PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DI PT. BANK DANAMON INDONESIA, Tbk Iriana Wihardja Sumintapura dan Supriyadi (Dosen dan Alumnus Sekolah Tinggi Manajemen LABORA) ABSTRAK PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perbankan. Salah satu cara untuk mengetahui nilai usaha perusahaan adalah dengan analisa Metode Economic Value Added (EVA) atau yang biasa dikenal sebagai nilai tambah ekonomis. Data dalam penelitian ini menggunakan data laporan keuangan selama 3 tahun, yaitu dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006. Di dalam menganalisa data penelitian ini digunakan Metode EVA, di mana untuk mendukung keberhasilan metode tersebut diperlukan hasil hitung dari : a) cost of capital (biaya modal); b) cost of debt (biaya hutang); c) cost of preferred stock (biaya saham preferen); d) cost of equty (biaya modal sendiri); e) cost of common stock (biaya saham biasa); f) proporsi sumber dana; g) net operating after tax; h) wigthed average cost of capital (biaya rata-rata tertimbang). Dari hasil pengukuran pencapaian EVA, maka PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk memperoleh nilai keuangan yang baik dimulai tahun 2004 sampai dengan tahun 2006, hal ini ditandai dengan didapatkan nilai EVA yang selalu positif, yakni : a) Tahun 2004 sebesar Rp. 2.781.018.860.000; b) Tahun 2005 sebesar Rp. 1.931.496.330.000,-; c) Tahun 2006 sebesar Rp. 1.038.457.260.000,Agar keberhasilan nilai usaha pada masa yang akan datang dapat terpenuhi dan tidak kalah bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis, maka pihak manajemen harus selalu meningkatkan kinerjanya, mempertahankan bahkan meningkatkan nilai Economic Value Added (EVA) sehingga selalu menghasilkan nilai positif, serta dapat mengelola keuangan sebaik mungkin agar perusahaan tetap dipercaya oleh para investor. PENDAHULUAN
1
1.1. Masalah Tujuan utama didirikan perusahaan selaku entitas bisnis adalah mendapatkan keuntungan yang digunakan untuk kelangsungan usaha. Modal merupakan salah satu faktor yang dominan dalam kelangsungan usaha perusahaan, dan modal disetor oleh investor dalam hal ini para pemegang saham. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengelola modal yang disetor oleh para investor dalam rangka kemajuan perusahaan, perlu adanya pengukuran terhadap kinerja perusahaan. Berbagai aspek perlu dipertimbangkan dalam pengukuran kinerja ini, terutama harapan dari pihak-pihak yang menginvestasikan dananya. Hal ini untuk mengetahui sejauh mana perusahaan mampu mengolah dana yang berasal dari investor atau pemegang saham, dengan menilai dari seberapa besar capital gain yang dapat dihasilkan oleh perusahaan yang tercermin dalam menilai saham di bursa efek. Kondisi ini biasanya terjadi pada perusahaan yang go public atau Perusahaan Terbuka (Tbk), yang menjual saham di pasar modal atau bursa efek. Perusahaan yang akan diteliti oleh penulis adalah PT. Bank Danamon Indonesia Tbk. Alasannya karena PT. Bank Danamon Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa perbankan dengan prospek yang bagus. Selama ini alat popular yang biasanya digunakan dalam perhitungan kinerja keuangan perusahaan adalah analisis resiko keuangan. Analisis resiko keuangan ini dapat dibagi ke dalam lima jenis, yaitu: a) Resiko Likuiditas; b) Resiko Leverage; c) Resiko Aktivitas; d) Resiko Profabilitas; e) Resiko Pertumbuhan. Kemudian, disadari bahwa resiko keuangan sebagai alat pengukuran kinerja mempunyai beberapa kelemahan, yakni resiko keuangan tersebut mengakibatkan dana biaya modal sehingga sulit untuk mengetahui apakah perusahaan telah menciptakan nilai atau tidak. Mengingat keterbatasan analisa rasio keuangan tersebut sebagai alat pengukur kinerja keuangan perusahaan, maka ada pendekatan konsep baru yang disebut dengan metode Ecomomic Value Added (EVA). Dengan alasan di atas maka penulis menarik suatu permasalahan: “Bagaimana kinerja keuangan di PT. Bank Danamon Indonesia Tbk.
2
Periode 2004 – 2006 dengan menggunakan analisa Economic Value Added (EVA)?” Dalam penulisan penelitian ini, diasumsikan bahwa kondisi makro ekonomi khususnya di bidang perbankan dalam kurun waktu tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 kondisinya stabil. 1.2. Tujuan Penelitian Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui penerapan analis Economic Value Added (EVA) sebagai alat pengukuran kinerja keuangan perusahaan di PT. Bank Danamon Indonesia Tbk. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Economic Value Added ( EVA) EVA Economic Value Added (EVA) adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating costs) dan biaya modal (cost of capital). EVA dipopulerkan dan dikembangkan pertama kali oleh perusahaan konsultasi dari Amerika Serikat yaitu Stern Steward & CO. Menurut Stewart (Weston,1999: p 118-119) manajemen dapat melakukan banyak hal untuk menciptakan nilai tambah, tetapi pada prinsipnya EVA akan meningkat jika manajemen melakukan satu dari tiga hal berikut: a. Meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal. b. Menginvestasikan modal baru ke dalam project yang mendapat return lebih besar dari biaya modal yang ada. c. Menarik modal dari aktivitas-aktivitas usaha yang tidak menguntungkan. 2.2. Biaya Modal (Cost of Capital) Menurut Shim & Siegel (Riyanto,1997: p 268) : Biaya Modal Cost of capital yang dimaksud adalah biaya modal yang sifatnya explicit, yang artinya biaya penggunaan modal yang explicit dari
3
suatu sumber dana adalah sama dengan discount rate yang dapat menjadikan nilai sekarang (present value) dari dana neto yang diterima perusahaan dari suatu sumber dana sama dengan nilai sekarang dari semua dana yang harus dibayarkan karena penggunaan dana tersebut beserta pelunasannya. Komponen cost of capital terdiri dari biaya hutang (cost of debt) dan biaya ekuitas (cost of equity). Dalam melakukan perhitungan cost of capital maka yang perlu diperhatikan adalah komponen-komponen modal yang terdapat dalam sisi kanan neraca suatu perusahaan yang terdiri atas berbagai jenis hutang, saham preferen dan saham biasa. Perkiraan-perkiraan tersebut penting karena setiap terdapat kenaikan dalam aktiva pasti berakibat kenaikan satu atau lebih komponen modal. 2.3. Biaya Hutang (Cost of Debt) Menurut Brigham dan Gapenski biaya hutang (2000 : p148) adalah: “The component cost of the debt is the after tax cost of new debt kd (1T), is used to calculated the wighted average cost of capital, and it is the intrest rate on debt, kd, less the tax savings that result because interst is deductible. This is the same as Kd multiplied by (1-T), where T is the firm’s marginal tax rate.” 2.4. Biaya Saham Prefferen (Cost of Prefferred Stock) Menurut Sartono (1999 : p 223) saham prefferen adalah: “Sebesar tingkat keuntungan yang diisyaratkan (required rate return) oleh investor saham prefferen (Pemegang Saham).” Dapat dikatakan dari pernyataan di atas, bahwa biaya komponen saham prefferen adalah deviden saham prefferen dibagi dengan harga bersih saham prefferen pada saat emisi, yaitu harga saham dikurangi dengan biaya emisi. 2.5. Biaya Modal Sendiri (Cost of Equity) Seperti yang dikemukakan oleh Brigham dan Gapenski (2000:p 345), yaitu : “a firm can raise common equity capital into ways : 1. By retaining earnings, and 2. Issuing new common stock.”
4
2.6. Biaya Laba Ditahan (Cost of Retained Earning) Besarnya pengggunaan dana yang berasal dari laba ditahan (cost of retained earning) adalah sebesar tingkat pendapatan investasi (rate of return) dalam saham yang diharapkan diterima oleh para investor, atau dengan kata lain, biaya dianggap sama dengan biaya penggunaan dana yang berasal dari saham biasa. 2.7. Biaya Saham Biasa (Cost of Common Stock) Menurut Lawrence J.Gitman (2001 : p 495), bahwa biaya modal sendiri adalah : “Cost of common stock equity. Ks, is the rate a whitch investors discount, the expected dividens of the firm to determine its share value.” Maka menurut Brigham dan Gapenski (2000 : p 150) ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk dapat digunakan dalam mengukur pengembalian yang diharapkan yaitu : a. Capital Asset Pricing Model (CAPM) Pendekatan CAPM untuk memperkirakan biaya modal sendiri membantu pengembalian keputusan dalam memperkirakan tingkat hasil pengembalian (rate of return) yang diperlukan dari surat-surat berharga yang mengandung resiko dari proyek penanaman modal. b. Bond Yield Plus Risk Premium Approach Metode yang kedua ini juga melibatkan premi resiko. Akan tetapi, dalam hal ini premi yang dihitung merupakan premi atas biaya hutang jangka panjang perusahaan. c. Wighted Average Cost of Capital (WACC) Menurut dari Brigham dan Gapenski (2000 : p 166) bahwa : “Weighted average cost of capital (WACC), is the target proportion of debt, preferredstock, and common equity, along with the component cost of capital.” 2.8. Skema kerangka pemikiran Gambar 1 Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang (WACC)
1 Keputusan Investasi
5
EBIT (1-T)
EVA=NOPAT
EVA = (+) Tercipta Nilai perusahaan
Wd. Kd +Wa. Ke
Long Term Debt + Equity
WACC
Capital
EVA = (-) Tidak Tercipta Nilai Perusahaan
EVA = (0) Nilai Perusahaan Tetap
Sumber: Brigham and Gapenski, Financial Manajemen Theory and Practice, Eight edition USA 2000 Penghitungan kinerja perusahaan keuangan dimulai dengan menganalisa laporan keuangan untuk mendapatkan nilai EVA. EVA diperoleh dari besarnya biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) dikalikan besarnya modal yang mengurangi laba bersih operasi setelah pajak (NOPAT). Kemudian akan didapatkan kinerja perusahaan di mana jika EVA yang positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai, yang berarti pemenuhan tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan kesejahteraan para pemilik modal/investor. Sebaliknya jika EVA perusahaan mengalami nilai negatif menandakan perusahaan tersebut tidak menciptakan nilai bagi perusahaan. Apabila nilai EVA sama dengan nol, maka menandakan secara ekonomis tingkat kinerja perusahaan dalam keadaan impas atau nilai perusahaan tetap. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa : a. Manfaat EVA EVA sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai penilaian kinerja perusahaan di mana fokus nilai kerja adalah pada pencipta nilai (value creation), menurut Teuku Mirza dalam bukunya Alwi (1999 : p 15) : 1. Penilaian kinerja dengan menggunakan pendekatan EVA menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham, yaitu memilih investasi yang memaksimumkan
6
tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan. 2. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi dari biaya modalnya. Kegiatan atau proyek memberikan nilai sekarang dari total EVA yang positif menunjukkan bahwa proyek tersebut menciptakan nilai perusahaan, maka sebaliknya diambil dan sebaliknya, 3. EVA menjadikan perusahaan untuk lebih memperhatikan kebijakan struktur modalnya. b. Kelemahan EVA EVA selain memiliki manfaat juga memiliki kelemahan sebagai penilaian kinerja perusahaan, menurut Teuku Mirza dalam bukunya Alwi (1999 p : 15) : 1. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu. Nilai suatu perusahaan adalah merupakan akumulasi EVA selama umur perusahaan. Dengan demikian bisa saja suatu perusahaan mempunyai EVA pada tahun yang lalu positif tetapi nilai perusahaan tersebut rendah karena EVA pada masa depan negatif. Hal ini mungkin terjadi untuk perusahaan yang mempunyai prospek masa depan yang suram. 2. Perhitungan EVA memerlukan tranparansi internal yang mana pada kenyataannya perusahaan kurang tranparan dalam mengemukakan kondisi perusahaannya. 3. Konsep EVA terlalu bertumbuh pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pada pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu, padahal faktor lain terkadang justru lebih dominan, yaitu pengaruh eksternal yang mungkin datang dari pasar uang, seperti meningkatnya suku bunga baik dalam maupun luar negeri, isu devaluasi sehingga terjadi tekanan jual pada saham-saham menjadi turun dan juga faktor internal lainnya, seperti loyalitas. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pengumpulan Data
7
Dalam membahas suatu permasalahan diperlukan adanya suatu penelitian guna memperoleh data yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas, dalam hal ini penulis tidak menggunakan data primer. Adapun data-data yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah data sekunder, yang berupa : laporan keuangan PT. Bank Danamon Indonesia Tbk yang diteliti, berupa laporan neraca keuangan dan laporan laba rugi yang berakhir pada tahun 2004 sampai tahun 2006 Data tersebut diperoleh penulis dengan mengunjungi pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia (BEI). 3.2. Teknik Analisa Data Metode analisa data yang digunakan untuk membahas lebih lanjut penelitian ini adalah analisa data kuantitatif, yaitu metode EVA dengan langkah sbb : a. Pengukuran Cost of Debt (Biaya Hutang) Pengukuran ini dilakukan untuk mengukur berapa biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan akibat penggunaan modal yang berasal dari pinjaman (hutang) jangka panjang. Menurut Brigham & Eugene (2000 : p 301) biaya hutang dirumuskan sebagai berikut :
Kd* = Kd (1-T) Di mana :
Kd* Kd T
= Biaya hutang setelah pajak = Biaya hutang sebelum pajak = Tarif pajak efektif rata-rata
b. Pengukuran Cost of Equity (Ke) Analisa Cost of Equity adalah analisa untuk menentukan besarnya biaya modal sendiri akibat penggunaan sumber modal sendiri yang terdiri atas laba ditahan dan penerbitan saham yang baru. Metode yang digunakan adalah pendekatan model Capital Asset Pricing Model (CAPM). Menurut Brigman dan Gapenski (2000 : p 347) adalah dengan rumus:
Ke = Rf + (Rm-Rf) x βι 8
Di mana : Ke = Hasil pengembalian yang diharapkan dari saham biasa Rf = Tingkat penngembalian dari saham yang bebas resiko Rm = Hasil yang diharapkan dari portofolio pasar βι = Beta saham perusahaan Keterangan : 1. Tingkat pengembalian babas resiko (Rf) Tingkat pengembalian bebas resiko merupakan tingkat pengembalian yang pasti diperoleh tanpa resiko apapun, antara lain tingkat obligasi atau sertifikat Bank Indonesia. 2. Tingkat Pengembalian Pasar (Rm) Penentuan tingkat pengembalian pasar untuk pasar modal di Indonesia menggunakan Indek Harga Sahan Pasar (IHSG). Tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh portofolio pasar atau tingkat keuntungan yang dihasilkan diisyaratkan rata-rata sekuritas dengan beta sama dengan satu (βι = 1) Menurut Stephen F.O’Byerne dan David Young (Brigham dan Gapenski, 2000: p 146) adalah dengan rumus:
IHSGt – IHSGt - 1 Rm = IHSGt - 1 Di mana : Rm IHSGt IHSGt-1
= Tingkat pengembalian pasar = Nilai IHSG pada periode = Nilai IHSG pada periode t-1
3. Beta Saham (βι) Beta saham diperoleh beda-beda tergantung pada jenis sahamnya yang dinyatakan dengan beta (βι). Rumus untuk mendapatkan beta saham adalah : Menurut Sartono (1999 : p 121) adalah dengan rumus:
Cov (Ri,Rm) βι = Om² 9
Di mana : βι Cov (Ri, Rm) Om²
= Koefesien beta saham = Covariansi Ri terhadap Rm = Variance Rm
Beta saham dapat dikelompokan ke dalam tiga kelompok yaitu: a) Saham agresif Saham yang dimiliki beta lebih besar dari pada satu (βι > 1), karena saham tersebut mengalami kenaikan lebih cepat dari pada kenaikan rata-rata pasar begitu pula sebaliknya. b) Saham defensif atau saham lemah Saham yang dimiliki beta lebih kecil dari satu (βι < 1) yaitu saham yang mempunyai fluktuasi return nya lebih kecil dari pada return pasar secara keseluruhan. c) Saham netral Saham yang memiliki beta sama dengan satu (βι = 1) yaitu saham yang memiliki fluktuasi return secara rata-rata sama dengan return pasar. c. Pengukuran Weighted Average Cost Of Capital (WACC) Analisa WACC adalah analisa untuk menentukan berapa besarnya biaya modal keseluruhan yang harus ditanggung oleh perusahaan secara rata-rata tertimbang. Menurut Brigham dan Gapenski (2000: p 166) adalah dengan rumus : Di mana : WACC = Wd. Kd (1-T) + Wp. Kp + We. (Ks or Ke) Wd = Proporsi hutang; Kd = Biaya hutang; T = Pajak; Wp = Proporsi saham preferen; Kp = Biaya saham preferen; We = Proporsi ekuitas saham; Ke = Biaya saham biasa; Ks = Biaya saham ditahan d. Pengukuran Economic Value Added (EVA)
10
Pengukuran EVA adalah pengukuran kinerja perusahaan yang dihasilkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka penciptaan nilai perusahaan (creating a firm’s value). Menurut S.David Young (Brigham dan Gapenski, 2000 : p 42) rumus :
EVA = EBIT (1-T) – (WACC x Capital) Atau EVA = NOPAT – (WACC x Capital) Di mana : EVA = Economic Value Added EBIT (1-T) = NOPAT = Laba operasi setelah pajak WACC = Biaya rata-rata tertimbang hutang dan modal sendiri Capital = Modal (long term debt + equity)
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Penyajian Data Dalam pengukuran Economic Value Added (EVA) penulis menyajikan data yaitu neraca keuangan antara lain neraca konsolidasi, laporan laba rugi PT. Bank Danamon Indonesia Tbk. Berikut ini laporan neraca konsolidasi dan laporan laba rugi PT. Bank Danamon Indonesia Tbk tahun 2004, 2005, 2006.
AKTIVA
Tabel 1 Neraca Keuangan PT Bank Danamon Indonesia Tbk 2004, 2005, 2006 PT BANK DANAMON INDONESIA TbK DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA 31 DESEMBER 2004,2005,2006 (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah,Kecuali nilai nominal saham) 2004 2005
11
2006
Kas Giro di Bank Indonesia Giro di Bank Lain setelah dikurangi penyisihan kerugian sebesar Rp 4.105 dan pada tahun 2006 (2005 : Rp 10.258 ; 2004 : Rp. 5.169) - Pihak yang mempunyai hubungan istimewa - Pihak ketiga Penempatan pada bank lain dan bank Indonesia setelah dikurangi penyisihan kerugian sebesar RP. 45.330 pada tahun 2006 (2005 : Rp. 48.655 ; 2004 : Rp. 7.264) - Pihak yang mempunyai hubungan istimewa - Pihak ketiga Efek – efek Setelah dikurangi penyisihan kerugian sebesar Rp. 19.294 pada tahun 2006 (2005 : Rp. 14.493 ; 2004 : Rp. 17.317) - Pihak yang mempunyai hubungan istimewa - Pihak ketiga Efek yang dibeli dengan janji dijual kembali dikurangi penyisihan kerugian sebesar Rp. Nihil pada tahun 2006 (2005 : Rp. Nihil ; 2004 : Rp. 205) Tagihan derifativ setelahdikurangi penyisihan kerugian sebesar Rp. 1.112 pada tahun 2006 (2005 : Rp. 1.360 ; 2004 : Rp. 233) - Pihak yang mempunyai hubugan istimewa - Pihak ketiga Pinjaman yang diberikan setelah dikurangi penyisihan kerugian sebesar Rp. 1.413.239 pada tahun 2006 (2005 : Rp. 1.017.065 ; 2004 : Rp. 1.606.597) dan pendapatan tangguhan sebesar Rp. 4.820 pada tahun 2006 (2005 : Rp. 4.387 ; 2004 : Rp. 76.421) - Pihak yang mempunyai hubugan istimewa - Pihak ketiga Piutang pembiayaan kinsmen setelah dikurangi penyisihan kerugiansebesar Rp 39.111 pada tahun 2006 (2005 : Rp. 20.864 ; 2004 : Rp. 23.808) - Pihak yang mempunyai hubugan istimewa - Pihak ketiga
753.256
640.044
832.583
2.662.100
3.563.314
3.943.723
6.440 639.113
31.227 1.25.895
123.047 447.000
183.289 837.516
499.950 4.903.774
1.155.661 3.830.589
3.228.543
499.950 4.903.774
6.012.055
20.245
-
2.263 19.723
34.414 100.308
176 109.871
8.283 27.724.292
130.217 34.843.645
59.200 39.687.444
854.852
740.446
14.099 1.768.303
12
Piutang premi setelah dikurangi penyisihan kerugian sebesar Rp. 569 pada tahun 2006 Tagihan akseptasi setelah dikurangi penyisihan kerugian sebesar Rp. 6.219 pada tahun 2006 (2005 : Rp. 5420 ; 2004 : Rp. 5.835) Obligasi pemerintah Penyertaan setelah dikurangi penyisihan penurunan nilai investasi sebesar Rp. 122 pada tahun 2006 ( 2005 : Rp. 122 ; 2004 : Rp. 414) Godwill setelah dikurangi akumulasi Amortisasi sebesar Rp. 250.453 pada tahun 2006 (2005 : Rp. 173.9407 ; 2004 : Rp. 86.974) Aktiva tetap Setelah dikurai akumulasi penyusutan sebesar Rp. 936.204 pada tahun 2006 ( 2005 : Rp. 753.347 ; 2004 : Rp. 631.458) Aktiva pajak tangguhan Beban dibayar dimuka dan aktiva lain-lain Setelah dikurangi penyisihan kerugian sebesar Rp. 20.973 pada tahun 2006 ( 2005 : Rp. 2.939 ; 2004 : Rp. 4.687) Jumlah Aktiva KEWAJIBAN DAN EKUITAS KEWAJIBAN Kewajiban segera Simpanan nasabah : - Pihak yang mempunyai hubungan istimewa - Pihak ketiga Simpanan dari bank lain Efek yang dijual dengan janji dibeli kembali Pendapatan premi tangguhan Premi yang belum merupakan pendapatan Kewajiban akseptasi Obligasi yang diterbitkan Pinjaman yang diterima Hutang pajak Penyisihan kerugian atas komitmen dan kontijensi Kewajiban derivatif Kewajiban pajak tangguhan Beban yang masih harus dibayar dan kewajiban lain-
-
-
26.913
517.049
516.572
613.057
17.324.189 76.623
14.102.005 11.958
18.702.292 12.052
608.815
521.841
417.419
1.297.171 178.626
1.480.028 153.734
1.574.536 40.253
1877.417
1928.518
2.696.414
58.820.805
67.803.454
82.072.687
112.317
158.154
169.151
646.604 39.636.111 1.040.445 1.000.000 522.884 493.422 1.294.445 252.123 346.432 6.237 76.846
426.373 43.924.109 3.925.961 2.875.000 521.992 495.438 1.114.839 153.892 83.259 76.485 112.334
265.748 53.928.508 4.769.254 4.000.000 223.580 138.699 619.276 1.193.890 1.028.329 167.039 26.287 184.361 139.267
13
lain : 704 - Pihak yang mempunyai hubungan istimewa 1.836.966 1.392.860 - Pihak ketiga 3.469.587 3.628.474 Pinjaman subordinasi 155.000 155.000 Modal pinjaman JUMLAH KEWAJIBAN 50.890.123 59.043.170 HAK MINORITAS 126.739 171.331 EKUITAS Modal saham- nilai nominal Rp 50.000 (2005 dan 2004 : Rp 50.000) Rp 500 (2005 dan 2004: Rp 500) per saham untuk seri B Modal dasar – 22.400.000 (2005 dan 2004 : 22.400.000) saham per seri A dan 17.760.000.000 (2005 dan 2004 : 17.760.000.000) saham seri B 3.562.261 3.569.247 Modal ditempatkan dan disetor penuh 22.400.000 (2005 dan 2004 : 22.400.000) saham seri A dan 4.923.357.000 (2005 : 4898.494.000 dan 2004 : 4.884.522.000) saham seri B 62.738 198.770 Tambahan modal disetor 189 189 Modal disetor lainnya 2.718 3.295 Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan Keuntungan/(kerugian) yang belum direalisasi dalam kelompok tersedia untuk dijual 798.928 (183.074) Cadangan umum dan wajib 24.684 48.765 Selisih transaksi perubahaan ekuitas anak perusahaan Saldo laba (setelah defisit sebesar Rp 32.968.831 diemiminasi melalui kuasi- reorganisasi tanggal 1 januari 2001) 3.352.425 4.951.761 JUMLAH EKUITAS 7.803.943 8.588.953 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 58.820.805 67.803.454 Sumber: Data Laporan Keuangan Konsolidasian PT. Bank Danamon Indonesia Tbk Tabel 2 Laporan Laba Rugi PT Bank Danamon Indonesia Tbk 2004, 2005, 2006 PT BANK DANAMON INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN LABA RUGI UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2004,2005,2006 (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, Kecuali laba bersih per saham) Tahun 2004 2005
2006
14
2.003.480 3.373.940 155.000 72.385.809 244.951
3.581.679
374.247 189 2.950
223.456 68.797 (5.500)
5.196.109 9.441.927 82.072.687
PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL Pendapatan bunga Pendapatan provisi dan komisi
6.394.789 439.435 6.834.224
8.129.133 663.780 8.792.913
10.895.958 788.049 11.684.007
Beban provisi dan komisi
113.968 6.720.256
356.290 8.436.623
439.242 11.244.765
Pendapatan bunga bersih Pendapatan premi Beban underwriting Pendapatan underwriting bersih Pendapatan bunga dan underwriting bersih PENDAPATAN OPERASIONAL LAINNYA Keuntungan penjualan efek-efek dan obligasi pemerintah-bersih Imbalan jasa Pendapatan deviden
4.343.853 -
4.910.545 -
5.993.729 324.339 (182.165) 141.724
4.343.853
4.910.545
6.13.453
430.072 565.502 508 996.082
445.366 584.628 3.020 1.033.014
307.275 797.174 3.152 1.107.961
36.121
(133.062)
129.111
63.200 939.086 1.129.288 (396.696) 75.485 1.846.484
(1.903) 1.232.156 1.690.584 (210.214) 91.495 2.669.056
1.276 1.498.221 1.887.971 1.025.942 181.930 4.694.451
3.493.451
3.274.503
2.548.963
219.484 (334.699)
223.594 (499.853)
151.220 (596.942)
(115.215)
(276.259)
(652.328)
BEBAN OPERASIONAL LAINNYA Kerugian/(keuntungan) transaksi mata uang asing-bersih Kerugian/(keuntungan) yang belum direalisasi atas perubahan nilai wajar efek-efek dan obligasi pemerintah –bersih Beban umum dan adminitrasi Beban tenaga kerja dan tunjangan Penyisihan kerugian atas aktiva Lain-lain PENDAPATAN OPERASIONAL BERSIH PENDAPATAN BUKAN OPERASIONAL Pendapatan bukan opersional Beban bukan operasional BEBAN BUKAN OPERASIONAL- BERSIH
15
5.754.369 6.524.322 EBIT Beban bunga 2.376.403 3.526.078 3.378.236 2.998.244 LABA SEBELUM PAJAK (894.821) (875.954) PAJAK PENGHASILAN 2.483.415 2.122.290 LABA SETELAH PAJAK HAK MINORITAS ATAS LABA BERSIH ANAK (75.336) (119.092) PERUSAHAAN 2.408.079 2.003.198 LABA BERSIH LABA BERSIH PER SAHAM 490.75 407.71 DASAR LABA BERSIH PER SAHAM 489.49 402.59 DILUSIAN Sumber : Data laporan keuangan konsolidasian yang telah diolah 2008
7.354.277 5.251.036 2.103241 (652.328) 1.450.913
(125.581) 1.325.335 268.91 265.07
4.2. Analisa Data a. Net Operating After Tax (NOPAT) Rumus : NOPAT = EBIT (1 – Tax Rate) Tabel 3 Tarif Pajak - Wajib Pajak Badan Penghasilan 0 s/d Rp 50.000.000
Tarif 10%
Rp 50.000.000 s/d Rp 100.000.000
15%
> 100.000.000
30%
Sumber : www.pajak.go.id
Di bawah ini adalah tabel daftar hasil perhitungan NOPAT PT. Bank Danamon Indonesia Tbk dari tahun 2004 hingga 2006. Tabel 4 Perhitungan NOPAT PT. Bank Danamon Indonesia. Tbk. (dalam jutaan) Tahun 2004 2005 2006 Laba sebelum pajak Rp. 3.378.236 Rp. 2.998.244 Rp. 2.103.241 penghasilan Beban bunga Rp. 2.376.403 Rp. 3.526.078 Rp. 5.251.036 EBIT Rp 5.754.639 Rp. 6.524.322. Rp. 7.354.277 Tax rate 0,30 0,30 0,30 EBIT (1 – Tax rate) Rp. 4.028.247,3 Rp . 4.567.025,4 Rp . 5.147.993,9 Sumber : Data laporan keuangan yang diolah 2008
16
b. Cost of Debt (Biaya Hutang) Perhitungan ini dilakukan untuk mengukur berapa besar biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan akibat penggunaan modal yang berasal dari pinjaman (hutang). Rumus : Kd* = Kd (1 – T)
Tahun
Tabel 5 Hutang jangka panjang PT Bank Danamon IndonesiaTbk 2004 2005
2006
Obligasi yang diterbitkan Pinjaman yang diterima Hutang pajak Penyisihan kerugian atas komitmen dan kontijensi Kewajiban derivatif Kewajiban pajak tangguhan Beban yang masih harus dibayar dan kewajiban lain-lain : - Pihak yang mempunyai hubungan istimewa - Pihak ketiga Pinjaman subordinasi Modal pinjaman
493.422 1.294.445 252.123
495.438 1.114.839 153.892
1.193.890 1.028.329 167.039
346.432 6.237 76.846
83.259 76.485 112.334
26.287 184.361 139.267
704 1.836.966 3.469.587 155.000
1.392.860 3.628.474 155.000
2.003.480 3.373.940 155.000
Jumlah Hutang Jangka Panjang
7.931.762
7.211.581
8.271.593
Sumber : Data laporan keuangan neraca konsolidasi 2004, 2005, 2006 yang telah diolah 2008.
