351.770 212 Ind p
PROFIL KESEHATAN INDONESIA 2006
DEPARTEMEN KESEHATAN R.I. JAKARTA 2007
TIM PENYUSUN Pengarah Dr. H. Sjafii Ahmad, MPH Sekretaris Jenderal Depkes Ketua DR Bambang Hartono, SKM, MSc Kepala Pusat Data dan Informasi Depkes Sekretaris Bob Susilo Kusumobroto, SKM, MPH Dra. Rahmaniar Brahim, Apt, MKes Anggota, Sugito, SKM, MKes Sunaryadi, SKM, MKes Nuning Kurniasih, SSi, Apt Boga Hardhana, SSi, MM Evida Manullang, SSi M. Syahrul Anam, Dr. Fatta Hatta, Dr. Wardah, SKM Marlina Indah Susanti, SKM Supriyono, SKM Dewi Roro Kumbini, SPd Istiqomah, SS Rida Sagitarina, Dra. Sariyono Sondang Tambunan Maryati B.B Sigit
Kontributor Badan Pusat Statistik Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Ditjen Pelayanan Medik Ditjen PP-PL Ditjen Yanfar & Alkes Badan Litbangkes Badan PPSDMKes Biro Perencanaan dan Anggaran Biro Kepegawaian Biro Umum dan Humas Pusat Promosi Kesehatan Pusat Penanggulangan Krisis
Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI 351.770 212 Ind Indonesia. Departemen Kesehatan. Pusat Data dan Informasi p Profil Kesehatan Indonesia 2006. - - Jakarta : Departemen Kesehatan RI 2007 I. Judul
1. HEALTH STATISTICS
Buku ini diterbitkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jalan HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav 4-9, Jakarta 12950 Telepon no: 62-21-5229590, 5221432 Fax no: 62-21-5203874 E-mail:
[email protected] Web site: http://www.depkes.go.id
KATA PENGANTAR “Profil Kesehatan Indonesia 2005” merupakan kelanjutan dari profil tahun-tahun sebelumnya. Profil Kesehatan juga merupakan salah satu wujud akuntabilitas dari Pusat Data dan Informasi. Supaya profil kesehatan ini tidak membingungkan dan dianggap tertinggal, maka data dan informasi yang disajikan adalah sesuai dengan tahun yang tercantum. “Profil Kesehatan Indonesia 2006” selain memuat informasi seperti profil kesehatan sebelumnya dan juga memuat kejadian-kejadian penting pada tahun 2006, antara lain desa siaga, askeskin, flu burung dan gempa bumi di Yogyakarta. Namun demikian “Profil Kesehatan Indonesia 2006” masih terdapat keterbatasan karena ada beberapa data yang masih belum bisa terkumpul. Untuk itu akan kami masukan data yang belum ada dalam Profil Kesehatan 2006 ke dalam Profil Kesehatan berikutnya. “Profil Kesehatan Indonesia” dengan segala keterbatasannya tetap diupayakan agar dapat terbit lebih cepat daripada tahun-tahun sebelumnya. Di samping terbit dalam versi cetak, Profil Kesehatan 2006 dapat diakses lewat internet; http://www.depkes.go.id. Mudah-mudahan “Profil Kesehatan Indonesia 2006” ini bermanfaat dalam mengisi kebutuhan data dan informasi kesehatan yang terkini sesuai dengan harapan kita semua.
Jakarta,
2007
Kepala Pusat Data dan Informasi
DR. Bambang Hartono, SKM, MSc NIP. 140 058 225
i
ii
SAMBUTAN SEKRETARIS JENDERAL DEPKES
Saya menyambut gembira terbitnya “Profil Kesehatan Indonesia 2006” yang lebih cepat bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Meskipun berat dan banyak tantangan di dalam proses pengumpulan data untuk mengisi profil kesehatan ini, akhirnya Pusat Data dan Informasi berhasil menghimpun data tahun 2006 dan menyusunnya menjadi “Profil Kesehatan Indonesia 2006”. Tantangan dalam penyediaan data dan informasi yang tepat waktu ternyata banyak kendala sehingga data dan informasi dari setiap provinsi maupun program masih belum terisi secara lengkap. Dengan telah terbitnya “Profil Kesehatan Indonesia 2006” yang juga memuat kejadian-kejadian penting di tahun 2006, saya harapkan profil ini dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan yang didasari kepada data dan informasi (evidence based) serta digunakan sebagai salah satu rujukan data dan informasi. Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan kontribusi sehingga memungkinkan tersusunnya “Profil Kesehatan Indonesia 2006”.
Jakarta,
2007
Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan
Dr. H. Sjafii Ahmad, MPH NIP. 140 086 897
iii
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
SAMBUTAN SEKRETARIS JENDERAL
iii
DAFTAR ISI
v
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I:
PENDAHULUAN
1
BAB II:
GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK A. Keadaan Penduduk B. Keadaan Ekonomi C. Keadaan Pendidikan D. Keadaan Lingkungan E. Keadaan Perilaku Masyarakat
3 3 4 8 11 15
BAB III:
SITUASI DERAJAT KESEHATAN A. Mortalitas B. Morbiditas
19 19 26
BAB IV:
SITUASI UPAYA KESEHATAN A. Pelayanan Kesehatan Dasar B. Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang C. Pengendalian Penyakit Menular D. Perbaikan Gizi Masyarakat E. Pelayanan Kesehatan dalam Situasi Bencana
59 59 72 81 99 101
BAB V:
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. Sarana Kesehatan B. Tenaga Kesehatan C. Pembiayaan Kesehatan
104 104 115 122
v
BAB VI:
BAB VII:
PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN NEGARA ANGGOTA ASEAN DAN SEARO A. Kependudukan B. Derajat Kesehatan
125 125 134
PENUTUP
149
DAFTAR PUSTAKA
150
LAMPIRAN
153
***
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 2.1 Lampiran 2.2 Lampiran 2.3 Lampiran 2.3.a Lampiran 2.3.b Lampiran 2.4 Lampiran 2.5
Lampiran 2.6
Lampiran 2.7 Lampiran 2.8
Lampiran 2.8.a
Lampiran 2.8.b
Lampiran 2.9 Lampiran 2.9.a
Pembagian Wilayah Administrasi Pemerintahan per Provinsi Tahun 2006 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Provinsi Tahun 2006 Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur Tertentu, Angka Beban Tanggungan dan Provinsi Tahun 2006 (Perkotaan+Perdesaan) Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur Tertentu, Angka Beban Tanggungan dan Provinsi Tahun 2006 (Perkotaan) Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur Tertentu, Angka Beban Tanggungan dan Provinsi Tahun 2006 (Perdesaan) Jumlah dan Persentase Daerah Tertinggal Menurut Provinsi Tahun 2004 – 2006 Persentase Rumah Tangga Yang Mendapat Pelayanan Gratis Selama 6 Bulan Referensi Menurut Provinsi dan Jenis Kartu yang Digunakan Tahun 2006 Penduduk Rumah Tangga yang Membeli Beras Murah/Raskin Selama 6 Bulan Referensi dan Jumlah Beras yang Dibeli Menurut Provinsi Tahun 2006 Tingkat Pengangguran dan Inflasi Menurut Provinsi Tahun 2006 Persentase Kepandaian Membaca Menulis pada Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Provinsi Tahun 2006 (Perkotaan+Perdesaan) Persentase Kepandaian Membaca Menulis pada Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Provinsi Tahun 2006 (Perkotaan) Persentase Kepandaian Membaca Menulis pada Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Provinsi Tahun 2006 (Perdesaan) Persentase Status Pendidikan pada Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Provinsi Tahun 2006 (Perkotaan+Perdesaan) Persentase Status Pendidikan pada Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Provinsi Tahun 2006 (Perkotaan) vii
Lampiran 2.9.b Lampiran 2.10
Lampiran 2.10.a
Lampiran 2.10.b
Lampiran 2.11 Lampiran 2.12 Lampiran 2.12.a Lampiran 2.12.b Lampiran 2.13
Lampiran 2.14 Lampiran 2.15
Lampiran 2.16 Lampiran 2.17 Lampiran 2.18
Lampiran 2.19
Lampiran 2.20
Persentase Status Pendidikan pada Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Provinsi Tahun 2006 (Perdesaan) Persentase Penduduk Indonesia Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki dan Provinsi Tahun 2006 (Perkotaan+Perdesaan) Persentase Penduduk Indonesia Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki dan Provinsi Tahun 2006 (Perkotaan) Persentase Penduduk Indonesia Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki dan Provinsi Tahun 2006 (Perdesaan) Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Tempat Tinggal (m2), Tipe Daerah dan Provinsi Tahun 2006 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Provinsi Tahun 2006 (Perkotaan+Perdesaan) Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Provinsi Tahun 2006 (Perkotaan) Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Provinsi Tahun 2006 (Perdesaan) Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum dari Pompa/Sumur/Mata Air Menurut Tipe Daerah, Jarak ke Tempat Penampungan Akhir Kotoran/Tinja Terdekat dan Provinsi Tahun 2006 Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Tempat Buang Air Besar, Tipe Daerah dan Provinsi Tahun 2006 Persentase Rumah Tangga dengan Air Bersih (Perpipaan/Non Perpipaan) yang Memenuhi Syarat Bakteriologis dan Air Minum yang Memenuhi Syarat Kesehatan Menurut Provinsi Tahun 2004-2006 Persentase Rumah Sehat dan Sekolah Sehat Menurut Provinsi Tahun 2006 Persentase Rumah Tangga Sehat Menurut Provinsi Tahun 2006 Persentase Tempat-Tempat Umum (TTU) dan Tempat Pengelolaan Makanan yang Memenuhi Syarat Kesehatan Menurut Provinsi Tahun 2006 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Selama Bulan Referensi Menurut Jenis Keluhan Kesehatan yang Dialami dan Provinsi Tahun 2006 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan dan Mengobati Sendiri Selama Bulan Referensi Menurut Tipe Daerah dan Provinsi Tahun 2006
viii
Lampiran 2.21 Lampiran 2.22
Lampiran 2.23 Lampiran 2.23.a Lampiran 2.23.b Lampiran 3.1
Lampiran 3.2 Lampiran 3.3 Lampiran 3.4 Lampiran 3.5 Lampiran 3.6 Lampiran 3.7 Lampiran 3.8 Lampiran 3.9 Lampiran 3.10 Lampiran 3.11 Lampiran 3.12
Lampiran 3.13
Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Menurut Bulan Referensi Menurut Tempat/Cara Berobat dan Provinsi Tahun 2006 Proporsi Penduduk yang Mengobati Sendiri Selama Bulan Referensi Menurut Jenis Obat yang Digunakan, Tipe Daerah dan Provinsi Tahun 2006 Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah Disusui Menurut Lamanya Disusui dan Provinsi Tahun 2006 (Perkotaan+Perdesaan) Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah Disusui Menurut Lamanya Disusui dan Provinsi Tahun 2006 (Perkotaan) Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah Disusui Menurut Lamanya Disusui dan Provinsi Tahun 2006 (Perdesaan) Estimasi Angka Kematian Bayi, Angka Harapan Hidup, Net Reproduction Rate dan Angka Fertilitas Total Menurut Provinsi Tahun 2005-2010 Indeks Pembangunan Manusia Menurut Provinsi Tahun 1999, 2002, 2005 Persentase 10 Penyakit Utama pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit di Indonesia Tahun 2006 Persentase 10 Penyakit Utama pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit di Indonesia Tahun 2006 Distribusi Pasien Rawat Jalan Menurut Bab ICD-X di Rumah Sakit di Indonesia Tahun 2006 Distribusi Pasien Rawat Inap Menurut Bab ICD-X di Rumah Sakit di Indonesia Tahun 2006 Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Malaria Menurut Provinsi Tahun 2006 Annual Parasite Incidence (API) Malaria di Jawa-Bali Tahun 1997-2006 Hasil Cakupan Penemuan Kasus dan Evaluasi Hasil Pengobatan Penyakit TB Paru Tahun 2006 Jumlah Kasus Baru BTA Positif Menurut Jenis Kelamin dan Provinsi Tahun 2006 Jumlah Kasus Baru BTA Positif Menurut Kelompok Umur (Tahun) dan Provinsi Tahun 2006 Jumlah Kumulatif Kasus AIDS, Meninggal, dan Angka Kumulatif Kasus Per 100.000 Penduduk Menurut Provinsi sampai dengan 31 Desember 2006 Jumlah dan Persentase Kasus AIDS Yang Menggunakan NAPZA Suntikan (IDU) Menurut Provinsi sampai dengan 31 Desember 2006
ix
Lampiran 3.14 Lampiran 3.15 Lampiran 3.16 Lampiran 3.17 Lampiran 3.18 Lampiran 3.19 Lampiran 3.20 Lampiran 3.21 Lampiran 3.22 Lampiran 3.23 Lampiran 3.24 Lampiran 3.25 Lampiran 3.26 Lampiran 3.27 Lampiran 3.28 Lampiran 3.29 Lampiran 3.30 Lampiran 3.31 Lampiran 3.32 Lampiran 3.33
Lampiran 3.34 Lampiran 3.35
Lampiran 3.36 Lampiran 3.37 Lampiran 3.38
Jumlah Kasus Baru AIDS Ditemukan dan Persentase Kasus Baru Per Tri Wulan Menurut Provinsi Tahun 2006 Estimasi Populasi Rawan Tertular HIV Tahun 2006 Jumlah Kasus Pneumonia Balita Menurut Provinsi Tahun 2006 Situasi Penyakit Kusta Menurut Provinsi Tahun 2006 Jumlah Kasus Baru Kusta dan Kecacatan Menurut Provinsi Tahun 2006 Jumlah Kasus Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Provinsi Tahun 2006 Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum Menurut Provinsi Tahun 2006 Jumlah Kasus Penyakit Campak di Rawat Jalan, Rawat Inap Rumah Sakit dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2006 Jumlah Kasus Penyakit Campak Menurut Provinsi Tahun 2006 (jumlah yang divaksinasi) Jumlah Kasus Penyakit Difteri di Rawat Jalan, Rawat Inap Rumah Sakit dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2006 Jumlah Kasus Penyakit Pertusis (Batuk Rejan) di Rawat Jalan, Rawat Inap Rumah Sakit dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2006 Jumlah Kasus Penyakit Hepatitis Klinis di Rawat Jalan, Rawat Inap Rumah Sakit dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2006 Jumlah Kasus Penyakit Hepatitis B di Rawat Jalan, Rawat Inap Rumah Sakit dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2006 Jumlah Kasus AFP Menurut Provinsi Tahun 2006 Jumlah Kasus AFP Menurut Kriteria Klinis dan Provinsi Tahun 2006 Perkembangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio Tahun 2006 Jumlah Kasus Penyakit Tetanus di Rawat Jalan, Rawat Inap Rumah Sakit dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2006 Frekuensi KLB Menurut Penyakit di Indonesia Tahun 2006 Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare Tahun 2001 - 2006 Jumlah Penderita, Case Fatality Rate (%), dan Incidence Rate Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD/DHF) Menurut Provinsi Tahun 20002006 Jumlah Kabupaten/Kota yang Terjangkit Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD/DHF) Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2001– 2006 Jumlah dan Persentase Kabupaten Terjangkit dan Jumlah Kasus Gigitan Hewan Tertular Rabies serta Hasil Pemeriksaan Spesimen Hewan Menurut Provinsi Tahun 2006 Jumlah Penderita Filariasis Menurut Provinsi Tahun 2000 – 2006 Prevalensi Frambusia Menurut Provinsi Tahun 2006 Situasi Leptospirosis pada Manusia Menurut Provinsi Tahun 2006 x
Lampiran 3.39 Lampiran 3.40 Lampiran 3.41 Lampiran3.42 Lampiran 4.1 Lampiran 4.2 Lampiran 4.3
Lampiran 4.4
Lampiran 4.5
Lampiran 4.5.a
Lampiran 4.5.b
Lampiran 4.6 Lampiran 4.7 Lampiran 4.8 Lampiran 4.9 Lampiran 4.10 Lampiran 4.11 Lampiran 4.12 Lampiran 4.13.a
Situasi Taeniasis/Cysticercosis pada Manusia Menurut Provinsi Tahun 2006 Situasi Pes pada Manusia Menurut Provinsi Tahun 2006 Situasi Antraks pada Manusia Menurut Provinsi Tahun 2006 Kepesertaan dan Jenis Kasus Kecelakaan Kerja (PT Jamsostek) Tahun 2006 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4, Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan, dan Kunjungan Neonatus Menurut Provinsi Tahun 2006 Cakupan Rujukan Kasus Risti dan Penangan Komplikasi Ibu Hamil dan Neonatal Menurut Provinsi Tahun 2006 Proporsi Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang Sedang Menggunakan/Memakai Alat KB menurut Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi, Tahun 2006 Proporsi Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang Pernah Menggunakan/Memakai Alat KB Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi, Tahun 2006 Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan/Dipakai dan Provinsi, Tahun 2006 (Perkotaan+Perdesaan) Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan/Dipakai dan Provinsi, Tahun 2006 (Perkotaan) Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan/Dipakai dan Provinsi, Tahun 2006 (Perdesaan) Hasil Pelayanan Peserta KB Baru Kumulatif Menurut Metoda Kontrasepsi dan Provinsi Tahun 2006 Jumlah dan Proporsi Peserta KB Baru Kumulatif Menurut Tempat Pelayanan dan Provinsi Tahun 2006 Pencapaian Desa Universal Child Immunization (UCI) Menurut Provinsi Tahun 2004-2006 Cakupan Imunisasi Dasar pada Bayi Menurut Provinsi Tahun 2006 Cakupan Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Menurut Provinsi Tahun 2006 Angka Drop Out Cakupan Imunisasi DPT1-Campak pada Bayi Menurut Provinsi Tahun 2002-2006 Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil Menurut Provinsi, Tahun 2006 Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Menurut Provinsi Tahun 2006
xi
Lampiran 4.13.b Lampiran 4.14
Lampiran 4.15 Lampiran 4.16 Lampiran 4.17 Lampiran 4.18 Lampiran 4.19 Lampiran 4.20 Lampiran 4.21
Lampiran 4.22 Lampiran 4.23 Lampiran 4.24 Lampiran 4.25 Lampiran 5.1 Lampiran 5.2 Lampiran 5.3 Lampiran 5.4 Lampiran 5.5 Lampiran 5.6 Lampiran 5.7 Lampiran 5.8
Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Jalan dan Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Menurut Provinsi Tahun 2006 Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Rumah Sakit Umum Depkes dan Pemda Menurut Provinsi Tahun 2006 Indikator Pelayanan Rumah Sakit Umum Depkes dan Pemda Menurut Provinsi Tahun 2006 Pemeriksaan Radiodiagnostik pada Rumah Sakit Umum Depkes dan Pemda Menurut Provinsi Tahun 2006 Jumlah Pelayanan Laboratorium di Rumah Sakit Milik Pemerintah Kabupaten/Kota Menurut Provinsi Tahun 2006 Utilisasi Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL) dan Rawat Inap Tingkat Lanjut (RITL) Keluarga Miskin Menurut Provinsi Tahun 2006 Penanganan Penyalahgunaan NAPZA di Rumah Sakit Menurut Kepemilikan Tahun 2006 Hasil Pekan Imunisasi Nasional Menurut Provinsi Tahun 2005-2006 Cakupan TB Paru BTA Positif, Sembuh, Pengobatan Lengkap dan Succes Rate (SR) Menurut Provinsi Tahun 2005 Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Balita Menurut Provinsi Tahun 2005 Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A Menurut Provinsi Tahun 2006 Cakupan Pemberian Tablet Besi (Fe) pada Ibu Hamil Menurut Provinsi Tahun 2006 Rekapitulasi Kejadian Bencana Tahun 2006 Jumlah Puskesmas serta Sarana Lainnya Menurut Provinsi Tahun 2006 Jumlah Puskesmas dan Rasionya Terhadap Penduduk Menurut Provinsi Tahun 2002 - 2006 Jumlah Puskesmas dan Puskesmas Perawatan Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2002-2006 Jumlah Puskesmas Keliling dan Rasio Puskesmas Keliling per Puskesmas Menurut Provinsi, Tahun 2002-2006 Jumlah Rumah Sakit di Indonesia Menurut Pengelola dan Provinsi Tahun 2006 Jumlah Rumah Sakit Umum Menurut Pengelola Tahun 2002-2006 Jumlah Rumah Sakit Umum Depkes/Pemda Menurut Kelas dan Provinsi Tahun 2005 Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Umum Menurut Pengelola Tahun 2002 - 2006 xii
Lampiran 5.9 Lampiran 5.10 Lampiran 5.11 Lampiran 5.12 Lampiran 5.13 Lampiran 5.14 Lampiran 5.15 Lampiran 5.16 Lampiran 5.17 Lampiran 5.18 Lampiran 5.19 Lampiran 5.20 Lampiran 5.21 Lampiran 5.22 Lampiran 5.23 Lampiran 5.24 Lampiran 5.25 Lampiran 5.26 Lampiran 5.27 Lampiran 5.28 Lampiran 5.29 Lampiran 5.30
Jumlah Rumah Sakit Khusus dan Tempat Tidurnya Menurut Jenis Rumah Sakit Tahun 2002 - 2006 Jumlah Sarana Produksi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Menurut Jenis Dan Provinsi Tahun 2002 - 2006 Jumlah Sarana Distribusi dan Pelayanan Kefarmasian Menurut Provinsi Tahun 2002 - 2006 Jumlah Sarana Usaha Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) Menurut Provinsi Tahun 2006 Jumlah Posyandu Menurut Tingkat Perkembangannya dan Provinsi Tahun 2006 Jumlah Polindes Menurut Tingkat Perkembangannya dan Provinsi Tahun 2006 Jumlah Pos Obat Desa (POD) Menurut Tingkat Perkembangannya dan Provinsi Tahun 2006 Rekapitulasi Institusi Poltekkes Menurut Jurusan dan Provinsi Tahun 2006 Rekapitulasi Strata Akreditasi Jurusan/Program Studi Poltekkes Tahun 2006 Jumlah Institusi Diknakes Non Politeknik Kesehatan Menurut Jurusan/Program Studi dan Provinsi Tahun 2006 Rekapitulasi Strata Akreditasi Institusi Non Poltekkes Tahun 2006 Jumlah Institusi Diknakes Non-Poltekkes Menurut Status Kepemilikan Per Desember 2006 Rekapitulasi Data SDM Kesehatan Per Propinsi Tahun 2005 Data Sumber Daya Manusia Kesehatan di Rumah Sakit Menurut Provinsi dan Jenis Ketenagaan Tahun 2006 Jumlah dan Jenis Ketenagaan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2006 Jumlah PTT yang Masih Aktif Menurut Provinsi Tahun 2006 Jumlah dan Jenis Ketenagaan Farmasi di Rumah Sakit Pemerintah/ Swasta dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2006 Jumlah dan Jenis Ketenagaan Farmasi Disarana Produksi dan Distribusi Menurut Provinsi Tahun 2006 Jumlah Peserta Didik Tahun Ajaran 2006/2007 di Poltekkes Menurut Profesi Jumlah Peserta Didik Tahun Ajaran 2006/2007 di Non Poltekkes Menurut Profesi Jumlah Peserta Didik Program Khusus Tahun 2006 Jumlah Lulusan Diknakes Poltekkes dan Non Poltekkes Menurut Jenis Tenaga Kesehatan Tahun 2006 xiii
Lampiran 5.31 Lampiran 5.32 Lampiran 5.33 Lampiran 5.34 Lampiran 5.35 Lampiran 6.1 Lampiran 6.2 Lampiran 6.3 Lampiran 6.4 Lampiran 6.5 Lampiran 6.6 Lampiran 6.7 Lampiran 6.8 Lampiran 6.9 Lampiran 6.10 Lampiran 6.11 Lampiran 6.12 Lampiran 6.13 Lampiran 6.14
Distribusi Lulusan Poltekkes Berdasarkan Jurusan/Program Studi dan Kota Tahun 2006 Distribusi Lulusan Non Poltekkes Berdasarkan Jurusan /Program Studi dan Kota Tahun 2006 Jumlah Pelatihan yang dilaksanakan Pusdiklatkes dan Bapelkes Nasional Tahun 2006 Jumlah dan Persentase Kepesertaan Penduduk dalam Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Menurut Jenis dan Provinsi Tahun 2006 Distribusi Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Menurut Jenis dan Provinsi Tahun 2006 Perbandingan Beberapa Data Kependudukan di Negara ASEAN Tahun 2006 Perbandingan Beberapa Data Kependudukan di Negara-Negara SEARO Tahun 2006 Perbandingan Angka Kelahiran, Angka Kematian, dan Indeks Pembangunan Manusia di Negara ASEAN Perbandingan Angka Kelahiran, Angka Kematian, dan Indeks Pembangunan Manusia di Negara-Negara SEARO Perbandingan Data Tuberkulosis di Negara ASEAN Tahun 2004/2005 Perbandingan Data Tuberkulosis di Negara-Negara SEARO Tahun 2004/2005 Angka Estimasi HIV/AIDS di Negara ASEAN Tahun 2005 Angka Estimasi HIV/AIDS di Negara-Negara SEARO Tahun 2005 Jumlah Kasus Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi di Negara ASEAN Tahun 2006 Jumlah Kasus Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi di Negara-Negara SEARO Tahun 2006 Perbandingan Cakupan Imunisasi pada Bayi di Negara ASEAN Tahun 2005 Perbandingan Cakupan Imunisasi pada Bayi di Negara-Negara SEARO Tahun 2005 Perbandingan Upaya Kesehatan di Negara ASEAN Perbandingan Upaya Kesehatan di Negara-Negara SEARO ***
xiv
BAB I PENDAHULUAN Dalam rangka mewujudkan visi “Masyarakat yang Mandiri untuk Hidup Sehat”, dan mengemban misi “Membuat Rakyat Sehat”, tahun 2006 Departemen Kesehatan telah membuat kebijakan "Pengembangan Desa Siaga" melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 546/Menkes/SK/VIII/2006 tanggal 2 Agustus 2006. Untuk tahun 2006 ditarget sebanyak 12 ribu telah menjadi desa siaga. Kemudian diharapkan pada akhir tahun 2008, lebih kurang 70.000 desa di Indonesia telah menjadi desa siaga. Tahun 2005 hingga 2009, Departemen Kesehatan dalam periode tersebut menempatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak sebagai prioritas pertama pembangunan kesehatan. Sesudahnya menyusul pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin, pendayagunaan tenaga kesehatan, penanggulangan penyakit menular, gizi buruk, dan krisis kesehatan akibat bencana, serta peningkatan pelayanan kesehatan di daerah terpencil, tertinggal, daerah perbatasan, dan pulau-pulau terluar. Program-program tersebut, sangat berkaitan untuk meningkatkan kesehatan rakyat. Penyusunan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2006 ini berupaya untuk mengacu kepada sasaran utama Departemen Kesehatan tersebut di atas. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat akan digambarkan pada Bab II dan Bab III, meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas digambarkan pada Bab IV dan Bab V, meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan digambarkan pada Bab III dan IV serta meningkatkan pembiayaan kesehatan digambarkan pada Bab V. Profil Kesehatan Indonesia 2006 ini terdiri dari 8 (delapan) bab, yaitu: Bab I - Pendahuluan. Bab ini menyajikan tentang acuan diterbitkannya Profil Kesehatan Indonesia 2006 ini serta sistimatika penyajiannya. Bab II - Situasi Umum dan Lingkungan. Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Indonesia. Selain uraian tentang letak geografis, demografis, pendidikan, ekonomi dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor lingkungan dan perilaku. Bab III - Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang hasil-hasil pembangunan kesehatan sampai dengan tahun 2006 yang mencakup tentang angka kematian, umur harapan hidup dan angka kesakitan.
1
Bab IV - Situasi Upaya Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang upaya-upaya kesehatan yang telah dilaksanakan oleh bidang kesehatan sampai tahun 2006, untuk tercapainya dan berhasilnya program-program pembangunan di bidang kesehatan. Gambaran tentang upaya kesehatan yang telah dilakukan itu meliputi persentase pencapaian cakupan pelayanan kesehatan dasar, persentase pencapaian cakupan pelayanan kesehatan rujukan dan berbagai upaya lain yang berupa gambaran pelayanan program kesehatan lainnya. Bab V - Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang sumber daya pembangunan bidang kesehatan sampai tahun 2006 ini. Gambaran tentang keadaan sumber daya sampai dengan tahun 2006 ini mencakup tentang keadaan tenaga, sarana dan fasilitas kesehatan yang ada sampai tahun 2006. Pada bab ini juga akan dijelaskan tentang jumlah dan penyebaran sarana pelayanan kesehatan yang terdiri dari rumah sakit dan puskesmas termasuk puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Bab VI - Perbandingan Indonesia dengan Negara Anggota ASEAN dan SEARO. Bab ini menyajikan perbandingan beberapa indikator tertentu meliputi data kependudukan, Angka Kelahiran, Angka Kematian, Indeks Pembangunan Manusia, data tuberkulosis, angka estimasi HIV/AIDS, kasus penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi, status gizi buruk, gizi kurang, dan BBLR, cakupan imunisasi pada bayi dan upaya kesehatan. Bab VII - Penutup.
***
2
BAB II GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di Asia Tenggara dengan jumlah pulau 17.504. Fakta ini membuat Indonesia memiliki keragaman budaya dan adat istiadat dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain. Keragaman dalam berbagai aspek tersebut juga terkait dengan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. Pada tahun 2006 secara administratif wilayah Indonesia terbagi atas 33 provinsi, 349 kabupaten, dan 91 kota. Wilayah tersebut meliputi 5.656 kecamatan, 7.123 kelurahan dan 71.563 desa. Jika jumlah tersebut dibandingkan dengan tahun 2005, maka dapat dikatakan telah terjadi peningkatan. Pada tahun 2005 wilayah kecamatan berjumlah 5.263 dan wilayah desa berjumlah 62. 806. Pada bab ini akan diuraikan gambaran umum Indonesia dan perilaku penduduk pada tahun 2006 yang meliputi: keadaan penduduk, keadaan ekonomi, keadaan pendidikan, keadaan lingkungan, dan perilaku penduduk yang berkaitan dengan kesehatan. A. KEADAAN PENDUDUK Berdasarkan proyeksi penduduk terhadap hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) Tahun 2005, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2006 tercatat sebesar 222.192.000 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 118 per km2. Tingkat kepadatan yang tinggi masih didominasi oleh provinsi-provinsi di Pulau Jawa. Provinsi yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi adalah DKI Jakarta, yaitu sebesar 13.499 jiwa per km2. Provinsi Jawa Barat merupakan wilayah yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi ke-2 dengan kepadatan 1.146 jiwa per km2. Provinsi dengan tingkat kepadatan tertinggi ke-3 yaitu Banten sebesar 1.066 jiwa per km2. Kepadatan penduduk terendah di Provinsi Papua, yaitu hanya 8 jiwa per km2. Sulawesi Barat merupakan provinsi dengan tingkat kepadatan penduduk terendah ke-2 yaitu sebesar 11 jiwa per km2, yang kemudian diikuti oleh Kalimantan Timur dengan kepadatan 13 jiwa per km2. Dari proyeksi jumlah penduduk dapat diketahui terdapat ketimpangan persebaran penduduk antar pulau yang nyata. Lebih dari separuh penduduk Indonesia berada di Pulau Jawa, yaitu sebesar 58,51%, dengan luas hanya 7% wilayah Indonesia. Sisanya tersebar di Sumatera sebesar 21,10 %; Sulawesi 7,23%; Kalimantan 5,55%; Kepulauan Nusa Tenggara dan Bali 5,42%; dan Papua dan Maluku 2,18%. Jumlah penduduk dan angka kepadatan penduduk per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.2.
3
Melalui proyeksi penduduk berdasarkan hasil SUPAS 2005 kita dapat memperoleh gambaran piramida penduduk sebagai berikut. GAMBAR 2.1 PIRAMIDA PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2006
Sumber : Proyeksi SUPAS Tahun 2005, Badan Pusat Statistik
Komposisi penduduk Indonesia menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda (0-14 tahun) sebesar 28,26%, yang berusia produktif (15-64 tahun) sebesar 66,71%, dan yang berusia tua (> 65 tahun) sebesar 5,03%. Dengan demikian maka Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) penduduk Indonesia pada tahun 2006 sebesar 49,90%. Angka ini mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun 2005 sebesar 50,81%. Provinsi dengan persentase beban tanggungan tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur sebesar 71,45%, diikuti oleh Sulawesi Barat sebesar 64,18%, dan Maluku sebesar 63,85%. Sedangkan provinsi dengan Angka Beban Tanggungan terendah yaitu DKI Jakarta sebesar 37,01%, diikuti oleh Jawa Timur sebesar 44,38% dan DI Yogyakarta sebesar 44,63%. Berdasarkan tipe daerah, angka beban tanggungan di perdesaan lebih besar dibandingkan perkotaan, yaitu 53,61% berbanding 45,35%. Rincian jumlah penduduk menurut kelompok umur, provinsi, wilayah dan angka beban tanggungan tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 2.3, 2.3.a, dan 2.3.b. B. KEADAAN EKONOMI Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara. Data BPS menyebutkan bahwa selama tahun 2006, pertumbuhan ekonomi nasional menunjukkan penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Jika pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi sebesar 5,7%, pada tahun 2006 angka ini turun menjadi 5,5%. Mengkaji kondisi perekonomian tentu saja tidak terlepas dari tingkat inflasi. Data BPS menyebutkan bahwa tingkat inflasi pada tahun 2004 berada pada tingkat 6,4 %. Angka ini melonjak drastis menjadi 17,11 % pada tahun 2005. Hingga pada tahun 2006
4
tingkat inflasi turun secara signifikan menjadi 6,6%. Tingkat pengangguran juga menjadi salah satu variabel yang dikaji dalam menilai keadaan ekonomi suatu negara. Dengan merujuk pada data BPS, tingkat pengangguran pada tahun 2004 sebesar 9,86%, lalu merangkak naik menjadi 11,24% pada tahun 2005 hingga kemudian berada pada level 10,45% pada tahun 2006. Kemiskinan merupakan salah satu isu krusial yang sangat terkait dengan dimensi ekonomi. Kemiskinan telah lama menjadi persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah dan berbagai kalangan. Statistik Kesra Tahun 2006 menyajikan persentase rumah tangga yang mendapatkan pelayanan gratis bidang kesehatan dan yang membeli beras murah/raskin selama 6 bulan referensi. Persentase rumah tangga yang mendapatkan pelayanan gratis menunjukkan angka 12,85%. Angka tersebut terdiri dari Askeskin sebesar 54,2%, Kartu Kompensasi BBM sebesar 3,26%, Kartu Sehat sebesar 28,12% dan lainnya sebesar 14,41%. Rumah tangga yang membeli beras murah/raskin selama 6 bulan referensi sebesar 45,01%. Rincian mengenai persentase rumah tangga yang membeli beras murah/raskin selama 6 bulan referensi dan jumlah beras yang dibeli menurut provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 2.6 Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan (GK) yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penentuan GKM dilakukan berdasarkan pengeluaran penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasar berupa makanan, sedangkan GKNM ditentukan berdasarkan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Pada Bulan Maret 2006, jumlah penduduk miskin di Indonesia meningkat menjadi 39,3 juta dari 35,10 juta pada Februari 2005. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi pertambahan 4,2 juta penduduk miskin. Jika melihat persentase penduduk miskin, peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun 2006. Persentase penduduk miskin yang semula 15,97% pada tahun 2005 meningkat menjadi 17,75% pada tahun 2006. Persentase penduduk miskin dari tahun 2002-2006 disajikan pada Gambar 2.2 berikut ini. GAMBAR 2.2 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN TAHUN 2002 - 2006
Sumber : Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan Tahun 2006, BPS
5
Tingkat kemiskinan juga dapat diketahui dengan melihat indeks kedalaman kemiskinan dan keparahan kemiskinan . Indeks kedalaman kemiskinan menunjukkan gap antara penghasilan penduduk miskin dengan garis batas kemiskinan, baik makanan maupun non makanan. Sedangkan indeks keparahan kemiskinan mencerminkan gap penghasilan antara sesama penduduk miskin. Dalam kurun waktu 2002-2006, terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada periode Februari 2005-Maret 2006 dibandingkan periode sebelumnya, dari 2,78 menjadi 3,43. Peningkatan yang sama ditunjukkan oleh indeks keparahan kemiskinan, dimana terdapat peningkatan pada periode Februari 2005Maret 2006 dibandingkan periode sebelumnya, yaitu dari 0,76 menjadi 1,00. Kemiskinan menjadi isu yang cukup menyita perhatian berbagai kalangan termasuk kesehatan. Keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terkait dengan daya beli ekonomi. Kemiskinan juga menjadi hambatan besar dalam pemenuhan kebutuhan terhadap makanan yang sehat sehingga dapat melemahkan daya tahan tubuh yang dapat berdampak pada kerentanan untuk terserang penyakit-penyakit tertentu. Fenomena gizi buruk dan kurang kerap dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang buruk jika merujuk pada fakta betapa keterbatasan pemenuhan pangan dapat menyebabkan busung lapar, Kwashiorkor, penyakit kekurangan vitamin seperti Xeropthalmia, Scorbut, dan Beri-beri. GAMBAR 2.3 INDEKS KEDALAMAN (P1) DAN KEPARAHAN (P2) KEMISKINAN TAHUN 2002 – 2006
Sumber : Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan Tahun 2006, BPS
Selama periode Februari 2005-Maret 2006 terjadi pergeseran posisi penduduk miskin dan hampir miskin. Dengan memperhatikan pergeseran posisi ini, dapat disimpulkan bahwa penambahan jumlah penduduk miskin selama periode Februari 2005Maret 2006 terjadi karena adanya pergeseran penduduk yang tergolong dalam transient poor yaitu mereka yang berpenghasilan tidak jauh dari garis kemiskinan. Sekitar 56,58% penduduk miskin pada bulan Februari 2005 tetap tercatat sebagai miskin pada bulan Maret 2006, tetapi sisanya berpindah posisi menjadi hampir miskin (19,36%), hampir tidak miskin (17,65%) dan tidak miskin (6,42%). Perubahan besar terjadi pada penduduk
6
hampir miskin dan hampir tidak miskin. Sekitar 30,42% penduduk hampir miskin di bulan Februari 2005 jatuh menjadi miskin pada bulan Maret 2006. Pada saat yang sama, 11,76% penduduk hampir tidak miskin di bulan Februari 2005 jatuh menjadi miskin pada bulan Maret 2006. TABEL 2.1 PERGESERAN PENDUDUK MENURUT STATUS KEMISKINAN FEBRUARI 2005-MARET 2006 (%) Kondisi Februari 2005 Miskin Hampir Miskin Hampir Tidak Miskin Tidak Miskin Jumlah
Miskin 56,58 30,42 11,76 2,32 17,75
Kondisi Maret 2006 Hampir Miskin Hampir Tidak Miskin 19,36 17,65 26,32 30,71 17,69 40,13 3,60 13,45
21,76 27,64
Tidak Miskin
Jumlah
6,42 12,56 30,42
100 100 100
72,32 41,16
100 100
Sumber : Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan Tahun 2006, BPS
Pembangunan ekonomi yang diupayakan pemerintah diharapkan mampu mendorong kemajuan, baik fisik, sosial, mental dan spiritual di segenap pelosok negeri terutama wilayah yang tergolong daerah tertinggal. Suatu daerah dikategorikan menjadi daerah tertinggal karena beberapa faktor penyebab, yaitu ; geografis, sumber daya alam, sumber daya manusia, prasarana dan sarana, daerah rawan bencana dan konflik sosial, dan kebijakan pembangunan. Keterbatasan prasarana terhadap berbagai bidang termasuk di dalamnya kesehatan menyebabkan masyarakat di daerah tertinggal mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial. Unit terkecil daerah tertinggal yang digunakan dalam Strategi Nasional Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (STRANAS PPDT) adalah wilayah administrasi kabupaten. Menurut data Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, hingga tahun 2006 jumlah kabupaten/kota tertinggal mencapai 199 dari 440 Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia. Jumlah ini mengalami sedikit peningkatan dibandingkan tahun 2005, yang menunjukkan jumlah 197 kabupaten tertinggal. Penambahan 2 kabupaten tersebut terdapat pada Provinsi Sumatera Barat yang pada tahun 2005 berjumlah 7 kemudian meningkat menjadi 9 kabupaten. Provinsi dengan persentase kabupaten/kota tertinggal tertinggi adalah Sulawesi Barat, yaitu sebesar 100%, diikuti oleh Papua yang sebesar 95%, dan Nusa Tenggara Timur sebesar 93,75%. Jumlah dan persentase kabupaten/kota tertinggal menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.4.
7
GAMBAR 2.4 PERSENTASE KABUPATEN TERTINGGAL TAHUN 2006
Sumber : Strategi Nasional Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Tahun 2004-2009
C. KEADAAN PENDIDIKAN Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara. Melalui pengetahuan, pendidikan berkontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan. Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor pencetus (predisposing) yang berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat. Pada bagian ini akan diuraikan mengenai kemampuan membaca-menulis, status pendidikan, dan tingkat kepesertaan sekolah. Kemampuan membaca dan menulis (baca-tulis) penduduk tercermin dari Angka Melek Huruf, yaitu persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya. Secara nasional, persentase penduduk yang dapat membaca huruf latin pada tahun 2006 sebesar 70,51%. Sedangkan mereka yang dapat membaca huruf lainnya sebesar 2,06%, huruf latin dan lainnya sebesar 19,82% dan yang buta huruf sebesar 7,61%. Dengan demikian persentase penduduk melek huruf yang terdiri dari penduduk yang mampu membaca huruf latin, lainnya serta latin dan lainnya adalah 92,39%. Persentase melek huruf pada laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan, yaitu 95,12% berbanding 89,66%. Daerah perkotaan memiliki persentase melek huruf sebesar 95,76%. Angka ini lebih besar dibandingkan daerah perdesaan yang hanya sebesar 89,76%. Provinsi dengan persentase melek huruf tertinggi adalah Sulawesi Utara sebesar 99,00%, diikuti oleh DKI Jakarta sebesar 98,34% dan Riau 97,54%. Sedangkan persentase melek huruf terendah adalah Provinsi Papua sebesar 71,58%, diikuti oleh Nusa Tenggara Barat sebesar 81,66%, dan Bali sebesar 87,15%. Persentase kepandaian membaca menulis pada penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut provinsi, jenis
8
kelamin dan tipe daerah tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 2.8, 2.8.a dan Lampiran 2.8.b. GAMBAR 2.5 PERSENTASE PENDUDUK UMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF TAHUN 2006
Sumber : Statistik Kesra, 2006
Pada tahun 2006, persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang tidak memiliki ijazah/STTB di Indonesia sebanyak 28,20%. Persentase ini lebih besar di wilayah perdesaan yang sebesar 35,15% dibandingkan perkotaan yang sebesar 19,30%. Sedangkan secara nasional, persentase penduduk yang sudah memiliki ijazah/STTB yang dimiliki yaitu SD/MI sebanyak 31,67%, tamat SLTP/MTs sebanyak 17,56%, tamat SMU/MA/SMK sebanyak 18,12%, dan tamat Diploma I sampai dengan Universitas sebesar 4,44%. Dengan demikian maka persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang memiliki ijazah SMU/SMK atau pendidikan yang lebih tinggi sebesar 22,56%. Provinsi dengan persentase tertinggi penduduknya berpendidikan SMU/SMK atau lebih tinggi adalah DKI Jakarta (47,56), DI Yogyakarta (36,97%) dan Kepulauan Riau (36,77%). Sedangkan yang terendah di Provinsi Sulawesi Barat (14,17%), Nusa Tenggara Timur (14,20%), dan Kalimantan Barat (16,29%). Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.10.
9
TABEL 2.2 PERSENTASE PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MENURUT TIPE DAERAH , JENIS KELAMIN DAN STATUS PENDIDIKAN TAHUN 2006 Daerah/Jenis Kelamin
Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki SMU/ SMU Dipl I/ Akademi/ MA Kejuruan Dipl II Dipl III
Tidak Memiliki
SD/ MI
SLTP/ MTs
Dipl IV/ S1/S2/ S3
Jumlah
Laki-laki Perempuan L+P Perdesaan
16,88 21,69 19,30
24,02 26,11 25,07
19,29 19,30 19,29
22,78 20,30 21,53
8,24 5,36 6,79
0,83 1,29 1,06
1,92 1,91 1,91
6,05 4,04 5,04
100,00 100,00 100,00
Laki-laki Perempuan L+P Perkotaan + Perdesaan Laki-laki Perempuan L+P
31,48 38,83 35,15
37,27 36,37 36,82
17,40 15,02 16,21
9,13 6,67 7,90
2,90 1,60 2,25
0,50 0,59 0,55
0,33 0,32 0,33
0,98 0,59 0,78
100,00 100,00 100,00
25,10 31,28 28,20
31,48 31,85 31,67
18,23 16,90 17,56
15,09 12,67 13,88
5,24 3,26 4,24
0,64 0,90 0,77
1,03 1,02 1,02
3,20 2,11 2,65
100,00 100,00 100,00
Perkotaan
Sumber : Statistik Kesra, 2006
Tabel 2.2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan signifikan terjadi pada persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang memiliki ijazah/STTB SMU/MA/SMK hingga Universitas antara wilayah perkotaan dengan perdesaan. Pada perkotaan sebesar 36,33%, sedangkan perdesaan hanya sebesar 11,81%. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin persentase penduduk 10 tahun ke atas yang memiliki ijazah/STTB SMU/MA/SMK hingga Universitas pada laki-laki lebih besar dibandingkan pada kelompok perempuan, yaitu 25,20% berbanding 19,96%. Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Statistik Kesra Tahun 2006 dikategorikan menjadi 3 kelompok umur, yaitu 7-12 tahun mewakili umur setingkat SD, 13-15 tahun mewakili umur setingkat SLTP, dan 16-18 tahun mewakili umur setingkat SMU. Secara umum, APS kelompok umur 7-12 tahun sebesar 97,39%, kelompok umur 13-15 tahun sebesar 84,08% dan kelompok umur 16-18 tahun sebesar 53,92%. Semakin tinggi kelompok umur, semakin rendah APS, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Berdasarkan wilayah, APS penduduk perkotaan lebih besar dibandingkan APS penduduk perdesaan. Berbeda dengan APS, Angka Partisipasi Murni (APM) menunjukkan banyaknya penduduk usia sekolah yang masih bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya. Statistik Kesra mengelompokkan APM berdasarkan jenjang pendidikan dan tipe daerah. APM SD di daerah perkotaan sebesar 93,07%, lebih kecil dibandingkan angka di perdesaan yang sebesar 93,86%. Hasil yang berbeda ditunjukkan pada APM SLTP dan SMU. APM SLTP di perkotaan sebesar 73,56%, lebih besar dibandingkan angka di perdesaan sebesar 61,76%. APM SMU di perkotaan juga lebih besar dibandingkan APM SMU di perdesaan, yaitu sebesar 57,17% di perkotaan sedangkan di perdesaan hanya 33,47%. Secara nasional APM SD sebesar 93,54%, APM SLTP sebesar 66,52%, dan APM SMU 43,77%.
10
TABEL 2.3 ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH (APS) PENDUDUK UMUR 7-18 TAHUN MENURUT TIPE DAERAH, JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR TAHUN 2006 Daerah/Jenis Kelamin
Kelompok Umur (Tahun) 13 - 15
7 - 12
16 - 18
Perkotaan Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan Perdesaan
98,14 98,54 98,33
90,19 89,26 89,74
66,60 64,38 65,50
Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan Perkotaan + Perdesaan
96,37 97,16 96,75
79,50 81,08 80,25
45,03 44,99 45,01
Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan
97,08 97,72 97,39
83,75 84,44 84,08
54,09 53,73 53,92
Sumber : Statistik Kesra, 2006 TABEL 2.4 ANGKA PARTISIPASI MURNI (APM) MENURUT TIPE DAERAH , JENIS KELAMIN DAN JENJANG PENDIDIKAN TAHUN 2006 Jenjang Pendidikan Daerah/Jenis Kelamin
SD
SLTP
SMU
Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan Perdesaan
93,36 92,76 93,07
73,62 73,50 73,56
57,95 56,39 57,17
Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan Perkotaan + Perdesaan
94,10 93,60 93,86
61,86 61,65 61,76
33,50 33,42 33,47
Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan
93,80 93,26 93,54
66,53 66,51 66,52
43,77 43,78 43,77
Perkotaan
Sumber : Statistik Kesra, 2006
D. KEADAAN LINGKUNGAN Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan menentukan baik buruknya status derajat kesehatan masyarakat.
11
Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikator-indikator seperti; persentase rumah tangga sehat, persentase rumah tangga menurut sumber air minum, persentase rumah tangga dengan sumber air minum dari pompa/sumur/mata air menurut jarak ke tempat penampungan akhir kotoran/tinja, dan persentase rumah tangga menurut kepemilikan fasilitas buang air besar. 1. Rumah Tangga Sehat Terdapat beberapa indikator lingkungan yang harus dipenuhi sebuah rumah tangga agar dapat disebut sebagai rumah tangga sehat, yaitu ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban, kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, dan lantai rumah bukan dari tanah. Selain itu juga terdapat indikator lain yang terkait dengan faktor perilaku dan keterjangkauan terhadap jaminan pemeliharaan kesehatan. Persentase rumah tangga sehat pada tahun 2006 mencapai 24,96%. Provinsi dengan persentase rumah tangga sehat tertinggi adalah Kalimantan Timur sebesar 41.45% diikuti oleh Sulawesi Utara sebesar 39,22% dan Bali sebesar 37,38%. Sedangkan provinsi dengan persentase rumah tangga sehat terendah adalah Sumatera Selatan sebesar 7,71% diikuti oleh Banten sebesar 13,47% dan Gorontalo sebesar 15%. Persentase rumah tangga sehat berdasarkan provinsi disajikan pada Lampiran 2.17. 2. Akses Terhadap Air Minum Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2006 yang diterbitkan oleh BPS mengkategorikan sumber air minum yang digunakan rumah tangga menjadi 2 kelompok besar, yaitu sumber air minum terlindung dan tidak terlindung. Sumber air minum terlindung terdiri dari air kemasan, ledeng, pompa, mata air terlindung, sumur terlindung, dan air hujan. Sedangkan sumber air minum tak terlindung terdiri dari sumur tak terlindung, mata air tak terlindung, air sungai, dan lainnya. Data yang terdapat pada Statistik Kesra BPS Tahun 2006 menyebutkan bahwa persentase rumah tangga yang memiliki sumber air minum terlindung sebesar 82,29%, sedangkan persentase rumah tangga yang memiliki sumber air minum tak terlindung sebesar 17,71%. Provinsi dengan persentase terbesar untuk rumah tangga yang memiliki sumber air minum terlindung adalah DKI Jakarta, yaitu 99,44%, diikuti oleh Bali sebesar 93,61% dan Jawa Timur sebesar 89,26%. Persentase rumah tangga yang memiliki sumber air minum terlindung yang paling rendah berada di Provinsi Papua, yaitu sebesar 50,47%, diikuti oleh Kalimantan Tengah (54,23%) dan Irian Jaya Barat (57,05%). Pada kelompok sumber air minum terlindung, sebagian besar rumah tangga di Indonesia memiliki sumur terlindung dengan persentase 34,64%. Persentase rumah tangga yang menggunakan sumber air minum ledeng menempati urutan ke-2 yaitu 18,38%, kemudian pompa (13,63%), mata air terlindung (8,68%), air kemasan (4,43%) dan air hujan (2,53%). Sedangkan pada kelompok air minum tak terlindung, rumah tangga di Indonesia sebagian besar memanfaatkan sumur tak terlindung dengan persentase 10,18%, diikuti oleh mata air tak terlindung sebesar 4,18%, air sungai sebesar 2,99% dan lainnya sebesar 0,36%. Persentase rumah tangga menurut sumber air minum, provinsi dan wilayah secara lebih rinci disajikan pada Lampiran 2.12, 2.12.a, dan Lampiran 2.12.b.
12
GAMBAR 2.6 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR MINUM TAHUN 2006
Sumber : Statistik Kesra, 2006
3. Jarak Sumber Air Minum dengan Tempat Penampungan Akhir Kotoran/Tinja Sumber air minum sering menjadi sumber pencemar pada penyakit water borne disease. Oleh karena itu sumber air minum harus memenuhi syarat lokalisasi dan konstruksi. Syarat lokalisasi menginginkan agar sumber air minum terhindar dari pengotoran, sehingga perlu diperhatikan jarak sumber air minum dengan cubluk (kakus) lubang galian sampah, lubang galian untuk air limbah dan sumber-sumber pengotor lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan tanah dan kemiringannya. Pada umumnya jarak sumber air minum dengan beberapa sumber pengotor termasuk tempat penampungan akhir kotoran/tinja tidak kurang dari 10 meter dan diusahakan agar letaknya tidak berada di bawah sumber-sumber tersebut. Statistik Kesra BPS juga menampilkan persentase rumah tangga dengan sumber air minum dari pompa/sumur/mata air menurut jarak ke tempat penampungan akhir kotoran/tinja terdekat dan provinsi. Data tersebut menyebutkan bahwa secara nasional sebanyak 46,57% rumah tangga memiliki jarak sumber air minum dari pompa/sumur/mata air terhadap tempat penampungan kotoran akhir/tinja sebesar > 10 meter. Sedangkan sebanyak 28,96 % memiliki jarak < 10 meter dan sisanya sebanyak 24,47% tidak tahu. Pada rumah tangga yang memiliki jarak > 10 meter pada sumber air minumnya, persentase terbesar adalah DI Yogyakarta sebesar 62,08%, diikuti oleh Kalimantan Selatan sebesar 59,81% dan Kalimantan Timur 57,70%. Sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah Banten sebesar 32,80% diikuti oleh Sulawesi Tengah sebesar 34,96% dan Nusa Tenggara Barat sebesar 35,02%. Persentase rumah tangga dengan sumber air minum dari pompa/sumur/mata air menurut tipe daerah, jarak ke tempat penampungan akhir kotoran/tinja/ terdekat dan provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.13.
13
GAMBAR 2.7 PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN JARAK SUMBER AIR MINUM KE TPA TINJA >10 METER TAHUN 2006
Sumber : Statistik Kesra, 2006
3. Fasilitas Tempat Buang Air Besar Keberadaan fasilitas buang air besar telah menjadi kebutuhan penting pada kehidupan masyarakat modern. Kepemilikan dan penggunaan fasilitas tempat buang air besar merupakan isu penting dalam menentukan kualitas hidup penduduk. Statistik Kesra Tahun 2006 membagi rumah tangga berdasarkan kepemilikan fasilitas tempat buang air besar yang terdiri dari; sendiri, bersama, umum, dan tidak ada. Secara nasional, persentase rumah tangga yang memiliki sendiri fasilitas tempat buang air besar sebesar 60,38%, rumah tangga yang memiliki bersama 13,90%, umum sebesar 6,05% dan tidak ada sebesar 19,67%. Persentase rumah tangga yang memiliki sendiri fasilitas tempat buang air besar di perkotaan dan perdesaan menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Persentase di perkotaan sebesar 71,97%, sedangkan di perdesaan sebesar 51,65%. Provinsi dengan persentase rumah tangga yang memiliki sendiri fasilitas tempat buang air besar tertinggi adalah Riau sebesar 80,96% diikuti oleh Kalimantan Timur sebesar 75,01% dan DKI Jakarta sebesar 74,74%. Sedangkan persentase rumah tangga yang memiliki sendiri fasilitas tempat buang air besar terendah terdapat di Provinsi Gorontalo sebesar 28,83% diikuti oleh Nusa Tenggara Barat sebesar 33,68% dan Sulawesi Barat sebesar 38,16%. Persentase rumah tangga menurut fasilitas tempat buang air besar, tipe daerah dan provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.14.
14
GAMBAR 2.8 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KEPEMILIKAN FASILITAS TEMPAT BUANG AIR BESAR TAHUN 2006
Sumber : Statistik Kesra, 2006
4. Luas Lantai Pertambahan penduduk baik di perkotaan maupun perdesaan berdampak negatif terhadap terhadap perbandingan antara jumlah luas lantai hunian terhadap penghuni dan berkurangnya ruang terbuka pada area pemukiman. Hal ini tentu saja memiliki implikasi terhadap status kesehatan masyarakat penduduk. Jumlah penduduk sangat berpengaruh terhadap jumlah koloni kuman. Kuman yang pada umumnya adalah penyebab penyakit menular saluran napas semakin banyak bila penghuni semakin besar. Ukuran rumah yang relatif kecil dan berdesak-desakan diketahui juga dapat mempengaruhi tumbuh kembang mental atau jiwa anak-anak. Anak-anak memerlukan lingkungan bebas, tempat bermain luas yang mampu mendukung daya kreatifitasnya. Dengan kata lain, rumah bila terlampau padat di samping merupakan media yang cocok untuk terjadinya penularan penyakit khususnya penyakit saluran napas juga dapat mempengaruhi perkembangan anak. Statisik Kesra, BPS tahun 2006 menunjukkan bahwa sebagian besar rumah tangga memiliki luas lantai 50-99 m2, sebesar 41,63%, diikuti oleh rumah tangga dengan luas lantai 20-49 m2, sebesar 39,11% dan rumah tangga dengan luas lantai 100-149 m2 sebesar 8,67%. Persentase rumah tangga menurut luas lantai tempat tinggal (m2), tipe daerah, dan provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 2.11. E. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan, akan disajikan beberapa indikator yaitu: persentase penduduk yang berobat jalan dan mengobati sendiri selama sebulan yang lalu, menurut tempat tinggal (perkotaan dan perdesaan), persentase penduduk yang berobat jalan selama sebulan yang lalu menurut tempat/cara berobat, dan persentase anak 2-4 tahun yang pernah disusui. Indikator yang disajikan mengacu pada Statistik Kesra Tahun 2006.
15
1. Upaya Penduduk dalam Pencarian Pengobatan Statistik Kesra Tahun 2006 menunjukkan bahwa persentase penduduk yang memilih untuk mengobati sendiri keluhan kesehatan yang dialami selama sebulan yang lalu ternyata lebih besar dibandingkan persentase penduduk yang berobat jalan. Sebanyak 71,44% penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu memilih untuk mengobati sendiri. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2005 sebesar 69,88%. Sedangkan yang memilih untuk berobat jalan hanya sebesar 34,13% dari seluruh penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu. Angka ini lebih rendah dibandingkan tahun 2005 yang sebesar 34,43%. Dari seluruh penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu dan memutuskan untuk berobat jalan sebagian besar berada di Provinsi Bali, yaitu 46,82% yang diikuti oleh Nusa Tenggara Timur, 45,72% dan DKI Jakarta sebesar 39,46%. Sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah Maluku sebesar 19,36%, Sulawesi Barat sebesar 21,10%, dan Riau sebesar 21,80%. Dalam hal keputusan untuk mengobati sendiri keluhan kesehatan yang dialami selama sebulan yang lalu, Provinsi Maluku Utara menempati urutan teratas dengan persentase sebesar 81,73%, diikuti oleh Gorontalo sebesar 81,27% dan Kalimantan Tengah sebesar 78,49%. Sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah Papua sebesar 51,38%, Nusa Tenggara Timur sebesar 56,64% dan Sulawesi Utara sebesar 61,92%. Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.20. 2. Tempat Penduduk Berobat Jalan Persentase penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu dan memutuskan untuk berobat jalan, dikelompokkan berdasarkan tempat berobat, yaitu Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit Swasta, Praktek Dokter, Puskesmas/Pustu (Puskesmas Pembantu), Praktek Nakes (tenaga kesehatan), Praktek Batra (Pengobatan Tradisional) dan Dukun Bersalin. Menurut Statistik Kesra Tahun 2006, tempat yang paling banyak dikunjungi adalah Puskesmas/Pustu yaitu sebesar 40,45%, diikuti oleh praktek Dokter sebesar 23,85%, dan Petugas Kesehatan sebesar 19,10%. Pada tahun 2006, tercatat provinsi dengan persentase penduduk yang berobat jalan ke Puskesmas/Pustu terbesar adalah Papua sebesar 65,94%, diikuti oleh Nusa Tenggara Timur sebesar 64,32% dan Sulawesi Barat 63,98%. Sedangkan provinsi dengan persentase penduduk yang berobat jalan ke Puskesmas/Pustu terendah adalah Bali sebesar 28,59%, diikuti oleh Sumatera Utara sebesar 29,00% dan DKI Jakarta sebesar 31,52%. Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.21.
16
GAMBAR 2.9 PERSENTASE PENDUDUK YANG BEROBAT JALAN KE PUSKESMAS/PUSTU TAHUN 2006
Sumber : Statistik Kesra, 2006
3. Anak 2-4 Tahun yang Pernah Disusui Gambaran anak yang pernah disusui berdasarkan lamanya disusui juga disajikan pada Statistik Kesra 2006. Indikator dalam bentuk persentase ini dikelompokkan menjadi 5 kategori, yaitu < 5 bulan, 6-11 bulan, 12-17 bulan, 18-23 bulan, dan > 24 bulan. Sebagian besar anak umur 2-4 tahun disusui selama > 24 bulan, hal ini terlihat dari persentase sebesar 43,46% yang kemudian diikuti kelompok yang disusui selama 18-23 bulan sebesar 21,68%, dan kelompok yang disusui selama 12-17 bulan sebesar 20,77%. Provinsi dengan persentase anak yang pernah disusui selama > 24 bulan tertinggi adalah Kalimantan Tengah sebesar 60,56%, diikuti oleh DI Yogyakarta sebesar 59,31% dan Nusa Tenggara Barat sebesar 55,93%. Sedangkan persentase terendah adalah Provinsi Maluku sebesar 14,22% diikuti oleh Sumatera Utara sebesar 24,09% dan Maluku Utara sebesar 32,19%. Secara nasional, persentase bayi yang disusui selama > 24 bulan mengalami peningkatan selama 3 tahun terakhir. Pada tahun 2004, persentase mencapai 41,36%, angka ini naik menjadi 42,80% pada tahun 2005 yang kemudian kembali naik pada tahun 2006 mencapai 43,46%. Rincian per provinsi dan wilayah dapat dilihat pada Lampiran 2.23, 2.23.a, dan Lampiran 2.23.b.
17
GAMBAR 2.10 PERSENTASE ANAK USIA 2-4 YANG PERNAH DISUSUI MENURUT LAMANYA DISUSUI TAHUN 2006
Sumber : Statistik Kesra, 2006
Uraian di atas merupakan penjelasan secara umum tentang Indonesia tahun 2006 secara ringkas. Penjelasan yang diberikan melingkupi berbagai aspek, seperti kependudukan, perekonomian, pendidikan, kesehatan lingkungan, dan beberapa perilaku penduduk yang memiliki keterkaitan erat dengan sektor kesehatan. ***
18
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Untuk menggambarkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia berikut ini disajikan situasi mortalitas dan morbiditas. A. MORTALITAS Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di samping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian. Perkembangan tingkat kematian dan penyakit-penyakit penyebab utama kematian yang terjadi pada periode terakhir akan diuraikan di bawah ini. 1. Angka Kematian Bayi (AKB) Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat diperoleh melalui survei, karena sebagian besar kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian di fasilitas kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan. AKB di Indonesia berasal dari berbagai sumber, yaitu Sensus Penduduk, Surkesnas/Susenas, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dan Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2005. Gambaran perkembangan terakhir mengenai estimasi AKB dari beberapa sumber dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini.
