ISSN: 2088-687X
177
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 9 YOGYAKARTA Rima Aksen Cahdriyana Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UAD Jl. Prof. Dr. Soepomo, SH. Janturan Yogyakarta
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan memecahkan masalah matematika siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran konvensional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 9 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 sebanyak enam kelas. Sampel dalam penelitian ini terdiri atas dua kelas, yaitu kelas VIIC sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-A sebagai kelas kontrol. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes sebagai metode pokok, dan dokumentasi sebagi metode bantu. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-z yang sebelumnya dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Instrumen yang digunakan adalah tes kemampuan memecahkan masalah matematika siswa. Sebelum dikenakan pada sampel, instrumen diujicobakan terlebih dahulu untuk melihat apakah tes yang telah disusun memenuhi syarat-syarat tes yang baik atau belum, yaitu melalui uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Dari hasil penelitian pada 5% , diperoleh zhitung sebesar 7,8530 sedangkan nilai dari ztabel = 1,645. Karena zhitung > ztabel maka H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan memecahkan masalah matematika siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada kemampuan memecahkan masalah matematika siswa yang diajar menggunakan metode konvensional Kata kunci: pembelajaran berbasis masalah, kemampuan memecahkan masalah matematika
ABSTRACT This study aims to determine whether the students’ ability of mathematics problem solving taught using problem-based learning method was better than the students taught using conventional teaching method. The population in this study were all students of VII class of SMP Negeri 9 Yogyakarta of 2015/2016 academic year as many as 6 classes. The sample in this study consists of two classes, that were VII-C as the experimental class and VII-A as the control class. The sampling technique used was cluster random sampling. The data collection method were test and documentation. Data analysis technique was z-test, but previously conducted tests of normality and homogenity. The instrument used was a test of students’ ability of mathematics problem solving. The result of this study obtained zhitung = 7,8530 and ztabel = 1,645. Because of zhitung > ztabel, then H0 was rejected, so it could be concluded that the students’ ability of mathematics problem solving taught using problem-based learning method was better than the students taught using conventional teaching method. Keywords: problem-based learning, students’ ability of mathematics problem solving
AdMathEdu | Vol.6 No.2 | Desember 2016
Pengaruh … (Rima Aksen Cahdriyana)
178
ISSN: 2088-687X matematika,
Pendahuluan Sebuah
penelitian
menyatakan
masyarakat
memandangnya
secara
sempit
hanya
dengan
demikian, kurikulum matematika, hanya
memecahkan
aritmetika.
yakni
bahwa banyak pengusaha yang tidak puas keterampilan
sebagai
seringkali
sebagai
Dengan
masalah karyawannya saat ini. Sebanyak
dipandang
kumpulan
55% dari pengusaha berpartisipasi dalam
keterampilan berhitung. Padahal, jika kita
sebuah survei dan menyatakan bahwa
perhatikan lebih jauh lagi, matematika
dalam
merekrut
karyawan
dengan
memuat keterampilan lebih luas dari
yang
dibutuhkan
seperti
sekedar
softskill
berhitung.
Matematika
komunikasi, berpikir kritis, dan problem
hakekatnya
solving memang menjadi suatu tantangan
berpikir serta memuat ide-ide yang saling
tersendiri.
Penekanan
suatu
berkaitan.
keharusan
memilih
yang
menjelaskan bahwa sejatinya matematika
memiliki
keterampilan
memecahkan
merupakan problem solving. Melalui
masalah adalah dikarenakan keterampilan
kegiatan problem solving, anak dapat
ini sangat penting untuk memunculkan
mengembangkan kemampuannya untuk
kreativitas, enjoyment, dan ketertarikan
menyelesaikan permasalahan tidak rutin
untuk terus belajar (Kadir, Abdullah,
yang
Anthony, Salleh, Kamarulzaman, 2016).
kemampuan
pada
karyawan
Fakta di atas seringkali dikaitkan dengan
ada
Suryadi
memuat
suatu (2011)
berbagai
berpikir
cara juga
tuntutan
termasuk
yang
tingkatannya lebih tinggi.
cara-cara
Banyak peneliti setuju bahwa
menyampaikan materi pelajaran yang
metode pembelajaran yang diterapkan
mendorong
tersebut
oleh guru di kelas menjadi sangat krusial
(karyawan) memiliki beberapa softskill
pengaruhnya terhadap kemampuan siswa.
yang dibutuhkan saat mereka masih
Zejnilagić-Hajrić, Šabeta, & Nuić (2015)
duduk dibangku sekolah. Jika dikaitkan
menyatakan
dengan mata pelajaran matematika yang
pembelajaran
merupakan salah satu mata pelajaran
partisipasi aktif dari siswa dalam proses
wajib yang harus seseorang peroleh saat
pembelajaran akan menghasilkan prestasi
berada
maka
siswa yang lebih baik dan keseluruhan
yang
hasil pembelajaran yang lebih baik pula.
di
tidaknya
merupakan
pada
para
pekerja
bangku
berdasarkan
sekolah,
pandangan
bahwa yang
Salah
dan Clements (Suryadi, 2011) bahwa
pembelajaran berbasis masalah.
sejatinya
aritmetika.
