PENGARUH METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Suatu Penelitian Pada Materi Luas Permukaan dan Volume Prisma dan Limas Di Kelas VIII Smp Negeri 8 Gorontalo) Uswatun Hasanah1, Perry Zakaria2, Dewi Rahmawaty Isa3 Jurusan Pendidikan Matematika F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo EMAIL:
[email protected]
ABSTRAK Uswatun Hasanah, NIM. 411410001. “PENGARUH METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Suatu Penelitian Pada Materi Luas Permukaan dan Volume Prisma dan Limas Di Kelas VIII Smp Negeri 8 Gorontalo)”. Skripsi. Gorontalo. Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo, 2014. Pembimbing I Drs. Perry Zakaria, M.Pd dan Pembimbing II Dewi Rahmawaty Isa, S.Si, M.Pd. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran tutor sebaya dengan siswa yang diajar menggunakan metode ceramah pada materi luas permukaan dan volume prisma dan limas. Hipotesis penelitian adalah Hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode pembelajaran tutor sebaya lebih tinggi dari pada hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode ceramah. Penelitian ini dilakukan di kelas VIII SMP Negeri 8 Gorontalo dengan rancangan Postest-Only Control Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Gorontalo. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan tekhnik Cluster Simple Random Sampling. Dari Hasil pengundian terpilih kelas VIII-6 sebagai kelas yang dibelajarkan menggunakan metode pembelajaran tutor sebaya dan kelas VIII-5 sebagai kelas yang dibelajarkan menggunakan metode ceramah. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode pembelajaran tutor sebaya lebih tinggi dari pada hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode ceramah. Dengan kata lain metode pembelajaran tutor sebaya lebih unggul dari pada metode ceramah. Kata kunci : Metode Pembelajaran Tutor Sebaya, Luas Permukaan dan Volume Prisma dan Limas, Hasil Belajar.1
1
USWATUN HASANAH, 411410001, JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA, FAKULTAS MIPA, Drs. PERRY ZAKARIA, M.Pd, DEWI RAHMAWATY ISA, S.Si, M.Pd 1
Bila diterapkan suatu metode mengajar dalam bidang studi matematika perlu diperhatikan agar siswa dapat belajar dengan aktif, bergembira, dan senang belajar matematika, juga pelajaran itu harus efektif dan efisien. Dalam suatu pembelajaran yang harus berperan lebih aktif adalah siswa, karena dengan berperan aktif di dalam pembelajaran siswa akan lebih mudah untuk memahami mengenai apa yang sedang dipelajarinya. Tetapi kenyataannya bahwa kebanyakan siswa belajar pasif, karena kebanyakan pengajaran itu selain dimulai oleh guru, guru yang lebih aktif, guru mendominasi pembicaraan, siswa berbuat atas inisiatif guru, komunikasi hanya dari satu arah, dan kurang sekali diskusi yang terjadi antara siswa dengan siswa. Jarang ada kegiatan siswa dapat belajar aktif secara mandiri dan dapat saling membantu dan berdiskusi antara sesama siswa. Hal yang sama dengan kenyataan yang peneliti peroleh melalui observasi di SMP Negeri 8 Gorontalo, bahwa pembelajaran matematika di sekolah tersebut masih menggunakan metode pembelajaran yang sering dipakai pada pembelajaran matematika pada umumnya yaitu dengan metode ceramah. Metode ceramah sering digunakan guru dalam mengajar karena metode ini dinilai lebih praktis dan fleksibel dapat disesuaikan dengan waktu, tempat dan jumlah siswa yang cukup banyak. Akan tetapi dalam pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah guru mempunyai peran yang lebih besar dibandingkan siswa. Siswa lebih cenderung pasif, jarang terjadi interaksi antara sesama siswa dan siswa belajar secara individual dengan berfokus pada penjelasan maupun demonstrasi dari guru saja. Hal ini menyebabkan siswa kurang termotivasi untuk belajar matematika, apalagi bagi sebagian siswa yang memiliki pemahaman rendah. Dengan menggunakan metode ceramah siswa yang memiliki kemampuan rendah dapat terabaikan, karena proses ceramah pada umumnya mengikuti kemampuan ratarata siswa sehingga proses pembelajaran akan terus berlanjut walaupun sebagian besar siswa belum memahami materi yang diajarkan. Akibatnya siswa menganggap pelajaran matematika adalah pelajaran yang sukar untuk dipelajari sehingga berdampak pada hasil belajar siswa menjadi rendah khususnya pada materi luas permukaan dan volume prisma dan limas. