22
KAJIAN ATAS PENGARUH PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH Oleh: DEDDY SUHARDI DosenFakultasIlmuAdministrasiUniversitasSubang Email:
[email protected] Abstrak Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah merupakan suatu sistem pembiayaan pemerintahan dalam kerangka negara kesatuan, yang mencakup pembagian keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta pemerataan antar Daerah secara proporsional, demokratis, adil dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi dan kebutuhan daerah, sejalan dengan kewajiban dan pembagian kewenangan serta tata cara penyelenggaraan kewenangan tersebut, termasuk pengelolaan dan pengawasan keuangannya. Dana perimbangan keuangan ini memenuhi porsi yang sangat besar antara 80% - 90% dari APBD sebagai pembiayaan penyelenggaraan otonomi daerah. Dalam pelaksanaannya hampir 60% -75% bahkan sampai ada yang 80% lebih digunakan untuk belanja pegawai, tanpa dibarengi dengan kualitas atau kompetensi pegawainya; sehingga untuk belanja pembangunan atau untuk pelayanan kepada masyarakat dalam rangka menyejahterakan masyarakat hanya 40% -25% bahkan mungkin riilnya dibawah 25%. Kondisi tersebut tampaknya menjadi tidak begitu besar pengaruh dari dana perimbangan dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan didaerah, ditambah pula dengan kompetensi atau kemampuan pengelolaan keuangan yang belum dapat memamfaatkan dana tersebut secara optimum; sehingga mengakibatkan pula dana perimbangan tersebut tidak proporsional dengan urusan kewenangan yang diterima oleh daerah otonom. Hal ini dapat dilihat dari porsi dana perimbangan keuangan non belanja pegawai dibandingkan dengan total APBD; dari 42 urusan, 33 urusan memperoleh dibawah 0,5%, 4 urusan memperoleh1%-2%, 3 urusan memperoleh 2%-3%, 1 urusan (pendidikan) memperoleh 5, 47% dan yang cukup besar 11,31% urusan fasilitas umum (Pekerjaan Umum). Jadi rata-rata memperoleh dana sangat sangat kecil sekali, kiranya bisa kita bayangkan bagaimana pelayanan kepada masyarakat melalui urusan-urusan yang diserahkan tersebut akan dapat terlaksana dengan baik. Kata kunci: Dana Perimbangan Pemerintah pusat dan Pemerintah daerah, penyelenggaraan pemerintah daerah (melalui urusan-urusan yang diserahkan)
Abstract Financial Balance Central Government and Local Government is a system of government financing within the framework of a unitary state, which includes financial sharing between the Central Government and the Regions and equity between regions proportionally, democratic, fair and transparent with regard to the potential, conditions and needs of the region, in line with obligations and the distribution of authority as well as the procedure for the organization of such authority, including financial management and supervision. Financial balance meets a very large portion of between 80% - 90% of the budget as the financing of regional autonomy. In the implementation of nearly 60% -75% even until there are 80% more used for personnel expenditure, without coupled with the quality or competence of its employees; so for shopping development or for services to the community in order to improve the life of society is only 40% -25% real maybe even below 25%. The condition seems to be not so much influence on the balance of funds in the implementation of the governance area, coupled with the competence or the ability of the financial management of these funds have not been able to capitalize upon its optimum; resulting in the balance of the funds is not proportionate to the affairs of the authority received by the autonomous region. It Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1
23
can be seen from the portion of non-financial balance personnel expenditures compared to the total budget; 42 affairs, 33 affair gained under 0.5%, 4 affairs memperoleh1% -2%, 3 affairs gained 2% -3%, 1 affairs (education) earn 5, 47% and 11.31% sizable business facilities public (Public Works). So on average, funds are very small, presumably we can imagine how the public service through the affairs that are submitted will be done well. Keywords: Fund Balance The central government and local government, the organization of local authorities (through the affairs submitted) A. P E N D A H U L U A N
dan memang sangat penting dan relevan
Seiring dengan diberlakukannya
untuk dibahas.
otonomi daerah merupakan konsekwensi
Selama
32
tahun
ketentuan
logis bagi daerah adanya kesiapan daya
perimbangan keuangan belum berjalan
dukung sumberdaya keuangan.
sebagaimana
sumber
daya
keuangan
Adapun
ini
adalah
berjalan
yang
secara
diharapkan,
yaitu
tersentralisasi,
tidak
terutama pembagian sumber keuangan
proporsional dan jauh dari keinginan dan
antara pusat dan daerah yang selama ini
harapan daerah, hal ini sebagaimana
diatur secara sentralisasi baik besarnya
dikemukanan oleh SUPARMOKO (1987 :
dimana pusat selalu menguasai lebih
307) dan MACHFUD SIDIK (1999 : 16)
besar,
kewenangan
menggambarkan bahwa pada Tahun 1970
penggunaannya, maka timbul tuntutan
Indonesia memiliki derajat sentralisasi
terhadap sumber keuangan ini mencuat ke
yang tertinggi, yaitu 83,8% pendapatan
permukaan.Tuntutan terhadap pembagian
negara
sumber dana atau keuangan ini tidak lagi
pemerintah
sekedar
sudah
pendapatan
disertai dengan ancaman dari berbagai
pemerintah
daerah terutama daerah penghasil sumber
pendapatan yang berasal dari pendapatan
daya alam untuk memisahkan diri dari
asli daerah. Salah satu alasan sentralisasi
Negara
Indonesia
keuangan ini disebabkan hampir sebagian
Oleh karena itu pembagian
besar daerah memiliki sumber daya alam
maupun
(NKRI).
wacana,
Kesatuan
akan
tetapi
Republik
sumber keuangan ini ramai dibicarakan
berasal pusat
dari ;
dan
daerah pusat
pendapatan
serta
90,1%
dari
berasal
dari
hanya
1,6%
yang terbatas.
Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1
24
Konsekuensi merupakan
salah
logis
Pemerintah
Daerah,
kemudian
permasalahan
disempurnakan dengan UU No 32 Tahun
dalam penyelenggaraan Otonomi Daerah
2004 tentang Pemerintahan Daerah dan
adalah
UU
sumber
satu
dan
dana.
Kemampuan
No,
33
sumber dana ini seperti dikemukanan oleh
Perimbangan
PAMUDJI (Kaho, 1988 : 124)
Pemerintah
yaitu
Tahun
2004
tentang
Keuangan Pusat
dan
antara Pemerintah
“pemerintah daerah tidak akan dapat
Daerah.
melaksanakan fungsinya dengan efektif
pelaksanaannya?
dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk
Pusat akan konsekwen, kosisten dan
memberikan
transparansi?
pelayanan
dan
Tinggal sekarang bagaimana Apakah Pemerintah
Demikian juga, apakah
pembangunan”, yang menurut ERMAYA
daerah sanggup dan siap melaksanakan
(1988 : 117) “salah satu persyaratan
kedua kebijakan tersebut dengan baik ?
minimal
keberhasilan
pelaksanaan
Berdasarkan latar belakang yang
otonomi daerah adalah memiliki sumber
telah diuraikan tersebut di atas, kajian
keuangan, terutama sumber keuangan
terhadap
sendiri”. Demikian pula BINTORO (1981 :
“Pengaruh Perimbangan Keuangan antara
96) mengemukanan “bahwa pemerintah
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
daerah
akan
menjalankan
terhadap
dengan
baik,
bila
sumber-sumber
fungsinya
menerima keuangan
penyelenggaraan
Otonomi
untuk
Penulis mencoba mengkaji dari beberapa aspek
dikeluarkan
menyangkut
Daerah”menjadi
Adalah wajar apabila Pemerintah disamping
yang
cukup
melaksanakan fungsinya”.
Pusat
masalah
dan
yang
penting
mungkin
untuk
akan
dikaji.
menjadi
permasalahan, yaitu : 1. Seberapa
besar
pengaruh
diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999
perimbangan
tentang
Pemerintah Pusat dan Daerah
Pemerintah
daerah,
juga
keuangan
dikeluarkan dan diberlakukan UU No. 25
terhadap
Tahun
otonomi daerah?
1999
tentang
Perimbangan
antara
penyelenggaraan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1
25
2. Apakah
Pemerintah
Daerah
Istilah otonomi secara etimologi
mampu memanfaatkan besarnya
berasal dari Bahasa Latin “Autos” yang
dana yang diterima atau yang
artinya sendiri dan “Nomos” yang artinya
tersedia
aturan.
beserta
kewenangan
penggunaannya proporsional
yang dengan
luas
Dari asal kata ini kemudian
beberapa sarjana memberi arti Otonomi sebagai
“Zelwetgeving”
kewenangan Pemerintah Daerah
mengundangkan sendiri sesuai dengan,
untuk
atau perundangan sendiri, mengatur atau
melaksanakan
tugas
pemerintah di daerah? 3. Apakah
dana
keuangan dengan
jumlah
memerintah sendiri atau pemerintahan
perimbangan
telah
kewenangan
proporsional urusan
yang
sendiri.
