TEOLOGI ISRA’ MIKRAJ Ditulis oleh Prof. Dr. H. Duski Samad, M.Ag Senin, 18 Juni 2012 15:06
Setiap tanggal 27 Rajab bulan hijriah, setiap tahunnya umat Islam Indonesia memperingati hari bersejarah Isra’ dan Mikrajnya Nabi Muhammad SAW, tahun ini bertepatan dengan tanggal 17 Juni 2012. Pentingnya peringatan sejarah bukanlah sekedar syiar seremonial belaka, akan tetapi ia membawa pesan agar menggali makna dan nilai-nilai yang ada pada sejarah itu untuk dikonstribusikan bagi penguatan nilai-nilai kehidupan. Kata hikmah mengingatkan bahwa sejara h tidak diciptakan oleh orang lain, tapi oleh diri kita masing-masing. Dan sejarah tidak ditentukan oleh hebatnya narasi ( Great Narration ), tapi oleh besarnya karya nyata ( Social Contribution ). Sejarah besar bangsa Indonesia tidak mustahil tercipta bila anak bangsa berlomba menjadi kontributor kebaikan, bukan menjadi demagog (penjaja narasi-narasi besar yang melenakan).
KEBERADAAN ISRA’ MIKRAJ
Keberadaan peristiwa sejarah Isra’ mikraj bagi umat Islam adalah sudah tidak diragukan lagi adanya, walaupun beberapa pihak memperdebatkan apakah itu dilakukan Nabi Muhammad SAW dengan jasad bersamaan ruhnya, dan ada yang menyebut nabi melakukannya dengan alam ruhaninya. Begitu juga ada di antara umat yang menolak peringatan Isra’ Mikraj, karena tidak pernah dilakukan Nabi, namun jika dilihat fungsinya bukan sebagai ibadah tapi sebagai wahana untuk mauizhah dan ‘itibar maka ia perlu untuk untuk diperingati. Secara umum, mayoritas ulama menjelaskan bahwa peristiwa Isra’ Mi’raj adalah salah satu peristiwa yang agung dalam perjalanan hidup Nabi Muhammad saw.
Dalam lektur bahasa Arab, pengertian Isra` secara bahasa berasal dari kata ‘saro’ bermakna perjalanan di malam hari. Adapun secara istilah, Isra` adalah perjalanan Rasulullah s.a.w bersama Jibril dari Mekkah ke Baitul Maqdis (Palestina), berdasarkan firman Allah :… artinya, “ Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha
1/5
TEOLOGI ISRA’ MIKRAJ Ditulis oleh Prof. Dr. H. Duski Samad, M.Ag Senin, 18 Juni 2012 15:06
“ (Al Isra’:1). Konsep Mi’raj secara bahasa adalah suatu alat yang dipakai untuk naik. Secara istilah, Mi’raj bermakna tangga khusus yang digunakan oleh Nabi s.aw. untuk naik dari bumi menuju ke atas langit, berdasarkan firman Allah dalam surat An Najm ayat 1-18.
Tentang bagaimana rincian dan urutan kejadiannya banyak terdapat dalam hadits yang shahih dengan berbagai riwayat. Syaikh Al Albani rahimahullah dalam kitab beliau yang berjudul Al Isra` wal Mi’raj menyebutkan 16 sahabat yang meriwayatkan kisah ini. Mereka adalah Anas bin Malik, Abu Dzar, Malik bin Sha’sha’ah, Ibnu ‘Abbas, Jabir, Abu Hurairah, Ubay bin Ka’ab, Buraidah ibnul Hushaib Al-Aslamy, Hudzaifah ibnul Yaman , Syaddad bin Aus, Shuhaib, Abdurrahman bin Qurath, Ibnu ‘Umar, Ibnu Mas’ud, ‘Ali, dan ‘Umar radhiallahu ‘anhum ajma’in .
Di antara hadits shahih yang menyebutkan kisah ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya, dari sahabat Anas bin Malik :Dari Anas bin Malik RDA bahwa Rasulullah s.a.w bersabda: ….artinya, “ Didatangkan kepadaku Buraaq – yaitu yaitu hewan putih yang panjang, lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari baghal, dia meletakkan telapak kakinya di ujung pandangannya (maksudnya langkahnya sejauh pandangannya). Maka sayapun menungganginya sampai tiba di Baitul Maqdis, lalu saya mengikatnya di tempat yang digunakan untuk mengikat tunggangan para Nabi. Kemudian saya masuk ke masjid dan shalat 2 rakaat kemudian keluar. Kemudian datang kepadaku Jibril ‘alaihis salaam dengan membawa bejana berisi khamar dan bejana berisi air susu. Aku memilih bejana yang berisi air susu. Jibril kemudian berkata: “ Engkau telah memilih (yang sesuai) fitrah”.
