sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia (2007) 33 : 469 – 480
ISSN 0125 – 9830
KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN KIMA PASIR, Hippopus hippopus YANG DIBESARKAN DI PULAU PARI oleh LILY MARIA GORETTI PANGGABEAN Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI Received 28 September 2007, Accepted 6 December 2007
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengungkapkan karakteristik pertumbuhan individu kima pasir hasil budidaya di Pulau Pari. Kima pasir (Hippopus-hippopus) telah terdaftar dalam appendiks II CITES dan sudah langka di Pulau Pari. Dengan tujuan konservasi, 400 kima pasir dari pembenih telah dibesarkan dalam kurungan-kurungan yang diletakkan di perairan Pulau Pari dengan kepadatan 40 ekor/m2. Enam puluh dari 400 ekor bibit kima tersebut diberi nomor dan diukur pertumbuhan panjang, lebar dan tebalnya dari umur empat tahun pada tahun 2003, hingga 91 bulan kemudian, pada tahun 2007. Rata-rata laju pertumbuhan panjang, lebar dan tebal mereka berturut-turut 3,85 ; 2,96 dan 2,95 cm/tahun yang dihitung dari bulan ke 48-62. Selanjutnya pada bulan ke 62-82 rata-rata laju pertumbuhan panjang, lebar dan tebalnya menurun menjadi 2,67 ; 2,04 ; dan 2,01 cm/tahun. Spesimen HP 04, laju pertumbuhannya sangat cepat (6,08, 3,99 dan 3,51 cm/tahun) dan mempunyai karakter genetik yang berbeda dengan dua spesimen lain (HP 30 dan HP 08). Kata kunci: Kima pasir, Hippopus hippopus, Pulau Pari, konservasi, karakteristik pertumbuhan, laju pertumbuhan, karakter genetik.
ABSTRACT CHARACTERISTIC OF GROWTH IN HORSEHOOF CLAMS Hippopus hippopus GROWN IN PARI ISLAND. This study aims to observed individual growth characteristic in Hippopus hippopus clams, cultured in Pari Island. Horsehoof clams, H. hippopus has been listed in Appendix II of CITES and quite rare in Pari Islands. Aiming for conservation, 400 horsehoof clams of a hatchery has been grown in cages in Pari Island with the densities of 40 clams/m2. Sixty of the 400 clams were tagged and measured for their length, height and width growth since 4 years of age in 2003 to 91 months later in 2007. Mean length, height and width growth rates were 3.85; 2.96 and 2.95 cm/years respectively from 48-62 months; then for the months between 62-82 the rates were decreased to 2.67; 2.04; and 2.01 cm/year in their length, height and width growth respectively. Specimen number HP 04 with fastest growth rate (6.08; 3.99 and 3.51 cm/year) compare to two other specimens (Hp 30 and HP 08), presumably due to differences in genetic characters. Key words: Horsehoof clams, Hippopus hippopus, Pari Island, conservation, growth characteristic, growth rate, genetic character.
