INVENTARISASI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DI KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI
JUNEF MURTRI SUSANTYO
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
INVENTARISASI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DI KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI
JUNEF MURTRI SUSANTYO
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN JUNEF MURTRI SUSANTYO (E34060994). Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi. Dibimbing oleh SISWOYO dan ERVIZAL A.M. ZUHUD. Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) merupakan kawasan pelestarian alam yang memiliki ekosistem asli berupa perpaduan ekosistem gunung berapi dengan hutan dataran tinggi seluas ± 6.410 ha. Interaksi yang terjalin antara masyarakat dengan taman nasional perlu dikembangkan untuk mendukung kelestarian taman nasional dan sepenuhnya membawa kesejahteraan bagi masyarakat setempat. Adanya taman nasional seharusnya dapat memberikan manfaat, tidak hanya untuk menjaga kelestarian sumberdaya alam, tetapi juga kesejahteraan bagi masyarakat setempat. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini diperlukan dalam memberikan masukan kepada pihak pengelola taman nasional dan masyarakat dalam pengelolaan TNGM. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi umum areal, menginventarisasi dan menganalisis kekayaan dan tingkat keanekaragaman jenis tumbuhan dan mengidentifikasi kegunaan jenis-jenis tumbuhan ke dalam beberapa kelompok kegunaan di kawasan TNGM. Penelitian dilakukan selama 3 bulan yaitu dari bulan Juni hingga Agustus 2010. Data yang digunakan berupa data sekunder meliputi kondisi umum lokasi dan data primer meliputi : jenis dan jumlah tingkat permudaan semai, pancang, habitus herba, semak, perdu, epifit, liana; jenis, jumlah dan diameter tingkat tiang dan pohon. Pengambilan data primer dilakukan dengan orientasi lapang, analisis vegetasi menggunakan metode garis berpetak dan pembuatan herbarium. Pengolahan data dilakukan dengan menghitung indeks nilai penting, indeks kekayaan jenis Margaleft, indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wienner dan pola penyebaran Morisita serta mengidentifikasi kegunaan jenis tumbuhan. Total jenis tumbuhan yang ditemukan pada kawasan TNGM sebanyak 108 jenis dari 52 famili, dengan famili terbanyak yaitu Euphorbiaceae dan Fabaceae (7 jenis). Kekayaan dan keanekaragaman jenis tertinggi terdapat pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan tengah dan yang terendah terdapat pada zona inti 1 tipe ekosistem hutan pegunungan atas. Pola penyebaran tumbuhan rata-rata cenderung mengelompok. Jenis tumbuhan yang ditemukan dikelompokkan ke dalam 11 kelompok kegunaan. Kegunaan tumbuhan yang paling banyak dapat dimanfaatkan adalah untuk penghasil pangan yaitu sebanyak 32 jenis dari 24 famili. Saran yang perlu dilakukan dalam penelitian ini antara lain : rehabilitasi kawasan hutan TNGM yang rusak akibat erupsi perlu dilakukan dengan menanam jenis-jenis asli setempat pada zona rehabilitasi, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pasca erupsi mengenai inventarisasi tumbuhan dan pihak pengelola perlu melakukan kegiatan pelatihan, penyuluhan dan pendampingan kepada masyarakat terkait dalam memberikan pengetahuan tentang tumbuhan berguna di TNGM. Kata Kunci : Taman Nasional Gunung Merapi, Keanekaragaman spesies tumbuhan
SUMMARY JUNEF MURTRI SUSANTYO (E34060994). Inventory of Plant Species Diversity in Gunung Merapi National Park. Under supervision of SISWOYO and ERVIZAL A.M. ZUHUD. Gunung Merapi National Park (TNGM) is a nature conservation area which has a native ecosystem in the form of blend with the forest ecosystem volcanic highland area of ± 6410 ha. The interaction that exists between communities and national park should be developed to support the preservation of national park and fully bring prosperity to the local community. The existence of national park should be able to provide benefits, not only to preserve natural resources, but also prosperity for local communities. In this regard, research is needed in providing inputs to the park managers and communities in the management TNGM. This study aimed to describe the general condition of the area, inventory and analyze the wealth and diversity of plant species and identify the medicinal uses of plants into different groups in the region TNGM usefulness. The research was done in merapi mount national park in 3 (three) month from June to August 2010. It was used some equipment such as : compass Brunton, GPS, diameter measuring tool, trash bag and digital camera. The research was used a secondary data of research location general condition and primary data which are covering : various kind of species, amount and diameter of poles and tree stages; various kind of species and amount of herb, undershrub, shrub, epiphyte and liana habitus. The primary data were collected by field orientation, vegetation analyzing with nested line transect method and herbarium making. The data were analyzed to find out the importance value, index of species richness, index of species diversity, pattern of plants spread and the use of plant species. Total plant species found in the region TNGM 108 species from 52 families, with most of the family Euphorbiaceae and Fabaceae (7 species). The highest species richness and diversity found in jungle zones in mountain forest ecosystem types and the lowest was found in the core zone of an upper mountain forest ecosystem types. The pattern of distribution plants on average tend to be clumped. Plant species are found grouped into 11 groups of usability. Usefulness of the most widely plant can be utilized is for producing food that is as many as 32 species from 24 families. Advice needs to be done in this study include: rehabilitation of forest areas damaged by the eruption TNGM needs to be done by planting local native species in rehabilitation zone, further research needs to be done after the eruption of an inventory of plants and the manager needs to conduct training activities, counseling and assistance to the people involved in providing useful knowledge about plants in TNGM. Key words : Gunung Merapi National Park, Species diversity
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Taman Nasional Gunung Merapi adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2011
Junef Murtri Susantyo NRP E34060994
Judul Penelitian
: Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
Nama Mahasiswa
: Junef Murtri Susantyo
NRP
: E34060994
Departemen
: Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Fakultas
: Kehutanan
Menyetujui :
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Ir. Siswoyo, M.Si
Prof. Dr. Ir. Ervizal A. M. Zuhud, MS
NIP. 19650208 199203 1 003
NIP. 19590618 198503 1 003
Mengetahui, Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, M.S. NIP. 19580915 1984030 1 003
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat
dan
karunia-Nya,
atas
seizin-Nya
penulis
dapat
menyelesaikan penelitian dan penulisan karya ilmiah yang berjudul “Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi”. Skripsi ini merupakan syarat dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan dalam program studi Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Siswoyo, M.Si dan Bapak Prof. Dr. Ir. Ervizal A. M. Zuhud, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan arahannya. Penghargaan penulis sampaikan pula kepada seluruh staff Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) dan masyarakat sekitar Gunung Merapi yang telah membantu penulis di lapangan dalam memperoleh data untuk penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, pengelola TNGM dan masyarakat sekitar Gunung Merapi untuk pengelolaan kawasan konservasi. Penulis menyadari karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik akan penulis terima dengan tangan terbuka. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi pengelolaan lingkungan hidup kita dimasa yang akan datang.
Bogor, Februari 2011 Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 14 Juni 1988 dari pasangan Ayah Henry Murdiyanto dan Ibu Susiawati sebagai anak ketiga dari empat bersaudara. Pada tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Bogor dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur seleksi Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI). Penulis memilih Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan yakni menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA), anggota Kelompok Pemerhati Flora (KPF Raflessia) dan Pemerhati Fotografi Konservasi (FOKA), menjadi panitia Bina Corps Rimbawan 2008 dan panitia Gebyar Himakova 2008 dan kepanitiaan lainnya yang tidak dapat penulis tuliskan satu per satu. Pada tahun 2008 penulis melaksanakan Praktek Pengelolaan Ekosistem Hutan (P2EH) di Baturraden dan Cilacap dan pada tahun 2009 penulis juga melaksanakan Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Gunung Walat Sukabumi, Cibadak dan KPH Cianjur. Pada tahun 2010 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Gunung Merapi Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi di bawah bimbingan Ir. Siswoyo, MSi dan Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS.
UCAPAN TERIMAKASIH Syukur Alhamdulillah dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas seizin-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini. Penulis sedikit banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu (Susiawati), Bapak (Henry Murdiyanto), Kakak (Ury Ristiyana R. & Vanki Murdwiningrum) dan Adik (Katania Rosela P.) serta seluruh keluarga atas segala doa, dukungan dan kasih sayangnya. 2. Bapak Ir. Siswoyo, MSi dan Bapak Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis. 3. Bapak Ir. Muhdin, M.ScF.Trop selaku penguji Departemen Manajemen Hutan, Ibu Dr. Lina Karlinasari, S.Hut, M.Sc selaku penguji Departemen Hasil Hutan dan Bapak Dr. Ir. Basuki Wasis, MS selaku penguji Departemen Silvikultur. 4. Seluruh staf pengajar dan Karyawan/wati di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, yang telah memberi bekal ilmu kepada penulis. 5. Seluruh staff, pegawai dan masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Merapi yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu banyak dalam pengumpulan data. 6. Arga Pandiwijaya dan Alvian Febri Anggana teman seperjuangan penelitian di Taman Nasional Gunung Merapi. 7. Om Nono dan keluarga di Klaten atas tumpangan menginap serta keramahtamahannya selama penulis melakukan penelitian. 8. Syafitri dan keluarga atas pinjaman Motor AB 3583 QU yang telah menemani memutari Gunung Merapi 9. Keluarga KSHE 43 Cendrawasih atas kebersamannya selama ini hingga akhir nanti. 10. Rekan-rekan HIMAKOVA atas kerjasama dan pengalamannya di lapangan.
11. Wisma lestari crew : Aga, Ferry, Oby, James dan Marlo atas tumpangan kostannya. 12. Teman-teman Fakultas Kehutanan MNH, THH dan SVK yang telah bersamasama menuntut ilmu di dunia Kehutanan. 13. Dan semua mahluk ciptaan-Nya, namun maaf tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, tetapi nama kalian akan selalu tertulis di hati.
Bogor, Februari 2011 Penulis
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ...............................................................................
vi
DAFTAR ISI .............................................................................................
x
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………. ..................................
xv
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..........................................................................
1
1.2 Tujuan Penelitian .......................................................................
2
1.3 Manfaat Penelitian .....................................................................
2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keanekaragaman Sumberdaya Alam Hayati Indonesia...............
3
2.2 Potensi Tumbuhan di Indonesia .................................................
3
2.3 Keanekaragaman Hayati ............................................................
8
2.4 Pola Penyebaran Tumbuhan .......................................................
8
BAB III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu ......................................................................
9
3.2 Alat dan Bahan ..........................................................................
9
3.3 Metode Penelitian ......................................................................
10
BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Letak dan Luas Kawasan ...............................................
18
4.2 Topografi ...................................................................................
22
4.3 Iklim dan Hidrologi ...................................................................
24
4.4 Geologi dan Tanah .....................................................................
24
4.5 Kondisi Flora dan Fauna ............................................................
25
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keanekaragaman Hayati Tumbuhan...........................................
28
5.1.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian ......................................
28
5.1.2 Kekayaan Jenis Tumbuhan ................................................
31
5.1.3 Indeks Kekayaan Jenis Tumbuhan ....................................
36
5.1.4 Keanekaragaman Jenis Tumbuhan ....................................
38
5.1.5 Dominasi Tumbuhan .........................................................
41
5.1.6 Kerapatan Tumbuhan ........................................................
45
5.1.7 Pola Sebaran Tumbuhan ...................................................
48
5.2 Kelompok Kegunaan Jenis-jenis tumbuhan di Kawasan TNGM
51
5.2.1 Tumbuhan Obat ................................................................
52
5.2.2 Tumbuhan Hias .................................................................
55
5.2.3 Tumbuhan Penghasil Pangan ............................................
56
5.2.4 Tumbuhan Pakan Ternak ..................................................
57
5.2.5 Tumbuhan Aromatik dan Penghasil Minyak Atsiri ............
58
5.2.6 Tumbuhan Bahan Pewarna dan Tanin ...............................
58
5.2.7 Tumbuhan Penghasil Bahan Bangunan .............................
59
5.2.8 Tumbuhan Ritual Adat & Keagamaan ...............................
61
5.2.9 Tumbuhan Penghasil Bahan Tali, Anyaman & Kerajinan ..
61
5.2.10 Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar ...................................
61
5.2.11 Tumbuhan Kegunaan Lainnya.........................................
62
5.3 Jenis-jenis Tumbuhan Berguna Lainnya.....................................
63
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ...............................................................................
67
6.2 Saran .........................................................................................
67
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
68
LAMPIRAN ..............................................................................................
71
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1. Lokasi pengumpulan data primer..........................................................
11
2. Klasifikasi kelompok kegunaan tumbuhan ...........................................
13
3. Potensi jenis tumbuhan di kawasan TNGM ..........................................
26
4. Daftar jenis burung yang terdapat di kawasan TNGM ..........................
26
5. Daftar jenis mamalia yang terdapat di kawasan TNGM ........................
27
6. Daftar jenis herpetofuna di kawasan TNGM .........................................
27
7. Kekayaan jenis tumbuhan di kawasan TNGM ......................................
31
8. Kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan famili di kawasan TNGM ........
32
9. Kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan habitus di kawasan TNGM ......
34
10. Kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan tingkat pertumbuhan di kawasan TNGM ...................................................................................
35
11. Indeks kekayaan jenis tumbuhan berhabitus pohon pada tiap tingkat pertumbuhan di kawasan TNGM ..........................................................
37
12. Indeks kekayaan jenis tumbuhan bawah pada tiap habitus di kawasan TNGM .................................................................................................
37
13. Indeks kekayaan jenis tumbuhan epifit dan liana di kawasan TNGM ....
38
14. Indeks keanekaragaman jenis tumbuhan berhabitus pohon di kawasan TNGM .................................................................................................
39
15. Indeks keanekaragaman jenis tumbuhan bawah pada tiap tingkat pertumbuhan di kawasan TNGM ..........................................................
40
16. Indeks keanekaragaman jenis epifit dan liana di kawasan TNGM .........
41
17. Daftar jenis tumbuhan yang memiliki Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi pada berbagai tingkat pertumbuhan pohon di kawasan TNGM
42
18. Daftar jenis tumbuhan bawah yang memiliki INP tertinggi di kawasan TNGM .................................................................................................
44
19. Daftar jenis epifit dan liana yang memiliki INP tertinggi di kawasan TNGM .................................................................................................
45
20. Kerapatan total jenis tumbuhan berbagai tingkat pertumbuhan pohon di kawasan TNGM ...............................................................................
46
21. Kerapatan total jenis tumbuhan bawah di kawasan TNGM ...................
47
22. Kerapatan total jenis epifit dan liana di kawasan TNGM ......................
48
23. Pola penyebaran tumbuhan berhabitus pohon pada berbagai tingkat pertumbuhan di kawasan TNGM ..........................................................
49
24. Pola penyebaran berbagai habitus tumbuhan bawah di kawasan TNGM
50
25. Pola penyebaran tumbuhan epifit dan liana di kawasan TNGM ............
51
26. Kelompok kegunaan jenis-jenis tumbuhan di kawasan TNGM .............
52
27. Daftar Jenis tumbuhan obat yang terdapat di kawasan TNGM ..............
53
28. Daftar jenis tumbuhan hias yang terdapat di kawasan TNGM ...............
55
29. Daftar jenis tumbuhan pangan yang terdapat di kawasan TNGM ..........
56
30. Daftar jenis tumbuhan pakan ternak yang terdapat di kawasan TNGM .
57
31. Daftar jenis tumbuhan aromatik dan penghasil minyak atsiri yang terdapat di kawasan TNGM ..................................................................
58
32. Daftar jenis tumbuhan penghasil bahan pewarna dan tanin yang terdapat di kawasan TNGM ..................................................................
59
33. Daftar jenis tumbuhan penghasil bahan bangunan yang terdapat di kawasan TNGM ...................................................................................
60
34. Daftar jenis tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan yang terdapat di kawasan TNGM ..................................................................
61
35. Daftar jenis tumbuhan penghasil kayu bakar yang terdapat di kawasan TNGM .................................................................................................
62
36. Daftar jenis tumbuhan kegunaan lainnya yang terdapat di kawasan TNGM ................................................................................................
63
37. Daftar jenis tumbuhan berguna lainnya yang terdapat di kawasan TNGM .................................................................................................
63
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1. Pola penyebaran individu suatu populasi
8
2. Peta lokasi penelitian TNGM ...............................................................
9
3. Skema penempatan transek dan petak-petak pengukuran pada analisis vegetasi dengan metode garis berpetak .................................................
12
4. Kawasan zona pemanfaatan wisata alam telogo muncar .......................
28
5. Kawasan zona rimba ............................................................................
29
6. Kawasan zona inti 2 bukit pelawangan .................................................
30
7. Kawasan zona inti 1 (kiri) dan manisrejo (kanan). ................................
30
8. Grafik kekayaan jenis tumbuhan di kawasan TNGM ............................
31
9. Grafik kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan famili .............................
33
10. Grafik kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan habitusnya pada kawasan TNGM ...................................................................................
34
11. Kina (Cinchona pubeschens) ................................................................
54
12. Bunga Edelweiss (Anaphalis javanica) ................................................
55
13. Rumput Kulonjono (Pennisetum purpureum) .......................................
58
14. Akasia Deguren (Acacia decurens) ......................................................
59
15. Dadap Pri (Erythrina luthosperma) ......................................................
60
16. Akasia Deguren (Acacia decurens) sebagai penghasil kayu bakar ........
62
17. Aggrek Pandan (Vanda tricolor) dan Parijoto (Medinella speciosa) .....
64
18. Salak, tanaman pangan khas desa Ngablak, Magelang ..........................
64
19. Pohon Tesek (Dodonaea viscosa Jacq.) ................................................
65
20. Bambu Ampel, Bambu Apus, Bambu Legi, Bambu Pagar, Bambu Betung .................................................................................................
65
21. Anggrek (Lycopodium cernuum), Kropok (Selliguea feei) dan pakis dedak (Pteridium aquilinum Kuhn.) .....................................................
66
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1. Peta Lokasi Penelitian (Taman Nasional Gunung Merapi) ....................
72
2. Daftar nama spesies tumbuhan yang ditemukan di TNGM ...................
73
3. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat semai pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ........................................
77
4. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pancang pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ...................
77
5. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat tiang pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ........................................
77
6. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pohon pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ...................
78
7. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat herba pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ........................................
78
8. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat perdu pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ........................................
78
9. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat epifit pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ........................................
79
10. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat liana pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ........................................
79
11. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat semai pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................
79
12. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pancang pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................
79
13. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat tiang pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................
80
14. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pohon pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................
80
15. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat herba pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................
81
16. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat perdu pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................
81
17. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat epifit pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................
81
18. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat liana pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................
82
19. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat semai pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM .......................................
82
20. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pancang pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM .......................................
82
21. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat tiang pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM .......................................
83
22. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pohon pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM .......................................
83
23. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat herba pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM .......................................
84
24. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat perdu pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM .......................................
84
25. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat liana pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM .......................................
85
26. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat semai pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM............................................
85
27. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pancang pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM............................................
85
28. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat tiang pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM............................................
85
29. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pohon pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM............................................
85
30. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat herba pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM............................................
86
31. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat semak pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM............................................
86
32. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat perdu pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM............................................
86
33. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat liana pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM............................................
86
34. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat semai pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................
87
35. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pancang pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................
87
36. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat tiang pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................
87
37. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pohon pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................
88
38. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat herba pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................
88
39. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat perdu pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................
88
40. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat liana pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................
89
41. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat semai pada zona inti 1 tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM............................................
89
42. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pancang pada zona inti 1 tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM............................................
89
43. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat herba pada zona inti 1 tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM............................................
89
44. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat perdu pada zona inti 1 tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM............................................
89
45. Pola penyebaran tumbuhan tingkat semai pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ...............................................
90
46. Pola penyebaran tumbuhan tingkat pancang pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ........................................
90
47. Pola penyebaran tumbuhan tingkat tiang pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ...............................................
90
48. Pola penyebaran tumbuhan tingkat pohon pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ...............................................
90
49. Pola penyebaran tumbuhan tingkat herba pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM...............................................
91
50. Pola penyebaran tumbuhan tingkat perdu pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ...............................................
91
51. Pola penyebaran tumbuhan tingkat epifit pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ...............................................
91
52. Pola penyebaran tumbuhan tingkat liana pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ...............................................
91
53. Pola penyebaran tumbuhan tingkat semai pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................
91
54. Pola penyebaran tumbuhan tingkat pancang pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................
91
55. Pola penyebaran tumbuhan tingkat tiang pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................
92
56. Pola penyebaran tumbuhan tingkat pohon pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................
92
57. Pola penyebaran tumbuhan tingkat herba pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................
92
58. Pola penyebaran tumbuhan tingkat perdu pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................
93
59. Pola penyebaran tumbuhan tingkat epifit pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................
93
60. Pola penyebaran tumbuhan tingkat liana pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................
93
61. Pola penyebaran tumbuhan tingkat semai pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM .......................................
93
62. Pola penyebaran tumbuhan tingkat pancang pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM .......................................
93
63. Pola penyebaran tumbuhan tingkat tiang pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM .......................................
94
64. Pola penyebaran tumbuhan tingkat pohon rimba pada zona tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM .......................................
94
65. Pola penyebaran tumbuhan tingkat herba pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM .......................................
95
66. Pola penyebaran tumbuhan tingkat perdu pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM .......................................
95
67. Pola penyebaran tumbuhan tingkat liana pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM .......................................
95
68. Pola penyebaran tumbuhan tingkat semai pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM............................................
95
69. Pola penyebaran tumbuhan tingkat pancang pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ............................................
95
70. Pola penyebaran tumbuhan tingkat tiang pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ............................................
95
71. Pola penyebaran tumbuhan tingkat pohon pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ............................................
96
72. Pola penyebaran tumbuhan tingkat herba pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ............................................
96
73. Pola penyebaran tumbuhan tingkat semak pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ............................................
96
74. Pola penyebaran tumbuhan tingkat perdu pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ............................................
96
75. Pola penyebaran tumbuhan tingkat liana pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM............................................
96
76. Pola penyebaran tumbuhan tingkat semai pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................
96
77. Pola penyebaran tumbuhan tingkat pancang pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................
97
78. Pola penyebaran tumbuhan tingkat tiang pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................
97
79. Pola penyebaran tumbuhan tingkat pohon pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................
97
80. Pola penyebaran tumbuhan tingkat herba pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................
97
81. Pola penyebaran tumbuhan tingkat perdu pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................
98
82. Pola penyebaran tumbuhan tingkat liana pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................
98
83. Pola penyebaran tumbuhan tingkat semai pada zona inti 1 tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ............................................
98
84. Pola penyebaran tumbuhan tingkat pancang pada zona inti 1 tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ............................................
98
85. Pola penyebaran tumbuhan tingkat herba pada zona inti 1 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................
98
86. Pola penyebaran tumbuhan tingkat perdu pada zona inti 1 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM........................................
98
87. Daftar nama spesies tumbuhan hasil inventarisasi tumbuhan di SPTN wilayah I dan II tahun 2008 (jalur Kinahrejo dan Selo) .........................
99
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) merupakan kawasan pelestarian alam yang memiliki ekosistem asli berupa perpaduan ekosistem gunung berapi dengan hutan dataran tinggi dan pegunungan yang dikelola dengan sistem zonasi dan dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Penunjukan Kawasan Hutan Gunung Merapi sebagai Taman Nasional Gunung Merapi sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 pada tanggal 4 Mei 2004 tentang perubahan Fungsi Kawasan Hutan Lindung, Cagar Alam dan Taman Wisata Alam pada kelompok Hutan Gunung Merapi seluas ± 6.410 ha, yang terletak di Kabupaten Magelang, Boyolali dan Klaten Provinsi Jawa Tengah serta Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Keseluruhan kawasan ini sangat penting bagi masyarakat dan wilayah sekitarnya karena berfungsi sebagai penyangga kehidupan dalam satuan ekosistem sumberdaya alam dan bertindak sebagai daerah tangkapan air. Oleh karena itu kawasan ini memiliki nilai strategis yang sangat penting dalam upaya mewujudkan implementasi pilar-pilar konservasi. Penegakan konservasi di TNGM mengikuti paradigma pengelolaan baru yaitu participatory approach dan community based management sehingga diperlukan pendekatan partisipatif dengan masyarakat setempat agar kepentingan masyarakat yang telah berjalan selama ini dapat selaras dengan kepentingan konservasi taman nasional. Dengan ditetapkannya kawasan Gunung Merapi menjadi taman nasional akan ada perhatian dari pemerintah daerah untuk menjaga kelestarian alam yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kehidupan mayarakat sekitar. Tetapi dalam kenyataannya, penetapan TNGM ini mengundang banyak penolakan dari masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Merapi, karena dengan penetapan tersebut masyarakat tidak bisa leluasa memanfaatkan hutan di kawasan Gunung Merapi untuk pemenuhan kebutuhan mereka.
Interaksi yang terjalin antara masyarakat dengan taman nasional perlu dikembangkan untuk mendukung kelestarian taman nasional dan sepenuhnya membawa kesejahteraan bagi masyarakat setempat. Adanya taman nasional seharusnya dapat memberikan manfaat, tidak hanya untuk menjaga kelestarian sumberdaya alam, tetapi juga kesejahteraan bagi masyarakat setempat. Hal lainnya yang perlu diperhatikan adalah keunikan Gunung Merapi sebagai gunung berapi yang masih aktif sehingga tumbuh-tumbuhan yang terdapat disana memiliki keunikan tersendiri karena dapat beradaptasi dengan ekosistem yang bervulkanik. Untuk mendukung hal yang disebutkan di atas perlu pengumpulan data potensi tumbuhan di TNGM. Potensi tumbuhan yang terdapat di kawasan TNGM dilakukan melalui kegiatan inventarisasi keanekaragaman jenis tumbuhan. Sehingga diharapkan data potensi jenis-jenis tumbuhan beserta manfaatnya dapat diketahui dan upaya konservasi dapat terus berjalan dan lebih baik lagi.
1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Menginventarisasi, mengidentifikasi dan menganalisis keanekaragaman jenisjenis tumbuhan pada kawasan TNGM. 2. Mengidentifikasi kegunaan jenis-jenis tumbuhan ke dalam beberapa kelompok kegunaan.
1.3 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dan data dasar untuk bahan masukan bagi pihak pengelola dan masyarakat dalam pengelolaan TNGM
dalam
upaya
pelestarian,
pemanfaatan,
keanekaragaman jenis tumbuhan di wilayah tersebut.
dan
pengembangan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keanekaragaman Sumberdaya Alam Hayati Indonesia Sumberdaya hayati Indonesia, baik yang berupa tumbuhan, hewan, maupun jasad renik sangat beranekaragam. Bila dibandingkan dengan daerahdaerah tropik lainnya terlebih lagi dibandingkan dengan daerah beriklim sedang dan dingin. Ditaksir sebanyak 30.000 jenis tumbuhan terdapat di Indonesia. Jumlah tersebut menjadi lebih besar lagi bila jenis-jenis lumut dan ganggang diperhitungkan. Kekayaan keanekaragaman hayati tersebut merupakan salah satu modal dasar dalam pelaksanaan pembangunan nasional, sehingga dapat dimanfaatkan
untuk
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat.
Namun,
pemanfaatan tersebut harus sesuai dengan kemampuan (carrying capacity), karakteristik, dan fungsinya (Ismanto, 2007). Mengingat pentingnya keanekaragaman hayati sebagai penyedia berbagai barang dan jasa, mulai dari pangan, energi, dan bahan produksi hingga sumber daya genetik bahan dasar pemuliaan tanaman komoditas serta obat dan selain berfungsi juga untuk mendukung sistem kehidupan, maka pemanfaatan keanekaragaman hayati harus dilakukan dengan benar (Anonim, 2002). Menurut Retnoningsih (2006) dalam Suhartrislakhadi (2007) dengan mengetahui potensi dan manfaatnya diharapkan penghargaan terhadap sumberdaya hayati dan keanekaragaman genetiknya semakin meningkat, sehingga tingkat kerusakan yang terjadi dapat ditekan.
2.2 Potensi Tumbuhan di Indonesia Indonesia memiliki hutan yang sangat luas, tercatat 143.970.000 hektar luasan hutan tersebar di seluruh pulau. Tidak heran jika hutan yang sangat luas itu, memiliki keanekaragaman tumbuhan yang sangat tinggi (Sastrapradja et al., 1992). Selain diakui sebagai komunitas yang paling kaya, hutan tropika Indonesia diakui pula sebagai salah satu bagian dunia yang menyisakan kehidupan liar, yang dapat membangkitkan keajaiban dan kekaguman manusia.
Dalam perkembangan hidupnya, manusia mengenal betul keadaan sekelilingnya dan memperhatikan segala sesuatu yang bisa dipakai untuk mempertahankan hidupnya. Salah satu benda hidup yang berada disekitar manusia adalah tumbuh-tumbuhan.
Manusia
benar-benar
memperhatikan tumbuh-
tumbuhan karena merupakan salah satu benda yang sangat penting dalam menjaga kelangsungan hidupnya, yaitu sebagai sumber makanan pokok (Kartiwa dan Martowikrido, 1992). Menurut Purwanto dan Walujo dalam Kartikawati (2004), tumbuhan berguna dikelompokkan berdasarkan pemanfaatannya antara lain tumbuhan sebagai bahan pangan, sandang, bangunan, obat-obatan, kosmetika, alat rumah tangga dan pertanian, tali-temali, anyam-anyaman, pelengkap upacara adat dan kegiatan sosial, minuman, dan kesenian.