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu dilakukan pembenahan pembelajaran matematika sehingga siswa dapat memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru dan dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar matematika siswa. Salah satunya dengan menggunakan suatu metode pembelajaran yang lebih menekankan siswa belajar aktif, pembelajaran terjadi multi arah yakni dari guru juga dari siswa itu sendiri sehingga siswa dapat membangun pemahamannya sendiri dan yang terpenting adanya interaksi yang terjadi di antara siswa. Dalam proses belajar mengajar interaksi yang terjadi antar siswa sangat berguna untuk membantu meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan. Kenyataan menunjukkan bahwa siswa cenderung lebih mengerti suatu materi apabila materi tersebut dijelaskan kembali oleh teman sebayanya. Metode pembelajaran tutor sebaya merupakan salah satu metode pembelajaran berkelompok. Pembelajaran secara berkelompok akan lebih efisien
2
dibandingkan dengan pembelajaran yang hanya berpusat pada guru saja, karena pada umumnya ada sebagian siswa yang lebih mudah menangkap penjelasan dari temannya dibandingkan dengan penjelasan dari guru. Hal ini sejalan dengan pendapat Geldard (2001 : 8) “bahwa kelompok bisa memberikan rasa aman bagi seorang anak, oleh karena karakteristik eksperensial kelompok dan kekuatan interaksi teman sebaya diantara mereka sehingga dapat menciptakan perubahan dalam diri anak’’. Dalam pembelajaran tutor sebaya siswa yang memiliki pemahaman yang lebih tinggi dalam suatu pelajaran akan menjadi tutor atau pembimbing bagi siswa yang kurang mampu dalam pelajaran tersebut. Dengan menggunakan metode pembelajaran tutor sebaya di dalam proses pembelajaran siswa akan memperoleh beberapa keunggulan antara lain siswa yang berkemampuan rendah dapat terbantu dengan adanya peran seorang tutor di dalam kelompoknya, siswa akan terbiasa dan berani untuk mengungkapkan pendapatnya, bagi siswa yang menjadi tutor pekerjaan menjadi tutor ini mempunyai keuntungan tersendiri dimana siswa yang menjadi tutor dapat melatih mengemban tanggung jawab untuk membimbing teman-temannya dan juga dapat mempermantap materi yang sedang dipelajari, dan tentunya tujuan utama dari pembelajaran ini adalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pelajaran matematika. Hasil Belajar menurut Purwanto (2009 : 44) adalah perubahan perilaku seseorang akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena Ia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Hasil belajar termasuk komponen pendidikan, harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan karena hasil belajar diukur untuk mengetahui ketercapaian tujuan pendidikan melalui proses belajar mengajar. Hasil utama pengajaran adalah kemampuan hasil belajar yang memang direncanakan usntuk diwujudkan dalam kurikulum dan tujuan pembelajaran. Tujuan pendidikan daerah kognitif dapat dibagi ke dalam 6 kelompok besar yang tersusun secara hirarki (terurut menurut kesukarannya) antara lain : (1) Pengetahuan, aspek pengetahuan berkenaan dengan hafalan dan ingatan, misalnya hafal atau ingat tentang simbol, istilah, fakta, konsep dan definisi. (2) Pemahaman, siswa yang memahami sesuatu berarti bahwa siswa mengerti tentang sesuatu tetapi tahap mengertinya masih rendah. Yaitu mampu mengubah informasi ke dalam bentuk paralel yang lebih bermakna. (3) Aplikasi, aplikasi adalah kemampuan seseorang menggunakan apa yang telah diperolehnya dalam situasi khusus yang baru dan kongkrit. (4) Analisis, adalah kemampuan memisahkan materi (informasi) ke dalam bagian-bagiannya yang perlu, mencari hubungan antara bagian-bagiannya dan mengamati sistem bagian-bagiannya. (5) Sintesis, adalah kemampuan bekerja dengan bagian-bagiannya, potonganpotongannya, unsur-unsurnya, dan semacamnya, dan menyusunnya menjadi suatu kebulatan baru seperti pola dan struktur.
