PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BAHASA LISAN MELALUI METODE BERCERITA DENGAN BONEKA TANGAN PADA ANAK KELOMPOK B TAMAN KANAK-KANAK ‘AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL BERO IV TRUCUK KLATEN TAHUN AJARAN 2013/2014
PUBLIKASI ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
KARMI NIM. A53B111043
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jl. A. Yani Tromol Pos 1 - Pabelan Kartasura Telp. (0271) 717417 FAX: 715448 Surakarta 57102 Website: http://www.ums.ac.id Email:
[email protected]
Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah
Yang bertanda tangan di bawah ini pembimbing skripsi/tugas akhir: Nama
: Drs. Ilham Sunaryo, M. Pd. AUD
NIK
: 354
Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi/tugas akhir dari: Nama
: KARMI
NIM
: A53B111043
Program Studi
: S1 PAUD
Judul
: “PENGEMBANGAN
KEMAMPUAN
BAHASA
LISAN
MELALUI METODE BERCERITA DENGAN BONEKA TANGAN PADA ANAK KELOMPOK B TAMAN KANAKKANAK „AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL BERO IV TRUCUK KLATEN TAHUN AJARAN 2013/2014”. Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian persetujuan dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.
Surakarta, Oktober 2013 Yang menyatakan
Drs. Ilham Sunaryo, M. Pd. AUD NIK. 354
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BAHASA LISAN MELALUI METODE BERCERITA DENGAN BONEKA TANGAN PADA ANAK KELOMPOK B TAMAN KANAK-KANAK ‘AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL BERO IV TRUCUK KLATEN TAHUN AJARAN 2013/2014 Karmi, A53B111043, Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013, xvi + 113 halaman (termasuk lampiran). ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk pengembangan kemampuan bahasa lisan melalui metode bercerita dengan boneka tangan pada anak kelompok B Taman Kanak-kanak „Aisyiyah Bustanul Athfal Bero IV Trucuk Klaten Tahun Ajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus. Penelitian tindakan ini dilaksanakan dengan kolaborasi antara guru dengan peneliti. Subjek Penelitian Tindakan Kelas ini adalah seluruh anak anak kelompok B Taman Kanak-kanak „Aisyiyah Bustanul Athfal Bero IV, dengan jumlah 20 anak. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan observasi, dokumentasi dan catatan lapangan. Instrumen yang digunakan lembar observasi, lembar catatan lapangan dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perkembangan kemampuan bahasa lisan. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil observasi sebelum tindakan dan setelah dilakukan tindakan. Sebelum tindakan diperoleh hasil berupa partisipasi anak pada pembelajaran bahasa sebesar 21,75% dan anak yang mencapai ketuntasan ≥ 80% terdapat 4 anak (20%). Peneliti melakukan perbaikan pada siklus I mengalami perkembangan yaitu partisipasi anak pada pembelajaran bahasa sebesar 77,5%. Pada kategori berkembang berkembang sangat pesat ada 2 anak (10%), berkembang sesuai harapan ada 9 anak (45%), anak yang mulai berkembang terdapat 3 anak (15%), dan sisanya masuk dalam kriteria belum berkembang terdapat 6 anak (35%), sedangkan anak yang mencapai perkembangan yang diharapkan yaitu ≥ 80% terdapat 11 anak (55%). Hasil tersebut mengalami perkembangan lagi setelah tindakan siklus II yaitu partisipasi anak pada pembelajaran bahasa sebesar 83,1%. pada kategori berkembang sangat pesat sebanyak 2 anak (15%), Pada kriteria berkembang sesuai harapan sebanyak 13 anak (65%), kemampuan anak dalam berbahasa lisan pada kriteria mulai beerkembang sebanyak 2 anak (10%), dan sisanya masuk dalam kriteria belum berkembang terdapat 2 anak (10%), sedangkan anak yang mencapai perkembangan yang diharapkan yaitu ≥ 80% terdapat 16 anak (80%). Hasil penelitian membuktikan bahwa hipotesis yang menyatakan “metode bercerita dengan boneka tangan dapat mengembangkan kemampuan bahasa lisan pada anak kelompok B Taman Kanakkanak „Aisyiyah Bustanul Athfal Bero IV Trucuk Klaten Tahun Ajaran 2013/2014” terbukti dan dapat diterima kebenarannya. Kata kunci: bahasa lisan, metode bercerita, boneka tangan.