ERMAYA
mengemukakan
Otonomi
untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri
sesuai
dengan
perundang-undangan
yang
berlaku.
Konsep Otonomi Daerah.
desentralisasi,
pengertian
113)
diserahkan
B. OTONOMI DAERAH
dianutnya
:
Daerah adalah hak, wewenang daerah
peraturan
Sebagai
(1988
atau
atau dilaksanakan?
1.
atau
Berdasarkan ajaran catur praja
konsekwensi maka
dalam
Van Vollenhoven (ERMAYA ; 1993 : 50) bahwa otonomi mencakup aktivitas : (1)
pelaksanaannya dikenal adanya daerah
membentuk
otonomi, yaitu daerah yang diberi hak dan
(Zelfwetgeving); (2) melaksanakan sendiri
kewajiban untuk mengatur dan mengurus
(Zelfuitvoering) ; (3) melakukan peradilan
rumah tangganya sendiri. Sejalan dengan
sendiri (Zelfrechtpraak) ;
itu
hubungan
tugas
hubungan
Ajaran Catur
maka
terjadilah
kekuasaan/kewenangan,
perundangan
kepolisian
sendiri
(4) melakukan
sendiri
(Zelf-politie).
Praja Van Vollenhoven
keuangan dan hubungan pengawasan
tentang otonomi tersebut, cakupannya
antara pemerintah pusat dan daerah-
ternyata sangat luas.
daerah otonom.
empat bagian tersebut, tugas lain yang
Selain meliputi
Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1
26
dilaksanakan dilakukan
oleh
juga
pemerintah
oleh
daerah
adalah
menyelenggarakan
rumah
tangganya
dan
pusat
meskipun
otonomi
pengurusan
terhadap
penduduknya sendiri ; b.
melaksanakan
Secara materi, isi dan luas rumah tangga daerah itu tergantung pada
kesejahteraan rakyat suatu daerah sesuai
sistem
dengan batas wilayah yang bersangkutan.
dipergunakan
Aktivitas
pemerintah.
otonomi
tergantung
pada
kebijaksanaan dan penyerahan urusan 72)
sistem
daerah
bersangkutan.
yang
yang
oleh
suatu
berdasarkan di
sejarah
Indonesia
pemerintah
pernah
dianut
beberapa sistem; sistem otonomi materiel
perumusan yang dikemukakan para ahli
dianut pada masa berlakunya UU No. 22
tentang
dengan
Tahun 1948, sistem otonomi riil dianut
otonomi daerah yang pada pokoknya
semasa berlakunya UU No. 1 Tahun 1957
selalu otonomi itu yang sebagai suatu hak
dan UU No. 18 Tahun 1965. Kemudian
atau kewenangan dari suatu daerah untuk
prinsip otonomi riil dan seluas-luasnya ini
mengatur daerahnya sendiri.
baru berakhir sejak berlakunya UU No. 5
yang
banyak
tangga
lagi
apa
Masih
negara
rumah
Menurut KAHO (1990 : 16, 18,
sesuai dengan kondisi sosial politik dan pemerintahan
seorang
dimaksud
Mengenai dimensi batasan luas
Tahun
1974.
UU
yang
terakhir
ini
atau besarnya dari suatu otonomi yang
menganut prinsip otonomi yang nyata,
diberikan kepada suatu daerah, ERMAYA
bertanggung jawab dan dinamis, yang
(1998 : 121) mengemukakan 2 aturan
sebenarnya
teori
merupakan
batasan sebagai berikut :
variasi prinsip otonomi riil.
Selanjutnya
a.
Secara
teritorium,
luasnya
apabila melihat UU No. 22 Tahun 1999,
kekuasaan otonomi suatu daerah
tampaknya prinsip otonomi daerah akan
otonomi terbatas sampai wilayahnya
kembali pada variasi otonomi riil, ditambah
saja,
wilayahnya
dengan istilah luas dan bertanggung
daerah tidak mempunyai kekuasaan,
jawab ; hal ini dapat dikaji dari prinsip-
di
luar
yaitu
secara
batas
prinsip otonomi sebagaimana penjelasan Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1
27
UU tersebut, yaitu dalam penjelasan
pembentukannya,
umum, nomor 1 huruf I, poin (2) bahwa :
sekaligus/bebarengan
“Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan
penyerahan
pada
tingkat
otonomi
bertanggung
luas,
jawab:
nyata dan
dan
poin
(3)
dilakukan dengan
urusan
I.
bagi
Pada
kewenangan
daerah
umumnya
pangkal
meliputi
“Pelaksanaan otonomi daerah yang luas
beberapa urusan, misalnya urusan
dan
Daerah
umum, tata usaha , urusan lingkup
Kabupaten dan Daerah Kota, sedangkan
pertanian, urusan kesehatan, urusan
otonomi
pekerjaan
utuh
diletakan
daerah
pada
Provinsi
merupakan
otonomi yang terbatas”. Mengenai
umum,
urusan
sosial,
urusan pendidikan dasar dan lain-lain.
cara
penyerahan
hanya
terkadang
urusan
urusan yang diberikan pada suatu daerah
merupakan
terutama dalam hal ini kepada Daerah
tersebut kurang dikembangkan oleh
Tingkat II, menurut KAHO (1990 : 95)
pemerintah daerah, sehingga urusan
dilakukan dengan dua cara, yaitu :
otonomi dirasakan menjadi sangat
a.
statis.
Penyerahan urusan secara langsung, yaitu pemerintah pusat menyerahkan kepada
daerah-daerah
Urusan-urusan
tingkat
tertentu
b.
kewenangan
yang
Penyerahan
II.
penyerahan
untuk
pemerintah
tidak
pangkal
langsung
bertingkat, pusat
atau yaitu
menyerahkan
diselenggarakannya secara langsung
urusan-urusan tertentu lebih dahulu
tanpa
kepada daerah tingkat I dan kemudian
melalui
tingkat I.
pemerintah
daerah
Penyerahan urusan ini,
pemerintah
daerah
tingkat
I
kemudian menurut ERMAYA (1998
menyerahkan urusan-urusan tersebut
:32)
kepada
dilakukan
pada
waktu
daerah-daerah
tingkat
II
pembentukan daerah otonom yang
dalam lingkungannya.
bersangkutan dan disebut sebagai
penyerahan urusan tidak langsung ini
“kewenangan pangkal” dengan diatur
dilakukan
oleh
tetapi
Undang-undang
tidak
urusan
Jadi pada
bersamaan, diserahkan
akan
terlebih
Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1
28
dahulu pada daerah tingkat I, baru
senantiasa
berada
dalam
tangan
kemudian kepada daerah tingkat II
pemerintah Daerah Tingkat I.
Adapun
dalam lingkungannya.
urusan-urusan yang akan diserahkan oleh
Menurut hasil penelitian KAHO
pemerintah pusat dapat dilihat dalam
:
undang-undang
(1990
96)
dilimpahkannya
disamping urusan
telah
pangkal,
pembentukannya,
di
biasanya tergantung pada sistem rumah
Indonesia selama ini telah pula diserahkan
tangga yang dianut, misalnya dengan
18 – 19 jenis urusan kepada daerah-
sistem rumah tangga materiil, maka akan
daerah tingkat I di seluruh Indonesia,
tampak
namun demikian untuk daerah-daerah
persatu secara limitatif.
tingkat II dalam lingkungan setiap daerah tingkat
I
diatas
satu
Dari jumlah urusan (isi otonomi) dan luas kewenangan dapat terlihat dan
mempunyai isi otonomi (jumlah urusan)
tergambar apa yang menjadi tugas dan
dan luas kewenangan yang sama dengan
fungsi pemerintah daerah. Berdasarkan
daerah tingkat I di atasnya.
UU No.22/1999 )dan atau UU No.32 tahun
umumnya
Daerah Tingkat
II
berarti
diperinci
juga
Pada
tidak
urusan-urusan
isi
Otonomi
jauh lebih sedikit
2004)
tentang
daerah
Pemerintahan
Daerah,
Kabupaten/Kota
dalam
dibandingkan dengan isi Otonomi Daerah
penyelenggaraan pemerintahannya penuh
Tingkat I.
berdasarkan
Demikian juga wewenang
azas
desentralisasi,
dalam menyelenggarakan setiap urusan
sebagaimana tercantum dalam Pasal 11
lebih
ayat
sempit
dari
wewenang
Daerah
(1)
bahwa
Tingkat I dalam menyelenggarakan urusan
kabupaten/kota
yang sama, misalnya kepada Daerah-
kewenangan
daerah
kewenangan
Tingkat
II
tidak
diberikan
kewenangan
daerah
mencakup
semua
pemerintahan yang
selain
dikecualikan.
wewenang untuk mengkoordinasikan, dan
Selanjutnya
mengawasi daerah otonom bawahan serta
tersebut tiap kabupaten/ kota (dalam hal
wewenang untuk mengadakan penelitian
ini
dan
kewenangan melaksanakan 32 urusan
percobaan,
wewenang
tersebut
berdasarkan
Kabupaten
Subang)
ketentuan
memiliki
Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1
29
wajib
dan
9
urusan
pilihan,
yang
titik berat otonomi berada pada
dilaksanakan melalui 72 Satuan kerja
daerah,
dengan
pertimbangan
perangkat daerah (29 Dinas, 8 Bagian, 4
daerah-lah
kantor dan 30 Kecamatan)
berhubungan dengan masyarakat
yang
langsung
sehingga diharapkan dapat lebih 2.