3
(6) Evaluasi, meliputi kemampuan membuat kriteria, memberikan pertimbangan, mengkaji ketepatan dan mampu menilai. Benyamin S. Bloom (dalam Ruseffendi, 2006 : 220) Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan hasil belajar adalah suatu perubahan pada diri seseorang yang diperolehnya melalui serangkaian proses belajar dengan indikator pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5) dan evaluasi (C6). Metode Tutor Sebaya Owens (dalam Geldard, 2001 : 62) berpendapat bahwa teman sebaya dapat memperkuat perilaku atau sikap-sikap yang sudah ada, sekaligus membantu anak-anak untuk membentuk perilaku dan sikap-sikap yang baru atau sebaliknya memperlemah keduanya. Sedangkan menurut Djamarah dan Aswan Zain (2010 : 25) Tutor sebaya merupakan suatu metode mengajar yang dapat dipilih oleh guru untuk melaksanakan suatu program perbaikan. Karena siswa lebih mudah menerima keterangan yang diberikan oleh teman sebayanya. Disebut tutor sebaya karena meraka mempunyai usia yang hampir sama. Ditambahkan lagi bahwa guru kelas atau guru bidang studi adalah yang paling tepat memberikan program perbaikan. Akan tetapi karena guru terlalu sibuk untuk menangani seluruh siswa maka tugas itu dapat dibantu oleh siswa lain. Penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode pembelajaran tutor sebaya adalah pembelajaran suatu materi dengan bantuan siswa sebagai tutor. Siswa yang menjadi tutor adalah siswa yang memiliki usia yang hampir sama dengan teman-temannya, akan tetapi siswa tersebut memiliki pemahaman yang lebih tinggi pada suatu materi dibandingkan dengan teman sebayanya. Siswa yang menjadi tutor bertugas memberikan bantuan kepada teman sekelompoknya untuk menjelaskan kembali konsep materi yang diberikan oleh guru pada saat proses pembelajaran berlangsung. Menurut Djamarah dan Aswan Zain (2010 : 25) yang harus diperhatikan dalam memilih seorang tutor adalah : a. Dapat diterima (disetujui) oleh siswa yang mendapat program perbaikan/ pembimbingan sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk bertanya kepadanya. b. dapat menerangkan bahan materi yang diperlukan oleh siswa yang menerima program pembimbingan. c. Tidak tinggi hati, kejam, atau keras hati terhadap sesama kawan. d. Mempunyai daya kreativitas yang cukup untuk memberikan bimbingan, yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawannya. Kelebihan metode pembelajaran tutor sebaya menurut Djamarah dan Aswan Zain (2010 : 26) adalah sebagai berikut : a. Hasilnya akan lebih baik bagi beberapa anak yang mempunyai perasaan takut atau enggan kepada guru b. Bagi tutor, pekerjaan tutoring akan mempunyai akibat memperkuat konsep yang sedang dibahas. Dengan memberitahukan kepada anak lain, maka seolah-olah ia menelaah serta menghafalkannya kembali
4
c. Bagi tutor, merupakan kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung jawab dalam mengemban suatu tugas dan melatih kesabaran. d. Mempererat hubungan antar sesama siswa sehingga mempertebal perasaan sosial. Namun disamping itu tutor sebaya juga mempunyai beberapa kelemahan antara lain : a. Siswa yang dibantu sering belajar kurang serius, karena hanya berhadapan dengan kawannya, sehingga hasilnya kurang memuaskan. b. Ada beberapa anak yang menjadi malu bertanya, karena takut rahasianya diketahui oleh kawannya. c. Pada kelas-kelas tertentu pekerjaan tutoring ini sukar dilaksanakan, karena perbedaan kelamin antara tutor dengan siswa yang diberi program perbaikan d. Bagi guru sukar untuk menentukan seorang tutor yang tepat bagi seorang atau beberapa orang siswa yang harus dibimbing. e. Tidak semua siswa yang pandai atau cepat waktu belajarnya dapat mengerjakannya kembali kepada kawan-kawannya. Langkah-langkah metode pembelajaran tutor sebaya menurut Gintings (dalam Ifah, 2010 : 30) antara lain : a. Perencanaan, guru mempelajari bahan ajar dengan seksama dan mengidentifikasi bagian-bagian yang sulit dari isi bahan ajar kemudian menyusun strategi