ht tp :// la
m
pu ng
.b
ps
.g
o. id
Katalog BPS : 9201015.18
ps
.b
pu ng
m
ht tp :// la
o. id
.g
o. id .g ps .b pu ng m ht tp :// la Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
3
PERKEMBANGAN INDIKATOR MAKRO SOSIAL EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 : 978-602-7848-62-7
Nomor Publikasi
: 18550.1602
Katalog BPS
: 9201015.18
Ukuran Buku
: 15 cm x 21 cm
Jumlah Halaman
: vi + 32 halaman
o. id
ISBN
ps
.g
Naskah :
Gambar Kulit :
pu ng
.b
Bidang Neraca Wilayah dan Analisis
ht tp :// la
m
Bidang Neraca Wilayah dan Analisis
Diterbitkan Oleh :
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung
Dilarang mengumumkan, mendistribusikan , mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung
KATA PENGANTAR
Publikasi Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I Tahun 2016 merupakan publikasi berkala yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung yang disajikan secara triwulanan.
Publikasi ini memuat hasil kajian beberapa indikator sosial ekonomi utama seperti pertumbuhan ekonomi, perkembangan PDRB, perubahan struktur ekonomi, perkembangan
inflasi,
nilai
tukar
petani,
ekspor-impor,
pertanian,
o. id
pengangguran dan kemiskinan.
produksi
.g
Penghargaan dan ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak
ps
yang telah membantu penyusunan publikasi ini. Kepada para pengguna publikasi ini
.b
diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan publikasi
pu ng
di masa mendatang.
ht tp :// la
m
Semoga publikasi ini bermanfaat.
Bandar Lampung, Mei 2016 BPS Provinsi Lampung K E P A L A,
Yeane Irmaningrum S.
Kerjasama BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG Dengan BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAM
Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
iii
o. id .g ps .b pu ng m ht tp :// la iv
Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................ Daftar Isi
1
1.1. Produk Domestik Regional Bruto ........................................................
1
1.2. Inflasi........ ...........................................................................................
9
1.3. Nilai Tukar Petani ..............................................................................
11
1.4. Ekspor .................................................................................................
14
1.5. Impor ..................................................................................................
16
1.6. Neraca Perdagangan Luar Negeri ......................................................
17
1.7. Indeks Tendensi Konsumen ................................................................
18
Pertanian ..................................................................................................
21
2.1. Produksi Padi ......................................................................................
21
.g
ps
.b
II.
pu ng
2.2. Produksi Palawija ................................................................................
22
Sosial dan Kependudukan ......................................................................
24
3.1. Kependudukan.....................................................................................
24
3.2. Kemiskinan .........................................................................................
25
3.3. Ketenagakerjaan .................................................................................
28
3.4. Indeks Pembangunan Manusia ...........................................................
32
ht tp :// la
m
III.
v
Ekonomi dan Perdagangan .....................................................................
o. id
I.
……………….. ................................................................................
iv
Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
v
o. id .g ps .b pu ng m ht tp :// la vi
Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
I 1.1
EKONOMI DAN PERDAGANGAN
Produk Domestik Regional Bruto Perekonomian Lampung triwulan I-2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 66,66 triliun, dan atas dasar harga konstan mencapai Rp. 51,06 triliun. Ekonomi Lampung triwulan I-2016 tumbuh 5,05 persen, menguat dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya (y on y) sebesar 4,91 persen. Dari sisi
o. id
produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Pengadaan Listrik dan Gas; Konstruksi; serta Informasi dan Komunikasi. Dari sisi pengeluaran
.g
pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 8,99 persen, diikuti oleh Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
ps
sebesar 5,61 persen dan pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 5,33
pu ng
.b
persen.
Dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q), ekonomi Lampung triwulan I-2016 mengalami peningkatan 6,51 persen. Dari sisi produksi, beberapa komoditi
m
pertanian tanaman pangan dan holtikultura mulai memasuki masa panen,
ht tp :// la
sehingga mengalami pertumbuhan ekspansif 38,11 persen. Gambar 1.1 Perkembangan PDRB Lampung Triwulan I-2016
Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
1
Gambar 1.2 Laju Pertumbuhan Y on Y PDRB Lampung (persen) Triwulanan 2011-2016 (%) 8,16
7,87
7,31
4,92 4,83 5,19 5,13
II
III
IV
I
4,57
II
2011
III
IV
I
2012
5,48
II
6,38 6,63 5,90
III
IV
5,335,05 4,71 5,03 4,69 4,91 5,06 5,22
I
II
2013
III
IV
I
II
2014
III
IV
I
2015
2016
Gambar 1.3 Laju Pertumbuhan Q to Q PDRB Lampung (persen) Triwulanan 2011-2016
o. id
10,10 7,29
6,56
5,22
4,32 2,00 -0,86 IV
I
II
III
IV
2012
I
II
III
2013 -8,40
I
II
III
IV
6,51 4,19 3,32
I
2014
-8,17
II
III
IV
2015
I 2016
-8,38
-8,47
pu ng
-7,67
IV
ps
III 2011
.b
II
6,79
4,04 3,17
2,86
.g
4,37
m
Pertumbuhan dan Struktur PDRB Triwulan I-2016 menurut Lapangan Usaha
ht tp :// la
Pada triwulan I-2016 ekonomi Lampung tumbuh 5,05 persen bila dibandingkan triwulan I-2015 (y-on-y). Pertumbuhan meningkat didukung oleh seluruh lapangan usaha. Tiga lapangan usaha dengan pertumbuhan tertinggi adalah Pengadaan Listrik dan Gas yang tumbuh sebesar 25,56 persen, diikuti Konstruksi sebesar 19,07 persen serta Informasi dan Komunikasi sebesar 11,28 persen.
