Volume : 1 No: 1 ISSN : 2548-3137 e-ISSN : 2548-3145
ii
Volume 1 Nomor 1 tahun 2016
ISSN : 2548-3137
e-ISSN : 2548-3145
REDAKSI
JURNAL PUSDIKLAT PERDAGANGAN Jaringan Informasi Diklat dan Kebijakan Perdagangan Diterbitkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perdagangan, Kementerian Perdagangan RI dua kali setahun. Penanggung Jawab : R. Sapuratwi, S.Sos, M.Si Pemimpin Redaksi : Drs. M.Hadi Adji Susanto, MM Editor : Sunang Kori, SE, MM Mitra Bestari : Dr. Parluhutan Tado Sianturi, SE Dr. Teja Primawati Utami, S.TP, MM Dr. Miftah Farid, S.Tp, MSE Dr. Azis Muslim, ST, MSE Dudi Adi Firmansyah, Ph.d Dr. Sukoco, S.Tp, MSE Dr. Wahyu Widji Pamungkas, S.KOM, MM Design Grafis : Nasrudin Fotografer : Suaip Rizal, ST Penerbit : Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perdagangan Alamat : Gedung Pusdiklat Perdagangan, Jalan Abdul Wahab No. 8, Cinangka, Sawangan, Depok, Jawa Barat Telp/fax : 021-7422570, e-mail :
[email protected]
ii
Volume 1 Nomor 1 tahun 2016
ISSN : 2548-3137
e-ISSN : 2548-3145
PENGANTAR REDAKSI
Jurnal Pusdiklat Perdagangan merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perdagangan, Kementerian Perdagangan. Maksud dan tujuan diterbitkannya Jurnal Pusdiklat Perdagangan adalah sebagai sarana pertukaran ilmu pengetahuan dan informasi yang berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan aparatur dan non aparatur, keilmuan di bidang perdagangan dan kebijakan di sektor perdagangan. Jurnal ini diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas dan pertukaran gagasan para widyaiswara, peneliti, akademisi dan pemangku kebijakan sektor perdagangan. Jurnal Pusdiklat Perdagangan berisi pokok-pokok permasalahan baik dalam pengembangan kerangka teoritis, implementasi maupun pengembangan sistem pendidikan dan pelatihan perdagangan serta pengkajian kebijakan di sektor perdagangan secara keseluruhan. Dalam Vol. 1 No.1, Desember 2016 Jurnal Cendekia Niaga memuat 14 tulisan ilmiah. Diharapkan setiap naskah yang diterbitkan didalam jurnal ini memberikan kontribusi yang nyata bagi peningkatan sumberdaya penelitian didalam bidang ilmu pendidikan dan perdagangan. Tim redaksi membuka pintu lebih lanjut untuk masukan baik kritik, saran dan pembahasan. Semoga jurnal Pusdiklat Perdagangan dapat bermanfaat bagi kita semua
Selamat menyimak dan semoga bermanfaat.
Salam redaksi
iii
Volume 1 Nomor 1 tahun 2016
ISSN : 2548-3137
e-ISSN : 2548-3145
DAFTAR ISI PERAN PUSAT LOGISTIK MENURUNKAN DWELLING INDONESIA Aviv Haryana
BERIKAT (PLB) DALAM TIME DI PELABUHAN
1-10
PENGARUH FAKTOR MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. SURABAYA AUTOCOMP INDONESIA MOJOKERTO Budi Mulyadi Muslim
11-20
DAMPAK KERJASAMA EKONOMI DAN PERDAGANGAN INDONESIA-YORDANIA DALAM KERANGKA ASEAN JORDAN FREE TRADE AREA (FTA) Dian Dwi Laksani
21-27
PENERAPAN MARKETING PUBLIC RELATIONS PADA PERTUMBUHAN INDUSTRI FARMASI Dwi Putri Destiani
28-34
ANALISIS EKSPORT MAKROEKONOMI Edy Purwoto
INDIKATOR
35-47
ANALISIS KETERBUKAAN DAN DAYA SAING UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN INVESTASI DI INDONESIA Ilham Winoto
48-57
ANALISIS FAKTOR PENINGKATAN NILAI EKSPOR INDONESIA UNTUK PRODUK BERBASIS DESIGN Noto Yuhartono
58-68
PENTINGNYA KEBERADAAN PASAR FISIK KOMODITI UNTUK PENGEMBANGAN PERDAGANGAN BERJANGKA DI INDONESIA Nurlisa Arfani
69-82
IMPORT
SEBAGAI
iv
Volume 1 Nomor 1 tahun 2016
ISSN : 2548-3137
e-ISSN : 2548-3145
DAFTAR ISI
DESAIN STRATEGIS UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING INDONESIA DALAM KOMPETISI PASAR GLOBAL
83-103
Azman Ridha VIDEO PRODUCTION AS A LEARNING TOOL TO INCREASE TRAINING PARTICIPANTS’ LEARNING MOTIVATION IN ACHIEVING LEARNING GOAL Ratnaningsih Hidayati
104-113
MENGUKUR KESIAPAN PEMBELAJARAN DIGITAL PADA INSTITUSI PEMERINTAHAN Reni Sri Marliani
114-124
POTENSI PASAR INTERNASIONAL DALAM INDUSTRI PRODUK BERBASIS DESAIN: DAMPAK DARI FAKTOR PERMINTAAN DAN GAYA HIDUP MASYARAKAT Teguh Sayekti
125-138
DAMPAK KEBIJAKAN UU NOMOR 5 TAHUN 2014 TERHADAP PENINGKATAN KOMPETENSI PPC DI ERA PASAR BEBAS Sang Saniaka Tajul Fitri
139-147
PENGGUNAAN INTERNET OF THINGS (IOT) DAN TEKNOLOGI RFID DALAM MENINGKATKAN VISIBILITAS MANAJEMEN RANTAI PASOKAN
148-164
Victor Tulus Pangapoi Sidabutar
v
Pengembangan Perdagangan Berjangka..., Nurlisa Arfani