469
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (3), 2007
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
LILY MARIA GORETTI PANGGABEAN
PENDAHULUAN Kima termasuk sumberdaya bangsa kekerangan (bivalvia: Tridacnidae) yang hidup di perairan terumbu karang Pasifik dan Atlantik (YONGE 1975). ROSEWATER (1965, 1982) telah mendiskripsikan tujuh jenis kima (Tridacnidae) yang dikelompokkan dalam genus, yaitu Tridacna dan Hipppopus. Adanya temuan baru, saat ini telah dapat diidentifikasi 9 jenis kima (LUCAS et al. 1990, 1991; SIRENKO & SCARLATO 1991). Sembilan jenis kima tersebut yaitu Tridacna gigas, T. derasa, T. squamosa, T. maxima, T. crocea, T. rosewateri, T. tevoroa, Hippopus hippopus dan H. porcellanus. Kima telah berevolusi dari kehidupan bentik di dalam sedimen menjadi ‘epibentik’ di perairan terumbu dan berasosiasi dengan Symbiodinium microadriaticum atau zooxanthella. Kehidupan asossiasi tersebut sangat efisien dan mengoptimalkan pertumbuhan kedua belah pihak, karena alga dalam jaringan mantelnya memperoleh sumber karbon dan nitrogen dari katabolisme kima, sedangkan senyawa karbon hasil fotosintesa seperti glukosa, oligosakarida, glutamate, alanin, aspartat, serin dan suksinat langsung diserap kima (GRIFFITH & STREAMER 1988). Sifat kehidupan ini memungkinkan kima tumbuh menjadi sangat besar. Menurut BOHNHAM (1965) kima termasuk bivalvia berumur panjang yang bisa mencapai ukuran sangat besar. Jenis kima terbesar T. gigas pernah dijumpai mencapai rekor ukuran sebesar 1,4m dan seberat 263 kg. Daya tarik otot aduktornya yang mahal, menyebabkan kima mengalami tekanan eksploitasi berlebihan, terutama bagi jenis terbesar T. gigas telah punah di Indonesia bagian Barat (PANGGABEAN 1985, 1987; USHER 1984, SALM 1981). Kima sudah terdaftar dalam appendiks II CITES dan implementasi pemanfaatannya hanya diizinkan bagi hasil penangkaran (PP-RI No 7/1999; PP-RI No 8/1999; Peraturan P19/Menhut-II/2005). Di Indonesia tujuh jenis kima telah berhasil dikembangbiakkan secara massal oleh pembenih CV Dinar dan sebagian dari produknya yaitu kima pasir, Hippopus hippopus telah diintroduksi di perairan terumbu di Pulau Pari pada Tahun 2003. Pulau Pari dengan goba-gobanya (lagoon) yang berbatasan dengan daerah ‘intertidal’ rataan terumbu yang luas merupakan habitat kima pasir H. hippopus (LUCAS 1988). Introduksi kima pasir di pulau bertujuan untuk memulihkan kembali kondisi stok kima langka tersebut. H. hippopus yang dibesarkan di habitat lamun di Pulau Pari pertumbuhannya berbeda nyata dibandingkan dengan kelompok kima pasir yang dibesarkan di habitat rataan terumbu yang lebih terbuka di Pulau Pari (PANGGABEAN et al. 2006). Penelitian ini bertujuan mengungkapkan karakteristik pertumbuhan individu kima pasir hasil budidaya di Pulau Pari. Pertumbuhan kima pasir yang diperoleh dari pertambahan panjang masing-masing spesimen kima di Pulau Pari dibandingkan dengan pertumbuhan kima pasir di tempat lain dari pustaka.
470
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (3), 2007
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN KIMA PASIR