bimbingan yang paling efektif untuk membantu siswa menghadapi kesulitan agar bisa mempelajari bagian yang sulit dengan mudah. b. Persiapan, guru menyiapkan bahan ajar tambahan seperti variasi contohcontoh penyelesaian soal dan atau tahapan penyelesaian soal yang sistematis dan dalam bahan ajar tersebut menggunakan contoh penyelesaian soal-soal sederhana dan mudah, sebagai jembatan menuju latihan penyelesaian soal yang lebih sulit. c. Pelaksanaan, guru mengidentifikasi siswa yang menghadapi kesulitan dalam memahami bahan ajar yang diberikan berikut bagian yang dirasakan sulit difahami dan melaksanakan tutorial dengan menggunakan bahan dan langkah-langkah yang telah disiapkan. d. Evaluasi atau penutup, guru melakukan Tanya jawab untuk meyakinkan bahwa siswa tersebut telah mengatasi kesulitan belajarnya dan memahami materi yang sedang dipelajari dan memberikan tugas mandiri, termasuk mempelajari rujukan tambahan jika ada, dengan tujuan memantapkan dan memperluas pemahamannya tentang materi yang dipelajari. Metode Ceramah Menurut Uno (2013 : 99) Metode pembelajaran melalui ceramah adalah metode yang menghendaki siswa harus mendapat informasi yang sama dalam jumlah siswa yang banyak. Sedangkan menurut Djamarah dan Aswan Zain (2010 : 97) metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik, tetapi metode ini tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam kegiatan pembelajaran apalagi dalam pendidikan dan pengajaran tradisional.
5
Penulis menyimpulkan metode ceramah adalah suatu metode yang sering digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran secara lisan kepada siswa dengan pembelajaran satu arah yakni pembelajaran yang lebih berpusat pada penjelasan dari guru. Menurut Djamarah dan Aswan Zain (2010 : 98) mengingat ceramah banyak segi yang kurang menguntungkan, maka penggunaannya perlu didukung dengan alat dan media atau dengan metode lain seperti metode tanya jawab dan pemberian tugas. Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah. a. Persiapan Menciptakan kondisi belajar siswa b. Pelaksanaan Penyajian, guru menyampaikan bahan pelajaran (metode ceramah) Asosiasi/komparasi, artinya memberi kesempatan kepada siswa untuk menghubungkan dan membandingkan materi ceramah yang telah diterimanya melalui tanya jawab Generalisasi/kesimpulan, memberikan tugas kepada siswa untuk membuat kesimpulan c. Evaluasi/tindak lanjut Mengadakan penilaian terhadap pemahaman siswa mengenai bahan yang telah diterimanya, melalui tes lisan dan tulisan atau tugas lain. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Gorontalo, Kec. Kota Tengah, Kota Gorontalo. waktu penelitian selama Tujuh bulan yakni bulan Januari sampai juli, tahun pelajaran 2013/2014. Jenis Penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimen True Experimental Design. Pada penelitian ini digunakan bentuk design Postest-Only Control Design (Sugiyono, 2013 : 112), dalam design ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random. Dua kelas tersebut masing masing akan dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan metode tutor sebaya, sedangkan kelas kontrol diberikan perlakuan berupa metode ceramah. Pada penelitian ini yang merupakan populasi adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Gorontalo, yang terdiri dari 9 kelas, di dalam setiap kelas terdapat rata-rata 28 sampai 33 orang siswa. Pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu secara Cluster Simple Random Sampling yakni sampel diundi menurut strata populasi yang telah ditetapkan kemudian menentukan sampel daerah yang akan dikenai perlakuan (Sugiono, 2013 : 122). Dalam penelitian ini penarikan sampel dilakukan pada kelas VIII. Dari hasil undian diperoleh dua kelas yang akan di kenai perlakuan yakni kelas VIII-6 sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan berupa metode pembelajaran tutor sebaya dan kelas VIII-5 sebagai kelas kontrol yang diberi perlakuan berupa metode ceramah.
