ANALISIS PENGENDALIAN MUTU PADA PENGOLAHAN MINYAK SAWIT DENGAN METODE STATISTICAL QUALITY CONTROL (SQC) PADA PTP. NUSANTARA IV PKS ADOLINA
KARYA AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
Oleh Rudi Kencana 035204004
PROGRAM STUDI TEKNIK MANEJEMEN PABRIK P R O G R A M
D I P L O M A
F A K U L T A S
I V
T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
2009
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah. atas segala limpahan taufiq,dan inayah-nya yang tiada putus dan henti-hentinya. Segala puji bagi Allah maha pengasih yang menginginkan kebaikan bagi hamba-Nya, dan mentakdirkan apa yang terbaik bagi hambanya yang jikalau seluruh pohon di bumi ini dijadikan pena dan lautan dijadikan tinta untuk menulis ilmu Allah, maka tiada akan habis ilmu Allah. Dengan izin Nya lah karya akhir ini dapat diselesaikan. Sholawat dan salam penulis hanturkan kepada Rasulullah, Muhammad SAW. Rasul yang menjadi rahmat seluruh alam. Dalam suatu proses produksi diharapkan produk yang dihasilkan memenuhi standart mutu yang telah ditetapkan perusahaan. Tetapi dalam kenyataannya terdapat penyimpangan kualitas yang terjadi. Penulis mencoba menganalisis permasalahan yang timbul dalam pengendalian mutu pada pabrik kelapa sawit PTP Nusantara IV Adolina. Pada pengamatan yang dilakukan penulis menemukan variasi-varisai penyimpangan kualitas dari produk Crude Palm Oil yang dihasilkan. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan standart mutu dengan mengidentifikasi faktor-faktor penyebab penyimpangan kualitas yang terjadi. Peneliti mencoba untuk meneliti penyimpangan kualitas yang terjadi dengan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan penelitian, yaitu data kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran serta data-data yang dapat mendukung penelitian. Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Penulis berharap agar karya akhir ini akan memberikan manfaat yang besar bagi pihak pabrik, fakultas, maupun penulis. Semoga karya akhir ini mendapat ridho Allah SWT, menjadi amal jariyah bagi semua pihak. Amin.
Medan,
Juli 2009
Penulis
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur tak terhingga kepada Allah Swt yang mentakdirkan apa yang terbaik bagi hamba Nya. Sholawat dan salam pada Baginda Rasulullah SAW. Dalam penulisan karya akhir penulis banyak sekali menerima masukan, kritikan, dan bantuan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan karya akhir ini. Dalam hal ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Rosnani Ginting MT, selaku ketua Departemen Teknik Industri yang telah memberikan izin pelaksanaan Tugas Sarjana ini dan dukungan serta perhatian yang diberikan kepada penulis. 2. Bapak Nimpan S Depari. Selaku Dosen Pembimbing I, yang telah membimbing penulis, serta memberikan arahan selama penyelesaian karya akhir ini. 3. Ibu Ir. Nurhayati Sembiring, MT. Selaku Dosen Pembimbing II, yang telah banyak membimbing penulis, dan memberikan arahan serta masukan-masukan selama penyelesaian karya akhir ini. 4. Ucapan terima kasih yang mendalam kepada Bapak dan Ibunda serta keluarga yang dengan rasa cinta dan do’a, dan dengan kesabaran, serta selalu memberikan motivasi pada ananda untuk menyelesainya Karya Akhir ini. Ananda persembahkan karya akhir ini pada keluarga tercinta. Maafkan ananda karena tidak bisa memberikan yang terbaik.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
5. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak Pabrik Kelapa Sawit PTP.Nusantara IV Adolina yang telah memberikan izin pelaksanaan penelitian ini. 6. Ucapan teima kasih kepada teman-teman yang banyak membantu dan membeikan motivasi dalam menyelesaikan karya akhir ini dan pihak Departemen Teknik Industri yang telah membantu dalam menyelesaikan karya akhir ini serta pihak lain yang tak dapat disebutkan satu persatu. Semoga karya akhir ini dapat bermanfaat dan menjadi amal jariyah bagi semua pihak. Amin.
Medan,
2009
Penulis
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
DAFTAR ISI BAB
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................. i UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................... iii DAFTAR ISI ............................................................................................ iv DAFTAR GAMBAR ............................................................................... x DAFTAR TABEL .................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiii RINGKASAN ........................................................................................... xiv
I
PENDAHULUAN ......................................................................... I-1 1.1. Latar Belakang ........................................................................ I-1 1.2. Pokok Permasalahan ................................................................ I-2 1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................... I-3 1.4. Manfaat Penelitian ................................................................... I-3 1.5. Pembatasan Masalah ................................................................ I-4 1.6. Asumsi-asumsi yang Digunakan .............................................. I-4 1.7. Sistematika Penulisan Laporan Kerja Magang ......................... I-4
II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ...................................... II-1 2.1. Sejarah Perusahaan...................................................................II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ..................................................II-2
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
DAFTAR ISI (Lanjutan) BAB
Halaman
2.3. Organisasi dan Manajemen...........................................................II-2 2.4. Proses Produksi..............................................................................II-3 2.5. Organisasi dan Manajemen............................................................II-3 2.5.1. Struktur Organisasi Perusahaan ....................................... ...II-5 2.5.2. Uraian Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab ............... .II-8 2.5.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ............................... ...II-12 2.5.3.1. Jumlah Tenaga Kerja .......................................... ...II-12 2.5.3.2. Jam Kerja ........................................................... ...II-13 2.5.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas .................................... ...II-14 2.6. Proses Produksi ................................................................................. ...II-16 2.6.1. Standar Mutu Produk ....................................................... ...II-16 2.6.2. Bahan Yang Digunakan.................................................... ...II-17 2.6.3. Uraian Proses Produksi ..................................................... ...II-19 2.7. Mesin dan Peralatan .......................................................................... .. II-24 2.7.1. Mesin Produksi ............................................................... . II-24 2.7.2. Mesin Produksi ............................................................... . II-25 2.8. Utilitas .............................................................................................. .. II-25 2.9. Safety and Fire Protection ................................................................. . II-26 2.10. Waste Treatment .............................................................................. .. II-27 2.10.1. Pengolahan Limbah Cair ................................................. . II-28 Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
DAFTAR ISI (Lanjutan) BAB
Halaman
2.10.2. Pengolahan Limbah Padat .......................................................... . II-30
III
LANDASAN TEOR..I................................................................... ...III-1 3.1. Defenisi Mutu ......................................................................... ...III-1 3.2. Analisis Pengendalian Mutu ................................................... ...III-2 3.3. Langkah-langkah Pengendalian mutu...................................... ...III-3 3.4. Pengertian Statistical Quality Control (SQC) .......................... ...III-6 3.5. Data Atribut dan Data Variabel .............................................. ...III-8 3.5.1. Data Variabel ...................................................................... ...III-8 3.5.2. Data Atribut ........................................................................ .. III-9 3.6. Alat-Alat Pengendalian Kualitas ............................................. ...III-9 3.7. Metode Statistical Quality Control ......................................... ...III-17 3.7.1. Peta Kontrol (Control Chart) ...................................... ...III-17 3.7.1.1. Peta Kontrol Untuk Data Variabel .................. ...III-18 3.7.1.2. Peta Kontrol Untuk Data Atribut .................. ...III-21 3.8. Peta Kontrol Revisi ............................................................... . III-22 3.9. Kapabilitas Proses .................................................................. ...III-24
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
DAFTAR ISI (Lanjutan) BAB
IV
Halaman
METODOLOGI PENELITIAN .................................................. ...IV-1 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... ...IV-1 4.2. Rancangan Penelitian .............................................................. ...IV-1 4.3. Variabel Penelitian .................................................................. ...IV-2 4.4. Metode Pengumpulan Data ...................................................... ...IV-2 4.5. Pengolahan Data ...................................................................... ...IV-3 4.6. Analisa dan Pemecahan Masalah ............................................. ..IV-5 4.7. Kesimpulan dan Saran ............................................................ ..IV-5
V
PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA ............. .....V-1 5.1. Pengumpulan Data ................................................................... .....V-1 5.1.1. Metode Pengumpulan Data............................................. .....V-1 5.2. Data Hasil Pengujian................................................................ .....V-2 5.3. Pengolahan Data ..................................................................... .... V-7 5.3.1. Histogram ....................................................................... .....V-8 5.3.1.1. Histogram Kadar Asam Lemak Bebas .....................V-8 5.3.1.1. Histogram Kadar ......................................................V-8 5.3.1.1. Histogram Kadar Kotoran ........................................V-9 5.3.2. Uji Normalitas Data ............................................................V-10
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
DAFTAR ISI (Lanjutan) BAB
Halaman
5.3.2.1. Uji Kenormalan Untuk Kadar Asam Lemak Bebas ........................................ ...
V-10
5.3.3. Peta X dan R untuk Kadar Asam Lemak Bebas..................
V-14
5.3.4. Peta X dan R untuk Kadar Air ........................................... V-25 5.3.5. Peta X dan R untuk Kadar Kotoran ....................................V-35
VI
ANALISA DAN EVALUASI ........................................................ ....VI-1 6.1. Analisa ..................................................................................... ....VI-1 6.1.1. Analisa Histogram ......................................................... .... VI-1 6.1.2. Analisa Peta Kendali X dan R ...................................... ...
VI-1
6.1.3. Analisa Kondisi Data di Luar Batas Kendali Dengan Diagram Sebab Akibat ................................................. ... VI-7 6.1.4. Analisa Kemampuan Proses .......................................... ..
VI-10
6.2. Evaluasi ................................................................................... ..... VI-11 6.2.1. Evaluasi Peta Kendali X dan R ......................................... .... VI-11 6.2.1.1. Evaluasi Peta Kendali X dan R Kadar ALB....... .... VI-11 6.2.1.2. Evaluasi Peta Kendali X dan R Kadar Air.......... .... VI-11 6.2.1.3. Evaluasi Peta Kendali X dan R Kadar Kotoran ....... VI-12 6.2.3. Evaluasi Histogram ................................... ..................... .... VI-12 Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
DAFTAR ISI (Lanjutan) BAB
Halaman
6.2.4. Evaluasi Kemampuan Proses ......................................... .. .... VI-12 6.2.5. Evaluasi Cause efect Diagram ......................................... .... VI-13 6.2.5.1. Evaluasi Cause efect Diagram diagram kadar ALB ......................................... ................ .... VI-13 6.2.5.2. Evaluasi Cause efect Diagram diagram kadar Air ......................................... ................... .... VI-14 6.2.5.3. Evaluasi Cause efect Diagram diagram kadar Kotoran ......................................... .............. .... VI-15
VII
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... ..VII-1 7.1. Kesimpulan ............................................................................. ..VII-1 7.2. Saran ....................................................................................... ..VII-2
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman 2.1. Struktur Organisasi PTPN IV PKS Adolina ...........................II-7 2.1. Bagan Batas Kendali Out of Control .................................... III-16 4.1. Langkah-langkah Penelitian .................................................. IV-6
5.1. Histogram Kadar Asam Lemak Bebas ................................
V-8
5.2. Histogram Kadar Air .........................................................
V-9
5.3. Histogram Kadar Kotora ....................................................
V-9
5.4. Peta Kendali X Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) ................ V-18 5.5. Peta Kendali R Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) ................ V-19 5.6. Peta Kendali X Revisi I Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) ... V-21 5.7. Peta Kendali R Revisi I Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) ... V-21 5.8. Peta Kendali X Revisi II Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) . V-23 5.9. Peta Kendali R Revisi II Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) .. V-23 5.10. Peta Kendali X Kadar Air ................................................... V-29 5.11. Peta Kendali R Kadar Air ................................................... V-29 5.12. Peta Kendali X Revisi I Kadar Air ...................................... V-31 5.13. Peta Kendali R Revisi I Kadar Air ...................................... V-32 5.14. Peta Kendali X Revisi II Kadar Air ..................................... V-33 5.15. Peta Kendali X Kadar Kotoran ........................................... V-39 5.16. Peta Kendali R Kadar Kotoran............................................ V-39 Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
5.17. Peta Kendali X Revisi I Kadar Kotoran .............................. V-41 5.18. Peta Kendali X Revisi I Kadar Kotoran .............................. V-42 6.1. Diagram Sebab Akibat Kadar Asam Lemak Bebas ............... VI-8 6.2. Diagram Sebab Akibat Kadar Air ......................................... VI-9 6.3. Diagram Sebab Akibat Kotoran ........................................... VI-10
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman 2.1. Komposisi Tenaga Kerja PTP Nusantara IV Unit Adolina ........II-12 2.1. Kriteria Matang Panen..............................................................II-18 3.1. Hubungan Langkah Pengendalian Mutu,tujuh alat pengendalian Kualitas dan siklus PDCA .............................. ....III-5 5.1. Data Hasil Pengujian Kadar ALB,Kadar Air, dan Kadar Kotoran ...................................................................... .....V-2 5.2. Data Distribusi Frekuensi Kadar Asam Lemak Bebas .............. V-11 5.3. Data Luas Kurva Untuk Kadar Kotoran ................................... .V-12 5.4. Data Revisi Luas Kurva Dan Frekuensi Ekspektasi Kadar ALB ........................................................................... .. V-13 5.5. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data .................................... V-14 5.6. Perhitungan X dan R pada Pengujian Kadar Asam Lemak Bebas ........................................................................ ....V-15 5.7. Perhitungan X dan R pada Pengujian Kadar Air ...................... V-25 5.7. Perhitungan X dan R pada Pengujian Kadar Kotoran ............... V-35 6.1. Analisis Hasil Pengolahan Kadar ALB di luar Batas Kendali ... VI-2 6.2. Analisis Hasil Pengolahan Kadar Air di luar Batas Kendali ...... VI-4 6.3. Analisis Hasil Pengolahan Kadar Kotoran di luar Batas Kendali ............................................................................. .. VI-5 6.4. Jenis Uji Karakteristik dan Jumlah Data Di Luar
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Batas Kendali ........................................................................... VI-6
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Mesin Produksi ....................................................................................... L-1 2. Peralatan Produksi ........................................................................... .. L-2 3. Tabel Wilayah Di Bawah Kurva Normal................................................. L-3 4. Tabel Nilai Kritik Sebaran Che-Kuadrat ................................................. L-4 5. Surat Penjajakan Ke PKS PTPN IV Adolina ........................................... L-5 6. Balasan Perusahaan ................................................................................ L-6 7. Surat Keputusan Tugas Akhir ................................................................. L-7 8. Form Tugas Akhir .................................................................................. L-8 9. Lembar Asistensi .................................................................................... L-9
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
RINGKASAN
Kualitas produk yang baik merupakan persyaratan penting bagi perusahaan untuk memperoleh daya saing produknya di pasaran. Kemampuan bersaing yang tinggi merupakan kunci yang menentukan perusahaan dapat bertahan dan dapat memenangkan persaingan dalam perdagangan bebas. Mutu produk yang baik perlu diciptakan dan program pengawasan kualitas yang efektif dilakukan agar dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Metode Statistical Quality Control (SQC)digunakan untuk evaluasi kinerja kontrol kualitas proses produksi sehingga dihasilkan produk yang berkualitas. Penelitian ini dilakukan di PTP. Nusantara IV PKS Adolina, dimana perusahaan ini memproduksi minyak mentah kelapa sawit (Crude palm Oil). Data yang digunakan adalah data syarat mutu, yaitu kadar asam lemak bebas (ALB), kadar air, dan kadar kotoran. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan metode SQC dengan diagram control chart mean (X) dan control chart range (R), dilanjutkan dengan membuat diagram sebab akibat guna mengetahui penyebab produk berada diluar batas kendali statistik. Hasil penelitian yang dilakukan mulai dari 27 mei -25 juni 2009 menunjukkan untuk kadar ALB dan kadar air 59,25 % tidak memenuhi standar mutu, Sedangkan kadar kotoran sebesar 18,51 % tidak memenuhi persyaratan mutu. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan dengan diagram sebab akibat dapat diidentifikasi faktor-faktor penyebab penyimpangan kualitas seperti faktor bahan baku yang terlalu matang, faktor metode kerja yang terjadi penyimpangan pada pelaksanaan kerja, faktor mesin yang kurang mendapatkan perawatan yang preventif, faktor operator dimana kurang mematuhi standart operasi pabrik.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Pengendalian kualitas merupakan taktik dan strategi perusahaan dalam
persaingan global dengan produk perusahaan lain. Kualitas menjadi faktor dasar keputusan konsumen dalam memilih produk. Bila konsumen merasa produk tertentu jauh lebih baik kualitasnya dari produk pesaing, maka konsumen memutuskan untuk membeli produk tersebut. Tuntutan konsumen yang senantiasa berubah inilah yang perlu direspon perusahaan. Oleh karena itu perusahaan haruslah menerapkan pengendalian kualitas dalam pembuatan produk. PTP. Nusantara IV PKS Adolina merupakan perusahaan yang memproduksi minyak mentah kelapa sawit ( Crude Palm Oil ). Faktor-faktor yang menentukan mutu CPO yaitu, kadar asam lemak bebas, kadar air, kadar kotoran. Keadaan saaat ini menunjukkan dalam melakukan pengolahan minyak sawit mutu yang dihasilkan ternyata selalu bervariasi dan sering tidak memenuhi spesifikasi standard mutu yang ditetapkan perusahaan. Hal ini dapat diketahui dari data yang didapat untuk bulan mei sampai dengan juni, dimana untuk kadar asam lemak bebas terdapat 144 sampel data yang berada diluar batas normal kadar ALB yang ditetapkan perusahaan. Sedangkan untuk kadar air sebanyak 114 sampel data berada diluar batas normal kadar air yang Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
ditentukan perusahaan. Untuk kadar kotoran jumlah sampel data yang berada diluar batas normal yaitu 66 sampel. Berdasarkan data-data diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas minyak sawit dan cara penanggulangannya agar mutu minyak sawit yang diproduksi dapat memenuhi standar yang ditetapkan. Mengacu pada uraian di atas maka dapat diketahui bahwa masalah pengendalian mutu terhadap kualitas produk yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan merupakan suatu hal yang penting dan membutuhkan kajian yang lebih mendalam, Oleh karena itu peneliti menganggap penelitian dibidang pengendalian mutu ini sangat penting dalam mendukung perusahaan untuk memiliki daya saing dengan produk perusahaan lain. Dalam hal ini bentuk penelitian tentang penerapan Statistical Quality Control (SQC).
1.2. Pokok Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas maka pokok permasalahan yang di dapat adalah variasi standard mutu yang sering tidak memenuhi spesifikasi syarat mutu minyak sawit. Spesifikasi syarat mutu minyak sawit dalam penelitian ini yaitu kadar asam lemak bebas (ALB), kadar air dan kadar kotoran yang terdapat pada minyak sawit. Dimana untuk menghasilkan standar mutu pada minyak sawit dilakukan dengan menggunakan teknik pengendalian mutu dengan menggunakan statistic quality control. Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
1.3. Tujuan Penelitian a. Tujuan umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan mutu minyak sawit yang diproduksi. b. Tujuan khusus. Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain : -
Menentukan jumlah sampel yang diluar batas kendali pada setiap faktor mutu sesuai dengan nilai rata-rata dan range dari data syarat mutu CPO yaitu kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran.
-
Menentukan nilai kapabilitas proses (Cp) untuk pengolahan crude palm oil.
-
Mengidentifikasi penyebab penyimpangan kualitas dengan diagram sebab akibat.
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Dapat memberikan salah satu alternatif pemecahan masalah kepada PTP. Nusantara IV PKS Adolina dalam mengatasi masalah pengendalian kualitas. b. Sebagai pedoman bagi perusahaan untuk mengendalikan dan mengontrolan kualitas produk yang dihasilkan.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
1.5. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dalam dalam penelitian ini adalah : 1.
Karakteristik kualitas yang diteliti dibatasi hanya untuk karakteristik kualitas yang berlaku di perusahaan.
2.
Syarat mutu yang diteliti adalah kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran .
3.
Penelitian dilakukan pada produk akhir yaitu Crude Palm Oil (CPO).
4.
Penelitian dilakukan dari tanggal 27 Mei s/d 25 Juni 2009.
5.
Penelitian dibatasi hanya pada shift kerja pertama mulai dari jam 06.30 sampai jam 14.30 WIB.
1.6. Asumsi-asumsi yang Digunakan Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Proses produksi yang berlangsung pada perusahaan dianggap berjalan dengan lancar.
2.
Tidak terjadi perubahan prosedur pengendalian kualitas selama penelitian berlangsung.
3.
Seluruh data yang diperoleh dari pihak perusahaan dianggap benar.
1.7. Sistematika Penulisan
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Agar tulisan ini mudah dipahami maka diadakan pembagian beberapa bab. Sistematika penulisan ini disusun sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah, asumsi yang digunakan dalam penelitian dan sistematika penulisan karya akhir.
BAB II :
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Menguraikan tentang gambaran umum perusahaan, jenis produk dan spesifikasinya, bahan yang digunakan, proses produksi, mesin dan peralatan, serta organisasi dan manajemen.
BAB III :
LANDASAN TEORI Bab ini menguraikan teori-teori yang menunjang, penyelesaian masalah yaitu studi kepustakaan yang berkaitan dengan teori-teori yang merupakan landasan bagi pemecahan persoalan dan hasil studi kepustakaan lainnya yang dianggap turut membantu pemecahan masalah.
BAB IV :
METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisikan tentang langkah-langkah atau tahap-tahap yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan permasalahan dalam melakukan penelitian sesuai dengan teori-teori yang digunakan dalam landasan teori.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
BAB V :
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini berisikan prosedur pengumpulan data yang dibutuhkan dan cara pengolahan data yang diperoleh sesuai dengan model yang telah ditetapkan dan langkah-langkah yang digunakan.
BAB VI :
ANALISA PEMECAHAN MASALAH Pada bab ini akan diuraikan tentang pemecahan masalah dari hasil pengumpulan dan pengolaham data.
BAB VII :
KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini memberikan kesimpulan dari keseluruhan pembahasan yang dilakukan saran-saran yang diharapkan dapat berguna bagi pihak perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan. Unit usaha Adolina pertama kali didirikan pada tahun 1962 oleh pemerintahan Belanda. Unit usaha ini diberi nama NV Cultuur Maatschappy Onderneming (NV CMO). Unit usaha NV CMO ini bergerak dalam budu daya tembakau. Sejak tahun 1983 budi daya tembakau ini di rubah menjadi budi daya kelapa sawit dan karet, dan berubah nama menjadi NV Serdang Cultuur Maatschappy (NV SCM). Pada tahun 1973 budi daya karet diganti dengan budi daya kakao. Pada tahun 1942 pemerintah Jepang mengambil alih unit usaha NV SCM dari tangan pemerintahan Belanda, dan pada tahun 1046 diambil alih lagi oleh pemerintahan Belanda. Pada tahun 1958 perusahaan unit usaha ini di ambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia dan berganti nama menjadi Perusahaan Perkebunan Negara Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
(PPN). Pada tahun 1960 PPN berganti nama menjadi PPN Baru SUMUT V. Pada Tahun 1963 PPN Baru Sumut V dipisah atas dua kesatuan, yaitu : 1.
