KEKERASAN ANAK DI PANTI ASUHAN KOTA TANJUNGPINANG Oleh: Muhammad Norhapisan Abstrak Kekerasan terhadap anak merupakan fenomena yang hangat saat ini sehingga kekerasan terhadap anak telah menyentuh diberbagai tempat seperti keluarga, sekolah, tempat bermain, pesantren dan panti asuhan. dalam penelitian ini fokus kepada kekerasan terhadap anak dipanti asuhan. kekerasan akhir-akhir ini sering terjadi dimana orang yang mengasuh anak atau orang yang dekat dengan anak. peranan dan fungsi panti asuhan sangatlah penting bagi anak-anak yang kurang beruntung. Karena panti asuhan sebagai lembaga alternatif hadir memberikan solusi bagi anak-anak sekaligus membantu pemerintah dalam menangani masalah anak-anak terlantar Dari penelitian ini, peneliti merumuskan penyebab munculnya fenomena kekerasan anak dipanti asuhan Kota Tanjungpinang, penelitian ini mengunakan metode kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data peneliti mengunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Dari hasil penelitian penulis menemukan penyebab kekerasan anak dipanti asuhan Kota tanjungpinang adalah faktor ekonomi dan pola asuh terhadap anak yang memunculkan dan melangengkan kekerasan terhadap anak. karena faktor ekonomi merupakan bagian utama dalam memenuhi kebutuhan anak berupa sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan anak dipanti asuhan. keterbatasan ekonomi yang dilihat masyarakat adalah hal-hal yang bersifat tampak seperti pakaian, tempat tinggal, makanan dan fasilitas-fasilitas panti asuhan, sehingga apa yang dilihat masyarakat merupakan fenomena penelantaran anak. dari faktor pola asuh sangat berkaitan dengan pemberian hukuman-hukuman dipanti asuhan menjurus kepada tindak kekerasan terhadap anak, seperti hukuman pemukulan, tamparan, dibotakkan, dicemooh, dihina dll. Semua hukuman yang diberikan tidak jarang menjurus kepada tindak kekerasan terhadap anak. apa yang terjadi semuanya dianggap wajar dengan dalih penegakan kedisiplinan dan pendidikan bagi anak tentunya fenomena seperti ini akan menjadi lingkaran kekerasan bagi anak dipanti asuhan Kota tanjungpinang Kata kunci: Panti Asuhan, Kekerasan Anak
1
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan
PENDAHULUAN
dari kekerasan dan diskriminasi (UU
A. Latar Belakang
Nomor 35 Tahun 2014).
Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam diri anak melekat harkat dan martabat yang harus dijunjung tinggi. Anak-anak memiliki hak yang harus dilindungi merupakan bagian dari hak asasi anak, negara menjamin hak-hak anak sebagai mana termuat dalam UndangUndang Dasar 1945 dalam Pasal 28b ayat 2 menyatakan bahwa” setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang
serta
berhak
atas
perlindungan
dari
kekerasan
dan
anak
merupakan
generasi
penerus cita-cita bangsa, anak sebagai tunas, potensi, dan generasi muda yang memiliki peranan strategis, sehingga wajib dilindungi dari segala bentuk perlakuan tidak manusiawi berupa tindak kekerasan maupun diskriminasi anak. Oleh karena itu penghargaan dan pengakuan hak-hak anak berupa perlindungan anak sangat penting Perlindungan
anak
yang
dimaksudkan adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hakhaknya
agar
berkembang
media
baik
cetak
maupun
eletronik,
kekerasan anak menjadi berita konsumsi masyarakat
yang
pada
akhirnya
menunjukkan kekerasan anak semakin meningkat
seiring
kemajuan
manusia.
perkembangan Istilah
kekerasan
terhadap anak (child abuse) masih belum banyak dipahami oleh masyarakat. Makna kekerasan
seringkali
direduksi
hanya
menyangkut perlakuan semena-mena yang
kekerasan yang bermakna psikis dan sosial
Dalam kehidupan berbangsa dan
diwujudkan.
anak hampir tidak luput oleh pemberitaan
bersifat fisik, padahal jumlah korban
diskriminasi”.
bernegara
Dewasa ini pemberitaan kekerasan
dapat dan
hidup,
berpartisipasi
tumbuh, secara
optimal sesuai dengan harkat dan martabat
memiliki dampak lebih besar dibanding dengan kekerasan fisik Kekerasan terhadap anak memiliki definisi beragam, kekerasan adalah segala tindakan yang cenderung menyakiti orang lain, berbentuk agresi fisik, agresi verbal, kemarahan
atau
permusuhan
(Abu
Huraerah:
2006).
Menurut
Baker,
kekerasan terhadap anak adalah tindakan melukai yang berulang-ulang secara fisik maupun
emosi
terhadap
anak
yang
ketergantungan, melalui desakan hasrat, hukuman badan yang tak terkendali, degradasi dan cemoohan permanen atau kekerasan seksual, biasanya dilakukan para orang tua atau pihak lain yang 2
seharusnya merawat anak. oleh karena itu
pencegahan
masyarakat perlu memahami kekerasan
dilakukan.
anak
secara
menyeluruh
agar
kekerasan
anak
dapat
upaya
Tabel Data Kekerasan Anak Di Indonesia Tahun 2011-2014 No
Tahun
Jumlah Kasus
1
2011
2178
2
2012
3512
3
2013
4311
4
2014
5066 Sumber: www.kpai.go.id
Berdasarkan data diatas Komisi
terdata oleh lembaga, tetapi masih banyak
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
praktik-praktik kekerasan yang tentunya
menyatakan, kekerasan pada anak selalu
tiap tahun masih bisa bertambah, apabila
meningkat setiap tahun. Hasil pemantauan
pemerintah tidak berbenah.
KPAI dari 2011 sampai 2014, terjadi peningkatan yang sifnifikan. “Tahun 2011 terjadi 2178 kasus kekerasan, 2012 ada 3512 kasus, 2013 ada 4311 kasus, 2014 ada 5066 kasus. Peningkatan kekerasan diatas
dalam
tiap
tahunnya
hampir
menyentuh sepertiga dari kasus kekerasan diatas. Jumlah ini tentunya yang hanya
Ternyata kasus kekerasan anak bukan
hanya
nasional,
peningkatannya
tetapi
juga
berlaku
berlaku
untuk
didaerah provinsi Kepulauan Riau, kasuskasus
kekerasan
terhadap
anak
juga
mengalami peningkatan berikut tabel data kekerasan anak di Privinsi Kepri dalam Lima tahun terakhir.
Tabel kekerasan anak Provinsi Kepri Tahun 2011-2015 jumlah
no
Tahun
jumlah kasus
1
2011
110
142
2
2012
143
199
Korban
3
3
2013
175
281
4
2014
226
352
5
2015
230
360
Sumber:www.kppadkepri.or.id Dari data diatas dapat dijelaskan bahwa
Komisi
Pengawasan
Perlindungan Anak Daerah
Kekerasan
anak
di
Kepri
dan
meningkat tajam terutama di Batam dan
(KPPAD)
Tanjungpinang sebagai daerah yang pesat
Provinsi Kepri mencatat kasus kekerasan
pembangunannya,
terhadap anak yang terjadi di Kepri
geografis
cenderung meningkat setiap tahunnya.
mendukung
Pada tahun 2011, ada 110 kasus dengan
terutama kasus-kasus trafiking, eksploitasi
melibatkan 142 anak, tahun 2012 naik
dan kekerasan seksual. Berdasarkan data
menjadi 143 kasus melibatkan 199 anak,
yang diterima oleh Badan Pemberdayaan
meningkat pada 2013 menjadi 175 kasus
Perempuan
dengan melibatkan 281 anak. tahun 2014
Keluarga
jumlah kasus anak naik menjadi 226 kasus
Tanjung
yang melibatkan 352 anak di Kepri, dan
berikut:
tahun 2015
ditambah
letak
provinsi
Kepri
sangat
terjadi
kekerasan
Perlindungan Berencana
anak
Anak
Dan
(BP3AK)
Kota
pinang tahun
2015
sebagai
tercatat 230 kasus anak
dengan melibatkan 360 anak terlibat.
