KAJIAN PROTEKSI RADIASI TENORM DARI INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN Oleh: Yus Rusdian Akhmad, Suryawati, dan Veronika Tuka Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif, BAPETEN
ABSTRAK Pengkajian Proteksi Radiasi TENORM dari Industri dan Pertambangan. Technologically Enhanced Naturally Occurring Radioactive Material (TENORM), seperti pasir monasit dan kerak air dari tambang Migas, semakin diketahui luas menjadi target proteksi radiologik. Dalam rangka pengaturan TENORM secara aman dan ekonomik, perlu dibahas proteksi radiasi TENORM dengan mempertimbangkan ciriciri dari TENORM yaitu keberadaannya di manamana, volumenya besar, dan konsentrasi aktivitasnya yang relatif rendah. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut telah diperhatikan prinsip proteksi radiasi dan standard untuk TENORM berdasarkan rekomendasi organisasi internasional dan beberapa negara maju sebagai bahan acuan untuk penyusunan peraturan/ pedoman. Hasil survei TENORM dari pertambangan dan industri sejak tahun 2002 ~ 2006 secara ringkas juga disajikan. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pelaku penambangan/industri yang memerlukan pengawasan ketenaganukliran. Bahan Peraturan Kepala BAPETEN khusus untuk TENORM yang sesuai dengan kondisi Indonesia secara ringkas disajikan.
ABSTRACT Review of radiation protection on TENORM industries. Some of technologically enhanced naturally occurring radioactive material (TENORM), such as monazite sand and scale of oil and gas industry, gradually became a target for radiological protection. In order to regulate TENORM safely and economically, it is essential to consider the characteristics of TENORM such as ubiquity, huge volume, and relatively low activity levels. To assist the development of national regulatory, radiation protection principles and standards for TENORM are concluded in this paper based on the reports published by the international organization and the working group of advanced countries. The survey results on TENORM industries from year 2002 to 2006 are provided. It is concluded that some industries should be controlled applying a regulation dedicated to TENORM. Finaly, an overview for defining the scope of regulatory control for TENORM in Indonesia are summarized.
331
PENDAHULUAN Technologically Enhanced Naturally Occurring Radioactive Material disingkat TENORM, seperti pasir monasit dan kerak air dari tambang Migas, semakin diketahui luas menjadi target proteksi radiologik. Sejak tahun 2002, BAPETEN melaksanakan survey berskala nasional terhadap kegiatan pertambangan dan industri untuk menduga berapa banyak pelaku yang menghasilkan TENORM (Technologically Enhanced Naturally Occurring Radioactive Material) dengan kuantitas yang signifikan menurut sudut pandang keselamatan radiasi. Walaupun kepedulian terhadap TENORM secara internasional telah beberapa tahun mendahului (Konferensi NORMI, di Amsterdam 1997 sedangkan yang terakhir Konprensi NORMIV, di Katowice 2004), pendekatan BAPETEN ini tepat menimbang pemahaman dan ‘kesepakatan’ tentang pengaturan TENORM menurut internasional perlu diperhatikan terlebih dahulu secara seksama agar sesuai dengan kondisi Indonesia dan sebagian besar pelaku penambangan/industri dari luar negeri yang beroperasi di tanah air. Dalam rangka pengaturan TENORM secara aman dan ekonomik, perlu dibahas proteksi radiasi TENORM dengan mempertimbangkan ciriciri dari TENORM yaitu keberadaannya di manamana, volumenya besar, dan konsentrasi aktivitasnya yang relatif rendah. Memperhatikan permintaan para penambang/industri terkait TENORM mengenai kebutuhan dalam penegasan pengaturannya yang saat ini hanya disinggung oleh PP No. 27 tahun 2002 tentang Pengelolaan Limbah radioaktif, dan memperhatikan temuan dari hasil survei yang terkumpul sampai tahun 2006, maka dalam waktu dekat selayaknya perlu diterbitkan peraturan yang selain mempertimbangkan keselamatan dan ekonomik juga memadai atau dapat memberikan gambaran yang jelas dalam tahapan operasional bagi pelaku dan pengawas. Pengaturan TENORM dijumpai di berbagai Negara maju maupun sebagai rekomendasi dari organisasi internasional seperti IAEA, ICRP, Komisi Eropa (Proteksi Radiasi Bagian No. 122 Bag. II) yang dapat diacu sebagai bahan pengaturan untuk pengelolaan TENORM yang pada umumnya bersifat non pemanfaatan radiasi/nuklir [1,2]. Namun demikian rekomendasi secara internasional tersebut oleh berbagai Negara perlu diadaptasi dengan mempertimbangkan faktor sosialekonomi pada skala domestik. Tradisi kegiatan industripertambangan non pemanfatan nuklir telah berlangsung lama melewati tahapan bergenerasi yang selama itu mereka memandang tidak terkait dengan risiko radiasi merupakan permasalahan yang memerlukan pendekatan yang tepat. Pada makalah ini disajikan pokokpokok pemikiran untuk bahan penyusunan peraturan yang diperoleh berdasarkan hasil kajian TENORM oleh BAPETEN dari Tahun
332
Anggaran 2002 sampai Tahun Anggaran 2006 yang mencakup hasil survey dan reviu literatur tentang pengaturannya. Untuk survey penambang meliputi migas, batubara, emas, nikel, granit, dan timah. Sedangkan industri meliputi pembangkit listrik batu bara, penjernihan air, sandblasting, dan plaster board. Untuk pengaturan TENORM, diperoleh teladan penting dari berbagai negara maju khususnya Amerika dan Jepang yang telah menyajikan pendekatannya secara jelas, praktis, dan mudah dipahami.
