ANALISIS PEMAHAMAN SISWA TERHADAP PERGESERAN NILAI DAN NORMA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS XI IPS SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 4 SINTANG Suparno Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan STKIP Persada Khatulistiwa Sintang Jl. Pertamina KM 4 Sengkuang Sintang Kalimantan Barat 78614 Email :
[email protected]
Abstract: This research title analysis student understanding of friction of value and norms of on civic education in middle school class XI IPS on state 4 Sintang. A common problem in this research is how students' understanding of a shift in values and norms on civic education in middle school studies class XI IPS on state 4 Sintang. The purpose of this study to describe the student understanding of friction of value and norms of on civic education in middle school class XI IPS on State 4 Sintang. This research is conducted by using a qualitative descriptive method in the form of case study research. Results of the research as follow: (1) Understanding of students to the friction of value and norms of learning Civic Education in Class XI of IPS Middle School State 4 Sintang do not yet understand. (2) Factors causing a shift of the values and norms on learning Civic Education in Class XI of IPS Middle School State 4 Sintang was internally of factors and of external factors. External factors such the personality of students were is still unstable and external factors such information flows, either on the TV or internet. Keywords: Shift Value and Norm Abstrak: Penelitian ini berjudul analisis pemahaman siswa terhadap pergeseran nilai dan norma pada pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di kelas XI IPS sekolah menengah atas negeri 4 sintang. Masalah umum dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pemahaman siswa terhadap pergeseran nilai dan norma pada pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di kelas XI IPS sekolah menengah atas negeri 4 sintang. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikn pemahaman siswa terhadap pergeseran nilai dan norma pada pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di kelas XI IPS sekolah menengah atas negeri 4 sintang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam bentuk penelitian studi kasus. Hasil penelitian sebagai berikut: (1) Pemahaman siswa terhadap pergeseran nilai dan norma pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas XI IPS Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Sintang belum memahami. (2) Faktor penyebab terjadinya pergeseran nilai dan norma pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas XI IPS Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Sintang adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal berupa kepribadian siswa yang masih labil dan faktor eksternal berupa arus informasi, baik dari televisi maupun internet. Kata Kunci: Pergeseran Nilai dan Norma.
“Pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran. Sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan, masyarakat, bangsa dan Negara”.
PENDAHULUAN Latar Belakang Ilmu pengetahuan merupakan suatu hal yang sangat esensial dalam kehidupan saat ini, setiap manusia dalam
kehidupannya
memerlukan Untuk
ilmu
senantiasa pengetahuan.
memperoleh
ilmu
Pendidikan
pengetahuan berbagai macam cara
merupakan
yang dapat ditempuh, salah satunya
bagian integral dalam pembangunan.
yaitu
Proses
melalui
pendidikan,
pendidikan
tidak
dapat
dalam
dipisahkan dari proses pembangunan
Undang-undang Dasar pasal 31 ayat
itu sendiri. Pembangunan diarahkan
1 dan 2 menyatakan bahwa:
dan
sebagaimana
(1) Tiap-tiap
dijelaskan
warganegara
berhak
mendapatkan pengajaran (2) Pemerintah mengusahakan dan
bertujuan
mengembangkan manusia
untuk
sumber
yang
daya
berkualitas.
Pendidikan pada dasarnya selalu
menyelenggarakan satu sistem
memegang
pengajaran nasional yang diatur
pengembangan mutu sumber daya
dalam Undang-undang.
manusia dan penciptaan insan yang
Menurut Undang-undang No.
berkualitas.
peranan
Dalam
keseluruhan
20 Tahun 2003 tentang sistem
proses
Pendidikan
kegiatan belajar merupakan kegiatan
bahwa:
Nasional
disebutkan
pendidikan
dalam
di
sekolah,
yang paling pokok. Hal sini berarti
bahwa berhasil tidaknya pencapaian
nilai dan norma yang berlaku baik di
tujuan pendidikan sebagaimana yang
lingkungan
tertuang
Undang-undang
lingkungan masyarakat. Karena nilai,
Republik Indonesia No. 20 tahun
norma dan etika merupakan pedoman
2003
dan acuan bagi setiap warganegara
dalam
tentang
sistem
pendidikan
sekolah
maupun
pergaulan
di
nasional yaitu untuk berkembangnya
didalam
sehari-hari
potensi peserta didik agar menjadi
didalam masyarakat, berbangsa dan
manusia yang beriman dan bertakwa
bernegara,
kepada Tuhan Yang Maha Esa,
dijelaskan didalam pembukaan UUD
berakhlak mulia, sehat, berilmu,
1945.
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
generasi penerus bangsa kedepannya
warga negara yang demokratis serta
selain
bertanggung jawab.
intelektual yang baik dituntut juga
sebagaimana
Untuk
itu
siswa
memiliki
telah
sebagai
kemampuan
tujuan
memiliki sikap moral dan etika yang
pendidikan menurut Undang-undang
baik dalam pergaulannya. Dalam hal
No. 20 Tahun 2003 bahwa setiap
ini siswa harus memahami tentang
peserta didik harus menjadi insan
pergeseran
yang beriman dan bertakwa kepada
Pergeseran yang dimaksudkan oleh
Tuhan yang Maha Esa. Dalam hal ini
peneliti
semestinyalah setiap peserta didik
kearah yang negatif. Pemahaman
selain
siswa tentang pergeseran nilai dan
Melihat
intelektual
memiliki yang
dari
kemampuan tinggi,
dapat
berprilaku yang baik sesuai dengan
norma
nilai
dan
dalam artian
sebagai
norma,
pergeseran
bentuk
atas
pengetahuan siswa bahwa pada saat
Kebudayaan merupakan suatu
sekarang pergeseran nilai dan norma yang kearah negatif dalam kehidupan
wujud
telah tampak di kalangan generasi
dalam pergeseran nilai dan norma.
muda. Apabila siswa mengetahui
Kebudayaan
pergeseran nilai dan norma yang
berbeda dengan kebudayaan ke-
kearah negatif, maka siswa tidak
Timuran
akan
Indonesia.
melakukan
prilaku
yang
yang mempunyai peranan
barat
yang
khususnya
begitu
Negara
Kebudayaan
Barat
menyimpang dari kaidah-kaidah nilai
khususnya yang negatif itu sangat
dan norma yang berlaku dalam
berpengaruh terhadap generasi muda
kehidupan sehari-hari.
khususnya pelajar, dari segi pakaian,
Keberadaan
norma
dalam
penampilan,
masyarakat saat ini mulai mengalami
pergaulan.
pergeseran nilai-nilai aktualisasi di
kebudayaan
lapangan.
hendaknya
Pergeseran
itu
terjadi
sampai Pada
dasarnya
yang
berdasarkan
tersebut dapat berupa pengaruh Ilmu
budaya asli Indonesia.
teknologi
itu
disaring
kesesuaian
Ketidakpahaman
dan
setiap
masuk
harus
akibat dari berbgai factor, faktor
pengetahuan,
kepada
dengan
siswa
perkembangan peradaban manusia.
terhadap pemahaman nilai dan norma
Pengaruh globalisasi yang membawa
akan membawa pengaruh terhadap
kita lebih berinteraksi ke seluruh
prilaku siswa di lingkungan sekolah
dunia mudah dengan menguasai
maupun di masyarakat. Berbagai
teknologi.
macam
surat
kabar
dan
berita
menginformasikan adanya dampak
dari ketidakpahaman siswa pada
satu tempat untuk berlangsungnya
umumnya terhadap pergeseran nilai
kegiatan
dan norma dapat dilihat dalam wujud
pembelajaran berlangsung. Aktivitas
pergaulan sehari-hari di lingkungan
pembelajaran
sekolah, dalam hal ini yaitu siswa
mencerminkan
yang terjaring razia HP (Hanphone)
pendidikan menurut Undang-undang
di sekolah bahwa didalam hanphone
No. 20 Tahun 2003, yakni selain
menyimpan
video
yang
mewujudkan siswa yang mempunyai
menggambarkan
hubungan
intim
intelektual
proses
belajar
yang
dilakukan
dari
yang
dan
tujuan
baik
juga
selayaknya hubungan suami istri,
mempunyai prilaku yang baik juga,
siswa membolos pada saat jam
dalam hal ini pihak sekolah selalu
belajar di sekolah, kurangnya rasa
memberikan
hormat terhadap guru dan rendahnya
menyangkut
tingkat disiplin siswa. prilaku siswa
siswa. Dalam mewujudkan hal ini
tersebut
bertentangan
sekolah membuat tata tertib sekolah,
dengan nilai dan norma. Kondisi
selain daripada itu dalam setiap
demikian
pembelajaran
tentunya
menunjukan
bahwa
pengajaran perilaku
siswa
atau
yang sikap
mengeyam
generasi muda bangsa semakin jauh
pendidikan sikap atau moral yang
dari tujuan pendidikan yang tertuang
diaplikasikan
dalam
penilaian afektif.
Undang-undang
Republik
dalam
bentuk
Hasil observasi dan penelitian
Indonesia No. 20 tahun 2003. atas
yang dilakukan peneliti di Sekolah
Negeri 4 Sintang merupakan salah
Menengah Atas Negeri 4 Sintang
Sekolah
Menengah
ditemukan beberapa masalah terkait
informasi secara objek, karena siswa
pergeseran nilai dan norma siswa
kelas XI IPS merupakan sosok
tehadap prilaku di sekolah. Hal-hal
remaja
yang dapat ditemukan antara lain:
perkembangannya mempunyai suatu
siswa kurang menghormati terhadap
ciri remaja sebagai masa mancari
guru,
siswa,
identitas Harlock (2009: 208). Dalam
kurangnya keakraban sesama siswa
pencarian identitas ini apabila tidak
dan pemahaman terhadap tata tertib
dapat
sekolah masih relatif. Dari hal-hal
berprilaku
yang
rendahnya
disiplin
yang
menyesuaikan dengan
diri
dalam
berpedoman
tersebut
sangat
norma-norma
penulis
untuk
mempengaruhi prilaku siswa menjadi
melakukan penelitian di Sekolah
tidak baik. Erikson (42) dalam
Menengah Atas Negeri 4 Sintang.
Harlock (2009: 208) menjelaskan
Sasaran penelitian yang dilakukan
bagaimana pencarian identitas ini
yaitu terhadap analisis pemahaman
mempengaruhi prilaku remaja.
siswa terhadap pergeseran nilai dan
Sosok remaja yang dalam perkembangannya mempunyai suatu ciri remaja sebagai masa mancari identitas, dimana masalah-masalah prilaku yang arahnyaa berdampak negative akan terjadi dalam interaksinya pada pergaulan di sekolah dan lingkungan masyarakat. Berdasarkan apa yang telah diuraikan tersebut, sangatlah menarik bagi penulis untuk mengambil judul “Analisis Pemahaman Siswa Terhadap Pergeseran Nilai Dan Norma Pada Pembelajaran
diuraikan
menarik
bagi
norma pada pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di kelas XI IPS Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Sintang tahun pelajaran 2012/2013. Dalam memilih siswa kelas XI IPS sebagai
sasaran
penelitian
untuk
memperoleh
data
yaitu dan
yang
dalam
ada
akan
Pendidikan Kewarganegaraan Di Kelas XI IPS Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Sintang.
Negeri 4 Sintang? 2. Apakah faktor-faktor penyebab
MASALAH PENELITIAN
latar
IPS Sekolah Menengah Atas
Berdasarkan penjelasan pada
terjadinya pergeseran nilai dan
belakang
norma
penelitian
diatas,
pada
pembelajaran
dapat ditarik suatu permasalahan
Pendidikan Kewarganegaraan di
yaitu tentang Pemahaman Siswa
Kelas XI IPS Sekolah Menengah
Terhadap
dan
Atas Negeri 4 Sintang?
Pembelajaran
TUJUAN PENELITIAN
Norma
Pergeseran Pada
Nilai
di
Adapun tujuan dari penelitian
Kelas XI IPS Sekolah Menengah
yang berjudul Analisis pemahaman
Atas
siswa terhadap pergeseran nilai dan
Pendidikan
Negeri
Kewarganegaraan
4
Sintang
Tahun
norma
Pelajaran 2012/2013. Permasalahan
tersebut
Pendidikan
pada
pembelajaran
Kewarganegaraan
di
kemudian dispesifikan kedalam sub-
Kelas XI IPS Sekolah Menengah
sub masalah penelitian. Adapun sub-
Atas Negeri 4 Sintang yaitu:
sub masalah tersebut yakni sebagai
1. Untuk
mendeskripsikan
berikut:
pemahaman siswa terhadap nilai
1. Bagaimanakah pemahaman siswa
dan norma pada pembelajaran
terhadap nilai dan norma pada
Pendidikan Kewarganegaraan di
pembelajaran
Kelas XI IPS Sekolah Menengah
Pendidikan
Kewarganegaraan di Kelas XI
Atas Negeri 4 Sintan.
2. Untuk mendeskripsikan factorfaktor
penyebab
yang diinginkan untuk dikaji kemudian mencoba mempertimbangkan kelayakan tempat tersebut atau sumber data untuk mencapai tujuannya, (3) mencari kuncikunci tentang bagaimana ia dapat melangkah dan apa yang semestinya dilakukan, (4) memulai mengumpulkan data, mereviu, dan mengeksplorasinya, (5) membuat keputusan tentang arah yang akan dituju dengan penelitiannya, (6) membuat keputusan tentang bagaimana mengatur waktu, siapa yang akan diinterviuw dan apa yang akan digali secara mendalam, (7) memodifikasi desain secara terus menerus dan memilih prosedur yang lebih sesuai dengan topic kaian, (8) membuat keputusan berkenaan dengan aspek apa di antara setting, subjek, atau sumber data yang akan dikaji, dan (9) mengembangkan fokus.
terjadinya
pergeseran nilai dan norma pada pembelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan di Kelas XI IPS Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Sintang. METODE PENELITIAN Metode
yang
digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan bentuk penelitian studi kasus. menurut Yin (2014, hlm. 1) studi kasus adalah salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial. Bogdan & Biklen (1982: hlm. 58) mengatakan: “A case study is a detailed examination of one setting or one single subject or one single depository of document or one particular
event.”
Metode studi kasus proses
Selanjutnya,
Bogdan & Biklen (1982, hlm. 59)
pengumpulan
menggambarkan rancangan umum
penelitian
dari sebuah studi kasus itu sebagai
wilayah, subjek, bahan, topik, dan
berikut:
tema. Dari permulaan pencarian yang luas,
(1) peneliti mencari tempat dan orang yang akan dijadikan sebagai subjek atau sumber data, (2) menemukan lokasi
data akan
peneliti
dan
kegiatan
mempersempit
bergerak
menuju
pengumpulan data dan analisis yang lebih terarah. Dalam penelitian ini kasus yang dikaji adalah proses
pembinaan karakter generasi muda melalui peranan nilai-nilai religius
Yang mana dalam hal ini belum mencapai standar kriteria ketuntasan
Kerajaan Sintangyang memelihara “tradisi” pendidikan budaya nenek
belajar, kriteria ketuntasan belajar
moyang, pendidikan tradisi leluhur.
yang harus di capai yaitu 65.
Oleh karena itu studi kasus ini
Pemahaman
siswa
terhadap
bersifat observasional, situasional, dan aktivitas, suatu tipe studi kasus kualitatif yang oleh Bogdan & Biklen disebut Observational Case
nilai dan norma, tentunya memiliki tingkat pemahaman yang berbedabeda pada setiap siswanya. Terdapat
Studies. siswa yang mudah memahami nilai HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pemahaman nilai
dan
siswa
terhadap
norma
pembelajaran
pada
Pendidikan
Kewarganegaraan di Kelas XI IPS Sekolah Menengah Atas
terdapat
juga
siswa
yang
memerlukan waktu lama untuk bias memahami. Menurut
Sejalan Jhon
dengan
Carrol
itu,
dalam
Nasution, (2008:38) mengemukakan
Negeri 4 Sintang. Berdasarkan hasil dokumentasi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 4 Sintang`diperoleh hasil bahwa siswa belum memahami nilai dan norma pada
dan norma dengan cepat tetapi
pembelajaran
Kewarganegaraan. Hal ini diketahui dari hasil nilai rata-rata siswa kelas XI IPS hanya mencapai nilai
60.
pendirian yang radikal, ia mengakui adanya perbedaan bakat, akan tetapi ia
memandang
bakat
sebagai
perbedaaan waktu yang diperlukan untuk menguasai sesuatu. Jadi setiap orang dapat mempelajari bidang studi apa pun hingga batas yang tinggi asalkn diberikan waktu yang
cukup, disamping itu harus terdapat
untuk mampu mengingat (recall)
juga alat penunjang serta keinginan
berbagai informasi yang sudah
yang kuat dari dalam diri siswa. Hal
diterima sebelumnya. Misalnya
ini pada akhirnya kembali lagi
fakta, rumus, terminologi strategi
kepada siswa dalam mempelajari
problem
ilmu pengetahuan, apakah dia dapat
sebagainya.
meluangkan waktu yang cukup serta
solving
b. Tingkat
dan
lain
pemahaman
memiliki kerelaan dan keikhlasan
(comprehension), pada tahap ini
dalam
kategori pemahaman dihubungkan
mempelajarinya
secara
mendalam atau tidak, agar diperoleh
dengan
suatu kemampuan koknitif yang
memjelaskan
lebih baik serta kemampuan lainnya.
informasi yang telah diketahui
Menurut dalam
kemampuan
koknitif
untuk
pengetahuan,
Blom
dengan kata-kata sendiri. Pada
(2011:65),
tahap ini peserta didik diharapkan
Taksonomi
Suwarno
kemampuan
adalah
menerjemahkan
atau
kemampuan berpikir secara hirarki
menyebutkan kembali apa yang
yang terdiri dari beberapa tingkatan
telah didengar dengan kata-kata
kemampuan,
sendiri.
yaitu:
tingkat
pengetahuan, tingkat pemahaman,
c. Tingkat penerapan (application),
tingkat aplikasi, tingkat analisis,
penerapan
merupakan
tingkat sintesis, dan tingkat evaluasi.
kemampuan untuk menggunakan
a. Tingkat pengtahuan (knowledge),
atau menerapkan informasi yang
pada tahap ini menuntut siswa
telah dipelajari kedalam situasi
yang baru, serta memecahkan
unsur
berbagai masalah yang timbul
sehingga terbentuk pola baru yang
dalam kehidupan sehari-hari.
menyeluruh.
d. Tingkat
analisis
(analysis),
pengetahuan
f. Tingkat
evaluasi
yang
ada
(evaluation),
analisis merupakan kemampuan
evaluasi merupakan level tertinggi
mengidentifikasi,
memisahkan
yang mengharapkan peserta didik
komponen-
mampu membuat penilain dan
dan
membedakan
komponen atau elemen suatu
keputusan tentang nilai
fakta, konsep, pendapat, asumsi,
gagasan, metode, produk atau
hipotesa atau kesimpulan, dan
benda
memeriksa
criteria tertentu.
setiap
komponen
tersebut untuk melihat ada atau
dengan
Menurut
suatu
menggunakan
Taksonomi
kontradiksi. Dalam tingkat ini
dalam
peserta
diharapkan
menjelaskan
bahwa
kemampuan
menunjukan hubungan diantara
pemahaman
dapat
dijabarkan
berbagai gagasan dengan cara
menjadi tiga, yaitu:
membandingkan gagasan tersebut
1. Menerjemahkan
dengan
didik
standar,
prinsip
atau
prosedur yang telah dipelajari.
Daryanto
Bloom
(1997:102),
(translation),
merupakan bukan saja pengalihan translation arti ari bahasa satu
(synthesis),
kedalam yang lain, dapat juga dari
sintesis merupakan kemampuan
konsepsi abstrak menjadi suatu
seseorang dalam mengaitkan dan
model,
e. Tingkat
sintesis
menyatukan berbagai elemen dan
yaitu
model
simbolik
untuk mempermudah orang dalam
meramalkan,membedakan,
mempelajarinya.
menentukan,
dan
menarik kesimpulan.
2. Menginterprestasi (interprestation),
mengisi,
Setelah
merupakan
suatu kemampuan yang lebih luas
para
dari
disimpulkan,
menerjemahkan.
Ini
ahli
mengkaji
tersebut
pendapat
diatas
bahwa
dapat
kemampuan
untuk
siswa dalam memahami nilai dan
mengenal dan memahami ide
norma pada kelas XI IPS berada pada
utama
tingkat pemahaman, sedangkan pada
merupakan
kemampuan
suatu
Misalnya
komunikasi.
diberikan
suatu
tingkat penerapan belum sepenuhnya
diagram, table, grafik ataupun
dilaksanakan.
gambar-gambar
2.
lainnya
untuk
ditafsirkan.
Faktor-Faktor Terjadinya
3. Mengekstrapolasi (extrapolation),
Pendidikan
menerjemahkan dan menafsirkan,
di
tetapi lebih tinggi sifatnya. Ia
Menengah
menuntut kemampuan intelektual
Sintang.
tinggi.