Jika
metode
memungkinkan
dikemukakan oleh Riedesel, Schwartz, matematika
satunya
suatu
adalah
metode
bukan
sekedar
Pembelajaran berbasis masalah
berbicara
tentang
merupakan metode pembelajaran yang
Pengaruh … (Rima Aksen Cahdriyana)
AdMathEdu | Vol.6 No.2 | Desember 2016
ISSN: 2088-687X
179
bertujuan untuk menyiapkan siswa agar
kritis
terampil pada kehidupan nyata. Dengan
berkomunikasi,
mengharuskan
siswa
berlatih
beradaptasi (Kadir, Abdullah, Anthony,
memecahkan
masalah,
metode
Salleh, Kamarulzaman, 2016). Dalam
pembelajaran berbasis masalah dapat
metode pembelajaran ini, saat siswa
meningkatkan kemampuan siswa melalui
dihadapkan untuk memecahkan masalah,
pengembangan
dalam
maka siswa akan terfokus pada sebuah
melatih
masalah yang simpel ataupun kompleks
menerapkan
keterampilan pengetahuan,
dan
keterampilan
berkoordinasi,
yang
diri untuk belajar mandiri. Pembelajaran
penyelesaian jawaban yang biasanya
berbasis masalah secara teoritis termasuk
sudah ada (tercantum) dalam buku
dalam
mereka (Zejnilagić-Hajrić, Šabeta, &
pendekatan
belajar
kognitif
konstruktivisme.
dan Dalam
hanya
dan
berpikir tingkat tinggi, dan mengarahkan
teori
tidak
kreatif,
memiliki
satu
Nuić, 2015).
penerapannya, siswa diarahkan untuk
Sintaksis pembelajaran berbasis
menghubungkan informasi baru dengan
masalah menurut Kemendikbud (2014)
pengetahuan yang telah mereka punya
meliputi 5 tahapan pembelajaran. (1)
sebelumnya,
Mengorientasikan
kemudian
membangun
terhadap
pengetahuan dan memperluasnya menjadi
masalah.
skema yang baru melalui pembelajaran
pembelajaran
kolaboratif (Jonassen dan Hung, 2012).
dibutuhkan, dan guru memotivasi siswa
Sebuah
penelitian
yang
menjelaskan dan
tujuan
sarana
yang
untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan
membandingkan metode pembelajaran
masalah
berbasis
masalah
Guru
siswa
nyata
yang
dipilih
atau
dengan
metode
ditentukan. (2) Mengorganisasi siswa
menunjukkan
bahwa
untuk belajar. Guru membantu siswa
pembelajaran berbasis masalah lebih baik
mendefinisikan dan mengorganisasi tugas
dalam membentuk daya ingat siswa
belajar
terhadap suatu materi pelajaran (siswa
masalah yang sudah diorientasikan pada
mampu mengingat materi dalam jangka
tahap
panjang), pengembangan keterampilan/
penyelidikan
softskill, dan menambah minat siswa
kelompok. Guru mendorong siswa untuk
untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai
konvensional
mengikuti
Pembelajaran
berbasis
pembelajaran. masalah
yang
berhubungan
sebelumnya.
(3)
dengan
Membimbing
individual
maupun
juga
dan melaksanakan eksperimen untuk
memiliki pengaruh yang positif terhadap
mendapatkan kejelasan yang diperlukan
pembentukan keterampilan memecahkan
untuk
masalah siswa, keterampilan berpikir
Mengembangkan dan menyajikan hasil
AdMathEdu | Vol.6 No.2 | Desember 2016
Pengaruh … (Rima Aksen Cahdriyana)
menyelesaikan
masalah.
(4)
180
ISSN: 2088-687X
karya. Guru membantu siswa untuk
melakukan penilaian pada pembelajaran
berbagi tugas dan merencanakan atau
berbasis masalah.
menyiapkan karya yang sesuai sebagai
Keterbatasan di atas memberikan
hasil pemecahan masalah dalam bentuk
gambaran
lain
laporan,
penelitian
sehingga
video,
atau
model.