19
GAMBAR 3.1 ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP TAHUN 1995 S.D TAHUN 2005
Sumber: Indikator Kesejahteraan Anak 2001 (estimasi SUPAS 1995), Estimasi Susenas 2002-2003, dan SDKI 2002-2003 Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2025
Dalam beberapa tahun terakhir AKB telah banyak mengalami penurunan yang cukup besar meskipun pada tahun 2000 dan 2001 meningkat kembali sebagai dampak dari berbagai krisis yang melanda Indonesia. Pada tahun 1995 AKB diperkirakan sebesar 55 per 1.000 kelahiran hidup, kemudian turun menjadi 52 pada tahun 1997, dan turun lagi menjadi 44 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1999, kemudian naik menjadi menjadi 47 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2000. AKB menurut hasil Surkesnas/Susenas berturut-turut pada tahun 2001 sebesar 50 per 1.000 kelahiran hidup. AKB menurut hasil SDKI 2002-2003 terjadi penurunan yang cukup besar dari tahun 1997 sebesar 52 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2002-2003. AKB menurut Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2025 terjadi penurunan yang cukup besar dari tahun 1997 sebesar 52 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 28 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2005. Provinsi dengan AKB terendah adalah DKI Jakarta (14 per 1.000 kelahiran hidup), DI Yogyakarta (14 per 1.000 kelahiran hidup), dan Sulawesi Utara (16 per 1.000 kelahiran hidup). Sedangkan AKB tertinggi di Nusa Tenggara Barat (51 per 1.000 kelahiran hidup), Maluku Utara (43 per 1.000 kelahiran hidup), dan Sulawesi Tengah (40 per 1.000 kelahiran hidup). Pada tahun 2002, AKB di rumah sakit 40,6 per 1.000 kelahiran hidup. Tahun 2003, AKB di rumah sakit mengalami penurunan berarti yaitu sebesar 22,9 per 1.000 kelahiran hidup, kemudian pada tahun 2004 mengalami sedikit kenaikan menjadi 29,4 per 1.000 kelahiran hidup. Tahun 2005 dan 2006 mengalami penurunan menjadi 23,7 per 1.000 kelahiran hidup dan 25,9 per 1.000 kelahiran hidup. Tabel 3.1 di bawah ini merupakan data kematian bayi di rumah sakit selama tahun 2002–2006.
20
TABEL 3.1 ANGKA KEMATIAN BAYI DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2002 – 2006 Tahun
Jumlah RS
2002 2003 2004 2005 2006
1.215 1.234 1.246 1.268 1.292
Jumlah Lahir Mati 5.381 3.160 3.321 3.220 3.041
Jumlah Kelahiran Hidup di Rumah Sakit 127.053 135.094 109.297 132.745 116.991
AKB per 1.000 KH 40,6 22,9 29,4 23,7 25,9
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI
Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk menentukan faktor yang paling dominan dan faktor yang kurang dominan. Tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat AKB. Menurunnya AKB dalam beberapa waktu terakhir memberi gambaran adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan masyarakat. Beberapa penyebab kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan 28 minggu sampai hari ke-7 setelah persalinan (masa perinatal). Penyebab kematian bayi yang terbanyak adalah karena pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran prematur dan berat badan bayi lahir yang rendah, yaitu sebesar 38,94%. Sedangkan penyebab lainnya yang cukup banyak terjadi adalah kejadian kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia intrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir (asfiksia lahir), yaitu 27,97%. Hal ini menunjukkan bahwa 66,91% kematian perinatal dipengaruhi pada kondisi ibu saat melahirkan. TABEL 3.2 DISTRIBUSI PASIEN KELUAR MATI DI RUMAH SAKIT YANG BERMULA PADA MASA PERINATAL DI INDONESIA TAHUN 2006 No 1
DTD 0.12
ICD -10 A33
2
245
P00 - P04
3
246
P05 - P 07
4 5
247 248
P10 - P 15 P20 - P 21
6
249
P22 - P 28
7 8 9
250 251 252
10
253.9
P35 - P 37 P38 - P39 P55 P08,P29,P50P54,
Golongan Sebab Sakit Tetanus neonatorum Janin dan bayi baru lahir yang dipengaruhi oleh faktor dan penyulit kehamilan persalinan dan kelahiran Pertumbuhan janin lamban, malnutrisi janin dan gangguan yang berhubungan dengan kehamilan pendek dan berat badan lahir rendah Cedera lahir Hipoksia intrauterus dan asfiksia lahir Gangguan saluran napas lainnya yang berhubungan dengan masa perinatal Penyakit infeksi dan parasit kongenital Infeksi khusus lainnya pada masa perinatal Penyakit hemolitik pada janin dan bayi baru lahir Kondisi lain yang bermula pada masa perinatal
Jumlah Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007
21
Mati 37
% 0,56
548
8,28
2.578
38,94
57 1.792
0,86 27,97
662
10,00
467 117 20
7,05 1,77 0,30
342
5,17
6.620
100,00
Meskipun secara umum di Indonesia, Angka Kematian Bayi cenderung menunjukan penurunan yang cukup signifikan, namun ISPA masih merupakan penyebab kematian terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. Hal ini dapat dilihat melalui hasil survei mortalitas subdit ISPA pada tahun 2005 di 10 provinsi di bawah ini. TABEL 3.3 PENYEBAB KEMATIAN BAYI DI INDONESIA (SURVEI MORTALITAS SUBDIT ISPA TAHUN 2005) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Penyebab Kematian Neonatal Pneumonia Infeksi Berat Diare Masalah lain (termasuk Gizi buruk dan BGM Demam Berdarah Dengue Muntah – dehidrasi Tifoid Malaria Campak – komplikasi Pertusis Tanpa penyebab
% 44,5 22,3 10,6 9,1 5,5 1,7 1,4 1,3 1,2 0,8 0,8 0,3 0,6
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
2. Angka Kematian Balita (AKABA) Data AKABA terakhir berasal dari hasil SDKI pada tahun 2002-2003 yaitu 46 per 1.000 kelahiran hidup. Gambaran perkembangan AKABA pada tahun 1995 – 2003 disajikan pada Tabel 3.4 berikut ini. TABEL 3.4 ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA) PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP DI INDONESIA TAHUN 1995 – 2003
Tahun 1995 1998 1999 2000 2001 2002-2003
Estimasi SUPAS 1995 Laki-laki Perempuan L+P (L) (P) 71,36 66,44 50,77
57,61 53,05 39,00
64,28 59,55 44,71
Estimasi SUSENAS
SDKI 2002 - 2003
73 64
64 46
Sumber: Indikator Kesejahteraan Anak 2001 (Estimasi SUPAS 1995), Estimasi SUSENAS 1995, 1998, dan 2001, SDKI 2002-2003
22
Meskipun secara umum di Indonesia, Angka Kematian Balita cenderung menunjukan penurunan yang cukup signifikan, ISPA masih merupakan penyebab kematian terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. Hal ini dapat dilihat melalui hasil survei mortalitas subdit ISPA pada tahun 2005 di 10 provinsi di bawah ini. TABEL 3.5 PENYEBAB KEMATIAN BALITA DI INDONESIA (SURVEI MORTALITAS SUBDIT ISPA TAHUN 2005) No
Penyebab Kematian
%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pneumonia Diare Infeksi Berat Masalah lain (termasuk kecelakaan) Neonatal Tifoid Gizi buruk dan BGM Malaria Campak – komplikasi Muntah – dehidrasi Pertusis Tanpa penyebab
23,6 15,3 15,1 14,7 11,2 3,8 3,6 2,9 2,9 1,6 0,2 0,05
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
3. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) Kematian ibu maternal di rumah sakit periode 2002-2006 cenderung menurun dari 5,1 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2002 menjadi 2,0 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2006. Namun tahun 2004, kematian ibu maternal mengalami kenaikan tajam dari sebelumnya 1,1 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 8,6 per 1.000 kelahiran hidup. Data angka kematian ibu maternal tahun 2002 - 2006 di rumah sakit dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut. TABEL 3.6 ANGKA KEMATIAN IBU MATERNAL DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2002 – 2006 Tahun 2002 2003 2004 2005 2006
Jumlah Kematian Ibu 649 153 956 116 237
Jumlah Lahir Hidup 127.053 135.094 109.297 132.745 116.991
Kematian Per 1.000 KH 5,1 1,1 8,6 0,9 2,0
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007
Data angka kematian ibu maternal di rumah sakit yang bersumber dari Ditjen Bina Yanmedik, menggambarkan jumlah kematian maternal di rumah sakit yang terjadi per 1.000 kelahiran hidup dan penyebab kematian maternal tersebut dijelaskan pada Tabel 3.7 di bawah ini. 23
TABEL 3.7 DISTRIBUSI PASIEN KEHAMILAN, PERSALINAN DAN MASA NIFAS KELUAR MATI MENURUT GOLONGAN SEBAB SAKIT DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006 No 1 2 3 4 5 6 7 8
DTD 234 - 236.9 237.0 - .1 238.0 238.9 241 242.1 242.2 237.9,238.1, 239.0-240, 242.0, 242.3, 242.9,244
ICD-10 O00 - O09 O14 - O15 O44 O46 O72 O60 O68 O10O3,O16,O20O25, O29O30,O40O43, O45,O47,064O67, O69,074O75,O81-O99
Golongan sebab sakit Kehamilan yang berakhir abortus Eklamsia dan preeklamsia Plasenta previa Perdarahan antepartum Perdarahan pasca persalinan Persalinan prematur Persalinan dengan penyulit gawat janin Penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas lainnya
Jumlah
Kasus 42.354 7.848 4.409 1.940 7.376 3.063 3.709 63.580
134.279
% 31,5 5,8 3,3 1,4 5,5 2,3 2,8 47,3
Mati 205 166 36 8 43 34 11 250
CFR 0,4 2,1 0,8 0,4 0,6 1,1 0,3 0,3
753
0,56
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007
Jika dilihat dari golongan sebab sakit, kasus obstetri terbanyak pada tahun 2006 adalah disebabkan penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas lainnya yaitu 47,3%, diikuti dengan kehamilan yang berakhir abortus (31,5%). Sedangkan jika dilihat dari nilai CFR (Case Fatality Rate), penyebab kematian terbesar adalah eklamsia dan preeklamsia dengan CFR 2,1%, walaupun persentase kasusnya tidak tinggi yaitu 5,8% dari keseluruhan kasus obstetri. 4. Angka Kematian Kasar (AKK) Perkembangan angka kematian kasar di rumah sakit dalam kurun waktu 2001 – 2006 relatif stabil yaitu dalam kisaran 3,2 – 4,7, dimana angka kematian kasar tertinggi (4,7) terjadi pada tahun 2004. TABEL 3.8 ANGKA KEMATIAN KASAR DI RUMAH SAKIT INDONESIA TAHUN 2006 Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Jumlah Kasus 2.597.512 2.346.136 2.270.657 2.140.954 2.561.106 2.233.204
Jumlah Mati 82.440 88.441 81.943 99.615 85.567 84.214
% 3,2 3,8 3,6 4,7 3,3 3,8
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007
Sedangkan penyebab kematian terbanyak dari penderita rawat inap di rumah sakit pada tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut ini.
24
TABEL 3.9 10 PENYAKIT UTAMA PENYEBAB KEMATIAN MENURUT DTD DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006 No 1
DTD 155
ICD I 64
2 3
153 55
I 60 - I 62 A 09
4
246
P 05 - P 07
5 6
17 214.9
7 8 9 10
278 169 104,9 032.1
A 40 - A 41 N 17.0-.2.9 - N 19 S 06 J 12 - J 18 E 14 A 91
Sebab Sakit Stroke tidak menyebut perdarahan atau infark Perdarahan intrakranial Diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis infeksi) Pertumbuhan janin lamban malnutrisi janin dan gangguan yang berhubungan dengan kehamilan pendek dan berat badan lahir rendah Septisemia Gagal ginjal lainnya Cedera intrakranial Pneumonia Diabetes melitus YTT Demam berdarah dengue
Jumlah Mati 4.377
%[a] 5,20
3.677 2.716
4,37 3,23
2.578
3,06
2.539 2.521
3,01 2,99
2.519 2.459 2.384 2.223
2,99 2,92 2,83 2,64
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007 Keterangan: [a]persen terhadap total kematian di rumah sakit
Dari tabel tersebut di atas, penyebab kematian terbanyak disebabkan oleh stroke 5,20% (tanpa menyebut perdarahan atau infark), kemudian disebabkan perdarahan intrakranial 4,37%, dan penyebab kematian No. 3 terbanyak adalah diare dan gastroenteritis 3,23%. 5. Angka Harapan Hidup Waktu Lahir (UHH) Penurunan AKB sangat berpengaruh pada kenaikan Angka Harapan Hidup waktu lahir. Angka kematian bayi sangat peka terhadap perubahan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga perbaikan derajat kesehatan tercermin pada penurunan AKB dan kenaikan Angka Harapan Hidup pada waktu lahir. Meningkatnya umur harapan hidup ini secara tidak langsung juga memberi gambaran tentang adanya peningkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat. Angka Harapan Hidup waktu lahir penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yang bermakna terutama pada periode tahun 1980-1995 dan diperkirakan menjadi 66,2 tahun pada 2002 (SDKI 2002-2003). Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2025, estimasi angka harapan hidup yang sebesar 67,8 tahun 20002005 meningkat menjadi 69,8 tahun 2005-2010, dan diperkirakan akan menjadi 73,6 tahun pada 2020-2025. Estimasi angka harapan hidup waktu lahir tahun 2000-2025 dapat dilihat pada Tabel 3.10 berikut.
25
TABEL 3.10 ESTIMASI ANGKA HARAPAN HIDUP WAKTU LAHIR (Eo) TAHUN 2000 – 2025 Tahun
Eo
2000 – 2005 2005 - 2010 2010 - 2015 2015 - 2020 2020 - 2025
67,8 69,8 71,5 72,8 73,6
Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2025, Tahun 2005
Rincian angka kematian bayi, angka harapan hidup waktu lahir, net reproduction rate dan angka fertilitas total menurut provinsi tahun 2005 – 2010 dapat dilihat pada Lampiran 3.1. B. MORBIDITAS Data angka kesakitan penduduk yang berasal dari masyarakat (community based data) yang diperoleh melalui studi morbiditas, dan hasil pengumpulan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan. Gambaran/pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit adalah data tahun 2006 disajikan pada Tabel 3.11 berikut ini. TABEL 3.11 POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT TAHUN 2006 No 1 2 3 4 5
DTD
Golongan Sebab Sakit
167 145 268 199.9 270.9
Infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya Hipertensi esensial (primer) Demam yang sebabnya tidak diketahui Penyakit kulit dan jaringan subkutan lainnya Gejala tanda dan penemuan klinik dan laboratorium tidak normal lainnya YTK di tempat lain 6 281 Cedera YDT lainnya YTT dan daerah badan multipel 7 007.1 Tuberkulosis paru lainnya 8 294.0 Pengawasan kehamilan normal 9 104.9 Diabetes melitus YTT 10 5 Diare & gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis Inf.) Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007
Jumlah Kunjungan 960.460 480.922 409.632 403.270 397.478
9,32 4,67 3,98 3,91 3,86
347.345 346.906 343.786 342.246 333.066
3,37 3,37 3,34 3,32 3,23
%
Pada tahun 2006 dari data 10 penyakit utama pasien rawat jalan di rumah sakit, yang terbanyak adalah infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya 9,32%, diikuti penyakit hipertensi esensial (primer) 4,67% dan demam yang sebabnya tidak diketahui 3,98%. Sedangkan pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 3.12 di bawah ini.
26
TABEL 3.12 POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT TAHUN 2006 No
DTD
ICD
Golongan Sebab Sakit
1
5
A 09
2 3 4
032.1 2 242.9
A 91 A 01 O 20-O 23, O 25-O 29, O 61-O 63 O 67, O 6971, O 73-O 75, O81-O 83 S 06 R 50
Diare & gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis inf.) Demam berdarah dengue Demam tifoid dan paratifoid Penyulit kehamilan dan persalinan lainnya
5 278 Cedera intrakranial 6 268 Demam yang sebabnya tidak diketahui 7 281 Cedera YDT lainnya YTT dan daerah badan Multipel 8 169 J 12 J 18 Pneumonia 9 43 B 50 - B 54 Malaria (termasuk semua jenis malaria) 10 185 K 30 Dispepsia Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007
Jumlah Pasien 177.517
% 7,95
81.392 72.804 63.580
3,64 3,26 2,85
48.645 46.175 46.081 37.634 36.865 34.029
2,18 2,07 2,06 1,69 1,65 1,52
Dari data 10 penyakit utama pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2006, terbanyak adalah Diare & gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (infeksi kolitis) 7,95%, diikuti penyakit Demam Berdarah Dengue 3,64% dan penyakit Demam tifoid dan paratifoid 3,26%. Kedua tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa penyakit infeksi masih merupakan penyakit terbanyak yang ditemukan pada pasien rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit, walaupun beberapa penyakit tidak menular seperti Diabetes Melitus, Hipertensi, dan cedera juga termasuk 10 peringkat penyakit terbanyak di rumah sakit. Distribusi pasien menurut Bab ICD-X pada pasien rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit Indonesia tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.5 dan 3.6. Selanjutnya berikut ini akan diuraikan situasi beberapa penyakit menular yang perlu mendapatkan perhatian, termasuk situasi penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), penyakit potensial KLB/wabah, situasi penyakit tidak menular. 1. Penyakit Menular Penyakit menular yang disajikan dalam bagian ini antara lain penyakit Malaria, TB Paru, HIV/AIDS, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Kusta, penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), penyakit potensial wabah, Rabies, Filariasis, Frambusia, dan Antraks. a. Penyakit Malaria Situasi Angka Kesakitan malaria selama tahun 2001 – 2006 relatif cenderung menurun dan bila dibandingkan dengan target yang ingin dicapai maka telah mencapai target yang diinginkan yaitu pada tahun 2001 angka kesakitan malaria sebesar 44,7 per 1.000 penduduk dan menurun secara berarti menjadi 19,6 per 1.000 penduduk pada tahun 2006. Target dan angka kesakitan malaria selama periode tahun 2001 – 2006 secara rinci dapat dilihat pada grafik berikut.
27
GAMBAR 3.4 SITUASI ANGKA KESAKITAN MALARIA TAHUN 2001 – 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Situasi Angka Kematian malaria selama tahun 2001 – 2006 relatif fluktuatif dimana pada tahun 2001 angka kematian malaria sebesar 1,4% kemudian meningkat pada tahun 2003 menjadi 4,9% tetapi menurun kembali hingga pada tahun 2006 menjadi 0,42% dan bila dibandingkan dengan target indikator yang ingin dicapai maka lebih baik yaitu lebih rendah dari target 0,45%, secara rinci dapat dilihat pada grafik berikut. GAMBAR 3.5 SITUASI ANGKA KEMATIAN MALARIA TAHUN 2001 – 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Perkembangan penyakit Malaria dipantau melalui Annual Parasite Incidence (API) untuk Jawa-Bali dan Annual Malaria Incidence (AMI) untuk luar Jawa-Bali, yang dapat dilihat pada Gambar 3.6 berikut ini.
28
GAMBAR 3.6 ANNUAL PARASITE INCIDENCE MALARIA (‰) DAN ANNUAL MALARIA INCIDENCE (‰), TAHUN 2001 – 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Peningkatan insidens Malaria terjadi dalam periode 1997 – 2000. Kemudian pada bulan April tahun 2000 mulai dilaksanakan Gerakan Berantas Kembali Malaria (Gebrak Malaria). Pada tahun 2001 – 2006 angka kesakitan Malaria kembali menurun. Pada tahun 2001 angka kesakitan Malaria untuk Pulau Jawa dan Bali sebesar 0,62 per 1.000 penduduk, pada tahun 2002 menjadi 0,47, tahun 2003 menjadi 0,22 per 1.000 penduduk, tahun 2004-2005 menjadi 0,15 per 1.000 penduduk, tahun 2006 menjadi 0,19 per 1.000 penduduk. Sedangkan untuk luar Jawa-Bali, angka kesakitan Malaria (termasuk penderita klinis) pada tahun 2001 sebesar 26,20 per 1.000 penduduk menjadi 22,30 pada tahun 2002, 21,80 per 1.000 penduduk pada tahun 2003, 21,20 per 1.000 penduduk pada tahun 2004, 24,8 per 1.000 penduduk pada tahun 2005 dan 24,0 per 1.000 penduduk pada tahun 2006. Target yang ingin dicapai secara nasional pada tahun 2010, yaitu sebesar 5 per 1.000 penduduk. Untuk wilayah Jawa dan Bali dapat dikatakan target sudah tercapai. Sedangkan untuk wilayah di luar Jawa dan Bali, diperkirakan masih belum mencapai target. Wilayah Indonesia Timur dengan AMI tertinggi antara lain Irian Jaya Barat (198,02), Papua (164,75) dan Nusa Tenggara Timur (105,66). Untuk Kawasan Barat Indonesia, wilayah dengan AMI tertinggi antara lain Kepulauan Bangka Belitung (43,05), Jambi (20,96), dan Sumatera Utara (20,29). Jumlah kasus dan API/AMI penyakit Malaria menurut provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.7 dan Lampiran 3.8. b. Penyakit TB Paru Pelaksanaan pengendalian Penyakit TBC sampai tahun 2006 telah dapat menurunkan insiden kasus menular dari 130/100.000 penduduk (WHO-1995) menjadi 104/100.000 penduduk. Gambaran penurunan angka insidens kasus TB dapat dilihat dalam grafik di bawah ini.
29
GAMBAR 3.7 ANGKA INSIDENS KASUS BARU BTA+ PER 100.000 PENDUDUK DI INDONESIA TAHUN 2002 - 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Pada tahun 2006, jumlah perkiraan kasus menular TB Paru sebanyak 304.373 kasus. Cakupan penemuan semua kasus TB Paru sebanyak 277.589 kasus, dengan 175.320 kasus TB Paru BTA Positif dan Angka Penemuan Penderita/Case Detection Rate (CDR) sebesar 75,68%. Hasil cakupan penemuan kasus dan evaluasi hasil pengobatan penyakit TB paru tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.9. Secara nasional Indonesia telah mencapai global target yaitu sebesar 75,7% (Global target CDR 70%). Jumlah provinsi yang telah mencapai CDR 70% sebanyak 7 provinsi yaitu Provinsi Sulawesi Utara (91,1%), Sumatera Utara (82,7%), Gorontalo (81,7%), DKI Jakarta (77,9%), Banten (75,6%), Jawa Barat (71,7%) dan Sulawesi Tenggara (70,9%) sedangkan provinsi yang mempunyai CDR terendah adalah Maluku Utara (31,9%). GAMBAR 3.8 CAKUPAN PENEMUAN KASUS BARU TB BTA POSITIF (CDR) PER PROVINSI TAHUN 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
30
GAMBAR 3.9 PENEMUAN KASUS BARU DAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TB INDONESIA TAHUN 2002 – 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI, 2007
TABEL 3.13 PROPORSI KASUS TBC MENURUT TIPE (JENIS) TAHUN 2002-2006 Tolak Ukur /Kegiatan BTA Positif BTA Negatif Relaps/Kambuh Ekstra Paru
Tahun 2002 0,49 0,47 0,02 0,02
2003 0,52 0,43 0,02 0,03
2004 0,60 0,36 0,02 0,02
2005 0,60 0,32 0,02 0,06
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
GAMBAR 3.10 PROPORSI KASUS TB PARU MENURUT TIPE (JENIS) TAHUN 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI, 2007
31
2006 0,60 0,32 0,01 0,02
Pada tahun 2006, jumlah kasus baru BTA positif menurut jenis kelamin terbanyak pada laki-laki sebesar 59,12 %. Provinsi Jawa Barat adalah provinsi paling banyak jumlah kasus BTA positif yaitu sebanyak 30.515 kasus. Laki-laki dengan umur 25-34 tahun paling banyak ditemukan kasus baru BTA Positif yaitu 22.752 kasus, di Provinsi Jawa Barat terbanyak dengan 3.579 kasus. Jumlah kasus baru BTA positif menurut jenis kelamin, kelompok umur, dan provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.10 dan Lampiran 3.11. c. Penyakit HIV/AIDS Berdasarkan hasil Surveilans Terpadu HIV-Perilaku 2006 (STHTP 2006) atau IBBS (Integrated Bio Behavioral Survey) di Papua, diketahui prevalensi HIV pada penduduk Tanah Papua lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk wilayah lain di Indonesia. Survei juga menunjukkan persebaran kasus HIV tampaknya meluas ke semua wilayah Papua. Pada tahun 2006, sebagaimana dilaporkan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP&PL), total kasus AIDS di Papua adalah 947 kasus, 221 di antaranya meninggal. Rata-rata kasus (case rate) mencapai 51,42%. Sementara hasil estimasi kasus HIV ditemukan di kelompok rawan tertular HIV di Papua mencapai 22.220. Hanya sebagian kecil dari estimasi kasus HIV ditemukan di kelompok rawan seperti pengguna napza suntik, wanita penjaja seks (WPS), pelanggan WPS, dan waria. Sementara sebagian besar (21.110) ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) adalah bagian dari masyarakat umum. Survei bertujuan mendapatkan gambaran epidemi yang terjadi, baik pada kelompok resiko rawan maupun pada masyarakat umum. Survei Terpadu yang dilakukan pada tingkat rumah tangga ini dirancang untuk lebih memahami prevalensi HIV serta dinamika penularan guna memerangi infeksi HIV dan AIDS di tanah Papua. Harapannya dalam waktu dekat Pemerintah Pusat maupun Daerah bersama-sama dengan semua sektor dapat merencanakan respons yang sesuai dengan kecenderungan penyebaran. Jumlah kumulatif kasus AIDS yang dilaporkan sampai dengan 31 Desember 2006 sebanyak 8.194 kasus, dengan 1.871 kasus meninggal. Rate kumulatif kasus AIDS per 100.000 penduduk secara nasional sebesar 3,61. Rate tertinggi terjadi di Papua sebesar 51,42 (14,24 kali angka nasional), DKI Jakarta sebesar 28.15 (7,8 kali angka nasional), Kepulauan Riau sebesar 16,94 (4,69 kali angka nasional), dan Kalimantan Barat sebesar 13,56 (3,76 kali angka nasional). Kasus yang dilaporkan telah meninggal dunia sebesar 22,83%. Pada tahun 2006 penularan terbanyak terkait dengan IDU terjadi pada 46,63% kasus AIDS disusul penularan pada pelanggan WPS (Wanita Penjaja Seks) 14,69%, 14,23% terjadi pada masyarakat umum, pada pasangan IDU 6,62% melalui hubungan homoseksual 4,85%, pada WPS 4,62%, dan lain lain 8,36%. Persentase kasus AIDS yang menggunakan NAPZA suntik (IDU) tertinggi adalah Provinsi DKI Jakarta (18,53%), Jawa Barat (11,82%) dan Jawa Timur (11,50%). Sepanjang tahun 2006, jumlah kasus baru AIDS yang ditemukan terbanyak adalah pada triwulan IV sebanyak 1.207 kasus (42,01%). Jumlah kumulatif kasus AIDS, meninggal, dan angka kumulatif kasus per 100.000 penduduk menurut provinsi sampai dengan 31 Desember 2006, persentase kasus AIDS yang menggunakan NAPZA suntikan (IDU), persentase kasus baru per triwulan dan estimasi populasi rawan tertular HIV dapat dilihat pada Lampiran 3.12, 3.13, 3.14 dan 3.15.
32
GAMBAR 3.11 PROPORSI PENDERITA AIDS SECARA KUMULATIF MENURUT CARA PENULARAN S.D. TAHUN 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Berikut ini gambaran mengenai perkembangan penderita HIV/AIDS sampai dengan Desember 2006. GAMBAR 3.13 JUMLAH KASUS BARU DAN KUMULATIF PENDERITA AIDS YANG TERDETEKSI DARI BERBAGAI SARANA KESEHATAN TAHUN 2001 – 2006
GAMBAR 3.12 JUMLAH KASUS BARU DAN KUMULATIF PENGIDAP HIV YANG TERDETEKSI DARI BERBAGAI SARANA KESEHATAN TAHUN 2001 – 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Karakteristik penderita AIDS secara kumulatif hingga 31 Desember 2006 dapat digambarkan bahwa sebagian besar penderita AIDS adalah laki-laki yaitu penderita 6.719 (82%), perempuan sebanyak 1.311 penderita (16%), dan 164 penderita (2%) selebihnya tidak diketahui jenis kelaminnya. Bila dilihat menurut kelompok umur, penderita berumur 20-29 tahun sebanyak 4.487 penderita (54,76%), kelompok umur 30-39 tahun sebanyak 2.226 penderita (27,17%), kelompok umur 40-49 tahun sebanyak 647 penderita (7,90%), kelompok umur 15-19 tahun sebanyak 222 penderita (2,71%), kelompok umur 50-59 tahun sebanyak 176 penderita (2,15%), kelompok umur 1-4 tahun sebanyak 70 penderita (0,85%), kelompok umur > 60 tahun sebanyak 38 penderita (0,46%), umur <1 tahun sebanyak 37 penderita 33
(0,45%), kelompok umur 5-14 tahun sebanyak 22 penderita (0,27%) dan tidak diketahui kelompok umurnya sebanyak 269 penderita (3,28%), sebagaimana disajikan pada Gambar 3.14 berikut ini. GAMBAR 3.14 PROPORSI PENDERITA AIDS SECARA KUMULATIF MENURUT KELOMPOK UMUR S.D. TAHUN 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI, 2007
Gambar di atas menunjukkan bahwa secara kumulatif sebagian besar penderita AIDS di Indonesia merupakan kelompok umur 20-49 tahun (89,83%). Seperti diketahui bahwa penularan HIV/AIDS terbanyak adalah melalui hubungan seksual dan penggunaan jarum suntik bersama pada IDU. Kelompok umur 20-49 tahun merupakan kelompok umur yang aktif dalam aktivitas seksual. IDU juga didominasi oleh kelompok umur produktif. Dapat diperkirakan hal ini saling terkait. Bila perkembangan kondisi ini terus terjadi, maka dalam jangka panjang di samping akan menjadi beban anggaran keluarga dan pemerintah juga akan menjadi ancaman bagi produktivitas tenaga kerja di Indonesia. Jumlah kumulatif kasus AIDS menurut provinsi sampai dengan 31 Desember 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.12. Dari Gambar 3.15 berupa peta wilayah Indonesia berikut ini, dapat dilihat Case Rate AIDS menurut provinsi tahun 2006. GAMBAR 3.15 CASE RATE KUMULATIF KASUS AIDS PER 100.000 PENDUDUK MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
34
Bila dilihat dari persebaran di Indonesia, persebaran HIV/AIDS menyebar dengan tidak merata di seluruh Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat pada peta di bawah ini. GAMBAR 3.16 DISTRIBUSI PENDERITA HIV / AIDS (ODHA) DI INDONESIA TAHUN 2006
<500 500 - 2500 2501 – 7500 >7500
d. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering berada dalam daftar Pola 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Menurut laporan Ditjen Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan pada tahun 2006, penyakit Sistem Napas menempati peringkat pertama dari 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit di Indonesia, yaitu dengan persentase 9,32%. Sedangkan untuk persentase 10 penyakit utama pada pasien rawat inap di Rumah Sakit pada tahun yang sama, penyakit sistem napas (Pneumonia) menempati urutan ke-8 dengan persentase 1,69%. (Lampiran 3.3 dan 3.4) Penyakit sistem pernapasan seperti Pneumonia juga sering menyerang balita. Berdasarkan data prevalensi kesakitan pneumonia menurut SDKI 1991 – 2003 dan Survei Morbiditas ISPA 2004 dilaporkan data persentase anak yang menderita batuk dengan nafas cepat dalam dua minggu sebelum survei. GAMBAR 3.17 MORBIDITAS PNEUMONIA BALITA1 TAHUN 1991 – 2004
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI Ket: Estimasi angka insiden pnemonia balita yang digunakan adalah 10-21% (WHO)
35
Secara nasional, angka cakupan penemuan penderita balita hingga saat ini masih belum mencapai target, seperti tampak pada grafik di bawah ini. GAMBAR 3.18 CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA BALITA TAHUN 2000 – 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Pada tahun 2006 didapatkan 642.700 kasus Pneumonia pada balita, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Hasil penemuan penderita Pneumonia balita dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.14 berikut ini. TABEL 3.14 HASIL PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA BALITA TAHUN 2000 – 2006
Tahun
Penderita
2002 2003 2004 2005 2006
549.035 502.275 625.611 600.720 642.700
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Jumlah kematian balita yang disebabkan Pneumonia pada tahun 2006 sebesar 145 balita yang terdiri dari 114 balita berumur di bawah 1 tahun dan 31 balita berumur 1-4 tahun. e. Penyakit Kusta Dalam kurun waktu 10 tahun (1991–2001), angka prevalensi penyakit Kusta secara nasional telah turun dari 4,5 per 10.000 penduduk pada tahun 1991 menjadi 0,85 per 10.000 penduduk pada tahun 2001. Pada tahun 2002 prevalensi sedikit meningkat menjadi 0,95, pada tahun 2003 kembali menurun menjadi 0,8 per 10.000 penduduk, tahun 2004 meningkat menjadi 0,93 per 10.000 penduduk dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 0,98 per 10.000 penduduk. Secara nasional, Indonesia sudah dapat mencapai eliminasi Kusta pada bulan Juni 2000.
36
Jika ditinjau dari situasi global, Indonesia merupakan negara penyumbang jumlah penderita Kusta ketiga terbanyak setelah India dan Brazil. Masalah ini diperberat dengan masih tingginya stigma di kalangan masyarakat dan sebagian petugas. Akibat dari kondisi ini sebagian besar penderita dan mantan penderita Kusta dikucilkan sehingga tidak mendapatkan akses pelayanan kesehatan serta pekerjaan yang berakibat pada meningkatnya angka kemiskinan. Perkembangan penyakit Kusta yang diindikasikan dengan prevalensi dan penemuan penderita baru menunjukkan adanya penurunan prevalensi Kusta yang sangat tajam pada tahun 1991, di mana Multiple Drug Therapy (MDT) 24 dosis mulai digunakan. Angka penemuan penderita baru menunjukkan adanya peningkatan penemuan penderita baru tahun 1997, 1998, 1999, yang kemungkinan disebabkan adanya intensifikasi penemuan penderita karena Leprosy Elimination Campaign (LEC) yang dilaksanakan di 109 kabupaten endemik pada tahun tersebut. Saat ini Indonesia masih merupakan salah satu negara penyumbang penyakit kusta terbesar di dunia. Pada tahun 2006, WHO mencatat penderita baru di Indonesia menduduki rangking ketiga terbanyak setelah India dan Brasil yaitu sebanyak 19.695 orang. Pada tahun 2006, jumlah penderita penyakit Kusta yang tercatat sebanyak 22.384 kasus dengan 19.457 kasus (86,92%) di antaranya merupakan penderita tipe Multi Basiler (MB) yang diketahui merupakan tipe yang menular dan 2.927 kasus (13,08%) merupakan penderita Pausi Basiler (PB), dengan angka prevalensi 1.02/10.000 penduduk. Prevalensi Kusta per 10.000 penduduk yang tertinggi berada di Maluku Utara sebesar 9,49, disusul oleh Maluku sebesar 3,49 dan Papua sebesar 3,24 dan Gorontalo yang sebesar 3,24. Sedangkan provinsi dengan prevalensi Kusta per 10.000 penduduk terendah adalah Bengkulu sebesar 0,04, disusul oleh DI Yogyakarta sebesar 0,10 dan Sumatera Utara sebesar 0,20. Jumlah kasus baru Kusta yang ditemukan tahun 2006 sebanyak 18.300 kasus, di antaranya 14.750 kasus merupakan penderita tipe Multi Basiler (80,6%) sedangkan kasus Pausi Basiler sebesar 3.550 (19,4%). Secara nasional persentase cacat tingkat II, mencapai 8.67% . Persentase kecacatan terbesar ditemukan di Provinsi Bengkulu yaitu 393 kecacatan (7,75%) Situasi penyakit Kusta, jumlah kasus baru Kusta, dan kecacatan menurut provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.17 dan 3.18. Gambaran penderita Kusta dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.15 berikut. TABEL 3.15 JUMLAH PENDERITA KUSTA MENURUT TIPE DAN ANGKA PENEMUAN PENDERITA (NCDR) PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2002 – 2006
Tahun
Jumlah Kasus 16.229 15.549 16.572 18.735 18.300
Tipe PB 3.853 3.594 3.615 3.859 3.550
Tipe MB 12.376 11.956 12.957 14.876 14.750
NCDR (per 100.000) 7,77 7,29 7,80 8,68 8,35
2002 2003 2004 2005 2006 Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI Ket : CDR = Case Detection Rate, MB = Multi Basiler, PB = Pausi Basiler
Di antara penderita baru yang ditemukan, 8,67% sudah mengalami kecacatan tingkat II (kecacatan yang dapat dilihat dengan mata). Angka ini masih di atas indikator program 37
yaitu 5%. Keadaan ini menggambarkan masih berlanjutnya penularan dan kurangnya kesadaran masyarakat akan penyakit Kusta sehingga ditemukan sudah dalam keadaan cacat. Provinsi yang mempunyai persentase penderita yang sudah mengalami kecacatan tingkat II tertinggi tahun 2006 adalah Bengkulu 22,22%, diikuti Banten 20,22% dan Sumatera Selatan 17,84%. Proporsi penderita anak berumur 0-14 tahun di antara penemuan kasus baru Kusta adalah 10,41% yang juga masih di atas indikator program yaitu 5%. Provinsi yang mempunyai persentase penderita anak berumur 0-14 tahun tertinggi tahun 2006 adalah Irian Jaya Barat 26,58%, diikuti Maluku Utara 21,19% dan Nusa Tenggara Barat 17,38%. Perkembangan proporsi kecacatan tingkat II dan perkembangan proporsi anak pada penderita Kusta baru selama 5 tahun terakhir terlihat pada Gambar 3.19 dan Gambar 3.20 di bawah ini. GAMBAR 3.19 PROPORSI KECACATAN TINGKAT II PADA PENDERITA BARU KUSTA TAHUN 2002 – 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI GAMBAR 3.20 PROPORSI PENDERITA ANAK ( 0-14 TH ) PADA PENDERITA BARU KUSTA TAHUN 2002-2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
38
Meskipun Indonesia telah mencapai eliminasi pada pertengahan tahun 2000, penyakit kusta masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang cukup besar, karena sampai akhir tahun 2006 masih ada 14 provinsi dan 155 kabupaten yang belum dapat mencapai eliminasi. Dari peta berikut ini terlihat bahwa Indonesia masih banyak menyimpan kantongkantong Kusta yang kebanyakan berada di Kawasan Timur Indonesia. GAMBAR 3.21 PREVALENSI KUSTA TAHUN 2006
Prevalensi Kusta, 2006 <1 1-2 >1 Tidak ada data
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
f. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) PD3I (penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi) merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas/ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi. PD3I yang dibahas dalam bab ini mencakup penyakit Difteri, Pertusis (Batuk Rejan), Tetanus, Tetanus Neonatorum, Campak, Polio dan Hepatitis B. Jumlah kasus penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi menurut provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.19. 1) Tetanus Neonatorum Penanganan Tetanus Neonatorum tidak mudah, sehingga yang terpenting adalah usaha pencegahan yaitu pertolongan persalinan yang higienis ditunjang dengan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada ibu hamil. Tingkat kematian akibat penyakit ini yang tercermin dalam CFR, cenderung mengalami fluktuasi dari tahun 2000 sampai tahun 2006. Pada tahun 2000, tercatat CFR sebesar 65,12% lalu turun menjadi 54,64%. Angka CFR ini kembali naik menjadi 61,90% pada tahun 2002, kemudian sempat mengalami penurunan menjadi 56% pada tahun 2003. Penurunan kembali terjadi pada tahun 2004 dengan CFR sebesar 50,29%, namun pada tahun 2005 CFR kembali naik menjadi 58,57% dengan 82 kematian dari 140 kasus. Tahun 2006 terjadi penurunan CFR yang signifikan menjadi 38,98% dengan 46 kematian dari 118 kasus.
39
GAMBAR 3.22 JUMLAH KASUS DAN CFR TETANUS NEONATORUM DI INDONESIA TAHUN 2000 – 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Jumlah kasus tetanus neonatorum menurut provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.19 dan Lampiran 3.20. 2) Campak Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Frekuensi KLB tahun 2002 tercatat sebesar 247, lalu turun menjadi 89 pada tahun 2003. Pada tahun 2004 angka ini justru naik menjadi 97 kemudian meningkat lagi pada tahun 2005. KLB Campak 2005 terjadi sebanyak 122 kali dengan jumlah kasus sebanyak 1.467 dan CFR 0,48%. Frekuensi KLB ini meningkat dibandingkan 2 tahun sebelumnya. Tahun 2006 frekuensi KLB menurun menjadi 42 dengan jumlah kasus 1.644, jumlah kematian 9 dan CFR 0,55%.(Lampiran 3.31) Kecenderungan yang sama terjadi pada tingkat kematian akibat Campak. Tahun 2002, CFR Campak sebesar 1,45% kemudian turun menjadi 0,3% pada tahun 2003. CFR pada tahun 2004 naik menjadi 1,56% lalu kembali turun menjadi 0,48% pada tahun 2005 dan 0,55% pada tahun 2006. Perkembangan frekuensi KLB Campak, Jumlah penderita dan CFR dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.16 berikut. TABEL 3.16 FREKUENSI, JUMLAH PENDERITA, DAN CFR KLB CAMPAK TAHUN 2002 - 2006
Tahun 2002 2003 2004 2005 2006
Jumlah Penderita 5.509 2.914 2.818 1.467 1.644
Frekuensi KLB 247 89 97 122 42
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
40
CFR (%) 1,45 0,3 1,56 0,48 0,55
Sementara itu, jumlah kasus Campak menurut kelompok umur pada tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 3.17 di bawah ini. TABEL 3.17 JUMLAH KASUS CAMPAK MENURUT KELOMPOK UMUR TAHUN 2006
Umur <1 tahun 1-4 tahun 5-9 tahun 10-14 tahun >15 tahun Jumlah
Kasus 2.009 7.136 5.900 2.881 2.496 20.422
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI, 2007
Pada tahun 2006, dari 20.422 kasus penyakit campak, 16.584 kasus (81,21%) diantaranya tidak mendapatkan imunisasi campak/tidak diketahui. Jumlah kasus penyakit campak dan vaksinasi campak menurut provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.21 dan Lampiran 3.22. 3) Difteri Difteri termasuk penyakit menular yang jumlah kasusnya relatif rendah. Rendahnya kasus Difteri sangat dipengaruhi adanya program imunisasi. Pada tahun 2005 terjadi 29 kali KLB dengan jumlah kasus sebanyak 65 dan CFR sebesar 13,85%. Angka CFR ini lebih rendah dibandingkan 2 tahun sebelumnya. Pada tahun 2003 CFR sebesar 23%, kemudian turun menjadi 9,4% pada tahun 2004 dan meningkat menjadi 13,85% pada tahun 2005. Tahun 2006 terjadi penurunan jumlah frekuensi KLB, dimana terjadi KLB 5 kali dan terdapat 15 kasus dan 1 kasus kematian. Frekuensi KLB, jumlah kasus dan CFR Difteri pada tahun 2002-2006 disajikan pada Tabel 3.18 berikut ini. TABEL 3.18 FREKUENSI KLB, JUMLAH KASUS DAN CFR DIFTERI TAHUN 2002 – 2006
Tahun
Frekuensi KLB
Kasus
CFR (%)
2002 2003 2004 2005 2006
43 54 34 29 5
60 86 106 65 15
13 23 9,4 13,85 6,67
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Pada tahun 2006, jumlah seluruh kasus Difteri di rumah sakit dan puskesmas sebanyak 2.337 kasus. Kasus terbanyak di Sumatera Utara dengan 2.014 kasus dengan kasus terbanyak pada golongan usia 5-14 tahun (660 kasus), Nanggroe Aceh Darussalam dengan 95 kasus, diikuti Sulawesi Selatan sebanyak 76 kasus. Jumlah kasus penyakit Difteri menurut provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.23. 41
4) Pertusis/Batuk Rejan Pada tahun 2006, jumlah kasus Pertusis yang dirawat jalan di rumah sakit sebanyak 252 kasus, yang dirawat inap di rumah sakit sebanyak 144 kasus dan yang dirawat di puskesmas sebanyak 7.185 kasus. Gambaran kasus Pertusis/Batuk Rejan menurut kelompok umur disajikan pada TABEL 3.19 berikut ini. TABEL 3.19 KASUS PERTUSIS/BATUK REJAN MENURUT UMUR TAHUN 2006
Umur < 1 tahun 1-4 tahun 5-14 tahun 15-44 tahun >45 tahun Jumlah
Kasus 640 1.840 2.060 1.692 1.349 7.581
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Pada tahun 2006, jumlah seluruh kasus Pertusis/Batuk Rejan di rumah sakit dan puskesmas sebanyak 7.581 kasus. Kasus terbanyak di Nanggroe Aceh Darussalam dengan 1.357 kasus, Sumatera Utara dengan 1.267 kasus, diikuti Jawa Barat sebanyak 1.159 kasus. Jumlah kasus dan angka insiden penyakit Pertusis/Batuk Rejan menurut provinsi pada tahun 2006 disajikan pada Lampiran 3.24. 5) Hepatitis (Hepatitis Klinis dan Hepatitis B) Menurut laporan pada tahun 2006, jumlah kasus Hepatitis klinis yang dirawat jalan di rumah sakit sebanyak 2.676 kasus, yang dirawat inap di rumah sakit sebanyak 1.671 kasus dengan kematian pada 5 kasus, dan yang dirawat di puskesmas 12.413 kasus. Jumlah kasus penyakit Hepatitis klinis menurut provinsi pada tahun 2006 disajikan pada Lampiran 3.25. Pada tahun 2006, jumlah kasus Hepatitis B di Indonesia sebesar 1.727 kasus terdiri dari 278 kasus rawat jalan di rumah sakit dan 1.449 kasus rawat inap di rumah sakit. Sedangkan terjadi kematian 7 kasus di rawat inap rumah sakit. Jumlah kasus penyakit Hepatitis B menurut provinsi pada tahun 2006 disajikan pada Lampiran 3.26. 6) Polio (AFP-Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu Akut) Pada tahun 2006, jumlah kasus AFP sebanyak 1.526 kasus, dengan AFP Rate per 100.000 penduduk sebesar 2,49 dan Non Polio AFP Rate per 100.000 penduduk sebesar 2,46. Kasus AFP terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat (237 kasus) diikuti Jawa Timur (228 kasus) dan Jawa Tengah (190 kasus).
42
GAMBAR 3.23 AFP RATE TAHUN 2006
Sumber: Profil Ditjen PP-PL, Depkes RI
Jumlah kasus AFP Polio menurut provinsi, jumlah kasus AFP Polio menurut kriteria klasifikasi klinis dan provinsi, dan perkembangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.27, 3.28 dan Lampiran 3.29. 7) Tetanus Pada tahun 2006, jumlah kasus Tetanus yang dirawat jalan di rumah sakit sebanyak 578 kasus, yang dirawat inap di rumah sakit sebanyak 633 kasus dan 2 di antaranya meninggal dunia dan yang dirawat di puskesmas 1.338 kasus. Jumlah kasus penyakit Tetanus menurut provinsi pada tahun 2006 disajikan pada Lampiran 3.30. g. Penyakit Potensial KLB/Wabah Beberapa penyakit menular berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) atau wabah. Frekuensi KLB tertinggi adalah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), diikuti penyakit Diare, Keracunan Makanan, penyakit Campak dan penyakit Tetanus. Sedangkan Case Fatality Rate (CFR) tertinggi adalah penyakit Tetanus (42,86%, yaitu 18 kematian dari 42 kasus). Penyakit yang menimbulkan KLB di Indonesia pada tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.31. 1). Penyakit Diare Tingkat kematian pada penyakit Diare pada tahun 2006 mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2006, CFR akibat diare sebesar 2,52% dengan 277 orang meninggal dari 10.980 kasus. Angka ini jauh lebih tinggi jika kita bandingkan dengan tahun 2005, yaitu 2,51% dengan 127 orang meninggal dari 5.051 kasus. Perkembangan KLB penyakit Diare lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.20 di bawah ini.
43
TABEL 3.20 KLB PENYAKIT DIARE MENURUT JUMLAH PROVINSI DENGAN KLB, JUMLAH KASUS, MENINGGAL, DAN CFR TAHUN 2000 – 2006
Tahun 2002 2003 2004 2005 2006
Jumlah Provinsi dengan KLB 15 22 16 12 16
Jumlah Kasus
Meninggal
CFR (%)
5.789 4.622 3.314 5.051 10.980
94 128 53 127 277
1,62 2,77 1,60 2,51 2,52
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI, Profil PP-PL 2006
Dari 16 provinsi yang melaporkan adanya KLB, wilayah dengan tingkat kematian tertinggi akibat penyakit Diare adalah Sulawesi Barat, yaitu 15,00% (3 meninggal dari 20 kasus), disusul oleh Gorontalo dengan CFR sebesar 5,65% (12 kasus meninggal dari 177 kasus) dan Maluku Utara dengan CFR sebesar 5,31% (6 meninggal dari 133 kasus). Jumlah kasus, meninggal dan CFR penyakit Diare tiap provinsi dari tahun 2002-2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.32. 2) Demam Berdarah Dengue Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menyebar luas ke seluruh wilayah provinsi dengan jumlah kabupaten/kota terjangkit sampai dengan tahun 2005 sebanyak 330 kabupaten/kota (75% dari seluruh kab/kota). Penyakit ini sering muncul sebagai KLB dengan angka kesakitan dan kematian yang relatif tinggi. Angka insiden DBD secara nasional berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada awalnya pola epidemik terjadi setiap lima tahunan, namun dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir mengalami perubahan dengan periode antara 2 – 5 tahunan. Sedangkan angka kematian cenderung menurun. Pada tahun 2006, jumlah penderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dilaporkan sebanyak 114.656 kasus dengan angka kematian (CFR) sebesar 1,04% dan angka insiden sebesar 52,48 kasus per 100.000 penduduk. . Perkembangan angka insiden dan angka kematian karena penyakit DBD pada tahun 2000 – 2006 dapat dilihat pada Gambar 3.22 di bawah ini. GAMBAR 3.24 ANGKA INSIDEN (PER 100.000 PENDUDUK) DAN CFR (%) PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE TAHUN 2000 – 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
44
Provinsi dengan angka insiden penyakit DBD tertinggi pada tahun 2006 adalah DKI Jakarta (316,17 per 100.000 penduduk), Bali (170,57 per 100.000 penduduk), Kalimantan Timur (103,64 per 100.000 penduduk), dan Kepulauan Riau (74,79 per 100.000 penduduk). Sedangkan CFR tertinggi di Sulawesi Barat sebesar 3,23%, disusul oleh Sulawesi Tenggara sebesar 3,16%, dan Jambi sebesar 3,01%. Jumlah penderita, angka kematian, dan angka insiden penyakit DBD menurut provinsi pada tahun 2002 – 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.33, sedangkan jumlah kabupaten/kota yang terjangkit penyakit DBD menurut provinsi tahun 2002 – 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.34. 3) Chikungunya Dalam 5 tahun terakhir (2001-2006), penyakit Chikungunya telah tersebar di 10 provinsi, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Utara. Pada Profil Direktorat Jendral PP-PL Departemen Kesehatan menyebutkan bahwa pada tahun 2004 dilaporkan kasus penyakit Chikungunya di lima provinsi dengan jumlah 1.266 kasus, pada tahun 2005 dilaporkan di empat provinsi dengan 340 kasus, dan pada tahun 2006 dilaporkan di lima provinsi dengan 1.544 kasus. Penyakit ini tidak menyebabkan kematian. TABEL 3.21 JUMLAH KASUS PENYAKIT CHIKUNGUNYA TAHUN 2004-2006 Provinsi Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur NTB
Tahun 2004 Kasus 35
Periode Januari
Provinsi Banten
722
Januari
74
Januari
429
JanuariAgustus Januari
Sulawesi Utara Jawa Timur NTB
6
Tahun 2005 Kasus 86 52 168 34
Total 1,266 Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Periode Juli DesemberApril FebruariMaret JanuariMei
Provinsi Sumatera Selatan Sumatera Utara Banten
45
130 850
Kalimantan Tengah
26
GAMBAR 3.25 SEBARAN KASUS PENYAKIT CHIKUNGUNYA TAHUN 2004 – 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
37
Jawa Barat
340
Daerah sebaran kasus demam chikungunya
Tahun 2006 Kasus 501
1,544
Periode Agustus OktoberNovember SeptemberDesember JuliDesember Juli
h. Penyakit Rabies Pada tahun 2006, jumlah kabupaten/kota terjangkit penyakit Rabies sebanyak 199 kabupaten/kota dari 23 provinsi. Jumlah kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) sebanyak 13.929 orang. Jumlah kasus GHPR yang mendapat Vaksin Anti Rabies (VAR) sebanyak 8.959 hewan. Dan jumlah kasus penyakit Rabies yang menyebabkan kematian (Lyssa) sebanyak 106 orang. GAMBAR 3.26 DAERAH TERTULAR RABIES TAHUN 2006
Daerah tertular rabies 23 Provinsi Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Kasus GHPR dari tahun 2001 sampai dengan 2004 cenderung naik, tetapi pada tahun 2005 dan 2006 menurun. Namun Lyssa selama tahun 2001 – 2005 cenderung meningkat, seiring dengan terjadinya KLB penyakit Rabies di Kalimantan Barat dan Maluku Utara, dan menurun lagi pada tahun 2006. Situasi penyakit Rabies di Indonesia Tahun 2001-2006 dapat dilihat pada grafik di bawah ini. GAMBAR 3.27 SITUASI RABIES DI INDONESIA TAHUN 2001 – 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
46
Kasus GHPR terbanyak dilaporkan dari Sumatera Barat (2.538 kasus) sedangkan terkecil adalah Banten (10 kasus). Kasus penyakit Rabies yang menyebabkan kematian pada manusia (Lyssa) terbanyak dilaporkan dari Sulawesi Utara (21 kasus) dan Sulawesi Tengah (15 kasus). GAMBAR 3.28 KASUS GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES (GHPR) DAN LYSSA PER PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Jumlah dan persentase kabupaten terjangkit penyakit Rabies dan jumlah kasus gigitan hewan penular penyakit Rabies serta hasil pemeriksaan spesimen hewan menurut provinsi tahun 2006 dapat dilihat dalam Lampiran 3.35. i. Filariasis Penyakit Filariasis masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan dari hasil mapping sampai dengan tahun 2006 yang dilaporkan bahwa kasus kronis Filariasis tersebar di 33 provinsi di 377 kabupaten/kota dengan jumlah kasus kronis Filariasis mencapai 10.427 kasus. (Lihat Lampiran 3.36) Sampai saat ini di Indonesia telah ditemukan 3 spesies cacing Filaria, yaitu Wucherecia bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Program eliminasi penyakit Filariasis dilaksanakan atas dasar kesepakatan global WHO tahun 2000 yaitu “The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem The Year 2020” yang merupakan realisasi dari resolusi WHO pada tahun 1997. Program eliminasi ini dilaksanakan melalui dua pilar kegiatan yaitu : 1. Pengobatan masal kepada semua penduduk di kabupaten endemis penyakit Filariasis dengan menggunakan DEC 6mg/kgBB dikombinasikan dengan Albendazol 400 mg sekali setahun selama 5 tahun guna memutuskan rantai penularan. 2. Tatalaksana kasus klinis penyakit Filariasis guna mencegah dan mengurangi kecacatan.
47
GAMBAR 3.29 DISTRIBUSI KASUS KRONIS FILARIASIS TAHUN 2002-2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Jumlah penderita penyakit Filariasis menurut provinsi pada tahun 2002 – 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.36. j. Kecacingan Penyakit Kecacingan merupakan masalah kesehatan yang perlu penanganan serius di Indonesia karena cukup banyaknya penduduk yang menderita kecacingan. Penyakit ini dapat mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh dan terhambatnya tumbuh kembang anak karena cacing mengambil sari makanan yang penting bagi tubuh seperti protein, karbohidrat dan zat besi, sehingga dapat menyebabkan anemia dan kurang gizi. Cacing penyebab penyakit pada manusia terdiri dari Cacing gelang (Ascaris lumbricoides), Cacing cambuk (Trichuris trichiura), Cacing kremi (Enterobius vermicularis atau Oxyuris vermicularis), Cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale) dan Trematoda. Dari hasil pemeriksaan tinja pada anak SD di 27 provinsi selama tahun 2002-2006, pada grafik berikut menampilkan prevalensi cacingan pada anak SD/MI di kabupaten terpilih dan prevalensi kecacingan menurut jenis cacing.
48
GAMBAR 3.30 DISTRIBUSI PREVALENSI KECACINGAN PADA ANAK SD DI KABUPATEN TERPILIH TAHUN 2002 - 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
GRAFIK 3.31 PREVALENSI KECACINGAN PADA ANAK SD DI KABUPATEN TERPILIH MENURUT JENIS CACING TAHUN 2002 - 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
k. Frambusia Penyakit Frambusia, yang disebabkan oleh Treponema pertenue, adalah penyakit menular bukan seksual pada manusia yang pada umumnya menyerang anak–anak berusia di bawah 15 tahun. Penyakit ini terutama menyerang kulit dan tulang serta banyak didapati pada masyarakat miskin, perdesaan dan marjinal dimana kepadatan penduduk, kekurangan persediaan air bersih, dan keadaan sanitasi serta kebersihan yang buruk terdapat di mana– mana. Penyakit Frambusia sampai saat ini belum dapat dieliminasi dari seluruh wilayah Indonesia, meskipun secara nasional angka prevalensinya sudah kurang dari 1 per 100.000 penduduk. Prevalensi rate secara nasional pada tahun 2006 adalah 0,25 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2006 penyakit Frambusia hanya dilaporkan di lima provinsi. Provinsi dengan angka prevalensi yang masih cukup tinggi terutama di wilayah Indonesia bagian 49
timur, yaitu Irian Jaya Barat (15,00), Papua (10,01), Sulawesi Tenggara (7,92), Nusa Tenggara Timur (2,80), dan Maluku (1,08). Tingginya angka prevalensi di daerah tersebut disebabkan karena penderita penyakit Frambusia banyak tinggal di daerah pedalaman yang sulit dijangkau pelayanan kesehatan serta keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan. GAMBAR 3.32 PREVALENSI DAN JUMLAH KASUS PENYAKIT FRAMBUSIA MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Jumlah kasus dan prevalensi Frambusia di Indonesia tahun 2006 dapat dilihat dalam Lampiran 3.37. l. Antraks Jumlah kasus penyakit Antraks pada tahun 2006 menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, namun dengan jumlah kematian 1 orang, CFR meningkat dari tahun sebelumnya (CFR = 6,7%). Kasus dan kematian penyakit Antraks di Indonesia tahun 2002-2006 dapat dilihat pada tabel dan gambar di bawah ini. TABEL 3.22 JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN PENYAKIT ANTRAKS 2002 – 2006 Tahun 2002 2003 2004 2005 2006
Jumlah Kasus 35 40 109 76 15
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
50
Meninggal 8 2 8 1 1
CFR (%) 22.9 5.0 7.3 1.3 6.7
GAMBAR 3.33 KASUS DAN KEMATIAN PENYAKIT ANTRAKS DI INDONESIA TAHUN 2002 – 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Sampai saat ini daerah tertular penyakit Antraks tercatat di 11 provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sumatera Barat, Jambi, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan DI Yogyakarta. Provinsi yang melaporkan adanya kasus penyakit Antraks pada manusia hanya lima provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan. Pada tahun 2006 ditemukan 15 kasus penyakit Antraks tipe kulit, dari Jawa Barat terdapat 8 kasus dan Nusa Tenggara Barat 7 kasus. Kasus penyakit Antraks dengan kematian 1 orang dari Jawa Barat (CFR = 6,7%). m. Pes Selama tahun 2006 terjadi peningkatan hasil surveilans penyakit Pes yang dilakukan di empat provinsi endemis. Jumlah serologi positif jika pada tahun 2005 dilaporkan 1 orang, pada tahun 2006 meningkat menjadi 7 orang. Meskipun demikian surveilans aktif terhadap human dan rodent masih tetap dilakukan, untuk menghindari terjadinya KLB penyakit Pes. Daerah fokus Pes di Indonesia yaitu Kab. Boyolali (Jawa Tengah), Kab. Pasuruan (Jawa Timur), Kab. Sleman (DI Yogyakarta), dan Kab. Bandung (Jawa Barat).
51
GAMBAR 3. 35 DAERAH ENDEMIS PES DI INDONESIA, 2006
Daerah endemis pes
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI, 2007
GAMBAR 3.36 HASIL PEMERIKSAAN SPESIMEN PES PADA MANUSIA DI INDONESIA TAHUN 2001 – 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
n. Taeniasis / Cysticercosis Daerah endemis penyakit Taeniasis/Cysticercosis adalah di Bali, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua. Jumlah kasus penyakit Taeniasis/Cysticercosis pada tahun 2002 lebih tinggi dari tahun sebelumnya, namun tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 cenderung menurun. Pada tahun 2006 kasus penyakit Taeniasis/Cystisercosis hanya tercatat di dua provinsi yaitu Bali sebanyak 2 kasus dan Papua sebanyak 76 kasus.