A. PENDAHULUAN Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk berkomunikasi secara lisan, tulisan ataupun gerakan (bahasa isyarat) dengan tujuan menyampaikan maksud hati kepada lawan bicaranya. Bahasa juga merupakan alat manusia untuk menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat untuk memudahkan dirinya berbaur dengan masyarakat. Kemampuan bahasa dipelajari dan diperoleh anak usia dini secara alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungan. Bahasa merupakan suatu cara merespon orang lain sehingga keterampilan berbahasa lisan sangat dibutuhkan untuk anak-anak. Mengingat begitu pentingnya penguasaan bahasa lisan bagi anak, mendorong berbagai banyak ahli untuk melakukan stimulasi pengembangan bahasa lisan sejak usia dini. Seperti halnya kegiatan pengembangan yang dilakukan di Taman Kanak-kanak „Aisyiyah Bustanul Athfal Bero IV melalui metode bercerita. Pengamatan yang dilakukan terhadap kondisi awal di Taman Kanak-kanak tersebut, kemampuan anak berbahasa lisan masih sangat rendah beda dengan kemampuan fisik yang dapat berkembang secara alamiah melalui interaksi dengan lingkungan. Hal ini dapat dilihat melalui hasil yang diperoleh selama observasi pra siklus. Dari 20 anak yang memiliki kemampuan berbahasa lisan dengan baik hanya 4 anak (20%) sedangkan 16 anak (80%) lainnya belum bisa berbahasa lisan dengan baik. Kenyataan tersebut terjadi karena kurangnya motivasi dari pengasuh/guru baik berupa pertanyaan-pertanyaan ataupun sekedar komentar. Seringkali pengasuh mengabaikan pengaruh dari sepatah dua patah ucapannya yang ternyata bisa untuk menggali berbagai macam potensi berbahasa anak. Anak yang tidak terbiasa mendapat rangsangan bahasa akan tumbuh menjadi anak yang pasif, dan lebih banyak bersikap diam (menahan diri untuk mengucapkan kata-kata walaupun ia sebenarnya mampu). Selain itu rendahnya kemampuan berbahasa lisan anak juga terlihat dari kemampuan anak yang mengalami beberapa kesulitan, diantaranya sulit berkomunikasi, sulit mengemukakan pendapat dengan sederhana, sulit memberi informasi, sulit menjawab pertanyaan, malu untuk
bertanya, sulit untuk menceritakan pengalaman yang sederhana, dan kemampuan kosa kata anak pun masih terbatas. Berdasarkan pengamatan yang terjadi di lapangan khususnya di Taman Kanak-kanak „Aisyiyah Bustanul Athfal Bero IV, dalam beberapa aktivitas di kelas terlihat adanya kegiatan yang kurang memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan bahasa lisan. Demikian pula dengan pemanfaatan media pembelajaran yang kurang memperhatikan aspek-aspek perkembangan anak, bahkan hampir tidak pernah digunakan. Sementara itu, anak hanya duduk diam mendengarkan ceramah guru, anak hanya melaksanakan tugas yang diberikan dan jika anak yang bersuara, maka guru langsung menegurnya. Salah satu metode pembelajaran yang dapat mengakomodasi kepentingan untuk mewujudkan pembelajaran bahasa lebih bermakna dan menyenangkan yaitu metode bercerita melalui boneka tangan, yang merupakan cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik Taman Kanak-kanak melalui boneka tangan. Tugas guru dalam pembelajaran dengan metode bercerita adalah memperkenalkan, memberikan keterangan, atau penjelasan tentang hal baru dalam rangka menyampaikan pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai kompetensi dasar anak Taman Kanak-kanak dengan cara yang menarik. Metode bercerita melalui boneka tangan dikembangkan agar pembelajaran berkembang lebih produktif dan bermakna. Dengan usaha ini, secara