Tabel 6 Perhitungan Cost of Debt PT. Bank Danamon Indonesia. Tbk (dalam jutaan) Biaya Hutang PT. Bank Danamon Indonesia. Tbk Tahun 2004 2005 2006 Beban Bunga Rp. 2.376.403 Rp. 3.526.078 Rp. 5.251.036 Total Hutang jangka panjang Rp. 7.931.762 Rp. 7.211.581 Rp. 8.271.593 Biaya hutang sebelum pajak (kd)/bunga 29,96% 48,89% 63,48% Tarif pajak (T) 0,30 0,30 0,30 Faktor Koreksi (1–T) 0,70 0,70 0,70 Biaya hutang sesudah pajak (kd) 20,97% 34,22% 44,44% Sumber : Data laporan keuangan yang diolah 2008
17
c. Biaya Saham Biasa (Cost of equity) Secara teoritis Cost of Equity dapat didenefisikan sebagai rate of return minimum yang diisyaaratkan oleh pengguna modal sendiri atas investasi agar pasar saham tidak berubah. Rumus : Ke = RF + (RM – RF) βι Tabel 7 Perhitungan Cost of Equity PT. Bank Danamon Indonesia Tbk Tahun Beta Rm Rf Cost of Equity 2004 1,25046 0,024002 0,2405 (-) 3% 2005 0,98524 0,01791 0,14475 2% 2006 0,86249 0,02493 0,178 4,6% Sumber : Data laporan keuangan yang diolah 2008
d. Struktur Pendanaan Untuk mencari struktur proporsi sumber pendanaan dapat dilihat dari neraca perusahaan. Di bawah ini adalah hasil perhitungan Proporsi Sumber Dana PT. Bank Danamon Indonesia Tbk dari tahun 2004 sampai tahun 2006. Tabel 11 Proporsi Sumber Dana Proporsi Sumber Dana a. Hutang Jangka Panjang Modal Saham Jumlah Modal Komposisi hutang Komposisi Modal Saham Sumber : Data laporan keuangan 2006 yang telah diolah 2008
2004 2005 Rp 7.931.762 Rp 7.211.581 Rp 8.588.953 Rp 8.588.953 Rp 15.735.705 Rp 15.800.534 50,4% 45,6% 49,6% 54,4% PT. Bank Danamon Indonesia Tbk
2006 Rp 8.271.593 Rp 9.441.927 Rp 17.713.520 46,7% 53,3% tahun 2004, 2005,
e. Weighted Average Cost of Capital (WACC) Untuk menghitung biaya rata-rata tertimbang ini tinggal mencari proporsi masing-masing modal yang dikalikan dengan biaya modal masing-masing. Rumus : WACC = Wd . Kd (1-T) + Wp . Kp + We . (Ks or Ke) Tabel 8 Tabel Perhitungan WACC PT. Bank Danamon Indonesia Tbk Tahun 2004 (dalam jutaan rupiah) Perhitungan WACC Tahun 2004 Komponen Modal Jumlah Modal Proporsi Cost WACC
18
(1) (2) (1) x (2) Hutang Jangka Rp 7.931.762 50,4% 20,97% 10,57% Panjang Modal Saham Rp 7.803.943 49,6% -0,03022 -1,5% Total Rp 15.735.705 9,07% Sumber : Data laporan keuangan dan saham yang diolah 2008 Tabel 9 Tabel Perhitungan WACC PT. Bank Danamon Indonesia Tbk Tahun 2005 (dalam jutaan rupiah) Perhitungan WACC Tahun 2005 Komponen Modal Jumlah Modal Proporsi Cost WACC (1) (2) (1) x (2) Hutang Jangka Panjang Rp 7.211.581 45,6% 32,44% 15,6% Modal Saham Rp 8.588.953 54,4% 0,01978 1,08% Total Rp 15.800.534 16,8% Sumber : Data laporan keuangan dan saham yang diolah 2008 Tabel 10 Tabel Perhitungan WACC PT. Bank Danamon Indonesia Tbk Tahun 2006 (dalam jutaan rupiah) Perhitungan WACC Tahun 2006 Komponen Modal Jumlah Modal Proporsi Cost WACC (1) (2) (1) x (2) Hutang Jangka Rp 8.271.593 46,7% 44,44% 20,75% Panjang Modal Saham Rp 9.441.927 53,3% 0,04598 2,45% Total Rp 17.713.520 23,2% Sumber : Data laporan keuangan dan saham yang diolah 2008
Dengan demikian dari tabel perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang di atas, dapat diketahui bahwa PT. Bank danamon Indonesia Tbk, memiliki biaya modal rata-rata tertimbang terbesar pada tahun 2006 yaitu sebesar 23,2% dan modal rata-rata terkecil terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar 9,07% f. Pengukuran Economic Value Added (EVA) Untuk perhitungan Economic Value Added dapat dijelaskan dengan menggunakan Rumus : EVA = NOPAT – (WACC x Capital)
19
Di bawah ini merupakan tabel dari hasil perhitungan Economic Value Added (EVA) di PT. Bank Danamon Indonesia Tbk tahun 2004, 2005, 2006. Tabel 11 Tabel Perhitungan Economic Value Added PT. Bank Danamon Indonesia Tbk Tahun 2004, 2005, 2006 (Dalam jutaan rupiah) Perhitungan EVA PT. Bank Danamon Indonesia Tbk 2004 2005 2006 NOPAT Rp. 4.028.247,3 Rp . 4.567.025,4 Rp . 5.147.993,9 WACC 9,07% 16,68% 23,2% Capital Rp 15.735.705 Rp 15.800.534 Rp 17.713.520 EVA (a-(b*c) Rp 2.781.018,86 Rp 1.931.496,33 Rp 1.038.457,26 Sumber : Data laporan keuangan dan saham yang diolah 2008
f. Pembahasan Untuk melihat atau menilai apakah PT. Bank Danamon Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang mempunyai kenerja yang baik atau tidak, maka penulis akan uraikan mengenai hasil perhitungan yang telah penulis lakukan, yaitu dengan cara melihat atau membaca hasil perhitungan Economic Value Added (EVA) yang telah penulis sajikan dalam bentuk tabel. Berdasarkan dari hasil perhitungan tabel 15 di atas maka dapat dikatakan bahwa PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, merupakan perusahaan yang memiliki kinerja yang baik selama tahun 2004 – 2006, apabila dilihat dari hasil perhitungan tahun 2004 – 2006 nilai EVA mengalami penurunan, akan tetapi masih dapat dikatakan baik karena EVA ditujukan kepada para investor atau penanam modal. Penanam modal akan mendapatkan keuntungan dari pembagian hasil saham, sedangkan pembagian hasil saham dilakukan setiap tahun. Jadi walaupun nilainya menurun tidak akan membuat investor mengalami kerugian, selama nilai EVA positif. PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, memiliki EVA positif, dikarenakan manajemen telah berhasil menciptakan nilai tambah ekonomis terhadap perusahaan selama kegiatan operasionalnya. Economic Value Added (EVA) PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, yang nilainya paling besar yaitu pada tahun 2004 sebesar Rp 2.781.018.860.000,-. Pada tahun 2004 dikatakan memiliki nilai Economic Value Added (EVA) paling besar dibandingkan dengan tahun 2005 dan 2006, yaitu pada tahun 2005 sebesar : Rp 1.931.496.330,-. Dan pada tahun 2006 sebesar Rp 1.038.457.260.000,-. Hal ini karena dipengaruhi nilai WACC
20
tahun 2004 yaitu sebesar 9,07%, sedangkan nilai WACC 2005 sebesar 16,68%, dan tahun 2006 sebesar 23,2%, sehingga nilai Economic Value Added (EVA) 2004 akan lebih besar dibandingkan tahun 2005 dan 2006, karena nilai EVA berbanding terbalik dengan nilai WACC. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisa dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut : a. Selama tahun 2004 sampai tahun 2006 PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, memiliki biaya hutang terbesar adalah tahun 2006 yaitu sebesar 44,44% dan biaya hutang terkecil adalah pada tahun 2004 yaitu sebesar 20,97%. b. PT. Bank Danamon Indonesia Tbk dari tahun 2004 sampai tahun memiliki Net Operating After Tax (NOPAT) terbesar pada tahun 2006 yaitu sebesar Rp. 5.147.993.900.000 dan nilai terkecil pada tahun 2004 yaitu sebesar Rp. 4.028.247.300.000. c. Nilai rata-rata tertimbang PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, yang terbesar pada tahun 2006 yaitu sebesar 23,2%. d. Jika dilihat dari hasil yang diperoleh dari perhitungan Economic Value Added (EVA) dari tahun 2004 sampai tahun 2006, PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, memiliki kinerja keuangan yang baik karena berhasil menciptakan nilai Economic Value Added (EVA) positif terbesar yaitu pada tahun 2004. Hal ini disebabkan nilai WACC tahun 2004 paling kecil dibandingkan tahun 2005 dan 2006, semakin kecil nilai WACC maka nilai EVA akan semakin besar, karena WACC berbanding terbalik dengan nilai EVA. 5.2 Saran Berikut ini dikemukakan saran atas kemungkinan diterapkan EconomicValue Added (EVA) untuk kepentingan perusahaan : a. Diharapkan para investor, pemilik perusahaan sekuritas, dan lain sebagainya dapat memasyarakatkan penggunaan Economic Value Added (EVA) ini dalam menilai kinerja perusahaan. Khususnya untuk penciptaan nilai perusahaan. b. PT.Bank Danamon Indonesia Tbk, diharapkan dapat mempertahankan bahkan meningkatkan nilai Economic Value Added (EVA) pada masa mendatang, agar para investor selalu dapat menanamkan modalnya di perusahaan.
21
c. Diharapkan agar manajemen PT. Bank danamon Indonesia Tbk selalu berusaha meningkatkan kinerja perusahaan karena dilihat bahwa hasil perhitungan EVA dari tahun ke tahun selalu mengalami penurunan. d. Manajemen perlu selalu meningkatkan kualitas perusahaan, serta dapat mengelola keuangan sebaik mungkin agar perusahaan tetap dipercaya oleh seluruh lapisan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Agus Sartono, 1999, Manajemen Keuangan, Teori dan Aplikasi, Edisi 3, Yogyakarta, BPFE, 346 halaman. Bambang Riyanto, 1997, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Yogyakarta, BPFE, 400 halaman. Brigham, F. Eugene and Gapenski C, Louis, 2000, Financial Management theory and Practice, Eight edition, USA, The Dry Press, 855 halaman. Gitman, J. Lawrence, 2001, Principles of Managerial Finance, Eight edition, New York, Harper Collins Publisher, 313 halaman. Siamat Dahlan,1999, Manajerial Lembaga Keuangan, Cetakan Pertama, Jakarta, Intermedia, 466 halaman. Sutrisno, 2000, Manajemen Keuangan : Teori, Konsep dan Aplikasi, Yogyakarta, Ekonesia, 218 halaman. Syafaruddin Alwi, 1999, Alat-Alat Analisis Dalam Pembelanjaan, Edisi revisi, Yogyakarta, Andi Offset, 319 halaman. Timothy J. Gallaher and Yoeseph D. Andrew Jr, 2000, Financial Management Principles and Practice, USA, Prentise Hall, 725 halaman. Weston, J. Freud, 1999, Manajemen Keuangan, Jakarta, Erlangga, 659 halaman. http://www.bankdanamon.com http://www.jsx.co.id http://www.pajak.co.id
22
PENGARUH PROMOSI TERHADAP JUMLAH PENGGUNA PT INDONESIA AIRASIA Ajoe Kartika Mastaka (Dosen Sekolah Tinggi Manajemen LABORA)
Abstrak Masalah pemasaran merupakan faktor penting bagi perusahaan, baik itu perusahaan barang maupun jasa. Agar mendapatkan konsumen, perusahaan harus mampu memasarkan produknya semaksimal mungkin pada sasaran konsumen yang tepat serta dapat memanfaatkan setiap peluang yang ada, karena sukses tidaknya tujuan perusahaan tergantung pada keahlian mereka, baik dalam mengelola manajemen maupun sumber daya yang ada, seperti dalam bidang pemasaran, persaingan harga, kualitas dan kuantitas produk, efisiensi dalam menghasilkan produk, kualitas pelayanan, dan saluran pendistribusiannya. Berdasarkan analisa data dan pembahasan pengaruh promosi dalam usaha meningkatkan jumlah pengguna jasa PT Indonesia AirAsia, maka dapat disimpulkan bahwa dengan menghadapi persaingan yang semakin ketat, pelaksanaan kegiatan promosi yang telah ada perlu mendapatkan perhatian yang lebih besar sehingga dapat lebih menarik perhatian konsumen. Dari hasil tersebut maka penulis menyimpulkan jawaban atas tujuan penelitian ini. Antara lain PT Indonesia AirAsia dalam mottonya yaitu “Now Everyone Can Flay” sudah dapat memenuhinya dengan konsep low cost carriernya dan dapat disebut berhasil .
PENDAHULUAN 1.1 Masalah Saat ini perkembangan dan persaingan perusahaan sangat ketat, suatu perusahaan tidak hanya dituntut untuk menghasilkan suatu produk saja, tetapi dituntut agar dapat memasarkan hasil produknya tersebut kepada konsumen. Agar mendapatkan konsumen, perusahaan harus mampu memasarkan produknya semaksimal mungkin pada sasaran konsumen yang tepat serta dapat memanfaatkan setiap peluang yang ada, karena sukses tidaknya tujuan perusahaan tergantung pada keahlian
23
mereka, baik dalam mengelola manajemen maupun sumber daya yang ada, seperti dalam bidang pemasaran, persaingan harga, kualitas dan kuantitas produk, efisiensi dalam menghasilkan produk, kualitas pelayanan, dan saluran pendistribusiannya. Masalah pemasaran merupakan faktor penting bagi perusahaan, baik itu perusahaan barang maupun jasa. Berbicara mengenai pemasaran sudah pasti sangat erat kaitannya dengan variabel-variabel pemasaran yang mencakup produk, harga, promosi, dan saluran distribusi. Di mana setiap perusahaan dapat menyesuaikan dan mengkoordinasikan setiap unsur-unsur tersebut dengan sebaik-baiknya, yang bertujuan agar dapat meningkatkan laba dan dapat menghasilkan suatu kinerja yang optimal bila dirangkai dalam suatu sistem yang disesuaikan dengan perkembangan pasar saat ini. Dengan adanya pengaruh yang diberikan melalui promosi penjualan, maka memungkinkan konsumen untuk setia. Berdasarkan hal tersebut jelaslah bahwa jika kegiatan promosi kurang diperhatikan, maka akan berdampak kepada kesulitan konsumen untuk memperoleh informasi mengenai produk dan tentang perusahaan itu sendiri. Apabila hal ini dibiarkan maka akan berdampak kepada penjualan produk yang semakin menurun dan juga akan menurunkan laba perusahaan. PT Indonesia AirAsia yang sudah lama bergerak pada bidang perjalanan pesawat udara (airlines), tidak ingin kehilangan pasar yang disebabkan karena merosotnya daya beli konsumen. Dalam menjalankan usahanya perusahaan memiliki suatu keinginan untuk memenuhi kepuasan konsumen baik dalam hal kualitas produk, kualitas pelayanan dan harga yang terjangkau. Untuk memenuhi hal tersebut biasanya perusahaan membutuhkan media, dimana media ini berfungsi sebagai media yang digunakan oleh perusahaan adalah media promosi. Dengan berbagai uraian di atas tersebut penulis menarik suatu permasalahan dengan judul “Apakah promosi berpengaruh terhadap jumlah pengguna PT Indonesia AirAsia ?” 1.2 Tujuan Penelitian Dalam melakukan penelitian di perusahaan ini, penulis mempunyai tujuan yang hendak dicapai yaitu : 1. Untuk memberikan bukti empiris sampai sejauh mana pengaruh biaya promosi terhadap jumlah pengguna PT Indonesia AirAsia.
24
2. Untuk memberikan bukti empiris seberapa besar pengaruh biaya promosi yang dilakukan oleh PT Indonesia AirAsia dalam usahanya untuk mencapai mottonya yaitu “Now Everyone Can Fly”. 1.3 Kerangka Teoritis 1.3.1 Gambaran Umum Pemasaran dan Pengertian Pemasaran Kemajuan zaman yang seiring dengan persaingan dunia bisnis dan perkembangan teknologi, akan menimbulkan masalah dan menciptakan kesempatan baru. Hal ini menyebabkan semakin menarik dan pentingnya pengetahuan pemasaran bagi setiap perusahaan, karena pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam usahanya untuk dapat bertahan di tengah siatuasi dan kondisi perekonomian seperti sekarang ini, untuk berkembang dan untuk mendapatkan laba. Definisi pemasaran bukan hanya berarti penjualan atau periklanan saja, tetapi pemasaran terdiri dari serangkaian prinsip untuk memilih pasar sasaran, mengevaluasi keinginan dan kebutuhan konsumen, menentukan serta mengembangkan barang atau jasa pemuas keinginan, memberikan nilai kepada konsumen yang akhirnya akan mendatangkan laba bagi perusahaan. Sehingga pemasaran lebih berurusan dengan konsumen dibandingkan fungsi bisnis lainnya. Memahami, menciptakan, mengkomunikasikan, memberi nilai dan kepuasan konsumen adalah inti pemikiran dan praktek pemasaran modern. Definisi singkat pemasaran adalah proses pemberian kepuasan kepada konsumen untuk mendapatkan laba. Dua sasaran pemasaran yang utama adalah menarik konsumen baru dengan menjanjikan nilai yang unggul dan mempertahankan konsumen saat ini dengan memberikan kepuasan. Kepuasan yang dirasakan oleh konsumen akan menimbulkan respon posistif berupa terjadinya pembelian ulang dan menganjurkan konsumen lain agar membeli produk yang sama. Keuntungan berlipat ganda akan diperoleh perusahaan, melalui penyebaran informasi positif dari konsumen satu kepada konsumen lainnya. Pengertian tentang pemasaran dapat diketahui dari definisi yang dikemukakan oleh Basu Swastha dan Irawan sebagai berikut : “Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang
25
memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial”. Philip Kotler, dalam bukunya manajemen pemasaran mengemukakan “Pemasaran adalah proses sosial ynag didalamnya indivdu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.” Pada dasarnya teori dan praktek pemasaran mulai berkembang dari penjualan fisik, tetapi kecenderungan besar bahwa pemasaran tidak terlepas dari adanya jasa. Lovelock mengemukakan “Pemasaran jasa adalah bagian dari sistem jasa keseluruhan dimana perusahaan tersebut memiliki semua bentuk-bentuk kontak dengan pelanggannya, mulai dari pengiklanan hingga penagihan”. Sedangkan pengertian manajemen pemasaran menurut William S. Stanton; “Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang bertujuan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang potensial.” Dari definisi yang telah diuraikan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dasar dari pemasaran adalah pemenuhan kebutuhan dan keinginan individu serta kelompok, yang bertujuan untuk memahami dan mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen secara lebih baik, sehingga produk yang ditawarkan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut. 1.3.2 Strategi Pemasaran dan Strategi Bauran Pemasaran Strategi merupakan kunci keberhasilan dalam menghadapi perubahan dan perkembangan lingkungan bisnis yang terjadi di masa mendatang. Bila konsep strategi tidak jelas, maka keputusan yang diambil akan bersifat subjektif atau berdasarkan intuisi belaka yang akhirnya mengabaikan keputusan yang lain. Sehingga kemungkinan besar perusahaan akan mengambil cara-cara yang ekstrim untuk menghindari kerugian atau untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu perusahaan perlu menetapkan strategi besar atau Grand Strategy, dan strategi inti atau Core Strategy. Jika strategi besar ini sudah benar diharapkan kegiatan pemasaran perusahaan dapat diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Perusahaan akan dapat menguasai market share yang luas ataupun market position yang mantap.
26
Sofjan Assauri, dalam bukunya Manajemen Pemasaran menerangkan definisi strategi pemasaran sebagai berikut : “Strategi pemasaran adalah suatu himpunan asas yang tepat, konsisten dan layak dilaksanakan oleh perusahaan guna mencapai sasaran pasar yang dituju (terget market) dalam jangka panjang dan tujuan perusahaan dalam jangka panjang (objektives), dalam situasi persaingan tertentu.” Sedangkan definisi strategi pemasaran menurut Fandy Tjiptono: “Strategi pemasaran adalah alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggualan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program permasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut”. Setelah mendesain pasar sasaran dan strategi pemasaran untuk bersaing secara keseluruhan yang telah ditentukan melalui riset pemasaran, langkah selanjutnya adalah bagaimana caranya perusahaan agar dapat mempengaruhi konsumennya merupakan hal yang memerlukan perencanaan dan pengawasan yang matang serta perlu dilakukan tindakan-tindakan kongkrit dan terprogram. Untuk keperluan tersebut pengusaha dapat melakukan tindakan-tindakan yang berkaitan dengan produk, harga, promosi dan distribusi. Perpadauan keempat hal itu merupakan senjata bagi perusahaan dalam memasarkan produknya atau melayani konsumennya. Senjata tersebut biasanya disebut sebagai “Bauran Pemasaran” atau “Marketing Mix.” Pengertian Marketing Mix menurut Basu Swastha dalam bukunya Azas-azas Marketing adalah sebagai berikut : “Marketing mix adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran yaitu : produk, struktur harga, kegiatan promosi dan sistem distribusi”. Sedangkan Sofjan Assauri berpendapat sebagai berikut : “Marketing Mix merupakan kombinasi variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran; variabel mana dapat dikendalikan oleh perusahaan untuk mempengaruhi reaksi para pembeli atau konsumen.” Marketing Mix terdiri dari himpunan variabel yang dapat dikendalikan dan digunakan oleh perusahaan untuk mempengaruhi tanggapan konsumen dalam pasar sasarannya. Variabel tersebut dikombinasikan dan dikoordinasikan oleh perusahaan seefektif mungkin dalam melakukan kegiatan pemasarannya. Dengamn demikian perusahaan tidak hanya sekedar memiliki kombinasi kegiatan yang terbaik saja, akan tetapi dapat mengkoordinasi berbagai variabel
27
marketing mix tersebut untuk melaksanakan program pemasaran secara efektif. Menurut Basu Swastha strategi pemasaran dibagi menjadi lima macam yaitu: 1) Strategi Produk Di dalam strategi produk, sangat berbahaya bagi perusahaan bila hanya mengandalkan produk yang ada tanpa usaha tertentu untuk mempertanhankan dan meningkatkan penjualan dan pangsa pasarnya. Perusahaan perlu mengadakan usaha penyempurnaan dan perubahan produk yang dihasilkan ke arah yang lebih baik, sehingga dapat memberikan daya guna dan daya pemuas serta daya tarik yang lebih besar. Produk yang dimaksud adalah barang dan jasa yang dihasilkan untuk digunakan oleh para pemakai guna memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasannya serta menghemat waktu kerja. Faktor-faktor yang terkandung dalam suatu produk antara lain: mutu (quality), penampilan (features), pilihan yang ada (option), gaya (styles), merek (brand names), pengemasan (packaging), ukuran (size), jenis (produk lines), macam (product items), jaminan (warranties), negara asal (country of origin) dan pelayanan (services). Di dalam Marketing Mix, strategi produk merupakan unsur yang sangat penting, karena dapat mempengaruhi strategi pemasarn lainnya. Pemilihan jenis produk yang dihasilkan dan dipasarkan akan menentukan kegiatan promosi yang dibutuhkan, penentuan harga, maupun cara penyalurannya. 2) Strategi Harga Penetapan harga barang dan jasa merupakan strategi kunci dalam berbagai perusahaan. Harga mempengaruhi kinerja perusahaan dan juga sangat mempengaruhi persepsi pembeli dan penentuan posisi suatu merek. Pengusaha perlu memikirkan tentang penetapan harga jual produknya secara tepat. Karena tidak tepat akan berakibat tidak menarik para pembeli untuk membeli barang tersebut. Oleh karena itu penentuan harga jual haruslah dipikirkan baik-baik. Peran harga dalam strategi pemasaran tergantung pada pasar sasaran, produk dan distribusi yang dipilihnya. Mutu dan ciri produk, tipe saluran distribusi, para pengguna akhir yang dilayani, dan fungsi-fungsi perantara, semua membantu penetapan tarif harga. Keputusan penetapan harga harus dikoordinasikan dengan keputusan-keputusan lain dalam program pemasaran.
28
3) Strategi Promosi Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk, bila konsumen belum pernah mendengarnya dan tidak yakin bahwa pruduk itu akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan membelinya. Strategi pemasaran menghubungkan personal selling, advertising, sales promotion, dan publication menjadi suatu program terpadu untuk berkomunikasi dengan para pembeli dan orang lain dan mempengaruhi keputusan pembeli. Fungsi promosi dalam Marketing Mix adalah untuk mencapai berbagai tujuan komunikasi dengan setiap konsumen. Tanggung jawab pemasaran yang penting adalah merencanakan dan mengkoordinasikan strategi promosi terpadu dan memilih strategi untuk komponen-komponen promosi. 4) Strategi Distribusi Secara garis besar, pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan jumlah, jenis, harga, tempat, dan saat dibutuhkan. 5) Bauran Harga Logika penetapan harga harus dimodifikasi jika produk tersebut merupakan bagian dari bauran produk. Dalam hal ini, perusahaan mencari satu set harga yang memaksimumkan laba keseluruhan bauran produk. Penetapan harga sangat sulit karena berbagai produk memiliki permintaan dan biaya yang saling terkait dan dipengaruhi berbagai tingkat persaingan. Kita dapat membedakan enam situasi yang melibatkan penetapan harga bauran produk : penetapan harga line produk (product line pricing), penetapan harga feature pilihan (optional feature pricing), penetapan harga produk pelengkap (capture product pricing), penetapan harga dua bagian (two part pricing), penetapan harga produk sampingan (by product pricing), dan penetapan harga bundel-bundel produk (product bundling pricing). 1.3.3 Pengertian Promosi Promosi sebagai salah satu variebel dalam bauran pemasaran (marketing mix) yang juga sangat penting dilakukan oleh perusahaan dalam memasarkan produknya yang pada akhirnya menjadi faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran.
29
Kegiatan promosi bukan saja berfungsi sebagai alat komunikasi antara perusahaan dengan konsumennya, melainkan juga sebagai alat untuk mempengaruhi konsumen dalam kegiatan pembelian atau penggunaan produknya sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Adapun kunci sukses promosi terletak pada kemampuan kreatif untuk menciptakan strategi promosi yang tepat guna yaitu dengan menggabungkan kemampuan analisis dengan kreatifitas, sehingga diharapkan dapat menciptakan citra yang positif di mata konsumen baik untuk barang atau jasanya, maupun bagi perusahaan itu sendiri. Secara garis besar pengertian promosi adalah suatu kegitatan untuk mempengaruhi minat seseorang. Tetapi pengertian ini masih bersifat umum, pengertian yang lebih khusus seperti yang dikemukakan oleh Basu Swastha dan Irawan adalah sebagai berikut : “Promosi adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran serta untuk mendorong permintaan”. Pada hakekatnya promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran, adapun yang dimaksud dengan komunikasi pemasaran adalah aktifitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Komunikasi yang efektif dapat merubah tingkah laku, atau memperkuat tingkah laku yang sudah diubah sebelumnya, proses adopsi sangat berkaitan dengan masalah komunikasi yang efektif karena menyangkut keputusan menerima atau adopsi atau menolak produk, ide dari pihak konsumen. Proses adopsi yang dilakukan oleh individu melalui bebrapa tahap, yaitu : kesadaran, minat, evaluasi, percoban, keputusan dan konfirmasi. Oleh karena itu promosi yang dilakukan perusahaan dapat diarahkan untuk mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap pembeli agar bersedia menggunakan produk yang ditawarkan. Dapat pula perusahaan mengadakan promosi lanjutan untuk meningkatkan pembeli tentang pengalamannya yang baik sehingga dapat membantu dalam mengkonfirmasikan keputusan. Unsur pokok proses komunikasi pemasaran atau promosi, yaitu : pelalu komunikasi yang terdiri dari pengirim atau komunikator pesan dan penerima pesan. Material komunikasi diantaranya gagasan, pesan, media, reaksi penerima, umpan balik dan gangguan saat proses komunikasi.