PPN Karet III Kebun Adolina Hulu, Kantor Kesatuan di Tanjung Morawa
2.
PPN Aneka Tanaman II Kebun Adolina Hilir, Kantor Kesatuan di Pabatu Tahun 1968 PPN Baru Sumut berganti nama menjadi PNP VI dengan
penggabungan kembali PPN Karet III Kebun Adolina Hulu dengan PPN Aneka Tanaman II Kebun Adolina Hilir. Pada tahun 1978 PNP VI dirubah menjadi bentuk Persero dengan nama PT. Perkebunan VI. Tahun 1994 PTP VI, PTP VII, PTP VIII digabung menjadi satu dan di pimpin oleh Direktur Utama PTP VII. Sejak tahun 1996 sampai dengan sekarang gabungan PTP VI, PTP VII, PTP VIII diberi nama PTP Nusantara IV (Persero), dimana Adolina merupakan salah satu unit usaha dari PTP Nusantara IV (Persero) dan merupakan badan usaha milik negara (BUMN).
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha Pabrik kelapa sawit PTP Nusantara IV Adolina merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi minyak sawit yaitu Crude Palm Oil (CPO). PTP Nusantara IV PKS Adolina ini memperoleh bahan baku kelapa sawit dari kebunkebun PPT Nusantara IV unit Adolina sendiri dan sebagian lagi diperoleh dari kebun-kebun rakyat atau swasta sekitarnya. Selain memproduksi Crude Palm Oil (CPO) PTP Nusantara juga memproduksi inti sawit yang selanjutnya tidak
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
dipasarkan, akan tetapi diproses lebih lanjut ke pabrik pengolahan inti sawit di Pabatu.
2.3. Lokasi Perusahaan Lokasi Pabrik pengolahan Kelapa Sawit PTP Nusantara IV Unit Adolina berada
di Kabupaten Serdang Bedagai tepatnya di pinggir jalan raya Medan-
Pematang Siantar Perbaungan dengan jarak 38 Km dari kota Medan. Sesuai Surat Keputusan
Direksi
PT.
Perkebunan
Nusantara
IV
(Persero)
No
:
04.13/Kpts/Org/93/XII/1998 tanggal 17 Desember 1998 memutuskan terhitung tanggal 01 Januari 1999 melebur Kebun Bangun Purba dan merubah statusnya menjadi Afdeling unit kebun Adolina. Luas area hak guna kebun Adolina Seluas 8.965,69 Ha. Dimana dibagi atas dua bagian yaitu 8.636 Ha untuk lahan kelapa sawit dan 329,69 Ha untuk Emplasmaent, pondok, bibitan, pabrik,dll.
2.4. Daerah Pemasaran Produk minyak sawit CPO yang dihasilkan PTP Nusantara IV PKS Adolina ini dipasarkan dengan sistem pemesanan oleh pihak konsumen dimana selanjutnya pesanan minya sawit CPO dikirim kepada pihak konsumen. Daerah pemasaran CPO dari unit usaha Adolina ini di ekspor ke beberapa negara seperti Belanda, Jepang, Belgia dan sebagian dikirim untuk dijual ke pasar lokal. Sedangkan untuk produk inti Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
sawit tidak dipasarkan melainkan diproses lebih lanjut ke pabrik pengolahan inti sawit (PPIS) di PTP Nusantara IV Pabatu.
2.5. Organisasi dan Manajemen Struktur organisasi dan manajemen perusahaan merupakan landasan beroperasinya perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tanpa adanya struktur organisasi dan manajemen, maka semua aktivitas, baik proses produksi maupun administrasi tidak akan berjalan dengan lancar. Struktur organisasi merupakan sistem yang mengatur masalah penetapan dan pembagian pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan serta menetapkan hubungan antara unsur-unsur organisasi sehingga diperoleh suatu bentuk kerja sama yang efektif untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh perusahaan. Kata organizing berasal dari kata organisum/ organ, yang artinya adalah suatu struktur dengan bagian-bagian yang diintegrasikan sedemikian rupa sehingga satu sama lainnya saling berhubungan dan saling mempengaruhi dengan adanya hubungan secara keseluruhan. Organisasi biasa diartikan sebagai adanya sekelompok orang yang mengadakan kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Struktur organisasi dapat didefenisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal dengan mana organisasi dikelola. Struktur organisasi menunjukkan pola hubungan diantara bagian-bagian atau posisi-posisi, yang menunjukkan kedudukan, Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
tugas dan wewenang, serta tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. Pembentukan struktur organisasi dapat dengan melakukan pembagian maupun kombinasi sehingga terbentuk departemen atau unit. Struktur ditentukan atau dipengaruhi oleh badan usaha, jenis usaha, besarnya usaha, dan sistem produksi perusahaan tersebut. Ada beberapa struktur organisasi yang umum yaitu: 1. Organasi garis (Line Organization) Organisasi garis adalah suatu bentuk struktur organisasi dimana kekuasaan dan tanggung jawab diturunkan secara garis dari tingkat pimpinan atas kepada tingkat bawahannya. Dalam bentuk organisasi seperti ini, tidak seorang bawahan pun yang mempunyai atasan lebih dari satu orang, jadi kesimpang siuran perintah yang diterima oleh bawahan sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi. Pada struktur organisasi garis, prinsip unity of commond atau kesatuan dalam komando akan terpelihara dengan baik. Atasan hanya memerintah bawahan tertentu dan bawahan akan memberikan laporan kepada atasan yang memberinya perintah. 2.
Organisasi fungsional Dalam struktur organisasi fungsional, setiap petugas memiliki fungsi yang
telah ditentukan oleh pemimpin perusahaan. Jadi tugas dan tanggung jawab dalam organisasi ini dibagi menurut fungsi masing-masing. Pimpinan tiap bidang berhak memerintah kepada semua pelaksanaan yang menyangkut bidang kerjanya. Petugaspetugas yang setingkat mempunyai wewenang dan tangung jawab yang sama. Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
3.
Organisasi Garis dan Staf Organisasi garis dan staf paling banyak diterapkan karena dianggap paling
dapat memenuhi kebutuhan terutama perusahaan-perusahaan besar. Hal ini disebabkan karena penggabungan dari kebaikan organisasi garis dan fungsional, yakni terdapat Prinsip Unity Of Commond dan spesialisasi bidang pekerjaan.
2.5.1. Struktur Organisasi Perusahaan Organisasi dan manajemen yang baik akan memberikan pendelegasian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang seimbang. Dengan mengetahui tugas dan wewenang yang dibebaninya maka diharapkan kepada setiap personil akan mampu melaksanakan pekerjaannya dengan baik sehingga organisasi dapat berjalan dengan sistematis dan dan efisien. Struktur organisasi yang digunakan oleh PTP Nusantara IV PKS Adolina adalah struktur organisasi campuran lini/garis, fungsional dan staf. Dalam struktur organisasi ini pembagian tugas dilakukan menurut fungsi-fungsi dari tiap karyawan. Dalam struktur organisasi hubungan lini dapat dijumpai pada a.
Hubungan Manager Unit dengan Kepala dinas tanaman, kepala dinas teknik, kepala dinas pengolahan dan kepala dinas tata usaha.
b.
Hubungan Kepala dinas tanaman dengan asisten afdeling
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
c.
Hubungan kepala dinas teknik dengan asisten teknik.
d.
Hubungan kepala dinas pengolahan dengan asisten pengolahan dan asisten laboratorium. Untuk hubungan fungsional dalam struktur organisasi ini dapat dijumpai pada
kelompok asisten afdeling, asisten teknik, asisten pengolahan, asisten laboratorium. Untuk hubungan staf dapat dijumpai pada hubungan Manager unit dengan asisten SDM, dan perwira keamanan. Dalam struktur organisasi ini setiap bawahan/karyawan harus berhubungan pada beberapa atasan. Bawahan tersebut hanya menerima tugas, tanggung jawab, wewenang serta haknya dari atasannya dan sesuai fungsinya. Adapun alasan struktur organisasi ini digunakan adalah karena : a.
Pembidangan tugas yang sesuai dengan lingkungan dan mempertinggi efisiensi kerja.
b.
memberikan kesempatan bagi karyawan spesialisasi untuk dapat memperingan tugas karena hanya bertugas sesuai keahliannya. Struktur organisasi PTP. Nusantara IV PKS Adolina dapat dilihat pada
Gambar 2.1.
MANAGER UNIT
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Ka.Dinas Tanaman
Ka.Dinas Tanaman
Ka.Dinas Tanaman
Ka.Dinas Teknik
Ka.Dinas Pengolahan
Asisten Afdeling 1
Asisten Afdeling 5
Asisten Afdeling 11
Asisten Teknik Sipil
Asisten Pengolahan
Asisten
Asisten
Asisten
Asisten
Ka.Dinas Tata Usaha Asisten SDM
Perwira Pengamanan
2.5.2. Uraian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Adapun uraian wewenang
dan
tanggung
jawab
untuk
masing-masing
bagian sesuai dengan struktur organisasi perusahaan, yakitu sebagai berikut: 1.
Manager Unit Tugas dari Manager Unit adalah memimpin dan mengelola seluruh sektor
produksi dan biaya yang ada di perusahaan yang berpedoman pada kebijakan perusahaan dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan. Adapun wewenang dan tanggung jawab dari Manager Unit adalah sebagai berikut : Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
a.
Memimpin dan pengelola seluruh sektor produksi dan pemakaian biaya yang ada di perusahaan berpedoman kepada kebijakan perusahaan.
b.
Menyusun dan melaksanakan kebijakan umum kebun sesuai dengan pedoman dan instruksi kerja direksi.
c.
Mengkoordinir penyusunan anggaran belanja tahunan perkebunan.
d.
Bertanggung jawab kepada pimpinan perusahaan.
2.
Kepala Dinas Tanaman Kepala Dinas Tanaman bertugas sebagaia wakil manager uunit pengolahan di
bidang tanaman perkebunan yang dibantu oleh asisten. Tugas dan tanggung jawab Kepala Dinas Tanaman adalah sebagai berikut : a.
Membuat dan menyusun recana kerja tahunan atau bulanan yang meliputi target produksi, rencana panen, pemeliharaan dan rehabilitasi.
b.
Merencanakan penyediaan tenaga kerja bagi jenis pekerjaan di tiap-tiap afdeling
c.
Merancanakan penyediaan alat, pupuk, obat dan pemberantasan hama.
d.
Bertanggung jawab kepada Manager Unit.
3.
Kepala Dinas Teknik Kepala Dinas teknik bertugas sebagai wakil dari Manager Unit di bidang
teknik yang dibantu oleh asisten teknik. Tugas dan tanggung jawab dari Kepala Dinas Teknik adalah sebagai berikut : a.
Menyusun dan merencanakan segala kegiatan dibidang teknik.
b.
Mengkoordinasi semua kegiatan dibidang teknik.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
c.
Menyusun dan merencanakan penyediaan bahan-bahan untuk untuk bagian teknik pengolahan.
d.
Bertanggung jawab kepada Manager Unit.
4.
Kepala Dinas Pengolahan Kepala Dinas Pengolahan bertugas sebagai wakil Manager Unit dalam
memimpin pekerjaaan dibidang pengolahan. Tugas dan tanggung jawab dari Kepala Dinas Pengolahan adalah sebagai berikut : a.
Menyusun dan merencanakan kegiatan bagian pengolahan dan laboratoroium.
b.
Mengkoordinir kerja dari bagian laboratorium.
c.
Bertanggung jawab kepada Manager Unit.
5.
Kepala Dinas Tata Usaha Kepala Dinas Tata Usaha bertugas sebagai wakil Manager Unit dalam bidang
administrasi. Kepala Dinas Tata Usaha memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : a.
Mengkoordini segala kegiatan dibidang administrasi.
b.
Mengkoordinir segala pembayaran dan penyediaan barang-barang.
c.
Menyusun anggaran belanja tahunan.
d.
Menyusun daftar gaji, memeriksa dan meneliti keluar masuknya barang dari gudang.
e.
Bertanggung jawab kepada Manager Unit.
6.
Asisten SDM dan Umum
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Asisten Tata Usaha dan SDM bertugas sebagai wakil dari manager Unit dalam bidang SDM dan penerimaan tenaga kerja. Tugas dan tanggung jawab dari Asisten SDM dan Umum adalah sebagai berikut : a.
Melakukan pengawasan dan penerimaan tenaga kerja berpedoman kepada standard yang ditetapkan direksi.
b.
Mengkoordinir kegiatan dalam peningkatan kesejahtraan karyawan.
c.
Membina semua hubungan baik dengan semua pihak didalam dan diluar perusahaan.
d.
Bertanggung jawab kepada Manager Unit.
7.
Perwira Pengaman (Pa.Pam) Perwira Pengaman bertugas memimpin bagian pengamanan di dalam
perusahaan dibantu oleh satuan keamanan. Tugas dan tanggung jawab dari satuan pengamanan adalah sebagai berikut : a.
Mengkoordinir segala kegiatan penjagaan keamanan dan ketertiban pabrik dan perkebunan.
b.
Menjaga keamanan informasi dan inventaris perusahaan.
c.
Mengatur dan memberikan instruksi kepada satuan keamanan pabrik dan perkebunan.
d.
Bertanggung jawab kepada Manager Unit.
8.
Asisten Afdeling
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Asisten afdeling bertugas membantu Kepala Dinas Tanaman memimpin kegiatan di afdeling. Tugas dan tanggung jawab dari asisten afdeling adalah sebagai berikut : a.
Memimpin segala kegiatan di afdeling sesuai dengan petunjuk Kepala Dinas Tanaman dan Manager Unit.
b.
Mengawasi produksi hasil panen di lapangan.
c.
Bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Tanaman.
9.
Asisten Teknik Sipil/Trans/Motor Asisten Teknik Sipil/Trans/Motor bertugas membantu Kepala Dinas
memimpin kegiatan transportasi, dan pengadaan sarana pabrik. Tugas dan wewenang dari Asisten Teknik Sipil/Trans/Motor, yaitu : a.
Mengkoordinir pemakaian kendaraan transportasi/traktor.
b.
Mengawasi pemeliharaan kendaraan transportasi/traktor.
c.
Merencanakan prsarana yang diperlukan dalam pabrik
d.
Bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Teknik.
10. Asisten Pengolahan Asisten pengolahan bertugas membantu memimpin segala kegiatan dibidang pengolahan. 11. Asisten Tata Usaha Asisten Tata Usaha bertugas membantu Kepala Dinas tata usaha dalam menjalankan kegiatan administrasi pada perusahaan. Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
2.5.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.5.3.1. Jumlah Tenaga Kerja Karyawan di PTP Nusantara IV PKS Adolina Tenaga kerja atau karyawan direkrut oleh pihak PTP Nusantara IV. Tenaga kerja ditempatkan sesuai dengan keahliandan kemampuan dari masing-masing karyawan terssebut. Jumlah tenaga kerja yang terdapat pada PTP Nusantara Unit Adolina baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses produksi berjumlah 1.454 orang. Tenaga kerja di PTP Nusantara Unit Adolina terbagi dalam 2 golongan yaitu : 1.
Pegawai Staf Pegawai staf merupakan pegawai yang terdiri atas para pimpina, kepala dinas, asisten.
2.
Pegawai Pelaksana Pegawai pelaksana adalah karyawan harian yang bekerja pada perusahaan, surat pengangkatannya dikeluarkan oleh kantor direksi PTP Nusantara IV. Dapat diangkat menjadi pegawai staff berdasarkan usulan dan penilaian prestasi kerja pegawai. Komposisi tenaga kerja di PTP Nusantara Unit Adolina dapat dilihat pada tabel 2.1.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Tabel 2.1 Komposisi Tenaga Kerja PTP Nusantara IV Unit Adolina Karyawan
Karyawan Pelaksana
Pimpinan
Afdeling/Bagian
Total
Lk
Pr
Jlh
Lk
Pr
Jlh
Manager Unit
2
-
2
-
-
2
Kep.Dinas Tanaman
3
-
3
-
-
3
K.Dinas Tata Usaha
1
-
1
-
-
1
K.Dinas Pengolahan
1
-
1
-
-
1
K.Dinas Teknik
1
-
1
-
-
1
Ass.SDM - Umum
2
-
2
-
-
2
Ass. Tata Usaha
1
-
1
-
-
1
Ass. Teknik
2
-
2
-
-
2
Ass. Pabrik
3
-
3
-
-
3
Ass. Tanaman
13
-
13
-
-
13
Afd.1
-
-
80
32
112
112
Afd.2
-
-
31
27
58
58
Afd.3
-
-
83
32
115
115
Afd.4
-
-
41
20
61
61
Afd.5
-
-
45
36
81
81
Afd.6
-
-
27
17
44
44
Afd.7
-
-
25
18
43
43
Afd.8
-
-
92
38
130
130
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Afd.9
-
-
84
31
115
115
Afd.10
-
-
87
23
110
110
Afd.11
-
-
72
45
117
117
Afd.12
-
-
80
21
101
101
Afd.13
-
-
38
23
61
61
Dinas Sipil
-
-
50
14
64
64
Kantor
-
-
115
40
155
155
Bengkel
-
-
58
-
58
58
Total
1454
Sumber : Pabrik PTPN IV PKS Adolina
2.5.3.2. Jam kerja Jam kerja yang berlaku di PTP Nusantara IV PKS Adolina dibagi atas dua bagian, yaitu : 1. Bagian Kantor Untuk bagian kantor diberlakukan 1 shift dengan 7 jam/hari dan dan 40 jam/minggu dengan rincian sebagai berikut :
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
a. Hari Senin s/d Kamis Pukul 06.30 – 09.30
: Kerja aktif
Pukul 09.30– 10.30
: Istirahat
Pukul 10.30 – 15.00
: Kerja aktif
b. Hari Jum’at Pukul 06.30 – 09.30
: Kerja aktif
Pukul 09.30– 10.30
: Istirahat
Pukul 10.30 – 12.00
: Kerja aktif
c. Hari Sabtu Pukul 06.30 – 09.30
: Kerja aktif
Pukul 09.30– 10.30
: Istirahat
Pukul 10.30 – 13.00
: Kerja aktif
2. Bagian Pabrik Untuk Bagian pabrik terbagi atas 2 shift, yaitu : Shift I
: Pukul 06.30 – 14.30
Shift II
: Pukul 14.30 – bahan baku habis
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
2.5.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Sistem pengupahan atau gaji pada PTP Nusantara IV PKS Adolina dilakukan sebanyak 2 kali pada setiap bulannya, yaitu pada tanggal 4 yang disebut gaji besar dan pada tanggal 15 yang disebut dengan gaji kecil. Sistem pengupahan kepada karyawan dilakukan berdasarkan peraturan pemerintah melalui Surat keputusan Bersama (SKB) yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Departemen Pertanian. Jumlah gaji yang dibeikan kepada karyawan disesuaikan berdasarkan golongan pegawai. Dimana karyawan terdiri dari golongan IA s/d IVD. Selain gaji bulanan karyawan mendapatkan upah lembur dihitung diluar jam kerja serta setiap karyawan akan mendapatkan 39 Kg beras. Untuk meningkatkan kesejahtraan karyawan perusahaan menyediakan fasilitas seperti : 1.
Perumahan untuk setiap karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana yang berada di sekitar lokasi perkebunan pabrik.
2.
Air dan listrik untuk keperluan rumah tangga.
3.
Rumah sakit yang memberikan palayanan kesehatan bagi karyawan.
4.
Tunjangan keselamatan kerja, duka cita, dan tunjangan harian lainnya
5.
Tempat penitipan bayi.
6.
Sarana Pendidikan/sekolah bagi anak karyawan.
7.
Tempat ibadah disekitar perumahan karyawan.
8.
Sarana olahraga.
9.
Tansportasi.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
2.6. Proses Produksi 2.6.1. Standar Mutu Produk PTP Nusantara IV PKS Adolina memproduksi minyak kelapa sawit dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Standar mutu dari minyak kelapa sawit berhubungan dengan aspek kadar asam lemak, kelembapan, kotoran. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar Asam Lemak Bebas (ALB), kadar air, kotoran, Logam besi, logam tembaga, peroksida dan ukuran pemucatan. Kelapa sawit bermutu akan menghasilkan rendemen minyak 22,1 % - 22,2 % (tertinggi) dan kadar asam lemak bebas 1,7 % 2,1 % (terendah), kadar air 0,150 % (tertinggi), kotoran 0,020 %. Sedangkan Syarat mutu inti kelapa sawit adalah sebagai berikut: 1. Kadar minyak minimum (%): 48; cara pengujian SP‐SMP‐13‐1975 2. Kadar air maksimum (%):8,5 ; cara pengujian SP‐SMP‐7‐1975 3. Kontaminasi maksimum (%):4,0; cara pengujian SP‐SMP‐31‐19975 4. Kadar inti pecah maksimum (%):15; cara pengujian SP‐SMP‐31‐1975 Rendahnya mutu minyak kelapa sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor‐faktor tersebut dapat langsung dari sifat induk pohonnya, penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan. Adapun untuk analisa angka mutu dan kerugian pada minyak kelapa sawit dilakukan pada beberapa titik sampel saat produksi mulai dari loading ramp, stasiun perebusan, stasiun Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
penebahan, pengempaan buah, klarifikasi, pengolahan biji, vacum dryer, dan tangki timbun. 2.6.2. Bahan yang Digunakan a.
Bahan Baku Bahan baku yang diolah oleh PTP Nusantara IV PKS Adolina adalah Tandan
Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang diperoleh dari kebun-kebun PTP Nusantara IV unit Adolina dan sebagian lagi diperoleh dari kebun-kebun rakyat disekitarnya. Kelompok varietas tertentu memiliki mutu buah tertentu yang sudah dikenal baik dalam seleksi. Kelompok-kelompok tersebut diklarifikasikan berdasarkan ketebalan relatif dari perikarp, cangkang dan inti dari tandan buah segar. Adapun jenis kelapa sawit yang dibudidayakan adalah : 1.
Kongo : Perikrap tipis 30-40 % dari bobot buah, tebal cangkang 0,4-0,85 cm, inti tipis hingga tebal.
2.
Dura (Dura Deli di Sumatera) : Perikrap 40-70 % dari bobot buah, tebal cangkang 0,2-0,5 cm
3.
Tenera : Perikrap agak tebal ± 60 % dari bobot buah, tebal cangkang 0,1-0,25 cm, , ketebalan initi bervariasimenurut tebal cangkang.
4.
Pisifera : Buah tanpa cangkang, memiliki serat mengelilingi cangkang yang sangat tipis, jarang terdapat diperkebunan.
5.
