M. Syafar, Karakterisasi Material Organik
Karakterisasi Material Organik Larut Air Daun Pinus, Humus, dan Air Tanah secara Pirolisis-Kromatografi Gas Spektrometri Massa Maizar Syafar Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung Jl. S. Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145 E-mail:
[email protected] Abstract Pyrolysis-gas chromatography-mass spectrometry (Py-GC-MS) has been used for characterization of the water-soluble organic matter of pine needle litter, humus surface layer and groundwater. From result of this research can be concluded that the characteristics of water-soluble organic mater in pine needle litter, humus surface layer and groundwater show similarity, so that can be estimated to have constructor structure unit among them almost are similar. Molecule hydrocarbon structure of aromatic, polysaccharide derivatives and phenolic compounds can be expressed as especial contributor of compiler of water-soluble organic matter molecule structure in third sample. Keywords: Water-soluble organic matter, pine needle litter, humus surface layer, groundwater, pyrolysis-gas chromatography-mass spectrometry
Pendahuluan Pirolisis-kromatografi gas-spektrometri massa (Py-GC-MS) telah digunakan secara luas untuk mempelajari senyawa humus dan material-material organik berdasarkan berbagai latar belakang yang berbeda seperti, memperbandingan senyawa humus dari sumber akuatik dan terrestrial1, air laut yang berasal dari pelapukan tanaman2, sampel geokimia3, air limbah perkotaan4, daerah tangkapan cadangan air5, air danau6,7,8,9, kemudian mempelajari pengaruh klorinasi terhadap senyawa fulvat berair10, analisis kuantitatif lignin11, struktur material organik dalam tanah hutan12, sifat kimia dan komposisi kompos selama pertumbuhan jamur13 dan karakterisasi material organik dalam sedimen14. Selain topik penelitian di atas, penyelidikan yang lebih mendalam terhadap peranan senyawa humus dan material 16
organik dalam ekosistem dengan menggunakan Py-GC-MS juga berkembang dengan pesat seperti, penelitian material organik terlarut dan material organik induk dari rumput tanah horizon15, komposisi material organik dan fraksi larut air dari tanah yang ditumbuhi tanaman muda16, komposisi jaringan tanaman dan material organik tanah dalam taraf pertama pada suatu rangkaian tumbuh-tumbuhan17, dan karakterisasi ekstrak air tanaman, humus dan tanah dari daerah sumber air18. Dalam penelitian sekarang ini diteliti hubungan antara material organik larut air dalam daun pinus yang sudah gugur dan kering, lapisan humus yang berada di bawah daun pinus, dan air tanah yang diambil dari sumur bor yang berada di dekat pengambilan kedua sampel sebelumnya. Penganalisisan dilakukan dengan
2004 FMIPA Universitas Lampung
J. Sains Tek., April 2004, Vol. 10, No. 1
membandingkan hasil pirolisis-kromatografi gas-spektrometri massa (Py-GCMS) dari material organik larut air ketiga sampel Metode Penelitian Sampel Sampel yang diteliti dalam studi ini diperoleh dari daun pinus dan lapisan humus di perkebunan pinus Wanneroo Western Australia, serta dari air tanah di bawah perkebunan pinus tersebut. Sampel daun pinus diambil secara acak pada 10 plot di sekitar radius 100 m dari sumur bor W70. Sampel daun yang sudah gugur dan kering diambil langsung dengan tangan. Daun tersebut di simpan di lemari pendingin pada suhu –20 ºC sebelum digunakan. Sampel lapisan humus diambil di kedalaman 0 - 4 cm setelah dibersihkan dari kotoran-kotoran yang melekat. Sampel humus ini disimpan di lemari pendingin pada –20 ºC sebelum digunakan. Sampel air tanah dikoleksi dari bor air tanah W70. Sumur bor W70 ini merupakan salah satu sumur bor air tanah di Wanneroo Groundwater Treatment Plant (GWTP) Western Australia yang merupakan salah satu sumber air minum kota Perth. Sampel air tanah diambil secara langsung dari bor (W70) melalui keran. Air ditampung dalam drum polietilena 40 L.