30
Proses komunikasi meliputi penyampaian pesan maupun pengiriman kembali respon melalui kegiatan mengirim dan menerima. 1.3.4 Tujuan Promosi Tujuan utama dari promosi adalah memodifikasi tingkah laku, menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen sasaran tentang perusahaan dan bauran pemasaran. Dan secara rinci tujuan promosi dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Modifikasi tingkah laku Orang-orang yang melakukan komunikasi itu mempunyai beberapa alasan, antara lain: mencari kesenangan, mencari bantuan, memberikan pertolongan atau instruksi, memberikan informasi, mengemukakan ide dan pendapat. Sedangkan promosi dari segi lain, berusaha menambah tingkah laku dan pendapat, dan memperkuat tingkah laku yang ada. Penjual sebagai sumber selalu berusaha menciptakan kesan baik tentang dirinya (promosi kelembagaan) atau mendorong pembelian barang dan jasa perusahaan. 2. Menginformasikan Kegiatan promosi itu dapat ditujukan untuk memberitahu pasar yang dituju tentang penawaran perusahaan. Promosi yang bersifat informasi umumnya lebih sesuai dilakukan pada tahap-tahap awal didalam siklus kehidupan produk. Kiranya hal ini merupakan masalah penting untuk meningkatkan permintaan primer. Sebagian orang tidak akan membeli barang atau jasa sebelum mereka mengetahui produk tersebut dan apa kegunaannya. Promosi yang bersifat informatif ini juga penting bagi konsumen karena dapat membantu dalam pengambilan keputusan untuk membeli. 3. Membujuk Promosi yang bersifat membujuk umunya kurang disenangi oleh sebagian masyarakat, namun kenyataannya sekarang ini justru yang banyak muncul adalah promosi yang bersifat persuasif. Promosi demikian ini terutama diarahkan untuk mendorong pembelian. Sering perusahaan tidak ingin memperoleh tanggapan secepatnya tetapi lebih mengutamakan untuk menciptakan kesan positif. Hal ini dimaksudkan agar dapat memberi pengaruh dalam waktu yang lama terhadap perilaku pembeli. Promosi yang bersifat persuasif ini akan menjadi dominan jika produk yang bersangkutan mulai memasuki tahap pertumbuhan di dalam siklus kehidupannya. 4. Mengingatkan
31
Promosi yang bersifat mengingatkan dilakukan terutama untuk mempertahankan merek produk dihati masyarakat dan perlu dilakukan selama siklus pendewasaan di dalam siklus kehidupan produk. Ini berarti pula perusahaan berusaha untuk paling tidak mempertahankan pembeli yang ada. Dengan demikian promosi berkaitan dengan upaya untuk mengarahkan seseorang agar dapat mengenal produk atau jasa perusahaan, lalu memahaminya, berubah sikap, menyukai, yakin, kemudian akhirnya membeli dan selalu ingat akan produk atau jasa tersebut. 1.3.5 Strategi Promosi Pentingnya promosi saat ini makin disadari terutama dengan adanya persaingan dalam dunia usaha dimana kekuatan pasar berada ditangan konsumen. Ruang lingkup kegiatan promosi sangat dipengaruhi dari tehnik yang dilakukan dalam mempromosikan produk atau jasanya. Stratgei promosi adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang akan terjadi di masa akan datang, mencakup perencanaan, implementasi, dan pengendalian komunikasi untuk mencapai tujuan dan sasaran perusahaan. Strategi promosi berkaitan dengan komunikasi kepuasan potensial konsumen yang bersedia dengan sasaran sebagai hasil dari strategi produk, harga, dan distribusi. Oleh karena itu, tanggung jawab pemasaran yang terpenting adalah merencanakan dan mengkoordinasikan strategi promosi terpadu dengan memilih variabel promosi yang tepat guna. Untuk mengembangkan strategi promosi terpadu yang efektif maka perusahaan harus melakukan suatu program dengan memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut : a. Mengidentifikasikan Khalayak Sasaran Menentukan khalayak sasaran yang mungkin adalah calon pembeli potensial atau para pengguna yang ada sekarang, orang yang membuat keputusan membeli atau orang yang mempengaruhi pembelian, khalayak sasaran bisa merupakan individu, kelompok, publik khusus atau publik umum. b. Menentukan Tujuan Promosi Perusahaan menentukan tanggapan apa yang dikehendaki, dengan menetapkan tujuan promosinya apakah untuk menciptakan kesadaran, pengetahuan, kesukaan, preferensi, keyakinan dan pembelian. c. Merancang pesan
32
Mengembangkan pesan-pesan yang efektif. Idealnya pesan harus memperoleh perhatian, mempertahankan minat, membangkitkan hasrat, menghasilkan tindakan, dan menciptakan keputusan d. Menyeleksi Saluran Komunikasi Pemilihan saluran komunikasi yang efektif untuk menyampaikan pesan. Dalam hal ini bisa berupa komunikasi personal atau komunikasi non personal e. Menetapkan Anggaran Promosi Total Saluran komunikasi yang digunakan harus disesuaikan dengan budget yang dimiliki perusahaan, ini dikarenakan dengan adanya promosi diharapkan akan meningkatkan laba dan bukan sebaliknya perusahaan akan mengalami kerugian karena biaya promosi yang terlalu tinggi. f. Menentukan Bauran Promosi Perusahaan menentukan alat promosi apa yang digunakan, tentunya disesuaikan dengan produk atau jasa yang dihasilkan atau ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. g. Mengukur Hasil Promosi Membandingkan antara promosi yang telah diimplementasikan dengan rencana yang ditetapkan sebelumnya untuk mengukur efektifitas dampaknya pada khalayak sasaran. h. Mengelola dan Memodifikasikan Bauran Promosi Mengkombinasikan alat-alat promosi secara seksama ke dalam sebuah bauran promosi dan perusahaan mengarah pada penerapan konsep promosi yang terkoordinasi. 1.3.6 Bauran Promosi (Promotion Mix) Secara umum bentuk-bentuk promosi memiliki fungsi yang sama, tetapi bentuk-bentuk tersebut dapat dibedakan berdasarkan tugas-tugas khusunya atau sering disebut bauran promosi (promotion mix). Definisi bauran promosi yang dikemukakan oleh Kotler dan Amstrong sebagai berikut; “Promotion Mix adalah total sebuah perusahaan terdiri dari ramuan khusus pemasangan iklan, penjualan personal, promosi penjualan, hubungan masyarakat, dan alat-alat pemasaran langsung yang digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan pemasangan iklan dan pemasaran. Dalam menentukan strategi bauran promosi yang tepat bagi perusahaan. Pemasar harus memahami terlebih dulu kelima komponen dalam bauran promosi, seperti yang dijelaskan oleh C.M. Lingga Purnama :
33
a. Periklanan (Advertising) Merupakan suatu bentuk presentasi non personal atau massal dan promosi ide, barang, dan jasa dalam media massa yang dibayar oleh suatu sponsor tertentu. Keuntungan dari periklanan adalah rendahnya biaya dalam tiap pemunculan iklan, media yang bervariasi, (surat kabar, majalah, televisi, radio dan sebagainya), adanya kemempuan mengendalikan tiap pemunculan iklan, isi pesan yang konsisten. Sedangkan kerugian periklanan adalah tidak terjadinya interaksi secara langsung dengan pembeli dan mungkin saja tidak berhasil menarik perhatian pemirsa. b. Penjualan Personal (Personal Selling) Penjualan personal atau penjualan pribadi ini merupakan suatu bentuk interaksi langsung dengan satu calon pembeli atau lebih untuk melakukan presentasi, menjawab pertanyaan, dan menerima pesan. Alat ini dianggap yang paling edektif dalam biaya pada tahapan lebih lanjut dalam proses pembelian, terutama dalam membangun preferensi, keyakinan, dan tindakan pembeli. Selain itu alat ini mempunyai kekuatan unik lainnya yaitu wiraniaga dapat mengumpulkan pengetahuan tentang pasar dan mendapatkan umpan balik dari pasar. c. Promosi Penjualan (Sales Promotioan) Promosi penjualan merupakan insentif jangka pendek dalam aktivitas promosi dalam merangsang pembelian suatu produk dengan cara yang bervariasi, seperti pameran dagang, insentif penjualan, kupon dan sebagainya. d. Publisitas dan Hubungan Masyarakat (Publicity and Public Relation) Publisitas dan hubungan masyarakat merupakan stimulasi non personal terhadap permintaan barang, jasa, dan sebagainya dengan berita komersil yang berarti dalam media massa dan tidak dibayar untuk mempromosikan dan melindungi citra perusahaan atau produk individualnya. e. Pemasaran Langsung (Direct Marketing) Pemasaran langsung merupakan bentuk promosi dengan menggunakan surat, telepon, faximile, e-mail, dan penghubung non personal lainnya untuk berkomunikasi langsung dengan atau mendapatkan tanggapan langsung dari pelanggan tertentu atau calon pelanggan. Pemasaran langsung dapat memberikan banyak manfaat bagi para pelanggannya, serta konsumen dapat melakukan belanja secara
34
kompertif dengan membuka-buka katalog dan layanan belanja on-line, dan dapat memesan barang untuk mereka sendiri atau orang lain. 1.3.7 Pengertian Jasa dan Karakteristik Jasa a. Pengertian Jasa Pada dasarnya tidak ada definisi luas tentang jasa yang digunakan oleh para pemasar. Kenyataannya memang sulit diketahui tentang batas-batas yang jelas antara organisasi dan unit usaha yang menjadi bagian bagi penyelur barang dengan organisasi yang menawarkan barang dan jasa. Tetapi definisi jasa menurut Philip Kotler; “Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud atau tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik. b. Karakteristik Jasa Jasa memiliki empat karakteristik yang sangat mempengaruhi rancangan program pemasaran: 1) Tidak berwujud (intangibility), Tidak seperti produk fisik, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar atau dicium, sebelum jasa itu dibeli. 2) Tidak terpisahkan (Inseparability), Umumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan. Tidak seperti produk fisik yang yang diproduksi, disimpan, didistribusikan melewati berbagai penjual, lalu baru dikonsumsi. 3) Bervariasi (variability), Jasa memiliki sifat yang sangat bervariasi, karena tergantung pada siapa yang menyediakan serta kapan dan dimana jasa diberikan. 4) Mudah lenyap. Sifat jasa itu mudah lenyap, tetapi tidak masalah sepanjang permintaan tetap. 1.3.8 Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (hasil) suatu produk dan harapan-harapannya. Dari pengertian tersebut, kepuasan merupakan fungsi dari kesan kerja dan harapan. Jika kinerja berada dibawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas dan jika kinerja melebihi harapan maka pelanggan amat puas.
35
Perusahaan yang sukses harus dapat memuaskan konsumen mereka. Dengan kata lain, konsumen yang tidak puas akan mempengaruhi bisnis secara negatif. Pemuasan konsumen harus disertai dengan pemantauan terhadap kebutuhan dan keinginan mereka, untuk mengidentifikasikan atribut produk dan dukungan pelayanan yang dianggap penting oleh para pembeli pada saat mereka membeli dan menggunakan produk tersebut merupakan tujuan manajemen. Diantaranya sistem pengiriman, performa produk atau jasa, citra atau merek perusahaan, hubungan harga dengan nilai, kinerja atau prestasi, dan persaingan. 1.3.9 Hubungan Promosi Terhadap Jumlah Pengguna Jasa Seperti yang telah dibahas sebelumnya, bahwa program promosi dirancang untuk menghasilkan tindakan yang cepat dan tepat sasaran. Promosi berkontribusi dalam membangun kesadaran, sikap yang menguntungkan terhadap suatu produk dan penggunaannya terutama untuk mencapai tingkat penjualan serta pengaruhnya terhadap jumlah pengguna jasa yang dihasilkan atau didapatkan perusahaan. Cukup jelas bahwa hubungan promosi dengan jumlah pengguna jasa perusahaan sangat erat, komponen itu saling mempengaruhi dimana kegiatan promosi bertujuan untuk meningkatkan jumlah pengguna jasa dengan cara mempengaruhi konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu usaha dalam bidang pemasaran untuk meningkatkan jumlah pengguna jasa adalah dengan cara melaksanakan promosi yang baik dan tepat sesuai dengan tujuan perusahaan. METODE PENELITIAN 2.1 Metode Pengumpulan Data Metode penelitian adalah metode atau tehnik yang digunakan dalam melakukan penarikan sampel (sampling tehnik), pengunpulan data menentukan alat analisis dan cara membuktikan hipotesis. Perhatian dan pengamatan terhadap fakta-fakta akan memunculkan berbagai macam pernyataan, sehingga akan menghasilkan jawaban yang memerlukan sebuah solusi. Pengamatan terhadap fakta, identifikasi masalah, dan usaha untuk menjawab masalah dengan menggunakan pengetahuan, merupakan esensi dari kegiatan penelitian. Untuk memecahkan masalah pokok yang dihadapi, maka dalam melakukan penelitian dikumpulkan data yang dapat mendukung penelitian. Data tersebut berupa data primer dan data sekunder, yaitu :
36
1) Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh penulis yang meliputi situasi dan kondisi operasional dan pemeliharaan serta sumber daya manusia yang berkaitan dengan objek penelitian dan harus diolah lebih lanjut. 2) Data Sekunder Data yang ada, yaitu merupakan hasil olahan dari operasional yang harus dilaporkan dan dipertanggung jawabkan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan prosedur yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder berupa : a) Biaya-biaya promosi yang dikeluarkan PT Indonesia Air Asia b) Data jumlah pengguna jasa PT Indoensia AirAsia (domestic flight). c) Buku, literatur yang tersedia melalui studi kepustakaan dan dokumentasi, dan juga penelitian secara langsung yaitu wawancara. 2.2 Tehnik Pengambilan Sampel Tehnik pengambilan sampel adalah suatu cara yang digunakan dalam mengambil suatu sampel. Pengambilan sampel adalah sebagai suatu pertimbangan efisiensi dan mengarah kepada sentralisasi permasalahan, dengan memfokuskan pada sebagian dari populasinya. Pengambilan sampel yang baik yaitu yang tepat, merupakan langkah awal keberhasilan suatu penelitian karena menghasilkan temuan-temuan yang memenuhi sasaran. Dalam penelitian ini digunakan tehnik pengambilan sample berupa metode non-probalilitas dengan jenis Purposive Sampling yaitu tehnik pemilihan sample dengan kemungkinan adanya tujuan tertentu, di mana ukuran sampling tidak diperhitungkan. Dalam penelitian ini ditentukan sample penelitian yaitu data dari keseluruhan biaya promosi dan data jumlah pengguna jasa PT Indonesia AirAsia yang dikelompokkan perbulan (Januari sampai Juli) tahun 2008, untuk jumlah pengguna jasa hanya domestic flight 2.3 Tehnik Analisa Data Tehnik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif deskriptif, adalah metode dengan menganalisa data dan angka-angka sesuai dengan isinya. Tujuannya adalah untuk mengklarifikasi sehingga di dapat interpretasi tentang arti dari data tersebut. Dalam penelitian ini tehnik analisa data yang digunakan adalah :
37
1) Analisa Koefisien Korelasi Analisa koefisien korelasi adalah salah satu tehnik statistik yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel yang sifatnya kuantitatif. Dua variabel dikatakan berkorelasi apabila perubahan pada variabel yang satu akan diikuti oleh perubahan pada variabel yang lain secara teratur, dengan arah yang sama atau dapat pula dengan arah yang berlawanan. Dari analisa tersebut dapat diperoleh suatu hasil yang berupa angka, baik positif maupun negatif. Apabila hasil dari analisa tersebut positif, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel X yaitu biayabiaya promosi dari bulan Januari sampai dengan bulan Juli 2008 yang dikeluarkan PT Indonesia AirAsia, dan variabel Y yaitu jumlah pengguna jasa PT Indoensia AirAsia (domestic flight), juga positif. Analisa koefisien korelasi menurut J. Supranto, dapat dihitung dengan metode least square, yaitu dengan Pearson Product Moment dengan rumus sebagai berikut : n (Σ Xi Yi ) – (Σ Xi ) (Yi ) r= √n Σ Xi2 – (Σ Xi )2 - √ n (Σ Yi2 ) – (Σ Yi)2 Jika r = koefisien korelasi, nilai r dapat dinyatakan sebagai berikut : 1≤r≤1, dimana : r = 1, hubungan X dan Y sempurna dan positif (mendekati 1, hubungan sangat kuat dan positif). r = -1, hubungan X dan Y sempurna dan negatif (mendekati –1, gubungan sangat kuat dan negatif). r = 0, hubungan X dan Y lemah sekali/tidak ada hubungan sama sekali. 2) Analisa Koefisien Penentu Untuk menentukan besarnya kontribusi variabel X terhadap naik turunnya variabel Y maka digunakan analisis koefisien penentu (coefisien of determinant). Untuk menghitung koefisien penentu (KP) digunakan rumus dari J. Supranto sebagai berikut :
KP = r2 x 100%
38
Hasil perhitungan KP, dapat digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh biaya-biaya promosi yang dikeluarkan PT Indonesia AirAsia terhadap jumlah pengguna jasa PT Indoensia AirAsia (domestic flight), serta untuk mengetahui besarnya faktor-faktor lain yang ikut mempengaruhi peningkatan pengguna jasa tersebut. Hasil perhitungan KP biasanya dalam bentuk prosentase. 3) Pengujian Hipotesis Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu perkiraan yang mungkin dianggap benar dan sering digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan penelitian lebih lanjut. Perkiraan atau anggapan tersebut bisa salah, bisa juga benar, oleh karena itu apabila akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan harus diuji terlebih dulu. Hal itu sejalan dengan pendapat J. Supranto yang mengatakan suatu hipotesis statistik ialah prosedur yang memungkinkan keputusan dapat dibuat, yaitu keputusan untuk menolak atau tidak menolak hipotesis yang diuji. Agar hipotesis dapat diuji secara statistik, maka pengujian hipotesis tentang rho (ρ), yaitu : Ho : ρ = 0 (tidak ada hubungan antar X dan Y) Ha : ρ > 0 (ada hubungan yang positif) Ha : ρ < 0 (ada hubungan negatif) Ha : ρ ≠ 0 (ada hubungan antara X dan Y) Dalam pengujian hipotesis, ditentukan terlebih dulu besarnya α (kesalahan jenis 1), yang sering disebut level of significance (level tingkat nyata). Dalam penelitian ini Ha : ρ ≠ 0 (ada hubungan antar X dan Y), kebiasaan di dalam dunia penelitian nilai α masing-masing sebesar 0.05 atau 5%, dan menggunakan distribusi t sebagai uji statistikanya, untuk menyelesaikan uji hipotesis tersebut digunakan rumus dari J. Supranto yaitu: r√n-2 t0 = √ (1 – r2) Apabila dari hasil perhitungan di atas di dapat nilai : a) to > t tabel , maka hipotesis nihil ditolak dan hipotesis alternatif diterima. b) to < t tabel, maka hipotesis nihil diterima dan hipotesis alternatif ditolak.
39
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 3.1 Kegiatan Promosi yang Dilakukan PT Indonesia AirAsia Dalam melaksanakan strategi promosi bermacam-macam cara telah dilakukan untuk tetap menjadi airlines terbaik dengan konsep low cost carrier yang telah dicapai oleh PT Indonesia AirAsia sehingga secara keseluruhan tujuan promosi yang ingin dicapai adalah untuk meningkatkan jumlah pengguna jasa sesuai dengan mottonya yaitu : “Now Everyone Can Fly”. Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh PT Indonesia AirAsia dalam melakukan promosi adalah sebagai berikut : a. Advertising atau periklanan Diarahkan untuk memberikan informasi tentang keberadaan kegiatankegiatan pemasaran kepada masyarakat, dilakukan melalui media elektronik maupun media cetak. Dengan penjelasan sebagai berikut : 1) Media Elektronik a) Televisi Perusahaan menggunakan stasiun televisi untuk kegiatan periklanannya dengan tujuan menarik konsumen potensial untuk pasar nasional sasarannya adalah masyarakat yang ada dikota-kota besar sampai ke perkampungan b) Internet AirAsia juga memiliki website di www.airasia.com, semua jelas di dalamnya dari profil perusahaan sampai promo yang ada saat ini. Melalui www.airasia.com AirAsia juga menawarkan cara baru yang nyaman dalam membeli kursi AirAsia, sehingga memudahkan calon pengguna jasa untuk membooking tiket perjalanan dimana saja. 2) Media Cetak Dalam memberikan promo yang berlaku PT Indonesia AirAsia juga mengiklankannya di dalam media cetak dalam hal ini surat kabar. Dan juga menggunakan poster atau billboard yang merupakan pemasangan iklan pada tempat-tempat tertentu dan dirancang semenarik mungkin. b. Promosi Penjualan Promosi penjualan merupakan promosi jangka pendek dalam merangsang perhatian pengguna jasa ataupun calon pengguna jasa terhadap produk perusahaan. Promosi penjualan yang dilakukan PT Indonesia AirAsia dalam menjalankan dan memasarkan produk jasa usahanya yaitu melalui :
40
1) Harga Khusus Promosi terhadap harga khusus ini diberikan agar menarik minat calon pengguna jasa pada saat-saat istimewa seperti liburan sekolah, hari-hari raya dan tahun baru. Karena pada saat tersebut banyak calon pengguna jasa yang ingin bepergian. 2) X-Press Boarding Adanya layanan X-Press Boarding untuk pengguna jasa yang menggunakannya akan diprioritaskan lebih, pertama kali masuk ke dalam pesawat. 3.2 Penyajian Data Pengaruh promosi terhadap jumlah pengguna jasa pada PT Indonesia AirAsia dapat diketahui dengan menggunakan analisa koefisien korelasi, analisa koefisien penentu, dan uji hipotetesis. Data yang akan dianalisa dengan menggunakan formulasi tersebut merupakan data utama dalam makalah ini. Data utama tersebut berhasil dihimpun melalui dokumen-dokumen yang berasal dari bagian GSA (Guest Service Assistant) dan analisa statistik untuk mengetahui sampai seberapa jauh peranan kegiatan atau strategi promosi yang dilakukan oleh PT Indonesia AirAsia yang mempengaruhi jumlah pengguna jasa PT Indonesia AirAsia.. Sebelum analisa statistik dilakukan, terlebih dulu perlu dilihat perkembangan biaya promosi dan perkembangan jumlah pengguna jasa PT Indonesia AirAsia dari bulan Januari sampai dengan bulan Juli 2008. Untuk lebih jelas penyajian data-data akan penulis uraikan dalam bentuk tabel-tabel agar lebih mempermudah dalam melakukan analisa perhitungan statistikal seperti berikut ini : Tabel 3.1 Biaya Promosi PT Indonesia AirAsia Bulan Januari-Juli 2008 (dalam Jutaam rupiah) No. Bulan Biaya Promosi 1. Januari 5,3 2. Ferbuari 5,5 3. Maret 5,5 4. April 5 5. Mei 5 6. Juni 6 7. Juli 5,5 (sumber : PT Indonesia AirAsia)
41
Tabel 3.2 (Domestic Flight) Jumlah Pengguna Jasa PT Indonesia AirAsia Bulan Januari-Juli 2008 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tahun Januari Ferbuari Maret April Mei Juni Juli
Pengguna Jasa 59.826 63.615 71.034 55.422 50.136 87.072 53.258
(sumber : PT Indonesia AirAsia) 3.3 Analisa Data dan Pembahasan 3.3.1 Biaya Promosi Biaya Promosi yang dikeluarkan oleh PT Indonesia AirAsia yang dimaksud adalah total biaya dari seluruh kegiatan promosi yang disajikan dari bulan Januari sampai dengan bulan Juli 2008, seperti tertera pada tabel 3.1. 3.3.2 Pengguna Jasa PT Indonesia AirAsia Pengguna jasa PT Indonesia AirAsia adalah total dari seluruh jumlah pengguna jasa yang disajikan dari bulan Januari sampai dengan bulan Juli 2008 seperti tertera dalam tabel 3.2. Tehnik analisis yang digunakan untuk menganalisa data hasil penelitian terdiri dari analisa koefisien korelasi, analisa koefisien penentu, dan uji hipotesis. Adapun data hasil penelitian tersebut diuraikan tabel berikut: Tabel 3.3 Lembar Kerja Perhitungan Koefisien Korelasi PT Indonesia AirAsia Bulan Januari-Juli 2008 No. 1 2 3 4 5 6 7 N=7
X 5,3 5,5 5,5 5 5 6 5,5 ΣX= 37,8
Y 59.826 63.615 71.034 55.422 50.136 87.072 53.258 ΣY= 440.363
X2 28,09 30,25 30,25 25 25 36 30,25 Σ X2 = 204,84
Y2 3.579.150.276 4.046.868.225 5.045.829.156 3.071.598.084 2.513.618.496 7.581.533.184 2.836.414.564 Σ Y2 = 28.675.011.985
XY 317.077,8 349.882,5 390.687 277.110 250.680 522.432 292.919 Σxy= 2.400.788,3
(sumber : diolah oleh penulis)
42
Keterangan : X adalah variabel bebas untuk biaya promosi Y adalah variabel terikat untuk pengguna jasa Dan didapatkan hasil sebagai berikut : N=7 Σ X2 =204,84 ΣX=37,8 Σ Y2 =28.675.011.985 ΣY=440.363 Σxy=2.400.788,3 3.3.3 Analisa Koefisien Korelasi Kemudian dari hasil perhitungan pada tabel diatas, penulis masukkan kedalam rumus koefisien korelasi ( r ). Untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel, yaitu X dan Y, rumusnya adalah sebagai berikut: n (Σ X Y ) – (Σ X ) (Y ) r= = 0,86 Dari perhitungan analisa koefisien korelasi diperoleh nilai r = 0,86. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan biaya promosi yang dikeluarkan PT Indonesia AirAsia adalah sangat kuat dan positif terhadap jumlah pengguna jasa penerbangan di PT Indonesia AirAsia. Sifat hubungan kedua variabel tersebut searah, artinya apabila terjadi kenaikan atau penurunan biaya promosi yang dikeluarkan PT Indonesia AirAsia akan diikuti pula oleh kenaikan atau penurunan.jumlah pengguna jasa penerbangan di PT Indonesia AirAsia. 3.3.4 Analisa Koefisien Penentu Analisa koefisien penentu digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi dari variabel X terhadap naik turunnya variabel Y dengan menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut : KP = r2 x 100% KP = (0,86) 2 x 100% KP = 0,74 x 100% KP = 74% Dari hasil perhitungan KP tersebut dapat diketahui bahwa kontribusi biaya promosi yang dikeluarkan perusahaan terhadap jumlah pengguna jasa penerbangan di PT Indonesia AirAsia adalah sebesar 74%, sedangkan sisanya 26% adalah kontribusi dari faktor-faktor lain di luar kegiatan promosi yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
43
3.3.5 Pengujian hipotesis Adapun fungsi uji hipotesis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hipotesis mengenai adanya hubungan antara biaya promosi terhadap jumlah pengguna jasa PT Indonesia AirAsia diterima atau ditolak. Perhitungannya adalah sebagai berikut : α = 0,05 tα = (n – 2) t0,05 (7 – 2) t0,05 (5) = 2,015 Setelah diketahui nilai r sebesar 0,86 dan n = 7, maka langkah selanjutnya adalah memasukkan ke dalam rumus to hitung dengan rumus uji statistik sebagai berikut : r√n-2 to hitung =
√ 1 – (r) 2 0,86 √ 7 - 2
=
= 3,77 √ 1 – ( 0,86) 2
Setelah dilakukan perhitungan ternyata didapatkan hasil to hitung 3,77 dan t tabel 2,015. Oleh karena to = 3,77 > t0,05 = 2,015, berarti Ho ditolak dan Ha diterima pada tingkat nyata sebesar 0,05 yang berarti ada hubungan antara variabel X (biaya promosi) terhadap variabel Y (jumlah pengguna jasa). Dengan demikian hipotesis yang penulis kemukakan bahwa “ada pengaruh antara biaya promosi terhadap jumlah pengguna jasa pada PT Indonesia AirAsia” dapat diterima.
PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan analisa data dan pembahasan pengaruh promosi dalam usaha meningkatkan jumlah pengguna jasa PT Indonesia AirAsia, maka dapat disimpulkan bahwa dengan menghadapi persaingan yang semakin ketat, pelaksanaan kegiatan promosi yang telah ada perlu mendapatkan perhatian yang lebih besar sehingga dapat lebih menarik perhatian
44
konsumen. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka dapat disimpulkan antara lain : 4.1.1 Dari perhitungan analisa koefisien korelasi diperoleh nilai r = 0,86. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan biaya promosi yang dikeluarkan PT Indonesia AirAsia adalah sangat kuat dan positif terhadap jumlah pengguna jasa PT Indonesia AirAsia. Sifat hubungan kedua variabel tersebut searah, artinya apabila terjadi kenaikan atau penurunan biaya promosi akan diikuti oleh kenaikan atau penurunan jumlah pengguna jasa PT Indonesia AirAsia. 4.1.2 Dari hasil perhitungan KP dapat diketahui bahwa kontribusi biaya promosi yang dikeluarkan perusahaan terhadap jumlah pengguna jasa PT Indonesia AirAsia adalah sebesar 74%, sedangkan sisanya 26% adalah kontribusi dari faktor-faktor lain di luar kegiatan promosi yang tidak dibahas dalam penelitian ini. 4.1.3 Setelah dilakukan perhitungan ternyata didapatkan hasil to hitung 3,77 dan t tabel 2,015. Oleh karena to = 3,77 > t0,05 = 2,015, berarti Ho ditolak dan Ha diterima pada tingkat nyata sebesar 0,05 yang berarti ada hubungan antara variabel X (biaya promosi) terhadap variabel Y (jumlah pengguna jasa). Dengan demikian hipotesis yang penulis kemukakan bahwa “ada pengaruh antara biaya promosi terhadap jumlah pengguna jasa pada PT Indonesia AirAsia” dapat diterima. 4.1.4 Dari hasil pengolahan data tersebut maka penulis menyimpulkan jawaban atas tujuan penelitian ini. Antara lain PT Indonesia AirAsia dalam mottonya yaitu “Now Everyone Can Flay” sudah dapat memenuhinya dengan konsep low cost carriernya dan dapat disebut berhasil 4.2 Saran Dengan membandingkan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan selama ini, disertai data-data dan pembahasan di bab sebelumnya, maka penulis memberikan pemikiran berupa saran-saran yang mungkin berguna bagi perusahaan. Adapun saran-saran yang dapat diberikan antara lain : 4.2.1 Agar manajemen PT Indonesia AirAsia mengevaluasi hasil penelitian ini dan meneruskan strategi promosi yang sudah tepat, antara lain dengan melakukan promosi melalui media elektronik ataupun media-media lainnya yang mendukung peningkatan jumlah pengguna jasa .
45
4.2.2 Dalam hal mendekatkan diri kepada konsumen diharapkan perusahaan lebih meningkatkan pelayanannya dan membina hubungan baik dengan para pelanggan. 4.2.3 Pendekatan konsumen baik yang sudah menjadi pelanggan maupun yang belum menjadi pelanggan hendaknya dijalankan perusahaan PT Indonesia AirAsia secara lebih intensif. Konsep low cost carrier sangat menguntungkan perusahaan tetapi diharapkan kualitas jasa yang ditawarkan juga harus lebih baik lagi, seperti dalam hal boarding yang harus on time serta perawatan dan keamanan pesawat yang juga harus diutamakan.
DAFTAR PUSTAKA Alex S Nitisemito, 2003. Marketing. Cetakan Kedelapan. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta. Basu Swastha 1993, Manajemen Penjualan, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta, 327 halaman Basu Swastha, DH. 2006. Azas-azas Marketing. Edisi Ketiga. Penerbit Liberty. Yogyakarta. Buchori Alma, 2002, Manjemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Edisi Keempat, Alfa Beta : Bandung. Cecep Hidayat, 1998, Manajemen Pemasaran, Cetakan Pertama Ipwi : Jakarta. Fandi Tjiptono, 2002, Strategi Pemasaran, Edisi Kedua, Penerbit Andi, Yogyakarta, 373 halaman Gaspersz, Vincent, 1997, Manajemen Kualitas, Penerapan Konsepkonsep Kualitas Dalam Manajemen Bisnis Total, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 429 halaman Handi Irawan D. 2002, 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan, Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 300 halaman Husein Umar, 2003, Riset Pemasaran & Perilaku Konsumen, Cetakan ketiga, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 510 halaman J. Supranto, 2000, Statistika Teori dan Aplikasi, Jilid satu, Edisi keenam, Penerbit Erlangga, Jakarta, 370 halaman Kotler, Philip dan AB Susanto, 2000, Manajemen Pemasaran di Indonesia, Edisi Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta Moenir, AS, 2001, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Salemba Empat : Jakarta.
46
ANALISIS EKUITAS MERK (BRAND EQUITY) PRODUK POCARI SWEET Ahmad Yani dan Saradila Ainur Kayisah (Dosen dan Mahasiswa Program Strata Satu STM LABORA)
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis brand equity (ekuitas merk) terhadap produk Pocari Sweet. Pengukuran brand equity terdiri dari 4 (empat) tahap, yaitu brand awareness, brand association, brand perceived quality dan brand royalty. Data diperoleh dari 100 responden yang diolah dengan menggunakan analisis deskriptip. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Variabel Brand Awareness dalam analisanya didapat responden yang mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek Pocari Sweat merupakan bagian dari kategori produk tertentu yaitu pada Posisi Top of mind pocari(56%), dan melakukan Brand Recall pocari (56%), Brand recognition pocari (4%), serta Brand Unaware pocari (0%). Variabel Brand Association dalam analisanya didapat responden dalam ingatan segala kesan, Pencitraan, dan Posisioning yang muncul di benak seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek Pocari Sweat yang mencerminkan Asosiasi pocari (83%) dengan atribut ratarata yang mencerminkan 42,27% artinya bahwa assocation merk Pocari Sweat sesuai di benak konsumen.Variabel Brand Perceived gunanya untuk mengetahui Tingkat kepentingan Konsumen dan mengenai persepsi kualitas terhadap suatu merk tersebut, Dari hasil analisis di atas mencerminkan bahwa pengetahuan kualitas konsumen hanya sebatas bada kualitas rasa, kemasan, harga, dan manfaat dengan nilai respon rata 53,44% menyatakan Baik dan sangat baik, namun untuk pengetahuan terhadap kualitas produksi yaitu mengenai kualitas pengemasan 67% menyatakan tidak tahu. Untuk ukuran kesetiaan, kedekatan atau keterkaitan pelanggan pada sebuah merek pocari dinilai cukup banyak konsumen yang setia terhadap pocari.
