LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
KATA PENGANTAR
Pembangunan di Kabupaten Jayapura, khususnya di Wilayah Pembangunan (WP) III yang meliputi Distrik Namblong, Nimboran, Kemtuk dan Kemtuk Gresi telah mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Di wilayah ini berkembang lahan pertanian, pemukiman dan pembangunan sarana umum lainnya. Oleh sebab itu, perlu disediakan data dan informasi berupa data air bawah tanah untuk menunjang perkembangan tersebut. Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Jayapura, melalui Bidang Air Bawah Tanah pada Tahun 2013 melakukan kegiatan Pemetaan Air Bawah Tanah di distrik Namblong dan Kemtuk. Dari kegiatan ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada pimpinan daerah, para perencana dan pelaksana pembangunan dalam membuat keputusan maupun memecahkan persoalan yang menjadi kendala dalam pengembangan wilayah dan penataan ruang. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan berpartisipasi dalam kegiatan ini. Dengan harapan, kerja sama yang telah berlangsung dapat terus dilanjutkan dan dikembangkan untuk kegiatan yang lain. Semoga kegiatan ini dapat bermanfaat bagi masyarakat maupun instansi pemerintah terkait, dan dapat memberikan informasi yang akurat bagi perencanaan, pengembangan dan pembangunan di Kabupaten Jayapura secara keseluruhan.
Sentani, November 2013 DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI KABUPATEN JAYAPURA KEPALA,
TED YONES MOKAY, S.Sos, M.Si PEMBINA NIP. 19691231 199712 1 001 Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura
Hal. i
LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
DAFTAR ISI ISI
HALAMAN
Kata Pengantar
i
Daftar Isi
ii
Daftar Gambar
iii
Daftar Tabel
iv
BAB I PENDAHULUAN
I-1
1.1.
Latar Belakang
I-1
1.2.
Maksud dan Tujuan
I-3
1.3.
Ruang Lingkup
I-3
1.4.
Metodologi
I-5
1.5.
Peralatan
I-5
1.6.
Penyelidikan Terdahulu
I-7
BAB II KEADAAN UMUM
II - 1
2.1. Administratif
II - 1
2.2. Morfologi
II - 3
2.3. Geologi
II - 3
2.4. Hidrogeologi
II - 5
2.5. Iklim
II - 5
2.6. Aliran Air Permukaan
II – 7
2.7. Tata Guna Lahan
II – 8
2.8. Penduduk
II – 8
BAB III HASIL PEMETAAN AIR BAWAH TANAH
III - 1
3.1. Penyelidikan Geolistrik
III - 1
3.2. Penampang Akifer Air Tanah
III - 12
BAB IV PENUTUP
IV - 1
4.1. Kesimpulan
IV - 1
4.2. Saran
IV - 1
4.3. Rekomendasi
IV - 2
DAFTAR ACUAN Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura
Hal. ii
LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR
HALAMAN
1.1.
Lokasi pemetaan air bawah tanah
I–4
1.2.
Peralatan yang dipergunakan
I–7
2.1.
Peta administratif Kab. Jayapura
II – 1
2.2.
Peta Geologi daerah Namblong & sekitarnya
II – 4
3.1.
Konfigurasi Schlumberger
III – 2
3.2.
Kurve bantu Schlumberger
III – 3
3.3.
Susunan elektroda aturan Wenner
III – 4
3.4.
Metodologi geolistrik aturan Wenner
III – 5
3.5.
Lokasi pengukuran kampung Imestum
III – 6
3.6.
Lokasi pengukuran kampung Kwansu
III – 6
3.7.
Pengukuran di kampung Imestum (IM-1)
III – 7
3.8.
Pengukuran pH, DO dan konduktivitas
III – 8
3.9.
Pengukuran di kampung Imestum (IM-2)
III – 8
3.10. Pengukuran di kampung Kwansu (KW-1)
III – 9
3.11. Pengukuran di kampung Kwansu (KW-2)
III – 9
3.12. Penampang akifer air tanah Kampung Imestum
III – 14
3.13. Penampang akifer air tanah Kampung Kwansu
III – 15
Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura
Hal. iii
LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
DAFTAR TABEL
TABEL
HALAMAN
1.1.
Jadwal pelaksanaan pemetaan
I–4
1.2.
Peralatan survei
I–6
2.1.
Kampung di Distrik Kemtuk
II – 2
2.2.
Kampung di Distrik Namblong
II – 2
2.3.
Pembagian kelas kemiringan topografi
II – 3
2.4.
Pembagian kelas ketinggian tempat
II – 3
2.5.
Hidrogeologi daerah pemetaan
II – 5
2.6.
Rata-rata suhu udara di stasiun Genyem
II – 6
2.7.
Curah hujan dan hari hujan di stasiun Genyem
II – 7
2.8.
Keadaan komponen penduduk daerah pemetaan
II – 8
3.1.
Tahanan jenis material bumi
III – 2
3.2.
Koordinat titik pengukuran
III – 7
3.3.
Rangkuman hasil pengukuran geolistrik
III – 10
3.4.
Penggolongan hasil pengukuran geolistrik
III – 10
3.5.
