Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNTS) II 2016 Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat Jakarta, 23-24 Agustus 2016
KELAYAKAN FISIK STASIUN PEMBERHENTIAN DI LOKASI RUMAH SAKIT PADA RUTE TRANSJAKARTA Agnatasya Listianti Mustaram1 1
Jurusan Arsitektur, Universitas Tarumanagara, Jl. Let. Jend S. Parman No. 1 Jakarta 11440 Email:
[email protected]
ABSTRAK Sarana Transportasi Umum mulai populer di berbagai kalangan masyarakat, khususnya Jakarta. Lahirnya moda transportasi Transjakarta pada awal tahun 2004 menawarkan bentuk transportasi umum gaya baru pada saat itu. Dalam perjalanannya hingga masa sekarang ini, masih banyak hal yang perlu dibenahi baik secara fisik, maupun dari segi pelayanan. Yang tidak kalah penting adalah sarana stasiun pemberhentian (halte) yang tidak seragam kualitasnya. Peremajaan unit moda Transjakarta tampak lebih menjadi agenda besar pemerintah dalam meningkatkan kualitas dan melupakan pentingnya kelayakan stasiun pemberhentian (halte). Makalah ini akan mendiskusikan kelayakan sarana pemberhentian (halte) Transjakarta pada lokasi Rumah Sakit yang tidak seragam, dilihat dari kondisi fisik stasiun tersebut dan juga hubungannya dengan pengguna moda transportasi itu sendiri. Kata Kunci: Transportasi publik, Stasiun Pemberhentian, Halte, Rumah Sakit
1. PENDAHULUAN Pengantar “Negara maju bukanlah negara dimana warga miskin memiliki kendaraan pribadi, tetapi negara dimana orang kaya menggunakan transportasi umum” Pembangunan secara berkelanjutan tidak dapat dipisahkan dari perkembangan pembangunan transportasi. Pemerintah Indonesia sendiri berusaha meningkatkan sarana dan prasarana transportasi untuk mempopulerkan penggunaan transportasi publik. Di Jakarta, kepadatan lalu lintas sedikit banyaknya dipengaruhi oleh maraknya kendaraan pribadi yang berada di jalan. Dan cara yang efektif untuk mencapai hal tersebut adalah dengan meminimalisir penggunaan kendaraan pribadi dan memaksimalkan transportasi massal. Di tahun 2004, Transjakarta muncul sebagai bentuk transportasi massal model baru di Jakarta berdampingan dengan beberapa moda transportasi yang sudah lebih dahulu muncul sebelumnya. Dengan sebutan ‘busway’, moda transportasi ini semakin marak digunakan oleh berbagai kalangan. Dari data statistik yang ada, penumpang busway meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun. Hal ini membuktikan bahwa semakin lama, busway semakin diminati. Stasiun pemberhentian (halte) Transjakarta menjadi salah satu hal yang penting dalam sistem transportasi yang berkaitan dengan moda transportasi busway. Keberadaannya sebagai akses dari busway ke (atau dari) lokasi tujuan. Hal ini berkaitan juga dengan tata guna lahan, karena stasiun pemberhentian ini akan mempengaruhi juga atraktifitas dari suatu daerah.