52
GAMBAR 3.37 SITUASI TAENIASIS / CYSTICERCOSIS DI INDONESIA TAHUN 2001-2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
o. Leptospirosis Daerah tertular penyakit Leptospirosis di Indonesia tersebar di 8 provinsi, tetapi selama tahun 2006 kasus Leptospirosis dilaporkan di 5 provinsi yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Pada tahun 2006, jumlah kasus penyakit Leptospirosis sebanyak 138 kasus dengan kematian 11 kasus (CFR 7,97). Meskipun jumlah kasus penyakit Leptospirosis meningkat tetapi angka kematian menurun dibandingkan dengan tahun 2005. Angka kematian tertinggi adalah di Jawa Tengah yaitu 9 kematian dari 35 kasus. GAMBAR 3.38 DAERAH TERTULAR LEPTOSPIROSIS DI INDONESIA
Daerah tertular leptospirosis
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
53
GAMBAR 3.39 SITUASI LEPTOSPIROSIS DI INDONESIA TAHUN 2002 – 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
p. Avian Influenza (AI) Avian Influenza adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A, termasuk dalam family Orthomyxoviridae. Virus Influenza tipe A dapat berubah bentuk (drift, shift) sehingga dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Strain yang sangat virulen penyebab flu burung di Indonesia adalah Subtipe A H5N1. Virus flu burung dapat menular dari unggas ke unggas, unggas ke manusia, dan manusia ke manusia. Di Indonesia, sepanjang tahun 2005 dilaporkan 13 kematian dari 20 kasus AI pada manusia (CFR 65%) dan tahun 2006 dilaporkan 45 kematian dari 55 kasus AI pada manusia (CFR 81,82%). Apabila terjadi pandemi influenza, dunia akan kekurangan beberapa milyar dosis. Hal ini disebabkan kapasitas produksi vaksin di dunia yang ada sekarang masih sangat terbatas. Sehingga dibutuhkan upaya global yang terpadu dalam hal produksi dan pendistribusian vaksin. Salah satu upayanya adalah WHO menganjurkan setiap negara untuk menyiapkan diri dan mengembangkan kapasitas produksi vaksinnya. TABEL 3.23 SITUASI KASUS KONFIRM AI MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 – 2006 2005 2006 PROVINSI K M K 1
M
2
3
4
5
DKI Jakarta
8
7
11
10
Banten
5
4
4
4
Jawa Barat
3
2
22
18
Jawa Tengah
1
0
3
3
Jawa Timur
0
0
5
3
Lampung
3
0
0
0
Sumatera Barat
0
0
2
0
Sumatera Utara
0
0
7
6
Sulawesi Selatan
0
0
1
1
Sumatera Utara Total Sumber : Ditjen PP-PL, DepkesRI
0
0
0
0
20
13
55
45
54
GAMBAR 3.40 PETA SEBARAN KASUS AVIAN INFLUENZA DI INDONESIA TAHUN 2005-2006
Daerah dengan kasus AI
Sumber : Ditjen PP-PL, DepkesRI
Kasus konfirmasi Avian Influenza pada manusia selama tahun 2006 paling banyak dilaporkan dari Provinsi Jawa Barat yaitu 22 kasus dengan kematian 18 orang (CFR=81,8%), diikuti oleh DKI Jakarta yaitu 11 kasus dengan kematian 10 orang (CFR=90,9%). 2. Penyakit Tidak Menular Semakin meningkatnya arus globalisasi di segala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat, serta situasi lingkungan misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya polusi lingkungan. Perubahan tersebut tanpa disadari telah memberi pengaruh terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasuskasus penyakit tidak menular seperti Penyakit Jantung, Tumor, Diabetes, Hipertensi, Gagal Ginjal, dan sebagainya. Berdasarkan laporan rumah sakit tahun 2006, diperoleh gambaran penyebab utama kematian di rumah sakit yang disebabkan penyakit tidak menular sebagaimana terlihat pada Tabel 3.24 berikut ini. TABEL 3.24 PROPORSI PENYAKIT TIDAK MENULAR SEBAGAI PENYEBAB KEMATIAN TERBANYAK DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006 No
DTD
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
169 185.0 184 167 145 186 104.9 155 176.0 148
Golongan Sebab Sakit
Pneumonia Dispepsia Gastritis dan duodenitis Infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya Hipertensi Esensial (primer) Penyakit Apendiks Diabetes Melitus YTT Stroke tak menyebut perdarahan atau infark Asma Penyakit jantung iskemik lainnya
Sumber: Ditjen Bina Yanmed, Depkes RI
55
Jumlah Kematian 2,459 309 343 61 1,620 146 2,384 4,377 729 1,259
% dari Seluruh Kematian di RS 3.0 0.4 0.4 0.1 2.1 0.2 2.9 5.4 0.9 1.6
a. Penyakit Jantung dan Sistem Sirkulasi Stroke tidak menyebut perdarahan atau infark merupakan penyebab kematian nomor 8 di RS di Indonesia tahun 2006 (Tabel 3.24). Hipertensi juga merupakan penyakit terbanyak nomor 5 pada pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia tahun 2006 (Tabel 3.24). Berdasarkan SKRT 2004 diperoleh data bahwa berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan, 2,2% penduduk berumur 15 tahun atau lebih pernah menderita penyakit jantung. Hasil Susenas 2004 diperoleh data 1,3% penduduk Indonesia berumur 15 tahun atau lebih pernah didiagnosa sakit jantung angina pectoris (nyeri/sesak di bagian dada yang dapat menjalar ke tubuh bagian atas terutama ke lengan kiri yang merupakan gejala serangan jantung). TABEL 3.25 PERSENTASE PENDUDUK > 15 TAHUN YANG PERNAH DIDIAGNOSIS SAKIT JANTUNG (ANGINA PECTORIS) OLEH TENAGA KESEHATAN
Kawasan Sumatera Jawa-Bali Kaw. Timur Indonesia Indonesia Sumber: Surkesnas/Susenas 2004
Persentase 1,3 1,3 1,2 1,3
b. Diabetes Melitus Berdasarkan Surkesnas/SKRT 2004, berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan, 1% penduduk berumur 15 tahun atau lebih pernah menderita Diabetes. Diabetes Melitus merupakan penyakit peringkat ke-9 terbanyak pada pasien rawat jalan rumah sakit tahun 2006 (Tabel 3.9) dan juga peringkat ke-9 penyakit tidak menular penyebab kematian di rumah sakit tahun 2006 (Tabel 3.7). c. Neoplasma/Tumor Neoplasma Ganas Payudara adalah penyakit neoplasma terbanyak yang ditemukan di RS di Indonesia, menempati peringkat pertama pasien rawat inap dan rawat jalan tahun 2006. Peringkat kedua ditempati penyakit Neoplasma Ganas Leher Rahim Peringkat penyakit Neoplasma ganas di rumah sakit di Indonesia tahun 2006 dapat dilihat pada dua tabel berikut ini.
56
TABEL 3.26 10 PERINGKAT UTAMA PENYAKIT NEOPLASMA GANAS PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006 No
DTD
ICD
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
073 074 063 086 087 067.9 076.0 061 062 058.1
C50 C53 C22 C82 - C85 C91 - C95 C34 C56 C18 C19 - C21 C11
Golongan Sebab Sakit Neoplasma ganas payudara Neoplasma ganas leher rahim Neoplasma ganas hati dan saluran empedu intrahepatik Limfoma non Hodgkin Leukemia Neoplasma ganas Bronkus & Paru – paru Neoplasma ganas Ovarium (indung telur) Neoplasma ganas kolon Neoplasma ganas daerah rektosigmoid, rektum dan anus Neoplasma ganas nasofaring
Jumlah Pasien Keluar 8.328 4.696 3.445 2.870 2.513 2.402 1.859 1.736 1.706 1.633
% 19,64 11,07 8,12 6,77 5,93 5,66 4,38 4,09 4,02 3,85
Sumber: Ditjen Bina Yanmed, Depkes RI TABEL 3.27 10 PERINGKAT UTAMA PENYAKIT NEOPLASMA GANAS PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006 No
DTD
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
073 074 086 067.0 076.0 058.1 087 061 062 088
Jumlah Kunjungan 33.408
36,22
Neoplasma ganas leher rahim
17.990
19,5
Limfoma non Hodgkin
8.711
9,44
Neoplasma ganas trakea
6.382
6,92
Neoplasma ganas ovarium (indung telur)
6.337
6,87
Neoplasma ganas nasofaring
5.047
5,47
Leukemia
4.075
4,42
Neoplasma ganas kolon
3.770
4,09
Neoplasma ganas daerah rektosigmoid rektum dan anus
3.530
3,83
2.983
3,23
Golongan Sebab Sakit Neoplasma ganas payudara
Neoplasma ganas lain dari limfoid hematopoetik dan jaringan terkait lainnya Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI
***
57
%
BAB IV UPAYA KESEHATAN
Dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi Departemen Kesehatan dimana salah satu Strategi Utamanya adalah ”Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas”, maka untuk mencapai keadaan tersebut telah dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat. Berikut ini diuraikan situasi upaya kesehatan khususnya untuk tahun 2006. A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR
Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat sudah dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut. 1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar di dalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang sedang hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan anaknya. a. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)
Masa kehamilan merupakan masa yang rawan kesehatan, baik kesehatan ibu yang mengandung maupun janin yang dikandungnya sehingga dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur. Hal ini dilakukan guna menghindari gangguan sedini mungkin dari segala sesuatu yang membahayakan terhadap kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya. Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan, dan perawat) seperti pengukuran berat badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi 59
Tetanus Toxoid (TT) serta pemberian tablet besi kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan K4. Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan Cakupan K4 ibu hamil adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil. Cakupan K1 dan K4 dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut. GAMBAR 4.1 PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K1 DAN K4 IBU HAMIL TAHUN 2002 – 2006
Sumber : Data Indikator SPM Kabupaten/Kota dan Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas.
Cakupan pelayanan K4 menurut provinsi pada tahun 2006, dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut ini.
60
GAMBAR 4.2 PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K4 IBU HAMIL MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
Sumber: Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas
Pada gambar di atas, provinsi dengan persentase cakupan pelayanan K4 tertinggi adalah DKI Jakarta (91,89%), Jawa Tengah (88,85%) dan Bali (86,62%), sedangkan cakupan pelayanan K4 terendah adalah Provinsi Irian Jaya Barat (29,54%), Papua (31,02%) dan Sulawesi Barat (61,70%). Cakupan K4 menurut provinsi dibandingkan angka nasional dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut ini. GAMBAR 4.3 PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K4 IBU HAMIL MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
Sumber : Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes RI
Data cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4 tahun 2006 menurut provinsi disajikan pada Lampiran 4.1.
61
b. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi Kebidanan
Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan (profesional). Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, meningkat dari tahun ke tahun namun agak mengalami penurunan pada tahun 2005 dari tahun sebelumnya. Tahun 2006 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 76,40%, meningkat 4,03% dari tahun 2005 yakni 72,37%. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2002 – 2006 dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut ini. GAMBAR 4.4 PERSENTASE CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN TAHUN 2002 – 2006
Sumber : Dit. Kesehatan Ibu dan data indikator Kabupaten/Kota
Pada Gambar 4.5 terlihat cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menurut provinsi tahun 2006 dengan cakupan tertinggi adalah Provinsi Bali (90,14%), Jawa Tengah (86,20%) dan Jawa Timur (85,91%), sedangkan provinsi dengan cakupan terendah adalah Papua (30,78%), Irian Jaya Barat (55,46%) dan Maluku Utara (57,76%), data dapat dilihat dalam Lampiran 4.1.
62
GAMBAR 4.5 PERSENTASE CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
Sumber: Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas Depkes RI
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan menurut provinsi dibandingkan angka nasional dapat dilihat pada Gambar 4.6 berikut.
GAMBAR 4.6 PERSENTASE CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
Sumber : Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes RI
63
c. Rujukan Kasus Risti dan Penanganan Komplikasi
Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh tenaga bidan di desa dan Puskesmas, beberapa ibu hamil yang memiliki risiko tinggi (Risti) dan memerlukan pelayanan kesehatan karena terbatasnya kemampuan dalam memberikan pelayanan, maka kasus tersebut perlu dilakukan upaya rujukan ke unit pelayanan kesehatan yang memadai. Risti/komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Risti/komplikasi kebidanan meliputi Hb < 8 g %, Tekanan darah tinggi (sistole > 140 mmHg, diastole > 90 mmHg), oedeme nyata, eklampsia, perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada usia kehamilan > 32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis, persalinan prematur. Persentase cakupan ibu hamil dengan Risti yang telah dirujuk tahun 2006 sebesar 10,05% meningkat dari tahun 2005 (2,94%) sedangkan obstetri komplikasi yang ditangani sebesar 4,37% meningkat dari tahun 2005 (0,99%). Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.2. Neonatus risti/komplikasi meliputi asfiksia, tetanus neonatorum, sepsis, trauma lahir, BBLR (Berat Badan Lahir < 2.500 gram), sindroma gangguan pernafasan dan kelanginan neonatal. Neonatus risti/komplikasi yang tertangani adalah neonatus risti/komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih, dokter dan bidan di polindes, puskesmas, rumah bersalin dan rumah sakit. Persentase cakupan neonatal risti yang telah dirujuk tahun 2006 sebesar 3,14% meningkat dari tahun 2005 (0,98%) sedangkan neonatal komplikasi yang ditangani sebesar 0,99% meningkat dari tahun 2005 (0,41%). Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.2. d. Kunjungan Neonatus (KN1 dan KN2)
Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari) minimal dua kali, satu kali pada umur 0-7 hari (KN1) dan satu kali lagi pada umur 8-28 hari (KN2). Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan di samping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi); pemberian vitamin K; manajemen terpadu balita muda (MTBM); dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan buku KIA. Cakupan kunjungan neonatal (KN2) tahun 2002 -2005 cenderung mengalami penurunan namun pada tahun 2006 mengalami peningkatan 20.4% dari tahun 2005 sebesar 85,51% tahun 2006 dan 65,11% tahun 2005. Cakupan KN2 selama periode tahun 2002 – 2006 dapat dilihat pada Gambar 4.7 berikut ini.
64
GAMBAR 4.7 PERSENTASE CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS TAHUN 2002 – 2006
Sumber: Dit. Kesehatan Ibu dan Dit.Kes.Anak, Binkesmas, Depkes RI
Tahun 2006 provinsi dengan cakupan neonatus tertinggi adalah Provinsi Jawa Barat (131,91%), Bali (94,23%) dan Jawa Tengah (91,32%) sedangkan provinsi dengan cakupan terendah meliputi Provinsi Papua (19,45%), Irian Jaya Barat (30,14%) dan Kalimanatan Barat (53,35%) seperti terlihat pada Gambar 4.8 di bawah ini. GAMBAR 4.8 PERSENTASE CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS (KN2) MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
Sumber: Dit. Kesehatan Ibu dan Dit.Kes. Anak, Ditjen Binkesmas Depkes RI
65
Cakupan kunjungan neonatus menurut provinsi dibandingkan angka nasional dapat dilihat pada Gambar 4.9. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.1. GAMBAR 4.9 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
Sumber: Dit. Kesehatan Ibu dan Dit.Kes.Anak, Ditjen Binkesmas Depkes RI
2. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
Masa subur seorang wanita memiliki peran penting bagi terjadinya kehamilan sehingga peluang wanita melahirkan menjadi cukup tinggi. Menurut hasil penelitian, usia subur seorang wanita biasanya antara 15 – 49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita/pasangan ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan alat/cara KB. Tingkat pencapaian Pelayanan Keluarga Berencana dapat digambarkan melalui cakupan peserta KB yang ditunjukkan melalui kelompok sasaran program yang sedang/pernah menggunakan alat kontrasepsi menurut daerah tempat tinggal, tempat pelayanan serta jenis kontrasepsi yang digunakan akseptor. Cakupan secara lengkap menurut provinsi dari pelayanan KB dapat dilihat pada Lampiran 4.3 sampai dengan Lampiran 4.7. Proporsi wanita umur 15-49 berstatus menikah yang sedang menggunakan/memakai alat KB menurut daerah tempat tinggal pada tahun 2006 mengalami sedikit peningkatan dibandingkan dengan cakupan tahun 2005 sebesar 0,02% dari 57,89% pada tahun 2005 menjadi 57,91% pada tahun 2006 dengan daerah perkotaan 58,65% dan daerah perdesaan 57,36%. Cakupan tertinggi pada Provinsi Bengkulu sebesar 70,08%, Sulawesi Utara (69,75%) dan Bali (67,43%) sedangkan provinsi dengan cakupan terendah adalah Maluku yaitu 30,13%, Papua (31,22%) dan Irian Jaya Barat (31,73%). Proporsi wanita berumur 15-49 tahun yang berstatus kawin yang pernah menggunakan/memakai alat KB menurut daerah tempat tinggal pada tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar 5,71% dibandingkan dengan tahun 2005, dari 74,05% pada tahun 2005 menjadi 79,76% pada tahun 2006 dengan daerah perkotaan 81,07% dan daerah perdesaan 78,78%. Terdapat 17 provinsi memiliki cakupan ≥ 80% dengan angka tertinggi dicapai Sulawesi Utara (90,36%) dan Bengkulu (87,07%), 3 provinsi dengan cakupan ≤ 50 % meliputi Papua (46,48%), Irian Jaya Barat (47,04%) dan Maluku (48,21%). Proporsi wanita 66
umur 15-49 berstatus menikah yang sedang/pernah menggunakan/memakai alat KB dapat dilihat pada Gambar 4.10 berikut. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.3 dan 4.4. GAMBAR 4.10 PROPORSI WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN BERSTATUS KAWIN YANG SEDANG/PERNAH MENGGUNAKAN ALAT KB TAHUN 2004-2006
Sumber : BPS, Statistik Kesra, 2006
Jenis alat kontrasepsi yang digunakan peserta KB selama tahun 2006 tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan tahun 2003-2005 sebagaimana terlihat dalam Gambar 4.11 berikut. GAMBAR 4.11 PROPORSI JENIS ALAT KONTRASEPSI YANG DIGUNAKAN TAHUN 2003-2006
Sumber: BPS, Statistik Kesra dan BKKBN*
Dari Gambar 4.11 di atas menunjukkan bahwa selama tahun 2003-2006 alat kontrasepsi yang paling banyak diminati adalah suntikan dan pil KB. Pada tahun 2006 jenis kontrasepsi pil KB dan susuk mengalami penurunan persentase, sebaliknya pemakaian kontrasepsi suntikan, AKDR dan kontrasepsi lainnya mengalami peningkatan persentase. Rincian persentase alat/cara KB yang dipakai peserta KB aktif menurut provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 4.5 dan 4.6. 67
GAMBAR 4.12 TEMPAT PELAYANAN PESERTA KB TAHUN 2003 – 2006
Sumber : BKKBN
Pada Gambar 4.12 diatas, tempat pelayanan untuk peserta KB baru di klinik KB pemerintah mengalami peningkatan 1,42% dari tahun 2005 menjadi 61,08% pada tahun 2006 dari 59,66% pada tahun 2005, sedangkan pelayanan peserta KB di klinik KB swasta, bidan praktek swasta dan dokter praktek swasta sedikit mengalami penurunan pada tahun 2006. Jumlah dan proporsi peserta KB baru kumulatif menurut tempat pelayanan dan provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 4.7. 3. Pelayanan Imunisasi
Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi unutk bayi umur 0 – 1 tahun (BCG, DPT, Polio, Campak, HB), imunisasi untuk Wanita Usia Subur/Ibu Hamil (TT) dan imunisasi untuk anak SD (kelas1: DT dan kelas 2-3: TT), sedangkan kegiatan imunisasi tambahan dilakukan atas dasar ditemukannya masalah seperti Desa non UCI, potensial/risti KLB, ditemukan/diduga adanya virus polio liar atau kegiatan lainnya berdasarkan kebijakan teknis. Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan proksi terhadap cakupan atas imunisasi secara lengkap pada sekelompok bayi. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi (herd immunity) terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Dalam hal ini Pemerintah mentargetkan pencapaian UCI pada wilayah administrasi desa/ kelurahan. Suatu desa/kelurahan telah mencapai target UCI apabila > 80% bayi di desa/kelurahan tersebut mendapat imunisasi lengkap. Secara nasional, pencapaian UCI tingkat desa/kelurahan tahun 2004 - 2005 mengalami peningkatan 6,8% dari 69,43% tahun 2004 menjadi 76,23% tahun 2005 (Gambar 4.13) namun terjadi penurunan 2.97% pada tahun 2006 yaitu 73.26%.
68
GAMBAR 4.13 PERSENTASE PENCAPAIAN UCI DI TINGKAT DESA/KELURAHAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2004-2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Dari 33 provinsi yang dipantau, pada tahun 2005 terdapat 7 provinsi yang telah mencapai target (target tahun 2005: ≥ 86%) UCI Desa/Kelurahan yaitu Bali (100%), DI Yogyakarta (99,09%), Lampung (90%), Jawa Tengah (89%), Jambi (88,95%), Nusa Tenggara Barat (87,53%) dan Sulawesi Tenggara (86,87%) sedangkan tahun 2006 terdapat 4 provinsi yang telah mencapai target (target tahun 2006 ≥ 89%) UCI desa/kelurahan yaitu Bali (99,28%), Jambi (92,98%), DI Yogyakarta (92,24%) dan Nusa Tenggara Barat (89,91%). Terdapat enam provinsi yang tidak ada datanya yaitu Riau, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, Banten, Sulawesi Barat dan Irian Jaya Barat. Pencapaian desa UCI menurut provinsi tahun 2004 – 2006 dapat dilihat pada Lampiran 4.8. Sedangkan gambaran pencapaian UCI tingkat Desa/Kelurahan menurut provinsi pada tahun 2006 dapat dilihat pada Gambar 4.14 berikut ini. GAMBAR 4.14 PERSENTASE PENCAPAIAN UCI DI TINGKAT DESA/KELURAHAN MENURUT PROVINSI PADA TAHUN 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
69
Target jangkauan imunisasi bayi ditunjukkan dengan cakupan imunisasi DPT1 karena imunisasi ini merupakan salah satu antigen kontak pertama dari semua imunisasi yang diberikan kepada bayi. Gambaran cakupan imunisasi bayi DPT1, Campak dan angka drop out pada tahun 2002 – 2006 dapat dilihat pada Gambar 4.15 berikut ini. GAMBAR 4.15 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI DPT-1 DAN CAMPAK SERTA ANGKA DROP OUT (DO) TAHUN 2002 – 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Pada gambar di atas menunjukkan bahwa angka drop out (DO) DPT1-Campak yang merupakan target efektivitas program selama tahun 2002-2006 berkisar antara 1,5% - 9,3%, pada tahun 2006 angka drop out meningkat menjadi 9,3%. Beberapa provinsi tidak mencapai target program dimana drop out cakupan DPT1-Campak lebih dari 10% yaitu di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Gorontalo dan Sulawesi Barat. Angka drop out cakupan DPT1-Campak menurut provinsi dapat dilihat dalam Lampiran 4.11. Target tingkat perlindungan imunisasi bayi ditunjukkan dengan cakupan imunisasi campak karena imunisasi ini merupakan antigen kontak terakhir dari semua imunisasi yang diberikan kepada bayi. Pada tahun 2006 terdapat enam provinsi tidak mencapai target tingkat perlindungan program (indikator cakupan campak ≥ 80%) yaitu Banten, Jawa Barat, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Papua dan Irian Jaya Barat. Provinsi dengan cakupan tertinggi adalah DI Yogyakarta (103,31%), DKI Jakarta (101,71%) dan Jambi (97,96 %); sedangkan provinsi dengan cakupan terendah adalah Papua (67,80%), Sulawesi Barat (68,29%) dan Banten (71,60%). Gambaran cakupan imunisasi campak tahun 2006 dapat dilihat pada Gambar 4.16 berikut. Sedangkan rincian cakupan imunisasi bayi untuk masing-masing jenis vaksin menurut provinsi selama tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 4.9 dan Lampiran 4.10.
70
GAMBAR 4.16 PERSENTASE PENCAPAIAN IMUNISASI CAMPAK MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan salah satu kegiatan imunisasi tambahan yang bertujuan untuk menurunkan jumlah kasus Tetanus Neonatal di setiap Kabupaten hingga < 1 kasus per 1000 kelahiran hidup pertahun. Pada masa lalu sasaran kegiatan MNTE adalah calon penganten dan ibu hamil namun pencapaian target agak lambat, sehingga dilakukan kegiatan akselerasi berupa pemberain TT 5 dosis pada seluruh Wanita usia subur termasuk ibu hamil (usia 15 – 39 tahun). Untuk cakupan imunisasi TT ibu hamil pada tahun 2000 – 2006 dapat dilihat pada Gambar 4.17 berikut ini. GAMBAR 4.17 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL TAHUN 2002 – 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Pada kurun waktu 2002-2005 cakupan imunisasi TT-1 dan TT-2 pada ibu hamil mengalami penurunan namun mengalami sedikit kenaikan pada tahun 2006 3% untuk TT-1 dan 2,4% untuk TT-2 dari tahun 2005 yakni TT-1 (53,6%) dan TT-2 (49,4%) menjadi TT-1 sebesar 56,6% dan TT-2 sebesar 51,8%. Provinsi dengan cakupan TT-2 tertinggi adalah Nusa Tenggara Barat (87,9%), Lampung (82,4%), dan Kepulauan Bangka Belitung (82,2%); 71
adapun provinsi dengan cakupan terendah adalah Jawa Timur (4,2%), Irian Jaya Barat (15,0%) dan Papua (21,4%). Gambaran cakupan imunisasi TT-2 pada ibu hamil menurut provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Gambar 4.18 sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.12. GAMBAR 4.18 CAKUPAN IMUNISASI TT-2 PADA IBU HAMIL TAHUN 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG
Salah satu program Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009 adalah upaya kesehatan perorangan yang bertujuan meningkatkan akses, keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan yang aman melalui sarana pelayanan kesehatan perorangan (Puskesmas, fasilitas kesehatan, RSU, dll). Beberapa kegiatan pokok upaya kesehatan perorangan adalah peningkatan pelayanan kesehatan rujukan, pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin di kelas III di rumah sakit, dan lain-lain. Berikut adalah uraian singkat tentang pelayan kesehatan rujukan dan penunjang tersebut. 1. Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit
Upaya kesehatan perorangan dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta untuk memelihara, meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan/memulihkan kesehatan perorangan. Upaya pelayanan kepada masyarakat dilakukan secara rawat jalan bagi masyarakat yang mendapat gangguan kesehatan ringan dan pelayanan rawat inap baik secara langsung maupun melalui rujukan pasien bagi masyarakat yang mendapatkan gangguan kesehatan sedang hingga berat. a. Kunjungan Rawat Inap/Rawat Jalan, Pelayanan Unit Darurat dan Rujukan
Sebagian besar sarana pelayanan Puskesmas dipersiapkan untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi kunjungan rawat jalan sedangkan rumah sakit yang
72
dilengkapi berbagai fasilitas di samping memberikan pelayanan pada kasus rujukan untuk rawat inap juga melayani untuk kunjungan rawat jalan. Kunjungan pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2006 berjumlah 3.116.539 dengan jumlah hari perawatan 15.317.694, pasien keluar hidup sebesar 96,24% dan 3,76% pasien keluar mati. Jumlah kunjungan rawat inap terbanyak pada Provinsi Jawa Tengah (549.710), Jawa Timur (446.662) dan DKI Jakarta (429.209) sedangkan kunjungan rawat inap terkecil pada Provinsi Maluku Utara (5.470), Irian Jaya Barat (10.011) dan Maluku (10.237). Persentase pasien keluar hidup tertinggi pada Provinsi Irian Jaya Barat (97,61), Kalimantan Timur (97,40) dan Maluku (97,07) sedangkan provinsi dengan persentase terkecil adalah Sumatera Utara (94,52), Kalimantan Tengah (94,88) dan Sumatera Barat (94,98). Rincian data secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4.13.a Kunjungan pasien rawat jalan pada tahun 2006 berjumlah 15.058.774 yang terdiri dari 49,37% kunjungan baru dan 50,63% kunjungan lama. Provinsi dengan kunjungan baru tertinggi adalah Irian Jaya Barat (64,68%), Jambi (62,40) dan Nusa Tenggara Timur (59,97%) sedangkan provinsi dengan kunjungan baru terendah yaitu DI Yogyakarta (36,50%), Sulawesi Utara (40,27%) dan Jawa Tengah (40,89%). Untuk kunjungan pasien dengan gangguan jiwa pada rumah sakit berjumlah 295.820, provinsi dengan kunjungan tertinggi adalah Jawa Tengah (62.680) sedangkan yang terendah adalah Kepulauan Bangka (10). Rincian data secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4.13.b Kunjungan pasien di unit darurat pada rumah sakit umum depkes/pemda pada tahun 2006 sebesar 18,07 % dari seluruh kunjungan rumah sakit dimana 17,15% kunjungan unit darurat berasal dari pasien rujukan dan 82,85% berasal dari pasien non rujukan. Pada rumah sakit kelas A dari pasien kunjungan unit darurat sebagian besar berasal dari pasien rujukan sedangkan rumah sakit kelas B, C dan D terbanyak berasal dari pasien non rujukan. Hal ini menyebabkan beban ganda bagi rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan rujukan dari sarana pelananan kesehatan dibawahnya. Kunjungan unit darurat pada rumah sakit umum dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut. TABEL 4.1 KUNJUNGAN PELAYANAN UNIT DARURAT PADA RSU DEPKES/PEMDA MENURUT KELAS DI INDONESIA TAHUN 2006 Kelas RSU
Jumlah Pengunjung
Kelas A
982.733
Kelas B Kelas C Kelas D Total
4.940.539 4.283.317 333.151 10.539.740
Kunjungan Unit Darurat Jumlah % 113.126 11,51 867.834 834.265 89.204 1.904.429
17,57 19,48 26,78 18,07
Pasien Rujukan
Pasien Non Rujukan
Jumlah 59.808
% 52,87
Jumlah 53.318
% 47,13
113.859 142.699 10.188 326.554
13,12 17,10 11,42 17,15
753.975 691.566 79.016 1.577.875
86,88 82,90 88,58 82,85
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes
Pelayanan pasien di unit darurat rumah sakit meliputi dirawat, dirujuk, dipulangkan dan mati. Pasien yang datang di unit gawat darurat 55,30% terus dirawat, 1,79% di rujuk ke rumah sakit lain, 41,91% dipulangkan setelah diberi pelayanan dan hanya 1,00% yang meninggal. Dilihat dari pencapaian tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pelayanan di rumah sakit masih banyak melayani pasien yang seharusnya ditangani oleh tingkat 73
pelayanan pertama (puskesmas, praktek dokter, balai pengobatan, dll). Pelayanan unit darurat pada rumah sakit umum Depkes/Pemda dapat dilihat pada Gambar 4.19 berikut. GAMBAR 4.19 PELAYANAN UNIT DARURAT PADA RUMAH SAKIT UMUM DEPKES/PEMDA TAHUN 2006
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes
Kegiatan rujukan pada rumah sakit umum pada tahun 2006 terdiri dari rujukan dari bawah (berasal dari Puskesmas, RS lain, fasilitas kesehatan) sebesar 12,4% mengalami peningkatan dari tahun 2005 (7,8%). Persentase tertinggi rujukan dari bawah pada RSU Depkes (31,6) dan RSU Pemerintah Kabupaten/Kota (22,5) sedangkan persentase terendah di RSU Pemerintah Provinsi (1,0) dan RSU Departemen Lain/BUMN (1,1). Untuk pasien yang dirujuk ke atas tahun 2006 sebesar 0,80% mengalami peningkatan dari tahun 2005 (0,28%) terbanyak diterima oleh RSU Pemerintah Kabupaten/Kota yaitu 1,77% dan terendah pada RSU Departemen Kesehatan (0,02%). Kegiatan rujukan pada RSU menurut kepemilikan dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut. TABEL 4.2 KEGIATAN RUJUKAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DIRINCI MENURUT KEPEMILIKAN TAHUN 2006 Kepemilikan RSU
Departemen Kesehatan Pemerintah Provinsi Pemerintah Kab/Kota TNI & POLRI Departemen Lain/BUMN Swasta Total
Jumlah Pengunjung
Rujukan dari Bawah
1.947.909 2.402.170 6.142.700 901.057 1.055.911 6.142.889 18.592.363
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik,Depkes
74
Jumlah 616.296 24.879 1.385.019 102.312 11.089 162.418 2.302.013
% 31.6 1.0 22.5 11.4 1.1 2.6 12.4
Dirujuk Ke Atas Jumlah 346 4.628 108.559 765 9.144 24.826 148.268
% 0.02 0.19 1.77 0.08 0.87 0.40 0.80
b. Indikator Pelayanan Rumah Sakit
Penilaian tingkat keberhasilan pelayanan di rumah sakit biasanya dilihat dari berbagai segi yaitu tingkat pemanfaatan sarana, mutu dan tingkat efisiensi pelayanan. Beberapa indikator standar terkait dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang dipantau antara lain pemanfaatan tempat tidur (BOR), rata-rata lama hari perawatan (LOS), rata-rata tempat tidur dipakai (BTO), rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur (TOI), persentase pasien keluar yang meninggal (GDR) dan persentase pasien keluar yang meninggal <24 jam perawatan (NDR). Pada tahun 2003-2004 indikator pelayanan RS masih menjadi satu namun sejak tahun 2005 indikator pelayanan RS sudah dipisah antara RSU dan RS Khusus. Pencapaian indikator pelayanan kesehatan di RS selama empat tahun terakhir dapat dilihat dalam Gambar 4.20 dan 4.21 berikut ini. GAMBAR 4.20 PENCAPAIAN INDIKATOR B0R , BTO DAN TOI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2003 – 2006
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI
GAMBAR 4.21 PENCAPAIAN INDIKATOR GDR, NDR, DAN LOS RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2003 – 2006
75
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI
Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa pemakaian tempat tidur di rumah sakit selama empat tahun terakhir cenderung meningkat setiap tahunnya walaupun masih di bawah angka ideal yang diharapkan (60-85%) berkisar antara 55,2% – 57%, pada tahun 2006 mengalami sedikit peningkatan 0,8% dari tahun 2005 dari 56,2 menjadi 57%. Banyak faktor yang mempengaruhi angka BOR suatu rumah sakit, di antaranya semakin meningkatnya jumlah RS dan tempat tidur yang tersedia sedangkan jumlah populasi yang mencari pelayanan tidak terlalu tinggi. Persentase pasien keluar meninggal dan meninggal <24 jam (GDR/NDR) selama 3 (tiga) tahun terakhir menurun dengan kisaran antara 39,4 – 47,9 (GDR), 18,1 – 22,8 (NDR). Tahun 2005 GDR (43), NDR (21) menjadi 39,4(GDR) dan 18 (NDR) pada tahun 2006. Hal ini menunjukkan bahwa mutu pelayanan di rumah sakit mengalami peningkatan. Indikator lamanya hari rawatan (LOS) selama empat tahun terakhir cenderung stabil berkisar 4 hari namun masih di bawah angka ideal (6-9 hari) sedangkan selang waktu dalam pemakaian tempat tidur (TOI) mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi 6 hari dari 8,6 hari pada tahun 2005 walaupun masih di bawah angka ideal (1-3 hari). Rincian indikator pelayanan RSU Depkes dan Pemda menurut provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 4.15. 2. Pelayanan Kesehatan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dan radiodiagnostik merupakan pelayanan kesehatan penunjang dalam menegakkan suatu diagnosa penyakit. Jumlah pemeriksaan laboratorium pada tahun 2006 rumah sakit umum sebesar 53.372.332 pemeriksaan berasal dari 1.012 RSU dengan rata-rata 303 pemeriksaan/hari sedikit mengalami peningkatan dari tahun 2005 yaitu 49.758.167 pemeriksaan dan rata-rata 294 pemeriksaan/hari. Persentase pemeriksaan tertinggi pada RSU Swasta (35,2%) dan RSU Pemerintah Kab/Kota (34,3%) sedangkan RSU dengan pemeriksaan terendah pada RSU TNI & POLRI (2,8%) dan RSU Departemen Lain/BUMN (5,1%). Rincian pemeriksaan laboratorium dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut. TABEL 4.3 KEGIATAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA RSU MENURUT PEMILIK DI INDONESIA TAHUN 2006 Pemeriksaan Laboratorium Pemilik RSU
Jumlah RSU
Rata - rata Pemeriksaan /Hari/RS
Departemen Kesehatan
13
Patologi Klinik 5.950.369
Pemerintah Provinsi
42
6.058.228
21.733
6.079.961
11,4
579
Pemerintah Kab/Kota
335
18.354.193
20.371
18.374.564
34,3
269
TNI & POLRI
110
1.487.072
3.205
1.490.277
2,8
191
71
2.734.206
8.984
2.743.190
5,1
241
441
18.788.264
81.102
18.869.366
35,2
254
1.012
53.372.332
171.572
53.543.904
100
303
Departemen Lain/BUMN Swasta Total
Patologi Anatomi 36.177
5.986.546
11,2
1.425
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes
76
Jumlah
% Terhdp Total
Pemeriksaan radiodiagnostik pada RSU Depkes dan Pemda pada tahun 2006 mengalami penurunan dari tahun 2004 dan 2005 dengan jumlah pemeriksaan 1.541.868 dari 232 RSU. Tahun 2005 pemeriksaan diagnostik berjumlah 1.843.117 berasal dari 255 RSU sedangkan tahun 2004 berjumlah 1.565.688 berasal dari 254 RSU. Penurunan terjadi dikarenakan jumlah rumah sakit yang melapor lebih sedikit dari tahun-tahun sebelumnya padahal tiap tahun terjadi penambahan rumah sakit umum Depkes/pemda, rincian pemeriksaan dapat dilihat pada Gambar 4.22 dan rincian menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 4.16. GAMBAR 4.22 PEMERIKSAAN RADIODIAGNOSTIK PADA RUMAH SAKIT UMUM DEPKES/PEMDA TAHUN 2004 – 2005
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes
3.
Pelayanan Kesehatan Jaminan Pemeliharaan Masyarakat Miskin (JPK-MM)/ASKESKIN
Kesehatan
bagi
Program Askeskin adalah program Pemerintah yang sangat strategis dan telah dilaksanakan sejak 1 Januari 2005. Program ini bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat miskin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk melaksanakan program ini, Menteri Kesehatan menunjuk PT Askes (Persero) sebagai penyelenggara program. Melalui program Askeskin ini masyarakat miskin akan memperoleh kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan milik Pemerintah, TNI-POLRI dan swasta yang bekerjasama dengan PT Askes (Persero). Dengan keluarnya Surat Keputusan Menkes Nomor 332/Menkes/SK/V/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin 2006 atau lebih dikenal dengan Program Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin (Askeskin), merupakan jaminan kesehatan bagi keluarga kurang mampu di Indonesia. Realisasinya, Program Asuransi Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin (Askeskin) sejak tahun 2005 dan 2006 dapat mencakup 60 juta penduduk miskin dan hampir miskin, dibanding tahun 2005 yang hanya mencakup 36,1 juta penduduk miskin. 77
Berdasarkan laporan PT Askes, sampai bulan Desember 2006 terdapat 618 pemberi pelayanan kesehatan (PPK) yang telah melakukan kerjasama dengan PT Askes dalam melaksanakan program Askeskin. Persentase PPK menurut jenis penyelenggaranya adalah RS milik Depkes dan Pemda 72,2% (446 PPK), RS Swasta 21,04% (130 PPK), RS TNI POLRI 3,07% (19 PPK), Balai Pengobatan Penyakit Paru Provinsi (BP4) 2,59% (16 PPK) dan Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM)/Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) 1,13% (7 PPK) seperti terlihat pada Gambar 4.23 berikut. GAMBAR 4.23 PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN (PPK) PROGRAM ASKESKIN TAHUN 2006
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes
Jumlah sasaran peserta Askeskin sebanyak 60.000.000 jiwa masyarakat miskin/tidak mampu di seluruh Indonesia (dapat dilihat dalam Lampiran 4.18). Jumlah kartu Askeskin yang telah diterbitkan sebanyak 41.527.679 atau baru mencapai 69,21% dari sasaran program. Sedangkan jumlah kartu yang telah didistribusikan sebanyak 39.488.563 atau baru mencapai 65,81% dari sasaran program dapat dilihat pada Gambar 4.24 di bawah ini. GAMBAR 4.24 JUMLAH KARTU ASKESKIN YANG DITERBITKAN DAN DIDISTRIBUSIKAN TAHUN 2006
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes
78
Pada tahun 2006 pasien miskin/tidak mampu di rawat jalan berjumlah 3.817.758 dan rawat inap (Kelas III) berjumlah 1.197.233 dengan sumber dana berasal dari sisa dana PKPSBBM 2004 dan Dana Askes 2006, rincian data dapat dilihat pada Tabel 4.4. TABEL 4.4 JUMLAH PASIEN MISKIN/TIDAK MAMPU DI RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP DI INDONESIA TAHUN 2006 No
Sumber Dana
Rawat Jalan
1
Sisa Dana PKPS-BBM 2004
2
Dana Askes 2006 Total
Rawat Inap (Kelas III)
25.080
8.305
3.792.678
1.188.928
3.817.758
1.197.233
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes Keterangan : PKPS-BBM = Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM
Dana yang tersedia untuk tahun 2006 sebesar Rp. 3,6 Trilyun berasal dari sisa dana tahun 2005, DIPA Binakesmas dan DIPA Bina Yanmedik ditambah dengan jasa giro dan lain lain sebesar Rp. 24 Milyar. Dana tersebut dikelola oleh PT Askes (Persero) untuk pembayaran pelayanan kesehatan mulai dari pelayanan strata I di Puskesmas dan jaringannya sampai dengan pelayanan strata II – III di Rumah Sakit. Realisasi penggunaan dana PKPS-BBM - Askeskin untuk pasien miskin/tidak mampu berjumlah 1,3 trilyun berasal dari sisa dana PKPS-BBM 2004 berjumlah 9,3 milyar dan dana Askeskin 2006 berjumlah 1,3 trilyun. Rincian data dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut. TABEL 4.5 REALISASI PENGGUNAAN DANA PKPS BBM 2004 DAN DANA ASKESKIN 2006 UNTUK PASIEN MISKIN/TIDAK MAMPU DI INDONESIA No
Sumber Dana
Sisa Dana PKPS-BBM 2004 (Rp)
Dana Askeskin 2006 (Rp)
1
Rawat Jalan
1.108.692.978
160.829.968.438
2
Rawat Inap (Kelas III)
8.194.484.794
1.185.615.230.587
Total
9.303.177.772
1.346.445.199.025
T o t a l PKPS-BBM - Askeskin
1.355.748.376.797
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes Keterangan : PKPS-BBM = Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM
Program Askeskin dimonitor dan dievaluasi oleh berbagai pihak baik oleh pihak eksekutif: Kantor Setneg, Kantor Koordinator Kesra, Kantor Sekretariat Wakil Presiden, Departemen Kesehatan, dll, maupun oleh pihak legislatif DPRRI. Selain itu juga dilakukan evaluasi oleh pihak LSM, universitas, dll termasuk didalamnya adalah penelitian ilmiah tentang manfaat program Askeskin. Pemeriksaan atau audit telah dilakukan oleh berbagai pihak, baik secara internal oleh Satuan Pengawas Internal (SPI), Komite Audit maupun secara eksternal oleh Inspektorat Jendral Departemen Kesehatan, BPK, dan BPKP. Hasil audit adalah Wajar Tanpa Pengecualian.
79
4. Penanganan Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya)
Penanganan penyalahgunaan NAPZA pada rumah sakit di Indonesia terdiri dari kegiatan kuratif, rehabilitatif dan aftercare dengan jenis NAPZA yang dipergunakan adalah Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya. Tahun 2006 kegiatan kuratif (pengobatan) penyalahgunaan NAPZA pada rumah sakit berjumlah 119 dengan rincian 45 jenis Narkotika, 42 Psikotropika dan 32 zat adiktif lainnya. Kegiatan rehabilitatif berjumlah 25 terdiri dari 10 Narkotika dan 15 Psikotropika. Sedangkan kegiatan aftercare berjumlah 11 dari Psikotropika. Kegiatan penanganan penyalahgunaan NAPZA pada rumah sakit tahun 2006 dapat dilihat pada Gambar 4.25. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.19. GAMBAR 4.25 KEGIATAN PENANGANAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes, 2006
Kegiatan penyuluhan di rumah sakit tahun 2006 berjumlah 687.892 dengan metode penyuluhan berupa pemutaran kaset, ceramah, demonstrasi, pameran, pelatihan dan lain-lain. Untuk kegiatan penyuluhan P3 Napza berjumlah 4.143 atau 0,6% dari seluruh kegiatan penyuluhan. Rincian data dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut. TABEL 4.6 KEGIATAN PENYULUHAN P3 NAPZA DI RUMAH SAKIT TAHUN 2006 No 1 2 3 4 5 6
Kegiatan Pemutaran Kaset Ceramah Demonstrasi Pameran Pelatihan Lain-lain Jumlah
Seluruh Penyuluhan 10.349 170.375 13.258 1.858 370.723 121.329 687.892
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes
80
Penyuluhan P3 Napza 161 3.918 5 1 12 46 4.143
% 1,6 2,3 0,04 0,05 0,003 0,04 0,6
C. PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT
Indonesia menghadapi beban ganda dalam pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya beberapa penyakit menular sementara penyakit tidak menular atau degeneratif mulai meningkat. Di samping itu telah timbul pula berbagai penyakit baru. Program pencegahan dan pemberantasan penyakit bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan dari penyakit menular dan mencegah penyebaran serta mengurangi dampak sosial akibat penyakit sehingga tidak menjadi masalah kesehatan. Upaya pemberantasan penyakit menular lebih ditekankan pada pelaksanaan surveilans epidemiologi dengan upaya penemuan penderita secara dini yang ditindaklanjuti dengan penanganan secara cepat melalui pengobatan penderita. Di samping itu pelayanan lain yang diberikan adalah upaya pencegahan dengan pemberian imunisasi, upaya pengurangan faktor risiko melalui kegiatan untuk peningkatan kualitas lingkungan serta peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya pemberantasan penyakit menular yang dilaksanakan melalui berbagai kegiatan. Uraian singkat berbagai upaya tersebut seperti berikut ini. 1. Pengendalian Penyakit Polio
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Polio telah dilakukan melalui gerakan imunisasi polio. Upaya ini juga ditindaklanjuti dengan kegiatan surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) kelompok umur <15 tahun hingga dalam kurun waktu tertentu, untuk mencari kemungkinan adanya virus polio liar yang berkembang di masyarakat dengan pemeriksaan spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai. Berdasarkan kegiatan surveilans AFP pada penduduk <15 tahun selama tahun 2002 – 2006, secara nasional diperoleh gambaran sebagaimana terlihat pada Gambar 4.26 berikut. GAMBAR 4.26 PERSENTASE HASIL PENGIRIMAN SPESIMEN ADEKUAT DAN NON POLIO AFP RATE TAHUN 2002 – 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Ada 4 strategi dalam upaya pemberantasan polio yaitu 1). Imunisasi yang meliputi peningkatan imunisasi rutin polio, PIN dan Mop-up, 2). Surveilans AFP, 3). Sertifikasi bebas polio, dan 4). Pengamanan virus polio di laboratorium. 81
Setiap kasus AFP yang ditemukan dalam kegiatan intensifikasi surveilans, akan dilakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk mengetahui ada tidaknya virus polio liar yang menyerang masyarakat. Dari gambar di atas menunjukan bahwa persentase spesimen adekuat yang dikirim untuk pemeriksaan virus Polio menjadi semakin meningkat, dengan demikian hasil pemeriksaan yang dilakukan menjadi semakin mewakili kondisi di lapangan. Dari hasil pemeriksaan selama tujuh tahun terakhir (tahun 1998 – 2004) tidak ditemukan adanya infeksi virus Polio liar pada kasus AFP yang ditemukan. besaran Non Polio AFP Rate selama tahun 1998 – 2004 relatif stabil. Sampai saat ini, jumlah kumulatif penderita Polio - sejak bulan Maret 2005 sampai dengan 01 Mei 2006 - adalah sebanyak 349 orang. Yang terdiri dari total polio kasus = 349, WPV1 Kasus = 303,Type 1 VDPV Kasus = 46, denganTotal infected Kabupaten/kota = 47 dengan Total infected provinsi = 10. Berbagai upaya yang dilakukan Pemerintah untuk memutuskan rantai penularan Polio merupakan wujud komitmen Bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia berperan membasmi Polio dari muka bumi dan wujud komitmen Pemerintah dalam membebaskan Balita Indonesia dari penyakit Polio. Berdasarkan kajian tim assessment, kajian epidemiologis data surveilans AFP serta ditemukan virus Polio di beberapa provinsi, maka untuk menghentikan penyebaran virus yang lebih luas, PIN harus dilakukan sesegera mungkin yaitu 30 Agustus 2005 putaran pertama dan 27 September 2005 untuk putaran kedua. Kemudian 3 putaran lagi dilaksanakan pada tanggal 30 November 2005, 27 Februari 2006 dan 12 April 2006. Sementara itu, cakupan hasil Pekan Imunisasi Nasional pada tahun 2005 - 2006 secara nasional dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut. Persentase hasil PIN 5 putaran menurut provinsi dapat dilihat dalam Lampiran 4.20. TABEL 4.7 UPAYA PENANGGULANGAN KLB POLIO TAHUN 2005-2006 ORI
Waktu
Mar ,Apr Mei'
MOP UP I 30 Mei
MOP UP II 28 Juni
PIN I
PIN II
PIN III
Sub PIN
PIN IV
PIN V
30 Agust
27 Sept
30 Nov
30 Jan
27 Feb
12 April
Tahun 2005
Lokasi
Tahun 2006
Jabar
Jabar
Jabar
Banten
DKI
DKI
Nasional
Nasional
Nasional
NAD Sumut
DKI
Banten
Banten
Sumsel
Lampung
Lampung
Jateng
Banten
Jatim
Jatim
Sasaran (Balita) Dana
191.959
Sumber Dana Cakupan
BLN + APBN 97,8%
6.398.107
6.398.107
23.620.427
23.620.427
Rp.38,4 M
Rp.179,5 M
BLN + APBN+APBD
BLN + APBN
104.0%
87,7%
95%
97,8%
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI Catatan : ORI = Outbreak Response Immunization PIN = Pekan Imunisasi Nasional
82
23.620.427
4.523.321
Rp.110,3 M
Rp.14,5 M
BLN + APBN 98,2%
UNICEF 95,8%
Nasional
Nasional
23.620.427
23.620.427
Rp 230 M APBN 98.5%
APBN 99.8%
2. Pengendalian TB-Paru
Upaya pencegahan dan pemberantasan TB-Paru dilakukan dengan pendekatan DOTS (Directly Observed Treatment Shortcource Chemotherapy) atau pengobatan TB-Paru dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO). Kegiatan ini meliputi upaya penemuan penderita dengan pemeriksaan dahak di sarana pelayanan kesehatan yang ditindaklanjuti dengan paket pengobatan. Pada tahun 2006 pengembangan program pengendalian penyakit TB dengan strategi DOTS telah dilaksanakan di seluruh provinsi (33 provinsi), di 432 (98%) dari 440 Kabupaten/Kota yang ada. Secara kuantitatif, DOTS telah dilaksanakan di 7.667 Puskesmas (97,4%) dari 7.867 Puskesmas. Untuk pelaksanaan DOTS di Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru (BP4)/ Rumah Sakit TBC Paru (RSTP) sudah mencapai 94,7% dari 38 BP4 dan RSTP sedangkan untuk Rumah Sakit baru 35,7% dari 1278. Dari upaya penemuan penderita TB selama tahun 2002-2006 ditemukan gambaran kasus sebagaimana terlihat pada Gambar 4.27 berikut. GAMBAR 4.27 JUMLAH PENDERITA TB BTA+ DAN TB LAIN TAHUN 2002 – 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Dalam penanganan program, semua penderita TB yang ditemukan ditindaklanjuti dengan paket-paket pengobatan intensif. Melalui paket pengobatan yang diminum secara teratur dan lengkap, diharapkan penderita akan dapat disembuhkan dari penyakit TB yang dideritanya. Namun demikian dalam proses selanjutnya tidak tertutup kemungkinan terjadinya kegagalan pengobatan akibat dari paket pengobatan yang tidak terselesaikan atau drop out (DO), terjadinya resistensi obat atau kegagalan dalam penegakan diagnosa di akhir pengobatan. Upaya Pemerintah dalam menanggulangi Tuberkulosis (TB), setiap tahun semakin menunjukkan kemajuan. Hal ini dapat ketahui antara lain dapat dilihat dari angka insiden kasus menular maupun dari meningkatnya jumlah penderita yang ditemukan dan disembuhkan setiap tahun. Hingga tahun 2006, pelaksanaan pengendalian Penyakit TBC sampai tahun 2006 telah dapat menurunkan insiden kasus menular dari 130/100.000 penduduk (WHO-1995) menjadi 104/100.000 penduduk. Selain dengan angka insiden, keberhasilan program pengendalian TB dapat dengan melihat beberapa indikator program pengendalian TB yang antara lain angka penemuan kasus 83
(Case Detection Rate) dan angka keberhasilan pengobatan (Success Rate) selama lima tahun terakhir seperti Gambar 4.28. GAMBAR 4.28 PENEMUAN KASUS BARU DAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TAHUN 2002 – 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Tingkat kesembuhan dari penderita pasca pengobatan biasanya sangat sulit ditegakkan oleh karena kendala dari penderita dalam mengeluarkan dahak yang memenuhi persyaratan, sehingga dalam pemantauan hasil akhir lebih diarahkan pada tingkat kelengkapan pengobatan atau succes rate (SR). Angka kesembuhan tahun 2005 sebesar 83,06%, provinsi dengan angka kesembuhan tertinggi adalah Sulawesi utara (92,93), Sumatera Utara (91,79) dan Sulawesi Tenggara (90,61) sedangkan provinsi dengan angka kesembuhan rendah adalah Maluku Utara (47,09), Maluku (52,22) dan Kalimantan Timur (61,71). Rincian data secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4.21. Angka keberhasilan pengobatan adalah angka yang menunjukkan persentase pasien TB BTA positif yang menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupun pengobatan lengkap) diantara pasien TB BTA positif yang tercatat, sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 telah mencapai target global sebesar 85%. Tahun 2005, 26 provinsi yang telah mencapai target angka keberhasilan pengobatan, 4 (empat) provinsi yang belum mencapai target adalah Provinsi Riau (84%), Kalimantan Timur (81%), Papua (81%) dan Maluku (79%) sedangkan 3 (tiga) provinsi tidak ada data yaitu Irian Jaya Barat, Sulawesi Barat dan Kepulauan Riau, dapat dilihat pada Gambar 4.29 berikut.
84
GAMBAR 4.29 ANGKA KEBERHASILAN PENGOBATAN PENDERITA BARU TB BTA POSITIF (SUCCESS RATE) MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Angka konversi adalah persentase pasien TB paru BTA positif yang mengalami konversi menjadi BTA negatif setelah menjalani masa pengobatan intensif. Indikator ini berguna untuk mengetahui secara cepat kecenderungan keberhasilan pengobatan dan untuk mengetahui apakah pengawasan langsung menelan obat dilakukan dengan benar. Gambar 4.30 di bawah menunjukkan bahwa pada tahun 2006 secara nasional Indonesia mencapai 85% untuk angka konversi, 26 Provinsi yang telah mencapai target 80% sedangkan yang belum mencapai target sebanyak 6 provinsi yaitu yaitu Banten (79%), Papua (73%), Maluku (70%), Nusa Tenggara Timur (68%), Kalimantan Timur (67%) dan Maluku Utara (61%).
85
GAMBAR 4.30 ANGKA KONVERSI PENDERITA BARU TB BTA POSITIF (CONVERSION RATE) MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
3. Pengendalian Penyakit ISPA
Upaya dalam rangka Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (P2 ISPA) lebih difokuskan pada upaya penemuan secara dini dan tata laksana kasus yang cepat dan tepat terhadap penderita Pneumonia balita yang ditemukan. Upaya ini dikembangkan melalui suatu manajemen terpadu dalam penanganan balita sakit yang datang ke unit pelayanan kesehatan atau lebih dikenal dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Dengan pendekatan MTBS semua penderita ISPA langsung ditangani di unit yang menemukan, namun bila kondisi balita sudah berada dalam Pneumonia berat sedangkan peralatan tidak mencukupi maka penderita langsung dirujuk ke fasilitas pelayanan yang lebih lengkap. Target penurunan angka kematian (2/1000) dan kesakitan (4%) karena Pneumonia pada balita akan dapat dicapai jika 86% kasus Pneumonia pada balita dapat dideteksi dan mendapat tatalaksana standar. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun 2005-2009, diharapkan secara bertahap target tersebut dapat dicapai. Target penemuan penderita pneumonia balita tahun 2005-2009 dapat dilihat pada Gambar 4.31 berikut.
86
GAMBAR 4.31 TARGET PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA BALITA TAHUN 2005 – 2009
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir hasil penemuan dan pengobatan Pneumonia dapat dilihat pada Gambar 4.32, yang mana terlihat bahwa cakupan penemuan penderita dari target (perkiraan penderita) masih relatif rendah. Rincian data cakupan penemuan penderita menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 4.22. GAMBAR 4.32 PERSENTASE PENEMUAN DAN PENANGANAN (PENGOBATAN) KASUS PNEUMONIA PADA BALITA, TAHUN 2002 – 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Tahun 2006 walaupun sudah 100% Provinsi yang melaporkan data cakupan penemuan penderita pneumonia tetapi baru 3 provinsi yang berhasil mencapai target yaitu Nusa Tenggara Barat (96,89), Maluku Utara (77,91%) dan Kepulauan Bangka Belitung (67,67%). Kelengkapan laporan penemuan balita penderita pneumonia tahun 2002-2006 sebagaimana terlihat pada Tabel 4.8 berikut.
87
TABEL 4.8 KELENGKAPAN LAPORAN PENEMUAN BALITA PENDERITA PNEUMONIA TAHUN 2002 – 2006 Tahun
Provinsi Melapor
Kab./Kota Melapor
Penderita Ditemukan
Kelengkapan Laporan
2002
29
293
549.035
80%
2003
24
323
502.275
34%
2004
23
296
625.611
83%
2005
31
436
600.720
93%
2006
33
442
641.136
100%
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Sedangkan gambaran cakupan penemuan dan penanganan balita Pneumonia dalam tahun 2006 dapat dilihat dalam Gambar 4.33 berikut. GAMBAR 4.33 CAKUPAN PENEMUAN BALITA PENDERITA PNEUMONIA MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
4. Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS dan PMS
Upaya pelayanan kesehatan dalam rangka penanggulangan penyakit HIV/AIDS, di samping ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan juga diarahkan pada upaya pencegahan melalui penemuan penderita secara dini yang dilanjutkan dengan kegiatan konseling. Upaya penemuan penderita dilakukan melalui skrining HIV/AIDS terhadap darah donor, pemantauan pada kelompok berisiko penderita Penyakit Menular Seksual (PMS) seperti Wanita Penjaja Seks (WPS), penyalahguna obat dengan suntikan (IDUs), penghuni Lapas (Lembaga Pemasyarakatan) atau sesekali dilakukan penelitian pada kelompok berisiko rendah seperti ibu rumah tangga dan sebagainya. Hasil pelaksanaan surveilans HIV/AIDS selama lima tahun terakhir menunjukkan peningkatan sebagaimana terlihat dalam Tabel 4.9 berikut. 88
TABEL 4.9 PENEMUAN PENDERITA HIV/AIDS TAHUN 2002 – 2006 Tahun
Pengidap HIV Per tahun
Kumulatif
Penderita AIDS Meninggal
Penderita AIDS Per tahun
Kumulatif
Per tahun
Kumulatif
2002
648
2.552
345
1.171
100
379
2003
168
2.720
316
1.487
261
479
2004
649
3.369
1.195
2.682
361
740
2005
875
4.244
2.638
5.321
592
1.332
2006
986
5.230
2.873
8.194
539
1.871
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Rate kumulatif kasus AIDS Nasional sampai dengan 31 Desember 2006 adalah 3,61 per 100.000 penduduk. Rate kumulatif kasus AIDS tertinggi dilaporkan dari Provinsi Papua (51,42), DKI Jakarta (28,15), Kepulauan Riau (16,94). Dalam perjalanan penyakit dari HIV positif menjadi AIDS dikenal istilah ”windows periods” yang tidak diketahui dengan pasti periodisasinya sehingga kelompok ini menjadi sangat potensial dalam menularkan penyakit. Pada kelompok ini di samping dilakukan pengobatan yang lebih utama adalah dilakukan konseling untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam ikut aktif mencegah terjadinya penularan lebih lanjut 5. Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Pola perkembangan DBD pada tahun 2006 berbeda dengan pola tahun 2005. Pada tahun 2005 kasus hampir selalu tinggi setiap bulan dan ada peningkatan kasus pada bulan Februari, Agustus dan Desember. Sementara di tahun 2006 kasus cenderung menurun setiap bulannya sampai dengan bulan Oktober namun terjadi sedikit peningkatan pada bulan November dan Desember. Pada tahun 2006 dari 33 Provinsi 330 Kabupaten/kota yang ada kasus dengan insidens rate 52,48 per 100.000 penduduk. Upaya pemberantasan demam berdarah terdiri dari 3 hal yaitu 1) Peningkatan kegiatan surveilans penyakit dan surveilans vektor, 2) Diagnosis dini dan pengobatan dini, 3) Peningkatan upaya pemberantasan vektor penular penyakit DBD. Upaya pemberantasan DBD dititik beratkan pada penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui 3 M plus (Menguras, Menutup dan Mengubur) plus menabur larvasida, penyebaran ikan pada tempat penampungan air serta kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat mencegah/memberantas nyamuk Aedes berkembang biak., Juru Pemantauan Jentik (Jumantik) untuk memantau Angka Bebas Jentik (ABJ), serta pengenalan gejala DBD dan penanganannya di rumah tangga. Angka Bebas Jentik (ABJ) sebagai tolok ukur upaya pemberantasan vektor melalui PSN-3M menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat dalam mencegah DBD. Oleh karena itu pendekatan pemberantasan DBD yang berwawasan kepedulian masyarakat merupakan salah satu alternatif pendekatan baru.
89
6. Pengendalian Penyakit Malaria
Malaria sebagai salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, berdampak kepada penurunan kualitas sumber daya manusia yang dapat menimbulkan berbagai masalah sosial, ekonomi, bahkan berpengaruh kepada keamanan dan pertahanan nasional. Penegakan diagnosa penderita secara cepat dan pengobatan yang tepat merupakan salah satu upaya penting dalam rangka pemberantasan penyakit Malaria di samping pengendalian vektor potensial. Terdapat dua model pendekatan dalam upaya penegakan diagnosa penderita, yaitu wilayah Jawa Bali dilakukan secara aktif (Active Case Detection) oleh Juru Malaria Desa dengan mendatangi warga yang mengeluh gejala klinis Malaria, sedangkan untuk wilayah luar Jawa Bali dilakukan secara pasif dengan menunggu pasien datang berobat ke pelayanan kesehatan. Upaya pengobatan tidak hanya diberikan kepada penderita klinis atau penderita dengan konfirmasi laboratorium namun juga diberikan pada kelompok tertentu untuk tujuan profilaksis. Di Jawa Bali kasus positif malaria menurun secara bermakna dari 64.708 kasus pada tahun 2002 menjadi 7.186 kasus pada tahun 2006. Jumlah sediaan darah diperiksa, sediaan darah positif dan positif malaria falsiparum + mix di Jawa-Bali tahun 2002-2006 dapat dilihat pada Gambar 4.34 di bawah ini. GAMBAR 4.34 JUMLAH SEDIAAN DARAH DIPERIKSA, SEDIAAN DARAH POSITIF, POSITIF MALARIA FALSIPARUM+MIX DI JAWA BALI TAHUN 2002 – 2006
Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes
Di luar Jawa Bali pada tahun 2006 jumlah penderita klinis malaria sebesar 1.754.444, sediaan darah (SD) yang diperiksa sebesar 820.750, dengan SD positif sebesar 340.411 kasus, Malaria Palsifarum + Mix sebesar 157.707 kasus. Jika dibandingkan dengan periode 2002 – 2006 jumlah sediaan darah yang diperiksa dan SD positif relatif meningkat karena kegiatan intensifikasi di wilayah timur dengan Mass Blood Survei (MBS). Secara rinci dapat dilihat pada Gambar 4.35 berikut ini.