Kata
kerja
Pergeseran
Nilai
dan Norma Pada Pembelajaran
kemampuan ini agak berbeda dari
yang
Penyebab
Kelas
Kewarganegaraan XI
IPS
Atas
Sekolah
Negeri
4
Berdasarkan hasil penelitian
operasional yang dapat dipakai
faktor-faktor
untuk mengukur kemampuan ini
pergeseran nilai dan norma pada
adalah
memperhitungkan,
pembelajaran PKn yaitu terdapat dua
menyimpulkan,
faktor, yaitu faktor internal dan
memduga,
penyebab
terjadinya
eksternal. Menurut Batul Alim dalam
dasar
Miki (2011:56) faktor internal motif-
mudah terpengaruh terhadap hal-hal
motif
yang kurang baik.
yang
menjadi
berfungsi
tidak
aktif
atau
pengetahuan
Faktor
memerlukan
agama
akan
eksternal
yaitu
sesuatu
untuk
rangsangan dari luar, karena dalam
melakukan
diri
ada
mendapatkan sesuatu yang lain (cara
dorongan untuk melakukan sesuatu.
untuk mencapai tujuan) Batul Alim
Faktor internal ini dapat berupa
dalam Miki (2011:56). Selain itu
siswa
faktor eksternal biasa dikenal dengan
setiap
individu
yang
sudah
mempunyai
dasar
kepribadian yang tidak setabil, dalam
faktor
artian
pandangan
berasal dari luar diri siswa. Faktor ini
khususnya
yang
siswa
menurut
agama
dalam pada
yang
berpengaruh
dapat
yang
mempengaruhi
menjalankan
kepribadian siswa untuk melakukan
perintah agama sepenuhnya. Hal ini
suatu hal, khususnya dalam hal ini
berdasarkan hasil wawancara dari
yang negatif. Faktor ini dapat berupa
beberapa responden WK, MG, dan
arus informasi, baik dari televisi
TS (nama samaran), yaitu dalam
maupun
menjalankan ibadah menurut agama
tontonan-tontonan televisi saat ini
belum
sepenuhnya,
jauh dari arah pendidikan, film-film
terkadang
sekarang khususnya untuk remaja
tidak. Kepribadian seperti ini yang
dijejali film percintaan yang mana
tidak melaksanakan perintah agama
hal ini jauh dari kriteria pendidikan.
sepenuhnya serta tidak mempunyai
Didalam
tergolong
belum
menjalankan
terkadang
menjalankan
internet.
film
Jika
tersebut
dilihat
terdapat
adanya suatu perkelahian karena
informasi
perebutan pasangan, hal ini secara
sekolah
tidak langsung bisa mempengaruhi
perkuliahan.
kepribadian siswa “ bagi siswa yang
facebookkan. Bermain fecebookkan
tidak dapat membedakan mana yang
ini juga hampir dilakukan setiap
baik dan yang buruk”.
pengunjung warnert yang ada. Pada
Arus internet yang kian maju
ataupun maupun
prinsipnya,
bahan-bahan bahan
Ketiga,
bermain
materi bermain
game
dan
sekarang ini juga efek negatifnya
facebookkan tidak dilarang namun
sangat tinggi sekali, pertama siswa
harus diimbangi juga dengan mencari
mudah untuk mengakses film-film
bahan-bahan
yang berbau porno. Karena sering
sehingga bisa menunjang tingkat
melihat film-film seperti ini bisa
pengetahuan
menyebebkan terjadinya hubungan
tentang ilmu pengetahuan.
materi
didalam
pelajaran
diri
siswa
diperbolehkan
Berdasarkan atas kedua faktor
(hubungan intim suami istri). Kedua,
diatas, siswa seperti ini berprilaku
internet sekarang dijadikan ajang
tidak berdasarkan atas suara hati.
untuk main game. Peneliti sempat
Menurut Frans Magnis Suseno dalam
melihat
warnet
Usmadi (2011:132), suara hati adalah
penuh dengan anak-anak, namun
kesadaran atau kewajiban kita dalam
sekali dilihat kebanyakan mereka
situasi
bermain
memberikan penilaian kita adalah
yang
belum
ditempat-tempat
game.
Hal
ini
juga
menyusahkan bagi orang lain untuk menggunakan warnet dalam mencari
suara hati.
konkrit,
jadi
yang
Jadi
masalah
suara
hati
norma
pada
pembelajaran
bukanlah sekedar masalah perasaaan,
Kewarganegaraan.
Nampak juga dari fakta tetapi juga
diketahui dari hasil nilai rata-rata
harus disadari dan berlaku secara
siswa
universal.
mencapai nilai
Universalitas
dan
perlakuan umum selayaknya dapat digunakan dalam menilai sesuatu
kelas
Hal
XI
IPS
ini
hanya
60, sedangkan
standar KKM yaitu 65. 2. Faktor-Faktor
Penyebab
untuk mencapai kesadaran moral
Terjadinya Pergeseran Nilai dan
sehingga akan terjelma suatu prinsip
Norma
yang ditanamkan yakni penilaian
Pendidikan Kewarganegaraan di
yang berdasarkan suara hati. Dalam
Kelas XI IPS Sekolah Menengah
hal ini suara hati dikatakan juga
Atas
sebagai hati nurani.
penyebabnya yaitu:
Kesimpulan
a. Faktor internal. faktor internal
Berdasarkan hasil yang telah
Pada
Negeri
Pembelajaran
4,
faktor-faktor
motif-motif yang menjadi aktif
diperoleh dari penelitian maka dapat
atau
berfungsi
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
memerlukan rangsangan dari
1. Pemahaman siswa terhadap nilai
luar, karena dalam diri setiap
dan norma pada pembelajaran
individu sudah ada dorongan
Pendidikan Kewarganegaraan di
untuk
Kelas XI IPS Sekolah Menengah
Faktor internal dapat berupa
Atas Negeri 4 Sintang bahwa
siswa yang mempunyai dasar
siswa belum memahami nilai dan
kepribadian yang tidak setabil,
melakukan
tidak
sesuatu.
dalam
pandangan pada
siswa
dalam
yang
menurut
agama
kepribadian
siswa
untuk
melakukan
suatu
hal,
artian
khususnya
tergolong
dapat
mempengaruhi
belum menjalankan perintah
khususnya dalam hal ini yang
agama sepenuhnya. Hal ini
negatif. Faktor ini dapat berupa
berdasarkan hasil wawancara
arus
dari beberapa responden WK,
televisi maupun internet.
informasi,
baik
dari
MG, dan TS (nama samaran), yaitu
dalam
menjalankan
ibadah menurut agama belum
SARAN Setelah menyimpulkan hasil
menjalankan
sepenuhnya,
penelitian tentang analisis pergeseran
terkadang
menjalankan
nilai dan norma pada pembelajaran
terkadang tidak. Kepribadian
Pendidikan
seperti
kelas XI IPS 4 SMA Negeri 4
ini
yang
tidak
Kewarganegaraan
melaksanakan perintah agama
Sintang,
sepenuhnya
beberapa saran, sebagai berikut:
serta
tidak
mempunyai dasar pengetahuan
1. Bagi
berikut
guru
ini
di
disajikan
Pendidikan
mudah
Kewarganegaraan di SMA Negeri
terpengaruh terhadap hal-hal
4 Sintang, diharapkan untuk terus
yang kurang baik.
mengembangkan
agama
akan
b. Faktor eksternal yaitu faktor
siswa
terhadap
pemahaman permasalahan-
yang berpengaruh yang berasal
permasalahan pergeseran nilai dan
dari luar diri siswa. Faktor ini
norma dalam segenap kehidupan
dan memupuk kesadaran moral
mengembangkan
siswa
kegiatan
program pembinaan moral siswa
sekolah,
dalam
menghadapi
nilai
dan
dalam
pembelajaran
di
dikehidupan
keluarga,
dikehidupan lingkungan
masyarakat dalam
dan
menghdapi
2. Bagi siswa, diharapkan untuk
penghayatan
pergeseran dengan
kegiatan-kegiatan
sesuai minat dan bakat siswa sebagai
pergeseran nilai dan norma.
memperdalam
merancang
norma
program-
sarana
memupuk
kesadaran moral siswa, sehingga
pemahaman,
siswa mampu untuk menghadapi
pelaksanaan
pergeseran nilai dan norma yang
dan
kesadaran akan pergeseran nilai
terjadi sekarang ini.
dan norma dalam segenap aspek
DAFTAR PUSTAKA
kehidupan,
Bogdan,R.C. dan Biklen,S.K. (1982). Qualitative Research for Education Introduction in Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon.Inc
sehingga
menjadi
warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan
hak-hak
dan
sebagai
kewajibannya
warganegara
Indonesia
yang
cerdas, terampil, dan berkarakter
Daryanto. (1997). Evaluasi Pendidikan. Solo: Penerbit Rineka Cipta. Harlock,
B. Elisabet. (2009). Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan). (diterjemahkan oleh Istiwidiawati & Soejarwo). Jakarta: Erlangga.
Miki,
Paulus. (2011). Analisis Proklivitas Siswa Dalam Memilih Sekolah Menengah
yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945. 3. Bagi sekolah, diharapkan dapat dengan maksimal mengupayakan pembinaan dan bimbingan, dan
Kejuruan Negeri 1 Sintang. Sintang: STKIP Persada Khatulistiwa Sintang. Nasution, S. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsitod Suwarno. (2011). Analisi pemahaman siswa terhadap isi dan makna dari pembukaan UndangUndang Dasar 1945 pada kelas XI IPS di Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Sintang. Sintang: STKIP Persada Khatulistiwa Sintang. Usmadi.
(2011). Orientasi Kesadaran Siswa Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Sintang.Sintang: STKIP Persada Khatulistiwa Sintang.
Yin Robert K. (2014). Studi kasus desain & metode, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
REFLEKSI 71 TAHUN KEMERDEKAAN INDONESIA: KEBHINEKAAN DAN DEMOKRASI Mardawani Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan STKIP Persada Khatulistiwa Sintang Jl. Pertamina KM 4 Sengkuang Sintang Kalimantan Barat 78614 Email :
[email protected]
Abstract: This article was written by the author’s concerns of phenomena which often happen in Indonesia at this time that wants to shift from the purpose of independent state. Unitary Republic of Indonesia (NKRI), faced with several events that show intolerance towards diversity. Many influence from the outside and the rapid globalization, bringing the positive and negative impacts for the state life of Indonesia. Social media usage make information flow is spread everywhere and unstoppable. 71 years of age of independence, not necessarily accompanied with maturity in a democratic society. A Democracy that guarantees the participation and freedom of the people it contains elements that in the government have people interference, a majority government, protection of minorities, individual freedom, freedom guaranteed by constitution, participation in formulating conceptually or in practice. In its implementation, as a country full of diversity certainly needed a full understanding of the concept and purpose of the republic of Indonesia. Reflections on 71 years of Indonesian independence, that Indonesian people still have not been able to consistently carry out the life motto of Bhinneka Tunggal Ika (Unity in Diversity). We may not be able to achieve if the struggle is only meant as the responsibility of a group of people. There is important of unity in diversity in the realization of the Unitary Republic of Indonesia. Indonesian nation must remain alert to the resilience of the country, so that is not divided in maintaining its identity as a nation of diverse cultures. Keywords: diversity, democracy Abstrak: Artikel ini ditulis atas keprihatinan penulis terhadap fenomena yang marak terjadi di Indonesia saat ini yang seolah-olah menginginkan suatu pergeseran dari tujuan negara merdeka yang semestinya. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dihadapkan pada beberapa peristiwa yang menunjukkan sikap intoleransi terhadap kebhinekaan. Masuknya pengaruh dari luar dan semakin pesatnya arus globalisasi, membawa dampak yang positif maupun negatif bagi kehidupan bernegara Indonesia. Penggunaan media sosial menyebabkan arus informasi menyebar bahkan tak terbendung. 71 tahun usia kemerdekaan, tidak serta merta diiringi kedewasaan masyarakat dalam berdemokrasi. Demokrasi yang menjamin partisipasi dan kebebasan rakyat mengandung unsur bahwa didalam pemerintahan terdapat campur tangan rakyat, pemerintahan mayoritas, perlindungan minoritas, kebebasan individual, kemerdekaan yang dijamin Undang-undang, partisipasi dalam perumusan konseptual maupun praktik. Dalam pelaksanaanya, sebagai sebuah negara yang penuh dengan perbedaan tentu diperlukan pemahaman yang utuh tentang konsep
dan tujuan negara Indonesia merdeka. Refleksi terhadap 71 tahun kemerdekaan Indonesia ternyata Bangsa Indonesia masih belum mampu secara konsisten melaksanakan semboyan hidup Bhineka Tunggal Ika. Kita tidak mungkin dapat mencapainya jika perjuangan hanya dimaknai sebagai tanggung jawab sekelompok orang. Penting ada persatuan dan kesatuan dalam kebehinekaan dalam mewujudkan NKRI. Bangsa Indonesia harus tetap mewaspadai ketahanan negeranya, agar tidak terpecah-belah dalam menjaga jati dirinya sebagai suatu bangsa yang beragam budaya. Kata kunci: kebhinekaan, demokrasi pelaksanaan
A. PENDAHULUAN
pemerintahan
yang
Bangsa Indonesia lahir dari
cenderung masih dipengaruhi oleh
suatu proses sejarah perjuangan yang
pemerintahan masa penjajahan pola
panjang, kemudian menegara sebagai
pemerintahan tentu tidak berjalan
bangsa yang merdeka dan berdaulat
secara demokratis. Pada rezim orde
melalui Proklamasi 17 Agustus 1945.
baru, sistem pemerintahan adalah
Kemerdekaan
presidensil yakni presiden sebagai
bangsa
membawa
konsekuensi logis pada pergaulan
kepala
antarbangsa
pemerintahan, pada masa ini mulai
yang
sekaligus
negara
sekaligus
kepala
menghendaki pelibatan diri ke dalam
ada
peran
rakyat
dalam
pembangunan tata kehidupan dunia
pemerintahan,
yakni
mulai
yang harmonis menuju kesejahteraan
berlakunya sistem pemilihan wakil
umat
mengisi
rakyat yang akan memilih presiden.
kemerdekaan Indonesia yang telah
Sedangkan pada rezim reformasi
mencapai usia ke-71 tahun telah 3
mulai ada jaminan hak-hak secara
(tiga) kali pergantian rezim, yakni
bebas
rezim orde lama, rezim orde baru dan
kehidupan
rezim reformasi. Dari ketiga rezim
pemerintahan yang demokratis. Masa
tersebut memiliki ciri dan pola
ini mulai memberikan kesempatan
tersendiri dalam proses kehidupan
seluas-luasnya
bagi
berbangsa dan bernegara Indonesia.
berdemokrasi
Indonesia.
Pada
manusia.
rezim
pemerintahan proklamasi
Proses
melalui
berbagai
dengan
lini
munculnya
kehidupan Jaminan
lama,
sistem
akan pelaksanaan demokrasi bahkan
parlementer
setelah
diatur
orde
kemerdekaan,
lewat
amandemen.
UUD
1945
hasil
Sekarang 18 tahun pelaksanaan
"integrating
force"
yang
dapat
demokrasi di Indonesia, ternyata
mengikat seluruh keragaman etnis,
belum dapat terlaksana secara utuh,
budaya, dan agama".
hal
ini
disebabkan
oleh
Demokrasi
belum
mengisyaratkan
dewasanya kehidupan berdemokrasi
bahwa terdapat peran serta rakyat
di
Indonesia
dalam sistem pemerintahan. Peran
terdiri dari beragam perbedaan yang
serta masyarakat dalam arti luas
ditandai oleh keberadaan lebih dari
adalah
keikutsertaan
200 etnis dan suku bangsa, sekitar
dalam
proses
400 bahasa, serta bermacam agama
cenderung bebas. Sejak hadirnya era
yang
reformasi
Indonesia.
dianut
Bangsa
oleh
rakyatnya
masyarakat
kehidupan
demokrasi
memberikan
merupakan faktor yang melahirkan
ruang
perbedaan-perbedaan
masyarakat dalam segala bidang.
dan
tujuan
setiap
kepentingan kelompok
kebebasan
yang
Kebebasan
dalam
bukan
bagi
merupakan
masyarakat, Perbedaan kepentingan
kelelusaan untuk melakukan segala
dan tujuan tersebut dapat diperkuat
hal tanpa batas tetapi kebebasan
oleh faktor ruang hidup berupa
adalah keleluasaan untuk membuat
pulau-pulau yang secara geografis
pilihan atau melakukan sesuatu yang
terpisah
bermanfaat
satu
dari
yang
lain.
bagi
kepentingan
Demokrasi dalam bangsa Indonesia
bersama atas kehendak sendiri tanpa
yang majemuk, beragam sosial, etnis,
ada tekanan dari pihak manapun,
budaya, agama, aspirasi politik dan
karena nilai demokrasi merupakan
lain sebagainya, sehingga bangsa
pedoman kebebasan untuk prilaku
Indonesia sering disebut sebagai
rakyat yang berdaulat.
bangsa
B. KEBHINEKAAN
merupakan
multikultural
memang
tantangan
tersendiri.
BANGSA
INDONESIA
realitas
Tidak dapat dipungkiri bahwa
"multikultural" tersebut berhadapan
bangsa Indonesia berbeda. Perbedaan
dengan kebutuhan mendesak untuk
ini sesungguhnya sudah disadari
merekonstruksi kembali "kebhine-
keberadaannya
katunggalikaan yang dapat menjadi
proklamasi kemerdekaan. Bahkan
Pada
pihak
lain,
jauh
sebelum
para pendiri bangsa telah sepakat
nilai itu tak mampu dipertahankan
bahwa perbedaan adalah modal dasar
maka
dalam
majemuk ini untuk tetap bersatu
mewujudkan
proklamasi
sulit
kemerdekaan. Bagi bangsa Indonesia
ditengah
perbedaan
itulah
yang
demokratisasi
kekuatan
yang
mempersatukan
menjadi
bagi
arus
bangsa
globalisasi yang
yang
dan
semakin
memuncak.
(Bhineka Tunggal Ika). Semboyan
Jika bangsa Indonesia ingin
“Bhinneka Tunggal Ika” artinya
kemerdekaan yang sesungguhnya,
berbeda-beda tapi tetapi satu tujuan.
tentu memerlukan tekad bersama
Jadi, meskipun masyarakat Indonesia
dalam berjuang tanpa lagi terbatas
memiliki latar belakang, pemikiran,
pada sekat-sekat perbedaan yang
prinsip, serta karakter yang berbeda,
mengancam persatuan dan kesatuan
tapi masyarakat Indonesia ini tetap
bangsa. Justru perbedaan-perbedaan
memiliki satu tujuan yang sama yaitu
yang ada tersebutlah yang menjadi
menjadikan Indonesia yang merdeka,
kekuatan dasar dalam membangun
bersatu, adil, dan makmur.
Indonesia yang lebih baik.
Namun disisi lain, perbedaan
Kembali
ketujuan
semula
sering menjadi ancaman serius bagi
bagsa Indonesia memproklamasikan
bangsa
kemerdekaan
Indoensia
kemajemukannya
yang
dengan
cenderung
17
Agustus
1945,
sebagaimana yang termuat dalam
mudah
alenia keempat Pembukaan UUD
terpecahbelah apabila tidak mampu
1945, yakni negara Indonesia yang:
memahami
hakikat
Merdeka, Berdaulat, Bersatu adil dan
kehidupan berbangsa dan bernegara
makmur, 71 tahun usia kemerdekaan
Indonesia
Indonesia bangsa Indonesia masih
menyebabkan
masyarakat
secara
yang
utuh
sesungguhnya.
Pemahaman yang utuh tentu harus
belum
ditopang
hal,
tujuan tesebut. Merdeka memang
diantaranya niat bersatu, tekad dan
sudah diproklamasikan namun belum
anutan nilai-nilai dasar ke-Indonesia-
seutuhnya,
an yang melekat pada setiap individu
proklamasi yang menyatakan bahwa:
masyarakat bangsa Indonesia. Jika
“....kemerdekaan telah mengantarkan
oleh
beberapa
mewujudkan
tersirat
sepenuhnya
dari
makna
pintu
sebagai
salah satu
gerbang kemerdekaan Indonesia...”.
dipakai
dalam
Namun untuk benar-benar masuk
(2003), mengartikan politik sebagai
kedalam
segala
rakyat
Indonesia
alam
kedepan
kemerdekaan
itu
urusan
istilah
politik.
yang
yang
Sumantri
berkenaan
sendiri memerlukan perjuangan yang
dengan negara, termasuk didalamnya
panjang.
kekuasaan, pengambilan keputusan,
Pada
bangsa
yang
penuh
kebijakan serta pendistribusian dan
dengan dinamika dan keberagaman,
pengalokasian
Indonesia tidak mungkin maju jika
masyarakat
larut
akan
Dalam konteks praktis, demokrasi
memaksakan
cenderung memberikan ruang kepada
kehendak bahwa bangsa ini satu
rakyat untuk turut serta berpartisipasi
suku, satu agama, satu kebudayaan
aktif dalam pemerintahan. Partisipasi
atau satu ras. Bangsa Indonesia yang
masyarakat
dari sebelum lahir memang berbeda,
tidak terlepas dari suatu budaya yang
tidak mungkin disatukan. Kita harus
menjadi anutan. Budaya demokrasi
menyadari
pembangunan
adalah pola pola sikap dan orientasi
dalam mengisi kemerdekaan tidak
politik yang bersumber dari nilai
akan
nilai dasar demokrasi dan yang sudah
dalam
perbedaan
perdebatan atau
bahwa
pernah
kebersamaan.
tercapai Mustahil
tanpa
jika
ada
seharusnya
nilai-nilai yang
dalam
bersangkutan.
dalam
pemerintahan
dimiliki
oleh
setiap
pihak yang menginginkan bangsa
warga negara dari sistem politik
Indonesia hanya terdiri dari satu
demokrasi.
unsur agama, suku, budaya dan lain
budaya
sebagainya.
kerjasama,
C. DEMOKRASI INDONESIA
menghargai
Demokrasi
sebagai
suatu
Sedangkn
demokrasi
toleransi,
istilah disebut sebagai government by
kompromi.
the people (Price, 2007), yang dapat
Pada
inti ini
dari adalah
saling
percaya,
keanekaragaman, kesederajatan,
budaya
dan
demokrasi
diartikan sebagai pemerintahan yang
mengandung makna antara lain yaitu
menempatkan
kebebasan, kebersamaan, solidaritas,
pemegang
rakyat
kekuasaan.
menjadi Demokrasi
toleransi, menghormati
kejujuran,
menghormati
penalaran
dan
implementasinya solidaritas dapat
keadaban. Kebebasan dalam hal ini
menumbuhkan
sikap
bukan merupakan kelelusaan untuk
kehendak
melakukan segala hal tanpa batas
kebaikan bersama diatas kepentingan
tetapi kebebasan adalah keleluasaan
pribadi ataupun golongan.
untuk
batin
dan
menempatkan
atau
Toleransi adalah sikap dimana
melakukan sesuatu yang bermanfaat
kita sebagai manusia hendaknya
bagi
untuk
membuat
pilihan
bersama
atas
toleran yang berarti bahwa kita harus
karena
nilai
menghargai pendapat, kepercayaan,
pedoman
pandangan, kebiasaan, kelakuan, dan
kebebasan untuk prilaku rakyat yang
sebagainya. Kerena setiap orang
berdaulat. Dalam sistem demokrasi
memiliki hal tersebut yang kadang
memandang bahwa perbedaan itu
kala berbeda antara satu dengan yang
pada hakekatnya menunjukan setiap
lainnya. Selain itu sikap toleransi
orang sama sederajat. Demokrasi
dapat mendorong tumbuhnya sikap
tidak berpendirian bahwa manusia
toleran terhadap keanekaragaman.
itu
Sikap toleran sangat menentukan
kepentingan
kesadaran demokrasi
sendiri,
merupakan
semuanya
berbeda
sama,
satu
melainkan
sama
lainnya.
pada
sistem
kebebasan
yang
Persamaan dalam satu tujuan sebagai
bertanggung jawab, terutama pada
sebuah negara yang berdaulat adalah
masyarakat
kita sebagai manusia harus mampu
perbedaan.
menghargai harkat dan martabat
kesediaan
akan
merupakan untuk
adalah
kebenaran.
