Kebijakan Hugo Chavez di Venezuela Dalam Melawan Hegemoni Amerika Serikat (2002-2005) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial
oleh: Benardy Ferdiansyah NIM. 106083002712
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
ABSTRAKSI Hugo Chavez merupakan seorang mantan letnan kolonel militer, yang pergerakannya didasarkan pada filosofi dan ideologi dari Simon Bolivar, yang merupakan seorang pembebas besar di Amerika Latin, yang berusaha untuk menyatukan kawasan Amerika Latin agar menjadi kekuatan besar melawan kekuatan kapitalisme. Chavez berusaha untuk menerapkan ide-ide serupa dengan mendorong penyatuan politik di kawasan Amerika Latin melalui penciptaan kawasan yang berdaulat dan blok ekonomi yang kuat. Konsep tersebut diterima baik oleh rakyat dikarenakan penderitaan rakyat akibat dari sebuah agenda neoliberal yang telah melumpuhkan ekonomi dan peningkatan kemiskinan secara drastis. Sehingga konsep tersebut dinamakan sebagai Revolusi Bolivarian. Penelitian kualitatif ini ditujukan untuk membahas pengaruh kebijakan Hugo Chavez di Venezuela dalam melawan hegemoni Amerika Serikat. Penulis mencoba menjabarkan tentang sikap perlawanan Hugo Chavez terhadap George Bush Jr. sehingga membuat hubungan kedua negara menjadi renggang. Ini dilandaskan atas kebijakan-kebijakan Hugo Chavez yang berani menentang kepentingan Amerika Serikat. Perlawanan Chavez tersebut didasarkan atas dasar-dasar politik luar negeri Venezuela yang Non-Blok (Non-Alignment), yaitu penghapusan kolonialismeimperialisme, hak bangsa untuk menentukan nasib sendiri, dan non intervensi. Dasar-dasar politik luar negeri tersebut mencerminkan Venezuela yang anti kolonialisme dan imperialisme dan telah ditunjukkan dengan politik luar negeri anti Amerika Serikat, sebagai negara imperialisme utama. Penelitian kualitatif ini juga menggunakan konsep dan teori yang bertujuan mempermudah penulis untuk dalam menjawab penelitian skripsi ini. Konsep yang digunakan penulis adalah konsep kebijakan luar negeri. Kemudian penulis mencoba merumuskannya lagi melalui sumber-sumber utama kebijakan luar negeri yang menjadi input dalam kebijakan luar negeri. Sedangkan teori-teori yang digunakan penulis adalah teori hegemoni, teori pengambilan keputusan politik luar negeri, dan teori kebijakan. Selain itu, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena bermaksud untuk memahami fenomena tentang hal-hal yang dialami oleh subjek penelitian. Penelitian ini memiliki hasil temuan bahwa kebijakan Hugo Chavez banyak terinspirasi dari Simon Bolivar. Hal yang paling menonjol adalah kebijakan dalam negerinya dengan mengusung tema Revolusi Bolivarian. Adanya konstitusi baru, yaitu Konstitusi Bolivarian 1999 menjadi roda utama Hugo Chavez dalam menjalankan Revolusi Bolivariannya yang anti kolonialisme dan imperialisme. Selain itu, kegagalan program IMF di Venezuela yang dilakukan Amerika Serikat membuat kebijakan luar negeri Hugo Chavez berani menentang kepentingankepentingan Amerika Serikat. Sikap Hugo Chavez yang tidak kooperatif terhadap kepentingan Amerika Serikat tersebut direspon George Bush Jr. untuk menjatuhkan pemerintahan Hugo Chavez seperti percobaan intervensi dalam kudeta tahun 2002 dan pemilu parlemen tahun 2005. Namun, usaha-usaha intervensi yang dilakukan Amerika Serikat tersebut selalu gagal dalam menjatuhkan pemerintahan Hugo Chavez.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, yang telah
menganugerahkan begitu banyak karunia dan telah memberikan jaminan untuk mengangkat beberapa derajat bagi orang yang berilmu sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Kebijakan Hugo Chavez di Venezuela Dalam Melawan Hegemoni Amerika Serikat (2002-2005).” Penulisan skripsi ini mengalami begitu banyak kendala dan halangan hingga terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberi bantuan dan motivasi hingga skripsi ini dapat dirampungkan. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu memberikan doa, semangat dan dukungan secara moral maupun material sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak ketinggalan untuk Kak Tiwi yang tercinta, terima kasih telah membantu penulis untuk mencari bahan-bahan skripsi. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dina Afrianty Ph.D. selaku Ketua Jurusan Hubungan Internasional, Bapak Ali Munhanif Ph.D. selaku Penasehat Akademik, Bapak Agus Nilmada Azmi M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Hubungan Internasional, serta seluruh staf Dosen pada jurusan Hubungan Internasional yang sudah mendedikasikan ilmunya selama ini kepada penulis. Selain itu juga, pemulis sampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Kiky Rizky, M.Si., sebagai Dosen Pembimbing Skripsi penulis yang telah memberikan ilmu, saran, arahan, motivasi dan benar-benar membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Suatu kehormatan bagi penulis bisa berada di bawah bimbingan Bapak. Terima kasih juga untuk Gilang Rizka Aristia yang selalu memberikan semangat dan nasehat bagi penulis dalam keadaan susah maupun senang. Tidak lupa juga penulis mengucapkan banyak terima kasih untuk orang tua dari Gilang yang selalu berdoa untuk kesuksesan skripsi ini. Tidak lupa juga untuk seluruh teman-teman terbaik penulis di HI A dan HI B angkatan 2006: Insan, Firman, Fikri, Umam, Nanda, Alfi, Ican, Kawe, Adnan, Julian, Habriandres, Zubir, Bojay, Ibnu, dan Irfan. Teman-teman dari HI A dan HI B angkatan 2006 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Lima tahun yang
v
luar biasa bersama kalian, penuh suka dan duka dalam berjuang bersama-sama dari awal hingga akhir kuliah ini. Terima kasih juga untuk sahabat-sahabat terbaik penulis sejak SMA: Adip, Rendy, Janul, dan Kotak serta semua pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini namun tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih banyak atas dukungannnya Akhirnya, penulis menyadari bahwa terdapat begitu banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Kendati demikian penulis berharap bahwa karya ini bisa menjadi bagian dari kekayaan khasanah intelektual, Amin.
Jakarta, 28 November 2011
Benardy Ferdiansyah
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ……………………………………………………………… iv KATA PENGANTAR ……………………………………………………. v DAFTAR ISI ……………………………………………………………… vii DAFTAR SINGKATAN ………………………………………………….. ix DAFTAR TABEL DAN GRAFIK ……………………………………….. xi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……………………………………….. 1 B. Pertanyaan Penelitian …………………………………………... 6 C. Kerangka Pemikiran …………………………………………..... 7 D. Metode Penelitian ……………………………………………… 18 E. Sistematika Penulisan …………………………………………... 19 BAB II. SUMBER-SUMBER UTAMA KEBIJAKAN LUAR NEGERI YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN LUAR NEGERI HUGO CHAVEZ A. Sumber Sistemik (Systemis Source) …………………………….. 21 B. Sumber Masyarakat (Societal Source) ………………………….. 22 C. Sumber Pemerintahan (Governmental Source) ………………… 24 D. Sumber Idiosinkretik (Idiosyncratic Sources) …………………….. 25 BAB III. HEGEMONI DAN INTERVENSI AMERIKA SERIKAT TERHADAP VENEZUELA A. Awal Munculnya Hegemoni Amerika Serikat ……………….... 30 A.1. Penerapan Doktrin Monroe Terhadap Venezuela ……….... 31 A.2. Penerapan dan Kondisi Venezuela di bawah Naungan IMF ……………………………………………………….. 36
vii
B. Intervensi Amerika Serikat Terhadap Venezuela: Bush Jr. Vs Chavez ......................................................................................... 42 B.1. Intervensi Sebagai Alat Politik Kebijakan Luar Negeri AS ke Venezuela .............................................................. 48 B.1.1. Kudeta April 2002 ................................................ 50 B.1.2. Pemilu Parlemen 2005 ......................................... 59 Bab IV. KEBIJAKAN HUGO CHAVEZ DALAM MELAWAN HEGEMONI AMERIKA SERIKAT A. Program-Program Strategis Pemerintah Chavez Dalam Melawan Hegemoni AS ……………………………………….. 65 A.1. Pembentukan Identitas Gerakan MBR 200 ………………. 65 A.2. Pembentukan Lembaga-Lembaga Regional di Amerika Latin ………………………………………………………. 68 A.3. Kebijakan Energi Venezuela Pada Masa Hugo Chavez ….. 71 A.3.1. Nasionalisasi Perusahaan Minyak Asing di Venezuela …………………………………………. 75 A.3.2. Perluasan Pasar Ekspor Global Minyak Venezuela dan Axis of Oil ………………….………………….. 78 A.3.3. Kebijakan Energi Untuk Program Sosial …………... 82 B. Analisis Atas Kepemimpinan Hugo Chavez Dalam Melawan Hegemoni AS …………………………………………………… 85 BAB V. Penutup Kesimpulan ………………………………………………………… 92 Daftar Pustaka ……………………………………………………………….. xii
viii
DAFTAR SINGKATAN
ABP
Alianza Bravo Pueblo
ACAC
Asociation Civil Accion Campesina
ACAdE
Asociation Civil Asamblea de Educacion
ACILS
the American Center for International Labor Solidarity
ACS
Association of Caribbean States Summit
AFL-CIO
American Federation of Labor-Congress of Industrial Organizations
AD
Accion Democratica
AID
Agency for International Development
ALBA
Alternativa Bolivariana para las Américas
BCV
Banco Central de Venezuela
BR
Bandera Roja
CEDICE
Center for the Dissemination of Economic Information
CIA
Central Intelligence Agency
CIPE
the Center for International Private Enterprise
COHA
Council on Hemisphere Affairs
COPEI
Comite de Organization Politica Electoral Independent
CNE
Consejo Nacional Electoral
CNN
Cable News Network
CNPC
China National Petroleum Corporation
CSIS
Center for Strategic and International Studies
CTV
Confederación de Trabajadores de Venezuela
DAI
Development Alternative Incorporated.
FARC
Fuerzas Armadas Revolucionarias de Colombia
FEDECAMARAS
Federación de Cámaras y Asociaciones de Comercio y Producción de Venezuela
FTAA
Free Trade Area of the Americas
GDP
Gross Domestic Product
HAM
Hak Asasi Manusia
ID
Izquierda Democratica
IMF
International Monetary Fund ix
IRI
International Republican Institute
KTT
Konferensi Tingkat Tinggi
MAS
Movimiento al Socialismo
MBR 200
Movimiento Bolivariano Revolucionario 200
MVR
Movimento Quinta República
NDI
the National Democratic Institute
NGO
non-Governmental Organization
NED
the National Endowment for Democracy
OAS
Organization of American States
OPEC
Organization of the Petroleum Exporting Countries
PdVSA
Petróleos de Venezuela Sociedad Anónima
PETROBRAS
Petroleo Brasileiro
PLAV
People's Liberation Army of Venezuela
PPT
Patria Para Todos
RCTV
Radio Caracas Televisión Internacional
REPSOL YPF
Refineria de Petróleos de Escombreras Oil Yacimientos Petrolíferos Fiscales
SAP
Structural Adjustmet Program
TELESUR
La Nueva Televisora del Sur
USAID
United States Agency for International Development
UNT
Un Nuevo Tiempo
UNTC
Un Nuevo Tiempo Contigo
WTO
World Trade Organization
ZEE
Zona Ekonomi Eksklusif
x
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK
Tabel 1.1.
Perolehan Suara pada Pemilihan Presiden Venezuela 1998 .............. 4
Tabel 1.2.
Butir-Butir Penalaran Penting dari Bolivarianisme Chavez .............. 5
Tabel 1.3.
Pengambilan Keputusan Politik Luar Negeri Hugo Chavez ……... 14
Tabel 3.1.
Kekayaan Minyak dan Kemiskinan Massal di Venezuela ……………… 39
Tabel 3.2.
Tingkat Kemiskinan di Venezuela (1998-2005) .............................. 41
Tabel 3.3.
Daftar NGO di Venezuela yang Pernah Menerima Pendanaan dari NED ........................................... .............................................. 44
Tabel 3.4.
Pendanaan Publik Amerika Serikat untuk “Promosi Demokrasi” di Venezuela ..................................................................................... 46
Tabel 4.1.
Bantuan Dana yang Ditujukan Oleh Venezuela ke Negara-Negara ALBA (2005-2008) ………………………………. 70
Grafik 1.1
Siklus Pembuatan Kebijakan ……………………………………… 15
Grafik 3.1.
Dinamika Politik Venezuela dan Pengaruhnya Terhadap GDP …... 40
Grafik 4.1.
Produksi dan Konsumsi Minyak Venezuela (1980 – 2006) ………. 72
Grafik 4.2.
Pemasok Minyak Terbesar ke AS (1987 – 1997) …………………. 73
xi
Daftar Kepustakaan Buku: Barrett, Patrick. dkk, ed., The New Latin American Left: Utopia Reborn. London: Pluto Press, 2008. Bruce, Ian. The Real Venezuela: Making Socialism in the Twenty-first Century. London: Pluto Press, 2008. Coplin, William D. Pengantar Politik Internasional: Suatu Telaah Teoritis, Penerjemah: Marsedes Marbun, 2nd ed. Bandung: Sinar baru, 1992. Creswell, W. John. Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches. California: Sage Publication, 1994. Crooker, Richard A. Modern World Nations: Venezuela. New York: Chelsea House Publishers, 2006. Dunn, William. Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Terjemahan: Drs. Somodra Wibawa, MA, dkk. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994. Ellner, Steve & Daniel Hellinger, ed., Venezuelan Politics in the Chavez Era: Class, Polarization, and Conflict. Colorado: Lynne Rennier Publishers, 2004 Golinger, Eva. The Chavez Code: Cracking US Intervention in Venezuela. London: Pluto Press, 2007. Giddens, Anthony. Beyond and Left Right: Tarian Ideologi Alternatif di Atas Pusaran Sosialisme dan Kapitalisme. Yogyakarta: Ircisod, 2002. Handoko, T. Hani. Manajemen Edisi 2. Yogyakarta: BPFE, 1999. Harnecker, Marta. Memahami Revousi Venezuela: Perbincangan Hugo Chávez dengan Marta Harnecker. Jakarta: Aliansi Muda Progresif dan Institute for Global Justice, 2006. Harper, Charles L. dan Kevin T. Leicht. Exploring Social Change: America and the World, 5th ed. New Jersey: Prentice Hall, 2006. Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1993 . Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: UI Press, 1990. Kozloff, Nikolas. Hugo Chavez: Oil, Politics, and The Challenge to the United States. New York: Palgrave Macmillan Press, 2007. Lalander, Rickard. Suicide of the Elephants? Venezuela Decentralization Between Partyarchy and Chavismo. Helsinki: Revall Institute Publications, 2004. xii
Lebowitz, Michael A. Built It Now: Socialism for the Twenty First-Century. New York: Monthly Review Press, 2006. Levin, Judith. Modern World Leaders “Hugo Chavez”. New York: Chelsea House Publishers, 2007. Livingstone, Grace. America’s Backyard: The Unites States and Latin America from the Doctrine Monroe to the War on Teror. London and New York: Zed Book, 2009. Lynch, John. Simon Bolivar A Life. New Haven & London: Yale University Press, 2006. Mas’oed, Mochtar. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta: LP3ES, 1990. Nitiprawiro, Francis Wahono. Teologi Pembebasan: Sejarah, Metode, Praksis dan Isinya. Yogyakarta: Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS), 2000. Patria, Nezar dan Andi Arief, Antonio Gramsci: Negara dan Hegemoni. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003. Reid, Michael. Forgotten Continent: The Battle for Latin America’s Soul. Connecticut: Yale University Press, 2007. Renehan, Edward J. The Monroe Doctrine: The Cornerstone of American Foreign Policy (Milestones in American History), New York: Chelsea House Publishing, 2007. Rosenau, James N. dkk. The World Politics: An Introduction. New York: The Free Press, 1976. Rutledge, Ian. Addicted to Oil : America's Relentless Drive for Energy Security. London & New York: I.B.Tauris & Co Ltd, 2005. Sigmund, Paul E. Liberation Theology at the Crossroads, Democracy or Revolution? New York: Oxford University Press, 1990. Simanjuntak, D. Danny. Ahmadinejad Menentang Amerika:Dari Nuklir Iran, Zionisme, hingga Penyangkalan Holocaust. Yogyakarta: Penerbit Narasi, 2007. Soyomukti, Nurani. Revolusi Bolivarian Hugo Chavez dan Politik Radikal. Yogyakarta: Resist Book, 2007. Weyland, Kurt. dkk, ed., Leftist Governments in Latin America. New York: Cambridge University Press, 2010.
xiii
Woods, Alan. Venezuelan Revolution: A Marxist Perspective. Delhi: Aakar Books, 2006. Jurnal: Akhtar, Prof. Salem, ed. “USA Policy of Intervention: A Critical Analysis.” Journal India Quarterly, No. 1&2 (Jan-Jun 2003). Anggara, Lutfi. “Fenomena Anti-Liberalisme di Amerika Latin pada Awal Abad21,” Jurnal Global Vol. 9, No.1 (Mei -November 2007). Corrales, Javier & Michael Penfold, “Venezuela: Crowding Out the Opposition.” Journal of Democracy, Vol. 18, No. 2, (April 2007). Ellner, Steve. “Revolutionary and Non-Revolutionary Paths of Radical Populism: Directions of the Chavista Movement in Venezuela”, Science and Society, Vol. 69, No.2 (April 2005). Hawkins, Kirk “Populism in Venezuela: The Rise of Chavismo”, Third World Quarterly, Vol. 24, No. 6, (2003). Mahon Jr, James E. “Good-Bye to the Washington Consensus?”, Current History, Vol. 102, No. 661, Februari 2003. Shifter, Michael. “In Search of Hugo Chavez.” Foreign Affairs, Vol. 85, No. 3, (May/June 2006). “Military populism in Venezuela: The persistence of a regional tradition,” The International Issues of Strategic Studies, Vol. 5, Issue 6 (July 1999).
Surat Kabar dan Multimedia: “Rusia Perkuat Pengaruh di Amerika Latin.” Media Indonesia, Senin, 5 April 2010. Agee, Philip. “How United States Intervention Againts Venezuela Works.” Artikel diakses pada 31 Oktober 2010 pukul 09.19 dari http://venezuelanalysis. com/analysis/1350 Baribeau, Simon. “Only 10% of Candidates Withdrew from Elections.” Artikel diakses pada 21 Januari 2011 pukul 22.08 dari http://www.venezuelanalysis. com/news.php?newsno=1836 “US Denies Any Role in Venezuela Election Boycott.” Artikel diakses pada 21 Januari 2011 pukul 21.52 dari http://www.voanews.com/ english/2005-12/2005-12-01-voa2.cfm.CFID=134280687&CFTOKEN=4643 7187 “Venezuelan President Accuses US of Masterminding Opposition Election Boycott.” Artikel diakses pada 21 Januari 2011 pukul 22.02 dari http:// www.venezuelanalysis.com/news.php?newsno=1834 xiv
Baribeau, Simon & Alessandro Parma. “Venezuela’s Quiet Election.” Artikel diakses pada 21 Januari 2011 pukul 22.21 dari http://www.venezuelanalysis. com/articles.php?artno=1624 Buxton, Julia. “How Venezuela’s Primero Justicia Has Blown Its Greatest Opportunity.” Artikel diakses pada 22 Januari 2011 pukul 10.17 dari http:// www.venezuelanalysis.com/articles.php?artno=1619 Dieterich, Heinz. “Interview of Venezuela’s Chief of the Military, Raul Baduel, US Attacks on Venezuela.” Artikel diakses pada 20 Januari 2011 pukul 17.10 dari http://www.rebelion.orghttp://www.venezuelanalysis.com/articles.php?artno= 1137 Economides, Michael J. “An Axis of Energy Militants, World Energy Source.” Artikel diakses pada 6 Juli 2011 pukul 20.45 dari http://www.worldenergy source.com/wemr/cover.cfm?ci=4&pid=1 Golinger, Eva. “CIA Classifies as Top “Potential Unstable Country.” Artikel diakses pada 19 Januari 2011 pukul 16.40 dari http://venezuelanalysis.com/analysis/ 944 “The CIA Was Involved In the Coup Againts Venezuela’s Chavez.” Artikel diakses pada 19 Januari 2011 pukul 15.38 dari http://www.venezuel analysis.com/articles.php?artno=1321 Harnecker, Marta. “The Military in the Revolution and the Counter-Revolution.” Artikel diakses pada 9 Juni 2011 pukul 20.23 dari http://venezuelanalysis. com/analysis/174 Huanjie, Sun. “China and Venezuela beef up cooperation in energy field, Xinhua News Agency, 8 September 2006.” Artikel diakses pada 6 Juli 2011 pukul 20.18 dari http://www.uofaweb.ualberta.ca/chinainstitute/nav03.cfm?nav03= 50139&nav02=43813&nav01=43092 James, Deborah. “US Intervention in Venezuela; A Clear and Present Danger.” Artikel diakses pada 19 Januari 2011 pukul 22.34 dari http://www.global exchange.org/countries/americas/venezuela/USVZrelations1.pdf Jones, Anthea. “The Emergence of Hugo Chávez and Bolívarianism: A Historical Perspective,’ artikel diakses pada 21 Juni 2011 pukul 07.52 dari http://www.pol.mq.edu.au/apsa/papers/Refereed%20papers/Jones%20The%20 Emergence%20of%20Hugo%20Chavez%20and%20Bolivarianism.pdf Jones, Bart. “U.S. Funds Aid Venezuela Opposition.” Artikel diakses pada 16 Januari 2011 pukul 14.17 dari http://www.venezuelanalysis.com.php?artno= 1139 Kaufman, Chuck. “US Works to Delegitimize Venezuela’s December Presidential Election.” Artikel diakses pada 21 Januari 2011 pukul 21.30 dari http://www. zmag.org/content/showarticle.cfm?ItemID=11282 xv
“Venezuela accuses US of links with election boycott.” Artikel diakses pada 21 Januari 2011 pukul 21.47 dari http://english.people. com.cn/200512 /01/eng20051201_224 942.html Kessler, Glenn and Peter Baker. “Bush’s ‘Axis of Evil’ Comes Back to Haunt United States.” Artikel diakses pada 15 Juli 2011 pukul 18.30 dari http://www. washingtonpost.com/wpdyn/content/article/2006/10/09/AR2006100901130.ht ml Kreeker, David T. “Venezuela: Change of Government.” Artikel diakses pada 19 Januari 2011 pukul 15.31 dari http://www.state.gov/r/pa/prs/ps/2002/9316.htm Landsberg, Martin Hart. “ALBA and the Promise of Cooperative Development.” Artikel diakses pada 8 Juli 2011 pukul 09.16 dari http://venezuelanalysis. com/analysis/5855 LeGrand, Geoff. “The Growning Influence of Iran on Latin America’s ‘New Left’ Governments.” Artikel diakses pada 15 Juli 2011 pukul 17.35 dari http://www.thecuttingedgenews.com/index.php?article=31615&pageid=&pag ename= Manwaring, Max G. “Venezuela’s Hugo Chávez, Bolivarian Socialism, and Asymmetric Warfare”, hugo_chavez_asymmetric warfare.pdf, October 2005.” Artikel diakses pada 23 September 2011 pukul 16.35 dari http://www. strategicstudiesinstitute.army.mil/ Monroe, James. “Seventh Annual Message to Congress, December 2, 1823.” Artikel diakses pada 13 November 2010 pukul 10.42 dari http://www.ushistory.org/ documents/monroe.html Mcllroy, Jim &Coral Wynter. “Interview with Eva Golinger, Washington’s “Three Fronts of Attack” on Venezuela.” Artikel diakses pada 17 Januari 2011 pukul 10.19 dari http://www.venezuelanalysis.com/articles.php?artno=1883 Navarrete, Pablo. “Why Venezuela’s Opposition Boycotted Today’s Election.” Artikel diakses pada 22 Januari 2011 pukul 10.25 dari http://redpepper. blogs.com/venezuela/2005/12/why_venezuela_.html Robinson, J. “The Production Crunch; Chavez-style oil nationalism is endangering world economic growth”, Newsweek (International ed.), New York: May 14, 2007.” Artikel diakses pada 6 Juli 2011 pukul 20.25 dari http://www. highbeam.com/doc/1G1-163075893.html Said, Uma A. “Dapatkah Presiden Hugo Chavez Dijatuhkan oleh Washington?”. Artikel diakses pada 26 November 2011 pukul 09.25 dari http://kontak. club.fr/Dapatkah_Presiden_Hugo Chavez_dijatuhkan_oleh_ Washington.htm, Scipes, Kim. “AFL-CIO in Venezuela: Déjà Vu All Over Again.” Artikel diakses pada 15 Januari 2011 pukul 08.10 dari http://www.venezuelanalysis.com /articles.php?artno=1139 xvi
“April Coup.” Artikel diakses pada 15 Januari 2011 pukul 19.04 dari http:// www.rethinkvenezuela.com/downloads/vionedfinal.htm “NED fundings in Venezuela.” Artikel diakses pada 15 Januari 2011 pukul 18.45 dari http://www.venezuelafoia.info/ned-english.html Sparks, Willis. “Hugo Chavez at the edge reason.” Artikel diakses pada 18 Februari 2011 pukul 19.36 dari http://eurasia.foreignpolicy.com/posts/2010/07/27/ hugo_chavez_ at_the_edge_of_reason Weisbrot, Mark and Luis Sandoval. “Update: The Venezuelan Economy in the Chavez Years,” Center for Economic and Policy Research, Washington, February 2008, h 7.” Artikel diakses pada 5 Juli 2011 pukul 16.30 dari http://www.cepr.net/index.php/publications/reports/update-the-venezuelaneconomy-in-the-chavez-years/ Wingeter, Eric “As Elections Loom, Venezuela’s Opposition Won’t Commit to Participation.” Artikel diakses pada 21 Januari 2011 pukul 21.42 dari http://www.venezuelanalysis.com/articles.php?artno=1295 “Chavez’s
Party wins 68% of Seats in Venezuela’s Parliament.” Artikel diakses pada 21 Januari 2011 pukul 22.15 dari http://www.venezuela solidarity.org.uk/ven/web/articles/election_victory_2005.html “1826 Panama Congress.” Artikel diakses pada 21 Januari 2010 pukul 18.43 dari http:// www.historycentral.com/AntPanama2.html “A Report to Congress on United States Policy Towards Colombia and Other Related Issues.” Artikel diakses pada 4 Juni 2011 pukul 20.44 dari http://www.state.gov/p/wha/rls/rpt/17140.htm “CIA SEIB on April 6th 2002.” Artikel diakses pada 17 Januari 2011 pukul 07.27 dari http://www.venezuelafoia.info/CIA/SEIB_04-06-02-pre-Coup-conditions -ripen/CIA-04-06-02.htm “Chavez tells UN Bush is ‘devil’”. Artikel diakses pada 11 September 2011 pukul 20.17 dari http://news.bbc.co.uk/2/hi/5365142.stm “Country Analysis Brief: Venezuela.” Artikel diakses pada 4 Juli 2011 pukul 21.22 dari http://www.eia.doe.gov/emeu/cabs/Venezuela/pdf.pdf “Cuánto cuesta el alba 28/9/2008 Caracas.” Artikel diakses pada 27 Januari 2011 pukul 14.18 dari http://www.eluniversal.com “Cuban News Agency, “Cuba and Venezuela Strengthen Bilateral Cooperation despite Media Smear Campaigns.” Artikel diakses pada 8 Juli 2011 pukul 09.30 dari http://venezuelanalysis.com/news/6056
xvii
“Energy Information Administration, “International Energy Annual, World Petro leum Data.” Data diakses pada 5 Juli 2011 pukul 07.23 dari http://www. eia.doe.gov/iea/pet.html “Model for Mixed Companies Approved.” no. 5, March 2006, h. 8. Artikel diakses pada 6 Juli 2011 pukul 08.20 dari http://www.pdvsa.com/interface.en/data base/fichero/publicacion/1421/62.PDF “Press Briefing by Ari Fleischer.” Artikel diakses pada 19 Januari 2011 pukul 15.18 dari http:// www.whithouse.gov/news/releases/2002/04/20020412-1.html “Statement of the Electoral Observer Mission of the Organization of American States in Venezuela.” Artikel diakses pada 21 Januari 2011 pukul 21.35 dari http://www.venezuelanalysis.com/articles.php?artno=1618 “The
Fundamentals of ALBA: Interview with Executive Secretary Amenothep Zambrano.” Artikel diakses pada 9 Juli 2011 pukul 09.35 dari http://venezuel analysis.com/analysis/6025
“US Total Crude Oil and Products Imports: Energy Information Administration.” Data diakses pada 5 Juli 2011 pukul 07.23 dari http://tonto.eia.doe.gov/ dnav/pet/pet_move_impcus_a2_nus_ep c0_im0_mbblpd_m.htm “Venezuela’s
National Statistic Institute (INE, Republica Bolivariana de Venezuela). Oil Wars Blog. Chavez Fights Poverty, and Succeeds-Part III.” Artikel diakses pada 6 Juli 2011 pukul 17.42 dari http://www.venezuelanalysis.com/articles. php?artno=1594
http://www.citgo.com/AboutCITGO/CompanyHistory.jsp. Artikel diakses pada 31 Oktober 2010 pukul 09.15.
xviii
1 BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Amerika Serikat (AS) menerapkan standar ganda dalam politik luar
negerinya di Amerika Latin.1 Dasar kebijakan intervensi AS yang pertama adalah Doktrin Monroe2 pada 1823, yakni bahwa AS telah menetapkan Amerika Latin sebagai halaman belakangnya (backyard) yang merupakan bagian dari dunia barat (Western Hemisphere). Doktrin ini dimaksudkan untuk mencegah intervensi negaranegara Eropa ke wilayah Amerika Latin, namun di sisi lain AS memiliki hak intervensi terhadap negara-negara Amerika Latin dengan cara yang bervariasi sepanjang Abad XIX dan awal Abad XX.
