KARAKTER KULIT MANGGIS, KADAR POLIFENOL DAN POTENSI ANTIOKSIDAN KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) PADA BERBAGAI UMUR BUAH DAN SETELAH BUAH DIPANEN
KUKUH ROXA PUTRA HADRIYONO A24063492
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
3
RINGKASAN KUKUH ROXA PUTRA HADRIYONO. Karakter Kulit Manggis, Kadar Polifenol dan Potensi Antioksidan Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Pada Berbagai Umur Buah dan Setelah Buah Dipanen oleh ANI KURNIAWATI. Manggis (Gracinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah yang menjadi salah satu komoditi ekspor andalan Indonesia untuk meningkatkan devisa Negara. Buah manggis yang diperdagangkan pada pasar luar negeri (ekspor) sebagian besar berasal dari kebun rakyat yang belum terpelihara secara baik dan sistem produksinya masih tergantung pada alam (tradisional). Meskipun penanganan budidaya dan pascapanen yang seadanya, ternyata petani manggis Indonesia mampu melakukan ekspor dalam jumlah yang cukup besar, bahkan bisa bersaing dengan manggis negara lain. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakter kulit manggis, kandungan fenol dan potensi antioksidan kulit manggis selama pemanenan dan penyimpanan buah manggis. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pasca Panen dan Laboratorium Analisis Tanaman dan Kromatografi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2009 sampai dengan bulan Januari 2011. Analisis statistik dilakukan dengan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAK) faktor tunggal. Penelitian pemanenan terdiri dari 4 perlakuan umur panen buah, yaitu umur panen buah 1, 2, 3 dan 4 bulan setelah anthesis (BSA). Setiap perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 12 satuan penelitian. Setiap satuan penelitian terdiri dari dari 4 tanaman dan setiap tanaman diambil 20 buah sebagai contoh. Penelitian penyimpanan terdiri dari 3 taraf perlakuan umur simpan yaitu buah tanpa penyimpanan, buah yang disimpan selama 2 dan 4 minggu setelah panen (MSP) pada suhu kamar. Setiap perlakuan diulang 3 kali sehingga ada 9 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 4 tanaman dan setiap tanaman diambil 20 buah sebagai contoh
4
Waktu pemanenan berpengaruh nyata pada sebagian besar karakter kulit manggis dimana semakin lama umur buah setelah anthesis terjadi peningkatan getah kuning aril, bobot aril, bobot buah, bobot basah, bobot kering, tebal kulit dan diameter buah. Sedangkan getah kuning kulit dan burik mengalami peningkatan sampai perlakuan panen 3 BSA dan menurun pada perlakuan panen 4 BSA. Sebaliknya pada perlakuan penyimpanan terjadi penurunan yang nyata pada karakter kulit manggis yang diamati kecuali pada burik dan getah kuning aril yang mengalami peningkatan nyata semakin lama penyimpanan dilakukan. Kandungan polifenol kulit manggis tidak berbeda nyata pada perlakuan pemanenan yang dilakukan. Perlakuan pemanenan 4 BSA memiliki kandungan polifenol dan antioksidan tertinggi yaitu 16.21 mg AG/10 g kulit kering dan nilai IC50 26.70. Korelasi antara kandungan polifenol dengan aktivitas antioksidan pada perlakuan pemanenan dan penyimpanan bernilai negatif yang mempunyai arti peningkatan kandungan polifenol akan meningkatkan aktivitas antioksidan pada kulit manggis.
Mangosteen Fruit Characters, Polyphenols Content and Antioxidant Properties of Mangosteen Fruit Hull (Garcinia mangostana L.) at Different Fruit Age and After Fruit Harvested Abstract The objective of this study were to know the character of mangosteen rind during development of the mangosteen fruit, studying the total phenol content and antioxidant potential of mangosteen rind. Research was done at Plant Analysis and Chromatoghrapy Laboratory, Deparment of Agronomy and Horticulture, Bogor Agricultural University. This research used Completely Randomized Desain Group (RKLT) single factor wich is harvesting, with continue test Duncan Multiple Range Test (DMRT) at level 5%. Harvesting one month after anthesis (BSA), 2 BSA, 3 BSA, 4 BSA and the rind storage two and four weeks after harvesting were done separately. Mangosteen fruit was harvested from Leuwiliang, Bogor. The result showed that total phenolic at crude extract mangosteen and antioxidant capacity to reach IC50 of harvesting and storage have negative correlation. Harvesting handling have effect to fruit weight, aril weight, wet weight rind and vitamin C content. Total phenolic of Harvesting and storage handling have a negative correlation with antioxidant capacity to reach IC50 which are value about -0.53 and -0.91. Assumed that total phenolic content will increase antioxidant capacity in mangosteen rind. Antioxidants capacity on harvesting and sorage handling of mangosteen have IC50<50 (capability of antioxidant are very strong).
5
KARAKTER KULIT MANGGIS, KADAR POLIFENOL DAN POTENSI ANTIOKSIDAN KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) PADA BERBAGAI UMUR BUAH DAN SETELAH BUAH DIPANEN
Skripsi sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh KUKUH ROXA PUTRA HADRIYONO A24063492
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
6
LEMBAR PENGESAHAN Judul
: KARAKTER KULIT MANGGIS, KADAR POLIFENOL DAN
POTENSI
ANTIOKSIDAN
KULIT
MANGGIS
(Garcinia mangostana L.) PADA BERBAGAI UMUR BUAH DAN SETELAH BUAH DIPANEN Nama
: KUKUH ROXA PUTRA HADRIYONO
NRP
: A24063492
Menyetujui, Dosen Pembimbing
(Ani Kurniawati, S.P, MSi.) NIP. 19691113 1994 03 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
(Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr) NIP: 19611101 1987 03 1 002
Tanggal Pengesahan :
7
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Banyuwangi, Jawa Timur pada tanggal 27 Mei 1987. Penulis merupakan anak kedua dari Bapak Purwanto Prihyono dan Ibu Anis Hadriningsih. Tahun 2000 penulis lulus dari SD Penganjuran V Banyuwangi, kemudian pada tahun 2003 penulis menyelesaikan studi di SMPN 1 Banyuwangi. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 1 Glagah Banyuwangi pada tahun 2006. Tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB, pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama menempuh studi di IPB penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi mahasiswa. Tahun 2007/2008 penulis akif dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM) pada Divisi Kajian Strategis. Tahun 2008-2009 penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura (HIMAGRON) pada Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia. Tahun 2007-2011 penulis juga aktif pada Organisasi Mahasiswa Daerah Lare Blambangan Banyuwangi dan menjabat sebagai ketua pada tahun 2007-2008.
8
KATA PENGANTAR Penelitian tentang “Karakter Buah Manggis, Kadar Polifenol Dan Potensi Antioksidan Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Pada Berbagai Umur Buah Dan Setelah Buah Dipanen” merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan kita terhadap tanaman buah Indonesia, khususnya tanaman manggis. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan hidayahnya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ani Kurniawati, SP. M.Si yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulisan penelitian ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua Bapak dan Ibu, atas kasih sayang dan doa. 2. Seluruh keluarga besar yang selalu memberi masukan dan doa. 3. Dr. Ir. Anas D. Susila MS. Selaku pembimbing akademik penulis atas bimbingan yang diberikan selama penulis menempuh studi di IPB. 4. Ani Kurniawati, SP. MSi. Selain sebagai pembimbing skripsi juga memberi bantuan bahan kimia pada penelitian ini. 5. Mas Bambang selaku teknisi laboratorium “Analisis dan Kromatografi Tanaman” Departemen AGH, atas bantuang dan saran selama penulis penelitian di laboratorium. 6. Teman-teman satu bimbingan Dita Nurul Latifah dan Delivera atas dukungan, kerjasama dan bantuannya dalam penelitian. 7. Teman-teman AMCO Group atas semangat dan inspirasi yang diberikan. 8. Teman-teman Laboratorium Ecotoxycology, Waste and Bioagent atas semangat dan keceriaan yang diberikan. 9. Teman-teman Agronomi dan Hortikultura terutama angkatan 43 atas semangat, bantuan dan dukungan yang diberikan. 10. Serta pihak-pihak lain yang telah mendukung dan membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Bogor, 22 Juni 2011 Penulis
9
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………...
v
DAFTAR TABEL………………………………………………………………..
vi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii PENDAHULUAN............................................................................................... Latar Belakang .......................................................................................... Tujuan ......................................................................................................... Hipotesis .....................................................................................................
1 1 2 2
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 3 Botani Tanaman Manggis ........................................................................ 3 Syarat Tumbuh Tanaman Manggis ......................................................... 4 Panen........................................................................................................... 6 Perubahan Morfologi dan Fitokimia Setelah Buah Dipanen............... 9 Perkembangan Buah Manggis ................................................................. 5 Perubahan Morfologi dan Fitokimia Setelah Buah Dipanen............... 10 Kandungan Kimia Manggis ..................................................................... 10 Antioksidan dan Fenol.............................................................................. 11 BAHAN DAN METODE .................................................................................. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. Bahan dan Alat .......................................................................................... Metode Penelitian ..................................................................................... Pelaksanaan Penelitian ............................................................................. Pengamatan Penelitian .............................................................................
14 14 14 14 16 18
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... Keadaan Umum ......................................................................................... Kadar Polifenol dan Antioksidan Kulit Manggis Pada Tiap Waktu Panen .............................................................................................. Kadar Polifenol dan Antioksidan Kulit Manggis Pada Penyimpanan
21 21 21 29
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 35 Kesimpulan ................................................................................................ 35 Saran ........................................................................................................... 35 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 35 LAMPIRAN ......................................................................................................... 40
10
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Ukuran Berat dan Lingkar Buah untuk Ekspor ..................................
7
2. Tingkat Kematangan Buah Manggis ..................................................
8
3. Persyaratan Mutu Buah Manggis .......................................................
9
4. Skoring Getah Kuning Kulit, Getah Kuning Aril dan Burik Kulit ..... 22 5. Bobot Buah, Bobot Aril+Biji, Bobot Kulit Basah (KB), dan Bobot Kering Kulit (KK) .................................................................... 24 6. Diameter Buah dan Tebal Kulit .......................................................... 25 7. Pengaruh Waktu Pemanenan terhadap Kandungan Polifenol dan Kapasitas Antioksidan Kulit ........................................................ 26 8. Korelasi antara Kandungan Polifenol dan Kapasitas Antioksidan Kulit .................................................................................................... 29 9. Skoring Getah Kuning Kulit, Getah Kuning Aril dan Burik Kulit ..... 29 10. Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kandungan Polifenol dan Kapasitas Antioksidan Kulit ........................................................ 31 11. Diameter Buah dan Tebal Kulit pada Penyimpanan ........................... 32 12. Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kandungan Polifenol dan Kapasitas Antioksidan Kulit ........................................................ 33 13. Korelasi antara Kandungan Polifenol dan Kapasitas Antioksidan Kulit................................................................................ 34
11
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Buah Manggis (A) Buah Manggis Siap Konsumsi, (B) Kulit Buah Manggis ...........