Kejujuran
juga
memperhtikan
merupakan
kesanggupan
untuk
sesama
untuk
Kejujuran
syarat
kesanggupan
sesama manusia. Solidaritas
yang
meyatakan
kepentingan bersama dan bekerja
mengakui keberadaan orang lain
sama dengan orang lain. Dalam
sesuai
konteks ini masyarakat sama sama
Kejujuran diperlukan agar hubungan
memiliki
untuk
antar pihak berjalan dengan baik
kepentingan
tanpa menimbulkan bibit-bibit yang
kebebasan
mempertimbangkan pihak
lain.
Sebagai
bentuk
dengan
kenyataannya.
mendatangkan konflik. Sebagai nilai
akan
pedoman dalam berprilaku sebagai
menubuhkan integritas diri, disiplin,
warga negara yang demokrasi dan
dan kesetiaan pada aturan aturan,
santun.
penghormatan
sikap
kejujuran
ini
dalam
Berdasar pada nilai nilai ini
pemerintahan
masyarakat pendukung demokrasi
diperlukan
memelihara
mengembangkan budaya politiknya.
demokratis (Lestari, 2012). Penalaran adalah penjelasan mengapa
Nilai
nilai
tersebut
keudian
seseorang
memiliki
dijabarkan dalam kehidupan politik
tertentu,
membela
seperti nilai nilai yang diungkapkan
pandangan
hal
oleh Henry B. Mayo, nilai nilai
serupa pada orang lain, kebiasaan
tersebut seperti: 1). Menyelesaikan
untuk
akan
perselisihan
secara
bahwa
melembaga;
2).
tindakan
tertentu,
eberikan
menumbuhkan
menuntut
penalaran kesadaran
banyak alternatif sumber informasi
terselenggranya
dan ada banyak kemungkinan untuk
masyarakat
mencapai
Mentelenggarakan
tujuan.
penalaran
Sebagai
dapat
nilai
mendorong
pemimpin
damai
dan
Menjamin perubahan
secara
secara
damai;
3).
pergantian teratur
dan
tumbuhnya ketebukaan pemikiran
periodik. 4); Membatasi penggunaan
sosial
politik
yang
kekerasan sampai batas minimum.
seseorang
untuk
5); Mengakui dan menganggap wajar
menghormati
keanekaragaman; dan 6). Menjamin
dan
memungkinkan bersikap
terbuka,
tegaknya keadilan.
perbedaan dan berpikiran maju. Kedaban
adalah
tingginya
Pelaksanaan
demokrasi
di
tingkat kecerdasan lahir batin yang
Indonesia telah tiga kali mengalami
dimiliki seseorang. Prilaku yang
perubahan
beradab
yang
bergantinya rezim yang berkuasa,
dan
yakni rezim orde lama, rezim orde
mempertimbangkan kehadiran pihak
baru dan rezim refornasi. Pada rezim
lain sebagaimana tercermin dalam
orde lama menganut dua sistem
sopan santun dalam bertindak. Oleh
demokrasi
sebab itu keadaban ini dijadikan
(Konstitusi
adalah
mencerminkan
prilaku
perhormatan
seiring
yakni RIS)
dengan
parlementer dan
demokrasi
terpimpin (UUD S 1950). Cara kerja
dalam tubuh ABRI sebagan condong
sistem demokrasi parlementer ini
kepada kabinet Wilopo dan sebagian
adalah sebagai berikut : Kekuasaan
lagi condong kepada presiden, terjadi
legislatif dijalankan oleh DPR yang
perdebatan antara Soekarno dengan
dibentuk melalui pemilu multipartai.
tokoh masyumi masalah penggantin
Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh
Pancasila, Kelebihan dalam pelaksanaan
kabinet yang dipimpin oleh seorang perdana menteri dan bertanggung
demokrasi
parlementer.
jawab pada DPR. Presiden hanya
pengadilan
menikmati
sebagai kepala negara, sedangkan
dalam menjalankn fungsinya, DPR
kepala pemerintahan dipegang oleh
dapat berfungsi dengan baik, Pers
perdana
menteri.
bebas sehigga banyak variasi isi
yudikatif
dijalankan
pengadilan
Kekuasaan oleh
yang
Badan kebebasan
badan
media massa, Pemerintah berhasil
bebas.
mengatasi pemberontak,
sedikit
DPR dapat memberi mosi tidak
sekali terjadi keteganga diantara
percaya jika kabinet dala kinerjnya
umat beragama, dan minoritas cina
kurang
mendapat
baik.
Jika kabinet bubar maka presiden
perlindungan
dari
pemerintah.
akan menunjuk formatur kabinet
Demokrasi terpimpin adalah
untuk menyusun kabinet yang baru.
demokrasi yang segala kebijakan
Jika DPR mengajukan mosi tidak
pemerintah
percaya lagi pada kabinet yang baru
presiden. Secara teori demokrasi ini
maka DPR dibubarkan dan diadakan
adalah demokrasi yang berdasarkan
pemilu.
pada Pancasila dan UUD 1945. pada
Kekurangan
dalam
masa
berada
pelaksanaan
di
tangan
demokrsi
ini
pelaksanaan demokrasi parlementer
Indonesia bentuk negaranya adalah
antara lain yaitu : rata rata kabinet
kesatuan
berusia
pemerintahan
pendek
(terjadi
krisis
dengan republik.
bentuk Dalam
kabinet) sehingga program jangka
pelaksanaan demokrasi terpimpin ini
panjang tidak terlaksana., terjadinya
ternyata
hubungan
Penyelewengan itu tampak pada hal
yang
tidak
harmonis
banyak
penyelewengan.
hal berikut ini : 1). Pelanggaran
plitik dibatasi menjadi 3 parpol, 2).
prinsip
Pemusatan
kebebasan
kekuasaan
kekuasaan
di
tangan
kehakiman, presiden kadang kala
presiden, walaupun secara formal
mencampuri urusan kehakiman, 2).
kekusaan dibagi bagi tetapi dalam
Pengekangan hak hak asasi warga
prekteknya kekuasaan tetap terpusat
negara di bidang politik dala hal
pada diri presiden. Pemilu yang tidak
berserikat dan berkumpul, bahkan
demokratis aparat peerintahan dan
dalam
keamanan
bidang
pers
pembatasan
presiden
batas
sering
keputusan
berusaha
melakukan
kecurangan agar golkar menang
kemunduran.
pemilu, 3). Pembentukan lembaga
wewenang,
ekstrakonstitusional yang berfungsi
membuat
yang
da pers
sehingga
mengalami Pelampauan
juga
melebihi
suatu dari
mengamankan pihak pihak yang potensial menjadi oposisi penguasa. Demokrasi
kewenangannya, 3). Pembentukan
pada
masa
negara
reformasi ini telah mengalami suatu
ekstrakonstitusional,adalah lembaga
perubahan yang mengarah lebih baik
diluar
lagi daripada masa orde baru hal itu
lembaga
dari
lembaga
peerintahan
tetapi kedudukannya sama dengan
bisa
lembaga
pemerintahannya,
pemeritah.
Pengutamaan
dilihat
dari
siste
pemilunya,dan
fungsi pimpinan, dalam hal ini
mekanisme dalam pemilu juga lebih
presiden memegang peran tertinggi
baik lagi Hak pilih umum, hak pilih
dalam pemerintahan yang kadang
aktif dan pasif diberikan kepada
kala
warga
melebihi
dari
batas
kewenangannya. Demokrasi Masa Orde Baru
negara
dewasa
tanpa
diskriminasi. Kesetaraan bobot suara antara jumlah pemilih dengan jumlah
kehidupan politik pada masa orde
kursi
di
parlemen.
baru ini jika dibandingkan dengan
pilihan yang signifikan misalnya
orde lama ternyata lebih buruk lagi
tentang jumlah calon yang sudah
hal itu dapat dilihat dari beberapa hal
pasti lebih dari satu. Kebebasan
seperti berikut ini : 1). Pebatasan hak
nominasi
hak politik rakyat, jumlah partai
menominasikan wakil rakyat yng
rakyat
Tersedianya
bebas
pemilu.
mempunyai peran terhadapa bangsa
Persamaan hak kapanye, masing
Indonesia yaitu agar menjadi bangsa
masing
pemilu
yang berhasil mewujudkan integrasi
memiliki hak yang sama dalam
nasional di tengah masyarakatnya
kampenye hal itu bisa dilihat semua
yang majemuk. Suatu negara yang
parpol memperoleh jatah yang sama
menganut sistem demokrasi harus
antara yang satu dengan yang lainnya
berdasarkan pada suatu kedaulatan
Kebebasan dalam memberikan suara,
rakyat.
dalam hal ini rakyat memperoleh
kekuasaan tertinggi dalam suatu
jaminan kebebasan untuk memilih
Negara adalah di tangan rakyat.
wakilnya tanpa ada paksaan dan
Kekuasaan dalam Negara itu dikelola
ancaman.
dalam
oleh rakyat, dari rakyat dan untuk
suara.
rakyat. (Asshiddiqie, 2005: 141).
akan
dipilih
dalam
partai
peserta
Kejujuran
penghitungan Penyelenggaraan
pemilu
lain
Berdasarkan
secara
perkataan
esensi
pengertian tersebut maka hakikat
berkala atau periodik. D. KEBHINEKAAN DEMOKRASI
DAN
kekuasaan di tangan rakyat adalah
PASCA
menyangkut baik penyelenggaraan negara maupun pemerintahan. Oleh
REFORMASI
di
Dengan
Dalam pelaksanaan demokrasi
karena itu kekuasaan pemerintahan
Indonesia
negara di tangan rakyat mengandung
partisipasi
pasca
reformasi,
rakyat
dalam
pengertian
tiga
hal:
pertama,
pemerintahan sangat tinggi. Jaminan
pemerintah dari rakyat (goverment of
kebebasan
the people); kedua, pemerintah dari
rakyat
dalam
(goverment
by
people);
menyampaikan aspirasi dijamin oleh
rakyat
Undang-undang.
ketiga, pemerintahan untuk rakyat
Wujud
dari
keragaman bangsa Indonesia dalam
(goverment for the people). Prinsip
semboyan Bhineka Tunggal Ika itu bermacam-macam,
seperti
berdasarkan
pemerintahan kedaulatan
keragaman suku, ras, agama, bahasa,
tersebut
dan
terkandung dalam UUD 1945 alinea
budaya.
Dengan
semboyan
bhineka Tunggal Ika tersebut juga
IV
yang
bagi
Negara
rakyat
berbunyi
:
Indonesia “.....maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan
kebijaksanaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-
dalam sila Ketuhanan Yang Maha
Undang Negara Republik Indonesia
Esa dan kemanusiaan yang adil dan
dengan
beradab.
berkedaulatan
rakyat
yang
terkandung
dengan berdasar kepada Ketuhanan
Selain itu dasar pelaksanaan
Yang Maha Esa, kemanusiaan yang
demokrasi Indonesia juga secara
adil
persatuan
eksplisit tercantum dalam Undang-
yang
Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat (2)
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
yang berbunyi “Kedaulatan berada di
dalam permusyawaratan/perwakilan,
tangan
serta dengan mewujudkan suatu
menurut
keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Prinsip demokrasi tersebut secara
Indonesia”.
eksplisit juga dijabarkan dalam pasal
da
beradab,
Indonesaia,
kerakyatan
Pembukaan UUD 1945 dalam ilmu hukum memiliki kedudukan sebagai
“staatsfundamentalnorm”,
rakyat
UUD
dan
dilaksanakan
Undang-Undang Dasar”.
1945
dengan
hasil
Amandemen
mewujudkan
sistem
penentuan kekuasaan pemerintahan
oleh karena itu merupakan sumber
negara
hukum
negara
melibatkan rakyat secara langsung
Republik Indonesia. Maka prinsip
dalam memilih presiden dan wakil
demokrasi dalam Negara Indonesia
presiden Pasal 6A ayat (1).
selain tercantum dalam Pembukaan
Pelaksanaan
positif
dalam
secara
langsung,
yaiutu
demokrasi
juga berdasar kepada dasar filsafat
sebagai
negara Pancasila sila keempat yaitu
memberikan ruang bagi bagi rakyat
kerakyatan, yang juga tercantum
berperan aktif. Kondisi ini, jika tidak
dalam
diimbangi
Pembukaan
UUD
1945.
pemerintahan
dengan
rakyat,
kedewasaan
Makna pengertian “dipimpin oleh
pemahaman
hikmat
tentang konteks kehidupan berbangsa
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan/perwakilan”
dan
bersama
bernegara
masyarakat
Indonesia
yang
dalam
sesungguhnya jelas dapat menjadi
pelaksanaan demokrasi di Indonesia
kepablasan. Pemahaman nilai-nilai
itu
Bhinneka-Tunggal
dimaksudkan
didasarkan
bahwa
pada
moral
Ika
dalam
masyarakat Indonesia dapat wujud
Tungal Ika-an yang termaktub dalam
secara integral dengan kerjasama
Pancasila. Ciri
seluruh komponen bangsa, baik oleh pemerintah
selaku
penyelenggara
kemajemukan
masyarakat
Indonesia
yang
negara maupun setiap insan pribadi
terintegrasi secara nasional adalah
warga.
sangat penting sebagai kekayaan dan
Peningkatan
sosialisasi
aktualisasi pemahaman nilai-nilai ke-
merupakan
Bhinneka
dikembangkan
sehingga
dilakukan melalui tindakan nyata
dimanfaatkan
dalam
dalam kehidupan keseharian seluruh
komunikasi sebagai acuan utama
kompenen
bagi menunjukkan jati diri bangsa
Tunggal
warga
memperkuat karena
Ika-an
dalam
integrasi
harus
rangka nasional,
Indonesia
potensi
sebagai
Dalam
hal
ini
yang
dapat dapat sistem
nasionalisme. peningkatan
Indonesia
dengan
budaya,
suku/etnik,
pemahaman terhadap kemajemukan
bahasa, agama, kondisi geografis,
sosial budaya sebagai pencitraan dari
dan strata sosial yang berbeda.
budaya
Indonesia
gambaran
semakin dewasa merupakan upaya
masyarakat majemuk yang terdiri
membangun citra diri didasarkan
dari suku-suku bangsa yang berada
aktualisasi pemahaman nilai-nilai ke-
di bawah kekuasaan sebuah sistem
Bhinneka-an yang dimiliki, dapat
nasional,
menjadi investasi yang diandalkan
keberagaman
dengan
termasuk
di
dalamnya
bangsa
Indonesia
pemerintah yang menjalankan proses
pada
pembangunan
harus
nasional sebagai salah satu pilar
bersama-sama
demokrasi. Untuk itu diharapkan
dengan rakyat tanpa membedakan
tindakan nyata oleh pemerintah agar
keberagaman
memaknai
bersinergis
masyarakat untuk
budaya,
bahasa,
pelaksanaan
yang
pembangunan
pentingnya
agama, suku/etnik, dan bahkan strata
kemajemukan
sosial, mewujudkan cita-cita bangsa
secara nasional melalui wawasan
sesuai dengan komitmen bersama,
kebangsaan di era globalisasi saat ini
berlandaskan
untuk menjaga kedaulatan NKRI.
terkandung
nilai-nilai dalam
yang
ke-Bhinneka
yang
kondisi terintegrasi
Dewasa ini, masyarakat dan
ekskusinya pada bidang-bidang yang
segenap komponen bangsa harus
menyangkut hajat hidup masyarakat
lebih
dengan tetap memperhatikan entitas-
dewasa
dalam
mengaktualisasikan
pemahaman
entitas
budaya
lokal.
nila-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-
mendorong
an
kehidupan sosial dan kebudayaan
dalam
mewujudkan
integrasi
peran
dalam
nasional di negara yang dikenal
misalnya,
dengan
bahwa tujuan hidup manusia adalah
kemajemukannya
dengan
agama
Ketiga,
berlandaskan Pancasila dan UUD
Tuhan,
1945
tujuan
kesadaran ini, antarumat beragama
mewujudkan
tidak saling menghujat, mati-matian
kesatuan Indonesia dapat ditempuh
membela agamanya yang seolah-olah
setidak-tidak tiga upaya berikut:
membela
Pertama,
menawarkan
demi
nasional.
pencapaian Dalam
mentransformasikan
bukan
menegaskan
agama.
Tuhannya, keselamatan
Melalui
dan kepada
kesadaran multikulturalisme menjadi
orang lain dengan tujuan konversi
identitas nasional dengan bertumpu
agama. Dengan demikian, agama
pada
menjadi
penghargaan
kepluralistikan
integrasi
masyarakat
Kedua,
Indonesia.
terhadap
nasional
membangun yang berbasis
multikulturalisme
dengan
mendorong kesadaran masyarakat
pemersatu
bagi
seluruh
masyarakat dan tidak sebaliknya menjadi
alat
pemecah
belah
persatuan Indonesia. E. PENUTUP Dalam hidup berbangsa dan
konstitusinya
bernegara dewasa ini terutama dalam
dalam berkumpul, berserikat, dan
masa reformasi, bangsa Indonesia
berpendapat guna memperjuangkan
sebagai bangsa harus memiliki visi
hak-hak
kebebasan,
serta pandangan hidup yang kuat
kesetaraan, serta berpartisipasi aktif
agar tidak terombang-ambing di
dalam
tengah
menggunakan
hak
keadilan,
pembangunan.
Kemudian,
masyarakat
Internasional.
mendorong pemerintah menjadikan
Dengan kata lain, bangsa Indonesia
civil society sebagai mitra kerja, baik
harus memilki rasa nasionalisme
dalam pengambilan kebijakan dan
kebangsaan
yang
kokoh,
demi
tercapainya ketahanan negara dari
Setiap penduduk Indonesia
pihak luar. Selain hal tersebut,
harus memandang bahwa perbedaan
bangsa
tetap
tradisi, bahasa, dan adat-istiadat
mewaspadai ketahanan negeranya
antara satu etnis dengan etnis lain
dari
tidak
sebagai, antara satu agama dengan
terpecah-belah dalam menjaga jati
agama lain, sebagai aset bangsa yang
dirinya sebagai suatu bangsa yang
harus
memiliki
Pandangan
Indonesia
pihak
harus
dalam,
aset
agar
berharga
dalam
dihargai
menumbuhkan
lain
dan
menghormati,
dan
semangat
memperkuat
menciptakan rasa
persatuan
dilestarikan.
semacam
keberagaman budaya, dalam kata harus
dan
ini
rasa
akan saling
menyuburkan kerukunan,
serta
menyuburkan jiwa toleransi dalam
kesatuan yang utuh. Pemahaman yang utuh akan
diri setiap individu. Bila
keberagaman yang ada di Indonesia
setiap
warganegara
sangat penting untuk dimilki oleh
memahami makna Bhinneka Tunggal
setiap orang. Sebagai bagian dari
Ika, meyakini akan ketepatannya
negara,
71
tahun
bagi landasan kehidupan berbangsa
Indonesia
bangsa
dan bernegara, serta mau dan mampu
sepenuhnya
mengimplementasikan secara tepat
mencapai tujuan negara merdeka
dan benar, Negara Indonesia akan
sebagaimana yang termuat dalam
tetap kokoh dan bersatu selamanya.
alenia keempat pembukaan UUD
F. DAFTAR PUSTAKA
1945. Dalam sistem demokrasi yang
Budiono Kusumohamodjojo, 2000,
refleksi
kemerdekaan Indonesia
belum
memberikan
kebebasan
Kebhinnekaan
kepada
Indonesia. Grasindo: Jakarta.
rakyat untuk berpartisipasi dalam pemerintahan
seluas-luasnya
juga
Masyarakat
Ikhsan, Sandi. 2014. tersedia online
harus dapat dipertanggung jawabkan.
pada:
Kebebasan yang dilaksanakan tanpa
http://wertyneed19.blogspot.co.id/20
memperhatikan hakikat keberagaman
14/09/artikel-bhineka-tunggal-ika-
dapat
sebagai.html.
Indonesia.
memecahbelah
bangsa
Lestari, Puji. 2012. Tersedia Online pada: http://fujilestariman1.blogspot. co.id/2012/09/bab-ii-budayademokrasi-menuju_26.html Price, Jason M.C. 2007. Democracy: A Critical Red Ideal. Journal of Thought, Spring Summer 2007. Rusdiana HA. 2014. Pendidikan Multikultural,
Suatu
penguatan Jatidiri
Upaya Bangsa,
Konsep-Prinsip-Implementasi, Pustaka Setia, Bandung. Suparlan, Dadang. 2015. Sejarah dan Prospek
Demokrasi.
Jurnal
Sosio Didaktika. UIN Jakarta. Sumantri, Endang. 2003. Pendidikan Politik. Terbuka.
