PENUNTUN - IIAIAATATO' L' K\ AI. TEO LA G I D,4N GE RE.'J A
..J
Diterbrtkan dengar rvarvitsitn oil,r.rmenrs ur.rtuk meniadi aiang peny'amoaran gagasatt clarr ilriah eksperimental sekitar petsoalan teologi dan gereja dalam irubutrgpn duratnis clerg;ur rrasvarakat, ag'aola-?i€Fna, kcbtid:rvaan, l:isafat, politik, ilmu pengetairuan dan
,-irsh,rsi
teklr.lk.rgi, n.renuju konteksnralisiisi teologr-teolog clan kemandirian gereia-geteja di Indonesia sebagrii tangg"apan pada peke{aan Ailah pacla masa kini
Penerbic Komisi Pengkajian Teologi GKJ Sinode \I"ilaya.h Ja*'a Barat Penasehat Ahli: Dr. Chris Hartorur, Kuntatli Surradikarva, l\,t.Th., Dr. Lrlzams Punviurto, l)r. Lrcnr I{lriem Yang, Dr. Natan Setiabucli Pe mimpin Umum: Dr. Eka D'lrrraputerir Pemimpin Redaksi: Yusak Soleimirrr (ron-aktif), Lrlivmus Lar<;sit Redaktur Peleksana: Flentld lvl. Sendjaja Wakil Redaktur Pelaksana: _lan Cr tin Pintlo Bendahara: Suzana Susanto Urusan fJmum: Ichsiur I.'.Gunauan, fonatan Oswari, Mu-niati D. Pelealuw, Suzana Susanto Staf Redaksi: Corclelia Gunau'an, Ellisabeth Hasikin, Jahja Sunarja,,lefta Ch. Widvatmnia, I leitha Sattika, Natanael Setiatli, Sheph Davidy _lonazh, Susiana I{. Gunarvan, Suta Prarvin, Tirnur Citra Sari, Uiirng Tamrsaputra Penyunting: Adivmts Lalrsrr, Hendti M. Sendiaja l)'.ilarri s?lnr tahun te!:bit tiga kali. Unnrk penllrirnan ke luar negeri, ditrmbah ongkos kitim
Pembavaran dikirim ke Brrnk INA capein ,tbdr.rl l,{uis Ja}iarta, AC Np. (t(t119 ?11 016? atas nan.ra Pokia Teologi Sinocle G I'.I Jabar. Atau melalui v'esel pos ke dzrmirt Reclaksi/Penerbit. I.,i-rmrsi Pengkajian Teologi G I.,1 Sinode l'ilayah _Jasa Barat, jl. Taojung Duren Raya no. 1, Blok E Lt. -l,Jakarta 11470, Indonesia. Telepon ((r2-21) 5666961, -5(r88635, 568863(t. Fax. ((r2-21) 5666957.
Reciaksi rnenerin.ra tulisirn iln.riah vang sesuai denp;.ln ttriuan penerbitan dan ber-hak rrenyrir.ltin& memperbaiki dan n.renverlpurnakan naskah tulisan yang ditetima. Naskah dapat beLrrpa rulisan maksimr.ur ?5 halaman tblio ketik spasi mlgkap. Betkas naskah vang disimpan clalan clisket sanS;,rt cliutirmakirn, n.remakai penpplahan kata N4S \Xord for \\'tncloq's atau yang
I:riltnvl. Rekomendasi Departemen Agama RI
No. FilHM.02.2/344 /2422/ 1995 ISSN 0853-2672
.
Percetakan: A.ngsaoa Offset, Kedoya, Jakafa
ti+
s
4a
Etq
H$*+ .S; j*- l, "E* JURN
Vol. 5 No. 20,2004 L'
GEREJA KRISTEN ]NDONESIA JAWA BARAT Badan HukumTh. lg40 Stb No.1 & lOO/SKDepag. R Jt. Tanjung Duren Raya No 4, BIok E Lantai lV
l
No92Tahun 1990
- Jakana 1147Q
Telp. 5666961, 5688635, 5688636; Fax 5666957
DAFTAR ISI Pengantar Posmodernisme dan Penafsitan Teks Kitab Suci Hendri M. Sendjaia
145
Metode Kritik Historis: Menin jau-Ulang Pcrannya bagi Penafsiran Alkitab Agustrnus
Se
357
t.iarvidi
Hermeneutik Kritik Naratif dan Posmodetnisme Adji
A
365
Sutama
, ,,' Manfaat Kritik Ideologi bagi Pelayanan Gereja V R<-,berr Scrrc,
@
Tafsir Feminis terhadap Kitab Sucr Ester Mariali Ga
403
Al-Quf an dan Keberagaman Tafsirnya Abd Moqsith Ghazali
415
Kcrja bagi Kohelct: Menelusuri Teks Kitab Pengkhotbah tentang Keria dalam Pasal2:18-26 dan 4:4-6 Novita Suiant<.:
425
Melawan Klaim Superioritas: Scbuah Interpretasi sebagai Upaya Memaknai Yesus Elia l\'{esricer
'\.1(
445
'l':rkain
Mencari Kebenaran Allah sebagai Gaya Hidup Beragama
Kita?
459
Natanael Setiadi
Bedah Buku: Kenabian Kristen dan Problem l3agrrs
\\
Hermeneutika
ulur',r I)1arr
PENUNTUN, Vol.
V,
No.20,2004
469
PENGANTAR Kendati sudah tua, topik penafsiran teks Kitab Suci tetap dirasakan menarik untuk dibicarakan. Daya tarik toprk ini terletak pada persoalan yang tak kunjung selesai tentang bagarmana manusla masa kint seharusnla "memperlakukan" teks-teks masa lampau, yang otoritatif dan mempengaruhi peradaban zaman. Manusra masa kini ing'in menangkap secara lurus makna atau pesan dari teks-teks masa lampau. Namun rentang waktu yang panjang antara manusia masa kini dan para penuJis teks masa lampau telah menciptakan persoalanpersoalan vang tak mudah untuk dipecahkan. Manusia masa kim berusaha keras menghadapi problematiJ< otentisitas makla teks masa lampau, seperti teks Kitab Suci. Pada edisi kali ini, J)ENU-\TUN mengangkat topik "Penafsiran Kontemporer Teks Iitab Suci". Kata 'kontemporer' sebenarnya bendak menunjukkan keterkaitan antara persoalan penafsiran teks dan alam pikiran posmodern. lrulah sebabnya, kami menempatkan tulisan "Posmodernisme dan Penafsiran Teks Kitab Suci" sebagai pembuka. Dalam n.rlisan iru, Hendn M. Sendla;a menraparkan upaya krrtrs, drnamis dan kreauf dari para biblika masa kini aras teks Alkrtab. Upaya mereka tersebut mengemuka dalam diskutsus kritik Alkitabiah kontemporer, yarig sarat dengan pengaruh posmodernisme. Dalam hal ini posmodernisme dipahami sebagai produk kultural tertentu, yang tampak berbeda dengan kultural modern. Prodrrk kultural teltentu itu telah menumbuhkan secala subur benih-benih ke-Lain-an di ladang dunia penafsiran teks Alkitab. Itu teriadi seiring dengan kelahiran pembaca (readt) dan kekuatan pembaca (readetl power). Dunia penafstran tcks Alkitab akhLnya makin menjadi rimba belantara Lrnruk peziarah makna manakala Derrida menggulirkan gagasan dekonstruksi. Krta yang mau menprsuri rimba ttu diperhadapkan dengan dua kemungkinan hnal: entah terjerat dan tersesat, atau selamat. Berbagai pendekatan yang sangat mempertimbangkan peran pembaca pada gilirannya menggantikan metode kritik historis yang pernah mendominasi penafsiran Alkitab selama kurun wakru yang cukup lama. Hal ini disadari oleh para pakar biblika. Namun, Agustinus Setiawadi membuktikan bairwa metode kritik historis tetap akan rnempunyai tempat dalam setiap usaha menafsirkan teks-teks Alkitab. Menututnya, salah satu Pertanyaan yang paling relevan dalam setiap wacana berkaitat'r dengan kritik historis adalah: sejauh mana kritik historis masih dapat membannr kegratan penafstan Alkitab yang dalam kurun waktu terakhir ini menekankan imanensr teks Alkltab. Beralih dari kitik historis, tulisan berikutnya membicarakan metode ktitik naratif dan posmodernisme. Adjr A. Sutama memapalkan secara inci hal tersebut mulai dari situasi komunrkasi tekstual sampat ke metode ktruk naratif dalam terang paradigrna posmodern Menurut Adji, sinrasi komunikasi tekstual me(uPakan l.ral yang kompleks. Ini memuncullan t.iga pendekatan dalam memahami teks, yakni: kritik historis, kritik sasra, dan kritik posr:nodern. Namun, seperti disadad oleh Adji, pemrlahan ketiga pendekatan teksrual ini terlampau cLsederbanakan sebab proses menafsu terjadr dalam lingkaran hermeneutis yang mel.iputi ketiga unsur (penulis, teks, dan pembaca) secara kompleks, dan kltik posmodern secaia kritis menolak adauya dasar atau fondasi absolut, tetmasuk m€nolak Pemudakan salah
PENUIUTUN, VoI. V' No.20' 2004
satu unsur saja. BagaimanaPun kebenaran terletak dalam rnteraksl drnamis antara teks dan pembaca. Akibatnya semua kebenaran berstfat interakttf subjektil Tidak ada kebenaran mutlak yang dapat digunakan untuk menilai dan menindas kebenaran lainnya. Pada kenyataannya interaksi antara Pembaca dao teks Kttab Suci telah memungkinkan kelahiran dan perrumbuhan tafsiran-tafstran Kitab Sucr yang menjadi atau mensahkan ideologr-ideologr teitentu. OIeh karena rtu kritik ideologi perlu dimasukkan ke dalam interaksi
dilamis tersebut. Tulisan Robert Setio membanru kita memahamr "Manfaat Kritik Ideologi ba$ Pelayanan Geteja". Menurut Robert Setio, kitik ideologr merupakan perkembangan yang logs dari semakin pekanya orang terhadap mlai nilar e1is. IGink ideologr selalu memihki dua sasaran, yakri teks dan pembac a/ peoafsir. Dengan krtttk tdeologt, teks dan pembaca/ penafsir diperhadapkan pada pertanyaan: apakah sudah menjalankan nilai-nilai etis. Ester Martani Ga mengrsr lembar belkutnya dengan mengangkat bahasan "Tafsir Feminis tedradap Kirab Suci". Menurutnya, tafsiran feminis direnrukan bukan oleh penafsi.r perempuan tetapi proses kesadaran kltrs terhadap pengalaman PeremPuan dalarn kebudayaan androsenttis bedangsung. Prinsip penalarannya adalah peneguhan dan pengangkatan kemanusiaan yang utuh, tidak seksis. Itulah sebabnya tafsitan femrms tidak memulai tafsirannya dengan pernyataao-Peflryataan dogmatis mengenai kewibawaan Kitab Suci dan I(anon Sebatiknya tafsiran feminis merflulat tafsirannya dengan oerspektif dan praksis femims. Untuk melengkapr pembicaraan tentang penafsiran konreuporer Kitab Suci, kamr pun memuat tulisan Abd Moqsith Ghazali, "Ai-Qur'an dan I(ebcragaman Tafsiaya" Ghaz i menegaskan bahwa al-Qur'an bagr umat Islam dipandang sebagai representasi dari kehadiran Allah unruk menyertar umat Islam. Proses dialog antara ulnal Islam dan al-Qur'an pada kenyataannya meiahirkan banyak kitab tafsir. Tafsu-tafslr tersebut semakin lama semakin menun.rpuk dan kerap "menurupi" teks al-Qur'an sendrl. Olch karena iru' Pertanyaan yang diajukan Ghazali kemudrao adalal.r: bagaimana membaca al (]ur'an dalam kooteks masa kini. -I'uhsan tuLisan bertkurnya rterupakan contob cootoh tafsiran Alkitab Novita Sutanto berusaha rnenafsirkan teks Pengkl.rotbah 2:18-26 dan 4:'1-6 Bcrdasarkan penafsirannya ini, Novita mendapau makna "lier;a bagi liohelet". Ia pun trba pedr kesimpulan bahwa Penulis Kohelet idak mengawalr tulisan-tul-rsanoya dengan dokttrr.r-doktrin tetapi dari pengamatan dan pengalaman hidup. E[a Mesrico A.l( Takain melakukan interpretast dengan penelusuran komparatif atas kerygna Yesus dao kerygna Paulus. Hasilnya adalah suacu pen.raknaan )'ang otentik terhadaP Yesus dati Nazaret bagi jemaat Iiristen Perdana dan jen.raat liristen masa kinl. Pemaknaan tersebut rnendorong Takain untuk men€gaskan bahwa menjadi l{risten sel.rarusnya tidak melakukan hegemoni baik daiam kebudayaan, soslal, miuPLrn dalam keimanan. Natanael Setiadi mengungkapkan hasil penafsirannya atas teks surat Paulus kepada mengajak kita unruk Jemaat di Roma. Teks surat Paulus itu, menutut Setiadi, pada grlirannya melihat bahwa kel.ridupan beragama kita tidak dapat lepas dari Idtab Suci, tradisi dan ajaran. Permasalahan muncul manakala kita menafsirkan teks I{itab Suci, tradisi dan ajaran agama menutut ukufan kenanusiaan kita. Iita mengua bahwa ratsiran yang dihasilkan itu sudah benar, bahkan sesuai dengan kebenaran Allah. Padahal rtu adalah usaha mencari kebenaran
vl
PENUNTUN
scndiri
Peulus m.negaskan bahvra usaha rhcnceri kcbenaran senditi pastileh betulung
pe&
kehancuan.
