Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
KAJIAN PRA PANEN JERUK SIAM (Citrus suhuiensis Tan) UNTUK EKSPOR Retna Qomariah, Agus Hasbianto, Susi Lesmayati, dan Hikmah Hasan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan
ABSTRAK Jeruk siam (Citrus suhuiensis Tan) merupakan salah satu jenis jeruk yang banyak dikembangkan di Indonesia karena produksinya tinggi dan disukai konsumen. Pengembangan jeruk siam di lahan rawa pasang surut Kalimantan Selatan dalam lima tahun terakhir ini semakin pesat karena permintaan pasar terhadap komoditas ini cukup baik. Tetapi karena pengelolaannya mulai dari penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan penanganan pasca panen masih dilakukan secara ekstensif dan sederhana, menyebabkan buah jeruk siam produksi Kalimantan Selatan sulit dapat memenuhi persyaratan standar mutu untuk buah ekspor. Kajian ini bertujuan untuk mendapatkan paket teknologi pra panen (umur petik, tingkat kematangan, dan cara petik) jeruk siam yang memenuhi standar kualitas ekspor. Metodenya dengan cara pengamatan terhadap buah jeruk siam umur ke-24, 26, 28, 30, dan 32 minggu setelah berbunga (MSB). Parameter yang diamati adalah umur petik, tingkat kematangan, dan cara petik. Data-data yang terkumpul dianalisa dengan analisa sidik ragam dengan tingkat kepercayaan 95% serta dilanjutkan dengan uji beda Duncan. Hasil kajian menunjukkan paket teknologi pra panen jeruk siam yang bisa memenuhi standar kualitas ekspor adalah: waktu petiknya mulai pada umur buah 28 MSB karena diameter buah sudah lebih dari 6 cm dan kandungan TPT-nya sudah lebih dari 10°Brix, pada tingkat kematangan I (hijau) dan II (hijau kekuningan) karena rasanya manis segar, dan cara petiknya dengan menggunakan alat (gunting pangkas) dan menyisakan sedikit tangkai untuk memperlambat penurunan kualitas buah secara fisik dan kimia. Kata kunci: pra panen, jeruk siam, ekspor.
PENDAHULUAN Jeruk merupakan salah satu dari sepuluh komoditas hortikultura terpilih untuk dikembangkan. Jeruk siam (Citrus suhuiensis Tan) merupakan salah satu jenis jeruk keprok yang sangat digemari dan disenangi hampir semua orang (Balitbu 1996), dan secara ekonomi menguntungkan untuk diusahakan (Sunarmani dan Soedibyo 1992). Jenis jeruk ini paling banyak dibudidayakan di lahan rawa dibandingkan jenis-jenis jeruk lainnya, dan budidaya tanaman ini sudah dikenal dengan baik oleh petani (Balittra 2006). Prospek pengembangan buah jeruk siam di Indonesia memang sangat bagus, baik untuk pasar lokal maupun untuk pasar luar negeri. Secara nasional, produksi jeruk di Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkat an, meskipun 417
Retna Qomariah et al.: Kajian Pra Panen Jeruk Siam ….
dalam segi luas panen masih mengalami fluktuasi. Produktivitas usahatani jeruk cukup tinggi yaitu berkisar 17 - 25 ton/ha dari potensi 25 - 40 ton/ha. Pada tahun 2004, sebanyak 62 kabupaten di 18 provinsi di Indonesia mempunyai program pengembangan agribisnis jeruk (Badan Litbang Pertanian, 2005), salah satunya adalah Provinsi Kalimantan Selatan yang merupakan provinsi sentra jeruk siam Banjar. Akan tetapi ternyata produktivitas buah jeruk siam Banjar masih relatif rendah dibanding potensi produktivitasnya, yakni hanya sekitar 6,8 ton/ha (BPS Kalsel 2005).