47
PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Minuman kesehatan merupakan salah satu produk yang masih baru dalam industri consumer goods di Indonesia. Produk ini mulai memasuki pasar nasional pada tahun 1980-an.. Secara definisi, minuman kesehatan terdiri dari tiga kelompok produk, yaitu minuman berenergi, minuman isotonik, dan susu. Dilihat dari penetrasi produknya, minuman isotonik masih memiliki penetrasi pasar yang paling sedikit dibandingkan dengan jenis produk minuman dalam kemasan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa masih sangat memungkinkan bagi produk minuman isotonik untuk meningkatkan penetrasi pasarnya, dan masih memungkinkan pula bagi para produsen-produsen baru untuk memasuki pasar minuman isotonik. Sampai saat ini, telah banyak pemain yang masuk di pasar minuman isotonik. Mulai dari Kino Sweat dari Gorup Kino, X-Ion dari PT Dankos Laboratories, Zporto dari PT Triusaha Mitraharja, Vita Zone dari Mayora, Mizone dari Aqua-Danone, sampai dengan Pocari Sweat dari PT Amerta Indah Otsuka (AIO) yang saat ini menjadi pemimpin pasar. Namun, seiring dengan ketatnya kompetisi, maka satu-persatu hilang begitu saja. Dan sampai saat ini, tinggal beberapa merek saja yang masih bertahan. Berdasarkan hasil riset yang MARS Indonesia lakukan terhadap beberapa merek di kategori ini, setidaknya ada dua merek yang bersaing sangat ketat, yaitu sang pemimpin pasar Pocari Sweat dan merek yang terus berusaha untuk menyalipnya yaitu Mizone. Selain inovasi produk yang dilakukan Pocari Sweat sebagai pionir di industri minuman isotonik, keunggulan yang tak kalah penting adalah kemampuan Pocari Sweat dalam melakukan transfer knowledge mengenai manfaat minuman isotonik sejak enam tahun lalu. Jadi, sangat wajar bila konsumen masih banyak yang lebih percaya terhadap merek Pocari Sweat. Lalu, bagaimana dengan Nu Green Tea? Berdasarkan hasil riset pada tahun 2007, sebagian besar (51,9%) pasar dikuasai Nu Green Tea dari ABC President. Kemudian posisi berikutnya diraih Frestea Green (Coca-cola) dengan market share sebesar 22,5%, Sosro Green Tea (16,8%), Zestea dari grup 2 Tang sebesar 8,6%, dan Yeo’s sebesar 0,2%. Keunggulan yang dihadirkan Nu Green Tea mirip dengan yang dimiliki oleh Pulpy Orange, yaitu cita rasa yang kuat dengan lidah konsumen Indonesia yang memberikan kesan kesegaran untuk produknya. Tanpa melupakan persepsi lifestyle yang ingin
48
diciptakan, Nu Green Tea terus melakukan transfer knowledge mengenai berbagai manfaat dalam mengkonsumsi green tea dalam setiap iklaniklannya. Kembali ke Minute Maid Puply Orange dengan tag line-nya Refreshingly Orange Suprisingly. 1.2 TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Pocari Sweat di kenal dan menjadi kesadaran puncak pikiran ( Top of mind ) di industri minuman isotonic. b. Untuk mengetahui berbagai atribut yang berasosiasi dengan Pocari Sweat. c. Untuk mengetahui berbagai atribut dimensi kualitas yang telah berkontribusi pada kepuasan kepada konsumen. d. Untuk mengetahui komposisi persentase masyarakat yang mengkonsumsi pocari sweat pada masing-masing tingkatan loyalitas konsumen. 1.3 MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan manajemen khususnya manajemen pemasaran yaitu mengenai ekuitas merek perusahaan.
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Merk “Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakan dari produk pesaing.” 2.2. Konsep Ekuitas Merk Aaker (1997) menyatakan ekuitas merek adalah “Seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek dan nama yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan sebuah produk atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan". Pendapat lainnya Keller (1993) dalam Kim, dkk (2006) menyatakan bahwa ekuitas merek dapat dipandang sebagai nilai tambah terhadap suatu produk.
49
Menurut Kotler, Sebuah merk memiliki ekuitas merk jika konsumen lebih memilih suatu produck itu dari pada berbagai produk lainnya, padahal produk itu mirip satu sama lain. Intinya konsumen bersedia membayar lebih untuk suatu produk tersebut. 2.3. Kesadaran Merek Menurut Aaker dalam Simamora (2001, hal: 74), kesadaran merek untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. mendefenisikan brand awareness sebagai: “The ability of a potential buyer to recognize or recall that a brand is number of a certain product category". 2.4. Asosiasi Merk ( Brand Association ) Menurut Durianto dkk (2001 hal: 69), asosiasi merek merupakan segala kesan, Pencitraan, dan Posisioning yang muncul di benak seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek. 2.5. Kesan Kualitas Merek (Brand Perceived Quality) Persepsi kualitas adalah persepsi pelanggan atas atribut yang dianggap penting baginya (Astuti dan Cahyadi, 2007 hal: 147). Simamora (2001 hal: 78) menyatakan bahwa persepsi kualitas adalah persepsi pelanggan terhadap kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan ditinjau dari fungsinya secara relatif dengan produk2 lain. 2.6. Loyalitas Merek (Brand Loyalty) Pengertian loyalitas merek (Rangkuti, 2004) adalah ukuran dari kesetiaan konsumen terhadap suatu merek, karena loyalitas adalah inti dari brand equity dan selalu menjadi gagasan sentral dalam pemasaran. Peningkatan loyalitas akan mengurangi kerentanan pelanggan dari serangan kompetitor, sehingga dapat dipakai sebagai indikator tingkat perolehan laba mendatang, karena loyalitas merek dapat diartikan penjualan di mesa depan. Adapun tingkatan loyalitas merek tersebut menurut Aaker dalam Durianto dkk (2001 hal: 19), adalah sbb.: a. Switcher (Berpindah-pindah) b. Habitual Buyer (Pembeli yang bersifat kebiasaan) c. Satisfied Buyer (Pembeli yang puas dengan biaya peralihan) d. Likes The Brand (Menyukai merek) e. Committed Buyer (Pembeli yang berkomiten)
50
METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan melalui penelusuran data kepada pihak perusahaan untuk mendapatkan informasi mengenai perkembangan merk Pocari Sweet. Selain itu data Primer diperoleh dengan melakukan wawancara kepada responden atau dengan menggunakan kuesioner. 3.2. Analisis Ekuitas Merk a. Yang pertama Variabel Profil Responden yang di bagi menjadi 2 yaitu Demografis dan geografis, gunanya adalah untuk mengetahui Latar belakang responden, mulai dari Nama, Umur, jenis kelamin, Latar belakang Pendidikan dan pekerjaan, Serta geografis tempat tinggal responden. b. Yang kedua Variabel Brand Awareness yang gunanya mengetahui apakah responden mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek Pocari Sweat merupakan bagian dari kategori produk tertentu yaitu minuman Isotonik. c. Variabel Brand Association gunanya untuk mengetahui segala hal yang berkaitan tentang merek dalam ingatan segala kesan, Pencitraan, dan Posisioning yang muncul di benak seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek Pocari Sweat. d. Variabel Brand Perceived gunanya untuk mengetahui Tingkat kepentingan Konsumen dan mengenai persepsi kualitas terhadap suatu merk tersebut. Persepsi kualitas dan importance yang dimaksud dalam penelitian ini adalah persepsi pelanggan terhadap kualitas dan tingkat kepentingan suatu merek produk. Variabel ini dibagi menjadi 2 kategori yaitu : 1. Perceived Importance untuk mengetahui Tingkat kepentingan Konsumen dengan memberikan beberapa pertanyaan terhadap 100 sample. 2. Perceived Quality untuk mengetahui mengenai persepsi kualitas terhadap suatu merk Pocari Sweat.
51
e. Analisis Variabel Brand Loyality Gunanya untuk ukuran kesetiaan, kedekatan atau keterkaitan pelanggan pada sebuah merek. Adapun tingkatan loyalitas merek yang akan di teliti adalah sebagai berikut : 1. Switcher (Berpindah-pindah) Gunanya untuk mengetahui konsumen yang sensitif terhadap perubahan harga, Semakin sering pembelian konsumen berpindah dari suatu merek ke merek yang lain mengindikasikan bahwa mereka tidak loyal, semua merek dianggap memadai. 2. Habitual Buyer (Pembeli yang bersifat kebiasaan) Gunanya untuk mengetahui pembeli yang tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi suatu merek produk. 3. Satisfied Buyer (Pembeli yang puas dengan biaya peralihan) Untuk melihat kategori pembeli yang puas dengan merek yang dikonsumsi. Namun pembeli ini dapat saja berpindah merek dengan menanggung biaya peralihan (switching cost), seperti waktu, biaya, atau resiko yang timbul akibat tindakan peralihan merek tersebut. 4. Likes The Brand (Menyukai merek) Untuk melihat kategori pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Rasa asosiasi yang berkaitan dengan simbol, rangkaian pengalaman menggunakan merek itu sebelumnya, atau persepsi kualitas yang tingggi. Dan mereka menganggap merek sebagai sahabat. 5. Committed Buyer (Pembeli yang berkomiten) Untuk menilai seberapa banyak pembeli yang setia. Pembeli ini mempunyai kebanggaan dalam menggunakan suatu merek. Ciri yang tampak pada kategori ini adalah tindakan pembeli untuk merekomendasikan/mempromosikan merek yang digunakannya kepada orang lain. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 1.4 Data yang terdaftar di BPOM Berdasarkan data dari Balai Pengawasan Obat dan Makanan/ BPOM, terdapat 83 produk minuman isotonik yang terdaftar di BPOM dengan sekitar 31 merek. Kemudian dari merek-merek tersebut dapat dipersempit kembali menjadi lima besar merek-merek top di pasar minuman isotonik Indonesia.
52
Tabel 1. TOP BRAND INDEX (Kategori Minuman Isotonik) Merek TBI dari BPOM TBI dari hasil 2008 penelitian 2010 Pocari Sweat 53.4 % 56 % Mizone 38.7 % 40 % Vita Zone 1% 4.8 % Powerade 2% 0.6 % Optima Sweat 0.5 % Fatigon Hydro 1% Sumber: Produk Komplemen BPOM 2008, http://www.pom.go.id/ Berdasarkan hasil survei Top Brand Index, maka dapat dilihat bahwa saat ini di pasar minuman isotonik masih dipimpin oleh Pocari Sweat (53.4%) dengan pertumbuhan penjualan selama dalam tiga tahun terkahri (2006 hingga 2008) berhasil melampaui rata-rata industrinya yaitu sekitar 30 – 40 %. Dengan kondisi tersebut, Pocari Sweat saat ini berada di posisi market leader dengan market share sekitar 50%. Tetapi bukan hanya di indonesia melainkan juga di jepang pangsa pasar produknya di atas 90%. Secara umum, minuman isotonik termasuk dalam industri makanan dan minuman, dimana sejak tahun 2002 industri ini selalu tumbuh dengan dua digit selain itu, di kala krisis global industri ini pun tetap mengalami pertumbuhan (14,9%). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan industri makanan dan minuman berturutturut: 13,5% (2004); 20,1% (2005); 31% (2006); 17,5% (2007); dan 14,9% (2008), dengan total nilai pasar sekitar Rp 500 T. 4.2. Analisa Data dan Pembahasan Elemen Ekuitas Merk 1. Profil Responden Ekuitas Merk a. Variabel Demografis menurut jenis kelamin Di lihat dari jenis kelamin didapat responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 56 orang atau 56% dari 100 orang responden, sedangkan sisanya 44 orang atu 44% berjenis kelamin perempuan.
53
Grafik 1 : Demografis menurut Jenis Kelamin
laki laki 56% perempuan 44%
(Sumber Data riset dari Koesioner) b. Variabel Demografis menurut usia Dari total 100 responden Berdasarkan Usianya responden dibagi menjadi 8 kategori diantaranya tampak dalam grafik di bawah ini: Grafik 2 : Demografis Menurut Usia usia 6-10th = 4 orang usia 11-15 th = 7 orang usia 16-20 th = 13 orang usia 20-25 = 32 orang usia 26-30 th = 21 orang usia 30-35 th = 8 orang usia 36-40 th = 10 orang usianya di atas 40 th = 5 orang Total Responden 100
(Sumber Data riset dari Koesioner) c. Latar Belakang Pendidikan / Pekerjaan Responden Pengelompokan responden dalam klasifikasi pendidikan pekerjaan responden dapat dibagi menjadi 6 kelompok yaitu sbb.:
dan
54
Grafik 3 : Latar belakang pendidikan / pekerjaan Pelajar SD s/d SLTA = 14 orang Mahasiswa/i = 26 orang Pegawai PNS/TNI/POLRI = 10 orang Pegawai Swasta dan Wiraswasta = 38 orang Pensiunan = 4 orang Guru dan Dosen = 8 orang Total Responden 100
(Sumber Data riset dari Koesioner) d. Variabel Geografis Pembagian responden berdasarkan wilayah tempat tinggalnya se jabodetabek di jelaskan sebagai berikut: Grafik 4 : Variabel Geografis Jakarta Utara = 1% Jakarta Pusat = 7% Jakarta Timur = 12% Jakarta barat = 9% jakarta selatan = 14% Bekasi = 40% Depok = 14% Tangerang = 3% Bogor = 1%
(Sumber Data riset dari Koesioner) 2. Analisa Brand Awareness Pada bagian ini disajikan analisis dari elemen-elemen yang ada pada brand awareness yaitu top of mind, brand recall, brand recognition, dan brand unaware. a. Analisa Top of mind Dari 100 orang responden, yang menyebutkan Pocari Sweat sebagai merk pertama yang mereka ingat berjumlah 56 orang ( 56% ), yang menyebutkan Mizone sebagai merk pertama yang mereka ingat berjumlah 40 orang ( 40% ), yang menyebutkan Powerade sebagai merk pertama yang mereka ingat berjumlah 2 orang ( 2% ), yang menyebutkan Vitazone sebagai merk pertama yang mereka ingat berjumlah 1 orang (1
55
%), yang menyebutkan Fatigon Hydro sebagai merk pertama yang mereka ingat berjumlah 1 orang ( 1% ) Grafik 5 : Top Of Mind – Brand Awareness Pocari Sweat ( 56% ) Mizone ( 40% ) Powerade ( 2% ) Vitazone ( 1% ) Fatigon Hydro ( 1% ) Total Responden 100%
(Sumber Data riset dari Koesioner) b. Analisa Brand Recall Dalam hal ini yang medominasi peringkat pertama paling disebut oleh 56 orang menjawab Pocari Sweat, Peringkat ke 2 jawaban mizone 59 orang, Peringkat ke 3 Jawaban Powerade 65 orang, Peringkat ke 4 jawaban Vitazone 73 orang, Peringkat ke 5 Jawaban fatigon Hydro 76 Orang. Peringkat ini sama dengan peringkat yang di dapat dari hasil analisis Top of mind sebelumnya. Grafik 6 : Brand Recall – Brand Awareness 100 Responden 80 70 60 50 40 30 20 10 0
100 Responden Pocari Sweat
Mizone
56 orang
59 orang
Powerade Vitazone
65 orang
73 orang
Fatigon Hydro 76 orang
(Sumber Data riset dari Koesioner) c. Analisa Brand Recognition Analisis dilakukan untuk mengetahui berapa banyak responden yang perlu diingatkan dengan keberadaan merk pocari sweat dengan pertanyaan : a. “Apakah anda mengenal minuman isotonic merek Pocari Sweat?”
56
Tabel 3 : Brand Recognition – Brand Awareness Pilihan Pertanyaan Jumlah a. Ya, Saya mengenal dan telah menuliskan 96 di kuesioner ini b. Saya mengenalnya setelah mengisi 4 kuesioner ini c. Tidak mengenal sama sekali 0 TOTAL (Sumber Data riset dari Koesioner)
100
Presentase 96% 4% 0% 100%
d. Analisa Brand Unaware Analisis Brand Unaware dapat dilakukan dengan melihat tabel brand recognition–brand awareness pada tabel 3 dengan melihat berapa banyak responden yang memilih jawaban “C” (Tidak mengenal sama sekali). Karena jawaban itu mencerminkan ketidaksadaran responden akan keberadaan merk pocari sweat. Dari tabel 3 terlihat tidak ada responden yang memilih jawaban “C” sehingga diambil kesimpulan bahwa tidak ada responden yang tidak menyadari akan keberadaan merk Pocari sweat. e. Media Pembangun Brand Awareness Pocari Sweat Untuk melihat brand awereness banyak media yang dapat digunakan dalam penelitian diantaranya adalah bisa melalui televisi, radio, surat kabar, billboard, bahkan dari teman ke teman. Seperti dapat dilihat pada grafik di bawah ini : Grafik 7 : Media Pembangun Brand Awareness Pocari Sweat
dari 100 Responden
Radio
Surat kabar
Televisi
Billboard
Teman
60 50 40 30 20 10 0
8%
12%
58%
18%
4%
dari 100 Responden
(Sumber Data riset dari Koesioner)
57
3. Analisis Brand Association Analisis Brand Association dilakukan untuk mengetahui kesan yang ada dibenak seseorang yang berkaitan dengan ingatannya mengenai suatu merek. Kesan-kesan yang terkait merek akan semakin meningkat dengan semakin banyaknya pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi. Jawaban “sangat Sering” dan “Sangat Setuju adalah jawaban yang sangat mencerminkan kesan brand association terhadap merk Pocari Sweat. Dari pertanyaan : “Apakah anda pernah meminum Pocari Sweat?” a. Sangat Sering (30%),b. Sering (53%), c. Pernah (12%), d. Tidak Pernah (5%)
Grafik 8 : Analisis Brand Association
Sangat Sering (30%) Sering (53%) Pernah (12%) Tidak Pernah (5%)
(Sumber Data riset dari Koesioner) Dari 100 responden mereka yang (sering 53%) meyatakan bahwa alasan mereka “mengkonsumsi karena kebutuhan saat dihidrasi dan sakit”. Beberapa Alasan tersebut nanti diulas kembali pada analisis loyalitas. Dari pertanyaan brand association 4 point penilaian terhadap Atribut yang terkait pada merk Pocari Sweat diantaranya : Tabel 4 : Atribut Brand Association Asosiasi Minuman Kesehatan Yg mengutamakan manfaat Kemasannya bagus&Higienis Rasanya unik dan enak Nilai Rata-rata
Sangat Setuju 85% 62% 13% 18% 42,27%
Setuju 10% 33% 30% 44% 27,79%
Biasa saja 0% 0% 52% 17% 16,39%
Tidak setuju 0% 0% 0% 16% 3,8%
Sangat tdk setuju 0% 0% 0% 0% 0%
(Sumber Data riset dari Koesioner) Dapat dilihat dari tabel di atas dari keempat aspek tersebut responden mendominasi dengan jawaban sangat setuju dengan nilai ratarata 0.42 hal ini membuktikan assosiasi terhadap merk pocari sweat pada level yang diharapkan perusahaan.
58
Dari hasil riset dan analisis di atas menunjukkan bahwa assosiation Merk Pocari Sweat 30% responden tersebut memberikan kesan mereka menyatakan bahwa mereka mengkonsumsi dengan tujuan karena alasan “menjaga kesehatan dan kebutuhan untuk tubuh”. Sedangkan mereka yang (sering 53%) meyatakan bahwa alasan mereka “mengkonsumsi karena kebutuhan saat dihidrasi dan sakit”. Dan rata-rata 42% menyatakan sangat setuju yang itu artinya bahwa assocation merk Pocari Sweat sesuai di benak konsumen. 4. Analisa Perceived Konsumen Persepsi Konsumen dibagi atas Tingkat kepentingan Konsumen dan mengenai persepsi kualitas terhadap suatu merk tersebut. Hal itu karena konsumen akan lebih menyukai produk dengan persepsi kualitas yang lebih baik. a. Perceived Importance ( Tingkat Kepentingan ) Yang menjadi tingkat kepentingan konsumen apabila responden mendominasi jawaban penting bahkan sangat penting karena itu sangat mencerminkan tingkat kepentikan merk pocari sweat di benak konsumen, Seperti halnya pada pertanyaan di bawah ini : “Dalam kondisi lemah, lemas dan dihidrasi serta sering beraktifitas, apakah dengan mengkonsumsi pocari sweat penting untuk anda?” Jawaban Sangat Penting diisi oleh 33 orang, Penting 56 orang, biasa saja 6 orang, dan tidak ada yang menyatakan tidak penting. Grafik 9 : Perceived Importance ( Tingkat Kepentingan )
Sangat Penting 33 orang Penting 56 orang biasa saja 6 orang Tidak Penting Tidak Ada
(Sumber Data riset dari Koesioner) Dalam hal ini 89 responden memiliki tingkat kepentingan terhadap merk tersebut sebagai pengganti ion tubuh yang hilang bagi mereka saat
59
beraktifitas. Hal lain yang terkait dalam persepsi konsumen terhadap tingkat kepentingan akan suatu merk dapat kita lihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5 : Persepsi Konsumen Terhadap Tingkat Kepentingan Perceived Importance Kualitas Rasa Bentuk Kemasan Harga Manfaat Nilai Rata-rata
Sangat Penting 86%
Penting
Cukup 0%
Tidak Penting 0%
Sangat tdk Penting 0%
9%
9%
38%
37%
11%
0%
11% 95%
32% 0%
36% 0%
16% 0%
0% 0%
47,73%
18,76%
17,33%
6,41%
0
Kesimpulan Sangat Penting Penting Cukup Sangat penting
(Sumber Data riset dari Koesioner) b. Analisa Perceived Quality Perceived Quality Memiliki kaitan yang erat terhadap keterlibatan dan kepentingan elanggan membeli suatu produk akan merk tersebut, seperti pada beberapa pertanyaan di bawah ini: “Minuman Pocari diproduksi oleh perusahaan yang memiliki kredibilitas yang tinggi serta dikemas dalam kemasan yang sangat streril serta proses produksi dan lingkungan pabrik yang higienis serta teknologi yang canggih yang mampu membunuh bakteri hingga 95% sehingga keberadaan bakteripun sangat kecil : a. Sangat Setuju 11%, b. Setuju 17% , c.Tidak Setuju 0%, d.Sangat tidak setuju 0%, e.Tidak Tahu 67%. Grafik 10 : Analisa Perceived Quality
Sangat Setuju 11% Setuju 17% Tidak Setuju 0% Sangat tidak setuju 0% Tidak Tahu 67%
(Sumber Data riset dari Koesioner)
60
Dari pernyataan tersebut yang menyatakan ketidaktahuan yang mendominasi mereka mencerminkan ketidaksadaran mereka terhadap perusahaan atas merk yang mereka konsumsi, Namun aspek-aspek yang umum mereka ketahui hanyalah sebatas wujud dan rasa suatu produk. Seperti tabel berikut ini: Tabel 6 : Aspek Perceived Quality Perceived Quality
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Kesimpulan
9% 6%
Sangat Kurang Baik 0% 0%
Kualitas Rasa Bentuk Kemasan Harga Manfaat Nilai Rata-rata
16% 18%
52% 37%
18% 34%
0% 91% 29,69%
12% 4% 23,75%
46% 0% 23,28%
37% 0% 13,53%
0% 0% 0
Cukup Sangat baik
Baik/ Enak Baik/ Bagus
(Sumber Data riset dari Koesioner) Dari tabel di atas dapat dilihat aspek quality merk Pocari, Pada kualitas rasa responden medominasi rasa yang dimiliki pocari Baik/Enak karena Pocari memiliki rasa yang khas yang tidak dimiliki oleh produk lain. Namun masih ada yang menyatakan kurang karena selera dimana mungkin dari mereka adalah yang memiliki perasa yang tajam terhadap rasa asam, karena rasa pocari yang unik tidak manis dan juga tidak asam. Nilai rata–rata 29,69% responden menyatakan terhadap kualitas produk Pocari Sweat sangat baik, 23,75% baik, dan 23,28% cukup baik. hal ini mencerminkan kualitas merk Pocari. 5. Analisis Brand Loyality Analisis Brand loyality hanya dikhususkan bagi responden yang “sangat sering” dan “sering” mengkonsumsi Pocari Sweat. Sedangkan untuk responden yang mengkonsumsinya “jarang” dan “pernah” tidak dimasukkan ke dalam analisis agar fokus di dalam penelitian ini tetap pada yang sering dan sangat sering saja. Berdasarkan koesioner yang telah disebarkan konsumsi terhadap merk pocari sweat dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
61
Tabel 7 : Konsumen yang saat ini mengkonsumsi Pocari Sweat Konsumsi Pocari Sweat Jumlah Presentase Sangat Sering 30 30% Sering 34 34% Jarang 22 22% Pernah 9 9% Tidak Pernah 5 5% Total Responden 100 100% (Sumber Data riset dari Koesioner) Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa responden yang saat ini sangat sering mengkonsumsi 30 orang dan yang sering 34 orang jadi totalnya adalah 64 Responden (64%). Jumlah ini yang akan menjadi acuan dalam menganalisis Brand Loyality merk Pocari Sweat. a. Analisis Switcher Analisis Switcher adalah untuk konsumen yang sensitif terhadap perubahan harga, semakin sering pembelian konsumen berpindah dari suatu merek ke merek yang lain mengindikasikan bahwa mereka tidak loyal, semua merek dianggap memadai. Dalam penelitian ini diajukan pertanyaan “Jika harga merk pocari Sweat naik sampai 25% apakah anda akan beralih ke merk lain?” yang termasuk switcher adalah responden yang menjawab “sering” dan “selalu” karena jawaban itu yang mencerminkan bahwa konsumen tidak loyal. Berikut ini adalah data perhitungan Switcher pada merk Pocari Sweat : Tabel 8 : Perhitungan Switcher – Brand Loyality Pernyataan Tidak pernah Jarang Kadang - kadang Sering Selalu Total
f 14 27 17 5 1 64
X 1 2 3 4 5
f.X 14 54 51 20 5 144
Xᶽ 1 4 9 16 25 55
f.Xᶽ 14 108 153 80 25 380
% 21,8% 42,19% 26,56% 7,81% 1,56% 100%
(Sumber Data riset dari Koesioner) Nilai Rata – Rata = 144 = 2.25 64 Switcher = 6 X 100% = 9.37% 64
62
Dari data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa responden yang benar–benar sensitif terhadap harga berjumlah 6 orang ( 9.37%). Yang cukup sensitif terhadap harga cukup banyak yaitu 44 orang (68.75%). Yang konsisten benar–benar tidak terpengaruh oleh harga 14 orang ( 21.8%). Dengan demikian nilai rata–rata responden yang Switcher tersebut sebesar 2.250 berada dalam rentang jelek yang artinya adalah sedikit. Sangat Jelek 1,00
Jelek ,80 2.25
Cukup 2,60
Baik 3.40
Sangat Baik 4,20
5,00
Dalam hal ini Jelek berarti sedikit konsumen yang akan switcher karena faktor harga. Namun perlu diwaspadai juga 68.7% konsumen dapat beralih terutama karena faktor harga. b. Analisis Habitual Buyer Analisis Habitual Buyer adalah Analisis yang dilakukan terhadap konsumen yang mengkonsumsi merk Pocari Sweat karena kebiasaan. Dalam kategori ini adalah para konsumen yang tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi suatu merek produk. Pada Dalam penelitian ini yang termasuk ke dalam habitual buyer adalah responden yang menjawab “setuju” dan “sangat setuju” atas “pertanyaan Apakah anda mengkonsumsi pocari karena faktor kebiasaan?” Berikut ini adalah perhitungan Habitual Buyer terhadap merk Pocari Sweat: Tabel 9 : Perhitungan Habitual Buyer – Brand Loyality Pernyataan F X f.X Xᶽ f.Xᶽ % Sangat Setuju 17 5 85 25 425 26,56% Setuju 23 4 92 16 368 35,93% Ragu – Ragu 12 3 36 9 108 18,75% Tidak Setuju 7 2 14 4 28 10,94% Sangat tidak Setuju 5 1 5 1 5 7,81% Total 64 232 55 934 100% (Sumber Data riset dari Koesioner)
63
Nilai Rata-Rata = 232 = 3.625 64 Habitual Buyer = 40 X 100% = 62.5% 64 Dengan demikian responden yang merasa betul-betul membeli Pocari Sweat karena kebiasaan berjumlah 40 orang ( 62.5%). Nilai rata-rata yang masuk ke dalam klasifikasi habitual buyer tersebut (3.625), yang masuk kedalam kategori : Sangat Jelek
1,00
Jelek
1,80
Cukup
2,60
Baik
3.40
3.6
Sgt Baik
4,20
5,00
Dari kategori tersebut maka pocari sweat masuk ke dalam kategori baik dengan rentang skala “baik” yaitu 3.40 s/d 4.20 dan Dengan adanya informasi ini maka dapat memberikan harapan yang Baik karena sebagian besar konsumennya 62,5% mengkonsumsi pocari karena faktor kebiasaan. c. Analisis Satisfield Buyer Konsumen yang merasakan kepuasan ketika menggunakan merk pocari sweat. Pada tingkatan brand loyality di tempatkan pada urutan tengah. Yang mencerminkan satisfield buyer adalah responden yang menjawab “puas” dan “sangat puas” atas pertanyaan “secara keseluruhan apakah anda merasa puas dengan mengkonsumsi minuman isotonik merk pocari sweat?” Berikut ini adalah perhitungan satisfield buyer untuk produk pocari sweat: Tabel 5 – 10 : Satisfiels Buyer – Brand Loyality Pernyataan f X f.X Xᶽ f.Xᶽ % sangat tidak puas 1 1 1 1 1 1,56% tidak puas 5 2 10 4 20 7,8% biasa saja 19 3 57 9 171 29,69% Puas 22 4 88 16 352 34,38% sangat puas 17 5 85 25 425 26,56% Total 64 241 55 969 100% (Sumber Data riset dari Koesioner)
64
Nilai Rata-Rata = 241 = 3.765 64 Satisfield Buyer = 39 X 100% = 60.93% 64 Dilihat dari tabel dan analisis di atas kebanyakan responden benar– benar merasa puas pada merk Pocari Sweat ini terlihat dari rata–rata jawaban responden yang merasa puas dengan merk Pocari Sweat sebanyak 39 orang (60.9%). Nilai rata–rata responden yang masuk klasifikasi Satisfield buyer tersebut ( 3.765) yang jatuh pada kategori baik pada rentang scala 3.40 s/d 4.20 seperti yang dapat dilihat pada scala di bawan ini : Sangat Jelek Cukup Baik Sangat Jelek Baik 1,00 1,80 2,60 3.40 3.765 4,20 5,00 Dengan memetakan responden yang berada pada tingkat satisfield buyer dari merk pocari sweat dalam kategori Baik maka hal ini berarti mecerminkan banyak respoden yang merasa puas kepada merk Pocari Sweat. d. Analisis Likes The Brand Analisis Likes The Brand adalah kategori pembeli yang sungguhsungguh menyukai merek tersebut. Rasa asosiasi yang berkaitan dengan simbol, rangkaian pengalaman menggunakan merek itu sebelumnya, atau persepsi kualitas yang tingggi. Dan merek dianggap sebagai sahabat. Pada tingkatan brand loyality di tempatkan pada urutan ke empat. Yang mencerminkan likes the brand adalah responden yang menjawab “suka” dan “sangat suka” atas pertanyaan “ apakah anda menyukai minuman isotonik merk pocari Sweat?” Tabel 5 - 11 : Perhitungan Likes The Brand – Brand Loyality Pernyataan
F
X
f.X
Xᶽ
f.Xᶽ
%
sangat tidak suka
0
1
0
1
0
0
tidak suka
0
2
0
4
0
0
biasa saja
11
3
33
9
99
17,19%
Suka
28
4
112
16
448
43,75%
sangat suka
25
5
125
25
625
39,06%
Total
64
270
55
1172
100%
(Sumber Data riset dari Koesioner)
65
Nilai Rata-Rata = 270 = 4.22 64 Likes the Brand = 53 X 100% = 82.81% 64 Di lihat dari tabel dan analisis di atas kebanyakan responden menyukai merk Pocari Sweat dilihat dari rata –rata jawaban responden, sedangkan yang benar-benar suka dengan merk pocari Sweat berjumlah 53 orang menyukainya (82.81%) ini terlihat dari rata–rata jawaban responden yang merasa suka dan sangat suka dengan merk Pocari. Nilai rata–rata responden yang masuk klasifikasi Likes The Brand tersebut ( 4.22) yang jatuh pada kategori sangat baik pada rentang scala 4.20 s/d 5.00 seperti yang dapat dilihat pada scala di bawah ini : Sangat Jelek 1,00
Jelek 1,80
Cukup 2,60
Baik 3.40
Sangat Baik 4,20 4.22
5,00
Dengan memetakan responden yang berada pada tingkat likes the brand dari merk pocari sweat dalam kategori sangat baik maka hal ini berarti mecerminkan sangat banyak respoden yang merasa suka kepada merk Pocari Sweat. e. Analisis Comitment Buyer Analisis Comitment Buyer analisis yang dilakukan untuk mengetahui Pembeli yang berkomitmen dimana merupakan kategori pembeli yang setia. Pembeli ini mempunyai kebanggaan dalam menggunakan suatu merek. Ciri yang tampak pada kategori ini adalah tindakan pembeli untuk merekomendasikan/mempromosikan merek yang digunakannya kepada orang lain. Pada tingkatan brand loyality ditempatkan pada urutan terpenting/puncak. Dari hasil penelitian ini yang mencerminkan Comitment Buyer adalah responden yang menjawab “sering” dan “selalu” atas pertanyaan “Apakah anda menyarankan dan mempromosikan ke orang lain (keluarga, teman, kerabat, rekan kerja,dll) untuk meminum merk pocari sweat saat mereka dihidrasi atau pada saat terlihat pucat/letih atau saat belanja?” Berikut ini adalah perhitungan Comitment Buyer Merk Pocari:
66
Tabel 5 – 12 : Comitment Buyer – Brand Loyality Pernyataan F X f.X Xᶽ Tidak pernah 2 1 2 1 Jarang 11 2 22 4 Kadang – kadang 22 3 66 9 Sering 21 4 84 16 Selalu 8 5 40 25 Total 64 214 55 (Sumber Data riset dari Koesioner)
f.Xᶽ 2 44 198 336 200 780
% 3,13% 17,19% 34,38% 32,81% 12,5% 100%
Nilai Rata-Rata = 214 = 3.34 64 Comitment Buyer = 29 X 100% = 45.31% 64 Dilihat dari tabel dan analisis di atas kebanyakan responden kurang berkomitmen terhadap merk Pocari Sweat dilihat dari rata–rata jawaban responden, sedangkan yang benar-benar berkomitmen dengan merk pocari Sweat berjumlah 29 orang yang berkomitmen (45.31%) ini terlihat dari rata–rata jawaban responden yang mencerminkan comitment Buyer terhadap merk Pocari. Nilai rata–rata responden yang masuk klasifikasi Comitment Buyer tersebut ( 3.34) yang jatuh pada kategori Cukup mendekati baik Jadi cukup baik pada rentang scala 2.60 s/d 3.40 seperti yang dapat dilihat pada scala di bawan ini : Sangat Jelek Baik Sangat Cukup Jelek Baik 1,00 1,80 2,60 3.34 3.40 4,20 5,00
KESIMPULAN Dari Penelitian yang lakukan dapat mengambil kesimpulan bahwa merk Pocari Sweat di pasar bisa dikategorikan sebagai pemimpin pasar minuman Isotonik atau disebut juga sebagai market leader, dengan mencapai Top Brand yang sangat baik dimana konsumen Aware terhadap produk pocari sweat serta memiliki Loyalitas yang baik.