Data Kasus Kekerasan Anak Kota Tanjungpinang Januari s/d Desember 2015
No
bentuk
jumlahh
Jumlah
kekerasan anak
kasus
Korban
1
kekerasan fisik
8
10
2
Penelantaran
7
12
3
pelecehan seksual
1
1
4
Pemerkosaan
8
8
5
Pencurian
2
6
4
6
Dll
6
6
Total
32
43
Sumber: P2TP2A dan BP3AKB Kota Tanjungpinang 2015 Dari data di atas anak mengalami
dengan jumlah korban 12 anak, pelecehan
kekerasan sepanjang tahun 2015 dengan
seksual 1 kasus dengan jumlah korban 1
jumlah 32 kasus dengan 43 korban. Jumlah
anak, pemerkosaan 8 kasus dengan jumlah
kasus kekerasan anak meliputi: kekerasan
korban 8 anak, pencurian 2 kasus dengan
fisik sebanyak 8 kasus dengan korban 10
jumlah korban 6 anak dan kasus lainnya
anak, penelantaran sebanyak 7 kasus
jumlah
Fenomena kekerasan anak telah
6
akhir
kasus
Oktober
dan 2015
6
korban.
silam,
Fakta
mengancam diberbagai tempat keberadaan
mengejutkan Sebanyak 28 anak, dua di
anak, fenomena kekerasan terjadi di
antaranya
lingkungan terdekat anak seperti keluarga,
memprihatinkan. Anak-anak mengalami
sekolah, pesantren, dan panti asuhan.
kekerasan fisik, kekerasan seksual hingga
khususnya panti asuhan dihadapi akhir-
penelantaran.
akhir ini berbagai tindak kekerasan anak
sebelumnya,
terjadi dipanti asuhan. Hal ini karena panti
dengan kasus kekerasan fisik di panti
asuhan
tidak
asuhan Ya Bunayya yang dilakukan ketua
kompeten dihadapkan pada permasalahan-
LKSA terhadap anak didiknya sehingga
permasalahan yang akhirnya merugikan
pelaku dihukum.(www.tribunews.com).
yang
anak,
karena
dikelola
secara
anak-anak
mengalami
kekerasan seperti fisik, psikis, seksual dan sosial bersumber pada masalah ekonomi, pola asuh, perkembangan teknologi, dan perubahan lingkungan masyarakat. Panti asuhan yang dianggap sebagai lembaga yang mengasuh, mendidik, membimbing, dan merawat anak-anak justru termasuk tempat rawan kekerasan anak.
Asuhan
yaitu
panti
asuhan
Rizki
dalam
Padahal Batam
kondisi
tahun
juga
2014
dihebohkan
Di Tanjungpinang kasus kekerasan serupa terjadi pada awal tahun 2016, yaitu kasus kekerasan anak terjadi di Panti Asuhan
Rq,
eksploitasi
berupa dan
kekerasan
penelantaran
fisik, anak.
Kekerasan ini diperoleh dari laporan orang tua yang tidak terima dengan perlakuan anak mereka oleh panti asuhan. Menurut data
Contoh kekerasan anak di Panti
balita,
P2TP2A
dan
BP3AKB
kota
Tanjungpinang kasus kekerasan anak ini, merupakan kasus pertama yang mereka
Khairunnisa Batu Ampar-Batam sekitar 5
peroleh yaitu kekerasan anak dipanti
seolah-olah
asuhan.
membudaya yang dianggap wajar dengan
Anak-anak
yang
mengalami
kekerasan dipanti asuhan berjumlah 11
alasan
telah
melembaga
pendidikan
dan
dan
menegakkan
kedisiplinan.
anak dengan rincian 5 anak laki-laki dan 6
Kasus
kekerasan
anak
dipanti
anak perempuan, umumnya anak-anak ini
asuhan tidak mudah untuk diketahui,
berusia 6-14 tahun. Namun anak-anak
apabila tidak dilaporkan dan dipublikasi
yang dilaporkan di Dinas P2TP2A dan
oleh masyarakat. Oleh karena itu diyakini
BP3AKB kota Tanjungpinang sebanyak 5
bahwa perilaku tindak kekerasan tersebut
dari 11 anak, dengan rincian 3 laki-laki
merupakan fenomena gunung es, dimana
dan 2 perempuan. Anak-anak mengalami
yang muncul ke permukaan jauh lebih
kekerasan fisik berupa tamparan, pukulan,
sedikit
dicubit bahkan dibotakkan baik laki-laki
tersembunyi.
maupun perempuan. Kondisi fisik anak
merupakan fenomena umum yang terjadi.
penuh dengan kudisan seperti tidak terawat
Hal ini terjadi karena beberapa faktor
dan telinga bernanah. Pakaian anak-anak
budaya
juga terlihat kumuh dan kusam seperti
masyarakat
tidak
hukum.
tercuci.
Anak-anak
juga
kerap
dibandingkan
dengan
Kenyataan
dan
ini
lemahnya terhadap
yang ternyata
kepercayaan
aparat
penegak
dimarahi dengan nada tinggi tidak jarang
(http://www.unicef.org./indonesia/id/prote
disertai ancaman.
ction).
Tindak kekerasam oleh pengasuh
Berdasarkan uraian diatas, maka
panti juga menyebabkan anak-anak anak-
penulis
anak merasa tidak nyaman dan tertekan
penelitian
tinggal dilingkungan panti asuhan tersebut,
Kekerasan
anak-anak harus belajar mengurus diri
Asuhan Kota Tanjungpinang. Peneliti
mereka,
ingin
seperti
mencuci
pakaian,
tertarik yang
untuk
melakukan
berkaitan
Terhadap
mengetahui
Anak
dengan Di
lebih
Panti
mendalam
membersihkan perkarangan dan memasak
Penyebab
sarapan pagi serta aturan-aturan lainnya
Kekerasan Anak Dipanti Asuhan Kota
Kekerasan terhadap anak dipanti asuhan
Tanjungpinang. Bagaimana
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka
rumusan
masalahnya
adalah
Fenomena
Munculnya
Fenomena
Penyebab Kekerasan
Munculnya Anak
Dipanti
Asuhan Kota Tanjungpinang. 6
fungsi ekonomi merupakan
C. Tujuan Penelitian a. Tujuan penelitian Tujuan
dasar berlangsungnya panti
penelitian
adalah
asuhan,
keterbatasan
Mendeskripsikan
Penyebab
ekonomi
Munculnya
Fenomena
menyebabkan
Kekerasan
Anak
Dipanti
Asuhan Kota Tanjungpinang.
dipanti
asuhan
anak-anak
menjadi terlantar bahkan dieksploitasi
untuk
D. Konsep Operasional
membantu
1. Kekerasan anak dalam penelitian
dipanti asuhan. keterbatasan
ini adalah perbuatan disengaja yang
ekonomi menyumbang stres
menimbulkan kerugian pada anak
bagi pengasuh, sementara
berupa kekerasan fisik, kekerasan
pengeluaran
psikis
sebanding
kekerasan
seksual
dan
pemasukan
tidak dengan
kekerasan sosial. Kekerasan Anak
pemasukan dipanti asuhan,
dalam penelitian ini adalah anak
jadi faktor ekonomi sangat
yang mengalami kekerasan dipanti
berpengaruh
asuhan,
fenomena
belum
umumnya berusia
sebagaimana
anak-anak 18
tahun,
menurut
undang-
undang perlindungan anak No 35 Tahun 2014.