Diwakkawakka : Buah ditandai oleh mantel yang terdiri dari 6 carpel sekeliling buah.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Tandan buah segar yang matang memiliki kriteria panen seperti perubahan warna dalam membrondolnya buah dari tandan. Adapun kriterian matang panen dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Kriteria Matang Panen Fraksi
Kriteria Matanga Panen
Derajat Kematangan
Panen Tidak ada buah membrondol, buah 00
Sangat merah berwarna hitam pekat 1-12,5 % dari buah luar, buah berwarna
0
Merah hitam kemerahan 12,5-25 % dari buah luar membrondol,
1
Kurang matang buah berwarna kemerahan 25-50% buah luar membrondol, buah
2
Matang berwarna merah mengkilat 50-75 % buah luar membrondol, buah
3
Matang berwarna orange
4
75-100 % buah luar membrondol, buah
Lewat matang
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
berwarna dominan orange 5
Buah bagian dalam ikut membrondol
Lewat matang
Sumber : PTPN IV PKS Adolina Fraksi panen ini sangat mempengaruhi rendemen minyak dan kadar asam lemak bebas. Semakin tinggi fraksi panen maka rendemen minyak akan semakin meningkat. b.
Bahan Tambahan Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi, yang di
tambahkan dalam proses pembuatan produk sehingga dapat meningkatkan mutu produk. Bahan yang di tambahkan dalam proses pembuatan CPO antara lain adalah: 1.
Air Air di gunakan untuk memudahkan pemisahan antara minyak dari daging buah sawit disaat perebusan berlangsung.
2.6.3. Uraian Proses Produksi Produk yang dihasilkan pabrik pengolahan minyak sawit PTP Nusantara IV Adolina berupa minyak mentah kelapa sawit atau juga disebut CPO (Crude Palm Oil). CPO diolah dari daging buah kelapa sawit oleh pabrik pengolahan minyak sawit PTP Nusantara IV Adolina yang berkapasitas 30 Ton/jam.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Dalam proses pengolahan kelapa sawit dari tandan buah segar kelapa sawit hingga dihasilkan CPO harus melalui beberapa tahapan sebagai berikut : 1.
Stasiun Penerimaan Buah. Kelapa sawit yang berasal dari perkebunan diangkut ke pabrik dengan
menggunakan truk. Setelah sampai di pabrik, kelapa sawit beserta truk ditimbang terlebih dahulu di jembatan timbang dengan kapasitas 50 ton yang dilengkapi denga sistem komputerisasi. Dengan menggunakan LAN (Local aArea Network) hasil penimbangan dapat dipantau langsung dari kantor manager, KDP, KDT, dan bagianbaian lain yang berkaitan. Kelapa sawit yang telah ditimbang kemudian dimasukkan ke loading ramp. Loading ramp ini digerakkan dengan elektromotor dengan sistem hidrolik untuk membuka dan menutup pintu (Door Sliding). Terdapat 13 pintu loading ramp yang masing-masing berkapasitas 15 ton. Adapun fungsi dari loading ramp ini adalah : a.
Sebagai tempat penampungan TBS untuk disortasi sebelum proses.
b.
Mengurangi kadar kotoran dengan memasang kisi-kisi dari reil eks pakai.
c.
Mengatur TBS yang akan dimasukkan kedalam lory sebelum direbus Dari loading ramp TBS dimasukkan kedalam rangkaian lori untuk
dimasukkan kedalam stasiun perebusan. 2.
Stasiun Perebusan. Di dalam stasiun perebusan ini TBS yang berasal dari loading ramp
dimasukkan kedalam lori untuk selanjutnya direbus didalam mesin sterilizer. Lori Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
tersebut didipindahkan menuju sterilizer dengan menggunakan transfer Carrier. Sterilizer berbentuk silinder yang berjumlah 3 unit dengan sistem 2 pintu dan memakai sistem PLC (Program Local Control) dengan waktu merebus buah ± 90 menit. Masing-masing sterilizer berkapasitas 10 lori (± 25 ton TBS). Sistem perebusan yang digunakan memakai sistem perebusan 3 puncak (Treapel Peak). Dengan
menggunakan
mikrokontroler
ATMEL
AT89S51
yang
mengatur
pembuangan uap dengan waktu yang sudah ditentukan untuk mencapai tekanan yang dibutuhkan, yaitu :
a.
Puncak I : 2,0 Kg/cm2
b.
Puncak II : 2,5 Kg/cm2
c.
Puncak III: 3,0 Kg/cm2 Sterilizer ini memiliki fungsi sebagai berikut :
a.
Merebus TBS agar buah mudah lepas dari janjangan.
b.
Mematikan enzim-enzim yang menyebabkan kenaikan asam lemak bebas.
c.
mengurangi kadar air yang terdapat pada buah
d.
Memudahkan pada proses penebahan. Dari sterilizer lori-lori yang berisi TBS hasil rebusan ditarik menuju tempat
hosting crane dengan menggunakan mesin capstand. 3.
Stasiun Penebahan. Stasiun penebahan memiliki fungsi untuk memisahkan brondolan dari
tandannya. Buah yang terdapat di lori diatur masuk kedalam threser dengan bantuan Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
hosting crane. Hosting crane ini akan mengangkat lori berisi TBS ke auto feeder. Didalam threser dipisahkan antara tandan dan brondolan matang dengan cara dibantingkan/dijatuhkan dari atas kebawah sambil diputar. Brondolan sawit diteruskan ke stasiun kempa dengan menggunakan fruit elevator, sedangkan janjangan kosong dikeluarkan dengan menggunakan conveyor untuk diperiksa kembali. Jika terdapat brondolan di janjangan yang belum terlepas maka janjangan akan kembali direbus untuk menghndari losis. Batas minimal brondolan sisi untuk dikembalikan sekitar 5 %. Janjangan yang benar-benar kosong di bawa ke hooper untuk dibawa ke perkebunan sebagai pupuk organik, selain itu janjangan kosong juga dapat digunakan sebagai bahan bakar boiler.
4.
Stasiun Kempa. Distasiun ini brondolan yang telah dibawa fruit elevator diteruskan ke mesin
digester. Fungsi dari mesin digester ini untuk mencincang dan melumat brondolan sehingga daging an biji mudah dipisahkan. Selain itu degister juga berfungsi mengeluarkan sebagian minyak dari brondolan yang timbul akibat proses pengadukan. Degister juga memudahkan untuk mengelurakan minyak di screw press. Buah yang sudah di lumat di digester dipress untuk mengeluarkan minyak dan memisahkan daging buah dengan biji. Hasil minyak kasar dari screw press dialirkan menuju Sand Trap Tank dan oil gutter. Sedangkan biji yang telah terpisah dari daging dibawa ke Cake Brake Conveyor (CBC) menuju stasiun pabrik biji. 5.
Stasiun Klarifikasi
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Di stasiun klarifikasi minyak kasar tersebut menuju San Trap Tank. Sand Trap Tank adalah suatu alat berbentuk silinder yang bekerja dengan berdasarkan berat jenis antara air dengan minya, dimana berat jenis air lebih tinggi dbandingkan dengan berat jenis minyak sehinggan dengan mudah minyak yang berada diatas air mengalir masuk ke saringan getar (Circular Vibrating Screen). Untuk pengiriman minyak kasar ke San Trap Tank dibatu dengan air panas dari Hot Water Tank. Di saringan getar minyak akan disaringdan dipisahkan dari kotoran. Hasil saringan akan dimasukkan ke Crude Oil Tank (Bak RO), sedang kotoran yang masih mengandung minyak dikembalikan untuk diolah kembali di digester. Di bak RO minyak akan diendapkan sementara, dimana minyak bersih yang berada pada lapisan atas dipompakan menuju Continous Settling Tank (CST). Sedangkan kotoran yang masih mengandung minyak dialirkan ke parit untuk dikutip kebali di bak Vet Vit. Minyak yang berada di CST dipanaskan 950C dan diaduk untuk memisahkan minyak, air, dan kotoran. Minyak bersih yang berada di lapisan paling atas sekitar 60 cm dari permukaaan. Kadar minyak yang 99 % di masukkan ke Oil Tank untuk di reduksi kadar airnya dengan oil purifer. Minyak murni dari Oil Purifier di alirkan ke Vacum Dryer untuk dimurnikan kembali sebelum ke tangki timbun. Sedangkan minyak kotor yang bercampur lumpur (sludge) yang berada pada lapisan bawah dialirkan menuju sludge tank untuk memisahkan minyak lumpur dan kotoran halus seperti pasir. Setelah dari sludge tank minyak kotor menuju Balancing Tank sebagai penampung cairan sludge sebelum diolah sludge seperator. Pada sludge seperator Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
minyak yang bercampur dipisahkan dengan sistem centrifugal dan prinsip berat jenis. Minyak yang berat jenisnya rendah akan tersisi didalam dan dialirkan ke oil tank untuk selanjutnya kembali ke oil purifier dan dialirkan ke vacum dryer. Sedangkan lumpur dibuang sebagai limbah. Minyak murni yang berada di vacum dryer dikurangai kadar airnya dengan sistem pemanasan dan vakum. Minyak murni kemudian dikirimkan ke tangki timbun. 6.
Stasiun Penimbunan Minyak. Di stasiun penimbunan minyak terdiri dari tangki timbun yang terdiri dari 2
unit dengan kapasitas 500 ton dan 1 unit berkapasitas 950 ton. Setiap tangkinya dilengkapi dengan pipa pemanas uap. Pipa ini juga dilengkapai dengan pompa minyak sebanyak 2 unit dengan kapasitas 30 dan 60 m3/jam. Fungsi dari tangki timbun ini adalah sebagai berikut : 1.
Tempat penimbunan minyak CPO.
2.
Tempat pengukuran hasil CPO pada setiap pengolahan.
3.
Tempat pegiriman minya via truk.
7.
Stasiun Pengutipan Minyak. Stasiun pengutipan minyak merupakan tempat untuk mengutip minyak dari
limbah yang diperkirakan masih mengandung minyak. Di stasiun pengutipan minyak ini terdiri dari bak Vet Vit dengan kapasitas 2 x 84 m3 dilengkapi pemanas dan pompa-pompa dengan kapasitas 20 m3/jam. Limbah yang diperkirakan masih
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
mengandung minyak ditampung di bak dan diendapkan untuk diambil sisa minyak yang kemudian akan diolah kembali di stasiun klarifikasi. Minyak yang masih terbawa dari buangan Vet Vit menuju rodos, yaitu alat yang berupa drum-drum yang ditempatkan dalam bak yang ditambahkan air untuk memisahkan minyak dan kotoran berdasarkan berat jenisnya sehingga minya berada di lapisan permukaan. Rodos dilengkapi talang untuk mengalirkan minyak ke crude oil tank.
2.7. Mesin dan Peralatan 2.7.1. Mesin Produksi Adapun spesifikasi mesin produksi yang ada di PTP Nusantara IV Unit Adolina dapat dilihat pada Lampiran 1. 2.7.2. Peralatan Produksi Adapun spesifikasi peralatan produksi yang ada di di PTP Nusantara IV Unit Adolina dilihat pada Lampiran 2.
2.8. Utilitas Utilitas adalah pendukung kelancaran proses produksi disuatu pabrik. Kebutuhan akan utilitas di di PTP Nusantara IV PKS Adolina meliputi : Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
1. Air Air yang digunakan untuk di PTP Nusantara IV Unit Adolina adalah berasal dari sungai. Air yang berasal dari sungai di pompa dengan mesin diesel yang berjumlah 3 unit dengan kapasitas pompa masing-masing 80-100 m3/jam. Jarak yang ditempuh dari sungai ke lokasi pabrik 1,6 Km. Air yang diterima akan masuk ke Water Clarifier Tank. Disini air akan diendapkan untuk memisahkan kandungan lumpur dan dialirkan ke Water Basin untuk dijernihkan dengan memakai tawas. Setelah dijernihkan di Water Basin air dialirkan ke Sand Filter untuk disaring kembali agar siap pakai. Air yang telah siap pakai dipompa ke menara air untuk mengirim air ke pabrik, kantor dan perumahan. 2. Tenaga Listrik Tenaga listrik sangat diperlukan dalam menjalankan proses produksi. Sumber tenaga listrik pada di PTP Nusantara IV Unit Adolina adalah sebagai berikut : 1. Ketel Uap Ketel uap adalah alat yang digunakan untk mengubah air menjadi uap dan dengan jalan pemanasan yang diperoleh dari hasil pembakaran bahan bakar dengan proses heat transfer. Ketel uap dipanaskan dengan membakar bahan bakar yang dikirim berupa ampas dan cangkang ataupun janjangan kosong. Ketel uap yang digunakan di PTP Nusantara IV PKS Adolina adalah pipa air vertikal. Jenis ketel uap yang terdapat di PKS Adolina adalah jenis TAKUMA Type N-600 SA dengan kapsitsa 20 ton/jam. Hasil dari ketel uap ini berupa tenaga uap yang berfungsi untuk menggerakkan turbin Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
2. Generator Diesel Merupakan pembangkit listrik cadangan denga menggunakan bahan bakar solar. Jumlah Generator diesel ini 3 unit dengan kapasitas 270 Hp 2 unit dan 298 1 unit dengan tipe 3306 B.
2.9. Safety and Fire Protection PTP Nusantara IV telah memiliki standar keselamatan dan kesehatan kerja yang barada dibawah pengawasan P2K3 ( Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Adapun Penerapan standar keselamatan dan kesehatan kerja di PTP Nusantara IV Adolina adalah sebagai berikut : 1.
Pengenalan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) kepada tamu yang dilakukan oleh SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang berada dibawah P2K3 ( Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
2.
Lingkungan P2K3 yaitu 1400:200.
3.
Surat ijin kerja karyawan terhadap 3 kategori pekerjaan, yaitu : a. Panas
: Areal vet vit
b. Kedalaman
: Tangki timbun minyak
c. Ketinggian
: Pencucian atap seng pabrik
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
4.
Prosedur keadaan darurat dimana apabila lonceng darurat berbunyi maka seluruh pekerja harus menuju ke titik evakasi.
5.
Pelaporan sumber bahaya/cidera.
6.
Menyediakan kotak P3K sebanyak dua buah di setiap lingkungan pabrik.
7.
Diharuskan memakai alat pelindung diri setiap memasuki area pabrik
8.
Mematuhi pembatas akses yang berada di daerah terlarang bagi tamu terkecuali didampingi oleh penyelia.
2.10. Waste Treatment Limbah yang dihasilkan pada pabrik kelapa sawit terdri atsa limbah padat dan limbah cair. Limbah padat yang dihasilkan terdiri dari cangkang dan tandan kosong. Limbah cair yang dihasilkan terdiri dari air kondensat, air cucian, air hydroclone. Pengolahan limbah kelapa sawit meliputi pengendalian oil plant control, sistem pengendalian pada kolam limbah sehingga air yang keluar dari pabrik memenuhi persyaratan.
2.10.1. Pengolahan Limbah Cair Dalam penanggulangan limbah cair pada PTP Nusantara IV PKS Adolina ini terdiri dari 5 proses. 1.
Bak Vet Vit
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Bak Vet Vit berfungsi sebagai tempat penampungan sementara losses minyak hasil dari pengolahan. Bak Vet Vit ini menampung sisa hasil olahan dari air kondensat/rebusan, air buangan klarifikasi, dan air buangan hydrocyclone. Bak Vet Vit terdiri dari dua bak dimana setiap bak terbagi menjadi 3 bagian yang diskat antara satu dengan yang lainnya. Dimana tiap bagian yang diskat menampung sisa olahan sebagai berikut : a.
Bagian pertama : bagian ini tempat pertama masuknya losses minyak hasil pembuangan dari pabrik.
b.
Bagian Kedua
: Bagian ini tempat sisa lumpur dan air dari bagian pertama
yang masih mengandung minyak. c.
Bagian Ketiga
: Bagia ini terdiri dari sisa lumpur dan air dari bagian kedua
yang masih mengandung minyak. Untuk mengoptimalkan pemisahan, pengutipan minyak dan menurunkan viscositas cairan minyak dijaga agar suhu minyak tetap tinggi dengan cara injeksi uap hasil dari BPV ke setiap ruangan dengan tekanan 3 Kg/Cm3. Pada bagian ketiga bak Vet Vit dipasang pipa pengeluaran ke Deoling Pond untuk mengalirkan cairan yang mengandung sedikit minyak ke kolam limbah. Lapisan minyak yang terdapat di permukaan dari tiap-tiap ruangan pada akhir pengolahan akan di kutip dan dialirkan ke pompa untuk seanjutnya ke pabrik untuk diolah kembali. 2.
Deoling Pond
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Deoling Pond berfungsi sebagai tempat penampungan sisa pemisahan minyak dan lumpur serta yang berasal dari kolam vet vit sebelum dialirkan ke kolam limbah. Deoling Pond terdiri dari bak yang berbentuk trapesium dimana bagian bawah lebih kecil dari bagian atas. Untuk pengutipan minyak yang dibagian atas maka dipasang rodos yang berputar yang digerakkan dengan elektromotor. Letak rodos berada di ujung Deoling Pond dan berada diatas permukaan cairan yang disanggah oleh dua buah tiang dan tali penahan serta untuk mengatur naik-turun rodos. Cairan yang mengandung minyak yang ditampung oleh Deoling Pond setelah beberapa hari kendungan minyak akan semakin banyak sehingga dapat dikutip dan diolah kembali.
3.
Kolam Limbah Kolam limbah berfungsi sebagai penampung aktif sisa pengolahan cairan
yang masih mengandung PH 4 untuk selanjutnya diolah kembali agar dapat dimanfaatkan dan di salurkan ke bagian penerimaan. Limbah cairan yang dikutip dari Deoling Pond mempunyai karakteristik asam dengan PH 4-4,5 dengan suh 70-800C agar bakteri isopilik dapat berkembang biak dengan baik. Selanjutnya akan di alirkan ke kolam limbah pengasaman yang berfungsi sebagai prakondisi bagi limbah sebelum masuk ke kolam anaerobik. Pada kolam ini limbah akan dirubah menjadi VFA (Valuttie Fatty Acid) atau asam lemak mudah menguap. Resirklasi dlakukan dengan mengalirkan cairan dari kolam anaerobik yang terakhir ke saluran masuk kolam pengasaman yang bertujuan untuk menaikan PH, menambah bakteri, Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
membantu pendinginan. Di kolam anaerobik nilai BOD akan diturunkan berkisar antara 3500-5000 mg/l dengan PH 6-9. 4.
Proses Fakultatif Proses yang terjadi pada kolam ini adalah penonaktifan bakteri anaerobik dan
proses pra kondisi aerobik. Indikasi dari aktivitas ini dapat dilihat pada permukaan kolam dengan tidak dijumpai scum pada cairan yang berwarna kehijau-hijauan. 5.
Proses Aerobik Proses yang berlangsung pada kolam aerobik adalah penumbuhan
ganggangdan mikro heterotrof yang membentuk flok. Ini merupakan proses penyedian oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba dalam kolam metoda pengadaan oksigen yang dilakukan secara alami. Dari rangkaian proses pengolahan limbah cair membutuhkan waktu selama ±120-150 hari.
2.10.2. Pengolahan Limbah Padat Limbah pada yang dihasilkan dari pengolahan minyak sawit berupa cangkang, tandan kosong. Tandan kosong yang dihasilkan dari pengolahan akan dikumpulkan dan akan dijadikan sebagai pupuk di perkebunan, sebagian akan dijadikan bahan bakar ketel. Sedangkan limbah padat yang berupa cangkang digunakan sebagai bahan bakar ketel. Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
BAB III LANDASAN TEORI Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
3.1. Defenisi Mutu Dalam dunia industri baik industri jasa maupun manufaktur mutu adalah faktor kunci yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan dan peningkatan posisi bersaing. Mutu merupakan sesuatu yang diputuskan oleh pelanggan, bukan oleh pemasaran atau manajemen. Mutu didasarkan pada pengalaman aktual pelanggan terhadap produk atau jasa, dimana diukur berdasarkan persyaratan pelanggan tersebut dinyatakan atau tidak dinyatakan, secara teknis atau bersifat subyektif dan selalu mewakili sasaran yang bergerak dalam pasar yang penuh persaingan. Mutu adalah keseluruhan karakteristik produk dan jasa dari pemasaran, rekayasa, pembikinan, dan pemeliharaan yang membuat produk dan jasa yang digunakan memenuhi harapan-harapan pelanggan. Harapan disini mencakup kemudahan perawatan, kemudahan dalam penggunaannya, desain yang baik, harga yang ekonomis, daya tahan dan ketersediaan produk tersebut. Pengendalian mutu adalah pengunaan teknik-teknik dan aktivitas-aktivitas untuk mencapai, mempertahankan dan meningkatkan mutu suatu produk atau jasa. Pengendalian mutu juga dapat dikatakan yaitu suatu proses pengaturan secara standar yang telah ditentukan, dan melakukan tindakan tertentu jika terdapat perbedaan. Maksud dari kebanyakan pengukuran mutu ini adalah menentukan dan mengevalusi tingkatan dimana produk atau jasa mendekati keinginan atau harapan dari konsumen. 3.2. Analisis Pengendalian Mutu Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Analisis peningkatan mutu merupakan aktivitas teknik dan manajemen dimana kita mengukur karakteristik dari kualitas suatu barang atau jasa, kemudian membandingkan hasil pengukuran dengan spesifikasi produk yang diinginkan oleh pelanggan dan mengambil tindakan peningkatan yang tepat apabila ditemukan perbedaan diantara kinerja aktual dan standar. Berdasarkan uraian diatas pengendalian mutu merupakan suatu metodologi pengumpulan dan analisis data kualitas, serta menentukan dan menginterpretasikan pengukuran-pengukuran yang menjelaskan tentang proses dalam suatu sistem industri untuk meningkatkan kualitas produk guna memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan. Dengan demikian pengertian peningkatan dan pengendalian manajemen mutu lebih menekankan pada aspek peningkatan proses industri dengan menggunakan data kualitas yang dikumpulkan dan diinterpretasikan dengan menggunakan alat-alat analisis termasuk teknik-teknik statistika. Dalam konteks pembahasan tentang analisis data untuk peningkatan proses dengan menggunakan teknik-teknik statistika, terminologi kualitas didefenisikan sebagai konsistensi peningkatan atau perbaikan dan penurunan variasi karakteristik kualitas dari suatu produk yang dihasilkan, agar memenuhi kebutuhan yang telah dispesifikasikan guna meningkatkan kepuasan pelanggan.
3.3. Langkah-Langkah Pengendalian Mutu Standardisis
sangat
diperlukan
sebagai
tindakan
pencegahan
untuk
memunculkan kembali masalah kualitas yang pernah ada dan telah diselesaikan. Hal Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
ini sesuai dengan konsep pengendalian mutu berdasarkan sistem manajeme mutu yang berorientasi pada strategi pencegahan, bukan pada strategi pendeteksian saja. Berikut ini adalah langkah-langkah yang sering digunakan dalam analisis dan solusi masalah mutu. 1.
Memahami kebutuhan peningkatan kualitas Langkah awal dalam peningkatan kualitas adalah bahwa manajemen harus secara jelas memahami kebutuhan untuk peningkatan mutu. Manajemen harus secara sadar memiliki alasan-alasan untuk peningkatan mutu dan peningkatan mutu merupakan suatu kebutuhan yang paling mendasar. Tanpa memahami kebutuhan untuk peningkatan mutu, peningkatan kualitas tidak akan pernah efektif dan berhasil. Peningkatan kualitas dapat dimulai dengan mengidentifikasi masalah kualitas yang terjadi atau kesempatan penigkatan apa yang mungkin dapat dilakukan. Identifikasi masalah dapat dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan dengan menggunakan alat-alat bantu dalam peningkatan kualitas seperti brainstrorming, Check sheet, atau pareto diagram.
