KAJIAN PEMBANGUNAN PUSAT PERBELANJAAN MODERN SEBAGAI PROGRAM REVITALISASI PUSAT KOTA AMURANG
.ID
Pierre Holy Gosal (Dosen Fakultas Teknik - Universitas Sam Ratulangi)
D
Keywords; revitalization, amurang, mall, building.
O
.A
C
Abstract; Revitalization is an attempt to re-vitalize a region or a part of town that was once vital / life, but then suffered a setback / degradation. Scale revitalization consist of macro and micro levels. The process of revitalization of an area include improvement of physical aspects, economic and social aspects. The problems are traced is, in the downtown area Amurang there is a building owned by the Government of the District that are not functioning. The building was originally a meeting building is old and not well maintained. The purpose of this activity is to produce an implementation of the revitalization of the building contained especially in the downtown area Amurang. The method used is a pragmatic design with attention to architectural trends in existing commercial buildings. Trends in the shape and style of architecture on commercial buildings in general are contemporary and changes so that this design should facilitate the event of a change. The results of this study is a concept of building revitalization in the form of mall though with a small site but with the use of a basement and two floors of space services effective enough to give the impression of a modern shopping so the people in Amurang do not need to come to Manado to look for a shopping mall.
.P O
LI
M
Abstrak; Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial. Permasalahan yang ditelusuri adalah, didalam kawasan pusat kota Amurang terdapat sebuah bangunan milik Pemerintah Kabupaten yang tidak berfungsi. Bangunan ini awalnya adalah bangunan pertemuan yang sudah tua dan tidak terawat. Tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk menghasilkan suatu pelaksanaan revitalisasi khusunya bangunan yang terdapat dalam kawasan pusat kota Amurang. Metode yang digunakan adalah desain pragmatis dengan memperhatikan tren arsitektur pada bagunan komersil yang ada. Tren bentuk dan gaya arsitektur pada bangunan komersil pada umunya adalah kontemporer dan berubah-berubah sehingga desain ini harus dapat memfasilitasi bila terjadi perubahan. Hasil kajian ini adalah sebuah konsep bangunan revitalisasi dalam bentuk mall meskipun dengan site kecil tetapi dengan penggunaan basement dan 2 lantai ruang jasa cukup efektif untuk memberikan kesan perbelanjaan modern sehingga masyarakat Kota Amurang tidak perlu datang ke Manado untuk mencari mall perbelanjaan.
AL
Kata-kata Kunci; revitalisasi, amurang, mall, bangunan.
JU
R N
Pendahuluan Wilayah Minahasa Selatan dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon di Provinsi Sulawesi Utara oleh DPR RI. Namun kedua daerah pemekaran baru ini diresmikan pada tanggal 4 Agustus 20031. Ibukota Kabupaten Minahasa Selatan adalah Amurang. Pemerintah Kabupaten dalam melaksanakan Pembangunan Kabupaten Minahasa Selatan pada kurun waktu 2010-2015, dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal penting, diantaranya : pembangunan Kabupaten Minahasa Selatan untuk 5 (lima) tahun ke depan tekanannya diletakkan pada penguatan peningkatan masyarakat; Basis dari masyarakat yang terletak pada persatuan dan kerukunan antar umat beragama, antar etnis maupun antar daerah, kesejahteraan yang berkualitas serta menjunjung
28
JURNAL TEKNIKA, Edisi 14, No. 2, November 2014: 28 - 43
tinggi kesadaran masyarakat majemuk. Indikator masyarakat Minahasa Selatan yang terletak pada tatanan kehidupan yang demokratis, berbudaya, religius, sehat dan cerdas, serta memiliki komitmen untuk maju dan berkembang yang dilandasi dengan iman dan takwa.
D
O
.A
C
.ID
Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/ degradasi. Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan yaitu sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat. (Danisworo, 2002). Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan budaya yang ada. Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterlibatan masyarakat.2 Keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar ikut serta untuk mendukung aspek formalitas yang memerlukan adanya partisipasi masyarakat, selain itu masyarakat yang terlibat tidak hanya masyarakat di lingkungan tersebut saja, tapi masyarakat dalam arti luas (Laretna, 2002). 3
AL
.P O
LI
M
Kota Amurang mengalami perkembangan yang sangat pesat karena memiliki potensipotensi alam yang begitu banyak. Pertanian kelapa telah berkembang sejak jaman pendudukan Belanda (Abad ke-15) dimana wilayah Wilayah Amurang sangat cocok dengan tanaman kelapa dalam. Dan hal ini terbukti benar karena hinga kini kelapa masih menjadi andalan utama di Kabupaten Minahasa Selatan. Kawasan pusat kota Amurang adalah kawasan yang harga tanahnya mahal dan memiliki potensi yang sangat kuat dalam hal perdagangan dan jasa. Fungsi ekonomi kawasan ini sangat besar sehingga Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan melalui Badan Perencana Pembangunan Daerah merencanakan untuk melakukan revitalisasi kawasan ini dengan menempatkan sebuah bangunan mall pada lokasi tanah yang dimiliki. Kawasan Pusat Kota yang di Revitalisasi oleh Pemerintah adalah Kawasan Pusat Kota yang mencakup luas +/- 60 KM2. Yang akan revitalisasi Tahun 2013 adalah Redesain Blok seluas 2.400 M2 untuk dijadikan sebagai Pusat Perbelanjaan Modern dalam bentuk “Mall”.
JU
R N
Keberhasilan revitalisasi sebuah kawasan akan terukur bila sesudah pelaksanaan, kawasan itu mampu menciptakan lingkungan yang menarik. Kegiatan revitalisasi tersebut harus berdampak positif serta dapat meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial masyarakat/warga (public realms). Sudah menjadi sebuah tuntutan yang logis, bahwa kegiatan perancangan dan pembangunan kota untuk menciptakan lingkungan sosial yang berjati diri (place making) dan hal ini pun selanjutnya perlu didukung oleh suatu pengembangan institusi yang baik.