Artinya, wilayah Amerika Latin
dilindungi secara ketat untuk mencegah pengaruh lain yang merugikan kepentingan AS. Dasar yang lain kebijakan intervensi AS adalah Roosevelt Corollary yang merupakan pidato tahunan Presiden Roosevelt tahun 1904. Roosevelt Corollary ini memperkuat Doktrin Monroe. Esensinya adalah AS mendeklarasikan diri sendiri sebagai polisi internasional sehingga menyediakan justifikasi unilateral untuk meningkatkan intervensi ke negara-negara Amerika Latin. Doktrin Monroe bersama
1
Prof. Salem Akhtar, ed., “USA Policy of Intervention: A Critical Analysis”, Journal India Quarterly, No. 1&2 (Jan-Jun 2003): h. 93. 2 Pada bulan Desember 1823, Presiden Monroe menggunakan kesempatan pidato tahunnya ke Kongres guna menyampaikan penolakan untuk montolerir perluasan lebih lanjut dominasi Eropa di Amerika: “Tanah Amerika… mulai sekarang tidak boleh lagi dijadikan ajang kolonisasi oleh negaranegara Eropa… Kita harus menganggap setiap usaha mereka untuk memperluas sistem politik di bagian manapun di benua ini sebagai bahaya bagi kedamaian dan keselamatan kita.“ Doktrin ini melarang negara Eropa mengkolonialisasi atau mencampuri urusan negara-negara di benua Amerika. Segala upaya dan pengaruh politik negara Eropa terhadap negara di benua Amerika akan dianggap sebagai ancaman terhadap Amerika Serikat. Lihat James Monroe, “Seventh Annual Message to Congress, December 2, 1823,” artikel diakses pada 13 November 2010 pukul 10.42 dari http://www. ushistory.org/documents/monroe.html
1
2 dengan Roosevelt Corollary ini juga menjadi landasan kebijakan intervensionis AS di Dunia ke Tiga.
Doktrin-doktrin intervensionis AS berkembang dengan
munculnya Doktrin Johnson, Doktrin Eisenhower, Doktrin Reagan, sehingga intervensi menjadi tindakan legal yang diperbolehkan bagi AS.3 Sejarah menunjukkan, bahwa pada masa Perang Dingin, kebijakan intervensionis ini seringkali dipakai AS sebagai pilihan instrumen politik luar negerinya untuk mengadakan perubahan pemerintahan di berbagai negara. Dalam konteks bipolaritas Perang Dingin, keterlibatan AS dalam proses perubahan rezim di negara lain dapat dijelaskan dalam kerangka politik pembendungan (containment), yaitu sebagai usaha AS untuk menangkal persebaran pengaruh ideologi dan kepentingan Uni Soviet.4 Hal ini terlihat dari fakta bahwa seluruh rezim yang berusaha dilemahkan atau bahkan digulingkan AS selama periode Perang Dingin adalah rezim yang berbasiskan sosialisme dan memiliki hubungan yang erat dengan blok Uni Soviet. Agresivitas AS terhadap Amerika Latin ini dipertegas oleh Bush Jr. dalam pidato kampanyenya, pada tanggal 26 Agustus 2000, di depan warga Kuba-Amerika di International University Florida, Miami. Bush mendeklarasikan Amerika Latin sebagai kepentingan vital AS, dan ia menyiratkan intervensi militer di Timur Tengah dan Balkan dapat terulang di wilayah yang disebut Western Hemisphere ini.5 Salah satu negara Amerika Latin yang kini menjadi perhatian AS adalah Venezuela, yaitu sebuah negara kaya minyak di bawah pimpinan Hugo Chavez yang kritis terhadap AS.
3
Akhtar, ed., “USA Policy of Intervention: A Critical Analysis”, h. 93. Ibid., h. 94. 5 Michael Reid, Forgotten Continent: The Battle for Latin America’s Soul (Connecticut: Yale University Press, 2007), h. 86-87. 4
3 Venezuela terletak di pantai utara Amerika Selatan dengan ibukota Caracas. Venezuela adalah salah satu negara eksportir minyak terbesar di dunia dengan kemampuan penyulingan 150.000 barel perhari.6 Sektor minyak beroperasi melalui perusahaan milik negara Petróleos de Venezuela Sociedad Anónima (PdVSA), yang mengklaim hasil produksi minyak Venezuela adalah sebesar 3,3 juta barel perhari.7 Venezuela adalah eksportir terbesar ke lima dunia dan pemasok minyak bumi terbesar ke empat bagi AS. Ekspor minyak Venezuela ke AS berkisar 15% dari total impor minyak AS. Caracas memiliki 6,5% cadangan minyak global dan mengekspor 60% hasil produksinya ke Amerika Serikat. Mayoritas minyak bumi Venezuela dibawa ke penyulingan milik PdVSA di Amerika Serikat, yaitu Cities Service Go (CITGO)8, dengan lebih 14.000 pompa bensin di AS.9 Oleh karena itu, AS memiliki kepentingan yang besar agar Venezuela bersikap kooperatif terhadap AS, namun itu tidak dilakukan oleh rezim Chavez dari Venezuela. Masyarakat Venezuela saat ini sedang mengalami suatu perubahan sosial. Perubahan sosial tersebut bersumber dari terjadinya krisis ekonomi dan kekecewaan politik masyarakat selama empat puluh tahun, yang berujung pada suksesi, yaitu naiknya Hugo Chavez Frias menjadi presiden pada pemilu tahun 1998.
6
Hugo
Richard A. Crooker, Modern Worl Nations: Venezuela (New York: Chelsea House Publishers, 2006), h. 70-71. 7 Javier Corrales & Michael Penfold, “Venezuela: Crowding Out the Opposition”, Journal of Democ racy, Vol. 18 (April 2007) : h. 110. 8 CITGO merupakan salah satu produsen oli terbesar di AS, khususnya AS bagian timur (east coast). CITGO Petroleum Corporation berdiri sejak tahun 1910 di Amerika Serikat. Pendirinya adalah Henry L. Doherty. Kisah pendirian CITGO bermula ketika Henry mendirikan Cities Service Company. Kemudian pada tahun 1965, Henry baru memperkenalkan nama CITGO ke publik. Henry mempertahankan suku kata pertama dari nama yang lama lalu ia menambahkan dengan akhiran “GO” untuk menyiratkan daya, energi, dan progresif. Artikel diakses pada 31 Oktober 2010 pukul 09.15 dari http://www.citgo.com/AboutCITGO/CompanyHistory.jsp 9 Crooker, Modern World Nations, h. 71.
4 Chavez adalah tokoh beraliran “kiri”10 yang bersikap kritis terhadap kebijakan pemerintah AS. Tabel 1.1. Perolehan Suara pada Pemilihan Presiden Venezuela 1998 Nama Hugo Chavez Henrique Salas Pemilih Abstain
Suara 3.673.685 2.613.161 6.988.291 3.971.239
Persentase 56,20% 39,97% 63,76% 36,24%
Sumber: Judith Levin, Modern World Nations: Hugo Chavez (New York: Chelsea House Publishers, 2007), h. 81.
Chavez, pemimpin Movimento Quinta República (MVR) menjabat presiden Venezuela pada tahun 1998 dengan mengungguli Henrique Salas. Chavez kemudian membuat kebijakan “Revolusi Bolivarian”.
Revolusi ini terkait dengan warisan
perjuangan Amerika Selatan pada Abad ke-19 yang berasal dari Venezuela, Simon Bolivar11 untuk meningkatkan standar hidup dan martabat rakyat Venezuela. Dalam pengertian yang lain, Revolusi Bolivarian merupakan sebuah respon terhadap proses globalisasi neoliberal yang memperbesar jurang kesenjangan kaya-miskin dalam konteks negara Utara-Selatan.12 Revolusi Bolivarian di Venezuela menggunakan jalur parlemen dan referendum dengan partisipasi rakyat yang damai.
Chavez menggunakan
kewenangan dan posisinya sebagai presiden untuk memajukan kebijakan yang 10
Istilah “kiri” secara umum merupakan suatu ideologi yang menginginkan perubahan radikal atau dapat juga bersifat menyeluruh (revolusi), perubahan dimaksudkan untuk mengubah keadaan sekitar yang menyangkut kesejahteraan dan kebebasan yang diinginkan masyarakat pada umumnya. Arti “kiri” disini mengacu pada sosialisme, pengertian sosialisme itu sendiri mengacu pada sosialisme reformis yang anti-revolusi, hal ini dimaksudkan agar sosialisme tidak terjatuh ke dalam sistem otoritarian, sosialisme juga mengacu pada perubahan tatanan baru (sosial, ekonomi, dan politik) dari tatanan yang telah ada sebelumnya, selain itu sosialisme bersifat demokratis yang dapat diterima oleh masyarakat, dalam Anthony Giddens, Beyond and Left Right: Tarian Ideologi Alternatif di Atas Pusaran Sosialisme dan Kapitalisme (Yogyakarta: Ircisod, 2002), h. 100. 11 Simon Bolivar pada tahun 1819-1830 memimpin perang yang sekarang dinamakan Venezuela, dan juga membebaskan Ekuador, Peru, dan Bolivia. Cita-cita Simon Bolivar pada waktu itu adalah membangun United States of Latin America, yang meliputi wilayah dari Rio Grande (Mexico) sampai Tierra del Fuego (Argentina) di dekat kutub Selatan, dalam John Lynch, Simon Bolivar A Life (New Haven and London: Yale University Press, 2006), h. 175-176. 12 Michael A. Lebowitz, Built It Now: Socialism for the Twenty First-Century (New York: Monthly Review Press, 2006), h. 85-86.
5 radikal dalam bidang ekonomi, politik, dan sosial. Program pentingnya antara lain meloloskan Konstitusi Bolivarian 199913, melaksanakan misi-misi sosial Bolivarian seperti Plan Bolivar 200014, serta sikap penolakannya terhadap kapitalisme dan Konsesus AS serta mempromosikan model pembangunan ekonomi dan alternatif dan kerja sama ekonomi diantara negara-negara miskin.
1 2 3 4 5 6
Tabel 1.2. Butir-Butir Penalaran Penting dari Bolivarianisme Chavez Kedaulatan ekonomi dan politik Venezuela (anti imperialisme) Partisipasi politik akar rumput dari populasi rakyat melalui pemilihan umum, referendum, dan kebebasan berorganisasi Swasembada ekonomi (pangan,daya konsumsi, dll) Memicu sentimen nasional dan pelayanan politik Distribusi merata dari hasil pendapatan minyak Menghapus korupsi dan menghapus puntofijismo15 dengan cara konstitusional
Sumber: Judith Levin, Modern World Nations: Hugo Chavez (New York: Chelsea House Publishers, 2007), h. 79.
Sebagai contoh, Chavez memperkuat kedudukan Venezuela di Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) untuk menangkal pengaruh AS di OPEC.16 Selain itu Chavez juga
memanfaatkan keuntungan minyaknya dengan
menasionalisasi perusahaan minyak PdVSA untuk membiayai program-program
13
Konstitusi Bolivarian 1999 adalah sebuah visi kerakyatan yang diamanatkan dengan tegaknya kedaulatan ekonomi dan politik rakyat Venezuela yang anti imperialisme, demokrasi partisipatif, swadaya ekonomi, distribusi yang adil dari pendapatan pertambangan minyak Venezuela dan penghapusan tindakan korupsi, dalam Edgardo Lander, “Venezuela Populism and the left: alternatives to neo-liberalism,” dalam Patrick Barrett dkk, ed., The New Latin American Left: Utopia Reborn (Lon don: Plutpo Press, 2008), h. 79-80. 14 Plan Bolivar 2000 menerjunkan 100.000 tentara tanpa senjata bekerja melaksanakan programprogram sosial seperti lingkungan, pendidikan, dan kesehatan. Plan ini bertujuan meningkatkan standar hidup rakyat miskin, antara lain membangun sekolah, meningkatkan kelestarian lingkungan, memperbaiki infrastruktur sosial baik di perkotaan maupun di pedesaan, dan membangun perumahan. Artikel Marta Harnecker, “The Military in the Revolution and the Counter-Revolution,” diakses pada 9 Juni 2011pukul 20.23 dari http://venezuelanalysis.com/analysis/174 15 Pada pemilu 30 November 1952 kandidat dari pemerintah yang di dukung pihak militer kolonel Marcos Perez Jiminez menjadi presiden dan memerintah sampai tahun 1958 karena di gulingkan oleh kelompok kiri dan demokrat. Setelah jatuhnya pemerintahan militer kolonel Marcos Perez Jiminez terjadi perundingan antara dua partai besar yaitu Accion Democratica (AD) dan Partai Kristen Demokrat yaitu Comite de Organization Politica Electoral Independent (COPEI). Perundingan ini di kenal dengan nama “puntofijismo” dan pakta ini bertujuan mengontrol perpolitikan Venezuela dan membuat partai AD dan COPEI berbagi kekuasaan yang menyebabkan dominasi kedua partai ini selama beberapa tahun kedepan, dalam Crooker, Modern World Nations: Venezuela, h. 60. 16 Reid, Forgotten Continent: The Battle for Latin America’s Soul, h. 160.
6 sosial Venezuela.17 Kebijakan luar negeri Chavez yang independen adalah kebalikan dari rezim klientalis18 terdahulu di Venezuela yang patuh pada kebijakan internasional AS. Atas tindakan-tindakan kritis Chavez tersebut, AS bereaksi dengan mengecam pemerintahan Chavez sebagai ancaman terhadap demokrasi dan memasukkan negaranya dalam daftar negara yang tidak kooperatif dalam perang melawan terorisme. Porter Goss, direktur Central Intelligence Agency (CIA) AS pada tahun 2005 menyebut Venezuela sebagai negara yang harus diwaspadai. Dalam kesaksian di depan komite intelijen Senat AS berjudul “Global Intelligence Challenges 2005: Meeting Long-Term Challenges with a Long-Term Strategy”.19 Goss mengklasifikasikan Venezuela sebagai “potential area for instability”. Direktur CIA tersebut menuduh Presiden Chavez mengkonsolidasikan kekuatannya menggunakan taktik yang secara teknis legal untuk melawan oposisinya dan berkuasa di wilayah. Goss juga menyatakan kalau Chavez didukung oleh Fidel Castro.20 B.
Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka muncul suatu
pertanyaan penelitian yang nantinya akan dibahas, yakni: Bagaimana pengaruh kebijakan-kebijakan Hugo Chavez dalam proses kebangkitan Venezuela melawan hegemoni AS pada tahun 2002-2005?
17
Ibid. Klientalis mengacu pada konsep patron-klien. Patron mengacu pada aktor yang mempunyai kekuasaan untuk mempengaruhi tindakan kliennya. Sedangkan klien berada posisi subordinat, dalam Koenjtaraningrat, Sejarah Teori Antropologi (Jakarta: UI Press), h. 160-161. 19 Eva Golinger, “CIA Classifies as Top “Potential Unstable Country,” artikel diakses pada 31 Oktober 2010 pukul 16.40 dari http://venezuelanalysis.com/analysis/944 20 Ibid. 18
7 C.
Kerangka Pemikiran Melihat permasalahan di atas penulis akan mencoba mendeskripsikannya
dengan teori. Teori adalah upaya memberi makna pada fenomena yang terjadi. Pernyataan yang disebut teori itu berwujud sekumpulan generalisasi dan karena generalisasi itu terdapat konsep-konsep, bisa juga diartikan bahwa teori adalah pernyataan yang menghubungkan konsep-konsep secara logis. 21Pada dasarnya teori berfungsi membantu kita mengorganisasikan dan menata fakta-fakta yang kita teliti. James N. Rosenau menyatakan konsep kebijakan luar negeri sebagai bentuk perilaku atau aksi (as a form of behaviour).22 Pada tingkat ini kebijakan luar negeri berada dalam tingkat yang lebih empiris, yaitu berupa langkah-langkah nyata yang diambil oleh para pembuat keputusan yang berhubungan dengan kejadian serta situasi di lingkungan eksternal. Langkah-langkah tersebut dilakukan berdasarkan orientasi umum yang dianut serta dikembangkan berdasarkan komitmen dan sasaran yang lebih spesifik. Rosenau kemudian merumuskan sumber-sumber utama yang menjadi input dalam perumusan kebijakan luar negeri, yaitu:23 1.
Sumber Sistemik (Systemis Source), merupakan sumber yang berasal dari lingkungan eksternal suatu negara. Sumber ini menjelaskan struktur hubungan di antara negara-negara besar, pola-pola aliansi yang terbentuk diantara negara-negara dan faktor situasional eksternal yang dapat berupa isu area atau krisis. Yang dimaksud dengan struktur hubungan antara negara besar adalah jumlah negara besar yang ikut andil dalam struktur hubungan internasional danm bagaimana pembagian kapabilitas di antara mereka.
21
Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Displin dan Metodologi, (Jakarta: PT Pustaka LP3ES, 1990), h. 186-187. 22 James N. Rosenau, dkk., World Politics: An Introduction (New York: The Free Press, 1976), h. 1617. 23 Ibid., h. 18.
8 2.
Sumber Masyarakat (Societal Source), merupakan sumber yang berasal dari lingkungan internal. Sumber ini mencakup faktor kebudayaan dan sejarah, pembangunan ekonomi, struktur sosial dan perubahan opini publik. Kebudayaan dan sejarah mencakup nilai, norma, tradisi, dan pengalaman masa lalu yang mendasari hubungan antara anggota masyarakat.
3.
Sumber Pemerintahan (Governmental Source), merupakan sumber internal yang menjelaskan tentang pertanggungjawaban politik dan struktur dalam pemerintahan. Pertanggungjawaban politik seperti pemilu, kompetisi partai dan tingkat kemampuan dimana pembuat keputusan dapat secara fleksibel merespon situasi eksternal. Sementara dari struktur kepemimpinan dari berbagai kelompok dan individu yang terdapat dalam pemerintahan.
4.
Sumber Idiosinkretik (Idiosyncratic Sources), merupakan sumber internal yang melihat nilai-nilai pengalaman, bakat serta kepribadian elit politik yang mempengaruhi persepsi, kalkulasi, dan perilaku mereka terhadap kebijakan luar negeri.24 Di sini tercakup juga persepsi seorang elit politik tentang keadaan alamiah dari arena internasional dan tujuan nasional yang hendak dicapai. Penulis mengunakan sumber-sumber kebijakan luar negeri diatas untuk
menjelaskan pengaruh nilai-nilai-nilai pengalaman dan pengaruh kepribadian Hugo Chavez yang dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri dari Hugo Chavez sendiri. Artinya, dalam merumuskan suatu kebijakan, Hugo Chavez tidak akan terlepas dari pengaruh sumber-sumber kebijakan luar negeri tersebut. Pengaruh dari sumbersumber tersebut yang nantinya sebagai bentuk perilaku atau aksi (as a form of
24
Ibid., h. 18.
9 behaviour) dari Hugo Chavez sehingga Chavez akan membuat langkah-langkah nyata dalam kebijakan luar negerinya. Hegemoni menurut Antonio Gramsci adalah melalui kepemimpinan intelektual dan moral, proses hegemoni dicapai oleh sebuah rantai kemenangan yang didapat melalui mekanisme konsensus ketimbang melalui penindasan, seperti halnya melalui institusi yang ada di masyarakat.25 Hegemoni juga merujuk pada kedudukan ideologis satu atau kelompok atau kelas dalam masyarakat sipil yang yang lebih tinggi dari lainnya. Sebagai contoh dalam situasi kenegaraan, upaya kelas dominan (pemerintah) untuk merekayasa kesadaran kelas bawah (masyarakat) adalah dengan melibatkan para intelektual dalam birokrasi pemerintah serta intervensi.26 Gramsci beragumentasi bahwa ada dua perangkat kerja dalam melakukan intervensi di suatu negara.27
Pertama, adalah perangkat kerja yang mampu
melakukan tindak kekerasan yang bersifat memaksa atau dengan kata lain kekuasaan membutuhkan perangkat kerja yang bernuansa law enforcement. Perangkat kerja yang pertama ini biasanya dilakukan oleh pranata negara (state) melalui lembagalembaga seperti hukum, militer, polisi dan bahkan penjara. Ke dua, adalah perangkat kerja yang mampu membujuk masyarakat beserta pranata-pranata untuk taat pada mereka yang berkuasa melalui kehidupan beragama, pendidikan, kesenian dan bahkan juga keluarga. Perangkat ini biasanya dilakukan oleh pranata masyarakat sipil (civil society) melalui lembaga-lembaga masyarakat seperti LSM, organisasi sosial dan keagamaan, paguyuban-paguyuban dan kelompok-kelompok kepentingan (interest groups).28
25
Nezar Patria dan Andi Arief, Antonio Gramsci: Negara dan Hegemoni (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 119. 26 Ibid., h. 120. 27 Ibid., h. 142. 28 Ibid., h. 143.
10 Penulis mencoba menjelaskan tentang proses penguasaan yang dilakukan oleh AS terhadap Venezuela dengan melakukan hegemoni dan intervensi kepada Venezuela.
Sebelum Hugo Chavez menjadi presiden, AS melakukan perluasan
kebijakan ekonomi neoliberalnya di kawasan Amerika Latin termasuk Venezuela melalui lembaga-lembaga internasional seperti International Monetary Fund (IMF) dan World Bank. Namun, kebijakan ekonomi yang dilakukan AS tersebut gagal terlaksana di Venezuela dan bahkan membuat Venezuela mengalami krisis ekonomi di akhir tahun 1980-an dan awal 1990-an. Akibat dari kegagalan tersebut, segera setelah Hugo Chavez menjabat sebagai presiden pada tahun 1998 melalui program Revolusi Bolivariannya, Chavez berani menentang kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh AS. Salah satunya adalah penolakan Chavez atas IMF dan World Bank. Seiring dengan kebijakan-kebijakan Chavez yang selalu menentang kepentingan AS, maka AS pun tidak tinggal diam. Salah satu cara yang dilakukan AS untuk mengisolasi pemerintahan Chavez adalah dengan melakukan intervensi politik dan militer. Program intervensi politik AS melibatkan secara luas pemerintah, non-governmental organization (NGO), institusi finansial, agen multilateral, dan perusahaan swasta. Program intervensi tersebut, yaitu pendanaan Amerika Serikat terhadap kelompok oposisi di Venezuela. Sedangkan melalui intervensi militer, pemerintah AS mencoba memabantu pelatihan terhadap milisi paramiliter yang beroposisi terhadap Chavez. Teori pengambilan keputusan menurut William D. Coplin adalah “Apabila kita
menganalisa
kebijakan
luar
negeri
suatu
negara
maka
kita
harus
mempertanyakan para pemimpin negara dalam membuat kebijakan luar negeri. Dan salah besar jika menganggap bahwa pemimpin negara (para pembuat kebijakan luar
11 negeri) bertindak tanpa pertimbangan (konsiderasi). Tetapi sebaliknya tindakan politik tersebut dipandang sebagai akibat dari tiga konsiderasi yang mempengaruhi para pengambil kebijakan luar negeri.”29 Pertama, kondisi politik dalam negeri termasuk faktor budaya yang mendasari tingkah laku politik manusianya.
Ke dua, kemampuan ekonomi dan
militer negara tersebut termasuk faktor geografis yang selalu menjadi pertimbangan utama dalam pertahanan dan keamanan. Ke tiga, konteks internasional atau situasi di negara yang menjadi tujuan politik luar negeri serta pengaruh dari negara-negara lain yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.30 Berikut ini dapat digambarkan dalam skema pengambilan keputusan politik luar negeri menurut William D. Coplin. Skema Pengambilan Keputusan Politik Luar Negeri Kondisi Politik Dalam Negeri
Pengambilan Keputusan
Tindakan Politik Luar Negeri
Konteks Internasional
Kemampuan Ekonomi dan Militer Sumber: William D. Coplin. Pengantar Politik Internasional: Telaah dan Teoritis, terjemahan: Marsedes Marbun, 2nd ed. (Bandung: Sinar Baru, 1992), h. 30.
Berdasarkan skema di atas dapat dijelaskan alasan Venezuela keluar dari keanggotaan IMF dan World Bank dan membuat suatu sikap yang kontroversi. Tindakan tersebut dipengaruhi oleh tiga hal yaitu: kondisi politik dalam negeri,
29
William D. Coplin, Pengantar Politik Internasional: Suatu Telaah Teoritis, penerjemah: Marsedes Marbun, 2nd ed. (Bandung: Sinar baru, 1992), h. 30. 30 Ibid., h. 30.
12 kemampuan ekonomi dan militer, serta konteks internasional sangat berpengaruh terhadap pembuat keputusan dalam menentukan kepentingan luar negerinya. 1.
Kondisi Politik Dalam Negeri Kondisi politik dalam negeri Venezuela pada masa pemerintahan Hugo
Chavez diikuti oleh lahirnya Konstitusi Bolivarian 1999 yang menjadi dasar utama bagi seluruh kebijakan pemerintahan dalam banyak bidang. Pembaharuanpembaharuan yang dijalankan atas dasar Konstitusi Bolivarian disebut sebagai perubahan Revolusioner Bolivarian.31 Perubahan Revolusioner Bolivarian ditandai oleh visi kerakyatan yang diamanatkan oleh Konstitusi Bolivarian 1999 yakni tegaknya kedaulatan ekonomi dan politik rakyat Venezuela yang anti imperialisme, demokrasi partisipatif, swadaya ekonomi, distribusi yang adil dari pendapatan pertambangan minyak Venezuela dan penghapusan tindakan korupsi.32 2.
Kemampuan Ekonomi dan Militer Venezuela merupakan sebuah negara yang kaya sumber daya alam minyak
bumi di kawasan Amerika Latin. Didukung dengan kekayaan sumber daya alam yang besar, pada masa pemerintahan Hugo Chavez, Venezuela melakukan sebuah perubahan dengan melaksanakan program nasionalisasi perusahaan minyak negara PdVSA yang hasilnya didistribusikan kepada rakyat melalui subsidi kesehatan, pendidikan, harga minyak dan bensin murah untuk rakyatnya. Sebagai negara yang cukup kaya dengan sumber minyak, setengah dari pendapatan negara Venezuela adalah dari minyak bumi. Produksi minyak mentah tiap harinya sekitar 3 juta barel dan 75%-nya diekspor.33 Pendapatan devisa dari hasil ekspor minyak berkisar antara 3 sampai 4 miliar dolar Amerika setahunnya. 31
Lander, “Venezuela Populism and the left: alternatives to neo-liberalism,” h. 81. Ibid., h. 81. 33 Javier Corrales, “The Repeating Revolution: Chavez’s New Politics and Old Economics,” dalam Kurt Weyland, dkk, ed., Leftist Governments in Latin America (New York: Cambridge University Press, 2010), h. 32. 32
13 Venezuela adalah negara eksportir minyak nomor satu di kawasan Amerika Latin dan terbesar ke lima di dunia. Jadi jelas bahwa minyak bumi mendominasi ekonomi Venezuela dan merupakan sumber utama pemasukan negara.34 Militer Venezuela juga tidak memainkan peran negatif. Venezuela memiliki personel militer yang karakteristiknya berbeda dengan personel lainnya di kawasan Amerika Latin, di antaranya militer Venezuela sangat dipengaruhi oleh filosofi Simon Bolivar, figur paling terhormat di Amerika Latin dalam perjuangan pembebasan nasional dari penjajahan Spanyol.35 Ketika partai-partai kaum oposisi atas dukungan pemerintahan AS menggerakkan kudeta untuk melawan Hugo Chavez pada 2002, militer Venezuela dan rakyat pendukungnya telah mengembalikan Hugo Chavez kembali ke jabatannya sebagai presiden Venezuela. 3.