PENGEMBANGAN PERDAGANGAN BERJANGKA DI INDONESIA Nurlisa Arfani ABSTRAK Minimnya perhatian para pelaku pasar komoditi di tanah air terhadap perdagangan berjangka (futures trading), menjadikan fungsi ekonomi dari perdagangan berjangka menjadi tidak optimal. Terkadang kita mempertanyakan penyebab hal tersebut, apakah karena perdagangan berjangka di Indonesia yang belum dikembangkan secara optimal atau karena faktor lainnya. Perdagangan berjangka digolongkan sebagai perdagangan derivatif. Mengingat sifatnya sebagai pasar derivatif atau ‘turunan’, perdagangan berjangka tersebut tentu membutuhkan pasar fisik (physical market) beserta prasarananya agar dapat berfungsi secara optimal. Dalam kaitannya dengan perdagangan berjangka, pasar fisik (underlying market) sangat dibutuhkan sebagai sumber informasi dalam pembentukan harga di bursa berjangka (price discovery). Pasar fisik juga dapat diposisikan sebagai salah satu alternatif untuk tempat penyerahan komoditi dalam hal penyelesaian perdagangan kontrak berjangka dilakukan dengan serah terima fisik (physical delivery). Memandang strategisnya peran pasar fisik dalam perdagangan berjangka, tulisan ini mengkaji sampai sejauh mana peran pasar fisik komoditi di Indonesia untuk meningkatkan pengembangan perdagangan berjangka komoditi dan upaya perbaikan yang dapat dilakukan terkait isu tersebut.Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis statisitik untuk melihat korelasi harga komoditi yang terbentuk antara pasar fisik sebagai underlying market dari perdagangan berjangka dengan bursa berjangka. Kajian ini menunjukkan besarnya pengaruh pasar fisik tersebut terhadap perdagangan berjangka. Dengan demikian dapat diambil kebijakan yang bermanfaat untuk menciptakan sinergitas antara pasar fisik dan bursa berjangka. ABSTRACT The decrease of attention of market participants in commodity futures trading, causes the economic function of futures trading in Indonesia are not optimal. We have inquiry to know the explanation regarding that matter, whether for futures trading in Indonesia is not yet developed or because of other factors. Futures trading are classified as a derivatives trading. Considering its nature as a derivative market, futures trading required physical market and its infrastructure in order to function optimally. In relation to trade futures, the physical market as a underlying market is needed to be a source of information for price discovery in the futures exchange. Physical market can also be positioned as an alternative locus to deliver their commodity, specially for the parties who choose to settle their position with physical delivery. Scrutinize the strategic role of the physical market in futures trading, this paper examines the extent to which the role of physical markets in Indonesia to promote the development of commodity futures trading and to follow-up this issue.The methodology used in this study using the analysis of the statistics to see the correlation between the commodity price in physical market (as an underlying market) with price in futures exchanges. This study shows the influence of the physical markets to futures trading. Thus it can be taken a policy beneficial to create synergy between the physical and futures markets. Keyword: futures trading,physical market, underlying market, price discovery, physical market
PENDAHULUAN
tanah air tidak dapat dipandang sebagai tanggung jawab dari otoritas terkait, namun perlu juga diperhatikan kesiapan infrastruktur yang dibutuhkan antara lain
Lambannya perkembangan perdagangan berjangka komoditi di
69
Jurnal Cendekia Niaga, Vol. 1 No. 1, DESEMBER 2016 : 69-82
pasar fisik komoditi. Berbicara tentang pasar fisik, tentu memiliki keterkaitan dengan banyak hal, antara lain pelaku pasar, komoditi yang diperdagangkan, mekanisme pembentukan harga, peta persaingan, hingga infrastruktur yang dibutuhkan baik untuk mengakses pasar maupun mendukung operasional pasar fisik tersebut.
Indonesia masih jauh dari harapan. Perdagangan berjangka komoditi di Indonesia hanya memiliki pangsa pasar kurang lebih 5% (lima persen) dari seluruh perdagangan yang terjadi di bursa berjangka. Kapitalisasi pasar yang kecil inipun disumbangkan karena ada kebijakan yang mengharuskan para pelaku pasar di bursa berjangka untuk bertransaksi di perdagangan berjangka komoditi jika akan aktif di Sistem Perdagangan Alternatif (SPA). Sekilas mengenai SPA, konsep SPA berbeda jauh dengan perdagangan berjangka komoditi. Di negara dengan perdagangan berjangka yang lebih dulu maju, perdagangan jenis SPA tidak diawasi oleh bursa maupun badan pengawas. Perdagangan SPA hanya ditujukan untuk spekulasi, sedangkan perdagangan berjangka memiliki manfaat ekonomi yang jauh lebih luas, sebagai sarana lindung nilai (hedging) maupun pembentukan harga (price discovery).
Di samping itu, banyak anggapan yang mengatakan bahwa pasar fisik komoditi dan perdagangan di bursa berjangka tidak terkait erat. Hal inilah yang membuat kebijakan pemerintah dan otoritas di masing-masing pasar tersebut seringkali tidak seiring dan sejalan. Keterkaitan antara pasar fisik dengan bursa berjangka merupakan suatu hubungan yang tidak terbantahkan, khususnya terkait dengan proses pembentukan harga. Dengan demikian untuk mendorong perkembangan perdagangan berjangka di tanah air harus diperhatikan kesiapan pasar fisik dari komoditi yang bersangkutan. Korelasi harga antara kedua pasar tersebut harus terhubung dengan baik, sehingga manfaat perdagangan berjangka dapat dirasakan oleh para pelaku pasar. Semakin rendah korelasi harga antara kedua pasar tersebut, akan semakin rendah efektivitas hedging yang diperoleh.
