FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RANOTANA WERU KOTA MANADO Cheryn D. Panduu*, Jootje. M. L. Umboh *, Ricky. C. Sondakh * *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Infeksi pada saluran pernapasan (ISPA) merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat dan menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi pada anak umur di bawah 5 tahun. Period prevalensi ISPA Indonesia menurut RISKESDAS 2013 (25,0%) dan di Sulawesi Utara sebesar 24,7%. Tujuan Penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado. Penelitian ini adalah observasional analitik dengan menggunakan pendekatan case control. Populasi dalam penelitian ini adalah balita berumur 1-4 tahun yang menderita ISPA dalam 3 bulan terakhir (bulan Mei s/d Juli 2014) sebanyak 144 balita di wilayah kerja Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado, dimana sampel kasus 65 responden dan sampel kontrol 65, maka total sampel adalah 130 responden dan menggunakan maching umur dan jenis kelamin balita. Analisis bivariat uji Chi Square (CI=95%, α=0,05) dengan menggunakan program komputer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu yang rendah sebesar 52,6% pada kelompok kasus, balita yang tidak diberikan ASI secara eksklusif sebesar 75,4% dan status imunisasi tidak lengkap kelompok kasus sebanyak 57,1%. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu (p=0,700), ASI eksklusif (p=0,684) dan status imunisasi (p=0,571). Kesimpulannya, tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu, ASI eksklusif dan status imunisasi dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado. Kata Kunci: Kejadian ISPA, Tingkat Pendidikan Ibu, ASI Eksklusif, Status Imunisasi ABSTRACT Acute Respiratory Infection (ARI) was a common disease occures in society and become one of the leading causes of death in children aged under-five years. Prevalence period of ARI in Indonesia according to basic health research 2013 was (25,0%) and North Sulawesi as big as 24,7%. Objective of this study to determine the factors which associated with the incidence of ARI on toddlers in working area of Ranotana Weru Health Center in Manado city. This study is an observational analytic with case-control approach. The population in this study were children aged 1-4 years suffered with ARI in the last 3 months (May until July 2014) was 144 cases in working area of Ranotana Weru Health Center in Manado city, where samples of cases in this study were 65 respondents and samples of control were 65 respondents, so that the total samples were 130 respondents and matching by toddlers age and gender. Bivariate analysis using Chi Square test (CI=95%, α=0,05) with computer program. The result showed that low maternal education in the case group were 52,6%, under-five children who were not breastfed exclusively were 75,4% and incomplete immunization status in case group were 57,1%. This study also showed that maternal education level (p=0,700), exclusive breastfeeding (p=0,684) and immunization status (p=0,571). In conclusion, there was no associate between mothers education level, exclusive breastfeeding and immunization status with incidence of ARI on toddlers in working area of Ranotana Weru Health Center in Manado city. Keywords: Acute Respiratory Infection, Mothers Education Level, Exclusive Breastfeeding, Immunization Status
1
Infeksi
PENDAHULUAN
saluran
pernapasan
akut
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
(ISPA) tersebar di seluruh Provinsi Sulawesi
adalah infeksi akut yang menyerang salah
Utara dengan bervariasi dan rerata prevalensi
satu bagian atau lebih dari saluran napas,
tingkat provinsi sebesar 20,5%, serta rentang
mulai dari hidung sampai alveoli termasuk
antara 12,1% sampai dengan 34,6% (Badan
jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
telinga tengah dan pleura (Kemenkes RI,
Depkes RI, 2008). Penyakit ISPA merupakan
2012). Penyakit ini diawali dengan panas
penyakit urutan pertama dari 10 penyakit
disertai
gejala:
terbanyak pada pasien rawat jalan pada
tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek
puskemas-puskesmas di Kota Manado, yaitu
batuk kering atau berdahak (Badan Penelitian
sebanyak 46.077 kasus (Dinkes Manado,
dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI,
2012). Sementara itu, menurut laporan
2013).