Kemudian Jibril naik bersamaku ke langit (pertama) dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya):“Siapa engkau?” Dia menjawab: “Jibril”. Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab:“Muhammad” Dikatakan: “Apakah dia telah diutus?” Dia menjawab:“Dia telah diutus”. Maka dibukakan bagi kami (pintu langit) dan saya bertemu dengan Adam. Beliau menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. Kemudian kami naik ke langit kedua, lalu Jibril ‘alaihis salaam meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya):“Siapa engkau?” Dia menjawab: “Jibril”. Dikatakan lagi:“Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab:“Muhammad” Dikatakan:“Apakah dia telah diutus?” Dia menjawab:“Dia telah
2/5
TEOLOGI ISRA’ MIKRAJ Ditulis oleh Prof. Dr. H. Duski Samad, M.Ag Senin, 18 Juni 2012 15:06
diutus”. Maka dibukakan bagi kami (pintu langit kedua) dan saya bertemu dengan Nabi ‘Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakariya shallawatullahi ‘alaihimaa, Beliau berdua menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.
Kemudian Jibril naik bersamaku ke langit ketiga dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya):“Siapa engkau?” Dia menjawab:“Jibril”. Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab:“Muhammad” Dikatakan:“Apakah dia telah diutus?” Dia menjawab:“Dia telah diutus”. Maka dibukakan bagi kami (pintu langit ketiga) dan saya bertemu dengan Yusuf ‘alaihis salaam yang beliau telah diberi separuh dari kebagusan(wajah). Beliau menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. Kemudian Jibril naik bersamaku ke langit keempat dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya):“Siapa engkau?” Dia menjawab:“Jibril”. Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab: “Muhammad” Dikatakan: “Apakah dia telah diutus?” Dia menjawab: “Dia telah diutus”. Maka dibukakan bagi kami (pintu langit ketiga) dan saya bertemu dengan Idris alaihis salaam. Beliau menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. Allah berfirman yang artinya : “Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi” (Maryam:57).
Kemudian Jibril naik bersamaku ke langit kelima dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya):“Siapa engkau?” Dia menjawab:“Jibril”. Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab:“Muhammad” Dikatakan:“Apakah dia telah diutus?” Dia menjawab:“Dia telah diutus”. Maka dibukakan bagi kami (pintu langit kelima) dan saya bertemu dengan Harun ‘alaihis salaam. Beliau menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.
Kemudian Jibril naik bersamaku ke langit keenam dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya): “Siapa engkau?” Dia menjawab:“Jibril”. Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab: “Muhammad” Dikatakan: “Apakah dia telah diutus?” Dia menjawab:“Dia telah diutus”. Maka dibukakan bagi kami (pintu langit) dan saya bertemu dengan Musa. Beliau menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. Kemudian Jibril naik bersamaku ke langit ketujuh dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya): “Siapa engkau?” Dia menjawab: “Jibril”. Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab, “Muhammad” Dikatakan, “Apakah dia telah diutus?” Dia menjawab, “Dia telah diutus”. Maka dibukakan bagi kami (pintu langit ketujuh) dan saya bertemu dengan Ibrahim. Beliau sedang menyandarkan punggunya ke Baitul Ma’muur. Setiap hari masuk ke Baitul Ma’muur tujuh puluh ribu malaikat yang tidak kembali lagi. Kemudian Ibrahim pergi bersamaku ke Sidratul Muntaha. Ternyata daun-daunnya seperti telinga-telinga gajah dan buahnya seperti tempayan besar. Tatkala dia diliputi oleh perintah Allah, diapun berubah sehingga tidak ada seorangpun dari makhluk Allah yang sanggup mengambarkan keindahannya
3/5
TEOLOGI ISRA’ MIKRAJ Ditulis oleh Prof. Dr. H. Duski Samad, M.Ag Senin, 18 Juni 2012 15:06
