ISBN : 978-602-73865-4-9
KAJIAN PENGETAHUAN PEMENUHAN GIZI LANSIA DITINJAU DARI TINGKAT PENGETAHUAN DAN JENIS PEKERJAAN Ida Untari 1 dan Novi Wulandari,2 Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta,
[email protected] ABSTRAK Indonesia termasuk negara kelima yang akan memiliki populasi lansia terbesar dengan jumlah penduduk lansia sebesar 11,34% (28,8 juta jiwa). Salah satu faktor yang mempengaruhi pemenuhan gizi lansia diantaranya adalah jenis pekerjaan, pengetahuan dan masih banyak yang lainnya. Studi pendahuluan melalui wawancara pada Ketua RT Desa Senden didapatkan terdapat 148 jiwa, dengan jenis pekerjaan pada kepala keluarga sebagian besar petani dan berpendidikan merata, sehingga dalam pemenuhan gizi pada lansia dimungkinkan belum dilakukan dengan benar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil kajian pengetahuan pemenuhan gizi lansia melalui pendidikan kesehatan ditinjau dari tingkat pendidikan kepala keluarga dan jenis pekerjaan. Penelitian ini merupakan penelitian komparatif. Populasi penelitian adalah seluruh keluarga warga di Dusun Tegalsari Desa Senden Selo Boyolali. Teknik sampling berupa total sampling yang berjumlah 30 orang. Instrumen menggunakan check list dan kuesioner. Analisis data menggunakan uji Anova untuk peninjauan tingkat pendidikan dan T Test Independent untuk peninjauan jenis pekerjaan pada signifikan 5%. Hasil didapatkan terdapat 3 tingkat pendidikan yaitu Sekolah Dasar 9 (30%), Sekolah menengah pertama 10 (33,3%), dan sekolah menengah atas SMA 11 (36,7%) dan terdapat 2 jenis pekerjaan yaitu petani 23 (76,7%) dan swasta 7 (23,3%). Pengetahuan melalui pendidikan kesehatan dengan kategori baik sebanyak 18 (60%), cukup 12 (40%). Pengetahuan ditinjau dari tingkat pendidikan di dapatkan nilai p: 0,871, sedangkan pengetahuan ditinjau dari jenis pekerjaan nilai p : 0,673. Kesimpulannya tidak terdapat perbedaan pengetahuan pemenuhan gizi lansia melalui pendidikan kesehatan baik ditinjau dari tingkat pendidikan maupun jenis pekerjaan. Kata Kunci: Pengetahuan, Tingkat pendidikan, Jenis pekerjaan. ABSTRACT Indonesia is among the five countries that will have the largest elderly population in the elderly population amounted to 11.34% (28.8 million). One of the factors that affect nutrition among the elderly is the type of work, knowledge, and many others. The number of inhabitants of the village Senden sebaanyak 148 people, with the kind of work at the head of the family, most farmers and educated evenly, resulting in possible nutrition in the elderly has not been done properly. This study aims to determine the results of a study of elderly nutrition knowledge through health education in terms of educational level of the family and the type of work. This research is comparative. The study population was the whole family residents in the Hamlet Village Tegalsari Senden Selo, Boyolali. Sampling techniques such as total sampling totaling 30 people. The instrument uses a check list and questionnaire. Analysis of data using ANOVA test for a review of the level of education and Independent T Test for this type of work on a review of significant 5%. The results obtained are three levels of elementary school education ie 9 (30%), 10 junior high schools (33.3%), and high school SMA 11 (36.7%) and there are two types of jobs as farmers 23 (76.7 %) and private 7 (23.3%). Knowledge through health education to both categories as many as 18 (60%), just 12 (40%). Knowledge terms of level of education get the p-value: 0.871, while knowledge in terms of the type of work the p-value: 0.673. In conclusion there is no difference elderly nutrition knowledge through health education both in terms of level of education and type of work. Keywords: Knowledge, level of education, type of work.