6
Data yang diperlukan pada penelitian ini adalah data hasil belajar matematika khususnya pada materi Luas Permukaan dan Volume Prisma dan Limas yang bersumber dari seluruh siswa yang dijadikan sampel di dalam penelitian. Data tersebut diperoleh dengan menggunakan tes hasil belajar siswa sesudah pembelajaran (post test). Sebelum Instrumen tes hasil belajar di dalam penelitian ini digunakan, terlebih dahulu diuji validitasnya melalui dua tahapan. Tahap pertama adalah pengujian validasi konstrak dan tahap ke dua adalah validasi empiris. Dari hasil uji coba dan perhitungan dengan menggunakan taraf signifikan 0,05 dan n = 30 diperoleh 6 butir soal valid dan 3 butir soal tidak valid dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach diperoleh reliabilitasnya sebesar = 0,592698. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif dan analisis data inferensial. Analisis deskripsi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain mean, median, modus dan simpangan baku. analisis data inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Analisis data inferensial dalam penelitian ini menggunakan uji t dua sampel independent. Rumus statistiknya adalah : ̅
̅
√
Syarat uji t dua sampel independent adalah kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol harus berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Oleh karena itu sebelum melakukan uji t dua sampel independent, perlu menghitung analisis normalitas. Selain itu untuk memilih uji t independent yang akan digunakan maka kedua kelompok data harus diuji homogenitasnya. Adapun hipotesis statistik di dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. Ho : H1 : HASIL PENELITIAN Data hasil belajar siswa yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok yakni kelas eksperimen yaitu kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan metode tutor sebaya dan kelas kontrol yaitu kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan metode ceramah. Data hasil belajar tersebut kemudian dideskripsikan dengan menggunakan penyajian data dalam bentuk distribusi frekuensi dan selanjutnya untuk mengetahui perbedaan data hasil belajar dari kedua kelompok tersebut maka ditentukan nilai rata-rata atau mean ( ̅ ), nilai tengah atau median, nilai yang sering muncul atau modus, standar deviasi (sd) dan menggambarkan histogram yang terbentuk dari data-data tersebut. 1. Data Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Tutor Sebaya
7
nilai rata-rata ( ̅ ) tes hasil belajar matematika siswa adalah 78,9 nilai tengah (Me) adalah 79,7 nilai yang paling banyak muncul (Mo) 80,9 dan memiliki standar deviasi sebesar 8,585 Melihat posisi nilai rata-rata, median, dan modus. Menunjukkan bahwa median dan modus lebih tinggi dari nilai rata-rata, memberikan informasi bahwa hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode pembelajaran tutor sebaya cenderung lebih tinggi. Sebaran data berdasarkan daftar distribusi frekuensi di atas dapat digambarkan dalam bentuk histogram sebagai berikut. 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
HISTOGRAM KELAS EKSPERIMEN
60,5 66,5 72,5 78,5 84,5 90,5 96,5
Kelas Interval
2. Data Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Ceramah nilai rata-rata ( ̅ ) tes hasil belajar matematika siswa adalah 74,9 nilai tengah (Me) adalah 74 nilai yang paling banyak muncul (Mo) adalah 73,7 dan memiliki standar deviasi sebesar 8,961 Melihat posisi nilai rata-rata, median, dan modus menunjukkan bahwa nilai modus dan median lebih rendah dari pada nilai rata-ratanya memberikan informasi bahwa hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode ceramah cenderung rendah. 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
HISTOGRAM KELAS KONTROL
60,5
66,5 72,5 78,5 84,5 90,5 96,5
kelas interval
3. Hasil Pengujian Persyaratan Analisis Hasil pengujian dengan uji liliefors pada kelas eksperiment dan kelas kontrol disajikan pada tabel berikut.