BAHAN DAN METODE Anakan kima pasir, Hippopus hippopus diperoleh dari hasil penangkaran CV Dinar di Tembok, Bali. Transfer anakan kima pasir, H. hippopus dilakukan pada umur 48 bulan dan seluruhnya berjumlah 400 ekor. Metode transfer telah diuraikan dalam PANGGABEAN et al. (2006). Untuk mengetahui pertumbuhan individu kima, 60 ekor kima pasir diberi nomor dengan ‘dymotag’ yang direkatkan (di’tagging’) pada bagian bawah dari cangkangnya. Mereka ditebar bersama-sama dengan 340 ekor kima sekohor lain yang tidak diberi tanda dalam kurungan-kurungan bermata jaring 1 inci yang dasarnya terbuat dari semen berukuran 160 x 120 cm. (PANGGABEAN et al. 2007). Kurungan ditempatkan di habitat lamun dekat Goba Besar di Pulau Pari, dimana airnya tidak begitu jernih (transparansi 1-2m), banyak partikel organik dari serasah lamun, kedalaman air waktu pasang tertinggi mencapai 3 meter. Kima diukur panjang, lebar dan tebalnya dengan menggunakan kaliper (ketelitian sampai 0,01 mm) pada bulan Oktober 2003, Desember 2003, Mei 2004, Agustus 2004, Desember 2004, Agustus 2006 dan Mei 2007. Ukuran panjang diambil pada garis terpanjang dari cangkangnya, lebar pada garis tegak lurus panjangnya dan tebal pada garis tegak lurus lebarnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan kima dalam kurungan dipengaruhi oleh faktor kerapatan tebarnya (HART et al. 1998). Dalam protokol pembesaran kima di dalam kurungan CALUMPONG (1992) menyarankan kepadatan tebar 200 ekor/m2 untuk anakan kecil (panjang 30-50 mm) dan 60 ekor/m2 untuk anakan yang lebih besar (panjang 70-80 mm). Kepadatan tebar kima pasir dalam penelitian ini (40 ekor/m2) lebih rendah dari kepadatan yang ditentukan dalam protokol tersebut (60 ekor/m2). Pertumbuhan kima juga dipengaruhi oleh faktor makanan. Kima terutama mendapat nutrisi dengan cara ’aututrof’ langsung dari simbion zooxanthella yang selalu ada di dalam jaringan mantelnya, dan juga secara ’heterotrof’ melalui ’filter feeding’ yang diperoleh dari lingkungannya, yaitu partikel-partikel organik di sekitarnya. (KLUMPP et al. 1992; KLUMPP & GRIFFITH 1994). Lingkungan pemeliharaan kima pasir di goba Besar di Pulau Pari cukup kaya akan partikel-partikel organik yang berasal dari serasah lamun (turbiditas sekitar 1-2 m). Kondisi lingkungan goba Besar tempat pembesaran kima pasir mempunyai substrat pasir lumpuran yang ditumbuhi lamun yang didominasi oleh Thallasia sp, tempatnya cukup terlindung, dan relatif tenang dan berarus. Dua kaloran, yaitu Kaloran Tenggang di sebelah utara dan Kaloran Ciadung di sebelah selatan menghubungkan air laut luar dan dalam
471
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (3), 2007
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
LILY MARIA GORETTI PANGGABEAN
terumbu Pulau Pari. Arus di tempat tenang tersebut membawa partikel-partikel organik yang dibutuhkan oleh kima pasir tersebut. Kondisi lingkungan seperti ini sudah diuji memberikan pertumbuhan kima pasir lebih cepat dari kelompok kima yang dibesarkan di lingkungan yang lebih terbuka dan lebih jernih airnya (PANGGABEAN et al. 2006). Selain kondisi makanan, berikut adalah kondisi lingkungan fisik di Pulau Pari. Kadar oksigen pada Goba Besar berfluktuasi sebesar 6,61-8,67 ppm waktu pasang dan 5,1-7,58 waktu surut (ROCHYATUN 2002). Dilaporkan juga kondisi salinitas pada bulan Juli 1999, Oktober 1999 dan Pebruari 2000 berkisar 28-35 psu (pasang) dan 27-34 psu (surut); kondisi suhu berkisar 28-32,4oC (pasang) dan 27,1-32,4oC (surut) dan pH 7,89-8,86 (pasang) dan 7,08-8,94 (surut). Dari 60 spesimen Hippopus hippopus bertanda yang ditebar dalam kurungan di Pulau Pari, hanya 23 spesimen yang masih dapat ditemukan pada pengukuran terakhir. Ada kemungkingan spesimen kima pasir yang tidak diketemukan waktu hendak diukur, telah mati atau hilang nomornya. Untuk menghindari resiko hilangnya nomor, disarankan penandaan seharusnya dilakukan lebih dari satu (dua atau tiga). Rata-rata panjang , lebar dan tebal