2.2.1 Tumbuhan Obat Menurut Zuhud, Ekarelawan, dan Riswan (1994), tumbuhan obat adalah seluruh jenis tumbuhan obat yang diketahui dan dipercaya mempunyai khasiat obat, yang dikelompokkan menjadi : (1) tumbuhan obat tradisonal, yaitu jenis tumbuhan yang diketahui atau dipercayai masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional; (2) tumbuhan obat modern, yaitu jenis tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa atau
bahan
bioaktif
yang
berkhasiat
obat
dan
penggunaannya
dapat
dipertanggungjawabkan secara medis; dan (3) tumbuhan obat potensial, yaitu jenis tumbuhan yang diduga mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara ilmiah medis atau penggunaannya sebagai bahan obat tradisonal sulit ditelusuri.
2.2.2 Tumbuhan Hias Tumbuhan hias adalah tumbuhan yang memiliki nilai estetika keindahan. Tumbuhan hias merupakan komoditi holtikultura non-pangan yang digolongkan ke dalam holtikultur, dalam kehidupan sehari-hari dibudidayakan untuk hiasan dalam dan luar rumah (Arafah, 2005).
Secara umum, tanaman hias dikelompokan menjadi dua, yaitu tanaman hias dun dan tanaman hias bunga. Tanaman hias daun yaitu jenis tanaman hias yang memiliki bentuk dan warna daun yang unik. Sementara daya tarik tanaman hias bunga terletak pada bentuk, warna, dan aroma bunganya (Ratnasari, 2007).
2.2.3 Tumbuhan Penghasil Pangan Menurut Poerwadarminto (1983), tumbuhan pangan adalah segala sesuatu yang tumbuh, berakar, berdaun, berbatang, berakar, berdaun dan dapat dimakan atau dikonsumsi oleh manusia (apabila dikonsumsi oleh hewan disebut pakan). Contohnya adalah buah-buahan, kacang-kacangan, sayuran, dan tumbuhan yang mengandung karbohidrat.
2.2.4 Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak Menurut Manetje dan Jones (1992) dalam Kartikawati (2004), pakan ternak adalah tanaman konsentrasi rendah dan mudah dicerna yang merupakan penghasil pakan bagi satwa herbivora. Pada umumnya tumbuhan penghasil pakan ternak merupakan tumbuhan yang memiliki serat yang cukup tinggi (Dwanasuci, 2006). Salah satu tumbuhan yang digunakan sebagai pakan ternak adalah rumput gajah. Rumput gajah merupakan keluarga rumput rumputan (poaceae). Rumput gajah cukup baik untuk silase, berproduksi tinggi, disukai ternak, dan dapat digunakan untuk perbaikan kesuburan tanah. Selain itu, cukup aditif terhadap keasaman tanah, tahan terhadap kekeringan namun tidak tahan terhadap genangan air (Soegiri et al., 1982).
2.2.5 Tumbuhan Penghasil Minyak Atsiri (Tumbuhan Aromatik) Minyak atsiri merupakan minyak yang diperoleh dengan cara ekstraksi atau penyulingan dari daun, akar, batang, kulit, getah, dan bunga yang berasal dari bagian tumbuhan (Kartikawati, 2004). Tumbuhan penghasil minyak atsiri mempunyai ciri bau dan aroma, karena fungsi minyak atsiri yang paling dibutuhkan adalah sebagai pengharum.
Tanaman atsiri dapat dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu (1) tanaman atsiri utama, yaitu tanaman yang hanya menghasilkan minyak atsiri, (2) tanaman atsiri alternatif, yaitu tanaman yang menghasilkan produk lain disamping minyak atsiri, (3) limbah (hasil samping), dimana minyak atsiri dapat diproduksi sebagai hasil samping (Hobir, 2004)
2.2.6 Tumbuhan Penghasil Bahan Pewarna dan Tanin Menurut Lemmens et al. (1999) dalam Arafah (2005), tanin nabati merupakan bahan dari tumbuhan, yang memiliki rasa pahit dan kelat, seringkali berupa ekstrak dari pegagan atau bagian lain terutama daun, buah, dan puru. Hasil dari penyamakan kulit dengan tanin berupa kulit samak yang banyak sekali manfaatnya, selain samak kulit juga dapat digunakan untuk menyamak jala, tali, dan layar. Selain itu, tanin juga digunakan sebagai perekat, bahan pewarna, dan mordan. Menurut Lemmens et al. (1999), pewarna nabati adalah pewarna yang berasal dari tumbuhan. Bahan ini diekstrak dengan jalan fermentasi, direbus, atau secara kimiawi, dari sejumlah kecil zat kimia tertentu yang terkandung di dalam jaringan tumbuhan. Lebih lanjut Heyne (1987) mengemukakan, masyarakat Indonesia telah banyak menggunakan tumbuhan sebagai bahan pewarna nabati dan sudah lama mengenal pewarna alami tumbuhan untuk pewarna makanan, pewarna anyaman dan pewarna kain dan kapas.
2.2.7 Tumbuhan Penghasil Bahan Bangunan Pohon-pohon di hutan merupakan sumber bahan bangunan yang dapat digunakan secara berkesinambungan. Pemanfaatan kayu oleh masyarakat Dayak Meratus biasanya dilakukan apabila ingin membuat rumah. Biasanya pemilihan jenis-jenis kayu tersebut berdasarkan pertimbangan kekuatan kayu dan ketahanan terhadap rayap (Kartikawati, 2004).
2.2.8 Tumbuhan untuk Ritual Adat dan Keagamaan Diantara pengetahuan tentang tumbuhan yang dimiliki oleh masyarakat, terdapat tumbuhan yang bersifat spiritual, magis, dan ritual. Demikian pula pemanfaatannya, salah satunya yaitu pemanfaatan di bidang upacara adat. Indonesia memiliki kurang lebih 350 etnis budaya yang memiliki pengetahuan etnobotani dalam pemanfaatan maupun penggunaannya di masing-masing daerah khususnya yang dipakai untuk upacara adat. Dalam upacara-upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan daur hidup, tumbuhan banyak digunakan untuk keperluan tersebut (Kartiwa dan Martowikrido, 1992).
2.2.9 Tumbuhan Penghasil Tali, Anyaman dan Kerajinan Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan adalah tumbuhan yang biasa digunakan untuk membuat tali, anyaman maupun kerajinan. Beberapa tumbuhan yang sering digunakan oleh masyarakat untuk membuat anyaman adalah jenis rotan dan bambu (Widjaja et al., 1988).
2.2.10 Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar Pada dasarnya semua tumbuhan berkayu atau bentuk pohon dapat digunakan sebagai kayu bakar (Purwanto dan Walujo, 1992). Menurut Inama (2008) kayu bakar merupakan sumberdaya hayati yang sangat penting bagi masyarakat yang tidak memiliki sumber energi lain seperti listrik, minyak tanah atau gas. Menurut Sutarno (1996) dalam Jalaraya (2008), jenis pohon yang ditujukan untuk pemenuhan kayu bakar, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Beradaptasi pada rentangan kondisi lingkungan yang luas;
Pertumbuhan cepat, volume hasil kayu maksimal tercapai dalam waktu yang singkat;
Tidak merusak tanah dan menjaga kesuburannya;
Tahan terhadap penyakit dan hama;
Pengelolaannya singkat waktunya;
Tahan terhadap kekeringan dan toleran iklim yang lain;
Pertumbuhan tajuk baik, siap tumbuh pertunasan yang baru;
Memiliki manfaat yang lain yang menguntungkan pertanian;
Menghasilkan kayu yang mudah dibelah;
Kadar air rendah dan relatif cepat dikeringkan;
Menghasilkan sedikit asap dan tidak beracun apabila dibakar;
Tidak memercikan api dan cukup aman apabila dibakar; dan
Menghasilkan kayu yang padat dan lebih lama dibakar;
2.3 Keanekaragaman Hayati Keanekaragaman jenis adalah suatu karakteristik tingkatan komunitas berdasarkan organisasi biologisnya serta dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitas. Menurut Soerianegara dan Indrawan (1998), apabila derajat kenakeragaman lebih kecil dari satu berarti keanekaragaman jenis pada petak tersebut rendah, berkisar antara satu dan tiga disebut sedang, dan jika lebih besar dari tiga disebut mempunyai nilai keanekaragaman jenis pada petak tinggi.
2.4 Pola Penyebaran Tumbuhan Individu-individu yang ada di dalam populasi mengalami penyebaran di dalam habitatnya mengikuti salah satu di antara tiga pola penyebaran. Menurut Odum (1993), tiga pola penyebaran yang dimaksud antara lain distribusi acak (random), distribusi merata (uniform), dan distribusi mengelompok (clumped).
Gambar 1 Pola penyebaran individu suatu populasi (Gopal dan Bhardwaj, 1979)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kawasan TNGM Kabupaten Sleman propinsi D.I. Yogyakarta dan Kabupaten Magelang, Klaten, dan Boyolali Propinsi Jawa Tengah . Waktu penelitian di lapang selama 3 (tiga) bulan yaitu dari bulan JuniAgustus 2010.
Sumber : Balai Taman Nasional Gunung Merapi
Gambar 2 Peta lokasi penelitian TNGM.
3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain dokumen atau laporan dari instasi tertentu, tumbuhan untuk pembuatan herbarium dan alkohol 70%. Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain : 1. Peralatan pembuatan petak ukur : Kompas, tambang plastik 100 m dan golok. 2. Peralatan pengukur kondisi lapangan : GPS. 3. Peralatan pengukur dimensi pohon : pita diameter
4. Peralatan pembuatan herbarium : kertas koran, kantong plastik besar (trash bag), gunting, label. 5. Thally sheet untuk analisis vegetasi, kamera digital dan alat tulis.
3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Pengumpulan Data 1. Jenis data yang dikumpulkan Jenis data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data sekunder dan data primer. a. Data Sekunder Data ini berupa informasi tentang kondisi umum lokasi penelitian (Taman Nasional Gunung Merapi), yang meliputi sejarah kawasan, letak dan luas, geologi dan tanah dalam bentuk peta atau literatur, topografi, iklim, vegetasi dan satwa, sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat. b. Data Primer Data primer dilakukan dalam bentuk hasil survey lapangan yang meliputi data : jenis dan jumlah tingkat permudaan pohon (semai, pancang, tiang, pohon), jumlah dan habitus tumbuhan bawah (herba, semak, perdu) serta liana dan epifit.
2. Teknik Pengumpulan Data a. Data sekunder Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi literatur terhadap dokumen-dokumen yang pernah ada sebelumnya, baik dari buku-buku maupun laporan penelitian yang pernah dilakukan di kawasan TNGM. b. Data Primer Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pengumpulan
data primer,
meliputi : (1). Orientasi Lapangan Orientasi lapangan dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan guna memverifikasi lokasi pengumpulan data yang telah direncanakan sebelumnya. Hal-hal yang dipertimbangkan dalam penentuan
lokasi pengumpulan data, meliputi : tipe zonasi, tipe ekosistem, ketinggian tempat, panjang jalur dan jumlah plot seperti disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Lokasi Pengumpulan Data Primer Tipe Zonasi Zona Inti 1 Zona Inti 2 Zona Rimba (Ngargomulyo)
(Kemalang) (Gunung Bibi)
(Selo) Zona Pemanfaatan wisata alam
Tipe Ekosistem
Ketinggian tempat (mdpl) 2.570 m dpl
Panjang Jalur (m) 100
Jumlah Plot (Plot) 5
1.200 m dpl
200
10
Hutan Hujan Pegunungan bawah
1.300 m dpl 1.400 m dpl
200 200
10 10
Hutan Hujan pegunungan tengah Hutan Hujan pegunungan tengah
1.700 m dpl
200
10
1.600 m dpl 1.800 m pdl
200 200
10 10
Hutan hujan Pegunungan atas Hutan hujan dataran rendah
2.100 m dpl 2.300 m dpl 930 m dpl 1.000 m dpl
200 100 100 100
10 5 5 5
Hutan Hujan Pegunungan atas Hutan Hujan pegunungan bawah
(2). Analisis Vegetasi Analisis vegetasi dalam plot pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode kombinasi jalur garis berpetak pada unit contoh berbentuk jalur sepanjang 100-200 m, dengan arah tegak lurus kontur atau aliran sungai. Metode analisis vegetasi mengikuti metode yang dikembangkan Kusmana (1997), yakni pengamatan vegetasi dilakukan pada suatu petak yang dibagi-bagi kedalam petakpetak berukuran 20x20 m2, 10x10 m2, 5x5 m2, dan 2x2 m2. Petak berukuran 20x20 m2 digunakan
untuk pengambilan data vegetasi tingkat pertumbuhan
pohon (diameter ≥20 cm), epifit, dan liana; petak berukuran 10x10 m2 untuk pengambilan data vegetasi tingkat tiang (diameter 10-<20 cm); petak berukuran 5x5 m2 digunakan untuk pengambilan data vegetasi tingkat pancang (diameter <10 cm, tinggi > 1.5 m); dan 2x2 m2. digunakan untuk pengambilan data vegetasi tingkat semai (anakan pohon yang baru tumbuh hingga anakan pohon yang mempunyai tinggi hingga 1,5 m) dan tumbuhan bawah. pengamatan vegetasi seperti disajikan pada Gambar 3.
Bentuk unit contoh
B C D A Transek Gambar 3 Skema penempatan transek dan petak-petak pengukuran pada analisis vegetasi dengan metode garis berpetak. Keterangan: A = Petak pengukuran untuk pohon, epifit, liana dan parasit (20 x 20 m2) B = Petak pengukuran untuk tiang (10 x 10 m2) C = Petak pengukuran untuk pancang (5 x 5 m2) D = Petak pengukuran untuk semai dan tumbuhan bawah (2 x 2 m2) Data yang dicatat dalam pengamatan vegetasi pada seluruh tingkat pertumbuhan parameter yang diukur pada setiap petak contoh, meliputi: 1. Jenis, jumlah, tinggi bebas cabang, tinggi total dan diameter tingkat pohon (pohon-pohon yang memiliki diameter setinggi dada atau dbh ± 130 cm dari permukaan tanah atau 20 cm diatas banir) lebih besar dari 20 cm. 2. Jenis, jumlah, tinggi bebas cabang, tinggi total dan diameter tingkat tiang (pohon-pohon yang memiliki diameter setinggi dada dari permukaan tanah atau 20 cm diatas banir) adalah 10 - 20 cm). 3. Jenis, jumlah, tinggi bebas cabang dan diameter tingkat pancang (anakan pohon dengan tinggi > 1,5 meter atau pohon muda dengan diameter setinggi dada < 10 cm). 4. Jenis dan jumlah tingkat semai (anakan pohon mulai dari tingkat kecambah sampai yang memiliki tinggi < 1,5 meter), dan tumbuhan bawah yaitu tumbuhan selain permudaan pohon misalnya herba, semak dan perdu.
(3). Pembuatan Herbarium Pembuatan herbarium dilakukan terhadap semua jenis tumbuhan yang ditemukan di areal pengamatan. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pembuatan herbarium ini adalah:
1. Mengambil contoh herbarium yang terdiri dari ranting lengkap dengan daunnya, pengambilan contoh herbarium dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan analisis vegetasi. 2. Contoh herbarium tadi dipotong dengan menggunakan gunting daun dengan panjang kurang lebih 40 cm. 3. Kemudian contoh herbarium dimasukkan ke dalam kertas koran dengan memberikan label yang berukuran 3 cm x 5 cm. tentang
nomor
jenis,
nama
lokal,
lokasi
label berisi keterangan
pengumpulan dan nama
pengumpul/kolektor. 4. Selanjutnya beberapa herbarium disusun diatas sasak yang terbuat dari bambu dan disemprot atau direndam dengan alkohol 70%. 5. Herbarium lalu di oven pada 50 o -70o C. 6. Herbarium yang sudah kering lengkap dengan keterangan-keterangan yang diperlukan diidentifikasi untuk mendapatkan nama ilmiahnya di LIPI.
3.3.2 Identifikasi Jenis Tumbuhan Berguna Identifikasi jenis-jenis tumbuhan berguna dilakukan melalui dua tahap kegiatan, yaitu (a) identifikasi jenis tumbuhan secara umum dan (b) identifikasi jenis tumbuhan berguna. Identifikasi jenis-jenis tumbuhan berguna dikerjakan dengan melakukan cek silang dengan berbagai buku/literatur dan sumber-sumber lainnya tentang tumbuhan berguna yang ada. Agar mempermudah dalam penyajian, maka dilakukan pengelompokkan berdasarkan kelompok kegunaan dengan menyaring dari tiap-tiap kegunaan masing-masing jenis tumbuhan. Tabel 2 Klasifikasi Kelompok Kegunaan Tumbuhan No Kelompok Kegunaan 1 Tumbuhan obat 2 Tumbuhan hias 3 Tumbuhan penghasil pangan 4 Tumbuhan pakan ternak 5 Tumbuhan penghasil minyak atsiri (tumbuhan aromatik) 6 Tumbuhan bahan pewarna dan tanin 7 Tumbuhan penghasil bahan bangunan 8 Tumbuhan keperluan ritual adat dan keagamaan 9 Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan 10 Tumbuhan penghasil kayu bakar 11 Lainnya Sumber : Purwanto dan Waluyo (1992)
3.3.3 Pengolahan dan Analisis Data Data vegetasi hutan yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan dihitung nilai-nilai : frekuensi jenis, kerapatan jenis, dominasi jenis, indeks nilai penting, indeks keanekaragaman jenis, indeks kekayaan jenis dan pola penyebaran. a. Indeks Nilai Penting Untuk mengetahui struktur dan komposisi vegetasi, maka pada masingmasing petak ukur dilakukan analisis kerapatan, frekuensi dan dominansi untuk setiap jenis tumbuhan (Soerianegara dan Indrawan, 1998). Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Kerapatan suatu jenis (K)
Kerapatan relatif suatu jenis (KR)
Frekuensi suatu jenis (F)
Frekuensi relatif suatu jenis (FR)
Dominasi suatu jenis (D)
Dominasi relatif suatu jenis (DR)
Jumlah Individu suatu jenis Luas petak contoh (ha) Kerapatan suatu jenis Kerapatan seluruh jenis
100%
Jumlah sub petak jenis ditemukan Jumlah seluruh petak Frekuensi suatu jenis Frekuensi seluruh jenis
100%
Luas bidang dasar suatu jenis Luas petak contoh (Ha) Dominasi suatu jenis Dominasi seluruh jenis
100%
Indeks Nilai Penting (INP) Untuk tingkat semai dan pancang
: INP = KR + FR
Untuk tingkat tiang dan pohon
: INP = KR + FR + DR
Total Indeks Nilai Penting (INP) untuk setiap tingkat pohon, tiang, pancang, semai, dan tumbuhan bawah, dihitung untuk setiap tipe ekosistem. Nilai INP setiap tipe ekosistem menggambarkan kondisi vegetasi.
b. Tingkat Keanekaragaman Jenis Untuk
menghitung
keanekaragaman
jenis
digunakan
Indeks
Keanekaragaman Shannon (H’) dengan persamaan sebagai berikut (Magurran, 1988) :
H ' Pi LnPi
Dimana Pi
Ni N
Keterangan : H’ Ni N
: Indeks Keanekaragaman Shannon : Jumlah individu suatu jenis : jumlah individu seluruh jenis Nilai H’ ≥ 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman jenisnya tinggi, nilai
H’ antara 2 – 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman jenisnya sedang dan apabila nilai H’ < 2 menunjukkan keanekaragaman jenisnya rendah.
c. Kekayaan jenis (Species richness) Pengukuran kekayaan jenis dalam plot pengamtan, pendekatan yang digunakan adalah Indeks kekayaan jenis Margaleft (Margaleft 1958 dalam Ludwig & Reynold 1988), dengan persamaan sebagai berikut:
R1
S -1 ln N
Keterangan: R1 S N
= Indeks kekayaan Margaleft = Jumlah jenis = Jumlah individu Indeks kekayaan Margalleft (R1) adalah indeks yang menunjukkan
kekayaan jenis suatu komunitas, dimana besarnya nilai ini dipengaruhi oleh banyaknya jenis dan jumlah individu pada areal tersebut. Berdasarkan Magurran (1988), besaran R1 < 3,5 menunjukkan kekayaan jenis tergolong rendah, R1 = 3,55,0 menunjukkan kekayaan jenis tergolong sedang dan R1 > 5,0 tergolong tinggi.
d. Pola Penyebaran Jenis Tumbuhan Untuk mengetahui pola penyebaran dari jenis-jenis tumbuhan dari masingmasing transek, menyebar merata (uniform), menyebar acak (random) atau mengelompok (clumped), sehingga dapat
diketahui kecenderungan pola
penyebaran jenis. Dihitung dengan rumus Indeks Penyebaran Morisita (Id) (Morisita, 1962 dalam Krebs, 1978).
x x ( x ) x 2
Id n
i
i
2
i
i
Keterangan : Id n Xi
: Indeks jumlah penyebaran Morisita : jumlah Petak ukur : Jumlah individu pada setiap petak ke-i Selanjutnya dilakukan Chi-Square dengan rumus sebagai berikut :
Indeks Keseragaman (UniformIndeks) (Mu)
Mu
X 2 0,975 n xi ( xi ) 1
Keterangan : Mu : Indeks keseragaman 2 X 0,975 : Nilai Chi-square dari tabel dengan derajat bebas n-1 selang kepercayaan 97.5% Xi : Jumlah Individu dari suatu jenis pada petak ukur ke-i n : Jumlah petak ukur Indeks Pengelompokkan (Clumped Indeks) (Mc)
Mc
X 2 0,025 n xi ( xi ) 1
Keterangan : Mc : Indeks pengelompokkan X 2 0,025 : Nilai Chi-square dari tabel dengan derajat bebas n-1 selang kepercayaan 2,5% Untuk menghitung dan menentukan standar Morisita pola penyebaran tumbuhan, harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Ip 0,5 0,5 Ip 0,5
Id Mc n Mc
Id 1
, jika Mc ≥ Id > 1,0
Mc 1
Ip 0,5
Id 1
, jika 1,0 > Id > Mu
Mu 1
Ip 0,5 0,5
, jika Id ≥ Mc > 1,0
Id Mu Mu
, jika 1,0 > Mu > Id
Standar indeks penyebaran Morisita (Ip) memiliki interval -1,0 sampai 1,0 dengan batas kepercayaan 0,5 dan -0,5 Dari nilai Ip yang dihasilkan maka dapat diketahui pola penyebaran suatu jenis tumbuhan dari suatu komunitas antara lain : Ip = 0 menunjukan pola penyebaran acak (random) Ip > 0 menunjukan pola penyebaran mengelompok (clumped) Ip < 0 menunjukan pola penyebaran merata (uniform)
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah, Letak dan Luas Kawasan 4.1.1 Sejarah Kawasan Kawasan Gunung Merapi merupakan kawasan hutan negara yang dilindungi sejak tahun 1931, bernilai penting dan strategis karena berfungsi sebagai daerah tangkapan air yang bermanfaat bagi wilayah Sleman, Yogyakarta, Klaten, Boyolali, Magelang dan sekitarnya. Merupakan tipe hutan tropis dengan kondisi gunung api yang sangat aktif. Kawasan hutan ini sebelumnya merupakan kawasan yang seluruhnya berfungsi sebagai hutan lindung, kecuali seluas 198,5 Ha yang terletak di Kabupaten Sleman telah ditunjuk sebagai Cagar Alam Plawangan Turgo dan seluas 131 Ha sebagai Hutan Taman Wisata Alam yang ditetapkan berdasarkan SK Mentan No.155/Kpts/Um/8/1975. Kawasan Hutan Lindung yang berada dalam wilayah administratif daerah
Propinsi DIY
mencakup 1.461 Ha. Penunjukan Kawasan Hutan Gunung Merapi sebagai TNGM sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang perubahan Fungsi Kawasan Hutan Lindung pada tanggal 4 Mei 2004. Cagar Alam dan Taman Wisata Alam pada Kelompok Hutan Gunung Merapi seluas ± 6.410 ha, yang terletak di Kabupaten Magelang, Boyolali dan Klaten Provinsi Jawa Tengah serta Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Taman Nasional Gunung Merapi terbagi menjadi dua Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN). SPTN I : Kabupaten Sleman dan Kabupaten Magelang, dan SPTN II : Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten. Dalam Rencana Penglolaan Taman Nasional (RPTN) periode 2005-2024 pembagian zonasi dalam kawasan TNGM didasarkan pada 3 aspek yaitu: 1. Aspek ekologis : keanekaragaman hayati yang merupakan bagian integral dari konservasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Berdasarkan aspek ini, keberadaan TNGM yang memiliki potensi keanekaragaman hayati yang khas dan kaya akan jenis menjadi fokus perlindungan dari tekanan kepadatan populasi di sekelilingnya.
2. Aspek kebijaksanaan dan peraturan perundangan : Sistem zonasi pada kawasan taman nasional adalah impikasi langsung dari UU No 5 Tahun 1990 pasal 32. Hal ini akan berpengaruh langsung terhadap pengelolaan, tingkat perlindungan dan tingkat sangsi terhadap pelanggaran pada setiap zonasi. 3. Aspek azas manfaat : Pembagian zona di TNGM memperhatikan tingkat ketergantungan masyarakat terhadap potensi sumberdaya alam dan lahan di kawasan TNGM. Ketergantungan sumberdaya alam biasanya pada kebutuhan kayu bakar, rumput, dan bahan galian C berupa pasir. Selain itu pemanfaatan lahan yang perlu diakomodasi adalah pemanfaatan wisata serta peruntukan kawasan untuk penelitian dan pendidikan. Berdasarkan aspek-aspek tersebut zona-zona yang terdapat di TNGM sesuai dengan RPTN setelah di review adalah : 1. Zona Inti Zona inti adalah bagian taman nasional yang mempunyai kondisi alam baik biota ataupun fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu oleh manusia yang mutlak dilindungi. Fungsi zona inti adalah perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati yang asli dan khas. Zona Inti di TNGM seluas ± 852,87 ha terdiri dari : Zona Inti 1 (± 651,68 ha) Zona inti 1 adalah bagian taman nasional yang merupakan kawasan rumput alami yang merupakan transisi antara pasir ke hutan (ecotone) Zona Inti 2 (± 201,19 ha) Zona inti 2 adalah bagian taman nasional yang merupakan kawasan ekosistem Merapi yang utuh dan mutlak dilindungi dan tidak diperkenankan adanya perubahan oleh aktifitas manusia, merupakan alih fungsi dari Cagar Alam Plawangan Turgo. Kriteria fisiknya antara lain : memeliki jenis tumbuhan lebih dari 100 jenis per hektar, memiliki jenis tumbuhan endemik, memiliki ekosistem khas, merupakan habitat dan atau daerah jelajah satwa dilindungi. (Zona perlindungan/pengawetan tumbuhan dan satwaliar beserta ekosistemnya).
2. Zona Rimba Zona rimba adalah bagian taman nasional yang karena letak, kondisi dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan. Zona Rimba di TNGM seluas ± 2.585,50 ha merupakan hutan sekunder dan hutan tanaman lainnya, merupakan buffer taman nasional. Kriteria penentuan zona rimba antara lain berdasarkan kerapatan jenis kurang dari 100 species per hektar, kerapatan tegakan kurang dari 100 pohon per hektar, kelerengan lebih dari 45 % peka terhadap erosi.
