Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 PENGARUH LATIHAN ZIG – ZAG RUN DAN LATIHAN BOOMERANG RUN TERHADAP KETERAMPILAN MENGGIRING BOLA DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA PADA SISWA SMA NEGERI 9 MAKASSAR (INFLUENCE OF EXERCISE ZIG - ZAG AND PRACTICE RUN RUN AGAINST BOOMERANG DRIBBLING SKILLS FOOTBALL GAME IN THE STUDENT AFFAIRS 9 SMA MAKASSAR) OLEH: AHMAD RUM BISMAR )* ABSTRACT This study aimed to determine the effects of exercise zig - zag run and exercise boomerang run on dribbling skills in the game of football at SMA Negeri 9 Makassar. This research includes experimental research. The study population was all students SMA Negeri 9 Makassar with a sample of the study 30 male students were selected by random sampling. Data analysis technique used is the technique infrensial analysis using t-test syst Based on the results of data analysis, the study concludes that: (1) there was a significant effect of exercise zig - zag run to the dribbling skills in the game of football at SMA Negeri 9 Makassar, proved to = 11.725> tt = 2.045 (P <α0 , 05); (2) there was a significant effect of exercise boomerang run on dribbling skills in the game of football at SMA Negeri 9 Makassar, proved to = 12.989> tt = 2.045 (P <α0,05); (3) there is a significant difference workout zig - zag run and exercise boomerang run on dribbling skills in the game of football at SMA Negeri 9 Makassar, proved to = 4.431> tt = 2.000 (P <α0,05). Keywords: Exercise Zig-Zag Run, Exercise Boomerang Run, Ball Dribbling Skills
PENDAHULUAN Sepakbola merupakan cabang olahraga yang memiliki peminat yang paling besar dibandingkan dengan cabang olahraga lainnya. Indikator tersebut dapat dikatakan bahwa aktivitas sepakbola bukan hanya dinikmati
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
1
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 sebagai tontonan bersifat rekreatif, akan tetapi aktivitas latihan sepakbola dilakukan tidak kenal waktu. Dalam permainan sepakbola terdiri dari beberapa teknik dasar yang ada didalamnya. Salah satu diantaranya adalah teknik menggiring bola. Menggiring bola merupakan salah satu teknik dasar dalam permainan sepakbola yang harus dikuasai oleh setiap pemain. Menggiring bola adalah gerakan dalam permainan sepakbola yang mengandung unsur seni, sebab adanya penggunaan beberapa bagian kaki yang menyentuh bola dengan cara menggulingkan bola di tanah sambil berlari. Gerakan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan olahraga. Untuk dapat melakukan gerakan memerlukan sejumlah tenaga. Dengan tenaga yang dimiliki seorang dapat melakukan keterampilan yang dibutuhkan. Gerakan terjadi disebabkan oleh berkontraksi otot. Dari kontraksi otot-otot tersebut akan menghasilkan tenaga. Untuk meningkatkan keterampilan dalam permainan sepakbola, khusus dalam teknik dasar menggiring bola perlu adanya atau harus latihan yang teratur serta sistematis dengan metode atau bentuk latihan yang tepat. Namun bentuk latihan yang dilakukan harus spesifik dan lebih mengarah, agar dapat menunjang peningkatan keterampilan menggiring bola. Seperti halnya dalam melakukan teknik menggiring bola perlu adanya dukungan kecepatan lari dan kelincahan. Kecepatan adalah kemampuan organisme untuk melakukan gerak dengan mempergunakan waktu yang sesingkat-singkatnya atau kecepatan lasimnya dipergunakan untuk mengatasi kemampuan perpindahan sebuah benda. Dalam keterampilan menggiring bola dalam permainan sepakbola unsur kecepatan merupakan komponen fisik yang esensial. Hal ini terjadi pada saat seorang pemain akan melewati lawan sehingga dapat mengancam pertahanan lawan. Pemain perlu memiliki kecepatan lari, sebab disaat dalam permainan biasanya pemain dituntut untuk bereaksi lebih cepat untuk mencapai bola yang jauh atau biasa melakukan trik dengan melakukan tendangan bola kemudian lari dengan cepat. Kelincahan merupakan suatu bentuk gerakan yang mengharuskan orang atau pemain untuk bermain dengan pergerakan dengan cepat dan lincah untuk mengubah arah dan tangkas. Pemain yang lincah adalah pemain yang memiliki atau mempunyai kemampuan untuk mengubah arah atau posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya. Kedua komponen fisik tersebut merupakan pendukung dalam pengembangan keterampilan teknik dasar menggiring bola dalam permainan sepakbola. Oleh karena itu perlu adanya bentuk latihan yang perlu dikembangkan 2
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 dalam pencapaian dua komponen fisik tersebut. Bentuk latihan zig-zag run dan latihan boomerang run merupakan dua bentuk latihan yang menggabungkan dua komponen fisik tersebut yaitu kecepatan dan kelincahan. Latihan zig-zag run dan latihan boomerang run memiliki tujuan yang sama yaitu unutk meningkatkan kinerja pada tungkai untuk dapat bergerak secara cepat dan lincah. Akan tetapi dalam proses pelaksanaan kedua bentuk latihan tersebut berbeda. Latihan zig-zag run merupakan bentuk latihan yang dilaksanakan secara zig-zag dengan melewati tiang, sedangkan latihan boomerang run dilaksanakan secara berpusat melewati sebuah titik lingkaran. Menggiring Bola Dalam Permainan Sepakbola Menggiring bola merupakan salah satu teknik dasar dalam permainan sepakbola yang harus dikuasai oleh setiap pemain. Menggiring bola adalah gerakan dalam permainan sepakbola yang mengandung unsur seni, sebab adanya penggunaan beberapa bagian kaki yang menyentuh bola dengan cara menggulingkan bola di tanah sambil berlari. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arma Abdullah (1984) bahwa: “Menggiring bola dapat diartikan seni menggunakan beberapa bagian kaki dalam menyentuh atau menggulingkan bola terus menerus di tanah sambil berlari.” Ilyas Haddade dan Ismail Tola (1991) mendefenisikannya sebagai berikut: “Menggiring bola ialah membawa bola ke dalam kontrol sambil berlari, bola tetap dalam penguasaan (bola berada di dekat kaki) dan dalam penguasaan untuk dimainkan.” Jadi menggiring bola adalah cara membawa bola dengan menggunakan kaki dengan tujuan agar bola yang akan ditendang ke gawang lawan akan lebih dekat. Pendapat lain yang mendefenisikannya adalah Abd. Adib Rani (1992:27) sebagai berikut: “Menggiring bola adalah istilah sepakbola untuk lari dengan bola.” Berdasarkan penjelasan di atas, maka pengertian menggiring bola aadalah membawa bola dengan berbagai macam teknik sentuhan bola untuk membuka daerah atau melewati lawan, sehingga pemain mendapat kesempatan untuk melakukan passing atau tembakan sedekat mungkin ke gawang atau ke teman. Dari hasil penguraian tersebut tentang pengertian menggiring bola dalam permainan sepakbola, maka jelas bahwa menggiring bola adalah salah satu teknik dasar yang memegang peranan dalam permainan sepakbola. Dengan demikian apabila setiap pemain memiliki teknik penguasaan bola dengan baik dan benar, sangatlah mudah dan menentukan keberhasilan suatu tim atau kesebelasan. Apabila kemampuan
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
3
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 tersebut dicapai dengan baik dengan sempurna, maka semua bentuk latihan yang pernah diberikan hendaknya diulangi-ulangi secara tekun agar semakin mantap. Sebab menggiring bola adalah keterampilan suatu teknik yang dilakukan dengan cara menggunakan berbagai gerakan kaki sambil berlari. Untung Suharjo (1984) memberikan pendapat sebagai berikut: “Salah satu tuntutan teknik yang harus dikuasai di dalam menggiring bola adalahlari sambil menguasai bola.” Oleh karena itu untuk meningkatkan keterampilan atau kemampuan dalam permainan sepakbola, khusus dalam teknik dasar menggiring bola harus latihan yang teratur serta sistematis dengan metode atau bentuk latihan yang tepat. Dalam hal ini, pemain harus selalu berusaha membebaskan diri, melindungi bola dan bergerak maju melakukan gerakan dan tipuan dalam menggiring bola. Sehubungan dengan ini Jeff Sneyer (1988) menyatakan bahwa: “Semakin baik penguasaan bola dan semakin mudah seorang pemain dapat melepaskan diri dari suatu situasi yang gawat, maka semakin memuaskan mutu permainan kesebelasan itu.” Jadi sudah jelas bahwa pada dasarnya menggiring bola adalah suatu usaha untuk menguasai bola, dan atau untuk merebutnya kembali bila sedang dikuasai oleh lawan. Jadi untuk meningkatkan kemampuan dalam menggiring bola harus dilakukan berulangkali dengan latihan yang teratur dan sistematis. Dalam permainan sepakbola dikenal dua cara teknik. Teknik dengan bola dan teknik tanpa bola, jadi teknik bermain bola adalah semua gerakan-gerakan yang berguna dalam permainan sepakbola. Menggiring bola merupakan salah satu teknik dalam permainan sepakbola yang harus dimiliki dan dikuasai oleh setiap pemain, hal ini sangat berguna dalam situasi permainan sebab tanpa penguasaan teknik tersebut seorang pemain tidak akan dapat bermain dengan baik. Latihan Zig-Zag Run Untuk mengembangkan kondisi fisik seperti kekuatan, kecepatan, dan kelincahan perlu didukung adanya bentuk latihan. Latihan zig-zag run merupakan bentuk latihan yang dilakukan dengan lari menyilang untuk mengubah arah dari dan posisi pada waktu bergerak dengan kecepatan tinggi serta yang membutuhkan skill. Latihan zig-zag run dilakukan pada lapangan yang tidak licin terdiri dari 5 (lima) titik dan jarak antara tiang 5 meter, caranya pelaku harus berlari secepat mungkin melewati kelima titik tersebut. Pada latihan zig-zag run proses pelaksanaannya yaitu berlari melalui tiang pertama kemudian melanjutkan tiang kedua sebagai titik tengah kemudian berputar untuk berlari ketiang ketiga. Selanjutnya dari 4
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 tiang ketiga berlari lurus ke tiang keempat, kemudian berputar untuk berlari kembali ke tiang kedua untuk berputar untuk ke tiang kelima. Dari tiang kelima melakukan sprint ke tiang pertama. Latihan Boomerang Run Latihan boomerang run hampir sama dengan latihan zig-zag run yaitu menggunakan titik atau tiang lima buah. Namun proses pelaksanaan berbeda. Latihan boomerang run memiliki tujuan untuk mengembangkan kekuatan, kecepatan dan kelincahan serta keseimbangan badan. Pelaksanaan pada latihan boomerang run dilakukan dengan posisi tiang dipajang sebanyak 5 buah dengan bentuk segi empat dengan jarak 5 meter antara tiang dan satu tiang berada ditengah. Proses pelaksanaannya dilakukan dengan berdiri pada tiang pertama kemudian berlari ke tiang tengah (kedua) kemudian memutar ke kanan dan berlari menuju ketiang ketiga untuk memutar lagi. Selanjutnya dari tiang ketiga melakukan lari ketiang keempat, dari tiang keempat lari kembali ke tiang tengah untuk melakukan putaran kemudian melakukan lari ketiang kelima untuk berputar dan melakukan lari kembali ketiang pertama. METODE PENELITIAN Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen lapangan. Adapun variabel penelitian yang ingin diteliti dalam penelitian ini terdiri atas: (1) variabel bebas yang terdiri latihan zig-zag run dan latihan boomerang run, dan (2) variabel terikat yaitu Keterampilan menggiring bola dalam permainan sepakbola. Dalam penelitian eksperimen perlu dipilih suatu desain yang tepat dan sesuai dengan tuntutan variabelvariabel yang terkandung dalam tujuan penelitian. Desain dalam penelitian ini adalah : “Randomized Sampel Pretest dan Posttest Group Design”. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 9 Makassar. Dengan demikian kesamaan sifat dari populasi dalam penelitian ini yakni mempunyai jenis kelamin yang sama. Sampel dipergunakan dalam penelitian adalah sebanyak 30 orang siswa SMA Negeri 9 Makassar. Beranjak dari itu yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang telah terdaftar sebagai pemain sepakbola sebanyak 15 orang. Data yang diperoleh melalui instrumen tes keterampilan menggiring bola dalam permainan sepakbola baik dari data tes awal maupun data tes akhir, selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan rumus-rumus statistik.
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
5
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Statistik Deskriptif Analisis deskriptif data penelitian pada kedua kelompok yaitu latihan zig-zag run dan latihan boomerang run terhadap keterampilan menggiring bola dalam permainan sepakbola dapat dilihat dalam rangkuman hasil analisis deskriptif yang tercantum pada tabel. Perhitungan data deskriptif seperti pada lampiran penelitian dapat dilihat pada rangkuman berikut: Tabel 1.
Hasil deskriptif data keterampilan menggiring bola dalam permainan sepakbola kedua kelompok
Latihan
Deskriptif Tes awal Tes akhir N 15 15 Latihan Zig-zag Sum 228,45 214,72 run Mean 15,2300 14,3147 ( Kelompok A) Std. Deviasi 1,50566 1,56190 Range 5,04 5,13 Min 13,11 12,11 Max 18,15 17,24 N 15 15 Latihan Sum 227,69 195,72 boomerang run Mean 15,1793 13,0480 ( Kelompok B) Std. Deviasi 1,42042 1,27730 Range 4,50 4,27 Min 13,05 11,15 Max 17,55 15,42 Berdasarkan rangkuman hasil analisis deskriptif data pada Tabel di atas, maka dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Untuk data tes awal latihan zig-zag run terhadap keterampilan menggiring bola dalam permainan sepakbola dari 15 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 228,45. Nilai rata-rata yang diperoleh 15,2300 dengan hasil standar deviasi 1,50566. Untuk nilai range diperoleh 5,04 dari nilai minimal 13,11 dan nilai maksimal 18,15. 2. Untuk data tes akhir latihan zig-zag run terhadap keterampilan menggiring bola dalam permainan sepakbola dari 15 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 214,72. Nilai rata-rata yang diperoleh 14,3147 dengan hasil standar deviasi 1,56190. Untuk nilai range diperoleh 5,13 dari nilai minimal 12,11 dan nilai maksimal 17,24. 3. Untuk data tes awal latihan boomerang run terhadap keterampilan menggiring bola dalam permainan sepakbola dari 15 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 227,69. Nilai rata-rata yang diperoleh
6
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 15,1793 dengan hasil standar deviasi 1,42042. Untuk nilai range diperoleh 4,50 dari nilai minimal 13,05 dan nilai maksimal 17,55. 4. Untuk data tes akhir latihan boomerang run terhadap keterampilan menggiring bola dalam permainan sepakbola dari 15 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 195,00. Nilai rata-rata yang diperoleh 13,0480 dengan hasil standar deviasi 1,27730. Untuk nilai range diperoleh 4,27 dari nilai minimal 11,15 dan nilai maksimal 15,42. Pengujian Hipotesis Hipotesis 1 Ada pengaruh latihan zig-zag run terhadap keterampilan menggiring bola dalam permainan sepakbola pada siswa SMA Negeri 9 Makassar. Hipotesis statistik : Ho = A1 - A2 = 0 H1 = A1 - A2 0 Hasil analisis pada lampiran penelitian dapat dirangkum dalam Tabel berikut: Tabel 2. Hasil analisis hipotesis pertama tobservasi t tabel Keterangan 11,725
2,045
Signifikan
Kesimpulan : Dari hasil rangkuman Tabel, maka nilai tobservasi = 11,725 > ttabel = 2,045 pada taraf signifikan 95% ( = 0,05). Jadi Ho ditolak dan H1 diterima, berarti ada perbedaan tes awal dan tes akhir. Jadi ada pengaruh latihan zig-zag run terhadap keterampilan menggiring bola dalam permainan sepakbola pada siswa SMA Negeri 9 Makassar. Hipotesis 2 Ada pengaruh latihan boomerang run terhadap keterampilan menggiring bola dalam permainan sepakbola pada siswa SMA Negeri 9 Makassar. Hipotesis statistik : Ho = B1 - B2 = 0
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
7
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 H1 = B1 - B2 0 Hasil analisis pada lampiran penelitian dapat dirangkum dalam berikut: Tabel 3. Hasil analisis hipotesis kedua tobservasi ttabel Keterangan 12,989
2,045
Tabel
Signifikan
Kesimpulan : Dari hasil rangkuman Tabel, maka nilai tobservasi = 12,989 > t tabel = 2,045 pada taraf signifikan 95% ( = 0,05). Jadi Ho ditolak dan H1 diterima, berarti ada perbedaan tes awal dan tes akhir. Kesimpulannya bahwa ada pengaruh yang signifikan latihan boomerang run terhadap keterampilan menggiring bola dalam permainan sepakbola pada siswa SMA Negeri 9 Makassar. Hipotesis 3 Ada perbedaan pengaruh antara latihan zig-zag run dan latihan boomerang run terhadap keterampilan menggiring bola dalam permainan sepakbola pada siswa SMA Negeri 9 Makassar. Hipotesis statistik : Ho = A2 - B2 = 0 H1 = A2 - B2 0 Hasil analisis pada lampiran penelitian dapat dirangkum dalam Tabel berikut: Tabel 4. Hasil analisis hipotesis ketiga tobservasi ttabel Keterangan 4,431
2,000
Signifikan
Kesimpulan : Dari hasil rangkuman Tabel, maka nilai tobservasi = 4,431 > ttabel = 2,000 pada taraf signifikan 95% ( = 0,05). Jadi Ho ditolak dan H1 diterima, berarti ada perbedaan kedua bentuk latihan tersebut. Kesimpulannya bahwa ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan zig-zag run dan latihan boomerang run terhadap keterampilan menggiring bola dalam permainan sepakbola pada siswa SMA Negeri 9 Makassar. Pembahasan Hipotesis pertama diterima: ada pengaruh yang signifikan latihan zigzag run terhadap keterampilan menggiring dalam permainan sepakbola. 8
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 Sesuai hasil uji-t data tes awal dan data tes akhir keterampilan menggiring dalam permainan sepakbola pada kelompok latihan zig-zag run, ternyata dari hasil perhitungan diperoleh nilai t observasi lebih besar dari nilai t tabel pada taraf signifikan 95%. Hal tersebut membuktikan bahwa hipotesis pertama yang diajukan diterima pada taraf signifikan 95%. Prediksi yang dapat dikemukakan bahwa dengan memberikan latihan zig-zag run secara terprogram dengan sistematis, maka akan dapat meningkatkan keterampilan menggiring dalam permainan sepakbola bagi pemain sepakbola. Latihan yang dilakukan secara sistematis akan memberikan perubahan secara otomatis, seperti halnya dalam latihan zig-zag run untuk menghindar dari berbagai hadangan disaat menggiring bola. Telah dikemukakan sebelumnya bahwa gerak dalam melakukan menggiring atau teknik dasar dalam permainan sepakbola didominasi oleh kemampuan tungkai. Oleh karena itu bentuk latihan tersebut memiliki fungsi mengoptimalkan hasil keterampilan menggiring bola dalam permainan sepakbola. Hipotesis kedua diterima; Ada pengaruh yang signifikan latihan boomerang run terhadap keterampilan menggiring dalam permainan sepakbola. Sesuai hasil uji-t data tes awal dan data tes akhir keterampilan menggiring dalam permainan sepakbola pada kelompok latihan boomerang run, ternyata dari hasil perhitungan diperoleh nilai t observasi lebih besar dari nilai t tabel pada taraf signifikan 95%. Hal tersebut membuktikan bahwa hipotesis kedua yang diajukan diterima pada taraf signifikan 95%. Prediksi yang dapat dikemukakan bahwa dengan memberikan latihan boomerang run secara terprogram dengan sistematis, maka akan dapat meningkatkan keterampilan menggiring dalam permainan sepakbola bagi pemain sepakbola. Latihan boomerang run juga bertujuan untuk membentuk secara optimal gerak secara cepat dan lincah. Hipotesis ketiga diterima; Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan zig-zag run dan latihan boomerang run terhadap keterampilan menggiring bola dalam permainan sepakbola. Sesuai hasil uji-t data tes akhir keterampilan menggiring bola dalam permainan sepakbola pada kelompok A untuk latihan zig-zag run dan kelompok B untuk latihan boomerang run, ternyata dari hasil perhitungan diperoleh nilai t observasi lebih besar dari nilai t tabel pada taraf signifikan 95%. Hal tersebut membuktikan bahwa hipotesis ketiga yang diajukan diterima pada taraf signifikan 95%. Prediksi yang dapat dikemukakan bahwa kedua bentuk latihan ini memberikan pengaruh atau peningkatan yang positif terhadap keterampilan menggiring bola dalam permainan sepakbola, namun bila dibandingkan dengan melihat hasil yang diperoleh pada rata-rata tes akhir
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
9
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 serta pengujian statistik uji-t boomerang run, maka latihan boomerang run lebih efektif dan efesien. Sebab didalam melakukan latihan ini lebih mengarahkan pada kemampuan kinerja otot-otot tungkai dalam berkontraksi secara akselarasi dengan melewati tiang dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi, keterampilan menggiring bola dalam permainan sepakbola dalam prosesnya tentu membutuhkan skill yang tinggi untuk bergerak melewati berbagai rintangan. Kinerja otot-otot tungkai yang berperan sebagai penggerak dalam proses dalam melakukan keterampilan menggiring bola akan lebih meringankan gerakan-gerakan liukan badan dan tungkai melalui latihan boomerang run dibandingkan dengan latihan zig-zag run. PENUTUP Setelah masalah yang telah dirumuskan dan hipotesis yang diajukan serta ditujang dari hasil yang telah dicapai dari pengolahan data statistik maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Latihan zig-zag run memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan menggiring bola pada permainan sepakbola, (2) Latihan boomerang run memiliki pengaruh yang signfiikan terhadap keterampilan menggiring bola pada permainan sepakbola, dan (3) Latihan zig-zag run dan latihan boomerang run memiliki perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan menggiring bola pada permainan sepakbola. Dari kesimpulan yang dirangkum, maka dapat diberikan suatu saran-saran sebagai berikut: (1) Bagi guru olahraga bahwa untuk melatih khusus, perlu lebih mengarah pada teknik dasar dan fisik dalam permainan sepakbola, kedua bentuk latihan yaitu latihan zig-zag run dan latihan boomerang run dapat diprogramkan bagi pemain yang kurang memiliki unsur fisik, (2) Bagi pelatih diharuskan memperhatikan pemain yang dibina atau dilatih agar kemampuan tungkai dijadikan faktor penunjang dalam memilih pemain sepakbola, dan (3) Agar hasil penelitian ini dapat dilanjutkan pada penelitian selanjutnya walaupun dengan cabang olahraga lain dan dengan kedua bentuk latihan tersebut. DAFTAR PUSTAKA Barry L. Johnson and Nelson K. 1986. Practical Measurement for Evaluation in Physical Education. Mc Millian Publishing. Depdikbud. 1983. Fisiologi Olahraga Modul Akta VB. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Dwijonowinoto Kasiyo, 1993. Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatihan. IKIP: Semarang. 10
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 Fallak, Heinz. 1975., Masalah-masalah Kedokteran Olahraga Latihan Olahraga dan Coaching. Fox. 1984. The Physiological Basic of Physical Education and Athletic. Toronto: Sounders College Publishing. Harsono, 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti. Jeff Sneyer. 1988. Sepakbola Latihan dan Strategi Bermain. Jakarta : Rasda Jaya Putra. Joseph A. Luxbacher. 1997. Sepakbola; Langkah-Langkah Menuju Sukses. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. (diahli bahasa oleh Agusta Wibawa). Jeff Sneyer. 1988. Sepakbola Latihan dan Strategi Bermain. Jakarta: Rasda Jaya Putra. Kosasih, Engkos. 1991. Olahraga Teknik dan Program Latihan. Jakarta: Penerbit Akademik Persindo. Muchtar, Remmy. 1992. Olahraga Pilihan Sepakbola. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi PPTK. Pate, Ratella dan Mc Clenaghan. 1993. Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatihan. New York : Souders College Publishing. (ahli bahasa Kasiyo Dwijowinoto) Radcliffe and Farentinos. 1985. Teknik-Teknik dan Tahap-Tahap Mengajar. Jakarta: PASI Sajoto, Moch. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Semarang: FPOK IKIP. Sudjana, Nana. 2005. Tuntutan Penyusunan Karya Ilmiah, Makalah, Skripsi, Tesis dan Desertasi. Jakarta: Sinar Baru Algesindo. Sugiyono. 2000. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Penerbit Alfabeta. Sumantri, Ating. 2006. Aplikasi Matematika dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
11
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
12
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 KONTRIBUSI KELINCAHAN DAN KELENTUKAN TERHADAP PRESTASI MENGGIRING BOLA DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA PADA SISWA PUTRA KELAS X SMK NEGERI 3 MAKASSAR (CONTRIBUTIONS TO THE ACHIEVEMENT AGILITY AND FLEXIBILITY TO DRIBBLE IN THE STUDENT SON PLAY FOOTBALL CLASS X SMK STATE 3 MAKASSAR) OLEH: ANTO SUKAMTO )* ABSTRACT This study aims to determine how the contribution of agility and flexibility of the achievements of dribbling in a football game on a male student of class X SMK Negeri 3 Makassar. The problems of this study are (1) How agility contribution to the achievement of the dribble in the game of football? (2) Whether the agility and flexibility may affect the achievement of the dribble in the game of football ?. The method used is a research method under study is keleincahan and flexibility to dribble achievement. The sampling technique used by the author is the technique of random sampling, for sampling of members of the population at random and stratified proportional. The samples used were 30 of the 127 students of SMK Negeri 3 Makassar. The analysis technique used is the statistical analysis includes analysis of correlation which results in a value of 56.45. The results of the comparison value with the value of the test statistic rhitung rtabel shows that the value rhitung = 56.45 is on the right side rtabel value = 0.381 (rhitung greater than rtabel). The conclusion of this study is that their contribution to the achievement of agility and flexibility to dribble the male student SMK Negeri 3 Makassar, their contribution to the achievement dribble agility and flexibility their contribution to the achievement of the dribble. Conclusions based on these results, it is recommended: 1). It is expected that future researchers to conduct similar research in order to check the truth of the results of this study. 2). Although the shuttle-run and Sit and Reach is not the only real achievement of this type of exercise to dribble sport of football, but it needs to get the attention of sports coaches and football coaches. 3). In implementing the program, the sports coach or gym teacher to elements elements of the physical motion of the student / athletes. Keywords: Agility, Flexibility, Dribble.
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
13
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 PENDAHULUAN Sepakbola salah satunya, sebagai cabang olahraga yang sangat populer hampir disetiap Negara sangatlah menarik setiap orang mampu melakukan permainan ini sesuai dengan teknik bermain dan juga peraturan permainan yang ada. Disamping itu sepakbola merupakan jenis olahraga fisik yang secara menyeluruh melibatkan seluruh anggota badan serta kemampuan intelektual atau dapat dikatakan sepakbola adalah bentuk permainan yang memadukan antara seni dan ketrampilan gerak sehingga tercipta suatu permainan yang menarik, bahwa mereka yang mengamati pun akan terhanyut atau terbawa oleh irama permainan yang mengasikan. Seperti cabang-cabang olahraga lain sepakbola juga memerlukan latihan dan pembinaan kemampuan, apalagi seorang pemain sepakbola ingin mencapai prestasi yang maksimal. Untuk meningkatkan dan mencapai prestasi yang setinggi-tingginya dalam permainan sepakbola, seorang pemain haruslah memiliki 4 kelengkapan pokok yaitu : Pembinaan teknik (ketrampilan), pembinaan fisik (kesegaran jasmani), pembinaan taktik (Mental,daya inggat,kecerdasan), dan kematangan juara. Di dalam permainan sepakbola system dan teknik di gunakan untuk mencapai suatu tujuan dalam suatu pertandingan. Banyak diantara kita mensalah tafsirkan atau mencampur adukan pengaertian tentang system dan teknik. Sistem adalah suatu cara yang menggunakan kerangka atau pola tertentu (patten) untuk mencapai keberhasilan tujuan yang dirancang sesuai dengan materi dan diterapkan sebelum suatu kegiatan berlangsung. Taktik adalah suatu cara yang di gunakan di dalam kerangka atau pola tertentu untuk mencapai keberhasilan dalam tujuan yang diterapkan ketika suatu kegiatan berlansung sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Tujuan utama dari permainan sepakbola adalah untuk mencetak gol sebanyak-banyaknya ke gawang lawan, karena hanya dengan mencetak gol kemenangan bisa diraih. Salah satu cara agar dapat mencetak gol adalah dengan menggiring bola, seorang pemain sepakbola yang dengan baik menguasai teknik menggiring bola dengan baik maka dia akan dengan mudah bisa menerobos pertahanan lawan guna untuk menghasilkan umpan maupun menendang langsung ke gawang untuk bisa mencetak gol untuk itulah teknik menggiring bola dengan baik mutlak diperlukan bagi semua pemain sepakbola. Kemampuan dan penguasaan teknik menggiring bola memang sangat menunjang prestasi dalam permainan sepakbola. Masalahnya adalah untuk dapat menguasai salah satu teknik seperti teknik menggiring bola sangat diperlukan sekali unsur kondisi fisik yang baik. Dalam permainan sepakbola seorang pemain yang memiliki kondisi fisik yang baik, 14
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 akan dapat menerapkan teknik-teknik permainan seperti teknik menggiring bola dengan baik. Beberapa unsur kondisi fisik yang menunjang pencapaian prestasi dalam sepak bola antara lain, kekuatan, kecepatan, kelincahan, tenaga, daya tahan, kelentukan, keseimbangan, ketepatan dan lain-lain. Kelincahan Dalam perkembangan olahraga khususnya prestasi peningkatan kemampuan atau prestasi adalah tujuan utama. Untuk itu ada beberapa aspek latihan itu antara lain : latihan fisik,latihan teknik,latihan taktik, dan maental. Seperti yang dikemukakan oleh Harsono. Tujuan utama pelatihan olahraga prestasi adalah untuk meningkatakan ketrampilan atau ptrestasi semaksimal mungkin. Untuk mencapai tujuan itu ada empat aspek latihan yang perlu dilatih secara seksama, yaitu (1) Fisik, (2) Teknik, (3) Taktik, dan (4) Mental (Harsono, 2005). Kondisi fisik seseorang memang sangat berpengaruh terhadap kemampuan atau kinerja fisiknya, untuk itu latihan kondisi fisik sangatlah diperlukan guna untuk menjaga dan meningkatkan kesegaran jasmani. Bagi olahraga prestasi latihan kondisi fisik merupakan program wajib yang harus dilakukan dalam pembinaan kemampuan atlet, selain itu dengan latihan kondisi fisik yang baik maka kemungkinan cidera bagi atlet saat melakukan kegiatan fisik yang berat dalam suatu pertandingan dapat dihindari. Kelincahan sebagai salah satu unsur kondisi fisik ternyata juga mempunyai pengaruh besar bagi tercapainya prestasi atlit. Untuk itu pembinaan dan latihan-latihan kelincahan sangatlah diperlukan agar prestasi maksimal itu bisa diraih. Namun, sebelum membahas lebih jauh mengenai latihan kelincahan alangkah baiknya kita mengerti dan memahami tentang kelincahan itu sendiri. Kelincahan atau dalam bahasa Inggrisnya sering disebut Agility ternyata mempunyai pengertian yang cukup luas. MJS Poerwodarminta member batasan tentang kelincahan, menurutrnya “Lincah berarti selalu bergerak (tidak dapat diam, tidak tanang)”. Dari uraian tersebut dapat dikatakan orang yang selalu bergerak atau tidak dapat diam berarti sudah mempunyai kelincahan. Dalam dunia olahraga pengertian kelincahan diatas masih cenderung bersifat umum, karena hampir semua cabang olahraga membutuhkan gerak. Untuk itu diperlukan batasan lain yang jauh lebih spesifik sehingga pengertian kelincahan itu lebih mudah dipahami, seperti pendapat James A Baley “kelincahan pada umumnya didefinisikan sebagai kemampuan merubah arah dengan cepat dan efektif, sambil bergerak atau berlari hampir dengan kecepatan penuh” (Baley, 1986). Dari pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kelincahan bukan hanya
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
15
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 menuntut gerak, akan tetapi kemampuan untuk mengubah arah dengan kecepatan penuh juga sangat diperlukan. Pendapat ini hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Nurhasan “kelincahan diartikan sebagai kemampuan bergerak kesegala arah dengan mudah dan cepat” (Nurhasan, 1986). Dalam hal ini jelas bahwa kelincahan sangat membutuhkan kecepatan dalam bergerak atau mengubah arah, dengan kata lain semakin cepat seseorang mengubah arah dalam bergerak maka kelincahanya juga semakin baik untuk permainan sepakbola. Sedangkan menurut Iman Setiawan “kelincahan (agalitas) adalah kemampuan seseorang untuk mengubah arah dengan cepat dan tepat pada waktu bergerak tanpa kehilangan keseimbangan” (Setiawan, 2005). Dari pengertian tersebut jelas sekali bahwa kelincahan bukan hanya bagaimana mengubah arah dengan cepat dan tepat tapi juga bagaimana menjaga keseimbangan tubuh pada saat bergerak, ini berarti keseimbangan tubuh sangat diperlukan dalam kelincahan. Hal serupa dikemukakan oleh Harsono, menurutnya “Orang yang lincah adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk menggubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan posisi tubuh” (Harsono, 2005). Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam kelincahan, kombinasi antara kecepatan, reaksi, kelentukan dan keseimbangan sangatlah diperlukan karena kelincahan merupakan kemampuan untuk merubah arah secara cepat. Kelentukan Salah satu unsur kondisi fisik yang juga sangat berpengaruh terhadap pencapaian prestasi dalam olahraga adalah kelentukan. Seorang atlit suatu cabang olahraga seperti senam, atletik, gulat dan permainan yang dituntut untuk mempunyai keluwesan dalam bergarak. Seorang yang lentuk akan lebih lincah gerakanya, dan dengan demikian akan lebih baik juga prestasinya. Dalam bahasa Inggris kelentukan sering disebut flexibility, sedang dalam bahasa Indonesia “lentuk berarti mudah dikelukan atau lentur, kelentukan suatu sifat dari benda yang mudah dikelukan”. (Poerwodarminto, 1986). Kelentukan memang sangat diperlukan untuk berbagai cabang olahaga termasuk sepakbola, akan tetapi kebutuhan taraf kelentukan untuk masing-masing cabang olahraga berbeda, Pada cabang olahraga senam kelentukan yang dibutuhkan tidak sama dengan kelentukan untuk cabang olahraga sepakbola. Pada olahraga senam, seorang atlit atau pesenam dituntut untuk bergarak dengan kapasitas atau ruang gerak persendian yang jauh lebih luas daripada pemain atau atlit sepakbola. Sehingga kelentukan 16
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 yang dibutuhkan pesenam lebih besar dari kelentukan untuk pemain sepakbola. Kelentukan/flexibilitas, sering diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menggerakkan tubuh dan bagian-bagian tubuh dalam satu ruang gerak yang seluas mungkin, tanpa mengalami, menimbulkan cidera pada persendian dan otot disekitar persendian itu. Pengukuran kelentukan berkenalan dengan gerakan refleksi dan extensi (Johson dan Nelson, 1969:44). Oleh karena itu kelentukan berpangkal pada luas gerak bagian tubuh disekitar persendian tertentu, maka skor hasail pengukuran dipengaruhoi oleh limitasi anatomis, yakni tergantun pada derajat extensibilitas rata-rata dan lendons. Limitasi secara anatomis berbeda-beda setiap persendian (Ecker, 1974). Kebutuhan akan taraf kelentukan ini, adalah berbeda-beda setiap cabang olahraga, sehingga kelentukan yang dibutuhkan untuk cabang senam misalnya, lebih besar dari cabang renang, yang menjadi masalah utama adalah taraf mana kelentukan yang baik atau yang buruk bagi suatu persendian untuk olahraga tertentu. Berbagai studi mengungkapkan bahwa, anak wanita lebih baik kelentukanya dari pada anak laki-laki. Penelitian juga banyak mengungkap, bahwa kelentukan itu dapat ditingkatkan. De Vries (1962), Riddle 9Kusintz dan menev (1958) meneliti efektifitas antara dua metode melatih kelentukan yaitu “Static srech” dan “ballistic srech”, yang kesimpulanya adalah tidak ada perbedaan antara kedua metode itu dalam hal peningkatan kelentuikan. Tapi ridlle menemukan bahwa kombinasi kedua metode tersebut adalah baik sekali untuk melatih kelentukan. Ada kekhawatiran orang awam, bahwa weight training dapat menyebabkan kekuatan otot (muscule boundnees). Tetapi studi yang dilakukan Mossey (1956), Kusinotz dan meenev (1958) menyatakan bahwa weight training tidak akan mengurangi kelentukan persendian. Kekuatan otot tidak akan terjadi, jikawaktu melakukan weight training gerakan dilakukan sepenuhnya sesuai dengan ruang gerak maksimum pada sendi yang bersangkutan (Mc Moris, 1954). Perkembangan kelentukan itu mulai dari usia kanak-kanak hingga dewasa, dan kemudian berkurang setelah usia itu, seperti studi Hupprich (1950), Philiph(1955) forbes (1950) dan muller(1954). Teknik Menggiring Bola Dalam permainan sepakbola, untuk bisa memenangkan pertandingan perlu dibentuk tim yang benar-benar tangguh dan mampu menampilkan mutu permainan yang dapat menguasai ketrampilan teknik dasar, sehingga pemain dapat memainkan bola dalam situasi dan posisi yang tepat. Salah
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
17
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 satu teknik dasar bermain sepakbola yang harus dikuasai oleh pemain adalah teknik menggiring bola. Menggiring bola merupakan hal yang paling menyenangkan balam bermain sepakbola, tak jarang banyak sekali pemain terbaik dunia terkenal karena kemampuanya dalam menggiring bola. Menggiring bola juga merupakan salah satu unsur teknik yang penting dari teknik perorangan karena menggiring bola dimaksudkan untuk menyelamatkan bola apa bila tidak ada kemungkinan untuk pasing dengan segera. Menggiring bola adalah kegiatan memberi bola dengan menggunakan kaki pada setiap langkah untuk dibawa ke suatu tujuan tertentu dari bagian lapangan (Rifa`i, 1984). Jadi,unsur yang penting dalam menggiring bola adalah gerakan lari dan penguasaan bola, dimana bola yang bergerak atau bergulir harus dekat dan terkontrol oleh kaki agar mudah dikuasai atau dikendalikan. Berdasarkan pengertian menggiring bola diatas, maka agar seorang pemain dapat menggiring bola dengan baik haruslah memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) Bola harus selalu dalam penguasaan kita, (2) Pandangan tidak selalu pada bola (menunduk) tetapi harus melihat depan atau sekitarnya, dan (3) Imbang mempercepat langkah atau lari sewaktu bola lepas dari penguasaan. Dari uraian diatas nampak bahwa seorang pemain sepakbola agar dapat menggiring bola dengan baik maka ia harus dapat menguasai bola, pandangan tidak selalu pada bola, serta langkah harus dipercepat sewaktu bola lepas dari penguasaan agar bola tetap dalam penguasaan. Didalam menggiring bola pada permainan sepakbola kadang-kadang hanya dilakukan jika dalam keadaan terpaksa dimana seorang pamain tidak dapat memberikan bola kepada teman, karena semua teman dijaga oleh lawan. Maka dengan keadaan itu memaksa pemain tersebut mengiring bola agar bola tetap dalam penguasaan untuk mendekat ke gawang lawan. Jadi kegunaan menggiring bola adalah untuk mencapai kesempatan di dalam memberikan bola atau menggoperkan bola kepada teman dengan cepat. Kegunaan menggiring bola sebagai berikut: (1) Untuk melewati lawan, (2) Untuk mencapai kesempatan memberikan bola umpan kepada teman dengan tepat, dan (3) Untuk menahan bola tetap dalam penguasaan, menyelamatkan bola apa bila tidak terpaksa kemungkinan atau kesepatan untuk segera memberikan operan kepada teman. Kalau menggingat begitu pentingnya teknik menggiring bola dalam permainan sepakbola, maka setiap pemain dalam suatu kesebelasan harus menguasai teknik menguasai teknik ini dengan baik dan benar.