munculnya kekerasan
terhadap
anak
asuhan. b) Faktor Pola Pengasuhan Pola
2. Penyebab kekerasan anak di panti
dipanti
pengasuhan
merupakan
bagian
asuhan dalam penelitian ini adalah
terpenting dalam mendidik
tekanan ekonomi dan pola asuh
anak
dipanti asuhan.
umumnya pola pengasuhan
dipanti
asuhan,
dipanti asuhan diterapkan a) Faktor ekonomi Dalam
hal
dengan pola asuh ini
tekanan khususnya
yang
adalah
memberikan hukuman pada
ekonomi,
saat anak-anak melakukan
panti
asuhan
kesalahan,
hukuman-
yang dikelola masyarakat.
hukuman yang diberikan
tekanan
tidak
utama
ekonomi
faktor
munculnya
kepada
kekerasan terhadap anak,
seperti
jarang
menjurus
kekerasan dipukul,
anak
dijewer, 7
dijemur,
direndam,
dibotakan
dll,
hukuman
penganiayaan atau perlakuan salah pada anak dalam bentuk menyakiti
berfungsi memberikan efek jera kepada anak. dengan alasan
penegakan
kedisiplinan dan pendidikan
fisik,
emosional,
melalaikan eksploitasi
seksual,
pengasuhan untuk
dan
kepentingan
anak. komersial yang secara nyata atau II. TINJAUAN PUSTAKA
pun tidak dapat membahayakan
A. Pengertian kekerasan Anak David Gill (dalam Sudaryono,
kesehatan,
2007) mengartikan perlakuan salah
martabat atau perkembangannya,
terhadap anak adalah termasuk
tindakan kekerasan diperoleh dari
penganiayaan,
dan
orang yang bertanggung jawab,
ekspoitasi terhadap anak, dimana
dipercaya atau berkuasa dalam
hal ini adalah hasil dari perilaku
perlindungan anak tersebut.
manusia yang keliru terhadap anak.
Berdasarkan beberapa pengertian
Bentuk kekerasan terhadap anak
di
tentunya
penelantaran
atas
kelangsungan
dapat
hidup,
disimpulkan
hanya
berupa
pengertian kekerasan terhadap anak
saja,
seperti
adalah perilaku salah baik dari
pembunuhan,
orangtua, pengasuh dan lingkungan
maupun perkosaan, melainkan juga
dalam bentuk perlakuan kekerasan
kekerasan
fisik, psikis maupun mental yang
kekerasan
tidak fisik
penganiayaan,
non
fisik,
seperti
kekerasan ekonomi, psikis, maupun
termasuk
kekerasan religi.
penganiayaan,
Menurut WHO (2004 dalam Lidya,
ekspoitasi, mengancam dan lain-
2009) kekerasan terhadap anak
lain terhadap terhadap anak.
adalah
suatu
didalamnya
adalah
penelantaran
dan
tindakan
8
sosial masyarakat dan ketimpangan sosial
B. Penyebab Kekerasan Anak Rakhmat
(2003)
beranggapan
ekonomi:
kekerasan pada anak-anak bukan hanya merupakan problem personal. Jika hanya menimpa segelintir anak-anak saja, dapat dilacak pada sebab-sebab psikologis dari individu yang terlibat. Pemecahannya juga dapat
dilakukan
secara
individual.
Memberikan terapi psikologis pada baik pelaku maupun korban mungkin akan cepat
selesai.
Tetapi
jika
perilaku
memperkerjakan anak kecil dalam waktu yang panjang, menelantarkan mereka, atau menyakiti dan menyiksa anak itu terdapat secara meluas di tengah-tengah masyarakat maka berhadapan dengan masalah sosial. Penyebabnya tidak boleh lagi dilacak pada sebab-sebab individual. Melacaknya pada nilai, pola interaksi sosial, struktur sosial ekonomi,
dan
Pemecahannya
atau
pranata
memerlukan
sosial. tindakan
kolektif dari seluruh anggota masyarakat.
1. Norma sosial, yaitu tidak ada kontrol sosial pada tindakan kekerasan pada anak-anak, maksudnya ketika muncul kekerasan pada anak tidak ada orang dilingkungannya yang memperhatikan dan mempersoalkannya. 2. Nilai-nilai sosial, yaitu hubungan anak dengan orang dewasa berlaku seperti hirarkhi sosial di masyarakat. Atasan tidak
boleh
dibantah.
pemerintahan harus selalu dipatuhi. Guru
harus
digugu
sosial yang melatarbelakangi kekerasan terhadap anak adalah nilai-nilai, norma
dan
ditiru.
Orangtua tentu saja wajib ditaati dengan sendirinya. Dalam hirarkhi sosial seperti itu anak-anak berada dalam anak tangga terbawah. Mereka tidak punya hak apa pun, sedangkan orang dewasa dapat berlaku apa pun kepada anak-anak. 3. Ketimpangan
Rakhmat (2003) membagi faktor
Aparat
sosial.
Banyak
ditemukan bahwa para pelaku dan juga
korban
kebanyakan
child
abuse
berasal
dari 9
kelompok sosial ekonomi yang
dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental
rendah. Kemiskinan, yeng tentu
dan sosial kepada anak asuh sehingga
saja masalah sosial lainnya yang
memperoleh kesempatan yang luas,tepat
diakibatkan
dan
ekonomi
karena dan
struktur
politik
yang
memadai
kepribadianya
bagi sesuai
pengembangan dengan
yang
menindas,
telah
melahirkan
diharapkan sebagai bagian dari generasi
semacam
subkultur
kekerasan.
penerus cita - cita dan sebagai insan yang
Karena
tekanan
ekonomi,
akan turut serta aktif dalam bidang
orangtua mengalami stress yang berkepanjangan.
menjadi
Dari pengertian di atas dapat
sangat sensisitif. Ia mudah marah.
diambilkan sebuah kesimpulan bahwa
Kelelahan fisik tidak memberinya
panti asuhan adalah sebuah wadah yang
kesempatan dengan
Ia
pembangunan nasional.
untuk
bercanda
melayani di bidang kesejahteraan sosial
anak-anak.
Terjadilah
untuk merawat, mengasuh serta membina
kekerasan emosional.
anak asuh supaya anak mendapatkan hakhak yang tidak diperoleh dari orang tua
C. PANTI ASUHAN Menurut Depsos RI (2004: 4),
aslinya.
Panti Sosial Asuhan Anak adalah suatu
Standar Nasional Pengasuhan
lembaga usaha kesejahteraan sosial yang
Untuk Panti Asuhan Dan Lembaga
mempunyai
Asuhan menurut Permensos RI No 30
memberikan
tanggung bangsa
jawab
untuk
pelayanan
Tahun 2011
kesejahteraan sosial pada anak terlantar
Pengasuhan anak melalui Panti
dengan melaksanakan penyantunan dan
Asuhan/Lembaga Asuhan perlu diatur agar
pengentasan anak terlantar, memberikan
tata cara dan prosedur pengasuhan yang
pelayanan pengganti orang tua/wali anak
diberikan panti sejalan dengan kerangka
10
kerja nasional pengasuhan alternatif untuk
yang bekerja atau memiliki kontak
anak dan panti asuhan/lembaga asuhan
dengan anak, dan kepada anak.
dapat berperan secara tepat. Standar
Dalam mencegah dan merespon
nasional pengasuhan ini dirancang menjadi
kekerasan, panti/lembaga asuhan
salah satu kebijakan untuk memperbaiki
harus memperhatikan isu spesifik
kualitas pelayanan panti/lembaga asuhan.
yang terkait dengan usia, gender,
Ini menjadi standarisasi kelayakan bagi
dan kecacatan.
lembaga dalam memberikan pengasuhan
2. Lingkungan yang aman dari
terhadap anak.