KAJIAN PEMBANGUNAN PUSAT PERBELANJAAN MODERN SEBAGAI PROGRAM REVITALISASI PUSAT KOTA AMURANG
(Pierre Holy Gosal)
29
M
D
O
.A
C
.ID
Studi Pustaka Latar Belakang Pembangunan kota Amurang sampai saat ini dalam berbagai hal sedang direncanakan oleh pemerintah melalui Kajian Tata Ruang yaiut Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Minahasa Selatan. Salah satu perkembangan yang ada di dalam kota Amurang sendiri adalah pengembangan pusat kota sebagai kota konservasi. Pertimbangan konservasi ini didasarkan pada nilai sejarah yang dimiliki kota tersebut.4 Struktur kota Amurang yang merupakan perpaduan konsep path and node dengan simpul-simpul yang merupakan titik pertemuan pada pola jalan ring dan through road. Pusat kota di Amurang mempunyai segitiga pertumbuhan kawasan dan membentuk titik-titik simpul aktivitas perdagangan dan komersil. Dengan struktur kota Amurang seperti ini, menjadikan kawasan Bubakan dan sekitarnya sebagai kawasan yang cukup strategis. Tempat seperti ini dinamakan sebagai ruang penghubung atau ruang transisi. Penataan dan pengembangan kawasan pusat kota ini dilakukan dengan memperhatikan potensipotensi yang ada, antara lain : a). Kawasan pusat kota ini diberikan Pengembangan Konsep Ruang Komersial Rekreatif dan merupakan kawasan perdagangan dan jasa; b). Terletak di dalam kawasan pusat kota, yang dewasa ini telah / sedang ditata sebagai kawasan wisata kota konservasi; c). Kawasan ini terletak disebelah simpul jalur lalu-lintas dari dalam dan luar kota yaitu Jalan Trans Sulawesi yang jarkanya hanya 1 blok.
R N
AL
.P O
LI
Kawasan kuno merupakan salah satu bagian penting bagi pertumbuhan suatu kota. 5 Kawasan yang oleh Prof. Ir. Eko Budiharjo. Msc. Disebut sebagai bayangan kota ini, mempunyai nilai sejarah dan ekonomi untik perkembangkan kota karena nilai yang tinggi yang masih terpendam, maka ia juga dapat disebut dengan the golden area, atau kawasan tambang emas. Untuk mempertahankan nilai emasnya, maka perlu dilakukan konservasi dan revitalisasi. Konservasi dan revitalisasi ini merupakan usaha dalam upaya peremajaan kota terutama kota yang telah mengalami penurunan kualitas. Peremajaan kota adalah istilah yang digunakan mengenai area yang mengalami penurunan kualitas atau telah terjadi proses kekumuhan. Merosotnya kualitas suatu ruang kota biasanya disebabkan karena beberapa penurunan keadaan kualitas, seperti: 1). Tata letak lingkungan fisik secara keseluruhan tidak memungkinkan lagi untuk menampung jenis kegiatan baru; 2). Tingkat pencapaian yang buruk serta tidak menguntungkan, ruang parkir yang kurang dan tidak dapat diperluas lagi, organisasi ruang serta hubungan fungsional yang buruk, dan sebagainya; 3). Peruntukan lahan tidak lagi sesuai dengan status kawasan tersebut di dalam konteks tata kota.
JU
Bila dikaitkan dengan kota, peremajaan kota merupakan upaya penataan kembali suatu ruang kota dengan cara mengganti seluruhnya atau sebagian saja dengan elemenelemen fisik kota baru dalam pengertian lebih baik dengan tujuan untuk meningkatkan vitalitas suatu ruang kota. Penetaan kembali suatu ruang kota sangat tergantung dari kondisi ruang yang akan ditata. Pada dasarnya tujuan dari penataan kembali mencakup
30
JURNAL TEKNIKA, Edisi 14, No. 2, November 2014: 28 - 43
tiga hal pokok yaitu: meningkatkan taraf hidup kehidupan pada area yang ditata kembali, memberikan vitalitas baru, dan menghidupkan kembali vitalitas yang lama telah pudar.
O
.A
C
.ID
Menurut Prof. Eko Budiharjo, M.Sc, manfaat yang dapat di peroleh dari upaya peles tarian, antara lain : 1). Pelestarian memperkaya pengalaman visual, menyalurkan hasrat berkesinambungan, memberi kaitan berarti dengan masa lalu, serta memberi pilihan untuk tinggal dan bekerja disamping lingkungan modern ; 2). Pada saat perubahan dan pertumbuhan terjadi secara cepat sepert I saat ini, pelestarian lingkungan lama memberi suasana permanent yang menyegarkan ; 3). Pelestarian memberi pengalaman psikologis bagi seseorang untuk dapat melihat, menyentuh, merasakan buktibukti sejarah ; 4). Pelestarian mewariskan arsitektur, menyediakan catatan histories tentang Pengembangan Konsep Ruang Komersial Rekreatif masa lalu dan melambangkan keterbatasan kehidupan manusia ; 5). Pelestarian lingkungan lama adalah salah satu asset komersial dalam kegiatan wisata internasional. 5
AL
.P O
LI
M
D
Menurut Prof. Budiharjo, M.Sc., dalam The Burra Charter for The Conservation of Places of Cultural Signifigance 1981, tentang preservasi dan konservasi suatu tinjauan teori kota, secara eksplisit diperoleh batasan pengertian konservasi yang mencakup seluruh proses kegiatan mulai dari preservasi, restorasi, rehabilitasi, rekonstruksi, adaptasi sampai revitalisasi. 5 Revitalisasi adalah suatu bentuk metoda konservasi untuk menghidupkan kembali suatu kawasasn bengan pengembangan fungsi baru tanpa meninggalkan nilai-nilai lama dan jiwa tempat tersebut. Sedangkan menurut Ir. Harry Miarsono, M.Arch., revitalisasi adalah merubah suatu tempat agar dapat digunakan unutk fungsi yang lebih sesuai, dimana tidak menuntut perubahan drastic atau hanya memerlukan sedikit dampak. Suatu area pelestarian tidak harus menjadi area yang mati tetapi kegiatan social, ekonomi, dan budidayanya justru perlu dikembangkan dan ditingkatkan secara selektif dan bangunan baru harus diadaptasi dengan bangunan kuno yang ada.6
JU
R N
Gejala perkotaan yang mengakibatkan percepatan pertumbuhan kota karena terjadinya pergeseran pusat-pusat kegiatan dan fungsi kawasan dari pusat kota yang melebar ke bagian kota yang lain sebagai akibat dari manajemen pertumbuhan kota yang kurang baik, terjadinya business flight yang menyebabkan berubahnya fungsi landuse dan space use kawasan. Kawasan pusat kota yang semula merupakan kawasan strategis kota, berangsurangsur mengalami pergeseran fungsi yang menyebabkan meluasnya kawasan itu atau malah berpindah kawasan yang lebih berkembang. Kota Amurang merupakan kawasan histories dengan pemanfaatan lahan mixed-use yakni permukiman dan perdagangan/jasa. Selain aktifitas pemukiman, aktifitas lain yang diharapkan dapat menjadi magnet pembangkit kawasan adalah aktifitas perekonomian. Aktifitas tersebut meliputi perkantoran, perdagangan, dan KAJIAN PEMBANGUNAN PUSAT PERBELANJAAN MODERN SEBAGAI PROGRAM REVITALISASI PUSAT KOTA AMURANG
(Pierre Holy Gosal)
31
.ID
pergudangan, yang umumnya hanya menghidupkan kawasan pada siang hari dan kurang mendukung pada malam hari. Dipandang dari segi urban design, kondisi kawasan pusat kota Amurang ditandai dengan hilangnya elemen-elemen urban design, antara lain berupa artefak yang rusak, kekacauan urban fabric, fasade, dan komposisi yang kacau, terjadi space-use kawasan dengan pembagian zoning yang kurang jelas, tercipta aktivitas yang tidak memungkinkan kawasan hidup dalam 24 jam setiap harinya, bahkan sebagian besar kawasan telah mengalami suasana mati.