Dengan memahami pentingnya pasar fisik dan korelasinya dengan perdagangan berjangka, akan diperoleh solusi untuk meningkatkan perkembangan perdagangan berjangka di tanah air. Sehingga peran perdagangan berjangka dapat dirasakan oleh para pelaku pasar. Sebagai sarana lindung nilai untuk mengantisipasi naik turunnya harga komoditi dan sebagai sarana untuk menghasilkan acuan harga bagi perdagangan komoditi di Indonesia. Selaku negara produsen, seyogyanya harga komoditi di Indonesia tidak bergantung sepenuhnya pada harga pasar di luar negeri yang merupakan tujuan ekspor. Seharusnya lebih dipengaruhi oleh kondisi dari mekanisme supply dan demand di Indonesia.
Secara teoritis, menurut asumsi "hipotesis pasar yang efisien", harga futures adalah harga pasar fisik yang diharapkan akan berlaku di masa depan. Oleh karena itu, harga futures merupakan indikator kondisi pasar fisik di masa depan. Hal ini memungkinkan stakeholders di pasar fisik mengambil tindakan yang tepat. (Ghosh, The Realities Behind Myths in The Commodity Futures Market, 2014). Untuk membuktikan hal tersebut, maka dilakukan uji korelasi antara bursa berjangka di luar negeri dengan pasar fisik terdekat dari bursa tersebut.Mengapa dipilih bursa luar negeri sebagai ilustrasi awal? Hal ini dapat dipahami karena perkembangan perdagangan berjangka komoditi di
Hal ini dapat dilihat dari perdagangan timah di Indonesia. Pengaruh harga timah di London Metal Exchange (LME) sangat besar terhadap harga yang terbentuk di Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI). Hal ini tidak berlaku sebaliknya, sehingga
70
Pengembangan Perdagangan Berjangka..., Nurlisa Arfani
• >0,25 – 0,5: Korelasi cukup • >0,5 – 0,75: Korelasi kuat • >0,75 – 0,99: Korelasi sangat
fungsi perdagangan berjangka sebagai price discovery di Indonesia belum tercapai (Hasni, 2015). kuat
• 1 : Korelasi sempurna
METODE
Setelah itu baru dilakukan uji korelasi antara oleh bursa berjangka di dalam negeri dengan pasar fisik lokal. Dalam hal pasar fisik lokal belum ada, maka akan digunakan data harga dari bursa luar negeri atau pasar fisik di luar negeri yang menjadi acuan perdagangan komoditi tersebut di pasar internasional.
Penelitian ini melakukan uji korelasi harga kontrak berjangka tertentu yang dihasilkan oleh bursa berjangka di luar negeri dengan pasar fisik terdekat dari bursa tersebut, sebagai acuan bagi praktek perdagangan berjangka yang lazim dilakukan. Nilai korelasi dua variabel dinyatakan dalam koefisien korelasi. Semakin besar koefisien korelasi maka semakin besar keterkaitan perubahan suatu variabel dengan variabel yang lain. Koefisien korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara dua variabel.
PEMBAHASAN Perdagangan kontrak berjangka atau futures trading diaplikasikan pada awal abad ke 18 di Chicago Amerika karena pasar kontrak serah (forward contract) sangat tidak likuid dan dibutuhkan suatu bursa yang memungkinkan terjadinya transaksi antar lawan transaksi yang tidak saling kenal. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah transaksi antara pembeli atau penjual dari suatu komoditi dan mencegah timbulnya konflik kepentingan. Jadi pada dasarnya perdagangan berjangka tidak terlepas dari perdagangan fisik komoditi. Kebutuhan akan perdagangan berjangka muncul karena adanya aktivitas perdagangan fisik komoditi yang memiliki risiko, baik itu risiko pasar, maupun risiko kredit. Risiko pasar antara lain karena adanya ketidakpastian harga atau lebih tepatnya fluktuasi harga.
Dimana: rxy = koefisien validitas N = banyaknhya subjek X = nilai pembanding Y = nilai dari instrument yang akan dicari validitasnya Besarnya koefisien korelasi berkisar antara +1 s/d -1. Koifesien korelasi menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan arah hubungan dua variabel acak. Jika koefisien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Sebaliknya, jika koefisien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah dan berlaku sebaliknya. Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel penulis memberikan kriteria sebagai berikut(Sarwono, 2006)
Harga yang diperoleh dari perdagangan berjangka memungkinkan petani untuk mengambil keputusan tentang produksi dan kegiatan pemasaran, meskipun petani tidak ikut bertransaksi di bursa. Para pelaku pasar seperti pedagang, hedger, commodity pool operator dapat berpartisipasi dalam perdagangan di bursa secara langsung dan menghasilkan informasi harga yang dapat digunakan petani. Dengan adanya
• 0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel • >0 – 0,25: Korelasi sangat lemah
71
Jurnal Cendekia Niaga, Vol. 1 No. 1, DESEMBER 2016 : 69-82
perdagangan di bursa berjangka, komoditi yang diperdagangkan menjadi lebih spesifik (standardized). Karakteristik ini akan mendorong peningkatan kualitas bagi perdagangan komoditi, antara lain dengan meningkatkan kesadaran tentang pengujian kualitas maupun penggunaan tempat penyimpanan komoditi yang terorganisir. Dengan demikian perdagangan berjangka diharapkan dapat meningkatkan pengembangan infrastruktur perdagangan komoditi dengan menyuarakan peluang yang dimunculkan dari setiap instansi yang terlibat dalam perdaganan berjangka, seperti lembaga penguji mutu, gudang terdaftar, transportasi dan lainlain.(Ghosh, The Realities Behind Myths in The Commodity Futures Market, 2014).