3. Zona Pemanfaatan Zona Pemanfaatan adalah bagian taman nasional yang karena letak, kondisi dan potensinya alamnya yang terutama dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata alam dan kondisi/jasa lingkungan lainnya. Zona pemanfaatan di Taman Nasional Gunung seluas ± 257,69 ha diperuntukan bagi pusat kegiatan rekreasi, kunjungan wisata dan kegiatan pemanfaatan lain. Kriteria fisik yang menjadi dasar ditetapkan sebagai zona pemanfaatan di TNGM antara lain memiliki obyek wisata yang menarik dan memungkinkan untuk dikembangkan. Terdapat 5 (lima) pusat pengembangan wisata (zona pemanfaatan) di TNGM, yaitu : 1. Plawangan Turgo, Kaliurang, Sleman, DI. Yogyakarta seluas ± 141,69 ha 2. Selo, Boyolali, Jawa Tengah seluas ± 27,43 ha 3. Deles, Klaten, Jawa Tengah seluas ± 18,18 ha 4. Cepogo – Musuk, Boyolali, Jawa Tengah seluas ± 15,39 ha a. Musuk seluas ± 14,39 ha b. Gunung Bibi seluas ± 1 ha 5. Dukun Srumbung, Magelang, Jawa Tengah seluas ± 64,39 ha a. Jurangjero, seluas ± 14,39 ha b. Ngablak seluas ± 50 ha
4. Zona Lainnya 4.1 Zona Volkano Aktif Zona volcano aktif adalah bagian dari TNGM berupa puncak Gunung Merapi dan bagian gunung lainnya yang secara alami menjadi daerah aktivitas
aktif vulkanik Gunung Merapi. Zona ini berupa Gunung Anyar dan wilayah luncuran material Gunung Merapi ke arah Kabupaten Magelang berupa tumpukan batu, pasir dan material lain yang masih labil dan berbahaya untuk diadakan kegiatan di atasnya. Zona volcano aktif di TNGM seluas ± 868,85 ha. 4.2 Zona Tradisional Zona tradisional adalah bagian dari taman nasional yang ditetapkan untuk kepentingan pemanfaatan tradisional oleh masyarakat yang karena kesejarahan mempunyai ketergantungan dengan sumber daya alam. Zona tradisional di TNGM seluas ± 579,05 ha merupakan areal yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar Gunung Merapi secara tradisional untuk pemanfaatan rumput di bawah tegakan, perencekan, dan pemanfaatan Getah Pinus. 4.3 Zona Rehabilitasi Zona rehabilitasi adalah bagian dari taman nasional yang karena mengalami kerusakan, sehingga perlu dilakukan kegiatan pemulihan komunitas hayati dan ekosistemnya yang mengalami kerusakan. Zona rehabilitasi di TNGM seluas ± 829,69 ha adalah berupa kawasan TNGM yang mengalami kerusakan akibat letusan Gunung Merapi, bekas area penambangan, serta sempadan Sungai Kaliworo, Kali Senowo dan Kali Blongkeng. 4.4 Zona Religi, Budaya dan Sejarah Zona religi, budaya dan sejarah adalah bagian dari taman nasional yang didalamnya terdapat situs religi, peninggalan warisan budaya dan atau sejarah yang dimanfaatkan untuk kegiatan keagamaan, perlindungan nilai-nilai budaya atau sejarah. Zona ini seluas ± 15,82 ha merupakan kawasan tempat diselenggarakannya Upacara Labuhan Merapi, di wilayah administratif Desa Umbulharjo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman, DI. Yogyakarta. 4.5 Zona Mitigasi Bencana Zona mitigasi bencana adalah bagian dari TNGM yang karena sifat alaminya sebagai daerah lintasan aliran lahar dan material yang timbul akibat aktivitas vulkanik Gunung Merapi harus dipelihara sebagai upaya pengurangan resiko bencana. Zona mitigasi di TNGM seluas ± 147,34 ha berupa alur Sungai Kaliworo di Kabupaten Klaten, alur Kali Senowo serta alur dan sempadan Kali Blongkeng di Kabupaten Magelang.
4.1.2 Letak dan Luas Kawasan Secara administrasi pemerintahan, TNGM terletak di Kabupaten Magelang, Boyolali dan Klaten Provinsi Jateng, serta Kabupaten Sleman di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara geografis terletak antara 110o15’ – 110o37’ BT dan 07o22’ – 07o52’ LS. Luas TNGM sendiri sebesar ± 6.410 ha yang terdiri dari 1.283,99 ha di DIY dan 5.126,01 ha di Jateng. Adapun batas-batas kawasan ini, yakni: 1. Bagian utara dilingkupi oleh pegunungan yang merupakan pertemuan antara Gunung Merbabu dan Gunung Merapi sendiri. Batas alam ini dibentuk dari hulu Sungai Pepe di wilayah timur dan hulu Sungai Pabelan di wilayah barat termasuk dalam Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. 2. Kaki gunung bagian timur dan selatan merupakan wilayah yang datar dan merupakan persawahan dengan kesuburan tanah yang tinggi. Bagian timur ini membentang sampai bertemu dengan Sungai Bengawan Solo dan bagian selatan bertemu dengan hulu Sungai Dengkeng. 3. Hulu Sungai Progo menjadikan batas alam gunung di bagian barat.
4.2 Topografi Keadaan topografi di kawasan TNGM dapat dibedakan berdasarkan kondisi pada masing-masing kabupaten yaitu : a. Kabupaten Klaten: Bagian barat dan utara wilayah Kab. Klaten berupa lereng Gunung Merapi yang berbatasan dengan Kab. Sleman. Landai sampai berbukit dengan ketinggian tempat 100–150 m dpl merupakan daerah penghasil tembakau ekspor. b. Kabupaten Boyolali : Berada diantara Gunung Merapi yang masih aktif dan Gunung Merbabu yang sudah tidak aktif, dengan ketinggian tempat 75–1.500 m dpl. Empat sungai melintas di wilayah ini (Serang, Cemoro, Pepe dan Gandul). Disamping itu ada sumber-sumber air lain berupa mata air dan waduk.
c. Kabupaten Magelang : Tiga kecamatan terpilih merupakan bagian lereng Gunung Merapi yang ke arah Barat, terletak pada ketinggian sekitar 500 m dpl, makin ke arah puncak Gunung Merapi kelerengan lahan semakin curam. d. Kabupaten Sleman: Mulai landai hingga lahan yang memiliki kelerengan sangat curam dengan ketinggian tempat 100–1.500 m dpl. Di bagian paling utara merupakan lereng Gunung Merapi yang miring ke arah Selatan. Di lereng Selatan Gunung Merapi terdapat dua bukit yaitu Bukit Turgo dan Bukit Plawangan yang merupakan bagian kawasan wisata Kaliurang. Di Bagian lereng puncak Merapi reliefnya curam sampai sangat curam. Bagian selatan dari ketiga kecamatan terpilih masih berupa lahan persawahan dengan sistem teras yang cukup baik, sedangkan bagian tengah berupa lahan kering dan paling utara merupakan bagian dari lereng gunung Merapi yang berupa hutan Secara umum kondisi topografi di kawasan TNGM merupakan bentang alam yang sangat khas, yaitu puncak Merapi dengan lerengnya yang menuju ke segala arah dengan lereng yang sangat curam di wilayah yang dekat dengan puncak dan semakin melandai ke arah bawah. Lereng Merapi di bagian Timur (Selo) relatif lebih terjal, sementara di bagian Barat dan Utara (Babadan, Kinahrejo) relatif lebih landai. Arah letusan gunung api sangat jarang menuju ke Timur, yang paling sering menuju ke arah Barat Daya. Proses letusan sering terjadi, dan lereng Barat sering menerima dampak letusan, sehingga lereng Barat akan semakin landai. Wilayah puncak Gunung Merapi sampai ketinggian tempat 1.500 m dpl, merupakan daerah terjal dengan kemiringan lebih dari 30o. Wilayah yang paling luas adalah kawasan dengan kemiringan 12o–30o terletak pada ketinggian tempat 750–1.500 m dpl, dan merupakan daerah resapan air. Wilayah puncak Gunung Merapi sampai ketinggian tempat 1.500 m dpl, merupakan daerah terjal dengan kemiringan lebih dari 30o. Wilayah yang paling luas adalah kawasan dengan kemiringan 12o-30o terletak pada ketinggian tempat 750-1.500 m dpl, dan daerah inilah yang merupakan daerah resapan air.
4.3 Iklim dan Hidrologi Tipe iklim berdasarkan Schmidt dan Fergusson termasuk tipe iklim C atau agak basah. Curah hujan bervariasi dengan curah terendah sebesar 875 mm/tahun dan curah hujan tertinggi sebesar 2.527 mm/tahun. Bulan basah terjadi pada bulan November sampai bulan Mei sedangkan bulan kering terjadi pada bulan Juni sampai dengan Oktober. Secara umum di wilayah Gunung Merapi terdapat 3 Daerah Aliran Sungai (DAS) utama, yaitu DAS Progo (bagian barat), DAS Opak (bagian tengah) dan DAS Bengawan Solo (bagian timur). Sistem sungai yang terbentuk oleh ketiga sungai besar tersebut membentuk tiga bagian pola aliran sungai sebagai berikut : a. Berawal dari kerucut Gunung Merapi, anak-anak sungai menyebar membentuk pola aliran radial centrifugal. b. Di bagian lereng kaki gunung, anak-anak sungai tersebut mengalir relatif sejajar menuruni lereng, membentuk pola sub parallel. c. Seluruh anak sungai masuk ke sungai utamanya di dataran alluvial kaki lereng vulkanik yang membentuk pola aliran sub dendritik. Kawasan ini juga merupakan kawasan dengan cadangan air tanah yang melimpah dan banyak dijumpai mata air yang banyak dimanfaatkan untuk irigasi, perkebunan, peternakan, perikanan, objek wisata dan untuk air kemasan.
4.4 Geologi dan Tanah Secara geologis, wilayah TNGM terletak pada perpotongan antara dua sesar, yaitu sesar transversal dan sesar longitudinal Pulau Jawa. Batuan utama penyusun Gunung Merapi terdiri dari 2 fase, yaitu : 1. Endapan vulkanik Gunung Merapi Muda yang tersusun oleh tufa, lahar, breksi dan lava andesitis hingga basaltis yang penyebarannya merata di seluruh wilayah Gunung Merapi 2. Endapan vulkanik kwarter tua yang terdapat secara lokal pada topografi perbukitan kecil di sekitar Gunung Merapi muda yang merupakan bagian dari aktivitas Gunung Merapi tua, yaitu terdapat di Bukit Gono, Turgo, Plawangan, Maron dan dinding bagian timur kawah gunung api Merapi.
Jenis tanahnya terdiri dari regosol. Bahan induk tanah adalah material vulkanis. Tanah regosol merupakan tanah yang tergolong muda sehingga belum mengalami perkembangan profil. Tanah ini dicirikan oleh warna tanah kelabu sampai kehitaman dengan tekstur tanah yang tergolong kasar yaitu tanah berpasir. Struktur tanah belum terbentuk sehingga termasuk tekstur granuler. Dengan struktur ini maka kemampuan untuk menyerap air cukup tinggi, namun kandungan bahan organiknya relatif rendah. Kemasaman tanah pada umumnya netral. Selain jenis tanah regosol, juga ditemukan tanah andosol. Jenis tanah ini ditemukan di Kecamatan Cepogo dan Kecamatan Selo. Karakteristik tanah ini dicirikan oleh tekstur geluh debuan, struktur remah atau gumpal remah, konsistensi gembur, permeabilitas sedang, bahan organik sedang hingga rendah dengan pH 5,0-5,5 serta KTK dan kejenuhan basa tinggi.
4.5 Kondisi Flora Fauna 4.5.1 Flora Kawasan TNGM memiliki tiga zona penyusun vegetasi, yaitu : 1. Zona atas, pada zona ini berlangsung proses xyrocere, yaitu suksesi primer yang terjadi pada hutan batuan kering, sehingga vegetasinya didominasi jenis lumut, rerumputan, herba dan perdu 2. Zona tengah, merupakan hutan alam pegunungan tropis 3. Zona bawah, merupakan zona interaksi antara manusia dan alam yang vegetasinya didominasi oleh tanaman dengan pola agroforestry, yang meliputi agroforestry
pola
rumput-rumputan,
pola
komoditi
komersial,
pola
holtikultura, pola pangan dan pola kayu-kayuan Pada kawasan hutan alam TNGM didominasi oleh jenis Rasamala (Altingia excelsa Noronha.), Kina (Cinchona pubeschens), Dadap Pri (Erythrina luthosperma Miq.), Pasang Kletak (Lithocarpus elegans (Bl.) Hatus.ex Soepadmo, dan Akasia Deguren (Acacia decurrens Willd.). Sedangkan pada hutan tanaman didominasi oleh jenis Pinus (Pinus merkusii Jungh & De. Vr.). Pada kawasan hutan ini dijumpai pula jenis anggrek langka, yaitu Vanda tricolor. Jenis anggrek lainnya yang ada tidak kurang dari 54 jenis. Jenis tumbuhan yang
ditemukan di kawasan TNGM berdasarkan statistik Balai TNGM 2009 disajikan pada Tabel 3 secara lengkap disajikan pada Lampiran 87. Tabel 3 Jenis Tumbuhan di Kawasan TNGM No
Uraian Jenis
1
Tumbuhan Berguna : Pohon Semak Rumput Perdu Palem Bambu Paku Jamur
Jumlah Jenis
Jumlah Famili
43 6 10 2 2 7 28 93
10 1 1 1 1 1 1 37
Keterangan
Laporan Hasil Inventarisasi Tumbuhan di SPTN Wilayah I dan II Tahun 2008 (Jalur Kinahrejo dan Selo)
Hasil Penelitian Mahasiswa IPB Thn 2009 Hasil Penelitian Mahasiswa UNY Thn 2009 2 Hasil Penelitian Mahasiswa Biologi UNY Thn 2009 3 Anggrek 54 1 Hasil Penelitian Tahun 2006 Sumber : Laporan Inventarisasi Tumbuhan Balai TNGM dan Hasil-hasil Penelitian di TNGM.
4.5.2 Fauna Potensi fauna yang terdapat di kawasan TNGM berdasarkan hasil praktik kerja lapang Yusri et al. (2010), disajikan pada Tabel 4, 5 dan 6. Tabel 4. Daftar jenis burung yang terdapat di kawasan TNGM No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Nama lokal Alap-alap sapi Bentet kelabu Cabe gunung Cabe jawa Cekakak jawa Cekakak sungai Cinenen gunung Cipoh kacat Cucak kutilang Elang hitam Elang ular bido Gagak Hutan Jalak suren Kacamata gunung Kapinis Kepodang Pijantung kecil Prenjak Raja udang meninting Srigunting hitam Srigunting kelabu Tekukur Walet gunung Walet linchi Walet sarang hitam Wiwik kelabu
Nama Ilmiah Falco moluccensis Lanius schach Dicaeum sanguinolentum Dicaeum trochileum Halcyon cyanoventris Todirhamphus chloris Orthotomus cuculatus Aegithina tiphia Pynonotus aurigaster Ictinaetus malayensis Spilornis cheela Corvus enca Sturnus contra Zosterops montanus Apus affinis Oriolua chinensis Arachnothera longirostra Prinia familiaris Alcedo meninting Dicrurus macrocervus Dicrurus leucophaeus Streptopelia chinensis Collocalia vulcanocum Collocalia linchi Collocalia maxima Cacomantis merulinus
Tabel 5. Daftar jenis mamalia yang terdapat di kawasan TNGM No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama lokal Babi hutan Bajing Garangan Kijang Linsang Macan tutul Monyet ekor panjang Musang luwak Trenggiling Tupai
Nama Ilmiah Sus scrofa Callosciurus notatus Herpestes brachyurus Muntiacus muntjak Prionodon lingsang Panthera pardus Macaca fascicularis Paradoxurus hermaproditus Manis javanica Tupaia javanica
Tabel 6. Daftar jenis herpetofuna di kawasan TNGM No 1 2 3 4 5 6
Nama lokal Kadal Katak sawah Kongkang racun Ular piton Ular welang Viper tanah
Nama Ilmiah Eutropis multifasciata Fejervarya sp. Rana hosii Phyton reticulatus Bungarus fasciatus Trimeresurus albolabris
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Keanekaragaman Hayati Tumbuhan 5.1.1 Kondisi Zona Taman Nasional a. Zona Pemanfaatan Wisata Alam (Hutan Dataran Rendah) Zona pemanfaatan wisata alam adalah bagian taman nasional yang karena letak, kondisi dan potensinya alamnya yang terutama dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata alam dan kondisi/jasa lingkungan lainnya. Zona pemanfaatan di TNGM seluas ± 257,69 ha diperuntukan bagi pusat kegiatan rekreasi, kunjungan wisata dan kegiatan pemanfaatan lain. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, zona pemanfaatan wisata alam yang paling terkenal di kawasan Gunung Merapi adalah Wisata Alam Telogo Muncar, Kaliurang, D.I.Yogyakarta. Di tempat ini terdapat objek-objek wisata yang menarik seperti Air Terjun Telogo Muncar dan Menara Gardu Pandang Prono Jiwo sebagai pos pengamatan Gunung Merapi. Jenis tumbuhan yang terdapat pada kawasan zona pemanfaatan wisata alam kebanyakan merupakan tumbuhan eksotik dari luar kawasan yang sengaja ditanam untuk memperindah tempat wisata ini. Selain itu, di kawasan wisata ini juga banyak terdapat monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang menjadikan daya tarik tersendiri wisata alam Telogo Muncar. Kondisi kawasan Zona Pemanfaatan Wisata Alam Telogo Muncar disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4 Kawasan Zona Pemanfaatan Wisata Alam Telogo Muncar.
b. Zona Rimba (Hutan Pegunungan Bawah, Hutan Pegunungan Tengah dan Hutan Pegunungan Atas) Zona rimba adalah bagian taman nasional yang karena letak, kondisi dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan. Zona Rimba di TNGM seluas ± 2.585,50 ha merupakan hutan sekunder dan hutan tanaman lainnya, yang merupakan buffer taman nasional. Tipe ekosistem hutan pegunungan bawah yang dijadikan lokasi penelitian berada di Ngargomulyo Kabupaten Magelang, tipe ekosistem hutan pegunungan tengah berada di Deles, Kabupaten Klaten dan Gunung Bibi Kabupaten Boyolali. Sedangkan tipe ekosistem hutan pegunungan atas berada di Selo, Kabupaten Boyolali. Berdasarkan pengamatan di lapangan, Gunung Bibi Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali merupakan zona rimba yang masih alami, indah dan paling terjaga diantara zona rimba lainnya. Hal ini dikarenakan peran serta masyarakat yang sangat tinggi dalam menjaga kelestarian alam Gunung bibi. Walaupun masih alami, kawasan Gunung Bibi juga merupakan hutan sekunder. Hal ini dikarenakan bencana alam erupsi Gunung Merapi turut serta dalam pembentukan suksesi hutan. Kondisi kawasan Zona Rimba disajikan Gambar 5.
Gambar 5 Kawasan Zona Rimba.
c. Zona Inti 2 (Hutan Pegunungan Bawah) Bagian taman nasional yang merupakan kawasan ekosistem Merapi yang utuh dan mutlak dilindungi dan tidak diperkenankan adanya perubahan oleh aktifitas manusia, namun berdasarkan hasil pengamatan di lapangan zona ini lebih
sering dimanfaatkan untuk pemanfaatan wisata alam karena terdapat objek wisata Goa Jepang yang merupakan sebuah objek wisata goa peninggalan jaman jepang dimana goa-goa tersebut memiliki 24 mulut goa. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pengelola Taman Nasional, daerah zona inti 2 dahulu merupakan Cagar Alam Plawangan Turgo, namun setelah kawasan ini berubah menjadi Taman Nasional, daerah ini menjadi zona inti 2 tanpa dikelilingi buffer atau zona rimba. Hal ini dikarenakan jika cagar alam dijadikan zona rimba, maka akan turun kelas. Kondisi kawasan Zona inti 2 disajikan pada Gambar 5.
Gambar 6 Kawasan Zona Inti 2 Bukit Plawangan
d. Zona Inti 1 (Hutan Pegunungan Atas) Bagian taman nasional yang merupakan kawasan rumput alami yang merupakan transisi antara pasir ke hutan (ecotone). Pada areal ini, tumbuhan yang mendominasi adalah manisrejo (Vaccinium varingfolium Miq.) Kondisi kawasan Zona inti I dan tumbuhan manisrejo disajikan pada Gambar 7.
Gambar 7 Kawasan zona inti 1 (kiri) dan Manisrejo (kanan).
5.1.2 Kekayaan jenis tumbuhan a. Kekayaan Jenis Tumbuhan berdasarkan Zona dan tipe Ekosistem Berdasakan hasil penelitian menunjukkan bahwa kekayaan jenis tumbuhan di kawasan TNGM ditemukan sebanyak 108 jenis dari 52 famili. Kekayaan jenis tumbuhan pada kawasan TNGM disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Kekayaan jenis tumbuhan di kawasan TNGM Zona Zona Pemanfaatan Wisata Alam Zona Rimba
Zona Inti 2 Zona Inti 1
Tipe Ekosistem Hutan Dataran Rendah Hutan Pegunungan Bawah Hutan Pegunungan Tengah Hutan Pegunungan Atas Hutan Pegunungan Bawah Hutan Pegunungan Atas
Jumlah Jenis 23 38 43 17 27 8
Dari total jenis yang ditemukan sebanyak 108 jenis, tidak semua tumbuhannya dapat teridentifikasi nama ilmiah dan familinya. Jenis tumbuhan yang teridentifikasi sampai tingkat jenis sebanyak 100 jenis dan yang tidak teridentifikasi sebanyak 8 jenis. Secara grafis kekayaan jenis tumbuhan pada setiap kawasan di kawasan TNGM disajikan pada Gambar 8. Grafik Kekayaan Jenis Tumbuhan di Kawasan TNGM Zona Pemanfaatan Wisata Alam Hutan Dataran Rendah
45 40
Zona Rimba Hutan Peg. Bawah
Jumlah Jenis
35 30
Zona Rimba Hutan Peg. Tengah
25 20
Zona Rimba Hutan Peg. Atas
15 Zona Inti 2 Hutan Peg. Bawah
10 5 0
Zona dan Tipe Ekosistem
Zona Inti 1 Hutan Pegunungan Atas
Gambar 8 Grafik kekayaan jenis tumbuhan di kawasan TNGM
Berdasarkan Gambar 8, kekayaan jenis tumbuhan terbanyak ditemukan di Zona Rimba pada tipe ekosistem Hutan Pegunungan Tengah, hal ini diduga disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
1. Zona Rimba pada tipe ekosistem hutan Pegunungan Tengah berada pada daerah Gunung Bibi, Boyolali. Masyarakat sekitar kawasan hutan ini jarang merambah hutan sekitar kawasan TNGM. 2. Menurut masyarakat setempat aliran lahar, lava dan awan panas dari Gunung Merapi tidak melewati kawasan hutan ini, sehingga terhindar dari kerusakan akibat erupsi merapi. 3. Masyarakat sangat menjaga kawasan hutan ini dari gangguan luar dan dapat berkerjasama dengan baik dengan pihak pengelola taman nasional dalam menjaga kawasan hutan. Zona rimba pada tipe ekosistem hutan pegunungan bawah menempati urutan kedua dalam kekayaan jenis tumbuhan di kawasan TNGM. Wilayah ini berada pada kawasan hutan Ngargomulyo, Magelang. Berdasarkan pengamatan di lapangan daerah ini jarang dirambah oleh masyarakat setempat karena untuk mencapai lokasi ini harus melewati hutan pinus sejauh ± 2 km. Selain itu pula peran serta masyarakat sangat tinggi dalam menjaga kelestarian hutan di wilayah ini. Kekayaan jenis tumbuhan yang paling rendah ditemukan pada kawasan Zona inti 1 pada tipe ekosistem hutan pegunungan atas dengan ketinggian tempat 2.500 mdpl lebih dan hanya ditemukan 8 jenis.
b. Kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan famili Berdasarkan famili tumbuhannya, jenis tumbuhan yang ditemukan di kawasan TNGM dapat dikelompokkan kedalam 52 famili. Kekayaan jenis tumbuhan yang teridentifikasi berdasarkan famili di kawasan TNGM disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan famili di kawasan TNGM Zona Zona Pemanfaatan Wisata Alam Zona Rimba
Zona Inti 2 Zona Inti 1
Tipe Ekosistem Hutan Dataran Rendah Hutan Pegunungan Bawah Hutan Pegunungan Tengah Hutan Pegunungan Atas Hutan Pegunungan Bawah Hutan Pegunungan Atas
Jumlah Jenis 23
Jumlah Famili 18
38
23
43
28
17 27
15 21
8
6
Adapun beberapa contoh famili dengan jumlah jenis tumbuhan tertinggi yaitu famili Euphorbiaceae dan Fabaceae (masing-masing 7 jenis), moraceae (6 jenis, poaceae (5 jenis), urticaceae, lauraceae dan asteraceae (masing-masing 4 jenis), araliaceae, fagaceae, rutaceae dan rubiaceae (masing-masing 3 jenis), araceae, cucurbitaceae, ericaceae, lamiaceae, melastomaceae, meliaceae, rosaceae, symplocaceae dan zingiberacaeae (masing-masing 2 jenis) dan sisanya sebanyak 33 jenis hanya ditemui 1 famili. Secara grafis jumlah jenis tumbuhan yang tetinggi pada beberapa famili disajikan pada Gambar 9.
Famili
Grafik Kekayaan Jenis Berdasarkan Famili Zingiberaceae Symplocaceae Rosaceae Meliaceae Melastomatac Lamiaceae Ericaceae Cucurbitaceae Araceae Rutaceae Rubiaceae Fagaceae Araliaceae Urticaceae Lauraceae Asteraceae Poaceae Moraceae Fabaceae Euphorbiaceae
2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 5 6 7 7 0
2
4
6
8
Jumlah Jenis
Gambar 9 Grafik kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan famili
c. Kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan habitus Dilihat dari habitusnya, jenis-jenis tumbuhan di kawasan TNGM dapat dikelompokkan ke dalam 6 (enam) macam yaitu pohon (semai, tiang, pancang, pohon), herba, semak, perdu, epifit dan liana. Secara grafis kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan habitus di kawasan TNGM disajikan pada Gambar 10.
Gambar 10
Grafik kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan habitusnya pada kawasan TNGM
Dari Gambar 10 terlihat bahwa habitus pohon memiliki kekayaan jenis tumbuhan tertinggi, sedangkan semak memiliki kekayaan jenis terendah. Untuk lebih mendetailnya, kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan habitusnya di kawasan TNGM disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan habitus di kawasan TNGM Zona Zona Pemanfaatan Zona Rimba
Zona Inti 2 Zona Inti 1
Tipe Ekosistem Hutan Dataran Rendah Hutan Peg. Bawah Hutan Peg. Tengah Hutan Peg. Atas Hutan Peg. Bawah Hutan Peg. Atas
Pohon 13
Jumlah Jenis pada Habitus Herba Semak Perdu Epifit 7 0 1 1
Liana 1
15
15
0
2
3
2
29
10
0
1
0
3
4
8
1
3
0
1
18
7
0
1
0
1
2
5
0
1
0
0
Berdasarkan Tabel 9, kekayaan jenis tumbuhan tertinggi ditemukan pada habitus pohon terdapat pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan tengah (29 jenis) dan terendah ditemukan pada zona inti 1 di tipe ekosistem hutan pegunungan atas (2 jenis). Kekayaan jenis tumbuhan pada habitus herba tertinggi ditemukan pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegnungan bawah (15 jenis) dan terendah terdapat pada zona inti 1 di tipe ekosistem hutan pegunungan atas (5 jenis). Untuk habitus semak hanya ditemukan pada zona rimba di tipe ekosiste
hutan pegunungan atas. Untuk habitus perdu, tertinggi ditemukan pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan atas (3 jenis). Sedangkan epifit tertinggi ditemukan pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah (3 jenis) dan tidak ditemukannya habitus epifit pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan tengah dan hutan pegunungan atas serta pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah dan zona inti 1 tipe ekosistem hutan pegunungan atas. Untuk habitus liana tertingi ditemukan pada zona rimba hutan pegunungan tengah (3 jenis) dan tidak ditemukannya habitus liana pada zona inti 1 di tipe ekosistem hutan pegunungan atas. Menurut Marsono (1991), ada beberapa fakor yang menentukan suatu jenis habitus tumbuhan ditemukan di suatu tempat seperti flora setempat, habitat (iklim, tanah dll), waktu dan kesempatan. Tidak ditemukannya habitus semak pada zona dan tipe ekosistem lain selain zona rimba pada tipe ekosistem hutan pegunungan atas dimungkinkan karena faktor-faktor tersebut. Sama halnya dengan tidak ditemukannya suatu jenis tumbuhan di suatu tempat. Pada umumnya pertumbuhan tumbuhan bawah (herba, semak, perdu) sangat bergantung pada sinar matahari. Karena semakin banyak cahaya matahari yang menembus lantai hutan, maka akan memacu pertumbuhan vegetasi tumbuhan bawah.
d. Kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan tingkat pertumbuhannya Dilihat dari tingkat pertumbuhannya, jenis-jenis tumbuhan di kawasan TNGM dapat dikelompokkan ke dalam empat macam yaitu semai, pancang, tiang dan pohon. Kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan tingkat pertumbuhan di kawasan TNGM disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan tingkat pertumbuhan di kawasan TNGM Zona
Tipe Ekosistem
Zona Pemanfaatan Zona Rimba
Hutan Dataran Rendah Hutan Peg. Bawah Hutan Peg. Tengah Hutan Peg. Atas Hutan Peg. Bawah Hutan Peg. Atas
Zona Inti 2 Zona Inti 1
Jumlah Jenis pada Tingkat Pertumbuhan Semai Pancang Tiang Pohon 8 4 5 8 5 6 1 5 1
7 12 2 7 2
7 10 4 6 0
16 25 3 12 0
Kekayaan jenis tumbuhan tertinggi pada tingkat pertumbuhan pancang, tiang dan pohon ditemukan pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, sedangkan terendah ditemukkan pada zona inti 1 di tipe ekosistem hutan pegunungan atas, bahkan pada lokasi ini tidak ditemukkan vegetasi tingkat tiang dan pohon. Dari Tabel 8 terlihat juga bahwa mayoritas jumlah jenis pada tingkat semai, pancang dan tiang cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan kekayaan jenis pohon. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya jenis-jenis pohon yang sulit beregenerasi dan adanya gangguan pada pertumbuhan permudaannya, sehingga untuk jenis-jenis ini sangat rentan terjadinya kepunahan apabila terjadi gangguan seperti bencana alam. Untuk mengatasi hal-hal itu perlu dilakukan upaya dari manusia agar proses regenerasi dari jenis-jenis tumbuhan tersebut dapat berjalan dengan baik dan kelestarian jenis-jenis tumbuhan dapat tetap terjaga.
e. Kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan status perlindungannya Berdasarkan status perlindungannya, pada kawasan TNGM ditemukan satu jenis tumbuhan yang dilindungi dan termasuk ke dalam status perlindungan CITES Appendix II yang mengartikan bahwa jenis tersebut tidak segera terancam kepuahan, tapi dapat dimungkinkan terancam punah bila tidak dimasukkan ke dalam daftar dan perdagannya terus berlanjut. Tumbuhan tersebut masyarakat lokal menyebutnya penjirit (Rauvolfia serpentina (L.) Benth. Ex Kurz). Tumbuhan ini juga biasa disebut dengan nama lainnya yaitu pule pandak. Berdasarkan pengamatan di lapang, populasi jenis ini sangat rendah. Tumbuhan ini ditemukkan pada zona inti 2 di tipe ekosistem hutan pegunungan bawah. Dahulunya, tempat ini merupakan cagar alam plawangan turgo. Belum diketahui secara pasti apakah tumbuhan ini asli merapi atau sengaja ditanam. Namun yang pasti jenis ini harus mendapatkan perhatian konservasi.
