TANGGAPAN BEBERAPA VARIETAS TERTJNG TERIIADAP PENYAKIT LAYU BAKTERI DAN PENGENDALIAN HAYATII{YA DENGAN Pseudomonasfluore scens fiESPOilSE OF SOME VARIETIES OF EGGPLANT ON BACTERIAL WILT DISEASE AND ITS BIOCONTROL ASING Pseudomonas fluorescens Oleh : Trini Mawarni, [,oekas Soesanto, dan Darini Sri Utami Jurusan HamA dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanisn LNSOED {Diterimn : 19 Juni 2m2, disetujui : 27 Jutti 2002) ABSTRAK Penelitianyang bertujuanuntuk mengetahuitanggapbeberapavarietasterungterhadap penyakit layu bakteri, yang disebabkanoleh Ralstonia solnrncearum dan pengendalian hayatinyadengan Pseudontonas fluorescens,dilalankandi laboratorium dan rumah kaca Pandak,Banful, Jogjakarta.Penelitianin vitro dirancangdalam bentuk RancanganAcak Lengkap,denganperlakuanantasonisP. fluorescensdihadapkandenganR. solanncearunt dalam medium agar. dan diulang 10 kali. Pengujiansecarain planta dirancangdalam bentukRancanganAcak Kelompok.denganfaktor yang dicoba: 1) varietasterung,yaitu Marunasu,Chunasu.Mitonasu.dan Kopek (kontrol), dan 2) konsentrasiP. fluorescens, yaitu kontrol, 106, 107, dan 108 upk/ml. Setiapkombinasiperlakuandiulang tiga kali. Variabel yang diamati adalah zona penghambatan,masa inkubasi, intensitaspenyakit, jumlah koloni P. fluorescens.tinggi tanaman,jumlah daun,bobot basahtanaman,dan bobot keringtanaman.Hasil penelitianmenunjukkan bahwavarietasterungKopek(varietaslokal) varietas1'angtahandan di antaravarietasJepang,Mitonasuadalahvarietasyang merupakan tahan.KonsentrasiP. fluorescens1'angefektif terhadapemparvarietasterungadalah108 upk/ml,denganintensims penl'akiti'aitu5.90persen. Katakunci: Pseudornorns Ralstonia solanaceantm,terung. fluorescens, ABSTRACT Research aimedat finding out response of somevarietiesof eggplanton bacterialwilt diseasecausedb.v Ralstoria solanacearum and its biologicalcontrol using Pseudomonas of Pandak,Bantul,Jogjakarta. fluorescenswas conductedat the Laboratoryand glasshouse In vitro researchs'as designedb1' CompleteRandomizedDesign with treatmentsof P. fluorescensand R. solanacearumon agar medium and repeatedten times. Randomized Block Designwas usedin planta one u'ith three replicationsfor each combind treatment. Factorstestedwere 1) eggplantvarieties,i.e., Marunasu,Chunasu,Mitonasu,and Kopek (control),and 2) consentration of P. fluorescens,i.e., control, 106, 107, and 108cfu/ml. Variablesobservedu'ereinhibitionzone,incubationperiod,diseaseintensity,numberof P. fluorescenscolonies, plant height. number of leaves, fresh and dried plant weight. The result showedthat the Kopek variety (local variety) was a resistantvariety and amongthe Japanvarieties,Mitonasuwas resistantone. The effective concentrationof P. fluorescens on four eggplantvarietieswas 108cfu ml-I, with the diseaseintensityof 5.90%. Key words; Pseudomonas fluorescens,Ralstoniasolanacearum,eggplant.