Penafsiran jenis tanah dan hidrogeologi
III – 11
Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura
Hal. iv
LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Air di alam merupakan karunia Tuhan yang sangat besar bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya di bumi. Air dibutuhkan untuk memenuhi berbagai macam aktivitas hidup. Pemanfaatannya tidak hanya untuk keperluan air minum dan keperluan rumah tangga, tetapi sudah meluas di semua aspek kehidupan, seperti keperluan pertanian, peternakan, perkebunan, perumahan, industri, pertambangan, perhubungan , pariwisata dan lain-lain. Bahkan, air saat ini sudah menjadi komoditas ekonomi yang diperdagangkan. Sumber utama air dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu air permukaan (surface water) dam air bawah permukaan tanah (underground water). Kedua sumber air tersebut berasal dari air hujan yang jatuh dan mengalir dipermukaan menjadi air permukaan dan yang lain mengalir di bawah tanah sebagai air tanah (Danaryanto, dkk, 2005). Dari permukaan yang tinggi air mengalir atau meresap (di daerah resapan) menuju daerah yang lebih rendah atau daerah pelepasan dan akhirnya menuju ke laut. Dalam perjalanannya ada yang ditanah dan dihisap oleh tumbuhan, ada yang menguap dan berubah menjadi awan, serta ada yang tersimpan di dalam tanah sebagai air tanah. Rangkaian proses ini dikenal sebagai suatu siklus hidrologi yang terus menerus berlangsung sepanjang kondisi iklim (atmosfer) dan permukaan bumi (geomorfologi) tidak terganggu. Air tanah dipergunakan atau dimanfaatkan apabila air permukaan dianggap tidak memenuhi syarat kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Secara kualitas air tanah lebih baik daripada air permukaan karena relatif sedikit dipengaruhi secara langsung oleh bahan pencemar. Secara kuantitas air tanah hampir tidak menguap dan tersimpan di dalam rekahan batuan atau pori-pori tanah atau rongga batuan yang tebal dan luas. Secara
kontinuitas
air
tanah
selalu
mengisi
kembali
jika
terjadi
pengurangan atau pengambilan air akibat pemompaan. Kontinuitas ini Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura
Hal. I - 1
LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
terjadi menurut siklus hidrologi. Namun untuk memperoleh air tanah yang sesuai dengan syarat kualitas dan kuantitas memerlukan penyelidikan dan pemetaan yang akurat dan sistematik tentang kondisi hidrogeologi daerah. Salah satu penyelidikan yang dapat dilakukan untuk pemetaan air bawah tanah adalah penyelidikan geolistrik (resistivity survey). Penyelidikan geolistrik menerapkan metode tahanan jenis (resistivity method) yaitu metode geofisika yang digunakan untuk pendugaan keadaan bawah permukaan, serta untuk mengetahui jenis bahan penyusun (tanah/batuan) berdasarkan sifat-sifat kelistrikannya. Dalam operasionalnya digunakan untuk mengetahui hubungan antara besaran terukur (beda potensial dan kuat arus) dengan parameter-parameter yang mendefinisikan stratifikasi tahanan jenis di bawah permukaan. Dari penyelidikan ini dapat diduga perubahan tahanan jenis batuan terhadap kedalaman (Robinson dan Coruh, 1988). Hasil pendugaan geolistrik menjadi unsur penting dalam menafsirkan struktur lapisan, khususnya lapisan pembawa airtanah (akifer) yang menjadi target operasi pemboran air tanah. Gambaran kondisi bawah permukaan yang akurat dipergunakan untuk mendesain atau merencanakan konstruksi sumur maupun
menentukan
kemampuan
produksi
sumur
dalam.
Dengan
memahami kondisi bawah permukaan, maka dapat ditentukan disusun perencanaan teknis pemboran airtanah yang efektif dan efisien. Peranan air tanah atau air bawah tanah dalam menunjang pembangunan pada era otonomi daerah saat ini dirasakan semakin meningkat sehingga menuntut adanya upaya pengelolaan sumber daya alam tersebut secara utuh
yang
berlandaskan
keterpaduan
dan
fungsi
keserasian,
sosial
dan
ekonomi,
keseimbangan,
kemanfaatan,
kelestarin,
keadilan,
kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas publik. Tujuannya agar ketersediaan dn pemanfaatan air tanah dapat menjamin kelangsungan pembangunan
secara
berkelanjutan
untuk
generasi
sekarang
dan
mendatang. Untuk itu, Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Jayapura melalui Bidang Air Bawah Tanah melakukan kegiatan Pemetaan Air Bawah
Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura
Hal. I - 2
LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
Tanah di Distrik Namblong dan Kemtuk pada tahun anggaran 2013. Dari kegiatan ini akan dapat diperoleh informasi keterdapatan dan prospek air tanah yang dapat dikembangkan sebagai sumber air bersih maupun untuk keperluan lainnya.
1.2.
Maksud dan Tujuan
Maksud kegiatan ini adalah melakukan pemetaan tentang keterdapatan dan potensi air bawah tanah di Distrik Namblong dan Distrik Kemtuk, Kabupaten Jayapura. Tujuan dari kegiatan ini antara lain : a. Untuk mengetahui dan menentukan struktur lapisan pembawa air tanah (akifer) berdasarkan nilai tahanan jenis tanah/batuan atau dengan penyelidikan geolistrik; b. Untuk menyiapkan data dan informasi pendukung bagi perencanaan teknis pemboran air tanah, sekaligus konstruksi sumur bor yang aka dibuat. c. Untuk memperoleh data dan informasi air tanah yang dapat dimanfaatkan pemerintah sebagai bahan penyusunan rencana pengembangan wilayah dari aspek hidrogeologi.
1.3.
Ruang Lingkup
a. Lokasi Lokasi pekerjaan berada di Wilayah Pembangunan III Kabupaten Jayapura, khususnya di Distrik Namblong dan Distrik Kemtuk. Setiap distrik dipilih satu kampung yang menjadi target atau direncanakan akan dibangun sumur bor untuk keperluan air bersih kampung. Distrik Namblong diwakili oleh Kampung Imestum dan Distrik Kemtuk diwakili oleh Kampung Kwamsu (Gambar 1.1)
Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura
Hal. I - 3
LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
Gambar 1.1. Lokasi pemetaan air bawah tanah. b. Waktu Pekerjaan pemetaan ini dilaksanakan sejak bulan September
hingga
November 2013 atau sekitar 80 hari. Pembagian waktu dan kegiatan serta pelaksana kegiatan selengkapnya seperti ditunjukan oleh Tabel 1.1. Tabel 1.1. Jadwal pelaksanaan pemetaan. URAIAN KEGIATAN
WAKTU
TEMPAT
Persiapan administrasi
10 - 14 September
Dinas Pertambangan Kab. Jayapura
Persiapan peralatan
16 - 19 September
Lab. Geoteknik Uncen
Pengumpulan data
21 - 30 September
Berbagai tempat
Penyelidikan Lapangan
1 - 20 Oktober
Wil. Pemb.3 Kab. Jayapura
a. Distrik Kemtuk
1 - 10 Oktober
Kampung Kwamsu
b. Distrik Namblong
11 - 20 Oktober
Kampung Imestum
Pengolahan Data
21 - 31 Oktober
a. Analisis Data
21 - 25 Oktober
b. Pembahasan
26 - 31 Oktober
Diskusi
1 - 5 November
Penyusunan laporan
6 - 16 November
a. Draft
6 - 12 November
b. Laporan akhir
13 - 16 November
Presentasi laporan akhir
18 - 24 November
Penjilidan dan Penggandaan
25 - 29 November
Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura
Lab. Geoteknik Uncen
PENANGGUNG JAWAB Bid. Airtanah Dinas Pertambangan & Energi
PuSSDAE Uncen
Din.Pertamb.Kab. Jayapura Lab. Geoteknik Uncen
Dinas Pertambangan Kab. Jayapura
Bid. Airtanah Din. Pertamb.
