Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 01, Nomor 02, Desember 2014
IMPLEMENTASI MANAJEMEN KURIKULUM 2013 BERBASIS LINGKUNGAN DALAM MENINGKATKAN KARAKTER PEDULI DAN RAMAH LINGKUNGAN PADA MIN TEGALASRI WLINGI BLITAR TAHUN 2013/2014 Rusmiati, S.Pd MIN Tegalasri Wlingi Blitar Abstrak; Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pendidikan lingkungan di sekolah sebagai salah satu sarana dalam membentuk sikap dan perilaku peserta didik yang mengarah kepada perilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab kurang berhasilnya pelaksanaan KTSP dalam membentuk Karakter peduli dan ramah lingkungan,sehingga dapat mencari strategi dan manajemen yang tepat pada pelaksanaan kurikulum berikutnya. Hasil penelitian dapat digunakan semua pihak khususnya komponen sekolah untuk menerapkan hasil penelitian dalam rangka meningkatkan karakter peduli dan ramah lingkungan bagi semua pihak dalam kehidupan sehari-hari. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tahapan (a) perencanaan: menganalisis kurikulum yang akan digunakan dalam KBM, (b) pelaksanaan: menyajikan materi dalam kegiatan pembelajaran, (c) pengamatan: mengamati situasi KBM yang mencerminkan perilaku peduli dan ramah lingkungan, dan (d) refleksi: hasil kegiatan KBM yang menunjukkan keberhasilan dalam membentuk karakter peduli dan ramah Lingkungan. penerapan manajemen kurikulum berbasis lingkungan yang dilaksanakan secara efektif dan efisien dapat membentuk lebih 85% peserta didik di MIN Tegalasri bersikap dan perilaku yang mengarah kepada perilaku bertanggung jawab, peduli dan ramah terhadap lingkungan hidupnya dalam kehidupan sehari-hari. Kata kunci: manajemen kurikulum pendidikan, berbasis lingkungan hidup
Rusmiati, S.Pd
PENDAHULUAN Pendidikan diarahkan untuk pencapaian tujuan nasional yang telah digariskan di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 Ayat 1 menyatakan, bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Lebih dari itu sekolah juga merupakan wahana pembelajaran sebagai pembentuk kepribadian peserta didik yang tidak hanya menekankan pada kecerdasan intelektual tetapi juga membentuk kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional ini diantaranya membentuk sikap atau perilaku untuk peduli terhadap lingkungan. Dalam pelaksanaannya Kementerian Negara Lingkungan Hidup bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengimplementasikan program lingkungan hidup dalam kurikulum di sekolah. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum dibawah ini akan dijelaskan sebagaimana berikut. Pertama, rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran. Kedua, cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal. Di samping itu, dalam menghadapi tuntutan perkembangan zaman, perlu adanya penyempurnaan pola pikir dan penguatan tata kelola kurikulum serta pendalaman dan perluasan materi. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah perlunya penguatan proses pembelajaran dan penyesuaian beban belajar termasuk pendidikan lingkungan hidup. Pendidikan lingkungan hidup yang diwujudkan dalam materi lingkungan hidup khususnya jalur dan jenjang pendidikan dasar dan menengah sudah menjadi tuntutan dan tertuang dalam standar kompetensi kelulusan yang menjadi prasyarat dan harus dimiliki setiap peserta didik setelah tamat dari jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kehadiran pendidikan lingkungan di sekolah sebagai salah satu sarana dalam
158
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 01, Nomor 02, Desember 2015
Implementasi Manajemen Kurikulum 2013 Berbasis Lingkungan