5.1.3 Indeks kekayaan jenis tumbuhan Indeks kekayaan Margalleft (R1) adalah indeks yang menunjukkan kekayaan jenis suatu komunitas, di mana besarnya nilai ini dipengaruhi oleh banyaknya jenis dan jumlah individu pada areal tersebut. Berdasarkan Magurran (1988), besaran R1 < 3,5 menunjukkan kekayaan jenis tergolong rendah, R1 = 3,5-
5,0 menunjukkan kekayaan jenis tergolong sedang dan R1 > 5,0 tergolong tinggi. Di bawah ini akan ditampilkan nilai indeks kekayaan jenis pada berbagai habitus.
a. Habitus pohon Indeks kekayaan jenis tumbuhan berhabitus pohon pada tiap tingkat pertumbuhan di kawasan TNGM disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Indeks kekayaan jenis tumbuhan berhabitus pohon pada tiap tingkat pertumbuhan di kawasan TNGM Zona Zona Pemanfaatan Zona Rimba
Zona Inti 2 Zona Inti 1
Tipe Ekosistem Hutan Dataran Rendah Hutan Peg. Bawah Hutan Peg. Tengah Hutan Peg. Atas Hutan Peg. Bawah Hutan Peg. Atas
R1 pada tingkat pertumbuhan Semai Pancang Tiang Pohon 2,37 0,90 1,41 1,66 1,31 1,35 2,27 2,86 1,72 2,73 2,08 4,27 0,00 0,26 0,85 0,52 1,82 2,33 1,53 2,42 0,00 0,51 -
Nilai R1 rata-rata pada tiap tingkat pertumbuhan di seluruh petak penelitian di kawasan TNGM dapat dikatakan rendah dengan nilai R1 < 3,5. Nilai indeks kekayaan jenis terbesar terdapat pada habitus pohon pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan tengah dengan nilai 4,27 dan hanya masuk kategori yang tergolong sedang, sedangkan pada tingkat pertumbuhan lainnya termasuk kedalam kategori rendah.
b. Habitus tumbuhan bawah Nilai indeks kekayaan jenis habitus tumbuhan bawah di kawasan TNGM disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Indeks kekayaan jenis tumbuhan bawah pada tiap habitus di kawasan TNGM Zona Zona Pemanfaatan Zona Rimba
Zona Inti 2 Zona Inti 1
Tipe Ekosistem Hutan Dataran Rendah Hutan Peg. Bawah Hutan Peg. Tengah Hutan Peg. Atas Hutan Peg. Bawah Hutan Peg. Atas
Herba 1,22 2,30 1,51 1,26 1,22 0,79
R1 pada habitus Semak Perdu 0,00 0,36 0,00 0,00 0,51 0,00 0,00
Secara umum indeks kekayaan jenis tumbuhan bawah termasuk rendah. Pada habitus herba nilai tertinggi sebesar 2,30 yaitu pada zona rimba di tipe
ekosistem hutan pegunungan bawah; sedangkan terendah terdapat pada zona inti 1 di tipe ekosistem hutan pegunungan atas dengan nilai 0,79. Pada habitus semak hanya ditemukan 1 jenis, yaitu pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan atas; sedangkan untuk habitus perdu hampir merata dan nilai tertinggi terdapat pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan atas sebesar 0,51.
c. Habitus epifit dan liana Nilai indeks kekayaan jenis habitus epifit dan liana di kawasan TNGM disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Indeks kekayaan jenis tumbuhan epifit dan liana di kawasan TNGM Zona Zona Pemanfaatan Zona Rimba
Zona Inti 2 Zona Inti 1
Tipe Ekosistem Hutan Dataran Rendah Hutan Peg. Bawah Hutan Peg. Tengah Hutan Peg. Atas Hutan Peg. Bawah Hutan Peg. Atas
R1 pada habitus Epifit Liana 0,00 0,00 0,96 0,00 0,80 0,00 -
Habitus epifit tidak ditemukkan pada tiap zona dan tipe ekosistem. Epifit hanya ditemukkan pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan bawah dengan nilai indeks kekayaan jenis sebesar 0,96 dan pada zona pemanfaatan di tipe ekosistem hutan dataran rendah dengan nilai indeks 0 atau hanya ditemukkan satu jenis tumbuhan epifit saja; sedangkan pada habitus liana, nilai indeks kekayaan jenis tertinggi pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan tengah dengan nilai 0,80 (rendah).
5.1.4 Keanekaragaman jenis tumbuhan Keanekaragaman jenis menyatakan suatu ukuran yang menggambarkan variasi jenis tumbuhan dari suatu komunitas yang dipengaruhi oleh jumlah jenis dan kelimpahan relatif dari setiap jenis. Kelimpahan jenis tumbuhan sebagai salah satu indikator untuk menduga keanekaragaman jenis tumbuhan pada suatu komunitas yang dapat ditunjukkan secara kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif dengan perhitungan nilai indeks keanekaragaman Shannon Wienner. Nilai H’ ≥ 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman jenisnya tinggi, nilai H’ antara
2 – 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman jenisnya sedang dan apabila nilai H’ <
2 menunjukkan keanekaragaman
jenisnya
rendah.
Secara
kualitatif,
keanekaragaman jenis tidak lain adalah jumlah seluruh jenis tumbuhan yang dapat ditemukan pada suatu kondisi habitat tertentu. Hal ini karena jumlah jenis pada suatu kondisi habitat tertentu yang lebih banyak dari kondisi habitat lainnya dapat dianggap lebih beragam jenisnya.
a. Habitus pohon Indeks keanekaragaman jenis untuk berbagai tingkat pertumbuhan habitus pohon pada setiap tipe vegetasi hutan TNGM disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Indeks keanekaragaman jenis tumbuhan berhabitus pohon di kawasan TNGM Zona Zona Pemanfaatan Zona Rimba
Zona Inti 2 Zona Inti 1
Tipe Ekosistem Hutan Dataran Rendah Hutan Peg. Bawah Hutan Peg. Tengah Hutan Peg. Atas Hutan Peg. Bawah Hutan Peg. Atas
H’ pada tingkat pertumbuhan Semai Pancang Tiang Pohon 1,07 1,38 1,25 2,00 1,07 1,38 1,91 1,80 1,50 1,95 2,51 2,22 0,00 0,69 0,98 0,74 1,58 1,73 1,31 2,23 0,00 0.68 -
Keterangan : H’ = Indeks Keanekaragaman Shanon-Wiener Berdasarkan Tabel 14 terlihat bahwa nilai indeks keanekaragaman jenis tumbuhan pada setiap zonasi dan tipe ekosistem pada umumnya termasuk rendah dan hanya beberapa tingkat pertumbuhan yang termasuk sedang. Nilai indeks keanekaragaman jenis tertinggi untuk semai (2,00) terdapat pada Zona Pemanfaatan di tipe ekosistem hutan dataran rendah sedangkan terendah terdapat pada zona inti 1 di tipe ekosistem hutan pegunungan atas (0,00) yang berarti hanya ditemukkan satu jenis tumbuhan saja. Untuk tingkat pancang, indeks keanekaragamn tertinggi terdapat pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan tengah sebesar 2,22 dan terendah terdapat pada zona inti 1di tipe ekosistem hutan pegunungan atas sebesar 0,68. Pada tingkat tiang hampir merata dan tertinggi terdapat pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan tengah (1,95). Untuk tingkat pohon, indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada zona rimba ekosistem hutan pegunungan tengah sebesar 2,51 dan terendah terdapat
pada zona rimba pegunungan atas dengan nilai 0,74. Namun pada zona inti 1 di tipe ekosistem hutan pegunungan atas tidak ditemukkan tingkat pohon. Dari hasil perhitungan nilai indeks keanekaragaman di atas terlihat bahwa terdapat kecenderungan nilai indeks keanekaragaman tumbuhan tingkat pohon lebih tinggi daripada tingkat tiang, pancang dan semai pada setiap kawasan hutan. Kecenderungan ini menunjukkan bahwa regenerasi beberapa jenis tumbuhan tidak berjalan dengan baik atau populasinya menurun, sehingga dinamika hutan menuju ke suatu kondisi yang tidak sama dengan kondisi semula. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adanya dominasi jenis-jenis tertentu yang menyebabkan tertekannya jenis-jenis lain, persaingan yang sangat tinggi antar jenis tumbuhan dan adanya gangguan dari luar.
b. Tumbuhan bawah Indeks keanekaragaman jenis tumbuhan bawah pada setiap tipe vegetasi hutan TNGM disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Indeks keanekaragaman jenis tumbuhan bawah pada tiap tingkat pertumbuhan di kawasan TNGM Zona Zona Pemanfaatan Zona Rimba
Zona Inti 2 Zona Inti 1
Tipe Ekosistem Hutan Dataran Rendah Hutan Peg. Bawah Hutan Peg. Tengah Hutan Peg. Atas Hutan Peg. Bawah Hutan Peg. Atas
Herba 1,56 2,17 1,13 1,53 1,22 1,14
H' pada habitus Semak Perdu 0,00 0,40 0,00 0,00 0,85 0,00 0,00
Keterangan : H’ = Indeks Keanekaragaman Shanon-Wiener Secara umum indeks keanekaragaman jenis tumbuhan pada habitus herba termasuk rendah, kecuali pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah yang memiliki tingkat keanekaragaman sedang (2,17). Pada habitus semak hanya ditemukan 1 jenis pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan atas; sedangkan pada habitus perdu termasuk rendah keanekaragaman jenisnya.
c. Habitus epifit dan liana Indeks keanekaragaman jenis untuk habitus epifit dan liana pada setiap tipe vegetasi hutan TNGM disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16 Indeks keanekaragaman jenis epifit dan liana di kawasan TNGM Zona Zona Pemanfaatan Zona Rimba
Zona Inti 2 Zona Inti 1
Tipe Ekosistem Hutan Dataran Rendah Hutan Peg. Bawah Hutan Peg. Tengah Hutan Peg. Atas Hutan Peg. Bawah Hutan Peg. Atas
H' pada habitus Epifit Liana 0 0 0,99 0,35 0,93 0 0 -
Keterangan : H’ = Indeks Keanekaragaman Shanon-Wiener
Habitus epifit hanya ditemukan pada Zona Pemanfatan di tipe ekosistem hutan dataran rendah dan zona rimba hutan pegunungan bawah. Untuk habitus epifit, keanekaragaman jenis tertinggi ditemukan pada zona rimba hutan pegunungan bawah dengan nilai indeks keanekaragaman jenis (H’) sebesar 0,99; sedangkan untuk habitus liana, keanekaragaman jenis tertinggi terdapat pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan tengah dengan nilai keanekaragaman jenis (H’) sebesar 0,93. Pada zona inti 1 di tipe ekosistem hutan pegunungan atas tidak ditemukkan habitus epifit dan liana.
5.1.5 Dominasi tumbuhan Dominasi suatu jenis merupakan nilai yang menunjukkan penguasaan suatu jenis terhadap komunitas. Penguasaan suatu jenis terhadap jenis-jenis lain ditentukan berdasarkan Indeks Nilai Penting (INP), Volume, biomassa, persentase penutupan tajuk, luas bidang dasar atau banyaknya individu dan kerapatan (Soerianegara dan Indrawan 1998). INP merupakan besaran yang menunjukkan kedudukan (dominansi) suatu jenis terhadap jenis lain dalam suatu komunitas. Jenis tumbuhan yang mendominasi suatu areal tertentu menunjukkan bahwa jenis tumbuhan tersebut memiliki tingkat adaptasi dan kesesuaian yang lebih tinggi daripada jenis lainnya. Makin besar INP suatu jenis, maka peranannya dalam komunitas tersebut semakin penting. INP tertinggi suatu jenis tumbuhan pada suatu ekosistem menunjukkan bahwa jenis tumbuhan tersebut paling dominan pada ekosistem tersebut.
a. Habitus Pohon Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, dapat terlihat adanya perbedaan jenis yang mendominasi di setiap lokasi kawasan hutan. Komposisi dan struktur suatu vegetasi merupakan fungsi dari beberapa faktor, yaitu : flora setempat, habitat (iklim, tanah dan lain-lain), waktu dan kesempatan (Marsono, 1991). Adanya perbedaan komposisi vegetasi pada setiap tipe kawasan hutan disebabkan oleh faktor-faktor tersebut. Nilai INP tertinggi berbagai tingkat pertumbuhan pohon pada tiap kawasan hutan di TNGM disajikan pada Tabel 17 secara lengkap disajikan pada Lampiran 3-44. Tabel 17 Daftar jenis tumbuhan dengan Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi pada berbagai tingkat pertumbuhan pohon di kawasan TNGM Zona Zona Pemanfaatan
Zona Rimba
Tipe Ekosistem Hutan Dataran Rendah Hutan Peg. Bawah Hutan Peg. Tengah
Hutan Peg. Atas
Zona Inti 2
Hutan Peg. Bawah
Zona Inti 1
Hutan Peg. Atas
Tingkat Prtumb. Semai Pancang Tiang Pohon Semai Pancang Tiang Pohon Semai Pancang Tiang Pohon
Nama Lokal Kina Kina Puspa Rasamala Kemaduh Kemaduh Kemaduh Dadap Pri Pasang Sowo Sowo Pasang Kletak
Semai Pancang Tiang Pohon Semai Pancang Tiang Pohon Semai Pancang
Akasia Deguren Akasia Deguren Gesik Akasia Deguren Kina Duwet Kina Rasamala Akasia Deguren Akasia Deguren
Nama Ilmiah Cinchona pubescens Vahl Cinchona pubescens Vahl Schima wallichii(DC) Korth Altingia excelsa Noronha. Laportes stimulans Miq. Laportes stimulans Miq. Laportes stimulans Miq. Erythrina lithosperma Miq. Quercus sundaica Blume Engelherdia spicata Blume. Engelherdia spicata Blume. Lithocarpus elegans (Bl) Hatus ex Soepadmo Acacia decurrens Willd. Acacia decurrens Willd Elaeocarpus pierrei K.& V. Acacia decurrens Willd. Cinchona pubescens Vahl Eugenia cumini Merr. Cinchona pubescens Vahl Altingia excelsa Noronha. Acacia decurrens Willd. Acacia decurrens Willd.
INP (%) 42,48 88,31 111,21 183,32 102,59 96,54 52,73 141,34 98,61 40,07 67,38 79,39 200,00 101,58 158,10 223,17 53,33 52,74 174,94 69,69 200,00 109,52
Pada Tabel 17 terlihat bahwa pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, tingkat semai dan pancang didominasi oleh Kina (Cinchona pubeschens Willd.) dan tingkat tiang didominasi oleh puspa (Schima wallichii (D.C.) Korth.) dan tingkat tiang didominasi oleh Rasamala (Altingia excelsa Noronha.). Pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, tingkat semai, pancang dan tiang didominasi oleh kemaduh (Laportes stimulans Miq.)
yang merupakan tumbuhan yang dapat membuat kulit menjadi gatal jika menyentuhnya. Pada tingkat pohon didominasi oleh Dadap Pri (Erythrina lithosperma Miq.). Pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, tingkat semai didominasi ialah pasang (Quercus sundaica Blume); tingkat pancang dan tiang didominasi olah sowo (Egelherdia spicata Blume.); dan tingkat pohon didominasi ialah pasang kletak (Lithocarpus elegans (Bl) Hatus ex. Soepadmo). Pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, tingkat semai, pancang dan pohon didominasi oleh Akasia deguren (Acacia decurrens Willd). Menurut petugas lapang dan masyarakat sekitar, akasia deguren ialah tumbuhan yang cepat sekali tumbuh dan menyebar. Padahal tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang berasal dari luar kawasan dan sengaja ditanam untuk merehabilitasi lahan yang rusak, namun tumbuhan ini malah mendominasi sehingga terjadilah invasi. Pada zona inti 2 di tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, pada tingkat tiang didominasi oleh tumbuhan kina (Cinchona pubescens Vahl.) namun pada tingkat pohon didominasi oleh rasamala (Altingia excelsa Noronha). Pada zona inti 1 di tipe ekosistem hutan pegunungan atas, tingkat pertumbuhan tiang dan pohon tidak ditemukan, sedangkan pada tingkat semai dan pancang didominasi oleh Akasia deguren (Acacia decurrens Willd.). Hal ini dikarenakan lokasinya berada di ketinggian tempat di atas 2.500 mdpl, sehingga sulit sekali tumbuhan berhabitus pohon untuk hidup.
b. Tumbuhan bawah Nilai INP tertinggi pada tumbuhan bawah (herba, semak dan perdu) di kawasan TNGM disajikan pada Tabel 18, sedangkan secara lengkap disajikan pada Lampiran 3-44.
Tabel 18 Daftar jenis tumbuhan bawah dengan INP tertinggi di kawasan TNGM Zona Zona Pemanfaatan Zona Rimba
Zona Inti 2 Zona Inti 1
Tipe Ekosistem Hutan Dataran Rendah Hutan Peg. Bawah Hutan Peg.Tengah Hutan Peg. Atas Hutan Peg. Bawah Hutan Peg. Atas
Habitus
Nama Ilmiah
INP
Herba Perdu
Nama Lokal Lombokan Kaliandra
Eupatorium riparium Regel Calliandra calothyrsus Meissn.
61,40 200,00
Herba Perdu Herba Perdu Herba Semak Perdu Herba Perdu Herba Perdu
Srunen Jokotuo Lombokan Miren Lombokan Cepokogeni Manisrejo Lombokan Kemiren Blaba'ang Manisrejo
Eupatorium riparium Regel Scoparia dulcis L. Eupatorium riparium Regel Thespesia lampas Dalz & Gibs Eupatorium riparium Regel Rhododendron javanicum Benn. Vaccinium Varingfolium Miq. Eupatorium riparium Regel Thespesia lampas Dalz & Gibs Arundinella nepalensis Trin. Vaccinium varingfolium Miq.
66,02 133,33 145,23 200,00 95,99 200,00 48,70 111,36 200,00 126,14 200,00
Dari Tabel 18 bahwa pada habitus herba di semua lokasi didominasi oleh jenis tumbuhan lombokan/telasian/sunen (Eupatorium riparium Regel.) kecuali pada zona inti 1 di tipe ekosistem hutan pegunungan atas dengan ketinggian tempat 2.500 mdpl, didominasi oleh jenis rumput blaba’ang (Arundinella nepalensis Trin.). Pada habitus semak, hanya ditemukan satu jenis tumbuhan yaitu cepokogeni (Rhododendron javanicum Benn.) yang terdapat pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunugan atas. Pada habitus perdu, jenis tumbuhan yang mendominasi pada semua lokasi adalah miren/kemiren/klepon (Thespesia lampas Dalz & Gibs) kecuali pada zona inti 1 di tipe ekosistem hutan pegunungan atas yang didominasi oleh Manisrejo (Vaccinium varingfolium Miq.) Hal ini kemungkinan disebabkan karena ketinggian tempat pada kawasan ini lebih dari 2.500 mdpl, sehingga hanya vegetasi ini yang dapat beradaptasi dengan lingkungan tersebut.
c. Habitus epifit dan liana Nilai INP tertinggi habitus epifit dan liana di kawasan TNGM disajikan pada Tabel 19 dan secara lengkap disajikan pada Lampiran 3-44.
Tabel 19 Daftar jenis epifit dan liana yang memiliki INP tertinggi di kawasan TNGM Zona Zona Pemanfaatan Zona Rimba
Zona Inti 2 Zona Inti 1
Tipe Ekosistem Hutan Dataran Rendah Hutan Peg. Bawah Hutan Peg. Tengah Hutan Peg. Atas Hutan Peg. Bawah Hutan Peg. Atas
Habitus
Nama Lokal
Nama Ilmiah
INP
Epifit Liana
Jalumampang Rembet
Epipremnun pinnatum Engld. Rubus moluccanus L.
200,00 200,00
Epifit Liana Liana
Ipik Brembet Rembetan
Ficus superba Miq. Rubus moluccanus L. Rubus moluccanus L.
92,85 177,08 90,00
Liana
Rembet
Rubus moluccanus L.
200,00
Liana
Rembet
Rubus moluccanus L.
200,00 200,00 -
-
-
-
Pada habitus epifit, jenis tumbuhan hanya ditemukan pada zona pemanfaatan di tipe ekosistem hutan dataran rendah dan zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan bawah. Jenis tumbuhan Ipik (Ficus superba Miq.) mendominasi pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, pada zona pemanfaatan di tipe ekosistem hutan dataran rendah didominasi oleh jenis jalumampang (Epipremnun pinnatum Engl.). Sedangkan di lokasi lainnya tidak ditemukan jenis tumbuhan yang termasuk habitus epifit. Pada habitus liana, Jenis rembet/brembet/rembetan (Rubus moluccanus L.) mendominasi di setiap zona dan tipe ekosistem TNGM, sedangkan pada zona inti 1 di tipe ekosistem hutan pegunungan atas tidak ditemukannya jenis tumbuhan yang termasuk habitus epifit dan liana.
5.1.6 Kerapatan tumbuhan Kerapatan jenis tumbuhan adalah salah satu indikator untuk menduga kepadatan jenis sumberdaya alam hayati berupa tumbuhan pada suatu komunitas. Kerapatan dari suatu jenis merupakan nilai yang menunjukkan jumlah atau banyaknya suatu jenis per satuan luas (Indriyanto, 2006). Makin besar kerapatan suatu jenis, makin banyak individu jenis tersebut per satuan luas. Kerapatan pada suatu areal dapat memberikan gambaran ketersediaan dan potensi sumberdaya alam hayati berupa tumbuhan.
a. Habitus pohon Di bawah ini pada Tabel 20 disajikan rekapitulasi nilai kerapatan jenis tumbuhan pada berbagai tingkat pertumbuhan pohon di kawasan TNGM. Nilai kerapatan masing-masing jenis tumbuhan di kawasan TNGM secara lengkap disajikan pada Lampiran 3-44. Tabel 20 Kerapatan jenis tumbuhan pada berbagai tingkat pertumbuhan pohon di kawasan TNGM Zona Zona Pemanfaatan
Zona Rimba
Tipe Ekosistem Hutan Dat. rendah
Hutan Peg. Bawah
Hutan Peg. Tengah
Hutan Peg. Atas
Zona Inti 2
Hutan Peg. Bawah
Zona Inti 1
Hutan Peg. Atas
Tingkat Pertumb. Semai Pancang Tiang Pohon Semai Pancang Tiang Pohon Semai Pancang Tiang Pohon Semai Pancang Tiang Pohon Semai Pancang Tiang Pohon Semai Pancang
Nama Lokal Kina Puspa Kina Puspa Rasamala Kemaduh Kemaduh Wilodo B. Dadap pri Pasang Pasang Pasang Pasang Kletak Akasia Deg. Gesik Gesik Akasia Deg. Kina Duwet Kina Kina Akasia Deg. Sonto
Nama Ilmiah Cinchona pubescens Vahl Schima wallichii (DC)Korth. Cinchona pubescens Vahl Schima wallichii (DC)Korth Altingia excelsa Noronha. Laportes stimulans Miq. Laportes stimulans Miq. Ficus lepicarpa Blume Erythrina luthosperma Miq. Quercus sundaica Blume Quercus sundaica Blume Quercus sundaica Blume Lithocarpus elegans (Bl) Hatus ex Soepadmo Acacia decurrens Willd. Elaeocarpus pierrei K.& V. Elaeocarpus pierrei K.& V. Acacia decurrens Willd. Cinchona pubescens Vahl Eugenia cumini Merr. Cinchona pubescens Vahl Cinchona pubescens Vahl Acacia decurrens Willd. Sarcosperma sp.
Kerapatan (Ind/ha) 1.000 560 70 70 95 1.500 960 15 115 916 146 66 80 166 666 133 58 750 200 680 60 500 320
Pada Tabel 20 terlihat bahwa kerapatan terbesar pada tingkat pohon terdapat pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan bawah yaitu dadap pri (Erythrina luthosperma Miq.) sebesar 115 ind/ha. Pada tingkat tiang kerapatan terbesar terdapat pada zona inti 2 di tipe ekosistem hutan pegunungan bawah yaitu kina (Cinchona pubescens Vahl.) sebesar 680 ind/ha. Pada tingkat pancang tertinggi terdapat pada zona pemanfaatan di tipe ekosistem hutan dataran rendah yaitu puspa (Schima wallichii) sebesar 560. Pada tingkat semai tertinggi terdapat pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan bawah yaitu Kemaduh (Laportes stimulans Miq.) sebesar 1.500 ind/ha. Tinggi dan rendahnya kerapatan populasi tumbuhan pada tingkat semai, pancang, tiang dan pohon di kawasan TNGM dipengaruhi oleh banyak faktor
lingkungan. Selain akibat pengaruh faktor lingkungan, perubahan kerapatan dipengaruhi juga oleh adanya kelahiran dan kematian (Gopal dan Bhardwaj, 1979; Resosoedarmo et al., 1986).
b. Tumbuhan bawah Kerapatan tumbuhan bawah (herba, semak dan perdu) di kawasan TNGM berkisar antara 250-62.500 individu/ha, dimana kerapatan tumbuhan pada habitus herba berkisar dari 250-62.500 individu/ha, pada habitus semak hanya terdapat pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan atas dengan nilai kerapatan 333 individu/ha, dan perdu berkisar antara 360-5.833 individu/ha. Yang menarik adalah pada zona inti 1 di tipe ekosistem hutan pegunungan atas yang didominasi oleh Manisrejo (Vaccinium varingfolium Miq.). Terdapat hamparan perdu manisrejo yang besarnya mencapai sebesar tingkat tiang dengan nilai kerapatan sebesar 4.720 individu/ha. Rekapitulasi nilai kerapatan total jenis tumbuhan bawah di kawasan TNGM disajikan pada Tabel 21, sedangkan nilai kerapatan tiap jenis tumbuhan disajikan secara lengkap pada Lampiran 3-44. Tabel 21 Kerapatan total jenis tumbuhan bawah di kawasan TNGM Zona Zona Pemanfaatan Zona Rimba
Zona Inti 2 Zona Inti 1
Tipe Ekosistem Hutan Dat. rendah Hutan Peg. Bawah Hutan Peg. Tengah Hutan Peg. Atas Hutan Peg. Bawah Hutan Peg. Atas
Habitus Herba Perdu Herba Perdu Herba Perdu Herba Semak Perdu Herba Perdu Herba Perdu
Nama Lokal Cakarayam Kaliandra Srunen Jokotuo Lombokan Klepon Telasian Cepokogeni Miren Lombokan Kemiren R. Blaba'ang Manisrejo
Nama Ilmiah Boerhaavia erecta L. Calliandra calothyrsus Meis. Eupatorium riparium Regel Scoparia dulcis L. Eupatorium riparium Regel Thespesia lampas D.&G. Eupatorium riparium Regel Rhododendron javanicum B. Thespesia lampas D.&G. Eupatorium riparium Regel Thespesia lampas D.&G. Arundinella nepalensis Trin. Vaccinium Varingfolium Miq.
Kerapatan (Ind/ha) 12.250 5.750 23.000 1.375 27.000 8.166 24.666 333 5.833 22.250 360 62.500 4.720
Kerapatan tumbuhan bawah selalu bernilai tinggi karena disebabkan oleh sifat tumbuhan bawah bersifat ruderal. Ruderal ialah selalu dijumpai pada lingkungan yang mengalami gangguan yang tinggi tetapi berpotensi produktif. Pada umumnya terdiri dari jenis herba yang mempunyai umur yang pendek dengan produksi biji yang sangat tinggi. Jenis-jenis ini umumnya menempati fase awal dari suksesi (Sastroutomo, 1990).
c. Habitus epifit dan liana Nilai kerapatan tumbuhan total habitus epifit dan liana disajikan pada Tabel 22 sedangkan nilai kerapatan setiap jenisnya disajikan pada lampiran 3-44. Tabel 22 Kerapatan total jenis epifit dan liana di kawasan TNGM Zona Zona Pemanfaatan Zona Rimba
Zona Inti 2 Zona Inti 1
Tipe Ekosistem Hutan Dat. rendah Hutan Peg. Bawah Hutan Peg. Tengah Hutan Peg. Atas Hutan Peg. Bawah Hutan Peg. Atas
Habitus
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Epifit Liana Epifit Liana Liana
Jalumampang Rembetan Ipik Brembet Ketepeng
Epipremnun pinnatum E. Rubus moluccanus L. Ficus superba Miq. Rubus moluccanus L. Cassia alata Linn.