Lalu Allah mewahyukan kepadaku apa yang Dia wahyukan. Allah mewajibkan kepadaku 50 shalat sehari semalam. Kemudian saya turun menemui Musa ’alaihis salam. Lalu dia bertanya: “Apa yang diwajibkan Tuhanmu atas ummatmu?”. Saya menjawab: “50 shalat”. Dia berkata: “Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan, karena sesungguhnya ummatmu tidak akan mampu mengerjakannya. Sesungguhnya saya telah menguji dan mencoba Bani Isra`il”. Beliau bersabda :“Maka sayapun kembali kepada Tuhanku seraya berkata: “Wahai Tuhanku, ringankanlah untuk ummatku”. Maka dikurangi dariku 5 shalat. Kemudian saya kembali kepada Musa dan berkata:“Allah mengurangi untukku 5 shalat”. Dia berkata: “Sesungguhnya ummatmu tidak akan mampu mengerjakannya, maka kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan”. Maka terus menerus saya pulang balik antara Tuhanku Tabaraka wa Ta’ala dan Musa ‘alaihis salaam, sampai pada akhirnya Allah berfirman:“Wahai Muhammad, sesungguhnya ini adalah 5 shalat sehari semalam, setiap shalat (pahalanya) 10, maka semuanya 50 shalat. Barangsiapa yang meniatkan kejelekan lalu dia tidak mengerjakannya, maka tidak ditulis (dosa baginya) sedikitpun. Jika dia mengerjakannya, maka ditulis(baginya) satu kejelekan”. Kemudian saya turun sampai saya bertemu dengan Musa’alaihis salaam seraya aku ceritakan hal ini kepadanya. Dia berkata: “Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan”, maka sayapun berkata: “Sungguh saya telah kembali kepada Tuhanku sampai sayapun malu kepada-Nya”. (H.R Muslim 162). Untuk lebih lengkapnya, silahkan merujuk ke kitab Shahih Bukhari hadits nomor 2968 dan 3598 dan Shahih Muslim nomor 162-168 dan juga kitab-kitab hadits lainnya yang menyebutkan kisah ini. Terdapat pula tambahan riwayat tentang kisah ini yang tidak disebutkan dalam hadits di atas. [1]
TEOLOGI ISRA’ MIKRAJ
Pesan penting yang dibawa oleh Isra’ Mikraj adalah tentang keampuhan dan kedigdayaan teologi dalam makna iman. Iman sebagai pangkal tolak dan tolok ukur dari keberagamaan tidak boleh goncang dan goyang atau digoyangkan oleh penalaran ilmiah dan empiris sehebat apapun. Iman telah menjadikan Abu Bakar mendapat pengakuan sebagai manusia paling benar (as shiddiq). Lihat saja sikap Abu Bakar rda terhadap berita yang datang dari Nabi saw. Beliau langsung membenarkan dan mempercayai berita tersebut. Beliau tidak banyak bertanya, meskipun peristiwa tersebut mustahil dilakukan dengan teknologi pada saat itu. Itu semua karena alasan iman. Iman pula yang berhasil merubah batu karang kemusrikan Umar Ibn Khatab menjadi tokoh berpengaruh, panglima dan pejuang besar assbiqunal awwalun. Spirit iman juga telah mengerakkan musafir dan pedagang muslim untuk menjadikan Islam sebagai keyakinan bangsa-bangsa di dunia.
Spirit iman yang dibawa oleh Rasulullah SAW telah melahirkan generasi cerdas, tangguh dan membawa perubahan besar bagi perubahan sejarah dunia. Para pemuka awal telah dapat
4/5
TEOLOGI ISRA’ MIKRAJ Ditulis oleh Prof. Dr. H. Duski Samad, M.Ag Senin, 18 Juni 2012 15:06
menumbuh suburkan bibit fitrah dan ilahi dengan mengisi ruang kesadaran setiap detiknya dengan dzouq ilahi itu. Wujud dari keberadaan dan fungsionalnya Allah dalam kehidupan itu benar-benar dapat dirasakan pikiran, perasaan dan dunia realitas empiris. jauh nyo Allah itu dapek ditunjukkan, ampienya dapek dikakokkan.
Isra’ mikraj telah menanamkan pemahaman bahwa iman kepada Allah bukan sekedar symbol dan doktrin harus dipertegaskan dengan menghadirkan keber-Tuhan – an dalam motivasi, misi, aksi dan fungsi-fungsi aktivitas sehari-hari. Allah bukanlah sekedar diimani dalam hati, tetapi bisa ditunjukkan dalam empiris (pengalaman), rasio (akal) dan perjuangan. Iman kepada Allah dapat dijadikan pemberi semangat untuk berjuang lebih keras. Sunnatullah telah menetapkan, siapa yang menanam banyak, ya akan menuai banyak pula. Siapa berjuang keras yang sukses. Tidak ada yang terjadi tanpa sebab. Asbab adalah wasilah untuk keberhasilan. Tak ada sebab ya tak ada hasil. Manjada wajada. Allah tidak menurunkan emas dari langit, tetapi ia meletakkan emas di dalam batu di gunung atau sungai, kerja keraslah untuk menambangnya. Allah itu memberi seseorang sesuai keras usahanya.
Teologi Isra’ mikraj diharapkan dapat memicu etos kerja dan produktivitas umat, karena iman yang tangguh dan teguh dapat mengatasi sekuat dan sehebat apapun bentuk rintangan, seperti apa yang diperlihat oleh Rasul Muhammad SAW ketika ia telah mendapatkan pengalaman Isra’ Mikraj. Selamat bekerja keras dan berjuang untuk kebaikan yang lebih luas. Amin. Ds.15062012.
[1] Adika, Artikel Muslim.Or.Id .
5/5