TEORI DAN METODOLOGI Paparan radiasi pengion Di bumi ini tidak ada tempat yang sama sekali terbebas dari radiasi pengion. Paparan oleh radiasi pengion yang setiap saat kita terima terutama berasal dari sumber alam seperti batuan, radon, tanah, dan sinar kosmik. Sedangkan yang berasal dari kegiatan manusia sumbangannya sekitar belasan persen saja seperi dari prosedur kedokteran nuklir, sinar x untuk diagnostik, dan kegiatan pemanfaatan energi nuklir [3]. Secara alami keberadaan NORM (Naturally Occurring Radioactive Material) dijumpai pada batuan sebagai uranium, torium, anakanak radioaktif turunannya, dan kalium. Bahanbahan yang lebih mudah larut (contohnya, radium dan turunannya) akan dijumpai terlarut lebih banyak dalam air tanah [4,5]. Derajat kelarutan tersebut tergantung pada watak kimia air. Sebagian besar bahan yang tidak mudah larut seperti uranium dan torium, tetap berada di dalam batuan. Potasium terlarut dalam air, dengan isotop K40 mempunyai waktu paro sangat panjang, dapat berada dalam air dengan kuantitas besar. Dengan demikian, produk air dapat diduga mengandung NORM terlarut yang berasal dari formasi geologik, seperti K40, radium, dan sejumlah kecil uranium dan torium. Gas radon, merupakan anak turunan dari radium, dapat diduga keberadaannya dalam gas alam yang telah kontak dengan NORM. Keberadaan TENORM
(Technologically Enhanced Naturally Occurring
Radioactive Material) pada pertambangan/industri dapat tebentuk sebagai bahan radioaktif yang terkonsentrasi melalui suatu proses produksi. Kerakair (scale) yang melekat pada pipa (pengerasan garam pada permukaan pipa penyalur minyak dan gas), residu, dan sludge merupakan obyek di mana TENORM dapat dijumpai. TENORM terbawa ke permukaan pada air produksi sebagai radionuklida terlarut, dan merupakan anak luruh dari uranium238 dan torium232. Uranium dan torium, karena relatif tidak mudah larut, cenderung menetap dalam formasi geologi. Karena radium lebih mudah terlarut, maka keberadaannya lebih dominan terdapat pada fasa air dari reservoar daripada fasa minyaknya. Secara umum, untuk air yang lebih bersifat garam, konsentrasi TENORM akan lebih besar. Selama operasi produksi berjalan normal, karbonat dan sulfat
333
dari kalsium, barium, dan strontium dapat berpresipitasi dan membentuk kerakair pipa dan sludge. Jika terdapat TENORM, peningkatan intensitas radiasi dapat dijumpai pada permukaan pipa sebagai sumbangan dari radium yang secara kimia mirip dengan kalsium, barium dan strontium. Gas radon dapat dijumpai pada operasi gas alam melalui peluruhan radioaktif radium226. Walaupun secara kimia tidak reaktif, radon memiliki sifat yang mirip dalam hal titik didih dengan propan dan dapat menjalar mengikuti aliran gas. Olehkarena itu, radon dapat terdeposit pada peralatan pemroses gas ketika gas alam cair dipindahkan. Walaupun radon mempunyai waktu paro pendek (3.8 hari), tetapi anak luruhnya yang berumur lebih panjang seperti lead, bismuth dan polonium dapat terdeposit di dalam sistem pengumpulan gas. Tabel 1. Ratarata dosis ekivalen efektif dari radiasi pengion alam untuk global Kosmik Komponen foton dan pengion langsung 0.28 mSv Komponen netron 0.10 Radionuklida kosmik 0.01 Radiasi terrestrial eksternal Outdoors Indoors
0.07 0.41
Paparan inhalasi Deret uranium dan torium Radon (222Rn) Toron ( 220Rn)
0.006 1.15 0.10
Paparan ingesi (penelanan) 40 K 0.17 Deret uranium dan torium 0.12 mSv Total 2.4 Batasan untuk seluruh tubuh dari BSS115 untuk paparan pekerja adalah 20 mSv per tahun dan untuk paparan public adalah 1 mSv per tahun tidak termasuk dari latar;. 1 mSv= 100 mrem Sumber: UNSCEAR 2000 Report to the General Assembly. Risiko radiasi Risiko yang diakibatkan oleh paparan radiasi pengion bergantung pada berbagai faktor, seperti tipe radiasi, penerimaan dosis, dan sensitivitas dari jaringan yang terkena radiasi. Faktorfaktor tersebut diperhitungkan pada saat menentukan dosis efektif atau risiko relatif paparan radiasi yang dinyatakan dalan besaran rem (roentgen equivalents to man). Pada Tabel 1 dari pustaka [6] disajikan ratarata paparan radiasi tahunan untuk global. Nilai ratarata ini dapat dijadikan pegangan sementara dalam pembahasan untuk warga Indonesia dan memberikan gambaran penerimaan dosis masyarakat dari sumber
334