kekerasan
a) Perlindungan
Anak
dari
kekerasan dipanti asuhan
menjamin
1. Perlindungan dari segala bentuk
kondusif
tindak kekerasan
Panti/lembaga
melarang
segala
harus
lingkungan
yang
dan
aman
bagi
terjadinya
kekerasan
melalui
bentuk
peraturan, prosedur dan mekanisme
kekerasan dengan alasan apapun
yang berlaku di panti, kegiatan
termasuk
pelayanan, dan sarana prasarana.
untuk
penegakkan
disiplin.
asuhan
keselamatan anak untuk mencegah
asuhan
digunakannya
Panti/lembaga
Panti/lembaga
asuhan
memiliki
Panti/lembaga
asuhan
memfasilitasi
keterlibatan
kebijakan dan prosedur tertulis
masyarakat
untuk mencegah, melaporkan, dan
mencegah,
merespon
melaporkan kekerasan.
kekerasan
segala pada
didiseminasikan
tindakan anak
yang
kepada
setiap
pengurus, petugas, dan relawan
untuk
secara
merespon,
Panti/lembaga memiliki
harus
aktif dan
asuhan
harus
mekanisme
untuk
mendiskusikan
kasus
kekerasan
11
pada anak di lingkungan sekolah
menyampaikan pendapat dan ikut
dengan
serta
pihak
kewenangan
yang
memiliki
dalam
bidang
tersebut.
3. Suara anak
b) Kebutuhan makanan, pakaian,
Panti/lembaga
asuhan
harus
mendorong
anak
untuk
menyampaikan pendapat dan ikut
dan Fasilitas. 1. Makanan
Anak
harus
mengkonsumsi
serta dalam membahas berbagai hal
makanan yang terjaga kualitas gizi
penting
menyangkut
dan nutrisinya sesuai kebutuhan
kepentingan mereka, antara lain
usia dan tumbuh kembang mereka
dalam penyusunan dan pelaksanaan
selama tinggal di dalam panti,
aturan untuk penegakan disiplin,
dalam jumlah dan frekuensi yang
memberikan
bagi
memadai– makanan utama minimal
pelayanan panti/lembaga asuhan,
3 kali dalam sehari dan snack
serta
minimal 2 kali dalam sehari.
yang
dalam
masukan
perencanaan
pengambilan
pembahasan-
pembahasan berbagai hal penting
pendidikan.
dalam
dan
keputusan
Makanan harus disediakan dengan
pengasuhan, termasuk berapa lama
memperhatikan selera anak dan
anak
dalam
dilakukan secara teratur dengan
panti/lembaga asuhan dan tujuan
waktu yang fleksibel sesuai situasi
dari penempatan anak.
anak terkait waktu kepulangan
akan
Panti/lembaga menyediakan
tinggal
asuhan
anak dari sekolah atau kegiatan
harus
kesempatan,
informasi dan lingkungan yang aman dan kondusif agar anak dapat
lainnya.
Panti/lembaga asuhan menjamin anak dengan kebutuhan nutrisi
12
khusus, antara lain karena sakit
pelayanan kesehatan, tempat
mendapat makanan khusus sesuai
rekreasi, pusat kegiatan anak
kebutuhan.
dan
Anak dapat mengakses air minum
umum, tempat penyaluran hobi.
matang dengan bebas bahkan di
Panti/lembaga
asuhan
kebutuhan
harus pakaian
untuk setiap anak secara memadai,
dari
mengalami
lembaga
asuhan
terisolasinya
karena
panti/lembaga
asuhan. o Pelibatan masyarakat setempat
dan tampilan yang memperhatikan
termasuk anak-anaknya dalam
keinginan anak.
kegiatan
bersama asuhan, anak
asuhan
harus
memungkinkan
menyediakan
fasilitas
yang
terlibat
bagi anak
untuk mendukung
Panti
harus
tengah
dibangun masyarakat
dalam
dan untuk
kegiatan
kemasyarakatan. o Lingkungan asuhan
pelaksanaan pengasuhan.
di
panti/lembaga
Panti/lembaga
lengkap, memadai, sehat, dan aman
anak
dari segi jumlah, fungsi, ukuran
3. Penyediaan fasilitas
o Menghindarkan
kekerasan di lingkungan panti/
2. Pakaian
memenuhi
perpustakaan
kemungkinan
malam hari sekalipun.
remaja,
harus
panti/lembaga aman
untuk
tengah-
tempat tinggal dan aktivitas
yang
anak sehingga bangunan panti
memungkinkan :
harus memperhatikan standar
o Anak-anak mengakses berbagai
keselamatan dan keamanan.
fasilitas yang dibutuhkannya seperti
sekolah,
pusat
13
c) Pendidikan
dan
ekstrakurikuler dan dalam kegiatan
Kesehatan
sosial lain yang diselenggarakan
Anak.
oleh lembaga pendidikan sekurang-
1. pendidikan
Panti/lembaga
asuhan
harus
kurangnya dengan pemberian ijin,
mendukung
anak
untuk
fleksibilitas waktu dan dukungan dana.
memperoleh akses pada pendidikan
formal, non formal dan informal
2. Kesehatan Anak
sesuai perkembangan usia, minat,
dan rencana pengasuhan mereka
pemeriksaan
selama tinggal di panti/lembaga
pengobatan jika terdapat gejala-
asuhan.
gejala yang menunjukkan bahwa
Panti/lembaga mendukung
asuhan
harus
tercapainya
tujuan
kesehatan
dan
anak sakit.
Anak
harus
memperoleh
akademis pendidikan bagi anak
pemeriksaan
selama mereka tinggal di dalam
reguler dari tenaga profesional di
panti/lembaga
bidang kesehatan untuk merekam
asuhan,
dengan
memfasilitasi penyediaan berbagai
catatan
fasilitas
kesehatannya.
penunjang
pendidikan
seperti peralatan belajar, sarana
Anak harus segera mendapatkan
Panti
kesehatan
secara
perkembangan
menjadwalkan
pelayanan
transportasi, bimbingan belajar dan
kesehatan reguler minimal sebulan
fasilitas lainnya.
sekali baik yang diselenggarakan
Panti harus mendukung tercapainya
oleh panti/lembaga asuhan maupun
fungsi sosial pendidikan bagi anak
bekerjasama
selama tinggal dalam panti, melalui
pelayanan kesehatan setempat.
keterlibatan
dalam
kegiatan
Panti/lembaga
dengan
asuhan
lembaga
harus
14
memastikan bahwa setiap anak
harus bergantung dari bantuan
menerima
pemerintah atau donatur lainnya.
vaksinasi,
imunisasi,
vitamin, obat cacing, dan berbagai
harus
memiliki
dan kebutuhan tumbuh kembang
pengelolaan, pertanggungjawaban,
mereka.
dan pelaporan keuangan yang bisa
Panti/lembaga asuhan menyediakan
dipertanggungjawabkan
peralatan
transparan.
Pertolongan
Kecelakaan
Pertama
(P3K)
untuk
sistem
Panti/lembaga
kebutuhan darurat, yang diperiksa
merencanakan
secara
keuangan
reguler
dan
diperba/rui
isinya jika habis/kadaluarsa.
Anak dilarang dipekerjakan dalam
perencanaan,
serta
asuhan
harus
pengeloaan
secara
melibatkan
d) Larangan mempekerjakan anak
akurat
anak
tanpa dalam
pengumpulan dana.