Penyiapan sampel padat Bahan padat tiap sampel disiapkan dengan melakukan pengeringan (freezedrying) terhadap 50 mL tiap-tiap larutan sampel dalam botol labu 100 mL. Proses pengeringan dilakukan pada suhu -40o C atau lebih rendah pada tekanan 1.33 x 103 mbar atau kurang dengan alat Labconco Freeze Dry System/Free Zone 4.5 Karakterisasi material organik larut air dengan Py-GC-MS Analisis sampel padat-kering dengan PyGC-MS menggunakan peralatan SGE Pyrojector II yang terhubung pada suatu kromatografi gas merek Hewlett Packard HP 5890 Series II dan suatu detektor massa selektif Hewlett Packard HP 5971. Unit spektrometer massa dioperasikan dalam EI model pada 70 eV dan spektrometer massa diatur pada suatu daerah massa 45 to 540 amu. Produk pirolisis secara tentatif diidentifikasi dengan membandingkan spektra massa mereka dengan spektra massa pembanding dalam MS Library System Wiley 275 database, dan dikelompokkan ke dalam dua belas kategori yaitu, hidrokarbon alifatik, hidrokarbon aromatik, hidrokarbon siklik, keton aromatik, lignin, lipid, organo halogen, organo sulfur, polisakarida, senyawa fenol, senyawa mengandung nitrogen, dan tanin.
Pengekstraksian Hasil dan Pembahasan Untuk mendapatkan material rganic larut air dari daun pinus dan lapisan humus dilakukan pengekstraksian sedangkan terhadap sampel air tanah tidak diperlukan. Sampel daun pinus dan lapisan humus ditempatkan dalam suatu botol ditambahkan air sampai penuh kemudian dilakukan pengekstraksian dengan pengaduk magnit selama lima hari.
2004 FMIPA Universitas Lampung
Pirogram material organik larut air dari daun pinus, lapisan humus, dan air tanah ditampilkan dalam Gambar 1 sedangkan Gambar 2 menampilkan persentase dari kategori senyawaan produk pirolisis yang merupakan jumlah persentase puncakpuncak yang teridentifikasi dari ketiga sampel. Terlihat dalam pirogram (Gambar 1)
17
M. Syafar, Karakterisasi Material Organik
Gambar 1. Pirogram material organik larut air dari ketiga sampel pada Rt 0-100 min. (a) daun pinus, (b) lapisan humus, (c) air tanah.
ketiga sampel didapatkan lebih dari seratus senyawa secara tentatif teridentifikasi. Produk pirolisis yang teridentifikasi dan relatif proporsi dalam persentase diperikan dalam Tabel 1. Produk pirolisis yang disajikan hanya yang dijumpai dalam tiga atau dua sampel
18
dan beberapa senyawa tertentu yang hanya dijumpai dalam satu sampel. Hidrokarbon alifatik Kandungan hidrokarbon alifatik paling tinggi didapatkan dalam lapisan humus (9%) selanjutnya air tanah (7%), 2004 FMIPA Universitas Lampung
J. Sains Tek., April 2004, Vol. 10, No. 1
kemudian dalam air (3%). Hal ini dapat memberikan gambaran bahwa senyawa hidrokarbon alifatik cukup berarti sebagai unit pembangun material organik larut air ke tiga sampel. Senyawa hidrokarbon alifatik yang didapat meliputi suatu seri alkana dan olefin dengan berbagai variasi. Sebagai contoh 1-butena, isoprena dan [E] -3-metil-1,3,5-heksatriena didapat di dalam ketiga sampel. Senyawa seperti 2metil-1-butena dan 1,3-pentadiena ditemui hanya dalam daun pinus dan humus, sementara 1-heksena dan 3-metil-3heksena didapat dalam humus dan air tanah. Hasil yang didapat memperlihatkan bahwa, produk pirolisis umumnya berupa senyawa yang mempunyai berat molekul rendah. Ditemukannya beberapa senyawa yang sama dalam ketiga sampel menunjukkan adanya kesamaan unit pembangun di antara ketiga sampel tersebut.
