Kho Eruno
Nero & Bianco (Buku Tiga)
KHO ERUNO PUBLISHING
Nero & Bianco Oleh: Kho Eruno Copyright © 2014 by Kho Eruno
Penerbit Kho Eruno Publishing khoerunosideas.blogspot.com
[email protected]
Desain Sampul: Aris Dodi
Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com
2
Untuk Masa transisi yang mengijinkanku menengok visi: Masa depan yang melelahakan, namun penuh kegembiraan. Juga keyakinan di dalam ketidakpastian: Penentuan yang telak:Ya/Tidak. Sama seperti sebelumnya: Tak bisa kuhentikan proses ini.
3
L i s t o f MENUS Menu Satu: Ide Intel 1: Skill 5; Esai (Satu) 10; Esai (Dua) 13; Email: Usaha Melanjutkan Studi Master 15; Facebook: Postingan Terpilih 26. Menu Dua: Nero & Bianco 28
4
Menu Satu: Ide
Intel 1: Skill Dari kegilaan narsistik yang kubuat, banyak juga file yang tak sempurna, yang pastinya harus kusingkirkan. Setelah tersisa beberapa file, tetap aku perlu menyeleksinya kembali di hari yang lain. Aku terkadang membaca teks terlalu cepat, sehingga tak begitu jelas apa yang sedang kubaca saat didengarkan kembali. “Mengalahkan musuh-musuhmu dengan cara meniru jurus andalan mereka, dalam hal ini adalah skill terbaik mereka. Jadi, saat kau menguasainya, lawanmu tak memiliki senjata, sementara kau memiliki senjata kunci dari berbagai skill yang telah berhasil kau dapatkan dari berbagai orang. Modalmu untuk bisa menjadi tokoh seperti itu adalah ketersediaan waktu luang yang diikuti kemauan untuk belajar dan berlatih hingga mumpuni secara cepat. Mereka pun pada akhirnya menjadi lawan yang tak sebanding denganmu. “Skill yang telah didapatkan harus dipelihara, ibarat peliharaan yang harus diberi makan secara rutin, agar tidak padam nyala kehidupannya. Dalam hal ini, mereka harus dipraktikkan terus menerus secara berkelanjutan agar semakin terampil bagai sang ahli di bidangnya.” Hal yang tak menyenangkan adalah saat kau menyadari dirimu tak menguasai apa-apa, seperti kebodohan laten, 5
pandemik, dan akut—menempel. Kau tak mampu berkontribusi menyelesaikan beberapa masalah kronis di depanmu, bahkan meski itu mengancam nyawamu sekalipun. Skill survival yang hilang akibat kemalasan yang dipelihara. Gejala orang yang orientasinya pada hiburan sepanjang waktu. Sesuai rencana beberapa orang yang ingin menguasai dunia yang tak segansegan tertawa di atas bangkai orang-orang bodoh yang menggunung. Orang-orang yang menyia-nyiakan kesempatan untuk belajar banyak hal, meski saat itu mereka belum tahu kegunaannya apa adalah orang yang patut kau benci. Koleksi skill yang ada perlu dinaikkan levelnya. Mereka pada saatnya nanti memiliki fase metamorfosis untuk berevolusi sendiri. Jika tak di-up grade seperti itu, mereka akan lenyap seperti makhluk hidup yang mati, yang tak ada gunanya lagi ketika banyak orang menguasai skill yang sama. Kau pun menjadi murahan. Ya, benar. Di dunia ini, orang-orang yang dibandrol dengan harga tinggi adalah mereka yang memiliki skill yang sulit dikopi oleh orang lain, bisa dibilang skill unik yang langka, yang hanya segelintir orang saja yang tahu langkah-langkah menjinakkannya. Skill pun ibarat pokemon yang harus dijinakkan terlebih dahulu, sebelum kau diterima sebagai trainer yang memeliharanya. Skill harus mengakui kehebatanmu terlebih dahulu, jika kau lebih lemah, maka kau masih belum layak memilikinya. Di dunia ini ada makhluk-makhluk abstrak yang berbeda dari makhluk gaib. Salah satunya adalah skill. Belakangan aku menemukan bahwa ide pun termasuk makhluk abstrak yang memerlukan aturan yang sama dengan skill. Tak heran jika ada beberapa skill yang dijaga ketat seperti buku sihir hitam yang masuk kategori terlarang, kau bisa menyebut nuklir (bom atom) sebagai salah satu contohnya. Tak sembarangan orang memiliki akses untuk mengembangkan skill ini. Pengetahuan orang awam hanya sebatas pada level