membentuk sikap dan perilaku peserta didik yang mengarah kepada perilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan hidupnya. Dalam rangka menghadapi perubahan dan perkembangan kurikulum tersebut, maka di MIN Tegalasri pada tahun pelajaran 2014/2015 tetap melaksanakan Manajemen kurikulum 2013 yang berbasis lingkungan. MIN Tegalasri sudah meraih penghargaan Adiwiyata Tingkat Nasional dan ini merupakan tantangan bagi MIN Tegalasri karena karakter peduli dan berbudaya lingkungan dari komponen madrasah belum berhasil sesuai yang diharapkan. Pada tahun 2015/2016 adanya persiapan untuk merintis Adiwiyata mandiri yang diharuskan memiliki minimal sepuluh imbas madrasah atau sekolah. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: bagaimana manajemen kurikulum dalam meningkatkan karakter peduli dan ramah lingkungan di MIN Tegalasari Wlingi Blitar. Analisa data pada penelitian ini menggunakan data kualitatif, yang dianalisa secara deskriptif untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran dengan beberapa tahapan yaitu: perancanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi sebagaimana berikut: Perencanaan (Planing) a. Tim Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dalam pembelajaran. b. Membuat rencana pembelajaran berbasis peduli dan ramah lingkungan c. Membuat lembar kerja siswa d. Menyusun alat evaluasi pembelajaran. e. Menyusun rencana tidak lanjut dari hasil kegiatan Pelaksanaan (Acting) a. Menyajikan materi dalam kegiatan pembelajaran baik secara monolitik atau integrasi. b. Melakukan kegiatan rutin dan pembiasaan peduli dan ramah lingkungan dalam setiap kegiatan pembelajaran. c. Siswa diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan d. Penguatan dan kesimpulana secara bersama-sama e. Melakukan observasi atau pengamatan
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 01, Nomor 02, Desember 2014
159
Rusmiati, S.Pd
Pengamatan (Observing) a. Situasi kegiatan belajar-mengajar yang mencerminkan perilaku peduli dan ramah lingkungan. b. Tanggungjawab, peduli dan ramah lingkungan siswa dalam mengikuti KBM c. Kemampuan siswa dalam berperilaku peduli dan ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari melalui data kegiatan yang dilakukan dari buku penghubung siswa. Refleksi (Reflecting) Penelitian ini berhasil apabila sebagian besar (85% lebih) siswa mampu berperilaku peduli dan ramah lingkungan dalam kehidupan seharihari. KAJIAN PUSTAKA Manajemen Kurikulum Pendidikan Selama ini kurikulum dianggap sebagai penentu keberhasilan pendidikan. Karena itu perhatian para guru, dosen, kepala madrasah/sekolah, ketua, rektor maupun praktisi pendidikan terkonsentrasi pada kurikulum. Padahal kurikulum bukanlah penentu utama namun kesadaran yang menjadi problem terbesar yang dihadapi bangsa ini didunia pendidikan, yaitu, lemahnya kesadaran untuk berprestasi, kesadaran untuk sukses, kesadaran untuk meningkatkan SDM, kesadaran untuk menghilangkan kebodohan, serta kesadaran untuk berbuat yang terbaik. Meskipun demikian, kurikulum sebagai rancangan segala kegiatan yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan tetap memiliki peranan yang penting, setidaknya dalam mewarnai kepribadian seseorang. Oleh karenanya, kurikulum perlu dikelola dengan baik. Adapaun pada tahapan pelaksanaan kurikulum menurut Panduan Manajemen Sekolah meliputi tahap perecanaan, pengorganisasian dan koordinasi, pelaksanaan, serta pengendalian. Adapun perinciannya sebagai berikut: 1. Tahap Perencanaan a. Menjabarkan GBPP menjadi analisis mata pelajaran (AMP) b. Menghitung hari kerja efektif dan jam pelajaran efektif untuk setiap mata pelajaran, hari libur, hari untuk uangan, dan hari-hari tidak efektif.
160
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 01, Nomor 02, Desember 2015
Implementasi Manajemen Kurikulum 2013 Berbasis Lingkungan
c. d. e. f.
Menyusun Program Tahunan (Prota) Menyususn Program Caturwulan (Proca) Program Satuan Pelajaran (PSP) Rencana Pngajaran (RP)
