Jelajah 6 Provinsi 7 Hari Nonstop Bersama Mesin Tangguh DATSUN Mengunjungi Lokasi-Lokasi Eksotis Ragam Budaya Memesona
Datsun Indonesia bersama Mobil123.com dan Otospirit.com sukses menguji ketangguhan mesin Datsun GO Panca dan Datsun GO+ Panca dalam “Datsun 7 Days Challenge”.
Break Through
Datsun 7 Days Challenge
The Journey
Sukses menguji ketangguhan mesin Datsun GO Panca dan Datsun GO+ Panca
JAKARTA – Datsun Indonesia bersama Mobil123.com dan Otospirit.com sukses menguji ketangguhan mesin Datsun GO Panca dan Datsun GO+ Panca dalam “Datsun 7 Days Challenge”. Mesin HR12DE 1.198cc Datsun yang menghasilkan tenaga sebesar 68 hp dan torsi mencapai 104 Nm ini telah menempuh jarak dua ribuan kilometer di Jawa dalam waktu 7 hari. Selama perjalanan ini, mesin kedua mobil tidak dimatikan kecuali saat pengisian BBM (bahan bakar minyak). Datsun 7 Days Challenge merupakan pengujian mobil LCGC pertama di Indonesia yang melalui 6 provinsi di Jawa (Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta dan Banten) tanpa mematikan mesin.
Cirebon
Contents
Perjalanan yang terdiri dari 5 orang ini dimulai dari kawasan kantor Mobil123 di kawasan Mampang Prapatan menuju kota Cirebon. Rute yang diambil adalah dengan masuk ke tol Jakarta-Cikampek lalu menyimpang di tol Cipali (Cikopo – Palimanan). Ini adalah rute utama perjalanan dari Jakarta menuju kota Cirebon dan tempat yang tepat untuk menjajal mobil di lintasan lurus. Perjalanan dilakukan dengan kecepatan standard namun RPM mobil terbilang tinggi. Kecepatan mencapai lebih dari 100 km/jam namun perfoma mesin Datsun tidak kewalahan.
Karakter tol Cipali yang dipenuhi dengan angin samping pun tidak membuat Datsun GO Panca dan Datsun GO+ Panca limbung. Kami masih bisa memastikan bahwa kedua mobil yang kami kendarai tetap berada di jalurnya. Kami keluar dari tol Cipali untuk beristirahat di sebuah rumah makan untuk mencicipi makanan khas Cirebon yaitu Empal Gentong. Sayangnya, tidak ada rumah makan yang memiliki parkiran memadai. Beruntung, desain Datsun GO Panca dan Datsun GO+ Panca yang mungil membuat kami mudah untuk parkir.
Melipir ke Semarang
Dari Cirebon kami langsung menuju Semarang. Dalam perjalanan ke Semarang, Datsun GO Panca dan Datsun GO+ Panca diuji ketangguhannya di Alas Roban. Meski lintasan menanjak di Alas Roban sudah tidak seangker pada tahun 90-an, namun tetap saja tetap menyulitkan bagi yang tidak terbiasa. Tantangan di Alas Roban adalah
banyaknya truk dan bus yang menguasai jalanan. Tidak sekali-dua kali kami harus bertarung melawan kendaraan-ken daraan besar di jalan menanjak, dan mesin berhasil menjawab kebutuhan kami. Hebatnya, kami cukup menggunakan gear 2 dan 3 untuk mendapatkan torsi dan akselerasi yang kami butuhkan. Saat tiba di Semarang, langit sudah sangat gelap dan jalanan sudah sepi. Hanya 1 hingga 2 orang yang masih bertahan menikmati dinginnya malam. Kami pun langsung menuju ke Lawang Sewu untuk mengambil foto mobil.