(5)
dari
beberapa
hasil
mengarah
pada
Menganalisis dan mengevaluasi proses
perdebatan apakah pembelajaran berbasis
pemecahan masalah. Guru membantu
masalah mampu memberikan pengaruh
siswa untuk melakukan refleksi atau
yang signifikan terhadap kemampuan
evaluasi
memecahkan masalah matematika siswa.
terhadap
proses
pemecahan
masalah yang dilakukan.
Karakteristik siswa yang berbeda-beda
Di era dimana ada banyaknya
pada
suatu
daerah,
akan
temuan
(hasil
penelitian yang menunjukkan keunggulan
menghasilkan
dari
berbasis
penelitian) yang berbeda-beda pula. Hal
masalah, tidak serta merta membuat guru
ini menunjukkan adanya kebutuhan untuk
terlepas dari suatu metode pembelajaran
menyelidiki lebih lanjut pengaruh metode
yang mereka anggap lebih mudah dalam
pembelajaran berbasis masalah terhadap
pelaksanaannya, salah satunya metode
kemampuan
pembelajaran
ini
matematika siswa. Untuk kesempatan ini
dikarenakan ada beberapa keterbatasan
peneliti melakukannya pada siswa kelas
dari pembelajaran berbasis masalah itu
VII di SMP Negeri 9 Yogyakarta.
metode
pembelajaran
konvensional.
Hal
sendiri. Akinoğlu & Tandoğan (2007) menyebutkan
beberapa
bukti
maka
memecahkan
masalah
Metode Penelitian
keterbatasan
Penelitian ini dilaksanakan di
tersebut, yaitu (1) sulitnya bagi guru
SMP Negeri 9 Yogyakarta dan termasuk
untuk mengubah gaya mengajar mereka,
dalam penelitian kuasi eksperimental.
(2) siswa membutuhkan waktu yang lama
Populasi dalam penelitian ini adalah
untuk beradaptasi ketika dihadapkan
siswa
dengan situasi yang baru di dalam kelas, (3)
pembelajaran
membutuhkan
berbasis
suatu
kajian
masalah
kelas
VII
SMP
Negeri
Yogyakarta
tahun
ajaran
2015/2016
sebanyak
enam
kelas.
9
Teknik
materi
pengambilan sampel yang digunakan
pelajaran yang mendalam, (4) sulitnya
adalah cluster random sampling. Dari
mengimplementasikan
enam kelas yang ada diperoleh dua kelas,
metode
pembelajaran berbasis masalah di kelas
yaitu
karena
sepenuhnya
eksperimen dan kelas VII-A sebagai
berlatih
kelas kontrol. Adapun cara menentukan
memecahkan suatu masalah, (5) sulitnya
sampelnya adalah (1) menulis masing-
Pengaruh … (Rima Aksen Cahdriyana)
AdMathEdu | Vol.6 No.2 | Desember 2016
siswa
memahami
tidak pentingnya
kelas
VII-C
sebagai
kelas
ISSN: 2088-687X
181
masing kelas dalam selembar kertas
memecahkan masalah yang telah disusun,
(kelas VII-A hingga kelas VII-F), (2)
diujicobakan terlebih dahulu sebelum
menggulung kertas kemudian dikocok,
dikenakan kepada sampel. Tujuan uji
(3) menjatuhkan dua kertas satu per satu,
coba ini adalah untuk melihat apakah tes
nama kelas pada kertas yang jatuh
yang telah disusun memenuhi syarat-
pertama
eksperimen
syarat tes yang baik atau belum. Tes yang
sedangkan nama kelas pada kertas yang
baik harus valid dan reliabel. Untuk
jatuh kedua dijadikan kelas kontrol.
menguji validitas tes digunakan rumus
dijadikan
Sebelum diberikan
kelas
kelas
eksperimen
praktik
korelasi
product
moment
dari
Karl
pembelajaran
Pearson. Butir soal tes yang digunakan
pembelajaran
jika indeks validitasnya (rxy ) lebih dari
berbasis masalah dan kelas kontrol
atau sama dengan 0,30. Untuk menguji
diberikan praktik menggunakan metode
reliabilitas
pembelajaran
harus
Cronbach Alpha. Instrumen tes dikatakan
dipastikan terlebih dahulu bahwa kedua
reliabel apabila koefisien reliabilitasnya
kelas
0,70 atau lebih.