Hidrokarbon aromatik Dibandingkan dengan hidrokarbon alifatik, kategori hidrokarbon aromatik lebih berarti sebagai unit pembangun material organik larut air ketiga sampel, terlihat dengan persentase relatif yang cukup tinggi. Persentase produk pirolisis hidrokarbon aromatik dalam sampel air tanah lebih tinggi yaitu 32% dibanding sampel humus (29%) dan sampel daun pinus (17%). Suatu seri hidrokarbon aromatik terutama benzena dan turunannya seperti toluena, dan isomer etilbenzena, xilena, etiltoluena, dan trimetilbenzena teridentifikasi dalam ketiga sampel (Tabel 1). Selain itu juga ada yang hanya ditemukan dalam dua sampel seperti stirena dan 1Hindena. Hal ini memperlihatkan bahwa sejumlah hidrokarbon aromatik memegang peranan penting dalam pembentukan unit pembangun material organik larut airdalam ketiga sampel.
35
Persentase (%)
30 25 20 15 10
Daun pinus
Lapisan humus
Tn
Seny N
Seny fnl
T-ps
Org sfr
Org hlg
Lpd
Lgn
Ket arm
Hk sik
Hk arm
0
Hk afk
5
Air tanah
Gambar 2. Persentase kategori senyawa-senyawa dalam produk pirolisis sampel daun pinus, lapisan humus, dan air tanah
Keterangan: Hk afk: hidrokarbon alifatik, Hk arm: hidrokarbon aromatik; Hk sik: hidrokarbon siklik; Ket arm: keton aromatik; Lgn: turunan lignin; Lpd: lipid; Org hlg: organo halogen; Org sfr: organo sulfur; Seny fnl: senyawa fenol; Seny N: senyawa mengandung nitrogen; T-ps: turunan polisakarida; Tn: tanin.
2004 FMIPA Universitas Lampung
19
M. Syafar, Karakterisasi Material Organik
Tabel 1: Proporsi relatif produk pirolisis yang teridentifikasi dalam program sampel material organik larut air No
Nama Senyawa
Kategori
1 2 3 6 10 12 13 15 16 17 18 19 19c 20 21 22 23 26 28 29 31 31g 31j 36 40 41 41d 45b 46 47 49 50 51 57 58 59 60 61 62 63 64 66b 67 67a 68 69 70 71
Asam format Klorometana 1-Butena Metanetiol 2-Propenal 2-Propanon Isoprena Tiobis metana 2-Metil-1-butena 1,3-Pentadiena 1,3-Siklopentadiena Siklopentena 1-Heksena 3-Buten-2-on 2-Butanon 2-Metilfuran 3-Metilfuran Metil-1,3-siklopentadiena 1,3-Sikloheksadiena 3-Metilsiklopentena Benzena 3-Metil-3-heksena 3-Pentanon [E]-3-Metil-1,3,5-heksatriena 5,5-Dimetil-1,3-siklopentadiena Toluena 3,4-Dihidropiran 2-Siklopenten-1-on Etilbenzena p-Xilena Stirena m-Xilena 2-Metil-2-siklopenten-1-on Benzaldehid o-Etiltoluena p-Etiltoluena 3-Metil-2-siklopenten-1-on 1,2,4-Trimetilbenzena Fenol 1,2-Sikloheksanadion 1,3,5-Trimetilbenzena 1H-Indena 2,3-Dimetilsiklopent-2-en-1-on Benzil alcohol o-Kresol Acetofenon p-Kresol Guaiakol
T-ps Org hlg Hk afk Org sfr T-ps T-ps Hk afk Org sfr Hk afk Hk afk Hk sik Hk sik Hk afk T-ps T-ps T-ps T-ps Hk sik Hk sik Hk sik Hk arm Hk afk T-ps Hk afk Hk sik Hk arm T-ps T-ps Hk arm Hk arm Hk arm Hk arm T-ps T-ps Hk arm Hk arm T-ps Hk arm Seny fnl T-ps Hk arm Hk arm T-ps Hk arm Seny fnl Ket arm Seny fnl Lgn