dari umur 48 bulan hingga 91 bulan, simpangan baku, dan kisaran minimum dan maksimum kima pasir disajikan pada Tabel 1. Koefisien variasi pada panjang awalnya yaitu 12% pada umur 48 bulan menurun hingga 9,4% pada umur 91 bulan. Demikian pula untuk lebar (dari 11,3% menjadi 7,6%) dan tebal kima (dari 15,31% menjadi 7,84%). Kurva pertumbuhan Gambar 1 disusun berdasarkan hubungan umur dengan panjang, lebar dan tebal Hippopus-hippopus yang dimulai dari umur 48 bulan hingga 91 bulan. Secara umum pertumbuhan linier panjang, lebar dan tebal Hippopus-hippopus semakin melambat dengan bertambahnya umur (dibahas di bab berikutnya). Kima pasir berusia empat tahun dalam penelitian ini diduga sudah hampir dewasa karena melambatnya pertumbuhan. Melambatnya pertumbuhan (Tabel 1) berkaitan dengan produksi dan pematangan gonad kima (LUCAS 1988). JAMESON (1976) melaporkan H. hippopus sudah matang kelamin pada umur empat tahun. Menurut KLUMPP and GRIFFITH (1994), kima dewasa menggunakan energinya lebih banyak untuk pembentukan dan pematangan gonad, sehingga sisa energi yang diperoleh secara ‘autotrof’ maupun ‘heterotrof’ dan untuk pertumbuhan hanya sedikit. Besarnya energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan seksual kima dapat digambarkan dari turunnya berat badan kima setelah memijah. SHELEY & SOUTHGATE (1988) melaporkan H.hippopus kehilangan 40% dari berat badannya sesudah memijahkan telur-telur dan spermanya.
472
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (3), 2007
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN KIMA PASIR
Tabel 1. Panjang, lebar dan tebal (mm) kima pasir Hippopus hippopus yang dibesarkan di perairan Pulau Pari dari umur 48 hingga 91 bulan (rata-rata, simpangan baku, minimum dan maksimum) dan koefisien variasinya (%). Table 1. Length, width and height (mm) of horse’s hoof clams Hippopus hippopus at 48 to 91 months old grown in Pari Island waters (mean, standard deviation, minimum and maximum) and coefficient variation (%). Age (month) 55 58 117.22 127.61 12.34 13.52 87.60 98.00 140.10 155.80 10.76 10.83
62 137.66 14.55 105.70 169.20 10.81
82 182.17 16.04 148.40 215.60 9.00
91 190.39 17.56 159.00 225.00 9.43 137.35 10.15 122.00 168.00 7.56
Mean length SD Min Max CV (%)
48 92.74 10.93 72.10 110.20 12.05
50 98.39 10.55 78.25 116.30 10.97
Mean heigth SD Min Max CV (%)
61.66 6.84 47.90 72.00 11.34
68.20 7.37 54.55 86.00 11.05
81.60 7.99 70.50 110.20 10.01
86.07 11.54 46.00 110.50 13.71
91.85 16.93 18.00 106.20 8.26
130.17 10.43 111.30 156.90 8.20
Mean width SD Min Max CV (%)
49.31 7.38 33.60 63.05 15.31
55.88 7.13 41.80 69.20 13.04
70.40 6.44 58.00 84.40 9.35
76.20 6.60 66.00 95.40 8.85
83.98 8.16 68.30 104.00 9.94
117.19 8.99 98.50 135.60 7.84
Laju pertumbuhan Laju pertumbuhan dihitung dari pertambahan ukuran pada umur 48 bulan sampai 62 bulan (14 bulan) dibagi dengan interval waktu diantara kedua pengukuran, dimana mereka menempati garis eksponensial pada kurva pertumbuhan (Gambar 1, Tabel 2 ). Rata-rata laju pertumbuhan panjang, lebar dan tebal kima pasir di Pulau Pari berturut-turut adalah 3,85 ; 2,96 dan 2,95 cm/tahun yang dihitung dari bulan ke 48-62. Selanjutnya pada bulan ke 62-82 rata-rata laju pertumbuhan panjang, lebar dan tebalnya menurun menjadi 2,67 ; 2,04 ; dan 2,01 cm/tahun, sedangkan koefisien variasi berkisar 27,27 – 33,16 % pada panjangnya, 28,53-24,27 % pada lebarnya dan 17,37- 22,90 % pada tebalnya. Variasi pertumbuhan panjang, lebar dan tebal masing-masing individu kima pasir relatif masih rendah (<100%).