menggunakan
metode
konvensional,
dalam
keadaan
seimbang
tes
digunakan
teknik
kemampuannya. Uji keseimbangan yang
Selain melakukan analisis tes,
digunakan adalah dengan menggunakan
juga dilakukan analisis butir tes yang
uji-z. Uji keseimbangan menggunakan
meliputi tingkat kesukaran dan daya
data nilai ujian tengah semester genap
pembeda. Indeks tingkat kesukaran untuk
siswa
tes dalam penelitian ini menggunakan
kelas
VII
SMP
Negeri
9
Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 yang sebelumnya
telah
dilakukan
uji
normalitas dan uji homogenitas. penelitian ini adalah tes kemampuan memecahkan masalah matematika siswa yang berupa dua soal uraian. Dua soal tersebut
dikembangkan
berdasarkan karakteristik dari soal yang berbentuk
masalah
yaitu
S Smaks
dengan P = indeks
tingkat kesukaran, S = rerata untuk skor
Instrumen yang digunakan dalam
uraian
rumus P
(1)
butir, dan Smaks = skor maksimum untuk butir tersebut. Butir soal yang dipakai jika mempunyai tingkat kesukaran pada interval 0,30 P 0,70. Indeks daya pembeda dicari dengan mencari koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total, yaitu
menunjukkan tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang telah diketahui siswa, atau (2) berbentuk soal cerita. Tes kemampuan
AdMathEdu | Vol.6 No.2 | Desember 2016
D rpbis
n XY X Y
n X X n Y 2
2
2
Y
2
, dengan X adalah skor butir dan Y
Pengaruh … (Rima Aksen Cahdriyana)
182
ISSN: 2088-687X
adalah skor total. Suatu butir soal
normalitas
dikatakan mempunyai daya beda yang
normalitas digunakan untuk mengetahui
baik apabila indeks daya bedanya sama
apakah
atau lebih dari 0,30 ( D 0,30 ).
populasi yang berdistribusi normal atau
Evaluasi terhadap pengerjaan soal
dan
homogenitas.
sampel
yang
diambil
Uji dari
tidak. Metode yang digunakan adalah
tes oleh siswa didasarkan pada langkah-
metode
langkah
homogenitas digunakan untuk menguji
memecahkan
masalah
yang
dikemukakan oleh Santrock (2011: 368).
apakah
Adapun
sama.
langkah-langkah
dalam
Lilliefors. sampel Untuk
Sedangkan
mempunyai menguji
memecahkan masalah adalah sebagai
digunakan uji F.
berikut. (1) Menemukan dan menyusun
Hasil dan Pembahasan
masalah. Dalam memecahkan masalah
Sebelum
uji
variansi
homogenitas
dilakukan
penerapan
sebelum masalah dapat dipecahkan maka
pembelajaran di kelas eksperimen dan
harus dikenali dulu.
kontrol,
Masalah perlu
peneliti
melakukan
uji
dipahami sehingga bisa mendapatkan
keseimbangan untuk mengetahui apakah
atau
kedua kelas memiliki kemampuan awal
menemukan
ide
untuk
menyelesaiakannya dan mendefinisikan
yang
masalah tersebut. (2) Mengembangkan
sebelumnya,
strategi
Siswa
prasyarat yaitu uji normalitas dan uji
mampu menggunakan algoritma (strategi
homogenitas. Dari hasil nilai ujian tengah
yang
satu
semester pada kelompok eksperimen
melaksanakan
diperoleh Lmaks hitung = 0,1147, sedangkan
penyelesaian masalah. (3) Mengevaluasi
pada kelompok kontrol diperoleh Lmaks
pemecahan menjamin
persoalan) solusi.
masalah. solusi
dalam
Siswa
atas
tersebut
melakukan
hitung
sama
atau peneliti
tidak.
Namun
melakukan
uji
= 0,1022. Karena Lmaks hitung < Ltabel =
pengecekan ulang dari hasil jawaban
0,1519 maka H0 diterima. Hal ini berarti
yang sudah dikerjakan dan meyakini atas
bahwa
hasil jawaban tersebut. (4) Memikirkan
kontrol
serta mendefinisikan kembali masalah
berdistribusi normal. Sedangkan hasil
dan
perhitungan
solusi.
Siswa
memikirkan
dan
kelas
eksperimen
berasal
dari
untuk
dan
kelas
populasi
yang
uji
homogenitas
menemukan cara lain dalam pemecahan
diperoleh Fhitung = 1,0824 dan Ftabel =
masalah.
1,7625. Karena Fhitung < Ftabel, maka H0
Teknik analisis dalam penelitian ini
menggunakan
uji-z.
