1%
2
MEGA
73,6%
75,8%
69,6%
81,8%
69,0%
73,9%
3
MAYA
49,6%
59,9%
44,4%
44,4%
42,9%
48,2%
4
BBNP
56,0%
57,2%
80,5%
61,1%
50,1%
61,0%
Total Rata-Rata
65,8%
Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan sampel
Dari tabel di atas dapat diinterprestasikan sebagai berikut : 1)
PT Bank ICB Bumi Putera Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X5 adalah 73,0%, pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 72,7%, pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 82,2%, pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 85,3%, pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 87,2%. Rata-rata untuk X5 sebesar 80,1%, lebih besar dari rata-rata industri sebesar 65,8%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kemampuan perusahaan menaikkan aktiva melalui volume penjualan. Dengan demikian kondisi keuangan perusahaan apabila ditinjau dari rasio ini adalah baik. 2) PT Bank Mega Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X5 adalah 73,6%, pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 75,8%, pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 69,9%, pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 81,8%, pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 69,0%. Rata-rata untuk X5 sebesar 73,9%, lebih besar rata-rata industri sebesar 65,8%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kemampuan perusahaan menaikkan aktiva melalui volume penjualan. Dengan demikian kondisi keuangan perusahaan apabila ditinjau dari rasio ini adalah baik. 3) PT Bank Mayapada Internasional Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X5 adalah 49,6%, pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 59,9%, pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 44,4%, pada tahun 2010 mengalami penetapan menjadi 44,4%, pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 42,9%. Rata-rata untuk X5 sebesar 48,2%, lebih kecil rata-rata industri sebesar 65,8% . Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah kemampuan perusahaan menaikkan aktiva melalui volume penjualan. Dengan demikian kondisi keuangan perusahaan apabila ditinjau dari rasio ini adalah buruk. 4) PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk. Pada tahun 2007 besarnya X5 adalah 56,0%, pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 57,2%, pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 80,5%, pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 61,1%, pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 50,1%. Rata-rata untuk X5 sebesar 61,0%, lebih kecil dari rata-rata industri sebesar 65,8%. Hal
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
10
ini menunjukkan bahwa semakin rendah kemampuan perusahaan menaikkan aktiva melalui volume penjualan. Dengan demikian kondisi keuangan perusahaan apabila ditinjau dari rasio ini adalah buruk. Perhitungan Nilai Altman Z-Score Hasil perhitungan untuk nilai Z-Score PT Bank ICB Bumi Putera Tbk pada periode 2007 sampai 2011 dapat terlihat pada tabel 27 sebagai berikut : Tabel 27 Perhitungan Nilai Z-Score PT Bank ICB Bumi Putera Tbk. Periode
X1
X2
X3
X4
X5
Za
Klasifikasi
2007
54,9%
56,7%
38,6%
25,8%
73,0%
2,91
Sehat
2008
70,4%
57,1%
29,0%
25,9%
72,7%
2,72
Potensi Rawan
2009
61,2%
46,7%
23,7%
23,2%
82,2%
2,49
Potensi Rawan
2010
60,3%
50,1%
24,7%
19,4%
85,3%
2,56
Potensi Rawan
2011
58,2%
57,0%
-29,1%
23,2%
87,2%
0,97
Potensi Bangkrut
Sumber : Diolah Penulis Dari Lampiran 1
Dari hasil perhitungan untuk nilai Z-Score PT Bank ICB Bumi Putera Tbk. pada periode 2007 sampai 2011, dapat digambarkan grafik yang terlihat pada gambar berikut : 3.50 3.00 2.50 2.00
SEHAT
1.50
NILAI Za
1.00
BANGKRUT
0.50 0.00 2007
2008
2009
2010
2011
Sumber : Tabel 27 Gambar 2 Nilai Z-Score PT Bank ICB Bumi Putera Tbk.