PENDAHULUAN Indonesia sebagai salah satu negara berkembang juga mengalami peningkatan populasi penduduk lansia dari 4,48% (5,3 juta jiwa) pada tahun 1971 menjadi 9,77% (23,9 juta jiwa) pada 2010. Bahkan pada tahun 2020 diprediksi akan terjadi ledakan jumlah penduduk lansia sebesar 11,34% atau sekitar 28,8 juta jiwa. Indonesia termasuk negara kelima yang akan memiliki populasi lansia terbesar setelah Cina, India, Amerika Serikat, dan Meksiko (WHO 2002, dikutip oleh Fatimah, 2010). Fenomena peningkatan jumlah lansia terjadi karena beberapa faktor yaitu perbaikan status kesehatan akibat kemajuan teknologi dan pelayanan kedokteran, transisi epidemiologi dari penyakit infeksi menuju penyakit degeneratif, perbaikan status gizi yang ditandai oleh peningkatan kasus obesitas dibandingkan dengan kasus gizi kurang (Fatimah, 2010). Studi pendahuluan tanggal 29 Januari 2014 pada waktu perkumpulan PKK didapatkan 27 ibu yang hanya sebatas mengetahui bagaimana cara memenuhi gizi yang baik dan benar Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta
151
ISBN : 978-602-73865-4-9
terhadap lansia, sedang 3 ibu kurang mengetahui cara memenuhi gizi yang baik dan benar terhadap lansia. Penelitian ini diawali dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada perwakilan keluarga dengan mengundang kepala keluarga dengan tema pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi pada lansia. Pada karakteristik dilokasi penelitian, didapatkan jenis pekerjaan masyarakat sebanyak 30 kepala keluarga hanya sebagai petani dan wiraswasta dengan tingkat pendidikan yang bervariasi pula. Dalam teori pengetahuan dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan. Penelitian tentang hubungan tingkat penghasilan, tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan orangtua tentang makanan bergizi oleh Febrianto, 2012 menyatakan bahwa tingkat penghasilan, tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan orangtua tentang makanan bergizi memberikan hubungan yang positif. Untuk itu pada penulisan ini, setelah penelitian dilakukan perlakuan berupa pendidikan kesehatan kemudian dilakukan analisis mendalam berupa kajian pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi pada lansia ditinjau dari karakteristik responden, sehingga tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui hasil kajian pengetahuan pemenuhan gizi lansia melalui pendidikan kesehatan ditinjau dari tingkat pendidikan keluarga dan jenis pekerjaan. TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil “tahu” dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”. Sedangkan ilmu (sciene) bukan sekedar menjawab “what”, melainkan akan menjawab pertanyaan “why” dan “how”. Pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan apa sesuatu itu. Perlu dibedakan antara pengetahuan dan keyakinan, walaupun keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat (Notoatmojo, 2010). Pengetahuan akan mempengaruh sikap seseorang dalam bersikap dan berperilaku. Dalam hal ini berperilaku dalam pemenuhan gizi pada lansia. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu : 1). Tahu (know) yang diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya temasuk mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, 2) Memahami (comprehention) yang diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar dimana seseorang harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya tehadap objek yang dipelajari, 3) Aplikasi (application)yang diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari atau kondisi real (sebenarnya). Dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus metode, dan sebagainya dalam koteks dan situasi lain, 4) Analisis (analysis) merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada ikatannya satu sama lain, 5) Sintesis (synthesis) adalah menunjukkan kemampuan untuk menjabarkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan menyusun formulasi baru, 6) Evaluasi (evaluation) dimana berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian tehadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian terhadap suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Menurut Notoatmodjo (2005), terdapat beberapa factor yang mempengaruhi pengetahuan meliputi : 1) Faktor Internal, meliputi : umur, pendidikan, pekerjaan dimana seseorang memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan pekerjaan yang dianggap penting memerlukan perhatian masyarakat yang sibuk akan memiliki waktu yang sedikit untuk memperoleh informasi, sehingga tingkat pengetahuan yang mereka miliki jadi berkurang. 