Sebelum
dilakukan uji analisis, terlebih dahulu
diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang homogen.
dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji Pengaruh … (Rima Aksen Cahdriyana)
AdMathEdu | Vol.6 No.2 | Desember 2016
ISSN: 2088-687X Hasil
183
perhitungan
untuk
uji
tingkat kesukaran untuk butir soal nomor
keseimbangan diperoleh zhitung sebesar
dua sebesar 0,38. Diperoleh pula indeks
0,6040 dan ztabel sebesar 1,96. H0
daya pembeda untuk butir nomor satu
ditolak jika zhitung < 1,96 atau zhitung >
sebesar 0,74 dan indeks butir soal nomor
1, 96 . Karena nilai zhitung tidak pada
dua sebesar 0,86. Karena indeks tingkat
kriteria tersebut, maka H0 diterima,
kesukaran untuk kedua soal ada pada
sehingga dapat disimpulkan bahwa kelas
interval 0,30 P 0,70, serta indeks
eksperimen dan kelas kontrol mempunyai
daya pembeda untuk kedua soal 0,30
kemampuan matematika yang seimbang
maka dapat disimpulkan bahwa kedua
sebelum perlakuan.
butir soal merupakan butir yang baik.
Instrumen utama yang digunakan
Keseluruhan analisis tes dan analisis butir
dalam penelitian ini adalah soal tes
tes di atas menunjukkan bahwa kedua
kemampuan kemampuan memecahkan
soal tes dapat diberikan kepada siswa
masalah
pada
matematika.
Soal
tes
kelas
kontrol
maupun
kelas
diujicobakan kepada siswa kelas VII-B
eksperimen untuk mengukur kemampuan
SMP Negeri 9 Yogyakarta sejumlah 34
memecahkan masalah matematika.
siswa.
Validitas
Langkah
selanjutnya
setelah
tes
kemampuan
masalah
matematika
melakukan ujicoba terhadap soal tes
menggunakan korelasi product moment
kemampuan memecahkan masalah adalah
diperoleh hasil perhitungan bahwa dua
memberikan perlakukan pembelajaran
butir soal dinyatakan valid karena rxy
pada kedua kelas. Soal tes diberikan
0,30. Untuk butir soal pertama diperoleh
kepada siswa pada kelas eksperimen dan
nilai rxy sebesar 0,7415, sedangkan butir
kontrol setelah keduanya mendapatkan
soal kedua diperoleh nilai rxy sebesar
perlakukan
0,8628. Soal tes yang valid kemudian
pembelajaran berbasis masalah (untuk
diuji reliabilitasnya. Berdasarkan hasil
kelas eksperimen) dan menggunakan
perhitungan
metode
memecahkan
diperoleh
koefisien
menggunakan
pembelajaran
metode
konvensional
reliabilitas (r11) sebesar 0,7013. Karena
(untuk kelas kontrol). Sebelum dilakukan
r11 0,70 maka dapat disimpulkan bahwa
uji hipotesis terhadap hasil skor tes
soal tes dinyatakan reliabel.
kemampuan
Selain validitas dan reliabilitas, dilakukan
pula
analisis
butir
tes.
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh
matematika, melakukan
memecahkan terlebih uji
masalah
dahulu
prasyarat
peneliti
yaitu
uji
normalitas dan uji homogenitas.
indeks tingkat kesukaran untuk butir soal
Uji normalitas dilakukan untuk
nomor satu sebesar 0,59 dan indeks
mengetahui apakah sampel berasal dari
AdMathEdu | Vol.6 No.2 | Desember 2016
Pengaruh … (Rima Aksen Cahdriyana)
184
ISSN: 2088-687X
populasi yang berdistribusi normal atau
menggunakan jenis pengukuran yang
tidak. Dari hasil skor tes kemampuan
berbeda, namun hal ini menunjukkan
memecahkan masalah matematika pada
kecocokan
kelompok eksperimen diperoleh Lmaks
masalah untuk diterapkan pada beragam
= 0,1421, sedangkan pada kelompok
disiplin ilmu termasuk pada pembelajaran
hitung
kontrol diperoleh Lmaks
berbasis
matematika.
Hasil
penelitiannya
Karena Lmaks hitung < Ltabel = 0,1542 maka
menyimpulkan
bahwa
pembelajaran
H0 diterima. Hal ini berarti bahwa kelas
berbasis masalah mampu memberikan
eksperimen dan kelas kontrol berasal dari
solusi pemecahan masalah yang lebih
populasi
baik dibandingkan dengan pembelajaran
yang
hitung
= 0,1269.
pembelajaran
berdistribusi
normal.