kontinyu diharapkan permasalahan yang ada dapat diatasi. Selain itu agar dapat meningkatkan pembelajaran dalam berbahasa lisan, keaktifan berbicara anak sangat penting agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Alasan dipilihnya metode bercerita melalui boneka tangan untuk dapat mengembangkan kemampuan bahasa lisan anak adalah sebagai berikut: 1) situasi pembelajaran lebih kondusif, karena anak memusatkan perhatiannya pada cerita yang disampaikan oleh guru, 2) guru dapat memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien dalam pembelajaran, 3) anak akan termotivasi untuk mengungkapkan pendapat, ide/gagasan mengenai cerita yang disampaikan oleh guru sehingga kemampuan bahasa lisan anak akan meningkat.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penggunaan metode bercerita dengan boneka tangan dapat mengembangkan kemampuan bahasa lisan pada anak kelompok B Taman Kanakkanak „Aisyiyah Bustanul Athfal Bero IV Trucuk Klaten Tahun Ajaran 2013/2014?”. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan bahasa lisan anak.
Sedangkan Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan bahasa lisan melalui metode bercerita dengan menggunakan boneka tangan pada anak kelompok B Taman Kanak-kanak „Aisyiyah Bustanul Athfal Bero IV Trucuk Klaten Tahun Ajaran 2013/2014. Bahasa adalah rangkaian bunyi yang melambangkan pikiran, perasaan dan sikap manusia. Dengan menggunakan bahasa anak akan tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang dapat bergaul di tengah-tengah masyarakat (Wardhani & Asmawulan, 2011: 83). Sedangkan menurut Sumiati (2007: 1) bahasa adalah ucapan, pikiran dan perasaan seseorang yang teratur dan digunakan sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat. Dengan kata lain bahasa adalah ucapan, pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain yang digunakan sebagai sarana komunikasi. Berdasarkan pengertian bahasa menurut ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbahasa lisan adalah kemampuan anak dalam mengucapkan kata-kata atau kalimat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Bromley (Dhieni, 2010: 1.19) menyebutkan empat macam bentuk bahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap keterampian berbahasa tersebut memiliki hubungan yang erat sekali dengan keterampilan berbahasa yang lain dan masing-masing saling mendukung dalam proses pemerolehannya. Aspekaspek yang berkaitan dengan perkembangan bahasa lisan anak menurut Dhieni, dkk (2010: 9.4) adalah 1) kosa kata, 2) sintaks (tata bahasa), 3) semantik, 4) fonem (bunyi kata). Kemampuan berbahasa lisan lebih spesifik dijabarkan melalui butir-butir amatan yang terdapat dalam program tahunan atau matrik berdasarkan matrik
Taman Kanak-kanak (Depdiknas, 2012: 11) yaitu 1) menyebutkan nama diri, nama orangtua, jenis kelamin dan alamat rumah dengan lengkap, 2) menirukan kembali 4-5 urutan kata, 3) menjawab pertanyaan sederhana, 4) berbicara lancar dengan menggunakan kalimat yang komplek terdiri dari 5-6 kata, 5) mendengarkan dan menceritakan kembali cerita secara runtut. Beberapa faktor yang menghambat anak dalam berbahasa lisan (Wardhani & Asmawulan, 2011: 89), antara lain: 1. Keterbatasan kata-kata yang diketahui. 2. Terdapat orang tua atau orang-orang yang ada di sekitar anak yang dengan sengaja bicara dengan lafal yang dibuat-buat dan mengarah pada lafal yang salah. 3. Adanya beberapa anak yang mempunyai gangguan artikulasi sehingga anak tidak bisa mengucapkan bunyi-bunyi fonem tertentu. 