4
2. Areal Kebun Manggis di Leuwiliang ................................................ 21 3. Buah Manggis yang Terserang Getah Kuning................................... 22 4. Kurva Hubungan Konsentrasi dengan Absorbansi pada Standar Asam .................................................................................................. 26 5. Kurva Hubungan Konsentrasi dengan Persen Inhibisi Antioksidan.. 27
12
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Data Iklim Leuwiliang November 2009-Febuari 2010 .................................... 41 2. Prosedur Ekstraksi Kulit Kering menurut Putri (2007).................................... 41 3. Prosedur Penetapan Senyawa Polifenol ........................................................... 42 4. Prosedur Penetapan Aktivitas Antioksidan ...................................................... 43 5. Sidik Ragam Diameter Buah Perlakuan Panen ................................................ 44 6. Sidik Ragam Bobot Buah Perlakuan Panen ..................................................... 44 7. Sidik Ragam Bobot Aril+Biji Perlakuan Panen ............................................... 44 8. Sidik Ragam Bobot Basah Kulit Buah Perlakuan Panen ................................. 44 9. Sidik Ragam Bobot Kering Kulit Buah Perlakuan Panen ................................ 45 10. Sidik Ragam Tebal Kulit Buah Perlakuan Panen .......................................... 45 11. Sidik Ragam Getah Kuning Kulit Perlakuan Panen ...................................... 45 12. Sidik Ragam Burik Kulit Buah Manggis Perlakuan Panen ........................... 45 13. Sidik Ragam Getah Kuning Aril Perlakuan Panen ........................................ 46 14. Sidik Ragam Bobot Buah Perlakuan Penyimpanan ....................................... 46 15. Sidik Ragam Bobot Aril + Biji Perlakuan Penyimpanan ............................... 46 16. Sidik Ragam Bobot Basah Kulit Buah Perlakuan Penyimpanan ................... 47 17. Sidik Ragam Bobot Kering Kulit Buah Perlakuan Penyimpanan .................. 47 18. Sidik Ragam Diameter Buah Perlakuan Penyimpanan .................................. 47 19. Sidik Ragam Tebal Kulit Buah Perlakuan Penyimpanan .............................. 47 20. Sidik Ragam Getah Kuning Kulit Perlakuan Penyimpanan .......................... 47 21. Sidik Ragam Burik Kulit Buah Perlakuan Penyimpanan .............................. 48 22. Sidik Ragam Getah Kuning Aril Perlakuan Penyimpanan ............................ 48 23. Kulit Manggis ................................................................................................ 49 24. Pengeringan Kulit Manggis Perlakuan Pemanenan ....................................... 49 25. Pengeringan Kulit Manggis Perlakuan Penyimpanan .................................... 49 26. Crude Extract Kulit Manggis ......................................................................... 50
13
27. Sheet Ekstrak Kulit Manggis .......................................................................... 50 28. Larutan Sampel Analisis Reaksi .................................................................... 50 29. Alat-alat yang Digunakan dalam Penelitian ................................................... 51
PENDAHULUAN Latar Belakang Manggis (Gracinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah yang menjadi salah satu komoditi ekspor andalan Indonesia untuk meningkatkan pendapatan devisa Negara. Manggis di luar negeri dijuluki dengan “Queen of the Tropical Fruits” yang merupakan refleksi perpaduan dari rasa asam dan manis yang tidak dipunyai oleh komoditas buah-buahan lainnya. Buah manggis yang diperdagangkan pada pasar luar negeri (ekspor) sebagian besar berasal dari kebun rakyat yang belum terpelihara secara baik dan sistem produksinya masih tergantung pada alam (tradisional). Meskipun penanganan budidaya dan pascapanen yang seadanya, ternyata petani manggis Indonesia mampu melakukan ekspor dalam jumlah yang cukup besar, bahkan bisa bersaing dengan manggis negara lain. Produksi buah manggis Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada tahun 2006 produksi manggis Indonesia sebesar 72 634 ton, lalu meningkat menjadi 112 722 ton pada tahun 2007. Tahun 2008 produksi manggis Indonesia kembali turun menjadi 65 133 ton dan kembali naik pada tahun berikutnya menjadi 105 558 ton. Pada tahun 2010 produksi manggis kembali turun menjadi 87 154 ton. Manfaat utama kulit manggis adalah sebagai antioksidan (Heyne, 1987). Menurut Silalahi (2002) mengatakan bahwa sifat antioksidan pada manggis melebihi vitamin E dan vitamin C. Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi oksidasi radikal bebas dalam oksidasi lipid dalam konsentrasi yang lebih rendah dari substrat yang dapat dioksidasi. Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas sehingga mengurangi kapasitas radikal bebas untuk menimbulkan kerusakan. Antioksidan alami yang terdapat dalam bahan pangan tersebut antara lain adalah vitamin C, vitamin E, antosianin, klorofil dan senyawa flavonoid. Antioksidan yang baik adalah senyawa yang mampu membuat radikal fenol dari antioksidan menjadi lebih stabil. Karena itu diperlukan penelitian yang mempelajari kandungan polifenol dan potensi antioksidan kulit manggis.
2
Tujuan 1. Mempelajari karakter kulit manggis selama perkembangan buah manggis dan setelah penyimpanan. 2. Mempelajari kandungan polifenol dan potensi antioksidan kulit manggis.
Hipotesis 1. Terdapat perbedaan karakter kulit manggis selama perkembangan buah manggis dan setelah penyimpanan. 2. Terdapat kandungan polifenol dan potensi antioksidan pada kulit manggis. 3. Terdapat korelasi antara kandungan antioksidan dan kandungan bioaktif polifenol.
3
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Manggis Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Malaysia atau Indonesia. Dari Asia Tenggara, tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya seperti Srilanka, Malagasi, Karibia, Hawaii dan Australia Utara. Di Indonesia manggis disebut dengan berbagai macam nama lokal seperti manggu (Jawa Barat), Manggus (Lampung), Manggusto (Sulawesi Utara), Manggista (Sumatera Barat) (Rusnasbuah, 2007). Secara taksonomi, manggis dklasifikasikan sebagai berikut (Verheij, 1997): Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonaceae
Ordo
: Guttiferales
Famili
: Guttiferae
Genus
: Garcinia
Spesies
: Garcinia mangostana L.
Buah manggis merupakan spesies terbaik dari genus Garcinia dan mengandung gula sakarosa, dekstrosa dan levulosa. Komposisi bagian buah yang dimakan per 100 g meliputi 79.2 g air; 0.5 g protein; 19.8 g karbohidrat; 0.3 g serat; 11 mg kalsium; 17 mg fosfor; 0.9 mg besi; 14 IU vitamin A, 66 n/mg vitamin C; 0,09 mg vitamin B1 (Thiamin); 0,06 mg vitamin B2 (Riboflavin) dan 0,1 mg vitamin B5 (Niasin) (Qosim, 2007). Daging buah manggis berwarna putih, bertekstur halus dan rasanya manis bercampurasam sehingga menimbulkan rasa khas dan segar. Bentuk fisik dari buah manggis disajikan pada Gambar 1.
4
A
B
Gambar 1. Buah Manggis (A) Buah Manggis Siap Konsumsi, (B) Kulit Buah Manggis Syarat Tumbuh Tanaman Manggis Manggis merupakan salah satu tanaman buah tropika yang pertumbuhannya lambat, tetapi umurnya juga panjang. Tanaman yang berasal dari biji umumnya membutuhkan 10–15 tahun untuk mulai berbuah. Tingginya mencapai 10–25 meter dengan ukuran kanopi sedang serta tajuk yang rindang berbentuk piramida. Diameter batang 25–35 cm dan kulit batang kayu biasanya berwarna cokelat gelap atau hampir hitam, kasar dan cenderung mengkelupas. Getah manggis berwarna kuning (getah kuning) atau resin ada pada semua jaringan utama tanaman (Cahyono dan Juanda, 2000). Verheij dan Coronel (1992) menyatakan bahwa letak daun tanaman manggis berhadapan, merupakan daun sederhana dengan tangkai daun pendek yang berhubungan dengan tunas, panjang tangkai daun 1.5–2 cm dengan helaian daun berbentuk bulat telur, bulat panjang atau elip dengan panjang 15–25 cm x lebar 7–13 cm mengkilap, tebal dan kaku, ujung daun meruncing (acuminate) dan licin (glabrous). Menurut Yaacob dan Tindall (1995) buah manggis memiliki bunga yang bersifat uniseksual dioecious (berumah dua), akan tetapi hanya bunga betina yang dapat
dijumpai,
sedangkan
bunga
jantan
tidak
berkembang
sempurna
(rudimenter), yaitu tumbuh kecil kemudian mengering dan tidak dapat berfungsi. Bunga betina terdapat pada pucuk ranting muda dengan diameter 5–6 cm, pedikelnya pendek, tebal dan panjang 1.8–2 cm terletak pada dasar bunga. Bunga memiliki 4 sepal dan 4 petal dengan tangkai bunga pendek dan tebal berwarna merah kekuning-kuningan.
5
Biji manggis merupakan biji apomik yang terbentuk dari sel-sel nuselus pada buah partenokarpi. Biji berwarna coklat dengan panjang 2–2.5 cm, lebar 1.5–2.0 cm dan tebalnya antara 0.7–1.2 cm. Biji diselimuti oleh aril yang berwarna putih, empuk dan mengandung sari buah dengan aril yang transparan. Embrio tidak tampak jelas yaitu lokasi plumula dan radikel, dari pemeriksaan menunjukkan kemungkinan adanya perluasan titik tumbuh di sepanjang biji. Bobot biji bervariasi antara 0.1–2.2 g dengan rata-rata 1.0–1.6 g. (Verheij, 1997). Verheij (1997) menyatakan bahwa manggis dapat tumbuh dan berproduksi maksimal pada tinggi tempat mulai dari dataran rendah sampai dengan ketinggian 800 m dpl. Curah hujan 1 500-2 500 mm/tahun, dengan periode basah 10 bulan/tahun dan kelembaban udara sekitar 80%. Tanaman manggis sangat baik pertumbuhannya pada tanah yang kaya bahan organik, serta tanah yang aerasinya cukup baik, jenis tanah agak berat sampai tanah ringan. Perkembangan Buah Manggis Menurut Salisbury dan Ross (1995) perkembangan merupakan perubahan kualitatif pada bagian-bagian tumbuhan yang berlainan, yang menunjukkan pertumbuhan pada waktu-waktu yang berbeda dalam siklus hidup dan dengan laju yang berlainan. Perubahan ini lebih banyak mengubah bentuk (morfologis), anatomis dan fungsi tanaman. Selama proses pematangan buah-buahan akan terjadi perubahanperubahan sifat fisiko-kimia, yang umumnya terdiri dari perubahan warna, komposisi dinding sel (tekstur), zat pati, protein, senyawa turunan fenol dan asamasam organik (Winarno dan Aman, 1981). Hasil penelitian Sosrodiharjo (1980) dalam Hidayat (1989) menunjukkan bahwa keasaman daging buah manggis pada permulaan pertumbuhan terus meningkat seiring dengan bertambahnya umur buah, kemudian keasaman mencapai tingkat maksimum, selanjutnya keasaman menurun. Perkembangan buah manggis yang diukur secara kuantitatif menunjukkan bahwa pada mulanya pertumbuhan lingkar buah manggis besar. Peningkatan ukuran dan kandungan asam mencapai maksimum pada umur 103 hari setelah anthesis (HSA). Setelah itu ukuran buah tidak berubah hingga matang di pohon
6
(114 hari), sedangkan kandungan asam menurun dengan semakin tuanya buah, tetapi kandungan padatan terlarut meningkat dengan semakin tuanya umur buah, hal ini disebabkan perubahan zat pati pada aril menjadi gula. Panen Tingkat kematangan sangat berpengaruh terhadap mutu dan daya simpan manggis. Menurut Poerwanto (2004) buah dipanen setelah berumur 104-110 hari sejak bunga mekar (SBM). Nakasone dan Paull (1997) menyatakan umumnya buah yang dipanen dengan intensitas warna ungu yang kurang akan mengeluarkan banyak lateks pada tangkai buah dan mempunyai flavor yang kurang baik dibandingkan dengan stadia ungu penuh. Jumlah lateks akan berkurang seiring dengan kematangan buah, padatan terlarut meningkat dan keasaman konstan. Untuk semua kelas buah manggis, ketentuan minimum yang harus dipenuhi adalah (a) utuh, kelopak buah dan tangkai harus lengkap; (b) layak dikonsumsi; (c) bersih, bebas dari benda-benda asing yang tampak; (d) bebas dari hama dan penyakit; (e) bebas dari kelembaban eksternal yang abnormal, kecuali pengembunan sesaat setelah pemindahan dari tempat penyimpanan dingin; (f) bebas dari aroma dan rasa asing; (g) penampilan segar, memiliki bentuk, warna dan rasa sesuai dengan sifat/ciri varietas. Menurut Poerwanto (2004) manggis digolongkan dalam tiga kelas mutu, yaitu kelas Super, A dan B. Manggis bermutu paling baik (super) memiliki ciriciri bebas dari cacat kecuali cacat sangat kecil pada permukaan, daging buah bening (translucent) dan atau getah kuning (yellow gum) tidak lebih dari 5%. Manggis kelas A memiliki mutu baik, dengan cacat yang diperbolehkan untuk sedikit kelainan pada bentuk, cacat sedikit pada kulit dan kelopak buah seperti lecet, tergores atau kerusakan mekanis lainnya. Total area yang cacat tidak lebih dari 10% dari luas total seluruh permukaan buah, cacat tersebut tidak mempengaruhi daging buah, dan daging buah bening (translucent) dan atau getah kuning (yellow gum) tidak lebih dari 10%. Manggis kelas B mempunyai mutu yang baik dengan cacat yang diperbolehkan untuk kelainan pada bentuk, cacat sedikit pada kulit dan kelopak buah seperti lecet, tergores atau kerusakan mekanis lainnya. Total area yang cacat tidak lebih dari 10% dari luas total seluruh
7
permukaan buah, cacat tersebut tidak mempengaruhi daging buah, daging buah bening (translucent) dan atau getah kuning (yellow gum) tidak lebih dari 20% . Menurut Satuhu (1999) standar pasar internasional untuk buah manggis dapat dikatakan tidak ada keseragaman sebab sangat ditentukan oleh Negara pengimpornya. Pada umumnya perbedaan hanya terletak pada ukuran buahnya saja. Ukuran buah manggis untuk ekspor terbagi dalam beberapa golongan seperti terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Ukuran Berat dan Lingkar Buah untuk Ekspor Golongan Super A A B C
Jumlah Buah (per kg) 6-8 10 13 15
Berat Buah (g) 203.6 ± 10.2 187.0 ± 9.6 170.2 ± 6.1 155.8 ± 2.5
Lingkar Buah 13.51 ± 1.54 10.58 ± 1.21 7.81 ± 0.63 6.23 ± 0.29
Sumber: Satuhu (1999)
Tingkat kematangan sangat berpengaruh terhadap mutu dan daya simpan manggis (Tabel 2). Buah dipanen setelah berumur 104 hari sejak bunga mekar (SBM). Untuk konsumsi lokal, buah dipetik pada umur 114 SBM sedangkan untuk ekspor pada umur 104-108 SBM. Hadisutrisno (2002) menyatakan bahwa standar mutu buah manggis yang didasarkan pada pada minat konsumen dalam negeri adalah daging buat tebal dan nilai edible portionnya sekitar 55%. Persyaratan mutu buah manggis dapat dilihat di Tabel 3. Menurut Budiastra (1999) umur panen dan ciri fisik manggis siap panen dapat dilihat berikut ini : a. Panen 104 hari: warna kulit hijau bintik ungu, berat 80-130 g, diameter 55-60 mm. b. Panen 106 hari: warna kulit ungu merah 10-25%, berat 80-130 g, diameter 55- 60 mm. c. Panen 108 hari: warna kulit ungu merah 25-50%, berat 80-130 g, diameter 55- 60 mm. d. Panen 110 hari: warna kulit ungu merah 50-75%, berat 80-130 g, diameter 55- 60 mm. e. Panen 114 hari: warna kulit ungu merah, berat 80-130 g, diameter 55-65 mm.
