DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015
DEFORESTASI INDONESIA TAHUN 2013 - 2014
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr.wb. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia-Nya penyusunan buku Deforestasi Indonesia Tahun 2013 -2014 dapat terselesaikan dengan baik. Penghitungan angka deforestasi Indonesia yang telah dilakukan secara periodik sejak tahun 1990 menunjukkan bahwa penerbitan buku ini merupakan salah satu upaya konsisten Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan c.q. Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan dalam rangka mendukung terselenggaranya Sistem Informasi Sumberdaya Hutan Nasional yang berkualitas. Buku ini menyajikan Luas dan Angka Deforestasi Rerata Tahunan baik Deforestasi Bruto maupun Deforestasi Netto pada Kawasan Hutan dan Areal Penggunaan Lain berdasarkan data penafsiran Citra Landsat LDCM (The Landsat Data Continuity Mission) 8 OLI liputan tahun 2013 dan 2014 untuk seluruh wilayah Indonesia. Perhitungan Deforestasi Netto bertujuan untuk memberikan informasi perubahan/pengurangan luas tutupan lahan hutan/berhutan pada periode tertentu dengan mempertimbangkan hasil penghitungan deforestasi disajikan dalam bentuk tabel, diagram, serta peta faktor reforestasi yang terjadi. Untuk mempermudah penyerapan informasi, data, dan untuk seluruh wilayah Indonesia. Pada periode tahun 2013-2014 ini, terlihat adanya tren penurunan angka deforestasi dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini diharapkan menjadi salah satu indikasi awal keberhasilan pelaksanaan tata kelola kehutanan yang senantiasa diperbaiki dari waktu ke waktu. Seiring dengan optimisme penggabungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, semoga keselarasan antara pengelolaan sumber daya alam dapat terus berorientasi pada kelestarian lingkungan sehingga laju kerusakan hutan dan perubahan tutupan hutan di luar yang telah direncanakan dapat diminimalisir. Akhir kata segala masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan buku ini. Semoga data dan informasi pada buku ini dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam pembangunan kehutanan. Wassalamu’alaikum wr.wb. Jakarta, November 2015 Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
Ruandha Agung Sugardiman NIP. 19620301 198801 1 001
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... DAFTAR TABEL .................................................................................................................................. DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................................................
Hal i ii iii v vi
BAB I
PENDAHULUAN ......................................................................................................... A. Latar Belakang ................................................................................................ B. Tujuan ................................................................................................................. C. Sasaran................................................................................................................ D. Ruang Lingkup ................................................................................................ E. Batasan Istilah .................................................................................................
1 1 3 3 4 4
BAB II
METODOLOGI ............................................................................................................. A. Sumber Data ..................................................................................................... B. Analisa dan Penyajian Data .......................................................................
5 5 5
BAB III
HASIL PENGHITUNGAN DEFORESTASI INDONESIA .............................. A. Deforestasi Indonesia .................................................................................. B. Deforestasi di Dalam Kawasan Hutan Konservasi (KSA-KPA) C. Deforestasi di Dalam Kawasan Hutan Lindung (HL) .................... D. Deforestasi di Dalam Kawasan Hutan Produksi ............................ 1. Hutan Produksi Tetap (HP) ........................................................ 2. Hutan Produksi Terbatas (HPT) .............................................. 3. Hutan Produksi yang dapat di-Konversi (HPK) ................ E. Deforestasi di Dalam Areal Penggunaan Lain (APL) ..................... F. Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tutupan Hutan ........... G. Perkembangan Perubahan Tutupan Hutan Indonesia ................
8 8 17 19 22 22 24 26 28 30 41
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ................................................................ A. Kesimpulan ...................................................................................................... B. Saran dan Rekomendasi ............................................................................
46 46 48
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... LAMPIRAN
49
ii
DAFTAR TABEL TABEL Tabel III.1
Hal Angka Deforestasi Indonesia (Ribu Ha/Th) Tahun 2013 - 2014 ..................................................................................
14
Angka Deforestasi pada 7 (Tujuh) Kelompok Pulau/ Kepulauan Besar (Ribu Ha/Th) Tahun 2013 - 2014 ...............
15
Angka Deforestasi per Fungsi Kawasan (Ribu Ha/Th) Tahun 2013-2014 ....................................................................................
16
Angka Deforestasi di dalam Kawasan Hutan Konservasi per Provinsi (Ha/Th) Tahun 2013 - 2014 ....................................
18
Angka Deforestasi di dalam Kawasan Hutan Lindung per Provinsi (Ha/Th) Tahun 2013 - 2014 ....................................
21
Angka Deforestasi di dalam Kawasan Hutan Produksi Tetap per Provinsi (Ha/Th) Periode 2013 - 2014 ....................
23
Angka Deforestasi di dalam Kawasan Hutan Produksi Terbatas per Provinsi (Ha/Th) Tahun 2013 - 2014 ................
25
Angka Deforestasi di dalam Kawasan Hutan Produksi yang dapat di-Konversi per Provinsi (Ha/Th) Tahun 2013 - 2014 ...................................................................................
27
Angka Deforestasi di luar Kawasan Hutan (Areal Penggunaan Lain) per Provinsi (Ha/Th) Tahun 2013 - 2014 ..................................................................................
29
Tabel III. 10 Rekapitulasi Luas Areal Deforestasi Bruto pada Areal Perubahan Fungsi Kawasan Hutan .....................................
31
Tabel III. 11 Rekapitulasi Luas Areal Reforestasi pada Areal Perubahan Fungsi Kawasan Hutan .....................................
31
Tabel III. 12 Rekapitulasi Luas Areal Deforestasi Bruto pada Areal Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan ..........................
32
Tabel III. 13 Rekapitulasi Luas Areal Reforestasi pada Areal Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan ..........................
33
Tabel III. 14 Rekapitulasi Luas Areal Deforestasi Bruto di Dalam dan di Luar Areal Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan ..............................................................
35
Tabel III.2
Tabel III.3
Tabel III.4
Tabel III.5
Tabel III.6
Tabel III.7
Tabel III.8
Tabel III.9
iii
TABEL
Hal
Tabel III. 15 Rekapitulasi Luas Areal Reforestasi di Dalam dan di Luar Areal Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan ...........
37
Tabel III.16. Sebaran Titik Panas untuk setiap Provinsi Tahun 2014 .......
38
Tabel III.17. Luas Reforestasi di Dalam dan di Luar Areal Rehabilitasi Hutan dan Lahan ......................................................................................
40
Tabel III.18. Pengaruh Pemukiman terhadap Deforestasi Bruto dan Reforestasi ..................................................................................................
41
Tabel III.19
Lima Provinsi dengan Angka Deforestasi Bruto Tertinggi (Ha/Th) pada Tahun 2013 - 2014dan Tahun 2013 – 2014 .................... 41
Tabel III.20
Lima Provinsi dengan Angka Reforestasi Tertinggi (Ha/Th) pada Tahun 2013 - 2014dan Tahun 2013 – 2014 ....................
42
Lima Provinsi dengan Angka Deforestasi Tertinggi (Ha/Th) pada Tahun 2013 - 2014dan Tahun 2013 – 2014 ....................
43
Tabel III.21
iv
DAFTAR GAMBAR GAMBAR
Hal
Gambar 1
Bagan Alur Proses Penghitungan Deforestasi Indonesia .......
7
Gambar 2
Diagram Angka Deforestasi Indonesia Tahun 2013 – 2014 (Ribu ha/th) pada Hutan Primer, Sekunder dan Tanaman di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan (APL) ................................
9
Diagram Angka Deforestasi Indonesia Tahun 2013 - 2014 (Ribu Ha/Th) pada Hutan Primer, Sekunder dan Tanaman di dalam Kawasan Hutan .......................................................................
9
Diagram Angka Deforestasi tahun 2013 - 2014 (Ribu Ha/Th) pada 7 (Tujuh) Kelompok Pulau/ Kepulauan Besar di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan .......
11
Diagram Angka Reforestasi Indonesia Tahun 2013 - 2014 (Ribu Ha/Th) pada Hutan Sekunder dan Tanaman di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan .............................................
11
Diagram Angka Reforestasi tahun 2013 - 2014 (Ribu Ha/Th) pada 7 (Tujuh) Kelompok Pulau/ Kepulauan Besar di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan .......
12
Gambar 7
Peta Deforestasi Indonesia Tahun 2013 - 2014 ...........................
12
Gambar 8
Diagram Angka Deforestasi Indonesia (Ribu Ha/Th) Tahun 2013 - 2014di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan (APL) .............................................................
13
Diagram Angka Deforestasi Indonesia (Ribu ha/th) pada Hutan Primer, Sekunder dan Tanaman Tahun 2013 - 2014di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan (APL) .....
14
Diagram Angka Deforestasi Indonesia (Ribu Ha/Th) pada Hutan Primer, Sekunder dan Tanaman Tahun 2013 – 2014 di dalam Kawasan Hutan ...........................................
15
Diagram Angka Deforestasi pada 7 (Tujuh) Kelompok Pulau/Kepulauan Besar (Ribu Ha/Th) di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan Tahun 2013 - 2014 ...............................
16
Diagram Angka Deforestasi per Fungsi Kawasan (Ribu Ha/Th) Tahun 2013 - 2014.......................................................
17
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
Gambar 9
Gambar 10
Gambar 11
Gambar 12
v
GAMBAR
Gambar 13
Gambar 14
Gambar 15
Gambar 16
Hal
Diagram Jumlah Titik Panas (Hotspot) dan Angka Deforestasi Bruto (Ribu Ha/Th) per Fungsi Kawasan Tahun 2014 ...........
38
Diagram Angka Deforestasi Bruto (Juta Ha/Th) Tahun 1990-2014 .......................................................................................
41
Diagram Faktor yang Mempengaruhi Angka Deforestasi Bruto Indonesia Tahun 2012– 2013 .................................................
44
Diagram Faktor yang Mempengaruhi Angka Reforestasi Indonesia Tahun 2012– 2013 ...............................................................
45
vi
DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN Lampiran 1 Angka Deforestasi Bruto dan Reforestasi Indonesia di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan Tahun 2013-2014 Lampiran 2 Angka Deforestasi Indonesia dan per Pulau di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan Tahun 2013-2014 Lampiran 3 Angka Deforestasi dan Peta Deforestasi per provinsi di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan Tahun 2013-2014
vii
BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan anugerah dan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa untuk bangsa Indonesia. Sebagai amanat, hutan harus dikelola dan dimanfaatkan secara optimal serta dijaga kelestariannya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, bagi generasi sekarang maupun yang akan datang. Sesuai pasal 3 UndangUndang (UU) No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan antara lain disebutkan bahwa penyelenggaraan kehutanan bertujuan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dan berkelanjutan dengan menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional serta mengoptimalkan fungsi konservasi, fungsi lindung dan fungsi produksi untuk mencapai manfaat lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi yang seimbang dan lestari. Dalam rangka optimalisasi fungsi dan manfaat hutan, berdasarkan pasal 18 UU No. 41 Tahun 1999, pemerintah telah berupaya mempertahankan kecukupan luas kawasan hutan dan penutupan hutan untuk setiap Daerah Aliran Sungai (DAS) dan atau pulau, yaitu minimal 30% (tiga puluh persen) dari luas DAS dan atau pulau dengan sebaran yang proporsional. Tutupan lahan pada kawasan hutan, terutama yang terkait dengan tutupan hutan sangat dinamis dan berubah dengan cepat dimana kondisi hutan semakin menurun dan berkurang luasnya. Berdasarkan hasil penelitian Revilla (1993), Indonesia kehilangan penutupan hutan setiap tahunnya selama tahun 1972 – 1990 seluas 840.000 ha/tahun atau seluas 0,68% per tahun. Penelitian FAO tahun 1990 juga menunjukkan bahwa penutupan hutan di Indonesia telah berkurang dari 74% menjadi 54% dalam kurun waktu 30 – 40 tahun (FAO, 1990). Berdasarkan penaksiran sumberdaya hutan yang dilakukan oleh FAO (1993) laju deforestasi tahunan selama 1981 – 1990 di Indonesia mencapai luas 1,2 juta ha/tahun, menduduki tempat kedua setelah Brazil. Sedangkan berdasarkan penaksiran sumberdaya hutan yang dilakukan oleh FAO (2002), laju deforestasi pada tahun 1990 – 2000 naik menjadi 1,31 juta ha/ tahun. Menurut World Bank (1995), diperkirakan pada tahun 1960 – 1970-an luas hutan di Indonesia mencapai 150 juta ha, tetapi pada tahun 1995 luas hutannya mengalami penurunan menjadi hanya sekitar 93-112 juta ha. Pengurangan luas penutupan hutan juga dilaporkan oleh Holmes (2000) yang menyatakan bahwa, pada tahun 1980-an terjadi deforestasi sebesar 800.000 ha/tahun dan naik menjadi 1,2 juta ha/tahun pada tahun 1996. Antara tahun 1985 sampai 1997 total areal hutan di Sumatera berkurang dari 23 juta ha menjadi hanya sekitar 16 juta ha. Sementara itu, di Kalimantan total areal hutan berkurang dari 40 juta ha menjadi sekitar 31 juta ha. Sedangkan tingkat deforestasi yang paling rendah adalah di Sulawesi, karena hutan dataran rendah yang ada sudah banyak yang dikonversi pada pertengahan tahun 1980-an.
1
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dalam hal ini dilakukan oleh Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan, telah melakukan penghitungan angka deforestasi Indonesia secara periodik yang dimulai dari tahun 1990. Angka deforestasi berturut-turut tahun 1990-1996 yaitu sebesar 1,87 juta ha/tahun, tahun 1996-2000 sebesar 3,51 juta ha/tahun, tahun 20002003 sebesar 1,08 juta ha/tahun, tahun 2003-2006 sebesar 1,17 juta ha/tahun, tahun 2006-2009 sebesar 0,83 juta ha/tahun, tahun 2009-2011 sebesar 0,45 juta ha/tahun dan tahun 2011-2012 sebesar 0,61 juta ha/tahun. Angka deforestasi pada periode penghitungan terakhir yaitu tahun 2012-2013 diperoleh nilai sebesar 0,73 juta ha/tahun. Angka deforestasi mengalami peningkatan dan pengurangan di setiap tahun perhitungannya. Hal itu terjadi karena dinamisnya perubahan tutupan lahan akibat aktifitas manusia dalam memanfaatkan lahan sehingga mengakibatkan hilangnya tutupan hutan atau penambahan tutupan hutan karena penanaman. Saat ini upaya dalam mengurangi laju deforestasi bukan hanya pada tingkat nasional tetapi sudah merupakan salah satu kesepakatan internasional dimana Indonesia merupakan negara yang tergabung dalam kesepakatan dimaksud. Hal tersebut dipicu dengan semakin tidak seimbangnya daya dukung lingkungan hidup. Banyaknya kejadian bencana alam yang diakibatkan oleh kerusakan lingkungan sebagai dampak negatif dari aktifitas kehidupan manusia. Upaya penurunan deforestasi adalah salah satu upaya dalam penurunan emisi gas rumah Kaca (GRK) yang saat ini makin dirasakan dampaknya bagi kehidupan manusia di bumi. Indonesia telah berkomitmen dalam upaya pengurangan emisi gas rumah kaca antara lain melalui Peraturan Presiden (Perpres) Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca. Perpres tersebut merupakan tindak lanjut kesepakatan Bali Action Plan pada The Conferences of Parties (COP) ke-13 United Nations Frameworks Convention on Climate Change (UNFCCC), hasil COP-15 di Copenhagen dan COP-16 di Cancun serta memenuhi komitmen Pemerintah Indonesia dalam pertemuan G-20 di Pittsburg. Sejalan dengan hal tersebut, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No. P.18/MenLHK-II/2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengamanatkan pembentukan organisasi baru yaitu Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim untuk mendukung implementasi nyata kegiatan-kegiatan di atas. Selain Perpres Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2011, komitmen Presiden juga dituangkan dalam Perpres Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional. Dalam peraturan tersebut, kehutanan merupakan salah satu komponen inventarisasi GRK yang dilakukan pada sumber emisi dan penyerapan (termasuk simpanan karbon). Kesungguhan Presiden dalam upaya mengurangi gas rumah kaca, juga dilakukan dengan menginstruksikan Kepala Kementerian/Lembaga yang terkait dengan pengelolaan hutan dan lahan dan seluruh Kepala Daerah tingkat I dan II untuk melakukan penundaan pemberian izin baru tata kelola hutan alam primer dan lahan gambut yaitu sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2011,
2
yang telah diperpanjang sebanyak dua kali melalui Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2013 dan Instruksi Presiden No 8 tahun 2015. Beberapa kegiatan yang ditengarai sebagai penyebab pengurangan luas hutan adalah konversi kawasan hutan untuk tujuan pembangunan sektor lain misalnya untuk perkebunan dan transmigrasi; pembalakan yang tidak lestari, pencurian kayu atau penebangan liar (illegal logging); pertambangan, perambahan dan okupasi lahan serta kebakaran hutan. Di sisi lain, belum optimalnya kegiatan penghijauan dan reboisasi mengakibatkan semakin luasnya lahan kritis. Kerusakan lingkungan pun dapat dirasakan meningkat seiring dengan meningkatnya deforestasi. Tingginya tekanan terhadap keberadaan hutan telah mendorong dilakukannya monitoring sumber daya hutan secara periodik. Diharapkan dari hasil monitoring dapat diketahui antara lain: 1. kondisi hutan Indonesia terkini sebagai bahan pendukung dalam perencanaan pembangunan kehutanan di masa yang akan datang; 2. laju perubahan penutupan hutan sebagai bahan monitoring dan pengawasan terhadap pengelolaan hutan yang telah dilaksanakan; 3. kecenderungan perubahannya di masa yang akan datang sehingga dapat diantisipasi perubahan ke arah yang tidak diinginkan. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka dilakukan penghitungan deforestasi yang merupakan kondisi perubahan tutupan lahan berhutan menjadi tidak berhutan. Periode penghitungan deforestasi dilakukan setiap 1 (satu) tahun dengan menggunakan hasil penafsiran Citra Landsat resolusi sedang yang menghasilkan angka deforestasi rata-rata per tahun. Penghitungan deforestasi dilakukan berdasarkan hasil penafsiran Citra Landsat LDCM (The Landsat Data Continuity Mission) 8 OLI liputan tahun 2013 dan 2014. B. Tujuan Penghitungan deforestasi di Indonesia bertujuan untuk menyajikan data deforestasi atau perubahan tutupan lahan dari berhutan menjadi tidak berhutan tahun 2013 – 2014 sebagai bahan pendukung dalam penyelenggaraan pengelolaan hutan secara lestari (Sustainable Forest Management). C. Sasaran Tersedianya data dan informasi deforestasi Indonesia terkini, meliputi luas, angka deforestasi rata-rata per tahun dan sebarannya pada Hutan Konservasi, Hutan Lindung, Hutan Produksi dan Areal Penggunaan Lain untuk seluruh Indonesia.
3
D. Ruang Lingkup Data deforestasi di seluruh Indonesia pada tahun 2013 – 2014, baik pada Kawasan Hutan maupun Areal Penggunaan Lain pada tipe hutan primer, hutan sekunder dan hutan tanaman. E. Batasan Istilah Beberapa batasan pengertian istilah di dalam Penghitungan Deforestasi Indonesia Tahun 2013 – 2014 adalah sebagai berikut: 1. Data kawasan hutan adalah data digital wilayah tertentu yang ditunjuk dan/ atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap yang bersumber dari Peta Kawasan Hutan. Data ini tidak bisa dijadikan sebagai acuan mengenai garis batas dan fungsi kawasan hutan di lapangan. 2. Tutupan lahan adalah penyebutan kenampakan biofisik di permukaan bumi yang terdiri dari areal bervegetasi, lahan terbuka, lahan terbangun, serta tubuh air dan lahan basah. 3. Deforestasi yang dimaksud di buku ini adalah deforestasi netto, yaitu perubahan/pengurangan luas tutupan lahan dengan kategori berhutan pada kurun waktu tertentu. Deforestasi netto diperoleh dari perhitungan deforestasi bruto dikurangi dengan reforestasi. 4. Deforestasi bruto yaitu luas perubahan kondisi tutupan lahan dari kelas tutupan lahan kategori Hutan (berhutan) menjadi kelas tutupan lahan kategori Non Hutan (tidak berhutan). 5. Reforestasi yaitu luas perubahan kondisi tutupan lahan dari kelas tutupan lahan kategori Non Hutan (tidak berhutan) menjadi kelas tutupan lahan kategori Hutan (berhutan). 6. Hutan atau Areal Berhutan adalah kondisi tutupan lahan berupa hutan lahan kering primer, hutan lahan kering sekunder, hutan rawa primer, hutan rawa sekunder, hutan mangrove primer, hutan mangrove sekunder dan hutan tanaman. 7. Non Hutan atau Areal Tidak Berhutan adalah bentuk tutupan lahan berupa semak/belukar, belukar rawa, savana/padang rumput, perkebunan, pertanian lahan kering, pertanian lahan kering campur semak, transmigrasi, sawah, tambak, tanah terbuka, pertambangan, permukiman, rawa dan pelabuhan udara/laut. 8. Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah tutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh hutan tanaman baik hutan tanaman yang berada di areal IUPHHK-HT maupun hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan (APL); terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.
4
BAB II METODOLOGI
BAB II METODOLOGI A. Sumber Data Data yang digunakan dalam penghitungan deforestasi adalah data digital yang tersedia pada Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan pada tingkat ketelitian skala 1:250.000. Data tersebut meliputi: 1. Peta Dasar Digital skala 1:250.000. 2. Data digital tutupan lahan hasil penafsiran Citra Landsat LDCM (The Landsat Data Continuity Mission) 8 OLI liputan tahun 2013 dan tahun 2014. 3. Data digital kawasan hutan bersumber dari peta lampiran SK Kawasan Hutan serta perkembangannya sampai dengan tanggal 16 Oktober 2014. Penggunaan Kawasan Hutan berdasarkan fungsinya terdiri dari Hutan Lindung, Hutan Konservasi (KSA-KPA dan Taman Buru), Hutan Produksi Tetap (HP), Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK). Data ini tidak bisa dijadikan sebagai acuan mengenai garis batas dan fungsi kawasan hutan di lapangan. Selain data di atas, analisis penghitungan deforestasi Indonesia juga menggunakan data pendukung lain, yaitu : 1. Kawasan hutan bersumber dari SK Kawasan Hutan dan perkembangannya hingga Tahun 2014 2. Pemanfaatan, penggunaan, dan perubahan peruntukan kawasan hutan 3. Persebaran hot spot 4. Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan 5. Data pemukiman Data pendukung tersebut digunakan untuk memberikan informasi tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya deforestasi. Dengan informasi ini diharapkan dapat memberi gambaran dan rekomendasi pengelolaan hutan ke depannya. B. Analisis dan Penyajian Data Penghitungan deforestasi dilaksanakan melalui analisis data tutupan lahan pada kawasan hutan provinsi dengan menggunakan teknologi Sistem Informasi Geografis. Data yang digunakan untuk proses analisis merupakan data yang telah dipetakan dalam peta dasar yang sama yaitu Peta Dasar Digital skala 1:250.000. Tahapan penghitungan dan penyajian data deforestasi adalah sebagai berikut : 1.
Penyiapan data digital tutupan lahan hasil penafsiran (interpretasi) Citra Landsat 8 OLI/ LDCM (The Landsat Data Continuity Mission) liputan tahun 2014.
5
2.
Pemetaan data tutupan lahan tahun 2013 dan 2014 serta kawasan hutan dalam satu peta dasar yang sama.
3.
Overlay (tumpang susun) data digital tutupan lahan tahun 2013 dan 2014 dengan data kawasan hutan.
4.
Penghitungan luas dan angka deforestasi pada setiap fungsi kawasan hutan serta Areal Penggunaan Lain. Tubuh air (danau, sungai besar, laut (kawasan konservasi perairan)) tidak termasuk dalam penghitungan. Dalam penghitungan luas menggunakan spesifikasi: Proyeksi yang digunakan adalah Mercator, Spheroid WGS 84, angka luas disajikan dalam satuan juta hektar (ha), ribu ha dan ha.
5.
Deforestasi dihitung dengan batasan sebagai berikut: - Penghitungan dilakukan pada kondisi tutupan lahan yang pada liputan tahun 2013 merupakan Hutan sedangkan pada liputan tahun 2014 mengalami perubahan menjadi Tidak Berhutan (Non Hutan) dikurangi kondisi tutupan lahan yang pada liputan tahun 2013 merupakan Tidak Berhutan (Non Hutan) sedangkan pada liputan tahun 2014 mengalami perubahan menjadi Berhutan. - Penghitungan deforestasi dilakukan bukan dari selisih luas hutan periode yang lama (2013) dengan luas hutan hasil penafsiran periode yang baru (2014), akan tetapi dari hasil identifikasi lokasi-lokasi yang berubah dari penutupan hutan ke penutupan bukan hutan. Dengan demikian luas deforestasi tidak terpengaruh oleh tingkat ketelitian penafsiran hutan secara keseluruhan. - Tutupan lahan kategori hutan lainnya berdasarkan penafsiran citra dilakukan pada seluruh lokasi hutan tanaman baik pada HTI/ IUPHHKHT maupun hutan tanaman hasil reboisasi/penghijauan di dalam maupun di luar kawasan hutan, belum mempertimbangkan perbedaan lokasi hutan tanaman baik di dalam maupun di luar lokasi IUPHHK Hutan Tanaman sehingga perubahan tutupan lahan dari Berhutan menjadi Tidak Berhutan pada seluruh lokasi Hutan Tanaman termasuk dalam penghitungan deforestasi.
6.
Penyajian luas dan sebaran deforestasi pada kawasan hutan dan areal penggunaan lain dalam bentuk peta, diagram dan tabel.
6
Proses selengkapnya disajikan pada Gambar 1. Penutupan Lahan Tahun 2013 (I)
Kawasan Hutan Provinsi
Penutupan Lahan Tahun 2014 (II)
Pemetaan pada peta dasar yang sama (skala 1:250.000)
Analisis Spasial (OVERLAY)
Faktor-faktor yang mempengaruhi deforestasi
Hasil Analisis Spasial - H (t0) H (t1) (tetap) - H (t0) NH (t1) (berubah) - NH (t0) NH (t1) (tetap) H (t1) (berubah) - NH (t0)
UNTUK PENGHITUNGAN DEFORESTASI H (t0) NH (t1) (Def. Bruto) NH (t0) H (t1) (Reforestasi) Deforestasi = Def. Bruto - Reforestasi
Tabel dan Diagram
Angka deforestasi dipengaruhi antara lain oleh : 1. Perubahan fungsi dan perubahan peruntukan kawasan hutan 2. Pemanfatan dan penggunaan kawasan hutan 3. Persebaran hot spot 4. Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan 5. Asosiasi dengan pemukiman
Peta Deforestasi per Provinsi
Keterangan : H(t0) = Hutan Tahun ke-0 H(t1) = Hutan Tahun ke-1 NH(t0) = Non Hutan Tahun ke-0 NH(t1) = Non Hutan Tahun ke-1 Gambar 1. Bagan Alur Proses Penghitungan Deforestasi Indonesia
7
BAB III HASIL PENGHITUNGAN DEFORESTASI INDONESIA
BAB III HASIL PENGHITUNGAN DEFORESTASI INDONESIA A. Deforestasi Indonesia Angka deforestasi yang dimaksud dalam buku ini adalah deforestasi netto yaitu hasil dari pengurangan angka deforestasi bruto dengan reforestasi. Oleh karena itu, sebelum menyajikan angka deforestasi netto maka terlebih dahulu akan disajikan angka deforestasi bruto dan reforestasi Indonesia, pulau/kepulauan besar dan provinsi. 1. Deforestasi Bruto Deforestasi bruto yaitu luas perubahan kondisi tutupan lahan dari kelas tutupan lahan kategori hutan (berhutan) menjadi kelas tutupan lahan kategori non hutan (tidak berhutan). Perubahan tersebut berdasarkan data digital hasil penafsiran Citra Landsat LDCM (The Landsat Data Continuity Mission) 8 OLI liputan tahun 2013 dan 2014. Angka deforestasi bruto Indonesia tahun 2013 – 2014 sebesar 568,0 ribu ha/th. Perubahan tutupan hutan menjadi bukan hutan paling banyak terjadi pada tutupan hutan sekunder yaitu sebesar 307,2 ribu ha/th atau sebesar 54,1% sementara pada hutan tanaman sebesar 41,6% (236,3 ribu ha/th). Sedangkan 4,3% (24,6 ribu ha/th) terjadi di hutan primer. Deforestasi bruto terjadi di dalam kawasan hutan sebesar 453,9 ribu ha/th atau 79,9 % dari total deforestasi bruto 568,0 ribu ha/th, sedangkan di luar kawasan hutan sebesar 114,1 ribu ha/th (20,1%). Angka deforestasi bruto di dalam kawasan hutan paling tinggi terjadi di fungsi kawasan Hutan Produksi Tetap (HPT) yaitu sebesar 308,6 ribu ha/th (54,3%). Perubahan tutupan hutan menjadi tidak berhutan juga terjadi pada kawasan yang memiliki fungsi lindung bahkan konservasi, walaupun angka deforestasinya tidak sebesar yang terjadi di hutan produksi yaitu di kawasan konservasi sebesar 20,1 ribu ha/th (3,5%) dan hutan lindung sebesar 29,1 ribu ha/th (5,1%). Secara lengkap angka deforestasi bruto disajikan pada Gambar 2 dan 3.
8
250
Angka Deforestasi Bruto (ribu Ha/th)
214,1
223,8
200
150
93,1
100
50
16,0
12,5
8,6
0
Kawasan Hutan
APL
di dalam dan di luar kawasan (APL) Hutan Primer Hutan Sekunder Hutan Tanaman* Gambar 2. Diagram Angka Deforestasi Indonesia Tahun 2013 – 2014 (Ribu ha/th) pada Hutan Primer, Sekunder dan Tanaman di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan (APL) 250
Angka Deforestasi Bruto (ribu Ha/th)
212,8 200
150
92,4
100
50,3 50
15,7 4,3 0,1
25,5 3,3 0,3
KSA-KPA
HL
30,1 3,5
8,7
3,4
1,6
1,8
0
HPT
HP
HPK
di dalam dan di luar kawasan (APL) Hutan Primer
Hutan Sekunder
Hutan Tanaman*
Gambar 3. Diagram Angka Deforestasi Indonesia Tahun 2013 – 2014 (Ribu Ha/Th) pada Hutan Primer, Sekunder dan Tanaman di Dalam Kawasan Hutan
Sebaran angka deforestasi bruto di setiap pulau/kepulauan besar di Indonesia menunjukkan angka yang berbeda. Angka deforestasi bruto tertinggi terjadi di Pulau Sumatera yaitu sebesar 367,7 ribu ha/th atau 64,7% dari total deforestasi bruto Indonesia. Pulau Kalimantan merupakan pulau kedua dengan angka deforestasi bruto tertinggi yaitu sebesar 149,4ribu ha/th atau 26, 3%, sedangkan Kepulauan Bali dan Nusa Tenggara memiliki angka deforestasi bruto yang terkecil yaitu sebesar 0,4 ribu ha/th atau 0,1%. 9
Provinsi Riau adalah provinsi dengan nilai deforestasi bruto tertinggi di Pulau Sumatera yaitu sebesar 275,7 6 ribu ha/th. Kalimantan Tengah merupakan provinsi dengan angka deforestasi bruto tertinggi di Pulau Kalimantan sebesar 66,7 ribu ha/th. Sebaliknya terdapat provinsi yang tidak teridentifikasi mengalami deforestasi yaitu Provinsi Banten, DKI Jakarta, dan Nusa Tenggara Barat. Secara umum angka deforestasi bruto setiap pulau/kepulauan besar disajikan pada Gambar 4.
Angka Reforestasi Bruto (ribu Ha/th)
350,0
332,1
300,0 250,0 200,0 150,0
Kawasan Hutan
91,5
100,0
APL
58,0 50,0
35,6 5,5 2,3
0,2 0,1
0,8 1,7
12,9 9,4
BALI NUSA TENGGARA
MALUKU
PAPUA
10,9 7,1
0,0
SUMATERA
JAWA
KALIMANTAN SULAWESI
Pulau/Kepulauan
Gambar 4. Diagram Angka Deforestasi tahun 2013 – 2014 (Ribu Ha/Th) pada 7 (Tujuh) Kelompok Pulau/Kepulauan Besar di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan
2. Reforestasi Reforestasi yaitu luas perubahan kondisi tutupan lahan dari kelas tutupan lahan kategori tidak berhutan menjadi kelas tutupan lahan kategori berhutan. Perubahan tutupan lahan tidak berhutan menjadi berhutan dapat terjadi melalui aktifitas penanaman baik yang dilakukan dalam upaya produksi hasil hutan kayu, pertumbuhan tanaman atau upaya rehabilitasi hutan dan lahan. Reforestasi ini dapat terjadi di areal izin usaha hutan tanaman maupun areal rehabilitasi. Angka reforestasi Indonesia tahun 2013–2014 adalah sebesar 170,6 ribu ha/th. Reforestasi terjadi di hutan sekunder dan hutan tanaman dengan nilai yang lebih besar di hutan tanaman yaitu 167,8 ribu ha/th atau 98,4%, sedangkan di hutan sekunder hanya sebesar 2,8 ribu ha/th atau 1,6% yang terjadi akibat pertumbuhan tanaman. Sama halnya dengan deforestasi bruto, reforestasi tertinggi juga terjadi di kawasan hutan produksi tetap (HP) yaitu 146,3 ribu ha/th atau 25,8%. Kawasan hutan produksi sebagai penghasil kayu menyebabkan angka reforestasi lebih tinggi dibandingkan di fungsi hutan lainnya.