TanggapanbeberapaVarietasTerung terhadapPenyakitLayu... (Trini Mawarni d/
2
PENDAHULUAN Terung (Solanum melongena L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak ditanam di pedesaan,mempunyai nilai ekonomi tinggi, dan merupakan sayuran sumber gizi, vitamin, dan mineral (Soetasaddan Muryanti, 1996). Nilai ekonomi terung yang cukup tinggi menyebabkanterung telah mampu menerobospasaranekspor, dan menjadi komoditas handal dalanr bentuk awetan. Oleh karena itu, terung sangat potensial unruk dikembangkan denganmeningkatkan produktivitasnya. Kendalayang dihadapidalam usaha meningkatkanproduksi terung nrelitrruti kendalaekonomi, lahan, iklinr, ekologi, geograti, dan struktur. Kendala ekologi yang sering menghambat peningkatan produksi terung, antara ,lain, adalah gangguan hama dan penyakit. Penyakit layu bakteri, yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum E.F. Smith, merupakansalahsatukendalautamadalam budidaya terung. Menurut Semangun (1989), penyakit'ini merupakanpenyakit
itu, juga perlu dicari varietasyang tahan terhadap seranganbakteri layu tersebut, sebagaibagianpengendalianhayati. Di antara berbagai agensia hayati yang mampumenekanperkembangan layu bakteri, Pseudonnnas fluorescen.rMigula merupakansalahsatuagensiayang banyak mendapatperhatian dalam tahun belakanganini. Beherapapertinrhangan seperti identifikasi, isolasi, serta p e m b i a k a ny a n g , r c l a t i f m u d a h , r n e n j a d i k a n n y ab c r p o t e n s i u n t u k (Wcllcr, 1983). Sebagai dikcnrbangkarr baktcri rhizosl'cr, P. .fl.uorescens .juga dikcnal scrbagaipcngkoluniaklr yang lr gl' er sil' tlan nr cr r r pur r yai kcr nlln ;r ual r bcrkcrrrllrrrghi;rk dcngunccp:.r1, sckllipulr patla rncdiunr yang sangat sederhana (Palleroni, 1984). Berdasarkanhal tersehut, maka disusunpenelitiandengantujuanuntuk l) mengetahuivarietas terung yang paling tahanterhadappenyakitlayu bakteri, dan 2) mengetahuikemampuanP. fluorescens dan konsentrasinyayang efektif dalam menekan penyakit layu bakteri pada
terpenting,karenaselainsangatmerugikan juga sukardikendalikan.Dilaporkanbahwa kerugian karena serangan bakteri layu mencapai60 persen(Ronoprawiro,1996).
tanilnliu'rterung.
Guna mengatasipersoalan di atas, perlu diusahakanteknik pengendalianyang mampu mendukung berbagai upaya pengendalianyang selama ini dilakukan. Pengendalianhayati, dengan memanfaatkan beberapaagensiahayati, merupakan salah satu pilihan pemecahandalam pengendalian bakteripenyebablayu. Selain
METODE PENELITIAN Penelitiandilaksanakanmulai bulan April sampai Agustus 2001 di LaboratoriumPengamatan dan Peramalan Hama Penyakitdan rumah kaca Pandak, Bantul, Jogjakarta. Rancanganyang d i g u n a k a n a d a l a h R a n c a n g a nA c a k Lengkapuntuk penelitianin vitro, dengan per lakuan antagonis P. fluor es c ens dihadapkandengan R. solanacearum
Jurnal Pembangunan PedesaanVol. II No. 2 Agustus2002: l-8
ISSN : 14ll-9250
J
sebagai patogen dalam medium agar, dan diulang 10 kali. Penelitian in planta
Pemberian bakteri dengan tingkat konsentrasi inokulum P. fluorescens yang
menggunakanRancangan Acak kelompok (RAK) dengan tiga kali ulangan. Faktor
berbeda, mempengaruhidiameter pertum-
yang dicoba adalah : 1) varietas tanaman, yaitu Marunasu (Vl), Chunasu (yZ), Mitonasu(V3), dan Kopek (kontrol, V4), 2) konsentrasi P. fluorescens, yaitu kontrol/tanpaantagonis(K0), 106 upk/ml larutan(Kl), 107upk/ml laruran(K2), dan 108 upk/ml laruran (K3).Kombinasi perlakuan yang dicoba, 1'aitu VlK0, \:1KI, V1K2, ViK3, \/2K0, V2K1, v 7 K 2 , V 2 K 3 , V 3 K 0 . V 3 K 1. V 3 K 2 , V3K3, V4K0, V4K1, \/4K2. dan V4K3. Variabel yang diamati meliputi zona pen_Ehambatan, masa inkubasi. intensins penl,akit,jumlah koloni P. fluorescens. tinugi tanaman,jumlah daun. bobot basah tanaman.dan bobot kering tanaman.Data
buhan koloni R. solanacearum. Hal ini adalah karena P. fluorescens menghasilkan antibiotika, clan didukung oleh jumlah bakteri yang memadai(Mulya, 1997). Tabel 1. Rata-rataDiameter ZonapenghambatanPerlakuanKonsentrasi P. fluorescens Perlakuan (upk/ml larutan)
Zona penghambatan (mm)
0 (K0) 1 0 6( K 1 ) r 01 ( K2) lo8 (K3)
0,00a 1 6 , 3 0c 18, 18c 1 , 5 3b
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang samapada variabelyang samaberbedaticlaknyata menurutUJBD padataraf 5 persen.
vangdiperolehdianalisisdenganu-ji F dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanpadataraf5 persen.