Jakarta:
Universitas
UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUNRPP MELALUI SUPERVISI AKADEMIK PADA SD BINAAN DI KECAMATAN SEPAUK KABUPATEN SINTANG
Edmundus Dius Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sintang
[email protected] Abstract: This study aims to determine the quality of the lesson plan (RPP) prepared by teachers in elementary school built in the district Sepauk. The problem in this research are: 1) Is the ongoing academic supervision is able to improve the competence of teachers in the RPP? 2) What measures granting academic supervision to improve the competence of teachers in preparing lesson plans? Solving these problems, researchers with academic supervision on an ongoing basis. The method used is action research with research targets all teachers in primary target Sepauk the District supervisor can create lesson plans education unit level curriculum (KTSP 2006) with the format and the correct way and the teacher involved can apply them to create lesson plans on an ongoing basis. RPP revisions analysis results in the first cycle reflects the increasing quality of teachers in the preparation of the RPP. Where the quality before the cycle is 71% and to 77.2% stelah cycle. Improved quality up 6.2% From here also seen that the number of teachers who received the lowest score is 65 and there are already good teachers have value is 85. In the second cycle of all teachers to get a good value with an average value of 84.2% , In the second cycle than the former increased 5.2%, with the highest score is 95 and the lows are 75. Keywords: competence of teachers' lesson planning and implementation. Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengetahui kualitas rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru pada sekolah dasar binaan di Kecamatan Sepauk. Masalah dalam penelitian ini adalah 1) Apakah supervisi akademik yang berkelanjutan mampu meningkatkan kompetensi guru dalam RPP? 2) Bagaimanakah langkah-langkah pemberian supervisi akademik yang dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP? Pemecahan masalah tersebut, peneliti dengan melakukan supervisi akademik secara berkelanjutan. Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan dengan target penelitian semua guru di SD binaan pengawas Kecamatan Sepauk dapat membuat RPP kurikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP 2006 ) dengan format dan cara yang benar serta guru yang dilibatkan dapat menerapkannya dalam membuat RPP secara berkelanjutan. Hasil analisa revisi RPP pada siklus pertama memperlihatkan terjadinya peningkatan kualitas guru dalam penyusunan RPP. Dimana kualitas sebelum siklus adalah 71%
dan stelah siklus menjadi 77,2%. Peningkatan kualitas naik 6,2% Dari sini pula terlihat bahwa jumlah guru yang mendapatkan nilai terendah adalah 65 dan sudah ada guru memiliki niai yang baik yaitu 85. Pada siklus ke dua semua guru memperoleh nilai yang baik dengan rata-rata nilai 84,2%. Pada siklus kedua dibandingkan yang pertama mengalami peningkatan 5,2%, dengan nilai tertinggi adalah 95 dan terndah adalah 75. Kata Kunci: kompetensi guru, rencana pelaksanaan pembelajaran.
tanpa adanya rencana. Namun sayang
PENDAHULUAN Pendidikan
adalah
proses
perencanaan
pembelajaran
yang
merubah manusia menjadi lebih baik,
mestinya dapat diukur oleh kepala
lebih mahir dan lebih terampil, untuk
sekolah ini, tidak dapat diukur oleh
mencapai tujuan tersebut tentunya
kepala
dibutuhkan
disebut
direncanakan dalam pikiran sang guru
dengan strategi pembelajaran. Dalam
saja. Akibatnya kepala sekolah sebagai
strategi pembelajaran terkandung tiga
pembuat kebijakan di sekolah tidak
hal
dapat
strategi
pokok
yang
yakni
perencanaan,
sekolah
mengevaluasi
karena
kinerja
hanya
guru
pelaksanaan dan evaluasi. Perencanaan
secara akademik. Kinerja yang dapat
program berfungsi untuk memberikan
dilihat oleh kepala sekolah hanyalah
arah
kehadiran
pelaksanaan
pembelajaran
tatap
muka,
tanpa
sehingga menjadi terarah dan efisien.
mengetahui apakah kemampuan guru
Salah satu bagian dari perencanaan
dalam mengelola pembelajaran sudah
pembelajaran yang sangat penting
sesuai dengan harapan atau belum,
dibuat oleh guru sebagai pengarah
atau sudahkah kompetensi dasar yang
pembelajaran
harus dikuasai oleh siswa terkuasai
adalah
silabus
dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
dengan benar. Hasil pengamatan di tahun
(RPP). pentingnya
pelajaran 2015/2016 di SD binaan
penyusunan perencanaan pembelajaran
pengawas yaitu SDN 39 Tanjung Ria
ini, guru semestinya tidak mengajar
dan SDN 29 SP. I Manis Raya
Dengan
melihat
Kecematan Sepauk Kabupaten Sintang
memuaskan
didapatkan menunjukan secara kualitas
ditemukan kekurangan serta kesalah
RPP yang disusun oleh guru belum
pahaman dalam menyusun RPP.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti yang berkedudukan sebagai
pengawas
sekolah
untuk
melakukan
merencanakan
supervisi akademik. Dengan metode tersebut diharapkan setelah kegiatan, RPP yang baik menjadi di atas 80%. Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah yang ingin dipecahkan oleh peneliti. Antara lain: 1) Rendahnya kompetensi guru dalam menyusun RPP. 2) Kualitas RPP yang disusun oleh guru masih belum baik hanya mencapai nilai 70%. Sulitnya kepala sekolah mengevaluasi kinerja guru.
3)
Sulitnya
pengawas
mengevaluasi hasil pembelajaran. Dari hasil identifikasi masalah yang
muncul,
peneliti
membatasipermasalahan
akan yang
disinyalir oleh peneliti sebagai akar permasalahan dari semuamasalah yang teridentifikasi kompetensi
yaitu guru
rendahnya dalam
dan
masih
menyusunrencana
banyak
pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Berdasarkan latar belakang dan pembatasan
masalah
yang
telah
diuraikan diatas, maka masalah pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Apakah supervisi akademik yang berkelanjutan mampu meningkatkan kompetensi guru dalam RPP?
2)
Bagaimanakah
langkah-
langkah pemberian supervisi akademik yang dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP? Secara garis besar perencanaan pengajaran
mencakup
kegiatan
merumuskan tujuan apa yang akan dicapai
oleh
suatu
kegiatan
pengajaran, cara apa yang dipakai untuk
menilai
pencapaian
tujuan
tersebut, materi/bahan apa yang akan disampaikan,
bagaimana
cara
menyampaikannya, serta alat atau media apa yang diperlukan (Ibrahim 1993: 2).
Komponen RPP berdasarkan
silabus untuk mengarahkan kegiatan
Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007
belajar peserta didik dalam upaya
tentang Standar Proses untuk Satuan
mencapai KD.
Pendidikan.RPP
dijabarkan
Konsep
supervisi
dari modern
belajar
mengajar
(goal,
material,
dirumuskan oleh Kimball Wiles (1967)
technique, method, teacher, student, an
is
envirovment). Situasi belajar inilah
sebagaiberikut
:“Supervision
assistance in the devolepment of a
yang
better teaching learning situation”.
ditingkatkan melalui layanan kegiatan
Supervisi
dalam
supervisi. Dengan demikian layanan
pengembangan situasi pembelajaran
supervisi tersebut mencakup seluruh
yang
aspek
adalah
lebih
bantuan
baik.
mengisyaratkan
Rumusan
bahwa
ini
layanan
seharusnya
dari
diperbaiki
dan
penyelenggaraan
pendidikan dan pengajaran.
supervisi meliputi keseluruhan situasi
yaitu di SDN 39 Tanjung Ria dan SDN
METODE PENELITIAN Metode
penelitian
yang
29 SP 1 Manis Raya Kecamatan
digunakan adalah penelitian tindakan
Sepauk Kabupaten Sintang. Lokasi
sekolah.
dilakukan
penelitian ini adalah SD Negeri 39
dalam tiga tahapan, yaitu perencanaan,
Tanjung Ria, Desa Tanjung Ria, dan
pelaksanaan dan evaluasi dan refleksi,
SDN 29 SP 1 Manis Raya Kecematan
dan dilakukan minimal dalam dua
Sepauk Kabupaten Sintang. Waktu
siklus.Pada tahap perencanaan dibuat
penelitian di laksanakan sejak bulan
dibuat
jadwal
Januari 2016 sampai dengan Maret
waktu, tempat serta sarana pendukung
2016. Berikut langkah kegiatan PTS:
lainnya
1) Tahap perencanaan pelaksanaan
Penelitian
skenario
ini
kegiatan,
seperti
observasi.Penelitian
lembar ini
ditujukan
kepada semua guru binaan pengawas
siklus
1
dilaksanakan
peneliti
padaminggu pertama Januari 2016. 2)
Pelaksanaan
tindakan
siklus
masalah-masalah lanjutan yang timbul
pertama
dilaksanakan
pada
dari pelaksanaan tindakan di siklus 1.
minggukedua bulan Januari 2016.
3) tahap refleksi, peneliti melakukan
Pada tahap ini peneliti melakukan
evaluasi terhadap tindakandan data-
kegiatan observasi terhadap seluruh
data
kejadian yang terjadi selama tahap
dilanjutkan dengan pertemuan bersama
pelaksanaan tindakan siklus 1. Selain
kolaborator untuk membahas hasil
itu
evaluasi siklus ke 2.
peneliti
juga
pada
mengidentifikasi
yang
diperoleh.
Kemudian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas
Penyusunan
RPP
peningkatan
kualitas
guru
dalam
Setelah Siklus Pertama Pada rapat
penyusunan RPP. Dimana kualitas
awal
2016-2017,
sebelum siklus adalah 71% dan stelah
peneliti memerintahkan kepadaseluruh
siklus menjadi 77,2%. Peningkatan
guru
kualitas naik 6,2% Dari sini pula
tahun
untuk
pelajaran
membuat
perangkat akan
terlihat bahwa jumlah guru yang
melakukan supervise akademik.Pada
mendapatkan nilai terendah adalah 65
siklus ini seluruh guru diminta untuk
dan sudah ada guru memiliki niai yang
mengumpulkan
baik yaitu 85. Pada siklus pertama
pembelajaran
dan
peneliti
perangkatpembelajaran
tersebut.
ditemukan
permasalahan-
melakukan
permasalahan pokok pada guru yang
analisis dan penilaianterhadap kualitas
kesulitan dalam menyusun RPP yaitu
serta
kesulitan dalam menentukan indikator
Selanjutnya
peneliti
kuantitas
guru
mengumpulkan
yang perangkat
pembelajaran terutamaRPP.
pencapaian. Melihat hasil yang diperoleh
Hasil analisa revisi RPP pada
pada refleksi kegiatan siklus 1, maka
table diatas memperlihatkan terjadinya
dilakukan tindakan penelitian pada
Siklus II diperoleh hasil yang
siklus 2 dengan menggunakan hasil tindakan
siklus
1
sebagai
bahan
cukup
menggembirakan
masukan dalam perencanaan kegiatan
memberikan
siklus ini dengan tujuan untuk lebih
tujuan
meningkatkan
Berdasarkan
dan
menguatkan
penelitian
tercapainya
tindakan
penilaian
aspek
ini. dan
menyusun
analisi data diperoleh peningkatan
Pelaksanaan
kulitas dalam penyususnan RPP. Pada
kemampuan guru dalam Rencana
indikasi
yang
bisa
siklus ke dua semua guru memperoleh
mencapai hasil minimal 80 %, fokus
nilai yang baik dengan rata-rata nilai
pertama yang dilakukan peneliti adalah
84,2%.
memberikan bimbingan secara khusu
dibandingkan
kepada
masih
mengalami peningkatan 5,2%, dengan
dalam
nilai tertinggi adalah 95 dan terndah
Pembelajaran(RPP)
guru-guru
mengalami
hingga
yang
kesulitan
menentukan indkator pencapaian dan
Pada
siklus yang
kedua pertama
adalah 75.
teknik penilaian di dalam menyususn RPP
Tabel 1 Hasil Perolehan Nilai Hasil Suvervisi Akademik Di SD Negeri 39 Tanjung Ria No
Nama Guru
Nilai Nilai Nila Presentase Presentase Siklus Siklus Pra-Siklus Kenaikan Kenaikan 1 2
1 2
Holis S.Pd. Eva Yuliana
65
75
10%
80
5%
80
85
5%
95
10%
3
Samsuri S.Pd.
70
80
10%
85
5%
4
Albina Robai A.Ma
70
80
10%
90
10%
5
Senen
75
80
5%
85
5%
6
Apoi Kuriawan A.Ma
65
80
15%
85
5%
7
Simon Puoho Kein A.Ma.Pd
80
85
5%
90
5%
72.14
80.71
9%
87.14
6%
Rata-rata
Tabel 2 Hasil Perolehan Nilai Hasil Suvervisi Akademik Di SD Negeri 29 SP 1 Manis Raya No
Nama Guru
Nilai Nilai Nila Presentase Presentase Siklus Siklus Pra-Siklus Kenaikan Kenaikan 1 2
1
Mitah S.Th
60
65
5%
75
10%
2
Kartini
70
75
5%
85
10%
3
Herlina S.Ag
75
80
5%
90
10%
4
Tentik, S.Pd
80
85
5%
90
5%
5
Sri Wahyuni S.Pd
75
85
10%
90
5%
6
Zainal
75
80
5%
85
5%
7
Sugiyanto
70
80
10%
85
5%
8
Fx. Bulau S.Pd
75
85
10%
90
5%
72.50
79.38
7%
86.25
7%
Rata-rata
Berdasarkan hasil analisi dapat
mengerjakan RPP dengan kualitas
dikatakan bahwa rata-rata perolehan
yang baik melalui bimbingan supervise
nilai yang di dapatkan dari siklus 1 dan
yang
siklus 2 adalah 80,7%, dengan nilai
sasaran
rata-rata tertinggi adalah 90 dan
Kecamatan
terendah
Sintang.
70.
Dari
table
dapat
diberikan di
kepada
bawah Sepauk
guru-guru
SD
binaan
Kabupaten
dikatakan semua guru sudah dapat
meningkatkan kompetensi guru dalam
KESIMPULAN
dapat
Berdasarkan hasil penelitian
menyusun
ditarik
pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari
kesimpulan
sebagai
berikut: 1) Supervisi Akademik yang
perbandingan
dilakukan terbukti secara ilmiah dapat
penelitian
rencana
sebelum bahwa
pelaksanaan
pelaksanaan guru
hanya
mendapatkan 71% nilai kualitas RPP
membina
tentu saja masih jauh dari kata baik. 2)
kompetensinya. Sebaiknya kegiatan ini
Supervisi Akademik terbukti secara
dilaksanakan secara terencana dan
ilmiah dapat meningkatkan kualitas
berkesinambungan.
para guru dalam menyusun RPP. Hal
pembinaan ini dilanjutkan dengan
tersebut dapat dilihat dari terjadinya
supervisi akademik dalam pelaksanaan
peningkatan dari siklus pertama dan
pembelajaran
kedua. Pada siklus pertama didapatkan
kemampuan
presentase 77,2% meningkat menjadi
mengimplementasikan
84,2% pada siklus kedua. Pada siklus
pembelajaran yang telah disusunnya.
pertama guru yang mendapatkan nilai
3) Sebaiknya supervisi juga dilakukan
dengan kualitas terbaik ada 15 orang
terhadap semua guru secara bergilir
dengan nilai tertinggi 85 sementara
dan
pada siklus kedua semua guru telah
kemampuan/ kompetensi guru seperti
mendapatkan nilai dengan kualitas
yang disyaratkan dalam permendiknas
terbaik dengan nilai tertinggi 95. Nilai
no 16 tahun 2007.
Rata-Rata Siklus adalah 80,2% dengan nilai rata-rata tertinggi adalah 90. 3) Pada
hasil
aspek
penelitian
penilaian
masalah
berdasarkan
dapat
kesulitian
ditemukan
guru
dalam
menyusun RPP sebagian besar guru kesulitan dalam menentukan indicator yang
sesuai
dan
rata-rata
guru
kesulitan dalam menentukan topik atau tema pembelajaran. Peneliti
memberikan
guru
meningkatkan
2)
Sebaiknya
untuk
mengukur
guru
menyangkut
dalam rencana
seluruh
aspek
DAFTAR RUJUKAN Depdiknas.
Petunjuk
1997.
Pengelolaan Sekolah
Adminstrasi
Dasar.
Jakarta:
Depdiknas. Depdiknas.
Manajemen
2001.
Peningkatan
Mutu
Berbasis
Sekolah. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. 2010. Supervisi Akademik; Materi Pelatihan Penguatan
saran
sebagai berikut: 1) Kegiatan supervisi akademik sangat baik dilakukan untuk
Kemampuan Kepala Sekolah; Jakarta: Depdiknas.
UPAYA MENINGKATKAN PENGETAHUAN SISWA KELAS VI SDN 29 SP 1 SKPH MANIS RAYA SEPAUK TERHADAP PERUMUSAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA MELALUI METODE SIMULASI TAHUN 2015
Fransiskus Xaverius Bulau SD Negeri 29 SKPH Manis Raya
[email protected] Abstract: The aim of this study was the use of simulation methods in an effort to facilitate understanding of sixth grade students of SDN 29 SP 1 SKPH Sweet Rayaterhadap formulation of Pancasila as the state. The problem in this study were 1) the extent to which the model simulation approach to student learning outcomes Class VI SDN 29 SP 1 SKPH Sweet Kingdom in subjects Civics? 1) How do I compose a simulation in an effort to facilitate the understanding of Class VI student of SDN 29 SP 1 SKPH Sweet Kingdom towards the formulation of Pancasila as the State? 3) What are the benefits of simulation in an effort to facilitate the understanding of Class VI student of SDN 29 SP 1 SKPH Sweet Kingdom towards the formulation of Pancasila as the state? The method used was classroom action research. Data collection techniques in the study of this class action is non-test techniques such as observations, questionnaires, and documentation. Implementation of class actions data showed that student interest has increased after the PTK is held on the first cycle students' activeness percentage was 71% after the PTK is held on the second cycle into 74.88%. Having held a classroom action research (PTK) by using model simulations in the first cycle students' activeness percentage was 71% in the second cycle to 79%. Keywords: simulation methods, formulation of Pancasila Abstrak: Penelitian ini bertujuan penggunaan metode simulasi dalam upaya mempermudah pemahaman siswa kelas VI SDN 29 SP 1 SKPH Manis Rayaterhadap perumusan Pancasila sebagai dasar negara. Masalah dalam penelitian ini adalah 1) Sejauhmana pengaruh model pendekatan simulasi terhadap hasil belajar siswa Kelas VI SDN 29 SP 1 SKPH Manis Raya dalam mata pelajaran PKn? 1) Bagaimana cara menyusun simulasi dalam upaya mempermudah pemahaman siswa Kelas VI SDN 29 SP 1 SKPH Manis Raya terhadap perumusan Pancasila sebagai dasar Negara? 3) Apa saja manfaat dari simulasi dalam upaya mempermudah pemahaman siswa Kelas VI SDN 29 SP 1 SKPH Manis Raya terhadap perumusan Pancasila sebagai dasar negara? Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Teknik pengumpul data dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah teknik non tes berupa observasi, angket, dan dokumentasi. Pelaksanaan tindakan kelas diperoleh data bahwa minat siswa mengalami kenaikan setelah diadakan PTK pada siklus I persentase keaktifan siswa adalah 71% setelah diadakan PTK pada siklus II menjadi 74,88%. Setelah diadakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan model pembelajaran simulasi pada siklus I persentase keaktifan siswa adalah 71 % pada siklus II menjadi 79%. Kata Kunci: metode simulasi, perumusan pancasila
selama mengajar mata pelajaran PKn
PENDAHULUAN dasar
mata
di Kelas VI SDN 29 SP 1 SKPH
sekolah
dasar
Manis Rayatahun pelajaran 2014/2015,
dapat
menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
menghargai nilai nilai juang dalam
(1) bahwa aktifitas siswa dalam proses
proses perumusan Pancasila sebagai
pembelajaran PKn masih terbatas, (2),
dasar negara. Sehingga diharapkan
bahwa interaksi antar siswa kurang
setelah siswa mampu memahami dan
hidup, (3) keberanian siswa untuk
menghayati nilai nilai juang dalam
menyampaikan
proses perumusan Pancasila, akan
menjawab pertanyaan dari guru sangat
menjadi warganegara Indonesia yang
kurang, dan (4) bahwa hasil belajar
cerdas,
mata pelajaran PKn masih rendah. Hal
Kompetensi pelajaran
PKn
di
mengharapkan
siswa
terampil,
dan
berkarakter
sebagaimana
diamanatkan
Pancasila
UUD
dan
1945.
oleh Agar
pendapat
maupun
di atas harus cepat diatasi. Untuk mengatasi
permasalahan
di
kelas
pembelajaran PKn lebih optimal,
tersebut,maka
penulis
maka
memilihpenerapan
metode
media
pembelajaran
harus
efektif dan selektif yang disesuaikan
pembelajaran simulasi dengan media
dengan keadaan peserta didik pada
gambar sebagai alat peraga. Pembelajaran simulasi dikenal
saat proses belajar. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan
peneliti
sebagai
guru
dengan
pembelajaran
secara
berkelompok. Tetapi belajar melalui
simulasi lebih dari sekedar belajar
Sejauhmana
kelompok atau kerja kelompok karena
pendekatan simulasi terhadap hasil
dalam belajar simulasi ada struktur
belajar siswa Kelas VI SDN 29 SP 1
dorongan atau tugas yang bersifat
SKPH
kooperatif sehingga memungkinkan
pelajaran PKn? 2) Bagaimana cara
terjadinya interaksi secara terbuka dan
menyusun
hubungan yang bersifat interdepensi
mempermudah
efektif diantara anggota kelompok (
Kelas VI SDN 29 SP 1 SKPH Manis
Sugandi, 2002 dalam Karlina, 2013 ).