Tujuan
Pemberian
Otonomi
mengerti dan memenuhi aspirasi
Daerah
masyarakat ;
RONDINELLI dan SMITH (Made
c.
Agar
daerah
ikut
melancarkan
Suwandi : 1998 : 1) mengemukakan
jalannya
pendapat
pemerintahan sebagai sarana untuk
bahwa
Pemerintah
tujuan
Daerah
dibentuknya
adalah
untuk
pembangunan
mencapai kesejahteraan masyarakat
mencapai dua tujuan utama, yaitu tujuan
yang
politis
dilaksanakan
dan
tujuan
ekonomis
atau
administratif. Apabila dilihat dari uraian
harus
diterima
dan
dengan
penuh
tanggung jawab.
tentang otonomi daerah, maka tujuan pemberian
otonomi
adalah
sebagai
Agar memungkinkan daerah yang bersangkutan
b.
Unsur-unsur
yang
mempengaruhi Otonomi Daerah
berikut: a.
3.
mengatur
dan
Untuk
mewujudkan
penyelenggaraan otonomi daerah yang
mengurus rumah tangganya sendiri
benar-benar
untuk meningkatkan daya guna dan
mewujudkan kesesuaian antara prinsip
hasil
penyelenggaraan
dan praktek penyelenggaraan otonomi
pemerintah dalam rangka pelayanan
daerah seperti yang tercermin dari upaya
kepada
penyempurnaan
guna
masyarakat
dan
sehat,
sehingga
berbagai
pelaksanaan pembangunan ;
perundang-undangan
Dalam
tentang
pemerintahan
pelayanan kepada masyarakat dan
terdapat
beberapa
pelaksana-an pembangunan, maka
diperhatikan.
rangka
meningkatkan
yang
dapat
produk mengatur
daerah,
unsur
yang
Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1
maka perlu
30
Kaho (1983 : 60) mengemukakan
diterbitkan dan diberlakukannya pula UU
unsur atau faktor yang mempengaruhi
No. 25 Tahun 1999, tentang Perimbangan
atau yang menjadi syarat pelaksanaan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
otomi daerah pada umumnya, adalah :1).
Daerah.
Manusia
pelaksana
harus
baik,
2).
Secara
esensial
Keuangan harus cukup dan baik, 3).
berlakunya
Peralatannya harus cukup dan baik, dan
dengan
berlakunya
4). Organisasi dan manajemen harus baik.
keuangan,
dimaksudkan
Salah satu kriteria yang penting untuk
mengetahui
secara
nyata
otonomi
“self supporting” dalam bidang keuangan.
pembiayaan
Dengan
demikian
merupakan
faktor
keuangan
perimbangan agar
daerah
diberikan yang jelaslah
sumber-sumber cukup.
Dengan
faktor
keuangan
dalam
merupakan esensial dalam setiap kegiatan
mengukur tingkat kemampuan daerah
pemerintahan, makin besar jumlah dana
dalam melaksanakan otonomi daerah,
yang tersedia, makin banyak pula kegiatan
sehingga dalam penyelenggaraan urusan
yang
rumah tangganya, daerah membutuhkan
semakin baik pengelolaannya semakin
dana atau uang.
berdaya
Pentingnya
esensial
disertai
dengan sebaik-baiknya, maka kepada daerah
lain,
daerah,
dapat mengurus rumah tangganya sendiri
kemampuan daerah adalah kemampuan
perkataan
dengan
faktor
keuangan
dapat
dilaksanakan
guna
dan
dan
berhasil
juga
guna
pemakaian dana tersebut.
dalam penyelenggaraan otonomi daerah disadari oleh pemerintah, demikian pula cara
alternatif
untuk
C. PERIMBANGAN ANTARA
mendapatkan
wakil-wakil rakyat. Hal ini dapat dilihat,
PEMERINTAH
PUSAT
DAN DAERAH
keuangan secara memadai telah pula dipertimbangkan oleh pemerintah dan
KEUANGAN
1.
Sumber Keuangan Daerah Faktor
keuangan
mengandung
bahwa ketika diterbitkannya UU No.22
arti setiap hal yang berhubungan dengan
Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah,
masalah uang, antara lain berupa sumber
Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1
31
pendapatan, jumlah uang cukup dan pengelolaan dengan
keuangan
tujuan
dan
yang
a.
sesuai
peraturan
Transfer atau alokasi dari pemerintah pusat antara lain meliputi :
yang
1)
Anggaran Pusat (Votes) ;
berlaku.Faktor keuangan sangat penting
2)
Bantuan Pusat (Grants) ;
dalam setiap kegiatan pemerintah, karena
3)
Bagi Hasil Pajak ;
hampir tidak ada kegiatan pemerintahan
4)
Pinjaman ;
yang tidak membutuhkan biaya.
5)
Penyertaan Modal.
Makin
besar jumlah uang yang tersedia, makin
b.
Perpajakan Pemerintah Daerah dapat
banyak pula kemungkinan kegiatan yang
memperoleh sumber pendapatan dari
dapat
perpajakan dengan 3 cara, yaitu :
dilaksanakan.
semakin
baik
Demikian
pengelolaan,
juga
semakin
Pertama, Pembagian hasil pajak yang
berdaya guna (efisien) pemakaian uang
dikenakan dan dipungut oleh pusat.
tersebut. PAMUDJI (KAHO ; 1988 : 124)
Kedua,
menegaskan pentingnya aspek keuangan,
memungut tambahan pajak di atas
yaitu: “Pemerintah Daerah tidak akan
suatu
dapat melaksanakan fungsinya dengan
dikumpulkan pusat. Para wajib pajak
efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup
di
untuk
memberikan
Pemerintah Daerah dapat
pajak
daerah
yang
dipungut
umumnya
dan
membayar
pelayanan
dan
pungutan tambahan beserta pajak-
keuangan
inilah
pajaknya kepada pemerintah pusat,
yang merupakan salah satu dasar untuk
yang pada gilirannya membayarkan
mengetahui secara nyata kemampuan
pendapatan opsen tersebut kepada
daerah dalam mengurus rumah tangganya
pemerintah daerah.
sendiri”.
Ketiga,
pembangunan....
Mengenai
dan
sumber
keuangan
yaitu
pemungutannya pengumpulannya
1988:
pemerintah
berikut:
mengemukakan
sebagai
berdasarkan
yang dan
daerah KJ. DAVEY (AMANULLAH, Dkk ; 25--)
pajak
ditahan daerah
kewenangan
diberikan pemerintah pusat. Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1
oleh sendiri yang
32
c.
Retribusi (Charging)
3)
Pajak biasanya harus diabayar oleh anggota masyarakat sebagai suatu kewajiban
d.
jangka panjang. e.
Perusahaan (Badan Usaha Milik
tanpa
Daerah), yaitu sumber pendapatan
pertimbangan apakah secara pribadi
yang diperoleh dari laba perusahaan
mendapat manfaat atau tidak dari
milik Pemerintah Daerah.
pelayanan
hukum,
Membiayai pembangunan proyek
yanjg
mereka
biayai.
f.
Pemerintah Daerah Tingkat Ganda,
Sebaliknya retribusi dibayar langsung
yaitu adanya pembagian pendapatan
oleh mereka yang menikmati suatu
antar pemerintah daerah.
pelayanan dan biasanya dimaksudkan
Adapun berdasarkan UU No. 22
untuk menutup seluruh atau sebagian
Tahun 1999, tentang Pemerintah Daerah,
dari biaya pelayanan.
Pasal 79 dan UU No.25 Tahun 1999
Pinjaman
tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah
daerah
disamping
Pemerintah Pusat dan Dearah, Pasal 3,
memperoleh alokasi dana dari sumber
bahwa Sumber Pendapatan Daerah terdiri
lain,
badan-badan
atas : 1) Pendapatan Asli Daerah ; 2)
Internasional dan Luar Negeri, dana
Dana Perimbangan ; 3) Pinjaman Daerah
kredit yang dikelola oleh pemerintah
; dan 4) Lain-lain pendapatan yang sah.
pusat,
2.
termasuk
Bank-bank
Lembaga-lembaga
komersial,
keuangan
sebagainya.Pinjaman
ini
dan
Perimbangan
Keuangan
Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah
biasanya
Dari uraian Sumber Keuangan
untuk memenuhi, antara lain :
Pemerintah Daerah, tampak jelas memiliki
1)
keterkaitan,
Membiayai
defisit
persediaan
uang tunai ; 2)
Membelanjai diharapkan pendapatan.
ketergantungan
dan
hubungan dengan keuangan Pemerintah investasi
yang
menghasilkan
Pusat.