Hal. I - 4
LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
c. Substansi Pemetaan air bawah tanah dikerjakan dengan metode penyelidikan geolistrik menggunakan konfigurasi Schlumberger dan Wenner untuk memperoleh informasi
kedalaman dan kondisi akifer. Selanjutnya
hasil pengukuran diplot dalam peta topografi dengan skala sekurangkurangnya 1 : 25.000. Peta yang dihasilkan akan memuat informasi dan kondisi air tanah masing-masing distrik. Peta sebaiknya dilengkapi dengan penampang hidrogeologi yang diperoleh dari analisis dan penafsiran hasil pengukuran geolistrik.
1.4.
Metodologi
Pemetaan air bawah tanah di Distrik Namblong dan Kemtuk dilakukan dengan metode deduktif dan empiris, sehingga diperoleh informasi keterdapatan dan potensi air tanah secara kualitatif. Metode pemetaan bawah permukaan tanah dilakukan dengan melakukan pengukuran
geolistrik
untuk
memperoleh
gambaran
kondisi
bawah
permukaan, dan pengukuran sumur dangkal untuk menentukan batas muka air tanah akifer bebas, serta pengukuran kualitas air tanah yang muncul di permukaan tanah. Metode penyelidikan dilakukan dengan tahapan : A. Persiapan, berisi a. Pengumpulan data sekunder berupa peta topografi (skala 1 : 50.000), peta geologi (skala 1 : 250.000), peta hidrogeologi (skala 1 : 250.000), data hasil pemboran, data klimatologi, dan hasil penyelidikan terdahulu. b. Penentuan batas lokasi kegiatan penyelidikan di atas peta kerja. c. Pengurusan administrasi, terkait ijin penyelidikan dan perjalanan dinas. d. Penyiapan peralatan kerja, seperti peralatan geolistrik, GPS, kompas dan palu geologi, pHmeter, DOmeter, EH/ conductivitymeter, water level, kamera dan peralatan pendukung lainnya.
Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura
Hal. I - 5
LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
B. Kegiatan Lapangan, meliputi: a. Orientasi lapangan dan ijin survei kepada pemerintah kampung setempat. b. Pemutakhiran peta topografi dan hidrogeologi. c. Pengamatan titik pengukuran, seperti lokasi mata air, sumur gali, dan sumur bor. C. Evaluasi dan Analisis Data Evaluasi data primer dari pengukuran geolistrik dan data sekunder untuk memperoleh informasi potensi air tanah, meliputi batas cekungan dan sistem konfigurasi akifer, kuantitas air tanah, kualitas air tanah, zona imbuhan dan lepasan dan tingkat potensi air tanah. D. Penyusunan Laporan Laporan penyelidikan memuat berbagai hal yang melatarbelakangi penyelidikan potensi air tanah serta hasil analisis hidrogeologi dan klimatologi. Hasil penyelidikan dituangkan dalam lapora tertulis dilengkapi peta-peta tematik, diagram dan tabel untuk memperjelas isi laporan.
1.5.
Peralatan
Peralatan yang dipergunakan dalam penyelidikan ini terdiri dari seperangkat alat ukur tahanan jenis dan asesorisnya (Gambar 1.2). Uraian peralatan yang digunakan, seperti Tabel 1.2. Tabel 1.2. Peralatan survei a. Perangkat geolistrik merk Martiel Geophysics (1 unit) b. Kabel tipe HVSF 50 mm panjang 600 m (2 rol) c. Kabel tipe HVSF 50 mm panjang 100 m (2 rol) d. Elektroda stainless panjang 80 cm (4 batang) e. Multitester digital (2 unit)
Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura
f. g. h. i. j.
Kompas Geologi (1 unit) Kamera Digital (1 unit) GPS (1 unit) Palu (4 buah) Bateri kering (2 buah)
Hal. I - 6
LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
Gambar 1.2. Peralatan yang dipergunakan.
1.6.
Penyelidikan Terdahulu
Penyelidikan air tanah di Kabupaten Jayapura telah dilakukan oleh beberapa peneliti, antara lain : a. N. Suwarna dan Y. Noya (1995) menghasilkan Peta Geologi Lembar Jayapura (Peg. Cyclop) skala 1 : 250.000, diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (Sekarang Badan Geologi) – Bandung. b. M. Rum Budi Susilo (2004 dan 2006) menghasilkan Peta Potensi Cekungan Air Tanah di daerah Jayapura dan sekitarnya skala 1 : 250.000, diterbitkan oleh Pusat Lingkungan Geologi, Badan Geologi – Bandung. c. Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Jayapura (2010) menghasilkan Peta Cekungan Air Tanah Sentani dan Sekitarnya (tidak dipublikasikan).
Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura
Hal. I - 7
LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
BAB II KEADAAN UMUM 2.1. Administratif Kabupaten Jayapura berada di pesisir utara pulau Papua terletak diantara 129o 00’ 16” – 141o 01’ 47” Bujur Timur dan 2o 23; 10” – 9o 15’ 00” Lintang Selatan, dengan batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut : Utara
: Samudera Pasifik dan Kabupaten Sarmi
Selatan
: Kabupaten Peg. Bintang, Yahukimo dan Tolikara
Timur
: Kota Jayapura dan Kabupaten Keerom
Barat
: Kabupaten Sarmi
Luas wilayah kabupaten Jayapura adalah 17.516,60 km2 yang terdiri dari 19 distrik dan 139 kampung serta 5 keluarahan.
Gambar 2.1. Peta administratif Kabupaten Jayapura (Sumber : RTRW Kab. Jayapura, 2010). Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura
Hal. II - 1
LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
Lokasi pemetaan berada di Distrik Namblong dan Distrik Kemtuk. Secara administrasi kedua distrik ini berada di Wilayah Pembangunan III, dengan posisi administrasi Distrik Namblong berada di sebelah Selatan Distrik Kemtuk (Lihat Gambar 2.1). Distrik Kemtuk memiliki luas 258,30 km2 terdiri dari 12 kampung dengan ibukota distrik berada di Kampung Sama Tabel 2.1. Kampung di Distrik Kemtuk KAMPUNG
LUAS (km2)
Rasio (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kwansu 16,9 6,54 Nambon 72,42 28,04 Namei 72,42 28,04 Mamda 7,24 2,80 Madayawan 4,1 1,59 Sama 6,04 2,34 Soaib 14,48 5,61 Sabeab Kecil 21,73 8,41 Sekori 4,35 1,68 Skoaim 14,48 5,61 Aib 4,83 1,87 Bengguin Progo 19,3 7,47 JUMAH 258,29 Sumber : Profil Kabupaten Jayapura, 2012.