ARS-1
Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNTS) II 2016 Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat Jakarta, 23-24 Agustus 2016
Tabel Jumlah, Presentase Penumpang, dan Pendapatan Bus Transjakarta 2014
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah penumpang busway sejak tahun 2010 hingga tahun 2013 semakin meningkat yang juga paralel dengan peningkatan jumlah pendapatan pertahunnya. Data ini dapat dijadikan tolak ukur pemerintah bahwa moda transportasi Transjakarta semakin dibutuhkan oleh masyarakat. Untuk itu, peningkatan dan pengembangan pada sektor transportasi, khususnya Transjakarta harus dapat mengakomodir peningkatan jumlah penumpang ini. Seiring dengan berjalannya waktu, rute dan koridor pun semakin bertambah dan berkembang pesat. Stasiun pemberhentian atau halte juga tersebar di lokasi-lokasi yang memiliki fungsi berbeda. Namun, kelayakan fisik dan fasilitas di halte-halte tersebut pun menjadi sangat beragam. Bahkan, pada satu fungsi lokasi yang sama, belum tentu halte-halte tersebut memiliki keseragaman kelayakan fisik dan fasilitas. Untuk membahas kelayakan fisik, faktor yang penting untuk diperhatikan juga adalah profil penumpangnya. Karena parameter layak atau tidaknya fasilitas bergantung kepada sesuai atau tidaknya dengan profil pengguna. Selain moda transportasi yang memadai, keberadaan stasiun pemberhentian (halte) Transjakarta sebagai medium perantara yang menghubungkan moda transportasi dengan tujuan yang dimaksud, menjadi sangat penting karena harus berintegrasi secara tepat dengan fungsi lokasi yang dituju. Profil pengguna menjadi signifikan karena secara sadar ataupun tidak, tubuh dan pergerakan manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Latar Belakang Salah satu fungsi yang signifikan dari stasiun pemberhentian (halte) busway adalah pada lokasi Rumah Sakit. Dengan mengacu kepada masyarakat yang turun dan naik busway di stasiun pemberhentian (halte) yang terhubung langsung dengan (dan atau mendekati) lokasi Rumah Sakit, terdapat beberapa hal yang luput dari perhatian. Masyarakat pengguna Transjakarta yang memiliki kepentingan menuju dan meninggalkan Rumah Sakit, seharusnya memiliki keistimewaan karena pada dasarnya kemungkinan besar masyarakat pengguna tersebut adalah orang yang bertujuan untuk melakukan penyembuhan, ARS-2
Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNTS) II 2016 Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat Jakarta, 23-24 Agustus 2016
pengobatan, dan tujuan kesehatan lainnya. Diharapkan, stasiun pemberhentian yang terhubung dengan Rumah Sakit ini dapat terintegrasi atau juga sebagai penunjang dari fasilitas kesehatan. Perumusan Masalah Beberapa stasiun pemberhentian (halte) Transjakarta yang ada sekarang pada umumnya masih banyak yang tidak memperhatikan faktor-faktor kenyamanan. Jika dikerucutkan lagi pada stasiun pemberhentian yang terhubung dengan lokasi Rumah Sakit dan dengan juga memperhatikan faktor-faktor kebutuhan masyarakat yang berkunjung dan meninggalkan Rumah Sakit, tentu saja stasiun pemberhentian (halte) Transjakarta ini masih jauh dari kelayakan fisik. Dengan demikian, dibutuhkan sebuah diskusi atau solusi untuk kelayakan sebuah stasiun pemberhentian (halte) Transjakarta yang terhubung dengan Rumah Sakit, agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat pengguna Transjakarta yang bertujuan dan meninggalkan (turun dan naik busway) pada stasiun pemberhentian (halte) yang terhubung dengan fungsi lokasi Rumah Sakit. Tujuan dan Manfaat Tujuan dari makalah ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang membuat stasiun pemberhentian (halte) Transjakarta yang terhubung dengan Rumah Sakit ini menjadi istimewa dan memerlukan perlakuan khusus. Selain itu, diharapkan terdapat solusi yang tepat untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang ditemukan di lapangan. Beranjak dari tujuan tersebut, maka seyogyanya makalah ini bermanfaat untuk: 1. Mengetahui hubungan fungsi lokasi dengan stasiun pemberhentian (halte) Transjakarta. 2. Mengetahui kelayakan dan ketidak layakan beberapa stasiun pemberhentian (halte) Transjakarta yang terhubung dengan Rumah Sakit 3. Memberikan masukan kepada instansi yang berwenang untuk memperhatikan kebutuhan konsumen Transjakarta sekaligus untuk meningkatkan kualitas pelayanan 2. RUANG LINGKUP Batasan Wilayah Makalah Ruang lingkup penulisan dibatasi pada stasiun pemberhentian (halte) Transjakarta yang berhubungan dengan lokasi fungsi Rumah Sakit di semua koridor Transjakarta yang sudah beroperasi. Dalam hal ini, koridor yang tidak berhubungan dengan lokasi Rumah Sakit tidak akan dibahas lebih lanjut.