18
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan faktor yang penting dalam penelitian, karena setiap penelitian merupakan metode yang tepat, ketepatan penentuan dan penerapan metode penelitian dapat menghindari kemungkinan timbulnya penyimpangan sehingga data yang diperoleh benarbenar obyektif dan dapat dipertanggung jawabkan. Sesuai dengan masalah dan hipotesa yang telah dirumuskan di atas, maka untuk mengungkapkan permasalahan tersebut penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sesuai dengan masalah yang penulis teliti, bahwa di dalam penelitian terdapat tiga variabel yang dapat penulis kemukakan, variabel tersebut terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus untuk diamati: 1) Variabel bebas (X 1) yaitu kelincahan, 2) Variabel bebas (X2) yaitu kelentukan, dan 3) Variabel terikat (Y) yaitu prestasi menggiring bola. Variabel bebas disebut juga dengan variabel independen yang merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab timbulnya variable dependen (terikat) dalam hal ini kelincahan dan kelentukan. Sedangkan variabel terikat disebut juga dengan dependen yakni variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas, dalam hal ini prestasi menggiring bola. Dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan alasan bahwa data yang diperoleh melalui tes dan pengukuran berwujud angka-angka. Mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut serta penampilan dari hasilnya, Demikian juga pemahaman kesimpulan penelitian yang lebih baik apabila juga disertai dengan tabel, grafik, bagan, gambar atau tampilan lain (Arikunto, 2002). Agar lebih mudah dan jelas di dalam mengadakan suatu penelitian, maka perlu mengetahui lebih dulu berapa jumlah populasinya. Karena tanpa populasi suatu penelitian tidak mungkin bisa berjalan. Yang di maksud populasi menurut Sugiyono, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek / subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Jika penelitian ini merupakan tiap satuan individu dalam kelompok siswa putra SMK Negeri 3 Makassar II Kelas X dengan jumlah 127 siswa, siswa yang mengikuti test berjumlah 30 siswa. Sampel adalah sebagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007). Dan teknik yang digunakan untuk menentukan besarnya sampel adalah dengan teknik pemilihan sampel dimana yang dipilih secara random bukan individual. Peneliti meneliti secara keseluruhan siswa, peneliti menggunakan data 30 siswa. Dalam menganalisis data, dipergunakan beberapa rumus
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
19
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 yang relevan dengan masalah menggunakan metode statistik.
dan
hipotesa
yang
ada
dengan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Untuk menentukan apakah koefisien korelasi signifikan atau tidak, penulis melakukan analisis regresi dengan hasil F hitung lebih besar dari F tabel. Dengan taraf F tabel taraf kesalahan 5% yaitu dengan nilai F hitung = 56.45 dan F tabel = 3.35. Karena 56.45> 3.35 jadi, koefisien korelasi ganda yang di temukan adalah signifikan. Salah satu tahapan yang paling penting dalam melakukan analisis statistik dan tidak boleh dilewatkan adalah pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis ini dilakukan sebagai pembuktian secara statistik bahwa adanya kontribusi kelincahan dan kelentukan terhadap prestasi menggiring bola pada siswa putra SMK Negeri 3 Makassar. Hipotesis statistik dari pengujian hipotesis dalam penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut : Ho : β = 0 , tidak ada kontribusi kelincahan dan kelentukan terhadap prestasi menggiring bola pada siswa putra SMK Negeri 3 Makassar. Hi : β ≠0 , ada kontribusi kelincahan dan kelentukan terhadap prestasi menggiring bola pada siswa putra SMK Negeri 3 Makassar. Seperti yang telah disebutkan, untuk membuktikan hipotesis ini maka dilakukan perhitungan dengan statistik rhitung yang kemudian hasil perhitungan tersebut dibandingkan dengan nilai tabel r dengan derajat bebas n-2 dan tingkat signifikansi sebesar alpha. Pembahasan 1. Terdapat Kontribusi Kelincahan Terhadap Prestasi Menggiring Bola Dalam dunia olahraga pengertian kelincahan diatas masih cenderung bersifat umum, karena hampir semua cabang olahraga membutuhkan gerak. Untuk itu diperlukan batasan lain yang jauh lebih spesifik sehingga penggertian kelincahan itu lebih mudah dipahami, seperti pendapat James A. Baley “kelincahan pada umumnya didefinisikan sebagai kemampuan merubah arah dengan cepat dan efektif, Sambil bergerak atau berlari hampir dengan kecepatan penuh” (Baley, 1986). Dari pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kelincahan bukan hanya menuntut gerak, akan tetapi tetapi kemampuan untuk mengubah arah dengan kecepatan penuh juga sangat diperlukan. Pendapat ini hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Nurhasan “kelincahan diartikan sebagai kemampuan bergerak kesegala arah dengan mudah dan cepat” (Nurhasan, 1986). Dalam hal ini jelas bahwa kelincahan sangat membutuhkan kecepatan dalam 20
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 bergerak atau mengubah arah, dengan kata lain semakin cepat seseorang mengubah arah dalam bergerak maka kelincahanya juga semakin baik untuk permainan sepakbola. Setelah di adakan test kelincahan kelas X di SMK Negeri 3 Makassar yang berjumalah 127 siswa kami menggambil sampel yaitu 30 0rang Dalam menganalisis data, dipergunakan beberapa rumus yang relevan dengan masalah dan hipotesa yang ada dengan menggunakan metode statistik dan hasil jumlah test kelincahan dari 30 orang langkah selanjutnya adalah mencari mean, mencari standar devisiasi kelincahan, lalu di hitung dengan kolerasi kelincahan terhadap menggiring bola. Untuk menentukan apakah koefisien korelasi signifikan atau tidak, penulis melakukan analisis regresi dengan hasil F hitung lebih besar dari F tabel. Dengan taraf F tabel taraf kesalahan 5%, koefisien korelasi ganda yang di temukan adalah signifikan. Maka terdapat kontribusi kelincahan terhadap menggiring bola. 2. Terdapat Kontribusi Kelentukan Terhadap Prestasi Menggiring Bola Kelentukan memang sangat diperlukan untuk berbagai cabang olahaga termasuk sepakbola, akan tetapi kebutuhan taraf kelentukan untuk masing-masing cabang olahraga berbeda. Pada cabang olahraga senam kelentukan yang dibutuhkan tidak sama dengan kelentukan untuk cabang olahraga sepakbola. Pada olahraga senam, seorang atlil atau pesenam dituntut untuk bergarak dengan kapasitas atau ruang gerak persendian yang jauh lebih luas daripada pemain atau atlit sepakbola. Sehingga kelentukan yang dibutuhkan pesenam lebih besar dari kelentukan untuk pemain sepakbola. Setelah di adakan test kelentukan kelas X di SMK Negeri 3 Makassar yang berjumalah 127 siswa kami menggambil sampel yaitu 30 orang, Dalam menganalisis data, dipergunakan beberapa rumus yang relevan dengan masalah dan hipotesa yang ada dengan menggunakan metode statistik dan langkah selanjutnya adalah mencari mean lalu mencari standar devisiasi kelentukan dan di hitung dengan kolerasi kelentukan terhadap menggiring bola untuk menentukan apakah koefisien korelasi signifikan atau tidak, penulis melakukan analisis regresi dengan hasil F hitung lebih besar dari F tabel. Dengan taraf F tabel taraf kesalahan 5%, koefisien korelasi ganda yang di temukan adalah signifikan. Maka terdapat kontribusi kelentukan terhadap menggiring bola.
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
21
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 3. Terdapat Kontribusi Kelincahan dan Kelentukan Terhadap Prestasi Menggiring Bola Adapun kemampuan fisik yang berpengaruh terhadap ketrampilan atau prestasi menggiring bola adalah kelincahan dan kelentukan. Kelincahan merupakan kecepatan untuk merubah arah, untuk dapat merubah arah diperlukan keleluasan gerak persendian atau kelentukan, dan kedua hal tersebut sangat menunjang pencapaian prestasi dalam menggiring bola dengan cepat sehingga memberikan keuntungan serangan maupun dalam mencetak gol ke gawang lawan untuik penyelesaian akhir. Menurut peneliti terdahulu sangatlah berpengaruh kelincahan dan kelentukan terhadap prestasi menggiring bola (Wisnu Hadi Indarmawan 2011, Universitas Nusantara PGRI Kediri). Setelah diadakan test yang di analisis dengan data mean dan standar devisiasi rumus tersebut dimasukan kedalam kolerasi untuk mengetahui signifikan atau tidaknya penulisi melakukan analisis regresi dan hasilnya adalah signifikan, Maka terdapat kontribusi kelincahan dan kelentukan terhadap menggiring bola. Tabel 1 Uji Hipotesis Db 27
r – hitung 56.45
r – tabel 5% 0.381
Keterangan r hitung > r tabel
Hal ini berarti r hitung (56.45) > r tebel (0.381) artinya uji hipotesis Ho di tolak dan Ha diterima. Karena Ho ditoak maka, ada kontribusi kelincahan dan kelentukan terhadap prestasi menggiring bola. PENUTUP Secara keseluruhan proses analisis terhadap semua data telah selesai, maka berdasarkan hasil analisis yang diperoleh mengenai “Kontribusi kelincahan dan kelentukan terhadap prestasi menggiring bola dalam permainan sepakbola pada siswa putra kelas X SMK Negeri 3 Makassar tahun ajaran 2014/2015” diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) Adanya kontribusi kelincahan terhadap prestasi menggiring bola, seorang pemain yang mempunyai kelincahan cukup baik akan lebih mudah dalam munguasai dan menerapkan teknik menggiring bola, (2) Ada kontribusi kelentukan terhadap prestasi menggiring bola dalam permainan sepakbola. Dengan demikian latihan kelentukan sngat dibutuhkan untuk menunjang kemampuan menggiring bola dalam permainan sepakbola, dan (3) Ada kontribusi kelincahan dan kelentukan terhadap prestasi menggiring bola. 22
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 Memperhatikan kesimpulan-kesimpulan diatas Nampak bahwa unsur kondisi fisik seperti kelincahan dan kelentukan sangat berkontribusi terhadap penguasaan teknik salah satunya adalah teknik menggiring bola. Berdasarkan hasil penelitian yang telah menyatakan adanya kontribusi kelincahan dan kelentukan terhadap prestasi menggiring bola dalam permainan sepakbola pada siswa putra kelas X SMK Negeri 3 Makassar tahun ajaran 2014/2015. (1) Diharapkan kepada peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian serupa guna mengecek hasil kebenaran penelitian ini. (2) Walaupun Shuttle-run dan Sit and Reach bukan merupakan satu – satunya dari jenis latihan terhadap prestasi menggiring bola olah raga sepak bola namun hal ini perlu mendapat perhatian dari pembina olah raga dan pelatih sepak bola, dan (3) Dalam melaksanakan program olahraga maka pelatih atau guru olahraga memperhatikan unsur – unsur gerak fisik para siswa / atlet.
DAFTAR PUSTAKA A Baley James ,1986. Pedoman Atletik Teknik Peningkatan Ketangkasan Dan Stamina. Semarang : Dahara Prez. Bambang Soekarno. 1999. Pokok-pokok Statistika Untuk Inferensial Iwan Setiawan, 2005. Manusia dan Olahraga. Bandung. ITB Nurhasan , 1986. Tes dan Pengukuran Dalam Pendidikan Jasmani, Prinsip Prinsip dan Penerapannya. Jakarta : Direktorat Jendral Olahraga. Poerwodarminto, 1986. Buku Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Slamet Rifa’I , 1984. Mengenal Permainan Sepakbola. Soekatamsi. 1987. Teknik Dasar Bermain Sepak Bola. Surakarta: Tiga Serangkai. Sugiono, 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Suharsimi Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
23
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
24
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 HUBUNGAN KEKUATAN TUNGKAI, KELENTUKAN SPLIT DAN KESEIMBANGAN DINAMIS DENGAN KEMAMPUAN TENDANGAN TENDANGAN KEKOMI PADA KARATEKA RANTING INKANAS UNM (CONNECTION STRENGTH OF LIMBS, FLEXIBILITY SPLIT AND DYNAMIC BALANCE WITH ABILITY TO KICK KEKOMI KARATEKA TWIG INKANAS UNM) OLEH: DAHLAN )*
ABSTRACT Sport karate is a game that requires a lot of physical readiness and mental stability of every athlete, especially when applying the skills they have. Particularly in a shot kekomi, this should really be supported by excellent physical condition. This study aims to determine the relationship of leg strength, flexibility and balance split dynamic capabilities kekomi kick. This research is descriptive research. The population of this research is all karateka Ranting Inkanas UNM with a sample study of 30 people selected by random sampling. Data analysis technique used is the technique of correlation analysis using SPSS version 17 o'clock systems at significant level of 95% or 0,05. Based on the results of data analysis, the study concludes that: (1) there is a significant relationship with the leg strength kekomi kick ability, proven ro = 0.814 (P = 0.000 < 0,05); (2) there is a significant relationship with the flexibility split kekomi kick ability, proven ro = -0.665 (P = 0.000 < 0,05); (3) there is a significant relationship dynamic balance with the ability to kick kekomi, proven ro = 0.787 (P = 0.000 < 0,05); and (4) there is a significant relationship between leg strength, flexibility and balance split kick kekomi dynamic capabilities, proven Ro = 0.903 (P = 0.000 < 0,05). Keywords: Strength Legs, Flexibility Split, Dynamic Balance, Kick Kekomi
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
25
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 PENDAHULUAN Olahraga karate adalah salah satu cabang olahraga yang digemari oleh masyarakat. Olahraga ini dilakukan oleh semua lapisan masyarakat, laki-laki maupun perempuan. Kenyataan ini sangat nampak di daerah khususnya di Sulawesi Barat. Cabang olahraga karate telah menjamur, sebab sarana dan prasaran sangat terjangkau dan melibatkan banyak orang. Salah satu usaha untuk menghidupkan cabang olahraga karate, seorang harus menguasai teknik-teknik dasar cabang olahraga karate serta peraturan-peraturan yang berlaku. Salah satu diantaranya adalah tendangan kekomi. Dalam cabang olahraga karate, tendangan kekomi merupakan salah satu teknik yang mempunyai peran penting. Untuk mencapai tingkat keterampilan tendangan kekomi yang baik dibutuhkan penguasaan gerakan teknik tendangan kekomi baik dengan pola latihan yang bervariasi. Jika ditinjau dari aspek pelaksanaan gerakan tendangan kekomi, tentunya perlu ditunjang kemampuan tungkai. Tungkai sebagai pelaku utama dalam melakukan tendangan, sangat perlu didukung oleh kemampuan kondisi fisik. Unsur fisik yang mampu menunjang pada tungkai adalah kekuatan, kelentukan dan keseimbangan. Kekuatan sebagai kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengatasi tahanan dalam menjalankan aktivitas fisik. Dalam melakukan sasaran tendangan, kekuatan otot tungkai sebagai penggerak dalam melakukan tendangan kekomi pada cabang olahraga karate harus mempunyai kemampuan fisik kekuatan sebagai dasar kondisi fisik. Pada dasarnya kekuatan otot tungkai berfungsi untuk menghindari cedera bagi atlet sedangkan pada tendangan kekomi, atlet akan dituntut untuk mampu memiliki tenaga yang maksimal. Kelentukan merupakan salah satu dasar pada setiap manusia yang harus dimiliki. Kelentukan adalah kemampuan otot dan sendi untuk melakukan aktivitas dengan luwes secara maksimal. Artinya kemampuan otot dan sendi untuk melakukan suatu aktivitas yang maksimal. Dalam olahraga karate khususnya teknik tendangan, tungkai merupakan sebagai pukulan kaki. Sebab seorang atlet yang tidak memiliki kelentukan otot tungkai, maka tidak dapat melakukan gerakan dengan cepat atau tiba-tiba sehingga tendangan yang dilakukan sia-sia, terbuang percuma atau akan tidak efektif dan efesien serta akan muncul ketidakseimbangan. Keseimbangan merupakan kemampuan seseorang mempertahankan sistem tubuh baik dalam posisi statis maupun dalam posisi gerak dinamis yang mana keseimbangan juga merupakan hal yang sangat penting di dalam melakukan suatu gerakan karena dengan keseimbangan yang baik, maka seseorang mampu mengkoordinasikan gerakan-gerakan dan dalam beberapa ketangkasan. 26
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 Karate Pengertian Karate-Do menurut bahasa Jepang yaitu: Kara = kosong, te = tangan, Do = jiwa, jika dirangkaikan pengertian dari kata tersebut maka bermakna sebagai seni beladiri tangan kosong sedangkan pengertian karate-Do menurut majelis sabuk hitam (MSH) Lemkari Sulawesi Selatan sebagai berikut: Karate-Do adalah seni keperkasaan yang tujuan akhirnya bukan menentukan sikap menang dan siapa kalah melainkan mencapai perpaduan antara ucapan dan usaha menuju kesempurnaan karakter, melalui tahapan yang dimulai dari pengalaman latihan yang paling besar. Dalam olahraga karate dikenal beberapa gerkan yang merupakan gerakan teknik dasar atau dalam karate dikenal dengan istilah Ki-hon. Menurut Siswojo (1976) membagi teknik dasar karate menjadi empat yaitu : “pukulan, tendangan, tangkisan, dan elakan.” Sedangkan Sangkala (1989) mengungkapkan sebagai berikut: “teknik menyerang, teknik serangan dengan kaki, teknik menangkis dan teknik serangan dengan kepala.” Dari keempat teknik dasar yang menjadi fokus dalam penelitian adalah teknik dasar serangan dengan kaki. Didalam teknik dasar serangan dengan kaki terbagi lagi beberapa bentuk tendangan, menurut Sangkala (1989) membagi tendangan menjadi: Maegeri (tendangan lurus ke arah depan), Mawashi Geri (tendangan melingkar), Haisoku/Kogen Geri (tendangan ke arah kemaluan), Sakuto Geri (tendangan ke samping), Kansetsu Geri (tendangan ke arah lutut), Hiza Ate (tendangan dengan lutut), Kekomi (tendangan pisau), ushiro Geri (tendangan ke arah belakang), Kakato Gedan Geri (tendangan melingkar ke arah paha bagian belakang), Mawashi Gedan Geri (tendangan melingkar ke arah pha bagian belakang), Tae Tobi Geri (tendnagan ke depan sambil meloncat), dan Yoko Tobi Geri (tendangan ke samping sambil meloncat). Jenis tendangan tersebut dapat diklasifikasikan menurut teknik dan perkenaan pada kaki seperti: punggung, kaki, ujung telapak kaki, pisau kaki dan tumit. Dengan menganalisa teknik dan efektifitas teknik-teknik tendangan di atas maka dalam penelitian yang menjadi fokus adalah kekomi (tendangan pisau). Menurut Masutatsu Oyama dikutip oleh Sajoto (1995:98) mengemukakan bahwa: “kira-kira 70% bela diri menggunakan teknik tendangan dan kekuatan tendangan kurang lebih lima kali lebih besar dari pukulan”. Teknik tendangan kekomi yang menjadi objek dalam penelitian menggunakan ujung telapak kaki sebagai perkenaan pada sasaran. Masutatsu Oyama dikutip oleh Sajoto (1995) mengemukakan bahwa tendangan kekomi sebagai berikut : Tendangan ini ditujukan pada sasaran ke muka, perut, dada, dan paha lawan bagian samping. Kekomi adalah
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
27
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 tendangan lurus ke samping. Tendangan ini mempergunkan kaki pedang. Dengan mempergunakan kaki pedang alirkan tenaga dari pinggul bersamasama dengan tenaga lecutan dari kaki, tendangan langsung ke arah sasaran. Hal ini harus diperhatikan dalam melakukan teknik tendangan adalah menendang dengan cepat, keras dan segera ditarik ke posisi semula. Perlu diperhatikan adalah tempo yang tepat dalam melancarkan teknik tendangan, demikian juga dengan faktor balance (keseimbangan) harus tetap dijaga. Teknik kekomi yang menggunakan ujung samping telapak kaki bagian luar sebagai perkenaan pada sasaran memiliki keunggulan dibandingkan teknik tendangan lainnya. Jika dianalisis teknik tendangan kekomi, maka bentuk kuda-kuda yang digunakan yaitu, zenkutza dachi, teknik kuda-kuda ini yakni kuda-kuda berat di depan, jarak antara kaki depan dan kaki belakang sekitar dua pundak. Lutut kaki depan dibengkokkan, sehingga dari pergelangan kaki hingga lutut tegak lurus. Kaki depan ditegakkan lurus berat badan ditunjang oleh kaki depan sekitar tujuh puluh persen. Menurut Herman Kaus (1995) bahwa ; “pembagian berat badan pada kaki depan dan kaki belakang berbanding tujuh dan tiga (7-3).” Untuk meningkatkan gerakan lebih lanjut, maka fokus berikutnya adalah meningkatkan kecepatan. peningkatan dalam pembentukan kecepatan ditekankan pada anggota tubuh yang diinginkan untuk cepat. Sehingga dapat memberikan momentum yang besar dalam tubuh obyek untuk membawa tubuh tersebut pada titik yang diinginkan. Kecepatan merupakan keahlian yang sering dianggap sangat berharga dalam olahraga karate. Menurut Harsono (1988) bahwa: “kecepatan adalah keterampilan untuk melakukan gerakan-gerakan secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya”. Kecepatan pada cabang olahraga karate erat kaitannya dengan gerakan kaki dan tangan. Kecepatan bukan berarti menggerakkan seluruh tubuh dengan cepat, akan tetapi dapat pula terbatas pada gerakan-gerakan anggota tubuh dalam waktu yang singkat. Jika di analisis proses tendangan kikome maka dapat digambarkan bahwa persendian lutut (articulatio genu) berfungsi sebagai sumbu (axis), tulang paha (os femor) berfungsi sebagai lengan gaya tulang betis (os fibula), tulang kering (os tibia) sebagai lengan beban. Gaya (force) berasal dari kontraksi otot (muscular) seperti: vastus externus, rectus femoris, vastus internus, adductor longus, pectineus, biceps femoris sebagai otot penggerak utama, sedangkan otot-otot seperti semimembranosus, semitendinosus, gastrocnemius, tibialis anterior, tibialis tuberosity sebagai penghalus gerkan atau penggerak pembantu.
28
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 Kekuatan Kekuatan otot dapat memberikan akselarasi untuk menunjang kemampuan dalam olahraga. Oleh karena kekuatan merupakan komponen kondisi fisik yang sangat penting guna menunjang komponen-komponen fisik lainnya. Kualitas kekuatan yang diperlukan pada suatu cabang olahraga tidaklah sama dengan cabang olahraga lainnya. Misalnya kebutuhan kekuatan angkat berat berbeda dengan kebutuhan kekuatan pada olahraga permainan, kebutuhan kekuatan atlet karate berbeda dengan pemain bulutangkis, kebutuhan kekuatan untuk tendangan kekomi juga berbeda dengan kekuatan yang diperlukan untuk memukul. Kekuatan itu bersifat atau spesifik sesuai dengan tuntutan cabang olahraga, demikian pula dalam proses pengembangan melalui latihan. Seperti halnya dalam cabang olahraga karate, meskipun diperlukan kelincahan, kelentukan, kelentukan, keseimbangan, koordinasi, dan sebagainya. Akan tetapi kondisi-kondisi fisik tersebut tetap harus ditunjang faktor kekuatan untuk dapat memperoleh kemampuan maksimal dalam gerakan keterampilan karate yang dilakukan. Harsono (1988) mengemukakan bahwa: “Kekuatan tetap merupakan basis dari semua komponen kondisi fisik”. Dengan demikian atlet harus cukup kuat untuk melaksanakan tugas olahraganya secara efesiensi dan tanpa mengalami lelah yang berlebihan yang disebabkan kekurangan kekuatan. Kekuatan otot sebagai kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengatasi tahanan dalam menjalankan aktivitas fisik. Dalam melakukan tendangan kekomi, kekuatan otot tungkai sebagai penggerak tenaga yang akan diperlukan untuk medapatkan ruang gerak yang lebih luas terhadap jangkauan tendangan yang tepat sasaran. Harsono (1988) mengemukakan pengertian bahwa: “Kekuatan adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan”. Untuk itu latihan-latihan yang cocok untuk memperkembangkan kekuatan adalah latihan-latihan tahanan (resistence exercise), dimana harus mengangkat, mendorong, atau menarik suatu beban. Beban tersebut bisa beban anggota tubuh kita sendiri, ataupun beban atau bobot dari luar (external exercise). Agar efektif hasilnya, maka latihan-latihan tehanan haruslah dilakukan sedemikian rupa sehingga individu dapat mengeluarkan tenaga makasimal atau hampir maksimal untuk menahan yang dilakukan sedemikian rupa sehingga individu dapat mengeluarkan tenaga maksimal atau hampir maksimal uuntuk menahan suatu beban. Beban yang digunakan harus sedikit demi sedikit bertambah berat agar perkembangan otot terjamin dan latihan dilakukan secara progresif dan tidak berhenti pada beban atau bobot tertentu.
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
29
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 Otot yang kuat akan dapat melakukan kerja fisik sehari-hari secara efesien tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan. Kekuatan otot merupakan kontraksi maksimal yang dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot. Pada kontraksi otot memendek dan besarnya pemendekan tergantung dari beban yang harus ditahan. Permulaan otot melakukan kontraksi adalah tanpa pemendekansampai mencapai tegangan yang seimbang dengan beban, kemudian terjadilah kontraksi dengan pemendekan. Kontraksi maksimal otot banyak dipengaruhi oleh jumlah sel dan besarnya ukuran otot. Didalam otot selain individu diwarisi keturunan sejumlah serabut otot tertentu yang jumlahnya tidak bertambah. Tetapi dengan perkembangan kekuatan yang disebabkan oleh latihan atau aktivitas olahraga, maka besarnya setiap serabut otot akan bertambah. Untuk seorang atlet karate perlu mengembangkan kekuatan, sebagai unsur yang sangat menentukan dalam melakukan gerak keterampilan sehingga mampu menunjukkan performance. Otot-otot yang kuat terutama otot tungkai bagi atlet karate akan dapat menentukan kemampuan untuk melakukan suatu tendangan yang bervariasi seperti halnya pada tendangan kekomi dan dengan kekuatan seseorang akan mampu mengembangkan daya tahan. Kelentukan Untuk cabang olahraga karate khususnya tehnik tendangan kekomi, kelentukan sangat dibutuhkan utamanya pada saat melakukan gerakan jangkauan tendangan. Harsono, (1988) memberikan definisi sebagai berikut: “Kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi, kecuali oleh ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastisitas tidaknya otot-otot, tendon dan ligamen”. Kelentukan merupakan tingkat kemampuan maksimal dalam ruang gerak sendinya. Kemampuan fisik ini dipengaruhi oleh elastisitas jaringan otot, tendon, ligamen, dan struktur kerangka tulang. Selain itu, kelentukan juga dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, volume penampang otot dan aspek psikologis dalam berolahraga. Jadi perlu pertimbangan yang baik terhadap kelentukan, sebab cenderung akan mengurangi kemampuan otot dalam amplitudo gerakan responden otot, jika kelentukan tidak dilatih dengan baik agar gerakan yang dilakukan bebas dan lentur, sebagaimana yang dikemukakan oleh Paul Uram (1986) bahwa: “Latihan dalam program atlet tanpa pertimbangan yang memadai bagi pengembangan kelentukan cenderung untuk mengurangi jangkauan normal dari gerakan dan membatasi responden otot”. Begitu juga halnya dalam melakukan tehnik tendangan kekomi pada cabang olahraga karate, kelentukan memiliki peran yang besar dimana pada saat melakukan 30
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 gerakan tersebut kelentukan otot pada tungkai dan togok harus lentur agar pergerakan yang dilakukan tidak terasa kaku dan tegang yang akan mengakibatkan fatal bagi yang melakukannya. Dari uraian diatas tentang pengertian kelentukan maka dapat disimpulkan bahwa, kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan dengan mudah dan efisien. Sehingga dalam melakukan gerakan tendangan kekomi karate utamanya, itu akan lebih mudah dilakukan bila didukung kelentukan yang baik. Keseimbangan Keseimbangan merupakan kemampuan seseorang mempertahankan sistem tubuh baik dalam posisi statis maupun dalam posisi gerak dinamis yang mana keseimbangan juga merupakan hal yang sangat penting didalam melakukan suatu gerakan karena dengan keseimbangan yang baik, maka seseorang mampu mengkoordinasikan gerakan-gerakan dan dalam beberapa ketangkasan unsur kelincahan, seperti yang dikemukakan oleh Harsono (1988) bahwa "Keseimbangan berhubungan dengan koordinasi dan dalam beberapa keterampilan, juga dengan agilitas". Dengan demikian untuk menjaga keseimbangan dalam melakukan kegiatan jasmani, maka gerakan-gerakan yang dilakukan perlu dikoordinasikan dengan baik sebagai usaha untuk mengontrol semua gerakan. Moch. Sajoto (1988) mengatakan tentang kemampuan menguasai letak titik berat badan yang lebih dikenal dengan istilah keseimbangan bahwa: Keseimbangan atau balance adalah kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf ototnya selama melakukan gerakan yang cepat dengan perubahan letak titik berat badan yang cepat pula baik dalam keadaan statis maupun lebih-lebih dalam keadaan gerak dinamis. Harsono (1988) mengemukakan keseimbangan atau balance adalah: “Kemampuan untuk mempertahankan sistem neuromuscular kita dalam kondisi statis, atau mengontrol sistem neuromuscular tersebut dalam suatu posisi atau sikap yang efisien selagi kita bergerak”. Kajian keseimbangan dalam posisi badan pada saat bergerak oleh Moch. Sajoto (1988) memberikan pengertian keseimbangan sebagai "Kemampuan tubuh untuk mempertahankan posisi". Mempertahankan posisi badan dalam berbagai situasi memerlukan kemampuan tersendiri oleh atlet. Berbagai pengertian tentang keseimbangan di atas, maka dapat dikatakan bahwa keseimbangan merupakan kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf otot untuk menahan beban atau tahanan yang dilakukan di dalam beraktivitas baik secara statis maupun dinamis.
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
31
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 METODOLOGI PENELITIAN Penerapan metode penelitian harus dapat mengarah pada tujuan yang diharapkan. Metode yang dipergunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif secara korelasional. Menurut Suharsimi Arikunto (1992), mengatakan bahwa: “Variabel merupakan obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Adapun variabel penelitian yang ingin diteliti dalam penelitian ini terdiri atas: 1) Variabel bebas yaitu kekuatan tungkai, kelentukan split, dan keseimbangan dinamis, dan 2) variabel terikat yaitu kemampuan tendangan kekomi pada olahraga karate. Desain penelitian atau rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Karateka Ranting INKANAS UNM. Sedangkan sampel yang diambil atau digunakan dalam penelitian ini berjumlah 30 orang putra dari Karateka Ranting INKANAS UNM. Data yang terkumpul tersebut perlu dianalisis secara statistik deskriptif, maupun infrensial untuk keperluan pengujian hipotesis penelitian. Secara keseluruhan analisis data statistik yang digunakan pada umumnya menggunakan analisis komputer pada sistem program SPSS versi 17.00 dengan taraf signifikan 95% atau 0,05. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil analisis deskriptif data Analisis deskriptif meliputi; total nilai, rata-rata, range, maksimal dan minimum. Dari nilai-nilai statistik ini diharapkan dapat memberi gambaran umum tentang keadaan data kekuatan tungkai, kelentukan split, keseimbangan dinamis dan kemampuan tendangan kekomi. Hasil analisis deskriptif setiap variabel penelitian dapat dilihat dalam tabel 1. Tabel 1. Hasil analisis deskriptif tiap variabel Variabel / Statistik Kekuatan tungkai Kelentukan split Keseimbangan dinamis Tendangan kekomi
32
N
Sum
Mean
Stdv
Range
Min.
Max.
30
3350,00
111,6667
13,18916
48,00
87,00
135,00
30
690,00
23,000
4,95497
17,00
15,00
32,00
30
2519,00
83,9667
3,91710
15,00
75,00
90,00
30
689,00
22,9667
2,28161
7,00
19,00
26,00
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 Berdasarkan rangkuman hasil analisis deskriptif data pada tabel di atas, maka dapat diuraikan sebagai berikut: 5. Untuk data kekuatan tungkai pada Karateka Ranting Inkanas UNM, dari 30 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 3350,00 dan rata-rata yang diperoleh 111,6667 dengan hasil standar deviasi 13,18916 dari range data 48,00 antara nilai minimum 87,00 dan 135,00 untuk nilai maksimal. 6. Untuk data kelentukan split pada Karateka Ranting Inkanas UNM, dari 30 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 690,00 dan rata-rata yang diperoleh 23,3000 dengan hasil standar deviasi 4,95497 dari range data 17,00 antara nilai minimum 15,00 dan 32,00 untuk nilai maksimal. 7. Untuk data keseimbangan dinamis pada Karateka Ranting Inkanas UNM, dari 30 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 2519,00 dan rata-rata yang diperoleh 83,9667 dengan hasil standar deviasi 3,91710 dari range data 15,00 antara nilai minimum 75,00 dan 90,00 untuk nilai maksimal. 8. Untuk data kemampuan tendangan kekomi pada Karateka Ranting Inkanas UNM, dari 30 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 689,00 dan rata-rata yang diperoleh 22,9667 dengan hasil standar deviasi 2,28161 dari range data 7,00 antara nilai minimum 19,00 dan 26,00 untuk nilai maksimal. Analisis statistik inferensial Hasil-hasil analisis secara lengkap dapat dilihat pada lampiran, sedangkan rangkuman hasil analisis tercantum pada tabel berikut : Tabel 2. Hasil analisis korelasi dan regresi Hipotesis N r/R Rs F t Hubungan kekuatan tungkai dengan 55,12 30 0,814 0,663 7,425 kemampuan tendangan 6 kekomi Hubungan kelentukan split dengan 22,19 30 -0,665 0,442 -4,711 kemampuan tendangan 1 kekomi Hubungan keseimbangan dinamis 45,55 dengan kemampuan 30 0,787 0,619 6,749 1 tendangan kekomi
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Sig. 0,000
0,000
0,000
33
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 Hipotesis Hubungan antara kekuatan tungkai, kelentukan split dan keseimbangan dinamis dengan kemampuan tendangan kekomi
N
r/R
Rs
F
t
Sig.
30
0,903
0,816
38,41 4
5,184
0,000
Hasil pengujian hipotesis Adapun hipotesis yang diuji kebenarannya pada penelitian ini adalah, sebagai berikut: a. Hipotesis pertama Ada hubungan kekuatan tungkai dengan kemampuan tendangan kekomi pada Karateka Ranting Inkanas UNM. Hasil data yang diperoleh dari penelitian bertujuan untuk mengetahui antara variable bebas dan variable terikat serta membuktikan hipotesis yang ada. Oleh karena itu hasil pengujian hipotesis berdasarkan pengolahan data melalui analisis korelasi dan regresi dari program SPSS tentang hubungan kekuatan tungkai dengan kemampuan tendangan kekomi pada Karateka Ranting Inkanas UNM diperoleh sesuai rangkuman tabel 3 berikut: Tabel 3. Hasil analisis korelasi dan regresi untuk hipotesis pertama VARIABEL r/R Rs F t Sig. Kekuatan tungkai (X1) 0,814 0,663 55,126 7,425 0,000 Tendangan kekomi (Y) Hipotesis statistik : Ho : rx1y = 0 H1 : rx1y ≠ 0 Hasil pengujian : Berdasarkan hasil pengujian analisis data kekuatan tungkai dengan kemampuan tendangan kekomi pada Karateka Ranting Inkanas UNM, diperoleh nilai korelasi ( r0 ) 0,814 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) 0,663. Hal ini berarti 66,3% kemampuan tendangan kekomi dijelaskan oleh kekuatan tungkai. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 55,126 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi 34
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 kemampuan tendangan kekomi (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 7,425 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau kekuatan tungkai benar-benar berpengaruh secara signifikan dengan kemampuan tendangan kekomi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan kekuatan tungkai dengan kemampuan tendangan kekomi pada Karateka Ranting Inkanas UNM terbukti nilai korelasi ( r0 ) 0,814 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05. Ini membuktikan bahwa kemampuan tendangan kekomi pada cabang olahraga karate membutuhkan kekuatan tungkai. Kekuatan merupakan kemampuan dasar dari komponen fisik yang memiliki peran sangat penting. Dalam melakukan kemampuan tendangan kekomi dapat tercapai dengan baik bilamana karateka memiliki kekuatan tungkai, sebab gerakan kemampuan tendangan kekomi merupakan kemampuan untuk bergerak secara agresif dalam merubah arah pergerakan tendangan. Oleh karena itu kekuatan tungkai yang dimiliki karateka akan sangat membantu dalam pergerakan yang dibutuhkan pada saat melakukan tendangan kekomi. Dengan demikian ada hubungan yang signifikan kekuatan tungkai dengan kemampuan tendangan kekomi pada cabang olahraga karate. b. Hipotesis kedua Ada hubungan kelentukan split dengan kemampuan tendangan kekomi pada Karateka Ranting Inkanas UNM. Hasil data yang diperoleh dari penelitian bertujuan untuk mengetahui antara variable bebas dan variable terikat serta membuktikan hipotesis yang ada. Oleh karena itu hasil pengujian hipotesis berdasarkan pengolahan data melalui analisis korelasi dan regresi dari program SPSS tentang hubungan kelentukan split dengan kemampuan tendangan kekomi pada Karateka Ranting Inkanas UNM diperoleh sesuai rangkuman tabel 4 berikut: Tabel 4. Hasil analisis korelasi dan regresi untuk hipotesis kedua VARIABEL r/R Rs F t Sig. Kelentukan split (X2) -0,665 0,442 22,191 -4,711 0,000 Tendangan kekomi (Y)
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
35
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 Hipotesis statistik : Ho : rx2y = 0 H1 : rx2y ≠ 0 Hasil pengujian : Berdasarkan hasil pengujian analisis data kelentukan split dengan kemampuan tendangan kekomi pada Karateka Ranting Inkanas UNM, diperoleh nilai korelasi ( r0 ) -0,665 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) 0,442. Hal ini berarti 44,2% kemampuan tendangan kekomi dijelaskan oleh kelentukan split. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 22,191 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan tendangan kekomi (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh -4,711 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau kelentukan split benar-benar berpengaruh secara signifikan dengan kemampuan tendangan kekomi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan yang signifikan kelentukan split dengan kemampuan tendangan kekomi pada Karateka Ranting Inkanas UNM terbukti nilai korelasi ( r0 ) -0,665 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05. . Ini membuktikan bahwa kelentukan sangat penting bagi karateka, karena kelentukan berfungsi disaat posisi tendangan dalam menjangkau sasaran yang dituju akan memberikan ruang gerak yang lebih luas. Kemampuan tendangan kekomi membutuhkan jangkauan gerakan yang lebih luas dan luwes. Oleh karena itu, kelentukan bagi karateka akan membantu gerak kemampuan tendangan kekomi agar bergerak lebih halus, luwes tanpa merasakan ketegangan dan kekakuan dalam pergerakannya. Disamping itu dengan kelentukan akan lebih meringankan gerakan yang dilakukan. Dengan demikian kelentukan bagi karateka sangat berhubungan terhadap hasil kemampuan tendangan kekomi. c. Hipotesis ketiga Ada hubungan keseimbangan dinamis dengan kemampuan tendangan kekomi pada Karateka Ranting Inkanas UNM. Hasil data yang diperoleh dari penelitian bertujuan untuk mengetahui antara variable bebas dan variable terikat serta membuktikan hipotesis yang ada. Oleh karena itu hasil pengujian hipotesis berdasarkan 36
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 pengolahan data melalui analisis korelasi dan regresi dari program SPSS tentang hubungan keseimbangan dinamis dengan kemampuan tendangan kekomi pada Karateka Ranting Inkanas UNM diperoleh sesuai rangkuman tabel 5 berikut: Tabel 5. Hasil analisis korelasi dan regresi untuk hipotesis ketiga VARIABEL r/R Rs F t Sig. Keseimbangan dinamis (X3) 0,787 0,619 45,55 6,749 0,000 1 Tendangan kekomi (Y) Hipotesis statistik : Ho : rx3y = 0 H1 : rx3y ≠ 0 Hasil pengujian : Berdasarkan hasil pengujian analisis data keseimbangan dinamis dengan kemampuan tendangan kekomi pada Karateka Ranting Inkanas UNM, diperoleh nilai korelasi ( r0 ) 0,787 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) 0,619. Hal ini berarti 61,9% kemampuan tendangan kekomi dijelaskan oleh keseimbangan dinamis. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 45,551 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan tendangan kekomi (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 6,749 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau keseimbangan dinamis benar-benar berpengaruh secara signifikan dengan kemampuan tendangan kekomi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan keseimbangan dinamis dengan kemampuan tendangan kekomi pada Karateka Ranting Inkanas UNM terbukti nilai korelasi ( r0 ) 0,787 dengan tingkat probabilitas (0,000) < Ini membuktikan bahwa 0,05. keseimbangan sangat penting bagi karateka, posisi dalam melakukan tendangan kekomi adalah salah satu kaki akan menendang dengan gaya samping sehingga kaki yang satu akan bertumpu untuk menopang titik berat badan. Dengan demikian keseimbangan berfungsi untuk menjaga agar supaya hasil tendangan kekomi dapat dilaksanakan dengan baik serta tepat pada sasaran. Kemampuan dalam melakukan tendangan kekomi membutuhkan ketepatan waktu untuk mencapai
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
37
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 target atau sasaran yang diinginkan, oleh karena itu dengan adanya keseimbangan yang dimiliki bagi karateka akan menunjang hasil optimal dalam melakukan kemampuan tendangan kekomi tersebut. d. Hipotesis keempat Ada hubungan kekuatan tungkai, kelentukan split dan keseimbangan dinamis dengan kemampuan tendangan kekomi pada Karateka Ranting Inkanas UNM. Hasil data yang diperoleh dari penelitian bertujuan untuk mengetahui antara variable bebas dan variable terikat serta membuktikan hipotesis yang ada. Oleh karena itu hasil pengujian hipotesis berdasarkan pengolahan data melalui analisis regresi dari program SPSS tentang hubungan kekuatan tungkai, kelentukan split dan keseimbangan dinamis dengan kemampuan tendangan kekomi pada Karateka Ranting Inkanas UNM diperoleh sesuai dari rangkuman tabel 6 berikut: Tabel 6. Hasil analisis regresi untuk hipotesis keempat VARIABEL r/R Rs F t Sig. Kekuatan tungkai (X1), Kelentukan split (X2) dan keseimbangan 0,903 0,816 38,414 5,184 0,000 dinamis (X3) Tendangan kekomi (Y) Hipotesis statistik : Ho : Rx1,2,3y = 0 H1 : Rx1,2,3y ≠ 0 Hasil pengujian : Berdasarkan hasil pengujian analisis data antara kekuatan tungkai, kelentukan split dan keseimbangan dinamis dengan kemampuan tendangan kekomi pada Karateka Ranting Inkanas UNM, diperoleh nilai regresi ( R0 ) 0,903 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) 0,816. Hal ini berarti 81,6% kemampuan tendangan kekomi dijelaskan oleh kekuatan tungkai, kelentukan split dan keseimbangan dinamis. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 38,414 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan tendangan kekomi (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 38
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 5,184 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau kekuatan tungkai, kelentukan split dan keseimbangan dinamis benar-benar berpengaruh secara signifikan dengan kemampuan tendangan kekomi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan kekuatan tungkai, kelentukan split dan keseimbangan dinamis dengan kemampuan tendangan kekomi pada Karateka Ranting Inkanas UNM terbukti nilai regresi ( R0 ) 0,903 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05. Ini membuktikan bahwa seorang karateka membutuhkan ketiga unsur fisik tersebut, yaitu kekuatan tungkai, keseimbangan dan kelentukan. Gerakan kemampuan tendangan kekomi membutuhkan pergerakan yang sangat singkat dalam proses pelaksanaannya. Segala sesuatu yang dilakukan dengan aktifitas tinggi membutuhkan kemampuan fisik yang baik, dengan demikian proses pelaksanan kemampuan tendangan kekomi merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara cepat yang tentunya membutuhkan kemampuan fisik seperti kekuatan tungkai, keseimbangan dan kelentukan. Hasil dalam unsur fisik tersebut sangat membantu dalam pergerakan kemampuan tendangan kekomi, sebab dengan ditopang keseimbangan, pergerakan kemampuan tendangan kekomi akan lebih terarah. Kekuatan tungkai adalah kemampuan otot pada tungkai untuk dapat melakukan gerakan secara maksimal. Tungkai sebagai penggerak dalam gerakan tendangan akan selalu bergerak untuk melakukan tendangan. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan telah mengungkapkan bahwa kemampuan tendangan kekomi meiliki hubungan dengan kekuatan otot tungkai. Keagresifan seorang atlet dalam perubahan-perubahan arah gerakan tendangan sangat membutuhkan sebuah kekuatan pada otot tungkainya. Agar kemampuan tendangan ini diperoleh dengan cepat maka dibutuhkan kecepatan. Pada cabang olahraga karate khususnya teknik tendangan kekomi, tungkai merupakan sebagai pukulan kaki. Sebab seorang atlet yang tidak memiliki kekuatan otot tungkai, maka tidak dapat melakukan gerakan dengan cepat atau tiba-tiba sehingga tendangan yang dilakukan sia-sia, terbuang percuma atau akan tidak efektif dan efesien dan biasanya ini akan muncul ketidak seimbangan. Untuk itu keseimbangan bagi atlet karate harus dimiliki guna mempertahankan segala gerakan baik yang ingin dilakukan maupun setelah melakukan gerakan. Keseimbangan merupakan kemampuan seseorang mempertahankan sistem tubuh baik dalam posisi statis maupun dalam posisi gerak
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
39
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 dinamis yang mana keseimbangan juga merupakan hal yang sangat penting di dalam melakukan suatu gerakan karena dengan keseimbangan yang baik, maka seseorang mampu mengkoordinasikan gerakan-gerakan dan dalam beberapa ketangkasan. Keseimbangan merupakan kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh baik dalam keadaaan diam maupun pada saat bergerak. Oleh karena itu disaat melakukan gerakan kecepatan tendangan, maka membutuhkan kestabilan posisi tubuh di saat melakukan tendangan tersebut. Posisi kaki yang satu dalam melakukan tendangan tentu akan memberikan beban yang berat bagi kaki yang menjadi penopang titik berat badan. Dalam keadaan seperti ini, bila atlet tidak memiliki keseimbangan tentu dalam pelaksanaannya akan kurang maksimal, disebabkan tidak mampu menahan titik berat badan. Disamping itu bahwa gerakan yang dilakukan perlu adanya keluwesan dalam melakukannya sehingga gerakan tersebut tidak kaku. Oleh karena itu kelentukan akan membantu dalam mencapai target serta gerakan akan lebih akurat. Pergerakan kemampuan tendangan kekomi merupakan kecakapan melakukan tendangan secara cepat, sehingga dalam mencapai target perlu jangkauan dan keluwesan gerakan secara baik. PENUTUP Sesuai dari hasil analisis pengujian hipotesis dengan berdasar pada masalah yang diajukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Ada hubungan yang signifikan kekuatan tungkai dengan kemampuan tendangan kekomi pada Karateka Ranting Inkanas UNM, 2) Ada hubungan yang signifikan kelentukan split dengan kemampuan tendangan kekomi pada Karateka Ranting Inkanas UNM, 3) Ada hubungan yang signifikan keseimbangan dinamis dengan kemampuan tendangan kekomi pada Karateka Ranting Inkanas UNM, dan 4) Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan tungkai, kelentukan split dan keseimbangan dinamis dengan kemampuan tendangan kekomi pada Karateka Ranting Inkanas UNM. Agar hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan tendangan kekomi bagi atlet, maka saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut: 1) Pelatih diharapkan dapat meningkatkan penampilan kemampuan tendangan kekomi pada karateka dengan penerapan bentuk metode latihan yang sesuai dengan teknik dasar yang dikembangkan tanpa mengabaikan komponen fisik yang dibutuhkan dalam menunjang pada penampilannya, 2) Hendaknya ketiga komponen yang 40
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 terkait atau yang dibutuhkan dalam meningkatkan kemampuan tendangan kekomi yaitu kekuatan tungkai, keseimbangan dan kelentukan dapat dijadikan sebagai indikator dalam penilaian maupun memilih atlet, dan 3) Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar pada penelitian yang relevan agar hasil penelitian ini dapat dikembangkan untuk memperkaya khasanah disiplin ilmu keolahragaan, khususnya dalam upaya meningkatkan kemampuan tendangan kekomi. DAFTAR PUSTAKA Arikunto Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pratek. Jakarata : PT. Rineka Citra. Barry L. Johnson dan J.K Nelson. 1986. Practical Meassurements for Evaluation in Physical Education. New York : Fourth Edition Mac Millan Publishing Company. Bompa. 1983. Theory and Methodology of Training the Key to Athletic Performance. Iowa Kendall/Hunt Publishing Company. Dwijonowinoto Kasiyo, 1993. Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatihan. IKIP: Semarang. Fox. 1984. The Physiological Basic of Physical Education and Athletic. Toronto : Sounders College Publishing. Harsono, 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti. Lutan, dkk. 1991. Manusia dan Olahraga. Bandung: Diterbitkan atas kerjasama ITB dan FPOK IKIP Bandung Nakayama, Masatoshi. 1995. Karate Yesteday and Today. Kodansa Internasional, Tokyo, New York, San Frasisco: Japan Karate Association, Translated By Herman Kauz Namiek. S. 1992. Belajar Karate Secara Sistematis. Semarang: Aneka Ilmu Oyama, Masutatsu. 1994. Teknik Oyama Karate Seri Kihon. Penerjemah JB. Sujoto. 1996. Jakarta: Elex Media Komputindo Gramedia Sajoto, Moch. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi Soekarman. 1985. Dasar Olahraga untuk Pembina, Pelatih dan Atlet. Bandung : Tarsito. Subroto, Ilham Hakim. 1996. Dasar-Dasar Karate, Melatih Kemampuan Fisik dan Mental Sebagai Atlet Karate. Solo: CV. Aneka
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
41
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
42
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 STUDI TENTANG PELAKSANAAN EVALUASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN PADA KELAS 9 DI SMP NEGERI 2 MAKASSAR (STUDY ON THE EVALUATION OF LEARNING HEALTH SPORT AND PHYSICAL EDUCATION 9 IN CLASS 2 STATE IN SMP MAKASSAR) OLEH: H. ABRAHAM RAZAK )* ABSTRACT This research was conducted in SMP Negeri 2 Makassar. The research subjects in this study were students of class IX SMP Negeri 2 Makassar totaling 135 people. This study is a descriptive study, the instrument used in this study a questionnaire instrument. The questionnaire used in this study is an open structured questionnaire form for such instruments to obtain data on the Implementation of Learning Evaluation of Physical Education and Health In Grade 9 of SMPN 2 Makassar and data analysis techniques used are percentage analysis. The results of the implementation study Physical Education, Sport and Health have shown that for psychomotor aspects: physical fitness and sports skills. Physical fitness aspects, aspects of agility shuttle run test 80.74%, the aspect of strength tests sit up 100%, the aspect of speed tests run 60 meters of 54.07%, the aspect of muscular endurance and muscular endurance tests shoulder 81.48%, aspects of power hold the heart and lungs a test run 12 minutes 85.92%, aspects of the sport football skills tests dribble 96.29%, basketball throwing and catching a ball test, test dribble 97.04%, volleyball test pasing on and pasing down 97.04%, 0% swimming, athletics 97.77%, rhythmic gymnastics without morning gymnastics assays 10.37%, aspects of the camp and the basics of rescue school environment P3K matter 22.22%, and the introduction of the material culture of healthy living sexually transmitted diseases (STDs) 90.37%, the cognitive aspects of sports knowledge of physical education 64.23%, knowledge of regulatory aspects 76.68%, historical aspects of sport material progress 53.33% sport, health aspects of knowledge work LKS material physical education and health 93.33%. Affective aspects of sportsmanship 64.21%, 65.18% disciplinary aspect, the aspect of responsibility 57.60%, 39.40% cooperation aspect, the aspect of confidence 52.55%, and 80.74% honesty aspects. Based on these results we can conclude that for the aspects of the evaluation of Physical Education and Health for psychomotor aspects is generally quite good, the evaluation of Physical Education, Sport and Health on the cognitive aspects is generally quite good, and the evaluation of Physical Education and Health for aspects affective is generally quite good. Keywords:
Evaluation of Learning, Aspect Psychomotor, Cognitive, Affective
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
43
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 PENDAHULUAN Intensitas pembelajaran dalam Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan juga berbeda dengan mata pelajaran lain. Dalam Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan aspek yang dicakup lebih komplek tidak hanya mencakup unsur-unsur kognitif tetapi juga aspek sosial kemasyarakatan juga menjadi prioritas utama. Hal ini diperkuat oleh pendapat Rijsdrop (dalam Winarno 2006) yang menyebutkan bahwa Intensitas pembelajaran Pendidikan Jasmnai, Olahraga, dan Kesehatan meliputi empat pokok pikiran, yaitu: (1) Pembentukan gerak, (2) Pembentukan prestasi, (3) Pembentukan sosial, (4) dan pembentukan badan. Berdasar pendapat ahli, dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan merupakan bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan karena bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktifitas Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Sebagaimana berlangsungnya pendidikan di sekolah pada umumnya, maka mata pelajaran pendidikan jasmani, Olahraga, dan Kesehatan memiliki beberapa tujuan yang hendak dicapai. Tujuan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan sebagaimana tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. Badan Standar Nasional Pendidikan tahun 2006 menjabarkan beberapa tujuan dari Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan antara lain: mengembangkan keterampilan pengeloaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktifitas jasmani dan olahraga yang terpilih, (2) meningkatkan pertumbuhan fisik dan penembangan psikis yang lebih baik, (3) meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar, (4) meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-milai yang terkandung dalam pendidikan, Olahraga, dan Kesehatan, (5) mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis, (6) mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan, (7) memahami konsep aktifitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif. Sedangkan menurut Lawson dan Placek (dalam Winarno 2006) disebutkan bahwa tujuan utama Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di sekolah lanjutan adalah untuk: (1) memberi kesempatan siswa belajar bergerak secara terampil dan cekatan, (2) memberi kesempatan siswa untuk memahami berbagai pengaruh dan akibat keterlibatan mereka dalam kegiatan jasmani yang menggembirakan, (3) membantu siswa untuk memadukan keterampilan baru yang dibutuhkan dengan pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya, (4) meningkatkan kemampuan siswa untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan mereka secara rasional.