alam ketika menyimak atau membandingkan dengan pemaparan dari kegiatan TENORM. Perkiran harapanhidup dari risiko kanker bagi suatu populasi untuk semua umur disebabkan oleh radiasi pengion yaitu sekitar 6 x 104 (6 dari 10,000) per rem. Dengan perkataan lain apabila suatu populasi dengan anggota 10000 orang masingmasing menerima 1 rem, maka 6 orang diantaranya secara statistik dapat dinyatakan terkena risiko kanker disebabkan radiasi dengan asumsi bahwa penyebab kanker lainnya tidak berperan. Cara penjelasan lainnya yaitu apabila batas dosis pekerja 5 rem per tahun dikenakan terhadap 10000 pekerja radiasi, maka risiko kanker dijumpai sebanyak 30 orang. Penetapan penerimaan dosis untuk anggota masyarakat umum senilai 100 mrem (1 mSv) secara risiko dapat diabaikan karena peluang terjadinya risiko kanker hanya 6x105. Konsep proteksi radiasi TENORM Untuk penyelesaian persoalan TENORM antara lain perlu pemahaman prinsip pengaturan yang mendasarinya yaitu prinsip yang mengandalkan pada sistem proteksi radiologik. Dalam publikasi ICRP No. 60 yang kemudian diadopsi IAEA dalam publikasi BSS115, telah direkomendasikan bahwa penerapan sistem proteksi radiologik dibedakan menurut tipe penanganan untuk yang tergolong pemanfaatan (practices) dan untuk yang tergolong intervensi (intervention). Dalam hal proteksi radiasi pemanfaatan didasarkan pada prinsip umum yang terdiri dari justifikasi pemanfaatan, optimisasi proteksi, dan limitasi risiko/dosis individu. Sedangkan proteksi radiasi untuk tindak intervensi didasarkan pada justifikasi dan optimasi dengan lingkup limitasi dosis bersifat pengecualian; dengan kata lain limitasi dosisnya tidak mengikuti prinsip untuk pemanfaatan. Selanjutnya untuk instrumen pengendalian pemanfaatan diberikan definisi notifikasi dan otorisasi (meliputi registrasi dan lisensi), sedangkan instrumen untuk intervensi diberikan definisi action level [7] yang terdiri dari intervention exemption level, intervention start line, dan intervention obligation line. Tanpa pemahaman yang memadai terhadap prinsip sistem proteksi radiologik, maka memungkinkan terjadi kesan tidak konsisten pada saat penerapan suatu prinsip pengaturan TENORM oleh otoritas pengatur dari suatu negara. Contoh yang mungkin rentan yaitu dalam pembahasan ketika menetapkan instrumen pengendalian TENORM. Instrumen pengendalian dalam hal pemanfaatan terdiri dari notifikasi dan otorisasi (mencakup registrasi dan lisensi) dan instrumen dalam hal intervensi yaitu action level. Dari pengalaman negara lain, misalnya usulan Jepang, dijumpai bahwa kegiatan TENORM diklasifikasikan dan dicirikan sampai enam kategori (tidak termasuk radon dan bahan nuklir) yang masingmasing kategori ada yang didekati secara sistem pemanfaatan atau sistem intervensi atau dapat keduanya. Yang terakhir ini tergantung
335
pada tahap kegiatan, misalkan di tahap awal yang menangani bahan baku, maka porsi yang lebih besar yaitu sistem intervensi. Untuk Indonesia, dalam draft revisi PP 63 tentang Proteksi Radiasi terhadap Radiasi Pengion dan Keselamatan Sumber Radiasi, sudah disisipkan prinsip praktik dan intervensi. Dengan demikian telah diupayakan tersedianya kaitan sistem proteksi radiasi mengikuti norma internasional sehingga dapat diterapkan untuk pengaturan TENORM. Pemahaman prinsip berikut ini perlu dicermati agar diperoleh penyelesaian yang stabil dalam persoalan pengaturan TENORM. Untuk proteksi radiasi pemanfaatan, sebagai contoh penyimpanan limbah radioaktif, limitasi dosis untuk masyarakat umum yaitu 1 mSv/tahun didasarkan pada publikasi ICRP No. 60. Sedangkan sebagai dose constraint untuk masyarakat umum dalam hal penyimpanan limbah radioaktif direkomendasikan nilai 0,3 mSv/tahun seperti disajikan dalam publikasi ICRP No. 77. Dalam hal consumer goods yang mengandung sumber radioaktif diberikan nilai batas pengecualian (trivial dose) 10 μSv/tahun di mana di bawah nilai ini produk dapat dibebaskan untuk kebutuhan masyarakat. Dengan nilai trivial dose ini dianggap bahwa risiko radiasi diabaikan. Situasi lain yang perlu dicermati, yaitu publikasi IAEARSG1.7 mengenai nilai tingkat klierens untuk volume bahan yang besar tetapi nilai aktivitasnya sangat rendah yang berasal dari dekomisioning fasilitas nuklir; pada pustaka ini tidak terdapat nilai aktivitas total tetapi diatur dengan konsentrasi aktivitas [8]. Dalam pembahasan TENORM, prinsip intervensi dan eksklusi tidak dapat dihindari dalam pembuatan pedoman pengaturan TENORM dikarenakan banyak kasus yang dapat didekati dari sudut pandang ini. Prinsip penerapan eksklusi adalah didasarkan pada ketidakmampuan mengendalikan suatu sumber, dan mengenai pedoman intervensi menurut ICRP NO.82 sebagai pedoman proteksi pemaparan berjangka panjang untuk masyarakat umum diberikan pedoman tahapan yaitu 1 mSv/tahun sebagai intervention exemption level, 10 mSv/tahun sebagai intervention start line, dan 100 mSv/tahun sebagai intervention obligation line. Dari peninjauan berbagai literatur dan diskusi dengan delegasi FNCA dari Jepang, diketahui bahwa persoalan penerapan sistem proteksi radiologik untuk TENORM terutama begitu banyaknya pihak yang harus diatur dan kegiatan tersebut telah berlangsung sangat lama jauh sebelum prinsip pengaturan diusulkan [9]; dengan perkataan lain terdapat persoalan bahwa perubahan tradisi tidak dapat sertamerta diubah termasuk kesanggupan untuk melaksanakan pengendaliannya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa setiap negara mengajukan pendekatan yang berbeda, sehingga terkesan tidak seragam, walaupun prinsip yang diadopsi tetap berdasarkan pada rekomendasi ICRP No. 60 dan IAEABSS No. 115. Pendekatan tersebut tidak berarti