2.
Menyatakan masalah kualitas yang ada Masalah-masalah utama yang telah dipilih dalam langkah pertama perlu dinyatakan dalam suatu pernyataan yang spesifik. Apabila berkaitan dengan masalah kualitas, masalah itu harus dirumuskan dalam bentuk informasiinformasi spesifik, jelas, tegas dan dapat diukur. Diharapkan dihindari pernyataan masalah yang tidak jelas dan tidak dapat diukur.
3.
Mengevaluasi penyebab utama
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Penyebab utama dapat dievaluasi dengan menggunakan diagram sebab akibat dan menggunakan teknik brainstrorming. Dari berbagai faktor penyebab yang ada, kita dapat mengurutkan penyebab-penyebab dengan menggunakan diagram pareto berdasarkan dampak dari penyebab tehadap kinerja produk, proses, atau sistem manajemen mutu secara keseluruhan. 4.
Merencanakan solusi atas masalah Diharapkan rencana penyelesaian masalah berfokus pada tindakan-tindakan untuk menghilangkan akar penyebab dari masalah yang ada. Rencana peningkatan untuk menghilangkan akar penyebab masalah yang ada diisi dalam suatu formulir daftar rencana tindakan.
5.
Melaksanakan perbaikan Implementasi rencana solusi terhadap masalah mengikuti daftar rencana tindakan peningkatan kualitas. Dalam tahap pelaksanaan ini sangat dibutuhkan komitmen manajemen dan karyawan serta partisipasi total untuk secara bersamasama menghilangkan akar penyebab dari masalah kualitasyang telah teridentifikasi.
6.
Meneliti hasil perbaikan Setelah melaksanakan peningkatan kualitas perlu dilakukan studi dan evaluasi berdasarkan data yang dikumpulkan selama tahap pelaksanaan unutk mengetahui apakah masalah yang ada telah hilang atau berkurang. Analisis terhadap hasil-hasil temuan selama tahap pelaksanaan akan memberikan
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
tambahan informasi bagi pembuatan keputusan dan perencanaan peningkatan berikutnya. 7.
Menstandardisasikan solusi terhadap masalah Hasil-hasil yang memuaskan dari tindakan pengendalian kualitas harus distandardisasikan, dan selanjutnya melakukan peningkatan terus menerus pada jenis masalah yang lain. Standardisasi dimaksudkan untuk mencegah masalah yang sama terulang kembali.
8.
Memecahkan masalah selanjutnya Setelah selesai masalah pertama, selanjutnya beralih membahas masalah selanjutnya yang belum terpecahkan (jika ada). Hubungan delapan langkah pengendalian mutu diatas dengan tujuh alat pengendali kualitas dan siklus PDCA dapat dilihat pada Tabel 3.1. dibawah ini. Tabel 3.1. Hubungan Langkah Pengendalian Mutu, Tujuh Alat Pengendalian Kualitas, Siklus PDCA Delapan Langkah Pengendalian Mutu
Tujuh alat pengendali kualitas
1. Memahami kebutuhan Check sheet, pareto diagram, peningkatan kualitas histogram, cause effect diagram, scatter diagram 2. Menyatakan masalah kualitas yang ada 3.
Mengevaluasi utama
4.
Merencanakan solusi atas masalah
PDCA PLAN
penyebab
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Tabel 3.1. Hubungan Langkah Pengendalian Mutu, Tujuh Alat Pengendalian Kualitas, Siklus PDCA Delapan Langkah Pengendalian Mutu 5.
Melaksanakan perbaikan
6.
Meneliti hasil perbaikan
7.
Menstandardisasikan solusi terhadap masalah
8.
Memecahkan selanjutnya
Tujuh alat pengendali kualitas
PDCA DO
Check sheet, pareto diagram, histogram, cause effect diagram, scatter diagram
CHECK
ACTION
masalah
3.4. Pengertian Statistic Quality Control (SQC) Statistik merupakan teknik pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan pada suatu analisa informasi yang terkandung di dalam suatu sampel dari populasi. Metode statistik memegang peranan penting dalam jaminan kualitas. Metode statistik memberikan cara-cara pokok dalam pengambilan sampel produk, pengujian serta evaluasi dan informasi di dalam data yang digunakan untuk mengendalikan dan meningkatkan proses pembuatan. Pengendalian kualitas merupakan aktivitas teknik dan manajemen dimana mengukur karakteristik kualitas dari produk atau jasa, kemudian membandingkan hasil pengukuran itu dengan spesifikasi produk yang diinginkan serta mengambil Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
tindakan peningkatan yang tepat apabila ditemukan perbedaan kinerja aktual dan standar. Pengendalian kualitas produksi dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan penggunaan bahan/material yang bagus, penggunaan mesinmesin/peralatan produksi yang memadai, tenaga kerja yang terampil, dan proses produksi yang tepat. Dalam hal ini pengendalian kualitas secara statistik (Statistical Quality Control) dapat digunakan untuk menemukan kesalahan produksi yang mengakibatkan produk tidak baik, sehingga dapat diambil tindakan lebih lanjut untuk mengatasinya. Statistic Quality Control (pengendalian kualitas statistik) adalah teknik yang digunakan untuk mengendalikan dan mengelola proses baik manafaktur maupun jasa melalui penggunaan metode statistik (Dorothea. W.A,2003). Pengendalian kualitas statistik merupakan teknik penyelesaian masalah yang digunakan untuk memonitor, mengendalikan, menganalisis, mengelola, dan memperbaiki produk dan proses menggunakan metode-metode statistik. Dalam banyak proses produksi bagaimanapun baiknya suatu rancangan atau pemeliharaan akan selalu ada variabilitas dasar. Variabilitas dasar atau gangguan dasar ini merupakan pengaruh komulatif dari banyak sebab-sebab kecil yang pada dasarnya tidak terkendali. Variabilitas yang dimaksud adalah variabilitas antar sampel dan variabilitas dalam sampel. Apabila sampel diambil dari populasi yang sama, variasi statistik akan terjadi dari sampel kesampel dan variasi range dapat dihitung. Bentuk ini merupakan Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
dasar dari batas yang dihitung pada peta kendali atau control chart dan banyaknya penerimaan. Dimana tujua akhir dari pengendalian kualitas statistik adalah menyingkirkan atau mengurangi variabilitas dalam proses. Pendendalian kualitas statistik (statistic quality control) secara garis besar digolongkan menjadi dua, yaitu pengendalian proses statistik (statistic process control) dan recana penerimaan sampel produk (acceptance sampling). Berdasarkan jenis data yang digunakan pengendalian kualitas statistik dapat dibagi atas dua golongan, yaitu pengendalian kualitas untuk data variabel dan pengendalian kualitas untuk data atribut.
3.5. Data Atribut dan Data Variabel 3.5.1. Data Variabel Pengumpulan data adalah langkah dalam prosedur pengendalian mutu. Dengan data yang relevan maka dapat disajikan suatu informasi yang dapat memenuhi objek dari pengendalian mutu, yaitu mendeteksi, mencegah dan mengoreksi produk yang cacat. Didalam pengumpulan data terdapat dua jenis data yaitu data variable dan data atribut. Data variable merupakan data kuantitatif yang diukur untuk keperluan analisis. Contoh dari data variable karakteristik kualitas adalah diameter pipa, ketebalan produk, berat produk dan lain-lain. Ukuran-ukuran berat, panjang, tinggi, diameter, volume biasanya merupakan data variabel.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Pengendalian kualitas statistik untuk data variable sering disebut dengan metode peta kendali (control chart) variabel. Manfaat pengendalian kualitas proses untuk data variabel adalah memberikan informasi mengenai perbaikan kualitas, menentukan kemampuan proses setelah perbaikan kualitas tercapai, membuat keputusan yang berkaitan dengan spesifikasi produk, membuat keputusan yang berkaitan dengan proses produksi, dan membuat keputusan terbaru yang berkaitan dengan produk yang dihasilkan. Peta kontrol yang umum digunakan untuk data variable adalah peta X-Bar – R, dan peta X-MR.
3.5.2. Data Atribut Banyak karakteristik kualitas tidak dapat diklasifikasikan sesuai kuantitasnya. Dalam suatu kasus kita selalu mengklasifikasikan tiap-tiap item yang diperiksa sebagai data yang seragam dan data yang tidak seragam kedalam suatu spesifikasi dalam suatu karakteristik. Karakteristik dalam jenis ini yang disebut data atribut. Data atribut merupakan data kualitatif yang dapat dihitung untuk pencatatan dan analisis. Contoh dari data atribut karakteristik kualitas adalah ketiadaan label pada kemasan, banyaknya jenis cacat. Data atribut iasanya diperoleh dalam bentuk unitunit yang ketidaksesuaian dengan spesifikasi atribut yang ditetapkan. Pada umumnya data atribut digunakan dalam peta kontrol p, np, c, dan u.
3.6. Alat-Alat Pengendali Kualitas
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Alat-alat pengendalian kualitas diperlukan untuk melakukan pengendalian kualitas dimana untuk mendeteksi adanya cacat dari suatu produk. Fungsi alat pengendalian kualitas adalah meningkatkan kemampuan perbaikan proses sehingga akan diperoleh peningkatan kemampuan berkompetensi, dan meningkatkan produktifitas sumber daya. Alat-alat pengendalian kualitas yang digunakan adalah statistik proses kontrol (Statistical process Control-SPC). statistik proses kontrol ini dibuat dengan tujuan untuk mendeteksi penyebab khusus yang mengakibatkan terjadinya kecacatan atau proses diluar kontrol sedini mungkin sehingga kualitas produk dapat dipertahankan. Statistik proses kontrol ini terdiri dari 7 alat pengendalian kualitas yang lebih dikenal dengan nama seven tools. Tujuh alat pengendalian kualitas yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Check Sheet (Lembar Pemeriksaan) Check Sheet merupakan alat praktis yang digunakan untuk mengumpulkan, mengelompokkan, dan menganalisa data sederhana dan mudah. Ada beberapa jenis check sheet yang dikenal dan umum digunakan untuk keperluan pengumpulan data yaitu : a.
Production Process Distribution Check Sheet. Check Sheet ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berasal dari proses
produksi atau proses kerja lainnya. Output kerja sesuai dengan klasifikasi yang telah ditetapkan dimasukkan dalam lembar kerja, sehingga akhirnya secara langsung akan dapat diperoleh pola distribusi yang terjadi. Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
b.
Defective check Sheet Mengurangi jumlah kesalahan atau cacat yang ada dalam suatu proses kerja maka
terlebih dahulu kita harus mampu mengidentifikasi jenis kesalahan yang ada dan persentasenya. Setiap kesalahan biasanya akan diperoleh dari faktor-faktor penyebab yang berbeda sehingga tindakan korektif yang tepat harus diambil sesuai dengan jenis kesalahan dan penyebabnya tersebut. c.
Defect Location Check Sheet
Check Sheet ini berupa lembaran pemeriksaan dimana gambar skets dari benda kerja disertakan sehingga lokasi cacat yang terjadi bisa segera diidentifikasikan check sheet seperti ini akan dapat mempercepat proses analisis dan pengumpulan tindakantindakan korektif yang diperlukan. Tujuan utama dari check sheet adalah untuk memastikan bahwa data dikumpulkan dengan hati-hati dan teliti untuk pengendalian proses dan pemecahan masalah. 2. Histogram Histogram adalah salah satu metode statistik untuk mengatur data sehingga dapat dianalisa dan diketahui distribusinya. Histrogram merupakan tipe grafik batang yang jumlah datanya dikelompokkan ke dalam beberapa kelas dengan interval tertentu. Setelah data dalam setiap kelas diketahui, maka dapat dibuat histrogram dari data tersebut. Histrogram tersebut dapat dilihat gambaran penyebaran data masih sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Penggambaran histogram dapat digunakan untuk ianalisa tentang beberapa hal yaitu : Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
a. Berapa persen produk atau hasil kerja lainnya yang keluar dari standart spesifikasi yang ditetapkan ? b. Apakah produk atau output kerja lainnya benar-benar bisa memenuhi spesifikasi yang direncanakan? c. Apakah harga rata-rata dari ukuran output kerja yang diperoleh benar-benar sudah sesuai dengan nilai nominal yang di spesifikasikan? d. Apakah penyimpangan atau penyebaran data (disperse) masih berada dalam batasbatas toleransi yang diizinkan? 3.
Diagram Pareto
Diagram pareto pertama kali diperkenalkan oleh Alfredo Pareto (1848-1923) dan digunakan pertama kali oleh Joseph Juran. Fungsi diagram pareto adalah untuk mengidentifikasi atau menyeleksi masalah utama untuk peningkatan kualitas. Pareto diagram dibuat untuk menemukan dan mengetahui masalah atau penyebab yang merupakan kunci dalam penyelesaian masalah. Dengan mengetahui penyebab yang dominan maka dapat ditetapkan prioritas perbaikan. Fungsi diagram pareto adalah untuk mengidentifikasi atau menyeleksi masalah utama untuk peningkatan kualitas. 4. Stratifikasi Stratifikasi adalah usaha mengelompokkan data ke dalam kelompokkelompok yang mempunyai karakteristik yang sama, untuk mengurai atau mengklasifikasi persoalan menjadi kelompok atau golongan sejenis yang lebih kecil atau menjadi unsur-unsur tunggal dari persoalan. Kegunaan stratifikasi adalah sebagai berikut : Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
a. Mencari faktor-faktor penyebab utama kualitas secara mudah. b. Membantu pembuatan Scatter Diagram. c. Mempermudah pengambilan keputusan-keputusan di dalam penggunaan peta kontrol. d. Mempelajari secara menyeluruh masalah yang dihadapi. 5. Scatter Diagram (Diagram Pencar) Scatter Diagram (Diagram Pencar) digunakan untuk melihat korelasi atau hubungan dari suatu faktor penyebab yang berkesinambungan terhadap suatu karakteristik kualitas hasil kerja. Apabila membicarakan tentang hubungan antara dua jenis data, maka secara langsung akan membicaraakan tentang hal sebagai berikut : a. Hubungan sebab akibat. b. Suatu hubungan antara satu dan lain sebab. c. Hubungan antara satu sebab dengan dua sebab lainnya. Rumus untuk ,menentukan korelasi (hubungan) dua variable sapat digunakan rumus berikut ini: rxy =
N ∑ XY − ∑ X ∑ Y
[ N ∑ ( X 2 ) − ∑ ( X ) 2 ]x[ N ∑ (Y 2 )] − ∑ (Y ) 2 ]
6. Cause and Effect Diagram (Digram Sebab Akibat) Diagram ini dikenal dengan istilah diagram tulang ikan (Fish BoneDiagram) yang diperkenalkan pertama kali oleh Prof. Kaoru Ishkawa (Tokyo University) pada Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
tahun 1943. Diagram ini berguna untuk menganalisa dan menemukan faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan di dalam menentukan karakteristik kualitas output kerja. Dalam hal ini metode sumbang saran (brainstorming method) akan cukup efektif digunakan untuk mencari faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan kerja secara detail. Untuk mencari faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan kualitas hasil kerja, maka orang akan selalu mendapatkan bahwa 5 faktor penyebab utama yang signifikan yang perlu diperhatikan yaitu: 1. Manusia (man) 2. Metode kerja (work method) 3. Mesin atau peralatan kerja lainnya (machine) 4. Bahan-bahan baku (raw material) 5. Lingkungan kerja (work environment) Diagram ini digunakan untuk melihat korelasi (hubungan) dari satu faktor penyebab yang berkesinambungan terhadap suatu karakteristik kualitas hasil kerja. Peta kontrol (control chart). 7.
Peta kontrol (control chart) Peta kontrol pertama kali ditemukan oleh Walter A. Shewart ketika sedang
bekerja untuk perusahaan Western Electrik. Shewart telah lama meneliti cara untuk mengembangkan reliabilitas dari sistem transmisi telepon. Peta kontrol secara rutin digunakan untuk memeriksa kualitas, tergantung pada jumlah karakteristik yang akan diperksa. Jadi, peta kontrol adalah teknik pengendali proses pada jalur yang Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
digunakan secara luas untuk menyelidiki secara cepat terjadinya sebab-sebab terduga atau proses sedemikian sehingga penyelidikan terhadap proses itu dan tindakan pembetulan dapat dilakukan sebelum telalu banyak unit yang tidak sesuai diproduksi. Peta kontrol merupakan penggambaran secara visual mengenai mutu atau kualitas suatu barang atau jasa. Teknik yang paling umum dilakukan dalam pengontrolan kualitas adalah menggunakan peta kontrol Shewart. Peta ini bentuknya sangat sederhana, yaitu terdiri dari tiga buah garis yang sejajar : 1. Garis tengah, yang menggambarkan nilai rata-rata proses. 2. Batas kontrol atas ditarik nilai tiga kali standar deviasi diatas garis tengah. 3. Batas kontrol bawah yang teletak pada nilai tiga kali standar deviasi dibawah Garis tengah. Out of control adalah suatu kondisi dimana karakteristik produk tidak sesuai dengan spesifikasi perusahaan ataupun keinginan pelanggan dan posisinya pada peta kontrol berada di luar batas kendali. Tipe-tipe out of control meliput i : 1. Aturan satu titik Terdapat satu titik data yang berada diluar batas kendali, baik yang berada diluar UCL maupun LCL, maka data tersebut out of control. 2. Aturan tiga titik Terdapat tiga titik data yang berurutan dan dua diantaranya berada di daerah A, baik yang berada di daerah UCL maupun LCL, maka satu dari data tersebut out of control, yakni data yang berada paling jauh dari central control limits. Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
3. Aturan lima titik Terdapat lima titik data yang berurutan dan empat diantaranya berada berurutan di daerah B, baik yang berada di daerah UCL maupun LCL, maka satu dari data tersebut out of control, yakni data yang berada paling jauh dari central control limits.
4. Aturan delapan titik Terdapat delapan titik data yang berurutan dan berada berurutan di daerah C dan di daerah UCL maka satu data tersebut out of control, yakni data yang berada paling jauh dari central control limits. Untuk lebih memperjelas mengenai penjelasan tipe-tipe out of control diatas, dapat diperhatikan pada gambar di bawah: UCLL A 2/3 UCL
B C
1/3 UCL CCL
C 2/3 LCL B 2/3 LCL A LCL
Gambar 2.1. Bagan Batas Kendali Out of Control
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Peta kontrol berdasarkan jenis data yang digunakan dapat dibedakan menjadi dua, yakni : 1. Peta kontrol Variabel a. Peta untuk rata-rata ( X chart) b. Peta untuk rentang (R chart) c. Peta untuk standar deviasi (S chart)
2. Peta kontrol Atribut, terdiri dari : a. Peta p, yaitu peta kontrol untuk mengamati proporsi atau perbandingan antara produk yang cacat dengan total produksi. b. Peta c, yaitu peta kontrol untuk mengamati jumlah kecacatan per total produksi c. Peta u, yaitu peta kontrol untuk mengamati jumlah kecacatan per unit produksi.
3.7.
Metode Statistical Quality Qontrol
3.7.1. Peta Kontrol (Control Chart) Tujuan pokok pengendalian kualitas statistik adalah menemukan dengan cepat
terjadinya
sebab-sebab
atau
pergeseran
proses
yang
sedemikian
hinggapenyelidikan terhadap proses dan tindakan perbaikan dapat dilakukan sebelum terlalu banyak unit yang tidak sesuai diproduksi. Dalam hal ini peta kontrol adalah salah satu metode pengendalian kualitas statistik yang dapat digunakan untuk memberi informasi dalam meningkatkan atau memperbaiki kualitas. Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Bentuk dasar peta kontrol merupakan pragaan grafik suatu karakteristik mutu yang telah diukur dari suatu sampel. Peta kontrol adalah teknik pengendali proses pada jalur yang digunakan secara luas untuk menyelidiki secara cepat terjadinya sebab-sebab terduga atau proses sedemikian sehingga penyelidikan terhadap proses itu dan tindakan perbaikan dapat dilakukan sebelum telalu banyak unit yang tidak sesuai diproduksi. Peta kontrol dapat diklasifiksikan kedalam dua tipe umum. Apabila karakteristik kualitas dapat diukur dan dinyatakan dalam bilangan disebut dengan peta kontrol variabel. Dalam hal ini tepat sekali untuk melukiskan karakteristik kualitas dengan ukuran tengah dan ukuran variabilitas. Sedangkan untuk karakteristik kualitas yang tidak dapat diukur dengan skala kuantitatif, dimana keadaan ini dinilai sebagai data yang sesuai atau tidak sesuai atas dasar pada tiap unitnya disebut peta kontrol atribut.
3.7.1.1. Peta Kontrol Untuk Data Variabel Grafik pengendalian atau peta kontrol untuk data variabel dapat digunakan secara luas. Biasanya peta kontrol ini merupakan prosedur pengendali yang lebih efisien
dan memberikan informasi tentang proses yang lebih banyak. Apabila
bekerja dengan karakteristik kualitas yang variabel, sudah merupakan standar untuk mengendalikan nilaimean karakteristik kualitas dan variabilitasnya. Pengendalian rata-rata proses atau mean tingkat kualitas biasanya dengan grafik pengendalan mean Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
atau peta kontrol x. Variabilitas atau pemencaran proses dapat dikendalikan dengan grafik pengendali untuk standar deviasi atau peta kontrol S. Grafik pengendali untuk rentang dinamakan peta kontrol R. 1. Peta Kendali ( chart) Peta kendali
digunakan untuk proses yang mempunyai karakteristik
berdimensi kontinu. Peta ini menggambarkan variasi harga rata-rata (mean) dari data yang diklasifikasikan dalam suatu kelompok. Pengelompokan data ini bisa dilakukan berdasarkan satuan waktu hari atau satuan waktu lainnya dimana sampel berasal dari kelompok yang melakukan pekerjaan yang sama, dan lain-lain. Langkah-langkah untuk membuat peta kontrol
dapat dikemukakan sebagai
berikut : a. Menentukan harga rata-rata X . Nilai rata-rata X didapatkan dengan rumus: g
X =
dimana: X X
g
∑X
i
i =1
g = jumlah rata-rata dari nilai rata-rata subgroup
i
= nilai rata-rata subgroup ke-i = jumlah subgroup
b. Batas kontrol untuk peta ini adalah : Menghitung batas kontrol pada peta dapat dengan rumus : Batas kontrol atas (BKA) = Batas kontrol bawah (BKB) =
+ A2
- A2 Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
dimana : BKA = batas kontrol atas BKB
= batas kontrol bawah
A2
= nilai koefisien
R
= selisih harga Xmaks dan Xmin
c. Menggambarkan Peta X menggunakan batas kontrol dan sebaran data . Peta ini sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan mengenai penolakan atau penerimaan produk yang dihasilkan atau diteliti.