Rendahnya produktivitas tersebut terutama disebabkan oleh
kurangnya kegiatan pemeliharaan tanaman oleh petani-pekebun jeruk. Padahal, kegiatan pemeliharaan tanaman dalam kebun
yang meliputi pemupukan,
penyiraman, pemangkasan, penjarangan buah dan pengendalian hama penyakit lainnya jika dilakukan secara optimal akan dapat meningkatkan produktivitas tanaman (Arry S. 2007). Terbatasnya kegiatan pemeliharaan tanaman jeruk
terutama setelah
tanaman menghasilkan merupakan salah satu penyebab rendahnya produktivitas dan mutu buah jeruk yang dihasilkan. Pemahaman yang baik mengenai jaminan mutu diperlukan agar para petani agribisnis jeruk dapat meningkatkan mutu produknya (Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2004). Jeruk bermutu diperoleh dari kebun yang terpelihara dengan baik. Di Kalimantan Selatan, kebun-kebun jeruk yang ditanam secara monokultur maupun tumpang sari dengan padi umumnya tidak dipelihara dengan baik oleh petani. Kegiatan pemeliharaan tanaman jeruk cenderung kurang diperhatikan dengan baik oleh petani-pekebun jeruk. Tanaman dibiarkan tumbuh seadanya, tidak dilakukan pemangkasan meskipun mereka mengetahui manfaat dari pemangkasan tersebut. Akibatnya kualitas buah yang dihasilkan juga tidak optimal, ukuran kecil dan tidak seragam. Pada tahun 2012, pemerintah mulai menerapkan wajib SNI bagi semua produk hortikultura, maka mau tidak mau petani jeruk siam di Kalimantan Selatan juga harus mulai berbenah untuk meningkatkan mutunya. Namun demikian, hingga tahun 2009 ini Badan Standardisasi Nasional (BSN) belum memiliki SNI untuk jeruk siam. Sehingga pengklasifikasian jeruk siam hingga saat ini masih mengacu pada SNI Jeruk keprok (SNI 3165.2009). Berdasarkan SNI ini, pengklasifikasian buah jeruk keprok didasarkan pada berat tiap buah. Berdasarkan pengklasifikasian ini, buah jeruk keprok digolongkan menjadi 4 kelas/grade, yaitu grade A, B, C, dan D. Spesifikasi untuk masing-masing grade ditampilkan pada Tabel 1. Untuk selanjutnya, pada masingmasing kelas ini, digolongkan dalam 2 jenis mutu, yaitu Mutu I dan Mutu II. 418
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
Tabel 1. Klasifikasi jeruk siam Kelas A B C D
Diameter (cm) ≥ 7.1 6.1 – 7.0 5.1 – 6.0 4.0 – 5.0
Berat (gram) ≥ 151 101 - 150 51 - 100 ≤ 50
Sumber: BSN (2009).
Kualitas buah jeruk, selain ditentukan oleh ukuran buah (grade) juga ditentukan oleh kandungan komponen kimia buah (kadar gula/TPT). Perbedaan kandungan komponen kimia tersebut juga dipengaruhi oleh umur buah dan tingkat kematangan buah, selain faktor lingkungan tumbuhnya. Buah yang dipanen terlalu cepat, akan memiliki kandungan TPT yang rendah dan tidak memenuhi kadar TPT yang dipersyaratkan. Oleh sebab itu untuk mengantisipasi peningkatan produksi jeruk siam akibat perluasan areal tanam di Kalimantan Selatan, dan terkait dengan perluasan pasar jeruk siam dari Kalimantan Selatan terutama untuk ekspor, maka kualitas jeruk yang dihasilkan harus yang bermutu atau memenuhi standar sehingga disukai konsumen dan mudah dipasarkan. Sebab dari hasil karakterisasi buah jeruk siam yang ditanam di beberapa lokasi lahan pasang surut Kalimantan Selatan oleh Antarlina et al. (2006a), menunjukkan karakteristik fisik buah dan rasa yang berbeda. Untuk mendapatkan buah jeruk berkualitas sesuai persyaratan ekspor dan mengantisipasi perluasan pasar, serta dan anjloknya harga jeruk siam segar karena kualitasnya rendah di Kalimantan Selatan, maka dilakukan kajian pra panen jeruk siam untuk memenuhi standar kualitas ekspor.