336
tidak sesuai dengan rekomendasi yang diberikan, melainkan di dalam rekomendasi terdapat cukup ruang untuk melakukan pendekatan sesuai dengan ciriciri persoalan yang dihadapi oleh setiap negara. Sebagai teladan, untuk Uni Eropa, melalui publikasi EC dalam RP No. 122 diajukan bahwa dalam hal TENORM peningkatan dosis efektif tahunan 300 µSv/tahun sebagai pengganti dari tingkat pengecualian (BSS 115) yang bernilai 10 µSv/tahun merupakan pendekatan praktis. Prinsip ini diterapkan untuk ”work activity” di mana keberadaan sumber radiasi alam dapat meningkatkan paparan pekerja atau anggota masyarakat dan bahan yang digunakan bukan dalam rangka pemanfaatan sifatsifat radiasi maupun energi nuklir. Dasar dari kriteria nilai dosis tersebut yaitu bahwa: 1) nilai yang diadopsi setara atau lebih kecil dari variasi regional (paparan eksternal), 2) bersesuaian dengan tingkat pengecualian dari EC RP 122 untuk bahan bangunan, 3) bersesuaian dengan dose constraint untuk pengendalian lepasan limbah radioaktif. Selain itu untuk konsep pengecualian dan tingkat klierens nilainya disamakan menjadi 0,5 Bq/g untuk Uranium dan Torium dalam keadaan setimbang sekular, kecuali untuk wet sludge dari industri migas nilanya menjadi 5 Bq/g karena pertimbangan risiko inhalasinya sangat berkurang. Teladan lainnya yaitu dari usulan Jepang yang direncakan mengikat pada tahun 2005. Working group [9] yang ditugasi membahas persoalan TENORM memandang bahwa tingkat pengecualian dari BSS tidak sesuai untuk diadopsi secara langsung dan mengusulkan untuk menerapkan prinsip intervention exemption seperti yang diperkenalkan melalui publikasi ICRP No. 82 yang bernilai 1 mSv/tahun. Selain itu, untuk pertimbangan praktis, dengan memperhatikan bahwa penentuan konsentrasi aktivitas dari suatu obyek yang diawasi akan sangat sulit atau membutuhkan biaya besar, maka kriteria pengawasan diusulkan menggunakan besaran laju dosis radiasi. Kesulitan tersebut dikarenakan nilai konsentrasi aktivitas yang dapat mewakili secara memadai sulit ditetapkan terhadap suatu produk kegiatan yang nilainya sangat bervariasi menurut bahan baku atau posisi penambangan. Secara singkat, pendekatan Jepang dalam penyelesaian persoalan bahan yang mengandung TENORM yakni mengadopsi sistem proteksi radiasi untuk pemanfaatan dan untuk intervensi. Keberadaan TENORM di suatu tambang relatif mudah untuk diketahui khususnya jika dikaitkan dengan risiko dari paparan secara eksternal. Namun demikian untuk mengetahui risiko signifikan dari pemaparan melalui jalur interna diperlukan waktu dan peralatan survey tambahan. Oleh karena itu untuk praktisnya sebagai pedoman tindak lanjut kepada tim survey maupun penambang dapat berpegang pada jika dijumpai hasil pengukuran laju paparan eksternal melampaui sekitar tiga kali daripada latar luar
337
kawasan, maka diperlukan analisis keselamatan radiasi lebih lanjut untuk memastikan resiko radiasi secara kuantitatif berdasarkan data radioaktivitas sampel padat, udara, dan air. Dengan nilai laju paparan/dosis di lokasi penambangan tiga kali dari latar luar kawasan sudah cukup sebagai pegangan untuk menyatakan adanya peningkatan paparan di kegiatan penambangan tersebut, walaupun risiko signifikan yang membutuhkan pengaturan belum dapat dinyatakan di lapangan. Jika dikaitkan dengan kebutuhan tersedianya kriteria untuk mewajibkan pelaku TENORM agar melaksanakan dan melaporkan analisis keselamatan kepada BAPETEN sesuai amanat dari PP No. 27 Tahun 2002, maka nilai action level 0,5 μSv/jam (50 μrem/jam) dan atau berdasarkan pustaka [1] untuk kontaminasi permukaan alpha, beta gamma yang melampaui 15.000 dpm/100cm2 (2,5 Bq/cm2) dapat digunakan sebagai instrumen intervensi. Selanjutnya seberapa luas tempat dengan nilai laju dosis tersebut, kemungkinan perpindahan bahan radioaktifnya di lingkungan, kegiatan pekerja dan masyarakat yang terkait pemaparan radiasi adalah bagian penting di dalam laporan analisis yang harus dibahas untuk memberikan cukup bahan kepada BAPETEN dalam melaksanakan penilaian dan pengambilan keputusan.