Masa inkubasi
HASIL DAN PEMBABASAN
diamati secaravisual sejak tanamandiino-
Uji In vitro
kulasi. Gejala pertama kali muncul pada daun-daun muda yang tampak layu pada hari ke-10 sampaike-13 serelahinokulasi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa konsentrasi 107upk/ml (K2) menghasilkan diameter zona penghambatan terlebar, laitu i8,18 mm, sedangkandiameterzona p e n g h a m b a t a nt e r k e c i l t e r j a d i p a d a perlakuan108 upk/ml larutan (K3), yaitu 7,53mm (Tabel1).
Uji In planta Pengamatanmasa inkubasi didasarkan pada munculnya gejala yang dapat
Tanggapan varietas yang diperlakukan p. fl uorescensterhadap intensitas penyakit Hasil analisis menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan varietas Marunasu
rian bakteri dengankonsenrrasi107upk/ml
(V1) dan Chunasu(V2) terhadap intensitas penyakit tidak berbedanyata, tetapi apabila
larutan(K2) mempunyai kemampuanyang lebih baik dalam menghambat pertum-
dibandingkan dengan Mironasu (V3) dan Kopek (V4) adalah berbeda nyata (Tabel
buhan R. solanacearum secara in vito.
2).
Hal ini menunjukkan bahwa pembe-
Tanggapanbeberapa Varietas Terung terhadap penyakit
4 Tabel2. Rata-rataIntensitasPenyakitpada PerlakuanVarietasTanaman ' Terung Varietas Vl VZ V3 V4
Intensitaspenyakit Tingkat (persln)kepaiahan 11,20c 11,40bc 4,94 a 1,47a
Toleran Toleran Tahan Tahan
Tabel3. Rata-ratalntensitasPenyakitpada PerlakuanKonsentrasi P. fluorescens Perlakuan
lntensitasPenYakit (persin)
KO K1 K2 K3
6,64a 7,04a 9,42a 5,90a
Keterangan: Angkayang diikuti huruf yang samapada kolom yang samaberbedatidak nyata menurutUJBD Padataraf 5 Persen'
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang samapada kolom yang samaberbedatidak nyata menurutUJBD Paddtaraf 5 Persen.
Hal ini menunjukkanbahwa varietas Marunasu dan Chunasu lebih rentan terhadap penyakit layu bakteri, dan tergolong varietas toleran, dibandingkan varietas Mitonasu dan KoPek, Yang tergolong varietas tahan (Hanudin dftk', t993 dalam Aeny dkk., 1997). lntensitas penyakit terendah terjadi pada varietas Kopek, yaitu sebesar1,47 persen.Hal di atas sesuaidenganpendapatRonoprawiro (1996),bahwa hasil seleksivarietaslokal
antagonis,sepertinutrisi yang terkandung dalam tanah, kelembabatr,PH, dan suhu suhudan tanah.Rata-ratahasil pengamatan kelembabanpada rumah kaca sewaktu penelitian,adalah masing-masingsebesar 35,8oCdan 73,5 persen.MenurutMulya (1997) penekanan PenYakit oleh P. fluorescens Pf G32 lebih tinggi pada
memiliki cukup ketahanan terhadap penyakitlayu bakteri. Pengaruh konsentrasi P. fluorescens terhadapintensitas Perryakit Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi P. fluorescens terhadapintensitaspenyakit berbedatidak nyata(Tabel3). Hal ini adalah karena adanyafaktor lingkungan yang kurang sesuai bagi
keadaansuhu antara l8-22'C dibanding s u l r u 2 2 - 2 3 " C . P e n g a r u hp e r l a k u a n konsentrasiP. fluorescensterhadapempat varietas terung menunjukkan bahwa intensitaspenyakit paling rendahterdapat padakonsentrasi108upk/ml larutan(K3). Tanggapanvarietasterhadapp erlakuan Hasil analisis menunjukkan kombinasiperlakuanantara varietasdan kosentrasiP. Jluorescenstidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah tanaman,dan bobot keringtanaman(Tabel4).