2. Peta R (R-chart) Peta kendali rata-rata dan jarak (range) merupakan dua peta kendali yang saling membantu dalam mengambil keputusan mengenai kualitas proses. Peta kendali jarak (range) digunakan untuk mengetahui tingkat akurasi atau ketepatan proses yang diukur dengan mencari range dari sampel yang diambil. Seperti halnya peta kendali rata-rata peta kendali jarak tersebut juga digunakan untuk mengetahui dan menghilangkan sebab yang membuat terjadinya penyimpangan. Peta kontrol R merupakan peta untuk menggambarkan rentang data dari suatu sub group, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil. Langkah-langkah Penetuan garis central, yakni sebagai berikut : a. Menentukan rentang rata-rata Untuk menentukan rentang rata-rata dapat digunakan dengan rumus :
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
g
R=
∑ Ri i =1
g
R
= jumlah rata-rata rentang subgroup
Ri
= nilai rentang subgroup ke-i
g
= jumlah subgroup
dimana:
b. Menentukan batas-batas kontrol untuk peta R ini adalah: Batas kontrol atas (BKA) = D4. Batas kontrol bawah (BKB) = D3. dimana
BKA
= batas kontrol atas
BKB
= batas kontrol bawah
D4, D3 = nilai koefisien c.
Menggambarkan garis
dan garis batas kontrol pada peta serta sebaran data
Range (R).
3.7.1.2.Peta kendali Untuk Data Atribut Data yang diperlukan disini hanya diklasifikasikan sebagai data dalam kondisi baik atau cacat. Seperti halnya dengan peta control variabel, maka suatu proses akan dikatakan terkendali bila data berada dalam batas-batas control. Perbedaan yang ada adalah bahwa disini karakteristik peta kendali atribut sudah mencerminkan harga rata-rata (mean) dan penyimpangan dari proses kerja yang berlangsung. a. Peta p atau np chart Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Peta P (p chart) dan peta np atau banyaknya kesalahan yang digunakan (np chart) digunakan untuk mengetahui apakah cacat produk yang dihasilkan masih dalam batas yang diijinkan. Peta kendali proporsi banyak digunakan bila memakai ukuran cacat berupa proporsi produk cacat dalam setiap sampel yang diambil. Bila sampel yang diambil untuk untuk setiap kali melakukan observasi jumlahnya sama maka dapat digunakan peta kendali proporsi kesalahan (p chart) maupun banyaknya kesalahan (np chart). Namun bila sampel yang diambil bervariasi untuk setiap kali melakukan observasi berubah-ubah jumlahnya atau memang perusahaan tersebut akan melakukan seratus persen inspeksi maka harus menggunakan peta kendali proporsi kesalahan (p chart). Peta P akan berkaitan dengan “fraction defective”, yaitu jumlah cacat dibagi dengan jumlah items (sample) yang diinspeksi. Sedangkan np chart akan berkaitan dengan “number of defektive” atau jumlah cacat yang ditemukan dalam sample lot sizes (n) tidak sama dengan np – chart besarnya n dari masing-masing sample lot akan sama. b. Peta c chart atau u-chart Peta kendali ini digunakan untuk mengadakan pengujian terhadap kualitas proses produksi dengan mengetahui banyaknya kesalahan pada satu unit produk sebagai sampelnya. Bedanya untuk jumlah sampel yang konstan dapat digunakan peta kendali banyaknya kesalahan dalam satu unit produk yang sama atau peta kendali c (c chart) maupun peta kendali u chart, tetapi apabila sample yang diambil bervariasi atau seluruh produk yang dihasilkan akan diuji, maka digunakan peta kendali banyaknya kesalahan dalam satu unit produk yang berbeda atau peta kendali u (u Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
chart). Cacat produk yang diuji dengan menggunakan peta kendali c (c chart) dan peta kendali u (u chart) ini misalnya mengetahui jumlah bercak pada sebidang tembok, jumlah kesalahan pengetikan yang ditemukan dalam satu lembar ketikan dan sebagainya.
3.8. Peta Kontrol Revisi Untuk peta kontrol yang memiliki data diluar batas kendali atau out of kontrol maka dilakukan perbaikan dengan menggunakan peta kontrol revisi. Adapun tujuan dari pemakaian peta kontrol revisi ini untuk mendapatkan peta kontrol dimana datadata berada dalam batas pengendalian. Adapun langkah-langkah dalam membuat peta kontrol revisi untuk peta X dan R adalah sebagai berikut :
1.
Meletakkan data pendahuluan pada peta kontrol Apabila terjadi nilai-nilai maupun subgroup-subgroup yang menyimpang dari
garis sentral maka perlu dihitung garis sentral baru terhadap data yang ada. Dimana data yang diluar batas kendali di hilangkan dari peta kontrol. Untuk peta X rata-rata dan R perhitungannya dengan menggunakan rumus: g
xnew = dimana: xd
g
∑ xi − xd i =1
g − gd
dan
Rnew =
∑ Ri − Rd i =1
g − gd
= jumlah rata-rata subgroup yang ditolak
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
2.
Rd
= jumlah range subgroup yang ditolak
gd
= jumlah subgroup yang ditolak
Menghitung batas kontrol atas dan batas kontrol bawah Untuk menghitung batas kontrol yang baru maka dapat digunakan dengan
rumus: Dimana :
x0 = x new R0 = Rnew σ0 =
R0 d2
Batas Kontrol Atas Untuk Peta Revisi x new :
UCL x = x0 + Aσ 0
Batas Kontrol Bawah Untuk Peta xnew
:
UCL x = x0 − Aσ 0
Batas Kontri Atas Untuk Peta Rnew
:
UCLR = D2σ
Batas Kontri Bawah Untuk Peta Rnew
:
LCLR = D1σ 0
3.
Menggambarkan peta kontrol x new dan Rnew dengan batas control yang telah direvisi.
3.9. Kapabilitas Proses (Cp)
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Kapabilitas proses digunakan untuk melihat kapabilitas atau kemampuan proses. Indeks kapabilitas proses hanya layak dihitung apabila proses berada dalam pengendalian. Adapun kriteria penilaian indeks kapabilitas proses sebagai berikut : 1.
Jika Cp > 1,33 maka kapabilitas proses sangat baik.
2.
Jika 1.00 ≤ Cp ≤ 1,33 maka kapabilitas proses baik, namun perlu pengendalian ketat apabila Cp mendekati 1.00.
3.
Jika Cp < 1.00 maka kapabilitas proses rendah, sehingga perlu ditingkatkan kinerjanya melalui peningkatan proses. Perumusan untuk perhitungan nial indeks kapabilitas ini adalah sebagai
berikut :
σ
=
Cp = Cp = Process capability LSL = Lower specificati limit USL = Upper specification limit
Kriteria penilaian : a. Jika Cp > 1,33 maka kapabilitas proses sangat baik.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
b. Jika 1,00 ≤ Cp ≥ 1,33 maka kapabilitas baik, namun perlu pengendalian ketat apabila Cp mendekati 1,00
c. Jika Cp < 1,00 maka kapabilitas proses rendah, sehingga perlu diperhatikan tingkat kinerjanya melalui peningkatan proses.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar belakang dan tujuan yang hendak dicapai dengan menggunakan teori-teori yang mendukung dalam memecahan permasalahan yang diteliti.
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di pabrik pengolahan kelapa sawit PTP Nusantara IV Adolina, berada di jalan raya Medan-Pematang Siantar Kabupaten Serdang Bedagai dengan jarak 38 38 Km dari kota Medan. Sesuai dengan surat izin pelaksanaan penelitian yang dikeluarkan oleh pihak PTP Nusantara IV No 04.12/X/213/V/2009 maka penelitian dapat dilakukan pada tanggal 27 Mei s/d 10 Juni 2009. Jika perlu mengadakan peninjauan ulang maka pihak pabrik dapat memberikan izin demi kelancaran penelitian.
4.2. Rancangan Penelitian Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Penelitian dilakukan dengan penelitian deskriptif dengan analisa kuantitatif yang dilakukan dengan data non-eksperimen dengan tujuan membuat interpretasi dalam bentuk narasi yang menunjukkan kualitas dari objek penelitian untuk memecahkan serta menjawab permasalahan yang dihadapi.
4.3. Variabel Penelitian Variabel adalah gejala yang bervariasi yang menjadi objek penelitian. Dalam penelitian yang mempelajari pengaruh sesuatu variabel dengan variabel yang lain, maka terdapat variabel penyebab atau variabel bebas (Indevenden Variable) dan variabel akibat atau variabel terikat (Dependen Variable). Adapun vaiabel-variabel dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel Independen (variabel bebas, sebab mempengaruhi) Variabel bebas merupakan variabel penelitian yang mempengaruhi dan menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel akibat. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah kadar asam lemak bebas dan kadar air pada minyak mentah kelapa sawit. 2. Variabel dependen (variabel tergantung, akibat, terpengaruh) Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari variabel bebas. Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah kualitas minyak mentah kelapa sawit. Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
4.4. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah suatu prosedur dalam menentukan sumber data yang telah direncanakan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dimana peneliti sangat perlu mempertimbangkan beberapa hal seperti tenaga, waktu, dana, dan faktor-faktor pendukung maupun penghambat. Pada penelitian ini teknik penentuan pengumpulan data yang dilakukan adalah berupa: 1. Data historis Mencatat prosedur pemeriksaan dan hasil pengukuran kadar asam lemak bebas dan kadar air, data gambaran umum perusahaan dan inventaris mesin dan peralatan. 2.
Studi kepustakaan Mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan cara pemecahan masalah.
4.5. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode pengendalian kulaitas statistik. Data yang digunakan adalah data variabel yaitu data yang berdasarkan karakteristik yang diukur secara sebenarnya. Data yang diambil adalah Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
kadar Asam Lemak Bebas (ALB), kadar air, dan kadar kotoran yang terkandung dalam Crude Palm Oil (CPO). Data variabel yang diperoleh dari perusahaan diolah dengan cara: 1.
Menghitung normalitas data, dilakukan untuk menguji apakah data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal, berdasarkan uji chi square.
2.
Menghitung X rata-rata, rentang, dan R rata-rata dengan rumus: g
X =
∑X
i
i =1
g
Dimana: X = jumlah rata-rata dari nilai rata-rata subgroup X
i
g
= nilai rata-rata subgroup ke-i = jumlah subgroup g
R=
∑ Ri i =1
g
Dimana :
R = jumlah rata-rata rentang subgroup Ri = nilai rentang subgroup ke-i g = jumlah subgroup 3.
Menentukan batas kontrol untuk pembuatan peta kendali X dan R.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Batas kontrol peta X : Batas kontrol atas (BKA) = Batas kontrol bawah (BKB) = dimana :
BKA
= Batas Kontrol Atas
BKB
= Batas Kontrol
+ A2 - A2
A2
= Nilai Koefisien
R
= Selisih Harga Xmaks dan Xmin
Batas kontrol peta R :
Batas kontrol atas (BKA) = D4. Batas kontrol bawah (BKB) = D3.
Dimana :
BKA
= Batas Kontrol Atas
BKB = Batas Kontrol Bawah D4, D3 = Nilai Koefisien 4.
Menghitung harga Xnew, Rnew dan batas kendali untuk membuat peta kontrol revisi. Peta revisi dilakukan bila terdapat data di luar batas kontrol.
5.
Menghitung kapabilitas proses untuk mengetahui kemampuan.
2.6. Analisis Data dan Pemecahan Masalah Adapun analisa dan pemecahan masalah dilakukan dalam penelitian ini dengan menganalisa hasil pengolahan data pada data yang berada pada kondisi diluar batas kendali, dan melakukan pemecahan masalah terhadap faktor yang mempengaruhi kualitas dengan menggunakan alat pengendali kualitas.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
4.7. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan hasil yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan mengenai permasalahan yang diteliti. Kesimpulan ini akan berguna sebagai landasan dalam perbandingan hasil penelitian dngan keadaan yang ada di pabrik. Adapun flow diagram metodologi penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Penetapan Masalah Menetapkan Permasalahan yang terjadi dalam perusahaan (pengendalian mutu minyak mentah ke;apa sawit)
Studi Literatur Menyediakan literatur yang mendukung perumusan masalah 1. Pengendalian kualitas statistik 2. Metode analisis untuk peningkatan kualitas 3. Pengantar pengendalian kualitas statistik
Studi Lapangan Melakukan pengamatan langsung pada perusahaan yang diteliti
Pengumpulan Data Pengumpulan data kadar Asam Lemak Bebas (ALB), Kadar Air
Pengolahan Data 1. Menghitung normalitas data 2. Menghitung nilai X rata-rata 3. Menghitung nilai R (rentang) 4. Menghitung garis sentral ( X dan R) dari jumlah rata-rata 5. menghitung batas kendali peta x dan R untuk masing-masing karakteristik data 6. menggambarkan peta kendali x dan R untuk masing-masing karakteristik 7. Membuat peta revisi bila ada data di luar batas kendali. 8. Menghitung indeks kapabilitas proses
Analisa dan pemecahan masalah 1. Menganalisa sebab data yang berada di luar batas kendali 2. Analisa terhadap faktor yang mempengaruhi kualitas 3. Usulan perbaikan sesuai dengan analisa perbaikan kualitas
Kesimpulan dan Saran
Gambar 4.1. Flow Diagram Metodologi Penelitian
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data 5.1.1. Metode Pengumpulan Data Dalam suatu penelitian, data merupakan kunci untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, dan metode pengumpulan data sangat berpengaruh untuk mendapatkan data yang benar. Adapun data yang telah diperoleh dalam penelitian ini melalui beberapa metode pengumpulan data yaitu: 1. Data historis Mencatat nilai batas normal dan hasil pengukuran terhadap kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran. 2. Studi kepustakaan Mempelajari teori-teori tentang hal-hal yang berhubungan dengan cara pemecahan masalah. Adapun data nilai batas normal kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran adalah sebagai berikut: 1.
Kadar Normal Asam Lemak Bebas (ALB)
: 2,5% - 3,0 %
2.
Kadar Normal Air
: 0,1% - 0,15 %
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
3.
Kadar Normal Kotoran
: 0,01 % - 0,02 %
Dalam hal ini perusahaan melakukan pengambilan sampel untuk pemeriksaan syarat mutu untuk mewakili produk. Pengambilan sampel dilakukan dengan rentang 1 jam sekali selama proses produksi berlangsung.
5.2. Data Hasil Pengujian
No
Tanggal
Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)
Kadar Air
Kadar Kotoran
1
27 Mei 2009
2,86
0,136
0,02
3,31
0,131
0,02
3,27
0,134
0,021
3,31
0,141
0,021
3,24
0,131
0,021
3,32
0,148
0,02
3,1
0,14
0,02
3,15
0,138
0,021
2,9
0,146
0,02
2,96
0,135
0,017
2,93
0,174
0,017
2,91
0,159
0,019
3
0,163
0,021
2,89
0,153
0,02
2
28 Mei 2009
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
3
4
29 Mei 2009
30 Mei 2009
3,38
0,165
0,021
3,18
0,157
0,019
3,31
0,151
0,019
3,12
0,148
0,017
3,2
0,158
0,021
3,35
0,163
0,022
3,35
0,147
0,021
2,87
0,155
0,023
2,61
0,154
0,023
3,43
0,159
0,021
3,21
0,16
0,02
2,79
0,154
0,023
2,9
0,153
0,02
2,77
0,153
0,021
Data yang digunakan dalam penelitian adalah hasil pengujian kualitas CPO dengan syarat mutu kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran pada laboratorium PTP. Nusantara IV dari tanggal 27 Mei 2009 hingga 25 Juni 2009. Data hasil pengujian kadar asam lemak bebas, kadar air dan kotoran dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Tabel 5.1. Data Hasil Pengujian Kadar ALB, Kadar Air dan Kadar Kotoran Tabel 5.1. Data Hasil Pengujian... (Lanjutan)
No
Tanggal
Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)
5
01-Jun-09
3,86
0,145
0,022
4,17
0,156
0,021
3,59
0,148
0,023
3,56
0,149
0,022
3,65
0,159
0,022
3,99
0,155
0,021
2,65
0,166
0,022
3,48
0,142
0,016
3,45
0,131
0,017
3,12
0,136
0,02
3,09
0,138
0,021
2,78
0,141
0,022
3,42
0,127
0,025
3,16
0,142
0,022
3,24
0,139
0,021
3,46
0,139
0,019
6
7
2 Juni 2009
3 Juni 2009
Kadar Air
Kadar Kotoran
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
8
9
4 Juni 2009
5 Juni 2009
2,71
0,144
0,02
4
0,145
0,023
3,57
0,147
0,025
3,14
0,141
0,02
4,21
0,147
0,022
3,07
0,146
0,02
3,01
0,159
0,023
3,05
0,163
0,021
3,07
0,154
0,022
3,05
0,157
0,022
3,08
0,151
0,02
3,08
0,152
0,019
2,87
0,13
0,017
2,81
0,145
0,018
3,16
0,131
0,02
2,73
0,136
0,016
2,81
0,131
0,016
2,84
0,142
0,017
3,24
0,138
0,018
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Tabel 5.1. Data Hasil Pengujian... (Lanjutan)
No
Tanggal
Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)
10
6 Juni 2009
2,46
0,141
0,021
2,65
0,147
0,025
3,23
0,143
0,022
2,91
0,159
0,023
2,85
0,146
0,019
2,81
0,142
0,017
2,77
0,153
0,016
2,97
0,164
0,017
3,09
0,176
0,018
3,09
0,164
0,019
2,99
0,178
0,019
3,24
0,173
0,019
3,18
0,166
0,02
3,12
0,183
0,019
11
8 Juni 2009
Kadar Air
Kadar Kotoran
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
12
13
14
9 Juni 2009
10 Juni 2009
11 Juni 2009
3,09
0,15
0,019
3,59
0,158
0,018
3,68
0,151
0,02
3,55
0,157
0,022
3,19
0,15
0,019
3
0,161
0,021
3,21
0,163
0,02
2,34
0,138
0,021
2,43
0,149
0,018
2,89
0,143
0,018
2,49
0,148
0,019
2,47
0,149
0,02
2,88
0,138
0,021
2,84
0,158
0,022
4,22
0,137
0,021
3,69
0,133
0,02
3,14
0,138
0,022
3,04
0,131
0,023
2,88
0,138
0,021
3,21
0,128
0,023
3,04
0,141
0,021
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Tabel 5.1. Data Hasil Pengujian ... (Lanjutan)
No
Tanggal
Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)
15
12 Juni 2009
3,2
0,143
0,02
2,94
0,141
0,02
3,47
0,148
0,019
4,28
0,143
0,019
3,33
0,145
0,021
3,15
0,139
0,021
2,96
0,14
0,023
2,96
0,149
0,016
3,13
0,164
0,017
3,05
0,155
0,016
3,05
0,164
0,018
16
13 Juni 2009
Kadar Air
Kadar Kotoran
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
17
18
19
15 Juni 2009
16 Juni 2009
17 Juni 2009
3,07
0,166
0,016
3,02
0,16
0,018
3,07
0,166
0,018
3,11
0,172
0,02
3,42
0,169
0,019
3,68
0,166
0,018
3,43
0,173
0,016
3,19
0,169
0,017
3,66
0,18
0,02
3,19
0,167
0,021
3,46
0,155
0,021
3,56
0,163
0,022
3,71
0,161
0,021
3,69
0,159
0,02
3,35
0,152
0,019
2,96
0,157
0,018
2,95
0,156
0,019
4,36
0,163
0,018
3,43
0,164
0,018
3,52
0,179
0,019
3,45
0,175
0,019
3,41
0,181
0,017
3,45
0,173
0,016
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
3,7
0,172
0,016
Tabel 5.1. Data Hasil Pengujian ... (Lanjutan)
No
Tanggal
Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)
Kadar Air
Kadar Kotoran
20
18 Juni 2009
3,51
0,181
0,02
3,73
0,168
0,019
3,76
0,169
0,02
3,45
0,158
0,016
3,63
0,161
0,017
3,7
0,153
0,018
3,62
0,159
0,019
3,34
0,147
0,016
3,07
0,147
0,018
21
19 Juni 2009
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
22
23
24
19 Juni 2009
20 Juni 2009
22 Juni 2009
3,39
0,16
0,02
3,37
0,173
0,021
3,39
0,186
0,022
3,35
0,162
0,022
3,09
0,149
0,025
2,91
0,177
0,02
4,02
0,171
0,021
4,46
0,182
0,019
4,33
0,184
0,017
4,41
0,176
0,017
3,73
0,169
0,019
3,56
0,172
0,02
3,71
0,154
0,021
4,21
0,153
0,02
3,61
0,178
0,021
3,43
0,168
0,022
3,57
0,153
0,02
3,88
0,162
0,02
3,09
0,179
0,021
3,6
0,182
0,019
3,93
0,143
0,018
4,57
0,171
0,016
3,63
0,146
0,018
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
2,94
0,151
0,02
3,41
0,139
0,017
3,34
0,144
0,017
Tabel 5.1. Data Hasil Pengujian ... (Lanjutan)
No
Tanggal
Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)
25
23 Juni 2009
3,45
0,158
0,018
3,71
0,161
0,018
3,79
0,143
0,02
3,71
0,153
0,019
3,64
0,15
0,019
3,6
0,151
0,02
3,44
0,185
0,018
3,79
0,166
0,019
3,99
0,166
0,019
3,77
0,155
0,021
26
24 Juni 2009
Kadar Air
Kadar Kotoran
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
27
25 Juni 2009
3,6
0,172
0,018
3,44
0,164
0,019
3,92
0,159
0,017
3,53
0,153
0,018
3,57
0,186
0,021
3,65
0,182
0,02
3,29
0,176
0,018
3,46
0,182
0,02
3,39
0,186
0,021
3,24
0,176
0,017
3,41
0,17
0,02
5.3. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan melakukan uji kenormalan data, penentuan batas kendali X dan R untuk masing-masing syarat mutu CPO yang diamati dan menghitung kapabilitas proses. 5.3.1. Histogram 5.3.1.1. Histogram Kadar Asam Lemak Bebas Dari data hasil pengujian kadar asam lemak bebas diatas, maka histogram kadar asam lemak bebas dapat dilihat pada Gambar 5.1. berikut.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Gambar 5.1. Histogram Kadar Asam Lemak Bebas
5.3.1.2. Histogram Kadar Air Dari data hasil pengujian kadar air diatas, maka histogram kadar air dapat dilihat pada Gambar 5.2. berikut.
Gambar 5.2. Histogram Kadar Air 5.3.1.3. Histogram Kadar Kotoran Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Dari data hasil pengujian kadar kotoran diatas, maka histogram kadar kotoran dapat dilihat pada Gambar 5.3. berikut.