4. Ada kalanya anak-anak selalu menggunakan bentuk bahasa yang hanya dipahami oleh orang tuanya. 5. Jika anak telah memasuki pendidikan di Taman Kanak-kanak akan mempunyai kesulitan dalam menggunakan bahasa, terutama jika anak tersebut di rumah berkomunikasi dengan menggunakan bahasa ibu/bahasa daerah setempat, sedang di Taman Kanak-kanak dalam berkomunikasi dengan teman-temannya menggunakan bahasa Indonesia Pengertian metode bercerita menurut Hidayat (2008: 4.17) merupakan salah satu metode yang banyak dipergunakan di Taman Kanak-kanak. Bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak Taman Kanakkanak dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru harus menarik, mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak usia Taman Kanak-kanak. Metode bercerita adalah cara bertutur kata dan penyampaian cerita atau memberikan penjelasan kepada anak secara lisan. Metode bercerita adalah salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan (Moeslichatoen, 2004: 157). Boneka tangan adalah bentuk tiruan
dari manusia dan binatang yang khusus cara menggunakannya yaitu dengan car menggerakkan dengan jari-jari tangan. Berdasarkan definisi di atas, penulis menyimpulkan pengertian tentang metode bercerita dengan boneka tangan adalah suatu teknik atau cara menyampaikan materi pembelajaran kepada anak-anak secara lisan dalam upaya memperkenalkan ataupun memberikan keterangan hal baru kepada anak dengan cerita yang menarik, imajinatif, dan mengundang perhatian anak melalui penggunaan boneka tangan. Menurut
Musfiroh
(2005:
169)
ada
beberapa
cara/teknik
dalam
menghidupkan suasana bercerita, sehingga anak tidak merasa jenuh dengan isi cerita, teknik tersebut adalah 1) mengembangkan dialog tokoh dan klimaks cerita, 2) membangkitkan humor, 3) melibatkan anak dalam cerita, 4) improvisasi dan adaptasi, 5) mengoptimalkan alat peraga, 6) berolah vokal dan mimik. Berdasarkan teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis yang dapat diajukan adalah “metode bercerita dengan boneka tangan dapat mengembangkan kemampuan bahasa lisan pada anak kelompok B Taman Kanak-kanak „Aisyiyah Bustanul Athfal Bero IV Trucuk Klaten Tahun Ajaran 2013/2014”.
B. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas berkolaborasi dengan guru kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh anak kelompok B di Taman Kanak-kanak „Aisyiyah Bustanul Athfal Bero IV Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, yang berjumlah 20 anak yang terdiri dari 13 anak laki-laki dan 7 anak perempuan. Desain Penelitian yang digunakan adalah model spiral dari Kemmis dan Taggart (dalam Rochiati dan Wiraatmadja, 2008: 25) yang terdiri dari
dua
siklus dan masing-masing siklus menggunakan empat komponen
tindakan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi dalam suatu spiral yang saling terkait. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing tindakan terdiri dari tiga pertemuan dengan tema dan kegiatan yang berbeda. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui observasi, catatan
lapangan dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Partisipasi serta perkembangan kemampuan bahasa lisan anak kelompok B pada Taman Kanak-kanak „Aisyiyah Bustanul Athfal Bero IV melalui metode bercerita dengan boneka tangan, diharapkan dapat berkembang secara maksimal. Perkembangan kemampuan bahasa lisan anak berupa hasil observasi terhadap partisipasi dan ketuntasan anak dalam mengikuti pembelajaran bahasa melalui metode bercerita dengan boneka tangan.