20
Daun Pinus Lapisan Humus Air Tanah (%) (%) (%) 0.2 2.8 0.5 0.6 1.0 1.4 0.5 0.1 0.3 0.3 3.1 0.2 0.7 0.4 0.7 0.1 1.5 1.0 0.3 4.4 0.2 0.2 4.3 0.8 2.1 1.0 0.6 1.1 0.2 0.4 0.3 1.7 0.4 11.1 4.0 0.5 1.1 2.2 0.4 5.3 2.3
7.1 1.9 2.5 1.0 0.8 4.2 1.3 0.9 0.8 0.4 1.6 0.2 0.6 0.6 0.6 0.7 1.7 1.1 0.4 3.3 0.7 0.4 0.2 0.7 7.4 0.3 0.9 2.0 3.6 1.4 1.4 1.1 1.8 0.8 4.7 0.4 1.0 1.0 3.9 6.1 -
1.1 2.4 0.6 0.7 0.4 3.0 1.0 1.6 0.4 0.6 1.4 0.4 0.1 1.4 1.0 0.2 1.4 0.6 0.6 0.4 0.5 6.4 0.4 0.9 0.9 2.0 1.4 0.8 0.7 0.7 0.4 1.3 0.4 8.8 0.4 1.8 8.3 2.1 1.4 7.4 -
2004 FMIPA Universitas Lampung
J. Sains Tek., April 2004, Vol. 10, No. 1
Lanjutan Tabel 1 No 72 74a 74c 76 76b 78 78a 79 79a 80 80e 81 82 83 83d 84 84b 85 86 87 87c 91 92 96 97 102 103a 105
Nama Senyawa 2,6-Xilenol 3-Metil-1H-indena 1-Metil-1H-indena 2,4-Xilenol m-Metilasetofenon Naftalena m-Etilfenol p-Metilasetofenon 3.4-Xilenol p-Metilguaiakol 2,3-Dihidrobenzofuran Pirokatekol p-Vinilfenol Diasetate pirokatekol Isopropil fenil asetilena 1-Indanon 1-Etilidena-1H-indena 1H-Indol 2-Metilnaftalena 4-Vinil-2-metoksifenol 4-Propilfenol Eugenol 3-Metil-1H-indol 2,6-Dimetilnaftalena cis-Isoeugenol Guaiasilaseton 9H-Fluorena Asam palmitat
Kategori
Daun Pinus (%)
Lapisan Humus (%)
Air Tanah (%)
Seny fnl Hk arm Hk arm Seny fnl Ket arm Hk arm Seny fnl Ket arm Seny fnl Lgn T-ps Tn Lgn Tn Hk arm Ket arm Hk arm Seny N Hk arm Lgn Seny fnl Lgn Seny N Hk arm Lgn Lgn Hk arm Lpd
0.2 0.5 0.3 0.6 0.6 1.6 4.5 3.6 0.7 0.4 0.3 3.4 0.7 0.7 0.3 1.1 1.1 0.5
0.6 1.2 1.6 2.2 0.3 0.9 0.8 1.0 0.5 0.8 0.8 1.2 0.6 0.9 0.5 0.4 0.6 0.4 0.5
0.7 0.4 1.1 1.0 0.3 0.6 1.4 0.7 0.4 1.1 1.9 0.4 0.6 0.5 0.9 1.1 2.1 0.6 0.5 0.5 0.3 1.1 1.6 0.4 -
Hidrokarbon siklik Kandungan hidrokarbon siklik dalam material organik larut air ketiga sampel relatif hampir sama, dalam daun pinus 7%, lapisan humus 6% dan air tanah 5%. Beberapa hidrokarbon siklik teridentifikasi dalam produk pirolisis ketiga sample, terutama siklopentena dan siklopentadiena seperti 1,3-siklopentadiena, metil-1,3-siklopentadiena, dan 3metilsiklopentena. Peneliti lain juga menemukan senyawa hidrokarbon siklik dari sampel yang mereka teliti dan umumnya dalam jumlah kecil, seperti hanya dua senyawa hidrokarbon siklik yang teridentifikasi dalam 129 produk pirolisis dari delapan sampel material humus akuatik yang diisolasi dari empat
2004 FMIPA Universitas Lampung
sumber air bersih19. Hanya dua senyawa hidrokarbok siklik yang terdeteksi dalam sampel hasil isolasi tanaman Pinus radiata18. Berbeda dengan sampel tanaman dan air, di dalam produk pirolisis material organik tanah, keberadaan hidrokarbon siklik lebih berarti, teridentifikasi delapan senyawa terutama siklopentadiena dan sikloheksadiena18. Berdasarkan Kenyataan ini dapat disarankan bahwa dalam penelitian yang dilakukan sekarang ini senyawa hidrokarbon siklik dalam ketiga sampel cukup berarti sebagai unit pembangun material organiknya. Keton aromatik Kandungan keton aromatik dalam produk