METODOLOGI Pengkajian dilaksanakan pada bulan Pebruari – Oktober 2011, di kebun jeruk milik petani Desa Sungai Kambat Kecamatan Cerbon Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive sampling, sebab Desa Sungai Kambat merupakan wilayah pertama/rintisan usahatani jeruk siam Banjar dan menjadi salah satu wilayah pengembangan jeruk siam Banjar di Kabupaten Barito Kuala, sedangkan Kabupaten Barito Kuala sendiri merupakan sentra penghasil buah jeruk siam terbesar di Kalimantan Selatan. Selain itu pengkajian ini juga dilakukan di Laboratorium Pasca Panen BPTP Kalimantan Selatan (Banjarbaru).
419
Retna Qomariah et al.: Kajian Pra Panen Jeruk Siam ….
Sebelum dilakukan pengamatan terhadap buah jeruk siam, tanaman jeruk yang buahnya menjadi objek penelitian dipelihara/dibudidayakan berdasarkan SPO jeruk siam Banjar Kabupaten Barito Kuala, yang meliputi pembersihan gulma, pemupukan, pemangkasan, dan pengendalian HPT (hama penyakit tanaman). Pengamatan dilakukan terhadap buah jeruk siam yang masak optimum pada umur buah ke-24, 26, 28, 30, dan 32 minggu setelah berbunga (MSB). Parameter yang diamati adalah umur petik, tingkat kematangan, dan cara petik. Buah jeruk siam yang dipanen berdasarkan umur petik tersebut dianalisa untuk mengukur kadar TPT-nya dengan alat hand refractometer, dilakukan pengukuran diameter buah dan sari buah, penimbangan berat buah, serta uji preferensi konsumen terhadap rasa dan fisik buah. Sebab salah satu persyaratan kualitas ekspor buah jeruk adalah kandungan atau kadar TPT (total padatan terlarut/kadar gula) minimal 100Brix (Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 2004). Kriteria atau tingkat kematangan buah jeruk yang dipanen oleh petani di Kalimantan Selatan bervariasi. Menurut Hidayat Djumhara Noor et al. (2006), buah jeruk ada yang dipanen setelah matang fisiologi (kulit buah masih hijau mengkilat) sampai benar-benar matang (kulit buah seluruhnya kuning). Jika kulit buah jeruk siam berwarna hijau seluruhnya/matang muda termasuk dalam kreteria tingkat kematangan I, jika warna kulit buah kuning kehijauan/matang termasuk dalam kreteria tingkat kematangan II, dan jika warna kulit buah kuning seluruhnya/benar-benar matang termasuk dalam kreteria tingkat kematangan III. selanjutnya buah jeruk siam tersebut dilakukan uji TPT dan uji preferensi konsumen untuk menentukan tingkat kematangan buah yang disukai konsumen. Perlakuan cara petik buah jeruk siam yang diamati adalah (1) cara petik secara manual/langsung dengan tangan, (2) cara petik menggunakan alat/gunting pangkas dan menyisakan sedikit tangkai. Data yang dikumpulkan adalah waktu yang diperlukan oleh pekerja/petani menggunakan kedua cara petik buah tersebut dan perubahan fisik dan
kimia
buah
jeruk
yang
dipetik
dengan
kedua
cara
tersebut
(tingkat
kematangan/warna kulit, berat buah, diameter dan kadar TPT). Selain itu juga dilengkapi dengan data kecenderungan petani setempat dalam memetik jeruk. Data-data yang terkumpul dianalisa dengan analisa sidik ragam tingkat kepercayaan 95% serta dilanjutkan dengan uji beda Duncan.
420
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
HASIL DAN PEMBAHASAN 1.