Mendarat di Solo
Surakarta menjadi pemberhentian utama pertama kami. Di sini kami tiba sekitar pukul 5 pagi, sebelum adzan Subuh berkumandang. Bingung hendak kemana, kami pun akhirnya memutuskan untuk tidur sejenak di parkiran Keraton Solo. Tidak lama, namun cukup untuk melepas penat. Ini yang kami sukai dari mobil Datsun. Meski terlihat kecil namun kabin terasa sangat fungsional. Kami bisa memun-
3-5 THE JOURNEY 6-7 BEAUTIFUL PLACES 8-9 CULTURE 10-11 CABIN VERSALITY 12 COMMUNITY 2 Artikel bisa diunduh di Mobil123.com
Artikel bisa diunduh di Mobil123.com 3
Break Through
Pantai Ngobaran
Gereja Ayam
Punthuk Setumbu
Goa Pindul
Klinik Kopi
durkan dan merebahkan sandaran kursi baris pertama sehingga istirahat bisa dimaksimalkan. Selesai foto dan istirahat, kami pun melanjutkan perjalanan ke Umbul Ponggok, Klaten. Perjalanan ke sana terbilang ramai lancar. Sekali lagi, mesin Datsun kami paksa untuk dapat menunjukkan kemampuannya melawan kendaraan-kendaraan besar. Kami pun berhasil tiba di tujuan dalam waktu 60 menit. Setelah dari Klaten, kami kembali menuju Solo untuk beristirahat dan melanjutkan perjalanan pada esok harinya.
membuang tenaga terlalu besar.
JOGJA
Setelah dari Telaga Sarangan, kami pun langsung menuju ke Yogyakarta. Waktu tempuh dari Sarangan menuju Yogyakarta terbilang cukup lama, sekitar 5 jam, karena kemacetan yang luar biasa. Namun fitur-fitur kenyamanan seperi AC dan headunit berhasil membuat kami
lebih betah di dalam mobil. Saat tiba di hotel, kami pun beristirahat namun mesin Datsun tidak. Keesokan harinya, kami langsung ber gerak ke selatan menunju pantai Ngobaran. Pantai ini terbilang kalah pamor dari pantai lainnya namun memiliki keindahan yang tidak dapat diremehkan. Ini adalah rute paling horror bagi kami karena selain rutenya sulit, kami lupa untuk mengisi BBM. Beruntung, sebagai mobil LCGC, mobil Datsun memiliki konsumsi BBM yang cukup hemat. Sehingga bensin dari pusat kota Yogya masih cukup untuk setidaknya menuju Wonosari. Setelah mengisi bensin, kami pun melanjutkan perjalanan ke Goa Pindul. Goa pindul belakangan menjadi wisata mainstream bagi mereka yang menyukai wisata air. Di sini pengunjung bisa rafting singkat menyusuri goa Pindul. Jalan
menuju goa pindul sebenarnya mulus, sayangnya warga sekitar memberi petujuk arah yang salah sehingga kami harus melalui jalan desa. Dari goa Pindul kami pun beranjak untuk kembali ke Jogja dan menuju Klinik Kopi. Klinik Kopi merupakan salah satu lokasi syuting film Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC 2) dan telah menjadi menu wajib bagi pecinta kopi di Yogya. Keunikan dari kopi ini adalah setiap kopi dibuat sesuai dengan selera pelanggan. Sehingga pembuatannya pun terbilang lama karena setiap selera orang berbeda-beda. Untuk menuju ke sini terbilang mudah, namun parkirnya sangat sulit. Selain lokasinya yang tersembunyi jumlah parkirannya pun sangat terbatas. Sekali lagi kami diuntungkan oleh dimensi mobil yang kompak sehingga bisa parkir dengan lebih mudah. Keesokan harinya, kami menuju ke Punthuk Setumbu dan berjalan kaki menuju Gereja Ayam. Lokasi ini merupakan salah satu lokasi wisata yang dijadikan Rangga untuk merebut kembali hati Cinta dari tunangannya dalam film AADC 2. Lokasinya terbilang mudah. Cukup arahkan mobil ke Magelang. Punthuk Setumbu sendiri lokasinya ada di belakang candi Borobudur. Meski terbilang mudah namun mobil harus dipaksa untuk masuk ke jalan yang menanjak tajam dan sempit. Beruntung kami menggunakan Datsun GO Panca dan Datsun GO+ Panca yang telah terbukti kehandalannya sehingga tanjakan menjadi lebih mudah didaki. Setelah dari Punthuk Setumbu dan Gereja Ayam, kami bergerak ke Purwokerto melalui Wonosobo. Rute ini kami pilih karena lintasannya kurang bagus sehingga akan memaksa mesin untuk bekerja lebih berat lagi. Tak hanya
jalan bergelombang, tanjakan curam dan tikungan tajam, namun jalan penuh air pun kami terjang. Perfoma Datsun GO Panca dan Datsun GO+ Panca benarbenar diuji di sini. Kami pun tiba di Purwokerto tengah malam.