21
M. Syafar, Karakterisasi Material Organik
pirolisis relatif lebih rendah dibanding kategori sebelumnya. Dalam pirolisis produk sampel daun pinus hanya 2%, lapisan humus 3%, dan air tanah 4%. Senyawa keton aromatik dalam produk pirolisis sampel seperti asetofenon dan metilasetofenon teridentifikasi dalam ketiga sampel, sedangkan indanon dite mukan dalan sampel humus dan air tanah. Berdasarkan jumlah yang diperoleh, keton aromatik terlihat kurang berarti dalam sampel yang diteliti.. Hal ini sama dengan yang diperoleh peneliti lain yang melaporkan produk pirolisis berupa keton aromatik dalam berbagai sampel material organik, seperti hanya asetofenon yang terdeteksi dalam produk pirolisis sampel air permukaan20, dalam sampel material organik tanah hanya 3,4-dimetoksiasetofenon yang teridentifikasi17 sementara dalam produk pirolisis sampel sedimen terdeteksi asetofenon dan 3,5dimetoksiaseto-fenon.14 Lignin Lignin merupakan struktur pembangun material organik larut airhasil isolasi daun pinus dan air tanah, namun tidak dalam sampel humus. Seperti terlihat dalam Gambar 2 kandungan lignin cukup berarti dalam sampel daun pinus yaitu 11% dan dalam air tanah 7% sementara dalam sampel lapisan humus tidak terdeteksi (Tabel 1). Senyawa turunan guaiakol dilaporkan merupakan produk pirolisis daun tanaman, yang juga didapatkan dalam produk pirolisis sampel daun pinus18. Senyawaan yang sama yang teridentifikasi dalam studi ini (eugenol, cis-eugenol, and vanillin) juga dilaporkan dalam produk pirolisis dari daun tanaman15. Peneliti yang lain juga telah melaporkan keberadaan turunan lignin dalam produk pirolisis material organik akuatik. Telah dilaporkan turunan guaiakol dan metoksifenol didapatkan dalam produk pirolisis senyawa humus akuatik yang diisolasi dari suatu air rawa21, yang juga teridentifikasi dalam air tanah yang 22
diteliti dalam penelitian ini dicantumkan dalam Tabel 1)
(tidak
Lipid Kandungan senyawa turunan lipid dalam ketiga sampel relatif sama yaitu 1% seperti terlihat dalam Gambar 2. Seperti terlihat dalam Tabel 1, dari produk pirolisis yang diperoleh, tidak ada turunan lipid yang terdeteksi dalam ketiga sampel, dan hanya satu senyawa yaitu asam palmitat yang ditemui dalam produk pirolisis dua sampel, yaitu dalam sampel daun pinus dan lapisan humus. Hal ini dapat menunjukkan senyawa lipid kurang berarti sebagai unit bangun material organik larut airdalam sampel yang diselidiki. Organo halogen dan organo sulfur Kandungan senyawaan organo halogen dan organo sulfur dalam sampel kurang berarti. Seperti