Puskesmas
salah
satu
atau
lebih
Hampir 4 juta orang meninggal akibat
ISPA
setiap
Weru
Kecamatan
Wanea Kota Manado menunjukkan bahwa
98%-nya
ISPA menempati urutan pertama dari daftar
disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan
10 penyakit yang sering diderita oleh balita
bawah (WHO, 2007). Insiden menurut umur
usia 1-4 tahun. Dalam 3 bulan terakhir ada
balita
per
144 kasus penyakit ISPA yaitu bulan Mei
anak/tahun di negara berkembang dan 0,05
sebanyak 68 kasus, bulan Juni sebanyak 43
episode per anak/ tahun di negara maju.
kasus dan bulan Juli sebanyak 33 kasus.
Kasus terbanyak terjadi di India (43 juta),
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis
China (21 juta) dan Pakistan (10 juta) dan
ingin melakukan penelitian mengenai faktor-
Bangladesh,
masing-
faktor yang berhubungan dengan kejadian
masing 6 juta episode. Dari semua kasus
ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas
yang terjadi di masyarakat, 7-13% kasus
Ranotana Weru Kota Manado.
diperkirakan
tahun,
Ranotana
0,29
Indonesia,
episode
Nigeria
berat dan memerlukan perawatan rumah
Tujuan penelitian ini yaitu untuk
sakit. Episode batuk-pilek pada balita di
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
Indonesia diperkirakan 2-3 kali per tahun
dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah
(Kemenkes RI, 2011).
kerja
Menurut
Kementrian
Kesehatan
Puskesmas
Ranotana Weru Kota
Manado.
Republik Indonesia (2012), ISPA masih merupakan masalah kesehatan mayarakat di
METODE PENELITIAN
Indonesia.
Secara
Penelitian ini adalah observasional analitik
Riskesdas
2007,
nasional
berdasarkan
pneumonia
merupakan
dan
rancangan
penelitian
menggunakan
penyebab kematian nomor dua pada balita
pendekatan Case Control (Kasus-Kontrol).
(13,2%) setelah diare (17,2%) (Kemenkes
Penelitian
RI, 2013).
Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado 2
dilakukan
di
wilayah
kerja
pada bulan Juli-Desember 2014. Populasi
sekunder berupa gambaran umum tentang
dalam penelitian ini adalah balita berumur 1-
lokasi penelitian dan kejadian ISPA yang
4 tahun di wilayah kerja Puskesmas Ranotana
diperoleh dari Puskesmas Ranotana Weru
Weru Kecamatan Wanea Kota Manado yang
Kota Manado. Penelitian ini menggunakan
menderita ISPA dalam 3 bulan terakhir
uji statistik Chi Square Test (X²) dengan
(bulan Mei s/d Juli 2014) adalah 144 kasus
Confidence Interval (CI)=95% dan tingkat
dan balita berumur 1-4 tahun di wilayah kerja
kemaknaan/ signifikansi 5% (α=0,05) dengan
Puskesmas
bantuan program komputer.
Ranotana
Weru
Kecamatan
Wanea Kota Manado yang tidak menderita ISPA dalam 3 bulan terakhir. Besar sampel
HASIL PENELITIAN
ialah 130 responden dengan pembagian
A. Karakteristik Subjek
sampel kasus 65 responden dan sampel
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
kontrol 65 responden. Teknik pengambilan
bahwa yang paling banyak menderita ISPA
sampel dalam penelitian ini adalah purposive
yaitu pada umur 1 tahun sebanyak 24 balita
sampling dengan menggunakan matching
(36,9%) kelompok kasus maupun kelompok
pada umur dengan jenis kelamin. Dalam
kontrol dan paling sedikit pada umur 4 tahun
penelitian ini variabel terikat (dependen):
sebanyak 10 balita (15,4%) kelompok kasus
kejadian
ISPA
maupun
variabel
bebas
pada
balita,
sedangkan
(independen):
kelompok
kontrol.