Panti/lembaga
asuhan
harus
pekerjaan berbahaya atau yang
memiliki petugas yang kompeten
termasuk bentuk-bentuk pekerjaan
dalam perencanaan, pengelolaan,
terburuk untuk anak, termasuk
dan pelaporan keuangan panti,
praktek
perbudakan,
sehingga pemanfaatan keuangan
yang
dapat dipertanggungjawabkan, dan
sejenis
eksploitasi, membahayakan
dan
kesehatan,
keselamatan, atau moral anak-anak. e) Pendanaan
asuhan
kebutuhan lain sesuai dengan usia
pada
Panti/lembaga
Panti/lembaga
dilaporkan
secara rutin kepada
berbagai pihak yang terkait dengan pendanaan panti.
asuhan
harus
memiliki sumber dana tetap, tanpa
Panti/lembaga
asuhan
harus
mengalokasikan anggaran untuk
15
memenuhi kebutuhan pakaian
2. Peran pengasuh
anak.
f) Standar
Pengasuh
di
Panti
Asuhan
Panti/lembaga
asuhan
harus
menyediakan
pengasuh
yang
bertanggung jawab terhadap setiap
1. Kapasitas pengurus, petugas, dan relawan
dalam
anak asuh dan melaksanakan tugas
merespon
sebagai
kekerasan Panti/lembaga memastikan
pengasuh
serta
tidak
merangkap tugas lainnya untuk asuhan
mengoptimalkan pengasuhan.
harus
bahwa
setiap
Setiap pengasuh harus memiliki
pengurus, petugas, dan relawan
kompetensi dan pengalaman dalam
yang bekerja tidak memiliki catatan
pengasuhan anak serta kemauan
kriminal, sejarah kekerasan atau
untuk
perilaku
pelaksanaannya
tidak
pantas
terhadap
anak. Panti/lembaga memastikan
mengasuh
yang
dalam
mendapatkan
supervisi dari pekerja sosial atau asuhan bahwa
Dinas Sosial/Kesejahteraan Sosial.
harus semua
Teori Sistem Sosial
pengurus, petugas, dan relawan
Talcott Parsons. Merupakan tokoh
menerima pelatihan, dan kegiatan
sosiologi modern yang mengembangkan
komunikasi,
informasi,
analisis
pendidikan
lainnya
dan
Fungsional
dan
sangat
rinci
untuk
menggunakannya dalam karnya-karyanya.
mencegah dan memberi respon
Karya pertamanya yang memakai analisis
yang efektif dan tepat terhadap
fungsional adalah buku The Social System
kekerasan.
(1951). Dalam karya berikutnya Parsons secara rinci menguraikan fungsi berbagai
16
struktur bagi dipertahankannya sistem sosial.
2. Pencapaian
Tujuan
(Goal
Attaintment) Dalam teori struktural fungsional
Sistem
harus
mendefinisikan
Parsons ini, terdapat empat fungsi untuk
mencapai
semua sistem tindakan. Suatu fungsi
Artinya, sistem
adalah kumpulan hal yang ditujukan pada
mengerucutkan
pemenuhan
kebutuhan
atau
agar dapat membentuk kepribadian
kebutuhan
sistem. Dengan
demikian,
individu dalam mencapai tujuan dari
dalam
perspektif
beberapa
tertentu
fungsionalisme
persyaratan
atau
ada
kebutuhan
tujuan-tujuan
dan
utamanya.
diharuskan pemikiran
untuk individu
sistem itu sendiri. 3. Integrasi (Integration)
fungsional yang harus dipenuhi agar
Sistem harus mengatur hubungan
sebuah sistem sosial bisa bertahan. Parsons
bagian-bagian
kemudian
mengembangkan
komponennya. Ia pun harus mengatur
dikenal
sebagai
fungsional
agar
apa
yang
imperatif-imperatif sebuah
sistem
bisa
bertahan, yaitu:
hubugan
menjadi
ketiga
imperative
fungsional, yakni adaptation, goal, dan latensi.
1. Adaptasi (Adaptation)
III. METODE PENELITIAN
Sebuah sistem ibarat makhluk hidup,
a. Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan
artinya agar dapat terus berlangsung dalam hidup,
antar
yang
sistem
harus
dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada, harus mampu bertahan
penelitian
pendekatan Satori
ini
kualitatif.
(2011:199)
adalah Menurut
menyatakan
bahwa: Penelitian kualitatif atau disebut juga penelitian naturalistik
ketika situasi eksternal sedang tidak mendukung.
adalah pendekatan penelitian yang menjawab penelitiannya
permasalahan memerlukan
pemahaman secara mendalam dan 17
menyeluruh mengenai objek yang
kekerasan
diteliti,
tanjungpinang
untuk
menghasilkan
terhadap
anak
di
merupakan
kesimpulan-kesimpulan penelitian
fenomena yang tiap tahunnya terus
dalam konteks waktu dan situasi
meningkat, kekerasan anak justru
yang bersangkutan.
muncul di lingkungan terdekat
Sedangkan
bentuk
anak seperti keluarga, sekolah,
penelitian menurut aspek metode
pesantren
dan
panti
asuhan.
yang digunakan adalah penelitian
khususnya
deskriptif.
Menurut
Sukardi
melakukan melihat kekerasan anak
(2014:14)
penelitian
deskriptif
yang muncul dipanti asuhan kota
berusaha
menjelaskan
kegiatan
penelitian
tanjungpinang,
anak-anak
ini
yang
penelitian yang dilakukan pada
tinggal dipanti asuhan dituntut
objek tertentu secara jelas dan
ketaatan dengan dalih penegakan
sistematis.
juga
kedisiplinan dan pendidikan anak,
disebut penelitian praeksperimen
kondisi demikian merupakan hal
karena dalam penelitian ini mereka
yang wajar bahkan melembaga
melakukan
dipanti asuhan yang diterapkan
Penelitian
eksplorasi,
menggambarkan, dapat
ini
dengan
menerangkan
tujuan dan
memprediksi terhadap gejala yang
melalui pemberian sanksi-sanksi kepada anak asuh. c. Populasi dan Sampel
berlaku atas dasar yang diperoleh
Dalam penelitian kualitatif
dilapangan. Penelitian deskriptif ini
tidak mengunakan populasi dan
hanya menggambarkan secara jelas
sampel
dan sekuensial terhadap pertanyaan
pertimbangan dalam pengumpulan
penelitian yang telah ditentukan
data terutama pemilihan informan.
sebelum peneliti terjun lapangan
Moleong (2013) sampling adalah
dan mereka tidak menggunakan
menggali informasi
hipotesi sebagai petunjuk arah
menjadi dasar rancangan dan teori
dalam penelitian.
yang akan muncul, oleh sebab itu,
b. Lokasi penelitian
pada penelitian kualtatif tidak ada
Adapun
lokasi
dalam
penelitian ini adalah panti asuhan
sampel
hanya
acak
menjadi
bahan
yang akan
tetapi
sampel
bertujuan (porpusive sampling).
di kota Tanjungpinang. Alasan melakukan penelitian ini adalah 18
Adapun
kriteria
penelitian
dalam
subjek
melalui teknik wawancara atau
pengambilan
interview secara langsung dari
sampel dengan porpusive sampling
sumbernya.
adalah:
2. Data Sekunder
1. Anak-anak yang mengalami kekerasan di panti asuhan yang terdata di Lembaga Badan
Perlindungan
Pemberdayaan Perempuan Anak
Dan
Keluarga
Berencana (BP3AKB) Kota
2. Seseorang/oknum
yang
menangani kasus kekerasan anak di lembaga BP3AKB
3. Anak-anak yang mengalami kekerasan berusia 10 tahun atau lebih, 4. orang terdekat anak seperti orang tua, guru-guru dan sekitar
panti
asuhan. yang
mengajar
dipanti asuhan. b) guru
yang
mengajar
lebih dari 6 bulan. c) Masyarakat
terdekat
disekitar panti asuhan. d. Data
data
yang
data primer atau oleh pihak lain. Misalnya jurnal, bukubuku
referensi,
penelitian
terdahulu dll.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
Yaitu teknik pengumpulan data
yang
dilakukan
secara
sistematis, yang dilakukan dengan mengadakan
suatu
pengamatan
secara terus-menerus. Observasi dimaksudkan sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena yang diteliti. Observasi memungkinkan melihat dan mengamati sendiri perilaku dan kejadian sebagaimana keadaan sebenarnya. Dalam hal ini keterlibatan
peneliti
dalam
keseharian anak-anak panti asuhan seperti
saat
mereka
belajar,
bermain dan mengerjakan tugas-
1. Data Primer Yaitu
disajikan baik oleh pengumpul
1. Observasi langsung
Kota Tanjungpinang
a) guru
yang telah diolah lanjut dan
e. Teknik Pengumpulan Data
Tanjungpinang
masyarakat
Yaitu merupakan data primer
diperoleh
tugas keseharian mereka.
secara langsung dari informan 19
informasi di dalam memberikan
2. Wawancara Yaitu teknik pengumpulan data
dengan
cara
memperoleh
informasi yang sebenarnya. Hal ini semakin
bermanfaat
informasi melalui kegiatan tanya
informnasi
jawab
berkaitan
secara
langsung
pada
responden.