Hasil perhitungan untuk nilai Z-Score PT Bank Mega Tbk pada periode 2007 sampai 2011 dapat terlihat pada tabel 28 sebagai berikut :
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
11 Tabel 28 Perhitungan Nilai Z-Score PT Bank Mega Tbk. Periode
X1
X2
X3
X4
X5
Za
Klasifikasi
2007
79,7%
26,3%
41,6%
31,0%
73,6%
2,95
Sehat
2008
79,7%
22,3%
41,3%
30,7%
75,8%
2,93
Sehat
2009
84,9%
23,1%
37,9%
54,0%
69,6%
2,90
Sehat
2010
78,6%
22,3%
40,8%
41,5%
81,8%
3,01
Sehat
2011
83,8%
23,5%
34,2%
34,8%
69,0%
2,69
Potensi Rawan
Sumber : Diolah Penulis Dari Lampiran 2
Dari hasil perhitungan untuk nilai Z-Score PT Bank Mega Tbk. pada periode 2007 sampai 2011, dapat digambarkan grafik yang terlihat pada gambar berikut : 3.50 3.00 2.50 2.00
SEHAT
1.50
NILAI Za
1.00
BANGKRUT
0.50 0.00 2007
2008
2009
2010
2011
Sumber : Tabel 28 Gambar 3 Nilai Z-Score PT Bank Mega Tbk.
Hasil perhitungan untuk nilai Z-Score PT Bank Mayapada Internasional Tbk pada periode 2007 sampai 2011 dapat terlihat pada tabel 29 sebagai berikut : Tabel 29 Perhitungan Nilai Z-Score PT Bank Mayapada Internasional Tbk. Periode
X1
X2
X3
X4
X5
Za
Klasifikasi
2007
32,5%
26,3%
57,2%
40,0%
49,6%
2,89
Potensi Rawan
2008
25,4%
74,5%
22,9%
31,0%
59,9%
2,25
Potensi Rawan
2009
32,4%
60,6%
41,4%
66,5%
44,4%
2,75
Potensi Rawan
2010
34,6%
55,9%
40,6%
75,0%
44,4%
2,74
Potensi Rawan
2011
38,6%
39,0%
32,7%
75,0%
42,9%
2,36
Potensi Rawan
Sumber : Diolah Penulis Dari Lampiran 3
Dari hasil perhitungan untuk nilai Z-Score PT Bank Mayapada Internasional Tbk. pada periode 2007 sampai 2011, dapat digambarkan grafik yang terlihat pada gambar berikut :
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
12
3.50 3.00 2.50 2.00
SEHAT
1.50
NILAI Za
1.00
BANGKRUT
0.50 0.00 2007
2008
2009
2010
2011
Sumber : Tabel 29 Gambar 4 Nilai Z-Score PT Bank Mayapada Internasional Tbk.
Hasil perhitungan untuk nilai Z-Score PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk pada periode 2007 sampai 2011 dapat terlihat pada tabel 30 sebagai berikut : Tabel 30 Perhitungan Nilai Z-Score PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk. Periode
X1
X2
X3
X4
X5
Za
Klasifikasi
2007
6,7%
25,1%
9,2%
4,6%
56,0%
1,12
Potensi Bangkrut
2008
7,6%
31,8%
11,9%
4,7%
57,2%
1,28
Potensi Rawan
2009
7,4%
30,9%
11,3%
4,5%
80,5%
1,49
Potensi Rawan
2010
7,6%
34,4%
8,9%
4,4%
61,1%
1,25
Potensi Rawan
2011
7,0%
38,1%
7,5%
3,5%
50,1%
1,12
Potensi Bangkut
Sumber : Diolah Penulis Dari Lampiran 4
Dari hasil perhitungan untuk nilai Z-Score PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk. pada periode 2007 sampai 2011, dapat digambarkan grafik yang terlihat pada gambar berikut : 3.50 3.00 2.50 2.00
SEHAT
1.50
NILAI Za
1.00
BANGKRUT
0.50 0.00 2007
2008
2009
2010
2011
Sumber : Tabel 30 Gambar 5 Nilai Z-Score PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
13
Kesimpulan Perhitungan Z-Score Dari hasil perhitungan nilai Z-Score pada perusahaan perbankan periode 2007 sampai 2011 dapat terlihat kesimpulan perhitungan nilai Z-Score pada tabel 31 sebagai berikut : Tabel 31 Kesimpulan Perhitungan Nilai Z-Score No
Nilai ZScore
Emiten 2007
2008
2009
2010
2011
RataRata
Kesimpulan
1
BABP
2,91
2,72
2,49
2,56
0,97
2,33
Potensi Rawan
2
MEGA
2,95
2,93
2,9
3,01
2,69
2,90
Sehat
3
MAYA
2,89
2,25
2,75
2,74
2,36
2,60
Potensi Rawan
4
BBNP
1,12
1,28
1,49
1,25
1,12
1,25
Potensi Bangkrut
Total Rata-Rata Sumber : Diolah Penulis
2,27