2) faktor eksternal, meliputi : lingkungan, Sosial budaya. Cara memperoleh pengetahuan dikelompokkan menjadi dua yakni: 1) Cara kuno memperoleh pengetahuan, meliputi : cara coba salah (trial and error), Cara kekuasaan atau otoritas, Berdasarkan pengalaman pribadi, Cara akal sehat, Melalui jalan pikiran, 2) Cara modern melalui metode penelitian ilmiah. Pemenuhan gizi pada lanjut usia sangat penting. Pada usia lanjut usia menunjukkan bahwa asupan energi pada uisa lanjut usia sangat mempengaruhi kesehatan tubuh. Pada usia lanjut dapat terjadi perubahan tingkat berbagai hormone dan penurunan metabolism sehingga teerjadi
Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta
152
ISBN : 978-602-73865-4-9
“penundaan” kemunculan penyakit kronik yang berhubungan dengan pertambahan umur (Ma’rifatul, 2011). Keberadaan dukungan keluarga yang adekuat terbukti berhubungan dengan status kesehatan yaitu terjadinya perubahan perilaku lansia, sehingga menurunnya mortalitas dan lebih mudah sembuh dari sakit. Jadi dengan adanya dukungan dari keluarga maka status kesehatan, lansia akan lebih baik yang berasal dari pemenuhan kebutuhan nutrisi semakin baik dan terkontrol. Gizi adalah makanan yang bermanfaat untuk kesehatan. Zat-zat yang terdapat dalam makanan mempengaruhi kesehatan itulah yang disebut zat-zat gizi. Sedangkan ilmu yang mempelajari tentang hubungan antar makanan dengan kesehatan tubuh dinamakan ilmu gizi. Gizi lansia merupakan bagian dari ilmu gizi yang mempelajari tentang pencegahan dan pengobatan diet pada lansia (Departemen Kesehatan RI, 1995, dikutip oleh Ma’rifatul, 2011). Kecukupan makanan sehat sangat penting bagi para usia lanjut. Orang yang berusia 70 tahun kebutuhan gizinya sama dengan saat berumur 50-an. Tetapi nafsu makan mereka cenderung terus menurun. Karena itu harus terus diupayakan konsumsi makanan penuh gizi. Bertambahnya usia menyebabkan indera rasa menurun. Sebagai kompensasi, banyak orang lanjut usia (lansia) memilih makanan yang rasanya sangat manis atau asin. Padahal, penambahan gula hanya menberikan kalori kosong (tidak ada nilai gizinya), sedangkan garam dapat meningkatkan tekanan darah. Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi pada lansia : 1) berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong, 2) berkurangnya indera pengecap mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam, dan pahit, 3) esophagus atau kerongkongan mengalami pelebaran, 4) rasa lapar menurun, asam lambung menurun, 5) gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi, 6) penyerapan makanan di usus menurun. Faktor lingkungan meliputi perubahan kondisi ekonomi yang terjadi, akibat masa pensiunnya isolasi sosial akibat pasangannya meninggal. Pemahaman tentang nutrisi yang kurang yang menyebabkan mundurnya keadaan gizi lansia. Indera penciuman dan penglihatan juga terganggu, sehingga mengakibatkan pemilihan makanan yang berbau tajam atau minat terhadap makanan menurun. Perubahan emosi karena depresi dan kesepian juga membuat nafsu makan menurun.Masalah gigi sering dialami lansia, seperti gigi tanggal, gigi berulang, dan gigi palsu yang tidak nyaman. Kesemuanya ini beresiko menimbulkan kurang gizi, selain itu, lansia itu, lansia umumnya mempunyai paling sedikit satu masalah kesehatan, seperti arthritis, penyakit kardiovaskular, dan diabetes. Ditambah pula menurunnya kapasitas mental yang berkaitan dengan otak. Gangguan kesehatan pada lansia itu berkaitan dengan apa yang dimakan. Mereka membutuhkan pengaturan menu yang tepat, contohnya makanan rendah lemak dan garam. Pengaturan ini dapat dilakkan oleh keluarga. Banyak makanan dan bahan makanan yang kaya zat gizi dan murah serta mudah dijangkau. Komposisi tiap-tiap jenis makanan atau kandungan zat-zat gizinya harus seimbang, jangan sampai satu jenis terdapat dalam jumlah sedemikian banyak sampai mendesak jenis lain. Berbagai perubahan faal organ pada proses menua, dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada tubuh dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut. Perubahan secara biologis ini dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua, antara lain, masa otot yang berkurang dan masa lemak yang bertambah, mengakibatkan jumlah cairan tubuh juga berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut dan kering, wajah keriput serta muncul garis-garis yang menetap. Oleh karena itu, pada lansia sering kali terlihat kurus. Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada lansia, sehingga dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn dapat menurunkan nafsu makan. Tujuan pemberian atau pemenuhan gizi lansia, meliputi : 1) mempertahankan gizi yang seimbang dalam kaitannya untuk menunda atau mencegah kemunduran fungsi organ, 2) gizi diharapkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan tubuh pada lansia, 3) membiasakan makan yang cukup dan teratur, 4) menghindar kebiasaan pada pola makan yang buruk, seperti mengonsumsi makanan yang berkolesterol, memium minuman keras, dan lain-lain. 5) mempertahankan kesehatan dan menunda lahirnya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, ginjal, atherosklerosis, diabetes militus (DM), kanker, gangguan peredaran darah otak, arthritis, osteoporosis, artereoartritis, dan lain-lain. Permasalahan gizi pada lansia yang sering dijumpai menurut Ma’rifatul (2011) yaitu: 1) Penyakit kronis : jantung, diabetes, hipertensi, 2) Problem like depression : kehilangan daya Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta
153
ISBN : 978-602-73865-4-9
ingat, arhritis yang dapat mengubah nafsu makan, 3) Kesehatan mulut buruk : penyakit gigi, susah menelan dan mulut kering, 4) Obat : terkadang lansia suka menelan obat bebas tanpa resep, 5) Kemiskinan, 6) Hidup sendiri bagi, yang tidak bisa melakukan kegiatannya sendiri. Peran keluarga dalam pemenuhan gizi pada lansia supaya dalam kondisi prima dicapai dengan memakan bahan makanan yang beraneka ragam jenisnya dalam kualitas dan kuantitas yang tepat bagi tubuh. Apabila asupan zat gizi salah dan tidak mampu memanfaatkannya maka akan menimbulkan masalah gizi. Masalah gizi yang banyak ditemui pada lansia adalah gizi berlebih dan gizi kurang. Secara spesifik dengan keberadaan dukungan keluarga yang adekuat terbukti berhubungan dengan status kesehatan yaitu terjadinya perubahan perilaku lansia, sehingga menurunnya mortalitas dan lebih mudah sembuh dari sakit. Jadi dengan adanya dukungan dari keluarga maka status kesehatan, lansia akan lebih baik yang berasal dari pemenuhan kebutuhan nutrisi semakin baik dan terkontrol. Memenuhi kebutuhan minimal sehari lansia (MDR/Minimal Daily Requrement) meliputi kebutuhan karbohidrat pada lansia sekitar 65%, protein 20% dan lemak 15%, kebutuhan ini sama pada orang dewasa namun hanya berbeda dalam hal penyajian bentuk makanan karena terjadi perubahan fisiologis tubuh lansia terkait proses pencernaan secara kimiawi dan fisik. Pada usia lanjut telah tejadi berbagai kemunduran pada organ tubuh. Makanan yang baik bagi lansia adalah makanan berserat seperti sayuran, buah-buahan. Lansia tidak perlu menambah dari luar misalnya suplemen makanan, asal setiap kali makan ada sayur dan buah. Untuk buah, utamakan buah yang bisa dimakan dengan kulitnya karena seratnya lebih banyak. Apalagi pada lansia sering banyak keluhan soal buang air besar. Selain mengkonsumsi serat, lansia juga harus banyak minum terutama air putih. Makanan yang kurang baik bagi lansia adalah yang berlemak misalnya, jeroan, daging ayam, daging sapi, dan daging kambing yang berlemak. Bahan makanan yang dianjurkan bagi lansia adalah sebagai berikut: 1) Bahan makanan sumber karbohidrat (zat energi) : Nasi, bubur beras, nasi jagung, kentang, singkong, ubi, talas, biskuit, roti , crakers, maizena, tepung beras, tepung terigu, tepung hunkwe, mie, bihun, 2) Bahan makanan sumber lemak (zat energi) : Minyak goreng, minyak ikan, margarin, kelapa, kelapa parut, santan, lemak daging, 3) Bahan makanan sumber protein hewani : Daging sapi, daging ayam, hati, babat, usus, telur, ikan, udang, 