Liana
Rembet
Rubus moluccanus L.
45
Liana
Rembet
Rubus moluccanus L.
5
-
-
-
Kerapatan (Ind/ha) 2 15 5 18 4
-
Dari Tabel 22 terlihat bahwa pada habitus epifit nilai kerapatan tertinggi berada pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan bawah yaitu ipik (Ficus superba Miq.) sebesar 5 individu/ha, dan nilai kerapatan terendah berada di lokasi yang sama yaitu jalumampang (Epipremnun pinnatum E.) sebesar 1 individu/ha. Sedangkan di lokasi lain selain zona pemanfaatan di tipe ekosistem hutan dataran rendah tidak ditemukkan habitus epifit sehingga tidak ada nilai kerapatannya. Pada habitus liana, nilai kerapatan tertinggi terdapat pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan atas yaitu rembet (Rubus moluccanus L.) dengan nilai kerapatan sebesar 45 individu/ha.
5.1.7 Pola sebaran tumbuhan Setiap jenis tumbuhan dalam suatu komunitas akan mempunyai pola penyebaran yang tersendiri. Pola ini dapat memiliki persamaan dengan jenis lainnya tetapi tidak mungkin seluruhnya sama. Di bawah ini disajikan macammacam pola penyebaran tumbuhan pada masing-masing habitus di tiap zona dan tipe ekosistem di kawasan TNGM.
a. Habitus pohon Berdasarkan perhitungan nilai indeks penyebaran tumbuhan diketahui bahwa sebagian besar pola penyebaran tumbuhan habitus pohon pada berbagai tingkat pertumbuhan adalah mengelompok. Pola penyebaran tumbuhan berhabitus pohon pada berbagai tingkat pertumbuhan pada berbagai lokasi di kawasan TNGM secara lengkap disajikan pada Lampiran 45-86, sedangkan rekapitulasinya disajikan pada Tabel 23. Tabel 23 Pola penyebaran tumbuhan berhabitus pohon pada berbagai tingkat pertumbuhan di kawasan TNGM Zona Zona Pemanfaatan
Zona Rimba
Tipe Ekosistem Hutan Dataran Rendah Hutan Peg. Bawah
Hutan Peg. Tengah Hutan Peg. Atas
Zona Inti 2
Hutan Peg.Bawah
Zona Inti 1
Hutan Peg. Atas
Tingkat Pertumbuhan Semai Pancang Tiang Pohon Semai Pancang Tiang Pohon Semai Pancang Tiang Pohon Semai Pancang Tiang Pohon Semai Pancang Tiang Pohon Semai Pancang
Id
Mu
Mc
Ip
Pola Sebaran
1,05 2,14 1,98 0,96 1,17 1,51 1,75 1,08 6,27 1,81 2,20 1,07 1,27 1,31 1,63 3,33 0,66 1,26 1,15 1,66
0,65 0,77 0,60 0,90 0,95 0,87 0,22 0,94 0,23 0,76 0,82 0,95 0,80 0,74 0,80 0,21 -0,26 0,74 0,93 0,41
1,55 1,35 1,62 1,15 1,06 1,16 2,06 1,07 1,98 1,30 1,22 1,06 1,27 1,36 1,27 2,25 3,00 1,40 1,10 2,19
0,04 0,54 0,52 -0,10 0,50 0,50 0,35 0,50 0,57 0,50 0,51 0,50 0,49 0,42 0,50 0,56 -0,08 0,32 0,50 0,27
Mengelompok Mengelompok Mengelompok Merata Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Merata Mengelompok Mengelompok Mengelompok
Pada setiap zona dan tipe ekosistem dapat terlihat rata-rata pola penyebaran
habitus
pohon
pada
tiap
tingkat
pertumbuhan
cenderung
mengelompok. Pola mengelompok ini menurut Heddy et al. (1986) terjadi karena berbagai sebab antara lain kondisi lingkungan jarang yang seragam seperti perbedaan kondisi tanah dan iklim serta pola reproduksi dari suatu individuindividu anggota populasi bagi tumbuhan yang bereproduksi secara vegetatif. Hanya terdapat beberapa pola penyebaran yang merata yaitu pada zona pemanfaatan di tipe ekosistem hutan dataran rendah pada tingkat pohon dan pada daerah zona inti 2 di tipe ekosistem hutan pegunungan bawah. Pola merata ini mencerminkan adanya interaksi negatif seperti persaingan untuk ruang dan unsur
hara atau cahaya. Namun pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan atas dan zona inti 1 di tipe ekosistem hutan pegunungan atas pada tingkat semai tidak didefinisikan pola penyebarannya karena nilai derajat indeks morisitanya 0 (nol). Hal ini disebabkan karena pada pengukuran di lapangan hanya ditemukan satu individu tumbuhan.
b. Habitus tumbuhan bawah Berdasarkan hasil perhitungan nilai indeks penyebaran tumbuhan bawah pada kawasan TNGM dapat diketahui bahwa sebagian besar pola penyebaran tumbuhan bawah adalah mengelompok. Pola penyebaran masing-masing jenis tumbuhan pada habitus tumbuhan bawah disajikan secara rinci pada Lampiran 4586, sedangkan rekapitulasinya disajikan pada Tabel 24. Tabel 24 Pola penyebaran berbagai habitus tumbuhan bawah di kawasan TNGM Zona Zona Pemanfaatan Zona Rimba
Zona Inti 2 Zona Inti 1
Tipe ekosistem Hutan Dataran Rendah Hutan Peg. Bawah Hutan Peg. Tengah Hutan Peg. Atas Hutan Peg. Bawah Hutan Peg. Atas
Habitus
Id
Mu
Mc
Ip
Pola Sebaran
Herba Perdu Herba Perdu Herba Perdu Herba Semak Perdu Herba Perdu Herba Perdu
1,12 1,18 1,17 3,50 1,26 3,69 1,19 15,00 1,54 1,33 5,00 1,34 1,97
0,95 0,71 0,97 0,32 0,96 0,86 0,96 -7,37 0,81 0,95 0,21 0,97 0,93
1,07 1,45 1,03 1,92 1,04 1,17 1,04 13,19 1,26 1,07 2,25 1,04 1,12
0,50 0,20 0,50 0,54 0,50 0,54 0,50 0,63 0,50 0,51 0,67 0,51 -0,08
Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Merata
Dari Tabel 24, dapat terlihat bahwa pola sebaran yang terjadi pada habitus tumbuhan bawah di setiap zona dan tipe ekosistem cenderung mengelompok, kecuali pada zona inti 1 di tipe ekosistem hutan pegunungan atas pada habitus perdu yang termasuk merata. Kondisi ini dapat dilihat di lapang dimana tumbuhan berhabitus perdu yang ditemukan pada daerah ini didominasi oleh manisrejo (Vaccinium varingfolium Miq.) yang tumbuh secara merata di kawasan ini. Hal ini menurut Heddy et al. (1986), tumbuhan yang dominan di hutan jaraknya akan teratur karena kompetisi yang sangat kuat untuk mendapatkan cahaya dan unsur hara.
c. Habitus Epifit dan liana Pola penyebaran tumbuhan epifit dan liana di kawasan TNGM disajikan pada Tabel 25, sedangkan pola penyebaran masing-masing jenis tumbuhan di kawasan TNGM secara lengkap disajikan pada Lampiran 45-86. Tabel 25 Pola penyebaran tumbuhan epifit dan liana di kawasan TNGM Zona Zona Pemanfaatan Zona Rimba
Zona Inti 2 Zona Inti 1
Tipe Ekosistem Hutan Dataran Rendah Hutan Peg. Bawah Hutan Peg. Tengah Hutan Peg. Atas Hutan Peg. Bawah Hutan Peg. Atas
Habitus
Id
Mu
Mc
Ip
Pola Sebaran
Epifit Liana Epifit Liana Liana
0,00 2,85 4,16 2,71
-0,26 -0,44 0,32 -0,17
3,00 2,97 1,92 2,52
-0,39 0,46 0,56 0,50
Merata Mengelompok Mengelompok Mengelompok
Liana
2,64
0,67
1,46
0,53
Mengelompok
Liana
10,00
-5,3
11,02
0,44
Mengelompok
-
-
-
-
-
-
Pada Tabel 25 terlihat bahwa sebagian besar pola penyebaran tumbuhan pada habitus epifit dan liana di kawasan TNGM adalah mengelompok, kecuali pola penyebaran pada zona pemanfaatan di tipe ekosistem hutan dataran rendah pada habitus liana yang termasuk merata.
5.2 Kelompok Kegunaan Jenis-jenis Tumbuhan di Kawasan TNGM Jumlah jenis tumbuhan berguna yang ditemukan di kawasan TNGM sebanyak 108 jenis dari 53 famili dan dapat digolongkan menjadi 11 (sebelas) kelompok kegunaan yaitu pemanfaatan sebagai tumbuhan obat, hias, penghasil pangan, pakan ternak, penghasil aromatik (minyak atsiri), bahan pewarna dan tanin, bahan bangunan, keperluan ritual adat dan keagamaan, anyaman dan kerajinan, penghasil kayu bakar dan kegunaan lainnya. Berdasarkan pengamatan di lapangan, informasi dari masyarakat, dan studi literatur menunjukan bahwa masih banyak tumbuhan yang ditemukan belum diketahui kegunaannya oleh masyarakat, hal ini disebabkan karena pengetahuan masyarakat yang kurang akan kegunaan jenis-jenis tumbuhan tersebut. Sebagian besar jenis tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat adalah berdasarkan informasi secara turun temurun dari orangtua dan nenek moyang mereka yang
telah memanfaatkan jenis-jenis tumbuhan sebelumnya. Adapun jumlah jenis tumbuhan dan famili tumbuhan yang termasuk kedalam kelompok kegunanan tertentu disajikan pada Tabel 26. Tabel 26 Kelompok Kegunaan Jenis-jenis Tumbuhan di kawasan TNGM No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kelompok Kegunaan Tumbuhan obat Tumbuhan hias Tumbuhan penghasil pangan Tumbuhan pakan ternak Tumbuhan aromatik & Penghasil minyak atsiri Tumbuhan bahan pewarna dan tanin Tumbuhan penghasil bahan bangunan Tumbuhan ritual adat & keagamaan Tumbuhan penghasil bahan tali, anyaman dan kerajinan Tumbuhan penghasil kayu bakar Tumbuhan Kegunaan Lainnya
Jumlah Jenis 30 5 32 16 4
Jumlah Famili 22 4 24 11 3
10 13 1 17
8 10 1 10
9 11
8 9
Berdasarkan Tabel 26 terlihat bahwa sebagian besar jenis tumbuhan yang ditemukan pada areal hutan kawasan TNGM
masuk ke dalam kelompok
kegunaan pangan dengan jumlah jenis yang ditemukan sebanyak 32 jenis dari 24 famili diikuti dengan kegunaan tumbuhan obat yaitu sebanyak 30 jenis dari 22 famili. Tumbuhan yang paling sedikit dapat dimanfaatkan terdapat pada kelompok kegunaan tumbuhan ritual adat dan keagamaan dengan 1 jenis hal ini dikarenakan pada setiap daerah memiliki kepercayaan yang berbeda dalam memanfaatkan tumbuhan sebagai ritual adat dan keagamaan.
5.2.1 Tumbuhan Obat Indonesia termasuk negara yang memiliki hutan alam tropika yang kaya akan keanekaragaman jenis tumbuhan obat. Diperkirakan mencapai kurang lebih 1300 jenis tumbuhan yang telah diketahui secara pasti berkhasiat obat dan terdapat di hutan tropika Indonesia (Zuhud, Ekarelawan dan Riswan, 1994). Berdasarkan pengamatan di lapangan, informasi dari masyarakat sekitar hutan serta studi literatur, jumlah jenis tumbuhan obat yang ditemukan pada kawasan TNGM berjumlah 30 jenis dari 22 famili. Bagian tumbuhan yang sering digunakan oleh masyarakat untuk obat adalah akar, kulit kayu, daun, batang, rimpang dan buah tergantung dari jenis tumbuhan yang dimanfaatkan. Penggunaan tumbuhan obat oleh masyarakat antara
lain dengan cara direbus terlebih dahulu bagian yang akan digunakan, ditumbuk, dan dimakan langsung. Sebagian besar jenis tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat adalah dari habitus tumbuhan bawah, hanya sebagian kecil saja yang memanfaatkan habitus pohon. Habitus pohon biasanya yang dimanfaatkan adalah kulit kayu seperti Kina (Cinchona pubeschens). Masyarakat menggunakan jenis tumbuhan tertentu untuk obat berdasarkan pengalaman orang tua terdahulu. Di bawah ini disajikan beberapa jenis tumbuhan yang berkhasiat obat, bagian yang digunakan dan khasiatnya (Tabel 27). Tabel 27 Daftar jenis tumbuhan obat yang terdapat di kawasan TNGM No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili Euphorbiaceae
Bagian yang digunakan Kulit kayu
Khasiat
Ulmaceae
Akar
Moraceae Acanthaceae
Getah Daun Daun
Lamiaceae
Semua bagian
Urticaceae
Akar
Sakit perut Bau Badan Muntah darah
Myrtaceae
Kencing Manis Diabetes Penghangat Demam Anti racun Muntah darah Salah urat
1
Ande-ande
2
Anggring
3
Bendo
4
Bubukuan
5
Dilem
6 7
Dlundung Gunung Duwet
8
Girang
Antidesma tetrandum Bl. Trema cannabina Lour. Artocarpus elastica Reinw. Strobilanthes cernus Blume. Pogostemon hortensis Backer. Pouzolzia viminea Wedd. Eugenia cumini Merr. Leea aequata Linn.
9
Gondang
Ficus variegata Bl.
Moraceae
10
Jalumampang
Araceae
11
Kedoyo
Meliaceae
Batang luar
Masuk angin
12
Kemaduh
Urticaceae
Ketepeng
Fabaceae
Cairan pada Batang Daun
Batuk
13
Epipremnun pinnatum Engl. Amoora aphanamixis Roem&Schult Laportes stimulans Miq. Cassia alata Linn.
Daun, Bunga Biji Batang Daun Akar Kuliy kayu Batang
14
Kina
Rubiaceae
Kulit kayu
15
Kleci
Cinchona pubescens Vahl. Caesalpinia crista Linn.
Fabaceae
16
Lempuyang
Zingiberaceae
17
Lenglengan
Lamiaceae
Semua bagian
18
Lumut/ cakarayam Penjirit
Zingiber aromaticum Val. Leucas lavandulivolia R.Br. Boerhaavia erecta L. Rauvolfia serpentina (L.) Benth. Ex Kurz
Akar Daun Biji Rimpang
Nyctaginaceae
Semua bagian
Apocynaceae
Akar
19
Vitaceae
Stamina Kencing berdarah Disentri TBC Kencing batu
Herpes Penyakit kulit Malaria lambung Pelancar Haid Cacingan Menambah nafsu makan Obat luar dan dalam Bronkhitis, kanker Sesak nafas Nyeri perut
Tabel 27 (lanjutan) No
Nama Lokal
Myrsinaceae Fabaceae
Akar, Buah
Cacingan
Rosaceae Rutaceae Rutaceae
Akar Daun Daun Daun
Polygonaceae
Cairan batang
Kejang perut Sariawan,batuk Kejang-kejang Membersihkan badan Obat mata
Trawas
Maesa tetranda (Roxb.) DC. Dichrostachys cinerea W&A. Rubus moluccanus L. Evodia latifolia Dc. Melicope latifolia (DC) T.G. Hartley Polygoum chinense L. Litsea odorifera Val
Bagian yang digunakan Akar
Lauraceae
Daun
27
Uci-uci Kebo
Basella rubra Linn
Basellaceae
Daun
28
Urang-urangan
Villebrunea rubescens Blume.
Urticaceae
Cairan batang
29
Dok
Sterculiaceae
Biji
30
Dadap Pri
Sterculia macrophylla Vent. Erythrina luthosperma Miq.
Fabaceae
Kulit Tunas Daun muda
20
Prian
21
Pung
22
Rembet
23 24
Sampang Tanganan
25
Tebonan
26
Nama Ilmiah
Famili
Khasiat Demam
Sariawan Pelancar ASI Sakit perut Pelancar BAB Persalinan Memperlancar kencing, Mata bengkak, Cacar Campuran jamu Demam Obat mata Persalinan, pelancar asi
Di bawah ini adalah contoh jenis tumbuhan obat yaitu kina yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan TNGM (Gambar 10). Kina merupakan tumbuhan obat khas desa Kinahrejo, sehingga nama desa ini pun mengambil dari nama tumbuhan kina. Walaupun tumbuhan kina sendiri merupakan tumbuhan yang berasal dari luar Indonesia.
Gambar 11 Kina (Cinchona pubescens Vahl.)
5.2.2 Tumbuhan Hias Setiap bagian dari tumbuhan itu dapat dikatakan sebagai tumbuhan hias karena mempunyai bagian yang menarik, seperti bentuk daun, batang dan akar yang menarik dan unik ataupun dari warna daunnya yang bagus. Tumbuhan hias merupakan komoditi holtikultura non-pangan yang digolongkan ke dalam holtikultur, dalam kehidupan sehari-hari dibudidayakan untuk hiasan dalam dan luar rumah (Arafah, 2005). Potensi tumbuhan hias yang ditemukan di kawasan TNGM
adalah
berjumlah 5 jenis tumbuhan dari 4 famili. Jenis-jenis tumbuhan hias yang ditemukan pada kawasan TNGM disajikan pada Tabel 28. Tabel 28 Daftar jenis tumbuhan hias yang terdapat di kawasan TNGM No. 1 2 3 4 5
Nama Daerah Cepoko geni Edelweiss Gundi Ketepeng Manisrejo
Nama Ilmiah Rhododendron javanicum Benn. Anaphalis javanica (Bl.) Boerl. Lespedeza junghuhniana Bakh.f. Cassia alata Linn. Vaccinium varingvolium Miq.
Famili Ericaceae Asteraceae Fabaceae Fabaceae Ericaceae
Bagian tumbuhan yang paling umum digunakan untuk menjadi tumbuhan hias adalah bagian bunga, karena bagian bunga memiliki warna-warna yang menarik dan mempunyai nilai eksotik. Masyarakat memanfaatkan tumbuhan hias untuk ditanam di pekarangan rumah dan ada juga beberapa yang memanfaatkan tumbuhan hias untuk dijual contohnya yaitu tumbuhan Edelweiss (Anaphalis javanica). Tumbuhan lain yang dapat dimanfaatkan menjadi tumbuhan hias namun belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat adalah tumbuhan cepokogeni (Rhododendron javanicum Benn.) yang memiliki bunga yang sangat indah berwarna merah dan kuning.
Gambar 12 Bunga Edelweiss (Anaphalis javanica (Bl.) Boerl.)
5.2.3 Tumbuhan Penghasil Pangan Sebagian besar masyarakat memanfaatkan tumbuhan pangan dari bagian daun, buah, bunga, dan umbi tergantung jenis tumbuhan yang dimanfaatkan. Potensi tumbuhan pangan yang ditemukan di kawasan TNGM sebanyak 32 jenis dari 24 famili. Adapun jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai pangan oleh masyarakat, disajikan pada Tabel 29. Tabel 29 Daftar jenis tumbuhan pangan yang terdapat di kawasan TNGM No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Nama Daerah Ande-ande Anggring Banyon Belimbing Kosek Bendo Bilung Kebo Duwet Gambas Ganen Ganon Gondang Ipik Kayu Manis Kendung Ketepeng Kopi Koyam Lenglengan Lodo Hutan Manisrejo Pakis kadut Pare Hutan Prian Rasamala Talas-talasan Tanganan Tanganan Tebonan Tepus Uci-uci Kebo Urangurangan Waderan
Nama Ilmiah
Famili
Antidesma tetrandum BI. Trema cannabina Lour. Pilea trinervia Wight. Acronychia trifoliate Zoll.
Euphorbiaceae Ulmaceae Urticaceae Rutaceae
Bagian yang digunakan Buah Daun Daun Daun
Artocarpus elastica Reinw. Begonia hirtella Link. Eugenia cumini Merr. Sechium edule Sw. Clidentia hirta Don. Marumia muscosa Bl. Ficus variegata Bl. Ficus superba Miq. Cinnamomum burmanii Bl. Helicia javanica Bl. Cassia alata Linn. Coffea robusta Lindl.Ex.De.Willd Acalypha caturus Bl. Leucas lavandulivolia R.Br. Piper sulcatum Blume Vaccinium varingvolium Miq. Polystichum obtusum J.Sm. Momordica chorantia Linn. Maesa tetranda (Roxb.) DC. Altingia excelsa Noronha. Colocasia sibthorpioides Lmk. Schefflera polybotrya Koord. Trevesia sundaica Miq. Polygoum chinense L. Achasma megalochilos Griff. Basella rubra Linn Villebrunea rubescens Blume.
Moraceae Begoniaceae Myrtaceae Cucurbitaceae Melastomataceae Melastomataceae Moraceae Moraceae Lauraceae Protaceae Fabaceae Rubiaceae Euphorbiaceae Lamiaceae Piperaceae Ericaceae Aspidiaceae Cucurbitaceae Myrsinaceae Hamamelidaceae Araliaceae Araliaceae Araliaceae Polygonaceae Zingiberaceae Basellaceae Urticaceae
Biji Batang Buah Umbi, Buah Buah Buah Daun Daun Kulit batang Pucuk daun Daun, Buah Biji Daun Daun Biji Daun Daun Buah Buah Daun Umbi Daun Kuncup bunga Batang B uah Daun Bunga
Corchorus acutangulus Lamk.
Tiliaceae
Daun
Terdapat banyak sekali tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, Namun tidak semuanya dijadikan sebagai tumbuhan pangan pokok sebagai pengganti nasi. Tumbuh-tumbuhan penghasil pangan tersebut sekedar dapat dimakan dan tidak membahayakan bagi kesehatan.
5.2.4 Tumbuhan Pakan Ternak Pada umumnya tumbuhan penghasil pakan ternak merupakan tumbuhan yang memiliki serat yang cukup tinggi. Sebagian besar hewan ternak yang dimiliki oleh masyarakat adalah sapi, baik sapi perah ataupun sapi pedaging. Potensi tumbuhan berguna sebagai pakan ternak yang ditemukan sebanyak 16 jenis 11 famili. Adapun jenis-jenis tumbuhan yang digunakan sebagai pakan ternak disajikan pada Tabel 30. Tabel 30 Daftar jenis tumbuhan pakan ternak yang terdapat di kawasan TNGM No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Nama Daerah Akasia Deguren Anggring Banyon Ipik Jalumampang Kebak Krembi Lenglengan Petungan ijo Rumput Bason Rumput Blaba’ang Rumput Cowean Rumput Gajian Rumput Grepak Rumput Kulonjono Rumput Teki
Nama Ilmiah Acacia decurrens Willd. Trema cannabina Lour. Pilea trinervia Wight. Ficus superba Miq. Epipremnun pinnatum Engl. Ficus alba Reinw. Homalanthus populneus Pax Leucas lavandulivolia R.Br. Commelina benghalensis Linn. Paspalaum conyugatum Arundinella nepalensis Trin. Otelia alismoides Pers. Panicum distachyum Linn. Polytoca bracteata R.Br. Pennisetum purpureum Schum. Cyperus rotundus Linn.
Famili Fabaceae Ulmaceae Urticaceae Moraceae Araceae Moraceae Euphorbiaceae Lamiaceae Commelinaceae Poaceae Poaceae Hydrocharitaceae Poaceae Poaceae Poaceae Cyperaceae
Jenis-jenis rumput tersebut umum digunakan untuk meningkatkan nilai produksi susu dan daging. Jenis rumput pakan ternak yang paling sering dimanfaatkan adalah rumput kulonjono, bahkan rumput ini sengaja ditanam di dalam kawasan TNGM untuk persediaan rumput saat musim kemarau seperti di daerah Ngargomulyo yang sengaja dijadikan sebagai zona pemanfaatan tradisional. Selain itu rumput kulonjono merupakan keluarga rumput-rumputan (Poaceae) yang telah dikenal manfaatnya sebagai pakan ternak pemamah biak (Ruminansia) yang alamiah di Asia Tenggara (Anonim, 2005) disajikan pada Gambar 13.
Gambar 13 Rumput Kulonjono (Pennisetum purpureum Schum.)
5.2.5 Tumbuhan Aromatik dan Penghasil Minyak atsiri Potensi tumbuhan berguna sebagai tumbuhan aromatik dan penghasil minyak atsiri yang ditemukan di kawasan TNGM adalah sebanyak 4 jenis dari 3 famili. Adapun jenis-jenis tumbuhan yang berguna sebagai tumbuhan aromatik dan penghasil minyak atsiri disajikan pada Tabel 31. Tabel 31 Daftar jenis tumbuhan Aromatik dan Minyak atsiri TNGM No. 1 2 3 4
Nama Daerah Dilem Kayu Manis Rasamala Trawas
Nama Ilmiah Pogostemon hortensis Backer. Cinnamomum burmanii Bl. Altingia excelsa Noronha. Litsea odorifera Val
Famili Lamiaceae Lauraceae Hamamelidaceae Lauraceae
Namun pada kenyataannya di lapangan masyarakat belum memanfaatkan tumbuhan aromatik dan penghasil minyak atsiri. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya pengetahuan untuk menghasilkan tumbuhan aromatik dan penghasil minyak atsiri. Selain itu juga untuk menghasilkan bahan aromatik dan minyak atsiri perlu pengolahan lebih lanjut yang lebih rumit dan dengan proses yang lama.
5.2.6 Tumbuhan Bahan Pewarna dan Tanin Potensi tumbuhan berguna sebagai bahan pewarna dan tanin yang terdapat di kawasan TNGM sebanyak 10 jenis dari 8 famili. Adapun jenis-jenis tumbuhan yang berguna sebagai bahan pewarna dan tanin disajikan pada Tabel 32.
Tabel 32 Daftar jenis tumbuhan penghasil bahan pewarna dan tanin di kawasan TNGM No 1
Nama Lokal
2
Akasia Deguren Dempul
3
Jalumampang
4.
Krembi
5
Lodo
6
Jirek
7
Pinus
8 9 10
Sampang Uci-uci Kebo Urang-urangan
Nama Ilmiah Acacia decurrens Willd. Glochidion arborescens Bl. Epipremnun pinnatum Engl. Homalanthus populneus Pax Symplocos javanica (Bl.) Kurz Symplocos cochinchinensis (Lour.) Moore Pinus merkusii Jungh & De Vr Evodia latifolia Dc. Basella rubra Linn Villebrunea rubescens Blume.
Famili Fabaceae
Bagian digunakan Biji
Kegunaan Pewarna
Euphorbiaceae
Kulit Batang
Pewarna
Araceae
Akar gantung
Penghitam gigi
Euphorbiaceae
Pewarna
Symplocaceae
Kulit batang, daun Kulit kayu
Symplocaceae
Kulit kayu
Pewarna
Pinaceae
Getah
Pewarna batik
Rutaceae Basellaceae Urticaceae
Getah Buah Getah
Pewarna Pewarna Pewarna
Pewarna batik
Pada kenyataannya di lapangan, sebagian besar masyarakat sudah jarang menggunakan bahan pewarna nabati karena mereka lebih suka memakai bahan pewarna yang mudah dicari dan praktis. Di bawah ini contoh jenis tumbuhan bahan pewarna dan tanin yang terdapat di kawasan TNGM (Gambar 14).
Gambar 14 Akasia Deguren (Acacia decurrens Willd.)
5.2.7 Tumbuhan Penghasil Bahan Bangunan Tumbuhan penghasil bahan bangunan biasanya berasal dari habitus pohon dan bagian tumbuhan yang digunakan adalah kayu. Tumbuhan berkayu yang digunakan mempunyai kekuatan cukup besar, berdiameter besar, tinggi, kulitas kayunya baik dan tahan lama untuk dibuat tiang dan bahan bangunan rumah.
