ISU LINGKUNGAN DAN KENDALA YANG DIHADAPI PROYEK KONSTRUKSI DI BANDA ACEH Cut Mutiawati1, Cut Zukhrina Oktaviani2, dan Amanda Setiawan2 1,2,3
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Jl. Syech Abdul Rauf No.7 Banda Aceh 1 Email:
[email protected] 2 Email:
[email protected]
ABSTRAK Kontraktor sebagai sebuah organisasi dalam melaksanakan pekerjaannya mempunyai kewajiban untuk memantau dan melakukan pengelolaan lingkungan sebelum, selama dan setelah kegiatan di proyek berlangsung sehingga dampak negatif yang diterima masyarakat sekitar maupun pekerja dapat diminimalisasi bahkan dihilangkan. Oleh karena itu perlu diketahui apakah kontraktor di Banda Aceh mengenal dan menerapkan ISO 14001 yang merupakan standar pengelolaan lingkungan. Selain itu penting diidentifikasi isu lingkungan yang dominan terjadi dan kendala yang dihadapi dalam mengatasi isu lingkungan tersebut. Data dikumpulkan dengan penyebaran kuisioner yang terdiri dari kuisioner terbuka untuk penerapan ISO 14001 dan kuisioner tertutup untuk isu dan kendala yang dihadapi. Isu dan kendala yang dihadapi dianalisa melalui nilai rerata (mean) masing-masing skor variabel yang diperoleh dari responden. Penilaian dilakukan dalam 3 skala pengukuran dari 1(tidak pernah terjadi), 2(kurang sering terjadi) dan 3 (sering terjadi). Hasil diperoleh 96% kontraktor mengetahui bahwa ISO 14001 adalah standar pengelolaan lingkungan yang berlaku internasional. Namun hanya52% yang menerapkan ISO 14001 di proyek-proyek yang ditangani. Informasi tentang tujuan dan sasaran pengelolaan lingkungan diperoleh melalui pelatihan lingkungan, papan pengumuman, spanduk, poster dan melalui briefing di tempat kerja. Pemeriksaan kegiatan pengelolaan lingkungan dilakukan setiap bulan pada 34,78% kontraktor dan setiap 6 bulan sekali pada 65,22% kontraktor. Isu lingkungan yang sering terjadi pada proyekproyek yang dikerjakan oleh kontraktor tersebut adalah “Bunyi/kebisingan dan getaran” dengan mean 2,54 dan “Polusi udara (debu, asap)” dengan mean 2,37. Tidak terdapat kendala yang besar untuk mengatasi isu lingkungan yang timbul tersebut. Hal ini dapat dilihat dari nilai mean yang diperoleh termasuk dalam kategori kurang sering terjadi dan tidak pernah terjadi. Kata kunci: pengelolaan lingkungan, isu dan kendala penerapan
1.
PENDAHULUAN
Pelaksanaan proyek konstruksi dapat menimbulkan dampak negatif bila tidak dikelola dengan baik. Dampak negatif tersebut dapat merugikan lingkungan internal dan eksternal proyek seperti pekerja, masyarakat dan lingkungan itu sendiri. Dampak negatif tersebut timbul akibat kontraktor sebagai pelaksana proyek tidak membuat perencanaan dan pengelolaan lingkungan dengan baik yang seharusnya dilakukan mulai dari tahap perencanaan sampai tim proyek meninggalkan lokasi pekerjaan. Hal ini tercantum dalam ISO 14001-2004 atau SNI 19-14001-2005 yang mengatur tentang sistem manajemen lingkungan dimana sebuah organisasi harus menetapkan, mendokumentasi, menetapkan, memelihara dan memperbaiki sistem manajemen lingkungan secara berkelanjutan serta menentukan bagaimana organisasi akan mewujudkannya. Kontraktor sebagai sebuah organisasi dalam melaksanakan pekerjaannya mempunyai kewajiban untuk memantau dan melakukan pengelolaan lingkungan sebelum, selama dan setelah kegiatan di proyek berlangsung sehingga dampak negatif yang diterima masyarakat sekitar maupun pekerja dapat diminimalisasi bahkan dihilangkan. Oleh karena itu perlu diketahui apakah kontraktor di Banda Aceh mengenal dan menerapkan ISO 14001 yang merupakan standar pengelolaan lingkungan dan isu lingkungan apa saja yang dominan terjadi dan hambatan yang dihadapi dalam mengatasi isu lingkungan tersebut. 2.
PERUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN PENELITIAN
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Apakah kontraktor di Banda Aceh mengenal dan menerapkan ISO 14001 yang merupakan standar pengelolaan lingkungan, 2. Mengidentifikasi isu lingkungan apa saja yang dominan sering terjadi, 3. Hambatan apa saja yang sering dihadapi dalam mengatasi isu lingkungan yang timbul tersebut. KoNTekS 6 Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
MK-47
Manajemen Konstruksi Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penerapan menerapkan ISO 14001 oleh kontraktor di Banda Aceh 2. Identifikasi isu lingkungan yang dominan timbul selama proses konstruksi 3. Identifikasi terhadap hambatan-hambatan yang dihadapi dalam mengatasi isu lingkungan tersebut 4. Strategi yang dapat diterapkan dalam menghadapi isu lingkungan tersebut. 3.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian ISO 14001 Sistem manajemen lingkungan dalam suatu organisasi diatur dalam ISO (Intenational Organization fo Standarization) 14001-2004 yang kemudian diadopsi menjadi SNI 19-4001-2005 yang berlaku di Indonesia. ISO 14001-2004 merupakan standar intenasional yang menetapkan persyaratan sistem manajemen lingkungan yang memungkinkan organisasi mengembangkan dan menerapkan kebijakan dan tujuan serta informasi mengenai aspek lingkungan yang dapat dikendalikan dan aspek yang dapat dipengaruhi (ISO14001, 2004 dan SNI 19-4001, 2005). Aspek lingkungan yang dapat dikendalikan antara lain (ISO-14001, 2004 dan SNI 19-4001, 2005): 1. Emisi ke udara 2. Pembuangan ke udara 3. Pembuangan ke tanah 4. Penggunaan bahan baku dan sumber daya alam 5. Penggunaan energi 6. Pancaran energi, misal panas, radiasi, getaran 7. Limbah dan produk samping, dan 8. Atribut fisik, misal ukuran, bentuk, warna, penampilan Aspek lingkungan yang dapat dipengaruhi yang berhubungan dengan kegiatan, produk dan jasa seperti: 1. Desain dan pengembangan 2. Proses manufaktur 3. Pengemasan dan transportasi 4. Kinerja lingkungan dan praktek para kontaktor dan pemasok 5. Pengelolaan limbah 6. Ekstraksi dan distribusi bahan baku dan sumber daya alam 7. Distribusi, penggunaan dan akhir-pakai produk dan 8. Kehidupan di alam dan keanekaragaman hayati Identifikasi isu lingkungan Isu lingkungan yang terkait dengan proses konstruksi (Rothery, 1996) adalah sebagai berikut: 1. Polusi udara (debu, asap) 2. Polusi air 3. Polusi tanah 4. Limbah dan bahan-bahan berbahaya 5. Bunyi/kebisingan dan getaran 6. Radiasi 7. Perencanaan fisik 8. Penggunaan bahan/material 9. Penggunaan energi 10. Keselamatan dan kesehatan kerja karyawan Hambatan penanggulangan isu lingkungan Evaluasi terhadap hambatan yang mungkin ditemui dalam tahap implementasi. Menurut Kurniawan dan Louis (2000:39), hambatan dalam melakukan implementasi untuk setiap isu adalah sebagai berikut: 1. Polusi (polusi udara, air, tanah, suara) • Sulit dilakukan. • Tidak tersedianya komponen sistem tersebut. • Biaya masih tinggi. • Kurangnya kesadaran para pekerja untuk menghemat pemakaian air. • Limbah dan bahan-bahan berbahaya. • Kurangnya kesadaran pekerja akan dampak limbah terhadap lingkungan. • Teknologi belum memadai. • Sumber daya manusia yang belum memadai. MK-48
KoNTekS 6 Universitas Trisakti , Jakarta 1-2 November 2012
Manajemen Konstruksi 2.
3.
4.
5.
6.
4.