The Journey
Paris van Java
Setelah dari Purwokerto, kami langsung menuju ke Bandung. Di kota ini kami disambut hangat oleh sejumlah anggota Datsun GO+ Community Indonesia (DGCI) chapter Bandung Raya. Mereka pun menyebut bahwa perjalanan yang kami lakukan adalah sebuah perjalanan ekstrim untuk sebuah mobil LCGC. Keesokan harinya, kami pun berniat menuju Garut. Sayangnya, Presiden Joko Widodo tengah menuju Jatinagor untuk wisuda IPDN. Kami pun mengalihkan perjalanan menuju Situ Patenggang. Sama seperti perjalanan ke Telaga Sarangan, jalur menuju Situ Petenggang pun memiliki kontur jalan yang menantang. Bedanya adalah, jalan di sini terbilang padat sehingga cukup sulit untuk dapat menembus jalanan. Setelah dari Situ Patenggang kami melanjutkan perjalanan ke Banten Lama untuk menyelesaikan tantangan ini. Kami memacu Dastun Go Panca dan Datsun GO+ Panca langsung menuju Masjid Agung Banten yang terletak di kawasan Banten Lama. Sesampainya di sana, kami dibuat kecewa karena tempat ibadah umat muslim nan kondang tersebut sedang direnovasi bagian depannya. Walhasil kedua LCGC Datsun hanya bisa berpose di luar halaman Masjid. Usai mengabadikan dua kendaraan tersebut, kami beranjak ke Benteng Surosowan. Keraton Surosowan sendiri dibangun pada era pemerintahan Sultan Banten pertama yaitu Sultan Maulana Hasanudin.
Masjid Agung, Banten Lama
Banten Lama
Perjalanan Datsun 7 Days Challenge ketika tiba di Jakarta sebenarnya telah usai, namun karena kami memiliki tekad untuk melintasi 6 provinsi di Jawa, akhirnya di hari ke-8 Banten Lama menjadi tujuan akhir. Rute ke Banten tidaklah semenarik ke Wonosobo, Semarang dan lainnya, karena flat. Dari Jakarta, kami ambil tol Dlaam Kota Jakarta – Tangerang dan exit di Serang Timur. Kami beruntung karena lalulintas sepanjang jalan tidak padat. Berjarak sekitar 100 kilometer dari Jakarta, Banten Lama menawarkan wisata religi dan sejarah. Di sini Anda bisa menjumpai Masjid Agung dengan makammakam sultan Banten.
Menjejak di Telaga Sarangan
Rute selanjutnya adalah menuju Magetan, Jawa Timur. Di kota ini terdapat Telaga Sarangan. Untuk menuju ke sana, kami harus melalui perjalanan yang cukup menantang selama 3 jam. Tidak hanya jalan berliku, namun tanjakan dan razia polisi harus dilewati. Namun ketangguhan mesin Datsun GO Panca dan Datsun GO+ Panca yang belum dimatikan mesinnya sejak hari pertama telah membuat kami percaya diri. Benar saja, perjalanan dengan medan berliku tersebut berhasil dilalui dengan mudah tanpa harus 4 Artikel bisa diunduh di Mobil123.com
Indahnya Telaga Sarangan
Tim Datsun 7 Days Challenge menikmati sejuk dan indahnya kawasan Situ Patenggang Artikel bisa diunduh di Mobil123.com 5
Break Through
Mengunjungi Lokasi-lokasi
Eksotis Perjalanan tim Datsun 7 Days Challenge tak melulu menguji performa Datsun GO Panca dan Datsun GO+ Panca.