Sedangkan uji homogenitas dilakukan
konvensional.
untuk mengetahui apakah kedua kelas
Hasil penelitian ini juga dikuatkan
mempunyai variansi yang sama atau
oleh hasil penelitian dari Zejnilagić-
tidak. Dari hasil perhitungan diperoleh
Hajrić, Šabeta, & Nuić (2015) yang
Fhitung = 0,3590 dan Ftabel = 1,7625.
menunjukkan
Karena Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima,
prestasi belajar siswa yang signifikan
sehingga
pada kelas eksperimen, dan peningkatan
sampel
dapat berasal
disimpulkan dari
bahwa
populasi
yang
ketertarikan
adanya
siswa
peningkatan
saat
mengikuti
pembelajaran. Akinoğlu & Tandoğan
homogen. Hasil perhitungan uji hipotesis
(2007) menambahkan bahwa penerapan
pada 5% diperoleh zhitung sebesar
pembelajaran
7,8530 sedangkan nilai dari ztabel = 1,645.
mempengaruhi
Karena zhitung > ztabel maka H0 ditolak,
pengetahuan konseptual siswa secara
sehingga
positif
dapat
disimpulkan
kemampuan
memecahkan
matematika
siswa
menggunakan
bahwa masalah
yang
metode
diajar
dan
berbasis
masalah pembentukan
mampu
meminimalisir
miskonsepsi siswa pada suatu masalah matematika. Dalam
pembelajaran
penelitian
ini,
siswa
berbasis masalah lebih baik daripada
dibimbing untuk memecahkan masalah
kemampuan
memecahkan
sesuai
matematika
siswa
masalah
yang
diajar
dengan
langkah-langkah
pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Santrock (2011). Pada tahapan
menggunakan metode konvensional. Hasil penelitian ini sejalan dengan
pertama memecahkan masalah, siswa
penelitian yang dilakukan oleh Kadir,
dibimbing untuk menentukan hal-hal apa
Abdullah,
dan
saja yang diketahui dan ditanyakan dari
Sekalipun
masalah yang diberikan. Pada tahapan
Anthony,
Kamarulzaman
(2016).
Salleh,
Pengaruh … (Rima Aksen Cahdriyana)
AdMathEdu | Vol.6 No.2 | Desember 2016
ISSN: 2088-687X
185
yang kedua, siswa dilatih untuk mampu
Salleh,
dan
menyusun strategi pemecahan masalah
Alasan
tersebut
dan menggunakan strategi tersebut dalam
pelaksanaan
melaksanakan
masalah.
penelitian ini dan terlihat dalam tahapan
Tahap selanjutnya, siswa harus mampu
pembelajaran berbasis masalah yang
melakukan
dan
tercantum dalam Kemendikbud (2014).
meyakini atas jawaban dari penyelesaian
Pada tahap investigasi, guru mempunyai
masalah tersebut. Tahap terakhir, siswa
peranan untuk memotivasi siswa supaya
juga dituntut untuk mampu menemukan
aktif
ide-ide lain dalam memecahkan masalah.
belajar, dan merangsang interaksi antar
Tahapan-tahapan memecahkan masalah
siswa
yang
tersebut
pancingan (scaffolding). Selain itu, pada
menunjukkan adanya tempaan agar siswa
tahap penyajian hasil diskusi, siswa
mampu berpikir secara sistematis. Hal ini
diminta untuk mempresentasikan hasil
senada
diskusinya dengan kelompok kecil, dan
penyelesaian pengecekan
harus
siswa
dengan
ulang
lalui
pernyataan
Gijbels,
Kamarulzaman, dibuktikan
pembelajaran
menggunakan dengan
2016). melalui dalam
sumber-sumber
pertanyaan-pertanyaan
Dochy, Bossche, & Segers (2005) yang
mendiskusikannya
menyatakan bahwa pemecahan masalah
kelompok yang lebih besar yaitu melalui
matematika,
pokok
diskusi kelas. Kelompok diskusi inilah
pembelajaran
yang merupakan kesempatan bagi siswa
utama
yang merupakan
kegiatan
dalam
berbasis masalah, mengarahkan siswa
untuk
untuk
pendapatnya,
belajar
bereksplorasi
dan
menganalisis masalah secara sistematis. Beberapa
alasan
yang
berani
kembali
dalam
mengemukakan
menanggapi,
maupun
menyanggah pendapat teman lainnya dengan alasan yang benar.