Konteks Internasional Konteks internasional Venezuela menerapkan kebijakan politik luar negeri
hapusnya kolonialisme-imperialisme, hak bangsa-bangsa untuk menentukan nasib sendiri, non-intervensi, penyelesaian persengketaan antar negara secara damai, solidaritas terhadap pemerintahan-pemerintahan yang demokratis, pengembangan industri dan pertanian untuk meningkatkan taraf hidup bangsa dan kerjasama ekonomi internasional. Dalam pelaksanaan konteks internasional, Venezuela melakukan hubungan kerjasama dengan IMF. Hubungan tersebut berlangsung pada masa pemerintahan Carlos Andres Perez di tahun 1989. Hubungan yang dilakukan pemerintah Carlos Andres Perez melalui negosiasi persetujuan struktural dengan IMF sebesar 4,5 miliar dolar Amerika digunakan untuk memulihkan kondisi negara Venezuela yang pada 34 35
Ibid., h. 32. Ibid., h. 33.
14 saat itu mengalami krisis ekonomi.36 Selanjutnya hubungan kerjasama antara Venezuela dengan IMF juga berlangsung kembali pada masa pemerintahan Rafael Caldera di tahun 1994. Atas persetujuan IMF, Venezuela pada masa pemerintahan Rafael Caldera memperoleh pinjaman keuangan sebesar 1,5 miliar dolar Amerika.37 Tabel 1.3. Pengambilan Keputusan Politik Luar Negeri Hugo Chavez Pertimbangan
- Kondisi politik dalam negeri. - Kemampuan ekonomi dan militer. - Konteks Internasional.
Faktor Penghambat
Faktor Pendukung
Keputusan
- Masuknya pemodalpemodal asing untuk memprivatisasi aset-aset ekonomi dan politik di Venezuela. - Intervensi kebijakan neoliberal di Venezuela.
- Lahirnya Konstitusi Bolivarian 1999. - Kekayaan sumber daya alam Venezuela berupa minyak. - Kebijakan luar negeri Chavez anti imperialisme dan anti kapitalisme.
Keluar dari keanggotaan IMF dan World Bank.
Sumber: Anthea Jones, “The Emergence of Hugo Chávez and Bolívarianism: A Historical Perspective,’ artikel diakses pada 21 Juni 2011 pukul 07.52 dari http://www.pol.mq.edu.au/apsa/ papers/Refereed%20papers/Jones%20The%20Emergence%20of%20Hugo%20Chavez%20and%20Bo livarianism.pdf
Dari tabel pengambilan keputusan politik luar negeri di atas penulis dapat melihat faktor-faktor apa saja yang menjadi landasan dari kebijakan politik luar negeri Venezuela. Dalam hal ini, jika dikaitkan dengan kondisi politik dalam negeri, kemampuan ekonomi dan militer serta konteks internasional, keputusan mengenai keluarnya Venezuela dari keanggotaan IMF dan World Bank merupakan keputusan yang tepat apabila dilandasi oleh faktor-faktor pendukung Venezuela. Dengan 36 37
Ibid., h. 46. Ibid.
15 adanya keputusan tersebut kedaulatan ekonomi dan politik Venezuela juga dapat tercapai kembali, karena tidak ada lagi pengaruh dari intervensi kebijakan neoliberal yang menjadi faktor penghambat dalam pengambilan kebijakan suatu negara. William Dunn membagi siklus pembuatan teori kebijakan dalam lima tahap, yaitu: tahap pertama ialah tahap penyusunan agenda, tahap ke dua melalui formulasi kebijakan, tahap ke tiga berupa adopsi kebijakan, tahap ke empat merupakan tahapan implementasi kebijakan, dan tahap ke lima adalah tahap penilaian atau evaluasi kebijakan. Kelima tahap yang menjadi urut-urutan (hierarki) kesemuanya perlu dikelolan dan dikontrol oleh pembuat yang sekaligus pelaksana kebijakan publik. Tanpa adanya kepemimpinan yang profesional dan bertanggung jawab maka bukan kesuksesan yang diperoleh melainkan kebijakan yang membawa kerugian bagi publik. Grafik 1.1. Siklus Pembuatan Kebijakan Penyusunan Agenda
Formulasi Kebijakan
Adopsi Kebijakan
Implementasi Kebijakan
Penilaian/Evaluasi Kebijakan Sumber: William Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Terjemahan: Drs. Somodra Wibawa, MA, dkk (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994), h. 20-21.
16 1. Penyusunan Agenda Agenda Hugo Chavez dalam merebut kekuasaan di Venezuea dimulai pada tahun 1982. Ketika itu, Chavez bersekongkol dengan teman-temannya di Akademi Militer mendirikan sebuah gerakan. yaitu Movimiento Bolivariano Revolucionario200 (MBR-200). Gerakan MBR-200 kemudian melakukan kudeta terhadap Carlos Andres Perez yang dekat dengan Barat pada tahun 1992. Namun, usaha Chavez gagal dan ia dicebloskan ke penjara selama dua tahun. Setelah kegagalan tersebut, agenda Chavez pun menjadi berubah. Ia akhirnya memutuskan untuk terlibat dalam proses demokrasi elektoral (pemilu) dengan berbendera organisasi MVR dan partai Chavez tersebut memenangkan pemilu pada tahun 1998 dan Hugo Chavez pun naik menjadi presiden. 2. Formulasi Kebijakan Formulasi dari kebijakan Hugo Chavez adalah untuk melakukan perubahan ekonomi dan sosial secara substansial dan signifikan di Venezuela. Perubahan tersebut dapat diterima oleh mayoritas masyarakat Venezuela dalam kurun waktu di mana mereka telah mengalami penurunan drastis standar hidup dan penurunan harga minyak sebagai negara utama komoditi ekspor akibat dari krisis yang ditimbulkan oleh program IMF yang diterapkan di Venezuela sebelum Chavez memimpin Venezuela. 3. Adopsi Kebijakan Hugo Chavez merupakan seorang mantan letnan kolonel militer, yang pergerakannya didasarkan pada filosofi dan ideologi dari Simon Bolivar, merupakan seorang pembebas besar di Amerika Selatan, yang berusaha untuk menyatukan benua agar menjadi kekuatan besar melawan kekuatan kapitalisme. Gerakan Chavez berusaha untuk menerapkan ide-ide serupa dengan mendorong unifikasi politik di
17 kawasan Amerika Selatan melalui penciptaan yang berdaulat dan blok ekonomi yang kuat. Konsep tersebut diterima baik oleh rakyat dikarenakan penderitaan rakyat akibat dari sebuah agenda neoliberal yang telah melumpuhkan ekonomi dan peningkatan kemiskinan secara drastis. Sehingga konsep tersebut dinamakan sebagai Revolusi Bolivarian. 4. Implementasi Kebijakan Dalam mengimplementasikan gerakan Revolusi Bolivarian, Chavez dan para pendukungnya melakukan perubahan undang-undang (konstitusi) Venezuela guna menjamin berjalannya revolusi di Venezuela. Dibawah pimpinan Hugo Chavez, Revolusi Bolivarian telah melahirkan konstitusi baru yang menjadi landasan konstitusional bagi kebijakan-kebijakan yang membawa perubahan struktural di Venezuela. Konstitusi Venezuela disusun pada tahun 1999 oleh Majelis Konstitusional yang dipilih melalui referendum rakyat. Konstitusi 1999 diadopsi pada bulan Desember 1999 yang menggantikan konstitusi 1961. Konsekuensi pertama dari konstitusi 1999 adalah perubahan nama resmi Venezuela menjadi “Republik Bolivarian Venezuela. 5. Penilaian/Evaluasi Kebijakan Penilaian dari kebijakan Hugo Chavez yang menerapkan Revolusi Bolivarian adalah Chavez berhasil membawa perubahan besar di Venezuela melalui gerakan revolusi Bolivarian. Chavez menyadari bahwa neoliberalisme dijalankan oleh sekelompok kecil elit yang berusaha mengambil keuntungan dengan menjalankan ekonomi yang dikendalikan oleh keputusan sedikit orang (oligarki) dengan mengorbankan mayoritas rakyat. Oleh sebab itulah, salah bentuk perlawanan terhadap neoliberalisme di Venezuela adalah dengan merebut hak-hak segelintir elit dan mengembalikannya pada mayoritas rakyat. Beberapa kebijakan politik yang
18 dilakukan oleh Hugo Chavez dilandaskan pada upaya untuk mengembalikan hak-hak ekonomi, politik, dan budaya kepada rakyat. Salah satu program penting pemerintahan Chavez adalah menasionalisasikan Petroleros de Venezuela, S.A (PDVSA), merupakan perusahaan minyak BUMN, yang awalnya dikuasai oleh para pemodal Chevron Corps; Royal Dutch Shell, Repsol, dan Exxon. Dengan melakukan nasionalisasi terhadap PDVSA, berarti dapat mengontrol keuntungan yang didapat dari hasil ekspor minyak. D.
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan
kualitatif. Creswell mendefinisikan metoda pendekatan kualitatif sebagai38sebuah proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial atau masalah manusia. Metoda kualitatif dipilih karena penulis ingin menganalisis dasar pemikiran yang melatarbelakangi kebijakan Hugo Chavez di Venezuela dalam melawan hegemosi AS. Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian bersifat deskriptif. Tujuan dari penelitian yang bersifat deskriptif yaitu untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu.39 Penelitian ini sendiri bertujuan untuk menjelaskan kebijakan Hugo Chavez dalam melawan hegemoni AS. Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknis analisis data kualitatif. Teknik analisis data sendiri memiliki kaitan erat dengan pengumpulan dan interpretasi data. Proses pengolahan data dimulai dengan mengkaji berbagai data yang diperoleh dari berbagai sumber. Data-data yang terkumpul
38
John W. Creswell, Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches (California: Sage Publication, 1994), h. 1. 39 Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 29.
19 kemudian dianalisis secara kualitatif. Dalam penelitian mengenai kebijakan Hugo Chavez dalam melawan hegemoni AS ini, penulis tidak menggambarkan semua temuan yang didapat di lapangan, melainkan hanya data, gambaran, dan analisa yang menurut penulis penting dan relevan untuk dipaparkan dalam penelitian ini. E.
Sistematika Penulisan BAB
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
B.
Pertanyaan Penelitian
C.
Kerangka Pemikiran
D.
Metode Penelitian
E.
Sistematika Penulisan
BAB II. SUMBER-SUMBER UTAMA KEBIJAKAN LUAR NEGERI YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN LUAR NEGERI HUGO CHAVEZ A.
Sumber Sistemik (Systemis Source)
B.
Sumber Masyarakat (Societal Source)
C.
Sumber Pemerintahan (Governmental Source)
D.
Sumber Idiosinkretik (Idiosyncratic Sources)
BAB III. HEGEMONI DAN INTERVENSI AMERIKA SERIKAT TERHADAP VENEZUELA A. Awal Munculnya Hegemoni Amerika Serikat di Venezuela A.1. Penerapan Doktrin Monroe Terhadap Venezuela A.2. Penerapan dan Kondisi Venezuela di bawah Naungan IMF B. Intervensi Politik Amerika Serikat Terhadap Venezuela: Bush Jr. vs Chavez
20 B.1. Intervensi Sebagai Alat Politik Kebijakan Luar Negeri AS ke Venezuela B.1.1. Kudeta April 2002 B.1.2. Pemilu Parlemen 2005 BAB IV.
KEBIJAKAN
HUGO
CHAVEZ
DALAM
MELAWAN
HEGEMONI AMERIKA SERIKAT A. Program-Program Strategis Pemerintah Chavez Dalam Melawan Hegemoni AS A.1. Pembentukan Identitas Gerakan Movimiento Bolivariano Revolucionario-200 (MBR-200) A.2. Pembentukan Lembaga-Lembaga Regional di Amerika Latin A.3. Kebijakan Energi Venezuela Pada Masa Hugo Chavez A.3.1. Nasionalisasi Perusahaan Minyak Asing di Venezuela A.3.2. Perluasan Pasar Ekspor Global Minyak Venezuela dan Axis of Oil A.3.3. Kebijakan Energi Untuk Program Sosial B. Analisis Atas Kepemimpinan Hugo Chavez Dalam Melawan Hegemoni AS BAB V. PENUTUP
21 BAB II SUMBER-SUMBER UTAMA KEBIJAKAN LUAR NEGERI YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN LUAR NEGERI HUGO CHAVEZ
A.
Sumber Sistemik (Systemis Source) Sumber Sistemik merupakan sumber yang berasal dari lingkungan eksternal
suatu negara. Sumber dari lingkungan eksternal tersebut terjadi ketika Venezuela melakukan hubungan kerjasama dengan IMF. Sumber dari penerapan IMF tersebut adalah dari sebuah negara besar, yaitu AS yang pada akhir tahun 1980-an gencar mempromosikan kebijakan IMF di Amerika Latin, termasuk di Venezuela. Pada 1989 melalui Washington Consensus,40 program IMF diterapkan di Venezuela. Pada tahun itu reformasi ekonomi neoliberal dijalankan yang berisi: suku bunga mengambang, kenaikan pajak pada sektor pelayanan publik, kenaikan upah sebesar 5%; penghapusan tarif impor secara progresif, pengurangan 4% dalam defisit anggaran pendapatan dan belanja negara; pelemahan buruh dengan membuat sistem ikatan kerja yang lebih fleksibel dan membentuk Dekrit Eksekutif. Dekrit Eksekutif mengizinkan perusahaan asing untuk membayarkan 100% keuntungan mereka ke negara asalnya.41 Saat menguntungkan tentunya, bagi investasi asing di tengah iklim investasi global dan pasar bebas, namun berbeda dengan posisi rakyat Venezuela yang semakin dilemahkan, dan terkena imbas buruknya
40
Washington Consensus adalah butir-butir kesepakatan ketentuan ekonomi yang harus dijalankan oleh negara-negara penghutang yang isinya meliputi: 1.Mengurangi pengeluaran publik, 2. Liberalisasi keuangan, 3.Liberalisasi perdagangan, 4.Mendorong investasi langsung asing, 5.Privatisasi BUMN, 6.Deregulasi ekonomi, 7.Nilai tukar yang kompetitif untuk perkonomian berbasis ekspor, 8.Menjamin disiplin fiskal, 9. Reformasi pajak, 10.Perlindungan hak cipta. Penjelasan lebih lengkap dapat dilihat dalam James E. Mahon Jr, “Good-Bye to the Washington Consensus?”, Current History, Vol. 102, No. 661, Februari 2003, h. 59. 41 Ibid.
21
22 Hubungan tersebut berlangsung pada masa pemerintahan Carlos Andres Perez di tahun 1989. Hubungan yang dilakukan pemerintah Carlos Andres Perez melalui negosiasi persetujuan struktural dengan IMF sebesar 4,5 miliar dolar Amerika digunakan untuk memulihkan kondisi negara Venezuela yang pada saat itu mengalami krisis ekonomi.42 Selanjutnya hubungan kerjasama antara Venezuela dengan IMF juga berlangsung kembali pada masa pemerintahan Rafael Caldera di tahun 1994.
Atas persetujuan IMF, Venezuela pada masa pemerintahan Rafael
Caldera memperoleh pinjaman keuangan sebesar 1,5 miliar dolar Amerika.43 B.
Sumber Masyarakat (Societal Source) Sumber Masyarakat yang ingin penulis jabarkan adalah kondisi perkenomian
masyarakat Venezuela ketika penerapan program IMF di Venezuela. Namun, program IMF tersebut gagal membawa kesejahteraan bagi rakyat Venezuela. Carlos Andres Perez yang beraliran neoliberal dan menganut kebijakan IMF membawa Venezeula ke sebuah era timpangnya ekonomi antara kelompok kaya dan rakyat miskin Venezuela. Sebagai contoh, Daniel Hellinger mengutip sebuah statistik yang mengungkapkan bahwa persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan meningkat dari 36% di tahun 1984 menjadi 66% di tahun 1995.44 Pada tahun 1981, empat puluh persen penduduk pada tingkat paling bawah hanya memperoleh 19,1% dari kesejahteraan dimana pada tahun 1997 menjadi hanya 14,7% kesejahteraan. Sepuluh persen penduduk negara tersebut menikmati kenaikan kesejahteraan dari tahun 1981-97 dari 21,8% menjadi 32,8%.45
Tarif yang
melindungi industri kunci domestik dari kompetisi asing dihapuskan. Disinyalir hal
42
Ibid., h. 46. Ibid. 44 Daniel Hallinger, “Political Overview: The Breakdown of Puntofijismo and The Rise of Chavis mo,” dalam Steve Ellner & Daniel Hellinger, ed., Venezuelan Politics in the Chavez Era: Class, Polarization, and Conflict (Colorado: Lynne Rennier Publishers, 2004), h. 27-28. 45 Ibid. 43
23 ini memainkan peran dalam menghancurkan sektor pertanian. 600.000 orang meninggalkan pedesaan menuju kota antara tahun 1989 dan 1992. Persentase tenaga kerja yang bekerja di sektor ekonomi informal yang tidak stabil meningkat dari 34,5% pada tahun 1980 menjadi 53% pada tahun 1999.46 Atas krisis tersebut, ribuan orang turun ke jalan untuk melakukan protes terhadap pemerintah. Bentrokan dengan polisi pun tidak bisa dihindarkan dan banyak korban berhatuhan. Peristiwa ini dikenal dengan El Caracazo (27-28 Februari 1989), ledakan kemarahan rakyat saat terjadi kenaikan harga minyak, ditumpas oleh tentara. Menurut data organisasi Hak Asasi Manusia (HAM), kurang lebih 500 orang tewas terbunuh. Negara dikepung oleh militer dan jam malam diberlakukan di beberapa kota di Venezuela.47 Akibat dari krisis tersebut membuat perubahan opini publik di sebagian besar rakyat Venezuela. Mereka tidak lagi mempercayai pemimpin yang menjadi budak kepentingan AS di Venezuela. Dalam hal ini pemimpin yang tergiur dengan bantuan AS dengan kebijakan IMF-nya. Namun, kebijakan tersebut gagal membuat masyarakat Venezuela sejahtera dan justru Venezuela jatuh ke dalam krisis ekonomi. Rakyat Venezuela mulai mengenal Chavez saat terjadi pemberontakan militer yang dipimpin oleh Hugo Chavez Frias pada tanggal 4 Februari 1992. Chavez merebut barak militer di Caracas namun gagal menguasai istana Miraflores. Presiden Kemudian Carlos Andrez Perez melarikan diri. 48 Chavez merasa merasa bahwa dengan bernaung di bawah IMF membawa dampak negatif bagi e k o n o m i n e g a r a n ya , d e n g a n k e ya k i n a n H u g o Chavez
46
kemudian
memutuskan
hubungan
dengan IMF, dan tidak
Ibid., h. 43-44. Ibid., h. 25. 48 Harnecker, Memahami Revousi Venezuela:Perbincangan Hugo Chávez dengan Marta Harnecker, h. 25. 47
24 mengikuti arus liberalisme, karena dianggapnya membawa ketimpangan antara kaum borjuis dan rakyat jelata. C.
Sumber Pemerintahan (Governmental Source) Sumber Pemerintahan disini berkaitan erat dengan kondisi politik dalam
negeri Venezuela pada masa pemerintahan Hugo Chavez diikuti oleh lahirnya Konstitusi Bolivarian 1999 yang menjadi dasar utama bagi seluruh kebijakan pemerintahan dalam banyak bidang. Pembaharuan-pembaharuan yang dijalankan atas dasar Konstitusi Bolivarian disebut sebagai perubahan Revolusioner Bolivarian.49 Perubahan Revolusioner Bolivarian ditandai oleh visi kerakyatan yang diamanatkan oleh Konstitusi Bolivarian 1999 yakni tegaknya kedaulatan ekonomi dan politik rakyat Venezuela yang anti imperialisme, demokrasi partisipatif, swadaya ekonomi, distribusi yang adil dari pendapatan pertambangan minyak Venezuela dan penghapusan tindakan korupsi.50 Revolusi Bolivarian di Venezuela menggunakan jalur parlemen dan referendum dengan partisipasi rakyat
yang damai. Chavez menggunakan
kewenangan dan posisinya sebagai presiden untuk memajukan kebijakan yang radikal dalam bidang ekonomi, politik, dan sosial. Program pentingnya antara lain meloloskan Konstitusi Bolivarian 199951, melaksanakan misi-misi sosial Bolivarian seperti Plan Bolivar 200052, serta sikap penolakannya terhadap kapitalisme dan Konsesus AS serta mempromosikan model pembangunan ekonomi dan alternatif dan kerja sama ekonomi diantara negara-negara miskin. Sebagai contoh, Chavez memperkuat kedudukan Venezuela di Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) untuk menangkal pengaruh AS di 49
Lander, “Venezuela Populism and the left: alternatives to neo-liberalism,” h. 81. Ibid., h. 81. 51 Lander, “Venezuela Populism and the left: alternatives to neo-liberalism,” dalam Patrick Barrett dkk, ed., The New Latin American Left: Utopia Reborn (London: Plutpo Press, 2008), h. 79-80. 52 Harnecker, “The Military in the Revolution and the Counter-Revolution.” 50
25 OPEC.53 Selain itu Chavez juga
memanfaatkan keuntungan minyaknya dengan
menasionalisasi perusahaan minyak PdVSA untuk membiayai program-program sosial Venezuela.54 D.
Sumber Idiosinkretik (Idiosyncratic Sources)\ Penulis mengunakan sumber idiosinkretik untuk menjelaskan pengaruh nilai-
nilai-nilai pengalaman dan pengaruh kepribadian Hugo Chavez yang dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri dari Hugo Chavez sendiri. Penulis mencoba menganalisis tentang pengaruh idiosinkretik Chavez dari pengaruh agama, Simon Bolivar serta militer dan politik. Pertama, penulis mencoba menjabarkan tentang pengaruh agama dan teologi pembebasan terhadap pemikiran Hugo Chavez. Pada mulanya istilah “teologi pembebasan” atau liberation theology diperkenalkan oleh para teolog Katolik di Amerika Latin pada pertengahan abad lalu.55 Teologi pembebasan adalah teologi yang memperhatikan nasib dan solidaritas kepada mereka yang menderita ketidakadilan, kalah, miskin, dan ditindas. Teologi pembebasan di Amerika Latin muncul akibat dua situasi: pertama adalah
keterbelakangan,
ketergantungan,
keterpinggiran,
ketertindasan
dan
kemiskinan yang diakibatkan oleh proses industrialisasi sejak tahun 1950-an di seluruh benua di bawah arahan modal multinasional; dan ke dua meningkatnya perjuangan sosial, gerakan-gerakan gerilya, pergantian pemerintah melalui kudeta
53
Reid, Forgotten Continent: The Battle for Latin America’s Soul, h. 160. Ibid. 55 Gustavo Gutierrez, “A Theology of Liberation,” dalam Francis Wahono Nitiprawiro, Teologi Pembe basan: Sejarah, Metode, Praksis, dan Isinya (Yogyakarta: Lembaga Kajian Islam dan Sosial, 2000), h. 34 54
26 militer dan krisis keabsahan sistem politik, sejak meletusnya revolusi Kuba tahun 1959.56 Pada saat ini Hugo Chavez juga menggunakan pengaruh dari teologi pembebasan tersebut untuk program-program sosialismenya melalui Revolusi Bolivarian-nya. Revolusi Bolivarian Venezuela sebenarnya bergandengan tangan dengan gagasan teologi pembebasan Katolik yang khas Amerika Latin tersebut. Ini berkaitan dengan kebijakan-kebijakan anti neoliberalismenya. Revolusi ini bertujuan membebaskan Venezuela dari sistem kapitalisme dan neoliberalisme karena sistem ini terbukti membawa Venezuela jatuh dalam krisis sehingga rakyat Venezuela banyak yang hidup dalam garis kemiskinan. Revolusi ini juga bertujuan memperbaiki sistem-sistem sosial yang selama ini di anggap buruk sebelum Chavez menjabat sebagai presiden. Chavez menjanjikan perubahan radikal dalam ekonomi dan politik untuk memberikan bagian yang lebih banyak pada rakyat miskin dari hasil keuntungan Revolusi Bolivarian tersebut. Salah satu contohnya adalah keuntungan dari hasil nasionalisasi perusahaan minyak PdVSA untuk membiayai program-program sosial Revolusi Bolivarian. Ke dua, penulis mencoba menjabarkan tentang pengaruh ketokohan Simon Bolivar terhadap pemikiran Hugo Chavez. Simon Bolivar adalah tokoh yang sangat fenomenal di Amerika Latin. Perjuangannya ketika membebaskan Amerika Latin dari kaum penjajah membuat banyak orang menjadikannya sebagai inspirasi termasuk Hugo Chavez. Selama era Bolivarian, Venezuela diberikan pengaruh yang besar di panggung internasional. Pada tahun 1819, kemerdekaan Venezuela tercapai
56
Paul E. Sigmund, Liberation Theology at the Crossroads, Democracy or Revolution? (New York: Oxford University Press, 1990), h. 177.
27 dari Spanyol dan bergabung dengan tetangganya Kolombia, Ekuador, dan Panama untuk membentuk Federasi Kolombia Baru.57 Simon Bolivar melihat penyatuan daerah sebagai cara untuk melawan kekuatan yang muncul dari AS. Simon Bolivar juga berjuang untuk membebaskan bangsa-bangsa Andean di Peru dan Bolivia dari penindasan Spanyol. Sayangnya, Federasi Kolombia Baru tidak bertahan lama, setelah pada tahun 1830 Venezuela dan Ekuador memisahkan diri.
Sejak era Simon Bolivar, tidak ada pemimpin
Venezuela, dari pihak militer ataupun sipil, yang meneruskan perjuangannya.58 Pada saat ini, Hugo Chavez berusaha untuk menghidupkan kembali mimpi Bolivarian dengan menumbuhkan solidaritas di kawasan Andean, sebuah daerah yang rawan dengan ketidakstabilan politik, kekerasan, dan ketegangan etnis. Dalam sebuah wawancara, ia mengatakan: "Apa yang kami usulkan adalah untuk menangkap kembali ide asli kami, di mana republik kita didirikan Simon Bolivar dengan ide tentang sebuah sistem internasional multipolar”.
Simon Bolivar
mengusulkan berdirinya Kolombia Raya, yaitu Venezuela, Kolombia, Ekuador, Peru, Bolovia, dan Panama menjadi satu republik besar. Simon Bolivar memiliki visi multipolar dunia. Kami tidak ingin dunia unipolar ataupun bipolar.59 Chavez tak hanya bermimpi tentang industri minyak yang diintegrasikan secara regional, tapi juga Chavez bicara tentang traktat organisasi Atlantik Selatan yang akan beranggotakan hanya negara negara Amerika Latin dan Afrika, disiapkan untuk penjagaan keamanan negara-negara Selatan.60 solidaritas
57
internasional
melawan
imperialisme,
Chavez juga memperluas menggagas
pembentukan
Nikolas Kozloff, Hugo Chavez: Oil, Politics, and The Challenge to the United States (New York: Palgrave Macmillan Press, 2008), h. 133. 58 Ibid. 59 Ibid., h. 134. 60 Kozloff, Hugo Chavez: Oil, Politics, and The Challenge to the United States, h.135.