44
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 Dengan melakukan evaluasi, guru dapat mengetahui berhasil atau tidaknya pelaksanaan program pembelajaran dan sejauh mana prestasi belajar yang dicapai oleh siswa setelah ia melaksanakan proses belajar. Evaluasi merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran/pendidikan yang berguna membantu guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dalam hal pengambilan keputusan untuk menentukan nilai yang akan diberikan kepada siswa, sehingga keberadaannya tidak dapat terelakkan dalam setiap kegiatan/proses pembelajaran. Evaluasi adalah suatu instrumen yang digunakan oleh guru untuk membuat pertimbangan-pertimbangan yang akan digunakan untuk penilaian kemajuan belajar murid-muridnya. Disamping menilai kemajuan belajar murid, evaluasi yang dilakukan oleh guru berkaitan pula dengan program pendidikan. Oleh karena itu, evaluasi berkaitan erat dengan tugas guru, murid dan program pendidikan. Dalam evaluasi, terdapat tiga aspek kemampuan yang akan diukur yaitu terdiri dari aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik. Mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan merupakan salah satu mata pelajaran yang disajikan disekolah, dalam kegiatan sehari-hari lebih banyak berorientasi pada kawasan psikomotor, dibanding dengan kawasan kognitif dan afektif. Hal ini diperkuat oleh pendapat Annarino (dalam Winarno, 2006) yang mengembangkan taksonomi tujuan pendidikan jasmani meliputi: (1) kawasan fisik: kekuatan, daya tahan, dan kelentukan, (2) kawasan psikomotor: kemampuan perseptual-motorik, (3) kawasan kognitif atau perkembangan intelektual yang terdiri dari: pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan intelektual, (4) kawasan afektif, meliputi perkembangan personal, sosial dan emosional. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru olahraga diperoleh keterangan ada beberapa siswa yang pandai dalam melakukan keterampilan yang diajarkan sekaligus memiliki pemahaman kognitif yang bagus juga, akan tetapi ada siswa yang terkadang tidak terlalu menguasai dalam keterampilan tetapi sangat pandai dalam penguasaan kognitifnya. Hal ini tentunya harus mendapatkan perhatian yang berbeda oleh guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan dalam melakukan evaluasi karena hal yang paling diutamakan dalam Pendidikan Jasmani adalah aspek psikomotor. Kriteria penilaian masing-masing guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di SMP Negeri 2 Makassar pun juga berbeda. Misalnya, guru Penjasorkes kelas 8 dan 9 menjelaskan bahwa pelaksanaan evaluasi yang biasa beliau lakukan adalah kadang-kadang diawal kegiatan dan paling sering disetiap akhir kegiatan pembelajaran. Dengan rincian aspek yang dinilai 70% psikomotorik, 20% kognitif, dan 10% afektif. Menurut guru Penjasorkes kelas 7 dan 8 berpendapat bahwa tidak ada aspek kognitif, karena aspek kognitif sudah termasuk ke dalam aspek psikomotorik. Dengan alasan jika siswa tersebut sudah dapat melakukan aspek psikomotorik berarti siswa tersebut sudah menguasai aspek kognitif juga. Akan tetapi aspek psikomotorik tetap menjadi aspek yang paling dominan dalam penilaian yaitu dengan persentase 70% psikomotorik, 30% afektif dan penilaian dilakukan selalu diakhir kegiatan pembelajaran. Sedangkan menurut guru Penjasorkes kelas 7 dan 8 memberikan pendapat bahwa penilaian yang beliau
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
45
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 lakukan adalah pada proses dan di setiap akhir kegiatan pembelajaran dengan tidak mempersoalkan aspek kognitif dengan melihat kenyataan dan fakta tingkat kemampuan dan intelengensi yang dimiliki siswa SMP Negeri 2 Makassar yang berada diatas standar. Sedangkan yang menjadi masalah menurut beliau adalah pada aspek psikomotorik yang sangat kurang. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada bobot penilaian itu sendiri. Jika aspek psikomotor yang ditonjolkan maka secara otomatis siswa tersebut akan memperoleh nilai yang akan jelek, maka aspek kognitif yang akan lebih dominan untuk menutup kekurangan penilaian tersebut. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan tabel nilai rapor siswa SMP Negeri 2 Makassar: No 1 2 3
Rentangan nilai 60-69 70-79 80-89
Persentase 5,56 39,13 26,81
Dari nilai rapor diketahui sebesar 5,56% siswa memperoleh nilai rapor untuk mata pelajaran pendidikan jasmani dengan rentangan nilai 60-69, dan 39,13% siswa mendapat nilai dengan rentangan 70-79, dan sebesar 26,81% siswa mendapat nilai dengan rentangan nilai antara 80-89. Hal ini menunjukkan bahwa perolehan nilai siswa untuk mata pelajaran Pendidikan Jasmani di SMP Negeri 2 Makassar sangat bervariasi. Berdasar pada kenyataan tersebut, bahwasanya persentase terbanyak terdapat pada skor 70. Persentase terbesar pada skor-skor tersebut diperoleh siswadari berbagai aspek penilaian dalam pelaksanaan evaluasi utamanya evaluasi yang berkaitan dengan aspek penting yang menjadi penilaian dalam Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan yaitu aspek psikomotor. Hal ini tentunya bertolak belakang dengan kenyataan dan aspek utama yang dinilai dalam Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Sebagaimana kita ketahui bersama di SMP Negeri 2 Makassar dengan keadaan siswa yang rata-rata memiliki tingkat penguasaan kognitif yang cukup tinggi ditambah dengan aspek psikomotor yang menjadi aspek yang paling dominan didalam penilaian, seharusnya nilai rapor yang mereka peroleh lebih baik dan berada diatas SKM (Standar Kelulusan Minimal). Pengertian Evaluasi Secara umum evaluasi dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, objek, dan lain-lain) (Dimyati & Mudjiono, 1999). Sedangkan menurut Sarifudin (1979) menjelaskan bahwa evaluasi adalah proses mendapatkan informasi dan mengunakannya untuk menyusun penilaian dalam rangka membuat keputusan. Pendapat senada juga dikemukakan Sudjana (1990) yang menjelaskan bahwa evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, caara bekerja, pemecahan, metode, materi dll. Wand dan Brown (dalam Dimyati & Mudjiono 1999) mengemukakan bahwa evaluasi
46
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 merupakan suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Sedangkan menurut Sarifudin (1979) evaluasi adalah suatu penilaian tentang aspek yang dihubungkan dengan situasi aspek-aspek yang lainnya, sehinga didapat gambaran yang menyeluruh, yang disoroti/ ditinjau dari berbagai aspek. Hal itu juga dipertegas oleh Joesmani (1988) yang menyebutkan bahwa evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk mengetahui kemampuan yang dicapai siswa dalam pengajaran. Dalam evaluasi biasanya sudah ditentukan pendekatan-pendekatan dan kriteriakriterianya sehingga berdasar kriteria tersebut dapat ditentukan atau diberikan keputusan tentang status individu tersebut. Berdasarkan beberapa pengertian yang telah disebutkan dapat diambil kesimpulan tentang bahwa evaluasi merupakan proses yang sistematis untuk memperoleh informasi tentang pencapaian kemampuan siswa dalam proses belajar mengajar untuk selanjutnya dapat dipergunakan dalam pengambilan keputusan. Agar pelaksanaan evaluasi dapat lebih efektif, maka diperlukan prinsipprinsip sebagai berikut: (a) evaluasi harus sesuai dengan filsafat hidup suatu bangsa, (b) dilakukan secara obyektif, (c) dilaksanakan sebelum, selama, dan setelah berlangsungnya proses belajar mengajar, (d) menganut prinsip kontinyuitas, (e) prinsip menyeluruh, (f) dipimpin dan dikelola oleh orang yang ahli dalam bidangnya, (g) hasil evaluasi harus diinterpretasikan untuk semua individu tentang aspek sosial, mental, fisik dan psikologisnya. (Winarno, 2004). Keterlaksanaan dan keberhasilan suatu kegiatan evaluasi akan ditentukan oleh keberhasilan peneliti dalam merancang dan menetukan prosedur penelitian. Oleh karena itu, peneliti diharapkan memperhatikan beberapa tahapan/langkah yang perlu dilaksanakan. Prosedur yang dimaksud adalah tahapan pokok yang harus dilaksanakan dalam kegiatan evaluasi. Dimyati & Mudjiono (1999) menyebutkan ada 6 tahapan yang harus dilalui dalam evaluasi yaitu: (a) persiapan, meliputi menyeleksi butir-butir tes yang telah disiapkan, menyiapkan peralatan dan fasilitas, menyiapkan kartu penilaian dan petunjuk, dan menyiapkan kebutuhan penunjang lain, (b) penyusunan alat ukur, (c) pelaksanaan pengukuran, seperti pemanasan, demonstrasi dan memberikan penjelasan, (d) pengolahan hasil pengukuran, seperti menghitung skor mentah, (e) penafsiran dan penginterpretasikan hasil pengukuran, (f) pelaporan dan pengunaan hasil evaluasi. Karakteristik Pembelajaran Pendidikan jasmani, Olahraga dan Kesehatan Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, setiap mata pelajaran yang diajarkan di sekolah memiliki karaktersitik yang berbeda. Untuk mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, pembelajaran yang dilakukan tentu memiliki karekteristik yang berbeda dengan mata pelajaran yang lainnya. Depdiknas (2006) menjelaskan karakteristik pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk SMP adalah sebagai berikut: (a). Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di SMP, yang mempelajari dan mengkaji gerak manusia secara interdisipliner. Gerak manusia adalah aktivitas jasmani yang dilakukan secara sadar untuk meningkatkan
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
47
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 kebugaran jasmani dan keterampilan motorik, mengembangkan sikap dan perilaku agar terbentuk gaya hidup yang aktif. Aktivitas jasmani yang dilakukan berupa aktivitas bermain, permainan, dan olahraga, (b). Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan menggunakan pendekatan interdisipliner, karena melibatkan berbagai disiplin ilmu seperti anatomi, fisiologi, psikologi, sosiologi, dan ilmu-ilmu yang lain. Pendukung utama Pendidikan Jasmani adalah ilmu keolahragaan yang mencakup filsafat olahraga, sejarah olahraga, pedagogi olahraga, sosiologi olahraga, fisiologi olahraga, dan biomekanika olahraga, (c). Materi Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan berupa kajian terhadap gerak manusia yang dikemas dalam muatan yang esensial, faktual, dan aktual. Materi ini disampaikan dalam rangka memberikan kesempatan bagi siswa untuk tumbuh dan berberkembang secara proporsional yang mencakup ranah psikomotor, kognitif, dan afektif. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk SMP adalah dengan mempelajari dan mengkaji gerak manusia secara interdisipliner melalui aktivitas jasmani yang disajikan dalam bentuk praktek maupun teori yang mencakup ranah psikomotor, kognitif, dan afektif sebagai hasil belajar bagi peserta didik. Materi Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan berupa kajian terhadap gerak manusia yang dikemas dalam muatan yang esensial, faktual, dan aktual. Setelah pembelajaran dilaksanakan, untuk mengetahui dampak atau pengaruh dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan apakah peserta didik dapat menguasai materi yang diberikan oleh pendidik maka kegiatan penilaian mutlak harus dilakukan. METODE PENELITIAN Berdasarkan permasalahan yang diteliti, penelitian ini menggunakan rancangan survei (observasi). Ditinjau dari tujuan penelitian, maka penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif, karena penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dan mendeskripsikan Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Pada Kelas 9 SMP Negeri 2 Makassar. Adapun variabel yang diteliti adalah Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Pada Kelas 9 di SMP Negeri 2 Makassar. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Makassar Jalan Lawu no. 12 Kediri, dan waktu penelitiannya adalah pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2014. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP Negeri 2 Makassar yang berjumlah 135 orang siswa. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah instrumen non tes yaitu survei (observasi) dan angket serta wawancara terstruktur sebagai perlengkapan untuk memperoleh data. Angket yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket terstruktur terbuka karena instrumen tersebut untuk mendapatkan data tentang Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Pada Kelas 9 SMP Negeri 2 Makassar. Instrumen angket penelitian berupa angket yang disusun mengacu pada tabel kisikisi instrument yang dikembangkan dari tabel penjabaran variabel yang disajikan dalam Tabel 1.1 Sesuai dengan tujuan penelitian, maka data dianalisis dengan
48
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 menggunakan statistik deskriptif kuantitatif yang berupa rata-rata hitung, modus (frekuensi yang paling banyak muncul) dan persentase rumusnya adalah: P=
F x 100% (Sudijono, 1989) N
P : Presentase F : modus (frekuensi yang paling banyak muncul) N : Jumlah Responden HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan diuraikan dan dibahas studi tentang pelaksanaan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada siswa kelas IX di SMP Negeri 2 Makassar. A. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Siswa Kelas IX Di SMP Negeri 2 Makassar Dilihat dari Aspek Psikomotor 1. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Kebugaran Jasmani Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada kelas IX di SMP Negeri 2 Makassar dilihat dari aspek kebugaran jasmani terdiri dari kelincahan, kekuatan, daya tahan otot, daya tahan jantung dan paru-paru. Gilang (2007) mendefinisikan kebugaran jasmani sebagai kemampuan tubuh melakukan penyesuaian (adaptasi) terhadap pembebasan fisik yang diberikan kepadanya (dari kerja yang dilakukan sehari-hari) tanpa menimbulakan kelelahan yang berlebihan yang berarti. Pembahasan tentang pelaksanaan evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada kelas IX di SMP Negeri 2 Makassar pada aspek kebugaran jasmani berdasarkan hasil penelitian pada Bab IV adalah sebagai berikut: a.
Pembahasan Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Kelincahan Pada aspek kelincahan intrumen yang digunakan guru dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah tes shuttle run dengan persentase 80,74%. Shuttle run adalah lari bolak-balik dengan cara memindahkan balok yang berjarak 4-10 meter. Besarnya persentase menunjukkan seringnya guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan memberikan materi shuttle run untuk mengukur kelincahan siswa. Hal ini juga didukung oleh adanya fasilitas seperti banyaknya balok kayu pendukung dan respon siswa terhadap tes shuttle run serta sistem kompetisi yang sangat menarik dan sangat mudah dilakukan oleh siswa.
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
49
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 b.
Pembahasan Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Kekuatan Pada aspek kekuatan intrumen yang digunakan guru dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah tes sit up dengan persentase 100%. Besarnya persentase menunjukkan bahwa guru untuk aspek kebugaran jasmani kekuatan selalu memberikan tes sit up yaitu tes untuk meningkatkan kekuatan otot perut kepada siswa. Sit up adalah salah satu bentuk latihan kekuatan dengan dengan cara tidur terlentang, kedua lutut ditekuk dan kedua tangan diletakkan dibelakang kepala, kemudian badan diangkat hingga duduk dengan posisi kedua tangan tetap dibelakang kepala. c.
Pembahasan Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Kecepatan Pada aspek kecepatan intrumen yang digunakan guru dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah tes lari 60 meter dengan persentase 54,07%. Hal ini menunjukkan bahwa untuk aspek kebugaran jasmani kecepatan guru kurang dalam melaksanakan evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan untuk aspek kecepatan. Salah satu penyebab kurangnya guru pendidikan kasmani olahraga dan kesehatan memberikan tes lari 60 meter ini disebabkan tidak ada lapangan rumput yang mendukung untuk melakukan tes lari 60 meter. Disekolah hanya ada lapangan dengan lapisan aspal sehingga dikhawatirkan membahayakan keselamatan dari siswa sendiri. d.
Pembahasan Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Daya Tahan Otot Pada aspek daya tahan otot intrumen yang digunakan guru dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah tes daya tahan otot dan bahu dengan persentase 81,48%. Hal ini menunjukkan bahwa untuk aspek kebugaran jasmani daya tahan otot guru sering memberikan tes tersebut dalam melaksanakan evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan untuk aspek daya tahan otot. Tes daya tahan otot dan bahu atau lebih dikenal dengan gerobak berjalan disamping menarik bagi siswa juga pelaksanaannya sangat mudah dilakukan yaitu dengan cara berjalan dengan menggunakan kedua lengan dan kaki dipegang oleh salah seorang teman dan dapat dilakukan berulang-ulang dengan jarak yang bisa ditempuh 15-20 meter. e.
Pembahasan Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Daya Tahan Jantung dan Paru-paru Pada aspek daya tahan jantung dan paru-paru intrumen yang digunakan guru dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah tes lari 12 menit dengan persentase 85,92% . Hal ini
50
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 menunjukkan bahwa untuk aspek kebugaran jasmani daya tahan jantung dan paruparu guru sering memberikan tes lari 12 menit dalam melaksanakan evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan untuk aspek daya tahan otot. Tes lari 12 menit merupakan salah satu tes untuk mengukur seberapa besar daya tahan jantung dan paru-paru sehingga dapat diketahui tingkat kebugaran jasmaninya. 2.
Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Keterampilan Cabang Olahraga
a.
Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Sepakbola Pada aspek sepak bola intrumen yang digunakan guru dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah tes menggiring bola dengan persentase 96,29% . Hal ini menunjukkan bahwa untuk aspek keterampilan cabang olahraga sepak bola guru sering memberikan tes menggiring bola dalam melaksanakan evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan karena menggiring bola merupakan keterampilan dasar yang harus dikuasai dalam permainan sepak bola. Menggiring bola dilakukan dengan menggunakan kaki bagian dalam (kura-kura kaki). Hal ini juga didukung oleh luasnya lapangan sehingga memungkinkan siswa untuk melakukan keterampilan ini dengan mudah. b.
Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Basket Pada aspek keterampilan cabang olahraga basket intrumen yang digunakan guru dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah tes melempar dan menangkap bola serta mengiring bola dengan persentase 97,04% . Hal ini menunjukkan bahwa untuk aspek keterampilan cabang olahraga basket guru sering memberikan tes melempar dan menangkap bola serta tes menggiring bola dalam melaksanakan evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Melempar dan menangkap serta menggiring bola merupakan keterampilan dasar yang harus dikuasai dalam permainan basket, sehingga untuk dapat memainkan permainan basket keterampilan dasar tersebut harus benar-benar dikuasai oleh siswa. Disamping itu di SMP Negeri 2 Makassar juga mempunyai lapangan basket yang memadai sehingga sangat memungkinkan guru pendidikan jasmani olahraga dan rekreasi untuk memberikan materi tes melempar dan menangkap bola. serta menggiring bola. c.
Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Bola Voli Pada aspek bolavoli intrumen yang digunakan guru dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah tes
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
51
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 pasing atas dan pasing bawah dengan persentase 97,04%. Hal ini menunjukkan bahwa untuk aspek keterampilan cabang olahraga bola voli guru sering memberikan tes pasing atas dan pasing bawah dalam melaksanakan evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan karena tes pasing atas dan pasing bawah merupakan keterampilan dasar yang harus dikuasai dalam permainan bola voli. Pasing bawah dilakukan dengan cara menggenggam kedua tangan lengan lurus pandangan kearah datangnya bola dengan lutut sedikit ditekuk sedangkan untuk pasing atas sama seperti halnya pada pasing bawah yang membedakan hanya pada posisi tangan yang membentuk huruf u dan ayunan dilakukan dengan mendorong ke depan sampai posisi lengan lurus. d.
Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Renang Pada aspek renang guru tidak pernah memberikan dalam evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan persentase 0% . Hal ini menunjukkan bahwa untuk aspek renang guru tidak pernah memberikan renang dalam melaksanakan evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Hal ini disebabkan tidak adanya fasilitas kolam renang dan resiko yang terlalu besar ketika mengajarkan materi tentang renang. e.
Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Atletik Pada aspek atletik intrumen yang digunakan guru dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah tes lari jarak pendek dengan persentase 97,77% . Hal ini menunjukkan bahwa untuk aspek keterampilan cabang olahraga atletik guru sering memberikan tes lari jarak pendek dalam melaksanakan evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Hal ini didukung oleh adanya lintasan yang cukup dan aman untuk melakukan lari jarak pendek yang lokasinya berada di depan sekolah. f.
Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Senam Irama Tanpa Alat Pada senam irama tanpa alat intrumen yang digunakan guru dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah tes senam pagi dengan persentase 10,37% . Hal ini menunjukkan bahwa untuk aspek keterampilan cabang olahraga senam irama tanpa alat guru jarang memberikan tes senam pagi dalam melaksanakan evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Mengenai sarana dan prasarana disekolah sebetulnya mendukung untuk melakukan kegiatan tersebut akan tetapi guru menganggap kegitan tersebut akan menggangu proses belajar yang lain karena suara yang ditimbulkan karena diadakan dilapangan.
52
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 g.
Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Perkemahan dan Dasar-dasar Penyelamatan Di sekolah Pada aspek perkemahan dan dasar-dasar penyelamatan di sekolah intrumen yang digunakan guru dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah P3K dengan persentase 22,22% . Hal ini menunjukkan bahwa untuk aspek perkemahan dan dasar-dasar penyelamatan di sekolah guru jarang memberikan materi P3K dalam melaksanakan evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Hal ini disebabkan karena guru hanya memberikan materi P3K pada saat bulan puasa saja dan materi ini sering diberikan pada ekstrakurikuler pramuka yang diikuti siswa jadi guru sangat jarang memberikan materi tersebut pada saat jam pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. h.
Pembahasan Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Budaya Hidup Sehat Pada aspek budaya hidup sehat intrumen yang digunakan guru dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah pengenalan penyakit menular seksual (PMS) dengan persentase 90,37% . Hal ini menunjukkan bahwa untuk aspek budaya hidup sehat materi pengenalan penyakit menular (PMS) sering guru berikan dalam melaksanakan evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Hal ini disebabkan karena materi tersebut sangat menarik dan siswa sangat tertarik karena sudah menjadi fenomena dikalangan masyarakat juga merupakan salah satu program dari sekolah serta didukung oleh banyaknya informasi yang dapat siswa peroleh misalnya dari internet sehingga diharapkan siswa dapat menerapkan budaya hidup sehat ke dalam kehidupannya sehari-hari. B.
Pembahasan Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Pada Kelas IX Di SMP NEGERI 2 Makassar Dilihat dari Aspek Kognitif Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada kelas IX di SMP Negeri 2 Makassar dilihat dari aspek kognitif adalah pengetahuan pendidikan jasmani dan olahraga, pengetahuan tentang peraturan, sejarah cabang olahraga, dan pengetahuan kesehatan. Bloom (dalam Sudjana 1990) menjelaskan ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni aspek pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pembahasan tentang pelaksanaan evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada kelas IX di SMP Negeri 2 Makassar pada aspek kognitif berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut:
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
53
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 1. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Pengetahuan Pendidikan Jasmani Dan Olahraga Pada aspek pengetahuan pendidikan jasmani dan olahraga guru telah melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan persentase 64,23% . Hal ini menunjukkan bahwa untuk aspek kognitif pengetahuan pendidikan jasmani olahraga guru sering memberikan materi tentang pengetahuan pendidikan jasmani olahraga dalam melaksanakan evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Hal ini juga berkaitan dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh siswa di SMP Negeri 2 Makassar, seharusnya guru lebih memamfaatkan potensi tersebut untuk menambah nilai yang sudah diperoleh siswa dalam mata pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga. 2. Pembahasan Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Pengetahuan Tentang Peraturan Pada aspek pengetahuan tentang peraturan guru telah melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan persentase 76,68%. Hal ini menunjukkan bahwa untuk aspek konitif pengetahuan tentang peraturan guru sering memberikan materi tentang pengetahuan tentang peraturan dalam melaksanakan evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Materi pengetahuan peraturan juga berkaitan dengan potensi yang dimiliki siswa yang sangat antusias dalam mempelajari peraturan semua cabang olahraga misalnya peraturan dalam cabang olahraga basket. 3. Pembahasan Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Sejarah Cabang Olahraga Pada aspek sejarah cabang olahraga materi yang sering guru berikan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah perkembangan cabang olahraga dengan persentase 53,33%. Hal ini menunjukkan bahwa untuk aspek kognitif sejarah cabang olahraga materi perkembangan cabang olahraga guru sudah cukup melaksanakan evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Untuk aspek sejarah cabang olahraga guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan guru hanya memperkaya materi tersebut juga disebabkan karena materi tersebut sudah ada di LKS sehingga guru jarang menerangkan langsung kepada siswa. 4. Pembahasan Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Pengetahuan Kesehatan Pada aspek pengetahuan kesehatan tugas yang sering guru berikan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah mengerjakan LKS materi penjas dan kesehatan dengan persentase 93,33%. Hal ini menunjukkan bahwa guru sering memberikan tugas kepada siswa untuk
54
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 mengerjakan LKS disamping untuk memperkaya pemahaman terhadap materi tentang pengetahuan kesehatan guru juga bertujuan untuk menambah nilai siswa jika dalam praktek keterampilan cabang olahraga nilainya tidak memenuhi syarat. C.
Pembahasan Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Afektif Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada kelas IX di SMP NEGERI 2 Makassar dilihat dari aspek afektif adalah sportif, disiplin, tanggung jawab, kerjasama, percaya diri. Krathwohl (dalam Sudijono, 2006) menjelaskan bahwa dalam aspek afektif terdapat lima katagori yaitu menerima, menanggapi, menghargai, mengatur/mengorganisasikan, dan karakterisasi. Pembahasan tentang pelaksanaan evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada kelas IX di SMP NEGERI 2 Makassar pada aspek afektif berdasarkan hasil penelitian pada Bab IV adalah sebagai berikut: 1. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Sportif Pada aspek sportif guru sering menanamkan sikap displin dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan persentase 64,21%. Hal ini menunjukkan bahwa untuk aspek afektif sportif guru sudah cukup menanamkan sikap sportif dalam pelaksanakan evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Sikap sportif sangat diperlukan dalam pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan karena jika siswa memiliki jiwa sportif maka siswa tersebut akan saling menghargai baik kepada teman, dan menerima dengan lapang dada semua keputusan dari wasit apabila siswa tersebut dalam suatu pertandingan. 2. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Disiplin Pada aspek disiplin guru sering menanamkan sikap displin dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan persentase 65,18% . Hal ini menunjukkan bahwa untuk aspek afektif disiplin guru sudah cukup menanamkan sikap disiplin dalam pelaksanakan evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Disiplin adalah sikap mentaati dan patuh pada peraturan yang ada. Sikap disiplin ini akan membawa dampak yang sangat besar bagi siswa karena semua yang mereka kerjakan akan berjalan secara teratur dan tentunya akan membawa kepada kesuksesan. 3. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Tanggung Jawab Pada aspek tanggung jawab guru kurang dalam menanamkan sikap disiplin dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan persentase 57,60% . Hal ini menunjukkan bahwa untuk aspek
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
55
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 afektif tanggung jawab guru kurang menanamkan sikap disiplin dalam pelaksanakan evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Seharusnya guru lebih menanamkan sikap tanggung jawab untuk menumbuhkan rasa berani menerima konsekuensi terhadap apa yang telah siswa lakukan misalnya bertanggungg jawab mengganti kaca yang pecah apabila tanpa sengaja siswa memecahkan kaca tersebut. 4. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Kerjasama Pada aspek kerjasama guru sangat kurang dalam menanamkan sikap displin dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan persentase 39,40% . Hal ini menunjukkan bahwa untuk aspek afektif kerjasama guru sangat kurang dalam menanamkan sikap disiplin dalam pelaksanakan evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Siswa di SMP Negeri 2 Makassar cenderung indivudualis dan kurang menjalin kerjasama antar sesama siswa. Hal ini tentunya menjadi tanggung jawab guru untuk menumbuhkan sikap kerjasama dikalangan siswa agar tercipta suasana kompak dan saling membutuhkan. . 5. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Percaya diri Pada aspek percaya diri guru kurang dalam menanamkan sikap percaya diri dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan persentase 52,55% . Hal ini menunjukkan bahwa untuk aspek afektif percaya diri guru kurang dalam menanamkan sikap percaya diri dalam pelaksanakan evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Ada beberapa siswa yang terkadang kurang memiliki rasa percaya diri sehingga cenderung menjauh dari teman-temannya. Guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan harus bisa menumbuhkan kepercayaaan diri dari siswa tersebut sehingga siswa tersebut bersemangat untuk mengikuti materi-materi yang akan diajarkan. 6. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Kejujuran Pada aspek afektif kejujuran guru sering menanamkan sikap kejujuran dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan persentase 80,74% . Hal ini menunjukkan bahwa untuk aspek afektif kejujuran guru sangat menanamkan sikap jujur dalam pelaksanakan evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Kejujuran sangat ditanamkan oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan hal ini terbukti dengan tingginya persentase yang diperoleh dari hasil penelitian.
56
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 PENUTUP Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Pelaksanaan evaluasi Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan untuk aspek psikomotor secara umum cukup baik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan sudah melaksanakan evaluasi pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang ada, akan tetapi untuk renang guru sama sekali tidak memberikan materi tersebut disebabkan tidak adanya sarana dan prasarana pendukung seperti kolam renang dan kekhawatiran akan besarnya resiko yang akan ditimbulkan apabila kegiatan tersebut dilakukan. Aspek senam irama tanpa alat guru jarang memberikan materi tersebut dikarenakan kondisi lingkungan yang kurang mendukung misalnya suara musik akan menggangu kegiatan belajar siswa yang lain dan pelaksanaan kegiatan tersebut dilakukan diluar lapangan,dan aspek perkemahan dan dasar-dasar penyelamatan dilingkungan sekolah guru hanya memberikan materi tersebut pada bulan puasa saja. 2. Pelaksanaan evaluasi Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk aspek kognitif secara umum cukup baik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan sudah melaksanakan evaluasi pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan sesuai dengan kurikulum yang ada. 3. Pelaksanaan evaluasi Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk aspek afektif secara umum cukup baik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan sudah melaksasnakan evaluasi pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Akan tetapi untuk aspek kerjasama guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan kurang menanamkan sikap kerjasama dikalangan siswa hal ini disebabkan oleh karakter siswa di SMP Negeri 2 Makassar yang cenderung individualis sehingga guru harus lebih meningkatkan lagi menumbuh dan menanamkan sikap kerjasama ini. Beberapa saran yang ada kaitannya dengan penelitian tentang pelaksanaan evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan sebagai berikut: 1. Bagi Dosen Jurusan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan hendaknya lebih meningkatkan kualitas pembelajaran pada mata kuliah yang berhubungan dengan penilaian untuk meningkatkan kualitas lulusan yang dihasilkan. 2. Bagi sekolah hendaknya meningkatkan kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan ketika melaksanakan kegiatan proses evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dengan sering mengikutsertakan guru dalam seminar dan kepelatihan yang berhubungan dengan pelaksanaan evaluasi demi semakin berkualitasnya guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan daammenjalankan fungsinya.
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
57
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 3. Bagi guru hendaknya lebih kreatif dan terus mengembangkan diri untuk meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan evaluasi Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. 4. Bagi peneliti lain hendaknya terus mengembangkan dan melakukan penelitian lagi tetang pelaksanaan evaluasi Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di sekolah lain demi kemajuan pendidikan kita khususnya Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zainal, 1988. Evaluasi Instruksional. Bandung: Remadja Karya. Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Budiwanto, Setyo.2004. Pengetahuan Dasar Melatih Olahraga Jurusan Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang. Depdiknas. 2006. Penilaian Lima Kelompok Mata Pelajaran. Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Dimyati & Mudjiono, 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta Rineka Putra. Djuwairiyah, Siti. 2007. Pelatihan Jardiknas. Penerapan Metode Belajar Aktif Sebagai Upaya Membantu Meningkatkan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas 6, (Online), (http://72.14.235.132/search?q=cache:rAdAw4f8CcJ:media.diknas.go.id/media/document/5302.pdf+definisi+%22pe mbelajaran%22&cd=3&hl=id&ct=clnk&gl=id ( diakses tgl 29 april 2009) Imron, Ali, 1995. Teori Belajar Pembelajaran. Malang: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Proyek IKIP Malang. Joesmani, 1988. Pengukuran dan Evaluasi dalam Pengajaran. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan. Mardianto, Drs. 1991. Penyusunan Alat Evaluasi Pendidikan Dan Olahraga. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan IKIP Malang Proyek Operasi Dan Perawatan Fasilitas. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 2000. Pedoman Penulisan karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang. Sarifudin, Aip, 1979. Evaluasi Olahraga. Jakarta: Rora Karya. Sekilas SMPN 1 Malang, (http://www.smpn1-mlg.sch.id/pro_sekilas.php, diakses tgl 20 April 2009). Sudjana, Nana, 1990. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sudjiono, Anas, 2006. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Tim Penyiapan Naskah Edisi Keempat. 2003. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang Undang-undang RI No.14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen. Usman, Moh, 1991. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
58
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 UU RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, diakses tgl 20 Maret 2009 Winarno, M.E, 2006. Dimensi Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Malang: Laboraturium Jurusan Ilmu Keolahraaan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Winarno, ME. 2004. Evaluasi Dalam Pendidikan Jasmani Dan Olahraga. Jakarta: Center For Human Capacity Development.
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
59
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
60
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT LENGAN DAN KELENTUKAN TUBUH DENGAN PRESTASI LEMPAR LEMBING GAYA JINGKAT PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 5 MAKASSAR (RELATIONSHIP BETWEEN THE MUSCLE STRENGTH OF ARM AND BODY WITH ACHIEVEMENT FLEXIBILITY JAVELIN STYLE HOPSCOTCH IN CLASS XI SMK STATE 5 MAKASSAR) OLEH: H. AD’DIEN )* ABSTRACT One area to watch sports, coaching, development and performance improvement is athletics. Athletic cloned partitions guess prioritize because athletics is the parent of all branches of athletics olahraga.Salah one number is throwing lembing.Nomor this type are often contested on athletics championships, both Tertiary school, local, national or international. At first glance we can see that we want to conduct a study in the field of sports, especially athletics. This study aims to determine the extent of influence (correlation) between the arm muscle strength and flexibility of the achievements of the javelin. Average population in this study is the son of a class XI student of SMK Negeri 5 Makassar.Sampel as many as 30 students, data collection techniques using the test measurements, in order to gather data from the independent variables denoted x and the dependent variable is denoted y. Conclusion The results of this study were (1) There is a relationship between the strength of the arm muscles to the achievement of the javelin by 0.98 Rx2y results of correlation so-Compute r> R-Table. (2) There is a correlation between the flexibility of the achievements of the javelin is based on results of correlation of 0.42 Rx3y so-Compute r> rTable. (3) There is an arm muscle strength, and flexibility towards the javelin achievement based on test results correlation Ry (1.2) 0.97 so-Compute r> r-Table. Keywords: Arm Muscle Strength, Body Flexibility, Javelin, Hopscotch Style.