Distrik Namblong memiliki luas 193,70 km2 terdiri dari 9 kampung dengan ibukota berada di Kampung Karya Bumi. Tabel 2.2. Kampung di Distrik Namblong KAMPUNG 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sanggai Sarmai Atas Sarmai Bawah Yakasib Besum Karya Bumi Imestum Sumbe Hanggai Hamong JUMLAH
Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura
LUAS (km2) 13,09 20,94 20,94 7,85 15,71 31,41 10,47 62,82 10,47 193,7
Rasio (%) 6,76 10,81 10,81 4,05 8,11 16,22 5,41 32,43 5,41
Hal. II - 2
LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
2.2. Morfologi Keadaan topografi wilayah Kabupaten Jayapura umumnya bergelombang, berbukit dan lereng yang relatif terjal dengan kemiringan 5% - 30% serta mempunyai ketinggian aktual antara 1 – 1500 m dpl. Di pesisir pantai utara umumnya berupa dataran rendah yang bergelombang dengan kemiringan 0% - 10% yang ditutupi dengan endapan alluvial. Secara fisik, selain daratan juga terdiri dari rawa (± 13,70 km2). Sebagian besar wilayah Kabupaten Jayapura, yaitu 72,09 % (13.153,2 km2) berada pada kemiringan di atas 40%, sedangkan kemiringan 0 - 15% seluas 4.158,4 km2 atau 23,74% dari jumlah keseluruhan luas wilayah Kabupaten Jayapura. Tabel 2.3. Pembagian kelas kemiringan lereng di lokasi pemetaan. KELAS KEMIRINGAN TOPOGRAFI DISTRIK Datar Bergelombang Curam 0% 2% 2-8% 8-15% 16-25% 26-40% Kemtuk 0,06 66,68 Namblong 7,99 26,87 JUMLAH 0,06 8,01 93,55 0,00 0,00 0,00 Sumber : Profil Kabupaten Jayapura, 2012.
Sangat Curam 41-65% >65% 100,67 21,88 35,9 41,14 136,57 63,02
Tabel 2.4. Pembagian kelas ketinggian tempat di lokasi pemetaan. KELAS KETINGGIAN TOPOGRAFI <100 100-500 500-1000 1000-2000 Kemtuk 103,95 82,56 Namblong 37,64 67,24 7,02 JUMLAH 141,59 149,80 7,02 0,00 Sumber : Profil Kabupaten Jayapura, 2012. DISTRIK
2.3. Geologi Batuan penyusun daerah pemetaan menurut Suwarna dan Noya (19595) tersusun oleh Grewak dari Formasi Makats, batupasir dan batulempung dari Formasi Aurima, Grewak berselang-seling dengan batulempung dari
Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura
Hal. II - 3
LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
Formasi Unk, serta endapan aluvial. Sebaran batuan penyusun seperti ditunjukan oleh Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Peta geologi daerah Namblong dan sekitarnya (Suwarna dan Noya, 1995) Menurut Suwarna dan Noya (1995), batuan penyusun lokasi pemetaan terdiri dari : a. Endapan Aluvia (Qa) Endapan ini terdiri dari kerakal, kerikil, pasir dan lanau yang berasal atau membentuk lingkungan rawa dan sungai, berumur Kuarter. b. Grawek berselang batulempung dan napal dari Formasi Unk (Qtu) Batuan ini umumnya berlapis, miring relatif ke selatan, mengandung lignit tipis, berumur Pliosen Akhir – Plistosen. c. Batupasir dan batulempung dari Formasi Aurimi (Tmpa) Batuan ini tersortasi baik, mengandung urat kalsit, berlapis dan berumur Miosen Akhir – Pliosen. d. Grawek dari Formasi Makats (Tmpb) Batuan ini dijumpai berlapis sejajar, silang siur, bersifat gampingan dan sering berselang dengan batulempung, batulanau , berumur Miosen Tengah – Miosen Akhir. Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura
Hal. II - 4
LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
2.4. Hidrogeologi Kondisi hidrogeologi daerah pemetaan dijelaskan berdasarkan sebaran lateral akifer yang dibatasi oleh singkapan batuan yang kedap air (impermeabel), yaitu grawek dari Formasi Unk, batuan yang semi impermeabel, yaitu batulempung dari Formasi Aurimi dan Makats. Air tanah dangkal akan terakumulasi pada batuan yang porous Kuarter yaitu endapan aluvial. Menurut Susilo (2006) batas atas endapan aluvial berada 1,5 m dari permukaan tanah, sedangkan pada batuan yang impermeabel dan semi impermeabel batas bawah akifer berada antara 70 – 300 m dari permukaan tanah. Sistem aliran pada akifer secara umum merupakan akifer dengan aliran air tanah melalui ruang antar butir. Arah aliran relatif ke utara sesuai dengan arah aliran air sungai yang ada di daerah pemetaan. Tabel 2.5. Hidrogeologi Daerah Pemetaan FORMASI BATUAN Qa Qtu Tmpa Tmpb
LITOLOGI Endapan aluvium; kerakal, kerikil, pasir, lanau. Grewak berseling batulanau dan batulempung Batupasir dan batulempung bersisipan batugamping Grewak gampingan berselingan batulanau dan batulempung
SATUAN HIDROGEOLOGI Akifer Kuarter Impermeabel Kuarter Semi Impermeabel Tersier Semi Akifer Tersier
Sumber : Susilo (2006)
2.5. Iklim Kondisi iklim di Kabupaten Jayapura tergolong dalam iklim basah dengan curah hujan yang cukup tinggi. Letak astronomi Jayapura berada di wilayah katulistiwa menyebabkan daerah ini dipengaruhi oleh angin muson tenggara yang bertiup secara bergantian 6 bulan sekali, yaitu antara bulan Mei hingga November berasal dari Australian, dan pada bulan Desember hingga April angin bertiup dari dataran Asia.
Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura
Hal. II - 5
LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
Sesuai dengan keadaan iklim tersebut maka di daerah pemetaan ditentukan berdasarkan curah hujan, suhu dan kelembaban udara yang diukur oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun Genyem tahun 2012. a. Suhu Udara Suhu udara rata-rata maksimal sebesar 31,94oC terjadi pada bulan November dan rata-rata suhu minimal adalah 23,42oC terjadi pada bulan Juli. Fluktuasi suhu terjadi secara tidak nyata atau tidak menentu sepanjang tahun (Tabel 2.6) Tabel 2.6. Rata-rata suhu udara di stasiun Genyem BULAN Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember RATA-RATA
RATA-RATA SUHU Minimum Maksimum 23,32 32,04 23,58 30,75 23,63 30,81 23,82 32,42 23,47 32,16 23,16 31,45 23,06 31,12 23,27 32,21 23,35 32,76 23,43 33,1 23,78 33,2 23,13 31,2 23,42 31,94
Sumber : Kab. Jayapura Dalam Angka (2012)
b. Curah Hujan Hujan terjadi sepanjang tahun dengan intensitas yang relatif tinggi. Curah hujan di wilayah Genyem dan sekitarnya cukup tinggi dengan total 3203 mm per tahun. Curah hujan maksimal adalah 632 mm pada bulan Maret dan minimum 117 mm terjadi pada bulan Juni. Curah hujan rata-rata 266,9 mm per bulan (Tabel 2.7.).
Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura
Hal. II - 6
LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
Tabel 2.7. Curah hujan dan hari hujan terukur di stasiun Genyem. BULAN Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember JUMLAH
KOMPONEN IKLIM Hari Curah Hujan Hujan 187 21 487 24 632 26 184 19 224 20 117 17 179 24 224 21 201 19 150 21 184 15 434 27 3203 254
Sumber : Kab. Jayapura Dalam Angka (2012)
2.6. Aliran Air Permukaan (Hidrologi) Kondisi hidrologi di Kabupaten Jayapura tergambar pada keterdapatan rawa-rawa, danau hingga sungai besar dan kecil. Luas rawa yang ada di Kabupaten Jayapura adalah: - Distrik Kaureh seluas ± 7.500 Ha - Distrik Nimboran ± 625 Ha Danau yang terbesar adalah Danau Sentani dengan luas 9.360 Ha dan beberapa danau kecil yang belum bernama. Sungai yang mengalir di daerah pemetaan antara lain sungai Pale dan sungaai Tenak. Sungai Pale melewati beberapa kampung antara lain Sama, Mamda, Soaib, dan sabeyab dan bercabang di sungai Grime.
Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura
Hal. II - 7
LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
2.7. Tata Guna Lahan Lahan di daerah pemetaan sebagian besar berupa hutan dan lahan pertanian, hanya sedikit yang dimanfaatkan sebagai lahan pemukiman dan peruntukan lainnya. Tutupan lahan yang berupa hutan terdapat di sepanjang pegunungan Nimboran dan lahan pertanian terdapat di bagian yang relatif datar hingga agak miring. Lahan pertania menempati daerah dengan tanah berjenis organosol atau aluvium dan meditran. Sedangkan kawasan hutan ditempati oleh tanah dari jenis Podsolik. Jenis tanah meditran yang terdapat di distrik Namblong cenderung peka terhadap erosi.
2.8. Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Jayapura tahun 2011 tercatat sebanyak 145.503 jiwa terdiri dari 77.670 laki-laki dan 67.833 perempuan, dengan jumlah
Kepala
Keluarga
mencapai
40.837.
Sebaran
penduduk
terkonsentrasi pada pusat pemerintahan (kabupaten dan distrik) dan pusat perekonomian dan perdagangan, seperti Distrik Sentani, Sentani Timur dan Waibu. Keadaan penduduk di daerah pemetaan seperti ditunjukan oleh Tabel 2.8. Tabel 2.8. Keadaan komponen penduduk daerah pemetaan. DISTRIK Kemtu Namblong JUMLAH
LUAS WILAYAH 258,25 193,69 451,94
JUMLAH KAMPUNG 12 9 21
KOMPONEN PENDUDUK Kep. Kel. Laki-laki Perempuan 830 1831 1746 792 1996 1861 1622 3827 3607
JUMLAH 3577 3857 7434
Sumber : Kab. Jayapura Dalam Angka (2012)
Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura
Hal. II - 8
LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
BAB III HASIL PEMETAAN AIR BAWAH TANAH
3.1. Penyelidikan Geolistrik a. Tinjauan teori geolistrik Metode geolistrik atau metode tahanan jenis (resistivity method) adalah salah satu metode geofisika yang digunakan untuk pendugaan keadaan bawah permukaan, serta untuk mengetahui jenis bahan penyusun (tanah/batuan) berdasarkan sifat-sifat kelistrikannya. Dalam operasionalnya digunakan untuk mengetahui hubungan antara besaran terukur (beda potensial dan kuat arus) dengan parameter-parameter yang mendefinisikan stratifikasi tahanan jenis di bawah permukaan. Dari penyelidikan ini dapat diduga perubahan tahanan jenis batuan terhadap kedalaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya hantar arus listrik pada batuan adalah kandungan mineral logam, kandungan mineral bukan logam, kandungan elektrolit padat, kandungan air, perbedaan tekstur, perbedaan porositas, perbedaan permeabilitas dan perbedaan temperatur. Operasional penyelidikan geolistrik yaitu dengan mengalirkan arus listrik searah ke dalam bumi dan mencatat tegangan yang ditimbulkan oleh aliran tersebut, kemudian dihitung tahanan jenis semu dan tahanan jenis sebenarnya (setelah dikoreksi) dari batuan-batuan di bawah permukaan.
Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura
Hal. III - 1
LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
Tabel 3.1. Tahanan jenis beberapa material bumi (earth materials). Material bumi
Tahanan Jenis Rata-rata atau Rentang
Batuan Kristalin 2 6 Granit 10 – 10 4 5 Diorit 10 – 10 3 6 Gabro 10 – 10 2 4 Andesit 10 – 10 7 Basalt 10 – 10 2 3 Peridotit 10 – 10 4 Sekis 10 – 10 Gneis 104 – 106 2 7 Sabak 10 – 10 2 8 Marmer 10 – 10 8 Kuarsit 10 - 10 Batuan Sedimen 3 Serpih 10 – 10 8 Batupasir 1 – 10 7 Batugamping 50 – 10 2 Dolomit 10 - 104 Sedimen Tidak Terkonsolidasi 3 Pasir 1 – 10 2 Lempung 1 – 10 2 Lanau 1 - 10 Air Tanah Air tawar 0,1 – 103 Air rawa 0,3 – 1 Air asin 0,2 Air sangat asin 0,05 – 0,2 (Sumber : Modifikasi dari Robinson dan Coruh, 1988)
b. Metode Geolistrik Aturan Sclumberger Konfigurasi Schlumberger adalah salah satu metode prospeksi tahanan jenis batuan yang menempatkan 4 elektroda pada jarak tertentu, lihat Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Konfigurasi Schlumberger.
Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura
Hal. III - 2
LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
Pada konfigurasi ini penentukan tahanan jenis semu tanah atau batuan menggunakan rumus : ( ) (
.... (3.1) ) .... (3.2)
Keterangan : ρa = tahanan jenis semu k = Faktor geometri V = Beda potensial terbaca (mV) I = Arus listrik terpakai (mA) a = Jarak elektroda potensial b = Setengah jarak elektroda arus Persyaratan yang harus dipenuhi untuk konfigurasi Schlumberger adalah 1/2MN atau b harus lebih besar daripada ½ AB atau a. Proses pengolahan data dilakukan dengan penyamaan lengkungan (curve matching), yaitu menggunakan lengkung baku dan lengkung bantu tipe H, A, K dan Q, lihat Gambar 3.2.
Gambar 3.2. Kurve bantu Schlumberger.
Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura
Hal. III - 3
LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
c. Metode Geolistrik Aturan Wenner Aturan Wenner mengatur elektroda-elektroda pada jarak yang sama dalam satu garis lurus, lihat Gambar 3.3.
Gambar 3.3. Susunan elektroda aturan Wenner
Besarnya faktor geometri aturan Wenner adalah: ….. (3.3) Sesungguhnya lapisan di bawah permukaan bumi tidak homogen, maka yang terukur berupa tahanan jenis semu yaitu: ….. (3.4) Tahanan jenis sebenarnya (true resistivity) diperoleh dari koreksi dan tergantung kepada ketebalan lapisan dan nilai tahanan jenis semu lapisan di atasnya. Penyelidikan geolistrik mencatat nilai pengukuran jarak setiap susunan elektroda (a, dalam meter), beda potensial (V, dalam miliVolt) dan kuat arus (I, dalam miliAmpere). Hasil pengukuran ini selanjutnya digunakan untuk menghitung tahanan jenis semu (Rumus 3.2), kemudian diproses melalui 3 cara, yaitu kurva matching, kumulatif Moore dan Nilai Barnes. Kurva matching adalah cara membandingkan kurva nilai tahanan jenis semu dengan spasi (jarak antara elektroda) dari kurva lapangan dengan kurva baku model lokal untuk 2 lapisan, sedangkan untuk lebih dari 2 lapisan digunakan kurva bantu. Kumulatif moore menggambarkan hubungan antara Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura
Hal. III - 4
LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
kedalaman relatif dengan spasi. Pengaruh material terhadap kedalaman yang berbeda-beda akan ditunjukan oleh perbedaan nilai tahanan jenis semunya. Nilai barnes merupakan rata-rata tahanan jenis semu pada lapisan mulai dari permukaan tanah sampai kedalaman tertentu yang sebanding dengan jarak spasi antar elektroda. Nilai barnes menggambarkan lapisanlapisan tipis. Metode pengukuran dan analisis aturan Wenner secara diagram, seperti ditunjukkan oleh Gambar 3.4
Gambar 3.4. Metodologi penyelidikan geolistrik aturan Wenner.
Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura
Hal. III - 5
LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
d. Hasil pengukuran geolistrik Pengukuran geolistrik di Distrik Namblong dilakukan kampung Imestum sebanyak 2 titik dan Distrik Kemtuk sebanyak 3 titik pengukuran, lihat Gambar 3.5 dan 3.6. Koordinat masing-masing titik seperti Tabel 3.2.
Gambar 3.5. Lokasi pengukuran kampung Imestum Distrik Namblong
Gambar 3.6. Lokasi pengukuran Kampung Kwansu Distrik Kemtuk.
Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura
Hal. III - 6
LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
Tabel 3.2. Koordinat Titik Pengukuran No Titik IM-1 IM-2 KW-1 KW-2 KW-3
Lokasi Sumur I sebelah barat kampung Imestum Sumur II sebelah timur kampung Imenstum Sumur Pompa Dragon Kampung Kwansu Sebelah utara kampung Kwansu Tepi pertigaan jalan Genyem dan Sarmi Kamp. Kwansu.
Lintang (S)
Bujur (T)
o
140 12’ 27,6”
o
140 12’ 38,2”
o
140 15’ 05,4”
o
140 15’ 16,3”
o
140 15’ 18,6”
2 36’ 23,7” 2 36’ 21,8” 2 35’ 08,1” 2 35’ 02,2” 2 35’ 08,6”
Ketinggian
o
110 m dpal
o
74 m dpal
o
72 m dpal
o
121 m dpa
o
118 m dpal
Gambar 3.7. Pengukuran di Kampung Imestum (IM-1)
Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura
Hal. III - 7
LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
Gambar 3.8. Pengukuran pH, DO-meter dan Konduktivity air sumur di Kampung Imestum.
Gambar 3.9. Pengukuran di Kampung Imestum (IM-2)
Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura
Hal. III - 8
LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
Gambar 3.10. Pengukuran di Kampung Kwansu (KW-1)
Gambar 3.11 . Pengukuran di Kampung Kwansu (KW-2).
Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura
Hal. III - 9
LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
asil pengukuran berupa tabel data pengukuran (Lampiran A) dan hasil pengolahan berupa grafik (Lampiran B). Rangkuman hasil pengukuran geolistrik dari cara kurva matching dari kelima lokasi pengukuran ditunjukan oleh Tabel 3.3. Tabel 3.3. Rangkuman hasil pengukuran geolistrik. No Titik IM-1
Kode Lapisan P1 P2 P3 P4 P5 P6
Nilai Tahanan Jenis (ohm.m) 4.500 1.350 875 400 1050 20.000
Kedalaman Lapisan (m) 0,9 3,5 12 15 30 100
Ketebalan Lapisan (m) 0,9 2,6 8,5 3 25 70
IM-2
P1 P2 P3 P4 P5
200 250 700 4.000 42.000
0,9 3,3 16 33 160
0,9 2,4 12,7 17 127
KW-1
P1 P2 P3 P4 P5
3.000 6.000 47.500 75.000 800.000
0,8 6 40 45 150
0,8 5,2 34 5 105
KW-2
P1 P2 P3 P4 P5
40 800 900 2.800 2.000
0,9 3,1 3,8 15 21
0,9 2,2 0,7 11,2 6
KW-3
P1 P2 P3 P4 P5
80 52 60 195 700
0,6 5,8 12 18 50
0,6 5,2 6,2 6 32
Berdasarkan Tabel 3.1. maka hasil pengukuran dapat dibedakan menjadi 4 kelompok, yaitu (lihat Tabel 3.4). Tabel 3.4. Penggolongan hasil pengukuran geolistrik di Distrik Namblong dan Kemtuk. Nilai Tahanan Jenis (ohm.m) < 100 100 – 1.000 1.000 – 10.000
Sifat Air Tanah Air Rawa
Material Lanau – Lempung
Permeabel (akiklud)
Pasir – Serpih - Batupasir
Impermeabel (akifer)
Batugamping - Dolomit
Semi impermeabel (akitard)
Air Tawar
>10.000
Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura
Sifat Akifer
Hal. III - 10
LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
Dari Tabel 3.4. dapat diketahui formasi batuan yang berperan sebagai akifer atau lapisan pembawa air. Sehingga berdasarkan stratifikasi masing-masing lokasi dapat ditentukan kedalaman dan potensi akifernya.