Dari tabel di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut : a. PT Bank ICB Bumi Putera Tbk. Nilai Z-Score PT Bank ICB Bumi Putera Tbk pada tahun 2007 sampai tahun 2011 terus mengalami penurunan hal ini berarti modak kerja dari perusahaan ini mengalami penurunan lebih besar dari total aktivanya. Akan tetapi secara umum PT Bank ICB Bumi Putera Tbk dapat dikatakan sehat, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata sebesar 2,33, masih dikatakan rawan, hal ini berarti modal kerja yang digunakan oleh perusahaan ini cukup bagus sehingga total aktivanya pun menjadi cukup bagus. Sedangkan apabila dibandingkan dengan empat perusahaan pembanding nilai Z-Score perusahaan ini juga masih diatas rata-ratanya atau lebih dari 2,27, hal ini berarti dilihat dari perhitungan dengan metode Z-Score perusahaan ini masih dikatakan rawan. b. PT Bank Mega Tbk. Nilai Z-Score PT Bank Mega Tbk pada tahun 2007 samapi tahun 2009 terus mengalami penurunan hal ini berarti modak kerja dari perusahaan ini mengalami penurunan dari total aktivanya, sedangkan pada tahun 2010 mengalami kenaikan hal ini berarti modal kerja perusahaan naik dan pada tahun 2011 mengalami penurunan hal ini berarti modal kerja perusahaan turun. Akan tetapi secara umum PT Bank Mega Tbk dapat dikatakan sehat, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata sebesar 2,90, masih dikatakan sehat, hal ini berarti modal kerja yang digunakan oleh perusahaan ini sangat efektif sehingga total aktivanya pun menjadi efektif. Sedangkan apabila dibandingkan dengan empat perusahaan pembanding nilai Z-Score perusahaan ini juga masih diatas rata-ratanya atau lebih dari 2,27, hal ini berarti dilihat dari perhitungan dengan metode Z-Score perusahaan ini masih dikatakan sehat. c. PT Bank Mayapada Internasional Tbk. Nilai Z-Score PT Bank Mayapada Internasional Tbk pada tahun 2007 sampai tahun 2008 mengalami penurunan hal ini berarti modak kerja dari perusahaan ini mengalami penurunan dari total aktivanya, dan pada tahun 2009 mengalami kenaikan hal ini berarti modal kerja perusahaan naik, sedangakan pada tahun 2010 sampai tahun 2011 mengalami penurunan hal ini berarti modal kerja perusahaan turun. Akan tetapi secara umum PT Bank Mayapada Internasional Tbk dapat dikatakan rawan, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata sebesar 2,60, masih dikatakan rawan, hal ini
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
14
berarti modal kerja yang digunakan oleh perusahaan ini cukup bagus sehingga total aktivanya pun menjadi cukup bagus. Sedangkan apabila dibandingkan dengan empat perusahaan pembanding nilai Z-Score perusahaan ini juga juga masih diatas rata-ratanya atau lebih dari 2,27, hal ini berarti dilihat dari perhitungan dengan metode Z-Score perusahaan ini masih dikatakan rawan. d. PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk. Nilai Z-Score PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk pada tahun 2007 sampai tahun 2009 mengalami kenaikan hal ini berarti moda kerja dari perusahaan ini mengalami kenaikan dari total aktivanya, sedangkan pada tahun 2010 sampai tahun 2011 mengalami penurunan hal ini berarti modal kerja perusahaan turun. Akan tetapi secara umum PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk dapat dikatakan bankrut, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata sebesar 1,25, masih dikatakan bangkrut, hal ini berarti modal kerja yang digunakan oleh perusahaan ini tidak efektif sehingga total aktivanya pun menjadi tidak efektif. Sedangkan apabila dibandingkan dengan empat perusahaan pembanding nilai Z-Score perusahaan ini juga masih dibawah rat-ratanya atau kurang dari 2,27, hal ini berarti dilihat dari perhitungan dengan metode Z-Score perusahaan ini masih dikatakan bangkrut. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Penelitian ini menggunakan 4 perusahaan perbankan, yaitu : PT Bank ICB Bumi Putera Tbk, PT Bank Mega Tbk, PT Bank Mayapada Internasional Tbk, PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk. 2. Tujuan dari dilasanakannya penilitian ini adalah untuk mengetahui prediksi kebangkrutan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI dengan metode ZScore. 3. 25% atau 1 dari 4 sampel perusahaan perbankan masuk dalam ketegori bangkrut, yaitu : PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi kewajiban-kewajiban yang harus ditanggung perusahaan, tidak maksimalnya penjualan, kurangnya pemanfaatan aktiva perusahaan untuk dapat menghasilkan laba dari setiap penjualannya. 4. 50% atau 2 dari 4 sampel perusahaan perbankan masuk dalam kategori rawan, yaitu : PT Bank ICB Bumi Putera Tbk dan PT Bank Mayapada Internasional Tbk. Perusahaan ini mampu bertahan karena mampu meningkatkan kinerja keuangan mereka, sebagaimana dapat terlihat dari adanya peningkatan saldo laba, EBIT maupun volume penjualan. 5. Dan 25% atau 1 dari 4 sampel perusahaan perbankan masuk dalam kategori sehat, yaitu : PT Bank Mega Tbk. Perusahaan ini mampu mengembangkan atau meningkatkan kinerja keuangan, sebagaimana dapat terlihat dari adanya peningkatan saldo, nilai pasar modal saham, EBIT maupun volume penjualannya. Saran 1.
2.
Bagi perusahaan yang diklasifikasikan dalam kondisi bangkrut, sebaiknya segera melakukan perbaikan pada manajemen, perbaikan keuangan perusahaan dan perbaikan dengan pihak ekstern. Bagi perusahaan yang diklasifikasikan dalam kondisi rawan bangkrut, sebaiknya harus lebih waspada dalam melakukan pengambilan kebijakan perusahaan dan berusaha meningkatkan kinerja perusahaan serta memanfaatkan aset yang dimiliki dengan baik untuk meraih keuntungan yang besar.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
15
3.
Bagi perusahaan yang diklasifikasikan dalam kondisi sehat, sebaiknya meningkatkan pengambilan kebijakan perusahaan dan meningkatkan kembali kinerja perusahaan serta berusaha memanfatkan aset yang dimiliki dengan baik untuk meraih keuntungan yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA Bungin, B. 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif . Edisi 1. Kencana. Jakarta. Cooper, R. D. and C. E. William. 1996. Metode Penelitian Bisnis. Edisi Lima Jilid Satu. Erlangga . Jakarta. Djarwanto. 2004. Pokok-Pokok Analisa Laporan Keuangan. Edisi 2 . BPFE. Yogyakarta. Firdaus, R. Analisis Z-Score Untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan Pada Industi Perbankan Yang Terdaftar Di BEI. 2011. Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA). Surabaya. Kamal, I. M. Analisis Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Go Public Di Bursa Efek Indonesia. 2012. Skripsi Universitas Hasanudin. Makassar. Mamduh, M. H. dan A. Halim. 1996. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Pertama. UPP-AMP YKPN. Yogyakarta. Munawir, S. 1994. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Liberty. Yogyakarta. Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Pertama. Alfabeta. Bandung. ●●●