Sedangkan
tingkat
berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa
pendidikan ibu, ASI eksklusif dan status
jenis kelamin laki-laki sebanyak 33 balita
imunisasi. Instrumen yang digunakan yaitu
(50,8%) kelompok kasus maupun kelompok
kuesioner. Pengumpulan data primer berupa
kontrol
identitas responden, identitas balita serta data
sebanyak 32 balita (49,2%) kelompok kasus
tentang variabel penelitian yang terdiri dari
maupun kelompok kontrol. Dalam penelitian
kejadian ISPA, ASI Eksklusif dan status
ini dilakukan matching pada umur dan jenis
imunisasi yang diperoleh dari pengisian
kelamin.
dan
jenis
kelamin
perempuan
kuesioner, sedangkan pengumpulan data
B. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kejadian ISPA pada Balita Tabel 1. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kejadian ISPA pada Balita Kasus
Tingkat Pendidikan Ibu
Kontrol
Total
p value
n
%
N
%
n
%
Pendidikan Rendah
20
52,6
18
47,3
38
100
Pendidikan Tinggi
45
48,9
47
51,0
92
100
p=0,700
Berdasarkan tabel 1 di atas, hasil perhitungan
p=0,700 > α (0,05), maka dapat disimpulkan
menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai
bahwa tidak ada hubungan antara tingkat 3
pendidikan ibu dengan kejadian ISPA pada
Weru Kota Manado.
balita di wilayah kerja Puskesmas Ranotana
C. Hubungan Antara ASI Eksklusif dengan ISPA pada Balita Tabel 2. Hubungan antara ASI Eksklusif dengan ISPA pada Balita Kasus
ASI Eksklusif
Kontrol
Total
n
%
N
%
n
%
Tidak
50
51,0
48
49,0
98
100
Ya
15
46,9
17
53,1
32
100
p value p=0,684
Berdasarkan tabel 2 di atas, hasil perhitungan
eksklusif dengan kejadian ISPA pada balita
menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai
di wilayah kerja Puskesmas Ranotana Weru
p=0,684 > α (0,05), maka dapat disimpulkan
Kota Manado.
bahwa tidak ada hubungan antara ASI
D. Hubungan antara Status Imunisasi dengan kejadian ISPA pada Balita Tabel 3. Hubungan antara status Imunisasi dengan kejadian ISPA pada Balita Kasus
Kontrol
Total
Imunisasi
p value n
%
N
%
n
%
Tidak lengkap
8
57,1
6
42,9
14
100
Lengkap
57
49,1
59
50,9
116
100
ibu
yang
p=0,571
Berdasarkan tabel 3 di atas, hasil perhitungan
Sedangkan
menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai
pendidikan tinggi sebanyak 45 responden
p=0,571 > α (0,05), maka dapat disimpulkan
(69,2%) kelompok kasus dan 47 responden
bahwa tidak ada hubungan antara status
(72,3%)
imunisasi dengan kejadian ISPA pada balita
mempunyai
di wilayah kerja Puskesmas Ranotana Weru
didominasi oleh yang pendidikan terakhirnya
Kota Manado.
adalah SMA, sedangkan ibu yang tingkat
kelompok
kontrol.
tingkat
pendidikannya
memiliki
rendah
Ibu
pendidikan
didominasi
tingkat
yang tinggi
oleh
PEMBAHASAN
pendidikan terakhir adalah SMP. Pendidikan
Hasil mengenai tingkat pendidikan ibu
bertujuan
dengan
balita
dapat berpengaruh terhadap peningkatan
yang
kemampuan berusaha atau bekerja, sehingga
memiliki tingkat pendidikan rendah sebanyak
dapat meningkatkan pendapatan (ekonomi).
20 responden (30,8%) kelompok kasus dan
Tingkat
18 responden (27,7%) kelompok kontrol.
dihitung dari rata-rata lama sekolah menjadi
kejadian
menunjukkan
ISPA
bahwa
pada
responden
4
untuk
memerangi
pendidikan
kebodohan,
masyarakat
yang
prasyarat untuk derajat kesehatan masyarakat
untuk memenuhi seluruh kebutuhan gizi bayi
(Notoatmodjo S, 2012). Berdasarkan hasil
pada
uji Chi Square maka diperoleh nilai p=0,700
(Sulistyoningsih H, 2011). Berdasarkan hasil
> α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa
uji Chi Square diperoleh nilai p=0,684 > α
tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan
(0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak
ibu dengan kejadian ISPA pada balita di
ada hubungan antara ASI eksklusif dengan
wilayah kerja Puskesmas Ranotana Weru
kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja
Kota Manado. Penelitian ini didukung oleh
Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado.