terlihat dalam Gambar 2 dan Tabel 1, produk pirolisis organo halogen dan organo sulfur dalam sampel daun pinus masing-masingnya hanya 3% dan 1%, sementara dalam lapisan humus 2% sedangkan dalam air tanah 1%. Dapat dikatakan senyawaan organo halogen dan organo sulfur merupakan konstituen minor dalam pirolisis produk ketiga sampel yang diselidiki. Namun suatu hal yang cukup menarik, senyawa organo halogen klorometana dan senyawa organo sulfur metanatiol didapatkan dalam ketiga sampel. Polisakarida Kandungan turunan polisakarida cukup berarti dalam ketiga sampel yang diteliti. Terlihat dalam Gambar 2, sampel daun pinus mengandung turunan polisakarida 19%, lapisan humus 22%, sementara air tanah 16%. Tabel 1 memperlihatkan bahwa kategori turunan polisakarida memberikan produk pirolisis terbanyak 2004 FMIPA Universitas Lampung
J. Sains Tek., April 2004, Vol. 10, No. 1
ditemukan di dalam ketiga sampel seperti asam format, 2-propenal, 2-propanon, 3buten-2-on, 2-butanon, isomer metilsiklopentenon, dan 2-metilfuran. Turunan furan diperkirakan merupakan produk pirolisis utama karbohidrat8,22. Peneliti lain juga menemukan turunan furan dalam produk pirolisis berbagai sampel, meliputi daun tanam-tanaman17,23, 14,17 tanah , senyawa humus dari air rawa,21 sampel material organik alam yang diisolasi dari air sungai23, dan asam humat dan fulvat yang disolasi dari air danau9. Keberadaan turunan furan yang konsisten dalam produk pirolisis sampel organik dari berbagai sumber memperlihatkan keberartian karbohidrat sebagai unit pembangun material organik dalam tanam-tanaman, tanah dan sistem akuatik.
Senyawa mengandung nitrogen
Senyawa fenol
Tanin
Kandungan senyawaan fenol dalam produk pirolisis ketiga sampel yang diteliti memberikan hasil yang cukup tinggi yaitu masing-masingnya 28% dalam daun pinus, 20% dalam lapisan humus, dan 22% dalam air tanah. Produk pirolisis yang didapat diwakili oleh fenol dan suatu seri alkilfenol yang meruah. Keberadaan fenol dan alkilfenol sebagai produk yang menonjol juga telah dilaporkan oleh banyak peneliti dalam berbagai sampel seperti material organik yang diisolasi dari daun tanaman15,17,18, lapisan humus dan tanah18, dan material organik alam dari air segar8,9. Jumlah dan tipe senyawa fenolik yang teridentifikasi dalam produk pirolisis ketiga sampel secara umum sama, namun beberapa variasi ditemukan, ini menunjukkan bahwa prekursor senyawaan fenolik dalam ketiga sampel berkemungkinan besar tipe yang sama.
Dalam pirolisis produk ketiga sample, turunan tanin hanya teridentifikasi dalam sampel daun pinus (5%) berupa pirokatekol dan diasetat pirokatekol. Berdasarkan hal ini diperkirakan unit pembangun material organik larut dalam air berbeda di antara ketiga sampel untuk memproduksi turunan tanin.