Namun pemanfaatan tumbuhan untuk penghasil bahan bangunan yang berasal dari kawasan TNGM sudah sangat jarang dilakukan. Masyarakat lebih banyak menggunakan kayu bangunan yang berasal dari lahannnya atau tegalannya sendiri. Jarangnya pemanfaatan sumberdaya alam berupa kayu oleh masyarakat sekitar Taman Nasional dikarenakan sebagian masyarakat masih percaya adanya mitos dari nenek moyang tentang larangan penebangan pohon didalam kawasan hutan dan kepercayaan masyarakat untuk menjaga hutan. Potensi tumbuhan berguna sebagai penghasil bahan bangunan yang ditemukan di kawasan TNGM adalah sebanyak 13 jenis dari 10 famili. Adapun jenis tumbuhan penghasil bahan bangunan yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar TNGM disajikan pada Tabel 33. Tabel 33 Daftar jenis tumbuhan penghasil bahan bangunan di kawasan TNGM No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Nama Daerah Bendo Cemara Dadap Pri Dempul Duwet Nangkaan Pasang Pasang Kletak Pinus Pung Puspa Rasamala Tambal
Nama Ilmiah Artocarpus elastica Reinw. Casuarina junghuhniana Miq. Erythrina lithosperma Miq. Glochidion arborescens Bl. Eugenia cumini Merr. Litsea diversifolia Blume Quercus sundaica Blume. Lithocarpus elegans (Bl.) Hatus ex. Soepadmo Pinus merkusii Jungh & De Vr Dichrostachys cinerea W&A. Schima wallichii (DC.) Korth. Altingia excelsa Noronha. Persea rimosa (Bl.) Kosterm.
Famili Moraceae Casuarinaceae Fabaceae Euphorbiaceae Myrtaceae Lauraceae Fagaceae Fagaceae Pinaceae Fabaceae Theaceae Hamamelidaceae Lauraceae
Di bawah ini adalah contoh jenis tumbuhan penghasil bahan bangunan yang terdapat di kawasan TNGM. (Gambar 15)
Gambar 15 Dadap Pri (Erythrina lithosperma Miq.)
5.2.8 Tumbuhan Keperluan Ritual Adat dan Keagamaan Potensi tumbuhan berguna sebagai keperluan ritual adat dan keagamaan yang ditemukan pada kawasan TNGM ditemukan 1 jenis dari 1 famili. Tumbuhan tersebut ialah Woang (Prunus javanica (T&B) Miq.). Bunga dari pohon woang biasa digunakan pada upacara adat dan dapat dipercaya dapat mengusir roh jahat. Walaupun masyarakat sekitar TNGM sendiri tidak memanfaatkannya untuk upacara adat dan mengusir roh jahat.
5.2.9 Tumbuhan Penghasil Tali, Anyaman dan Kerajinan Potensi tumbuhan berguna sebagai penghasil tali, anyaman dan kerajinan yang ditemukan pada kawasan TNGM sebanyak 17 jenis dari 10 famili. Berikut contoh jenis tumbuhan yang berguna sebagai penghasil tali, anyaman dan kerajinan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar TNGM disajikan pada Tabel 34. Tabel 34 Daftar jenis tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan di kawasan TNGM No 1 2 3 4
Nama Ilmiah Antidesma tetrandm BI. Artocarpus elastica Reinw. Glochidion arborescens Bl. Pouzolzia viminea Wedd.
Famili Euphorbiaceae Moraceae Euphorbiaceae Urticaceae
Hasil barang Gagang Golok Tali Anyaman Tali
5 6 7 8 9 10
Nama Lokal Ande-ande Bendo Dempul Dlundung Gunung Gambas Gondang Kebak Jokotuo Kemiren Kendung
Sechium edule SW Ficus variegata Bl. Ficus alba Reinw. Scoparia dulcis L. Thespesia lampas Dalz & Gibs Helicia javanica Bl.
Cucurbitaceae Moraceae Moraceae Scrophulariaceae Malvaceae Protaceae
11
Lodo
Symplocos javanica (Bl.) Kurz
Symplocaceae
12 13 14 15 16 17
Tutup Waderan Walik angin Wilodo Banyu Wilodo Jowo Dok
Mallotus rhizinoides Muell. Corchorus acutangulus Lamk. Mallotus paniculata Muell. Ficus lepicarpa Blume. Ficus fulva Elmer. Sterculia macrophylla Vent.
Euphorbiaceae Tiliaceae Euphorbiaceae Moraceae Moraceae Sterculiaceae
Anyaman Kain Sendok nasi, tali Kerajinan Kerajinan Tangkai kampak Perkakas rumah tangga, ukiran Perkakas Benang Tali Tali Tali Peti kemas
5.2.10 Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar Pada dasarnya semua tumbuhan berkayu atau bentuk pohon dapat digunakan sebagai kayu bakar (Purwanto dan Walujo, 1992). Meskipun masyarakat sekitar kawasan TNGM sudah mendapatkan subsidi kompor gas gratis dari pemerintah, namun intensitas penggunaan kayu bakar lebih sering digunakan
dari pada gas. Umumnya masyarakat mengambil kayu bakar dari ranting-ranting pohon yang sudah berjatuahn atau biasa disebut krecek. Potensi tumbuhan berguna sebagai penghasil kayu bakar di kawasan TNGM sebanyak 9 jenis dari 8 famili tumbuhan yang ditemukan. Adapun contoh beberapa jenis tumbuhan yang berguna sebagai penghasil kayu bakar yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar TNGM disajikan pada Tabel 35. Tabel 35 Daftar jenis tumbuhan penghasil kayu bakar di kawasan TNGM No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Daerah Akasia Deguren Anggring Belimbing Kosek Cemara Gondang Kedupai Kaliandra Marong Sowo
Nama Ilmiah Acacia decurrens Willd. Trema cannabina Lour. Acronychia trifoliate Zoll. Casuarina junghuhniana Miq. Ficus variegata Bl. Mischocarpus oppositifolius (Lour.) Merr. Calliandra calothyrsus Meissn. Cratoxylon clandestinum Dyer. Engelhardia spicata Blume.
Famili Fabaceae Ulmaceae Rutaceae Casuarinaceae Moraceae Sapindaceae Fabaceae Guttiferaceae Juglandaceae
Di bawah ini adalah contoh jenis tumbuhan yang berguna sebagai penghasil kayu bakar yang terdapat di kawasan TNGM. (Gambar 16)
Gambar 16
Akasia Deguren (Acacia decurrens Willd.) sebagai penghasil kayu bakar
5.2.11 Tumbuhan Kegunaan lainnya Maksud dari tumbuhan kegunaan lainnya disini ialah jenis tumbuhan yang memiliki manfaat lain selain sepuluh kelompok kegunaan sebelumnya dan jenis tumbuhan lainnya yang belum diketahui manfaatnya. Berikut dibawah ini merupakan jenis-jenis tumbuhan yang masuk ke dalam kelompok kegunaan lainnya disajikan pada Tabel 36.
Tabel 36 Daftar jenis tumbuhan kegunaan lainnya No 1 2 3
Nama Lokal Gesik Gondang Irengan
Nama Ilmiah Elaeocarpus pierrei K.&V. Ficus variegata Bl. Eupatorium riparium Reg.
Nama Famili Elaeocarpaceae Moraceae Asteraceae
Eupatorium riparium Regel
Asteraceae
5 6 7 8
Lombokan/ srunen/ telasian Lotro Sapen Sonto Tepus
Kegunaan Jarang Digunakan Penghasil lilin Menjaga tanah agar tidak longsor Penutup tanah
Rubiaceae Loganiaceae Sarcospermaceae Zingiberaceae
Jarang digunakan Jarang Digunakan Jarang digunakan Bahan baku kertas
9 10
Umbelumbelan Wiung
Wendlandia glabrata DC. Buddleja asiatica Lour. Sarcosperma sp. Achasma megalochilos Griff. Saurauia bracteosa DC. Turpinia sphaerocarpa Hassk.
4
Actinidiaceae Staphyleaceae
-
5.3 Jenis-jenis Tumbuhan Berguna Lainnya Berikut di bawah ini merupakan jenis-jenis tumbuhan berguna lainnya yang ditemukan di kawasan TNGM, disajikan pada Tabel 37. Tabel 37 Daftar jenis tumbuhan lainnya yang ditemukan di kawasan TNGM No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Nama Lokal Parijito Anggrek Pandan Kantong semar Salak Tesek Bambu Betung Bambu Apus Bambu Cendani Bambu Ampel Bambu Legi Pandan Paku-pakuan Kropok Pakis Dedak
15 16 17
Palem Piji Aren Kayu angin
Nama Ilmiah Medinella speciosa L. Vanda tricolor Nephentes gymnapora Salacca zalacca Voss. Dodonaea viscosa Jacq. Dendrocalamus asper Gigantochloa apus Bambusa multiplex Bambusa vulgaris Gigantochloa atter Pandanus sp Lycopodium cernuum Selliguea feei Pteridium aquilinum (Kuhn.) Cyrtostachys lakka Arenga pinnata Usnea misaminensis
Nama Famili Melastomataceae Orchidaceae Nepenthaceae Arecaceae Sapindaceae Poaceae Poaceae Poaceae Poaceae Poaceae Pandanaceae Lycopodiaceae Polypodiaceae Pteridaceae
Kegunaan Obat, Hias Hias Hias Pangan Ritual adat Tali & kerajinan Tali & kerajinan Hias, Kerajinan Tali & kerajinan Tali & kerajinan Tali & kerajinan -
Arecaceae Arecaceae Parmeliaceae
Hias Pangan Obat
Masyarakat memanfaatkan tumbuhan hias untuk ditanam di pekarangan rumah mereka dan juga ada beberapa yang memanfaatkan tumbuhan hias untuk dijual seperti anggrek pandan (Vanda tricolor) dan parijoto (Medinella speciosa) yang merupakan tumbuhan hias khas dari Gunung Merapi (Gambar 17).
Gambar 17 Anggrek Pandan (Vanda tricolor) & Parijoto (Medinella speciosa L.)
Di beberapa daerah di kawasan TNGM terdapat tanaman yang sengaja ditanam sebagai tumbuhan pangan contohnya adalah salak. Di desa ngablak, Kab. Srumbung sengaja dijadikan sebagai daerah agrowisata karena begitu banyaknya salak yang dihasilkan dari daerah ini. Di bawah ini adalah contoh jenis tumbuhan salak yang dimanfaatkan oleh masyarakat (Gambar 18).
Gambar 18 Salak Tanaman Pangan khas Desa ngablak, Magelang
Tumbuhan tesek digunakan sebagai bahan dasar pembuatan gagang keris, dan dipercaya memiliki kemampuan untuk menolak serangan dari ilmu hitam, sedangkan potongan kayu dapat digunakan jimat saat bepergian. Di bawah ini adalah contoh jenis tumbuhan yang berguna sebagai keperluan ritual adat dan keagamaan yang terdapat pada kawasan TNGM yaitu tesek. (Gambar 19)
Gambar 19 Pohon Tesek (Dodonaea viscosa Jacq.)
Jenis-jenis bambu yang ditemukan sebagian besar ditemukan pada kawasan Tritis-Turgo yang merupakan sebuah kawasan dengan tegakan bambu seluas ± 250 Ha. Penduduk sekitar kawasan memanfaatkan jenis-jenis bambu yang ada untuk digunakan sebagai penghasil tali, anyaman dan kerajinan. Di bawah ini adalah beberapa jenis contoh bambu yang digunakan sebagai penghasil tali, anyaman dan kerajinan yang terdapat pada kawasan TNGM (Gambar 20).
Gambar 20 Bambu Ampel, Bambu Apus, Bambu Legi, Bambu Pagar, Bambu Betung
Terdapat tiga jenis tumbuhan yang ditemukan di ketinggian 2500 m dpl yang berada di zona volkani aktif. Ketiga jenis tumbuhan tersebut adalah Pakupakuan (Lycopodium cernuum), Kropok (Selliguea feei) dan pakis dedak (Pteridium aquilinum Kuhn.). Berikut adalah gambar ketiga jenis tumbuhan teresebut (Gambar 21).
Gambar 21 Paku-pakuan (Lycopodium cernuum), Kropok (Selliguea feei) dan pakis dedak (Pteridium aquilinum Kuhn.)
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan 1. Jumlah jenis tumbuhan yang ditemukan di kawasan TNGM saat penelitian (Juni-Agustus 2010) sebanyak 108 jenis dari 52 famili. Dilihat dari indeks kekayaan jenis dan keanekaragaman jenis, umumnya tumbuhan di kawasan TNGM memiliki nilai indeks yang rendah. Pola penyebaran tumbuhan pada tiap zona dan tipe ekosistem TNGM cenderung mengelompok. 2. Kegunaan tumbuhan yang dapat digunakan dikelompokkan ke dalam 11 kelompok kegunaan tumbuhan, tertinggi adalah tumbuhan penghasil pangan (32 jenis) dan terendah adalah tumbuhan untuk keperluan ritual adat dan keagamaan (1 jenis).
6.2 Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut secara periodik pasca erupsi mengenai inventarisasi tumbuhan agar data yang diperoleh dapat digunakan untuk mengetahui tingkat suksesi kawasan hutan TNGM. Hal ini perlu dibuat rancangan penelitian suksesi secara baik dan terprogram dengan baik oleh TNGM atau lembaga penelitian lainnya. 2. Rehabilitasi kawasan hutan TNGM yang rusak akibat erupsi gunung merapi perlu dilakukan dengan menanam jenis-jenis asli setempat di zonasi tertentu seperti zona rehabilitasi, sehingga terbentuk vegetasi hutan Merapi seperti semula. 3. Pihak pengelola perlu melakukan kegiatan pelatihan, penyuluhan dan pendampingan kepada masyarakat terkait dalam memberikan pengetahuan tentang tumbuhan berguna di kawasan TNGM. 4. Akasia deguren (Acacia decurrens Willd.) yang merupakan tumbuhan invasif perlu dikendalikan populasinya.
DAFTAR PUSTAKA Arafah D. 2005. Studi Potensi Tumbuhan Berguna di Kawasan Taman Nasional Bali Barat. [Skripsi]. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Balai Taman Nasional Gunung Merapi. 2009. Statistik Balai Taman Nasional Gunung Merapi. Yogyakarta. Dwanasuci N. 2006. Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Kawasan Taman Nasional Bali Barat (Studi Kasus di Wilayah Seksi II Buleleng). [Skripsi]. Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ewusie JY. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Terjemahan. ITB Press. Bandung. Gopal B and Bhardwaj N. 1979. Elements of Ecology. Department of Botany. Rajasthan University Jaipur. India. Heddy S, Soemitro SB, dan Soekartomo S. 1986. Pengantar Ekologi. Jakarta: Rajawali. Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia I-IV (Terjemahan : de Nuttige Planten van Indonesie). Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan. Jakarta. Hobir. 2004. Plasma Nutfah Tanaman Atsiri. Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat. Jurnal. Vol.XVI. No.1.2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Bogor. Inama. 2008. Kajian Etnobotani Masyarakat Suku Marind Sendawi Anim di Kawasan Konservasi Taman Nasional Wasur, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. [Skripsi]. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta. Isdijoso SH. 1992. Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan Sandang, Tali Temali dan Anyam-anyaman. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI. Bogor. Hal: 328-334. Ismanto. 2007. Inventarisasi Potensi Pakis (Cyathea sp) di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat. Buletin Konservasi Alam Vol. VII (1), April : 4856.
Jalaraya M. 2008. Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan pada Areal Hutan Lindung di Wilayah Bagian Hutan Temayang, KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. [Skripsi]. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kartikawati SM. 2004. Pemanfaatan Sumberdaya Tumbuhan oleh Masyarakat Dayak Meratus di Kawasan Hutan Pegunungan Gunung Meratus, Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Tesis pada Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor. Tidak diterbitkan. Kartiwa S, Martowikrido W. Dalam Upacara Adat Nasional Etnobotani. Departemen Pertanian 149-155.
1992. Hubungan antara Tumbuhan dan Manusia di Indonesia. Prosiding Seminar dan Lokakarya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI. Bogor. Hal:
Krebs CJ. 1978. Ecological Methodology. Harper & Row Publisher. New York. Kusmana. 1997. Metode Survey Vegetasi. PT Penerbit Institut Pertanian Bogor. Lemmens RMHJ, Soetjipto NW, Van Der Zwan RP, Parren M. 1999. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 3 Tumbuh-tumbuhan Penghasil Pewarna dan Tanin. PROSEA Indonesia. Bogor. Ludwig JA, Reynold JF. 1988. Statistical Ecology. New York: Jhon Wiley and Sons. Marsono D. 1991. Potensi dan Kondisi Hutan Hujan Tropika Basah di Indonesia. Buletin Instiper Volume 2. No. 2. Institut Pertanian STIPER. Yogyakarta. Magurran AE. 1988. Statistical Ecology. New York: Jhon Wiley and Sons. Odum EHLM. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan oleh Tjahjono Samingan dari buku Fundamentals of Ecology. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Poerwadarminto WJS. 1983. Kamus Bahasa Indonesia. PN Balai Pustaka. Jakarta. Purwanto Y, Walujo EB. 1992. Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Obat Tradisional oleh Masyarakat Tanimbar-Kei. Media Konservasi Vol. IV(2), Juni : 99112. Ratnasari J. 2007. Galeri Tanaman Hias Bunga. Penebar Swadaya. Jakarta. Resosoedarmo S, Kartawinata K, dan Soegiarto A. 1986. Pengantar Ekologi. Bandung: Remadja Rosda Karya.
Sastrapradja O, Sutisna U, Kalima T. 1992. Keanekaragaman Pemanfaatan JenisJenis Pohon Dipterocarpaceae oleh Penduduk Asli di Indonesia. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI. Bogor. Hal: 344-357. Soegiri J, Ilyas HS, Damayanti. 1990. Mengenal Beberapa Jenis Hijauan. Direktorat Bina Produksi Peternakan Departemen Pertanian. Jakarta. Soerianegara I, Indrawan A. 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suhartrislakhadi D. 2007. Konservasi Sumberdaya Genetik Tanaman Hutan. Buletin Konservasi Alam Vol. VII (2), Juni : 22-27. Sutarno H. 1996. Paket Modul Partisipatif Pemberdayaan Jenis Pohon dalam Sistem Wanatani. Prosea Indonesia. Yayasan Prosea. Bogor. Widjaja, Elizabeth A, Uway WM, Sutikno SU. 1988. Tumbuhan Anyaman Indonesia. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta. Yusri A, Puspitasari AY, Hidayati S, Nilasari I, Susantyo JM, Anggana AF, Husein F, Darda AG. 2010. Laporan Kegiatan Praktik Kerja Lapang Profesi Taman Nasional Gunung Merapi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Zuhud EAM, Ekarelawan, Riswan S. 1994. Hutan Tropika Indonesia sebagai Sumber Keanekaragaman Plasma Nutfah Tumbuhan Obat. dalam Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian (Taman Nasional Gunung Merapi)
Famili Fabaceae Euphorbiaceae Ulmaceae Verbenaceae Meliaceae Urticaceae Rutaceae Moraceae Begoniaceae – Acanthaceae Casuarinaceae Ericaceae – Fabaceae Euphorbiaceae Lamiaceae Urticaceae Sterculiaceae Myrtaceae Asteraceae Cucurbitaceae Melastomataceae Melastomataceae Elaeocarpaceae Vitaceae Moraceae Fabaceae Moraceae
Habitus Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Herba Pohon Pohon Herba Epifit Herba Pohon Semak Herba Pohon Pohon Herba Pohon Pohon Pohon Herba Liana Herba Herba Pohon Herba Pohon Herba Epifit
73
Lampiran 2 Daftar Nama Spesies Tumbuhan yang Ditemukan di Kawasan TNGM No. Nama Lokal Nama Ilmiah 1 Akasia Deguren Acacia decurrens Willd. 2 Ande-ande Antidesma tetrandum Bl. 3 Anggring Trema cannabina Lour. 4 Apit Clerodendrum sp. 5 Balungan Dysoxylum arborescens Miq. 6 Banyon Pilea trinervia Wight. 7 Belimbing Kosek Acronychia trifoliata Zoll. 8 Bendo Artocarpus elastica Reinw. 9 Bilung Kebo Begonia hirtella Link. 10 Bonglu – 11 Bubukuan Strobilanthes cernus Blume 12 Cemara Casuarina junghuhniana Miq. 13 Cepokogeni Rhododendron javanicum Benn. 14 Cicit – 15 Dadap Pri Erythrina lithosperma Miq. 16 Dempul Glochidion arborescens Bl. 17 Dilem Pogostemon hortensis Backer. 18 Dlundung Gunung Pouzolzia viminea Wedd. 19 Dok Sterculia macrophylla Vent. 20 Duwet Eugenia cumini Merr. 21 Edelweiss Anaphalis javanica (Bl.) Boerl. 22 Gambas Sechium edule Sw. 23 Ganen Clidentia hirta Don. 24 Ganon Marumia muscosa Bl. 25 Gesik Elaeocarpus pierrei K.& V. 26 Girang Leea Aequata Linn. 27 Gondang Ficus variegata Bl. 28 Gundi Lespedeza junghuhniana Bakh.f. 29 Ipik Ficus superba Miq.
Lampiran 2 (Lanjutan) No. 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58
Nama Lokal Irengan Jalumampang Jirek Jokotuo Kajar Kaliandra Kayu Manis Kebak Kecutan Kedoyo Kedupai Kedupu Kemaduh Kemiren/klepon /miren Kendung Ketepeng Kina Klanti Kleci Kopi Koyam Krembi Lempuyang Lenglengan Lodo Lodo Hutan Lombokan/srunen/telasian Lotro Lumut/cakarayam
Nama Ilmiah Eupatorium riparium Reg. Epipremnun pinnatum Engl. Symplocos cochinchinensis (Lour.) Moore Scoparia dulcis L. – Calliandra calothyrsus Meissn. Cinnamomum burmannii (Nees &Th. Nees) Ficus alba Reinw. – Amoora aphanamixis Roem & Schult Mischocarpus oppositifolius (Lour.) Merr. – Laportes stimulans Miq. Thespesia lampas Dalz & Gibs Helicia javanica Bl. Cassia alata Linn. Cinchona pubescens Vahl. – Caesalpinia crista Linn. Coffea robusta Lindl. Ex. De Willd. Acalypha caturus Bl. Homalanthus populneus Pax Zingiber aromaticum Val. Leucas lavandulifolia R.Br. Symplocos javanica (Bl.) Kurz. Piper sulcatum Blume Eupatorium riparium Regel Wendlandia glabrata DC. Boerhaavia erecta L.
Famili Asteraceae Araceae Symplocaceae Scrophulariaceae – Fabaceae Lauraceae Moraceae Meliaceae Sapindaceae – Urticaceae Malvaceae Protaceae Fabaceae Rubiaceae – Fabaceae Rubiaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Zingiberaceae Lamiaceae Symplocaceae Piperaceae Asteraceae Rubiaceae Nyctaginaceae
Habitus Herba Epifit Pohon Perdu Herba Perdu Pohon Pohon Herba Pohon Pohon Pohon Pohon Perdu Pohon Liana Pohon Herba Pohon Pohon Herba Pohon Herba Herba Pohon Herba Herba Pohon Herba
74
Lampiran 2 (Lanjutan) No. 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87
Nama Lokal Manisrejo Marong Nangkaan Pakis Kadut Pakis Kere Pare Hutan Pasang Pasang abang/pasang kletak Penjirit Petungan Ijo Pinus Pohon Meniran Prian Pung Puspa Rasamala Rembet Rumput Bason Rumput Blaba'ang Rumput Cowean Rumput Gajian Rumput Grepak Rumput Kulonjono Rumput Teki Sampang Sapen Sarangan Selimpet Sembung
Nama Ilmiah Vaccinium varingfolium Miq. Cratoxylon clandestinum Dyer. Litsea diversifolia Blume Polystichum obtusum J.Sm. – Momordica chorantia Linn. Quercus sundaica Blume Lithocarpus elegans (Bl.) Hatus.ex Soepadmo Rauvolfia serpentina (L.) Benth. ex Kurz. Commelina benghalensis Linn. Pinus merkusii Jungh & De Vr – Maesa tetrandra (Roxb.) DC. Dichrostachys cinerea W & A. Schima wallichii (DC.) Korth. Altingia excelsa Noronha. Rubus moluccanus L. Paspalaum conyugatum Arundinella nepalensis Trin. Otelia alismoides Pers. Panicum distachyum Linn. Polytoca bracteata R.Br. Pennisetum purpureum Schum. Cyperus rotundus Linn. Evodia latifolia Dc. Buddleja asiatica Lour. Castanopsis argentea Bl. Schismatoglottis calyptrata Z&M Blumea balsamifera Dc.
Famili Ericaceae Guttiferaceae Lauraceae Aspidiaceae – Cucurbitaceae Fagaceae Fagaceae Apocynaceae Commelinaceae Pinaceae – Myrsinaceae Fabaceae Theaceae Hamamelidaceae Rosaceae Poaceae Poaceae Hydrocharitaceae Poaceae Poaceae Poaceae Cyperaceae Rutaceae Loganiaceae Fagaceae Araceae Asteraceae
Habitus Perdu Pohon Pohon Herba Herba Liana Pohon Pohon Herba Herba Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Liana Herba Herba Herba Herba Herba Herba Herba Pohon Perdu Pohon Herba Pohon
75
Lampiran 2 (Lanjutan) No. 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108
Nama Lokal Semutan Sonto Sowo Talas-talasan Tambal Tanganan Tanganan Tanganan Tebonan Tepus Trawas Tutup Uciuji Kebo Umbel-umbelan Urang-urangan Waderan Walik Angin Wilodo Banyu Wilodo Jowo Wiung Woang
Nama Ilmiah Glochidion rubrum Blume Sarcosperma sp. Engelhardia spicata Blume Colocasia sibthorpioides Lmk. Persea rimosa (Bl.) Kosterm. Schefflera polybotrya Koord. Melicope latifolia (DC.) T.G.Hartley Trevesia sundaica Miq. Polygonum chinense L. Achasma megalochilos Griff. Litsea odorifera Val. Mallotus rhizinoides Muell. Basella rubra Linn. Saurauia bracteosa DC. Villebrunea rubescens Blume. Corchorus acutangulus Lamk. Mallotus paniculata Muell. Ficus lepicarpa Blume Ficus fulva Elmer. Turpinia sphaerocarpa Hassk. Prunus javanica (T.& B.) Miq.