Bahan Perka TENORM Tuntutan diterbitkannya Perka TENORM merupakan amanat dari PP 27 tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif pada pasal 32 yakni mengenai kewajiban analisis keselamatan radiasi TENORM oleh penambang yang membutuhkan penetapan kriteria keberterimaan dalam hal penerimaan dosis masyarakat dan pekerja TENORM termasuk besaran radiologik lainnya yang diperlukan dan bahwa tatacara analisis tersebut diatur lebih lanjut dengan Perka Badan Pengawas. Selain itu apabila Perka No. 19/Ka. BAPETEN/IV2000 tentang Pengecualian dari kewajiban memiliki izin (exemption level) yang nilai besaran radiologiknya berasal dari BSS115 diterapkan untuk pengaturan TENORM, maka akan terjadi ketidaksesuaian peruntukkan. Dalam hal ini masyarakat internasional sepakat bahwa nilai exemption level dari BSS115 yang berbasis pada trivial dose 10 μSv/y tidak dapat digunakan untuk pengaturan TENORM yang memerlukan pengembangan dengan prinsip optimasi. Sebagai contoh, dengan memperhatikan kriteria pada Tabel 2 dan hasil pengukuran lab pada Tabel 4, maka pembangkit listrik panas bumi (PLPB) harus memiliki izin dari Badan Pengawas apabila mengelola drill mud (bahan batako) lebih dari 3 ton (dihitung dari batas aktivitas total 1x 105 Bq dibagi dengan konsentrasi radioaktivitas 40 Bq/kg 228Ra hasil survey pada sampel drill mud). Bagi kegiatan PLPB kuantitas seperti ini tergolong sedikit dan tidak sepadan dengan kenyataan risiko radiasi yang mungkin diterima.
338
Tabel 2. Kriteria pengecualian dari Perka No.19/Ka. BAPETEN/IV2000 Konsentrasi (Bq/g)
Aktivitas total (Bq)
Kuantitas pada konsentrasi pengecualian (Kg)
Ra
10
1x104
1
Ra
10
1x105
10
Th
1
1x10
1
100
1x106
No
Radionuklida
1
226
2
228
3
228
4
40
K
4
100
Catatan: Berdasarkan tabel di atas dapat ditunjukkan bahwa Perka No. 19 tersebut tidak dapat diterapkan dalam pengaturan TENORM dari industri/pertambangan yang pada umumnya mempunyai NORM dengan skala kuantitas sangat besar. Pada Tabel 3 disajikan ringkasan dari bahan calon Perka mengenai perizinan dan pengaturan TENORM. Bahan tersebut disusun setelah memperhatikan uraian dari berbagai pustaka yang diterbitkan oleh ICRP, IAEA, EC, pokja Jepang, dan pokja Amerika yang secara khusus ditujukan untuk membahas atau terkait dengan TENORM. Selain itu juga diperhatikan kondisi domestik khususnya kemampuan pengawasan oleh BAPETEN dan kepedulian dari pelaku TENORM. Perka merupakan tambahan terhadap peraturan keselamatan radiasi yang berlaku dimaksudkan mengatur penetapan nilai dosis radiasi dan konsentrasi radioaktivitas untuk keperluan analisis keselamatan radiasi atau proteksi radiasi dalam penguasaan, penggunaan, proses, manufaktur, distribusi, transfer, dan pembuangan bahan yang mengandung TENORM termasuk mengatur perizinan kegiatan yang melibatkan TENORM dan penghentian izin. Catatan penting yaitu mengenai pengecualian izin. Walaupun terdapat kriteria batasan konsentrasi 228Ra dan 226Ra bukan berarti setiap terlampauinya batas harus dikenakan izin, melainkan kegiatan TENORM harus dikecualikan apabila BAPETEN menentukan, baik inisiatif sendiri atau atas permintaan, bahwa pemaparan maksimal yang wajar bagi perorangan tidak akan melebihi dari ketentuan nilai dosis anggota masyarakat sebesar 1 milisievert (0,1 rem) untuk besaran Dosis Ekivalen Efektif Total dalam satu tahun yang disebabkan oleh keseluruhan sumber radiasi berizin maupun dari sumber yang tidak memerlukan izin termasuk dari TENORM. Dalam hal ini. penetapan konsentrasi 228Ra dan 226Ra diperlukan untuk menduga keberadaan TENORM secara signifikan dan pemaparan potensialnya. Selain itu juga perlu dicatat bahwa walaupun Perka tidak secara eksplisit memperhatikan radionuklida selain 228Ra dan 226Ra, bukan berarti lepas dari pengawasan karena sumbangan dari radionuklida lain dapat tetap dikendalikan melalui ketentuan penerimaan dosis dari seluruh sumber yakni 1 mSv/tahun untuk anggota masyarakat.