Vol. II No. 2 Agustus2002 : 1-8 Pedesaan Jurnal Pembangunan
ISSN : l4ll-9250
5 Tabel4. Rata-rataTinggi Tanaman,JumlahDaun,BobotBasahTanarnan,dan BobotKering TanamanterhadapVarietas Perlakuan
Tinggi Tanaman JumlahDaun (cm)
Bobot Basah Tanaman(g)
Bobot Kering Tanaman(g)
V1
5 , 6 1a 9 , 8a L4,70a 4,52a 5,96a 7,2a 10,06a 2,68a V3 5 ,5 8a 9,3a 11 , 3 3a 2,93a Y4 6,29a 6 , 8a ll,1l a 4, 36a Keterangan: Angkayangdiikuti huruf yangsamapadakolom yang samaberbedatidak nyatu menurutUJBD padataraf 5 persen.
v2
Varietas Marunasu (VI) menunjukkan rata-rata tertinggi pada jumlah daun, bobot basah tanaman, dan bobot kering tanaman (Tabel 4). Varietas Kopek (42) menunjukkan rata-rata tinggi tanaman tertinggi, yaitu 6,29 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Imdad dan Nau,angsih (1996) bahwa perkembangandan pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh varietastanamantersebut. Pengaruh konsentrasi p. fluorescens ter hadap komponen p er-tumbuhan Perlakuan P. fluorescens dengan
konsentrasi 10q upk/ml larutan (K3) menghasilkanrata-rata jumlah daun terbanyak, yaitu 6,89 daun. perlakuan konsentrasi 107 upk/ml laruran (K2) menghasilkan rata-rataterringgipadatinggi tanaman,bobot basahdan bobot kering, yaitu masing-masingsebesar 5,92 cm, 13,08dan 3,92 g (Tabel5). Hal rersebut menunjukkanbahwa perendamanbibit di dalam larutan P. fluorescens dapat mempengaruhi komponen pertumbuhan. Bakteri P. fluorescens mampu menguntungkan bagi pertumbuhantanaman (Leisingerdan Margraff, 1979).
Tabel5.Rata-rataTinggi Tanaman,JumlahDaun,BobotBasahTanaman, dan BobotKering TanamanterhadapKonsentrasip. fhtorescens Perlakuan KO KI K2 K3
Tinggi Tanaman JumlahDauq (cm) 6;71a 5 , 3 8a 5 ,9 2a 5,44a
8 , 1a 8 , 4a 7 , 3a 9,3a
BobotBasah Tanaman(g)
BobotKering Tanaman(g)
11 , 1 6a 11,29a 13,09a L2,27a
3 , 2 Ia 3 , 8 7a 3,92a 3,46a
Keterangan : AngkayangdiikutihurufyangsamapadakolomyangsamaU"rueo.tioulffi menurutUJBDpadataraf5 persen.
TanggapanbeberapaVdrietas Terung terhadapPenyakitLayu ... (Trini Mawarni dkk.)
6 Pengaruhlcombinasiperlakuan konsentrasi P. fluorescens dan varietas terhadap int€nsitas penyakit dan komponen pertumbuhantanamenterung Analisis data menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan antara varietas dan konsentrasiP. fluorescensterhadapjumlah daun, bobot basah tanaman, dan bobot kering tanaman,berbeda tidak nyata dan hanya berbeda nyata terhadap intensitas penyakitdan tinggi tanaman(Tabel6).