JAKARTA – Tim yang terdiri dari jurnalis otomotif yaitu Denny Basudewa, Amos Arya, Adi Hidayat, Arie Krisna Prasetya dan Muhammad Ikhsan juga menikmati lokasilokasi eksotis selama perjalanan. Sembari menikmati perjalanan selama tujuh hari, mulai Selasa-Senin (2-8/8), tim mengunjungi tempat-tempat wisata sangat indah
yang ada di sepanjang perjalanan kami ini. Perjalanan diawali dari markas Mobil123.com dan Otospirit.com di Mampang, Jakarta Selatan. Tujuan pertama tim adalah Kota Cirebon, dikenal dengan nama Kota Udang dan Kota Wali. Di kota ini kami hanya menikmati makanan empal gentong yang merupakan
makanan atau jajanan kuliner khas dari Kota Cirebon. Tim tidak bisa mengeksplore Kota Cirebon karena keterbatasan waktu. Kami tiba di sana pukul 19:43 WIB. Satu jam kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Kota Semarang dan tiba di sana tujuh jam kemudian. Di kota tersebut kami mengarahkan kemudi Datsun GO ke Lawang Sewu dengan nama lain Het hoofdkantor van de Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij. Gedung ini memiliki ketertarikan besar bagi tim karena sebagai salah satu dari 102 bangunan kuno atau bersejarah di Kota Semarang yang patut dilindungi. Lawang Sewu merupakan sebuah bangunan kuno peninggalan zaman belanda yang dibangun pada 27 Februari 1904. Lawang Sewu terdiri dari tiga lantai dan memiliki dua sayap, bagian kanan gedung dan kiri gedung. Semua struktur bangunan, pintu dan jendela mengadaptasi gaya arsitektur Belanda. Dengan segala keeksotisan dan keindahannya, Lawang Sewu ini merupakan salah satu tempat wajib dikunjungi wisatawan asing dan lokal. Dari Semarang, kami melanjutkan perjalanan ke Solo. Perjalanan terasa riang gembira meski kami hanya melihat kegelepan yang ada di sepanjang perjalanan kami ini. Tim tiba di Solo saat adzan subuh berkumandang. Tujuan pertama kami di Solo adalah
Keraton Solo Hadiningrat. Sesampainya di keraton kami menemukan gedung sedang direnovasi. Rencana kami mengeksplor lokasi ini gagal. Namun, perjalanan kami tidak berhenti sampai di lokasi ini. Kami pun berkeliling Solo dan menikmati Serabi Notosuman. Kudapan asli Solo ini cukup terkenal dengan rasanya yang khas. Terbukti dalam 1 hari, toko ini mampu menjual sedikitnya 1.000 dus serabi solo baik rasa original maupun rasa coklat. Lokasi selanjutnya yang pantas kami kunjungi adalah Sarangan, Magetan, Jawa Timur. Di sana menyajikan lokasi wisata Talaga Sarangan. Lokasi wisata ini menyuguhkan pemandangan menarik. Telaga Sarangan sebenarnya memiliki nama asli yaitu Telaga Pasir dan terkenal dengan legendanya. Warga setempat menjaga keberlangsungan hidup mereka dengan menjual makanan, menjual baju, pernak-pernik khas Talaga Sarangan. Perjalanan tim Datsun 7 Days Challenge terus berlanjut. Puas merasakan eksotisme Talaga Sarangan, tim bergerak menuju Yogyakarta. Di “Kota Gudeg” itu kami mengunjungi pantai Ngobaran di kawasan Gunung Kidul. Tak berjauhan dari pantai Ngobaran kami melihat pantai Nguyahan. Di sini, pemandangan terlihat lebih bersahabat karena pengunjung dapat turun ke bibir pantai. Anda juga bisa menyaksikan tumpukan karang. Sepanjang perjalanan