10
Reforestasi di Hutan Konservasi (KSA-KPA) hanya sebesar 2 ribu ha/th (1,1%), hutan lindung (HL) sebesar 5,0 ribu ha/th (0,9%), di Hutan Produksi Terbatas (HPT) sebesar 8,0 ribu ha/th (1,4%), Hutan Produksi Tetap (HP) sebesar 146,3 ribu ha/th (25,8%), di Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK) sebesar 109,9 ribu ha/th (0,02%) serta di luar kawasan hutan (APL) yaitu sebesar 9,3 ribu ha/th (1,6%). Secara lengkap angka reforestasi per fungsi hutan disajikan pada Gambar 5. 145,5 Angka Reforestasi (ribu Ha/th)
140 120 100 80 60 40 20 0
- 0,02 KSA-KPA
1,9
4,8 - 0,2 HL
- 0,02
8,0
HPT
-
0,8
0,1 - 0,04
HP
HPK
di dalam dan di luar kawasan (APL) Hutan Primer
Hutan Sekunder
Hutan Tanaman*
Gambar 5. Diagram Angka Reforestasi Indonesia Tahun 2013 – 2014 (Ribu Ha/Th) pada Hutan Primer, Sekunder dan Tanaman di Dalam Kawasan Hutan
Reforestasi tertinggi terjadi di Pulau Sumatera yaitu sebesar 139,3 4 ribu ha/th atau 81,7%, sedangkan Pulau Jawa dan Kalimantan memiliki angka reforestasi yang hampir sama yaitu 15,5 (9,1%) di Pulau Jawa dan 15,4 ribu ha/th (9,0%) di Pulau Kalimantan. Sementara itu, pada Pulau/Kepulauan Maluku, Papua Barat, dan Papua tidak teridentifikasi terjadi reforestasi. Provinsi Riau merupakan provinsi dengan angka reforestasi tahun 2013–2014 tertinggi yaitu 73,7 ribu ha/th atau 43,2% dari total angka reforestasi Indonesia. Urutan berikutnya adalah Provinsi Jambi yang mempunyai angka reforestasi kedua tertinggi yaitu 62,4 ribu ha/th atau 36,6%. Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang mempunyai angka reforestasi tertinggi di Pulau Jawa yaitu sebesar 15,1 ribu ha/th atau 8,9%. Sementara itu di Pulau Kalimantan, angka reforestasi tertinggi terdapat di Provinsi Kalimantan Tengah yaitu sebesar 7,8 ribu ha/th atau 4,6 % dari angka total reforestasi di Indonesia. Angka reforestasi untuk setiap pulau/kepulauan besar di Indonesia disajikan pada Gambar 6.
11
Angka Reforestasi Bruto (ribu Ha/th)
160 140
136,4
120 100 80
Kawasan Hutan
60
APL
40 20
3,0
11,4
13,4 4,2
2,0
- 0,1
0,1 0,1
-
-
-
-
0
SUMATERA
JAWA
KALIMANTAN SULAWESI
BALI NUSA TENGGARA
MALUKU
PAPUA
Pulau/Kepulauan
Gambar 6. Diagram Angka Reforestasi tahun 2012 – 2013 (Ribu Ha/Th) pada 7 (Tujuh) Kelompok Pulau/Kepulauan Besar di dalam dan di luar Kawasan Hutan
3. Deforestasi Netto Berdasarkan hasil penafsiran Citra Landsat LDCM (The Landsat Data Continuity Mission) 8 OLI liputan tahun 2013 dan 2014 telah disusun Peta Deforestasi Indonesia tahun 2013–2014 sebagaimana tersaji pada Gambar 7.
Sumber : Data Digital Deforestasi Indonesia Tahun 2013–2014
Gambar 7. Peta Deforestasi Indonesia Tahun 2013 – 2014
Luas deforestasi tahun 2013 – 2014 merupakan hasil penghitungan selisih antara luas perubahan tutupan lahan berhutan (hutan primer, hutan sekunder dan hutan tanaman) pada hasil penafsiran liputan tahun 2013 menjadi tutupan lahan tidak berhutan pada hasil penafsiran liputan tahun 2014 dengan luas perubahan tutupan lahan tidak berhutan pada hasil penafsiran liputan tahun 2014 menjadi 12
tutupan lahan berhutan. Berdasarkan perhitungan selisih deforestasi bruto dan reforestasi, maka diperoleh hasil selengkapnya sebagai berikut: 1. Dari luas deforestasi Indonesia sebesar 397,4 ribu ha/th, sebesar 292,5 ribu ha/th (73,6%) berada di kawasan hutan, sedangkan sisanya seluas 104,8 ribu ha/th (26,4%) berada di Areal Penggunaan Lain (APL). Selengkapnya tersaji pada Gambar 8.
Angka Deforestasi Indonesia Tahun 2013-2014 (Juta Ha/Th)
0,10 ; 26,38% 0,29 ; 73,62%
Kawasan Hutan
APL
Gambar 8. Diagram Angka Deforestasi Indonesia (Juta Ha/Th) Tahun 2013– 2014 di dalam dan di luar Kawasan Hutan (APL)
2. Angka deforestasi di dalam kawasan hutan sebesar 292,5 ribu ha/th (73,6%) terdiri dari deforestasi di hutan primer sebesar 16,0 ribu ha/th (4,0%), hutan sekunder sebesar 213,0 ribu ha/th (53,6%) dan hutan tanaman sebesar 63,5 ribu ha/th (16,0 %). Sedangkan pada Areal Penggunaan Lain dihasilkan angka deforestasi hutan primer sebesar 8,6 ribu ha/th (2,2%), hutan sekunder sebesar 91,3 ribu ha/th (23,0%) dan hutan tanaman sebesar 4,9 ribu ha/th (1,2%) sebagaimana disajikan pada Gambar 9 dan Tabel III.1.
13
250 Angka Deforestasi (ribu Ha/th)
213,0 200 150 91,3
100 63,5 50 16,0
8,6
4,9
0 Kawasan Hutan Hutan Primer
APL
di dalam dan di luar kawasan (APL) Hutan Sekunder Hutan Tanaman*
Gambar 9. Diagram Angka Deforestasi Indonesia (Ribu Ha/Th) pada Hutan Primer, Hutan Sekunder, dan Hutan Tanaman Tahun 2013– 2014 di dalam dan di luar Kawasan Hutan (APL)
Tabel III.1 Angka Deforestasi Indonesia (Ribu Ha/Th) Tahun 2013 – 2014 KAWASAN HUTAN NO
DEFORESTASI PADA TIPE HUTAN KSA-KPA
1 Hutan Primer
APL %
HUTAN TETAP HL
HPT
HPK HP
TOTAL
%
Jumlah Jumlah
Jumlah
%
4,3
3,3
3,5
3,4
14,4
1,6
16,0
4,0
8,6
2,2
24,6
6,2
2 Hutan Sekunder
15,7
25,3
50,3
91,6
182,9
30,1
213,0
53,6
91,3
23,0
304,4
76,6
3 Hutan Tanaman*
-1,8
-4,5
0,7
67,3
61,8
1,7
63,5
16,0
4,9
1,2
68,4
17,2
18,2
24,1
54,5
162,3
259,1
33,4
292,5
73,6
104,8
26,4
TOTAL
397,4 100,0
Sumber : Pengolahan data, 2015 Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah tutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh hutan tanaman baik di Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan (APL); terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.
14
Angka Deforestasi (ribu Ha/th)
100
91,6
80
67,3
60
50,3
40 25,3 15,7
20 4,3
3,3
-1,8
0
KSA-KPA
3,5
-4,5 HL
3,4
0,7
1,6
HPT
-20
HP
Fungsi Kawasan Hutan
Gambar 10. Diagram Angka Deforestasi Indonesia (Ribu Ha/Th) pada Hutan Primer, Sekunder, dan Tanaman Tahun 2013 – 2014 di dalam Kawasan Hutan
3. Sebaran deforestasi per tahun di dalam kawasan hutan tahun 2013 – 2014 menurut kelompok pulau/kepulauan besar, yang terbesar terjadi di Pulau Sumatera yaitu sebesar 228,3 ribu ha/th atau 57,5% dari total angka deforestasi di Indonesia, diikuti dengan Pulau Kalimantan sebesar 134,0 ribu ha/th (33,7%). Sedangkan deforestasi terendah adalah di Kepulauan Bali Nusa Tenggara sebesar 0,2 ribu ha/th atau 0,1%. Data selengkapnya tersaji pada Tabel III.2. Tabel III.2 Angka Deforestasi pada 7 (Tujuh) Kelompok Pulau/ Kepulauan Besar (Ribu Ha/Th) Tahun 2013 – 2014 KAWASAN HUTAN DEFORESTASI PADA TIPE HUTAN
NO
KSA-KPA
HL
HPT
APL
%
HUTAN TETAP
HPK HP
TOTAL
%
Jumlah Jumlah
Jumlah
%
13,5
15,1
35,5
122,0
186,1
9,6
195,7
49,3
32,6
8,2
228,3
57,5
2 JAWA
0,0
-1,0
-2,5
-2,3
-5,8
0,0
-5,8
-1,5
-1,9
-0,5
-7,7
-1,9
3 KALIMANTAN
2,8
5,6
15,2
39,1
62,7
15,3
78,0
19,6
56,0
14,1
134,0
33,7
4 SULAWESI
0,8
3,1
2,8
1,3
7,9
2,8
10,7
2,7
7,0
1,8
17,7
4,5
5 BALI NUSA TENGGARA
0,0
0,1
0,0
0,1
0,2
0,0
0,2
0,1
-0,01 -0,002
0,2
0,1
6 MALUKU
0,0
0,0
0,2
0,1
0,3
0,5
0,8
7 PAPUA
1,1
1,3
3,3
2,1
7,7
5,2
12,9
TOTAL
18,2
24,1
54,5
162,3
259,1
33,4
292,5
1 SUMATERA
0,2
1,7
3,2
9,4
73,6
104,8
0,4
2,5
0,6
2,4
22,3
5,6
26,4
397,4
100,0
Sumber : Pengolahan data, 2015
15
Angka Deforestasi Bruto (ribu Ha/th)
250 200
195,7
150
Kawasan Hutan 100
APL
78,0 56,0
50
32,6
10,7
-1,9 -5,8
0
SUMATERA
JAWA
1,7 7,0
KALIMANTAN SULAWESI
-50
0,2
-0,01
BALI NUSA TENGGARA
12,9
0,8 MALUKU
9,4
PAPUA
Pulau/Kepulauan
Gambar 11. Diagram Angka Deforestasi pada 7 (Tujuh) Kelompok Pulau/Kepulauan Besar (Ribu Ha/Th) di dalam dan di luar Kawasan Hutan Tahun 2013 – 2014
4. Sebaran deforestasi di kawasan hutan seluruh Indonesia selama tahun 2013 – 2014 yaitu di Hutan Konservasi sebesar 18,2 ribu ha/th (4,6%), di Hutan Lindung sebesar 24,1 ribu ha/th (6,1%), dan Hutan Produksi sebesar 250,2 ribu ha/th (63,0%). Sedangkan deforestasi di luar kawasan hutan (Areal Penggunaan Lain) sebesar 104,8 ribu ha/th (26,4%). Selengkapnya tersaji pada Tabel III.3. Tabel III.3 Angka Deforestasi per Fungsi Kawasan (Ribu Ha/Th) Tahun 2013 – 2014 NO
Fungsi Kawasan dan Bukan Kawasan Hutan (APL)
ANGKA
%
DEFORESTASI 1
Kawasan Hutan Konservasi (KSA-KPA)
18,2
4,6
2
Kawasan Hutan Lindung
24,1
6,1
3
Kawasan Hutan Produksi a. HPT
54,5
13,7
b. HP
162,3
40,9
c. HPK
4
33,4
8,4
sub Total ( a + b + c )
250,2
63,0
Total Kawasan Hutan ( 1 + 2 + 3 )
292,5
73,6
Areal Penggunaan Lain
104,8
26,4
Total ( 1 + 2 + 3 + 4 )
397,4
100,0
Sumber : Pengolahan data, 2015
Luas deforestasi berdasarkan fungsi kawasan hutan dan tipe hutan untuk masing-masing provinsi disajikan secara lengkap pada lampiran 1 dan 2.
16
Angka Deforestasi (Ribu Ha/Th)
350 292,5
300 250 200 150
104,8
100 50
18,2
24,1
0 Kawasan Hutan Kawasan Hutan Kawasan Hutan Konservasi Lindung Produksi (KSA-KPA)
Areal Penggunaan Lain
Fungsi Kawasan dan Bukan Kawasasn Hutan (APL)
Gambar 12. Diagram Angka Deforestasi per Fungsi Kawasan (Ribu Ha/Th) Tahun 2013 – 2014
C. Deforestasi di Dalam Kawasan Hutan Konservasi (KSA-KPA) Deforestasi di dalam kawasan Hutan Konservasi meliputi deforestasi di dalam kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam dan taman buru yang terjadi pada tipe hutan primer, hutan sekunder dan hutan tanaman. Berdasarkan hasil penghitungan deforestasi di dalam kawasan Hutan Konservasi per provinsi pada Tabel III.4, terlihat bahwa: a. Secara umum hutan sekunder mengalami deforestasi yang lebih besar dibandingkan dengan hutan primer dan hutan tanaman. Hutan primer pada kawasan konservasi memiliki angka deforestasi sebesar 3.724,9 ha/th atau 20,5% dari total angka deforestasi seluruh Indonesia di dalam kawasan hutan konservasi 18.163,2 ha/th. Hutan sekunder memiliki angka deforestasi sebesar 14.826,6 ha/th atau 81,6%, sedangkan hutan tanaman mengalami deforestasi sebesar -388,3 ha/th (-2,1%). Nilai deforestasi negatif menunjukkan bahwa terjadi penambahan luas areal tutupan berhutan di kawasan hutan konservasi.
17
Tabel III.4 Angka Deforestasi di dalam Kawasan Hutan Konservasi per Provinsi (Ha/Th) Tahun 2013 – 2014 NO.
PROVINSI
1
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Aceh Sumatera Utara Riau Sumatera Barat Jambi Sumatera Selatan Kepulauan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Kepulauan Riau SUMATERA
11 12 13 14 15 16
Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D.I. Yogyakarta Jawa Timur JAWA
17 18 19 20
Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara KALIMANTAN
ANGKA DEFORESTASI (Ha/Th) Hutan Sekunder Hutan Tanaman* Jumlah % Jumlah % 5 6 7 8
Hutan Primer Jumlah % 3 4 130,6 58,4 103,1 216,0 1.965,0 80,6 394,4 34,7 2.982,8
41,0 44,8 1,7 43,1 89,5 6,1 14,1 100,0 22,2
-
-
188,1 72,1 6.133,6 284,1 230,3 1.232,3 265,1 2.380,6 10.786,1
Total 9
59,0 55,2 103,8 56,6 10,5 93,9 100,0 85,3 80,1
-324,9 1,4 14,4 -309,0
-5,5 0,3 0,5 -2,3
1.501,0 1.501,0
100,0 11.593,6
-1488,1 -
100,0 -11493,6
-
711,1 181,3 304,1
100,0 99,9 19,9
0,3 1.224
0,1 80,1
711,1 181,5 1.527,8
-
-
236,9 1.433,5
56,2 50,4
185 1.408,8
49,6
421,8 2.842,3
180,9 3,2 184,0
37,2 100,0 24,1
305,2 101,5 101,1 70,9 578,8
62,8 100,0 100,0 100,0 75,9
-
-
486,1 3,2 101,5 101,1 70,9 762,9
-1.488,1
318,7 130,5 5.911,8 501,5 2.195,3 1.312,8 265,1 2.789,4 34,7 13.459,9 -1488,1 1.501,0 12,9
21 22 23 24 25 26
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Sulawesi Selatan SULAWESI
27 28 29
Bali NTB NTT BALI DAN NUSA TENGGARA
-
-
16,5 16,5
100,0 100,0
-
-
16,5 16,5
30 31
Maluku Utara Maluku MALUKU & MALUKU UTARA
-
-
-
-
-
-
-
32 33
Papua Papua Barat PAPUA
558,1 558,1
52,8 52,2
499,3 11,3 510,6
47,2 100,0 47,8
-
-
1.057,4 11,3 1.068,8
INDONESIA
3.724,9
20,5
14.826,6
81,6
-388,3
-2,1
18.163,2
Sumber : Data digital penutupan lahan skala 1 : 250.000 hasil penafsiran citra landsat 8 OLI Tahun 2013 dan 2014 Direktorat Inventarisasi & Pemantauan Sumber Daya Hutan,Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah tutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan (APL); terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya. Di dalam kawasan Hutan Konservasi, hutan tanaman tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/ IUPHHK-HT.
b.
Provinsi-provinsi yang memiliki angka deforestasi pada kawasan hutan konservasi terbesar terdapat di Provinsi Riau yaitu sebesar 103,1 ha/th di hutan primer dan 6.133,6 ha/th di hutan sekunder, diikuti dengan Provinsi Bengkulu sebesar 2.380,6 ha/th yang terjadi di hutan sekunder dan 394,4 ha/th di hutan primer, urutan berikutnya adalah Provinsi Jambi sebesar 1.965,0 ha/th di hutan primer dan 230,3 ha/th di hutan sekunder.
18
c.
Untuk Pulau Jawa, hanya Provinsi Jawa Timur yang mengalami deforestasi pada kawasan konservasi yaitu sebesar 1.501,0 ha/th, sedangkan di Provinsi Jawa Barat justru mengalami penambahan luas areal berhutan dengan luas 1.488,1 ha/th.
d. Provinsi yang memiliki angka deforestasi dalam kisaran sekitar 1,0 – 10,0 ribu ha/th terdapat di Provinsi Riau (5.911,8 ha/th), Provinsi Jambi sebesar (2.195,3 ha/th), Provinsi Sumatera Selatan (1.312,8 ha/th, Provinsi Bengkulu sebesar 2.789,4 ha/th, Jawa Timur sebesar 1.501,0 ha/th, Kalimantan Tengah sebesar 1.527,8 ha/th, dan Papua sebesar 1.057,4 ha/th. e.
Provinsi yang memiliki angka deforestasi dalam kisaran 100,0 – 1.000,0 ha/th terdapat di Provinsi Aceh (318,7 ha/th), Sumatera Utara (130,5 ha/th), Sumatera Barat (501,5 ha/th) dan Kepulauan Bangka Belitung (265,1 ha/th); Kalimantan Barat (711,1 ha/th), Kalimantan Selatan (181,5 ha/th), Kalimantan Timur dengan Kalimantan Utara (421,8 ha/th), Sulawesi Utara (486,1 ha/th), Sulawesi Tengah (101,5 ha/th), dan Sulawesi Tenggara (101,1 ha/th).
f.
Angka deforestasi yang <100,0 ha/th terjadi di Provinsi Lampung (34,7 ha/th), Gorontalo (3,2 ha/th), Sulawesi Selatan (70,9 ha/th), Bali (16,5 ha/th) dan Papua Barat (11,3 ha/th).
g.
Provinsi-provinsi yang tidak mengalami deforestasi pada kawasan hutan konservasi adalah Provinsi Kepulauan Riau, Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku Utara, dan Maluku.
h.
Selain terdapat provinsi yang tidak mengalami deforestasi pada kawasan hutan konservasi, ada pula provinsi yang mengalami panambahan luas areal berhutan di kawasan hutan konservasi (nilai deforestasi negatif) yaitu Provinsi Jawa Barat (1.488,1 ha/th).
Hutan Konservasi terdiri dari: 1. Kawasan Suaka Alam (KSA), meliputi Cagar Alam (CA) dan Suaka Margasatwa (SM); 2. Kawasan Pelestarian Alam (KPA), meliputi Taman Nasional (TN), Taman Hutan Raya (Tahura) dan Taman Wisata Alam (TWA); 3. Taman Buru. Masing-masing kawasan terebut memiliki karakteristik yang berbeda sehingga pengelolaannya pun akan berbeda pula. Deforestasi pada masing-masing kawasan konservasi harus menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan rencana pengelolaannya. C. Deforestasi di Dalam Kawasan Hutan Lindung (HL) Berdasarkan hasil penghitungan deforestasi di dalam kawasan Hutan Lindung per provinsi pada Tabel III.5, terlihat bahwa :
19
a. Provinsi Bengkulu adalah provinsi yang mengalami deforestasi paling tinggi di kawasan hutan lindung yaitu sebesar 6.000,7 ha/th yang sebagian besar terjadi pada hutan sekunder yaitu sebesar 4.660,1 ha/th. Provinsi kedua tertinggi yang mengalami deforestasi di kawasan hutan lindung adalah Provinsi Riau dimana deforestasi seluruhnya terjadi di hutan sekunder yaitu sebesar 2.846,1 ha/th. Provinsi ketiga yang memiliki angka deforestasi tertinggi di kawasan hutan lindung adalah Jawa Timur yaitu 2,783,2 ha/th yang seluruhnya terjadi di hutan sekunder. b. Provinsi yang memiliki angka deforestasi dalam kisaran sekitar 1,0 – 10,0 ribu ha/th terdapat di Provinsi Riau (2.846,1 ha/th), Jambi (1.425,3 ha/th), Sumatera Selatan (2.113,0 ha/th), Bengkulu (6.000,7 ha/th), Jawa Timur (2.783,2 ha/th), Kalimantan Barat (2.481,8 ha/th), Kalimantan Tengah (2.116,7 ha/th), Sulawesi Selatan (1.989,6 ha/th), dan Papua (1.260,5 ha/th). c. Provinsi yang memiliki angka deforestasi dalam kisaran sekitar 100,0 1.000,0 ha/th terdapat di Provinsi Aceh (905,3 ha/th), Sumatera Utara (751,5 ha/th), Sumatera Barat (955,1 ha/th), Kalimantan Selatan (178,1 ha/th), Kalimantan Timur dengan Kalimantan Utara (777,0 ha/th), Sulawesi Utara (320,4 ha/th), Sulawesi Tengah (311,1 ha/th), Sulawesi Tenggara (396,2 ha/th), dan Nusa Tenggara Timur (138,9 ha/th). d. Angka deforestasi di kawasan hutan lindung yang <100,0 ha/th terjadi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (48,2 ha/th), Lampung (66,2 ha/th), Sulawesi Barat (70,1 ha/th), dan Maluku Utara (4,4 ha/th). e. Provinsi yang tidak mengalami deforestasi di kawasan hutan lindung adalah Provinsi Kepulauan Riau, Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Gorontalo, Bali, Nusa Tenggara Barat, Maluku, dan Papua Barat. f. Pada Provinsi Jawa Barat terlihat adanya penambahan luas areal berhutan di kawasan hutan lindung yang ditunjukkan dengan angka negatif sebesar 3.815,6 ha/th. Hutan Lindung merupakan kawasan yang memiliki fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, memelihara kesuburan tanah dan mencegah intrusi air laut. Di sisi lain pertambahan penduduk telah menyebabkan meningkatnya tekanan terhadap kawasan hutan, khususnya hutan lindung, untuk memenuhi kebutuhan akan lahan garapan bagi masyarakat sekitar hutan. Terbukanya tutupan lahan berhutan pada hutan lindung akibat penebangan liar dan alih guna lahan menjadi lahan pertanian telah menyebabkan berbagai bencana erosi dan tanah longsor, timbulnya kekeringan pada saat musim kemarau dan banjir pada saat musim hujan, seperti yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini. Untuk mencegah terbukanya tutupan lahan berhutan di hutan lindung, pemanfaatan kawasan hutan lindung yang sesuai dengan daya dukung kawasan dapat dilakukan dengan mempertahankan jenis kayu-kayuan penghasil produk hasil hutan bukan kayu dan tanaman budidaya bagi masyarakat. Dengan demikian dapat mengakomodir kepentingan fungsi tata air hutan lindung dan sebagai sumber penghasilan bagi masyarakat sekitar hutan.
20
Tabel III.5 Angka Deforestasi di dalam Kawasan Hutan Lindung per Provinsi (Ha/Th) Tahun 2013 – 2014 NO.
PROVINSI
1
2
Hutan Primer Jumlah % 3 4
ANGKA DEFORESTASI (Ha/Th) Hutan Sekunder Hutan Tanaman* Jumlah % Jumlah % 5 6 7 8
Total
538,7 30,3 0,5 375,1 8,7 1.340,5 57,5 2.351,4
59,5 4,0 0,1 26,3 0,4 22,3 86,8 15,6
366,6 1.437,5 2.846,1 941,0 1.074,2 2.104,3 48,2 4.660,1 8,7 13.486,7
40,5 191,3 100,0 98,5 75,4 99,6 100,0 77,7 13,2 89,2
905,3 751,5 2.846,1 955,1 1.425,3 2.113,0 48,2 6.000,7 66,2 15.111,3
-
-
2.783,2 2.783,2
100,0 -269,6
-716,4 13,6 -24,0 -726,8
9
-95,3 1,4 -1,7 -4,8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Aceh Sumatera Utara Riau Sumatera Barat Jambi Sumatera Selatan Kepulauan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Kepulauan Riau SUMATERA
11 12 13 14 15 16
Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D.I. Yogyakarta Jawa Timur JAWA
17 18 19
Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara KALIMANTAN
145,2 47,6 42,0
5,9 26,7 2,0
2.336,6 43,9 2.074,6
94,1 24,7 98,0
86,5 -
49 -
2.481,8 178,1 2.116,7
45,8 280,7
5,9 5,1
731,2 5.186,3
94,1 93,4
86,5
1,6
777,0 5.553,5
21 22 23 24 25 26
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Sulawesi Selatan SULAWESI
73,9 115,8 11,4 24,7 225,8
23,1 37,2 2,9 1,2 7,3
246,5 195,3 384,8 70,1 1.964,8 2.861,6
76,9 62,8 97,1 98,8 92,7
-
-
320,4 311,1 396,2 70,1 1.989,6 3.087,4
27 28 29
Bali NTB NTT BALI DAN NUSA TENGGARA
-
-
100,0 100,0
-
-
30 31
Maluku Utara Maluku MALUKU & MALUKU UTARA
4,4 4,4
100,0 100,0
-
-
-
-
4,4 4,4
32 33
Papua Papua Barat PAPUA
410,9 410,9
32,6 32,6
849,5 849,5
67,4 67,4
-
-
1.260,5 1.260,5
INDONESIA
3.273,2
13,6
25.306,2
104,9
20
138,9 138,9
-3.815,6 -3.815,6
-4.455,9
100,0 369,6
-18,5
-3.815,6 2.783,2 -1.032,4
138,9 138,9
24.123,6
Sumber :Data digital penutupan lahan skala 1 : 250.000 hasil penafsiran citra landsat 8 OLI Tahun 2013 dan 2014 Direktorat Inventarisasi & Pemantauan Sumber Daya Hutan,Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah tutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan (APL); terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya. Di dalam kawasan Hutan Lindung, hutan tanaman tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT.
21
D.
Deforestasi di Dalam Kawasan Hutan Produksi Deforestasi di dalam kawasan hutan produksi terjadi pada Hutan Produksi Tetap (HP), Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan Hutan Produksi yang dapat diKonversi (HPK). 1. Hutan Produksi Tetap (HP) Berdasarkan hasil penghitungan deforestasi di dalam kawasan Hutan Produksi Tetap per provinsi pada Tabel III.6, terlihat bahwa : a. Sejalan dengan deforestasi di kawasan konservasi, Provinsi Riau (134.117,6 ha/th) juga merupakan provinsi yang mengalami deforestasi tertinggi pada kawasan hutan produksi, diikuti Kalimantan Tengah (21.536,0 ha/th) dan Kalimantan Timur dengan Kalimantan Utara (13.707,2 ha/th). b. Angka deforestasi dalam kisaran sekitar 1,0 – 10,0 ribu ha/th terdapat di Provinsi Aceh (2.017,4 ha/th), Sumatera Utara (2.928,2 ha/th), Jawa Timur (1.168,0 ha/th), Kalimantan Selatan (4.726,2 ha/th), dan Papua (1.734,0 ha/th). c. Provinsi yang mengalami deforestasi berkisar 100,0 - 1.000,0 ha/th adalah Provinsi Sumatera Barat (576,0 ha/th), Kepulauan Bangka Belitung (896,5 ha/th), Bengkulu (393,8 ha/th), Sulawesi Utara (555,9 ha/th), Sulawesi Tengah (250,0 ha/th), Sulawesi Tenggara (384,4 ha/th), dan Papua Barat (348,8 ha/th). d. Provinsi yang mengalami deforestasi dengan angka kurang dari 100,0 ha/th adalah Provinsi D.I. Yogyakarta (0,9 ha/th), Sulawesi Barat (42,3 ha/th), Sulawesi Selatan (62,5 ha/th), Bali (93,5 ha/th), Maluku Utara (26,9 ha/th), dan Maluku (66,5 ha/th). e. Provinsi yang tidak mengalami deforestasi di dalam kawasan hutan produksi tetap (HP) adalah Lampung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. f. Beberapa provinsi yang menunjukkan nilai deforestasi negatif, yaitu Jambi (-1.824,27 ha/th), Sumatera Selatan (-704,7 ha/th), Banten (-116,5 ha/th), Jawa Barat (-3.261,4 ha/th), Jawa Tengah (-79,2 ha/th), dan Kalimantan Barat (-900,2 ha/th). Data deforestasi di dalam kawasan Hutan Produksi Tetap, selengkapnya disajikan pada Tabel III.6 berikut ini :
22
Tabel III.6 Angka Deforestasi di dalam Kawasan Hutan Produksi Tetap per Provinsi (Ha/Th) Tahun 2013 – 2014 NO.
PROVINSI
1
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Aceh Sumatera Utara Riau Sumatera Barat Jambi Sumatera Selatan Kepulauan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Kepulauan Riau SUMATERA
11 12 13 14 15 16
Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D.I. Yogyakarta Jawa Timur JAWA
17 18 19
Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara KALIMANTAN
20
Hutan Primer Jumlah % 3 4
ANGKA DEFORESTASI (Ha/Th) Hutan Sekunder Hutan Tanaman* Jumlah % Jumlah % 5 6 7 8
Total
857,9 2,5 1.521,9 2.382,3
1.953,9 1.762,0 39.094,9 255,6 12139,1 39,3 896,5 393,8 56.535,1
2.017,4 2.928,2 134.117,6 576,0 -18242,7 -704,7 896,5 393,8 121.982,0
96,8 60,2 29,1 44,4 -66,5 -5,6 100,0 100,0 46,3
63,5 1.166,1 94.164,8 317,8 -31903,7 -744,0 63.064,7
5,2 28,1 930,9 964,2
-0,2 -35,5 79,7 -42,1
-116,5 -3266,6 -107,3 0,9 237,1 -3.252,4
100,0 100,2 135 100,0 20,3 142,1
-116,5 -3261,4 -79,2 0,9 1.168,0 -2.288,2
-1,1 0,3
3.310,6 984,2 19.333,6
-367,7 20,8 89,8
-4220,9 3.742,0 2.135
468,9 79,2 9,9
-900,2 4.726,2 21.536,0
397,7 474,8
2,9 1,2
7.617,0 31.245,3
55,6 80,0
5.693 7.348,9
41,5 18,8
13.707,2 39.069,1
95,0 95,0
17,1 7,3
460,9 250,0 384,4 42,3 62,5 1.200,1
82,9 100,0 100,0 100,0 92,7
-
-
555,9 250,0 384,4 42,3 62,5 1.295,1
10,1 67,1
0,6 0,4 -8,3 2,0
9
-
-
3,2 39,8 70,2 55 174,9 105,6 51,7
21 22 23 24 25 26
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Sulawesi Selatan SULAWESI
27 28 29
Bali NTB NTT BALI DAN NUSA TENGGARA
-
-
-
-
93,5 93,5
100,0 100,0
93,5 93,5
30 31
Maluku Utara Maluku MALUKU & MALUKU UTARA
17,3 17,3
66,5 66,5
100,0 71,2
9,6 9,6
35,8 10,3
26,9 66,5 93,4
32 33
Papua Papua Barat PAPUA
384,9 79,5 464,4
64,2 18,5 22,2 22,8 22,3
1.349,2 269,3 1.618,5
77,8 77,2 77,7
-
-
1.734,0 348,8 2.082,8
INDONESIA
3.433,8
2,1
91.629,6
56,4
41,4
162.327,7
67.264,4
Sumber :Data digital penutupan lahan skala 1 : 250.000 hasil penafsiran citra landsat 8 OLI Tahun 2013 dan 2014 Direktorat Inventarisasi & Pemantauan Sumber Daya Hutan,Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah tutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan (APL); terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.
Deforestasi di dalam kawasan hutan produksi tetap paling tinggi terjadi pada hutan sekunder yaitu sebesar 91,6 ribu ha/th (56,4 %), selanjutnya pada hutan tanaman 67,3 ribu ha/th (41,4 %), sedangkan pada hutan primer sebesar 3,4 ribu ha/th (2,1%). Kawasan Hutan Produksi Tetap umumnya diperuntukkan bagi pemanfaatan hasil hutan kayu. Dari seluruh provinsi di seluruh Indonesia yang mengalami deforestasi dalam kawasan hutan produksi tetap, sebagian besar mengalami deforestasi pada hutan sekunder. 23
2. Hutan Produksi Terbatas (HPT) Berdasarkan hasil penghitungan deforestasi di dalam kawasan Hutan Produksi Terbatas per provinsi pada Tabel III.7, terlihat bahwa : a. Provinsi Riau mengalami deforestasi terbesar yaitu 29.246,9 ha/th, diikuti dengan Kalimantan Tengah (8.516,2 ha/th) dan Kalimantan Barat ( 5.364,0 ha/th). b. Angka deforestasi pada kisaran 1,0 – 10,0 ribu ha/th terjadi di Provinsi Jambi (1.801,0 ha/th), Bengkulu (2.922,8 ha/th), Kalimantan Barat (5.364,0 ha/th), Kalimantan Tengah (8.516,2 ha/th), Kalimantan Timur dengan Kalimantan Utara (1.356,7 ha/th) serta Papua (3.189,8 ha/th). c.
Provinsi-provinsi yang mengalami deforestasi berkisar antara 100,0 – 1.000,0 ha/th terdapat di Provinsi Aceh (122,4 ha/th), Sumatera Utara (823,7 ha/th), Sumatera Barat (393,1 ha/th), Sumatera Selatan (132,3 ha/th), Sulawesi Utara (814,4 ha/th), Sulawesi Tengah (833,5 ha/th), Sulawesi Tenggara (447,4 ha/th), Sulawesi Barat (316,1 ha/th), Sulawesi Selatan (338,6 ha/th), Maluku (165,4 ha/th), dan Papua Barat (103,0 ha/th).
d.