8
Tabel 2.Tingkat Kematangan Buah Manggis Tahapan
Ciri
Warna buah kuning kehijauan, kulit buah masih banyak mengandung getah dan buah belum siap dipetik. Tahap 0
Warna kulit buah hijau kekuningan, buah belum tua dan getah masih banyak. Isi buah masih sulit dipisahkan dari daging. Buah belum siap dipanen. Tahap 1
Warna kulit buah kuning kemerahan dengan bercak merah hampir merata. Buah hampir tua dan getah mulai berkurang. Isi buah masih sulit dipisahkan dari daging. Tahap 2
Warna kulit buah merah kecoklatan. Kulit buah masih bergetah. Isi buah sudah dapat dipisahkan dari daging kulit. Buah disarankan dapat dipetik untuk tujuan ekspor. Tahap 3
Warna kulit buah merah keunguan. Kulit buah masih sedikit bergetah. Isi buah sudah dapat dipisahkan dari daging kulit dan buah dapat dikonsumsi. Buah dapat dipetik untuk tujuan ekspor. Tahap 4
Warna kulit buah ungu kemerahan. Buah mulai masak dan siap dikonsumsi. Getah telah hilang dan isi buah mudah dilepaskan. Buah lebih sesuai untuk pasar domestik. Tahap 5
Warna kulit buah unggu kehitaman. Buah sudah masak. Buah sesuai untuk pasar domestik dan siap saji. Tahap 6 Sumber: Departemen Pertanian (2004)
9
Tabel 3. Persyaratan Mutu Buah Manggis Jenis uji Mutu Super > 65 mm Segar Hijau kemerahan s/d merah muda mengkilat
Diameter Tingkat kesegaran Warna kulit
Persyaratan Mutu I 55 – 65 mm Segar Hijau kemerahan s/d merah muda mengkilat
Mutu II < 55 mm Segar Hijau kemerahan
Sumber : Departemen Pertanian (2008)
Pemanenan dilakukan dengan cara memetik/memotong pangkal tangkai buah dengan alat bantu pisau tajam. Untuk mencapai buah di tempat yang tinggi
dapat
dilengkapi
digunakan
pisau
dan
tangga
keranjang
bertingkat di
ujungnya.
dari
kayu/galah
Pemanjatan
yang
seringkali
diperlukan karena manggis adalah pohon hutan yang umurnya dapat lebih dari 25 tahun. Pohon manggis di Indonesia dipanen pada bulan November sampai Maret tahun berikutnya (Paramawati, 2003). Produksi panen pertama hanya 5-10 buah/pohon, produksi panen kedua rata-rata 30 buah/pohon selanjutnya 600-1 000 buah/pohon sesuai dengan umur pohon. Pada puncak produksi, tanaman yang dipelihara intensif dapat menghasilkan 3 000 buah/pohon dengan rata-rata 2 000 buah/pohon. Produksi satu hektar (100 tanaman) dapat mencapai 200 000 butir atau sekitar 20 ton buah.
Perubahan Morfologi dan Fitokimia Setelah Buah Dipanen Buah-buahan segar setelah dipanen masih mengalami proses biologi. Perubahan-perubahan kimiawi dan biokimiawi tetap berlangsung karena jaringan dan sel masih menunjukkan aktivitas metabolisme. Proses metabolisme yang terpenting setelah panen adalah respirasi (oksidasi biologis) (Eskin et al., 1990). Pemanenan dilakukan dengan cara memetik/memotong pangkal tangkai buah dengan alat bantu pisau tajam. Untuk mencapai buah di tempat yang tinggi dapat digunakan tangga bertingkat dari kayu/galah yang dilengkapi pisau dan keranjang di ujungnya. Pemanjatan seringkali diperlukan karena manggis adalah pohon hutan yang umurnya dapat lebih dari 25 tahun. Untuk tujuan ekspor,
10
pemetikan buah dilakukan pada tingkat (indeks kematangan 3 merah kecoklatan hingga 4 merah keunguan (Poerwanto, 2004). Perubahan Morfologi dan Fitokimia Setelah Buah Dipanen Winarno dan Wirakartakusumah (1981) menyatakan bahwa buah manggis cenderung mengalami penurunan diameter buah selama penyimpanan karena selama proses ini terjadi pelepasan air ke lingkungan penyimpanan yang dapat menyebabkan kerusakan seperti pengerutan. Menurut Eskin et al. (1990) buahbuahan segar setelah dipanen masih mengalami proses biologi. Perubahanperubahan kimiawi dan biokimiawi tetap berlangsung karena jaringan dan sel masih menunjukkan aktivitas metabolisme. Proses metabolisme yang terpenting setelah panen adalah respirasi (oksidasi biologis). Menurut Pantastico (1986) proses respirasi yang masih berlangsung setelah buah dipanen menyebabkan terjadinya beberapa perubahan kandungan kimia dalam buah. Tiga tingkat perubahan kimiawi yang berlangsung selama proses respirasi yaitu pemecahan polisakarida menjadi gula sederhana, oksidasi gula menjadi piruvat, serta oksidasi asam-asam organik secara aerobik menjadi CO2, air dan energi. Berdasarkan pola respirasinya, buah manggis termasuk dalam jenis buah klimakterik. Klimaterik adalah suatu periode mendadak yang unik bagi buah tertentu dimana selama proses itu terjadi pembuatan etilen disertai dengan dimulainya proses pematangan buah, buah menunjukkan peningkatan CO2 yang mendadak selama pematangan buah, sehingga disebut buah klimaterik. Bila pola respirasi berbeda karena setelah CO2 dihasilkan tidak meningkat tetapi turun secara perlahan, buah tersebut digolongkan non klimaterik (Gardner et al., 1991). Kandungan Kimia Manggis Penilaian mutu buah secara kimia dilakukan dengan mengukur kandungan pati, kandungan gula, keasaman, protein, vitamin, dan mineral (Sjaifullah, 1996). Kandungan kimia buah manggis tidak dipengaruhi oleh ukuran maupun penampilan buahnya. Kandungan kimia buah yang berukuran kecil hampir sama
11
dengan buah yang berukuran besar. Demikian pula kandungan kimia buah yang mulus hampir sama dengan buah yang burik (Satuhu, 1999). Perbandingan kadar gula-asam (sugar-acid ratio) merupakan salah satu penentu mutu buah manggis. Umumnya rasa buah manggis ditentukan oleh adanya perpaduan rasa manis dan rasa asam dengan perbandingan yang tepat (Sjaifullah, 1996). Buah manggis yang dikehendaki konsumen, rasanya manis (kadar gula 18.5%), sedikit asam (kadar asam 0.4%) dengan kadar getah dan air sedikit (Hadisustrino, 2002). Hasil penelitian Sosrodiharjo (1980) menunjukkan bahwa keasaman daging buah manggis pada permulaan pertumbuhan terus meningkat seiring dengan bertambahnya umur buah, keasaman mencapai tingkat maksimum, selanjutnya keasaman menurun. Menurut Sjaifullah (1996) kandungan gula atau padatan terlarut total merupakan refleksi dari rasa manis yang juga menunjukkan derajat ketuaan atau kemasakan buah. Kadar gula buah secara kontinyu meningkat sejalan dengan proses penuaan atau pemasakan. Antioksidan dan Fenol Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi oksidasi radikal bebas dalam oksidasi lipid dalam konsentrasi yang lebih rendah dari substrat yang dapat dioksidasi. Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas sehingga mengurangi kapasitas radikal bebas untuk menimbulkan kerusakan. Dalam bahan pangan antioksidan banyak terdapat pada sayur-sayuran
dan
buah-buahan,
yang
salah
satunya
adalah
manggis
(DeMan, 1997). Radikal bebas adalah molekul yang sangat reaktif karena memiliki elektron tidak berpasangan pada orbital luarnya sehingga dapat bereaksi dengan molekul sel tubuh dengan cara mengikat elektron sel tersebut, dan mengakibatkan
reaksi
berantai
yang menghasilkan
radikal
bebas
baru
(Ketaren, 1986). Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas dengan cara mengurangi konsentrasi oksigen, mencegah pembentukan singlet oksigen yang reaktif, mencegah inisiasi rantai pertama dengan menangkap radikal primer seperti radikal hidroksil, mengikat katalis ion logam, mendekomposisi produk-produk primer
12
radikal menjadi senyawa non-radikal, dan memutus rantai hidroperoksida (Shahidi, 1997). Antioksidan berdasarkan mekanisme kerjanya dikelompokkan menjadi (Shahidi dan Naczk,1995) : 1. Antioksidan Primer yaitu antioksidan yang bereaksi dengan radikal lipid berenergi tinggi untuk menghasilkan produk yang memiliki kestabilan termodinamis lebih baik. Antioksidan golongan fenol seperti Isoflavon termasuk dalam antioksidan yang memiliki mekanisme ini. 2. Antioksidan sekunder yang juga dikenal dengan antioksidan pencegah (Preventive Antioxidant) yang dapat memperlambat reaksi inisiasi dengan cara memutus
rantai
(chain-breaking
antioxidant)
hidroperoksida.
Contoh
antioksidan ini yaitu dilauril thiodipropionate dan asam thiodipropionic. Antioksidan golongan ini adalah antioksidan yang berikatan dengan gugus thiol. Beberapa senyawa antioksidan yang sering digunakan saat ini adalah senyawa turunan fenol dan amina. Antioksidan golongan fenol sebagian besar terdiri dari antioksidan alam dan sejumlah antioksidan sintesis. Contoh antioksidan fenol sintetik yang biasa digunakan adalah BHA dan BHT. Kedua bahan tersebut merupakan senyawa fenol tersubtitusi pada posisi para dan kedua posisi ortho-nya. Dari penelitian-penelitian sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa perbedaan struktur antioksidan berpengaruh terhadap daya antioksidan senyawa. BHT dengan subtituen t-butil pada dua posisi ortho dan para-nya menyumbang aktivitas antioksidan lebih kuat dibanding dengan BHA (Prokarny, 1987). Senyawa fenol tersubstitusi telah banyak digunakan sebagai antioksidan (Stuckey,1986). Kerja antioksidan dalam reaksi oksidasi adalah menghambat terbentuknya radikal bebas pada tahap inisiasi atau menghambat kelanjutan reaksi berantai pada tahap propagasi dari reaksi autooksidasi. Antioksidan yang baik adalah senyawa yang mampu membuat radikal fenol dari antioksidan menjadi lebih stabil. Senyawa turunan fenol tersubtitusi ini banyak terdapat pada berbagai tumbuhan tropis berupa senyawa turunan polifenol. Salah satu turunan senyawa polifenol yang lain dan banyak dijumpai pada tanaman adalah catechin dan epicatechin serta beberapa senyawa turunannya
13
antara lain epicatechin, gallocatechin dan epigallo catechin. Selain itu senyawa turunan flavon/flavonol juga berkhasiat sebagai antioksidan (Burda, 2001). Metode uji antioksidan dengan DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) dipilih karena metode ini adalah metode sederhana untuk evaluasi aktivitas antioksidan dari senyawa bahan alam (Fagliano 1999). Senyawa yang aktif sebagai antioksidan mereduksi radikal bebas DPPH menjadi difenil pikril hidrazin (Conforti, 2002). Besarnya aktivitas penangkap radikal bebas dinyatakan dengan IC50 yaitu besarnya konsentrasi larutan uji yang mampu menurunkan 50% absorbansi DPPH dibandingkan dengan larutan blanko (Lannang, 2005). Senyawa fenol yang memiliki bioaktivitas, dan telah banyak dilaporkan sebelumnya adalah banyak ditemukan pada senyawa xanthone dengan gugus isopren (Peres dan Nagem 2000 Kulit buah Manggis diketahui mengandung senyawa antioksidan. Antiproliferatif dan antimicrobial yang tidak ditemui pada buah-buahan lainnya. Senyawa xanthone meliputi mangostin, mangostenol A, mangostinon A, mangostinon B, alfa mangostin, mangostanol. Senyawa-senyawa tersebut sangat bermanfaat untuk kesehatan (Qosim, 2007). Iswari dan Sudaryono (2007) menyatakan bahwa sifat antioksidan pada xanthone melebihi vitamin E dan vitamin C. Selain sebagai antioksidan, xanthone juga bermanfaat sebagai antiploriferativ, antiinflamasi dan antimicrobial. Khasiat Xanthone dari Kulit buah manggis Xanthone merupakan substansi kimia alami yang tergolong senyawa polyphenolic. Senyawa xanthone dan derivatnya dapat diisolasi dari kulit buah manggis (pericarp) dan mengandung 3-isomangostein, alpha-mangostin, beta- mangostin, gamma-mangostin, garcinone A, garcinone B, C, dan D, maclurin, mangostenol, catechin, potassium, calsium, posphor, besi, vitamin B1, B2, B6, dan vitamin C.