permintaan cukup, harganya tidak dikontrol, dan semua informasi yang relevan tersedia untuk semua pedagang (Baer & Saxon., 1949) dan (Hieronymus, 1977). Pembentukan harga komoditi secara teoritis tidak ditemukan di pasar fisik atau pasar forward yang sebagian besar merupakan pasar yang terfragmentasi. Pasar dimaksud ditinjau dari kriteria ‘pasar persaingan sempurna’, maka pasar berjangka lebih baik dibandingkan dengan pasar fisik atau pasar forward. Di sebagian besar wilayah dunia, ditemukan harga futures bertindak sebagai referensi untuk transaksi pasar fisik. Hari ini, harga patokan global untuk minyak mentah (ICE-Brent atau NYMEX-WTI) atau emas (COMEX) sebenarnya harga berjangka, yang pasar fisik di seluruh dunia mengambil isyarat. (Ghosh, The Realities Behind Myths in The Commodity Futures Market, 2014). Pasar fisik merupakan pasar persaingan sempurna jika para pedagang yang bertransaksi dalam pasar tersebut menggunakan harga yang sama atau mendekati dengan dengan'nilai wajar' dari produk. Hal ini dapat terwujud jika para pelaku pasar bereaksidengan cepat untuk menggabungkan informasi baru pada saat bertransaksi antara lain informasi tentang kelangkaanrelatif, utilitas, potensi imbaldalam transaksi mereka, peranpemain swasta, kebijakan pemerintah, sebagai harapan juga. Oleh karena itu, melaluimekanisme price discovery, harga yang terbentuk mencerminkan informasi tentang kondisi pasar tersebut (Ghosh, Dey, & Moulvi, Hedging Efficiency—Measures and Empirical Study on MCX, 2013).
Dengan adanya perdagangan di bursa berjangka, komoditi yang diperdagangkan menjadi lebih spesifik (standardized). Karakteristik ini akan mendorong peningkatan kualitas bagi perdagangan komoditi di pasar fisik, antara lain dengan meningkatkan kesadaran tentang pengujian kualitas maupun penggunaan tempat penyimpanan komoditi yang terorganisir. Dengan demikian perdagangan berjangka diharapkan dapat meningkatkan pengembangan infrastruktur perdagangan komoditi dengan memberikan informasi tentang peluang yang dimunculkan dari setiap unit yang terlibat dalam perdaganan berjangka, seperti lembaga penguji mutu, gudang terdaftar, transportasi dan lain-lain.(Ghosh, The Realities Behind Myths in The Commodity Futures Market, 2014). Perdagangan kontrak berjangka berhasil atau gagal karena berbagai alasan, kontrak berjangka yang dinyatakan berhasil pada umumnya memiliki karakteristik dasar tertentu seperti memiliki underlying asset yang homogen, cukup tahan lama, dan memiliki standar (mudah dideskripsikan); pasokan dan
Ada kekhawatiran bahwa perdagangan berjangka akan berdampak besar terhadap pembentukan harga di pasar fisik pada saat ini. Padahal harga yang terbentuk di bursa berjangka adalah harga untuk
72
Pengembangan Perdagangan Berjangka..., Nurlisa Arfani
penyerahan kemudian, sementara harga yang terbentuk di pasar fisik lebih mempresentasikan harga untuk transaksi saat ini. Pemberlakuan harga berjangka pada beberapa bulan mendatang untuk transaksi saat ini dapat mengakibatkan meningkatnya harga komoditi di pasar fisik saat ini sehingga dapat mendorong peningkatan inflasi. Kekhawatiran ini dapat dicegah jika likuiditas perdagangan komoditi di bursa berjangka dapat dijaga. Untuk itu perdagangan di bursa berjangka harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain proporsi yang berimbang antara jumlah pembeli dan penjual, lokasi physical delivery yang mudah diakses dan akuntabel, dan adanya market maker. Peran market maker perlu diawasi agar fungsinya maksimal hanya sebagai risk taker (dalam artian sebagai spekulator) untuk menjaga likuiditas bursa, dan bukan sebagai manipulator yang dapat membahayakan integritas bursa berjangka maupun pasar fisik.
dan kondisi permintaan setempat, seperti kualitas, ketersediaan, kebutuhan, cuaca, biaya bunga, biaya penyimpanan, biaya penanganan dan margin keuntungan(CBOT, 2004). Meskipun terdapat perbedaan harga antara kedua pasar tersebut, namun petani selaku produsen maupun pedagang dapat memanfaatkan tren perubahan harga untuk memprediksi harga di masa yang akan datang dari mekanisme pembentukan harga yang terjadi di bursa berjangka. Tren perubahan harga di bursa berjangka baru dapat dimanfaatkan jika korelasi harga yang terbentuk antara kedua pasar tersebut sangat baik. Secara umum basisakan semakin kecil untuk perdagangan kontrak berjangka yang mendekati bulan perdagangan terakhir. Hal ini dapat dipahami karena komponen basis yang antara lain terdiri dari biaya penyimpanan dan asuransi. Untuk mendapatkan ‘nilai’ korelasi antara kedua pasar tersebut, maka data harga dari kontrak berjangka yang diambil untuk dibandingkan dengan data harga di pasar fisik adalah harga dari kontrak berjangka yang mendekati bulan penyerahan.
Gagasan bahwa bursa berjangka dapat mendorong perubahan yang lebih besar terhadap pasar fisik merupakan hal yang konyol. Pasar berjangka secara substansial lebih kecil dari pasar fisik, dan kapitalisasi perdagangan di pasar fisik komoditas jauh lebih besar daripada perdagangan di bursa. Menurut data CFTC, perdagangan berjangka di Amerika hanya memiliki 14% dari total perdagangan komoditi(Jarecki, April 5th, 2011).