menuju pantai Ngobaran dan Nguyahan, tim melihat rumah warga berdiri di atas karang. Artinya kami melewati daerah yang dulunya adalah laut. Dari pantai kami bergerak ke Goa Pindul di, Wonosari menggunakan LCGC Datsun. Anda yang hendak mengunjungi lokasi wisata ini sebaiknya membawa kamera lengkap dengan lampu penerangan memadai, karena Goa tersebut menyajikan stalaktit yang unik. Puas menikmati alam Goa Pindul, kami kemudian berkunjung ke Monumen Jogja Kembali (Monjali). Masih di Yogyakarta. Pagi harinya atau pada hari keempat kami coba menyambangi Punthuk Setumbu. Puncak bukit yang berada di Magelang, Jawa satu jam perjalanan dari hotel. Tim juga menikmati keindahan alam dari Gereja Ayam yang terletak di Bukit Rhema, terletak 2,5 km sebelah barat candi Borobudur, di Dusun Gombong, desa Kembanglimus, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Sebenarnya dari Yogyakarta kami ingin berkunjung ke Diena, namun kondisi tidak memungkinkan dan kemudi Datsun GO kami putar ke arah Purwokerto. Kami tiba pukul 11:00 WIB dan bermalam di kota kecil ini. Dan keesokan harinya kami bertolak ke Bandung, dan sebelumnya mampir di dealer Nissan-Datsun. Salah satu lokasi menarik dalam perjalanan kami ke Kota Bandung adalah ketika bisa memasuki komplek Gedung
Beautiful Places Sate. Ditemani oleh komunitas Datsun GO+ Community Indonesia (DGCI) chapter Bandung Raya, tim merasakan penga laman baru karena bisa masuk sampai pintu utama Gedung Sate. Esok harinya kami melanjutkan perjalanan ke lokasi wisata Situ Patenggang di kawasan Ciwidey, Bandung Selatan. Tim menikmati keindahan alam Situ Patenggang sembari menikmati camilan asli Bandung. Untuk melengkapi perjalanan Datsun 7 Days Challenge, tim dari Jakarta bertolak menuju Masjid Agung Banten yang terletak di kawasan Banten Lama. Setelah itu tim bergerak ke Benteng Surosowan. Keraton Surosowan dibangun pada era pemerintahan Sultan Banten pertama yaitu Sultan Maulana Hasanudin. Perjalanan Datsun 7 Days Challenge finish di tempat ini. Kami telah berkencan bersama Datsun GO sejauh lebih dari 2.000 kilometer selama 7 hari 7 malam.
Telaga Sarangan menjadi salah satu lokasi wisata yang tepat untuk keluarga Anda
Telaga Sarangan Pantai Ngobaran
Gereja Ayam
Goa Pindul
Pantai Ngobaran
Bunga cinta Adelweiss di Situ Patenggang Punthuk Setumbu
Punthuk Setumbu 6 Artikel bisa diunduh di Mobil123.com
Situ Patenggang menyimpan misteri cinta
Artikel bisa diunduh di Mobil123.com 7
Break Through
Ragam Budaya Memesona Tim Datsun 7 Days Challenge melintasi enam provinsi selama tujuh hari perjalanan. Berbagai kota telah dilintasi dan dua ribuan kilometer telah ditempuh dalam ekspedisi kali ini.
Dalam perjalanan, tim Datsun 7 Days Challenge menemukan beragam kisah menarik. Berangkat dari Jakarta, tim bergerak menuju kota pertama yakni Cirebon. Kota yang terletak di pantai utara provinsi Jawa Barat ini merupakan wilayah paling strategis, dan menjadi simpul pergerakan transportasi antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Setelah menempuh perjalanan darat sejauh 258 kilometer, kami langsung mencicipi kuliner khas kota udang tersebut yakni empal gentong. Terletak di jalan raya Battembat, rumah makan Hj Tasiyah merupakan salah satu penjual Empal Gentong nan populer. 8 Artikel bisa diunduh di Mobil123.com
Empal gentong secara tampilan seperti soto, hidangan berkuah ini dapat dinikmati dengan menggunakan lontong ataupun nasi. Menggunakan santen nan kental, konsumen dapat memilih untuk menggunakan daging sapi saja atau dicampur dengan jeroan. Kota Cirebon yang semula bernama Caruban, memiliki arti bersatu padu. Penamaan tersebut didasari oleh bercampurnya etnis Sunda, Jawa, Tionghoa dan unsur-unsur budaya bangsa Arab di Cirebon. Masyarakat kota Cirebon sendiri sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan. Usai menikmati kuliner asli Cirebon, tim