memberikan penguatan mengapa metode
Kadir, Abdullah, Anthony, Salleh,
pembelajaran berbasis masalah lebih baik
dan Kamarulzaman (2016) menjelaskan
daripada
konvensional
bahwa melalui pembelajaran berbasis
adalah melalui pembelajaran berbasis
masalah siswa menjadi lebih kreatif dan
masalah siswa diberikan kesempatan
inovatif. Hal ini terlihat dari tahapan
untuk lebih proaktif sehingga mampu
pemecahan
mengembangkan pengetahuannya. Selain
dimana siswa diminta untuk menuliskan
itu, siswa dapat menggunakan beragam
ide-ide lain dari penyelesaian masalah
sumber informasi (belajar) baik dari
yang telah siswa tuliskan sebelumnya.
buku, internet, ataupun yang lainnya
Ide-ide lain inilah yang membuat siswa
dalam forum diskusi bersama teman
harus berpikir lebih dalam lagi sehingga
sebayanya (Kadir, Abdullah, Anthony,
menempanya untuk berkreativitas baik
AdMathEdu | Vol.6 No.2 | Desember 2016
Pengaruh … (Rima Aksen Cahdriyana)
pembelajaran
masalah
yang
keempat,
186
ISSN: 2088-687X
dari segi mencari informasi dari buku,
Piaget menyatakan proses ini disebut
berdiskusi dengan teman yang lain,
akomodasi.
berdiskusi dengan guru, atau mencari-cari pandangan belajar
jawaban
yang
lain.
melalui
proses
membangun
pengetahuan. Satu proses lagi yang harus
dikemukakan oleh O’Grady & Alwis
ditempuh adalah equilibrasi. Sehingga
(2002) bahwa dalam proses mencari
untuk mencapai suatu titik equilibrium,
solusi
siswa
guru harus melakukan drill terhadap
informasi
masalah tersebut. Drill merupakan salah
(seperti melakukan pencarian informasi
satu proses equilibrasi. Jika siswa telah
di perpustakaan dan internet), melakukan
lihai dan menganggap masalah itu bukan
diskusi, dan berinteraksi dengan teman
suatu masalah lagi, maka siswa telah
lain untuk menyiapkan presentasi. Oleh
berada pada titik equilibrium.
melakukan
ini
merupakan
juga
pemecahan
Hal
sumber
Proses asimilasi dan akomodasi
masalah,
pengumpulan
karena itu, dengan informasi yang cukup
Sebaliknya,
dalam
metode
dan ide-ide yang telah didiskusikan
pembelajaran non pembelajaran berbasis
terlebih dahulu, memungkinkan siswa
masalah, dalam hal ini pembelajaran
mendapatkan solusi yang lebih akurat dan
konvensional, siswa tidak dihadapkan
berkualitas (Jonassen, 1997).
dengan proses membangun pengetahuan.
Dalam
teori
belajar
kognitif
Siswa mendapatkan pengetahuan karena
menurut Piaget, informasi yang baru
lebih ditekankan pada metode ceramah
memungkinkan terjadinya asimilasi dan
yang mengambil sebagian besar waktu
akomodasi. Masalah yang diberikan oleh
saat
guru kepada siswa dalam pembelajaran
konvensional ini membuat siswa menjadi
berbasis masalah biasanya merupakan
pasif di dalam kelas, dominan menghafal
suatu hal yang baru. Siswa mencari solusi
materi, dan hanya mengandalkan catatan
dengan menghubungkan informasi yang
dari guru.
telah mereka pelajari sebelumnya. Proses
pembelajaran.
Pembelajaran
Kesimpulan
pencocokan terhadap pengetahuan yang
Penerapan metode pembelajaran
baru disebut dengan asimilasi. Kemudian,
berbasis masalah untuk siswa kelas VII di
guru memberikan respon terhadap solusi
SMP Negeri 9 Yogyakarta memiliki
yang telah dikerjakan siswa, hal ini akan
beberapa kelebihan sebagai berikut.
membawa pada suatu kondisi dimana
1. Pemecahan masalah matematika, yang
siswa mengetahui apakah solusi yang
merupakan pokok utama kegiatan
telah mereka berikan itu salah atau benar.
dalam pembelajaran berbasis masalah, mengarahkan
Pengaruh … (Rima Aksen Cahdriyana)
siswa
untuk
belajar
AdMathEdu | Vol.6 No.2 | Desember 2016
ISSN: 2088-687X bereksplorasi
187 dan
menganalisis
masalah secara sistematis. 2. Melalui
hanya
mengandalkan
catatan
dari
guru.