Raya terhadap perumusan Pancasila
Hubungan
ini
sebagai dasar Negara? 3) Apa saja
persepsi
manfaat dari simulasi dalam upaya
kerja
memungkinkan
seperti
timbulnya
pengaruh
Manis
Raya
simulasi
model
dalam
mata
dalam
upaya
pemahaman
siswa
yang positif tentang apa yang dapat
mempermudah
dilakukan
mencapai
Kelas VI SDN 29 SP 1 SKPH Manis
berdasarkan
Raya terhadap perumusan Pancasila
siswa
keberhasilan
untuk
belajar
kemampuan dirinya secara individu
belajar
bersama
dalam
Komitmen konsisten semangat
kelompok. Berdasarkan uraian pada latar
siswa
sebagai dasar negara?
dan andil dari anggota kelompok lain selama
pemahaman
yang
terhadap
kuat
dan
prinsip
dan
kebangsaan
dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
belakang di atas maka rumusan
dan
masalah yang akan dijelaskan dalam
Pancasila dan Undang-Undang Dasar
tulisan
1945, perlu ditingkatkan secara terus
ini
adalah
“Bagaimana
bernegara
yang
penggunaan metode simulasi dalam
menerus
upaya
pemahaman
pemahaman yang mendalam kepada
siswa Kelas VI SDN 29 SP 1 SKPH
peserta didik tentang Negara Kesatuan
Manis
Republik Indonesia. Secara historis,
mempermudah
Rayaterhadap
perumusan
Pancasila sebagai dasar negara” Adapun yang
akan
rumusan
dijelaskan,
masalah yaitu:
1)
untuk
berdasarkan
negara
Indonesia
sebagai
Negara
bentuk Republik.
memberikan
telah
diciptakan
Kesatuan
dengan
dalam
baru harus dikaitkan dengan konsep-
keberhasilan
konsep yang ada dalam struktur
pembelajaran diskusi ditentukan oleh
kognitif siswa. Berkenaan dengan itu
keberhasilan secara kelompok. Oleh
Novak dan Gowin (1985) dalam
sebab itu, prinsip bekerja sama perlu
Dahar (1988 : 149) mengemukakan
ditekankan dalam proses pembelajaran
bahwa
diskusi. Setiap anggota kelompok
konsep-konsep yang telah dimiliki
bukan saja harus diatur tugas dan
siswa,
tanggungjawab masing-masing, akan
berlangsung dapat dilakukan dengan
tetapi juga ditanamkan perlunya saling
metode simulasi.
membantu, misalnya siswa yang pintar
Mr.
Hal
yang
sama
Kompasiana
ditulis
(2013),
membantu siswa yang kurang pintar. Mata
Pelajaran
merupakan
mata
memfokuskan
pelajaran
pada
cara
untuk
supaya
mengetahui
belajar
bermakna
Mohammad
Yamin
menyampaikan konsep mengenai asas
PKn
dan dasar negara Indonesia merdeka
yang
secara tertulis kepada Ketua Sidang,
pembentukan
yang
berbeda
dengan
isi
pidato
warganegara yang memahami dan
sebelumnya. Asas dan dasar Indonesia
mampu melaksanakan hak-hak dan
merdeka secara tertulis menurut Mr.
kewajibannya
menjadi
Mohammad Yamin adalah sebagai
warganegara Indonesia yang cerdas,
berikut: 1) Ketuhanan Yang Maha Esa.
terampil,
yang
2) Kebangsaan persatuan Indonesia. 3)
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD
Rasa kemanusiaan yang adil dan
1945.
beradab. 4) Kerakyatan yang dipimpin
dan
untuk
berkarakter
Salah satu pernyataan dalam
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
teori Ausubel adalah “bahwa faktor
permusyawaratan
yang
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
paling
penting
yang
mempengaruhi pembelajaran adalah
/perwakilan.
5)
Indonesia.
siswa
Udin Syaefudin Sa’ud (2005:
(pengetahuan awal)”. Jadi supaya
129) simulasi adalah sebuah replikasi
belajar jadi bermakna, maka konsep
atau visualisasi dari perilaku sebuah
apa
yang
telah
diketahui
sistem, misalnya sebuah perencanaan
Subjek penelitian ini adalah
pendidikan, yang berjalan pada kurun
siswa kelas VI SDN 29 SP 1 SKPH
waktu
dapat
Manis Rayatahun pelajaran 2014/2015
dikatakan bahwa simulasi itu adalah
sebanyak 32 siswa terdiri dari 15 siswa
sebuah model yang berisi seperangkat
laki-laki dan 17 siswa perempuan serta
variabel yang menampilkan ciri utama
guru PKn Kelas VI yang sekaligus
dari
sebagai peneliti. Kondisi siswa kelas
yang
tertentu.
sistem
Jadi
kehidupan
yang
sebenarnya. Simulasi memungkinkan
ini
keputusan-keputusan
kemampuan baik, akan tetapi masih
yang
secara
akedemik
kelemahan
memiliki
menentukan bagaimana ciri-ciri utama
memiliki
antara
lain
itu bisa dimodifikasi secara nyata.
keberanian mengemukakan pendapat atau berkomunikasi, bekerja sama dan kemampuan lainnya masih dianggap kurang
Penelitian
tindakan
kelas
penelitian
tindakan
yang
dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas, yang berfokus pada pembelajaran di kelas dan mengenai hal-hal yang terjadi di kelas. Mulyasa (2009: 11) menjelaskan yang dimaksud dengan PTK
adalah
mencermati
“suatu upaya untuk kegiataan
belajar
sekelompok peserta didik dengan memberikan
sebuah
tindakan
(treatment)
yang
sengaja
dimunculkan”.
dibandingkan
dengan kelas lainnya dalam proses
METODE PENELITIAN
adalah
berkembang
pembelajaran PKn. Teknik pengumpul data dalam penelitian tindakan kelas ini adalah teknik non tes berupa observasi, angket, dan dokumentasi. Observasi dilakukan secara perorangan maupun kelompok
untuk
mengetahui
dan
mengamati perkembangan kemampuan PKn siswa dalam proses pembelajaran yang meliputi aspek komunikasi, kerja sama, percaya diri, dan empati dalam melakukan
aktivitas
pada
proses
pembelajaran PKn. Instrumen yang
digunakan selama pengamatan adalah
persentase
untuk
lembar observasi. Skor yang diberikan
kecenderungan yang terjadi selama
pada lembar observasi menggunakan
proses pembelajaran. Skor untuk setiap
skala 1 – 5.
siswa
maupun
melihat
kelompok
diolah
Data yang telah diperoleh dari
dengan mencari rata-rata skor untuk
lembar observasi pada setiap kegiatan
masing-masing aspek yang meliputi
observasi dari setiap siklus dan isian
komunikasi, kerjasama, percaya diri,
angket dianalisis secara deskriptif
dan empati dalam setiap siklus.
dengan
menggunakan
teknik
baik. Dengan demikian perkembangan
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan
hasil
observasi
PKn siswa secara
individu
pada
yang telah dilakukan sebelum siklus 1
observasi siklus I baru mencapai
kegiatan pelaksanaan tindakan kelas
minimal
diperoleh data bahwa minat siswa
minimal baik, sehingga perlu diambil
dalam
tindakan.
memahami
perumusan
40%
siswa
berkategori
negara
Hasil observasi aktivitas guru
sebelum
dalam proses pembelajaran pada siklus
(PTK)
I masih tergolong rendah dengan
prosentase minat siswa adalah 40%.
perolehan skor 13 atau 65,00 %
Berdasarkan hasil perhitungan terdapat
sedangkan skor idealnya adalah 20
27 siswa (80%) mencapai rerata skor
atau 100 %. Hal ini terjadi karena guru
minat siswa pada proses pembelajaran
lebih banyak membaca sendiri dan
memahami
kurang
Pancasila mengalami penelitian
sebagai
dasar
kenaikan, tindakan
kelas
perumusan
Pancasila
memberikan
kesempatan
sebagai dasar negara lebih dari atau
kepada peserta didik untuk secara
sama dengan 3,50 dengan kategori
kooperatif (simulasi). Ketuntasan
minimal baik (26 siswa kategori baik
hasil
belajar
dan 4 siswa kategori cukup baik) dan
Siklus I dapat dijelaskan bahwa
sebanyak 1 siswa berkategori kurang
dengan
menerapkan
metode
pembelajaran simulasi diperoleh nilai
menggunakan pembelajaran metode
rata-rata prestasi belajar siswa adalah
simulasi mereka merasa senang dan
76,34 atau ada 30 siswa dari 32 siswa
antusias untuk belajar. Hal ini bisa
sudah tuntas belajar. Hasil tersebut
dilihat dari observasi terhadap aktivitas
menunjukkan
siswa
bahwa
pada
siklus
dalam
proses
pembelajaran
pertama secara klasikal siswa belum
hanya mencapai rata-rata 71%. 3)
tuntas belajar, karena siswa yang
Hasil evaluasi siklus I mencapai 69 %.
memperoleh nilai > 70 hanya sebesar
4) Masih ada siswa yang belum bisa
76,34 % lebih kecil dari persentase
menyelesaikan tugas dengan waktu
ketuntasan yang dikehendaki yaitu
yang ditentukan. Hal ini karena siswa
sebesar 85%. Hal ini disebabkan
tersebut kurang serius dalam belajar.
karena siswa masih merasa baru dan
5) Masih ada siswa yang kurang
belum
memahami materi cara perumusan
mengerti
apa
yang
dimaksudkan dan digunakan guru dengan
menerapkan
Pancasila sebagai dasar negara. Pada Siklus II, Berdasarkan
metode
hasil observasi yang telah dilakukan
pembelajaran metode simulasi. dan
dalam siklus II kegiatan pelaksanaan
kegagalan yang terjadi pada siklus I
tindakan kelas diperoleh data bahwa
sebagai
minat
Adapun
berikut:
keberhasilan
1)
Guru
belum
siswa
dalam
memahami
suasana
pelajaran PKn mengalami kenaikan.
pembelajaran yang mengarah kepada
Setelah diadakan penelitian tindakan
pendekatan pembelajaran kooperatif
kelas (PTK) pada siklus I persentase
metode
merasa
keaktifan siswa adalah 71 % setelah
senang dan antusias untuk belajar. Hal
diadakan penelitian tindakan kelas
ini bisa dilihat dari hasil observasi
(PTK) siklus II menjadi 74,70 %.
terbiasa
menciptakan
simulasi
mereka
terhadap minat siswa dalam proses
Aktivitas guru dalam proses
pembelajaran hanya mencapai 60,88%.
pembelajaran pada siklus II mendapat
2) Sebagian siswa belum terbiasa
skor 18 atau 90,00 % sedangkan skor
dengan
idealnya adalah 20 atau 100%. Hal ini
kondisi
belajar
dengan
menunjukkan
adanya
terhadap
materi
keberhasilan
yang
diperoleh selama siklus kedua ini
yang sangat signifikan. Penguasaan
Adapun
peningkatan
peserta
didik
pelajaran
pun,
adalah sebagai berikut: 1) Minat peserta
didik
dalam
menunjukkan peningkatan dari skor
pembelajaran
ideal
69,2
pembelajaran metode simulasi. Hal ini
mengalami kenaikan menjadi 77. Hasil
tergambar dalam; (a) Siswa mampu
ulangan harian setelah menggunakan
membangun
pembelajaran simulasi juga mengalami
memahami tugas yang diberikan oleh
peningkatan yakni 74,70% , sedangkan
guru, (b) Siswa mulai berpartisipasi
sebelumnya hanya 69,2%.
dalam kegiatan dan tepat waktu dalam
100
dengan
rata-rata
Berdasarkan hasil perhitungan terdapat 32 siswa (100%) mencapai rerata skor minat siswa pada proses pembelajaran memahami perumusan Pancasila sebagai dasar negara lebih dari atau sama dengan 3,50 dengan kategori minimal baik (30 siswa kategori baik dan 2 sangat baik). Dengan demikian perkembangan PKn siswa secara individu pada siklus II mencapai
minimal
90%
siswa
berkategori minimal baik, sehingga dapat
disimpulkan
bahwa
pada
penelitian tindakan kelas siklus kedua hasil belajar siswa meningkat sangat signifikan.
sudah
proses
mengarah
kerjasama
ke
dalam
melaksanakannya, (c) Siswa mulai mampu mempersentasikan hasil kerja dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari data observasi terhadap minat siswa meningkat dari 71 % pada siklus pertama menjadi 74,70% pada siklus kedua. 2) Meningkatkan minat peserta didik dalam proses didukung oleh meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana
pembelajaran
metode
simulasi. Guru intensif membimbing peserta
didik
dalam
mengalami
kesulitan dalam proses pembelajaran. Hal
ini
dapat
dilihat
dari
hasil
observasi aktivitas guru dalam proses pembelajaran meningkat dari dari skor 13 atau 65 % menjadi skor 18 atau
skor idealnya
data bahwa minat siswa mengalami
adalah 20 atau 100%. 3) Meningkatnya
kenaikan setelah diadakan PTK pada
hasil tes formatif
siklus I persentase keaktifan siswa
90,00 % sedangkan
siswa dalam terhadap
adalah 71% setelah diadakan PTK
kemampuan peserta didik menguasai
pada siklus II menjadi 74,88%. 3)
materi pembelajaran Hal ini dapat
Setelah diadakan penelitian tindakan
dilihat
evaluasi.
kelas (PTK) dengan menggunakan
Meningkatnya rata-rata nilai ulangan
model pembelajaran simulasi pada
harian dari 69,2 (siklus I) sebelum
siklus I persentase keaktifan siswa
menggunakan pembelajaran metode
adalah 71 % pada siklus II menjadi
simulasi menjadi 77 (siklus II) setelah
79%.
melaksanakan
evaluasi
dari
hasil
menggunakan pembelajaran metode simulasi.
Diperlukan waktu yang cukup dan kreativitas yang tinggi untuk menciptakan metode interaktif yang memuat bahan ajar yang dituntut dan
SIMPULAN DAN SARAN Penelitian
tindakan
kelas
sesuai dengan konsep yang akan
tentang penggunaan metode simulasi
diajarkan.
dalam
pembelajaran menggunakan metode
meningkatkan
pemahaman
Dalam
kegiatan
siswa pada materi melakukan mekanik
simulasi
dasar. Telah dilaksanakan dalam 2
pembelajaran pada umumnya perlu
siklus
berdiskusi
kegiatan
menghasilkan
maupun
dan
kegiatan
membantu
kesimpulan sebagai berikut: 1) Hasil
mempersiapkan terutama pada saat
ulangan harian setelah menggunakan
mengoperasikan
pembelajaran
buku-buku pedoman dan buku yang
metode
simulasi
mengalami peningkatan yang sangat signifikan sebelumnya
yakni hanya
71
sedangkan 60,88.
2)
Pelaksanaan tindakan kelas diperoleh
perangkat,
relevan lainnya dan sebagainya.
seperti
Mulyasa. (2009) Praktik Penelitian
DAFTAR PUSTAKA Arikunto,
Suharsimi
dkk,
(2006).
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi.
Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
UPAYA MENINGKATKAN PENGETAHUAN SISWA TERHADAP ORGANISASI DI LINGKUNGAN SEKOLAH DALAM MATA PELAJARAN PPKn PADA SISWA KELAS V SDN 7 SINTANG DENGAN METODE SIMULASI Sukanto SD Negeri 7 Sintang
[email protected] Abstract: Every school has a student organization in its environment. The functions and tasks of the organization in the school environment, such as creating a smooth and sustainability situstion in the school during the learning process. Besides, it also be medium for students who has a special talents and interests to develop their talents. Therefore the benefits and importance of the organization should be familiar to the students. But there also some students who don’t care to the organization. It caused by the lack of the of their knowledge about the details of the student organization. So that, the right approach is needed in order to make the students know, get involved, and take advantage of the organization in the school environment. By using the simulation methods, this study proves that the knowledge and interests of students to the students organization in the school environment increased. The conclusion were made after conducted a research and the class action research which was conducted in two consecutive cycles. Keywords: Organization, School Environment, Simulation Method Abstrak: Setiap sekolah memiliki organisasi siswa di dalam lingkungannya. Fungsi dan tugas organisasi di lingkungan sekolah antara lain membantu kelancaran dan keberlangsungan sekolah dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Organisasi di lingkungan sekolah juga menjadi ajang menyalurkan bakat dan minat khusus yang dimiliki siswa. Oleh karena manfaat dan posisi pentingnya, organisasi tersebut semestinya dikenal dengan baik oleh siswa. Namun masih pula didapati siswa yang acuh dengan organisasi di sekolah. Hal ini tidak terlepas dari ketidaktahuan mereka tentang seluk beluk organisasi siswa tersebut. Oleh karenanya diperlukan pendekatan yang tepat agar siswa mengenal, terlibat, dan memanfaatkan organisasi di lingkungan sekolah. Dengan menggunakan metode simulasi, penelitian ini membuktikan bahwa pengetahuan dan minat siswa terhadap organisasi siswa di lingkungan sekolah meningkat. Kesimpulan tersebut didapat setelah peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dalam dua siklus berturut-turut. Kata Kunci: Organisasi, Lingkungan Sekolah, Metode Simulasi
siswa sekolah, guru, dan karyawan
PENDAHULUAN Organisasi
di
lingkungan
sekolah
tersebut.
Tujuan
koperasi
sekolah meliputi antara lain; Koperasi
sekolah adalah untuk meningkatkan
Sekolah, Usaha Kesehatan Sekolah
kesejahteraan
(UKS), Komite Sekolah, Pramuka.
seluruh warga sekolah.
Organisasi
di
lingkungan
Usaha
sekolah
anggotanya,
Kesehatan
yaitu
Sekolah
berdiri di bawah naungan sekolah.
(UKS) didirikan untuk menangani
Kepengurusan
masalah kesehatan. Kegiatan UKS
organisasi
di
lingkungan sekolah di angkat/ditunjuk
misalnya
oleh pihak sekolah. Fungsi dan tugas
(Pertolongan
organisasi
sekolah
Kecelakaan). Jadi, di UKS disediakan
antara lain membantu kelancaran dan
beberapa jenis obat. UKS juga dapat
keberlangsungan
dalam
digunakan oleh warga sekolah untuk
melaksanakan proses belajar mengajar.
beristirahat sementara ketika sakit.
di
lingkungan
sekolah
memberikan
PPPK
Pertama
Pada
bertujuan
Lalu apa tugas dari para petugas UKS?
kesejahteraan
Petugas UKS memiliki tugas sebagai
anggota. Koperasi sekolah anggotanya
berikut: 1) Menyiapkan dan merapikan
terdiri dari semua siswa, guru, dan
sprei, taplak, sarung bantal, obat-
karyawan sekolah.Koperasi sekolah
obatan,
didirikan untuk memenuhi kebutuhan-
lainnya secara rapi. 2) Membantu
kebutuhan
Apa
teman yang sakit dan memerlukan
di
pertolongan pertama. 3) Wajib segera
koperasi sekolahmu?Biasanya koperasi
melapor kepada guru piket apabila ada
sekolah menyediakan alat-alat tulis
siswa yang sakit dan harus dirawat
(buku,
dokter atau dibawa ke rumah sakit.
Koperasi untuk
sekolah
meningkatkan
anggota
sajabarang-barang
sekolah. yang
ada
bolpen,
pensil,
penggaris),
seragamsekolah,
dan
lain-lain.
dan
Gugus
peralatan
kesehatan
depan
pramuka
merupakan
kegiatan
Koperasi sekolah biasanya dikelola
biasanya
oleh
Anggota
ekstrakurikuler. Gugus depan biasanya
koperasi sekolah terdiri dari semua
didirikan berdasarkan Ketua Kwartir
guru,
dan
murid.
Cabang Gerakan Pramuka. Gugus
putra (Yanda), Pembina siaga putri
depan dalam kelompok terdiri dari
(Bunda), Pembina penggalang putra
kelompok putra dan putri. Pembina
dan putri (kakak).
gugus depan terdiri dari Pembina siaga Komite
sekolah
merupakan
organisasi
yang
didirikan
rangka
meningkatkan
dalam mutu
pendidikan. Biasanya pengurus komite
inspirasi Setiap
dalam
organisasi
OSIS.
anggota
organisasi
tentu
mempunyai hak dan kewajiban yang harus dipatuhi, begitu juga OSIS. PMR
sekolah terdiri dari tokoh masyarakat,
yang
merupakan
tokoh pendidikan, tokoh agama, dan
kependekan dari Palang Merah Remaja
tokoh-tokoh lainnya yang peduli pada
dibentuk
untuk
pendidikan.
pertolongan
pertama
memberikan pada
korban
dari
kecelakaan maupun bencana. PMR
Organisasi Siswa Intra Sekolah yaitu
bergerak dalam bidang kemanusiaan.
suatu organisasi di tingkat sekolah di
Anggota PMR terdiri dari para remaja
Indonesia, yang dimulai dari sekolah
usia sekolah. Seperti halnya UKS,
menengah. OSIS diurus dan dikelola
Palang Merah Remaja (PMR) juga
oleh murid-murid yang terpilih untuk
dibentuk untuk menangani berbagai
menjadi pengurus OSIS. Biasanya
masalah
organisasi
seorang
sekolah. Kegiatan PMR difokuskan
pembimbing yaitu guru yang dipilih
pada penanganan kesehatan siswa.
oleh pihak sekolah. OSIS adalah
Siswa
organisasi sah yang merupakan bagian
dalam kegiatan pertolongan pertama
dalam
pada
OSIS
kependekan
ini
sekolah,
memiliki
serta
menampung
kegiatankegiatan
kokurikuler
ekstra
yang
kurikuler
dan
menunjang
kurikulum sekolah. Hal ini berarti siswa sebagai kader penerus cita-cita perjuangan
bangsa
dan
sumber
kesehatan
dilibatkan
kecelakaan
yang
secara
ada
di
langsung
(P3K).
Dengan
demikian, apabila ada siswa yang jatuh sakit
atau
mendapat
kecelakaan,
petugas PMR bisa cepat membantu. Klub organisasi
olahraga olahraga
merupakan
yang
ada
di
sekolah.