Akhimya, deagan bedah buku M. Eugene Boing, Tbc Co iwing Voin oJ Jau, Bagas Waluyo Diati memaparkan problenr hetmctrcutika yang ditaitkan dengair feoomene kcnabian Kristen. Menurut Bagus, buku Bodng ini prda gilirannya mengingatkan kita bahva pergumulan hermcneutis terhadep Logot A\ah belumlah selesai Apa yang ditegaskan Bagus tetakhir kiranya meniadi kcse&ran kita.
Pcnyuating
PENT]NTT]N
vll
Adyi A. Sutama
Kepustakaan Mrngcaai aneka
Kitk
Kenzie, Stcven L., dan Stephen lt. Hayes (eds.) To Each It Own Meatiay - An Ltrndrction lo Bibtieal Citicirnr afld TbcirApplicanom louisville, Ky: \flestminsterJohn Knox Press, revised and expanded: 1999. Menganai
Kitik NaratiJ
Iiil
B.F. Saar Ti4a Pekalar Terjadiay rlar Ananat hj;l-ilil Maiaq Markst dd,t l-r,tar, khusus Rab 9: Pendekaran Namtifterhadap Injil injil,Jakarta: BPK (iunung Mulia, Cetakan ke-4 (revisi): 1998. King:bury, Jack Dan. Injil Marirc xbagai Centu. )^k^rta: BPK Gunung Mulia, 1995. [Catatan: pener,emah sal^h
Drewes,
menerlemahkan "implied reader" dengan "pembaca real". Lih. pembahasao saya dalam brtikcl ini, catatao-kaki 18.]
Powell, Mark Allao. lVbat L Nanalvc Cncisn? Q'Jew 'l'estament Guides, editoq Dan O. Via, Jr.), Minneapolis: Fortress Press, 1990.
Ithoads, David dan Donald Mtchrc. Iry Marku sebagai Cerita Jakana: ISPK Gunung Mulia, 1995. fCatatan: pcncrjcmah salab rn,,ncqcuuhhrn "naplied rcader" dcngan "pembaca r€a}". l-ih. pembahasan saya dalam artikel irri, catatan-kaki Sutama,
Adji
,\.
Mengapa
18.1
Kanz Menengadah ke Lzagit?
-
Analitu Naraxf Ki:ah Kenaikan
Yuzl
Jakarta: IIPK
()ulung
Mulia,2000. Mtn2caat Knak Ponadem
Adam, Andrew Keith Malcom. lVbat L Potnofum BiblialCiticim? (l.{ew 'l-estament Guides, editor: Dan O. Via, Jr.), Minneapohs: Fortress Prcss, 1995.
,\ichelc, Ccorge, dkk. The Ponztoiera BiLlc
-
l'he Biblc and Culture Collcctivc, New Haven dan Londonr Yalc
University Press, 1995.
382
PENUNTUAI
MANFAAT KRITIK IDEOLOGI BAGI PEI-AYANAN GEREJA Pdt. Robett Setio,
Ph.D. I
Pengajar Hetmeaeutik U.
K
Alkitab pada Fakalta:
Theologia,
D zta lVacana, Ya31a kana.
Pendahuluan 'nvhen it comes to reading biblical texts ro paltrcular and making sense of the ideologrcal discourse, struggles and confiicts of the Bible, the reader is faced witl.r the challenge of and responsibility for etl.ricai quesuonrng and action."r "Keltka membata teh -4/kitab serla bagaimaru hant memahami vacarc ideokgil peryanakr dan kon/ik yng ada dalan Alkitab, penbau diperhadapkat pada latll,l gar d.an taflglagjaaab *rhadap pertanJaaa dan tindakan e/i." Adakah hal yang baru dari perkataan Emmanuel Levinas tersebut? Sudah lama sekali, orang yang menafsir teks Alkitab selalu ditunrut untuk mencari kailan antala teks Alkitab dan kehiduprn sehari hari. Biasanva, bagian yang mengkaitkan teks dan hidup sehari-hati inr drsebut relevansi. Saya ingat, keuka masih mahasiswa di STT Duta Wacana, sekitar 20 tahun lalu, ada dosen yang sangat getol memperhatikan bagian relevanst dari paper tafsir mahasiswanya. Tidak ada relevansi, jangan hanp dapat nilai bagus. Ada relevansi saja belum tentu dapat bagus. Terganrung seberapa banyak relevansi ttu. Paling tidak sepertiga dari panjang seluruh paper. l,ebih bagus lagr jika relevansinya banyak dikairkaitkan dengan kehidupan gerela. Belakangan, setelah saya mendalami studi Alkitab secara khusus, saya menyadarr bal.rrva pola yar.rg diterapkan oleh dosen tersebut adalnh pola yang dipengaruhi oleh aliran'Ieologi Biblka, yang amar populer di era 60an di Barat. Seperti biasa, apa yang populer di Barat, akan larrbat laun masuk juga ke sint walau waktunya iauh lebih kemudian. Tetapi era Teolog BibJrka telah lama berakhir.2 Sejak era itu, telah betmunculan betbagai macam pemahaman, pendekatan dan metode tafsir yang baru. Namun, memang benar, kalau ada ciri
' l)iliutip daLi Tla Porrzodun Bibh,bln 275 l(l. rr ini bclLIn tconr depet ditcrinr.;r olch
r
scmua ahli ,\lliitab, Jarncs Brir misalnya mcmbantah kcbenaran lrt:rrrrr rfli drrr u:rnrli itu le rrrc,rrpublikasiharr scbuah buku yrng cuhup tcbrl dc|gao bdul The ConcePt of Bibltz/ 'lctapi isi buku itu scudiri ternyata adalah kurnpLrl.rrr karangaonya yang sudah pcflrah Theoh2l parJt tabun 1999.
,ln.tbitko" p"da waktu,wrktu sebciumnya, rcrulama di tahun 60an dan 70arr luga scpcrti pcngakuamrya scndiri, buku tcrscbur bukanlah-truku l col<.rgr lliblika itu sendiri tetapi lebih mcrr.:paltarr kumpulan disl<usi dergan topih
PENUNT'UN
VoL. V,
No.20' 2004
Robert Setio
yang dapat dikatakan selalu ada dari berbagai hasil studi Alkitab akhir-kaht ini (80an ke atas) adalah besarnya perhatian pada sisi penerapan teks pada kehidupan nyata atau apa yang di Indonesia sering dinamai dengan konteks. Snrdi terhadap teks Alkrtab dengan begin.r tidak dibiarkan berdiri sendiri namun harus dikaitkan dengan konteks. Pola hubungan iru berbeda-
beda tetapi tetap menunjukkan besarnya perhatian pada apa yang sering disebut sebagai pembaca sekarang
(tbe prereht rcad?i).
Sekalipun perhauan yang diberikan kepada konteks pembaca sekarang sudah cukup besar (dibandingkan dengan rafsir yang hanya terfokus pada apa yat\.g te4adi di zaman ^p^ kuna: mulai dari adat istiadat dt zaman Alkitab sampar dengan maksud dan pikran penulis Alkitab), namun kecenderungan untuk bergerak lebih jauh dalam hal mengajukan pertanyaanpertanyaan berdasarkan nrlai-nilai etis yang kita pahamr sekarang, belum tedalu banyak dilakukan orangl l(etika diperhadapkan dengan ide-ide yang sebenarnya bermasalah secara etis, kecenderungan kita selama rni adalah mencoba unnrk memperiunak kesan yang bertentangan dengan pnnsip-prinsip etis yang krta yakini dengan satu dan lain cara. Jrka yang punya masalah etrs itu adalah sesuatu yang scsunggulrni'a berasal dari teks -.\ll:rt:rb sendiri maka cara untuk mengatasi pennasalahan rerscbur adalah dengan mencari teks lain yang pada akhirnya dapat
mengubab kesan adanya permasalal.ran etis tersebut. Misalnya saja, teks Paulin yang bertabrakan dengan nilainrlai kcadilan gender karena menempatkan perempuan pada posisi
inferior dibandingkan lelaki, sering dijelaskan sedemiluan rupa sehingga kesan anti perempuannya men;adi kabur dan pahng paling yang direndahkan itu trdak lagi perlu d-Llihat sebagai seluruh perempuan tetapi hanyr perempuan terreoru saja vang memang masuk akal juga jika harus dikekang. Iialau ada teks Pauln 1,ang nlelarang perempuan berbicara atau perempu^rl harus pakai tudung ranbut, itu drtujukan kepada perempuan-perempuan yang rnemang dalam penampilannya banyak bicara dau rambutnya suka acak-acakan. Yang dirnaksud dengan perempuan seperti adalah mereka yang n.renjadr imam yang tugasnya men.rimprn ritus keagamaan. 'fetapi itu berarti pernberLakuan aturan yang bersifat membatasi percmpuan tersebut hanya berlaku secara khusus saja dan trdak bisa diberlakukan sebagai ketentuan umurn. Dengan der.nikian, Paulus tidak pedu lagi dipandang sebagai tokoh yang pandangarnya bias gender. C-ara mcngatasi masalah etis dalam teks sepcrtl ini, umum sekali dilakukan para penafsir Alkirab, rc'rmasuk oleh nereka ),ang sebcnarn)'a men;adi korban atas pern.rasalahan etrs tcrsebut Dallm kasus teks Paul-tn tadi n.risair.rya, banyak penafsir perempuan yang berpandangan bahrva Paulus sebenamya udlk bias gender tetapi hanya mencegah perempuan-perempuxn tertentu yang kelewatan saja. Upaya untuk mencari jalan agar teks tidak lagr betmasalah secata etis semacam ini udak selalu menun;ukkan hasi.l yang memuaskan. Tidak selalu teks bisa dtpertahankan kedudukannya sebagai yzng tidak bemasalal.r secara etis. IiembaL pada contoh teks yang mengekang perempuan dari Paulus tadi, penjelasan yang diberikan untuk menunjukkan Paulus scnclu-i tidak perlu dillhat seba$ai tokolr yang bias gender, tetap a1;ao rrenenui kendnla ketrka li:rta rnemperhatikan adanya rumusan rumusan teologrs vang clipakai sebagar dasar unt,.rl; rrembenarkan ide bahwa percmpuan itu dari sononya merr.rang lebil.r renda}r dartpada pria (bahwa perempuan diciptakan dari pria dan karena itu pria lebih dulu ada, yang kesemuanya bukan tanpa kesengajaan dibuat begitu oleh Sang Pencipta). Tetlepas dari berhasil atau tidaknya upaya
384
PENUNTUN
Manfaat
Iftitik Ideologi
bagi Pelayanan Gere;a