Datsun 7 Days Challenge beranjak ke Semarang, Jawa Tengah. Di sana kami mengabadikan LCGC Datsun dengan latar Lawang Sewu. Bangunan ini memiliki sejarah panjang sejak jaman penjajahan Belanda. Lawang Sewu yang dalam bahasa Indonesia berarti Pintu Seribu sangat terkenal di seluruh Tanah Air. Pada jaman dahulu kala, Lawang Sewu merupakan gedung pemerintahan pusat Belanda. Prof Jacob F Klinkhamer (TH Delft) dan BJ Ouendag merupakan arsitek yang merancang bangunan Lawang Sewu. Puas mendokumentasikan Lawang Sewu, kami langsung beranjak ke Surakarta atau lebih dikenal Solo. Di sinilah kami mendapatkan pelajaran paling berharga selama perjalanan. Seorang warga asli Solo bertemu dengan tim kemudian menceritakan perjalanan kami bertentangan dengan budaya lokal. Misi tim untuk tidak mematikan mesin selama tujuh hari (kecuali mengisi bensin), dianggap tidak sopan bagi warga sekitar ketika sedang bertanya. Selain mengandalkan GPS, tim Datsun 7 Days Challenge juga menggunakan jasa penduduk sekitar agar tidak kesasar. Guna menyiasatinya, kami memarkirkan kendaraan cukup jauh jika ingin bertanya pada warga sekitar. Pengalaman unik ini menjadi salah satu kisah menarik dalam perjalanan 7 hari nonstop tim. Di Solo, Datsun GO Panca dan Datsun GO + Panca bersanding manis dengan Keraton
Surakarta Hadiningrat. Selain menjadi salah satu objek wisata utama kota Surakarta, Keraton ini merupakan contoh arsitektur istana Jawa tradisional terbaik. Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang menyimpan barang-barang antik. Selain mengunjungi keraton, tim Datsun 7 Days Challenge juga menyempatkan diri untuk menyambangi kudapan khas kota Solo. Serabi Notosuman dipilih tim untuk mewakili kuliner asal kota Solo. Makanan ringan ini menawarkan sensasi rasa yang berbeda dari Serabi pada umumnya. Rasa gurih yang berasal dari santan berpadu dengan bermacam pilihan topping. Kenikmatan penganan ini konon dikembangkan dari resep kue apem. Notosuman sendiri dipilih berdasarkan nama jalan yang kini telah berganti menjadi jalan Muh. Yamin. Puas mengulas kota Solo, kamipun tergelitik untuk mencoba arena snorkeling air tawar yang berada di kota Klaten. Berbentuk sebuah kolam besar, tempat wisata ini dinamakan Umbul Ponggok. Menjadi menarik karena kolam ini dihuni beragam ikan dan properti yang mendukung aktivitas foto underwater. Keesokan harinya kami beranjak menuju Telaga Sarangan, Jawa Timur. Pada perjalanan kali ini, kami menemukan medan pegunungan yang cukup terjal. Meskipun harus bersusah payah mencapai tempat tujuan, namun upaya kami berbuah manis. Tim Datsun 7 Days Challenge akhirnya menepi di lokasi wisata unggulan dari kabupaten Magetan, Jawa Timur. Tidak lupa kami mengabadikan danau yang pada dahulu kala dinamakan Telaga Pasir. Cuaca di Telaga Sarangan cukup dingin karena berada di ketinggian 1287 meter di atas permukaan laut. Perjalanan kami lanjutkan ke Daerah Istimewa Yogyakarta. Di kota Pelajar kami tetapkan untuk mencari objek wisata yang tidak biasa. Tim Datsun 7 Days Challenge mengunjungi pantai Ngobaran dan Nguyahan yang mempesona. Kedua pantai tersebut acapkali disebut sebagai “Bali kedua” karena menyuguhkan keindahan alam yang serupa dengan Tanah Lot. Bedanya pantai ini belum diketahui orang sehingga jumlah pengunjung terbilang sedikit. Tidak berlama-lama di sana, kami segera beranjak menuju tujuan selanjutnya yakni Goa Pindul. Di sana kami sempat untuk turun dan menyusuri bagian dalam Goa, namun kami cukup takjub oleh pemandangan alam yang disajikan tempat wisata tersebut. Dalam perjalanan ke Goa Pindul, kami sempat menemukan pengalaman menarik. Sejumlah oknum memanfaatkan ketenaran objek wisata tersebut dengan menempatkan petunjuk palsu. Hal ini digunakan beberapa oknum untuk mendapatkan pendapatan tambahan. Padahal lokasi Goa Pindul cukup mudah untuk dijangkau. Di Jogja tim tidak ingin melewatkan kesempatan untuk menikmati kuliner