28 Alternativa Bolivariana para las Américas (ALBA), sebagai boikot terhadap FTAA yang disponsori oleh AS. Ke tiga, penulis mencoba menjabarkan tentang pengaruh karir militer dan politik terhadap pemikiran Hugo Chavez. Perjuangan Chavez di militer di mulai ketika pada tahun 1982, Chavez bersekongkol dengan teman-temannya di militer yaitu, Carles Acosta Felipe, Jesús Urdaneta Hernández, dan Kolonel Rafael Baduel mendirikan sebuah gerakan. yaitu Movimiento Bolivariano Revolucionario-200 (MBR-200), dinamakan tersebut karena bertepatan dengan ulang tahun ke-200 kelahiran Simon Bolívar.61 Peran penting yang dilakukan Chavez, dimulai ketika kelompok ini melakukan kudeta bersenjata pada 4 Februari 1992 yang bertujuan menggulingkan presiden Perez, seraya berjanji akan memulihkan patriotisme dan kepentingan bersama rakyat Venezuela tetapi kudeta militer tersebut berakhir dengan kegagalan. Chavez pun dijebloskan ke dalam penjara selama dua tahun.62 Namun, Chavez telah dianggap sebagai seorang pembebas. Sebagai perwira menengah berusia 38 tahun, kepahlawanan Chavez mulai dikait-kaitkan dengan nama besar pejuang Venezuela di masa lalu, Simon Bolívar, Simon Rodriguez (guru dan pembimbing Bolivar) dan Ezequiel Zamora (seorang jenderal di abad ke-19 yang mendistribusikan tanah kepada para tentara).63 Berdasarkan pada kegagalan gerakan di masa lalu, Chávez memutuskan terlibat dalam proses politik demokrasi elektoral untuk merebut kekuasaan politik. Dalam keadaan tak ada gerakan revolusioner yang kuat, sebuah gerakan politik bersenjata tak lebih sebagai usaha bunuh diri.64 Dengan berbendera organisasi MVR,
61
Reid, Forgotten Continent: The Battle for Latin America’s Soul, h. 165. Ibid., 166. 63 Ibid. 64 Lander, “Venezuela Populism and the left: alternatives to neo-liberalism,” h. 70. 62
29 ia berkeliling ke seluruh negeri dengan mengusung tema-tema kampanye yang tak bergeser dari gagasan awal ketika melakukan kudeta pada tahun 1992: MVR ini merupakan koalisi dari berbagai kelompok, yang terutama adalah Movimiento al Socialismo (MAS), Patria Para Todos (PPT), and the Communist Party.65 Kritikan terhadap privatisasi besar-besaran dan menjadikan perang melawan korupsi, baik dalam pemerintahan sipil maupun di dalam tubuh militer, sebagai slogan utamanya. Selama masa kampanye itu pula, Chavez berulang kali mengatakan bahwa Venezuela membutuhkan sebuah republik baru dan sebuah gerakan baru yang dibentuk dengan tujuan melawan segala kebobrokan yang terjadi di masa lalu. Hasil akhir pemilu 6 Desember 1998 menempatkan Chavez sebagai pemenang dengan jumlah suara sebesar 56.2% (3,673,685 suara), sebuah kemenangan terbesar yang berhasil diraih seorang kandidat presiden dalam empat dekade terakhir.66 Setelah memenangkan kursi kepresidenan, program pertama Chavez adalah menggelar referendum pada 25 April 1999 untuk menyusun sebuah dewan konstituante (Constituent Assembly), yang dilanjutkan dengan pemilihan anggota konstituante pada 25 Juli 1999.67
65
Ibid., h. 71. Levin, Modern World Leaders: Hugo Chavez, h. 81. 67 Ibid., h. 83. 66
30 BAB III HEGEMONI DAN INTERVENSI AMERIKA SERIKAT TERHADAP VENEZUELA
A.
Awal Munculnya Hegemoni Amerika Serikat di Venezuela Masuknya AS dalam kawasan Venezuela mempunyai sejarah yang sangat panjang, semenjak dikeluarkannya Doktrin Monroe dalam pidato presiden AS James Monroe pada tahun 1823. Namun, ketika Doktrin Monroe runtuh, AS mulai terlibat dalam percaturan politik internasional.
Dimulai dengan keterlibatannya dalam
Perang Dunia II, AS mulai menanamkan hegemoninya. Pasca Perang Dunia II muncul dua blok yang sama-sama kuat yaitu AS dengan ideologi liberalnya, dan Uni Soviet dengan ideologi Komunisnya. Pada masa-masa tersebut AS dan Uni Soviet terlibat dalam
pertikaian ideologi, dan
pertikaian ini dimenangkan AS.
Perkembangan selanjutnya muncul institusi penunjang pasar bebas seperti WTO, IMF dan World Bank. Dengan adanya lembaga-lembaga ini, AS mulai membangun hegemoninya di negara-negara berkembang. Isu-isu mengenai dekolonisasi dan demokratisasi mulai digunakan AS untuk melaksanakan berbagai macam program pembangunan seperti penyediaan bantuan pembangunan bilateral maupun multilateral dengan sarana publik maupun swasta.
Sehingga negara-negara berkembang di Amerika Latin
termasuk Venezuela yang relatif masih pada tahap pemulihan politik maupun ekonomi pasca Perang Dunia II tergantung pada bantuan keuangan dan bantuan teknologi dari negara-negara industri seperti AS. Lepasnya Amerika Latin dari pengaruh Eropa membuat intervensi AS semakin meluas di Amerika Latin. Amerika Latin merupakan sumber bahan mentah
30
31 sekaligus pasar bagi industri AS, dan untuk menyelamatkan investasinya banyak strategi yang harus dilakukan salah satunya dengan alasan menegakan stabilitas politik di negara-negara Amerika Latin membuat AS harus melakukan intervensi langsung ke Amerika Latin termasuk di Venezuela. A.1.
Penerapan Doktrin Monroe Terhadap Venezuela Pada tahun 1492, Christoper Columbus mendarat di benua Amerika dalam
upaya mencari jalan ke Asia lewat barat. Peristiwa ini menjadi simbolisasi mulainya kolonialisasi Benua Amerika oleh bangsa Eropa.68 Di awalnya terjadi gelombang kolonialisasi oleh Conquistadors (Penakluk) Spanyol ke Amerika Selatan pada abad ke-15. Selanjutnya pada awal tahun 1600-an gelombang emigrasi dari Eropa ke Amerika Utara juga mulai meningkat.
Selama lebih dari tiga abad, gerakan
perpindahan penduduk ke Amerika Utara ini tumbuh dari beberapa ratus orang Inggris menjadi emigrasi jutaan pendatang baru. Terdorong oleh motivasi yang kuat dan berbagai alasan, mereka membangun peradaban di benua yang disebut “dunia baru” tersebut.69 Benua Amerika kemudian dipenuhi oleh koloni-koloni yang berasal dari berbagai bangsa Eropa; Koloni Spanyol memperluas koloninya hingga Amerika Tengah, Amerika Selatan, Meksiko bahkan Texas.
Pada tahun 2567, Spanyol
mendirikan kota Caracas. Kota ini akan menjadi ibukota Venezuela kelak. Lalu pada tahun 1607, Inggris membuka kota koloni pertamanya di Jamestown, Amerika Utara.
Kemudian Inggris juga membuka koloni di berbagai wilayah seperti
Massachusets, Maryland dan akhirnya ke seluruh Amerika. Sementara itu, Prancis membuka koloni di Quebec, Florida hingga Lousiana. Belanda membuka koloni bernama New Amsterdam yang kemudian dikenal sebagai New York. Inilah hunian 68
Livingstone, America’s Backyard: The United States and Latin America from the Monroe Doctrine to the War on Terror, h. 9. 69 Ibid., h. 10.
32 pertama yang kelak menjadi Amerika Serikat. Sedangkan Portugis membangun koloninya di Brasil pada tahun 1500.70 Pada perkembangannya koloni-koloni tersebut membentuk tata pemerintahan mandiri dan mulai memberontak terhadap negara induknya. Koloni-koloni Inggris di Amerika Utara yang kecewa terhadap kebijakan negara induknya, kemudian berserikat dan mengumumkan pemisahan diri.
Pada 4 Juli 1776, deklarasi
kemerdekaan di kumandangkan sebagai tonggak kelahiran Amerika Serikat.71 Perang terjadi antara Amerika yang bersekutu dengan Prancis melawan Inggris yang berakhir dengan kekalahan Inggris. Pada tanggal 3 September 1783, Inggris dan Amerika menyepakati Traktat Paris yang berisikan pengakuan kemerdekaan, kebebasan dan kedaulatan 13 koloni Inggris sebagai Amerika Serikat. Peristiwa ini menjadi inspirasi bagi kemerdekaan koloni-koloni lain di Benua Amerika.72 Selama beberapa dekade awal diabad ke-19, Amerika Tengah dan Selatan mengalami revolusi.
Pada masa itu Prancis terlibat perang Peninsula melawan
Spanyol, Portugal, dan Inggris. Pada tahun 1808, Prancis berhasil mengokupasi Spanyol.73
Dampaknya, adalah koloni-koloni Spanyol di Amerika mengalami
kerenggangan hubungan dengan negara induknya. Kejadian ini membuka peluang bagi upaya perang kemerdekaan. Pada tahun 1822, perjuangan bersenjata dilakukan oleh, kaum Creole (orang Spanyol yang lahir di Amerika Latin) berhasil mendapat kemerdekaan dari tangan kaum Peninsulares (orang-orang Spanyol yang lahir di Spanyol). Para pemimpin kaum Creole itu antara lain, Simon Bolivar, Fransisco
70
Ibid., h. 10. Edward J. Renehan, The Monroe Doctrine: The Cornerstone of American Foreign Policy (Milestones in American History) (New York: Chelsea House Publishing, 2007), h. 8. 72 Ibid. 73 Ibid., h. 10 71
33 Miranda, Josef de San Martin, dan Miguel Hidalgo. Negara yang merdeka dari Spanyol pada masa itu antara lain Quito (1809), Venezuela, dan Paraguay (1811).74 Keberhasilan bangsa-bangsa di Amerika Latin mengikuti jejak koloni di Amerika Utara menangkap perhatian rakyat Amerika Serikat.
Rakyat Amerika
Serikat melihat perjuangan bangsa di Amerika Latin seperti suatu pengalaman mereka sendiri dalam melepaskan diri dari genggaman Eropa.
Gerakan
kemerdekaan Amerika Latin menguatkan kepercayaan mereka kepada pemerintahan sendiri.
Pada tahun 1822, Presiden Amerika Serikat, James Monroe, mendapat
wewenang untuk mengakui negara-negara baru Amerika Latin.
Pengakuan ini
memperkuat status mereka sebagai negara merdeka yang terpisah dari penguasa Eropa.75 Pada saat itu Rusia, Prusia, Austria, dan Perancis membentuk persekutuan suci (Holly Alliance) untuk mencegah penyebaran kemerdekaan ke koloni mereka. Ketika mereka mengumumkan niat untuk mengembalikan bekas daerah jajahan Spanyol kepada pemiliknya yang lama membuat Amerika Serikat menjadi khawatir. Pada bulan Desember 1823, Presiden Monroe menggunakan kesempatan pidato tahunnya ke Kongres guna menyampaikan penolakan tahunnya ke kongres guna menyampaikan penolakan untuk montolerir perluasan lebih lanjut dominasi Eropa di Amerika:76 “Tanah Amerika… mulai sekarang tidak boleh lagi dijadikan ajang kolonisasi oleh negara-negara Eropa… Kita harus menganggap setiap usaha mereka untuk memperluas sistem politik di bagian manapun di benua ini sebagai bahaya bagi kedamaian dan keselamatan kita. “ Doktrin ini melarang negara Eropa mengkolonialisasi atau mencampuri urusan negara-negara di benua Amerika. Segala upaya dan pengaruh politik negara 74
Ibid., h. 11. Ibid, hlm. 12. 76 Monroe, “Seventh Annual Message to Congress, December 2, 1823.” 75
34 Eropa terhadap negara di benua Amerika akan dianggap sebagai ancaman terhadap Amerika Serikat. Pada satu sisi Doktrin Monroe menyatakan semangat solidaritas dengan negara-negara Amerika Latin yang baru merdeka dengan melindungi mereka dari intervensi bangsa Eropa. Akan tetapi di sisi lain Amerika Serikat memasukkan hak mereka untuk mengintervensi urusan dalam negeri dari negara-negara Amerika Latin.77 Konsistensi AS dalam menjalankan Doktrin Monroe terhadap Venezuela terus menerus diuji. Fenomena pertama terjadi dalam kasus sengketa perbatasan Guyana antara Inggris dan Venezuela 1840-1848. Venezuela bersengketa dengan Inggris mengenai sebidang tanah di hulu Sungai Orinoco.78
Dalam kasus ini
Amerika Serikat melibatkan diri sebagai penengah untuk mencegah terjadinya konflik dan memuluskan perundingan. Karena keterlibatan dan diplomasi Amerika Serikat ini Inggris berjanji tidak akan mengokupasi wilayah yang sedang dipersengketakan tersebut.79 Sedangkan inkonsistensi Amerika Serikat menjalankan Doktrin Monroe terjadi pada tahun 1858 dalam kasus sengketa blokade Pelabuhan La Guaira dan Cabello di Venezuela oleh Skuadron Inggris dan Perancis. Peristiwa ini diawali dengan pengunduran diri Presiden Monagas untuk menghindari kudeta berdarah. Diplomat Prancis dan Inggris menyetujui pemberian suaka kepada Monagas. Kemudian Monagas ditahan oleh pemerintah baru Venezuela.80 Beberapa minggu kemudian Inggris dan Perancis pun menuntut penyerahan Monagas. Pemerintah Venezuela menolak tuntutan tersebut. Sehingga menyinggung
77
Ibid. Saleem Akhtar, “USA Policy of Intervention: A Critical Analysis,” India Quarterly, No 1&2 (JanJun 2003), 79 Ibid 80 Renehan, The Monroe Doctrine: The Cornerstone of American Foreign Policy (Milestones in American History), h. 52. 78
35 Inggris dan Prancis. Mereka kemudian memutuskan hubungan diplomatik dengan Venezuela dan mengepung pelabuhan La Guaira dan Cabello, Venezuela.81 Perselisihan ini berakhir setelah Inggris mengirim perwakilan resmi yang baru dan berkompromi dengan Venezuela. Perwakilan resmi Amerika Serikat menilai hasil ini sebagai adil bagi pihak yang bertikai. Amerika Serikat tidak melibatkan diri dalam konflik ini dan tidak menjalanlan perannya sesuai Doktrin Monroe.82 Terlepas konsistensi atau inkonsistensi dalam menjalankan Doktrin Monroe, Venezuela tetap memandang AS sebagai pelindung prinsip dan institusi demokrasi. Dapat dikatakan Doktrin Monroe menjadi semacam perisai pelindung bagi negaranegara Amerika Latin. Selain itu Amerika Serikat dipersepsikan sebagai saudara tua Venezuela yang melindungi dan menjalin kerjasama berdasarkan persaudaraan sesama bangsa Amerika. Kerjasama yang menonjol adalah bidang maritim dan perdagangan. Amerika Serikat dan Venezuela memiliki perjanjian menyangkut hak maritim dan perdagangan. Perjanjian tahun 1836 menjamin perlakuan yang adil terhadap kapal dan pedagang antar negara. Kemudian pada tahun 1860 kedua negara meratifikasi perjanjian yang menjamin kebebasan perlayaran, anti pembajakan, serta kesempatan perdagangan yang adil antar negara. Hal ini menunjukkan kedua negara memiliki kesamaan kepentingan dalam bidang hak-hak maritim.83 Bisa dikatakan dalam masa awal hubungannya Amerika Serikat dan Venezuela memiliki berbagai kepentingan yang sejalan. Amerika Serikat memiliki posisi sebagai pelindung dengan menjalankan peran arbitrase bagi Venezuela. Selain itu tidak terjadi antagonisme yang signifikan di antara kedua negara. Bilapun
81
Ibid. Ibid., h. 53. 83 Ibid. 82
36 terjadi perselisihan dan perbedaan pendapat, dapat dihadapi dengan itikad baik sehingga mengokohkan hubungan antar kedua negara. A.2.
Penerapan dan Kondisi Venezuela di bawah Naungan IMF Penerapan Pakta Punto Fijo setelah tergulingnya diktator Jenderal Marcos
Perez Jimenez pada tahun 1958 secara efektif menempatkan kekuatan institusi negara di tangan partai AD dan COPEI. Kenneth Roberts mencatat bahwa kebijakan radikal dari pemerintahan AD antara tahun 1945-48 telah memainkan peran dalam pengambil-alihan kekuasaan pada tahun 1948 dari Jenderal Jimenez yang didukung oleh kelompok elit Venezuela. Partai AD di Punto Fijo berjanji untuk tidak terlibat dalam kebijakan egaliter yang serius.84 Oil boom85 pada tahun 1970-an benar-benar meningkatkan standar kehidupan negara tersebut walaupun kemiskinan tetap ada. Menurunnya harga minyak dan peningkatan hutang di negara tersebut mengundang pemerintah untuk terlibat dalam rangkaian tindakan penghematan di awal tahun 80an yang dimulai dengan devaluasi mata uangnya.86 Tapi masalah baru timbul pada pemilihan Carlos Andrés Peréz dari partai AD tahun 1989 yang telah menjadi Presiden sebelumnya dari tahun 1974 sampai tahun 1979 pada saat puncak oil boom negara tersebut. Ia secara eksplisit berjanji untuk tidak melakukan pemotongan besar-besaran pada pengeluaran sosial dan tidak melakukan privatisasi pada industri-industri yang dimiliki oleh pemerintah. Segera setelah menduduki kekuasaan pada tanggal 2 Februari 1989, ia mengumumkan
84
Kenneth Roberts, “Social Polarization and the Populist Resurgence in Venezuela,” dalam Steve Ellner & Daniel Hellinger, ed., Venezuelan Politics in the Chavez Era: Class, Polarization, and Conflict (Colorado: Lynne Rennier Publishers, 2004), h. 55-56. 85 Oil boom disini adalah peningkatan penghasilan dari sektor minyak. Peningkatan tersebut terjadi dengan cepat dan pertumbuhan GDP dari suatu negara akan meningkat, dalam Kenneth Roberts, Social Polarization and the Populist Resurgence in Venezuela, h. 56. 86 Ibid., h. 72.
37 bahwa ia telah mencapai persetujuan dengan institusi-institusi internasional untuk melakukan hal yang berlawanan dengan apa yang sebelumnya ia ucapkan.87 Pada tanggal 16 Februari 1989 melalui Structural Adjustmet Program (SAP)88, IMF diimplementasikan di Venezuela. Pada tahun itu reformasi ekonomi neoliberal dijalankan yang berisi: suku bunga mengambang, kenaikan pajak pada sektor pelayanan publik, kenaikan upah sebesar 5%; penghapusan tarif impor secara progresif, pengurangan 4% dalam defisit anggaran pendapatan dan belanja negara; pelemahan buruh dengan membuat sistem ikatan kerja yang lebih fleksibel dan membentuk Dekrit Eksekutif. Dekrit Eksekutif mengizinkan perusahaan asing untuk membayarkan 100% keuntungan mereka ke negara asalnya.89 Inflasi mencapai 80,7%, upah riil menurun hingga 40%, pengangguran mencapai 14% dan 80,42% penduduk hidup dalam kemiskinan.. Atas krisis tersebut, ribuan orang turun ke jalan untuk melakukan protes terhadap pemerintah. Bentrokan dengan polisi pun tidak bisa dihindarkan dan banyak korban berhatuhan. Peristiwa ini dikenal dengan El Caracazo (27-28 Februari 1989), ledakan kemarahan rakyat saat terjadi kenaikan harga minyak, ditumpas oleh tentara. Menurut data organisasi Hak Asasi Manusia (HAM), kurang lebih 500 orang tewas terbunuh. Negara dikepung oleh militer dan jam malam diberlakukan di beberapa kota.90 Carlos Andres Perez yang beraliran neoliberal dan menganut kebijakan IMF membawa Venezeula ke sebuah era timpangnya ekonomi antara kelompok kaya dan
87
Marta Harnecker, Memahami Revousi Venezuela: Perbincangan Hugo Chávez dengan Marta Harnecker (Jakarta: Aliansi Muda Progresif dan Institute for Global Justice, 2006), h. 24. 88 Structural Adjustmet Program (SAP) adalah kebijakan yang diterapkan oleh IMF dan World Bank di negara-negara berkembang. Kebijakan tersebut berupa pinjaman untuk mendapatkan tingkat bungan yang lebih rendah dengan tujuan mengurangi ketidakseimbangan fiscal negara peminjam tersebut, dalam Reid, Forgotten Continent: The Battle for Latin America’s Soul, h. 126. 89 Ibid. 90 Ibid., h. 25.
38 rakyat miskin Venezuela. Daniel Hellinger mengutip sebuah statistik yang mengungkapkan bahwa persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan meningkat dari 36% di tahun 1984 menjadi 66% di tahun 1995.91 Pada tahun 1981, empat puluh persen penduduk pada tingkat paling bawah hanya memperoleh 19,1% dari kesejahteraan dimana pada tahun 1997 menjadi hanya 14,7% kesejahteraan. Sepuluh persen penduduk negara tersebut menikmati kenaikan kesejahteraan dari tahun 1981-97 dari 21,8% menjadi 32,8%.92 Tarif yang melindungi industri kunci domestik dari kompetisi asing dihapuskan. Disinyalir hal ini memainkan peran dalam menghancurkan sektor pertanian. 600.000 orang meninggalkan pedesaan menuju kota antara tahun 1989 dan 1992. Persentase tenaga kerja yang bekerja di sektor ekonomi informal yang tidak stabil meningkat dari 34,5% pada tahun 1980 menjadi 53% pada tahun 1999.93 Rakyat Venezuela mulai mengenal Chavez saat terjadi pemberontakan militer yang dipimpin oleh Hugo Chavez Frias pada tanggal 4 Februari 1992. Chavez merebut barak militer di Caracas namun gagal menguasai istana Miraflores. Presiden Kemudian Carlos Andrez Perez melarikan diri. 94 Sementara para pemberontak merebut Maracaibo, Valencia dan Maracay, kota-kota kunci Venezuela. Kudeta militer ini menemui kegagalan. Selama kudeta, Chávez menyerukan pemberantasan korupsi dan ketidakadilan sosial dalam sebuah pidato di televisi yang melesatkan karir politiknya. Ia menghabiskan dua tahun di
91
Daniel Hallinger, “Political Overview: The Breakdown of Puntofijismo and The Rise of Chavis mo,” dalam Steve Ellner & Daniel Hellinger, ed., Venezuelan Politics in the Chavez Era: Class, Polarization, and Conflict (Colorado: Lynne Rennier Publishers, 2004), h. 27-28. 92 Ibid. 93 Ibid., h. 43-44. 94 Harnecker, Memahami Revousi Venezuela:Perbincangan Hugo Chávez dengan Marta Harnecker, h. 25.
39 penjara, mengatur rencana kembalinya dirinya ke kancah politik, sebelum diberi amnesti pada tahun 1994.95 Kemudian, Rafael Caldera memenangkan pemilu tahun 1994 setelah Peréz dimakzulkan. Caldera menjalankan kebijakan anti neo-liberal tapi ia memutuskan untuk meneruskan kebijakan privatisasi Peréz pada tahun 1996.96 Pada tanggal 14 Desember 1994, pemerintah turun tangan untuk menyelamatkan 14 bank. Bank Sentral Venezuela menawarkan tambahan kredit yang jumlahnya luar biasa demi mendukung sistem perbankan sehingga banyak institusi perbankan yang gagal.97 Dari tahun 1980-1994, 20% penduduk termiskin Venezuela hanya memiliki Gross Domestic Product (GDP) sebesar 1.505 dolar Amerika, sementara 20% penduduk terkaya 24.411 dolar Amerika (lihat tabel 3.1).98 Setelahnya, penurunan ekonomi yang berlanjut dan banyaknya pemotongan layanan publik menyebabkan kemarahan publik tetap tinggi, yang pada akhirnya membawa Chavez ke tampuk kekuasaan tahun 1998.99 Tabel 3.1. Kekayaan Minyak dan Kemiskinan Massal di Venezuela Kekayaan Minyak dan Kemiskinan Massal di Venezuela Rata-rata Real GDP per kapita, 1980pendapatan per 1994 tahun dari ekspor minyak, 1980 20% penduduk 20% penduduk 1984 termiskin terkaya
US$ 12,52 milyar
US$ 1.505
US$24. 411
Penduduk hidup di bawah garis kemiskinan, 1989-1994
31%
Sumber: UNDP, Human Development Report (New York: Oxford University Press, 1998); International Monetary Fund (IMF), International Financial Statistics, 1998 (Washington DC:IMF, 1998)
95
Ibid. “Military populism in Venezuela: The persistence of a regional tradition,” The International Issues of Strategic Studies, Vol. 5 Issue. 6 (July 1999): h. 1. 97 Hallinger, “Political Overview: The Breakdown of Puntofijismo and The Rise of Chavismo,” h. 28. 98 Military populism in Venezuela: The persistence of a regional tradition,” h. 2. 99 Ibid. 96
40 Chavez merasa merasa bahwa dengan bernaung di bawah IMF membawa dampak negatif bagi e k o n o m i n e g a r a n ya , d e n g a n k e ya k i n a n H u g o Chavez
kemudian
memutuskan
hubungan
dengan IMF, dan tidak
mengikuti arus liberalisme, karena dianggapnya membawa ketimpangan antara kaum borjuis dan rakyat jelata. Peran IMF yang pada awalnya membantu negara-negara dalam stabilitas fininsial ekonomi domestik beserta pengurangan angka kemiskinan ikut bergeser. Grafik 3.1. Dinamika Politik Venezuela dan Pengaruhnya Terhadap GDP
Sumber: Mark Weisbrot and Luis Sandoval, “Update: The Venezuelan Economy in the Chavez Years,” Center for Economic and Policy Research, Washington, February 2008, h. 7, artikel diakses pada 5 Juli 2011 pukul 16.30 dari http://www.cepr.net/index.php/publications/reports/update-thevenezuelan-economy-in-the-chavez-years/ Keterangan: Q: Quarterly, 1 Venezuelan Bolivar: 0,2326 US Dollar/ 1 US Dollar: 4.300 Venezuelan Bolivar (Sumber: http://themoneyconverter.com/USD/VEF.aspx).
Sejak terpilih tahun 1998 dan mulai memerintah tahun 1999, pemerintahan Chavez diwarnai oleh instabilitas politik yang memiliki dampak buruk terhadap perekonomian dalam empat tahun masa pemerintahannya (Lihat Grafik 3.1). Kudeta
41 militer yang berhasil (walaupun hanya berlangsung sesaat) pada bulan April 2002, yang diikuti oleh mogoknya para pekerja minyak pada bulan Desember 2002 Februari 2003 menyebabkan ekonomi jatuh ke resesi yang parah, sehingga Venezuela kehilangan 24 persen GDP. Tapi pada kuartal kedua tahun 2003, situasi politik mulai stabil, dan terus stabil selama perkembangan ekonomi saat ini. Ekonomi terus menerus mengalami pertumbuhan yang cepat sejak dimulainya stabilitas politik. GDP tumbuh sebesar 87,3 persen sejak berada di dasar resesi tahun 2003.100 Usaha untuk mengatasi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi rakyat, dari tahun ke tahun semakin terlihat hasilnya seperti yang ada pada tabel berikut ini: Tabel 3.2. Tingkat Kemiskinan di Venezuela (1998-2005) Tahun
Periode (per setengah tahun)
Keluarga yang berada di bawah garis kemiskinan (%)
1998
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
49, 0 43, 9 42, 8 42, 0 41, 6 40, 4 39, 1 39, 0 41, 5 48, 6 54, 0 55, 1 53, 1 47, 0 42, 4 37, 9
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Individu yang berada di bawah garis kemiskinan (%) 55, 44 50,40 49, 99 48, 69 43, 81 46, 34 45, 51 45, 38 48, 13 55, 36 61, 00 62, 09 60, 15 53, 90 48, 80 43, 70
Sumber: “Venezuela’s National Statistic Institute (INE, Republica Bolivariana de Venezuela). Oil Wars Blog. Chavez Fights Poverty, and Succeeds-Part III,” artikel diakses pada 6 Juli 2011 pukul 17.42 dari http://www.venezuelanalysis.com/articles.php?artno=1594.
100
Ibid.
42 B. Intervensi Politik Amerika Serikat Terhadap Venezuela: Bush Jr. vs Chavez Ketegangan antara Hugo Chavez dengan Bush Jr. mencapai puncaknya ketika terjadi kudeta atas Chavez pada bulan April 2002. Pada 11 April 2002, Presiden Hugo Chavez digulingkan dalam kudeta yang berumur pendek. Chavez ditahan, diculik, dan diisukan mengundurkan diri. Kemudian Pedro Carmona, ketua Federación de Cámaras y Asociaciones de Comercio y Producción de Venezuela (Fedecamaras) yaitu, semacam kamar dagang di Venezuela, dilantik menjadi presiden.101 Berkat dukungan rakyat dan militer yang setia pada Chavez, kudeta tersebut dapat ditumbangkan. Chavez kembali ke kantor dalam waktu kurang dari dua hari.