Wawancara
adalah
percakapan
dengan
maksud
bila
yang
diinginkan
dengan
pendapat,
memperlancar jalannya wawancara digunakan
petunjuk
umum
tertentu. Percakapan itu dilakukan
wawancara
berupa
daftar
oleh dua pihak, pihak pewawancara
pertanyaan
yang mengajukan pertanyaan dan
sebelum terjun ke lapangan.
yang
3. Dokumentasi
diwawancarai
memberikan
yang
jawaban
pertanyaan
itu
atas
(Moleong,
2013:135).
yang telah disusun
Menurut
Sugiyono
(2013:240) dokumen merupakan catatan
peristiwa
yang
sudah
Wawancara ini dilakukan
berlalu. Dokumen bisa berbentuk
dengan anak-anak yang mengalami
tulisan, gambar, atau karya-karya
kekerasan
monumental
dari
seorang.
Dokumentasi
yang
digunakan
penunjang
penelitian
dipanti
tanjungpinang pemerintah yang
asuhan
dan
kota
kota
lembaga
tanjungpinang
menjalankan
peranan
sebagai
penulis dalam penelitian ini berupa
menangani kasus-kasus kekerasan
kamera,
anak ditanjungpinang khususnya
wawancara dengan anak-anak yang
Badan Perlindungan Pemberdayaan
mengalami
Perempuan Anak dan Keluarga
asuhan
Berencana
yang berkaitan dengan penelitian.
(BP3AKB).
Teknik
wawancara mendalam ini tidak dilakukan
secara
ketat
dan
tape
recorder,
kekerasan
dan
catatan
dipanti
dokumen-dokumen
f. Teknik analisis data Analisis
data
terstruktur, tertutup, dan formal,
penelitian
tetapi
pada
dengan analisis data penelitian
suasana akrab dengan mengajukan
kuantitatif. Analisis data kuantitatif
pertanyaan
terbuka.
Cara
bersifat induktif dan berkelanjutan.
pelaksanaanya
wawancara
yang
Bogdan (dalam Trianto 2010:285)
lebih
menekankan
kualitatif
dalam
analisis
berbeda
lentur dan longgar ini mampu
mendefenisikan
data
menggali dan menangkap kejujuran
kualitatif adalah, ”proses mencari 20
serta menyusun secara sistematis
memfokuskan pada hal penting,
data yang diperoleh dari hasil
mencari tema dan pola, serta
wawancara, catatan lapangan dan
membuang yang dianggap tidak
bahan-bahan
perlu”. Berdasarkan pendapat di
mudah
lainnya
dipahami
sehingga
agar
dapat
diinformasikan kepada orang lain”. Menurut Huberman
Miles
(dalam
dan Trianto
atas
maka
reduksi
data
yang
dilakukan oleh peneliti dengan cara sebagai berikut: Memilih data yang dianggap
penting,
2010:286) mengemukan bahwa,”
Membuatkategori
aktivitas dalam penelitian kualitatif
Mengelompokkan data pada setiap
dilakukan secara interaktif dan
kategori.
data,
berlangsung secara terus menerus
2. Penyajian Data (Display Data)
sampai tuntas, sehingga datanya
Setelah data direduksi, langkah
jenuh”. Ukuran kejenuhan data
analisis
ditandai dengan tidak diperolehnya
penyajian (display) data. Penyajian
lagi data baru. Adapun aktivitas
data diarahkan agar data hasil
dalam
dalam
reduksi terorganisasikan, tersusun
penelitian ini meliputi, reduksi data
dalam pola hubungan, sehingga
(data reduction), penyajian data
semakin
(datadisplay)
Penyajian data dapat dilakukan
analisis
data
serta
penarikan
kesimpulan dan verifikasi.
selanjutnya
adalah
mudah
dipahami.
dalam bentuk uraian naratif, bagan,
1. Reduksi Data (Data Reduction)
hubungan antarkategori, diagram
Menurut Patilima (dalam Trianto
alur
2010:287) reduksi data adalah,
sejenisnya
”proses analisis untuk memilih,
Pada langkah ini, peneliti berusaha
memusatkan
menyusun
perhatian,
menyederhanakan,
muncul lapangan. (2010:287)
dari
chart) (Trianto,
data
dan
lain
2010:289).
yang
relevan
sehingga menjadi informasi yang
mengabstraksikan, mentransformasikan
(flow
serta
dapat disimpulkan dan memiliki
yang
makna tertentu. Dalam hal ini
catatan-catatan
peneliti melakukan display data
data
Sedangkan
Trianto
menyatakan,
”mereduksi data berarti membuat
dengan cara penyajian data dengan pola
tertentu
(dalam
bentuk
urutan).
rangkuman, memilih hal-hal pokok, 21
3. Penarikan
Kesimpulan
Verifikasi
Pada
Kasus
dan
penelitian
kekerasan anak dipanti
asuhan terjadi pada awal febuari silam atas
kualitatif, verifikasi data dilakukan terus menerus sepanjang proses penelitian. Pada tahap ini peneliti masih
tetap
menerima
terbuka
masukan
untuk
data
laporan orang tua korban yang tidak terima perlakuan panti asuhan dalam mengasuh anak korban dengan kekerasan. peneliti
serta
berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan, agar dapat menarik
juga menemui orang-orang terdekat korban seperti orang tua, guru, masyarakat sekitar panti asuhan dan Ketua BP3KB Kota
kesimpulan dari data yang didapat tanjungpinang untuk dijadikan responden
dilapangan. IV. PEMBAHASAN
penelitian.
A. Karakteristik Informan.
B. Penyebab Munculnya Fenomena
Dalam
penelitian
ini,
yang
dijadikan informan penelitian adalah anak-
Kekerasan Anak di Panti Asuhan Kota Tanjungpinang.
anak yang mengalami kekerasan dipanti
Dalam temuan peneliti Penyebab
asuhan yang kemudian terdata di lembaga
kekerasan anak di panti asuhan
Badan Pemberdayaan Perempuan Anak
berkaitan dengan tekanan ekonomi dan
dan Keluarga Berencara (BP3AKB) Kota
pola pengasuhan. Kedua faktor ini dalam
Tanjungpinang, jumlah keseluruhan anak
temuan
yang mengalami kekerasan 11 namun yang
melangengkan kekerasan terhadap anak di
terdata di BP3AKB Kota Tanjungpinang 5
Panti asuhan, keterbatasan ekonomi dan
anak dengan 3 laki-laki dan 2 umumnya
pengabaian pola asuh menyebabkan anak-
anak-anak masih berusia 10-14 anak. ini
anak
merupakan
penelantaran dipanti asuhan.
kasus
kekerasan
pertama
peneliti
mengalami
berpengaruh
kekerasan
sangat
besar
dan
terjadi dipanti asuhan kota tanjungpinang.