Provinsi-provinsi yang mengalami deforestasi kurang dari 100,0 ha/th adalah Lampung (96,9 ha/th), Kepulauan Riau (4,3 ha/th), Kalimantan Selatan (8,9 ha/th), Gorontalo (40,3 ha/th) dan Maluku Utara (8,4 ha/th).
e.
Provinsi-provinsi yang tidak mengalami deforestasi di dalam kawasan hutan produksi terbatas (HPT) adalah Kepulauan Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
f.
Provinsi yang menunjukkan adanya penambahan luas areal berhutan ditandai dengan angka deforestasi negatif yaitu Provinsi Banten (-120,8 ha/th) dan Jawa Barat (-2.414,4 ha/th).
Data deforestasi dalam kawasan Hutan Produksi Terbatas, selengkapnya disajikan pada Tabel III.7 berikut ini :
24
Tabel III.7 Angka Deforestasi di dalam Kawasan Hutan Produksi Terbatas per Provinsi (Ha/Th) Tahun 2013-2014 NO.
PROVINSI
1
2
Hutan Primer Jumlah % 3 4
ANGKA DEFORESTASI (Ha/Th) Hutan Sekunder Hutan Tanaman* Jumlah % Jumlah % 5 6 7 8
Total
122,4 823,7 29.246,9 393,1 1.801,0 132,3 2.922,8 96,9 4,3 35.543,5
9
159,5 391,0 54,4 90,6 81,5 4,3 781,3
0,5 21,7 41,2 3,1 84,1 100,0 2,2
122,4 823,7 24.720,8 383,9 2.416,3 77,9 2.832,2 15,4 31.392,6
100 100 84,5 97,7 134,2 58,8 96,9 15,9 88,3
4.366,6 9,2 -1006,3 3.369,5
-
-
-
-
-120,8 -2414,4 -2.535,3
129,9 546,8
2,4 6,4
5.338,3 7.969,4
99,5 93,6
95,1 771,9
7,0 5,1
1.261,6 14.569,3
93,0 95,6
221,1 18,4 83,6 323,1
27,2 2,2 18,7 11,6
593,3 40,3 815,0 363,8 316,1 338,6 2.467,2
72,8 100,0 97,8 81,3 100,0 100,0 88,4
-
-
814,4 40,3 833,5 447,4 316,1 338,6 2.790,3
Bali NTB NTT BALI DAN NUSA TENGGARA
-
-
-
-
-
-
-
30 31
Maluku Utara Maluku MALUKU & MALUKU UTARA
8,4 8,4
100,0 4,9
165,4 165,4
100,0 95,1
-
-
8,4 165,4 173,8
32 33
Papua Papua Barat PAPUA
1.492,9 85,4 1.578,3
46,8 83,0 47,9
1.696,9 17,5 1.714,4
53,2 17,0 52,1
-
-
3.189,8 103,0 3.292,7
INDONESIA
3.463,1
6,4
50.308,9
92,3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Aceh Sumatera Utara Riau Sumatera Barat Jambi Sumatera Selatan Kepulauan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Kepulauan Riau SUMATERA
11 12 13 14 15 16
Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D.I. Yogyakarta Jawa Timur JAWA
17 18 19
Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara KALIMANTAN
21 22 23 24 25 26
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Sulawesi Selatan SULAWESI
27 28 29
20
14,9 2,3 -55,9 9,5 100,0 100,0 100,0
-120,8 -2414,4 -2.535,3
-104,2 8,9 -
-1,9 100,0 -
5.364,0 8,9 8.516,2
-95,4
-0,6
1.356,7 15.245,8
738,9
1,4
54.510,8
Sumber :Data digital penutupan lahan skala 1 : 250.000 hasil penafsiran citra landsat 8 OLI Tahun 2013 dan 2014 Direktorat Inventarisasi & Pemantauan Sumber Daya Hutan,Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah tutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan (APL); terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.
Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) merupakan cadangan potensi kayu dan sumber benih permudaan alam. Dari hasil penghitungan deforestasi pada seluruh provinsi, semuanya mengalami deforestasi pada hutan sekunder yang lebih luas dibandingkan hutan primernya.
25
3. Hutan Produksi yang dapat di-Konversi (HPK) Berdasarkan hasil penghitungan deforestasi di dalam kawasan Hutan Produksi yang dapat di-Konversi per provinsi pada Tabel III.8, terlihat bahwa : a. Tidak semua provinsi memiliki kawasan Hutan Produksi yang dapat diKonversi antara lain Provinsi Lampung, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan seluruh provinsi di Pulau Jawa. b. Provinsi yang mengalami deforestasi terbesar pada kawasan Hutan Produksi yang dapat di-Konversi adalah Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 14.674,1 ha/th, hampir seluruhnya (99,5%) terjadi pada hutan sekunder, diikuti dengan Provinsi Riau sebesar 8.664,0 ha/th Provinsi Papua sebesar 4.230,7 ha/th, dan Gorontalo sebesar 2.184,5 ha/th. c. Provinsi yang memiliki angka deforestasi pada kisaran 100,0 – 1.000,0 ha/th terdapat pada Provinsi Sumatera Barat (904,7 ha/th), Kalimantan Barat (216,2 ha/th), Kalimantan Timur dengan Kalimantan Utara (348,0 ha/th), Sulawesi Tengah (384,1 ha/th), Sulawesi Tenggara (155,9 ha/th), Maluku Utara (128,6 ha/th), Maluku (357,7 ha/th), dan Papua Barat (937,0 ha/th). d.
Provinsi yang mengalami deforestasi kurang dari 100 ha/th antara lain Sumatera Utara (41,3 ha/th), Jambi (11,6 ha/th), dan Kalimantan Selatan (97,3 ha/th).
e.
Provinsi yang tidak mengalami deforestasi di dalam kawasan hutan produksi yang dapat di-Konversi (HPK) adalah Provinsi Aceh, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Bengkulu, Kepulauan Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Timur.
Hutan Produksi yang dapat di-Konversi (HPK) adalah kawasan hutan di luar hutan tetap. Pada umumnya diperuntukkan bagi kegiatan di luar kehutanan, antara lain transmigrasi dan perkebunan, dengan alternatif pelepasan kawasan menjadi kawasan Non Hutan Negara atau Areal Penggunaan Lain (APL). Data angka deforestasi di dalam kawasan Hutan Produksi yang dapat diKonversi selengkapnya disajikan pada Tabel III.8 berikut ini :
26
Tabel III.8 Angka Deforestasi di dalam Kawasan Hutan Produksi yang dapat di-Konversi per Provinsi (Ha/Th) Tahun 2013 – 2014 NO.
PROVINSI
1
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Aceh Sumatera Utara Riau Sumatera Barat Jambi Sumatera Selatan Kepulauan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Kepulauan Riau SUMATERA
ANGKA DEFORESTASI (Ha/Th) Hutan Sekunder Hutan Tanaman* Jumlah % Jumlah % 5 6 7
Hutan Primer Jumlah % 3 4 7,7 8,7 16,4
27,9 0,2
251,0 15.067,0
28,5 28,5
7,4 1,0
Bali NTB NTT BALI DAN NUSA TENGGARA
30 31
Maluku Utara Maluku MALUKU & MALUKU UTARA
32 33
20
21 22 23 24 25 26
27 28 29
28,7 97,0 125,7
8.005,2 -
100,0 81,6 97,6 97,6 83,2
216,2 2,8 14.597,1
17 18 19
Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D.I. Yogyakarta Jawa Timur JAWA
0,2
41,3 7.069,7 882,9 11,3 -
100,0 2,8 99,5
11 12 13 14 15 16
-
0,1 1,0 0,2
1.586,6 13,1 0,3 1.600,0
Total 8 18,3 1,4 2,4 16,6
-
9 41,3 8.664,0 904,7 11,6 9.621,6
-
-
-
-
94,5 48,4
97,2 0,3
216,2 97,3 14.674,1
72,1 83,2
143,0
16,6
348,0 15.335,6
72,9 2.184,5 355,6 155,9 2.768,9
100,0 100,0 92,6 100,0 99,0
-
-
72,9 2.184,5 384,1 155,9 2.797,4
-
-
-
-
-
-
-
128,6 81,9 210,5
100,0 22,9 43,3
275,7 275,7
77,1 56,7
-
-
128,6 357,7 486,3
Papua Papua Barat PAPUA
1.014,1 186,3 1.200,4
24,0 19,9 23,2
3.216,7 750,7 3.967,4
76,0 80,1 76,8
-
-
4.230,7 937,0 5.167,8
INDONESIA
1.581,4
4,7
30.084,2
90,0
5,2
33.408,6
Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara KALIMANTAN Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Sulawesi Selatan SULAWESI
1.742,9
-
Sumber :Data digital penutupan lahan skala 1 : 250.000 hasil penafsiran citra landsat 8 OLI Tahun 2013 dan 2014 Direktorat Inventarisasi & Pemantauan Sumber Daya Hutan,Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah tutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan (APL); terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.
Pelaksanaan kegiatan transmigrasi dan perkebunan yang belum dilaksanakan sesuai ketentuan dapat mengakibatkan timbulnya okupasi areal oleh masyarakat setempat. Oleh karena itu, perlu adanya upaya penyempurnaan pelaksanaan pengelolaan kawasan hutan yang dapat dikonversi, terutama dalam hal regulasi proses pelepasan kawasan hutan untuk penggunaan non kehutanan, sehingga kegiatan perubahan peruntukkan kawasan hutan dapat memberikan jaminan sumber daya alam dan keberlangsungan pengusahaannya. 27
E.
Deforestasi Di Luar Kawasan Hutan (Areal Penggunaan Lain) Berdasarkan hasil penghitungan deforestasi di luar kawasan hutan (Areal Penggunaan Lain) per provinsi pada Tabel III.9, terlihat bahwa : a. Provinsi Kalimantan Barat merupakan provinsi dengan angka deforestasi terbesar yaitu 22.046,8 ha/th, diikuti Kalimantan Timur dengan Kalimantan Utara (21.728,7 ha/th) dan Provinsi Riau (21.152,9 ha/th). b. Provinsi yang memiliki angka deforestasi berkisar sekitar 1,0 – 10,0 ribu ha/th yaitu Provinsi Aceh (4.284,2 ha/th), Sumatera Utara (1.465,3 ha/th), Sumatera Barat (1.725,7 ha/th), Jambi (2.868,1 ha/th), Jawa Timur (2.044,9 ha/th), Kalimantan Selatan (1.746,6 ha/th), Sulawesi Utara (1.528,3 ha/th), Sulawesi Tengah (2.833,9 ha/th), Maluku Utara (1.400,7 ha/th), dan Papua (8.970,6 ha/th). c. Provinsi yang memiliki angka deforestasi antara 100 – 1.000 ha/th adalah Provinsi Sumatera Selatan (673,7 ha/th), Kepulauan Bangka Belitung (489,7 ha/th), Gorontalo (358,0 ha/th), Sulawesi Tenggara (883,3 ha/th), Sulawesi Barat (500,6 ha/th), Sulawesi Selatan (892,3 ha/th), Maluku (322,7 ha/th), dan Papua Barat (448,8 ha/th). d. Provinsi yang mengalami deforestasi relatif kecil yaitu <100,0 adalah Kepulauan Riau (0,4 ha/th), D.I. Yogyakarta (31,9 ha/th), dan Bali (20,2 ha/th) e. Provinsi yang tidak mengalami deforestasi di luar kawasan hutan (Areal Penggunaan Lain) adalah DKI Jakarta dan Nusa Tenggara Barat. f. Provinsi yang menunjukkan nilai deforestasi negatif, yaitu Provinsi Bengkulu (-37,4 ha/th), Lampung (-33,9 ha/th), Banten (-28,7 ha/th), Jawa Barat (3.901,0 ha/th) , Jawa Tengah (-15,1 ha/th), dan Nusa Tenggara Timur (-30,2 ha/th) Data deforestasi di luar kawasan hutan atau di dalam areal penggunaan lain selengkapnya disajikan pada Tabel III.9 berikut ini :
28
Tabel III.9 Angka Deforestasi di luar Kawasan Hutan (Areal Penggunaan Lain) per Provinsi (Ha/Th) Tahun 2013 – 2014 ANGKA DEFORESTASI (Ha/Th) NO.
PROVINSI
1
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Aceh Sumatera Utara Riau Sumatera Barat Jambi Sumatera Selatan Kepulauan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Kepulauan Riau SUMATERA
11 12 13 14 15 16
Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D.I. Yogyakarta Jawa Timur JAWA
17 18 19
Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara KALIMANTAN
20
Hutan Primer
Hutan Sekunder
Jumlah 3
% 4
Jumlah 5
0,3 5,6 1.170,5 8,9 120,1 0,4 1.305,7
0,3 40,8 1,3 -320,7 100,0 4,0
4.283,9 1.420,3 16.801,1 1.099,8 2.154,1 673,6 489,7 -181,0 -33,9 26.707,6
-
-
-
102,5 33,1
% 6
Jumlah 7
100,0 96,9 79,4 63,7 75,1 100 100 483,5 100 82,0
9
45,1 4.351,7 620,2 -456,4 -8,7 23,5 4.575,4
3,1 20,6 36 -15,9 -1,3 -62,7 14,0
4.284,2 1.465,3 21.152,9 1.725,7 2.868,1 673,7 489,7 -37,4 -33,9 0,4 32.588,7
-28,7
-28,7 -3901,0 -15,1 31,9 2.044,9 -1.868,0
2.043,4 2.069,6
-3927,1 -15,1 31,9 1,5 -3937,6
100,0 100,7 100,0 100,0 0,1 210,8
0,5 0,3
21.085,7 77,0 9.204,0
95,6 4,4 88,0
858,6 1.669,6 1.227,8
3,9 95,6 11,7
22.046,8 1.746,6 10.464,9
759,1 894,7
3,5 1,6
20.431,3 50.797,9
94,0 90,7
538,3 4.294,3
2,5 7,7
21.728,7 55.986,9
472,6 471,5 106,4
30,9 16,6 12,0 2,5 15,3
1.055,6 358,0 2.362,4 776,9 500,6 870,3 5.923,9
69,1 100,0 83,4 88,0 100,0 97,5 84,7
-
1.528,3 358,0 2.833,9 883,3 500,6 892,3 6.996,4
-
26,1 -
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Sulawesi Selatan SULAWESI
27 28 29
Bali NTB NTT BALI DAN NUSA TENGGARA
-
-
Maluku Utara Maluku MALUKU & MALUKU UTARA
1.399,3 1.399,3
99,9 81,2
1,4 322,7 324,1
0,1 100,0 18,8
Papua Papua Barat PAPUA
3.853,1 29,3 3.882,4
43,0 6,5 41,2
5.117,5 419,5 5.537,0
57,0 93,5 58,8
INDONESIA
8.554,7
8,2
91.342,6
87,1
32 33
Total
% 8
-0,7 99,9 -110,8
21 22 23 24 25 26
30 31
Hutan Tanaman*
22,0 1.072,5 -
12,5 -30,0 -17,5
61,9 100,0 178,3
7,7
7,7 -
38,1 -78,3
20,2 -30,0 -9,8
-
-
1.400,7 322,7 1.723,4
-
-
8.970,6 448,8 9.419,4
4,7
104.837,0
4.939,7
Sumber :Data digital penutupan lahan skala 1 : 250.000 hasil penafsiran citra landsat 8 OLI Tahun 2013 dan 2014 Direktorat Inventarisasi & Pemantauan Sumber Daya Hutan,Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah tutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan (APL); terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.
29
Dari total deforestasi bruto pada Areal Penggunaan Lain (104.837,0 ha/th) terjadi deforestasi pada hutan sekunder sebesar 91,3 ribu ha/th (87,1 %). Keberadaan hutan primer pada APL memerlukan kecermatan dalam pengelolaannya terutama dalam hal pemanfaatannya, karena merupakan aset yang penting sebagai sistem penyangga kehidupan di tengah maraknya penebangan di dalam kawasan hutan. Areal ini juga dapat dicadangkan sebagai kawasan hutan negara sebagai alternatif pengganti peran fungsi hutan dari kawasan hutan yang telah terdegradasi. F. Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tutupan Hutan Aktivitas pembangunan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat mencakup di segala bidang kehidupan, tidak terkecuali pembangunan di bidang kehutanan. Penggunaan lahan dalam rangka pembangunan di bidang kehutanan tidak hanya dilakukan pada kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan hutan tetapi juga di luar kawasan hutan. Pemanfaatan, penggunaan dan perubahan peruntukan kawasan hutan untuk aktivitas di luar kehutanan merupakan dinamika yang terjadi di kawasan hutan. Selain itu, perubahan fungsi kawasan hutan dan rehabilitasi lahan dan hutan merupakan salah satu dinamika pembangunan di bidang kehutanan. Segala aktivitas pembangunan tersebut dapat mempengaruhi perubahan tutupan lahan dan hutan baik yang menyebabkan pertambahan luas areal tutupan hutan maupun pengurangan luas areal tutupan hutan. Perubahan tutupan hutan selain dipengaruhi oleh aktivitas yang terencana sebagaimana di atas terdapat juga faktor yang tidak terencana, salah satunya adalah kejadian kebakaran lahan dan hutan. Perubahan tersebut berbeda setiap tahunnya yang secara periodik dapat diamati dan dimonitor, sebagai upaya pengelolaan sumber daya hutan yang lestari dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam sub bab ini akan di bahas secara umum tentang faktor yang dapat mempengaruhi perubahan tutupan hutan baik penambahannya maupun pengurangannya. 1. Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Pada periode 2013-2014 terdapat perubahan fungsi kawasan hutan pada beberapa provinsi. Perubahan fungsi kawasan hutan yang dapat mempengaruhi deforestasi bruto antara lain perubahan dari fungsi kawasan konservasi dan/atau lindung menjadi fungsi produksi atau menjadi bukan kawasan hutan. Berdasarkan hasil analisis keruangan, perubahan tutupan hutan menjadi tidak berhutan pada areal kawasan hutan yang berubah fungsi tidak menunjukkan persentase yang besar. Terdapat 11 (sebelas) provinsi yang mengalami deforestasi bruto pada areal kawasan hutan yang berubah fungsi menjadi hutan produksi atau bukan kawasan hutan maupun sebaliknya, selengkapnya disajikan pada tabel III.10.
30
Tabel III. 10 Rekapitulasi luas areal deforestasi bruto pada areal perubahan fungsi kawasan hutan No
Provinsi
a 1 2
b Aceh Sumatera Utara
3
Riau
4
Kelimantan Barat
5 6
Kalimantan Tengah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara
7 8 9 10 11
Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Nusa Tenggara Timur Papua Barat
Luas Deforestasi bruto (ha) Persentase Keterangan Perubahan Fungsi Total per provinsi (%) Kawasan Hutan (ha) c d e f 596,2 7.648,1 7,8 HL menjadi HP 316,0 7.563,8 4,2 1. HL menjadi HP dan HPK 2. HPT menjadi HP 3. HP menjadi APL 4. APL menjadi HP 68.518,7 275.593,1 24,9 1. HPT menjadi KSA-KPA, HL, HP, dan APL 2. HP menjadi HPT dan APL 3. HPK menjadi HPT, HP, dan APL 4. APL menjadi HP dan HPK 337,0 36.293,5 0,9 1. HL menjadi APL 2. HPT menjadi HPL 3. HP dan HPK menjadi APL 4. APL menjadi HP 612,0 66.669,5 0,9 APL menjadi HPK 770,7 39.506,2 2,0 1. KSA-KPA, HL, dan HP menjadi APL 2. HPT menjadi KSA-KPA 3. APL menjadi KSA-KPA dan HPT 2.175,8 2.586,1 84,1 APL menjadi HPK 28,5 4.873,6 0,6 APL menjadi HPT 16,6 929,0 1,8 HL menjadi HPT 12,4 227,8 5,5 HL menjadi APL 24,8 1.848,9 1,3 HPK menjadi APL
Sumber : pengolahan data, 2015
Dari Tabel III.10 di atas, deforestasi bruto pada areal kawasan hutan yang berubah fungsi sebagian besar menunjukkan persentase di bawah 10%. Provinsi yang mengalami deforestasi bruto pada areal perubahan fungsi kawasan hutan dengan nilai yang tinggi adalah Provinsi Gorontalo sebesar 84,1% dan Provinsi Riau sebesar 24,9%. Tabel III. 11
Rekapitulasi Luas Areal Reforestasi pada Areal Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Luas Reforestasi (ha)
No
Provinsi
a 1 Riau
2 3 4 5
b
Jambi Sumatera Selatan Kalimantan Barat Kalimantan Tengah
Perubahan Fungsi Kawasan Hutan c 21.622,6
25,6
Total per Provinsi d 73.653,7
62.435,1 808,0 6.373,9 7.833,9
Persentase (%) e
Keterangan
f 29,4 1. HPT menjadi KSA-KPA, HP, dan APL 2. HP menjadi KSA-KPA dan HPT 3. HPK menjadi HP
0,4 HP menjadi HPT
Sumber : pengolahan data, 2015
Dari Tabel III.11, reforestasi pada areal yang mengalami perubahan fungsi hanya terjadi pada Provinsi Riau yaitu sebesar 29,4% dibandingkan total reforestasinya. Provinsi Kalimantan Barat juga mengalami reforestasi pada areal tersebut walaupun persentase angkanya relatif sangat kecil.
31
2. Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Perubahan peruntukan kawasan hutan umumnya ditujukan untuk kegiatan perkebunan dan transmigrasi. Data-data yang digunakan dalam analisis ini bukan hanya yang terbit pada tahun 2013 – 2014, namun semua yang telah terbit sampai dengan tahun 2014. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi deforestasi yang terjadi pada areal tersebut secara keseluruhan. Deforestasi bruto pada areal yang mengalami perubahan kawasan hutan untuk perkebunan terjadi pada 18 (delapan belas) Provinsi, sedangkan untuk transmigrasi terjadi pada 11 (sebelas) provinsi. Persentase deforestasi bruto tersebut terhadap total angka deforestasi bruto untuk masing-masing provinsi sebagaimana disajikan pada Tabel III.12. Tabel III. 12 Rekapitulasi Luas Areal Deforestasi Bruto pada Areal Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Total deforestasi areal perubahan bruto provinsi peruntukan utk (ha) perkebunan
No
Provinsi
a 1 2 3 4 5 6 7
b Aceh Sumatera Utara Riau Sumatera Barat Jambi Sumatera Selatan Kepulauan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Kepulauan Riau Jawa Barat Jawa Tengah D.I. Yogyakarta Jawa Timur Kelimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara
c 7.648,1 7.563,8 275.593,1 5.233,7 52.493,7 4.335,2 1.870,6
615,1 9,5 15.012,3 719,5 888,1 -
12.773,4 198,0 4,6 264,1 28,1 32,8 7.497,1 36.293,5 6.938,5 66.669,5 39.506,2
81,1 9.407,7 100,0 7.353,2 2.722,4
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Sulawesi Selatan Bali Nusa Tenggara Timur Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua
3.803,2 2.586,1 4.873,6 2.368,3 929,0 3.354,0 137,8 227,8 1.569,1 912,2 1.848,9 20.443,1
88,1 2.455,4 80,6 75,0 1.208,0 130,1 370,7 8.111,4
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
d
Luas deforestasi bruto (ha) areal perubahan Di Luar peruntukan Kawasan utk Hutan transmigrasi e f 3.479,2 160,7 227,2 620,6 7.894,8 176,8 1.114,3 170,0 3.325,9 682,5 654,7 100,2 3,3 236,9 444,8 4,1 170,4 168,3
g 11.903,1 8.421,1 298.677,1 7.067,6 56.877,6 5.017,7 2.525,3
areal perubahan peruntukan utk perkebunan h 8,0 0,1 5,4 13,7 1,7 -
Persentase (%) areal perubahan peruntukan utk transmigrasi i 2,1 3,0 0,1 0,3 -
583,2 0,2 0,3 210,2 0,0 26,2 2.044,9 12.542,7 1.643,2 4.580,0 16.107,1
13.437,7 198,2 4,9 474,3 28,1 59,0 9.542,0 58.344,0 8.685,0 78.839,6 58.780,5
0,6 25,9 1,4 11,0 6,9
0,3 0,0 0,4 1,1
4,6 0,1 7,4 79,6 0,0 79,8 27,3 34,6 23,7 6,9 40,8
1.551,4 78,5 2.748,1 874,9 499,9 892,4 27,8 88,9 192,7 162,8 69,5 1.392,8
5.442,8 5.120,0 7.702,3 3.322,3 1.428,9 4.246,3 165,6 316,7 2.969,8 1.375,5 2.289,1 30.115,6
2,3 94,9 1,7 3,2 77,0 14,3 20,0 39,7
0,2 18,7 0,8
40,8 3,0 56,4 36,9 53,8 26,6 20,2 39,0 12,3 17,8 3,8 6,8
Total (d+e+f)
Di Luar Kawasan Hutan j 45,5 8,2 2,9 21,3 6,3 15,7 35,0
Sumber : pengolahan data, 2015
Berdasarkan Tabel III.12, hampir sejalan dengan deforestasi bruto pada areal perubahan fungsi kawasan, persentase deforestasi bruto pada areal perubahan 32
peruntukan kawasan hutan untuk transmigrasi menunjukkan angka yang relatif kecil, hanya di Provinsi Maluku saja yang memiliki persentase yang cukup tinggi yaitu sebesar 18,7%. Sementara deforestasi bruto pada areal perubahan peruntukan kawasan hutan untuk perkebunan menunjukkan angka yang relatif tinggi, terutama di Provinsi Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Gorontalo, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua. Deforestasi bruto pada areal perubahan peruntukan kawasan hutan untuk perkebunan berturut-turut menempati persentase tertinggi yaitu di Provinsi Gorontalo (94,9%), Maluku Utara (77,0%), dan Papua (39,7%) dari total deforestasi bruto masing-masing provinsi. Di beberapa provinsi, deforestasi bruto pada areal di luar kawasan hutan memperlihatkan angka yang lebih besar dari 50% yaitu di Provinsi Jawa Barat, D.I. Yogyakarta, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Barat. Sementara provinsi dengan angka deforestasi bruto berkisar pada 10%-50% terjadi pada Provinsi Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kep. Bangka Belitung, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dengan Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Bali, Nusa Tenggara Timur, Maluku Utara, dan Maluku. Selanjutnya angka deforestasi bruto di luar kawasan hutan kurang dari 10% terjadi di Provinsi Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, Kep. Riau, Jawa Tengah, Kalimantan Tengah, Gorontalo, Papua Barat, dan Papua. Selain mempengaruhi deforestasi bruto, kegiatan-kegiatan pada kawasan hutan yang telah diubah peruntukannnya juga dapat mempengaruhi luas tutupan tidak berhutan menjadi berhutan (reforestasi), sebagaimana disajikan pada Tabel III.13. Tabel III. 13 Rekapitulasi Luas Areal Reforestasi pada Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan
No
a 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Provinsi
b Sumatera Utara Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Jawa Barat Jawa Tengah Banten Bali Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara 16 Sulawesi Utara 17 Sulawesi Tengah
c 1.423,3 73.653,7 62.435,1 808,0 704,1 34,1 171,1 15.144,6 122,4 266,1 7,6 119,0 6.373,9 7.833,9 1.166,7
Luas reforestasi (ha) areal areal perubahan perubahan Di Luar peruntukan utk peruntukan Kawasan perkebunan utk Hutan transmigrasi d e f 34,7 441,2 167,5 236,8 480,3 1.606,0 8,2 1,1 700,0 34,1 171,1 4.111,1 15,1 28,7 7,6 119,0 2.093,2 125,0 561,6 10,2 769,3 541,5
25,1 159,6
23,2 32,9
Total reforestasi provinsi (ha)
34,7 608,7 2.323,1 9,3 700,0 34,1 171,1 4.111,1 15,1 28,7 7,6 119,0 2.218,3 1.341,1 541,5
areal perubahan peruntukan utk perkebunan h 0,6 0,4 1,0 32,8 7,2 -
Persentase (%) areal perubahan peruntukan utk transmigrasi i 0,8 0,1 -
23,2 32,9
-
-
Total (d+e+f) g
Di Luar Kawasan Hutan j 2,4 0,2 2,6 0,1 99,4 100,0 100,0 27,1 12,4 10,8 100,0 100,0 2,0 9,8 46,4 92,3 20,6
Sumber : pengolahan data, 2015 33
Kegiatan yang diakibatkan perubahan peruntukkan kawasan hutan menjadi perkebunan maupun transmigrasi relatif tidak banyak memberikan pengaruh terhadap reforestasi. Terdapat empat provinsi yang mengalami reforestasi pada areal perubahan peruntukan untuk perkebunan dengan persentase yang relatif kecil kecuali pada Provinsi Kalimantan Barat sebesar 32,8%. Sementara itu dua provinsi yang mengalami reforestasi pada areal perubahan peruntukan untuk transmigrasi menunjukkan angka yang relatif kecil yaitu kurang dari 1,0 %. Berdasarkan hasil analisis data, reforestasi yang sepenuhnya terjadi di luar kawasan hutan berlokasi di Provinsi Lampung, Kep. Bangka Belitung, Bali, dan Nusa Tenggara Timur. Selanjutnya Provinsi dengan angka reforestasi di luar kawasan hutan sebesar >50% terjadi di Provinsi Bengkulu dan Sulawesi Utara. Untuk provinsi dengan angka reforestasi berkisar 10%-50% terjadi pada Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Kalimantan Timur dengan Kalimantan Utara, dan Sulawesi Tengah. Berikutnya provinsi dengan angka reforestasi <10% di Luar Kawasan Hutan berlokasi di Provinsi Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah. 3. Pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan Kegiatan pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan juga dapat mempengaruhi deforestasi bruto dan reforestasi. Pemanfaatan Kawasan Hutan mencakup Izin Usaha Pemanfatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam (IUPHHK-HA), Izin Usaha Pemanfatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (IUPHHK-HT), Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Desa, Hutan Kemasyarakatan dan Restorasi Hutan. Sama halnya dengan perubahan fungsi dan perubahan peruntukan kawasan hutan, deforestasi bruto dan reforestasi juga diidentifikasi pada areal pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan. Identifikasi tersebut disajikan dalam satuan luas dan persentase terhadap angka total deforestasi bruto untuk setiap provinsi sebagaimana Tabel III.14.
34
Tabel III. 14
Rekapitulasi Luas Areal Deforestasi Bruto di dalam dan di luar Areal Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan luas deforestasi (ha)
No
Provinsi
Total deforestasi bruto provinsi (ha)
a
b
c
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Aceh Sumatera Utara Riau Sumatera Barat Jambi Sumatera Selatan Kepulauan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Kepulauan Riau Jawa Barat Jawa Tengah D.I. Yogyakarta Jawa Timur Kelimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Sulawesi Selatan Bali Nusa Tenggara Timur Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua
di luar Pemanfataan Penggunaan pemanfaatan dan Kawasan penggunaan Kawasan Hutan Hutan Kawasan Hutan d
e
f
7.648,1 7.563,8 275.593,1 5.233,7 52.493,7 4.335,2 1.870,6
1.067,8 4.433,9 170.587,0 895,4 37.533,1 538,8 809,2
1,3 88,9 9,1 48,3 5,2 -
2.325,4 2.271,3 81.833,3 2.495,3 10.528,3 3.108,7 406,6
12.773,4 198,0 4,6 264,1 28,1 32,8 7.497,1 36.293,5 6.938,5 66.669,5 39.506,2
2.426,9 8,4 5,8 7.795,2 4.667,0 30.543,1 16.019,3
28,9 50,5 229,9 1.154,0 1.324,8
9.653,4 189,4 4,3 53,9 28,1 0,9 5.452,2 6.397,2 295,0 22.802,4 2.887,7
3.803,2 2.586,1 4.873,6 2.368,3 929,0 3.354,0 137,8 227,8 1.569,1 912,2 1.848,9 20.443,1
111,8 233,5 13,4 161,1 46,7 184,1 1.361,2 4.587,2
13,7 53,9 91,8 1,6 0 0 0,9 -
2.051,8 52,2 1.797,7 1.347,0 176,2 2.460,0 110,0 138,9 120,8 264,8 47,5 6.183,3
Persentase (%) Total (d+e+f+g)
Pemanfataan Kawasan Hutan
g
h
di luar Penggunaan pemanfaatan dan Kawasan penggunaan Hutan Kawasan Hutan i
j
3.393,1 6.706,5 252.509,1 3.399,8 48.109,7 3.652,7
14,0 58,6 61,9 17,1 71,5 12,4
0,0 0,0 0,2 0,1 0,1
30,4 30,0 29,7 47,7 20,1 71,7
1.215,9 12.109,1 197,8 4,3 53,9 28,1 6,6 5.452,2 14.243,0 5.192,0 54.499,4
43,3 19,0 4,2 17,6 21,5 67,3 45,8
0,2 0,1 3,3 1,7
21,7 75,6 95,7 92,6 20,4 100,0 2,6 72,7 17,6 4,3 34,2
20.231,9 2.163,6 52,2 2.044,9 1.414,3 429,1 2.461,6 110,0 138,9 168,4 448,9 1.408,7 10.770,6
40,5 2,9 4,8 0,6 17,3 3,0 20,2 73,6 22,4
3,4 0,3 2,3 9,9 0,0 0,1 -
7,3 53,9 2,0 36,9 56,9 19,0 73,3 79,8 61,0 7,7 29,0 2,6 30,2
Sumber : pengolahan data, 2015
Berdasarkan Tabel III.14 terlihat bahwa kegiatan pemanfaatan kawasan hutan relatif signifikan mempengaruhi deforestasi bruto. Beberapa provinsi yang mengalami deforestasi di dalam areal pemanfaatan kawasan hutan di atas 50% antara lain Provinsi Sumatera Utara, Riau, Jambi, Kalimantan Selatan, dan Papua Barat, terdapat 3 (tiga) Provinsi yang memiliki persentase hampir mencapai 50% adalah Kalimantan Tengah (45,8%), Bangka Belitung (43,3%) dan Kalimantan Timur dengan Kalimantan Utara (40,5%). Sementara provinsi dengan persentase deforestasi bruto pada areal pemanfaatan kawasan hutan 10% - 50%, yaitu Provinsi Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, D.I. Yogyakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dengan Kalimantan Utara, Sulawesi Barat, Maluku dan Papua. Terdapat 5 (lima) provinsi yang memiliki persentase relatif kecil antara 0%-10% yaitu Provinsi Lampung, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara. Berbeda dengan pemanfaatan kawasan hutan, persentase deforestasi bruto pada areal penggunaan kawasan hutan menunjukkan angka yang relatif kecil, kecuali Provinsi Sulawesi Barat yang mencapai 9,9%. Angka yang relatif kecil dapat dipengaruhi oleh faktor sumber data citra yang merupakan citra resolusi sedang. Pada umumnya areal penggunaan kawasan hutan memiliki luas relatif kecil 35
sehingga identifikasi deforestasi bruto menjadi terbatas. Untuk keperluan pemantauan penggunaan kawasan hutan yang lebih detail diperlukan citra resolusi tinggi bahkan sangat tinggi. Deforestasi bruto tidak hanya teridentifikasi di areal pemanfataan dan penggunaan kawasan hutan, tetapi juga terjadi di luar areal tersebut. Dari hasil perhitungan, persentase deforestasi bruto yang berada di luar areal pemanfataan dan penggunaan kawasan hutan menunjukkan angka yang relatif tinggi. Bahkan beberapa provinsi menunjukkan deforestasi di luar area pemanfaatan dan penggunaan Kawasan Hutan yang lebih besar dari 50% antara lain di Provinsi Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Kepulauan Riau, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Bali, dan Nusa Tenggara Timur. Selanjutnya angka deforestasi berkisar 10%-50% antara lain terjadi pada Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Jambi, Kep. Bangka Belitung, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Maluku, dan Papua. Sementara provinsi dengna angka deforestasi bruto kurang dari 10% antara lain pada Provinsi D.I. Yogyakarta, Kalimantan Selatan, Gorontalo, Kalimantan Timur dengan Kalimantan Utara, Maluku Utara, dan Papua Barat, Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa deforestasi bruto dipengaruhi oleh beberapa faktor tergantung dari kondisi pada masing-masing provinsi. Pada provinsi yang di dalamnya terdapat banyak izin pemanfaatan dan penggunaan Kawasan Hutan serta perubahan peruntukkan Kawasan Hutan, deforestasi bruto menjadi tinggi diakibatkan oleh aktifitas antara lain penanaman, perkebunan, land clearing, operasional tambang, dan sebagainya. Sebaliknya untuk provinsi yang di dalamnya tidak terdapat ijin pemanfaatan dan penggunaan Kawasan Hutan serta perubahan peruntukan deforestasi bruto bisa terjadi akibat perambahan, peruntukkan lahan oleh peladang berpindah, dan sebagainya. Kegiatan pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan juga dapat mempengaruhi reforestasi. Angka reforestasi pada umumnya tidak sebesar angka deforestasi bruto. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain sebagai negara berkembang Indonesia saat ini sedang dalam proses membangun yang tentu memerlukan banyak sumber daya untuk pembangunan baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Rekapitulasi Luas Areal Reforestasi Di Dalam dan Di Luar Areal Pemanfaatan Dan Penggunaan Kawasan Hutan disajikan pada Tabel III.15.