Widarini dan Sumasari (2010) dengan hasil
Berbeda dengan penelitian dari Catiyas
uji Chi Square didapat nilai p=0,15 > α
(2012) dengan hasil uji statistik diperoleh
(0,05) yang disimpulkan bahwa tidak ada
bahwa p=0,02 yang berarti ada hubungan
hubungan secara bermakna antara tingkat
yang signifikan antara ASI eksklusif dengan
pendidikan ibu dengan kejadian ISPA.
kejadian ISPA pada balita.
Hasil
penelitian
mengenai
ASI
6
bulan
pertama
kehidupannya
Hasil penelitian mengenai status
eksklusif dengan kejadian ISPA pada balita
imunisasi
menunjukkan bahwa 50 responden (76,9%)
menunjukkan bahwa terdapat 57 balita
kelompok kasus dan 48 responden (73,8%)
(87,7%) kelompok kasus dan terdapat 59
kelompok kontrol yang tidak diberikan ASI
balita (90,8%) kelompok kontrol memiliki
eksklusif. Sedangkan 15 responden (23,1%)
imunisasi lengkap. Sedangkan balita yang
kelompok kasus dan 17 responden (26,2%)
belum memiliki imunisasi lengkap sebanyak
kelompok
ASI
8 balita (12,3%) kelompok kasus dan 6 balita
eksklusif. Adapun alasan tidak diberikan ASI
(9,2%) kelompok kontrol. Balita yang tidak
secara
dikarenakan
lengkap status imunisasi kebanyakkan pada
kesibukkan ibu dan kurang pahamnya ibu
imunisasi campak. Adapun alasan ibu tidak
sehingga hanya diberi ASI < 6 bulan
membawa balitanya untuk imunisasi yaitu
kemudian digantikan dengan susu formula.
dikarenakan kesibukkan ibu, balita sakit,
ASI merupakan makanan yang terbaik bagi
tidak
bayi terutama di awal kehidupannya karena
imunisasi dan takut melihat balita sakit
komposisi ASI paling sesuai dengan kondisi
karena di suntik. Imunisasi adalah termasuk
fisiologis
kontrol
eksklusif
bayi
yang
yaitu
sempat
kejadian
mengantar
balita
ISPA
untuk
masa
awal
salah satu jenis usaha memberikan kekebalan
ASI
harus
kepada anak dengan memasukkan vaksin ke
dilakukan segera setelah bayi lahir dalam
dalam tubuh guna membuat zat anti untuk
waktu 1 jam pertama. Sampai usia 6 bulan,
mencegah terhadap penyakit tertentu (Fida
bayi cukup mendapatkan asupan makanan
dan Maya, 2011). Berdasarkan hasil uji Chi
dari ASI tanpa makanan tambahan atau
Square diperoleh nilai p=0,571 > α (0,05),
minuman lain karena ASI mengandung
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan
hubungan antara status imunisasi dengan
kehidupannya.
pada
diberikan
dengan
Pemberian
5
kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja
2. Bagi Masyarakat, perlu memperhatikan
Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado.
faktor-faktor yang dapat menyebabkan
Penelitian ini didukung oleh Musdalifah dan
terjadinya
Rusli (2014) menggunakan uji Fisher’s Exact
anggota keluarga, hunian dan ventilasi
Test didapatkan nilai p=0,066 dimana p <
udara)
α=0,05, maka dengan demikian disimpulkan
penyakit sebelum menyebabkan penyakit
bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan
yang parah, agar memberikan ASI
antara imunisasi terhadap ISPA pada balita.
sampai 6 bulan tanpa makanan tambahan
ISPA
dengan
(perilaku
mencegah
merokok
penularan
seperti susu formula dan melengkapi KESIMPULAN
status
1. Tidak ada hubungan antara tingkat
imunisasi sesuai jadwal yang telah
pendidikan ibu dengan kejadian ISPA
imunisasi
dengan
pergi
ke
ditentukan.
pada balita di wilayah kerja Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado.