4) Bahan makanan sumber protein nabati : Kacang ijo, kacang kedelai, kacang merah, kacang tanah, oncom, tahu, tempe, 5) Menganjurkanuntuk minum air putih 1.5 – 2 liter. Menyediakan suplemen gizi yang diperlukan pada lansia akan terjadi berbagai macam kemunduran organ tubuh, sehingga metabolisme di dalam tubuh menurun. Hal tersebut menyebabkan pemenuhan kebutuhan sebagian zat gizi pada sebagian besar lansia tidak terpenuhi secara adekuat. Oleh karena itu jika diperlukan, lansia dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen gizi, tapi perlu diingat dan diperhatikan pemberian suplemen gizi tersebut harus dikonsultasikan dan mendapat izin dari petugas kesehatan. Pemenuhan gizi pada lanjut usia sangat penting. Asupan energi pada usia lanjut sangat mempengaruhi ketahanan tubuh. Pada usia lanjut dapat terjadi perubahan tingkat berbagai hormon dan penurunan metabolisme sehingga terjadi “penundaan” kemunculan penyakit kronik yang berhubungan dengan pertambahan umur. Pedoman umum gizi seimbang untuk lansia di Indonesia: Departemen Kesehatan telah menerbitkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS), yang berisi 13 pesan daftar gizi seimbang bagi lansia dengan dasar PUGS dan dengan mempertimbangkan pengurangan berbagai resiko penyakit degenerasi yang dihadapi para lansia, yaitu : Makan aneka ragam makanan, makan sumber karbohidrat kompleks (serealia, umbi) dalam jumlah sesuai dengan anjurandengan tujuan menjamin cukup serat, serta tidak bersifat refined carbohydrate, Membatasi konsumsi lemak dan minyak secara berlebihan, gunakan sumber lemak nabati kacang-kacangan dengan tujuann mengurangi konsumsi lemak jenuh, trigliserida dan kolesterol yang merupakan faktor resiko penyakit kardiovaskuler, Makan sumber zat besi secara cukup, bergantian antara sumber hewani dan nabati, Minum air yang bersih, aman cukup jumlahnya dan telah dididihkan, kurangi konsumsi makanan, jajanan dan minuman yang tinggi pula murni dan lemak, perbanyak frekuensi konsumsi hewani laut dalam menu harian, Lemak tak jenuh omega-3 yang banyak pada golongan ikan telah terbukti memberikan perlindungan terhadap/mencegah terjadinya aterosklerosis, gunakan garam berioduum, perbanyak konsumsi sayur dan buah-buahan berwarna hijau, kuning maupun oranye
Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta
154
ISBN : 978-602-73865-4-9
karena banyak mengandung serat, vitamin C, provitamin A dan vitamin E yang melindungi selsel tubuh dari kerusakan yang terjadi secara dini. Tabel 1. Tabel Makanan yang Dianjurkan Berdasarkan Waktu makan Waktu Makan Pria (2.200 kkal) Wanita (1.850 kkal) Pagi a. 1,5 gelas nasi/pengganti 1 gelas nasi/pengganti b. 1 butir telur c. 100 gram sayuran d. 1 gelas susu nonfat (skim) e. 100 gram sayuran f. 1 gelas susu rendah lemak (skim) Pukul 10.00 Snack/buah Snack/buah Siang a. 1,5 gelas nasi a. 1gelas nasi b. 50 gram daging/ikan/unggas b. 50 gram daging/ikan/unggas c. 25 gram tempe/kacangc. 25 gram tempe/kacangkacangan/pengganti kacangan/pengganti d. 150 gram sayuran d. 150 gram sayuran e. 1 potong buah e. 1 potong buah Pukul 17.00 Snack/buah Snack/buah Malam a. 1,5 gelas nasi a. 1 gelas nasi b. 50 gram daging/ikan/unggas b. 50 gram daging/ikan/unggas c. 50 gram tahu c. 50 gram tahu d. 150 gram sayuran d. 150 gram sayuran e. 1 potong buah e. 1 potong buah METODE PENELITIAN Desain penelitian ini berupa diskriptif kuantitatif. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Tegalsari Senden Selo Boyolali, dengan waktu penelitian bulan Maret-April 2014. Populasi yang diteliti adalah seluruh keluarga di Desa Tegalsari Senden Selo Boyolali sebanyak 30 kepala keluarga. Tejnik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh atau total sampling (Sugiyono, 2010). Instrumen penelitian menggunakan check list untuk mendapatkan data tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan kepala keluarga dan kuesioner untuk mengukur pengetahuan pemenuhan gizi lansia pada keluarga. Analisa kajian data menggunakan distribusi frekuensi dan uji beda kelompok. HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian jenis pekerjaan keluarga dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No 1. 2. 3.