36
Tabel III. 15 Rekapitulasi Luas Areal Reforestasi Di Dalam dan Di Luar Areal Pemanfaatan Dan Penggunaan Kawasan Hutan luas reforestasi (ha)
No
a 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Provinsi
b Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Jawa Barat Jawa Tengah Banten Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah
Total reforestasi provinsi (ha)
c 1.423,3 177,7 73.653,7 62.435,1 808,0 704,1 15.144,6 122,4 266,1 6.373,9 7.833,9 1.166,7 25,1 159,6
di luar Pemanfataan Penggunaan pemanfaatan dan Kawasan Kawasan penggunaan Hutan Hutan Kawasan Hutan d
e
4,2 89,6
f
10,9 9,5
33,4 14,7 1,2
1.388,6 177,7 73.030,0 60.013,0 798,7 4,1 11.000,2 107,3 222,6 4.155,7 6.491,6 625,2 1,9 126,7
Persentase (%)
Total (d+e+f+g)
g 1.388,6 177,7 73.045,1 60.112,1 798,7 4,1 11.033,5 107,3 237,3 4.155,7 6.492,8 625,2 1,9 126,7
di luar Pemanfataan Penggunaan pemanfaatan dan Kawasan Kawasan penggunaan Hutan Hutan Kawasan Hutan h
i 0,0 0,1 0,0 -
j 0,0 0,0 0,2 5,5 -
97,6 100,0 99,2 96,1 98,8 0,6 72,6 87,6 83,7 65,2 82,9 53,6 7,7 79,4
Sumber : pengolahan data, 2015
Dari Tabel III.15, luas areal reforestasi di luar pemanfaatan dan penggunaan Kawasan Hutan menunjukkan persentase yang relatif lebih besar daripada di areal pemanfaatan maupun areal penggunaan kawasan hutan. Provinsi yang mengalami reforestasi pada areal di luar pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan dengan status kawasan hutan sebesar lebih dari 50% terjadi pada Provinsi Sumatera Utara (97,6%), Sumatera Barat (100%), Riau (99,2%), Jambi (96,1%), Sumatera Selatan (98,8%), Jawa Barat (72,6%), Jawa Tengah (87,6%), Banten (83,7%), Kalimantan Barat (65,2). Kalimantan Tengah (82,9%), Kalimantan Timur (53,6%), dan Sulawesi Tengah (79,4%). Reforestasi pada areal ini dengan kisaran 0%-10% terjadi pada Provinsi Bengkulu dan Sulawei Utara. 4. Sebaran titik panas (hot spot) Berdasarkan hasil analisis sebaran titik panas dari satelit Aqua dan Terra, selama tahun 2014 titik panas terbanyak berada di Provinsi Riau (21.372 titik), Kalimantan Tengah (13.436 titik), dan Kalimantan Barat (9.076 titik). Secara lengkap, sebaran titik panas untuk setiap provinsi tahun 2014 tersaji dalam Tabel III.16.
37
Tabel III.16 Sebaran Titik Panas untuk Setiap Provinsi Tahun 2014 NO
PROVINSI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Aceh Sumatera Utara Riau Sumatera Barat Jambi Sumatera Selatan Kepulauan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Kepulauan Riau SUMATERA
11 12 13 14 15 16
Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D.I. Yogyakarta Jawa Timur JAWA
17 Kalimantan Barat 18 Kalimantan Selatan 19 Kalimantan Tengah Kalimantan Timur dan 20 Kalimantan Utara KALIMANTAN
JUMLAH TITIK HOTSPOT 1.715 2.425 21.372 319 1.493 9.527 906 157 913 655 39.482 115 5 492 398 6 1.686 2.702 9.076 3.303 13.436
NO 21 22 23 24 25 26
PROVINSI Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Sulawesi Selatan SULAWESI
JUMLAH TITIK HOTSPOT 236 171 1.279 1.263 219 1.287 4.455
27 Bali 28 NTB 29 NTT BALI DAN NUSA TENGGARA
38 2.035 4.030 6.103
30 Maluku Utara 31 Maluku MALUKU & MALUKU UTARA
464 937 1.401
32 Papua Barat 33 Papua PAPUA TOTAL
215 6.039 6.254 90.452
4.240 30.055
Sumber : Data Titik Panas (Hotspot) dari Satelit MODIS Aqua dan Terra Tahun 2014
Berdasarkan Gambar 14. Diagram Jumlah Titik Panas (Hotspot) dan Angka Deforestasi Bruto per Provinsi Tahun 2014, terlihat adanya kecenderungan pada beberapa provinsi yang memiliki angka deforestasi bruto tinggi yaitu Riau dan Kalimantan Tengah juga menunjukkan kawasan dengan jumlah titik hotspot yang banyak pula. Berdasarkan hasil analisis data titik panas (Hotspot) Tahun 2014, titik panas pada ketiga provinsi tersebut dipengaruhi dari aktifitas pembukaan lahan yang sering terjadi pada bulan Agustus sampai dengan Oktober. 300
25
Jumlah Titik Hotspot (ribu)
200 15
Jumlah Titik Hotspot Angka Deforestasi Bruto
150
10 100
5
Angka DeforestasBruto (ribu ha/th)
250
20
50
0
0
Provinsi
Gambar 13. Diagram Jumlah Titik Panas (Hotspot) dan Angka Deforestasi Bruto (ribu ha/tahun) per Provinsi Tahun 2014 38
Berdasarkan Gambar 13. Diagram Jumlah Titik Panas (Hotspot) dan Angka Deforestasi Bruto (ribu ha/tahun) per Provinsi Tahun 2014 terlihat adanya kecenderungan bahwa tingginya jumlah titik panas pada Provinsi Riau sebanding dengan besarnya angka deforestasi bruto. Hal ini menunjukkan bahwa kebakaran hutan dan lahan relatif berpengaruh terhadap deforestasi pada provinsi tersebut. Berbeda dengan Provinsi Sumatera Selatan, meskipun teridentifikasi sejumlah titik panas, namun angka deforestasinya relatif kecil. Sementara pada Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah teridentifikasi jumlah titik panas yang tinggi, namun angka deforestasinya relatif tidak terlalu besar. Salah satu penyebab tidak berpengaruhnya titik panas terhadap angka deforestasi bruto tersebut dimungkinkan karena titik panas tidak terjadi pada areal berhutan. Pada tahun 2014 terdapat dua periode jumlah titik hotspot yang tinggi yaitu pada bulan Februari-Maret dan Juni-Oktober. Keberadaan titik panas pada beberapa lokasi dimungkinkan sebagai indikasi terjadinya kebakaran lahan. Tingginya jumlah titik panas pada musim kemarau antara lain dipengaruhi oleh kondisi bahan bakar alam dari hutan (seresah, semak belukar, rumput, ranting kayu mati, dll) yang menjadi sangat kering sehingga mudah mengalami kebakaran. Kebakaran hutan dan lahan umumnya juga berhubungan dengan kegiatan penyiapan/pembukaan lahan untuk mengejar musim hujan pada periode berikutnya. Sejalan dengan hal tersebut, aktifitas pertanian terutama pertanian campur dan perambahan juga relatif lebih banyak terjadi di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Pembukaan lahan dengan membakar lahan seperti telah disebutkan, dipengaruhi oleh banyak aktifitas yang berkaitan dengan pembukaan hutan tanaman maupun areal perkebunan. 5. Kegiatan Penanaman dan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga. Rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) merupakan bagian dari sistem pengelolaan hutan dan lahan, yang ditempatkan pada kerangka daerah aliran sungai. Rehabilitasi mengambil posisi untuk mengisi kesenjangan ketika sistem perlindungan tidak dapat mengimbangi hasil sistem budidaya hutan dan lahan, sehingga terjadi deforestasi dan degradasi fungsi hutan dan lahan. Rehabilitasi hutan dan lahan dapat diimplementasikan pada semua kawasan hutan kecuali cagar alam dan zona inti taman nasional. Pelaksanaan rehabilitasi lahan lebih diprioritaskan pada kegiatan penanaman pohon/penghijauan pada lahan sangat kritis dan kritis di luar kawasan hutan, serta pembuatan bangunan konservasi tanah. Penghijauan adalah upaya pemulihan lahan kritis di luar kawasan hutan untuk mengembalikan fungsi lahan. Rehabilitasi hutan dan lahan dilakukan melalui kegiatan perlindungan sebagai upaya penyeimbang terjadinya degradasi dan deforestasi. Dari hasil analisis spasial antara areal yang teridentifikasi terjadi reforestasi pada Citra Landsat 8 OLI dengan areal kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan, diketahui bahwa hanya sekitar 0,23% (399,3 ha/th) areal yang teridentifikasi terjadi reforestasi dipengaruhi oleh kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan (total reforestasi sebesar 170.626,1 ha/th) sebagaimana disajikan pada Tabel III.17 Rendahnya angka 39
ini dapat dipengaruhi oleh sumber data yang digunakan merupakan citra resolusi sedang, sedangkan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan merupakan kegiatan yang tidak dilakukan dalam hamparan lahan yang luas sehingga reforestasi sulit terlihat pada Citra Landsat 8 OLI. Tabel III.17. Luas Reforestasi di dalam dan di luar Areal Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kriteria Total Reforestasi RHL pada Hutan Konservasi RHL pada Lahan Kritis Reforestasi di Luar RHL
Luas (ha) 170.626,1 125,9 273,4 170.226,8
Sumber : pengolahan data, 2015
6. Asosiasi dengan Pemukiman Masyarakat Desa Hutan adalah masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar hutan dan seringkali memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap hutan. Ketergantungan masyarakat dapat dibedakan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung masyarakat berinteraksi dengan hutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan secara tidak langsung, masyarakat tidak berinteraksi secara langsung namun memerlukan hasil-hasil hutan dan dapat mengambil manfaat dari keberadaan. Beberapa aktivitas yang biasanya dilakukan antara lain perencekan untuk kayu bakar, penggembalaan hewan ternak, pengambilan hasil hutan kayu/ non kayu serta berbagai bentuk pemanfaatan hutan yang lain. Untuk mengetahui pengaruh aktivitas tersebut terhadap perubahan penutupan dan penggunaan lahan maka aspek berkaitan dengan manusia juga digunakan dalam analisis deforestasi dan reforestasi. Aspek manusia dalam analisis ini diwakili dengan variabel areal pemukiman yang bersumber dari data hasil penafsiran citra Landsat. Pengaruh aspek manusia terhadap perubahan penutupan dan penggunaan lahan dapat dihitung berdasarkan jauhnya jangkauan dari tempat tinggalnya. Dalam analisis ini besaran jangkauan manusia yang dapat mempengaruhi perubahan penutupan lahan ditetapkan sebesar 3 (tiga) kilometer. Untuk menggambarkan jangkauan manusia dalam mempengaruhi areal deforestasi bruto dan reforestasi digunakan analisis buffer sejauh 3 (tiga) km dari areal pemukiman. Menurut hasil analisis spasial, areal yang mengalami deforestasi bruto yang dipengaruhi oleh asosiasi areal pemukiman pada periode sebelumnya adalah sebesar 541.167 ha/tahun (56,7%), namun pada periode 2013-2014 ini hanya seluas 44.911,9 ha/tahun (7,9%) saja. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan tutupan lahan pada periode ini tidak terlalu dipengaruhi oleh aspek manusia. Selain pada areal deforestasi bruto, pengaruh aspek manusia juga dilihat pada areal yang teridentifikasi terjadi reforestasi. Areal reforestasi yang berada di sekitar areal pemukiman adalah sebesar 24.150,4 ha/tahun (14,2%). Apabila membandingkan berbagai fungsi kawasan, deforestasi bruto dan reforestasi di dalam kawasan paling
40
tinggi terjadi di kawasan hutan produksi tetap. Secara rinci disajikan dalam Tabel III.18. Tabel III.18 Pengaruh Pemukiman terhadap Deforestasi Bruto dan Reforestasi KRITERIA DEFORESTASI BRUTO REFORESTASI
KAWASAN HUTAN JUMLAH APL TOTAL (ha) KSA-KPA HL HPT HP HPK Luas (ha) % Luas (ha) % Luas (ha) % Luas (ha) % Luas (ha) % Luas (ha) % Luas (ha) % Luas (ha) % 2.552,4 0,4 4.010,3 0,7 5.609,0 1,0 10.510,1 1,9 4.085,3 0,7 26.767,1 4,7 18.144,9 3,2 44.911,9 7,9 1.786,7 1,0 3.923,0 2,3 1.882,7 1,1 11.201,2 6,6 - - 18.793,6 11,0 5.361,3 3,1 24.150,4 14,2
Sumber : pengolahan data, 2015
Berdasarkan data reforestasi pada masing-masing provinsi, terlihat bahwa terdapat 4 (empat) provinsi yang seluruh reforestasinya terjadi pada area sekitar pemukiman dengan radius 3 (tiga) km yaitu Provinsi Lampung, Bangka Belitung, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. G.
Perkembangan Perubahan Tutupan Hutan Indonesia Penghitungan angka deforestasi Indonesia yang telah dilakukan secara periodik sejak tahun 1990 memperlihatkan adanya fluktuasi angka deforestasi dari waktu ke waktu. Angka deforestasi sejak periode tahun 2011-2012 merupakan hasil penghitungan deforestasi netto yang sudah mempertimbangkan kegiatan reforestasi. Sementara perhitungan pada periode sebelumnya masih menggunakan angka deforestasi bruto. Deforestasi tertinggi terjadi pada kurun waktu tahun 1996-2000 dan terlihat adanya penurunan pada periode-periode selanjutnya. Pada periode 2013-2014 ini terjadi penurunan angka deforestasi Indonesia hampir separuhnya yaitu sebesar 45,2% atau berkurang sebesar 0,33 juta ha/tahun apabila dibandingkan dengan periode penghitungan sebelumnya yaitu tahun 2012-2013. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Diagram Angka Deforestasi (Juta Ha/Th) Tahun 1990 – 2014
41
Berdasarkan data perhitungan deforestasi pada periode tahun 2012-2013 dan 20132014, terlihat bahwa lima provinsi yang memiliki angka deforestasi bruto tertinggi pada dua periode tersebut masih sama. Hanya saja, terdapat perbedaan mengenai urutannya. Urutan Lima Provinsi dengan Angka Deforestasi Bruto Tertinggi (Ha/Th) pada tahun Tahun 2012– 2013 dan Tahun 2013 – 2014 selengkapnya dapat dilihat pada Tabel III.19. Tabel III.19 Lima Provinsi dengan Angka Deforestasi Bruto Tertinggi (Ha/Th) pada Tahun 2012 – 2013 dan Tahun 2013 – 2014 Tahun 2012-2013 Urutan 1 2 3 4
Provinsi
Tahun 2013-2014
Luas Deforestasi Bruto (ha/tahun)
Kalimantan Barat Jambi Kalimantan Timur Kalimantan Tengah
5 Riau Sumber : pengolahan data, 2015
286.234,5 127.734,0 116.738,7 88.228,2
Provinsi
Riau Kalimantan Tengah Jambi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara 82.704,4 Kalimantan Barat
Luas Deforestasi Bruto (ha/tahun) 275.593,1 66.669,5 52.493,7 39.506,2 36.293,5
Selanjutnya berkaitan dengan reforestasi, data yang diperoleh tahun ini masih sama dengan tahun sebelumnya di mana Provinsi Riau memiliki angka reforestasi tertinggi dibandingkan yang lain. Beberapa provinsi yang juga menyumbangkan angka reforestasi tinggi pada dua periode penghitungan tersebut antara lain Provinsi Jambi dan Kalimantan Barat. Lima Provinsi dengan Angka Reforestasi Tertinggi (Ha/Th) pada Tahun 2012– 2013 dan Tahun 2013 – 2014 selengkapnya dapat dilihat pada tabel III.20. Tabel III.20 Lima Provinsi dengan Angka Reforestasi Tertinggi (Ha/Th) pada Tahun 2012 – 2013 dan Tahun 2013 – 2014 Tahun 2012-2013 Tahun 2013-2014 Urutan Luas Reforestasi Luas Reforestasi Provinsi Provinsi (ha/tahun) (ha/tahun) 1 Riau 76.891,7 Riau 73.653,7 2 Sumatera Selatan 47.399,9 Jambi 62.435,1 3 Jambi 36.485,7 Jawa Barat 15.144,6 4 Kalimantan Timur 33.349,0 Kalimantan Tengah 7.833,9 5 Kalimantan Barat 12.879,5 Kalimantan Barat 6.373,9 Sumber : pengolahan data, 2015
Pada penghitungan deforestasi, dua provinsi yang masih menempati urutan lima besar angka deforestasi tertinggi pada dua periode tersebut yaitu Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Urutan Lima Provinsi dengan Angka Deforestasi Tertinggi (Ha/Th) pada Tahun 2012– 2013 dan Tahun 2013 – 2014 selengkapnya dapat dilihat pada tabel III.21.
42
Tabel III.21 Lima Provinsi dengan Angka Deforestasi Tertinggi (Ha/Th) pada tahun Tahun 2012 – 2013 dan Tahun 2013 – 2014
Urutan 1 2 3 4 5
Tahun 2012-2013 Tahun 2013-2014 Luas Deforestasi Luas Deforestasi Provinsi Provinsi (ha/tahun) (ha/tahun) Kalimantan Barat 273.355,0 Riau 201.939,4 Jambi 91.248,3 Kalimantan Tengah 58.835,6 Kalimantan Tengah 87.298,4 Kalimantan Timur dan 38.339,4 Kalimantan Utara Kalimantan Timur 83.389,7 Kalimantan Barat 29.919,6 Aceh 32.508,1 Papua 20.443,1
Sumber : pengolahan data, 2015
Pada penghitungan deforestasi tahun 2013-2014 terlihat fenomena menarik pada beberapa provinsi, antara lain pada: 1. Riau Angka reforestasi Provinsi Riau menempati urutan tertinggi dibandingkan provinsi lainnya (73.653,7 ha/tahun), namun luas deforestasi bruto pada provinsi ini juga sangat besar (275.593,1 ha/tahun) sehingga bertambahnya penutupan hutan belum sebanding dengan pengurangan tutupan hutan yang terjadi. Hal ini menyebabkan angka deforestasi Provinsi Riau masih menduduki peringkat tertinggi (201.939,4 ha/tahun). Kondisi tersebut diduga dipengaruhi oleh banyaknya Pemanfaatan Kawasan Hutan terutama Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam (IUPHHK-HA) dan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (IUPHHK-HT). Tingginya perubahan tutupan hutan dapat disebabkan oleh aktivitas pemanenan dan penanaman maupun terjadinya perambahan pada di wilayah ini. 2. Jambi Luas deforestasi bruto pada provinsi ini cukup besar (52.493,7 ha/tahun) dibandingkan provinsi lain, namun reforestasi yang terjadi lebih tinggi (62.435,1 ha/tahun), sehingga angka deforestasi yang dimiliki bernilai negatif (-9.941,5 ha/tahun). Hal ini menunjukkan bahwa areal yang berubah menjadi hutan lebih besar dibandingkan yang berubah menjadi non hutan. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi adalah tingginya penambahan tutupan hutan pada areal kawasan hutan di luar izin pemanfaatan dan penggunaan hutan. 3. Jawa Barat Luas deforestasi bruto pada provinsi ini menunjukkan angka yang relatif rendah (264,1 ha/tahun), sementara angka reforestasi relatif tinggi (15.144,6 ha/tahun), bahkan Provinsi Jawa Barat tercatat sebagai provinsi dengan angka deforestasi netto terendah (-14.880,5 ha/tahun). Tingginya angka reforestasi pada provinsi ini diduga dipengaruhi oleh kegiatan penanaman antara lain pada hutan rakyat.
43
Berdasarkan analisa yang dilakukan terhadap enam faktor yang berpengaruh terhadap Angka Deforestasi Bruto, terlihat bahwa faktor pemanfaatan kawasan hutan menyumbangkan angka tertinggi untuk deforestasi bruto di Indonesia secara keseluruhan yaitu sebesar 284,0 ribu ha (50,0%), lalu secara berurutan faktor berikutnya yaitu dipengaruhi oleh kegiatan di luar pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan sebesar 165,5 ribu ha (29,1%), faktor kegiatan di luar kawasan hutan sebesar 64,1 ribu ha (11,3%), serta faktor perubahan peruntukkan untuk perkebunan sebesar 49,3 ribu ha (8,7%). Faktor penggunaan kawasan hutan dan perubahan peruntukkan untuk transmigrasi relatif kecil sebesar 3,1 ribu ha (0,5 %) dan 1,9 ribu ha (0,3 %). Luas (ribu ha) dan Persentase (%) Faktor Berpengaruh terhadap Angka Deforestasi Bruto Indonesia Tahun 2012– 2013 selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 15. Pemanfataan Kawasan Hutan
64,1 ; 11%
Penggunaan Kawasan Hutan
284,0 ; 50%
165,5 ; 29%
49,4 ; 9% 1,9 ; 0%
Perubahan Peruntukan Untuk perkebunan Perubahan Peruntukan Untuk Transmigrasi Kegiatan di Luar Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan Kegiatan Di Luar Kawasan Hutan
3,1 ; 1% Gambar 15. Diagram Faktor yang Mempengaruhi Angka Deforestasi Bruto Indonesia Tahun 2012– 2013
Berikutnya analisa terhadap enam faktor yang berpengaruh terhadap reforestasi menujukkan bahwa faktor yang paling dominan terhadap terjadinya reforestasi di Indonesia adalah diakibatkan oleh kegiatan-kegiatan di luar areal pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan yaitu sebesar 158,1 ribu ha (93%). Sementara itu, faktor-faktor lain memberikan pengaruh yang relatif kecil yaitu secara berturutturut faktor kegiatan di luar kawasan hutan sebesar 8,5 ribu ha (5%), perubahan peruntukkan untuk perkebunan sebesar 3,3 ribu ha (2 %), perubahan peruntukkan untuk transmigrasi sebesar 0,5 ribu ha (0,3 %), pemanfaatan kawasan hutan sebesar 0,1 ribu ha (0,1 %) dan penggunaan kawasan hutan 0,1 ribu (0,04%). Luas (ribu ha) dan Presentase (%) Faktor Berpengaruh terhadap Angka Reforestasi Indonesia Tahun 2012– 2013 selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 16.
44
Pemanfataan Kawasan Hutan Penggunaan Kawasan Hutan
158,1 ; 93%
0,5 ; 0% 3,3 ; 2% 0,1 ; 0% 0,1 ; 0%
8,5 ; 5%
Perubahan Peruntukan Untuk perkebunan Perubahan Peruntukan Untuk Transmigrasi Kegiatan di Luar Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan Kegiatan Di Luar Kawasan Hutan
Gambar 16. Diagram Faktor yang Mempengaruhi Angka Reforestasi Indonesia Tahun 2012– 2013
45
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A.
Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil penghitungan, angka deforestasi tahun 2013 – 2014 di Indonesia 0,4 juta ha/th (di dalam dan di luar kawasan hutan). Angka tersebut sama nilainya dengan angka deforestasi bruto sebesar 0,57 juta ha/th dikurang dengan angka reforestasi sebesar 0,17 juta ha/th. Berdasarkan tipe hutan, deforestasi tertinggi terjadi di hutan sekunder yaitu sebesar 0,2 juta ha/th. Angka deforestasi di dalam kawasan hutan sebesar 0,3 juta ha/th (73,6 %), sedangkan di luar kawasan hutan (areal penggunaan lain) sebesar 0,1 juta ha/th (26,4 %). 2. Berdasarkan tipe hutan, angka deforestasi bruto tertinggi terjadi pada tipe hutan sekunder yaitu 307,2 ribu ha/th (54,1%), angka reforestasi tertinggi terjadi pada tipe hutan tanaman yaitu 167,8 ribu ha/th (98,4%) dan angka deforestasi netto tertinggi terjadi pada hutan sekunder yaitu 0,30 juta ha/th atau 304,4 ribu ha/th (76,6%). 3. Hasil penghitungan deforestasi per fungsi kawasan hutan menunjukkan angka deforestasi untuk seluruh Indonesia pada kawasan Hutan Konservasi sebesar 18,2 ribu ha/th (4,6 %); Hutan Lindung sebesar 24,1 ribu ha/th (6,1 %); Hutan Produksi sebesar 292,5 ribu ha/th (73,6 %) yang terdiri dari : Hutan Produksi Terbatas sebesar 54,5 ribu ha/th (13,7 %); Hutan Produksi Tetap sebesar 162,3 ribu ha/th (40,9 %); Hutan Produksi yang dapat di-Konversi sebesar 33,4 ribu ha/th (8,4 %). Angka deforestasi di luar kawasan hutan atau Areal Penggunaan Lain sebesar 104,8 ribu ha/th (26,4 %). 4. Berdasarkan pulau/kepulauan besar, angka deforestasi tertinggi terjadi di Pulau Sumatera sebesar 228,3 ribu ha/th, diikuti dengan Pulau Kalimantan sebesar 134,0 ribu ha/th. Papua dan Sulawesi menempati urutan berikutnya dengan angka deforestasi sebesar 22,3 ribu ha/th dan 17,7 ribu ha/th. Pulau Jawa menunjukkan angka deforestasi negatif sebesar 7,7 ribu ha/th. 5. Berdasarkan provinsi, angka deforestasi tertinggi pada fungsi Hutan Konservasi adalah Provinsi Riau (5.911,8 ha/th), Bengkulu (2.789,4 ha/th) dan Jambi (2.195,3 ha/th). Deforestasi tertinggi pada fungsi Hutan Lindung adalah Provinsi Bengkulu (6.000,7 ha/th), Riau (2.846,1 ha/th) dan Jawa Timur (2.783,2 ha/th). Deforestasi tertinggi pada fungsi Hutan Produksi Tetap (HP) adalah Provinsi Riau (134.117,6 ha/th), Kalimantan Tengah (21.536,0 ha/th) dan Kalimantan Timur dengan Kalimantan Utara (13.707,2 ha/th). Deforestasi tertinggi pada fungsi Hutan Produksi Terbatas (HPT) adalah Provinsi Riau (29.246,9 ha/th), Kalimantan Tengah (8.516,2 ha/th) dan Kalimantan Barat (5.364,0 ha/th). Deforestasi
46
tertinggi pada fungsi Hutan Produksi yang dapat di Konversi (HPK) adalah Provinsi Kalimantan Tengah (14.674,1 ha/th), Riau (8.664 ha/th) dan Papua (4.230,7 ha/th). 6. Berdasarkan provinsi, angka deforestasi tertinggi di dalam kawasan hutan terjadi pada Provinsi Riau seluas 180.786,5 ha/th, Kalimantan Tengah seluas 48.370,7 ha/th dan Provinsi Kalimantan Timur dengan Kalimantan Utara seluas 16.610,8 ha/th. Sedangkan angka deforestasi tertinggi di luar kawasan hutan adalah di Provinsi Kalimantan Barat seluas 22.046,8 ha/th, Provinsi Kalimantan Timur dengan Kalimantan Utara seluas 21.184,90 ha/th, dan Provinsi Riau seluas 21.152,9 ha/th. 7. Perubahan tutupan hutan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain 1) Perubahan fungsi dan perubahan peruntukan kawasan hutan; 2) Pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan; 3) Sebaran titik panas (hot spot); 4) Kegiatan penanaman, rehabilitasi hutan, dan lahan; 5) Asosiasi dengan pemukiman. 8. Perubahan fungsi kawasan hutan mempengaruhi deforestasi bruto ratarata di bawah 10%, hanya Provinsi Gorontalo dengan angka tertinggi yaitu mencapai 84,1% dan Provinsi Riau sebesar 24,9%. 9. Perubahan peruntukan kawasan hutan khususnya untuk perkebunan mempengaruhi deforestasi bruto dengan nilai tertinggi di Provinsi Gorontalo (94,9 %) sedangkan perubahan peruntukan untuk transmigrasi yang tinggi hanya terjadi di Provinsi Maluku saja sebesar 18,7%. Sementara pada areal perubahan peruntukan untuk perkebunan hanya menunjukkan angka yang tinggi pada Provinsi Kalimantan Barat sebesar 32,8%. Deforestasi bruto pada beberapa provinsi justru menunjukkan angka yang relatif luas pada areal di luar kawasan hutan. Sementara itu, reforestasi pada areal perubahan peruntukan untuk transmigrasi menunjukkan angka yang relatif kecil, sebaliknya pada beberapa provinsi reforestasi yang cukup besar juga terjadi di areal di luar kawasan hutan. 10. Pemanfaatan kawasan hutan mempengaruhi deforestasi bruto tertinggi terjadi di Provinsi Papua Barat sebesar 73,6%. Penggunaan kawasan hutan mempengaruhi deforestasi bruto tertinggi di Provinsi Sulawesi Barat sebesar 9,9%. Sementara deforestasi bruto pada areal di luar pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan justru menunjukkan angka yang besar pada hampir semua provinsi. Reforestasi relatif tidak terlalu dipengaruhi oleh pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan. Sebaliknya reforestasi pada wilayah di luar pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan menunjukkan angka yang relatif tinggi. 11. Sebaran hot spot tertinggi tahun 2014 terjadi di Provinsi Riau (sebanyak 21.372 titik), Provinsi Kalimantan Tengah (sebanyak 13.436 titik), dan Sumatera Selatan (sebanyak 9.527 titik). Titik panas pada ketiga provinsi tersebut dipengaruhi dari aktifitas pembukaan lahan yang sering terjadi pada Bulan Agustus sampai dengan Oktober. Pada tahun 2014 terdapat dua periode tingginya jumlah titik hotspot yaitu pada bulan Februari47
Maret dan Juni-Oktober. Keberadaan titik panas pada beberapa lokasi dimungkinkan sebagai indikasi terjadinya kebakaran lahan. 12. Kegiatan penanaman, rehabilitasi hutan dan lahan mempengaruhi reforesasi hanya sebesar 0,23% (399,3 ha/th) saja dari total angka reforestasi Indonesia sebesar 171,0 Ribu ha/th. 13. Areal pemukiman mempengaruhi deforestasi bruto sebesar 7,9% dengan persentase tertinggi di luar kawasan hutan (3,2%), sedangkan di dalam kawasan hutan tertinggi terjadi di Hutan Produksi Tetap (1,9%). Pengaruh pemukiman terhadap areal reforestasi sebesar 14,2% dengan angka tertinggi di Hutan Produksi Tetap (6,6%). B.
Saran dan Rekomendasi 1.
Updating data tutupan lahan dan kawasan hutan yang dilanjutkan dengan rekalkulasi dan penghitungan deforestasi sumberdaya hutan perlu terus dilakukan secara periodik setiap tahun agar kondisi sumberdaya hutan dapat terpantau dengan baik.
2.
Diseminasi data dan informasi terkait deforestasi perlu diselenggarakan secara maksimal sehingga data dapat diakses dengan mudah oleh pihak yang membutuhkan. Dengan demikian, data dan informasi ini dapat sesegera mungkin digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan yang kuat dalam kegiatan tata kelola kehutanan serta penentuan kebijakan strategis lainnya.
3.
Penyempurnaan data dan informasi hasil penghitungan deforestasi pada kawasan hutan perlu didukung oleh berbagai pihak mulai dari pemerintah daerah sebagai pemangku kawasan, Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) sebagai Unit Pelaksana Teknis, eselon I terkait sebagai penentu kebijakan, hingga parapihak sebagai pengguna data.
4.