untuk menjawab permasalahan etrs yang ada dalam teks Alkitab, kita setidaknya sudah melihat bahwa upaya semacam ini memang ada. Iru berart teks Alkitab udak drbrarkan saja keuka memperlihatkan sesuatu yang mengganggu nurani kita. Dervasa rni orang mulai banyak melakukan upaya-upaya untuk bisa mengangkat kaum yang selama ini tidak drgubris dalam dunra penafsiran Alkitab. -fika tadi luta melihat persoalan gender, kita sudah bisa iangsung mengenal bahrva persoalan serracarn iru biasanya diangkat oleh kaum Feminis. I(aum im luga sudah kita kenal sebagar kaum yang mencoba untuk mengangkat nasib perempuan yang seriogkali dinomor,duakan dr tengal.r masayakarat. Tetapi dalam dunra penafsinn Alkrtab, udak hanva kaum hawa saja yang selama ini pernah mengalami perlakuan tidak adil. Selatn perempuan yang biasanya dimargtnahsasrkan dalam dunia penafsiran Alkitab adalah orang-orang hitam, orang orang Asia dan juga orang-orang Yahudi jika pertimbangannya adalah dunia penafsiran Alkitab lftrsten. Meslu belum banyak disebut sebut, saya ingrn juga menambahkan daiarn daftar ini, aoak-anak. Sebab, anak-anak seringkali n.rengalami pengabaian ganda yartu oleir teks dan oleh perafsir. Mereka yang udak mendapatkan keistimewaan dalam penafsiran ini drsebut olelr Daniel Parre dengan istilal.r kaum advokasi.i Istilah advokat tentu sudah kita kenal dan begitu juga dengan pekerjaannya. Para advokat bekerja untuk membela mereka yang secara hukurn sedang drkenai ruduhan arau dirugrkan. Asumsinya, mereka yang perlu dtbela itu adalah mer:eka yang lemal': secara hukum. Advokat akan berusaha untuk membebaskan mereka vang tidak bersalah, atau meringankan hukuman Drereka yang bersalal.r. Patoklnnya adalah keadilar.r. Pate rrengangkar gambaran dari dunia peradilan ini sebagai metalor untuk rnelukiskan apa vang terladi dalam dunia tafsir ,{lkirab. Dr era Pasca Kolonial sekarang ini, penafsiran Alkitab tidak perlu lagi dilihat sebagai pcke4aan yarg diistimewakan bagi kaum kulit putih, khususnya yang pria saja. Jika pada zaman l(olonial kenyataannya demikian maka sekarang mereka vang selama ltu terpinggirkan harus diberi tempat. Bagi orang omng seperti Pattc, adalah tidak etrs untuk menganggap bahrva hasil-hasil tafsir yang selam^ rni sudah kita peroleh itu lura anggap sudah mewalili scnlua kaum. Tern1,xr1 lqlnu ada lang tenvakili rtu adalah lebrh padr kaum pria kulit putih saja. Susan Briggs akan rr.renanbahkan dcngar.r crri vnng lebib spesifik lagi: eht kelas meneDgah.l Layak jika kerika belalat menafsir liita banyak nrclemui hal-hal yang merr-rang Iebih cocok untuk kelas menengah ),ang berpendidikan tinggi saia. Bagaimana kelas barvalr dan merekr yang berpendidikan rendal.r bisa diharapkan rertarik dengan hal-hal yang biasanya kita geluti dalam pen,rfsilan AlHtab? Bukankal.r bagi n.rereka rni, hai hal seffraclm itu terasa rumit dan tidak menyentuh buni. Bukan liarena mereka tidak man'rprr untuk n.rempela jarinya tentu saja tetapi karena itu bukan urusan yang cocok dengan kescharian mereka. Sebaliknya, bisa kita bayang[ns jika itu alian mer]^rik kaLur eLit vang akan nrcncrifnanya sebagai sirltbol pcrhatran kaum berpendidikan trnggi. Penelitian sclarah tcnt^rlg zalnan lanlp^u, penelitian sosial masyarakat kuna, pcmahanan karya-karva sastera tempo ciLrlu, buk',rnkalr iru lebih cocok untuk mereka yang sudah tidak lagi berurusan dengan perut lapar dan menciln peker;ran? Sekalipun Blggs rnembatasi anaLisanya pada kor-rreks Eropa, abad ke 19 dtnana srudi kritis
I l.ihrr bukunr'.r 'l7r E-thn.\ 0[Bil,h /Iut P] aL|r.lt)91). r.laPut dib.rc,r ti,rl,rn lurrnl Jrzzria. Nr, 59. 199?
' .\ttilirlnya
PENUNTUN
385
Robert Setio
Alkitab banyak bermunculan, tetapi kebedalan tesisnya masih bisa kita saksikan dalam konteks kita di zaman ini. Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa kita perlu meniaggalkan sn:di-sn:di kritis terhadap Alkitab karena itu merupakan sebuah kemewahan tersendiri bagr masyarakat kita yang kebanyakan masih hidup dalam kemiskinan. Sn:di kntis tetap kita perlukan karena hal itu akan banyak membantu kita untuk menghindari srmp)ifikasi keyakinan. Di Indonesia, Alkitab pada umumnya hanya diterima sebagai instlumen religius saja. Lain dengan di Barat di mana Alkitab selan digunakan di gereja-gereja, juga digunakan sebagai obyek penelit.ian-penelitian akademis. Namun di Barat sendiri masih banyak orang yang berpendapat bahwa gereja pedu mempelajari Alkitab dengan c ta-car^ yarg biasa dilakukan di dunia akademis.5 Iman bukannya semakin meloror ketika orang mempelajari Alkitab secara kritis tetapi sebaliknya, justru akan semakin bertumbuh. Saya sangat setuju terhadap pendapat ini. Bukan karena saya dosen Alkitab yang mau tidak mau harus menyetujui pendapat semacam iru. Tetapi karena saya banyak menemui betapa sempitnya pikiran orang tentang isi Alkitab sebelum mengenal Herme neutik/Tafsir. Jangankan belum mengenal, su&h mengenal saja masih sempit kok. Sebabnya adalah ketila mulai berkenalan, malah merasa pikiran jadi semakin ruvret dan karena itu memilih untuk kembali ke cara berpikir sebelumnya yang lebih sed€rhana dan mudah dimengerti. Akibamya, tidak ada hal yang bam, semua tetap sama. Apa yang dimengerti sejak Sekolah Minggu, tetap terus dipertahankan. Padahal dirinya sendid terus berkembang. Badan dan jiwanya mengalami pertumbuhan. Pikirannya semakin maju karena banyak belaiar macam-macam. Tetapi tentang Alkitab, tidak ada yang berubah. Baga:Lmana ini? Te{adilah sebuah 3ap yang besar antara pikiran tentang Alkitab dan pikiran tentang apa saja yang lain. Otak menjadi pincang. I{eyakinan menjadi seperti bonsai, kecil di tengah yang besar. Tidak heran jika sekalipun pintar-pintar sekolahnya tetapi pikiran keagamaannya masih sempit. Doktor tapi fundamentalistis. Supaya hal tersebut tidak. terjadi (kalau sudah terjadi, ya paling tidak supaya udak dibiar-biarkan terus reriadi) lebih baik jika kita memastikan agar studi kritis Alkitab tetap harus digunakan oleh gereja. Dan dengan semakin kerasnya keinginan untuk membuat iman menjadi sesuatu yang telus menerus sederhana saja, semakin kita hatus meyakini bahwa studi kritis terhadap Alkitab akan mempeikaya iman kita. Namun kritis tidak harus dan tidak boleh dipatoki modelnya. Inilah permasalahan kita. Jika kritis berarti harus mengikuti model tertenru saja maka tentu hal ini harus dipertanyakan. Briggs memberi kita peringatan supaya tidak terjebak pada kehendak kaum elit saja. Model yang luta pelajari jangan sampai hanya model yang digunakan dan yang mewakili kepentingan kaum elit. Sedangkan Patte rnembuka wawasan kita bahwa kaum-kaum yang selama ini dimaq'inalkan yuga punya model-model penafsinnnya sendiri. Salah satunya adalah model Asia yang akhir-akhir rni sedang getol diperkembangkan oleh ahli-ahli Alkitab Asia. Model ini datang dari pemahaman bahwa orang Asia mempunyai car^ yang khas dalam membaca teksteks klasik atau suci. Tidak seperti kolega mereka di Barat, membaca suatu teks ldasik bagi i
Sampai sckarangpun purdapat inr masih pcrlu ditckanlian lagi, mcski uu sudah puluhar tahun discbutkan.
l,ihat artikcl llobcrt l)avidson rJrlarn JS{}I.SS. Mungkin irri untuk rncnanglppi kcccndcrurrgan pcmisahan yang semakin tajam antata gctcja, dan dunia akademis sebagai pcrrgaruh mcnguatnya saintismc menguatnya kcmbali konscrvatismc atau malah fundamenralismc di pihak gercja.
386
di pihak akademis dan
PENUNTU]\I
Manfaat
Ititik Ideolog bagi Pelayanan
Gereja
oraog Asia adalah mencari hikmah yang terkandung di dalamnya. Di Barat, otang membaca teks untuk menyehdikr apa yang drmaksud oleh penulisnya dan karena itu pent.ing untuk mengenal siapa penulis teks tersebut. Tetapi orang Asia udak rerlalu pedul.i dengan urusanurusan sepertr itu. Teks iru sendiri sudal.r brsa memberikan banyak inspirasi. Sebab antara teks dan pembaca tidak ada g p yang membutuhkan "jembatan" penulis, teks bisa langsung terhubungkan dengan pembaca lervat pencarian akan hikmah. Hikmah tidak lagi membuat pembaca perlu mencek hasi-l lncaaonya dengan pergr kepada penulis tetapi dengan pergi kepada sesama yang hidup bersamanva. Corak hidup orang Asia yang sangat komunal, trdak bisa dilepaskan dad cara meteka men.rbaca tcks. 'fetapr bagr orang-orang vang udak birsa deogan cara orang Asia membaca teks ini, akan trmbul kesan bal.rwa cara tersebut tidak bisa dibenarkan.. Paling banyak adalah tuduhan bahwa cara seperti rtu sangat trdak rlmiah. Sebab tanpa mengerahui maksud penulis, penafsr belum dapat mempertanggung- jawabkan hasil tafsrannva. Mengapa? Sebab ada kemungkinan bahrva yang dikatakan sebagai tafsrran itu trdak lain adalah pikirannya sendiri. Maka, penring untuk rnen;aga larak antara penafsir dan reks. Jalak tidak hanya harus dijaga retapi ,uga halus dihargai. N{en.rahami maksud penuhs adaiah strategi untuk rnenjaga dan menghargai jarak
tersebut. Jrka perhatiannya tertuju kcpada penuhs maka pena[sir akan tercegah unruk menggun^kan pikirannya scndiri. N^mun, klaun seperti inr ;elas dilandasi oleh ketakutan terhadap pikiran pembaca. Seakan akrn prkiran pernbaca itu pasti lain dari piklan penulis. Dao seakan-akan pula pikiran pembaca iru pasti 1elek. Akibatnya, orang menjadi was-was dengan keberadaan pikiran pembaca. l)an lama-lama menyadi alergi terhadap pikiran pembaca. Pembaca tidak hanya tidak boleh rkut terlibat tetapr juga dianggap semacam musuh yang harus dilawan.
