IX. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Gigi Tiruan Cekat
Kegagalan gigi tiruan cekat dapat terjadi karena A. Kegagalan sementasi. B. Kegagalan mekanis C. Iritasi dan resesi gingiva D. Kerusakan jaringan periodontal E. Karies F. Nekrosis pulpa Hal-hal tersebut diatas dapat terjadi akibat dari kesalahan pada desain GTC, penyelesaian di laboratorium atau di tempat praktek, perawatan gigi tiruan yang tidak baik oleh pasien atau karena gigi tiruan telah usang dan rusak. A. Kegagalan sementasi. Kegagalan sementasi bisa sebagian atau seluruhnya, biasanya terjadi karena retainer yang tidak memadai. Jika mahkota gigi pendek, preparasi sebaiknya dibuat full crown dan dapat ditambah auxilliary groove. Preparasi sedapat mungkin mendekati paralel dengan sudut konvergensi 5-6°. Selain itu kegagalan dapat terjadi karena teknik sementasi yang tidak baik. Apabila suatu GTC menjadi longgar karena teknik sementasi, maka dapat dianggap bahwa baik gigi abutment maupun permukaan sebelah dalam dari retainer tidak kering atau bersih, atau bahwa semen tidak tercampur dengan baik. Insersi prothesa pada saat semen mulai setting, akan menghasilkan semen yang lemah dan GTC tidak terpasang dengan sempurna. Selain itti semen dapat terlarut karena salah satu dari tiga alasan berikut ini: margin sudah terbuka sejak mulanya, retainer telah mengalami deformasi sehingga membuat margin terbuka, atau sebuah lubang telah kelihatan melalui permukaan okltisal dari retainer. B. Kegagalan mekanis Kegagalan mekanis yang berakibat pada GTC berupa: a. Fleksi, pecah atau fraktur logam. Hal tersebut dapat' berakibat pada kegagalan sementasi atau terlepasnya facing. Sebuah GTC bisa fraktur karena kesalahan pada joint yang disoldir, teknik casting yang salah dan kelebihan beban pada logam yang disebabkan oleh span (rentangan) yang terlalu panjang.
Universitas Gadjah Mada
1
b.Fraktur pontik Kegagalan mekanis dari pontik terjadi karena kekuatan pontik yang tidak memadai. Salah satu penyebab kegagalan pontik adalah kesalahan oklusi biasanya lateral excursion yang tidak dapat dikoreksi saat GTC dipasang. Bila logam yang melindungi facing porselen kurang bisa menahan deformasi akibat gigi-gigi yang beroklusi, maka fraktur atau kegoyahan akan terjadi. Dalam kondisi seperti itu, maka dilakukan ekuilibrasi sebelum dilakukan penggantian dengan facing yang lain, atau tipe facing yang berbeda.
c. Kegagalan perlekatan porselen Veneer hilang dari permukaan labial dan bukal dari mahkota atau pontik disebabkan karena : retensi yang terlalu kecil ; perlindungan metal dengan desain yang jarak; maloklusi; traumatik oklusi; trauma fisik; dan teknik curing dan fusing yang tidak benar. Jika sebuah veneer resin hilang karena kurangnya retensi, maka harus dibuatkan pengganti resin. Jika veneer porselen fraktur atau rusak, maka serifigkali diperlukan pengganti resin. Untuk menambah retensi maka di daerah yang fraktur dibuat pengkasaran atau undercut secara mekanis pada kerangka logam, kemudian aplikasikan silane coupling agent untuk menambah perlekatan terhadap tesln. Kurangnya perlindungan pada logam memerlukan ekuilibrasi, pengurangan gaya dari oklusi, sedikit perubahan pada bentuk area oklusi, dan penambahan jumlah posthole yang memberikan retensi. Jika maloklusi menjadi penyebab hilangnya veneer, maka diharuskan membuat perubahan pada bentuk oklusal. Facing yang retak dan veneer yang hilang tidak selalu dianjurkan untuk melepas protesa. Namun-demikian, jika situasi tersebut berulang, maka membuat GTC yang baru adalah satu satunya pemecahan.
C. Iritasi dan Resesi Gingiva Kemungkinan penyebab iritasi gingiva di sekitar GTC adalah retensi plak karena kebersihan mulut pasien jelek. Hal ini karena mereka tidak pernah diberi instruksi khusus cara merawat gigi tiruannya, atau karena desain GTC yang menyebabkan kesulitan pembersihannya. Resesi gingiva dapat terjadi secara umum (menyeluruh) atau lokal. Jika tidak ada pertimbangan estetik maka hal ini bisa diterima. Namun demikian sebaiknya dilakukan perawatan periodontal
D. Kerusakan Jaringan Periodontal Kerusakan jaringan periodontal ditandai dengan gigi-gigi yang drifting atau hanya terbatas pada gigi pilar. Hal tersebut karena desain GTC yang tidak baik atau pada Universitas Gadjah Mada
2
pembuatannya, misal perhitungan yang tidak tepat pada kekuatan gigi pilar dan jumlah gigi pilar yang dipakai. Pinggiran subgingiva dan daerah soldir memperhebat retensi plak sehingga dapat timbul gingivitis. Trauma oklusogenik dapat menyebabkan kerusakan tulang, dalatn gabungan dengan pembentukan plak dapat menuju ke arah mobilitas yang niakin parch dan berlanjut hilangnya gigi. GTC harus selalu diperiksa dan kemungkinan harus dibuat kembali scat terjadi overloading pada jaringan periodontal gigi pilar. Overloading dapat dihindari dengan diagnosa yang benar dan perencanaan restorasi. Apabila rentangan terlalu panjang, atau tidak terdapat cukup gigi yang cocok sebagai gigi pilar, maka tidak boleh dibuatkan restorasi yang cekat (GTC). Untuk mengurangi beban yang terjadi selama pengunyahan, maka ukuran dari dataran kunyah dapat dikurangi, bentuk embrassure dapat diubah, dan/atau kontur dari retainer dapat diubah. Apabila terlalu sedikit gigi abutment yang dipakai, maka GTC harus dilepas dan dibuat kembali dengan penambahan gigi abutment. Jika semua itu tidak tersedia, maka gigi abutment yang telah dipreparasi harus dikontur kembali guna mendapatkan dukungan dan retensi dari protesa lepasan. Hilangnya prosesus alveolaris dapat dihambat atau dihilangkan dengan perawatan periodontal, memantapkan kembali bidang oklusal yang benar, atau ekuilibrasi oklusi yang sudah ada.