khas kota Pelajar tersebut. Maka tujuan kami selanjutnya adalah Gudeg Yu Jum yang cukup terkenal di Tanah Air. Keesokan harinya, tim menuju Punthuk Setumbu yang sempat menjadi latar dari film fenomenal Ada Apa Dengan Cinta (AADC) 2. Lokasi wisata ini menawarkan pemandangan matahari terbit nan menawan khususnya pada 20-21 Maret dan 20-21 September. Dari tempat ini, pengunjung dapat menyaksikan candi Borobudur dari sudut yang berbeda. Selain bukit yang cukup tinggi, lokasi wisata ini juga menawarkan Gereja Ayam. Tempat ini juga menjadi latar dari cerita Rangga dan Cinta dari film AADC 2. Sayangnya, saat kami berkunjung ke sana, Gereja Ayam sedang mengalami renovasi. Perjalanan Datsun 7 Days Challenge kemudian menuju destinasi selanjutnya yakni Purwokerto. Tidak banyak yang bisa kami eksplorasi di kota Satria tersebut. Kami hanya berkunjung ke dealer NissanDatsun Purwokerto. Kemudian tim kembali beranjak dan tujuan kami kali ini adalah Bandung. Di kota Kembang ini tim Datsun 7 Days Challenge disambut oleh perwakilan komunitas Datsun GO Bandung yakni Datsun GO Community Indonesia (DGCI).
culture Di Ibukota Jawa Barat tersebut kami sempat mengunjungi lokasi wiata lainnya yaitu Situ Patenggang. Di sana kami kembali memasuki wilayah pegunungan nan sejuk. Indahnya alam di lokasi tersebut membuat kami takjub dan mengabadikannya bersama kedua Datsun. Usai mengekplorasi Bandung, tim bergegas menuju tujuan akhir yakni Banten. Di sana, kami mengunjungi masjid Agung Banten yang terkenal. Selain itu, kami juga sempat menyambangi sisa reruntuhan keraton Surosowan. Banten menjadi destinasi terakhir dari Datsun 7 Days Challenge. Kami telah mengarungi enam provinsi dan menempuh lebih dari 2000 kilometer. [Dew/Idr]
Artikel bisa diunduh di Mobil123.com 9
Break Through
168 Jam dan 2200 Kilometer Nonstop! Ada beberapa catatan penting yang dapat diambil setelah program Datsun 7 Days Challenge berakhir.
Catatan pertama datang dari mesin HR12DE milik Datsun GO Panca dan Datsun GO+ Panca. Sepanjang perjalan sekitar 2.200 km dan dalam kondisi hidup kurang lebih 170 jam non stop, mesin masih bekerja dengan baik mesin berhasil lolos dari “siksaan” nyaris tanpa kendala. Selain tangguh, mesin 3-silinder ini memiliki setting yang tepat untuk kebutuhan pengendaraan di Indonesia. Dan itu benar-benar dibuktikan oleh Tim yang sengaja memilih rute bervariasi. Mulai dari jalan pegunungan dengan tanjakan dan turunan tajam, datar seperti pengendaraan dalam kota pada umumnya, melewati jalan bebas hambatan hingga jalurjalur umum lainnya. Yang pengemudi butuhkan adalah mengetahui karakter dari mesin. Mesin yang juga digunakan oleh Nissan March ini memiliki karakter bermain pada putaran atas. Artinya perlu dilakukan adalah selalu menjaga rpm. Dipastikan pengemudi dapat dengan mudah untuk memancing keluar tenaga sebesar 67 hp dari torsi 104 Nm saat dibutuhkan. Saat city ride atau berkendara dalam