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pembelajaran bahasa pada anak kelompok B di Taman Kanak-kanak ‟Aisyiyah Bustanul Athfal Bero IV, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten masih rendah. Kenyataan tersebut terjadi karena kurangnya motivasi dari pengasuh/guru baik berupa pertanyaan-pertanyaan ataupun sekedar komentar. Seringkali pengasuh mengabaikan pengaruh dari sepatah dua patah ucapannya yang ternyata bisa untuk menggali berbagai macam potensi berbahasa anak. Berdasarkan pengamatan yang terjadi di lapangan khususnya di Taman Kanak-kanak „Aisyiyah Bustanul Athfal Bero IV, dalam beberapa aktivitas di kelas terlihat adanya kegiatan yang kurang memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan bahasa lisan. Demikian pula dengan pemanfaatan media pembelajaran yang kurang memperhatikan aspek-aspek perkembangan anak, bahkan hampir tidak pernah digunakan. Sementara itu, anak hanya duduk diam mendengarkan ceramah guru, anak hanya melaksanakan tugas yang diberikan dan jika ada anak yang bersuara, maka guru langsung menegurnya. Hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dapat dilihat melalui tabel berikut. Tabel 1. Kriteria Pencapaian Kemampuan Bahasa Lisan Anak pada Tiap Siklus Kelas Interval 90%-100% 80%-89% 70%-79% <70%
Kategori Berkembang sangat pesat (BSP) Berkembang sesuai harapan (BSH) Mulai berkembang (MB) Belum berkembang (BB)
Pra Siklus (%) f
Siklus I (%) f
Siklus II (%) f
0 4 0 16
2 9 3 6
3 13 2 2
0 20 0 80
10 45 15 30
15 65 10 10
Sumber: Data Observasi Setiap Siklus
Berdasarkan kriteria di atas, maka gambaran pencapaian kemampuan bahasa lisan anak melalui diagram batang pada tahap pra siklus adalah sebagai
Jumlah Anak
berikut. 16 14 12 10 8 6 4 2 0
16 13 9 6 4 0
3
2
2 2
3
Persentase Anak < 70% 70%-79% 80%-89% 90%-100%
0
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Kategori Sumber: Tabel 1 halaman 7
Gambar 1. Kriteria Pencapaian Kemampuan Bahasa Lisan Anak pada Tiap Siklus Diagram di atas menunjukkan bahwa kriteria pencapaian kemampuan bahasa lisan anak mengalami perkembangan pada tiap siklus. Selain kategori di atas partisipasi anak dalam pembelajaran ini sangat penting karena dengan keantusiasan dan partisipasi anak dalam pembelajaran mengisayaratkan bahwa pembelajaran berhasil. Partisipasi anak terhadap pembelajaran bahasa juga mengalami peningkatan yaitu pada tahap pra siklus sebesar 21,75%, setelah dilakukan perbaikan pada siklus I menjadi 77,5%, dan partisipasi anak terhadap pembelajaran bahasa semakin meningkat lagi setelah tindakan siklus II yaitu sebesar 83,1%. Perkembangan kemampuan bahasa lisan anak tidak hanya dilihat berdasarkan kategori dan partisipasi tetapi ditentukan pula tingkat ketuntasan anak dalam pembelajaran tersebut. Tingkat perkembangan dapat dilihat melalui tabel perbandingan tingkat pencapaian perkembangan bahasa lisan anak setiap siklus seperti tabel berikut. Tabel 2. Perbandingan Tingkat Perkembangan Bahasa Lisan Anak pada Setiap Siklus
No
Kondisi
1 2 3
Prasiklus Siklus I Siklus II
Status Pencapaian Perkembangan Sudah mencapai Belum mencapai % harapan harapan 4 anak 20 16 anak 11 anak 55 9 anak 16 anak 80 4 anak
% 80 45 20
Sumber: Data Hasil Perkembangan Bahasa Lisan Anak tiap Siklus
Berdasarkan tabel perbandingan di atas, dapat digambarkan melalui diagram
Persentase
batang berikut ini. 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
80%
80% Sudah mencapai harapan
55% 45%
20%
Pra Siklus
Belum mencapai harapan 20%
Siklus I
Siklus II
Sumber: Tabel 2 halaman 8
Gambar 2. Perbandingan Tingkat Perkembangan Bahasa Lisan Anak pada Setiap Siklus
Grafik
di
atas
menunjukkan
terjadinya
perkembangan
tingkat
perkembangan bahasa lisan anak dalam kemampuan bahasa lisan yang cukup signifikan. Sebelum dilakukan tindakan perbaikan, anak yang mencapai perkembangan yang diharapkan ≥ 80% hanya terdapat 4 anak (20%) setelah dilakukan perbaikan pada siklus I menjadi 11 anak (55%). Sedangkan pada perbaikan yang dilaksanakan pada siklus II anak yang mencapai perkembangan yang diharapkan ≥ 80% terdapat 16 anak (80%). Hasil tersebut sesuai dengan harapan guru yaitu dengan menggunakan metode bercerita dengan boneka tangan, kemampuan bahasa lisan pada anak kelompok B di Taman Kanak-kanak „Aisyiyah Bustanul Athfal Bero IV Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014 berkembang minimal 80% dari 20 anak.