67
Elemen – elemen yang digunakan dalam Riset ekuitas merk dalam penelitian ini diantaranya: 1. Variabel Brand Awareness dalam analisanya didapat responden yang mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek Pocari Sweat merupakan bagian dari kategori produk tertentu yaitu pada Posisi Top of mind pocari (56%), dan melakukan Brand Recall pocari (56%), Brand recognition pocari (4%), serta Brand Unaware pocari (0%), Semakin tinggi kesadaran konsumen terhadap merek, maka semakin tinggi, bahwa merk Pocari Sweat memiliki tingkat kesadaran yang tinggi bahkan telah mencapai Top of Mind dimana Pocari saat ini bisa menjadi Market Leader kategori minuman Isotonik, hal ini dapat menjadi peluang bagi management untuk perumusan strategi untuk menjadi Market Leader. 2. Variabel Brand Association dalam analisanya di dapat responden dalam ingatan segala kesan, Pencitraan, dan Posisioning yang muncul di benak seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek Pocari Sweat yang mencerminkan Asosiasi pocari (83%) dengan atribut rata-rata yang mencerminkan 42,27% artinya bahwa assocation merk Pocari Sweat sesuai di benak konsumen., jadi Semakin sesuai asosiasi suatu merek di benak konsumen, maka hal tersebut menjadi kekuatan dan peluang bagi management untuk pencitraan, dari hasil riset dan analisis diatas menunjukan bahwa assosiation Merk Pocari Sweat 30% responden tersebut memberikan Kesan mereka menyatakan bahwa mereka mengkonsumsi dengan tujuan karena alasan “menjaga kesehatan dan kebutuhan untuk tubuh”. Sedangkan mereka yang (sering 53%) meyatakan bahwa mereka “mengkonsumsi karena kebutuhan saat dihidrasi dan sakit”. 3. Variabel Brand Perceived gunanya untuk mengetahui Tingkat kepentingan Konsumen dan mengenai persepsi kualitas terhadap suatu merk tersebut, Dari hasil analisis di atas mencerminkan bahwa pengetahuan kualitas konsumen hanya sebatas bada kualitas rasa, kemasan, harga, dan manfaat dengan nilai respon rata 53,44% menyatakan Baik dan sangat baik, namun untuk pengetahuan terhadap kualitas produksi yaitu mengenai kualitas pengemasan 67% menyatakan tidak tahu. Berdasarkan tingkat kepentingannya Persepsi merk pocari sangat penting dan sudah mencerminkan perceived importance. 4. untuk ukuran kesetiaan, kedekatan atau keterkaitan pelanggan pada sebuah merek pocari dinilai cukup banyak konsumen yang setia terhadap pocari. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek produk yang lain, semakin
68
tinggi loyalitas konsumen terhadap suatu merek maka semakin mudah manajemen mengendalikan pasar dan mejadi market leader. SARAN-SARAN Berdasarkan hasil pembahasandi atas, maka diajukan saran-saran yang dapat diterapkan bagi pengembangan kebijakan Pocari Sweat antara lain sebagai berikut: 1. Perusahaan Sebaiknya berupaya untuk menjalin hubungan jangka panjang dengan konsumen yang diperkuat dengan bukti- bukti bahwa faktor loyalitas merek menjadi faktor yang terpenting bagi Perusahaan. 2. Berdasarkan jawaban responden, maka diketahui upaya yang sebaiknya dilakukan oleh perusahaan untuk lebih meningkatkan loyalitas konsumen terhadap merek agar tetap menjadi market Leader di tengah competitor yang sangat ketat dengan cara meningkatkan kepuasan yang diterima konsumen. 3. Selain itu upaya edukasi terhadap konsumen mengenai merek (brand education) dalam program open factory merupakan langkah yang sangat baik di lakukan oleh seorang market leader terlebih sang pioner mizone kini mengklaim bahwa saat ini produknya lah yang menjadi market leader.
DAFTAR PUSTAKA Aaker, David A, (1997), Manajemen Ekuitas Merek, Mitra Utama, Jakarta. Durianto, Darmadi, Sugiarto dan toni Sitinjak, (2001), Strategi Menaklukkan Pasar : Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Kotler dan Amstrong, (2001), Dasar-Dasar Pemasaran, PT Indeks, Jakarta. Kotler, Philip, Alih Bahasa : Benyamin Molan, (2005), Manajemen Pemasaran, Edisi Kesebelas, Jilid 2, PT. Intan Sejati Klaten, Jakarta. Umar, H, (2003), Riset Pemasaran, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Umar, H, (2005), Strategic Management in Action, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
69
PENGARUH MOTIVASI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA PT. SPT BEKASI I Gusti Ngurah Made Djaja (Dosen STIE Gotong Royong) ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh motivasi berprestasi, motivasi kekuasaan dan motivasi berafiliasi terhadap produktivitas kerja karyawan dan memperoleh gambaran pengaruh yang lebih dominan diantara ketiga motivasi tersebut terhadap produktivitas kerja karyawan. Dengan menggunakan sampel 71 orang, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa regresi liner berganda yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh motivasi terhadap produktivitas kerja karyawan. Analisis dari hasil uji F dan uji t ternyata secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama variabel motivasi berprestasi (X1), motivasi kekuasaan (X2), motivasi berafiliasi (X3) berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan PT. SPT Bekasi. Hipotesa pertama yang menyatakan secara bersama-sama dan parsial variabel independen X1 (motivasi berprestasi), X2 (motivasi kekuasaan), dan X3 (motivasi berafiliasi) , mempengaruhi produktivitas kerja karyawan PT. SPT Bekasi. Dan hipotesa yang menyatakan tidak ada pengaruh yang paling dominan dari ketiga variabel tersebut tidak dapat diterima, karena dari hasil perhitungan koefisien determinasi parsial didapat hasil bahwa variabel motivasi berafiliasi (X3) mempunyai pengaruh yang dominan terhadap produktivitas kerja karyawan PT. SPT Bekasi.
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kegiatan manajemen sumber daya merupakan bagian dari proses manajemen sumber daya manusia yang paling sentral, dan merupakan kunci rantai dalam mencapai tujuan organisasi. Untuk meningkatkan kontribusi karyawan terhadap organisasi dalam rangka mencapai produktivitas, dapat dipahami karena semua kegiatan organisasi dalam mencapai tujuan tergantung kepada manusia yang mengelola organisasi
70
itu. Kebutuhan atau permintaan dalam sumber daya manusia oleh suatu organisasi tidak hanya memperhatikan kuantitas atau jumlahnya saja tetapi juga menyangkut masalah kualitas, artinya pengakuan terhadap peran serta sumber daya manusia menjadi bersifat strategis yang lebih menghargai manusia sebagai manusia seutuhnya dan bukan hanya salah satu bagian produksi kerja saja. Sumber daya manusia merupakan asset utama suatu organisasi yang menjadi perencana dan pelaku aktif dari setiap aktivitas organisasi, mereka mempunyai pikiran, perasaan, keinginan, status dan latar belakang pendidikan, usia, jenis kelamin tidak seperti mesin, uang dan material yang sifatnya pasif dan dapat dikuasai serta diatur sepenuhnya dalam mendukung tercapainya tujuan organisasi. Sumber daya manusia yang cakap, mampu dan terampil belum menjamin produktivitas kerja yang baik, apabila moral (motivasi) kerja dan disiplinnya rendah, mereka baru bermanfaat dan dapat mendukung terwujudnya tujuan organisasi, jika mereka mempunyai keinginan yang tinggi untuk berprestasi. Sumber daya manusia yang kurang mampu, kurang cakap dan tidak terampil, salah satunya mengakibatkan pekerjaan tidak dapat diselesaikan secara optimal dengan cepat dan tepat pada waktunya. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia dalam suatu organisasi hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan organisasi yang bersangkutan supaya efektif dan efisien dalam menunjang tercapainya tujuan. Penempatan karyawan atau pegawai harus disesuaikan dengan keinginan dan ketrampilannya, sehingga gairah kerja dan kedisiplinannya akan lebih baik serta efektif dalam menunjang terwujudnya tujuan organisasi, dengan demikian haruslah diberikan perhatian khusus kepada pegawai atau karyawan atau pelaksana-pelaksana yang berarti memberikan aspirasi dan menghidupkan motivasi yang benar untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam melaksanakan pekerjaan atau unjuk kerja (job performance) yang baik dapat dipengaruhi oleh kecakapan dan motivasi. Kecakapan tanpa motivasi atau motivasi tanpa kecakapan, keduanya tidak dapat menghasilkan keluaran atau out put yang tinggi atau maksimum, sehingga motivasi disini dapat diartikan sebagai suatu daya pendorong (driving force) yang menyebabkan orang berbuat sesuatu atau yang diperbuat karena takut akan sesuatu, misalnya seseorang ingin berprestasi, atau ingin berkuasa, maka perbuatannya akan menunjang pencapaian keinginan tersebut.
71
Perbuatan atau tindakan dimaksud dapat diartikan kerja keras guna lebih berprestasi, menambah keahlian, sumbang saran dan lain-lain, yang menjadi pendorong dalam hal ini adalah bermacam-macam faktor, diantaranya adalah faktor ingin lebih terpandang diantara rekan sekerja atau lingkungan dan kebutuhannya untuk berprestasi, sehingga motivasi dapat diartikan atau didefinisikan sebagai “kondisi mental yang mendorong aktivitas dan memberi energi yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan” (Bernard Bercndoom dan Etary A. Stainer dalam Sedarmayanti, 2001; 66). Sehingga dari pengertian motivasi tersebut dapat diartikan bahwa tidak ada motivasi, jika tidak dirasakan adanya kebutuhan dan kepuasan serta ketidakseimbangan. Rangsangan terhadap hal dimaksud akan menimbulkan motivasi, dan motivasi yang telah tumbuh akan merupakan dorongan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan atau pencapaian keseimbangan. Jadi salah satu upaya untuk menciptakan sikap mental yang baik tidak terlepas dari motivasi karena pengertian motivasi adalah menggairahkan para pekerja sedemikian rupa sehingga mereka dengan penuh semangat mengerjakan tugas demi meningkatkan mutu dan produktivitas perusahaan (Abdurrahim, 1990; 38) Uraian di atas menunjukkan adanya pengaruh antara motivasi dengan produktivitas kerja yang merupakan upaya untuk mendorong dan menpengaruhi sikap mental, semangat kerja dan perilaku para karyawan, agar dapat lebih meningkatkan produktivitas kerja mereka pada perusahaan, organisasi, lembaga dan instansi yang bersangkutan. Untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan dalam memberikan kontribusi terhadap tujuan perusahaan, maka antara lain diperlukan motivasi. Dalam penelitian ini mengikuti teori motivasi atau teori kebutuhan menurut Mc. Clelland yang menurut teori ini dikatakan bahwa kebutuhan akan kekuasaan (need for power), kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation) dan kebutuhan akan prestasi (need for achievement) adalah motivasi yang kuat pada setiap individu (Wahjosumidjo, 1994; 190) sejumlah teori motivasi yang ada, khususnya teori kebutuhan, Abraham Maslow, Frederick Herzberg, David Mc Clelland dan Victor Vroom. Maslow dan Herzberg berusaha membuat teori-teori motivasi secara keseluruhan. Sedangkan Mc. Clelland menurut Wahjosumidjo (1994; 183) memberikan sumbangan paling banyak pada identifikasi kebutuhan tertentu, hasil kerja dan kebutuhan yang sangat panting bagi perkembangan perusahaan dan industri.
72
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas dan mengacu pada teori motivasi Mc. Clelland (Wahjosumidjo, 1994; 190), tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apakah motivasi berprestasi, motivasi kekuasaan dan motivasi berafiliasi mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap produktivitas kerja karyawan. 2. Untuk mengetahui apakah motivasi berprestasi, motivasi kekuasaan dan motivasi berafiliasi mempunyai pengaruh secara parsial terhadap produktivitas kerja karyawan. 3. Untuk memperoleh gambaran pengaruh yang lebih dominan diantara ketiga motivasi tersebut terhadap produktivitas kerja karyawan.
II. TINJAUAN TEORI Motivasi Menurut Hasibuan (1990; 159) motivasi adalah pemberian gaya penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang bekerjasama agar mereka mau bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya dan upaya untuk mencapai kepuasan. Sedangkan menurut Gie the Liang et. al dalam Martoyo Susilo (1991; 154), motivasi adalah merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang manager dalam memberikan inspirasi, semangat, dorongan kepada orang lain, dalam hal ini karyawan untuk mengambil tindakan-tindakan; pemberian dorongan ini bertujuan untuk mengingatkan orang-orang atau karyawan agar mereka bersemangat dan dapat mencapai hasil sebagaimana dikehendaki dari orang-orang tersebut. Jadi dapat disimpulkan dari penjelasan tersebut di atas bahwa motivasi adalah suatu upaya memberikan rangsangan dan dorongan agar dapat melahirkan keinginan, semangat dan gairah kerja karyawan sehingga dapat merubah dan meningkatkan sikap dan perilaku serta tindakan karyawan dalam meningkatkan produktivitas kerja sesuai yang dikehendaki dalam meningkatkan produktivitas kerja seseuai yang dikehendaki organisasi atau perusahaan. Wahjosumidjo (1994; 183-192), mengatakan bahwa teori motivasi yang sekarang banyak dianut orang adalah teori kebutuhan. Teori ini beranggapan bahwa tindakan manusia pada hakekatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh sebab itu, apabila pimpinan ingin memotivasi bawahannya, haruslah mengetahui apa kebutuhan-kebutuhan bawahannya. Orang-orang yang berjasa besar dalam merumuskan
73
kebutuhan-kebutuhan manusia antara lain adalah Abraham Maslow, Frederick Herzberg, David Mc. Clelland dan Victor Vroom. Maslow dan Herzberg berusaha membuat teori-teori motivasi secara keseluruhan. Sedangkan Mc. Clelland memberikan sumbangan paling banyak pada identifikasi kebutuhan tertentu, hasil kerja dan kebutuhan yang sangat penting bagi pengembangan perusahaan dan industri. Teori kebutuhan Clelland memfokuskan pada tiga kebutuhan prestasi (n/Ach – need for achievement), kekuasaan (n/pwr – need for power) dan afiliasi (n/Aft – need for affiliation), kebutuhan ini didefinisikan sebagai berikut: a. Kebutuhan akan prestasi : dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk sukses. b. Kebutuhan akan kekuasaan : kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara yang orang-orang itu (tanpa paksa) tidak akan berperilaku demikian. c. Kebutuhan akan afiliasi : hasrat untuk hubungan antara pribadi yang ramah dan karib (Robbin, 1996; 205) Produktivitas Kerja Sedarmayanti (2001; 56), Filosofi dan Spirit tentang produktivitas sudah ada sejak peradapan manusia karena makna produktivitas adalah keinginan (the will) dan upaya (effort) manusia untuk selalu meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan disegala bidang. Menurut Encyclopedia Britanica (1982; 27) dalam Sedarmayanti (2001; 56) disebutkan bahwa produktivitas dalam ekonomi berarti rasio dari hasil yang dikeluarkan untuk menghasilkan sesuatu. Siagian (1996; 154) memberi batasan produktivitas dengan mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan produktivitas adalah kemampuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari sarana dan prasarana yang tersedia dengan menghasilkan keluaran (output) yang optimal, bahkan kalau mungkin yang maksimal. Suit dan Almasdi (2000; 91), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan produktivitas adalah semua unsur yang berkaitan dengan usaha peningkatan kualitas dan jumlah hasil produksi yang harus dipelihara, sehingga semua unsur yang berkaitan dengan peningkatan kualitas dan peningkatan jumlah hasil produksi berjalan lancar. Bila terjadi gangguan, walaupun satu unsur saja yang berada dalam kedaan terganggu, akan menyebabkan tertundanya produksi yang akan mengakibatkan menurunnya jumlah produksi. Dari pengertian di
74
atas produktivitas dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari semua faktor produksi yang tersedia dengan meminimasi input dan memaksimais output. Menurut Sinungan (2000; 59) bahwa, sebuah perusahaan atau sistem produksi lainnya menerapkan kombinasi kebijakan, rencana sumber-sumber dan metodenya dalam memenuhi kebutuhan dan tujuan khususnya. Kombinasi kebijakan-kebijakan ini dituangkan melalui dan dengan bantuan faktor-faktor produktivitas internal dan eksternal. Pada tingkat perusahaan, faktor-faktor tersebut hampir seluruhnya direfleksikan dalam sumber pokok, yakni manusia dan bahan-bahan melalui tenaga kerja, manajemen dan organisasi, dan modal pokok/bahan mentah. Selanjutnya Sinungan (2000; 56) secara umum produktivitas ada delapan faktor yang mempengaruhinya ; yaitu : 1) manusia, 2) modal, 3) metode dan proses, 4) lingkungan organisasi (internal), 5) produksi, 6) lingkungan negara (eksternal), 7) lingkungan internasional maupun regional, 8) umpan balik. Semua faktor-faktor ini dipandang sebagai sub-sistem untuk menunjukkan dimana potensi produktivitas dan cadangannya disimpan. Menurut Siagian (1996; 154), faktor-faktor penentu produktivitas adalah : a. Cara penggunaan waktu yang telah tersedia baginya untuk menghasilkan barang dan jasa tertentu, yaitu adanya jadwal pekerjaan, kapan seseorang mulai berkerja dan berhenti bekerja setiap hari, kapan seseorang istirahat, kapan suatu tugas dikerjakan dan kapan pula tugas tersebut berakhir. b. Produktivitas manusia adalah menggalakkan produktivitas tidak hanya melibatkan nilai-nilai teknis dan administrasi, tetapi juga nilai-nilai etis dan moral. c. Faktor sarana dan prasarana yaitu mengusahakan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi terobosan dalam bentuk apapun memelihara sarana dan prasarana yang tersedia sedemikian rupa sehingga mempunyai nilai dan masa pakai setinggi dan selama mungkin. Menurut Terry yang dikutip Winardi (1992; 83), menyatakan bahwa untuk meningkatkan produktivitas walaupun teknologi, perbaikan metode, dan pemanfaatan bahan adalah sangat penting, tetapi yang lebih penting adalah pemanfaatan sumber daya manusia terutama pada tingkat manajerial. Peningkatan produktivitas ternyata tidak hanya bisa dilihat dari sisi teknis atau administratif seperti jumlah produksi yang
75
meningkat, efisiensi, dan mutu, akan tetapi nilai-nilai etis dan moral dari karyawan adalah sangat penting. Perilaku yang jujur, disiplin, dan setia langsung atau tidak langsung akan berpengaruh dan harus dilihat sebagai bagian yang tak terpisahkan. Kerangka Konseptual Alur kerangka pemikiran konseptual yang menggambarkan pengaruh unsur-unsur motivasi menurut teori motivasi David Mc. Clelland terhadap produktivitas kerja karyawan dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Motivasi Berprestasi
Motivasi Kekuasaan
Produktivitas Kerja Karyawan
Motivasi Berafiliasi Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran Konseptual Hipotesis Penelitian 1. Diduga ada pengaruh secara bersama-sama antara variabel-variabel motivasi berprestasi, motivasi akan kekuasaan dan motivasi berafiliasi terhadap produktivitas kerja karyawan. 2. Diduga ada pengaruh secara parsial antara variabel motivasi berprestasi, motivasi akan kekuasaan dan motivasi berafiliasi terhadap produktivitas kerja karyawan. 3. Diduga tidak ada yang lebih dominan berpengaruh diantara motivasi berprestasi, motivasi akan kekuasaan dan motivasi berafiliasi terhadap produktivitas kerja karyawan.
III. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan tetap (bulanan) PT. SPT Bekasi. Jumlah seluruh karyawan
76
tetap sebesar 242 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik proporsional random sampling dengan cara undian, dimana semua karyawan memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi responden, sehingga data yang diperoleh akan reprentatif (Singarimbun dan Effendi, 1995; 155-156). Menurut Notoatmojo (1993; 87) untuk menghitung ukuran sampel dapat menggunakan formula sebagai berikut :
N N = 1 + N (d²) dimana : n = Jumlah seluruh sampel N = Besar populasi d = Tingkat Kepercayaan/ketepatan yang diinginkan. Berdasarkan ketentuan tersebut untuk menghitung sampel karyawan tetap dengan tingkat presisi sebesar 10% (<0,1) dengan tingkat kepercayaan 90% adalah sebagai berikut : 242 n = 1 + 242 (0,1)² = 70,76 (dibulatkan menjadi 71) Definisi Operasional Variabel Definisi operasional masing-masing variabel dapat dijelaskan sebagai berikut : Motivasi (X) Motivasi dapat dikatakan sebagai upaya memberikan rangsangan dan dorongan agar melahirkan keinginan, semangat dan gairah kerja karyawan sehingga dapat mengubah dan meningkatkan sikap, perilaku serta tindakan karyawan dalam meningkatkan produktivitas kerja sesuai tujuan yang dikehendaki oleh organisasi atau instansi yang bersangkutan. Selanjutnya motivasi sebagai variabel bebas/independent varibel (X) dijabarkan dalam tiga variabel bebas, yaitu :
77
Motivasi Berprestasi (X1) Motivasi berprestasi adalah dorongan mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, berbuat untuk sukses. Identifikasi tingkah laku yang didorong oleh motivasi berprestasi sebagai variabel bebas (X1), meliputi berusaha melakukan sesuatu dengan caracara baru dan kreatif, mencari umpan balik tentang perbuatannya, memiliki resiko yang moderat dalam perbuatannya untuk meningkatkan prestasi serta bertanggung jawab atas perbuatannya (As’ad, 1995; 53-54). Motivasi akan Kekuasaan (X2) Motivasi akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara yang orang-orang itu (tanpa dipaksa) tidak akan berperilaku demikian. Identifikasi tingkah laku yang didorong oleh motivasi akan kekuasaan sebagai variabel (X2), meliputi, keinginan mempengaruhi atau mendorong orang lain aktif menggerakkan kelompok/organisasi, mementingkan prestise dan peka terhadap pengaruh (As’ad, 1995; 53-54). Motivasi Berafiliasi (X3) Motivasi berafiliasi adalah hasrat untuk hubungan pribadi yang ramah dan karib. Identifikasi tingkah laku yang didorong oleh motivasi berafiliasi sebagai variabel (X3) meliputi, keterlibatan emosional dan lebih mementingkan hubungan pribadi daripada tugas kerja dalam tim/kelompok yang kooperatif lebih efektif daripada individual, mengutamakan kesepakatan dan menghindari konflik serta suka memperoleh perhatian dan beradaptasi (As’ad, 1995; 53-54). Produktivitas Kerja (Y) Pengukuran produktivitas adalah dengan memperhatikan derajat pencapaian sasaran yang diadapatkan dari aktivitas tersebut. Derajatderajat pencapaian sasaran adalah tingkat kepuasan fisik dan mental serta mutu kehidupan dan mutu kerja. Untuk meningkatkan produktivitas, walaupun teknologi, perbaikan metode dan pemanfaatan bahan adalah sangat penting, tetapi yang lebih penting adalah pemanfaatan sumber daya manusia, terutama pada tingkat managerial. Peningkatan produktivitas ternyata tidak hanya bisa dilihat dari sisi teknis atau administratif seperti jumlah produksi yang meningkat, efisiensi dan mutu.
78
Akan tetapi nilai-nilai etos dan moral dari karyawan adalah sangat penting. Perilaku yang jujur, disiplin dan setia, langsung atau tidak langsung akan berpengaruh dan harus dilihat sebagai bagian yang tidak terpisahkan. Teknik Pengumpulan Data Data penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diambil dari responden dan sudah ditentukan karekteristiknya dengan menggunakan metode: kuesioner, wawancara, dan observasi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari: dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto, 1989; 37) termasuk ketentuan peraturan dan kebijakan yang mendukung penelitian. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis Analisis regresi linear berganda termasuk analisis verifikatif yaitu untuk menguji hipotesis dari penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Untuk menganalisis hipotesis pangaruh masing-masing faktor, motivasi (motivasi berprestasi, kekuasaan dan berafiliasi) terhadap produktivitas kerja, baik secara serentak maupun secara parsial menurut Gujarati (1997; 28) model regresi untuk menganalisis atas dasar Sample Regresio Function (SRF) sebagai berikut :
Y = βo + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ei Dimana : Y = Produktivitas kerja X1 = Motivasi berprestasi X2 = Motivasi kekuasaan X3 = Motivasi berafiliasi βo..3 = Intersep. ei = Variabel penggangu. Uji hipotesisi yang digunakan adalah : 1. Uji – F (pengujian serentak)
79
Untuk mengetahui apakah secara simultan (bersama-sama) koefisien regresi variabel bebas mempunyai pangaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat. 2. Uji – T (pengujian parsial) Untuk mengetahui masing-masing sumbangan variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat.
IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Dalam penelitian ini penulis ingin melihat adanya pengaruh motivasi secara bersama-sama yang terdiri dari motivasi berprestasi, motivasi akan kekuasaan dan motivasi berafiliasi terhadap produktivitas kerja karyawan di PT. SPT Bekasi, serta melihat ada atau tidak adanya variabel yang paling dominan pengaruhnya. Untuk menganalisis dipakai model regresi linier berganda, dilakukan pula uji F/uji serentak untuk membuktikan kebenaran hipotesis kedua yang ditarik kedalam ilmu ekonomi dengan menggunakan Paket Program SPSS dan hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1. Hasil Pengolahan SPSS Variabel Motivasi Berprestasi(X1) Motivasi Kekuasaan (X2) Motivasi Berafiliasi (X3) (Constant) Model Regression Residual Multiple R R Square Adjusted R Square Standart Error Correlation, 1 tailed Sig: Motivasi Berprestasi(X1) Motivasi Kekuasaan (X2) Motivasi Berafiliasi (X3)
B 0.856 0.819 0.885 17.018 Sum of Square 11840.888 7105.421 0.791 0.625 0.608 10.30
SE B 0.332 0.329 0.278 4.913 Df 3 67
Beta 0.275 0.311 0.324 Mean Square 3946.963 106.051
t 3.464 2.576 2.488 3.184 F
Sig t 0.012 0.015 0.002 0.001 Sig
37.218 -
0.000 -
0.3002 (ϒ2 = 0.0901) 0.2908 (ϒ2 = 0.0846) 0.3625 (ϒ2 = 0.1314)
Sumber: Data diolah
80
Pembahasan Dari pengolahan data dengan menggunakan SPSS, diperoleh angkaangka seperti pada tabel 1, maka dapat dianalisis sebagai berikut: Persamaan Regresi : Y = 17.018 + 0.856 X1 + 0.819 X2 + 0.885 X3 SE = (0.332) (0.329) (0.278) Dari persamaan tersebut terlihat bahwa koefisien regresi dari ketiga variabel bebas yaitu: b1, b2, dan b3, bertanda positif. Hal tersebut berarti jika masing-masing varibel bebas (X1, X2, dan X3 ) ditingkatkan akan berdampak pada meningkatnya variabel Y. Adapun pengertian dari fungsi regresi di atas secara rinci sebagai berikut: 1. Setiap kenaikan variabel bebas X1 (motivasi berprestasi) persatu satuan, maka akan mengakibatkan kenaikan pada variabel terikat Y (produktivitas kerja karyawan) sebesar 0.856 (pola hubungan positif) dengan anggapan bahwa X2, dan X3, adalah tetap. 2. Setiap kenaikan variabel bebas X2 (motivasi kekuasaan) persatu satuan, maka akan mengakibatkan kenaikan pada variabel terikat Y (produktivitas kerja karyawan) sebesar 0.819 (pola hubungan positif) dengan anggapan bahwa X1, dan X3, adalah tetap. 3. Setiap kenaikan variabel bebas X3 (motivasi berafiliasi) persatu satuan, maka akan mengakibatkan kenaikan pada variabel terikat Y (produktivitas kerja karyawan) sebesar 0.885 (pola hubungan positif) dengan anggapan bahwa X1, dan X2, adalah tetap. 4. Constant (a) sebesar 17.018, yang artinya jumlah nilai pekerjaan dapat dilakukan dengan baik minimal sebanyak 17.018 tanpa dipengaruhi variabel bebas X1,X2, dan X3. Multiple R Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara serentak terhadap variabel terikat dapat dilihat dari Multiple R. Dari tabel 10 menunjukkan besarnya multiple R = 62.5%. Artinya perubahan variabel terikat Y (produktivitas kerja karyawan) di PT. SPT Bekasi dipengaruhi oleh variabel bebas X1 (motivasi berprestasi), X2 (motivasi kekuasaan), dan X3 (motivasi berafiliasi) sebesar 62.5%, sedangkan sisanya 37.5% dipengaruhi variabel lain yang tidak diamati dalam penelitian ini.
81
Koefisien Korelasi Partial (ϒ ϒ) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas secara partial terhadap variabel terikat dapat diketahui dari koefisien korelasi parsial (ϒ), yang mana besarnya koefisien korelasi parsial dari masingmasing variabel bebas adalah sebagai berikut: 1. Nilai koefisien korelasi parsial untuk variabel motivasi berprestasi ϒ(2,3) = 0,3002. Hal ini menerangkan bahwa besarnya nilai sumbangan variabel X1 (motivasi berprestasi) terhadap Y (produktivitas kerja) adalah sebesar 30,02% dimana nilai sumbangan X2, X3 dianggap konstan. 2. Nilai koefisien korelasi parsial untuk variabel motivasi kekuasaan ϒ(1,3) = 0,2908. Hal ini menerangkan bahwa besarnya nilai sumbangan variabel X2 (motivasi kekuasaan) terhadap Y (produktivitas kerja) adalah sebesar 29,08% dimana nilai sumbangan X1, X3 dianggap konstan. 3. Nilai koefisien korelasi parsial untuk variabel motivasi berafiliasi ϒ(1,2) = 0,3625. Hal ini menerangkan bahwa besarnya nilai sumbangan variabel X1 (motivasi berafiliasi) terhadap Y (produktivitas kerja) adalah sebesar 36,25% dimana nilai sumbangan X1, X2 dianggap konstan. Uji t Uji t dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui signifikan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Uji t ini dilakukan dengan membandingkan antara variabel t-tabel dengan t-hitung, pada taraf nyata α = 0,05. Ditinjau dari tingkat signifikansi untuk X1 (motivasi berprestasi) dapat dijelaskan bahwa dari perhitungan diperoleh t hitung sebesar 2.576 dengan tingkat probabilitas kesalahan sebesar 0.012, sedangkan t tabel dengan taraf nyata 5% adalah sebesar 1.668. Dengan demikian t hitung lebih besar dari t tabel (t hitung 2.576 > t tabel 1.668). Hal ini berarti secara partial variabel motivasi berprestasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan (Y). Untuk tingkat signifikansi X2 (motivasi kekuasaan) dapat dijelaskan bahwa dari perhitungan diperoleh t hitung sebesar 2.488 dengan tingkat probabilitas kesalahan sebesar 0.015, sedangkan t tabel dengan taraf nyata 5% adalah sebesar 1.668. Dengan demikian t hitung lebih besar dari t tabel (t hitung 2.488 > t tabel 1.668). Hal ini berarti secara partial
82
variabel motivasi kekuasaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan (Y). Untuk tingkat signifikansi X3 (motivasi berafiliasi) dapat dijelaskan bahwa dari perhitungan diperoleh t hitung sebesar 3.184 dengan tingkat probabilitas kesalahan sebesar 0.002, sedangkan t tabel dengan taraf nyata 5% adalah sebesar 1.668. Dengan demikian t hitung lebih besar dari t tabel (t hitung 3.184 > t tabel 1.668). Hal ini berarti secara partial variabel motivasi berafiliasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan (Y). Uji F (Uji Serentak) Analisis uji F/uji serentak dimaksudkan untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini, yaitu apakah secara serentak variabelvariabel motivasi berprestasi (X1), motivasi kekuasaan (X2) dan motivasi berafiliasi (X3) berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan (Y) pada PT. SPT Bekasi. Dari tabel 10 terlihat bahwa nilai F ratio hitung sebesar 37.218 dengan probabilitas 0.000 kurang dari 1% sedangkan F tabel menunjukkan derajat keyakinan 95% adalah 3.13. Dengan demikian dari perhitungan ini dapat dilihat bahwa nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel (F hitung 37.218 > F tabel 3.13). Hal ini berarti bahwa variabel motivasi berprestasi (X1), motivasi kekuasaan (X2), dan motivasi berafiliasi (X3) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan (Y). Koefisien Determinasi Parsial (ϒ ϒ2) Dari hasil pengolahan data menunjukkan bahwa koefisien determinasi parsial (ϒ2) untuk variabel motivasi berprestasi, motivasi kekuasaan, motivasi berafiliasi masing-masing; 0,0901: 0,0846: 0,1314 (tabel 10). Ini berarti bahwa: 1. Variabel motivasi berprestasi (X1) dapat menjelaskan setiap variasi perubahan produktivitas kerja karyawan sebesar 0,0901 dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan. 2. Variabel motivasi kekuasaan (X2) dapat menjelaskan setiap variasi perubahan produktivitas kerja karyawan sebesar 0,0846 dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan. 3. Variabel motivasi berafiliasi (X3) dapat menjelaskan setiap variasi perubahan produktivitas kerja karyawan sebesar 0,1314 dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan.
83
Sehingga dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa: 1. Hipotesa yang menyatakan secara bersama-sama variabel independen X1 (motivasi berprestasi), X2 (motivasi kekuasaan), dan X3 (motivasi berafiliasi), mempengaruhi produktivitas kerja karyawan PT. SPT Bekasi dapat diterima. 2. Hipotesa yang menyatakan secara parsial variabel independen X1 (motivasi berprestasi), X2 (motivasi kekuasaan), dan X3 (motivasi berafiliasi), mempengaruhi produktivitas kerja karyawan PT. SPT Bekasi dapat diterima. 3. Hipotesa yang menyatakan tidak ada pengaruh yang paling dominan dari ketiga varibel tersebut tidak dapat diterima, karena dari hasil perhitungan koefisien determinasi partial didapat hasil bahwa variabel motivasi berafiliasi (X3) mempunyai pengaruh yang dominan terhadap produktivitas kerja karyawan PT. SPT Bekasi.
V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada pengaruh secara bersama-sama antara variabel-variabel motivasi berprestasi, motivasi akan kekuasaan dan motivasi berafiliasi terhadap produktivitas kerja karyawan PT. SPT Bekasi. 2. Ada pengaruh secara parsial antara variabel motivasi berprestasi, motivasi akan kekuasaan dan motivasi berafiliasi terhadap produktivitas kerja karyawan PT. SPT Bekasi. 3. Variabel motivasi berafiliasi (X3) mempunyai pengaruh yang dominan terhadap produktivitas kerja karyawan PT. SPT Bekasi. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka dapatlah diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. PT. SPT Bekasi hendaknya lebih memberi perhatian terhadap motivasi berafiliasi sebagai variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi produktivitas kerja karyawan, sehingga karyawan dapat lebih terpacu lagi untuk bekerja. Penerapan hubungan yang baik, ramah dan karib, serta dapat bekerja sama dengan baik antara pimpinan dengan karyawan dan karyawan dengan karyawan akan sangat membantu
84
bagi semua pihak untuk mewujudkan tujuan perusahaan secara bersama-sama. 2. Memacu setiap karyawan untuk meningkatkan prestasinya dengan cara memberikan imbalan yang pantas atas prestasinya akan sangat membantu karyawan dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahim, M.I. 1990. Tahuid dan Motivasi Kerja. Jurnal Ulumul Qur’an, No. 6 Vol. II/1990. Lembaga Studi Al Qur’an dan Filsafat. Jakarta. As’ad, Moh. 1995. Sari Ilmu Sumber Daya Manusia Psikologi Industri. Edisi Keempat. Loberty. Yogyakarta. Gudjarati, D. Suwarno Zaim. Ekonomotik Dasar. Erlangga. Jakarta. Hasibuan, M. SP. 1990. Manajemen Sumber Daya Manusia. Gunung Agung. Jakarta. Martoyo, S. 1998. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Ketiga. BPFE. Yogyakarta. Notoadmodjo, Soekidjo. DR. 1993. Metodologi Peneltian Kesehatan. Edisi Pertama. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Robbin, S. P. 1996. Organizational Behavior. Terjemahan, Perilaku Organisasi, Alih Bahasa : DR. Hadyana Pojoatmoko. Penyunting : Triyana Iskandarsyah, SE. Prentice Hall Inc. New Jersey. USA. Sedarmayati, DR. MPd. 1996. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Edisi Pertama. CV. Mandar Maju. Bandung. . 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Edisi Kedua. CV. Mandar Maju. Bandung. Siagian, SP. Prof. DR. MPA. 1998. Teori Motivasi dan Aplikasi. Bina Rupa Aksara. Jakarta. Singarimbun, M. Effendi, S. 1995. Metodologi Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta. Sinungan, M. Drs. 2000. Produktivitas, Apa dan Bagaimana. Edisi Keempat. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Suit, J. Almasdi. 2000. Aspek Sikap Mental dalam Manajemen Sumber Daya Manusia. Ghalia Indonesia. Jakarta. Wahjosumidjo. 1994. Kepemimpinan dan Motivasi. Edisi Keempat. Ghalia Indonesia. Jakarta. Winardi, J. Prof. Dr. SE. 2001. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Edisi Pertama. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Winardi. 1992. Manajemen Perilaku Organisasi. Citra Aditya Bakti. Bandung.
85
PERANAN ANGGARAN PENJUALAN SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN DALAM MENDUKUNG KEGIATAN AKTIVITAS PERUSAHAAN Sumarsid Dosen Tetap Sekolah Tinggi Manajemen LABORA Anggaran sebagai alat manajemen di bidang perencanaan dan pengawasan, ternyata tidak begitu saja dapat diperoleh manfaatnya secara penuh dan berimbang oleh perusahaan yang telah menggunakannya tanpa ada usaha khusus dengan persyaratan tertentu yang harus dipenuhi, Anggaran penjualan dalam perusahaan pastilah berbeda-beda dalam melaksanakan kegiatan secara berbeda dengan perusahaan lain yang sejenis, ditambah lagi dengan adanya perbedaan jenis usaha satu dengan yang lainnya, serta cara pengelompokannya ke dalam berbagai tempat biaya. Karena itu di dalam proses anggaran penjualan terlebih dahulu diperlukan adanya pengindetifikasian tempattempat biaya yang ada serta jenis-jenis biaya yang menjadi tanggung jawab masing-masing tempat biaya. Kata kunci : Anggaran Penjualan, Alat Pengendalian,Aktivitas Perusahaan I. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Perusahaan tumbuh dan berkembang seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan. Pertumbuhan perkembangaan suatu perusahaan menuntut kemampuan dan kecakapan para pengelola dalam menjalankan perusahaannya, termasuk didalamnya kemampuan dalam mengambil keputusan terhadap masalah yang dihadapi oleh perusahaan. Keputusan – keputusan yang tepat oleh manajer berdasarkan hasil pengukuran dan pengevaluasian terhadap pelaksanaan aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan. Salah satu tujuan perusahaan adalah untuk mendapatkan laba atau keuntungan yang optimal sebagai sumber pembiayaan bagi kelangsungan hidup perusahaan. Kegiatan perusahaan yang menghasilkan pendapatan pada umumnya adalah dalam bidang penjualan, baik dalam hal penjualan
86
jasa maupun barang, sesuai dengan bidang perusahaannya masingmasing. Upaya yang tepat agar seluruh kegiatan perusahaan dapat berjalan dengan baik adalah menyusun sistem perencanaan, koordinasi, dan pengendalian yang memadai bagi perusahaan tersebut. Dengan adanya sistem perencanaan, koordinasi, dan pengendalian, perusahaan diharapkan dapat menyusun perencanaan yang lebih baik, sehingga perusahaan dapat mengkoordinasi kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan serta dapat mengendalikan dan dapat mengendalikan pelaksanaan kegiatan dalam perusahaan tersebut. Untuk menjabarkan rencana tersebut diperlukan suatu alat manajemen yaitu anggaran. Anggaran ini diperlukan untuk semua jenis usaha,tanpa anggaran suatu perusahaan akan menghadapi kesulitan dalam menjalankan operasinya. Kesulitan ini antara lain dalam hal pengelolaan. Dalam perusahaan keberadaan anggaran sangat diperlukan sebab perusahaan bertujuan mencari laba yang optimum, sehingga perusahaan harus membuat perencanaan bertujuan mencari laba yang optimum, dan perusahaan harus membuat perencanaan dan penyusunan program secermat mungkin, apalagi jika perusahaan tersebut berada dalam persaingan yang ketat dengan perusahaan lain yang sejenis. Penulis memilih anggaran penjualan sebagai alat pengendalian karena anggaran penjualan selain berguna sebagai dasar penyusunan semua anggaran yang ada dalam perusahaan, juga merupakan salah satu alat pengendalian terhadap kegiatan penjualan yang sedang berjalan. Bagi perusahaan yang menghadapi persaingan pasar, anggaran penjualan harus disusun paling awal dari semua anggaran yang lain, yang ada dalam perusahaan. Identifikasi Masalah Dalam anggaran penjualan ini banyak hal-hal yang harus diketahui agar dalam pencatatan anggaran dapat sesuai dengan aturan-aturannya. Maka dari itu kami mencoba mengidentifikasikan dan menjawab hal-hal yang penting dari pertanyaan-pertanyaan yang akan muncul dalam pembahasan tentang anggaran penjualan sebagai berikut: definisi anggaran, definisi anggaran penjualan, tujuan anggaran penjualan,cara pembuatan anggaran, dan apa saja macam-macam anggaran.
87
Batasan Masalah Untuk mempermudah dalam membahas masalah-masalah yang muncul dalam identifikasi masalah yang tidak dapat dijawab semua oleh karya ilmiah ini, maka kami membatasi pada permasalahan anggaran penjualan. Rumusan Masalah Dalam karya ilmiah ini saya mencoba mengevaluasi pertanyaanpertanyaan apa saja yang jawabannya dianggap sesuai dengan tema makalah, dan pertanyaan-pertanyaan yang akan kami jawab yaitu: Anggaran penjualan,Cara penyusunan anggaran penjualan,Manfaat penggunaan anggaran penjualan, dan Metode penyusunan anggaran penjualan
II. LANDASAN TEORI Landasan Teori Anggaran penjualan merupakan anggaran yang sangat penting dalam penentuan proyeksi penjualan dan penghasilan yang realistis dan pendukung utama dalam menyusun rencana anggaran komprehensip perusahaan. Sebab jika anggaran penjualan bersifat tidak realistis seperti "over convidance" atau terlalu percaya diri maka sebagian besar bagian dari rencana laba keseluruhan. Adapun defenisi dari anggaran penjualan itu sendiri adalah "Anggaran yang menerangkan secara terperinci tentang penjualan perusahaan dimasa datang dimana didalamnya ada rencana tentang jenis barang, jumlah, harga, waktu serta tempat penjualan barang. Anggaran penjualan perlu dikembangkan dengan teliti agar anggaran-anggaran operasi dan anggaran finansial saling isi mengisi dan saling memantau dalam menyusun rencana anggaran komprehensip. Agar anggaran penjualan lebih teliti dan meyakinkan maka diperlukan "Tim Peramal Penjualan" yang terdiri dari beberapa ahli dari bidang distribusi dan didukung oleh ahli-ahli bidang keuangan, produksi dan dari bidang lainnya. Peramalan penjualan akan menilai target penjualan yang akan dicapai sebagai dasar penjualan.Sebaliknya, rencana anggaran penjualan dapat dipergunakan untuk menyusun pembuatan bagian-bagian dari anggaran-anggaran lainnya.
88
Pengertian Anggaran Perencanaan merupakan satu diantara fungsi-fungsi manajemen, begitu juga dengan pengendalian. Perencanaan dan pengendalian adalah dua hal yang erat kaitannya dengan anggaran. Perencanaan yang telah disiapkan dengan baik, tidak akan ada manfaatnya tanpa ada pengendalian, demikian pula sebaliknya. Anggaran merupakan suatu perencanaan yang terinci dalam bentuk kuantitatif yang menunjukan bagaimana sumber daya diperoleh dan digunakan dalam suatu periode tertentu.Budget atau anggaran ini tidak hanya digunakan secara luas sebagai alat untuk perencanaan manajemen, tetapi juga sebagai model akuntansi yang mendasar untuk keperluan pengendalian manajemen. Douglas Garbutt (Management Accounting) menyatakan bahwa anggaran semata-mata merupakan perpaduan antara rencana dan ramalan yang dinyatakan dalam istilah keuangan. Dia menekankan bahwa anggaran harus merupakan perangkat manajemen, tidak sekedar perhitungan akuntansi belaka. Dengan kata lain, kehadiran anggaran tersebut harus dapat dimanfaatkan. Dengan adanya anggaran dapat dibandingkan antara realisasi dengan yang dianggarkan. Selisih atau penyimpangan yang terjadi diidentifikasi dan dicari penyebabnya atau alasan terjadi penyimpangan atau alasan terjadi penyimpangan. Anggaran penjualan merupakan anggaran yang sangat penting dalam penentuan proyeksi penjualan dan penghasilan yang realistis dan pendukung utama dalam menyusun rencana anggaran komprehensip perusahaan. Sebab jika anggaran penjualan bersifat tidak realistis seperti “over convidance” atau terlalu percaya diri maka sebagian besar bagian dari rencana laba keseluruhan. Adapun defenisi dari anggaran penjualan itu sendiri adalah “Anggaran yang menerangkan secara terperinci dan teliti tentang penjualan perusahaan dimasa datang dimana didalamnya ada rencana tentang jenis barang, jumlah, harga, waktu serta tempat penjualan barang. Anggaran penjualan perlu dikembangkan dengan teliti agar anggaran-anggaran operasi dan anggaran finansial saling isi mengisi dan saling memantau dalam menyusun rencana anggaran komprehensip. Agar anggaran penjualan lebih teliti dan meyakinkan maka diperlukan “Tim Peramal Penjualan” yang terdiri dari beberapa ahli dari bidang distribusi dan didukung oleh ahli-ahli bidang keuangan, produksi dan dari bidang lainnya. Peramalan penjualan akan menilai target penjualan yang akan dicapai sebagai dasar penjualan.
89
Tujuan Anggaran Penjualan Sebaliknya, rencana anggaran penjualan dapat dipergunakan untuk menyusun pembuatan bagian-bagian dari anggaran-anggaran lainnya. Tujuan utama dari anggaran penjualan adalah: Mengurangi ketidakpastian dimasa depan, memasukkan pertimbangan/keputusan manajemen dalam proses perencanaan, memberikan informasi dalam profit planing control, untuk mempermudah pengendalian penjualan. Suatu anggaran penjualan yang lengkap sebaiknya menunjukkan gambaran sebagai berikut : Penjualan dirinci menurut bulan, kwartalan, semester dan tahunan. Penjualan dirinci menurut jenis-jenis produk, penjualan dilakukan menurut daerah pemasaran Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam rangka penyusunan anggaran penjualan antara lain: Penelitian dan peramalan penjualan, Fungsi anggaran penjualan,Tahap-tahap peramalan penjualan, Metode peramalan penjualan. Fungsi Anggaran Penjualan Fungsi dari anggaran penjualan dalam suatu perusahaan dapat disimpulkan sebagai berikut. Anggaran penjualan adalah dasar perencanaan atas kegiatan perusahaan pada umumnya.Anggaran penjualan sebagai alat koordinasi dan mengarahkan setiap pelaksanaan divisi Pemasaran.Anggaran penjualan sebagai alat pengorganisasian. Anggaran penjualan sebagai alat pengawasan bagi manajemen. Penelitian dan Peramalan Penjualan. Pada umurnnya apa yang direncanakan pada anggaran penjualan merupakan dasar perencanaan dari seluruh komponen anggaran lainnya, artinya perencanaan penjualan merupakan “kunci keberhasilan dari rencana anggaran komprehensip. Taksiran proyeksi volume penjualan yang realistis akan menggambarkan suatu rencana penjualan yang cukup tepat dan hampir mendekati penjualan yang sebenarnya, paling tidak memenuhi target dan tidak mengalami penyimpangan yang terlalu jauh. Proyeksi volume penjualan yang teliti adalah hasil dari ramalan penjualan yang teliti. Peramalan penjualan yang teliti akan tergantung dari beberapa segi yang harus diperhatikan yaitu dari segi intern dan ekstern perusahaan. Adapun contoh-contoh dari fakta intern/control label faktor ialah Modal yang dimiliki, Kapasitas produksi, Kemungkinan investasi, Sumber daya manusia dll. Sedang contoh-contoh dari faktor ekstrirn /uncontrollabel faktor ialah Keadaan pasar, Posisi perusahaan dalam pasar tersebut,
90
Persaingan, Tingkat pertumbuhan penduduk, Kebiasaaan di masyarakat dll.
III . PEMBAHASAN Anggaran induk (master budget) adalah rencana keuangan komprehensif untuk keseluruhan organisasi yang terdiri dari berbagai anggaran individual. Anggaran induk dapat dibagi menjadi anggaran operasi dan anggaran keuangan. Anggaran operasi menjelaskan aktifitas yang menghasilkan pendapatan untuk perusahaan, yaitu penjualan, produksi dan barang jadi. Hasil utama dari anggaran operasi adalah laporan laba rugi proforma. Anggaran keuangan memuat rincian dari arus kas masuk dan keluar serta posisi keuangan dan keseluruhan. Arus kas masuk dan keluar yang direncanakan terdapat dalam anggaran kas. Posisi keuangan yang diharapkan ditunjukkan dalam Neraca yang dianggarankan. Anggaran operasi yang terdiri dari laporan laba rugi yang dianggarkan serta beberapa anggaran pendukung seperti : Anggaran Penjualan, Produksi, Pembelian Bahan Langsung, Tenaga Kerja Langsung, Overhead, Beban Penjualan dan Administrasi, Persediaan Barang Jadi Anggaran Harga Pokok Penjualan. UNSUR YANG MELEKAT PADA ANGGARAN a. Rencana Recana merupakan penentuan terlebih dahulu tentang aktivitas atau kegiatan yang akan dilakukan diwaktu yang akan datang dengan spesifikasi khusus, misalnya disusun secara sistematis mencakup seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (satuan) moneter. Beberapa alasan diperlukannya “rencana” bagi perusahaan:,adanya ketidakpastian di masa yang akan datang,banyaknya alternatif di masa yang akan datang.,rencana merupakan pedoman kerja perusahaan,rencana sebagai alat koordinasi kegiatan dari seluruh bagian yang ada di perusahaan,rencana sebagai alat pengawasan (control) terhadap pelaksanaan. b. Meliputi seluruh kegiatan perusahaan Unsur ini bermakna bahwa budget mencakup semua kegiatan yang akan dilakukan oleh semua bagian yang ada dalam perusahaan, (pemasaran, produksi, pembelanjaan, administrasi dan kegiatan yang berkaitan dengan sumberdaya manusia).
91
c. Dinyatakan dalan unit (satuan) moneter Budget dinyatakan dalam satuan moneter yang dapat diterapkan pada berbagai kegiatan perusahaan yang beraneka ragam, yakni satuan ”rupiah”, mengingat satuan dari berbagai kegiatan pada dasarnya berbeda misalnya: untuk bahan mentah kilogram, tenaga kerja jam kerja per minggu dst. d. Jangka waktu tertentu yang akan datang. Unsur ini menyatakan bahwa budget berlaku untuk masa datang, hal ini berarti bahwa apa yang dimuat dalam budget adalah taksiran –taksitan (forecast) tentang apa yang akan terjadi serta apa yang akan dilakukan di waktu yang akan datang. Faktor yang mempengaruhi penyusunan budget: a. Faktor interen Yang dimaksud dengan faktor intern adalah data, informasi dan pengalaman yang terdapat di dalam perusahaan sendiri. Yang dapat berupa: Penjualan tahun –tahun lalu, kebijakan perusahaan yang berhubungan dengan masalah harga jual, kapasitas produksi dll). b. Faktor Ekstern Faktor ekstern meliputi, data, informasi dan pengalaman yang terdapat di luar perusahaan, tetapi memiliki pengaruh terhadap kehidupan perusahaan.Yang dapat berupa keadaan persaingan, tingkat pertumbuhan penduduk, tingkat penghasilan masyarakat, pendidikan masyarakat, perekonomian nasional, berbagai kebijakan pemerintah dll. Hubungan Penganggaran dengan Manajemen Fungsi Manajemen adalah menyusun perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing), koordinator (coordinating), dan pengawasan (controling) terhadap orang dan barang, untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan. . Berdasarkan pengertian sebelumnya (budget maupun manajemen), dapat disimpulkan bahwa budget sebagai alat bagi manajemen untuk membantu menjalankan fungsi-fungsinya. Namun demikian budget sebagai alat bagi manajemen memiliki kelemahan: yakni: a. Budget disusun berdasarkan taksiran-taksira. b. Budget disusun dari berbagai data baik yang controlabel dan non controlabel. c. Efeftivitas dan efisiensi budget tergantung dari manusia sebagai pelaksana.
92
Hubungan antara budget dengan Akuntansi Akuntansi menyajikan data historis yang sangat bermanfaat untuk menghitung (menyiapkan) taksiran-taksiran yang akan dituangkan dalam budget, yang nantikan akan dijadikan sebagai pedoman kerja di waktu yang akan datang. Selanjutnya akutansi akan melakukan pencatatan secara sistematis dan teratur tentang pelaksanaaan budget itu nantinya, dari hari ke hari, dengan demikian akuntansi dapat menyajikan data realisasi pelaksanaan budget secara lengkap. Sehingga dengan membandingkan antara budget dan catatan akuntansi dapat diketahui apakah perusahaan telah melaksanaakan proses kerja secara efisien atau in-efisisen, efektif atau inefektif, dst, Oleh karena itu semua teknik pencatatan dan semua sistematika yang dipakai dalam akuntansi harus sama dan sejalan dengan teknik serta sistematika yang dipakai dalam budget. Hubungan antara budget dengan statistika dan matematika Berhubungan untuk pengolahan data (sebagai penunjang) baik saat penyusunan maupun realisasi dan penganalisaan realisasi budget. Sehingga dapat diketahui penyimpangan positif maupun negatif, sebagai bahan pertimbangan keputusan efisiensi budget. Isi dan Prosedur Penyusunan Anggaran dan Faktor Budget adalah hasil kerja (out-put) yang terutama berupa taksiran-taksiran yang akan dilaksanakan di waktu yang akan datang, yang dituangkan dalam suatu naskah tulisan yang disusun secara teratur dan sistematis. Proses Kegiatan yang tercakup dalam Budgeting: • Pengumpulan data dan informasi yang diperlukan untuk menyusun budget. • Pengolahan dan penganalisaan data dan informasi tersebut untuk mengadakan taksiran-taksiran dalam rangka menyusun budget, • Menyusun budget dan menyajikan secara teratur dan sistematis. • Pengkoordinasian pelaksanaan budget • Pengolahan dan penganalsisaan data tersebut untuk mengadakan interpretasi dan memperoleh kesimpulan, dalam rangka mengadakan penilaian (evaluasi) terhadap kerja yang telah dilaksanakan serta menyusun kebijakan-kebijakan sebagai tindak lanjut (follow-up) dari kesimpulan-kesimpulan tersebut.