kota, mesin memiliki respon menggoda. Tidak ada masalah berarti untuk melakukan berbagai manuver. Tim sempat menguji kecepatan maksimal dari kedua Datsun ini saat melewati jalan bebas hambatan. Mudah saja untuk membawanya berlari hingga kecepatan rata-rata 100 – 120 km/jam. Hela nafasnya seakan tak habis-habis pada kondisi ini. Sejatinya kecepatan bisa ditambah namun karena faktor keselamatan, Tim urung melakukan hal tersebut. Saat memasuki jalan pegunungan, rasio gigi 1 dan 2 cukup kasar dan dapat membawa Datsun menapakinya dengan mantap. Dititik ini peran pengemudi tentunya sangat besar. Dibutuhkan kecermatan menentukan gear yang tepat dan menjaga selalu putaran mesin. Jika sudah mengenali karakternya, tenaga bakal selalu tersedia di kaki kanan kapan pun dibutuhkan. Catatan kedua adalah ergonomika kabin yang memang didesain sedemikian rupa hinga menemukan flekibilitas terbaik. Baris pertama dan kedua cukup untuk
Cabin Versality menampung lima orang dewasa. Baris pertama memiliki previlage dengan kebebasan melakukan reclining untuk mendapatkan posisi duduk terbaik. Sementara baris kedua dapat menyesuaikan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Khusus untuk Datsun GO+ Panca, kursi baris ketiga pratis hanya digunakan untuk anak kecil atau mereka yang bertinggi badan di bawah 150 cm. Atau dapat alih fungsi menjadi tempat penyimpanan berkapasitas cukup besar dengan melipat kursi. Melipat kursi juga tergolong mudah dan bisa terlipat rata yang dapat memudahkan penyusunan barang.
Mesin Datsun GO dan Datsun GO+ telah teruji kekuatan dan kebandelannya selama Datsun 7 Days Challenge
Kabin luas dan serbaguna 10 Artikel bisa diunduh di Mobil123.com
Artikel bisa diunduh di Mobil123.com 11
Break Through
Datsun Community Tak lama setelah Datsun GO+ Panca pertama kali dipasarkan, bermunculan komunitas para penggunanya yang tergabung dalam dua kelompok besar. Lahir pertama adalah Datsun GO+ Community Indonesia (DGCI) pada 13 September 2014. Dalam hitungan singkat, kelompok ini sudah memiliki banyak chapter yang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Anggotaanggotannya sendiri terdiri dari pengguna Datsun GO+ Panca dan Datsun GO Panca. “Semula anggota terdiri dari pemiliki Go+ saja dan kemudian bercampur setelah Go Panca mulai dijual. Hingga hari ini jumlah total dari member DGCI secara nasional sudah mencapai sekitar 3.100,” jelas ketua Chapter Bandung Raya DGCI Adhie Fardianto. Adhi selanjutnya menambahkan, pertumbuhan anggota chapternya juga tergo-
long pesat. Dan hingga sekarang jumlah anggotanya sekitar 200 anggota. “Anggota klub biasanya datang dari latar-belakang yang beragam dan perkumpulan ini berusaha untuk menampung semua aspirasi anggotanya. Tidak hanya kegiatan yang berhubungan dengan otomotif dan aktivitas sosial, sampai jika ada yang request untuk kegiatan mancing bersama sebisa mungkin kami wujudkan,” kata Adhie Menariknya lagi, belakangan anggota tidak hanya didominasi kaum pria saja. Banyak kaum pengguna Datsun tertarik untuk bergabung. Mereka aktif mengikuti rangkaian kegiatan yang diselenggarakan komunitas. “Sampai saat ini jumlah anggota wanitanya sudah lebih dari 20 orang. Mereka juga memiliki skill mengemudi cukup baik. Terbukti jika kami
12 Artikel bisa diunduh di Mobil123.com
adakan touring ke luar kota, mereka ikut dan nyetir sendiri,” ungkap Adhie. Komunitas kedua setelah munculnya Datsun GO adalah KDGI (Komunitas Datsun GO+/Go Indonesia) pada t15 November 2015. KDGI memiliki 3 founder yakni Firsa Ali, Maxtone dan Igun Vedder yang kemudian meluas hingga berb-
agai wilayah Tanah Air. Tujuan dibentuknya komunitas ini adalah sebagai ajang tukar informasi. Khususnya seputar masalah pada kendaraan mereka sekaligus mempererat persaudaraan sesama pemilik Datsun GO Panca dan Datsun GO+ Panca. Dengan semboyan mereka “Dari Kita Untuk Kita”.