Umur Petik Buah Hasil pengamatan terhadap kualitas buah jeruk siam Banjar berdasarkan umur
petik pada umur buah 24, 26, 28, 30, dab 32 minggu setelah berbunga (MSB) disajikan pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Hasil pengamatan berat buah, diameter dan TPT buah jeruk siam Banjar pada beberapa perlakuan umur buah Perlakuan (minggu setelah berbunga/MSB)
Parameter Diameter (cm) 5,80 d
24
Berat buah (gr) 99,23 b
26
107,17 a
5,91
c
10,28 ab
28
110,68 a
6,02
b
10,34 ab
30
110,13 a
6,06 ab
10,58 a
32
104,85 ab
6,06
10,48 a
a
TPT ( Brix) 10,09 b 0
Ket.: Angka pada kolom yang sama yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf kepercayaan 95%
Umur petik buah jeruk berdasarkan berat buah Tabel 2 menunjukkan bahwa berat buah jeruk (gram) yang di petik pada umur 26, 28 dan 30 MSB berbeda nyata dengan berat buah umur 24 MSB. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa berat buah sejak umur 24 MSB terus meningkat hingga buah berumur 28 MSB, selanjutnya menurun. Komposisi buah menentukan berat buah jeruk. Berdasarkan data dari Direktorat Gizi Departemen Kesehatan dalam Anonim (2006), kandungan terbesar dalam buah jeruk adalah air yaitu antara 86 – 87 % pada beberapa jenis buah jeruk. Hasil pengamatan yang menunjukkan menurunnya buah jeruk setelah dipanen melewati umur 28 MSB (yaitu umur 30 dan 32 MSB) diduga diakibatkan oleh menurunnya kandungan air dalam buah.
Umur petik buah jeruk berdasarkan diameter Pada Tabel 2 di atas diameter buah jeruk yang dipetik pada umur 32 MSB berbeda nyata dengan diameter buah umur 24, 26 dan 28 MSB. Diameter buah terus meningkat seiring dengan bertambahnya umur buah. Namun demikian, buah jeruk yang dipanen di lokasi pengkajian berada pada klasifikasi buah klas C (diameter antara
421
Retna Qomariah et al.: Kajian Pra Panen Jeruk Siam ….
5,1 – 6,0 cm) sehingga belum memungkinkan untuk dijual ke pasar ekspor. Kecilnya diameter buah jeruk antara lain disebabkan karena petani tidak melakukan penjarangan buah atau mempertahankan semua buah yang ada di pohon. Sebab menurut petani jeruk, pasar tetap menyerap buah yang berukuran kecil dan tidak seragam seperti pada Gambar 1. Selain itu alasannya karena petani jeruk tidak ada waktu untuk mengerjakannya atau tenaga kerja terbatas, dan jika mereka mengupahkan untuk melakukan penjarangan buah maka akan mengeluarkan biaya lagi.
Gambar 1. Buah jeruk siam Banjar yang dipanen di Desa Sungai Kambat Kecamatan Cerbon Kabupaten Barito Kuala
Umur petik buah jeruk berdasarkan kandungan total padatan terlarut (TPT) Hasil pengamatan terhadap kadar TPT jeruk siam dengan menggunakan hand refraktometer menunjukkan bahwa kadar TPT buah jeruk siam yang dipetik pada umur 32 MSB tidak berbeda nyata dengan umur buah 30, 28 dan 26 MSB, namun berbeda sangat nyata dengan jeruk yang dipetik umur 24 MSB. Kadar TPT jeruk sejak umur 24 MSB telah melebihi kadar minimum yang dipersyaratkan untuk buah jeruk ekspor, yaitu 10
0
Brix. Hasil pengamatan juga
menunjukkan bahwa kadar TPT berbanding lurus dengan umur buah dan mencapai kadar tertinggi pada umur 32 MSB. Berdasarkan pengamatan di tingkat petani, panen telah dilakukan sejak umur buah 24 MSB, pada saat buah masih hijau untuk memenuhi permintaan pasar. Namun demikian, rasa buah jeruk dari Sungai Kambat sudah dikenal manis meskipun kulit buah masih hijau seperti pada Gambar 2. Grafik hubungan kadar TPT dengan umur buah seperti terlihat pada Gambar 3.
422
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
Gambar 2. Warna buah jeruk siam Banjar yang dipetik pada umur 24 MSB terlihat berwarna orange cerah dengan rasa yang manis.
Kandungan Padatan Terlarut, TPT (% Brix)
11,20 10,80 10,40
10,28
10,34
26
28
10,58
10,55
30
32
10,08
10,00 9,60 9,20 8,80 8,40 8,00 24
Minggu Setelah Berbunga (MSG) BPTP Kalimantan Selatan - Kajian Pra Panen Jeruk Siam, 2010
Gambar 3. Grafik hubungan kadar TPT buah jeruk siam Banjar dengan umur buah Umur petik buah jeruk berdasarkan kandungan sari buah Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kadar sari buah jeruk siam Banjar semakin menurun seiring semakin tuanya umur buah jeruk di pohon, dan kandungan sari buah yang paling tinggi pada umur buah 24 MSB, seperti terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Persentase sari buah jeruk siam Banjar pada beberapa umur buah Umur Buah (MSB) Parameter
Kandungan sari buah (%)
24
26
28
30
32
54,01
53,69
49,27
45,70
46,24
Sumber: data primer
423
Retna Qomariah et al.: Kajian Pra Panen Jeruk Siam ….