Radiasi • Teknologi belum memadai. • Tidak ada peralatan yang dapat mengurangi radiasi secara baik. • Sumber daya manusia yang belum memadai. Perencanaan fisik • Teknologi belum memadai. • Adanya tuntutan pemilik/klien. • Biaya masih tinggi. • Adanya perubahan kebijakan pemerintah. Penggunaan bahan/material • Sulit dalam mendapatkan supplier material yang dekat dengan lapangan. • Persediaan material yang terbatas serta kualitas/mutu yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. • Biaya lebih tinggi dari bahan/material yang sering digunakan. • Bahan/material yang ramah lingkungan dan dapat didaur ulang sulit diperoleh. • Teknologi daur ulang belum begitu dikenal saat ini. Penggunaan energi • Teknologi dan sumber daya manusia yang belum memadai. • Belum ada ketentuan tentang bangunan hemat energi. • Biaya yang dikeluarkan untuk peralatan yang baik lebih tinggi dari peralatan yang biasanya. • Kesulitan dalam pengontrolan di lapangan. • Alternatif peralatan hemat energi yang minimal. Keselamatan dan kesehatan kerja karyawan • Kurangnya kesadaran pekerja akan dampak limbah dan polusi terhadap kesehatannya. • Kelalaian para pekerja itu sendiri. • Fasilitas keamanan yang kurang memadai. • Kurangnya kesadaran pekerja akan keselamatan.
METODE PENELITIAN
Populasi dan sampel penelitian Jumlah kontraktor gred 6 dan 7 yang ada di Banda Aceh sebagai populasi pada penelitian ini adalah 54 perusahaan. Sampel penelitian diambil dengan nilai e = 10% sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 35 sampel penelitian. Pengumpulan data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan memberikan kuesioner kepada responden yang telah dijadikan sampel penelitian. Data sekunder terdiri dari daftar perusahaan kontraktor gred 6 dan 7 dan teori yang berhubungan dengan topik penelitian yang diperoleh dari kajian-kajian literatur dan jurnal-jurnal. Pengolahan data Untuk mengetahui penerapan dan isu lingkungan yang dominan terjadi serta hambatan yang sering dihadapi dalam mengatasi isu lingkungan tersebut dilakukan dengan cara mengkonversi skor mentah (dari kuesioner) menjadi skor standar dengan norma relatif skala tiga sebagai berikut: a. Mencari nilai rerata (mean) dan Persentase (%) masing-masing skor variabel yang diperoleh dari responden melalui jawaban pada kuesioner. Isu lingkungan yang dominan terjadi serta hambatan yang sering dihadapi mean skor ideal jawaban resonden = 3, dan mean skor terendah jawaban responden = 1 b. Pedoman kriteria interpretasi skor tersebut seperti tabel 1.
No 1 2 3
Tabel 1 Kriteria Interpretasi Skor Rentangan Skor Kualifikasi Mean sering terjadi 2,33 < X ≤ 3,00 kurang sering terjadi 1,67 < X ≤ 2,33 tidak pernah terjadi 1 < X ≤ 1,67 Sumber: Simamora (2004:131)
KoNTekS 6 Universitas Trisakti , Jakarta 1-2 November 2012
MK-49
Manajemen Konstruksi Dengan membandingkan skor mean yang diperoleh melalui kuesioner responden dari tabel 1 dapat diketahui isu lingkungan yang dominan terjadi dan hambatan yang sering dihadapi dalam mengatasi isu lingkungan tersebut. MULAI
PERUMUSAN MASALAH
STUDI KEPUSTAKAAN PENYUSUNAN KUESIONER PENELITIAN
PENGUMPULAN DATA
DATA SEKUNDER
DATA PRIMER
PENGOLAHAN DATA
HASIL DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN SARAN SELESAI Gambar 1 Bagan Alir Penelitian 5.
HASIL PENELITIAN
Penerapan ISO 14001 Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh 96% kontraktor mengetahui bahwa ISO 14001 adalah standar pengelolaan lingkungan yang berlaku internasional sedangkan 4% lainnya menganggap bahwa ISO 14001 adalah standar kerapihan dan kebersihan. Penerapan ISO 14001di proyek-proyek yang ditangani hanya sebesar 52%. Sedangkan 40% kadang-kadang menerapkan dan sisanya sebesar 8% tidak pernah menerapkan ISO 14001. Infomasi tentang tujuan dan sasaran pengelolaan lingkungan diperoleh melalui pelatihan lingkungan, papan pengumuman, spanduk, poster dan melalui briefing di tempat kerja. Pemeriksaan kegiatan pengelolaan lingkungan dilakukan setiap bulan pada 34,78% kontraktor dan setiap 6 bulan sekali pada 65,22% kontraktor. Isu lingkungan yang dominan Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, gambaran mean dari masing-masing variabel isu lingkungan yang sering terjadi pada proyek-proyek yang dikerjakan oleh perusahaan kontraktor dapat dilihat pada Tabel 2. Isu lingkungan yang sering terjadi terdapat pada variabel bunyi/kebisingan dan getaran dengan mean sebesar 2,54. Hal ini disebabkan karena frekuensi jawaban responden lebih dominan pada “sering terjadi”yaitu sebesar 57,14%. Selain itu variabel polusi udara seperti debu dan asap merupakan variabel yang sering terjadi juga dengan mean 2,37 dengan frekuensi (51,43%).Sedangkan isu radiasi, polusi tanah, serta limbah dan bahan-bahan berbahaya merupakan isu lingkungan yang tidak pernah terjadi dengan mean terendah 1,11. Hal ini disebabkan pada variabel tersebut frekuensi jawaban responden sebesar 88,57% memilih tidak pernah terjadi. Persentase jawaban responden terhadap isu lingkungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.