Monitoring terhadap kebijakan dalam pengelolaan, pemanfaatan, dan penggunaan kawasan hutan perlu diatur dan dilaksanakan secara intensif sehingga dinamika yang terjadi di kawasan hutan tidak mengakibatkan kerusakan hutan dan perubahan tutupan hutan di luar yang telah direncanakan namun justru dapat mendukung penambahan luas tutupan hutan dan perbaikan ekosistem.
5.
Perlu komunikasi dan integrasi data tentang perubahan kawasan hutan baik perubahan fungsi kawasan maupun perubahan status dan peruntukan kawasan pada hutan konservasi, hutan lindung, dan hutan produksi sebagai dasar pengambilan kebijakan dalam pengelolaan kawasan hutan.
6.
Pemetaan areal deforestasi yang telah dilaksanakan dapat digunakan sebagai salah satu bahan rekomendasi dalam penentuan lokasi Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) dengan demikian keberhasilan penyelenggaraan kegiatan ini dapat meningkat. 48
DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 2014. Rekalkulasi Penutupan lahan Indonesia Tahun 2013. Direkorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan. Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Anonimous, 2014. Deforestasi Indonesia Tahun 2012-2013. Direkorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan. Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Badan Standarisasi Nasional 2014.SNI.8033:2014: Metode Penghitungan Perubahan Tutupan Hutan Berdasarkan Hasil Penafsiran Citra Penginderaan Jauh Optik Secara Visual. FAO, 1990. Situation and Outlook of the Forestry Sector in Indonesia. Volume 1 : Issues, finding and opportunities. Ministry of Forestry, Government of Indonesia and Food and Agriculture Organization of the United Nations, Jakarta. FAO, 1993. Forest Resources Assessment 1990 (Tropical Countries). FAO Forestry Paper 112, Food Agriculture Organization of the United Nations, Rome. FAO, 1996. Forest Resources Assessment 1990 : Survey of Tropical Forest Cover and Study of Change Processes. FAO Forestry Paper 130. Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. FAO, 2002. Forest Resources Assessment 2000 (Tropical Countries). FAO Forestry Paper 190. Food and Agriculture rganization of the United Nations, Rome. Holmes, Derek, 2000. Deforestation in Indonesia. A Review of the situation in 1999. The World Bank. Washington DC. Revilla, J.A.V, 1993. Preliminary Study on the Rate of Forest Cover Loss in Indonesia. National Forest Inventory Project. Directorate General of Forest Inventory and Land Use Planning, Ministry of Forestry and Food and Agriculture Organization of the United Nations, Jakarta. World Bank, 1995. The Economics of Long-term Management of Indonesia’s Natural Forest. Unpublish Manuscript, August, Jakarta.
49
LAMPIRAN 1 ANGKA DEFORESTASI BRUTO DAN REFORESTASI INDONESIA DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014
TABEL 1.1 ANGKA DEFORESTASI BRUTO INDONESIA DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th) PROVINSI/ NO.
KAWASAN HUTAN
DEFORESTASI BRUTO PADA
HUTAN TETAP
TIPE HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
INDONESIA A. Hutan Primer - Hutan lahan kering primer - Hutan rawa primer - Hutan mangrove primer B. Hutan Sekunder - Hutan lahan kering sekunder - Hutan rawa sekunder - Hutan mangrove sekunder C. Hutan Tanaman*
TOTAL
4.266,0
3.273,2
3.463,1
3.433,8
14.436,1
1.581,4
16.017,5
8.554,7
24.572,2
4.243,2
3.228,8
2.228,9
2.169,8
11.870,7
1.146,9
13.017,6
7.225,4
20.242,9
22,8
-
1.229,9
1.264,0
2.516,7
352,6
2.869,3
562,0
3.431,3
-
44,5
4,3
-
48,7
81,9
130,6
767,3
898,0
15.709,5
25.529,6
50.325,4
92.417,0
183.981,5
30.123,0
214.104,5
93.058,2
307.162,7
11.217,1
20.771,6
24.058,9
46.649,6
102.697,1
14.815,5
117.512,7
46.557,4
164.070,1
4.250,5
3.300,3
25.129,3
44.812,0
77.492,1
12.935,6
90.427,7
43.339,7
133.767,5
242,0
1.457,7
1.137,1
955,4
3.792,3
2.371,8
6.164,1
3.161,0
9.325,1
223.753,9
12.508,1
236.262,0
148,4
20.124,0
300,7
29.103,5
8.706,6
62.495,0
212.784,2
308.635,1
221.939,9
420.357,5
1.814,1
33.518,5
453.876,0
114.121,0
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya. Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
567.997,0
TABEL 1.2 ANGKA REFORESTASI INDONESIA DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th) PROVINSI/ NO.
KAWASAN HUTAN
REFORESTASI PADA
HUTAN TETAP
TIPE HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
INDONESIA A. Hutan Primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan lahan kering primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan rawa primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
15,5
223,4
16,5
787,4
1.042,8
38,7
1.081,5
1.715,6
2.797,2
7,6
221,5
16,5
332,6
578,2
8,4
586,6
941,7
1.528,3
-
-
-
6,0
6,0
30,3
36,3
178,6
214,9
7,9
1,9
-
448,8
458,6
-
458,6
595,4
1.054,0
7.568,4
167.828,9
B. Hutan Sekunder - Hutan lahan kering sekunder - Hutan rawa sekunder - Hutan mangrove sekunder C. Hutan Tanaman*
TOTAL
1.945,3
1.960,7
4.756,5
4.979,9
7.967,7
7.984,2
145.519,9
146.307,3
160.189,4
161.232,2
71,2
109,9
160.260,5
161.342,1
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya. Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
9.284,0
170.626,1
LAMPIRAN 2 ANGKA DEFORESTASI INDONESIA DAN PER PULAU DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014
TABEL 2.1 ANGKA DEFORESTASI INDONESIA DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th)
PROVINSI/ NO.
KAWASAN HUTAN
DEFORESTASI PADA
HUTAN TETAP
TIPE HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
INDONESIA A. Hutan Primer - Hutan lahan kering primer - Hutan rawa primer - Hutan mangrove primer B. Hutan Sekunder - Hutan lahan kering sekunder - Hutan rawa sekunder - Hutan mangrove sekunder C. Hutan Tanaman* TOTAL Ket.
4.266,0
3.273,2
4.243,2
3.228,8
22,8
-
-
44,5
15.694,1
25.306,2
11.209,5
20.550,1
4.250,5
3.300,3
234,1
1.455,8
1.137,1
-1.796,9
-4.455,9
18.163,2
24.123,6
3.463,1
3.433,8
14.436,1
1.581,4
16.017,5
8.554,7
24.572,2
2.228,9
2.169,8
11.870,7
1.146,9
13.017,6
7.225,4
20.242,9
1.229,9
1.264,0
2.516,7
352,6
2.869,3
562,0
3.431,3
4,3
-
48,7
81,9
130,6
767,3
898,0
50.308,9
91.629,6
182.938,7
30.084,2
213.023,0
91.342,6
304.365,5
24.042,4
46.317,0
102.119,0
14.807,1
116.926,1
45.615,8
162.541,9
25.129,3
44.806,0
77.486,1
12.905,3
90.391,4
43.161,1
133.552,5
506,6
3.333,6
2.371,8
5.705,5
2.565,7
8.271,2
67.264,4
61.750,5
738,9 54.510,8
162.327,7
259.125,4
1.742,9 33.408,6
63.493,4 292.533,9
4.939,7 104.837,0
* : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya.
Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT
Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
68.433,2 397.370,9
TABEL 2.2 ANGKA DEFORESTASI PULAU SUMATERA DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th)
PROVINSI/ NO.
KAWASAN HUTAN
DEFORESTASI PADA
HUTAN TETAP
KELOMPOK HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
APL
TOTAL
9
10
11
HPK
Jumlah
8
PULAU SUMATERA A. Hutan Primer
2.982,8
2.351,4
781,3
2.382,3
8.497,8
16,4
8.514,2
1.305,7
2.959,9
2.351,4
713,2
1.524,4
7.549,0
16,4
7.565,4
1.118,7
8.684,1
22,8
-
63,8
857,9
944,6
-
944,6
186,7
1.131,2
-
-
4,3
-
4,3
-
4,3
0,4
4,6
10.786,1
13.486,7
31.392,6
56.535,1
112.200,6
8.005,2
120.205,8
26.707,6
146.913,4
- Hutan lahan kering sekunder
7.670,5
12.014,3
8.648,0
16.529,2
44.862,0
421,5
45.283,5
6.874,0
52.157,4
- Hutan rawa sekunder
3.082,8
1.454,6
22.044,7
39.191,8
65.773,8
7.583,7
73.357,5
19.685,3
93.042,8
32,9
17,9
700,0
814,0
1.564,8
-
1.564,8
148,4
1.713,2
-309,0
-726,8
3.369,5
63.064,7
65.398,4
66.998,3
4.575,4
71.573,7
- Hutan lahan kering primer - Hutan rawa primer - Hutan mangrove primer B. Hutan Sekunder
- Hutan mangrove sekunder C. Hutan Tanaman* TOTAL
Ket.
13.459,9
15.111,3
35.543,5
121.982,0
186.096,7
1.600,0 9.621,6
195.718,3
32.588,7
* : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya.
Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT
Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
9.820,0
228.307,0
TABEL 2.3 ANGKA DEFORESTASI PULAU JAWA DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th)
PROVINSI/ NO.
KAWASAN HUTAN
DEFORESTASI PADA
HUTAN TETAP
KELOMPOK HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
PULAU JAWA A. Hutan Primer
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan lahan kering primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan rawa primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1.501,0
2.783,2
-
964,2
5.248,4
-
5.248,4
2.069,6
7.317,9
B. Hutan Sekunder - Hutan lahan kering sekunder
1.501,0
2.783,2
-
964,2
5.248,4
-
5.248,4
2.069,6
7.317,9
- Hutan rawa sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
C. Hutan Tanaman* TOTAL
Ket.
-
-1.488,1
-3.815,6
-2.535,3
-3.252,4
-11.091,3
-
-11.091,3
-3.938
-15.028,9
12,9
-1.032,4
-2.535,3
-2.288,2
-5.842,9
-
-5.842,9
-1.868,0
-7.710,9
* : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya.
Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT
Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
TABEL 2.4 ANGKA DEFORESTASI PULAU KALIMANTAN DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th)
PROVINSI/ NO.
KAWASAN HUTAN
DEFORESTASI PADA
HUTAN TETAP
KELOMPOK HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
541,1
280,7
771,9
1
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
PULAU KALIMANTAN A. Hutan Primer - Hutan lahan kering primer
2.068,4
125,7
2.194,1
894,7
3.088,8
541,1
267,2
771,9
68,7
1.648,8
97,0
1.745,8
799,0
2.544,7
- Hutan rawa primer
-
-
-
406,1
406,1
28,7
434,8
95,8
530,6
- Hutan mangrove primer
-
13,5
-
-
13,5
-
13,5
-
13,5
2.300,9
5.186,3
14.569,3
31.245,3
53.301,8
15.067,0
68.368,8
50.797,9
119.166,7
B. Hutan Sekunder - Hutan lahan kering sekunder - Hutan rawa sekunder - Hutan mangrove sekunder C. Hutan Tanaman* TOTAL
Ket.
474,8
959,8
2.194,4
11.861,3
26.222,3
41.237,8
9.849,5
51.087,4
27.566,5
78.653,9
1.167,7
1.834,6
2.315,8
5.330,5
10.648,6
5.076,4
15.725,0
21.726,4
37.451,4
173,4
1.157,3
392,2
-307,5
1.415,4
141,1
1.556,4
1.505,0
3.061,4
0,3
86,5
-95,4
7.348,9
4.294,3
11.777,6
5.553,5
15.245,8
2.842,3
39.069,1
7.340,3 62.710,6
143,0 15.335,6
7.483,3 78.046,2
55.986,9
* : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya.
Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT
Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
134.033,2
TABEL 2.5 ANGKA DEFORESTASI PULAU SULAWESI DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th)
PROVINSI/ NO.
KAWASAN HUTAN
DEFORESTASI PADA
HUTAN TETAP
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
KELOMPOK HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
184,0
225,8
323,1
95,0
828,0
28,5
856,4
1.072,5
1.928,9
1
PULAU SULAWESI A. Hutan Primer
184,0
194,9
323,1
95,0
797,0
28,5
825,5
903,9
1.729,4
- Hutan rawa primer
- Hutan lahan kering primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove primer
-
30,9
-
-
30,9
-
30,9
168,6
199,5
578,8
2.861,6
2.467,2
1.200,1
7.107,7
2.768,9
9.876,6
5.923,9
15.800,5
B. Hutan Sekunder
578,8
2.580,9
2.426,9
1.200,1
6.786,7
584,4
7.371,1
4.709,5
12.080,6
- Hutan rawa sekunder
- Hutan lahan kering sekunder
-
-
-
-
-
-
-
336,6
336,6
- Hutan mangrove sekunder
-
280,7
40,3
-
321,0
2.184,5
2.505,5
877,8
3.383,3
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1.295,1
7.935,7
2.797,4
10.733,0
6.996,4
17.729,5
C. Hutan Tanaman* TOTAL
Ket.
762,9
3.087,4
2.790,3
* : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya.
Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT
Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
TABEL 2.6 ANGKA DEFORESTASI KEP. BALI DAN NUSA TENGGARA DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th)
PROVINSI/ NO.
KAWASAN HUTAN
DEFORESTASI PADA
HUTAN TETAP
KELOMPOK HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
KEP. BALI DAN NUSA TENGGARA A. Hutan Primer
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan lahan kering primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan rawa primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
16,5
138,9
-
-
155,3
-
155,3
-17,5
137,8
-30,0
108,8
B. Hutan Sekunder - Hutan lahan kering sekunder - Hutan rawa sekunder - Hutan mangrove sekunder C. Hutan Tanaman* TOTAL
Ket.
-
0,0
138,9
-
-
138,9
-
138,9
-
-
-
-
-
-
-
-
-
16,5
-
-
-
16,5
-
16,5
12,5
29,0
-
-
-
93,5
93
-
93,5
7,7
101
138,9
-
93,5
248,8
-
248,8
16,5
* : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya.
Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT
Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
-9,8
239,0
TABEL 2.7 ANGKA DEFORESTASI KEPULAUAN MALUKU DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th)
PROVINSI/ NO.
KAWASAN HUTAN
DEFORESTASI PADA
HUTAN TETAP
KELOMPOK HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
KEPULAUAN MALUKU A. Hutan Primer
4,4
8,4
17,3
30,1
210,5
240,6
1.399,3
1.639,9
- Hutan lahan kering primer
-
4,4
8,4
17,3
30,1
128,6
158,7
1.399,3
1.558,0
- Hutan rawa primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove primer
-
-
-
-
-
81,9
81,9
-
81,9
-
-
165,4
231,8
275,7
507,6
B. Hutan Sekunder
66,5
324,1
831,7
- Hutan lahan kering sekunder
-
-
165,4
66,5
231,8
89,9
321,7
194,7
516,4
- Hutan rawa sekunder
-
-
-
-
-
145,9
145,9
115,6
261,5
- Hutan mangrove sekunder
-
-
-
-
-
40,0
40,0
13,8
53,7
-
-
-
9,6
9,6
-
9,6
-
9,6
-
4,4
271,6
486,3
757,9
C. Hutan Tanaman* TOTAL
Ket.
-
173,8
93,4
* : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya.
Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT
Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
1.723,4
2.481,3
TABEL 2.8 ANGKA DEFORESTASI PULAU PAPUA DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th)
PROVINSI/ NO.
KAWASAN HUTAN
DEFORESTASI PADA
HUTAN TETAP
KELOMPOK HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
APL
TOTAL
9
10
11
4.212,1
3.882,4
HPK
Jumlah
8
PULAU PAPUA A. Hutan Primer - Hutan lahan kering primer
410,9
1.578,3
464,4
3.011,8
1.200,4
8.094,5
558,1
410,9
412,3
464,4
1.845,7
876,4
2.722,2
3.004,5
5.726,7
- Hutan rawa primer
-
-
1.166,0
-
1.166,0
323,9
1.489,9
279,5
1.769,5
- Hutan mangrove primer
-
-
-
-
-
-
-
598,4
598,4
510,6
849,5
1.714,4
4.693,0
3.967,4
8.660,4
499,3
838,5
940,9
1.334,7
3.613,4
3.861,8
7.475,2
4.231,5
11.706,7
-
11,1
768,8
283,8
1.063,7
99,3
1.163,0
1.297,2
2.460,2
11,3
-
4,6
-
16,0
6,3
22,2
8,3
30,5
-
-
-
-
-
-
-
-
-
7.704,8
5.167,8
12.872,6
B. Hutan Sekunder - Hutan lahan kering sekunder - Hutan rawa sekunder - Hutan mangrove sekunder C. Hutan Tanaman* TOTAL
Ket.
558,1
1.068,8
1.260,5
3.292,7
1.618,5
2.082,8
* : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya.
Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT
Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
5.537,0
9.419,4
14.197,5
22.292,0
LAMPIRAN 3 ANGKA DEFORESTASI DAN PETA DEFORESTASI PER PROVINSI DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014
TABEL 3.1 ANGKA DEFORESTASI NETTO PROVINSI ACEH DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th) KAWASAN HUTAN
PROVINSI/ NO.
TIPE HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
1
HUTAN TETAP
DEFORESTASI PADA
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
ACEH A. Hutan Primer
130,6
538,7
-
-
669,3
-
669,3
0,3
669,7
130,6
538,7
-
-
669,3
-
669,3
0,3
669,7
- Hutan rawa primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
188,1
366,6
122,4
1.953,9
2.631,0
-
2.631,0
4.283,9
6.914,9
101,5
249,9
122,4
1.328,9
1.802,7
-
1.802,7
2.143,8
3.946,5
86,6
98,8
-
-
185,4
-
185,4
1.975,9
2.161,3
-
17,9
-
625,0
642,9
-
642,9
164,3
807,1
-
-
-
63,5
63,5
-
63,5
-
63,5
318,7
905,3
122,4
2.017,4
3.363,9
-
3.363,9
4.284,2
7.648,1
- Hutan lahan kering primer
B. Hutan Sekunder - Hutan lahan kering sekunder - Hutan rawa sekunder - Hutan mangrove sekunder C. Hutan Tanaman*
TOTAL
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya. Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
97°0'0"E
98°0'0"E
99°0'0"E 6°0'0"N
96°0'0"E
6°0'0"N
95°0'0"E
PETA DEFORESTASI TAHUN 2013 - 2014
KOTA SABANG
PROVINSI ACEH Skala 1: 2.750.000
0
SE L
5 !
KOTA BANDAACEH
AT M
100 Km
± U
AL
ACEH BESAR
AK
A LEGENDA :
5 !
KOTA LHOKSEUMAWE PIDIE JAYA
Ibu Kota Provinsi
Sungai
Batas Provinsi
Danau/ Waduk
5°0'0"N
5°0'0"N
BIREUEN ACEH UTARA PIDIE
Batas Kabupaten
Fungsi Kawasan
ACEH JAYA
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam Darat
BENER MERIAH
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam P erairan
ACEH TIMUR
Hutan Lindung
ACEH TENGAH KOTA LANGSA
ACEH BARAT
Hutan P roduksi Terbatas Hutan P roduksi
ACEH ACEH TAMIANG
Hutan P roduksi yang dapat di-Konversi
4°0'0"N
4°0'0"N
NAGANRAYA
GAYOLUES
Perubahan Tutupan Hutan Pengurangan Hutan
ACEH BARAT DAYA
Penambahan Hutan LANGKAT KOTA MEDAN KOTA BINJAI
5 !
Sumber : 1. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2014 2. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 3. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 250.000, BIG Tahun 2013 4. Peta Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Lampiran SK Menteri Kehutanan No. 865/Menhut-II/2014 Tanggal 29/09/2014 Catatan : - Batas-batas yang tergambar tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebagai acuan
DELISERDANG
SERDANG BEDAGAI ACEH TENGGARA KOTA TEBINGTINGGI
95°0'0"E
100°0'0"E
105°0'0"E
110° 0'0"E
115° 0'0"E
KARO
SIMALUNGUN
5°0'0"N
SUMATERA UTARA
5°0'0"N
3°0'0"N
3°0'0"N
ACEH SELATAN MALAYSIA
KE PU LA U A N R I A U
DAIRI
SU M AT E R A U TA R A SINGAPURA 0°0'0"
0°0'0"
R IA U KA L IM A N TA N BA R A T SU M AT E R A B A R AT
KOTA SUBULUSSALAM
KA L IM A N TA N TE N GA H JA M BI KE PU LA U A N B A N GK A B EL I TU N G
5°0'0"S
PAKPAKBHARAT TOBASAMOSIR
5°0'0"S
SU M AT E R A S E LA TA N BE N GK U LU
ASAHAN
SIMEULUE
LA M PU N G
SAMOSIR
BA N T EN JAWA BA R A T
Daerah yang dipetakan 95°0'0"E
ACEH SINGKIL
95°0'0"E
105°0'0"E
110° 0'0"E
115° 0'0"E
HUMBANG HASUNDUTAN
UD
ER
AH
IN
DI
TAPANULI TENGAH
TAPANULI UTARA
A
96°0'0"E
97°0'0"E
98°0'0"E
99°0'0"E
2°0'0"N
2°0'0"N
SA M
100°0'0"E
DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015
TABEL 3.2 ANGKA DEFORESTASI NETTO PROVINSI SUMATERA UTARA DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th) KAWASAN HUTAN
PROVINSI/ NO.
TIPE HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
2
HUTAN TETAP
DEFORESTASI PADA
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
SUMATERA UTARA A. Hutan Primer
58,4
30,3
-
-
88,8
-
88,8
-
88,8
58,4
30,3
-
-
88,8
-
88,8
-
88,8
- Hutan rawa primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
72,1
1.437,5
823,7
1.762,0
4.095,3
41,3
4.136,6
1.420,3
5.556,9
39,2
1.437,5
337,2
1.412,3
3.226,1
41,3
3.267,3
796,8
4.064,1
-
-
-
161,5
161,5
-
161,5
517,0
678,4
32,9
-
486,6
188,3
707,8
-
707,8
106,5
814,3
-
1.166,1
449,8
-
449,8
45,1
494,8
823,7
2.928,2
4.633,9
41,3
4.675,2
1.465,3
6.140,5
- Hutan lahan kering primer
B. Hutan Sekunder - Hutan lahan kering sekunder - Hutan rawa sekunder - Hutan mangrove sekunder C. Hutan Tanaman*
TOTAL
-
130,5
-716,4
751,5
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya. Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
97°0'0"E
98°0'0"E
99°0'0"E
100°0'0"E
101°0'0"E
102°0'0"E
KOTA LANGSA
PETA DEFORESTASI TAHUN 2013 - 2014
ACEH TIMUR
ACEH TENGAH
ACEH TAMIANG NAGANRAYA
4°0'0"N
4°0'0"N
PROVINSI SUMATERA UTARA GAYOLUES
Skala 1: 3.500.000
0
160 Km
± U
ACEH BARAT DAYA LANGKAT
ACEH
KOTA MEDAN KOTA BINJAI
MALAYSIA
5 !
ACEH SELATAN
LEGENDA :
DELISERDANG
5 !
L SE
SERDANG BEDAGAI KOTA TEBINGTINGGI
ACEH TENGGARA
AT
BATUBARA
3°0'0"N
AK
3°0'0"N
AL A
KOTA PEMATANGSIANTAR DAIRI
Sungai Danau/ Waduk
Batas Kabupaten
M
KARO
Ibu Kota Provinsi Batas Provinsi
KOTA TANJUNGBALAI
Fungsi Kawasan
SIMALUNGUN
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam Darat
ASAHAN KOTA SUBULUSSALAM
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam P erairan PAKPAKBHARAT
Hutan Lindung SAMOSIR
LABUHANBATU UTARA
ACEH SINGKIL
Hutan P roduksi Terbatas
TOBASAMOSIR LABUHANBATU
HUMBANG HASUNDUTAN
Hutan P roduksi Hutan P roduksi yang dapat di-Konversi 2°0'0"N
2°0'0"N
SUMATERA UTARA TAPANULI UTARA KOTA DUMAI
TAPANULI TENGAH LABUHANBATU SELATAN KOTA SIBOLGA TAPANULI SELATAN
Perubahan Tutupan Hutan Pengurangan Hutan
ROKAN HILIR
Penambahan Hutan
PADANG LAWAS UTARA
KOTA PADANGSIDEMPUAN
Sumber : NIAS UTARA KOTA GUNUNG SITOLI
BENGKALIS KEPULAUAN MERANTI PADANG LAWAS 1°0'0"N
ROKAN HULU SIAK
NIAS SELATAN
MANDAILING NATAL
95°0'0"E
100°0'0"E
105°0'0"E
110° 0'0"E
115° 0'0"E
5°0'0"N
RIAU
5°0'0"N
1°0'0"N
NIAS NIAS BARAT
1. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2014 2. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 3. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 250.000, BIG Tahun 2013 4. Peta Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Lampiran SK Menteri Kehutanan No. 579/Menhut-II/2014 Tanggal 24/06/2014 Catatan : - Batas-batas yang tergambar tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebagai acuan
MALAYSIA
KOTA PEKANBARU
5 !
KE PU LA U A N R I A U
SU M AT E R A U TA R A SINGAPURA
PASAMAN
0°0'0"
0°0'0"
R IA U
KAMPAR
KA L IM A N TA N BA R A T SU M AT E R A B A R AT
PASAMAN BARAT JA M BI KE PU LA U A N B A N GK A B EL I TU N G
KA L IM A N TA N TE N GA H
LA M PU N G
Daerah yang dipetakan
M SA
AGAM
5°0'0"S
PELALAWAN
5°0'0"S
LIMAPULUHKOTO
SUMATERA BARAT
0°0'0"
0°0'0"
SU M AT E R A S E LA TA N BE N GK U LU
95°0'0"E
100°0'0"E
BA N T EN JAWA BA R A T 105°0'0"E
110° 0'0"E
115° 0'0"E
KOTA PAYAKUMBUH
U
KOTA BUKITTINGGI
D ER A
KUANTAN SINGINGI
KOTA PADANGPANJANGTANAHDATAR
H IN D
PADANGPARIAMAN KOTA PARIAMAN
INDRAGIRI HULU KOTA SAWAHLUNTO
IA
SAWAHLUNTO SIJUNJUNG KOTA SOLOK KOTA PADANG SOLOK
97°0'0"E
98°0'0"E
99°0'0"E
100°0'0"E
DHARMASRAYA 101°0'0"E
102°0'0"E
DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015
TABEL 3.3 ANGKA DEFORESTASI NETTO PROVINSI RIAU DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th) KAWASAN HUTAN
PROVINSI/ NO.
TIPE HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
3
HUTAN TETAP
DEFORESTASI PADA
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
RIAU A. Hutan Primer
103,1
-
159,5
857,9
1.120,5
7,7
1.128,2
-
1.128,2
103,1
-
159,5
-
262,6
7,7
270,3
-
270,3
- Hutan rawa primer
-
-
-
857,9
857,9
-
857,9
-
857,9
- Hutan mangrove primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
6.133,6
2.846,1
24.720,8
39.094,9
72.795,4
7.069,7
79.865,1
16.801,1
96.666,3
- Hutan lahan kering sekunder
3.137,4
1.915,4
2.462,7
496,4
8.012,0
8,9
8.020,9
430,4
8.451,3
- Hutan rawa sekunder
2.996,2
930,7
22.044,7
38.597,7
64.569,3
7.060,8
71.630,1
16.322,0
87.952,0
-
-
213,4
0,8
214,2
-
214,2
48,8
262,9
-
4.366,6
94.164,8
98.206,5
1.586,6
99.793,2
4.351,7
104.144,9
2.846,1
29.246,9
134.117,6
172.122,5
8.664,0
180.786,5
21.152,9
201.939,4
- Hutan lahan kering primer
B. Hutan Sekunder
- Hutan mangrove sekunder C. Hutan Tanaman*
TOTAL
-324,9
5.911,8
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya. Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
100°0'0"E
101°0'0"E
102°0'0"E
103°0'0"E
PETA DEFORESTASI TAHUN 2013 - 2014
LABUHANBATU UTARA
PROVINSI RIAU
LABUHANBATU
Skala 1: 2.500.000
0
100 Km
MALAYSIA
±
SUMATERA UTARA
AT M
KOTA DUMAI LABUHANBATU SELATAN
2°0'0"N
2°0'0"N
U
SE L
AL
LEGENDA :
AK
A
5 !
ROKAN HILIR
Ibu Kota Provinsi
Sungai
Batas Provinsi
Danau/ Waduk
Batas Kabupaten PADANG LAWAS UTARA
Fungsi Kawasan Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam Darat
SINGAPURA Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam P erairan
BENGKALIS
Hutan Lindung
KOTA BATAM ROKAN HULU
1°0'0"N
1°0'0"N
Hutan P roduksi Terbatas PADANG LAWAS
Hutan P roduksi Hutan P roduksi yang dapat di-Konversi
KEPULAUAN MERANTI
KEPULAUAN RIAU
SIAK
KARIMUN
Perubahan Tutupan Hutan Pengurangan Hutan
KOTA PEKANBARU
MANDAILING NATAL
5 !
Penambahan Hutan
RIAU PASAMAN
Sumber : KAMPAR
PELALAWAN
0°0'0"
0°0'0"
PASAMAN BARAT
LIMAPULUHKOTO
1. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2014 2. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 3. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 250.000, BIG Tahun 2013 4. Peta Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Lampiran SK Menteri Kehutanan No. 878/Menhut-II/2014 Tanggal 29/09/2014 Catatan : - Batas-batas yang tergambar tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebagai acuan 105°0'0"E
110° 0'0"E
115° 0'0"E
AGAM
5°0'0"N
100°0'0"E
5°0'0"N
95°0'0"E
MALAYSIA
INDRAGIRI HILIR
KOTA PAYAKUMBUH KOTA BUKITTINGGI
KE PU LA U A N R I A U
SU M AT E R A U TA R A SINGAPURA
KA L IM A N TA N BA R A T SU M AT E R A B A R AT
KUANTAN SINGINGI
JA M BI KE PU LA U A N B A N GK A B EL I TU N G
KA L IM A N TA N TE N GA H
SU M AT E R A S E LA TA N BE N GK U LU 5°0'0"S
INDRAGIRI HULU KOTA SAWAHLUNTO
5°0'0"S
KOTA PADANGPANJANGTANAHDATAR PADANGPARIAMAN KOTA PARIAMAN
0°0'0"
0°0'0"
R IA U
SUMATERA BARAT
LA M PU N G
Daerah yang dipetakan
BA N T EN JAWA BA R A T
SAWAHLUNTO SIJUNJUNG 95°0'0"E
100°0'0"E
105°0'0"E
110° 0'0"E
115° 0'0"E
KOTA SOLOK
KOTA PADANG SOLOK
1°0'0"S
1°0'0"S
5 !
TANJUNGJABUNG BARAT DHARMASRAYA
JAMBI
TEBO
TANJUNGJABUNG TIMUR
PESISIR SELATAN SOLOK SELATAN 100°0'0"E
101°0'0"E
BUNGO 102°0'0"E
103°0'0"E
DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015
TABEL 3.4 ANGKA DEFORESTASI NETTO PROVINSI SUMATERA BARAT DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th) KAWASAN HUTAN
PROVINSI/ NO.
TIPE HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
4
HUTAN TETAP
DEFORESTASI PADA
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
SUMATERA BARAT A. Hutan Primer
216,0
0,5
-
2,5
219,0
8,7
227,7
5,6
233,3
216,0
0,5
-
2,5
219,0
8,7
227,7
5,6
233,3
- Hutan rawa primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
284,1
941,0
383,9
255,6
1.864,6
882,9
2.747,5
1.099,8
3.847,3
284,1
861,7
383,9
255,6
1.785,3
360,1
2.145,4
585,0
2.730,4
- Hutan rawa sekunder
-
79,3
-
-
79,3
522,9
602,1
514,8
1.116,9
- Hutan mangrove sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1,4
13,6
9,2
317,8
342,0
13,1
355,1
620,2
975,3
501,5
955,1
393,1
576,0
2.425,6
904,7
3.330,3
1.725,7
5.056,0
- Hutan lahan kering primer
B. Hutan Sekunder - Hutan lahan kering sekunder
C. Hutan Tanaman*
TOTAL
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya. Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
99°0'0"E
100°0'0"E
101°0'0"E
TAPANULI SELATAN NIAS
102°0'0"E 1°0'0"N
1°0'0"N
98°0'0"E
BENGKALIS PADANG LAWAS
PETA DEFORESTASI TAHUN 2013 - 2014
KEPULAUAN MERANTI
SUMATERA UTARA
SIAK
MANDAILING NATAL
ROKAN HULU
PROVINSI SUMATERA BARAT Skala 1: 3.000.000
0
KOTA PEKANBARU
5 !
120 Km
± U
PASAMAN KAMPAR PASAMAN BARAT
LEGENDA : NIAS SELATAN
PELALAWAN 0°0'0"
0°0'0"
RIAU LIMAPULUHKOTO
5 !
Ibu Kota Provinsi
Sungai
Batas Provinsi
Danau/ Waduk
Batas Kabupaten AGAM KOTA PAYAKUMBUH
Fungsi Kawasan
KOTA BUKITTINGGI
KOTA PADANGPANJANGTANAHDATAR PADANGPARIAMAN KOTA PARIAMAN
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam Darat
KUANTAN SINGINGI
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam P erairan
INDRAGIRI HULU KOTA SAWAHLUNTO
Hutan Lindung SAWAHLUNTO SIJUNJUNG
Hutan P roduksi Terbatas
KOTA SOLOK
1°0'0"S
5 !