Pada Tabel 3 menunjukkan kandungan sari buah jeruk siam Banjar yang dipanen pada umur buah 24 MSB yang paling tinggi dibanding dengan waktu panen lainnya, yaitu 54,01%, sedangkan yang terendah pada buah jeruk yang dipanen pada umur 30 MSB, yaitu 45,70%. Menurut Antarlina dan Noor (2006a), bahwa kandungan sari buah jeruk siam Banjar siap panen sekitar 40-50%. Hal ini berarti buah jeruk siam Banjar pada umur panen 24 MSB memang sudah siap dipanen untuk dikonsumsi segar atau dijadikan produk olahan. Karena larutannya tinggi, maka jika jeruk siam Banjar yang ingin dijadikan
,
sebaiknya buah dipetik pada umur buah 24 MSB. Sebab menurut Antarlina dan Noor (2006b), kadar sari buah jeruk dapat menunjukkan jumlah larutan, sangat cocok apabila akan digunakan sebagai produk olahan seperti minuman segar.
Uji preferensi konsumen terhadap rasa buah jeruk siam Hasil uji preferensi konsumen terhadap rasa buah jeruk yang dipetik pada beberapa umur buah setelah berbunga disajikan pada Tabel 4, memperlihatkan bahwa buah jeruk di Desa Sungai Kambat memang telah terasa manis meskipun masih berumur 24 MSB dan warna kulit masih hijau. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian kadar TPT jeruk yang dipanen pada umur buah 24 MSB telah melebihi kadar minimum yang dipersyaratkan untuk ekspor, yaitu 100Brix. Tabel 4. Persentase panelis dalam uji organoleptik (rasa) buah jeruk siam Banjar yang dipanen pada beberapa umur buah Kriteria rasa buah jeruk siam Banjar manis sekali manis agak manis asam manis agak asam asam asam sekali hambar
24 MSB 10 75 15 -
26 MSB 15 75 5 5 -
Panelis (%) 28 MSB 5 60 30 5 -
30 MSB 5 90 5
32 MSB 15 60 10 15 -
Sumber: data primer
Buah jeruk yang dipanen pada umur buah 24 dan 26 MSB, sebanyak 15 panelis (75%) menilai rasa buah jeruk manis. Pada umur buah 30 MSB, sebanyak 18 panelis (90%) menilai buah jeruk manis, 1 panelis (5%) menilai manis sekali dan 1 panelis (5%) hambar. Data ini menunjukkan bahwa pada umur tersebut buah jeruk
424
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
mencapai tingkat rasa atau kemanisan yang optimal berdasarkan selera konsumen, namun pada umur tersebut juga mulai terjadi penurunan rasa buah (1 panelis menilai hambar atau terasa “kapau”). Karena buah diambil secara acak dari semua pohon contoh, maka sebaiknya petani jeruk telah menghabiskan panen buah jeruknya pada umur buah 30 MSB, untuk menghindari buah jeruk siam Banjar yang bermutu rendah karena sudah ada penurunan kadar gulanya, meskipun rasa buah jeruk pada umur 32 MSB dinyatakan oleh 3 orang panelis (15%) manis sekali dan 12 orang panelis (60%) menyatakan manis. Hal ini juga sesuai dengan hasil pengujian kadar TPT jeruk yang dipanen mulai umur 24 MSB sampai 32 MSB, kadar kadar TPT-nya berbanding lurus dengan umur buah dan mencapai kadar tertinggi pada umur 32 MSB. 2. Tingkat Kematangan Buah Kriteria atau tingkat kematangan buah jeruk siam Banjar yang dipanen oleh petani di Kalimantan Selatan bervariasi. Hasil pengamatan terhadap tingkat kematangan buah jeruk siam Banjar yang dipetik pada beberapa umur buah (MSB) berdasarkan kematangan fisiologinya (warna kulit) disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Tingkat kematangan buah jeruk siam Banjar berdasarkan warna kulit buah yang dipanen pada beberapa umur buah Tingkat kematangan buah Hijau / I Hijau kekuningan/II Kuning kehijauan/III