14
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan sampel buah yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari pohon manggis, kebun petani di daerah sentra produksi buah manggis Kampung Cengal, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Analisis penelitian pasca panen yaitu pengamatan morfologi buah dan ekstraksi dilakukan di Laboratorium Ekofisiologi, Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB Dramaga, Bogor. Penentuan kadar xanthone kulit manggis dilakukan di Laboratorium Plant Analysis and Chromatoghrapy. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 sampai bulan Januari 2011. Bahan dan Alat Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah buah manggis yang dipanen pada 1 Bulan Setelah Anthesis (BSA), 2, 3 dan 4. Bahan kimia yang digunakan adalah metanol, etanol 99%, akuades, Vitamin C, asam galat, DPPH 0.4 mM, Folin-Ciocalteus 10% dan Na2CO3 (Natrium Karbonat) 7.5%. Alat yang digunakan adalah penggaris, timbangan analitik (dua digit dan empat digit), kertas saring, votexer, waterbath, digital caliper, pisau, blender, erlenmeyer, evaporator, spektrofotometer dan alat-alat penunjang penelitian lainnya. Metode Penelitian I. Kadar Polifenol dan Antioksidan Kulit Manggis Pada Tiap Waktu Panen Analisis statistik dilakukan dengan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAK) faktor tunggal. Penelitian ini terdiri dari 4 perlakuan umur panen buah, yaitu umur panen buah 1, 2, 3 dan 4 BSA. Setiap perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 12 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari dari 4 tanaman dan setiap tanaman diambil 20 buah sebagai contoh. Maka buah manggis yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah sejumlah 960 buah.
15
Model linier yang digunakan untuk pengujiannya adalah : Yij = µ + αi + βj + εij Keterangan : Yij
= Nilai pengamatan pada kelompok ke-i dan ulangan ke-j
µ
= nilai tengah umum
αi
= pengaruh kelompok ke-i
βj
= pengaruh ulangan ke-j
εij
= pengaruh acak pada kelompok ke-i dan ulangan ke-j Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan excel dan uji F. Uji F
dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan yang dicobakan pada hasil pengamatan. Jika hasil uji F menunjukkan perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 1%. Selanjutnya untuk melihat hubungan senyawa polifenol terhadap aktivitas antioksidan maka pada data kandungan polifenol dan aktivitas antioksidan dilakukan uji korelasi pada taraf 99%.
II. Kadar Polifenol dan Antioksidan Kulit Manggis pada Masa Penyimpanan Buah Penelitian ini terdiri dari 3 taraf perlakuan umur simpan yaitu buah tanpa penyimpanan, buah yang disimpan selama 2 dan 4 minggu setelah panen (MSP) pada suhu kamar. Setiap perlakuan diulang 3 kali sehingga ada 9 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 4 tanaman dan setiap tanaman diambil 20 buah sebagai contoh. Model linier yang digunakan untuk pengujiannya adalah : Yij = µ + αi + βj + εij Keterangan : Yij
= Nilai pengamatan pada kelompok ke-i dan ulangan ke-j
µ
= nilai tengah umum
αi
= pengaruh kelompok ke-i
βj
= pengaruh ulangan ke-j
εij
= pengaruh acak pada kelompok ke-i dan ulangan ke-j
16
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan ecxel dan uji F. Uji F dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan yang dicobakan pada hasil pengamatan. Jika hasil uji F menunjukkan perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 1%. Selanjutnya untuk melihat hubungan senyawa polifenol terhadap aktivitas antioksidan maka pada data kandungan polifenol dan aktivitas antioksidan dilakukan uji korelasi pada taraf 99%.
Pelaksanaan Penelitian I. Kadar Polifenol dan Antioksidan Kulit Manggis Pada Tiap Waktu Panen Bahan tanaman yang digunakan adalah tanaman manggis yang berumur ± 30 tahun, telah berproduksi, sehat dan sedang berbunga, diambil 12 pohon secara acak. Pada 12 pohon tersebut dilakukan pelabelan bunga. Setiap pohon diberi 4 label yang berbeda pada 80 buah yang dipilih sebagai sampel. Label untuk panen 1, 2, 3 dan 4 BSA. Pemanenan dilakukan pada buah manggis yang telah diberi label sesuai dengan perlakuan Pengamatan fisik buah dilakukan sesuai dengan waktu perlakuan. Parameter yang diamati adalah diameter, morfologi (skor getah kuning kulit dan skor burik pada kulit), bobot total buah, bobot kulit basah, bobot aril buah, skor getah kuning aril buah, dan ketebalan kulit. Kulit buah manggis dari sampel tiap-tiap perlakuan dikeringkan dengan sinar matahari langsung di udara terbuka lalu ditimbang hingga berat kering kulit konstan. Lalu dilakukan penghitungan kadar air kulit, kadar air kulit manggis dihitung dengan menggunakan rumus
.
Kulit manggis yang telah kering kemudian ditumbuk dan diblender hingga menjadi serbuk yang lebih halus dan dikemas ke dalam plastik. Kulit manggis yang telah kering lalu dihaluskan menggunakan blender. Setelah halus kemudian ditimbang sebanyak 10 g. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan tabung erlenmeyer yang ditutup dengan plastik dan diikat karet agar kedap udara. Ekstraksi kulit dilakukan sebanyak dua kali dengan perbandingan antara sampel
17
bahan dan methanol 1:1. Sebanyak 10 g sample kulit kering dimaserasi dengan 10 ml methanol selama ± satu minggu pada suhu ruang. Setelah proses maserasi, bahan ekstrak disaring dengan kain dan kertas saring dan diperas, residu dari sisa perasan diekstrak kembali dengan methanol 10 ml untuk kemudian dilakukan maserasi kembali selama ± satu minggu pada suhu ruang. Setelah satu minggu bahan ekstak kembali disaring menggunakan kain dan kertas saring serta diperas. Ekstrak yang dihasilkan kemudian dipanaskan dengan menggunakan waterbath pada suhu 40 °C selama ± 15 menit agar pelarut methanol menguap. Hasil dari penguapan itu akan menjadi crude extract (CE). Kemudian CE dimasukkan ke dalam tube 2 ml dan di simpan dalam freezer untuk selanjutnya hasil ekstrak tersebut dianalisis kandungan fenol dan aktivitas antioksidannya menggunakan spektrofotometer. Analisis dilakukan dengan membandingkan senyawa sample fenolik hasil analisis dengan asam galat sebagai standar. Untuk analisis senyawa fenolik ini digunakan
folin-ciocalteus
dengan
metode
modifikasi
dari
Javanmardi et al., (2003) (Lampiran 3). Analisis aktivitas antioksidan pada kulit manggis menggunakan metode DPPH (Rohman dan Riyanto, 2005) (Lampiran 4). Asam askorbat (vitamin C) digunakan sebagai pembanding dengan hasil analisis.
II. Kadar Polifenol dan Penyimpanan Buah
Antioksidan
Kulit
Manggis
pada
Masa
Bahan tanaman yang digunakan adalah tanaman manggis yang berumur ± 30 tahun, telah berproduksi, sehat dan sedang berbunga, diambil 12 pohon secara acak. Pada 12 pohon tersebut dilakukan pelabelan bunga. Setiap pohon diberi 3 label yang berbeda pada 60 buah yang dipilih sebagai sampel. Label yang diberikan adalah 0, 2 dan 4 minggu setelah panen (MSP). Pemanenan dilakukan pada buah manggis yang telah diberi label sesuai dengan perlakuan. Buah diatur per baris dan dihamparkan di atas lantai pada suhu kamar sesuai masing-masing perlakuan. Lama penyimpanan disesuaikan dengan perlakuan yang dilakukan. Pengamatan fisik buah dilakukan sesuai dengan waktu perlakuan.
Parameter
yang
diamati
adalah
diameter,
morfologi
18
(skor getah kuning kulit dan skor burik pada kulit), bobot total buah, bobot kulit basah, bobot aril buah, skor getah kuning aril buah, dan ketebalan kulit. Tahap selanjutnya sama dengan percobaan kadar polifenol dan antioksidan kulit manggis pada tiap waktu panen dimana dilakukan analisis polifenol dan antioksidan.
Pengamatan Penelitian Pengamatan Kuantitatif Buah Manggis Bobot buah. Buah hasil pemanenan ditimbang menggunakan timbangan analitik. Satuan bobot buah dinyatakan dalam (g). Diameter buah. Diameter buah diukur dengan menggunakan jangka sorong manual. Bagian tengah buah secara transversal diukur menggunakan jangka sorong. Satuan diameter buah dinyatakan dalam (mm). Tebal kulit. Buah manggis yang telah diukur bobot dan diameter buah lalu dibelah dan dilakukan pengukuran menggunakan jangka sorong. Satuan tebal kulit dinyatakan dalam (mm). Bobot kulit basah dan aril buah. Buah manggis yang telah dibelah diukur bobot kult dan aril buahnya menggunakan timbangan analitik. Satuan untuk bobot kulit basah dan aril buah dinyatakan dalam (g). Bobot kering kulit. Kulit manggis yang telah dikeringkan melalui penjemuran hingga bobotnya konstan kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik. Satuan bobot kering kulit buah manggis dinyatakan dalam (g). Penentuan kandungan senyawa polifenol dan mg asam galat. Penentuan kapasitas bioaktif polifenol ekstrak kulit buah dilakukan menggunakan reagen Folin-Ciocalteu dengan metode (modifikasi dari Javanmardi et al. 2003). Analisis senyawa fenolik diawali dengan pembuatan larutan stock solution 1 (SS1) dengan konsentrasi 50 000 ppm sebanyak 2 ml. Larutan SS1 kemudian diencerkan kembali menjadi larutan SS2 dengan konsentrasi 5 000 ppm sebanyak 2 ml. Larutan SS2. Dari larutan SS2 kemudian dibuat larutan WS 500 ppm yang diperoleh dari 200 μL larutan SS2 yang kemudian diencerkan menjadi 2 000 μL menggunakan methanol PA yang digunakan sebagai pembanding juga dibuat larutan WS dengan 4 konsentrasi (ppm) yang berbeda yaitu: 50, 100, 250, dan 500 yang diencerkan dari larutan SS2 5 000 ppm. Dari masing-masing WS asam galat
19
tersebut diambil 100 μL lalu kemudian dilakukan analisis menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 765 nm. Hasil pembacaan spektrofotometer yang dilakukan terhadap setiap konsentrasi asam galat yang diuji memberikan nilai absorban yang berbeda, hal yang sama juga terjadi pada pembacaan terhadap konsentrasi sampel kulit manggis yang diuji. Kemudian nilai absorbansi dan konsentrasi dari asam galat dimasukkan kedalam grafik persamaan regresi linier. Nilai pada persamaan regresi linier digunakan untuk menyetarakan kandungan senyawa bioaktif polifenol pada asam galat. Kandungan senyawa polifenol dinyatakan dalam mg asam galat(AG)/g crude ekstract (CE) dan mg AG/100 g kulit kering. Penentuan daya antioksidan ekstrak kulit buah dilakukan dengan menggunakan metode DPPH. Besarnya nilai antioksidan sample didapat dengan rumus (Rohman dan Riyanto, 2005): Daya antioksidan = Larutan WS untuk analisis dibuat 4 konsentrasi yaitu 10, 20, 30, 40 ppm dan vitamin C dari 6 konsentrasi yaitu 1, 2, 4, 6, 8, 10 ppm dengan masing-masing diambil sebanyak 100 μL untuk kemudian dianalisis dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 517 nm.