2004 FMIPA Universitas Lampung
Kategori senyawa mengandung nitrogen dalam produk pirolisis ketiga sampel masing-masingnya 3% dalam sampel daun pinus, 6% dalam sampel lapisan humus, sedangkan dalam air tanah 3%. Seperti terlihat dalam Tabel 1, suatu seri senyawaan turunan protein diperkiraan terdeteksi dalam produk pirolisis ketiga sampel. Hasil yang diperoleh dalam penelitian memperlihatkan senyawa indol dan 3-metil-1H-indol ditemukan dalam ketiga sampel. Selain senyawa terdahulu, senyawa isomer pirol dan nitril juga terdeteksi dalam sampel (tidak dimasukkan dalam Tabel 1). Dari hasil yang diperoleh ini, dapat dinyatakan bahwa senyawa mengandung nitrogen cukup berarti dalam unit pembangun material organik larut air dalam ketiga sampel.
Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa karakter material organik larut air dalam sampel daun pinus, lapisan humus dan air tanah memperlihatkan ada kesamaan, sehingga dapat diperkirakan mempunyai unit pembangun yang hampir sama. Struktur molekul hidrokarbon aromatik, turunan polisakarida dan senyawa fenol merupakan penyumbang utama penyusun struktur molekul material organik larut air dalam ketiga sampel.
23
M. Syafar, Karakterisasi Material Organik
Daftar Pustaka 1. Wilson, M.A. 1987. NMR Techniques and Applications in Geochemistry and Soil Chemistry, Pergamon Press, Oxford, p. 352. 2. Gadel, F. and Bruchet, A. 1987. Application of Pyrolysis-Gas Chromatography-Mass Spectrometry to the Characterization of Humic Substances Resulting from Decay of Aquatic Plants in Sediments and Waters, Water Research, 21, pp. 1195-1206. 3. Saiz-Jimenez, C. 1995. The Origin of Alkylbenzenes and Thiophenes in Pyrolysates of Geochemical Samples, Organic Geochemistry, 23, pp. 81-85. 4. Göbbels, F.-J. and Püttmann, W. 1997. Structural Investigations of Isolated Aquatic Fulvic and Humic Acids in Seepage Water of Waste Deposits by Pyrolysis-Gas Chromatography-Mass Spectrometry, Water Research, 31, pp. 1609-1618. 5. Page, D.W., van Leeuwen, J.A., Spark, K.M. and Mulcahy, D.E. 1998. Comparison of Degradative Techniques for the Determination of Water Soluble Lignin-Derived Methoxyphenols in A Reservoir Catchment, Proceeding of the 9th Meeting of the International Humic Substances Society, Adelaide, Australia. 6. Leinweber, P. and Schulten, H.-R. 1999. Advances in Analytical Pyrolysis of Soil Organic Matter, Journal of Analytical and Applied Pyrolysis, 49, pp. 359-383. 7. Schulten, H.-R., and Gleixner, G. 1999. Analytical Pyrolysis of Humic Substances and Dissolved Organic Matter in Aquatic Systems: Structure and Origin, Water Research, 33, pp. 2489-2498.