3.4. Penafsiran Stratifikasi Berdasarkan Tabel 3.3 dan Tabel 3.4 maka dapat diduga (tafsir) jenis tanah atau batuan yang berada di bawah permukaan tanah dan dugaan kondisi hidrogeologi. Hasil penafsiran seperti Tabel 3.4. Tabel 3.4. Penafsiran jenis tanah dan hidrogeologi No Titik IM-1
IM-2
KW-1
KW-2
KW-3
P1 P2 P3 P4 P5 P6
Nilai Tahanan Jenis (ohm.m) 4.500 1.350 875 400 1050 20.000
Kedalaman Lapisan (m) 0 – 0,9 0,9 – 3,5 3,5 – 12 12 – 15 15 – 30 30 - 100
P1 P2 P3 P4 P5
200 250 700 4.000 42.000
P1 P2 P3 P4 P5
Kode Lapisan
Dugaan Jenis tanah/batuan Top soil (Serpih) Pasir (lepas)
Dugaan hidrogeologi
Akifer Dangkal (rawa)
Serpih - Batupasir Batupasir Batugamping
Akifer Dalam (tawar)
0 – 0,9 0,9 – 3,3 3,3 – 16 16 – 33 33 - 160
Top soil (Serpih) Serpih
Akifer Dangkal (rawa)
Batupasir Batugamping
Akifer Dalam (tawar)
3.000 6.000 47.500 75.000 800.000
0 - 0,8 0,8 - 6 6 – 40 40 – 45 45 - 150
Top soil (Pasir) Pasir - Batupasir
Akifer Dangkal (tawar)
P1 P2 P3 P4 P5
40 800 900 2.800 2.000
0 – 0,9 0,9 – 3,1 3,1 – 3,8 3,8 – 15 15 - 21
Top soil (serpih) Serpih
P1 P2 P3 P4 P5
80 52 60 195 700
0 – 0,6 0,6 – 5,8 5,8 – 12 12 – 18 18 - 50
Top Soil (serpih) Serpih
Akifer Dalam (tawar) Batugamping Akitard Akifer Dangkal (rawa) Akifer dangkal (tawar)
Batupasir Akiklud (non akifer)
Akifer Dangkal (rawa) Pasir
Lapisan yang mengandung atau menyimpan dan mengalirkan air dalam keadaan baik adalah material pasir atau batupasir dengan nilai tahanan jenis antara 10 – 10.000 ohm.meter. Material ini dapat dalam kondisi lepas-lepas, Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura
Hal. III - 11
LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
atau terkonsolidasi maupun berongga-rongga. Air akan mengisi pori-pori batuan dan mengalir dari tempat yang tinggi menuju rendah. Air dalam lapisan dapat bersifat tawar (pH = 7.0). Lapisan akifer ini yang menjadi target pemboran air tanah. Urutan vertikal lapisan tahanan jenis dan dugaan jenis tanah/batuan atau stratifikasi hidrogeologi dapat disusun dengan mempertimbangkan kondisi geologi. Lapisan akifer potensial di Kampung Imestum berada di kedalaman antara 15 – 35 meter
dari permukaan, sedangkan di Kampung Kwansu
lokasi potensial berada di sekitar titik KW-1 berada di kedalaman 40 – 45 meter dari permukaan tanah.
Akifer bagian atas berkaitan dengan akifer
bebas yang memiliki kedalaman antara 5 – 15 meter lebih banyak dipengaruhi oleh rawa, sedangkan akifer dalam yang kurang produktif (akutard) berada di kedalaman lebih 60 meter berupa batugamping yang masif maupun porous.
3.2. Penampang Akifer Air Tanah Setelah nilai tahanan jenis dan kedalaman masing-masing lapisan diketahui, serta ditafsirkan material penyusunnya, kemudian dibuat stratifikasi tahanan jenis dan ditafsirkan kondisi akifernya. Hasil stratifikasi selanjutnya dikorelasikan untuk memperoleh gambaran arah, kemiringan dan ketebalan lapisan. Untuk memperoleh gambaran selengkapnya, maka penampang disusun menurut distrik, sebagai berikut : a. Distrik Namblong Kampung Imestum secara topografi merupakan daerah yang relatif datar dan dikelilingi oleh rawa. Di bagian selatan mengalir sungai Nembu ke arah selatan. Ketinggian tempat sekitar 100 meter dari permukaan laut. Survei menemukan ada 2 sumur yang digunakan oleh penduduk untuk keperluan sehari-hari. Air sumur berasal dari rembesan air permukaan Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura
Hal. III - 12
LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
yang mengalir mengisi rawa. Tetapi oleh masyarakat air tersebut ditampang dalam bak yang disebut sumur. Berdasarkan hasil pengukuran geolistrik, air permukaan yang dipengaruhi rawa berada hingga kedalaman 5 meter dari permukaan tanah. Akifer bebas ini sangat tergantung pada air hujan dan kurang baik kualitasnya, karena banyak dipengaruhi oleh pencemar dari luar sumur. Dari 2 titik pengukuran (IM-1 dan IM-2) dapat diketahui aliran air tanah mengalir dari arah barat ke timur. Lapisan akifer yang potensial terdapat di kedalaman 15 – 35 meter, yang ditempati oleh pasir atau batupasir dengan nilai tahanan jenis 1.000 – 10.000 ohm.m. Lapisan akifer ini yang menjadi target pemboran sumur. Pada lokasi Kampung Imestum, pemboran air dapat dibuat pada lokasi dekat sumur sebelah timur atau IM-2. Jika diasumsikan ketinggian tempat 100 m dpal maka kedalaman yang direkomendasikan antara 50 – 60 meter. Hal ini dipilih dengan mempertimbangkan ketebalan lapisan akifer yang potensial serta kondisi hidraulika aliran air tanah (Gambar 3.12) b. Distrik Kemtuk Kampung Kwansu Distrik Kemtu secara topografi merupakan daerah dataran
tinggi
yang tersusun oleh batugamping
masif
maupun
batugamping tela (klastik). Di bagian barat mengalir sungai Nembu ke arah selatan. Ketinggian tempat sekitar 120 meter dari permukaan laut. Survei menemukan ada 1 sumur pompa tangan (dragon) yang sudah rusak sehingga tidak digunakan oleh penduduk. Menurut masyarakat, sumur tersebut sudah kering dan pompa tidak dapat berfungsi. Posisi sumur berada di lembah antar perbukitan batugamping dengan vegetasi yang cukup lebat. Air sumur pompa dragon berasal dari air permukaan yang mengalir mengisi lembah.
Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura
Hal. III - 13
LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
Kedalaman (m)
IM-1
IM-2
(+110 mdpl) Barat
0 10
Timur (+74 mdpl)
300 m
20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190
Gambar 3.12. Penampang akifer air tanah Kampung Imestum. Berdasarkan hasil pengukuran geolistrik, di KW-2 dan KW-3 dinilai kurang potensial air tanahnya. Airtanah yang diprediksi berada pada kedalaman yang sangat dalam dan batuannya berupa batugamping yang sifatnya masif atau porous. Batuan ini memiliki sistem aliran air tanah berupa rongga atau rekahan. Arah dan kedalaman sistem aliran
ini sulit diprediksi dengan
geolistrik metode Schlumberger maupun Wenner. Air permukaan pada KW-1 diperkirakan berada pada kedalaman 10 – 40 m dari permukaan tanah. Akifer bebas ini sangat tergantung pada air hujan dan kurang baik kualitasnya. Dari titik pengukuran (KW-1 dan KW-2) dapat diketahui aliran air tanah mengalir dari arah utara ke selatan. Lapisan akifer yang potensial terdapat di kedalaman 40 – 60 meter, yang ditempati oleh pasir atau
Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura
Hal. III - 14
LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
batupasir dengan nilai tahanan jenis 1.000 – 10.000 ohm.m. Lapisan akifer ini yang menjadi target pemboran sumur. Pada lokasi Kampung Kwansu, pemboran air dapat dibuat pada lokasi dekat sumur pompa dragon, di sebelah selatan Kampung Kwansu atau KW-1. Jika diasumsikan ketinggian tempat 100 m dpal maka kedalaman yang direkomendasikan antara 70 – 80 meter. Hal ini dipilih dengan mempertimbangkan ketebalan lapisan akifer yang potensial serta kondisi hidraulika aliran air tanah (Gambar 3.13)
(+72 mdpl)
KW-2 Selatan
Utara (+121 mdpl)
Kedalam an (m)
KW-1
0
400 m
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170
Gambar 3.13. Penampang akifer air tanah Kampung Kwansu.
Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura
Hal. III - 15
LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penyelidikan ini adalah sebagai berikut : a. Penyelidikan geolistrik dapat dipergunakan untuk pemetaan air bawah tanah, sebab dapat memberi gambaran keterdapatan dan potensi lapisan pembawa air tanah (akifer). b. Dari 5 pengukuran yang tersebar di Kampung Imestum
Distrik
Namblong dn Kampung Kwansu Distrik Kemtuk, diketahui bahwa tidak semua titik memiliki potensi air tanah. Pada kampung Imestum relatif potensial air tanah, sedangkan di Kampung Kwansu, hanya pada lokasi KW-1 yang diduga memiliki potensi air tanah yang relatif baik. c. Lapisan akifer potensial di Kampung Imestum berada di kedalaman antara 15 – 35 meter
dari permukaan, sedangkan di Kampung
Kwansu lokasi potensial berada di sekitar titik KW-1 berada di kedalaman 40 – 45 meter dari permukaan tanah. d. Akifer bagian atas berkaitan dengan akifer bebas yang memiliki kedalaman antara 5 – 15 meter lebih banyak dipengaruhi oleh rawa, sedangkan akifer dalam yang kurang produktif (akutard) berada di kedalaman lebih 60 meter berupa batugamping yang masif maupun porous.
4.2. Saran Saran yang dapat disampaikan, antara lain : a. Hasil penyelidikan ini merupaka pendugaan sehingga perlu kajian lebih lanjut dan dikombinasikan dengan pemetaan permukaan, supaya diperoleh hasil yang valid.
Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura
Hal. IV - 1
LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
b. Pemboran yang akan dilakukan perlu memperhatikan laporan ini. Apabila terjadi perbedaan hasil antara pemboran dengan laporan ini, maka hasil pengukuran geolistrik ini perlu di koreksi kembali.
4.3. Rekomendasi a. Pada Kampung Imestum, pemboran air dapat dibuat pada lokasi dekat sumur sebelah timur atau IM-2. Jika diasumsikan ketinggian tempat 100 m dpal maka kedalaman yang direkomendasikan antara 50 – 60 meter. b. Pada lokasi Kampung Kwansu, pemboran air dapat dibuat pada lokasi dekat sumur pompa dragon, di sebelah selatan Kampung Kwansu atau KW-1. Jika diasumsikan ketinggian tempat 100 m dpal maka kedalaman yang direkomendasikan antara 70 – 80 met
Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura
Hal. IV - 2
LAPORAN AKHIR PEMETAAN AIR BAWAH TANAH DI DISTRIK NAMBLONG DAN KEMTUK TAHUN 2013
DAFTAR ACUAN
Danaryanto, H., Djaendi, Hadipurwo, S., Tirtomiharjo, H., Setiadi, H., Wirakusumah, A.D., Siagian, Y.O.P., 2005, Air Tanah di Indonesia dan Pengelolaannya, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta. Robinson, E.S, dan Coruh, C., 1988, Basic Exploration Geophusics, John Wiley & Sons, Singapore. Rum Budi Susilo, M., 2006, PENYELIDIKAN POTENSI CEKUNGAN AIR TANAH DI DAERAH JAYAPURA DAN SEKITARNYA PROVINSI PAPUA, Pusat Lingkungan Geologi, Badan Geologi, Bandung. Suwarna, N dan Noya, Y., 1995, GEOLOGI LEMBAR JAYAPURA (PEG. CYCLOPS), IRIAN JAYA, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Bidang Air Bawah Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Jayapura