Jumlah buah berdasarkan tingkat kematangan 24 MSB 26 MSB 28 MSB 30 MSB 32 MSB 118 79 68 37 52 83 68 2 38 52 3 -
Sumber: data primer
Pada Tabel 5, jumlah buah pengamatan dikelompokkan berdasarkan warna kulit buah sebagai indikator tingkat kematangan buah jeruk yang dipanen. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa warna kulit buah jeruk yang dipanen tidak memperlihatkan adanya hubungan dan saling terkait dengan umur buah yang dipetik. Karena pada tingkat kematangan III, kadar TPTnya lebih rendah dari tingkat kematangan I dan II, serta beratnya ringan. Hal ini sesuai dengan hasil uji preferensi konsumen yang menyatakan tingkat kematangan buah yang dipetik pada setiap umur buah 24 MSB sampai 32 MSB adalah berwarna hijau dan hijau kekuningan terasa manis atau manis sekali, sedang yang berwarna kuning ada yang menyatakan terasa kurang manis. Tingkat kematangan buah jeruk siam Banjar berdasarkan tingkat kematangan fisiologinya seperti terlihat pada Gambar 4.
425
Retna Qomariah et al.: Kajian Pra Panen Jeruk Siam ….
(a)
(b)
(c)
Gambar 4. Tingkat kematangan fisiologi buah jeruk siam Banjar (a) Tingkat kematangan I, (b) Tingkat kematangan II, (c) Tingkat kematangan III Uji Preferensi Terhadap Tingkat Kematangan Buah Jeruk Siam Hasil uji preferensi konsumen terhadap tingkat kematangan buah jeruk yang diindikasikan oleh warna kulit buah, disajikan pada Tabel 6. Hasil uji preferensi konsumen terhadap tingkat kematangan buah jeruk menunjukkan bahwa data tingkat kematangan dari hasil penilaian panelis berhubungan dengan umur buah, dimana buah jeruk yang dipanen pada umur 24 dan 26 MSB dinilai 50% - 65% berada pada tingkat kematangan I (hijau), dan buah yang dipanen umur 28, 30 serta 32 MSB berada pada tingkat kematangan II (hijau kekuningan). Menurut penilaian panelis, jeruk siam Banjar yang seluruh kulitnya kuning (tingkat kematangan III) dan diameternya besar terasa hambar dan beratnya ringan. Orang Banjar menyebut jeruknya terasa ”kapau”. Tabel 6. Hasil uji preferensi terhadap tingkat kematangan buah jeruk siam Banjar yang dipetik pada beberapa umur buah Tingkat Kematangan Hijau/ I Hijau kekuningan/II Kuning kehijauan/III
24 MSB 50 35 15
26 MSB 65 15 20
Panelis (%) 28 MSB 5 65 30
30 MSB 20 50 30
32 MSB 10 75 15
Sumber: data primer
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa panen buah jeruk siam Banjar untuk dipasarkan ke luar daerah atau ekspor selambatnya dilakukan pada umur buah 28 MSB, sehingga ketika sampai ke konsumen buah tetap memperlihatkan tampilan fisik yang menarik dengan rasa manis yang menyegarkan. Sebab pada umur buah 30 MSB rasa manisnya sudah berkurang atau terasa hambar.