Walaupun Chavez adalah presiden yang terpilih secara demokratik,
pemerintah Bush Jr. Mendukung kudeta dan memberikan dukungan pada pemerintahan transisi pimpinan Pedro Carmona.102 Sebenarnya Chavez adalah presiden yang terpilih melalui pemilihan demokratis, namun ia tidak mau tunduk pada kebijakan AS.
Karena itu, AS
sebenarnya mempunyai kepentingan untuk mengganti rezim Chavez di Venezuela dengan rezim yang lebih bekerjasama dengan AS. Ini yang menjadi dasar bagi kebijakan intervensionis AS terhadap Venezuela. Intervensi AS terhadap Venezuela terbagi menjadi tiga front.103 Pertama, adalah front keuangan dengan mendanai oposisi. Kedua, adalah front diplomasi. Melalui jalur diplomasi AS berusaha mendiskreditkan dan mengisolasi pemerintahan Hugo Chavez. Seperti sudah dijabarkan sebelumnya upaya pendiskreditan dilakukan melalui berbagai pernyataan yang tidak bersahabat dari pejabat AS.
101
Kim Scipes, “The AFL-CIO Foreign Policy Program and the 2002 Coup in Venezuela,” artikel diakses pada 16 Januari 2011 pukul 08.10 dari http://venezuelanalysis.com/analysis/1977 102 Ibid. 103 Jim Mcllroy&Coral Wynter, “Interview with Eva Golinger, Washington’s “Three Fronts of Attack” on Venezuela,” artikel diakses pada 17 Januari 2011 pukul 10.19 dari http://www.venezuela nalysis.com/articles.php?artno=1883
43 Ketiga, adalah front militer yaitu berupaya meningkatnya kehadiran militer AS di pangkalan militer Curacao, pulau di utara Venezuela. AS juga menambah kehadiran militernya di Kolombia dengan alasan membantu pemerintah melawan gerilyawan dan sindikat narkoba. Kini AS memiliki sekitar 40.000 personel militer di Amerika Latin.104
Militer AS juga melakukan pelatihan terhadap milisi
paramiliter yang beroposisi terhadap Chavez.
Tiga front intervensi tersebut
merupakan bagian dari skema kebijakan luar negeri AS untuk mempromosikan demokrasi versi AS terhadap Venezuela. Berdasarkan dokumen yang didapatkan melalui the Freedom of Information Act (FOIA) menunjukkan pada akhir 2001 dan awal 2002 terjadi peningkatan pendanaan Amerika Serikat terhadap kelompok oposisi Venezuela. Pendanaan ini merupakan upaya mendukung dan mempersatukan kelompok oposisi dalam wadah partai politik.105 Melalui the International Republican Institute (IRI), the National Democratic Institute (NDI), American Federation of Labor-Congress of Industrial Organizations (AFL-CIO), dan United States Agency for International Development (USAID). Entitas ini didanai secara langsung atau tidak langsung oleh kongres, pemerintah, CIA, serta the National Endowment for Democracy (NED) antara 2001 dan April 2003, jumlah dana yang didistribusikan ke kelompok oposisi di Venezuela berjumlah 4 juta dolar Amerika, tiga perempatnya didistribusikan lima bulan sebelum kudeta.106 Pendanaan oposisi ini dijalankan melalui USAID dan NED, yaitu organisasi yang didanai kongres AS untuk mendanai empat institusi, IRI, NDI, AFL-CIO, dan the Center for International Private Enterprise (CIPE). Sepanjang tahun 1992-2001, NED menyediakan 4.039.331 dolar Amerika kepada organisasi Venezuela atau AS 104
Ibid. Ibid. 106 Ibid. 105
44 yang bekerja di Venezuela. Sebesar 60,4 persennya, atau sekitar 2.439.489 dolar Amerika dikeluarkan pasa tahun 1997-2001.107 Eva Golinger mengatakan USAID dan NED telah menginvestasikan 20 juta dolar Amerika di Venezuela sejak 2001 untuk menciptakan konflik dan instabilitas dengan kedok promosi demokrasi.108 Organisasi di atas mengembangkan operasi destabilisasi rezim Chavez dengan berbagai mitra Venezuela, mereka mengkontribusikan uang yang berasal dari Kementerian Luar Negeri, USAID, dan NED.109 Sebagai contoh, mitra Venezuela yang menerima dana dari NED, antara lain organisasi sebagai berikut:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Tabel 3.3. Daftar NGO di Venezuela yang Pernah Menerima Pendanaan dari NED Asociation Civil Accion Campesina (ACAC) Asociation Civil Asamblea de Education (ACAdE) Asociation Civil Compresion de Venezuela (ACCV) Asociation Civil Consorcio Justicia (ACCJ) Asociation Civil Consorsio Justicia, Capitulo Occidente (ACCJ-CO) Asociation Civil Para el Desarrollo (ACCEDES) American Center for International Labor Solidarity and the Confederation of Venezuelan Workers (ACILS-CTV) Asociation Civil Justicia Alternativa (ACJA) Asociation Civil Liderazgo y Vision (ACLV) Accion para el Desarrollo (ApL) Centro de Divulgacion Economico & Centro para la Empresa Privada (CEDICE-CIPE) Center for Justice and International Law (CEJIL) Centro al Servico de la Accion Popular (CESAP) Fundacion Justicia de Paz (FJP) Fundacion Momento de la Gente (FMG) Instituto de Prensa y Sociedad de Venezuela (IPYS-V) International Republican Institute (IRI) Venezuela National Democratic Institute (NDI) Venezuela Programa Para el Desarrollo Legislativo (PRODEL) SUMATE NED e-MAILS Memoranda between the State Department and NED
Sumber: Ken Scipes, “NED fundings in Venezuela,” artikel diakses pada 15 Januari 2011 pukul 18.45 dari http://www.venezuelafoia.info/ned-english.html
107
Kim Scipes, “AFL-CIO in Venezuela: Déjà vu All Over Again.” Eva Golinger, The Chavez Code: Cracking US Intervention in Venezuela (London: Pluto Press, 2007), h. 19. 109 Ibid. 108
45 NED menjadi agen pemerintahan AS yang menyalurkan dana kongres untuk kepentingan kebijakan luar negeri AS. Mereka menawarkan hibah untuk organisasiorganisasi di atas karena memiliki kesamaan tujuan untuk mendestabilisasi rezim Chavez. Misalnya dukungan terhadap organisasi petani Asociation Civil Accion Campesina (ACAC) yang menolak program land reform Chavez, organisasi pendidikan Asociation Civil Asamblea de Educacion (ACAdE) yang menentang reformasi sistem pendidikan, organisasi yang mendorong pemberontakan militer, organisasi masyarakat sipil yang memobilisasi kelas menengah keatas untuk melindungi kekayaannya, dan organisasi-organisasi anti Chavez lainnya yang menerima pendanaan NED.110 Keterlibatan AS semakin diperkuat karena banyak penerima dana dari NED yang menjadi bagian dari pemerintahan kudeta.
Contohnya adalah Leopold
Martinez, Menteri Keuangan pada saat pemerintahan kudeta dari partai Primero Justicia telah menerima pelatihan dan dukungan dana dari IRI.111 Penerima dana langsung dari NED lainnya adalah Leonardo Carvajal, Menteri Pendidikan pada saat pemerintahan kudeta yang juga direktur LSM Asamblea de Education. Ia terus menerus menerima dana NED hingga tahun 2003. Penerima dana NED lain seperti Rocio Guijarro, Direktur Center for the Dissemination of Economic Information (CEDICE) turut menandatangani Dekrit Carmona.112
110
Kim Scipes, “AFL-CIO in Venezuela: Déjà Vu All Over Again.” Kim Scipes, “April Coup,” artikel diakses pada 15 Januari 2011 pukul 19.04 dari http://www. rethinkvenezuela.com/downloads/vionedfinal.htm. 112 Dekrit Carmona diterbitkan ketika militer yang melakukan kudeta terhadap Chavez menunjuk seorang ekonom yang memimpin Kamar Dagang Venezuela, yaitu Pedro Carmon. Saat itu Carmona langsung mengeluarkan dekrit yang isinya antara lain: 1. Pembentukan sebuah Dewan Konsultatif yang terdiri 35 anggota yang bertugas sebagai badan penasehat presiden republik. 2. Presiden interim akan mengkoordinasikan kebijakan pemerintahan transisi dan keputusan lain yang diperlukan guna menjamin kebijakan, dengan otoritas pemerintah pusat maupun daerah. Selain itu Carmona mengeluarkan Dekrit Carmona yang berisikan pembubaran Parlemen Nasional, Mahkamah Agung, Kejaksaan Agung, Konstitusi 1999, dan 49 Undang-Undang yang dikeluarkan Chavez pada bulan Desember 2001. Dalam Levin, Modern World Leaders: Hugo Chavez, h. 94-95. 111
46 Aktor penting lain yang juga menjadi agen pemerintahan AS adalah gerakan buruh Confederación de Trabajadores de Venezuela (CTV) yang dikuasai oleh pengusaha dan manajer yang anti Chavez.
CTV bersama dengan oposisi
melancarkan berbagai demonstrasi untuk menentang Chavez. CTV didanai oleh ACILS. ACILS atau juga sering disebut Solidarity Center ini menerima pendanaan NED sepanjang 1997-2001 untuk program di Venezuela. Dari dana NED tersebut ACILS mengalokasikan sebesar 157.377 dolar Amerika untuk kemitraan dengan CTV pada tahun 2001.113 Tabel 3.4. Pendanaan Publik Amerika Serikat Untuk “Promosi Demokrasi” di Venezuela Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Total NED dan USAID
NED (dalam US$) 232.831 877.435 1.698.799 1.046.321 874.384 930.274
USAID (dalam US$) 2,197.066 8,903.669 6,345.000 5,000.000 25.175.505
Sumber: Eva Golinger, The Chavez Code: Cracking US Intervention in Venezuela (London: Pluto Press, 2007), h. 56.
Alokasi dana dari NED dan USAID untuk Venezuela melonjak dari 232.831 dolar Amerika pada tahun 2000 menjadi lebih dari 4 juta dolar Amerika pada tahun 2002. Bila pendanaan NED dan USAID ditotal dari tahun 2000-2005 maka akan mencapai lebih dari 25 juta dolar Amerika.114 Bila diperhatikan dengan seksama maka pendanaan NED mencapai puncaknya pada tahun 2002 yaitu tahun terjadinya kudeta April. Pada tahun itu juga USAID mulai menyalurkan dana ke mitra di Venezuela.
Tahun 2003 terjadi pergeseran neraca ketika NED menurunkan
anggaran tahunannya.
Hal ini karena kegagalan kudeta yang membuat mereka
semakin dipantau oleh pemerintah Venezuela.
113 114
Scipes, “April Coup.” Golinger, The Chavez Code: Cracking US Intervention in Venezuela, h. 56.
47 Sementara USAID meningkatkan tiga kali lipat anggarannya di tahun 2003 untuk mendukung sabotase ekonomi dan pemogokan PdVSA serta mempersiapkan referendum 2004. Setelah 2003, baik NED dan USAID cenderung menurunkan anggarannya karena aktivitas oposisi berupa proses elektoral yaitu referendum 2004 dan pemilu parlemen 2005.
Juga perlu dicatat berbagai program pelatihan
peningkatan kapasitas organisasi oposisi dilaksanakan pasca kudeta April 2002. Hal ini turut menggelembungkan pendanaan pada tahun 2003.115 Salah satu contoh program pelatihan tersebut adalah program yang dilaksanakan oleh IRI. IRI sebelumnya memiliki anggaran 50.000 dolar Amerika (1999) namun naik menjadi 340.000 dolar Amerika (2001) sejak Bush Jr. menjadi presiden.116 Anggaran IRI ini digunakan untuk “melatih pengurus tingkat nasional dan lokal dari partai politik yang baru berdiri dengan topik: struktur partai, manajemen, keorganisasian, komunikasi internal dan eksternal serta metode membangun koalisi”. Kenyataannya peserta pelatihan ini hanya anggita dan partai yang beroposisi terhadap Chavez seperti Primero Justicia, AD, dan MAS. Di awal tahun 2002 semakin terlihat bahwa pejabat AS mengetahui bila kelompok oposisi yang disokong dana oleh AS tidak fokus pada memperkuat demokrasi, namun menjatuhkan Chavez dari kursi kepresidenan. Hal ini terlihat dari surat kedutaan AS di Caracas yang menunjukkan bila Gedung Pemerintah dan Departemen Luar Negeri AS mengetahui para kelompok oposisi Venezuela yang menerima dana NED, mengembangkan rencana “pemerintahan transisional” yang diumumkan pada 5 Maret 2002.117 Kemudian tidak ada bukti bila institusi pemberi
115
Ibid. Deborah James, “US Intervention in Venezuela: A Clear and Present Danger,” artikel diakses pada 20 Januari 2011 pukul 22.34 dari http://www.globalexchange.org/countries/americas/venezuela/USV Zrelations1.pdf 117 Golinger, The Chavez Code: Cracking US Intervention in Venezuela, h. 64. 116
48 dana dari AS tersebut, mendorong para penerima dana untuk tetap komitmen pada proses demokrasi. Jadi tergambarkan bahwa pola intervensi AS yang dominan adalah melalui pemberian dukungan terhadap kelompok oposisi di Venezuela.
Dukungan AS
terhadap aktor domestik adalah untuk justifikasi terjadinya demokratisasi dari dalam negeri Venezuela. B.1.
Intervensi Sebagai Alat Politik Kebijakan Luar Negeri AS ke Venezuela Philip Agee118 meyakini bahwa AS menjalankan program intervensi dan
operasi yang mendukung politisi oposisi Venezuela untuk menjatuhkan presiden Hugo Chavez beserta koalisi partai yang mendukungnya. Intervensi ini dilakukan bentuk AS karena kekritisan Hugo Chavez atas kebijakannya di Amerika Latin dan di dunia pada umumnya.
Pendanaan program dan operasi ini dimulai oleh
pemerintah Bill Clinton sebesar 2 juta dolar Amerika pada 2001 dan dinaikkan oleh George W. Bush Jr menjadi 9 juta dolar Amerika pada 2005. Operasi ini berbentuk aktivitas untuk mempromosi demokrasi, menyelesaikan konflik, dan memperkuat kehidupan sipil.119
Operasi ini dilakukan melalui program seperti pendanaan,
pelatihan, konseling, dan pengarahan jaringan ekstensif partai politik, LSM, media massa, serikat buruh, dan pengusaha yang berupaya mengakhiri proses Revolusi Bolivarian. Menurut Philip Agee, program intervensi pada umumnya dijalankan oleh kementerian luar negeri, Agency for International Development (AID), CIA, dan NED beserta empat organisasi kerjasamanya.120 Empat organisasi tersebut adalah IRI yang dekat dengan Partai Republik, NDI yang dekat dengan Partai Demokrat,
118
Philip Agee, “How United States Intervention Againts Venezuela Works,” artikel diakses pada 31 Oktober 2010 pukul 09.19 dari http://venezuelanalysis.com/analysis/1350 119 Ibid. 120 Ibid.
49 CIPE dari Kamar Dagang Amerika Serikat, serta the American Center for International Labor Solidarity (ACILS) dari American Federation of LaborCongress of Industrial Organizations (AFL-CIO), konfederasi serikat buruh utama AS. Berbagai organisasi tersebut melancarkan program intervensinya melalui AID di Kedutaan AS di Caracas dan lewat tiga kantor “swasta” di Caracas yang berada di bawah kontrol kedutaan. Ketiga kantor tersebut adalah IRI, NDI, dan Development Alternative Incorporated. (DAI) 2002.121 Ketiga kantor ini mengemba ngkan operasi dengan berbagai mitra Venezuela. Mereka mengkon tribusikan uang yang berasal dari Kementerian Luar Negeri, AID, NED, dan CIA.
NED yang
didanai oleh kongres turut mendukung organisasi sipil yang beroposisi terhadap Chavez, seperti Sumate, yaitu Asosiasi Relawan Sipil Venezuela yang didirikan pada tahun 2002 oleh María Corina Machado dan Alejandro Plaz yang bertugas sebagai kelompok pemantau pemilu.122 Di Venezuela kebanyakan mitra AS untuk program intervensi, berpartisipasi dalam berbagai kejadian seperti kudeta melawan presiden Hugo Chavez pada April 2002 serta pemilu nasional 2005. Perlu diperhatikan bahwa pemerintah AS secara resmi menyatakan dukungan terhadap kudeta tahun 2002 yang dilakukan oleh Pedro Carmona terhadap Hugo Chavez, walaupun hanya bertahan dua hari. Namun secara umum, keempat usaha ini dalam pelaksanannya gagal memenuhi sasaran. Berikut ini adalah deskriptif fenomena-fenomena politik di Venezuela yang melibatkan pelaksanaan intervensi sebagai alat politik AS: Kudeta April 2002 dan Pemilu Parlemen 2005.
121 122
Michael Shifter, “In Search of Hugo Chavez”, Foreign Affairs, vol. 85, no. 3, (May/June 2006). Ibid.
50 B.1.1. Kudeta April 2002 Pada 7 April 2002, Chavez mengumumkan pemecatan tujuh manajer PdVSA, memaksa pensiun dua belas manajer, memutasi lima manajer PdVSA, dan memangkas jumlah pekerja.123 Hal ini untuk mendukung kebijakan baru Chavez dalam membenahi pengelolaan PdVSA. Karena PdVSA adalah perusahaan milik negara maka presiden memiliki wewenang penuh atas operasi dan karyawannya. Namun tindakan ini memancing protes oposisi. Pada 9 April, para pegawai PdVSA yang dipecat bersama CTV dan Fedecamaras menggelar pemogokan. Kemudian pada 10 April 2002, beberapa pekerja PdVSA penentang Chavez berhasil menutup sebagian operasi PdVSA. Hal ini mempengaruhi distribusi gas dan minyak bumi di Venezuela dan mengakibatkan kepanikan rakyat.
Pemogokan
terjadi di penyulingan minyak Puerto La Cruz, Jose Complex, Puerto Cabello. Selain itu stasiun distribusi di Yagua dan El Palito terhenti.124
Oposisi
mengharapkan kepanikan rakyat dapat mendorong protes yang lebih besar. Pada hari itu juga pemimpin oposisi, Pedro Carmona dan Carlos Ortega, menggelar konferensi pers yang disiarkan televisi mengenai pemogokan umum akan berlangsung dalam batas waktu yang tidak ditentukan. Para pemimpin oposisi yang didanai Amerika Serikat juga menyerukan pendirian komite koordinasi untuk demokrasi dan kebebasan yang bertujuan untuk menyelamatkan kebebasan Venezuela dan mengkoordinasikan aktivitas oposisi.125 Komite koordinasi ini terdiri dari AD, COPEI, MAS, Proyecto Venezuela, Primero Justicia, dan Alianza Bravo Pueblo (ABP), semua menerima dana dari NED dan IRI. Komite ini mengumumkan
123
Golinger, The Chavez Code: Cracking US Intervention in Venezuela, h. 65. Ibid. 125 Ibid., h. 66 124
51 rencana demonstrasi pada tanggal 11 April, dari Parque del Este menuju markas PdVSA di Chuao.126 Menyikapi situasi yang menegang, stasiun tv swasta menyiarkan pidato Jenderal Nestor Gonzalez.
Ia menyatakan pemberontakan terhadap pemerintah
Chavez dan menuntut pengunduran diri Chavez. Pernyataan di media oleh Gonzalez ini bertujuan mencegah Chavez mendatangi pertemuan OAS di Kosta Rika, sehingga bisa mensukseskan kudeta.127 Pada 11 April 2002, CTV, Fedecamaras dan partai-partai yang didanai NED menggelar demonstrasi besar. Pada siang hari tersebut, para pemimpin demonstrasi, termasuk Pedro Carmona mengajak demonstran menuju Istana Kepresidenan, Miraflores, untuk menuntut pengunduran diri Chavez. perubahan rute demonstrasi.
Tidak ada izin untuk
Pada saat yang bersamaan pendukung Chavez
menggelar demonstrasi didepan istana Miraflores. Walikota Caracas, Freddy Bernal memohon kepada Carmona agar tidak mengarah ke Istana. Ia mengkhawatirkan akan terjadinya bentrokan besar.128 Pada jam 3 sore kekerasan pecah disekitar istana. Penembakan terjadi dari atas gedung yang mengelilingi istana dan dari barisan polisi di Jalan Baralt. Korban berjatuhan di kubu pro Chavez hingga 12 orang meninggal.129 Setelah pukul 3.10 sore, telah jatuh 20 korban jiwa. Ditengah kebingungan tersebut, media swasta menyiarkan pernyataan Admiral Ramirez Perez yang menyalahkan Chavez atas jatuhnya korban dan menyerukan pemberontakan militer. Siaran ini direkam pada tanggal 11 April 2002 pukul 02.15 oleh koresponden Cable News Network (CNN), Otto Neustald.
126
Ibid. Ibid., h. 67. 128 Ibid., h. 67.. 129 Ibid., h. 70. 127
CNN merekan pernyataan Ramirez Perez sebelum terjadinya
52 kekerasan.130 Jadi mereka sudah mengetahui lebih dahulu akan rencana terjadinya kekerasan dan tetap menjalankan rekaman opini publik yang mendiskreditkan Chavez. Selain itu peran opini publik ini juga vital dalam upaya kudeta. Selanjutnya
media
swasta
Venezuela
menampilkan
berita
adegan
penembakan yang dimanipulasi. Kameramen Venevison mengambil gambar dari atap gedung dekat Puente Llaguno. Dalam gambar keseluruhan terdapat adegan penembakan yang dilakukan oleh pendukung Chavez ke target di bawah suatu jembatan.
Reporter Venevision memberikan voiceover adegan tersebut sebagai
penembakan terhadap demonstran anti Chavez.131 Kenyataannya tidak ada massa oposisi disekitar jembatan tersebut. Media swasta menyiarkan berulang-ulang berita tersebut untuk menciptakan opini publik. Hal ini terutama untuk menjustifikasi tuntutan pengunduran diri Chavez. Pembuat video tersebut, Luis Alfonso Fernandez dari Venevision pada tahun 2003 mengakui tidak melihat kelompok Chavez menembak massa oposisi, melainkan sedang baku tembak dengan polisi metropolitan.132 Pada saat itu, rekaman video itu berhasil menjustifikasi tuntutan pengunduran diri Chavez. Sementara itu Chavez yang menolak mengundurkan diri ditangkap dan ditahan di Fort Tiuna.
Oposisi merebut Istana Miraflores.
Kemudian mereka
mengangkat Pedro Carmona langsung mengangkat para pejabat dan manajer lama PdVSA ke posisi semula. Selain itu Carmona mengeluarkan Dekrit Carmona yang berisikan pembubaran Parlemen Nasional, Mahkamah Agung, Kejaksaan Agung, Konstitusi 1999, dan 49 Undang-Undang yang dikeluarkan Chavez pada bulan Desember 2001.133 Carmona juga mengubah nama negara dari Republik Bolivarian
130
Ibid. Ibid., h. 71. 132 Ibid. 133 Ibid., h. 76. 131
53 Venezuela menjadi Republik Venezuela. Tindakan Carmona membubarkan institusi demokrasi seperti parlemen turut mengakibatkan perpecahan dikalangan oposisi. Selain itu polisi menangkap para pendukung Chavez dari MVR.
Mereka yang
ditangkap antara lain anggota parlemen, Tarek Saab; Menteri Dalam Negeri, Rodriguez Chacin; Gubernur Tachira, Blanco La Cruz; Gubernur Merida, Florencia Porras.134 Keesokannya, 12 April 2002, petinggi militer dan media menjelaskan kepada publik bila mereka sudah merencanakan untuk menggunakan demonstrasi oposisi untuk menutupi kudeta militer. Hal ini bertujuan menciptakan opini publik bila kudeta tersebut adalah hasil perlawanan rakyat. Selain itu stasiun televisi seperti Radio Caracas Televisión Internacional (RCTV) menyiarkan bila Chavez sudah mengundurkan diri.135 Walaupun kenyataannya Chavez tidak mengundurkan diri melainkan diculik dan ditahan. AS turut memainkan peran secara terbuka pada kudeta ini. Pada 12 April, juru bicara Gedung Putih, Ari Fleischer mengeluarkan pernyataan:136 “Let me share with you the administration’s thoughts about what’s taking place in Venezuela. It remains a somewhat fluid situation. But yesterday’s events in Venezuela resulted in a change in the government and the assumption of a transitional authority until new elections can be held. The details still are unclear. We know that the action encouraged by the Chavez government provoked this crisis. According to the best information available, the Chavez government suppressed peaceful demonstrations. Government supporters, on orders from the Chavez government, fired on unarmed, peaceful protestors, resulting in 10 killed and 100 wounded. The Venezuelan military and the police refused to fire on the peaceful demonstrators and refused to support the government’s role in such human rights violations. The government also tried to prevent independent news media from reporting on these events. The results of these events are now that President Chavez has resigned the presidency. Before resigning, he dismissed the vice president and the cabinet, and a transitional civilian government has been installed. This government has promised early elections. 134
Ibid. Ibid., h. 80. 136 “Press Briefing by Ari Fleischer,” artikel diakses pada 19 Januari 2011 pukul 15.18 dari http: //www.whithouse.gov/news/releases/2002/04/20020412-1.html 135
54 The Unites States will continue to monitor events. That is what place, and the Venezuelan people expressed their right to peaceful protest. It was a very large protest that turned out. And the protest was met with violence”. (“Mari saya sampaikan pemikiran pemerintah mengenai apa yang sedang terjadi di Venezuela. Situasi tetap berkembang. Namun kejadian kemarin di Venezuela berakhir dengan pergantian pemerintahan dan adanya pemerintahan transisi hingga pemilihan umum diselenggarakan. Detail kejadian masih belum jelas. Kami tahu peristiwa tersebut disebabkan oleh pemerintahan Chavez yang memprovokasi terjadinya krisis. Menurut informasi yang terpercaya, pemerintah Chavez merepresi demonstrasi damai. Pendukung pemerintah, dengan perintah dari pemerintah Chavez, menembaki demonstrasi damai, mengakibatkan 10 meninggal daan 100 terluka. Militer dan kepolisian Venezuela menolak untuk menembak demonstrasi damai dan menolak mendukung tindakan pemerintah yang melanggar Hak Asasi Manusia tersebut. Pemerintah juga berusaha mencegah media indipenden memberitakan peristiwa ini. Hasil dari kejadian ini adalah Presiden Chavez mengundurkan diri dari jabatan Presiden. Sebelum mengundurkan diri, ia membubarkan Wakil Presiden dan Kabinet, lalu pemerintah transisi sipil telah dibentuk. Pemerintah ini menjanjikan pemilihan umum dini. AS akan terus memantau perkembangannya. Itu adalah apa yang terjadi, dan rakyat Venezuela mengekspresikan hak mereka untuk berdemonstrasi damai. Protes tersebut menarik massa yang besar. Dan protes tersebut ditanggapi dengan kekerasan”.) Pada hari yang sama, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Philip T. Reeker, menyatakan:137 “In recent days, we expressed our hopes that all parties in Venezuela, but especially the Chavez administration, would act with restraint and show full respect for the peaceful expression of political opinion. We are saddened at the loss of life. We wish to express our solidarity with the Venezuelan people and look forward to working with all democratic forces in Venezuela to ensure the full exercise of democratic rights. The Venezuelan military commendably refused to fire on peaceful demonstrators, and the media valiantly kept the Venezuelan public informed. Yesterday’s events in Venezuela resulted in a transitional government until new elections can be held. Though details are still unclear, undemocratic actions committed or encouraged by the Chavez administration provoked yesterday’s crisis in Venezuela. According to the best information available, at this time: Yesterday, hundreds of thousands of Venezuelans gathered peacefully to seek redress of their grievances. The Chavez Government attempted to suppress peaceful demonstrations. Chavez supporters, on orders, fired on unarmed, peaceful protestors, resulting in more than 100 wounded or killed. Venezuelan military and police refused orders to fire on peaceful demonstrators and refused to support the government’s role in such human rights violations. The government prevented five independent television stations from reporting on events. The results of these provocations are: Chavez 137
David T. Kreeker, “Venezuela: Change of Government,” artikel diakses pada 19 Januari 2011 pukul 15.31 dari http://www.state.gov/r/pa/prs/ps/2002/9316.htm
55 resigned the presidency. Before resigning, he dismissed the Vice President and the Cabinet. A transition civilian government has promised early elections. We have every expectation that this situation will be resolved peacefully and democratically by the Venezuelan people in accord with the principles of the InterAmerican Democratic Charter. The essential elements of democracy, which have been weakened in recent months, must be restored fully. We will be consulting with our hemispheric partners, within the framework of the Inter-American Democratic Charter, to assist Venezuela. (“Dalam beberapa hari belakangan, kami menyatakan harapan kami agar semua pihak di Venezuela, terutama pemerintah Chavez, bertindak hati-hati dan menghargai ekspresi opini politik yang damai. Kami turut bersedih atas jatuhnya korban jiwa. Kami ingin menyampaikan solidaritas kami terhadap rakyat Venezuela dan mengharapkan kerjasama dengan elemen demokratik untuk memastikan jaminan hak demokrasi. Militer Venezuela menolak menembak demonstrasi damai dan media terus menyediakan publik Venezuela dengan informasi. Kejadian kemarin di Venezuela berakhir dengan pembentukan pemerintahan transisi hingga pemilihan umum digelar. Walaupun detailnya masih belum jelas, tindakan nondemokratis yang dilakukan oleh pemerintah Chavez memprovokasi krisis di Venezuela kemarin. Menurut sumber yang terpercaya saat ini: Kemarin, ratusan ribu rakyat Venezuela berkumpul untuk menyatakan opini mereka. Pemerintah Chavez berusaha menekan demonstrasi damai. Pendukung Chavez, mendapat perintah untuk menembaki demonstrasi damai, mengakibatkan 100 terluka atau meninggal. Militer Venezuela menolak menembak pada demonstrasi damai dan menolak mendukung tindakan pemerintah yang melanggar Hak Asasi Manusia. Pemerintah mencegah lima stasiun televisi swasta menyiarkan peristiwa ini. Hasil provokasi ini adalah: Presiden Chavez mengundurkan diri, ia membubarkan wakil presiden dan kabinet. Pemerintah transisi sipil telah menjanjikan pemilihan umum dini. Kami mengharapkan situasi ini bisa diselesaikan secara damai dan demokratis oleh rakyat Venezuela sesuai dengan prinsip piagam demokrasi Inter-Amerika. Elemenelemen demokrasi, yang melemah dalam beberapa bulan belakangan, harus dipulihkan. Kami akan berkonsultasi dengan rekan kami di wilayah tersebut, dalam kerangka piagam demokrasi Inter-Amerika, untuk membantu Venezuela”.) Kedua pernyataan diatas mewakili sikap pemerintahan AS terhadap kudeta April 2002 atas Chavez. Dalam pernyataan diatas perlu ditekankan beberapa poin penting, antara lain:138 -
Pemerintah AS mengaku tidak mengetahui secara detail mengenai kejadian di Venezuela. (...The details still are unclear...)