Hubungan keuangan ini terkait
dengan fungsi Pemerintah Pusat yang diserahkan kepada daerah sesuai dengan bentuk
atau
Type
atau
Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1
Asas
33
Penyelenggaraan
Pemerintah
Daerah
diberikan
sebagaimana penulis uraikan sebelumnya.
didasarkan
Selanjutnya
atas
Pemerintah
hubungan Pusat
dan
Keuangan Daerah
perkiraan
biaya
pendapatan pengeluaran
pelaksanaan
fungsi
yang
tertentu pada suatu tingkat tertentu.
dimaksud dalam penulisan ini adalah
Contohnya adalah bantuan, votes,
Perimbangan
pinjaman dan alokasi lainnya.
Keuangan
Pemerintah
Pusat dan Daerah.Hubungan keuangan
Pendekatan
keempat,
yaitu
atau Perimbangan Keuangan ini menurut
Pendekatan
Menyeluruh
atau
KJ. DAVEY (AMANULLAH, Dkk ; 1988 :
defisit.Sumber penerimaan diberikan
33) memiliki ciri-ciri pendekatan atau
kepada Pemerintah Daerah, tanggung
sistem-sistem sebagai berikut :
jawabnya juga dialokasikan dengan
a.
Pendekatan
pertama
Kapitalisasi
(Penyertaan
Modal).
mengenai
pengeluarannya.
implikasi
Bantuan
dapat
dibayarkan untuk menutup perbedaan
sejumlah modal untuk ditanamkan
antara sumber penerimaan dengan
sehingga
kebutuhan pengeluarannya.
dapat
menghasilkan menutupi
Pendekatan atau sistem mana
pengeluaran atau mungkin membayar
yang digunakan harus diperhatikan kondisi
kembali modal ;
dari suatu daerah yaitu ada yang besar–
Pendekatan kedua adalah Pemberian
kecil, kaya dan benar-benar miskin, dilihat
Sumber-sumber
mengenai
Daerah
untuk
Pendapatan.Kepala
diberikan
kelembagaannya,
dan
sumber-sumber
mengenai perekonomiannya. Berdasarkan
pendapatan tertentu (terutama pajak)
kondisi suatu daerah yang berbeda, maka
atau
dari
menurut DAVEY (AMANULLAH, Dkk ;
untuk
1988 : 15) harus diperhatikan tujuan bagi
suatu
penerimaan
bagian
tertentu
pajak
pusat
dimanfaatkan; c.
asumsi
Kepada Pemerintah Daerah diberikan
pendapatan
b.
adalah
d.
kerangka
Pendekatan
ketiga
adalah
Pendekatan
Pengeluaran.
Kepala
hubungan
keuangan
daerah, sebagai berikut :
Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1
pusat
34
Pertama,
sistem
tersebut
Ketiga,
sistem
tersebut
seharusnya memberikan suatu distribusi
seharusnya
kekuasaan di antara berbagai tingkat
mendistribusikan pengeluaran pemerintah
pemerintahan mengenai pemungutan dan
secara merata diantara daerah-daerah.
pengeluaran sumber daya pemerintah.
Dampak
Jadi sistem tersebut harus menjamin
pembangunan
pertanggung jawaban kepada masyarakat
daerah tertentu dan dari keberadaan
mengenai
daya,
sumber daya yang berbeda tidak bisa
serta menentukan tingkat pengeluaran
diperbaiki dalam semalam atau secara
seharusnya
dalam
menghadapi
tuntas.
konsekwensi
penarikan
pajak
terhadap hal-hal tersebut, sejauh mungkin
penggunaan
sumber
dari
masyarakat.
dan
Kedua,
sistem
tersebut
kumulatif
prioritas
pada
memadai
pendidikan.
daya
dari
pemusatan
sepanjang
sejarah
sekurang-kurangnya
kebutuhan
sumber-sumber
mungkin
di
Sistem keuangan harus peka
seharusnya menyajikan suatu bagian yang dari
sejauh
memberikan
pemerataan
dasar
pelayanan
tertentu,
seperti
bagi
Keempat, akhirnya pajak dan
fungsi-fungsi pemerintahan – pelayanan
retribusi yang dikenakan oleh pemerintah
rutin
daerah harus sejalan dengan distribusi
masyarakat
secara
dan
keseluruhan,
pembangunan
yang
diselenggarakan oleh pemerintah daerah.
beban
“Memadai” tentu saja adalah sebuah
masyarakat,
konsep yang kabur dan relatif. Sebaliknya
terutama yang menjadi persoalan bagi
keadaan “tidak memadai” biasanya dapat
warga adalah seluruh beban pajaknya,
diungkapkan dan bisa dinyatakan dalam
apakah
bentuk kesengajaan kasar antara tingkat
masuk pemerintah pusat atau daerah,
pelayanan
merupakan masalah kepentingan kedua
yang
diselenggarakan
pemerintah, atau dalam bentuk sekurangkurangnya
prasarana
nyata dapat dilihat.
setempat
pengeluaran
pemerintah
sebagai
pajak-pajak
yang
atas
keseluruhan,
dibayarkan
baginya.
yang
Dengan memperhatikan keempat tujuan
tersebut
diharapkan
Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1
dapat
35
mencegah timbulnya permasalahan di
pengelolaan keuangan yang baik tidak
dalam perimbangan keuangan terutama
dapat dilihat hanya dari satu aspek saja,
yang menimbulkan ketimpangan antar
tetapi harus dilihat dari berbagai aspek
daerah
yang saling terkait dan terintegrasi dalam
atau
minimalnya
pembagian
keuangan tersebut dapat dilaksanakan
suatu sistem.
secara proporsional dengan urusan yang
pengelolaan keuangan ini memerlukan
diserahkan kepada daerah.
suatu
Hal ini
Oleh karena itu dalam
sistem
yang
disebut
dengan
sebagaimana tercantum dalam UU No. 25
administrasi
Pasal 1 ayat (1) bahwa arti dan tujuan
daerah.Administrasi
Perimbangan
pengelolaan keuangan daerah memiliki
Keuangan
Pemerintah
Pusat dan Daerah adalah :
besarnya
sumber
disamping
itu,
penerimaan
yang
oleh DEVAS (1989 : 279) bahwa tujuan utama
karena
semakin
pemakaian
uang
tersebut.
Suatu
pengelolaan daerah
adalah
keuangan sebagai
berikut: 1)
baik
pengelolaannya semakin berdaya guna
dari
pemerintah
cukup, apabila di dalam pengelolaannya baik,
atau
pemerintahan, sebagaimana dikemukakan
tersedia dalam suatu daerah belumlah
kurang
keuangan
tujuan yang dapat menunjang organisasi
Suatu sistem pembiayaan pemerintahan dalam kerangka negara kesatuan, yang mencakup pembagian keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta pemerataan antar Daerah secara proporsional, demokratis, adil dan transfaran dengan memperhatikan potensi, kondisi dan kebutuhan daerah, sejalan dengan kewajiban dan pembagian kewenangan serta tata cara penyelenggaraan kewenangan tersebut, termasuk pengelolaan dan pengawasan keuangannya.
Selanjutnya
keuangan
2)
Tanggung jawab (Accountability). Pemerintah daerah harus mempertanggungjawabkan tugas keuangannya kepada lembaga atau orang yang berkepentingan yang sah, yaitu pemerintah pusat, DPRD, Kepala Daerah dan masyarakat umum. Adapun unsur-unsur penting tanggung jawab mencakup : keabsahan, yaitu setiap transaksi keuangan harus berpangkal pada kewenangan hukum tertentu. Pengawasan yaitu tata cara yang efektif untuk menjaga kekayaan uang dan barang, mencegah penghamburan dan penyelewengan dan memastikan semua pendapatan yang sah benar-benar terpungut, jelas sumber daya dan tepat penggunaannya ; Mampu memenuhi kewajiban keuangan. Keuangan daerah harus ditata sedemikian rupa sehingga
Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1
36
3)
4)
5)
mampu melunasi semua ikatan keuangan jangka pendek dan jangka panjang ; Kejujuran. Urusan keuangan harus diserahkan pada pegawai yang jujur dan kesempatan untuk berbuat curang diperkecil ; Hasil guna (Effectiveness) dan daya guna (Effeciency) kegiataan daerah. Tata cara mengurus keuangan daerah harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan program dapat direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pemerintah daerah dengan biaya serendah-rendahnya daan waktu secepat-cepatnya ; Pengendalian. Petugas keuangan pemerintah daerah, DPRD dan putugas pengawas harus melakukan pengendalian agar semua tujuan tersebut di atas tercapai ; mereka harus mengusahakan agar selalu mendapat informasi yang diperlukan untuk memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran dan untuk membandingkan antara rencana dan sasaran. Selanjutnya menurut DEVAS
Daerah mulai diberlakukan tahun 1999 dengan terbitnya UU No. 25 Tahun 1999 yang kemudian disempurnakan dengan UU
No.