Pendidikan f Persentase (%) SD 9 30 SMP 10 33.3 SMA 11 36.7 Total 30 100 Berdasarkan tabel diatas, sebagian besar responden berpendidikan SMA yaitu sebanyak 11 orang (36.7%), selanjutnya SMP sebanyak 10 orang (33.3%), dan SD sebanyak 9 orang (30%). Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
No
Pekerjaan
f
Persentase (%)
1. 2.
Petani Swasta
23 7
76.7 23.3
Total
30
100
Berdasarkan tabel diatas, sebagian besar responden bekerja sebagai petani sebanyak 23 orang (76.7%), dan bekerja swasta 7 orang (23.3%).
Pengetahuan Keluarga tentang Pemenuhan Gizi Pada Lansia Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta
155
ISBN : 978-602-73865-4-9
Pengetahuan Keluarga Tentang Pemenuhan Gizi Pada Lansia ditampilkan pada tabel sebagai berikut: Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pemenuhan Gizi Lansia melalui pendidikan kesehatan
No 1. 2. 3.
Tingkat Pengetahuan Baik Cukup Kurang Total
f 18 12 0 30 15,7
Rata-rata
Persentase (%) 60 40 0 100
Berdasarkan tabel diatas, pengetahuan tentang pemenuhan gizi lansia dengan kategori baik sebanyak 18 orang (60%) dan cukup sebanyak 12 orang (40%), dengan rata-rata sebanyak (15,7). Tabel 3. Pengetahuan Pemenuhan Gizi Lansia ditinjau dari tingkat pendidikan
No 1 2 3
Tingkat Pendidikan SD SMP SMA Total
Baik 5 5 7 17
Pengetahuan Cukup 4 6 3 13
Total Kurang 0 0 0 0
9 11 10 30
Berdasarkan tabel diatas, pengetahuan tentang pemenuhan gizi lansia ditinjau dari tingkat pendidikan, semua kelompok pada tingkat pendidikan mempunyai pengetahuan yang baik dan cukup. Tidak ada yang berpengetahuan kurang. Tabel 4. Pengetahuan Pemenuhan Gizi Lansia ditinjau dari jenis pekerjaan Tingkat Pendidikan Pengetahuan Total Baik Cukup Kurang 1 13 10 0 23 Petani 2 4 3 0 Swasta Total 17 13 0 30 Berdasarkan tabel diatas, pengetahuan tentang pemenuhan gizi lansia ditinjau dari jenis pendidikan, semua kelompok pada semua jenis pekerjaan (peani maupun swasta) mempunyai pengetahuan yang baik dan cukup. Tidak ada yang berpengetahuan kurang. No
Kajian Pengetahuan Pemenuhan gizi Lansia ditinjau dari Tingkat Pendidikan dan Jenis Pekerjaan Kepala Keluarga Uji Anova digunakan untuk mengkaji pengetahuan pemenuhan gizi lansia melalui pendidikan kesehatan ditinjau dari tingkat pendidikan keluarga, hasil hitung di dapatkan nilai probabilty (p) sebesar 0,871 > 0,05 atau nilai F hitung : 0,139 < F tabel : 1,8543, yang bermakna tidak ada perbedaan pengetahuan pemenuhan gizi lansia pada keluarga ditinjau dari tingkat pendidikan SD, SMP, SMA. Sedangkan Uji T Test Independent digunakan untuk mengkaji pengetahuan pemenuhan gizi lansia keluarga melalui pendidikan kesehatan ditinjau dari jenis pekerjaan, hasil hitung di dapatkan nilai probabilty (p) sebesar 0,673 > 0,05 atau nilai t hitung : 0.426 < t tabel : 2,048 yang bermakna tidak terdapat perbedaan pengetahuan pemenuhan gizi lansia keluarga ditinjau dari jenis pekerjaan petani dan swasta
PEMBAHASAN Pengetahuan tentang pemenuhan gizi lansia dari tabel 3 diatas, menunjukkan keluarga dengan berpengatuhuan baik sebanyak 18 orang (60%), cukup 12 orang (40%), dengan rata-rata sebanyak (15,7). Pengetahuan tentang pemenuhan gizi lansia yang digunakan sebagai kuisioner pada responden mencakup konsep gizi pada lansia, faktor-faktor yang mempengaruhi gizi pada lansia, tujuan pemberian gizi pada lansia penilaian status gizi pada lansia permasalahan gizi pada lansia peran keluarga dalam memenuhi gizi pada lansia, pemenuhan gizi pada lansia dan upaya menuju lansia sehat (BAHAGIA) disusun sedemikian rupa. Tingkat pengetahuan keluarga tentang pemenuhan gizi pada lansia diukur setelah seluruh responden diberi pendidikan kesehatan. Tingkat pengetahuan keluarga yang kurang tersebut disebabkan adanya beberapa faktor penunjang pengetahuan, budaya masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mubarak (2009) yang mengemukakan bahwa salah satu faktor yang berhubungan dengan pengetahuan tentang kesehatan adalah kebudayaan lingkungan sekitar. Sebagian besar Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta
156
ISBN : 978-602-73865-4-9