473
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (3), 2007
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
LILY MARIA GORETTI PANGGABEAN
250.00 y = 183.4Ln(x) - 595.32 2
R = 0.9828
length(mm)
200.00
y = 156.62Ln(x) - 511.37 2 R = 0.9927
150.00
y = 155.57Ln(x) - 520.16 2 R = 0.9212
100.00
50.00
0.00 40
50
60
70 month
80
90
100
250.00
200.00 y = 158.28Ln(x) - 539.44 2
width(mm)
R = 0.8961 150.00 y = 119.62Ln(x) - 399.32 2
R = 0.9952 100.00 y = 122.43Ln(x) - 418.54 2
R = 0.9598 50.00
0.00 40
50
60
70
80
90
100
month
250.00
200.00
height (m m )
y = 136.08Ln(x) - 461.1 150.00
2
R = 0.9862
100.00 y = 125.13Ln(x) - 433.05 2
R = 0.996 50.00
y = 137.06Ln(x) - 492.85 2
R = 0.9853
0.00 40
50
60
70
80
90
100
month HP 01 HP 20 HP 35 HP 56
HP 04 HP 21 HP 41 HP 60
HP 08 HP 26 HP 42 rata-rata
HP 14 HP 27 HP 46 Log. (HP 17)
HP 15 HP 28 HP 49 Log. (HP 04)
HP 16 HP 30 HP 50 Log. (rata-rata)
HP 17 HP 33 HP 53
Gambar 1. Kurva panjang (a), lebar (b) dan tebal (c) Hippopus hippopus pada umur 48, 50, 55, 58, 62, 82 dan 91 bulan (rata-rata dan kima yang tumbuhnya cepat). Koefisien korelasi nyata pada taraf 0,01 (p<0,01). Figure 1. Plots of length (a), width (b) and height (c) Hippopus hippopus at age 48, 50, 55, 58, 62, 82 and 91 months (mean and best growth clam no HP04 and HP 17). Coefficient correlation significant at 0.01 level (p<0.01).
Oseanologi 474 dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (3), 2007
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN KIMA PASIR
Tabel 2. Laju pertumbuhan individu (mm/tahun) kima pasir, Hippopus hippopus (n=23) di perairan Pulau Pari, pada bulan Okt 03-Des 04 (dalam kurung rata-rata laju pertumbuhan Des 04 - Agst 06). Table 2. Individual growth rate (mm/year) in Hippopus hippopus (n=23) of Pari Island waters measured Oct 2003 to Dec 2004 (in parenthesis means of Dec 2004 to Augt 2006 growth rates). No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
No Tag HP 01 HP 04 HP 08 HP 14 HP 15 HP 16 HP 17 HP 20 HP 21 HP 26 HP 27 HP 28 HP 30 HP 33 HP 35 HP 41 HP 42 HP 46 HP 49 HP 50 HP 53 HP 56 HP 60 Mean SD Min Max CV (%)
Length 46.24 60.77 42.09 43.59 41.27 26.74 50.57 8.53 41.57 31.03 37.71 27.86 46.80 35.19 45.51 40.29 46.11 32.27 31.50 28.33 46.46 40.37 34.76 38.50 (26.71) 10.50 (8.89) 8.53 (13.86) 60.77 (46.62) 27.27 (33.16)
heigtht 24.90 39.90 34.11 25.33 26.70 19.03 60.09 24.13 29.87 24.43 30.86 28.37 36.13 30.47 32.88 32.91 31.29 22.63 27.77 21.39 32.06 24.69 20.91 29.60 (20.38) 8.45 (4.95) 19.03 (13.86) 60.09 (32.46) 28.53 (24.27)
width 21.69 35.14 31.11 28.33 32.66 21.43 35.10 28.89 28.59 25.41 34.93 25.89 37.63 36.34 32.61 33.04 32.23 26.87 22.24 22.67 36.60 27.39 26.70 29.85 (20.06) 5.19 (4.59) 21.43 (13.44) 37.63 (29.46) 17.37 (22.90)