Semakin kecil dan stabil besaran basis, semakin baik likuiditas perdagangan di bursa berjangka. Dengan demikian peran pasar fisik lokal sangat besar dalam proses pembentukan harga di bursa berjangka. Masalah yang ditemukan dalam perdagangan berjangka di Indonesa adalah terbatasnya pasar fisik lokal yang dapat dijadikan acuan dalam pembentukan harga di bursa berjangka. Hal ini antara lain disebabkan belum adanya informasi harga yang terstruktur dari pasar fisik lokal sehingga proses updating menjadi kendala tersendiri. Tidak updatenya informasi harga dari pasar fisik dikarenakan kurangnya kesadaran untuk mengembangkan
Dari uraian di atas diketahui bahwa harga di kondisi pasar fisik saat ini dapat mempengaruhi pembentukan harga di bursa berjangka untuk beberapa bulan ke depan. Harga komoditi pada bursa berjangka senantiasa berbeda dengan harga yang terjadi di pasar fisikkarena adanya perbedaan waktu penyerahan, atau yang dikenal dengan istilah basis. Basis mencerminkan kondisi pasar fisik yang dekat dengan lokasi penyerahan yang disepakati dalam kontrak berjangka. Basis dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk: biaya transportasi, pasokan 73
Jurnal Cendekia Niaga, Vol. 1 No. 1, DESEMBER 2016 : 69-82
sistem informasi harga, tingginya disparitas harga, belum digunakannya standar mutu dan jenis komoditi bagi perdagangan komoditi di pasar fisik, maupun karena adanya kegiatan kartel.
Indonesia, sementara pasar fisik di dalam negeri belum mampu dijadikan underlying market bagi perdagangan komoditi di bursa berjangka, maka selama ini bursa berjangka cenderung menggunakan referensi harga dari pasar atau bursa di luar negeri. Kondisi ini mengakibatkan fungsi bursa berjangka sebagai price discover tidak terwujud. Tidak terlaksananya fungsi bursa ini mengakibatkan kurangnya kepercayaan pelaku pasar dan menurunnya volume perdagangan kontrak berjangka multilateral di bursa berjangka. Hal ini dapat dipahami mengingat adanya kesulitan para pelaku pasar jika dalam hal tertentu terpaksa menutup posisi yang dimiliki dengan physical delivery (serah terima fisik). Jika harga yang dijadikan acuan adalah harga di luar negeri, maka tentunya ada pihak yang dirugikan jika dilakukan transaksi/serah terimadi pasar fisik untuk menyelesaikan posisi yang dimiliki di bursa berjangka.
Tingginya disparitas harga komoditi antara lain karena sarana transportasi yang tidak seragamdi beberapa wilayah produsen komoditi. Sedangkan tidak adanya standar mutu tertentu dalam sistem perdagangan komoditi mengakibatkan harga sangat bervariatif. Tidak dapat dipungkiri jika harga sangat melekat erat dengan kualitas, beragamnya jenis kualitas produk mengakibatkan sulitnya untuk menetapkan harga jenis komoditi tertentu yang akan dijadikan acuan dalam perdagangan berjangka di bursa. Jikapun ada standar mutu yang sudah disepakati, perlu ditambahkan formulasi harga untuk menentukan perbedaan harga bagi komoditi yang memiliki kualitas berbeda (premi/diskon).
Di lain hal, menghilangkan opsi penyelesaian kontrak berjangka dengan physical delivery, juga tidak diinginkan oleh pelaku pasar. Tidak adanya physical deliverymengakibatkan para pelaku pasar harus menutup kontrak terbuka yang dimiliki sebelum hari perdagangan terakhir berapapun settlement price yang terbentuk di bursa berjangka. Hal ini akan merugikan sebagian pelaku di bursa berjangka jika harga yang terjadi tidak merepresentasikan harga yang terjadi di pasar fisik. Opsi physical delivery sangat ampuh untuk mencegah adanya manipulasi harga yang diakibatkan oleh praktek squeezing dan cornering.
Praktek kartel mengakibatkan terbatasnya akses para pelaku pasar yang tidak termasuk dalam anggota kartel. Kartel itu sendiri akan mempertahankan harga ‘versi’ mereka sendiri yang kemungkinan besar tidak diterima oleh pelaku pasar lainnya. Meskipun jumlah mereka sedikit namun karena pangsa pasar yang dimiliki cukup besar, pengaruh kartel cukup mendominasi dan tentu saja sulit bagi mereka untuk berpartisipasi dalam mekanisme pembentukan harga yang wajar. Sehingga harga yang terbentuk dengan mengakomodir kartel sulit diterima oleh pelaku pasar di luar kartel yang secara jumlah pelaku jauh lebih banyak, termasuk pelaku pasar di bursa berjangka. Sebaliknya kartel juga sulit menerima pembentukan harga yang adil dan wajar di bursa berjangka karena tidak sesuai dengan kepentingan bisnis mereka.
Karakteristik umum bagi sebagian besar perdagangan kontrak berjangka yang berhasil adalah tersedianya mekanisme physical delivery. Hal ini dapat dilihat dari Spesifikasi Kontrak Berjangka CPO di Malaysia Derivative Exchange- MDEX(Malaysia Derivative Exchange, 2016)dan telah menjadi underlying market bagi perdagangan
Kembali ke pembahasan awal tentang pentingnya pasar fisik bagi pengembangan bursa berjangka di
74
Pengembangan Perdagangan Berjangka..., Nurlisa Arfani
kontrak berjangka CPO di Chicago Merchantile Exchange– CME (CME, 2016). Hal ini berbeda dengan spesifikasi kontrak berjangka yang diperdagangkan di ICDX, yang tidak mengenal opsi physical delivery. Penutupan kontrak hanya menggunakan skema cash settltment. (ICDX, 2016)
CPO dan kakao. Perdagangan kontak berjangka kakao di BBJ saat ini mernggunakan underlying market dari pasar fisik atau bursa berjangka yang ada di luar negeri. Hal ini dikarenakan belum adanya pasar fisik lokal di Indonesia yang dapat dijadikan reference market. Dari Gambar 1 dan 2 dapat dilihat korelasi antara harga Kontrak Berjangka Kakao di BBJ dengan harga yang di diseminasi asosiasi pelaku kakao internasional ICCO dan harga Kontrak Berjangka Kakao di Bursa Intercontinental Exchange (ICE) di New York. Dapat disimpulkan bahwa korelasi harga Kontrak Berjangka Kakao di Indonesia terkait dengan harga yang terbentuk di Bursa ICE (0,8120) dan ICCO (0,7922) yang digolongkan pada tingkat korelasi yang kuat.