MK-50
KoNTekS 6 Universitas Trisakti , Jakarta 1-2 November 2012
Manajemen Konstruksi Tabel 2 Gambaran mean isu lingkungan yang sering terjadi Variabel
Uraian Variabel
Mean
Kualifikasi
B.1
Polusi udara (debu, asap)
2,37
sering terjadi
B.2
Polusi air
1,86
kurang sering terjadi
B.3
Polusi tanah
1,60
tidak pernah terjadi
B.4
Limbah dan bahan-bahan berbahaya
1,34
tidak pernah terjadi
B.5
Bunyi/kebisingan dan getaran
2,54
sering terjadi
B.6
Radiasi
1,11
tidak pernah terjadi
B.7
Perencanaan fisik
1,91
kurang sering terjadi
B.8
Penggunaan bahan/material
1,97
kurang sering terjadi
B.9
Penggunaan energi
2,17
kurang sering terjadi
B.10
Keselamatan dan kesehatan kerja karyawan
2,09
kurang sering terjadi
Tabel 3 Frekuensi variabel isu lingkungan yang terjadi Isu Lingkungan Kualifikasi Sering terjadi Kurang sering terjadi Tidak pernah terjadi
B.1
B.2
B.3
B.4
B.5
B.6
F
%
F
%
F
%
f
%
f
%
F
%
18
51,43
3
8,57
1
2,86
1
2,86
20
57,14
0
0,00
12
34,29
24
68,57
19
54,29
10
28,57
14
40,00
4
11,43
5
14,29
8
22,86
15
42,86
24
68,57
1
2,86
31
88,57
Isu Lingkungan Kualifikasi
B.7
B.8
B.9
B.10
F
%
f
%
f
%
f
%
Sering terjadi
10
28,57
10
28,57
11
31,43
11
31,43
Kurang sering terjadi
12
34,29
14
40,00
19
54,29
16
45,71
Tidak pernah terjadi
13
37,14 11 31,43 5 Keterangan: f = frekuensi
14,29
8
22,86
Kendala implementasi yang dominan Berdasarkan hasil pengolahan data,gambaran mean dari masing-masing variabel kendala yang sering dihadapi kontraktor di Banda Aceh dalam mengatasi isu lingkungan yang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Gambaran mean kendala dalam mengatasi isu lingkungan Uraian
C.1. Polusi (polusi udara, air, tanah, suara)
Mean
Kualifikasi
a.
Sulit dilakukan
1,94
kurang sering terjadi
b.
Tidak tersedianya komponen sistem tersebut.
1,97
kurang sering terjadi
c.
Biaya masih tinggi
2,03
kurang sering terjadi
d.
Kurangnya kesadaran para pekerja untuk menghemat pemakaian air.
1,94
kurang sering terjadi
e.
Limbah dan bahan-bahan berbahaya.
1,31
tidak pernah terjadi
KoNTekS 6 Universitas Trisakti , Jakarta 1-2 November 2012
MK-51
Manajemen Konstruksi Tabel 4 Gambaran mean kendala dalam mengatasi isu lingkungan
C.1. Polusi (polusi udara, air, tanah, suara)
C.2. Radiasi
Uraian Kurangnya kesadaran pekerja akan dampak limbah terhadap lingkungan.
Mean
Kualifikasi
1,77
kurang sering terjadi
g.
Teknologi belum memadai.
2,11
kurang sering terjadi
h.
Sumber daya manusia yang belum memadai
1,8
kurang sering terjadi
a.
Teknologi belum memadai
1,54
tidak pernah terjadi
f.