D
O
.A
C
Metode Metode yang digunakan adalah desain pragmatis dengan memperhatikan tren arsitektur pada bagunan komersil yang ada. Tren bentuk dan gaya arsitektur pada bangunan komersil pada umunya adalah kontemporer dan berubah-berubah sehingga desain ini harus dapat memfasilitasi bila terjadi perubahan. Konsep minimalis yang sekarang sedang menjadi tren bangunan komersil lokasl masih digunakan. Memang saat ini secara internasional sementara berkembang arsitektur dekonstruksi pada bangunan-bangunan publik tapi karena bangunan ini tidak cukup besar sehingga penerapan metode desain dekonstruksi tidak dapat digunakan.
R N
AL
.P O
LI
M
Pola pikir perencanaan yang diterapkan adalah Systematic Design (Pola pikir Klasik) tetapi apclicable pada bangunan-bangunan kecil. Pola sistematis ini dimulai dengan data. Data yang diperleh dianalisis terhadap fungsi lalu diuraikan secara berkait setiap fungsi-fungsi yang ada sampai terbentuk ruang. Hasil sintesa ini dievaluasi sebelum sebuah kesimpulan akhir dibuat. Bila dalam proses terjadi kesulitas atau masalah, maka kembali pada proses sebelumnya. Jadi bila hasil sintesa terdapat keraguan maka kembali pada analisis. Jika hasil analisis tidak sesuai dengan hasil analisisi lainnya, maka kembali pada data sehingga dimungkinkan terjadnya survey lapangan lebih dari satu kali untuk memenuhi setiap kebutuhan analisis. Pola pikir ini dapat diturunkan dalam sebuah bagan. (Gambar 1):
Gambar 1. Pola Pikir Analisis Perencanaan Revitalisasi
JU
Hasil dan Pembahasan Jumlah Desa dan Kelurahan keseluruhan di Kabupaten Minahasa Selatan berjumlah : 177 Desa/Kelurahan. Jumlah penduduk 197.755 jiwa ynag terdiri atas 102.564 lakilaki dan 95.191 wanita. Batas-batas Kabupaten Minahasa Selatan (gambar 1) : Sebelah Utara dengan Kabupaten Minhasa, Sebelah Timur dengan Kabupaten Minahasa Tenggara, Sebelah Selatan dengan Kabupaten Bolaang Mongondow, dan Sebelah Barat dengan Laut Sulawesi (Gambar 2).
32
JURNAL TEKNIKA, Edisi 14, No. 2, November 2014: 28 - 43
.ID C
Gambar 2. Peta Kabupaten Minahasa Selatan
LI
M
D
O
.A
Menurut catatan sejarah Hary Kawilarang, kata “Amurang” berasal dari kata “Uwuran” yaitu nama tempat di pusat kota Amurang sekarang dan hingga kini masih bernama tersebut. Simon Kos, seorang Belanda, pejabat VOC di Ternate pada tahun 1630 memasuki tanah Minahasa dibawah pengaruh Spanyol. Kos melaporkan hasil perjalanannya kepada Batavia yang waktu itu menjadi pusat pemerintahan dibawah kekuasaan persekutuan dagang, „Verenigde Oost-Indiesche Compagnie.” Kos melaporkan bahwa Sulawesi Utara cukup potensial, baik lahan maupun posisi letaknya strategis sebagai jalur lintas rempah-rempah dari perairan Maluku menuju Asia-Timur. Lagi pula jalur lintas niaga laut lebih tenang bagi pelayaran kapal-kapal kayu dibanding melalui Laut Cina Selatan. Kos melaporkan bahwa kehadiran Spanyol di Laut Sulawesi hingga perairan Maluku Utara merupakan ancaman bagi kepentingan niaga VOC bila ingin menguasai gudang rempah-rempah kepulauan Maluku.7
JU
R N
AL
.P O
Struktur kota Amurang yang merupakan perpaduan konsep path and node dengan simpul-simpul yang merupakan titik pertemuan pada pola jalan ring dan through road. Pusat kota di Amurang mempunyai segitiga pertumbuhan kawasan dan membentuk titik-titik simpul aktivitas perdagangan dan komersil. Ketiga titik simpul tersebut adalah kawasan pasar uwuran, kawasan tumpaan, dan kawasan kawangkoan bawah. Dengan struktur kota Amurang seperti ini, menjadikan kawasan Pusat Kota Uwuran dan sekitarnya sebagai kawasan yang cukup strategis. Tempat seperti ini dinamakan sebagai ruang penghubung atau ruang transisi sekaligus sebagai sentral aktifitas kota. Penataan dan pengembangan kawasan Pusat Kota Amurang ini dilakukan dengan memperhatikan potensi-potensi yang ada, antara lain : kawasan ini merupakan kawasan perdagangan dan jasa; terletak didalam kawasan pusat kota, yang dewasa ini telah/ sedang ditata sebagai kawasan wisata kota konservasi; kawasan ini terletak di sebelah simpul jalur lalu-lintas dari dalam dan luar kota. Strategi penataan kawasan ini dengan memanfaatkan kembali bangunan-bangunan tua dengan beberapa penyesuaian dan konservasi pada kawasan yang dianggap bersejarah, kuno, atau memiliki kekayaan berupa bangunan kuno berarsitektur spesifik yakni Benteng Portugis dan Gereja Sentrum. KAJIAN PEMBANGUNAN PUSAT PERBELANJAAN MODERN SEBAGAI PROGRAM REVITALISASI PUSAT KOTA AMURANG
(Pierre Holy Gosal)
33
C
.ID
Perencanaan ruang transisi di kawasan pusat kota dengan fasilitas utama sebagai pusat perdagangan dan jasa dengan sifat komersial ini diharapkan menjadi kawasan yang mampu menjadi magnet bagi kawasan-kawasan sekitarnya, sehingga dalam perkembangan ruang transisi ini secara aktif meningkatkan taraf hidup kawasan sektiar. Arah dari tujuan tersebut dapat dicapai dengan memberikan konsep yang mengoptimalkan penggunaan lahan sebagai lahan perdagangan dan jasa. Tata guna lahan sebagai perdagangan dan jasa ini dikembangkan dengan penggunaan ruang/spaceuse bersifat komersial rekreatif. Perdagangan dengan konsep ruang komersial rekreatif diharapkan mampu menciptakan magnet kawasan sendiri sehingga akan melahirkan aktifitas komunitas manusia pada kawasan tersebut.