Famili Euphorbiaceae Sarcospermaceae Juglandaceae Araliaceae Lauraceae Araliaceae Rutaceae Araliaceae Polygonaceae Zingiberaceae Lauraceae Euphorbiaceae Basellaceae Actinidiaceae Urticaceae Tiliaceae Euphorbiaceae Moraceae Moraceae Staphyleaceae Rosaceae
Habitus Pohon Pohon Pohon Herba Pohon Pohon Pohon Pohon Herba Herba Herba Pohon Herba Pohon Pohon Herba Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon
76
Lampiran 3 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat semai pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F KR (%) 1 Ande-ande Antidesma tetrandum Bl. 250 5,26 0,1 2 Kemaduh Laportes stimulans Miq. 750 15,78 0,3 3 Kendung Helicia javanica Bl. 750 15,78 0,2 4 Kina Cinchona pubescens Vahl. 1.000 21,05 0,3 5 Pasang Kletak Lithocarpus elegans (Bl.) Hatus.ex Soepadmo 500 10,52 0,1 6 Puspa Schima wallichii (DC.) Korth. 500 10,52 0,1 7 Rasamala Altingia excelsa Noronha. 500 10,52 0,1 8 Tanganan Melicope latifolia (DC.) T.G.Hartley 500 10,52 0,2 Jumlah 4.750 100,00 1,4
FR (%) 7,14 21,42 14,28 21,42 7,14 7,14 7,14 14,28 100,00
INP (%) 12,40 37,21 30,07 42,48 17,66 17,66 17,66 24,81 200,00
Lampiran 4 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pancang pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah,, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F KR (%) 1 Kendung Helicia javanica Bl. 40 3,57 0,1 2 Kina Cinchona pubescens Vahl. 480 42,85 0,5 3 Puspa Schima wallichii (DC.) Korth. 560 50 0,4 4 Rasamala Altingia excelsa Noronha. 40 3,57 0,1 Jumlah 1.120 100,00 1,1
FR (%) 9,09 45,45 36,36 9,09 100,00
INP (%) 12,66 88,31 86,36 12,66 200,00
Lampiran 5 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat tiang pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F D (m2/ha) KR (%) FR (%) 1 Puspa Schima wallichii (DC.) Korth. 70 41,17 0,2 28,57 1,06 2 Ande-ande Antidesma tetrandum Bl. 10 5,88 0,1 14,28 0,08 3 Bendo Artocarpus elastica Reinw. 10 5,88 0,1 14,28 0,15 4 Kina Cinchona pubescens Vahl. 70 41,17 0,2 28,57 0,97 5 Pasang Kletak Lithocarpus elegans (Bl.) Hatus.ex Soepadmo 10 5.88 0,1 14,28 0,29 Jumlah 170 100,00 0,7 100,00 2,57
DR (%) 41,46 3,16 6,11 37,77 11,48 100,00
INP (%) 111,21 23,32 26,28 107,52 31,65 300,00
77
Lampiran 6 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pohon pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) F D (m2/ha) FR (%) 1 Bendo Artocarpus elastica Reinw. 5 2,98 0,5 2,98 2,32 2 Dadap Pri Erythrina lithosperma Miq. 2,5 1,49 0,25 1,49 0,24 3 Kayu Manis Cinnamomum burmannii (Nees &Th. Nees) 2,5 1,49 0,25 1,49 0,21 4 Kina Cinchona pubescens Vahl. 22,5 13,43 2,25 13,43 1,18 5 Jirek Symplocos cochinchinensis (Lour.) Moore 5 2,98 0,5 2,98 0,21 6 Pasang Quercus sundaica Blume 5 2,98 0,5 2,98 0,33 7 Puspa Schima wallichii (DC.) Korth. 30 17,91 3 17,91 4,62 8 Rasamala Altingia excelsa Noronha 95 56,71 9,5 56,71 21,21 Jumlah 167 100,00 16.75 100,00 30,35
DR (%) 7,67 0,79 0,69 3,91 0,70 1,11 15,23 69,88 100,00
INP (%) 13,64 3,77 3,68 30,77 6,67 7,08 51,05 183,31 300,00
Lampiran 7 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat herba pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F KR (%) 1 Cakar ayam Boerhaavia erecta L. 12.250 37,12 0,4 Leea Aequata Linn. 2 Girang 250 0,75 0,1 3 Kajar 750 2,27 0,1 Acalypha caturus BL. 4 Koyam 250 0,75 0,1 5 Lombokan Eupatorium riparium Regel 12.500 37,87 0,4 6 Slimpet Schismatoglottis calyptrata Z&M 6.000 18,18 0,5 7 Talas-talasan Colocasia sibthorpioides Lmk. 1.000 3,03 0,1 Jumlah 33.000 100,00 1,7
FR (%) 23,52 5,88 5,88 5,88 23,52 29,41 5,88 100,00
INP (%) 60,65 6,63 8,15 6,63 61,40 47,59 8,91 200,00
Lampiran 8 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat perdu pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F KR (%) 1 Kaliandra Calliandra calothyrsus Meissn. 5.750 100 0,7 Jumlah 5.750 100,00 0,7
FR (%) 100 100,00
INP (%) 200 200,00
78
Lampiran 9 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat epifit pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F KR (%) 1 Jalu Mampang Epipremnun pinnatum Engl. 2,50 100 0,1 Jumlah 2,50 100,00 0,1
FR (%) 100 100,00
INP (%) 200 200,00
Lampiran 10 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat liana pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F KR (%) 1 Rembetan Rubus moluccanus L. 15 100 0,6 Jumlah 15 100,00 0,6
FR (%) 100 100,00
INP (%) 200 200,00
Lampiran 11 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat semai pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F KR (%) 1 Kopi Coffea robusta Lindl. Ex. De Willd. 250 9.52 0,1 2 Kedupu 125 4.76 0,05 3 Kemaduh Laportes stimulans Miq. 1.500 57.14 0,25 4 Tanganan Trevesia sundaica Miq. 375 14.28 0,1 5 Wilodo Jowo Ficus fulva Elmer. 375 14.28 0,05 Jumlah 2.625 100,00 0,55
FR (%) 18,18 9,09 45,45 18,18 9,09 100,00
INP (%) 27,70 13,85 102,59 32,46 23,37 200,00
Lampiran 12 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pancang pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F KR (%) 1 Kedupu 20 1,20 0,05 2 Kemaduh Laportes stimulans Miq. 960 57,83 0,60 3 Kopi Coffea robusta Lindl. Ex. De Willd. 160 9,63 0,35 4 Sampang Evodia latifolia Dc. 20 1,20 0,05 5 Tanganan Trevesia sundaica Miq. 20 1,20 0,05 6 Urang-urangan Villebrunea rubescens Blume. 440 26,50 0,35 7 Wilodo Jowo Ficus fulva Elmer. 40 2,40 0,1 Jumlah 1.660 100,00 1,55
FR (%) 3,22 38,70 22,58 3,22 3,22 22,58 6,45 100,00
INP (%) 4,43 96,54 32,21 4,43 4,43 49,08 8,86 200,00
79
Lampiran 13 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat tiang pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F D (m2/ha) KR (%) FR (%) 1 Kedupu 10 14,28 0,2 16,66 0,22 2 Kemaduh Laportes stimulans Miq. 10 14,28 0,2 16,66 0,24 3 Sampang Evodia latifolia Dc. 10 14,28 0,2 16,66 0,22 4 Tanganan Trevesia sundaica Miq. 10 14,28 0,2 16,66 0,08 5 Urang-urangan Villebrunea rubescens Bl. 10 14,28 0,2 16,66 0,08 6 Wilodo Banyu Ficus lepicarpa Blume 15 21,42 0,1 8,33 0,19 7 wilodo Jowo Ficus fulva Elmer. 5 7,14 0,1 8,33 0,05 Jumlah 70 100,00 1,2 100,00 1,11 Lampiran 14 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pohon pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F KR (%) FR (%) 1 Dadap Pri Erythrina lithosperma Miq. 115 48,93 1 25,31 2 Dok Ficus fulva Reinw. 2,5 1,06 0,10 2,53 3 Gondang Ficus variegata Bl. 2,5 1,06 0,10 2,53 4 Kedupu 10 4,25 0,40 10,12 5 Kemaduh Laportes stimulans Miq. 1,25 0,53 0,05 1,26 6 Krembi Homalanthus populneus Pax. 1,25 0,53 0,05 1,26 7 Lotro Wendlandia glabrata DC. 3,75 1,59 0,15 3,79 8 Pohon Meniran 1,25 0,53 0,05 1,26 9 Sampang Evodia latifolia Dc. 55 23,40 0,80 20,25 10 Semutan Glochidion rubrum Bl. 18,75 7,97 0,65 16,45 11 Tanganan Trevesia sundaica Miq. 1,25 0,53 0,05 1,26 12 Tutup Mallotus rhizinoides Muell. 7,5 3,19 0,15 3,79 13 Umbel-umbelan Saurauia bracteosa DC. 5 2,12 0.20 5,06 14 Urang-urangan Villebrunea rubescens Bl. 1,25 0,53 0,05 1,26 15 Wilodo Banyu Ficus lepicarpa Blume 6,25 2,65 0,05 1,26 16 Wilodo Jowo Ficus fulva Elmer. 2,5 1,06 0,10 2,53 Jumlah 235 100,00 3,95 100,00
D (m2/ha) 18,44 0,18 1,13 0,91 0,03 0,06 0,25 0,12 2,77 1,96 0,05 0,52 0,62 0,03 0,26 0,07 27,49
DR (%) 19,86 21,77 20,16 8,01 7,76 17,79 4,61 100,00
DR (%) 67,08 0,66 4,12 3,31 0,14 0,24 0,92 0,44 10,08 7,15 0,19 1,90 2,28 0,14 0,98 0,27 100,00
INP (%) 50,81 52,72 51,11 38,96 38,72 47,56 20,09 300,00
INP (%) 141,34 4,26 7,72 17,69 1,94 2,04 6,31 2,24 53,74 31,59 1,99 8,89 9,47 1,94 4,90 3,87 300,00
80
Lampiran 15 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat herba pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F KR (%) 1 Bilung Kebo Begonia hirtella Link. 5.125 9,42 0,30 2 Cicit 250 0,45 0,05 3 Cowean Otelia alismoides Pers. 250 0,45 0,05 4 Kecutan 875 1,60 0,35 5 Rumput Kulonjono Pennisetum purpureum Schum. 375 0,68 0,05 6 Lempuyang Zingiber aromaticum Val. 500 0,91 0,15 7 Lodo Hutan Piper sulcatum Blume 375 0,68 0,10 8 Pakis Kere 3.125 5,74 0,10 9 Petungan Ijo Commelina benghalensis Linn. 4.750 8,73 0,30 10 Rumput Bason Paspalaum conyugatum 9.125 16,78 0,30 11 Rumput Cowean Otelia alismoides Pers. 375 0,68 0,05 12 Srunen Eupatorium riparium Regel 23.000 42,29 0,70 13 Tepus Achasma megalochilos Griff. 4.875 8,96 0,25 14 Uciuji Kebo Basella rubra Linn. 1.000 1,83 0,15 15 Waderan Corchorus acutangulus Lamk. 375 0,68 0,05 Jumlah 54.375 100,00 2,95 Lampiran 16 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat perdu pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F KR (%) 1 Jokotuo Scoparia dulcis L. 1.375 68,75 0,20 2 Kedoyo Amoora aphanamixis Roem & Schult 625 31,25 0,05 Jumlah 2.000 100,00 0,25 Lampiran 17 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat epifit pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F KR (%) 1 Bonglu 3,75 37,5 0,15 2 Ipik Ficus superba Miq. 5 50 0,15 3 Jalumampang Epipremnun pinnatum Engl. 1,25 12,5 0,05 Jumlah 10 100,00 0,35
FR (%) 10,16 1,69 1,69 11,86 1,69 5,08 3,38 3,38 10,16 10,16 1,69 23,72 8,47 5,08 1,69 100,00
FR (%) 80 20 100,00
FR (%) 42,85 42,85 14,28 100,00
INP (%) 19,59 2,15 2,15 13,47 2,38 6,00 4,07 9,13 18,90 26,95 2,38 66,02 17,44 6,92 2,38 200,00
INP (%) 148,75 51,25 200,00
INP (%) 80,35 92,85 26,78 200,00
81
Lampiran 18 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat liana pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F KR (%) 1 Brembet Rubus moluccanus L. 18,75 93,75 0,25 2 Pare Hutan Momordica chorantia Linn. 1,25 6,25 0,05 Jumlah 20 100,00 0,3 Lampiran 19 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat semai pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F KR (%) 1 Dadap Pri Erythrina lithosperma Miq. 166,67 11,11 0,03 2 Lodo Symplocos javanica (Bl.) Kurz. 83,33 5,56 0,03 3 Pasang Quercus sundaica Blume 916,67 61,11 0,10 4 Pasang Kletak Lithocarpus elegans (Bl.) 83,33 5,56 0,03 5 Sowo Engelhardia spicata Blume 83,33 5,56 0,03 6 Wilodo Ficus fulva Elmer. 166,67 11,11 0,03 Total 1.500 100,00 0,27 Lampiran 20 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pancang pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F KR (%) 1 Cemara Casuarina junghuhniana Miq. 13,33 1,79 0,03 2 Dadap Pri Erythrina lithosperma Miq. 13,33 1,79 0,03 3 Dempul Glochidion arborescens Bl. 40,00 5,36 0,03 4 Lodo Symplocos javanica (Bl.) Kurz. 40,00 5,36 0,07 5 Lotro Wendlandia glabrata DC. 13,33 1,79 0,03 6 Pasang Quercus sundaica Blume 146,67 19,64 0,10 7 Pasang Kletak Lithocarpus elegans (Bl.) Hatus.ex Soepadmo 106,67 14,29 0,13 8 Prian Maesa tetrandra (Roxb.) DC. 120,00 16,07 0,10 9 Sowo Engelhardia spicata Blume 133,33 17,86 0,20 10 Walik Angin Mallotus paniculata Muell. 13,33 1,79 0,03 11 Wilodo Ficus fulva Elmer. 93,33 12,50 0,10 12 Woang Prunus javanica (T.& B.) Miq. 13,33 1,79 0,03 Total 746,67 100,00 0.90
FR (%) 83,33 16,66 100,00
FR (%) 12,50 12,50 37,50 12,50 12,50 12,50 100,00
FR (%) 3,70 3,70 3,70 7,41 3,70 11,11 14,81 11,11 22,22 3,70 11,11 3,70 100,00
INP (%) 177,08 22,91 200,00
INP (%) 23,61 18,06 98,61 18,06 18,06 23,61 200,00
INP (%) 5,49 5,49 9,06 12,76 5,49 30,75 29,10 27,18 40,08 5,49 23,61 5,49 200.00
82
Lampiran 21 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat tiang pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F KR (%) FR (%) 1 Ande-ande Antidesma tetrandum Bl. 16,67 6,67 0,10 8.11 2 Dadap Pri Erythrina lithosperma Miq. 6,67 2,67 0,07 5,41 3 Dempul Glochidion arborescens Bl. 23,33 9,33 0,17 13,51 4 Lodo Symplocos javanica (Bl.) 6,67 2,67 0,03 2.70 5 Lotro Wendlandia glabrata DC. 6,67 2,67 0,07 5,41 6 Pasang Quercus sundaica Blume 66,67 26,67 0,17 13,51 7 Pasang Kletak Lithocarpus elegans (Bl.) Hatus.ex Soepadmo 56,67 22,67 0,27 21,62 8 Puspa Schima Wallichii (DC.) Korth. 6,67 2,67 0,07 5,41 9 Sembung Blumea balsamifera Dc. 3,33 1,33 0,03 2,70 10 Sowo Engelhardia spicata Bl. 56,67 22,67 0,27 21,62 Total 250 100,00 1,23 100,00 Lampiran 22 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pohon pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F KR (%) FR (%) 1 Akasia Deguren Acacia decurrens Willd. 2,50 1,10 2,50 3 2 Ande-ande Antidesma tetrandum Bl. 0,83 0,37 0,83 1 3 Anggring Trema cannabina Lour. 0,83 0,37 0,83 1 4 Apit Clerodendrum sp. 1,67 0,73 0,83 1 5 Cemara Casuarina junghuhniana Miq. 10,83 4,76 6,67 8 6 Dadap Pri Erythrina lithosperma Miq. 16,67 7,33 7,50 9 7 Dempul Glochidion arborescens Bl. 17,50 7,69 10,00 12 8 D. Gunung Pouzolzia viminea Wedd. 1,67 0,73 0,83 1 9 Gesik Elaeocarpus pierrei K.& V. 1,67 0,73 0,83 1 10 Kebak Ficus alba Reinw. 1,67 0,73 1,67 2 11 Kleci Caesalpinia crista Linn. 0,83 0,37 0,83 1 12 Krembi Homalanthus populneus Pax. 2,50 1,10 2,50 3 13 Lodo Symplocos javanica (Bl.) 5,00 2,20 3,33 4 14 Lotro Wendlandia glabrata DC. 1,67 0,73 1,67 2 15 Marong Cratoxylon clandestinum Dyer. 0,83 0,37 0,83 1
D (m2/ha) 0,22 0,09 0,36 0.09 0,12 1,09 0,92 0,12 0,08 0,93 4,02 D (m2/ha) 0,27 0,03 0,03 0,09 0,67 2,94 0,98 0,07 0,09 0,20 0,04 0,16 0,48 0,08 0,15
DR (%) 5,47 2,28 8,88 2.31 3,10 27,03 22,97 2,95 1,93 23,09 100,00
DR (%) 1,64 0,20 0,20 0,54 3,99 17,65 5,87 0,44 0,54 1,18 0,23 0,97 2,91 0,45 0,89
INP (%) 20,24 10,35 31,72 7.67 11,18 67,21 67,25 11,02 5,96 67,38 300
INP (%) 5,74 1,56 1,56 2,27 16,75 33,98 25,56 2,17 2,27 3,91 1,60 5,07 9,11 3,18 2,26
83
Lampiran 22 (lanjutan) No 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Nama Lokal Pasang Pasang Kletak Pinus Pung Puspa Sarangan Sembung Sowo Trawas Wiung
Nama Ilmiah Quercus sundaica Blume Lithocarpus elegans (Bl.) Hatus.ex Soepadmo Pinus merkusii Jungh & De Vr Dichrostachys cinerea W & A. Schima wallichii (DC.) Korth. Castanopsis argentea Bl. Blumea balsamifera Dc. Engelhardia spicata Bl. Litsea odorifera Val. Turpinia sphaerocarpa Hassk. Total
K (ind/ha) 43,33 80,00 4,17 1,67 4,17 1,67 7,50 15,83 0,83 1,67 227,5
KR (%) 19,05 35,16 1,83 0,73 1,83 0,73 3,30 6,96 0,37 0,73 100,00
F 8,33 13,33 2,50 1,67 3,33 0,83 2,50 6,67 0,83 1,67 83,33
FR (%) 10 16 3 2 4 1 3 8 1 2 100,00
D (m2/ha) 2,49 4,70 0,77 0,15 0,27 0,14 0,36 1,21 0,04 0,25 16,66
DR (%) 14,96 28,23 4,61 0,92 1,61 0,83 2,19 7,24 0,23 1,50 100,00
INP (%) 44,01 79,39 9,45 3,65 7,44 2,57 8,48 22,20 1,59 4,23 300
Lampiran 23 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat herba pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F KR (%) 1 Banyon Pilea trinervia Wight. 1.083,33 3,33 0,10 2 Dilem Pogostemon hortensis Backer. 250,00 0,77 0,03 3 Ganen Clidentia hirta Don. 83,33 0,26 0,03 4 Ganon Marumia muscosa BL 166,67 0,51 0,03 5 Klanti 500,00 1,54 0,03 6 Lombokan Eupatorium riparium Regel 27.000,00 83,08 0,77 7 Lumut Boerhaavia erecta L. 833,33 2,56 0,03 8 Pakis Kadut Polystichum obtusum J.Sm. 1.750,00 5,38 0,13 9 Rumput Gajian Panicum distachyum Linn. 583,33 1,79 0,03 10 Rumput Teki Cyperus rotundus Linn. 250,00 0,77 0,03 Total 32.500 100,00 1,23
FR (%) 8,11 2,70 2,70 2,70 2,70 62,16 2,70 10,81 2,70 2,70 100,00
INP (%) 11,44 3,47 2,96 3,22 4,24 145,24 5,27 16,20 4,50 3,47 200,00
Lampiran 24 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat perdu pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F KR (%) 1 Klepon / miren Thespesia lampas Dalz & Gibs 8166,67 100 0,37 Total 8166.67 100,00 0,37
FR (%) 100 100,00
INP (%) 200 200,00
84
Lampiran 25 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat liana pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F KR (%) 1 Gambas Sechium edule Sw. 0,83 6,67 3,33 2 Ketepeng Cassia alata Linn. 4,17 33,33 10,00 3 Rembatan Rubus moluccanus L. 5,00 40,00 16,67 Total 10 100,00 30 Lampiran 26 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat semai pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F KR (%) 1 Akasia Deguren Acacia decurrens Willd. 166,67 100 0,07 Jumlah 166.67 100,00 0.07 Lampiran 27 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pancang pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F KR (%) 1 Akasia Deguren Acacia decurrens Willd. 533,33 44,44 0,53 2 Gesik Elaeocarpus pierrei K.& V. 666,67 55,56 0,40 Jumlah 1200 100,00 0,93
FR (%) 10,00 30,00 50,00 100,00
FR (%) 100 100,00
FR (%) 57,14 42,86 100,00
Lampiran 28 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat tiang pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F D (m2/ha) KR (%) FR (%) 1 Akasia Deguren Acacia decurrens Willd. 73,33 32,35 0,47 43,75 1,30 2 Gesik Elaeocarpus pierrei K.& V. 133,33 58,82 0,47 43,75 1,89 3 Tanganan Schefflera polybotrya Koor. 6,67 2,94 0,07 6,25 0,06 4 Cemara Casuarina junghuhniana Miq. 13,33 5,88 0,07 6,25 0,15 Jumlah 226,67 100,00 1,07 100,00 3,41 Lampiran 29 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pohon pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F D (m2/ha) KR (%) FR (%) 1 AkasiaDegurn Acacia decurrens Willd. 58,33 77,78 0,60 64,29 3,83 2 Cemara Casuarina junghuhniana Miq. 6,67 8,89 0,13 14,29 0,47 3 Gesik Elaeocarpus pierrei K.& V. 10,00 13,33 0,20 21,43 0,42 Jumlah 75 100,00 0,93 100,00 4,72
DR (%) 38,15 55,53 1,80 4,51 100,00 DR (%) 81,11 9,91 8,97 100,00
INP (%) 16,67 63,33 90,00 200
INP (%) 200 200,00
INP (%) 101,59 98,41 200,00
INP (%) 114,26 158,11 10,99 16,64 300,00 INP (%) 223,18 33,09 43,73 300,00
85
Lampiran 30 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat herba pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) KR (%) 1 Rumput Grepak Polytoca bracteata R.Br. 11.166,67 26,48 2 Telasian Eupatorium riparium Regel 24.666,67 58,50 3 Tebonan Polygonum chinense L. 2.166,67 5,14 4 Uciuji Basella rubra Linn. 500,00 1,19 5 Pakis kadut Polystichum obtusum J.Sm. 166,67 0,40 6 Lenglengan Leucas lavandulifolia R.Br. 166,67 0,40 7 Ganon Marumia muscosa BL 1.833,33 4,35 8 Gundi Lespedeza junghuhniana B 1.500,00 3,56 Jumlah 42.166,67 100,00
F 0,33 0,80 0,27 0,07 0,07 0,07 0,27 0,27 2,13
FR (%) 15,63 37,50 12,50 3,13 3,13 3,13 12,50 12,50 100,00
INP (%) 42,11 96,00 17,64 4,31 3,52 3,52 16,85 16,06 200,00
Lampiran 31 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat semak pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F KR (%) 1 Cepokogeni Rhododendron javanicum Benn. 333,33 100 0,07 Jumlah 333,33 100,00 0,07
FR (%) 100 100,00
INP (%) 200 200,00
Lampiran 32 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat perdu pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F KR (%) 1 Manisrejo Vaccinium varingfolium Miq. 1.500,00 19,15 0,20 2 Sapen Buddleja asiatica Lour. 500,00 6,38 0,13 3 Miren Thespesia lampas Dalz & Gibs 5.833,33 74,47 0,47 Jumlah 7.833,33 100,00 0,80
FR (%) 25,00 16,67 58,33 100,00
INP (%) 44,15 23,05 132,80 200,00
Lampiran 33 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat liana pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F KR (%) 1 Rembetan Rubus moluccanus L. 45 100 0,40 Jumlah 45 100,00 0.40
FR (%) 100 100,00
INP (%) 200 200,00
86
Lampiran 34 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat semai pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F KR (%) 1 Kina Cinchona pubescens Vahl. 750 33,33 0,1 2 Woang Prunus javanica (T.& B.) Miq. 250 11,11 0,1 3 Pasang Quercus sundaica Blume 500 22,22 0,1 4 Pasang abang Lithocarpus elegans (Bl.) Hatus.ex Soepadmo 500 22,22 0,1 5 Duwet Eugenia cumini Merr. 250 11,11 0,1 Jumlah 2.250 100,00 0.5 Lampiran 35 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pancang pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F KR (%) 1 Kina Cinchona pubescens Vahl. 80 15,38 0,2 2 Rasamala Altingia excelsa Noronha. 40 7,69 0,1 3 Belimbing Kosek Acronychia trifoliata Zoll. 40 7,69 0,1 4 Kendung Helicia javanica Bl. 80 15,38 0,1 6 Duwet Eugenia cumini Merr. 200 38,46 0,1 7 Kemaduh Laportes stimulans Miq. 80 15,38 0,1 Jumlah 520 100,00 0,7 Lampiran 36 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat tiang pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F KR (%) FR (%) 1 Ande-ande Antidesma tetrandum Bl. 80 7,69 0,2 15,38 2 Kendung Helicia javanica Bl. 80 7,69 0,2 15,38 3 Kina Cinchona pubescens Vahl. 680 65,38 0,5 38,46 4 Pasang abang Lithocarpus elegans (Bl.) Hatus.ex Soepadmo 120 11,54 0,2 15,38 5 Pung Dichrostachys cinerea W & A 40 3,85 0,1 7,69 6 Sarangan Castanopsis argentea Bl. 40 3,85 0,1 7,69 Jumlah 1.040 100,00 1,3 100,00
FR (%) 20 20 20 20 20 100,00
FR (%) 28,57 14,29 14,29 14,29 14,29 14,29 100,00
D (m2/ha) 0,87 0,57 13,46 2,72 0,69 0,63 18,94
DR (%) 4,57 2,99 71,09 14,38 3,64 3,33 100,00
INP (%) 53,33 31,11 42,22 42,22 31,11 200,00
INP (%) 43,96 21,98 21,98 29,67 52,75 29,67 200,00
INP (%) 27,65 26,07 174,94 41,30 15,17 14,87 300,00
87
Lampiran 37 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pohon pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F D (m2/ha) KR (%) FR (%) 1 Ande-ande Antidesma tetrandum Bl. 7,5 3,23 0,7 15,56 0,52 2 Balungan Dysoxylum arborescens Miq. 10 4,30 0,1 2,22 0,71 3 Dadap Pri Erythrina lithosperma Miq. 17,5 7,53 0,5 11,11 1,97 4 Kedupai Mischocarpus oppositifolius (Lour.) Merr. 7,5 3,23 0,2 4,44 0,49 5 Kendung Helicia javanica Bl. 15 6,45 0,4 8,89 0,97 6 Kina Cinchona pubescens Vahl. 60 25,81 0,5 11,11 4,07 7 Marong Cratoxylon clandestinum Dyer. 15 6,45 0,3 6,67 0,87 8 Nangkaan Litsea diversifolia Blume 7,5 3,23 0,2 4,44 0,94 9 Pasang Abang Lithocarpus elegans (Bl.) 32,5 13,98 0,5 11,11 3,58 10 Pung Dichrostachys cinerea W & A. 7,5 3,23 0,3 6,67 0,68 11 Rasamala Altingia excelsa Noronha. 45 19,35 0,7 15,56 8,17 12 Tambal Persea rimosa (Bl.) Kosterm. 7,5 3,23 0,1 2,22 0,51 Jumlah 232,5 100,00 4,5 100,00 23,49 Lampiran 38 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat herba pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F KR (%) 1 Lombokan Eupatorium riparium Regel 22.250 66,92 0,8 2 Waderan Corchorus acutangulus Lamk. 2.000 6,02 0,3 3 Tebonan Polygonum chinense L. 500 1,50 0,2 4 Irengan Eupatorium riparium Reg. 6.250 18,80 0,1 5 Selimpet Schismatoglottis calyptrata Z&M 1.750 5,26 0,2 6 Bubukuan Strobilanthes cernus Blume 250 0,75 0,1 7 Penjirit Rauvolfia serpentina (L.) Benth. ex Kurz. 250 0,75 0,1 Jumlah 33.250 100,00 1,8 Lampiran 39 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat perdu pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F KR (%) 1 Kemiren Thespesia lampas Dalz & Gibs 360 100 0,2 Jumlah 360 100,00 0,2
DR (%) 2,22 3,03 8,40 2,11 4,13 17,33 3,70 4,00 15,25 2,88 34,79 2,16 100,00
FR (%) 44,44 16,67 11,11 5,56 11,11 5,56 5,56 100,00
FR (%) 100 100,00
INP (%) 21,00 9,56 27,04 9,78 19,47 54,25 16,82 11,67 40,34 12,77 69,70 7,60 300,00
INP (%) 111,36 22,68 12,61 24,35 16,37 6,31 6,31 200,00
INP (%) 200 200,00
88
Lampiran 40 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat liana pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F KR (%) 1 Rembet Rubus moluccanus L. 5 100 0,1 Jumlah 5 100,00 0,1 Lampiran 41 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat semai pada zona inti 1 tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F KR (%) 1 Akasia Deguren Acacia decurrens Willd. 500 100 0,2 Jumlah 500 100,00 0,2 Lampiran 42 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pancang pada zona inti 1 tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F KR (%) 1 Akasia Deguren Acacia decurrens Willd. 240 42,86 0,4 2 Sonto Sarcosperma sp. 320 57,14 0,2 Jumlah 560 100,00 0,6 Lampiran 43 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat herba pada zona inti 1 tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F KR (%) 1 Lenglengan Leucas lavandulifolia R.Br. 2.000 2,61 0,2 2 Telasian Eupatorium riparium Regel 6.000 7,84 0,4 3 Rumput Blaba'ang Arundinella nepalensis Trin. 62.500 81,70 0,8 4 Edelweiss Anaphalis javanica (Bl.) Boerl. 4.500 5,88 0,2 5 Gundi Lespedeza junghuhniana Bakh.f. 1.500 1,96 0,2 Jumlah 76.500 100,00 1,8 Lampiran 44 Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat perdu pada zona inti 1 tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah K (ind/ha) F KR (%) 1 Manisrejo Vaccinium varingfolium Miq. 4.720 100 1 Jumlah 4.720 100,00 1