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
61
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 PENDAHULUAN Lempar lembing adalah salah satu cabang bagian dari atletik yang secara tidak sengaja masyarakat sering malakukan kegiatan tersebut, apalagi masyarakat pada jaman dahulu untuk mencari makanan dengan berburu menggunakan lembing, memanah dan melempar. Berlanjut dari jaman berburu ke jaman kerajaan,, salah satu alat untuk berperang adalah lembing. Di Yunani kegiatan melempar lembing sudah dilakukan sejak jaman prasejarah dam dalam perkembangannya selain berburu akhirnya menjadi salah satu cabang olahraga atlantik. Begitu juga kaum bangsawan Eropa pada abad pertengahan dalam pemeliharaan badan juga melakukan lima macam kegiatan olahraga salah satunya melempar lembing. Inggris terkenal sebagai bangsa penjajah dunia, mereka sangat berperan dalam penyebaran bentuk permainan ini. Dari beberapa teknik lempar lembing salah satu diantaranya yang sanagt penting adalah kekuatan lemparan dan kelentukan. Untuk mendapatkan hasil lemparan yang maksimal makna yang kita perlukan adalah kondisi yang prima (fit) dan pemanasan yang cukup untuk persiapan melempar lembing. Dalam kenyataannya ada dua macam unsur fisik yaitu fisik secara umum dan secara khusus yang sangat mendukung dalam olahraga, seperti yang dijelaskan Suharno HP. (1985) dalam bukunya menyatakan bahwa “Unsur-unsur fisik secara umum yang perlu ditingkatkan meliputi kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan, dan kelenturan.Sedangkan unsur fisik secara khusus mencakup stamina, daya ledak reaksi, koordinasi, ketepatan, dan keseimbangan.”Unsur ini dikhususkan untuk lempar lembing saja, olahraga lainnya pun juga memerlukan unsur-unsur di atas. Dengan kaitannya kegiatan lempar lembing dapat di artikan bahwa untuk mendapatkan hasil lemparan yang maksimal dan baik diperlukan otot yang kuat, terutama otot lengan dan bahu. Sesuai dengan pengertian push up yaitu bahan untuk membuat daya tahan otot lokal dengan bahu. Sedangkan kelentukan dapat diartikan kemampuan seseorang melakukan bermacam-macam aktifitas fisik yang ditentukan oleh kelentukan seluruh tubuh atau persendian tertentu.Selain itu diperlukan adanya kelentukan tubuh pada saat melempar lembing dan sesuai melempar. Kelentukan itu didapat setelah pemenasan dan latihan yang lama sehingga akan mendapatkan otot yang sudah terbiasa dengan kegiatan yang kita lakukan. Apabila pemanasan yang menjadikan kebiasana sebelum olahraga itu tidak dilakukan menyebabkan ketidakseimbangan otot pada saat melempar yang akhirnya akan menderita cidera. Karena bila sebuah otot bergerak kesatu arah, otot lainnya bergerak dalam arah yang berlawanan, otot-otot ini disebut otot-otot antagonistic.Perbandingan otot 62
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 antagonistic ini diseimbangkan dengan tepat. Jika salah satu jauh lebih kuat dari pada otot lainnya akan timbul ketidakseimbangan. Otot yang lebih kuat akan mengalahkan otot yang lemah, sehingga menyebabakan kerusakan dalam serabut-serabut tendonya. Pengobatannya adalah dengan memperkuat otot yang lemah dan meregangkan otot yang kuat. Kekuatan Otot Lengan Secara umum tentang kekuatan merupakan kemamapuan dari suatu otot untuk mendesakkan suatu tekanan terhadap suatu perlawanan, dalam hal ini Harsono HP, menyatakan bahwa “Satu-satunya yang esensial dan yang mutlak dipergunakan guna meningkatkan prestasi dalam olahraga adalah faktor strength atau kekuatan.” Berangkat dari sini, maka kekuatan otot lengan adalah kemampuan seseorang menggunakan suatu kekuatan badan ke dalam suatu gerakan yang sangat cepat terhadap suatu objek atau lembing, dalam hal ini Iskandar Z.A dan Engkos Kosasih menjelaskan tentang kekuatan otot yang lebih khusus, yaitu: “Dalam hubungan yang khusus dengan respon otot, kekuatan dasar adalah kemampuan otot atau sekumpulan otot-otot untuk mendesak tentang yang berhubungan melalui jangkauan yang lengkap dari pergerakan tanpa perlawanan dari suatu otot atau yang tidak berhubungan. Kekuatan khusus seringkali merupakan suatu daerah persoalan dalam pengembangan kekuatan, untuk itu sering kali membuat lemahnya otot lainnya berhubungan dengan suatu daerah lain yang khusus berasal dari otot, jika seorang atlet berusaha untuk mengembangkan otot khusus. Dia akan menggunkan peralatan yang mengembangkan sebanyak mungkin seluruh jangkauan kekuatan.” Kekuatan otot akan berpengaruh sekali dalam olehraga salah satunya adalah lempar lembing guna menghasilkan power atau tenaga ledak otot disamping kekuatan otot itu sendiri, juga kekuatan dan kontraksinya, dengan kata lain otot-otot lengan kuat sangat mendukung bagi atlet lempar lembing dalam mencapai lemparan atau prestasi yang baik. Sebaiknya bagi mereka yang otot-otot lengannya lemah akan sulit untuk mencapai lemparan atau prestasi yang baik. Dunia olahraga tidak asing lagi dengan istilah pish up, sering kali kegiatan push up dilakukan pada pemenasan atau latihan untuk cabang olahraga yang menggunakan kekuatan tangan dan bahu. Bagi mereka yang senang olahraga push up memang banyak manfaatnya. Menurut Sadoso Sumardjono (1990) menyebutkan bahwa manfaat dari push up adalah penguatan atau pengembang otot-otot dada, lengan, dan bahu. Sedangkan cara melakukan push up menurut By Barry L Johnsen yaitu : “Push up adalah dari suatu gerakan mulai dari posisi istirahat atau tidur
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
63
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 condong ke depan dengan tangan lurus atau tegak, pelaku menurunkan tubuhnya sampai dada menyentuh tikar dan kemudian mendorong ke atas sampai tangan lurus menyangga. Badan harus tidak melengkung ke atas tetapi memelihara suatu garis lurus selama latihan.” Kelentukan Kelentukan atau fleksibilititas telah lama dipertimbangkan dalam dunia olahraga sebagai aspek kesegaran jasmani, walaupun belum nampak dilaksanakan secara meluas. Sedangkan kelentukan itu sendiri menurut Suharno H.P (1973), adalah “Suatu kemampuan dalam melaksanakan gerakan dengan amplitude yang luas/kemampuan seseorang melakukan gerakan-gerakan jasmani atas usaha kelentukan tubuh/persendian tertentu.” Sedang menurut Kusnadi, Uray Yohanes, S. Budiwanto (1988), menyimpulkan bahwa kelentukan diartikan sebagai “Kemampuan seseorang melakukan bermacam-macam aktifitas fisik yang ditentukan oleh kelentukan seluruh tubuh atau persendian tertentu.” Bila diambil pengertian dari keduanya pada dasarnya sama yaitu kelentukan tubuh seorang atlet dalam melakukan gerakan fisik. Dari pengertian tersebut di atas Suharno HP. (1973), membedakan kelentukan tubuh menjadi dua, yaitu : 1) Kelentukan tubuh secara umum ialah kemampuan seseorang dalam gerakan dengan amplitude yang mana sangat berguna dalam gerakan olahraga pada umumnya menghadapi hidup sehari-hari, dan 2) Kelentukan tubuh secara khusus adalah kemampuan seseorang dalam gerak dengan amplitude yang luas dan berseni dalam satu cabang olahraga. Kelentukan pada rentangan gerakan yang dapat terjadi pada berbagai persendian tubuh. Seseorang dapat memiliki kelentukan tubuh yang besar pada persendian tertentu sedang di persendian lain tidak, karena jarang orang memiliki kelentukan tubuh secara maksimal (seluruh tubuh). James A Baley (1985) dalam bukunya berjudul Pedoman Atlet Teknik Peningkatan Ketangkasan dan Stamina menyebutkan bahwa “sSalah satu persendian yang dimilikinya sangat lentuk jika digerakkan ke arah tertentu jika digerakkan ke arah lain sangat kaku.” Seseorang bisa saja memiliki hip fleksor yang sangat lentuk (misalnya karena ia mampu menyentuh ujung jari kaki gengan tangan tanpa menekuk kedua lututnya, akan tetapi hip extensornya sangat kaku terbukti ketidak mampuannya dalam menekukkan punggungnya). Banyak juara angkat besi mempunyai tubuh yang sangat lentuk seperti mampu melakukan spit dan back hand (meneuk punggung). Setiap orang mampu melakukan kelentukan tubuh dengan latihan-latihan terlebih dahulu. Dalam
64
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 olahraga sangat banyak diperlukannya suatu kelentukan tubuh dalam melakukan gerakan yang ringan maupun berat. Analisa Gerakan Lempar Lembing Sebelum uraian analisa gerakan lempar lembing diberikan, perlu kiranya untuk diketahui adanya cara memegang lembing dengan batul sehingga dapat melakukan lemparan yang efektif dan efisien. Dan memberikan rotasi pada lembing sehingga stabil saat meleyang di udara. Ada tiga macam cara memegang lembing yang hingga saat ini masih dipakai oleh para atlet atau pelempar lembing dalam perlombaan lempar lembing, cara-cara tersebut ialah: a. Cara Finlandia Pada pegangan cara Finlandia, posisi jari telunjuk memegang badan lembing dibelakang balutan jari ini tidak melengkung penuh, tetapi agak lupus sehingga membentuk garis lurus dengan lengan bawah. Jari tengah melingkari pada tepi belakangnya. Ibu jari yang diluruskan memegang pada bagian itu juga, sehingga ujung kedua jari itu bersentuhan. Dua jari yang lain dengan jari panjang saling bersentuhan. b. Cara Amerika Pada jenis ini posisi jari telunjuk memegang bagian belakang balutan, tiga jari lainnya berhimpit dan mereggang pada jari telunjuk, ibu jari diletakkan pada tepi belakang dari pegangan/balutan dan pada tubuh lembing dalam keadaan lurus. Dalam hal ini lari telunjuklah yang memegang peranan penting dalam melempar, dengan cara ini sudut yang dibentuk anatr lembing dan pegangan tangan lebih besar dari pada cara Finlandia. c. Pegangan Tang Pegangan tang ini lembing terletak diantara jari telunjuk dan jari tengah yang tepat dibelakang balutan. Dengan jenis pegangan di atas kemungkinan cidera sedikit di atasi dan kemungkinan hasil yang diperoleh akan maksimal. Disamping cara memegang lembing, ada satu lagi yang harus diketahui oleh para pelempar yaitu cara memegang lembng saat permulaan hingga pada saat sikap untuk melempar yang sebenarnya. Sedangkan cara membawa lembing yang biasa dipakai oleh para atlet lembing, antara lain seperti di bawah ini : a. Dibawa di atas pundak. Cara membawa lembing di atas pundak, mata lembing pada posisi serong ke atas, siku kanan menunjuk ke depan. Cara ini pada umumnya digunakan untuk awalan dengan gaya jingkat atau gaya Amerika.
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
65
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 b.
Dibawa di muka bahu Dengan cara ini, mata lembing mengarah ke bawah serong, cara ini banyak digunakan oleh pelempar yang menggunakan awalan langkah atau gaya silang (Finlandia). c. Dibawa dengan lengan di bawah Lembing dibawa dengan lengan kanan menghadap ke bawah lurus. Mata lembing mengarah serong ke atas, ekor lembing dekat tanah/ menghadap ke atas. Cara ini memudahkan pelempar memperoleh posisi siap melakukan lemparan setelah melakukan awalan. Prinsip-prinsip dari pada semua jenis nomor lempar menurut Anna Abdullah dalam bukunya Olahraga untuk Perguruan Tinggi Sastra Budaya Yogyakarta (1981) menyatakan bahwa: 1) Sudut lepas benda yang dilemparkan sekitar 40º-45º, 2) Titik lepas benda yang dilemparkan sejauhjauhnya ke depan, 3) Kecepatan awal sebesar mungkin dan tidak boleh ada saat berhenti, 4) Pada saat melempar harus ada tumpuan dari kaki, tidak dilakukan dengan melompat, dan 5) Kekuatan lemparan datang dari belakang benda yaitu kekuatan yang berasal sejak dari ujung kaki belakang, panggul, perut, lengan, bahu, pergelangan tangan dan jari-jari tangan. Jika lempar lembing ditinjau menurut teori gerak, maka prestasi lempar lembing merupakan hasil kerja resultan kekuatan otot bagian tubuh. Tujuan memperlajari atau menganalisa gerak teknik melempar adalah untuk mengarahkan kecepatan horizontal sewaktu meluncur, dan memberikan kecapatan lebih besar pada lembing dengan cara menggerakkan tenaga tubuh sebesar mungkin, dengan bantuan menempatkan sudut pelepasan lembing yang paling baik. Pada tahap melempar ini, pelempar melakukan usaha persiapan dengan cara membuat langkah jingkat. Sementara itu lembing sudah berada di belakang dengan sikap lengan lurus dan tubuh meliuk ke belakang merendah. Dengan sikap itu akan diperoleh keadaan seimbang yang sanagt diperlukan untuk mengatur ketepatan gerak seanjutnya dan kekuatan yang lebih besar pula yang dihasilkan. Untuk lebih jelasnya mengenai tahap persiapan melempar, U. Jonath E. Haag. R. Krempel dalam bukunya atletik II Lembing dan Lomba Ganda menyatakan dengan penjelasan tentang tahap-tahap/unsur-unsur biomekanik yang terpenting pada posisi melempar: a. Mata melihat dengan menatap pada titik fiktif lurus ke depan. b. Poros lembing dan poros bahu sejajar dengan lengan atas pada perpanjangan poros bahu. c. Sikap badan yang membungkuk ke belakang, menguntungkan dalam menggunakan tenaga. 66
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 d. Langkah terakhir yang lebih panjang menyebabkan penurunan titik berat badan, dan langkah pinggul hampir sejajar dengan poros bahu. e. Terjadi kontak dengan tanah yang baik pada kedua kaki, kaki kiri mengerim terletak 0. f. Sampai 30 derajat di atas tanah dan kaki kanan di tempatkan 10 sampai 45 derajat keluar, mempercepat jalan, percepatan lembing dan mencegah tubuh merosok ke bawah pada pinggul. Unsur biomekanik tersebut merupakan keadaan optimal bagi sudut mengeluarkan dan melemparkan lembing pada gerak pelemparan yang akan segera mengikuti. Titik berat badan akan berpindah sepanjang bagian atas tungkai kiri pinggang, dada menonjol kedepan dan menimbulkan tegangan busur. Dengan demikian apabila urutan penggunaan tungkai, badan, dan lengan dengan baik akan menghasilkan lemparan yang sempurna. Menurut Jose Manuel Balles Tores dan Julio Alvarsz, dalam bukunya Pedoman Latihan Dasar Atletik yang paling utama dalam lempar lembing adalah: 1) Peganglah lembing memanjang arah tangan, 2) Lebarkan langkah terakhir dan tambahlah sedikit membengkokkan kaki kanan, 3) Larilah pada saat melakukan lari awalan, 4) Selalu meletakkan berat badan pada kaki belakang, 5) Bentuklah satu pilihan antara bagian atas dengan bagian bawah pundak dalam posisi tertutup, 6) Luruskan lengan pelempar dan telapak tangan pelempar selalu di atas, 7) Usahakan kaki kiri jauh ke depan tariklah atau seretlah kaki ini. Hal-hal ini yang harus dihindari oleh atlet lempar lembing adalah: 1) Memegang lembing dengan tangan tegang, 2) Melompat tinggi ke atas, lengan bawah tangan pada saat langkah terakhir, 3) Melakukan langkah silang, 4) Memaksa bahu selalu menghadap ke belakang, 5) Pembengkokan pada pinggul dan memberikan kesempatan tubuh membengkok ke depan, 6) Pembengkokan lengan pelempar dan menempatkan lembing di luar garis lembing, 7) Menempatkan kaki depan di tanah terlalu jauh ke samping kiri, dan 8) Melempar melingkari sisi kanan dan kiri. Namun untuk memperoleh ketepatan langkah awalan perlu digunakan tanda-tanda (check mark), agar langkah dapat selalu tepat pada tanda yang dipasang.Sehingga dapat menghindari kesalahan pada saat lembing di lepaskan. Dengan demikian akan mendapatkan hasil yang maksimal seperti yang diharapkan atlet maupun pelatih yang menanganinya.
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
67
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 Hubungan Kekuatan Otot Lengan Kelentukan Tubuh dengan Pretasi Lempar Lembing Gaya Jingkat Dalam kegiatan olehraga, tubuh kita jelas sekali berperan penting dalam kemaksimalan dalam melakukan gerakannya. Begitu juga dalam lempar lembing gaya jingkat, kekuatan otot lengan dan kelentukan tubuh sangat berperan penting saat melakukan lemparan dan akhir melempar. Push up merupakan aktifitas fisik yang erat kaitannya dengan kekuatan otototot dari pada lengan. Selain untuk menguatkan otot lengan, push up juga dapat digunakan untuk mengukur kekuatan otot lengan. Push up juga sering disebut dengan istilah tengkurap angkat badan, yang gerakannya sudah dikenal oleh masyarakat luas dan sudah banyak yang melakukannya. Dan untuk menfaat yang diperoleh dari gerakan ini adalah untuk mengembangkan dan menambah kekuatan serta daya tahan otot-otot lengan dan bahu. Menurut ahli yang bernama Hasnan Said dalam bukunya menyebutkan bahwa :”Tes push up bertujuan untuk mengukur kekuatan dan daya tahan otot lengan dan bahu”. Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan juga bahwa push up juga ada hubungannya dalam peningkatan prestasi lempar lembing gaya jingkat yang terutama mengandalkan kekuatan otot lengan. Semakin kuat otot lengan maka akan jauh hasil lemparan yang dihasilkan. Untuk kelentukan juga sanagt diperlukan dalam kegiatan olahraga yang banyak melakukan gerakan atau sedikit gerakan tanpa mempunyai kelentukan yang bagus atlet tidak dapat memperoleh hasil yang maksimal dalam melakukan kegiatan olahraganya. Walaupun nantinya pengaruh akan kelentukan tubuh itu sendiri sedikit, tetapi kelentukan masih ada pengaruhnya. Sedang kelentukan tubuh itu sendiri menurut Suharno HP. (1973) adalah “Suatu kemampuan dalam melakukan gerakan dengan emplitude yang luas seseorang dalam melakukan gerakangerakan jasmani”. Kusnadi Uray Yohanes, S. Budiwanto juga menyimpulkan bahwa kelentukan dapat diartikan “Kemampuan seseorang dalam melakukan bermacam-macam aktifitas fisik yang ditentukan oleh kelentukan seluruh tubuh dan persendian tertentu”. Dari penjelasan dan penjabaran variabel di atas maka, dapat disimpulkan bahwa kedua variabel di atas mempunyai pengaruh dengan peningkatan prestasi lempar lembing gaya jingkat. METODE PENELITIAN Sesuai dengan masalah yang teliti, bahwa di dalam penelitian ini terdapat variabel yang dapat penulis kemukakan yaitu: 1) Variabel bebas atau independent variabel (X1), 2) Variabel bebas yang kedua ini memuat tentang 68
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 unsur kekuatan otot lengan. Kekuatan otot lengan ini harus dimiliki oleh setiap atlit yang nantinya juga akan mendukung ketepatan smash, 3) Variabel bebas atau independent variabel (X2) Variabel bebas yang ketiga ini memuat tentang unsur kelentukan. Kelentukan ini harus dimiliki oleh setiap atlit yang nantinya juga akan mendukung prestasi lempar lembing, dan 4) Variabel terikat atau dependent variabel (Y), Variabel ini merupakan variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel bebas diatas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi lempar lembing. Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan pengambilan data secara langsung di lapangan melakukan tes, diantaranya adalah kekuatan otot lengan, kelentukan dan tes prestasi lempar lembing. Kuantitatif karena data berupa angka. Dalam penelitian ini peneliti ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sehingga disini dapat disebut yang menjadi penelitian populasi adalah semua siswa kelas XI SMK Negeri 5 Makassar tahun 2014 sebanyak 30 orang. Teknik adalah alat untuk mencapai metode dengan menggunakan metode eksperimen, maka teknik analisis untuk menguji di dalam hipotesa terutama hipotesa nol. Maka kita mnggunakan cara-cara berfikir kualitas data yang diperoleh harus mengalami kuntifikasi artinya perubahan sesuatu dalam bentuk jumlah. Perubahan kualitas dalam bentuk kuantitas atau penentuan dalam suatu nilai dalam bentuk jumlah. Dengan statistik yaitu menggunakan berbagai rumus statistik yang ada. Penelitian statistik ini merupakan penelitian yang menggunakan hipotesa. Analisis data yang digunakan dengan cara mengkorelasikan hasil tes dari variabel bebas yang berupa kekuatan otot lengan, dan kelentukan dengan variabel terikat yang berupa prestasi lempar lembing. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Data Kegiatan yang dilakukan analisa data adalah melakukan perhitungan dengan menggunakan rumus-rumus statistik yang sesuai dengan masalah yang diteliti guna untuk memperoleh etimasi atau tafsiran dan signifikan atau keberartian dari adanya hubungan kekuatan otot lengan, dan kelentukan terhadap prestasi lempar lembing gaya jingkat. Setelah dilakukan pengecekan secara menyeluruh hasil pengolahan data dari ketiga alat pengumpulan data yang diperoleh dari 30 sampel semua dapat diolah. Sedangkan untuk menganalisa data yang diperoleh dari ketiga alat pengumpulan data, kekuatan otot lengan, dan kelentukan terhadap prestasi
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
69
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 lempar lembing gaya jingkat, baik menggunakan komputer maupun manual. Data diperoleh: 1. Mean Mean Kekuatan Otot Lengan (X1) 49,4 Kelentukan (X2) 49,8 lempar lembing gaya jingkat (Y) 49,3 2. Uji Korelasi a. Korelasi antara X1 terhadap Y Rx1y = 0,98 b. Korelasi antara X2 terhadap Y Rx2y = 0,42 c. Korelasi antara X1, dan X2 terhadap Y Ry(1,2,) = 0,97 d. Koefisien determinasi (R2) = 0,94 Data perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 8 Pengujian Hipotesa penelitian 1. Pengujian Hipotesis Pertama Yaitu hubungan kekuatan otot lengan terhadap lempar lembing gaya jingkat, untuk kepentingan hipotesis diubah nihil (Ho) yang berbunyi : Tidak ada hubungan kekuatan otot lengan terhadap lempar lembing gaya jingkat. Dan (Ha) yang berbunyi: Ada hubungan kekuatan otot lengan terhadap lempar lembing gaya jingkat. Untuk pengujian ini dilakukan pengetesan signifikan rx2y dalam taraf signifikan 5% seperti Nampak pada tabel dibawah ini : Tabel 2. Hasil perhitungan hipotesis pertama Signifikan/Non N r – Hitung r – Tabel 5% signifikan 30 0,98 0,361 Signifikan Berdasarkan tabel di atas, hasil perhitungan (r-Hitung)> r-Tabel, yang berarti nilainya signifikan. 2. Pengujian Hipotesis kedua Yaitu hubungan kelentukan terhadap lempar lembing gaya jingkat, untuk kepentingan hipotesis diubah nihil (Ho) yang berbunyi: Tidak ada hubungan kelentukan terhadap lempar lembing gaya jingkat. Dan (Ha) yang berbunyi: Ada hubungan kelentukan terhadap lempar lembing gaya 70
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 jingkat. Untuk pengujian ini dilakukan pengetesan signifikan rx3y dalam taraf signifikan 5% seperti Nampak pada tabel dibawah ini :
N 30
Tabel 3 Hasil perhitungan hipotesis kedua Signifikan/Non r – Hitung r – Tabel 5% signifikan 0,42
0,361
Signifikan
Berdasarkan tabel di atas, hasil perhitungan (r-Hitung) > r-Tabel, yang berarti nilainya signifikan 3. Pengujian Hipotesis Ketiga Yaitu hubungan, kekuatan otot lengan dan kelentukan terhadap lempar lembing gaya jingkat, untuk kepentingan hipotesis diubah nihil (Ho) yang berbunyi: Tidak ada hubungan antara kekuatan otot lengan dan kelentukan terhadap lempar lembing gaya jingkat. Dan (Ha) yang berbunyi: Ada hubungan antara kekuatan otot lengan dan kelentukan terhadap lempar lembing gaya jingkat. Untuk pengujian ini dilakukan pengetesan signifikan ry(1,2,3) dalam taraf signifikan 5% seperti Nampak pada tabel dibawah ini : Tabel 4 Hasil perhitungan hipotesis keempat Signifikan/Non N r – Hitung r – Tabel 5% signifikan 30 0,97 0,361 Signifikan Berdasarkan tabel di atas , hasil perhitungan (r-Hitung)>r-Tabel, yang berarti nilainya signifikan. 4. Pengujian Koefisien determinasi (R2) Yaitu ada hubungan yang kuat antara kekuatan otot lengan dan kelentukan terhadap lempar lembing gaya jingkat. Untuk pengujian ini dilakukan pengetesan dalam taraf kriteria antara > 0,5 – 0,75 seperti Nampak pada tabel dibawah ini: Tabel 5 Hasil perhitungan koefisien determinasi N
R2 – Hitung
Taraf kriteria
Kriteria
30
0,94
>0,5 - 0,75
Korelasi Kuat
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
71
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 Berdasarkan tabel di atas, hasil perhitungan (R2-Hitung) mencapai taraf kriteria antara >0,5 – 0,75 yang berarti mempunyai korelasi yang kuat. Interprestasi Dari hasil data baik menggunakan bantuan computer maupun manual menggunakan kalkulator dapat diinterprestasikan sebagai berikut : 1. Terdapat hubungan yang signifikan (bermakna/berarti) antara kekuatan otot lengan terhadap lempar lembing gaya jingkat. Kekuatan otot lengan merupakan salah satu unsur penting yang mempengaruhi prestasi lempararan atlet, karena itu kekuatan otot lengan akan sangat menentukan kualitas lempar lembing gaya jingkat. 2. Terhadap hubungan yang signifikan (bermakna/bararti) antara kelentukan terhadap lempar lembing gaya jingkat. Dalam olahraga lempar kelentukan juga mempunyai peran penting, apabila seorang atlet mempunyai kelentukan yang baik maka akan lebih mudah menggerakkan tubuh dan bagian-bagian tubuh dalam satu ruang gerak seluas mungkin terutama pada saat melakukan lemparan tanpa mengalami cidera. 3. Terdapat hubungan yang signifikan (bermakna/berarti), kekuatan otot lengan dan kelentukan terhadap lempar lembing gaya jingkat. Olahraga lempar leming membutuhkan kemampuan yang bersifat komprehensif termasuk fisik, teknik, mental dan strategi (Graurav, Singh,2010). Dalam melakukan lempar lembing gaya jingkat, selain dibutuhkan postur tubuh yang tinggi ,seorang atlet juga harus memiliki kekuatan, koordinasi, keseimbangan, ketepatan dan kelentukan tubuh yang baik untuk mencapai prestasi yang maksimal. PENUTUP Setelah mengumpulkan data dan menganalisa, maka kesimpulan yang dapat dikemukakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Ada hubungan kekuatan otot lengan terhadap prestasi lempar lembing gaya jingkat pada siswa kelas XI SMK Negeri 5 Makassar tahun 2014, 2) Ada hubungan kelentukan terhadap prestasi lempar lembing gaya jingkat pada siswa kelas XI SMK Negeri 5 Makassar tahun 2014, dan 3) Ada hubungan antara kekuatan otot lengan dan kelentukan prestasi lempar lembing gaya jingkat pada siswa kelas XI SMK Negeri 5 Makassar tahun 2014. Dari hasil penelitian dapat diketahui kekuatan otot lengan dan kelentukan terhadap kelentukan prestasi lempar lembing gaya jingkat pada siswa kelas XI SMK Negeri 5 Makassar tahun 2014 Dalam penelitian ini variabel tersebut 72
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 memiliki hubungan yang signifikan. Dikarenakan seluruh populasi yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini melakukan penelitian dengan sungguh-sungguh atau sepenuhnya. Sehubungan dengan kesimpulan yang telah diambil maka untuk para pengajar, pembina, pelatih khususnya nomor lempar, dan para olahragawan dapat disarankan sebagai berikut : 1) Dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan lempar hendaknya memperhatikan faktor-faktor komponen fisik baik itu postur tubuh, otot lengan dan kelentukan yang dimiliki, 2) Kepada para pelatih atletik nomor lempar agar hasil penelitian ini dijadikan bahan acuan dalam melatih. Dalam hal ini komponen fisik kekuatan otot lengan dan kelentukan dalam latihan dapat diperhatikan, dan 3) Kepada para orang tua atlet dapat memperhatikan gizi anak-anaknya agar dapat tumbuh baik menjadi tinggi dan memiliki komponen fisik yang baik sehingga lebih mudah diarahkan pada prestasi yang maksimal. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Nuril. 2007. Permainan Bolabasket. (Online). Tersedia: http://library. um.ac.id/free-contents/index.php/buku/detail/permainan-bola-basketnuril-ahmadi-editor-alee-32575.html, diunduh 10 September2014. Arikunto, Suharsimi Dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta. Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran, Bandung : Alfabeta. Daryanto. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. (Online). Tersedia:http:// penelitiantindakankelas07.blogspot.com/2014/04/pengertian-belajardan-mengajar.html(daryanto, diunduh 10 September 2014). Djamarah. 2008. Belajar Pembelajaran.(Online). Tersedia:http://misterchand 89.blogspot.com/2013/03/beberapa-pengertian-hasil-belajar.html, diunduh 10 September 2014. Gerlach, S Vernon dan Ely Donal P. 2011.Teaching And Madian-A SystematicApproach Arsyad. (Online), Tersedia: http://www.amazon. com/Vernon-S. Gerlach/e/B001HPXCNE, diunduh 10 September 2014. Slameto. 2003. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mempengaruhi PrestasiBelajar. (Online). Tersedia: https://ewintri.wordpress.com/tag/
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
73
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 faktor-faktor-yang-mempengaruhi-prestasi-belajar-menurut-slameto/, diunduh 10September 2014. Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:Alfabeta. Pembukaan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. PERBASI. 2006. Bolabasket Untuk Semua. Jakarta: Perbasi.
74
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 HUBUNGAN ANTARA TINGGI BADAN, KEKUATAN OTOT LENGAN, DAN KELENTUKAN TERHADAP KETEPATAN SMASH PADA BKMF BOLVOLI FIK UNM (RELATIONSHIP BETWEEN THE HIGH AUTHORITY, STRENGTH OF, AND ACCURACY OF ARM MUSCLE SMASH ON FLEXIBILITY BKMF VOLLEYBALL FIK UNM) OLEH: H. NUKHRAWI NAWIR )* ABSTRACT This research was conducted because of the need for efforts to improve the ability smash in particular on women athletes in the game of volleyball. In this case the necessary height to support and arm muscle strength and flexibility are adequate. That to get good results smash accuracy required height supports, arm muscle strength and flexibility are good also. This study aims to determine whether there is a relationship between height, arm muscle strength, and flexibility of the accuracy smash. The method used is correlational analysis techniques, research is a population of 30 subjects. Test data collection using height measurement, arm muscle strength by doing tests Modified Push Up for 30 seconds, and flexibility by means of trunk flexion / counter measure. Conclusion The results of this study were (1) There is a relationship between height of the accuracy smash based on results of correlation of 0.75 Rx1y so-Compute r> r-Table. (2) There is a relationship between the strength of the arm muscles to smash accuracy based on results of correlation of 0.57 Rx2y so-Compute r> R-Table. (3) There is a correlation between the flexibility of the accuracy smash based on results of correlation of 0.75 Rx3y so-Compute r> r-Table. (4) There is a relationship between height, arm muscle strength, and flexibility of the accuracy of test results correlation smash by Ry (1,2,3) 0,62 so-Compute r> r-Table. Keywords: Height, Arm Muscle Strength, Flexibility, Accuracy of Smash Volleyball
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
75
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 PENDAHULUAN Permaianan bolavoli pada awal ide dasarnya adalah permainan memantul-mantulkan bola (to volley) oleh tangan atau lengan dari dua regu yang bermain di atas lapangan yang mempunyai ukuran-ukuran tertentu. Untuk masing-masing regu, lapangan dibagi dua sama besar oleh net atau tali yang di bentangkan di atas lapangan dengan ukuran tertentu. Prinsip bermain bolavoli adalah menjaga bola jangan sampai jatuh di lapangan sendiri dan berusaha menjatuhkan bola di lapangan lawan atau mematikan bola di pihak lawan. Peraturan dasar yang digunakan adalah bola harus dipantulkan oleh tangan, lengan atau bagian depan badan dan anggota badan,bola harus di seberangkan kelapangan lawan melalui atas net. Seiring perkembangan tujuan bermain bolavoli, dan saling berinteraksinya dari masing-masing tujuan orang bermain bolavoli, maka cara-cara atau teknik-teknik bermainpun semakin berkembang. Untuk dapat melaksanakan seluruh ketrampilan dasar bermain bola voli,minimal pemain memiliki enam ketrampilan teknik, yaitu : Sikap penjagaan dan cara bergerak ke arah bola, Pasing dan umpan, Spike/smash, Blok/bendungan, Servis, dan Penyelamatan bola. Karakteristik permainan bolavoli sangat membutuhkan komponen biomotorik. Dari teknik dasar tersebut yang menjadi fokus perhatian dalam sampel ini adalah teknik smash. Teknik yang sering digunakan dalam permainan bolavoli adalah gerakan teknik smash/spike. Melakukan teknik smash harus dilakukan dengan konsep gerakan yang berkesinambungan dalam panjang lengan dan tinggi badan. Teknik pukulan diartikan sebagai cara memainkan bola dengan efisien dan efektif sesuai dengan peraturan permainan yang berlaku untuk mencapai suatu hasil yang optimal. Bolavoli dikenal sebagai olahraga yang banyak menggunakan tangan. Dalam kondisi-kondisi tertentu cara memainkan bola yang datang akibat servis bawah dapat sama dapat pula berbeda dengan cara memainkan bola yang datang akibat servis atas. Ketinggian bola passing dapat berbeda atau harus sama dengan ketinggian bola umpan.Begitu juga umpan bola kepada Spiker yang tinggi harus berbeda atau harus sama dengan spiker yang pendek. Namun demikian secara umum cara meminkan bola yang paling efektif dalam permainan bolavoli adalah menggunakan tangan atau lengan. Bagian tangan yang digunakan adalah: (1) Telapak tangan, (2) jari-jari tangan, dan (3) pergelangan tangan. Telapak tangan digunakan pada saat memukul bola (misalnya dalam spike atau servis). Jari-jari tangan digunakan pada saat mengoper atau menempatkan bola ke sasaran tertentu. Pergelangan tangan akan lebih bagus digunakan saat menerima bola yang datang keras, karena memiliki tulang dan otot besar di 76
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 sekitar lengan dan bahu, karena itu kekuatan otot lengan akan sngat menentukan kualitas pukulan seseorang smasher. Smash dapat dilakukan dengan maksimal apabila di dukung oleh teknik pukulan yang benar dan memiliki power yang kuat, kekuatan melompat dengan ketinggian lompatan atau dikenal dengan istilah explosit strenght ikut berperan agar hasil smash menjadi lebih terarah. Hasil penelitian Hespanol, Neto, Arruda dan dini, 2007 menunjukkan bahwa latihan kekuatan lompatan lebih baik dengan intermittent tes melompat of 4 set of 15 detik dibanding dengan continuous tes melompat 60 detik. (Mutohir,T.C.dkk. 2013). Dalam permainan bolavoli, kadang kala bola harus dimainkan dengan menggunakan tenaga yang kuat, kadang kala bola harus dimainkan dengan tenaga yang lemah namun terarah. Kedua macam penggunaan tenaga tersebut akan memungkinkan bola sulit atau mudah untuk dimainkan kembali baik oleh teman seregu atau lawan. Selain dalam cara memainkan bola, penggunaan kekuatan tenaga digunakan dalam suatu gerak sebelum memainkan bola, misalnya gerak melompat saat melakukan servis, spike atau smash. Sesuai dengan fungsinya, kekuatan tenaga akan diperoleh jika dalam gerakan tersebut melibatkan kontraksi sekelompok otot besar, sementara ketepatan gerak akan terjadi jika otot-otot kecil berfungsi dalam mengarahkan gerak. (Toto Subroto,dkk 2008:) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan teknik smash tinggi badan sangat penting karena harus memiliki kekuatan, koordinasi, keseimbangan,kelentukan serta ketepatan, sehingga faktor tinggi badan itu sangat berhubungan dengan teknik smash dalam permainan bolavoli. Tinggi badan berguna untuk menghalangi lawan saat melakukan penyerangan dalam usaha pemain untuk memasukkan bola kedaerah lawan. Atlet yang berbadan tinggi lebih banyak menguntungkan untuk tim. Meskipun demikian pada kenyataannya peneliti melihat dibeberapa turnamen-turnamen bola voli putri, belum tentu orang yang bertubuh tinggi memiliki ketepatan smash yang baik dibanding orang yang bertubuh pendek, maka diperlukan latihan-latihan khusus seperti latihan kekuatan, terutama kekuatan otot lengan agar dapat menghasilkan pukulan yang keras, dan kelentukan, baik itu kelentukan pols tangan ataupun kelentukan anggota tubuh yang lain untuk menghindari cidera saat bermain. Tinggi Badan Postur tubuh sangat di butuhkan dalam permainan bola voli khususnya seorang smasher,sebab dapat melompat secara optimal untuk menjangkau lebih tinggi di atas net. Tinggi badan seseorang ditentukan oleh
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
77
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 tulang dan otot. Orang yang berpostur tinggi otomatis memiliki tulang yang panjang, demikian pula sebaliknya. Tulang sebagai alat pasif dan otot sebagai alat gerak aktif. Orang yang tinggi memiliki togok panjang dan juga ditunjang dengan tungkai panjang. Ketika melakukan smash, orang yang bertungkai panjang akan memiliki sudut gerakan yang lebih luas dibandingkan sebaliknya. Orang yang memiliki badan yang tinggi diyakini dalam dirinya juga memiliki keberanian yang tinggi dalam bertindak.Orang yang memiliki postur tinggi lebih tinggi memiliki keberanian dibanding dengan mereka yang memiliki postur dibawah rata-rata. (Miftah, 2010). Anwar Pasau (1988:81) berpendapat : Orang yang mempunyai fisik tinggi dan besar rata-rata akan mempunyai kemampuan fisik lebih baik seperti kekuatan, kecepatan, daya tahan jantung dan paru-paru, daya tahan otot, dibandingkan dengan orang yang bertubuh kecil dan pendek. Tinggi badan yang ideal dan seimbang merupakan salah satu syarat untuk mencapai prestasi dalam cabang olahraga, terutama dalam cabang olahraga bolavoli khususnya pada beberapa teknik dasar termasuk smash. Perlu diketahui bahwa badan yang ideal khususnya pemain bolavoli pada umumnya badan yang elastis dengan kecenderungan pada bentuk tubuh yang atletis (mesomorph).(Dewi Nuryanti: 2013) Berikut ini adalah faktorfaktor yang mempengaruhi tinggi badan: 1) cukup gizi, 2) Faktor keturunan juga menentukan tinggi badan seseorang, 3) hormon pertumbuhan berfungsi merangsang pertumbuhan tulang, 4) dukungan lingkungan. Aktifitas yang dapat mengoptimalkan tinggi badan: 1) Stretching : gerakan meregangkan badan, 2) Hanging : bergantung dengan kedua tangan, 3) Kicking : menendang-nendangkan kan kaki, 4) Biking : bersepeda dapat merangsang pertambahan panjang kaki, dan 5) Swimming, dan 6). Olahraga basket atau voli sangat baik merangsang pertumbuhan badan. Namun bila cara-cara di atas tidak diikuti dengan latihan yang dilakukan secara rutin maka hasilnyapun akan kurang. Oleh karena itu disini akan dijelaskan latihan apa saja yang harus dilakukan secara konsisten agar bisa menambah tinggi badan: 1) Gerakan lari cepat jarak pendek (sprint), 2) Gerakan Menendang, 3) Gerakan melompat, 4) Bersepeda, 5) Berenang, dan 6) Gerakan Berayun. Dalam cabang olahraga, termasuk pada permainan bolavoli faktor tinggi badan merupakan satu faktor terpenting dalam melakukan teknukteknik dasar dan salah satu ukuran yang harus dijadikan penentu untuk mencari atlet-atlet yang berprestasi. Tinggi badan yang ideal merupakan dambaan setiap pelatih untuk mencari bibit dalam pembinaan lebih lanjut. Sebab seorang pemain yang memiliki teknik-teknik dasar yang ideal, maka 78
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 prestasi yang diharapkan tidak akan tercapai. Demikian halnya pada salah satu teknik dasar smash pada permainan bolavoli, tinggi badan sangat mempengaruhi. Sebab didalam melakukan teknik tersebut perlu adanya suatu pergerakan yang lebih luas atau jangkauan yang lebih efektif untuk mengendalikan permainan. Lain halnya jika seseorang atau pemain yang memiliki tinggi badan yang kurang ideal atau dibawah rata-rata standar bagi pemain bolavoli, maka kemampuan gerakannya kecil walaupun dia lincah, namun pergerakan yang dilakukan tidak sebanding dengan pemain yang memiliki tinggi badan yang ideal. Maka, jika ingin memperbaiki tinggi badan, janganlah bosan untuk melakukan aktivitas yang menyokong pertumbuhan tulang semisal olahraga basket, renang, voli, dan yang lainnya.( Miftah, 2010:58) Kekuatan Otot Lengan Menurut Mathews, kekuatan merupakan suatu dasar untuk mencapai suatu prestasi dalam suatu cabang yang memerlukan tenaga otot. Alasan bahwa kekuatan itu sebagai dasar untuk mencapai prestasi adalah sebagai berikut: 1) Kekuatan adalah perlu untuk dapat tampil kemuka dengan baik, 2) Kekuatan adalah pokok untuk menunjukkan ketangkasan dengan baik, 3) Kekuatan dinilai tinggi sebagai suatu ukuran daripada physical fitnes, dan 4) Pemeliharaan kekuatan berfungsi sebagai salah satu usaha untuk mencegah terjadinya cacat atau kelainan lainnya. (Nurhasan). Menurut Harsono (1988) mengemukakan bahwa: “kekuatan adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan suatu tahanan. Selanjutnya, Moch. Sajoto (1988) memberikan definisi sebagai berikut: “Kekuatan adalah kemampuan kondisi fisik menyangkut kemampuan seorang atlet ketika menggunakan otot-otot untuk menerima beban dalam waktu tertentu”. Menurut, Ikai dan Steinhaus, Kekuatan otot melibatkan faktor lain yang kompleks seperti terungkap oleh beberapa studi, yakni motivasi berpengaruh terhadap kekuatan. (Nurhasan 2009). Berdasarkan konsep perkembangan kekuatan, dapat dijelaskan bahwa untuk meningkatkan kekuatan perlu memperhataikan beberapa hal seperti: metode latihan, jenis kontraksi, intensitas latihan, berat badan dan lain-lain. Selain itu penerapan prinsip latihan perlu juiga diperhatikan seperti prinsip reversibel. Kekuatan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut moch. Sajoto (1988) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kekuatan adalah sebagai berikut:
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
79
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 1. Faktor biomekanika, dari dua orang mempunyai jumlah tegangan yang sama (tegangan otot), akan jauh berbeda dalam kemampuannya mengangkat beban. 2. Faktor pengungkit, pengungkit diklasifikasikan dalam tiga kelas, yaitu menurut letak sumbu pengungkit, gaya beban dan gaya gerak pengungkit. 3. Faktor ukuran, besar kecilnya otot berpengaruh terhadap kekuatan otot. 4. Faktor jenis kelamin, pria dan wanita mempunyai perkembangan kekuatan yang sama dalam program latihan, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa pada akhir pubertas anak laki-laki memiliki ukuran otot lebih besar dibandingkan wanita. 5. Faktor usia, unsur kekuatan laki-laki dan perempuan diperoleh melalui proses kematangan dan kedewasaan. Dari uraian diatas, jelas bahwa untuk mengembangkan kekuatan selain penerapan prinsip-prinsip latihan yang perlu diperhatikan juga perlu memperhatikan faktor-faktor yang lain yang dapat menunjang atau mempengaruhi kekuatan sendiri. (Dewi Nuryanti:2012). Untuk mencapai prestasi yang maksimal, seorang atlet harus memiliki beberapa faktor penting yang dapat menunjang tercapainya prestasi maksimal. Otot merupakan salah satu penunjang bagi seorang atlet untuk dapat mencapai prestasi maksimal. Otot akan berkontraksi lebih kuat apabila diberikan beban yang lebih berat (sampai pada suatu batas maksimum). Apabila otot digunakan kekuatan otot lengan pada pemain voli berbeda-beda, hal ini tergantung pada besar maupun panjang otot. Kekuatan otot lengan merupakan salah satu unsure penting yang memepngaruhi prestasi bolavoli. Pada olahraga yang menggunakan otot lengan seperti voli, kekuatan otot lengan ini penting sekali, karena tidak mungkin seorang perenang dapat berprestasi tanpa menggunakan lenganya. Kekuatan otot lengan merupakan salah satu faktor dalam pembinaan prestasi. Berdasarkan uraian diatas menurut saya kekuatan adalah komponen yang sangat penting dalam meningkatkan kondisi fisik serta mengakibatkan kontraksi otot sehingga kekuatan yang digunakan semaksimal mungkin dalam berbagai macam cabang olahraga tak terkecuali dalam cabang bolavoli. Kelentukan Menurut, Edmund R. Burke (2001), Kelentukan, yaitu kemampuan sendi untuk bergerak dalam jangkauan penuh,adalah salah satu komponen kunci dari program fitnes yang seimbang,demikian pula dengan daya tahan 80
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 dan kekuatan kardiovaskular dan otot. Cara untuk meningkatkan atu mempertahankan fleksibilitas adalah dengan melakukan stretching. Menurut, Nurhasan, (1986) Kelentukan adalah kemampuan seseorang untuk menggerakkan tubuh dan bagian-bagian tubuh dalam satu ruang gerak seluas mungkin tanpa mengalami cidera pada persendian dan otot di sekitar persendian itu. Ada kekawatiran orang awam, bahwa weight training dapat menyebabkan kekuatan otot (muscule boundness). Tetapi studi yang di lakukan Mossey (1956), Kusinitz dan Meenev (1958) dalam Nurhasan,(2009) menyatakan bahwa weight Training tidak akan mengurangi kelentukan persendian. Perkembangan kelentukan itu mulai dari usia kanakkanak hingga dewasa, dan kemudian berkurang setelah usia itu, seperti studi huprrich (1950), Philips (1955), Forbes (1950) dan muler (1954). (Nurhasan, 2009) Ketepatan Smash Di dalam permainan bolavoli, kemampuan seorang pemain untuk menyerang di atas net dengan memukul bola sekeras-kerasnya sangat menentukan sekali dalam pembuatan angka atau nilai untuk meraih kemenangan. Menurut Bonnie Robinson (1989)dalam bukunya yang berjudul ‘’bolavoli’’ yang dimaksud smash adalah memukul bola ke bawah dengan kekuatan yang sangat besar. Jadi di dalam permainan bolavoli untuk dapat memukul bola smash maka serangan tersebut harus dilakukan dengan melompat setinggi-tingginya, kemudian memukul bola yang berada lebih tinggi dari net dengan sekuat tenaga ke daerah lawan. Sedang menurut Dieter Beutelstahl (2007), smash adalah suatu keahlian yang esensial, cara yang termudah untuk memenangkan angka. Seorang pemain yang pandai melakukan smash, atau smasher harus memiliki kegesitan dan pandai melompat serta mempunyai kemampuan memukul bola sekeras mungkin. Pemain yang meniliki keahlian ini dapat digolongkan sebagai pemain yang baik. Pergerakan pemain yang hendak melakukan smash meliputi beberapa tahap, maka dalam uraian ini akan di bahas mengenai tahap-tahap pergerakan tersebut. a. Tahap Pertama : Lari Menghampiri (Run Up) Untuk tahap lari menghampiri bola ini tergantung dari jenis bola dan jatuhnya bola. Smasher mulai menghampiri bola kira-kira pada jarak 2,5 meter sampai 4 meter dari jatuhnya bola.Kedua langkah terakhirlah yang menentukan hasil smash. Pada waktu smasher take off (mulai melompat) pemain harus memperhatikan baik-baik kedududkan kaki, kaki yang akan take off harus berada di tanah dahulu dan kaki lainnya
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
81
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 disebelahnya. Karena itu kadang kala smasher harus mengubah langkahnya dahulu sebelum melakukan langkahnya terakhir. Arah yang diambil harus sedemikian rupa pengaturannya, sehingga pemain akan berada di belakang bola pada saat ia akan take off. Dengan kata lain tubuhnya pada saat itu berada pada posisis menghadap net. Lengannya menjulur ke depan diayunkan ke belakang dan ke atas sesudah langkah pertama, kemudian diayunkan ke depan sedemikian rupa sehingga pada saat pemain take off kedua lengan tergantung ke bawah di depan tubuh pemain. b. Tahap Kedua : Melompat (Take Off) Untuk gerakan melompat harus berlangsung secara lancar dan kontinyu maksudnya tanpa terputus-putus. Pada waktu melompat (take off) kedua lengan yang menjulur harus digerakkan keatas. Bersamaan dengan ituntubuh diluruskan, kaki yang dipakai untutk melompat inilah yang memberikan kekuatan pada take off tersebut. Lengan yang dipakai untuk memukul juga sisi tubuh tersebut diputar sedikit sehingga menjauhi bola, punggung akan membungkuk dan lengan pemukul ditekuk sedikit, lengan yang lain tetap dipertahankan setinggi kepala, lengan inilah yang akan mengatur keseimbangan secara keseluruhan. c. Tahap Ketiga : Memukul bola (Hit) Pada tahap memukul bola ini dapat dikelompokkan macam-macam smash dan jenis-jenis smash. 1) Berdasarkan tinggi rendahnya bola yang diumpankan oleh set uper (pengumpan), maka smash dapat di bagi menjadi 4 macam, yaitu : a) Normal Spike/Open Spike Untuk jenis smash ini ketinggian bola yang diumpankan 2 meter diatas net. b) Semi Spike Untuk jenis smash ini ketinggian bola yang diumpankan kurang lebih 1 s/d 2 meter tingginya di atas net. c) Pull/Quick Spike Untuk jenis smash ini tidak memerlukan umpan seperti pada open smash/semi spike, maksudnya smasher memukul tidak menunggu saat bola yang diumpankan turun, melainkan boal naik di atas net harus segara dipukul. d) Straight Spike Untuk jenis smash ini umpan yang diperlukan adalah bola lurus, bukan bola-bola yang arahnya pararel.