22
1. Faktor Ekonomi.
anak. maka tidak dapat dihindari faktor
Menurut Lestari Basoeki (1999) salah satu
ekonomi
penyebab
adalah
munculnya kekerasan anak. keterbatasan
Kehidupan penuh stress seperti terlalu
ekonomi panti asuhan dalam memenuhi
padat dengan kemiskinan serta isolasi
kebutuhan anak maka akan mengganggu
sosial, tidak adanya dukungan yang cukup
pemenuhan kebutuhan anak, dalam hal ini
dari lingkungan sekitar, tekanan sosial
dapat berupa kasus penelantaran bahkan
akibat krisis ekonomi tidak bekerja yang
bahkan eksploitasi anak.
akhirnya
kekerasan
terjadi
anak
penganiaayaan
dan
menjadi
faktor
dominan
DM: iya saya tau dari kondisi ekonomi karena anak-anak didik saya banyak yang tidak punya buku tulis, pena, pensil, pakaian mereka kumuh dan kotor saya selalu tanya dengan pengasuh panti tetapi tetap saja mereka diam. Tetap tinggal anak juga kurang layak.(wawancara 05 juni 2016)
penelantaran anak. “ibu soffi: pengaruh ekonomi sangat besar munculnya kekerasan anak, seperti kasus yang saya tangani kekerasan dipanti asuhan kemaren, faktor ekonomi sangat dominan menyebabkan anak-anak terlantar bahkan eksploitasi.” (wawancara: 09 juni 2016)
Sumber informan memberikan gambaran
Dari wawancara diatas, ibu soffi melihat
ekonomi panti asuhan melaui kondisi fisik
munculnya kekerasan anak dipanti asuhan
yang bersifat tampak. Memang hal ini
sangat dominan karena faktor ekonomi,
menujukkan status anak panti asuhan.
dapat dipahami ekonomi akan berpengaruh
pernyataan diatas memberikan gambaran
kepada kebutuhan-kebutuhan anak lainnya.
rendahnya status anak-anak dipanti asuhan
makanan, pakaian dan tempat tinggal
dalam
adalah kebutuhan yang wajib dipenuhi.
Penilaian ini memang tidak sepenuhnya
ekonomi menjadi dasar dalam memenuhi
salah karena sarana-prasarana panti asuhan
kebutuhan anak-anak panti asuhan.
menentukan asumsi masyarakat. bahkan
. Ekonomi panti asuhan dianggap sebagai
masyarakat memiliki penilaian sendiri
faktor penggerak segala kebutuhan dasar
mengenai panti asuhan dalam Benyamin
pandangan
masyarakat
sekitar.
23
Lumy (2014). Persepsi masyarakat yang
usaha sendiri yang dapat dijadikan sumber
membedakan “Panti Kaya” dan “Panti
pemasukan. Karena dalam standar nasional
Susah”. Tentunya persepsi ini muncul dari
pengasuhan panti asuhan menuntut panti
apa yang dilihat oleh masyarakat sendiri.
asuhan agar tidak bergantung kepada
Selain itu pemasukan berupa bantuan yang
diperoleh
dari
donatur
dapat
dijadikan gambaran ekonomi panti asuhan seperti yang diungkapkan oleh Informan :
sumbangan
baik
pemerintah
maupun
masyarakat, untuk itu panti asuhan dituntut agar mampu mandiri. Dengan mengelola usaha-usaha yang mendukung pemasukan panti asuhan.
“MR: Banyak sumbangan masuk disini dari masyarakat, kadang diantar pakai pick up. Biasanya bahan makanan dan jajan-jajan, kalo dari luar itu dari singapor sekaligus ada acara disini seperti kenduri makan-makan sama anak panti.” .(wawancara 15 juni 2016)
Dari
Dari
diatas,
memberikan keterangan bahwa tidak ada
memberikan gambaran bahwa pemasukan
usaha yang dilakukan oleh pihak panti
panti asuhan berasal dari donatur baik
asuhan untuk menunjang pemasukan.
dalam
wawancara
negeri
pemasukan
dari
maupun
“JB: saya lihat tidak ada, mereka tidak punya usaha sendiri seperti panti asuhan kh itu, usaha air galon. Mereka harapkan sumbangan ajalah”. (wawancara 08 juni 2016) hasil
wawancara
diatas,
JB
luar
negeri,
Panti asuhan harus menjadi danotur
masyarakat
bersifat
utama, tentunya harus memiliki modal
insidental, karena tidak setiap bulan panti
yang
asuhan menerima sumbangan masyarakat
mendukung
sebagaimana hasil wawancara diatas.
ketergantungan
Karena sumbangan masyarakat bersifat
dengan
insidentil sudah sepantasnya panti asuhan
jarang
memiliki strategi untuk mengantisipasinya
penyelewengan pihak panti asuhan untuk
yaitu dengan mengelola dan membuat
memperoleh pemasukan yang lebih.
besar
dan
usaha-usaha
ekonomi panti
sumbangan
yang
panti
asuhan.
asuhan
asuhan
masyarakat
mengakibatkan
tidak adanya
24
DM: untuk memperoleh pemasukan yang banyak, kadang mereka pinjam anak-anak tetangga, agar pemasukan yang mereka terima banyak, semakin banyak anak semakin banyak dikasi sumbangan. Hasil
wawancara
diatas
memberikan gambaran bahwa semakin banyak anak yang diasuh maka semakin banyak pemasukan yang diperoleh pihak panti asuhan. tetapi dengan memanfaatkan anak-anak yang dipinjam dari tetangga
berkembang. tetapi disisi lain dalam praktik
pengasuhan
dalam
budaya
masyarakat kita banyak ditemukan praktikpraktik yang merugikan anak. begitu halnya dipanti asuhan, praktik-praktik pemberian
hukuman
terhadap
seringkali
menjurus
kepada
anak tindak
kekerasan terhadap anak.
sebagaimana yang terjadi kasus kekerasan
Buk soffi: pola asuh otoriter dipanti memang sudah lama ada, pola asuh ini menuntut ketaatan dari anak, sehingga anak menjadi takut. Saat ini pola asuh seperti ini jika kita tidak jeli memunculkan kekerasan bagi anak, kasus kekerasan dipanti ini sangat mungkin pola asuh otoriter yang diterapkan. Sementara pola asuh seperti ini yang dilakukan dengan kekerasan telah melembaga dan membudaya dalam masyarakat kita, anak-harus patuh, anak harus taat, kemudian apabila ada kekerasan yang terjadi masyarakat sekitar biasanya menganggap hal yang wajar. .”(wawancara:09 juni 2016)
diatas.
Jadi menurut ibu soffi, kekerasan
dapat
dikatakan
sebagai
tindakan
eksploitasi terhadap anak. untuk itulah banyak dilakukan manipulasi data-data anak yang tinggal dipanti agar mereka memperoleh
pemasukan
yang
lebih.