90
GAMBAR 4.35 JUMLAH PENDERITA KLINIS, SEDIAAN DARAH DIPERIKSA, SEDIAAN DARAH POSITIF, POSITIF MALARIA FALSIPARUM+MIX DI LUAR JAWA BALI TAHUN 2002 – 2006
Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes
Berdasarkan survei penduduk yang menggunakan cara pencegahan yang efektif untuk memerangi malaria dengan kelambu pada tahun 2005 diketahui sebesar 1% dan pada tahun 2006 berdasarkan survei yang dilaksanakan di Alor, Sumba Barat, flores timur dan beberapa kabupaten di wilayah Sumatera rata – rata sebesar 24%. Bila dibandingkan dengan target yang ingin dicapai maka angka tersebut masih lebih kecil dimana pada tahun 2006 targetnya adalah sebesar 60%. Target dan realisasi persentase penduduk yang menggunakan cara pencegahan yang efektif untuk memerangi malaria dapat dilihat pada Gambar 4.36 berikut. GAMBAR 4.36 PERSENTASE PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN PENCEGAHAN EFEKTIF MEMERANGI MALARIA TAHUN 2005 – 2006
Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes
Tahun 2006 terjadi peningkatan kasus maupun KLB malaria dibeberapa daerah. Upaya penanggulangan baik dengan pengobatan massal, survei demam, penyemprotan 91
rumah, penyelidikan vektor penyakit dan tindakan lain misalnya pengeringan tempat perindukan telah dilakukan dengan baik. 7. Pengendalian Penyakit Kusta
Upaya pelayanan terhadap penderita penyakit Kusta antara lain adalah melakukan penemuan penderita melalui berbagai survei anak sekolah, survei kontak dan pemeriksaan intensif penderita yang datang ke pelayanan kesehatan dengan keluhan atau kontak dengan penderita penyakit Kusta. Semua penderita yang ditemukan langsung diberikan pengobatan paket MDT yang terdiri atas Rifampicin, Lampren, dan DDS selama kurun waktu tertentu. Sedangkan untuk penderita yang ditemukan sudah dalam kondisi parah akan dilakukan rehabilitasi melalui institusi pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas pelayanan lebih lengkap. Hasil dari berbagai kegiatan penemuan kasus baru penderita Kusta yang dilakukan selama empat tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut. TABEL 4.10 PEMERIKSAAN PENDUDUK, PENEMUAN KASUS BARU , PENDERITA CACAT DAN PENDERITA DIOBATI SECARA NASIONAL TAHUN 2003 S/D 2006 Tahun
Suspek Diperiksa
Suspek Positif PB
MB
CDR
Penderita Cacat (%)
Penderita Diobati
2003
163.781
3.594
11.956
7,3
8,0
2004
212.462
3.615
12.957
7,8
8,6
17.519
2005
t.a.d
4.056
15.639
8,9
8,7
t.a.d
2006
t.a.d
3.506
14.415
8.2
7.8
t.a.d
Catatan : MB = Multi Basiller, PB = Pausi Basiller
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Untuk menilai kinerja petugas dalam penemuan kasus, digunakan angka proporsi cacat tingkat II (cacat akibat kerusakan syaraf dan cacat terlihat). Tingginya proporsi cacat tingkat II menunjukan keterlambatan dalam penemuan kasus atau dengan kata lain kinerja petugas yang rendah dalam menemukan kasus serta pengetahuan masyarakat yang rendah. Sementara untuk mengetahui apakah penularan masih terjadi di masyarakat, perhitungan yang digunakan adalah proporsi anak di antara kasus baru. Penderita cacat tingkat II mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, 1.722 (8,7%) pada tahun 2005 menjadi 1.587 (8,7%) tahun 2006. Proporsi cacat tingkat II dan proporsi anak di antara kasus baru penyakit Kusta masih di atas indikator program (5%), proporsi masih relatif stabil. Hal ini berarti penularan masih terjadi di masyarakat dan kasus ditemukan terlambat sehingga pada saat penemuan penderita sudah mengalami cacat tingkat II. 8. Pengendalian Penyakit Filaria
Filariasis adalah penyakit menular (Penyakit Kaki Gajah) yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun 92
(kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Akibatnya penderita tidak dapat bekerja secara optimal bahkan hidupnya tergantung kepada orang lain sehingga menjadi beban keluarga, masyarakat dan negara. Di Indonesia penyakit kaki gajah tersebar luas hampir di seluruh Provinsi. Program eliminasi filariasis dilaksanakan atas dasar kesepakatan global WHO tahun 2000 yaitu “The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem the year 2020”yang merupakan realisasi dari resolusi WHA (World Health Assembly) pada tahun 1997. Program Eliminasi ini dilaksanakan melalui dua pilar kegiatan yaitu : a. Pengobatan massal kepada semua penduduk di kabupaten endemis filariasis dengan menggunakan DEC 6 mg/kg BB dikombinasikan dengan Albendazole 400 mg sekali setahun selama 5 tahun, guna memutuskan rantai penularan. b. Tatalaksana kasus klinis filariasis guna mencegah dan mengurangi kecacatan. Pelaksana (Implementation Unit/IU) dalam program eliminasi filariasis sejak tahun 2005 adalah kabupaten/kota. Artinya satuan wilayah terkecil dalam program ini adalah kabupaten/kota, baik untuk penentuan endemisitas maupun pengobatan massal. Bila sebuah kabupaten/kota sudah endemis filariasis, maka sasaran pengobatan massal adalah semua penduduk di kabupaten/kota tersebut. Semua penduduk harus minum obat, tetapi pengobatan untuk sementara ditunda bagi : anak berumur < 2 tahun, ibu hamil, orang yang sedang sakit berat, penderita kronis filariasis yang dalam serangan akut dan balita dengan marasmus/kwashiorkor. Target dan pencapaian pengobatan massal filariasis tahun 2002-2006 dapat dilihat pada Gambar 4.37 berikut. GAMBAR 4.37 TARGET DAN PENCAPAIAN PENGOBATAN MASSAL FILARIASIS TAHUN 2002-2006
Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes, 2005
Dari kabupaten/kota yang telah terpetakan endemis filariasis pada tahun 2006, baru 68 kabupaten/kota yang melaksanakan pengobatan massal. Itupun belum semua kabupaten/kota sasarannya adalah seluruh penduduk, hanya 14 kabupaten/kota yang sasaran pengobatan massalnya adalah seluruh penduduk, kabupaten/kota tersebut adalah : Alor, Rote Ndao (Nusa Tenggara Timur), Mentawai (Sumatera Barat), Tanjung Jabung Barat (Jambi), 93
Bangka, Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka Selatan, Kota Pangkal Pinang, Belitung, Belitung Timur (Bangka Belitung), Bombana, Kolaka Utara (Sulawesi Tenggara), Kuantan Singingi (Riau) . Belum semua kabupaten/kota melakukan pengobatan massal dengan sasaran seluruh penduduknya disebabkan karena masih kurangnya komitmen dari pemerintah daerah tentang ketersediaan dana operasional yang harus disediakan oleh kabupaten/kota. Oleh karena itu perlu diupayakan advokasi pada stakeholder di provinsi dan kabupaten/kota. Agar percepatan pencapaian eliminasi filariasis sesuai target, perlu diupayakan sentralisasi pengobatan massal filariasis diikuti dengan penyediaan biaya operasional pengobatan massal oleh pemerintah pusat, seperti halnya pelaksanaan PIN (Pekan Imunisasi Nasional). Tatalaksana kasus kronis filariasis harus dilakukan pada semua penderita. Tatalaksana ini bertujuan untuk mencegah atau mengurangi kecacatan penderita dan agar penderita menjadi mandiri dalam merawat dirinya. Setiap penderita dibuatkan status rekam medis yang disimpan di Puskesmas, dan mendapatkan kunjungan dari petugas kesehatan minimal 3 kali dalam setahun. Target dan pencapaian penatalaksanaan kasus kronis filariasis tahun 20042006 dapat dilihat pada Gambar 4.38 berikut. GAMBAR 4.38 TARGET DAN PENCAPAIAN PENATALAKSANAAN KASUS KRONIS FILARIASIS TAHUN 2004-2006
Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes, 2005
Penatalaksanaan kasus kronis filariasis merupakan kewajiban dari kabupaten/kota. Sampai tahun 2006 belum optimal, hal ini merupakan masalah dalam penatalaksanaan kasus kronis filariasis. Diharapkan pada tahun-tahun selanjutnya kasus kronis filariasis yang ditata laksana dapat meningkat sebagaimana yang ditargetkan yaitu 90% pada tahun 2007, 2008 dan 2009. 9. Pengendalian Penyakit Antraks
Anthraks adalah penyakit hewan yang dapat menular ke manusia dan bersifat akut. Penyebabnya bakteri Bacillus anthracis, bakteri ini bersifat aerob, memerlukan oksigen untuk hidup. Di alam bebas bakteri ini membentuk spora yang tahan puluhan tahun dalam tanah dan bisa menjadi sumber penularan pada hewan dan manusia. Kasus di Bogor tejadi karena spora terbawa banjir. Hewan tertular akibat makan spora yang menempel pada tanaman yang 94
dimakan. Hewan yang mati akibat anthrax harus langsung dikubur atau dibakar, tidak boleh dilukai supaya bakteri tidak menyebar. Penularan pada manusia bisa lewat kontak langsung spora yang ada di tanah, tanaman, maupun bahan dari hewan sakit (kulit, daging, tulang atau darah). Mengkonsumsi produk hewan yang kena anthraks atau melalui udara yang mengandung spora, misalnya, pada pekerja di pabrik wool atau kulit binatang. Karenanya ada empat tipe anthraks, yaitu anthraks kulit, pencernaan/anthraks usus, pernapasan/anthraks paru dan anthraks otak. Anthraks otak terjadi jika bakteri terbawa darah masuk ke otak. Situasi antraks pada manusia di Indonesia tahun 2002 – 2006 dapat dilihat pada Gambar 4.39 berikut. GAMBAR 4.39 SITUASI ANTRAKS PADA MANUSIA DI INDONESIA TAHUN 2002 – 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Untuk mencegah tertular anthraks dianjurkan untuk membeli daging dari tempat pemotongan resmi, memasak daging secara matang untuk mematikan kuman, serta mencuci tangan sebelum makan. Pemerintah menyediakan obat untuk anthraks di seluruh kabupaten endemis anthraks, memberikan pelatihan surveilans dan diagnosis klinis serta laboratorium di empat provinsi endemis, mendistribusikan poster, leaflet, dan buku petunjuk penanganan anthraks. Serta melakukan kerja sama lintas sektoral dalam pemberantasan anthraks dan langkah penanggulangan lain. 10. Pengendalian Penyakit Flu Burung
Penyakit influenza pada unggas (Avian Influenza /AI) yang saat ini kita kenal dengan sebutan flu burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dari Family Orthomyxomiridae. Virus ini dapat menimbulkan gejala penyakit pernafasan pada unggas, mulai dari yang ringan (Low pathogenic) sampai pada yang bersifat fatal (highly pathogenic). Penyakit unggas di Indonesia terdiri dari virus sebanyak 12 jenis diantaranya AI, bakteri 3 jenis, dan parasit 1 jenis. Virus AI dibagi ke dalam subtipe berdasarkan permukaan Hemaglutinin (HA) dan Neoraminidase (NA) ada 15 subtipe HA dan 9 jenis NA. Virus Influenza ada tiga tipe, yaitu tipe A (pada unggas) , tipe B dan C (pada manusia). Influenza tipe A terdiri dari beberapa strain, antara lain H1N1, H3N2, H5N1 dan lain-lain. Influenza A (H5N1) merupakan penyebab wabah flu burung yang sangat mematikan di Hongkong, Vietnam, Thailand, Indonesia dan Jepang. Di Indonesia, Virus 95
Influenza tipe A subtipe H5N1 tersebut diatas menyerang ternak ayam sejak bulan Oktober 2003 sampai dengan Februari 2005 akibatnya 14,7 juta ayam mati.Sementara penyebaran virus tersebut pada manusia di Indonesia sejak bulan Juli tahun 2005. Pada tahun 2006 daerah tertular AI pada unggas adalah di 30 provinsi dan 241 kabupaten/kota di Indonesia. Sedangkan pada manusia kasus konfirm AI dilaporkan di 10 provinsi. Sampai dengan akhir tahun 2006 dilaporkan sebanyak 9 kasus klaster AI, dari Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur. Berikut adalah gambaran mengenai kasus flu burung pada manusia sejak tahun 2005 – 2006. TABEL 4.11 KASUS FLU BURUNG PADA MANUSIA DI INDONESIA TAHUN 2005 – 2006 NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
PROVINSI Banten DKI Jakarta Lampung Jawa Barat Jawa Tengah Sumatera Utara Jawa Timur Sumatera Barat Sulawesi Selatan Sumatera Selatan Total
K 5 8 3 3 1 0 0 0 0 0 20
2005 M 4 7 0 2 0 0 0 0 0 0 13
CFR % 80,0 87,5 0,0 66,7 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 65,0
K 4 11 0 22 3 7 5 2 1 0 55
2006 M 4 10 0 18 3 6 3 0 1 0 45
CFR % 100,0 90,9 0,0 81,8 100,0 85,7 60,0 0,0 100,0 0,0 81,8
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Upaya pencegahan penularan tentu saja dilakukan dengan cara menghindari bahan yang terkontaminasi tinja dan sekret unggas, dengan beberapa tindakan seperti: − Mencuci tangan dengan sabun cair pada air yang mengalir sebelum dan sesudah melakukan suatu pekerjaan − Melaksanakan kebersihan lingkungan − Melakukan kebersihan diri − Tiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari saluran cerna unggas harus menggunakan pelindung (masker, kacamata khusus) − Bahan yang berasal dari saluran cerna unggas, seperti tinja harus ditata laksana dengan baik (ditanam atau dibakar) agar tidak menjadi sumber penularan bagi orang di sekitarnya − Alat-alat yang digunakan dalam peternakan harus dicuci dengan desinfektan − Kandang dan tinja tidak boleh dikeluarkan dari lokasi peternakan − Mengkonsumsi daging ayam yang telah dimasak dengan suhu 800 derajad celcius selama satu menit, telur unggas dipanaskan dengan suhu 640 derajad celcius selama lima menit
96
11. Surveilans Vektor
Surveilans vektor dilakukan melalui kegiatan pemantauan jentik oleh petugas kesehatan maupun juru/kader pemantau jentik (jumantik/kamantik). Pengembangan sistem surveilans vektor secara berkala perlu terus dilakukan terutama dalam kaitannya dengan perubahan iklim dan pola penyebaran kasus. a. Vektor DBD dan Chikungunya
Vektor yang berperan dalam penularan DBD dan Chikungunya adalah nyamuk Aedes aegypti dan vektor potensialnya nyamuk Aedes albopictus. Penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue sudah menyeluruh hingga ke kecamatan/desa. Jentik Aedes aegypti banyak ditemukan di bak mandi, drum, tempat penampungan air dispenser, tempat penampungan air refrigerator, ban bekas , vas bunga, talang rumah, kolam ikan hias yang terbengkalai/ tidak digunakan lagi, sedangkan untuk larva Aedes albopictus lebih banyak ditemukan di luar rumah seperti pada ketiak pohon, lubang-lubang pohon, potongan banbu dan pada berbagai barang-barang bekas yang berada di luar rumah. Dari informasi petugas entomologi di wilayah Nusa Tenggara Timur ada indikasi telah terjadi perubahan perilaku menggigit nyamuk Aedes yang biasanya hanya menggigit pada siang hari sekarang nyamuk tersebut juga menggigit pada malam hari, hal ini perlu dilakukan pengamatan lebih lanjut untuk memastikan kebenaranya. Sejak tahun 2004 sampai dengan 2006 data angka bebas jentik tidak dilaporkan oleh daerah, dikarenakan program Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) di daerah belum menjadi prioritas program. Selain kegiatan surveilans vektor yang dilakukan oleh daerah melalui kegiatan PJB, petugas Pusat melakukan kegiatan survai jentik dalam bentuk evaluasi PSN yang dilakukan pada tahun 2004. Kegiatan ini dilakukan di 10 kota yaitu di Kota Bogor, Denpasar, Jambi, Kendari, Palangkaraya, Mataram, Palu, Pekanbaru, Surabaya dan Yogyakarta. Rata-rata Angka Bebas Jentik (ABJ) yang diperoleh dari kegiatan itu adalah 79,04%. Keterangan itu menunjukkan bahwa ABJ di 10 kota masih di bawah 95%, hal ini menjelaskan bahwa partisipasi masyarakat untuk mencegah penyakit DBD dengan cara 3M di lingkungannya masing-masing belum optimal, sehingga kasus DBD masih sering terjadi terutama di wilayah-wilayah endemis DBD. b. Vektor Malaria
Vektor malaria yang telah dikonfirmasi baik melalui pembedahan kelenjar ludah maupun menggunakan uji elisa pada lima tahun terakhir sebanyak 18 spesies, dengan rincian 10 spesies menggunakan konfirmasi secara konvensional, 5 spesies dengan uji elisa dan sisanya suspect. Vektor malaria menyebar di seluruh provinsi di Indonesia. Jenis vektor dan penyebarannya dapat dilihat pada tabel 4.12 dan 4.13 berikut ini :
97
TABEL 4.12 DAFTAR VEKTOR MALARIA DAN TAHUN KONFIRMASINYA DI INDONESIA DENGAN SEKRESI KELENJAR LUDAH NO
SPESIES
WILAYAH
TAHUN
1. 2. 3. 4. 5. 6.
An. Aconitus An. Sundaicus An. Subpictus An. Barbirostris An. Maculatus An. Balabacensis
1982 1979 1979 1980 1982 1981, 1998, 2001
7. 8. 9. 10.
An. Letifer An. Punctulatus An. Farauti An. Koliensis
Jawa Jawa Jawa NTT Jawa Kalsel, Kaltim, Jawa Tengah Kalteng, Bangka Papua Papua Papua
1985 1979 1979 1979
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
TABEL 4.13 DAFTAR VEKTOR MALARIA DAN TAHUN KONFIRMASINYA DI INDONESIA DENGAN UJI ELISANO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
SPESIES
WILAYAH
TAHUN
An. Vagus An. Kochi An.tesselatus An. Parangensis An. Sinensis An. Nigerimus An. Minimus An. Karwari
NTT Sumatera Utara Sumatera Utara (Nias) Sumatera Utara Nias Kalimantan Sulawesi Papua
1995 1996 1995 1995 1995 suspect suspect suspect
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
c. Vektor Filaria
Hingga saat ini telah ditemukan (konfirmasi vektor) yang berperan sebagai penular penyakit filaria dalam 5 tahun terakhir antara lain (lihat Gambar 4.40) terdapat sekurangkurangnya 4 spesies Mansonia yang sudah dikonfirmasi sebagai vektor utama dan 1 spesies Culex sebagai vektor utama tipe urban serta 9 spesies Anopheles yang sudah dikonfirmasi sebagai vektor utama tipe rural. Konfirmasi vektor filariasis telah dilaksanakan di beberapa provinsi, dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
98
GAMBAR 4.40 PENYEBARAN VEKTOR DAN PENYAKIT FILARIASIS DI INDONESIA TAHUN 2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
D. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
Upaya perbaikan gizi masyarakat pada hakikatnya dimaksudkan untuk menangani permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Berdasarkan pemantauan yang telah dilakukan ditemukan beberapa permasalahan gizi yang sering dijumpai pada kelompok masyarakat adalah kekurangan vitamin A dan anemia gizi besi. 1. Pemberian Kapsul Vitamin A
Upaya perbaikan gizi juga dilakukan pada beberapa sasaran yang diperkirakan banyak mengalami kekurangan terhadap vitamin A, yang dilakukan melalui pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi dan balita yang diberikan sebanyak 2 kali dalam satu tahun (Februari dan Agustus) dan pada ibu nifas diberikan 1 kali . Vitamin A adalah salah satu zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) dan kesehatan mata. Anak yang menderita kurang vitamin A, bila terserang campak, diare atau penyakit infeksi lain, penyakit tersebut akan bertambah parah dan dapat mengakibatkan kematian. Infeksi akan menghambat kemampuan tubuh untuk menyerap zat-zat gizi dan pada saat yang sama akan mengikis habis simpanan vitamin A dalam tubuh. Kekurangan vitamin A untuk jangka waktu lama juga akan mengkibatkan terjadinya gangguan pada mata, dan bila anak tidak segera mendapat vitamin A akan mengakibatkan kebutaan.
99
Gambaran pemberian kapsul vitamin A selama tiga tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 4.41 berikut. GAMBAR 4.41 PERSENTASE PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A MENURUT SASARAN TAHUN 2006
Sumber: Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes RI
Persentase cakupan pemberian kapsul vitamin A pada bayi, anak balita, dan ibu nifas tahun 2006 menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 4.23 3. Pemberian Tablet Besi
Pelayanan pemberian tablet besi dimaksudkan untuk mengatasi kasus Anemia serta meminimalisasi dampak buruk akibat kekurangan Fe khususnya yang dialami ibu hamil. Perkembangan cakupan pemberian tablet besi pada ibu hamil (Fe-1 dan Fe-3) pada tahun 2002 – 2006 dapat dilihat pada Gambar 4.42 di bawah ini. GAMBAR 4.42 PERSENTASE CAKUPAN PEMBERIAN TABLET BESI PADA IBU HAMIL TAHUN 2002 – 2006
Sumber: Dit.Gizi Masy. dan Dit.Kes.Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes
100
Pada gambar di atas terlihat bahwa tren cakupan pemberian tablet besi (Fe-1 dan Fe3) dari tahun 2002 hingga 2004 menunjukkan peningkatan, namun tahun 2005 dan 2006 sedikit mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya. Provinsi dengan cakupan Fe-3 tertinggi adalah Provinsi Kalimantan Selatan (99,75%), Jawa Barat (79%) dan Sumatera Selatan (77,86%) sedangkan provinsi dengan cakupan Fe-3 terendah yaitu Provinsi Kepulauan Riau (6,08%), Jawa Tengah (17,93%) dan Jambi (18,68%). Cakupan pemberian tablet besi (Fe-3) kepada ibu hamil menurut provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Gambar 4.43 di bawah ini dan Lampiran 4.24. GAMBAR 4.43 CAKUPAN PEMBERIAN TABLET BESI (Fe3) PADA IBU HAMIL MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
Sumber: Dit.Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas, Depkes
E. PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI BENCANA
Bencana di Indonesia dapat dikategorikan menjadi 2 macam yaitu bencana lingkungan hidup dan bencana alam. Bencana lingkungan hidup terjadi akibat dari kerusakan lingkungan seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, kecelakaan industri, tumpahan minyak di laut, sedangkan bencana alam terjadi sebagai akibat aktifitas lapisan/kerak bumi/fenomena alam seperti gempa bumi, gelombang tsunami, letusan gunung berapi, badai atau angin ribut yang kejadiannya sulit diprediksi. 1. Bencana Lingkungan Hidup
Pada tahun 2006 bencana banjir terjadi di 20 provinsi, 44 kabupaten/kota dengan jumlah korban meninggal 108 orang, 34.036 orang luka ringan, 2.576 orang luka berat, hilang 79 orang dan 162.064 orang mengungsi. Upaya kesehatan yang dilakukan adalah evakuasi korban bencana banjir, membentuk pos kesehatan, kesehatan lingkungan, melakukan 101
surveilans terhadap penyakit potensi KLB, memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas dan rumah sakit, melakukan droping obat-obatan ke lokasi kejadian dan lain-lain. Bencana tanah longsor terjadi di 19 provinsi, 19 kabupaten/kota dengan korban meninggal 123 orang, 30 luka berat, 335 luka ringan dan 2.127 orang mengungsi. Upaya yang telah diberikan meliputi evakuasi korban, menyiagakan pos kesehatan 24 jam, melakukan pengamatan dengan surveilans epidemiologi untuk mengantisipasi KLB diare, dll. Rekapitulasi kejadian bencana tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 4.29. 2. Bencana Alam
Letak Indonesia yang berada di antara tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik serta berada di posisi Ring of fire menjadikan Indonesia kerap kali diterpa bencana gempa bumi dan letusan gunung berapi. Sebelumnya gempa terjadi di Sumatra pada 28 Maret 2005 menewaskan 361 orang serta gempa bumi dan tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004 yang menewaskan 129.498 orang dan 37.606 lainnya hilang. Pada tahun 2006 bencana alam gempa bumi terjadi di 3 provinsi dengan korban meninggal 5.788 orang, luka berat 26.506 orang, luka ringan 167.748 orang, 82 orang hilang dan 2.179.156 orang mengungsi. Gempa bumi Yogyakarta adalah peristiwa gempa bumi tektonik kuat yang mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 kurang lebih pukul 05.55 WIB selama 57 detik. Gempa bumi tersebut berkekuatan 5,9 pada skala Richter. Lokasi gempa menurut Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia terjadi di koordinat 8,007° LS dan 110,286° BT pada kedalaman 17,1 km. Sedangkan menurut BMG, posisi episenter gempa terletak di koordinat 110,31° LS dan 8,26° BT pada kedalaman 33 km. USGS memberikan koordinat 7,977° LS dan 110,318 BT pada kedalaman 35 km. Hasil yang berbeda tersebut dikarenakan metode dan peralatan yang digunakan berbeda-beda. Secara umum posisi gempa berada sekitar 25 km selatan-barat daya Yogyakarta, 115 km selatan Semarang, 145 km selatan-tenggara Pekalongan dan 440 km timur-tenggara Jakarta. Walaupun hiposenter gempa berada di laut, tetapi tidak mengakibatkan tsunami. Gempa juga dapat dirasakan di Solo, Semarang, Purworejo, Kebumen dan Banyumas. Getaran juga sempat dirasakan sejumlah kota di provinsi Jawa Timur seperti Ngawi, Madiun, Kediri, Trenggalek, Magetan, Pacitan, Blitar dan Surabaya. Korban tewas menurut laporan terakhir dari Departemen Sosial Republik Indonesia pada 1 Juni 2006 pukul 07:00 WIB, berjumlah 6.234 orang dengan rincian: Yogyakarta 165 jiwa, Kulon Progo 26 jiwa, Gunung Kidul 69 jiwa, Sleman 326 jiwa, Klaten 1.668 jiwa, Magelang 3 jiwa, Boyolali 3 jiwa, Purworejo 5 jiwa, Sukoharjo 1 jiwa dan korban terbanyak di Bantul 3.968 jiwa. Sementara korban luka berat sebanyak 33.231 jiwa dan 12.917 lainnya menderita luka ringan. Kabupaten Bantul merupakan daerah yang paling parah terkena bencana. Informasi menyebutkan sebanyak 7.057 rumah di daerah ini rubuh. Upaya yang dilakukan meliputi evakuasi korban, membuka pos kesehatan 24 jam di lokasi bencana, memberikan pelayanan kesehatan rawat jalan maupun rawat inap di rumah sakit pemerintah dan swasta; evakuasi 200 pasien yang harus dioperasi ke RS di Jawa Tengah dan Jawa Timur; bantuan transportasi hercules; di Bantul mendirikan rumah sakit lapangan untuk rawat inap (60 TT); memberikan bantuan air bersih dan pembuatan jamban; melakukan imunisasi campak, TT dan pemberian Vitamin A; dan lain-lain.
102
Demikian gambaran singkat mengenai situasi upaya kesehatan di Indonesia sampai dengan tahun 2006. ***
103
BAB V SUMBER DAYA KESEHATAN
Gambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan dikelompokkan menjadi sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan, yang dapat dilihat pada bab ini, adalah sebagai berikut : A. SARANA KESEHATAN
Pada bagian ini diuraikan tentang sarana kesehatan di antaranya Puskesmas, rumah sakit, sarana produksi dan distribusi farmasi dan alat kesehatan, sarana Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM), dan institusi pendidikan tenaga kesehatan. 1. Puskesmas
Puskesmas dalam perkembangannya, dari tahun ke tahun diupayakan terus meningkat yang bertujuan agar pelayanan kesehatan dapat terjangkau oleh masyarakat dan merata sampai di daerah terpencil. Pada tahun 2006 jumlah puskesmas di seluruh Indonesia adalah 8.015. Jika dilihat dari tahun 2002 – 2006 terlihat adanya peningkatan. Peningkatan yang cukup besar (4,51%) pada tahun 2006, sedangkan pada tahun sebelumnya peningkatannya kecil ( tahun 2005 meningkat 1,57%, tahun 2004 meningkat 1,85%, tahun 2003 meningkat 1,42%). Dalam periode tahun 2002-2006, rasio Puskesmas terhadap 100.000 penduduk meningkat dari 3,46 per 100.000 penduduk (tahun 2002) menjadi 3,61 per 100.000 penduduk (tahun 2006).Ini berarti bahwa pada periode tahun itu setiap 100.000 penduduk dilayani 3- 4 unit Puskesmas. Jumlah Puskesmas dan rasio Puskesmas terhadap 100.000 penduduk pada tahun 2002 – 2006 disajikan pada Gambar 5.1 dan 5.2. Jumlah puskesmas per 100.000 penduduk pada tahun 2006 secara nasional adalah 3,61 dengan jumlah puskesmas per 100.000 penduduk terendah adalah provinsi Banten yaitu sebesar 1,92 dan yang paling tinggi adalah provinsi Maluku sebesar 9,83. Gambaran jumlah Puskesmas per 100.000 penduduk menurut provinsi disajikan pada Gambar 5.3. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.1 dan Lampiran 5.2.
104
GAMBAR 5.1 JUMLAH PUSKESMAS TAHUN 2002-2006
GAMBAR 5.2 RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2002-2006
Sumber : Ditjen Binkesmas, Depkes RI
GAMBAR 5.3 RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2006
Sumber : Ditjen Binkesmas, Depkes RI, 2007
Sementara itu, bila dibandingkan dengan konsep wilayah kerja Puskesmas, dimana sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk, maka jumlah Puskesmas per 30.000 penduduk pada tahun 2002-2006 rata-rata 1 unit. Ini berarti bahwa secara nasional puskesmas diharapkan sudah dapat menjangkau penduduk sasaran di wilayah kerjanya. Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas, sejak Pelita III sejumlah Puskesmas telah ditingkatkan menjadi Puskesmas dengan tempat perawatan. Puskesmas Perawatan ini berlokasi jauh dari rumah sakit, di jalur-jalur jalan raya yang rawan kecelakaan, serta di wilayah atau pulau-pulau yang terpencil. Pada tahun 2002 – 2006 perkembangan jumlah Puskesmas Perawatan cenderung bertambah, kecuali pada tahun 2003 turun sebesar 0,10%, pertambahan yang paling besar pada tahun 2006 (20.22%), 2002 (5,94%), tahun 2004 (4,47%) dan tahun 2005 (3,33%). Perkembangan jumlah Puskesmas dan Puskesmas Perawatan pada tahun 2000 – 2006 disajikan pada Gambar 5.6 berikut ini, sedangkan jumlah menurut provinsi disajikan pada Lampiran 5.3.
105
GAMBAR 5.6 JUMLAH PUSKESMAS DAN PUSKESMAS PERAWATAN TAHUN 2002 – 2006
Sumber: Ditjen Binkesmas, Depkes RI
Sementara itu, jumlah Puskesmas Keliling kendaraan bermotor roda empat (R4/mobil) pada tahun 2002-2006 terjadi peningkatan . Pada tahun 2003 terjadi kenaikan 3,3%, 2004 naik 4,08%, pada tahun 2005 naik lagi sebesar 3,6% dan pada tahun 2006 naik 14,6%. Untuk Puskesmas Keliling perahu bermotor (PB) dari tahun 2002-2004 terjadi kenaikan, sedangkan pada tahun 2005 – 2006 terjadi penurunan. Untuk tahun 2005 turun sebesar 26,6% dan tahun 2006 turun lagi sebesar 7,3% dari tahun 2005. Jumlah Puskesmas Keliling dan rasionya terhadap Puskesmas pada tahun 2002 – 2006 disajikan pada Gambar 5.7 berikut ini, sedangkan jumlah dan rasionya menurut provinsi disajikan pada Lampiran 5.4. GAMBAR 5.7 JUMLAH PUSKESMAS KELILING DAN RASIONYA TERHADAP PUSKESMAS TAHUN 2002 – 2006
Sumber: Ditjen Binkesmas, Depkes RI
106
2. Rumah Sakit
Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta rasionya terhadap jumlah penduduk. Pada tahun 2002 – 2006, perkembangan jumlah rumah sakit (umum dan khusus) di Indonesia terus meningkat. Peningkatannya berkisar 1% – 2%. Peningkatan yang paling tinggi pada tahun 2006 bertambah 1,89%, tahun 2005 bertambah 1,77% , sedangkan peningkatan terendah pada tahun 2004 hanya bertambah 0,97%, tahun 2003 bertambah 1,56% dan. Perkembangan jumlah rumah sakit (umum dan khusus) di Indonesia tahun 2002 – 2006 disajikan pada Tabel 5.1 di bawah ini, sedangkan jumlahnya menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5.5. TABEL 5.1 PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (UMUM & KHUSUS) DI INDONESIA TAHUN 2002 – 2006 No .
Pengelola/Kepemilika n
1
Departemen Kesehatan
2
2002
2003
2004
2005
2006
31
31
31
31
31
Pemerintah Provinsi/Kab/Kota
389
396
404
421
433
4
TNI/POLRI
112
112
112
112
112
5
BUMN/Departemen Lain
78
78
78
78
78
6
Swasta
605
617
621
626
638
1.215
1.234
1.246
1.268
Jumlah
1.292
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI
Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan terhadap fasilitas pelayanan kesehatan, jumlah rumah sakit umum (pemerintah dan swasta) pada periode tahun 2002 – 2006 juga cenderung meningkat yang dapat dilihat pada Gambar 5.8. Bila dilihat berdasarkan kepemilikannya, jumlah rumah sakit umum milik pemerintah yang mencakup milik Departemen Kesehatan, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, TNI/POLRI, dan Departemen Lain/BUMN bertambah 8,56% dengan kenaikan yang paling besar pada tahun 2005 (bertambah 3,14%), sedangkan jumlah rumah sakit umum milik swasta naik sebesar 3,28% dengan kenaikan yang paling besar pada tahun 2003 (bertambah 1,17%). Jumlah rumah sakit umum di Indonesia tahun 2006 menurut provinsi dan pengelolanya dapat dilihat pada Lampiran 5.6.
107
GAMBAR 5.8 PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM TAHUN 2002 – 2006
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI
Berdasarkan kelasnya RSU Depkes dan Pemda sampai pada tahun 2005, rumah sakit kelas A hanya terdapat di 6 provinsi (18,75%) yaitu Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.Untuk RSU kelas B terdapat di 27 provinsi (84,37%), RSU kelas C terdapat pada semua provinsi dan RSU kelas D terdapat di 25 provinsi (78,12%) yang dapat dilihat pada lampiran 5.7 Selain jumlah rumah sakit, untuk menggambarkan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan perlu pula disajikan data jumlah tempat tidur rumah sakit. Pada tahun 20022006 ada kenaikan jumlah tempat tidur rumah sakit (umum dan khusus) yang secara ringkat dapat dilihat pada Gambar 5.10 di bawah ini, tetapi gambaran yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 5.8 dan Lampiran 5.9. GAMBAR 5.10 PERKEMBANGAN JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT TAHUN 2002-2006
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI
Selanjutnya, untuk menggambarkan cakupan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan berikut ini disajikan rasio tempat tidur rumah sakit per 100.000 penduduk yang dihitung berdasarkan jumlah keseluruhan tempat tidur baik rumah sakit umum maupun rumah sakit khusus. Pada tahun 2002 – 2006, rasio tempat tidur rumah sakit per 100.000 penduduk relatif berkisar antara 61 – 62 per 100.000 penduduk . Jumlah tempat tidur
108
rumah sakit dan rasionya per 100.000 penduduk pada tahun 2000 – 2006 disajikan pada Gambar 5.11 di bawah ini.
GAMBAR 5.11 JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT DAN RASIONYA PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2002 – 2006
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI
3. Sarana Produksi Kesehatan
dan
Distribusi
Sediaan
Farmasi
dan
Alat
Salah satu indikator penting untuk menggambarkan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan adalah jumlah sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan. Jumlah sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Jumlah sarana produksi sediaan farmasi dan alat kesehatan menurut jenis tahun 2002-2006 disajikan pada Gambar 5.12 di bawah ini, sedangkan jumlahnya menurut provinsi pada tahun 2002 – 2006 dapat dilihat pada Lampiran 5.10. GAMBAR 5.12 JUMLAH SARANA PRODUKSI SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN MENURUT JENIS TAHUN 2002-2006
Sumber: Ditjen POM dan Ditjen Yanfar-Alkes, Depkes RI
109
Jumlah sarana distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan menurut jenis dari tahun 2002 – 2006 disajikan pada Gambar 5.13 di bawah ini, sedangkan jumlahnya menurut provinsi pada tahun 2002 – 2006 dapat dilihat pada Lampiran 5.11. GAMBAR 5.13 JUMLAH SARANA DISTRIBUSI SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATANMENURUT JENIS TAHUN 2002 -2006
Sumber: Ditjen POM dan Ditjen Yanfar-Alkes, Depkes RI
4. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat. Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) di antaranya adalah Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), Polindes (Pondok Bersalin Desa), Toga (Tanaman Obat Keluarga), POD (Pos Obat Desa), dan sebagainya. Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal di masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi, dan penanggulangan Diare. Untuk memantau perkembangannya, Posyandu dikelompokan ke dalam 4 strata, yaitu Posyandu Pratama, Posyandu Madya, Posyandu Purnama, dan Posyandu Mandiri. Pada tahun 2006 jumlah Posyandu sebanyak 269.202 buah. Jumlah Posyandu ini menurun dari tahun-tahun sebelumnya, seperti terlihat pada Gambar 5.15 berikut ini.
110
GAMBAR 5.15 JUMLAH POSYANDU DI INDONESIA TAHUN 2002-2006
Sumber: Ditjen Binkesmas, Depkes RI
Rasio Posyandu terhadap desa/kelurahan adalah 3,85 atau rata-rata pada tiap desa/kelurahan terdapat 4 Posyandu. Rasio Posyandu terhadap desa/kelurahan terbesar adalah Sulawesi Barat (15,84), DKI Jakarta (14,55) dan Jawa Barat (7,47). Sedangkan rasio terkecil di NAD (0,93), Maluku (1,31) dan Papua (1,34) yang dapa dilihat pada lampiran 5.12. Polindes merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam rangka mendekatkan pelayanan kebidanan, melalui penyediaan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak, termasuk Keluarga Berencana. Polindes ini juga dikelompokkan ke dalam 4 strata atau tingkat perkembangannya yaitu Polindes Pratama, Polindes Madya, Polindes Purnama, dan Polindes Mandiri. Pada tahun 2006, jumlah Polindes sebanyak 25.754 buah. Rasio Polindes terhadap desa/kelurahan adalah 0,37. Rasio Polindes terhadap desa/kelurahan terbesar adalah di Kepulauan Riau (0,91), DKI Jakarta (0,75) dan Gorontalo (0,63). Sedangkan rasio terkecil di Provinsi Jambi (0,06), Banten (0,10) dan Sumatera Utara (0,12). (Lampiran 5.12) Pos Obat Desa dikelompokkan ke dalam 4 strata atau tingkat perkembangannya yaitu Pos Obat Desa Pratama, Madya, Purnama, dan Mandiri. Pada tahun 2006, jumlah Pos Obat Desa sebanyak 9.598 buah. Rasio POD terhadap desa/kelurahan adalah 0,14. Rasio POD terhadap desa/kelurahan terbesar adalah di Sumatera Barat (0,42), Nusa Tenggara Barat (0,28) dan Kalimantan Selatan (0,27). Sedangkan rasio terkecil di Jawa Timur ( 0,02), Kepulauan Riau (0,03) dan Kalimantan Tengah (0,03). Data selengkapnya mengenai Sarana UKBM tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 5.12. 5. Pos Kesehatan Desa ( Poskesdes) Salah satu kriteria desa siaga adalah memiliki minimal satu poskesdes. Tenaga poskesdes minimal 1 (satu) orang bidan dan 2 (dua) orang kader. Pada tahun 2006 jumlah poskesdes adalah 12.942 yang dapat dilihat pada lampiran 5.1. 6. Desa Siaga Desa siaga adalah salah satu pendukung membuat masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat. Jumlah desa siaga tahun 2006 adalah 12.300 sesuai dengan tabel 5.2. Sedangkan target Departemen Kesehatan untuk tahun 2006 desa siaga 12.000 desa. Ini berarti target Departemen Kesehatan untuk desa siaga sudah tercapai.
111
TABEL 5.2 JUMLAH DESA SIAGA TAHUN 2006
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Provinsi Nanggroe Aceh Darrusalam Sumatera Utara Lampung Sumatera Barat Bengkulu Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Jumlah Keseluruhan
Jumlah Desa Siaga 250 500 200 200 150 1.000 4.300 5.000 150 150 100 300 12.300
Sumber: Ditjen Binkesmas, Depkes RI, 2007
7. Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan
Pendidikan tenaga kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan ketersediaan dan kualitas tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat. Pendidikan tenaga kesehatan diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta melalui berbagai institusi pendidikan dan jenjang pendidikan. Dari seluruh institusi pendidikan tenaga kesehatan (Diknakes) yang ada hanya sebagian yang menjadi tanggung jawab Departemen Kesehatan dalam koordinasi dan pembinaannya, yang dikelompokkan ke dalam institusi Politeknik Kesehatan (Poltekkes) dan institusi Diknakes Non Poltekkes. Perkembangan jumlah institusi Diknakes saat ini semakin pesat, baik jenis maupun jumlah di masing-masing propinsi. Sampai dengan Desember 2006 jumlah institusi Diknakes baik Poltekkes maupun Non Poltekkes sebanyak 890 institusi yang terdiri dari Poltekkes sebanyak 205 jurusan/program dan Non Poltekkes yang ada diseluruh Indonesia sebanyak 685 institusi. Perkembangan jumlah masing – masing jenis institusi Diknakes Poltakes dan Non Poltakes dapat dilihat pada gambar 5.16 dan 5.17.
112
GAMBAR 5.16 PERKEMBANGAN JUMLAH DAN JENIS POLTAKES DI INDONESIA TAHUN 2004 – 2006
Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan GAMBAR 5.17 PERKEMBANGAN JUMLAH DAN JENIS NON POLTAKES DI INDONESIA TAHUN 2004 - 2006
Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
Dari 205 jurusan Poltekkes yang diselenggarakan, jurusan terbanyak adalah jurusan Keperawatan (32,7%) dan Kebidanan (23,4%), selebihnya adalah Gizi (11,7%), Kesehatan Lingkungan (9,8%), Kesehatan Gigi (8,8%), Analis Kesehatan (5,9%), Farmasi (2,90%), Teknik Elektro Medik (1,0%), Teknik Radio Diagnostik (1,0%), Fisioterapi (1,0%), Teknik Gigi (0,5%), Analis Farmasi dan Makanan (0,5%), Okupasi Terapi (0,5%), dan Ortotik Prostetik (0,5%). Sementara itu, jumlah institusi di luar Poltekkes pada tahun yang sama sebanyak 685 institusi yang mana terbanyak adalah jurusan Keperawatan (72,7%), sedangkan selebihnya adalah jurusan Kefarmasian (11,24%), Keteknisian Medis (10,36%), Kesehatan Masyarakat (1,89%), Keterapian Fisik (2,48%), dan Gizi (1,31%) Untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dalam Poltekkes, mulai tahun 2004 Pusdiknakes sudah melakukan akreditasi. Sampai dengan Desember 2006, 181 (88,29%) jurusan Poltekkes telah diakreditas (Lampiran 5.17). Dari akreditas yang sudah dilakukan, 73 jurusan (40,33%) termasuk dalam strata “A”, 104 jurusan (57,46%)
113
termasuk dalam strata “B” dan 4 jurusan (2,21%) termasuk dalam strata “C”. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 5.18. GAMBAR 5.18 PERKEMBANGAN STRATA AKREDITAS JURUSAN POLTEKKES TAHUN 2004-2006
Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
Sedangkan untuk institusi non Poltekkes tahun 2006 , 518 institusi (75,62%) sudah diakriditas , 24,38% sisanya belum diakreditas. Institusi yang sudah diakreditasi tersebut 61 (11,78%) termasuk dalam strata “A”, 402 (77,61%) termasuk dalam strata “B” dan 54 (10,42%) termasuk dalam strata “C”. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 5.19. GAMBAR 5.19 PERKEMBANGAN STRATA AKREDITAS INSTITUSI NON POLTEKKES TAHUN 2004-2006
Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
Bila dilihat menurut kepemilikannya, jumlah institusi Diknakes Non Poltekkes pada tahun 2006 sebanyak 81,17% adalah milik swasta, sedangkan selebihnya adalah milik Pemerintah Daerah (14,45%), dan TNI/POLRI (4,37%). Jumlah institusi Diknakes Non Poltekkes milik Pusat mengalami penurunan karena institusi milik pusat bergabung dengan Poltekkes. Jumlah institusi Diknakes Non Poltekkes menurut jenis jurusan atau program studi dan status kepemilikan pada tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 5.18 dan 5.20.
114
B. TENAGA KESEHATAN 1. Perencanaan Tenaga Kesehatan
Berdasarkan Renstra Departemen Kesehatan tahun 2005-2009, pada tahun 2010, ratio tenaga kesehatan per 100000 penduduk berdasarkan kategori, diharapkan mencapai angka/target sebagai berikut: TABEL 5.3 RATIO TENAGA KESEHATAN PER 100000 PENDUDUK TAHUN 2010
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Jenis Tenaga
Rasio per 100000 penduduk
Dokter Spesialis Dokter Umum Dokter Gigi Perawat Bidan Perawat Gigi Apoteker Asisten Apoteker Sarjana Kesmas Sanitarian Gizi Keterapian Fisik Keteknisan Medis
9 30 11 158 75 16 9 18 8 10 18 4 6
Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, 2007
Berdasarkan rasio tenaga kesehatan di atas, dengan menggunakan proyeksi penduduk 2010 diharapkan sampai tahun 2010 kebutuhan tenaga kesehatan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
115
GAMBAR 5.20 KEBUTUHAN TENAGA KESEHATAN TAHUN 2010 UNTUK MENCAPAI INDONESIA SEHAT 2010 MENURUT JENIS TENAGA
Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, 2007
2. Persebaran SDM Kesehatan
Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM kesehatan membuat prediksi tenaga kesehatan tahun 2006 berdasarkan tenaga kesehatan tahun 2003 ditambahkan dengan lulusan per tahunnya. TABEL 5.4. JUMLAH TENAGA KESEHATAN DAN RASIO TENAGA KESEHATAN PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2006
No
Jenis Tenaga
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Dokter Spesialis Dokter Umum Dokter Gigi Perawat Bidan Perawat Gigi Apoteker Asisten Apoteker Sarjana Kesmas Sanitarian Gizi Keterapian Fisik Keteknisan Medis
Jumlah Tenaga 12.374 44.564 11.289 308.306 79.152 8.230 10.207 39.106 9.739 18.094 15.342 5.290 10.318
Sumber : Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM, 2007
116
Rasio per 100000 penduduk 5,53 19,93 5,05 137,87 35,4 3,68 4,56 17,49 4,36 8,09 6,86 2,37 4,61
2.1. SDM Kesehatan di Daerah
SDM kesehatan di daerah terdiri dari SDM Kesehatan yang bertugas di unit kesehatan (sarana pelayanan dan non pelayanan ) di provinsi dan Kabupaten/Kota denga status kepegawaian PNS,CPNS,PTT,TNI/POLRI dan swasta yang bekerja di Dinas Kesehatan Provinsi dan UPT, Dinas Kabupaten/Kota dan UPT, rumah sakit/poliklinik dan sarana kesehatan lainnya milik pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta dan TNI/POLRI, pada tahun 2005 sebanyak 320.307 orang yang terdiri dari 279.628 orang (87,30%) tenaga kesehatan dan 40.679 orang (12,70%) tenaga non kesehatan. Persebaran SDM Kesehatan Daerah terbanyak berada di provinsi Jawa Timur yaitu 62.467 orang, kemudian Jawa Barat 32.737 orang dan DKI Jakarta 27.001 orang.Sedangkan provinsi dengan jumlah SDM terendah adalah Sulawesi Barat 654 orang, Gorontalo 1.389 orang dan Maluku Utara 1590 orang. Berdasarkan profesinya dari 279.628 orang tenaga kesehatan, terbanyak adalah perawat (perawat + S.Keperawatan) 117.989 orang (42,19%) dan Bidan 66.860 orang (23,91%). Jumlah, persentase tenaga kesehatan dan rasio per 100.000 penduduk menurut jenisnya disajikan disajikan pada tabel 5.5 di bawah ini. TABEL 5.5 JUMLAH, PERSENTASE DAN RASIO PER 100.000 PENDUDUK TENAGA KESEHATAN MENURUT JENISNYA TAHUN 2005
No
Jenis Tenaga
Jumlah Tenaga
Persentase
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Dokter Spesialis Dokter Umum Dokter Gigi Perawat Bidan Apoteker Asisten Apoteker Sarjana Kesmas Sanitarian Gizi Keterapian Fisik Keteknisan Medis
9.717 25.530 7.767 117.989 66.860 3.540 10.103 6.789 12.080 8.226 2.618 8.409
3,47 9,13 2,78 42,19 23,91 1,27 3,61 2,43 4,32 2,94 0,94 3,01
Rasio per 100000 penduduk 4,43 11,66 3,55 53,91 30,54 1,62 4,61 3,10 5,52 3,76 1,20 3,84
Sumber : Dinas Kesehatan se Indonesia, melalui pengumpulan data Pusdatin, Depkes RI, Desember 2006
117
Jumlah SDM Kesehatan menurut jenis dan provinsi pada tahun 2005 dapat dilihat pada lampiran 5.21. Sedangkan gambaran rasio dokter per 100.000 penduduk dapat dilihat pada gambar 5.21, rasio perawat per 100.000 penduduk pada gambar 5.22 dan rasio bidan per 100.000 penduduk pada gambar 5.23 GAMBAR 5.21 RASIO DOKTER PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2005
Sumber : Dinas Kesehatan se Indonesia, melalui pengumpulan data Pusdatin, Depkes RI, Desember 2006
GAMBAR 5.22 RASIO PERAWAT PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2005
Sumber : Dinas Kesehatan se Indonesia, melalui pengumpulan data Pusdatin, Depkes RI, Desember 2006
GAMBAR 5.23 RASIO BIDAN PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2005
Sumber : Dinas Kesehatan se Indonesia, melalui pengumpulan data Pusdatin, Depkes RI, Desember 2006
118
2.2. SDM Kesehatan di Rumah Sakit
Berdasarkan laporan Ditjen Bina Yanmedik, jumlah SDM yang bekerja di rumah sakit tahun 2006 adalah 250.024 orang, terdiri dari 164.302 orang (65,7%) tenaga kesehatan dan 85.722 orang (34,3%) tenaga non kesehatan. Provinsi dengan jumlah tenaga kesehatan terbanyak adalah DKI Jakarta (45.671 orang), diikuti Jawa Tengah (35.206 orang) dan Jawa Timur (35.159 orang). Sedangkan provinsi dengan jumlah SDM kesehatan terendah adalah Gorontalo (309 orang), Maluku Utara (449 orang) dan Bangka Belitung (792 orang). Berdasarkan profesinya, dari 164.302 tenaga kesehatan, terbanyak adalah keperawatan 108.334 orang (65,94%) dan medis 26.092 orang (15,88%), yang dapat dilihat pada Lampiran 5.22. 2.3. SDM Kesehatan di Puskesmas
Jumlah SDM Kesehatan yang bertugas di Puskesmas tahun 2006 adalah 143.502 orang. Jumlah dokter umum yang bekerja di Puskesmas sebanyak 10.763 orang. Dengan jumlah Puskesmas sebanyak 8.015, maka rata-rata tiap Puskesmas dilayani oleh 1-2 orang dokter umum. Jumlah dokter gigi yang bekerja di Puskesmas sebanyak 4.296 orang yang berarti belum semua Puskesmas memiliki dokter gigi. Jumlah perawat sebanyak 52.753 orang sehingga setiap Puskesmas dilayani 6-7 orang perawat. Jumlah bidan sebanyak 52.168 orang sehingga setiap Puskesmas dilayani 6-7 orang bidan. Data selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran 5.23. 3. SDM Kesehatan Status Pegawai Tidak Tetap
Departemen Kesehatan memiliki 3 jenis tenaga Pegawai Tidak Tetap (PTT) yaitu Dokter, Dokter Gigi dan Bidan. Sampai dengan Desember 2006 tercatat masih aktif di lapangan sejumlah 46.343 orang yang terdiri dari 8.896 Dokter Umum, 2.555 Dokter Gigi dan 34.892 Bidan. Dokter Umum PTT terbanyak berada pada provinsi Jawa Tengah (1.026 orang/11,53%), sedangkan provinsi dengan Dokter Umum PTT paling sedikit adalah DKI Jakarta (42 orang/0,47%). Dokter Gigi PTT terbanyak berada pada provinsi Jawa Timur (301 orang/11,78%), sedangkan provinsi dengan Dokter Gigi PTT paling sedikit adalah Maluku Utara (5 orang/0,19%). Bidan PTT terbanyak berada pada provinsi Jawa Tengah (4.599 orang/13,18%), provinsi dengan Bidan PTT paling sedikit adalah provinsi Papua (4orang/0,01%) sedangkan provinsi yang tidak memiliki Bidan PTT adalah DKI dan Irian Jaya Barat yang dapat dilihat pada lampiran 5.24.
119
4. Peserta Didik pada Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan 4.1. Peserta Didik Poltekkes dan Non Poltekkes
Pada tahun ajaran 2006/2007 jumlah peserta didik sebanyak 183.061 orang terdiri dari peserta didik Poltekkes sebanyak 43.350 orang (23,68%) dan peserta didik non Poltekkes sebanyak 139.711 orang (76,32%). (Lampiran 5.27 dan Lampiran 5.28) Bila dilihat dari jenjang pendidikannya, jenjang pendidikan tinggi (JPT) sebanyak 166.786 (91,11%) dan jenjang pendidikan menengah (JPM) sebanyak 16.275 orang (8,89%). Perkembangan jumlah peserta didik menurut jenjang pendidikan pada tahun 2004 – 2006 dapat dilihat pada Gambar 5.24 di bawah ini. GAMBAR 5.24 PERKEMBANGAN JUMLAH PESERTA DIDIK POLTEKES DAN NON POLTEKES MENURUT JENJANG PENDIDIKAN TAHUN 2004 – 2006
Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
4.2. Peserta Didik Program Khusus
Selain peserta didik yang berasal dari jalur umum terdapat peserta didik program (progsus) yang diselenggarakan oleh institusi Poltekkes dan institusi non Poltekkes dengan persyaratan institusi/program studi yang telah memenuhi kriteria akreditas strata B dengan nilai minimal 80. Jumlah peserta didik Progsus tahun 2006 adalah 7.268 dengan Keperawatan (48,21%), Kebidanan (42,95%), Farmasi (2,27%), Analisis Kesehatan (2,02), Kesehatan Gigi (2,63%), Gizi (1,17%) dan Kesehatan Lingkungan (0,74%) yang dapat dilihat pada lampiran 5.29. Sedangkan perkembangan progus dari tahun 2004-2005 dapat dilihat pada tabel 5.6.
120
TABEL 5.6 PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK PROGRAM KHUSUS BERDASARKAN JENIS TENAGA KESEHATAN TAHUN 2004-2006 NO 1 2 3 4 5 6 7
JENIS PENDIDIKAN Keperawatan Kebidana Gizi Kesehatan Gigi Analisis Kesehatan Kesehatan Lingkungan Farmasi Total
2004 4.209 2.095 160 99 116 16 6.695
TAHUN 2005 4.333 2.252 165 125 341 53 40 7.309
2006 3.504 3.122 85 191 147 54 165 7.268
Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
5. Lulusan
Jumlah lulusan Poltekkes dan Non Poltekkes tahun 2006 sebanyak 46.891 orang. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar 8,24% dari tahun 2005, dimana pada tahun 2005 lulusan Poltekkes dan Non Poltekkes turun sebesar 4,92% dari tahun 2004 yang dapat dilihat dari tabel 5.7. TABEL 5.7 PERKEMBANGAN JUMLAH LULUSAN POLTEKKES DAN NON POLTEKKES BERDASARKAN JENIS TENAGA KESEHATAN TAHUN 2004 – 2006 No
JENIS TENAGA KESEHATAN
JUMLAH LULUSAN 2004 2005 1 Keperawatan 33.716 31.179 2 Kefarmasian 4.143 4.130 3 Kesehatan Masyarakat 1.923 1.855 4 Gizi 1.368 1.519 5 Keterapian Fisik 740 739 6 Keteknisan Medis 3.674 3.898 Total 45.562 43.320 Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
2006 33.941 5.045 1.557 1.415 858 4.075 46.891
Sebagian besar lulusan tersebut dihasilkan oleh institusi Non Poltekkes yaitu sebanyak 35.172 lulusan (75,09%) dan sisanya dihasilkan institusi Poltekkes yaitu sebanyak 11.687 lulusan (24,91%). Untuk lulusan Non Poltekkes lulusan terbanyak adalah jenis Keperawatan yakni sebesar 73,02%, jumlah lulusan terbanyak berikutnya berturut-turut adalah jenis Keteknisian Medis yaitu sebesar 9,20%, Keterapian Fisik sebesar 1,98%, Kesehatan
121
Masyarakat yaitu sebesar 1,52% , Kefarmasian yakni 1,35%, dan yang paling sedikit dari jenis Gizi yaitu sebesar 0,86% . Sedangkan untuk lulusan Poltekkes lulusan yang terbanyak adalah jenis Keperawatan yakni sebesar 70,74, diikuti jenis Gizi (9,53%), Kesehatan Masyarakat (8,74%), Keteknisan Medis (6,83%), Kefarmasian (2,79%) dan yang paling sedikit dari jenis Keterapian Fisik (1,37%). (Lampiran 5.30) Tiga provinsi terbanyak menghasilkan lulusan tenaga kesehatan institusi non poltekkes pada tahun 2006 adalah provinsi Jawa Tengah (6.159 lulusan), DKI Jakarta (5.503 lulusan), Jawa timur (5.346 lulusan). Untuk jenis keperawatan dari institusi non poltekkes lulusan terbanyak dihasilkan oleh Provinsi Jawa Timur sebanyak 3.029 orang, terbanyak berikutnya dihasilkan oleh Provinsi Jawa Tengah yakni 2.930 orang. Untuk institusi Poltekkes tiga provinsi terbanyak menghasilkan lulusan tenaga kesehatan adalah Jawa Timur (1.323 lulusan), Jawa Barat (1.172 lulusan) dan DKI Jakarata (1.101 lulusan). Untuk jenis Keperawatan dari institusi Poltekkes lulusan terbanyak dihasilkan oleh Provinsi DKI Jakarta yakni 354 orang, terbanyak berikutnya dihasilkan oleh Provinsi Jawa Timur sebesar 346 orang. Distribusi lulusan institusi diknakes non poltekkes berdasarkan provinsi dan jenis ketenagaan secara rinci dapat dilihat pada lampiran 5.31dan 5.32. 6. Peserta Pendidikan dan Pelatihan Pegawai
Pendidikan dan pelatihan dimaksudkan untuk membina profesionalitas pegawai dalam rangka meningkatkan kualitas tenaga kesehatan. Pelatihan bagi tenaga kesehatan terdiri atas pelatihan pra/jabatan atau pra/tugas, pelatihan struktural, pelatihan fungsional, dan pelatihan teknis. Data pelatihan bagi tenaga kesehatan didapat dari laporan kegiatan Bapelkes dan dari permintaan sertifikat pelatihan ke Pusdiklat. Sedangkan data pelatihan lainnya yang tidak dilaksanakan di Bapelkes dan sertifikatnya tidak diperoleh melalui Pusdiklat, tidak tersedia. Pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan Pusdiklat dan Bapelkes nasional tahun 2006 yang paling sering adalah jenis diklat teknis (44,81%), diikuti manajemen kesehatan (32,37%), diklat fungsional (9,13%), pra jabatan (9,13%), dan yang terakhir diklat pimpinan sebagaimana disajikan dalam gambar 5.25. GAMBAR 5.25 PROPORSI PELATIHAN YANG DILAKSANAKAN PUSDIKLATKES DAN BAPELKES NASIONAL TAHUN 2006
Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, Depkes RI, 2007
122
C. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Pembiayaan kesehatan di Indonesia terdiri dari pembiayaan kesehatan oleh pemerintah dan pembiayaan kesehatan oleh masyarakat yaitu mengenai pengeluaran rumah tangga untuk kesehatan dan jaminan pemeliharaan kesehatan. 1. Pembiayaan Kesehatan oleh Pemerintah
Pada periode tahun 2002-2006, jumlah alokasi anggaran Departemen Kesehatan baik yang dikelolah unit pusat maupun yang didistribusikan untuk seluruh provinsi meningkat dan dapat dilihat pada Gambar 5.26 di bawah ini. Pada tahun 2003 alokasi anggaran Departemen Kesehatan meningkat 49,34%, tahun 2004 meningkat 19,81%, tahun 2005 meningkat cukup besar yaitu 73,34% dan tahun 2006 naik lagi menjadi 43,52%. Sedangkan realisasinya dari tahun 2000-2006 di atas 60% (tahun 2002: 93,74%, 2003: 83,49%, 2004: 84,52%, 2005: 61,09% dan 2006: 80,05%). GAMBAR 5.26 ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN DEPKES TAHUN 2002 – 2006
Sumber: Biro Keuangan dan Perlengkapan, Depkes RI
2. Pembiayaan Kesehatan oleh Masyarakat
Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembiayaan kesehatannya, sejak lama sudah dikembangkan berbagai cara untuk memberikan jaminan kesehatan bagi masyarakat. Pembiayaan kesehatan masyarakat berdasarkan sumber pembiayaan (non JPK dan JPK) dari tahun 2002 – 2006, dapat kita lihat dalam Gambar 5.27 yaitu non JPK dari tahun ke tahun menurun sedangkan JPK dari tahun ke tahun meningkat yang disebabkan peningkatan kartu sehat dari tahun ke tahun seperti yang terlihat dalam Gambar 5.28.