-
Pemerintah AS menyalahkan Chavez atas krisis tersebut. (...Chavez government provoked this crisis...)
138
Eva Golinger, “The CIA Was Involved In the Coup Againts Venezuela’s Chavez,” artikel diakses pada 19 Januari 2011 pukul 15.38 dari http://www.venezuelanalysis.com/articles.php?artno=1321
56 -
Pemerintah AS menyatakan Presiden Chavez mengundurkan diri. (...Chavez resigned the presidency...) Namun dokumen CIA tertanggal 6 April 2002 yang dideklasifikasi melalui
Freedom of Information Act membuktikan kedua pernyataan tersebut palsu.139 Kenyataannya pemerintah AS mengetahui akan rencana kudeta.
Pernyataan
pemerintah AS di atas dibuat untuk mempengaruhi opini komunitas internasional dalam menjustifikasi kudeta. Laporan intelijen CIA (CIA Senior Intelligence Brief) tertanggal 6 April 2002 tersebut berjudul: “Venezuela: Kondisi Matang untuk Percobaan Kudeta” (Venezuela: Conditions Ripening for Coup Attempt), menyatakan:140 “Dissident military factions, including disgruntled senior officers and a group of radical junior officers, are stepping up efforts to organize a coup against President Chavez, possible as early as this month, [CENSORED]. The level of detail in the reported plans – [CENSORED] targets Chavez and 10 other senior officers for arrest...” “Faksi militer yang kecewa, termasuk beberapa perwira senior dan sekelompok bintara radikal, telah melangkah maju untuk menjalankan kudeta atas Presiden Chavez paling lambat awal bulan ini, [SENSOR]. Tingkat kerincian dalam rencana-rencana yang dilaporkan [SENSOR] menargetkan Chavez dan 10 orang pejabat senior lainnya untuk di penjara…” Dokumen ini juga menyebutkan metode kudeta:141 “To provoke military action, the plotters may to exploit unrest stremming from opposition demonstrations slated for later this month..” (Untuk memprovokasi tindakan militer, para perancang kudeta akan memanfaatkan suasana panas dari demonstrasi oposisi yang akan dijalankan bulan ini...)
139
Ibid. “CIA SEIB on April 6th 2002,” artikel diakses pada 17 Januari 2011 pukul 07.27 dari http:/ /www.venezuelafoia.info/CIA/SEIB_04-06-02-pre-Coup-conditions-ripen/CIA-04-06-02.htm 141 Ibid. 140
57 Kenyataannya dokumen CIA menunjukkan para pejabat Gedung Putih dan Deplu AS mengetahui kelompok oposisi Venezuela merencanakan kudeta. Jadi CIA mengetahui secara persis metode dan aktor yang terlibat dalam kudeta setelah tanggal 6 April 2002.
Bahkan mereka mengetahui rencana kudeta, termasuk
penahanan Chavez dan pemanfaatan kekerasan dalam demonstrasi oposisi. Dokumen CIA di atas juga dikirimkan kepada Gedung Putih.142
Jadi ketika
pemerintah AS melalui Ari Fleischer dan Philip Reeker mengeluarkan pernyataan diatas pada 12 April 2002, mereka sebenarnya mengetahui rencana kudeta tersebut. Pernyataan palsu dari pemerintah AS ini merupakan suatu bentuk keterlibatan terhadap kudeta di Venezuela. Mereka berusaha meyakinkan dunia bahwa tidak terjadi kudeta melainkan pengunduran diri sukarela Chavez. Padahal mereka mengetahui rencana kudeta sebelumnya.
Investigasi yang dilakukan
inspektur Jenderal Deplu AS menyatakan:143 “... Sudah jelas bila NED, Departemen Pertahanan dan beberapa program bantuan AS telah menyediakan pelatihan, pengembangan institusi dan dukungan lain individu dan organisasi yang terlibat dalam upaya menurunkan pemerintah Chavez... “ Akhirnya mayoritas rakyat Venezuela dan pejabat militer mengetahui bila Chavez diculik dan bukan mengundurkan diri.
Terjadi arus balik demonstrasi
sebagai akibat dari peningkatan partisipasi rakyat miskin dalam gerakan sosial di Venezuela. Arus balik ini berupa demonstrasi massal rakyat miskin yang menuntut Chavez kembali menjadi Presiden pada 13 April.144 Allan Woods melihat peranan massa rakyat Venezuela sangat besar dalam menggagalkan kudeta. Karena reaksi massa secara besar yang menuntut kembalinya Chavez menjadi justifikasi sebagian
142
Golinger, “The CIA Was Involved In the Coup Againts Venezuela’s Chavez.” James, “US Intervention in Venezuela: A Clear and Present Danger.” 144 Harnecker, Memahami Revousi Venezuela:Perbincangan Hugo Chávez dengan Marta Harnecker, h. 187. 143
58 pejabat militer untuk menyelamatkan Chavez.145 Pada saat itu oposisi dari militer masih menyandera Chavez di pangkalan militer Maracay, La Orchila. Kemudian pasukan pengaman presiden dan para pejabat militer yang masih setia pada Chavez membalikan keadaan. Mereka adalah militer yang berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah yang mendukung program-program populis Chavez.
Kemudian
militer
yang
pro
Chavez
menangkap
Carmona
dan
mengembalikan kendali istana kepada para anggota kabinet Chavez.146 Para anggota kabinet tersebut langsung menginisiasi penyelamatan Chavez dari penahanan. Akhirnya, Chavez berhasil diselamatkan dan kembali ke Istana Miraflores. Demokrasi Venezuela direstorasi pada 14 April 2002. Setelah kudeta berhasil digagalkan, AS menerima berbagai kritikan mengenai perannya. Kritikan tersebut misalnya mengenai sikap NED, USAID, dan institusi AS lain yang tidak mengkritik kudeta oleh Carmona. Mereka juga tidak menentang tindakan pembubaran parlemen oleh Pedro Carmona. Hal ini merupakan bentuk standar ganda karena AS tidak mendukung demokrasi Venezuela pimpinan Chavez.147 Peran AS dalam kudeta juga terlihat dalam diplomasi AS di Amerika Latin. Melalui jalur diplomasi AS berusaha mendorong negara-negara lain untuk mengakui kedaulatan dan legitimasi pemerintahan kudeta pimpinan Carmona, Jorge Castaneda, Menteri Luar Negeri Meksiko pada tahun 2004, mengatakan:148 “Ada urusan oleh AS dan Spanyol untuk mengeluarkan pernyataan bersama dengan Meksiko, Brasil, Argentina, dan Perancis untuk mengakui pemerintahan Pedro Carmona”.
145
Alan Woods, Venezuelan Revolution: A Marxist Perspective (Delhi: Aakar Books, 2006), h. 21. Ibid., h. 22. 147 James, “US Intervention in Venezuela: A Clear and Present Danger.” 148 Ibid. 146
59 Sementara itu AS juga dituduh melakukan tindakan militer untuk mendukung kegiatan kudeta tahun 2002 di Venezuela. Pemerintah Venezuela mengindikasikan keterlibatan pasukan AS pada saat berlangsungnya kudeta pada 11-12 April 2002. Melalui radar terpantau kapal perang dan pesawat militer Amerika Serikat di daerah Falcon, di utara Semenanjung Paraguana, Venezuela.149 Selain itu juga terpantau kehadiran helikopter Black Hawk AS pada tanggal 11-13 April 2002 di pangkalan Luis Del Valle Garcia, negara bagian Anzoategui. Aktivitas pasukan militer tersebut diduga bagian dari operasi intelijen untuk mengawasi dan mendukung proses kudeta. Sementara itu media massa yang dibawah pengaruh AS dan oposisi terus menerus memberitakan penyangkalan terhadap AS. Padahal keterlibatan AS dalam kudeta beserta beritanya telah beredar luas.
Keterlibatan AS dalam kudeta ini
menjadi dasar perilaku bermusuhan hubungan AS-Venezuela hingga kini.150 Chavez juga berulangkali melontarkan kritik terhadap Amerika Serikat yang tidak pantas bagi seorang presiden.
Chavez bahkan menuduh AS melakukan intervensi di
Venezuela.151 “... Pemerintah Washington menggunakan uang rakyatnya bukan hanya mendukung kegiatan oposisi, namun juga tindakan konspirasi...”. Selanjutnya, ia menuduh Bush Jr. Terlibat dalam kudeta 2002: “... Tidak diragukan lagi: Pemerintahan George W. Bush berada di belakang kudeta...”. B.1.2. Pemilu Parlemen 2005 Berdasarkan konstitusi 1999, Venezuela melakukan dua jenis pemilihan umum.152
Pertama adalah pemilihan kepala negara, yaitu presiden yang dipilih
untuk masa jabatan enam tahun. 149
Kedua adalah pemilihan legislatif federal
Heinz Dieterich, “Interview of Venezuela’s Chief of the Military, Raul Baduel, US Attacks on Venezuela,” artikel diakses pada 20 Januari 2011 pukul 17.10 dari http://www.rebelion.orghttp:// www.venezuelanalysis.com/articles.php?artno=1137 150 Bart Jones, “U.S. Funds Aid Venezuela Opposition”, artikel diakses pada 16 Januari 2011 pukul 14.17 dari http://www.venezuelanalysis.com.php?artno=1139 151 Ibid. 152 Chuck Kaufman, “US Works to Delegitimize Venezuela’s December Presidential Election,” artikel diakses pada 21 Januari 2011 pukul 21.30 dari http://www.zmag.org/content/showarticle.cfm? ItemID=11282
60 unicameral, yaitu Parlemen Nasional (Asamblea Nacional) yang memiliki 165 anggota, dipilih untuk jabatan masa jabatan enam tahun. Untuk pemilihan legislatif ini, Venezuela menganut sistem multi partai. Venezuela melaksanakan pemilihan parlemen pada 4 Desember 2005, pemilihan umum tersebut dilaksanakan untuk mengisi posisi berikut:153 -
167 anggota Parlemen Nasional
-
12 anggota Parlemen Latin America
-
5 anggota Parlemen Andean Beberapa minggu sebelum pemilihan parlemen, sebuah pertemuan dilakukan
oleh Badan Pemilihan Nasional yaitu Consejo Nacional Electoral (CNE), pemantau internasional Organization of American States (OAS) dan beberapa partai politik. Perwakilan partai politik antara lain, Henry Ramos (AD), Cesar Perez Vivas (COPEI), Julio Borges, Gerardo Blyde, dan Juan Carlos Caldera (Primero Justicia), Leopoldo Puchi (MAS), Adalberto Perez, Enrique Martinez, dan Ana Ferrer, Un Nuevo Tiempo Contigo (UNTC), serta Enrique Mendoza.154 Pada pertemuan ini, kelompok oposisi mengedepankan adanya kecurangan dalam mesin dan teknologi yang akan digunakan. Pemilihan akan dilakukan menggunakan mesin penghitung elektronik. Sementara pemindai sidik jari (fingerprint scanners) akan mendata para pemilih.
Oposisi melihat potensi pemilihan yang tidak rahasia karena biodata
pemilih dan pilihan yang dilakukannya bisa dipantau oleh pemerintah. Setelah audit tersebut, kelompok oposisi mulai mempertimbangkan pemboikotan pemilu sebagai tanda protes. Akhirnya CNE memenuhi permintaan
153
Ibid. “Statement of the Electoral Observer Mission of the Organization of American States in Venezuela,” artikel diakses pada 21 Januari 2011 pukul 21.35 dari http://www.venezuelanalysis.com/ articles.php?art no=1618 154
61 oposisi dan memutuskan untuk tidak menggunakan mesin pemindai sidik jari.155 Namun dua hari sebelum pemilihan berlangsung, lima partai oposisi tetap mundur dari pemilihan umum.
Mereka adalah AD, COPEI-Social Christian Party of
Venezuela, Primero Justicia, Proyecto Venezuela dan Un Nuevo Tiempo (UNT). Partai politik ini mewakili mayoritas kelompok oposisi di Venezuela.
Mereka
menuntut CNE menunda pemungutan suara hingga tingkat partisipasi meningkat. Tuntutan ini tidak dipenuhi oleh CNE, sehingga mereka tetap mengundurkan diri. Hal ini mengakibatkan jatuhnya semua kursi parlemen nasional kepada para pendukung Chavez.156 Wakil Presiden Jose Vicente Rangel menyatakan pemboikotan oleh oposisi lebih karena mereka sadar bila berpartisipasi hanya akan mendapatkan hasil yang buruk.
Selain itu Rangel juga menuduh Departemen Luar Negeri AS, yang
bertanggung jawab atas pemboikotan pemilu tersebut.157 “Kami dihadapkan pada pemboikotan pemilu dengan karakter subversif. Kami memiliki informasi intelijen yang menyatakan tujuan penarikan mundur mereka adalah mendestabilisasi negara...... Di belakang semua ini, Kedutaan Besar AS bertindak sangat aktif....”. Kata Rangel yang menuduh Kedutaan Besar AS terkait dengan penarikan mundur kelompok oposisi dari pemilihan parlemen 2005.158
Bahkan Chavez
menyebutnya
mendiskreditkan
sebagai
sabotase
politik
yang
bertjuan
pemerintahannya. Ia juga menyebutkan bila AS telah mendorong mundurnya partai,
155
Kaufman, “US Works to Delegitimize Venezuela’s December Presidential Election.” Eric Wingeter, “As Elections Loom, Venezuela’s Opposition Won’t Commit to Participation,” atikel diakses pada 21 Januari 2011 pukul 21.42 dari http://www.venezuelanalysis.com/articles. php?artno=1295 157 Kaufman, “US Works to Delegitimize Venezuela’s December Presidential Election.” 158 Chuck Kaufman, “Venezuela accuses US of links with election boycott,” artikel diakses pada 21 Januari 2011 pukul 21.47 dari http://english.people.com.cn/200512/01/eng20051201_224942.html 156
62 sebagai bagian dari usaha AS mendestabilisasi pemerintahannya.159 Chavez mengatakan:160 “Sebuah konspirasi sedang dijalankan atas Venezuela, saya tidak akan menyalahkan anjingnya melainkan, pemerintah AS”. AS membantah keterlibatannya melalui juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Sean McCormack.161
Ia mengatakan mundurnya partai akibat dari
ketidakpercayaan pada transparansi sistem pemilihan Venezuela, dan tidak adanya jaminan kerahasiaan suara.
Pernyataan resmi AS ini memperlihatkan upaya
deligitimasi Amerika Serikat terhadap proses pemilihan di Venezuela dan kepemimpinan Chavez secara umum.
Kenyataannya International Republican
Institute (yang menerima pendanaan kongres melalui National Endowment for Democracy), sedang aktif melatih anggota partai oposisi yang melakukan boikot.162 Setelah batas waktu penarikan mundur kandidat pada hari Sabtu, 3 Desember. CNE mengumumkan tidak semua kandidat oposisi mengundurkan diri. Hanya ada sekitar 10,08% kandidat yang keluar.163 Alhasil pengunduran diri itu membuat tidak adanya kelompok sayap kanan dalam pemilihan parlemen 2005, sementara oposisi sayap kiri seperti MAS, Partido Bandera Roja (BR), dan Izquierda Democratica (ID) tetap mengikuti pemilu tapi gagal meraih kursi. Pemilihan pun terlaksana pada 4 Desember 2005, CNE mengumumkan hasil yang menunjukkan partai pro Chavez, MVR memenangi 114 dari 167 kursi di
159
Simone Baribeau, “US Denies Any Role in Venezuela Election Boycott,” artikel diakses pada 21 Januari 2011 pukul 21.52 dari http://www.voanews.com/english/archive/2005-12/2005-12-01-voa2. cfm?CFID=134280687&CFTOKEN=46437187 160 Simone Baribeau, “Venezuelan President Accuses US of Masterminding Opposition Election Boycott,” artikel diakses pada 21 Januari 2011 pukul 22.02 dari http://www.venezuelanalysis. com/news.php?newsno=1834 161 Simone Baribeau, “US Denies Any Role in Venezuela Election Boycott.” 162 Ibid. 163 Simon Baribeau, “Only 10% of Candidates Withdrew from Elections,” artikel diakses pada 21 Januari 2011 pukul 22.08 dari http://www.venezuelaanalysis.com/news.php?newsno=1836
63 parlemen nasional.164 Sementara sisa kursi direbut oleh partai yang juga pendukung Chavez. Selain itu MVR memperoleh 89% kursi di parlemen Amerika Latin dan Parlemen Andean. Tetapi mundurnya oposisi juga diikuti dengan turunnya tingkat partisipasi pemilih. Partisipasi dalam pemilu parlemen 2005 hanya menacapi 25% dari jumlah pemilih yang terdaftar.165 Hal ini jauh lebih kecil dari rata-rata 50-60% partisipasi dalam pemilihan parlemen tahun 2000 dan 2002.
Presiden CNE
Rodriguez juga melihat buruknya cuaca sebagai alasan rendahnya partisipasi pemilih.166 Selain itu kondisi ini berkaitan dengan waktu karena kelompok oposisi mengundurkan diri terlalu dekat dengan tanggal pemilihan. Sehingga CNE tidak bisa merubah surat suara. Pencoblosan atas kandidat yang mengundurkan diri akan dianggap tidak sah.
Pada akhirnya, akibat boikot lebih dari 133.000 suara
dinyatakan tidak sah.167 Dengan mengundurkan diri, mereka telah menghilangkan peluang dialog atau negoisasi dengan pemerintah. Selain itu mereka juga mengarahkan Venezuela ke jalan polarisasi dan konflik sosial.168 Hasil ini menjadi isu yang penting di Venezuela. Partai MVR kini memiliki anggota mayoritas di parlemen yang memungkinkannya mengubah konstitusi tanpa perlu mencari dukungan partai lain. Konstitusi bisa diubah dengan 2/3 suara di parlemen. Sementara itu oposisi menilai tingkat absensi sebesar 75% menunjukkan tingginya ketidakpercayaan rakyat pada proses pemilihan dan pemerintahan Chavez. Sedangkan pemerintah Chavez melihat mundurnya oposisi sebagai taktik untuk 164
Ibid. Eric Wingeter, “As Elections Loom, Venezuela’s Opposition Won’t Commit to Participation.” 166 Eric Wingeter, “Chavez’s Party wins 68% of Seats in Venezuela’s Parliament,” artikel diakses pada 21 Januari 2011 pukul 22.15 dari http://www.venezuelasolidarity.org.uk/ven/web/articles/election_ victory_2005.html 167 Simone Baribeau & Alessandro Parma, “Venezuela’s Quiet Election,” artikel diakses pada 21 Januari 2011 pukul 22.21 dari http://www.venezuelanalysis.com/articles.php?artno=1624 168 Julia Buxton, “How Venezuela’s Primero Justicia Has Blown Its Greatest Opportunity,” artikel diakses pada 22 Januari 2011 pukul 10.17 dari http://www.venezuelanalysis.com/articles.php? artno=1619 165
64 mendiskreditkan proses pemilihan umum. Kelompok oposisi melakukan bunuh diri politik dengan tidak berpartisipasi dalam pemilu parlemen 2005. Penelitian yang dikeluarkan Council on Hemisphere Affairs (COHA) menyatakan keputusan oposisi keluar dari pemilu, adalah untuk menyelamatkan muka mereka dari kekalahan memalukan bila mereka berpartisipasi. Keputusan oposisi tersebut juga memberi alasan bagi para pembuat kebijakan AS yang anti Chavez untuk menjustifikasi intervensi di Venezuela.
Akhirnya AS akan
menggunakan alasan oposisi untuk mendiskreditkan kondisi demokrasi dan buruknya sistem pemilihan umum di Venezuela.169
Keterlibatan AS dalam
pemilihan umum di Venezuela bukan untuk tujuan membangun demokrasi melainkan bagian dari rangkaian tindakan intervensi tidak langsung untuk menjatuhkan pemerintahan Chavez.
Akhirnya upaya AS untuk mendelegitimasi
pemilihan umum merupakan bagian dari upaya AS mendestabilisasi Venezuela.170
169
Pablo Navarrete, “Why Venezuela’s Opposition Boycotted Today’s Election,” artikel diakses pada 22 Januari 2011 pukul 10.25 dari http://redpepper.blogs.com/venezuela/2005/12/why_venezuela_. html 170 Chuck Kaufman, “US Denies Any Role in Venezuela Election Boycott.”
65 BAB IV KEBIJAKAN HUGO CHAVEZ MELAWAN HEGEMONI AMERIKA SERIKAT
A.
Program-Program Strategis Pemerintah Chavez Dalam Melawan Hegemoni AS Sebelum Chavez menjabat presiden, Chavez mencetuskan program-program
strategis untuk menanggulangi masalah sosial dan politik yang terjadi di Venezuela. Program ini didasarkan atas ketidakpuasan Chavez atas negaranya yang ketika itu lebih condong ke Barat (manganut sistem neoliberalisme).
Atas ketidakpuasan
tersebut, maka Chavez membentuk gerakan MBR-200 yang berani melakukan kudeta. Selain itu, Chavez juga membentuk lembaga-lembaga regional untuk menghadang arus imperialisme yang diusung oleh AS, seperti pendirian ALBA dan Bank of the South.
Dalam hal kebijakan energi di Venezuela, Chavez
menasionalisasi perusahaan-perusahaan minyak asing serta perluasan ekspor minyak global untuk menangkal pengaruh dan kepentingan AS terhadap minyak Venezuela. A.1.
Pembentukan Identitas Gerakan MBR-200 Dalam kasus MBR-200, dapat diketahui bahwa pembentukan identitas
gerakan diprakarsai oleh para perwira militer sebagai aktor sosial yang berinisiatif untuk menciptakan sebuah gerakan dan identitas kolektif.171 Inisiatif ini dibangun oleh kesadaran dan ketidakpuasan terhadap keadaan struktural yang menekan. Keadaan struktural yang dimaksud adalah krisis ekonomi dan krisis politik yang terjadi dan sudah dibahas secara cukup rinci di bagian awal bab ini.
171
L. Harper and Kevin T. Leicht. Exploring Social Change: America and The World 5th ed. (New Jersey: Prentice Hall, 2006), h. 21.
65
66 Secara politis, dapat dikatakan bahwa iklim demokrasi yang cukup stabil menyebabkan kelas militer di Venezuela sebagai kelas militer yang cukup profesional.172 Selain itu, para pemimpin MBR-200 termasuk Chavez menyadari bahwa melakukan sebuah kudeta tidak akan efektif untuk mencapai tujuan dari gerakan mereka. Berdasarkan pemikiran Chavez tentang perubahan struktural yang mempengaruhi pembentukan identitas baru, dapat dilihat bahwa keinginan politik yang tidak terakomodasi oleh sistem politik yang oligarkis membuat aktor-aktor dan kelompok gerakan sosial akan berusaha untuk mereproduksi makna dalam belum identitas baru.173 Bisa dilihat secara ringkas pembentukan identitas MBR-200 yang kental dengan ideologi yang mereka sebut Bolivarian adalah sebagai berikut: Diagram Pembentukan Identitas MBR-200 Konflik Struktural
Aktor gerakan sosial
Pembentukan identitas
Krisis politik dengan sistem Puntofijismo Kebangkitan pemikiran militer (wacana tentang Bolivarian)
Identitas gerakan MBR200 dengan ideologi Bolivarian
Krisis ekonomi: paradigma neoliberalisme
Sumber: Rickard.
Sumber: Richard Lalander, Suicide of the Elephants? Venezuela Decentralization Between Partyarchy and Chavismo (Helsinki: Revall Institute Publications, 2004), h. 199
Dengan kerangka analisa yang telah disebutkan di bagian awal dapat dilihat bahwa krisis politik dengan sistem puntofijismo yang kemudian berpengaruh pada gagalnya
172 173
rezim
pemerintahan
puntofijismo
untuk
membereskan
Reid, Forgotten Continent: The Battle for Latin America’s Saoul, h. 165. Ibid., h. 166.
masalah
67 perekonomian menjadi sebuah konflik struktural yang ada di masyarakat. Sistem ekonomi neoliberalisme yang semakin jauh memasuki ruang-ruang publik di dalam masyarakat Venezuela tidak dapat di cegah oleh sistem puntofijismo174. Konflik struktural yang ada di dalam masyarakat ini kemudian menghasilkan pemikiran aktor baru gerakan sosial yaitu kelas militer. Chavez dan para pendiri MBR-200 dapat dikategorikan sebagai aktor sosial yang menciptakan dan menghasilkan sebuah ideologi. Ideologi inilah yang kemudian disebut sebagai ideologi Bolivarian.175 Dengan ideologi ini kemudian mereka gunakan untuk melawan kelompok puntofijismo dan negara-negara Barat (terutama AS) sebagai musuh daripada ideologi Bolivarian tersebut.176
Ideologi ini yang
kemudian mereka gunakan sebagai sebuah identitas nasionalisme baru yang disebarkan melalui gerakan MBR-200. Dalam melihat tentang pembentukan identitas MBR-200, harus juga dikedepankan bagaimana karakter gerakan ini memenuhi sebuah syarat daripada gerakan sosial baru. Masalah ekonomi masih menjadi sebuah tema yang cukup sentral, namun karakter aliansi kelas yang terjadi di dalam gerakan ini yang patut untuk diberi perhatian lebih dan dapat digolongkan sebagai sebuah bentuk gerakan sosial baru.177 Dari sini dapat dilihat bahwa gerakan MBR-200 adalah sebuah gerakan yang didasari oleh masalah dalam kategori gerakan sosial lama ekonomi, akan tetapi dalam perkembangannya, karakter gerakan sosial baru seperti, variasi aliansi kelas dan masalah penggunaan idealisme-idealisme baru dalam gerakan membuat ciri-ciri
174
Lalander, Suicide of the Elephants? Venezuela Decentralization Between Partyarchy and Chavismo, h. 200. 175 Ibid., h. 200. 176 Ibid. 177 Reid, Forgotten Continent: The Battle for Latin America’s Saoul, h. 167.
68 gerakan pada MBR-200 terlihat cukup kental.
178
MBR-200 terbukti membentuk
sebuah identitas baru bagi kalangan masyarakat yang terpinggirkan oleh sistem Puntofijismo dan sistem ekonomi neoliberal yang disponsori oleh AS. A.2.
