ISSN 2087-4154
Jurnal Ilmu Kebidanan dan Kesehatan (Journal of Midwifery Science and Health) Vol. 3 , No. 1
Juli 2012
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI MOW DI DESA SIDOMULYO KECAMATAN KALIORI KABUPATEN REMBANG TAHUN 2011 Dewi Kartikasari dan Puji Hastuti, S.SiT. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BIDAN DESA DALAM DETEKSI KURANG ENERGI KRONIS IBU HAMIL DI WILAYAH KABUPATEN PATI TAHUN 2011 Sri Hadi Sulistiyaningsih, S.SiT, M.Kes. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN SUSU FORMULA PADA BAYI BARU LAHIR OLEH BIDAN PRAKTIK SWASTA DI KABUPATEN PATI Irfana Tri Wijayanti, S.SiT, M.Kes. HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN MELAKUKAN ANTENATAL CARE PADA UMUR KEHAMILAN 2-9 BULAN DI PUSKESMAS WEDARIJAKSA I PATI TAHUN 2011 Riska Ade Kristiyana dan Yuli Irnawati, S.SiT. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK PADA BALITA USIA 9 BULAN DI DESA TAMBAHSARI KECAMATAN PATI KABUPATEN PATI TAHUN 2011 Sri Budiarti dan Siti Ni’amah, S.SiT. HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU TENTANG PENGGUNAKAN CAIRAN PEMBERSIH VAGINA PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMK NASIONAL PATI PADA TAHUN 2011 Sita Dyah Rahayu dan Etni Dwi Astuti, S. Si. T
Diterbitkan oleh Akademi Kebidanan Bakti Utama Pati Jurnal Kebidanan dan Kesehatan
Vol. 3 No. 1
Hal. 1-36
Pati Juli 2012
ISSN 2087-4154
Jurnal Ilmu Kebidanan dan Kesehatan (Journal of Midwifery Science and Health) Vol. 3, No. 1
Juli 2012
Susunan Dewan Redaksi Penanggung jawab (Chairman): Direktur AKBID Bakti Utama Pati Ketua (Editor in Chief) : Suparjo, S.Kp., M.Kes. Sekretaris (Secretary Editor) : Sri Hadi Sulistiyaningsih, S.Si.T., M.Kes. Anggota (Section Editors) : Uswatun Kasanah, S.Si.T., Yuli Irnawati, S.Si.T., Redaksi Teknis (Technical Editor): Irfana Tri Wijayanti, S.Si.T.,M.Kes Jurnal Ilmu Kebidanan dan Kesehatan terbit dua kali dalam setahun (Januari dan Juli)
Terbit pertama kali : Juli 2012 Administrasi dan Sekretariat : Khoirul Huda, S.Kom., Septi Diyah Ayu Wulandari Alamat : Jl. Ki Ageng Selo No.15 Pati, Website: http//www.akbidbup.ac.id E-mail :
[email protected] Jurnal Ilmu Kebidanan dan Kesehatan (Journal of Midwifery Science and Health) merupakan wadah atau sarana yang menerbitkan tulisan ilmiah hasil-hasil penelitian maupun nonhasil penelitian di bidang ilmu-ilmu kebidanan khususnya dan ilmu-ilmu kesehatan pada umumnya yang belum pernah diterbitkan atau sedang dalam proses penerbitan di jurnal-jurnal ilmiah lain. Redaksi berhak mengubah tulisan tanpa mengubah maksud atau substansi dari naskah yang dikirimkan. Naskah yang belum layak diterbitkan dalam Jurnal Ilmu Kebidanan dan Kesehatan tidak dikembalikan kepada pengirimnya, kecuali atas permintaan dari penulis yang bersangkutan.