123
GAMBAR 5.27 PROPORSI PEMBIAYAAN KESEHATAN MASYARAKAT BERDASARKAN SUMBER PEMBIAYAAN TAHUN 2002 - 2006
Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan
Rincian jumlah dan persentase kepesertaan penduduk dalam jaminan pemeliharaan kesehatan tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 5.34 dan lampiran 5.35. GAMBAR 5.28 PERSENTASE KEPESERTAAN PENDUDUK DALAM JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN TAHUN 2002 – 2006
Sumber: Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan
***
124
BAB VI PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN NEGARA-NEGARA ASEAN DAN SEARO
Indonesia merupakan salah satu anggota sekaligus pendiri ASEAN (Association of South East Asian Nations) yaitu organisasi negara-negara di Asia Tenggara yang beranggotakan 10 negara. ASEAN dibentuk dengan tujuan untuk mengukuhkan kerjasama negara-negara di Asia Tenggara dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya serta pertahanan dan keamanan. Sedangkan berdasarkan pengelompokkan negara menurut WHO, Indonesia termasuk dalam negara SEARO (South East Asian Region/SEARO) bersama 10 negara lainnya, yaitu Bangladesh, Bhutan, Korea Utara (Democratic Peoples Republic of Korea/DPR Korea), India, Maladewa, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Thailand, dan Timor Leste. Perbandingan antar negara, baik dengan negara-negara ASEAN maupun SEARO, dilakukan untuk melihat posisi Indonesia terhadap negara-negara lain dalam kawasan yang sama. Dalam bab ini akan dibahas perbandingan antara Indonesia dengan negara ASEAN dan SEARO dari aspek kependudukan, derajat kesehatan, dan upaya kesehatan. A. KEPENDUDUKAN
Informasi tentang penduduk penting diketahui agar pembangunan dapat diarahkan sesuai kebutuhan penduduk sebagai pelaku pembangunan. Jumlah penduduk yang besar dapat dipandang sebagai beban sekaligus juga modal dalam pembangunan. Beberapa indikator yang digunakan untuk mengetahui keadaan penduduk yaitu jumlah penduduk, kepadatan penduduk, laju pertumbuhan penduduk, angka beban tanggungan, dan angka kelahiran. 1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk 1.1. Kawasan ASEAN
Berdasarkan data dari “world populations data sheet”, pada pertengahan tahun 2006, Indonesia adalah negara dengan penduduk terbanyak di antara negara anggota ASEAN lainnya dengan jumlah penduduk 225,5 juta jiwa. Dengan wilayah negara terluas Indonesia selalu menempati rangking satu negara dengan jumlah penduduk tertinggi di ASEAN. Sedangkan Brunei Darussalam memiliki jumlah penduduk paling rendah yaitu 0,4 juta jiwa. Sementara bila dilihat berdasarkan kepadatan penduduk, Singapura tercatat sebagai negara yang paling padat yaitu 7.174 penduduk per km2. Angka tersebut jauh di atas negara 125
anggota ASEAN lainnya yang mempunyai kepadatan penduduk di bawah 300 per km2. Kepadatan penduduk terendah terjadi di Laos yaitu 25 penduduk per km2. Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk masing-masing negara anggota ASEAN dapat dilihat pada Gambar 6.1 dan 6.2 berikut. GAMBAR 6.1 JUMLAH PENDUDUK DI NEGARA ANGGOTA ASEAN TAHUN 2006
Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006
GAMBAR 6.2 KEPADATAN PENDUDUK DI NEGARA ANGGOTA ASEAN (per km2) TAHUN 2006
Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006
1.2. Kawasan SEARO
Jika di kawasan ASEAN, Indonesia menempati peringkat pertama dengan penduduk terbesar, di kawasan SEARO Indonesia menempati peringkat kedua setelah India. India merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar di antara negara SEARO bahkan menduduki peringkat kedua di dunia setelah China dengan jumlah penduduk 1.121,8 juta jiwa. Sedangkan 9 negara lainnya berpenduduk kurang dari 100 juta jiwa, bahkan jumlah penduduk di Maladewa dan Bhutan masing-masing 0,3 juta dan 0,9 juta jiwa dan merupakan negara dengan jumlah penduduk terkecil di kawasan SEARO. Walaupun memiliki jumlah penduduk terkecil, dengan luas wilayah yang juga relatif kecil Maladewa merupakan negara dengan kepadatan penduduk kedua tertinggi setelah Bangladeshh yaitu 990 jiwa per km2. Kepadatan penduduk terendah adalah Bhutan yaitu 19 jiwa per km2. GAMBAR 6.3 JUMLAH PENDUDUK DI NEGARA-NEGARA SEARO TAHUN 2006
Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006
GAMBAR 6.4 KEPADATAN PENDUDUK DI NEGARA-NEGARA SEARO (per km2) TAHUN 2006
Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006
2. Laju Pertumbuhan Penduduk
Indikator tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah penduduk di suatu wilayah atau negara dimasa yang akan datang. Dengan diketahuinya jumlah penduduk yang akan datang, diketahui pula kebutuhan dasar penduduk di segenap 126
bidang kehidupan. Indikator tersebut biasa dikenal dengan laju pertumbuhan penduduk. Laju pertumbuhan penduduk dipengaruhi tiga faktor, yakni kelahiran, kematian, dan migrasi. 2.1. Kawasan ASEAN
Selama periode waktu 1990-2005, laju pertumbuhan penduduk yang tertinggi di antara negara anggota ASEAN terjadi di Brunei Darussalam dan Kamboja dengan laju pertumbuhan penduduk masing-masing 2,5%. Sedangkan Thailand, Indonesia, dan Myanmar merupakan negara dengan laju pertumbuhan penduduk paling lambat yaitu masing-masing 1%, 1,4%, dan 1,4%. 2.2. Kawasan SEARO
Berdasarkan sumber yang sama selama periode waktu 1990-2005 laju pertumbuhan penduduk di negara-negara SEARO berkisar antara 0,9 dan 2,8 dengan laju tertinggi terjadi di Maladewa. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk terendah terjadi di Korea Utara (DPR Korea). Laju pertumbuhan penduduk di negara anggota ASEAN dapat dilihat pada Lampiran 6.1 dan laju pertumbuhan penduduk di negara-negara SEARO di Lampiran 6.2. 3. Penduduk Menurut Kelompok Umur
Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Semakin tinggi persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif (kelompok umur 0-14 tahun) dan tidak produktif lagi (kelompok umur 65 tahun keatas). 3.1. Kawasan ASEAN
Dilihat dari persentase penduduk menurut kelompok umur 0-14 tahun dan kelompok umur 65 tahun ke atas untuk keadaan tahun 2006, Laos dan Kamboja merupakan negara yang terbesar untuk kelompok umur tersebut, masing-masing adalah 43% dan 37% untuk kelompok umur 0 – 14 tahun serta 4% dan 3% untuk kelompok umur 65 tahun ke atas. Sebaliknya Singapura dan Thailand merupakan negara dengan komposisi penduduk kelompok umur 0 – 14 tahun dan kelompok umur 65 tahun ke atas terendah. Gambar 6.5 berikut ini memperlihatkan komposisi penduduk usia produktif (kelompok umur 15-64 tahun) dan penduduk non produktif (kelompok umur 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas). GAMBAR 6.5 KOMPOSISI PENDUDUK DI NEGARA ANGGOTA ASEAN TAHUN 2006
Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006
127
Persentase penduduk kelompok umur 0 – 14 tahun dan kelompok umur 65 tahun ke atas tersebut memberikan pengaruh pada Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio). Indikator rasio beban tanggungan mengukur seberapa besar tanggung jawab sosial ekonomi yang ditanggung oleh kelompok umur pekerja yaitu yang berumur 15-64 tahun. Dengan distribusi penduduk seperti yang telah disebutkan di atas, Laos merupakan negara dengan Angka Beban Tanggungan tertinggi (70%) sedangkan Singapura merupakan negara dengan Angka Beban Tanggungan terendah (42%). Hal tersebut bisa dilihat pada Gambar 6.5. Sementara Indonesia memiliki Angka Beban Tanggungan 51, hal tersebut berarti setiap 100 orang usia produktif di Indonesia menanggung 51 orang yang belum produktif dan yang dianggap tidak produktif lagi. 3.2. Kawasan SEARO
Gambar 6.6 memperlihatkan komposisi penduduk produktif dan penduduk non produktif di negara-negara anggota SEARO pada tahun 2006. Timor Leste adalah negara dengan komposisi penduduk usia non produktif tertinggi yaitu 46% (43% kelompok usia 0-14 tahun dan 3% kelompok usia 65 tahun ke atas). Sebaliknya, dua negara dengan penduduk non produktif terendah di kawasan tersebut adalah Thailand yaitu 30%. Hal tersebut berarti Timor Leste merupakan negara dengan angka beban tanggungan tertinggi sedangkan Thailand merupakan negara dengan angka beban tanggungan terendah. Komposisi penduduk kelompok umur 0 – 14 tahun, 15-64 tahun, 65 tahun ke atas, serta besar angka beban tanggungan di kawasan SEARO secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6.2 GAMBAR 6.6 KOMPOSISI PENDUDUK DI NEGARA-NEGARA SEARO TAHUN 2006
Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006
4. Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia disebut juga dengan Human Development Index didapat dengan mengukur 3 faktor, yaitu panjangnya masa hidup dan kondisi kesehatan (diukur dengan usia harapan hidup sejak lahir), pendidikan (diukur dengan angka melek huruf dan partisipasi sekolah di pendidikan dasar dan lanjutan), dan standar hidup yang layak (diukur dengan keseimbangan daya beli- purchasing power parity- dan pendapatan). Berdasarkan standar dunia, Indeks Pembangunan Manusia dikategorikan tinggi jika IPM > 0,799, sedang jika IPM 0,500-0,799, dan rendah jika IPM < 0,500.
128
4.1. Kawasan ASEAN
Berdasarkan kategori tersebut, pada tahun 2005, 70% negara anggota ASEAN masuk dalam kategori sedang, termasuk juga Indonesia dengan IPM 0,728. Sedangkan 30% negara lainnya masuk dalam IPM berkategori tinggi, negara tersebut adalah Singapura, Brunei Darussalam, dan Malaysia. GAMBAR 6.7 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI NEGARA ANGGOTA ASEAN TAHUN 2005
Sumber: Human Development Report 2007/2008
4.2. Kawasan SEARO
Pada tahun 2005 seluruh negara di SEARO (tanpa Korea Utara/DPR Korea) memiliki indeks pembangunan manusia antara 0,514-0,781 termasuk juga Indonesia. Hal itu berarti seluruh negara di kawasan tersebut masuk dalam kategori IPM sedang. IPM tertinggi adalah Thailand (0,781) dan terendah adalah Timor Leste (0,514). GAMBAR 6.8 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI NEGARA-NEGARA SEARO TAHUN 2005
Tidak ada data
Sumber: Human Development Report 2007/2008
129
5. Angka Kesuburan Wanita
TFR merupakan gambaran mengenai rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang perempuan dari usia 15 sampai 49 tahun. Perbandingan angka TFR antar negara dapat menunjukkan keberhasilan negara dalam melaksanakan pembangunan sosial ekonominya. Angka TFR yang tinggi merupakan cerminan rata-rata usia kawin yang rendah, tingkat pendidikan yang rendah terutama perempuannya, tingkat sosial ekonomi rendah atau tingkat kemiskinan yang tinggi. Selain itu tentu saja menunjukkan tingkat keberhasilan program keluarga berencana yang dilaksanakan di daerah tersebut. Diketahuinya TFR untuk suatu daerah akan membantu para perencana program pembangunan untuk meningkatkan rata-rata usia kawin, dan meningkatkan program pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan ibu hamil dan perawatan anak. Angka Kesuburan Wanita atau Total Fertility Rate (TFR) dapat diklasifikasikan menjadi 3 tingkat yaitu rendah, sedang, dan tinggi (ADB, Key Indicators 2002). Kesuburan rendah terjadi ketika angka kesuburan wanita 2,1 atau kurang; kesuburan sedang antara 2,23,9; dan kesuburan tinggi jika angka kesuburan wanita 4 atau lebih. 5.1. Kawasan ASEAN GAMBAR 6.9 ANGKA KESUBURAN WANITA DI NEGARA ANGGOTA ASEAN TAHUN 2006
Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006
Dengan menggunakan klasifikasi tersebut, maka pada tahun 2006 negara-negara yang termasuk dalam kategori angka kesuburan wanita rendah adalah Singapura (1,2), Thailand (1,7), dan Vietnam (2,1). Sedangkan Laos merupakan satu-satunya negara anggota ASEAN yang termasuk dalam kategori angka kesuburan wanita tinggi yaitu 4,8. Sedangkan Indonesia masuk dalam kategori sedang dengan angka kesuburan wanita 2,4 yang berarti untuk setiap wanita di Indonesia rata-rata memiliki anak 2 sampai dengan 3 selama hidupnya. 5.2. Kawasan SEARO
Pada tahun 2006, di antara 11 negara di SEARO, Thailand, Sri Lanka, dan Korea Utara (DPR Korea) termasuk negara dengan angka fertilitas total berkategori rendah. Indonesia, Myanmar, Maladewa, Bhutan, India, Bangladeshh, dan Nepal masuk dalam 130
kategori sedang. Sedangkan Timor Leste merupakan satu-satunya negara di SEARO yang masuk dalam kategori tinggi yaitu 6,3. Besaran angka kesuburan total per negara dapat dilihat pada gambar berikut ini. GAMBAR 6.10 ANGKA KESUBURAN WANITA DI NEGARA-NEGARA SEARO TAHUN 2006
Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006
Pada Lampiran 6.3 dan 6.4 dapat dilihat bahwa tingginya angka kesuburan wanita mempengaruhi angka kelahiran kasar per 1.000 penduduk. Semakin tinggi angka kesuburan wanita maka semakin tinggi angka kelahiran kasar begitu pula sebaliknya semakin rendah angka kesuburan wanita semakin rendah angka kelahiran kasar. Tingginya angka kelahiran kasar juga memberikan kontribusi pada persentase penduduk kelompok umur 0-14 tahun dan akhirnya memberi dampak pada angka beban tanggungan. Maka negara yang memiliki angka kesuburan wanita tinggi kemungkinan memiliki angka beban tanggungan tinggi seperti yang terjadi pada Laos dan Timor Leste. Sementara negara yang memiliki angka kesuburan wanita rendah memiliki kemungkinan angka beban tanggungan yang rendah pula seperti terjadi pada Singapura dan Thailand. 6. Angka Kelahiran Kasar
Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR) adalah angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran pada tahun tertentu per 1.000 penduduk pada pertengahan tahun yang sama. Tingkat kelahiran di masa lalu mempengaruhi tingginya tingkat fertilitas masa kini. Jumlah kelahiran yang besar di masa lalu disertai dengan penurunan kematian bayi akan menyebabkan bayi-bayi tersebut tetap hidup dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya disaat kematian bayi masih tinggi. 6.1. Kawasan ASEAN
Gambar 6.11 memperlihatkan angka kelahiran kasar pada tahun 2006 di negaranegara ASEAN dengan kisaran 10 sampai 36 per 1.000 penduduk. Angka tertinggi, seperti tahun-tahun sebelumnya, terjadi di Laos dengan angka kelahiran kasar 36 per 1.000 penduduk dan diikuti oleh Kamboja yaitu 30 per 1.000 penduduk. Sedangkan Singapura memiliki angka kelahiran kasar terendah yaitu 10 kelahiran per 1.000 penduduk. Indonesia sendiri memiliki angka kelahiran kasar sebesar 20 kelahiran untuk setiap 1.000 penduduk. 131
GAMBAR 6.11 ANGKA KELAHIRAN KASAR DI NEGARA ANGGOTA ASEAN TAHUN 2006
Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006
6.2. Kawasan SEARO
Pada tahun 2006 kisaran angka kelahiran kasar di negara-negara SEARO antara 14 sampai 42 per 1.000 penduduk. Terendah adalah Thailand (14) dan Korea Utara/DPR Korea (16) sedangkan tertinggi Timor Leste (42) dan Nepal (31). Gambar 6.12 memperlihatkan perbandingan angka kelahiran kasar 11 negara di SEARO. GAMBAR 6.12 ANGKA KELAHIRAN KASAR DI NEGARA SEARO TAHUN 2006
Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006
7. Sosial Ekonomi
Pendapatan Nasional merupakan salah satu indikator untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pendapatan Nasional Bruto perkapita (Gross National Income) terdiri dari sejumlah nilai barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara, beserta pendapatan yang diterima dari negara lain. 7.1. Kawasan ASEAN
Berdasarkan Gambar 6.13 Pendapatan Nasional Bruto perkapita tertinggi di antara negara anggota ASEAN (tidak termasuk Brunei Darussalam dan Myanmar) adalah Singapura (31.700 US$ perkapita) diikuti oleh Malaysia (11.300 US$ per kapita). Sedangkan negara132
negara lain memiliki Pendapatan Nasional Bruto per kapita kurang dari 10.000 US$. Laos dan Kamboja merupakan negara dengan Pendapatan Nasional Bruto per kapita terendah yaitu masing-masing 2.050 US$ dan 2.920 US$. Sedangkan Indonesia memiliki Pendapatan Nasional Bruto per kapita 3.950 US$. GAMBAR 6.13 PENDAPATAN NASIONAL BRUTO DI NEGARA ANGGOTA ASEAN TAHUN 2005
Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006
7.2. Kawasan SEARO
Dari keenam negara di SEARO (5 negara tidak terdapat data), Pendapatan Nasional Bruto per kapita tertinggi adalah Thailand, 8440 US$. Sedangkan kelima negara lain, yaitu Bangladeshh, India, Indonesia, Nepal, dan Sri Lanka memiliki Pendapatan Nasional Bruto per kapita kurang dari 5000 US$. Jika dibandingkan dengan 5 negara di SEARO, Indonesia berada di peringkat ke-3 tertinggi dengan Pendapatan Nasional Bruto per kapita. GAMBAR 6.14 PENDAPATAN NASIONAL BRUTO DI NEGARA-NEGARA SEARO TAHUN 2005
Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006
133
B. DERAJAT KESEHATAN MORTALITAS 1. Angka Kematian Bayi
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi eksogen atau kematian post neonatal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan luar. Angka kematian bayi diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu rendah jika AKB kurang dari 20; sedang 20-49; tinggi 50-99; dan sangat tinggi jika AKB di atas 100. 1.1. Kawasan ASEAN GAMBAR 6.15 ANGKA KEMATIAN BAYI DI NEGARA ANGGOTA ASEAN TAHUN 2006
Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006
Berdasarkan gambar di atas dengan menggunakan klasifikasi tersebut maka 40% negara ASEAN yaitu Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Vietnam termasuk negara dengan angka kematian bayi rendah. 30% negara yaitu Filipina, Thailand, dan Indonesia termasuk kelompok sedang. Sedangkan 30% negara lainnya masuk dalam kelompok negara yang memiliki angka kematian bayi tinggi. Tidak ada negara yang masuk dalam kelompok AKB sangat tinggi (>100), akan tetapi AKB di Kamboja telah mencapai 98 kematian per 1000 kelahiran hidup. Hal itu berarti AKB di Kamboja mendekati kelompok AKB sangat tinggi.
134
1.2. Kawasan SEARO GAMBAR 6.16 ANGKA KEMATIAN BAYI DI NEGARA-NEGARA SEARO TAHUN 2006
Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006
Berdasarkan klasifikasi di atas maka 18,18% negara di SEARO masuk dalam kategori negara dengan angka kematian bayi rendah, 36,36% kategori sedang dan sisanya, yaitu 45,45% termasuk kategori tinggi. Perbandingan dan besar angka kematian bayi di SEARO dapat dilihat pada Gambar 6.16. 2. Angka Kematian Balita Penurunan kasus kematian pada anak merupakan salah satu hal yang dianggap penting dalam tujuan pembangunan milenium. Pada kasus kematian yang tinggi biasanya jumlah kematian terbanyak terjadi pada usia balita ketika saat itu mereka rentan terhadap penyakit. Statistik menunjukkan bahwa lebih dari 70% kematian disebabkan diare, pneumonia, campak, malaria, dan malnutrisi. 2.1. Kawasan ASEAN GAMBAR 6.17 ANGKA KEMATIAN BALITA DI NEGARA ANGGOTA ASEAN TAHUN 2005
Sumber: Immunization Summary 2007
135
Data yang didapat dari Immunization Summary 2007 memperlihatkan perbedaan yang mencolok angka kematian balita di antara negara-negara anggota ASEAN pada tahun 2005. Angka kematian balita terendah dicapai Singapura yaitu 3 kematian per 1.000 kelahiran hidup sedangkan tertinggi dicapai Kamboja 143 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Sebagian besar negara ASEAN memiliki angka kematian balita di bawah 100, hanya Kamboja dan Myanmar yang memiliki angka kematian balita diatas 100 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan di Indonesia terjadi kematian 36 balita per 1000 kelahiran hidup. Gambar 6.17 memperlihatkan angka kematian balita di sepuluh negara ASEAN. 2.2. Kawasan SEARO GAMBAR 6.18 ANGKA KEMATIAN BALITA DI NEGARA-NEGARA SEARO TAHUN 2005
Sumber: Immunization Summary 2007
Menurut sumber yang sama, angka kematian balita di SEARO berkisar antara 14 sampai 105. Myanmar merupakan negara dengan angka kematian balita tertinggi, sedangkan terendah adalah Sri Lanka. Sementara di kawasan ini, Indonesia berada pada urutan ke-3 terendah dengan angka kematian balita 36 kematian per 1.000 kelahiran hidup. 3. Angka Kematian Kasar
Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate) adalah angka yang menunjukkan berapa besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1.000 penduduk. Angka ini disebut kasar sebab belum memperhitungkan umur penduduk. Penduduk tua mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang masih muda.Tetapi jika tidak ada indikator kematian yang lain angka ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai keadaan kesejahteraan penduduk pada suatu tahun yang bersangkutan. 3.1. Kawasan ASEAN
Di antara negara-negara anggota ASEAN, pada tahun 2006 Laos merupakan negara dengan Angka Kematian Kasar atau Crude Death Rate (CDR) tertinggi, yakni sebesar 13 per 1.000 penduduk. Sementara itu, Indonesia, Kamboja, Thailand, dan Myanmar memiliki angka kematian kasar sedang dengan kisaran antara 6 sampai 10 kematian per 1.000 penduduk. Sedangkan Malaysia, Filipina, Singapura, Vietnam, dan Brunei Darussalam
136
memiliki angka kematian kasar di bawah 6 bahkan Brunei Darussalam memiliki nilai CDR 3 kematian untuk setiap 1.000 penduduk GAMBAR 6.19 ANGKA KEMATIAN KASAR DI NEGARA ANGGOTA ASEAN TAHUN 2006
Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006
3.2. Kawasan SEARO
Di antara negara-negara di SEARO, Timor Leste merupakan penduduk dengan angka kematian kasar tertinggi pada tahun 2006 yaitu 15 kematian per 1000 penduduk. Negara dengan angka kematian terendah adalah Maladewa dengan 3 kematian per 1000 penduduk. Sedangkan Indonesia merupakan negara ke-2 terendah untuk angka kematian kasar di kawasan ini. GAMBAR 6.20 ANGKA KEMATIAN KASAR DI NEGARA-NEGARA SEARO TAHUN 2006
Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006
137
4. Usia Harapan Hidup
Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari suatu negara. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat akan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya. Usia harapan hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Usia harapan hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan. 4.1. Kawasan ASEAN
Gambar 6.21 memperlihatkan bahwa pada tahun 2006 di antara kesepuluh negara anggota ASEAN, Singapura merupakan negara dengan usia harapan hidup waktu lahir (Expectation of Life at Birth) paling tinggi yaitu 80 tahun. Negara yang memiliki umur harapan hidup waktu lahir terendah adalah Laos yaitu 54 tahun. Sedangkan Indonesia memiliki umur harapan hidup 69 tahun. GAMBAR 6.21 USIA HARAPAN HIDUP DI NEGARA ANGGOTA ASEAN TAHUN 2006
Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006
4.2. Kawasan SEARO
Gambar 6.22 memperlihatkan umur harapan hidup negara-negara di SEARO pada tahun 2006. Timor Leste adalah satu-satunya negara di SEARO yang masih memiliki umur harapan hidup kurang dari 60 tahun, yaitu 56 tahun. Sedangkan 4 negara memiliki angka harapan hidup 70 tahun ke atas, yaitu Sri Lanka, Korea Utara (DPR Korea), Thailand, dan Maladewa. Sementara 6 negara lain di SEARO memiliki harapan hidup antara 60-69 tahun, termasuk Indonesia dengan umur harapan hidup 69 tahun. 138
GAMBAR 6.22 UMUR HARAPAN HIDUP DI NEGARA KAWASAN ASEAN TAHUN 2006
Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006
MORBIDITAS 1. Prevalensi Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis masih merupakan penyebab utama kematian di dunia. Berdasarkan estimasi terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2005, 7,4 juta di antaranya terdapat di Asia dan sub-Sahara Afrika. Akibat tuberkulosis 1,6 juta manusia meninggal, termasuk 195.000 pasien yang terinfeksi HIV. 1.1. Kawasan ASEAN
Gambar 6.23 menunjukkan besarnya perbedaan prevalensi tuberkulosis per 100.000 penduduk dan kematian yang berhubungan dengan tuberkulosis per 100.000 penduduk di negara-negara ASEAN yang diambil dari World Health Statistic 2007. Angka prevalensi tuberkulosis pada tahun 2005 di negara-negara anggota ASEAN berkisar antara 28 sampai 703 per 100.000 penduduk. Kamboja merupakan negara dengan prevalensi tuberkulosis tertinggi yaitu masing-masing 703 per 100.000 penduduk. Sedangkan Singapura merupakan negara dengan prevalensi tuberkulosis terendah yaitu 23 kasus per 100.000 ribu penduduk. Sementara sebanyak 262 per 100.000 penduduk Indonesia menderita tuberkulosis. GAMBAR 6.23 PREVALENSI DAN KEMATIAN AKIBAT TUBERKULOSIS DI NEGARA ASEAN TAHUN 2004/2005
Sumber: World Health Statistic, 2007
139
Masih menurut sumber yang sama, kematian akibat tuberkulosis pada tahun 2004 tertinggi terjadi di Kamboja yaitu 94 per 100.000 penduduk. Sedangkan kasus kematian akibat tuberkulosis terendah terjadi di Brunei Darussalam dan Singapura masing-masing 5 kematian per 100.000 penduduk. Indonesia menempati urutan ke-3 tertinggi kasus kematian akibat tuberkulosis yaitu 46 per 100.000 penduduk. 1.2. Kawasan SEARO
Angka prevalensi tuberkulosis pada tahun 2005 di negara-negara SEARO berkisar antara 53 sampai 713 per 100.000 penduduk. Negara dengan prevalensi tuberkulosis tertinggi tahun 2005 adalah Timor Leste (713 per 100.000 penduduk) dan terendah adalah Maladewa (53 per 100.000 penduduk). GAMBAR 6.24 PREVALENSI DAN KEMATIAN AKIBAT TUBERKULOSIS DI NEGARA SEARO TAHUN 2004/2005
Sumber: World Health Statistic, 2007
Sedangkan kematian akibat tuberkulosis berkisar antara 4 sampai 85 per 100.000 penduduk. Seperti angka prevalensi tuberkulosis, angka kematian tertinggi akibat tuberkulosis juga terjadi di Timor Leste yaitu 85 kematian per 100.000 penduduk. Begitu pula dengan angka terendah kematian akibat tuberkulosis terjadi di Maladewa (53 per 100.000 penduduk). Perbandingan prevalensi tuberkulosis dan kematian akibat tuberkulosis antara Indonesia dengan negara-negara di SEARO dapat dilihat pada Gambar 6.24. 2. Avian Influenza
Kemunculan strain virus influenza yang baru pada manusia (strain H5N1) pertama kali terdeteksi di Hongkong. Akibatnya sebanyak 18 orang harus dirawat di rumah sakit, dan 6 diantaranya meninggal dunia. Ditemukan fakta pertama kali bahwa virus avian influenza dapat menular langsung dari unggas ke manusia. Sebelum tahun 1997, ilmuwan meyakini penularan virus influenza dari unggas ke manusia tidak terjadi secara langsung. 2.1. Kawasan ASEAN
Avian influenza pertama kali masuk ke wilayah ASEAN pada tahun 2003 melalui Vietnam, 3 orang dinyatakan menderita penyakit tersebut dan seluruhnya meninggal. Hingga akhir tahun 2006, 4 negara di wilayah ASEAN telah terinfeksi avian influenza yaitu Vietnam, Thailand, Indonesia, dan Kamboja.
140
GAMBAR 6.25 JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN AKIBAT AVIAN INFLUENZA DI NEGARA ASEAN TAHUN 2003-2006
Sumber: WHO, 2007
Gambar 6.25 memperlihatkan jumlah kasus dan kematian akibat avian influenza di wilayah ASEAN sejak tahun 2003 sampai 2006. Kasus pertama kali menyerang vietnam dengan menyerang 3 korban yang keseluruhannya berakhir pada kematian. Tahun 2004 jumlah kasus meningkat menjadi 46 dengan 32 kematian. Pada tahun tersebut selain Vietnam, Thailand pun telah terinfeksi virus H5N1 ini. Akhir tahun 2005 jumlah penderita dan negara yang terinfeksi avian influenza terus bertambah, 90 orang menjadi korban. Namun kali ini jumlah kematian bisa ditekan, jika sebelumnya hampir 100% berakhir pada kematian, tahun 2005 dari 90 penderita 42,22% meninggal. TABEL 6.1 JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN AKIBAT AVIAN INFLUENZA MENURUT NEGARA TAHUN 2003-2006 NEGARA Vietnam Thailand Indonesia Kamboja TOTAL
2003 K M 3 3 0 0 0 0 0 0 3 3
Sumber: WHO, 2007 Keterangan: K = Kasus
2004 K M 29 20 17 12 0 0 0 0 46 32
2005 K M 61 19 5 2 20 13 4 4 90 38
2006 K M 0 0 3 3 55 45 2 2 60 50
TOTAL K M 93 42 25 17 75 58 6 6 199 123
M = Meninggal
Tabel 6.1 memperlihatkan bahwa Vietnam mampu mengendalikan penyebaran virus avian influenza sehingga tidak lagi ditemukan kasus avian influenza pada tahun 2006. Selain itu Vietnam juga mampu menekan angka kematian dari tahun ke tahun dari jumlah kasus yang ada. Thailand dan Kamboja pun mampu mengendalikan penyebaran virus ini, sehingga tidak terjadi lonjakan kasus, bahkan data di atas memperlihatkan penurunan kasus dari tahun sebelumnya. 2.2. Kawasan SEARO
Penyakit flu burung mulai menyerang manusia di kawasan SEARO pada tahun 2004, yaitu di Thailand. Negara-negara di SEARO yang terjangkit flu burung sejak 2004 adalah negara-negara yang juga tergabung dalam ASEAN. Negara-negara tersebut adalah Thailand dan Indonesia. Berikut adalah data flu burung dan trend kasus serta kematian akibat flu burung di SEARO. 141
TABEL 6.2 JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN AKIBAT AVIAN INFLUENZA MENURUT NEGARA TAHUN 2004-2006 NEGARA Thailand Indonesia TOTAL
2004 K M 17 12 17
Sumber: WHO, 2007 Keterangan: K = Kasus
12
2005 K M 5 2 20 13 25 15
2006 K M 3 3 55 45 58 48
TOTAL K M 25 17 75 58 100 75
M = Meninggal
GAMBAR 6.26 TREN JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN AKIBAT AVIAN INFLUENZA TAHUN 2004-2006
Sumber: Incidence Series Immunization, WHO, 2007
3. POLIO
Beberapa penyakit dapat menular dengan cepat sehingga berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa. Namun, di antara penyakit-penyakit tersebut terdapat penyakit yang dapat dicegah dengan melakukan imunisasi. Penyakit tersebut biasa disingkat dengan PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi). Penyakit-penyakit tersebut adalah Difteri, Pertusis, Tetanus, Tetanus Neonatorum, Campak, dan Polio. 3.1. Kawasan ASEAN
Semenjak tahun 2001 kasus polio tidak ditemukan di negara-negara di ASEAN. Namun, pada tahun 2004 virus polio liar kembali menyerang penduduk di kawasan ASEAN. Dilaporkan terdapat 1 kasus ditemukan di Laos. Pada tahun 2005 jumlah kasus polio mencapai puncaknya, sebanyak 350 penduduk dari 2 negara di ASEAN yaitu Kamboja dan Indonesia terserang penyakit polio, 349 di antaranya terjadi di Indonesia. Tahun 2006 penularan penyakit polio mulai dapat dikendalikan, sehingga hanya ditemukan 4 penderita di kawasan ini, 2 penderita berasal dari Indonesia dan masing-masing 1 penderita berasal dari Kamboja dan Myanmar.
142
TABEL 6.3 JUMLAH KASUS POLIO PER NEGARA TAHUN 2004-2006 NEGARA
2004
2005
2006
1. Kamboja
0
1
1
2. Indonesia
0
349
2
3. Laos
1
0
0
4. Myanmar
0
0
1
Jumlah
1
350
4
Sumber: Incidence Series Immunization, WHO, 2007
3.2. Kawasan SEARO
Jumlah seluruh kejadian polio di kawasan ini cukup tinggi sejak tahun 2002 dan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2003 terjadi jumlah penurunan kasus, akan tetapi semenjak 2004 sampai 2006 jumlah kasus lambat laun kembali meningkat. Tingginya angka kejadian ini karena besarnya jumlah kasus polio di India yang merupakan salah satu dari 4 negara endemis polio. GAMBAR 6.26 JUMLAH KASUS POLIO DI NEGARA SEARO TAHUN 2002-2006
Sumber: WHO, 2007
TABEL 6.4 JUMLAH KASUS POLIO PER NEGARA DI SEARO TAHUN 2002-2006 NEGARA
2002
2003
2004
2005
2006
0
0
0
0
18
1600
225
134
66
676
3. Indonesia
0
0
0
349
2
4. Myanmar
0
0
0
0
1
5. Nepal
0
0
0
4
5
1. Bangladeshh 2. India
Sumber: Incidence Series Immunization, WHO, 2006
143
Pada Tabel 6.4 dapat dilihat jumlah kasus polio di India dan negara di SEARO lainnya. Selain India, pada tahun 2002 hingga 2004 tidak terdapat kasus polio. Tahun 2005 terjadi kasus di Indonesia dan Nepal. Bahkan pada tahun ini kasus tertinggi terjadi di Indonesia dengan 349 kasus. Pada tahun 2006 kasus polio menyebar ke Bangladeshh yang mengakibatkan 18 orang terserang polio. Sedangkan pada tahun itu Indonesia telah berhasil mengurangi jumlah kasus polio menjadi 2 kasus. Jumlah kasus terbesar tahun 2006 kembali terjadi di India. 4. Tetanus Neonatorum
Kasus tetanus banyak dijumpai di sejumlah negara tropis dan negara yang masih memiliki kondisi kesehatan rendah. Data organisasi kesehatan dunia WHO menunjukkan, kematian akibat tetanus di negara berkembang adalah 135 kali lebih tinggi dibanding negara maju. Tetanus adalah salah satu penyakit menular dan paling berisiko mengakibatkan kematian. Tetanus pada bayi, dikenal dengan istilah tetanus neonatorum, karena umumnya terjadi pada bayi baru lahir atau usia di bawah satu bulan. Penyebabnya, spora Clostridium tetani yang masuk melalui luka tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan. 4.1. Kawasan ASEAN
Pada tahun 2006 jumlah kasus tetanus neonatorum di antara negara-negara ASEAN tertinggi terjadi di Filipina dan Indonesia. Jumlah penderita di kedua negara tersebut melebihi 100 orang. Akan tetapi jika dibandingkan dengan jumlah penduduk, angka tertinggi kasus tetanus neonatorum terjadi di Kamboja, Indonesia justru berada di urutan ke-5. Sedangkan Singapura dan Thailand merupakan negara dengan kasus terendah, baik dari jumlah kasus maupun jika dibandingkan dengan jumlah penduduk. Bahkan di Singapura dilaporkan tidak ada kasus tetanus neonatorum. 4.2. Kawasan SEARO
Berdasarkan Incidence Series Immunization, pada tahun 2006 jumlah kasus tetanus neonatorum yang terjadi di India jauh melebihi kasus di negara lain, yaitu 600 kasus bila dibandingkan dengan jumlah kasus kedua dan ketiga terbesar di kawasan ini yaitu Bangladeshh dan Indonesia masing-masing 256 dan 118 kasus. Sedangkan di Maladewa dan Korea Utara (DPR Korea) dilaporkan tidak ada kasus tetanus neonatorum. Namun, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk, maka angka kasus tertinggi terjadi di Timor Leste dan Bangladeshh. India menempati urutan ke-6 angka kasus tetanus neonatorum tertinggi. Sementara Indonesia memiliki angka kasus yang sama dengan India. Jumlah kasus penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi di negaranegara ASEAN dan SEARO tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 6.9 dan 6.10.
144
UPAYA KESEHATAN 1. Cakupan Imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mencegah kematian pada bayi dengan memberikan vaksin. Beberapa imunisasi yang wajib diberikan pada bayi adalah imunisasi polio, BCG, dan campak. BCG seringkali digunakan sebagai cerminan proporsi anak-anak yang dilindungi dari bentuk tuberkulosis yang parah selama 1 tahun pertama hidupnya, dan juga digunakan sebagai salah satu indikator akses ke pelayanan kesehatan. Selain BCG, vaksin lain yang wajib diberikan pada bayi adalah polio. Imunisasi polio merupakan imunisasi untuk mencegah penyakit polio. Tidak seperti imunisasi BCG atau campak yang membutuhkan 1 dosis, imunisasi polio membutuhkan 3 dosis. Maka untuk mengukur keberhasilan upaya kesehatan yang digunakan adalah polio3 yaitu ketika bayi telah mendapatkan imunisasi polio sebanyak 3 dosis (3 kali). Di antara penyakit pada anak-anak yang dapat dicegah dengan vaksin, campak adalah penyebab utama kematian anak. Oleh karena itu pencegahan campak merupakan faktor penting dalam mengurangi angka kematian balita. Dari 22 tujuan yang disepakati dalam pertemuan dunia tentang anak, salah satunya adalah mempertahankan cakupan imunisasi campak sebesar 90%. Di seluruh negara ASEAN dan SEARO, imunisasi campak diberikan rata-rata umur 9-12 bulan dan merupakan imunisasi terakhir yang diberikan kepada bayi di antara imunisasi wajib lainnya (BCG, DPT, Polio, Hepatitis, dan Campak). Dengan demikian, diasumsikan bayi yang mendapatkan imunisasi campak telah mendapatkan imunisasi lengkap. Berarti besarnya cakupan imunisasi campak juga menggambarkan besarnya cakupan bayi yang telah mendapat imunisasi lengkap. 1.1. Kawasan ASEAN
Jika dibandingkan dengan imunisasi lainnya pada Gambar 6.27 cakupan imunisasi BCG pada bayi lebih tinggi. Hal tersebut terjadi karena jadwal pemberian imunisasi BCG yang relatif lebih awal dibandingkan dengan imunisasi yang lain—bahkan beberapa negara memberikan imunisasi BCG sesaat setelah bayi dilahirkan—sehingga bayi masih dalam pantauan petugas kesehatan. Pada tahun 2005 cakupan imunisasi BCG tertinggi dicapai Thailand 99% dan terendah Laos 65%. GAMBAR 6.27 CAKUPAN BEBERAPA IMUNISASI DI NEGARA ASEAN TAHUN 2005
Sumber: The Immunization Summary 2007
145
Pada tahun 2005, 50% negara anggota ASEAN telah mencapai cakupan imunisasi polio 90%. Cakupan tertinggi dicapai oleh Brunei Darussalam yaitu 99% dan terendah adalah Laos yaitu 50%. Indonesia menempati urutan kedua terendah imunisasi polio dengan cakupan 70%. Sedangkan untuk imunisasi campak berdasarkan data yang sama, pada tahun 2005, 50% negara anggota ASEAN juga telah mencapai target yaitu 90%. Negara-negara tersebut adalah Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Brunei Darussalam merupakan negara dengan cakupan imunisasi campak tertinggi yaitu 99%. Sedangkan yang terendah adalah Laos dengan cakupan campak sebesar 41%. Sementara di Indonesia sebanyak 72% balita telah mendapatkan imunisasi campak. Dengan demikian, berdasarkan asumsi di atas, negara dengan imunisasi lengkap pada bayi tertinggi adalah Brunei Darussalam dan terendah adalah Laos. Gambar 6.11 memperlihatkan cakupan imunisasi BCG, polio3, dan campak di negaranegara ASEAN. Cakupan imunisasi lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6.11 1.2. Kawasan SEARO
Di SEARO, 5 dari 11 negara mencapai cakupan imunisasi BCG 99%. Negara-negara tersebut adalah Bangladeshh, Bhutan, Maladewa, Sri Lanka, dan Thailand. Sedangkan Timor Leste merupakan negara dengan cakupan imunisasi BCG terendah yaitu 70%. GAMBAR 6.28 CAKUPAN BEBERAPA IMUNISASI DI NEGARA SEARO TAHUN 2005
Sumber: The Immunization Summary 2007
Gambar 6.28 menunjukkan besar cakupan imunisasi polio3 dan imunisasi campak di negara-negara SEARO. 45,45% negara di kawasan tersebut yang telah mencapai cakupan imunisasi polio3. Cakupan imunisasi polio3 tertinggi adalah Sri Lanka dengan 99% dan terendah adalah Timor Leste dengan 55%. Begitu pula halnya dengan imunisasi campak, hanya 45,45% negara yang telah mencapai target imunisasi campak. Negara dengan cakupan imunisasi campak tertinggi sama dengan cakupan imunisasi polio3 tertinggi yaitu Sri Lanka (99%). Hal yang sama terjadi juga pada cakupan imunisasi campak terendah yaitu Timor Leste (48%). Dengan menggunakan asumsi yang sama, maka di antara negara-negara di SEARO Sri Lanka merupakan negara dengan cakupan imunisasi lengkap pada bayi yang tertinggi dan Timor Leste merupakan yang terendah. Cakupan imunisasi lebih lengkap di masing-masing negara di SEARO dapat dilihat pada Lampiran 6.12.
146
2. Pengendalian TB Paru
Berdasarkan hasil estimasi terdapat 8,8 juta kasus baru TB Paru pada tahun 2005, termasuk 7,4 juta di Asia dan sub-Sahara Afrika. 1,6 juta orang meninggal karena TB Paru, termasuk 195.000 pasien yang terinfeksi HIV. WHO telah menetapkan target untuk temuan kasus TB Paru melalui strategi DOTS 70% dan angka kesembuhan 85%. Sementara pencapaian secara global di dunia kasus temuan TB Paru adalah 60% dan angka kesembuhan mencapai 84%. Hal tersebut berarti pencapaian kedua indikator tersebut belum mencapai target walaupun untuk angka kesembuhan hampir mencapai target. 2.1. Kawasan ASEAN
Pada tahun 2005, 70% negara-negara ASEAN telah mencapai target penemuan penderita yang ditetapkan WHO yaitu 70%. Bahkan beberapa negara telah mencapai 100% yaitu Brunei Darussalam dan Singapura. Namun, masih terdapat 3 negara dengan pencapaian kurang dari 70% yaitu Indonesia, Kamboja, dan Laos. Bahkan di antara negara-negara ASEAN, Indonesia bersama Kamboja merupakan negara dengan kasus temuan TB Paru terendah pada tahun 2005, yaitu 66%. GAMBAR 6. 29 PENEMUAN PENDERITA TB PARU DI NEGARA ASEAN TAHUN 2005
GAMBAR 6.30 ANGKA KESEMBUHAN TB PARU DI NEGARA ASEAN TAHUN 2004
Sumber: World Health Statistic, 2007
Sumber: World Health Statistic, 2007
Menurut sumber yang sama, pada tahun 2004 hanya 50% negara di ASEAN dengan angka kesembuhan mencapai target (85%). Indonesia termasuk salah satu negara yang mencapai target untuk angka kesembuhan ini, yaitu 90%. Angka kesembuhan tertinggi dicapai Vietnam dengan 93% dan terendah adalah Malaysia dengan 56%. 2.2. Kawasan SEARO
Berbeda halnya dengan negara-negara ASEAN, dari 11 negara-negara di SEARO hanya 45,45% negara yang sudah mencapai target penemuan penderita tuberkulosis. Negaranegara tersebut adalah Myanmar, Maladewa, Sri Lanka, dan Thailand. Jika di antara negaranegara ASEAN penemuan terendah terdapat di Indonesia, di negara SEARO penemuan terendah terdapat di Bhutan yaitu 31%. Sedangkan penemuan kasus tuberkulosis tertinggi adalah Korea Utara (DPR Korea) yaitu 99%.
147
GAMBAR 6. 31 PENEMUAN PENDERITA TB PARU DI NEGARA SEARO TAHUN 2005
GAMBAR 6.32 ANGKA KESEMBUHAN TB PARU DI NEGARA SEARO TAHUN 2004
Sumber: World Health Statistic, 2007
Sumber: World Health Statistic, 2007
Pada Gambar 6.32 terlihat bahwa 63,63% negara telah mencapai angka penyembuhan penderita. Tertinggi dicapai Maladewa dengan angka penyembuhan 95% dan terendah adalah Thailand dengan angka penyembuhan 74%. ***
148
DAFTAR PUSTAKA
ASEAN. 2005. ASEAN Statistical Yearbook 2005. The Asean Secretariat, Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2006. Estimasi Parameter Demografi SUPAS 2005. BPS, Jakarta. ___________. 2003. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2002. BPS, Jakarta. ___________. 2004. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2003. BPS, Jakarta. ___________. 2005. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2004. BPS, Jakarta. ___________. 2006. Statistik Kesejahtraan Rakyat 2005. BPS, Jakarta. ___________. 2007. Statistik Kesejahtraan Rakyat 2006. BPS, Jakarta. ___________. 2005. Beberapa Indikator Penting Sosial-Ekonomi Indonesia 2005. BPS, Jakarta. ___________. 2007. Beberapa Indikator Penting mengenai Indonesia. BPS, Jakarta. ___________. 2005. Analisis Dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan 2005. BPS, Jakarta. ___________. 2004. Statistik Indonesia 2003. BPS, Jakarta. ___________. 2005. Statistik Indonesia 2004. BPS, Jakarta. ___________. 2006. Statistik Indonesia 2005/2006. BPS, Jakarta. ___________. 2004. Statistik Kesehatan 2004. BPS, Jakarta. ___________. 1998. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1997. ORC Macro. Calverton, Maryland, USA. ___________. 2003. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003. ORC Macro. Calverton, Maryland, USA. Badan Pusat Statistik, BAPPENAS, UNFPA. 2005. Proyeksi Penduduk Indonesia (Indonesia Population Projection 2000 - 2025). BPS, Jakarta. Departemen Dalam Negeri. 2005. Kode Dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan 2005. Depdagri, Jakarta. 150
Departemen Kesehatan. 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2005, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. ___________. 2007. Profil Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan 2006. Depkes, Jakarta. ___________. 2006. Profil Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Kesehatan 2005. Depkes, Jakarta. ___________. 2006. Statistik Rumah Sakit Di Indonesia Seri 1: Kegiatan Pelayanan. Depkes, Jakarta. ___________. 2006. Statistik Rumah Sakit Di Indonesia Seri 2: Ketenagaan. Depkes, Jakarta. ___________. 2006.Statistik Rumah Sakit Di Indonesia Seri 3:Morbiditas/Mortalitas. Depkes, Jakarta. ___________.1996. Publikasi Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga 1995. Badan Litbangkes, Jakarta. ___________. 2005. Publikasi Hasil Analisis Data Survei Kesehatan Nasional 2004. Badan Litbangkes, Depkes RI, Jakarta. ___________. 2006. Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan Tahun 2006. Pusdiknakes, Depkes RI, Jakarta. Kementrian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal RI, 2007. Strategi Nasional Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal 2004-2009. Jakarta. Population Reference Bureau, 2006. 2006 Population Data Sheet. USAID, USA. The United Nations Development Programme. 2006. Human Development Report 2006. UNDP, New York. Umar Fahmi Achmadi, Dr, MSc Phd. 30 Juni 1990. Makalah Seminar Perumahan, Lingkungan dan Kesehatan. Jakarta UNAIDS, 2006. 2006 Report on The Global AIDS Epidemic. WHO, UNAIDS. UNICEF. 2006. The State of the World’s Children 2006. UNICEF, New York. ___________. 2007. Incidence Series Immunization 2007. UNICEF, New York. ___________. 2007. Immunization Summary: The 2007 Edition. UNICEF/WHO, New York. ___________. 2007. The State of the World’s Children 2007. UNICEF, New York. 151
World Health Organization. 2006. The World Health Report 2006: Working Together for Health. WHO Press, Geneva. ___________. 2007. World Health Statistic 2007. WHO Press, Geneva.