82
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 2) Berdasarkan cara memukul bola smash, maka cara memukulpun terbagi menjadi beberapa jenis pukulan, yaitu : a) Frontal Smash/smash depan Cara memukul bola : (1) Tubuh sudah berada membungkuk sedikit seperti tahap sebelum ini. (2) Otot perut ,bahu, dan lengan berkontraksi pada saat bersamaan. Kontraksi kuat dan terulang beberapa kali berturut-turut. Kerja sama antar otot-otot inilah yang menyebabkan lengan terjulur, menyentuh bola dan memukul. (3) Pergelangan tangan tidak boleh kaku dan jari-jari tangan terbuka sedikit. (4) Bola dipukul pada bagian atas (5) Sesudah mengadakan kontak dengan bola, lengan pukul itu bergerak ke depan, ke bawah mengadakan follow trough yang sempurna. b) Frontal smash dengan twist atau Smash depan dengan putaran Cara memukul bola : (1) Bagian atas dari tubuh diputar, seakan-akan ada poros vertikalnya. (2) Biasanya putarannya tergantung dari arah pukulannya. (3) Putaran tubuh bagian atas ini diikuti dengan putaran kedua paha. (4) Seluruh gerakan ini dilakukan sewaktu pemain sedang melompat. Jadi selama pemain belum bersinggungaan dengan tanah. c) Smash dengan pergelangan Cara memukul bola : (1) Smash jenis ini hanya menggunakan gerakan pergelangan tangan saja. (2) Dengan menggunakan spin yang kuat, bola dapat dipukul dengan cukup cermat. d) Dump (Smash pura-pura) Cara memukul bola : (1) Pemain melakukan gerakan-gerakan sama dengan pada waktu hendak memukul frontal smash. (2) Tetapi pada waktu kontak dengan bola, bola itu tidak dipukul melainkan disentuh saja dengan jari-jari tangan.
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
83
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 (3) Bola diarahkan ke tempat-tempat lowong di pihak lawan yang kurang tenaga. (4) Bola itu dilewatkan mengelilingi blok yang sudah dipersiapkan oleh lawan untuk menghadapi smash pemain itu. (5) Bola dapat dilambungkan pendek atau panjang tergantung situasi yang dihadapi. d. Tahap Keempat : Mendarat atau Landing Cara mendarat ini sama bagi atlit yang melakukan jenis smash yang ada. Sesudah mengadakan smash atau dump maka mulailah tahap mendarat ini, yaitu pada saat tubuh bagian atas membungkuk ke depan. Kaki-kaki diarahkan kedepan untuk mempertahankan keseimbangan.Pemain mendarat pada kedua kakinya, lutut ditekuk sesuai dengan kebutuhan pendaratan tersebut. Hasil penelitian Bahr, Lian, Bahr, 1997, Menunjukkan bahwa pemukul dalam permainan bola voli sering mengalami cidera khususnya pada ankle karena pendaratan kaki di wilayah lawan (2013). METODE PENELITIAN Sesuai dengan masalah yang penulis teliti, bahwa di dalam penelitian ini terdapat variabel yang dapat penulis kemukakan yaitu: 1) variabel bebas atau independent variabel (X1); Variabel bebas ini memuat tentang tinggi badan. Tinggi badan ini harus dimiliki oleh setiap atlit yang nantinya bisa mendukung dalam ketepatan smash. 2) variabel bebas atau independent variabel (X2); Variabel bebas yang kedua ini memuat tentang unsur kekuatan otot lengan. Kekuatan otot lengan ini harus dimiliki oleh setiap atlit yang nantinya juga akan mendukung ketepatan smash, 3) variabel bebas atau independent variabel (X3); Variabel bebas yang ketiga ini memuat tentang unsur kelentukan. Kelentukan ini harus dimiliki oleh setiap atlit yang nantinya juga akan mendukung ketepatan smash, dan 4) variabel terikat atau dependent variabel (Y); variabel ini merupakan variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel bebas diatas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah ketepatan smash. Penelitian ini digunakan untuk mengetahui besar hubungan antara variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian. Besar koefisien korelasi dipengaruhi oleh variabilitas nilai-nilai yang dikorelasikan pengungkapan data penelitian yang dilakukan dengan teknik tes dan pengukuran pra survey dengan prosedur penelitian meliputi pengukuran dua variabel atau lebih dari satu sampel subjek. Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan pengambilan data 84
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 secara langsung di lapangan melakukan tes, diantaranya adalah tes tinggi badan, kekuatan otot lengan dan kelentukan. Kuantitatif karena data berupa angka. Sesuai penelitian yang akan dilaksanakan maka yang menjadi populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. (Arikunto, 2010) Dalam penelitian ini peneliti ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.Sehingga disini dapat disebut yang menjadi penelitian populasi adalah semua atlet BKMF Bolavoli FIK UNM sebanyak 30 atlet. Teknik adalah alat untuk mencapai metode dengan menggunakan metode eksperimen, maka teknik analisis untuk menguji di dalam hipotesa terutama hipotesa nol. Maka kita mnggunakan cara-cara berfikir kualitas data yang diperoleh harus mengalami kuntifikasi artinya perubahan sesuatu dalam bentuk jumlah. Perubahan kualitas dalam bentuk kuantitas atau penentuan dalam suatu nilai dalam bentuk jumlah. Dengan statistik yaitu menggunakan berbagai rumus statistik yang ada. Penelitian statistik ini merupakan penelitian yang menggunakan hipotesa. Analisis data yang digunakan dengan cara mengkorelasikan hasil tes dari variabel bebas yang berupa tinggi badan, kekuatan otot lengan, dan kelentukan dengan variabel terikat yang berupa ketepatan smash. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Data Kegiatan yang dilakukan analisa data adalah melakukan perhitungan dengan menggunakan rumus-rumus statistik yang sesuai dengan masalah yang diteliti guna untuk memperoleh etimasi atau tafsiran dan signifikan atau keberartian dari adanya hubungan antara tinggi badan, kekuatan otot lengan, dan kelentukan terhadap ketepatan smash. Setelah dilakukan pengecekan secara menyeluruh hasil pengolahan data dari ketiga alat pengumpulan data yang diperoleh dari 30 sampel semua dapat diolah. Sedangkan untuk menganalisa data yang diperoleh dari ketiga alat pengumpulan data nilai variabel tinggi badan, kekuatan otot lengan,dan kelentukan terhadap ketepatan smash, baik menggunakan komputer maupun manual dan menggunakan kalkulator dapat dilihat pada tabel 1. Data tabel diatas diperoleh: 3. Mean Mean 1. Tinggi Badan (X1) 158,03 2. Kekuatan Otot Lengan (X2) 25,06 3. Kelentukan (X3) 9,3 4. Ketepatan Smash ( Y) 12,67
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
85
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 4. Uji Korelasi e. Korelasi antara X1 terhadap Y Rx1y = 0,75 f. Korelasi antara X2 terhadap Y Rx2y = 0,57 g. Korelasi antara X3 terhadap Y Rx3y = 0,75 h. Korelasi antara X1, X2 dan X3 terhadap Y Ry(1,2,3) = 0,62 i. Koefisien determinasi (R2) = 0,38 Data perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 2 Pengujian Hipotesa penelitian 1. Pengujian Hipotesis Pertama Yaitu hubungan tinggi badan terhadap ketepatan smash, untuk kepentingan hipotesis nihil (Ho) yang berbunyi : Tidak ada hubungan tinggi badan terhadap ketepatan smash. Dan (Ha) yang berbunyi : Ada hubungan tinggi badan terhadap ketepatan smash. Untuk pengujian ini dilakukan pengetesan signifikan rx1y dalam taraf signifikan 5% seperti Nampak pada tabel dibawah ini : Tabel 2 Hasil perhitungan hipotesis pertama N
r – Hitung
r – Tabel 5%
30
0,75
0,361
Signifikan/Non signifikan Signifikan
Berdasarkan tabel diatas, hasil perhitungan (r-Hitung) > r-tabel, yang berarti nilainya signifikan. 2. Pengujian Hipotesis Kedua Yaitu hubungan kekuatan otot lengan terhadap ketepatan smash, untuk kepentingan hipotesis diubah nihil (Ho) yang berbunyi : Tidak ada hubungan kekuatan otot lengan terhadap ketepatan smash. Dan (Ha) yang berbunyi : Ada hubungan kekuatan otot lengan terhadap ketepatan smash. Untuk pengujian ini dilakukan pengetesan signifikan rx2y dalam taraf signifikan 5% seperti Nampak pada tabel dibawah ini :
86
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 Tabel 3 Hasil perhitungan hipotesis kedua N
r – Hitung
r – Tabel 5%
Signifikan/Non signifikan
30
0,57
0,361
Signifikan
Berdasarkan tabel di atas, hasil perhitungan (r-Hitung)> r-Tabel, yang berarti nilainya signifikan. 3. Pengujian Hipotesis Ketiga Yaitu hubungan kelentukan terhadap ketepatan smash, untuk kepentingan hipotesis diubah nihil (Ho) yang berbunyi :Tidak ada hubungan kelentukan terhadap ketepatan smash. Dan (Ha) yang berbunyi: Ada hubungan kelentukan terhadap ketepatan smash. Untuk pengujian ini dilakukan pengetesan signifikan rx3y dalam taraf signifikan 5% seperti Nampak pada tabel dibawah ini : Tabel 4 Hasil perhitungan hipotesis ketiga N
r – Hitung
r – Tabel 5%
Signifikan/Non signifikan
30
0,75
0,361
Signifikan
Berdasarkan tabel di atas, hasil perhitungan (r-Hitung) > r-Tabel, yang berarti nilainya signifikan . 4. Pengujian Hipotesis Keempat Yaitu hubungan antara tinggi badan, kekuatan otot lengan dan kelentukan terhadap ketepatan smash, untuk kepentingan hipotesis diubah nihil (Ho) yang berbunyi : Tidak ada hubungan antara tinggi badan,kekuatan otot lengan dan kelentukan terhadap ketepatan smash. Dan (Ha) yang berbunyi : Ada hubungan antara tinggi badan, kekuatan otot lengan dan kelentukan terhadap ketepatan smash. Untuk pengujian ini dilakukan pengetesan signifikan ry(1,2,3) dalam taraf signifikan 5% seperti Nampak pada tabel dibawah ini :
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
87
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 Tabel 5 Hasil perhitungan hipotesis keempat N
r – Hitung
r – Tabel 5%
30
0,62
0,361
Signifikan/Non signifikan Signifikan
Berdasarkan tabel di atas, hasil perhitungan (r-Hitung)>r-Tabel, yang berarti nilainya signifikan. 5. Pengujian Koefisien determinasi (R2) Yaitu ada hubungan yang kuat antara tinggi badan, kekuatan otot lengan dan kelentukan terhadap ketepatan smash. Untuk pengujian ini dilakukan pengetesan dalam taraf kriteria antara > 0,5 – 0,75 seperti Nampak pada tabel dibawah ini Tabel 6 Hasil perhitungan koefisien determinasi N
R2 – Hitung
Taraf kriteria
Kriteria
30
0,38
>0,5 - 0,75
Korelasi Kuat
Berdasarkan tabel di atas, hasil perhitungan (R2-Hitung) mencapai taraf kriteria antara >0,5 – 0,75 yang berarti mempunyai korelasi yang kuat. Interprestasi Dari hasil data baik menggunakan bantuan computer maupun manual menggunakan kalkulator dapat diinterprestasikan sebagai berikut : 1. Terdapat hubungan yang signifikan (bermakna / berarti) antara tinggi badan terhadap ketepatan smash. Anwar Pasau (1988) berpendapat: Orang yang mempunyai fisik tinggi dan besar rata-rata akan mempunyai kemampuan fisik lebih baik seperti kekuatan, kecepatan, daya tahan jantung dan paru-paru, daya tahan otot, dibandingkan dengan orang yang bertubuh kecil dan pendek. Sehingga faktor tinggi badan sangat berhubungan dengan tehnik smash dalam permainan bolavoli. 2. Terdapat hubungan yang signifikan (bermakna/berarti) antara kekuatan otot lengan terhadap ketepatan smash. Kekuatan otot lengan merupakan salah satu unsur penting yang mempengaruhi prestasi bolavoli,karena itu kekuatan otot lengan akan sangat menentukan kualitas pukulan smasher.
88
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 3. Terhadap hubungan yang signifikan (bermakna/bararti) antara kelentukan terhadap ketepatan smash. Dalam permainan bolavoli kelentukan juga mempunyai peran penting, apabila seorang atlet mempunyai kelentukan yang baik maka akan lebih mudah menggerakkan tubuh dan bagian-bagian tubuh dalam satu ruang gerak seluas mungkin terutama pada saat melakukan smash tanpa mengalami cidera. 4. Terdapat hubungan yang signifikan (bermakna/berarti) antara tinggi badan, kekuatan otot lengan dan kelentukan terhadap ketepatan smash. Permainan bolavoli membutuhkan kemampuan yang bersifat komprehensif termasuk fisik, teknik, mental dan strategi (Graurav, Singh,2010). Dalam melakukan tehnik smash, selain dibutuhkan postur tubuh yang tinggi ,seorang atlet juga harus memiliki kekuatan, koordinasi, keseimbangan, ketepatan dan kelentukan tubuh yang baik untuk mencapai prestasi yang maksimal. PENUTUP Setelah mengumpulkan data dan menganalisa, maka kesimpulan yang dapat dikemukakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Ada hubungan tinggi badan terhadap ketepatan smash pada BKMF Bolavoli FIK UNM, 2) Ada hubungan kekuatan otot lengan terhadap ketepatan smash pada BKMF Bolavoli FIK UNM, 3) Ada hubungan kelentukan terhadap ketepatan smash pada BKMF Bolavoli FIK UNM, dan 4) Ada hubungan antara tinggi badan, kekuatan otot lengan dan kelentukan terhadap ketepatan smash pada BKMF Bolavoli FIK UNM. Sehubungan dengan kesimpulan yang telah diambil dan implikasi yang ditimbulkan maka untuk para pengajar, pembina, pelatih khususnya cabang bolavoli, dan para olahragawan dapat disarankan sebagai berikut: 1) Dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan smash hendaknya memperhatikan faktor-faktor komponen fisik baik itu postur tubuh, otot lengan dan kelentukan yang dimiliki, 2) Kepada para pelatih olahraga bolavoli agar hasil penelitian ini dijadikan bahan acuan dalam melatih bolavoli. Dalam hal ini komponen fisik kekuatan otot lengan dan kelentukan dalam latihan dapat diperhatikan, dan 3) Kepada para orang tua atlet dapat memperhatikan gizi anak-anaknya agar dapat tumbuh baik menjadi tinggi dan memiliki komponen fisik yang baik sehingga lebih mudah diarahkan pada prestasi yang maksimal.
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
89
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 DAFTAR PUSTAKA Miftah. 2010. Cara Membuat Tubuh Anda Bisa Menjadi Tinggi . Jogjakarta Arikunto. 2010. ProsedurPenelitian( SuatuPendekatan Praktik). Jakarta: RinekaCipta. Mutohir, T.C.dkk. 2011 . Berkarakter Dengan Berolahraga, Berolahraga Dengan Berkarakter. Jakarta Burke,Edmund R. 2001. Latihan Kebugaran Dirumah. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. Beutelstahl, dieter. 2007. Belajar Bola Vollley. Bandung : Pioner Jaya Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D : Alfabeta Sugiyono. 2008. Statistika Untuk Penelitian. Bandung:CV.Alfabeta Mutohir,T.C.dkk. 2013. Permainan Bola voli . Surabaya : Graha Pustaka Media Utama. Nurhasan. 1986. Tes dan Pengukuran. Jakarta: Karunia Jakarta Nurhasan. 2009. Penilaian Pembelajaran Penjas. Jakarta : Universitas Terbuka Ismayarti. 2008. Tes Dan Pengukuran Olahraga. Surakarta : LPP UNS Rujukan berbasis website : Sajoto, M. 1988. Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Kekuatan. (Online), tersedia : http://popvollyball.wordpress.com/.../cara-melatih-kekuatanotot lengan//... diakses tanggal 10 Juli 2013 Harsono. 1988. Pengertian Kekuatan. (Online), tersedia: http://popvollyball. wordpress.com/.../cara-melatih-kekuatan... diakses tanggal 10 Juli 2015 http://www.docstoc.com/docs/73512513/penjas diakses tanggal 10 Juli 2013 www.infonews.web.id/.../cara-mudah-dan-cepat-menambah-tinggi-badan. tanggal 12 Juli 2015 http://senamaerobic.wordpress.com/.../bagaimana-cara-menambah-tinggibadan/ ... diakses tangal 12 Juli 2015
90
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 KONTRIBUSI DAYA LEDAK LENGAN DAN KELENTUKAN TOGOK KE BELAKANG TERHADAP KEMAMPUAN SMASH DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS PADA ATLET BKMF BULUTANGKIS FIK UNM (CONTRIBUTIONS EXPLOSIVE POWER ARMS AND FLEXIBILITY TOGOK BACK TO SMASH THE ABILITY BADMINTON GAME ON ATHLETES BADMINTON BKMF FIK UNM) OLEH: HERMAN H. )* ABSTRACT Smash is one form of attack that can kill the opponent's defense as well as to obtain the value or point. In the game of badminton, smash is one technique that plays an important role, failed and successful team in the game or match is determined by the player's skill in doing smash. By mastering technique a good smash, then the team will easily win a match. This study aims, among others, (1) to determine the contribution of the explosive power of arms to the ability of a smash in badminton game, (2) to determine the contribution of flexibility togok to the back of the ability of a smash in badminton game, and (3) to determine the contribution of the explosive power of arms and flexibility togok to the back of the ability of a smash in badminton game. This research is descriptive quantitative research. The study population was all the athletes BKMF Badminton Nikken UNM with a sample size of 30 people. Data analysis technique used is the technique of correlation and regression analysis using SPSS version 15 sed on the results of data analysis, the study concludes that: 1) the explosive power of arms has contributed to the ability to smash in the game of badminton athletes Badminton BKMF Nikken UNM 68.6%, (2) flexibility togok to the rear contributes to the ability to smash badminton game at UNM Nikken badminton Athletes BKMF of 80.9%, (3) explosive power and flexibility togok arm to the rear contributes to the ability of a smash in badminton game at UNM Nikken badminton Athletes BKMF of 84.8%. Keywords: Explosive Power Arm, Flexibility Togok Back, Smash Badminton
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
91
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 PENDAHULUAN Permainan bulutangkis adalah permainan yang memerlukan gerakan yang cepat sesuai dengan laju bola sehingga memerlukan kontrol gerakan yang tepat, reaksi cepat, dan ketepatan pukulan. Apabila dapat dilakukan akan nampak bahwa gerakan pukulan yang dilakukan efesien. Gerakangerakan yang dilakukan dalam bermain bulutangkis merupakan reaksireaksi motorik yang dihasilkan dari proses rangsangan pandangan, syaraf perintah melalui proses informasi pada sistem syaraf. Proses gerakan untuk memukul bola pada saat mengantisipasi pukulan lawan dimulai dengan pandangan pada lentingan bola, perhatian atau penglihatan terhadap bola yang dipukul, kemudian timbul perintah dari syaraf spinal untuk melakukan respon dalam bentuk gerakan reaksi tangan untuk memukul bola dalam upaya mengembalikan bola ke lapangan lawan. Daya ledak juga dikenal dengan istilah tenaga eksplosif yang sangat diperlukan dalam berbagai cabang olahraga. Hakekatnya bahwa daya ledak merupakan salah satu komponen fisik, dimana kekuatan dan kecepatan otot dikombinasikan dalam satu pola gerak. Dalam usaha untuk mengatasi atau menguasai bola pada saat melakukan pukulan smash diperlukan pengerahan kekuatan secara maksimal dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dengan perkenaan atau mencapai bola yang maksimal. Kemampuan kondisi fisik lainnya yang sangat penting bagi pemain bulutangkis adalah kemampuan untuk melakukan pukulan secara elastis atau tidak kaku. Sehingga mampu melakukan berbagai variasi pukulan seperti, servis, forehand, backhand, smash, lob, dan sebagainya. Unsur kelentukan sangat besar perannya dalam menentukan kualitas gerakan dalam bermain bulutangkis. Kelentukan akan memberikan kemampuan kepada pemain untuk melakukan pukulan dengan gerakan teknik yang benar, pukulan yang tepat, arah bola yang tepat, dan mampu memukul bola dengan cepat dan keras.. Dengan demikian gerakan dalam memukul bola pada permainan bulutangkis akan lebih luwes dan gerakan tidak kaku. Apabila gerakan memukul bola dilakukan dengan gerakan yang elastis dan luwes dapat memberikan kemampuan kontrol gerakan dan daya ledak lengan gerakan secara tepat sehingga perkenaan bola dengan raket serta arah pukulan yang dilakukan sesuai dengan sasaran. Smash adalah salah satu bentuk serangan yang dapat mematikan pertahanan lawan sekaligus dapat memperoleh nilai atau point. Dalam permainan bulutangkis, smash merupakan salah satu teknik yang sangat memegang peranan penting, gagal dan berhasilnya suatu tim dalam permainan atau pertandingan banyak ditentukan oleh keterampilan pemain dalam melakukan smash. Dengan menguasai teknik smash yang baik, 92
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 maka satu tim akan dengan mudah memenangkan suatu pertandingan. Untuk mencapai tingkat keterampilan smash dengan baik, maka diperlukan penguasaan gerakan teknik smash itu sendiri, disamping pola latihan yang harus bervariasi dengan tujuan mengarah pada peningkatan teknik tersebut. Sehingga keterampilan smash secara otomatis dan efektif harus ditunjang oleh beberapa metode latihan yang tepat dan sesuai. Smash merupakan gerak kerja yang terpenting dan terakhir dalam serangan. Kegagalan untuk melakukan smash ke daerah lawan akan memberi kesempatan pihak lawan untuk melakukan serangan balik atau balasan. Teknik Smash Bulutangkis Salah satu diantaranya adalah teknik smash. Teknik dasar smash merupakan salah satu teknik pukulan dalam permainan bulutangkis yang banyak digunakan untuk mematikan permainan lawan sehingga kemenangan pun dapat diraih. Menurut Poole (1986) Smash adalah “pukulan overhead yang keras, diarahkan ke bawah yang kuat, merupakan pukulan menyerang yang utama dalam bulutangkis.” Sedangkan PB PBSI (2001) mengemukakan bahwa, “Smash yaitu pukulan overhead yang keras, diarahkan ke bawah yang kuat, merupakan pukulan menyerang yang utama dalam bulutangkis.” Pukulan smash merupakan bentuk pukulan keras yang sering digunakan dalam permainan bulutangkis. Karakteristik pukulan ini adalah keras, laju jalannya shuttlecock cepat menuju lantai lapangan sehingga pukulan ini membutuhkan aspek kekuatan otot tungkai, bahu, lengan, dan fleksibilitas pergelangan tangan serta koordinasi gerak tubuh yang harmonis. Dalam praktek permainan, pukulan smash dapat dilakukan dalam sikap diam/berdiri atau sambil loncat (king smash). Oleh karena itu, pukulan Smash dapat berbentuk pukulan smash penuh, pukulan smash potong, pukulan Smash backhand, dan pukulan smash melingkar di atas kepala. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menguasai teknik Smash ini menurut PB PBSI (2006) adalah sebagai berikut : 1. Biasakan bergerak cepat untuk mengambil posisi pukul yang tepat. 2. Perhatikan pegangan raket 3. Sikap badan harus tetap lentur, kedua lutut dibengkokkan, dan tetap berkonsentrasi pada shuttlecock. 4. Perkenaan raket dan shuttlecock di atas kepala dengan cara meluruskan lengan untuk menjangkau shuttlecock itu setinggi mungkin, dan pergunakan tenaga pergelangan tangan pada saat memukul shuttlecock.
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
93
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 5. Akhiri rangkaian gerakan Smash ini dengan gerak lanjut ayunan raket yang sempurna di depan badan. Uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pukulan Smash merupakan pukulan yang banyak digunakan untuk mematikan permainan lawan. Teknik pukulan smash ini secara bertahap setiap pemain harus menguasainya dengan sempurna melalui serangkaian latihan yang sistematis dan dengan berpedoman pada prinsip-prinsip latihan, karena hal ini sangat besar manfaatnya untuk meningkatkan kualitas permainan. Daya Ledak Lengan Daya ledak merupakan suatu unsur diantara unsur-unsur komponen kondisi fisik yaitu kemampuan biomotorik manusia, yang dapat ditingkatkan sampai batas-batas tertentu dengan melakukan latihan-latihan tertentu yang sesuai. Daya ledak adalah suatu kemampuan seorang atlet untuk mengatasi suatu hambatan dengan kecepatan kontraksi yang tinggi. Lebih lanjut dikatakan bahwa daya ledak adalah kemampuan olahragawan untuk mengatasi tahanan dengan suatu kecepatan kontraksi tinggi (Harre, 1982). Daya ledak ialah kombinasi dari kecepatan maksimal dan kekuatan maksimal. Daya ledak ini harus ditunjukkan oleh perpindahan tubuh (dalam tendangan jauh) atau benda (peluru yang ditolakkan) melintasi udara, dimana otot-otot harus mengeluarkan kekuatan dengan kecepatan yang tinggi, agar dapat membawa tubuh atau obyek pada saat pelaksanaan gerak untuk dapat mencapai suatu jarak (Janssen,1983). Daya ledak ialah kemampuan sebuah otot atau sekelompok otot untuk mengatasi tahanan beban dengan kekuatan dan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang utuh (Suharno HP, 1984). Daya ledak atau explosive power adalah kemampuan otot atau sekelompok otot seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimal yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya atau sesingkat-singkatnya. Daya ledak merupakan hasil perpaduan dari kekuatan dan kecepatan pada kontraksi otot (Bompa,1983; Fox,1988). Daya ledak merupakan salah satu dari komponen gerak yang sangat penting untuk melakukan aktivitas yang sangat berat karena dapat menentukan seberapa kuat orang memukul, seberapa jauh seseorang dapat melempar, seberapa cepat seseorang dapat berlari dan lainnya. Radcliffe dan Farentinos (1985) menyatakan bahwa daya ledak adalah faktor utama dalam pelaksanaan segala macam ketrampilan gerak dalam berbagai cabang olahraga. Berdasar pada definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dua unsur penting yang menentukan kualitas daya ledak adalah kekuatan dan kecepatan. Power atau adalah sejumlah mekanik yang bekerja dalam 94
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 periode waktu tertentu (Ucup Yusuf dan Yadi Sunaryadi, 2000). Power diartikan juga sebagai hasil kali antara kekuatan dan kecepatan (Arief Prihastono, 1994). Power adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya (M. Sajoto. 1995). Pengukuran daya ledak adalah hasil kali dari berat dan jarak dibagi waktu. Sebelum melatih power terlebih dahulu perlu dilatih komponen kekuatan kondisi fisik seseorang atlit, yang dimaksudkan oleh peneliti disini adalah komponen kekuatan maksimal, karena komponen kondisi fisik kekuatan daya tahan dan kekuatan daya ledak termasuk dalam komponen kondisi fisik khusus. Kekuatan adalah kemampuan dari otot untuk dapat mengatasi tahanan atau beban dalam menjalankan aktivitas, kekuatan dapat dibagikan kepada beberapa macam yaitu: kekuatan maksimal, kekuatan daya ledak dan kekuatan daya tahan (Suharno. HP, 1979). Kondisi fisik daya ledak termasuk didalam komponen kondisi fisik khusus. Hanya dalam penelitian ini daya ledak adalah kemampuan otot tungkai yang kuat dalam meloncat kearah vertical untuk melakukan servis jumping. Daya ledak berguna untuk meloncat saat mencambuk bola saat melakukan servis jumping (Suharno. HP, 1979). Untuk meningkatkan power otot tungkai latihan yang sering digunakan oleh pelatih adalah weight training, circuit training dan plyometric (Komite Olahraga Nasional Indonesia. 2000). Disamping bentuk-bentuk latihan yang lain, Weight training adalah bentuk latihan yag efektif untuk mengembangkan komponen kondisi fisik daya ledak. Daya ledak otot (muscular power) disebut juga sebagai kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya (M. Sajoto, 1995). Jadi daya ledak otot tungkai adalah kemampuan otot tungkai yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya. Upaya dalam meningkatkan unsur daya ledak dapat dilakukan dengan cara : a) meningkatkan kekuatan tanpa mengabaikan kecepatan atau menitik beratkan pada kekuatan; b) meningkatkan kecepatan tanpa mengabaikan kekuatan atau menitik beratkan pada kecepatan; c) meningkatkan kedua-duanya sekaligus, kekuatan dan kecepatan dilatih secara simultan (Jessen, Schultz dan Bangertes, 1984). Latihan kombinasi antara kekuatan dan kecepatan merupakan latihan untuk meningkatkan kualitas kondisi fisik dengan tujuan utama meningkatkan daya ledak. Latihan tersebut memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap nilai dinamis jika dibandingkan dengan latihan kekuatan saja. Adapun dalam mengembangkan daya ledak, beban latihan tidak boleh terlalu berat sehingga gerakan yang dilakukan dapat berlangsung cepat dan frekuensinya banyak (Pyke, 1980).
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
95
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 Berdasar pada beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat ditarik suatu pengertian bahwa daya ledak otot tungkai adalah suatu kemampuan otot tungkai untuk melakukan aktivitas secara cepat dan kuat untuk menghasilkan tenaga. Dari beberapa batasan tentang pengertian daya ledak, dapat dikemukakan bahwa ternyata unsur yang menentukan daya ledak adalah kekuatan dan kecepatan. Peranan power pada tungkai dan lengan akan sangat membantu dalam pencapaian khususnya pada smash bulutangkis. Kemampuan meloncat yang tinggi dengan pukulan yang keras, sangat diharapkan karena akan menjadi penentu akhir gerakan smash. Kelentukan Kelentukan adalah efektivitas seseorang dalam menyesuaikan diri untuk segala aktivitas dengan penguluran tubuh pada bidang sendi yang luas. Kelentukan dipengaruhi oleh elastisitas sendi dan elastisitas otot-otot. Harsono (1988) menyatakan bahwa lentuk tidaknya seseorang ditentukan oleh luas sempitnya ruang gerak sendi- sendinya. Jadi kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi. Kecuali oleh ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastisitas tidaknya otot-otot, tendon, dan ligamen. Sedangkan Melvin H. William (1990) menyatakan bahwa kelentukan sangat berguna sekali dalam tindakan preventif mengatasi cidera dan perbaikan postur yang buruk. Harsono (1988) menyatakan berdasar hasil-hasil penelitian menyatakan bahwa perbaikan dalam kelentukan akan dapat: 1) mengurangi kemungkinan terjadinya cedera-cedera otot dan sendi; 2) membantu dalam mengembangkan kecepatan, koordinasi, dan kelincahan; 3) membantu memperkembangkan prestasi; 4) menghemat pengeluaran tenaga (efisien) pada waktu melakukan gerakan- gerakan; dan 5) membantu memperbaiki sikap tubuh. Kelentukan merupakan unsur fisik yang dan diperlukan untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari, lebih-lebih bagi atlet suatu cabang olahraga yang menuntut keluwesan gerak. Karena kelentukan menunjukkan kualitas yang memungkinkan suatu segmen persendian bergerak semaksimal mungkin menurut kemungkinan otot atau sekelompok otot untuk berkontraksi dalam posisi memendek dan memendek secara maksimal. Kualitas kelentukan tubuh ditentukan oleh elastisitas otot-otot, tendo dan ligamen atau jaringan pengikat. Sebagaimana yang dikatakan oleh Harsono (1988;163) mengatakan bahwa: “Kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi, kecuali oleh ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastis tidaknya otot-otot, tendo dan ligamen.” Selain itu menurut Rohantokman (1988:125) bahwa: “Fleksibilitas 96
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 merupakan rentang gerak persendian yang ada pada satu atau sekelompok persendian”. Dengan elastisitas otot-otot dan luasnya persendian seseorang akan lebih mudah menguasai keterampilan gerak dalam berbagai cabang olahraga dan lebih cepat, karena kemungkinan geraknya akan lebih leluasa dan gerakan-gerakan yang sulit dapat dilakukannya. Kelentukan (flexibility) disebut juga kelenturan atau perenggangan. Kelenturan mengacu pada ruang gerak sendi atau persendian serta elastisitas dari otot-otot, tendo dan ligamen. Selain dari pendapat tersebut, Stone (1991) mengemukakan definisi kelentukan sebagai berikut “flexibility is the range of motion in a joit or series of joints.” Secara bebas diterjemahkan bahwa kelentukan adalah luas gerak dalam suatu rangkaian persendian. Bertolak dari pengertian kelentukan dapat dikatakan bahwa karakteristik dari kemampuan kelentukan ialah luas geraknya persendian serta elastisitas dari otot-otot dan tendo serta ligamen, bahkan sebagian kecil ditentukan juga oleh kulit. Sesuai dengan batasan kelentukan sebagaimana yang telah dikemukakan, maka kelentukan biasanya dikembangkan melalui latihan-latihan peregangan otot dan latihan memperluas ruang gerak persendian. Metode atau cara latihan senantiasa bertolak dari jenis kelentukan. Untuk itu pergerakan yang dilakukan dalam melakukan teknik pada cabang olahraga bulutangkis sangat membutuhkan kelentukan tubuh atau togok dalam menampilkan pola gerakan yang lebih luas. Uraian tentang pengertian kelentukan maka dapat disimpulkan bahwa, kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan dengan mudah dan efisien, sehingga dalam melakukan gerakan smash bulutangkis utamanya pada saat melayang dan memukul bola, itu akan lebih mudah dilakukan bila didukung kelentukan yang baik. METODOLOGI PENELITIAN Metode yang dipergunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif secara korelasional. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang menjadi fokus dalam penelitian, sebagai berikut: 1) variabel bebas yaitu daya ledak lengan dan kelentukan togok ke belakang, dan 2) variabel terikat adalah kemampuan smash bulutangkis. Desain penelitian atau rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pemain bulutangkis Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Makassar. Dengan demikian sampel yang digunakan adalah pemain putra BKMF Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Makassar dengan jumlah 30 orang. Setelah seluruh data penelitian terkumpul, yakni tes dan pengukuran daya
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
97
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 ledak lengan, kelentukan togok ke belakang dan kemampuan smash bulutangkis. Data yang terkumpul tersebut perlu dianalisis secara statistik deskriptif, maupun inferensial untuk keperluan pengujian hipotesis penelitian. Secar keseluruhan analisis data statistik yang digunakan pada umumnya menggunakan sistem komputer dengan program analisis SPSS Versi 17.00. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Deskriptif Analisis data deskriptif dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum data penelitian. Analisis deskriptif dilakukan terhadap data daya ledak lengan, kelentukan togok ke belakang, dan kemampuan smash dalam permainan bulutangkis pada mahasiswa BKMF FIK UNM. Analisis deskrtiptif meliputi; total nilai, rata-rata, range, maksimal dan minimum. Dari nilai-nilai statistik ini diharapkan dapat memberi gambaran umum tentang keadaan data daya ledak lengan, kelentukan togok ke belakang, dan kemampuan smash dalam permainan bulutangkis. Hasil analisis deskriptif setiap variabel penelitian dapat dilihat dalam tabel 1. Tabel 1. Hasil analisis deskriptif tiap variabel
Daya ledak lengan Kelentukan togok ke belakang
N
Sum
Mean
Stdv
Range
Min.