93
Tugas Penyusunan Anggaran Tugas penyusunan budget merupakan tanggung jawab dari pimpinan tertinggi perusahaan. Namun demikian tugas penyusunan budget selanjutnya dapat didelegasikan kepada bagian yang terkait pada perusahaan (tergantung struktur perusahaan). Berikut ini beberapa bagian yang dapat memperoleh pendelagasia penyusunan budget: a. bagian administrasi (bagi perusahaan kecil) , karena seluruh data aktivitas perusahaan baik produksi, pemasaran maupun yang lainnya terkumpul pada bagian ini. b. panitia budget (bagi perusahaan besar), terdiri dari pimpinan dan wakil masingmasing bagian terkaitan. Budget yang selesai disusun baik oleh bagian administrasi maupun panitia budget (tergantung organisasi perusahaan), disebut sebagai draft budget (rancangan budget), sedangkan apabila rancangan tersebut telah diserahkan,disetujui dan disahkan oleh pimpinan teritnggi perusahaan disebut sebagai Budget yang definitif. Budget sudah sehusnya mencakup seluruh kegiatan perusahaan, sehingga fungsi budget benar-benar dapaaat berjalan. Budget yang menyeluruh tersebut di namakan budget Komprehensif (Comphrehensive Budget). Isi dari Comphrehensive Budget, secara garis besar terdiri dari: a. forecasting budget b. variabel budget (berisis tentang tingkat perubahan biaya atau tingkat variabilitas) c. analsisa statistika dan matematika pembantu d. laporan budget (/budget report): merupakan laporan realisasi pelaksanaan budget yang dilengkapi dengan berbagai analisa perbandingan antara budget dengan relaisasinya, sehingga dapat diketahui penyimpangan-penyimpangan maupun efisiensi-efisiensi yang terjadi, sehingga dapat dianalisis dan ditarik kesimpulan. Anggaran Komprehensip dan Parsial Anggaran komprehensip merupakan anggaran dengan ruang lingkup yang meyeluruh. Aktivitas yang tercakup dalam anggaran komprehensip mencakup seluruh aktivitas perusahaan baik dalam bidang pemasaran, produksi, keuangan dan administrasi. Anggaran Parsial. Anggran parsial merupakan anggaran yang disusun dengan ruang lingkup yang terbatas atau dalam ruang lingkup yang sempit. Misalnya perusahaan hanya menyususn anggaran produksi saja, penjulan atau keuangan saja. Dalam anggaran parsial masing-masing
94
bagian menyusun anggaran secara sendiri-sendiri, sehingga rencana tersebut disusun tidak terpadu, dibandingkan dengan anggaran komprehensip anggaran parsial lebih mudah disusun karena belum begitu kompleks. DASAR-DASAR PENYUSUANAN ANGGARAN. Sebelum menyusun anggaran penjualan biasanya di buat peramalan penjualan dan faktor-faktor yang diperhatikan dalam penyusunan anggaran karena berpengaruh terhadap penjualan. Faktor-faktor tersebut meliputi: a. Faktor pemasaran Dalam pemasaran hal-hal yang harus dipertimbangkan adalah: - Luas pasar, apakah bersifat lokal, regional, dan nasional. - Keadaan persaingan, apakah bersifat monopoli, oligopoly, dan bebas. - Keadaan Konsumen, bagaimana selera konsumen, tingkat daya beli konsumen, apakah konsumen akhir atau konsumen industri. b. Faktor Keuangan Apakah modal kerja perusahaan mampu mendukung pencapaian target penjualan yang dianggarkan, seperti membeli bahan baku, membayar upah, biaya promo produk dan lain-lain. c. Faktor ekonomis Apakah dengan meningkatnya penjualan akan meningkatkan laba/sebaliknya. d. Faktor teknis Apakah kapasitas terpasang, seperti mesin dan alat mampu memenuhi target penjualan yang dianggarkan. Apakah bahan baku dan tenaga kerja mudah dan murah. e. Faktor lainnya Apakah pada musim tertentu anggaran penjualan ditambah. Apakah kebijaksanaan pemerintah tidak berubah. Sampai berapa lama anggaran disusun masih dipertahankan. TAHAP-TAHAP PENGANGGARAN Perkembangan anggaran dipandang dari segi manfaat yang ingin diperoleh pada dasarnya dapat dibagi dalam tiga tahapan. Anggaran sebagai alat penaksir: dari segi manfaat yang dapat diperoleh ini merupakan perkembangan yang paling awal dari anggaran sebagai alat perencanaan. Aspek anggaran sebagai alat pengendali sedikit
95
sekali dapat diperoleh dari tahap ini. Sekali anggaran di susun dan disahkan pada awal tahun umumnya tidak lagi dilakukan pengubahanpengubahan. Bilamana terjadi pengubahan dalam kondisi, maka realisasi seakan-akan berjalan terpisah dari anggarannya. Dengan demikian anggaran disusun hanya sebagai formalitas. Anggaran dengan manfaat yang minimal itu ternyata cukup banyak dijumpai dalam dalam praktek karena alasan-alesan berikut: 1. Keadaan yang minimal dan kurang akurat menyebabkan sulitnya dilakukan proyeksi secara tepat. 2. Tingginya kadar ketidakpastian yang dihadapi perusahaan. Dengan demikian anggaran hanya berfungsi sebagai alat penentu arah. (alat perencanaan). TAHAP-TAHAP PERAMALAN ANGGARAN Tahap-tahap peramalan penjualan dapat dibagi atas beberapa analisa sebagai berikut: a. Analisa penjualan : Analisa penjualan pada masa yang lalu, merupakan analisa bulanan, kuartal tahunan ataupun triwulan dan panca tahunan, yang berhubungan dengan analisa produk, daerah pemasaran, langganan maupun pesanan atas barang-barang. Analisa penjualan adalah suatu analisa tentang penjualan yang berhubungan erat dengan daerah pemasaran, produk, langganan, pesanan dan lainlain. b. Analisa fungsi produksi :Analisa fungsi produksi merupakan kemampuan manajemen dalam pengalihan faktor-faktor produksi yang tersedia menjadi produksi sehingga tersedianya kuantitas penjualan tergantung kepada kuantitas produksi yang akan dihasilkan sesuai dengan faktor-faktor produksi yang tersedia. Metode Peramalan Penjualan Hasil penjualan tahun sebelumnya digunakan sebagai titik awal dalam menyusun ramalan penjualan. Alat statistik yang dapat digunakan untuk menyusun ramalan penjualan diantaranya analisa regresi, trend dan proyeksi siklus serta analisis korelasi. Penggunaan model-model statistik dan ekonometrika tersebut dapat meningkatkan kualitas data anggaran. Untuk memprediksi penjualan di masa yang akan datang, model yang sering dipergunakan adalah metode kuadrat terkecil atau lebih lazim dikenal dengan nama trend. Dengan menggunakan metode kuadrat terkecil ini perusahaan akan dapat melaksanakan perhitungan ramalan
96
penjualan produk perusahaan melalui dua macam bentuk yaitu bentuk linier dan bentuk kuadrat. Bentuk yang akan dipergunakan di perusahaan sebagai dasar perencanaan penjualan tergantung pada bentuk yang paling sesuai dengan kondisi perusahaan. Bentuk umum dari trend linier (garis lurus) dan trend kuadrat (garis lengkung) adalah sebagai berikut. Dimana : Y: variabel yang akan diramalkan, dalam hal ini adalah peramalan penjualan produk perusahaan. a: konstanta yang akan menunjukan besarnya harga Y apabila X sama dengan 0 (nol) b: variabel per x” yaitu menunjukkan besamya perubahan nilai Y dan setiap perubahan satu unit x. x: unit waktu, yang dapat dinyatakan dengan minggu, bulan, semester, tahun dan lainnya tergantung kepada kesesuaian dari perusahaan itu sendiri. ANGGARAN PENJUALAN Fondasi dari anggaran penjualan dan semua bagian anggaran master adalah prakiraan (forecast) penjualan. Jika prakiraan telah disiapkan secara hati-hati dan akurat, langkah-langkah yang telah diambil dalam proses anggaran akan lebih andal (reliable). Hal ini dijelaskan bahwa prakiraan penjualan menyediakan data untuk mengembamgkan anggaran poduksi, pembelian, komersial, dan admisinstrasi dan keuangan. Jika prakiraan penjualan salah, anggaran yang berkaitan akan mengurangi keandalan (less reliable). Masalah penjualan produk perusahaan adalah masalah yang sering di hadapi setiap perusahaan. Baik produk perusahaan tersebut berupa barang ataupun jasa penjualan produk memerlukan perhatian khusus agar mencapi target yang telah ditetapkan. Oleh karenha itu penyusunan anggaran penjulan adalah hal yang sangat penting bagi perusahaan karena kegiatan yang ada di dalamnya akan disusun perencanaaan. Sebagaimana perencanaan pada umunya anggaran penjualan akan disusun dalam jangka panjang dan jangka pendek. Anggaran penjulan jangka panjang merupakan anggaran yang disusun secara garis besar saja yang akan memperlihatkan gambaran penjulan jangka panjang dalam perusahaan tersebut. Sedangkan anggaran penjualan jangka pendek merupakan terjemahan anggaran penjulan jangka panjang untuk suatu periode tertentu yang disusun secara terinci. Anggaran jangka pendek
97
merupakan pedoman pelaksanaan penjulan produk perusahaan yang akan dipergunakan dalam perusahaan yang bersangkutan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan anggaran penjualan tersebut adalah sebagai berikut: A. Rincian jumlah dan jenis produk perusahaan. Anggaran penjualan harus menginformasikan jenis produk yang akan di jual serta jumlah unit dari masing-masing tersebut. Hal ini diperlukan untuk pengawasan masing-masing jenis Produk yang akan di jual dengan mengetahui kuantitasnya. B. Rincian daerah pemasaran Anggaran penjualan bagi perusahaan diperlukan untuk memperlihatkan ke mana saja perusahaan tersebut di jual. Hal ini berguna bagi para pelaksana penjualan serta memudahkan pengawasan penjualan. Pemasaran akan di bagi dengan dasar-dasar tertentu yang sesuai dengan kondisi perusahaan. Dasar yang paling umum adalah letak geografis dan tidak jarang pula yang mempergunakan pembagian atas dasar kota tujuan atau kelompok kota tujuan pemasaran. C. Diskriminasi harga Terdapat beberapa perusahaan yang menetapkan harga yang sama bagi penjualan produknya untuk seluruh daerah pemasaran. Namun hal ini harus dihapuskan untuk perusahaan semacam ini harga yang ditentukan masing-masing daerah pemasaran harus jelas sehingga dapat diketahui dan diawasi pelaksanaannya dengan mudah. Jika hal tersebut tidak dilaksanakan oleh perusahaan maka penjualan produk perusahaan tersebut akan mengalami beberapa kesulitan di dalam pengawasannya karena terdapat beberapa harga yang berbeda antara satu daerah dengan daerah pemasaran yang lain. D. Potongan harga Bagi pembeli atau distributor yang membeli produk atau pembayaran dengan jangka waktu tertentu sering mendapatkan perlakuan harga yang berbeda dengan adanya akan memudahkan pengawasan penjualan produk perusahaan tersebut. Seharusnya disebutkan potongan yang akan diberikan oleh distributor atau pembeli dengan ketentuan-ketentuan tertentu. Oleh karena itu dalam penyusunan anggaran penjualan harus di lengkapi anggaran potongan pembelian.
98
E. Rincian penjulan bulanan Untuk keperluan perencanaan, kordinasi, dan pengawasan dalam perusahaan, anggaran penjualan yang disusun dilengkapi dengan rincian penjualan bulanan. Bagi perusahaan yang menyusun peramalan penjualan tahunan, pada umumnya pemecahan perencanaan penjualan bulanan ini akan dilaksanakan berdasarkan pola penjualan bulanan pada periode yang lalu. Dengan mempertimbangkan beberapa hal tersebut, maka anggaran penjulaan produk perusahaan dapat disusun. Semakin jelas anggaran dalam perusahaan tersebut disajikan, semakin mudah pula manajemen perusahaan melaksanakan kordinasi dan pengawasan kegiatan penjualan perusahaan.
PENYUSUNAN ANGGARAN PENJUALAN Dasar utama anggaran penjualan adalah hasil peramalan penjualan yang telah dilaksanakan dengan mempergunakan model yang sesuai dengan keaadaan perusahaan tersebut. Namun manajemen perlu mempertimbangkan kemampuan perusahaan yang ada. Bersamaan kebijakan khusus yng perlu di ambil sehubungan dengan keadaaan tertentu. Kemampuan financial, kemampuan ekonomis dan kemampuan teknis harus bersama-sama dipertimbangkan dalam menetapkan jumlah penjualan yang akan dianggarkan dalam periode yang akan datang. Kemampuan financial adalah kemampuan perusahaan dalam menggunakan dana yang ada untuk mendukung target sesuai dengan hasil peramalan penjualan yang ada. Dalam hal ini manajeman harus mempertimbangkan kebutuhan modal kerja untuk mendukung perencanaan penjulan tersebut. Kemampuan ekonomis adalah target penjulan yang ada pada perusahaan masih bergerak dalam skala ekonomis. Perlu diketahui bahwa penambahan volume penjulan tidaklah selamanya akan menambah keuntungan perusahaan. Pada awal penambahan tersebut menambahkan keuntungan, namun apabila penambahan ini dilakukan terus menerus, suatu saat penambahan keuntungan ini akan terhenti dan akhirnya justru berkurang, sedangkan kemampuan teknis adalah kemampuan perusahaan yang ditinjau dari aspek teknis atau yang di sebut sebagai kepastian yang tersedia (kapasitas terpasang). Hal ini perlu diperhatikan karena berguna untuk mendukung target penjualan perusahaan.
99
Untuk menentukan suatu perusahaan perlu diperluas atau tidak maka disusun dalam perencanaan jangka panjang. Dalam hal ini anggaran penjualan jangka panjang sangat berperan karena akan memperlihatkan gambaran penjualan produk perusahaan dalam jangka panjang. Selain kemampuan perusahaan yang harus dipertimbangkan, manajemen perusahaan juga dapat menentukan beberapa kebijakan khusus atau hasil peramalalan penjualan yang telah disusun. Kebijakan khusus ini misalnya pembulatan angka hasil peramalan, penambahan jumlah unit yang di jual atas dasar pertimbangan khusus (mislanya menjelang beberapa hari raya) dan sebagainya. Dengan demikian perencanaan penjualan ditetapkan akan sedikit berbeda dengan peramalan penjualan produk perusahaan tersebut. Tujuan utama perusahaan adalah memperoleh keuntungan. Keuntungan dapat diperoleh apabila perusahaan menjual barang dan jasa dengan harga yang lebih tinggi dari harga pokoknya. Masalah-masalah utama yang dihadapi pada saat akan menjual suatu barang / jasa pada umunnya adalah: 1) Barang / jasa apa yang akan dijual. 2) Biaya-biaya yang perlu dikeluarkan agar barang/jasa tersaebut dapat terjual. 3) Berapa harga/jasa tersebut agar mendatangkan keuntungan bagi perusahaan tetapi terjangkau oleh pembeli. POLITIK HARGA DALAM ANGGARAN PENJUALAN Masalah penetapan harga jual per unit produk adalah masalah yang utama dalam penyusunan anggaran penjualan terdapat saling ketergantungan antara kuantitas (volume) penjualan yang diharapkan dengan tingkat harga yang direncanakan. Oleh karena itu manajemen harus memperhatikan masalah kebijakan penetapan harga. Ada dua dasar yang berhubungan dengan masalah penentuan harga ini dalam hubungannya dengan volume penjualan yakni: 1. Estimasi terhadap kurva permintaan, yakni bahwa perubahan tingkat harga akan mengakibatkan perubahan tingkat permintaan. 2. Kurva biaya per unit, yakni makin tinggi volume produksi maka makin besar biaya yang ditanggung. Terkadang terjadi kesulitan bagi manager untuk mengambil keputusan seandainya ia diharuskan memilih salah satu dari 2 kebijaksanaan:
100
a. Menaikkan tingkat harga per unit produksi tetapi volume penjualan dalam unit menurun. b. Atau menurunkan tingkat harga per unit produk tetapi volume penjualan akan meningkat. PENGARUH UPAYA MARKETING TERHADAP VOLUME PENJULAN Di dalam kenyataan yang lebih umum terjadi, besarnya penjualan yang dapat dicapai tidak hanya tergantung pada tingkat harga yang kita pilih. Di dalam struktur persiangan yang sempurna, justru perusahaan tidak mungkin mempengaruhi tingkat harga. Harga ekuilibriumlah yang akan mampu bertahan lama, karena pada harga ini jumlah yang ditawarkan akan sama dengan jumlah yang diminta. Pada tingkat harga yang lebih tinggi dari harga ekuilibrium jumlah penawaran akan melebihi permintaan. Sebaliknya pada harga yang lebih rendah dari harga ekuilibrium, jumlah yang diminta akan melebihi penawarannya. Sebaliknya di dalam stuktur persaingan yang kurang sempurna atau persaingan monopolistis, dan hal ini yang lebih sering terjadi, para konsumen kurang menguasai informasi pasar yang diperlukan untuk membuat pilihan yang tepat. Dalam keadaan yang demikian para produsen dan penjual mencoba mempengaruhi pasaran hasil produksinya melalui variabel bukan harga, seperti mutu dan kelengkapan produk mereka, syarat pembayaran, jasa pelayanan yang lain, distibusi yang merata sehingga mempermudahkan calon pembeli mencari produk mereka, program promosi yang intensif dan sebagainya. Semua usaha ini membutuhkan biaya. Oleh karena itu tinggi rendahnya anggaran yang disediakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan ini pada akhirnya yang mementukkan tinggi rendahnya penjualan yang dapat diharapkan. LANGKAH DALAM MENYUSUN RENCANA PENJUALAN Dalam menyusun anggaran penjualan, langkah yang perlu dilakukan meliputi: 1. Penentuan dasar-dasar anggaran :Penentuan relevant variable yang mempengaruhi penjualan,Penentuan tujuan umum dan khusus yang diinginkan.,Penentuan strategi pemasaran yang dipakai. 2. Penyusunan rencana penjualan :Analisa ekonomi, dengan mengadakan proyeksi terhadap aspek-aspek makro seperti: Monete,
101
Kependudukan, Kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah di bidang ekonomi, Teknologi. a) Melakukan analisa industry,Analisa ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan masyarakat menyerap produk sejenis yang dihasilkan oleh industry. b) Melakukan analisa prestasi penjualan yang lalu,Analisa ini dilakukan untuk mengetahui posisi perusahaan pada masa lalu. Dengan kata lain untuk mengetahui market share yang dimiliki perusahaan di masa lampau. c) Analisa penetuan prestasi penjualan yang akan dating,Analisa ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan perusahaan mencapai target penjualn di masa depan, dengan memperhatikan factor-faktor produksi seperti:Bahan mentah.,Tenaga kerja.,Kapasitas produksi,Keadaan permodalan. PERAMALAN PENJUALAN Ramalan penjualan merupakan proses kegiatan memperkirakan produk yang akan dijual pada waktu yang akan datang dalam keadaan tertentu dan di buat berdasarkan data yang pernah tejadi dan atau mungkin terjadi. Teknik membuat ramalan penjualan dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif atau gabungan keduannya. Ramalan kualitatif seperti dengan menggunakan metode penilaian atau pendapatan (judgment method). Sumber penilaian yang dipakai sebagai dasar melakukan ramalan penjualan antara lain penilaian dari pramuniaga, penilaian manager pemasaran, penilaian para ahli atau survei konsumen. Sedangkan ramalan kualitatif umumnya menggunakan metode statistik, tetapi dapat juga dengan metode pendapat atau dengan metode khusus. Metode khusus seperti metode analisis industri, analisis lini produksi, analisis penggunaan akhir. Namun keduanya tidak menjamin ketetapan ramalan penjualan dengan realistis penjualan, apabila ramalan penjualan tersebut dapat disusun berdasarkan kontrak jual beli (sales contract). Anggaran penjualan merupakan dasar penyusunan anggaran lainnya dan umumnya di susun terlebih dahulu sebelum menyusun anggaran lainnya. Oleh karena itu anggaran penjualan sering disebut juga dengan ANGGARAN KUNCI berhasil tidaknya suatu perusahaan bergantung pada keberhasilan pemasaran dalam meningkatkan penjualan. Penjualan merupakan ujung tombak dalam mencapai tujuan perusahaan mencari laba yang maksimal. Oleh karena itu anggaran penjualan disusun terlebih dahulu dan merupakan dasar dalam penyusunan anggaran lainnya.
102
Kesalahan dalam penyusunan anggaran penjualan akan mengakibatkan kesalahan pada anggaran lainnya.
IV. PENUTUP Kesimpulan Pada umumnya dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya suatu perusahaan akan menghadapi dua permasalahan utama yang mempunyai hubungan timbal balik sangat erat, yaitu permasalahan yang berhubungan dengan penjualan dan permasalahan yang berhubungan dengan produksi. Dari permasalahan ini terdapat dua alternatif hubungan timbal balik antara anggaran penjualan dan anggaran produksi. Alternatif pertama adalah besar kecilnya perusahaan dipengaruhi oleh besar kecilnya penjualan. Sedangkan alternatif kedua adalah besar kecilnya penjualan dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi. Dan lebih baik menggunakan trend garis lengkung untuk semua produk agar dapat melihat metode mana yang lebih baik bagi produk tertentu dengan melihat standar kesalahan prediksi masing-masing produk dengan kedua metode. Saran Bagi perusahaan yang ingin penjualannya tetap stabil maka perusahaan tersebut harus membuat perencanaan penganggarannya terlebih dahulu agar mendapatkan keuntungan yang direncanakan pada sebelumnya dan perusahaan tersebut juga bisa mengatasi seandainya perusahaan itu mengalami rugi dalam penjualannya oleh karena itu penganggaran penjualan bermanfaat bagi setiap perusahaan baik perusahaan jasa dan dagang.
DAFTAR PUSTAKA Ahyar, Agus. 1998. Anggaran Perusahaan Pendekatan Kuantitatif. Buku 1. Yogyakarta. BPFE – Yogyakarta. Adisaputro, Gunawan dan Marwan Asri. 2003.Anggaran Perusahaan. Buku I. Yogyakarta. BPFE- Yogyakarta. Nafarin, M. 2004.Penganggaran Perusahaan . Jakarta. Salemba Empat. Santoso, Singgih. 2000.SPPS Mengolah Data Statitstik Anggaran Secara Profesional. Elex Media Komputindo. Jakarta
103
MENURUNKAN WAKTU SET UP DENGAN METODE SINGLE MINUTE EXCHANGE OF DIES (SMED) UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DI PT GARUDA METALINDO MAMIK SUENDARTI DOSEN FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS SATYAGAMA ABSTRAKSI Proses set up yang dilakukan di PT Garuda metalindo, sebuah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur baut, mur dan komponen otomotif, membutuhkan waktu set up yang lama. Hal ini menyebabkan perusahaan kesulitan menerima order dalam jumlah yang kecil. Apabila perusahaan tetap memaksakan untuk menerima order yang sedikit jumlahnya, maka sebagian besar biaya produksi dipakai untuk aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah terhadap produk. Kondisi ini menyebabkan perusahaan kurang mampu bersaing dengan perusahaan lainnya dari segi minimum order dan biaya produksi. Single Minute Exhange of Dies (SMED) adalah salah satu teknik dalam Lean Manufacturing yang ditujukan untuk mengurangi waktu set up. Dengan mengurangi waktu set up, proporsi waktu produktif akan meningkat. Hal ini merupakan solusi terhadap keinginan perusahaan yang menghendaki proses produksi berjalan kontinyu.
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suatu industri biasanya menerima order produk yang beraneka ragam. Untuk memenuhi order tersebut, perusahaan harus dapat memproduksi dalam jumlah yang kecil. Namun order yang minimal ini kadangkala tidak bisa terlalu sedikit karena waktu yang dibutuhkan untuk melakukan set up cukup lama. Oleh karena itu perlu memperpendek waktu set up-nya. Pengurangan waktu set up, selain bisa mengurangi order minimal, juga akan meningkatkan waktu produktifnya. PT Garuda Metalindo yang bergerak dalam bidang manufaktur baut, mur dan komponen otomotif dalam proses produksinya, terutama proses
104
forming membutuhkan waktu set up yang lama, bahkan seringkali waktu set up-nya lebih lama daripada waktu untuk produksi. Seiring dengan pesatnya persaingan di dunia bisnis baut, mur dan komponen otomotif, maka manajemen PT Garuda Metalindo perlu mengoptimalkan sumber daya yang ada guna meningkatkan produktivitas serta menurunkan biaya produksi, salah satu diantaranya adalah dengan cara menurunkan waktu set up. 1.2. Perumusan Masalah Set up di mesin JBF13B4SXL-1 masih berkisar 6 ~ 7%, masih di atas target, yang diinginkan oleh perusahaan yaitu kurang dari 5% dari total jam kerja per bulan. Hal tersebut perlu dilakukan penanganan, sehingga set up bisa diturunkan menjadi kurang dari 5%. 1.3. Batasan Masalah Agar lebih terfokus pada tema, maka pembahasannya dibatasi sebagai berikut : 1. Pengamatan pada waktu set up untuk proses forming dimesin JBF13B4SXL-1. 2. Set up yang dimaksud adalah set up kategori set up awal, yaitu set up ganti ukuran dengan produk yang sama atau berbeda. 3. Bahasan ditujukan untuk meningkatkan produktivitas terutama di mesin JBF13B4SXL-1. 1.4. Tujuan Penulisan Ada beberapa hal yang menjadi tujuan adalah : 1. Menurunkan waktu set up Waktu set up perlu diturunkan, disesuaikan dengan tuntutan perusahaan yang harus bersaing dengan kompetitor dalam menyediakan pemenuhan kebutuhan produk bagi konsumen di pasaran. 2. Meningkatkan produktivitas. Waktu set up yang singkat, dapat meningkatkan produktivitas, akibat waktu produktifnya bertambah, sehingga perusahaan mampu eningkatkan kapasitas produksi dan mendatangkan profit yang lebih besar.
105
LANDASAN TEORI 2.1. Proses Produksi Proses produksi didefinisikan sebagai integrasi sekuensial dari tenaga kerja, metode, material, mesin atau peralatan dalam suatu lingkungan guna menghasilkan nilai tambah output untuk pelanggan. Proses produksi dapat digambarkan sebagai suatu keadaan input - output (masukan – keluaran) bahan baku yang digunakan untuk membuat barang/produk, sedangkan operasi meliputi pengubahan bahan baku (dengan mengunakan peralatan, waktu, keahlian, uang, manajemen dan sebagainya) menjadi barang jadi yang merupakan output. 2.2. Proses Forming Sesuai dengan Prosedur Mutu Proses Produksi PT Garuda Metalindo, bahwa yang dimaksud dengan proses forming adalah proses pembuatan bentuk baut/mur/komponen otomotif lain yang dilakukan dengan menggunakan mesin Bolt Former dan serangkaian dies serta punch untuk mendapatkan dimensi/bentuk yang diinginkan dengan bahan baku berupa wire rod dan produk setengah jadi sebagai outputnya. Setelah proses forming, maka produk setengah jadi ini perlu dilakukan proses lanjutan sesuai dengan keperluan. 2.3. Produktivitas Produktivitas dapat diartikan secara umum sebagai jumlah satuan barang atau jasa yang dapat dibuat oleh seorang pekerja dalam satuan kurun waktu tertentu dengan menggunakan berbagai jenis mesin dan peralatan yang tersedia di tempat kerjanya. Dengan menghitung daya hasil ini, perusahaan akan dapat menentukan daya kerja seluruh sarana pengolahan yang dimilikinya. Produktvitas dapat digunakan untuk menentukan apakah seorang pekerja sudah bekerja dengan baik atau belum. Untuk keperluan ini, haruslah ditetapkan suatu tolak ukur atau acuan (standar) terhadap produktivitas yang sebenarnya dimiliki seorang pekerja yang akan dibandingkan. Produktivitas yang lebih rendah dari standar tersebut merupakan kerugian didalam pendayagunaan sumberdaya manusia oleh perusahaan. Semakin dekat tingkat produktivitas yang sebenarnya (actual produkivity) dengan produktivitas yang seharusnya (standard produkivity) maka semakin baik pula kegiatan operasi dan produksi perusahaan.
106
Penjelasan tentang produktivitas dapat diuraikan sebagai berikut :
A B
C
D
E
F H
G I
Gambar 3.1. Diagram Jam Kerja Keterangan : A = Available Time (hours) B = Gross Produstion Time (hours) C = Non Production Downtime (hours) D = Net Production Time (hours) E = Production Downtime (hours) F = Gross Allowed Time (hours) G = Speed Gap Downtime/Minor Stop (hours) H = Net Allowed Time (hours) I = Non Quality Downtime (hours) A. Available TimeAdalah waktu yang tersedia atau waktu yang dialokasikan selama proses produksi. B. Gross Production Time Adalah waktu produksi yang tersedia diluar waktu non produksi yang telah direncanakan atau disebut juga waktu produksi kotor. C. Non Production Downtime Adalah waktu non produksi yang telah direncanakan/diprediksikan untuk berhenti operasi. Contoh : pengisian cek sheet sebelum operasi mesin, bersih – bersih, preventive maintenance, trial, briefing. D. Net Production Time Adalah waktu produksi yang tersedia diluar waktu non produksi yang direncanakan ataupun yang tidak direncanakan atau disebut juga waktu produksi bersih.