Gambar 1.4 Lapangan Usaha dengan Pertumbuhan Y on Y Tertinggi (persen), Triwulan I-2016
25,56 19,07
Pengadaan Listrik, Gas
2
Konstruksi
11,28
9,20
8,10
Informasi dan Komunikasi
Transportasi dan Pergudangan
Jasa Pendidikan
Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung pada triwulan I-2016 (y on y), Konstruksi memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 1,44 persen, diikuti Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor, serta Industri Pengolahan dengan masing-masing sumber tumbuh 0,62 persen dan 0,61 persen. Gambar 1.5 Sumber Pertumbuhan PDRB Lampung Y on Y menurut Lapangan Usaha (persen), Triwulan I-2015, Triwulan IV-2015, dan Triwulan I-2016 Lainnya
5,33 0,89 0,33 0,42 0,48
1,32 0,63 0,67 0,48
0,39 0,43 0,48 0,61 0,62
Transportasi dan Pergudangan Informasi dan Komunikasi
.g
1,34 0,49
ps
1,13
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
1,08
o. id
4,91
5,05
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Konstruksi
pu ng
.b
1,44 1,37 0,61 0,07 Triwulan I-2015 Triwulan IV-2015 Triwulan I-2016
Industri Pengolahan
Pertumbuhan ekonomi Lampung triwulan I-2016 (q to q) diwarnai oleh faktor
m
musiman pada lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yang tumbuh
ht tp :// la
ekspansif sebesar 38,11 persen. Hal ini didorong oleh efek musiman beberapa komoditi Pertanian, Kehutanan dan Perikanan seperti padi, dan jagung yang memasuki musim panen raya dan hasil panen meningkat dari sebelumnya. Pertumbuhan juga terjadi pada beberapa lapangan usaha lainnya, seperti Informasi dan Komunikasi sebesar 7,57 persen, dan Pengadaan Listrik dan Gas sebesar 6,49 persen. Gambar 1.6 Lapangan Usaha dengan Pertumbuhan Q to Q Tertinggi (persen), Triwulan I-2016
38,11 7,57 Pertanian, Informasi dan Kehutanan, dan Komunikasi Perikanan
6,49 Pengadaan Listrik, Gas
1,85
1,73
Real Estate
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
3
Struktur perekonomian Lampung pada triwulan I-2016 didominasi oleh empat lapangan usaha utama yaitu: Pertanian, Kehutanan dan Perikanan (33,90 persen); Industri Pengolahan (17,81 persen); Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor (10,72 persen) dan Konstruksi (8,19 persen). Gambar 1.7 Struktur PDRB menurut Lapangan Usaha (Persen)
Triwulan I-2015, Triwulan IV-2015, dan Triwulan I-2016
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Industri Pengolahan
23,20
8,19
ps
5,71 7,40 10,39 18,33
.b
5,76
34,97
20,83
10,14
pu ng
5,31
33,90
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Konstruksi
.g
25,51
26,16
o. id
24,07
Pertambangan dan Penggalian
11,60
17,81
Lainnya
ht tp :// la
m
10,72
Keterangan: lingkaran terdalam triwulan I-2015 dan terluar triwulan I-2016
4
Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
Tabel 1.1 PDRB Provinsi Lampung menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) Triwulan I-2015, Triwulan IV-2015, dan Triwulan I-2016 Harga Berlaku
I
J K L M, N O
P Q R,S,T,U
Trw I 2016
(4)
(5)
(6)
(7)
22.593,61
16.896,48
12.369,34
17.083,90
3.470,09
3.558,88
3.541,14
2.928,99
3.041,49
3.001,93
11.144,53 40,21
12.867,28 58,87
11.870,46 65,61
8.311,93 47,35
9.347,33 55,83
8.609,80 59,46
63,70 4.500,57 6.315,34
69,87 6.264,29 7.169,31
68,58 5.455,90 7.147,86
48,06 3.668,31 5.567,18
51,99 5.047,15 5.899,86
50,83 4.367,68 5.867,85
2.950,25
3.450,66
3.400,17
2.280,97
2.542,93
2.490,73
879,58
1.000,16
626,33
664,35
671,33
2.150,31
2.352,19
2.553,15
2.061,75
2.132,99
2.294,42
1.360,48 1.747,09 93,29 2.020,46
1.476,44 1.894,88 99,89 2.595,20
1.481,31 1.936,13 101,35 2.304,09
1.029,47 1.458,94 69,30 1.434,00
1.083,62 1.521,31 71,47 1.741,40
1.083,91 1.549,45 72,40 1.536,36
1.681,87 589,98
1.958,21 638,18
1.888,99 654,17
1.294,50 465,32
1.457,40 483,50
1.399,42 491,88
523,56
570,91
575,81
420,57
432,63
433,06
60.785,88
61.783,75
66.656,20
48.609,47
47.944,59
51.064,43
PDRB
o. id
(3)
15.758,54
1.017,89
ps
H
Trw IV 2015
(2)
.b
E F G
Trw I 2015
21.254,57
pu ng
C D
Trw I 2016
(1)
m
B
Harga Konstan
Trw IV 2015
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas Pengadaan Air Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya
ht tp :// la
A
Trw I 2015
.g
Komponen
Pertumbuhan dan Struktur PDRB menurut Pengeluaran Triwulan I-2016 Dari sisi pengeluaran, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah merupakan komponen yang mengalami pertumbuhan tertinggi (y on y) sebesar 8,99 persen, diikuti oleh Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 5,61 persen dan pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 5,33 persen.
Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
5
Gambar 1.8 Pertumbuhan Y on Y PDRB Beberapa Komponen Pengeluaran (persen), Triwulan I-2016
8,99
5,61
5,33 3,54
Pengeluaran Konsumsi Pembentukan Modal Pengeluaran Konsumsi Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Tetap Bruto Rumah Tangga LNPRT
Konsumsi Pemerintah tumbuh tinggi dikarenakan naiknya realisasi APBN dan
o. id
APBD selama triwulan I-2016. Sedangkan PMTB tumbuh tinggi dikarenakan kenaikan yang tinggi pada sub komponen bangunan, meskipun sub komponen
Pada Komponen Konsumsi Rumah Tangga mengalami
ps
Modal Asing (PMA).
.g
non bangunan mengalami penurunan yang disebabkan turunnya nilai Penanaman
.b
perlambatan pertumbuhan karena melambatnya konsumsi pada beberapa
pu ng
komponen seperti makanan, minuman, pakaian, perumahan, dan lain-lain Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Lampung triwulan I2016, Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga memberikan kontribusi
ht tp :// la
m
terbesar (3,16 persen), diikuti PMTB (1,67 persen).
Gambar 1.9 Sumber Pertumbuhan Y on Y PDRB Lampung menurut Pengeluaran (persen), Triwulan I-2015, Triwulan IV-2015, dan Triwulan I-2016 8,00 7,00
Lainnya
2,47
6,00 5,00 4,00 3,00 2,00
1,29 1,67 1,04 0,09 3,31
1,32 0,29 3,14
0,54 0,04
Pembentukan Modal Tetap Bruto
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
3,16
1,00 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 0,00 -1,00
-0,36
-0,81 -1,90
-2,00
Triwulan I-2015 Triwulan IV-2015 Triwulan I-2016
6
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
Ekonomi Lampung triwulan I-2016 mengalami
pertumbuhan 6,51 persen bila
dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q). Hal ini diantaranya disebabkan oleh pertumbuhan positif yang terjadi pada Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Rumah Tangga sedikit menguat karena meningkatnya konsumsi pada komponen sandang, kesehatan, transportasi, dan pendidikan. Struktur Ekonomi Lampung triwulan I-2016 menurut pengeluaran didominasi oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (59,73 persen), diikuti Pembentukan Modal Tetap Bruto (28,98 persen) dan Pengeluaran Konsumsi
o. id
Pemerintah (7,11 persen).
.b
ps
.g
Gambar 1.10 Struktur PDRB Lampung menurut Komponen Pengeluaran (persen), Triwulan I-2015, Triwulan IV-2015, dan Triwulan I-2016
80
29,47
33,72
m
1,96
ht tp :// la
100
pu ng
120
60
6,68 1,25
13,76 1,60
2,60 29,29 7,11 1,27
PMTB dan Perubahan Inventori Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
40
60,65
Net Ekspor
63,16
59,73
20
Pengeluaran Konsumsi LNPRT
-
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
(12,25) (20) Triwulan I-2015
Triwulan IV2015
Triwulan I-2016
Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
7
Tabel 1.2 PDRB menurut Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2010, (miliar rupiah) Harga Berlaku Lapangan Usaha
Triw I2015 (2)
Triw IV2015 (3)
Triw I2016 (4)
Triw I2015 (5)
Triw IV2015 (6)
Triw I2016 (7)
38 865,74
39 025,45
39 812,18
28 764,08
30 188,22
30 297,77
758,95
990,94
848,80
569,16
711,15
589,31
4 058,78
8 502,21
4 737,29
2 938,07
5 783,44
3 202,21
17 911,13
20 832,74
19 525,90
14 556,99
16 421,51
15 345,78
23 632,28
20 874,52
20 572,94
(1) Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
1.