339
Perizinan TENORM dibedakan menjadi Tipe A dan Tipe B dengan prinsip bahwa risiko radiasi dari Tipe A lebih rendah daripada Tipe B yang dapat dicirikan melalui perbedaan pemberian kewenangan dan kewajiban yang harus dipenuhi. Sebagai contoh, untuk tipe A dapat menggunakan bahan mengandung TENORM dan menjamin bahwa dosis efektip anggota masyarakat tidak mencapai 1 mSv/tahun dan untuk pekerjanya tidak mencapai 10 mSv/tahun; sedangkan untuk tipe B dosis pekerjanya diperbolehkan mencapai 20 mSv/tahun. Untuk kriteria pengecualian izin berdasarkan konsentrasi yang dimaksud CT ( Ra + 228Ra) < 0,185 Bq/g, yakni tidak termasuk sumbangan dari radioaktivitas latar 226
sehingga secara operasional membutuhkan kesepahaman dalam menetapkan sumbangan latar yang tidak perlu diperhitungkan. Apabila definisi TENORM ”berarti radionuklida yang terjadi secara alami yang konsentrasinya atau potensi penerimaan paparannya ditingkatkan oleh atau sebagai akibat dari kegiatan saat ini maupun diwaktu yang lampau”, maka representasi latar dapat ditentukan dari konsentrasi radioaktivitas pada bahan baku atau radioaktivitas pada tapak sebelum berlangsung kegiatan atau dari sampel yang diambil di lokasi di luar kawasan apabila kegiatan (manajemen) TENORM telah berlangsung. Namun demikian, seperti di singgung di muka, penentuan pengecualian izin ditetapkan oleh BAPETEN berdasarkan penilaian apakah penerimaan dosis masyarakat 1 mSv/tahun dilampaui. Tabel 3. Ringkasan mengenai perizinan dan pengaturan dari calon bahan Perka TENORM Pelaku TENORM Non Pemanfaatan Nuklir Melalui intervensi atau kepedulian pelaku terhadap PP 27 psl 32, mengenai kewajiban melaporkan analisis keselamatan TENORM: Kriteria pengaturan: Dosis Efektip > 1 mSv/tahun Konsentrasi TENORM (tidak termasuk sumbangan latar): CT (226Ra + 228Ra) > 0,185 Bq/g Catatan: pelaku dibebaskan dari Perka TENORM jika kriteria di atas tidak dipenuhi Izin Tipe A (Lisensi Umum/Registrasi)
Izin Tipe B (Lisensi Spesifik
340
Produsen/distributor produk eceran tak Produsen /distributor produk eceran bersyarat: bersyarat : 1. Dapat melepas bahan Dapat melepas produk dengan konsentrasi (226Ra + 228Ra) > 0,185 Bq/g diatur menurut mengandung atau terkontaminasi 226 228 parag. 23 dan parag. 24 yaitu penerimaan dengan konsentrasi ( Ra + Ra) dosis seluruh tubuh dari anggota masyarakat < 0,185 Bq/g; 0,3 mSv/tahun atau 300 μSv/tahun tidak 2. Dapat melepas peralatan dengan dilampaui. kontaminasi permukaan lebih kecil dari Lampiran A; 3. Dapat mendistribusikan pupuk Dapat melepas bersyarat peralatan dengan: 1. Kontaminasi permukaan peralatan lebih berbasis posfat; besar dari Lampiran A 4. Dapat mendistribusikan 2. Laju dosis < 50 μR/jam (untuk daur ulang produk/bahan terbuat dari zircon metal) dan zirconia;
Penyimpanan (sementara) TENORM
Penerimaan dan pengelolaan limbah TENORM (disposal): Transfer TENORM untuk kegiatan mengikuti praktek pengelolaan limbah agar sejenis kriteria penerimaan dosis efektip anggota masyarakat tidak melampaui 1 mSv/tahun.
Transfer/pengiriman limbah TENORM untuk disposal
Menggunakan bahan mengandung TENORM dan menjamin bahwa dosis efektip anggota masyarakat tidak mencapai 1 mSv/tahun dan untuk pekerjanya tidak mencapai 10 mSv/tahun.
Melaksanakan reklamasi tapak/dekomisioning: mengikuti parag. 7b.iii: total dosis efektip < 0,25 mSv/tahun dan (226Ra + 228Ra) < 0,185 Bq/g Transfer TENORM untuk kegiatan sejenis dan tak sejenis Menggunakan bahan mengandung TENORM dan menjamin bahwa dosis efektif anggota masyarakat tidak mencapai 1 mSv/tahun dan untuk pekerjanya tidak mencapai 20 mSv/tahun Diperlukan menyediakan jaminan keuangan
Ketentuan umum: melaksanakan rekaman riwayat bahan mengandung TENORM dengan konsentrasi (226Ra + 228Ra) > 0,185 Bq/g meliputi kuantitas, lokasi, dan tanggal pencatatan, dan memberikan tanda radiasi di lokasi keberadaan TENORM.
Pemilihan lokasi survei Pemilihan lokasi survey pada suatu tapak untuk keperluan pengkajian TENORM tidak ditentukan secara acak. Hal ini menimbang telah diketahui dari berbagai pustaka bahwa TENORM biasanya dijumpai dalam air produk dan pada kerakair pipa atau pada bagian dasar tangki pengumpul termasuk tempat penimbunan limbah/barang bekas. Sedangkan untuk menetapkan pelaku penambangan/industri mana yang akan disurvei terutama berdasarkan pada pertimbangan biaya, waktu, dan risiko. Risiko yang dimaksud
341
di sini yakni risiko non radiasi dengan memperhatikan kondisi penambangan dan partisipasi manajemennya untuk dijadikan obyek pengkajian.