Klub
olahraga
banyak
bergabung dalam klub olahraga ini
macamnya. Ada klub basket, klub bola
membentuk
tim,
berlatih,
dan
volley, klub futsal, klub catur, klub
bertanding dengan membawa nama
atletik, klub bulu tangkis, klub tenis
sekolah.
meja, dan sebagainya. Siswa yang Berbagai macam organisasi di lingkungan sekolah tersebut terkadang
cooperative learning
dengan media
gambar sebagai alat peraga. Slavin (2005, dalam Zubaidah,
belum benar-benar dipahami oleh siswa. Oleh karena itu perlu dilakukan
dkk. 2013) menyatakan bahwa dalam
penelitian tentang hal tersebut.
belajar Cooperatif learning siswa
Berdasarkan pengamatan
pengalaman
peneliti
sebagai
dan guru
selama mengajar mata pelajaran PPKn di V SDN 7 Sintang tahun pelajaran 2014/2015,
menunjukkan
hal-hal
sebagai berikut: (1) bahwa aktifitas siswa
dalam
proses
pembelajaran
PPKn masih terbatas, (2), bahwa interaksi antar siswa kurang hidup, (3) keberanian
siswa
menyampaikan
untuk
pendapat
maupun
menjawab pertanyaan dari guru sangat kurang, dan (4) bahwa hasil belajar mata pelajaran PPKn masih rendah. Hal di atas harus cepat diatasi. Untuk mengatasi tersebut, penerapan
permasalahan maka
peneliti
metode
di
kelas
memilih
pembelajaran
belajar bersama, saling menyumbang pemikiran dan bertanggung jawab terhadap
pencapaian
hasil
belajar
secara indnvidu maupun kelompok. Sistem
pembelajaran
learning
cooperative
merupakan
pengajaran
yang
sistem
memberikan
kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam
tugas-tugas
Pembelajaran
terstruktur.
cooperative
learning
dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar melalui cooperative
learning
lebih
dari
sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok
karena
Cooperatif
learning
dalam
belajar
ada
struktur
dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan
terjadinya interaksi secara terbuka dan
mempermudah
hubungan yang bersifat interdepensi
Kelas V SDN 7 Sintangterhadap
efektif diantara anggota kelompok
materi
(Sugandi, 2002 dalam Karlina, 2013).
sekolah pada mata pelajaran PPKn?
Hubungan
Apa
kerja
memungkinkan
seperti
timbulnya
ini
persepsi
pengetahuan
organisasi
saja
di
manfaat
siswa
lingkungan
dari
cooperative learning
metode
dalam upaya
yang positif tentang apa yang dapat
mempermudah
dilakukan
Kelas V SDN 7 Sintangterhadap
siswa
keberhasilan
untuk
belajar
mencapai berdasarkan
terhadap
materi
kemampuan dirinya secara indVidu
lingkungan
dan andil dari anggota kelompok lain
PPKn ?
selama
belajar
bersama
pengetahuan
siswa
organisasi
di
dalam mata pelajaran
Pada pembelajaran ini peneliti
dalam
memilih Standar Kompetensi (KD)
kelompok. Berdasarkan uraian pada latar
1.2. “Menyebutkan contoh organisasi
belakang di atas maka rumusan
di lingkungan sekolah”. Tujuan yang
masalah yang akan dijelaskan dalam
akan dicapai dalam pembelajaran ini
penelitian ini adalah “Bagaimana
sebagai
penggunaan
pembelajaran
model
pembelajaran
berikut.
(1)
Melalui
cooperative
learning
Cooperatif learning organisasi di
siswa
lingkungan sekolah
mempetakan ciri–ciri organisasi di
dalam mata
yang
menyusun
dan
lingkungan sekolah dan masyarakat(2)
pelajaran PPKn” Adapun
dapat
rumusan
masalah
Melalui
yaitu
:
learning struktur
pembelajaran
cooperative
siswa dapat menyebutkan
akan
dijelaskan,
Sejauhmana
pengaruh
model
cooperative
learning
sekolah dan masyarakat. (3) Setelah
terhadap prestasi siswa Kelas V SDN
mempelajari struktur organisasi di
7 Sintangdalam mata pelajaran PPKn?
lingkungan sekolah dan masyarakat,
Bagaimana
metode
siswa diharapkan dapat menghormati
dalam upaya
organisasi di lingkungan sekolah dan
pendekatan
cara
cooperative learning
kerja
organisasi
di
lingkungan
masyarakat di Indonesia, khususnya
dalam kehidupan nyata.
kelembagaan yang ada di sekolah
bulan, yaitu bulan Januari sampai
METODE PENELITIAN Penelitian “Penelitian
ini merupakan
Tindakan”
bulan Mei 2015.
yang
Penelitian ini dilaksanakan di
dilaksanakan dalam proses kegiatan
Kelas V SDN 7 Sintang. Sekolah
belajar mengajar. Oleh karena itu,
tersebut
metode
penelitian
yang
digunakan
adalah
dipilih
sebagai
tempat
untuk
efisiensi
karena
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
waktu, tenaga, dan biaya dimana
Action Research) dan peneliti sebagai
sekolah tersebut merupakan tempat
pelaku tindakan. Penelitian tindakan
peneliti sehari-hari bertugas sebagai
kelas adalah penelitian tindakan yang
guru PPKn.
dilakukan dengan tujuan memperbaiki
Subjek penelitian ini adalah
mutu praktik pembelajaran di kelas,
siswa Kelas V SDN 7 Sintang tahun
yang berfokus pada pembelajaran di
pelajaran
kelas dan mengenai hal-hal yang
siswa terdiri dari 9 siswa laki-laki dan
terjadi di kelas. Mulyasa (2009: 11)
12 siswa perempuan serta guru PPKn
menjelaskan yang dimaksud dengan
KELAS V yang sekaligus sebagai
PTK adalah “suatu upaya untuk
peneliti. Kondisi siswa kelas ini secara
mencermati
belajar
akedemik memiliki kemampuan baik,
sekelompok peserta didik dengan
akan tetapi masih memiliki kelemahan
memberikan
sebuah
tindakan
antara lain keberanian mengemukakan
(treatment)
yang
sengaja
pendapat atau berkomunikasi, bekerja
kegiataan
dimunculkan”.
2014/2015
sebanyak
21
sama dan kemampuan lainnya masih
Penelitian
tindakan
kelas
dianggap
kurang
berkembang
(PTK) ini dilaksanakan pada pelajaran
dibandingkan dengan kelas lainnya
PPKn
dalam proses pembelajaran PPKn.
tahun
pelajaran
2014/2015
semester genap selama kurang lebih 5
Teknik pengumpul data dalam
Angket yang digunakan berupa angket
penelitian ini adalah teknik non tes
tertutup dengan alternatif pilihan SS =
berupa
sangat setuju, S = setuju, KS = kurang
observasi,
dokumentasi.
angket,
Observasi
dan
dilakukan
setuju dan TS = tidak setuju.
secara perorangan maupun kelompok
Data yang telah diperoleh dari
untuk mengetahui dan mengamati
lembar observasi pada setiap kegiatan
perkembangan
PPKn
observasi dari setiap siklus dan isian
siswa dalam proses pembelajaran yang
angket dianalisis secara deskriptif
meliputi
dengan
aspek
kemampuan
komunikasi,
kerja
menggunakan
sama, percaya diri, dan empati dalam
persentase
melakukan
kecenderungan yang terjadi selama
aktVitas
pada
proses
pembelajaran PPKn. Instrumen yang digunakan selama pengamatan adalah
untuk
teknik melihat
proses pembelajaran. Skor untuk setiap siswa
lembar observasi. Skor yang diberikan
maupun kelompok diolah dengan
pada lembar observasi menggunakan
mencari rata-rata skor untuk masing-
skala 1 – 5.
masing aspek yang meliputi untuk
komunikasi, kerjasama, percaya diri,
menjaring pendapat atau tanggapan
dan empati dalam setiap siklus. Skor
siswa tentang lambang negara melalui
rata-rata ini kemudian dikonsultasikan
Angket
metode learning
digunakan
pembelajaran
cooperative
pada pembelajaran PPKn.
dengan kriteria sebagai berikut.
No
Tabel 1 Kriteria Skor Kemampuan PPKn dalam Proses Pembelajaran PPKn Skor Rata-rata Persentase Kategori
1
1,00 ≤ X < 2,00
X < 40
tidak baik
2
2,00 ≤ X < 2,67
40 ≤ X < 53,4
kurang baik
3
2,67 ≤ X < 3,33
53,4 ≤ X < 66,6
cukup baik
4
3,33 ≤ X < 4,00
66,6 ≤ X < 80
baik
5
4,00 ≤ X ≤ 5,00
80 ≤ X ≤ 100
sangat baik
Apabila jumlah siswa secara
triangulasi, yaitu pemeriksaan
data
kelompok maupun indVidu belum
menggunakan sumber data, metode,
mencapai minimal 85% kategori
dan teori. Indikator keberhasilan dalam
minimal baik, maka penelitian tindakan dilanjutkan pada siklus
penelitian ini adalah apabila guru
berikutnya. Tindakan yang dipilih
dapat melaksakanakan pembelajaran
pada siklus ini direncanakan
dengan
berdasarkan hasil refleksi tindakan
meningkatnya
pada siklus sebelumnya.
kemampuan
Validitas
data
dimaksudkan
baik
diikuti
dengan
perkembangan PPKn
minimal
85%
jumlah siswa secara kelompok maupun
sebagai pembuktian bahwa data yang
indVidu
diperoleh
dengan
pada keempat aspek yaitu komunikasi,
kenyataan yang benar-benar terjadi di
kerja sama, percaya diri, dan rasa
lapangan dan sesungguhnya. Dalam
empati
penelitian ini penelitian menggunakan
pembelajaran PPKn.
peneliti
sesuai
minimal berkategori
siswa
dalam
baik
proses
siklus-siklus
HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum penelitian
dilaksanakan
tindakan
kelas
(PTK),
pembelajaran
dilakukan.
Dalam
yang
pembelajaran
metode cooperative learning
yang
motVasi siswa dalam pembelajaran
dilakukan dalam dua kali pertemuan
materi
lingkungan
setiap siklus sebagai berikut: Tim
sekolah dan masyarakat sangat rendah.
peneliti melakukan analisis kurikulum
Dari observasi yang
telah peneliti
untuk mengetahui kompetensi dasar
lakukan terhadap aktifitas siswa ketika
yang akan disampaikan kepada siswa
proses
pembelajaran berlangsung,
dalam pembelajaran, membuat rencana
siswa yang berperan secara aktif dalam
pembelajaran dengan mengacu pada
proses pembelajaran itu baik dalam
tindakan yang diterapkan dalam PTK,
bentuk interaksi antar siswa maupun
menentukan kompetensi dasar yang
siswa dengan pengajar, ternyata dari
akan diajarkan yaitu siswa mampu
seluruh siswa Kelas V SDN 7 Sintang
menceritakan lembaga pemerintahan
yang berjumlah 19 orang, hanya 7
desa dan kecamatan, membuat lembar
orang siswa atau 40% saja yang aktif,
kerja siswa (LKS), menyiapkan lembar
sedangkan 14 orang siswa atau 60%
pengamatan,
lainnya tidak aktif.
daftar nama serta absensi siswa ,
organisasi
di
lembar
evaluasi
dan
kelas
menyiapkan sumber belajar seperti
yang telah dilakukan pada siklus I
buku-buku teks dan kertas karton
hingga siklus II dari pertengahan bulan
untuk
Januari hingga awal akhir bulan Mei
cooperative learning .
Penelitian
tindakan
media
yang
bertindak
sebagai
mengacu
pada
skenario
observer dan berfungsi sebagai teman
pembelajaran metode
diskusi dalam tahap refleksi.
learning
Adapun Penelitian
deskripsi
Tindakan
Kelas
hasil (PTK)
dapat peneliti uraikan dalam tahapan
pembelajaran
Peneliti menerapkan tindakan
2015, dibantu oleh seorang guru rekan sejawat
model
cooperative
dan LKS. Prosedur atau
langkah-langkah cooperative learning berikut:
model
pembelajaran adalah sebagai
1) Memilih
tema
yang
menarik
untuk
disampaikan.
Menyebutkan
butir
cukup
memungkinkan hingga waktu yang ditentukan habis. Pada
Pancasila
yang sudah tersedia di dalam
tindakan
kompetensi
dengan
dasar
dengan
pelaksanaan
siklus 1 belum rencana
beberapa
menggunakan media gambar.
awal
sesuai
masih
terdapat
kekurangan
dalam
dan
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
jenis magnet pada peserta didik
terutama dalam penggunaan strategi
menjelaskan
kunci
metode cooperative learning sehingga
pokok
interaksi antara guru – siswa, siswa –
yang diangkat. Meminta peserta
siswa agak terganggu meskipun telah
didik untuk mendengarkan guru
melaksanakan
mengenai
Pelaksanaan tindakan kelas siklus 1
2) Memperkenalkan
atau
bentuk
poin-poin
masalah-masalah
materi
melakukan
dengan
optimal.
suasana kelas kurang tertib.
mekanik dasar.
Berdasarkan hasil observasi
3) Ketika pembelajaran berjalan, tempat
yang telah dilakukan dalam siklus 1
poin-poin
kegiatan pelaksanaan tindakan kelas
tertentu, memunculkan beberapa
diperoleh data bahwa minat siswa
pertanyaan atau berilah contoh-
dalam
contoh, meminta peserta didik
lingkungan sekolah dan masyarakat
untuk
mengalami
hentikan untuk
dibeberapa menekan
menjelaskan
poin-poin
memahami
organisasi
kenaikan,
penelitian
pada peserta didik membuat
prosentase minat siswa adalah 40%.
poin tersebut tentang lembaga pemerintahan
desa
dan
kecamatan. 4) Melanjutkan proses itu selama masih
ada
waktunya
kelas
sebelum
yang telah ditentukan, meminta
beberapa pertanyaan pada poin-
tindakan
di
(PTK)
Hasil observasi aktivitas guru dalam proses pembelajaran pada siklus I masih tergolong rendah dengan perolehan
skor
6
atau
59,3
%
sedangkan skor idealnya adalah 20
atau 100 %. Hal ini terjadi karena guru
belajar pada organisasi di lingkungan
lebih banyak membaca sendiri dan
sekolahmengalami kenaikan, sebelum
kurang
penelitian
memberikan
kesempatan
tindakan
kelas
(PTK)
kepada peserta didik untuk secara
prosentase ketuntasan belajar adalah
kooperatif (cooperative learning ).
hanya
Berdasarkan
hasil
observasi
yang telah dilakukan dalam siklus 1 kegiatan pelaksanaan tindakan kelas diperoleh
data
bahwa
ketuntasan
40
%.
Hasil
observasi
ketuntasan belajar peserta didik dalam poses
pembelajaran
Siklus I
setelah
PTK
dapat lihat pada tabel 8
sebagai berikut:
Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I No. Uraian Hasil Siklus I 1
Nilai rata-rata tes formatif
67,21
2
Jumlah siswa yang tuntas belajar
7
3
Persentase ketuntasan belajar
63,15
Dari tabel di atas dapat dijelaskan
63,15% lebih kecil dari persentase
bahwa dengan menerapkan metode
ketuntasan yang dikehendaki yaitu
pembelajaran
learning
sebesar 100%. Hal ini disebabkan
prestasi
karena siswa masih merasa baru dan
diperoleh belajar
cooperatif
nilai
siswa
rata-rata adalah
67,21
dan
belum
mengerti
apa
yang
ketuntasan belajar mencapai 63,15%
dimaksudkan dan digunakan guru
atau ada 7 siswa dari 21 siswa sudah
dengan
tuntas
pembelajaran
belajar.
menunjukkan
Hasil
bahwa
pada
tersebut siklus
menerapkan metode
metode cooperative
learning .
pertama secara klasikal siswa belum
Dari 21 peserta didik, sebanyak
tuntas belajar, karena siswa yang
7
siswa
memperoleh nilai > 65 hanya sebesar
mengetahui
dapat
memahami
model
dan
cooperative
learning . Pengetahuan peserta didik
merasa senang dan antusias untuk
dapat dilihat dari pertanyaan yang
belajar. Hal ini bisa dilihat dari hasil
diberikan setelah peserta didik selesai
observasi terhadap minat siswa dalam
membaca
dapat
proses pembelajaran hanya mencapai
diketahui bahwa tingkat pengetahuan
68,45%. 2) Sebagian siswa belum
siswa kelas V terhadap pelajaran PPKn
terbiasa dengan kondisi belajar dengan
organisasi
menggunakan pembelajaran metode
teks.
di
Hasilnya,
lingkungan
sekolah
masih rendah, dari 21 peserta yang
cooperative learning
mampu memahami materi hanya 7
senang dan antusias untuk belajar. Hal
peserta didik (36,8 %), sedangkan 14
ini bisa dilihat dari observasi terhadap
peserta
aktVitas
didik
(63,15
%)
belum
siswa
mereka merasa
dalam
proses
pembelajaran hanya mencapai rata-rata
memahami didik
67,21%. 3) Hasil evaluasi siklus I
terhadap materi pelajaran pun, masih
mencapai 67,21 %. 4) Masih ada siswa
tergolong kurang dari skor ideal 100
yang belum bisa menyelesaikan tugas
skor perolehan rata-ratanya hanya
dengan waktu yang ditentukan. Hal ini
mencapai
telah
karena siswa tersebut kurang serius
mengalami kenaikan dari sebelum
dalam belajar. 5) Masih ada siswa
dilaksanakan PTK dimana hasil pre
yang
test yang rata-ratanya hanya 64,45
organisasi di lingkungan sekolah.
Penguasaan
67,21.
peserta
Namun
kurang
Adapun
berdasarkan
keberhasilan
dan
materi
Perencanaan siklus kedua
mengalami kenaikan menjadi 67,21 pada post test siklus I.
memahami
pertama,
replaning
siklus
sebagai
berikut:
kegagalan yang terjadi pada siklus I
Memberikan motivasi kepada siswa
sebagai
belum
agar lebih aktif dalam pembelajaran
suasana
, lebih intensif membimbing siswa
terbiasa
berikut:
1)
Guru
menciptakan
pembelajaran yang mengarah kepada
yang
mengalami
kesulitan,
pendekatan pembelajaran kooperatif
memberikan
metode cooperative learning mereka
penghargaan (reward), membuat
pengakuan
atau
perangkat pembelajaran kooperatif
jawab atau diskusi antara sesama
tipe metode cooperative learning
siswa. 2) Sebagian peserta didik
yang lebih mudah difahami oleh
termotivasi untuk bertanya dan
peserta
menanggapi suatu presentasi dari
didik,
memfasilitasi
guru. 3) Suasana pembelajaran yang
kegiatan eksperimen. Peneliti masih menerapkan tindakan
yang
pada
mulai tercipta. 4) Siswa lebih
pemeblajaran
antusias mengikuti proses belajar
mengacu
scenario
model
metode
cooperative
learning
dengan prosedur atau langkah
efektif dan menyenangkan sudah
mengajar di kelas. Berdasarkan
langkah-
pembelajaran yang telah
observasi
hasil
yang telah dilakukan
ditentukan dalam pelaksanaan pada
dalam
siklus 1. Dengan keadaan sebagai
pelaksanaan
berikut: 1) Suasana pembelajaran
diperoleh data bahwa minat siswa
sudah
kepada
dalam memahami organisasi di
pembelajaran metode cooperative
lingkungan sekolah dan masyarakat
learning . Tugas yang diberikan
dalam pelajaran PPKn mengalami
guru
kenaikan.
mengarah
kepada
menggunakan akademik dengan
siswa
menunjukkan
tindakan
Setelah
kegiatan kelas
diadakan
penelitian tindakan kelas (PTK)
dikerjakan
pada siklus I persentase keaktifan
siswa
siswa adalah 68,45 % setelah
membantu
diadakan penelitian tindakan kelas
Setiap saling
II
kerja
lembar
maupun baik.
dengan
siklus
untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya
(PTK) siklus II menjadi 100 %.
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II No.
Uraian
Hasil Siklus II
1
Nilai rata-rata tes formatif
72,31
2
Jumlah siswa yang tuntas belajar 21
3
Persentase ketuntasan belajar
100
Hasil observasi aktivitas guru dalam proses pembelajaran pada siklus II mendapat skor 20 atau 100,00 % sedangkan skor idealnya adalah 20 atau 100%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan yang sangat signifikan. Penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran pun ,menunjukkan peningkatan dari skor ideal 100 dengan rata-rata 67,21 mengalami kenaikan menjadi 72,31. Hasil ulangan harian setelah menggunakan pembelajaran kooperatif juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan yakni 72,31 sedangkan sebelumnya hanya 64,45. Adapun data hasil penilaian pada siklus II adalah sebagai berikut: Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus kedua ini adalah sebagai berikut: 1) Minat peserta didik dalam proses
dilihat dari data observasi terhadap
pembelajaran sudah mengarah ke
minat siswa meningkat dari 71,22
pembelajaran metode cooperative
% pada siklus pertama menjadi
learning . Hal ini tergambar dalam;
100% pada siklus kedua.
(a) Siswa mampu membangun
2) Meningkatkan minat peserta didik
kerjasama dalam memahami tugas
dalam
proses
didukung
oleh
yang diberikan oleh guru, (b)
meningkatnya aktVitas guru dalam
Siswa mulai berpartisipasi dalam
mempertahankan
kegiatan dan tepat waktu dalam
meningkatkan
melaksanakannya, (c) Siswa mulai
pembelajaran metode cooperative
mampu mempersentasikan hasil
learning (membaca keras). Guru
kerja dengan baik. Hal ini dapat
intensif membimbing peserta didik
dan suasana
dalam mengalami kesulitan dalam
peserta didik menguasai materi
proses pembelajaran. Hal ini dapat
pembelajaran Hal ini dapat dilihat
dilihat dari hasil observasi aktVitas
dari hasil evaluasi. Meningkatnya
guru dalam proses pembelajaran
rata-rata nilai ulangan harian dari
meningkat dari dari skor 13 atau 65
67,21 (ulangan harian Siklus I)
% menjadi skor 18 atau 90,00 %
sebelum
sedangkan skor idealnya adalah 20
pembelajaran metode cooperative
atau 100%.
learning menjadi 72,31 (ulangan
3) Meningkatnya hasil tes formatif siswa
dalam
evaluasi
melaksanakan
terhadap
kemampuan
harian
menggunakan
Siklus
II)
menggunakan
setelah
pembelajaran
metode cooperative learning .