masyarakat menganggap bahwa informasi tentang pemenuhan gizi pada lansia adalah hal yang kurang penting. Kondisi ini menyebabkan perolehan informasi tentang pemenuhan gizi lansia menjadi rendah dan berpengaruh terhadap pengetahuan keluarga warga di Desa Tegalsari Senden Selo. Walaupun sebenarnya terdapat media informasi yang dapat digunakan warrga atau keluarga untuk mengetahui tentang bagaimana cara memenuhi gizi pada lansia, namun karena topik tersebut jarang dikemukakan dan di terapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan mereka menyebabkan keterkaitan mereka dalam pengetahuan pemenuhan gizi pada lansia menjadi rendah. Disisi lain adanya perasaan kurang penting untuk mengetahui tentang betapa pentingnya pemenuhan gizi pada lansia khususnya pada keluarga yang didalam keluarganya terdapat lansia, menyebabkan usaha mereka untuk mencari informasi tentang pemenuhan gizi lansia menjadi rendah. Pendidikan kesehatan tentang pemenuhan gizi lansia bertujuan untuk memberikan informasi kepada keluarga tentang konsep gizi pada lansia, faktor-faktor yang mempengaruhi gizi pada lansia, tujuan pemberian gizi pada lansia penilaian status gizi pada lansia permasalahan gizi pada lansia peran keluarga dalam memenuhi gizi pada lansia, pemenuhan gizi pada lansia dan upaya menuju lansia sehat (BAHAGIA). Pemberian informasi tersebut diharapkan menambah pengetahuan keluarga warga desa tegalsari senden selo tentang pemenuhan gizi lansia untuk semua warga dengan berbagai tingkat pendidikan dan enis pekerjaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nugroho (2008) yang mendefinisikan pendidikan kesehatan sebagai suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan, menghindari dan mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan orang lain. Pendidikan kesehatan adalah suatu pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan menanamkan keyakianan sehingga sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau serta bisa melakukan suatu tindakan yang ada hubungannya dengan kesehatan. Dalam teori tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pengetahuan adalah pengalaman hidup, tingkat pendidikan, kesehatan fisik terutama pada panca indera, usia berhubungan dengan daya tangkap dan ingatan terhadap suatu materi, media atau buku (Mubarak: 2009). Sementara itu Notoatmodjo (2010), mengemukakan pengetahuan (knowledge atau ilmu) adalah bagian yang esensial-aksiden manusia, karena pengetahuan adalah buah dari “berfikir”. Pengetahuan terbagi dalam dua kategori yaitu pengetahuan yang diterapkan dalam berbagai situasi (general knowledge) dan pengetahuan yang berkenaan dengan tugas atau persoalan tertentu (specific knowledge). Kajian Pengetahuan Pemenuhan gizi Lansia ditinjau dari Tingkat Pendidikan berdasarkan table 1. diatas, maka dijumpai tingkat pendidikan yang bervarasi, dimana tidak terdapat keluarga yang mempunyai pendidikan tingkat perguruan tinggi. Responden yang berpendidikan SMA sebanyak 11 orang (36.7%), lebih sedikit jumlahnya dibandingkan yang berpendidikan SMP sebanyak 10 orang (33.3%), dan yang berpendidikan SD sebanyak 9 orang (30%). Hal ini bermakna bahwa tingkat pendidikan akan mempengaruhi dalam berperilaku pemenuhan gizi pada lansia di keluarga. Apalagi dalam wawancara dengan ketua RT, belum pernah dilakukan penyuluhan kesehatan sebelumnya atau penerangan terkait dengan upaya peningkatan dan pemenuhan gizi bagi lansia. Posyandu lansia yang dapat digunakan dalam wahana peningkatan pengetahuan juga belum ditemukan ditempat ini. Hasil ini mendukung penelitian oleh Babys (2012) bahwa terdapat hubungan positif pengetahuan ibu rumah tangga tentang gizi dengan status gizi pada lansia di posyandu lansia di kampung gendeng rw 17 Kelurahan Baciro Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta. Namun, pada hasil pengetahuan setelah diberikan pendidikan kesehatan tidak terdapat perbedaan disemua warga dengan tingkat pendidikan yang berbeda. Semestinya dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi maka semakin tinggi atau bagus pula pengetahuan melalui pendidikan kesehatan. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap pengetahuan berbanding lurus sesuai dengan teori Notoatmodjo (2010) mengemukakan bahwa tingkat pendidikan seseorang berhubungan dengan kemampuan untuk memahami informasi tentang kesehatan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka kemampuanya dalan menyerap informasi kesehatan baik.
Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta
157
ISBN : 978-602-73865-4-9
Kajian Pengetahuan Pemenuhan gizi Lansia ditinjau dari jenis pekerjaan keluarga berdasarkan tabel 2, sebagian besar responden bekerja sebagai petani sebanyak 23 orang (76.7%), dan bekerja swasta 7 orang (23.3%). Peran keluarga terhadap lansia merupakan peran berupa dukungan yang bersifat pemenuhan terhadap kebutuhan biologi, psikososial dan spiritual. Dalam pemenuhan gizi pada lansia peran yang paling utama adalah keluarga harus memenuhi gizi lansia, antara lain dalam hal memenuhi kebutuhan minimal gizi sehari seperti dalam menyajikan berbagai makanan yang sudah di anjurkan. Adapun pantangan-pantangan yang sudah di tetapkan untuk masing-masing lansia, terutama lansia yang mempunyai sakit-sakit tertentu, maka akan sangat penting akan peran keluarga dalam mengontrol ataupun memenuhi gizi dan kesehatan lansia. Dikaji dari jenis pekerjaan keluarga sebagai petani maupun swasta masing-masing mempunyai kesibukan yang berbeda-beda. Kesibukan apapun dapat mempengaruhi seseorang dalam mendapatkan informasi. Apapun jenis informasinya diperlukan waktu khusus keluarga baik perorangan atau di tingkat keluarga itu sendiri.
KESIMPULAN Kesimpulan dari hasil dari penelitian ini adalah: 1. Tidak terdapat pengetahuan yang kurang tentang pemenuhan gizi pada lansia melalui pendidikan kesehatan. 2. Pengetahuan menjadi lebih baik dimana berpengetahuan baik sebanyak 18 orang (60%), cukup 12 orang (40%). 3. Tidak terdapat perbedaan pengetahuan pemenuhan gizi lansia melalui pendidikan kesehatan baik ditinjau dari tingkat pendidikan maupun jenis pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA Babys, S.G.Y., Rodiyah. Wahyuningsih, S. 2012. Hubungan Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Gizi Dengan Status Gizi Pada Lansia Di Posyandu Lansia Hatsera Kampung Gendeng RW 17 Kelurahan Baciro Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta. Medika Respati.Vol 8 Nomor 1 2013.http://journal.respati.ac.id/index.php/medika/article/view/93 Fatimah. 2010. Gizi Lanjut Usia, Jakarta : Erlangga Medical Series Febrianto, I.D. Hubungan Tingkat Penghasilan, Tingkat Pendidikan Dan Tingkat Pengetahuan Orangtua Tentang Makanan Bergizi Dengan Status Gizi Siswa Tk Islam Zahrotul Ulum Karangampel Indramayu. Skripsi. April 2012. Program Studi Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta Ma’rifatul, A.L. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu Mubarak, W.I. dkk. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan aplikasi, Jakarta : Salemba Medika Notoatdmojo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : PT. Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Nurgoho, W. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik, Jakarrta : EGC Saryono. 2011. Metodologi Pendidikan Kesehatan Penentuan Praktis Bagi Pemula, Yogyakarta: Mitra Medika. Sugiyono. 2013. Metode penelitian pendidikan pendidikan pendekat kuantitatif kualitatif dan R&DA. Bandung:Alfabela
Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta
158