.P O
LI
M
D
O
.A
Kecenderungan dalam perencanaan kota adalah memanfaatkan kembali bangunanbangunan tua dengan beberapa penyesuaian dan konservasi pada kawasan yang dianggap bersejarah, kuno, atau memiliki kekayaan berupa bangunan kuno berarsitektur spesifik. Pemanfaatan kembali deangan penyesuaian dan penyerapan konservasi tidak lagi terbatas tujuan pelestarian sejarah, namun juga mencakup pembuatan desain baru serta pemugaran bangunan dan lingkungan yang bertujuan untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan baru melalui re-adaptive use. Pada dasarnya pengembangan kota yang telah mengalam pergesaran fungsi adalah dengan upaya memunculkan kembali aktifitas-aktifitas kegiatan pada bagian kota tersebut. Upaya pemunculan kembali aktifitas kegiatan pada kawasan pusat kota Amurang yang telah mengalami kemerosotan dan kemunduran yang merupakan kegiatan yang tidak mudah. Kegiatan tersebut tidak bias dimunculkan begitu saja dilingkungan pusat kota. Kegiatan tersebut harus dipancing dengan daya tarik yang ada pada kawasan pusat kota. Daya tarik sejarah pusat kota hanya merupakan suatu potensi yang dapat dikembangkan.
R N
AL
Kota Amurang sendiri mempunyai struktur tata ruang kota yang merupakan perpaduan konsep paths and nodes dengan simpul-simpul yang merupakan titik pertemuan pada pola jalan ring and through road. Saat ini pusat kota Amurang dibatasi oleh Jalan Utama yaitu jalan Trans Sulawesi yang menghubungkan wilayah-wilayah di Provinsi Sulwesi Utara s/d Sulawesi Selatan, dan sebagai akbat dari konsep path and nodes ini, maka titik-titik simpul tersebut timbul sebagai pusat perdagangan. Dikarenakan merupakan titik simpul dan aktifitas perdagangan, maka kawasan Pusat Kota Amurang ini menjadi kawasan yang sangat padat sebagai akibat bertumpuknya aktifitas perdagangan dan jasa yang akan terus berlanjut apabila tanpa dilakukan usaha penataan dan pengembangan kawasan. Karakteristik daerah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
JU
A. Kondisi Fisik Secara umum kondisi fisik daerah perancanaan ini berupa dataran yang landai dengan kemiringan tanah antar 0%-2%. Kemiringan ini membujur dari selatan menuju utara kawasan. Sedangkan kondisi jenis tanahnya, kawasan Pusat Kota Amurang ini
34
JURNAL TEKNIKA, Edisi 14, No. 2, November 2014: 28 - 43
.ID
mempunyai jenis tanah alluvial hidromorf. Sebagai kawasan perdagangan dan jasa, kawasan ini mempunyai cirri fisik yang terlihat dengan peralihan beberapa kawasan, dari fungsi pemukiman menjadi perkotaan. Perubahan fungsi ini menuntut perubahan tampak bangunan menjadi beraneka ragam dan warna. Keanekaragaman tampak bangunan ini telah menjadikan kawasan Bubakan sendiri secara visual mencerminkan kawasan yang sibuk, apalagi didukung dengan lingkungan yang kurang tertata terutama kaki lima-kaki lima serta kemerosotan daya dukung jalan.
D
O
.A
C
B. Kondisi Perekonomian Pada kawasan ini, termasuk juga jalan-jalan yang menghubungkannya dengan kawasan disekitarnya, kegiatan bisnis/perdagangan dan jasa sangat mendominasi, kegiatankegiatan tersebut meliputi, modern dan tradisional (pedagang grosir, pedagang kaki lima), jasa, perbankan, dan hotel, yang diantara satu dengan yang lain nya saling mendukung memenuhi kebutuhan pengguna kawasan ini. Kegiatan-kegiatan utama tersebut menyebabkan pertumbuhan pemukiman yang mempunyai kepadatan tinggi. Kecenderungan perkembangan kegiatan perdagangan pada kawasan ini adalah kesemua arah yang tampak nyata dengan mengikuti jalur lalu-lintas dari dan ke kawasan Pusat Kota Amurang ini.
.P O
LI
M
C. Kondisi Kependudukan Kawasan Pusat Kota Amurang menurut termasuk dalam wilayah kecamatan Amurang (Wilayah ini hasil pemekaran Kecamatan Amurang lama mendjadi Kecamatan Amurang, Amurang Barat dan Amurang Timur). Wilayah kecematan Amurang mempunyai luas 64,997 Ha, dengan jumlah penduduk (2011) sebanyak 8.858 jiwa. Sedangkan dari sekian jumlah penduduk pada kecematan tersebut, hanya 4,655 jiwa mempunyai mata pencaharrian dan 656 jiwa (14,01%) diantaranya berpencaharian sebagai pedagang.
JU
R N
AL
D. Tata Guna Lahan Kawasan Perencanaan Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Minahasa Selatan dan Land Use Kota Amurang, kawasan daerah perencanaan Pusat Kota Amurang termasuk pada segmen dengan tata guna lahan bagi peruntukan perdagangan dan jasa. Bertolak dari struktur dan image kawasan ini, maka dapat ditentukan magnet-magnet pengembangan pada bagian-bagian tertentu dalam kawasan, yang selanjutnya selain akan menarik perkembangan kegiatan, juga akan menentukan nuansa kawasan. Sedangkan menurut rencana tata ruang kota kawasan perdagangan, kawasan perencanaan merupakan kawasan yang dikembangkan sebagai pusat perdagangan dengan lingkup pelayanan local da regional propinsi. E. Peran Dan Fungsi Kawasan Pusat Kota Amurang Secara umum kawasan perencanaan menurut tata guna lahannya merupakan daerah perdagangan dan jasa. Aktifitas perdagangan dan jasa pada daerah ini, secara regional telah menimbulkan image tersendiri baik bagi penduduk daerah di luar kawasan meuKAJIAN PEMBANGUNAN PUSAT PERBELANJAAN MODERN SEBAGAI PROGRAM REVITALISASI PUSAT KOTA AMURANG
(Pierre Holy Gosal)
35
C
.ID
pun penduduk didalam daerak kawasan sendiri. Bagi penduduk diluar kawasan, telah menempatkan kawasan sebagai salah satu daerah perdagangan yang dapat digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan mereka. Sedangkan bagi penduduk kawasan ini, daerah perdagangan telah menciptakan matapencaharian bagi mereka. Sebagai kawasan yang berkembang menjadi kawasan pusat perdagangan dan jasa, kawasan perencanaan ini telah mempunyai berbagai fasilitas ayng berperan meningkatkan dan megaktifkan kawasan. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain fasilitas perdagangan (ruko) dan perkantoran dalam bentuk retail bangunan, area parker kenderaan, PKL, dan aktifitas alin yang sifatnya menunjang kawasan seperti pejalan kaki dan pangkalan taxi.