33
Tahun
Perimbangan Pemerintah
2004
tentang
Keuangan Pusat
dan
antara Pemerintah
Daerah, selanjutnya dari UU tersebut, sebagai
pelaksanaannya
berturut-turut
dikeluarkan Peraturan Pemerintah, mulai dari PP No. 16 Tahun 2000 tentang Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan antara Pemerintah Pusat dan Daerah; PP No. 104 Tahun 2000 Jo PP No. 84 Tahun 2001 tentang Dana Perimbangan; PP No. 115 Tahun 2000
(1989 : 281) untuk memenuhi tujuantentang Pembagian Hasil Penerimaan tujuan
tersebut,
suatu
pengelolaan Pajak Penghasilan OPDN dan PPh Pasal
keuangan yang baik memiliki ciri-ciri atau 21
antara
Pemerintah
Pusat
dan
syarat sebagai berikut : (1) Sederhana ; Pemerintah Daerah; terakhir kemudian (2) Lengkap ;
(3) Berhasil guna ;
(4) sebagai pelaksaan UU no. 33 Tahun
Berdaya guna ; (5) Mudah disesuaikan. 2004, diterbitkan PP No 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan. D. IMPLEMENTASI
PERIMBANGAN Perimbangan Keuangan antara
KEUANGAN
ANTARA Pemerintah
PEMERINTAH
PUSAT
Pusat
dan
Pemerintah
DAN Daerah, tercermin dari Dana Perimbangan
PEMERINTAH DAERAH yang merupakan dana yang bersumber Pelaksanaan
Perimbangan dari penerimaan APBN yang dialokasikan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan kepada
Daerah
untuk
membiayai
Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1
37
kebutuhan
Daerah
dalam
rangka
Kemudian UU No. 33 Tahun 2004
Desentralisasi.
Dana
sebagai penyempurnaan UU No.25 Tahun
Perimbangan menurut UU No. 25 Tahun
1999, tentang Perimbangan Keuangan
1999, terdiri dari:
antara Pemerintah Pusat dan Pamerintah
a.
Bagian Daerah 90 % dari penerimaan
Daerah; PP No. 55 Tahun 2005 Dana
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), 80
Perimbangan sebagai berikut :
pelaksanaan
% dari penerimaan Hak
atas
(BPHTB),
Tanah dan
Bea Perolehan dan
Bangunan
penerimaan
dari
a) Dana Bagi Hasil (DBH), berupa DBH Pajak dan DBH sumber Daya Alam.
sumber daya alam (SDA) dari sektor
DBH Pajak terdiri dari :
Kehutanan,
-
Perikanan
dan
DBH PBB, 10 % Pusat dan 90
Pertambangan umum 80 % untuk
% daerah (64,8 % untuk
Daerah. Penerimaan dari SDA sektor
Kabupaten/kota)
Pertambangan Minyak bumi 15 % dan
-
DBH BPHTB, 20 % Pusat dan
dari SDA Gas sebesar 30%. b.
Dana
Alokasi
Umum
80 (DAU),
ditetapkan sekurang-kurangnya 25 %
c.
%
Daerah
(64%
Kabupaten/kota) -
DBH PPh WPOPDN dan PPh
dari Penerimaan Dalam Negeri yang
Pasal
ditetapkan APBN, kemudian DAU
kepada daerah (8% Provinsi
untuk
Daerah
dan 12 % Kabupaten/Kota :
Kabupaten/kota masing-masing 10%
8,4 % Kab/kota tempat wajib
dan 90%.
pajak dan 3,4% untuk seluruh
Dana Alokasi Khusus (DAK), dapat
Kabupaten/Kota).
Propinsi
dialokasikan Daerah
dari
tertentu
kebutuhan
dan
APBN untuk
khusus
kepada
membiayai dangan
memperhatikan tersedianya dana.
21,
20%
dibagikan
DBH Sumber Daya Alam terdiri dari : 1) Kehutanan; dari IIUPH 80% (64% daerah penghasil, 16% Provinsi), dari PSDH 80% (16
Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1
38
%
Provinsi,
32%
Daerah
bersangkutan (3,1% provinsi,
Penghasil dan 32 % kab/kota
6,2% Daerah peghasil dan
lain di Provinsi ybs), dari Dana
6,2%
Reboisasi 40% ke Kab/Kota
Kab/Kota provinsi ybs).
untuk dana reboisasi. 2) Pertambangan iuran wilayah
5) Pertambangan
Umum;
tetap
berasal
Kabupaten
(64%
dibagikan
80
dari
30,5%
dari
penerimaan
pada
Gas
yang
Bumi;
berasal
dari SDA
%
pertambangan gas bumi dari
Kabupaten/kota
wilayah Kabupaten/kota ybs
penghasil, 16% Provinsi), dari
(6,1%
iuran
Kabupaten/kota penghasil dan
eksplorasi/eksploitasi
80%
(16%
Provinsi,
32%
daerah Penghasil dan 32% daerah lainnya), iuran tetap
provinsi,
12,2%
dibagi
12,2%
keseluruh
Kab/Kota provinsi ybs) 6) Pertambangan Panas Bumi,
dari wilayah Provinsi 80% (26
80%
%
Provinsi, 32% Kabupaten/kota
Provinsi
dan
54%
Kabupaten/kota Provinsi ybs) 3) Perikanan;
dari
Pungutan
Pengusahaan Perikanan dan Pungutan
Hasil
Perikanan,
untuk
daerah
(16%
pengahasil, dan 32% dibagi ke kab/Kota provinsi ybs). b) Dana Alokasi Umum, ditetapkan 26%
dari
pendapatan
80% dibagikan dengan porsi
negeri
yang
untuk provinsi 10% dan untuk
sama
besar
untuk
seluruh Kabupaten/Kota.
yg
penerimaan
berasal
kemudian
dibagi
Kabupaten/Kota 90%
4) Pertambangan Minyak Bumi; 15,5%
neto,
dalam
dari
c) Dana
Alokasi
dialokasikan
kepada
Khusus, Daerah
SDA
tertentu untuk mendanai kegiatan
pertambangan minyak bumi di
khususyang merupakan bagian
kabupaten/kota
yang
Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1
39
program yang menjadi prioritas
komposisi jumlah perimbangan keuangan
nasional.
hampir 60% sampai 75% untuk belanja
Terdapat perubahan antara UU
pegawai atau terutama gaji, sehingga
No. 25 Tahun 1999 dan UU No. 33
sisanya hanya 25% hingga 40% untuk
Tahum 2004 antara lain :
belanja
a)
Adanya penerimaan baru yang
pemerintahan
dibagikan atau yang dimasukan
pembangunan (Sumber : APBD 2008
dalam dana perimbangan yaitu
Pemerintah Kabupaten Subang, APBD
Bagi
2011 Pemerintah Kota Semarang)
b)
Hasil
Pajak
PPh
operasional atau
pelaksanaan pelaksanaan
.
WPOPDN dan PPh Pasal 21,
Apalagi akhir-akhir ini (tahun 2004 – 2009)
yang
Pemerintah
semula
terpisah
dari
membuka
penerimaan
ketentuan ini.
pegawai (CPNS) baik untuk tenaga kerja
Adanya kenaikkan tambahan
kontrak maupun dari pelamar umum,
alokasi DAU sebesar 1% dan
sehingga menambah pembelanjaan gaji
DBH SDA minyak Bumi dan
sekitar 15 -25 % dari jumlah semula.
Gas
0,5%,
Dengan jumlah yang kecil untuk belanja
tersebut
operasional pemerintahan atau belanja
migas
pembangunan, kiranya akan menghambat
diprioritaskan untuk program
tugas dan fungsi pemerintahan daerah
pendidikan dasar.
dalam pelaksanaan otonomi. Kondisi dana
Alam
namun
tambahan
terutama
Sejak
sebesar
dari
dimulainya
dana
perimbangan yang sebagian besar untuk
perimbangan tersebut diluncurkan, banyak
menutupi gaji, maka dana perimbangan ini
riak-riak
“pengaruhnya
ketidak-puasan
daerah
terhadap
dari
berbagai
tidak
signifikan”
perhitungan
terhadap pelaksanaan otonomi; tapi hanya
perimbangan keuangan yang dianggap
sekedar perpindahan pengelolaan gaji,
kurang adil, tidak cukup dan belum
yang semula dikelola dan dibayar oleh
proporsional
Pemerintah Pusat sekarang dikelola dan
dengan
urusan
yang
diserahkan. Hal ini dapat dilihat dari Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1
40
dibayar oleh Pemerintah Daerah melalui
konsisten
dana perimbangan.
pemerintah daerah baik secara terbuka
Permasalahan
transparan.