Pengeluaran Konsumsi LNPRT Pengeluaran Konsumsi Pemerintah PMTB & Perubahan Inventori
2. 3. 4.
Harga Konstan 2010
Ekspor Barang dan Jasa
30 768,47
26 428,11
27 557,48
6
Dikurangi Impor Barang dan Jasa
29 577,19
33 995,70
25 825,44
21 851,12
26 034,25
18 943,57
60 785,88
61 783,75
66 656,20
48 609,47
47 944,59
51 064,43
.g
ps
PDRB
o. id
5.
PDRB
pu ng
.b
Perkembangan PDRB Provinsi se-Sumatera Triwulan I-2016 Sumatera
triwulan
I-2016
mengalami
pertumbuhan
4,18
persen
dibandingkan triwulan I-2015 (y on y). Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Provinsi
m
Sumatera Barat sebesar 5,48 persen, sedangkan pertumbuhan terendah terjadi di
ht tp :// la
Provinsi Riau yaitu sebesar 2,34 persen Dibanding triwulan sebelumnya (q to q) ekonomi di Sumatera mengalami kontraksi sebesar 0,41 persen. Lima provinsi mengalami kontraksi dimana Riau mengalami kontraksi terdalam 5,83 persen. Lima provinsi mengalami pertumbuhan positif dimana Lampung menempati urutan tertinggi yaitu 6,51 persen.
Gambar 1.11 Pertumbuhan Ekonomi Y on Y menurut Provinsi se-Sumatera (persen), Triwulan I-2016 (persen)
5,48
Sumatera Barat
8
Sumatera; 4,18
5,05
Lampung
5,02
4,99
Sumatera Utara
Bengkulu
4,94
4,58
Sumatera Kepulauan Selatan Riau
3,66
3,42
3,30
Aceh
Jambi
Kep, Bangka Belitung
2,34 Riau
Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
1.2
Inflasi
Kota Bandar Lampung pada triwulan I-2016 mengalami inflasi 0,24 persen, lebih rendah dibandingkan dengan inflasi yang terbentuk pada triwulan IV-2015 (1,37 persen). Terjadinya inflasi selama triwulan I-2016 diantaranya disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditi bahan makanan seperti bawang merah, bawang putih dan cabai merah. Namun pada saat yang sama beberapa komoditi seperti premium dan solar mengalami penurunan, sehingga mampu menahan laju inflasi
o. id
menjadi jauh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Selama lima tahun terakhir yaitu 2012-2016 pada triwulan I hampir selalu terjadi
.g
inflasi, hanya pada tahun 2015 saja terjadi deflasi yang terutama disebabkan oleh
ps
turunnya harga BBM disamping turunnya beberapa produk bahan makanan.
pu ng
.b
Gambar 1.12 Inflasi Kota Bandar Lampung (Persen), Triwulan I 2012-2016
0,31
2013
ht tp :// la
2012
m
2,73
Dilihat
menurut
0,61
2014
kelompok pengeluaran,
0,24
2015 -0,45 inflasi
terjadi
di
2016 lima
kelompok
pengeluaran sedangkan dua lainnya mengalami deflasi. Kelompok bahan makanan mengalami inflasi tertinggi yaitu 1,17 persen disusul oleh kelompok kesehatan 0,95 persen. Sedangkan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami deflasi terbesar yaitu 1,49 persen. Gambar 1.13 Inflasi Kota Bandar Lampung menurut Kelompok Pengeluaran
Triwulan I-2016
Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
9
Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2015, terjadi pola yang berbeda dimana kelompok bahan makanan justru mengalami deflasi. Sementara
pada
triwulan
sebelumnya
yaitu
triwulan
IV-2015,
kelompok
pendidikan, rekreasi dan olah raga mengalami inflasi tertinggi disusul kesehatan dan bahan makanan. Tabel 1.3 Laju Inflasi Bandar Lampung menurut Kelompok Pengeluaran (persen), Triwulan I-2015, Triwulan IV-2015, dan Triwulan I-2016
.g
U m u m Bahan Makanan Makanan Jadi, minuman, Rokok dan Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olah raga Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
ps
1 2 3 4 5 6 7
Inflasi Triwulan I-2015 IV-2015 I-2016 -0,45 1,37 0,24 -0,90 1,87 1,17 1,48 1,50 0,72 1,87 0,93 -0,11 2,82 0,08 0,71 1,77 2,59 0,95 0,46 4,00 0,40 -7,09 0,17 -1,49
o. id
Kelompok Pengeluaran
.b
Dibandingkan dengan kota-kota lain di Sumatera, pada triwulan I-2016 hampir
pu ng
seluruh kota mengalami inflasi. Hanya Kota Lhokseumawe dan Tanjung Pandan yang mengalami deflasi pada triwulan ini.
m
Inflasi tertinggi terjadi di Kota Sibolga yaitu mencapai 2,57 persen diikuti Medan
ht tp :// la
2,18 persen dan Pangkal Pinang 1,59 persen. Perubahan harga di Kota Bandar Lampung sendiri menempati urutan terendah ketiga se-Sumatera.
2,57 2,18
Gambar 1.14 Perbandingan Inflasi Kota-Kota di Pulau Sumatera (Persen), Triwulan I-2016
1,59 1,58
1,42
1,26 1,21 1,20 1,07
0,90 0,77 0,76 0,68 0,65 0,64 0,46 0,43 0,37 0,32 0,29
Nasional; 0,62 0,24
10
TANJUNG PANDAN
LHOKSEUMAWE
BANDAR LAMPUNG
PEKANBARU
BATAM
BANDA ACEH
PALEMBANG
BENGKULU
LUBUKLINGGAU
BUNGO
TEMBILAHAN
MEULABOH
PEMATANG SIANTAR
JAMBI
PADANGSIDIMPUAN
METRO
DUMAI
BUKITTINGGI
PADANG
TANJUNG PINANG
PANGKAL PINANG
MEDAN
SIBOLGA
-0,04-0,24
Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
Dibandingkan dengan nasional, angka inflasi Bandar Lampung triwulan I-2016 lebih rendah dimana secara nasional terjadi inflasi 0,62 persen. Secara kumulatif sampai dengan triwulan I-2016, angka inflasi Bandar Lampung dan nasional besarnya sama dengan inflasi triwulan I-2016. Perkembangan inflasi triwulanan periode 2011-2016 Kota Bandar Lampung memiliki pola pergerakan yang serupa dengan nasional. Angka inflasi umumnya mencapai puncaknya pada triwulan III, yang disebabkan oleh
adanya tahun
ajaran baru sekolah yang cukup signifikan memberikan sumbangan inflasi. Ditambah lagi selama lima tahun terakhir ini hari raya Idul Fitri berlangsung pada
o. id
triwulan III dimana harga-harga bahan makanan cenderung meningkat.
Gambar 1.15 Perkembangan Inflasi Triwulanan Bandar Lampung dan Nasional 2011 - 2016
.g
6,00
ps
5,00
.b
4,00
pu ng
3,00 2,00 1,00 0,00 II
III IV
II
III IV
I
2012
ht tp :// la
2011
I
m
-1,00
II
III IV
2013
BANDAR LAMPUNG
1.3
I
II
III IV
2014
I
II
III IV
2015
I 2016
NASIONAL
Nilai Tukar Petani
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Rata-rata NTP Lampung sepanjang triwulan I-2016 mengalami penurunan 0,63 persen dibanding triwulan sebelumnya dimana rata-rata NTP triwulan ini 103,34 sedangkan sebelumnya 103,99 persen.
Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
11
Gambar 1.16 Rata-Rata NTP Lampung (2012=100) Triwulan I-2015, Triwulan IV-2015, dan Triwulan I-2016
Naik 0,42%
103,99
102,90 Triwulan I-2015
103,34
Triwulan IV-2015
Triwulan I-2016
Turun 0,63%
o. id
Turunnya NTP Lampung ini dikarenakan terjadinya kenaikan barang-barang konsumsi yang lebih tinggi dari pada kenaikan pendapatan petani. Hal ini
.g
tercermin dari rata-rata indeks yang diterima petani pada triwulan I-2016 hanya
ps
mengalami peningkatan 0,66 persen sementara pada saat yang sama indeks yang
.b
dibayar mengalami kenaikan 1,29 persen.
pu ng
Penurunan NTP Lampung dipengaruhi oleh turunnya NTP dihampir seluruh subsektor. Hanya subsektor tanaman perkebunan rakyat dan perikanan tangkap
ht tp :// la
0,51 persen.
m
yang mengalami kenaikan NTP yaitu masing-masing sebesar 1,03 persen dan
Tabel 1.4 Rata-rata NTP Lampung menurut Subsektor (2012=100) Triwulan IV-2016 dan Trwiulan I-2016 Subsektor
1. Tanaman Padi & Palawija 2. Hortikultura 3. Tanaman Perkebunan Rakyat 4. Peternakan 5. Perikanan Tangkap 6. Perikanan Budidaya
Triwulan IV-2015
Triwulan I-2016
106,77 101,48
104,59 100,16
-2,04 -1,30
97,04 113,43 104,21 95,97
98,05 112,89 104,73 95,86
1,03 -0,47 0,51 -0,11
perubahan
Jika dibandingkan dengan NTP secara nasional, rata-rata NTP Lampung masih lebih tinggi dimana NTP Nasional triwulan I-2016 sebesar 102,03 persen. Sama seperti Lampung, NTP secara nasional juga mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. 12
Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
Gambar 1.17 Nilai Tukar Petani Lampung dan Nasional (2012=100) Triwulanan 2014 – 2016
102,30
103,62
105,77
105,08 102,90
101,95
101,89
102,18
102,19
101,86
I-14
II-14
III-14
IV-14
I-15
102,00
Lampung
103,77
100,23
101,11
II-15
III-15
103,99
103,34
102,71
102,03
IV-15
I-16
Nasional
m
ht tp :// la
.g
Perubahan TW I-16 thd TW IV-15 (%)
118,76 116,57 101,87
129,76 121,54 106,77
129,26 123,59 104,59
-0,39 1,69 -2,04
117,28 115,48 101,56
121,93 120,16 101,48
122,06 121,87 100,16
0,10 1,42 -1,30
115,15 116,78 98,60
118,22 121,82 97,04
121,01 123,42 98,05
2,36 1,31 1,03
125,58 111,84 112,29
131,01 115,50 113,43
131,27 116,28 112,89
0,20 0,67 -0,47
124,30 116,37 106,81
126,58 121,48 104,21
126,56 120,84 104,73
-0,02 -0,52 0,51
111,52 114,52 97,39
114,18 118,95 95,97
115,51 120,50 95,86
1,17 1,31 -0,11
118,75 115,41 102,90
124,84 120,06 103,99
125,67 121,61 103,34
0,66 1,29 -0,63
pu ng
1. Tanaman Padi & Palawija a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 2. Hortikultura a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 4. Peternakan a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 5. Perikanan Tangkap a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 6. Perikanan Budidaya a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) Gabungan a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTPp)
TW I2016
.b
Subsektor
TW IV2015
ps
TW I2015
o. id
Tabel 1.5 Nilai Tukar Petani Lampung menurut Subsektor (2012=100) Triwulan I-2015, IV-2015, dan I-2016
Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
13
Dibandingkan antar provinsi se-Sumatera, hanya Lampung dan Bangka Belitung yang memiliki NTP diatas 100 sedangkan provinsi lainnya berada dibawah 100. NTP kurang dari 100 ini berarti petani mengalami defisit, tingkat kesejahteraan petani mengalami penurunan dibanding tingkat kesejahteraan petani pada periode tahun dasar (2012). Pada triwulan I-2016 ini, rata-rata NTP Lampung kembali menempati peringkat tertinggi se-Sumatera,diikuti Bangka Belitung di posisi kedua.
o. id
Gambar 1.18 Perbandingan Nilai Tukar Petani (2012=100) menurut Provinsi se-Sumatera, Triwulan I-2016 103,34
98,38
98,15
97,73
pu ng
Ekspor
Sumatera Kep. Riau Sumatera Utara Barat
Nangro Aceh Darussalam
96,57 94,95 92,24
Riau
Jambi
Sumatera Bengkulu Selatan
ht tp :// la
1.4
Bangka Belitung
96,61
100
m
Lampung
.b
ps
99,26
.g
101,75
Nilai ekspor Provinsi Lampung Triwulan I-2016 mengalami penurunan 20,95 persen dibandingkan Triwulan IV-2015. Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2015, nilai ekspor Bumi Ruwai Jurai juga mengalami penurunan yaitu 19,41 persen. Gambar 1.19 Perkembangan Nilai Ekspor Lampung (Juta US$) Triwulan I-2015, Triwulan IV-2015 dan Triwulan I-2016
*angka sementara
14
Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
Golongan barang utama ekspor triwulan I-2016 adalah Lemak dan Minyak Hewan; Kopi, Teh, Rempah-rempah; dan Bahan Bakar Mineral. Turunnya ekspor triwulan I ini diantaranya dipicu oleh turunnya ekspor golongan barang Lemak dan Minyak Hewan serta golongan barang Kopi, Teh, Rempahrempah masing-masing sebesar 10,30 persen dan 47,40 persen. Negara tujuan utama ekspor Lampung sepanjang triwulan I-2016 sedikit mengalami pergeseran dari triwulan sebelumnya yaitu menjadi Italia, Amerika, dan Taiwan. Nilai ekspor ketiga negara tersebut mencapai 31,09 persen terhadap total ekspor pada triwulan I-2016.
Triwulan IV-2015
Triwulan I-2015
93
.g
120
ps
97
o. id
Gambar 1.20 Negara Tujuan Utama Ekspor Lampung (Juta US$)
Italia
Jepang
Amerika
Italia
60
Tiongkok
Italia
Amerika Taiwan
m
Amerika
pu ng
67
85
95
.b
97
86
Triwulan I-2016
ht tp :// la
Amerika selalu termasuk negara tujuan utama ekspor Lampung dengan golongan barang Lemak dan Minyak Hewan serta ikan dan udang sebagai komoditi ekspor yang utama.
Sementara jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2015 negara tujuan ekspor utama juga hampir sama dimana pada triwulan I tahun lalu Amerika, Italia,dan Jepang menjadi tujuan ekspor utama.