Pembentukan Lembaga-Lembaga Regional di Amerila Latin Pada tahun 2001, pertemuan Konferensi Tingkat Tinngi (KTT) antar negara-
negara benua Amerika di Quebec, Kanada, Presiden Chavez menentang terwujudnya Free Trade Area of the Americas (FTAA), merupakan sebuah blok perdagangan regional yang diusulkan oleh Amerika Serikat. FTAA akan menciptakan sebuah “zona perdagangan bebas” yang terbesar di dunia, mencakup 34 negara di Belahan Barat, termasuk 800 juta masyarakat dunia.179 Organisasi ini akan memprioritaskan hak-hak perusahaan, kedaulatan negara dihilangkan, dan hanya sedikit atau tidak ada campur tangan pemerintah dalam mengambil keputusan yang mempengaruhi politik dan urusan internal. Chavez merupakan kepala negara yang paling keras menentang pembentukan FTAA. Kemudian Chavez membentuk Alternative Bolivariana Para Las Americas (ALBA) sebagai boikot terhadap FTAA.180 Berbeda dengan FTAA, ALBA mendorong blok perdagangan yang berorientasi sosial, sederajat, dan berkeadilan bagi kemanusiaan daripada pro-pasar yang selama ini dipergunakan untuk memaksimalkan pembatasan profit. ALBA merupakan kerja sama regional di kawasan Amerika Latin dan Karibia. Kerja sama yang diajukan pada Desember 2001 ini merupakan alternatif terhadap FTAA pada Association of Caribbean States Summit (ACS) di
178
Lander, Suicide of the Elephants? Venezuela Decentralization Between Partyarchy and Chavismo, h. 201. 179 Golinger, The Chavez Code: Cracking US Intervention in Venezuela, h. 32. 180 Ibid., h. 33
69 Venezuela.181 ALBA sendiri berdiri atas asas solidaritas untuk kemajuan bersama, bentuk kerja sama diperluas menjadi pertukaran minyak dengan bahan makanan dan pertanian bahkan sudah mencapai pertukaran bijih besi berkualitas tinggi dan bauksit dengan nikel.182 Selain itu memberikan modal untuk pengembangan energi minyak, namun bukan dengan jalan memprivatisasinya ke korporasi minyak serta kerja sama mengirimkan dokter beserta obat-obat dan peralatan medisnya. Pengukuhan ALBA sebagai kerja sama kawasan merupakan upaya integrasi ekonomi-politik yang berdasarkan prinsip-prinsip saling melengkapi (tidak berkompetisi), solidaritas (tidak dominasi), kerja bersama (tidak eksploitasi), dan pernghormatan kedaulatan rakyat (menggantikan kekuasaan korporasi) bagi kemajuan tenaga-tenaga produktif negara-negara yang lebih miskin, sekaligus menjadi penyeimbang kerja sama kawasan yang telah ada seperti FTAA.183 Tujuan ALBA
adalah
membangun
masa
depan
Amerika
Latin
yang
sejahtera,
menghancurkan ketidaksetaraan sosial dan menjadikan wilayah ini sebagai kekuatan yang mampu menjalankan model perekonomian sendiri di tengah globalisasi, melalui strategi ekonomi, politik, sosial-budaya yang ada di kawasan Amerika Latin. ALBA menunjukkan keseriusan negara-negara Amerika Latin dalam membangun sebuah kawasan yang terintegrasi, maju, mandiri dan bebas dari intervensi asing. Salah satu langkah yang Chavez ambil adalah mendirikan Bank of the South, sebuah bank pembangunan regional. Bank tersebut akan mendanai proyek infrastruktur regional serta proyek nasional negara donor.
Seperti misalnya,
pembangunan pipa gas bumi sepanjang 8.000 kilometer dari Venezuela ke Argentina. Dalam jangka panjang, bank Amerika Latin berambisi memiliki dana 181
Martin Hart Landsberg, “ALBA and the Promise of Cooperative Development,” artikel diakses pada 8 Juli 2011 pukul 09.16 dari http://venezuelanalysis.com/analysis/5855 182 “The Fundamentals of ALBA: Interview with Executive Secretary Amenothep Zambrano,” artikel diakses pada 9 Juli 2011 pukul 09.35 dari http://venezuelanalysis.com/analysis/6025 183 Ibid.
70 stabilisasi regional dan bahkan mata uang bersama.184 Chavez berharap pembentukan bank tersebut akan membantu kawasan tidak didikte World Bank dan IMF. Ia mengatakan, kawasan Amerika Latin ingin menghindari dampak negatif dari keberadaan World Bank dan IMF dengan resep-resep neokolonialisme berbalutkan ekonomi pasar. Selain itu, ALBA juga membentuk sebuah dana kemitraan yang dikenal dengan nama Compensatory Funds of Structural Convergence. Tujuannya, untuk mengurangi kesenjangan dalam level pembangunan negara-negara dan sektor-sektor produktif, Compensatory Funds ini mirip dengan tugas yang diemban oleh World Bank ketika pertama kali didirikan pada masa Perang Dunia II.
Yakni untuk
mengelola dan mendistribusikan bantuan keuangan kepada banyak negara yang ekonominya mudah diserang oleh krisis. Dengan adanya Compensatory Funds ini, negara-negara yang miskin dibantu untuk mengurangi resiko kerugian hingga ke tingkat yang tidak membahayakan performa ekonomi nasionalnya. Dalam pengertian ini, Compensatory Funds bukanlah bantuan berkedok utang seperti yang disalurkan oleh World Bank dan IMF. Tabel 4.1. Bantuan Dana yang ditujukan Oleh Venezuela ke Negara-Negara ALBA (dalam jumlah juta dolar Amerika) (2005-2008) Destination Amount Cuba
18.776.000.000
Bolivia Nicaragua ALBA Bank Haiti Honduras Dominica Republic
6.724.000.000 5.523.000.000 1.350.000.000 440.000.000 130.000.000 8.000.000
Sumber: “Cuánto cuesta el alba 28/9/2008 Caracas,” artikel diakses pada 27 Januari 2011 pukul 14.18 dari http://www.eluniversal.com/2008/09/28/pol_art_cuanto-cuesta-el-alb_1062204.shtml 184
Javier Corrales & Michael Penfold, “Venezuela: Crowding Out the Opposition,” Journal of Demo cracy, Vol. 18, No. 2 (April 2007): h. 100.
71
Venezuela kini muncul menjadi negara unggul di kawasan Amerika Latin. Venezuela adalah kekuatan ekonomi baru di regional Amerika Latin dan memberikan dana pinjaman bagi negara-negara anggota ALBA. Selain melakukan pembentukan ALBA yang berlandaskan kerjasama dan intergrasi ekonomi diantara negara-negara Amerika Selatan. Venezuela berupaya untuk memperkuat persatuan diantara negara-negara Amerika Selatan dengan membuat dua proyek besar, yaitu Petrosur dan Telesur.185 Petrosur dimaksudkan sebagai perusahaan minyak yang mencakup seluruh Amerika Latin yang bertujuan untuk menyatukan industri minyak negara dari berbagai pemerintah untuk menciptakan senjata ekonomi yang dapat menjadi tantangan bagi hegemoni Amerika Serikat.186
Sedangkan Telesur dimaksudkan
sebagai TV seluruh Amerika Selatan yang bertempat di Venezuela dan bertujuan untuk menyediakan berita dari perspektif rakyat Amerika Selatan. Saat ini, televisi CNN di Spanyol mendominasi benua Amerika, yang mencerminkan kepentingan Amerika Serikat. Negara-negara Amerika Selatan, seperti Argentina, Brazil, Bolivia, dan Uruguay telah memberikan dukungan terhadap kedua proyek tersebut.187 A.3.
Kebijakan Energi Venezuela Pada Masa Hugo Chavez Dengan kapasitas produksi sebesar 3,4 juta barel per hari, Venezuela adalah
produsen minyak terbesar ketiga di belahan barat dunia benua Amerika (western hemisphere) setelah Amerika Serikat (7,7 juta barel per hari) dan Mexico (3,6 juta barel per hari).188 Venezuela juga merupakan eksportir minyak terbesar di western hemisphere.
185
Soyomukti, Revolusi Bolivarian Hugo Chavez dan Politik Radikal, h. 145. Ibid. 187 Ibid., h. 146. 188 Ian Rutledge, Addicted to Oil : America's Relentless Drive for Energy Security (London & New York: I.B.Tauris & Co Ltd, 2005), h. 85. 186
72 Pada kurun waktu 1991 dan 1997, produksi minyak Venezuela meningkat sebesar 33 persen, antara 2,5 sampai 3,3 juta barel per hari (lihat grafik 4.1).189 Grafik 4.1. Produksi dan Konsumsi Minyak Venezuela (1980 – 2006)
Sumber: Energy Information Administration, “International Energy Annual, World Petro leum Data,” data diakses pada 5 Juli 2011 pukul 07.15 dari http://www.eia.doe.gov/iea /pet.html
Pada saat yang sama, ekspor minyak Venezuela ke Amerika Serikat meningkat dari 1 juta barel per hari di tahun 1991 menjadi 1,8 juta barel per hari di tahun 1997 (lihat grafik 4.2),190 yang merupakan 17 persen dari total impor AS. Grafik 4.2, menampilkan lima negara pemasok minyak terbesar ke Amerika Serikat. Berturut-turut adalah Arab Saudi, Kanada, Meksiko, Venezuela, dan Nigeria.
189
Data diolah dari Energy Information Administration, “International Energy Annual, World Petro leum Data,” data diakses pada 5 Juli 2011 pukul 07.15 dari http://www.eia.doe.gov/iea/pet.html 190 Data diolah dari US Total Crude Oil and Products Imports, “Energy Information Administration,” data diakses pada 5 Juli 2011 pukul 07.23 dari http://tonto.eia.doe.gov/dnav/pet/pet_move_ impcus_a2_nus_ep c0_im0_mbblpd_m.htm
73 Grafik 4.2. Pemasok Minyak Terbesar ke AS (1987 – 1997)
Sumber: “US Total Crude Oil and Products Imports: Energy Information Administration.” data diakses pada 5 Juli 2011 pukul 07.23 dari http://tonto.eia.doe.gov/dnav/pet/pet_ move_ impcus_a2_ nus_ep c0_im0_mbblpd_m.htm
Ketua Dewan Keamanan Nasional AS, Luis Giusti pada masa Presiden Clinton merayakan terobosan baru dalam keamanan energi ini dengan menyatakan bahwa “we are undertaking a fundamental shift away from reliance on the Middle East” (kita sedang mengalamai pergeseran dari ketergantungan pada Timur Tengah) dan Venezuela sekarang telah menjadi pemasok minyak nomor satu bagi AS.191 Seolah memberi restu kepada Venezuela atas pembukaan pasarnya, OPEC mengumumkan peningkatan kuota produksi sebesar 10 persen pada petemuan OPEC tanggal 29 November 1997, seolah-olah membantu ekonomi dunia setelah krisis ekonomi Asia. Kuota baru Venezuela adalah sebesar 2,583 juta barel per hari, tapi PdVSA tidak berniat untuk membatasi produksinya pada tingkat sederhana seperti ini.192 Kemudian, pada bulan Desember 1997, ketika proyek besar Giusti tampak sedang menuju pencapaian tujuannya, PdVSA menjadi terlalu percaya diri dan pongah. Dalam sebuah wawancara dengan US Bulletin Oil Daily pada tanggal 3 191 192
Rutledge, Addicted to Oil : America's Relentless Drive for Energy Security, h. 88. Ibid.
74 Desember 1997, para pejabat PdVSA yang tidak disebutkan namanya menunjukkan bahwa ambisi mereka jauh melebihi hanya menjadi pemasok utama minyak ke AS. Mereka mengumumkan bahwa Venezuela berniat untuk mengembangkan produksi, menekan harga minyak sehingga murah dan menekan para produsen marjinal AS keluar dari pasar sehingga memungkinkan PdVSA untuk mendapatkan market share yang lebih besar.193 Cerita tersebut menjadi lebih meyakinkan karena Giusti sebelumnya mengatakan pada agensi berita Reuters bahwa “harga minyak minyak rendah yang terus-menerus akan menyebabkan sekitar 1 juta barel per hari produksi minyak AS dan Kanada keluar dari pasar dalam beberapa bulan ke depan”.194 Cerita ini juga sesuai dengan pengumuman rencana PdVSA untuk meningkatkan produksi dari 3,3 juta barel per hari pada tahun 1997 menjadi 6,2 juta barel per hari sebelum tahun 2006.195 Ketika Chavez berkuasa, ia mengambil alih kebijakan mengembalikan asetaset energi Venezuela ke negara.
Kebijakan energi pada masa Chavez sampai
dengan tahun 2006 dapat dibagi ke dalam kronologi sebagai berikut: Pertama, pemotongan produksi minyak untuk memulihkan harga minyak dunia yang rendah. Kedua, penghapusan kebijakan Apertura196 dan pemberlakuan Undang-undang Hidrokarbon
193
yang
baru
tahun
2001.197
Ketiga,
kebijakan
penggabungan
Ibid. Ibid., h. 89 195 Ibid. 196 Kebijakan ini memfasilitasi pembentukan 32 perjanjian pelayanan operasional dengan 22 perusahaan minyak asing, termasuk perusahaan minyak besar seperti Chevron, BP, Total, dan RepsolYPF. Peran PdVSA dalam membuat kebijakan perminyakan nasional meningkat pesat, dalam “Country Analysis Brief: Venezuela,” artikel diakses pada 4 Juli 2011 pukul 21.22 dari http:// www.eia.doe.gov/emeu/cabs/Venezuela/pdf.pdf 197 Di bawah Undang-undang Gas dan Hidrokarbon tahun 2001, royalti yang dibayarkan oleh perusa haan swasta meningkat dari 1-17 % menjadi 20-30 %. Dalam “Country Analysis Brief: Venezuela,” artikel diakses pada 4 Juli 2011 pukul 21.22 dari http://www.eia.doe.gov/emeu/cabs/Venezuela/ pdf.pdf 194
75 perusahaan.198
Kebijakan energi Venezuela Hugo Chavez dilatarbelakangi
pemahaman bahwa energi dalam hal ini minyak (dari PdVSA) berkontribusi separuh dari GDP Venezuela. Chavez memerlukan energi untuk empat hal:199 1. Memberi pengaruh di dalam negeri dengan program sosial. 2. Memberi pengaruh di kawasan Amerika Latin. 3. Menggunakan energi untuk meningkatkan pengaruh di dunia internasional dengan mengancam menghentikan pasokan ke AS. 4. Membangun aliansi dengan negara produsen energi (Iran dan Rusia) dan negara konsumen energi (Cina) untuk secara bertahap meninggalkan dependensi ekspor minyak ke AS. Adalah penting bagi Chavez untuk memegang kendali penuh negara atas pemasukan yang dihasilkan oleh minyak. Langkah yang Chavez lakukan adalah mengambil alih (menasionalisasi) PdVSA dimana keuntungan yang didapat dari minyak akan dipergunakan untuk kepentingan nasional Venezuela sebesar- besarnya dan untuk menunjang agenda politik Chavez. A.3.1. Nasionalisasi Perusahaan Minyak Asing di Venezuela Salah satu kebijakan penting dari Presiden Chavez terkait dengan energi adalah kebijakan penggabungan perusahaan.200
Pada tanggal 1 Januari 2006
Venezuela melalui Kementrian Energi dan Perminyakan meraih tujuannya untuk menghentikan Operating Agreements (Perjanjian Operasional) dengan perusahaanperusahaan minyak nasional dan internasional.
Dalam perjanjian tersebut, 16
perusahaan asing menandatangani kesepakatan untuk bermigrasi ke dalam
198
Rutledge, Addicted to Oil : America's Relentless Drive for Energy Security, h. 90. Ibid., h. 91. 200 Rafael Ramirez Carreno, “Gearing up to face new challenges,” dalam First Magazine: Official Report Venezuela a New Economic Model, 2006, h. 22. 199
76 perusahaan gabungan dan menjadi mitra bagi perusahaan minyak nasional Venezuela PdVSA. Presiden Hugo Chavez mengatakan:201 ”We are telling the world, together with you executives of companies which range from the United States to Japan, that a nationalist project such as the one under way in Venezuela is not incompatible with the presence of international companies and of the national private sector.” “Kami katakan pada dunia juga dengan anda para eksekutif dari perusahaanperusahaan yang terbentang dari AS hingga Jepang, bahwa proyek nasionalis seperti salah satunya di bawah Venezuela tidak cocok dengan kehadiran perusahaan-perusahaan internasional dan sektor privat di level nasional.” Hubungan kerjasama baru ini memiliki dasar hukum dan politik yang lebih kuat dan memajukan kejasama yang lebih transparan.
Tidak seperti perjanjian
operasional, penggabungan perusahaan berkesesuaian dengan Konstitusi Republik Bolivar Venezuela dan UU Hidrokarbon 2001.
Kerjasama baru ini mengakhiri
perjanjian bisnis sebelumnya pada masa Keterbukaan Minyak (Apertura) di tahun 90-an. Kepemilikan negara dalam perjanjian baru ini mencapai 70%.202 Nasionalisasi minyak Venezuela melalui penggabungan perusahaan ini mengacu kepada Pasal 12 Konstitusi Republik Bolivar Venezuela yang berbunyi:203 ”the hydrocarbon reservoirs, whatever their nature, that exist in the national territory, under the seabed of the territoria sea in the exclusive economic zone and in the continental shelf, belong to the Republic, are goods in the public domain and therefore inalienable and unlimited in time.” “Cadangan hidrokarbon apapun asalnya, yang ada di teritori nasional, di bawah dasar laut dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), dan landas kontinental adalah milik dari republik, dan merupakan barang di ranah publik dan oleh karenanya tidak dapat dirampas dan dibatasi oleh waktu.” Modal dari perusahaan gabungan diwakili oleh dua jenis saham. Kelas A akan dipegang oleh perusahaan negara 100% sebagai pemegang saham utama; sementara saham Kelas B akan dipegang oleh kontraktor sebelumnya sebagai 201
Ibid., h. 23-24. “Model for Mixed Companies Approved,” no. 5, March 2006, h. 8, artikel diakses pada 6 Juli 2011 pukul 08.20 dari http://www.pdvsa.com/interface.en/database/fichero/publicacion/1421/62.PDF 203 Ibid., h. 9. 202
77 pemegang saham minoritas. Statuta dalam perusahaan gabungan menjamin perlindungan dasar bagi pemegang saham mininum dengan mensyaratkan sebuah mayoritas yang berkualifikasi bagi persetujuan atas keputusan tertentu.204 Kronologi transisi ke arah penggabungan perusahaan ini terjadi secara bertahap. Pertama, PDVSA pada tanggal 17 Agustus 2005 bertemu dengan kelompok perusahaan minyak asing terbesar yaitu: Refineria de Petróleos de Escombreras Oil -Yacimientos Petrolíferos Fiscales (Repsol YPF), China National Petroleum Corporation (CNPC), Harvest Vinncler, Hocol, Vinncler Oil & Gas, Inemaka, Suelopetrol dan Open205. Kemudian, pada tanggal 28 September PdVSA menandatangani perjanjian dengan Petroleo Brasileiro (Petrobras), Perenco, Tecpetrol, dan Teikoku Oil menandatangani pada tanggal 6 Oktober. Selanjutnya, Shell, British Petroleum dan the General Fuel Company ikut menandatangani pada tanggal 1 Desember yang tidak lama kemudian persyaratan baru ini disetujui oleh Eni Oil & Gas, Total Oil & Gas, West Falcon, Sansom Hydrocarbons dan Chevron. 206
Kerjasama ini menarik bagi semua pihak yang terkait, diantaranya adalah karena kontrak tersebut sekarang diperpanjang untuk 20 tahun ke depan. Padahal, perjanjian operasional yang sebelumnya akan berakhir pada tahun 2013 dan 2017, sementara penggabungan perusahaan akan tetap berlaku sampai tahun 2026.207 Hal ini membuka kesempatan bagi para perusahaan tersebut untuk ikut dalam operasi minyak dengan teknologi di kawasan Faja del Orinoco yang memiliki kandungan minyak non-konvensional jauh lebih besar daripada Arab Saudi. Dari sisi hubungan internasional, Venezuela menegakkan kedaulatannya dengan menunjukkan sebagai
204
Ibid. Ramirez Carreno, “Gearing up to face new challenges,” h. 24. 206 Ibid. 207 Ibid., h. 25. 205
78 negara yang mempunyai kekuatan terhadap perusahaan asing. Seperti dikatakan oleh Rafael Ramirez, Menteri Energi dan Perminyakan Venezuela dan Presiden PdVSA pada acara penandatanganan penggabungan perusahaan di Istana Miraflores 1 Janurari 2006:208 ”This ceremony has to do with an oil policy aimed at rescuing full sovereignty over the management of our main resource, of our leading economic activity:oil.” “Upacara ini harus dilakukan dengan kebijakan minyak bertujuan menyelamatkan kedaulatan penuh atas pengelolaan sumber daya utama kami, kegiatan utama ekonomi kita: minyak." Komentar tersebut menjelaskan bahwa negara (Venezuela) yang berhak atas kedaulatan dan mengelola serta menyelamatkan sumber daya utamanya, yaitu minyak. Perusahaan minyak asing pun menuruti keinginan pemerintah Venezuela tersebut karena memperoleh kepastian hukum dan peluang mengeksplorasi minyak yang lebih besar di Venezuela. A.3.2. Perluasan Pasar Ekspor Global Minyak Venezuela dan Axis of Oil Chavez berusaha mengurangi ketergantungan atas minyak AS dengan cara perluasan ekspor ke negara konsumen minyak lainnya. Kebijakan ini dapat juga dianggap sebagai aliansi strategis dengan negara-negara produsen maupun konsumen minyak yang disebut dengan Axis of Oil.209 Istilah ini sendiri adalah tandingan dari Axis of Evil210 yang disebut Bush, yang mengacu kepada Korea Utara, Iran, dan Irak.211
208
Ibid. Axis of Oil mengacu pada negara-negara yang memiliki kepentingan untuk melawan hegemoni AS. Axis of Oil berfokus pada peran negara-negara seperti Venezuela dan Iran dapat menggunakan produksi minyak dan keanggotaan mereka di OPEC sebagai pengaruh dalam melakukan negoisasi dengan AS. AS menganggap Axis of Oil merupakan kumpulan negara-negara otoriter, seperti Cina, Venezuela, Iran, dan Rusia yang dapat mengganggu kepentingan AS, dalam Geoff LeGrand, “The Growning Influence of Iran on Latin America’s ‘New Left’ Governments,” artikel diakses pada 15 Juli 2011 pukul 17.35 dari http://www.thecuttingedgenews.com/index.php?article=31615&pageid= &pagename= 210 Axis of Evil adalah istilah yang awalnya digunakan oleh mantan Presiden AS George Bush Jr. pada tanggal 29 Januari 2002. Axis of Evil mengacu pada negara-negara yang mendukung terorisme dan 209
79 Venezuela memperluas pasar ekspor global minyaknya ke sejumlah negaranegara yang termasuk ke dalam hitungan yang terkait dengan keamanan energi AS sebagai energy power seperti Iran, Rusia, dan Cina.212
Pertama, Chavez
memandang perlu kerjasama dengan Iran untuk bersama-sama menentang Amerika Serikat. Seperti yang dikatakan Ahmadinejad,”213 …sudah saatnya Iran dan negaranegara berkembang lainnya (termasuk Venezuela) mulai membentuk suatu kerjasama dalam menepis dominasi dan hegemoni Amerika”. Iran telah menandatangani 30 kontrak kerja sama dengan total nilai 700 juta dolar Amerika. Perjanjian kontrak tersebut meliputi pembangunan 10 ribu perumahan, stasiun geologi, kerjasama migas, serta kesepakatan untuk menghapus pajak ganda, proyek investasi bersama dan perdagangan. Lebih dari itu, Iran juga akan melakukan investasi senilai 9 milyar dolar Amerika di Venezuela.214 Kerja sama kedua negara ini merupakan pukulan bagi politik AS. AS mengecam Iran sebagai salah satu negara pembangkang karena bersikeras dengan program nuklirnya. Dilihat dari sisi geopolitik, Iran berada di tempat kepentingan terbesar AS berada yaitu di Timur Tengah, sementara Venezuela berada di “halaman belakang” AS.215 Keduanya sama-sama menentang kebijakan imperialisme AS. Di saat yang sama, Venezuela mendukung kebijakan nuklir Iran. Ke dua, salah satu tujuan ekspor Venezuela adalah Cina. Saat lawatan Presiden Chavez ke Cina 22-27 Agustus 2006, China National Petroleum Corporation (CNPC) menandatangani dua perjanjian kerjasama dengan PdVSA menyimpan senjata pemusnah massal. Bush Jr. menyebut Irak, Iran, dan Korea Utara sebagai Axis of Evil, dalam Glenn Kessler and Peter Baker, “Bush’s ‘Axis of Evil’ Comes Back to Haunt United States,” artikel diakses pada 15 Juli 2011 pukul 18.30 dari http://www.washingtonpost.com/wpdyn/content/article/2006/10/09/AR2006100901130.html 211 Rutledge, Addicted to Oil : America's Relentless Drive for Energy Security, h. 51. 212 Ibid., h. 52. 213 D. Danny Simanjuntak, Ahmadinejad Menentang Amerika:Dari Nuklir Iran, Zionisme, hingga Penyangkalan Holocaust, (Yogyakarta: Penerbit Narasi, 2007), h. 67-68. 214 Ibid., h. 69. 215 Ibid.
80 yang mencakup kesepakatan bagi CNPC untuk membangun ladang minyak dan gas Zumano di timur Venezuela, dan produksi kejasama Blok Junin-4 di jalur minyak Orinoco (Orinoco heavy oil belt) dengan PdVSA.216 Dalam kesepakatan yang lain, Venezuela juga berencana untuk menjual setengah hasil minyaknya ke Cina. Menurut data statistik Departemen Energi AS, ekspor minyak mentah dan produknya ke AS menurun selama tiga bulan berturut-turut sampai bulan Juni 2006. Di bulan Juni, Venezuela mengekspor rata-rata 1 juta barel minyak mentah per hari ke AS. Ini menunjukan pengurangan harian sebesar 161.000 barel atau 13,7 % dari ekpor bulan Mei, atau 21,9% dari tahun 2005.217 Pada tahun 2004, ekspor minyak mentah, BBM dan produk minyak Venezuela lainnya ke Cina hanya 12.300 barel per hari. Tahun 2006 jumlah ini meningkat menjadi 150.000 barel per hari, besarnya sama dengan sepersepuluh ekspor minyak Venezuela ke AS. Dalam sebuah konferensi pers di Beijing, Chavez mengatakan:218 “Venezuela’s oil exports to China will reach 500.000 barrels per day by 2009 and eventually one million barrels a day.” Dengan
bersikap
berani
Chavez
mulai
mengirimkan
minyak
dan
mengapalkannya ke Cina. Namun, kebijakannya tersebut dianggap tidak masuk akal oleh sebagian kalangan. Biaya untuk memindahkan minyak dengan tanker termasuk tinggi. Terusan Panama terlalu kecil untuk dilalui tanker, dan Cina tidak memiliki pabrik penyulingan yang mampu untuk memproses sebagian besar dari minyak
216
Sun Huanjie, “China and Venezuela beef up cooperation in energy field, Xinhua News Agency, 8 September 2006,” artikel diakses pada 6 Juli 2011 pukul 20.18 dari http://www.uofaweb.ualberta.ca/ chinainstitute/nav03.cfm?nav03=50139&nav02=43813&nav01=43092 217 Ibid. 218 Ibid.