Banyak
nampak
maupun diam-diam melobi pemerintah
disebabkan belum begitu baiknya pada
pusat untuk menambah jumlah bagian
sistem perimbangan keuangan, seperti
perimbangan keuangan terutama pada
dikemukakan oleh Davey (1988 : 15)
Dana Alokasi Umum (DAU).
bahwa
suatu
keuangan
ini
dan
sistem
yang
baik
perimbangan harus
Kondisi
tersebut
mengundang
dapat
tanggapan dari pemerintah pusat, dengan
memenuhi beberapa kriteria, yang salah
menyempurnakan UU No. 25 Tahun 1999
satunya sebagai berukut :
menjadi UU No. 33 Tahun 2004 tentang
Sistem keuangan seharusnya menjamin bahwa penyerahan kewenangan atas sumberdaya keuangan konsisten dengan pelimpahan tanggungjawab pada umumnya. Misalnya, orang tidak dapat memukul-ratakan ketentuan tentang berapa banyak kewenangan yang harus dimiliki oleh suatu pemerintahan provinsi atau kabupaten/kotamadya dalam megalokasikan dan bagi pertanian atau pendidikan. Dan sistem tersebut seharusnya sejauh mungkin mendistribusikan pengeluaran pemerintah secara merata diantara daerah-daerah. Sejauh mungkin dan sekurangkurangnya memberikan prioritas pada pemerataan pelayanan kebutuhan dasar tertentu”.
Perimbangan Pemerintah
dikemukakan
Pusat
dan
Antara Pemerintah
Daerah. Ini jelas mencerminkan bahwa : ” sistem Perimbangan Keuangan belum baik, karena belum menjamin terhadap penyerahan
kewenangan
sumberdaya
keuangan
atas dengan
tanggungjawab pada umumnya”. Atau rumusan itu kurang bermamfaat dan kalah oleh cara melobi, karena hasil masih tetap mengundang berlanjut.
Sebagaimana
keuangan
ketidakpuasan Misalnya
yang
terbukti
dengan
Pemerintah
Daerah
sebagai
wadah
di adanya
Asosiasi
atas, ternyata bidang keuanganpun terjadi Panghasil adanya
implementasi
gap
dalam
salah
satunya
Migas,
pemerintah daerah dalam menyalurkan kebijakannya,
dimana
ketidak
puasan
atas
pembagian
disebabkan faktor tingkah laku atau sikap pendapatan dari migas. dari badan-badan pelaksana yang belum
Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1
41
Dari kondisi keuangan tersebut,
adalah sebuah konsep yang kabur dan relatif. Sebaliknya keadaan “tidak memadai” biasanya dapat diungkapkan – bisa dinyatakan dalam bentuk kesengajaan kasar antara tingkat pelayanan yang diselenggarakan oleh pemerintah, atau dalam bentuk kekurangankekurangan prasarana setempat yang nyata dapat dilihat, berupa ketelantaran regional dan berupa kegaduhan tuntutan para kreditor.
menimbulkan pertanyaan apakah akan dapat pemerintah daerah melaksanakan fungsinya? Padahal Pemerintah daerah akan menjalankan fungsinya dengan baik, bila
menerima
cukup
sumber-sumber
keuangan untuk melaksanakan fungsinya (Bintoro, 1981 : 96). Oleh karena itu
Di dalam konsep cukup atau
apabila kita perhatikan pendapat Bintoro
memadai ini tersirat bahwa besarnya
tersebut di atas tentang cukupnya sumber
sumber keuangan belumlah menjamin
dana
cukup
dalam
penyelengaraan
terpenuhinya
kebutuhan
pemerintahan di daerah, maka konsep
melaksanakan
“cukup” berarti tidak kekurangan, berarti
pemerintahan, apabila pemerintah daerah
pula tidak terlalu berlebihan; terjadinya
tidak
kekurangan
akan
mememfaatkannya secara baik, seperti
terpenuhi dalam melaksanakan fungsi
dikemukakan Nick Devas, et Al (1989 : iii)
pemerintahan
tetapi
bahwa :” Pemerintah daerah juga perlu
tentu
memiliki kecakapan mengelola keuangan,
berlebihan
dana
di
jelas
tidak
daerah,
danapun
akan
belum
tugas
mampu
mengatur
sudut
menata
fungsi
dan
terpenuhi, apalagi apabila penggunaannya
baik
tidak efesien dan efektif. Konsep cukup ini
penerimaannya
diistilahkan oleh Davey (1988 :15) dengan
pengeluarannya “, atau dengan kata lain
“memadai”, seperti dikemukakan olehnya,
tergantung pula bagaimana kemampuan
bahwa:
pengelolaan Sistem keuangan daerah (regional) seharusnya menyajikan suatu bagian yang “memadai” dari sumber-sumber daya masyarakat secara keseluruhan bagi fungsifungsi pemerintahan – pelayanan rutin dan pembangunan yang diselenggarakan oleh pemerintah regional. “Memadai” tentu saja
dari
dan
untuk
maupun
usaha
mengelola
keuangannya; artinya pula
bagaimana Pemerintah Daerah melalui kemampuan pengelolaan keuangan dapat “memamfaatkan
dana
Perimbangan
yang diterima”.
Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1
42
Kemampuan
pengeloaan
Kemungkinan kedua, diperparah
keuangan ini, dapat dilihat dari sistem
pula dengan penggunaan dananya yang
pengelolaannya
terutama
belum efektif dan efesien. Tidak efektif
“penganggaran”nya dan “besaran dana
dan efesiennya penggunaan dana ini,
yang
menurut beberapa pengamat hampir 40%
tersedia”,
“pertanggungjawaban
serta
Keuangan yang
dari
dana
perimbangan
dikelolanya”.Kekurangan mampuan dalam
pemerintah
sistem penganggaran, terdapat beberapa
sasaran.
kemungkinan :
membatahnya,
Kemungkinan pertama, apakah
kondisi
daerah
tidak
Walaupun
memenuhi
beberapa
tidak
inefesiensi
digunakan
daerah
menutup tersebut
mata
memang
daerah tidak konsisten atau melanggar
kenyataan, diantaranya masih terdapat
terhadap sistem anggaran yang di anut ?.
pengeluaran
Suatu sistem anggaran yang berlaku dan
tindih dan ketidak sinambungan; hal ini
diharuskan pada era otonomi ini adalah
persis pada masa sentralisasi keuangan
sistem anggaran kinerja (Performance
dulu, melalui proyek-proyek sektoral yang
Budget).
diperoleh
Pada
sistem
ini
diperlukan
yang
dari
duplikasi,
pusat,
tumpang
sebagaimana
rencana atau program yang matang, agar
dikemukakan oleh Moeljarto (Mubyarto,
sasaran yang dicapai sesuai dengan tugas
dkk, 1987 : 66), bahwa : “ salah satu
dan fungsi pemerintah. Ternyata dalam
bentuk inefesiensi di dalam pemerintahan
pelaksanaannya apabila kita lihat ketika
adalah adanya duplikasi, tumpang tindih
kebijakan otonomi ini mulai dilaksanakan,
dan ketidak sinambungan pada berbagai
pada umumnya pemerintah daerah belum
proyek sektoral “, hanya saja bedanya
atau kurang memahami sistem tersebut,
sekarang
sehingga dalam menetapkan rencana atau
sektoral lagi, tapi dibiayai dari sumber
program yang dibuat dalam melaksanakan
dana yang tersedia di daerah. Kondisi
pemerintahan
tersebut
maupun
“kurang matang”.
pembangunan
ini
proyek
ditunjang
tersebut
oleh
bukan
euphoria
pemerintah daerah terhadap pelaksanaan kebijakan otonomi yang juga melanda
Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1
43
terhadap kebebasan penggunaan dana
Kondisi
tersebut
atas
yang selama ini harus selalu diarahkan
mempengaruhi
pemerintah
apapun
pertanggungjawaban dalam pengelolaan
bentuk penggunaan dana merupakan hak
keuangan, yang pada akhirnya secara
atau kebijakan daerah, terutama kebijakan
keseluruhan
yang
pengelolaan keuangan daerah. Buruknya
pusat,
disetujui
sehingga
atau
diinginkan
oleh
atau
di
memperburuk
memperburuk
legislatif dan sebagaimana kita maklum
kondisi
pendulum kekuasaan sekarang sedang
Pemerintah
berpihak pada pelaksana politik bukan lagi
dikemukakan oleh Menteri Keuangan Sri
pada birokrasi. Diperparah pula dengan
Mulyani Indrawati (Harian Kompas, 12
kandidat kepala daerah terpilih, yang nota
Agustus 2009)
bene
politik.
Keuangan
tidak
mengarah
keterwakilan
Hanya
saja
dari
partai
keberpihakan
ini
Pengelolaan
dalam
Daerah
Keuangan ini
di
sebagaimana
: “ Bahwa Pengelolaan
oleh
Pemerintah
daerah
kondisi
yang
pada
didukung oleh idealisme reformasi yang
membahayakan keuangan negara secara
digembar
misalnya
keseluruhan. Padahal, sekitar 60% atau
dalam
Rp. 600 Trilyun dari anggaran belanja
prakteknya, apakah benar ?, atau mungkin
negara yang ditetapkan dalam APBN
sebaliknya ?, sebagaimana dikemukakan
disalurkan ke daerah. Pengelolaan yang
oleh Mubyarto dan Edy Suandi Hamid
membahayakan
(Mubyarto dkk; 1987 : 1) bahwa salah satu
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
terjadinya inefesiensi yang bersumber dan
yang mendapat Opini terburuk da-ri Badan
melekat
Pemeriksa
gemborkan
pemberantasan
pada
KKN,
yang
masing-masing
pelaku,
ini
karena
Keuangan
semakin
contohnya : kemampuan manajemen yang
bertambah,
kurang, keterbatasan ketrampilan dan
dengan Opini terbaik dari BPK terus
atau sosio cultural misalnya sifat malas,
merosot. “
tidak menghargai waktu, tidak cermat, tidak jujur dan lain sebagainya.