KESIMPULAN Penelitian tindakan kelas tentang
penggunaan
metode
cooperative learning
2. Pelaksanaan diperoleh
tindakan
data
bahwa
kelas minat
siswa
mengalami
meningkatkan pengetahuan siswa
setelah
diadakan
pada materi melakukan mekanik
siklus I persentase minat siswa
dasar. Telah dilaksanakan dalam 2
adalah 68,45% setelah diadakan
siklus
PTK pada siklus II menjadi
kegiatan
dalam
menghasilkan
1. Hasil ulangan harian setelah
metode
pembelajaran
cooperative
mengalami
learning
peningkatan
PTK
pada
100%.
kesimpulan sebagai berikut:
menggunakan
kenaikan
yang
3. Setelah
diadakan
penelitian
tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan
model
pembelajaran
cooperative
sangat signifikan yakni 72,31
learning pada siklus I persentase
sedangkan sebelumnya
keaktifan siswa adalah 68,45 %
67,21
hanya
pada siklus II menjadi 100%.
DAFTAR PUSTAKA
Mengajar.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-
Rajawali Press.
Dasar
Evaluasi
Pendidikan.
Sardiman,
2004). MotVasi
Sugiono, (2006). Metode Penelitian Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara. Interaksi
Dan
Belajar
Jakarta:
Alfabeta.
Bandung:
PENINGKATKAN HASIL BELAJAR KELAS VI SDN 39 TANJUNG RIA SEPAUK TERHADAP PERAN INDONESIA DALAM KAWASAN ASEAN DENGAN METODE SIMULASI TAHUN 2016 Maria Yuliwinarti SD Negeri 39 Tanjung Ria
[email protected] Abstract: Objective of this study to discuss the implementation of the learning outcomes of learning by applying the learning model participatory discussion on the material role of Indonesia in the ASEAN region in class VISDN 39 Tanjung Ria is already operating effectively. The method used is classroom action research implemented in two cycles. Based on the results seen in the group that each group has been implementing the learning process Civics well which means they have been carrying out a participatory discussion teaching well too and the ability Civics students in groups can develop properly. This is shown in the second cycle, the average score for the four component groups Civics ranging from 3.00 to 4.50. One group of good category and the group is very good category. More than 70% of students in the group have shown maximum learning results. Keywords: participatory discussion, learning outcomes PKn Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk membahas hasil belajar pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran diskusi partisipatif pada materi peran Indonesia dalam kawasan ASEAN di kelas VISDN 39 Tanjung Ria sudah berjalan dengan efektif. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang dimplementasikan dalam dua siklus. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa secara kelompok setiap kelompok telah melaksanakan proses pembelajaran PKn dengan baik yang berarti mereka telah melaksanakan pembelajaran diskusi partisipatif dengan baik pula dan kemampuan PKn siswa secara kelompok dapat berkembang secara baik. Hal ini ditunjukkan pada siklus II, yakni rata-rata skor kelompok untuk 4 komponen PKn berkisar antara 3,00 sampai 4,50. Satu kelompok berkategori baik dan satu kelompok berkategori sangat baik. Lebih dari 70% siswa secara kelompok sudah menunjukkan hasil belajar yang maksimal. Kata kunci: diskusi partisipatif, hasil belajar PKn PENDAHULUAN Berbicara masalah rendahnya
faktor yang berasal dari luar diri siswa (Usman,
1993:10).
Dalam
proses
hasil belajar siswa, khususnya hasil
belajar mengajar disekolah, model
belajar PKNdapat disebabkan oleh
pembelajaran yang digunakan guru
faktor yang berasal dari siswa dan
merupakan salah satu faktor dari luar
Berdasarkan
diri siswa yang dapat mempengaruhi
belakang,
pembelajaran
cenderung
permasalahan umum dalam penelitian
membuat siswa pasif dalam proses
ini adalah 1) Bagaimana pelaksanaan
belajar
pembelajaran
mengajar,
dapat
membuat
yang
latar
hasil belajar siswa. Penggunaan model yang
maka
uraian
dengan
menjadi
menerapkan
siswa merasa bosan sehingga tidak
model
tertarik lagi dalam mengikuti pelajaran
partisipatif
tersebut, terlebih lagi mata pelajaran
Indonesia dalam kawasan ASEAN di
PKNyang mengharuskan siswa dapat
kelas VISDN 39 Tanjung Ria sudah
melakukan
dalam
berjalan dengan efektif? 2) Bagaimana
seperti:
hasil belajar siswa pada pembelajaran
beberapa
pembelajaran mata
pelajaran
geografi, ekonomi, sejarah, dan PKn. Permasalahan
dalam
proses
belajar mengajar juga terjadi di SDN
pembelajaran pada
diskusi
materi
peran
PKn di Kelas VISDN 39 Tanjung Ria dengan
menerapkan
model
pembelajaran diskusi partisipatif? Menurut Iskandar (2008:158)
39 Tanjung Ria sebagaimana hasil pengamatan peneliti yang sekaligus
hasil
merupakan guru kelas VI SDN 39
diperoleh siswa setelah mengikuti
Tanjung Ria bahwa penguasaan siswa
suatu
terhadap materi peran Indonesia dalam
pelajaran yang berupa data kuantitatif
kawasan
mata
maupun kualitatif. Hasil belajar dapat
pelajaran PKNmasih tergolong rendah
dilihat dari hasil ulangan harian, (tes
yaitu rata-rata nilai ulangan harian
formatif),
siswa kelas VI SDN 39 Tanjung Ria
semester dan ulangan semester. Dalam
56,55. Dengan perolehan rata-rata
penelitian tindakan kelas ini yang
56,55
hasil
dimaksud dengan hasil belajar siswa
belajar siswa pada mata pelajaran PKn
adalah hasil nilai ulangan harian yang
masih tergolong rendah karena masih
diperoleh siswa dalam mata pelajaran
dibawah
Ilmu pengetahuan sosial Terpadu.
65,00.
ASEAN
dalam
menunjukkan
standar
bahwa
ketuntasan
yaitu
belajar
materi
adalah
tertentu
nilai
hasil
dari
ulangan
yang
mata
tengah
Ulangan harian terdiri dari seperangkat
soal yang harus dijawab para peserta
mengumpulkan pendapat, membuat
didik, dan tugas-tugas berstruktur yang
kesimpulan atau menyusun berbagai
berkaitan dengan konsep yang sedang
alternatif
dibahas. Tujuan ulangan harian adalah
masalah. Forum diskusi partisipatif
untuk
program
dapat diikuti oleh seluruh siswa di
bahan
dalam kelas, dapat pula dibentuk
pertimbangan dalam memberikan nilai
kelompok-kelompok kecil. Yang perlu
bagi peserta didik.
diperhatikan adalan hendaknya para
memperbaiki
pembelajaran
serta
Nasution
sebagai
(1995:52)
Hasil
pemecahan
atas
suatu
siswa berpartisipasi secara aktif dalam
belajar adalah sesuatu perubahan yang
setiap
terjadi pada individu yang belajar,
Semakin banyak siswa terlibat dan
perilaku yang membentuk kecakapan,
menyumbangkan
kebiasaan,
semakin banyak pula yang dapat
sikap,
penguasaan
dalam
pengertian, individu
yang
forum
mereka
diskusi
partisipatif.
pikirannnya,
pelajari.
Perlu
belajar. Sedangkan menurut Hadari
diperhatikan
Nawawi
Hasil
campur tangan dan main perintah dari
belajar adalah tingkat keberhasilan
guru, niscaya siswa tidak akan dapat
murid
belajar banyak.
(1985:52),
dalam
bahwa
mempelajari
materi
peranguru.
pula Apabila
pelajaran di sekolah yang menyatakan
Upaya pembentukan organisasi
dalam bentuk skor yang di peroleh dari
kerja sama kawasan telah dibuktikan
hasil tes mengenai sejumlah materi
dengan ditandatanganinya Deklarasi
pelajaran tertentu.
ASEAN
dalam
Metode
diskusi
belajar
adalah
penyajian/
partisipatif suatu
penyampaian
cara bahan
atau
padatanggal
8
Deklarasi Agustus
Bangkok 1967
di
Bangkok oleh wakil perdana menteri merangkap
menteri
luar
negeri
pelajaran dimana guru memberikan
Malaysia dan para menteri luar negeri
kesempatan
para
dari Indonesia, Filipina, Singapura,
siswa/kelompok-kelompok siswa yang
dan Thailand. ASEAN diprakarsai
mengadakan pembicaraan ilmiah guna
oleh 5 menteri luar negeri dari wilayah
kepada
Asia
Tenggara,
yaitu
Indonesia,
satu atau beberapa teknik sekaligus
dan
dalam sebuah penelitian juga dapat
Singapura. Negara yang bergabung ke
dimungkinkan. Satu hal yang perlu
dalam ASEAN sehingga total menjadi
benar-benar dipahami bahwa hasil
10 negara, yaitu: Brunei Darussalam
penelitian antara peneliti satu dengan
tanggal 8 Januari 1984, IVetnam
peneliti
tanggal 28 Juli 1995, Myanmar tanggal
meskipun menggunakan teknik yang
23 Juli 1997,
sama.
Malaysia,
Thailand,
Filipina,
Laos tanggal 23 Juli
“Penelitian
ini
merupakan
Tindakan”
yang
lain
akan
berbeda
Sebagai acuan dalam memilih
1997, Kamboja tanggal 30 April 1999. Penelitian
yang
teknik penelitian mana yang akan digunakan,
Nawawi
(2007:
100)
dilaksanakan dalam proses kegiatan
menyebutkan beberapa teknik yaitu
belajar mengajar di kelas. Oleh karena
“1). Teknik tindakan langsung, 2)
itu, metode yang digunakan adalah
Teknik tindakan tidak langsung, 3)
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Teknik
Action Research) dan peneliti sebagai
Teknik komunikasi tidak langsung, 5)
pelaku tindakan. Penelitian Tindakan
Teknik pengukuran, dan 6) Teknik
Kelas
studi dokumenter”.
(PTK)
adalah
penelitian
Salah
tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki
mutu
praktik
komunikasi
data
yang
langsung,
satu alat digunakan
4).
pengumpul dalam
pembelajaran di kelas, yang berfokus
penelitian tindakan kelas ini adalah
pada
dan
tes. Tes merupakan alat atau teknik
mengenai hal-hal yang terjadi di kelas.
penilaian yang sering digunakan oleh
Pengumpulan data dilakukan
setiap guru. Wina Sanjaya (2006:187)
untuk memperoleh informasi yang
menjelaskan yang dimaksud dengan
dibutuhkan dalam rangka mencapai
tes adalah ”teknik penilaian yang
tujuan penelitian. Dalam membahas
biasa digunakan untuk mengukur
masalah teknik penelitian, terdapat
kemampuan siswa dalam pencapaian
beberapa teknik dan penggunaan salah
suatu
pembelajaran
di
kelas
kompetensi”.
Proses
pelaksanaan tes biasanya dilakukan
pokok pembahasan atau beberapa
setelah berakhirnya pembahasan satu
pokok bahasan dan satu semester. Untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian
ini
dilakukan
menjawab
permasalahan yang terjadi di kelas, peneliti
melakukan
Belajar Mengajar dengan subjek siswa
tindakan
dalam dua siklus pada
kelas VI di SDN 39 Tanjung Ria.
semester
Alasan peneliti memilih penelitian di
langkah sebagai berikut: Pelaksanaan
kelas di SDN 39 Tanjung Ria karena
kegiatan
dari nilai mid semester nilai tertinggi
siklus I dilaksanakan pada tanggal 21
dan
kelas
Januari s/d April 2016 di kelas VI
tersebut. Penelitian ini dilakukan pada
dengan jumlah siswa 27 siswa. Dalam
waktu pembelajaran semester genap
hal ini peneliti bertindak sebagai
dengan
Dasar
guru. Adapun proses belajar mengajar
“Memahami peran Indonesia dalam
mengacu pada rencana pelajaran yang
kawasan ASEAN” .
telah dipersiapkan. Tindakan (tiap
berdasarkan
pelaksanaan
terendah
berada
Kegiatan
pada
Kompetensi
Penelitian ini
genap,
penelitian
dengan
belajar
langkah
mengajar
dilaksanakan dalam waktu 4 bulan
siklus)
yaitu bulan Januari
dengan pelaksanaan proses belajar
sampai dengan
dilaksanakan
untuk
bersamaan
mengajar. Pada akhir proses belajar
akhir April 2016. Penelitian tindakan kelas telah
mengajar siswa diberi tes formatif I
dilakukan pada siklus I hingga siklus II
dengan
dari pertengahan Januari hingga akhir
tingkat keberhasilan siswa dalam
bulan
proses belajar mengajar yang telah
seorang
April 2016, dibantu oleh guru
rekan
sejawat
tujuan
untuk
mengetahui
dilakukan.
(Kolaborator) yang bertindak sebagai
Berdasarkan data pengamatan
observer dan berfungsi sebagai teman
(observasi) setelah diberikan tindakan
diskusi
I
refleksi.
partisipatif
dalam
tahap
pada
siklus
I,
peneliti
dapat
mengungkapkan perubahan-perubahan
yang terjadi pada siswa, diantaranya :
kawasan ASEAN, sedangkan 20 siswa
1) Dengan sharing antar siswa dalam
lainnya
kelompok, siswa dapat berlatih dan
Indonesia dalam kawasan ASEAN
berani mengemukakan idenya dalam
dengan menggunakan media gambar
memahami peran Indonesia dalam
dengan nilai standar KKM.
mampu
Refleksi
kawasan ASEAN. 2) Suasana kelas
memahami
peran
awal
dilaksanakan
melakukan
pengamatan
menjadi hidup dan menyenangkan. 3)
dengan
Dengan bekerjasama dalam kelompok,
pendahuluan
siswa
kesalahan
kondisi awal saat guru melaksanakan
dalam menuangkan ide dan gagasan.
Kegiatan Belajar Mengajar dikelas.
3) Sebagian siswa berani memberi
Hasil analisis refleksi awal digunakan
masukan kepada temannya didalam
untuk menetapkan dan merumuskan
kelompoknya dan diharapkan nantinya
rencana
bisa mengidentifikasi peran Indonesia
strategi awal pembelajaran.
bisa
menemukan
dalam kawasan ASEAN. 4) Pada
untuk
tindakan
Berdasarkan
mengetahui
yaitu
menyusun
hasil
refleksi
umumnya siswa dapat menuangkan ide
pada siklus I diketahui bahwa masih
dalam membahas peran Indonesia
terdapat indikator yang memerlukan
dalam kawasan ASEAN.
perbaikan
padahal
tindakan
yang
Untuk melatih siswa lancar dan
dilakukan sudah sesuai dengan rencana
tepat mendeskripsikan peran Indonesia
tindakan yang disusun. Hal ini berarti
dalam
perlu adanya revisi tindakan I dalam
kawasan
ASEAN,
peneliti
menggunakan media langsung dan
pelaksanaan
diskusi partisipatif dengan siswa lain.
memahami peran Indonesia dalam
Pembelajaran
kawasan ASEAN yaitu: 1) Guru
dampak
ini
dapat
meningkatkan
memberi
kemampuan
menyusun
pembelajaran
dan
materi
mempersiapkan
siswa memahami peran Indonesia
instrument pembelajaran yaitu rencana
dalam kawasan ASEAN. Ternyata dari
pembelajaran dengan menggunakan
27 siswa terdapat7 siswa yang kurang
media gambar. 2) Tahap pendahuluan
memahami peran Indonesia dalam
guru menambah wawasan tentang
kawasan
kelompok atau dengan catatan siswa
ASEAN melalui revisi dari contoh-
yang pandai yang aktif disebar ke 5
contoh yang ditemukan dari hasil
kelompok agar suasana kelas lebih
temuan pada siklus I.
hidup dan kerja kelompok optimal. 3)
peran
Indonesia
dalam
Pelaksanaan siklus II adalah
Dengan berdiskusi partisipatif antara
1) Waktu pada siklus II sama dengan
anggota kelompok, guru menugasi
siklus I yaitu 4 X 35 menit (2 X
kelompok
pertemuan). Kegiatan ini dilaksanakan
peran
pada tanggal 23 April 2016. 2) Guru
ASEAN mata pelajaran PKn. 4)
menjelaskan rencana kegiatan saat itu
Peneliti
yaitu melatih siswa supaya dapat
terhadap siswa yang telah mampu
menceritakan peran Indonesia dalam
mendeskripsikan
kawasan
mata
dalam kawasan ASEAN pada mata
pelajaran PKn. 3) Guru membentuk 5
pelajaran PKn. 5) Siswa beserta guru
kelompok terdiri atas 5-6 anggota
mengadakan refleksi.
PEMBAHASAN
bingung untuk memahami masalah
ASEAN
dalam
Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti dalam kelas belajar kondisi
saat
berlangsungnya
mengajar dan
peran
untuk
mengidentifikasi
Indonesia
dalam
kawasan
memberikan
Indonesia
peran
penilaian
Indonesia
dalam
kawasan
ASEAN.
proses
Pada siklus I siswa sudah mulai
data
tenang, karena sebelumnya terlebih
permasalahan
dahulu diadakan kegiatan berlatih
diperoleh
pembelajaran yang terjadi pada siswa
dengan
kelas VISDN 39 Tanjung Ria yaitu
bergantian dalam kelompoknya. Selain
suasana kelas tidak menggairahkan
itu ada evaluasi awal dari anggota
dan kurang menyenangkan karena
kelompoknya dan saran-saran yang
dicekam dengan tugas yang dirasa
sangat membantu.
membebani siswa. Sebagian siswa tampak tidak berminat karena mereka
sesama
temannya
secara
Pada waktu kegiatan Belajar Mengajar
berlangsung
peneliti
mengamati 5 kelompok. Ternyata ada
dan memberi penilaian serta pendapat
1 kelompok yang sangat aktif jika
terhadap anggota kelompok yang telah
dibandingkan dengan kelompok yang
menjelaskan peran Indonesia dalam
lain. Ada 1 kelompok yang kurang
kawasan ASEAN
aktif. Keaktifan siswa untuk memberi
Hasil akhir berupa penilaian
arahan kepada temannya hanya tampak
kemampuan siswa mendeskripsikan
pada satu kelompok saja.
masalah
Dengan ditemukan beberapa kendala
tersebut
perlu
diadakan
peran
Indonesia
dalam
kawasan ASEAN diperoleh nilai yang melebihi
target
peneliti.
Dengan
pembenahan-pembenahan. Untuk itu
demikian hasil yang diperoleh sudah
perlu dilaksanakan siklus II. Kegiatan
sesuai dengan hipotesis tindakan yang
belajar mengajar pada siklus II sama
diajukan yaitu melalui metode diskusi
halnya
Belajar
partisipatif dengan media langsung
Mengajar pada siklus I, namun masih
serta diskusi partisipatif dengan teman
harus
temuan-
kelompoknya
sehingga
dapat
temuan yang merupakan kendala dari
meningkatkan
pemahaman
siswa
hasil siklus I.
tentang
Indonesia
dalam
dengan
ditambah
Setelah
kegiatan
dengan
diketahui
bahwa
siswa kurang tertarik pada media
peran
kawasan ASEAN. Berdasarkan
data
gambar pada siklus I karena tidak
pengamatan
sesuai
siswa.
pelaksanaan pembelajaran pada siklus
Diupayakan masing-masing kelompok
I, terdapat temuan-temuan sebagai
terdapat siswa yang sangat aktif.
berikut:
Selain
1. Tingkat perkembangan kemampuan
dengan
psikologi
itu
untuk
kemampuan
siswa,
meningkatkan siswa
berlatih
terhadap
hasil proses
masalah peran Indonesia dalam
secara bergantian dengan anggota
kawasan
ASEAN
siswa
secara
kelompoknya untuk membandingkan
kelompok masih belum optimal.
dalam
2. Tingkat perkembangan kemampuan
kawasan ASEAN yang telah dibuatnya
masalah peran Indonesia dalam
masalah
peran
Indonesia
kawasan
ASEAN
siswa
secara
proses pembelajaran pada siklus II ini,
individu terlihat belum sepenuhnya
terdapat
berkembang
berikut:
karena
masih
ada
temuan-temuan 1)
Terdapat
sebagai
peningkatan
sebagian besar siswa yaitu 7 orang
kemampuan siswa terhadap masalah
yang belum tuntas.
peran
Kemampuan siswa terhadap
Indonesia
dalam
kawasan
ASEAN secara individu dalam proses
dalam
pembelajaran dari 65% pada siklus I
kawasan ASEAN secara kelompok
menjadi 73,67% pada siklus II. 2)
pada siklus II dari pertemuan pertama
Hampir semua siswa menunjukkan
sampai
semua
perkembangan kemampuan PKn-nya
menunjukkan
dan hanya 1 orang siswa yang masih
perkembangan dengan 1 kelompok
belum maksimal terutama pada aspek
berkategori
1
komunikasi, kerja sama dan percaya
kelompok lainnya termasuk kategori
diri. 3) Semua kelompok menunjukkan
baik. Dengan demikian pada siklus II
perkembangan kemampuan PKnnya
semua
sudah
dengan kategori baik dan sangat baik
perkembangan
dan kinerja kelompok sangat bagus. 4)
kemampuan siswa terhadap masalah
Aspek empati siswa semuanya sangat
peran
kawasan
bagus, semua siswa mempunyai rasa
ASEAN pada proses pembelajaran
kebersamaan, menghargai orang lain,
PKn.
menghagai pelajaran, mau berbagi dan
masalah
peran
Indonesia
pertemuan
kelompok
ketiga
sudah
sangat
kelompok
baik
(100%)
menunjukkan
Indonesia
dalam
Berdasarkan pengamatan
dan
data
terhadap
hasil
menerima masukan dari teman.
pelaksanaan
Secara individu, sudah lebih
sangat
baik
karena
dari 70% kemampuan PKn siswa
kelompokmampu
berkembang
kemampuan PKnnya.
peningkatan
dan yang
menunjukkan berarti.
kelompok,
semua
menunjukkan
perkembangan
Secara
kelompok yang
100%
mengembangkan
Berdasarkan hasil penelitian, kemampuan
PKn
siswa
yang
diamati pada aspek komunikasi, kerja
sama,
percaya
diri,
dan
empati
sekaligus dibandingkan dengan hasil
menunjukkan peningkatan dari kondisi
pada siklus II, disajikan pada pada
awal, siklus I, dan siklus II. Hasil
Tabel berikut.
observasi tindakan pada siklus
I
Tabel 1. Skor Kemampuan PKn Siswa pada Siklus I dan Siklus II Secara Kelompok Aspek Kelompok Komunikasi Kerjasama Percaya Diri Empati Siklus Siklus Siklus Siklus 1 2 1 2 1 2 1 2 1 4 4 4 4 3 3 4 4 2 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 Rerata 3,50 4,17 3,50 4,00 3,33 3,50 3,67 4,50 Persentase 70 83 70 80 63 70 73 90 Berdasarkan Tabel 7, terlihat bahwa
secara
kelompok
setiap
sudah
menunjukkan
Rata-Rata Siklus 1 2 3,75 3,75 3,75 3,75 3,75 3,75 3,75 3,75
perkembangan
kemampuan PKnnya.
kelompok telah melaksanakan proses pembelajaran PKn dengan baik yang berarti mereka telah melaksanakan
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian
partisipatif
tindakan kelas yang telah dilaksanakan
dengan baik pula dan kemampuan PKn
pada penelitian tindakan kelas di kelas
siswa
VISDN 39 Tanjung Ria ini,
pembelajaran
secara
diskusi
kelompok
dapat
maka
berkembang secara baik. Hal ini
dapat ditarik kesimpulan secara umum
ditunjukkan pada siklus II, yakni rata-
: bahwa dengan menerapkan model
rata skor kelompok untuk 4 komponen
pembelajaran diskusi partisipatif pada
PKn berkisar antara 3,00 sampai 4,50.
pokok bahasan peran Indonesia dalam
Satu kelompok berkategori baik dan
kawasan ASEAN dapat meningkatkan
satu kelompok berkategori sangat baik.
hasil belajar PKn siswa kelas VI.