2. Tahapan Pengorganisasian dan Koordinasi a. Pembagian tugas mengajar dan tugas-tugas lain perlu dilakukan secara merata, sesuai dengan bidang keahlian dan minat guru. b. Penyusunan jadwal pelajaran diupayakan agar guru mengajar maksimal 5 hari per minggu, sehingga ada satu hari tidak mengajar untuk pertemuan MGMP c. Penyusunan jadwal kegiatan perbaikan dan pengayaan. d. Penyusunan jadwal kegiatan ekstrakurikuler. e. Penyusunan jadwal penyegaran guru. 3. Tahap Pelaksanaan Tugas utama kepala sekolah adalah melakukan supervisi untuk membantu guru menemukan dan mengatasi kesulitan yang dihadapi. Dengan cara ini, guru merasa didampingi pimpinan sehingga terbiasa meningkatkan semangat kerja. 4. Tahap Pengendalian a. Kepala sekolah perlu mengingatkan para guru bahwa evaluasi memiliki tujuan ganda, yaitu untuk mengetahui pencapaian tujuan pembelajaran khusus ( TPK) dan mengetahui kesulitan siswa b. Hasil evaluasi harus benar-benar dimanfaatkan guru untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran Berdasakan rinician tersebut dapat ditarik pemahaman bahwa manajemen kurikulum sebenarnya menekankan pada strategi pengelolaan proses pembelajaran secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil pendidikan yang maksimal. Pendidikan Lingkungan Hidup Pendidikan lingkungan, pada awalnya muncul dalam “Belgrade Charter” (1975) dan UNESCO mengeluarkan rekomendasi tentang pendidikan lingkungan pada konferensi Tbilisi pada tahun 1977 (UNESCO, 1980). Sejak itu pendidikan lingkungan terus berkembang sebagai salah satu mata pelajaran wajib di sekolah-sekolah (terintegrasi ke beberapa bidang
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 01, Nomor 02, Desember 2014
161
Rusmiati, S.Pd
studi atau monolitik dan sebagai bidang spesialisasi pada jenjang pascasarjana). Ilmu lingkungan adalah ilmu tentang kenyataan lingkungan hidup, serta bagaimana pengelolaannya agar menjaga dan menjamin kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Landasan dasar dari ilmu lingkungan adalah ekologi yang mengajarkan struktur, interaksi, dan ketergantungan semua komponen dalam kehidupan yang satu dengan yang lainnya. Semua komponen memiliki peran yang sama penting, sehingga eksistensi serta kesejahteraannya harus dipelihara. Secara ekologi, semua komponen tersebut berperan dalam jaring-jaring kehidupan, di mana manusia hanyalah satu di antara ratusan ribu jenis yang ada. Sebagai manusia, kita mempunyai keterbatasan untuk mengerti apa yang sebenarnya dikehendaki oleh setiap individu atau setiap jenis makhluk hidup lainnya. Menurut Pratomo (2008: 26) bahwa pendidikan lingkungan hidup sangatlah penting. Dengan diberikannya pendidikan ini pada masyarakat, diharapkan munculnya kesadaran agar lingkungan tumbuh dan berkembang dengan baik, untuk selanjutnya terjadi perubahan sikap pandangan serta perilaku terhadap lingkungan. Oleh karena itu, pendidikan lingkungan hidup harus diberikan untuk semua tingkatan dan umur, baik melalui jalur sekolah maupun luar sekolah. Pendidikan lingkungan merupakan salah satu faktor penting untuk meminimalisasi kerusakan lingkungan hidup dan merupakan sarana yang penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang dapat melaksanakan prinsip pembangunan berkelanjutan. Secara lebih jelas Stapp (1978) mengutip batasan pendidikan lingkungan sebagai suatu proses yang bertujuan untuk mengembangkan suatu penduduk dunia yang sadar dan peduli terhadap berbagai persoalan lingkungan dan memiliki pengetahuan, sikap, motivasi, komitmen, serta keterampilan untuk bekerja secara individual atau kolektif dalam rangka memecahkan masalah-masalah lingkungan dan mencegah timbulnya masalah baru. Untuk mencapai tujuan tersebut, jelas merupakan tugas berat terutama bagi para pendidik, khususnya di sekolah-sekolah formal, sehingga diperlukan strategi yang tepat. Apalagi menyangkut masalah nilai-nilai (human values) yang memerlukan waktu bertahun-tahun untuk mengubah dan membentuknya. Dalam hal ini belakangan muncul istilah “environmental value education” sebagai masukan yang memperjelas tujuan pendidikan lingkungan itu sendiri agar tidak terfokus pada aspek pengetahuan saja. Oleh karena itu pemilihan metode yang tepat sebagai bagian dari strategi pendidikan lingkungan sangat membantu pencapaian tujuan tersebut.