Oleh
sebaliknya
(BPK)
Laporan
karena
jumlah
itu
LKPD
untuk
memecahkan masalah tersebut harus ada aturan atau koridor sebagai suatu sistem
Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1
44
yang
dibuat
berdasarkan
komitmen
Kaho mengemukakan beberapa kendala
bersama yang mengikat terhadap masing-
yang menyebabkan kecilnya kontribusi
masing
PAD, antara lain :
pelaku disertai dengan terus
menerus adanya pembelajaran terhadap
1)
sistem atau aturan tersebut.
kurang atau tidak ada di daerah,
Selanjutnya aspek terbatasnya sumber
pendapatan daerah,
pendapatan
asli
daerah
merupakan
permasalahan
pemerintah
dan
terutama
(PAD)
yang
di
dalam
pelaksanaan otonomi daerah ini. Sebagian besar
Terutama untuk pajak, obyeknya
oleh
aturan,
disamping itu sering terjadi hasil pungutannya jauh lebih kecil dari biaya pumungutannya ; 2)
Peraturannya belum ada, dan
memiliki
sering terjadi penyimpangan dari
kontribusi sumber PAD ini berkisar antara
aturan yang lebih tinggi atau
5% hingga 20% dari APBD, jumlah
adanya
tersebut sampai saat ini belum beranjak,
terhadap kegiatan-kegiatan yang
bahkan
merupakan obyek pajak.
dengan
daerah
dibatasi
adanya
komposisi
perimbangan keuangan yang makin besar
3)
larangan
pemerintah
Untuk retribusi, banyak retribusi
kontribusi PAD semakin kecil (Sumber :
yang
APBD
negatif atau berumur pendek,
2008
Pemerintah
Kabupaten
memiliki
prosfek
Subang, APBD 2011 Pemerintah Kota
disamping
Semarang, Lampiran I)
. Kaho (1988 :
ketidakmampuan
177)
dalam
jasa ;
menyimpulkan
hasil
penelitiannya, bahwa :” secara umum
4)
yang
adanya
Pemahaman
penyediaan
yang
kurang
daerah-daerah belum atau tidak memiliki
terhadap
kesanggupan yang memadai dalam hal
terhadap azas-azas organisasi,
keuangan,
kedisiplinan
karena
keuangan/pendapatan
sumber-sumber aslinya
belum
cukup memberikan kontribusinya bagi pendapatan daerah”. Pada bagian lain
manajemen,
dan
seperti
terhadap
pengawasan yang efektif; 5)
Belum
dapat
diandalkannya
dinas-dinas daerah;
Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1
45
6)
Potensi ekonomi daerah dan
perimbangan”
kondisi
memamfaatkan
perekonomian
pada
dan
“tidak
dana
yang
maka
: 12).
perimbangan kauangan ini “tidak akan permasalahan
tersebut di atas juga mungkin masalah kemampuan
sumberdaya
proporsional”
akan
diterima”,
umumnya (Machfud Sidik; 1999
Disamping
mungkin
mampunya
terjadi
dengan
dana
urusan
atau
kewenangan yang diserahkan.
manusianya
Tidak
proporsionalnya
yang kurang kreatif dan inisiatif, sasaran
perimbangan keuangan dengan urusan
penggunaan serta kecilnya dari dana yang
atau kewenangan ini dapat digambarkan
tersedia terutama dalam pembangunan
sebagai
secara
Pemerintah Kabupaten Subang Tahun
umum
belum
berpengaruh
terhadap peningkatan PAD.
berikut
:
(Sumber
:
APBD
2008, Lampiran III)
Berdasarkan uraian tersebut di
1)
Dana Perimbangan hampir 60% -
atas tampaknya sumber PAD belum dapat
75%
diandalkan dalam waktu cepat atau dalam
pegawai, sehingga hanya 25% - 40%
beberapa
untuk
tahun
kemudian,
tetapi
digunakan
untuk
pembangunan
belanja
atau
untuk
memerlukan waktu yang cukup. Hal ini
pelayanan masyarakat dalam rangka
bukan
mensejahterakanan
berarti
menutup
peluang
bagi
masyarakat.
daerah untuk meningkatkan PAD , banyak
Bahkan Taufik Rachman (Republik
cara yang dapat dilakukan oleh daerah
Online,
dan yang penting adalah meningkatkan
Desember
kemampuan
dapat
disinyalir 44 daerah otonom yang
berinisiatif,
mengalokasikan anggaran 80% dari
berkreasi,
aparatur inovatif
agar
dan
dikembangkan pola partisipasi masyarakat melalui kemitraan dan didukung pula oleh pembangunan terhadap penyediaan jasa. Akhirnya “tidak
dengan
signifikannya
dua
pengaruh
www.Republika.co.id, 2011)
mengemukakan
APBDnya untuk Belanja Pegawai. 2)
Dari 25% -40% tersebut dibagikan ke dalam 33 urusan wajib dan 9 urusan
kondisi
pilihan yang melibatkan 72 satuan
dana
kerja , bilamana dibandingkan dengan
Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1
46
total belanja APBD, maka 33 urusan
miskin.
memperoleh porsi belanja dibawah
www.Republik.co.id, Desember 2011)
0,50% , 4 urusan dibawah 1% s/d
3)
(Republik
Online,
Sebagai perbandingan dengan uraian
1,5% , 1 urusan 1,92% (kesehatan), 2
di atas dan sekaligus mengemukakan
urusan dibawah 3% (Pemeritahan
kondisi riel pada umumnya tentang
umum
Perimbangan
2,95%
dan
RSU
2,48%),
Keuangan
Pendidikan memperoleh 5,47% dan
Pengelolaan
PU
kiranya relevan penulis kemukakan
untuk
sarana
/infratruktur
Keuangan
dan
memperoleh porsi terbesar 11,71%.
hasil
Kiranya dari perangkaan tersebut di
“Penetapan alokasi dan penyaluran
atas
Dana
bagaimana mungkin
urusan-
pemeriksaan
Daerah,
BPK
atas
Perimbangan
oleh
urusan tersebut dapat dilaksanakan
Pemerintah Pusat” pada semester II
dengan baik dan dapat memenuhi
tahun anggaran 2007, dengan hasil
sasaran secara efektif.
pemeriksaan
Atau seperti
yang
signifikan
dan
dikemukan Taufik Rachman di atas
perlu segera ditindaklanjuti adalah
sisanya
sebagai
20%,
betapa
bisa
rendahnya
dibayangkan alokasi
untuk
berikut
:
(htt:/www.dpr.go.id/id/berita/lain-
belanja modal atau pelayanan publik,
lain/0000/00/00/444/bpk-serahkan-
sehingga
sulit
daerah
hasil-pemeriksaan-laporan-keuangan-
yang
bersangkutan
mampu
pemerintah-pusat)
diharapkan
meningkatkan
kesejahteraan
a. Tidak ada harmonisasi dan
masyarakat. Banyak daerah otonom
konsistensi antara Peraturan
yang
Presiden No, 104 Tahun 2006
gagal
mewujudkan
mimpi
mesejahterakan masyarakat, bahkan
tentang
muncul
tudingan
daerah
Alokasi Umum (DAU) dengan
otonom
baru
menciptakan
Peraturan yang lebih tinggi,
kantong-kantong
bahwa
justru baru
penduduk
sehingga
Penetapan
beberapa
Dana
daerah
mendapat alokasi DAU lebih Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1
47
dari seharusnya sebesar Rp.
e. Pencairan
168,46 milyard.
data
tahun
anggaran 2006 tidak sesuai
b. Penghitungan seluruhnya
DAK
DAU
didasarkan
dasar
yang
tidak
ketentuan dan pada akhir tahun
pada
anggaran 2006 dana tersebut
jelas.
menumpuk pada Kas Daerah
Diantaranya Data dasar berupa
atau
luas wilayah yang digunakan
Pemerintah Daerah (SKPD),
untuk menghitung DAU belum
sehingga berpotensi digunakan
sepenuhnya mengacu pada PP
di luar tujuan semula.