JU
R N
AL
.P O
LI
M
D
O
.A
F. Fasilitas Perdagangan Fasilitas perdagangan yang berkembang pada daerah perencanaan, meliputi fasilitas perdagangan berupa perkantoran modern, pedagang tradisonal meliputi pedagang kaki lima (PKL), dan grosir. Fasilitas perkantoran disini, pada perkembangannya sampai sekarang tidak seluruhnya mengalami keberhasilan. Fasilitas perkantoran yang berhasil umumnya perkantoran yang terletak disepanjang Jl. Trans Sulawesi, sedangkan perkantoran pada daerah pedalaman dari kawasan ada sebagian yang mengalami perpindahan. Perkembangan fasilitas perkantoran pada kawasan perencanaan Pusat Kota Amurang, umumnya berupa perkantoran bagi fasilitas yang berhubungan dengan jasa. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain Bank, Jasa Agen dan Service. Dari data bangunan pertokoan dan perkantoran di area perencanaan terdapat lebih dari 150 buah bangunan komersil berupa pertokoan dan kios dengan berbagai macam karakteristik. Dari jumla itu, data pengamatan dilapangan menemukan sebanyak 76 buah kapling yang masih digunakan dengan macam aktifitas 2 buah Bank cabang, 7 buah perkantoran dan jasa, serta 67 buah perdagangan. a). Pencapaian Terdapat tiga akses yang dapat mencapai pada site perencanaan. Arah pencapaian tersebut dibagi menjadi arah pencapaian utama dan arah pencapaian sekunder. Terdapat satu arah pencapaian utama yaitu pencapaian melalui samping Gereja Sentrum dari arah barat, dan dari arah timur pencapaian dari Pasar Tradisional dan Jalan Lurus Depan Gereja Sentrum. Pencapaian ke kawasan perencanaan melalui akses-akses tersebut dapat menggunakan berbagai jenis angkutan, baik angkutan pribadi maupun angkutan umum. Adapun angkutan umum yang mencapai pada kawasan Pusat Kota Amurang dapat berupa taxi, bis kota, angkutan kota, serta ojek. b). Pola Sirkulasi 1). Sirkulasi dan arah pergerakan disekitar kawasan perencanaan melalui arah pencapaian utama dan sekunder diatas, pada prinsipnya merupakan penggabungan/ terakumulasinya berbagai cara pencapaian/sarana pada jalan-jalan tersebut baik yang menggunakan sarana angkutan ataupun pejalan kaki ; 2). Fasilitas parkir pada kawasan perencanaan disediakan pada kantong bahu jalan dan basement. Kantong parker ini dilayani oleh sebuah pintu masuk dan sebuah pintu keluar. Selain itu, kantong parker
36
JURNAL TEKNIKA, Edisi 14, No. 2, November 2014: 28 - 43
AL
.P O
LI
M
D
O
.A
C
.ID
tersebut juga ditambah dengan area parker yang ada di sepanjang Jalan samping kanan Bangunan; 3). Pengadaan ruang terbuka hijau pada kawasan perencanaan dengan aktifitas perdagangan sangat kurang, sehingga kawasan ini terasa sangat panas pada siang hari. Kawasan ini sangat padat akan bangunan yang berorientasi pada bisnis tanpa dengan memperhitung ekologi lingkungan. Untuk bangunan yang bersifat perdagangan serta perkantoran sebenarnya dapat digunakan ruang terbuka hijau tanpa dengan mengabaikan nilai ekonomis lingkungan/kawasan. Namun pada kenyataan pengusaha sering mengabaikan akan hal ini, pada hal ruang terbuka hijau dapat memberikan nilai tambah bagi kawasan seperti kenyamanan lingkungan yang akan menimbulkan daya tarik kawasan terhadap kemunitas masyarakat konsumen. Konsep Pengembangan Ruang Transisi pada Tata Ruang Kawasan Perencanaan Konsep Fungsional sebagai Pengembangan Aktifitas Perancangan ruang transisi dilakukan dengan melakukan redesain bangunan dengan fungsi lama berupa ruko dengan penambahan fasilitasfasilitas lain yang nantinya akan merupakan bangunan utama kawasan yang bertujuan untuk menghidupkan kawasan perencanaan selama 24 jam; 4). Bangunan ruko yang telah ada terbukti mampu untuk menghidupkan kawasan selama siang hari, walaupun pada malam hari aktifitas hanya berupa aktifitas penghuni ruko tersebut. Potensi ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan aktifitas masyarakat tersebut sehingga aktifitas malam lebih hidup; 5). Perencanaan ruang transisi di kawasan Pusat Kota Amurang dengan fasilitas utama sebagai pusat perdagangan dan jasa dengan sifat komersial ini diharapkan menjadi kawasan yang mampu menjadi magnet bagi kawasan-kawasan sekitarnya, terutama pusat kota sehingga dalam perkembangan ruang transisi ini secara aktif meningkatkan taraf hidup kawasan sektiar. Arah dari tujuan tersebut dapat dicapai dengan memberikan konsep yang mengoptimalkan penggunaan lahan sebagai lahan perdagangan dan jasa. Tata guna lahan sebagai perdagangan dan jasa ini dikembangkan dengan penggunaan ruang/space-use bersifat komersial rekreatif; 6). Perdagangan dengan konsep ruang komersial rekreatif diharapkan mampu menciptakan magnet kawasan sendiri sehingga akan melahirkan aktifitas komunitas manusia pada kawasan tersebut. Dalam perkembangan selanjutnya, ruang transisi ini diharapkan memberikan upaya bagi kehidupan pusat kota.