Lebih dari 70% siswa secara kelompok
Adapun
kesimpulan
secara
lebih
terinci adalah sebagai berikut: 1) Hasil
belajar melalui penggunaan model
VISDN 39 Tanjung Ria, mengalami
pembelajaran
partisipatif
banyak kemajuan. Hal ini terlihat dari
dalam pembelajaran PKn dapat dilihat
perubahan hasil belajar siswa. Dari
dari peningkatan hasil belajar siswa
sebelum
Kelas
tindakan kelas sebesar 56,55%, pada
VISDN
Sebelum
diskusi
39
Tanjung
Ria.
diadakan tindakan kelas,
setelah
pelaksanaan
PTK
siklus
penelitian
I
meningkat
nilai rata-rata ulangan harian sebesar
menjadi 65%’ dan meningkat lagi
56,55 kemudian meningkat menjadi 65
73,67% pada siklus II. 3) Memulai
pada siklus 1, 75.35 pada siklus II. 2)
pembelajaran
Penerapan model pembelajaran diskusi
siswa
partisipatif
pengetahuan,
dalam
kegiatan
diskusi
partisipatif,
membangun menemukan
sendiri langkah-
pembelajaran PKn dirasakan dapat
langkah dalam mencari penyelesaian
meningkatkan partisipasi belajar siswa
dari suatu materi yang harus dikuasai
dalam proses pembelajaran, dimana
siswa, baik secara indivdu maupun
siswa lebih termotivasi untuk berpikir
kelompok.
dalam
pembahasan
masalah
yang
diberikan, serta termotivasi untuk aktif bekerja
sama
dengan
teman
sekelompoknya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. 3) Hasil belajar PKn secara kelompok pada pokok bahasan menguraikan peran Indonesia dalam kawasan ASEAN telah menerapkan model pembelajaran diskusi partisipatif, untuk siswa Kelas
DAFTAR PUSTAKA Iskandar (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Cipzyung: GP Press. Nasution, S. (1995) Dikdakdik AsasAsas Mengajar. Bandung. Nawawi,
Hadari.
(2005).
Metode
Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajahmada group.
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI PADA SDN 20 SP.2 MANIS RAYA TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA DALAM KAWASAN NEGARA ASEAN MELALUI METODE KOOPERATIF STAD
Sapanyana SD Negeri 20 SP. 2 Manis Raya
[email protected] Abstract: Objective of this study discusses efforts to improve learning outcomes in SD Negeri 20 SP. 2 Manis Raya to socio-cultural changes in the ASEAN region through STAD cooperative method. The method used was classroom action research. With the subject of the sixth grade students. Learning outcomes through the use of participatory learning model in teaching civics discussion can be seen from the improvement of student learning outcomes VISDN 20 SP Class 2 SKPH Manis Raya. Prior to the class action, the average value of daily tests of 56.55 and then increased to 65 in cycle 1, 75.35 cycle II. Keywords: learning outcomes, methods of cooperative STAD Abstrak: Tujuan penelitian ini membahas tentang upaya meningkatkan hasil belajar pada SD Negeri 20 SP. 2 Manis Raya terhadap perubahan sosial budaya dalam kawasan Negara ASEAN melalui metode koperatif STAD. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Dengan subjek siswa kelas VI. Hasil belajar melalui penggunaan model pembelajaran diskusi partisipatif dalam pembelajaran PKn dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa Kelas VISDN 20 SP 2 SKPH Manis Raya. Sebelum diadakan tindakan kelas, nilai rata-rata ulangan harian sebesar 56,55 kemudian meningkat menjadi 65 pada siklus 1, 75.35 siklus II. Kata kunci: hasil belajar, metode kooperatif STAD
VISDN 20 SP 2 SKPH Manis Raya
PENDAHULUAN proses
bahwa penguasaan siswa terhadap
belajar mengajar juga terjadi di SDN
materi perubahan sosial budaya dalam
20
kawasan negara asean
Permasalahan
SP
2
SKPH
dalam
Manis
Raya
dalam mata
sebagaimana hasil pengamatan peneliti
pelajaran PKn masih tergolong rendah
yang sekaligus merupakan guru kelas
yaitu rata-rata nilai ulangan harian
siswa kelas VISDN 20 SP 2 SKPH
Metode
diskusi
belajar
adalah
partisipatif
Manis Raya 56,55. Dengan perolehan
dalam
rata-rata 56,55 menunjukkan bahwa
penyajian/
hasil belajar siswa pada mata pelajaran
pelajaran dimana guru memberikan
PKn masih tergolong rendah karena
kesempatan
masih dibawah standar ketuntasan
siswa/kelompok-kelompok siswa yang
yaitu
dalam
mengadakan pembicaraan ilmiah guna
penelitian ini adalah 1) Bagaimana
mengumpulkan pendapat, membuat
pelaksanaan
pembelajaran
kesimpulan atau menyusun berbagai
menerapkan
model
65,00.
Permasalahan
dengan
pembelajaran
alternatif
suatu
penyampaian
kepada
pemecahan
cara bahan
para
atas
suatu
pada
materi
masalah. Forum diskusi partisipatif
budaya
dalam
dapat diikuti oleh seluruh siswa di
kawasan negara asean di kelas VISDN
dalam kelas, dapat pula dibentuk
20 SP 2 SKPH Manis Raya sudah
kelompok-kelompok kecil. Yang perlu
berjalan dengan efektif? 2) Bagaimana
diperhatikan adalan hendaknya para
hasil belajar siswa pada pembelajaran
siswa berpartisipasi secara aktif dalam
PKn di Kelas VISDN 20 SP 2 SKPH
setiap
Manis
Semakin banyak siswa terlibat dan
diskusi
partisipatif
perubahan
sosial
Raya
model
dengan
menerapkan
pembelajaran
diskusi
diskusi
menyumbangkan
partisipatif.
pikirannnya,
semakin banyak pula yang dapat
partisipatif?
hasil
forum
Menurut Iskandar (2008:158)
mereka
belajar
diperhatikan
adalah
hasil
yang
pelajari.
Perlu
peranguru.
pula Apabila
diperoleh siswa setelah mengikuti
campur tangan dan main perintah dari
suatu
guru, niscaya siswa tidak akan dapat
materi
tertentu
dari
mata
pelajaran yang berupa data kuantitatif
belajar banyak.
maupun kualitatif. Hasil belajar dapat
Politik luar negeri Indonesia
dilihat dari hasil ulangan harian, (tes
bersifat bebas aktif. Bebas, artinya
formatif),
bahwa Indonesia tidak akan memihak
nilai
ulangan
semester dan ulangan semester.
tengah
salah satu blok kekuatan-kekuatan
yang ada di dunia ini. Aktif, artinya
dalam ASEAN sehingga total menjadi
Indonesia dalam menjalankan politik
10 negara, yaitu: Brunei Darussalam
luar
ikut
tanggal 8 Januari 1984, IVetnam
masalahmasalah
tanggal 28 Juli 1995, Myanmar tanggal
negerinya
selalu
menyelesaikan internasional.
aktif
Misalnya,
aktif
memperjuangkan dan menghapuskan penjajahan
serta
23 Juli 1997,
Laos tanggal 23 Juli
1997, Kamboja tanggal 30 April 1999.
menciptakan
perdamaian dunia. Berdasarkan politik
METODE PENELITIAN
luar negeri bebas dan aktif, Indonesia
Penelitian
ini
merupakan
mempunyai hak untuk menentukan
“Penelitian
arah, sikap, dan keinginannya sebagai
dilaksanakan dalam proses kegiatan
negara yang merdeka dan berdaulat.
belajar mengajar di kelas. Oleh karena
Oleh karena itu, Indonesia tidak dapat
itu, metode yang digunakan adalah
dipengaruhi kebijakan politik luar
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
negeri negara lain.
Action Research) dan peneliti sebagai
Upaya pembentukan organisasi
Tindakan”
yang
pelaku tindakan. Penelitian Tindakan
kerja sama kawasan telah dibuktikan
Kelas
dengan ditandatanganinya Deklarasi
tindakan
ASEAN
Bangkok
tujuan memperbaiki mutu praktik
1967
di
pembelajaran di kelas, yang berfokus
Bangkok oleh wakil perdana menteri
pada pembelajaran di kelas dan
merangkap
mengenai hal-hal yang terjadi di kelas.
atau
padatanggal
8
Deklarasi Agustus
menteri
luar
negeri
(PTK) yang
penelitian
dilakukan
Mulyasa
dari Indonesia, Filipina, Singapura,
yang dimaksud dengan PTK adalah
dan Thailand. ASEAN diprakarsai
“suatu
oleh 5 menteri luar negeri dari wilayah
kegiataan belajar sekelompok peserta
Asia
didik dengan memberikan sebuah
Malaysia,
yaitu
Thailand,
Indonesia,
Filipina,
dan
Singapura. Negara yang bergabung ke
upaya
11)
dengan
Malaysia dan para menteri luar negeri
Tenggara,
(2009:
adalah
untuk
menjelaskan mencermati
tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan”.
Sumber data adalah subjek
alat, baik berupa alat yang sudah
penelitian dimana data ada. Sumber
tersedia maupun
data dapat berupa benda, manusia,
dibuat untuk keperluan pengumpulan
tempat dan sebagainya. Suharsimi
data.
Arikunto
penelitian
dalam
Teknik analisis data sebagai
(2006: 159) menjelaskan
yang dimaksud dengan sumber data adalah
“subjek
darimana data diperoleh”.
alat khusus yang
berikut: 1) Hasil
belajar
dengan
menganalisis nilai rata-rata ulangan harian
kemudian
dikategorikan
Penelitian ini akan digunakan
dalam klasifikasi: tinggi, sedang dan
teknik tindakan langsung, dan teknik
rendah. 2) Keterampilan siswa dalam
tindakan
menghafal Melakukan mekanik dasar
tidak
komunikasi
langsung,
langsung.
pengumpulan
yaitu
teknik cara
data yang dilakukan
surat-surat
pendek
dengan
menganalisis
tingkat
ketuntasan
dengan mengadakan hubungan secara
belajar
langsung dan tidak langsung atau
kemudian
dengan menggunakan
sedang dan rendah
perantaraan
memberi
ini
dampak
kemampuan
siswa
dikategorikan
tinggi,
dalam kawasan negara asean dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN Pembelajaran
dalam proses pembelajaran
dapat
menggunakan media gambar dengan
meningkatkan
nilai standar KKM.
memahami
Berdasarkan
hasil
dalam
penelitianterjadi peningkatan rata-rata
kawasan negara asean. Ternyata dari
hasil belajar pada materi perubahan
30 siswa terdapat10 siswa yang kurang
sosial budaya jumlah siswa secara
memahami perubahan sosial budaya
indivdu sebesar 9,45% dari nilai pra
dalam
asean,
56,55 siklus ke 65 siklus I. Ini berarti
sedangkan 20 siswa lainnya mampu
kemampuan siswa belum berkembang
memahami perubahan sosial budaya
dengan baik. Kemampuan PKn siswa
perubahan
sosial
kawasan
budaya
negara
secara
individu
pada
proses
tingkat
kemampuan sosial
memahami
pembelajaran PKn meningkat dari
perubahan
budaya
56,55% pada kondisi awal menjadi
kawasan negara asean pada suklus II
65% pada siklus I. Ini berarti tejadi
mengalami
peningkatan sebesar 9,45%. siklus II
demikian dapat ditarik kesimpulan
ternyata hasil yang diperoleh sudah
bahwa
melebihi target peneliti dan sudah
memahami masalah perubahan sosial
dikatagorikan berhasil karena seluruh
budaya dalam kawasan negara asean
siswa sudah mendapatkan nilai diatas
dapat meningkat.
peningkatan.
kemampuan
siswa
dalam
Dengan
dalam
KKM. Dari hasil analisis data tentang
Pada siklus I siswa sudah mulai
kendala
tenang, karena sebelumnya terlebih
pembenahan-pembenahan. Untuk itu
dahulu diadakan kegiatan berlatih
perlu dilaksanakan siklus II. Kegiatan
dengan
belajar mengajar pada siklus II sama
sesama
temannya
secara
tersebut
halnya
itu ada evaluasi awal dari anggota
Mengajar pada siklus I, namun masih
kelompoknya dan saran-saran yang
harus
sangat membantu.
temuan yang merupakan kendala dari
Mengajar
berlangsung
ditambah
kegiatan
diadakan
bergantian dalam kelompoknya. Selain
Pada waktu kegiatan Belajar
dengan
perlu
dengan
Belajar
temuan-
hasil siklus I. Setelah
peneliti
diketahui
bahwa
mengamati 5 kelompok. Ternyata ada
siswa kurang tertarik pada media
1 kelompok yang sangat aktif jika
gambar pada siklus I karena tidak
dibandingkan dengan kelompok yang
sesuai
lain. Ada 1 kelompok yang kurang
Diupayakan masing-masing kelompok
aktif. Keaktifan siswa untuk memberi
terdapat siswa yang sangat aktif.
arahan kepada temannya hanya tampak
Selain
itu
untuk
pada satu kelompok saja.
kemampuan
siswa,
Dengan ditemukan beberapa
dengan
psikologi
siswa.
meningkatkan siswa
berlatih
secara bergantian dengan anggota
kelompoknya untuk membandingkan
dalam kawasan negara asean diperoleh
masalah
budaya
nilai yang melebihi target peneliti.
dalam kawasan negara asean yang
Dengan demikian hasil yang diperoleh
telah dibuatnya dan memberi penilaian
sudah sesuai dengan hipotesis tindakan
serta
yang diajukan yaitu melalui metode
perubahan
pendapat
sosial
terhadap
kelompok
yang
anggota telah
diskusi
partisipatif serta
dengan
diskusi
media
menjelaskanperubahan sosial budaya
langsung
partisipatif
dalam kawasan negara asean
dengan teman kelompoknya sehingga
Hasil akhir berupa penilaian
dapat meningkatkan pemahaman siswa
kemampuan siswa mendeskripsikan
tentang perubahan sosial budaya dalam
masalah
kawasan
perubahan
Berdasarkan pengamatan
sosial
budaya
data
hasil
terhadap
proses
negara
asean.
Kemampuan siswa terhadap masalah
perubahan
sosial
budaya
pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, terdapat temuan-temuan sebagai berikut: 1) Tingkat perkembangan kemampuan masalah perubahan sosial
dalam kawasan negara asean secara kelompok
pada
siklus
II
dari
pertemuan pertama sampai pertemuan
budaya dalam kawasan negara asean siswa secara kelompok masih belum optimal. 2) Tingkat perkembangan kemampuan masalah perubahan sosial
ketiga
semua
kelompok
sudah
menunjukkan perkembangan dengan 1 kelompok berkategori sangat baik dan
budaya dalam kawasan negara asean siswa secara individu terlihat belum sepenuhnya berkembang karena masih ada sebagian besar siswa yaitu 7 orang
1 kelompok lainnya termasuk kategori baik. Dengan demikian pada siklus II semua
kelompok
(100%)
sudah
yang belum tuntas. menunjukkan
perkembangan
kemampuan siswa terhadap masalah
dalam
komunikasi, kerja sama dan percaya
kawasan negara asean pada proses
diri. 3) Semua kelompok menunjukkan
pembelajaran PKn.
perkembangan kemampuan PKnnya
perubahan
sosial
budaya
hasil
dengan kategori baik dan sangat baik
pelaksanaan
dan kinerja kelompok sangat bagus. 3)
proses pembelajaran pada siklus II ini,
Aspek empati siswa semuanya sangat
terdapat
sebagai
bagus, semua siswa mempunyai rasa
peningkatan
kebersamaan, menghargai orang lain,
kemampuan siswa terhadap masalah
menghagai pelajaran, mau berbagi dan
perubahan
menerima masukan dari teman.
Berdasarkan pengamatan
data
terhadap
temuan-temuan
berikut:
1)
Terdapat
sosial
budaya
dalam
kawasan negara asean secara individu
Secara individu, sudah lebih
dalam proses pembelajaran dari 65%
dari 70% kemampuan PKn siswa
pada siklus I menjadi 73,67% pada
berkembang
siklus II. 2) Hampir semua siswa
peningkatan
menunjukkan
kelompok,
semua
kemampuan PKn-nya dan hanya 1
menunjukkan
perkembangan
orang
sangat baik.
siswa
maksimal
perkembangan
yang
masih
belum
terutama
pada
aspek
dan yang
menunjukkan berarti.
Secara
kelompok yang
VISDN 20 SP 2 SKPH Manis Raya KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian
ini, maka dapat ditarik kesimpulan: 1) Hasil
belajar
melalui
pembelajaran
penggunaan
tindakan kelas yang telah dilaksanakan
model
diskusi
pada penelitian tindakan kelas di kelas
partisipatif dalam pembelajaran PKn
menjadi
65%’
dan
dapat dilihat dari peningkatan hasil
meningkat
belajar siswa Kelas VISDN 20 SP 2
meningkat lagi 73,67% pada siklus II.
SKPH Manis Raya. Sebelum diadakan
4)
tindakan kelas, nilai rata-rata ulangan
partisipatif, siswa membangun sendiri
harian
pengetahuan,
sebesar
56,55
kemudian
Memulai
pembelajaran
diskusi
menemukan
langkah-
meningkat menjadi 65 pada siklus 1,
langkah dalam mencari penyelesaian
75.35 siklus II. 2) Penerapan model
dari suatu materi yang harus dikuasai
pembelajaran
siswa, baik secara indivdu maupun
diskusi
partisipatif
dalam kegiatan pembelajaran PKn dirasakan
dapat
kelompok. Berdasarkan kesimpulan yang
meningkatkan
partisipasi belajar siswa dalam proses
telah
pembelajaran, dimana siswa lebih
peneliti memberikan saran sebagai
termotivasi
dalam
kerikut: 1) Dalam kegiatan belajar
pembahasan masalah yang diberikan,
mengajar guru diharapkan menjadi
serta termotivasi untuk aktif bekerja
diskusi partisipatif sebagai alternatif
sama dengan teman sekelompoknya
dalam
untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. 2)
untuk
berpikir
menyelesaikan
tugas
yang
dikemukakan
diatas,
pelajaran
Dalam
secara kelompok pada pokok bahasan
hendaknya seorang guru dapat melihat
menguraikan perubahan sosial budaya
situasi
dalam kawasan negara asean telah
menentukan pilihan dan menggunakan
menerapkan
strategi atau model pembelajaran yang
pembelajaran
kelas
dan
siswa
VISDN 20 SP 2 SKPH Manis Raya,
pelajaran
mengalami banyak kemajuan. Hal ini
sehingga
terlihat dari perubahan hasil belajar
lingkungan belajar yang kondusif dan
siswa.
menyenangkan
penelitian
tindakan
pelaksanaan
kelas
sebesar
56,55%, pada setelah PTK siklus I
yang
dengan
untuk
tepat
sebelum
sesuai
mengajar
diskusi partisipatif, untuk siswa Kelas
Dari
dan
belajar
untuk
diberikan guru. 3) Hasil belajar PKn
model
proses
PKn
maka
akan
dapat
bagi
materi
disampaikan menciptakan
siswa.
Hal
tersebut dapat berdampak baik pada daya
serap
siswa
pada
materi
pelajaran. strategi
3)
Dalam
penggunaan
pembelajaran
hendaknya
seorang guru dapat mengoptimalkan penerapan suatu model atau metode
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi (2006). Penelitian Tindakan
Kelas.
Jakarta:
Bumi
pembelajaran yang inovatif, agar siswa dapat termotivasi dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran seperti diharapkan.
Askara. Iskandar (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Cipzyung: GP Press.