Max.
30
120,05
4,0017
0,21111
0,80
3,70
4,50
30
1170,00
39,0000
3,26950
12,00
34,00
46,00
Smash 30 177,00 5,9000 1,18467 4,00 4,00 8,00 bulutangkis Hasil dari tabel 1 di atas yang merupakan gambaran data daya ledak lengan, kelentukan togok ke belakang dan kemampuan smash dalam permainan bulutangkis dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Untuk data daya ledak lengan pada mahasiswa BKMF FIK UNM dari 30 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 120,05 dan rata-rata yang diperoleh 4,0017 dengan hasil standar deviasi 0,21111 dari range data 0,80 antara nilai minimum 3,70 dan 4,50 untuk nilai maksimal. 2. Untuk data kelentukan togok ke belakang pada mahasiswa BKMF FIK UNM dari 30 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 1170,00 dan rata-rata yang diperoleh 39,0000 dengan hasil standar deviasi 3,26950
98
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 dari range data 12,00 antara nilai minimum 34,00 dan 46,00 untuk nilai maksimal. 3. Untuk data kemampuan smash dalam permainan bulutangkis pada mahasiswa BKMF FIK UNM dari 30 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 117,00 dan rata-rata yang diperoleh 5,9000 dengan hasil standar deviasi 1,18467 dari range data 4,00 antara nilai minimum 4,00 dan 8,00 untuk nilai maksimal. Analisis Inferensial Untuk pengujian hipotesis tersebut maka dilakukan uji korelasi dan regresi data daya ledak lengan, kelentukan togok ke belakang dan kemampuan smash dalam permainan bulutangkis pada mahasiswa BKMF FIK UNM. 1. Ada kontribusi daya ledak lengan terhadap kemampuan smash dalam permainan bulutangkis pada mahasiswa BKMF FIK UNM Hasil data yang diperoleh dari penelitian bertujuan untuk mengetahui antara variable bebas dan variable terikat serta membuktikan hipotesis yang ada. Oleh karena itu hasil pengujian hipotesis berdasarkan pengolahan data melalui analisis korelasi dan regresi dari program SPSS tentang kontribusi daya ledak lengan terhadap kemampuan smash dalam permainan bulutangkis pada mahasiswa BKMF FIK UNM diperoleh sesuai rangkuman tabel 2 berikut: Tabel 2. Hasil analisis korelasi dan regresi untuk hipotesis pertama VARIABEL
r/R
Rs
F
t
Sig.
Daya ledak lengan (X1)
0,828
0,686
61,040
7,813
0,000
Smash bulutangkis (Y) Hipotesis statistik yang akan di uji: H0 : Rx1.y = 0 H1 : Rx1.y 0 Hasil pengujian: Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi dan regresi data antara daya ledak lengan terhadap kemampuan smash dalam permainan bulutangkis pada mahasiswa BKMF FIK UNM. Diperoleh nilai korelasi dan regresi
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
99
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 0,828 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) 0,686. Hal ini berarti 68,6% kemampuan smash dalam permainan bulutangkis dijelaskan oleh daya ledak lengan. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 61,040 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan smash dalam permainan bulutangkis (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 7,813 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau daya ledak lengan benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan smash dalam permainan bulutangkis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa daya ledak lengan memiliki kontribusi terhadap kemampuan smash dalam permainan bulutangkis pada mahasiswa BKMF FIK UNM sebesar 68,6%. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada kontribusi daya ledak lengan terhadap kemampuan smash dalam permainan bulutangkis pada mahasiswa BKMF FIK UNM. Apabila hasil penelitian dikaitkan dengan teori dan kerangka pikir yang mendasarinya, maka dalam dasarnya hasil penelitian ini mendukung dan memperkuat teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang sudah ada. Daya ledak juga dikenal dengan istilah tenaga eksplosif yang sangat diperlukan dalam berbagai cabang olahraga. Hakekatnya bahwa power lengan merupakan salah satu komponen fisik, dimana kekuatan dan kecepatan otot di kombinasikan dalam satu pola gerak. Harsono (1988) mengemukakan bahwa: “Power lebih diperlukan, dan boleh dikatakan oleh semua cabang olahraga, oleh karena dalam power kecuali strength terdapat pula kecepatan”. Ini membuktikan bahwa teknik dasar smash pada permainan bulutangkis dibutuhkan suatu daya ledak lengan di saat melakukan pukulan. Pada saat melakukan smash, yang diharapkan pada pemain adalah bagaimana smash tersebut dapat dilakukan dengan keras, akurat dan tepat pada sasaran. Daya ledak lengan merupakan penggabungan antara dua kondisi fisik pada otot lengan untuk bergerak dengan kuat dan cepat. Oleh karena itu, pemain yang memiliki power atau daya ledak lengan akan mempunyai pukulan smash yang keras dan akurat. 2. Ada kontribusi kelentukan togok ke belakang terhadap kemampuan smash dalam permainan bulutangkis pada mahasiswa BKMF FIK UNM Hasil data yang diperoleh dari penelitian bertujuan untuk mengetahui antara variable bebas dan variable terikat serta membuktikan hipotesis 100
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 yang ada. Oleh karena itu hasil pengujian hipotesis berdasarkan pengolahan data melalui analisis korelasi dan regresi dari program SPSS tentang kontribusi kelentukan togok ke belakang terhadap kemampuan smash dalam permainan bulutangkis pada mahasiswa BKMF FIK UNM diperoleh sesuai dari rangkuman tabel 5 berikut: Tabel 3. Hasil analisis korelasi dan regresi untuk hipotesis kedua VARIABEL Kelentukan togok ke belakang (X2) Smash bulutangkis (Y)
r/R
Rs
F
t
Sig.
0,899
0,809
118,224
10,873
0,000
Hipotesis statistik yang akan di uji: H0 : Rx2.y = 0 H1 : Rx2.y 0 Hasil pengujian: Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi dan regresi data antara kelentukan togok ke belakang terhadap kemampuan smash dalam permainan bulutangkis pada mahasiswa BKMF FIK UNM. Diperoleh nilai korelasi dan regresi 0,899 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) 0,809. Hal ini berarti 80,9% kemampuan smash dalam permainan bulutangkis dijelaskan oleh kelentukan togok ke belakang. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 118,224 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan smash dalam permainan bulutangkis (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 10,873 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau kelentukan togok ke belakang benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan smash dalam permainan bulutangkis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelentukan togok ke belakang memiliki kontribusi terhadap kemampuan smash dalam permainan bulutangkis pada mahasiswa BKMF FIK UNM sebesar 80,9%. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada kontribusi kelentukan togok ke belakang
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
101
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 terhadap kemampuan smash dalam permainan bulutangkis pada mahasiswa BKMF FIK UNM. Apabila hasil penelitian ini dikaitkan dengan teori dan kerangka pikir yang mendasarinya, maka dalam dasarnya hasil penelitian mendukung dan memperkuat teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang sudah ada. Moch. Sajoto (1988:58) mengatakan bahwa: “Kelentukan adalah keefektifan seseorang dalam penyesuaian dirinya, untuk melakukan segala aktivitas tubuh dengan penguluran seluasluasnya, terutama otot-otot, ligamen-ligamen disekitar persendian”. Kelentukan togok ke belakang berperan dalam gerakan pukulan smash, sebab seorang pemain akan melakukan tarikan badan ke belakang untuk mengayunkan raketnya. Hal ini dilakukan guna mendapatkan gerakan yang lebih luas untuk mendapat ruang agar pukulan smash dapat lebih keras dan akurat. 3. Ada kontribusi daya ledak lengan dan kelentukan togok ke belakang terhadap kemampuan smash dalam permainan bulutangkis pada mahasiswa BKMF FIK UNM Hasil data yang diperoleh dari penelitian bertujuan untuk mengetahui antara variable bebas dan variable terikat serta membuktikan hipotesis yang ada. Oleh karena itu hasil pengujian hipotesis berdasarkan pengolahan data melalui analisis regresi dari program SPSS tentang hubungan antara daya ledak lengan, daya ledak tungkai, dan kelentukan togok ke belakang terhadap kemampuan smash dalam permainan bulutangkis pada mahasiswa BKMF FIK UNM diperoleh sesuai dari rangkuman tabel 4 berikut: Tabel 4. Hasil analisis regresi untuk hipotesis ketiga VARIABEL
r/R
Rs
F
t
Sig.
Daya ledak lengan (X1), dan kelentukan togok ke belakang (X2) Smash bulutangkis (Y)
0,921
0,848
48,32 6
5,530
0,000
Hipotesis statistik yang akan di uji: H0 : Rx1.2.3.y = 0 H1 : Rx1.2.3.y 0 Hasil pengujian:
102
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi data antara daya ledak lengan, daya ledak tungkai, dan kelentukan togok ke belakang terhadap kemampuan smash dalam permainan bulutangkis pada mahasiswa BKMF FIK UNM. Diperoleh nilai regresi 0,921 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) 0,848. Hal ini berarti 84,8% kemampuan smash dalam permainan bulutangkis dijelaskan oleh daya ledak lengan, daya ledak tungkai, dan kelentukan togok ke belakang. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 48,326 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan smash dalam permainan bulutangkis (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 5,530 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau daya ledak lengan, daya ledak tungkai, dan kelentukan togok ke belakang benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan smash dalam permainan bulutangkis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa daya ledak lengan, daya ledak tungkai, dan kelentukan togok ke belakang memiliki kontribusi terhadap kemampuan smash dalam permainan bulutangkis pada mahasiswa BKMF FIK UNM sebesar 84,8%. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada kontribusi daya ledak lengan dan kelentukan togok ke belakang terhadap kemampuan smash dalam permainan bulutangkis pada mahasiswa BKMF FIK UNM. Apabila hasil penelitian ini dikaitkan dengan teori dan kerangka pikir yang mendasarinya, pada dasarnya hasil penelitian ini mendukung dan memperkuat teori yang sudah ada. Jika unsur kondisi fisik itu tidak atau kurang tercapai pada suatu tahap latihan tertentu, maka ini dapat dikatakan bahwa perencanaan dan sistematika latihan itu kurang tepat. Penguasaan teknik-teknik dasar yang efektif dan efesien, tentu bukan hanya dalam teknik saja akan tetapi didukung pula oleh adanya kemampuan kondisi fisik. Diungkapkan Jones (2012) dalam artikelnya bahwa: Pertimbangan kondisi fisik itu harus dikembangkan didasarkan pada karakteristik cabang olahraga yang digelutinya, sebab pada suatu cabang olah raga tertentu mungkin memerlukan komponen kondisi fisik secara keseluruhan, sedangkan pada cabang lain mungkin hanya sebagian saja. Jadi masalah peran komponen kondisi fisik ini bersifat relatif, karena bergantung pada karakteristik cabang olahraganya seperti dalam permainan bulutangkis. Komponen kondisi fisik tersebut terdiri
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
103
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 atas kekuatan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, daya tahan, daya ledak otot, koordinasi, keseimbangan, kelentukan, dan reaksi. Menurut Subarjah (2012) dalam artikelnya bahwa: Komponen kondisi fisik terdiri dari komponen-komponen seperti kekuatan otot, daya tahan otot, daya tahan umum, fleksibilitas, kecepatan, koordinasi, agilitas dan keseimbangan. Mengembangkan atau meningkatkan kondisi fisik, berarti mengembangkan atau meningkatkan kemampuan fisik (physical abilities) atlet. Setiap usaha peningkatan komponen fisik harus dikembangkan semua komponen yang ada, walaupun dalam pelaksanaannya perlu adanya prioritas untuk menentukan komponen mana yang perlu untuk mendapatkan porsi latihan lebih besar sesuai dengan olah raga yang ditekuni dalam hal ini bulutangkis. Tidak adanya salah satu komponen pendukung akan mempengaruhi hasil yang dicapai. Demikian juga dalam olahraga bulutangkis membutuhkan dasar fisik yang baik tetapi tidak meninggalkan faktor-faktor yang lain seperti teknik dan mental. Dengan demikian komponen fisik daya ledak dan kelentukan merupakan dua komponen kondisi fisik yang ada, dan tidka bisa terbaikan dalam menunjang kemampuan smash dalam permainan bulutangkis. Kedua komponen kondisi fisik tersebut sangat mempenagruhi dan memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap kemampuan smash dalam permainan bulutangkis. Daya ledak merupakan kemampuan untuk dapat mempergunakan tenaga dalam waktu yang singat. Daya ledak berfungsi baik saat melakukan take off untuk melompat menjangkau shuttlecock dan pada saat melakukan pukulan smash di udara. Disamping itu kelentukan togok ke belakang akan berperan membantu memberikan ruang gerak dalam melakukan pukulan smash. Dengan demikian kedua komponen kondisi fisik yang menjadi bahan penelitian memberikan kontribusi yang besar dalam melakukan pukulan smash pada permainan bulutangkis. Daya ledak merupakan kondisi fisik yang sangat berperan dalam menunjang kemampuan melakukan smash, baik itu pada tungkai yang digunakan untuk melompat maupun lengan yang dijadikan sebagai penentu disaat posisi badan diatas melakukan pukulan. Disamping unsur fisik tersebut, kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan dengan mudah dan efisien, sehingga dalam melakukan gerakan smash bulutangkis utamanya pada saat melayang dan memukul bola, itu akan lebih mudah dilakukan bila didukung kelentukan yang baik. Karena kelentukan menunjukkan kualitas yang memungkinkan suatu segmen persendian bergerak semaksimal mungkin menurut kemungkinan otot 104
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 atau sekelompok otot untuk berkontraksi dalam posisi memendek dan memendek secara maksimal. Kualitas kelentukan tubuh ditentukan oleh elastisitas otot-otot, tendo dan ligamen atau jaringan pengikat. Unsur kelentukan sangat besar perannya dalam menentukan kualitas gerakan dalam bermain bulutangkis. Kelentukan akan memberikan kemampuan kepada pemain untuk melakukan pukulan dengan gerakan teknik yang benar, pukulan yang tepat, arah bola yang tepat, dan mampu memukul bola dengan cepat dan keras. Dengan demikian gerakan dalam memukul bola pada permainan bulutangkis akan lebih luwes dan gerakan tidak kaku. Apabila gerakan memukul bola dilakukan dengan gerakan yang elastis dan luwes dapat memberikan kemampuan kontrol gerakan secara tepat sehingga perkenaan bola dengan raket serta arah pukulan yang dilakukan sesuai dengan sasaran. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan sebagai berikut: 1) Daya ledak lengan memiliki kontribusi terhadap kemampuan smash dalam permainan bulutangkis pada mahasiswa BKMF FIK UNM, 2) Kelentukan togok ke belakang memiliki kontribusi terhadap kemampuan smash dalam permainan bulutangkis pada mahasiswa BKMF FIK UNM, dan 3) Daya ledak lengan dan kelentukan togok ke belakang memiliki kontribusi terhadap kemampuan smash dalam permainan bulutangkis pada mahasiswa BKMF FIK UNM. Berdasarkan kesimpulan penelitian tersebut di atas, maka dapat disarankan sebagai berikut : 1) Bagi pengajar di kampus untuk dapat memberikan penguasaan teknik pada permainan bulutangkis agar out put nantinya lebih berkualitas dalam proses pengajarannya secara khususnya pada teknik bermain bulutangkis, 2) Sebagai bahan informasi bagi pemain BKMF FIK UNM tentang hasil penelitian yang diperoleh, dan 3) Selain teknik dan fisik, seorang pemain bulutangkis hendaknya juga menguasai taktik bermain yang baik. Dengan memperhatikan taktik, berarti pemain harus memahami kondisi lawan dengan baik. Dengan memiliki taktik yang baik maka pemain akan dapat merencanakan suatu metode atau cara yang palin tepat untuk menghadapi lawan dan mampu mengatur tempo kompetisi dari setiap pertandingan.
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
105
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 DAFTAR PUSTAKA Badriah, Dewi L., 2002, Fisiologi Olahraga dalam Perspektif dan Praktik, Bandung, Pustaka Ramadhan. Bahagia, Yoyo, 2000, Prinsip-prinsip Pengembangan dan Modifikasi Cabang Olahraga, Jakarta, Depdikbud. Harsono, 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti. Panitia POR 7 Djarum. 1990. Pola Dasar Pembinaan Bulu Tangkis Djarum. Kudus. PB. Djarum PB. PBSI, 2001. Buku Pedoman Bulutangkis. Jakarta: PB. PBSI. Pengurus Besar Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PB PBSI), 2006, Pedoman Praktis Bermain Bulutangkis, Tersedia : http://pbpbsi/ bulutangkis.com. Razak, Abraham. 1993. Perbandingan Pengaruh Latihan Pliometrik Dengan Latihan Kekuatan Dan Kecepatan Terhadap Daya Ledak. Surabaya : Thesis Pasca Sarjana UNAIR. Sajoto, Moch. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengadaan Buku pada Lembaga Pengembangan Tenaga Pendidikan. Jakarta. __________. 1995. Pengembangan dan Pembinaan Kekuatan kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta: Dahara Prize. Samursarjono Sadoso, 1986. Pengetahun Praktis Kesehatan Dalam Olahraga. Jakarta Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Simanjuntak, Victor G, dkk. 2008. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Dirjen Dikti. Depdiknas.
106
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 HUBUNGAN ANTARA PANJANG TUNGKAI, KESEIMBANGAN DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN TENDANGAN SABIT CABANG PENCAK SILAT PADA MAHASISWA BKMF FIK UNM (RELATIONSHIP BETWEEN LEG LENGTH, LEG MUSCLE STRENGTH BALANCE AND ABILITY TO KICK SICKLE PENCAK SILAT BRANCH IN STUDENTS BKMF FIK UNM) OLEH: MUH. SAID HASAN )* ABSTRACT This study aims to Know long relationship limbs, balance and leg muscle strength in the Side Kick ability martial arts sport at UNM student .Penelitian Bkmf Fik was a descriptive study of the three independent variables and the dependent variable. The population in this study were students Bkmf Faculty of Sport Science, State University of Makassar. Total sample in this study is 30 person selected was randomly sampling. Data analysis techniques used correlation with the significant level of 95% or ɑ = 0.05 significant. Based on test results correlation and regression analysis data can be summarized as follows: 1). There is a relationship with a leg length of the side kick ability pencaksilat sport, with a value (ro) = 0.173. with a P value (0.000) <0,05. 2). There is a relationship of balance with the ability of the side kick sport martial arts, with a value (ro) = 0.724. with a P value (0.000) <0,05. 3). There is a relationship leg muscle strength with the ability side kick the sport of martial arts with a value (ro) of 0.186. with a P value (0.000) <0,05. 4) there is a connection limb length, balance, leg muscle strength with the ability of the side kick in martial arts sport, proven value (ro) = 0735 with the P value (0.000) <0,05. Keywords: Long Legs, Balance, Limb Muscle Strength, Side kick ability
PENDAHULUAN Olahraga merupakan salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian khusus, dimana dengan kemajuan olahraga suatu daerah akan dapat membawa nama daerah tersebut menjadi terkenal terutama prestasi
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
107
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 yang dicapai oleh atletnya. Pembinaan olahraga di Indonesia dewasa ini mengalami perkembangan. hal ini tidak terlepas dari peran serta masyarakat yang semakin sadar akan pentingnya olahraga itu sendiri, di samping itu dukungan dan perhatian dari pemerintah dalam menunjang perkembangan olahraga di negara kita. Suatu kenyataan bahwa ada empat dasar tujuan manusia melakukan kegiatan olahraga yaitu: 1) Mereka yang melakukan kegiatan olahraga hanya untuk rekreasi, jadi segalanya dikerjakan dengan santai dan tidak formal, baik tempat maupun peraturannya. 2) Mereka yang melakukan kegiatan olahraga untuk tujuan pendidikan seperti misalnya anak – anak sekolah yang diasuh oleh guru olahraga. 3) Mereka melakukan kegiatan olahraga dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani tertentu. 4).Mereka yang melakukan kegiatan olahraga tertentu untuk mencapai prestasi, menurut Sajoto (1988). Peranan pembinaan olahraga salah satu tujuan adalah untuk mengidentifikasikan calon atlet yang mempunyai bakat berdasarkan jenis olahraga yang sesuai dengan potensi dan minatnya yang diperkirakan berpeluang untuk berhasil dalam program pembinaan sehingga dapat mencapai prestasi yang diharapkan, salah satunya adalah cabang Pencaksilat. Pencak Silat merupakan hasil budaya manusia yang bertujuan untuk menjaga diri dari bahaya (keamanan) dan kesejahteraan bersama, seiring perkembangan olahraga beladiri Pencak Silat juga masuk dalam olahraga prestasi, dan yang membedakan Pencaksilat dengan olahraga yang lain yaitu empat aspek yang merupakan satu kesatuan bulat, yakni aspek mental spiritual, beladiri, seni dan olahraga. Olahraga pencak silat juga akan lebih mudah diterima dan dipahami, karena olahraga ini merupakan hasil budaya masyarakat Indonesia itu sendiri, Pencak silat merupakan hasil budaya masyarakat Indonesia untuk mempertahankan eksistensi dan integritas terhadap alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna peningkatan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menurut M. Atok iskandar (1992) Komponen fisik merupakan salah satu kebutuhan yang harus dimiliki oleh seorang atlet apabila ingin mencapai suatu prestasi yang lebih baik. Untuk memperoleh prestasi maksimal, maka perlu penguasaan teknik dasar atau pola gerak yang terdapat dalam olahraga pencak silat, seperti serangan dan tangkisan, dimana serangan terdiri dari tendangan dan pukulan. Dalam olahraga pencak silat, tendangan di bagi dalam empat jenis tendangan yaitu tendangan sabit / tendangan lurus, tendangan sabit/ samping, tendangan belakang serta tendangan busur. Dari keempat jenis tendangan tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam salah satu bentuk tendangan yang dijadikan sebagai variabel dalam penelitian, yaitu tendangan sabit/ 108
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 samping. Teknik dasar tendangan sabit/ samping adalah teknik serangan yang cukup sering digunakan dalam pertandingan pencak silat, karena mudah dalam menjangkau sasaran dan lebih banyak dalam memperoleh poin di bandingkan dengan serangan seperi pukulan. Sejalan dengan hal tersebut, maka kami akan melakukan kajian ilmiah dengan melakukan suatu penelitian untuk memaksimalkan peranan tendangan sabit pada mahasiswa Bkmf Fik Unm Makassar. Dengan alasan, kami melihat bahwa perlunya kekuatan otot tungkai, keseimbangan serta panjang tungkai untuk menunjang kontribusi tendangan sabit dalam mendulang point maksimal. Keseimbangan merupakan salah satu komponen fisik yang erat kaitannya dalam mempertahankan keseimbangan tumpuan kaki dari beban tubuh sendiri, panjang tungkai sebagai komponen fisik yang erat kaitannya dalam mengoptimalkan jangkauan terhadap lawan, kekuatan otot tungkai sebagai komponen fisik yang berperan dalam memberikan dorongan kekuatan otot pada tungkai untuk memaksimalkan kecepatan dan kekuatan sehingga memudahkan dalam memperoleh poin maksimal. Serangan yang cepat dan mempunyai kekuatan dalam olahraga pencaksilat merupakan hal yang sangat penting. Pencak Silat Pencak silat merupakan seni bela diri asli Indonesia. Sebab seni beladiri ini lahir dan berkembang di Indonesia, yang telah berumur berabad dan diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi. Poerbatjaroko dan Moch. Djomali (1994), memberikan pengertian mengenai pencaksilat sebagai berikut: Pencak adalah gerakan serang beladiri yang berupa tari dan berirama dengan peraturan adat kesopanan tertentu yang biasanya untuk pertunjukan umum. Silat adalah intisari dari pencak, untuk perkelahian membela diri yang tidak dapat dipertunjukkan di sabit umum. Sedangkan menurut Djomali (1985) mendefenisikan pencak silat adalah gerakan serangan bela yang teratur menurut tempat, keadaan dan waktu. Dapat dipertunjukan dimuka umum berupa olahraga, kesenian, dan pembelaan diri. Silat adalah intisari dari pencak, untuk pembelaan diri dalam keadaan yang memaksa, dengan maksud menyelamatkan diri dan menaklukkan musuh dengan secepat-cepatnya. Berdasarkan pendapat dan penjelasan beberapa ahli di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa olahraga pencak silat sebagai suatu keterampilan beladiri dan sebagai sarana, dengan materi pendidikan rohani dan jasmani. Sikap jasmani adalah sikap kesiapan fisik tubuh untuk melakukan gerakangerakan dengan kemahiran tehnik yang baik. Sedangkan sikap rohani ialah
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
109
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 kesiapan mental dan pikiran untuk melakukan tujuan dengan waspada. Yang memiliki filosofi hidup yang diberi nilai-nilai luhur pencak silat dan mempunyai kode etik yang biasa disebut dengan nama prasetya pencak silat. Olahraga bela diri pencak silat adalah cabang olahraga yang tidak jauh bedanya dengan olahraga bela diri lainnya, dimana di dalamnya terdiri dalam beberapa pola gerakan atau tehnik dasar. Ada beberapa tehnik dasar gerakan di dalam pencak silat yang mesti dikuasai, yaitu pukulan, tendangan, tangkisan, dan elakan. Sedangkan pola yang digunakan adalah serangan dan bertahan. Serangan merupakan suatu bentuk strategi dalam bela diri yang dalam keadaan tertentu harus diterapkan baik dalam berlatih maupun bertanding. Karena dalam olahraga pencak silat serangan dan tendangan lebih banyak memberi keuntungan dalam memperoleh nilai yang lebih baik di dalam bertanding bila dibandingkan menggunkan tangan. Menurut Joko Subroto dan Mochammad Rohadi (1996) mengemukakan, bahwa tendangan dalam pencak silat adalah serangan dengan menggunakan kaki/tungkai (disebut tendangan), dapat dilakukan dengan menggunakan ujung kaki, tumit, dan lutut. Teknik Dasar Tendangan Tendangan merupakan pola gerak yang memiliki karakteristik tertentu yaitu melibatkan anggota tubuh khususnya tungkai bagian bawah ,untuk dijadikan sebagai senjata dalam melancarkan serangan ke sasaran tubuh lawan. Keadaan selama pertandingan berlangsung menuntut penguasaan serangan dengan tendangan yang beraneka ragam, agar serangan yang dilancarkan dapat kelak masuk ke sasaran tubuh lawan. Sehubungan dengan apa yang telah dikemukakan sebelumnya, maka perlu dikemukakan macam-macam tendangan yang terdapat dalam pencaksilat. Didalam pencaksilat terdiri dari beberapa macam tendangan, sebagaimana yang dikemukakan oleh M. Otot Iskandar (1992), membagi serangan dengan kaki menjadi empat macam, yaitu: 1. Tendangan Sabit/ Busur/ Samping Tendangan sabit/ samping adalah tendangan yang berbentuk busur dengan menggunakan punggung kaki. Pelaksanaan gerakan tendangan sabit meliputi mengangkat kaki setinggi lutut lalu luruskan kaki kesamping dengan tumpuan satu kaki dan perkenaan pada punggung kaki. Badan dicondongkan sedikit untuk menjaga keseimbangan tubuh ketika menyerang. Teknik tendangan samping yang paling banyak digunakan dalam setiap pertandingan, karena gerakan tersebut sangat susah di antisipasi mengingat kecepatan dan perkenaan sasaran yang dapat 110
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 melumpuhkan lawan jika teknik tersebut berhasil mengenai sasaran tepat yaitu tulang rusuk. Setelah melakukan teknik tendangan sabit ini secepat mungkin dapat ditekuk atau ditarik ke posisi semula sehingga lawan susah untuk menangkap kaki tersebut. 2. Tendangan Lurus Untuk tendangan ke depan atau tendangan lurus, pelaksanaan tendangan ini dengan cara mengangkat lutut terlebih dahulu ke arah depan kemudian meluruskan bagian tungkai kaki hingga mencapai sasaran dengan ujung kaki yang menyentuh ke sasaran. Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan teknik tendangan adalah menendang dengan cepat keras dan segera ditarik ke posisi semula. Perlu diperhatikan dalam tempo yang tepat dalam melancarkan teknik tendangan, demikian juga dengan faktor balance (keseimbangan) harus tetap dijaga. Teknik tendangan depan yang menggunakan ujung telapak kaki sebagai perkenaan pada sasaran memiliki keunggulan dibandingkan teknik tendangan lainnya. Sebab proses gerakannya sangat mudah dilakukan dalam posisi bagaimanapun. 3. Tendangan T Tendangan T adalah sebutan lain untuk macam tendangan dengan nama gerakan tendangan ke arah Samping. Dalam bahasa Karate tendangan ini disebut sebagai Yoko-geri. Terdapat berbagai macam variasi tendangan samping ini. Pada dasarnya tendangan samping memakai tumit sebagai alat serang atau menggunakan sisi luar telapak kaki atau ada yang menyebut sebagai pisau kaki. 4. Tendangan Belakang / Putar Tendangan belakang merupakan tendangan ke arah kebelakang atau membelakangi musuh, pelaksanaan gerakannya meliputi mengangkat kaki setinggi lutut, kemudian mengayunkan kaki tendangan ke belakang, bagian tumit sebagai bagian yang akan masuk ke daerah sasaran lawan. Bentuk tendangan dipergunakan apabila lawan di belakang. Agar pelaksanaan tendangan dapat efektif dan efesien, maka harus dilandasi dengan kuda-kuda yang baik serta dengan sikap tangan dan tubuh yang benar. Panjang Tungkai Panjang tungkai merupakan bagian dari ukuran antropometrik tubuh yang termasuk dalam kategori panjang tubuh. Potensi tubuh yang dimiliki seseorang dari segi panjang tungkai dapat menunjang berbagai penanmpilan gerak dalam olahraga khususnya tendangan dalam olahraga
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
111
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 pencak silat.banyak factor yang menentukan suksesnya seorang pesilat dalam penampilan olahraga. Diantaranya adalah ukuran tubuh ( postur dan struktur tubuh). Misalnya, untuk melakukan tendangan dalam olahraga pencak silat memerlukan jankauan dari tungkai penendang untuk mencapai sasaran ( lawan ) sehingga di perlukan panjang tungkai. “ ukurang panjang tubuh ( legth wise growth ) melipti : tinggi badan, tinggi duduk, panjang tungkai, panjang lengan, dal lain-lain. ( Pasau, 1988 ). Panjang tungkai sangat efektif untuk menunjang kemampuan tendangan dalam olahraga pencak silat terutama untuk menjangkau sasaran yang senantiasa begerak menhindar atau menjaga sasaran. Menurut Pasau (1988) bahwa,” orang yang mempunyai fisik yang tinggi dan besar rata-rata akan mempunyai kemampuan fisik seperti kekuatan, kecapatan, daya tahan jantung dan paruparu, daya tahan otot dan lain-lain, lebih baik daripada orang yang bertubuh kecil dan pendek, “ beberapa faktor yang perlu dimiliki seorang atlet untuk mencapai prestasi olahraga seperti pada olahraga pencak silat,. Menurut peny ( profiling athelete: 71), yaitu “ ukuran dan bentuk antropometris tubuhnya, kondisi jantung, kekuatan otot, kecepatan, power, agility fungsi paru-paru. Koordinasi (kondisi neuromuscular), waktu reaksi, dan keseimbangan.” Sangat sulit bagi seorang pesilat untuk mencapai prestasi optimal apabila panjang tungkai kurang menunjang. Olah karena, bisa saja mereka mempunyai daya ledak yang cukup tetapi panjang tungkai tidak menunjang sehingga kurang mampu melakukan tendangan yang mencapai sasaran dengan keras. Dalam olahraga pencak silat. Lawan selalu bergerak menhindar. Menjaga jarak kemudian melakukan serangan secara tiba-tiba. Pesilat yang mempunyai tungkai yang lebih panjang. Akan lebih menguntungkan karena lawan yang selalu bergerak menjaga jarak dapat ditinjau dari melalui serangan tendangan dengan memanfaatkan panjang tungkainya. Berbeda dengan pesilat yang mempunyai tungkai yang pendek. Tentu akan kesulitan untuk melakukan serngan apabila lawannya mempunyai tungkai yang lebih panjang. Untuk menyerang lawan dengan tendangan. Diperlukan mobilitas gerak dan kemampuan menjangkau sasaran tendangan yang di tentukan oleh keadaan panjang tungkai pesilat. Panjang tungkai bukan factor tunggal untuk menunjang kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat, tetapi panjang tungkai dapat digunakan sebagai penentu dalm pemilihan ( talent scouting ) pesilat usia dini berbakat.
112
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 Keseimbangan Keseimbangan merupakan seseorang mempertahankan system tubuh baik dalam tubuh baik salam posisi statis maupun lebih-lebih dalam posisi gerak dinamis yang mana keseimbangan juga merupakan hal yang sangat penting di dalam melakukan suatu gerakan karena dengan keseimbangan yang baik, maka seseorang mampu mengkoordinasikan gerakan-gerakan dan dalam beberapa ketangkasan unsur kelincahan. seperti yang dikemukakan oleh Harsono ( 1988 ) bahwa “ keseimbangan berhubungan dengan koordinasi diri, dan dalam beberapa keterampilan, juga dengan agilitas”. Dengan demikian untuk menjaga keseimbangan dalam melakukan kegiatan jasmani, maka gerakan-gerakan yang dilakukan perlu dikoordinasikan dengan baik sebagai usaha untuk mengontrol semua gerakan. Menurut Muchammad Sajoto ( 1988 ) tentang kemampuan menguasai letak titik berat badan yang lebih dikenal dengan istilah keseimbangan bahwa: Keseimbngan atau balance adalah kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf ototnya selama melakukan gerakan-gerakan yang cepat dengan perubahan letak titik berat badan yang secara pula baik dalam keadaan statis maupun lebih-lebih dalam keadaan gerak dinamis. Lebih lanjut Harsono ( 1988 ) mengemukakan bahwa keseimbangan atau balance adalah “kemampuan untuk mempertaahankan system neuromuscular kita dalam kondisi statis, atau mengontrol system neuromuscular tersebut dalm suatu posisi sikap yang efisien selagi kita bergerak”. Adapun keseimbangan terbagi dua jenis, menurut Muchammad Satojo (1988) yaitu: 1) Keseimbangan ststis adalah kemampuan tubuh dalam mempertahankan tubuh dalam mempertahankan keseimbangan dalam posisi tetap, dan 2) Keseimbangan dinamis adalah kemampuan tubuh mempertahankan keseimbngan pada waktu melakukan gerakan dari suatu posisi ke posisi yang lain. Barrow yang dikutip oleh M. Kasmad Yahya (1994) mendefenisikan keseimbangan sebagai berikut; Keseimbangan atau balance diartikan sebagai kemampuan untuk mempertahankan system neuromuscular tubuh dalam kondisi statis, atau mengontrol system neuromuscular dalam suatu posisi atau sikap yang efisien sementara bergerak. Kajian keseimbangan dalam posisi badan pada saat bergerak oleh Moch. Satojo (1988) memberikan pengertian keseimbangan sebagai “kemampuan untuk mempertahankan posisi”. Mempertahankan posisi badan dalm berbagai situasi memerlukan kemampuan tersendiri oleh atlet. Situasi dan kondisi keseimbangan oleh Rahantoknam (1988) mengemukakan bahwa: 1) Keseimbangan statis (static balance) adalah keseimbangan mengacu pada
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
113
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 kecakapan mempertahankan badan dalam posisi diam, 2) Keseimbangan dinamis (dinamic balance) adalah keseimbangan yang mengacu kepada posisi badan bergerak, dan 3) Keseimbangan rotasi (rotation balance) adalah keseimbangan yang mengacu kepada kecakapan untuk memepertahanhankan keseimbangan badan pada suatu sumbuh dan berhubungan terhadap kecepatan untuk memperoleh kembali stimulasi yang diproduksi oleh vertibular dalam gerakan memutar. Kekuatan otot tungkai Untuk melakukan teknik dasar tendangan dalam olahraga pencak silat. Otot-otot yang bekerja adalah otot tungkai. Sehingga kekuatan otot tungkai yang mutlak diperlukan untuk menunjang kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat. “kekuatan adalah kemampuan otot untuk membangkitakan tegangan terhadap suatu tahanan“ (Harsono.1988). Kakuatan otot merupakan komponen kondisi fisik yang sangat penting guna menunjang komponen kondisi fisik yang lainnya. Kekuatan yang dibutuhkan untuk suatu cabang olahraga tidak sama dengan cabang olahraga lainnya.” Kekuatan merupakan basis dari semua komponen kondisi fisik “ (Harsono, 1988). Misalnya kebutuhan kekuatan untuk melakukan untuk melakukan tendangan dalan olahraga pencak silat berbeda dengan kebutuhan kekuatan untuk melakukan pukulan. Pentingnya kekuatan untuk menunjang kemampuan olahraga termasuk kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat adalah. Kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik, kekuatan memegang peranan penting dalam melindungi atlet/orang dari kemungkinan cedera. kekuatan, atlet akan dapat lari lebih cepat, melempar atau menendang lebih jauh dan efisien, memukul lebih keras, demikian pula dapat membantu memperkuat stabilitas sendi-sendi (Harsono, 1988). Otot yang kuat membuat kerja otot dalam melakukan aktivitas olahraga lebih efisien. Otot- otot yang tidak terlatih menjadi lemah dan dapat menyebabkan serabutnya mengecil (atropy). Kalau dibiarkan dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan kelumpuhan otot. Menurut Fox. Et al (1988:158) bahwa,” muscular strength may be defined as the force or tension a muscle, more correctly. A muscle group can exert against a resistance in the maximal effert.” Diartikan bahwa kekuatan otot sebagai force atau tegangan suatu otot atau sekelompok otot yang dapat digunakan untuk manahanbeban pada suatu usaha maksimal. Selanjutnya “kekuatan adalah kondisi fisik menyangkut kemampuan seseorang atlet pada saat penggunaan otot-ototnya menerima beban dalam waktu tertentu“ (Harsono,1988:176). Singer (1980) mengemukakan bahwa “strength may be 114
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 thought of as the capacity of a muscle or group of muscle to exert maximum pressure against a given resistance in limited period of time.” diartikan bahwa kekuatan adalah kapasitas dari otot untuk menggerakkan tenaga maksimal untuk Manahan tekanan beban dalam waktu yang terbatas. Menurut Harsono (1988:178) bahwa “strength adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan “latihan yang cocok untuk meningkatkan kekuatan adalah ltihan-latihan tahanan (resistence exercise). Yaitu atlet harus mengankat, mendorong, atau menarik suatu beban. Beban tersebut bisa beban anggota tubuh sendiri (internal resistence). Ataupun beban atau bobot dari luar (external resistence). Kekuatan otot merupakan kontraksi maksimal yang dihasilakan oleh otot atau sekelompok otot. Pada kontraksi otot memendek dan besarnya pemendekan bergantung pada beban yang harus ditahan. Permulaan otot melakukan kontraksi adalah tanpa pemendekan sampai mencapai tegangan yang seimbang dengan beban. Kemudian terjadilah kontraksi dengan pemendekan. Kontraksi maksimal otot banyak dipengaruhi oleh jumlah sel yang dan besarnya ukuran otot. Peningkatan kekuatan yang disebabkan oleh latihan atau aktivitas olahraga. Besarnya setiap serabut otot akan bertambah. Menurut Rani,” Selnjutnya Satojo (1988:111) mengemukakan bahwa “besar kecilnya otot. Benar-benar berpengaruh terhadap kekuatan ott “ kualitas kekuatan ditentukan oleh fibril-fibril otot dan tonus otot yang besar. Bentuk rangka tubuh yang tinggi dan besar akan menunjang kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan tubuh yang kecil serta otot-otot ang kecil. Fibril-fibril otot dan tonus otot yang besar ada kecendrungan untuk memiliki kekuatan yang lebih baik. kekuatan otot tungkai diperlukan oleh para pesilat untuk menendang dengan jangkauan yang optimal. Untuk melakukan tendangan dalam olahraga pencak silat, kekuatan otot tungkai sangat menunjang kemampuan tendangan yaitu dapat menghasilkan tendangan dengan jangkauan yang lebih panjang sehingga lawan sulit untuk menjaga jarak atau menghindar. Kekuatan otot tungkai yang dikerahkan untuk menunjang kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat agar menghasilkan gaya yang menimbulkan gerakan. Kontraksi otot menimbulkan gaya yang menggerakkan tulang yang satu kearah tulang yang lainnya melalui ruang gerak sendi tertentu. Sehingga mampu melakukan tendangan keras dan cepat. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah metode deskriptif pendekatan survai dan korelasional dengan melibatkan tiga variable, yaitu variable bebas dan
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
115
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 variabel terikat. Selain mendeskripsikan data setiap variable yang diamati, juga mencari koefisien korelasi (keeratan hubungan) antara variable bebas dan variable terikat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variable bebas dengan variable terikat yang diamati. Adapun variable-variabel tersebut adalah: 1) variabel bebas yang terdiri dari panjang Tungkai (X1), keseimbangan (X2), dan 3) kekuatan otot tungkai (X3); dan 2) variabel Terikat yaitu kemampuan Tendangan Sabit/ samping (Y). Desain penelitian merupakan gambaran atau rancangan tentang hubungan suatu penelitian dalam mencapai tujuan. Model rancangan (desain) di buat untuk menggambarkan hubungan kedua variabel bebas dan variabel terikat yang diamati. Populasi adalah keseluruhan obyek atau yang diteliti. Olehnya itu yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa BKMF FIK UNM. Sampel adalah pada prinsipnya adalah bagian dari populasi yang diambil oleh peneliti untuk mewakili populasi. Maka sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang telah memprogramkan Mata kuliah Pencaksilat dasar. Jumlah sampel sebanyak 30 orang. Yang pilih secara random sampling. Hasil Penelitian Analisis deskriptif Hasil analisis deskriptif tiap variabel yang merupakan gambaran data kekuatan panjang tungkai, keseimbangan, dan kekuatan otot tungkai pada kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencak silat dapat dikemukakan sebagai berikut: a. Untuk data panjang tungkai pada cabang olahraga pencak silat mahasiswa Bkmf Fik Unm dari 30 jumlah sampel diperoleh nilai rata-rata (mean) 87.30, nilai tengah (median) 87.00, mode 87, hasil standar deviasi 3.573, variance 12.769 dari range data 13 antara nilai minimum 80 dan 93 untuk nilai maksimal sehingga diperoleh total nilai sebanyak 2619. b. Untuk data keseimbangan pada cabang olahraga pencak silat mahasiswa Bkmf Fik Unm dari 30 jumlah sampel diperoleh nilai rata-rata (mean) 8.60, nilai tengah (median) 8.50, mode 9, hasil standar deviasi 2.848, variance 8.110 dari range data 11 antara nilai minimum 4 dan 15 untuk nilai maksimal sehingga diperoleh total nilai sebanyak 258. c. Untuk data kekuatan otot tungkai pada cabang olahraga pencak silat mahasiswa Bkmf Fik Unm dari 30 jumlah sampel diperoleh nilai rata-rata (mean) 82.97, nilai tengah (median) 83.50, mode 78, hasil standar deviasi 13.902, variance 193.275 dari range data 54 antara nilai 116
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 minimum 61 dan 115 untuk nilai maksimal sehingga diperoleh total nilai sebanyak 2489. d. Untuk data Kemampuan tendangan Sabit pada cabang olahraga pencak silat mahasiswa Bkmf Fik Unm dari 30 jumlah sampel diperoleh nilai rata-rata (mean) 31.13, nilai tengah (median) 30.50, mode 23, hasil standar deviasi 6.532, variance 42.671 dari range data 25 antara nilai minimum 20 dan 45 untuk nilai maksimal sehingga diperoleh total nilai sebanyak 934. Analisis Inferensial 1. Terdapat Hubungan antara panjang tungkai terhadap kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat mahasiswa BKMF FIK UNM Hasil data yang diperoleh dari penelitian bertujuan untuk mengetahui antara variable bebas dan variable terikat serta membuktikan hipotesis yang ada. Oleh karena itu hasil pengujian hipotesis berdasarkan pengolahan data melalui analisis korelasi dan regresi dari program SPSS tentang hubungan panjang tungkai dengan kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat mahasiswa BKMF FIK UNM diperoleh sesuai dari rangkuman tabel 2 berikut: Tabel 1. Hasil analisis korelasi dan regresi untuk hipotesis pertama VARIABEL Panjang tungkai (X1) Kemampuan tendangan Sabit (Y)
r/R
Rs
F
t
Sig.