107
E. Production Downtime Adalah waktu non produksi yang tidak direncanakan dan menjadi beban (tanggungjawab) dalam kegiatan proses produksi. Contoh : trouble process, set up, corrective maintenance. F. Gross Allowed Time Adalah waktu produksi bersih diluar waktu yang hilang akibat perubahan kecepatan proses. G. Speed Gap Downtime/Minor Stop Adalah waktu yang hilang akibat perubahan kecepatan proses (cycle time, run rate) selama proses produksi atau waktu yang hilang akibat proses berhenti dalam durasi yang tidak lama. Contoh : Operator ke toilet, Operator mengambil air minum (untuk proses manual). H. Net Allowed Time Adalah waktu efektif yang terpakai selama produksi untuk menghasilkan produk sesuai kualitas yang diinginkan. I. Non Quality Downtime Adalah waktu yang hilang akibat proses menghasilkan produk yang tidak berkualitas. Dalam perhitungan dikenal 2 macam produktivitas, yaitu : 1. Overall Equipment Efficiency (OEE)
OEE = Net Allowed Time x 100% Available Time OEE adalah efisiensi yang menggambarkan prestasi suatu proses secara keseluruhan dan tidak berpengaruh pada downtime yang terjadi selama proses tersebut. 2. Running Equipment Efficiency (REE)
mmNet Allowed Timemm REE = Gross Production Time x 100%
108
REE adalah efisiensi yang menggambarkan prestasi suatu proses yang dipengaruhi oleh waktu non produksi yang telah direncanakan/ diprediksikan. 2.5. Set Up Set up adalah aktifitas dalam industri yang dilakukan dengan mengganti sebagian atau seluruh parameter yang mempengaruhi suatu produk saat diproses dengan tujuan untuk mendapatkan suatu produk yang sesuai dengan harapan. Set up dalam dunia industri umumnya dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu : 1. Persiapan Melakukan persiapan, pengecekan material, pengecekan peralatan sebelum proses set up berlangsung dan membersihkan tempat kerja, mengecek dan mengembalikan peralatan, material dan lain – lain setelah proses set up selesai. 2. Penataan Memindahkan peralatan, parts dan lain – lain setelah penyelesaian lot terakhir, kemudian menata parts, peralatan dan lain – lain sebelum lot selanjutnya. 3. Penyetingan Mengukur, mensetting dan mengkalibrasi mesin, peralatan, fixtures dan part pada saat proses berlangsung. 4. Adjusment Memproduksi suatu produk contoh setelah setting awal selesai dan mengecek produk contoh tersebut apakah sesuai standar produk. Kemudian menyetel produk mesin dan memproduksi produk kembali dan seterusnya sampai menghasilkan produk yang sesuai standar. Dalam industri, waktu set up perlu dipertimbangkan bila diingkan produktivitas yang tingi. Sebagai contoh, bila diinginkan efisiensi 90%, maka hubungan antara waktu set up dan quantity minimum produk yang akan diproses bila diasumsikan tidak ada downtime lain dalam proses produksi adalah sebagai berikut :
Q = 9 R.S Dimana : Q = Quantity minimum (pcs) R = Run rate (pcs/menit) S = Waktu set up (menit)
109
Persamaan diatas perlu dipertimbangkan untuk menentukan quantity minimum order yang boleh diterima dengan melihat waktu set up untuk memproduksi produk tersebut. Hal lain juga dapat dijelaskan bahwa salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi adalah dengan menurunkan waktu set up. 2.6. Metode Set Up Single Minute Exchange of Dies (SMED) SMED adalah sebuah metodologi untuk menganalisa dan mengurangi waktu penggantian die saat set up yang dapat digunakan secara universal pada seluruh kegiatan penggantian dan set up seperti wood working, metal forming, plastics & electronics, pharmaceuticals, food processing, chemicals dan bahkan untuk service. Berbeda dengan metode set up konvensional yang umumnya belum terstruktur, menurut metode SMED dikemukakan bahwa aktivitas set up dapat dikelompokkan menjadi aktivitas internal dan aktivitas external. Aktivitas internal set up adalah aktivitas yang dilakukan saat kegiatan set up itu dilakukan, aktivitas ini tidak dapat dihilangkan atau harus dilakukan saat set up. Sedangkan aktivitas external set up adalah aktivitas yang dilakukan diluar kegiatan set up. Ativitas ini dapat dihilangkan dan tidak mempengaruhi hasil set up yang dilakukan. Untuk menurunkan waktu set up tersebut perlu dilakukan pengambilan data dengan merekam aktivitas set up menggunakan kamera video (handycam), kemudian menguraikan aktivitas set up tersebut kedalam suatu lembar aktivitas set up lengkap dengan durasi waktunya. Selanjutnya dari lembar aktivitas set up tersebut, dilakukan langkah – langkah sebagi berikut : 1. Langkah Pertama Memisahkan aktivitas set up yang harus diselesaikan saat mesin berhenti (internal set up) terhadap aktivitas yang dapat dikerjakan saat mesin beroperasi (external set up), baik sebelum set up dimulai maupun setelah selesai. 2. Langkah Kedua Merubah aktivitas internal set up sebanyak mungkin menjadi external set up. 3. Langkah Ketiga Mengurangi aktivitas internal set up dengan mengurangi aktivitas kegiatan penyesuaian (adjusment), menyederhanakan alat bantu dan kegiatan bongkar pasang, menambah personil pembantu, merubah
110
urutan aktivitas set up yang dilakukan berurutan dengan aktivitas set up yang dapat dilakukan secara paralel. 4. Langkah Keempat Mengurangi total waktu untuk seluruh aktivitas set up, baik internal maupun external.
METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Untuk menurunkan waktu set up, maka dibuatkan kerangka pemikiran Flow Chart seperti berikut ini :
Start Studi Literatur Pengumpulan Data Hasil
Anali saDa
Tid ak
Ya Kesimpul End Gambar 2 : Kerangka Pemikiran 3.2. Metode Pengumpulan Data
111
Dalam pengambilan data dalam penulisan Tugas Akhir ini, dilakukan beberapa metode dalam pengumpulan data, diantaranya : 1. Pustaka Pustaka dilakukan dengan mempelajari data lain yang berhubungan dengan pelaksanaan set up, baik data internal yang dimiliki perusahaan maupun data dari pustaka. 2. Interview Interview dilakukan dengan cara mewawancarai Pelaku Set Up atau operator dan personil terkait yang berhubungan dengan pelaksanaan set up. 3. Observasi Observasi dilakukan dengan cara mengamati sistem kerja lain yang men-support pelaksanan set up. 4. View Recording View recording dilakukan dengan cara merekam aktivitas set up yang dilakukan oleh Pelaku Set Up dengan menggunakan Handycam. 3.3. Metode Analisa Data Metode analisa data yang digunakan dalam melakukan analisa masalah adalah dengan menggunakan : 1. Diagram Pareto Difungsikan untuk menentukan urutan pentingnya masalah atau penyebab dari masalah yang ada. 2. Diagram Sebab-Akibat (Cause and Effect Diagram) Difungsikan untuk : • Membantu mengidentifikasi akar penyebab masalah. • Membantu membangkitkan ide – ide untuk solusi suatu masalah. • Membantu dalam menyelidiki pencarian fakta lebih lanjut. DATA HASIL DAN ANALISA 4.1. Penyajian Data 4.1.1.Overall Equipment Efficiency (OEE) Dari hasil pengumpulan data, didapat bahwa jam kerja yang tersedia dan downtime untuk mesin JBF13B4SXL-1 dari bulan Januari hingga September 2008 adalah sebagai berikut :
112
Tabel 1 : Available Time & Downtime Mesin JBF13B4SXL-1 Januari s/d September 2008 Jan
Peb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sep
Available Time
619.00 595.00 567.50 634.00 621.50 619.00 643.00 621.50 543.00
Production Downtime
138.35 119.18 109.87 103.34 100.81 116.68 106.29 114.05
Non Production Downtime satuan : jam
65.75
65.00
61.00
81.46
68.75
78.81
80.73
80.12
92.15 78.00
Untuk downtime speed reduce minor stop dan non quality tidak dapat diperoleh data, karena nilainya tidak dinyatakan tapi hanya bisa dihitung, untuk itu perhitungan OEE dilakukan dengan data di atas dengan asumsi kedua downtime tersebut tidak ada diperhitungkan, sehingga didapat : Net allowed time ≈ Net production time Karena : Net production time = Available time – (Production downtime + Non production downtime) Maka :
OEE = Net allowed time x 100% Available time OEE =
Net production time x 100% Available time
downtime + Non production downtime) OEE =Available time – (Production x100% Available time
Untuk bulan Januari 2008, sesuai dengan data, maka : OEE = 619 – (138,35 + 66,75) x 100%
619
OEE = 67,03 % Setelah dihitung dengan cara yang sama sesuai data di atas, maka didapat OEE teoritis sebagai berikut :
113
Tabel 2 : OEE Teoritis Mesin JBF13B4SXL-1 Januari s/d September 2008
OEE teoritis (%)
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep 67.03 69.05 69.89 70.85 72.72 68.42 70.91 68.76 68.67
OEE aktual untuk mesin JBF13B4SXL-1 bulan Januari s/d September di dapat data sebagai berikut : Tabel 3 : OEE Aktual Mesin JBF13B4SXL-1 Januari s/d September 2008
OEE aktual (%)
Jan Peb 65 67
Mar 68
Apr 68
Mei 71
Jun 66
Jul Agust 69 67
Sep 66
Terdapat selisih antara OEE aktual dan teoritis. Selisih yang terjadi disebut loss time. Besarnya loss time tiap bulan adalah sebagai berikut : Tabel 4 : Loss Time Mesin JBF13B4SXL-1 Januari s/d September 2008
OEE teoritis (%) OEE aktual (%)
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep 67.03 69.05 69.89 70.85 72.72 68.42 70.91 68.76 68.67 65 67 68 68 71 66 69 67 66
Loss time (%) Loss time (jam)
2.03 2.05 1.89 2.85 1.72 2.42 1.91 1.76 2.67 12.55 12.17 10.73 18.08 10.68 14.97 12.31 10.93 14.47
Perbedaan antara OEE aktual dan teoritis disebabkan oleh perbedaan cara hitung, dimana OEE aktual dihitung berdasarkan persamaan : OEE =
OEE =
Hasil produksi OK (pcs) x 100% Standar run rate (pcs/menit) x Available time (jam) x 60 (menit/jam) A
x 100%
Dari persamaan di atas, dapat diperkirakan penyebab perbedaan tersebut, yaitu : 1. Aktual run rate lebih kecil dari standar run rate, disebut reduce speed (untuk beberapa kasus). 2. Downtime yang sebentar/sesaat tidak didata, disebut minor stop. 3. Downtime non quality tidak didata (bila terjadi non quality product). 4.1.2.Downtime
114
Pencapaian OEE tersebut dipengaruhi oleh downtime yang ada dan terdiri dari production downtime serta non production downtime. Grafik downtime tersebut dapat dilihat sebagai berikut : 30 25
%
20 15 10 5 0 Jan
Peb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sep
22.3
20.0
19.3
16.3
16.2
18.8
16.5
18.3
16.9
Non production 10.6
10.9
10.7
12.8
11.0
12.7
12.5
12.8
14.3
Production
Gambar 3 : Grafik Downtime Mesin JBF13B4SXL-1 Tahun 2008
4.1.3. Production Downtime 10
8 %
6
4
2
0
Set Up Trouble m/c Trouble Tool Spare Part m/c mechanic Tool
Material & Cek QC Handling Material Utility (supporting) Support
Jan
7.96
4.07
2.3
2.26
2.12
1.72
1.22
0.35
0.33
Feb
6.85
3.23
2.58
2.3
2.18
1.25
0.94
0.26
0.44
0
Mar
7.03
2.67
1.96
1.76
1.68
1.56
1.14
0.86
0.67
0.03
0.02
Apr
6.27
2.58
1.83
1.89
1.06
0.69
0.84
0.64
0.46
0.04
Mei
5.72
3.01
1.83
1.78
1.22
0.61
0.68
0.77
0.58
0.02
Jun
6.24
3.69
2.25
1.94
1.45
0.87
0.72
1.13
0.56
0
Jul
6.17
2.79
1.98
1.64
0.89
0.67
0.76
0.89
0.74
0
Agst
6.09
3.51
2.39
1.85
1.49
0.96
0.93
0.49
0.59
0.05
Sept
5.73
2.83
2.33
2.54
1.25
0.78
0.52
0.57
0.35
0.07
Gambar 4 : Grafik Production Downtime Mesin JBF13B4SXL-1 Tahun 2008 4.1.4. Non Production Downtime
115
15
12
% 9
6
3
0 Istirahat
Briefing & 5S
Preventive Check
Trial
Jan
8.00
2.23
2.13
0.00
Feb
8.28
2.13
2.24
0.00
Mar
8.11
2.47
2.35
0.00
Apr
7.89
2.91
2.64
1.67
Mei
8.41
2.49
2.43
0.00
Jun
8.00
2.59
2.35
1.43
Jul
7.93
2.48
2.46
1.34
Agst
8.41
2.68
2.49
1.51
Sept
11.69
2.14
2.46
0.00
Gambar 5 : Grafik Non Production Downtime Mesin JBF13B4SXL-1 Tahun 2008 4.2. Analisa Downtime Set up Dari data grafik production downtime di atas, diketahui downtime terbesar adalah masalah set up. Data waktu set up tersebut kemudian masih dipecah lagi menjadi komponen setup awal dan set up lanjut atau set up yang disebabkan oleh adanya trouble. Berikut ini grafik prosentase dari kedua komponen set up tersebut :
116
10
8 7,96
%
6,85
7,03 6,27
6
5,72
6,24
6,17
6,09 5,73
4
2
0 Jan
Peb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sep
Set up lanjut
2.07
1.64
2.18
1.44
1.26
1.87
1.67
1.89
0.86
Set up awal
5.89
5.21
4.85
4.83
4.46
4.37
4.50
4.20
4.87
Gambar 6 : Grafik Prosentase Set Up Mesin JBF13B4SXL-1 Tahun 2008 Dari grafik di atas terlihat bahwa downtime set up awal lebih banyak daripada downtime set up lanjut. Adapun besarnya jam kerja mesin JBF13B4SXL-1 setiap bulan dari Januari hingga September 2008 dapat diketahui sebagai berikut : Tabel 5 : Available Time Mesin JBF13B4SXL-1 Januari s/d September 2008 Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Jam kerja tersedia (jam) 619 595 568 634 622 619 643 622 543
(lihat lampiran 1) Dari data jam kerja tersebut diketahui jumlah downtime set up awal mesin JBF13B4SXL-1 setiap bulan dari Januari hingga September 2008 sebagai berikut : Tabel 6 : Downtime Set Up Awal Mesin JBF14B4SXL-1 Januari s/d September 2008 Jan Downtime set up awal (jam)
Peb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
36.46 30.98 27.53 30.61 27.73 27.04 28.96
Agust
Sep
26.12 26.45
Analisa penyebab tingginya set up di mesin JBF13B4SXL-1 dapat dijabarkan lewat grafik sebab akibat (fish bone diagram) sebagai berikut:
117
118
Dari Fish Bone Diagram tersebut, dapat diuraikan faktor yang mempengaruhi tingginya downtime set up : A. Faktor Manusia • Skill kurang Waktu set up sangat dipengaruhi oleh kompetensi pelaku set up, semakin tinggi kompetensi pelaku set up maka dimungkinkan set up-nya akan semakin cepat, demikian juga sebaliknya. Untuk itu, manajemen perlu melakukan upgrading skill terhadap karyawan, terutama yang diserahi tanggungjawab sebagai pelaku set up. • Supporting departemen lain kurang. Waktu set up juga dipengaruhi oleh supporting dari departemen lain yang terkait dengan kegiatan set up. Untuk itu perlu adanya team cross function dari department kompeten untuk mem-back up aktivitas set up, sehinga waktu set up tidak terlalu lama. B. Faktor Mesin • Sering trouble set up. Mesin yang sering trouble, akan berpengaruh terhadap kecepatan set up. Seringkali mesin yang kurang perawatan atau yang usia teknisnya sudah terlampau, maka akan semakin sering terjadi trouble, hal ini akan berpengaruh terhadap kecepatan set up. • Tool/dies belum siap Persiapan tool/dies sangat berpengaruh pada kecepatan set up, tool/dies yang telah tersedia namun tidak atau belum sesuai dengan proses pembentukan akan memperlama proses set up. C. Faktor Material • Material out spec Material yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang diminta juga akan memperlama waktu set up. Kekerasan material akan berpengaruh pada proses pembentukan, hal ini akan memperlama proses set up. D. Faktor Lingkungan • Kondisi tempat kerja yang tidak nyaman. Tempat kerja yang tidak nyaman seperti intensitas cahaya (terutama dimalam hari), suhu ruangan serta faktor fisik lingkungan lain tentunya akan mempengaruhi waktu set up, E. Faktor Metode • Faktor metode merupakan faktor yang paling berpengaruh diantara faktor – faktor lainnya seperti di atas. Meskipun semua faktor tersebut telah sesuai dengan yang diminta, namun bila metode yang
119
digunakan masih konvensional, tidak sistematis, maka set up akan memakan waktu yang lama juga. • Metode set up belum baku. Metode set up berpengaruh terhadap kecepatan set up. Metode set up yang sistematis akan mempermudah dalam pelaksanaannya, sehingga set up tidak terlalu tergantung pada tingkat kompetensi pelakunya. • Budaya 5S belum optimal 5S merupakan landasan dari semua aktivitas improvement. Penempatan perkakas set up (kunci – kunci) pada tempat yang telah ditentukan dan mempermudah dalam pengambilan, akan mempengaruhi kecepatan set up. • Frekwensi set up yang tinggi Frekwensi set up yang semakin sering karena jadwal produksi yang tidak tepat, akan memperbesar akumulasi total waktu set up. Namun hal tersebut tidak dapat dihindari, mengingat setiap perusahaan dituntut untuk memenuhi pengiriman pelanggan sesuai jadwalnya. Disamping itu pula, pengaturan loading mesin, pengelompokkan produk dalam satu mesin, juga dapat berpengaruh pada kecepatan set up. 4.4. Analisa Aktivitas Set up Dari aktivitas set up tersebut terlihat bahwa total waktu set up (internal & external) adalah 385,78 menit. Waktu set up tersebut tergolong cukup lama, karena memakan waktu hingga 6,4 jam. Padahal standar yang diinginkan oleh perusahaan untuk set up dengan kategori bongkar total seluruh komponen set up, maksimal 4 jam. Lamanya waktu set up tersebut tentunya dipengaruhi oleh faktor – faktor sebagai berikut : • Kegiatan set up tidak memiliki acuan atau standar yang baku. • Tidak ada personil yang membantu dalam melakukan pekerjaan yang mestinya tidak perlu dilakukan oleh pelaku set up. • Belum ada persiapan yang cukup sebelum melakukan set up. 4.5. Rencana Tindakan Setelah dilakukan analisa, selanjutnya dibuatkan rencana aktivitas yang akan dilakukan untuk menurunkan waktu set up.
120
1. Persiapan Pra Set up Persiapan pra set up dilakukan dengan mempersiapkan sedini mungkin semua yang berhubungan dengan set up. 2. Memperbantukan personil (operator) untuk membantu set up Ditentukan personil in chart (PIC) untuk membantu pelaku set up dalam melakukan set up. 3. Membuat Standar Set Up Rencana pembuatan standar set up dimulai dengan mengaplikasikan metode SMED dalam melakukan set up. 4.6. Persiapan Pra Set Up Persiapan pra set up dilakukan untuk mempercepat waktu set up. Selama ini, persiapan pra set up belum optimal terutama dalam hal mempersiapkan tool & dies dari gudang tooling. 4.6.1.Kondisi Sebelum Perbaikan Kondisi sekarang (masih digunakan) dalam hal melakukan persiapan pra set up adalah sebagai berikut : 1. SPK dan jadwal produksi diserahkan ke Departemen Produksi. 2. Pelaku set up menerima perintah kerja (SPK) dari administrasi produksi untuk di set up sesuai jadwal. 3. Pelaku set up datang ke gudang tooling untuk mengambil tool & dies sambil membawa SPK. 4. Staf/administrasi gudang menyiapkan tool & dies. 5. Pelaku set up menerima tool & dies yang diminta (kondisi tool & dies yang diterima belum di assy) 6. Pelaku set up membawa tool & dies, kemudian melakukan setting. Aktivitas tersebut dilakukan saat mesin sudah berhenti untuk dilakukan set up. 4.6.2.Kondisi Setelah Perbaikan (masih dalam project) 1. SPK dan jadwal produksi diserahkan ke gudang tooling, Departemen Produksi menerima jadwal produksi tersebut. 2. Staf gudang tooling menyusun urutan SPK berdasarkan jadwal produksi dan menyiapkan tool & dies yang digunakan sesuai SPK yang akan diproduksi 2 hari sebelumnya. Tool & dies tersebut telah di assy dan ditempatkan di box. 3. Administrasi produksi mengkonfirmasi bahwa SPK yang dimaksud akan diproses produksi ke gudang tooling.
121
4. Administrasi produksi menginformasikan ke pelaku set up untuk melakukan set up produk berdasarkan jadwal produksi. 5. Pelaku set up datang ke gudang tooling untuk mengambil SPK dan tooling yang dimaksud. 6. Staf/administrasi gudang tooling menyerahkan SPK dan tool & dies yang dimaksud ke pelaku set up. 7. Pelaku set membawa tool & dies ke mesin. 8. Pelaku set up menyiapkan peralatan set up. Aktivitas tersebut dilakukan sebelum mesin berhenti untuk di set up. 4.7. Memperbantukan Operator Operator diperbantukan saat set up, terutama untuk aktivitas set up yang dapat dikerjakan paralel, seperti : a. Menaikkan bahan. b. Memasukkan bahan ke dalam cutting dies. c. Membersihkan punch, dies dari produk yang sebelumya. d. Membersihkan dan memeriksa punch, dies dari produk yang akan di set up Semula aktivitas tersebut dilakukan oleh pelaku set up, sehingga waktu set up nya lama. 4.8. Tahapan Pembuatan Standar Set Up Berdasarkan data aktivitas set up di atas, selanjutnya dilakukan aplikasi set up dengan menggunakan metode SMED, yaitu dengan langkah : 1. Konversi aktivitas set up internal menjadi external set up. 2. Mengurutkan aktivitas set up sesuai dengan keterbatasan fisik pelaku set up. 3. Mereduksi waktu set up internal yang memungkinkan bisa dikurangi. 4.8.1. Konversi Aktivitas Set Up Konversi aktivitas set up, dari aktivitas set up internal dikonversikan menjadi aktivitas external dilakukan dengan tujuan agar waktu efektif set up lebih pendek namun tidak mempengaruhi dari proses set up tersebut.
122
Penjelasan dari dihilangkannya beberapa aktivitas set up tersebut adalah sebagai berikut : 1. Aktivitas 1, dihilangkan, karena bukan merupakan bagian dari set up. 2. Aktivitas 2, 3 dan 4, dihilangkan, karena bisa dilakukan oleh operator. 3. Aktivitas 6, dihilangkan, karena bisa dilakukan saat aktivitas 5 berlangsung. 4. Aktivitas 9 dan 12, dihilangkan, digabung dengan aktivitas 19, “Menyeting panjang langkah mekanisme kick out” dengan nama aktivitas dirubah menjadi “Melepas, memasang dan menyeting mekanisme kick out”. 5. Aktivitas 10 dan 13, dihilangkan, karena dilakukan external, disiapkan oleh personil tool & dies. 6. Aktivitas 15, dihilangkan, karena dilakukan bersamaan dengan aktivitas 14, “Pasang punch assy”. 7. Aktivitas 16, dihilangkan, karena dilakukan pada aktivitas 18, “Penggantian & pemasangan stopper bahan”. 8. Aktivitas 17, dihilangkan, karena disiapkan (dilakukan external). 9. Aktivitas 22 dan 23, dihilangkan, karena dilakukan pada saat melakukan aktivitas 20, “Ganti gripper”. 4.8.2.Mengurutkan Aktivitas Set Up Setelah dilakukan konversi aktivitas set up, selanjutnya dilakukan pengurutan aktivitas set up berdasarkan urutan prosesnya. Di dalam pengurutan aktivitas ini, seringkali beberapa aktivitas set up mengalami perubahan nama, menyesuaikan dengan aktivitas yang telah digabungkan. Contoh : 1. Aktivitas no. 7 dan 14 dijadikan satu menjadi “Melepas dan memasang punch”. 2. Aktivitas no. 8 dan 11, dijadikan satu menjadi “Melepas dan memasang dies”. 3. Aktivitas no. 20, berubah nama menjadi “Mengganti dan setting gripper”. 4. Aktivitas no. 28, dirubah nama menjadi “Finishing set up”. Lamanya waktu setiap aktivitas set up yang telah diurutkan tidak dimunculkan lagi, karena akan dilakukan pengambilan data setelah urutan set up ini dilakukan. Berikut ini hasil dari pengurutan aktivitas set up.
123
Tabel 10 : Aktivitas Set Up Setelah Diurutkan No. 18 21 5 20 7 8 19 24 25 26 27 28 29
Aktivitas Penggantian & pemasangan stopper bahan Setting panjang potongan bahan Mengangkat gripper & membersihkan dies, punch block Mengganti dan setting gripper Melepas dan memasang punch Melepas dan memasang dies Melepas, memasang dan menyeting mekanisme kick out Setting pembentukan 1 Setting pembentukan 2 Setting pembentukan 3 Setting pembentukan 4 Finishing set up Cek QC
4.8.3.Mereduksi Waktu Set Up Internal Untuk mereduksi waktu set up internal, maka dilakukan beberapa langkah sebagai berikut : 1. Aktivitas : Setting panjang potongan bahan Direduksi dengan cara : a. Dibuatkan regulator ditambah dengan angka indikator yang menunjukkan panjang potongan bahan. b. Angka tersebut kemudian dibakukan dan dicatat dalam form data set up. 2. Aktivitas melepas dan memasang punch Direduksi dengan cara menyiapkan box tempat punch yang telah selesai digunakan dan box tempat punch yang akan dipasang, didekatkan di lokasi set up. 3. Aktivitas melepas dan memasang dies Direduksi dengan cara yang sama seperti aktivitas melepas dan memasang punch. 4. Aktivitas melepas, memasang dan menyeting mekanisme kick out Direduksi dengan cara : a. Dibuatkan regulator ditambah dengan angka indikator yang menunjukkan ukuran panjang langkah kick out. b. Angka tersebut kemudian dibakukan dan dicatat dalam form data set up. 5. Aktivitas setting pembentukan 1, 2, 3 dan 4
124
Direduksi dengan cara dibuatkan limit sample pembentukan produk, dengan critical point pembentukan untuk dijadikan acuan. 6. Aktivitas cek QC Direduksi dengan menginformasikan ke personil QCL agar dipersiapkan terlebih dulu semua aktivitas external pengecekannya (menyiapkan form, alat ukur, persyaratan administrasi dan sebagainya), sehingga hanya aktivitas internal pengecekannya saja yang dihitung. 4.9. Pengujian Tahapan Pembuatan Standar Set Up Setelah melakukan tahapan pembuatan standar set up, maka dilakukan pengujian dengan cara mengambil gambar video kembali (setelah dilakukan tahapan pembuatan standar set up). Sebelum dilakukan pengambilan gambar video, terlebih dahulu pelaku set up di tunjukkan langkah –langkah set up, sehingga pengambilan set up difokuskan pada aktivitas set up internal. Hasil yang dicapai adalah sebagai berikut : Nama mesin : JBF13B4SXL-1 Pelaku set up : Sukra Nama produk sebelumnya : Bolt Through M6x100mm Nama produk yang disetting : Flange Bolt SH M6x90mm Tabel 11 : Aktivitas Set Up Setelah Diperbaiki No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Aktivitas Penggantian & pemasangan stopper bahan Setting panjang potongan bahan Mengangkat gripper & membersihkan dies, punch block Mengganti dan setting gripper Melepas dan memasang punch Melepas dan memasang dies Melepas, memasang dan menyeting mekanisme kick out Setting pembentukan 1 Setting pembentukan 2 Setting pembentukan 3 Setting pembentukan 4 Finishing set up Cek QC Produksi massal Total
Dari
Sampai
0:00:00 0:02:43 0:05:13 0:07:16 0:23:56 0:37:34 0:53:17 1:07:23 1:11:06 1:14:47 1:18:21 1:22:14 1:27:35 1:41:29
0:02:43 0:05:13 0:07:16 0:23:56 0:37:34 0:53:17 1:07:23 1:11:06 1:14:47 1:18:21 1:22:14 1:27:35 1:41:29
Waktu (menit) 2.72 2.50 2.05 16.67 13.63 15.72 14.10 3.72 3.68 3.57 3.88 5.35 13.90 101.48
11. Estimasi Perhitungan Manfaat Metode SMED
125
Setelah dilakukan pengujian terhadap perbaikan aktivitas set up yang dilakuan, maka dari hasil pengujian tersebut, dapat dilihat bahwa terjadi penurunan waktu set up yang begitu besar, dari sebelumnya yaitu 385,78 menit menjadi 101,48 atau turun 73,4%. Apabila setiap kali set up di mesin JBF13B4SXL-1 diasumsikan mampu menurunkan waktu set up sebesar 73,4%, maka dapat dihitung estimasi besarnya peningkatan efisiensi sebagai berikut : Tabel 13 : Estimasi Peningkatan Efisiensi (OEE) Mesin JBF13B4SXL-1 Item Rata - rata downtime set up awal metode konvensional Estimasi rata - rata downtime set up dengan metode SMED Waktu yang dapat dihemat sebulan Rata - rata available time Rata - rata estimasi peningkatan efisiensi Run rate produk Estimasi rata - rata peningkatan output sebulan
Nilai 29,1 jam 7,7 jam 21 jam 607 jam 3.5% 100 pcs/menit 126.000 pcs
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari pembahasan di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut : 1. Waktu set up yang lama akan mempengaruhi produktivitas (hasil produksi & efisiensi). 2. Aktivitas set up dapat dikelompokkan kedalam aktivitas internal set up dan aktivitas external set up. 3. Inti Set up dengan metode SMED adalah meminimalisir waktu internal set up sebanyak – banyaknya dengan cara : 1. Konversi aktivitas set up internal menjadi external set up. 2. Mengurutkan aktivitas set up sesuai dengan keterbatasan fisik pelaku set up.
126
3. Mereduksi waktu set up internal yang memungkinkan bisa dikurangi. 4. Estimasi manfaat yang didapat dengan penggunaan metode SMED pada aktivitas set up di mesin JBF13B4SXL-1 adalah : 1. Penurunan waktu set up dari semula rata – rata 29,1 jam menjadi 7,7 jam selama sebulan. 2. Peningkatan efisiensi (OEE) rata – rata 3,5% setiap bulan. 3. Peningkatan output rata – rata 126.000 pcs setiap sebulan. 5.2. Saran Untuk lebih mengoptimalkan metode SMED yang sedang dijadikan project di PT Garuda metalindo, maka disarankan sebagai berikut : a. Perlu melibatkan personil lain selain dari Departemen Produksi dan Tool & Dies, seperti Technical Expert Bolt Forming, Maintenance, Industrial & Process Engineering agar lebih banyak kontribusi pemikiran sehingga semangat continuos improvement dalam pengaplikasian metode SMED ini tidak mati. b. Penggunaan metode error proofing atau pokayoke perlu dimasukkan dalam aktivitas set up,untuk memperkecil kemungkinan kesalahan pemasangan tool/dies yang dapat berakibat fatal. c. Manajemen tooling dalam men-support set up terutama set up awal perlu diperhatikan agar penyediaan tooling serta ketersediaannya tidak mengganggu jadwal produksi.
DAFTAR PUSTAKA Kiyoshi Suzaki, 1987, Tantangan Industri Manufaktur : Penerapan Perbaikan Berkesinambungan, Productivity and Quality Management Consultans, Jakarta. Karl T. Ulrich, Stefen D. Eppinger, 1990, Perancangan dan Pengembangan Produk, Salemba Teknika, Jakarta. Pontas M. Pardede, 2005, Manajemen Operasi dan Produksi : Teori, Model, dan Kebijakan, Andi, Yogyakarta. James M. Aplle, 1990, Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, edisi ketiga, ITB, Bandung.
127