JU
R N
G. Konsep Arsitektur Kawasan. Konsep arsitektur kawasan, dipandang secara fungsional dan letaknya, bentuk dan penampilan bangunan pada kawasan diorientasikan mempertahankan kawasan perencanaan sebagai ruang transisi dari kota modern dan pusat kota. Sehingga bangunan yang ditampilkan berkarakter bangunan histories Pusat kota berupa bangunan colonial dan juga mempunyai citra sebagai bangunan modern. Pendekatan arsitektural yang dilakukan dengan menggunakan arsitektur Aliran Post Modern Bangunan yang direncanakan akan mempunyai citra fungsionalnya sebagai bangunan perdagangan dengan konsep komersial-rekreatif. Konsep tata ruang luar merupakan penciptaan ruang yang terbentuk baik akibat penataan massa-massa bangunan maupun
KAJIAN PEMBANGUNAN PUSAT PERBELANJAAN MODERN SEBAGAI PROGRAM REVITALISASI PUSAT KOTA AMURANG
(Pierre Holy Gosal)
37
M
D
O
.A
C
.ID
karena sengaja dicipakan untuk keperluan tertentu. a). Konsep Tata Hijau Memberikan nilai tambah pada lingkungan secara estetis, visual, psikologis. Menjaga dan mempertahankan kelestarian lingkungan, system ekologi secara klimatologis sebagai pengatur iklim, penyaring udara kotor, dan sebagai media konservasi tanah. Sebagai unsur pengarah pada koridor tertentu. b). Konsep Pemetaan Mengarahkan jalur pejalan kaki pada kawasan perencanaan dengan simpul pada tempat parker dan menciptakan ruangruang terbuka sebagai wadah kegiatan/ komunitas masyarakat. Pengembangan Konsep Ruang Komersial Rekreatif. Mengarahkan jalur lintas dengan system hubungan antar kota modern dengan Axis Pusat kota dengan axis kawasan depan Gereja Sentrum. Menempatkan konfigurasi bangunan dengan menyesuaikan dengan struktur masa bangunan perencanaan konservasi Pusat kota. c). Konsep Sirkulasi dan Parkir Pemecahan sistem sirkulasi kenderaan di kawasan perencanaan yang tidak mengganggu aktifitas di public open space. Integrasi sarana pejalan kaki harus dikaitkan atau merupakan bagian yang integral dengan system transportasi umum, pemberhentian angkutan kota, ruang terbuka dan sebagainya. Pedestrian dicviptakan guna menghidupkan dan menigkatkan potensi kawasan. Melengkapi jalan bagi pejalan kaki dengan street furniture yang memadai, serta lampu pedestrian, sitting group, tempat ibadah, dan gardu telepon.
JU
R N
AL
.P O
LI
H. Revitalisasi Kota Amurang mengalami perkembangan yang sangat pesat karena memiliki potensipotensi alam yang begitu banyak. Pertanian kelapa telah berkembang sejak jaman pendudukan Belanda (Abad ke-15) dimana wilayah Wilayah Amurang sangat cocok dengan tanaman kelapa dalam. Dan hal ini terbukti benar karena hinga kini kelapa masih menjadi andalan utama di Kabupaten Minahasa Selatan.
38
Gambar 3. Kawasan Pusat Kota Amurang
JURNAL TEKNIKA, Edisi 14, No. 2, November 2014: 28 - 43
.A
C
.ID
Kawasan Pusat Kota yang di Revitalisasi (Gambar 3), oleh Pemerintah adalah Kawasan Pusat Kota yang mencakup luas +/- 60 KM2. Salah satu produk revitalisasi Tahun 2011 adalah Redesain Blok seluas 2.400 M2 untuk dijadikan sebagai Pusat Perbelanjaan Modern dalam bentuk “Mall”. Lokasi bangunan tersebut adalah pada gambar x.
Gambar 4. Bangunan dalam Kawasan Yang Di Revitalisasi
.P O
LI
M
D
O
Perencanaan Pra-Desain Revitalisasi Bangunan dalam Kawasan Revitalisasi Pusat Kota bertujuan mengembalikan kawasan perdagangan ini agar tetap menjadi pusat perdagangan di Amurang. Bangunan ini terletak di Kelurahan Uwuran 1 dimana sejak lama merupakan pasar tradisional (Gambar 4). Seiring dengan berkembangnya Kota Amurang yang menuntut perubahan maka sudah sangat dibutuhkan fasilitas perbelanjaan modern seperti super-market dan mall. Konsep ini didasarkan pada kenyataan bahwa banyak masyarakat Amurang yang berekeinginan untuk berbelanja di perbelanjaan modern sehingga harus pergi ke Kota Manado karena saat ini, perbelanjaan seperti itu baru tersedia di Manado.
JU
R N
AL
Tema perancangan yang diusung pada Revitalisasi Bangunan atau Mall ini menerapkan tema perancangan “ Indulgence (memanjakan) ”. Tema ini dipilih karena memiliki tujuan, dimana Indulgence (memanjakan) itu sendiri dapat diartikan dari banyak sisi yaitu sesuatu yang memberikan perhatian ,mewah dan berkelas. Hal ini diambil untuk menciptakan suasana atau bangunan yang dapat memberikan kesan kepada pengunjung terhadap area pusat perbelanjaan dan hiburan. Penerapan unsur Indulgence (memanjakan) ini dapat dilihat dari segi element-element yang ada pada Mall itu sendiri,seperti treatment pada dinding-dinding mall, pemakaian material, pola pada permainan ceiling,hingga penyediaan semua fasilitas yang dibutuhkan. One Stop Entertainment Mall itu sendiri mengkhususkan untuk kalangan menengah keatas dan diharapkan dapat memenuhi dan melayani berbagai kebutuhan masyarakat dari segi perbelanjaan hingga hiburan dalam melakukan suatu aktifitas didalamnya. Adapun gaya yang dapat diterapkan dalam perancangan Revitalisasi Mall ini yaitu Modern Tropis. Modern, bisa berarti muktahir atau terbaru. Dalam dunia arsitektur modern dapat ditandai dengan sesuatu yang minimal, eksplorasi ruang, material baru
KAJIAN PEMBANGUNAN PUSAT PERBELANJAAN MODERN SEBAGAI PROGRAM REVITALISASI PUSAT KOTA AMURANG
(Pierre Holy Gosal)
39
dan teknologi baru. Semua tanda-tanda ini mengarah kepada masa depan (future system), sedangkan Tropis yaitu memiliki temperatur yang tinggi, temperatur dan kelembaban rata-rata harian relatif konstan, dan range rata-rata,lebih mengarah kepada iklim.
C
.ID
Perkembangan arsitektur modern tropis ini akhirnya juga mempunyai dampak pada interiornya. Gaya arsitektur modern dan interior modern, tidak harus tampil kaku,dingin dengan garis-garis lurus dan tegas. Gaya ini juga dapat pula menerapkan dasar rancangan melalui bentuk geometris,seperti bentuk lengkung,lingkaran dan bentuk lainnya yang asimetris.Bentuk seperti ini akhirnya menjadi bagian dalam desain modern tropis.