Jurnal Ilmu Kebidanan dan Kesehatan
Vol. 3 No. 1
Hal. 1-36
Pati Juli 2012
ISSN 2087-4154
Jurnal Ilmu Kebidanan dan Kesehatan (Journal of Midwifery Science and Health) Vol. 3, No. 1
Juli 2012
DAFTAR ISI HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI MOW DI DESA SIDOMULYO KECAMATAN KALIORI KABUPATEN REMBANG TAHUN 2011………………………………………………………………………………………………………………… 1-7 Dewi Kartikasari dan Puji Hastuti, S.SiT. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BIDAN DESA DALAM DETEKSI KURANG ENERGI KRONIS IBU HAMIL DI WILAYAH KABUPATEN PATI TAHUN 2011............................................................................................................................... 8-13 Sri Hadi Sulistiyaningsih, S.SiT, M.Kes. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN SUSU FORMULA PADA BAYI BARU LAHIR OLEH BIDAN PRAKTIK SWASTA DI KABUPATEN PATI ....................................................................................................................................... 14-21 Irfana Tri Wijayanti, S.SiT, M.Kes. HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN MELAKUKAN ANTENATAL CARE PADA UMUR KEHAMILAN 29 BULAN DI PUSKESMAS WEDARIJAKSA I PATI TAHUN 2011.................................... 22-27 Riska Ade Kristiyana dan Yuli Irnawati, S.SiT. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK PADA BALITA USIA 9 BULAN DI DESA TAMBAHSARI KECAMATAN PATI KABUPATEN PATI TAHUN 2011........................................................................................................ 28-31 Sri Budiarti dan Siti Ni’amah, S.SiT. HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU TENTANG PENGGUNAKAN CAIRAN PEMBERSIH VAGINA PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMK NASIONAL PATI PADA TAHUN 2011............................................................................ 32-36 Sita Dyah Rahayu dan Etni Dwi Astuti, S. Si. T
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN SUSU FORMULA PADA BAYI BARU LAHIR OLEH BIDAN PRAKTIK SWASTA DI KABUPATEN PATI Irfana Tri Wijayanti, S. Si. T., M.Kes Staf Pengajar Akbid Bakti UtamaPati, ABSTRAK FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN SUSU FORMULA PADA BAYI BARU LAHIR OLEH BIDAN PRAKTIK SWASTA DI KABUPATEN PATI. Pemberian susu formula pada bayi baru lahir sangat berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif. Banyak bidan praktik swasta di Kabupaten Pati yang memberikan susu formula pada bayi baru lahir. Cakupan ASI Eksklusif di Kabupaten Pati masih di bawah target yaitu 56,2%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian susu formula pada bayi baru lahir oleh bidan praktik swasta di Kabupaten Pati. Jenis penelitian adalah observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah bidan praktik swasta di Kabupaten Pati, dengan sampel 77 bidan. Variabel terikat adalah praktik pemberian susu formula pada bayi baru lahir sedangkan variabel bebasnya adalah pengetahuan, sikap persepsi bidan terhadap supervisi Dinas Kesehatan Kabupaten Pati dan motivasi. Data diolah secara univariat dengan tendensi sentral, bivariat dengan Chi Square dan uji multivariat dengan regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata umur responden 35,4 tahun, rata-rata dengan standar deviasi 5,3 lama kerja responden 17,8 tahun dengan standar deviasi 6,7 dan sebagian besar responden masih berpendidikan DI Kebidanan (55,8%). Pemberian susu formula pada bayi baru lahir sebesar 72,7%. Responden yang mempunyai pengetahuan baik tentang ASI dan susu formula sebesar 68,8%, responden sikap baik sebesar 61%, persepsi bidan baik terhadap supervisi Dinas Kesehatan Kabupaten Pati sebesar 71,4%, responden yang mempunyai motivasi memberi susu formula sebesar 68,8%. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan (p= 0,0001), sikap (p= 0,0001), persepsi terhadap supervisi (p=0,0001), motivasi (p=0,0001) dengan pemberian susu formula pada bayi baru lahir. Mutivariat menggunakan regresi logistik, variabel yang berpengaruh secara bersama-sama terhadap pemberian susu formula pada bayi baru lahir adalah pengetahuan, sikap, dan motivasi. DiSarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Pati dan IBI Cabang Pati adanya reward bagi bidan yang tidak memberi susu formula dan memberikan sanksi pada bidan yang memberikan susu formula pada bayi baru lahir. Kata Kunci : pada bayi baru lahir, pengetahuan, sikap, persepsi terhadap supervisi dan motivasi. Pemberian susu formula PENDAHULUAN Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI, 2007) menunjukkan penurunan jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif menjadi 7,2%. Pada saat yang sama, jumlah bayi dibawah 6 bulan yang diberi susu formula dari 16,7% pada tahun 2002 menjadi 27,9% pada tahun 2007. Target pencapaian ASI eksklusif Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah tahun 2007 adalah 80 % yang berarti bahwa total jumlah ibu menyusui 80% memberikan ASI nya secara eksklusif. Data yang ada di Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah tahun 2007 menunjukkan cakupan bayi yang diberi ASI eksklusif baru mencapai 27,35%. Tahun 2008 cakupan bayi yang diberi ASI Eksklusif 28,96%. Tahun 2009 cakupan bayi yang diberi ASI Eksklusif mengalami peningkatan yaitu 40,21% dengan pencapaian cakupan ASI tertinggi adalah di Kabupaten Banyumas sebesar 87,99% Cakupan ASI Eksklusif di Kabupaten Pati tergolong rendah yaitu 44,77%. Hasil penelitian Depkes RI (2003) di Bogor menunjukkan bahwa anak yang diberi ASI Eksklusif tidak ada yang menderita gizi buruk. Data untuk penelitian yang sama menunjukkan bahwa 57% ibu-ibu dianjurkan bidan untuk memberikan susu formula pada minggu pertama setelah kelahiran. Ibu yang memberikan susu formula memperoleh informasi dari iklan promosi sebesar 8,7%. Ibu-ibu yang menerima susu formula melalui rumah sakit atau rumah bersalin sebesar 25%. Ibu menerima hadiah dari perusahaan susu formula sebesar 9,5%. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa 14,8% bidan menyatakan setuju untuk memberikan susu formula pada bayi baru lahir di Bogor.
Menurut Depkes RI gencarnya promosi susu formula ditengarahi menjadi penyebab menurunnya jumlah bayi yang mendapatkan air susu ibu (ASI) secara eksklusif. Dalam praktik pelayanan yang dilakukan oleh bidan dan saran kesehatan lainnya banyak mempengaruhi perilaku pemberian ASI Eksklusif segera setelah melahirkan juga tergantung pada pengetahuan dan komitmen bidan yang membantu persalinan ibu tersebut. Studi pendahuluan dilakukan dengan metode wawancara serta observasi pada 10 bidan di Kabupaten Pati. Hasilnya menunjukkan 8 bidan memberikan susu formula pada bayi baru lahir yang dibawakan pada ibu post partum saat pulang dengan alasan untuk antisipasi jika ASI belum keluar. Dua bidan mengatakan tidak memberikan susu formula bayi pada ibu post partum. Semua bidan sudah melaksanakan inisiasi menyusui dini pada waktu pertolongan persalinan serta memberikan informasi tentang ASI pada saat pemeriksaan kehamilan. Selain itu setiap ibu hamil diberikan buku kesehatan ibu dan anak (KIA). Buku KIA berisi catatan kesehatan ibu (hamil, bersalin, nifas) dan anak (bayi baru lahir, bayi dan anak balita) serta berbagai informasi cara memelihara dan merawat kesehatan ibu dan anak termasuk informasi mengenai ASI. Studi pendahuluan juga dilakukan pada 10 ibu nifas yang melahirkan di bidan praktik swasta. Empat ibu mengatakan pada saat ANC ibu diberi informasi oleh bidan tentang ASI dan setelah melahirkan ibu tidak diberi susu formula bayi oleh bidan tapi membeli sendiri susu formula di toko. Enam ibu mengatakan pada saat ANC ibu diberi penjelasan sekilas oleh bidan tentang ASI dan setelah melahirkan ibu diberi susu formula bayi oleh bidan. Tujuan umum untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian susu formula pada bayi baru lahir oleh bidan praktik swasta di Kabupaten Pati. Tujuan khusus untuk mendiskripsikan karakteristik responden (bidan praktik swasta) meliputi umur, pendidikan, lama bekerja, untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan, sikap, persepsi terhadap supervisi dan motivasi bidan praktik swasta dengan praktik pemberian susu formula pada bayi baru lahir di Kabupaten Pati. Untuk mengetahui pengaruh secara bersama pengetahuan, sikap, persepsi terhadap supervisi dan motivasi terhadap pemberian susu formula pada bayi baru lahir oleh bidan praktik swasta di Kabupaten Pati. BAHAN DAN CARA PENELITIAN Jenis Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan metode observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah bidan praktik swasta di Kabupaten Pati yang berjumlah 325 orang. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah 77 bidan praktik swasta. Pengumpulan data primer sebagai data kuantitatif melalui wawancara dengan kuesioner terstruktur. Pengolahan data menggunakan langkah – langkah sebagai berikut : editing, koding, tabuasi data dan penyajian data. Teknik analisa data univariat dengan tendensi sentral, bivariat menggunakan Chi Square dan multivariat menggunakan regresi logistik berganda.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
Rata-rata umur responden 35,4 tahun, dengan standar deviasi 5,3. Lama kerja responden 17,8 tahun dengan standar deviasi 6,7 dan sebagian besar responden (55,8%) masih berpendidikan DI Kebidanan. kelompok responden yang memberikan susu formula pada bayi baru lahir sebesar 72,7%, sedangkan responden yang tidak memberikan susu formula pada bayi baru lahir adalah 27,3%. responden yang berpengetahuan baik tentang ASI Eksklusif dan susu formula sebesar 68,8%. responden yang bersikap baik (tidak memberikan susu formula) lebih besar 61% daripada yang menerima susu formula. responden yang mempersepsikan supervisi baik oleh Dinas Kesehatan lebih besar (71,4%) dibandingkan dengan responden yang mempersepsikan supervisi kurang oleh Dinas Kesehatan. responden mempunyai motivasi memberikan susu formula sebesar 68,8%, sedangkan responden yang mempunyai motivasi menolak susu formula sebesar 31,2%. Dari hasil uji hubungan antara dua variabel dengan menggunakan chi square menghasilkan p value 0,000 < 0,05, berarti Ho ditolak dan Ha diterima sehingga ada hubungan pengetahuan dengan praktik pemberian susu formula pada bayi baru lahir. Berdasarkan hasil uji hubungan antara dua variabel dengan menggunakan rumus chi square menghasilkan p value 0,000 < 0,05, berarti Ho ditolak dan Ha diterima sehingga ada hubungan sikap dengan praktik pemberian susu formula pada bayi baru lahir. chi square menghasilkan p value 0,000 < 0,05, berarti Ho ditolak dan Ha diterima sehingga ada hubungan antara persepsi bidan praktik swasta terhadap supervisi Dinas Kesehatan dengan praktik pemberian susu formula pada bayi baru lahir. Hasil uji hubungan antara dua variabel dengan menggunakan chi square menghasilkan p value 0,000 < 0,05, berarti Ho ditolak dan Ha diterima sehingga ada hubungan motivasi dengan praktik pemberian susu formula pada bayi baru lahir. Hasil uji hubungan antara dua variabel dengan menggunakan
chi square menghasilkan p value 0,000 < 0,05, berarti Ho ditolak dan Ha diterima sehingga ada hubungan motivasi dengan praktik pemberian susu formula pada bayi baru lahir. B.
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur responden berkisar 25-52 tahun dengan nilai rata – rata 35,4 dan standar deviasi sebesar 5,3. Hasil kemampuan seseorang sering dihubungkan dengan umur sehingga semakin bertambah umur seseorang maka pemahaman terhadap masalah dan dalam mengatasinya menjadi lebih dewasa. Tingkat kematangan seseorang didapat dari lingkungan bekerja. Hal ini digambarkan bahwa bidan di Kabupaten Pati sudah sangat matang dalam perkembangannya. Variabel lama kerja responden berkisar 1 – 34 tahun dengan rata-rata responden telah bekerja 17,8 tahun dan standar deviasi sebesar 6,7. Semakin lama kerja seseorang maka dapat dipastikan bahwa aktivitas kegiatan akan semakin tinggi dalam pelayanan pada ibu dan anak khususnya dalam pemberian susu formula. Selain itu lama bekerja biasanya dikaitkan dengan mulainya bekerja, dimana pengalaman masa kerja ikut menentukan perilaku dari orang tersebut dalam bekerja. Dari 43 responden (55,8%) masih berpendidikan DI Kebidanan. Menurut Notoatmodjo, pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan. Kelompok responden yang memberikan susu formula pada bayi baru lahir sebesar 72,7%, sedangkan responden yang tidak memberikan susu formula pada bayi baru lahir adalah 27,3%. Susu formula adalah susu yang terbuat dari susu sapi atau susu buatan yang diubah komposisinya hingga dapat dipakai sebagai pengganti ASI. Responden yang berpengetahuan baik tentang ASI Eksklusif dan susu formula sebesar 68,8%. Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu dan sangat penting terhadap terbentuknya tindakan seseorang, karena adalah dasar dalam memberikan pelayanan. Responden yang bersikap baik (tidak memberikan susu formula) sebesar 61%. Sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, presdisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana sikap adalah respon terhadap situasi sosial yang telah terkondisikan, selain itu sikap juga merupakan faktor penentu perilaku. Responden yang mempersepsikan supervisi baik oleh Dinas Kesehatan lebih besar (71,4%) dibandingkan dengan responden yang mempersepsikan supervisi kurang oleh Dinas Kesehatan. Menurut Ilyas (2000), persepsi didefinisikan sebagai suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensoriknya supaya dapat memberikan arti pada lingkungan sekitarnya. Supervisi atau pembinaan adalah salah satu upaya pengarahan dengan memberikan petunjuk serta saran, setelah menemukan alasan dan keluhan pelaksana dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi. Mayoritas responden mempunyai motivasi memberikan susu formula sebesar 68,8%, sedangkan responden yang mempunyai motivasi menolak susu formula sebesar 31,2%. Robert Berg dalam Uno (2007) menyatakan bahwa motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai tenaga penggerak yang mempengaruhi kesiapan untuk memulai melakukan serangkaian kegiatan dalam suatu perilaku. Motivasi tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat diintepretasikan melalui tingkah lakunya. Dari hasil uji hubungan antara dua variabel dengan menggunakan chi square menghasilkan p value 0,000 < 0,05, berarti Ho ditolak dan Ha diterima sehingga ada hubungan pengetahuan dengan praktik pemberian susu formula pada bayi baru lahir. Menurut teori Notoatmojo (2003) bahwa pengetahuan adalah kemampuan untuk mengenali atau mengingat kembali hal-hal atau keterangan yang pernah berhasil ditempuh dan dikenal. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut Rogers dalam Notoatmojo (2003) perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Pada faktanya hasil penelitian pada tabel 1.1 menunjukan bahwa pengetahuan bidan semakin baik justru semakin memberikan susu formula pada bayi baru lahir sedangkan bidan yang berpengatahuan kurang tidak memberikan susu formula pada bayi baru lahir. Melihat fakta bahwa bidan yang berpengetahuan baik tentang ASI Eksklusif dan susu formula belum tentu perilakunya baik. Menurut Skinner perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain yang bersangkutan. Hal ini seperti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon tiap-tiap
orang berbeda. Salah satu faktor yang menimbulkan perilaku seseorang adalah karena ekonomi, sosial dan lingkungan sekitar. Berdasarkan hasil uji hubungan antara dua variabel dengan menggunakan rumus chi square menghasilkan p value 0,000 < 0,05, berarti Ho ditolak dan Ha diterima sehingga ada hubungan sikap dengan praktik pemberian susu formula pada bayi baru lahir. Azwar (2003) mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku. Tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana sikap adalah respon terhadap situasi sosial yang telah terkondisikan. Dalam teori Azwar disebutkan bahwa sikap sebagai suatu status mental seseorang, sikap timbul dari interaksi manusia terhadap objek tertentu. Sikap tidak hanya suatu tindakan atau jawaban-jawaban tertentu dari seseorang yang saling berhubungan. Sikap merupakan proses yang dipelajari yang akan dapat menggerakkan bidan supaya dapat menjalankan peran, fungsi dan tugasnya berdasarkan kompetensi dan kewenangan yang diberikan yang diatur melalui peraturan Menteri Kesehatan