No. 55 tahun 2005. c. Perhitungan
f.
alokasi
Kas
Satuan
Kerja
Dana Bagi Hasil Sumber Daya
Dana
Alam (DBH SDA) terlambat
Alokasi Khusus (DAK) tidak
disalurkan sebesar Rp. 1,15
mengikuti
umum,
Trilyun dan realisasi DBH SDA
kriteria
Minyak bumi Triwulan I tahun
kriteria
kriteria
khusus
teknis
yang
dan
ditetapkan,
2007
yang
merupakan
hak
sehingga alokasi DAK tahun
Provinsi/Kabupaten/kota
2006 sebesar Rp. 1,42 trilyun
Kalimantan
dan tahun 2007 sebesar Rp,
disalurkan sebesar Rp. 71, 99
1,07 Trilyun tidak mempunyai
Milyard.
dasar.
Timur
di kurang
g. Penerimaan
d. Terdapat
kesalahan
penghitungan
Perimbangan
pada
45
DAK,
pemerintah daerah senilai Rp.
sehingga 21 daerah kurang
1,54 Trilyun, dilakukan tanpa
alokasi
melalui
milyard
alokasi
Dana
sebesar dan
Rp. 15
4,22 daerah
kas
daerah,
diantaranya sebesar Rp.71,18
kelebihan alokasi DAK sebesar
milyard
Rp.1,26 milyard.
langsung
digunakan tanpa
secara melalui
mekanisme APBD dan sebesar Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1
48
Rp.
149,34
milyard
belum
disetor ke Kas Daerah.
Pajak
Bangunan/ Hak
Bumi
Bea
Tanah
dan
Pengalihan
dan
operasional
Bangunan
masyarakat ; ditambah dengan belum atau ketidakmampuan
perimbangan
yang
diterima,
akibat
senilai
pengelolaan keuangan daerah
120,88
milyard
APBD
dan
Daerah
dalam memamfaatkan besarnya dana
dilakukan di luar mekanisme
ketidak-mampuan
sebagai didalam
Tanpa mengabaikan aspek atau
diantaranya
permasalahan lainnya, maka dari seluruh
digunakan langsung sebesar
uraian tersebut di atas jelaslah, bahwa di
Rp.90,77 milyard dan sebesar
dalam melaksanakan kebijakan otonomi
Rp.19,27 milyard belum disetor
dan
ke Kas daerah.
menyelenggarakan
kemampuan
pemerintahan E. PENUTUP
keuangan tugas
di
dan
guna fungsi
daerah,
perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Dengan disebutkan
Pemerintah
pada 90 pemerintah daerah Rp.
dan
pembangunan atau pelayanan kepada
h. Penerimaan dan Pengelolaan Upah
melaksanakan
kondisi
di
atas,
yang
telah
a. Suatu
sistem
perimbangan
nampaknya
keuangan dikatakan baik, apabila
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi
besaran dana proporsional dan
dari dana perimbangan pada saat ini tidak
menjamin terhadap penyerahan
terlaluberpangaruh
kewenangan
dalam
atas
sumberdaya
penyelenggaraan otonomi daerah, karena
keuangan dengan tanggungjawab
sebagian besar dana tersebut hanya untuk
pada umumnya. Di sini diperlukan
menutupi
konsistensi dan transparansi dari
gaji
pegawai;
yang
akan
mengakibatkan pula tidak atau belum proporsionalnya
dana
perimbangan
pemerintah pusat. b. Pemerintah daerah harus dapat
tersebut dengan urusan yang diserahkan,
mengatur
dan
memamfaatkan
karena terlalu sedikitnya dana dalam
secara efektif dan efesien dari
Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1
49
sumber-sumber
dana
yang
d. Kembali
pada
konsisten
dan
tersedia atau diperoleh, malalui :
konsekwensinya
1).
dan
pusat terhadap makna otonomi
konsistensinya terhadap sistem
daerah, melalui pemberian yang
pengelolaan
seimbang terhadap kewenangan
Kesiapan, kecakapan
keuangan;
2).
Adanya koridor atau aturan yang
daerah
dibuat
komitmen
dengan pembatasan yang tidak
bersama yang mengikat terhadap
terlalu ketat. Bagi daerah sendiri
masing-masing pelaku kebijakan
diperlukan kemapuan, kreatif dan
dan pengguna dana;
inovatif dalam menggali sumber
berdasarkan
dan
3).
Moral dan kejujuran.
dalam
pemerintah
menggali
PAD
pendapatan .
c. Pemerintah daerah harus dapat DAFTAR PUSTAKA
memilih dan memilah urusanurusan
bagi
terciptanya
pelayanan yang dibutuhkan dan sesuai
dengan
keadaan
atau
Admosudirdjo, Prajudi, 1989, Dasar Dasar Adiministrasi Negara, Jakarta, Ghalia Indonesia. Arsjad Nurdjaman, et. Al, 1992, Keuangan Negara, Jakarta, intermedia
kondisi kemampuan saat ini; yang penting dan harus diingat bahwa kebijakan
otonomi
Abdurrahman,et.al, 1987, Beberapa Pemikiran tentang Otonomi Daerah, Jakarta, Melton Putra.
daerah Abduh,
Muhammad,1990, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Makalah disajikandalam kuliah Kursus Keuangan Daerah, Jakarta, Universitas Indonesia.
Abdul
Wahab Solichin,1997, Analisis Kebijaksanaan Dari Formulasi Ke Implementasi Kebijaksanaan Negara, Jakarta, Bumi Aksara.
Baswir,
Revrisond,1993, Pemerintahan Jogyakarta, BPFE
bertujuan agar mendekatkan dan lebih
meningkatkan
pelayanan
kepada masyarakat, oleh karena itu kewenangan atau urusan yang diserahkan
adalah
untuk
memperlancar
terhadap
tugas
dan fungsi pemerintah daerah dalam rangka pelayanan sendiri.
itu
Akuntansi Indonesia,
Benveniste, Guy, 1994, B i r o k r a s i, Terjemahan Sahat Simamora, Jakarta, Raja Grafindo Persad.
Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1
50
Davey,
K.J, 1988, Pembiayaan Pemerintah Daerah, Terjemahan Amnullah dkk, Jakarta, Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press)
Djamaluddin, M Arief, 1982, Sistem Perencanaan Pembuatan Program dan Anggaran, Jakarta, Ghalia Indonesia. Due.John. F, 1985, Keuangan Negara, Terjemahan Iskandarsyah dan Arief Janin, Jakarta, UI Press. Devas
Nick,et al, 1989, Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia, Terjemahan Masri Maris, Jakarta, UI Press.
Dimock & Dimock, 1992, Administrasi Negara, Terjemahan Husni Thamrin Pane, Jakarta, Rineka Cipta. Hoorgerwerf, 1983, Ilmu Pemerintahan, Terjemah R.L.L. Tobing, Jakarta, Erlangga.
Kaho. Josef. Riwu, 1997, Prosfek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia, Jakarta, Raja Grafindo Persada. ---------------------, 1990, Analisis Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia, Jakarta, Rineka Cipta.
Mubyarto et al,1986, Meningkatkan Efesiensi Nasional, Jogyakarta, BPFE Mac. Andrews, et al, 1983, Hubungan Pusat – Daerah Dalam Pembangunan, Jakarta, Raja Grafindo Persada. Pakpahan T arlen, 1999, Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah Ditinjau dari Aspek Perpajakan (Tingkat Daerah), Makalah disampaikan dalam Seminar Pokok pokok Pemikiran tentang Perimbangan Keuangan Pusat – Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, Jakarta. Soejito,
Suwandi, Made, 1998, Pembenahan Birokrasi Pemerintah Daerah Dalam Rangka Peningkatan Pelayanan Masyarakat, Subang, Makalah disajikan dalam rangka Wisuda dan Dies Natalis ke XVI STIA Kutawaringin. Suparmoko,1997, Keuangan dalam teori dan Jogyakarta,BPFE. Sidik,
Kansil
CST, 1984, Pokok pokok Pemerintahan di Daerah, Jakarta, Aksara Baru
Kristiadi, 1999, Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Dalam Konteks Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia, Makalah disajikan dalam Seminar Pokok Pokok Pemikiran tentang Perimbangan Keuangan Pusat – Daerah dalam kerangka Kesatuan Republik Indonesia, Jakarta.
Irawan, 1990, Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Jakarta, rineka Cipta.
Negara praktek,
Machfud, 1999, Hubungan Keuangan Pusat – Daerah Studi Empiris dan Rekomendasi Kebijakan Bagi Indonesia, Makalah disajikan dalam Seminar Pokok pokok Pemikiran tentang Perimbangan Keuangan Pusat – Daerah dalam rangka NKRI, Jakarta.
Syafrudin. Ateng, 1976, Pengaturan Koordinasi Pemerintahan di Indonesia, Bandung, Transito. Suradinata Ermaya, 1998, Manajemen Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Bandung, Ramadan.
Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1
51
Undang –Undang No. 22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah Undang – Undang No. 25 Tahun 1999, tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Undang – Undang No. 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah. Undang – Undang No. 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005, tentang Dana Perimbangan Republik Online (www.repubikonline.co.id)
Jurnal Ilmiah “Politea” FISIP Universitas Al-Ghifari Volume 14 Nomor 7, Januari 2015 ISSN: 873-3741-1