8
Kelompok
N
Lhitung
Ltabel
Status
1 2
30 30
0,0739 0,1228
0,161 0,161
Normal Normal
Dilanjutkan dengan pengujian homogenitas. Hasil perhitungan menunjukkan Fhitung = 1,0896 < Ftabel = 1,86. Berdasarkan temuan ini dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok data hasil belajar siswa berasal dari populasi yang homogen. Dengan demikian uji persyaratan Uji t dua sampel independen telah terpenuhi sehingga dapat digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji t dua sampel independen diperoleh thitung = 1,765 dan ttabel = 1,671 pada taraf kepercayaan 0,05 dengan dk = 58. Hal ini menunjukkan bahwa nilai thitung = 1,765 > t(1-α) = 1,671 yang berarti H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode tutor sebaya lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode ceramah. Berikut adalah kurva penerimaan dan penolakan H0
Daerah Penerimaan H0 1,671
Daerah Penolakan H0 𝜶
1,765
𝟎, 𝟎𝟓
4. Pembahasan Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan metode tutor sebaya dengan hasil belajar siswa menggunakan metode ceramah dimana hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode tutor sebaya lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode ceramah. Pembelajaran dengan metode tutor sebaya mengutamakan interaksi yang terjadi antar sesama siswa, terjadinya hubungan positif antara siswa, sehingga siswa dapat belajar lebih aktif. Metode Pembelajaran tutor sebaya juga dapat membantu siswa-siswa yang memiliki pemahaman rendah terhadap pelajaran matematika dengan bantuan tutor sebaya sehingga pada umumnya hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan metode tutor sebaya ini cenderung lebih tinggi. Pembagian kelompok siswa di dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode tutor sebaya berbeda dengan pembagian kelompok pada metode diskusi biasanya yaitu dengan dipilihnya beberapa siswa sebagai tutor yang disebar ke dalam masing-masing kelompok. Tutor yang telah terpilih merupakan siswa yang memiliki pemahaman yang lebih tinggi dari temannya dimana di setiap akhir pembelajaran tutor-tutor siswa ini dibekali dengan bahan ajar materi pertemuan selanjutnya yang disertai dengan beberapa contoh soal sehingga pada pertemuan 9
selanjutnya siswa yang berperan sebagai tutor sebaya telah memiliki pengetahuan yang lebih baik dari teman-temannya sehingga proses pembimbingan tutor sebaya dapat berjalan dengan lancar, siswa menjadi suka belajar matematika karena merasa belajar matematika adalah hal yang menarik dan ternyata belajar tidak hanya dapat terjadi dari satu arah saja tetapi juga dapat terjadi multi arah yakni siswa dapat berinteraksi dengan teman sebayanya.Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode tutor sebaya lebih efektif dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran dengan menggunakan metode tutor sebaya memiliki keunggulan dibandingkan dengan pembelajaran dengan mengggunakan metode ceramah. KESIMPULAN Berdasarkan pengujian hopotesis telah terbukti bahwa Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode tutor sebaya dengan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode ceramah. Hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode pembelajaran tutor sebaya lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan metode ceramah pada materi luas permukaan dan volume prisma dan limas. Sehingga dapat disimpulkan metode pembelajaran tutor sebaya lebih unggul dibandingkan dengan metode ceramah. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Alisah,Evawati dan Eko Prasetyo.D. 2007. Filsafat Dunia Matematika. Jakarta: Prestasi Pustakaraya Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Geldard, Kathryn dan David Geldard. 2001. Menangani Anak Dalam Kelompok. Diterjemahkan oleh: Tony Setiawan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Ifah, Azimatul dan Rusijono. 2010. “Pengaruh Penerapan Tutor Sebaya Terhadap Hasil Belajar TIK”. Jurnal Teknologi Pendidikan Vol.10 No.2 (Online). Tersedia http://jurnal-teknologi-pendidikan.tp.ac.id/pengaruh-penerapanpembelajaran-tutor-sebaya-terhadap-hasil-belajar-tik.pdf (diakses pada tanggal 5 februari 2014) Marsigit, dkk. 2011. Matematika 2 Untuk SMP/ MTs Kelas VIII (Buku Sekolah Elektronik). Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional Purwanto. 2008. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Ruseffendi. 2006. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito Sagala, Syaiful. 2013. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta Siregar Evelin dan Hartini Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor : Ghalia Indonesia Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
10
Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta Tasari, J. Idris. 2011. Matematika Jilid 2 untuk SMP dan MTs Kelas VIII (Buku Sekolah Elektronik). Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan Nasional Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Uno Hamzah dan Nurdin Mohamad. 2013. Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara
11