Kondisi tersebut terjadi karena pendirian panti
asuhan
akhirnya
akan
yang
asal-asalan
pada
mengorbankan
anak
terhadap anak dipanti asuhan sangat 2. Pola Pengasuhan berkaitan dengan jenis pola asuh yang kekerasan terhadap anak dipanti asuhan diterapkan. Pola asuh otoriter merupakan memiliki keterkaitan dengan pola asuh pola asuh yang lama digunakan pengasuh yang diterapkan. Pola asuh merupakan dipanti asuhan, pola asuh seperti ini sistem pemeliharaan, pendidikan, serta menurut buk soffi menuntut ketaatan dan perlindungan anak dalam tumbuh dan 25
kepatuhan anak, sehingga apabila pola
mendidik anak lebih baik dari pada yang tidak punya pendidikan, ditambah dipanti asuhan kita mengasuh anak dari latar belakang yang berbeda-beda. Begitu juga di panti asuhan saya sangat yakin mereka kurang paham tentang anak. jadi itulah kenapa anakanak mengalami kekerasan. .”(wawancara:09 juni 2016)
asuh demikian dipertahankan maka akan menjadi lingkaran kekerasan anak dipanti asuhan. maka tidak mengherankan apabila penguasuh panti asuhan berlaku sewenangwenang terhadap anak karena kekerasan dianggap wajar dalam mendidikan dan
Dari
mendisiplinkan anak, dengan memberikan
disimpulkan bahwa, kekerasan terhadap
hukuman
anak dipanti asuhan sangat berpengaruh
seperti
tamparan,
pukulan,
hasil
dengan
cemoohan dll.
wawancara
pendidikan
diatas
yang
dapat
dimiliki
pengasuh, pengasuh yang tidak memiliki Pola
asuh
sangat
berkaitan pendidikan dan pengetahuan tentang anak
bagaimana pengasuh menempatkan diri menyebabkan dalam
menghadapi
anak,
anak-anak
mengalami
kemudian kekerasan.
padahal
dalam
peranan
menjalankan peranan nya mengasuh anak. pengasuh kompetensi, pengalaman dan pola asuh yang terjadi dipanti asuhan kemauan dalam mengasuh anak serta menunjuk kewibawaan pengasuh untuk tanggung jawab adalah bentuk standar dari ditaati, sementara mengabaikan peran seseorang yang siap mengasuh anak pengasuh yang diembannya. Hubungan dilingkungan panti asuhan. kekerasan anak dipanti asuhan dengan pola KESIMPULAN asuh sangat berkaitan dengan bagaimana Kekerasan terhadap anak dipanti asuhan pendidikan dan pengetahuan pengasuh kota tanjung pinang sangat berkaitang dalam
mendidik
anak,
berikut
hasil dengan faktor ekonomi dan pola asuh
wawancara dengan informan: dipanti “Buk Soffi: sangat berpengaruh, karena jika kita punya pendidikan sekurang-kurangnya kita akan
asuhan,
keterbatasan
ekonomi
dipanti asuhan dilihat oleh masyarakat
26
melalui sarana prasarana panti asuhan dan
tentang anak, karena apa yang terjadi
kondisi sandang, pangan dan papan anak.
pengasuhan tidak memiliki pendidikan
sehingga muncullah asumsi masyarakat
dan
terhadap panti dipengaruhi oleh penilaian
tentang megasuh anak.
yang bersifat tampak maka fenomena
3.
pengetahuan
Sumber
yang
pemasukan
memadai
panti
dan
penelantaran lebih terlihat karena faktor
pengeluaran harus jelas, pemerintah
ekonomi. Pola asuh sangat berkaitan
harus mampu memberikan bantuan
dengan kekerasan yang diterima anak,
maksimal, terutama memberdayakan
terutama dalam pola pengasuhan otoriter
panti asuhan dalam mengelola usaha-
yang menuntut ketaatan dan kepatuhan
usaha yang menunjang pemasukan
anak. kekerasan anak dalam pengasuhan
panti
juga karena kurang pengalaman dan
memiliki pemasukan yang jelas.
pendidikan dan pengetahuan pengasuh
4.
asuhan,
agar
panti
asuhan
Dengan banyaknya muncul kekerasan
dalam mendidik anak panti asuhan.
anak dipanti asuhan, pemerintah harus
SARAN
meningkatkan
1.
Lembaga pemerintah yang memberi
panti asuhan. serta standarisasi yang
Izin pendirian panti asuhan harus
ketat, jika ada panti asuha yang tidak
selektif, tidak berikan izin yang asal-
layak anak harus di tindak tegas dan di
asalan,
berpengaruh
berantas, karena pada akhirnya lagi-
kepada anak-anak yang tinggal dipanti
lagi anak yang menjadi korban akibat
asuhan.
kegagalan sistem panti asuhan itu
2.
karena
Pendirian
panti
akan
asuhan
harus
sistem
pengawasan
sendiri.
dibuktikan komitmen dan kompeten serta pengalaman dalam mengasuh anak seseorang /yayasan /lembaga
27
DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku
Suyanto, Bagong (2010). Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Sumber Skripsi/ jurnal:
Huraerah, Abu. (2010). Edisi Ketiga Kekerasan Terhadap Anak, Bandung: Nuansa, 2007 Horton, Paul B Dan Hunt Chester. (1984) Sosiologi Edisi Ke Enam: Erlangga Poloma. Margaret. 2012. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada Soekanto, Soerjono, 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo Sujikanto.Suzie.2014. Cegah Kekerasan Terhadap Anak. Jakarta: Gramedia. Sukardi. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara. Sutriyanto, Agus, (Ed). 2004. Perlindungan Anak: Sebuah Buku Panduan Bagianggota Dewan Perwakilan Rakyat. Interparlementasi Union: Unicef Supardan, Dadang. 2011. Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: Bumi Aksara. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 7 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Anak. Peraturan Menteri Sosial (Permensos) RI. NO 30 Tahun 2011 Tentang Standar Nasional Pengasuhan Anak Untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Ritzer G, dan Goodman J. Douglas, 2014. Teori Sosiologi modern. Yogyakarta: Kreasi Wacana
Hasmi, Nurul, (2012) Pranata Sosial Perlindungan Anak Terlantar di Rumah Perlindungan Sosial (RPSA) Bambu Apus. Depok: Fakultas Fisip UI. LPPM UNS dan UNICEF. (2009). Pola Pengasuhan Anak Di Panti Asuhan Dan Pondok Pesantren Kota Solo Dan Kabupaten Klaten. Semarang Magdalena L, (2014). Pola Pengasuhan Anak Yatim Terlantar Dan Kurang Mampu Di Panti Asuhan Bunda Pengharapan (Pabp) Di Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Tesis Pmis-Untan-Pss-2014. Teja ,Mohammad. 2014. Perlindungan Terhadap Anak Terlantar. Vol. VI, No. 05/I/P3di/Maret/2014. Budiharjo. (2015) Pendidikan Pengasuh Pada Panti Sosial Asuhan Anak Milik Organisasi Masyarakat Islam Di Dki Jakarta: Vol. 12, No. 1, Juni 2015: 19-41 Sumber Internet: Santoso, F. (2015). Makalah kasus penelantaran anak.[online]. Tersedia: http://fathiasantosostiedj.blogspot.co.id/2015/09/conto h-makalah-kasus-penelantarananak.html. [2016-02-08] Fitrahananto. (2015). Sosiologi Keluarga. [online] .tersedia: http://fitrahananto.blogspot.co.id/2 015/11/sosiologi-keluarga.html [4 Febuari 216]
28
Habibi. [2013, 27 September] 664 Kasus Perceraian di Tanjungpinang Sebabkan 56 Anak Terlantar. batam today [online]. Tersedia: www. http://batamtoday.com/berita36336 -664-Kasus-Perceraian-diTanjungpinang-Sebabkan-56Anak-Terlantar.html [4 febuari 2016] Agung, riyadi M. (2015, 16 Mei). Penelantaran Anak Indonesia: 44 juta Anak Miskin, 4,1 juta Terlantar. gresnews. [online]. Tersedia: http://www.gresnews.com/berita/so sial/255165-penelantaran-anak indonesia-44-juta-anakmiskin-4-1-juta-terlantar/0/ [5 Febuari 216]. Setiawan. D. (2016, 14 Juni). KPAI: Pelaku Kekerasan Terhadap Anak Tiap Tahun Meningkat. [online]. Tersedia: http://www.kpai.go.id/berita/kpaipelaku-kekerasan-terhadap-anaktiap- tahun-meningkat/[12 april 2016]. Dedi. SWD. (2016, 20 Oktober). Puluhan Anak Panti Asuhan Diduga Alami Eksploitasi dan Kekerasan. [online]. Tersedia: http://batam.tribunnews.co m/2015/10/21/puluhan-anak-pantiasuhanyang-diduga-alamieksploitasi-dan-kekerasan. [12 Mei 2016]
29