Perbandingan Ekspor Provinsi se-Sumatera Triwulan I-2016 Dibandingkan antar provinsi se-Sumatera, nilai ekspor Riau menempati urutan tertinggi diikuti oleh Kepulauan Riau dan Sumatera Utara. Nilai ekspor Lampung sendiri menempati urutan keempat.
Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
15
Gambar 1.21 Nilai Ekspor Provinsi se-Sumatera (Juta US$) Triwulan I-2016 2.974 2.121
1.698 742
Riau
434
Kepulauan Sumatera Lampung Sumatera Riau Utara Selatan
Jambi
316
193
27
Sumatera Kep. Bengkulu Barat Bangka Belitung
26 Aceh
Impor
o. id
1.5
464
.g
Nilai impor Provinsi Lampung Triwulan I-2016 turun 18,41 persen dibanding
ps
triwulan sebelumnya. Turunnya nilai impor ini melanjutkan tren menurun sebelumnya dimana pada triwulan IV-2015 nilai impor juga mengalami
pu ng
.b
pertumbuhan negatif yaitu 14,82 persen.
Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2015, nilai impor Lampung
m
juga mengalami penurunan yaitu 17,93 persen.
ht tp :// la
Gambar 1.22 Perkembangan Nilai Impor Lampung (Juta US$) Triwulan I-2015, Triwulan IV-2015 dan Triwulan I-2016
*angka sementara
Golongan barang utama impor triwulan I-2016 adalah Bahan Bakar Mineral; Minuman; dan Mesin-mesin/Pesawat Mekanik. Turunnya impor triwulan I ini diantaranya dipicu oleh turunnya impor golongan barang Bahan Bakar Mineral sebesar 29,99 persen. 16
Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
Negara pemasok utama impor Lampung sepanjang triwulan I-2016 sedikit mengalami perubahan dari triwulan sebelumnya yaitu menjadi Uni Emirat Arab, Qatar, dan Thailand. Impor dari ketiga negara tersebut mencapai 46,64 persen dari total impor Lampung. Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2015, Qatar dan Uni Emirat Arab tetap menjadi negara pemasok terbesar impor Lampung. Gambar 1.23 Nilai Impor Lampung dari Negara Utama (juta US$) Triwulan I-2015
Triwulan I -2016
Triwulan IV-2015
94
127
88
73
72
75
66
.b
Uni Emirat Arab Qatar
Singapura
Uni Emirat Arab
Qatar
Thailand
Neraca Perdagangan Luar Negeri
m
1.6
Uni Emirat Singapura Arab
pu ng
Qatar
ps
.g
84
o. id
74
ht tp :// la
Nilai ekspor Triwulan I-2016 lebih tinggi dari nilai impor Triwulan IV-2015. Hal ini menunjukkan bahwa neraca perdagangan luar negeri Provinsi Lampung mengalami surplus yaitu sebesar US$ 257,92 juta. Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2015, neraca perdagangan Lampung juga mengalami surplus dengan nilai surplus yang terbentuk pada saat itu lebih besar yaitu US$ 327,40 juta. Neraca perdagangan luar negeri triwulanan Provinsi Lampung selama kurun waktu 2011-2015 menunjukkan kinerja yang baik dimana secara umum selalu mengalami surplus. Untuk triwulan III-2015 tercatat sebagai angka surplus tertinggi selama lima tahun terakhir yaitu US$ 542,57. Sementara itu defisit terbesar terjadi pada triwulan II2012 yaitu US$ 262,49 juta.
Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
17
Gambar 1.24 Perkembangan Neraca Perdagangan Luar Negeri Lampung (juta US$), Triwulanan 2011-2016 542,57
600,00 327,40
400,00
348,82 257,92
200,00 II III IV I 2011 (400,00)
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2012
2013
2014
2015
2016
(262,49)
.g
Indeks Tendensi Konsumen
ps
1.7
II III IV I
o. id
(200,00)
.b
Nilai Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Provinsi Lampung Triwulan I-2016 sebesar
pu ng
101,55. Hal ini menunjukkan kondisi ekonomi konsumen Lampung pada Triwulan I2016 mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya.
m
Meningkatnya kondisi ekonomi Lampung disebabkan oleh naiknya pendapatan kini
ht tp :// la
dan volume konsumsi barang/jasa serta kurangnya pengaruh inflasi terhadap total pengeluaran rumah tangga. Kondisi ekonomi konsumen di tingkat nasional juga mengalami peningkatan dengan ITK sebesar 102,89. Gambar 1.25 Perbandingan ITK Lampung dan Nasional menurut Variabel Pembentuknya, Triwulan I-2016
101,70
102,43
Pendapatan Ruta Kini
18
103,83 101,57
Pengaruh Inflasi Terhadap Total Pengeluaran Rumah Tangga
102,8
101,55
101,17
Volume konsumsi barang/jasa
102,89
Indeks Tendensi Konsumen
Lampung
Nasional
Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
Untuk perbandingan Sumatera, provinsi yang memiliki nilai ITK tertinggi adalah Sumatra Barat (nilai ITK sebesar 101,85) disusul Kepulauan Riau dan Lampung masing-masing sebesar 101,56 dan 101,55. Sebaliknya, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tercatat memiliki nilai ITK terendah yaitu sebesar 94,71.
Gambar 1.26. Indeks Tendensi Konsumen Se-Sumatera (Persen) Triwulan I-2016 101,55
100,99
Sumatera Kepulauan Lampung Barat Riau
Kondisi
ekonomi
Aceh
konsumen
100,57
100,55
Bengkulu Sumatera Utara
Provinsi
100,53
Jambi
96,44
95,99
94,71
Sumatera Selatan
Riau
Kep Bangka Belitung
Triwulan
II-2016
o. id
101,56
Lampung
.g
101,85
pada
ps
diperkirakan lebih optimis dibandingkan kondisi saat ini dengan nilai ITK sebesar
.b
102,11.
pu ng
Perkiraan membaiknya kondisi ekonomi konsumen didorong oleh optimisme akan peningkatan pendapatan rumah tangga mendatang dengan indeks 105,90.
m
Pada tingkat nasional kondisi ekonomi konsumen diperkirakan tetap meningkat
ht tp :// la
dengan ITK 106,56. Pendapatan rumah tangga mendatang diperkirakan meningkat dengan nilai indeks sebesar 108,72 serta rencana pembelian barang tahan lama meningkat pada triwulan yang akan datang (nilai indeks sebesar 102,78).
Gambar 1.27 Perbandingan Perkiraan ITK Lampung dan Nasional menurut Variabel Pembentuknya, Triwulan II-2016
105,90
108,72
102,78
102,11
106,56
95,48
Pendapatan Rumah tangga Mendatang
Rencana Pembelian Barang Tahan Lama, Rekreasi, dan Pesta/Hajatan
Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
ITK Mendatang
Lampung
Nasional
19
Untuk perbandingan Sumatera, provinsi yang memiliki perkiraan ITK tertinggi adalah Kepulauan Riau (107,15) disusul Kepulauan Bangka Belitung dan Bengkulu masing-masing sebesar 106,98 dan 105,17. Sebaliknya, Jambi tercatat memiliki nilai ITK terendah yaitu sebesar 100,10.