SUMATERA BARAT
INDRAGIRI HILIR
Hutan P roduksi 1°0'0"S
KOTA PADANG
SOLOK
DHARMASRAYA
Hutan P roduksi yang dapat di-Konversi
TANJUNGJABUNG BARAT
Perubahan Tutupan Hutan TEBO
Pengurangan Hutan
KEPULAUAN MENTAWAI SOLOK SELATAN
Penambahan Hutan BUNGO
Sumber : PESISIR SELATAN
JAMBI
BATANGHARI 2°0'0"S
KOTA SUNGAI PENUH MERANGIN
100°0'0"E
105°0'0"E
110° 0'0"E
115° 0'0"E
5°0'0"N
95°0'0"E
5°0'0"N
2°0'0"S
KERINCI
1. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2014 2. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 3. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 250.000, BIG Tahun 2013 4. Peta Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Lampiran SK Menteri Kehutanan No. 35/Menhut-II/2013 Tanggal 15/01/2013 Catatan : - Batas-batas yang tergambar tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebagai acuan
MALAYSIA
KE PU LA U A N R I A U
SAROLANGUN
SU M AT E R A U TA R A SINGAPURA 0°0'0"
0°0'0"
R IA U KA L IM A N TA N BA R A T SU M AT E R A B A R AT JA M BI KE PU LA U A N B A N GK A B EL I TU N G
MUKO-MUKO
KA L IM A N TA N TE N GA H
D
MUSIRAWAS UTARA
ER
A
SUMATERA SELATAN H
IN
D
BENGKULU
IA
5°0'0"S
U
5°0'0"S
SU M AT E R A S E LA TA N BE N GK U LU
3°0'0"S
3°0'0"S
SA M
LA M PU N G
Daerah yang dipetakan 95°0'0"E
100°0'0"E
BA N T EN JAWA BA R A T
105°0'0"E
110° 0'0"E
115° 0'0"E
LEBONG MUSIRAWAS BENGKULU UTARA
REJANGLEBONG
BENGKULU TENGAH KEPAHIANG 98°0'0"E
99°0'0"E
100°0'0"E
101°0'0"E
102°0'0"E
DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015
TABEL 3.5 ANGKA DEFORESTASI NETTO PROVINSI JAMBI DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th) KAWASAN HUTAN
PROVINSI/ NO.
TIPE HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
5
HUTAN TETAP
DEFORESTASI PADA
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
JAMBI A. Hutan Primer
1.965,0
375,1
391,0
1.521,9
4.253,0
-
4.253,0
1.170,5
5.423,5
1.942,2
375,1
327,2
1.521,9
4.166,4
-
4.166,4
983,8
5.150,2
22,8
-
63,8
-
86,7
-
86,7
186,7
273,3
-
-
-
-
-
-
-
-
-
230,3
1.074,2
2.416,3
12.139,1
15.859,8
11,3
15.871,1
2.154,1
18.025,2
230,3
728,3
2.416,3
11.706,5
15.081,4
11,3
15.092,7
1.798,4
16.891,1
- Hutan rawa sekunder
-
345,8
-
432,6
778,4
-
778,4
355,7
1.134,1
- Hutan mangrove sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan lahan kering primer - Hutan rawa primer - Hutan mangrove primer B. Hutan Sekunder - Hutan lahan kering sekunder
C. Hutan Tanaman*
TOTAL
-
2.195,3
-24,0
1.425,3
-1.006,3
-31.903,7
-32.934,0
0,3
-32.933,7
1.801,0
-18.242,7
-12.821,1
11,6
-12.809,6
-456,4
2.868,1
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya. Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
-33.390,2
-9941,5
101°0'0"E
102°0'0"E
103°0'0"E
104°0'0"E
PETA DEFORESTASI TAHUN 2013 -2014
PELALAWAN
KAMPAR
PROVINSI JAMBI KUANTAN SINGINGI
KEPULAUAN RIAULINGGA
RIAU
Skala 1: 2.250.000
0
100 Km
INDRAGIRI HILIR
L SE
INDRAGIRI HULU
± U
AT BE RH
SAWAHLUNTO SIJUNJUNG
LEGENDA :
A LA 1°0'0"S
1°0'0"S
5 !
SOLOK
Ibu Kota Provinsi
Sungai
Batas Provinsi
Danau/ Waduk
Batas Kabupaten
TANJUNGJABUNG BARAT
Fungsi Kawasan
DHARMASRAYA
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam Darat
TANJUNGJABUNG TIMUR
SUMATERA BARAT
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam P erairan
TEBO
Hutan Lindung
SOLOK SELATAN
Hutan P roduksi Terbatas BUNGO
Hutan P roduksi
MUAROJAMBI
KOTA JAMBI
5 !
Hutan P roduksi yang dapat di-Konversi
BATANGHARI
Perubahan Tutupan Hutan
JAMBI
Pengurangan Hutan 2°0'0"S
2°0'0"S
KERINCI
Penambahan Hutan
PESISIR SELATAN KOTA SUNGAI PENUH
Sumber : MERANGIN
1. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2014 2. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 3. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 250.000, BIG Tahun 2013 4. Peta Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Lampiran SK Menteri Kehutanan No. 863/Menhut-II/2014 Tanggal 29/09/2014 Catatan : - Batas-batas yang tergambar tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebagai acuan
MUSIBANYUASIN
100°0'0"E
5°0'0"N
95°0'0"E
105°0'0"E
110° 0'0"E
115° 0'0"E
5°0'0"N
SAROLANGUN
MALAYSIA
KE PU LA U A N R I A U
MUKO-MUKO
SUMATERA SELATAN SU M AT E R A U TA R A SINGAPURA
BANYUASIN 0°0'0"
R IA U 0°0'0"
MUSIRAWAS UTARA
KA L IM A N TA N BA R A T SU M AT E R A B A R AT
5°0'0"S
SU M AT E R A S E LA TA N BE N GK U LU 5°0'0"S
3°0'0"S
KOTA PALEMBANG
3°0'0"S
KA L IM A N TA N TE N GA H JA M BI KE PU LA U A N B A N GK A B EL I TU N G
LA M PU N G
BA N T EN JAWA BA R A T
BENGKULU
Daerah yang dipetakan
M SA
LEBONG
95°0'0"E
MUSIRAWAS
100°0'0"E
105°0'0"E
110° 0'0"E
115° 0'0"E
PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR
U
BENGKULU UTARA
D
KOTA LUBUKLINGGAU
ER
MUARAENIM
A H IN D
REJANGLEBONG
IA
KOTA PRABUMULIH
BENGKULU TENGAH 101°0'0"E
102°0'0"E
KEPAHIANG
EMPAT LAWANG 103°0'0"E
LAHAT
OGAN ILIR
OGAN KOMERING ILIR 104°0'0"E
DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015
TABEL 2.6 ANGKA DEFORESTASI NETTO PROVINSI SUMATERA SELATAN DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th) KAWASAN HUTAN
PROVINSI/ NO.
TIPE HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
6
HUTAN TETAP
DEFORESTASI PADA
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
SUMATERA SELATAN A. Hutan Primer
80,6
8,7
54,4
-
143,7
-
143,7
8,9
152,5
80,6
8,7
54,4
-
143,7
-
143,7
8,9
152,5
- Hutan rawa primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1.232,3
2.104,3
77,9
39,3
3.453,8
-
3.453,8
673,6
4.127,4
1.232,3
2.104,3
77,9
39,3
3.453,8
-
3.453,8
673,6
4.127,4
- Hutan rawa sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-744,0
1.312,8
2.113,0
132,3
-704,7
- Hutan lahan kering primer
B. Hutan Sekunder - Hutan lahan kering sekunder
C. Hutan Tanaman*
TOTAL
-744,0
2.853,5
-
-
-744,0
2.853,5
-8,7
673,7
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya. Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
-752,7
3.527,2
103°0'0"E
104°0'0"E
105°0'0"E
106°0'0"E
PETA DEFORESTASI TAHUN 2013 - 2014
TANJUNGJABUNG TIMUR BUNGO
KOTA JAMBI
5 !
TEBO
MUAROJAMBI
PROVINSI SUMATERA SELATAN BATANGHARI
Skala 1: 2.500.000
0 BANGKA BARAT
MERANGIN
±
2°0'0"S
2°0'0"S
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
U
KOTA PANGKALPINANG
LEGENDA :
5 !
BA
S ELAT
SAROLANGUN
100 Km
BANGKA
JAMBI
NG KA
MUSIBANYUASIN
BANGKA TENGAH
Ibu Kota Provinsi
Sungai
Batas Provinsi
Danau/ Waduk
Batas Kabupaten
Fungsi Kawasan BANGKA SELATAN
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam Darat Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam P erairan
BANYUASIN
MUSIRAWAS UTARA
Hutan Lindung 3°0'0"S
3°0'0"S
5 !
KOTA PALEMBANG
Hutan P roduksi Terbatas Hutan P roduksi
LEBONG
Hutan P roduksi yang dapat di-Konversi
MUSIRAWAS PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR
SUMATERA SELATAN
KOTA LUBUKLINGGAU
Perubahan Tutupan Hutan OGAN KOMERING ILIR BENGKULU UTARA
OGAN ILIR
REJANGLEBONG
Pengurangan Hutan
KOTA PRABUMULIH
BENGKULU
Penambahan Hutan
KEPAHIANG
MUARAENIM
BENGKULU TENGAH
Sumber : EMPAT LAWANG
KOTA BENGKULU
5 !
4°0'0"S
4°0'0"S
LAHAT
MESUJI SELUMA
OGAN KOMERING ULU TIMUR
1. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2014 2. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 3. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 250.000, BIG Tahun 2013 4. Peta Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Lampiran SK Menteri Kehutanan No. 866/Menhut-II/2014 Tanggal 29/09/2014 Catatan : - Batas-batas yang tergambar tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebagai acuan
OGAN KOMERING ULU
KOTA PAGARALAM
105°0'0"E
110° 0'0"E
115° 0'0"E
5°0'0"N
100°0'0"E
5°0'0"N
95°0'0"E
MALAYSIA
KE PU LA U A N R I A U
TULANGBAWANG
BENGKULU SELATAN
SU M AT E R A U TA R A SINGAPURA
WAYKANAN
0°0'0"
0°0'0"
R IA U KA L IM A N TA N BA R A T SU M AT E R A B A R AT
TULANGBAWANG BARAT
JA M BI KE PU LA U A N B A N GK A B EL I TU N G
OGAN KOMERING ULU SELATAN
KA L IM A N TA N TE N GA H
5°0'0"S
KAUR
LAMPUNG
5°0'0"S
SU M AT E R A S E LA TA N BE N GK U LU LA M PU N G
Daerah yang dipetakan
BA N T EN JAWA BA R A T
LAMPUNG UTARA 95°0'0"E
100°0'0"E
105°0'0"E
110° 0'0"E
115° 0'0"E
LAMPUNG TENGAH
UD
ER
A
HI
ND
LAMPUNG BARAT
5°0'0"S
5°0'0"S
SA M
LAMPUNG TIMUR
IA
DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015
KOTA METRO
PESISIR BARAT
TANGGAMUS
PESAWARAN LAMPUNG SELATAN PRINGSEWU
103°0'0"E
104°0'0"E
105°0'0"E
106°0'0"E
TABEL 3.7 ANGKA DEFORESTASI NETTO PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th) KAWASAN HUTAN
PROVINSI/ NO.
TIPE HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
7
HUTAN TETAP
DEFORESTASI PADA
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG A. Hutan Primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan lahan kering primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan rawa primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
265,1
48,2
-
896,5
1.209,7
-
1.209,7
489,7
1.699,4
265,1
48,2
-
896,5
1.209,7
-
1.209,7
660,8
1.870,6
- Hutan rawa sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
265,1
48,2
-
896,5
1.209,7
-
1.209,7
489,7
1.699,4
B. Hutan Sekunder - Hutan lahan kering sekunder
C. Hutan Tanaman*
TOTAL
-171,1
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya. Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
-171,1
105°0'0"E
106°0'0"E
107°0'0"E
108°0'0"E
PETA DEFORESTASI TAHUN 2013 - 2014 1°0'0"S
1°0'0"S
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Skala 1: 2.500.000
0
100 Km
± U
LINGGA
KEPULAUAN RIAU LEGENDA :
5 !
SELAT KARIMATA
Ibu Kota Provinsi
Sungai
Batas Provinsi
Danau/ Waduk
Batas Kabupaten KAYONG UTARA
KALIMANTAN BARAT
Fungsi Kawasan Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam Darat
BANGKA
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam P erairan
2°0'0"S
2°0'0"S
BANGKA BARAT
Hutan Lindung
5 !
KOTA PANGKALPINANG
Hutan P roduksi Terbatas Hutan P roduksi
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Hutan P roduksi yang dapat di-Konversi
BANGKA TENGAH
Perubahan Tutupan Hutan Pengurangan Hutan
SE L
Penambahan Hutan
GA AT
BANGKA SELATAN
BELITUNG
R
3°0'0"S
S PA
Sumber : BELITUNG TIMUR 3°0'0"S
BANYUASIN
SUMATERA SELATAN
1. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2014 2. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 3. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 250.000, BIG Tahun 2013 4. Peta Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Lampiran SK Menteri Kehutanan No. 798/Menhut-II/2012Tanggal 27/12/2012 Catatan : - Batas-batas yang tergambar tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebagai acuan 95°0'0"E
100°0'0"E
105°0'0"E
110° 0'0"E
115° 0'0"E
5°0'0"N
5°0'0"N
OGAN KOMERING ILIR
MALAYSIA
KE PU LA U A N R I A U
SU M AT E R A U TA R A SINGAPURA 0°0'0"
0°0'0"
R IA U KA L IM A N TA N BA R A T SU M AT E R A B A R AT KA L IM A N TA N TE N GA H JA M BI KE PU LA U A N B A N GK A B EL I TU N G
5°0'0"S
5°0'0"S
SU M AT E R A S E LA TA N BE N GK U LU LA M PU N G
4°0'0"S
4°0'0"S
BA N T EN JAWA BA R A T
OGAN KOMERING ULU TIMUR MESUJI
LAMPUNG
100°0'0"E
105°0'0"E
110° 0'0"E
115° 0'0"E
DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015
TULANGBAWANG WAYKANANTULANGBAWANG BARAT
105°0'0"E
Daerah yang dipetakan 95°0'0"E
106°0'0"E
107°0'0"E
108°0'0"E
TABEL 3.8 ANGKA DEFORESTASI NETTO PROVINSI BENGKULU DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th) KAWASAN HUTAN
PROVINSI/ NO.
TIPE HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
8
HUTAN TETAP
DEFORESTASI PADA
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
BENGKULU A. Hutan Primer
394,4
1.340,5
90,6
-
1.825,6
-
1.825,6
120,1
1.945,7
394,4
1.340,5
90,6
-
1.825,6
-
1.825,6
120,1
1.945,7
- Hutan rawa primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2.380,6
4.660,1
2.832,2
393,8
10.266,8
-
10.266,8
-181,0
10.085,8
2.380,6
4.660,1
2.832,2
393,8
10.266,8
-
10.266,8
-181,0
10.085,8
- Hutan rawa sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
14,4
-
-
-
14,4
-
14,4
23,5
37,9
2.789,4
6.000,7
2.922,8
393,8
12.106,8
-
12.106,8
- Hutan lahan kering primer
B. Hutan Sekunder - Hutan lahan kering sekunder
C. Hutan Tanaman*
TOTAL
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya. Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
-37,4
12.069,4
101°0'0"E
102°0'0"E
103°0'0"E MUAROJAMBI
KOTA SUNGAI PENUH
PETA DEFORESTASI TAHUN 2013 - 2014
BATANGHARI PESISIR SELATAN
KERINCI
SUMATERA BARAT MERANGIN
JAMBI
PROVINSI BENGKULU
SAROLANGUN
Skala 1: 2.250.000
0
± U
MUSIBANYUASIN MUKO-MUKO
LEGENDA :
MUSIRAWAS UTARA
3°0'0"S
3°0'0"S
5 ! KEPULAUAN MENTAWAI
100 Km
Ibu Kota Provinsi
Sungai
Batas Provinsi
Danau/ Waduk
Batas Kabupaten
SUMATERA SELATAN Fungsi Kawasan
LEBONG MUSIRAWAS BENGKULU UTARA
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam Darat
KOTA LUBUKLINGGAU
PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam P erairan Hutan Lindung
REJANGLEBONG
BENGKULU
Hutan P roduksi Terbatas
MUARAENIM
Hutan P roduksi KEPAHIANG BENGKULU TENGAH
Hutan P roduksi yang dapat di-Konversi
EMPAT LAWANG
Perubahan Tutupan Hutan
KOTA BENGKULU
5 !
LAHAT 4°0'0"S
4°0'0"S
Pengurangan Hutan
SELUMA
Penambahan Hutan
KOTA PAGARALAM OGAN KOMERING ULU
Sumber : 1. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2014 2. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 3. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 250.000, BIG Tahun 2013 4. Peta Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Lampiran SK Menteri Kehutanan No. 784/Menhut-II/2012, Tanggal 27/12/2012 Catatan : - Batas-batas yang tergambar tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebagai acuan
OGAN KOMERING ULU SELATAN
100°0'0"E
5°0'0"N
95°0'0"E
KAUR
105°0'0"E
110° 0'0"E
115° 0'0"E
5°0'0"N
BENGKULU SELATAN
MALAYSIA
KE PU LA U A N R I A U
SU M AT E R A U TA R A SINGAPURA 0°0'0"
0°0'0"
R IA U KA L IM A N TA N BA R A T SU M AT E R A B A R AT KA L IM A N TA N TE N GA H JA M BI KE PU LA U A N B A N GK A B EL I TU N G
5°0'0"S
SU M AT E R A S E LA TA N BE N GK U LU 5°0'0"S
5°0'0"S
5°0'0"S
LAMPUNG
PESISIR BARAT LAMPUNG BARAT
LA M PU N G
M SA
BA N T EN JAWA BA R A T
Daerah yang dipetakan
UD
95°0'0"E
100°0'0"E
105°0'0"E
110° 0'0"E
115° 0'0"E
ER A H IN DI A
DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015
101°0'0"E
102°0'0"E
103°0'0"E
TABEL 3.9 ANGKA DEFORESTASI NETTO PROVINSI LAMPUNG DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th) KAWASAN HUTAN
PROVINSI/ NO.
TIPE HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
9
HUTAN TETAP
DEFORESTASI PADA
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
LAMPUNG A. Hutan Primer
34,7
57,5
81,5
-
173,7
-
173,7
-
173,7
34,7
57,5
81,5
-
173,7
-
173,7
-
173,7
- Hutan rawa primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
8,7
15,4
-
24,1
-
24,1
-33,9
-9,7
- Hutan lahan kering sekunder
-
8,7
15,4
-
24,1
-
24,1
-33,9
-9,7
- Hutan rawa sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
34,7
66,2
96,9
-
197,8
-
197,8
- Hutan lahan kering primer
B. Hutan Sekunder
C. Hutan Tanaman*
TOTAL
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya. Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
-33,9
163,9
104°0'0"E
105°0'0"E
106°0'0"E
OGAN KOMERING ILIR
PETA DEFORESTASI TAHUN 2013 - 2014
OGAN ILIR
MUARAENIM
PROVINSI LAMPUNG Skala 1: 1.750.000
LAHAT
4°0'0"S
4°0'0"S
0
MESUJI
SUMATERA SELATAN
80 Km
± U
OGAN KOMERING ULU TIMUR
OGAN KOMERING ULU
LEGENDA :
5 !
Ibu Kota Provinsi
Sungai
Batas Provinsi
Danau/ Waduk
Batas Kabupaten TULANGBAWANG
Fungsi Kawasan WAYKANAN
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam Darat Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam P erairan
TULANGBAWANG BARAT OGAN KOMERING ULU SELATAN
Hutan Lindung Hutan P roduksi Terbatas KAUR
Hutan P roduksi
BENGKULU LAMPUNG UTARA
Hutan P roduksi yang dapat di-Konversi LAMPUNG TENGAH
LAMPUNG 5°0'0"S
5°0'0"S
Perubahan Tutupan Hutan Pengurangan Hutan
LAMPUNG BARAT
Penambahan Hutan KOTA METRO LAMPUNG TIMUR
Sumber :
PESISIR BARAT
1. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2014 2. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 3. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 250.000, BIG Tahun 2013 4. Peta Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Lampiran SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 256/Kpts-II/2000 Tanggal 23/08/2000 Catatan : - Batas-batas yang tergambar tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebagai acuan
PRINGSEWU
TANGGAMUS
5 !
KOTA BANDARLAMPUNG PESAWARAN
100°0'0"E
105°0'0"E
110° 0'0"E
115° 0'0"E
5°0'0"N
LAUT JAWA
5°0'0"N
95°0'0"E
LAMPUNG SELATAN
MALAYSIA
KE PU LA U A N R I A U
SU M AT E R A U TA R A SINGAPURA
0°0'0"
0°0'0"
R IA U KA L IM A N TA N BA R A T SU M AT E R A B A R AT JA M BI KE PU LA U A N B A N GK A B EL I TU N G
KA L IM A N TA N TE N GA H
ER
6°0'0"S
AT
D
L SE
U
KOTA CILEGON
5°0'0"S
SU NDA
M SA
6°0'0"S
5°0'0"S
SU M AT E R A S E LA TA N BE N GK U LU
LA M PU N G
Daerah yang dipetakan 95°0'0"E
100°0'0"E
BA N T EN JAWA BA R A T 105°0'0"E
110° 0'0"E
115° 0'0"E
A H IN D
BANTEN KOTA SERANG
IA
SERANG
PANDEGLANG 104°0'0"E
105°0'0"E
106°0'0"E
5 !
DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015 LEBAK
TABEL 3.10 ANGKA DEFORESTASI NETTO PROVINSI KEPULAUAN RIAU DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th) KAWASAN HUTAN
PROVINSI/ NO.
TIPE HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
10
HUTAN TETAP
DEFORESTASI PADA
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
KEPULAUAN RIAU A. Hutan Primer
-
-
4,3
-
4,3
-
4,3
0,4
4,6
- Hutan lahan kering primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan rawa primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove primer
-
-
4,3
-
4,3
-
4,3
0,4
4,6
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan lahan kering sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan rawa sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
4,3
-
4,3
-
4,3
0,4
4,6
B. Hutan Sekunder
C. Hutan Tanaman*
TOTAL
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya. Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
104°0'0"E
105°0'0"E
106°0'0"E
107°0'0"E
108°0'0"E
109°0'0"E
PETA DEFORESTASI TAHUN 2013 - 2014 4°0'0"N
4°0'0"N
PROVINSI KEPULAUAN RIAU
KEPULAUAN RIAU NATUNA
Skala 1: 3.750.000
0
160 Km
± U
LEGENDA :
3°0'0"N
3°0'0"N
5 !
KEPULAUAN ANAMBAS
Ibu Kota Provinsi
Sungai
Batas Provinsi
Danau/ Waduk
Batas Kabupaten
Fungsi Kawasan Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam Darat Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam P erairan Hutan Lindung Hutan P roduksi Terbatas
2°0'0"N
2°0'0"N
Hutan P roduksi
MALAYSIA
LAUT NATUNA
Hutan P roduksi yang dapat di-Konversi
Perubahan Tutupan Hutan Pengurangan Hutan Penambahan Hutan
SINGAPURA Sumber :
SAMBAS
BINTAN
1°0'0"N
1°0'0"N
KOTA BATAM
5 ! KOTA TANJUNGPINANG
KOTA SINGKAWANG
KEPULAUAN MERANTI KARIMUN
BENGKAYANG
KALIMANTAN BARAT LANDAK
1. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2014 2. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 3. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 250.000, BIG Tahun 2013 4. Peta Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Lampiran SK Menteri Kehutanan No. 867/Menhut-II/2014 Tanggal 29/09/2014 Catatan : - Batas-batas yang tergambar tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebagai acuan
PELALAWAN 105°0'0"E
110° 0'0"E 5°0'0"N
100°0'0"E
5°0'0"N
95°0'0"E
PONTIANAK
MALAYSIA
KE PU LA U A N R I A U
RIAU SU M AT E R A U TA R A
INDRAGIRI HILIR
KA L IM A N TA N BA R A T
0°0'0"
0°0'0"
0°0'0"
0°0'0"
SINGAPURA
R IA U
SU M AT E R A B A R AT
JA M BI KE PU LA U A N B A N GK A B EL I TU N G
LINGGA
KA L IM A N TA N TE N GA H
5°0'0"S
L SE
5°0'0"S
SU M AT E R A S E LA TA N BE N GK U LU
LA M PU N G
Daerah yang dipetakan
KUBURAYA
AT
95°0'0"E
100°0'0"E
JAWA BA R A T BA N T EN 105°0'0"E
110° 0'0"E
KA RI M 1°0'0"S
1°0'0"S
A AT
TANJUNGJABUNG BARAT
JAMBI
TANJUNGJABUNG TIMUR
104°0'0"E
105°0'0"E
106°0'0"E
107°0'0"E
108°0'0"E
109°0'0"E
DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015
TABEL 3.11 ANGKA DEFORESTASI NETTO PROVINSI BANTEN DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th) KAWASAN HUTAN
PROVINSI/ NO.
TIPE HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
11
HUTAN TETAP
DEFORESTASI PADA
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
BANTEN A. Hutan Primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan lahan kering primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan rawa primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan lahan kering sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan rawa sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-120,8
-116,5
-237,3
-
-237,3
-28,7
-266,1
-
-
-120,8
-116,5
-237,3
-
-237,3
-28,7
-266,1
B. Hutan Sekunder
C. Hutan Tanaman*
TOTAL
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya. Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
5°30'0"S
105°0'0"E
105°30'0"E
106°0'0"E
106°30'0"E
107°0'0"E
KOTA BANDARLAMPUNG
PETA DEFORESTASI TAHUN 2013 - 2014
LAMPUNG TIMUR
LAUT JAWA PESAWARAN
LAMPUNG
PROVINSI BANTEN
LAMPUNG SELATAN
Skala 1: 1.250.000
0
TANGGAMUS
40 Km
± U
KEPULAUAN SERIBU
LEGENDA :
6°0'0"S
6°0'0"S
5 ! KOTA CILEGON
Ibu Kota Provinsi
Sungai
Batas Provinsi
Danau/ Waduk
Batas Kabupaten
Fungsi Kawasan Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam Darat KOTA SERANG 5 !
KOTA JAKARTA UTARA
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam P erairan
SERANG TANGERANG
KOTA JAKARTA BARAT KOTA JAKARTA PUSAT KOTA TANGERANG
! 5 DKI JAKARTA
Hutan Lindung Hutan P roduksi Terbatas
KOTA JAKARTA TIMUR KOTA JAKARTA SELATAN
Hutan P roduksi
KOTA TANGERANG SELATAN BEKASI
Hutan P roduksi yang dapat di-Konversi KOTA DEPOK
Perubahan Tutupan Hutan 6°30'0"S
6°30'0"S
BANTEN Pengurangan Hutan Penambahan Hutan
BOGOR PANDEGLANG
KOTA BOGOR
Sumber : LEBAK
1. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2014 2. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 3. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 250.000, BIG Tahun 2013 4. Peta Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Lampiran SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 419/Kpts-II/1999 Tanggal 15/06/1999 Catatan : - Batas-batas yang tergambar tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebagai acuan
JAWA BARAT KOTA SUKABUMI
DKI JAKARTA BANTEN
7°0'0"S
7°0'0"S
110° 0'0"E
LAMPUNG
5°0'0"S
5°0'0"S
105°0'0"E
JAWA BARAT
JAWA TENGAH
DI YOGYAKARTA JAWA TIMUR
Daerah yang dipetakan 105°0'0"E
SAM
UDE
RA H
I ND
IA CIANJUR
105°0'0"E
105°30'0"E
106°0'0"E
106°30'0"E
107°0'0"E
10°0'0"S
10°0'0"S
SUKABUMI
110° 0'0"E
DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015
TABEL 3.12 ANGKA DEFORESTASI NETTO PROVINSI DKI JAKARTA DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th) KAWASAN HUTAN
PROVINSI/ NO.
TIPE HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
12
HUTAN TETAP
DEFORESTASI PADA
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
DKI JAKARTA A. Hutan Primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan lahan kering primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan rawa primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan lahan kering sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan rawa sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
B. Hutan Sekunder
C. Hutan Tanaman*
TOTAL
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya. Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
106°30'0"E
107°0'0"E
PROVINSI DKI JAKARTA
5°30'0"S
5°30'0"S
PETA DEFORESTASI TAHUN 2013 - 2014 LAUT JAWA
Skala 1: 750.000
0
30 Km
± U
LEGENDA :
5 !
Ibu Kota Provinsi
Sungai
Batas Provinsi
Danau/ Waduk
Batas Kabupaten
Fungsi Kawasan Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam Darat Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam P erairan
KEPULAUAN SERIBU
Hutan Lindung Hutan P roduksi Terbatas Hutan P roduksi Hutan P roduksi yang dapat di-Konversi
6°0'0"S
6°0'0"S
Perubahan Tutupan Hutan Pengurangan Hutan Penambahan Hutan
Sumber : 1. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2014 2. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 3. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 250.000, BIG Tahun 2013 4. Peta Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Lampiran SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 220/Kpts-II/2000 Tanggal 02/08/2000 Catatan : - Batas-batas yang tergambar tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebagai acuan
KOTA JAKARTA BARAT
5 !
TANGERANG
KOTA JAKARTA PUSAT
KOTA TANGERANG
DKI JAKARTA
3°0'0"S
SERANG
BEKASI
105°0'0"E
108°0'0"E
111°0'0"E
114° 0'0"E
3°0'0"S
KOTA JAKARTA UTARA KOTA SERANG
KALIMANTAN SELATAN
SUMATERA SELATAN
BANTEN KOTA BEKASI LAMPUNG 6°0'0"S
KOTA JAKARTA SELATAN
6°0'0"S
KOTA JAKARTA TIMUR PANDEGLANG
DKI JAKARTA
KOTA TANGERANG SELATAN
JAWA BARAT
JAWA BARAT
JAWA TENGAH JAWA TIMUR BALI 9°0'0"S
9°0'0"S
KARAWANG
Daerah yang dipetakan
KOTA DEPOK
105°0'0"E
108°0'0"E
111°0'0"E
114° 0'0"E
BOGOR PURWAKARTA KOTA BOGOR
106°30'0"E
107°0'0"E
6°30'0"S
6°30'0"S
LEBAK
DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015
TABEL 3.13 ANGKA DEFORESTASI NETTO PROVINSI JAWA BARAT DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th) KAWASAN HUTAN
PROVINSI/ NO.
TIPE HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
13
HUTAN TETAP
DEFORESTASI PADA
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
JAWA BARAT A. Hutan Primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan lahan kering primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan rawa primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5,2
5,2
-
5,2
26,1
31,3
- Hutan lahan kering sekunder
-
-
-
5,2
5,2
-
5,2
26,1
31,3
- Hutan rawa sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
B. Hutan Sekunder
C. Hutan Tanaman*
TOTAL
-1.488,1
-3.815,6
-2.414,4
-3.266,6
-10.984,7
-
-10.984,7
-3.927,1
-14.911,8
-1.488,1
-3.815,6
-2.414,4
-3.261,4
-10.979,5
-
-10.979,5
-3.901,0
-14.880,5
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya. Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
107°0'0"E
108°0'0"E
109°0'0"E
PETA DEFORESTASI TAHUN 2013 - 2014 PROVINSI JAWA BARAT
LAUT JAWA
KEPULAUAN SERIBU
Skala 1: 750.000
0
80 Km
±
6°0'0"S
6°0'0"S
U
KOTA SERANG SERANG
5 !
KOTA JAKARTA UTARA KOTA JAKARTA BARAT TANGERANG KOTA TANGERANG KOTA JAKARTA PUSAT
5 !
BEKASI
Ibu Kota Provinsi
Sungai
Batas Provinsi
Danau/ Waduk
Batas Kabupaten
KARAWANG
KOTA JAKARTA TIMUR KOTA BEKASI KOTA JAKARTA SELATAN KOTA TANGERANG SELATAN
DKI JAKARTA
BANTEN
LEGENDA :
Fungsi Kawasan
KOTA DEPOK
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam Darat INDRAMAYU
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam P erairan
SUBANG BOGOR
Hutan Lindung
KOTA BOGOR
PURWAKARTA
Hutan P roduksi Terbatas LEBAK
CIREBON
Hutan P roduksi KOTA CIREBON BANDUNG BARAT
SUMEDANG
Hutan P roduksi yang dapat di-Konversi
MAJALENGKA
Perubahan Tutupan Hutan
KOTA CIMAHI
5 !
KOTA BANDUNG
Pengurangan Hutan 7°0'0"S
KOTA SUKABUMI
7°0'0"S
JAWA BARAT
KUNINGAN
Penambahan Hutan
BREBES SUKABUMI
TEGAL
BANDUNG CIANJUR
Sumber :
JAWA TENGAH
CIAMIS GARUT
1. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2014 2. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 3. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 250.000, BIG Tahun 2013 4. Peta Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Lampiran SK Menteri Kehutanan No. 195/Kpts-II/2003 Tanggal 04/07/2003 Catatan : - Batas-batas yang tergambar tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebagai acuan
KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR BANYUMAS
105°0'0"E
110° 0'0"E
115° 0'0"E
CILACAP TASIKMALAYA KALIMANTAN SELATAN
PANGANDARAN
5°0'0"S
5°0'0"S
SUMATERA SELATAN
LAMPUNG
DKI JAKARTA JAWA BARAT JAWA TENGAH JAWA TIMUR
10°0'0"S
10°0'0"S
BALI NUSA TENGGARA BARAT
Daerah yang dipetakan 110° 0'0"E
115° 0'0"E
8°0'0"S
8°0'0"S
105°0'0"E
SAMUDERA INDONESIA
DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015
107°0'0"E
108°0'0"E
109°0'0"E
TABEL 3.14 ANGKA DEFORESTASI NETTO PROVINSI JAWA TENGAH DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th) KAWASAN HUTAN
PROVINSI/ NO.
TIPE HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
14
HUTAN TETAP
DEFORESTASI PADA
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
JAWA TENGAH A. Hutan Primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan lahan kering primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan rawa primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
28,1
28,1
-
28,1
-
28,1
- Hutan lahan kering sekunder
-
-
-
28,1
28,1
-
28,1
-
28,1
- Hutan rawa sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-107,3
-107,3
-
-107,3
-15,1
-122,4
-
-
-
-79,2
-79,2
-
-79,2
-15,1
-94,3
B. Hutan Sekunder
C. Hutan Tanaman*
TOTAL
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya. Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
109°0'0"E
110°0'0"E
111°0'0"E
PETA DEFORESTASI TAHUN 2013 - 2014 PROVINSI JAWA TENGAH Skala 1: 2.000.000
0 6°0'0"S
6°0'0"S
LAUT JAWA
80 Km
± U
LEGENDA :
5 !