I(esan seperti itulah yang banvak llra temui dalam tafsir-rrfsrr yeng sangat menekankan penungnya pemahaman akan maksud pcnuhs. Sebagai konsekuensi, tafsir seperti itu udak banyak mau berbicara tentang nasib pembaca. Pembaca hanya boleh berada dalam posisi scbagai pihak yang mendaras pengetahuau dal penulis. Dalarn rangka itu, udak ada yang boleh ia lakukan selain dengan setia mendcngarkan apa saja yang dikatakan oleh penulis. Jika teks ridak dengan serta nerta menielaskan perkataan penulis. Arau, dengan kata lain jtka teks udak begiru jelas pesannya. Pembaca bertugas untuk mencari ke;elasan pesan penulis itu dengan cara mencari informasi di luar teks. Pembaca tidak boleh sekali-kal merekayasa pesan penuiis itu. Namun, ia harus mencari dari sumber-sumber sejarah teDtang apa yang sesungguhnya dipesankan oleh penulis. Berhasil atau tidaknya usaha ini seringkah trdak
menjadi soal, yang paling penting adalah bahwa pembaca sudah "dipaksa" untuk memperhatikan pesan yang berada di luar dirinya. Tunnrtan yang terlalu ketas dan sebenarnya
tidak mungkin ihr telah langsung maupun tidak membuat penafsiran menjadi kering. Penafstan seperti itu memang bisa kaya akan informasi tetapi kering akan makna. Kering di sini ridak lain berarti keterasingan yang dialami oleh pembaca. Pembaca menjadi pembaca (' lldak harus orang non,\sia yrng tidrk bisa mclcrima cara rncmbaca ,\sia. llanyak orang isia sendri yang tidak setuju terhadap cara mcmbaca Asia. Umumnya mcreka ini sudah rcrlanjur dididik dengan cara Barat dan sudah tidak bisa lagi keluar dari paradigma yang diajarkan kepada mcreka. Sebaliknya, tidak sedikit orang Daot yang tidak hanya bersimpati tetapi malah mcocoba bcla'ar serta mcnjalaokan caIa mcmbrca '\sia
PENUNTUN
387
Robet Setio
yang tidak peduli atau memang tidak boleh peduli. Biar apapun yai,g teriadi dengan pesan penulis, ia hanya boleh meneruskannya saja. Ia bagaikan sebuah taiang ai yatg hanya menen.rskan air yang melewatinya. Ia bukan seperti tanah yang keuka menerima air, menyeiapnya, mengolahnya dan menjadikannya sumber kehidupan bagt makhluk iain Dalam
konteks semacam irulah perkataan Levinas di atas menjadr Pentlng untuk direnungkan Pembaca ttdak hanya menjadi salurao informasi dari penulis saja t€taP1 tidak bisa dihindari bahwa "pembaca diperhadapkan pada tantangan dan tanggung iawab terhadap pertanyaan dan tindakan eus" dari pembacaan atau penafsiran terhadap teks Alkitab yang dilakukannya.
Kritik Ideologis Adalah Terry Eagleton, seoraog kritikus sastera yang banyak memakai paradigma Marxis dalam kana karyanya, yang menyadarkan kita bahwa sebuah teks sebagairoana teks Alkitab, tidak boleh kita mengertt semata-mata sebagai sebuah produk dari mereka yang hidup dengan ideologr tertentu. Jiha penulis Alkrtab kjta anggap sebagai orang yang memiliki ideologi (sementara krta samakan dulu dengan teologi sebelum sampai pada penjelasan di bawah) tertentu maka sudah Iazim apabla teks hasil karyanya kita sebut sebagar sebuah ploduk yang dibuat berdasarkan ideologi penulis. Pengertran ini tentu saja udak salah tetapi masih kurang Iengkap. Eagleton menegaskan bahwa teks trdak hanya merupakan produk dari sebuah ideologr tetapi teks in.r sendiri sebenarnya adalah bagian dad sebuah penyelesaian masalah yang bersifat ideologis.T Teks perlu diLihat sebagai suatu solusi ideologis. I{eberadaannya adalah untuk mempengaruhi pembaca agar menerima nilai, ide, kesimpulan tertentu dan/atau menolak nrlai, ide, kesimpulan yang berlau'anan Menerima kebenaran yang disamparkan oleh teks beraru menolak kebenaran yang sedang drtolak olel.r teks. I{alau kita menerima Yeremia sebagai nabi yang benar maka kosekuensinya kita mengkuti teks yang menggambarkan Hananya sebagai nabi palsu. Idta udak boleh mempertanyakan apakah klaim palsu yang dikenakan kepada Hananya itu sudah tePat. Kita malah tidak pernah diberitahu kriteria obyektif apa yang dipakai untuk menempatkan Han r,ya sebagai nabi palsu. Yang kita dapatkan hanyalah informasi mengenai perbuatan-Perbuatan Hananya yang sudah diletakkan dalam kerangka tertentu sehingga tidak bisa tidak ia akhtnya layak disebut sebagar nabi palsu. I{adang-kadang, orang malah trdak peduli dengan alasan aPapun, sebab hanya dengan berseberangan dengan Yeremia saja, ta sudah dapat dikenai tuduhan nabi palsu. Benar tidaknya apa yang ia katakan tidak lagr menladi pettimbangan, sebab sebagar nabi palsu sudal.r pasti apa saja yang dikatakannya tidak ada yaog benar. Bahwa apa yang dikatakannya lebih cocok dengan perkataan dari banyak onng di zaman kita sekarang ini (perkataan penghiburan yang sangat optimistis) luga tetap tidak bisa mempetbaiki reputasinya sebagai nabi palsu Akan tetapi dengan kesadaran bahwa teks itu bermaksud mengaral.rkan pembaca untuk berpikir dengan aral.r tertentu dan bersamaan dengan iru meniadakan arah'arah yang lain, sebenarnya tidak bisa membuat luta tenang-tenang saja terhadap tuduhan sepert-i yang dilancarkan kepada Hananya tetsebut. Hau nurani kita seharusnya terganggu sebelum kita
1
388
|rhn
The Postnodrn
Bibh. hlm.215
PENUNTUN
Manfaat lGiuk Ideologi bagi Pelayanan Gereja
dapat memasdkan bahwa memang ada kriteria obyeknf yang dikenakan sebagai dasar unuk menempatkan Hananya sebagai nabi palsu. In ah suan.r wujud keterpanggilan etis kita dalam membaca sebuah teks. Sebab jika teks yang kita hadapi tidak menampakkan sikap yang bisa kita terima secara etls, bahwa teks tersebut justru menunjukkan sesuatu yang ttdak fair, maka adalah suJit bagi l
...
ideological criticism
of the Bible
entails the twin effort (1)
to read the
ancient bibljcal stories for theu ideologrcal content and mode of ptoduction and (2) to grasp the rdeological character of contemporarv teading strategres.s
Kitik idulog ,Alkitab krdin dtar ataha ganda (l ) nenbara rcila-centa kana Alkitab nttnk neadapatkar kaadanSar i&ologi rna bentak prodaktirla dan (2) nenarykap silat ideokgis dai lralegi membaca nav kini. Dengan begitu jelaslah bahwa sasaran dari kritik ideologi ada dua, teks dan pembacanya. Dalam hal pembaca, kita bisa memeriksa keberadaannya lewat hasil-hasil tafsir yang pernah dibuat selama
ini.
Atau, yang secala teknis disebut sebagai sejarah penafsiran (recePlioi
hi
ory).
Baik terhadap teks dan pembacanya berlaku prinsip dalam rupa peltanyaan yang sama yairu mengapa sesuatu iru dikatakan dan mengapa vang lain tidak. Mengapa yang dikatakan adalah itu (yaitu yang dapat kita baca secara eksplisit) dan bukan yang lainnya saja ('aitu yang tidak dikatakan secara nyata). Kita perlu mempertimbangkan apa yang tidak dikatakan sebab bagi kita apa yang trdak dikatakan itu sama pentingnya dengan apa yang dikacakat (tvhal * vid ir impziaflt, ,)hal ir
not raid fu eqsalb
inPzndn4.
Tidak saja y^ng dibacanya iru udak boleh ditetima apa adanya (taken for gra eS ^p^ juga tetapi perlu diuji posisinya agar menjadi yelas apa yang men;adi ideologinya. KembaL The Pottmodenr Bible memberikan istilah yang deogan ielas memperlihatkan usaha tersebuc "to read against the grain". Penjelasan persisnya demikjan:
Ideologcal reading, as we define it, rs a deliberate effort to read against the grain - of texts, of disciplinary normsi of tradiuons, of culrures. It ts a disturbrng way to read because tdeologrcal criticism demands a high level of self-consciousness and makes an explicit, unabashed appeal to iust.ice')
3
Th Potaodat Bibb,hlm.
e
lbitl., hlm.215.
PENUNTUN
2"17.
389
Robert Setio
Membaca rccara id.eohgir yry kita rumukat adalah nbaah rcaha berseagaja unk melaaan arat - dai tek:, dari aoma keditplircn, dzi tradui du bada1a.. Menbata deagan ara iri meaang men&angt kare a me unlrt kuadarat dii lang tingi dan neninla perlelasanlang ektp/itit dan teru: terang akan keadi/at
Meskr nampak-nya kritik ideologi menjanjikan banyak kejutan karena keberaniannya untuk secara tanpa pandang bulu menuntut adanya keadilan, namun masalah keadilan itu sendiri bukanlah sesuatu yang seharusnya mengejutkan. In.r baru nampak mengelutkan jika seiama inr memang belum menjadi masalah. Jika orang beium terrarik unruk mempertanyakan
teks dan pembacaannya dengan dasar keadilan maka ldak mustahil pada saat pertanyaan tersebut drmunculkan, akan ada kesan yang mengejutkan. Ideologi memang tidak serta meita kelihatan. Bahkan memeriksa ideologr bagaikan memeriksa sebuah iklan dr media. Mungkio krta tahu bahrva iklan tersebut melebih-lebihkan. I(rta rahu bal.rwa iklan yang sama sedang secara tidak langsung men;aruhkan produk kompeutornya. 1'etapi bukan tidak munglrn krta tetap tertarik untuk mempercayainya serta membeh produk yang diikJankan tersebut. Dr zaman inr, iklan yang baik sudah tidak lagr seperu di zaman dulu. Jika dahulu orang langsung sa;a drsuruh membeli sebuah produk, sekarang rm orang drsuruh mikir dahulu. Banyak ildan yang dewasa ini bermunculan bentuknya justru seperri teka tekt. Sangat tidak langsung dan jauh dari kesan vulgar. Melihat iklan seperti ini memang menyenangkan. Mungkin kita ridak membeli produknya tetapi tetap tertarik meliharnya. Lebrh dari sekedar rertank saja, kitapun ikut menyetujui pesannya. Dengan kata lain, kita sudah masuk dalam dunia ideologrnya. Jadi untuk membuat orang tertarik, percaya lalu menyetujui sebuah ideologr, tidak perlu irarus main paksa. Itu semua bisa dilakukan dengan cara-caro yang halus. Tetapi pengaruhnya tetap kuat dan pada akhirnya bisa mendorong orang u,rnrk n.rclakukan tindakan tertentu. I{esan bahwa ideologi sclalu n.rcnamprlkan wajah yang keras, penuh kekuasaan dan sifar memaksa, ridek senantiasa dapat drbenarkan. Tetapi jika walal.rnya udak seperu iru, bukan pula berarti ideologi tidak bisa mempengaruhi orang. Itu sebabnya, kita retap perlu "to read against the grain". I(rta tetap perlu mernposisikan diri sebagai orang vang skeptis terhadap apa yang dikatakan. Dari posisi sepertr itu, kita dapat berharap untuk melihat bangunan ideologrs apa yang sedang ditegaktan oleh teks yang kita baca. Dan karena standar yang kita gunakan adalah keadilan maka kitapun layak bertanya apakal.r bangunan ideologrs tersebut sudah memenuhi nilai-nilai keadilan yang kita pegang.