Perdagangan Kontrak Berjangka Kakao Untuk membuktikan kondisi tersebut terjadi di bursa berjangka di Indonesia, maka dapat dilihat dari tingginya korelasi antara bursa berjangka di dalam negeri dengan pasar komoditi yang ada di luar negeri (pasar fisik ataupun bursa berjangka), antara lain terhadap perdagangan komoditi
Gambar 1 Korelasi antara Harga Kakao BBJ dengan ICCO (korelasi 0,7922) 4000.00 USD
3500.00 3000.00 2500.00
Harga BBJ
2000.00
Harga ICCO
Sumber: Reuters (diolah)
Gambar 2a. Korelasi antara Harga Kakao BBJ dengan NYBOT
USD
(korelasi 0,8120) 3200 2700
Harga NYBOT
2200
Harga BBJ
75
Jurnal Cendekia Niaga, Vol. 1 No. 1, DESEMBER 2016 : 69-82
Gambar 2b. Korelasi antara Harga Kakao BBJ dengan ICCO (korelasi 0,7922) 4000.00 USD
3500.00 3000.00
Harga BBJ
2500.00
Harga ICCO
2000.00 2/01/2015
Sumber: Reuters (diolah) Untuk dapat dinyatakan sebagai underlying market yang bagus bagi pembentukan harga di bursa berjangka, sebaiknya tingkat korelasi antara harga di pasar fisik (underlying market) dengan harga di bursa berjangka di atas 0,90. Hal ini dapat dilihat pada korelasi antara harga Kontrak Berjangka Kakao di NYBOT dengan harga ICCO yang mencapai 0,9308 sebagaimana dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.Ketiadaan pasar fisik lokal kakao di tanah air mengakibatkan harga yang dijadikan acuan dalam perdagangan kakao menggunakan valuasi US Dollar. Mengingat bursa berjangka yang memperdagangkan kontrak berjangka kakao ada di New York. Volatilitas harga yang terbentuk di New York lebih
mengarah kepada kondisi pedagang/eksportir yang ada di sana. Fundamental perdagangan kakao di Indonesia sebagai negara penghasil kakao terbesarketiga di dunia kurang diakomodir, meskipun untuk transaksi kakao di negeri sendiri. Kegagalan panen atau kelebihan produksi di Indonesia kurang memberikan dampak signifikan dalam pembentukan harga kakao. Kondisi ini mengakibatkan optimalisasi keuntungan dalam budidaya kakao menjadi kurang menarik. Hargakakao yang diperdagangkan di Indonesia lebih dipengaruhi oleh mekanisme supply dan demand dari negara importir.
Gambar 3. Korelasi Harga Kakao ICCO dan NYBOT (korelasi 0,9308)
3450 USD
3250 3050 2850
Harga…
Sumber: Reuters (diolah)
76
2/12/2015
2/11/2015
2/10/2015
2/09/2015
2/08/2015
2/07/2015
2/06/2015
2/05/2015
2/04/2015
2/03/2015
2/02/2015
2/01/2015
2650
Pengembangan Perdagangan Berjangka..., Nurlisa Arfani
Perdagangan Kontrak Berjangka CPO
dengan Bursa Komoditi Derivatif Indonesia (BKDI) jauh lebih rendah (Gambar 4) dibandingkan dengan tingkat korelasi harga CPO di pasar fisik Indonesia dengan pasar/bursa yang ada di luar negeri, dalam hal ini pelabuhan ekspor CPO di Kuala Lumpur (tingkat korelasi 0,9611) dan Malaysia Derivatives Exchange - MDEX (tingkat korelasi 0,9514), sebagaimana terlihat di Gambar 5 dan 6.
Kondisi perdagangan CPO di Indonesia sedikit berbeda dengan perdagangan kakao. Untuk perdagangan CPO, Indonesia telah memiliki pasar fisik yang pengelolaan data perdagangannnya sudah di-publish setiap hari (daily basis) melalui Reuters yaitu pelabuhan ekspor CPO di Belawan dan Dumai. Namun dari hasil analisis, korelasi harga antara pasarfisik CPO
Gambar 4. Korelasi antara Harga CPO antara Pasar Fisik Belawan dengan Bursa BKDI di Indonesia (korelasi 0,8721)
700.00
10000 8000
600.00
6000 4000
500.00
2000 400.00 12-Mar-15
0 12-Jun-15
12-Sep-15
12-Dec-15 Harga BKDI
Sumber: Reuters (diolah)
10000 9000 8000 7000 6000 5000
Gambar 5. Korelasi antara Harga CPO Pasar Fisik di Belawan dan Kuala Lumpur
12-Mar-15
(korelasi 0,9611)
800 600 400 200 0
12-Jun-15
12-Sep-15
12-Dec-15
FOB Belawan
Sumber: Reuters (diolah)
77
Jurnal Cendekia Niaga, Vol. 1 No. 1, DESEMBER 2016 : 69-82
700
Gambar 6. Korelasi antara Harga CPO antara Pasar Fisik di Belawan dengan Bursa MDEX di Kuala 10000 Lumpur (korelasi 0,9514)
8000
600
6000 4000
500
2000 400 12-Mar-15
0 12-Jun-15
12-Sep-15
12-Dec-15
Bursa MDEX
Sumber: Reuters (diolah) Sementara itu tingkat korelasi harga untuk perdagangan Kontrak Berjangka CPO di BKDI lebih tinggi terhadap harga perdagangan kontak berjangka di Bursa Malaysia – MDEX, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 7 dengan korelasi sebesar 0,9266. Hal ini kurang mengikuti kaidah dalam perdagangan berjangka komoditi. Idealnya harga acuan dalam perdagangan di bursa adalah harga
pada perdagangan fisik yang terdekat dengan lokasi bursa untuk mengantisipasi terjadinya serah terima fisik. Pada kasus CPO ini, bukan hanya absennya pasar fisik lokal sebagai reference market, ditambah lagi pembentukan harga di bursa berjangka Indonesia lebih erat korelasinya dengan harga yang terbentuk di bursa berjangka lain di luar negeri.