Pengamatan Kualitatif Buah Manggis Pengamatan kualitatif yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengukuran getah kuning pada kulit dan daging buah juga pengukuran tingkat pencemaran burik pada kulit buah. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan skoring. Menurut Kartika (2004), scoring getah kuning pada kulit dan daging buah serta scoring tingkat burik pada kulit buah adalah sebagai berikut: 1. Getah Kuning pada Kulit Buah Skor 1
: baik sekali, kulit mulus tanpa tetesan getah kuning.
Skor 2
: baik, kulit mulus dengan 1-5 tetes getah kuning yang mengering tanpa mempengaruhi warna buah.
Skor 3
: cukup baik, kulit mulus dengan 6-10 tetes getah kuning yang mengering tanpa mempengaruhi warna buah.
20
Skor 4
: buruk, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan bekas aliran yang menguning dan membentuk jalur-jalur berwarna kuning di permukaan buah.
Skor 5
: buruk sekali, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan membentuk jalur-jalur berwarna kuning di permukaan buah, warna buah menjadi kusam.
2. Getah Kuning pada Aril Buah Skor 1
: baik sekali, daging buah putih bersih, tidak terdapat getah kuning baik diantara aril dengan kulit maupun di pembuluh buah.
Skor 2
: baik, daging buah putih dengan sedikit noda (hanya bercak kecil).
Skor 3
: cukup baik, terdapat sedikit noda (bercak) getah kuning di salah satu juring atau diantara juring yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit.
Skor 4
: buruk, terdapat noda (gumpalan) getah kuning baik di juring, di antara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit.
Skor 5
: buruk sekali, terdapat noda (gumpalan) baik di juring, di antara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit, warna daging menjadi bening.
21
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Perkebunan manggis Leuwiliang termasuk salah satu sentra produksi manggis dataran rendah di Indonesia. Perkebunan ini terdapat pada ketinggian lahan 500-550 m dpl dengan topografi miring. Tanaman manggis ditanam dengan jarak 3 m x 3 m dan berumur ± 30 tahun. Tanaman manggis ini tumbuh pada tanah podsolik. Tanaman durian, melinjo, rambutan dan cempedak ditemukan di sekitar tanaman manggis karena digunakan sebagai tanaman pelindung. Perkebunan ini merupakan perkebunan milik rakyat yang diusahakan secara tradisional. Kebun berasal dari hutan sekunder dengan tanaman manggis. Hal ini membuat pohon manggis tidak dapat berproduksi secara maksimal. Tajuk tanaman yang lebat mengurangi intensitas sinar matahari sehingga menghambat proses fotosintesis.
Gambar 2. Areal Kebun Manggis di Leuwiliang
I. Kadar Polifenol dan Antioksidan Kulit Manggis Pada Tiap Waktu Panen Karakter Permukaan Kulit Buah Gejala getah kuning merupakan masalah fisiologi utama pada tanaman manggis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kejadian getah kuning pada permukaan kulit buah dengan skor tertinggi ditemukan pada umur panen buah 3 bulan setelah anthesis (BSA) yaitu 3.54. Skor getah kuning kulit mendekati nilai empat yang berarti kulit buah kotor karena tetesan getah kuning dan bekas aliran
22
yang telah mengering dan membentuk jalur-jalur berwarna kuning pada permukaan buah.
Gambar 3.Buah Manggis yang Terserang Getah Kuning Skor getah kuning terendah ditemukan pada umur buah 1 BSA dengan skor getah kuning mendekati nilai tiga yaitu 2.87 yang berarti kulit buah mulus dengan 6-10 tetes getah kuning yang telah mengering dan warna buah secara keseluruhan tidak berubah. Pada umur buah 2 dan 4 BSA skor getah kuning kulit 3.03 dan 3.33 (Gambar 3). Buah manggis yang terkena getah kuning pada bagian luar kulit buahnya juga memiliki skor burik cukup tinggi yaitu 3.14. Hal ini menunjukkan bahwa pada bagian kulit luar buah manggis, tertutup burik hingga setengah permukaan buah. Tabel 4.Skoring Getah Kuning Kulit, Getah Kuning Aril dan Burik Kulit Pemanenan (BSA) 1 2 3 4 Uji F
Getah Kuning Kulit 2.87 c 3.03 c 3.54 a 3.33 b **
Burik 2.38 b 3.03 a 3.14 a 2.46 b **
Getah Kuning Aril 1.00 c 1.06 b 1.04 bc 1.13 a **
Ket: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 1%
Tingkat kejadian serangan getah kuning dan burik pada kulit meningkat hingga pemanenan buah 3 BSA kemudian berkurang pemanenan buah 4 BSA, sedangkan serangan getah kuning pada aril tertinggi terjadi pada perlakuan panen 4 BSA yaitu 1.13 dan yang terendah terdapat pada perlakuan panen 1 BSA yaitu
23
1.00 yang berarti aril putih bersih dan tidak terdapat getah kuning diantara aril dengan kulit (Tabel 4). Berbagai dugaan dan fenomena munculnya getah kuning pada manggis masih diperdebatkan. Apabila getah kuning tersebut masuk ke dalam daging buah maka daging buah menjadi transparan dan rasanya pahit (Verheij and Coronel, 1992). Getah kuning seringkali juga ditandai sebagai bintik kuning pada permukaan kulit buah sehingga mempengaruhi kualitas buah khususnya penampakan buah. Dari penelitian Dorly et al. (2008) diketahui bahwa getah kuning yang mengotori aril maupun yang mengotori kulit buah, senyawa kimianya sama dengan getah kuning yang terdapat dalam perikarp buah, dalam kulit batang dan dalam aril muda. Kerusakan buah manggis juga ditandai oleh bekas tusukan kecil atau goresan (Martin, 1980). Keluarnya getah kuning diduga disebabkan karena gangguan mekanis maupun serangan hama dan merupakan mekanisme pertahanan diri buah manggis karena luka oleh serangan serangga, bakteri dan patogen (Harborne, 1988; McGarvey dan Croteau, 1995). Keluarnya getah kuning juga diduga disebabkan oleh pengairan yang berlebihan setelah kekeringan (Verheij and Coronel, 1992).
Pertumbuhan dan Perkembangan Buah Bobot buah menunjukkan ukuran buah, semakin besar bobot buah maka semakin besar juga bobot aril+biji, bobot kulit basah dan bobor kulit kering. Bobot buah terbesar dimiliki oleh perlakuan panen 3 BSA yaitu sebesar 70.49 g tetapi tidak berbeda nyata dengan buah pada perlakuan panen 4 BSA. Bobot buah terkecil terdapat pada perlakuan panen 1 BSA yaitu sebesar 22.60 g. Bobot kulit terbesar terdapat pada perlakuan panen 4 BSA yaitu sebesar 46.06 g tetapi tidak berbeda nyata dengan pelakuan panen 3 BSA. Bobot kulit terkecil terdapat pada 1 BSA yaitu 14.64 g. Bobot aril+biji terbesar terdapat pada perlakuan panen 3 BSA yaitu sebesar 20.26 g. Bobot aril + biji terkecil terdapat pada umur 1 BSA yaitu sebesar 1.03 g (Tabel 5).
24
Tabel 5. Bobot Buah, Bobot Aril+Biji, Bobot Kulit Basah (KB), Bobot Kering Kulit (KK), dan Kadar Air Kulit Pemanenan (BSA) 1 2 3 4 Uji F
Bobot Buah
Bobot Aril + Biji
Bobot Basah Kulit
Bobot Kering Kulit
-----------------------------------g/buah---------------------8.06 c 22.61 c 1.04 c 14.64 c 20.63 b 49.57 b 4.78 b 32.47 b 28.16 a 70.44 a 20.27 a 45.86 a 27.00 a 69.92 a 19.94 a 46.06 a **
**
**
**
Kadar Air Kulit (%) 43.47 a 36.06 c 38.05 bc 41.02 ab **
Kadar air kulit tertinggi terdapat pada perlakuan panen 1 BSA yaitu 43.47% lalu turun menjadi 36.06% pada perlakuan panen 2 BSA kemudian meningkat pada perlakuan panen 3 BSA sebesar 38.05%. Pada perlakuan panen 4 BSA kadar air kulit kembali meningkat namun tidak berbeda nyata sebesar 41.02%. Bobot buah manggis meningkat pesat dari perlakuan panen 1 BSA hingga ke perlakuan panen 3 BSA lalu menurun pada perlakuan panen 4 BSA. Respon yang sama ditunjukkan oleh peubah bobot aril+biji, dimana pada panen 1 BSA hingga 3 BSA terdapat peningkatan bobot secara pesat, namun menurun pada perlakuan panen 4 BSA. Bobot basah kulit terus terjadi peningkatan dari perlakuan panen 1 BSA hingga 4 BSA, sementara bobot kering kulit mengalami peningkatan bobot secara nyata hingga perlakuan panen 3 BSA lalu menurun pada perlakuan panen 4 BSA Rata-rata diameter buah terbesar terdapat pada perlakuan panen 4 BSA yaitu sebesar 51.73 mm walaupun tidak berbeda nyata dengan perlakuan panen 3 BSA, sedangkan rata-rata diameter buah terkecil terdapat pada umur buah 1 BSA yaitu 31.42 mm (Tabel 6). Buah manggis pada perlakuan panen 2 BSA memiliki ketebalan perikarp paling tinggi yaitu 9.22 mm. Sementara pada perlakuan panen 4 BSA ketebalan perikarp berada pada titik terendah, yaitu 6.04 mm.
25
Tabel 6. Diameter Buah dan Tebal Kulit Pemanenan (BSA) 1 2 3 4 Uji F
Diameter Buah Tebal Kulit -----------------------mm---------------------31.42 c 8.00 b 45.32 b 9.22 a 51.57 a 8.43 b 51.73 a 6.04 c ** **
Diameter buah manggis terus meningkat dari perlakuan panen 1 BSA hingga perlakuan panen 3 BSA, karena terjadi pembesaran dan peningkatan jumlah sel, kemudian pada perlakuan panen 4 BSA terjadi peningkatan diameter yang tidak signifikan dimana periode ini merupakan pematangan buah.Ketebalan kulit manggis terus berkurang dari perlakuan panen 2 BSA hingga perlakuan panen 4 BSA. Hal ini diduga karena pembelahan sel pada perikarp yang berlangsung cepat hanya terjadi pada awal periode kemudian pertumbuhan lebih diarahkan untuk pembentukan aril daripada perikarp. Menurut Simmond (1966), hal ini terjadi karena selulosa dan hemiselulosa dalam kulit pada periode pemasakan diubah menjadi zat pati.
Kadar Polifenol dan Antioksidan Kulit Manggis Penggunaan asam galat sebagai pembanding dalam analisis kadar polifenol kulit buah manggis bertujuan agar hasil pengukuran total senyawa fenolik dapat dinyatakan dalam satuan mg asam galat ekuivalen. Kurva standar asam galat beserta persamaan liniernya dapat dlihat pada Gambar 4.
26
1.8 1.6
y = 0.0028x + 0.1195 R² = 0.9767
Absorbansi
1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 0
100
200
300
400
500
600
Konsentrasi Asam Galat (mg/L) Gambar 4. Kurva Hubungan Konsentrasi dengan Absorbansi pada Standar Asam Galat Perlakuan pemanenan setiap umur buah setelah anthesis memiliki rendemen yang berbeda-beda. Perlakuan pemanenan 1 BSA mempunyai rendemen 5.5% dari 100 g kulit manggis kering yang diekstrak, pemanenan 2 BSA memiliki rendemen 5.6%. Rendemen pada pemanenan 3 BSA sebesar 6.27% dan umur buah 4 BSA rendemennya 8.10% (Tabel 7). Tabel 7. Pengaruh Waktu Pemanenan terhadap Kandungan Polifenol dan Antioksidan Bobot Bobot DPPH Bobot Asam Galat (AG) Pemanenan CE CE/Bobot IC50 (BSA) (10g/100 Buah (mg AG/g CE) (mg AG/10 g KK) (ppm) g KK) (g/g) 0.24 1 5.50 149.22 10.41 30.54 b 0.12 2 5.61 134.13 10.18 31.05 b 0.08 3 6.27 154.64 12.14 33.07 c 0.11 4 8.10 167.43 16.21 26.70 a Uji F tn tn tn tn ** Berdasarkan hasil sidik ragam rata-rata bobot asam galat tidak berbeda nyata antar perlakuan pemanenan. Rata-rata kadar polifenol pada kulit buah manggis pada perlakuan pemanenan 1 BSA berangsur-angsur menurun hingga umur buah 2 BSA dan selanjutnya meningkat hingga tahap pematangan buah.