METODOLOGI Metodologi pengukuran yang dilakukan adalah dengan melakukan pengukuran laju dosis di luar dan di dalam kawasan tambang yang meliputi tempat penambangan, peralatan proses, penyimpanan produk dan limbah menggunakan survey meter dengan sensitivitas yang sesuai untuk laju dosis lingkungan berorde mikroR/jam atau mikro rem/jam. Perhatian khusus ditujukan pada tangkitangki air produk, tumpahan permukaan tanah, dan tempattempat di mana pipa bekas pakai disimpan. Jika terdapat laju dosis yang meningkat secara signifikan, maka sample dari lokasi tersebut dicuplik, kemudian dibawa ke laboratorium PTKMRBATAN untuk dianalisis dengan menggunakan HPGe (High Purity Germanium), yaitu detektor dengan kemurnian germanium yang tinggi. Tata cara pengukuran sampel dari survey ini telah disajikan secara rinci dalam laporan kegiatan pengkajian tahun anggaran 2002 dan 2003, yang merupakan metode pengukuran baku di PTKMRBATAN. Hasil pengukuran dinyatakan dalam Bq/g untuk contoh padat dan dalam Bq/l untuk contoh air. Sebagai catatan, untuk besaran radioaktivitas yaitu 1 Ci = 3.7 x 10 10 Bq dan 1 pCi = 1x10 12 Ci = 0.037 Bq.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada Tabel 4 disajikan rangkuman hasil survey pertambangan dan industri. Oleh karena hasil survey industri belum cukup lengkap dan secara umum nilainya masih di bawah perolehan dari survey penambang, maka sebagai bahan diskusi digunakan data penambang. Berdasarkan data survey seluruh penambang, laju paparan tertinggi dijumpai 3000 μR/jam jauh melampaui nilai action level 0,5 μSv/jam atau 50 μrem/jam sebagai Tabel 4. Rangkuman hasil survei (Identifikasi) NORM di pertambangan dan industri Tambang/i ndustri Minyak&G as Batubara
Radio nuklida
Konsentrasi Aktivitas Bq/g
Ra226 Ra228 Th228 K40 Ra226
0,009 ~ 75,376 0,021 ~ 76,246 0,001 ~ 48,811 0,011 0,001 ~ 0,069
Laju Paparan μR/jam
Lokasi penemuan
10~ 2200
Tangki, pipa, Nilai maks untuk dan bahan scale pada pipa bekas proses bekas
4 ~ 30
Pirit/ contoh Nilai
342
Keterangan
maks
Ra228 Th228 K40 Ra226 Ra228 Granit Th228 K40 Ra226 Ra228 Nickel Th228 K40 Ra226 Penjerni Ra228 han Air Th228 K40 Ra226 P. Listrik Ra228 panas Th228 bumi K40 Ra226 P. Listrik Ra228 Batubara Th228 K40 Ra226 Sand Ra228 blasting Th228 K40 Ra226 Plaster Ra228 board Th228 K40 Ra226 Ra228 Timah Th228 K40 Ra226 Ra228 Emas Th228 K40
ttd ~ 0,086 ttd ~ 0,098 ttd ~ 0,337 0,116 ~ 0,322 0,212 ~ 0,345 0,231 ~ 0,355 0,172 ~ 1,228 ttd ~ 0,034 ttd ~ 0,035 ttd ~ 0,009 ttd ~ 0,271 0,012 ~ 0,021 0,013 ~ 0,025 0,016 ~ 0,032 0,025 ~ 0,045 0,010 ~ 0,029 0,018 ~ 0,046 0,023 ~ 0,044 0,209 ~ 0,494 0,002 ~ 0,063 0,002 ~ 0,044 0,003 ~ 0,076 0,037 ~ 0,208 0,007 ~ 0,040 0,006 ~ 0,169 0,002 ~ 0,132 0,002 ~ 0,014 0,440 ~ 0,509 0,004 ~ 0,005 0,002 ~ 0,003 0,0003 ~ 0,071 0,159 ~ 13,596 0,165 ~ 50,835 0,096 ~ 40,511 0,011 ~ 2,240 0,001 ~ 0,115 0,001 ~ 0,112 0,001 ~ 0,107 0,029 ~ 0,203
lapisan antara
20 ~ 120
4~5
terdapat pada contoh lapisan yang mengandung pirit
Tumpukan batu lapuk
4~13
Bahan bekas/filter proses
3~9
Paparan tertinggi di sekitar HOT Basin
6~11
3~1020
5 ~ 32
40 3000
Konsentrasi Maks pada radioaktif untuk timbunan tin garnet pada TA. slag 2003 TA. 2003, Maks pada konsentrasi hoper terendah 0.3 Bq/kg < ~ Maks pada TA. 2002 dan timbunan slag 2003
1 ~ 8
TA. 2003
instrumen dari intervention exemption level. Konsentrasi aktivitas tertinggi dijumpai untuk Ra228 sekitar 76 Bq/g jauh melampaui nilai eksklusi/pengecualian 1 Bq/g apabila menggunakan IAEARSG1.7 maupun ECRP 122. Nilai tertinggi tersebut diperoleh dari survey penambang timah dan migas. Olehkarena itu, patut diduga situasi yang sama dapat terjadi di lapangan migas yang lain. Hasil survey pada penambang granit juga menunjukkan adanya nilai yang telah melampaui action level. Selanjutnya apabila bahan calon Perka TENORM diperagakan untuk menilai hasil survey pada Tabel 4, maka secara umum terdapat sejumlah penambang migas,
343
timah, granit, dan industri pengguna sand blasting berpeluang besar untuk dikenakan perizinan. Walaupun demikian untuk menentukan tipe izin A atau izin B masih membutuhkan analisis keselamatan lebih rinci dengan informasi lengkap mengenai watak dari kegiatannya terutama dalam hal manajemen keselamatan pekerja dan lingkungan. Penilaian ini berdasarkan penerimaan dosis efektip yang lebih besar dari 1 mSv/tahun dan konsentrasi sample CT (226Ra + 228Ra) > 0,185 Bq/g. Dengan demikian sumberdaya pengawas dan pelaku TENORM perlu dipersiapkan secermat mungkin agar diperoleh kesepahaman yang memadai dalam operasional penerapan Perka TENORM.