Gambar 5.3. Histogram Kadar Air 5.3.2. Uji Normalitas Data 5.3.2.1. Uji Kenormalan Data Kadar Asam Lemak Bebas Adapun langkah – langkah yang dilakukan untuk uji kenormalan pada YMax = 4,57 Ymin = 2,34 R = Ymaks – Ymin = 4,57 – 2,34 = 2,23 K (Jumlah Kelas) : Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
K = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log (189) = 1 + 3,3 (2,276) = 8,51 ≈ 9 kelas I = interval kelas :
I
=
R K
=
2,23 9
= 0,2478 ≈ 0.25 Dari hasil perhitungan tersebut maka data distribusi frekuensi kadar Asam Lemak Bebas (ALB) dapat dihitung seperti yang tertera pada Tabel 5.2. Tabel 5.2. Data Distribusi Frekuensi Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)
INTERVAL
BKB
Titik Tengah(Xi)
BKA
Fi
fi.xi
2,34 - 2,58
2,335
2,46
2,585
5
12,3
2,59 - 2,83
2,585
2,71
2,835
12
32,52
2,84 - 3,08
2,835
2,96
3,085
42
124,32
3,09 - 3,33
3,085
3,21
3,335
41
131,61
3,34 - 3,58
3,335
3,46
3,585
42
145,32
3,59 - 3,83
3,585
3,71
3,835
29
107,59
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
3,84 – 4,08
3,835
3,96
4,085
8
31,68
4,09 - 4,33
4,085
4,21
4,335
6
25,26
4,34 - 4,59
4,335
4,465
4,595
4
17,86
189
628,46
Total
Besarnya X rata-rata data kadar Asam Lemak Bebas (ALB):
X=
∑ fi.xi = 628,46 = 3,3149 ∑ fi 189
Besarnya standar deviasi ditentukan dengan persamaan :
∑ fi(Xi − X )
2
Sd =
Sd =
n −1
5(2,455 - 3,320) 2 + 12(2,69 − 3,325) 2 ... + 4(4,345 − 3,325) 2 (189 − 1)
= 0,41553
Skor baku ditentukan oleh persamaan :
Z=
X −X
σ
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Dari persamaan tersebut, maka skor baku dari masing-masing batas kelompok kontinu dapat ditentukan. Sebagai contoh diambil batas kelompok kontinu 2,335-2,585 sebagai berikut :
2,335 − 3,325 0,4164 dan = −2,38
Z 2,335 =
Z
Z 2,335
Z 2,575
Luas Kurva
2,585 − 3,325 0,4164 = − 1,78
2 , 575
=
= P (-2,38 < Z < -1,78) = P (Z < -1,78) – P(Z <-2,38) = 0,0375 – 0,0087 = 0.0288
Dari hasil di atas, maka diperoleh pula ekspektasi untuk masing-masing batas kontinu (ei), yang ditentukan dengan persamaan : ei = Pi x N Pi = Luas Kurva N = jumlah data pengamatan Contoh : Untuk kelas I, ei = Pi x N = 0.0288 x 189 = 5,4432 Nilai ekspektasi dari masing-masing batas kontinu dapat dilihat pada Tabel 5.3. Tabel 5.3. Data Luas Kurva Untuk Kadar Kotoran Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Batas P(ZBKB)
P(ZBKA)
Luas kurva
Fi
ei
2,335 - 2,585
-2,38
-1,78
0,0288
5
5,4432
2,585 - 2,835
-1,78
-1,18
0,0815
12
15,4035
2,835 - 3,085
-1,18
-0,58
0,1620
42
30,6180
3,085 - 3,335
-0,58
0,02
0,2270
41
42,9030
3,335 - 3,585
0,02
0,62
0,2244
42
42,4116
3,585 - 3,835
0,62
1,22
0,1564
29
29,5596
3,835 – 4,085
1,22
1,83
0,0776
8
14,6664
4,085 - 4,335
1,83
2,43
0,0261
6
4,9329
4,335 - 4,595
2,43
3,05
0,0064
4
1,2096
1
189
189
Kontinu (x)
Dari hasil perhitungan luas kurva pada Tabel di atas, akan digabung sehingga akan diperoleh kelas baru seperti ditunjukkan pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Data Revisi Luas Kurva Dan Frekuensi Ekspektasi Kadar ALB Batas P(ZBKB)
P(ZBKA)
Luas kurva
Fi
ei
(Fi-ei)^2/ei
2,335 - 2,585
-2,38
-1,78
0,0288
5
5,4432
0,036
2,585 - 2,835
-1,78
-1,18
0,0815
12
15,4035
0,752
Kontinu (x)
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
2,835 - 3,085
-1,18
-0,58
0,1620
42
30,6180
4,231
3,085 - 3,335
-0,58
0,02
0,2270
41
42,9030
0,084
3,335 - 3,585
0,02
0,62
0,2244
42
42,4116
0,004
3,585 - 3,835
0,62
1,22
0,1564
29
29,5596
0,011
3,835 – 4,085
1,22
1,83
0,0776
8
14,6664
3,030
4,085 - 4,595
1,83
3,05
0,0325
10
6,1425
2,423
1
189
189
10,5709
Tahap pengujian : 1. Rumusan Hipotesa Ho : Data berdistribusi normal Hi : Data tidak berdistribusi normal 2. Jumlah Kelas (k) = (batas kontiniu) = 8 V (derajat kebebasan) = 8 – 3 = 5 Level of significance (α) = 0.05 3. Nilai Chi Kuadrat hitung (Oi − ei ) 2 χ =∑ = 10,5709 ei i =1 4
2
4. Nilai Chi Kuadrat tabel untuk V = 5 dan (α) = 0.05 adalah X 01.05 = 11.070 5. Chi Kuadrat hitung < Chi Kuadrat tabel (10,5709 < 11.070)
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Karena chi kuadrat hitung < Chi kuadrat tabel, maka Ho diterima. Sehingga diperoleh hasil bahwa data berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji normalitas data masing-masing karakteristik Crude Palm Oil (CPO) dapat dilihat pada Tabel 5.5. Tabel 5.5. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data
Jenis Karakteristik
Σ Fi
Chi Kuadrat Hitung
Chi Kuadrat Tabel
Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)
189
10,5709
11.070
Kadar Air
189
7,52402
12,592
Data Normal
Kadar Kotoran
189
7,8129
11,070
Data Normal
Keterangan
Data Normal
5.3.3. Peta dan R untuk Kadar Asam Lemak Bebas
Membuat peta kontrol
dengan mencari nilai rata-rata X . Nilai rata-rata X
yang juga merupakan garis tengah didapatkan dengan rumus: g
X =
dimana: X X
∑X
i
i =1
g = jumlah rata-rata dari nilai rata-rata subgroup
i
= nilai rata-rata subgroup ke-i
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
g
= jumlah subgroup
Batas kontrol untuk peta ini adalah : Batas kontrol atas (BKA) =
+ A2
Batas kontrol bawah (BKA) =
- A2
Peta kontrol R merupakan peta untuk menggambarkan rentang data dari suatu sub group, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil. Penetuan garis sentral, yakni rentang rata-rata adalah sebagai berikut: g
R= dimana: R
∑ Ri i =1
g = jumlah rata-rata rentang subgroup
Ri
= nilai rentang subgroup ke-i
g
= jumlah subgroup
Batas-batas kontrol untuk peta R ini adalah: Batas kontrol atas (BKA) = D4. Batas kontrol bawah (BKB) = D3. Nilai A2 dapat dilihat pada tabel faktor untuk peta D4 untuk peta R. Penggunaan peta
dan tabel faktor D3 dan
dan R secara bersama-sama dapat dilakukan
tanpa menggunakan standar deviasi, tetapi dengan menggunakan faktor-faktor yang
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
terdapat dalam table pengendalian variabel yang tertera pada lampiran. Perhitungan X danR dapat dilihat pada Tabel 5.6. Tabel 5.6. Perhitungan x dan R Pada Pengujian Kadar Asam Lemak Bebas Tanggal
No
Sampel X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
R
11-Mei-09
1
2,86
3,31
3,27
3,31
3,24
3,32
3,1
3,20
0,46
12-Mei-09
2
3,15
2,9
2,96
2,93
2,91
3
2,89
2,96
0,26
13-Mei-09
3
3,38
3,18
3,31
3,12
3,2
3,35
3,55
3,30
0,43
14-Mei-09
4
2,87
2,61
3,43
3,21
2,79
2,9
2,77
2,94
0,82
15-Mei-09
5
3,86
4,17
3,59
3,56
3,65
3,99
2,65
3,64
1,52
16-Mei-09
6
3,48
3,45
3,12
3,09
2,78
3,42
3,16
3,21
0,70
18-Mei-09
7
3,24
3,46
2,71
4 3,57
3,14
4,21
3,48
1,50
19-Mei-09
8
3,07
3,01
3,05
3,07 3,05
3,08
3,08
3,06
0,07
20-Mei-09
9
2,87
2,81
3,16
2,73 2,81
2,84
3,24
2,92
0,51
21-Mei-09
10
2,46
2,65
3,23
2,91 2,85
2,81
2,77
2,81
0,77
22-Mei-09
11
2,97
3,09
3,09
2,99 3,24
3,18
3,12
3,10
0,27
23-Mei-09
12
3,09
3,59
3,68
3,55 3,19
3
3,21
3,33
0,68
25-Mei-09
13
2,34
2,43
2,89
2,49 2,47
2,88
2,84
2,62
0,55
26-Mei-09
14
4,22
3,69
3,14
3,04 2,88
3,21
3,04
3,32
1,34
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
27-Mei-09
15
3,2
2,94
3,47
4,28 3,33
3,15
2,96
3,34
1,34
28-Mei-09
16
2,96
3,13
3,05
3,05 3,07
3,02
3,07
3,05
0,17
29-Mei-09
17
3,11
3,42
3,68
3,43 3,19
3,66
3,19
3,40
0,57
30-Mei-09
18
3,46
3,56
3,71
3,69 3,35
2,96
2,95
3,56
0,76
01-Jun-09
19
4,36
3,43
3,52
3,45 3,41
3,45
3,7
3,62
0,95
02-Jun-09
20
3,51
3,73
3,76
3,45 3,63
3,7
3,62
3,63
0,31
03-Jun-09
21
3,34
3,07
3,39
3,37 3,39
3,35
3,09
3,29
0,32
04-Jun-09
22
2,91
4,02
4,46
4,33 4,41
3,73
3,56
3,92
1,55
05-Jun-09
23
3,71
4,21
3,61
3,43 3,57
3,88
3,09
3,69
1,12
06-Jun-09
24
3,6
3,93
4,57
3,63 2,94
3,41
3,34
3,63
1,63
08-Jun-09
25
3,45
3,71
3,79
3,71 3,64
3,6
3,44
3,62
0,35
09-Jun-09
26
3,79
3,99
3,77
3,6 3,44
3,92
3,53
3,64
0,55
10-Jun-09
27
3,57
3,65
3,29
3,46 3,39
3,24
3,41
3,43
0,41
89,69
19,91
Total
Membuat peta kontrol
menggunakan rata-rata X . Nilai rata-rata X
yang juga merupakan garis sentral didapatkan dengan rumus: g
X =
∑X
i
i =1
g
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
dimana: X X
= jumlah rata-rata dari nilai rata-rata subgroup = nilai rata-rata subgroup ke-i
i
g
= jumlah subgroup g
X =
∑X
i
i =1
g 89,69 = 3,32 27
X=
Penetuan garis tengah R yakni rentang rata-rata adalah sebagai berikut: g
R=
∑ Ri i =1
g
dimana: R
= jumlah rata-rata rentang subgroup
Ri
= nilai rentang subgroup ke-i
g
= jumlah subgroup g
R=
∑ Ri i =1
R=
g
19,91 = 0,737 27
Nilai dari A2 = 0,419, D3 = 5,204 dan D4 = 1,924 untuk ukuran sub grup 7 didapat dari table faktor A dan D pembentuk peta kendali adalah: Batas kendali
untuk kadar kotoran adalah:
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
BKA = X + A2 . R = 3,32 + (0,419 x 0,737) = 3,63
BKB = X - A2 . R = 3,32 - (0,419 x 0,728) = 3,02 Batas kendali Peta R adalah: BKA = D4. R = 1,924 x 0,728 = 1,42 BKB = D3 x R = 5,204 x 0,728 = 0,058 Dari hasil perhitungan di atas dapat digambarkan peta kendali X dan R yang tertera pada Gambar 5.4. dan Gambar 5.5.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Gambar 5.4. Peta Kendali X Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)
Gambar 5.5. Peta Kendali R Kadar Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Dari peta kendali X dan R diatas terdapat data yang out of control, yaitu data untuk peta kendali X dengan nomor sampel 2,4,5,9,10,13,22,23,26 untuk data peta kendali R dengan nomor sampel 5,9,22,24. Karena terdapat data yang out of control maka dilakukan revisi terhadap peta kendali X dan R. Revisi I untuk peta X adalah : Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Xnew Xo =
Xnew =
89,69 − 2,96 − 2,94...3,64 27 − 9
Xnew =
60,55 18
= 3,364
Rnew = Ro =
Rnew Ro =
=
19,65 − 1,520 − 1,5 − 1,55 − 1,630 27 − 4
13,710 23
= 0,585 Untuk ukuran sampel n=7, maka d2= 2,704 (harga ini dapat dilihat pada lampiran), sehingga: Batas kendali untk peta X adalah :
σo =
=
0,585 2,704
= 0,216 Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Maka BKA = o +A.σo = 3,364 + 1,134. 0,216 = 3,61 Maka BKB = o - A.σo = 3,364 - 1,134. 0,216 = 3,11 Batas kendali untuk peta R adalah: BKAR = D2. σo = 5,204 x 0,216 = 1,125 BKBR = D1. σo = 0,204 x 0,216 = 0,044 Peta revisi I dari peta X dan R untuk kadar Asam Lemak Bebas dapat dilihat pada Gambar 5.6. dan Gambar 5.7 berikut.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Gambar 5.6. Peta Kontrol X Revisi I untuk Kadar Asam Lemak Bebas
Gambar 5.7. Peta Kontrol R Revisi I untuk Kadar Asam Lemak Bebas Setelah dilakukan revisi I masih terdapat data yang diluar batas kendali yaitu peta kendali X pada data nomor sampel 5,6,10,13,14,16,17. Sedangakan pada peta R setelah dilakukan revisi terdapat data yang diluar kendalai yaitu pada nomor sampel 12,13. Maka akan kembalidilakukan revisi untuk mendapatkan data yang berada dalam batas kendali. Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Revisi II untuk Peta X adalah:
Xnew =
=
60,55 − 3,06 − 3,10 − 3,05 − 3,62 − 3,63 − 3,63 − 3,62 18 − 7
=
36,85 11
= 3,35
Rnew =
=
13,45 − 1,340 − 1,340 23 − 2
= 0,513 Karena ukuran sampel n=7, maka d2= 2,704 (harga ini dapat dilihat pada lampiran), sehingga: Batas kendali untuk peta kendali X adalah : σo =
=
0,513 2,704
= 0,190 Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
BKA = o +A.σo = 3,35 + 1,134. 0,190 = 3,56 BKB =
o - A.σo
= 3,35 - 1,134. 0,190 = 3,13 Batas kendali untuk peta R adalah: BKAR = D2. σo = 5,204 . 0,194 =0,987 BKBR = D1. σo = 0,204 . 0,194 = 0,039 Peta revisi II dari peta X untuk kadar ALB dapat dilihat pada Gambar 5.8.
Gambar 5.8. Peta Kontrol X Revisi II untuk Kadar Asam Lemak Bebas Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Peta revisi II dari peta R untuk kadar abu dapat dilihat pada Gambar 5.9.
Gambar 5.9. Peta Kontrol R Revisi II untuk Kadar Asam Lemak Bebas
Setelah dilakukan revisi II maka pada peta kendali X dan R tidak terdapat data yang diluar batas kendali. Berdasarkan hasil revisi dapat dilihat bahwa data sudah berada dalam batas pengendalian, selanjutnya dapat ditentukan proses kapabilitasnya.
Cp =
Cp = Process capability LSL = Lower specificati limit Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
USL = Upper specification limit Kriteria penilaian : 1. Jika Cp > 1,33 maka kapabilitas proses sangat baik. 2. Jika 1,00 ≤ Cp ≤ 1,33 maka kapabilitas baik, namun perlu pengendalian ketat apabila
Cp mendekati 1,00
3. Jika Cp < 1,00 maka kapabilitas proses rendah, sehingga perlu diperhatikan tingkat kinerjanya melalui peningkatan proses. Cp =
Cp =
3,0 − 2,5 6.0,19
= 0,43
Cpl =
=
3,35 − 2,5 3.0,19
= 1,49
Cpu =
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
3,0 − 3,35 3.0,19
Cpu =
= -0,61
min{((cpu )or (cpl )} 3σ 0
Cpk =
min{(USL − X )or ( X − LSL) 3σ (3,0 − 3,35) 0r (3,35 − 2,5) = = 3(0.19)
=
=
− 0,35 = − 0,61 0,57 Berdasarkan ukuran indeks kerja, dapat diketahui bahwa Cpk, Cp, < 1,33
menunjukkan bahwa proses rendah dan tidak tidak mampu memenuhi spesifikasi. 5.3.4. Peta dan R untuk Kadar Air Data kadar air yang telah dikelompokan dalam 7 sub group kemudian dicari nilai X rata-rata dan range. berikut perhitungan X rata-rata dan range yang dapat dilihat pada tabel 5.7. Tabel 5.7. Perhitungan
dan R Pada Pengujian Kadar Air Sampel
Tanggal
No
R X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
11-Mei-09
1
0,136 0,131 0,134 0,141 0,131 0,148
0,137
0,46
12-Mei-09
2
0,138 0,146 0,135 0,174 0,159 0,163 0,153 0,153
0,26
13-Mei-09
3
0,165 0,157 0,151 0,148 0,158 0,163 0,147 0,156
0,43
14-Mei-09
4
0,155 0,154 0,159
0,82
0,16
Tabel 5.7. Perhitungan
0,14
0,154 0,153 0,153 0,155
dan R ... (Lanjutan)
Sampel Tanggal
No
R X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
15-Mei-09
5
0,145 0,156 0,148 0,149 0,159 0,155 0,166 0,154
1,52
16-Mei-09
6
0,142 0,131 0,136 0,138 0,141 0,127 0,142 0,137
0,70
18-Mei-09
7
0,139 0,139 0,144 0,145 0,147 0,141 0,147 0,143
1,50
19-Mei-09
8
0,146 0,159 0,163 0,154 0,157 0,151 0,152 0,155
0,07
20-Mei-09
9
0,13
0,145 0,131 0,136 0,131 0,142 0,138 0,136
0,51
21-Mei-09
10
0,141 0,147 0,143 0,159 0,146 0,142 0,153 0,147
0,77
22-Mei-09
11
0,164 0,176 0,164 0,178 0,173 0,166 0,183 0,172
0,27
23-Mei-09
12
0,15
0,161 0,163 0,156
0,68
25-Mei-09
13
0,138 0,149 0,143 0,148 0,149 0,138 0,158 0,146
0,55
26-Mei-09
14
0,137 0,133 0,138 0,131 0,138 0,128 0,141 0,135
1,34
27-Mei-09
15
0,143 0,141 0,148 0,143 0,145 0,139
1,34
0,158 0,151 0,157
0,15
0,14
0,143
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
28-Mei-09
16
0,149 0,164 0,155 0,164 0,166
0,16
0,166 0,161
0,17
29-Mei-09
17
0,172 0,169 0,166 0,173 0,169
0,18
0,167 0,171
0,57
30-Mei-09
18
0,155 0,163 0,161 0,159 0,152 0,157 0,156 0,158
0,76
01-Jun-09
19
0,163 0,164 0,179 0,175 0,181 0,173 0,172 0,172
0,95
02-Jun-09
20
0,181 0,168 0,169 0,158 0,161 0,153 0,159 0,164
0,31
03-Jun-09
21
0,147 0,147
0,173 0,186 0,162 0,149 0,161
0,32
04-Jun-09
22
0,177 0,171 0,182 0,184 0,176 0,169 0,172 0,176
1,55
05-Jun-09
23
0,154 0,153 0,178 0,168 0,153 0,162 0,179 0,164
1,12
06-Jun-09
24
0,182 0,143 0,171 0,146 0,151 0,139 0,144 0,154
1,63
08-Jun-09
25
0,158 0,161 0,143 0,153
0,151 0,185 0,157
0,35
09-Jun-09
26
0,166 0,166 0,155 0,172 0,164 0,159 0,153 0,162
0,55
10-Jun-09
27
0,186 0,182 0,176 0,182 0,186 0,176
0,41
0,16
0,15
Total
Membuat peta kontrol
0,17
0,180
4,203 0,537
menggunakan rata-rata X . Nilai rata-rata X yang
juga merupakan garis sentral didapatkan dengan rumus : g
X =
dimana: X
∑X
i
i =1
g = jumlah rata-rata dari nilai rata-rata subgroup
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
X
= nilai rata-rata subgroup ke-i
i
g
= jumlah subgroup g
X =
∑X
i
i =1
g 4,203 27
X =
= 0,156 Penetuan garis sentral, yakni rentang rata-rata adalah sebagai berikut: g
R=
∑ Ri i =1
g
dimana: R
= jumlah rata-rata rentang subgroup
Ri
= nilai rentang subgroup ke-i
g
= jumlah subgroup g
R=
=
∑ Ri i =1
g
0,537 27
= 0,020
Nilai A2= 0,419, D3= 0,076 dan D4= 1,924 didapat dari table faktor A dan D pembentuk peta kendali untuk ukuran sub grup 7 Batas kendali
untuk kadar abu adalah:
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
BKA = X + A2 . R = 0,156 + 0,419 x 0,02 = 0,164
BKB = X - A2 . R = 0,156 - 0,419 x 0,02 = 0,147 Batas kendali Peta R adalah: BKA = D4. R = 1,924 x 0,020 = 0,038 BKB = D3 x R = 0,076 x 0,020 = 0,002 Dari hasil perhitungan di atas dapat digambarkan peta kendali X dan R yang tertera pada Gambar 5.10 dan Gambar 5.11.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Gambar 5.10. Peta Kendali x untuk Kadar Air
Gambar 5.11. Peta Kendali R untuk Kadar Air
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Dari peta kendali X di atas terdapat data yang out of control, data dengan nomor sampel1,4,6,10,11,13,14,17,19,21,22,27.
Untuk peta R data yang out of
control dengan nomor sampel 2,21,24,25 untuk data R. Karena terdapat data yang diluar batas kendali maka perlu dilakukan revisi. Revisi I untuk peta x dan R adalah:
Xnew = Xo = 4,203 − 0,138 − 0,167 − 0,137 − 0,136 − 0,146...0,172 27 − 13
Xnew =
=
2,165 14
= 0,155
Rnew =
Rnew =
=
0,537 − 0,039 − 0,039 − 0,043 − 0,042 27 − 4
0,374 23
= 0,0163
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Karena ukuran sampel n=7, maka d2= 2,704 (harga ini dapat dilihat pada lampiran), sehingga: Batas kendali untuk peta X adalah: σo =
=
0,0163 2,704
= 0,0060 BKA = o +A.σo = 0,155 + 1,134. 0,0060 = 0,161 BKB = o - A.σo = 0,155 + 1,134. 0,0060 = 0,148 Batas kendali untuk peta R adalah: BKAR = D2. σo = 5,204 x 0,0060 = 0,0313
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
BKBR = D1. σo = 0,204 x 0,0060 = 0,0012 Peta revisi I dari peta X untuk kadar abu dapat dilihat pada Gambar 5.12.