pembelajaran
berbasis
Setelah diterapkan pembelajaran
masalah siswa diberikan kesempatan
matematika
untuk lebih proaktif sehingga mampu
metode pembelajaran berbasis masalah
mengembangkan pengetahuannya.
pada kelas eksperimen dan menggunakan
3. Melalui
pembelajaran
dengan
menggunakan
berbasis
metode pembelajaran konvensional pada
masalah siswa menjadi lebih kreatif
kelas kontrol, diperoleh hasil perhitungan
dan inovatif.
uji hipotesis pada 5% yaitu nilai
4. Melalui
pembelajaran
masalah
berbasis
zhitung sebesar 7,8530 sedangkan nilai dari
siswa
ztabel = 1,645. Karena zhitung > ztabel maka
pemecahan
H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan
memungkinkan
mendapatkan masalah
solusi
yang
lebih
akurat
dan
berkualitas.
matematika
5. Melalui pembelajaran masalah berarti siswa
bahwa kemampuan memecahkan masalah
melewati
membangun
suatu
proses
pengetahuan
menggunakan
siswa
yang
metode
diajar
pembelajaran
berbasis masalah lebih baik daripada
yang
kemampuan
memecahkan
meliputi asimilasi, akomodasi, dan
matematika
siswa
equilibrasi.
menggunakan metode konvensional.
Sebaliknya,
dalam
metode
pembelajaran non pembelajaran berbasis masalah, dalam hal ini pembelajaran konvensional,
didapatkan
beberapa
kekurangan sebagai berikut. 1. Pada siswa
pembelajaran mendapatkan
pengetahuan
ceramah yang mengambil sebagian besar waktu saat pembelajaran, dan mengarahkan
siswa
dalam
proses membangun pengetahuan. 2. Pembelajaran
yang
diajar
Daftar Pustaka Akinoğlu, O., Tandoğan, R. O. (2007). The Effects of Problem Active Learning in Science Education on Students’ Academic Achievement,
konvensional,
karena lebih ditekankan pada metode
bukan
masalah
konvensional
Attitude, and Concept Learning. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 3(1), 71-81. Gijbels, D., Dochy, F., Bossche, P. V., & Segers, M. (2005). Effects of Problem-Based Learning: A Meta-
ini
membuat siswa menjadi pasif di dalam kelas, dominan menghafal materi, dan
AdMathEdu | Vol.6 No.2 | Desember 2016
analysis
from
the
Angle
of
Assessment. Review of Educational Research,
75(1),
27-51.
Pengaruh … (Rima Aksen Cahdriyana)
188
ISSN: 2088-687X http://dx.doi.org/10.3102/00346543 075001027
Kemendikbud. 2014. Panduan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Jonassen, D. H. (1997). Instructional Design Models for Well-Structured
(Problem Based Learning). Jakarta: Kemendikbud.
and Ill-Structured Problem-Solving
O’Grady, G., & Alwis, W. A. M. (2002).
Learning Outcomes. Educational
One-Day, One-Problem: PBL at
Technology
and
Republic
65-94.
presented
Development,
Research 45(1),
http://dx.doi.org/10.1007/BF02299 613
Polytechnics. at
4th
Asia
Paper Pasific
Conference on PBL, Thailand. Santrock, John W. (2011). Education
Jonassen, D. H., Hung, W. (2012) Problem-Based Learning. In: Seel, N. M. (Ed.), Encyclopedia of the
Psyhology Third
Edition. New
York: Mc-Graw-Hill. Suryadi,
Didi.
(2011).
Pendidikan
Sciences of Learning, (p.p 2687-
Matematika.
http://didi-
2690). Springer.
suryadi.staf.upi.edu/files/2011/06/P
Kadir, Z. A., Abdullah, N. H., Anthony,
ENDIDIKAN-MATEMATIKA.pdf
E., Salleh, B. M., Kamarulzaman,
Zejnilagić-Hajrić, M., Šabeta, A., Nuić, I.
R. (2016). Does Problem Based
(2015). The Effects of Problem
Learning Improve Problem Solving
Based
Skills? A Study among Business
Achievements in Primary School
Undergraduates Premier
Learning
on
Students’
at
Malaysian
Chemistry. Bulletin of the Chemists
Technical
University.
and Technologists of Bosnia and
International Education Studies,
Herzegovina, 44, 17-2
9(5), 166-172. http://dx.doi.org/10 .5539/ies.v9n5p166
Pengaruh … (Rima Aksen Cahdriyana)
AdMathEdu | Vol.6 No.2 | Desember 2016