E. Karies Karies dapat merusak GTC melalui beberapa cara : secara langsung pada tepi retainer dan secara tidak langsung melalui GTC yang longgar. Selanjutnya dapat menyebabkan terbukanya pulpa dalam waktu 3-4 bulan. Casting yang pendek akan menjadikan tepi servikal dari permukaan gigi yang telah dipreparasi terbuka. Dentin atau email yang kasar ini akan menghimpun debris, dan akibatnya timbul karies. Margin yang terbuka apapun penyebabnya, memungkinkan masuknya saliva dan organisme-organisme kariogenik, dan untuk itu perlu dibuatkan protesa Baru. Kebersihan mulut haruslah ditekankan dan terapi pencegahan harus dikerjakan jika retainer yang dipakai tidak menutup semua permukaan mahkota gigi. Pengikisan atau keausan dapat menimbulkan celah melalui perniukaan oklusi, sehingga akan menyingkap semen atau jaringan gigi dan bisa terjadi karies. Apabila terdeteksi tepat pada waktunya, maka sebuah tambalan atau inlay sudah cukup untuk mengembalikan gigi menjadi normal.
Universitas Gadjah Mada
3
Bila daerah embrassure tidak dapat dibersihkah, akibat bentuk pontik yang jelek (over crowding), dan hal ini dapat mengakibatkan karies, maka satu-satunya penyelesaian adalah melepas GTC dan membanguh lagi dengan desain yang betul. Karies yang kecil pada permukaan labial atau bukal sebuah gigi yang menyangga partial veneer crown, atau pada permukaan proksimal pendukung inlay retainer, bisa direstorasi tanpa mengganggu casting. Dalam hal ini pertimbangan harus dilakukan. Jika terdapat keraguan sama sekali terhadap stabilitas retainer atau kedalaman karies, maka GTC harus dilepas dan gigi dipreparasi kembali. Pada rongga mulut yang memperlihatkan indeks karies yang relatif tinggi, maka partial veneer crown, pinledges, restorasi-restorasi type MacBoyle, dan inlay tidak boleh dipakai kecuali jika kita merasa yakin betul bahwa kecenderungan kearah karies telah ditahan, atau sedang dikontrol dengan prophylaxis, perawatan dengan stannous fluoride, dan diet yang tepat. Jika tidak, retainer dengan garis marginal yang panjang akan menjadikan peka terhadap reccurent caries dalam jangka waktu yang lebih pendek dibanding dengan umur penggantian yang normal. Bila temporary protection untuk gigi pilar yang dipreparasi telah menyingkap leher gigi karena overextension, atau karena telah dipakai terlalu lama, maka area ini bisa terserang karies. Dalam keadaan seperti ini, mempreparasi kembali gigi pilar dan melebarkan tepi servikal preparasi hingga titik yang kurang peka haruslah dipertimbangkan. Karies pada tepi retainer biasanya ditumpat dengan menggunakan bahan tumpatan konvensional. Logam kohesif dan amalgam diindikasikan untuk permukaan oklusal, atau bila untuk keperluan estetik, komposit atau material yang sejenis dapat digunakan. Jika karies berlangsung cepat di bawah restorasi, maka sebaiknya GTC dilepas.
F. Nekrosis Pulpa Pulpa bisa degenerasi karena preparasi gigi yang terlalu cepat atau karena tidak semptirnanya pelumasan selama preparasi berlangsung. Gigi yang tidak tertutupi selatna konstruksi GTC akan terkena terpaan saliva dan berakibat iritasi. Karies dibawah retainer kadang kadang tidak dapat ditemukan lewat radiografi. Pemeriksaah margin dengan kaca mulut dan explorer melengkapi pemeriksaan radiografi. Terapi endodontik dimungkinkan tanpa harus melepas GTC. Apabila terapi tersebut tidak bisa dilakukan, maka protesa harus dipotong, pontik dan retainer yang bersangkutan dilepas, dan gigi abutment diekstraksi. Jika gigi pilar telah mati dan gigi yang terlibat adalah gigi anterior maka dapat dilakukan apicoectomy dan dipasang retrograd amalgam. Untuk menambah kekuatan gigi
Universitas Gadjah Mada
4
diberi post untuk mencegah fraktur. Jika gigi posterior yang nekrosis maka diperlukan perawatan saluran akar.
Universitas Gadjah Mada
5