Pertumbuhan panjang H.hippopus yang berhasil dikumpulkan dari pustaka disajikan pada Tabel 3. Kisaran laju pertumbuhan panjang H.hippopus paling rendah (0,85 cm/tahun) ternyata dijumpai pada spesimen HP 20 dari perairan Pulau Pari, sedangkan yang paling tinggi (7,56 cm/tahun) pada populasi kima pasir di perairan Filipina (GOMEZ & BELDA dalam KLUMPP & GRIFFITH 1994). Menurut MUNRO (1988) perbedaan pertumbuhan individu dari satu keturunan pada kima dipengaruhi oleh karakter genetik. Berdasarkan hasil analisa DNA dengan menggunakan marker DNA pada daerah mitochondria DNA cytochrom
475
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (3), 2007
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
LILY MARIA GORETTI PANGGABEAN
Tabel 3. Perbandingan laju pertumbuhan panjang (cm/tahun) dari perairan Palau, Filipina, Pulau Orpheus, Lizard dan Great Barrier Reef (GBR). Table 3. Comparison of growth rates in H. hippopus from Palau, Filipina, Pulau, Orpheus, Lizard Island, Great Barrier Reef (GBR) and Indonesia.
Location Palau Philippines Orpheus Is. Lizard Is. GBR Indonesia
Growth (cm/year) 2.88-5.04 2.52-7.56 3.96-6.48 4.68 3.6 3.60-3.96 0.85-6.07 1.38-4.66 1.14-3.60 2.34-3.96
Range in shell length (cm) 12.0-28.0 1.6-10.0 ~ 10.0 ~ 5.0 ~ 11.0 8.0-25.0 7.2-11.8 10.6-21.6 6.1-25.5 6.1-15.5
Sources
KLUMPP and GRIFFITH (1994)
This study PANGGABEAN et al. (2007) PANGGABEAN et al. (2006)
oxidase I (CO-I) yang direstriksi dengan empat enzim (RSA I, MboI, Hae III dan Alu I), diketahui bahwa kima pasir HP04 mempunyai ’haplotype’ yang berbeda dengan dua sampel lainnya HP 30 dan HP 08 (NUGROHO et al. 2007), dimana kima ini mempunyai laju pertumbuhan paling cepat. Hal ini mengindikasikan bahwa marker DNA tersebut dapat digunakan sebagai penanda genetik untuk kima pasir yang ada kaitannya dengan faktor pertumbuhan, khususnya bagian yang direstriksi dengan menggunakan enzim RSA I (Gambar 2). Selain HP04 spesimen HP17 pertumbuhannya juga sangat cepat, Laju pertumbuhan panjang, lebar dan tebal 6,08, 3,99 dan 3,51 cm/tahun pada HP 04, sedangkan pada HP 17 pertumbuhan panjang, lebar dan tebalnya 5,06, 6,00 dan 3,51 cm/tahun. Ada kemungkinan spesimen HP 17 juga mempunyai haplotype yang sama dengan HP 04 dan perlu dikaji lebih lanjut. Kedua kima tersebut mungkin mempunyai sifat unggul dalam pertumbuhan dan dapat diseleksi kemudian untuk mendapatkan keturunan kima pasir yang tumbuhnya cepat melalui program ’selektif breeding’ dalam budidaya kima. Bila dibandingkan dengan spesies kima lain, H.hippopus memiliki cangkang paling berat diantara kima lainnya dan paling banyak menggunakan energinya (3050%) untuk pertumbuhan cangkang (KLUMPP & GRIFFITH 1994). Hal ini berkaitan dengan sifat epibentik dari kima pasir yang semakin menebal dimana mereka harus memposisikan dirinya di atas dasar sedimen pasir agar lebih kokoh bertumpu pada bagian tebal tubuhnya dan dengan demikian dapat menghadapkan bagian dari mantelnya ke atas untuk memperoleh pencahayaan yang cukup agar zooxanthella di dalam jaringan mantelnya dapat optimal berfotosintesa.