27
Perlakuan pemanenan 4 BSA mempunyai kadar polifenol tertinggi yaitu setara dengan 167.43 mg AG/g CE atau setara dengan 16.21 mg AG/10 g kulit kering. Sedangkan perlakuan pemanenan 2 BSA memiliki kadar polifenol terendah yaitu setara dengan 134.13 mg AG/g CE atau setara dengan 10.18 mg AG/10 g kulit kering. Hal ini dapat dijelaskan menurut Awad et al. (2001) akumulasi antosianin kulit apel pada awal pertumbuhan relatif tinggi dan berangsur-angsur menurun hingga mencapai titik tetap selama pertumbuhan buah kemudian mulai meningkat pada saat mendekati tahap pematangan buah. Kurva standar asam askorbat beserta persamaan liniernya dapat dilihat pada Gambar 5. Nilai b yang positif yaitu 15.699 pada kurva standar vitamin C memiliki arti bahwa kurva standar merupakan kurva peningkatan. Koefisien b merupakan kemiringan garis yang menyatakan perubahan rata-rata variable y untuk setiap perubahan variabel x sebesar satu satuan (Gomez dan Gomez, 2007). 100 y = 15.699x - 15.991 R² = 0.9451
Inhibisi Antioksidan
80 60 40 20 0 -20
0
1
2
-40
3
4
5
6
7
8
Konsentrasi (ppm) Kapasitas Antioksidan
Linear (Kapasitas Antioksidan)
Gambar 5. Kurva Hubungan Konsentrasi dengan Persen Inhibisi Antioksidan pada Standar Vitamin C (Asam Askorbat) Asam askorbat mempunyai nilai IC50 yang kecil yaitu 2.16, karena itu dapat dikatakan bahwa asam askorbat memiliki kapasitas antioksidan yang sangat kuat. Secara spesifik, suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai IC50 kurang dari 50, kuat untuk IC50 bernilai 50-100, sedang jika IC50 bernilai 100-150, dan lemah jika IC50 adalah 151-200 (Mardawati et al., 2008).
28
Kapasitas antioksidan pada perlakuan pemanenan 1 BSA adalah 30.54 mengalami penurunan yang tidak nyata pada 2 BSA menjadi 31.05 dan kembali mengalami penurunan pada 3 BSA menjadi 33.07. Pada 4 BSA kapasitas antioksidan kembali meningkat menjadi 26.7 hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh
jumlah
senyawa
polifenol
yang
cukup
banyak
yaitu
sebesar
16.21 mg AG/10 g kulit kering (Tabel 7) dan jenis senyawa polifenol pada kulit manggis yang memiliki kemampuan antioksidan terhadap radikal bebas dari DPPH berjumlah cukup banyak. Aktivitas antioksidan pada tiap perlakuan panen memiliki nilai IC50 kurang dari 50, hal ini berarti kemampuan antioksidan yang dimiliki sangat kuat. Namun aktivitas antioksidan dari keempat ekstrak kulit manggis perlakuan panen lebih lemah dibandingkan dengan vitamin C (asam askorbat) dengan IC50 sebesar 2.16 ppm. Korelasi antara Kadar Polifenol dan Kapasitas Antioksidan Kadar polifenol yang setara dengan asam galat per g CE dan kadar polifenol per 10 g kulit kering manggis, memiliki hubungan yang sangat erat dan berkorelasi positif dan nyata secara statistik yaitu sebesar 0.84 (Tabel 8). Dapat diartikan bahwa dengan semakin meningkatnya kandungan polifenol per g CE maka kandungan polifenol per 10 g kulit kering juga akan meningkat. Kadar polifenol per g CE dan kadar polifenol per 10 g kulit kering memiliki korelasi yang negatif dengan konsentrasi kapasitas antioksidan untuk mencapai IC50 (Tabel 8) masing-masing sebesar -0.53 dan -0.54, walaupun secara statistik tidak nyata. Jadi dapat diartikan bahwa peningkatan kandungan senyawa polifenol per g CE dan per 10 g kulit kering manggis akan menurunkan nilai konsentrasi (ppm) antioksidan untuk mencapai IC50 yang berarti kemampuan antioksidan yang dimiliki semakin kuat. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Zheng dan Wang (2001) bahwa aktivitas antioksidan memiliki korelasi dengan komponen total senyawa fenolik.
29
Tabel 8. Korelasi antara Kandungan Polifenol dan Kapasitas Antioksidan Kulit Manggis Kandungan Polifenol (mg AG/ g CE) (mg AG/ 10 g KK) (mg AG/ g CE) 1.00 0.84* (mg AG/ 10 g KK) 0.84* 1.00 Kadar Polifenol
IC50 (ppm) -0.53 -0.54
Keterangan : * : nyata berkolerasi pada taraf kepercayaan 95% ** : nyata berkolerasi pada taraf kepercayaan 99% (mg AG/g CE), (mg AG/10 g KK), dan (ppm) : satuan yang digunakan oleh masingmasing peubah ketika dianalisis korelasi
II. Kadar Polifenol dan Antioksidan Kulit Manggis Pada Penyimpanan Karakter Permukaan Kulit Buah Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kejadian getah kuning pada permukaan kulit buah tanpa penyimpanan sebesar 3.33 Skor getah kuning kulit mendekati nilai empat yang berarti kulit buah kotor karena tetesan getah kuning dan bekas aliran yang telah mengering dan membentuk jalur-jalur berwarna kuning pada permukaan buah. Skor getah kuning kulit terendah ditemukan pada lama penyimpanan 4 minggu yaitu sebesar 2.11 yang berbeda nyata dengan penyimpanan 2 minggu yang mempunyai skor 2.53 (Tabel 9). Tabel 9. Skoring Getah Kuning Kulit, Getah Kuning Aril dan Burik Kulit Pada Penyimpanan Penyimpanan (MSP) 0 2 4 Uji F
Getah Kuning Kulit 3.33 a 2.53 b 2.11 c **
Burik 2.46 c 2.70 b 2.93 a **
Getah Kuning Aril 1.13 c 1.36 b 5.00 a **
Skor burik mengalami peningkatan pada tiap perlakuan penyimpanan. Pada penyimpanan 0 minggu skor burik sebesar 2.46, kemudian naik kembali menjadi 2.70 dan mencapai skor tertinggi pada penyimpanan 4 minggu yaitu 2.93. Skor burik yang mendekati tiga memiliki arti kulit buah agak kasar dengan burik
30
hingga menutupi setengah permukaan buah (± 50%) dan warna buah menjadi kusam. Getah kuning aril pada penyimpanan 4 MSP berbeda sangat nyata dengan getah kuning aril buah tanpa penyimpanan maupun penyimpanan 2 minggu. Tingkat kejadian serangan getah kuning terendah ditemukan pada buah tanpa penyimpanan dengan skor mendekati satu yaitu 1.13 yang berarti aril putih bersih dan tidak terdapat getah kuning diantara aril dengan kulit. Pada penyimpanan 2 minggu skor getah kuning aril sebesar 1.36 dan berbeda sangat nyata baik denga perlakuan tanpa penyimpanan maupun penyimpanan 4 minggu. Manggis dengan penyimpanan 4 minggu memiliki tingkat kejadian serangan tertinggi yaitu lima, hal ini berarti terdapat gumpalan getah kuning baik pada juring maupun diantara juring sehingga buah menjadi pahit, aril berwarna bening dan menjadi susah dipisahkan dari kulitnya (Tabel 9). Pada umur simpan ini juga ditemukan beberapa buah manggis yang arilnya maupun kulitnya telah berubah warna menjadi hitam dan membatu. Pengerasan adalah merupakan proses kemunduran fisiologis yang dapat diakibatkan oleh meningkatnya aktivitas metabolisme, yaitu respirasi. Air yang dilepaskan dari aktifitas respirasi ini menyebabkan produk dengan mudah mengalami dehidrasi dan berakibat pada pengerasan kulit buah (Tongdee dan Sawanagul, 1989). Indriyani et al (2002) menyatakan bahwa penyebab terjadinya getah kuning dalam aril buah manggis diperkirakan dipengaruhi oleh unsur Ca dan Mg. Peranan Ca dan Mg terhadap getah kuning di dalam buah manggis dapat dijelaskan melalui fungsinya sebagai unsur yang dapat mempertahankan integritas dinding sel sehingga tidak mudah pecah oleh pengaruh lingkungan yang tidak menguntungkan seperti curah hujan yang tinggi. Sel tumbuhan diyakini akan berfungsi optimal pada tingkat turgiditas tertentu. Jika tekanan internal sel (turgor) melampaui batas elastisitas dinding sel misalnya oleh pengaruh penyerapan air, maka sel tersebut akan pecah. Adanya Ca dapat memperkuat dinding sel pada pericarp buah manggis sehingga dapat menekan keluarnya getah kuning di dalam buah. Defisiensi Ca dapat menyebabkan pecahnya struktur membran karena kehilangan senyawa yang bersifat difusi selular, kegagalan perkembangan pucuk terminal dan ujung akar
31
(Tisdale et al., 1985). Daging buah rusak ditandai dengan berubahnya warna daging buah dari putih seperti susu menjadi bening dan berubahnya tekstur buah dari lunak menjadi renyah Munculnya getah kuning setelah panen akibat penanganan panen yang kurang baik sejak pemetikan buah sampai ke konsumen (Gunawan, 2007). Karakter Buah Berdasarkan hasil sidik ragam rata-rata bobot buah terbesar dimiliki oleh perlakuan penyimpanan 0 minggu yaitu sebesar 69.92 g (Tabel 10). Bobot buah terkecil terdapat pada perlakuan penyimpanan 4 minggu yaitu sebesar 34.88 g. Bobot basah kulit terbesar terdapat pada perlakuan penyimpanan 0 minggu yaitu sebesar 46.06 g dan berbeda sangat nyata dengan pelakuan penyimpanan 2 minggu dan perlakuan penyimpanan 4 minggu yaitu masing-masing 30.42 dan 25.82 g. Bobot kering kulit terkecil terdapat pada perlakuan penyimpanan 4 minggu yaitu 10.93 g. Bobot aril+biji terbesar terdapat pada perlakuan penyimpanan 0 minggu yaitu sebesar 19.94 g sedangkan bobot aril + biji terkecil terdapat pada perlakuan penyimpanan 4 minggu yaitu sebesar 10.93 g. Tabel 10. Bobot Buah, Bobot Aril+Biji, Bobot Kulit Basah (KB), dan Bobot Kering Kulit (KK) Penyimpanan (MSP)
0 2 4 Uji F
Bobot Buah
Bobot aril + biji
Bobot Basah Kulit
Bobot Kering Kulit
-----------------------------g-------------------------------27.00 a 69.92 a 19.94 a 46.06 a 22.23 b 46.15 b 11.64 b 30.42 b 17.09 c 34.88 c 8.73 c 25.82 c ** ** ** **
Kadar Air Kulit (%) 41.02 a 25.46 c 32.46 b **
Kadar air kulit buah manggis pada perlakuan penyimpanan 0 minggu setelah panen sebesar 41.02% lalu turun secara nyata menjadi 25.46% pada perlakuan penyimpanan 2 minggu lalu kembali naik menjadi 32.46% pada perlakuan penyimpanan 4 minggu. Bobot buah manggis terus mengalami penurunan,pada perlakuan lama penyimpanan 0 minggu bobot manggis sebesar 69.92 g terus menurun pada penyimpanan 2 minggu menjadi 46.15 g dan terus
32
menurun menjadi 34.88 g pada penyimpanan 4 minggu. Respon yang sama ditunjukkan oleh peubah-peubah lain yaitu bobot aril+biji, bobot basah kulit dan bobot kering kulit (Gambar 8). Selama penyimpanan yang disebabkan terjadinya pelepasan air ke lingkungan akibat proses respirasi yang dapat menyebabkan kerusakan pada buah. Penyusutan bobot buah selama penyimpanan disebabkan oleh proses respirasi dan hilangnya air dari buah melalui proses transpirasi (Kader, 1992). Rata-rata diameter buah terbesar terdapat pada perlakuan tanpa penyimpanan yaitu sebesar 51.73 mm sedangkan rata-rata diameter terendah terdapat pada perlakuan penyimpanan 4 minggu yaitu sebesar 32.57 mm (Tabel 11). Hal yang sama juga terjadi untuk peubah tebal perikarp dimana perlakuan tanpa penyimpanan memiliki rata-rata tebal perikarp 5.22 mm dan yang terendah terdapat pada perlakuan penyimpanan 4 minggu yaitu 4.28 mm. Tabel 11. Diameter Buah dan Tebal Kulit pada Penyimpanan Penyimpanan (MSP) 0 2 4 Uji F
Diameter Buah Tebal Kulit -----------------------mm---------------------51.73 a 5.22 a 35.35 b 4.93 b 32.57 c 4.28 c ** **
Semakin lama masa penyimpanan, diameter kulit manggis juga semakin menyusut. Hal yang sama juga terjadi pada ketebalan perikarp (Gambar 9). Hal ini terjadi karena Buah manggis yang telah dipanen walaupun telah dipisahkan dari inangnya namun tetap menunjukkan aktivitas hidup. Suplai energi masih dibutuhkan untuk menjaga tetap berfungsinya komponen sistem metabolisme. Energi yang diperoleh merupakan hasil dari kegiatan respirasi. Laju respirasi buah merupakan indikator yang digunakan sebagai petunjuk terhadap potensi umur simpan. Intensitas
respirasi
merupakan
ukuran
kecepatan
reaksi
proses
metabolisme serta berkaitan dengan umur simpan produk. Proses respirasi kecepatan tinggi mengakibatkan umur simpan yang pendek. Peningkatan tersebut karena suhu buah pada awal penyimpanan masih tinggi dan belum menyesuaikan
33
dengan kondisi ruang penyimpanan. Suhu awal buah dan panas lapang menyebabkan produk memiliki kecepatan respirasi yang tinggi (Pantastico, 1984). Kadar Polifenol dan Antioksidan Kulit Manggis Rata-rata bobot crude ekstrak berbeda pada tiap perlakuan penyimpan dimana pada penyimpanan 0 minggu didapat nilai 8.10 g/100 g kulit kering. Pada perlakuan penyimpanan 2 minggu nilai rendemen yang dihasilkan adalah 8.16 dan pada perlakuan penyimpanan 4 minggu nilai rendemen naik menjadi 9.70 (Tabel 12). Tabel 12. Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kandungan Polifenol dan Kapasitas Antioksidan Bobot Bobot CE/Bobot Penyimpanan CE Buah (MSP) (10g/100 (g/g) g KK) 0 2 4 Uji F
8.10 8.16 9.73 tn
0.11 0.17 0.27 tn
Bobot Asam Galat (AG)
DPPH IC50 (ppm)
(mg AG/g CE) (mg AG/10 g KK) 167.43a 16.21a 26.70 a 91.00b 7.23b 29.66 b 93.81b 7.38b 31.28 c ** ** **
Berdasarkan hasil sidik ragam rata-rata bobot asam galat mengalami penurunan yang nyata dari 167.43 mg AG/g CE atau setara dengan 16.21 mg AG/10 g kulit kering pada perlakuan tanpa penyimpanan menjadi 91 mg AG/g CE atau setara dengan 7.23 mg AG/10 g KK pada perlakuan penyimpanan 2 minggu. Pada penyimpanan 4 minggu bobot asam galat meningkat menjadi 93.81 mg AG/g CE atau setara dengan 7.38 mg AG/10 g KK namun tidak berbeda nyata dengan penyimpanan 2 minggu (Tabel 12). Diduga tingginya respirasi selama penyimpanan
mempengaruhi
kadar
total
asam
pada
buah.