DAFTAR PUSTAKA
2. Tidak ada hubungan antara ASI eksklusif
Badan
Penelitian
dengan kejadian ISPA pada balita di
Kesehatan
wilayah kerja Puskesmas Ranotana Weru
Laporan
Kota Manado.
Dasar
3. Tidak
ada
hubungan
antara
status
di
wilayah
kerja
Pengembangan
Depkes Hasil
RI.
Riset
(Riskesdas)
2008.
Kesehatan
Tahun
2007.
Depkes RI : Jakarta
imunisasi dengan kejadian ISPA pada balita
dan
Badan
Puskesmas
Penelitian
dan
Pengembangan
Kesehatan Kementrian RI. 2013.
Ranotana Weru Kota Manado.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun
2013.
Online
SARAN
(depkes.go.id/downloads/riskesdas20
1. Bagi Puskesmas Ranotana Weru, perlu
13/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf)
ditinjau tentang perilaku orang tua
. Diakses tanggal 10 April 2014
(perilaku merokok anggota keluarga) dan
Catiyas,
E.
2012.
Faktor-faktor
yang
tempat tinggal (kepadatan hunian dan
Berhubungan dengan Kejadian ISPA
ventilasi udara) yang dapat menyebabkan
pada Balita di Wilayah Kecamatan
penyakit
lebih
Gombong Kabupaten Kebumen Jawa
meningkatkan pemahaman pentingnya
Tengah, Skripsi, Depok: Universitas
pemberian ASI eksklusif pada bayi dan
Indonesia
secara
ISPA
terus
pada
menerus
balita,
melakukan
Dinas Kesehatan Manado. 2012. Profil Dinas
posyandu ke kelurahan-kelurahan agar
Kesehatan Manado. Manado
balita bisa mendapatkan imunisasi yang
Fida dan Maya. 2012. Pengantar Ilmu
lengkap.
Kesehatan Anak. Jogyakarta: DMedika 6
Kementerian
Kesehatan
Republik
2011.
Pedoman
Indonesia. Pengendalian
Infeksi
Sulistyoningsih, Kesehatan
Saluran
2011. Ibu
Gizi
untuk
dan
Anak.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Pernapasan Akut. Jakarta Kementerian
H.
Widarini dan Sumasari. 2010. Hubungan
Kesehatan
Republik
pemberian ASI Eksklusif dengan
Indonesia. 2012. Modul Tatalaksana
kejadian ISPA pada Bayi. JIG
Standar Pneumonia. Jakarta
(Online) Volume 1, No. 1, Hal. 28-
Kementerian
Kesehatan
Republik
41 (poltekes-denpasar.ac.id). Diakses
Indonesia. 2013. Profil Kesehatan
tanggal 26 Oktober 2014
Indonesia 2012. Jakarta
World Health Organization (WHO). 2007.
Musdalifah dan Rusli. 2014. Kejadian BBLR, ASI
Eksklusif
Terhadap Pernapasan
dan
dan
Pengendalian
Imunisasi
Infeksi Saluran Pernapasan Akit
Saluran
(ISPA) yang Cenderung menjadi
Infeksi Akut
Pencegahan
Pada
Balita.
Epidemi
di
Fasilitas
Pelayanan
Journal of Pediatric Nursing Online
Kesehatan.
Vol. 1(1), Januari 2014, Hal. 40-46
(www.who.int/iris/bitstream/10665/..
(http://library.stikesnh.ac.id).
./WHO_CDS_EPR_2007.6_ind.pdf).
Diakses tanggal 20 Oktober
Di akses tanggal 10 April 2014
Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
7
Online