0.173a
0.030
0.865
0.930
0,000
Hipotesis statistik yang akan di uji: H0 : rx1.y = 0 H1 : rx1.y 0 Hasil pengujian: Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi dan regresi data antara panjang tungkai dengan kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat mahasiswa Bkmf Fik Unm diperoleh nilai korelasi dan regresi 0.173a dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) 0.030. Hal ini berarti 3.0% kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat dijelaskan oleh panjang
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
117
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 tungkai. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 0.865 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh -0.930 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau panjang tungkai benar-benar berpengaruh secara signifikan dengan kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan panjang tungkai dengan kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat mahasiswa Bkmf Fik Unm , terbukti nilai korelasi observasi (rx1y) 0.173 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan panjang tungkai terhadap kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat mahasiswa BKMF FIK UNM . Apabila hasil penelitian dikaitkan dengan teori dan kerangka pikir yang mendasarinya, maka pada dasarnya hasil penelitian ini mendukung dan memperkuat teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang sudah ada. Ini membuktikan bahwa panjang tungkai memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan tendangan sabit pada pencaksilat. Panjang merupakan keadaan ukuran antorpometrik tubuh yang diukur dari trochantor major, panjang tungkai memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan tendangan sabit . Kekuatan otot tungkai akan memberikan kemampuan tungkai untuk dapat bergerak dengan kuat dan membantu dalam menopang berat badan dalam posisi kaki terangkat disaat pergerakkan tendangan. Untuk itu, optimalnya kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat bila seorang mahasiswa memiliki kekuatan otot tungkai yang baik. Dengan demikian ada hubungan yang signifikan kekuatan otot tungkai dengan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat. 2. Terdapat hubungan antara keseimbangan terhadap kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat mahasiswa BKMF FIK UNM Hasil data yang diperoleh dari penelitian bertujuan untuk mengetahui antara variable bebas dan variable terikat serta membuktikan hipotesis yang ada. Oleh karena itu hasil pengujian hipotesis berdasarkan pengolahan data melalui analisis korelasi dan regresi dari program SPSS tentang hubungan keseimbangan dengan kemampuan tendangan 118
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 sabit pada cabang olahraga pencaksilat mahasiswa BKMF FIK UNM diperoleh sesuai dari rangkuman tabel 2 berikut: Tabel 2. Hasil analisis korelasi dan regresi untuk hipotesis kedua VARIABEL r/R Rs F T Sig. Keseimbangan (X2) 0.724 0.524 30.874 5.556 0,000 Kemampuan tendangan sabit (Y) Hipotesis statistik yang akan di uji: H0 : rx2.y = 0 H1 : rx2.y 0 Hasil pengujian: Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi dan regresi data antara keseimbangan dengan kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat mahasiswa Bkmf Fik Unm. Diperoleh nilai korelasi dan regresi 0.724 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) 0.524. Hal ini berarti 52.4% kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat dijelaskan oleh keseimbangan. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 30.874 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 5.556 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau keseimbangan benar-benar berpengaruh secara signifikan dengan kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara keseimbangan dengan kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat mahasiswa Bkmf Fik Unm, terbukti nilai korelasi observasi (rx1y) 0.724 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keseimbangan terhadap kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat mahasiswa BKMF FIK UNM. Apabila hasil penelitian ini dikaitkan dengan teori dan kerangka pikir yang mendasarinya, maka pada dasarnya hasil penelitian ini mendukung dan memperkuat teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang sudah ada. Ini membuktikan bahwa kemampuan tendangan sabit
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
119
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 membutuhkan keseimbangan. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa keseimbangan dalam proses penampilan tendangan sabit adalah terangkatnya paha dengan pangkal jari kaki seperti melakukan tendangan sabit , maka tungkai dalam menendang harus seimbang dalam pergerakkannya. keseimbangan merupakan kemampuan tubuh untuk bergerak secara luwes dan tidak mudah jatuh. Dengan keseimbangan yang dimiliki membantu pergerakan tendangan sabit dengan halus, serta akan memperoleh kemampuan tendangan secara maksimal. Dengan demikian ada hubungan yang signifikan keseimbangan dengan kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat. 3. Terdapat hubungan antara kekuatan otot tungkai terhadap kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat mahasiswa Bkmf FIK UNM Hasil data yang diperoleh dari penelitian bertujuan untuk mengetahui antara variable bebas dan variable terikat serta membuktikan hipotesis yang ada. Oleh karena itu hasil pengujian hipotesis berdasarkan pengolahan data melalui analisis korelasi dan regresi dari program SPSS tentang hubungan kekuatan otot tungkai dengan kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat mahasiswa Bkmf Fik Unm di peroleh sesuai dari rangkuman tabel 3 berikut: Tabel 3. Hasil analisis korelasi dan regresi untuk hipotesis ketiga VARIABEL r/R Rs F T Sig. Kekuatan otot tungkai (X3) 0.186 0.134 1.000 1.000 0.000 Kemampuan tendangan sabit (Y) Hipotesis statistik yang akan di uji: H0 : rx3.y = 0 H1 : rx3.y 0 Hasil pengujian: Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi dan regresi data antara kekuatan otot tungkai dengan kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat mahasiswa Bkmf Fik Unm . Diperoleh nilai korelasi dan regresi 0.186 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) 0.134. Hal ini berarti 13.4% kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat dijelaskan oleh kekuatan 120
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 otot tungkai. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 1.000 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 1.000 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau kekuatan otot tungkai benar-benar berpengaruh secara signifikan dengan kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai dengan kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat mahasiswa Bkmf Fik Unm , terbukti nilai korelasi observasi (rx1y) 0.186 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai terhadap kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat mahasiswa BKMF FIK UNM. Apabila hasil penelitian ini dikaitkan dengan teori dan kerangka pikir yang mendasarinya, maka pada dasarnya hasil penelitian ini mendukung dan memperkuat teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang sudah ada. Ini membuktikan bahwa kekuatan otot tungkai mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan tendangan sabit. 4. Terdapat hubungan antara panjang tungkai, keseimbangan dan kekuatan otot tungkai terhadap kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat mahasiswa BKMF FIK UNM Hasil data yang diperoleh dari penelitian bertujuan untuk mengetahui antara variable bebas dan variable terikat serta membuktikan hipotesis yang ada. Oleh karena itu hasil pengujian hipotesis berdasarkan pengolahan data melalui analisis regresi dari program SPSS tentang hubungan antara panjang tungkai, keseimbangan dan kekuatan otot tungkai terhadap kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat mahasiswa Bkmf Fik Unm diperoleh sesuai dari rangkuman tabel 4 berikut:
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
121
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 Tabel 4. Hasil analisis regresi untuk hipotesis keempat VARIABEL Panjang tungkai (X1), Keseimbangan (X2) dan Kekuatan otot tungkai (X3) Kemampuan tendangan sabit (Y)
r/R
Rs
F
t
Sig.
0.735
0.540
10.16 0
1.526
0.000
Hipotesis statistik yang akan di uji: H0 : Rx1.2.3.y = 0 H1 : Rx1.2.3.y 0 Hasil pengujian: Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi data antara panjang tungkai, keseimbangan dan kekuatan otot tungkai terhadap kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat mahasiswa Bkmf Fik Unm . Diperoleh nilai regresi 0.735 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) 0.540. Hal ini berarti 54% kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat dijelaskan oleh panjang tungkai, keseimbangan dan kekuatan otot tungkai. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 10.160 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 1.526 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau panjang tungkai, keseimbangan dan kekuatan otot tungkai benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara panjang tungkai, keseimbangan dan kekuatan otot tungkai terhadap kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat mahasiswa Bkmf Fik Unm , terbukti nilai regresi observasi (Rx1.2.3.y) 0.735 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara panjang tungkai, keseimbangan dan kekuatan otot tungkai terhadap kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat mahasiswa BKMF FIK UNM. Apabila hasil penelitian ini dikaitkan dengan teori dan 122
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 kerangka pikir yang mendasarinya, pada dasarnya hasil penelitian ini mendukung dan memperkuat teori yang sudah ada. Ini membuktikan bahwa kemampuan tendangan sabit harus ditunjang dengan panjang tungkai, keseimbangan dan kekuatan otot tungkai. Penggabungan dengan ketiga unsur gerakan akan lebih efesien sebab penampilan keterampilan tendangan sabit dilihat secara baik jika kemampuan tungkai yang ditunjang dengan baik antara kekuatan dan keseimbangan. Di dalam gerakan kemampuan tendangan sabit mengupayakan pergerakan dengan sentakan secara cepat dan akurat. Kemampuan tendangan dapat secara cepat dan akurat, bila tungkai dapat menopang tubuh dengan posisi berdiri pada satu kaki dan disertai kaki yang satu pada posisi melakukan tendangan. Akurat yang dimaksud adalah keterampilan menampilkan tendangan sabit secara tidak kaku dan tegang sehingga hasil yang dicapai begitu mulus. Sentakansentakan kaki dalam melakukan tendangan sabit akan terjadi dengan ketiga komponen tersebut dapat berintegrasi dengan teknik pelaksanaan pada tendangan itu sendiri. Dengan demikian setiap siswa harus memiliki komponen fisik seperti kekuatan dan kelentukan pada tungkai untuk menunjang kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat. Dengan demikian panjang tungkai, kekuatan tungkai, dan keseimbangan memiliki hubungan yang signifikan dengan kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat. PENUTUP Setelah mengumpulkan data dan menganalisa, maka kesimpulan yang dapat dikemukakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Ada hubungan yang signifikan antara panjang tungkai terhadap kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat mahasiswa BKMF FIK UNM, 2) Ada hubungan yang signifikan antara keseimbangan terhadap kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat mahasiswa BKMF FIK UNM, 3) Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai terhadap kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat mahasiswa BKMF FIK UNM, dan 4) Ada hubungan yang signifikan antara panjang tungkai, keseimbangan dan kekuatan otot tungkai terhadap kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat mahasiswa BKMF FIK UNM. Sehubungan dengan kesimpulan yang telah diambil dapat disarankan sebagai berikut: 1) Diharapkan para Pelatih dan guru untuk lebih meningkatkan kemampuan profesional dalam mengelola system pembelajaran atau latihan yang tepat untuk diterapkan di tempat latihan dan
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
123
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 ruang kelas masing–masing, sehingga proses belajar mengajar dapat berdampak positif kepada siswa dan pesilat pada umumnya, dan 2) Hendaknya Pemerintah turut andil dalam memberikan bantuan sepenuhnya khususnya untuk kegiatan latihan para pesilat agar bisa maju, berkembang dan memperoleh prestasi yang maksimal. DAFTAR PUSTAKA Fox, L.E. 1998. The physiological Basic of Physical Education and Atheletics. Sounders College Publising, New York. Halim.,Nur.,Ichsan. 2009. Tes dan Pengukuran Kesegaran Jasmani. Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar. Makassar Harsono. 1988. Coaching dan aspek-aspek psikologis dalam coaching, Depdikbud Dirjen Dikti.Jakarta Iskandar Atok, M, Soemardjo, Soegiyanto. 1992. Pencak Silat. Depdikbud Dirjen Dikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan, FPOK IKIP Ujung Pandang. Lubis.,Johansyah.,2004. Pencak Silat Panduan Praktis. Jakarta: PT. Rajagrafindo persada. Naharsari. Nur Dyah. Olahraga Pencak Silat. Ganeca Exact. Bekasi Sajoto Mohammad. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti. Subroto, Joko. 1996. Pembinaan Pencak Silat. CV. Aneka. Solo Sukardi. 2003. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta . PT Bumi Aksara.
124
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 KONTRIBUSI KECEPATAN GERAK KAKI DENGAN KETERAMPILAN BERMAIN TENISMEJA PADA SISWA SMP NEGERI 9 MAKASSAR (CONTRIBUTION TO SPEED MOTION WITH LEGS SKILLS TO PLAY TABLE TENNIS SMP STUDENT AFFAIRS 9 MAKASSAR) OLEH: RICARDO v. LATUHERU )* ABSTRACT Table tennis game is one game that is nimble and agile, because the ball was played very lightweight and fast. The movement in table tennis game, requires a person to be able to anticipate the coming and return batted ball are both forehand and backhand. Physical needs that are owned by students who become research material is a factor that supports the pencapian skills playing table tennis. Speed affects the motion footwork optimal punch in a table tennis game. This study aims to determine the contribution of the speed of footwork by playing table tennis skills. This research is descriptive research. The population of this research is all male students of SMP Negeri 9 Makassar with a sample study of 40 people selected by random sampling. Data analysis technique used is the technique of correlation analysis using SPSS version 17 o'clock systems at significant of data analysis, the study concludes that: The speed of footwork has contributed to the skills of playing table tennis at the Junior High School Students 9 Makassar was 72.4%. Keywords: Walking Motion Speed, Table Tennis Skills
PENDAHULUAN Berolahraga yang baik dan benar dapat membuat tubuh sehat dan kuat, maka pembangunan manusia melalui olahraga dan prestasi tidak boleh ketinggalan. Hal tersebut akan memberikan pengertian mengenai pentingnya pendidikan olahraga itu bagi masyarakat. Perlu disadari bahwa dalam memilih dan melakukan akitvitas sedapat mungkin disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki. Salah satu di antaranya adalah cabang olahraga tenismeja. Cabang olahraga itu dapat diikuti dan dimainkan oleh
)* Kepelatihan Olahraga FIK UNM )* Dosen Dosen Pendidikan PGSD S1 Penjas FIK UNM
125
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 semua kelompok usia. Untuk memainkan permainan ini perlu diperhatikan hal-hal yang tercakup di dalamnya seperti teknik dasar, taktik serta kemampuan tubuh yang lainnya seperti kondisi fisik, dan psikis. Di samping itu, kesiapan dan kemantapan serta penguasaan teknik dan taktik yang diperlukan untuk pencapaian keterampilan. Di dalam berolahraga kesiapan dan kemantapan melakukan ikut menentukan keberhasilan pencapaian prestasi disamping penguasaan teknik dan taktik yang diperlukan. Tanpa adanya penguasaan teknik dan taktik, prestasi puncak sulit untuk dicapai. Maka dari itu peningkatan dan pemeliharaannya harus selalu diusahakan bersamaan dengan peningkatan pengusaan teknik dan taktik serta kemampuan tubuh yang lainnya. Uraian di atas memberikan gambaran bahwa seorang siswa dapat bermain serta mengembangkan ke arah peningkatan yang lebih tinggi. Upaya tersebut diharapkan melalui pembinaan olahraga tenismeja. Usaha-usaha untuk mewujudkan hal tersebut, diharapkan kerjasama antara masyarakat dan pemerintah ataupun swasta melalui penyediaan sarana serta prasaranya yang cukup memadai dalam rangka peningkatan mutu olahraga ini. Dengan animo masyarakat yang cukup besar terhadap cabang ini dan dapat dimainkan oleh semua tingkatan atau kelompok usia tanpa memandang jenis kelamin, memungkinkan terdapat bibit-bibit olahragawan yang dapat dibina menuju suatu prestasi. Oleh sebab itu, perlu diadakan suatu pembinaan yang lebih baik lagi. Permainan tenismeja merupakan permainan yang sangat digemari kalangan masyarakat. Kegemaran bermain tenismeja tersebut ditunjukkan dengan banyaknya lapangan tenismeja yang sengaja dibuat untuk bermain di pekarangan rumah. Tenismeja adalah suatu cabang olahraga yang tidak mengenal umur maupun jenis kelamin. Artinya dapat dimainkan oleh setiap kelompok umur baik laki-laki maupun perempuan. Dapat dianggap sebagai permainan rekreasi, dapat pula sebagai olahraga yang mempunyai teknik yang harus dipelajari dan ditanggulangi dengan sungguh-sungguh (dilatih). Permainan tenismeja adalah permainan yang memerlukan gerakan yang cepat sesuai dengan laju bola sehingga memerlukan kontrol gerakan yang tepat, reaksi cepat, dan ketepatan pukulan. Apabila dapat dilakukan akan nampak bahwa gerakan pukulan yang dilakukan efesien. Gerakan-gerakan yang dilakukan dalam bermain tenismeja merupakan reaksi-reaksi motorik yang dihasilkan dari proses rangsangan pendengaran, syaraf perintah melalui proses informasi pada sistem syaraf. Proses gerakan uuntuk memukul bola pada saat mengantisipasi pukulan lawan dimulai dengan pendengaran pada lentingan bola, perhatian atau penglihatan terhadap bola yang dipukul, kemudian timbul perintah dari syaraf spinal untuk melakukan 126
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan FIK UNM UNM )* Dosen PGSD S1Olahraga Penjas FIK
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 respon dalam bentuk gerakan untuk memukul bola dalam upaya mengembalikan bola ke lawan. Kemampuan kondisi fisik yang sangat penting bagi pemain tenismeja adalah kemampuan untuk melakukan pukulan secara efektif dan efesien. Sehingga mampu melakukan berbagai variasi pukulan seperti, servis, forehand, backhand, topspin, backspin, drive, loop, dan sebagainya. Unsur kelentukan sangat besar perannya dalam menentukan kualitas gerakan dalam bermain tenismeja. Kecepatan gerak kaki juga merupakan faktor penentu dalam menghalau serangan-serangan lawan. Kecepatan gerak kaki dibutuhkan terutama dalam mengantisipasi stimulus yang datang. Dengan memiliki kecepatan pergerakan kaki akan dengan mudah dapat menyiapkan respon guna mengantisipasi stimulus yang datang tersebut, sehingga bukan hanya sekedar mengembalikan serangan lawan tetapi juga merupakan serangan balasan yang mematikan. Keterampilan Bermain tenismeja Keterampilan adalah kesanggupan menggunakan pengetahuan seseorang secara efektif dan siap dalam pelaksanaan,serta mencapai kemantapan dari suatu keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan. Ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Siregar (1989), bahwa keterampilan adalah “In the concistent degree of success is achieving on objectivewith efficiency and effective needs”. Yang dapat diartikan sebagai berikut : keterampilan adalah derajat kematangan atau kematangan dari suatu keberhaislan dalam mencapai tujuan secara tepat guna dan efektif. Selanjutnya MF. Siregar (1974), menemukakan bahwa : “Tehnik sebagai pelaksanaan suatu kegiatan secara efektif dan rasional yang memungkinkan tercapainya hasil-hasil lebih baik dalam pertandingan”. Ini berarti bahwa deangan mengenal seluruh tehnik dasar pukulan tenismeja, pemain akan dapat bermain tenismeja dengan baik dan akan dapt mengembalikan semua hasil pukulan lawan yang berbeda di segala arah. Menurut Johnson (1982), mengemukakan bahwa: “Dengan meningkatkan keterampilan seseorang pemain akan bertambah baik pula pilihan pukulannya, kecermatan dan tenaganya bermain, demikian pula kecakapannya untuk menipu lawan”. Teknik dasar pertama dalam tenismeja ialah teknik grip atau pegangan, yang terdiri dari pegangan jabat tangan (shakehand grip) dan pegangan tangkai pena (penholder grip). Dari kedua teknik pegangan ini akan membedakan kedua jenis pukulan yaitu pukulan forehand dan pukulan backhand. Pada umumnya pemain tingkat pemula banyak yang menggunakan pegangan jabat tangan, juga sampai pada pemain yang berprestasi. Oleh sebab itu, dalam analisis pukulan forehand dan backhand
DosenPGSD Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM )*)*Dosen S1 Penjas FIK UNM
127
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 ini difokuskan pada pemain yang menggunakan pegangan jabat tangan. Teknik dasar pukulan ini cukup banyak namun yang menjadi fokus dalam penelitian ini untuk dianalisis adalah pukulan forehand dan pukulan backhand. Pengertian dari pukulan forehand dan backhand diartrikan oleh Hamid Tjatjo (1980) sebagai berikut : Yang dimaksud dengan forehand drive yaitu memukul bola dengan bagian depan alat pemukul yang pada dasarnya adalah pengayunan tangan yang memegang alat pemukul dari luar atau dari samping ke dalam. Sedangkan yang dimaksud dengan backhan drive yaitu memukul bola dengan bagian depan alat pemukul yang pada dasarnya lengan diayunkan dari dalam keluar. Pembahasan tentang pukulan forehand dan backhand disini adalah pelaksanaan pukulan forehand dan backhand dengan pegangan shakehand grip. Hal ini disebabkan karena pada umumnya para pemain menggunakannya. Yang dimaksud dengan pukulan forehand ialah memukul bola dengan bidang perkenaan bola pada bagian depan bet, dan arah gerakan dari kanan ke kiri bagi pemain yang memegang dengan tangan kanan. Sebaliknya pukulan backhand adalah pukulan dengan bidang perkenaan bola pada bagain belakang bet dan arah gerakan dari kiri ke kanan bagi pemain yang memegang dengan tangan kanan. Menurut Theo Bekker (1987) yang diterjemahkan oleh Tjun Surjaman (1993) bahwa: “Orang yang tidak kidal yangbermain denganpegangan shakehand dengan sendirinya akan memukul bola dengan backhand jika bola ada di sebelah kirinya, dan dengan forehand bila bola ada di sebelah kanannya.” Kedua jenis pukulan ini merupakan pukulan dasar, sehingga dijadikan bahan utama dalam latihan tenismeja bagi pemain tingkat pemula atau bagi atlet yang sudah berada di tingkat lanjutan, dimana teknik pukulan ini harus dilakukan dengan kualitas yang lebih baik. Mengenai pentingnya kedua jenis pukulan ini dikemukakan oleh Larry Hodges yang diterjemahkan oleh Eri D. Nasution (1996) sebagai berikut : Pukulan forehand biasanya merupakan pukulan yang paling kuat karena tubuh tidak menghalangi saat melakukan pukulan, tidak seperti backhand. Selain daripada pukulan backhand. Smash forehand yang merupakan pukulan forehand dengan kecepatan penuh akan menjadi pukulan yang paling kuat. Pukulan backhand dapat digunakan untuk mengahdapi backspin, tapi biasanya pukulan ini lebih baik untuk menghadapi topspin. Biasanya pukulan ini tidak sekuat forehand, tetapi konsistensi dan kecepatan biasanya lebih penting. Pelaksanaan gerakan pukulan forehand menggunakan pegangan shakehand melalui proses gerak dimulai dengan kaki kiri di depan, dan kaki kanan di belakang bagi pemain yang memegang dengan tangan kanan, 128
)* Dosen PGSD S1Olahraga Penjas FIK )* Dosen Pendidikan Kepelatihan FIKUNM UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 sedangkan pemain yang memegang dengan tangan kiri sebaliknya. Badan menyerong ke kanan serta lutut agak dibengkokkkan. Selanjutnya bet ditarik ke samping belakang dengan kepala bet menghadap serong ke bawah dengan lengan agak ke bawah, pergelangan tangan tidak dibengkokkan. Posisi tersebut di atas dilakukan pada saat bola lawan menuju ke arah pemukul. Kemudian lengan di ayunkan ke depan kiri atas dan pada saat itu terjadi persentuhan antara bola dengan permukaan bet, dengan tujuan arah bola bergerak melengkung melewati atas net menuju ke lapangan lawan. Pergelangan tangan ikut membantu menggesek bola ke atas, sehingga bet berhenti di samping kiri atas kepala. Untuk lebih jelasnya pelaksanaan teknik pukulan forehand akan diuraikan sebagai berikut : (a) Sikap permulaan; Sikap permulaan dalam pukulan tenismeja pada hakekatnya berkaitan dengan teknik dasar stance (posisi kaki dan badan). Mengenai bentuk-bentuk stance meliputi posisi menghadap penuh dengan meja (square stance), posisi menyamping baik menyamping ke kiri maupun ke kanan (side stance) serta posisi meodifikasi kedua jenis posisi di atas (open stance). Dengan menggunakan salah satu posisi tubuh yang dikemukakan di atas, tangan memegang pemukul (bet) dengan lengan dalam keadaan rileks serta pandangan pada arah datangnya bola yang terpantul pada meja posisi bet sedikit dimiringkan ke bawah. (b) Pelaksanaan; Dalam sikap pelaksanaan ini dikenal dua tahap gerakan yaitu gerakan mengayun ke belakang (back swing) dan gerakan mengayun ke depan (foward swing0. untuk gerakan back swing berat badan dipindahkan ke kaki kanan dengan jalan memutar tubuh ke belakang yang bertumpuh pada pinggang. Sedangkan untuk foward swing memutar badan ke depan dan berat badan dipindahkan ke kaki kiri (bagi yang memegang dengan tangan kanan). Arah gerakan lengan dari belakang ke depan menuju ke arah dalam bagian badan. Tepatnya menuju ke sasaran yaitu melewati atas net serta jatuh di lapangan lawan. (c) Sikap akhir; Sikap akhir dari pelaksanaan pukulan forehand, selanjutnya dengan cepat kembali ke posisi semula. Beberapa kesalahan yang dapat terjadi pada waktu melakukan pukulan forehand dikemukakan oleh Achmad Damiri dan Nurlan Kusmaedi (1992) yaitu : 1. Memukul bola terlalu jauh dari badan (bola terlalu di depan atau disamping) hal ini dapat menyebabkan hilangnya keseimbangan badan, sebagai akibatbya dapat menyebabkan berkurangnya power.
)* S1 Penjas FIK UNM )* Dosen Dosen PGSD Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
129
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 2.
Memukul bola terlalu dekat atau rapat dengan tubuh, hal ini akan menyebabkan ayunan yang kaku, bergerak mendadak ke depan dan ke samping untuk menjemput atau memukul bola di tempat bola memantul. Sehingga jarak antara bola dengan badan tidak terkontrol. 3. Tidak menunggu bola sampai memantul cukup tinggi. Ini adalah kesalahan perkiraan (judgment) dan mudah untuk dibetulkan. 4. Tidak cukup kukuh memegang bet ketika kontak dengan bola. Biasanya hal ini dapat menyebabkan pengembalian yanglemah ke net. 5. Mengayun ke atas sebelum mengayun ke depan. Kesalahan ini akan mengganggu pukulan dari kecepatan dan kekuatan (kekerasan) penyerangan untuk memperoleh point. Berdasarkan deskripsi pelaksanaan gerakan pukulan forehand di atas dianalisa kemungkinan gerak antara lain : (a) Gerakan pukulan forehand adalah gerakan yang luas meliputi tiga sumbu gerak yaitu sendi bahu (articulation humeri), sendi siku (articulatio cubiti), sendi pergelangan tangan (articulatio carpale, dan jari-jari pergelangan tangan (articulatio metacarpale). Pemanfaatan sumbu gerak tergantung dari kuat lemahnya pukulan. Dengan demikian pukulan forehand dapat dilakukan dengan kekuatan yang berbeda sesuai dengan tujuannya. (b) Oleh karena luasnya gerakan memberikan kemungkinan memanfaatkan otot-otot lengan secara maksimal guna menghasilkan pukulan yang kuat. Analisis Pelaksanaan gerakan pukulan backhand melalui proses gerak sebagai berikut : kaki kanan berada di depan dan kaki kiri di belakang (bagi pemain yang memegang dengan tangan kanan, sedangkan pemain yang memegang dengan kiri posisi kaki sebaliknya). Badan agak menyerong ke kiri, lutut dibengkokkan dan bet ke samping badan dekat dengan pinggang sebelah kiri sehingga lengan atas hampir menempel ke dada. Pergelangan tangan tidak dibengkokkan serta kepala bet menghadap ke bawah. Posisi tersebut di atas dilakukan pada saat bola lawan menuju ke arah pemukul. Selanjutnya lengan diayunkan ke depan atas kanan dengan perkenaan bola pada bet bagian belakang. Agar bola bergerak dalam suatu gerak lengkung melewati net ke arah lapangan lawan maka pergelangan tangan harus membantu gerakan tersebut. Untuk lebih jelasnya pelaksanaan teknik pukulan forehand akan diuraikan secara terperinci sebagai berikut: (a) Sikap permulaan; Sikap permulaan dari pukulan backhand, pada hakekatnya adalah sikap tubuh yang sama dengan pukulan forehand, 130
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan FIKUNM UNM )* Dosen PGSD S1Olahraga Penjas FIK
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 hanya perbedaannya pada posisi lengan yang memegang bet. Lengan yang memegang bet berada disamping kiri badan dekat dengan pinggang dan bagian permukaan bet yang berlawanan dengan permukaan pada pukulan forehand mengarah ke bola serta sedikit tertutup. (b) Sikap pelaksanaan; Bola dipukul pad apantulan tertinggi, pinggang dan bahu kanan diputar mendekat atau ke arah net pada saat perkenaan terjadi. Agar bola mengarah pada satu gerak melewati net, pergelangan tangan harus membantu menggerakkan bola ke depanj atas arah kanan meja, atau sesuai dengan sasaran pukulan yang dikehendaki. Bola yang dipukul tidakboleh terlalu jauh dari badan, atau terlalu dekat dengan badan. (c) Sikap akhir; Pada akhir melakukan gerakan backhand berat badan dipindahkan dari kaki kiri ke kaki kanan, gerakan lanjutan setelah perkenaan bola. Gerakan lanjutan yang pendek memungkinkan pemukul lebih cepat kembali keposisi semula untuk melakukan pukulan berikutnya. Berdasarkan deskripsi pelaksanaan teknik pukulan backhand di atas, dapat dianalisa kemungkinan geraknya sebagai berikut : (a) Gerakan backhand adalah gerakan yang sangat terbatas, karena dibatasi oleh posisi tubuh khususnya gerakan mengayun ke belakang. Oleh sebab itu otot-otot lengan tidak berkontraksi secara maksimal. Pada umumnya pusat gerakan pada sendi siku (articulatio cubiti) dan sendi pergelangan tangan (articulatio metacarpale). (b) Gerakan backhand yang maksimal adalah atas bantuan gerakan pergelangan tangan.oleh sebab itu luas gerak persendian tersebut sangat dibutuhkan. Sesuai dengan analisa gerakan pukulan forehand dan pukulan backhand pada permainan tenismeja, nampak perbedaan antara kedua jenis pukulan tersebut dalam perkenaan bola pada net, gerakan ayun lengan serta posisi badan. Dari segi pemanfaatan otot yang berperan yaitu otot-otot lengan, namun pukulan forehand memerlukan kontraksi otot lengan, namun pukulan forehand memerlukan kontraksi otot lengan yang lebih besar jika dibandingkan otot-otot yang berperan dalam pukulan backhand. Menurut Achmad Damiri dan Nurlan Kusmaedi (1992) bahwa : Walaupun pada pokoknya backhand drive adalah kebalikan dari forehand drive, terdapat beberapa perbedaan di antara kedua teknik pukulan tersebut :
)* Dosen PGSD S1 Penjas FIK UNM Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
131
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 (a) Pegangan sedikit berbeda. Beberapa pemain khususnya wanita menggunakan ibu jari ke arah tangan dalam bet (blade) untuk memperoleh extra support dalam melakukan backhand drive. (b) Ayunkan bet kebelakang lebih pendek dan pada saat pemukulan terhadap bola segera pada backhand drive. Ayunan lebih pendek pada backhand drive akan menghasilkan pukulan tidak sekeras forehand drive tetapi pada backhand drive memungkinkan untukmelakukan gerakan tipuan. (c) Posisi badan yang benar untuk backhand drive lebih dekat ke bola daripada forehand drive. Ini dapat dipahami karena jangkauan beckhand drive tidak harus menyilang tubuh. Bentuk permainan tenismeja melibatkan beberapa teknik gerak dan perlengkapan, namun yang secara khas adalah penggunaan meja sebagai tempat bermain. Dengan demikian olahraga tenismeja merupakan permainan dengan menggunakan alat berupa bet (raket), net dan bola pada sebuah meja, setiap hasil pukulan harus terpantul pada papan meja. Bola yang dipukul tetapi tidak masuk pada daerah sebelah net maka tidak akan memperoleh point atau nilai. seorang pemain juga selalu berusaha mengembalikan pukulan lawan setelah memantul pada bidang daerahnya. Pada pelaksanaan bola yang dipukul dan melewati atas net harus dapat dikembalikan oleh pihak lawan ke tempat yang pertama melakukan servis dan melewati atas net. Olehnya itu, dapat pula dikatakan bahwa dalam permainan tenismeja ini ditandai dengan bergeraknya bola secara bolak-balik melewati atas net atau jaring yang dipukul oleh pemain secara bergantian. Berdasarkan penjelasan tentang permainan tenismeja utamanya manfaat dari permainan itu sendiri, tentu tidaklah, mengherankan kalau permainan ini cukup mendapat perhatian dari anak-anak, remaja putra-putri, orang dewasa bahkan pada usia lanjut. Olehnya itu, dikatakan bahwa keterampilan tenismeja adalah hasil belajar dari gerakan-gerakan atau teknik-teknik dasar yang dimungkinkan peningkatan keterampilan bermain tenismeja, artinya mempunyai derajat penguasaan gerkan-gerakan yang efektif dan efesien. Faktor lain yang mendapat perhatian dari individu yaitu kemampuan intelegensi yang dapat dimanfaatkan untuk menganalisis, memecahkan masalah dan membuat keputusan. Kemampuan ini sangat dibutuhkan dlam bermain tenismeja khususnya melakukan forehand atau backhand. Tanpa memiliki kemampuan-kemampuan tersebut pemain sukar untuk melakukan kedua keterampilan pukulan karena gerak dari bola yang datang dengan berbagai posisi dan putaran bola maupun kecepatan gerak bola. 132
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan FIKUNM UNM )* Dosen PGSD S1Olahraga Penjas FIK
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 Kecepatan Gerak Kaki Kecepatan dapat didefinisikan sebagai laju gerak berlaku untuk tubuh secara keseluruhan atau bagian tubuh. Faktor yang mempengaruhi kecepatan, antara lain adalah: kelentukan, tipe tubuh, usia, jenis kelamin). Kecepatan juga merupakan salah satu faktor yang menentukan kemampuan seseorang dalam mencapai hasil lompatan pada lompat jauh gaya jongkok. Menurut Dick (1989) (dalam Yudiana, Subardjah, dan Juliantine, 2012) dalam artikelnya bahwa: ”Kecepatan adalah kapasitas gerak dari anggota tubuh atau bagian dari sistem pengungkit tubuh atau kecepatan pergerakan dari seluruh tubuh yang dilaksanakan dalam waktu yang singkat”. Seseorang yang mempunyai kecepatan tinggi dapat melakukan suatu gerakan yang singkat atau dalam waktu yang pendek setelah menerima rangsang. Menurut Schmidt (1991) bahwa: “Kecepatan gerak di definsikan sebagai suatu karakteristik yang telah ditentukan oleh faktor keturunan dan secara keseluruhan tidak mudah diubah oleh latihan atau pengalaman. Lutan (1988), mengartikan bahwa : “Kecepatan gerak sebagai suatu potensi untuk keberhasilan dalam kegiatan untuk mencapai waktu dalam yang singkat”. Memperhatikan pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan bergerak adalah karakteristik atau potensi yang relatif permanen dan ditentukan oleh faktor keturunan untuk keberhasilan dalam melakukan suatu kegiatan olahraga. Schmidt (1991) mengemukakan bahwa sedikitnya terdapat tiga kecepatan gerak, yaitu: 1) Waktu reaksi, dimana rangsangan tunggal sangat berperan terhadap respon tunggal, 2) Orientasi respons, dimana satu dari beberapa respon dipilih untuk kebutuhan dalam mendapatkan suatu jawaban, dan 3) Kecepatan bergerak, dimana mengukur waktu hasil gerakan tanpa melalui rangsang. Moch. Sajoto (1988) mengelompokkan secara garis besar mengenai kemampuan motorik sebagai berikut : 1) Koordinasi adalah kemampuan untuk menyatukan berbagai sistem syaraf gerak secara terpisah ke dalam satu pola gerak yang efesien, 2) Keseimbangan, kemampuan tubuh untuk mempertahankan posisi dalam bermacam-macam gerakan,dan 3) Kecepatan adalah kemampuan untuk menempuh jarak tertentu dalam waktu yang sesingkatsingkatnya, kelincahan adalah kemampuan untuk merubah arah dengan cepat dan tepat. Daya ledak adalah kemampuan melakukan gerakan secara eksplosif. Kecepatan gerak kaki dalam bermain tenismeja dimaksudkan untuk melakukan pergerakan dalam menjangkau bola-bola yang datang ke berbagai arah, dimana setiap bola yang datang perlu diantisipasi dengan cepat sehingga dapat mempersiapkan respons mana yang paling tepat dan cepat untuk mengantisipasi bola yang datang tersebut. Kecepatan gerak
)*)*Dosen Kepelatihan Olahraga FIK UNM DosenPendidikan PGSD S1 Penjas FIK UNM
133
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 kaki yang dimaksudkan adalah kecepatan kaki untuk melangkah ke kiri – ke kanan, ke depan maupun ke belakang untuk menjangkau bola-bola yang pendek, bola-bola yang panjang serta bola-bola yang menyamping diperlukan sekali unsur kecepatan bergerak dan bereaksi secara cepat dan tepat. METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian sebagaimana yang kita kenal memberikan garisgaris yang tepat dan mengajukan syarat-syarat yang benar, maksudnya adalah untuk menjaga agar pengetahuan dicapai dari suatu penelitian dapat mempunyai harga yang ilmiah serta berkualitas tinggi. Penerapan metode penelitian harus dapat mengarah pada tujuan yang diharapkan. Metode yang dipergunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif secara korelasional. Desain penelitian atau rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional. Populasi menurut Sugiyono (2011) adalah: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Dengan uraian tersebut, maka populasi adalah keseluruhan individu atau obyek yang ingin diteliti. Olehnya itu yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah berjumlah 120 siswa putra SMA Negeri 1 Marioriawa. Dengan demikian sampel yang digunakan adalah siswa putra SMA Negeri 1 Marioriawa sebanyak 40 orang dari 30% populasi. Teknik pengambilan sampel menggunakan random sampling. Data yang terkumpul tersebut perlu dianalisis secara statistik deskriptif, maupun inferensial untuk keperluan pengujian hipotesis penelitian. Adapun gambaran yang digunakan dalam peneliitian ini, sebagai berikut: 1) Analisis data secara deskriptif dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum tentang data, dan 2) Analisis secara inferensial digunakan untuk menguji hipotesis-hipotesis penelitian dengan menggunakan uji korelasi dan regresi. Secara keseluruhan analisis data statistik yang digunakan pada umumnya menggunakan analisis komputer pada program SPSS versi 17.00 dengan taraf signifikan 95% atau 0,05. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dilakukan terhadap data kecepatan gerak kaki, dan keterampilan bermain tenismeja pada siswa SMP Negeri 9 Makassar. Analisis deskrtiptif meliputi; total nilai, rata-rata, range, maksimal dan 134
)* Dosen Pendidikan )* Dosen Kepelatihan PGSD S1Olahraga Penjas FIK FIKUNM UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 minimum. Dari nilai-nilai statistik ini diharapkan dapat memberi gambaran umum tentang keadaan data kecepatan gerak kaki, dan keterampilan bermain tenismeja. Hasil analisis deskriptif setiap variabel penelitian dapat dilihat dalam tabel 1. Tabel 1. Hasil analisis deskriptif tiap variabel. Variabel / N Sum Mean Stdv Range Min. Max. Statistik Kecepatan 40 926,00 23,1500 2,21359 8,00 19,00 27,00 gerak kaki Keterampilan 40 1278,00 31,9500 2,42794 11,00 25,00 36,00 bermain tenismeja Hasil dari tabel 1 di atas yang merupakan gambaran data kecepatan gerak kaki dan keterampilan bermain tenismeja dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Untuk data kecepatan gerak kaki pada siswa SMP Negeri 9 Makassar dari 40 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 926,00 dan rata-rata yang diperoleh 23,1500 dengan hasil standar deviasi 2,21359 dari range data 8,00 antara nilai minimum 19,00 dan 27,00 untuk nilai maksimal. 2. Untuk data keterampilan bermain tenismeja pada siswa SMP Negeri 9 Makassar dari 40 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 1278,00 dan rata-rata yang diperoleh 31,9500 dengan hasil standar deviasi 2,42794 dari range data 11,00 antara nilai minimum 25,00 dan 36,00 untuk nilai maksimal. Analisis Inferensial Ada kontribusi kecepatan gerak kaki terhadap keterampilan bermain tenismeja pada siswa SMP Negeri 9 Makassar Hasil data yang diperoleh dari penelitian bertujuan untuk mengetahui antara variable bebas dan variable terikat serta membuktikan hipotesis yang ada. Oleh karena itu hasil pengujian hipotesis berdasarkan pengolahan data melalui analisis korelasi dan regresi dari program SPSS tentang kontribusi kecepatan gerak kaki terhadap keterampilan bermain tenismeja pada siswa SMP Negeri 9 Makassar diperoleh sesuai dari rangkuman tabel 2 berikut:
)* S1 Penjas FIK UNM )* Dosen Dosen PGSD Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
135
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 Tabel 2. Hasil analisis korelasi dan regresi untuk hipotesis VARIABEL Kecepatan gerak kaki (X3) Keterampilan bermain tenismeja (Y)
r/R
Rs
F
t
Sig.