Menurut
Kliewer (1971) pada pemasakan, asam-asam organik membentuk garam yang membantu menaikkan padatan terlarut dan menurunkan kadar total asam. Kapasitas antioksidan pada perlakuan tanpa penyimpanan adalah 26.70 ppm mengalami penurunan kemampuan menangkap radikal bebas yang nyata pada penyimpanan 2 minggu menjadi 29.66 ppm dan kembali mengalami penurunan pada umur simpan 4 minggu menjadi 31.28 (Tabel 12). Menurut
34
Anggarwati (1986), semua jenis buah-buahan terjadi perubahan selama penyimpanan walaupun sedikit demi sedikit. Aktivitas antioksidan pada tiap perlakuan panen memiliki nilai IC50 kurang dari 50, hal ini berarti kemampuan antioksidan yang dimiliki sangat kuat. Namun aktivitas antioksidan dari keempat ekstrak kulit manggis perlakuan umur simpan lebih lemah dibandingkan dengan vitamin C (asam askorbat) dengan IC 50 sebesar 2.16 ppm.
Korelasi antara Kadar Polifenol dan Kapasitas Antioksidan Kadar polifenol yang setara dengan asam galat per g CE dan kadar polifenol per 10 g kulit kering manggis, memiliki hubungan yang sangat erat dan berkorelasi positif sangat nyata secara statistik yaitu sebesar 0.99 (Tabel 13). Dapat diartikan bahwa dengan semakin meningkatnya kandungan polifenol per g CE maka kandungan polifenol per 10 g kulit kering juga akan meningkat. Kadar polifenol per g CE dan kadar polifenol per 10 g kulit kering memiliki korelasi yang negatif dengan konsentrasi kapasitas antioksidan untuk mencapai IC50 (Tabel 13) masing-masing sebesar -0.91 dan -0.85, walaupun secara statistik tidak nyata. Jadi dapat diartikan bahwa peningkatan kandungan senyawa polifenol per g CE dan per 10 g kulit kering manggis akan menurunkan nilai konsentrasi (ppm) antioksidan untuk mencapai IC50 yang berarti kemampuan antioksidan yang dimiliki semakin kuat. Tabel 13. Korelasi antara Kandungan Polifenol dan Kapasitas Antioksidan Kulit Manggis Perlakuan Penyimpanan Kadar Polifenol (mg AG/g CE) (mg AG/10g KK)
Kandungan Polifenol Konsentrasi IC50 (ppm) (mg AG/ g CE) mg AG/ 10 g KK 1.00 0.99** -0.91** 0.99** 1.00 -0.85**
35
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Waktu pemanenan berpengaruh nyata pada sebagian besar karakter kulit manggis dimana semakin lama umur buah setelah anthesis terjadi peningkatan getah kuning aril, rata-rata bobot aril, bobot buah, bobot basah, bobot kering, tebal kulit dan diameter buah. Sedangkan getah kuning kulit dan burik mengalami peningkatan sampai perlakuan panen 3 BSA dan menurun pada perlakuan panen 4 BSA. Sebaliknya pada perlakuan penyimpanan terjadi penurunan yang nyata pada karakter kulit manggis yang diamati kecuali pada burik dan getah kuning aril yang mengalami peningkatan nyata semakin lama penyimpanan dilakukan. Kandungan polifenol kulit manggis tidak berbeda nyata pada perlakuan pemanenan yang dilakukan. Perlakuan pemanenan 4 BSA memiliki kandungan polifenol dan antioksidan tertinggi yaitu 16.21 mg AG/10 g kulit kering dan nilai IC50 26.70. Korelasi antara kandungan polifenol dengan aktivitas antioksidan pada perlakuan pemanenan dan penyimpanan bernilai negatif yang mempunyai arti peningkatan kandungan polifenol akan meningkatkan aktivitas antioksidan pada kulit manggis.
Saran Diperlukan penelitian lebih lanjut pada buah-buah manggis yang telah lama berada di pasaran, tidak laku terjual dan buah-buah yang jatuh dari pohon sehingga tidak layak konsumsi untuk dimanfaatkan kulitnya untuk produksi antioksidan. Selain itu diperlukan juga adanya penelitian yang bersifat konfirmasi terhadap penelitian sebelumnya.
36
DAFTAR PUSTAKA Anggarwati, W. 1986. Pengaruh umur panen terhadap kualitas dan daya tahan simpan anggur. J.Hort Balithor Solok 17:553-558. Awad, M.A. 2001. The Apple Skin : Colourful Heathiness. Developmental and environmental regulation of flavonoids and chlorogenic acid in apples. Mansoura University. Egypt. 142 p. BPS.
2011. Produksi Buah-Buahan Menurut http://www.bps.go.id. [2 Maret, 2011].
Provinsi
di
Indonesia.
Budiastra, W. 1999. Penanganan Lepas Panen Manggis untuk Ekspor. Penebar Swadaya. 40 hal. Burda , S., and Oleszek, W. 2001. J. Agric. Food. Chem. 49:2774-2779. Cahyono, B. dan D. Juanda. 2000. Manggis Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta. 79 hal. Conforti, F., G.A. Statti, R. Tundis, F. Menichini and P. Houghton.2002. Antioxidant activity of methanolic extract of hypericum triquetrifolium turra aerial part. Fitoterapia 73:479-483. DeMan, J. M. 1997. Kimia Makanan. Edisi Kedua. Penerjemah: Kosasih Padmawinata. ITB. Bandung. Departemen Pertanian Republik Indonesia, Direktorat Tanaman Buah. SPO Manggis. 2004. Jakarta. http://www.deptan.go.id. [28 April 2010] Dorly, S Tjitrosemito, R Poerwanto, Juliarni. 2008. Secretory duct structure and photochemistry compounds of yellow latex in mangosteenm fruit. HAYATI Journal of BioScience. 15:99-104. Eskin, N. A. M. 1990. Biochemistry of Food. 2nd Edition. Academic Press. Inc. San Diego. California. Fogliano V., A. Ritieni, S. M. Monti, M. Gallo, D.D. Medaglia, M.L. Ambrosino, R. Sacchi. (1999). Method for measuring antioxidant activity and its application to monitoring the antioxidant capacity of wine, J.Agric. Food. Chem. 4:1035-1040. Gardner, F.P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia. Jakarta.
37
Gunawan E. 2007. Hubungan agroklimat dengan fenofisiologi tanaman dan kualitas buah manggis di lima sentra produksi di pulau Jawa. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Hadisutrisno, B. 2002. Strategi pengendalian penyakit utama pada manggis: Penyakit getah kuning selayang pandang. Makalah Seminar Agribisnis Manggis. Bogor. 11 hal. Harborne JB. 1988 Introduction to Ecological Biochemistry. 3th ed. Acad. Press. London. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid III. Cetakan I. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kehutanan. Jakarta. Hal 1381-1390. Hidayat, A. 1989. Studi Ekofisiologi dan Pasca Panen Manggis. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 25 hal. Indriyani .N.L.P., S. Lukitariati, Nurhadi dan M. Jawal A. 2002. Studi kerusakan buah manggis akibat getah kuning. Jurnal Hortikultura. Vol.12(4):276 – 283. Iswari K dan Sudaryono T. 2007. Empat Jenis Olahan Manggis, Si Ratu Buah Dunia dari Sumbar. Di dalam Tabloid Sinar Tani. BPTP Sumbar. Javanmardi, J., C. Stushnoff. E. Locke, and J.M. Vivanco. 2003. Antioxidant activity and total phenolic content of iranian ocimum accessions. Elsevier. Food.Chem. 83:547-550. Kartika, J.G. 2004. Studi Pertumbuhan Buah, Gejala Getah Kuning dan Burik pada Buah Manggis (Garcinia mangostana). Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ketaren, S. 1986. Teknologi Pengolahan Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press. Jakarta. Kliewer M. 1971. Effect of day and light intencity on concentration of malic acid and tartaric acid in vitis vinifera. J. Amer. Soc. Hort. Sci. 96:372. Lannang, A.M. 2005. Bangangxanthones A and B, two xanthones from the stem bark of garcinia poliantha oliv. Phytochem. 66:2351-2355. Mardawati E., C.S. Achyar, dan H. Marta. 2008. Kajian Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana) dalam Rangka Pemanfaatan Limbah Kulit Manggis di Kecamatan Puspahiang Kabupaten Tasikmalaya. Laporan Akhir Penelitian Peneliti Muda (LITMUD). Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran (UNPAD). Bandung. 29 hal.
38
Martin,W.1980. Durian and mangosteen . In S.Nagi and P.E.Shaw (Eds) Tropical and subtropical fruit composisitin properties and uses. p 407-414. McGarvey DJ, Croteau R. 1995. Terpenoid Metabolism. The Plant Cell 7:1015-1026. Nakasone, H.Y. and R. E. Paull. 1997. Tropical Fruit. P.359-375. Cab International. Pantastico, E. B. 1984. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran Tropika dan Subtropika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 904 hal. Paramawati, R. 2003. Dukungan Kebijakan dan Teknologi Lepas Panen untuk Pengembangan Agribisnis Manggis.www.deptan.go.id.[20 Maret 2011] Peres V, Nagem T J, de Oliveira F F.2000.Tetraoxygenated naturally occurring xanthones.Phytochem. 2000;55(7):683-710. Prokarny, J., 1987, In Autooxidation of Unsaturated Lipids, Academia Press, New York. Poerwanto, R. 2004. Standar Prosedur Operasional (SPO). www.deptan.go.id [20 Maret 2011]. Puslitbang Hortikultura. 2011. Getah Kuning Kendala Utama Manggis.http://hortikultura.litbang.deptan.go.id. [2 Maret,2011].
Ekspor
Puri, D.N. 2007. Keterkaitan Antara Pemupukan N, P, K terhadap Kadar Xanthon Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Skripsi. Prog Studi Agronomi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Qosim,
W. A., 2007. Kulit Buah Manggis http://www.pikiranrakyat.com. [7 Maret, 2010]
Sebagai
Antioksidan.
Rohman, A. dan S. Riyanto. 2005. Daya antioksidan ekstrak etanol daun kemuning (Murraya paniculata (L) Jack) secara in vitro. Majalah Farmasi Indonesia. 16(3):136-140. Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid III. Penerbit ITB. Bandung. 343 hal. Satuhu, S. 1999. Penanganan Manggis Segar untuk Ekspor. Penebar Swadaya. Jakarta. Shahidi, F. 1997. Natural Antioxidans Chemistry, Health Effects, and Applications. AOAC Press : Champaign, Illinois. 80 hal.