Gambar 1.28 Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Se-Sumatera (persen), Triwulan II-2016
Bengkulu
102,33
Riau
102,11
102,00
Lampung Sumatera Barat
101,64
100,71
Aceh
100,42 100,10
Sumatera Sumatera Utara Selatan
Jambi
ht tp :// la
m
pu ng
.b
ps
Kepulauan Kep Riau Bangka Belitung
105,17
o. id
106,98
.g
107,15
20
Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
II PERTANIAN 2.1 Produksi Padi Berdasarkan angka sementara (asem) 2015, produksi padi Lampung diperkirakan mencapai 3,64 juta ton Gabah Kering Giling (GKG), mengalami peningkatan 321,83 ribu ton atau naik 9,69 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan produksi padi tahun 2015 disebabkan adanya peningkatan luas panen sebesar 58,54 ribu hektar atau 9,02 persen dan produktivitas sebesar 0,31 ku/ha
o. id
atau 0,61 persen.
149.873
145.406
.b
.g
Gambar 2.1 Produksi Padi Sawah dan Padi Ladang Lampung (ton) 2011 – 2015
3.170.191
3.496.489
2013
2014
2015 (Asem)
192.855
164.583
2.752.869
2.908.600
3.042.419
2011
2012
pu ng
ps
187.926
Padi Ladang
ht tp :// la
m
Padi Sawah
Produksi padi Lampung menempati peringkat ketiga se-Sumatera, setelah Sumatera Selatan dan Sumatera Utara. Kontribusi produksi padi Lampung terhadap Sumatera sebesar 19,84 persen. Gambar 2.2 Perbandingan Produksi Padi menurut Provinsi se-Sumatera (ribu ton), 2015
4.248 4.045
3.642 2.551 2.331
Sumatera Sumatera Lampung Sumatera Selatan Utara Barat
Aceh
579
541
394
Bengkulu
Jambi
Riau
Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
27
1
Bangka Kepulauan Belitung Riau
21
2.2 Produksi Palawija Produksi jagung Lampung tahun 2015 berdasarkan angka sementara diperkirakan sebesar 1,50 juta ton pipilan kering, turun 216,59 ribu ton (12,60 persen) dibanding produksi tahun 2014. Penurunan produksi jagung tahun 2015 diperkirakan terjadi karena adanya penurunan luas panen sekitar 45,36 ribu hektar (13,39 persen) meskipun produktivitasnya sedikit mengalami kenaikan sebesar 0,46 ku/ha (0,91 persen).
o. id
Gambar 2.3 Produksi Jagung Lampung (ton), 2011 – 2015
1.502.800
2012
2013
2014
pu ng
2011
.b
ps
.g
1.817.906 1.760.275 1.760.278 1.719.386
2015 (Asem)
m
Produksi jagung menempati peringkat kedua se-Sumatera setelah Sumatera Utara. Kontribusi produksi jagung Lampung terhadap Sumatera sebesar 35,32
ht tp :// la
persen.
Gambar 2.4 Perbandingan Produksi Jagung menurut Provinsi se-Sumatera (ribu ton), 2015
1519
1503
603 289
Sumatera Lampung Sumatera Sumatera Utara Barat Selatan
22
205 Aceh
53
52
Bengkulu J a m b i
31
1
0
R i a u KepulauanKepulauan Bangka Riau Belitung
Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
Produksi ubi kayu Lampung tahun 2015 berdasarkan angka sementara mencapai hampir sebesar 7,38 juta ton, turun dibanding tahun 2014 (8,09 persen). Turunnya produksi ubi kayu tahun 2015 terjadi karena luas panen mengalami penurunan (turun 8,29 persen) meskipun produktivitas sedikit meningkat yaitu 0,22 persen. Gambar 2.5 Produksi Ubi Kayu Lampung (ton), 2011 – 2015
2012
2013
2014
2015 (Asem)
ps
.g
2011
o. id
9.193.676 8.387.351 8.329.201 8.034.016 7.384.099
Produksi ubi kayu Lampung menempati peringkat pertama se-Sumatera.
.b
Kontribusi produksi ubi kayu Lampung terhadap Sumatera mencapai 75,89
pu ng
persen, cukup jauh dibandingkan dengan provinsi lainnya.
ht tp :// la
m
Gambar 2.6 Perbandingan Produksi Ubi Kayu menurut Provinsi se-Sumatera (ribu ton), 2015
7 384
1 619 217
208
Lampung Sumatera Sumatera Sumatera Utara Selatan Barat
104 Riau
80
43
35
Bengkulu J a m b i Kepulauan Bangka Belitung
Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
29 Aceh
9 Kepulauan Riau
23
III SOSIAL DAN KEPENDUDUKAN 3.1 Kependudukan
Pada tahun 2015, jumlah penduduk Lampung sekitar 8,1 juta jiwa. Penduduk Lampung merupakan terbesar kedua di sumatera, setelah Sumatera Utara dengan 2 kepadatan penduduk sebesar 234 jiwa per Km .
Laju pertumbuhan penduduk (LPP) Lampung 2000-2010 sebesar 1,24 persen, menurun dibandingkan dengan LPP periode 1971-1980 yang tercatat sekitar 5,77
o. id
persen. Tren negatif ini merupakan indikasi keberhasilan kebijakan kependudukan terkait aspek kuantitas.
7.932,13
7.835,31
2012
m
2011
pu ng
7.735,91
.b
ps
.g
Gambar 3.1 Jumlah Penduduk Lampung (Ribu Jiwa), 2010-2015*
2013
8.026,19
8.117,27
2014
2015
ht tp :// la
*) Proyeksi Penduduk 2010-2035 berdasarkan asumsi TFR =2,1 (2025), IMR=30 per 1000 (2010) dan migrasi SP2010
Tabel 3.1 Indikator Kependudukan Lampung, 2010-2015
Uraian
2011
2012
2013
2014
2015
Kepadatan penduduk 2 (jiwa/km )
223
226
229
232
234
Sex Ratio
106
106
105
105
105
Kabupaten Lampung Tengah memiliki jumlah penduduk terbesar di Provinsi Lampung yaitu 1,2 juta jiwa. Selanjutnya ada tiga Kabupaten/Kota yang memiliki penduduk diatas 900 ribu jiwa yaitu Lampung Timur (1.008.797 jiwa), Lampung Selatan (972.579 jiwa) dan Bandar Lampung (979.287 jiwa). Sebaliknya, Kabupaten Pesisir Barat sebagai kabupaten termuda di Lampung memiliki jumlah penduduk terendah yaitu 149.890 jiwa. Selain Pesisir Barat, ada dua kabupaten/kota lain yang memiliki jumlah penduduk dibawah 200 ribu jiwa yaitu Kota Metro (158.415 jiwa) dan Kabupaten Mesuji (195.682 jiwa). 24
Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
Gambar 3.2 Perbandingan Penduduk Lampung menurut Kabupaten/Kota, 2015
79.191 79.224 493.411 135.811
128.901
Mesuji; 195682 102.417
93.265
Pringsewu; 386891 198.304
188.587
Pesawaran; 426389
219.587
206.802
Tulang Bawang; 429515
222.380
207.135
Way Kanan; 432914
223.116
209.798
Lampung Utara; 606092
308.083
Lampung Tengah; 1239096
630.962
Lampung Timur; 1008797
516.079
Lampung Selatan; 972579 299.214 155.804 0
274.690 137.301
473.194
500.000
PEREMPUAN
ht tp :// la
m
pu ng
LAKI-LAKI
1.000.000
.b
Lampung Barat; 293105
608.134
492.718
499.385
Tanggamus; 573904
3.2 Kemiskinan
298.009
.g
Tulang Bawang Barat; 264712
485.876
71.197
o. id
Pesisir Barat; 149890 78.693
ps
Kota Metro; 158415 Kota Bandar lampung; 979287
Ukuran kemiskinan yang digunakan adalah persentase penduduk miskin yang diperoleh dari data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. Semakin tinggi Garis Kemiskinan, semakin banyak penduduk yang tergolong sebagai penduduk miskin jika tidak terjadi peningkatan pendapatan. Jika dibandingkan antara dua periode terakhir yaitu kondisi Maret 2015 dan September 2015, persentase penduduk miskin kondisi September mengalami penurunan dari 14,35 persen menjadi 13,53 persen atau turun 0,82 poin. Demikian pula secara absolut jumlah penduduk miskin berkurang menjadi 1.100,68 ribu orang dibandingkan dengan Maret 2015 yang sebesar 1.163,49 ribu orang atau berkurang 62,81 ribu orang. Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
25
Sementara dibandingkan dengan kondisi bulan yang sama tahun sebelumnya yaitu September 2014, persentase penduduk miskin mengalami penurunan 0,68 poin. Secara umum persentase penduduk miskin pada bulan September cenderung lebih rendah dari pada bulan Maret.