KESIMPULAN Pengkajian proteksi radiasi TENORM dari pertambangan dan industri telah dilaksanakan dengan memperhatikan pengaturannya secara internasional dan dari negara maju termasuk identifikasi TENORM melalui survei. TENORM di pertambangan dan industri dapat meningkatkan paparan radiasi eksterna nyata dengan laju paparan tertinggi 3000 µR/jam. Konsentrasi TENORM tinggi diperoleh pada scale (kerak air) dan tin slag (kerak timah) dengan konsentrasi masing masing 76 Bq/gram dan 50 Bq/gram untuk Ra228. Secara Internasional dan di Negara maju telah diberikan prinsip pengaturan TENORM. IAEARSG1.7 mengandalkan nilai tertinggi (upper end) data UNSCEAR mengenai distribusi global konsentrasi aktivitas dalam tanah untuk digunakan dalam penetapan eksklusi, pengecualian, dan klirens TENORM yaitu 1 Bq/gram untuk konsentrasi radioaktivitas selain K40. Untuk K40 nilainya 10 Bq/gram. ECRP122 Part 2 mengandalkan work activity bernilai 300 µSv/jam, dan Jepang mengandalkan intervention exemption level bernilai 1mSv/tahun. Memperhatikan pengalaman internasional dan amanat pasal 32 PP 27 tahun 2002, maka Perka TENORM yang memberikan kriteria keberterimaan perlu segera diterbitkan untuk memenuhi kebutuhan tata cara analisis keselamatan radiasi. Kegiatan TENORM selayaknya dikecualikan dari perizinan apabila pemaparan maksimal yang wajar tidak melebihi dari nilai Dosis Ekivalen Efektip Total bagi anggota masyarakat sebesar 1 milisievert (0,1 rem) dalam satu tahun yang disebabkan oleh TENORM dan seluruh sumber radiasi berizin lainnya. Penetapan kriteria pengecualian untuk konsentrasi 228Ra dan 226Ra sebesar 185 Bq/kg tidak termasuk latar diperlukan untuk menduga keberadaan TENORM secara signifikan dan pemaparan potensialnya.
344
DAFTAR PUSTAKA 1.
Part N : Regulation and licensing of TENORM, SSRCR vol. 1, April, 2004.
2. Toshiso Kosako, Nobuyuki Sugiura, Hidenori Yonehara, Minoru Okoshi, Kunihiro Nakai, Development of Radiation Protection on TENORM, Jpn.J.Health Phys, 40(1), 6778, March 2005. 3. Dept of Conservation, Division of Oil, Gas, and Geothermal Resources, “ A study of NORM associated with oil and gas production operation in California, 1996. 4. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY (IAEA), Extent of Environmental Contamination by Naturally Occuring Radioactive Material (NORM) and Technological Options for Mitigation, IAEATRS419, Vienna, 2003. 5. IAEA, Radiation Protection and the Management of Radioactive Waste in the Oil and Gas Industry, IAEASRS No. 34, Vienna, 2003. 6. UNITED NATION SCIENTIFIC COMMITTEE ON THE EFFECTS OF ATOMIC RADIATION (UNSCEAR 2000 Report): Sources and Effects of Ionizing Radiation, United Nations. 7. J. van der Steen, et al., Radiation Protection in NORM Industries, IRPA 11, Refresher Course 5A, Madrid, 27 May 2004. 8. IAEA, Application of the Concepts of Exclusion, Exemption and Clearance, No. RS G1.7, Vienna, 2004. 9. Current Status of TENORM in FNCA Countries (Activity Report of TENORM Task Group), FNCA RWMR003, March 2005.
345
DISKUSI DAN TANYA JAWAB
Penanya: Ato Supriyadi ( PT. LPPPI JAMBI ) Pertanyaan: a.Apakah ada rencana untuk survey pengecekan tenorm dilokasi pulp & paper Industri karena ada proses – proses yang menggunakan bahan dari alam ( bumi ) seperti garam, batu kapur? Jawaban:
a.Survei di lokasi Pulp and Paper telah direncanakan dalam kegiatan TA 2006. Dalam waktu dekat kami akan melaksanakannya.
346