RI Nomer : 1464/MENKES/PER/X/2010. Pada penelitian ini diperoleh bahwa responden yang memiliki sikap baik maka cenderung memberikan susu formula pada bayi baru lahir, sedangkan yang memiliki sikap kurang cenderung tidak memberikan susu formula pada bayi baru lahir. Sikap baik belum tentu terwujud pada tindakan yang baik sebab terwujudnya suatu tindakan dipengaruhi oleh faktor lain antara lain pengalaman. Menurut Green notoatmojo(2003) faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku ada tiga faktor utama yaitu : faktor predisposisi, dimana pada faktor ini dibutuhkan kesadaran untuk berperilaku, faktor pemungkin ; sarana prasarana, jika sarananya baik dalam hal ini bidan praktik swasta sebagai pendukung dalam terwujudnya perilaku kesehatan maka dari itu bidan bisa memberikan contoh dalam berperilaku khususnya perilaku kesehatan dalam pemberian susu formula. Dari hasil uji hubungan antara dua variable dengan menggunakan chi square menghasilkan p value 0,000 < 0,05, berarti Ho ditolak dan Ha diterima sehingga ada hubungan antara persepsi bidan praktik swasta terhadap supervisi Dinas Kesehatan dengan praktik pemberian susu formula pada bayi baru lahir. Persepsi berkaitan dengan cara mendapatkan pengetahuan khusus tentang objek atau kejadian pada saat tertentu, maka persepsi terjadi kapan saja stimulus menggerakkan indera. Dengan kata lain, persepsi berperan dalam penerimaan rangsangan, mengaturnya, menerjemahkan atau menginterpretasikan rangsangan yang sudah teratur itu untuk mempengaruhi perilaku dalam membentuk sikap. Hasil penelitian menunjukkan Bidan yang mempunyai persepsi terhadap supervisi Dinas Kesehatan Kabupaten baik kebanyakan memberikan susu formula pada bayi baru lahir. Salah satu faktor yang mempengaruhi persespsi seseorang adalah pengalaman dan harapan, dimana pengalaman dan harapan inilah menimbulkan suatu tindakan atau perilaku bidan, meskipun bidan praktik swasta mempunyai persepsi terhadap supervisi baik belum tentu tindakan atau perilaku baik karena dipengaruhi oleh pengalaman dan harapan – harapan jika pemasaran produk susu formula banyak terjual. Hasil uji hubungan antara dua variabel dengan menggunakan chi square menghasilkan p value 0,000 < 0,05, berarti Ho ditolak dan Ha diterima sehingga ada hubungan motivasi dengan praktik pemberian susu formula pada bayi baru lahir. Hasil ini sesuai dengan teori bahwa dengan motivasi manusia akan lebih cepat dan bersungguh-sungguh dalam melakukan kegiatan. Suatu motivasi murni adalah motivasi yang betul-betul disadari akan pentingnya suatu perilaku dan dirasakan sebagai suatu kebutuhan. Menurut Azwar, motivasi berasal dari kata motif (motive) yang artinya rangsangan dorongan dan ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang sehingga orang tersebut memperlihatkan prilaku tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan motivasi ialah upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan, dan ataupun pembangkit tenaga pada seseorang dan ataupun sekelompok masyarakat tersebut mau berbuat dan bekerjasama secara optimal melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada penelitian ini diperoleh bahwa responden yang memiliki motivasi tinggi maka cenderung tidak memberikan susu formula pada bayi baru lahir, sedangkan yang memiliki motivasi rendah maka cenderung memberikan susu formula pada bayi baru lahir. Berdasarkan hasil uji multivariat dengan regresi logistik diperoleh bahwa variabel bebas (pengetahuan, sikap, motivasi) berhubungan dengan pemberian susu formula. Semakin tinggi pengetahuan bidan justru semakin memberikan susu formula pada bayi baru lahir. Menurut Skinner perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain yang bersangkutan. Hal ini seperti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon tiap-tiap orang berbeda. Salah satu faktor yang menimbulkan perilaku seseorang adalah karena ekonomi, sosial dan lingkungan