81 mentah tersebut, atau menangani konsekuensi lingkungan.219
Tingginya harga
minyak telah mendorong nasionalisasi sumber daya alam secara luar biasa, dan Cina mengambil keuntungan dari hal ini. Cina tidak mempermasalahkan transparansi dan akuntabilitas yang biasa ditanyakan oleh perusahaan multinasional. Sebagai contoh di Sudan, Cina tidak menghiraukan tentang konflik dan genosida yang terjadi di Sudan selama mereka mendapatkan minyak dan kartu Cina tersebut dimainkan dengan baik oleh Chavez.220 Selain itu, Cina juga juga baru saja menyelesaikan pembangunan proyek satelit komunikasi senilai 400 juta dolar Amerika untuk Venezuela, Chavez juga ikut memesan 18 pesawat tempur K-8 dari Cina setelah gagal membeli pesawat dari Brasil.221 Para pengamat mengatakan peningkatan tersebut adalah akibat langsung dari kebijakan-kebijakan pemerintahan AS terdahulu yang menjauhi kawasan di halaman rumahnya itu. Ke tiga, Chavez memandang perlu menjalin hubungan dengan Rusia. Sebagai contohnya adalah kerja sama Hugo Chavez dengan Perdana Menteri Rusia Valdimir Putin untuk menandatangani paket kerja sama energi senilai 20 milyar dolar Amerika antara perusahaan-perusahaan Rusia dan perusahaan minyak Venezuela PdVSA untuk memompa 450 ribu barel minyak per hari dari sumur Orinico. Jumlah itu hampir seperlima dari minyak yang dihasilkan OPEC dalam sehari.222 Chavez juga bekerja sama dalam bidang pertahanan dengan Rusia, di antaranya adalah pembelian jet tempur MiG-29S, jet tempur Sukhoi, Helikopter Mi-
219
J. Robinson, “The Production Crunch; Chavez-style oil nationalism is endangering world econo mic growth”, Newsweek (International ed.), New York: May 14, 2007, artikel diakses pada 6 Juli 2011 pukul 20.25 dari http://www.highbeam.com/doc/1G1-163075893.html 220 Ibid. 221 “Rusia Perkuat Pengaruh di Amerika Latin,” Media Indonesia, 5 April 2010, h. 10. 222 Ibid.
82 17, dan dan 100.000 senapan Kalashnikov senilai 5 milyar dolar Amerika. Bagi Chavez, pembelian tersebut “adalah jawaban terhormat atas maksud Presiden Bush untuk menjadi penguasa dunia.”223 Selain energi dan pertahanan, kedua negara juga menyepakati kerja sama bidang infrastruktur, transportasi, teknologi, pertanian, pendidikan, budaya, dan industri. Kebijakan luar negeri Chavez yang terkait dengan energi tersebut dengan menggandeng negara-negara seperti Cina, Rusia dan Iran yang juga mempunyai energi dan ekonomi yang kuat menunjukkan sifat kehati-hatian Chavez di balik sikapnya yang keras mengecam Amerika Serikat. Tidak mungkin Chavez menghadapi AS seorang diri.
Kebijakan yang ia tunjukkan di Amerika Latin
bermakna bahwa Chavez menginginkan satu suara, setidaknya mayoritas suara dari Amerika Latin yang bersatu menjadi sebuah kawasan yang lebih kuat secara ekonomi dan politik dalam mengedepankan kepentingan nasional bersama. A.3.3. Kebijakan Energi Untuk Program Sosial Terpilihnya Hugo Chavez menjadi Presiden membawa perubahan besar di Venezuela melalui gerakan revolusi Bolivarian. Chavez menyadari bahwa neoliberalisme dijalankan oleh sekelompok kecil elit yang berusaha mengambil keuntungan dengan menjalankan ekonomi yang dikendalikan oleh keputusan sedikit orang (oligarki) dengan mengorbankan mayoritas rakyat. Oleh sebab itulah, salah bentuk perlawanan terhadap neoliberalisme di Venezuela adalah dengan merebut hak-hak segelintir elit dan mengembalikannya pada mayoritas rakyat. Beberapa kebijakan politik yang dilakukan oleh Hugo Chavez dilandaskan pada upaya untuk mengembalikan hak-hak sosial, ekonomi dan politik kepada rakyat.
223
Michael J. Economides, “An Axis of Energy Militants, World Energy Source,” artikel diakses pada 6 Juli 2011 pukul 20.45 dari http://www.worldenergysource.com/wemr/cover.cfm?ci=4&pid=1
83 Salah satu program penting pemerintahan Chavez adalah menasionalisasikan Petroleros de Venezuela, S.A (PDVSA), merupakan perusahaan minyak BUMN, yang awalnya dikuasai oleh para pemodal Chevron Corps; Royal Dutch Shell, Repsol, dan Exxon. Chavez melakukan perubahan perjanjian dengan para pemodal, dimana pengelolaan perusahaan minyak tersebut dikerjakan sendiri oleh kaum buruh (UNT).224 Dengan melakukan nasionalisasi terhadap PdVSA, berarti dapat mengontrol keuntungan yang didapat dari hasil ekspor minyak. Pemerintahan Chavez juga mengambil alih proyek Orinoco Belt. Proyek Orinoco Belt, yang bertujuan untuk membangun salah satu cadangan minyak terbesar dunia, sebelumnya dikontrol oleh enam perusahaan asing, seperti ConocoPhilips, Chevron dan Exxon Mobil dari Amerika, bekerjasama dengan BP dari Inggris, Statoil dari Norwegia dan Total dari Prancis.225 Monopoli yang dilakukan oleh perusahaan asing tersebut akan mendapatkan keuntungan yang sangat besar dari proyek tersebut. Sekarang perusahaan minyak negara, PdVSA yang akan mengendalikan sekurang-kurangnya 60% dari proyek-proyek tersebut, dan keuntungan dari proyekproyek itu akan dikembalikan ke Venezuela. Selain itu, pemerintahan Chavez mulai menaikkan pajak perusahaan. Dengan keuntungan penjualan minyak dan peningkatan pajak perusahaan, pemerintah membuat berbagai proyek sosial dan ekonomi yang ditujukan untuk memperbaiki kehidupan rakyat Venezuela. Beberapa kebijakan politik yang ditempuh oleh Hugo Chavez dilandaskan pada upaya untuk mengembalikan hak-hak ekonomi, politik, dan kebudayaan pada rakyat. Program utamanya adalah bagaimana aset-aset dan sumber daya ekonomi 224
A. Umar Said, “Dapatkah Presiden Hugo Chavez Dijatuhkan oleh Washington?”, lihat di http://kontak.club.fr/Dapatkah_Presiden_Hugo_Chavez_dijatuhkan_oleh_Washington.htm, artikel diakses pada 26 November 2011 pukul 09.25. 225 Ibid.
84 dapat direbut dari tangan pemodal yang digunakan untuk menumpuk keuntungannya sendiri, dan kemudian dikuasai negara untuk membiayai program-program sosial dan publik terutama masalah kesehatan, perumahan, pendidikan, dan pelayananpelayanan publik lainnya.226 Keberpihakan Chávez dapat dilihat dari kebijakannya yang pro terhadap mayoritas rakyat miskin di Venezuela. Sejak bulan Januari 2005, Chavez melancarkan perang terhadap latifundia (kaum pemilik tanah). Sebab, 5% dari penduduk Venezuela menguasai 80% luas tanah, baik di perkotaan maupun pedesaan, yang kebanyakan dibiarkan kosong dan tidak diolah, sedangkan banyak petani-petani tidak memiliki tanah. Menurutnya, “Perang terhadap latifundia adalah pokok dari Revolusi Bolivarian. Revolusi yang tidak memperbaiki pemilikan tanah, yang tidak memberikan tanah untuk petani, tidak memberikan tanah kepada yang mengerjakan, tidak bisa menamakan diri lagi revolusi.”227 Kebijakan ini tertuang dalam Misión Zamora yang merupakan salah satu misi dari Kementrian Energi dan Perminyakan Chavez juga memperkenalkan jaminan sosial untuk rakyat miskin, dan melancarkan gerakan yang diberi nama Mission Guaicaipuro yang bertujuan untuk melindungi kehidupan, agama, tanah, adat, dan hak-hak asasi penduduk, yang kebanyakan terdiri dari suku Indian.228 Gerakan-gerakan lainnya diberi nama Mission Robinson (untuk pemberantasan buta huruf bagi 1,5 juta orang dewasa), Mission Sucre (agar kaum muda dapat melanjutkan sekolah), Mission Ribas (untuk jutaan anak-anak yang putus sekolah), dan Mission Barrio Adentro (untuk mendirikan dana memperlengkapi rumah sakit dan klinik). Pemerintah Venezuela 226
Soyomukti, Revolusi Bolivarian Hugo Chavez dan Politik Radikal, h. 107. Lutfi Anggara, Fenomena Anti-Liberalisme di Amerika Latin pada Awal Abad-21, Jurnal Global Vol. 9, No.1 Mei -November 2007, h. 91. 228 Anggara, Fenomena Anti-Liberalisme di Amerika Latin pada Awal Abad-21, h. 91. 227
85 juga menjalankan program sosial-ekonomi yang diberi nama Mercal, yang memungkinkan sebanyak 500 ribu penduduk Venezuela membeli bahan makanan dan minuman yang disubsidi dengan potongan harga 50% di 14 ribu toko Mercal di seluruh negeri. Bahan makanan dan minuman ini mendapat subsidi dari negara.229 B.
Analisis Atas Kepemimpinan Hugo Chavez Dalam Melawan Hegemoni AS Terpilihnya Hugo Chavez menjadi presiden pada tahun 1998 telah mengubah
peta perpolitikan di Venezuela. Sejak awal Chavez menegaskan, bahwa model pembangunan yang akan diterapkan di Venezuela adalah model yang sama sekali bertolak belakang dengan model pembangunan neoliberal yang bertumpu pada kompetisi dan menempatkan rakyat sebagai objek pembangunan. Pada masa kampanye Chavez menyerukan pentingnya dilakukan revolusi di dalam negeri Venezuela, yang kemudian dikenal dengan Revolusi Bolivarian. Selama kampanye ia juga gencar berkeliling Venezuela dengan slogan “Majelis Konstituante sekarang juga!”.230 Majelis Konstituante merupakan lembaga yang diharapkan mampu menggantikan posisi Kongres, dan mampu menyerap aspirasi lebih luas dari rakyat karena rakyat dapat berpartisipasi secara langsung untuk pengambilan kebijakan melalui debat-debat publik dengan harapan keputusan tidak hanya di tangan orang-orang yang ada di parlemen yang hanya mewakili kelompok partainya masing-masing, tetapi juga ikut memperjuangkan kepentingan rakyat. Selanjutnya, kebijakan Chavez dalam kampanye juga mengarah pada pemerataan ekonomi untuk seluruh rakyat Venezuela dan menentang imperialisme negara-negara maju, khususnya AS serta menghapus intervensi dan dikte dari AS dengan
229 230
membangun
kemandirian
nasional
pada
arah
Ibid., h. 92. Reid, Forgotten Continent: The Battle for Latin America’s Soul, h. 167.
pembangunan
dan
86 pemerataan.231 Melalui isu kampanye inilah Hugo Chavez memperoleh legitimasi dan kepercayaan rakyat Venezuela untuk melaksanakan revolusi tersebut. Hubungan Chavez yang dekat dengan rakyatnya dan kebijakannya yang prorakyat miskin menjadikan Chavez sebagai tokoh populis232 dalam perjuangan revolusi di Venezuela. Kemunculan Chavez sebagai sebagai tokoh populis memang memberikan jawaban yang ditunggu-tunggu oleh seluruh rakyat Venezuela. Chavez menjanjikan reformasi politik dan ekonomi untuk memberikan bagian yang lebih banyak pada rakyat miskin dari progrom Revolusi Bolivarian serta memberikan harapan bagi rakyat yang mengharapkan transformasi dalam bidang sosial dan ekonomi. Sikap Chavez yang dekat dengan rakyatnya, khususnya kelompok miskin membuat ia mempunyai kharisma di hadapan rakyatnya. Ia sukses memobilisasi rakyat Venezuela untuk memilihnya dan Chavez pun berhasil memenangkan pemilu pemilu 1998 dengan kemenangan mutlak, yakni lebih dari 50% suara. Didasari oleh hubungan kharimastik tersebut, Chavez bahkan mempunyai pendukung yang di sebut dengan, Chavistas.233 Basis sosial pendukung Chavez tersebut terdiri dari anggota masyarakat dari kelas sosial yang terpinggirkan dari sektor ekonomi informal, serta kaum buruh miskin yang bukan anggota serikat buruh sektor ekonomi formal.
231
Ibid., h. 168. Populisme dapat didefinisikan dalam dua kriteria politik: kehadiran sebuah model hubungan kharismatik antara konstituen dan politisi, dan diskursus demokratis yang berlandaskan ide-ide dari kehendak sosial antara masyarakat dan elit politik. Populisme dalam konsep proses demokrasi berlandaskan ide-ide kehendak sosial, merupakan sebuah sebuah bentuk mobilisasi politik yang didasari oleh retorika yang kuat terhadap masyarakat yang diwakilkan oleh seorang pemimpin dalam Kirk Hawkins, “Populism in Venezuela: The Rise of Chavismo”, Third World Quarterly, Vol. 24, No. 6: 2003, h. 1138. 233 Steve Ellner, “Revolutionary and Non-Revolutionary Paths of Radical Populism: Directions of the Chavista Movement in Venezuela”, Science and Society, Vol. 69, No.2 (April 2005): h. 163. 232
87 Chavistas bertujuan menjaga dan ikut aktif dalam mensukseskan program Revolusi Bolivarian. Contohnya, para Chavistas ikut turun langsung dalam misimisi perbaikan sosial seperti, pemberantasan buta huruf, pelayanan kesehatan murah bagi kaum miskin, dan menyediakan makanan murah.234
Artinya, di belakang
Chavez terdapat para pendukungnya yang membantu melakukan transformasi sosial itu sendiri dalam Revolusi Bolivarian. Setelah berhasil menarik simpati rakyat Venezuela, Chavez juga mencoba menarik simpati dunia.
Ini dilakukan Chavez setelah ia berani terang-terangan
mengkritik secara pedas Presiden Bush Jr.. Chavez mengatakan, bahwa dunia saat ini berada di bawah hegemoni AS. Dalam pidato di PBB, Chavez mengatakan Presiden Bush adalah setan yang meninggalkan bau belerang ketika berada di suatu tempat, “And the devil came here yesterday, and it smells of sulfur still today.”235 Chavez mengajak para pendengarnya untuk tidak menoleransi segala bentuk dominasi, eksploitasi, dan perampasan terhadap hak-hak manusia di dunia ini. Dapat dikatakan, bahwa Hugo Chavez merupakan aktor utama dalam dinamika yang terjadi dalam negaranya dan dalam tingkat regional (Amerika Latin). Chavez berhasil membawa perubahan reformasi ekonomi dan politik dengan mengentaskan kemiskinan serta mengurangi
campur tangan
asing dalam
perekonomian Venezuela dan juga telah menimbulkan dukungan penuh dari rakyat terhadap Chavez.
Tidak hanya itu Chavez juga telah berhasil meningkatkan
persatuan di antara negara-negara Amerika Latin dan telah membuat Venezuela memiliki posisi yang kuat dalam percaturan politik regional. Dalam tingkat regional, sikap politik Chavez yang sangat anti-AS membuatnya sangat cocok dengan simbol perlawanan di Amerika Latin. 234
Ibid., h. 161- 162. Chavez tells UN Bush is ‘devil’ artikel diakses pada 11 September 2011 pukul 20.17 dari http://news.bbc.co.uk/2/hi/5365142.stm 235
88 Banyak orang yang mengatakan, bahwa Chavez adalah seorang revolusioner, namun mereka perlu mengetahui cara Chavez memahami arti revolusi dalam kehidupan.236 Memahami pandangan seorang tokoh dari tindakannya saja tidak cukup karena biasanya orang menjalani banyak hal dalam hidupnya dari inspirasi dan semangat, bahkan keyakinan ideologis yang ada padanya. Ide Revolusi Bolvarian yang mempengaruhi Chavez didasarkan pada penentangan dan perlawanan terhadap sistem imperialisme yang mengeksploitasi negara-negara terbelakang serta
perlunya menumbuhkan solidaritas integrasi di
kawasan Amerika Latin.237 Ide dari Simon Bolivar tersebut kemudian diadaptasi oleh Chavez sehingga dari sudut pandang Chavez, AS adalah imperialis yang akan menghancurkan Venezuela. Integrasi keseluruhan Amerika Latin yang merupakan tujuan akhir Simón Bolivar juga diadaptasi oleh Chavez dengan kebijakankebijakannya untuk menjadi patron di kawasan Amerika Latin. Dalam ide Revolusi Bolivarian di atas tentunya dapat terlihat interaksi yang terjadi antara pemimpin yang berkuasa dengan sejumlah kelompok tertentu yang sangat berpengaruh terhadap kondisi perpolitikan dalam negara tersebut. Interaksi itu sendiri dapat bersifat soft atau hard dan interaksi dapat berbentuk simetris atau asimetris.238 Revolusi Bolivarian yang dilakukan oleh Chavez merupakan suatu tindakan radikal guna mencapai suatu tujuan tertentu. Penulis dapat mengatakan, bahwa interaksi yang terjadi bersifat hard mengingat gerakan revolusi yang dilakukan oleh Chavez sangat radikal dengan menentang hegemoni kapitalisme yang sesungguhnya adalah ideologi yang diagung-agungkan AS saat ini. 236
Levin, Modern World Leaders “Hugo Chavez”, h. 54. Soyomukti, Revolusi Bolivarian Hugo Chavez dan Politik Radikal, h. 108. 238 Max G. Manwaring, “Venezuela’s Hugo Chávez, Bolivarian Socialism, and Asymmetric Warfare”, hugo_chavez_asymmetric warfare.pdf, October 2005.” Artikel diakses pada tanggal 23 September 2011 pukul 16.35 dari http://www,strategicstudiesinstitute.army.mil/
237
89 Ada tiga hal interaksi yang dilakukan Chavez dalam rangka menentang kapitalime di Venezuela.239 Pertama, membangun dukungan dari kelas menengah bawah (lower-middle class) dan organisasi buruh. Ke dua, menciptakan dukungan yang bersifat melengkapi dari pelaku bisnis yang berorientasi domestik. Ke tiga, secara politik mengisolasi oligarki pedesaan, perusahaan asing, dan elit industrial domestik skala besar. Ketiga hal itu dilakukannya mengingat ia berhadapan dengan krisis ekonomi dan isolasi internasional yang membayang-bayangi kebijakannya yang anti neoliberal. Kebijakan Chavez ini dituduh diskriminatif oleh kalangan bisnis kaya dan kelompok liberal. Chavez pun dituduh AS sebagai rezim diktator dan antidemokrasi.240 Salah satu contohnya adalah Chavez dituduh telah membelah-belah masyarakat atas dua kelompok karena Chavez pernah mengatakan, bahwa rakyat merepresentasikan kebajikan (goodness) sementara kalangan atas, yakni para elit politik dan kelompok bisnis kaya, merepresentasikan keburukan (perversion).241 Namun, tuduhan terhadap Chavez tersebut tidak mempengaruhi Chavez untuk tetap melakukan kebijakan-kebijakan pro rakyat miskin dan tetap berani menentang kebijakan-kebijakan neoliberal AS. Berdasarkan penilaian-penilaian semacam itu, kalangan oligarki mulai merongrong kekuasaan Chavez dengan mencoba melakukan perlawanan terhadap rezim Chavez seperti mencoba melakukan upaya kudeta tahun 2002 dan pemilu 239
Bruce, The Real Venezuela: Making Socialism in the Twenty-first Century, h. 40. Untuk ini Chavez banyak dituduh oleh dunia internasional termasuk AS sebagai orang yang menampilkan gejala kediktatoran, penyebabnya Chavez merupakan pimpinan yang paling banyak melakukan semacam plebisit atau pemungutan suara (popular consultation) di negaranya dalam periode yang sangat singkat. Setidaknya ada delapan popular consultations yang dilakukan Chavez, yakni: referendum untuk membentuk Majelis Rakyat (25 April 1999); pemilu untuk memilih angota Majelis Rakyat (25 Juli 1999); referendum persetujuan terhadap konstitusi baru (15 Desember 1999); pemilu presiden, gubernur, dan walikota (30 Juli 2000); pemilihan councilmen dan anggota parochial meetings (3 Desember 2000); pemilihan Union (Agustus-Oktober 2001); referendum ulang (15 Agustus 2005), dalam Marta Harnecker, “After the Referendum: Venezuela Faces New Challenges”, Monthly Review, Vol. 56, No. 6 (November 2004), h. 48. 241 Bruce, The Real Venezuela: Making Socialism in the Twenty-first Century, h. 41. 240
90 parlemen tahun 2005. AS pun memberi dukungan penuh kepada oligarki karena Chavez telah menjadi duri dalam daging yang berpotensi menghambat kebijakankebijakan ekonomi-politik AS.242 Beberapa hal yang menjadi pemicu kegeraman pemerintahan AS adalah sikap Chavez yang mempromosikan kebijakan internasional yang independen yang bertentangan dengan kebijakan AS. Jelas bahwa interaksi yang bersifat hard tersebut dipilih oleh Chavez sebagai gerakan revolusi untuk mengubah tatanan politik ataupun ekonomi yang bertujuan pencapaiaan kesejahteraan pada kaum miskin yang menjadi mayoritas di Venezuela. Bentukan dari interaksi yang terjadi dalam revolusi tersebut adalah asimetris. Alasannya, Chavez adalah seorang presiden saat itu. Seorang yang sangat memiliki kekuasaan pada negaranya sendiri dan dengan kekuasaan tersebut Chavez benarbenar melakukan gerakan radikal untuk berkoalisi dengan mayoritas masyarakat menengah ke bawah yang ada di Venezuela. Sedangkan kaum minoritas, yakni masyarakat menengah ke atas yang disebut sebagai kaum pemilik modal sangat menentang dengan kebijakan yang diambil oleh Chavez. Terlihat disini pola asimetris yang terjadi dalam interaksi tersebut Chavez sebagai presiden yang memiliki kekuasaan dapat melakukan berbagai kebijakan atau tindakan yang sangat ditentang oleh kaum minoritas di Venezuela. Dimensi yang terjadi dalam interaksi tersebut adalah dimensi yang berlangsung dalam lingkup nasional dan regional. Dimensi nasional yang dimaksud adalah revolusi yang dilakukan oleh Chevez sesungguhnya adalah revolusi yang berlaku di Venezuela atau dapat dikatakan hanya di dalam lingkungan internal saja yakni di Venezuela dan tidak melibatkan negara manapun. Kalaupun ada negara tersebut hanya memiliki kontribusi mendukung hal yang dilakukan oleh Chavez atau 242
Eva Golinger, “CIA Classifies as Top “Potential Unstable Country,” artikel diakses pada 31 Oktober 2010 pukul 16.40 dari http://venezuelanalysis.com/analysis/944
91 bahkan revolusi yang dilakukan Chavez diikuti oleh negara-negara yang merasa negaranya mulai terancam oleh adanya diseminasi liberalisme dan kapitalisme yang disponsori oleh AS. Dimensi regional dalam interaksi tersebut merupakan hasil dari revolusi yang dilakukan oleh Chavez, sehingga membawa dampak pada kawasan regional Amerika, yakni Amerika Latin, mencangkup negara-negara, seperti:243 Brazil (Lula da Silva; 2001), Argentina (Nestor Kirchner; 2003), Panama (Martin Torrijos; 2004), Uruguay (Tabare Vasquez; 2005), Bolivia (Evo Morales; 2006), Nikaragua (Daniel Ortega; 2006), Chile (Michelle Bachelet; 2006), dan Ekuador (Rafael Correa; 2007). Konteks geografis dalam interaksi tersebut tentunya terjadi di dalam negara itu sendiri. Terlihat jelas bahwa revolusi yang dilakukan Chavez berlangsung di Venezuela, yang notabene adalah negara yang dipimpinnya. Sejak Chavez terpilih dalam pemilu pada tahun 1998, merupakan awal sebuah revolusi yang baru bagi Venezuela.
243
Kozloff, Hugo Chavez: Oil, Politics, and The Challenge to the United States, h. 176-177.
92 BAB V Kesimpulan
Masuknya hegemoni AS dalam kawasan Venezuela mempunyai sejarah yang sangat panjang, semenjak dikeluarkannya Doktrin Monroe dalam pidato presiden AS James Monroe pada tahun 1823. Namun, ketika Doktrin Monroe tidak berjalan dengan baik, AS melakukan cara lain untuk membangun hegemoninya di Venezuela. Perkembangan selanjutnya muncul institusi penunjang pasar bebas seperti WTO, IMF dan World Bank. Dengan adanya lembaga-lembaga ini, AS mulai membangun hegemoninya di negara-negara berkembang termasuk Venezuela.
Munculnya
lembaga-lembaga tersebut justru membuat Venezuela terjerumus dalam krisis sosial. Seiring kegagalan-kegalan tersebut, maka tampillah seorang Hugo Chavez yang berani menentang kebijakan-kebijakan AS. Hugo Chavez sering dikatakan sebagai kelanjutan cita-cita dan prinsipprinsip Simon Bolivar, tokoh nasionalis revolusioner anti penjajahan Spanyol, yang dikagumi oleh rakyat-rakyat berbagai negeri Amerika Latin. Gagasan-gagasan besar Simon Bolivar itu kemudian dikembangkan jadi garis revolusioner untuk mengubah negeri, pemerintahan dan masyarakat Venezuela. Segera setelah menjejaki lantai istana kepresidenan pada 1998, Chavez segera mengibarkan bendera Revolusi Bolivarian. Chavez yang sejak awal mempromosikan program Revolusi Bolivarian dalam kampanye politiknya, mewujudkan juga janji kampanyenya dengan Plan Bolivarian 2000. dimaksudkan agar program tersebut memiliki semangat Bolivarian yaitu, anti-imperialisme, demokrasi partisipatif, dan keadilan.
92
93 Dalam hal kebijakan luar negerinya, kebijakan-kebijakan Chavez sangat populis dan anti neoliberalisme, serta terang-terangan anti AS. Inilah yang membuat pihak AS menjadi geram. Beberapa hal yang menjadi pemicu kegeraman pemerintahan AS adalah sikap Chavez yang mempromosikan kebijakan internasional yang independen yang bertentangan dengan kebijakan AS, antara lain: -
Mendukung tata dunia yang multipolar ketimbang bipolar dengan dengan kerjasama erat antar negara Dunia ke Tiga.
-
Melakukan kritik terhadap serangan AS terhadap Afghanistan dan bahkan mengunjungi Iran dan Irak sebelum Irak diserbu oleh militer AS.
-
Hugo Chavez mengupayakan integrasi regional Amerika Latin melalui ALBA dan Banco del Sur sebagai tandingan IMF dan World Bank.
-
Menolak implementasi FTAA yang digagas oleh AS.
-
Melakukan nasionalisasi perusahaan minyak PdVSA agar tidak dikuasai oleh pihak asing terutama AS.
-
Melakukan kerja sama yang erat dengan Rusia, China, dan Iran. Kebijakan luar negeri Venezuela yang anti AS, di respon dengan tindakan AS
yang mengintervensi pemerintahan Chavez.
Pertama, AS melakukan intervensi
dengan alasan mempromosikan demokrasi, tetapi yang sebenarnya adalah AS ingin memastikan
keberlangsungan
kepentingan
nasionalnya
di
negara
tersebut.
Kepentingan nasionalnya antara lain mengamankan suplai minyak dari kepentingan Venezuela, mensukseskan agenda pasar bebas AS, serta mensukseskan agenda perang melawan terorisme. Kepentingan nasional itu terwujud dalam kebijakan intervensi demokratik yang kompleks untuk mengganti pemerintahan Chavez dengan pemerintahan yang tidak kritis dan patuh pada AS.
94 Ke dua, intervensi AS terhadap Venezuela cenderung bersifat kompleks dan menyeluruh.
AS menjalankan skema intervensi dengan berbagai tindakan di
berbagai level seperti transnasional, bilateral, dan internasional untuk mendukung tujuannya. Bentuk utama intervensi demokratik kompleks adalah program-program promosi demokrasi berupa pelatihan, pendanaan, dan dukungan politik terhadap oposisi untuk menjatuhkan Chavez merupakan bentuk intervensi AS. Intervensi ini juga semakin meradikalisasi kebijakan dalam dan luar negeri Chavez terutama terhadap kebijakan-kebijakan AS. Namun, intervensi yang dilakukan AS ini selalu gagal menjatuhkan pemerintahan Chavez di Venezuela.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor.
Pertama, adalah keberhasilan Chavez membangun partisipasi rakyat miskin dalam gerakan sosial untuk mendukungnya. Ke dua, keberhasilan Chavez memanfaatkan keuntungan minyak untuk membiayai program sosial sehingga bisa mempertahankan dan memperluas dukungan rakyat. Ke tiga, adalah militer Venezuela yang banyak berisikan rakyat dari kalangan ekonomi menengah kebawah, yang mendukung Chavez. Ke empat, berkembangnya semangat anti AS di kalangan rakyat Amerika Latin umumnya dan Venezuela khususnya. Hal ini akibat kebijakan agresif pasar bebas dan militernya. Ke lima, adalah kecenderungan regional populisme Amerika Latin yang tidak sejalan dengan neokonservatisme AS, sehingga memperkuat posisi Chavez dalam menghadapi AS.