Ibu Kota Provinsi
Sungai
Batas Provinsi
Danau/ Waduk
Batas Kabupaten
Fungsi Kawasan INDRAMAYU
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam Darat JEPARA
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam P erairan Hutan Lindung KOTA CIREBON
PATI REMBANG
KUDUS
Hutan P roduksi Terbatas
CIREBON
Hutan P roduksi
KOTA TEGAL TUBAN
DEMAK
JAWA BARAT
5 !
KUNINGAN TEGAL
KOTA SEMARANG
PEMALANG PEKALONGAN
BREBES
KENDAL
BATANG
Hutan P roduksi yang dapat di-Konversi
7°0'0"S
7°0'0"S
KOTA PEKALONGAN
Perubahan Tutupan Hutan
BLORA GROBOGAN
Pengurangan Hutan SEMARANG
JAWA TENGAH
Penambahan Hutan
BOJONEGORO
TEMANGGUNG
BANJARNEGARA PURBALINGGA
KOTA SALATIGA WONOSOBO
KOTA BANJAR
Sumber :
SRAGEN
CIAMIS
1. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2014 2. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 3. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 250.000, BIG Tahun 2013 4. Peta Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Lampiran SK Menteri Kehutanan No. 359/Menhut-II/2004 Tanggal 01/10/2004 Catatan : - Batas-batas yang tergambar tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebagai acuan
NGAWI
BANYUMAS KOTA MAGELANGMAGELANG
BOYOLALI
KOTA SURAKARTA PANGANDARAN
CILACAP
KARANGANYAR
KOTA MADIUN MADIUN
KEBUMEN PURWOREJO
KLATEN
SLEMAN
MAGETAN
SUKOHARJO
JAWA TIMUR NGANJUK
105°0'0"E
110° 0'0"E
5 !
115° 0'0"E
KOTA YOGYAKARTA KALIMANTAN SELATAN
WONOGIRI
PONOROGO
LAMPUNG
8°0'0"S
8°0'0"S
5°0'0"S
BANTUL
DI YOGYAKARTA GUNUNGKIDUL
5°0'0"S
KULONPROGO
DKI JAKARTA JAWA TENGAH JAWA TIMUR BALI NUSA TENGGARA BARAT 10°0'0"S
TRENGGALEK TULUNGAGUNG
10°0'0"S
PACITAN
Daerah yang dipetakan 105°0'0"E
115° 0'0"E
DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015
SAMUDERA INDONESIA
109°0'0"E
110° 0'0"E
110°0'0"E
111°0'0"E
TABEL 3.15 ANGKA DEFORESTASI NETTO PROVINSI D.I. YOGYAKARTA DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th) KAWASAN HUTAN
PROVINSI/ NO.
TIPE HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
15
HUTAN TETAP
DEFORESTASI PADA
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
D.I. YOGYAKARTA A. Hutan Primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan lahan kering primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan rawa primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan lahan kering sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan rawa sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0,9
0,9
-
0,9
31,9
32,8
-
-
-
0,9
0,9
-
0,9
31,9
32,8
B. Hutan Sekunder
C. Hutan Tanaman*
TOTAL
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya. Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
110°20'0"E
110°40'0"E SEMARANG
KOTA MAGELANG
PETA DEFORESTASI TAHUN 2013 - 2014
WONOSOBO
BOYOLALI
PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KARANGANYAR
Skala 1: 500.000
0
MAGELANG
20 Km
KOTA SURAKARTA
± U
LEGENDA :
5 !
Ibu Kota Provinsi
Sungai
Batas Provinsi
Danau/ Waduk
Batas Kabupaten
SUKOHARJO
KLATEN
SLEMAN
7°40'0"S
7°40'0"S
JAWA TENGAH
Fungsi Kawasan
PURWOREJO
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam Darat Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam P erairan Hutan Lindung Hutan P roduksi Terbatas Hutan P roduksi
5 !
KOTA YOGYAKARTA
Hutan P roduksi yang dapat di-Konversi
KULONPROGO
Perubahan Tutupan Hutan Pengurangan Hutan Penambahan Hutan
DI YOGYAKARTA BANTUL
Sumber :
8°0'0"S
8°0'0"S
WONOGIRI GUNUNGKIDUL
1. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2014 2. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 3. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 250.000, BIG Tahun 2013 4. Peta Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Lampiran SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 171/Kpts-II/2000 Tanggal 29/06/2000 Catatan : - Batas-batas yang tergambar tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebagai acuan 105°0'0"E
108°0'0"E
111°0'0"E
114° 0'0"E
6°0'0"S
6°0'0"S
LAMPUNG
DKI JAKARTA
JAWA BARAT
JAWA TENGAH
SAM
9°0'0"S
9°0'0"S
DI YOGYAKARTA JAWA TIMUR
Daerah yang dipetakan
UD
105°0'0"E
ER
A IN
DO
NE
108°0'0"E
111°0'0"E
114° 0'0"E
SI A DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015
110°20'0"E
110°40'0"E
TABEL 3.16 ANGKA DEFORESTASI NETTO PROVINSI JAWA TIMUR DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th) KAWASAN HUTAN
PROVINSI/ NO.
TIPE HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
16
HUTAN TETAP
DEFORESTASI PADA
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
JAWA TIMUR A. Hutan Primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan lahan kering primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan rawa primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1.501,0
2.783,2
-
930,9
5.215,1
-
5.215,1
2.043,4
7.258,5
1.501,0
2.783,2
-
930,9
5.215,1
-
5.215,1
2.043,4
7.258,5
- Hutan rawa sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
237,1
237,1
-
237,1
1,5
238,6
1.501,0
2.783,2
-
1.168,0
5.452,2
-
5.452,2
2.044,9
7.497,1
B. Hutan Sekunder - Hutan lahan kering sekunder
C. Hutan Tanaman*
TOTAL
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya. Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
111°0'0"E
112°0'0"E
113°0'0"E
114°0'0"E
115°0'0"E
116°0'0"E
5°0'0"S
5°0'0"S
PETA DEFORESTASI TAHUN 2013 - 2014 PROVINSI JAWA TIMUR Skala 1: 3.250.000
0
120 Km
LAUT JAWA
± U
LEGENDA :
5 !
Ibu Kota Provinsi
Sungai
Batas Provinsi
Danau/ Waduk
6°0'0"S
6°0'0"S
Batas Kabupaten
Fungsi Kawasan Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam Darat Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam P erairan Hutan Lindung
JEPARA
Hutan P roduksi Terbatas KUDUS
Hutan P roduksi
PATI REMBANG
7°0'0"S
7°0'0"S
Hutan P roduksi yang dapat di-Konversi TUBAN
JAWA TENGAH
SUMENEP BANGKALAN
BLORA GROBOGAN
SAMPANG PAMEKASAN
Perubahan Tutupan Hutan
LAMONGAN
Pengurangan Hutan
5 !
GRESIK KOTA SURABAYA
BOJONEGORO
Penambahan Hutan SRAGEN SIDOARJO KOTA MOJOKERTO JOMBANG MOJOKERTO
NGAWI KOTA SURAKARTA KARANGANYAR KOTA MADIUN MADIUN SUKOHARJO MAGETAN
Sumber :
NGANJUK KOTA PASURUAN PASURUAN
JAWA TIMUR KOTA KEDIRIKEDIRI
KOTA PROBOLINGGO SITUBONDO
KOTA BATU
PROBOLINGGO
WONOGIRI
BONDOWOSO
8°0'0"S
8°0'0"S
PONOROGO KOTA MALANG
TULUNGAGUNG
PACITAN
KOTA BLITAR BLITAR
MALANG
1. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2014 2. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 3. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 250.000, BIG Tahun 2013 4. Peta Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Lampiran SK Menteri Kehutanan No. 395/Menhut-II/2011 Tanggal 21/07/2011 Catatan : - Batas-batas yang tergambar tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebagai acuan
LUMAJANG
TRENGGALEK
105°0'0"E
110° 0'0"E
115° 0'0"E
BANGLI
JEMBER
BULELENG KALIMANTAN SELATAN
JEMBRANA
5°0'0"S
LOMBOK UTARA
TABANAN GIANYAR
LAMPUNG
DKI JAKARTA
5 !
BADUNG
KOTA MATARAM JAWA TENGAH
KOTA DENPASAR
5 !
5°0'0"S
BALI KARANGASEM
BANYUWANGI
JAWA TIMUR
KLUNGKUNG
BALI NUSA TENGGARA BARAT
9°0'0"S
9°0'0"S
SAMUDERA INDONESIA
111°0'0"E
112°0'0"E
113°0'0"E
10°0'0"S
10°0'0"S
LOMBOK BARAT
Daerah yang dipetakan 105°0'0"E
110° 0'0"E
115° 0'0"E
DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015
114°0'0"E
115°0'0"E
116°0'0"E
TABEL 3.17 ANGKA DEFORESTASI NETTO PROVINSI KALIMANTAN BARAT DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th) KAWASAN HUTAN
PROVINSI/ NO.
TIPE HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
17
HUTAN TETAP
DEFORESTASI PADA
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
KALIMANTAN BARAT A. Hutan Primer
-
145,2
129,9
10,1
285,2
-
285,2
102,5
387,7
- Hutan lahan kering primer
-
145,2
129,9
10,1
285,2
-
285,2
32,8
318,0
- Hutan rawa primer
-
-
-
-
-
-
-
69,7
69,7
- Hutan mangrove primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
B. Hutan Sekunder - Hutan lahan kering sekunder - Hutan rawa sekunder - Hutan mangrove sekunder C. Hutan Tanaman*
TOTAL
711,1
2.336,6
5.338,3
3.310,6
11.696,6
216,2
11.912,8
21.085,7
32.998,5
701,6
962,1
2.921,4
2.746,6
7.331,6
27,0
7.358,6
7.004,8
14.363,4
9,6
598,7
2.024,7
526,3
3.159,3
138,6
3.297,9
13.520,1
16.818,0
-
775,8
392,2
37,8
1.205,7
50,6
1.256,3
560,7
1.817,1
-104,2
-4.220,9
-4.325,2
-4.325,2
858,6
-3.466,6
5.364,0
-900,2
7.656,6
7.872,8
22.046,8
29.919,6
-
711,1
-
2.481,8
-
216,2
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya. Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
111°0'0"E
112°0'0"E
113°0'0"E
114°0'0"E
PETA DEFORESTASI TAHUN 2013 - 2014
2°0'0"N
110°0'0"E
2°0'0"N
109°0'0"E
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
MALAYSIA
Skala 1: 3.500.000
0
160 Km
± U
SAMBAS
BENGKAYANG
KALIMANTAN TIMUR
KOTA SINGKAWANG
MAHAKAM ULU
1°0'0"N
1°0'0"N
LEGENDA :
KAPUAS HULU
5 !
Ibu Kota Provinsi
Batas Negara
Batas Provinsi
Sungai
Batas Kabupaten
Danau/ Waduk
Fungsi Kawasan LANDAK
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam Darat
PONTIANAK
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam P erairan SANGGAU
Hutan Lindung
SEKADAU
5 !
MURUNGRAYA
KALIMANTAN BARAT
Hutan P roduksi Terbatas
0°0'0"
0°0'0"
KOTA PONTIANAK
SINTANG
Hutan P roduksi Hutan P roduksi yang dapat di-Konversi
KUBURAYA
Perubahan Tutupan Hutan
L SE
Pengurangan Hutan
AT
MELAWI
KA
Penambahan Hutan
RI 1°0'0"S
A AT
1°0'0"S
M GUNUNGMAS KAYONG UTARA KAPUAS
Sumber : 1. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2014 2. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 3. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 250.000, BIG Tahun 2013 4. Peta Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Lampiran SK Menteri Kehutanan No. 733/Menhut-II/2014 Tanggal 02/09/2014 Catatan : - Batas-batas yang tergambar tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebagai acuan 105°0'0"E
110° 0'0"E
115° 0'0"E
120°0'0"E
125°0'0"E
KETAPANG
KOTAWARINGIN TIMUR
SINGAPURA
KALIMANTAN TIMUR KALIMANTAN BARAT
0°0'0"
SERUYAN
5 !
0°0'0"
2°0'0"S
MALAYSIA
2°0'0"S
KOTA PALANGKARAYA
LAMANDAU
5°0'0"N
5°0'0"N
KALIMANTAN TENGAH
KATINGAN
KALIMANTAN TENGAH KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
5°0'0"S
Daerah yang dipetakan 105°0'0"E
3°0'0"S
3°0'0"S
110°0'0"E
111°0'0"E
110° 0'0"E
115° 0'0"E
120°0'0"E
125°0'0"E
PULANGPISAU
SUKAMARA
LAUT JAWA
109°0'0"E
5°0'0"S
SULAWESI BARAT
KOTAWARINGIN BARAT
112°0'0"E
113°0'0"E
114°0'0"E
DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015
TABEL 3.18 ANGKA DEFORESTASI NETTO PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th) KAWASAN HUTAN
PROVINSI/ NO.
TIPE HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
18
HUTAN TETAP
DEFORESTASI PADA
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
KALIMANTAN SELATAN A. Hutan Primer
-
47,6
-
-
47,6
-
47,6
-
47,6
- Hutan lahan kering primer
-
47,6
-
-
47,6
-
47,6
-
47,6
- Hutan rawa primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
181,3
43,9
-
984,2
1.209,4
2,8
1.212,1
77,0
1.289,1
- Hutan lahan kering sekunder
-
43,9
-
931,0
974,9
-
974,9
-
974,9
- Hutan rawa sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
181,3
-
-
53,2
234,5
2,8
237,3
77,0
314,2
0,3
86,5
8,9
3.742,0
3.837,6
94,5
3.932,1
1.669,6
5.601,7
181,5
178,1
8,9
4.726,2
5.094,6
97,3
5.191,9
1.746,6
6.938,5
B. Hutan Sekunder
- Hutan mangrove sekunder C. Hutan Tanaman*
TOTAL
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya. Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
114°0'0"E
115°0'0"E
116°0'0"E
117°0'0"E PENAJAM PASER UTARA
BARITO UTARA
PETA DEFORESTASI TAHUN 2013 - 2014
GUNUNGMAS
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN TENGAH
Skala 1: 2.500.000
0
KOTA PALANGKARAYA
± U
PASER
TABALONG
KALIMANTAN TIMUR
KAPUAS
2°0'0"S
BARITO TIMUR
2°0'0"S
80 Km
LEGENDA :
5 !
KOTAWARINGIN TIMUR
5 !
Ibu Kota Provinsi
Sungai
Batas Provinsi
Danau/ Waduk
Batas Kabupaten BALANGAN KATINGAN
Fungsi Kawasan
BARITO SELATAN
HULUSUNGAI UTARA
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam Darat Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam P erairan
HULUSUNGAI TENGAH
SA R
Hutan Lindung KOTABARU
AK
PULANGPISAU
3°0'0"S
Hutan P roduksi
AT M
KALIMANTAN SELATAN 3°0'0"S
Hutan P roduksi Terbatas
AS
HULUSUNGAI SELATAN
TAPIN
SE L
BARITOKUALA
Hutan P roduksi yang dapat di-Konversi
Perubahan Tutupan Hutan Pengurangan Hutan
BANJAR
5 !
KOTA BANJARMASIN
Penambahan Hutan TANAHBUMBU KOTA BANJARBARU
Sumber :
110° 0'0"E
115° 0'0"E
120°0'0"E
5°0'0"N
105°0'0"E
5°0'0"N
AT L
4°0'0"S
4°0'0"S
SE L
TANAHLAUT
AU
T
1. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2014 2. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 3. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 250.000, BIG Tahun 2013 4. Peta Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Lampiran SK Menteri Kehutanan No. 435/Menhut-II/2009 Tanggal 23/07/2009 Catatan : - Batas-batas yang tergambar tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebagai acuan
MALAYSIA
SINGAPURA
0°0'0"
0°0'0"
KALIMANTAN TIMUR KALIMANTAN BARAT
Daerah yang dipetakan 105°0'0"E
5°0'0"S
5°0'0"S
LAUT JAWA
114°0'0"E
115°0'0"E
116°0'0"E
117°0'0"E
5°0'0"S
5°0'0"S
KALIMANTAN TENGAH KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SULAWESI BARAT KALIMANTAN SELATAN SULAWESI SELATAN
110° 0'0"E
115° 0'0"E
120°0'0"E
DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015
TABEL 3.19 ANGKA DEFORESTASI NETTO PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th) KAWASAN HUTAN
PROVINSI/ NO.
TIPE HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
19
HUTAN TETAP
DEFORESTASI PADA
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
KALIMANTAN TENGAH A. Hutan Primer
304,1
42,0
546,8
67,1
960,0
28,7
988,7
33,1
1.021,8
304,1
28,5
546,8
58,6
938,0
-
938,0
33,1
971,1
- Hutan rawa primer
-
-
-
8,5
8,5
28,7
37,1
-
37,1
- Hutan mangrove primer
-
13,5
-
-
13,5
-
13,5
-
13,5
1.223,6
2.074,6
7.969,4
19.333,6
30.601,2
14.597,1
45.198,3
9.204,0
54.402,3
96,6
457,2
7.678,3
15.913,3
24.145,5
9.642,1
33.787,6
4.176,4
37.964,0
1.127,0
1.235,9
291,1
3.420,2
6.074,2
4.867,2
10.941,5
4.593,3
15.534,7
-
381,5
-
-
381,5
87,7
469,2
434,4
903,6
-
-
-
2.135,3
2.135,3
48,4
2.183,8
1.227,8
3.411,6
1.527,8
2.116,7
8.516,2
21.536,0
33.696,6
14.674,1
48.370,7
10.464,9
58.835,6
- Hutan lahan kering primer
B. Hutan Sekunder - Hutan lahan kering sekunder - Hutan rawa sekunder - Hutan mangrove sekunder C. Hutan Tanaman*
TOTAL
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya. Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
112°0'0"E
113°0'0"E
114°0'0"E
115°0'0"E
1°0'0"N
1°0'0"N
111°0'0"E
PETA DEFORESTASI TAHUN 2013 - 2014
MAHAKAM ULU KUTAI KARTANEGARA
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
KAPUAS HULU
0
Skala 1: 3.250.000
SANGGAU
100 Km
± U
KALIMANTAN TIMUR
SEKADAU MURUNGRAYA
0°0'0"
0°0'0"
LEGENDA : SINTANG
KALIMANTAN BARAT KUTAI BARAT
5 !
Ibu Kota Provinsi
Batas Negara
Batas Provinsi
Sungai
Batas Kabupaten
Danau/ Waduk
Fungsi Kawasan Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam Darat
MELAWI
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam P erairan
1°0'0"S
1°0'0"S
Hutan Lindung BARITO UTARA GUNUNGMAS
KETAPANG
Hutan P roduksi Terbatas Hutan P roduksi Hutan P roduksi yang dapat di-Konversi
Perubahan Tutupan Hutan KAPUAS BARITO SELATAN
Pengurangan Hutan
KALIMANTAN TENGAH KATINGAN
Penambahan Hutan
PASER KOTA PALANGKARAYA
2°0'0"S
TABALONG
2°0'0"S
LAMANDAU
BARITO TIMUR
KOTAWARINGIN TIMUR
5 ! SERUYAN BALANGAN
Sumber : 1. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2014 2. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 3. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 250.000, BIG Tahun 2013 4. Peta Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Lampiran SK Menteri Kehutanan No.529/Menhut-II/2012 Tanggal 25/09/2012 Catatan : - Batas-batas yang tergambar tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebagai acuan
HULUSUNGAI UTARA KOTAWARINGIN BARAT
105°0'0"E
110° 0'0"E
115° 0'0"E
120°0'0"E
SUKAMARA
MALAYSIA
KOTABARU SINGAPURA
BANJAR
LAUT JAWA TANAHLAUT
112°0'0"E
113°0'0"E
114°0'0"E
115°0'0"E
0°0'0"
Daerah yang dipetakan 105°0'0"E
KOTA BANJARBARU
5°0'0"S
5 !
KOTA BANJARMASIN
KALIMANTAN TIMUR KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN TENGAH KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SULAWESI BARAT KALIMANTAN SELATAN SULAWESI SELATAN
5°0'0"S
KALIMANTAN SELATAN
0°0'0"
TAPIN BARITOKUALA
3°0'0"S
3°0'0"S
PULANGPISAU
111°0'0"E
5°0'0"N
5°0'0"N
HULUSUNGAI TENGAH HULUSUNGAI SELATAN
110° 0'0"E
115° 0'0"E
120°0'0"E
TANAHBUMBU
DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015
TABEL 3.20 ANGKA DEFORESTASI NETTO PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th) KAWASAN HUTAN
PROVINSI/ NO.
TIPE HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
20
HUTAN TETAP
DEFORESTASI PADA
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
KALIMANTAN TIMUR DAN KALIMANTAN UTARA A. Hutan Primer
236,9
45,8
95,1
397,7
775,6
97,0
872,6
759,1
1.631,7
236,9
45,8
95,1
-
377,9
97,0
474,9
733,0
1.208,0
- Hutan rawa primer
-
-
-
397,7
397,7
-
397,7
26,1
423,8
- Hutan mangrove primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
184,9
731,2
1.261,6
7.617,0
9.794,6
251,0
10.045,6
20.431,3
30.476,9
161,6
731,2
1.261,6
6.631,4
8.785,8
180,4
8.966,3
16.385,4
25.351,6
31,1
-
-
1.384,0
1.415,1
70,6
1.485,7
3.613,0
5.098,7
-
-
-
-
-
5.692,6
5.692,6
-
5.692,6
538,3
6.230,9
421,8
777,0
1.356,7
13.707,2
16.262,8
348,0
16.610,8
21.728,7
38.339,4
- Hutan lahan kering primer
B. Hutan Sekunder - Hutan lahan kering sekunder - Hutan rawa sekunder - Hutan mangrove sekunder C. Hutan Tanaman*
TOTAL
-7,9
-398,5
-406,3
-
-406,3
432,9
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya. Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
26,5
115°0'0"E
116°0'0"E
117°0'0"E
118°0'0"E
119°0'0"E
120°0'0"E
PETA DEFORESTASI TAHUN 2013 - 2014
4°0'0"N
114°0'0"E
4°0'0"N
113°0'0"E
NUNUKAN
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DAN KALIMANTAN UTARA Skala 1: 4.500.000
0
TANA TIDUNG
± U
3°0'0"N
3°0'0"N
KOTA TARAKAN
MALAYSIA
KALIMANTAN UTARA BULUNGAN
200 Km
5 !
LEGENDA :
5 !
Ibu Kota Provinsi
Batas Negara
Batas Provinsi
Sungai
Batas Kabupaten
Danau/ Waduk
LAUT SULAWESI
MALINAU
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam Darat
2°0'0"N
2°0'0"N
Fungsi Kawasan
BERAU
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam P erairan Hutan Lindung Hutan P roduksi Terbatas Hutan P roduksi
1°0'0"N
1°0'0"N
Hutan P roduksi yang dapat di-Konversi KUTAI TIMUR
MAHAKAM ULU KAPUAS HULU
Perubahan Tutupan Hutan Pengurangan Hutan
TOLITOLI
KALIMANTAN BARAT
Penambahan Hutan
KALIMANTAN TIMUR Sumber :
SA R AS
DONGGALA
AK
MURUNGRAYA
AT M
SINTANG
105°0'0"E
SE L
KOTA SAMARINDA
5 !
KUTAI BARAT
1. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2014 2. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 3. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 250.000, BIG Tahun 2013 4. Peta Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Lampiran SK Menteri Kehutanan No. 718/Menhut-II/2014 Tanggal 29/08/2014 Catatan : - Batas-batas yang tergambar tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebagai acuan 115° 0'0"E
120°0'0"E
5°0'0"N
PARIGIMOUTONG
110° 0'0"E
5°0'0"N
0°0'0"
KOTA BONTANG
0°0'0"
KUTAI KARTANEGARA
KALIMANTAN TENGAH
SINGAPURA
KALIMANTAN TIMUR KALIMANTAN BARAT
0°0'0"
KOTA BALIKPAPAN PENAJAM PASER UTARA
0°0'0"
1°0'0"S
GUNUNGMAS
1°0'0"S
MALAYSIA
SULAWESI TENGAH KOTA PALU 5 !
BARITO UTARA
KALIMANTAN TENGAH KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
MAMUJU UTARA
SIGI POSO
Daerah yang dipetakan 105°0'0"E
KATINGAN
5°0'0"S
SULAWESI BARAT KALIMANTAN SELATAN SULAWESI SELATAN
BARITO SELATAN
5°0'0"S
KAPUAS
110° 0'0"E
115° 0'0"E
120°0'0"E
PASER TABALONG
SULAWESI BARAT BARITO TIMUR MAMUJU TENGAH
KOTAWARINGIN TIMUR
5 !
KALIMANTAN SELATAN SULAWESI SELATAN
LUWU UTARA
BALANGAN MAMUJU PULANGPISAU 113°0'0"E
114°0'0"E
HULUSUNGAI UTARA 115°0'0"E
KOTABARU 116°0'0"E
117°0'0"E
118°0'0"E
119°0'0"E
120°0'0"E
2°0'0"S
2°0'0"S
KOTA PALANGKARAYA
DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015
TABEL 3.21 ANGKA DEFORESTASI NETTO PROVINSI SULAWESI UTARA DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th) KAWASAN HUTAN
PROVINSI/ NO.
TIPE HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
21
HUTAN TETAP
DEFORESTASI PADA
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
SULAWESI UTARA A. Hutan Primer
180,9
73,9
221,1
95,0
570,9
-
570,9
472,6
1.043,5
180,9
43,0
221,1
95,0
540,0
-
540,0
306,2
846,2
- Hutan rawa primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove primer
-
30,9
-
-
30,9
-
30,9
166,5
197,4
305,2
246,5
593,3
460,9
1.606,0
72,9
1.678,9
1.055,6
2.734,6
305,2
220,5
593,3
460,9
1.580,0
72,9
1.652,9
826,3
2.479,2
- Hutan rawa sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove sekunder
-
26,0
-
-
26,0
-
26,0
229,4
255,3
-
-
-
-
-
-
-
-
-
486,1
320,4
814,4
555,9
2.176,9
72,9
2.249,8
1.528,3
3.778,1
- Hutan lahan kering primer
B. Hutan Sekunder - Hutan lahan kering sekunder
C. Hutan Tanaman*
TOTAL
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya. Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
124°0'0"E
126°0'0"E
PETA DEFORESTASI TAHUN 2013 - 2014 PROVINSI SULAWESI UTARA Skala 1: 3.000.000
0 KEPULAUAN TALAUD
100 Km
±
4°0'0"N
4°0'0"N
U
LEGENDA :
5 !
Ibu Kota Provinsi
Sungai
Batas Provinsi
Danau/ Waduk
Batas Kabupaten
KEPULAUAN SANGIHE
Fungsi Kawasan Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam Darat Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam P erairan Hutan Lindung Hutan P roduksi Terbatas Hutan P roduksi Hutan P roduksi yang dapat di-Konversi
KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO
Perubahan Tutupan Hutan Pengurangan Hutan Penambahan Hutan
LAUT SULAWESI
2°0'0"N
2°0'0"N
Sumber : 1. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2014 2. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 3. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 250.000, BIG Tahun 2013 4. Peta Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Lampiran SK Menteri Kehutanan No. 734/Menhut-II/2014, Tanggal 02/09/2014 Catatan : - Batas-batas yang tergambar tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebagai acuan 125°0'0"E
130°0'0"E 5°0'0"N
120°0'0"E
5°0'0"N
115° 0'0"E
5 !
MINAHASA UTARA KOTA MANADO KOTA BITUNG
MALUKU UTARA
GORONTALO
KALIMANTAN TIMUR
SULAWESI UTARA 0°0'0"
0°0'0"
HALMAHERA BARAT
KOTA TOMOHON
SULAWESI TENGAH
MINAHASA
PAPUA BARAT
MALUKU
MINAHASA SELATAN 5°0'0"S
5°0'0"S
SULAWESI TENGGARA
MINAHASA TENGGARA
Daerah yang dipetakan
GORONTALO UTARA KOTA TERNATE
115° 0'0"E
120°0'0"E
125°0'0"E
130°0'0"E
BOLAANGMONGONDOW UTARA
GORONTALO
KOTA KOTAMOBAGU BOLAANGMONGONDOW BOLAANGMONGONDOW TIMUR
SULAWESI UTARA
GORONTALO BOALEMO KOTA GORONTALO BONEBOLANGO
5 !
DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015
BOLAANGMONGONDOW SELATAN
124°0'0"E
126°0'0"E
TABEL 3.22 ANGKA DEFORESTASI NETTO PROVINSI GORONTALO DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th) KAWASAN HUTAN
PROVINSI/ NO.
TIPE HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
22
HUTAN TETAP
DEFORESTASI PADA
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
GORONTALO A. Hutan Primer
3,2
-
-
-
3,2
-
3,2
-
3,2
3,2
-
-
-
3,2
-
3,2
-
3,2
- Hutan rawa primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
40,3
-
40,3
2.184,5
2.224,9
358,0
2.582,9
- Hutan lahan kering sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan rawa sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove sekunder
-
-
40,3
-
40,3
2.184,5
2.224,9
358,0
2.582,9
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3,2
-
40,3
-
43,5
2.184,5
2.228,0
358,0
2.586,1
- Hutan lahan kering primer
B. Hutan Sekunder
C. Hutan Tanaman*
TOTAL
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya. Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
121°40'0"E
122°30'0"E
123°20'0"E
PETA DEFORESTASI TAHUN 2013 - 2014 PROVINSI GORONTALO Skala 1: 1.500.000
1°40'0"N
1°40'0"N
0
± U
LEGENDA :
5 ! LAUT SULAWESI
80 Km
Ibu Kota Provinsi
Sungai
Batas Provinsi
Danau/ Waduk
Batas Kabupaten
Fungsi Kawasan Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam Darat
TOLITOLI
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam P erairan Hutan Lindung Hutan P roduksi Terbatas Hutan P roduksi BUOL
Hutan P roduksi yang dapat di-Konversi
SULAWESI TENGAH 0°50'0"N
SULAWESI UTARA
0°50'0"N
GORONTALO UTARA
Perubahan Tutupan Hutan Pengurangan Hutan
BOLAANGMONGONDOW UTARA
GORONTALO
Penambahan Hutan
PAHUWATO BOALEMO
Sumber :
GORONTALO
5 !
1. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2014 2. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 3. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 250.000, BIG Tahun 2013 4. Peta Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Lampiran SK Menteri Kehutanan No. 325/Menhut-II/2010 Tanggal 25/05/2010 Catatan : - Batas-batas yang tergambar tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebagai acuan
BONEBOLANGO
0°0'0"
5°0'0"N
BOLAANGMONGONDOW SELATAN
115° 0'0"E
120°0'0"E
125°0'0"E
130°0'0"E
5°0'0"N
KOTA GORONTALO
GORONTALO SULAWESI UTARA
KALIMANTAN TIMUR
0°0'0"
PARIGIMOUTONG
PAPUA BARAT
SULAWESI TENGAH
MALUKU
0°0'0"
0°0'0"
LAUT MALUKU
5°0'0"S
5°0'0"S
SULAWESI TENGGARA
Daerah yang dipetakan 115° 0'0"E
TOJOUNAUNA
121°40'0"E
120°0'0"E
125°0'0"E
130°0'0"E
DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015
122°30'0"E
123°20'0"E
TABEL 3.23 ANGKA DEFORESTASI NETTO PROVINSI SULAWESI TENGAH DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th) KAWASAN HUTAN
PROVINSI/ NO.
TIPE HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
23
HUTAN TETAP
DEFORESTASI PADA
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
SULAWESI TENGAH A. Hutan Primer
-
115,8
18,4
-
134,2
28,5
162,6
471,5
634,1
- Hutan lahan kering primer
-
115,8
18,4
-
134,2
28,5
162,6
469,4
632,0
- Hutan rawa primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove primer
-
-
-
-
-
-
-
2,2
2,2
101,5
195,3
815,0
250,0
1.361,9
355,6
1.717,5
2.362,4
4.079,9
101,5
195,3
815,0
250,0
1.361,9
355,6
1.717,5
2.014,4
3.731,8
- Hutan rawa sekunder
-
-
-
-
-
-
-
336,6
336,6
- Hutan mangrove sekunder
-
-
-
-
-
-
-
11,4
11,4
-
-
-
-
-
-
-
-
-
101,5
311,1
833,5
250,0
1.496,0
384,1
1.880,1
2.833,9
4.714,0
B. Hutan Sekunder - Hutan lahan kering sekunder
C. Hutan Tanaman*
TOTAL
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya. Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
120°0'0"E
122°0'0"E
124°0'0"E
PETA DEFORESTASI TAHUN 2013 - 2014
MINAHASA
PROVINSI SULAWESI TENGAH MINAHASA SELATAN MINAHASA TENGGARA
Skala 1: 3.500.000
0
120 Km
BUOL GORONTALO UTARA
± U
TOLITOLI
GORONTALO
SA R
PAHUWATO
BOLAANGMONGONDOW UTARA KOTA KOTAMOBAGU BOLAANGMONGONDOW
BOALEMO
LEGENDA :
GORONTALO
5 !
KOTA GORONTALO BONEBOLANGO
AK
AS
PARIGIMOUTONG
SULAWESI UTARA
5 !
AT M
BOLAANGMONGONDOW SELATAN
Ibu Kota Provinsi
Sungai
Batas Provinsi
Danau/ Waduk
0°0'0"
0°0'0"
SE L
Batas Kabupaten
Fungsi Kawasan Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam Darat
LAUT MALUKU
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam P erairan Hutan Lindung Hutan P roduksi Terbatas Hutan P roduksi Hutan P roduksi yang dapat di-Konversi
5 !