Ideologi Dominan Vs Alternatif Walter Brueggemann, seorang ahli Alkitab dari Amerika Serikat yang pandangannya banyak diterima baik oleh kalangan liberal maupun konservatif, menulis sebuah buku yang ditujukan kepada gereja-gerej^ agt kesadaran tentang pentingnya melawan ideologi yang ^d^ hendak menguasai tanpa memberi kesempatan lain dan yang akhirnya membuat orang tidak berdaya. Buku itu diberi judul The PrEhetit lnaginalion. I{otteks buku ini adalah AS dr tahun 80an. Tetapi saya kira pandangan yang dikandungnya masrh sangar relevan hingga sekarang. Persoalan )'ang dihadapi Bnreggemano waktu itu adalah domrnasi ideologi yang saya sebut saja sebagai ideologr kapitalisme liberal. Ideologi ini sangat mempesona orang sehingga setiap
390
PENUNTUN
Manfaat Kritik Ideologr bagr Pelayanan Gereja
orang merasa bahwa saru-satunya pola hidup yang ada adalah seperti yang digambarkan oleh ini. Para penggeraknya adalah para pemilik modal besar, pemedrtah, media yang dikendalikan oleh kehendak untuk mendapatkan kesejahteraan sebesar-besamya tanpa peduli akan akibat buruk yang sangat mungkin ditimbulkan oleh pengejaran kesejahteraan tersebut. Tetapi yang terLibat adalah kalangan yang lebih luas lagi mengrngat budaya yang diciptakan oleh ideologr rni sudah sangat menguasai masyamkar. Gereja tetmasuk dalam bi.langan mereka ;.aog dikuasai oleh ideologi tersebut. Sebagai aktbatnya Bmeggemann me)-ihat,
ideologi
It is a measure of our
encultura:ion that the various acts of minisw (for linrgy) have taken on lives and functions of thet own rathe! rhan betng seen as elements of the one prophetic ministry of formadon and reformation of altemative community.llr example, counseling, administration, even
I
adalah Perkaro p€nbadaJaat dimana berbagai larykah pelqyatar kependetaat /:oa/ohn1a, konrelirg adnirittrasi gtftja, bohkan litttfgi) tekh nenjadi apaynq nanpak
sebagai
hifup
dan
Jangtitya
rc ii
daripada dipandary rcba3ai bagiar dai pelalanan kons tat a/hna/t-f.
pro/iti.r.yang nenbentuk dan nenbarui
Pelayanan gereja t.idak lagr diLihat sebagai pelayanan demi sesuatu yang larn yaitu pembentukan
dan pembaruan komunitas altetnatif tetapi sudah menjadi pelayanan demi pelayanan itu sendiri. Ukurannya adalah apakah pelayanan tersebut sudah ada, sudah dijalankan atau belum. Bukan lagr apakah pelayanan tersebut sudah mampu mewujudkan sebuah komunitas yang
bersifat alternatif terhadap budaya yang dorninan. Ahh-alih menjadi akernat.if, dalam pandangan Brueggemann, gereja telah menjadi pengikut setia dari budaya yang domrnan. Maka
ia mengaojutkan r gercl menjalankan pelayanan profetis. Adapun tugas dari pelayanan profeus tersebut ^g adalah, "to nurture, noudsh, and evoke a consciousness and perception alternative to the consciousness and pelception of the dominant culture around us" Qnenelihara, memtpak dar membangkitkan tebaah keudaran da,, penePri altemaQf di hadapar kuadarat dan perrep:i brdala daniMrr di rekilar ki/a.)11
Untuk merangsang otang membangkitkan kesadaran alternatif dan mendorong orang untuk meoghadapi budaya dominan, Brueggemann melakukan analisa ideologis terhadap Alkitab dr mana hasiJnya memper)ihatkan permasalahan ideologt dominan dan alternauf itu juga sudah ada dalam Alkitab. Tidak semua rdeologi yang ada dalam Alkitab adalah ideologi alternatif, meskipun sebagaimana yang sedang ia dorongkan, ideologi seperti ini.lah yang lebih bisa diharapkan membantu gereja dalam m€njalankao pelayanan ptofetisnya. Ideologr yang duepresentasikan oleh Salomo menunjukkan citra ideologr yang domirran. Ideolog'i Salomo
mencerminkan ideolog yang umumnya dihasilkan oleh para pendukung l(era;aan. Memperhatikan keterangan Brueggemann, kita akan memperoleh kesan bahwa yang dimaksudkan olehnya bukao hanya I{erajaan dalam arn yang konkrit saja tetapi berlaku juga dalam benruk-bentuk pelaksanaan pemerintal.ran yang bersifat imperilialistis. Jadt bentuk n'
-th
1t
Ibi(l.,h 13.
Pnpbettu Inagiaaion,
PENUNTUN
hlm
14
i91
Robert Setrc
konkitnya boleh apa saja tetapi jrka memrtxr crn rmperliatrstrs maka dapat dipastrkan jik darinya akan lahir suaru ideologr yang domrnan. Ideologr semacam ini bersifat menguasai dar akan mempertahankan kekuasaan yang menghasilkan keuntungan bag para penguasanyl secara mati-matian. Maka dalam ldeologr sernacam ini sangat dibutuhkan sikap-srkap yanS ltatar qzo agar kelanggengan kekuasaan para penguasa dapat terjamin. Sinrasi sosial yaog dicita-citakan adalah sebuah situasr yang stabrl dimana ridak ada protes apalagr politik pemberontakan. Apa saja yang dianggap dapat merongrong jalannya pemerintahao akan segera ditindak. Tidak ada alternatif yang drijinkan. Alternauf justru akan d:anggap mengganggu stabilitas pemerintahan. Termasuk alternatif yang dilakukan atau dalam bennrk 'J'e[:ufl1a'ng
agama. Brueggemann melihat ada 3 unsur yang saling rerkait dalam ideologi yang duepresentasikan oleh Salomo. Pertama, keberhasilan drukur dari tr-ngkat kesejahteraan dan kelimpahan materi. Pemerintahan Salomo menunjukkan ungkat keberhasilan seperti ini (I Raja-raja 4:20 23). Iiedua, kesuksesan materi tadi tidak bisa dilepaskan dari upaya-upaya opresrf enrah untuk menghasilkan kesuksesar.r materi tersebut seperri dengan meminta pajak yang mencekik, entah pula untuk mencegah pembcronrakan karena terdesakoya mereka yang drjadrkan suraber penghasrlan mated. Rakyat ch zaman Salomo memang pernah sangat mengeluh dengan pengenaan pajak yang lebrh unggr drbandingkan zaman Daud (1 Raja raja 5:13-18, 9:15-22). Unsur yang keuga adalah unsur yang berkeoaan dengan agama yaknr penerapan hidup keagamaan yang terkontrol dan bersifat statis. Agama hanya boleh mendukung penguasa dan melayani kepentingan penguasa saja. Hal sepert.i ini tidak sala bedaku dalam lingkup instirusinya @ait Allah/getela) tetapi juga dalam hal ide-ide tentang Tuhan. 'fuhan yang digambarkan adalah 'fuhan yang rela dan menikmati keberadaanNya di sebuah tcrlpat yang sudal.r drsediakan bagrNya.'ferapi yang dengan unggal dr sebuah tempat, mewah dan hebat seperu apapun tempat itu, Tuhan sudah kehrlangar1 kebebasanNya. Tuhan hanya diharapkan berada di tempatNya saja. Di luar rtr.r, orang tidak bisa mengeru jika Tuhan bisa ada dr sana.
Hubungan segiuga antara kekayaan, kekuasaan yang opresif dan agama yang statis memiliki peranan yang sangat menentukan bagi kelangsungan ideologi impedalisus. Tetapi Alkitab juga merekam rdeologi yang beriawanan dengan itu yakni ideologr yang bersifat alternauf. Disebut alten.ratif karena ia justru berada dalam posisi berseberangan dengan ideologr yang imperialistis. Dalam hubungan dengan penerapan sistem l(erajaan di Israel misalnya, kita udak n.rendapati nada yang selalu setuju. Bahkan ketika pada masa pembentukan, ada suara yang sangat menentang. Suara itu diwakih oleh Samuel. Samuel tidak setulu iika Israel meniru bangsa-bangsa lain di sekitarnya yang sudah tetlebrh dahulu menerapkan sistem l(erajaan. Biasanya kita memaharni pertentangan ini sebagai pertentangan tentang institusi pemerintallan saja. Tetapi di balik itu, ternyata ada sebuah persoalan yang lebih luas. Sebab ketrdak-setu juan Samuei tidak saja mewakiLi pro dan kontra pada masa menjelang terberuknya l(erajaan di Israel. Namun, suara Samuel mewakili suara dari mereka yang tldak bisa n.renerima ideologi imperialisus di masa kapan pun. Suara Samuel bisa menjadi refleksi dari suara kontra I(erajaan beserta ideologrnya pada zaman zarn i yang jaul.r sesudal.r Samuel sendiri. Mungkin bentuk l{erajaan iru sendiri bukan masaLah utama, tetapi rdeologi yang dibawanya itulah yang ingin ditentang. Dengan begitu pefientangan mengenai I{erajaan
392
PENUNTUN
Manfaat Kritik Ideologr bagi Pelayanan Gereja
hanyalah "jalan masuk" bagi pertentangan yang lebih mendasat yaitu peltentangan antara ideologr yang dominan melawan ideologi alternatif.
Pertentangan tersebut juga dapat kita lihat manakala kita membandingkan ideolog I(erajaart dengan rdeologr yang diusung oleh Musa. Brueggemann melukrskan pergerakan
yang, drtun;ukkan Musa buhanlah sekedar dalam kerangka membebaskan Israel dari perbudakan N{esu saja. Lebd.r dan itu, Musa sebeoarnya berhadapan dengan ideologr I{era;aan yang diwakili oleh Fnaun. Maka,
"The radical break of Moses and Israel ftom rmperiai reality rs a twodimensioned break ftom both the reJ:gron of static triumphalism and the poliucs of oppression and exploitation.. .The mythic clarms of the empiJe are ended bv the drsclosure of the altenatne rehgiot aJ the fizedon of Cod... At the same t.ime, N{oses dismantles the poLiucs of oppression and exploitatron by countering it with a po/itict oJjaiiu and tompation."12
dai Mrsa du Israel terhadap realitat inpeial merupakan ga a baik terhadap agana timfulirne yrg slati dan nrhadap po/itik oprct dax e/etploitasi. ..Kaim mttu dai ilafla diakhin dergax Perpirahat radikal
Perpirahaf berdinensi
pengungkapan agama alternatif akan kebebasan Allah...Pada vat larg tama, Musa membaka tehbrng politik oprui dar ekq/oitasi drngat nelakukan perlaaanat mergenaka sebuah politik keadilan dan belas kasih. Pola hrdup yang diperkenalkan oleh Musa ketika ia mempersiapkan bangsa Israel untuk keluar dar Mesir ditambah lagi dengan saat ra memimpin Israel melalui perialanan di padang gurun, jelas yauh berbeda dengan pola hidup yang diperkenalkao baik oleh Firaun dan iuga Saiomo dalam kehidupan serba gemerlap dr istana mereka. Jauh dari gemedap istana, Musa
meoyiapkan Israel untuk hidup dalam kondisi sangat terbatas. I(onsep ekonomi yang dian;urkan Nlusa kepada umatnya tidak berbeda dengan konsep ekonorni pengembara Umat yang dibawanva mengembara iru dimtnta untuk siap menghadapi keadaan yang sangat minim. Seperti yang drsakstkan oleh Alkitab suatu waktu mereka malal.r mengalami kelaparan Tidak ada orang yang mau hidup dalam kelaparan jika memang ia dapat memilih Demrkian juga umat yang drpimpin Musa. Sejatinya keadaan di padang gurun yang serba terbatas itu tidak membuat mereka senang. Wajar jrka keadaan di tanal.r Mesir yang walau tidak sempurna masih dirasakan lebih baik. Mesir adalal.r tempat dimana mereka dapat hidup dalam keadaan normal. Di sana tidak ada kisis, udak pula ada ketidak-pastian seperti di padang gurun. Walau cuma sebagai hamba-hamba Fitaun tetapi perjalanan hidup mereka jauh lebih bisa diprediksikan Lebih baik menladi hamba tetapi segala sesuatunya ;elas dan terkontrol daripada menjaid orang bebas yang hati esokpun belum tahu seperti apa iadinya. Sepertr luga banyak orang di negeti kita rnr sendiri berprkir, lebih bark hidup sebagai bawahan di sebuah kantor yang sudah jelas apa yang harus dilakukan dao berapa gaji yang akan diterrma, daripada menladi rviraswasta
t, thrr
.hln
1(
PENANTUN
393
Robert Setio
yaog harus berspekulasi. Pendapatan tidak tentu, tergantung sepi dan ramainya usana. Mujur dan tidaknya nasib ilcut pula menenrukan. Waktu juga tidak ketinggalan peran, hari ini mujur besok bisa sial. Walau pendapatan bisa jauh lebrh besa! retapi jrka tidak menenht, lebrh baik jadi pegawai yang sudah dijamin oleh pemilik perusahaan. Ideologi kemapanan memang lebih mudah diterima dan diikuti banyak orang. Tidak mengherankan jika banyak orang, dahulu di zman Musa dan sampai:ekarang di zaman kjta sendiri yang masih terpesona oleh ideologr ini. Tetapi ideologr ini mempunyai harga yang harus drbayar. Harga itu sebenarnya mahal. Sebab harga inr tidak lain adalah kebebasan itu sendjri. Dalam ideologi kemapanan ridak ada tempar bagi kebebasan. I{ebebasan hanya akan menimbulkao kecurigaan sebab kebebasan selalu dianggap sebagar biang keonaran. I(eonaran mengakibarkan gangguan stabilitas. Dan yang paling dirugrkan jika terjadi distabihtas adalah mereka vang berkuasa. Maka demi men;amin stabilitas, penguasa akan bertindak apapun juga rermasuk melakukan rindakan-tindakan penekanan.