6
mengetahui, tidak untuk menguasai atau membuatnya. Skill tipe ini berada di brankas “rahasia negara”. Skill adalah produk dari kombinasi ide dan ilmu melalui proses riset, eksperimen, dan praktik empiris. Akhirnya sudah tiga makhluk abstrak yang ditemukan. Menurutmu skill apa saja yang termasuk kategori “secret” selain nuklir? Spy/Agent/Intel/detectiv/hacker/cracker.... Beberapa skill level atas adalah gabungan dari komposisi skill-skill lainnya. Entah gabungan dari skill yang sama levelnya atau kombinasi dari berbagai level. Di sisi lain ada skill yang luput dari perhatian orang, seperti P3K yang kenyataannya diabaikan. Jumlah yang menguasai skill ini pun terbatas, sementara kecelakaan lalu lintas semakin meningkat mengikuti perkembangan hidup masyarakat yang kompleks. Itu sebenarnya bisa diatasi jika skill P3K diajarkan di sekolah-sekolah bila dibandingkan terus mempertahankan pelajaran-pelajaran yang tidak memiliki bukti kegunaannya di masa depan. Tak banyak orang yang memikirkan hal ini. Selain itu, tujuan pengajaran P3K di sekolah-sekolah adalah untuk mengurangi jumlah penonton kecelakaan lalu lintas yang tak bisa melakukan apa-apa, selain hanya berdiri mematung seperti orang bodoh. Setiap orang kukira memiliki bukti empirisnya. Sekarang setiap orang bertugas mengevaluasi koleksi skillnya masing-masing. Dari sana bisa diketahui seberapa berhargakah seseorang harus diselamatkan atau tidak ketika bumi diambang kehancuran, sementara bahtera nuh, sang penyelamat, yang tersedia hanya segelintir saja bila dibandingkan dengan jumlah total penduduk bumi saat ini. Itu sudah termasuk kualifikasi, seberapa berkontribusikah seseorang bagi dunia—seseorang yang mempengaruhi orang-orang berubah ke jalan yang lebih positif. Saat itu tiba, layak atau tidak layak seseorang diselamatkan tergantung pada seberapa tinggi skill yang dimilikinya. Sebuah ironi yang menjadi pilihan teknis dari sistem yang satu-satunya, yang mau tidak mau harus dijalankan, meski tetap menerima 7
beberapa pengecualian terbatas dengan alasan “humanity” yang harus ditebus dengan penukaran nyawa si pemilik skill tinggi atau ditukar dengan beberapa pewaris DNA genius darinya. Sebuah penukaran yang nilainya setara. Siapa yang patut disalahkan? Tidak ada. Bahkan ending dari film yang mirip ide ini pun berakhir dengan jumlah tumbal yang gila-gilaan, sementara sang pahlawan yang membela mereka, menang belakangan, setelah pembunuhan masal terjadi duluan. Ketidaksengajaan yang harus tetap memihak sistem dari hukum alam itu sendiri.. Di jaman seperti itulah aku lahir, tumbuh dan berkembang. Sibuk dan egois mengumpulkan skill demi skill. Setelah dihitung-hitung di usiaku yang 23 tahun pun, aku masih merasa tidak istimewa dengan level skill yang tak sebanding dengan umurku. Aku cemburu pada pemenang kontes yang masih anak-anak, tetapi kemampuan break dance-nya berada di level profesional. Aku cemburu pada mereka yang di umur belianya telah memiliki skill-skill brilliant, uang pun mengalir deras darinya, mereka terasa seperti orang jenius yang dilahirkan satu banding semilyar orang atau gen langka