Gambar 5.12. Peta Kontrol X Revisi I untuk Kadar Air Peta revisi I dari peta R untuk kadar abu dapat dilihat pada Gambar 5.13.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Gambar 5.13. Peta Kontrol X Revisi I untuk Kadar Air Setelah dilakukan revisi pada peta X masih ada data yang diluar batas kendali yaitu data nomor sampel 1,7,10, maka dilakukan revisi kembali untuk mendapatkan data yang berada dalam batas kendali. Sedangkan pada peta R data suadah berada dalam batas kendali. Revisi II untuk Peta X adalah:
Xnew =
=
2,165 − 0,138 − 0,147 − 0,164 14 − 3
=
1,716 11
= 0,156
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Karena ukuran sampel n=7, maka d2= 2,704 (harga ini dapat dilihat pada lampiran), sehingga: σo =
=
0,0163 2,704
= 0,0060 BKA = o +A.σo = 0.156 + 1,134. 0,0060 = 0,166 BKB = o - A.σo = 0.156 + 1,134. 0,0060 = 0,146 Peta revisi II dari peta X untuk kadar air dapat dilihat pada Gambar 5.14.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Gambar 5.14. Peta Kontrol X Revisi II untuk Kadar air Setelah dilakukan revisi II maka semua data pada peta X terdapat dalam batas kendali.
Cp =
Cp = Process capability LSL = Lower specificati limit USL = Upper specification limit Kriteria penilaian : 1. Jika Cp > 1,33 maka kapabilitas proses sangat baik. 2. Jika 1,00 ≤ Cp ≤ 1,33 maka kapabilitas baik, namun perlu pengendalian ketat apabila Cp mendekati 1,00
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
3. Jika Cp < 1,00 maka kapabilitas proses rendah, sehingga perlu diperhatikan tingkat kinerjanya melalui peningkatan proses. Cp =
Cp =
0,15 − 0,05 6.0,006
= 2,77
Cpl =
=
0,156 − 0,05 3.0,006
= 5,89
Cpu =
Cpu =
0,15 − 0,156 3.0,006
= -0,33
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
min{((cpu )or (cpl )} 3σ 0
Cpk =
min{(USL − X )or ( X − LSL) 3σ (0,10 − 0,156) 0r (0,156 − 0,05) = 3(0.006) =
=
− 0,056 = − 3,11 0,018
Berdasarkan ukuran indeks kerja, dapat diketahui bahwa Cp = 2,77 menunjukkan bahwa Cp >1,00 maka proses sangat baik, ssedangkan Cpk < 1,00 sehingga perlu diperhatikan tingkat kinerjanya melalui peningkatan proses dimana spesifikasi berada diluar batas.
5.3.5. Peta dan R untuk Kadar Air Data kadar air yang telah dikelompokan dalam 7 sub group kemudian dicari nilai X rata-rata dan range. berikut perhitungan X rata-rata dan range yang dapat dilihat pada tabel 5.7.
Tanggal
Tabel 5.8. Perhitungan
dan R Pada Pengujian Kadar Kotoran
No
Sampel
R
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
0,02
0,02 0,021 0,021 0,021
0,02
0,02
0,02 0,001
0,02 0,017 0,017 0,019 0,021
11-Mei-09
1
12-Mei-09
2 0,021
0,02
0,017 0,004
13-Mei-09
3 0,021 0,019 0,019 0,017 0,021 0,022 0,021
0,017 0,005
14-Mei-09
4 0,023 0,023 0,021
0,02 0,021
0,02 0,003
15-Mei-09
5 0,022 0,021 0,023 0,022 0,022 0,021 0,022
0,021 0,002
16-Mei-09
6 0,016 0,017
0,02 0,021 0,022 0,025 0,022
0,016 0,009
18-Mei-09
7 0,021 0,019
0,02 0,023 0,025
0,019 0,006
0,02 0,023
Tabel 5.8. Perhitungan Tanggal
No
0,02 0,022
dan R ... ( Lanjutan)
Sampel R X1
X2
19-Mei-09
8
20-Mei-09
9 0,017 0,018
X3
X4
X5
0,02 0,023 0,021 0,022 0,022
X6
X7
0,02 0,019
0,019 0,004
0,02 0,016 0,016 0,017 0,018
0,016 0,004
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
21-Mei-09
10 0,021 0,025 0,022 0,023 0,019 0,017 0,016
0,016 0,009
22-Mei-09
11 0,017 0,018 0,019 0,019 0,019
0,017 0,003
23-Mei-09
12 0,019 0,018
25-Mei-09
13 0,021 0,018 0,018 0,019
26-Mei-09
0,02 0,019 0,02
0,018 0,004
0,02 0,021 0,022
0,018 0,004
14 0,021
0,02 0,022 0,023 0,021 0,023 0,021
0,02 0,003
27-Mei-09
15
0,02 0,019 0,019 0,021 0,021 0,023
0,019 0,004
28-Mei-09
16 0,016 0,017 0,016 0,018 0,016 0,018 0,018
0,016 0,002
29-Mei-09
17
0,02 0,021
0,016 0,005
30-Mei-09
18 0,021 0,022 0,021
0,02 0,019 0,018 0,019
0,018 0,004
01-Jun-09
19 0,018 0,018 0,019 0,019 0,017 0,016 0,016
0,016 0,003
02-Jun-09
20
0,02 0,019
0,02 0,016 0,017 0,018 0,019
0,016 0,004
03-Jun-09
21 0,016 0,018
0,02 0,021 0,022 0,022 0,025
0,016 0,009
04-Jun-09
22
05-Jun-09
23 0,021
06-Jun-09
24 0,019 0,018 0,016 0,018
08-Jun-09
25 0,018 0,018
0,02 0,018
0,018 0,002
09-Jun-09
26 0,019 0,019 0,021 0,018 0,019 0,017 0,018
0,017 0,004
10-Jun-09
27 0,021
0,017 0,004
0,02
0,02 0,022 0,019 0,021
0,02 0,019 0,018 0,016 0,017
0,02 0,021 0,019 0,017 0,017 0,019 0,02 0,021 0,022
0,02
0,017 0,004
0,02 0,021
0,02 0,002
0,02 0,017 0,017
0,016 0,004
0,02
0,02 0,019 0,019
0,02 0,018 Total
0,02 0,021 0,017
0,02
0,5313 0,112
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Nilai rata-rata X yang juga merupakan garis sentral didapatkan dengan rumus: g
X =
dimana: X X
∑X
i
i =1
g
= jumlah rata-rata dari nilai rata-rata subgroup = nilai rata-rata subgroup ke-i
i
g
= jumlah subgroup g
X =
∑X
i
i =1
g
X=
0,5313 27
= 0,02 Penetuan garis sentral, yakni rentang rata-rata adalah sebagai berikut: g
R=
∑ Ri i =1
g
dimana: R = jumlah rata-rata rentang subgroup Ri
= nilai rentang subgroup ke-i
g
= jumlah subgroup
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
g
∑ Ri i =1
R=
=
g 0,112 27
= 0,004 Harga A2 = 0,419, D3 = 0,076 dan D4 = 1,924 dari table faktor A dan D pembentuk peta kendali untuk ukuran sub grup 4 adalah: Batas kendali
untuk kadar zat menguap adalah:
BKA = X + A2 . R = 0,02+ 0,419 x 0,004 = 0,4016 + 0,017 = 0,021
BKB = X - A2 . R = 0,02 - 0,419 x 0,004 = 0,4016 – 0,017 = 0,0181 Batas kendali Peta R adalah: Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
BKA = D4. R = 1,924 x 0,004 = 0,008 BKB = D3 x R = 0,076 x 0,0163 = 0,0003 Dari hasil perhitungan di atas dapat digambarkan peta kendali x dan R yang tertera pada Gambar 5.15 dan Gambar 5.16.
Gambar 5.15. Peta Kendali X untuk Kadar Kototan
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Gambar 5.16. Peta Kendali R untuk Kadar Kotoran
Dari peta kendali X diatas terdapat data yang out of control, data dengan nomor sampel 4,5,9,14,16. Untuk peta R data yang out of control adalah data dengan nomor sampel 6,10,21. Karena terdapat data yang out of control maka perlu dilakukan revisi. Revisi I untuk X dan R adalah:
Xnew = Ro =
Xnew =
=
0,5313 − 0,022 − 0,022 − 0,022 − 0,017 − 0,017 27 − 5 0,431 22
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
= 0,022
Rnew =
Rnew =
=
0,112 − 0,009 − 0,009 − 0,009 27 − 3
0,085 24
= 0,0035 Karena ukuran sampel n=7, maka d2= 2,704 (harga ini dapat dilihat pada lampiran), sehingga batas kendali untuk revisi peta X adalah : σo =
=
0,0035 2,704
= 0,00131 BKA = o +A.σo = 0,022 + 1,134. 0,00131 = 0,022 + 0,0015 = 0,021 Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
BKB = o - A.σo = 0,022 - 1,134.( 0,00131)
= 0,022 - 0,0015 = 0,018 Batas kendali untuk revisi peta R adalah : BKAR = D2. σo = 5,204 x 0,00131 = 0,007 BKBR = D1. σo = 0,204 x 0,00131 = 0,0003 Peta revisi I dari peta X untuk kadar zat menguap dapat dilihat pada Gambar 5.17.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Gambar 5.17. Peta Kontrol X Revisi I untuk Kadar Kotoran Peta revisi I dari peta R untuk kadar zat menguap dapat dilihat pada Gambar 5.18.
Gambar 5.18. Peta Kontrol R Revisi I untuk Kadar Kotoran Berdasarkan hasil revisi dapat dilihat bahwa data sudah berada dalam batas pengendalian, selanjutnya dapat ditentukan proses kapabilitasnya. Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Cp =
Cp = Process capability LSL = Lower specificati limit USL = Upper specification limit Kriteria penilaian : 1. Jika Cp > 1,33 maka kapabilitas proses sangat baik. 2. Jika 1,00 ≤ Cp ≤ 1,33 maka kapabilitas baik, namun perlu pengendalian ketat apabila Cp mendekati 1,00 3. Jika Cp < 1,00 maka kapabilitas proses rendah, sehingga perlu diperhatikan tingkat kinerjanya melalui peningkatan proses.
Cp =
Cp =
0,020 − 0,01 6.0,001
= 1,6
Cpl =
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
0,022 − 0,01 3.0,001
=
=4
Cpu =
0,02 − 0,022 3.0,001
Cpu =
= -0,66
min{((cpu )or (cpl )} 3σ 0
Cpk =
min{(USL − X )or ( X − LSL) 3σ (0,02 − 0,022) 0r (0,022 − 0,01) = 3(0.001) =
=
− 0,02 = − 0,66 0,003
Berdasarkan ukuran indeks kerja, dapat diketahui bahwa Cp > 1,6 menunjukkan bahwa kapabilitas proses sangat baik. Sedangkan Cpk <1,00 menunjukkan kinerja proses yang rendah dimana berada diluar batas spesifikasi.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
BAB VI ANALISA DAN EVALUASI
6.1. Analisa Analisa dilakukan dengan menganalisis hasil Statistical Quality Control (SQC) yaitu dari diagram histogram, hasil perhitungan peta pengendalian kualitas, dan menganalisa faktor yang mempengaruhi kualitas dengan menggunakan alat pengendalian kualitas diagram sebabakibat.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
6.1.1. Analisa Histogram Berdasarkan hasil histogram pada kadar asam lemak bebas, maka dapat dilihat bahwa terdapat 123 data yang berada pada luar batas normal untuk standar mutu kadar asam lemak bebas yang ditetapkan oleh perusahaan. Sedangkan untuk kadar air terdapat 109 data yang berada diluar batas normal untuk standar mutu dari perusahaan. Untuk kadar kotoran terdapat data sebanyak 67 data berada diluar batas normal syarat mutu yang telah ditetapkan.
6.1.2. Analisa Peta Kendali X dan R Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan metode Statistical Quality Control (SQC) dapat dianalisa bahwa masih banyak data yang berada diluar batas kendali seperti yang tertera pada Tabel 6.1 sampai 6.5. 1. Analisis hasil pengolahan untuk kadar Asam Lemak Bebas. Batas kendali peta X untuk kadar asam lemak bebas adalah: BKA = 3,56 BKB = 3,13 Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Batas kendali peta R untuk kadar asam lemak bebas adalah: BKA = 0,987 BKB = 0,039 Hasil pengolahan kadar asam lemak bebas yang berada diluar batas kendali dapat dilihat pada Tabel 6.1 berikut ini.
Tabel 6.1. Analisis Hasil Pengolahan Kadar ALB di Luar Batas Kendali No
R
1
3,20
0,460
2
2,96 (di luar batas kendali)
0,260
3
3,30
0,430
4
2,94 (di luar batas kendali)
0,820
5
3,64 (di luar batas kendali)
1,520 (di luar batas kendali)
6
3,21
0,700
7
3,48
1,500 (di luar batas kendali)
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
8
3,06 (di luar batas kendali)
0,070
9
2,92 (di luar batas kendali)
0,510
10
2,81 (di luar batas kendali)
0,770
11
3,10 (di luar batas kendali)
0,270
12
3,33
0,680
13
2,62 (di luar batas kendali)
0,550
14
3,32
1,340 (di luar batas kendali)
15
3,34
1,340 (di luar batas kendali)
16
3,05 (di luar batas kendali)
0,170
17
3,40
0,570
18
3,56
0,760
19
3,62 (di luar batas kendali)
0,950
20
3,63 (di luar batas kendali)
0,310
21
3,29
0,320
22
3,92 (di luar batas kendali)
1,550 (di luar batas kendali)
23
3,69 (di luar batas kendali)
0,860
Tabel 6.1. Analisis Hasil ... (Lanjutan) Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
R No 24
3,63 (di luar batas kendali)
1,630 (di luar batas kendali)
25
3,62 (di luar batas kendali)
0,350
26
3,64 (di luar batas kendali)
0,550
27
3,43
0,410
Berdasarkan hasil revisi batas kendali mean (X) maka data yang diatas nilai 3,56 dan data yang berada dibawah nilai 3,13 berada diluar batas kendali. Sedangkan untuk peta kendali range (R) data yang berada diatas nilai 0,987 dan dibawah nilai 0,039 berada diluar batas kendali. 2. Analisis hasil pengolahan untuk kadar air. Batas kendali peta X rata-rata untuk kadar air adalah: BKA = 0,166 BKB = 0,146 Batas kendali peta R untuk kadar air adalah: BKA = 0,031 BKB = 0,0012 Hasil pengolahan kadar air yang berada diluar batas kendali dapat dilihat pada Tabel 6.2 berikut ini. Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Tabel 6.2. Analisis Hasil Pengolahan Kadar Air di Luar Batas Kendali No
R
1
0,138 (di luar batas kendali)
0,017
2
0,152
0,039 (di luar batas kendali)
3
0,156
0,018
4
0,167 (di luar batas kendali)
0,007
5
0,150
0,021
6
0,137 (di luar batas kendali)
0,015
7
0,144
0,008
8
0,155
0,017
9
0,136 (di luar batas kendali)
0,015
10
0,146 (di luar batas kendali)
0,018
11
0,169 (di luar batas kendali)
0,019
12
0,155
0,013
13
0,146 (di luar batas kendali)
0,02
14
0,142 (di luar batas kendali)
0,013
15
0,147 (di luar batas kendali)
0,009
16
0,161
0,017
17
0,168 (di luar batas kendali)
0,014
18
0,157
0,011
19
0,170 (di luar batas kendali)
0,018
20
0,164 (di luar batas kendali)
0,028
21
0,167 (di luar batas kendali)
0,039 (di luar batas kendali)
22
0,174 (di luar batas kendali)
0,015
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
23
0,160
0,026
24
0,155
0,043 (di luar batas kendali)
25
0,157
0,042 (di luar batas kendali)
26
0,160
0,019
27
0,172 (di luar batas kendali)
0,016
Berdasarkan hasil revisi batas kendali mean (X) maka data yang diatas nilai 0,166 dan data yang berada dibawah nilai 0,146 berada diluar batas kendali. Sedangkan untuk peta kendali range (R) data yang berada diatas nilai 0,031 dan dibawah nilai 0,0012 berada diluar batas kendali. 3. Analisis hasil pengolahan untuk kadar kotoran Batas kendali peta X rata-rata untuk kadar kotoran adalah: BKA = 0,021 BKB = 0,018 Batas kendali peta R untuk kadar kotoran adalah: BKA = 0,007 BKB = 0,0003 Hasil pengolahan kadar kotoran yang berada diluar batas kendali dapat dilihat pada Tabel 6.3 berikut ini. Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Tabel 6.3. Analisis Hasil Pengolahan Kadar Kotoran di Luar Batas Kendali No
R
1
0,020
0,001
2
0,019
0,004
3
0,020
0,005
4
0,022 (di luar batas kendali)
0,003
5
0,022 (di luar batas kendali)
0,002
6
0,021
0,009 (di luar batas kendali)
7
0,021
0,006
8
0,021
0,004
9
0,017 (di luar batas kendali)
0,004
10
0,020
0,009 (di luar batas kendali)
11
0,018
0,003
12
0,020
0,004
13
0,020
0,004
14
0,022 (di luar batas kendali)
0,003
15
0,020
0,004
16
0,017 (di luar batas kendali)
0,002
17
0,019
0,005
18
0,020
0,004
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Tabel 6.3. Analisis Hasil Pengolahan ... (Lanjutan )
No
R
19
0,018
0,003
20
0,018
0,004
21
0,021
0,009 (di luar batas kendali)
22
0,019
0,004
23
0,021
0,002
24
0,018
0,004
25
0,019
0,002
26
0,019
0,004
27
0,020
0,004
Berdasarkan hasil revisi batas kendali mean (X) maka data yang diatas nilai 0,021 dan data yang berada dibawah nilai 0,018 berada diluar batas kendali. Sedangkan untuk peta kendali range (R) data yang berada diatas nilai 0,007 dan dibawah nilai 0,0003 berada diluar batas kendali. Berikut adalah jenis uji karakteristik dan jumlah data yang berada diluar batas kendali dimana dapat dilihat pada Tabel 6.4.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Tabel 6.4. Jenis Uji Karakteristik Dan Jumlah Data Di Luar Batas Kendali
Jenis uji
Jumlah kondisi di luar batas kendali
No Kerakteristik
Peta kendali
Peta kendali R
1
Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)
16
6
2
Kadar Air
16
4
3
Kadar Kotoran
5
3
6.1.3. Analisa Kondisi Data di Luar Batas Kendali dengan Diagram Sebab Akibat Dari histogram terlihat bahwa jumlah data diluar batas kendali terbesar adalah data kadar asam lemak bebas dan kadar air diikuti dengan kadar kotoran. Dengan demikian akan dilakukan analisa penyebab kerusakan tersebut dengan menggunakan cause and effect diagram. Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
1.
Kadar Asam Lemak Bebas Kadar asam lemak bebas (ALB) mengandung enzim penstimulir yang bersifat
katalisator, dimana enzim ini dapat membentuk asam lemak bebas. Kadar asam lemak bebas merupakan hal pokok dalam penentuan kualitas Crude palm oil. Dimana semakin tinggi kadar asam lemak bebas maka semakin rendah nilai kualitas dari crude palm oil. Untuk memperoleh sebab lainnya ditelusuri melalui alat pengendalian kualitas yaitu diagram sebab akibat. a.
Bahan baku, yaitu dapat disebabkan langsung dari induk pohonnya, kematangan yang tepat, penanganan pasca panen terhadap bahan baku, lama penyimpanan bahan baku.
b.
Manusia, yaitu ketidaktelitian pada saat pelaksanaan produksi.
c.
Metode kerja, yaitu pembentukan asam lemak bebas karena perebusan yang tidak sempurna.
d.
Mesin, yaitu kurangnya kebersihan disebabkan sisa kotoran produksi, kurangnya perawatan mesin.
e.
Lingkungan kerja, yaitu lingkungan yang kotor. Diagram sebab akibat untuk kadar asam lemak bebas dapat dilihat pada
Gambar 6.1.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Manusia
Mesin
Bahan Baku Lama penyimpanan bahan baku
Kurang memperhatikan pekerjaan
Kurangnya perwawatan pada mesin
ketelitian
Produktivitas mesin rendah
Tidak dilakukan sortasi Kematangan yang tidak tepat
Induk pohon kelapa sawit Penanganan pasca panen
Kadar ALB Sisa produksi,sampah Lingkungan yang kotor
Telalu lama dalam tangki timbun
Lingkungan Kerja
Perebusan tidak maksimal Tingginya kadar ALB
Metode Kerja
Gambar 6.1. Diagram Sebab Akibat Kadar Asam Lemak Bebas 2.
Kadar air Kadar air yang terkandung dalam minyak sawit akan mempengaruhi nilai
kadar asam lemak bebas. Semakin tinggi nilai kadar air semakin tinggi pula kadar asam lemak bebeas yang terbentuk. Untuk memperoleh sebab lainnya ditelusuri melalui alat pengendalian kualitas yaitu diagram sebab akibat. a.
Bahan baku, bahan baku yang terlalu matang mengandung kadar air yang tinggi.
b.
Metode kerja, yaitu perebusan bahan baku yang tidak sempurna di satasiun perebusan. pengurangan kadar air yang yang tidak sempurna pada mesin oil purifier. Pemisahan kadar air dengan kadar kotoran yang berdasarkan berat jenis yang tidak sempurna.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
c.
Manusia, yaitu kurangnya ketelitian pada saat bekerja, hal tersebut dikarena pekerja tidak terlalu memperhatikan pekerjaan dan kurangnya konsentrasi terhadap pekerjaan, kelehan pada saat bekerja disebabkan jam kerja yang terlalu tinggi.
d.
Mesin, yaitu mesin yang kurang terawat sehingga menyebabkan kurangnya performa mesin tersebut.
MESIN
BAHAN BAKU Kematangan yang tidak tepat
Performa mesin kurang
Tidak dilakukan sortasi
Kurang perawatan
Induk pohon Penanganan pasca panen
Kadar Air Kelelahan dan kurang knsentrasi
Kurangnya ketelitian
Pemisahan berat jenis kadar air
performa blow disk rendah
MANUSIA
Kadar air tinggi Perebusan kadar air yang tidak sempurna
METODE KERJA
Gambar 6.2. Diagram Sebab Akibat Kadar Air 3.
Kadar Kotoran Kadar kotoran dipengaruhi oleh proses pengolahan. Selain itu kandungan
pasir, ampas serat daging pada buah sawit. Untuk memperoleh sebab lainnya ditelusuri melalui alat pengendalian kualitas yaitu diagram sebab akibat. a.
Bahan baku, disebabkan penyimpanan bahan baku yang tidak bersih, bahan baku yang memiliki serat yang tebal.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
b.
Manusia, yaitu operator yang kurang teliti dalam bekerja, hal tersebut dikarena pekerja tidak bekerja sesuai dengan standar operasi pabrik yang diberikan,dan kelehan pada saat bekerja.
c.
Metode kerja, yaitu penyaringan yang tidak maksimal pada saringan getar dengan ayaka mesh 30 dan 40. Tercampurnya minyak dengan kotoran pada saat pengendapan di crude oil tank dan continuous settling tank.
d.
Mesin, yaitu pengaturan waktu dan putaran yang tidak sesuai dengan standar operasi.
e.