***
152
Lampiran 2.1
PEMBAGIAN WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PER PROVINSI TAHUN 2005 Jumlah No
Provinsi*)
(1)
(2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Kabupaten
Kota
Kab + Kota
Kecamatan
Kelurahan
Desa
Kel. + Desa
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
17 18 12 9 9 10 8 8 6 4 1 16 29 4 29 4 8 7 15 10 13 11 9 6 9 20 8 4 5 7 6 19 8 349
4 7 7 2 1 4 1 2 1 2 5 9 6 1 9 2 1 2 1 2 1 2 4 3 1 3 2 1 0 1 2 1 1 91
Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 18 tahun 2005, tanggal 28 April 2005 Keterangan : *) Nama Provinsi diurutkan sesuai dengan Kode Wilayah Administrasi Pemerintahan Statistik Indonesia, BPS 2005/2006
21 25 19 11 10 14 9 10 7 6 6 25 35 5 38 6 9 9 16 12 14 13 13 9 10 23 10 5 5 8 8 20 9 440
243 357 157 144 94 182 99 180 36 42 44 592 565 78 657 135 55 100 203 154 107 127 124 122 102 279 133 47 51 62 51 233 101 5,656
112 547 256 190 117 294 123 164 54 105 267 547 744 47 785 144 89 91 299 80 133 121 177 253 133 616 271 83 47 32 80 81 41 7,123
6,378 5,616 902 1,482 1,231 2,783 1,233 2,193 321 245 267 5,808 8,566 438 8,484 1,483 701 820 2,742 1,531 1,395 1,957 1,352 1,280 1,530 2,866 1,705 476 491 886 793 2,442 1,166 71,563
6,490 6,163 1,158 1,672 1,348 3,077 1,356 2,357 375 350 534 6,355 9,310 485 9,269 1,627 790 911 3,041 1,611 1,528 2,078 1,529 1,533 1,663 3,482 1,976 559 538 918 873 2,523 1,207 78,686
Lampiran 2.2
LUAS WILAYAH, JUMLAH PENDUDUK DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi*)
Luas Wilayah (Km2)[a]
(2)
(3)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber: Statistik Indonesia, BPS 2005/2006
Jumlah Penduduk (Jiwa)[b]
Kepadatan Penduduk per Km2
(4)
56,500.51 72,427.81 42,224.65 87,844.23 45,348.49 60,302.54 19,795.15 37,735.15 16,424.14 8,084.01 740.29 36,925.05 32,799.71 3,133.15 46,689.64 9,018.64 5,449.37 19,708.79 46,137.87 120,114.32 153,564.50 38,884.28 194,849.08 13,930.73 68,089.83 46,116.45 36,757.45 12,165.44 16,787.19 47,350.42 39,959.99 309,934.40 114,566.40 1,860,359.67
(5)
4,073,000 12,643,000 4,632,000 4,763,000 2,683,000 6,900,000 1,568,000 7,212,000 1,075,000 1,338,000 8,963,000 39,649,000 32,179,000 3,389,000 36,592,000 9,224,000 3,432,000 4,257,000 4,355,000 4,118,000 1,938,000 3,346,000 2,936,000 2,161,000 2,349,000 7,630,000 2,002,000 941,000 992,000 1,271,000 919,000 1,974,000 688,000 222,192,000
78 172 108 54 50 74 79 204 66 15 13499 1146 989 1064 764 1066 609 211 92 28 13 77 13 141 37 87 52 77 11 27 30 8 22 118
Lampiran 2.3
PERSENTASE PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR TERTENTU, ANGKA BEBAN TANGGUNGAN DAN PROVINSI TAHUN 2006 Perkotaan+Perdesaan Laki-laki No
Provinsi
(1)
(2)
Perempuan
Kelompok Umur
Kelompok Umur
Jumlah
0-14
15-64
65+
(3)
(4)
(5)
(6)
Laki-laki + Perempuan Kelompok Umur
Jumlah
0-14
15-64
65+
(7)
(8)
(9)
(10)
Angka Beban
Jumlah
0-14
15-64
65+
Tanggungan
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
32.91
63.85
3.24
100
30.11
65.81
4.08
100
31.50
64.84
3.66
54.23
100
2
Sumatera Utara
32.56
63.79
3.65
100
31.36
64.43
4.22
100
31.96
64.11
3.93
55.98
100
3
Sumatera Barat
33.36
61.64
5.00
100
29.92
63.55
6.53
100
31.62
62.61
5.78
59.73
100
4
Riau
32.64
64.52
2.84
100
31.50
65.87
2.63
100
32.08
65.18
2.74
53.42
100
5
Jambi
30.43
66.13
3.44
100
28.51
68.02
3.47
100
29.49
67.06
3.45
49.12
100
6
Sumatera Selatan
29.45
66.87
3.68
100
28.96
67.25
3.80
100
29.20
67.06
3.74
49.12
100
7
Bengkulu
31.11
65.27
3.62
100
30.38
65.66
3.96
100
30.75
65.47
3.79
52.76
100
8
Lampung
29.67
65.75
4.58
100
30.78
64.36
4.86
100
30.21
65.08
4.71
53.66
100
9
Kepulauan Bangka Belitung
28.30
68.01
3.69
100
27.77
68.31
3.92
100
28.05
68.16
3.80
46.73
100
10
Kepulauan Riau
29.66
67.74
2.60
100
29.83
68.25
1.92
100
29.74
67.99
2.26
47.07
100
11
DKI Jakarta
24.74
72.04
3.22
100
22.82
73.94
3.24
100
23.78
72.99
3.23
37.01
100
12
Jawa Barat
29.00
66.60
4.41
100
27.96
67.29
4.74
100
28.49
66.94
4.57
49.39
100
13
Jawa Tengah
26.60
66.85
6.55
100
25.37
67.00
7.63
100
25.99
66.93
7.09
49.42
100
14
DI Yogyakarta*
21.44
69.46
9.10
100
19.77
68.82
11.41
100
20.60
69.14
10.26
44.63
100
15
Jawa Timur
24.82
69.12
6.06
100
22.88
69.41
7.71
100
23.84
69.26
6.90
44.38
100
16
Banten
30.09
67.29
2.62
100
29.87
67.53
2.61
100
29.98
67.41
2.61
48.35
100
17
Bali
26.07
67.79
6.14
100
24.67
68.07
7.27
100
25.38
67.92
6.70
47.23
100
18
Nusa Tenggara Barat
33.97
61.64
4.38
100
29.82
65.69
4.49
100
31.80
63.75
4.44
56.85
100
19
Nusa Tenggara Timur
38.70
56.67
4.63
100
35.25
60.00
4.75
100
36.98
58.32
4.69
71.45
100
20
Kalimantan Barat
31.00
65.63
3.38
100
30.66
65.92
3.42
100
30.83
65.77
3.40
52.05
100
21
Kalimantan Tengah
31.35
65.69
2.96
100
31.34
65.96
2.70
100
31.35
65.82
2.83
51.93
100
22
Kalimantan Selatan
30.85
65.78
3.37
100
27.75
67.84
4.41
100
29.32
66.80
3.89
49.72
100
23
Kalimantan Timur
29.73
67.84
2.43
100
29.63
67.66
2.70
100
29.68
67.76
2.56
47.58
100
24
Sulawesi Utara
25.86
68.67
5.46
100
26.27
67.28
6.46
100
26.06
67.98
5.95
47.09
100
25
Sulawesi Tengah
32.97
63.78
3.25
100
32.23
64.39
3.38
100
32.61
64.08
3.31
56.05
100
26
Sulawesi Selatan
31.62
63.65
4.72
100
28.06
66.36
5.58
100
29.81
65.03
5.16
53.78
100
27
Sulawesi Tenggara
36.26
60.39
3.35
100
33.55
62.69
3.76
100
34.90
61.55
3.55
62.47
100
28
Gorontalo
33.70
63.64
2.65
100
32.72
64.49
2.79
100
33.20
64.07
2.72
56.06
100
29
Sulawesi Barat
37.50
58.74
3.77
100
33.52
63.11
3.36
100
35.52
60.91
3.57
64.18
100
30
Maluku
36.22
60.00
3.78
100
34.09
62.05
3.86
100
35.15
61.03
3.82
63.85
100
31
Maluku Utara
36.70
60.20
3.10
100
34.33
62.59
3.08
100
35.54
61.37
3.09
62.95
100
32
Papua
36.99
62.10
0.91
100
34.19
65.03
0.78
100
35.66
63.49
0.85
57.51
100
33
Irian Jaya Barat
38.25
59.96
1.79
100
34.67
64.04
1.30
100
36.52
61.93
1.55
61.47
100
29.01
66.31
4.67
100
27.50
67.11
5.39
100
28.26
66.71
5.03
49.90
100
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006 Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.3.a
PERSENTASE PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR TERTENTU, ANGKA BEBAN TANGGUNGAN DAN PROVINSI TAHUN 2006 Perkotaan Laki-laki No
Provinsi
(1)
(2)
Perempuan
Kelompok Umur
Kelompok Umur
Jumlah
0-14
15-64
65+
(3)
(4)
(5)
(6)
Laki-laki + Perempuan
15-64
65+
(7)
(8)
(9)
(10)
Angka Beban
Kelompok Umur
Jumlah
0-14
Jumlah
0-14
15-64
65+
Tanggungan
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
29.10
67.90
3.00
100
27.78
68.89
3.33
100
28.42
68.40
3.17
46.18
100
2
Sumatera Utara
29.61
67.00
3.38
100
29.52
66.51
3.97
100
29.57
66.75
3.68
49.81
100
3
Sumatera Barat
31.85
64.44
3.71
100
27.90
66.95
5.15
100
29.87
65.70
4.43
52.21
100
4
Riau
32.46
65.14
2.39
100
30.70
66.89
2.42
100
31.59
66.01
2.40
51.49
100
5
Jambi
29.89
66.90
3.21
100
28.11
67.85
4.04
100
29.00
67.37
3.62
48.42
100
6
Sumatera Selatan
29.40
66.92
3.68
100
27.48
68.49
4.03
100
28.44
67.71
3.85
47.69
100
7
Bengkulu
28.95
67.88
3.17
100
28.52
67.26
4.22
100
28.73
67.56
3.70
48.00
100
8
Lampung
27.49
68.56
3.95
100
29.23
66.12
4.65
100
28.35
67.35
4.30
48.48
100
9
Kepulauan Bangka Belitung
26.81
68.51
4.68
100
26.53
68.43
5.04
100
26.68
68.47
4.86
46.06
100
10
Kepulauan Riau
29.58
67.99
2.43
100
29.84
68.56
1.60
100
29.71
68.27
2.02
46.48
100
11
DKI Jakarta
24.74
72.04
3.22
100
22.82
73.94
3.24
100
23.78
72.99
3.23
37.01
100
12
Jawa Barat
28.88
67.50
3.62
100
27.36
68.99
3.65
100
28.13
68.24
3.64
46.56
100
13
Jawa Tengah
26.05
68.30
5.65
100
24.58
68.86
6.57
100
25.31
68.58
6.11
45.82
100
14
DI Yogyakarta*
20.55
71.97
7.48
100
19.11
70.85
10.04
100
19.84
71.41
8.75
40.04
100
15
Jawa Timur
24.94
69.69
5.38
100
23.07
70.38
6.55
100
23.99
70.04
5.97
42.78
100
16
Banten
28.18
69.50
2.32
100
27.25
70.33
2.42
100
27.72
69.91
2.37
43.04
100
17
Bali
26.57
68.63
4.79
100
25.34
68.96
5.70
100
25.97
68.79
5.24
45.37
100
18
Nusa Tenggara Barat
32.80
62.79
4.41
100
28.18
67.02
4.80
100
30.44
64.95
4.61
53.96
100
19
Nusa Tenggara Timur
33.50
64.06
2.44
100
31.91
65.38
2.71
100
32.72
64.71
2.58
54.55
100
20
Kalimantan Barat
29.28
66.60
4.12
100
29.60
66.04
4.35
100
29.44
66.32
4.24
50.78
100
21
Kalimantan Tengah
30.27
67.63
2.10
100
30.73
66.84
2.43
100
30.50
67.24
2.26
48.72
100
22
Kalimantan Selatan
30.19
66.34
3.47
100
26.76
69.01
4.23
100
28.48
67.68
3.85
47.77
100
23
Kalimantan Timur
29.47
68.81
1.72
100
28.61
68.77
2.62
100
29.05
68.79
2.15
45.36
100
24
Sulawesi Utara
25.04
70.93
4.03
100
25.84
68.38
5.78
100
25.45
69.63
4.92
43.62
100
25
Sulawesi Tengah
30.94
66.84
2.23
100
28.62
68.50
2.88
100
29.77
67.67
2.55
47.76
100
26
Sulawesi Selatan
30.05
66.36
3.59
100
26.17
69.59
4.24
100
28.07
68.00
3.92
47.04
100
27
Sulawesi Tenggara
32.55
65.27
2.18
100
30.24
66.42
3.34
100
31.37
65.85
2.77
51.85
100
28
Gorontalo
31.33
65.52
3.16
100
30.09
66.83
3.08
100
30.68
66.20
3.11
51.04
100
29
Sulawesi Barat
35.91
62.01
2.08
100
30.55
66.17
3.28
100
33.23
64.09
2.68
56.03
100
30
Maluku
32.79
63.58
3.63
100
30.51
66.08
3.41
100
31.62
64.86
3.52
54.18
100
31
Maluku Utara
33.82
64.07
2.11
100
29.72
67.53
2.75
100
31.81
65.77
2.43
52.06
100
32
Papua
35.52
63.41
1.07
100
32.11
66.77
1.13
100
33.92
64.98
1.10
53.89
100
33
Irian Jaya Barat
34.32
64.06
1.62
100
31.51
67.22
1.27
100
32.93
65.62
1.45
52.39
100
27.67
68.29
4.04
100
26.09
69.30
4.60
100
26.88
68.80
4.32
45.35
100
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006 Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.3.b
PERSENTASE PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR TERTENTU, ANGKA BEBAN TANGGUNGAN DAN PROVINSI TAHUN 2006 Perdesaan Laki-laki No
Provinsi
Kelompok Umur 0-14
(1)
(2)
Perempuan
65+
(4)
(5)
0-14
(8)
(9)
65+
(11)
(12)
(13)
Jumlah
(14)
(15)
62.67
3.31
100
30.82
64.88
4.30
100
32.41
63.78
3.81
56.79
100
2
Sumatera Utara
34.85
61.28
3.87
100
32.84
62.74
4.42
100
33.86
62.00
4.14
61.29
100
3
Sumatera Barat
34.04
60.37
5.59
100
30.81
62.05
7.13
100
32.40
61.22
6.38
63.35
100
4
Riau
32.73
64.18
3.09
100
31.96
65.29
2.76
100
32.35
64.72
2.93
54.51
100
5
Jambi
30.64
65.83
3.52
100
28.67
68.09
3.24
100
29.68
66.94
3.38
49.39
100
6
Sumatera Selatan
29.47
66.84
3.68
100
29.75
66.58
3.67
100
29.61
66.71
3.68
49.90
100
7
Bengkulu
31.92
64.30
3.79
100
31.12
65.03
3.85
100
31.53
64.65
3.82
54.68
100
8
Lampung
30.28
64.96
4.75
100
31.24
63.84
4.92
100
30.74
64.43
4.83
55.21
100
9
Kepulauan Bangka Belitung
29.37
67.66
2.97
100
28.68
68.23
3.09
100
29.04
67.93
3.03
47.21
100
10
Kepulauan Riau
29.97
66.79
3.25
100
29.79
67.02
3.20
100
29.88
66.90
3.22
49.48
100
11
DKI Jakarta
12
Jawa Barat
29.13
65.58
13
Jawa Tengah
26.99
65.81
7.20
100
25.95
65.65
8.40
100
26.47
65.73
7.80
52.14
100
14
DI Yogyakarta*
22.59
66.21
11.19
100
20.59
66.33
13.08
100
21.57
66.27
12.16
50.90
100
15
Jawa Timur
24.73
68.70
6.57
100
22.75
68.69
8.57
100
23.73
68.69
7.58
45.58
100
16
Banten
32.42
64.60
2.98
100
33.09
64.07
2.84
100
32.75
64.34
2.91
55.42
100
17
Bali
25.50
66.83
7.66
100
23.93
67.08
8.99
100
24.72
66.96
8.32
49.34
100
18
Nusa Tenggara Barat
34.71
60.93
4.37
100
30.79
64.90
4.30
100
32.65
63.01
4.33
58.69
100
19
Nusa Tenggara Timur
39.73
55.21
5.06
100
35.90
58.95
5.15
100
37.82
57.08
5.10
75.19
100
20
Kalimantan Barat
31.62
65.27
3.11
100
31.07
65.87
3.06
100
31.35
65.56
3.09
52.53
100
21
Kalimantan Tengah
31.79
64.89
3.32
100
31.60
65.59
2.81
100
31.70
65.23
3.07
53.30
100
22
Kalimantan Selatan
31.25
65.44
3.31
100
28.36
67.12
4.52
100
29.82
66.27
3.91
50.90
100
23
Kalimantan Timur
30.02
66.70
3.27
100
30.88
66.31
2.81
100
30.43
66.52
3.05
50.33
100
24
Sulawesi Utara
26.35
67.34
6.31
100
26.55
66.56
6.90
100
26.45
66.96
6.59
49.34
100
25
Sulawesi Tengah
33.48
63.01
3.50
100
33.19
63.29
3.52
100
33.34
63.15
3.51
58.35
100
26
Sulawesi Selatan
32.36
62.38
5.26
100
28.95
64.85
6.21
100
30.62
63.64
5.74
57.13
100
27
Sulawesi Tenggara
37.26
59.07
3.67
100
34.48
61.65
3.87
100
35.87
60.37
3.77
65.66
100
28
Gorontalo
34.50
63.01
2.49
100
33.70
63.62
2.68
100
34.10
63.31
2.59
57.95
100
29
Sulawesi Barat
37.78
58.16
4.07
100
34.06
62.56
3.38
100
35.93
60.34
3.72
65.71
100
30
Maluku
37.54
58.62
3.84
100
35.55
60.41
4.04
100
36.54
59.52
3.94
68.01
100
31
Maluku Utara
37.67
58.90
3.43
100
35.91
60.91
3.19
100
36.81
59.88
3.31
67.00
100
32
Papua
37.47
61.68
0.85
100
34.85
64.48
0.67
100
36.22
63.01
0.76
58.69
100
33
Irian Jaya Barat
40.01
58.12
1.87
100
36.17
62.52
1.31
100
38.18
60.22
1.60
66.06
100
30.04
64.80
5.16
100
28.59
65.41
6.00
100
29.32
65.10
5.58
53.61
100
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006 Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
-
5.29
100
-
28.64
(10)
15-64
34.02
-
(7)
0-14
Nanggroe Aceh Darussalam
-
(6)
65+
Angka Beban
Kelompok Umur
Jumlah
15-64
1
Indonesia
(3)
Kelompok Umur
Jumlah
15-64
Laki-laki + Perempuan
65.37
5.99
100
-
28.89
65.48
5.63
-
-
52.72
100
Lampiran 2.4
JUMLAH DAN PERSENTASE DAERAH TERTINGGAL MENURUT PROVINSI TAHUN 2004 - 2006 No
Provinsi
(1)
(2)
2004
2005
Jumlah Kab/Kota
Kabupaten Tertinggal
(%)
Jumlah Kab/Kota
Kabupaten Tertinggal
(%)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
21
16
76.19
21
16
76.19
2
Sumatera Utara
25
6
24.00
25
6
24.00
3
Sumatera Barat
19
9
47.37
19
7
36.84
4
Riau
17
3
17.65
11
2
18.18
5
Jambi
10
2
20.00
10
2
20.00
6
Sumatera Selatan
14
6
42.86
14
6
42.86
7
Bengkulu
9
8
88.89
9
8
88.89
8
Lampung
10
5
50.00
10
5
50.00
7
3
42.86
7
3
42.86
6
1
16.67
9
Kepulauan Bangka Belitung
10
Kepulauan Riau
11
DKI Jakarta
6
0
0.00
6
0
0.00
12
Jawa Barat
25
2
8.00
25
2
8.00
13
Jawa Tengah
35
3
8.57
35
3
8.57
14
Daerah Istimewa Yogyakarta
5
2
40.00
5
2
40.00
15
Jawa Timur
38
8
21.05
38
8
21.05
16
Banten
6
2
33.33
6
2
33.33
17
Bali
9
1
11.11
9
1
11.11
18
Nusa Tenggara Barat
9
7
77.78
9
7
77.78
19
Nusa Tenggara Timur
16
15
93.75
16
15
93.75
20
Kalimantan Barat
12
9
75.00
12
9
75.00
21
Kalimantan Tengah
14
7
50.00
14
7
50.00
22
Kalimantan Selatan
13
2
15.38
13
0
0.00
23
Kalimantan Timur
13
3
23.08
13
5
38.46
24
Sulawesi Utara
9
2
22.22
9
2
22.22
25
Sulawesi Tengah
10
9
90.00
10
9
90.00
26
Sulawesi Selatan
28
18
64.29
23
13
56.52
27
Sulawesi Tenggara
10
8
80.00
10
8
80.00
28
Gorontalo
5
4
80.00
5
4
80.00
29
Sulawesi Barat
5
5
100.00
30
Maluku
8
7
87.50
8
7
87.50
31
Maluku Utara
8
6
75.00
8
6
75.00
32
Papua
29
26
89.66
20
19
95.00
45.23
9 440
7 197
77.78 44.77
33
Irian Jaya Barat Jumlah 440 Sumber: Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
199
Lampiran 2.5
PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MENDAPAT PELAYANAN GRATIS SELAMA 6 BULAN REFERENSI MENURUT PROVINSI DAN JENIS KARTU YANG DIGUNAKAN TAHUN 2006 Jenis Kartu
No
Provinsi
Rumah Tangga Mendapat Pelayanan Gratis
Askeskin
Kompensasi BBM (KKB)
Kartu Sehat
Lainnya
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta *) Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006 Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
32.83 9.38 9.95 11.23 9.03 12.08 11.32 9.62 14.91 9.05 3.79 11.54 15.81 15.64 11.57 8.74 10.81 16.63 35.56 14.77 9.39 10.21 14.16 9.00 14.43 13.55 19.70 18.12 25.35 12.01 17.51 28.69 20.98 12.85
70.62 48.45 37.88 29.81 31.50 72.67 57.22 61.33 48.96 52.89 19.49 58.78 53.31 51.81 62.75 32.37 29.91 34.32 50.31 75.88 54.23 29.55 45.81 57.97 55.60 56.31 53.77 71.77 45.94 41.54 24.19 55.63 44.97 54.20
2.67 5.89 3.95 5.56 5.70 4.14 3.99 2.35 1.51 1.67 6.17 2.18 2.31 0.64 2.47 9.64 1.65 1.63 2.88 3.10 15.57 4.20 4.45 3.81 4.06 7.77 5.28 2.99 3.21 2.42 2.35 1.97 3.53 3.26
19.04 31.15 44.16 40.42 46.04 16.33 28.57 27.77 26.47 25.26 47.49 28.93 24.45 26.54 22.55 52.97 21.05 47.57 37.91 13.17 23.36 41.37 15.34 22.00 33.32 22.75 24.74 16.90 17.91 48.63 52.10 37.65 37.08 28.12
Jumlah (8)
7.67 14.51 14.01 24.22 16.75 6.86 10.23 8.55 23.06 20.18 26.85 10.11 19.93 21.01 12.23 5.03 47.39 16.48 8.90 7.85 6.84 24.89 34.40 16.22 7.02 13.17 16.21 8.35 32.94 7.42 21.35 4.74 14.42 14.41
100.00 100.00 100.00 100.01 99.99 100.00 100.01 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.01 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.01 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.01 100.00 100.01 99.99 99.99 100.00 99.99
Lampiran 2.6
PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MEMBELI BERAS MURAH/RASKIN SELAMA 6 BULAN REFERENSI DAN JUMLAH BERAS YANG DIBELI MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 Jumlah Beras yang Dibeli (Kg)
No
Provinsi
RT yang Membeli Beras Murah/Raskin
< 10
11-30
> 31
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta *) Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006 Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
68.28 29.97 23.68 30.44 32.93 33.24 38.60 56.66 15.24 28.59 7.93 43.59 66.58 39.18 51.68 25.74 36.54 76.10 73.99 32.92 33.75 26.22 24.97 28.39 51.37 27.53 59.22 35.70 46.84 48.40 52.67 63.13 45.54 45.01
41.25 50.47 47.37 43.55 54.83 40.59 47.86 60.79 59.50 68.26 76.14 63.49 36.04 35.57 61.49 78.34 54.74 86.42 14.06 39.02 44.52 56.06 39.62 73.28 46.66 52.79 51.82 42.22 48.95 22.69 18.75 14.01 35.69 52.07
39.92 38.22 40.86 46.30 31.23 44.32 39.05 24.80 23.74 27.49 22.77 29.33 55.15 49.27 33.07 19.32 39.53 11.90 64.18 51.40 42.63 31.97 49.62 16.01 34.79 30.77 38.23 42.80 32.29 62.86 59.07 66.23 48.24 38.74
Jumlah (7)
18.83 11.30 11.77 10.15 13.95 15.09 13.09 14.41 16.76 4.25 1.10 7.18 8.81 15.16 5.44 2.34 5.73 1.69 21.77 9.58 12.85 11.97 10.76 10.70 18.56 16.44 9.95 14.97 18.75 14.46 22.19 19.76 16.08 9.20
100.00 99.99 100.00 100.00 100.01 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.01 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.01 100.01 100.00 100.00 100.00 100.00 99.99 100.01 100.00 100.00 99.99 99.99 100.01 100.01 100.00 100.01 100.01
Lampiran 2.7
TINGKAT PENGANGGURAN DAN INFLASI MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Tingkat Pengangguran
Tingkat Inflasi
(2)
(3)
(7)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber: BPS, Indikator Penting Indoensia
12.08 14.82 12.93 11.46 7.77 12.10 6.91 9.76 5.95 16.34 14.31 14.50 8.20 6.25 7.72 10.69 5.32 8.96 4.98 7.06 5.13 8.78 12.11 9.77 8.90 12.32 7.42 13.67 4.64 15.76 8.54 4.50 11.17 10.45
9.54 5.97 8.05 6.32 10.66 8.44 6.52 6.03 6.42 4.58 6.03 5.33 6.08 10.40 6.71 7.67 4.30 4.17 9.72 6.32 7.72 11.03 6.50 5.09 8.69 7.21 10.57 7.54 4.80 5.12 9.52 0.00 6.60
Lampiran 2.8
PERSENTASE KEPANDAIAN MEMBACA MENULIS PADA PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KEATAS MENURUT JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2006 Perkotaan+Perdesaan Laki-laki No
Provinsi
(1)
(2)
Perempuan
Huruf
Huruf
Huruf Latin
Buta
Latin
Lainnya
+ Lainnya
Huruf
(3)
(4)
(5)
(6)
27.97
3.41
Laki-laki+Perempuan
Huruf
Huruf
Huruf Latin
Buta
Latin
Lainnya
+ Lainnya
Huruf
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
100
61.19
5.08
26.91
6.81
Jumlah
Huruf
Huruf
Huruf Latin
Buta
Latin
Lainnya
+ Lainnya
Huruf
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
100
62.93
4.49
27.43
5.15
100
Jumlah
Jumlah
1
Nanggroe Aceh Darussalam
64.74
3.88
2
Sumatera Utara
87.27
1.59
9.38
1.76
100
84.20
1.9
9.68
4.23
100
85.73
1.75
9.52
3.00
100
3
Sumatera Barat
76.44
1.23
19.85
2.48
100
73.04
1.63
20.57
4.76
100
74.70
1.44
20.21
3.65
100
4
Riau
78.39
1.25
18.75
1.61
100
75.59
1.95
19.11
3.35
100
77.02
1.59
18.93
2.46
100
5
Jambi
72.52
2.93
21.93
2.62
100
68.09
4.25
20.77
6.89
100
70.33
3.58
21.35
4.74
100
6
Sumatera Selatan
87.68
1.80
8.70
1.82
100
84.55
2.25
8.83
4.38
100
86.13
2.02
8.76
3.09
100
7
Bengkulu
92.66
1.06
3.23
3.05
100
88.19
1.31
2.52
7.99
100
90.44
1.18
2.88
5.50
100
8
Lampung
81.58
1.00
13.73
3.69
100
76.81
1.39
12.71
9.09
100
79.28
1.19
13.24
6.30
100
9
Kepulauan Bangka Belitung
68.76
2.16
26.26
2.82
100
64.71
3.22
25.38
6.69
100
66.82
2.67
25.84
4.67
100
10
Kepulauan Riau
63.63
1.43
32.09
2.86
100
63.15
1.35
29.85
5.65
100
63.39
1.39
30.98
4.23
100
11
DKI Jakarta
77.96
1.59
19.52
0.93
100
77.53
1.88
18.19
2.39
100
77.75
1.74
18.85
1.66
100
12
Jawa Barat
68.13
2.14
27.04
2.69
100
64.66
2.80
26.23
6.31
100
66.41
2.47
26.64
4.48
100
13
Jawa Tengah
71.03
1.15
21.31
6.51
100
64.27
1.60
19.82
14.31
100
67.62
1.38
20.56
10.44
100
14
DI Yogyakarta*
51.04
0.47
41.45
7.03
100
46.39
0.55
35.27
17.78
100
48.69
0.51
38.33
12.47
100
15
Jawa Timur
67.89
2.26
22.69
7.16
100
59.99
2.92
21.16
15.94
100
63.86
2.59
21.91
11.64
100
16
Banten
70.29
2.95
24.13
2.63
100
67.72
3.68
22.38
6.22
100
69.03
3.31
23.27
4.40
100
17
Bali
54.55
0.77
37.45
7.22
100
53.26
0.75
27.37
18.62
100
53.92
0.76
32.47
12.86
100
18
Nusa Tenggara Barat
67.54
1.88
17.57
13.01
100
59.66
1.78
15.42
23.14
100
63.39
1.83
16.44
18.35
100
19
Nusa Tenggara Timur
87.57
0.69
1.84
9.90
100
83.55
0.64
1.70
14.10
100
85.54
0.67
1.77
12.02
100
20
Kalimantan Barat
82.71
1.80
9.52
5.97
100
74.80
2.36
9.33
13.51
100
78.81
2.07
9.43
9.69
100
21
Kalimantan Tengah
90.73
0.61
6.46
2.20
100
88.42
0.82
6.50
4.26
100
89.61
0.71
6.48
3.20
100
22
Kalimantan Selatan
69.45
1.68
25.60
3.27
100
64.28
2.80
25.39
7.53
100
66.86
2.24
25.50
5.40
100
23
Kalimantan Timur
71.34
2.77
23.37
2.51
100
69.04
2.83
22.41
5.71
100
70.24
2.80
22.91
4.04
100
24
Sulawesi Utara
94.84
1.52
2.66
0.98
100
94.14
1.60
3.24
1.01
100
94.49
1.56
2.95
1.00
100
25
Sulawesi Tengah
75.32
1.66
19.63
3.40
100
71.76
1.86
20.46
5.92
100
73.58
1.76
20.03
4.63
100
26
Sulawesi Selatan
72.43
1.88
15.29
10.39
100
66.81
2.24
16.06
14.89
100
69.53
2.07
15.69
12.72
100
27
Sulawesi Tenggara
82.17
1.56
10.68
5.58
100
75.71
2.06
10.42
11.81
100
78.88
1.81
10.55
8.76
100
28
Gorontalo
73.42
1.38
20.66
4.55
100
65.76
1.84
28.72
3.68
100
69.56
1.61
24.72
4.11
100
29
Sulawesi Barat
75.12
2.28
12.46
10.13
100
70.90
2.63
11.64
14.84
100
72.99
2.46
12.05
12.51
100
30
Maluku
85.39
0.91
11.12
2.59
100
84.21
1.03
11.15
3.61
100
84.79
0.97
11.14
3.11
100
31
Maluku Utara
80.94
0.71
15.12
3.24
100
78.90
0.85
13.50
6.75
100
79.93
0.78
14.33
4.96
100
32
Papua
68.82
2.52
4.37
24.29
100
60.54
2.45
4.07
32.94
100
64.86
2.49
4.23
28.42
100
33
Irian Jaya Barat
87.29
1.47
2.86
8.38
100
82.53
2.17
2.08
13.22
100
84.94
1.82
2.48
10.77
100
72.97
1.81
20.34
4.88
100
68.05
2.31
19.30
10.33
100
70.51
2.66
19.82
7.61
100
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006 Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.8.a
PERSENTASE KEPANDAIAN MEMBACA MENULIS PADA PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KEATAS MENURUT JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2006 Perkotaan Laki-laki No
Provinsi
(1)
(2)
Perempuan
Huruf
Huruf
Huruf Latin
Buta
Latin
Lainnya
+ Lainnya
Huruf
Jumlah
Laki-laki+Perempuan
Huruf
Huruf
Huruf Latin
Buta
Latin
Lainnya
+ Lainnya
Huruf
Jumlah
Huruf
Huruf
Huruf Latin
Buta
Latin
Lainnya
+ Lainnya
Huruf
Jumlah
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
65.57
3.54
29.97
0.92
100
62.75
4.50
30.27
2.49
100
64.13
4.03
30.12
1.72
100
2
Sumatera Utara
87.20
1.30
10.73
0.77
100
84.84
1.83
11.26
2.07
100
86.01
1.57
11.00
1.43
100
3
Sumatera Barat
82.66
1.24
14.65
1.45
100
81.53
1.39
15.23
1.85
100
82.09
1.32
14.94
1.65
100
4
Riau
84.38
0.45
14.51
0.66
100
81.81
0.70
16.21
1.28
100
83.10
0.57
15.36
0.97
100
5
Jambi
75.90
1.52
21.82
0.77
100
72.75
2.03
22.37
2.85
100
74.31
1.78
22.10
1.82
100
6
Sumatera Selatan
85.05
2.14
11.83
0.97
100
83.12
2.56
11.88
2.44
100
84.08
2.35
11.86
1.71
100
7
Bengkulu
93.68
1.38
3.47
1.46
100
93.43
1.22
1.99
3.37
100
93.55
1.30
2.72
2.43
100
8
Lampung
88.78
0.99
7.81
2.41
100
84.02
1.27
8.66
6.05
100
86.43
1.13
8.23
4.21
100
9
Kepulauan Bangka Belitung
70.73
2.58
24.41
2.28
100
65.43
5.16
24.92
4.48
100
68.19
3.82
24.66
3.34
100
10
Kepulauan Riau
60.51
1.68
36.23
1.58
100
61.15
1.54
33.21
4.09
100
60.83
1.61
34.73
2.83
100
11
DKI Jakarta
77.96
1.59
19.52
0.93
100
77.53
1.88
18.19
2.39
100
77.75
1.74
18.85
1.66
100
12
Jawa Barat
69.08
2.48
26.85
1.59
100
66.22
3.05
26.74
4.00
100
67.66
2.76
26.79
2.79
100
13
Jawa Tengah
75.49
1.23
19.17
4.10
100
70.03
1.54
18.03
10.40
100
72.73
1.39
18.59
7.28
100
14
DI Yogyakarta*
53.14
0.35
43.36
3.15
100
49.66
0.77
38.16
11.41
100
51.40
0.56
40.76
7.28
100
15
Jawa Timur
74.28
1.74
20.49
3.49
100
68.54
2.30
19.96
9.20
100
71.34
2.03
20.22
6.41
100
16
Banten
74.23
2.95
20.81
2.01
100
71.77
3.59
19.55
5.10
100
73.01
3.27
20.18
3.54
100
17
Bali
55.48
0.73
39.27
4.52
100
56.75
0.84
29.81
12.61
100
56.10
0.79
34.61
8.50
100
18
Nusa Tenggara Barat
72.91
2.28
16.20
8.60
100
65.71
2.70
13.45
18.14
100
69.21
2.49
14.79
13.51
100
19
Nusa Tenggara Timur
89.73
1.08
5.01
4.18
100
88.85
1.17
4.84
5.14
100
89.29
1.12
4.93
4.66
100
20
Kalimantan Barat
81.53
2.09
11.56
4.82
100
76.39
1.99
11.57
10.05
100
78.92
2.04
11.57
7.47
100
21
Kalimantan Tengah
84.89
0.58
12.78
1.75
100
84.31
0.80
11.87
3.02
100
84.60
0.69
12.33
2.38
100
22
Kalimantan Selatan
73.73
1.48
23.48
1.31
100
71.52
2.25
22.76
3.47
100
72.61
1.87
23.12
2.40
100
23
Kalimantan Timur
70.19
3.08
25.56
1.17
100
68.68
3.33
24.51
3.47
100
69.46
3.20
25.05
2.28
100
24
Sulawesi Utara
93.07
2.66
3.49
0.78
100
93.86
2.48
3.31
0.35
100
93.47
2.57
3.40
0.56
100
25
Sulawesi Tengah
79.59
1.48
17.88
1.05
100
77.28
1.95
19.24
1.53
100
78.42
1.72
18.57
1.30
100
26
Sulawesi Selatan
78.77
1.36
16.10
3.78
100
74.70
1.39
17.55
6.37
100
76.65
1.37
16.85
5.12
100
27
Sulawesi Tenggara
73.34
3.19
21.27
2.20
100
69.61
3.75
21.38
5.26
100
71.41
3.48
21.33
3.78
100
28
Gorontalo
65.73
1.24
30.62
2.41
100
61.00
1.97
35.30
1.73
100
63.25
1.62
33.08
2.05
100
29
Sulawesi Barat
70.18
3.62
20.15
6.06
100
68.30
3.29
21.60
6.80
100
69.22
3.45
20.89
6.44
100
30
Maluku
87.49
0.84
10.60
1.07
100
84.87
1.11
12.88
1.14
100
86.15
0.98
11.77
1.10
100
31
Maluku Utara
81.64
0.82
16.82
0.72
100
80.86
1.07
15.26
2.82
100
81.25
0.94
16.04
1.77
100
32
Papua
82.83
5.29
10.38
1.50
100
82.23
5.28
10.17
2.32
100
82.54
5.29
10.28
1.89
100
33
Irian Jaya Barat
94.99
3.52
0.73
0.76
100
92.81
4.10
0.48
2.61
100
93.89
3.81
0.61
1.69
100
74.93
1.84
20.81
2.42
100
71.63
2.27
20.06
6.04
100
73.27
2.06
20.43
4.24
100
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006 Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.8.b
PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT PROVINSI, JENIS KELAMIN, DAN KEPANDAIAN MEMBACA DAN MENULIS TAHUN 2006 Perdesaan Laki-laki No
Provinsi
(1)
(2)
Perempuan
Huruf
Huruf
Huruf Latin
Buta
Latin
Lainnya
+ Lainnya
Huruf
Jumlah
Laki-laki+Perempuan
Huruf
Huruf
Huruf Latin
Buta
Latin
Lainnya
+ Lainnya
Huruf
Jumlah
Huruf
Huruf
Huruf Latin
Buta
Latin
Lainnya
+ Lainnya
Huruf
Jumlah
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
64.48
3.98
27.36
4.18
100
60.71
5.26
25.87
8.15
100
62.56
4.63
26.60
6.20
100
2
Sumatera Utara
87.33
1.83
8.28
2.55
100
83.67
1.96
8.36
6.01
100
85.50
1.90
8.32
4.29
100
3
Sumatera Barat
73.55
1.23
22.26
2.96
100
69.22
1.74
22.96
6.07
100
71.32
1.49
22.62
4.56
100
4
Riau
75.18
1.68
21.02
2.12
100
72.07
2.66
20.76
4.51
100
73.67
2.15
20.89
3.28
100
5
Jambi
71.24
3.46
21.97
3.33
100
66.21
5.14
20.12
8.53
100
68.77
4.29
21.06
5.88
100
6
Sumatera Selatan
89.04
1.62
7.09
2.26
100
85.32
2.08
7.16
5.44
100
87.22
1.84
7.12
3.81
100
7
Bengkulu
92.26
0.94
3.14
3.66
100
86.06
1.34
2.73
9.87
100
89.21
1.14
2.94
6.71
100
8
Lampung
79.55
1.00
15.40
4.06
100
74.68
1.42
13.91
9.99
100
77.22
1.20
14.68
6.90
100
9
Kepulauan Bangka Belitung
67.32
1.85
27.61
3.22
100
64.18
1.79
25.72
8.31
100
65.81
1.82
26.71
5.66
100
10
Kepulauan Riau
75.08
0.49
16.89
7.53
100
70.86
0.60
16.87
11.67
100
73.05
0.53
16.98
9.53
100
11
DKI Jakarta
12
Jawa Barat
67.05
1.75
27.26
3.93
100
62.88
2.52
25.64
8.96
100
65.00
2.13
26.46
6.40
100
13
Jawa Tengah
67.81
1.10
22.85
8.24
100
60.05
1.65
21.13
17.17
100
63.91
1.38
21.99
12.72
100
14
DI Yogyakarta*
48.32
0.63
38.98
12.08
100
42.40
0.28
31.74
25.57
100
45.27
0.45
35.26
19.02
100
15
Jawa Timur
63.24
2.63
24.29
9.83
100
53.75
3.36
22.03
20.86
100
58.40
3.01
23.14
15.46
100
16
Banten
65.43
2.95
28.23
3.39
100
62.57
3.79
25.98
7.65
100
64.03
3.36
27.13
5.47
100
17
Bali
53.53
0.81
35.46
10.20
100
49.48
0.64
24.73
25.15
100
51.52
0.73
30.13
17.62
100
18
Nusa Tenggara Barat
64.07
1.62
18.45
15.85
100
56.06
1.24
16.59
26.11
100
59.79
1.42
17.46
21.34
100
19
Nusa Tenggara Timur
87.12
0.61
1.18
11.10
100
82.48
0.54
1.07
15.92
100
84.77
0.57
1.12
13.53
100
20
Kalimantan Barat
83.15
1.69
8.78
6.38
100
74.17
2.50
8.45
14.87
100
78.77
2.09
8.62
10.52
100
21
Kalimantan Tengah
93.12
0.61
3.89
2.38
100
90.15
0.83
4.24
4.78
100
91.69
0.72
4.06
3.54
100
22
Kalimantan Selatan
66.86
1.81
26.88
4.45
100
59.83
3.14
27.01
10.02
100
63.34
2.47
26.95
7.24
100
23
Kalimantan Timur
72.69
2.41
20.82
4.08
100
69.49
2.22
19.84
8.45
100
71.18
2.32
20.36
6.14
100
24
Sulawesi Utara
95.89
0.84
2.17
1.10
100
94.32
1.03
3.20
1.44
100
95.13
0.93
2.67
1.27
100
25
Sulawesi Tengah
74.22
1.71
20.07
4.00
100
70.22
1.84
20.80
7.14
100
72.29
1.77
20.43
5.52
100
26
Sulawesi Selatan
69.46
2.13
14.91
13.50
100
63.06
2.64
15.35
18.95
100
66.15
2.39
15.14
16.31
100
27
Sulawesi Tenggara
84.64
1.11
7.72
6.53
100
77.48
1.57
7.25
13.70
100
81.01
1.34
7.48
10.18
100
28
Gorontalo
76.10
1.42
17.18
5.30
100
67.63
1.79
26.14
4.44
100
71.90
1.60
21.62
4.87
100
29
Sulawesi Barat
76.01
2.04
11.08
10.87
100
71.37
2.50
9.81
16.31
100
73.67
2.28
10.44
13.62
100
30
Maluku
84.52
0.93
11.33
3.22
100
83.92
0.99
10.42
4.67
100
84.22
0.96
10.87
3.95
100
31
Maluku Utara
80.69
0.67
14.54
4.10
100
78.19
0.78
12.87
8.16
100
79.47
0.72
13.72
6.09
100
32
Papua
64.27
1.62
2.42
31.69
100
53.48
1.53
2.09
42.90
100
59.12
1.58
2.26
37.04
100
33
Irian Jaya Barat
83.77
0.53
3.83
11.87
100
77.53
1.24
2.86
18.37
100
80.72
0.88
3.36
15.04
100
71.46
1.78
19.97
6.79
100
65.24
2.35
18.71
13.70
100
68.35
2.07
19.34
10.24
100
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006 Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
100
100
100
Lampiran 2.9
PERSENTASE STATUS PENDIDIKAN PADA PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 Perkotaan+Perdesaan No
Provinsi
(1)
(2)
Tidak/Belum Pernah Sekolah
Masih Sekolah SD/MI
SLTP/ MTs.
SMU/ SMK/MA
D-I/Univ.
Jumlah yang Masih Sekolah
Tidak Bersekolah Lagi
Jumlah
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
4.97
8.51
8.20
6.51
3.07
26.30
68.73
100.00
2
Sumatera Utara
2.70
8.84
7.82
6.04
1.80
24.51
72.79
100.00
3
Sumatera Barat
2.53
9.05
6.81
5.06
2.49
23.41
74.06
100.00
4
Riau
2.93
8.97
7.17
4.96
1.54
22.63
74.44
100.00
5
Jambi
5.53
8.08
5.78
4.11
1.62
19.59
74.88
100.00
6
Sumatera Selatan
3.45
7.97
6.47
4.39
1.36
20.19
76.36
100.00
7
Bengkulu
4.74
8.55
6.65
5.52
2.04
22.75
72.51
100.00
8
Lampung
5.65
8.16
6.55
4.04
1.02
19.77
74.58
100.00
9
Kepulauan Bangka Belitung
5.22
6.74
5.18
4.19
0.86
16.97
77.81
100.00
10
Kepulauan Riau
5.01
6.51
5.32
3.93
0.90
16.66
78.33
100.00
11
DKI Jakarta
1.72
4.53
4.97
4.53
2.76
16.80
81.48
100.00
12
Jawa Barat
4.82
7.77
5.48
3.72
1.18
18.14
77.04
100.00
13
Jawa Tengah
9.44
6.91
5.80
3.62
1.13
17.45
73.11
100.00
14
DI Yogyakarta*
12.25
4.87
4.47
3.72
6.91
19.98
67.77
100.00
15
Jawa Timur
11.49
6.21
5.07
3.29
1.26
15.82
72.69
100.00
16
Banten
5.36
8.31
6.14
4.13
1.44
20.02
74.62
100.00
17
Bali
12.56
5.74
4.78
3.92
1.67
16.11
71.33
100.00
18
Nusa Tenggara Barat
17.92
8.94
7.12
4.61
1.74
22.41
59.67
100.00
19
Nusa Tenggara Timur
10.43
11.21
5.47
3.44
1.01
21.13
68.44
100.00
20
Kalimantan Barat
10.48
9.48
6.23
3.57
1.15
20.43
69.09
100.00
21
Kalimantan Tengah
2.95
9.49
6.51
4.02
1.22
21.24
75.81
100.00
22
Kalimantan Selatan
4.95
7.61
5.50
3.44
1.14
17.69
77.36
100.00
23
Kalimantan Timur
4.50
7.78
5.73
4.76
2.01
20.28
75.22
100.00
24
Sulawesi Utara
0.74
5.93
5.37
4.31
1.58
17.19
82.07
100.00
25
Sulawesi Tengah
3.93
8.11
5.96
3.84
1.83
19.74
76.33
100.00
26
Sulawesi Selatan
12.09
7.29
5.78
4.13
2.10
19.30
68.61
100.00
27
Sulawesi Tenggara
8.48
8.69
7.86
5.32
2.36
24.24
67.28
100.00
28
Gorontalo
2.12
9.12
5.56
3.14
1.14
18.96
78.92
100.00
29
Sulawesi Barat
11.91
9.06
5.51
3.37
0.95
18.89
69.2
100.00
30
Maluku
3.44
9.21
8.81
6.31
2.08
26.41
70.15
100.00
31
Maluku Utara
4.28
9.30
7.18
5.48
1.76
23.72
72
100.00
32
Papua
29.22
10.07
6.02
4.00
1.06
21.15
49.63
100.00
33
Irian Jaya Barat
10.34
11.47
6.45
3.90
0.87
22.69
66.97
100.00
7.43
7.49
5.88
4.04
1.52
18.94
73.63
100
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006 Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.9.a
PERSENTASE STATUS PENDIDIKAN PADA PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 Perkotaan No
Provinsi
(1)
(2)
Tidak/Belum Pernah Sekolah
Masih Sekolah SD/MI
SLTP/ MTs.
SMU/ SMK/MA
D-I/Univ.
Jumlah yang Masih Sekolah
Tidak Bersekolah Lagi
Jumlah
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
1.62
7.33
7.47
7.66
5.99
28.45
69.93
100.00
2
Sumatera Utara
1.24
7.23
7.48
6.63
2.94
24.28
74.48
100.00
3
Sumatera Barat
1.26
7.93
7.06
6.43
5.40
26.83
71.91
100.00
4
Riau
0.92
7.80
6.89
6.11
2.61
23.41
75.67
100.00
5
Jambi
2.23
6.61
5.58
5.63
2.54
20.36
77.41
100.00
6
Sumatera Selatan
2.29
7.07
6.77
6.58
3.04
23.45
74.26
100.00
7
Bengkulu
1.75
7.74
6.04
8.37
4.36
26.51
71.74
100.00
8
Lampung
3.78
6.66
6.06
6.17
2.20
21.08
75.14
100.00
9
Kepulauan Bangka Belitung
3.13
5.50
5.24
5.42
1.16
17.32
79.55
100.00
10
Kepulauan Riau
3.17
5.95
5.12
4.26
0.99
16.33
80.50
100.00
11
DKI Jakarta
1.72
4.53
4.97
4.53
2.76
16.80
81.48
100.00
12
Jawa Barat
2.96
7.30
6.20
4.67
1.78
19.95
77.09
100.00
13
Jawa Tengah
6.65
6.40
6.05
4.85
1.93
19.23
74.12
100.00
14
DI Yogyakarta*
7.21
4.41
4.01
4.02
11.10
23.55
69.24
100.00
15
Jawa Timur
6.30
5.89
5.42
4.42
2.13
17.85
75.85
100.00
16
Banten
4.00
6.69
6.02
5.02
2.21
19.95
76.05
100.00
17
Bali
8.11
5.53
5.01
4.70
2.06
17.30
74.59
100.00
18
Nusa Tenggara Barat
13.54
7.94
7.31
5.79
2.81
23.85
62.61
100.00
19
Nusa Tenggara Timur
4.08
7.67
7.49
8.99
3.75
27.91
68.01
100.00
20
Kalimantan Barat
7.30
8.41
5.68
5.27
2.89
22.25
70.45
100.00
21
Kalimantan Tengah
2.02
7.90
6.37
6.01
2.97
23.25
74.73
100.00
22
Kalimantan Selatan
2.06
6.82
5.85
4.39
2.04
19.10
78.84
100.00
23
Kalimantan Timur
2.25
6.82
5.88
5.05
2.92
20.67
77.08
100.00
24
Sulawesi Utara
0.42
5.36
5.42
4.89
2.77
18.45
81.13
100.00
25
Sulawesi Tengah
1.22
6.62
6.36
6.90
5.33
25.21
73.57
100.00
26
Sulawesi Selatan
4.22
6.00
5.70
5.93
4.58
22.22
73.56
100.00
27
Sulawesi Tenggara
4.06
6.51
7.79
7.77
6.48
28.56
67.38
100.00
28
Gorontalo
1.21
7.55
6.57
5.26
2.19
21.57
77.22
100.00
29
Sulawesi Barat
5.76
7.03
5.32
6.51
2.79
21.65
72.59
100.00
30
Maluku
1.07
8.09
8.87
8.08
4.31
29.35
69.58
100.00
31
Maluku Utara
1.77
6.36
6.91
8.29
4.98
26.55
71.68
100.00
32
Papua
2.53
7.53
7.76
7.35
2.33
24.96
72.51
100.00
33
Irian Jaya Barat
1.66
6.91
7.47
6.93
1.44
22.76
75.58
100.00
4.15
6.50
5.99
5.10
2.55
20.14
75.71
100.00
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006 Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.9.b
PERSENTASE STATUS PENDIDIKAN PADA PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 Perdesaan No
Provinsi
(1)
(2)
Tidak/Belum Pernah Sekolah
Masih Sekolah SD/MI
SLTP/ MTs.
SMU/ SMK/MA
D-I/Univ.
Jumlah yang Masih Sekolah
Tidak Bersekolah Lagi
Jumlah
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
6.00
8.88
8.43
6.16
2.17
25.64
68.37
100.00
2
Sumatera Utara
3.90
10.16
8.10
5.56
0.87
24.69
71.41
100.00
3
Sumatera Barat
3.11
9.55
6.70
4.44
1.16
21.85
75.04
100.00
4
Riau
4.03
9.61
7.32
4.33
0.95
22.21
73.76
100.00
5
Jambi
6.83
8.65
5.86
3.52
1.26
19.29
73.88
100.00
6
Sumatera Selatan
4.07
8.45
6.31
3.23
0.47
18.46
77.47
100.00
7
Bengkulu
5.92
8.87
6.90
4.39
1.12
21.27
72.81
100.00
8
Lampung
6.18
8.59
6.69
3.43
0.68
19.40
74.42
100.00
9
Kepulauan Bangka Belitung
6.76
7.65
5.13
3.29
0.64
16.71
76.53
100.00
10
Kepulauan Riau
11.92
8.63
6.05
2.71
0.54
17.93
70.15
100.00
11
DKI Jakarta
12
Jawa Barat
6.92
8.30
4.66
2.64
0.50
16.10
76.98
100.00
13
Jawa Tengah
11.46
7.28
5.61
2.72
0.55
16.16
72.38
100.00
14
DI Yogyakarta*
18.60
5.46
5.04
3.34
1.64
15.48
65.92
100.00
15
Jawa Timur
15.27
6.45
4.82
2.46
0.62
14.34
70.39
100.00
16
Banten
7.05
10.33
6.30
3.02
0.48
20.13
72.82
100.00
17
Bali
17.42
5.96
4.52
3.08
1.25
14.82
67.76
100.00
18
Nusa Tenggara Barat
20.63
9.56
7.00
3.89
1.08
21.52
57.85
100.00
19
Nusa Tenggara Timur
11.74
11.94
5.05
2.30
0.45
19.73
68.53
100.00
20
Kalimantan Barat
11.68
9.89
6.44
2.93
0.49
19.75
68.58
100.00
21
Kalimantan Tengah
3.33
10.15
6.57
3.20
0.49
20.41
76.26
100.00
22
Kalimantan Selatan
6.71
8.10
5.28
2.86
0.59
16.83
76.46
100.00
23
Kalimantan Timur
7.17
8.92
5.56
4.42
0.93
19.83
73.00
100.00
24
Sulawesi Utara
0.94
6.28
5.33
3.94
0.84
16.40
82.66
100.00
25
Sulawesi Tengah
4.65
8.51
5.85
3.02
0.89
18.28
77.07
100.00
26
Sulawesi Selatan
15.81
7.90
5.81
3.28
0.93
17.93
66.26
100.00
27
Sulawesi Tenggara
9.74
9.32
7.88
4.62
1.19
23.01
67.25
100.00
28
Gorontalo
2.45
9.71
5.19
2.36
0.76
18.00
79.55
100.00
29
Sulawesi Barat
13.03
9.43
5.54
2.80
0.62
18.39
68.58
100.00
30
Maluku
4.44
9.68
8.79
5.57
1.14
25.18
70.38
100.00
31
Maluku Utara
5.16
10.34
7.28
4.49
0.63
22.72
72.12
100.00
32
Papua
37.89
10.90
5.45
2.92
0.65
19.92
42.19
100.00
33
Irian Jaya Barat
14.42
13.62
5.97
2.47
0.60
22.67
62.91
100.00
10.00
8.27
5.79
3.22
0.72
18.00
72.00
100
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006 Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.10
PERSENTASE PENDUDUK INDONESIA BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT IJAZAH/STTB TERTINGGI YANG DIMILIKI DAN PROVINSI TAHUN 2006 Perkotaan+Perdesaan Tidak No
Provinsi
Mempunyai Ijazah
(1)
(2)
Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki SD/MI
SLTP/ MTs.
SMU/ MA
SMK
D-I/D-II
Ak/
S1/
D-III
D-IV
S2-S3
Jumlah
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
23.9
30.44
21.51
17.53
2.02
0.98
1.15
2.32
0.15
100.00
2
Sumatera Utara
22.96
26.98
21.84
19.11
5.19
0.72
0.96
2.14
0.1
100.00
3
Sumatera Barat
29.96
25.40
18.64
15.42
5.11
1.09
1.47
2.76
0.14
100.00
4
Riau
23.83
30.67
19.55
17.85
4.07
0.61
1.07
2.18
0.17
100.00
5
Jambi
28.85
31.48
18.60
14.10
3.14
0.89
0.86
2.01
0.07
100.00
6
Sumatera Selatan
26.61
34.66
16.98
15.57
2.93
0.62
0.79
1.77
0.06
100.00
7
Bengkulu
29.12
28.29
19.30
15.12
3.53
0.97
0.98
2.43
0.26
100.00
8
Lampung
32.11
31.51
19.02
10.38
4.24
0.71
0.60
1.40
0.04
100.00
9
Kepulauan Bangka Belitung
32.09
33.37
16.04
11.03
4.38
0.77
1.04
1.23
0.04
100.00
10
Kepulauan Riau
22.14
24.86
16.24
24.04
7.84
0.88
1.52
2.25
0.24
100.00
11
DKI Jakarta
11.91
20.95
19.58
25.24
9.99
1.08
3.67
6.97
0.61
100.00
12
Jawa Barat
25.20
36.58
17.03
12.85
3.93
0.76
1.20
2.33
0.12
100.00
13
Jawa Tengah
29.88
35.33
17.39
9.92
3.96
0.68
0.93
1.86
0.05
100.00
14
DI Yogyakarta*
25.11
21.56
16.37
19.44
7.84
0.89
2.37
5.88
0.55
100.00
15
Jawa Timur
31.12
31.72
16.90
11.96
4.38
0.57
0.59
2.61
0.14
100.00
16
Banten
25.48
32.22
18.21
14.97
4.41
0.88
0.92
2.76
0.15
100.00
17
Bali
28.82
26.96
14.53
18.78
4.29
1.96
0.97
3.40
0.29
100.00
18
Nusa Tenggara Barat
41.07
26.78
14.34
12.83
1.51
0.81
0.57
2.05
0.05
100.00
19
Nusa Tenggara Timur
42.03
32.20
11.57
8.65
2.64
0.54
0.60
1.71
0.06
100.00
20
Kalimantan Barat
39.22
28.41
16.10
11.07
2.35
0.89
0.54
1.34
0.10
100.00
21
Kalimantan Tengah
22.68
37.16
21.22
12.96
2.78
0.85
0.66
1.64
0.04
100.00
22
Kalimantan Selatan
30.35
32.08
16.90
12.90
3.49
0.89
0.81
2.5
0.08
100.00
23
Kalimantan Timur
23.93
25.55
19.11
19.65
6.50
0.92
1.33
2.89
0.12
100.00
24
Sulawesi Utara
21.02
26.60
22.43
20.60
4.95
0.73
0.86
2.62
0.19
100.00
25
Sulawesi Tengah
25.26
35.77
17.64
13.80
3.13
1.06
0.54
2.64
0.15
100.00
26
Sulawesi Selatan
33.42
27.29
15.79
15.30
2.82
0.92
0.92
3.39
0.16
100.00
27
Sulawesi Tenggara
29.79
28.73
18.79
15.55
2.76
1.11
0.63
2.51
0.13
100.00
28
Gorontalo
39.03
32.63
11.89
10.41
3.15
0.60
0.49
1.66
0.13
100.00
29
Sulawesi Barat
37.82
34.02
13.98
8.84
2.16
0.98
0.51
1.58
0.10
100.00
30
Maluku
21.72
33.88
19.02
18.01
3.50
1.18
0.69
1.9
0.10
100.00
31
Maluku Utara
30.64
29.85
17.94
15.52
2.34
1.08
0.49
2.07
0.06
100.00
32
Papua
47.77
20.96
12.99
11.09
3.68
0.51
0.83
2.00
0.17
100.00
33
Irian Jaya Barat
33.97
30.23
17.13
11.55
4.67
0.61
0.49
1.32
0.03
100.00
28.20
31.67
17.56
13.88
4.24
0.77
1.02
2.51
0.14
100.00
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006 Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.10.a
PERSENTASE PENDUDUK INDONESIA BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT IJAZAH/STTB TERTINGGI YANG DIMILIKI DAN PROVINSI TAHUN 2006 Perkotaan Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki
Tidak Provinsi
No
Mempunyai Ijazah
(1)
(2)
SD/MI
SLTP/ MTs.
SMU/ SM
SMK
D-I/D-II
Ak/
S1/
D-III
D-IV
S2-S3
Jumlah
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
13.71
20.25
21.87
29.42
4.19
1.52
2.56
6.01
0.47
100.00
2
Sumatera Utara
15.78
22.15
22.32
25.92
7.05
0.97
1.66
3.95
0.20
100.00
3
Sumatera Barat
18.09
19.72
19.28
24.14
8.24
1.22
3.03
5.94
0.34
100.00
4
Riau
14.84
20.44
19.79
28.05
8.57
0.79
2.28
4.79
0.44
100.00
5
Jambi
18.54
23.68
19.77
22.78
6.78
1.13
2.16
4.93
0.23
100.00
6
Sumatera Selatan
17.03
23.26
18.86
28.16
5.46
1.09
1.83
4.15
0.15
100.00
7
Bengkulu
16.80
18.40
21.97
25.88
6.20
1.64
2.28
5.9
0.92
100.00
8
Lampung
22.05
23.55
19.71
19.66
7.97
1.10
1.55
4.32
0.10
100.00
9
Kepulauan Bangka Belitung
23.08
27.31
18.82
17.00
7.87
1.36
2.02
2.45
0.10
100.00
10
Kepulauan Riau
16.80
20.86
17.83
28.92
9.65
1.01
1.88
2.75
0.30
100.00
11
DKI Jakarta
11.91
20.95
19.58
25.24
9.99
1.08
3.67
6.97
0.61
100.00
12
Jawa Barat
18.61
29.07
19.31
19.63
6.06
1.07
2.00
4.02
0.22
100.00
13
Jawa Tengah
23.14
28.92
19.59
15.91
6.14
0.98
1.71
3.49
0.11
100.00
14
DI Yogyakarta*
17.99
15.57
15.74
27.04
9.37
0.79
3.59
9.01
0.90
100.00
15
Jawa Timur
22.02
25.67
18.84
19.49
6.79
0.79
1.15
4.97
0.27
100.00
16
Banten
18.46
24.32
20.11
22.54
7.03
1.25
1.51
4.53
0.26
100.00
17
Bali
22.29
23.99
15.30
23.22
5.36
2.66
1.50
5.17
0.51
100.00
18
Nusa Tenggara Barat
33.94
25.07
15.31
17.17
2.41
0.89
0.99
4.09
0.12
100.00
19
Nusa Tenggara Timur
20.25
22.00
19.89
22.80
5.73
0.96
1.72
6.38
0.28
100.00
20
Kalimantan Barat
28.83
21.70
17.15
20.50
4.76
1.55
1.39
3.84
0.29
100.00
21
Kalimantan Tengah
18.47
24.66
19.99
23.25
5.62
1.46
1.70
4.73
0.14
100.00
22
Kalimantan Selatan
20.74
24.07
19.21
21.61
6.15
0.96
1.68
5.38
0.20
100.00
23
Kalimantan Timur
17.10
20.79
19.10
26.17
9.19
1.10
2.00
4.35
0.19
100.00
24
Sulawesi Utara
15.24
18.22
21.64
29.72
7.40
0.80
1.47
5.12
0.39
100.00
25
Sulawesi Tengah
12.78
19.36
20.40
28.11
6.89
1.67
1.57
8.68
0.54
100.00
26
Sulawesi Selatan
20.30
20.77
16.81
27.13
4.10
1.18
1.89
7.42
0.41
100.00
27
Sulawesi Tenggara
17.10
18.04
18.96
29.66
5.71
1.25
1.77
6.97
0.53
100.00
28
Gorontalo
23.97
26.99
17.00
19.23
6.92
0.71
1.02
3.74
0.43
100.00
29
Sulawesi Barat
24.95
26.72
17.45
15.47
5.35
2.08
1.68
5.76
0.55
100.00
30
Maluku
13.54
21.47
20.37
30.55
5.55
1.78
1.45
5.07
0.22
100.00
31
Maluku Utara
14.24
20.22
20.66
31.19
4.99
1.58
1.1
5.81
0.21
100.00
32
Papua
14.27
19.30
19.94
25.05
10.10
1.32
2.87
6.57
0.58
100.00
33
Irian Jaya Barat
15.94
24.06
24.34
21.71
8.99
1.00
0.64
3.24
0.10
100.00
19.30
25.07
19.29
21.53
6.79
1.06
1.91
4.75
0.29
100.00
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006 Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.10.b
PERSENTASE PENDUDUK INDONESIA BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT IJAZAH/STTB TERTINGGI YANG DIMILIKI DAN PROVINSI TAHUN 2006 Perdesaan Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki
Tidak Provinsi
No
Mempunyai Ijazah
(1)
(2)
SD/
MI
SLTP/ MTs.