ps
.g
o. id
Gambar 3.3 Persentase Penduduk Miskin Lampung (Persen) September 2014, Maret 2015, dan September 2015
.b
Selama periode Maret 2011-September 2015 meskipun garis kemiskinan terus
pu ng
meningkat, jumlah penduduk miskin Provinsi Lampung terus mengalami penurunan dari sekitar 1,31 juta Jiwa (16,93 persen) tahun 2011 menjadi sekitar 1,10 juta jiwa pada September 2015 (13,53 persen). Hal ini mengindikasikan bahwa secara umum
m
tingkat pendapatan sebagian penduduk miskin khususnya mereka yang berada di
ht tp :// la
sekitar garis kemiskinan cukup mampu mengimbangi kenaikan harga. Tabel 3.2 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Lampung, 2011 – 2015
26
Tahun
Garis Kemiskin an (Rp)
Perub ahan (%)
Jumlah Penduduk Miskin (000)
2011
234 073
15,64
1 307,70
2011 *
245 502
4,88
1 288,58
2012
248 645
1,28
2012 *
263 088
5,81
2013
276 759
2013*
295 395
2014 2014* 2015
Peruba han (000)
Persentase Penduduk Miskin
Peru bahan
-172,23
16,93
-2,01
-19,12
16,57
-0,36
1 264,48
-24,09
16,18
-0,39
1 230,16
-34,32
15,65
-0,53
5,20
1 175,35
-54,81
14,86
-0,79
6,73
1 144,76
-30,59
14,39
-0,47
306 600
3,79
1 142,92
-1,84
14,28
-0,11
318 822
3,99
1 143,93
1,02
14,21
-0,07
337 996
6,01
1 163,49
19,56
14,35
0,14
2015* 356 771 *September
5,56
1 100,68
-62,81
13,53
-0,82
Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
Berkurangnya penduduk miskin di Provinsi Lampung juga terjadi
pada tingkat
nasional, namun penurunan angka kemiskinan tingkat nasional lebih sedikit dibandingkan dengan penurunan angka kemiskinan Provinsi Lampung. Dengan demikian, gap antara angka kemiskinan nasional dengan Lampung menjadi semakin sempit. Jarak persentase penduduk miskin Lampung dengan nasional berkurang dari 4,44 poin pada Maret 2011 menjadi 2,40 poin pada September 2015.
16,57
16,18
15,65
14,86
14,39
14,28
14,21
14,35
11,25
10,96
11,22
11,96
11,66
11,36
11,46
.b
12,36
13,53
11,13
pu ng
12,49
ps
.g
16,93
o. id
Gambar 3.3 Persentase Penduduk Miskin Lampung dan Indonesia, 2011-2015
ht tp :// la
m
Maret Sept '11 Maret Sept '12 Maret Sept '13 Maret Sept '14 Maret Sept '15 '11 '12 '13 '14 '15
Lampung
Indonesia
Pada periode Maret 2011-September 2015 penduduk miskin Lampung berkurang 15,83 persen. Jika dibandingkan dengan angka nasional, penurunan jumlah penduduk miskin Lampung lebih cepat dimana secara nasional pada periode yang sama penduduk miskin mengalami penurunan hanya 5,34 persen. Persentase penduduk miskin Lampung periode yang sama berkurang 3,40 poin sementara nasional berkurang 1,36 poin. Jika dilihat perkembangan penduduk miskin se-Sumatera, persentase penduduk miskin terbesar September 2015 terdapat di Bengkulu yaitu 17,16 persen. Sementara persentase terendah berada di Provinsi Bangka Belitung 4,83 persen.
Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
27
Gambar 3.4 Persentase Penduduk Miskin menurut Provinsi di Sumatera September 2015 17,16
17,11 13,77
Nasional; 11,13
13,53 10,79
9,12
8,82 6,71
Bengkulu
Aceh
Sumatera Lampung Sumatera Selatan Utara
Jambi
Riau
5,78
4,83
Sumatera Kepulauan Bangka Barat Riau Belitung
o. id
Secara umum penduduk miskin di Sumatera bulan September 2015 mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan dimana sebanyak enam provinsi
.g
mengalami penurunan persentase penduduk miskin dibandingkan bulan Maret
ps
2015. Hanya terdapat empat provinsi yang mengalami peningkatan persentase
pu ng
.b
penduduk miskin yaitu Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau dan Jambi.
3.3 Ketenagakerjaan
m
Jumlah angkatan kerja yang merupakan penduduk siap kerja (bekerja dan
ht tp :// la
pengangguran) pada Februari 2016 menunjukkan adanya peningkatan sebanyak 206,2 ribu orang dibanding Agustus 2015 dan berkurang sebanyak 22,4 ribu orang dibanding Februari 2015.