Observasi dilakukan pada tujuh koridor Transjakarta, yaitu: -
Koridor 2 (RS. Islam Cempaka Putih, RSPAD Gatot Subroto) Koridor 3 (RS. Sumber Waras) Koridor 5 (RS. Carolus, RS. Premier Jatinegara) Koridor 7 (RS Harapan Bunda) Koridor 8 (RS. Medika Permata Hijau, RS. Tarakan) Koridor 9 (RS. Harapan Kita) Koridor 11 (Rs. Premier Jatinegara)
ARS-3
Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNTS) II 2016 Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat Jakarta, 23-24 Agustus 2016
Batasan Kajian Makalah Batasan kajian penulisan adalah menganalisis faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kebutuhan pengguna moda transportasi Transjakarta, khususnya bagi pengguna yang menuju dan meninggalkan lokasi Rumah Sakit. 3. METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, menggunakan data yang diperoleh dari observasi langsung di lapangan dipadukan dengan data yang diperoleh dari internet dan bukubuku serta artikel yang berkaitan. 4. ANALISIS Stasiun pemberhentian (halte) Transjakarta terhubung dengan berbagai fungsi lokasi, dari mulai perkantoran, pusat perbelanjaan, institusi pendidikan, hingga Rumah Sakit. Berdasarkan observasi langsung di lapangan, pengguna moda transportasi Transjakarta (busway) untuk fungsi Rumah Sakit memiliki profil yang cukup berbeda dan spesifik. Walaupun beberapa orang hanya menjadikan stasiun pemberhentian sebagai titik transit, namun sebagian besar pengguna stasiun pemberhentian (halte) Transjakarta yang terhubung dengan Rumah Sakit ini memiliki tujuan yang berkaitan dengan kesehatan, baik yang memiliki tujuan pengobatan, penyembuhan, pemulihan, ataupun tujuan kesehatan lainnya. Hal utama yang akan dianalisis adalah mengenai pencapaian. Dalam hal ini, pencapaian harus disesuaikan dengan profil penumpang busway yang menuju atau pun meninggalkan lokasi Rumah Sakit. Cara untuk menuju ke sebuah bangunan dapat berbeda-beda dan hal tersebut mempengaruhi waktu tempuh, dan juga pengalaman ruang yang ada. Pada koridor 2 Rute Transjakarta, dengan rute Pulogadung – Harmoni, terdapat dua lokasi Rumah Sakit yang dijadikan stasiun pemberhentian langsung. Yaitu RS. Islam Cempaka Putih dan RSPAD. Keadaan stasiun pemberhentian (halte) kedua lokasi ini sangat berbeda keadaan fisiknya. Jika dibandingkan secara umum, kondisi fisik stasiun pemberhentian (halte) busway yang berada di RSPAD jauh lebih layak daripada kondisi halte yang berada di RS. Islam Cempaka Putih.
Gambar 1. RUTE KORIDOR 2,(Sumber: www.transjakarta.co.id,2016)
ARS-4
Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNTS) II 2016 Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat Jakarta, 23-24 Agustus 2016
Gambar 2. Keadaan lingkungan sekitar halte busway RS. Islam Cempaka Putih (Sumber: (streetview) www.googlemaps.com, 2016)
Yang terlihat secara kasat mata, halte ini terletak di Jalan Raya yang cukup besar dan sibuk. Akses jembatan penyebrangan memang sudah tersedia, namun halte ini tidak terhubung langsung dengan lokasi Rumah Sakit melainkan harus masuk dulu ke jalan yang lebih kecil dan cukup jauh dari lokasi halte. Pencapaian dari dan menuju halte ke Rumah Sakit Islam Cempaka Putih adalah pencapaian berputar, di mana walaupun akses tidak murni ada perputaran, namun untuk masuk ke dalam bangunan tidak dapat langsung tercapai melainkan tersembunyi dan tampak terputus-putus.
Gambar 3. Keadaan lingkungan sekitar halte busway RSPAD Gatot Subroto (Sumber: (streetview) www.googlemaps.com, 2016)
Secara umum, keadaan stasiun pemberhentian (halte) yang terhubung dengan RSPAD ini sudah cukup nyaman bagi penumpang. Halte yang biasanya berada di tengah jalan, tidak terdapat pada lokasi ini. Halte busway RSPAD tepat berada di pinggir jalan tempat pejalan kaki dan dekat dengan akses pintu masuk serta dilengkapi dengan ramp. Dengan pencapaian langsung semacam ini, penumpang yang turun dan menuju atau meninggalkan RSPAD sangat dimudahkan.
Gambar 4. RUTE KORIDOR 3, (Sumber: www.transjakarta.co.id, 2016) Di rute koridor 3 Transjakarta, Rumah Sakit yang terhubung langsung dengan stasiun pemberhentian (halte) busway adalah Rumah Sakit Sumber Waras. Pada stasiun pemberhentian ini, halte berada di tengah jalan besar, dan selain tangga disediakan juga ramp pada jembatan penyebrangan untuk langsung ke pintu masuk Rumah Sakit.