SMU/ SM
SMK
D-I/D-II
Ak/
S1/
D-III
D-IV
S2-S3
Jumlah
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
27.04
33.57
21.40
13.86
1.35
0.82
0.72
1.18
0.05
100.00
2
Sumatera Utara
28.83
30.92
21.46
13.54
3.67
0.51
0.39
0.66
0.02
100.00
3
Sumatera Barat
35.38
27.99
18.35
11.44
3.68
1.03
0.76
1.31
0.05
100.00
4
Riau
28.77
36.29
19.42
12.24
1.60
0.52
0.41
0.74
0.02
100.00
5
Jambi
32.90
34.53
18.14
10.69
1.72
0.80
0.35
0.86
0.01
100.00
6
Sumatera Selatan
31.68
40.70
15.99
8.90
1.59
0.36
0.25
0.51
0.01
100.00
7
Bengkulu
33.98
32.19
18.25
10.86
2.48
0.71
0.46
1.06
0.01
100.00
8
Lampung
35.01
33.80
18.82
7.70
3.17
0.60
0.32
0.55
0.02
9
Kepulauan Bangka Belitung
38.72
37.83
14.00
6.64
1.82
0.34
0.31
0.33
10
Kepulauan Riau
42.23
39.89
10.25
5.66
1.02
0.40
0.16
0.38
0.02
11
DKI Jakarta
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
12
Jawa Barat
32.65
45.08
14.45
5.18
1.51
0.41
0.30
0.42
0.01
100.00
13
Jawa Tengah
34.77
40.00
15.79
5.58
2.37
0.46
0.36
0.68
0.01
100.00
14
DI Yogyakarta*
34.07
29.10
17.15
9.85
5.92
1.02
0.84
1.93
0.11
100.00
15
Jawa Timur
37.76
36.14
15.48
6.47
2.62
0.41
0.19
0.89
0.04
100.00
16
Banten
34.28
42.11
15.84
5.50
1.14
0.41
0.17
0.54
-
100.00
17
Bali
35.97
30.21
13.69
13.92
3.12
1.19
0.39
1.46
0.06
100.00
18
Nusa Tenggara Barat
45.47
27.83
13.74
10.14
0.96
0.75
0.31
0.79
0.00
100.00
19
Nusa Tenggara Timur
46.52
34.30
9.86
5.74
2.00
0.45
0.37
0.75
0.01
100.00
20
Kalimantan Barat
43.15
30.94
15.70
7.50
1.44
0.64
0.21
0.39
0.02
100.00
21
Kalimantan Tengah
24.42
42.33
21.73
8.70
1.61
0.61
0.23
0.37
0.00
100.00
22
Kalimantan Selatan
36.22
36.97
15.49
7.59
1.86
0.85
0.27
0.75
0.01
100.00
23
Kalimantan Timur
32.07
31.23
19.12
11.87
3.31
0.70
0.54
1.15
0.04
100.00
24
Sulawesi Utara
24.62
31.80
22.91
14.93
3.43
0.68
0.49
1.06
0.07
100.00
25
Sulawesi Tengah
28.60
40.16
16.91
9.98
2.12
0.90
0.26
1.03
0.04
100.00
26
Sulawesi Selatan
39.63
30.37
15.31
9.71
2.22
0.79
0.46
1.48
0.03
100.00
27
Sulawesi Tenggara
33.40
31.77
18.74
11.53
1.92
1.07
0.30
1.24
0.02
100.00
28
Gorontalo
44.61
34.72
9.99
7.14
1.75
0.56
0.30
0.89
0.02
100.00
29
Sulawesi Barat
40.16
35.35
13.36
7.63
1.58
0.78
0.30
0.82
0.01
100.00
30
Maluku
25.16
39.09
18.46
12.73
2.64
0.93
0.37
0.57
0.04
100.00
31
Maluku Utara
36.40
33.23
16.98
10.02
1.41
0.90
0.28
0.76
0.01
100.00
32
Papua
58.66
21.50
10.73
6.56
1.59
0.25
0.17
0.52
0.03
100.00
33
Irian Jaya Barat
42.47
33.14
13.73
6.77
2.64
0.42
0.42
0.41
-
100.00
35.15
36.82
16.21
7.90
2.25
0.55
0.33
0.76
0.02
100.00
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006 Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
100.00 100.00 100.00
Lampiran 2.11
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT LUAS LANTAI TEMPAT TINGGAL (M2), TIPE DAERAH DAN PROVINSI TAHUN 2006 2 Luas lantai (m )
No
Provinsi
(1)
(2)
Perkotaan
Pedesaan
Perkotaan + Pedesaan
<= 19
20-49
50-99
100-149
150+
Jumlah
<= 19
20-49
50-99
100-149
150+
Jumlah
<= 19
20-49
50-99
100-149
150+
Jumlah
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
4.13
39.20
38.43
10.82
7.22
100.00
2.66
62.30
28.75
3.61
2.68
100.00
3.02
57.30
30.85
5.18
3.66
100.00
2
Sumatera Utara
3.06
37.96
40.38
10.11
8.49
100.00
3.20
56.93
33.74
3.42
2.71
100.00
3.14
48.67
36.63
6.33
5.22
100.00
3
Sumatera Barat
8.59
31.06
39.94
10.55
9.86
100.00
4.79
42.68
42.71
6.49
3.33
100.00
5.97
39.08
41.85
7.75
5.35
100.00
4
Riau
1.23
48.90
33.11
9.27
7.48
100.00
2.56
55.71
36.89
3.42
1.42
100.00
2.10
53.34
35.58
5.45
3.53
100.00
5
Jambi
3.60
39.77
41.41
9.19
6.03
100.00
1.62
48.12
42.47
5.00
2.79
100.00
2.16
45.86
42.18
6.13
3.67
100.00
6
Sumatera Selatan
6.56
52.68
27.63
7.57
5.56
100.00
4.05
50.76
38.85
3.85
2.49
100.00
4.86
51.38
35.22
5.05
3.48
100.00
7
Bengkulu
10.27
39.06
35.99
7.49
7.20
100.00
4.15
56.22
36.09
1.74
1.80
100.00
5.80
51.59
36.06
3.29
3.26
100.00
8
Lampung
4.34
32.56
49.88
8.36
4.86
100.00
2.02
33.59
56.70
5.86
1.83
100.00
2.51
33.38
55.27
6.38
2.46
100.00
9
Kepulauan Bangka Belitung
2.26
44.31
42.63
6.29
4.50
100.00
1.91
49.10
40.57
5.56
2.86
100.00
2.05
47.16
41.40
5.85
3.53
100.00
10
Kepulauan Riau
12.32
36.89
39.03
7.13
4.62
100.00
5.94
58.21
28.16
4.48
3.21
100.00
11.07
41.07
36.90
6.61
4.35
100.00
11
DKI Jakarta
20.93
31.29
24.74
9.91
13.12
100.00
100.00
20.93
31.29
24.74
9.91
13.12
100.00
12
Jawa Barat
5.64
38.67
39.54
10.10
6.06
100.00
2.23
55.07
37.71
3.26
1.72
100.00
3.96
46.73
38.64
6.74
3.93
100.00
13
Jawa Tengah
2.32
20.18
53.02
15.29
9.18
100.00
0.52
16.81
58.56
16.14
7.98
100.00
1.25
18.19
56.30
15.79
8.47
100.00
14
DI Yogyakarta*
25.36
15.65
31.21
14.15
13.63
100.00
0.89
11.58
57.12
18.79
11.62
100.00
15.47
14.00
41.69
16.02
12.81
100.00
15
Jawa Timur
7.30
28.41
45.25
11.07
7.98
100.00
0.78
32.36
51.21
9.91
5.74
100.00
3.47
30.73
48.75
10.39
6.67
100.00
16
Banten
8.68
32.63
36.93
12.68
9.08
100.00
1.70
50.81
38.51
5.29
3.69
100.00
5.59
40.67
37.63
9.41
6.70
100.00
17
Bali
19.82
30.70
29.88
10.92
8.68
100.00
6.36
53.26
33.34
5.06
1.97
100.00
13.57
41.18
31.49
8.20
5.57
100.00
18
Nusa Tenggara Barat
15.86
56.62
21.43
2.95
3.14
100.00
14.24
67.26
15.43
1.68
1.38
100.00
14.82
63.41
17.60
2.14
2.02
100.00
19
Nusa Tenggara Timur
10.40
52.77
26.35
5.29
5.19
100.00
5.43
70.08
21.03
1.68
1.78
100.00
6.21
67.38
21.86
2.24
2.31
100.00
20
Kalimantan Barat
2.90
40.10
39.54
10.32
7.14
100.00
2.40
61.41
32.56
2.45
1.18
100.00
2.53
55.79
34.40
4.53
2.75
100.00
21
Kalimantan Tengah
6.27
46.31
37.11
5.93
4.38
100.00
1.33
57.06
39.28
1.57
0.76
100.00
2.78
53.90
38.64
2.85
1.83
100.00
22
Kalimantan Selatan
7.93
42.48
33.67
8.36
7.56
100.00
4.01
47.55
43.21
3.22
2.01
100.00
5.47
45.66
39.66
5.13
4.07
100.00
23
Kalimantan Timur
6.62
41.96
36.18
8.99
6.25
100.00
1.99
47.93
42.83
4.09
3.16
100.00
4.51
44.68
39.21
6.76
4.84
100.00
24
Sulawesi Utara
6.27
57.46
23.08
5.54
7.65
100.00
3.22
68.88
24.61
1.86
1.42
100.00
4.38
64.53
24.03
3.26
3.80
100.00
25
Sulawesi Tengah
8.19
44.24
30.41
10.16
7.00
100.00
3.27
56.40
33.37
4.73
2.22
100.00
4.26
53.96
32.78
5.82
3.18
100.00
26
Sulawesi Selatan
27
Sulawesi Tenggara
28 29
9.54
32.58
39.70
11.96
6.23
100.00
1.74
37.14
50.62
7.80
2.70
100.00
4.22
35.69
47.15
9.12
3.82
100.00
10.24
36.04
35.85
10.66
7.22
100.00
2.57
50.43
39.02
5.25
2.73
100.00
4.25
47.27
38.33
6.44
3.71
100.00
Gorontalo
4.54
52.76
27.92
7.95
6.83
100.00
9.00
65.42
19.99
3.43
2.16
100.00
7.79
62.00
22.13
4.65
3.42
100.00
Sulawesi Barat
5.77
39.99
41.47
6.41
6.34
100.00
5.65
51.59
36.81
3.99
1.96
100.00
5.67
49.89
37.49
4.34
2.61
100.00
30
Maluku
5.13
48.77
35.15
5.48
5.47
100.00
1.03
61.29
31.74
2.86
3.08
100.00
2.21
57.69
32.72
3.61
3.76
100.00
31
Maluku Utara
3.73
26.39
54.71
11.29
3.89
100.00
0.58
43.82
49.82
5.01
0.77
100.00
1.36
39.52
51.03
6.56
1.54
100.00
32
Papua
14.71
55.39
21.44
4.35
4.11
100.00
34.70
53.73
8.44
1.22
1.91
100.00
30.06
54.12
11.46
1.95
2.42
100.00
33
Irian Jaya Barat
22.08
52.36
22.76
2.32
0.48
100.00
1.54
79.70
17.53
0.77
0.45
100.00
8.67
70.22
19.35
1.31
0.46
100.00
8.01
33.67
39.56
10.79
7.98
100.00
2.70
43.22
43.20
7.07
3.81
100.00
4.98
39.11
41.63
8.67
5.69
100.00
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006 Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.12
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR MINUM DAN PROVINSI, TAHUN 2006 Perkotaan+Perdesaan Sumber Air Minum Terlindung
Sumber Air Minum Tak Terlindung Jumlah
No
Provinsi
Air Kemasan
Ledeng
Pompa
Mata Air Terlindung
Sumur Terlindung
Air Hujan
(6)
(7)
(8)
Sumber Air Minum
Jumlah Sumur Tak Terlindung
Mata Air Tak Terlindung
Air Sungai
(10)
(11)
(12)
Lainnya
Terlindung (1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(9)
Sumber Air Minum Tak Terlindung
(13)
(14)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
4.42
10.93
3.17
4.68
43.24
1.61
68.05
22.74
3.07
5.55
0.58
2
Sumatera Utara
2.15
25.89
10.49
7.23
30.57
2.25
78.58
11.87
5.86
3.27
0.42
21.42
3
Sumatera Barat
1.80
23.05
3.14
8.75
31.72
2.65
71.11
14.95
10.17
3.56
0.21
28.89
4
Riau
5.19
2.66
3.01
2.03
36.17
27.84
76.90
19.80
0.97
2.24
0.09
23.10
5
Jambi
2.03
16.76
1.19
1.44
32.44
13.09
66.95
19.90
1.54
11.51
0.11
33.06
6
Sumatera Selatan
2.26
19.02
1.03
1.92
39.40
6.83
70.46
16.81
1.53
10.72
0.48
29.54
7
Bengkulu
1.34
13.00
2.77
4.55
39.36
0.04
61.06
30.80
4.72
3.28
0.14
38.94
8
Lampung
1.49
4.93
2.38
2.86
58.95
1.59
72.20
21.82
3.50
1.85
0.63
27.80
9
Kepulauan Bangka Belitung
4.09
4.12
5.38
1.85
49.96
-
65.40
30.76
2.07
1.53
0.24
34.60
10
Kepulauan Riau
7.27
37.93
1.13
3.59
28.19
4.19
82.30
11.84
2.64
1.31
1.92
17.71
11
DKI Jakarta
20.80
39.73
33.20
0.70
4.85
0.16
99.44
0.30
-
0.04
0.22
0.56
12
Jawa Barat
4.37
12.79
24.18
10.15
34.57
0.03
86.09
7.72
5.46
0.54
0.20
13.92
13
Jawa Tengah
1.63
16.77
10.62
12.60
43.95
0.30
85.87
9.00
4.22
0.70
0.21
14.13
14
DI Yogyakarta*
8.75
14.17
6.44
3.60
50.00
4.67
87.63
8.05
3.72
0.14
0.45
12.36
15
Jawa Timur
5.32
17.78
15.23
10.49
39.88
0.56
89.26
6.92
2.57
0.58
0.68
10.75
16
Banten
15.28
17
Bali
18
31.94
7.62
12.92
33.39
4.75
25.50
0.54
84.72
9.12
2.86
2.68
0.62
15.27
38.27
6.35
13.12
17.12
3.48
93.61
1.70
2.90
1.30
0.49
6.39
Nusa Tenggara Barat
3.86
16.61
7.75
10.49
46.18
-
84.89
11.09
2.50
1.44
0.09
15.12
19
Nusa Tenggara Timur
0.67
20.33
0.90
24.28
18.56
2.36
67.10
9.28
18.27
5.16
0.19
32.90
20
Kalimantan Barat
2.43
9.27
1.13
4.42
7.40
38.43
63.08
10.45
2.77
23.62
0.10
36.94
21
Kalimantan Tengah
1.09
17.01
10.55
0.69
19.69
5.20
54.23
7.52
0.56
37.56
0.12
45.76
22
Kalimantan Selatan
2.34
34.72
11.45
0.51
16.51
2.32
67.85
12.93
0.97
17.86
0.40
32.16
23
Kalimantan Timur
3.70
48.29
3.13
2.79
11.88
6.88
76.67
9.58
1.01
12.35
0.39
23.33
24
Sulawesi Utara
3.45
28.72
5.24
13.43
37.03
1.09
88.96
7.92
2.71
0.35
0.07
11.05
25
Sulawesi Tengah
2.73
18.12
13.63
16.89
25.67
1.13
78.17
12.07
3.39
6.18
0.19
21.83
26
Sulawesi Selatan
1.62
25.50
10.32
8.40
31.81
0.59
78.24
14.97
4.78
1.88
0.11
21.74
27
Sulawesi Tenggara
0.84
28.09
2.49
10.69
32.79
1.68
76.58
16.68
4.50
1.97
0.27
23.42
28
Gorontalo
0.84
16.02
1.81
4.15
53.25
0.08
76.15
16.60
1.16
5.39
0.70
23.85
29
Sulawesi Barat
0.81
12.80
3.94
10.86
31.49
1.45
61.35
15.39
13.37
9.29
0.60
38.65
30
Maluku
0.58
23.79
2.17
18.45
35.28
1.70
81.97
11.78
4.20
1.55
0.49
18.02
31
Maluku Utara
0.48
22.50
1.13
5.31
36.31
2.97
68.70
24.98
3.53
2.76
0.04
31.31
32
Papua
3.40
13.84
2.61
9.32
10.04
11.26
50.47
8.80
27.18
13.33
0.22
49.53
33
Irian Jaya Barat
4.89 4.43
23.09 18.38
1.56 13.63
5.91 8.68
11.01 34.64
10.59 2.53
57.05 82.29
11.74 10.18
18.36 4.18
12.75 2.99
0.11 0.36
42.96 17.71
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesra Keterangan : *) Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.12.a
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR MINUM DAN PROVINSI, TAHUN 2006 Perkotaan Sumber Air Minum Terlindung
Sumber Air Minum Tak Terlindung Jumlah
No
Provinsi
Air Kemasan
Ledeng
Pompa
Mata Air Terlindung
Sumur Terlindung
Air Hujan
(7)
(8)
Sumber Air Minum
Jumlah Sumur Tak Terlindung
Mata Air Tak Terlindung
Air Sungai
(10)
(11)
(12)
Sumber
Lainnya
Air Minum
Terlindung (1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(9)
Tak Terlindung (13)
(14)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
15.60
28.27
5.78
2.67
37.15
1.04
90.51
7.22
0.65
0.39
1.22
9.48
2
Sumatera Utara
4.07
47.93
9.14
2.56
29.62
0.60
93.92
4.93
0.52
0.53
0.10
6.08
3
Sumatera Barat
4.68
43.77
6.23
4.12
32.61
0.49
91.90
5.81
2.04
0.05
0.20
8.10
4
Riau
13.24
3.83
6.81
4.89
41.32
19.29
89.38
9.78
0.35
0.35
0.14
10.62
5
Jambi
4.40
36.09
1.90
0.29
29.87
16.71
89.26
8.62
0.19
1.74
0.19
10.74
6
Sumatera Selatan
5.12
47.81
0.74
0.80
30.40
1.02
85.89
8.59
0.21
5.00
0.32
14.12
7
Bengkulu
2.79
27.64
7.21
0.63
48.86
-
87.13
11.92
0.87
0.04
0.04
12.87
8
Lampung
4.75
13.79
7.86
0.87
61.42
-
88.69
9.82
0.66
0.40
0.44
11.32
9
Kepulauan Bangka Belitung
7.77
6.99
8.90
3.03
50.12
-
76.81
22.51
0.34
-
0.34
23.19
10
Kepulauan Riau
8.99
46.44
1.29
1.73
28.48
3.68
90.61
6.25
0.43
0.42
2.28
9.38
11
DKI Jakarta
20.80
39.73
33.20
0.70
4.85
0.16
99.44
0.30
-
0.04
0.22
0.56
12
Jawa Barat
7.29
17.95
31.58
3.53
33.61
-
93.96
4.65
0.97
0.06
0.37
6.05
13
Jawa Tengah
3.27
28.74
13.65
4.06
42.84
-
92.56
6.34
0.38
0.40
0.32
7.44
14
DI Yogyakarta *
14.30
13.28
8.84
0.54
58.35
-
95.31
4.31
0.34
-
0.05
4.70
15
Jawa Timur
10.50
30.69
16.99
4.29
31.66
0.13
94.26
4.20
0.67
0.48
0.40
5.75
16
Banten
12.43
19.64
46.98
2.54
14.56
0.35
96.50
2.85
0.25
0.10
0.29
3.49
17
Bali
26.88
39.27
8.48
5.58
17.20
0.04
97.45
1.48
0.78
0.23
0.07
2.56
18
Nusa Tenggara Barat
7.02
22.67
6.71
6.17
48.61
-
91.18
7.28
1.39
-
0.14
8.81
19
Nusa Tenggara Timur
2.96
57.92
0.82
1.90
25.23
0.05
88.88
5.98
1.79
2.41
0.93
11.11
20
Kalimantan Barat
8.05
15.16
0.19
2.19
9.16
56.04
90.79
4.20
0.40
4.37
0.25
9.22
21
Kalimantan Tengah
3.03
39.60
24.86
0.33
15.51
2.28
85.61
3.22
0.55
10.52
0.10
14.39
22
Kalimantan Selatan
5.54
67.42
3.01
0.02
16.14
-
92.13
4.13
-
3.28
0.46
7.87
23
Kalimantan Timur
5.36
72.40
2.70
1.85
5.03
5.13
92.47
2.25
0.41
4.55
0.32
7.53
24
Sulawesi Utara
6.70
38.70
10.84
3.85
31.65
-
91.74
6.98
0.68
0.47
0.13
8.26
25
Sulawesi Tengah
11.64
40.86
28.01
9.18
8.80
-
98.49
0.40
0.41
0.18
0.52
1.51
26
Sulawesi Selatan
4.19
59.23
7.19
1.53
20.98
0.03
93.15
5.03
0.75
0.97
0.08
6.83
27
Sulawesi Tenggara
2.65
58.74
5.50
4.93
20.66
0.03
92.51
6.29
0.83
0.29
0.08
7.49
28
Gorontalo
1.07
34.12
4.76
0.49
52.43
-
92.87
7.12
-
-
-
7.12
29
Sulawesi Barat
3.37
38.73
9.70
5.70
34.90
-
92.40
5.95
-
0.14
1.51
7.60
30
Maluku
1.89
46.98
4.74
6.86
25.03
4.85
90.35
6.46
0.36
1.43
1.39
9.64
31
Maluku Utara
0.84
63.65
1.65
0.76
17.35
4.20
88.45
11.55
-
-
-
11.55
32
Papua
8.67
42.48
9.21
6.08
19.37
7.37
93.18
5.75
0.34
0.25
0.48
6.82
33
Irian Jaya Barat
13.27
45.82
2.44
2.05
11.33
7.38
82.29
14.26
1.86
1.60
-
17.72
8.95
30.8
19.47
3.14
29.98
1.35
93.69
4.77
0.60
0.61
0.33
6.31
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesra Keterangan : *) Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.12.b
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR MINUM DAN PROVINSI, TAHUN 2006 Perdesaan Sumber Air Minum Terlindung
Sumber Air Minum Tak Terlindung Jumlah
No
Provinsi
Air Kemasan
Ledeng
Pompa
Mata Air Terlindung
Sumur Terlindung
Air Hujan
(6)
(7)
(8)
Jumlah
Sumber Air Minum
Sumur Tak Terlindung
Mata Air Tak Terlindung
Air Sungai
(10)
(11)
(12)
Sumber
Lainnya
Air Minum
Terlindung (1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(9)
Tak Terlindung (13)
(14)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
1.33
6.14
2.45
5.23
44.92
1.77
61.84
27.03
3.74
6.98
0.41
38.16
2
Sumatera Utara
0.67
8.89
11.54
10.83
31.30
3.53
66.76
17.21
9.98
5.38
0.67
33.24
3
Sumatera Barat
0.51
13.74
1.76
10.83
31.32
3.63
61.79
19.05
13.82
5.14
0.21
38.22
4
Riau
0.91
2.04
0.99
0.50
33.44
32.38
70.26
25.13
1.30
3.25
0.07
29.75
5
Jambi
1.16
9.57
0.92
1.87
33.40
11.74
58.66
24.09
2.04
15.14
0.07
41.34
6
Sumatera Selatan
0.89
5.27
1.17
2.45
43.70
9.61
63.09
20.73
2.16
13.45
0.57
36.91
7
Bengkulu
0.80
7.58
1.13
6.00
35.84
0.05
51.40
37.79
6.15
4.48
0.18
48.60
8
Lampung
0.63
2.60
0.93
3.39
58.30
2.01
67.86
24.99
4.24
2.23
0.68
32.14
9
Kepulauan Bangka Belitung
1.59
2.16
2.98
1.05
49.84
-
57.62
36.38
3.25
2.58
0.18
42.39
10
Kepulauan Riau
0.20
2.98
0.49
11.19
26.99
6.29
48.14
34.78
11.74
4.95
0.40
51.87
11
DKI Jakarta
-
-
-
-
-
-
12
Jawa Barat
1.33
7.44
16.51
17.01
35.57
0.06
13
Jawa Tengah
0.49
8.54
8.55
18.48
44.72
0.51
81.29
10.83
6.86
0.90
0.13
18.72
14
DI Yogyakarta *
0.58
15.49
2.89
8.11
37.71
11.55
76.33
13.57
8.71
0.35
1.05
23.68
15
Jawa Timur
1.66
8.68
13.98
14.86
45.67
0.85
85.70
8.85
3.91
0.65
0.88
14.29
16
Banten
1.56
4.44
16.27
7.54
39.28
0.77
69.86
17.02
6.14
5.93
1.04
30.13
17
Bali
1.87
37.12
3.89
21.82
17.03
7.45
89.18
1.95
5.34
2.54
0.98
10.81
18
Nusa Tenggara Barat
2.06
13.17
8.33
12.94
44.80
-
81.30
13.25
3.14
2.26
0.06
18.71
19
Nusa Tenggara Timur
0.24
13.37
0.92
28.42
17.32
2.79
63.06
9.89
21.32
5.67
0.05
36.93
20
Kalimantan Barat
0.41
7.16
1.46
5.21
6.77
32.13
53.14
12.68
3.62
30.51
0.04
46.85
21
Kalimantan Tengah
0.28
7.62
4.61
0.84
21.43
6.42
41.20
9.31
0.56
48.80
0.13
58.80
22
Kalimantan Selatan
0.44
15.35
16.45
0.79
16.73
3.70
53.46
18.15
1.54
26.49
0.37
46.55
23
Kalimantan Timur
1.72
19.49
3.64
3.91
20.05
8.97
57.78
18.33
1.74
21.67
0.47
42.21
24
Sulawesi Utara
1.45
22.57
1.79
19.32
40.35
1.75
87.23
8.50
3.96
0.28
0.03
12.77
25
Sulawesi Tengah
0.50
12.41
10.02
18.83
29.91
1.41
73.08
15.00
4.14
7.69
0.11
26.94
26
Sulawesi Selatan
0.42
9.78
11.78
11.60
36.87
0.86
71.31
19.61
6.66
2.31
0.13
28.71
27
Sulawesi Tenggara
0.33
19.48
1.64
12.31
36.20
2.14
72.10
19.60
5.53
2.44
0.33
27.90
28
Gorontalo
0.75
9.33
0.71
5.51
53.55
0.11
69.96
20.10
1.59
7.38
0.96
30.03
29
Sulawesi Barat
0.37
8.32
2.95
11.75
30.90
1.70
55.99
17.02
15.67
10.87
0.45
44.01
30
Maluku
0.05
14.43
1.14
23.12
39.42
0.42
78.58
13.93
5.75
1.60
0.13
21.41
31
Maluku Utara
0.36
9.02
0.96
6.80
42.52
2.56
62.22
29.38
4.69
3.66
0.05
37.78
32
Papua
1.80
5.17
0.61
10.31
7.22
12.43
37.54
9.73
35.30
17.28
0.14
62.45
33
Irian Jaya Barat
0.44
11.00
1.09
7.96
10.84
12.30
43.63
10.40
27.13
18.67
0.17
56.37
1.02
9.03
9.23
12.85
38.15
3.41
73.69
14.26
6.89
4.78
0.38
26.31
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesra Keterangan : *) Tanpa Kabupaten Bantul
0.00 77.92
-
-
-
-
10.90
10.12
1.04
0.02
0.00 22.08
Lampiran 2.13
PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN SUMBER AIR MINUM DARI POMPA/SUMUR/MATA AIR MENURUT TIPE DAERAH, JARAK KE TEMPAT PENAMPUNGAN AKHIR KOTORAN/TINJA TERDEKAT DAN PROVINSI TAHUN 2006
No
Provinsi
(1)
(2)
< 10 m
> 10 m
(3)
(4)
Perkotaan Tidak Tahu
Jumlah
< 10 m
> 10 m
(6)
(7)
(8)
Perdesaan Tidak Tahu
< 10 m
(10)
(11)
Perkotaan + Perdesaan > 10 m Tidak Tahu Jumlah (12)
(13)
Nanggroe Aceh Darussalam
33.47
41.22
25.31
100
28.08
37.22
34.70
100
28.89
37.82
33.28
100
2
Sumatera Utara
38.46
47.71
13.83
100
29.25
44.42
26.33
100
32.09
45.44
22.47
100
3
Sumatera Barat
30.74
45.64
23.62
100
20.59
45.86
33.55
100
22.91
45.81
31.28
100
4
Riau
47.26
38.38
14.37
100
36.85
43.79
19.36
100
40.53
41.88
17.60
100
5
Jambi
48.59
45.98
5.43
100
27.79
48.49
23.72
100
31.87
48.00
20.14
100
6
Sumatera Selatan
52.17
30.72
17.11
100
22.53
48.71
28.75
100
28.96
44.81
26.23
100
7
Bengkulu
39.21
45.29
15.49
100
25.07
49.23
25.70
100
28.29
48.33
23.37
100
8
Lampung
43.08
45.01
11.92
100
26.97
58.54
14.49
100
30.00
56.00
14.00
100
9
Kepulauan Bangka Belitung
35.83
50.99
13.18
100
27.19
45.78
27.03
100
30.49
47.77
21.73
100
10
Kepulauan Riau
38.79
42.27
18.94
100
18.02
45.40
36.59
100
31.47
43.37
25.16
100
11
DKI Jakarta
40.02
43.95
16.03
100
100
40.02
43.95
16.03
100
12
Jawa Barat
44.80
36.57
18.62
100
31.05
37.11
31.84
100
37.39
36.86
25.75
100
13
Jawa Tengah
33.28
49.00
17.72
100
18.71
57.98
23.31
100
23.68
54.92
21.40
100
14
DI Yogyakarta *
27.41
54.67
17.92
100
18.58
73.22
8.20
100
23.88
62.08
14.03
100
15
Jawa Timur
36.29
46.66
17.05
100
20.41
54.57
25.01
100
25.47
52.05
22.48
100
16
Banten
44.07
34.48
21.45
100
31.71
31.16
37.13
100
37.83
32.80
29.36
100
17
Bali
39.87
42.10
18.04
100
18.37
57.32
24.30
100
27.74
50.69
21.57
100
18
Nusa Tenggara Barat
30.18
32.54
37.29
100
20.90
36.22
42.87
100
23.92
35.02
41.05
100
19
Nusa Tenggara Timur
30.07
49.88
20.04
100
10.67
49.57
39.76
100
12.19
49.59
38.22
100
20
Kalimantan Barat
24.54
55.58
19.88
100
20.33
54.02
25.65
100
21.02
54.27
24.71
100
21
Kalimantan Tengah
40.68
41.43
17.90
100
24.01
54.62
21.37
100
29.59
50.20
20.21
100
22
Kalimantan Selatan
36.59
54.43
8.98
100
19.70
61.19
19.11
100
23.15
59.81
17.04
100
23
Kalimantan Timur
27.17
50.07
22.76
100
19.39
60.04
20.57
100
21.22
57.70
21.08
100
24
Sulawesi Utara
45.35
40.61
14.05
100
26.94
49.13
23.92
100
32.65
46.49
20.86
100
25
Sulawesi Tengah
46.85
35.93
17.23
100
23.24
34.82
41.94
100
26.34
34.96
38.70
100
26
Sulawesi Selatan
35.69
39.86
24.45
100
17.90
46.66
35.44
100
20.75
45.57
33.68
100
27
Sulawesi Tenggara
27.25
50.41
22.34
100
18.51
53.01
28.48
100
19.60
52.69
27.71
100
28
Gorontalo
49.11
39.46
11.43
100
24.63
40.39
34.98
100
30.19
40.18
29.64
100
29
Sulawesi Barat
40.50
26.80
32.70
100
17.48
41.66
40.85
100
20.02
40.03
39.96
100
30
Maluku
32.39
51.10
16.51
100
15.18
53.04
31.78
100
18.17
52.70
29.12
100
31
Maluku Utara
37.34
49.61
13.05
100
20.05
42.70
37.25
100
21.92
43.45
34.63
100
32
Papua
38.78
34.03
27.20
100
9.65
58.01
32.34
100
14.41
54.09
31.50
100
33
Irian Jaya Barat
23.59
47.55
28.86
100
8.20
41.03
50.77
100
11.71
42.52
45.77
100
39.31
42.53
18.16
100
23.41
48.73
27.86
100
28.96
46.57
24.47
100
Sumber: BPS, Statistik Kesra Keterangan : *) Tanpa Kabupaten Bantul
(9)
Jumlah
1
Indonesia
(5)
-
-
-
(14)
Lampiran 2.14
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT FASILITAS TEMPAT BUANG AIR BESAR, TIPE DAERAH DAN PROVINSI TAHUN 2006
No (1)
(2)
Perdesaan
Perkotaan
Provinsi
Perkotaan + Perdesaan
Sendiri
Bersama
Umum
Tidak Ada
Jumlah
Sendiri
Bersama
Umum
Tidak Ada
Jumlah
Sendiri
Bersama
Umum
Tidak Ada
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
Jumlah (17)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
75.86
13.05
4.67
6.42
100
40.81
2
Sumatera Utara
84.25
10.89
1.63
3.23
100
61.98
7.38
9.84
20.80
100
71.68
8.91
6.26
13.15
100
3
Sumatera Barat
69.32
17.16
4.12
9.39
100
36.63
15.17
11.98
36.21
100
46.77
15.79
9.54
27.90
100
4
Riau
88.37
9.05
2.02
0.56
100
77.03
9.42
2.21
11.34
100
80.96
9.30
2.14
7.60
100
5
Jambi
82.69
9.68
1.71
5.92
100
54.16
12.85
7.39
25.60
100
61.90
11.99
5.85
20.27
100
6
Sumatera Selatan
79.70
11.93
4.55
3.82
100
57.57
9.28
5.28
27.87
100
64.73
10.14
5.04
20.09
100
7
Bengkulu
82.34
12.34
1.79
3.53
100
53.55
7.22
4.68
34.55
100
61.32
8.60
3.90
26.18
100
8
Lampung
75.37
14.88
2.68
7.07
100
73.43
12.07
2.56
11.94
100
73.83
12.66
2.59
10.92
100
12.42
16.73
30.05
100
48.41
12.55
14.12
24.93
100
9
Kepulauan Bangka Belitung
81.23
6.31
1.24
11.22
100
49.43
5.06
2.90
42.61
100
62.33
5.57
2.23
29.88
100
10
Kepulauan Riau
74.59
20.72
3.25
1.45
100
63.04
6.47
5.34
25.15
100
72.32
17.92
3.66
6.09
100
11
DKI Jakarta
74.74
18.62
6.12
0.52
100
100
74.74
18.62
6.12
0.52
100
12
Jawa Barat
73.06
14.73
6.55
5.66
100
47.49
15.36
17.66
19.50
100
60.50
15.04
12.00
12.46
100
13
Jawa Tengah
67.21
12.82
3.54
16.43
100
54.00
13.22
6.04
26.74
100
59.38
13.06
5.02
22.54
100
14
DI Yogyakarta *
58.92
35.07
1.27
4.74
100
80.34
14.28
0.38
5.00
100
67.58
26.67
0.91
4.85
100
15
Jawa Timur
68.75
15.42
2.78
13.05
100
50.84
14.65
3.65
30.87
100
58.24
14.97
3.29
23.50
100
16
Banten
72.77
17.87
3.21
6.16
100
36.02
14.56
7.33
42.09
100
56.51
16.40
5.03
22.06
100
17
Bali
68.02
24.87
0.56
6.55
100
51.91
17.27
0.39
30.43
100
60.54
21.34
0.48
17.64
100
18
Nusa Tenggara Barat
44.27
16.51
3.68
35.54
100
27.68
9.52
3.12
59.69
100
33.68
12.05
3.32
50.95
100
19
Nusa Tenggara Timur
71.54
22.68
1.87
3.91
100
60.93
9.85
1.74
27.47
100
62.59
11.85
1.76
23.79
100
20
Kalimantan Barat
86.14
7.11
0.82
5.93
100
51.66
7.62
3.69
37.03
100
60.70
7.48
2.93
28.83
100
21
Kalimantan Tengah
73.04
13.43
4.59
8.94
100
39.69
16.57
8.26
35.49
100
49.48
15.65
7.18
27.70
100
22
Kalimantan Selatan
72.82
16.91
4.80
5.47
100
50.54
13.46
11.25
24.74
100
58.83
14.74
8.85
17.57
100
23
Kalimantan Timur
81.13
11.87
4.80
2.21
100
67.70
12.22
6.08
14.00
100
75.01
12.03
5.38
7.58
100
24
Sulawesi Utara
69.57
23.74
3.66
3.04
100
61.76
16.91
3.19
18.13
100
64.74
19.51
3.37
12.39
100
25
Sulawesi Tengah
70.68
15.17
5.42
8.74
100
40.42
7.76
5.10
46.72
100
46.49
9.25
5.16
39.09
100
26
Sulawesi Selatan
72.19
17.27
2.65
7.89
100
51.69
8.44
2.37
37.50
100
58.21
11.25
2.46
28.09
100
27
Sulawesi Tenggara
69.30
18.05
3.80
8.84
100
52.31
7.82
4.66
35.22
100
56.03
10.06
4.47
29.43
100
28
Gorontalo
49.51
27.55
9.38
13.57
100
21.20
13.07
9.97
55.76
100
28.83
16.98
9.81
44.38
100
29
Sulawesi Barat
60.01
10.64
6.69
22.66
100
34.39
7.79
4.32
53.50
100
38.16
8.20
4.67
48.97
100
30
Maluku
68.81
11.34
7.25
12.60
100
31.55
6.83
16.92
44.70
100
42.26
8.13
14.14
35.47
100
31
Maluku Utara
70.52
12.89
6.55
10.05
100
28.98
10.77
18.24
42.01
100
39.23
11.29
15.35
34.12
100
32
Papua
74.30
17.57
6.84
1.30
100
35.25
13.59
4.88
46.28
100
44.32
14.51
5.34
35.83
33
Irian Jaya Barat
65.69
26.21
5.00
3.11
100
27.83
71.97
15.54
4.12
8.38
100
51.65
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesra Keterangan : *) Tanpa Kabupaten Bantul
-
-
12.48 12.66
-
9.74 7.50
-
49.95 28.19
100 100
40.97 60.38
17.24 13.90
8.09 6.05
33.69 19.67
100 100 100
Lampiran 2.15
PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN AIR BERSIH (PERPIPAAN/NON PERPIPAAN) YANG MEMENUHI SYARAT BAKTERIOLOGIS DAN AIR MINUM YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2004-2006 No (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi (2) Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber : Ditjen PP&PL, Depkes RI
2004 (3) 31.97 0.00 69.24 60.32 51.40 84.03 82.74 56.61 36.20 0.00 0.00 73.99 36.26 26.69 40.20 43.00 49.60 34.51 50.86 62.78 0.00 64.06 79.00 0.00 65.96 46.11 29.75 75.74 0.00 54.55 0.00 0.00 0.00 55.89
Air Bersih 2005 (4) 64.99 58.25 61 75 62.31 47.2 60.1 56.61 52.6 0 50.73 1.82 38.14 54 82.41 46 34.72 76.21 50.55 63.27 74 72 66 68.5 61.45 60.5 35.75 80 0 0 60 0 0 57.64678571
2006 (5)
2004 (6) 0 87.76 59 75 52 48.6 62.5 57.03 63 0 55.61 0 0 70 84 44 40.54 63.09 56.97 64.27 75 28.2 0 77 0 61 0 84 0 0 65 0 0 62.435
36.03 0.00 74.51 90.90 93.87 99.88 92.59 100.00 100.00 0.00 0.00 84.12 78.00 29.71 68.02 0.00 86.37 86.30 100.00 76.00 0.00 75.00 74.85 0.00 90.91 70.44 56.30 90.41 0.00 100.00 0.00 62.57 0.00 73.05
Air Minum 2005 (7) 60.8 55 82.5 60 54.43 70.12 99.3 74.36 100 0 73.21 70 43.27 56 63 24 43.75 36.68 96.2 76.6 74 90 78 65 67.74 74 62.24 76 0 0 54 0 0 81.74782609
2006 (8) 61.61 90 83 65 57 0 21 77 94 0 0 0 0 29 0 24 50 0 91 78 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 66
Lampiran 2.16
PERSENTASE RUMAH SEHAT DAN SEKOLAH SEHAT MENURUT PROVINSI TAHUN 2004-2006
No (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi (2) Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua rian Jaya Barat Indonesia
Sumber : Ditjen PP&PL, Depkes RI
Rumah Sehat 2005 (4)
2004 (3)
22.7 37.26 61.46 0 0 27.57 37.93 38 70.88 64 22.58 56 70.77 47.53 55.85 48 57.1 37.59 58.66
0
2006 (5)
Sekolah Sehat 2005
2004
0 50 29.8 50.3 64.47 44 54.4 57.01 62.83
32.2 53.5 35.8 55.5 64.74 51.1 48.8 58 76.29
55 33.19 70.63 71 21.37 53 72.9 69.19 53.5 57.27 58.5 50 47.4 71.7 69.82 68 59.91 61 59.91
62 0 58.8 26.36 52 72.5 60.99 62.47 58.03 58.77 28 0 69 0 70.5 62.08 75 62.08
50
53
68.09
61.20
0 0 48.5 0 60.4 0 0 80 0 0 23 0 61.22 50 49.02 36 0 0 78.9 53.18 0 81.3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 62.15
40 55.23 39.5 40 65.39 0 42.6 85 65 0 50 30.08 72.37 60 46.76 36 0 55.3 84.91 53.78 70 0 0 40.36 0 70 0 80 0 0 60 0 0 56.47
2006 50 60 47.9 50 65.68 64 64.44 85.06 71.03 0 65 0 0 61.2 44.38 25.6 0 65.04 88.85 54.95 73 0 0 45 0 73 0 81 0 0 62 0 0 61.77
Lampiran 2.17
PERSENTASE RUMAH TANGGA SEHAT MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 No (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi (2) Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua rian Jaya Barat Indonesia
Sumber : Pusat Promosi Kesehatan (Setjen Depkes)
Jumlah diperiksa (3) 4,288 2,391 1,844 1,804 1,715 624 812 848 718 616 1,680 1,680 3,112 1,256 4,129 1,366 1,795 51 694 1,488 840 1,293 1,470 210 36,724
Rumah Tangga Sehat Jumlah Sehat (4) 1,462 629 541 139 332 128 264 140 251 83 628 470 626 467 723 284 744 20 115 443 126 267 250 36 9,168
% Sehat (5) 34.10 26.31 28.72 7.71 19.36 20.51 32.51 16.51 35 13.47 37.38 27.98 20.12 37.18 17.51 20.79 41.45 39.22 16.57 29.77 15.00 20.65 17.01 17.14 24.96
Lampiran 2.18
PERSENTASE TEMPAT-TEMPAT UMUM (TTU) DAN TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN (TPM) YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2004-2006 No
Provinsi
(1)
(2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Bengkulu Sumatera Selatan Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber : Ditjen PP&PL, Depkes RI
2004
TTU Sehat 2005
2006
2004
TPM Sehat 2005
2006
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
0 70 41 25.43 55.56 0 0 48.64 65.95 0 19 4.001 71.57 78 52.91 46 70.99 0 48.8 72.19 0 81 74.4 0 55.11 68.04 0 73 0 0 0 0 0
39.2 72.5 40.4 26.73 55.33 63 57.5 50.64 81.33 0 30 66.366 71.41 76 50.24 44 87.35 41.64 42.74 72.71 77.15 77 65.5 73.41 78.44 74.07 73.5 78 0 0 60 0 0
54 73 49.6 26.73 54.89 65 58.35 50.81 71.73 0 45 40.91 0 75 48.72 38.7 87.5 56.26 45.38 73.96 77.6 77.3 65.5 66 0 75 75 83 0 0 60 0 0
0 0 7.8 32.68 54.46 0 0 39.01 68.82 0 0 0 74.76 78 26.31 32.49 79.22 0 72.51 76.56 0 83.33 63.5 0 54.01 67.6 0 60 0 0 0 0 0 57.12
40 60 10.8 35 53.35 69 63.86 40.08 67.75 0 26 0 71.3 85 28.94 32.49 80.94 66.98 76.01 77.17 65.75 82.74 61.1 60.14 57.87 75.3 65.75 65 0 0 40 0 0 57.72
54 86 18.9 45 53.4 62.3 56.54 40.18 68 0 50 31.55 0 78.3 38.11 14.47 81.75 56.56 78.9 78.72 67 83.2 61.8 0 0 75 67 73 0 0 40 0 0 58.39
Lampiran 2.19
PERSENTASE PENDUDUK YANG MEMPUNYAI KELUHAN KESEHATAN SELAMA BULAN REFERENSI MENURUT JENIS KELUHAN KESEHATAN YANG DIALAMI DAN PROVINSI TAHUN 2006 Perkotaan + Perdesaan Keluhan Kesehatan No
Provinsi
(1)
(2)
Panas
(3)
Sakit Kepala
Batuk
(8)
(4)
Pilek
(5)
Diare/ BuangBuang Air
Asma/Nafas Sesak
Sakit Gigi
(6)
(7)
(8)
Keluhan Lainnya
(10)
% Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan
(11)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
45.97
21.46
51.78
49.85
11.26
6.98
12.07
23.83
34.52
2
Sumatera Utara
41.14
16.87
48.51
44.54
6.89
5.70
7.36
24.03
21.55
3
Sumatera Barat
38.52
18.82
44.37
41.97
7.30
6.51
6.93
26.96
25.69
4
Riau
38.06
21.02
53.57
50.72
8.23
6.97
9.07
19.43
23.98
5
Jambi
32.25
21.73
50.28
48.11
8.08
6.58
8.81
23.95
25.34
6
Sumatera Selatan
32.06
18.27
51.54
52.07
6.93
6.36
8.67
22.92
25.24
7
Bengkulu
37.07
15.55
51.26
52.67
8.45
6.35
7.66
23.35
24.70
8
Lampung
30.70
19.54
49.96
49.42
5.11
4.42
6.62
27.55
30.75
9
Kepulauan Bangka Belitung
31.58
21.58
49.03
48.68
6.67
6.84
8.85
27.81
30.72
10
Kepulauan Riau
40.57
20.74
53.25
50.21
5.16
6.31
9.46
17.94
28.46
11
DKI Jakarta
32.53
19.05
52.20
49.70
7.37
4.31
5.30
23.16
31.38
12
Jawa Barat
32.79
15.85
44.91
45.49
6.10
6.17
6.39
30.71
25.91
13
Jawa Tengah
31.26
20.10
50.65
52.28
5.25
4.79
5.49
28.97
27.91
14
DI Yogyakarta *
29.03
25.84
54.29
53.74
5.21
5.35
8.57
27.49
44.39
15
Jawa Timur
31.92
17.80
52.11
50.48
5.13
5.40
6.70
23.97
29.40
16
Banten
42.89
22.52
51.90
56.91
6.66
5.84
8.06
16.22
25.40
17
Bali
48.31
18.90
49.77
47.18
5.91
6.82
5.73
22.95
33.96
18
Nusa Tenggara Barat
46.58
23.65
50.74
51.02
7.80
7.08
7.25
29.61
35.04
19
Nusa Tenggara Timur
48.91
25.40
61.00
57.85
9.33
8.24
9.04
26.65
35.98
20
Kalimantan Barat
35.97
19.07
49.72
48.07
7.73
7.71
7.82
21.67
27.42
21
Kalimantan Tengah
40.78
22.43
58.11
54.19
7.98
7.12
7.89
14.25
26.40
22
Kalimantan Selatan
36.15
22.15
49.68
46.00
6.85
6.08
7.71
23.57
30.87
23
Kalimantan Timur
34.07
20.93
50.67
51.25
6.73
5.46
8.40
21.45
30.82
24
Sulawesi Utara
36.90
18.66
52.78
52.81
6.64
3.84
9.22
19.71
29.27
25
Sulawesi Tengah
44.23
25.97
46.37
39.73
7.34
7.56
11.57
28.76
31.61
26
Sulawesi Selatan
37.69
20.28
40.88
37.18
7.54
6.93
7.76
24.65
25.41
27
Sulawesi Tenggara
38.71
20.43
41.57
37.00
7.29
7.40
8.55
25.37
28.21
28
Gorontalo
67.26
26.18
55.02
42.34
9.40
6.51
10.86
15.46
41.20
29
Sulawesi Barat
45.87
25.54
42.84
41.18
9.54
6.75
9.33
20.44
27.80
30
Maluku
40.08
17.17
52.02
43.12
5.69
5.40
12.62
18.09
29.61
31
Maluku Utara
46.58
23.55
49.55
28.19
9.02
6.60
8.41
28.48
30.44
32
Papua
40.32
19.75
55.68
52.40
8.33
5.47
8.56
23.76
33.53
33
Irian Jaya Barat
45.16
12.07
51.90
47.97
5.11
4.48
5.87
18.09
22.13
35.65
19.30
49.92
48.93
6.44
5.83
7.16
25.55
28.15
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesra Keterangan : *) Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.20 PERSENTASE PENDUDUK YANG BEROBAT JALAN DAN MENGOBATI SENDIRI SELAMA BULAN REFERENS MENURUT TIPE DAERAH DAN PROVINSI TAHUN 2006
No
% Penduduk yang Berobat Jalan Selama Sebulan yang Lalu
Provinsi Perkotaan
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
(2)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta * Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat
Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesra Keterangan : *) Tanpa Kabupaten Bantul
Perdesaan
% Penduduk yang Mengobati Sendiri Selama Sebulan yang Lalu
Perkotaan+ Perdesaan
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan + Perdesaan
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
41.14 32.29 40.35 29.53 43.66 31.38 36.12 33.79 40.20 33.21 39.46 39.52 40.72 35.93 36.26 29.77 43.92 34.12 47.66 30.33 30.48 27.28 37.20 33.95 37.15 30.48 21.98 39.90 29.73 26.80 41.13 28.15 30.84 36.93
37.53 27.49 38.40 17.91 22.27 25.89 26.25 29.03 27.43 37.26 32.62 37.93 39.86 32.51 23.29 49.96 36.36 45.37 27.95 24.35 26.54 29.90 31.05 25.94 26.95 22.87 28.61 20.04 16.78 26.31 30.79 30.91 32.12
38.26 29.49 38.92 21.80 28.54 27.84 28.81 30.04 32.07 34.11 39.46 35.88 39.06 37.60 34.05 26.77 46.82 35.49 45.72 28.73 26.39 26.82 33.97 32.06 27.77 28.09 22.68 31.82 21.10 19.36 29.15 30.25 30.88 34.13
66.85 65.37 59.50 68.72 64.39 68.64 67.42 71.59 70.94 71.20 72.57 73.63 68.48 77.11 71.51 67.75 65.30 69.36 62.95 75.01 78.69 76.77 67.71 49.17 74.15 66.95 68.04 80.55 71.04 69.08 83.22 51.56 77.43 70.40
67.56 70.74 68.50 74.03 77.70 71.41 72.88 78.70 65.46 70.71 78.50 70.40 68.62 73.81 69.34 63.54 73.75 55.52 72.84 78.40 77.85 69.15 68.79 75.03 67.56 75.53 81.56 67.90 74.91 81.38 51.33 58.74 72.19
67.41 68.51 66.12 72.26 73.80 70.43 71.47 77.19 67.45 71.09 72.57 76.19 69.62 73.50 72.87 68.49 64.46 72.05 56.64 73.56 78.49 77.45 68.35 61.92 74.89 67.36 73.93 81.27 68.24 73.41 81.73 51.38 66.91 71.44
Lampiran 2.21
PERSENTASE PENDUDUK YANG BEROBAT JALAN SELAMA BULAN REFERENSI MENURUT TEMPAT/CARA BEROBAT DAN PROVINSI TAHUN 2006 Tempat/Cara Berobat No
Provinsi
Rumah Sakit Pemerintah
Rumah Sakit Swasta
Total RS
Praktek Dokter
Puskesmas/ Pustu
Petugas Kesehatan
Praktek Batra
Dukun Bersalin
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
12.68
2.44
15.12
14.85
47.55
12.64
1.95
0.89
7.01 6.04
Lainnya
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
9.37
8.68
18.05
22.88
29.00
19.47
3.61
0.95
3
Sumatera Barat
10.70
2.20
12.90
13.21
35.82
24.82
7.16
0.93
5.16
4
Riau
12.99
8.57
21.56
22.74
41.73
8.84
0.51
2.44
3.50
5
Jambi
9.67
3.77
13.44
22.34
50.25
8.19
1.06
1.13
3.59
6
Sumatera Selatan
7.72
5.37
13.09
17.22
53.14
9.94
1.26
1.70
3.64
7
Bengkulu
6.04
1.40
7.44
22.74
43.07
17.64
2.59
1.02
5.51
8
Lampung
4.26
2.36
6.62
20.74
34.70
30.04
1.63
0.95
5.31
9
Kepulauan Bangka Belitung
4.80
5.95
10.75
17.21
49.95
15.41
1.93
0.73
4.03
10
Kepulauan Riau
13.92
8.23
22.15
21.57
41.61
7.98
0.81
0.74
5.15
11
DKI Jakarta
10.69
10.84
21.53
39.23
31.52
1.74
1.51
0.59
3.88
12
Jawa Barat
8.68
5.72
14.40
29.32
44.68
23.14
4.69
0.60
4.74
13
Jawa Tengah
6.92
2.53
9.45
26.08
35.57
24.40
1.32
0.39
2.78
14
DI Yogyakarta *
8.15
7.48
15.63
32.39
36.70
11.60
1.59
0.04
2.06
15
Jawa Timur
6.07
3.79
9.86
24.89
31.69
27.56
1.72
0.45
3.83
16
Banten
7.51
7.88
15.39
30.86
35.81
10.18
0.60
0.90
6.26
17
Bali
11.12
3.24
14.36
36.16
28.59
16.61
1.11
0.41
2.76
18
Nusa Tenggara Barat
5.01
0.43
5.44
17.27
52.69
13.65
0.80
0.58
9.57
19
Nusa Tenggara Timur
8.18
3.12
11.30
8.58
64.32
10.07
0.78
0.30
4.66
20
Kalimantan Barat
9.00
2.80
11.80
20.15
43.13
17.78
1.72
0.77
4.65
21
Kalimantan Tengah
7.26
0.85
8.11
14.78
57.27
15.89
1.14
0.42
2.38
22
Kalimantan Selatan
7.11
1.23
8.34
14.49
47.13
24.05
3.11
0.39
2.97
23
Kalimantan Timur
9.89
6.09
15.98
26.52
50.02
9.38
2.55
0.67
4.56
24
Sulawesi Utara
8.79
5.76
14.55
27.31
41.33
12.73
0.28
0.65
3.14
25
Sulawesi Tengah
9.51
1.11
10.62
11.72
51.49
14.22
1.24
0.50
10.21
26
Sulawesi Selatan
12.96
2.03
14.99
13.13
53.43
10.98
0.67
0.52
6.28
27
Sulawesi Tenggara
13.44
2.47
15.91
11.44
56.13
9.01
0.94
1.58
4.98
28
Gorontalo
5.47
1.71
7.18
24.37
42.77
16.08
2.32
1.80
5.49
29
Sulawesi Barat
9.78
0.88
10.66
12.50
63.98
6.92
0.56
0.38
5.00
30
Maluku
8.71
3.62
12.33
13.07
60.97
10.50
0.66
0.37
2.09
31
Maluku Utara
11.51
6.13
17.64
11.56
48.57
12.72
2.13
1.45
5.94
32
Papua
11.08
4.39
15.47
9.48
65.94
3.81
0.44
0.59
4.27
33
Irian Jaya Barat
11.51
9.86
21.37
9.01
41.30
7.87
6.81
6.55
7.09
8.22
4.39
12.61
23.85
40.45
19.10
2.13
0.66
4.49
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesra Keterangan : *) Tanpa Kabupaten Bantul
90.68
Lampiran 2.22
PROPORSI PENDUDUK YANG MENGOBATI SENDIRI SELAMA BULAN REFERENSI MENURUT JENIS OBAT YANG DIGUNAKAN, TIPE DAERAH DAN PROVINSI TAHUN 2006
Tipe Daerah No
Provinsi
(1)
(2)
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan + Perdesaan
Modern
Tradisional
Lainnya
Modern
Tradisional
Lainnya
Modern
Tradisional
Lainnya
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
87.83
37.15
15.80
76.00
54.07
19.55
78.39
50.66
18.79
2
Sumatera Utara
74.05
33.81
22.48
76.97
47.56
16.66
75.81
42.11
18.97
3
Sumatera Barat
72.39
38.25
12.52
76.41
47.98
11.76
75.45
45.66
11.95
4
Riau
80.89
39.47
20.13
72.05
56.23
18.21
74.86
50.90
18.83
5
Jambi
80.35
32.94
14.06
82.69
50.55
14.15
82.09
46.05
14.12
6
Sumatera Selatan
79.35
33.57
30.79
76.68
53.82
26.56
77.61
46.82
28.02
7
Bengkulu
79.59
34.18
19.98
71.63
47.98
20.77
73.57
44.61
20.58
8
Lampung
83.62
30.53
13.14
82.02
33.45
14.36
82.33
32.87
14.12
9
Kepulauan Bangka Belitung
89.13
18.50
12.17
83.81
41.07
16.26
85.85
32.43
14.70
10
Kepulauan Riau
79.13
40.70
14.10
65.07
49.78
24.39
76.04
42.69
16.36
11
DKI Jakarta
82.61
31.69
13.94
82.61
31.69
13.94
12
Jawa Barat
83.15
30.76
13.22
84.04
35.66
11.11
83.63
33.42
12.08
13
Jawa Tengah
87.46
28.15
9.64
87.79
32.46
9.45
87.66
30.74
9.52
14
DI Yogyakarta *
87.83
29.82
7.79
79.72
39.94
14.36
84.61
33.84
10.40
15
Jawa Timur
87.09
36.92
10.60
82.79
47.07
13.24
84.53
42.96
12.17
16
Banten
78.85
33.44
18.51
68.65
42.72
14.28
74.07
37.79
16.53
17
Bali
84.34
47.84
9.64
74.83
61.55
9.14
79.83
54.33
9.40
18
Nusa Tenggara Barat
85.87
37.51
9.70
82.82
44.01
14.17
83.96
41.59
12.51
19
Nusa Tenggara Timur
86.92
26.40
10.87
73.16
51.68
14.31
75.48
47.43
13.73
20
Kalimantan Barat
87.76
34.02
8.75
78.85
39.09
19.90
81.84
37.39
16.16
21
Kalimantan Tengah
91.51
31.31
7.69
84.94
25.64
11.73
87.14
27.54
10.38
22
Kalimantan Selatan
89.53
23.35
7.47
87.79
35.73
10.89
88.43
31.14
9.63
23
Kalimantan Timur
86.49
32.70
13.01
82.57
36.03
14.38
84.73
34.19
13.63
24
Sulawesi Utara
89.58
17.77
5.14
86.75
25.38
9.04
87.54
23.26
7.95
25
Sulawesi Tengah
85.86
20.27
13.74
74.57
50.30
18.82
76.40
45.44
18.00
26
Sulawesi Selatan
85.29
33.24
8.05
79.47
44.34
9.01
81.34
40.77
8.70
27
Sulawesi Tenggara
78.63
33.67
13.98
78.42
48.26
11.87
78.46
45.40
12.28
28
Gorontalo
89.91
21.33
7.67
77.99
45.55
23.66
81.35
38.72
19.15
29
Sulawesi Barat
89.16
38.38
6.18
78.40
50.01
11.42
79.62
48.69
10.82
30
Maluku
87.89
20.77
5.42
66.07
50.97
16.07
71.35
43.67
13.49
31
Maluku Utara
95.17
30.05
4.27
85.33
46.13
8.29
87.25
42.99
7.51
32
Papua
78.47
26.20
9.05
56.23
56.35
17.10
60.81
50.14
15.44
33
Irian Jaya Barat
41.98
59.19
6.30
67.83
55.78
10.76
54.76
57.51
8.51
84.14
32.59
12.73
80.98
42.29
13.46
82.28
38.30
13.16
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesra Keterangan : *) Tanpa Kabupaten Bantul
-
-
-
Lampiran 2.23
PERSENTASE ANAK USIA 2-4 TAHUN YANG PERNAH DISUSUI MENURUT LAMANYA DISUSUI DAN PROVINSI TAHUN 2006 Perkotaan+Perdesaan No.