KOTA PALU
Perubahan Tutupan Hutan
BANGGAI
Pengurangan Hutan TOJOUNAUNA
BANGGAI KEPULAUAN
Penambahan Hutan
DONGGALA
SULAWESI TENGAH MAMUJU UTARA
SIGI
Sumber : BANGGAI LAUT
MOROWALI UTARA
2°0'0"S
2°0'0"S
PULAU TALIABU
MAMUJU TENGAH
1. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2014 2. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 3. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 250.000, BIG Tahun 2013 4. Peta Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Lampiran SK Menteri Kehutanan No. 869/Menhut-II/2014, Tanggal 29/09/2014 Catatan : - Batas-batas yang tergambar tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebagai acuan 120°0'0"E
SULAWESI BARAT
0°0'0"
LUWU UTARA
SULAWESI SELATAN
MAMUJU
LUWU TIMUR
KALIMANTAN TIMUR
125°0'0"E
130°0'0"E
135°0'0"E
GORONTALO SULAWESI UTARA 0°0'0"
POSO
SULAWESI TENGAH
PAPUA BARAT
MALUKU PAPUA
TORAJA UTARA
5°0'0"S
MOROWALI
5°0'0"S
SULAWESI TENGGARA
LAUT BANDA
KOTA PALOPO MAJENE
MAMASA Daerah yang dipetakan
TANATORAJA
120°0'0"E
TIM OR L E ST E 125°0'0"E
130°0'0"E
135°0'0"E
KOLAKA UTARA
SULAWESI TENGGARA LUWU
KONAWE UTARA
POLEWALI MANDAR ENREKANG
DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015
KOLAKA TIMUR
PINRANG
KONAWE SIDENRENGRAPPANG WAJO 120°0'0"E
KOLAKA 122°0'0"E
124°0'0"E
TABEL 3.24 ANGKA DEFORESTASI NETTO PROVINSI SULAWESI TENGGARA DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th) KAWASAN HUTAN
PROVINSI/ NO.
TIPE HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
24
HUTAN TETAP
DEFORESTASI PADA
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
SULAWESI TENGGARA A. Hutan Primer
-
11,4
83,6
-
95,0
-
95,0
106,4
201,4
- Hutan lahan kering primer
-
11,4
83,6
-
95,0
-
95,0
106,4
201,4
- Hutan rawa primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
101,1
384,8
363,8
384,4
1.234,1
155,9
1.390,0
776,9
2.166,9
101,1
130,1
363,8
384,4
979,4
155,9
1.135,3
498,0
1.633,3
- Hutan rawa sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove sekunder
-
254,7
-
-
254,7
-
254,7
278,9
533,6
-
-
-
-
-
-
-
-
-
101,1
396,2
447,4
384,4
1.329,1
155,9
1.485,0
883,3
2.368,3
B. Hutan Sekunder - Hutan lahan kering sekunder
C. Hutan Tanaman*
TOTAL
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya. Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
121°0'0"E
122°0'0"E
LUWU TIMUR
123°0'0"E
124°0'0"E
SULAWESI SELATAN
PETA DEFORESTASI TAHUN 2013 - 2014
Teluk Bone
SULAWESI TENGAH
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
3°0'0"S
3°0'0"S
MOROWALI
KONAWE
Skala 1: 2.500.000
0
100 Km
± U
KOLAKA UTARA
LEGENDA :
KONAWE UTARA
5 !
Ibu Kota Provinsi
Sungai
Batas Provinsi
Danau/ Waduk
Batas Kabupaten
SULAWESI TENGGARA Fungsi Kawasan KOLAKA TIMUR
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam Darat
4°0'0"S
5 ! KOTA KENDARI
LAUT BANDA
4°0'0"S
KOLAKA
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam P erairan Hutan Lindung
KONAWE KEPULAUAN
Hutan P roduksi Terbatas KONAWE SELATAN
Hutan P roduksi Hutan P roduksi yang dapat di-Konversi
Perubahan Tutupan Hutan Pengurangan Hutan
BOMBANA
BUTON UTARA
Penambahan Hutan
Sumber : 5°0'0"S
5°0'0"S
MUNA
1. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2014 2. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 3. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 250.000, BIG Tahun 2013 4. Peta Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Lampiran SK Menteri Kehutanan No. 465/Menhut-II/2011 Tanggal 09/08/2011 Catatan : - Batas-batas yang tergambar tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebagai acuan
BUTON WAKATOBI 115° 0'0"E
120°0'0"E
125°0'0"E
130°0'0"E
GORONTALO
KALIMANTAN TIMUR
SULAWESI UTARA 0°0'0"
0°0'0"
KOTA BAU-BAU
SULAWESI TENGAH
LAUT FLORES MALUKU
6°0'0"S
6°0'0"S
5°0'0"S
5°0'0"S
SULAWESI TENGGARA
Daerah yang dipetakan 115° 0'0"E
120°0'0"E
125°0'0"E
130°0'0"E
DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015
121°0'0"E
122°0'0"E
123°0'0"E
124°0'0"E
TABEL 3.25 ANGKA DEFORESTASI NETTO PROVINSI SULAWESI BARAT DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th) KAWASAN HUTAN
PROVINSI/ NO.
TIPE HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
25
HUTAN TETAP
DEFORESTASI PADA
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
SULAWESI BARAT A. Hutan Primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan lahan kering primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan rawa primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
70,1
316,1
42,3
428,5
-
428,5
500,6
929,0
- Hutan lahan kering sekunder
-
70,1
316,1
42,3
428,5
-
428,5
500,6
929,0
- Hutan rawa sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
70,1
316,1
42,3
428,5
-
428,5
500,6
929,0
B. Hutan Sekunder
C. Hutan Tanaman*
TOTAL
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya. Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
119°0'0"E
120°0'0"E
121°0'0"E
PETA DEFORESTASI TAHUN 2013 - 2014 KOTA PALU
5 !
PROVINSI SULAWESI BARAT 1°0'0"S
1°0'0"S
Teluk Poso PARIGIMOUTONG
Skala 1: 2.000.000
0
80 Km
± U
DONGGALA
LEGENDA :
5 ! MAMUJU UTARA
Ibu Kota Provinsi
Sungai
Batas Provinsi
Danau/ Waduk
Batas Kabupaten SIGI TOJOUNAUNA
SULAWESI TENGAH
Fungsi Kawasan
POSO
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam Darat Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam P erairan Hutan Lindung Hutan P roduksi Terbatas 2°0'0"S
2°0'0"S
MOROWALI UTARA MAMUJU TENGAH
Hutan P roduksi Hutan P roduksi yang dapat di-Konversi
AS S AR
Perubahan Tutupan Hutan Pengurangan Hutan
AK
Penambahan Hutan
AT M
LUWU UTARA LUWU TIMUR
1. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2014 2. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 3. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 250.000, BIG Tahun 2013 4. Peta Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Lampiran SK Menteri Kehutanan No. 862/Menhut-II/2014 Tanggal 29/09/2014 Catatan : - Batas-batas yang tergambar tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebagai acuan
MAMUJU
5 !
SULAWESI BARAT
SULAWESI SELATAN
115° 0'0"E
120°0'0"E
125°0'0"E
5°0'0"N
SEL
Sumber : MAMUJU
130°0'0"E
KALIMANTAN TIMUR
GORONTALO SULAWESI UTARA 0°0'0"
KOTA PALOPO MAMASA MAJENE
0°0'0"
3°0'0"S
TANATORAJA
SULAWESI TENGAH
PAPUA BARAT
SULAWESI BARAT MALUKU
KOLAKA UTARA
POLEWALI MANDAR
5°0'0"S
SULAWESI TENGGARA 5°0'0"S
3°0'0"S
TORAJA UTARA
SULAWESI TENGGARA
LUWU
Daerah yang dipetakan 115° 0'0"E
120°0'0"E
125°0'0"E
130°0'0"E
KOLAKA TIMUR ENREKANG PINRANG DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015
SIDENRENGRAPPANG WAJO
119°0'0"E
120°0'0"E
KOLAKA
121°0'0"E
TABEL 3.26 ANGKA DEFORESTASI NETTO PROVINSI SULAWESI SELATAN DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th) KAWASAN HUTAN
PROVINSI/ NO.
TIPE HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
26
HUTAN TETAP
DEFORESTASI PADA
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
SULAWESI SELATAN A. Hutan Primer
-
24,7
-
-
24,7
-
24,7
22,0
46,7
- Hutan lahan kering primer
-
24,7
-
-
24,7
-
24,7
22,0
46,7
- Hutan rawa primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
70,9
1.964,8
338,6
62,5
2.436,9
-
2.436,9
870,3
3.307,2
70,9
1.964,8
338,6
62,5
2.436,9
-
2.436,9
870,3
3.307,2
- Hutan rawa sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
70,9
1.989,6
338,6
62,5
2.461,6
-
2.461,6
892,3
3.354,0
B. Hutan Sekunder - Hutan lahan kering sekunder
C. Hutan Tanaman*
TOTAL
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya. Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
118°0'0"E
120°0'0"E
122°0'0"E
MAMUJU UTARA
BANGGAI LAUT
PETA DEFORESTASI TAHUN 2013 - 2014
2°0'0"S
2°0'0"S
SIGI POSO
Teluk Tolo
MAMUJU TENGAH MOROWALI UTARA
PROVINSI SULAWESI SELATAN
SULAWESI TENGAH LUWU UTARA
MAMUJU
5 !
Skala 1: 3.750.000
0
SULAWESI SELATAN LUWU TIMUR
± U
SULAWESI BARAT LEGENDA :
KOTA PALOPO
MAMASA
Teluk Bone
TANATORAJA
AT M SE L
5 !
KONAWE
AK
AS
SA R
MOROWALI TORAJA UTARA MAJENE
160 Km
KOLAKA UTARA
Ibu Kota Provinsi
Sungai
Batas Provinsi
Danau/ Waduk
Batas Kabupaten
LUWU
POLEWALI MANDAR
KONAWE UTARA
Fungsi Kawasan
ENREKANG
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam Darat
PINRANG
SULAWESI TENGGARA
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam P erairan
KOLAKA TIMUR
SIDENRENGRAPPANG
5 !
WAJO
KOTA PARE-PARE
Hutan Lindung
4°0'0"S
4°0'0"S
KOLAKA KOTA KENDARI
Hutan P roduksi Terbatas
KONAWE KEPULAUAN
Hutan P roduksi
KONAWE SELATAN SOPPENG
Hutan P roduksi yang dapat di-Konversi BARRU
Perubahan Tutupan Hutan
BONE
BOMBANA BUTON UTARA
Pengurangan Hutan
PANGKAJENE KEPULAUAN
Penambahan Hutan
MUNA MAROS
5 !
KOTA MAKASSAR
Sumber :
SINJAI
BULUKUMBA BANTAENG
KOTA BAU-BAU
JENEPONTO
125°0'0"E
130°0'0"E
135°0'0"E 5°0'0"N
120°0'0"E
KALIMANTAN TIMUR
0°0'0"
SELAYAR
115° 0'0"E
5°0'0"N
6°0'0"S
6°0'0"S
110° 0'0"E
GORONTALO SULAWESI UTARA
SULAWESI TENGAH
0°0'0"
TAKALAR
1. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2014 2. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 3. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 250.000, BIG Tahun 2013 4. Peta Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Lampiran SK Menteri Kehutanan No. 434/Menhut-II/2009, Tanggal 23/07/2009 Catatan : - Batas-batas yang tergambar tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebagai acuan
BUTON
GOWA
PAPUA BARAT MALUKU 5°0'0"S
PAPUA
5°0'0"S
SULAWESI TENGGARA
10°0'0"S
10°0'0"S
TIM OR L E ST E
Daerah yang dipetakan 110° 0'0"E
115° 0'0"E
120°0'0"E
125°0'0"E
130°0'0"E
135°0'0"E
DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015
118°0'0"E
120°0'0"E
122°0'0"E
TABEL 3.27 ANGKA DEFORESTASI NETTO PROVINSI BALI DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th) KAWASAN HUTAN
PROVINSI/ NO.
TIPE HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
27
HUTAN TETAP
DEFORESTASI PADA
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
BALI A. Hutan Primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan lahan kering primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan rawa primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
16,5
-
-
-
16,5
-
16,5
12,5
29,0
- Hutan lahan kering sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan rawa sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
16,5
-
-
-
16,5
-
16,5
12,5
29,0
-
-
-
93,5
93,5
-
93,5
7,7
101,2
16,5
-
-
93,5
110,0
-
110,0
20,2
130,2
B. Hutan Sekunder
- Hutan mangrove sekunder C. Hutan Tanaman*
TOTAL
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya. Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
114°30'0"E
115°0'0"E
115°30'0"E
PETA DEFORESTASI TAHUN 2013 - 2014
SITUBONDO
PROVINSI BALI Skala 1: 800.000
0
30 Km
LAUT BALI
±
8°0'0"S
8°0'0"S
U
LEGENDA :
5 !
Ibu Kota Provinsi
Sungai
Batas Provinsi
Danau/ Waduk
Batas Kabupaten
Fungsi Kawasan Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam Darat Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam P erairan BULEL ENG
Hutan Lindung Hutan P roduksi Terbatas
BANGLI
B l at Se
JE MBRANA
Hutan P roduksi
ali
Hutan P roduksi yang dapat di-Konversi
BALI KARANGASEM
Perubahan Tutupan Hutan TABANAN
Pengurangan Hutan
at
k bo
Sumber : 1. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2014 2. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 3. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 250.000, BIG Tahun 2013 4. Peta Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Lampiran SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 433/Kpts-II/1999 Tanggal 15/06/1999 Catatan : - Batas-batas yang tergambar tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebagai acuan
BADUNG
5 !
BANYUWANGI
B lat Se
un ad
g
115° 0'0"E
5°0'0"S
KOTA DENPASAR
5°0'0"S
8°30'0"S
l Se
m Lo
8°30'0"S
Penambahan Hutan GIANYA R
JAWA TIMUR KL UNGKUNG
JAWA TIMUR BALI NUSA TENGGARA BARAT
10°0'0"S
10°0'0"S
NUSA TENGGARA TIMUR Daerah yang dipetakan 115° 0'0"E
9°0'0"S
9°0'0"S
SAMUDERA INDONESIA
114°30'0"E
115°0'0"E
115°30'0"E
DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015
TABEL 3.28 ANGKA DEFORESTASI NETTO PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th) KAWASAN HUTAN
PROVINSI/ NO.
TIPE HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
28
HUTAN TETAP
DEFORESTASI PADA
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
NUSA TENGGARA BARAT A. Hutan Primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan lahan kering primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan rawa primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan lahan kering sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan rawa sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
B. Hutan Sekunder
C. Hutan Tanaman*
TOTAL
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya. Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
118°0'0"E
119°0'0"E 7°0'0"S
117°0'0"E
7°0'0"S
116°0'0"E
PETA DEFORESTASI TAHUN 2013 - 2014
JAWA TIMUR SUME NEP
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Skala 1: 2.250.000
0
100 Km
± U
LEGENDA :
5 !
LAUT FLORES
Ibu Kota Provinsi
Sungai
Batas Provinsi
Danau/ Waduk
8°0'0"S
8°0'0"S
Batas Kabupaten
Fungsi Kawasan Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam Darat
LAUT BALI
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam P erairan Hutan Lindung Hutan P roduksi Terbatas
LOMBOK UTARA
Hutan P roduksi DOMPU
KOTA BIMA Hutan P roduksi yang dapat di-Konversi
LOMBOK TIMU R
5 !
KOTA MATARAM
MANGGARAI BARAT
BIMA
Perubahan Tutupan Hutan
LOMBOK TENGAH LOMBOK BARAT
NUSA TENGGARA BARAT
Pengurangan Hutan
SUMB AWA
Penambahan Hutan
9°0'0"S
9°0'0"S
SUMB AWA BARAT Sumber : 1. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 2. Hasil Penafsiran Citra Landsat 7 ETM+ Liputan Tahun 2012 3. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 250.000, BIG Tahun 2013 4. Peta Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Lampiran SK Menteri Kehutanan No. 598/Menhut-II/2009 Tanggal 02/10/2009 Catatan : - Batas-batas yang tergambar tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebagai acuan 115° 0'0"E
NUSA TENGGARA TIMUR
120°0'0"E
JAWA TIMUR
SUMB A B ARAT DAYA
SUMB A B ARAT BALI NUSA TENGGARA TIMUR
10°0'0"S
10°0'0"S
10°0'0"S
10°0'0"S
NUSA TENGGARA BARAT
Daerah yang dipetakan 115° 0'0"E
120°0'0"E
SAMUDERA INDONESIA DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015
116°0'0"E
117°0'0"E
118°0'0"E
119°0'0"E
TABEL 3.29 ANGKA DEFORESTASI NETTO PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th) KAWASAN HUTAN
PROVINSI/ NO.
TIPE HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
29
HUTAN TETAP
DEFORESTASI PADA
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
NUSA TENGGARA TIMUR A. Hutan Primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan lahan kering primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan rawa primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
138,9
-
-
138,9
-
138,9
-30,0
108,8
- Hutan lahan kering sekunder
-
138,9
-
-
138,9
-
138,9
-30,0
108,8
- Hutan rawa sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
138,9
-
-
138,9
-
138,9
B. Hutan Sekunder
C. Hutan Tanaman*
TOTAL
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya. Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
-30,0
108,8
120°0'0"E
121°0'0"E
122°0'0"E
123°0'0"E
124°0'0"E
125°0'0"E
SULAWESI SELATAN
6°0'0"S
6°0'0"S
119°0'0"E
PETA DEFORESTASI TAHUN 2013 - 2014
SEL AYAR
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Skala 1: 4.000.000 0
120 Km
±
7°0'0"S
7°0'0"S
U
LEGENDA :
5 !
Ibu Kota Provinsi
Sungai
Batas Provinsi
Danau/ Waduk
Batas Kabupaten
LAUT FLORES 8°0'0"S
8°0'0"S
Fungsi Kawasan Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam Darat Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam P erairan
NUSA TENGGARA BARAT Hutan Lindung
ALOR FLORES T IMUR
BIMA
NUSA TENGGARA TIMURNGADA NAGE KE O 9°0'0"S
Hutan P roduksi Terbatas
MANGGARAI MANGGARAI BARAT MANGGARAI TIMUR
Selat Ombai ENDE
Hutan P roduksi
SIKKA Hutan P roduksi yang dapat di-Konversi
TIMOR LESTE
Selat Sumba
9°0'0"S
KOTA BIMA
LEMBATA
Perubahan Tutupan Hutan
BELU
Pengurangan Hutan Penambahan Hutan
LAUT SAWU
TIMOR T ENGAH UTARA MALAKA
SUMB A TE NGAH
Sumber :
TIMOR T ENGAH SELATAN SUMB A TIMUR
10°0'0"S
10°0'0"S
KUPANG
5 !
KOTA KUPANG
1. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2014 2. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 3. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 250.000, BIG Tahun 2013 4. Peta Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Lampiran SK Menteri Kehutanan No. 3911/Menhut-VII/KUH/2014 Tanggal 14/05/2014 Catatan : - Batas-batas yang tergambar tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebagai acuan 5°0'0"S
115° 0'0"E
120°0'0"E
125°0'0"E 5°0'0"S
SUMB A B ARAT
SULAWESI SELATAN
SABU RAIJUA JAWA TIMUR
ROT E NDAO
10°0'0"S
TIM OR L E ST E
10°0'0"S
11°0'0"S
11°0'0"S
BALI NUSA TENGGARA TIMUR NUSA TENGGARA BARAT
Daerah yang dipetakan 115° 0'0"E
12°0'0"S
12°0'0"S
119°0'0"E
120°0'0"E
120°0'0"E
125°0'0"E
LAUT TIMOR
SAMUDERA INDONESIA
121°0'0"E
122°0'0"E
123°0'0"E
124°0'0"E
125°0'0"E
DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015
TABEL 3.30 ANGKA DEFORESTASI NETTO PROVINSI MALUKU UTARA DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th) KAWASAN HUTAN
PROVINSI/ NO.
TIPE HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
30
HUTAN TETAP
DEFORESTASI PADA
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
MALUKU UTARA A. Hutan Primer
-
4,4
8,4
17,3
30,1
128,6
158,7
1.399,3
1.558,0
- Hutan lahan kering primer
-
4,4
8,4
17,3
30,1
128,6
158,7
1.399,3
1.558,0
- Hutan rawa primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1,4
1,4
- Hutan lahan kering sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan rawa sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove sekunder
-
-
-
-
-
-
-
1,4
1,4
-
-
-
9,6
9,6
-
9,6
-
9,6
-
4,4
8,4
26,9
39,8
128,6
168,4
1.400,7
1.569,1
B. Hutan Sekunder
C. Hutan Tanaman*
TOTAL
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya. Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
124°0'0"E
126°0'0"E
128°0'0"E
PETA DEFORESTASI TAHUN 2013 - 2014
SAMUDERA PASIFIK KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO
PROVINSI MALUKU UTARA Skala 1: 3.750.000
0
160 Km
±
PULAU MOROTAI
2°0'0"N
2°0'0"N
U
LEGENDA :
5 !
Ibu Kota Provinsi
Sungai
Batas Provinsi
Danau/ Waduk
Batas Kabupaten HALMAHERA UTARA
5 !
MINAHASA UTARA KOTA MANADO KOTA BITUNG
Fungsi Kawasan HALMAHERA BARAT
KOTA TOMOHON
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam Darat MINAHASA
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam P erairan
MINAHASA SELATAN MINAHASA TENGGARA
HALMAHERA TIMUR
Hutan Lindung
SULAWESI UTARA
MALUKU UTARA KOTA TERNATE
KOTA KOTAMOBAGU BOLAANGMONGONDOW BOLAANGMONGONDOW TIMUR
5 !
Hutan P roduksi Terbatas
LAUT HALMAHERA
Hutan P roduksi
KOTA TIDORE KEPULAUAN HALMAHERA TENGAH
Hutan P roduksi yang dapat di-Konversi
BOLAANGMONGONDOW SELATAN
Perubahan Tutupan Hutan Pengurangan Hutan 0°0'0"
0°0'0"
LAUT MALUKU
Penambahan Hutan
Sumber : 1. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2014 2. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 3. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 250.000, BIG Tahun 2013 4. Peta Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Lampiran SK Menteri Kehutanan No. 302/Menhut-II/2013 Tanggal 01/05/2013 Catatan : - Batas-batas yang tergambar tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebagai acuan 120°0'0"E
PAPUA BARAT
125°0'0"E
130°0'0"E
135°0'0"E
0°0'0"
0°0'0"
SULAWESI UTARA MALUKU UTARA
SULAWESI TENGAH
PAPUA BARAT
MALUKU PAPUA
SULAWESI TENGGARA
5°0'0"S
5°0'0"S
HALMAHERA SELATAN
PULAU TALIABU RAJAAMPAT 2°0'0"S
2°0'0"S
KEPULAUAN SULA BANGGAI LAUT
SULAWESI TENGAH
Daerah yang dipetakan 120°0'0"E
TIM OR L E ST E
125°0'0"E
130°0'0"E
135°0'0"E
DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015
124°0'0"E
126°0'0"E
128°0'0"E
TABEL 3.31 ANGKA DEFORESTASI NETTO PROVINSI MALUKU DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th) KAWASAN HUTAN
PROVINSI/ NO.
TIPE HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
31
HUTAN TETAP
DEFORESTASI PADA
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
MALUKU A. Hutan Primer
-
-
-
-
-
81,9
81,9
-
81,9
- Hutan lahan kering primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan rawa primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove primer
-
-
-
-
-
81,9
81,9
-
81,9
-
-
165,4
66,5
231,8
275,7
507,6
322,7
830,3
- Hutan lahan kering sekunder
-
-
165,4
66,5
231,8
89,9
321,7
194,7
516,4
- Hutan rawa sekunder
-
-
-
-
-
145,9
145,9
115,6
261,5
- Hutan mangrove sekunder
-
-
-
-
-
40,0
40,0
12,3
52,3
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
165,4
66,5
231,8
357,7
589,5
322,7
912,2
B. Hutan Sekunder
C. Hutan Tanaman*
TOTAL
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya. Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
126°0'0"E
128°0'0"E
130°0'0"E
132°0'0"E
134°0'0"E
KOTA SORONG
MANOKWARI BIAKNUMFOR
TAMBRAUW
PETA DEFORESTASI TAHUN 2013 - 2014
SORONG PEGUNUNGAN ARFAK MAYBRAT
MALUKU UTARA
KEPULAUAN YAPEN
PAPUA BARAT
HALMAHERA SELATAN
KEPULAUAN SULA
PROVINSI MALUKU
MANOKWARI SELATAN
TELUKBINTUNI
RAJAAMPAT
LAUT SERAM
5 ! SERAM BAGIAN BARAT
TELUKWONDAMA MALUKU TENGAH
FAK-FAK
±
Ibu Kota Provinsi
Sungai
Batas Provinsi
Danau/ Waduk
Batas Kabupaten KAIMANA
BURU
200 Km
U
LEGENDA :
MALUKU
PAPUANABIRE
SERAM BAGIAN TIMUR
Fungsi Kawasan
5 !
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam Darat 4°0'0"S
KOTA AMBON
4°0'0"S
BURU SELATAN
Skala 1: 5.750.000
0 2°0'0"S
2°0'0"S
SORONG SELATAN
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam P erairan Hutan Lindung
MIMIKA
Hutan P roduksi Terbatas Hutan P roduksi Hutan P roduksi yang dapat di-Konversi
LAUT BANDA Perubahan Tutupan Hutan Pengurangan Hutan MALUKU TENGGARA KOTA TUAL
6°0'0"S
6°0'0"S
Penambahan Hutan
Sumber : 1. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2014 2. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 3. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 250.000, BIG Tahun 2013 4. Peta Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Lampiran SK Menteri Kehutanan No. 854/Menhut-II/2014 Tanggal 29/09/2014 Catatan : - Batas-batas yang tergambar tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebagai acuan
KEPULAUAN ARU
120°0'0"E
125°0'0"E
130°0'0"E
135°0'0"E
0°0'0"
0°0'0"
SULAWESI UTARA MALUKU UTARA
SULAWESI TENGAH
MALUKU TENGGARA BARAT
PAPUA BARAT
MALUKU
MALUKU BARAT DAYA
PAPUA 5°0'0"S
5°0'0"S
8°0'0"S
8°0'0"S
SULAWESI TENGGARA
TIMOR LESTE
Daerah yang dipetakan 120°0'0"E
125°0'0"E
130°0'0"E
135°0'0"E
10°0'0"S
10°0'0"S
TIM OR L E ST E
LAUT ARAFURA
DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015
126°0'0"E
128°0'0"E
130°0'0"E
132°0'0"E
134°0'0"E
TABEL 3.32 ANGKA DEFORESTASI NETTO PROVINSI PAPUA DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th) KAWASAN HUTAN
PROVINSI/ NO.
HPK
Jumlah
TIPE HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
8
9
1
32
HUTAN TETAP
DEFORESTASI PADA
APL
TOTAL
10
11
PAPUA A. Hutan Primer
558,1
410,9
1.492,9
384,9
2.846,8
1.014,1
3.860,9
3.853,1
7.714,0
558,1
410,9
326,9
384,9
1.680,8
690,2
2.371,0
2.975,2
5.346,1
- Hutan rawa primer
-
-
1.166,0
-
1.166,0
323,9
1.489,9
279,5
1.769,5
- Hutan mangrove primer
-
-
-
-
-
-
-
598,4
598,4
499,3
849,5
1.696,9
1.349,2
4.394,9
3.216,7
7.611,5
5.117,5
12.729,1
499,3
838,5
928,0
1.093,7
3.359,5
3.168,9
6.528,4
3.820,3
10.348,7
- Hutan rawa sekunder
-
11,1
768,8
255,4
1.035,4
47,8
1.083,2
1.297,2
2.380,4
- Hutan mangrove sekunder
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1.057,4
1.260,5
3.189,8
1.734,0
7.241,7
4.230,7
11.472,4
8.970,6
20.443,1
- Hutan lahan kering primer
B. Hutan Sekunder - Hutan lahan kering sekunder
C. Hutan Tanaman*
TOTAL
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya. Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
132°0'0"E
134°0'0"E
136°0'0"E
138°0'0"E
140°0'0"E
PETA DEFORESTASI TAHUN 2013 - 2014
SAMUDERA PASIFIK
5 !
TAMBRAUW
SUPIORI
MANOKWARI
SORONG
PROVINSI PAPUA
BIAKNUMFOR
Skala 1: 5.750.000 0
240 Km
PEGUNUNGAN ARFAK MAYBRAT
±
PAPUA BARAT
U
MANOKWARI SELATAN KEPULAUAN YAPEN 2°0'0"S
TELUKBINTUNI
2°0'0"S
SORONG SELATAN
SARMI
MAMBERAMO RAYA
5 !
LEGENDA :
5 !
Ibu Kota Provinsi
Batas Negara
Batas Provinsi
Sungai
Batas Kabupaten
Danau/ Waduk
KOTA JAYAPURA
WAROPEN
Fungsi Kawasan TELUKWONDAMA
JAYAPURA
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam Darat
FAK-FAK KAIMANA
KEEROM PUNCAK
INTAN JAYA
Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam P erairan
TOLIKARA
Hutan Lindung NABIRE
YALIMO
PANIAI
4°0'0"S
4°0'0"S
Hutan P roduksi Terbatas
MAMBERAMO TENGAH
DOGIYAI PUNCAKJAYA LANNY JAYA
JAYAWIJAYA
Hutan P roduksi
DEIYAI
PAPUA
Hutan P roduksi yang dapat di-Konversi
PEGUNUNGAN BINTANG MIMIKA YAHUKIMO
NDUGA
Perubahan Tutupan Hutan Pengurangan Hutan Penambahan Hutan ASMAT
6°0'0"S
BOVENDIGOEL
P A P U A
6°0'0"S
Sumber :
MALUKU TENGGARA KOTA TUAL
N U G I N I
MAPPI
MALUKU KEPULAUAN ARU
1. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2014 2. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 3. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 250.000, BIG Tahun 2013 4. Peta Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Lampiran SK Menteri Kehutanan No. 782/Menhut-II/2012, Tanggal 27/12/2012 Catatan : - Batas-batas yang tergambar tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebagai acuan 120°0'0"E
125°0'0"E
130°0'0"E
135°0'0"E
140°0'0"E
0°0'0"
0°0'0"
SULAWESI UTARA MALUKU UTARA
SULAWESI TENGAH
PAPUA BARAT
MALUKU SULAWESI TENGGARA 5°0'0"S
5°0'0"S
PAPUA
PAP UA NUGINI
8°0'0"S
8°0'0"S
MERAUKE TIM OR L E ST E
Daerah yang dipetakan 120°0'0"E
125°0'0"E
130°0'0"E
135°0'0"E
140°0'0"E
LAUT ARAFURA DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015
132°0'0"E
134°0'0"E
136°0'0"E
138°0'0"E
140°0'0"E
TABEL 3.33 ANGKA DEFORESTASI NETTO PROVINSI PAPUA BARAT DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN TAHUN 2013 - 2014 (Ha/Th) KAWASAN HUTAN
PROVINSI/ NO.
TIPE HUTAN
KSA-KPA
HL
HPT
HP
Jumlah
2
3
4
5
6
7
1
33
HUTAN TETAP
DEFORESTASI PADA
HPK
Jumlah
8
9
APL
TOTAL
10
11
PAPUA BARAT A. Hutan Primer
-
-
85,4
79,5
164,9
186,3
351,2
29,3
380,5
- Hutan lahan kering primer
-
-
85,4
79,5
164,9
186,3
351,2
29,3
380,5
- Hutan rawa primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Hutan mangrove primer
-
-
-
-
-
-
-
-
-
11,3
-
17,5
269,3
298,2
750,7
1.048,9
419,5
1.468,4
- Hutan lahan kering sekunder
-
-
12,9
241,0
253,9
692,9
946,8
411,2
1.358,0
- Hutan rawa sekunder
-
-
-
28,3
28,3
51,5
79,8
-
79,8
11,3
-
4,6
-
16,0
6,3
22,2
8,3
30,5
-
-
-
-
-
-
-
-
-
11,3
-
103,0
348,8
463,1
937,0
1.400,1
448,8
1.848,9
B. Hutan Sekunder
- Hutan mangrove sekunder C. Hutan Tanaman*
TOTAL
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya. Deforestasi pada Hutan Tanaman di dalam kawasan hutan KSA-KPA dan/atau HL , tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT Sumber: Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
130°0'0"E
132°0'0"E
134°0'0"E
PETA DEFORESTASI TAHUN 2013 - 2014 PROVINSI PAPUA BARAT
SAMUDERA PASIFIK
Skala 1: 3.750.000
0
160 Km
± U
0°0'0"
0°0'0"
LEGENDA :
MALUKU UTARA HALMAHERA TENGAH
5 !
Ibu Kota Provinsi
Sungai
Batas Provinsi
Danau/ Waduk
Batas Kabupaten
RAJAAMPAT
Fungsi Kawasan Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam Darat Kawasan S uaka Alam dan P elestarian Alam P erairan
5 !
TAMBRAUW
Hutan Lindung KOTA SORONG
MANOKWARI
Hutan P roduksi Terbatas
BIAKNUMFOR SORONG
Hutan P roduksi
PAPUA BARAT
Hutan P roduksi yang dapat di-Konversi
PEGUNUNGAN ARFAK MAYBRAT KEPULAUAN YAPEN
Perubahan Tutupan Hutan
MANOKWARI SELATAN
Pengurangan Hutan TELUKBINTUNI
Penambahan Hutan 2°0'0"S
2°0'0"S
SORONG SELATAN
Sumber : 1. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2014 2. Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2013 3. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 250.000, BIG Tahun 2013 4. Peta Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Lampiran SK Menteri Kehutanan No. 783/Menhut-II/2014 Tanggal 22/09/2014 Catatan : - Batas-batas yang tergambar tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebagai acuan 125°0'0"E
130°0'0"E
135°0'0"E
140°0'0"E
0°0'0"
FAK-FAK
0°0'0"
SULAWESI UTARA MALUKU UTARA
TELUKWONDAMA MALUKU TENGAH
SULAWESI TENGAH
MALUKU
PAPUA BARAT
KAIMANA
MALUKU
SERAM BAGIAN TIMUR
5°0'0"S
5°0'0"S
PAPUA
NABIRE
SULAWESI TENGGARA PAP UA NUGINI
PAPUA Daerah yang dipetakan TIM OR L E ST E 130°0'0"E
135°0'0"E
140°0'0"E
4°0'0"S
4°0'0"S
125°0'0"E
MIMIKA
LAUT BANDA
130°0'0"E
132°0'0"E
134°0'0"E
DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015
DEFORESTASI INDONESIA TAHUN 2013 - 2014