39
Shahidi, F. dan M. Nazck. 1995. Food Phenolics, Sources, Chemistry, Effects, Applications. Technomics Publishing Co.Inc : Lancaster-Basel, USA. Silalahi J. 2002. Senyawa Polifenol Sebagai Komponen Aktif yang Berkhasiat dalam Teh. Majalah Kedokteran Indonesia. 52(10):361-400. Simmond, N. W. 1966. Banana 2nd Edition. Longmans Green, Inc. New York. 220p. Stuckey, B.N., 1986, in Handbook of Food Additives, T.E. Furia Ed., CRC Press Inc, Clkeveland. Syaifullah. 1999. Pengaruh tingkat ketuaan terhadap mutu pasca panen buah mangis selama penyimpanan. J. Hort. 9 (1):51-58. Tisdale, S.L., W.I. Nelson, and J.D. Beston. 1985. Soil and fertilizy and Fertilizer Fourth Edition. Mc, Milan. Publishing co., New York. 745 p. Tongdee, S.C. and Sawanagul, A. 1989. Postharvest mechanical damage of mangosteens. Journal ASEAN Food, 6,74-75 Verheij,E.M.V. and R.E.Coronel.1992. Edible fruit and nuts. Plant Resources of South East Asia, No 2,Bogor, Indonesia, p.177-181. Verheij, E. W. M. 1997. Garcinia mangostana L, p. 220-225. In E. W. M. Verheij dan R. E. Coronel (Eds). Edible Fruits and Nuts. Plant Recources of South East Asia. Bogor. Winarno, F.G. dan M. Aman. 1981. Fisiologi Lepas Panen. PT. Sastra Hudaya. Jakarta. Zheng W dan Wang S.Y. 2001. Antioxidant activity and phenolic compounds in selected herbs. J Agric Food Chem. 49(11):5165.
40
LAMPIRAN
41
Lampiran 1. Data Iklim Leuwiliang November 2009-Febuari 2010 Bulan
Curah Hujan 407 258 258 128 1051 262.75
November'09 Desember Januari'10 Febuari Jumlah Rata-rata
Kelembaban (%) Rata-rata 84 85 88 87 344 86
Keterangan : Lokasi : 06.33’12.” LS – 06.44’59.4” BT Elevasi : 190 M Sumber : Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor Tahun 2009-2010
Lampiran 2. Prosedur Ekstraksi Kulit Kering menurut Putri (2007) Ekstraksi I :
Sampel kulit mangging kering (10 g)
Ekstraksi pada tabung erlenmeyer dengan metanol PA 1:1 Tutup botol dengan plastik dan karet (kedap udara) Maserasi selama 1 minggu pada suhu ruang Saring dengan kertas saring dan kain sambil diperas Ekstraksi II : Residu Ekstraksi I Ekstraksi pada tabung erlenmeyer Dengan metanol 1:1
Larutan ekstraksi I Gelas ukur yang telah ditimbang
Tutup botol dengan plastik dan karet (kedap udara)
Tutup dengan plastik
Maserasi selama 1 minggu pada suhu ruang Saring dengan kertas saring dan kain Sambil diperas
Larutan ekstraksi II
Timbang ekstrak kasar metanol Dan masukkan crude ekstrak ke tube 2 ml
Gabung larutan ekstrak I dan II
Uapkan metanol dengan water bath
42
Lampiran 3. Prosedur Penetapan Senyawa Polifenol
Blanko (metanol dan akuades) Sampel WS (500 ppm) Asam Galat (50,100,250,500 ppm)
Ambil sebanyak 100 μL 400 μL etanol 1.5 mL akuades
2.5 mL folin-ciocalteus 10% Diamkan selama 5 menit 2 mL Na2CO3 7.5% Vortex Inkubasi 15 menit suhu 15°C Absorbansi spektrofotometer 765 nm
(modifikasi dari Javanmardi et al. 2003)
43
Lampiran 4. Prosedur Penetapan Aktivitas Antioksidan
Blanko Sampel WS (10, 20, 30, dan 40 ppm) Vitamin C metanol dan akuades) (1,2,4,6,8, dan 10 ppm)
100 μL
1 mL DPPH 0.4 mM
3.9 mL etanol PA
Vortex
Inkubasi 30 menit,suhu ruang
Absorbansi, spektrofotometer 517 nm
(Rohman dan Riyanto, 2005)
44
Lampiran 5. Sidik Ragam Diameter Buah Perlakuan Waktu Pemanenan Sumber Keragaman Perlakuan Ulangan Galat Total KK :
Db 3 11 33 47 3.89
JK 3275.37 123.38 100.85 3499.61
KT 1091.79 11.21 3.05
F-hitung 357.24 3.67
Pr > F <.0001 0.0018
Lampiran 6. Sidik Ragam Bobot Buah Perlakuan Waktu Pemanenan Sumber Keragaman Perlakuan Ulangan Galat Total KK :
Db 3 11 33 47 12.35
JK 18317.14 1293.09 1039.53 20649.77
KT 6105.71 117.55 31.50
F-hitung 193.83 3.73
Pr > F <.0001 0.0016
Lampiran 7. Sidik Ragam Bobot Aril+Biji Perlakuan Waktu Pemanenan Sumber Keragaman Perlakuan Ulangan Galat Total KK :
Db 3 11 33 47 15.02
JK 3632.95 62.44 98.73 3794.13
KT 1210.98 5.67 2.99
F-hitung 404.76 1.9
Pr > F <.0001 0.0765
Lampiran 8. Sidik Ragam Bobot Basah Kulit Buah Perlakuan Waktu Pemanenan Sumber Keragaman Perlakuan Ulangan Galat Total KK :
Db 3 11 33 47 12.10
JK 7930.20 607.37 584.28 9121.86
KT 2643.40 55.21 17.70
F-hitung 149.3 3.12
Pr > F <.0001 0.0056
45
Lampiran 9. Sidik Ragam Bobot Kering Kulit Buah Perlakuan Waktu Pemanenan Sumber Keragaman Perlakuan Ulangan Galat Total KK :
Db 3 11 33 47 12.35
JK 1766.55 63.05 83.98 1913.58
KT 588.85 5.73 2.54
F-hitung 231.38 2.25
Pr > F <.0001 0.0354
Lampiran 10. Sidik Ragam Tebal Kulit Buah Perlakuan Waktu Pemanenan Sumber Keragaman Perlakuan Ulangan Galat Total KK :
Db 3 11 33 47 10.65
JK 109.11 4.31 22.33 135.75
KT 36.36 0.39 0.67
F-hitung 53.73 0.58
Pr > F <.0001 0.8315
Lampiran 11. Sidik Ragam Getah Kuning Kulit Perlakuan Waktu Pemanenan Sumber Keragaman Perlakuan Ulangan Galat Total KK :
Db 3 11 33 47 7.59
JK 3.27 0.32 1.94 5.53
KT 1.09 0.03 0.06
F-hitung 18.55 0.50
Pr > F <.0001 0.8920
Lampiran 12. Sidik Ragam Burik Kulit Buah Manggis Perlakuan Waktu Pemanenan Sumber Keragaman Perlakuan Ulangan Galat Total KK :
Db 3 11 33 47 7.44
JK 5.41 1.06 1.38 7.86
KT 1.80 0.09 0.04
F-hitung 42.9 2.3
Pr > F <.0001 0.7132
46
Lampiran 13. Sidik Ragam Getah Kuning Aril Perlakuan Waktu Pemanenan Sumber Keragaman Perlakuan Ulangan Galat Total KK :
Db 3 11 33 47 5.39
JK 0.11 0.04 0.11 0.25
KT 0.03 0.003 0.003
F-hitung 10.94 1.12
Pr > F <.0001 0.3754
Lampiran 14. Sidik Ragam Kadar Air Kulit Perlakuan Waktu Pemanenan Sumber Keragaman Perlakuan Ulangan Galat Total KK :
Db 3 11 33 47 14.27
JK 382.29 749.28 1056.04 2188.18
KT 127.61 68.12 32
F-hitung 3.99 2.13
Pr > F 0.0158 0.0463
Lampiran 15. Sidik Ragam Bobot Buah Perlakuan Penyimpanan Sumber Keragaman Perlakuan Ulangan Galat Total KK :
Db 2 11 22 35 8.47
JK 7678.05 1644.81 400.34 9723.20
KT 3839.02 149.52 18.19
F-hitung 210.97 8.22
Pr > F <.0001 <.0001
Lampiran 16. Sidik Ragam Bobot Aril + Biji Perlakuan Penyimpanan Sumber Keragaman Perlakuan Ulangan Galat Total KK :
Db 2 11 22 35 8.93
JK 812.70 133.38 31.71 977.80
KT 406.35 12.12 1.44
F-hitung 281.88 8.41
Pr > F <.0001 <.0001
47
Lampiran 17. Sidik Ragam Bobot Basah Kulit Buah Perlakuan Penyimpanan Sumber Keragaman Perlakuan Ulangan Galat Total KK :
Db 2 11 22 35 8.22
JK 2701.78 842.79 172.97 3717.56
KT 1350.89 76.61 7.86
F-hitung 171.81 9.74
Pr > F <.0001 <.0001
Lampiran 18. Sidik Ragam Bobot Kering Kulit Buah Perlakuan Penyimpanan Sumber Keragaman Perlakuan Ulangan Galat Total KK :
Db 2 11 22 35 2.70
JK 294.75 118.47 7.87 715.94
KT 147.37 10.77 0.35
F-hitung 709.6 51.86
Pr > F <.0001 <.0001
Lampiran 19. Sidik Ragam Diameter Buah Perlakuan Penyimpanan Sumber Keragaman Perlakuan Ulangan Galat Total KK :
Db 2 11 22 35 7.22
JK 2570.42 391.18 182.58 3144.20
KT 1285.21 35.56 8.29
F-hitung 154.85 4.28
Pr > F <.0001 <.0001
Lampiran 20. Sidik Ragam Tebal Kulit Buah Perlakuan Penyimpanan Sumber Keragaman Perlakuan Ulangan Galat Total KK :
Db 2 11 22 35 1.55
JK 5.58 13.31 0.12 19.02
KT 2.79 1.21 0.005
F-hitung 496.01 215.08
Pr > F <.0001 <.0001
Lampiran 21. Sidik Ragam Getah Kuning Kulit Perlakuan Penyimpanan Sumber Keragaman Perlakuan Ulangan Galat Total KK :
Db 2 11 22 35 7.19
JK 9.18 0.24 0.80 10.23
KT 4.59 0.02 0.03
F-hitung 125.53 0.6
Pr > F <.0001 0.8670
48
Lampiran 22. Sidik Ragam Burik Kulit Buah Perlakuan Penyimpanan Sumber Keragaman Perlakuan Ulangan Galat Total KK :
Db 2 11 22 35 6.56
JK 1.32 0.61 0.68 2.62
KT 0.66 0.05 0.03
F-hitung 21.08 1.77
Pr > F <.0001 0.1217
Lampiran 23. Sidik Ragam Getah Kuning Aril Perlakuan Penyimpanan Sumber Keragaman Perlakuan Ulangan Galat Total KK :
Db 2 11 22 35 7.19
JK 9.18 0.24 0.80 10.23
KT 4.59 0.02 0.03
F-hitung 125.53 0.6
Pr > F <.0001 0.668
Lampiran 24. Sidik Ragam Kadar Air Kulit Perlakuan Penyimpanan Sumber Keragaman Perlakuan Ulangan Galat Total KK :
Db 2 11 22 35 17.48
JK 1456.09 1155.5 0.689594 2.622322
KT 728.04 105.04 0.031345
F-hitung 21.89 3.16
Pr > F <.0001 0.01
49
Lampiran 25. Kulit Manggis: (A) Kulit Manggis Kering, (B) Kulit Manggis disimpan dalam Plastik, (C) Kulit Manggis yang telah Dihaluskan A
B
C
Lampiran 26. Pengeringan Kulit Manggis Perlakuan Pemanenan: (A) 1 BSA, (B) 2 BSA, (C) 3 BSA, (D) 4 BSA A
B
C
D
Lampiran 27. Pengeringan Kulit Manggis Perlakuan Penyimpanan: (A) 2 MSP dan (B) 4 MSP A
B
50 Lampiran 28. Crude Extract Kulit Manggis dalam Tube 2 ml
Lampiran 29. Work Sheet Ekstrak Kulit Manggis dalam tube 2 ml
Lampiran 30. Larutan Sampel Analisis Reaksi: (A) Fenolik dan (B) Antioksidan A
B
51 Lampiran 31. Alat-alat yang Digunakan dalam Penelitian: (A) Waterbath, (B)
Panel Waterbath, (C) Spektofotometer
A
B
C