yang kemunculannya banding seabad. Untuk bisa bertahan hidup di jaman ini, diperlukan skillskill yang tak murah dalam proses mendapatkannya, ada modal berupa materi, tenaga, pikiran, dan waktu yang tak sedikit. Tanpa skill profesional, tak akan ada yang membutuhkanmu, pada akhirnya nanti tak akan ada yang bersedia membayarmu, tanpa uang, bagaimana keberlangsungan hidupmu dipertahankan, boro-boro dipertahankan secara layak, untuk kebutuhan dasar hidup pun diragukan sekali kehalalan pemerolehannya. Pengangguran di negara berkembang tidaklah digaji. Orang-orang seperti ini akan terjun bebas ke zona kemiskinan yang rentan pada ancaman apapun, sebab negara tak mampu menjadi pelindung kuat yang menjamin mereka ketika wabah biologis, nuklir, krismon,...merajalela, mereka lebih cenderung ditelantarkan negara, kalau pun ada, itu pun Cuma alakadarnya. Negara tak mau menjadi penjamin gratisan, ada 8
uang ada barang, level selanjutnya ada harga ada mutu. Tak ada tempat bagi yang gratisan di fase zona karir. Kalau sudah begitu, setiap orang berusaha menyelamatkan dirinya sendiri. Itu adalah fase survval terekstrem. Saat ini untungnya belum dirasakan olehku. Siap-siap saja nanti, amunisi berisi segala macam cara harus disiapkan sejak dini, sehingga jika waktunya tiba kau tak akan kelabakan. Kalah sebelum perang tak boleh terjadi, selain karena memalukan, itu menunjukkan betapa lemahnya sebuah negara, akibatnya bisa fatal, negara lain akan mudah menjajahnya di bidang-bidang pokok dan menyetirnya sedemikian lincah hingga si penguasa tak menyadari negaranya hanyalah alat untuk memperkaya si penjajah. Belum lagi bunga hutang abadi yang tak masuk akal, terkesan manipulatif. Sama saja negaramu sudah mati karena gampang diburu, lalu dibunuh untuk dikonsumsi ramai-ramai oleh mereka dan menjadi bahan lelucon dubes-dubesnya di pesta harian. Di dalam perang yang bernama kehidupan, pilihanmu hanya ada menjadi prajurit atau panglima. Parajurit yang memiliki senjata terbatas atau panglima yang memiliki skill tinggi dalam siasat perang. Jika tidak, jadilah prajurit yang mengusai skill itu, yang berarti sama saja sebagai panglima. Mengapa tidak, jika di dalam perang semuanya menjadi panglima? Setiap orang berperang dengan jalan dan takdir hidupnya masing-masing. Kesungguhan kerja keras mereka akan membawanya pada pergeseran nasib yang bisa lebih baik atau lebih buruk. Usaha keras yang akan dirasakan dampaknya oleh keturunanmu. Ketika jatuh, dampaknya bisa membutuhkan waktu lama untuk dibangkitkan kembali oleh keturunanmu di generasi mendatang yang memiliki kesungguhan untuk mengubah keterpurukan yang terjadi. Aku menyadari satu hal bahwa ada kemungkinan jika di masa lalu nenek moyangku adalah orang berhasil yang luar biasa. Hanya saja jaman ini dan roda kehidupannya terus berputar secara seimbang. Sampai tiba saatnya keterpurukan itu adalah fase dari kemakmuran yang dihambur-hamburkan secara membabi buta oleh musuh atau 9
efek dari keserakahan yang semena-mena. Dampaknya masih tetap dirasakan olehku sebagai keturunan masa depannya. Tugasku adalah apakah aku mampu mengambil kesungguhan itu, sebuah usaha sebagai pemutus keterpurukan dan pembangkit kejayaan keluargaku, atau barangkali bukan menjadi sosok itu, melainkan hanya salah satu jalan lebar bagi generasi setelahku. Apa boleh buat, tak ada pilihan lain, selain kerja keras, apalagi sih kelebihan yang kumiliki? Mencoba menjadi sosok itu bukanlah dosa besar. []
10