ARS-5
Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNTS) II 2016 Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat Jakarta, 23-24 Agustus 2016
Gambar 5. Keadaan lingkungan sekitar halte busway RS. Sumber Waras (Sumber: (streetview) www.googlemaps.com, 2016)
Gambar 6. RUTE KORIDOR 5, (Sumber: www.transjakarta.co.id, 2016) Jika pada koridor 3 hanya satu Rumah Sakit yang dilewati oleh busway, maka di koridor 5 ini terdapat dua buah Rumah Sakit yang berhubungan langsung dengan stasiun pemberhentian (halte) Transjakarta, yaitu halte Salemba Carolus dan halte RS. Premier Jatinegara. Walaupun ada halte Salemba UI yang juga terhubung dengan RSCM, namun hubungannya tidak secara langsung, maka tidak akan dibahas lebih lanjut.
Gambar 7. Keadaan lingkungan sekitar halte busway RS Carolus (Salemba Carolus) (Sumber: (streetview) www.googlemaps.com, 2016)
Pada stasiun pemberhentian (halte) yang terhubung dengan RS. Carolus, keadaannya tidak jauh berbeda dengan halte RS. Sumber Waras, pencapaian secara langsung ke pintu masuk. Namun, perbedaan signifikannya adalah pada RS. Carolus, akses masuk pejalan kaki dari dan menuju busway adalah melalui pintu gerbang belakang, bukan pintu gerbang utama seperti pada halte RS. Sumber Waras. Akses masuk juga lebih memadai dan nyaman karena bebas tangga, hanya terdapat ramp yang landai sehingga memudahkan pengguna stroller, kursi roda, atau juga alat bantu perjalanan lainnya.
Gambar 8. Keadaan lingkungan sekitar halte busway RS Premier Jatinegara (Sumber: (streetview) www.googlemaps.com, 2016)
Stasiun pemberhentian (halte) Transjakarta yang berhubungan langsung dengan RS. Premier Jatinegara berada pada jalan utama yang tidak
ARS-6
Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNTS) II 2016 Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat Jakarta, 23-24 Agustus 2016
terlalu padat. Tersedia tangga yang standar, tanpa ramp dan keadaan fisiknya mirip dengan stasiun pemberhentian (halte) di RS. Sumber Waras. Stasiun pemberhentian ini selain dilewati oleh busway koridor 5, juga dilewati oleh busway koridor 11.
Gambar 9. RUTE KORIDOR 11, (Sumber: www.transjakarta.co.id, 2016)
Gambar 10. RUTE KORIDOR 7, (Sumber: www.transjakarta.co.id, 2016) Rute koridor 7 Transjakarta yang berhubungan dengan stasiun pemberhentian (halte) dengan lokasi Rumah Sakit ini berada pada RS. Harapan Bunda. Dibandingkan dengan beberapa halte sebelumnya, pencapaian menuju dan dari lokasi Rumah Sakit ini terbilang tidak nyaman. Hanya terdapat tangga tanpa ramp dan akses ke dalam Rumah Sakit sangat tersamar, karena bukannya terhubung langsung dengan Rumah Sakit, melainkan ke sebuah bengkel. Untuk mencapai Rumah Sakit, penumpang harus berbalik arah dan berjalan kaki tanpa trotoar yang memadai.
Gambar 11. Keadaan lingkungan sekitar halte busway RS. Harapan Bunda (Sumber: (streetview) www.googlemaps.com, 2016)
Gambar 12. RUTE KORIDOR 8, (Sumber: www.transjakarta.co.id, 2016)
ARS-7
Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNTS) II 2016 Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat Jakarta, 23-24 Agustus 2016
Rute koridor 8 Transjakarta melewati dua halte Rumah Sakit, yaitu RS. Medika Permata Hijau dan RSUD Tarakan. Rumah Sakit Medika merupakan Rumah Sakit swasta yang lokasinya berada di kawasan Permata Hijau, sedangkan Tarakan merupakan Rumah Sakit Umum Daerah yang dikelola pemerintah. Secara fisik, kedua Rumah Sakit ini terlihat berbeda, begitu pun keadaan stasiun pemberhentian (halte) busway dan pencapaian menuju Rumah Sakit.