426
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
3. Cara Petik Buah Hasil Uji Fisik Jeruk Siam Berdasarkan Cara Petik Buah Buah jeruk siam yang dipetik dengan kedua cara tersebut (menggunakan gunting pangkas dan secara manual) setelah disimpan beberapa hari menyebabkan perubahan berat buah, kandungan padatan terlarut (kadar TPT), dan warna kulit buah jeruk, sedangkan diameter buah cenderung tetap sampai pengamatan hari kesembilan Hasil pengamatan disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil pengamatan perubahan diameter, berat buah, TPT dan warna kulit buah jeruk siam Banjar yang dipetik dengan dua cara (alat/gunting pangkas dan langsung/tangan) Parameter
H1
Dipanen dengan gunting H3 H6 H9
H1
Dipanen dengan tangan H3 H6
H9
Diameter (cm)
5,97
5,97
5,97
5,97
6,04
6,04
6,04
6,04
Berat buah (gr)
108,70
107,19
104,04
100,69
103,10
101,86
98,25
88,92
10,80
10,80
12,00
11,60
10,2
10,40
11,4
0
TPT ( Brix) Warna kulit
hijau
hijau hijau hijau hijau hijau hijau kekukekukekukekukekuningan ningan ningan ningan ningan Keterangan: H1, 1 hari setelah buah dipetik, H3 : 3 hari setelah buah dipetik, H6 : 6 hari setelah buah dipetik, H9 : 9 hari setelah buah dipetik Sumber: data primer
11,2 hijau kekuningan
Dari hasil analisa statistik, ternyata tidak ada korelasi antara cara petik buah dengan umur buah jeruk pada setiap waktu pengamatan atau umur buah 24, 26, 28, 30, dan 32 MSB, tetapi cara petik buah jeruk berdasarkan hasil uji fisik buah berpengaruh terhadap perubahan fisik dan kimia buah. Pada Tabel 7 di atas diketahui bahwa diameter buah tidak mengalami perubahan selama sembilan hari pengamatan untuk kedua cara petik. Parameter pengamatan yang memperlihatkan perubahan adalah berat buah dan kandungan total padatan terlarut (TPT). Buah jeruk siam yang dipetik menggunakan tangan mengalami penurunan berat yang lebih besar setelah hari keenam pengamatan, dibandingkan buah yang dipetik menggunakan gunting pangkas. Sedangkan total kandungan padatan terlarut untuk buah dengan dua cara petik mengalami peningkatan pada hari keenam dan turun lagi pada hari ke sembilan. Dengan demikian buah jeruk siam Banjar yang dipetik secara manual/langsung menggunakan tangan menyebabkan perubahan fisik dan kimia atau penurunan kualitas buah pada hari ke-6 setelah dipetik, sedangkan buah yang dipetik 427
Retna Qomariah et al.: Kajian Pra Panen Jeruk Siam ….
menggunakan alat gunting pangkas dan menyisakan sedikit tangkai baru terjadi pada hari ke-9 setelah dipetik.
Hasil Simulasi Efektifitas Cara Panen Buah Jeruk Hasil simulasi kecepatan memetik buah jeruk siam Banjar oleh tenaga kerja upahan yang biasa bekerja memetik buah jeruk dengan menggunakan alat/gunting pangkas dan secara manual/langsung dengan tangan seperti terlihat pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil simulasi cara petil buah jeruk siam Banjar
Petani Petani 1 Petani 2 Petani 3 Petani 4 Rata-rata
waktu yang diperlukan untuk memetik buah jeruk sesuai cara petik Gunting (detik) Tangan (detik) 0,69 0,46 0,96 0,46 0,49 0,33 0,52 0,35 0,67 0,40
Ket.: Setiap petani memetik sebanyak 10 buah jeruk yang masak optimal (hijau kekuningan) dan dimasukkan ke dalam kantong penampung kemudian diletakkan ditempat penampungan diantara dua pohon jeruk. Sumber: Data primer
Hasil simulasi cara petik buah jeruk siam menunjukkan bahwa untuk memilih 10 biji jeruk masak optimum sekaligus memetik, waktunya lebih cepat dilakukan dengan cara memetik langsung menggunakan tangan yaitu 0,40 detik dibandingkan menggunakan gunting yang memerlukan waktu rata-rata 0,67 detik. Jika memetik jeruk siam menggunakan gunting memerlukan waktu dua kali lebih lama dibandingkan menggunakan tangan, sehingga penggunaan gunting menjadi tidak efektif untuk memetik dalam jumlah besar karena memerlukan waktu yang lama seperti terlihat pada Gambar 6.