Penduduk yang bekerja pada Februari 2016 sebanyak 3.854,8 ribu orang bertambah sebanyak 219,6 ribu orang dibanding keadaan Agustus 2015 dan berkurang sebanyak 66,4 ribu orang dibanding keadaan setahun yang lalu. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Lampung menunjukkan penurunan dari 5,14 persen pada Agustus 2015 menjadi 4,54 persen pada bulan Februari 2016 atau turun 0,59 persen poin. Namun bila dibandingkan dengan Februari 2015 (3,44 persen), TPT Lampung naik 1,11 persen poin. Kenaikan terlihat dari jumlah pencari kerja (pengangguran terbuka) sebanyak 44 ribu orang atau bertambah 31,53 persen selama setahun terakhir. 28
Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
Gambar 3.5 Tingkat Pengangguran Terbuka Lampung (Persen) Februari 2015, Agustus-2015 dan Februari-2016
Naik 1,11 % poin 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 -
5,14 %
3,44 %
Agustus 2015
Februari 2016
o. id
Februari 2015
4,54 %
.g
Turun 0,59 % poin
ps
Tabel 3.3 Penduduk Lampung Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama Februari 2014 - Februari 2016
pu ng
Kegiatan Utama (1)
2015
.b
2014
2016
Februari
Agustus
Februari
Agustus
Februari
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Penduduk 15+ (000)
5 711,3
5 759,2
5 805,1
5 842,0
5 884,3
2
Angkatan Kerja (000)
4 029,1
3 857,9
4 060,7
3 832,1
4 038,3
Bekerja
3 824,2
3 673,2
3 921,2
3 635,3
3 854,8
204,8
184,8
139,5
196,9
183,5
1 682,3
1 901,2
1 744,4
2 009,9
1 846,0
459,4
495,8
459,2
469,3
432,6
ht tp :// la
m
1
Penganggur 3
Bukan Angkatan Kerja (000) Sekolah
Mengurus rumahtangga
1 033,3
1 187,3
1 088,4
1 318,6
1 221,0
Lainnya
189,5
218,2
196,9
222,0
192,3
4
TPAK (%)
70,55
66,99
69,95
65,60
68,63
5
TPT (%)
5,08
4,79
3,44
5,14
4,54
6
Setengah Penganggur (000)
1 456,2
1 371,8
1 411,2
1 379,6
1 424,4
342,1
273,3
321,3
297,4
370,9
1 114,1
1 098,5
1 089,9
1 082,1
1 053,6
SP Terpaksa SP Sukarela/Pekerja Paruh Waktu
Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
29
Perkotaan masih menjadi kantong pengangguran, ditunjukkan dengan tingkat pengangguran terbuka yang mencapai 7,17 persen dibanding perdesaan yang 3,51 persen. Sedangkan absolutPengangguran jumlah pengangguran lebih banyak menurut di perdesaan Gambarsecara 3.6 Tingkat Terbuka Lampung Daerah Kota-Desa Agustus-2015 sebanyak 101,7 (persen), ribu orangFebruari dibanding2015, perkotaan sebanyakdan 81,8Februari-2016 ribu orang
7,82
7,17 2,45
Agustus 2015
Februari 2016
Februari 2015
Agustus 2015
3,51 Februari 2016
.g
Februari 2015
4,12
o. id
5,70
Perdesaan
ps
Perkotaan
.b
Sektor pertanian masih mendominasi lapangan pekerjaan utama penduduk yaitu
pu ng
sekitar 48,23 persen dari seluruh penduduk yang bekerja. Selama periode setahun terakhir jumlah pekerja perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi mengalami kenaikan sebanyak 26,2 ribu pekerja. Diikuti sektor pertanian, perkebunan,
m
kehutanan, perburuan & perikanan yang bertambah 11,5 ribu pekerja. Sektor yang
ht tp :// la
paling banyak mengalami pengurangan tenaga kerja adalah jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan sebanyak 70,1 ribu pekerja. Gambar 3.7 Persentase Penduduk Lampung yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan (persen), Februari 2015, Agustus-2015 dan Februari-2016 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan Perdagangan, Rumah Makan & Jasa Akomodasi Jasa Kemasyarakatan, Sosial & Perorangan
9,74 9,12
Industri 9,50
11,72 11,25 13,30 18,47 18,86
47,12 48,78 48,23
Konstruksi
Transportasi, Pergudangan & Komunikasi Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan & Jasa Perusahaan Pertambangan dan Penggalian
19,47 Listrik, Gas dan Air Minum Keterangan: Lingkaran terdalam Februari 2015, terluar Februari 2016
30
Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
Status pekerjaan sebagian besar penduduk bekerja di Provinsi Lampung adalah berusaha dibantu buruh tidak tetap dan buruh/karyawan/pegawai yaitu masingmasing sebanyak 783,3 ribu orang dan 1.080,9 ribu orang. Dari status pekerjaan ini diperkirakan pekerja formal di Lampung sebesar 30,84 persen sedangkan pekerja informal 69,16 persen. Perkiraan proporsi pekerja informal pada tahun sebelumnya (kondisi Februari 2015) adalah sebesar 70,16 persen
71,28
70,67
70,16
28,72
29,33
29,84
Feb 2014
Agt 2014
Feb 2015
o. id
Gambar 3.8 Persentase Penduduk Lampung yang Bekerja menurut Kegiatan Ekonomi Formal/Informal (persen) Februari 2015, Agustus-2015 dan Februari-2016
69,16
29,17
30,84
Agt 2015
Feb 2016 Formal
Informal
pu ng
.b
ps
.g
70,83
Tingkat pengangguran terbuka menurut provinsi di Sumatera relatif bervariasi.
m
Enam provinsi memiliki tingkat pengangguran di atas angka nasional, sementara
ht tp :// la
empat provinsi lainnya termasuk Lampung memiliki tingkat pengangguran di bawah angka nasional (5,5 persen). TPT tertinggi dialami Kepulauan Riau yakni sekitar 9,03 persen. Sedangkan TPT yang paling rendah sekitar 3,84 persen terjadi di Bengkulu. TPT Lampung merupakan TPT terendah ketiga di Pulau Sumatera. Gambar 3.9 Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Provinsi di Sumatera (Persen), Februari 2016
9,03
Nasional; 5,50
8,13 6,49
Kepulauan Riau
Aceh
6,17
Sumatera Bangka Utara Belitung
5,94
Riau
5,81
Sumatera Barat
4,66 Jambi
Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
4,54
3,94
3,84
Lampung Sumatera Bengkulu Selatan
31
3.4 Indeks Pembangunan Manusia Mulai
tahun
2014
penghitungan
Indeks Pembangunan
Manusia
(IPM)
menggunakan metode baru yang diantaranya mengganti indikator angka melek huruf menjadi harapan lama sekolah. Selama 2010-2014 IPM Provinsi Lampung terus mengalami peningkatan dari 63,71 tahun 2010 menjadi 66,42 tahun 2014. Variabel yang membentuk IPM Lampung 2014 adalah Angka Harapan Hidup Saat Lahir 69,66 tahun; Rata-rata Lama Sekolah 7,48 tahun; Harapan Lama
o. id
Sekolah 12,24 tahun; dan Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan Rp 8.476.00,Bila dibandingkan dengan provinsi se-Sumatera, Lampung menjadi provinsi
.g
dengan angka IPM terendah dari tahun 2010-2014. Untuk tahun 2014, angka
.b
ps
tertinggi di Sumatera adalah Kepulauan Riau (73,40) disusul oleh Riau (70,33).
pu ng
Tabel 3.4 Indeks Pembangunan Manusia menurut Provinsi se-Sumatera 2010-2014 Provinsi
2010
2013
2014
67,45
67,81
68,30
68,81
67,09
67,34
67,74
68,36
68,87
3. Sumate Barat
67,25
67,81
68,36
68,91
69,36
4. Riau
68,65
68,90
69,15
69,91
70,33
5. Jambi
65,39
66,14
66,94
67,76
68,24
6. Sumatera Selatan
64,44
65,12
65,79
66,16
66,75
7. Bengkulu
65,35
65,96
66,61
67,50
68,06
8. Lampung
63,71
64,20
64,87
65,73
66,42
9. Bangka Belitung
66,02
66,59
67,21
67,92
68,27
10. Kepulauan Riau
71,13
71,61
72,36
73,02
73,40
ht tp :// la
2. Sumatera Utara
32
2012
67,09
m
1. Aceh
2011
Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
o. id .g ps
pu ng
.b
DATA ht tp :// la
m
MENCERDASKAN BANGSA
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung Jl. Basuki Rahmat No 54 Teluk Betung Bandar Lampung, 35215 Email:
[email protected] Homepage: http://lampung.bps.go.id
Perkembangan Indikator Makro Sosial Ekonomi Lampung Triwulan I-2016
1