sekitar. Hal ini didukung dengan faktor pendidikan bidan, 81,4% bidan praktik swasta yang memberikan susu formula pada bayi lahir adalah bidan yang masih berpendidikan D I Kebidanan. Tanu Wijaya menjelaskan bahwa responden yang mempunyai banyak pengetahuan termasuk pengetahuan tentang ASI mempunyai sikap yang positif terhadap ASI. Akan tetapi pada faktanya pengetahuan yang baik tentang ASI Eksklusif dan susu formula berpengaruh terhadap pemberian susu formula karena dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan pengalaman serta insentif dari suatu perusahan susu formula yang menjanjikan insentif bagi yang pemasaran produk susu formula banyak terjual. Pengetahuan yang belum tentu perilaku seseorang itu baik karena masih faktor lain mempengaruhinya. Semakin baik sikap bidan cenderung memberikan susu formula pada bayi baru lahir. Menurut Azwar (2003) menyatakan bahwa sikap sebagi suatu pola perilaku untuk bertindak atau bereaksi. Akan tetapi pada faktanya sikap yang baik justru memberikan susu formula pada bayi lahir . Sikap baik belum tentu terwujud pada tindakan yang baik sebab terwujudnya suatu tindakan dipengaruhi oleh faktor lain antara lain pengalaman. Menurut Green notoatmojo(2003) faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku ada tiga faktor utama yaitu : faktor predisposisi, dimana pada faktor ini dibutuhkan kesadaran untuk berperilaku, faktor pemungkin ; sarana prasarana, jika sarananya baik dalam hal ini bidan praktik swasta sebagai pendukung dalam terwujudnya perilaku kesehatan maka dari itu bidan bisa memberikan contoh dalam berperilaku khususnya perilaku kesehatan dalam pemberian susu formula. Bidan memberikan susu formula pada bayi baru lahir yang dibawakan pada ibu post partum, prilaku ini menimbulkan persepsi ibu post partum bahwa mereka mendapatkan susu gratis, sehingga jika susu formula tersebut habis ibu post partum membeli susu formula pada bidan yang memberi. Sikap dan perilaku bidan ini yang salah faktor penyebabnya adalah adanya insentif atau reward yang bisa memenuhi kebutuhan. Purwanto (1999) motivasi diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Pada faktanya tingginya motivasi bidan dalam pemberian susu formula pada bayi baru lahir disebabkan karena ada reward setiap tahun dari perusahaan susu bagi bidan yang memasarkan susu formula. Melihat fakta ini maka perlu adanya penurunan motivasi bidan tentang pemberian susu formula pada bayi baru lahir. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah Gambaran karakteristik bidan praktik swasta di Kabupaten Pati berdasarkan Umur responden berkisar 25 – 52 tahun dengan nilai rata – rata 35,3 dan standar deviasi sebesar 5,3. Lama kerja responden berkisar 1 – 34 tahun dengan rata – rata responden telah bekerja 17,7 tahun dan standar deviasi sebesar 7,7. Empat puluh tiga responden (56,6%) masih berpendidikan DI kebidanan. Responden yang berpengetahuan baik tentang ASI Eksklusif dan susu formula sebesar 68,8%. Responden yang bersikap baik (menolak susu formula) sebesar 61%. Responden yang mempunyai persepsi terhadap supervisi Dinas Kesehatan baik sebesar 71,4%. Responden mempunyai motivasi tinggi (menerima susu formula) sebesar 68,8%. Responden yang memberi susu formula pada bayi baru lahir sebesar 72,7%. Ada hubungan pengetahuan dengan praktik pemberian susu formula pada bayi baru lahir, (p = 0,000) yang berarti semakin tinggi pengetahuan bidan justru memberikan susu formula pada bayi baru lahir. Ada hubungan sikap dengan praktik pemberian susu formula pada bayi baru lahir, (p = 0,000) yang berarti semakin baik sikap bidan justru memberikan susu formula pada bayi baru lahir. Ada hubungan persepsi bidan praktik swasta terhadap supervisi Dinas Kesehatan dengan praktik pemberian susu formula pada bayi baru lahir, (p= 0,000) yang berarti semakin baik persepsi bidan praktik swasta terhadap supervisi Dinas Kesehatan justru memberikan susu formula. Ada hubungan motivasi dengan praktik pemberian susu formula pada bayi baru lahir, (p= 0,000) yang berarti semakin tinggi motivasi bidan dalam pemberian susu formula pada bayi baru lahir. Variabel yang berpengaruh secara bersama-sama terhadap pemberian susu formula pada bayi baru lahir adalah pengetahuan, motivasi dan sikap.
SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Gambaran karakteristik bidan praktik swasta di Kabupaten Pati berdasarkan Umur responden berkisar 25 – 52 tahun dengan nilai rata – rata 35,3 dan standar deviasi sebesar 5,3. Lama kerja responden berkisar 1 – 34 tahun dengan rata – rata responden telah bekerja 17,7 tahun dan standar deviasi sebesar 7,7. Empat puluh tiga responden (56,6%) masih berpendidikan DI kebidanan. 2. Responden yang berpengetahuan baik tentang ASI Eksklusif dan susu formula sebesar 68,8%. 3. Responden yang bersikap baik (menolak susu formula) sebesar 61%. 4. Responden yang mempunyai persepsi terhadap supervisi Dinas Kesehatan baik sebesar 71,4%. 5. Responden mempunyai motivasi tinggi (menerima susu formula) sebesar 68,8%. 6. Responden yang memberi susu formula pada bayi baru lahir sebesar 72,7%. 7. Ada hubungan pengetahuan dengan praktik pemberian susu formula pada bayi baru lahir, (p = 0,000) yang berarti semakin tinggi pengetahuan bidan justru memberikan susu formula pada bayi baru lahir. 8. Ada hubungan sikap dengan praktik pemberian susu formula pada bayi baru lahir, (p = 0,000) yang berarti semakin baik sikap bidan justru memberikan susu formula pada bayi baru lahir. 9. Ada hubungan persepsi bidan praktik swasta terhadap supervisi Dinas Kesehatan dengan praktik pemberian susu formula pada bayi baru lahir, (p= 0,000) yang berarti semakin baik persepsi bidan praktik swasta terhadap supervisi Dinas Kesehatan justru memberikan susu formula. 10. Ada hubungan motivasi dengan praktik pemberian susu formula pada bayi baru lahir, (p= 0,000) yang berarti semakin tinggi motivasi bidan dalam pemberian susu formula pada bayi baru lahir. 11. Variabel yang berpengaruh secara bersama-sama terhadap pemberian susu formula pada bayi baru lahir adalah pengetahuan, motivasi dan sikap.
B. Saran 1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Pati a. Ada peraturan – peraturan tentang promosi susu formula pada bayi baru lahir. b. Adanya peningkatan pengawasan pada bidan praktik swasta. c. Pada saat melaksanakan supervisi secara langsung ke bidan praktik swasta dalam penjualan produk susu formula sesuai dengan tugas supervisior. d. Adanya reward bagi bidan yang memenuhi cakupan ASI Eksklusif tinggi. 2. Bagi IBI (Ikatan Bidan Indonesia) Cabang Pati
a. Organisasi IBI hendaknya memotivasi anggotanya untuk selalu meningkatkan pengetahuan dalam hal efek dari pemberian susu formula pada bayi baru lahir. b. Selalu mengingatkan dan menekankan kembali tentang pentingnya ASI Eksklusif pada bayi baru lahir karena masih ada beberapa responden yang memberikan susu formula pada bayi baru lahir . c. Adanya pembinaan pada bidan praktik swasta d. Bersama dengan DKK lebih aktif dalam melakukan pemantauan atau pengawasan pada bidan praktik swasta.
3. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dilanjutkan dengan metode kualitatif yang lebih spesifik agar didapatkan hasil yang lebih signifikan.
DAFTAR PUSTAKA Dinkes Propinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan. Semarang. 2007 Dinkes Propinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan. Semarang. 2008
Dinkes Propinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan. Semarang. 2009 Dinkes Kabupaten Pati. Profil Kesehatan. Pati. 2008 Dinkes Kabupaten Pati. Profil Kesehatan. Pati. 2009 Notoadmojo. Meotodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta. Jakarta. 2002 Azwar, A., Sistem Kesehatan, Binarupa Aksara. Jakarta, 2004 Arikunto. Manajemen Penelitian Edisi Revisi. PT. Rineka Cipta. Jakarta. 2005 Notoatmodjo.Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. PT. Rineka Cipta. Jakarta. 2003 Handoko Martin. Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Kanisius. Yogyakarta. 1992 --------------, Susu Formula. http://www.acehprov.go.id/Serba-serbi/19.155.2889/SusuFormula-Berisiko-Menyebabkan-Otak-tak-Berkembang
Notoatmodjo. Ilmu Perilaku Kesehatan. PT. Rineka Cipta. Jakarta. 2010