1,63
tidak pernah terjadi
1,37
tidak pernah terjadi
a.
Tidak ada peralatan yang dapat mengurangi radiasi secara baik Sumber daya manusia yang belum memadai. Teknologi belum memadai.
1,63
tidak pernah terjadi
b.
Adanya tuntutan pemilik/klien
1,89
kurang sering terjadi
c.
Biaya masih tinggi
1,86
kurang sering terjadi
1,86
kurang sering terjadi
1,69
kurang sering terjadi
1,63
tidak pernah terjadi
2,03
kurang sering terjadi
1,97
kurang sering terjadi
1,97
kurang sering terjadi
1,69
kurang sering terjadi
2,29
kurang sering terjadi
1,86
kurang sering terjadi
2,03
kurang sering terjadi
1,74
kurang sering terjadi
2,17
kurang sering terjadi
2,03
kurang sering terjadi
b. c.
C.3. Perencanaan fisik
d. a.
b. C.4. Penggunaan bahan/ material
c.
d. e. a. b. C.5. Penggunaan energi
c. d. e. a.
C.6. Keselamatan dan kesehatan kerja karyawan
b.
Adanya perubahan kebijakan pemerintah Sulit dalam mendapatkan supplier material yang dekat dengan lapangan Persediaan material yang terbatas serta kualitas/mutu yang tidak sesuai dengan yang diharapkan Biaya lebih tinggi dari bahan/material yang sering digunakan Bahan/material yang ramah lingkungan dan dapat didaur ulang sulit diperoleh Teknologi daur ulang belum begitu dikenal saat ini Teknologi dan sumber daya manusia yang belum memadai Biaya yang dikeluarkan untuk peralatan yang baik lebih tinggi dari peralatan yang biasanya Kesulitan dalam pengontrolan di lapangan Alternatif peralatan hemat energi yang minimal Belum ada ketentuan tentang bangunan hemat energi Kurangnya kesadaran pekerja akan dampak limbah dan polusi terhadap kesehatannya Kelalaian para pekerja itu sendiri
Fasilitas keamanan yang kurang 1,63 tidak pernah terjadi memadai Kurangnya kesadaran pekerja akan d. 1,94 kurang sering terjadi keselamatan Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa tidak ada kendala implementasi yang sering terjadi, namun terdapat 22 variabel yang pernah terjadi dengan kualifikasi kurang sering terjadi dan mean tertinggi pada variabel “biaya yang dikeluarkan untuk peralatan yang baik lebih tinggi dari peralatan yang biasanya” dalam mengatasi isu penggunaan energi (C.5.b) dengan mean 2,29 karena frekuensi jawaban responden
MK-52
c.
KoNTekS 6 Universitas Trisakti , Jakarta 1-2 November 2012
Manajemen Konstruksi dominan pada “sering terjadi”yaitu sebesar 51,43% dan “kurang sering terjadi” (25,71%). Sedangkan kendala implementasi yang tidak pernah terjadi terdapat pada 7 variabel dan mean terendah 1,31pada variabel limbah dan bahan-bahan berbahaya dalam mengatasi isu polusi (C.1.e). Hal ini disebabkan pada variabel C.1.e frekuensi jawaban responden sebesar 68,57% memilih tidak pernah terjadi. Persentase jawaban responden pada kendala implementasi selengkapnyadapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Analisis frekuensi kendala implementasi yang sering terjadi Kendala Implementasi Kualifikasi C.1.a C.1.b C.1.c Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % Sering terjadi 1 2,86 6 17,14 11 31,43 Kurang sering terjadi 31 88,57 22 62,86 14 40,00 Tidak pernah terjadi 3 8,57 7 20,00 10 28,57 Kendala Implementasi Kualifikasi
C.1.d Frekuensi
C.1.e %
Frekuensi
C.1.f %
Frekuensi
%
Sering terjadi
8
22,86
0
0,00
4
11,43
Kurang sering terjadi
17
48,57
11
31,43
19
54,29
Tidak pernah terjadi
10
28,57
24
68,57
12
34,29
Kendala Implementasi Kualifikasi
C.1.g
C.1.h
C.2.a
Frekuensi
%
Frekuensi
%
Frekuensi
%
Sering terjadi
8
22,86
4
11,43
5
14,29