Persoalan ideo)ogrs tidak hanya berkaitao dengan aspek sosial poJitik dari kehrdupan manusia saja. Sehingga sekalipun nampaknya sedari tadi yang kita bicarakan adalah hal-hal yang belkaitan dengan kekuasaan, kita tidak boleh menganggapnya sebagai satu-satunya rema yang ada dalam kritil ideologr. Pengaruh ideologr melipuu semua aspek kehidupan. Meski orang tidak senantlasa sadar tetapi pengaruh ideologl juga ada dalam kehidupan keagamaan. Idta sudah banyak mendengar bahwa pada zaman Orde Baru dairulu, stabilitas merupakan hal yang sangat dpenungkan oleh pemerintah. Sekalipun akibatnya sudah sering kita dengar tetapi masih iarang yang berpikir bahwa ideologi stabilitas itupun sudah masuk dan menguasai agama secara umum dan gereja khususnya. Tidak saja gerela menjadi bagian dari ralryat yang harus sepenuhnya mendukuog kehendak pemerintah untuk mejaga stabi.Litas dengan tidak bersuara
macam-amacam yang dapat merendahkan penrerintah. Tetapi geteja juga ikut,ikutan menjalankan pola hidup yang dibayangkan dalam ide stabilitas tersebut. Sadar arau tidak, geteja juga sudah mengambil bagrao dal rdeologr vang mengutamakan stabiLitas. Buktinya adalah adanya baoyak kesulitan bagr gereja untuk mengubah apa yang selama ini sudah dianggap sebagar tradrsi. Perubahan terl.radap kebiasaan yang sudah menahun dilakukan dikhawatirkan akan mengganggu stabilitas yang sudah terjaiin dengan baik. OIeh karena itu, perubahan cenderung dicuigai dan kalaupun teiadi, blasanya mengambil waktu yang cukup panjang. I(alau pengaruh ideologl dapat merambalt masuk dalam kehidupan keagamaan dl zaman kita ini, bukan mustal.rrl jika hal vang sama juga terjadi di zaman Alkitab. Zaman I(erajaan di Israel yang sudal-r banvak chsebut tadi ternyata perlu dlngat sebagar zaman dimana lde tenrang Penciptaan dan ide Mesiarusme muncul dan berkembang. Brueggemann kembali menuntun kita unnrk menyadari bahwa kisah Penciptaan, terutam; yang ditulis dalam I(ejadran 1, adalah sebuah cermin dari kehendak unruk menjamin adanya ketemtulan dan stabiltas.1r Bisa yuga kita tambahkan bahwa dalam kisah Penciptaan tersebut terpancar suasana yang sangat hirarkhis. Pendekrya, kisah Penciptaan tidak menunjukkan potensi untuk berseberangan dengan kepenungan istana. I(isah tenebut juga bisa rnembedkan pengaruh yang kuat agar orang menganggap ba}rwa stabilitas, keteraturan dao hrrarkhi adalah keadaan yang sangat ideal
11
394
Ibid.,hlm.39
PENUNTUN
Manfaat IGitik ldeologi bagi Pelayanan Gereja
dan sudah nenjadi ketetapan yang mudak bagr kehidupan di dunra ini. Dengan begrru orang dipersiapkan secara ideologis untuk memberikan dukungan kepada pemerintah^n p^ra n|^. Tidak jauh berbeda dengan gambaran-gambatan tentang Mestas yang sangat kental nuansa kerajaannya. Gambamn Mesias yang ada dalam Alkitab memiliki banyak kemiripan dengan
gambaran Ratu
Adil bagr
omng-orang
Jawa.
I(eduanya merupakan cermin adanya
pengharapan akan masa depan yang lebih baik yang dimungkinkan deogan datangnya seorang tokoh serupa raja atau pangeran. Jadi sang pembawa nasib baik in-r bukan sembarang orang, apalagl otang sembarangan, tetapi hanya bisa teriadi iika datarg dal kalangan ningrat sa;a. Maka harapan Mesianis tidak i.ranya patut diterima secara posidf saja tetapi ;uga perlu dipertimbaogkan stst negatifnya. Brueggemann mengatakau,
llng is understood as an advocate for the marginal ooes and so potentially hgures as an agent of the N{osric vision. Negauvelv Posit.ively, the Davidic
and more reahstically, as the lrrng takes on tncreastng signtficance and pou'er and is assigned an eodurrng role in the purposes of ()od, the primrrv vistorr becomes tlre rvell being and enhancement of the l':rng per se and not the role
of advocare for the marginal.ro SeLara
plritil;
harapan akaa raja dalan Sanbatan Daud dapat dinengetti rbagai
pembe/.aan bagi mereka
zpqu
uii Mna ant pe /in! ddn
latrg duingkirkan datt uura poleuial mewujwlkan
Suara negatif dat .4arg kbih real
tit
ketiktt rEa neulapalkan
dibm 2entn 1a n3 brrarli tlahn karya i/ahi unt menjat/t reluatl/ ttllllrd lffrebkl ukan -run3 lzrkenaan tlcn3an ketelahleraan ckn penambuhan kru.ta pada rEa iltt rndiri tlan bukan\a pcrun peno/ong baSi kaun
kektrauan.lan3 tenaktn
nuinlkal urtu
hruirgkir Upaya uotuk menarvarkan sebual.r ideologi; ternnuf dalam visi yang sama dengan Musa, telal.r dipahami oleh gereja sebagai tujuan utama dari nrrsi Yesus Listus di dunia ini. Iniil-injil menyaksikar.r pemaharlan gereja tersebut. Teristimerva licsaksian dari Injil Lukas di r.r.iana sejak dari kelahiranNya l.rillgga kebangli.rtanNt'a. \'e*u' dikclJrngi oleh mereka yang ufrlurrnva dilukiskao sebagai kaum n.rargir.ral. sebagarr.nanr krra ketahui bcrsarra. Iniil Lukas rnencatat
bahwa para gembala |ang sedang bekerjl di plcl;rrrg itu tttctl'llleroleh keistlnewaan untuk mendengar sendir-r dari para utusrn surgarvi akan kabar kelahrra1r Yesus. Mereka yang sehari hari jarang mendapatkan perhatian katena posisruya di tengah masyarakat yang kurang terpandang dan karena mereka lebilt banyak betada di padang daripada di kota' secara mengejutkan dibeti kekhususan untuk datang dan n.renvambut bavi Yesus. Tetapi tidak ada yang terlalu mengcjutkarr jika sudah seiak awal, hta suclah uendcttgat suara-su^ra r-ang dengal.l jelas merr-rperliharlian bal-rrva kedatangan Ycsus :rcllllh u|rtuk nTenegakkan rnetelia ynng di tengah m^syar^kar justru du'endahkan. Nlenr,tan i\l:rrir Jan llLstbct, nur-rgktrt dengalt istllal-t sekatang dapat drsebut dengan nyanyian vang subvcrsit. Isrnl'a ;sln" rnenganiurkan perrular-
1r 11,,tt. hlrrr. 40.
PENUNTUN
395
Robert Setio
balikkan struktur lang hztm. Nlereka yang berada di barvah cirnarkkan ke posrsi yar.rg di atas dan sebahknya, yang ch atas akan dilengserkan. Suatu visi lang sangar revolusioner dan sekahgus berbahal'a. Narnun begitulah gereja rnemaharrr l-risi 1'ang dibarva Yesus. Yesus tidak datang untuk menguadiar struktur duni:r yang nvata-nvar^ tidak adil. Ia datang unruk men.rbahkkan stnrktur tersebur deni menjamin terjadnl'a keadilao. Tidak heran jika bukan orang-orar)g pcnung \',lr1g rnendapat keistimervaan lner)\,ambLlr Ycsus tetapi para geml>ala, l,ang serrng dr,rrrggnp seb;rg;ri brrk;rn siap:r-sr:rplr.
'ficiali
lauh berbeda rlengau kisah kelahiran terscbut, krta luua mendapati nnda yang sama
pada krsah kebangkrtao Yesus. Para petempuan vang santa seperu para gembala tidak disebtrtkan identttasntl. rnunglln sebagai suatu bukl bahrva dengan cara sepertl itulal-r: tanpa idenutas jelas, merekn men;alani lrrdup sehari-hari, jusrru men;adr penvaksi akan kebangkitan Yesus vang perrarra l(eprihatinan mereka akan kemadan Yesus mendorong mereka untuk berbuat scsuatu. sccl;rnq 1>ata nrtrrid lainnl'a justru ter:rneourrg-rncnung dal^!n keadaan tak rr-rerTcr')tlr. Iicgcsrt;rn nrercka adalah cid dlri kegcsitan olar)g \'^ng hidup tanpa dipcnuhi dergan prkitan-pihrrn larrg tcrlalu niwet. Sam^ scpertr or^nu sederharra kebanyakan yang ketika dipcr:hadapkan dengan peristirva drmana merclia rnendapati otang yang merrburuhkan pertolongnn, scrt^ rrertx rnereka datang untuk rnengulurkan t^ngan. Siapa orang itu udrk penting. Bagairrana akibat dari pertolongan yang mcreka berikan. rnereka trdak pikrr panjang. Tidali luga r.nereka dipenuhi dcngan ketakutan akan apa vang terladi jika mereka menolong or^rtg t.ar)g nrat:t-nrAt^ rcrrbutuhlian per-tolongarr itrr. lerkaclang merrang konvol. Nlcreka sendili brsl ncljacli tlrgct dari c-ttang-otang \,ing tidrk scnarlg pcrtolongan vnltg mcreka ^liao laliuk;to. .\tau r)rercka clalam keliakuan sistem hukur lkart lcrsctct ke sana ke mari dalarr [angka mcnladr sxlisi akao orarg vang mereka tolong. Narnun rasa kemanusiaan meleka masil'l jauh lcbih l-nenuntLro tindakan mereka sehingga pillran lain pr.rn benar sepetu apnpun itu, tcrrp t-rdak mcreka biarkan nrcndonrinasi perurnbangan mereka apalagi lllcDcegah mercka untuk lrenolon!! orang. Bcgitulah para perempuan vanu datanli ke kirbur Ycsus, polos rctapi ikl.rlas, bcrani karcna nalrrti kcmirnusiaar) rrrc,'eka- It{aka orang-oraltg scl)crti inilah vang lat:rk untuk l'ncr)cllma licjutrrn bcrita licbarrgliiral Yesus Iilisrus. Iielrrhiran cliro licbangkitan Yesus di zam;ro sck^ring Lnr nampaknya sudah lauh dart kejucan scpcru t'ang dlasakarr oleh prra genrbah dln pcrcurpuatr tadr. I(clahirau dan kebangkitau Ycsus ibaratnva sudah melernbaga seclcmrkian mpa sel')iugga trdak lagi dapat menaw^rkan scbu:rh nlternatif vaog mengejutkan. .\hh-ahh nrenjadi alteurarif, pcra\'^anperayaan Natal dao Paskah nalrrpnknya sud^h meojadi l>agian lang integtal dari budala c{an ideologi dominan. Dengan Lrcuiru keberadaalnr,a haoralah untuk nencguhkan struktur, liepastiao, lictcraruran rang mcnjacli citi khas traclisi-ttirclisi gcrcjarvi. Gcrcja yar.rg rrrcravakarnt.a jtrga ticlak marrrprr laui nrcrrgh^dlrkinn\':l scb:rqai scbuh l
alra[,
396
bcrbaik-l)aili rlcngan pcl]guasa agar ticlak clirclilrt. n)cnqgur)^kln trang clemi
PENUNTUN
Manfaat
ltitik
Ideologr bagr Pelavanan Gereja
menyelesaikan perkara yang sulit, mencari perkara surgau,i yang menyenangkan daripada perkara dunia yang nrwet, menjamin kelangsungan keselamatan individual adalah alasan-alasan yang datangnya tidak lain dari ideologi dominan. Sebab ide-ide tersebut pada akhimya hanya berbicara tentang kepentingan mereka yang sedang menikmari kekuasaan saja. Ide-ide itu
membuat orang yang menghiduprnya menyerah dengan suka-rela terhadap kehendak yang lebih kuat. Walaupun dengan begrru, orang harus juga rela membayar dengan harga yang sangar mahal yarru keadilan dan kemanusiaan.