476
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (3), 2007
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN KIMA PASIR
700 bp 425 bp 350 bp HP 04
HP08
HP 30
Gambar 2. Pola restriksi Mt DNA yang direstriksi dengan enzim RSA I. (tanda panah diduga ada hubungannya dengan pertumbuhan kima pasir). Figure 2.
Restriction pattern of Mt DNA Cytochrome Oxidase – I by RSA I enzyme (arrow sign presumably related with growth of horsehoof clam). KESIMPULAN
Rata-rata laju pertumbuhan panjang, lebar dan tebal H.hippopus yang dibesarkan di Pulau Pari berturut-turut 3,85 ; 2,96 dan 2,95 cm/tahun pada bulan ke 48-62 dan menurun pada bulan ke 62-82 menjadi 2,67 ; 2,04 ; dan 2,01 cm/tahun. Spesimen HP 04, laju pertumbuhannya sangat cepat (6,08, 3,99 dan 3,51 cm/tahun) dan mempunyai haplotype yang berbeda dengan dua spesimen lain (HP 30 dan HP 08).
UCAPAN TERIMA KASIH Introduksi kima pasir dari hasil pembenihan CV Dinar di Pulau Pari didanai DIPA selama satu tahun, yaitu pada tahun 2003. Data yang terkumpul dalam kurun waktu hingga terbitnya tulisan ini merupakan kerjasama antar pribadi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Nurhayat dan Saudin di Pulau Pari yang merawat dan menjaga kurungan kima hingga sekarang. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Sigit A.P. Dwiono, Domingus Hendriks dan rekan-rekan teknisi dan peneliti lain yang terlibat dalam kegiatan introduksi kima pasir di Pulau
477
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (3), 2007
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
LILY MARIA GORETTI PANGGABEAN
Pari. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Aspari Rachman dan para staf CV Dinar yang telah mengawal spesimen hidup dari Tembok, Bali sampai ke habitatnya di Pulau Pari. Ucapan terima kasih juga kepada Dr. Estu Nugroho dalam analisis DNA kima. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada dewan redaksi Oldi, terutama Dr. Dede Irving Hartoto yang telah membantu dalam perbaikan naskah tulisan ini. Akhirnya ucapan terima kasih disampaikan kepada peneliti junior kami, Diah Radini M.Si. yang membantu dalam membuatkan grafik pertumbuhan dan analisis data pada makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA BONHAM, K. 1965. The growth rate of giant clam Tridacna gigas of Bikini Atoll, as revealed by radioautography. Science 149: 300-302. CALUMPONG, H.P. 1992. The Giant Clam:An Ocean Culture Manual. ACIAR, Canberra: 66pp. GRIFFITH, D.J. and M. STREAMER 1988. Contribution of zooxanthellae to their giant clam host. In: J.W. COPLAND and J.S. LUCAS (eds.): Giant clams in Asia and the Pacific. ACIAR monograph 9: 274 pp. HART, A.M., J.D. BELL and T.P.FOYLE 1998. Growth and survival of the giant clams, Tridacna derasa, T. maxima and T. crocea, at village farms in the Solomon Islands. Aquaculture 165: 203-220. JAMESON, S.C. 1976. Early life history of the giant clams T. crocea, T. maxima and H. hippopus. Pac. Sci. 30: 219-233. KLUMPP, D.W., B.L. BAYNE and A.J.S. HAWKINS 1992. Nutrition of giant clam Tridacna gigas (L.). I. Contribution of filter feeding and photosynthates to respiration and growth. J.Mar.Biol.Ecol. 155: 105122. KLUMPP, D.W. and C.L. GRIFFITHS 1994. Contributions of phototrophic and heterotrophic nutrition to the metabolic and growth requirements of four species of giant clam (Tridacnidae). Mar. Ecol. Prog. Ser. 115: 103-115. LUCAS, J.S. 1988. Giant clams description, distribution dan life history. In: J.W. COPLAND and J.S. LUCAS (eds.): Giant clams in Asia and the Pacific. ACIAR monograph 9: 21-32.