162
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 01, Nomor 02, Desember 2015
Implementasi Manajemen Kurikulum 2013 Berbasis Lingkungan
Tujuan pendidikan lingkungan hidup adalah menjadikan masyarakat sadar dan sensitif terhadap lingkungan dan berbagai masalahnya, serta memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap, motivasi, dan kesediaan untuk bekerja secara perorangan atau kelompok ke arah pemecahan dan pencegahan masalah-masalah lingkungan hidup (Karim, 2003: 46). Pendidikan memainkan peranan sebagai pembentuk dan penyebar nilai-nilai baru yang diperlukan untuk menghadapi tuntutan-tuntutan lingkungan. Dalam kaitannya dengan usaha pengembangan sumber daya manusia, diarahkan pada tujuan khusus seperti pembangunan nasional, pengawasan lingkungan, dan tujuan lain. Namun, pada akhirnya usaha ini harus dipahami sebagai usaha mempertinggi martabat manusia dan mempertinggi mutu hidup manusia. Inilah fungsi yang melekat pada pendidikan lingkungan, tidak hanya sekedar menjaga kelestarian kehadiran manusia di bumi, melainkan juga meraih mutu hidup tertinggi sesuai martabatnya. Beberapa ketrampilan yang diperlukan untuk memecahkan masalah diantaranya: 1) Kemampuan berkomunikasi, yakni mendengarkan, berbicara di depan umum, menulis secara persuasif, dan desain grafis; 2) Investigasi (investigation), yakni merancang survey, studi pustaka, melakukan wawancara, menganalisa data; 3) Ketrampilan bekerja dalam kelompok (group process), yakni kepemimpinan, pengambilan keputusan dan kerjasama (Zahara, 2003 : 22) Di samping itu, pendidikan lingkungan juga mampu memberikan informasi yang akurat, khususnya mengenai biodiversitas. Sehingga program aksi yang direncanakan akan menjadi lebih efektif (McNeely, et al., 1990). Dalam majalah Connect (Juni, 1994) secara jelas diungkapkan bahwa melalui pendidikan lingkungan dan informasi bertujuan untuk mengembangkan pemahaman, pengetahuan, keterampilan dan motivasi yang mengarah kepada perolehan sikap, nilai-nilai, dan mentalitas yang sangat diperlukan secara efektif dalam memecahkan berbagai isu dan masalah lingkungan. Dalam suatu proses belajar mengajar keterkaitan antara tujuan instruksional, strategi (didalamnya terdapat berbagai metode pembelajaran), isi/materi, dan evaluasi tidak dapat diabaikan. Oleh karena itu, menentukan tujuan pendidikan lingkungan sebelum menetapkan metode adalah langkah yang tepat. Tujuan umum (goal) pendidikan lingkungan yang telah ditetapkan, didasarkan pada batasan pendidikan lingkungan di atas dan juga didasarkan pada model sikap-perilaku yang dikembangkan oleh Bennett (1974) . Penentuan tujuan itu berkembang setelah diakuinya akar penyebab krisis lingkungan bukan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan industri, dan juga bukan system politik atau ekonomi, tetapi human attitudes and values which motivate human decisions (Swan, 1971; dikutip oleh Bennett, 1974).
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 01, Nomor 02, Desember 2014
163
Rusmiati, S.Pd
PEMBAHASAN Pembahasan yang ada dalam karya tulis ini adalah bagaimana manajemen kurikulum yang tepat untuk meningkatkan karakter peduli dan ramah lingkungan di MIN Tegalasri. Selama periode dua tahun terakhir ini hasilnya belum sesuai dengan harapan madrasah. Adapun penyebabpenyebab dari permasalahan di MIN Tegalasri ini dapat dianalisis dan dijelaskan berdasarkan beberapa tahapan: 1. Rencana Program Pembelajaran Belum semua mata pelajaran yang ada di muatan kurikulum MIN Tegalasri mengintegrasikan pembelajaran lingkungn hidup, pengaturan jam efektif pada prota, promes belum bisa efektif dan belum semua guru menyusun rencana pembelajaran lingkungan hidup. 2. Pengorganisasian dan Koordinasi Pembagian tugas guru yang mengampu PLH (pendidikan lingkungan hidup) belum merata, hanya guru tertentu saja yang melaksanakannya, ditambah kurang memperhatikan komponen madrasah lainya ( tenaga administrasi, petugas kebersihan, penjual di kantin) dalam penerapan perilaku peduli dan ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Pelaksanaan Belum adanya supervisi pada setiap kegiatan KBM secara rutin dan maksimal untuk membantu guru dalam menemukan dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Sehingga apa yang dilaksanakan para guru dalam KBM tidak adaya inovasi sama sekali. Guru hanya sekedar melaksanakan tugasnya saja tanpa memperhatikan pengembangan peserta didik dalam mewujudkan perilaku peduli dan ramah pada lingkungan hidup. 4. Pengendalian Evaluasi yang dilaksanakan belum digunakan untuk mengetahui pencapaian tujuan pembelajaran tertentu, mengetahui kesulitan siswa, dan memperbaiki kegiatan pembelajaran. Akan tetapi yang ditemukan bahwa evaluasi dilaksanakan hanya untuk formalitas dari suatu program saja. Berdasarkan hasil analisis dari permasalaham di atas, maka langkahlangkah yang dilakukan untuk meningkatkan karakter peduli dan ramah lingkungan pada MIN Tegalasri wlingi Blitar adalah:
164
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 01, Nomor 02, Desember 2015
Implementasi Manajemen Kurikulum 2013 Berbasis Lingkungan
1. Efektifitas Rencana Program Pembelajaran PLH Semua mata pelajaran yang ada di muatan kurikulum MIN Tegalasri mengintegrasikan pembelajaran lingkungn hidup secara afektif yang dilakukan melalui kegiatan pembiasan, kegiatan rutin, kegiatan spontan, pengaturan jam efektif pada prota, promis diefektifkan, dan semua guru wajib melaksanakan pembelajaran lingkungan hidup baik secara afektif, kognitif maupun spikomotorik pada mata pelajaran yang diampunya. Dari kesemuaan kegiatan tersebut akan menumbuhkan perilaku peduli dan ramah lingkunagan. 2. Peningkatan Pengorganisasian dan Koordinasi Program Pembelajaran PLH Pembagian tugas guru yang mengampu PLH di integrsikan pada semua mata pelajaran yang ada pada muatan kurikulum madrasah, dan semua komponen madrasah meliputi kepala madrasah yang menjadi contoh dalam penerapan perilaku peduli dan ramah lingkungan, guru, pegawai, komite, paguyupan dan petugas kantin wajib berperilaku peduli dan ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Peningkatan Pelaksanaan Program Pembelajaran Supervisi pada setiap kegiatan KBM secara rutin dan maksimal dilaksanakan akan membantu guru dalam menemukan dan mengatasi kesulitan yang dihadapi saat melaksanakan KBM. Sehingga nantinya melahirkan ide baru dalam inovasi pembelajran bagi guru dan meningkatkan semangat kerjanya. 4. Pengendalian Program Pembelajaran PLH yang konsisten Untuk mengendalikan Program Pembelajaran PLH (pendidikan lingkungan hidup) perlu adanya evaluasi yang digunakan sebagai dasar untuk mengetahui pencapaian tujuan pembelajaran tertentu, mengetahui kesulitan siswa, dan memperbaiki kegiatan pembelajaran selanjutnya.
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 01, Nomor 02, Desember 2014
165
Rusmiati, S.Pd
PENUTUP Kesimpulan 1. Beberapa permasalahan yang menyebabkan belum terbentuknya budaya karakter peduli dan ramah lingkungan di MIN Tegalasri adalah disebabkan belum meratanya pembelajaran lingkungan hidup sesuai rencana program yang telah ditentukan dalam semua mata pelajaran, ditambah kurang pedulinya komponen madrasah lainya dalam penerapan perilaku peduli dan ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari, supervisi dan evaluasi pada setiap kegiatan KBM belum dilaksanakan secara rutin. 2. Manajemen kurikulum Berbasis Lingkungan menerapkan beberapa langkah-langkah: Efektifitas Rencana Program Pembelajaran PLH, Peningkatan Pengorganisasian dan Koordinasi Program Pembelajaran PLH, Peningkatan Pelaksanaan Program Pembelajaran, dan Pengendalian Program Pembelajaran PLH yang konsisten yang dilaksanakan secara efektif dan efisien dapat membentuk lebih 85% peserta didik di MIN Tegalasri bersikap dan perilaku yang mengarah kepada perilaku bertanggung jawab, peduli dan ramah terhadap lingkungan hidupnya dalam kehidupan sehari-hari. Saran Pihak sekolah harus cepat tanggap terhadap segala permasalahan yang terjadi di sekolah dan segera mencari solusi atas permasalahan tersebut, sehingga keadaan sekolah tetap terjamin keharmonisannya baik hubungannya dengan siswa, guru, wali murid maupun masyarakat. Kerja sama pihak sekolah , orang tua siswa dan masyarakat harus tetap terjalin untuk mencapai keberhasilan proses belajar dan pembentukan karakter peduli dan ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pada akhirnya peserta didik dapat menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
166
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 01, Nomor 02, Desember 2015
Implementasi Manajemen Kurikulum 2013 Berbasis Lingkungan
DAFTAR PUSTAKA Deputi Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengembangan Garis Besar Isi Materi Pendidikan Lingkungan Hidup. Jakarta. Mujamil, Qomar. 2007. Manajemen Pendidikan Islam. Erlangga: Malang. Sardjoe. 1993. Penuntun Penulisan Karangan Ilmiah. Garoeda buana Indah: Pasuruan. Tirtarahardja, Umar, dkk. 2000. Pengantar Pendidikan. Rineka Cipta: Jakarta. Zahara, T. Dj. 2003. Perilaku Berwawasan Lingkungan dalam Pembangunan Berkelanjutan Dilihat dari Keinovatifan dan Pengetahuan Tentang Lingkungan. Jakarta: Depdiknas.
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 01, Nomor 02, Desember 2014
167