Adakah seruan Brueggemann agat geteja menerapkan pelayanan profetis dengan cara menawarkan ideologr alternatif, bisa kita lakukan? Di Amerika Serikat, tempat di mana Brueggemann sendiri berada, pertanyaan seperti itu belum bisa dipastikan jawabannya. Tidak pada saat buku Tle PrEhetic Inagination itu ditulis, apalagr sekarang, ketika sikap pemerintahan Bush semakin memperhhatkan arogansi dari ideologr imperialis yang bergerak ke sana ke mari seolah-olah tak terhalang oleh apapun juga. Gambaran semm tentang sepak terjang para teloris yang merupakan produk sekaligus alat ideologls untuk membuat semua orang berada di bawah kendali Bush, jrka semula masih ditanggapi dengan nada ragu-ragu, dalam waktu cepat telah menjadi kata kunci dari kebanyakan pemerintah yang perlu disebutkan berulang-ulang agar tidak lag ada keraguan sedrkitpun tentangnya. Mengapa perubahan sikap itu terjadi dalam waktu singkat? Mengapa sekarang seolah-olah terons itu sudah dimengerti secara seragam oleh setrap orang dari penjuru dunia manapun juga? Tidak ada lagi gauah untuk meninjau definisi dan gambaran yang diproyeksikan oleh pemerintahan Bush. Jawabannya adalah karena perangkat yang menunjang ideologi di mana kata teroris itu drpahami seperti ia dipahami oleh pemeuntahan Bush sudah lama ditebar dan bekerja di seluruh penjuru dunia. Perangkat tersebut dapat me*ujud dalam rupa sistem ekonomi, budaya bahkan agama. Ciri yang selalu ada di antara perangkat perangkat tersebut adalah kebanggaan akan kesejahteraan materiil. Ciri lainnya lagi adalah ket.rdak-peduLian terhadap kemalangan nasib orang. Jika ideologi tersebut sudah tertanam dalam-dalam dalam pola pikir orang maka mudah sekali untuk meyakinkan bahwa para terois itu ada dan l.rarus dihabrsi. Tidak lagi peduli bahwa orang-orang yang diberi label teroris itu adalah mereka yang dahulu drlatih sendiri oleh AS untuk melawan Uni Sovyet di Afghanistan. Tidak peduli bahwa ketertarikan mereka untuk melakukan perlawaoao aclalah bersumber dari keprihaunan akan teriadinya ketidak-adilan terutama ekonomi. Tidak peduh bahwa yang pernah mereka hancurkan iru adalah harta benda yang udak semuanya diperoleh dengan cara bersih. Maka ideologi yang menciptakan gambaran yang seram akan terorisme itu akan mernbuat orang bersimpati dan turut membela apa saja yang dianggap sebagai lawan para teroris tersebut. Termasuk membela Bush yang tidak kalah ganasnya iru. Juga ketrka ia tidak bisa memastikan adanya bukti-bukti sebagaimana yang pernah ia tuduhkan kepada mereka yang ia cap teroris. Saya sendiri udak yakin bahwa sekalipun geiala akht-akhir ini menunjukkan bahwa ideologr yang domiran (sebut saja ideologi Kapitahs iiberal) sudah menghegemoni masyarakat dunia; Dan bahwa ada tesis yang tetkenal dari Francis Fukuyama bahwa pertentangan ideologrs akan berakhrr dengan kemenangan dan kekuasaan ideologr l(apitalis liberal, dunia akan berakhir dengan kesamaan visi seperti yang sekarang ini narnpak. Mengingat apa yang dilakukan Bush dar pala pendukungflya belakangan ini bisa berarti dua. Di sanr pihak
PENUNTUN
i97
Robert Setio
nampak sebagai hegemoni l(aptta[sme ]jberal lang tak terbendung oleh siapapun. Di prhak larn, ra justru meninggalkan guratan-guratan luka yang memedrhkan. Saya membayangkan bahrl,a akln ada banyal< reaksi t'ang semaliin memperbesar pellarvanan terhadap I{apitalisme liberal. Setidakni'a gejala gejala iru sudah ada dengan adanya den-ronstrasi besat-besann setiap kali pertemuan ekonomi dunra diadakan. Dan seudaknya pula sudah terjadi kemacetankemacetan dalam persetujuan liberalisasi ekonomi seperti yang baru-baru ini terjadi di Meksiko yang menunjukkan cita-cita perdagangan bebas tedalu sempurna untuk menjadi kenyataan.
Pertimbangan Teoritis Sejauh rni sala telah berusaha memperlihatkao peranan krrtil; ideologi dalam pembacaan n.ren1:rdr jelas bal.rwa krtuk tdeologi menangani trdak saja ideologi yang ada
Alkitab. Iiranva
Alkitab tetapi luga persoalan ideologi pernbacanva. letapr saya masih merasa perlu memberikan tambahan ketcrangen mengenai apa saja yang din.raksrrd dengan ideoiogi. Jika pembicaraan kita lang tctalJrir rrremperlihatkan ideologi sebagai sebuah sistem pemiluran vang mer.rpunr ai kccenderungan hegemoni yaog trnggi, berikut rni srla ekan membelkan gambaran mcnqenai ideologi Iang Latn. IIarus drakut bahrva belakangan int terutama karena pengaruh sosiolog Chiford Geertz, pemaharnan akan arti ideologi menjadi ;auh lebih luas dan bervariasi. Jika scbelunrnl,a, orang rnemahami ideolog'i dengan apa yang oleh Geertz disebut dengan teori kepenringan di n.rana persoalan yang diselidiki adalah kepenungan mana yang bernain daiam sebualr peristiwa atau dalam sebual.r teks. I(emudian ada teori keregangan (nrain theory) yang dalan.r
lebih konrpleks dari teoti kepentingan di mana ideologi dimengerti sebagai keteganganketegangan lr^ng timbul antara berbagli hal yang berlawar.ran, entah itu antata harapan dan kcnvataln, antara kepcrca\,aan vang sltu dan kepercayaan yang lain. antara satu komunltas dan kon-runitas vang larn, antara tradisi dan moderniras, iugn ant^ra individu dan masyarakatnya. Dengan kata lain, ideologr dihhat dalan.r sebuah Jrl/r/g polen.rik. Geertz sendiri menawarkan sebuah pemahan.ran \:ang reris^ lebih netral. Pemahaman ni udak lepas dari pemikirannya tentang makna simbol srmbol yang seperti kita ketahui berasal dart penelittannya Ierhadap rnasyarakat Bah. Tanpa bermaksud memberikan gambaran \rang terlnlu sederhana rentang perrrikrran Geertz 1'ang sxnsat lengk^p dm vphiliutul itu, saya irgin tnengatakan bahwa dasar pcmr)lran (iccrtz tcrletak padl teori-teori sastera, kbususnya berkenran dengan bahasa yang nkirir-akl.rir: ini brnvak digr"rnakan orang. Intinya adalah rdak rcla hubungan yang bersifat satus^tu (zne t0 one rrlalion) altara kata dan rnaknanya. I(ata "batu" rntsalnya bisa mempuuyai aru yang berbeda-beda, entah karena referensi batu yang ada dr benak orang berbeda-beda (ada yang besar ada yang kecil, ada irang.og^, ada yang hitam, ada yang lonjong ada yang bulat), juga karena pengalaman vang berbeda-beda (ada yang pernah ketin.rpuk, ada yang tukang baru, ada r.ang pedagang batu, ada yang tinggal dr bukit berbatu batu) clan asoiasi yang berbeda (ada kota Batu, ada kepala brru). Pendeknva, tidak mesti knta vang sarla, artinya juga sarna untuk setiap otrr-rg. Demrkien juea dengan perilaku. Geertz tr-rcnc,rntol,l
398
PENUNTUN
Manfaat
ltitik
ldeologr bagi Pelavenan Gcreja
Barat mungkin akan marah mellhat reaksi tersebut. Tetapi irulah maksud Geertz dengan kepelbagaian makna dad suatu trndakan. Tindakan adalah simbol yang perlu dipahami tidak dengan arti yang sama atau berdasarkan referensi tertentu saja. Kalau kita melihat kamus referensi untuk arti kata senlum n.raka tidak bisa kita dapatr di sana arti sedih atau menyesal. Arti kamus untuk suatu trndakan dan juga kata tidak brsa rnen;amin. Saru-sarunya jalan unruk mamaham-r simbol-slnbol iru adalal-r dengan mencari maknanya lervat pengamatan.ls Pengaruh Geertz terhadap ktrtik rdeologi Alkitab cukup besat. Ia setidaknya telah memberikan landasan unruk memahami ideologt secara benarietif. Valasi atti ideologi itu salah satunya nampak dalam studi Norman Gottwald terl.radap teks-teks kenabian di mana ia mencatat ada 4 macam benruk ideologr yang mungkrn ada dalanr tradisi kenabian:
(1) Ideologi
(2)
(3)
(4)
sebagai sistem atau pola pemikiran atau keyakinan.
Arti ini muip sekali dengan
falsafal.r atau cara pandang. Dalam kaitan dengan -\lkrtab, pengertian ini merupakan penggantr dari tcologi brla dilerakkan dalam kerangka ken.rasyarakatan yang lebih luas danpnda brJrng kceqrrnr rr ..rr^ Ideologi masih dirnengerti sebagai sistem atau pola pemik-rran arau keyakinan tetapi kali ini berkaitan dengan kepentingan pribadi dari kelompok masyarakat tertentu. Jadi lokusnya lebih sempit dari yang pertama dan oleh karena rru, ideologi dalam pengertian ini bisa menimbulkan pertanyaan dan penolakan dari orang di luar kelompok. Ideologi dalam pengertian kesadaran palsu di mana orang tidak bisa membedakan antara kenyatran sosial yang sesungguhnva dengan bayangannya sendiri. Seseorang atau sebuah kelompok brsa menganggap bahwa idenya sudal.r mewakili realitas yang ada tetapi ternyata itu baru mewakrli sebagian reaLrtas saja. Untuk mencek apakah ide tersebut cocok dengan realitas, periu dilakukan peneJrtian terhadap kondisi sosial dimana sang ideolog itu hidup. Ideologi sebagar sebuah set ide tentang hubungan sosial yang benat-benar diyakini tetapi trdak bisa dipraktekkan dan yang ketika dipaksakan untuk dipraktekkan akan merimbulkan kehancuran pada mlsvarakat. Dalam pengertiar.r ini, bersifat ideologts berarti fanatis, dogmaus atau ekstrin.r.
Dalam pengeruan ideologi yang pertama, sek^lipun im mcnyangkut hal yang konsepnral sifatnya dan sekalipun krta bisa r.nelihat adanya kemungl':rnan untuk membuat konsep yang -fuhan, umat dan relasi dengan scsama den alam semesta, pendeknya kita general baik tentang bisa berbicara tentang suatu teologra, kita tetap perlu mengingat bahwa All tab tidak hanya menyodorkan sanr konsep saja. Norman Habel, misalnya, berl.iastl melukiskan bahwa ideologi tentang kepemilikan tanah )'ang ada pada Alkitab (?erjanjran Pertama/Lama) tidak hanya sa.tu saja melainkan ada 6 macam. I{eenam macatn ideoiogr tersebut mastng-mastng adalah: ideologi kerajaan, ideologi teokratis, ideologt warisan, rdeol<-'gi kenabian, ideologi kaum agrarian dan ideologi imigran.r6 Setrap ideologi akan memberikan konsep yang berbeda mengenai srapa pemiLik tarrah yang sesungguhnya dan bagatrrana or^ng yang trnggal di ri Pcnjclasan lcbih ldrrjut tcntdrll pcodapat (icc*z mi bisa dilihat dal:rrl rulisannya ""ldcr-rlogy Sy'rr m" v.rrrg br'.r Jrp, r', 'l.lr lew.'r r n tcrn. t. r'l,ilrat bukunya yang d tbcti 1u'Jti The Lnd;r ntur.