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, seperti sifat fisik dan kimia fanah, serta kelembaban dan suhu tanah, sangat mempengaruhiaktivitas P. fluoresc:ens dalam m enekan intensitas peny ak i t (Djatnikadan Iskandar1998). Perlakuan VlK3 cenderungmenunjukkanrata-rata bobot basah tanaman dan bobot kering tanamanyang tinggi, yaitu berturut-turut sebesar18,64dan 5,45 g (Tabel6). Hal
'l'ananriul,JumlahDauri,hobotBasah Tabel6. Rata-rataIntensitasPenyakit,Tinggi Tanaman,dan BobotKeringTanaman
Perlakuan Intensitas penyakit
vrK0
Tinggi tanaman
Junrlah daun
Bobot basah tanaman(g)
cm 4,00b 7,83b 2,67a 7,93b 9,17b 3,67b 7,50b 3 ,50b 6,33ab 4,83ab 6,50ab 4,67 ab 7,33ab 5,17ab 7,00ab
Bobot kering tanaman
3,86a t2$6 a 7,70a 12,07def 4,70a 15,74 a a abcd 10,00 3,75 VIKI 11,57a 4,06a l l,0o a 17,89ef vlK2 5,45a 7,70a 18,64a 11,09odef V1K3 9,30 2,29 a a 8,70a 10,73bcdef V2KO 4,03a 12,57a 5,00a v2Kl 20,30f 2,45a 734 a 10,55a 9,99 abcdef v2K2 1,93a 10,70a 7,8Oa 4,58abcd v2K3 2,32a 7,-10a 12,61a 3,77 abcde V3KO 6,35a 2,42a 6,30a 4,12 abcd v3Kl 72,70a 13,87a 3,71a 9,78 abcdef V3K2 3,26a 6,30 12,49 a 2,08 abcd a v3K3 4,36a 9,86a 7,30a 0,00 a v4K0 4,34a 7,30a 10,52a 0,00 a v4Kl 5,47a 16,31a 6,70a v4K2 Q00 a 3.21a 70a 10.16a 5-86abcde v4K3 5.67b Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang samapadakolom yang samaberbedatidak nyatamenurutUJBDpadataraf5 persen;Vl : Marunasu,YZ : Chunasu, V3 = Nitonasu,V4 = Kopek,Kl = 0 upk/mllarutan,K2 : 106upk/ml larutan,K3 = 107upk/ml larutan,dan K4 : 108upk/ml larutan. menunjukkanbahwa perlakuan PerlakuanV4K1, V4K2, dan V4K0 ,.'tersebut bakteri antagonis P. Jluorescens,dengan terhadap intensitas penyakit adalah 0 / konsentrasi108upk/ml larutan,cenderung \ persen,menunjukkanbahwa antagonisP. lebih besardalammeningkat. berpengaruh fluorescensberpengaruhterhadappatogen kan pertumbuhantanaman, khususnya R. solanacearum. Hal tersebut juga terhadapvarietasMarunasu. PedesaanVol. II No. 2 Agustus2002 : 1-8 Jurnal Pembangunan
ISSN : l4ll-9250
7
P.
Jumlah koloni rhizosfer
fluorescens dalam
Mangenot dan Diem (1979 dnlam Mount dan Laey, 1982>, persaingan di daerah
Analisis data menunjukkan bahwa rata-ratajumlah koloni P. fluorescens dr dalam rhizosfer tanamanterung mengalami
perakaran belum tentu sebagai kriteria utama dalam menentukan antagonis, atau bakteri yang bermanfaat dalam tanah.
penurunan(Tabel 7). KESIMPULAN Tabel 7. Rata-rataJumlah Koloni P. Jluorescenspada rhizosfer Perlakuan (upk/ml larutan)
0 (K0) 160 (K1) 107 (K2) 108 K13.3)
Jumlah koloni (upk/ml larutan)
0,00 a t23,49b 199,26c 207,94c
Keterangan: Angka )'angdiikuti huruf yang samapada variabelyang samaberbedatidak nyata menurutUJBD padataraf 5 persen.
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini,
dapat disimpulkan
sebagaiberikut: 1. Varietas terung Kopek (varietas lokal) merupakan varietas yang tahan dan di antara varietas Jepang, Mitonasu adalah varietas yang tahan, terhadap serangan bakteri layu. 7. Pada skala penelitian in
vitro, P.
fluorescens dengan konsentrasi 107 upk/ml larutan paling baik dalam menekanR. solanacearum.
Hal ini
menunjukkan bahwa P.
fluorescens yang diberikan belum mampu berkembang dalam medium tanah. Ada jumlah koloni yang belum mampu sebagian untuk memarasit atau menghambat pertumbuhan R. solanacearum. Hal ini
3. P. fluorescent yang diberikan pada tanah mampu menekan penyakit layu bakteri. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini
dilaksanakan atas
adanya
bantuan dari PT. Murakabi, Jogjakarta,
antara P. fluorescens, sehingga menyebabkan penurunan dalam
berupa benih terung, dan dari Kepala
menghasilkanantibiotika dan kemampuan menghambatberkurang. Selain itu, juga
Hama dan Penyakit Tanaman Pandak,
dipengaruhioleh banyak faktor, baik biotik
tempat dan bahan penelitian; untuk itu
maupun abiotik, di dalam tanah. Menurut
penulis mengucapkanterima kasih.
mungkin disebabkan oleh persaingan di
Laboratorium Pengamatandan Peramalan Bantul, Jogjakarta,berupa ijin penggunaan
TanggapanbeberapaVarietas Terung terhadap Penyakit Layu...
(Trini Mawarni dic&.)