Kurang sering terjadi
23
65,71
20
57,14
9
25,71
Tidak pernah terjadi
4
11,43
11
31,43
21
60,00
Kendala Implementasi Kualifikasi
C.2.b
C.2.c Frekuensi
C.3.a
Frekuensi
%
Sering terjadi
%
Frekuensi
%
9
25,71
1
2,86
2
5,71
Kurang sering terjadi
4
11,43
11
31,43
18
51,43
Tidak pernah terjadi
22
62,86
23
65,71
15
42,86
Kendala Implementasi Kualifikasi
C.3.b
C.3.c
C.3.d
Frekuensi
%
Frekuensi
%
Frekuensi
%
Sering terjadi
3
8,57
6
17,14
4
11,43
Kurang sering terjadi
25
71,43
19
54,29
24
68,57
Tidak pernah terjadi
7
20,00
10
28,57
7
20,00
Kendala Implementasi Kualifikasi
C.4.a
C.4.b
C.4.c
Frekuensi
%
Frekuensi
%
Frekuensi
%
Sering terjadi
3
8,57
3
0,58
7
20,00
Kurang sering terjadi
19
54,29
16
45,71
22
62,86
Tidak pernah terjadi
13
37,14
16
45,71
6
17,14
KoNTekS 6 Universitas Trisakti , Jakarta 1-2 November 2012
MK-53
Manajemen Konstruksi
Kendala Implementasi Kualifikasi
C.4.d
C.4.e
C.5.a
Frekuensi
%
Frekuensi
%
Frekuensi
%
Sering terjadi
5
14,29
9
25,71
2
5,71
Kurang sering terjadi
24
68,57
16
45,71
20
57,14
Tidak pernah terjadi
6
17,14
10
28,57
13
37,14
Kendala Implementasi Kualifikasi Sering terjadi Kurang sering terjadi Tidak pernah terjadi
C.5.b Frekuensi % 18 51,43 9 25,71 8 22,86
C.5.c Frekuensi % 8 22,86 14 40,00 13 7,14
C.5.d Frekuensi % 11 31,43 14 40,00 10 28,57
Kendala Implementasi Kualifikasi
C.5.e Frekuensi
%
Frekuensi
C.6.b %
Frekuensi
%
Sering terjadi
7
20,00
12
34,29
6
17,14
Kurang sering terjadi
12
34,29
17
48,57
24
68,57
Tidak pernah terjadi
16
45,71
6
17,14
5
14,29
Kualifikasi Sering terjadi Kurang sering terjadi Tidak pernah terjadi 6.
C.6.a
Kendala Implementasi C.6.c C.6.d Frekuensi % Frekuensi % 0 0,00 5 14,29 22 62,86 21 60,00 13 37,14 9 25,71
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian terhadap data yang diperoleh dari kuesioner maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kontraktor gred 6 dan 7 di Banda Aceh sebesar 96% mengetahui bahwa ISO 14001 adalah standar pengelolaan lingkungan yang berlaku internasiona. Namun hanya 52% yang menerapkan ISO 14001 di proyek-proyek yang ditangani. 2. Informasi tentang tujuan dan sasaran pengelolaan lingkungan diperoleh melalui pelatihan lingkungan, papan pengumuman, spanduk, poster dan melalui briefing di tempat kerja. Umumnya pemeriksaan kegiatan pengelolaan lingkungan dilakukan setiap 6 bulan sekali. 3. Isu lingkungan yang dominan terdapat pada 2 variabel pada variabel bunyi/kebisingan dan getaran dengan mean tertinggi sebesar 2,54 dan pada variabel polusi udara (debu,asap) dengan nilai mean sebesar 2,37. 4. Tidak terdapat kendala yang besar untuk mengatasi isu lingkungan yang timbul tersebut. Hal ini dapat dilihat dari nilai mean yang diperoleh termasuk dalam kategori kurang sering terjadi dan tidak pernah terjadi dengan mean tertinggi yaitu 2,29. DAFTAR PUSTAKA Anonim (2005), Sistem Manajemen Lingkungan–Persyaratan dan Panduan Penggunaan (SNI 19-14001), Badan Standarisasi Nasional, Jakarta Kurniawan, K., dan Louis, S. (2000), "Studi Literatur Mengenai Sustainable Construction dan Kemungkinan Penerapannya di Surabaya”, Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Petra, Surabaya. Rothery, B. (1996), Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14000, Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta Simamora, B. (2002), Panduan Riset Perilaku Konsumen, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
MK-54
KoNTekS 6 Universitas Trisakti , Jakarta 1-2 November 2012