Gambar 13. Keadaan lingkungan sekitar halte busway RS. Medika Permata Hijau (Sumber: (streetview) www.googlemaps.com, 2016)
Halte busway RS Medika walaupun tidak sempurna, terlihat cukup memadai dengan menyediakan akses langsung ke gerbang Rumah Sakit setelah turun dari jembatan penyebrangan. Ramp juga dipilih sebagai jalur akses menuju dan meninggalkan Rumah Sakit. Hal ini sangat memudahkan para penumpang busway.
Gambar 14. Keadaan lingkungan sekitar halte busway RSUD Tarakan (Sumber: (streetview) www.googlemaps.com, 2016)
Berbeda dengan stasiun pemberhentian (halte) RS. Medika, yang terjadi pada RS. Tarakan sangatlah kontras. Setelah turun dari busway, para penumpang seolah dilepaskan tanpa adanya akses masuk ke dalam Rumah Sakit. Hal ini sangatlah berbahaya, karena halte terletak dekat perempatan besar yang terkadang ramai. Walaupun disediakan zebra cross, namun untuk sebuah stasiun pemberhentian yang terhubung langsung dengan Rumah Sakit, hal ini sangat tidak nyaman dan tidak mempedulikan faktor keselamatan dan kenyamanan penumpang. Pada pengamatan langsung tanggal 14 Juni 2016 sekitar jam 10 pagi, pada stasiun pemberhentian ini terdapat seorang pasien yang menggunakan busway koridor 8A. Beliau memiliki kesulitan berjalan sehingga menggunakan tongkat, karena tidak ada akses penyebrangan maka beliau sangat kesulitan untuk menyebrang mencapai pintu gerbang utama. Responden lain adalah sebuah keluarga. Suami isteri dengan seorang anak yang masih bayi, akan meninggalkan Rumah Sakit sekitar pukul 12 siang. Lagi-lagi kesulitan terjadi saat menyebrang mencapai stasiun pemberhentian. Seharusnya ada akses yang memudahkan penumpang untuk menyebrang.
ARS-8
Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNTS) II 2016 Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat Jakarta, 23-24 Agustus 2016
Gambar 15. RUTE KORIDOR 9, (Sumber: www.transjakarta.co.id, 2016) Koridor terakhir yang dianalisis adalah rute koridor 9. Dalam hal ini adalah stasiun pemberhentian Transjakarta yang terhubung langsung dengan RS. Harapan Kita. Sebenarnya terdapat Rumah Sakit lain yang masih terletak dalam satu kawasan dengan RS. Harapan Kita, yaitu RS. Dharmais. Seharusnya stasiun pemberhentian di lokasi ini lebih memperhatikan profil penumpangnya karena bukan hanya satu Rumah Sakit saja yang diwadahi, melainkan dua. Namun sayangnya ternyata keberadaan ramp pada stasiun pemberhentian ini malah tidak terlihat. Hanya ada tangga yang landai namun kurang nyaman. Walaupun ada akses tangga pada jembatan penyebrangan, namun beberapa pengguna masih akan lebih nyaman jika akses pencapaian dilengkapi dengan ramp.
Gambar 16. Keadaan lingkungan sekitar halte busway RS. Harapan Kita (Sumber: (streetview) www.googlemaps.com, 2016)
5. KESIMPULAN DAN DISKUSI Dari hasil kajian di atas, dapat disimpulkan bahwa permasalahan utama dari stasiun pemberhentian yang terhubung dengan Rumah Sakit (baik yang terhubung langsung maupun yang lokasi pemberhentiannya mendekati) adalah faktor keamanan (safety) dan kenyamanan (comfort). Hal ini ditinjau dari masyarakat pengguna yang rata-rata bertransportasi dengan tujuan kesehatan, baik berupa pemeriksaan, pengobatan, maupun penyembuhan. Tabel di bawah ini menunjukan penilaian terhadap sembilan Rumah Sakit yang terhubung langsung dengan stasiun pemberhentian (halte) di tujuh koridor Transjakarta. Nama Rumah Sakit
Rute Koridor
Terletak pada
RS. Islam Cempaka Putih RSPAD Gatot Subroto RS. Sumber Waras
2,2A,2B 2,2A,2B
Jl. Letjend. Soeprapto Jl. Saleh Raya
3,3A,2B
Jl. Kyai Tapa
5, 5A,7B
Jl. Salemba Raya
RS. Carolus RS. Premier Jatinegara
5,11
RS. Harapan Bunda
7
Tangga R.