PENUNTUN
is
a CLrltural
399
Robert Setio
hidup.
Sekahpun sclap rdeologr mengakur adaoya .fuhan sebagar sumber rerapi pemahaman' ,.n.uni p".ring-gun!^_nuo,., _tanah penggunaan 'fuhrn tanah terh,rd.rp berbeda-bcda. rerganrung b.gi,rn0n,. p:'ra.,""g." m2srng-masing renranq ruhan \lereka i-ang memegang ,i.orog," .-h".-, -,g"r.n. .,t,J ,,,",".,"a.,"" '.--" rrrnr o ranarr "'"'r'. ulva6dr PlnJanlan yang sewaktu-waktu bisa diambil darinya. Ta.al.r tidak mnnu;ro. S"dlong -.,.k0 r..,,,g b:ri,ili.;,
dalamnya harus
k"l"TilkT
*r;;r:;,#;:^1,5::;":I;']:fl;:i1*T?
kekal arn dan kekuasaan. L.v"t jii.a kare.ia rdeoiogi i,r,, urusan yang pa[ng penting.
;.;;;;;;;"
akan tanah selalu men;adi
Unruk pengerlan yang kedua, kita^bisa mendaparkan conrohnya leu,at nabi_nabi yang mengkrtik erit"penguasa. Suara para i,,ui rni io,.,r^t drmuat daram Alkitab. ferrpi di prhak .in, krr:r r,dik iirn ,.,.^p.rolih ;.;r;';;;";;' u""g drkitik para nabi itu. I(arena iru, citra elit penguasa kira aopotknn anri p;;-;b, hanyalah citra yang buruk. lang orang_orang Mereka sering digambarkan setagui yang hanla mcncari kepentingan mereka iendiri sai,. Cara pandang p.ro n"b, r".lloJop .U;p;";,,; i"; brsa drperr,rryakan lrkr kr,i bisa nrendaparkan glmbaran renrang kondl,i sosr,rl'',li,.no.ny^ _rktu ir; ;;;i;; |oLuk mrsalnyr. par.r nabi iru m.m]ng b.n., b.nor',.rp,r"f''O."r"i"i,,arpr,, eLr sehrngga kriuk mereka terl.radap kaum elir sang.,r pedns? ap,ri"f-r 1"g"-,"",fghn jika kritik mereka iru sedernikian pedas, mereka bisa bcrr.rlan t'arpj .,rng",ri1.,rg..r."rr"*k" ,'."'pr;;i-;;;y;[ yang akhrrnya oremrndalg ,r,",.k. ,"b"[n, :]r;";",rr,,rp," b_egitu gerot
111::kitlg
;uga. Atau, maiall brnyrl dol.,r, l,.l,,clu;an ;l;yang dil.,.,ui;;;. I(alau pada pengertian kedua tadi para nabi masih bisa f.rro ir"yu.gL_ f"_a^ J^ji^ kondr.r Jangan-Jaog'.n rnereka sendiri jugr. rerL6at sedilur
y-rng berseberangrn deng.rn prlrrklpilrak ,",,.;;;;;.;";;., pengerrran yang keuga inr. mereke,lcbrlr_jauh lagr mempo.i.ikan ctrrinla ,ebagrr Llr,k,r. terlradap semua clemen rnrsvrrak.rr. Trdak lr:rnya krum eLt s,,jo ,..ng a,U;,it r.,rl,, ."lu.rh ,"ku* Sehrh ;,1, pcrrrirnprrr^r'r korup, buli,rn uJ.rk rnrngLrrr L,[,..r,,r.. .lli f ,:.t,"";ri:; . pemx'np1r.r 1,ang korup tidak selalu dilarvai ",",- i',"i" oleh ,^t r,ri l'^rlg ,r.,.J^r. ,lir.,git on tetapi malah .r.rcmrrcirrg rakyat urtuk mcnakar. cara kotor pnrn-p"nr,lfrln tersebut demi rnenpero)eh kcnikmata. yang dinil..arr po.a p..,riInpirr itu. ',\,.,,,.,l; .seperti trdak hanya merryrtakan ltukum.rn kepad.r elir, pctrnimpin ,.turul.,'.risalnya, b.rngsa r, 5p6"6 1r,10 ,.,g. ".lo',.,"1.r, kebia"ran buruk relah -.n1.d, bud"y.. ."p;r;;;;;y; i:;roi," r,',,.*"" hr.r. nreka sulir unruk mengatakan bahwa yang melakuk.rn korupsr rru hanya pemel,rr.rh sa;a. Sehari_hari kita bisa rrend:rp,Lrr,conroh brltrv.r h.rrnprr sclrua ornog terlibat.al,rrn ti'dakln korupsi. Italau semua lt.ttrti drlrrkunr. lert,rll nJ.rl, .rk.,rr Irrs.r ,na,,r",^, ,",.,.,_,,,,r.. i:...,1., *a,"t,,, n bllrwr semu.r or';tng kc,r'up
rnr. bL.r beL,rlrrng p,rJ.r \e,,r.i:rt;rn y,rng j.r,. ;; .ili, p.,l.u ,"." ;";,:" ko'upnva sehinggr tidlk brsa drhrrapkan lagi. Beriia ",_1,t," pengh,rkurran ya'rg drbawa oleh yeremra rntsalnya ridak bisa kira pungkiri ,"1-rog' b."rit" y""g;-; p;,;rr,;,r. ,ro.,yn ada satu yang bisa terjadi yaitu kehancuran roinl oro, rringro prur.-'rut'",r'-J,t.."o,ln ho-pnr,, itu trdak bisa datang dari bangsa yang ada. Flaraprn i.,^ny..,rror,.ol p"a^ t1^,1g"n ),al.,g baru di zaman yang batu setelah mnsa kehlncutan trb,r. Brnl.rk lel,rorpok , clisebut kelornpok ",.,o"tr,ra^,_rr,n
/- l'lhxt rrrilicl srrtr di btrliu Irr]
.\nr.s
clarr hLrsis
lirnrlurrc.r:rl t,ckrrcsur, I)r
:i:illi,r:i;:lll;,i:1;t;;;1,,",,,,1,',..,."-',''," ';i"i:.;;;
400
srtLr
st,rt; rrng
s:rva
,.,1.,:,,,,b,,,,,,,,J,,,;,r.,rp,,,,,rq
PENUNTUN
Manfaat Kritik Ideologi bagr Pelayanan Geteja
mileniaisme yaitu yang berpegang pada cita-cita akhit zaman sebagai dasar pembaruan dunia,
rnemegaog ideologi semacam ini. Meskipun tidak semua dal mereka iru berada dalam tahap kesadatan palsu. Dan banyak juga yang tidak sampai melangkah ke dalam p.ng.rti"n y"ng keempat.
Ideologr dalam pengertran yang keempat lebih mudah kita dapati dalam kelompokkelompok yang sudah menggunakan cara-cara kekerasan dalam memaksakan ideologi mereka kepada pihak-pihak yang udak menyerujuinya. Kekerasan yang saya maksud bisa berupa benruk pedawanan atau peltahanan berseniata. Tetapi bisa juga dalam bentuk pemisahan diri dari pergaulan umum karena asumsi bahwa orang-olang yang berada di luar kelompok mereka adalah jahat dan bukan kawan tetapi musuh. Dewasa ini, contoh-contoh nyata dapat kita lihat di sekitar kita berkaitan dengan adanya kelompok yang hidup dalam ideologr ekstrim semacam ini. Saya perlu memberikan catatan pribadi saya bahwa dari pengalaman saya selama ini, ideoiog memang harus drakui sangar mempengaruhi kehidupan manusia tetapi pengaruh inr tidak mesti membarva orang untuk membentuk kelompok. Maksud saya, kita memang bisa mudal.r memahami sebuah ideologi jika kita mengenali kelompok dimana orang-orang yang berideologr sama bergabung. Tetapi tidak jarang kita menemui orang yang tidak menjadi anggota sebuah kelompok sebenarnya berideologi sama dengan kolompok tersebut. Jadi ideologi tidak selalu identik dengan kelompok. Contohnya adalah ada orang-orang yang berideoiogi dalam tipe yang keempat tetapi tidak tergabung sama sekali (atau belum) dengan suau kelompok militan.
Kesimpulan
I{tiuk ideologrs merupakan perkembangan yang iogs dan semakin pekanya kita terhadap nilai-nilai etis. Di zaman di raana FIAM (Hak hak Azasi Nfanusra) menjadi kata kunci, adalah waiar iika dalam penafsiran Alkitab pun klta ridak bisa melepaskan dti dari isuisu seputar HAM ini. Maka baik teks maupun penafsir perlu dipertimbangkan apakah sudah menjalankan nilai-nilai etis terutama berkenaan dengan pandangan tentang pil.rak yang lain dan kesedraan untuk terbuka terl.radap pihak yang lain. Idta rrdak bisa menerima jika ada reks dan penafsirar yang karena satu maupul lain alasan telah membuat pihak yang larn berada dalam posisi yang kurang menguntungkan. Kita lebih tidak bisa menerima jika kita sendiri harus mengikuti sikap-sikap yang mendiskeditkan, merendal.rkan dan apalagi meniadakan pihak larn, sejelek apapun pihak yang lain itu. Sudal.r waktunya bagi l
PENUNTUN
401
Robert Setio
Adalah baik yuga jika kita mendenge.r anjurao dari orang-olang seperti Brueggemann yang meminta gereja unnrk menempat.i posisi yang seharusnya sebagaimana yang telah diteladankan oleh Yesus IGistus yaitu sebagai sumber ideologi alternatif. Sebab hanya dengan begrtu kita bisa mempertahankan misi kita sebagai pembawa kabar pembebasan bagi dunia yang terbelenggu oleh hegemoni ideoloE l{apitalisme liberal.
Kepustakaan Aichele, Ocorgc, dkk.,
Tbe Pornoden Bibh. Yal€ U.P., 1995. Barr,Jrmes. Th ConcePl 0I Bibhral Thtatog, Afl OldTertaneflt Per4:arrrTa Fort;ess l)ress, 1999. Ili:tary and ldtololJ in lhe OldeTerta,rent, Bil ralSt'tdict dl the rnd aJaMilhnirn. Oxford U.p.,2000. _ Briggs, Susan "ldc<-rlogical Criticism of Biblical tcxts", dalam Suzeia,No. 59 Scholars Prcss, c. Society ofBiblical l-rtrraturc. 1992. Br ucggcrnarrr, !['alrcr 'fte PrEbell. IhaE ar;ln, Iiortrcss Prcss, ] 978. Carroll, Robcrt "ldcolop," dalam l DntuflaA of Bibhatl . \J.Coggjfts J.t_. Houlden, eds. SCM
Press, 1990.
'efttatio
Clines, DavidJ. "lntcr€sred Parties, fhc ldeology ofwriters and lleaders Shcffi eld -{cadernic Press, 1995.
^nd
ofthc tlebrew Bible,',JSOTSS
2U5.
Garbini. (ixrvrnni. Hnkry dr lirolry in Arne* Ime/. 'lnns.lohr' Ilowden. S(lM Prcss, 1988. Ccenz, (ilitkrLd. "ltJcokrgy as a Oultural System," dalam httl://www.xroad.virtania.eJr,r/ - DllBll/gcurtz.html. Cotnvald. NoLrnao Ii Ideolag and lleolaltet u Itraelite PnpheE. llabcl. N
l.undameotal Iodoncsia, l)ua Buah 'l'injaurn l eologis dari I)uta Vhcana", E.G.Singgih, ed. "ldcologr llamba: Menimbang guna tafsir ideoLogis dalam konteks pcrgulatan potitik di Indonesia dcrvrsa rni," dalam Gsuza Dxta lVacaaa.No 59.
402
PENUNTUN