.P O
LI
M
D
O
.A
Pemilihan gaya Modern Tropis sebagai konsep perancangan Revitalisasi Mall merupakan salah satu langkah penyesuaian antara tema dan gaya. Selain itu, pemilihan ini didasari oleh beberapa faktor, diantaranya : untuk menampilkan citra mal yang modern dengan nuansa tropis didalamnya dan berkemajuan teknologi & untuk memberikan kesan Indulgence (memanjakan),serta dengan pemanfaatan tanaman yang berkonsep out door menjadi indoor pada sebuah pusat perbelanjaan. Dengan suasana yang bersih dan segar. Konsep bentuk yang diterapkan pada bangunan Revitalisasi Mall ini menerapkan bentuk empat-persegi sederhana (konsep minimalis) serta ringan. Bentukanbentukan tersebut mempunyai fungsi dan kegunaan masing-masing yaitu untuk menarik minat pengunjung yang datang terhadap area pusat perbelanjaan dan bentukan tersebut disesuaikan dengan permainan lantai denah mall tersebut. Seperti pada area lobby, bentukan tersebut sudah dapat dirasakan dari mulai ceiling, lantai, meja reseption hingga pemakaian motif wallpaper pada dinding-dindingnya. Sehingga pengunjung yang datang dapat merasakan suasana berbeda pada saat berbelanja.
JU
R N
AL
Penerapan warna pada Revitalisasi Mall ini tetap berdasarkan konsep. Warna juga disesuaikan dengan penggayaan dari mall itu sendiri yaitu Modern Tropis. Warna yang lebih dominan pada mall ini adalah warna putih dan merah, dikarnakan warna inilah citra dari Semangat (Spirit) Mall serta Putih Bersih, netral, dan modern serta ada beberapa warna-warna pendukung seperti biru muda, abu-abu dan hitam. Penerapan warna-warna ini berfariasi, disesuaikan dengan material yang dipergunakan juga. Warna Putih dengan R:255,G:255,B:255 : Penerapan warna ini lebih dominan terhadap warna ceiling, kolom pada pondasi mall dan terhadap furniture yang dipakai. Warna Hijau dengan R:0,G:255,B:0 : Penerapan warna lebih mengarah kepada elementelement estetis seperti dinding,dan beberapa aksen pada furniture dan drop ceiling. Warna Abu-abu dengan R:179,G:179,B:179 : Penerapan warna mengarah kepada pemakaian material seperti stainless,yang dapat dilihat terhadap treatment pada kolom hingga raling tangga. Warna Hitam dengan R:0,G:0,B:0 : Penerapan warna mengarah kepada drop ceiling dan lantai. Warna Biru muda dengan R:0,G:255,B:255 : Penerapan warna mengarah kepada efek sinar lampu,pada drop ceiling.
40
JURNAL TEKNIKA, Edisi 14, No. 2, November 2014: 28 - 43
C
.ID
Adapun material yang diterapkan pada Revtalisasi Mall ini, penerapannya berdasarkan dari gaya perancangan. Dimana gaya perancangan yang diambil yaitu „Modern Tropis‟. Material yang dipergunakan yaitu material–material seperti kaca bening dan es, kaca cermin , stainless steel , melaminto , acrylic, kayu dan lain sebagainya. Serta penggunaan jenis tanaman seperti king palm dan canary date palm,yang merupakan ciri dari tropis. Penggunaan stainless steel hanya berupa list-list treatment pada dinding kolom saja. Semua itu untuk nilai estetis saja,agar menciptakan kesan modern tropis pada interior didalamnya.
D
O
.A
Penerapan konsep pencahayaan pada interior Revitalisasi Mall ini dibagi dalam 2 bentuk, yaitu: Penerangan Setempat ( Local Lighting ), Penerangan Khusus ( Speciality Lighting). Untuk menunjang konsep ruang yang menerus pada mall,bagian atap mall biasanya diselesaikan dengan skylight, yang berfungsi memasukan cahaya matahari kedalam bangunan mal pada siang hari. Selain berfungsi sebagai pengarah pada mall,cahaya ini juga membantu pengunjung untuk memfokuskan orientasi kedalam bangunan. Untuk pemakaiannya membutuhkan 200 hingga 500 lux dengan operasi manual secara berkesinambungan.
LI
M
Sistem penghawaan yang diterapkan pada Revitalisasi Mall ini menerapkan jenis penghawaan buatan , yaitu penghawaan yang menggunakan berupa Air Conditioning System dengan penggunaan dua jenis AC , yaitu AC Split System dan AC Central.
JU
R N
AL
.P O
Sirkulasi merupakan ruang atau area sebagai alur jalannya pengunjung dan pengguna lainnya, yang diharapkan mempunyai jarak yang sesuai dengan standar pedoman interior. Sirkulasi merupakan akses lalu-lalang sesuai kebutuhannya dalam melakukan aktivitas yang bervariasi dalam bangunan. Sirkulasi pada Revitalisasi Mall bisa dilihat dari setiap unit tenant-tenant yang menghadap ke jalur sirkulasi utama, sehingga setiap unit tenantnya akan menjadi strategis. Ukuran tiap-tiap unit tenant juga besar diatas 21 s/d 28 m2 dengan lebar umum minimum 3 m tiap unit. Sehingga para penyewa dapat mendisplay barang dagangan mereka dengan baik,seperti pada gambar dibawah ini. Jarak sirkulasi zona 1 dan antara eskalator dengan tenant, serta pada zona 2 antara tangga dengan tenant sirkulasinya mencapai 4,9 m. Sedangkan pada zona 3 dengan ditandai antara eskalator dengan tenant sirkulasinya mencapai 5,1 m dan pada zona 4, menandakan antara lift barang serta tangga darurat sirkulasinya mencapai 2,5 m, hal ini berlaku pada setiap lantai berikutnya. Semua itu dilakukan untuk menghindari crowd (penumpukan orang). Untuk bentukan sirkulasi pada One Stop Entertainment Mall menerapkan beberapa bentukan diantaranya ada lima bentukan mall yaitu bentukan linier,”T”,”L”,setengah lingkaran dan gabungan dari ke empat bentukan lainnya. Bentukan-bentukan tersebut mempunyai fungsi dan kegunaan masing-masing yaitu untuk menarik minat pengunjung yang datang terhadap area pusat perbelanjaan dan KAJIAN PEMBANGUNAN PUSAT PERBELANJAAN MODERN SEBAGAI PROGRAM REVITALISASI PUSAT KOTA AMURANG
(Pierre Holy Gosal)
41
bentukan tersebut disesuaikan dengan sirkulasi dari denah mall tersebut.