478
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (3), 2007
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN KIMA PASIR
LUCAS, J.S., E. LEDUA and R.D. BRALEY 1990. A new species of giant clam from Fiji and Tonga. ACIAR Working Paper No 33: 8 pp. LUCAS, J.S., E. LEDUA and R.D. BRALEY 1991. Tridacna tevoroa Lucas, Ledua and Braley: a recent-described species of giant clam (bivalvia: Tridacnidae) from Fiji and Tonga. The Nautilus 105(3): 92-103. MUNRO, J.L. 1988. Growth, mortality and potential aquaculture production of Tridacna gigas and T. derasa. In: J.W. COPLAND and J.S. LUCAS (eds.): Giant clams in Asia and the Pacific. ACIAR monograph 9: 218220. NUGROHO,E., M.G.L.,PANGGABEAN, SUTOMO, MULYASARI and A.RACHMAN 2007. Evaluasi keragaman genetik generasi pertama (F1) kima Hippopus hippopus dengan menggunakan marker Mt DNA cytochrome B. Makalah pada seminar Nasional Breeding, Genetika dan Bioteknologi Perikanan. Kuta-Bali, 12 Nopember 2007. PANGGABEAN, L.M.G. 1985. Keadaan stok kimah (Tridacnidae) di Pulau Pari, Pulau-pulau Seribu. Makalah pada Kongres Nasional Biologi Indonesia VII, Palembang, 29-31 Juli 1985. PANGGABEAN, L.M.G. 1987. The status of tridacnid clam and its preliminary culture stock on Pari Islands. BIOTROP Spec. Publication 30: 53-62. PANGGABEAN, L.M.G., S.A.P. DWIONO and D.E. SETYONO 2006. Growth of juvenile horse’s hoof clams (Hippopus hippopus) reared in coastal waters, Pari Island, Kepulauan Seribu. Marine Research Indonesia 31:13-20. PANGGABEAN, L.M.G., S.A.P. DWIONO and SUTOMO 2007. Pertumbuhan dan Kelulushidupan Kima Pasir Hippopus hippopus yang dibesarkan di Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Makalah pada seminar Nasional Breeding, Genetika dan Bioteknologi Perikanan. Kuta-Bali, 12 Nopember 2007. ROCHYATUN, E. 2002. Variasi musiman kandungan oksigen terlarut di Perairan Gugus Pulau Pari. In : RUYITNO et al. (eds.): Perairan Indonesia: Oseanografi, Biologi dan Lingkungan: 23-32.
479
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (3), 2007
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
LILY MARIA GORETTI PANGGABEAN
ROSEWATER, J. 1965. The family Tridacnidae in the Indo-Pacific. Indo-Pacific Mollusca 1: 347-396. ROSEWATER, J. 1982. A new species of Hippopus hippopus (Bivalvia:Tridacnidae). Nautilus 96: 3-6. SHELLEY, C.C. and P.C. SOUTHGATE 1988. Reproduction periodicity and morphology of Hippopus hippopus and Tridacna crocea. In : J.W. COPLAND and J.S. LUCAS (eds.): Giant clams in Asia and the Pacific. ACIAR monograph 9: 218-220. SIRENKO, B.I. and O.A. SCARLATO 1991. Tridacna rosewateri, a new species of giant clam from Indian Ocean. La Conchiglia 261: 4-9. SALM, R.V. 1981. Heads we wins, tails we lose. Cons.Indonesia 5(3-4): 12-14. USHER, G.F. 1984. Coral reef invertebrates in Indonesia: their exploitation and conservation needs. Rep. IUCN/WWF Project 1688, Bogor IV: 100pp. YONGE, C.M. 1975. Giant clams. Sci. Am. 323: 96-105.
480
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (3), 2007