FR (%) 100 100,00
FR (%) 100 100,00
FR (%) 66,67 33,33 100,00
FR (%) 11,11 22,22 44,44 11,11 11,11 100,00
FR (%) 100 100,00
INP (%) 200 200,00
INP (%) 200 200,00
INP (%) 109.52 90.48 200,00
INP (%) 13,73 30,07 126,14 16,99 13,07 200,00
INP (%) 200 200
89
Lampiran 45 Pola penyebaran tumbuhan tingkat hutan dataran rendah, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Ande-ande Antidesma tetrandum Bl. Kemaduh Laportes stimulans Miq. Kendung Helicia javanica Bl. Kina Cinchona pubescens Vahl. Pasang Kletak Lithocarpus elegans (Bl.) Puspa Schima wallichii (DC.) Korth. Rasamala Altingia excelsa Noronha. Tanganan Melicope latifolia (DC.) T.G.Hart Total
semai pada zona pemanfaatan tipe ekosistem Id 0,00 3,33 1,67 10,00 10,00 10,00 0,00 1,05
Mu -2,15 -2,15 -1,10 -5,30 -5,30 -5,30 -5,30 0,65
Mc 6,01 6,01 4,34 11,02 11,02 11,02 11,02 1,56
Ip -0,16 0,23 0,10 0,45 0,45 0,45 -0,08 0,05
Pola Sebaran Merata Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Merata Mengelompok
Lampiran 46 Pola penyebaran tumbuhan tingkat pancang pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran Kendung Helicia javanica Bl. Kina Cinchona pubescens Vahl. 4,24 0,43 1,91 0,64 Mengelompok Puspa Schima wallichii (DC.) Korth. 5,05 0,52 1,77 0,70 Mengelompok Rasamala Altingia excelsa Noronha. 10,00 -5,30 11,02 0,45 Mengelompok Total 2,14 0,78 1,36 0,55 Mengelompok Lampiran 47 Pola penyebaran tumbuhan tingkat tiang pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran Puspa Schima wallichii (DC.) Korth. 5,24 -0,05 2,67 0,68 Mengelompok Ande-ande Antidesma tetrandum Bl. Bendo Artocarpus elastica Reinw. Kina Cinchona pubescens Vahl. 7,14 -0,05 2,67 0,81 Mengelompok Pasang Kletak Lithocarpus elegans (Bl.) Hatus. Total 1,99 0,61 1,63 0,52 Mengelompok Lampiran 48 Pola penyebaran tumbuhan tingkat pohon pada zona hutan dataran rendah, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Bendo Artocarpus elastica Reinw. 0,00 -5,30 Dadap Pri Erythrina lithosperma Miq. Kayu Manis Cinnamomum burmani Bl. Kina Cinchona pubescens Vahl. 2,22 0,21 Panca kidang Symplocos cochinchinensis (Lour.) 10,00 -5,30 Pasang Quercus sundaica Blume 0,00 -5,30 Puspa Schima wallichii (DC.) Korth. 1,21 0,43 Rasamala Altingia excelsa Noronha. 1,19 0,83 Total 0,97 0,90
pemanfaatan tipe ekosistem Mc 11,02 2,25 11,02 11,02 1,91 1,27 1,15
Ip -0,08 0,49 0,45 -0,08 0,12 0,36 -0,11
Pola Sebaran Merata Mengelompok Mengelompok Merata Mengelompok Mengelompok Merata
Lampiran 49 Pola penyebaran tumbuhan tingkat herba pada zona hutan dataran rendah, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Cakar ayam Boerhaavia erecta L. 2,55 0,87 Leea aequata Linn. Girang Kajar 10,00 -2,15 Acalypha caturus Bl. Koyam Lombokan Eupatorium riparium Regel 2,95 0,87 Slimpet Schismatoglottis calyptrata Z&M 2,64 0,73 Talas-talasan Colocasia sibthorpioides Lmk. 10,00 -1,10 Total 1,13 0,95
pemanfaatan tipe ekosistem Mc 1,21 6,01 1,20 1,44 4,34 1,08
Ip 0,58 1,00 0,60 0,57 1,00 0,50
Pola Sebaran Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok
Lampiran 50 Pola penyebaran tumbuhan tingkat perdu pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran Kaliandra Calliandra calothyrsus Meissn. 1,19 0,71 1,46 0,20 Mengelompok Lampiran 51 Pola penyebaran tumbuhan tingkat epifit pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran Jalu mampang Epipremnun pinnatum Engl. Lampiran 52 Pola penyebaran tumbuhan tingkat liana pada zona pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran Rembetan Rubus moluccanus L. 0 -0,26 3,00 -0,40 Merata Lampiran 53 Pola penyebaran tumbuhan tingkat semai pada zona rimba pegunungan bawah, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Kopi Coffea robusta Lindl. Ex.D. Willd. 0,00 -9,09 14,85 Kedupu Kemaduh Laportes stimulans Miq. 4,55 0,08 2,26 Tanganan Trevesia sundaica Miq. 6,67 -4,05 7,93 Wilodo Ficus fulva Elmer. 20,00 -4,05 7,93 Total 1,17 0,96 1,06
tipe ekosistem hutan
Lampiran 54 Pola penyebaran tumbuhan tingkat pancang pada zona rimba pegunungan bawah, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Kedupu Casuarina junghuhniana Miq. Kemaduh Laportes stimulans Miq. 1,97 0,79 1,29 Kopi Coffea robusta Lindl. Ex.D.Willd 0,71 -0,44 2,98 Sampang Symplocos javanica (Bl.) Kurz. Tanganan Wendlandia glabrata DC. Urang-urangan Villebrunea rubescens Blume. 2,34 0,52 1,66 Wilodo Jowo Maesa tetrandra (Roxb.) DC. 0,00 -9,09 14,85 Total 1,52 0,88 1,17
tipe ekosistem hutan
Ip -0,05 0,56 0,41 1,00 0,50
Ip 0,52 -0,10 0,52 -0,05 0,51
Pola Sebaran Merata Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok
Pola Sebaran Mengelompok Merata Mengelompok Merata Mengelompok
Lampiran 55 Pola penyebaran tumbuhan tingkat tiang pada zona pegunungan bawah, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Kedupu 0,00 -9,09 Kemaduh Laportes stimulans Miq. 0,00 -9,09 Sampang Evodia latifolia Dc. 0,00 -9,09 Tanganan Trevesia sundaica Miq. 0,00 -9,09 Urang-urangan Villebrunea rubescens Blume. 0,00 -9,09 Wilodo Banyu Ficus lepicarpa Blume 20,00 -4,05 Wilodo Jowo Ficus fulva Elmer. Total 1,76 0,22 Lampiran 56 Pola penyebaran tumbuhan tingkat pohon pegunungan bawah, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Id Dadap Pri Erythrina lithosperma Miq. 1,07 Dok Ficus fulva Reinw. 0,00 Gondang Ficus variegata Bl. 0,00 Kedupu 0,00 Kemaduh Laportes stimulans Miq. Krembi Homalanthus populneus Pax Lotro Wendlandia glabrata DC. 0,00 Pohon Meniran Sampang Evodia latifolia Dc. 1,11 Semutan Glochidion rubrum Blume 0,44 Tanganan Trevesia sundaica Miq. Tutup Mallotus rhizinoides Muell. 8,00 Umbel-umbelan Saurauia bracteosa DC. 0,00 Urang-urangan Villebrunea rubescens Bl. Wilodo Banyu Ficus lepicarpa Blume 20,00 Wilodo Jowo Ficus fulva Elmer. 0,00 Total 1,09
rimba tipe ekosistem hutan Mc 14,85 14,85 14,85 14,85 14,85 7,93 2,07
Ip -0,05 -0,05 -0,05 -0,05 -0,05 1,00 0,36
Pola Sebaran Merata Merata Merata Merata Merata Mengelompok Mengelompok
pada zona rimba tipe ekosistem hutan Mu 0,89 -9,09 -9,09 -0,44 -4,05 0,77 0,22 -1,02 -2,36 -1,52 -9,09 0,95
Mc 1,15 14,85 14,85 2,98 7,93 1,31 2,07 3,77 5,62 4,46 14,85 1,07
Lampiran 57 Pola penyebaran tumbuhan tingkat herba pada zona pegunungan bawah, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Bilung Kebo Begonia hirtella Link. 4,76 0,75 Cicit 20,00 -9,09 Cowean Otelia alismoides Pers. 20,00 -9,09 Kecutan 0,00 -0,68 Rumput Kulonjono Pennisetum purpureum Sc. 20,00 -4,05 Lempuyang Zingiber aromaticum Val. 3,33 -2,36 Lodo Hutan Piper sulcatum Blume 6,67 -4,05 Pakis Kere 12,40 0,58 Petungan Ijo Commelina benghalensis Linn. 4,10 0,73 Rumput Bason Paspalaum conyugatum 3,75 0,86 Rumput Cowean Otelia alismoides Pers. 20,00 -4,05 Srunen Eupatorium riparium Regel 1,67 0,94 Tepus Achasma megalochilos Griff. 6,21 0,73 Uciuji Kebo Basella rubra Linn. 7,86 -0,44 Waderan Corchorus acutangulus Lamk. 20,00 -4,05 Total 1,18 0,98
Ip 0,23 -0,05 -0,05 -0,35 -0,10 0,18 -0,26 0,63 -0,15 1,00 -0,05 0,50
Pola Sebaran Mengelompok Merata Merata Merata Merata Mengelompok Merata Mengelompok Merata Mengelompok Merata Mengelompok
rimba tipe ekosistem hutan Mc 1,35 14,85 14,85 3,31 7,93 5,62 7,93 1,58 1,37 1,19 7,93 1,08 1,36 2,98 7,93 1,03
Ip 0,59 1,00 1,00 -0,30 1,00 0,25 0,41 0,79 0,57 0,57 1,00 0,52 0,63 0,64 1,00 0,50
Pola Sebaran Mengelompok Mengelompok Mengelompok Merata Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok
Lampiran 58 Pola penyebaran tumbuhan tingkat perdu pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran Jokotuo Scoparia dulcis L. 4 -0,01 2,39 0,55 Mengelompok Kedoyo Amoora aphanamixis R & S. 20 -1,52 4,46 1,00 Mengelompok Total 3,5 0,33 1,92 0,54 Mengelompok Lampiran 59 Pola penyebaran tumbuhan tingkat epifit pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran Bonglu 0,00 -4,05 7,93 -0,10 Merata Ipik Ficus superba Miq. 3,33 -2,36 5,62 0,25 Mengelompok Jalumampang Epipremnun pinnatum Engl. Total 2,86 -0,44 2,98 0,47 Mengelompok Lampiran 60 Pola penyebaran tumbuhan tingkat liana pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran Brembet Rubus moluccanus L. 4,76 0,28 1,99 0,58 Mengelompok Pare Hutan Momordica chorantia Linn. Total 4,17 0,33 1,92 0,56 Mengelompok Lampiran 61 Pola penyebaran tumbuhan tingkat pegunungan tengah, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Dadap Pri Erythrina lithosperma Miq. Lodo Symplocos javanica (Bl.) Kurz. Pasang Quercus sundaica Blume Pasang Kletak Lithocarpus elegans (Bl.) Sowo Engelhardia spicata Blume Wilodo Ficus fulva Elmer. Total
semai pada zona rimba tipe ekosistem hutan Id 30,00 15,82 30,00 6,27
Mu -11,95 -0,30 -11,95 0,24
Lampiran 62 Pola penyebaran tumbuhan tingkat pancang pada zona pegunungan tengah, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Cemara Casuarina junghuhniana Miq. Dadap Pri Erythrina lithosperma Miq. Dempul Glochidion sp 30,00 -5,48 Lodo Symplocos javanica (Bl.) Kurz. 10,00 -5,48 Lotro Wendlandia glabrata DC. Pasang Quercus sundaica Blume 10,91 -0,30 Pasang Kletak Lithocarpus elegans (Bl.) 7,50 -0,85 Prian Maesa tetrandra (Roxb.) DC. 10,83 -0,62 Sowo Engelhardia spicata Blume 4,00 -0,44 Walik Angin Mallotus paniculata Muell. Wilodo Ficus fulva Elmer. 10,00 -1,16 Woang Prunus javanica (T.& B.) Miq. Total 1,81 0,76
Mc 17,72 2,67 17,72 1,98
Ip 1,00 0,74 1,00 0,58
Pola Sebaran Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok
rimba tipe ekosistem hutan Mc 9,36 9,36 2,67 3,39 3,09 2,86 3,79 1,30
Ip 1,00 0,52 0,65 0,58 0,64 0,52 0,62 0,51
Pola Sebaran Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok
Lampiran 63 Pola penyebaran tumbuhan tingkat tiang pada zona pegunungan tengah, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Ande-ande Antidesma tetrandum Bl. 9,00 -2,24 Dadap Pri Erythrina lithosperma Miq. 0,00 -11,95 Dempul Glochidion sp. 4,29 -1,16 Lodo Symplocos javanica (Bl.) Kurz. 45,00 -11,95 Lotro Wendlandia glabrata DC. 0,00 -11,95 Pasang Quercus sundaica Blume 7,58 0,32 Pasang Kletak Lithocarpus elegans (Bl.) 5,29 0,19 Puspa Schima wallichii (DC.) Korth. 0,00 -11,95 Sembung Blumea balsamifera Dc. Sowo Engelhardia spicata Blume 4,63 0,19 Total 2,21 0,82 Lampiran 64 Pola penyebaran tumbuhan tingkat pegunungan tengah, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Akasia Deguren Acacia decurrens Willd. Ande-ande Antidesma tetrandum Bl. Anggring Trema cannabina Lour. Apit Clerodendrum sp. Cemara Casuarina junghuhniana Miq. Dadap Pri Erythrina lithosperma Miq. Dempul Glochidion sp Dl. Gunung Pouzolzia viminea Wedd. Gesik Elaeocarpus pierrei K.& V. Kebak Ficus alba Reinw. Kleci Caesalpinia crista Linn Krembi Homalanthus populneus Pax Lodo Symplocos javanica (Bl.) Kurz. Lotro Wendlandia glabrata DC. Marong Cratoxylon clandestinum Dyer. Pasang Quercus sundaica Blume Pasang Kletak Lithocarpus elegans (Bl.) Pinus Pinus merkusii Jungh & De Vr Pung Dichrostachys cinerea W & A. Puspa Schi Schima wallichii (DC.) K. Sarangan Castanea argentea Bl. Sembung Blumea balsamifera Dc. Sowo Engelhardia spicata Blume Trawas Litsea odorifera Val. Wiung Turpinia sphaerocarpa Hassk. Total
rimba tipe ekosistem hutan Mc 5,18 17,72 3,79 17,72 17,72 1,88 2,05 17,72 2,05 1,23
Ip 0,58 -0,04 0,51 1,61 -0,04 0,60 0,56 -0,04 0,55 0,52
Pola Sebaran Mengelompok Merata Mengelompok Mengelompok Merata Mengelompok Mengelompok Merata Mengelompok Mengelompok
pohon pada zona rimba tipe ekosistem hutan Id 0,00 30,00 2,31 3,79 2,57 30,00 30,00 0,00 0,00 4,00 0,00 3,30 2,20 9,00 0,00 3,00 30,00 7,50 4,04 0,00 1,07
Mu -5,48 -11,95 -0,08 0,32 0,35 -11,95 -11,95 -11,95 -5,48 -1,59 -11,95 0,75 0,86 -2,24 -11,95 -2,24 -11,95 -0,62 0,28 -11,95 0,95
Mc 9,36 17,72 2,39 1,88 1,84 17,72 17,72 17,72 9,36 4,34 17,72 1,33 1,18 5,18 17,72 5,18 17,72 3,09 1,93 17,72 1,06
Ip -0,08 1,00 0,47 0,53 0,51 1,00 1,00 -0,04 -0,08 0,45 -0,04 0,53 0,52 0,58 -0,04 0,24 1,00 0,58 0,54 -0,04 0,50
Pola Sebaran Merata Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Merata Merata Mengelompok Merata Mengelompok Mengelompok Mengelompok Merata Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Merata Mengelompok
Lampiran 65 Pola penyebaran tumbuhan tingkat herba pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran Banyon Pilea trinervia Wight. 8,85 -0,08 2,39 0,62 Mengelompok Dilem Pogostemon hortensis Backer. 30,00 -5,48 9,36 1,00 Mengelompok Ganen Clidentia hirta Don. Ganon Marumia muscosa BL 30,00 -11,95 17,72 1,00 Mengelompok Klanti 30,00 -1,59 4,34 1,00 Mengelompok Lombokan Eupatorium riparium Regel 1,39 0,96 1,05 0,51 Mengelompok Lumut Boerhaavia erecta L. 30,00 -0,44 2,86 1,00 Mengelompok Pakis Kadut Polystichum obtusum J.Sm. 10,86 0,35 1,84 0,66 Mengelompok Rumput Gajian Panicum distachyum Linn. 30,00 -1,16 3,79 1,00 Mengelompok Rumput Teki Cyperus rotundus Linn. 30,00 -5,48 9,36 1,00 Mengelompok Total 1,27 0,97 1,04 0,50 Mengelompok Lampiran 66 Pola penyebaran tumbuhan tingkat perdu pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran Klepon / miren Thespesia lampas Dalz & Gibs 3,69 0,87 1,17 0,54 Mengelompok Lampiran 67 Pola penyebaran tumbuhan tingkat liana pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran Gambas Sechium edule Sw. Ketepeng Cassia alata Linn. 6,00 -2,24 5,18 0,52 Mengelompok Rembatan Rubus moluccanus L. 4,00 -1,59 4,34 0,45 Mengelompok Total 2,73 -0,18 2,52 0,50 Mengelompok Lampiran 68 Pola penyebaran tumbuhan tingkat semai pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran Akasia Deguren Acacia decurrens Willd. Lampiran 69 Pola penyebaran tumbuhan tingkat pegunungan atas, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Akasia Deguren Acacia decurrensWilld. Gesik Elaeocarpus pierrei K.& V. Total
pancang pada zona rimba tipe ekosistem hutan
Lampiran 70 Pola penyebaran tumbuhan tingkat pegunungan atas, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Akasia Deguren Acacia decurrens Willd. Gesik Elaeocarpus pierrei K.& V. Tanganan Schefflera polybotrya Koord. Cemara Casuarina junghuhniana Miq. Total
Id 1,50 2,90 1,27
Mu 0,56 0,65 0,81
Mc 1,64 1,50 1,28
Ip 0,39 0,55 0,50
Pola Sebaran Mengelompok Mengelompok Mengelompok
tiang pada zona rimba tipe ekosistem hutan Id 1,36 3,00 15,00 1,31
Mu 0,16 0,56 -7,37 0,75
Mc 2,21 1,64 13,12 1,37
Ip 0,15 0,55 1,00 0,42
Pola Sebaran Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok
Lampiran 71 Pola penyebaran tumbuhan tingkat pohon pada zona pegunungan atas, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Akasia Deguren Acacia decurrens Willd. 2,55 0,75 Cemara Casuarina junghuhniana Miq. 7,50 -1,79 Gesik Elaeocarpus pierrei K.& V. 4,00 -0,67 Total 1,64 0,81
rimba tipe ekosistem hutan
Lampiran 72 Pola penyebaran tumbuhan tingkat herba pada zona pegunungan atas, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Rumput Grepak Polytoca bracteata R.Br. 3,06 0,87 Telasian Eupatorium riparium Regel 1,53 0,94 Tebonan Polygonum chinense L. 5,77 0,30 Uciuji Basella rubra Linn. 15,00 -3,19 Pakis kadut Polystichum obtusum J.Sm. Lenglengan Leucas lavandulifolia R.Br. Ganon Marumia muscosa BL 3,82 0,16 Gundi Lespedeza junghuhniana Bakh.f. 2,92 -0,05 Total 1,20 0,97
rimba tipe ekosistem hutan
Mc 1,36 5,04 3,42 1,28
Mc 1,18 1,08 2,01 7,06 2,21 2,51 1,05
Ip 0,53 0,58 0,52 0,51
Ip 0,55 0,51 0,60 0,81 0,55 0,51 0,50
Pola Sebaran Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok
Pola Sebaran Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok
Lampiran 73 Pola penyebaran tumbuhan tingkat semak pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran Cepokogeni Rhododendron javanicum Benn. 15 -7,371 13,119 0,63 Mengelompok Lampiran 74 Pola penyebaran tumbuhan tingkat perdu pada zona pegunungan atas, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Manisrejo Vaccinium Varingfolium Miq. 5,00 -0,05 Sapen Buddleja asiatica Lour. 5,00 -3,19 Miren Thespesia lampas Dalz & Gibs 2,34 0,75 Total 1,54 0,82
rimba tipe ekosistem hutan Mc 2,51 7,06 1,36 1,26
Ip 0,57 0,33 0,53 0,51
Pola Sebaran Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok
Lampiran 75 Pola penyebaran tumbuhan tingkat liana pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran Rembet Rubus moluccanus L. 2,65 0,68 1,47 0,53 Mengelompok Lampiran 76 Pola penyebaran tumbuhan tingkat semai pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran Kina Cinchona pubescens Vahl. 10,00 -2,15 6,01 1,00 Mengelompok Woang Prunus javanica (T.& B.) Miq. Pasang Quercus sundaica Blume 10,00 -5,30 11,02 0,45 Mengelompok Pasang abang Lithocarpus elegans (Bl.) 0,00 -5,30 11,02 -0,08 Merata Duwet Eugenia cumini Merr. Total 3,33 0,21 2,25 0,57 Mengelompok
Lampiran 77 Pola penyebaran tumbuhan tingkat pancang pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran Kina Cinchona pubescens Vahl. 0,00 -5,30 11,02 -0,08 Merata Rasamala Altingia excelsa Noronha. Belimbing Kosek Acronychia trifoliata Zoll. Kendung Helicia javanica Bl. 10,00 -5,30 11,02 1,00 Mengelompok Duwet Eugenia cumini Merr. 10,00 -0,58 3,51 1,00 Mengelompok Kemaduh Laportes stimulans Miq. 10,00 -5,30 11,02 1,00 Mengelompok Total 0,67 -0,26 3,00 -0,08 Merata Lampiran 78 Pola penyebaran tumbuhan tingkat pegunungan bawah, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Ande-ande Antidesma tetrandum Bl. Kendung Helicia javanica Bl. Kina Cinchona pubescens Vahl. Pasang abang Lithocarpus elegans (Bl.) Pung Dichrostachys cinerea W & A. Sarangan Castanea argentea Bl. Total
tiang pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan Id 0,00 0,00 2,28 3,33 1,26
Mu -5,30 -5,30 0,61 -2,15 0,75
Mc 11,02 11,02 1,63 6,01 1,40
Lampiran 79 Pola penyebaran tumbuhan tingkat pohon pada zona pegunungan bawah, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Ande-ande Antidesma tetrandum Bl. 3,33 -2,15 Balungan Dysoxylum arborescens Miq. 10,00 -1,10 Dadap Pri Erythrina lithosperma Miq. 0,95 -0,05 Kedupai Mischocarpus oppositifolius M. 3,33 -2,15 Kendung Helicia javanica Bl. 0,67 -0,26 Kina Cinchona pubescens Vahl. 2,46 0,73 Marong Cratoxylon clandestinum Dyer. 2,67 -0,26 Nangkaan Litsea diversifolia Blume 3,33 -2,15 Pasang Abang Lithocarpus elegans (Bl.) 2,44 0,48 Pung Dichrostachys cinerea W & A. 0,00 -2,15 Rasamala Altingia excelsa Noronha. 1,11 0,63 Tambal Persea rimosa (Bl.) Kosterm. 10,00 -2,15 Total 1,16 0,93
Ip -0,08 -0,08 0,54 0,23 0,33
Pola Sebaran Merata Merata Mengelompok Mengelompok Mengelompok
inti 2 tipe ekosistem hutan Mc 6,01 4,34 2,67 6,01 3,00 1,44 3,00 6,01 1,84 6,01 1,59 6,01 1,11
Ip 0,23 1,00 -0,01 0,23 0,33 0,56 0,42 0,23 0,54 -0,16 0,09 1,00 0,50
Pola Sebaran Mengelompok Mengelompok Merata Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Merata Mengelompok Mengelompok Mengelompok
Lampiran 80 Pola penyebaran tumbuhan tingkat herba pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran Lombokan Eupatorium riparium Regel 1,52 0,93 1,11 0,52 Mengelompok Waderan Corchorus acutangulus Lamk. 2,86 0,10 2,43 0,53 Mengelompok Tebonan Polygonum chinense L. 0,00 -5,30 11,02 -0,08 Merata Irengan Eupatorium riparium Reg. 10,00 0,74 1,42 1,00 Mengelompok Selimpet Schismatoglottis calyptrata Z&M 5,24 -0,05 2,67 0,68 Mengelompok Bubukuan Strobilanthes cernus Blume Penjirit Rauvolfia serpentina (L.) Benth. Total 1,33 0,95 1,08 0,51 Mengelompok
Lampiran 81 Pola penyebaran tumbuhan tingkat perdu pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran Kemiren Thespesia lampas Dalz & Gibs 5,00 0,21 2,25 0,68 Mengelompok Lampiran 82 Pola penyebaran tumbuhan tingkat liana pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran Rembet Rubus moluccanus L. 10,00 -5,30 11,02 0,45 Mengelompok Lampiran 83 Pola penyebaran tumbuhan tingkat semai pada zona inti 1 tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran Akasia Deguren Acacia decurrens Willd. Lampiran 84 Pola penyebaran tumbuhan tingkat pancang pada zona inti 1 pegunungan atas, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Akasia Deguren Acacia decurrens Willd. 1,67 -0,76 4,57 Sonto Sarcosperma sp. 5,00 -0,17 3,38 Total 1,67 0,41 2,19 Lampiran 85 Pola penyebaran tumbuhan tingkat herba pada pegunungan atas, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Id Lenglengan Leucas lavandulifolia R.Br. 5,00 Telasian Eupatorium riparium Regel. 2,35 Rumput Blaba'ang Arundinella nepalensis Trin. 1,31 Edelweiss Anaphalis javanica (Bl.) Boerl. 5,00 Gundi Lespedeza junghuhniana Bakh.f. 5,00 Total 1,34
tipe ekosistem hutan Ip 0,09 0,62 0,28
Pola Sebaran Mengelompok Mengelompok Mengelompok
zona inti 1 tipe ekosistem hutan Mu -0,17 0,68 0,97 0,56 -0,76 0,98
Mc 3,38 1,65 1,06 1,89 4,57 1,05
Ip 0,62 0,54 0,51 0,69 0,54 0,52
Pola Sebaran Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok
Lampiran 86 Pola penyebaran tumbuhan tingkat perdu pada zona inti 1 tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran Manisrejo Vaccinium Varingfolium Miq. 0,98 0,94 1,12 -0,09 Merata
Lampiran 87 Daftar nama spesies tumbuhan hasil inventarisasi tumbuhan di SPTN wilayah I dan II tahun 2008 (jalur Kinahrejo dan Selo) No. Nama Lokal Nama Ilmiah Habitus 1 Akasia Dekuren Acacia decurrens Willd. Pohon 2 Alang-Alang Imperata cylindrica (L.) Beauv. Rumput-rumputan 3 Aprika Pohon 4 Bakoan Sturchium sparganophorum Perdu 5 Bambu Bambusa sp Bambu 6 Beringin Ficus benjamina L. Pohon 7 Beroan Semak 8 Bilung Semak 9 Bintani Pohon 10 Blabakan Lophopetalum javanicum (Zoll.) Turcz. Semak 11 Bubatjaran Scleria sumatrensis Retz. Rumput Casuarina Junghuniana Miq. Pohon 12 Cemara Gunung 13 Cokrogeni Rhododendron javanicum Benn. Perdu 14 Dadap Serep Erythrina lithosperma Miq. Pohon Glochidion arborescens Bl. Pohon 15 Dempul 16 Edelwis Anaphalis javanica (Bl.) Boerl. Perdu Rumput-rumputan 17 Ganen 18 Gerpak Rumput-rumputan Rumput-rumputan 19 Gesik 20 Gondang Ficus variegata Bl. Pohon 21 Imer Semak 22 Ingress Rumput-rumputan 23 Irengan Eupatorium riparium Reg. Semak 24 Jalu Mampang Epipremnun pinnatum Engl. Semak 25 Kaliandra Calliandra calothyrsus Meissn. Pohon Pohon 26 Kemlanding Gunung 27 Kerisan Rumput-rumputan 28 Kina Cinchona pubescens Vahl. Pohon 29 Klawer Pohon 30 Kolonjono Pennisetum purpureum Schum. Rumput-rumputan 31 Koronan Semak 32 Krembi Semak Perdu 33 Kropok 34 Leng-Lengan Leucas lavandulifolia R.Br. Rumput-rumputan Eleusine indica (L.) Gaertn. Rumput-rumputan 35 Lulangan 36 Lumut-lumutan Lumut 37 Mahoni Swietenia mahagoni Jacq. Pohon 38 Mangutan Semak 39 Manisrejo Vaccinium varingfolium Miq. Perdu 40 Nyangkoh Palm 41 Pacar Banyu Impatiens platypetala Lindley. Semak 42 Pakis Cyatea sp Pakis-pakisan 43 Pancal Kidang Planchonella obovata (R.Br.) Pierre. Palm 44 Pandan Pandanus sp. Palm 45 Pasang Quercus sp Pohon 46 Pebe Rumput-rumputan 47 Pecutan Pteris ensiformis Burm. F. Rumput-rumputan 48 Pinus Pinus merkusii Jungh & De Vr Pohon 49 Pung Pohon
Lampiran 87 (Lanjutan) No. 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 59 60 61 62 63 64 65
Nama Lokal Puspa Rasamala Rio Rirembet/Rembet Riwono Ronto Rumput Gajah Sapian/Sapen Sekulan Sembu’an Sengon Gunung Sonokeling Sowo Tebonan Tepus Tesek Tluki
Nama Ilmiah Schima wallichii (DC.) Korth. Altingia excelsa Noronha. Rubus moluccanus L. Pennisetum purpureum Schum. Macarangan diepenhorstii (Miq.) Muell. Arg. Paraserianthes sp Dalbergia latifolia Roxb. Panicum sp Hornstedtia sp Rhynchocarpa monophylla Backer. -
Habitus Pohon Pohon Semak Liana Liana Perdu Rumput-rumputan Semak Perdu Semak Pohon Pohon Pohon Perdu Pohon Perdu Perdu