Gambar 7. Korelasi antara Harga CPO antara Bursa BKDI di Jakarta dengan Bursa MDEX di K. Lumpur (korelasi 0,9266)
700.00 600.00 500.00 400.00 2-Jan-15
2-Apr-15
2-Jul-15
2-Oct-15 Harga BKDI
Sumber: Reuters (diolah)
78
Pengembangan Perdagangan Berjangka..., Nurlisa Arfani
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pasar fisik CPO di Belawan belum dapat menjadi reference market bagi perdagangan CPO di Indonesia. Hal ini dikarenakan bursa berjangka lebih mengacu pada pembentukan harga CPO di Malaysia. Salah satu alasan yang paling logis karena harga CPO yang terbentuk di Belawan bukanlah sebagai harga acuan bagi perdagangan internasional komoditi CPO. Market reference untuk perdagangan CPO internasional lebih mngacu kepada pembentukan harga yang terjadi di pelabuhan ekspor di Kuala Lumpur, yang sekaligus menjadi underlying market bagi perdagangan kontrak berjangka CPO di MDEX. Pelaku perdagangan berjangka Indonesia lebih memilih harga acuan perdagangan kontrak CPO di BKDI yang berasal dari MDEX.
karena adanya basis. Kedua harga yang berbeda yang terbentuk pada dua pasar yang berbeda pada saat yang sama, tidak mempengaruhi satu sama lain karena waktu pemberlakuan yang berbeda. Di samping itu perlu diingat bahwa pasar berjangka terlalu kecil untuk dapat mempengaruhi harga di pasar fisik di saat yang sama. Hal ini sesuai dengan teori perdagangan berjangka yang hanya memberlakukan serah terima di pasar fisik pada beberapa bulan ke depan pada hari perdagangan terakhir atau contract expiration day (Lofton, 1997, p. 56). Meskipun harga kakao sudah meningkat pada bulan Mei untuk perdagangan berjangka, namun kenaikan harga tersebut tidak mempengaruhi harga di pasar fisik. Kenaikan harga kontrak berjangka tersebut baru berlaku pada bulan berikutnya di pasar fisik, ketika kontrak berjangka dimaksud mencapai hari perdagangan terakhir(maturation day) pada bulan berikutnya, yaitu bulan Mei. Untuk lebih detil, dapat dilihat pada bagian yang dilingkari di Gambar 8. Otoritas dapat melakukan beberapa upaya untuk mendeteksi penyebab kenaikan harga tersebut maupun langkah antisipasi yang dapat diambil, khususnya jika perdagangan tersebut memiliki volume yang cukup besar. Jika kenaikan harga di bursa berjangka pada bulan berikutnya dianggap tidak wajar dan melebihi batas minimum kenaikan harga, maka dapat dilakukan penghentian perdagangan. Namun jika hal tersebut didukung dengan perubahan yang bersifat fundamental, informasi dari perdagangan berjangka dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mengelola risiko yang mungkin dihadapi di masa datang. Di situlah peran bursa sebagai sarana lindung nilai dapat difungsikan sebaik mungkin.
Jika kondisi ini terus dibiarkan, maka fungsi bursa berjangka sebagai sarana price discovery sulit dicapai. Karena fungsinya belum optimal, maka perkembangan bursa berjangka komoditi Indonesia belum sebagaimana yang diharapkan. Ini menjadi ‘pekerjaan rumah’ bagi kita, khususnya otoritas perdagangan komoditi kakao dan CPO. Pengaruh perdagangan berjangka terhadap pasar fisik Otoritas keuangan yang ada di Indonesia tidak perlu mengkhawatirkan adanya dampak yang dapat mengganggu stabilitas ekonomi dengan adannya perdagangan berjangka. Peran perdagangan berjangka hanya dioptimalkan untuk membentuk harga komoditi di masa yang akan datang. Harga di masa yang akan datang (futures price) yang terbentuk saat ini tidak sekonyongkonyong mempengaruhi harga di pasar fisik pada saat kini. Keraguan akan adanya inflasi karne umumnya harga futures lebih tinggi daripada harga di pasar fisik tidak menjadi masalah
79
Jurnal Cendekia Niaga, Vol. 1 No. 1, DESEMBER 2016 : 69-82
USD/ton
Gambar 8. Perkembangan Harga Kakao di Pasar Fisik (ICCO ) dan Bursa (NYBOT ) 3450 3350 3250 3150 3050 2950 2850 2750 2650
Harga NYBOT Harga ICCO
Sumber: Reuters (diolah) SIMPULAN
minat para pelaku pasar untuk bertransaksi di bursa tersebut. Penguatan pasar fisik komoditi di tingkat lokal juga bermanfaat untuk mengantisipasi kejadian penting yang berdampak pada aspek fundamental bagi perdagangan komoditi di negara asal antara lain mekanisme supply and demand.