C
.ID
Penataan retail tenant dan anchor tenant yang baik dapat saling mendukung terjadinya aliran pengunjung yang merata disepanjang mall,dengan penerapan bentukan seperti diatas yang antara tenant satu dengan tenant lainnya cukup diberikan ruang sirkulasi yang luas. Sehingga terhindar dari crowd yaitu menurut Le Bon istilah kerumunan yang berarti sejumlah individu yang berkumpul bersama, namun dari segi psikologis istilah kerumunan mempunyai makna sekumpulan orang yang mempunyai ciri baru yang berbeda yaitu berhaluan sama dan kesadaran perseorangan lenyap dan terbentuknya satu makhluk tunggal kerumunan terorganisasi (organized crowd) atau kerumunan psikologis (psychological crowd).8
LI
M
D
O
.A
Site Plan didasarkan pada konsep sebagai berikut: Simetris - Akses dari segala arah – Futuristik. (Gambar 5 )
.P O
Gambar 5. Konsep Site Plan Revitalissasi Mall Pusat Kota Amurang
JU
R N
AL
Kesimpulan dan Saran A). Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dalam pekerjaan ini adalah bangunan revitalisasi dalam konsep mall meskipun dengan site kecil tetapi dengan penggunaan basement dan 2 lantai ruang jasa cukup efektif untuk memberikan kesan perbelanjaan modern sehingga masyarakat Kota Amurang tidak perlu datang ke Manado untuk mencari mall perbelanjaan. Mall ini tidak hanya untuk melayani kawasan revitalisasi seluas 64 KM2 tetapi juga dapat melayani masyarakat dari sekitarnya yaitu Kecamatan Amurang Timur s/d Kecamatan Tumpaan, Kecamatan Amurang Barat s/d Kecamatan Sinonsayang serta sekitarnya termasuk wilayah dataran tinggi yakni daeram Modoinding. Bentuk arsitektur yang diusulkan adalah modern minimalis dengan konsep memberikan „kemanjaan‟ kepada pengguna dalam hal ini tenant dan masyarakat. Bangunan ini dilengkapi dengan infrastruktur modern seperti escalator, sistem penghawaan buatan yaitu AC Central. Menggunakan sistem penangkal petir dan keamanan kebakaran yang sesuai dengan Undang-Undang Bangunan Gedung.
42
JURNAL TEKNIKA, Edisi 14, No. 2, November 2014: 28 - 43
.ID
B). Saran Dalam pelaksanaan perancangan, perlu dipertimbangkan dengan teliti semua sistem bangunan baik dalam maupun luar. Karena itu lebih baik dalam pengembangan nanti, mall ini dipercayakan kepada investor yang bonafide dan tidak mengandalkan dana bank. BAPPEDA sebagai owner perlu secara teliti melihat proses pembangunan karena berpeluan untuk mengganggu pelaksanaan kegiatan perdagangan dan jasa. Untuk itu studi AMDAL perlu dibuat.
JU
R N
AL
.P O
LI
M
D
O
.A
C
Referensi: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon Danisworo, Mohammad & Widjaja Martokusumo (2000), “Revitalisasi Kawasan Kota Sebuah Catatan dalam Pengembangan dan Pemanfaatan Kawasan Kota”. Laretna (2003), Pusaka, Kenaekaragaman, Keunikan dan Kerangka Dasar Pelestarian, Jakarta Rencana Tatat Ruang Wilayah (RTRW) Minahasa Selatan (2010), Bappeda Kabupaten Minahasa Selatan. Amurang Budiharjo Eko Prof. Ir.. Msc (1998): Kota yang Berkelanjutan, UI Press Jakarta, Hamidah mengutip Miarsono Harry,Ir., Phd, (2013), Pelestarian Arsitektur Kota, (Buku Ajar) http://hamidah76.blogspot.com/2013_06_01_archive.html (diakses pada 16 Oktober 2014) Kawilarang Hary (2007), Bermulanya Minahasa dikenal di Peta Dunia, http:// www.theminahasa.net/history/stories/minahasapetaid.html (diakses 16 Oktober 2014) Gustaf Le Bond (1895), The Crowd-A study of the Popular Mind (Psychologie des Foules; Psychology of Crowds), Guttenberg
KAJIAN PEMBANGUNAN PUSAT PERBELANJAAN MODERN SEBAGAI PROGRAM REVITALISASI PUSAT KOTA AMURANG
(Pierre Holy Gosal adalah Dosen di Fakultas Teknik - Universitas Sam Ratulangi)
43
Kesimpulan Perlakuan alkali (NaOH) dapat meningkatkan sifat mampu basah (wettability) serat daun sansevieria dengan matrik polyester yang diindikasikan dengan penurunan nilai sudut kontaknya. Perlakuan alkali menyebabkan permukaan menjadi bersih dari kotoran dan impuritas lain namun permukaannya menjadi kasar. Oleh karena itu, perla-
.ID
kuan awal dengan alkali pada serat sabut kelapa diperlukan untuk meningkatkan ikatan antara serat dan matrik.
C
Daftar Pustaka
Alves F, Castro P, Martins G,Andrade S, Toledo F. 2103.The effect of fiber morpholo-
.A
gy on the tensile strength of natural fibers.J Mater Res Technol.2(2):149–157. sisal fibres. Applied Composite Materials 7:331–339.
O
Bisanda ETN. 2000. The effect of alkali treatment on the adhesion characteristics of Bledzki, AK, Gassan J, 1999. Composites reinforced with cellulose based fibres. http://
D
www.sciencedirect.com/science? [ 27 Juni 2014].
Chen L, Chiparus I, Sun DV, Negulescu TA, Calamari. 2005. Natural fibers for auto-
M
motive nonwoven composites, J Industrial Textiles 35(47): 80-86. De Valde KV, Kiekens P. 1999. Wettability of natural fibre used as reinforcement for
LI
composite, 2nd International Wood and Natural Fibre Composites Symposium. Hlm 7-1:7-12
.P O
Guillermo C, Aitor A, Rodrigo LP, Inaki M. 2003. Effects of fibre treatment on wettability and mechanical behavior of flax/polypropylene composites. Composites Science and Technology. 63:1247–1254.
Joshia SV, Drzalb LT, Mohantyb AK, Arorac S. 2004. Are naturalfiber composites environmentally superior to glass fiberreinforced composites? Compos A – Appl Sci
AL
Manuf. 35:371–376.
Liu XY, Dai GC. 2007, Surface modification and micromechanical properties of jute fiber mat reinforced polypropylene composites.Express Polymer Letters. 1(5):299-
R N
307.
Munawar SS, Umemura K, Kawai S, 2007. Characterized the morphological, physical, and mechanical properties of the non-wood plant fibre bundles,
http://
www.springerlink.com/content/, [8April 20014].
JU
Mwaikambo LY, Ansell MP. 1999. The effect of chemical treatment on the properties of hemp, sisal, jute and kapok fibres for composite reinforcement, 2nd International Wood and Natural Fibre Composites Symposium. Hlm 12.1–12.16.
120
JURNAL TEKNIKA, Edisi 14, No. 2, November 2014: 113-120