24
8. Lehtonen, T., Peuravuori, J. and Pihlaja, K. 2000. Characterisation of Lake-Aquatic Humic Matter Isolated with Two Different Sorbing Solid Techniques: Tetramethylammonium Hydroxide Treatment and PyrolysisGas Chromatography/Mass Spectrometry, Analytica Chimica Acta, 424, pp. 91-103. 9. González-Vila, F.-J., Lankes, U. and Lüdemann, H.-D. 2001. Comparison of the Information Gained by Pyrolytic Techniques and NMR Spectroscopy on the Structural Features of Aquatic Humic Substances, Journal of Analytical and Applied Pyrolysis, 58-59, pp. 349-359. 10. Flodin, C., Ekelund, M., Borén, H. and Grimvall, A. 1997. PyrolysisGc/Aed and Pyrolysis-Gc/Ms Analysis of Chlorinated Structures in Aquatic Fulvic Acids and Chlorolignins, Chemosphere, 34, pp. 23192328. 11. Bocchini, P., Galletti, G.C., Camarero, S. and Martinez, A.T. 1997. Absolute Quantitation of Lignin Pyrolysis Products Using an Internal Standard, J. of Chrom., 773, pp. 227232. 12. Augris, N., Balesdent, J., Mariotti, A., Derenne, S. and Largeu, C. (1998) Structure and Origin of Insoluble and Non-Hydrolizable, Aliphatic Organic Matter in a Forest Soil, Organic Geochemistry, 28, pp. 119-124. 13. Chen, Y., Chefetz, B., Rosario, R., van Heemst, J.D.H., Romaine, C.P. and Hatcher, P.G. 2000. Chemical Nature and Composition of Compost During Musshroom Growth, Compost Science and Utilization, 8, 347-399. 14. Page, D.W. 2004. Characterization of Organic Matter in Sediment from Corin Reservoir, Australia, Journal of 2004 FMIPA Universitas Lampung
J. Sains Tek., April 2004, Vol. 10, No. 1
Analytical Applied Pyrolysis, 67, 115.
Analitica Chimica Acta, 471, pp. 219226.
15. Huang, Y. Eglinton, G., van Der Hage, E.R.E., Boon, J.J. and Bol, R. 1998. Dissolved Organic Matter and Its Parent Organic Matter in Grass Upland Soil Horizons Studied by Analytical Pyrolysis Techniques, European Journal of Soil Sciences, 49, 1-15.
20. Gjessing, E.T., Alberts, J.J., Bruchet, A., Egeberg, P.K., Lydersen, E., Mcgown, L.B., Mobed, J.J., Munster, U., Pempkowiak, J., Perdue, M., Ratnawerra, H., Rybacki, D., Takacs, M. and Abbt-Braun, G. 1998. MultiMethod Characterisation of Natural Organic Matter Isolated from Water: Characterisation of Reverse OsmosisIsolates from Water of Two SemiIdentical Dystrophic Lakes Basins in Norway, Water Research, 32, pp. 3108-3124.
16. Nierop, K.G.J. and Buurman, P. 1998. Composition of Soil Organic Matter and Its Water-Soluble Fraction Under Young Vegetation An Drift Sand, Central Netherlands, European Journal of Soil Science, 49, pp. 605615. 17. Nierop, K.G.J., van Lagen, B. and Buurman, P. 2001. Composition of Plant Tissues and Soil Organic Matter in the First Stages of A Vegetation Succession, Geoderma, 100, pp. 124.Y 18. Page, D.W., van Leeuwen, J.A., Spark, K.M., and Mulcahy, D.E. 2002. Pyrolysis Characterization of Plant, Humus and Soil Extracts from Australian Catchments, Jounal of Analytical and Applied Pyrolysis, 65, pp. 269-285. 19. Peuravuori, J., Lehtonen, T. and Pihlaja, K. 2002. Sorption of Aquatic Humic Matter by DAX-8 and XAD-8 Resins: Comparative Study Using Pyrolysis Gas Chromatography,
2004 FMIPA Universitas Lampung
21. Lu, X.Q., Hanna, J.V. and Johnson, W.D. 2000. Source Indicators of Humic Substances: An Elemental 13 Composition, Solid State C CP/MAS NMR and Py-Gc/Ms Study, Applied Geochemistry, 15, pp. 10191033.Y 22. Rose, J., Vilge, A., Olivie-Lauquet, G., Masion, A., Frechou, C. and Bottero, J.-Y. 1998. Iron Speciation in Natural Organic Matter Colloids, Colloids and Surface A. Physicochemical and Engineering Aspects, 136, pp. 11-19. 23. Statheropoulos, M., Liodakis, S., Tzamtzis, N., Pappa, A. and Kyriakou, S. 1997. Thermal Degradation of Pinus halepensis Pineneedle Using Various Analytical Methods, Journal of Analytical and Applied Pyrolysis, 43, pp. 115-123.
25