Korelasi pembentukan harga antara pasar fisik dan bursa berjangka sangat merpengaruhi tercapainya manfaat dari perdagangan berjangka. Hal ini terjadi pada bursa berjangka dunia yang menjadi acuan dalam pembentukan harga. Hal ini belum terjadi sepenuhnya di Indonesia, dimana korelasi harga di bursa berjangka tanah air dengan pasar fisik lokal belum begitu kuat, sebagaimana dalam perdagangan CPO. Bahkan untuk perdagangan kakao, kita belum memiliki pasar fisik yang dapat dijadikan acuan. Korelasi hargatersebut memainkan peranan penting bagi keberhasilan perdagangan suatu kontrak berjangka di bursa berjangka.
Dengan demikian petani lokal tidak mengalami kerugian karena perbedaan kondisi yang terjadi antara negara penghasil (produsen) dan negara pengguna (user). Sebagai negara penghasil komoditi, Indonesia harus memiliki kedaulatan dalam menentukan harga jual dari setiap komoditi yang dihasilkan. Hal ini tentunya hanya dapat dicapai jika kita memiliki pasar fisik yang kuat, ditunjang dengan infrastruktur yang mumpuni, dan tempat penyimpanan yang memadai untuk menampung sementara kelebihan pasokan yang ada di dalam negeri. Tentunya hal ini juga membutuhkan dukungan perbankan dan lembaga penjamin yang efisien untuk menghindari ‘ekonomi biaya tinggi’.
Pentingnya pasar fisik terorganisir yang mampu menyediakan harga komoditi secara reguler dan update sangat dibutuhkan dalam pengembangan perdagangan kontrak berjangka komoditi yang dipercaya. Tanpa adanya pasar fisik lokal yang dapat dijadikan referencemarket dalam perdagangan berjangka mengurangi
80
Pengembangan Perdagangan Berjangka..., Nurlisa Arfani
REFERENSI
Ghosh, N., Dey, D., & Moulvi, N. A. (2013, Januari). Hedging Efficiency— Measures and Empirical Study on MCX. Retrieved Oktober 18, 2016, from Researcher Gate: https://www.researchgate.net/profile/Nila njan_Ghosh_PhD/publication/25654272 7_Hedging_EfficiencyMeasures_and_E mpirical_Study/links/00b495233f8aca82 ee000000.pdf
Baer, J. B., & Saxon., O. G. 1949.Commodity Exchanges and Futures Trading. New York: Harper & Brothers. Berg, A., Valiante, D., & Egenhofer, C. 2013. Price Formation in Commodities Markets: Financialisations and Beyond. Brussels: Center for European Policy Studies.
Hasni. 2015. Analisis Hubungan Harga Timah BKDI dn LME Serta Kebijakan Ekspor Terhadap Kinerja Espor Timah Indonesia. Buletin Ilmiah LITBANG Perdagangan , 201 - 220.
CBOT. 2004. Understanding Basis. Retrieved Oktober 26, 2016, from Go Futures: http://www.gofutures.com/pdfs/Understa nding-Basis.pdf
Hieronymus, T. A. 1977. Economics of Futures Trading for Commercial and Personal Profit. New York: Commodity Research Bureau, Inc.
CFTC. (n.d.). CFTC Glossary. Retrieved 10 23, 2016, from CFTC Website: http://www.cftc.gov/ConsumerProtection /EducationCenter/CFTCGlossary/index. htm#B
ICDX. 2016. Products. Retrieved November 18, 2016, from Specification Contract: http://www.icdx.co.id/files/Products/Spec ification%20for%20CPOTR.pdf
CME. 2016. Education. Retrieved November 18, 2016, from Palm Oil Calendar Futures and Options: http://www.cmegroup.com/education/pal m-oil-calendar-futures-and-options.html
Jarecki, H. G. (April 5th, 2011). The Relationship Between Commodity Futures Trading and Physical. New York: Gresham Investment Management LLC.
Ghosh, N. (2014, Februari). Price Discovery in Commodity Futures Market. Retrieved Oktober 12, 2016, from Commodity Wise: https://www.mcxindia.com/docs/defaultsource/education-training/econonomictimes--commodity-wiseseries/english/et-advertorial-12february.pdf?sfvrsn=2
Lofton, T. 1997. Getting Started in Futures. New York: John Wiley and Sons, Inc. Malaysia Derivative Exchange. (2016). Products: Commodity Derivatives. Retrieved November 18, 2016, from Contract Specification Crude Palm Kernel Oil Futures (FPKO): http://www.bursamalaysia.com/market/d erivatives/products/commodityderivatives/crude-palm-kernel-oilfutures-fpko/
Ghosh, N. (2014, April 17). The Realities Behind Myths in The Commodity Futures Market. Retrieved Oktober 10, 2016, from The Hindu Business Line: http://www.thehindubusinessline.com/m arkets/commodities/the-realities-behindmyths-in-the-commodity-futuresmarket/article5922800.ece
Role of Thin Commodity Futures Markets in Physical Market Price Making: An Analysis of Wheat Futures in
81
Jurnal Cendekia Niaga, Vol. 1 No. 1, DESEMBER 2016 : 69-82
India inthe Post-Ban Era. (2010, July). Volume 3, Number 2 , pp. 45-64.
Sarwono, J. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Jogjakarta: Graha Ilmu.
Santos, J. 2006. A History of Futures Trading in the US. Retrieved 10 24, 2016, from EH Net: http://eh.net/encyclopedia/a-history-offutures-trading-in-the-united-states/
Sehgal, S., & all, e. Discovery in Indian Commodity. International Accounting and Financial 34-54.
82
2012. Price Agricultural Journal of Reporting ,