428
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
(a) (b) Gambar 6. Cara petik buah jeruk siam Banjar (a) langsung/tangan (b) menggunakan alat/gunting pangkas Berdasarkan informasi dari petani dan pedagang pengumpul setempat tidak ada perbedaan harga antara jeruk yang dipanen menggunakan gunting pangkas dan menyisakan sedikit tangkai dengan yang dipetik secara manual/langsung dengan tangan (tanpa tangkai). Sehingga cara petik yang paling banyak dilakukan oleh petani jeruk di lokasi penelitian adalah dengan memetik buah jeruk siam secara manual/langsung menggunakan tangan meskipun mereka tahu bahwa buah akan lebih cepat menurun kualitasnya dibanding yang dipetik dengan alat/gunting pangkas. Cara ini dilakukan karena dinilai lebih cepat (hemat waktu) dengan hasil pemetikan lebih banyak. Dari 10 petani jeruk setempat yang ditanya, semuanya menjawab selalu panen menggunakan tangan. Tetapi meskipun demikian, cara petik yang terbaik adalah cara petik buah jeruk siam dengan menggunakan alat/gunting pangkas dan menyisakan sedikit tangkai agar kualitas buah tidak cepat menurun.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Untuk mendapatkan buah jeruk siam Banjar yang memenuhi standar kualitas ekspor, maka teknologi pra panen yang harus dilakukan adalah : -
Waktu petiknya
pada umur buah 28 minggu setelah berbunga (MSB) dengan
diameter buah lebih dari 6 cm, dan kandungan TPT-nya sudah melebihi 100Brix. -
Tingkat kematangan fisiologinya (warna kulit) pada tingkat kematangan I (hijau) dan II (hijau kekuningan), sebab rasanya manis segar.
-
Cara petiknya dengan menggunakan alat (gunting pangkas) dan menyisakan tangkai sedikit untuk memperlambat penurunan kualitas buah secara fisik maupun kimia.
Saran
429
Retna Qomariah et al.: Kajian Pra Panen Jeruk Siam ….
Untuk mendapatkan buah jeruk siam berkualitas ekspor, selain memperhatikan teknik pra panen yang benar, faktor penting yang perlu diperhatikan adalah teknik budidaya yang baik dan benar selama masa pemeliharaan.
DAFTAR PUSTAKA Antarlina, SS. dan Noor I. 2006a. Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Buah Jeruk Siam dalam Monograf Jeruk Siam di Lahan Pasang Surut Pengelolaan dan Pengembangannya. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian. Balittra. Banjarbaru. Antarlina, SS. dan Noor I. 2006b. Kualitas Jeruk Siam di Lahan Rawa Pasang Surut dalam Monograf Jeruk Siam di Lahan Pasang Surut Pengelolaan dan Pengembangannya. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian. Balittra. Banjarbaru. Arry Supriyanto dan Anang Triwiratno, 2007, Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat, makalah pada Lokakarya peningkatan hub penelioti - penyuluh tangal 29 Nopember 2007 Barabai). Balai Besar Dumber Daya Lahan dan Penelitian, http://bbsdlplitbang .deptan.go.id Balai Penelitian Buah. 1996. Peningkatan Efisiensi Teknologi Usahatani. Monografi Jeruk. Balitbu. Solok. Sumbar. Balittra. 2006. Jeruk Siam di Lahan Rawa Pasang Surut, Pengelolaan dan Pengembangannya. Balai Besar Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Balai Penelitian Buah. 1996. Peningkatan Efisiensi Teknologi Usahatani. Monograf Jeruk. Balitbu, Solok-Sumbar. Badan Pusat Statistik Kalsel. http://bps.go.id Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2004. Panduan Teknologi Pasca Panen dan Pengolahan Jeruk. Jakarta. 42 hal. Noor, Hidayat Dj. 2006. Penataan Lahan untuk Tanaman Jeruk dalam Laporan Akhir Penelitian TA.2005. Banjarbaru Pantastico, Er.B., 1989. Faktor-faktor Prapanen yang Mempengaruhi Mutu dan Fisiologi Pascapanen dalam Fisiologi Pascapanen. Cetakan kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Sunarmani dan Soedibyo. 1992. Pembuatan Konsentrat Sari Buah Jeruk Dengan Evaporator Vakum. Jurnal Hortikultura 2(3): 67-71. Puslitbang Hortikultura. Jakarta.
430