0,851
0,724
99,486
9,974
0,000
Hasil pengujian: Berdasarkan hasil pengujian analisis data antara kecepatan gerak kaki terhadap keterampilan bermain tenismeja pada siswa SMP Negeri 9 Makassar. Diperoleh nilai korelasi dan regresi 0,580 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) 0,851. Hal ini berarti 85,1% keterampilan bermain tenismeja dijelaskan oleh kecepatan gerak kaki. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 99,486 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi keterampilan bermain tenismeja (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 9,974 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau kecepatan gerak kaki benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan bermain tenismeja. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kontribusi kecepatan gerak kaki terhadap keterampilan bermain tenismeja pada siswa SMP Negeri 9 Makassar sebesar 72,4%. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada kontribusi kecepatan gerak kaki terhadap keterampilan bermain tenismeja pada siswa SMP Negeri 9 Makassar. Apabila hasil penelitian ini dikaitkan dengan teori dan kerangka pikir yang mendasarinya, maka dalam dasarnya hasil penelitian mendukung dan memperkuat teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang sudah ada. Kecepatan gerak kaki diperlukan untuk menunjang gerak dalam melakukan pukulan forehand maupun backhand. Pada olahraga tenismeja gerak kaki diperlukan untuk melaksanakan pukulan permainan tenismeja dalam waktu yang cepat, apalagi permainan olahraga tenismeja dibutuhkan gerakan yang lebih lincah. Seorang siswa yang bermain tenismeja harus selalu bergerak untuk menjaga dan merespon setiap gerak laju bola selama bola tidak mati. Oleh karena itu, siswa perlu mengantisipasi datangnya bola dengan mengatur gerak kaki yang dimiliki guna mengatur dan 136
)* Dosen Pendidikan Olahraga UNM )* DosenKepelatihan PGSD S1 Penjas FIKFIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 menempatkan bola yang lebih akurat dan tajam didalam serangan yang dilakukan. Pergerakan setiap siswa untuk mencapai ketermapilan bermain tenismeja, juga selalu ditentukan posisi tungkai atau kaki. Karena setiap pengambilan bola, tungkai akan selamanya bergerak untuk menciptakan gerak laju bola yang lebih baik, dan selanjutnya bergerak kembali dalam posisi siap. Dengan demikian kecepatan gerak kaki memiliki kontribusi terhadap keterampilan bermain tenismeja. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan sebagai berikut: Kecepatan gerak kaki memiliki kontribusi terhadap keterampilan bermain tenismeja pada siswa SMP Negeri 9 Makassar. Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diuraikan, maka dikemukakan saran-saran sebagai berikut: 1) Bagi Mahasiswa: Diharapkan penelitian ini mendapat kajian lebih lanjut agar dapat lebih memberikan kontribusi terhadap dunia ilmu keolahragaan dan pengembangan pembinaan prestasi olahraga khususnya cabang olahraga tenismeja di daerah, 2) Bagi Pelatih dan Pembina: Diharapkan agar dapat mengetahui dan memahami tentang pentingnya komponen fisik. Sehingga dapat memilih metode latihan yang tepat dan sesuai guna memberi kontribusi terhadap peningkatan ketermpilan bermain tenismeja, 3) Bagi Guru; Agar supaya lebih berinovasi dalam model pembelajaran dengan memanfaatkan media yang ada di sekolah, dan 4) Bagi pemerintah untuk memberikan suatu penghargaan bagi orang tua, pelatih, guru olahraga dan atlet yang telah memberikan pembinaan prestasi bagi daerahnya sebagai acuan untuk memotivasi pembinaan prestasi yang optimal. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Bompa, Tudor O. Dan Haff, G. Gregory. 2009. Periodization; Theory and Methodology of Training. Fifth Edition. United States: Human Kinetics. Johny Leach. 1974. Table Tennis Made Easy. California : Wilshire Book. Mangundap, Alex. 1982. Pengajaran Mengajar dan Melatih Permainan Tenismeja Serta Beberapa Peraturan Permainan. Ujung Pandang : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Keolahragaa IKIP.
)*)*Dosen Kepelatihan Olahraga FIK UNM DosenPendidikan PGSD S1 Penjas FIK UNM
137
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 Muhidin, Sambas Ali dan Abdurahman, Maman. 2007. Analisis Korelasi, Regresi, Dan Jalur Dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia. Peter Simpson. 1984. Teknik Bermain Pingpong. Bandung : Pioner. Diterjemahkan Oleh Redaktur Pioner. Sajoto, Moch. 1988. Peningkatan dan Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti. Sanusi, Arsyad. 1980. Tenismeja Untuk Semua Umur. Ujung Pandang : KONI Sulawesi-Selatan. Nasution, Eri D. 1996. Tenismeja, Suatu Penguraian Dalam Buku Olahraga untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Sastra Budaya. Surjaman, Tjun. 1993. Tenismeja. Jakarta : Sastra Budaya. Sugiyono. 2000. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. ________. 2011. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta. Sajoto, Mochammad. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta: Depdikbud. Dirjen Dikti. Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Simanjuntak, Victor G, dkk. 2008. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Dirjen Dikti. Depdiknas. Suryabrata, Sumadi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Yudiana, Yunyun. Subardjah, Herman dan Juliantine, Tite. 2012. Latihan Kondisi Fisik. Artikel. http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q= komponen% 20kondisi%20 fisik%20dalam%20olahraga.
138
)* Dosen Pendidikan )* Dosen Kepelatihan PGSD S1Olahraga Penjas FIK FIKUNM UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 HUBUNGAN KOORDINASI MATA TANGAN, KELINCAHAN, DAN KESEIMBANGAN DENGAN KEMAMPUAN DRIBBLE DALAM PERMAINAN BOLABASKET PADA SISWA SMA NEGERI 2 SINJAI (RELATIONSHIP THE HAND EYE COORDINATION, AGILITY, AND BALANCE WITH ABILITY DRIBBLE INSIDE THE GAME BASKETBALL SMA STATE STUDENT 2 SINJAI) OLEH: WAHYU JAYADI )* ABSTRACT This study aims to determine the relationship of hand-eye coordination, agility, and balance with the dribble in the game of basketball. This research is descriptive research. The population of this research is all male students of SMA Negeri 2 Sinjai with a sample study of 40 people selected by random sampling. Data analysis technique used is the technique of correlation analysis using SPSS version 17 o'clock systems at significant level of 95% (1) hand-eye coordination has a significant relationship with the dribble in basketball game at SMA Negeri 2 Sinjai, proven ro = 0,05); (2) agility has a significant relationship with the dribble in basketball The balance has a significant relationship with the dribble in basketball game at SMA Negeri 2 Sinjai, proven ro = hand-eye coordination, agility, and balance has a significant relationship with the dribble in basketball game at SMA Negeri 2 Sinjai, proved Ro = 0.875 (P = 0.000 < α 0,05). Keywords: Coordination Hand Eye, Agility, Balance, Dribble Basketball
PENDAHULUAN Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah berpengaruh besar terhadap perkembangan, sikap dan tingkah laku anak didik. Oleh karena itu pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang diajarkan dapat membangkitkan dan mengarahkan potensi pada anak
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
139
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 didik serta nantinya sehat serta berkualitas. Perkembangan olahraga secara umum, sangat menggembirakan karena telah digemari banyak masyarakat dipelosok tanah air. Dengan bermasyarakatnya olahraga, maka pencarian bibit untuk pembinaan dapat tercapai pada setiap cabang olahraga. Meningkatkan besarnya peranan olahraga, maka pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan selalu dilakukan. Dari sekian banyak materi bahan pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan salah satunya adalah materi pelajaran olahraga bolabasket. Bolabasket menjadi olahraga yang berkembang pesat dengan beberapa alasan bahwa; bolabasket adalah olahraga tontonan yang menarik yang dapat diikuti oleh pria maupun wanita, jenis olahraga ini melibatkan banyak para pemain dan juga teknik-tekniknya yang menarik. Walaupun bolabasket ditemukan sebagai olahraga dalam ruangan, namun sekarang dimainkan baik dalam ruangan maupun diluar ruangan dan juga pada semua musim. Permainan bolabasket sangat ditentukan oleh teknik, taktik dan unsur-unsur fisik. Sebab diantara sekian banyak cabang olahraga, bolabasket merupakan olahraga yang memperlihatkan kematangan seseorang dalam dribbling bola, mempassing bola serta menembak bola dalam keranjang. Dan yang paling penting mencetak angka atau point sebanyak mungkin ke ruang lawan agar dapat memenangkan pertandingan. Sesuai dengan pernyataan tersebut diatas, maka olahraga bolabasket semakin banyak penggemarnya yang bukan hanya sebagai olahraga pendidikan akan tetapi juga sebagai olahraga prestasi. Dalam meningkatkan prestasi cabang olahraga bolabasket, maka penguasaan teknik, bentuk latihan, maupun taktik dalam permainan bolabasket perlu dikuasai oleh setiap pemain, teknik dan taktik merupakan dua unsur bagian khusus yang harus diolah oleh para pemain bolabasket. Latihan teknik merupakan bagian dari olahraga yang dalam pelaksanaannya membutuhkan ketangkasan. Salah satu teknik dasar dalam permainan bolabasket yang harus dan sangat penting untuk dikuasai oleh setiap pemain adalah penguasaan teknik dribbling bola. Sebab pada dasarnya dribbling bola (memantulkan bola kelantai) merupakan suatu gerakan dasar didalam permainan bolabasket yang mana harus dikuasai oleh seorang pemain sehingga dari itu harus dilatih dengan sesering mungkin agar dapat dikuasai dengan baik. Untuk mencapai keterampilan dribbling bola secara optimal, tetap dibutuhkan ketekunan latihan yang terprogram dan sistematis, namun demikian ketekunan latihan belum dapat menjamin peningkatan keterampilan. Dribbling bola secara efektif tanpa ditunjang dengan penerapan metode latihan yang tepat dan yang sesuai dengan yang diinginkan. Dari penjelasan tersebut maka seorang pemain bolabasket 140
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 sangat memerlukan koordinasi mata tangan, kelincahan dan keseimbangan sebagai faktor didalam melakukan teknik dasar dribbling dalam permainan bolabasket agar dalam penampilan akan lebih sempurna. Dalam dribbling bola, harus cepat mengkoordinasikan gerakan juga harus memiliki kelincahan agar dapat mengelabuhi lawan sekaligus melewatinya dan akhirnya dapat kesempatan untuk melakukan tembakan. Kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak tampa kehilangan keseimbangan atau kesadaran akan posisi tubuhnya. Dengan adanya keseimbangan yang dimiliki setiap pemain atau siswa, maka tingkat gerakan dribble yang dimiliki akan lebih optimal dalam bermain bolabasket. Teknik Dasar Dribble Pada Permainan Bolabasket Bolabasket adalah olahraga yang dimainkan oleh dua regu, saling memasukkan bola ke keranjang lawan dengan tangan. Permainan ini tidak diperkenankan menggunakan kaki atau untuk menendang bola dan menggiring bola. Regu yang memperoleh point terbanyak, keluar sebagai pemenang. Menurut sejarahnya, permainan ini diciptakan oleh seorang instruktur dari pendidikan jasmani pada YMCA (Young Mens Cristian Assosiation), Springfield, Massachusets Amarika Serikat tahun 1891. Permainan bolabasket yang dikemukakan oleh Yanto Kusyanto (1994) adalah : Suatu permainan yang dimainkan oleh dua regu putra atau putri yang masing-masing regu terdiri dari lima orang pemain. Sedangkan tujuan permainan ini adalah menghasilkan angka sebanyak-banyaknya dengan jalan memasukan bola ke basket lawan dan mencegah pemain lawan untuk membuat nilai. Dalam permainan bolabasket tiap pemain boleh mendorong bola dengan telapak tangan terbuka, melemparkan, menggelindingkan atau menggiring bola ke segala arah dalam lapangan permainan. Bolabasket dimainkan oleh lima pemain pertim, dan pengertian ini dikemukakan oleh Iman Sodikum (1992) sebagai berikut : Bolabasket merupakan olahraga yang dimainkan oleh dua regu putra atau putri, yang masing-masing regu terdiri dari lima orang pemain. Setiap pemain boleh mendorong bola, memukul bola dengan telapak tangan terbuka, melemparkan menggelinding atau mendribling kesegala arah dalam permainan bolabasket menuju ring basket lawan untuk memasukkan bola sebanyak-banyaknya. Berdasarkan penjelasan diatas maka keterampilan didalam permainan bolabasket secara efektif dan efisien. Keterampilan ini sangat membantu pelaksanaan permainan, serta bagian dalam pencapaian prestasi yang lebih maksimal dan tak lepas dari kerja sama tim yang kompak dan terorganisir.
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
141
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 Salah satu sisi menarik dari permainan bolabasket yaitu dilakukannya dribbling yang bervariatif baik arah dan kecepatannya untuk menerobos lawan dan selanjutnya memasukkan bola ke dalam keranjang. Banyak angka tercipta diawali dengan dribble yang baik dan diakhiri tembakan yang akurat. Dribbling pada prinsipnya membawa bola dengan dipantul-pantulkan dengan satu tangan yang dilakukan dengan berjalan atau berlari. Berkaitan dengan dribble Arma Abdoellah (1981) menyatakan, “dribble atau menggiring bola adalah suatu usaha untuk membawa bola ke depan” Menuzut Ambler Vic (1990) “dribbling adalah membawa bola dengan cara memantul-mantulkannya”. Pendapat lain dikemukakan A. Sarumpaet Zulfar Djazet, Parno dan Imam Sadikun (1992) bahwa, “dribble bola diperbolehkan hanya dengan satu tangan kanan atau kiri saja dan secara bergantian antara tangan kanan dan kiri. Berdasarkan pengertian dribbling yang dikemukakan ketiga ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, dribble merupakan suatu cara membawa bola ke depan dengan memantulmantulkan bola ke lantai dengan satu tangan atau secara bergantian baik dengan berjalan atau berlari. Hal terpenting dan harus diperhatikan dalam melakukan dribble adalah melindungi bola agar bola tidak mudah direbut lawan. Seperti dikemukakan Wissle H. (2000) bahwa, “Kemampuan mendribble dengan tangan lemah dan tangan kuat adalah kunci untuk meningkatkan permainan anda. Untuk melindungi bola, jagalah agar tubuh anda berada diantara bola dan lawan”. Dalam melakukan dribble tubuh mempunyai peran penting jika tangan yang digunakan mendribble lemah, maka tubuh berfungsi untuk melindungi bola. Oleh karena itu, pada saat mendribble bola, tubuh harus selalu diantara bola dan lawan. Hal ini dimasukkan, Jika lawan akan merebut bola maka tubuh siap untuk menghalangi lawan. Ditinjau dari strategi dan taktik permainan dribbling merupakan teknik dalam bolabasket yang dapat mendukung terciptanya angka. Banyak manfaat yang diperoleh melalui dribble. Menurut Aip Syarifuddin dan Muhadi (1991/1992) bahwa, “tujuan dribbling adalak agar (1) lebih cepat menuju ke daerah lawan dalam usaha memasukkan bola ke dalam keranjang lawan, (2) lebih mudah menyusup dan menerobos ke daerah pertahanan lawan, dan untuk mengacaukan pertahanan lawan dan, (3) permainan lawan menjadi tidak berkembang, sehingga permainan menjadi terhambat”. Banyak manfaat yang diperoleh dari dribble yaitu lebih cepat menuju ke keranjang lawan, untuk menerobos pertahanan lawan, untuk mengendalikan permainan. Namun di sisi lain, mendribble bola secara berlebihan juga tidak baik untuk kepentingan timnya. Seperti dikemukakan Wissel Hal (2000) bahwa, “jika anda mendribble terlalu banyak, maka tim 142
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 cenderung tidak bergerak ini memudahkan lawan untuk menghadangnya”. Hal ini berarti, men-dribble bola berlebihan akan mcmudahkan lawan untuk menjaga teman seregunya karena tidak bergerak. Tidak menutup kemungkinan dribble yang berlebihan akan mudah direbut lawan dan pihak lawan akan dapat melakukan serangan balik. Dribble dapat dilakukan dengan baik jika menguasai teknik yang baik dan benar. Untuk memperoleh kualitas dribble yang baik maka seorang pemain harus memahami dan menguasai teknik dribble. Soebagio Hartoko (1993) memberikan petunjuk cara melakukan dribble sebagai berikut: 1) Peganglah bola dengan kedua tangan yang relax, tangan kanan di atas bola, sedang tangan kiri menjadi tempat terletaknya bola; 2) Berdirilah seenaknya dengan kaki kiri agak sedikit di depan kaki kanan; 3) Condongkan badan ke depan mulai dan pinggang; 4) Mulai pantulkan bola dengan tangan kanan, (sebagai permulaan sebaiknya mata masih melihat bola); 5) Gerakan lengan hampir sepenuhnya; 6) Jangan memukul bola dengan telapak tangan, tetapi pantulkan (tekankan) dengan jari-jari dibantu dengan gerakan pergelaragan tangan; 7) Jinakkan bola dengan sedikit mengkuti bergeraknya ke atas sebentar dengan jari-jari dan pergelangan tangan, kemudian dipantulkan kembali; 8) Setelah rahasia gerak, watak dan irama dari pantulan dapat dirasakan (get the feeling) dengan sikap berdiri ditempat, memulailah dengan bergerak maju; 9) Mulailah jangan melihat bola, dan percepatlah gerak; 10) Kemudian menggiring dengan agak rendah, rendah, maju, mundur cepat, secepatnya, berliku, berkelok dengan rintangan dan lawan. Petunjuk cara melakukan dribble tersebut harus dipahami dan dikuasai setiap pemain bolabasket agar diperoleh kualitas dribble yang baik dan benar. Di dalam pelaksaaaannya dribble dapat dilakukan dengan dribble bola tinggi dan dribble bola rendah, Hal ini didasarkan pada kebutuhannya dalam permainan. Seperti dikemukakan A. Sarumpaet dkk, (1992: 229) bahwa, “sesuai dengan kebutuhannya jenis dribble ada dua cara yaitu: “(1) dribble bola tinggi (setinggi pinggang), (2) dribble bola rendah (setinggi lutut)”. Dribbling bola setinggi pinggang digunakan untuk kebutuhan maju cepat ke depan lurus. Sedangkan dribble readah digunakan untuk menerobos atau berbelok-belok sainbil mengontrol bola. Koordinasi Koordinasi adalah suatu kemampuan biomotorik yang sangat kompleks. Koordinasi erat hubungannya dengan kekuatan, kecepatan, daya tahan, kelentukan, dan balance, semua menyumbang dan berpadu di dalam koordinasi gerak. Oleh karena satu sama lain mempunyai hubungan yang
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
143
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 erat. Kalau salah satu unsur tidak ada atau kurang berkembang, maka hal ini akan mempengaruhi terhadap kesempurnaan koordinasi. Koordinasi sangat penting untuk menyempurnakan teknik dan taktik. Seperti misalnya dalam melakukan dribble bola, agar tidak terjadi kesalahan dalam dribble bola maka harus ada koordinasi antara gerakan mata dengan tangan. Koordinasi merupakan salah satu elemen kondisi fisik yang relatif sulit didefenisikan secara tepat karena fungsinya sangat terkait dengan elemen– elemen kondisi fisik yang lain dan sangat ditentukan oleh kemampuan siswa. Koordinasi adalah kemampuan untuk berulang kali mengeksekusi urutan gerakan lancar dan akurat. Ini mungkin melibatkan indra, kontraksi otot dan gerakan sendi. Koordinasi adalah kemampuan untuk melakukan gerakan atau kerja dengan tepat dan efisien. Tangkudung dan Puspitorini (2012) mengungkapkan bahwa: “Koordinasi adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dengan berbagai tingkat kesukaran dengan cepat dan efesien dan penuh ketepatan”. Koordinasi ini menyatakan hubungan harmonis berbagai factor yang terjadi pada suatu gerakan. Koordinasi adalah yang berhubungan dengan kemampuan untuk menggunakan panca indera seperti penglihatan dan pendengaran, bersama-sama dengan tubuh tertentu di dalam melakukan kegiatan motorik dan harmonis dan ketepatan tinggi. Menurut Bompa (1983) (dalam Harsono, 1988) mengungkapkan bahwa: “Koordinasi adalah suatu kemampuan biomotorik yang sangat kompleks. Koordinasi erat hubungannya dengan kecepatan, kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas”. Oleh karena itu, bentuk latihan koordinasi harus dirancang dan disesuaikan dengan unsur-unsur kecepatan, kekuatan, daya tahan, dan kelentukan. Koordinasi adalah kemampuan seseorang mengintegrasikan bermacam-macam gerakan yang berbeda kedalam pola gerakan tunggal secara efektif. Misalnya dalam bolabasket; seorang siswa akan kelihatan mempunyai koordinasi yang baik bila ia dapat bergerak sambil membawa bola atau dribble sambil berlari dengan teknik yang benar. Jadi koordinasi merupakan suatu aktivitas beberapa sistem tubuh dan pola pergerakan untuk membentuk gerakan individu dan keterampilan yang diperlukan untuk tujuan tertentu. Untuk melakukan gerakan yang rumit diperlukan koordinasi. Jadi koordinasi merupakan unsur gerak yang dibutuhkan oleh setiap manusia untuk melakukan gerakan cabang olahraga. Lebih rumit suatu gerakan, lebih sulit bagi seseorang menggunakan koordinasi dalam otak pengendaliannya.
144
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 Kelincahan Untuk mencari dan menentukan seorang pemain bolabasket yang baik, maka perlu diketahui tentang kriteria-kriteria yang dapat dijadikan pintu untuk menentukan seorang pemain yang baik. Telah diketahui bahwa kekuatan dan kecepatan merupakan kriteria yang paling penting. Namun kerbehasilan dalam pencapaian teknik dasar yang efesien dan prestasi yang maksimal tidak dapat ditentukan oleh hanya dari kedua kemampuan fisik tersebut, akan tetapi kemampuan fisik lainnya turut menunjang pula. Dari penjelasan tersebut maka seorang pemain bolabasket sangat memerlukan kelincahan sebagai faktor didalam melakukan teknik dasar permainan bolabasket agara dalam penampilan akan lebih sempurna. Dalam permainan bolabasket, kelincahan di perlukan, misalnya dalam melakukan menggiring bola atau gerak tipu. Dalam dribbling bola, disamping harus cepat juga harus memiliki kelincahan agar dapat mengelabuhi lawan sekaligus melewatinya dan akhirnya dapat kesempatan untuk melakukan tembakan. Mr. Coly Young dan Wilmore yang dikutip Harsono (1988) mengemukakan bahwa: “Agilitas adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak tanpa kehilangan keseimbangan atau kesadaran akan posisi tubuhnya”. Untuk lebih jelasnya dikemukakan juga batasan dari James A.Baley (1982) bahwa: “Agility is generally depened as the ability to change direction guindely and effecti vely wrile moving as nearly as possible at full speed”. Pendapat tersebut dapat diartikan sebagai kemampuan merubah arah dengan cepat dan efektif sambil bergerak atau berlari hampir dalam kecepatan penuh. Dalam semua aktivitas gerak keterampilan tubuh, komponen fisik kelincahan selalu memberikan peranan yang amat penting menurut Soekarman (1987) mengungkapkan bahwa: “Kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah arah dengan cepat pada waktu bergerak dalam kecepatan tinggi”. Pendapat lain dikemukakan oleh Moch. Sajoto (1988) yang menyatakan : Kelincahan adalah kemampuan mengubah arah dengan cepat da tepat, selagi tubuh bergerak dari satu tempat ketempat yang lain. Dan adapun orang itu dikatakan memiliki kelincahan yang cukup tinggi,apabila seseorang yang mampu merubah satu posisi ke posisi yang berbeda, dengan kecepatan yang tinggi dan koordinasi yang baik. Berdasarkan pendapat tersebut di atas semakin menunjukkan bahwa didalam permainan bolabasket sangatlah dibutuhkan kelincahan, karena permainan bolabasket sangat membutuhkan kelincahan sebagai salah satu faktor pendukung untuk mengecoh dan meloloskan diri dari kawalan lawan. Kalau beberapa defenisi di atas dianalisa, maka kelincahan
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
145
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 berhubungan dengan adanya gerak sebagai kapasitas manusia atau obyek gerak tersebut berupa gerak tunggal atau gerak berulang-ulang gerakan berlaku untuk seluruh tubuh, atau bagian-bagian tubuh atau obyek: gerakan dilakukan dengan memindahkan tubuh dengan secepat cepatnya (usaha maksimal): akibat gerak terjadilah perpindahan dari tempat atau posisi tertentu ketempat lain dengan posisi tetap seimbang. Dari berbagai pendapat tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa orang yang lincah adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk berubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan sikap tubuh. Jadi kelincahan bukan hanya menuntut kecepatan, akan tetapi juga kelenturan tubuh. Dalam melakukan aktivitas tersebut juga tidak boleh kehilangan keseimbangan dan harus pula sadar akan posisi tubuh. Gerakan-gerakan demikian banyak dipergunakan dalam berbagai cabang olahraga, termasuk pada saat membawa bola atau menggiring dalam permainan bolabasket. Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan seseorang mengendalikan organorgan syaraf ototnya, selama melakukan gerak-gerak yang cepat dengan perubahan letak titik-titik berat badan yang cepat pula baik dalam keadaan statis maupun lebih-lebih dalam gerak dinamis (Sajoto, 1988). Sedangkan menurut Harsono (1988) bahwa: “Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan sistem neuromuscular kita dalam kondisi statis, atau mengontrol sistem neuromuscular tersebut dalam suatu posisi atau sikap yang efesien selagi kita bergerak”. Demikian juga yang diungkapkan oleh Halim (2009) bahwa: “Keseimbangan adalah kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf otot dengan mempertahankan sikap tubuh yang tepat pada saat melakukan gerakan”. Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan sikap tubuh yang pada saat melakukan gerakan tergantung pada kemampuan integrasi antara kerja indera penglihatan, kanalis semisis kuralis pada telinga dan reseptor pada otot. Diperlukan tidak hanya pada olahraga tetapi juga dalam kehidupan seharihari. Keseimbangan ini penting dalam kehidupan maupun olahraga untuk itu penting dimana tanpa keseimbangan orang tidak dapat melakukan aktivitas dengan baik. Seorang pemain bolabasket apabila memiliki keseimbangan yang baik, maka pemain akan dapat mempertahankan tubuhnya pada waktu melakukan dribble dengan baik. Keseimbangan merupakan salah satu faktor yang mendukung dalam pencapaian kemampuan dribble dalam permainan bolabasket. Keseimbangan berfungsi dalam menjaga posisi badan disaat 146
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 melakukan gerakan, semua teknik dasar yang diperagakan baik dengan bola maupun dengan menggunakan bola selalu dilakukan dalam perpindahan titik berat badan. METODOLOGI PENELITIAN Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis, dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama ini dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidik serta dari situasi penyelidikan. Penerapan metode penelitian harus dapat mengarah pada tujuan yang diharapkan. Metode yang dipergunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif secara korelasional. Penelitian ini digolongkan sebagai penelitian deskriptif yang bersifat korelasional. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memberikan gambaran secara umum tentang variabel-variabel pada penelitian yang dilaksanakan. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi. Sedangkan penelitian korelasional berupaya menjelaskan ada tidaknya hubungan berbagai variabel berdasarkan besar kecilnya koefesien korelasi. Populasi dalam penelitian adalah siswa SMA Negeri 2 Sinjai yang meliputi siswa putra. Dengan demikian kesamaan sifat dari populasi dalam penelitian ini yakni mempunyai jenis kelamin yang sama. Sampel dipergunakan dalam penelitian adalah sebanyak 40 orang putra yang terdaftar sebagai siswa SMA Negeri 2 Sinjai. Sedangkan teknik pengambilan sampel menggunakan random sampling. Data yang terkumpul tersebut perlu dianalisis secara statistik deskriptif, maupun inferensial untuk keperluan pengujian hipotesis penelitian. Secara keseluruhan analisis data statistik yang digunakan pada umumnya menggunakan analisis komputer pada program SPSS versi 17.00 dengan taraf signifikan 95% atau 0,05. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Ada hubungan koordinasi mata tangan dengan kemampuan dribble dalam permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai Hasil data yang diperoleh dari penelitian bertujuan untuk mengetahui antara variable bebas dan variable terikat serta membuktikan hipotesis yang ada. Oleh karena itu hasil pengujian hipotesis berdasarkan pengolahan data melalui analisis korelasi dan regresi dari program SPSS tentang hubungan koordinasi mata tangan dengan kemampuan
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
147
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 dribble dalam permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai diperoleh sesuai rangkuman tabel 1 berikut: Tabel 1. Hasil analisis korelasi dan regresi untuk hipotesis pertama VARIABEL
r/R
Rs
F
t
P
α
Koordinasi mata tangan (X1) Dribble bolabasket bolabasket (Y)
-0,668
0,446
30,58 8
-5,531
0,000
0,05
Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi dan regresi data antara koordinasi mata tangan dengan kemampuan dribble dalam permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai. Diperoleh nilai korelasi 0,668 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) 0,446. Hal ini berarti 44,6% kemampuan dribble dalam permainan bolabasket dijelaskan oleh koordinasi mata tangan. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 30,588 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan dribble dalam permainan bolabasket (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh -5,531 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau koordinasi mata tangan benar-benar berpengaruh secara signifikan dengan kemampuan dribble dalam permainan bolabasket. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa koordinasi mata tangan memiliki hubungan yang signifikan dengan kemampuan dribble dalam permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai terbukti nilai korelasi -0,668 atau P (0,000) < 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan koordinasi mata tangan dengan kemampuan dribble dalam permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai. Apabila hasil penelitian dikaitkan dengan teori dan kerangka pikir yang mendasarinya, maka dalam dasarnya hasil penelitian ini mendukung dan memperkuat teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang sudah ada. Ini membuktikan bahwa koordinasi mata tangan sangat menunjang dalam kemampuan dribble dalam permainan bolabasket. Koordinasi mata tangan merupakan salah satu faktor yang
148
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 berperan untuk membantu seorang siswa dalam melakukan dribble bolabasket. Bola yang di dribble merupakan keahlihan dari tangan seorang siswa untuk mengarahkan bola. Oleh karena itu koordinasi mata tangan berperan untuk membantu dalam mengontrol bola dengan tepat pada sasaran tangan. Kemampuan dribble bola atau membawa bola harus di otomatisasikan dengan gerak pantulan bola, artinya bola yang di dribble tidak selalu harus dilihat akan tetapi lebih mengarah melihat lawan atau teman. Sehingga gerak dribble yang dilakukan dapat terkoordinasi dengan optimal. Dengan demikian koordinasi mata kaki memiliki hubungan yang signifikan terhadap kemampuan dribble dalam permainan bolabasket. 2. Ada hubungan kelincahan dengan kemampuan dribble dalam permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai Hasil data yang diperoleh dari penelitian bertujuan untuk mengetahui antara variable bebas dan variable terikat serta membuktikan hipotesis yang ada. Oleh karena itu hasil pengujian hipotesis berdasarkan pengolahan data melalui analisis korelasi dan regresi dari program SPSS tentang hubungan kelincahan dengan kemampuan dribble dalam permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai diperoleh sesuai dari rangkuman tabel 2 berikut: Tabel 2. Hasil analisis korelasi dan regresi untuk hipotesis kedua VARIABEL Kelincahan (X2) Dribble bolabasket (Y)
r/R
Rs
F
t
P
α
0,830
0,689
84,36 8
9,185
0,000
0,05
Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi dan regresi data antara kelincahan dengan kemampuan dribble dalam permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai. Diperoleh nilai korelasi 0,830 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) 0,689. Hal ini berarti 68,9% kemampuan dribble dalam permainan bolabasket dijelaskan oleh kelincahan. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 84,368 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan dribble dalam permainan bolabasket (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 9,185 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
149
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau kelincahan benar-benar berpengaruh secara signifikan dengan kemampuan dribble dalam permainan bolabasket. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelincahan memiliki hubungan yang signifikan dengan kemampuan dribble dalam permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai terbukti nilai korelasi 0,830 atau P (0,000) < 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan kelincahan dengan kemampuan dribble dalam permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai. Apabila hasil penelitian ini dikaitkan dengan teori dan kerangka pikir yang mendasarinya, maka dalam dasarnya hasil penelitian ini mendukung dan memperkuat teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang sudah ada. Permainan bolabasket dibutuhkan suatu kelincahan tangan saat melakukan dribbling bola tersebut. Dribble bola pada permainan bolabasket merupakan kemampuan pemain atau siswa membawa bola untuk melakukan suatu serangan dalam penguasaan tangan pada permainan bolabasket. Pada dasarnya pemain bolabasket dituntut untuk bereaksi cepat baik didalam menguasai lapangan maupun menempatkan bola-bola yang lebih akurat. Kelincahan dalam menyerang pada permainan bolabasket baik dalam pergerakan antara tangan dengan segala posisi dijadikan sebagai penguasaan lapangan bagi siswa. Oleh karena itu permainan bolabasket pada kemampuan teknik melakukan dribble bola perlu adanya gerakan cepat untuk dapat mengubah arah. Seorang pemain yang memiliki kemampuan melakukan gerakan dengan cepat dan mampu mengubah arah, akan mudah melakukan gerakan meskipun dalam keadaan ruang gerak yang sempit. Kelincahan lebih mampu untuk bereaksi dalam menguasai bola. Dengan demikian kelincahan memiliki hubungan yang signifikan dengan kemampuan menggiring bola dalam permainan bolabasket. 3. Ada hubungan keseimbangan dengan kemampuan dribble dalam permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai Hasil data yang diperoleh dari penelitian bertujuan untuk mengetahui antara variable bebas dan variable terikat serta membuktikan hipotesis yang ada. Oleh karena itu hasil pengujian hipotesis berdasarkan pengolahan data melalui analisis korelasi dan regresi dari program SPSS tentang hubungan keseimbangan dengan kemampuan dribble dalam permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai diperoleh sesuai dari rangkuman tabel 3 berikut: 150
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 Tabel 3. Hasil analisis korelasi dan regresi untuk hipotesis ketiga VARIABEL Keseimbangan (X3) Dribble bolabasket (Y)
r/R
Rs
F
t
P
α
-0,828
0,685
82,55 3
-9,086
0,000
0,05
Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi dan regresi data antara keseimbangan dengan kemampuan dribble dalam permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai. Diperoleh nilai korelasi -0,828 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) 0,685. Hal ini berarti 68,5% kemampuan dribble dalam permainan bolabasket dijelaskan oleh keseimbangan. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 82,553 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan dribble dalam permainan bolabasket (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh -9,086 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau keseimbangan benar-benar berpengaruh secara signifikan dengan kemampuan dribble dalam permainan bolabasket. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keseimbangan memiliki hubungan yang signifikan dengan kemampuan dribble dalam permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai terbukti nilai korelasi -0,828 atau P (0,000) < 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada hubungan keseimbangan dengan kemampuan dribble dalam permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai. Apabila hasil penelitian ini dikaitkan dengan teori dan kerangka pikir yang mendasarinya, maka dalam dasarnya hasil penelitian mendukung dan memperkuat teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang sudah ada. Ini membuktikan bahwa keseimbangan dapat memudahkan seseorang menggiring bola dalam keadaan relaks (tidak kaku) dan dapat memberikan sikap badan yang selalu siap untuk gerakan-gerakan yang selanjutnya, serta lebih mengefisienkan dalam penggunaan tenaga. Keseimbangan yang dimaksud adalah kemampuan seseorang mengendalikan sistem syaraf ototnya (neuro muscular) selama melakukan gerakan-gerakan cepat dengan perubahan letak dari titik berat badan baik dalam keadaan statis
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
151
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 maupun dalam keadaan dinamis. Dalam dribble bola perlu tetap menjaga keseimbangan tubuh agar tidak mudah terjatuh baik disaat dribble bola sambil dikawal atau diganggu oleh lawan ataupun tidak. Dengan demikian keseimbangan memiliki hubungan yang signifikan dengan kemampuan menggiring bola dalam permainan bolabasket. 4. Ada hubungan koordinasi mata tangan, kelincahan, dan keseimbangan dengan kemampuan dribble dalam permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai Hasil data yang diperoleh dari penelitian bertujuan untuk mengetahui antara variable bebas dan variable terikat serta membuktikan hipotesis yang ada. Oleh karena itu hasil pengujian hipotesis berdasarkan pengolahan data melalui analisis regresi dari program SPSS tentang hubungan antara koordinasi mata tangan, kelincahan, dan keseimbangan dengan kemampuan dribble dalam permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai diperoleh sesuai dari rangkuman tabel 4 berikut: Tabel 4. Hasil analisis regresi untuk hipotesis keempat VARIABEL r/R Rs F t P
α
Koordinasi mata tangan (X1), kelincahan (X2), dan 0,875 0,765 39,16 4,220 0,00 0,05 keseimbangan (X3) 5 0 Dribble bolabasket bolabasket (Y) Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi data antara koordinasi mata tangan, kelincahan, dan keseimbangan dengan kemampuan dribble dalam permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai. Diperoleh nilai regresi 0,875 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) 0,765. Hal ini berarti 76,5% kemampuan dribble dalam permainan bolabasket dijelaskan oleh koordinasi mata tangan, kelincahan, dan keseimbangan. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 39,165 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan dribble dalam permainan bolabasket (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 4,220 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau 152
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 koordinasi mata tangan, kelincahan, dan keseimbangan benar-benar berpengaruh secara signifikan dengan kemampuan dribble dalam permainan bolabasket. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa koordinasi mata tangan, kelincahan, dan keseimbangan memiliki hubungan yang signifikan dengan kemampuan dribble dalam permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai terbukti nilai regresi 0,875 atau (0,000) < 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan koordinasi mata tangan, kelincahan, dan keseimbangan dengan kemampuan dribble dalam permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai. Apabila hasil penelitian ini dikaitkan dengan teori dan kerangka pikir yang mendasarinya, pada dasarnya hasil penelitian ini mendukung dan memperkuat teori yang sudah ada. Pada dasarnya dribble bola adalah membawa bola tanpa terputus dengan memantulkan ke lantai. Tujuan menggiring bola antara lain untuk mendekati jarak ke sasaran, melewati lawan, dan menghambat permainan. Menggiring bola (dribbling) memiliki beberapa kegunaan yaitu sebagai berikut : (1) Untuk melewati lawan, (2) Untuk mencari kesempatan memberikan bola umpan kepada teman dengan tepat, dan (3) Untuk menahan bola tetap dalam penguasaan, menyelamatkan bola apabila tidak terdapat kemungkinan atau kesempatan untuk dengan segera memberikan operan kepada teman. Berdasarkan dari tiga manfaat yang dimiliki oleh dribble bola dalam permainan bolabasket, maka perlu ditunjang adanya komponen kondisi fisik seperti koordinasi mata tangan, kelincahan, dan keseimbangan. Unsur komponen kondisi fisik koordinasi mata tangan, kelincahan dan keseimbangan yang harus dimilikinya untuk dapat meningkatkan kemampuan dribble bola pada permainan bolabasket. Penguasaan bola bagi seorang pemain sangat dituntut agar hasil yang dicapai dapat optimal. Oleh karena itu koordinasi mata tangan, kelincahan dan keseimbangan yang dimiliki seorang pemain akan membantu pergerakan-pergerakan yang akurat, sehingga kemampuan untuk melakukan teknik dribble bola akan dapat dimiliki dengan baik. Dengan demikian kecepatan, kelincahan, dan keseimbangan memiliki hubungan yang signifikan dengan kemampuan dribble bola dalam permainan bolabasket. PENUTUP Sesuai dari hasil analisis pengujian hipotesis dengan berdasar pada masalah yang diajukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Koordinasi mata tangan memiliki hubungan yang signifikan dengan
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
153
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 kemampuan dribble pada permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai, 2) Kelincahan memiliki hubungan yang signifikan dengan kemampuan dribble pada permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai, 3) Keseimbangan memiliki hubungan yang signifikan dengan kemampuan dribble pada permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai, dan 4) Koordinasi mata tangan, kelincahan, dan keseimbangan memiliki hubungan yang signifikan dengan kemampuan dribble pada permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai. Agar hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan dribble pada permainan bolabasket bagi siswa di sekolah, maka saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut: 1) Guru olahraga di sekolah diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dribble pada permainan bolabasket dengan penerapan metode pengajaran yang bervariasi tanpa mengabaikan teknik dasar yang dikembangkan, 2) Hendaknya pemerintah dalam hal ini pihak sekolah untuk dapat membantu dalam memfasilitasi guru olahraga sehingga dapat mencapai hasil yang optimal dalam pengajaran. DAFTAR PUSTAKA Amber, Vic, 1990. Petunjuk Untuk Pelatihan dan Pemain Bola Basket, Penerbit CV. Pioner Jaya Bandung. Dwijowinoto, Kasiyo. 1993. Dasar-Dasar Ilmu Kepelatihan. IKIP Semarang Press Semarang. Greg Brittenham. 1989. Bola Basket: Latihan Khusus Pemantapan. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada. Harsono, 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching, Depdikbud Dirjen Dikti, Jakarta. Hartono, Soebagio. 1993. Penuntun Belajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan I, Penerbit Ganeca Exact Bandung. Imam, Hidayat. 1991. Olahraga Pilihan Basket. Depdikbud Dirjen PT. PPLTK. Jakarta James A. Baley. 1982. Inside Basketball. Conteporary Books Inc. Chicago. Johnson, Barry. L, Nelson, Jack. K, 1979. Practical Measurement For Evaluation In Physical Education. Minneapolis: Burgess Publishing Company. Machfud Irsyad, 2000 Bolabasket, Buku FIK UNM Makassar. Nossek, 1988. General Theory of Training. Pan Afrika Ltd, Logos Nurhasan. 2001. Tes dan Pengukuran Olahraga. Bandung : FPOK IKIP.
154
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015 Pribadi Bagus. 1996. Bolabasket di Lengkapi Pemahiran Teknik dan Taktik Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sajoto Moch. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti PPTK. Sarumpaet, A. Djaset, Sulfar. Bahtiar, Parno dan Sadikun, Imam, 1992. Pemainan Besar. Jakarta, PPTK. Dirjen Dikti Departemen endidikan dan Kebudayaan RI. Sodikun Imam, 1992. Olahraga Pilihan Bolabasket, Diktat Materi PGSD, Jakarta : Dirjen Dikti Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sudjana, Nana. 2005. Tuntutan Penyusunan Karya Ilmiah, Makalah, Skripsi, Tesis dan Desertasi. Jakarta: Sinar Baru Algesindo. Sugiyono. 2000. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. ________. 2004. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sumantri, Ating. 2006. Aplikasi Matematika dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia. Wissle. 2000. Bola Basket Pendidikan Dasar dan Latihan, Penerbit PT. Gramedia Jakarta. Syarifuddin & Muhadi 1992. Pemainan Bolabasket. Jakarta, PPTK. Dirjen Dikti Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
155