Lingkungan kerja, yaitu lingkungan kerja yang kotor, banyaknya sisa produksi. Diagram sebab akibat untuk kadar kotoran dapat dilihat pada Gambar 6.3. Manusia
Mesin
Kurang memperhatikan pekerjaan
Kelelaha
Produktivitas mesin rendah
Kurang ketelitian
Kurangnya perwawatan pada mesin
Kadar Kotoran Lingkungan yang kotor
pasir pada buah
Pengadukan tidak sempurna
Sisa produksi
Tempat penyimpanan kotor
pemisahan otorandan minyak tidak sempurna
Bahan Baku
Lingkungan Kerja
Metode
Pengendapan tidak sempurna
Penyaringan kadar kotoran yang tidak sempurna
Gambar 6.3. Diagram Sebab Akibat Kadar Kotoran
6.1.4. Analisa kemampuan Proses
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Dari penggunaan batas atas spesifikasi (USL) dan batas bawah spesifikasi (LSL) yang telah ditentukan, maka didapat hasil perhitungan Cp dan Cpk sebagai berikut: a.
Untuk nilai indeks proses kapabilitas dari kadar Asam Lemak Bebas (ALB) dimana nilai Cp = 0,43 sedangkan nilai indeks kinerja proses Cpk = -0,61. Dapat dilihat nilai CP, Cpk < 1 maka kapabilitas proses dan kinerja proses sangat rendah.
b.
Untuk nilai indeks proses kapabilitas dari kadar air dimana nilai Cp = 1,38 sedangkan nilai indeks kinerja proses Cpk = -3,11. Dapat dilihat nilai CP >1,33 maka kapabilitas proses sangat baik dan nilai Cpk < 1 maka kinerja proses sangat rendah.
c.
Untuk nilai indeks proses kapabilitas dari kadar air dimana nilai Cp = 1,6 sedangkan nilai indeks kinerja proses Cpk = -0,66. Dapat dilihat nilai CP >1,33 maka kapabilitas proses sangat baik dan nilai Cpk < 1 maka kinerja proses sangat rendah.
6.2. Evaluasi 6.2.2. Evaluasi Peta kendali X dan R 6.2.2.1. Evaluasi Peta Kendali X dan R kadar Asam Lemak Bebas
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Pada peta kontrol X dan R terdapat data yang out of control sehingga perlu dilakukan revisi sebanyak 2 kali. Setelah di revisi seluruh data kadar asam lemak bebas sudah berada di dalam batas kontrol sehingga tidak perlu direvisi lagi.. Hal ini dipengaruhi data yang digunakan selalu berubah-ubah yang tidak tersebar normal sehingga tidak dapat dikendalikan dan menyebebkan data banyak yang melewati batas controlnya.
6.2.2.2. Evaluasi Peta Kendali X dan R kadar Air Pada peta kontrol X terdapat data yang out of control sehingga perlu dilakukan revisi sebanyak 2 kali. Setelah di revisi seluruh data kadar air sudah berada di dalam batas kontrol sehingga tidak perlu direvisi lagi. Hal ini dipengaruhi data yang digunakan selalu berubah-ubah. sehingga tidak dapat dikendalikan dan menyebebkan data banyak yang melewati batas controlnya. Pada peta R dilakukan sekali revisi,setelah itu data range kadar air sudah didalam batas kontrol. 6.2.2.3. Evaluasi Peta Kendali X dan R kadar Kotoran Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Pada peta kontrol X dan R terdapat data yang out of control sehingga perlu dilakukan revisi sebanyak 1 kali. Setelah di revisi seluruh data kadar air sudah berada di dalam batas kontrol sehingga tidak perlu direvisi lagi. Hal ini dipengaruhi data yang digunakan selalu berubah-ubah akan tetapi masih tersebar normal.
6.2.3. Evaluasi Histogram Pada analisis histogram dapat dilihat bahwa kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran memiliki data tertinggi dan terendah dalam diagram ini terlihat data kadar air dan data kadar ALB merupakan data yang tertinggi yang berada diluar batas normal.
6.2.4. Evaluasi Kemampuan Proses a.
Kadar Asam Lemak Bebas Untuk kadar asam lemak bebas kemampuan proses dan kinerja proses sangat
rendah. Hal ini mengakibatkan banyaknya data yang berada diluar batas normal yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Untuk menanggulangi hal ini perusahaan harus lebih meningkatkan pengendalian dan kontrol terhadap proses yang berlangsung mulai dari penanganan pasca panen sampai pada lantai produksi. b.
Kadar Air
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Untuk kadar air kemampuan proses sangat baik. akan tetapi untuk kemampuan kinerja proses sangat rendah. Kemampuan kinerja yang rendah tersebut mengakibatkan banyaknya data yang berada diluar batas normal yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Untuk menanggulangi hal ini perusahaan harus lebih meningkatkan kontrol terhadap pekerja untuk lebih memenuhi standard operasi yang telah ditetapkan perusahaan. c.
Kadar Air Untuk kadar Kotoran kemampuan proses sangat baik. akan tetapi untuk
kemampuan kinerja proses sangat rendah. Kemampuan kinerja yang rendah tersebut mengakibatkan banyaknya data yang berada diluar batas normal yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Untuk menanggulangi hal ini perusahaan harus lebih meningkatkan kontrol terhadap pekerja untuk lebih memenuhi standard operasi yang telah ditetapkan perusahaan.
6.2.5. Evaluasi cause and effect diagram 6.2.5.1. Evaluasi cause and effect diagram Kadar Asam Lemak Bebas Evaluasi untuk cause and effect diagram adalah perbaikan beberapa faktor yang menyebabkan kesalahan tersebut yaitu manusia, peralatan, metode kerja, lingkungan, dan bahan bakunya. Berdasarkan hasil analisa yang diperoleh pada cause and effect diagram untuk kadar ALB, yaitu pengolahan bahan baku mulai dari pasca panen sangat perlu dilakukan suatu evaluasi yakni dengan menjaga agar buah Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
yang telah dipanen agar segera dapat diproduksi karena semakin lama disimpan maka kadar ALB akan semakin tinggi. Selain itu juga perlu kontrol yang ketat saat dilakukan sortasi agar terhindar dari kematangan yang tidak tepat. Induk kelapa sawit juga sangat diperhatikan, karena terdapat jenis induk pohon yang memang memiliki kandungan ALB yang besar.
6.2.5.2. Evaluasi cause and effect diagram Kadar Air Berdasarkan hasil analisa yang diperoleh pada cause and effect diagram untuk kadar air, yaitu pengolahan bahan baku dan metode kerja sangat mempengaruhi nilai kadar air yang terkandung didalam buah. Evaluasi yang dapat dilakukan yakni dengan menjaga agar buah yang telah dipanen agar segera dapat diproduksi karena semakin lama disimpan maka kadar air akan semakin tinggi. Selain itu dalam penyimpanan harus berada pada tempat yang kering untuk menjaga agar kadar air tidak meninggi. Induk kelapa sawit juga sangat diperhatikan, karena terdapat jenis induk pohon yang memang memiliki kandungan air yang besar. Untuk metode kerja perlu diperhatikan sistem perebusan yang harus sesuai dengan standard operasi pabrik dari perusahaan sehingga dapat menjaga
atau
mengurangi kadar air yang terkandung dalam buah saat proses produksi.
6.2.5.3. Evaluasi cause and effect diagram Kadar Kotoran
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Berdasarkan hasil analisa yang diperoleh pada cause and effect diagram untuk kadar kotoran, metode kerja sangat mempengaruhi nilai kadar air yang terkandung didalam buah. Evaluasi yang dapat dilakukan yakni dengan menjaga agar penyaringan kotoran yang dilakukan pada saat proses produksi harus sempurna dan pengadukan minyak yang mengandung kotoran harus dilakukan sesuai standard yang telah ditetapkan sehingga proses pemisahan minyak dan kotoran dengan metode berat jenis dapat berjalan dengan baik. Faktor lingkungan kerja juga sangat mempengaruhi kadar kotoran dimana lingkungan kerja yang kotor dan sisa-sisa produksi yang masih terdapat dimesin dapat mempengaruhi kadar kotoran. Untuk faktor manusis diharapkan untuk lebih memperhatikan pekerjaan yang dilakukan agar metode kerja yang telah ditetapkan dapat berjalan dengan baik.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7. 1. Kesimpulan Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Berdasarkan pengolahan dan pembahasan data yang telah dilakukan pada, maka dapat disimpulkan: 1. Hasil analisis Statistical Quality Control (SQC) dengan metode peta X dan R diketahui tingkat pencapaian standar yang diharapkan oleh perusahaan belum tercapai. Dimana hasil pemeriksaan sampel syarat mutu masih terdapat jumlah produk yang diluar batas persyaratan mutu atau penyimpangan kualitas. 2. Jumlah sampel yang diluar batas kendali untuk kadar ALB sebanyak 16 sampel,kadar air yaitu 16 sampel dan kadar kotoran yaitu 5 sampel. 3. Nilai proses kapabilitas (Cp) untuk kadar ALB sebesar 0.43, kadar air sebesar 1.38 dan kadar kotoran sebesar 1.6. 4. Dari
analisis
diagram
sebab
akibat
dapat
diketahui
faktor
penyebab
penyimpangan kualitas adalah faktor bahan baku, metode kerja, manusia, mesin, dan lingkungan kerja. Dimana penyebab yang paling berpengaruh adalah bahan baku, metode kerja, mesin.
7.2. Saran Untuk memperbaiki kualitas produk, saran yang diberikan adalah: 1. Perbaikan yang dilakukan oleh perusahaan sebaiknya lebih terfokus pada faktor penyebab utama penyimpangan kualitas yaitu faktor bahan baku, metode kerja dan mesin. Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
2. Pihak perusaahaan lebih memperhatikan pemilihan bahan baku yang masuk, mengelompokkan bahan baku yang sejenis, dan segera diolah. 3. Membuat urutan prioritas dalam melaksanakan pengendalian kualitas yang terencana dengan memperhatikan faktor-faktor penyebab kesalahan dalam produksi.
DAFTAR PUSTAKA
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Gaspert. V. Metode Analisis Untuk Peningkatan Kualitas, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001 Harinaldi. Prinsip-Prinsip Statistika Untuk Teknik dan Sains. Erlangga, Jakarta, 2005. Husaini Usman, R. Purnomo. Pengantar Statistik, Edisi kedua. Penerbit Bumi Aksara, 2006. Wilfrid.J.Dixon. Pengantar Analisis Statistik. Gajah mada University Press, 2005
LAMPIRAN I Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Mesin Produksi Adapun spesifikasi mesin produksi yang ada di PTPN IV Pabrik Kelapa Sawit Adolina adalah sebagai berikut: A. Stasiun penerimaan buah 1. Jembatan Timbang Fungsi
: untuk menimbang TBS
Panjang
: 12000 mm
Lebar
: 3000 mm
Type
: hybrid system
Kapasitas
: 50 ton
2. Loading Ramp Fungsi
: Tempat penimbunan TBS sebelum diolah, tempat untuk melakukan serotasi terhadap TBS, mempermudah dalam pengisian lori
Panjang
: 2500 mm
Lebar
: 220 mm
Kemiringan
: 250
Jumlah pintu
: 13 buah
Kapasitas
: 15 ton0buys
D. Sterilisasi (Rebusan) Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
1. Sterilizer Fungsi
: Merebus TBS agar mudah lepas dari janjangan sehingga memudahkan proses penebahan.
Jumlah
: 3 unit
Kapasitas
: @ 25 Ton/siklus
Diameter
: @2070 mm
Panjang
: 27.000 mm
Tekanan
: 3 Kg/cm2
2. Lori rebusan Fungsi
: Tempat perebusan TBS
Berat Kosong
: 750 Kg
Kapasitas
: 2,5 Ton
3. Alat Penarik Fungsi
: Alat penarik lori untuk keluar masuk sterilizer
Daya
: 10 Hp
Volt
: 380 Volt
Arus
: 16 A
Putaran
: 965 rpm
4. Jembatan Pemindah Fungsi
: Untuk medekatkan lori ke rel sterilizer
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
E.
Kapasitas
: 3 lori ( 7,5 ton)
Daya
: 7,5 Hp
Volt
: 380 V
Arus
: 12,1 A
Putaran
: 1450 rpm
Stasiun Penebahan 1. Hosting Crane Fungsi
: Mengangkat lori yang berisi TBS matang ke autofeeder
Jumlah
: 3 unit
Kapasitas
: 5 Ton
2. Auto Feeder fungsi
: Mengatur TBS matang ke dalam threser
Jumlah
: 3 unit
Kapasitas
: 20 ton TBS/jam
3. Thereser Fungsi
: Memisahkan brondolan dengan janjangan kosong
jumlah
: 3 unit
Kapasitas
: 20 Ton/jam
Diameter
: 1938 mm
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Panjang
: 4730 mm
putaran
: 23 Rpm
4. Fruit Elevator Fungsi
: Mengangkut brondolan ke digester
Jumlah
: 2 Unit
Jumlah Timba
: 40 buah
Kapasitas
: 2 Kg/timba
Tinggi
: 12.000 mm
Putaran
: 24 Rpm
5. Transportasi janjangan Fungsi
: Mengantar janjangan kosong ke hopper kosong
Jumlah
: 2 unit
Kapasitas
: 30 ton /jam
Panjang
: 39.000 mm
Lebar
: 1.000 mm
Putaran
: 24 Rpm
6. Hopper Kosong
D.
Fungsi
: Menampung janjangan kosong
Jumlah
: 1 unit
Kapasitas
: 72 ton ( 6 pintu x 12 ton janjangan
Stasiun Pengempa (Press)
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
1. Digester (ketel adukan)
Fungsi
: Memisahkan daging buah dengan biji dengan cara diaduk
E.
Jumlah
: 4 unit
Kapasitas
: 1 ton/jam
Tekanan
: 120 Bar
Putaran
: 14 rpm
Dimensi
: 4,87 m x 1,47 m x 0.95 m
Stasiun Klarifikasi 1. Sand Trap Tank Fungsi
: Untk memisahkan pasir dari minyak kasar yang berasal dari pressan
Jumlah
: 1 unit
Kapasitas
: 10 Ton
panjang
: 2m
2. Vibrating Screen Fungsi
: Memisahkan benda-benda padat yang terikut dengan minyak kasar
Jumlah
: 2 unit
Kapasitas
: 18 Ton/Jam
Putaran
: 1450 rpm
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
3. Tangki Minyak Kasar
Fungsi
: Menampung minyak yang telah disaring untuk kemudian dipompakan ke tangki pemisah
Jumlah
: 1 unit
Kapasitas
: 10 Ton
Suhu
: 95-1000C
Panjang
: 3m
Lebar
: 1,6 m
Tinggi
: 1,2 m
4. Continous Setting Tank (CST) Fungsi
: Mempermudah pemisahan minyak dengan sludge
Jumlah
: 2 unit
Kapasitas
: 70 ton
Suhu
: 95-1000C
Tinggi
: 8.3 m
5. Oil Tank Fungsi
: Menampung minyak yang telah terpisah dengan sludge
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Jumlah
: 1 unit
Kapasitas
: 10 ton
Suhu
: 95-1000C
Tinggi
: 2.710 m
6. Sludge Tank Fungsi
: Menampung sludge dari tangki pemisah yang masih mengandung minyak
Jumlah
: 2 unit
Kapasitas
: 20 Ton
Suhu
: 90-950C
Tinggi
: 3.26 m
7. Oil Purifier Fungsi
: Untuk pemurnian minyak yang berasal dari tangki masakan
Jumlah
: 3 unit
Kapasitas
: 4.5 Ton
Suhu
: 90-950C
Tekanan
: 3 Kg/Cm2
Putaran
: 5000 Rpm
Jumlah piringan
: 100 Buah
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
8. Sludge Seperator Fungsi
: Untuk memisahkan minyak dari kotoran
Jumlah
: 3 Unit
Kapasitas
: 8 Ton
Suhu
: 90-1000C
Tekanan
: 3 Kg/cm2
Putaran
: 5000 rpm
Jumlah piringan
: 94 Buah
9. Pre Cleaner Fungsi
: Untuk memisahkan minyak dari kotorankotoran
Jumlah
: 2 unit
Kapasitas
: 4.5 Ton
Tinggi
: 800 mm
Diameter Piringan
: 330 mm
Tinggi Saringan
: 6450 mm
10. Brush Strainer Fungsi
: Memisahkan kotoran dari minyak yang masih terikut setelah melalui pre cleaner
Jumlah
: 2 unit
Kapasitas
: 4.5 Ton
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Suhu
: 90-1000C
Tekanan
: 3 Kg/cm2
Putaran
: 1500 rpm
11. Vacum Dryer Fungsi
: memompa minyak kasar murni ke oil storage tank.
Jumlah
: 2 unit
Kapasitas
: 9 Ton
Suhu
: 85-900C
12. Oil Storage Tank Fungsi
: Tempat penyimpanan CPO murni sebelum dipasarkan
Jumlah
: 3 unit
Kapasitas
: 500 ton (2 unit), 1000 ton (1 unit)
Suhu
: 50-60 0C
Tinggi
: 8.5 m
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Lampiran 2 Peralatan Produksi 1.
Stasiun Kempa Peralatan-peralatan yang digunakan dalam stasiun Kempa:
a.
b.
Ulir PK Meal di Bawah Kempa Fungsi
: Membawa inti ke bagian
Jumlah
: 2 Buah
Merk
: PMT
Asal
: PMT
Timba PK Meal Fungsi
: Membawa inti ke bagian
Jumlah
: 2 Buah
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
c.
2.
Merk
: PMT
Asal
: PMT
Ularan Pembawa Minyak Fungsi
: Membawa inti ke bagian
Jumlah
: 3 Buah
Merk
: PMT
Asal
: PMT
Stasiun Pengutipan Minyak Peralatan-peralatan yang digunakan dalam stasiun Pengutipan Minyak
a.
b.
Ularan pengumpul Minyak Fungsi
: Pengumpul Minyak
Jumlah
: 1 Buah
Merk
: PMT
Asal
: PMT
Tangki Minyak Screaning Fungsi
: Menyimpan Minyak
Jumlah
: 1 Buah
Merk
: PMT
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Asal c.
: PMT
Pompa Minyak kasar ke Niagara Fungsi
: Memompa minyak ke Niagara
Jumlah
: 2 Buah
Merk
: Southerm croos
Asal
: MAS
4. Tangki Minyak Bersih Fungsi
: Menyimpan Minyak Bersih
Jumlah
: 1 Buah
Merk
: PMT
Asal
: PMT
3. Pompa Minyak Bersih Fungsi
: Memompa Minyak ke Tangki Minyak
Jumlah
: 2 Buah
Merk
: EBS RAY PUMPS
Asal
: MAS
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
5
Stasiun Penimbunan Minyak Peralatan-peralatan yang digunakan dalam stasiun Penimbunan Minyak
a.
b.
Tangki Timbun Minyak Fungsi
: Menimbun Minyak
Jumlah
: 4 Buah
Merk
: PMT
Asal
: PMT
Pompa Pengiriman Minyak Bersih Fungsi
: Memompa Minyak bersih
Jumlah
: 2 Buah
Type
: T 24 V 30 P 62288
Asal
: Sidney
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Lampiran 4 Tabel Che-Kuadrat df
0.995
0.99
0.975
0.95
0.90
0.10
0.05
0.025
0.01
0.005
1
---
---
0.001
0.004
0.016
2.706
3.841
5.024
6.635
7.879
2
0.010
0.020
0.051
0.103
0.211
4.605
5.991
7.378
9.210
10.597
3
0.072
0.115
0.216
0.352
0.584
6.251
7.815
9.348
11.345
12.838
4
0.207
0.297
0.484
0.711
1.064
7.779
9.488
11.143
13.277
14.860
5
0.412
0.554
0.831
1.145
1.610
9.236
11.070
12.833
15.086
16.750
6
0.676
0.872
1.237
1.635
2.204
10.645
12.592
14.449
16.812
18.548
7
0.989
1.239
1.690
2.167
2.833
12.017
14.067
16.013
18.475
20.278
8
1.344
1.646
2.180
2.733
3.490
13.362
15.507
17.535
20.090
21.955
9
1.735
2.088
2.700
3.325
4.168
14.684
16.919
19.023
21.666
23.589
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
10
2.156
2.558
3.247
3.940
4.865
15.987
18.307
20.483
23.209
25.188
11
2.603
3.053
3.816
4.575
5.578
17.275
19.675
21.920
24.725
26.757
12
3.074
3.571
4.404
5.226
6.304
18.549
21.026
23.337
26.217
28.300
13
3.565
4.107
5.009
5.892
7.042
19.812
22.362
24.736
27.688
29.819
14
4.075
4.660
5.629
6.571
7.790
21.064
23.685
26.119
29.141
31.319
15
4.601
5.229
6.262
7.261
8.547
22.307
24.996
27.488
30.578
32.801
16
5.142
5.812
6.908
7.962
9.312
23.542
26.296
28.845
32.000
34.267
17
5.697
6.408
7.564
8.672
10.085
24.769
27.587
30.191
33.409
35.718
18
6.265
7.015
8.231
9.390
10.865
25.989
28.869
31.526
34.805
37.156
19
6.844
7.633
8.907
10.117
11.651
27.204
30.144
32.852
36.191
38.582
20
7.434
8.260
9.591
10.851
12.443
28.412
31.410
34.170
37.566
39.997
21
8.034
8.897
10.283
11.591
13.240
29.615
32.671
35.479
38.932
41.401
22
8.643
9.542
10.982
12.338
14.041
30.813
33.924
36.781
40.289
42.796
23
9.260
10.196
11.689
13.091
14.848
32.007
35.172
38.076
41.638
44.181
24
9.886
10.856
12.401
13.848
15.659
33.196
36.415
39.364
42.980
45.559
25
10.520
11.524
13.120
14.611
16.473
34.382
37.652
40.646
44.314
46.928
26
11.160
12.198
13.844
15.379
17.292
35.563
38.885
41.923
45.642
48.290
27
11.808
12.879
14.573
16.151
18.114
36.741
40.113
43.195
46.963
49.645
28
12.461
13.565
15.308
16.928
18.939
37.916
41.337
44.461
48.278
50.993
29
13.121
14.256
16.047
17.708
19.768
39.087
42.557
45.722
49.588
52.336
30
13.787
14.953
16.791
18.493
20.599
40.256
43.773
46.979
50.892
53.672
40
20.707
22.164
24.433
26.509
29.051
51.805
55.758
59.342
63.691
66.766
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
50
27.991
29.707
32.357
34.764
37.689
63.167
67.505
71.420
76.154
79.490
60
35.534
37.485
40.482
43.188
46.459
74.397
79.082
83.298
88.379
91.952
70
43.275
45.442
48.758
51.739
55.329
85.527
90.531
95.023
100.425
104.215
80
51.172
53.540
57.153
60.391
64.278
96.578
101.879
106.629
112.329
116.321
90
59.196
61.754
65.647
69.126
73.291
107.565
113.145
118.136
124.116
128.299
100
67.328
70.065
74.222
77.929
82.358
118.498
124.342
129.561
135.807
140.169
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.
Rudi Kencana : Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina, 2009.