Penelitian ini telah dilaksanakan dengan baik dan lancar, sehingga mendapatkan hasil yang memuaskan atau sesuai dengan harapan guru. Namun hasil tersebut masih terdapat banyak keterbatasan dalam pelaksanaannya antara lain: 1. Terbatasnya waktu yang dialokasikan untuk pembelajaran bahasa. Sementara peneliti harus menyesuaikan dengan jadwal penelitian yang ada sehingga pembelajaran bahasa melalui metode bercerita dengan boneka tangan belum benar-benar maksimal. 2. Dalam penelitian ini masih banyak kekurangan karena mengingat terbatasnya kemampuan tenaga peneliti sehingga ada hal-hal yang seharusnya bisa diungkap dalam penelitian ini, namun belum bisa. 3. Instrumen dalam penelitian ini tidak melalui uji validasi akan tetapi diketahui oleh pembimbing.
D. SIMPULAN Berdasarkan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan dua siklus di atas ternyata hipotesis yang berbunyi “metode bercerita dengan boneka tangan dapat mengembangkan kemampuan bahasa lisan pada anak kelompok B Taman Kanak-kanak „Aisyiyah Bustanul Athfal Bero IV Trucuk Klaten Tahun Ajaran 2013/2014” telah terbukti. Peningkatan partisipasi terhadap pembelajaran bahasa pada siklus I sebesar 55,75% (pra siklus sebesar 21,75% menjadi 76,9%). Peningkatan pada siklus II sebesar 5,6% (siklus I sebesar 77,5% menjadi 83,1%). Peningkatan persentase perkembangan bahasa lisan anak pada siklus I sebesar 35% yaitu pada pra siklus terdapat 4 anak (20%)
menjadi 11 anak (55%). Peningkatan persentase
perkembangan bahasa lisan pada siklus II sebesar 25% yaitu pada siklus I sebesar 11 anak (55%) menjadi 16 anak (80%). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa melalui metode bercerita dengan dapat boneka tangan dapat mempengaruhi perkembangan bahasa lisan pada anak kelompok B Taman Kanak-kanak „Aisyiyah Bustanul Athfal Bero IV Kecamatan
Trucuk Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014. Berdasarkan hal tersebut dapat dibuat implikasi sebagai berikut. 1. Penggunaan metode yang tepat Metode yang digunakan oleh peneliti sudah tepat karena dengan bercerita guru dapat menyampaikan pelajaran secara lebih menarik. 2. Aktivitas anak dalam pembelajaran Anak-anak lebih cepat memahami pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Hal ini dikarenakan pada saat kegiatan bercerita anak diajak untuk berinteraksi secara langsung, sehingga anak semakin antusias dalam mengikuti kegiatan.
DAFTAR PUSTAKA
Dhieni, Nurbiana, dkk. 2008. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka. Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini. 2009. Matrik Taman Kanakkanak. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Departemen Pendidikan Nasional. 2012. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan TK dan SD. Hidayat, Otib Satibi. 2008. Metode Pengembangan Moral dan Nilai-nilai Agama. Jakarta: Universitas Terbuka. Junita Dwi Wardhani, Tri Asmawulan. 2011. Perkembangan Fisik, Motorik dan Bahasa. Surakarta: Qinant. Moslichatoen. 2004. Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Rineka Cipta. Musfiroh, Tadkiroatun. 2005. Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan. Jakarta : Direktorat Jendral Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan. Wiraatmadja, Rochiati. 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.