Jl. Jatinegara Timur
√
Ramp
-
Akses Menyebrang
Pencapaian
Ranking
Jembatan
Berputar
8
-
√
Tidak Perlu Menyebrang
Langsung
1
√ √
√ √ -
Jembatan
Langsung
Jembatan
Langsung
Jembatan
Langsung
4 3 5
-
Jembatan
Tersamar
Curam Jl. Raya Bogor
√ Curam
ARS-9
7
Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNTS) II 2016 Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat Jakarta, 23-24 Agustus 2016 RS. Medika Permata Hijau RSUD Tarakan
8, 8A
Jl. Arteri Permata Hijau Jl. Kyai Caringin
RS. Harapan Kita
9, 9A
Jl. S. Parman
8
-
√
√
-
Langsung
2
-
-
Jembatan
Langsung
9 6
Jembatan
Dari hasil skoring tabel di atas, yang paling memadai (walaupun belum dapat dikatakan sempurna) adalah stasiun pemberhentian (halte) Transjakarta pada lokasi RSPAD yang memiliki pencapaian termudah dari dan menuju Rumah Sakit. Penumpang dapat mencapai pintu gerbang masuk secara langsung tanpa harus menyebrang. Akses pencapaian pun adalah yang terpendek sehingga para penumpang sangat dimudahkan. Sedangkan yang terburuk adalah pada stasiun pemberhentian (halte) yang terhubung langsung pada lokasi RSUD Tarakan. Sebagai Rumah Sakit pemerintah, seharusnya fasilitas lebih diperhatikan. Pencapaian dari halte menuju Rumah Sakit dan sebaliknya sangat tidak nyaman dan tidak layak untuk para penumpang. Bantuan akses penyebrangan sama sekali tidak ada. Tidak tampak keterhubungan dan integrasi antara Rumah Sakit dengan stasiun pemberhentiannya. Maka kategori pencapaian langsung, tersamar maupun berputar tidak dapat dipenuhi di sini. Untuk memperkuat hasil beberapa temuan dan analisis atas kebutuhan tersebut, maka tepatlah jika peningkatan keamanan dan kenyamanan di dalam maupun di sekitar stasiun pemberhentian yang berhubungan (baik secara langsung maupun tidak) dengan lokasi fungsi Rumah Sakit, untuk memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Pengadaan ramp yang berdampingan dengan tangga sebagai akses dari stasiun pemberhentian dengan Rumah Sakit. 2. Pengadaan akses penyebrangan selain zebra cross yang tidak berhubungan langsung dengan Jalan Raya (misalnya jembatan penyebrangan). 3. Selain desain, yang penting untuk diperhatikan adalah penggunaan material yang wheelchair friendly, stroller friendly, dan akses yang memudahkan pejalan kaki. DAFTAR PUSTAKA Ching, Francis D.K. (2000). ARSITEKTUR: Bentuk, Ruang, dan Tatanan. Erlangga, Jakarta. Munawar, Ahmad (2007). Pidato Pengukuhan Guru Besar: Pengembangan Transportasi yang Berkelanjutan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Presentasi Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta “Pengembangan Sistem Transportasi Jakarta yang Terintegrasi dan Berkualitas untuk mewujudkan Efisiensi Energi” Statistik Transportasi DKI Jakarta 2015. BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta. Sutiyoso (2007). Megapolitan. Elex media Komputindo, Jakarta. www.transjakarta.co.id www.googlemaps.com Enrique Penalosa, “A developed country is not a place where the poor have cars. It’s where the rich use public transport— paraphrased”. former Mayor of Bogotá, Colombia Megapolitan, halaman 105. Sutiyoso menyatakan bahwa “Transjakarta Busway itu dianggap sebagai titik awal transportasi massal ibukita Jakarta yang aman, nyaman, cepat dan manusiawi.” Four Step Model Konsep Dasar Pemodelan Transportasi (Ortuzar dan Willumsen, 1994) Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta “Katalog Statistik Transportasi Jakarta 2015 “.
ARS-10
Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNTS) II 2016 Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat Jakarta, 23-24 Agustus 2016
Kepala Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta ”Pengembangan Sistem Transportasi Jakarta yang Terintegrasi dan Berkualitas untuk Mewujudkan Efisiensi Energi. Francis D.K. Ching di halaman 227 “Arsitektur: Bentuk, Ruang dan Tatanan”. Body,Memory and Architecture(Moore dan Yudell, 1977).
ARS-11