Provinsi
(1)
(2)
Lama Disusui (Bulan) ≤5
6-11
12-17
18-23
>24
Jumlah
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
4.30
7.89
20.13
35.30
32.37
99.99
2
Sumatera Utara
5.98
12.71
35.34
21.88
24.09
100.00
3
Sumatera Barat
2.21
5.81
17.73
28.57
45.68
100.00
4
Riau
6.87
8.89
23.70
22.90
37.64
100.00
5
Jambi
3.05
6.98
16.37
22.53
51.07
100.00
6
Sumatera Selatan
4.64
6.13
20.19
22.81
46.24
100.01
7
Bengkulu
2.01
4.58
18.95
27.56
46.91
100.01
8
Lampung
2.60
6.41
20.32
28.14
42.53
100.00
9
Kepulauan Bangka Belitung
5.01
10.81
24.05
15.41
44.72
100.00
10
Kepulauan Riau
8.70
9.69
19.89
18.06
43.65
99.99
11
DKI Jakarta
10.90
16.39
26.53
13.18
32.99
99.99
12
Jawa Barat
8.66
9.52
15.13
19.82
46.88
100.01
13
Jawa Tengah
4.46
4.58
14.27
23.02
53.68
100.01
14
DI Yogyakarta *
1.80
5.40
13.68
19.81
59.31
100.00
15
Jawa Timur
6.80
8.30
17.76
22.58
44.56
100.00
16
Banten
5.30
9.37
22.63
24.86
37.84
100.00
17
Bali
3.42
6.31
18.22
27.65
44.40
100.00
18
Nusa Tenggara Barat
0.61
3.68
15.90
23.88
55.93
100.00
19
Nusa Tenggara Timur
1.82
7.42
37.53
18.42
34.81
100.00
20
Kalimantan Barat
7.17
8.39
19.75
13.71
50.98
100.00
21
Kalimantan Tengah
2.10
4.55
13.98
18.80
60.56
99.99
22
Kalimantan Selatan
6.10
7.42
12.10
21.51
52.87
100.00
23
Kalimantan Timur
6.47
13.45
21.52
14.40
44.15
99.99
24
Sulawesi Utara
7.44
7.52
29.94
14.25
40.85
100.00
25
Sulawesi Tengah
4.26
6.99
21.81
18.89
48.06
100.01
26
Sulawesi Selatan
2.26
8.72
29.64
21.20
38.18
100.00
27
Sulawesi Tenggara
2.04
8.94
30.00
23.44
35.58
100.00
28
Gorontalo
7.24
11.80
26.03
12.23
42.69
99.99
29
Sulawesi Barat
1.54
5.57
21.90
23.62
47.38
100.01
30
Maluku
5.89
19.81
45.59
14.49
14.22
100.00
31
Maluku Utara
2.26
8.66
34.03
22.86
32.19
100.00
32
Papua
5.42
15.27
26.88
16.22
36.21
100.00
33
Irian Jaya Barat Indonesia
2.09
5.70
42.77
15.26
34.18
100.00
5.61
8.48
20.77
21.68
43.46
100.00
Sumber: BPS, Statistik Kesra Keterangan : *) Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.23.a
PERSENTASE ANAK USIA 2-4 TAHUN YANG PERNAH DISUSUI MENURUT LAMANYA DISUSUI DAN PROVINSI TAHUN 2006 Perkotaan No
Provinsi
(1)
(2)
≤5
6-11
Lama Disusui (Bulan) 12-17
18-23
>24
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Jumlah
1
Nanggroe Aceh Darussalam
5.36
12.34
21.26
30.33
30.71
100
2
Sumatera Utara
7.31
12.11
33.88
19.35
27.34
100
3
Sumatera Barat
3.15
8.20
18.52
20.19
49.94
100
4
Riau
5.89
11.82
26.97
21.51
33.82
100
5
Jambi
4.77
10.64
21.47
16.89
46.23
100
6
Sumatera Selatan
4.60
7.72
17.56
17.36
52.77
100
7
Bengkulu
1.03
5.08
13.53
26.27
54.09
100
8
Lampung
5.02
7.78
22.30
21.74
43.16
100
9
Kepulauan Bangka Belitung
5.56
13.48
21.86
16.89
42.21
100
10
Kepulauan Riau
9.68
9.92
19.99
17.20
43.22
100
11
DKI Jakarta
10.90
16.39
26.53
13.18
32.99
100
12
Jawa Barat
9.14
12.16
16.53
18.29
43.88
100
13
Jawa Tengah
5.19
6.29
16.59
21.06
50.86
100
14
DI Yogyakarta *
2.41
7.77
11.66
23.28
54.88
100
15
Jawa Timur
8.43
10.63
20.06
20.65
40.23
100
16
Banten
6.09
10.83
23.35
17.97
41.75
100
17
Bali
4.78
8.62
16.67
21.84
48.08
100
18
Nusa Tenggara Barat
0.91
3.46
14.81
23.97
56.85
100
19
Nusa Tenggara Timur
3.26
12.72
34.98
14.64
34.40
100
20
Kalimantan Barat
16.87
14.35
21.82
8.92
38.04
100
21
Kalimantan Tengah
4.34
4.83
10.74
17.66
62.43
100
22
Kalimantan Selatan
10.56
11.49
11.39
19.40
47.15
100
23
Kalimantan Timur
5.06
12.35
19.41
13.12
50.06
100
24
Sulawesi Utara
6.34
7.87
29.56
13.48
42.75
100
25
Sulawesi Tengah
7.70
10.40
21.18
14.04
46.68
100
26
Sulawesi Selatan
2.17
12.06
29.07
20.75
35.95
100
27
Sulawesi Tenggara
5.23
6.72
27.51
18.59
41.94
100
28
Gorontalo
10.87
4.66
24.46
13.09
46.93
100
29
Sulawesi Barat
2.52
6.09
23.54
16.03
51.82
100
30
Maluku
3.24
12.97
54.68
18.58
10.53
100
31
Maluku Utara
0.45
3.41
23.04
27.87
45.24
100
32
Papua
8.64
22.22
31.68
8.59
28.87
100
33
Irian Jaya Barat Indonesia
1.77
9.59
62.27
17.03
9.35
100
7.23
10.83
21.10
18.74
42.10
100
Sumber: BPS, Statistik Kesra Keterangan : *) Tanpa Kabupaten Bantul
Lampiran 2.23.b
PERSENTASE ANAK USIA 2-4 TAHUN YANG PERNAH DISUSUI MENURUT LAMANYA DISUSUI DAN PROVINSI TAHUN 2006 Perdesaan No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi (2)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta * Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesra Keterangan : *) Tanpa Kabupaten Bantul
Lama Disusui (Bulan) ≤5
6-11
12-17
18-23
>24
Jumlah
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
4.04 5.06 1.85 7.48 2.34 4.66 2.36 1.90 4.62 4.04 8.12 3.95 1.03 5.51 4.42 1.67 0.44 1.59 3.66 1.11 3.40 8.38 8.14 3.51 2.31 1.25 6.25 1.37 6.70 2.81 4.30 2.24 4.44
6.79 13.13 4.92 7.05 5.46 5.29 4.40 6.01 8.85 8.64 6.57 3.39 2.44 6.45 7.76 3.36 3.80 6.55 6.23 4.43 4.95 14.94 7.29 6.25 7.09 9.49 13.74 5.48 21.88 10.26 12.84 3.88 6.76
19.85 36.35 17.44 21.64 14.27 21.56 20.88 19.75 25.65 19.42 13.56 12.68 16.20 15.95 21.84 20.19 16.49 37.95 19.00 15.42 12.52 24.38 30.18 21.94 29.92 30.62 26.46 21.63 42.83 37.39 25.20 33.62 20.54
36.53 23.62 31.71 23.78 24.86 25.67 28.02 29.99 14.34 22.19 21.52 24.36 15.49 24.10 32.43 35.08 23.84 19.04 15.44 19.31 22.79 16.13 14.74 19.95 21.42 24.64 12.00 24.87 13.26 21.33 18.89 14.44 23.81
32.79 21.84 44.08 40.04 53.07 42.82 44.34 42.35 46.54 45.72 50.23 55.61 64.84 47.98 33.54 39.70 55.43 34.87 55.67 59.73 56.34 36.17 39.64 48.35 39.27 34.01 41.54 46.65 15.34 28.21 38.78 45.82 44.45
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Lampiran 3.1 ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI, ANGKA HARAPAN HIDUP,NET REPRODUCTION RATE DAN ANGKA FERTILITAS TOTAL MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 - 2010
No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Provinsi
Angka Kematian Bayi (IMR)
Angka Kematian Balita* (2002-2003)
Estimasi Angka Harapan Hidup (eo)
Net Reproduction Rate (NRR)
Angka Fertilitas Total (TFR)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Maluku Maluku Utara Papua Indonesia
39 27 32 28 32 31 33 28 32 14 32 25 14 28 39 20 51 35 34 28 40 23 16 40 33 32 33 37 43 34 28
57 59 60 51 49 68 64 47 41 50 44 23 52 56 19 103 73 63 47 57 50 33 71 72 92 97 46
Sumber: BAPPENAS, BPS, United Nations Population Fund (2003), Proyeksi Penduduk Indonesia 2005 - 2010, Tahun 2005 *BPS (2003), Indonesia Demographic and Health (IDHS), 2002 - 2003
67.3 70.5 69.2 70.1 69.1 69.2 68.9 70.1 69.0 74.0 69.0 71.0 74.0 70.0 67.3 72.4 64.4 68.4 68.5 70.0 66.9 71.6 73.6 67.0 68.8 69.1 68.7 67.7 66.3 68.4 69.8
1.10 1.18 1.14 1.11 1.09 1.06 1.03 1.09 1.02 0.73 1.02 1.02 0.66 0.77 1.09 0.89 1.10 1.25 1.14 1.05 0.99 1.05 0.91 1.05 1.04 1.21 1.04 1.25 1.23 1.20 1.01
2.411 2.527 2.459 2.387 2.368 2.291 2.243 2.349 2.217 1.527 2.218 2.181 1.373 1.662 2.399 1.629 2.503 2.742 2.488 2.259 2.180 2.234 1.909 2.313 2.268 2.617 2.259 2.751 2.731 2.761 2.177
Lampiran 3.2 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA MENURUT PROVINSI TAHUN 1999, 2002, 2005 No
Provinsi
1999
2002
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
65.3 66.6 65.8 67.3 65.4 63.9 64.8 63.0 t.a.d t.a.d 72.5 64.6 64.6 68.7 61.8 t.a.d 65.7 54.2 60.4 60.6 66.7 62.2 67.8 67.1 62.8 63.6 62.9 t.a.d t.a.d 67.2 t.a.d 58.8 t.a.d 64.3
66.0 68.8 67.5 69.1 67.1 66.0 66.2 65.8 65.4 t.a.d 75.6 65.8 66.3 70.8 64.1 66.6 67.5 57.8 60.3 62.9 69.1 64.3 69.9 71.3 64.4 65.3 64.1 64.1 t.a.d 66.5 65.8 60.1 t.a.d 65.8
69.0 72.0 71.2 73.6 71.0 70.2 71.1 68.8 70.7 72.2 76.1 69.9 69.8 73.5 68.4 68.8 69.8 62.4 63.6 66.2 73.2 67.4 72.9 74.2 68.5 68.1 67.5 67.5 65.7 69.2 67.0 62.1 64.8 69.6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep.Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat** Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat** Indonesia
Sumber: BPS, BAPPENAS, UNDP, 2004
2005
Lampiran 3.3 PERSENTASE 10 PENYAKIT UTAMA PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006
No
DTD
Golongan Sebab Sakit
(1)
(2)
(3)
Jumlah Kunjungan (4)
% (5)
1
167
Infeksi saluran nafas bagian atas akut lainnya
960,460
19.9
2
145
Hipertensi esensial (primer)
480,922
9.95
3
268
Demam yang sebabnya tidak diketahui
409,632
8.48
4
199.9
Penyakit kulit dan jaringan subkutan lainnya
403,270
8.35
5
270.9
Gejala tanda dan penemuan klinik dan laboratorium tidak normal lainnya
397,478
8.23
6
281
Cedera YDT lainnya YTT dan daerah badan multipel
347,345
7.19
7
7.1
Tuberkulosis paru lainnya
346,906
7.18
8
294
Pengawasan kehamilan normal
343,786
7.11
9
104.9
Diabetes melitus YTT
342,246
7.08
10
005
Diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis infeksi)
333,066
6.89
Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI, 2006 Keterangan: DTD (Daftar Tabulasi Dasar)
Lampiran 3.4 PERSENTASE 10 PENYAKIT UTAMA PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006
No
DTD
Golongan Sebab Sakit
Jumlah Pasien Keluar
%
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1
005
Diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis infeksi)
177,517
7.95
2
032.1
Demam berdarah dengue
81,392
3.64
3
002
Demam tifoid dan paratifoid
72,804
3.26
4
242.9
Penyulit kehamilan dan persalinan lainnya
63,580
2.85
5
278
Cedera intrakranial
48,645
2.18
6
268
Demam yang sebabnya tidak diketahui
46,175
2.07
7
281
Cedera YDT lainnya YTT dan daerah badan multipel
46,081
2.06
8
169
Pneumonia
37,634
1.69
9
43
Malaria (included all malaria)
36,865
1.65
10
185
Dispepsia
34,029
1.52
Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI, 2006 Keterangan: DTD (Daftar Tabulasi Dasar)
Lampiran 3.5 DISTRIBUSI PASIEN RAWAT JALAN MENURUT BAB ICD-X DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006
No
Bab
DTD
ICD-X
Golongan Sebab Sakit
(1)
(2)
1 2
I II
001 - 057,9 A 00-B 99 Penyakit Infeksi & Parasit Tertentu 058.0-096.9 C 00-D 48 Neoplasma
(3)
(4)
(5)
3
III
097-100
D 50-D 89
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI
101 - 111 112-119.9 120-129 130 - 139,10 140 - 142,9 143-164.9 165.0-179.9 180-197 198 - 199 200,0 - 210 211 - 233 234-244 245-253.9
E 00-E 90 F 00-F 99 G 00-G 99 H 00-H 59 H 60-H 95 I 00-I 99 J 00-J 99 K 00-K 93 L 00-L 99 M 00-M 99 N 00-N 99 O 00-O 99 P 00-P 96
17
XVII
18
XVIII
19
XIX
20
XX
21
XXI
Penyakit Darah & Organ Pembuat Darah & Gangguan tertentu yang Melibatkan Mekanisme Imun
Penyakit Endokrin, Nutrisi & Metabolik Gangguan Mental & Perilaku Penyakit Susunan Syaraf Penyakit Mata dan Adneksa Penyakit Telinga dan Pros. Mastoideus Penyakit Sistem Sirkulasi Darah Penyakit Sistem Napas Penyakit Sistem Cerna Penyakit Kulit & Jaringan Subkutan Penyakit Sistem Muskuloskeletal dan Jaringan Ikat Penyakit Sistem Kemih Kelamin Kehamilan, Persalinan & Masa Nifas Kondisi Tertentu yang bermula pada masa Perinatal Malformasi, Deformasi Kongenital & Kelainan 254-266.9 Q 00-Q 99 Kromosom Gejala, Tanda & Penemuan Laboratorium, Klinik 267-270.9 R 00-R 99 Abnormal YTK Cedera, Keracunan dan Akibat Sebab Luar Tertentu 271-289 S 00-T 98 Lainnya 299.0-306.13 V 00-Y 98 Sebab Luar Morbiditas & Mortalitas Faktor yg Mempengaruhi Keadaan Kesehatan & yg 290.0-298 Z 00-Z 99 Berhubungan dengan Pelayanan Kesehata Jumlah
Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI, 2006 Keterangan: DTD (Daftar Tabulasi Dasar)
Pasien Baru Jumlah
Jumlah Admission Kunjungan Rate
Laki-laki
Perempuan
(6)
(7)
415,367 44,022
376,260 101,393
791,627 145,415
1,507,944 323,225
1.90 2.22
9,575
11,933
21,508
43,987
2.05
94,417 44,024 69,250 268,354 108,043 247,772 675,444 426,318 141,268 125,290 94,676 6,134
111,978 34,060 76,044 296,032 104,970 217,297 632,815 479,897 180,004 156,272 170,542 75,466 7,142
206,395 78,084 145,294 564,386 213,013 465,069 1,308,259 906,215 321,272 281,562 265,218 75,466 13,276
714,502 241,001 359,784 824,210 325,626 1,355,461 2,162,905 1,550,085 567,233 663,410 498,012 101,603 17,128
3.46 3.09 2.48 1.46 1.53 2.91 1.65 1.71 1.77 2.36 1.88 1.35 1.29
13,004
10,530
23,534
45,728
1.94
318,826
276,376
595,202
932,385
1.57
(8)
(9)
(10)
297,129
178,406
475,535
732,316
1.54
136,505
89,365
225,870
258,599
1.14
349,051
643,316
992,367
1,871,700
1.89
3,884,469
4,230,098
8,114,567
15,096,844
1.86
Lampiran 3.6 DISTRIBUSI PASIEN RAWAT INAP MENURUT BAB ICD-X DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006
No
Bab
(1)
(2)
1 2
I II
001 - 057,9 A 00-B 99 Penyakit Infeksi & Parasit Tertentu 058.0-096.9 C 00-D 48 Neoplasma
3
III
097-100
D 50-D 89
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI
101 - 111 112-119.9 120-129 130 - 139,10 140 - 142,9 143-164.9 165.0-179.9 180-197 198 - 199 200,0 - 210 211 - 233 234-244 245-253.9
E 00-E 90 F 00-F 99 G 00-G 99 H 00-H 59 H 60-H 95 I 00-I 99 J 00-J 99 K 00-K 93 L 00-L 99 M 00-M 99 N 00-N 99 O 00-O 99 P 00-P 96
17
XVII
18
XVIII
19
XIX
20
XX
21
XXI
DTD
ICD-X
Golongan Sebab Sakit
(3)
(4)
(5)
Penyakit Darah & Organ Pembuat Darah & Gangguan tertentu yang Melibatkan Mekanisme Imun
Penyakit Endokrin, Nutrisi & Metabolik Gangguan Mental & Perilaku Penyakit Susunan Syaraf Penyakit Mata dan Adneksa Penyakit Telinga dan Pros. Mastoideus Penyakit Sistem Sirkulasi Darah Penyakit Sistem Napas Penyakit Sistem Cerna Penyakit Kulit & Jaringan Subkutan Penyakit Sistem Muskuloskeletal dan Jaringan Ikat Penyakit Sistem Kemih Kelamin Kehamilan, Persalinan & Masa Nifas Kondisi Tertentu yang bermula pada masa Perinatal Malformasi, Deformasi Kongenital & Kelainan 254-266.9 Q 00-Q 99 Kromosom Gejala, Tanda & Penemuan Laboratorium, Klinik 267-270.9 R 00-R 99 Abnormal YTK Cedera, Keracunan dan Akibat Sebab Luar Tertentu 271-289 S 00-T 98 Lainnya 299.0-306.13 V 00-Y 98 Sebab Luar Morbiditas & Mortalitas Faktor yg Mempengaruhi Keadaan Kesehatan & yg 290.0-298 Z 00-Z 99 Berhubungan dengan Pelayanan Kesehata Jumlah
Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI, 2006 Keterangan: DTD (Daftar Tabulasi Dasar)
Pasien Baru Jumlah
Pasien Mati
CFR (%)
Laki-laki
Perempuan
(6)
(7)
(9)
(10)
273,107 19,537
234,156 35,701
507,263 55,238
15,984 3,378
3.15 6.12
3,164
3,889
7,053
129
1.83
30,476 12,848 13,742 14,137 1,791 94,579 94,837 100,272 7,593 11,591 51,021 37,388
39,207 10,183 12,331 12,538 2,032 83,108 78,186 91,686 6,631 11,189 48,065 285,904 36,585
69,683 23,031 26,073 26,675 3,823 177,687 173,023 191,958 14,224 22,780 99,086 285,904 73,973
5,242 227 2,894 287 35 19,361 6,156 5,739 189 235 3,750 1,318 9,567
7.52 0.99 11.10 1.08 0.92 10.90 3.56 2.99 1.33 1.03 3.78 0.46 12.93
5,735
6,626
12,361
541
4.38
65,345
58,772
124,117
3,296
2.66
111,564
59,234
170,798
4,770
2.79
23,572
12,749
36,321
1,010
2.78
74,390
94,001
168,391
925
0.55
1,046,689
1,222,773
2,269,462
85,033
(8)
Lampiran 3.7 JUMLAH KASUS DAN ANGKA KESAKITAN PENYAKIT MALARIA MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 No
Provinsi
Jumlah Penderita
API/AMI
(1)
(2)
(3)
(4)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006 Keterangan: API = Annual Parasite Incidence (di P. Jawa + Bali) AMI = Annual Malaria Incidence (di luar P. Jawa + Bali)
25,220 149,815 2,150 17,099 56,026 58,875 8,064 32,356 44,734 6,140
6.32 16.93 0.90 5.22 20.96 11.00 6.29 5.14 43.05 4.93
29,901 206,566 38,125 105,281 658 32,053 79,958 453,306 3,096 25,679 8,766 8,059 33,321 58,224 9,504 29,942 11,793 1,001 21,258 56,606 363,589 138,901 2,116,066
0.52 0.13 0.10 0.18 0.02 0.55 19.25 105.66 0.90 14.84 3.51 5.01 20.29 25.71 1.53 14.95 15.40 0.87 15.35 58.58 164.75 198.02
Lampiran 3.8 ANNUAL PARASITE INCIDENCE (API) MALARIA DI JAWA-BALI TAHUN 2001 - 2006
No
Provinsi
(1)
(2)
2001
2002
2003
2004
2005
2006
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1
DKI Jakarta
0.01
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
2
Jawa Barat
0.02
t.a.d
t.a.d
0.16
0.96
0.52
3
Jawa Tengah
1.46
t.a.d
t.a.d
0.51
0.06
0.13
4
DI Yogyakarta
10.43
t.a.d
t.a.d
0.97
0.06
0.10
5
Jawa Timur
0.12
t.a.d
t.a.d
0.08
0.47
0.18
6
Banten
-
t.a.d
t.a.d
t.a.d
0.00
0.02
7
Bali
0.08
t.a.d
t.a.d
0.03
0.02
0.55
0.62
0.47
0,22
0.15
0.15
0.19
Jawa-Bali
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Ket :
tad = tidak ada data
Lampiran 3.9
HASIL CAKUPAN PENEMUAN KASUS PENYAKIT TB PARU TAHUN 2006 No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Perkiraan Kasus Menular
(2)
(4)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Cakupan Penemuan Semua Kasus
Case Detection Rate (CDR) %
BTA Pos
(5)
(6)
(7)
6,486 20,169 7,085 8,011 4,332 12,245 2,850 11,842 1,578 2,180 9,369 42,533 34,243 2,119 38,194 10,240 2,190 9,290 8,789 9,385 4,615 6,914 6,060 4,556 5,146 15,946 4,497 1,846 2,131 2,461 1,658 5,415 -
4,274 18,969 5,131 4,003 2,981 7,660 1,768 6,788 1,059 1,249 18,749 53,707 33,543 2,283 35,975 14,131 2,690 5,751 5,783 5,688 2,078 5,032 3,111 4,778 2,898 10,211 3,685 1,703 1,319 2,785 913 6,894 -
3,251 16,678 3,650 2,597 2,610 5,101 1,343 4,614 785 823 7,301 30,515 17,330 1,232 23,068 7,745 1,374 3,756 3,772 4,513 1,623 3,577 2,056 4,149 2,430 8,446 3,187 1,509 1,135 1,546 529 3,075 -
50.12 82.69 51.52 32.42 60.25 41.66 47.13 38.96 49.74 37.75 77.93 71.74 50.61 58.14 60.40 75.63 62.73 40.43 42.92 48.09 35.17 51.74 33.93 91.07 47.22 52.97 70.87 81.75 53.27 62.81 31.90 56.78
304,373
277,589
175,320
75.68
Lampiran 3.10
JUMLAH KASUS BARU TB PARU BTA POSITIF MENURUT JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2006 Jenis Kelamin No
Laki-laki
Provinsi Jumlah
(1)
(2)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Perempuan %
(3)
Jumlah
(4)
Laki-laki+ Perempuan
%
(5)
(6)
(7)
2,091
64.32
1,160
35.68
3,251
Sumatera Utara
10,791
64.70
5,887
35.30
16,678
3
Sumatera Barat
2,384
65.32
1,266
34.68
3,650
4
Riau
1,678
64.61
919
35.39
2,597
5
Jambi
1,597
61.19
1,013
38.81
2,610
6
Sumatera Selatan
3,172
62.18
1,929
37.82
5,101
7
Bengkulu
841
62.62
502
37.38
1,343
8
Lampung
2,844
61.64
1,770
38.36
4,614
9
Kepulauan Bangka Belitung
489
62.29
296
37.71
785
10
Kepulauan Riau
1,678
64.61
919
35.39
2,597
11
DKI Jakarta
4,416
60.48
2,885
39.52
7,301
12
Jawa Barat
17,317
56.75
13,198
43.25
30,515
13
Jawa Tengah
9,515
54.90
7,815
45.10
17,330
14
DI Yogyakarta
726
58.93
506
41.07
1,232
15
Jawa Timur
12,745
55.25
10,323
44.75
23,068
16
Banten
4,638
59.88
3,107
40.12
7,745
17
Bali
779
56.70
595
43.30
1,374
18
Nusa Tenggara Barat
2,283
60.78
1,473
39.22
3,756
19
Nusa Tenggara Timur
2,052
54.40
1,720
45.60
3,772
20
Kalimantan Barat
2,915
64.59
1,598
35.41
4,513
21
Kalimantan Tengah
1,028
63.34
595
36.66
1,623
22
Kalimantan Selatan
2,210
61.78
1,367
38.22
3,577
23
Kalimantan Timur
1,295
62.99
761
37.01
2,056
24
Sulawesi Utara
2,514
60.59
1,635
39.41
4,149
25
Sulawesi Tengah
1,438
59.18
992
40.82
2,430
26
Sulawesi Selatan
4,913
58.17
3,533
41.83
8,446
27
Sulawesi Tenggara
1,875
58.83
1,312
41.17
3,187
28
Gorontalo
845
56.00
664
44.00
1,509
29
Sulawesi Barat
695
61.23
440
38.77
1,135
30
Maluku
861
55.69
685
44.31
1,546
31
Maluku Utara
319
60.30
210
39.70
529
32
Papua
1,754
57.04
1,321
42.96
3,075
33
Irian Jaya Barat
59.12
72,396
40.88
177,094
Indonesia Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
104,698
-
-
Lampiran 3.11
JUMLAH KASUS BARU TB PARU BTA POSITIF MENURUT KELOMPOK UMUR (TAHUN), JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2006
No
0 - 14
Provinsi
15 - 24
Kelompok Umur (tahun) 35 - 44 45 - 54
25 - 34
55 - 64
>= 65
Total
L
P
L
P
L
P
L
P
L
P
L
P
L
P
L
P
T
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(1)
(2)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
12
16
247
185
400
254
425
216
464
226
394
198
149
65
2,091
1,160
3,251
2
Sumatera Utara
39
69
1302
998
2123
1326
2389
1351
2467
1182
1688
658
783
303
10,791
5,887
16,678
3
Sumatera Barat
20
18
386
275
517
293
415
220
463
227
357
137
226
96
2,384
1,266
3,650
4
Riau
17
14
225
170
377
216
386
197
342
178
222
105
109
39
1,678
919
2,597
5
Jambi
18
10
189
152
351
248
312
215
328
198
257
134
142
56
1,597
1,013
2,610
6
Sumatera Selatan
44
31
465
355
673
502
666
377
594
345
494
234
236
85
3,172
1,929
5,101
7
Bengkulu
7
9
121
105
167
116
177
98
161
89
144
62
64
23
841
502
1,343
8
Lampung
36
28
382
307
612
428
569
368
556
286
457
244
232
109
2,844
1,770
4,614 785
9
Kepulauan Bangka Belitung
3
0
73
56
116
88
96
47
87
58
74
33
40
14
489
296
10
Kepulauan Riau
64
48
61
63
128
99
106
34
78
24
60
22
27
9
524
299
823
11
DKI Jakarta
76
64
1014
749
1295
833
823
509
627
401
391
225
190
104
4,416
2,885
7,301
12
Jawa Barat
135
161
3574
3258
4632
3579
3242
2569
2795
1941
1992
1267
947
423
17,317
13,198
30,515
13
Jawa Tengah
70
84
1528
1688
1940
1903
1789
1532
1779
1277
1572
987
837
344
9,515
7,815
17,330
14
DI Yogyakarta
4
4
120
112
161
132
103
79
142
73
104
68
92
38
726
506
1,232
15
Jawa Timur
115
138
1811
1901
2398
2415
2446
2170
2775
1880
2355
1427
845
392
12,745
10,323
23,068
16
Banten
25
31
894
696
1151
859
971
688
809
480
571
263
217
90
4,638
3,107
7,745
17
Bali
4
5
99
107
176
173
136
99
154
87
133
74
77
50
779
595
1,374
18
Nusa Tenggara Barat
16
17
283
240
428
293
383
271
523
318
506
292
144
42
2,283
1,473
3,756
19
Nusa Tenggara Timur
21
17
282
299
401
364
332
290
379
303
374
301
263
146
2,052
1,720
3,772
20
Kalimantan Barat
21
22
352
261
568
361
531
313
651
326
553
231
239
84
2,915
1,598
4,513
21
Kalimantan Tengah
7
6
112
96
206
137
225
149
227
103
156
60
95
44
1,028
595
1,623
22
Kalimantan Selatan
16
21
268
187
401
305
479
302
484
316
404
192
158
44
2,210
1,367
3,577
23
Kalimantan Timur
18
22
189
164
281
174
302
166
243
123
185
88
77
24
1,295
761
2,056
24
Sulawesi Utara
20
21
344
248
511
394
489
317
515
299
364
217
271
139
2,514
1,635
4,149
25
Sulawesi Tengah
8
8
166
164
299
230
293
227
345
182
228
140
99
41
1,438
992
2,430
26
Sulawesi Selatan
17
27
623
553
992
781
959
689
964
710
968
601
390
172
4,913
3,533
8,446
27
Sulawesi Tenggara
15
18
259
210
371
282
385
265
354
241
346
204
145
92
1,875
1,312
3,187
28
Gorontalo
2
3
117
106
182
136
210
152
187
141
115
87
32
39
845
664
1,509
29
Sulawesi Barat
2
8
85
63
130
91
148
87
150
88
122
74
58
29
695
440
1,135
30
Maluku
13
18
150
102
182
167
152
144
143
123
112
85
109
46
861
685
1,546
31
Maluku Utara
4
3
53
36
77
61
63
39
54
40
48
22
20
9
319
210
529
32
Papua
30
44
511
471
506
388
330
241
219
111
123
54
35
12
1,754
1,321
3,075
33
Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
0 899
0 985
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
-
-
-
16,285
14,377
22,752
17,628
20,332
14,421
20,059
12,376
15,869
8,786
7,348
3,203
103,544
71,776
175,320
Lampiran 3.12 JUMLAH KUMULATIF KASUS AIDS, MENINGGAL, DAN ANGKA KUMULATIF KASUS per 100.000 PENDUDUK MENURUT PROVINSI s.d 31 DESEMBER 2006 No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Jumlah Kasus
(2)
(3)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Jumlah
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Case Rate
Meninggal (4)
(5)
6 242 64 97 83 91 23 102 50 203 2,565 940 290 89 863 42 399 62 29 553 1 12 10 101 2 143 2 3 0 119 3 947 58
2 48 32 40 29 22 6 32 3 91 420 138 138 11 258 11 74 16 4 106 1 5 8 37 1 62 1 53 1 221 -
8,194
1,871
0.15 1.96 1.41 2.13 3.08 1.35 1.43 1.42 4.81 16.94 28.15 2.40 0.74 2.71 2.33 0.46 11.44 1.49 0.69 13.56 0.05 0.37 0.34 4.68 0.09 1.91 0.10 0.33 0.00 8.94 0.33 51.42 10.24
Lampiran 3.13 JUMLAH DAN PERSENTASE KASUS AIDS YANG MENGGUNAKAN NAPZA SUNTIKAN (IDU) MENURUT PROVINSI s.d 31 DESEMBER 2006 No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Jumlah Kasus Kumulatif
(2)
(3)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Jumlah
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Kasus AIDS yang Menggunakan NAPZA Suntik (IDU) % Jumlah (4)
(5)
6 242 64 97 83 91 23 102 50 203 2,565 940 290 89 863 42 399 62 29 553 1 12 10 101 2 143 2 3 0 119 3 947 58
1 110 53 15 49 52 15 83 15 21 1,839 757 86 55 475 38 124 30 4 106 1 7 4 24 1 91 2 50 1 4 5
16.67 45.45 82.81 15.46 59.04 57.14 65.22 81.37 30.00 10.34 71.70 80.53 29.66 61.80 55.04 90.48 31.08 48.39 13.79 19.17 100.00 58.33 40.00 23.76 50.00 63.64 66.67 42.02 33.33 0.42 8.62
8,194
4,118
50.26
Lampiran 3.14 JUMLAH KASUS BARU AIDS DITEMUKAN PER TRIWULAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 No
Provinsi
(1)
(2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep.Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Jumlah %
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Triwulan I
Triwulan II
Jumlah Kasus Baru Triwulan III
Triwulan IV
(3)
(4)
(5)
(6)
0 5 6 0 21 7 0 29 8 6 174 90 19 0 22 0 23 14 0 36 0 0 1 7 0 0 2 0 0 25 0 7 0 502
1 58 18 0 4 0 0 0 2 16 105 93 25 8 44 0 31 1 0 85 0 0 2 0 0 0 0 0 0 7 0 9 0 509
0 4 1 0 0 18 0 0 0 10 188 257 32 62 30 0 27 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 2 17 0 655
17.47
17.72
22.80
Total (7)
2 50 20 0 28 7 0 6 6 18 171 159 115 0 43 0 92 2 0 325 0 6 0 0 0 0 0 1 0 16 0 133 7 1,207 42.01
3 117 45 0 53 32 0 35 16 50 638 599 191 70 139 0 173 19 0 446 0 6 3 7 0 0 2 1 0 53 2 166 7 2,873 100.00
Lampiran 3.15
ESTIMASI POPULASI RAWAN TERTULAR HIV TAHUN 2006
No
Provinsi
IDU
Pasangan IDU
Wanita Penjaja Seks (WPS)
Pelanggan WPS
Pasangan Pelangan WPS
Homoseks
Waria (Wanita pria)
Pelanggan Waria
Warga Binaan Pemasyarakatan
Umum
Rata-rata
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(1)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
1,030
150
40
180
40
120
20
20
30
-
1,630
2
Sumatera Utara
7,220
1,020
380
1,740
400
500
190
130
270
-
11,840
3
Sumatera Barat
2,750
390
50
200
50
110
30
20
60
-
3,660
4
Riau
1,660
240
730
2,160
280
180
360
230
110
-
5,940
5
Jambi
2,200
310
80
290
30
100
30
10
50
-
3,100
6
Sumatera Selatan
3,390
480
260
870
210
240
180
110
110
-
5,850
7
Bengkulu
730
110
140
340
80
60
60
40
-
-
1,550
8
Lampung
3,260
460
170
540
130
250
80
50
50
-
4,990 2,090
9
Kep. Bangka Belitung
1,060
150
130
400
90
30
120
70
30
-
10
Kep.Riau
2,020
290
370
950
120
70
60
40
10
-
3,910
11
DKI Jakarta
16,680
2,370
1,360
3,720
670
550
210
120
1,150
-
26,810
12
Jawa Barat
10,640
1,510
1,080
3,310
520
1,980
430
250
1,270
-
20,980
13
Jawa Tengah
3,500
500
550
1,810
460
1,200
200
100
140
-
8,480
14
DI Yogyakarta
2,050
290
110
310
80
140
70
40
40
-
3,130
15
Jawa Timur
10,350
1,470
940
3,820
640
1,580
470
300
360
-
19,920
16
Banten
3,060
430
130
430
70
450
40
20
1,000
-
5,630
17
Bali
1,640
230
330
1,260
330
150
60
30
50
-
4,070
18
Nusa Tenggara Barat
260
40
60
160
20
140
80
40
40
-
850
19
Nusa Tenggara Timur
1,320
190
120
280
40
110
30
10
70
-
2,160
20
Kalimantan Barat
1,670
240
150
400
70
180
120
60
30
-
2,910
21
Kalimantan Tengah
800
110
250
540
100
90
110
60
20
-
2,070
22
Kalimantan Selatan
1,840
260
60
160
30
80
40
20
70
-
2,560
23
Kalimantan Timur
3,680
520
320
830
140
150
300
150
40
-
6,120
24
Sulawesi Utara
610
90
120
290
50
80
60
40
40
-
1,370
25
Sulawesi Tengah
1,130
160
80
290
50
80
50
40
40
-
1,910
26
Sulawesi Selatan
3,810
540
190
1,220
170
270
150
110
100
-
6,560
27
Sulawesi Tenggara
300
40
50
170
30
270
40
30
20
-
750
28
Gorontalo
130
20
50
140
20
30
30
20
-
-
450
29
Sulawesi Barat
360
50
30
100
20
30
10
10
10
-
610
30
Maluku
270
40
150
410
100
40
60
30
20
-
1,110
31
Maluku Utara
360
50
50
150
30
20
20
10
-
-
690
32
Papua
160
20
220
510
80
60
40
20
-
21,110
22,220
33
Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
90 90,030 90000
10 12,780 12810
180 8,930 8910
390 28,370 28340
40 5,190 5200
20 9,360 9160
40 3,790 3760
20 2,250 2230
5,230 5190
6,370 27,480 27470
7,170 193,090 193070
Lampiran 3.16
JUMLAH KASUS PNEUMONIA PADA BALITA MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 Realisasi Penemuan Penderita Pneumonia Balita
Kematian Balita Akibat Pneumonia
No
Provinsi
Jumlah Penduduk Usia Balita Wil. PKM Program
Target Penemuan Pneumonia Balita (10%)
< 1 Tahun
1 - 4 Tahun
Jumlah
%
< 1 Tahun
1 - 4 Tahun
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
Jumlah (11)
379,251
37,925
1,123
4,200
5,323
14.04
-
-
-
1,213,987
121,399
14,603
26,704
41,307
34.03
-
-
-
3
Sumatera Barat
455,581
45,558
4,687
12,665
17,352
38.09
-
-
-
4
Riau
449,139
44,914
2,949
6,446
9,395
20.92
-
-
-
5
Jambi
263,074
26,307
1,348
5,594
6,942
26.39
-
-
-
6
Sumatera Selatan
788,345
78,835
9,776
18,089
27,865
35.35
-
-
-
7
Bengkulu
178,100
17,810
1,298
1,065
2,363
13.27
-
-
-
8
Lampung
762,762
76,276
4,074
7,261
11,335
14.86
-
-
-
9
Kepulauan Bangka Belitung
107,260
10,726
2,255
6,070
8,325
77.62
-
-
10
Kepulauan Riau
126,552
12,655
94
139
233
1.84
-
-
-
11
DKI Jakarta
837,907
83,791
1,858
3,876
5,734
6.84
-
-
-
12
Jawa Barat
3,975,070
397,507
70,786
128,499
199,285
50.13
63
19
82
13
Jawa Tengah
3,479,694
347,969
14,977
30,390
45,367
13.04
-
-
-
14
DI Yogyakarta
241,046
24,105
137
314
451
1.87
-
-
-
15
Jawa Timur
3,054,408
305,441
27,155
48,625
75,780
24.81
-
-
10
16
Banten
1,223,515
122,352
6,676
10,133
16,809
13.74
5
5
17
Bali
334,230
33,423
2,573
4,675
7,248
21.69
-
-
-
18
Nusa Tenggara Barat
535,489
53,549
21,079
30,802
51,881
96.89
46
7
53
19
Nusa Tenggara Timur
426,029
42,603
5,711
6,557
12,268
28.80
-
-
-
20
Kalimantan Barat
466,782
46,678
3,845
6,960
10,805
23.15
-
-
-
21
Kalimantan Tengah
195,843
19,584
364
668
1,032
5.27
-
-
-
22
Kalimantan Selatan
357,691
35,769
5,704
10,905
16,609
46.43
-
-
-
23
Kalimantan Timur
275,074
27,507
5,121
6,776
11,897
43.25
-
-
-
24
Sulawesi Utara
210,327
21,033
1,832
2,381
4,213
20.03
-
-
-
25
Sulawesi Tengah
234,568
23,457
4,993
8,098
13,091
55.81
-
-
-
26
Sulawesi Selatan
793,615
79,362
5,518
9,947
15,465
19.49
-
-
-
197,563
19,756
2,375
4,959
7,334
37.12
-
-
-
91,484
9,148
1,669
2,348
4,017
43.91
-
-
-
27
Sulawesi Tenggara
28
Gorontalo
29
Sulawesi Barat
109,840
10,984
858
1,648
2,506
22.82
-
-
30
Maluku
152,344
15,234
769
1,006
1,775
11.65
-
-
-
31
Maluku Utara
90,953
9,095
2,517
4,569
7,086
77.91
-
-
-
259,673
25,967
625
949
1,574
6.06
-
-
-
62,964
6,296
33
0.52
-
-
-
22,330,160
2,233,016
642,700
28.78
114
31
145
32
Papua
33
Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
229,349
413,318
Lampiran 3.17
SITUASI PENYAKIT KUSTA MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Populasi 2006
(2)
Hide
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia %
4,309,600 12,605,700 4,538,200 5,482,600 2,613,600 6,820,933 1,692,800 7,238,600 1,025,627 9,041,000 39,634,166 32,114,000 3,181,200 36,973,881 9,251,013 3,315,700 4,119,140 4,123,400 4,354,300 1,958,428 3,174,100 2,950,743 2,200,442 2,403,812 7,365,354 1,965,158 910,398 858,737 1,523,443 798,100 1,973,418 702,202 221,219,795
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006 Ket:
PB= Pausi Basiler MB= Multi Basiler
219141800 (2,077,995)
PB (3)
127 29 7 21 2 35 4 23 9 171 450 186 1 504 82 9 57 46 34 5 20 23 69 72 214 31 14 33 46 133 234 270 2,961 13.01
Kasus Tercatat MB
Jumlah
(4)
(5)
567 224 95 159 71 289 4 153 38 1,042 2,771 1,797 32 5,610 542 165 256 424 219 76 275 192 425 289 1,436 233 273 194 392 624 564 371 19,802 86.99
Angka Prevalensi /10.000 Penduduk (6)
694 253 102 180 73 324 8 176 47 1,213 3,221 1,983 33 6,114 624 174 313 470 253 81 295 215 494 361 1,650 264 287 227 438 757 798 641 22,763 100.00
1.61 0.20 0.22 0.33 0.28 0.48 0.05 0.24 0.46 1.34 0.81 0.62 0.10 1.65 0.67 0.52 0.76 1.14 0.58 0.41 0.93 0.73 2.25 1.50 2.24 1.34 3.15 2.64 2.88 9.49 4.04 9.13 1.03
Lampiran 3.18
JUMLAH KASUS BARU KUSTA DAN KECACATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 No
Provinsi
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
(2)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Ket:
PB= Pausi Basiler MB= Multi Basiler
PB (3)
151 38 32 6 7 25 2 21 13 107 386 303 4 732 72 26 118 39 20 14 22 23 89 112 358 52 12 47 61 179 292 187 3,550
Kasus Baru MB (4)
406 165 75 19 62 160 7 118 33 569 1,802 1,460 66 4,628 299 142 233 203 137 75 149 136 357 268 1,278 206 155 112 319 458 460 193 14,750
Jumlah
Case Detection Rate/ 100,000
(5)
(6)
557 203 107 25 69 185 9 139 46 676 2,188 1,763 70 5,360 371 168 351 242 157 89 171 159 446 380 1,636 258 167 159 380 637 752 380 18,300
Cacat Tkt. 2 Jumlah % (7)
12.92 1.60 2.36 0.46 2.64 2.47 0.53 1.92 4.78 7.59 5.76 5.33 2.20 14.97 4.26 5.07 8.14 5.87 3.61 4.39 5.39 5.96 21.11 16.25 18.94 12.91 18.70 30.13 79.81 30.56 8.35
38 33 4 1 33 2 12 4 36 157 241 526 75 14 16 8 25 10 27 6 21 17 142 25 21 4 10 44 21 14 1,587
(8)
6.82 16.26 3.74 4.00 17.84 22.22 8.63 8.70 5.33 7.18 13.67 9.81 20.22 8.33 4.56 3.31 15.92 11.24 15.79 3.77 4.71 4.47 8.68 9.69 12.57 2.52 2.63 6.91 2.79 3.68 8.67
0 - 14 Tahun Jumlah % (9)
16 20 10 1 0 9 1 12 4 37 219 163 10 638 64 5 61 13 12 3 7 13 35 16 85 25 11 8 56 135 115 101 1,905
(10)
2.87 9.85 9.35 4.00 4.86 11.11 8.63 8.70 5.47 10.01 9.25 14.29 11.90 17.25 2.98 17.38 5.37 7.64 3.37 4.09 8.18 7.85 4.21 5.20 9.69 6.59 5.03 14.74 21.19 15.29 26.58 10.41
Lampiran 3.19
JUMLAH KASUS PENYAKIT MENULAR YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
No
Provinsi
Campak
Tetanus Neonatorum
Difteri
Pertusis
Hepatitis B
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
470 2,426 338 1,208 324 476 76 700 5,681 3,550 201 5,567 2,398 544 164 16 650 289 1,501 40 1,448 702 83 42 320 288 36 29,538
5 1 2 0 8 0 15 0 0 0 31 0 0 15 11 0 0 3 3 0 3 0 1 5 5 5 1 0 1 1 2 0 118
95 2,014 17 2 13 8 23 2 1 76 20 37 29 2,337
1,357 1,267 188 121 89 34 26 463 1,159 335 60 892 83 618 368 9 5 205 42 20 17 223 7,581
482 37 193 24 553 48 39 20 331 1,727
Kelengkapan Laporan (%) Puskesmas
Rumah Sakit
(8)
(9)
100 100 0 0 100 83 100 100 100 0 33 100 0 100 100 75 100 91 25 100 25 0 100 100 100 100 100 50 0 0 100 83 100 75.6
16.67 100 0 0 100 58.3 100 0 0 0 0 0 100 25 100 0 0 0 25 100 0 0 100 0 100 91 0 25 0 0 25 0 0 35.6
Lampiran 3.20
JUMLAH KASUS TETANUS NEONATORUM MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 Tetanus Neonatorum
(4)
(5)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
5
3
2
Sumatera Utara
1
(6)
(7)
1
0 0
4 0
(8)
(10)
1
0
1
0
0
0
0 0
2 0
(11)
(13)
0
1 0
2 0
0 0
0 0
0 0
3
Sumatera Barat
0
0
0
4
Riau
2
0
0
0 0
5
Jambi
0
0
0
0
0
0
0
6
Sumatera Selatan
8
2
0
2
1
1
0
2
7
Bengkulu
0
0
0
4 0
0
0
0
0
0
8
Lampung
15
7
1
0
0
1 0
1
0
3 0
3
Kepulauan Bangka Belitung
9 0
1
9
0
0
10
Kepulauan Riau
0
0
11
DKI Jakarta
0
0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
31
12
0
0
0
0
17 0
7 0
4 0
(14)
(15)
(16)
(17)
2
0
0
1
0
0
0
0 1
0
0 0
0
1 0
2 0
0
(19)
(20)
0
1
0
0 0
0
0 0
0 1
0
(21)
0 1 0
(23)
5
(24)
(25)
(26)
(27)
0
1
1
1
0
0
0 0
0 0
0 0
0
0
0
1
0
0
4 0
0
0 0
3 0
0
0 0
0 0
0
0
2 0
0
3
0
0
Tidak Diketahui
Tidak
Ya
Tidak Diketahui
Lain-lain
Bambu
Gunting
(22)
Dirawat di RS
(28)
4 0 0
(29)
0
1
0
1
0 0
0
0
1 0
0
3
3
0
6 0
0
0
0
2 0
0
3 0
12 0
0 0
1 0
10 0
4 0
0 0
4 0
6 0
4 0
1 0
14 0
0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
2
0 0
6 0
23 0
2
0
0
7 0
1 0
21 0
2 0
20 0
1 0
5 0
5 0
26 0
2 0
0 0
0
0
5 0
1
0
2
0
0
11 0
0 0
0
0
0 0
0 0
0 0
0 0
3 0
9 0
4 0
16 0
2 0
Lain-lain
Tradisional
Alkohol/Iodium
(18)
3
Pemotongan Tali Pusat
Tidak Diketahui
Perawatan Tali Pusat
Tidak Diketahui
Tradisional
Dokter
Bidan/Perawat
Penolong Persalinan
Tidak Diketahui
TT1
TT2+
(9)
0
Tidak Diimunisasi
Status Imunisasi
Tidak Diketahui
Tanpa pemeriksaan
Tradisional
(3)
Bidan/Perawat
(2)
(1)
Dokter
Provinsi
Meninggal
No
Total
Pemeriksaan Kehamilan
0 0
2 0
0 1
0
0
7 0
0
0
1
12
Jawa Barat
13
Jawa Tengah
14
DI Yogyakarta
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
15
Jawa Timur
15
7
0
11
2
2
0
4
4
7
0
0
10
2
1
1
10
5
0
0
0
11
0
0 0
0 0
0
0
0
0 0
0
0 0
0 0
0 0
0
0 0
0 0
0 0
0
0 0
0 0
11
0
0 0
11
0
0 0
0
0
0 0
11
Bali
0 0
11
17
0 0
0 11
15
Banten
0 11
11
16
5 0
18
Nusa Tenggara Barat
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
19
Nusa Tenggara Timur
3
0
0
1
2
0
0
0
0
3
0
0
0
3
0
0
0
0
3
0
0
0
3
0
20
Kalimantan Barat
3
1
0
0
0
0
0
0
0
0
3 0
0 0
0
3 0
0
0
0 0
0
0
0 0
0
0
0 0
0
0
3 0
0
0
3 0
0
0
0 0
0
Kalimantan Tengah
3 0
0
21
0 0
3 3
0
0
22
Kalimantan Selatan
3
3
0
2
0
1
1
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0
3
0
0 0
2
0
0 0
1
Kalimantan Timur
2 0
0
23
0 0
0
0
0
0
0
0 0
0
0
0
0
0
1
0
0
0 0
1 1
0
2
1
2
3
2
1 3
4 1
0 0
1 0
3 2
2 0
0 0
0
0
3
0 0
0
24
Sulawesi Utara
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
25
Sulawesi Tengah
5
0
0
4
1
2
2
1
2
5
3
0
1
0
1
2
0
1
0
2
0
3
4 1
2
5
3 3
2 1
Sulawesi Tenggara
1 0
1 0
27
2 1
1 0
1
Sulawesi Selatan
0 0
0
26
0 1
1
1
2
2 1
28
Gorontalo
1
1
0
0
0
1
0
1
0
0
0
Sulawesi Barat
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0
1
29
0 0
0
0
30
Maluku
1
31
Maluku Utara
1
32
Papua
2
33
Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
0 118
3
2 0
0
0
1
0
0
0
0
0 0
1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1 0
1 0
0
0
2 0
0
0
0 0
0
0
0 0
0
2
0 0
2 0
0
0
0 46
1 1
0 1
57
0 24
19
0 17
0 19
0 16
61
0 22
0 2
0 25
76
0 15
0 31
1
1
0
0
0
0 0
0
0
0
0
0
1
0 0
1
0
1
2 0
0
0 0
0 31
0
36
0 20
57
0 0
1
0
3
0
0
0
0 0
0
0
1 0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
2 0
0
0 0
2
0
0 23
0
3
18
0 20
84
0 12
0 22
Lampiran 3.21 JUMLAH KASUS PENYAKIT CAMPAK DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2006
No
Rawat Jalan RS
Provinsi
(1)
(2)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
3
Sumatera Barat
4
Riau
5
Jambi
6
Sumatera Selatan
7
Bengkulu
8
Lampung
9
Rawat Inap RS
Jumlah Kasus
Puskesmas
<1th
1 - 4 th
5 - 14 th
15 - 44 th
>45 th
Jumlah
<1th
1 - 4 th
5 - 14 th
15 - 44 th
>45 th
Jumlah
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
-
Meninggal
<1th
1 - 4 th
5 - 14 th
15 - 44 th
>45 th
Jumlah
RS + Puskesmas
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
0
0
47
164
143
98
18
470
470
89
0
280
589
865
342
161
2,237
2,426
-
0
0
-
-
0
0
-
-
0
0
49
135
129
22
3
338
338
41
0
140
344
528
131
24
1,167
1,208
5
0
29
79
116
57
7
288
324
-
0
0
50
147
223
45
11
476
476
Kep. Bangka Belitung
-
0
0
12
30
25
9
76
76
10
Kep.Riau
-
0
0
11
DKI Jakarta
-
0
0
12
Jawa Barat
13
Jawa Tengah
14
DI Yogyakarta
15
Jawa Timur
16
Banten
17
Bali
18
Nusa Tenggara Barat
19
Nusa Tenggara Timur
20
Kalimantan Barat
21
Kalimantan Tengah
22
Kalimantan Selatan
23
Kalimantan Timur
24
Sulawesi Utara
25
28
48
24
100
10
11
6
4
34
50
37
5
137
88
266
160
23
286
823
5
18
97
60
5
185
1
5
6
2
Sulawesi Tengah
1
2
4
2
2
6
10
7
4
Gorontalo
14
9
1
3
2
2
47
196
311
111
35
700
0
0 700
0
0
536
1,993
2,251
719
182
5,681
5,681
99
0
191
751
1,550
675
147
3,314
3,550
35
34
23
0
0
13
25
110
49
4
201
201
108
234
84
8
281
715
0
287
1,283
441
71
1,947
4,029
5,567
0
0
279
1,074
969
68
8
2,398
2,398
4
5
11
1
21
0
6
64
186
76
6
338
544
-
0
0
9
31
97
23
4
164
164
-
0
0
6
10
56
0
73
235
184
72
-
0
0
26
100
141
18
-
0
0 0
270
2
16
30
8
86
118
41
278 0
0
12
11
11
6
11
2
5
5
2
14
0
178
839
345
27
9
5
18
33
0
69
195
0
0
5
24
0
0
7
9
1
1
3
16
16
16
580
650
4
289
289
-
33
-
2
-
0
7
14
4
28
61
-
58
Sulawesi Selatan
11
1
4
-
113
Sulawesi Tenggara
21
11
75
26
5
31
20
27
1
116
302
385
134
0
16
953
1,501
40
40
50
11
1,423
1,448
313
59
6
642
702
43
8
3
83
83
11
10
2
39
42
29
Sulawesi Barat
-
0
0
-
0
30
Maluku
-
0
0
-
0
31
Maluku Utara
-
0
0
51
137
118
14
320
320
32
Papua
-
0
0
62
116
86
24
288
288
33
Irian Jaya Barat
-
0
0
2
7
15
8
4
36
36
1351
0
2,576
8,886
9,606
2,899
2,619
26,586
29,538
Indonesia Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
170
471
467
191
302
1,601
168
417
313
166
287
Lampiran 3.22
JUMLAH KASUS PENYAKIT CAMPAK DAN JUMLAH VAKSINASI CAMPAK MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2006
No
< 1 Tahun
Provinsi
Kasus Campak Menurut Kelompok Umur 5 - 9 Tahun 10 - 14 Tahun
1 - 4 Tahun
> 15 Tahun
Jumlah
Jumlah
Divaksinasi
%
Jumlah
Divaksinasi
%
Jumlah
Divaksinasi
%
Jumlah
Divaksinasi
%
Jumlah
Divaksinasi
Jumlah
Divaksinasi
%
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(18)
(19)
(20)
(1)
(2)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
17
-
-
65
-
-
45
2
4.44
37
-
-
47
-
211
2
2
Sumatera Utara
77
3
3.90
200
1
0.50
198
2
1.01
142
1
0.70
160
1
777
8
1.03
3
Sumatera Barat
105
73
69.52
259
196
75.68
273
217
79.49
155
62
40.00
230
15
1,022
563
55.09
4
Riau
93
3
3.23
409
127
31.05
425
94
22.12
257
74
28.79
161
7
1,345
305
22.68
5
Jambi
10
-
-
29
1
3.45
31
9
29.03
16
3
18.75
2
-
88
13
14.77
6
Sumatera Selatan
13
2
15.38
69
19
27.54
70
35
50.00
18
10
55.56
43
27
213
93
43.66
7
Bengkulu
31
21
67.74
66
25
37.88
72
29
40.28
42
10
23.81
34
6
245
91
37.14
8
Lampung
99
7
7.07
316
21
6.65
364
29
7.97
189
15
7.94
106
3
1,074
75
6.98
9
Kep. Bangka Belitung
2
1
50.00
20
8
40.00
20
11
55.00
13
11
84.62
7
-
62
31
50.00
0.95
10
Kep.Riau
45
-
-
156
-
-
93
-
-
63
-
-
132
-
489
-
-
11
DKI Jakarta
137
-
-
667
9
1.35
254
-
-
124
-
-
107
-
1,289
9
0.70
155
-
-
519
-
-
384
-
-
138
-
-
138
-
1,334
-
-
32
16
50.00
84
68
80.95
20
24
120.00
6
6
100.00
2
-
144
114
79.17
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
14.98
1,168
98
8.39
1,097
98
8.93
697
66
9.47
833
64
4,022
360
8.95
12
Jawa Barat
13
Jawa Tengah
14
DI Yogyakarta
-
-
15
Jawa Timur
227
34
16
Banten
328
-
-
1,276
-
-
1,093
-
-
269
-
-
44
-
3,010
-
-
17
Bali
5
5
100.00
19
13
68.42
14
6
42.86
8
-
-
1
-
47
24
51.06
18
Nusa Tenggara Barat
-
-
-
5
2
40.00
2
-
-
1
-
-
-
-
8
2
25.00
19
Nusa Tenggara Timur
21
8
38.10
107
56
52.34
88
35
39.77
46
22
47.83
23
6
285
127
44.56
20
Kalimantan Barat
43
-
-
120
5
4.17
50
2
4.00
24
1
4.17
73
-
310
8
2.58
21
Kalimantan Tengah
57
13
22.81
139
65
46.76
154
71
46.10
69
39
56.52
42
14
461
202
43.82
22
Kalimantan Selatan
130
38
29.23
462
122
26.41
450
90
20.00
236
12
5.08
107
-
1,385
262
18.92
23
Kalimantan Timur
12
11
91.67
30
23
76.67
42
12
28.57
22
4
18.18
9
7
115
57
49.57
24
Sulawesi Utara
6
4
66.67
9
4
44.44
3
3
100.00
-
-
-
1
1
19
12
63.16
115
115
100.00
247
247
100.00
148
148
100.00
25
Sulawesi Tengah
26
Sulawesi Selatan
27 28
154
92
Sulawesi Tenggara
-
-
Gorontalo
4
-
59.7403
-
513
245 47.7583
397
201 50.6297
55
54
98.18
16
13
581
577
99.31
211
104
49.2891
150
85
1,425
727
51.02
2
-
-
1
-
-
-
-
-
1
-
4
-
-
27
13
48.15
30
16
53.33
8
3
37.50
5
4
74
36
48.65
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
100.00
1
-
-
-
-
-
-
-
3
2
66.67
29
Sulawesi Barat
-
-
-
-
-
30
Maluku
-
-
-
2
2
31
Maluku Utara
23
11
47.83
41
25
60.98
31
19
61.29
10
4
40.00
7
2
112
61
54.46
32
Papua
52
10
19.23
63
27
42.86
43
27
62.79
23
8
34.78
15
2
196
74
37.76
33
Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
16
-
-
47
3
6.38
7
-
-
2
-
-
-
-
72
3
4.17
2,009
467
23.25
7,136
1,425
19.97
5,900
1,180
20.00
2,881
509
17.67
2,496
257
20,422
3,838
18.79
Lampiran 3.23 JUMLAH KASUS PENYAKIT DIFTERI DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2006
No
Rawat Jalan RS
Provinsi
(1)
(2)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
3
Sumatera Barat
4
Riau
5
<1th
1 - 4 th
(3)
(4)
5 - 14 th 15 - 44 th (5)
(6)
Rawat Inap RS >45 th
Jumlah
<1th
(7)
(8)
(9)
1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th (10)
(11)
(12)
Jumlah Kasus
Puskesmas
>45 th
Jumlah
Meninggal
<1th
(13)
(14)
(15)
(16)
0
0
0
26
0
0
0
0
0
Jambi
0
0
0
6
Sumatera Selatan
0
0
0
7
Bengkulu
0
0
0
8
Lampung
0
0
9
Kep. Bangka Belitung
0
10
Kep.Riau
11
1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th (17)
(18)
(19)
>45 th
Jumlah
RS + Puskesmas
(20)
(21)
(22)
14
40
20
21
95
95
211
407
557
660
1982
2,014
0
0
0
0
0
0
17
17
2
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
DKI Jakarta
0
0
0
0
0
12
Jawa Barat
0
0
0
13
Jawa Tengah
5
0
0
14
DI Yogyakarta
0
0
0
15
Jawa Timur
0
0
16
Banten
0
17
Bali
18 19
3
3
6
14
12
147
1
6
9
1
2
8
1
2
13
13
1
1
1
3
8
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
23
23
Nusa Tenggara Barat
0
0
0
Nusa Tenggara Timur
0
0
0
20
Kalimantan Barat
0
0
21
Kalimantan Tengah
0
0
22
Kalimantan Selatan
0
23
Kalimantan Timur
24 25 26
Sulawesi Selatan
27
Sulawesi Tenggara
28
Gorontalo
29
2
1
2
2
1
8
10
4
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
Sulawesi Utara
0
0
0
0
0
Sulawesi Tengah
0
0
0
0
0
43
0
1
76
0
0
0
20
20
0
0
0
0
0
Sulawesi Barat
0
0
0
0
0
30
Maluku
0
0
0
0
0
31
Maluku Utara
0
0
0
0
0
32
Papua
0
0
0
37
37
33
Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
10
15
7
32
8
19
16
0 0
2
14
18
9
43
0
22
19
28
0
2
1
1 6
4
11
6
16
0
0
2
11
16
69
0
157
276
509
7
1
6
599
684
29
29
2225
2,337
Lampiran 3.24 JUMLAH KASUS PENYAKIT PERTUSIS (BATUK REJAN) DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2006
No
Rawat Jalan RS
Provinsi <1th
1 - 4 th
(3)
(4)
5 - 14 th 15 - 44 th (5)
(6)
Rawat Inap RS >45 th
Jumlah
<1th
1 - 4 th
(7)
(8)
(9)
(10)
(1)
(2)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
3
Sumatera Barat
0
4
Riau
5
Jambi
6
Sumatera Selatan
7
Bengkulu
8
5 - 14 th 15 - 44 th (11)
(12)
Jumlah
Meninggal
<1th
(13)
(14)
(15)
(16)
0 9
20
12
3
Jumlah Kasus
Puskesmas
>45 th
1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th (17)
(18)
(19)
>45 th
Jumlah
RS + Puskesmas
(20)
(21)
(22)
0
93
283
310
358
313
1,357
1,357
47
132
302
387
201
154
1,176
1,267
0
-
-
0
0
-
-
0
0
4
44
16
5
4
3
19
20
53
88
23
188
188
0
0
27
30
26
18
20
121
121
17
0
1
31
20
18
2
72
89
Lampung
0
0
5
10
9
3
7
34
34
9
Kep. Bangka Belitung
0
0
6
4
7
9
26
10
Kep.Riau
0
0
4
2
9
2
-
26 -
11
DKI Jakarta
0
0
28
95
91
149
100
463
463
12
Jawa Barat
0
0
90
305
386
240
138
1,159
1,159
13
Jawa Tengah
7
3
9
20
60
234
326
335
14
DI Yogyakarta
0
0
-
-
15
Jawa Timur
0
0
21
24
3
3
9
60
60
16
Banten
0
0
139
177
278
144
154
892
892
17
Bali
77
0
1
1
2
2
18
Nusa Tenggara Barat
0
0
1
3
1
36
20
2
13
5
19
Nusa Tenggara Timur
0
20
Kalimantan Barat
0
1
2
2
1
2
1
3
0
6
262
220
130
5
38
86
81
103
4
1
4
21
Kalimantan Tengah
0
0
22
Kalimantan Selatan
0
0
6 -
55
83 -
618
618
363
368
9 -
9 -
23
Kalimantan Timur
0
0
24
Sulawesi Utara
0
0
25
Sulawesi Tengah
26
Sulawesi Selatan
27
Sulawesi Tenggara
0
0
28
Gorontalo
0
0
-
-
29
Sulawesi Barat
0
0
-
-
30
Maluku
0
0
-
-
31
Maluku Utara
0
0
3
7
7
32
Papua
0
0
19
95
79
27
33
Irian Jaya Barat
1,770
1,991
1,577
Indonesia Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
1
4
4
31
56
96
3
10
3
16
1
7
9
23
24
64
1
2
12
6
21
0 5
53
50
75
69
252
2
1
2
5 -
1
5
13
2
1 8
13
11
3
1
7
4
17
19
40
50
144
1
617
205
5
42
20
20
17
17
3
223
223
-
-
1,230
7,185
7,581
0 18
45
2
5 -
Lampiran 3.25 JUMLAH KASUS PENYAKIT HEPATITIS KLINIS DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2006
No
Rawat Jalan RS
Provinsi
(1)
(2)
<1th
1 - 4 th
(3)
(4)
5 - 14 th 15 - 44 th (5)
(6)
Rawat Inap RS >45 th
Jumlah
<1th
(7)
(8)
(9)
1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th (10)
(11)
(12)
Jumlah Kasus
Puskesmas
>45 th
Jumlah
Meninggal
<1th
(13)
(14)
(15)
(16)
1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th (17)
(18)
(19)
>45 th
Jumlah
RS + Puskesmas
(20)
(21)
(22)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
3
Sumatera Barat
0
4
Riau
0
5
Jambi
0
6
Sumatera Selatan
7
Bengkulu
8
Lampung
0
0
1
7
43
83
52
9
Kep. Bangka Belitung
0
0
22
58
190
690
261
0 3
2
30
15
319
17
677
27
1174
15
0
2,203
5
62
385
3
449
3
21
81
214
78
397
397
18
65
227
429
354
1,093
4,197
0
0
0
0
0
0
293
300
901
4
7
0
3
9
63
26
101
76
2
7
40
33
82
3
8
38
86
118
43
7
10
4
21
122
22
96
232
429
182
961
1,119
186
186
1,221
1,221
10
Kep.Riau
0
0
0
0
11
DKI Jakarta
0
0
2
14
27
10
28
81
81
12
Jawa Barat
0
0
22
89
356
332
164
963
963
13
Jawa Tengah
0
0
4
13
107
169
180
473
473
14
DI Yogyakarta
0
0
8
16
5
29
29
15
Jawa Timur
0
0
16
Banten
0
0
17
Bali
18
Nusa Tenggara Barat
19
Nusa Tenggara Timur
20
Kalimantan Barat
21
Kalimantan Tengah
0
0
22
Kalimantan Selatan
0
0
23
Kalimantan Timur
24
Sulawesi Utara
25
Sulawesi Tengah
26
Sulawesi Selatan
27
Sulawesi Tenggara
28
Gorontalo
29
Sulawesi Barat
0
30
Maluku
31
1
2
65
34
102
18
32
0
1
21
9
36
40
9
50
50 0
0 6
1
2
7
27
21
22
1
2
1
17
26
28
136
34 23
6
5
79
24
114
1
92
17 41 50 162
2 20 36 20
5
64
216
130
130
292
326
530
206
1,161
1,265
6
44
3
54
54
54
170
90
0
0
322
486
6
20
42
42
110
110
11
23
11
46
3
9
14
51
30
107
15
21
138
216
123
513
666
9
35
62
21
132
1
3
12
106
61
183
11
20
55
152
97
335
650
0
23
14
57
161
92
347
347
309
364
0
0
0
0
0
0
0
Maluku Utara
0
0
60
267
1,758
1,758
32
Papua
0
0
72
276
1,277
1,277
33
Irian Jaya Barat
0
0
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
5
0
23
261
2 3
0
23
1
Indonesia
0
18
68
3
0
0 1
11
56
391
24
939
6
1,279
31
2,676
1
5
13
30
137
807
10
692
24
1,671
4
5
316
1,187
51
429 270
2,828
178
617 445
5,325
76
385 214
2,757
0
0
12,413
16,760
Lampiran 3.26 JUMLAH KASUS PENYAKIT HEPATITIS B DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2006
No
Rawat Jalan RS
Provinsi
(1)
(2)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
<1th
1 - 4 th
(3)
(4)
5 - 14 th 15 - 44 th (5)
(6)
Rawat Inap RS >45 th
Jumlah
<1th
(7)
(8)
(9)
1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th (10)
(11)
(12)
Jumlah
(13)
(14)
0 3
1
27
53
35
Jumlah Kasus
Puskesmas
>45 th
Meninggal
<1th
(15)
(16)
1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th (17)
(18)
(19)
>45 th
Jumlah
RS + Puskesmas
(20)
(21)
(22)
0
119
1
36
145
181
363
0 6
482
3
Sumatera Barat
0
0
0
4
Riau
0
0
0
5
Jambi
0
0
0
6
Sumatera Selatan
0
3
21
13
37
37
7
Bengkulu
63
11
56
63
130
193
8
Lampung
0
0
0
9
Kep. Bangka Belitung
0
0
0
10
Kep.Riau
0
0
0
11
31
21
11
DKI Jakarta
0
0
0
12
Jawa Barat
0
0
0
13
Jawa Tengah
0
0
0
14
DI Yogyakarta
0
0
0
15
Jawa Timur
0
0
0
16
Banten
0
0
0
15
24
17
Bali
18
Nusa Tenggara Barat
0
19
Nusa Tenggara Timur
0
1
3
5
9
10
2
64
5
0
0
201
246
40
553
553
5
16
2
23
48
20
Kalimantan Barat
21
Kalimantan Tengah
0
0
0
22
Kalimantan Selatan
0
0
0
23
Kalimantan Timur
38
39
24
Sulawesi Utara
25
Sulawesi Tengah
26
Sulawesi Selatan
27
Sulawesi Tenggara
0
0
0
28
Gorontalo
0
0
0
2
17
6
1
25
1
26
12
0
3
12
16
2
1
3
23
4
58
25
54
0
0 20
1
10
6
17
41
97
56
273
1
331
29
Sulawesi Barat
0
0
0
30
Maluku
0
0
0
31
Maluku Utara
0
0
0
32
Papua
0
0
0
33
Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
0 8
13
55
130
72
278
0 27
119
298
627
378
1,449
0 7
0
0
0
0
0
0
1,727
Lampiran 3.27
JUMLAH KASUS AFP MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 No
Provinsi
Data yang Diterima
Jumlah Kasus AFP
AFP Rate / 100.000 penduduk
Non Polio AFP Rate / 100.000 penduduk
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
57
56
4.67
4.42
2
Sumatera Utara
77
75
1.79
1.79
3
Sumatera Barat
35
34
2.43
2.43
4
Riau
35
35
2.43
2.43
5
Jambi
36
36
4.50
4.50
6
Sumatera Selatan
56
56
2.43
2.39
7
Bengkulu
13
13
2.60
2.60
8
Lampung
58
57
2.59
2.55
9
Kepulauan Bangka Belitung
10
10
3.33
3.33
10
Kepulauan Riau
8
8
2.00
2.00
11
DKI Jakarta
52
52
2.26
2.26
12
Jawa Barat
238
237
2.19
2.17
13
Jawa Tengah
193
190
2.21
2.17
14
DI Yogyakarta
20
20
3.33
3.33
15
Jawa Timur
233
228
2.85
2.79
16
Banten
63
62
2.21
2.21
17
Bali
30
30
3.75
3.75
18
Nusa Tenggara Barat
35
35
2.50
2.50
19
Nusa Tenggara Timur
32
32
2.29
2.29
20
Kalimantan Barat
41
41
2.93
2.93
21
Kalimantan Tengah
13
13
2.17
2.17
22
Kalimantan Selatan
29
29
3.22
3.22
23
Kalimantan Timur
31
28
3.50
3.50
24
Sulawesi Utara
23
23
4.60
4.60
25
Sulawesi Tengah
11
11
1.57
1.57
26
Sulawesi Selatan
48
48
2.09
2.09
27
Sulawesi Tenggara
22
22
3.14
3.14
28
Gorontalo
13
13
4.33
4.33
29
Sulawesi Barat
4
4
1.33
1.33
30
Maluku
7
7
1.75
1.75
31
Maluku Utara
7
7
2.33
2.33
32
Papua
10
10
2.00
2.00
33
Irian Jaya Barat
4
1.33
1.33
2.49
2.46
Indonesia Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
4 1,544
1,526
Lampiran 3.28
JUMLAH KASUS AFP MENURUT KRITERIA KLASIFIKASI KLINIS DAN PROVINSI TAHUN 2006 No
Provinsi
(1)
(2)
Virus Polio Liar (3)
Klasifikasi Klinis Kompatibel (4)
Bukan Polio (5)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
1
2
53
2
Sumatera Utara
0
0
75
3
Sumatera Barat
0
0
34
4
Riau
0
1
34
5
Jambi
0
0
36
6
Sumatera Selatan
0
1
55
7
Bengkulu
0
0
13
8
Lampung
0
1
56
9
Kepulauan Bangka Belitung
0
0
10
10
Kepulauan Riau
0
0
8
11
DKI Jakarta
0
0
52
12
Jawa Barat
0
3
234
13
Jawa Tengah
0
3
187
14
DI Yogyakarta
0
0
20
15
Jawa Timur
1
4
223
16
Banten
0
0
62
17
Bali
0
0
30
18
Nusa Tenggara Barat
0
0
35
19
Nusa Tenggara Timur
0
0
32
20
Kalimantan Barat
0
0
41
21
Kalimantan Tengah
0
0
13
22
Kalimantan Selatan
0
0
29
23
Kalimantan Timur
0
0
28
24
Sulawesi Utara
0
0
23
25
Sulawesi Tengah
0
0
11
26
Sulawesi Selatan
0
0
48
27
Sulawesi Tenggara
0
0
22
28
Gorontalo
0
0
13
29
Sulawesi Barat
0
0
4
30
Maluku
0
0
7
31
Maluku Utara
0
0
7
32
Papua
0
0
10
33
Irian Jaya Barat
0
Indonesia Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
2
0
15
4
1,509
Lampiran 3. 29
PERKEMBANGAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) POLIO TAHUN 2006
No
Provinsi
AFP
Virus Polio Liar (+)
Kontak (+)
Meninggal
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1
Jawa Timur
2
Nanggroe Aceh Darussalam
TOTAL
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
228
1
0
0
56
1
0
0
0
0
284
2
Lampiran 3.30
JUMLAH KASUS PENYAKIT TETANUS DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2006
No
Rawat Inap RS
Rawat Jalan RS
Provinsi <1th
1 - 4 th
(3)
(4)
5 - 14 th 15 - 44 th (5)
(6)
>45 th (7)
Jumlah
<1th
1 - 4 th
(8)
(9)
(10)
5 - 14 th 15 - 44 th (11)
(12)
Jumlah Kasus
Puskesmas
>45 th
Jumlah
Meninggal
<1th
(13)
(14)
(15)
(16)
(1)
(2)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
5
9
5
3
22
2
9
5
2
Sumatera Utara
5
10
2
41
58
1
5
21
3
Sumatera Barat
0
4
Riau
0
5
Jambi
0
0
6
Sumatera Selatan
0
7
Bengkulu
0
8
Lampung
0
9
Kep. Bangka Belitung
0
10
Kep.Riau
11
1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th (17)
(18)
(19)
>45 th (20)
Jumlah
RS + Puskesmas
(21)
(22)
16
7
22
7
4
40
78
56
219
311
321
251
1102
1216
0
0
0
0
0
0
2
2
2
3
2
7
7
1
5
6
13
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
DKI Jakarta
0
0
0
0
12
Jawa Barat
0
0
2
6
10
3
21
21
13
Jawa Tengah
0
0
1
2
10
5
18
18
14
DI Yogyakarta
0
0
15
Jawa Timur
16
Banten
17
Bali
18
Nusa Tenggara Barat
0
19
Nusa Tenggara Timur
0
20
Kalimantan Barat
21
Kalimantan Tengah
22
13
165
29
0 4
37
166
245
3
33
2
7
272
23
473
481
0
0
2
5
7
0
3
18
0
0
88
1042
8
25
34 2
8
10
10
7
22
7
4
40
47
0
0
0
41
0
41
0
0
0
0
0
0
0
0
Kalimantan Selatan
0
0
0
0
23
Kalimantan Timur
0
1
8
24
Sulawesi Utara
0
0
0
0
25
Sulawesi Tengah
0
0
0
0
26
Sulawesi Selatan
4
20
0
35
27
Sulawesi Tenggara
3
3
28
Gorontalo
5
5
0
8
29
Sulawesi Barat
0
0
0
0
30
Maluku
0
0
0
0
31
Maluku Utara
0
0
0
0
32
Papua
0
0
5
5
33
Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
3
3
6
3
2
14
2
15
6
21
3
10
4
2
0 3
26
187
290
75
578
2
1
0
3
0 0
7
1
1
3
2
396
404
1
0 0
50
204
308
71
633
2
3
246
294
0
0
1,338
2,554
Lampiran 3.31
FREKUENSI KLB MENURUT PENYAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006 No
Penyakit
Jumlah Provinsi KLB
Frekuensi
Kasus
Mati
Case Fatality Rate (%)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1
Anthrax
1
2
21
1
4.76
2
Campak
9
42
1,644
9
0.55
3
Cikungunya
5
29
3,365
0
4
DBD
9
167
3,253
68
2.09
5
Diare
10
148
11,777
42
0.36
6
Difteri
4
5
15
1
6.67
7
Malaria Klinis
10
31
3,705
30
0.81
8
Keracunan Makanan
11
43
937
0
-
9
Kolera
1
1
78
0
-
10 Rabies
8
27
123
19
15.45
11 Rubella
2
3
70
0
-
12 Tetanus
9
38
42
18
42.86
536
25,030
188
0.75
TOTAL Sumber: Profil Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
-
Lampiran 3.32
KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DIARE TAHUN 2002 - 2006 No
Provinsi
(1)
(2)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
P
2002 M
CFR
P
2003 M
CFR
P
2004 M
CFR
P
2005 M
CFR
P
2006 M
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
CFR (17)
413
10
2.42
401
10
2.49
-
-
-
267
6
2.25
163
5
3.07
Sumatera Utara
30
3
10.00
67
2
2.99
-
-
-
145
6
4.14
401
13
3.99
3
Sumatera Barat
52
2
3.85
442
7
1.58
367
10
2.72
-
-
-
40
0
-
4
Riau
4
1
25.00
113
5
4.42
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5
Jambi
-
-
-
9
0
-
131
5
3.82
-
-
-
-
-
-
6
Sumatera Selatan
-
-
-
442
1
0.23
-
-
-
95
1
1.05
46
0
-
7
Bengkulu
591
10
1.69
-
-
-
-
-
-
-
-
-
218
6
2.75
8
Lampung
-
-
-
20
1
5.00
133
7
5.26
95
2
2.11
-
-
-
9
Kepulauan Bangka Belitung
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
10
Kepulauan Riau
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
11
DKI
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
12
Jawa Barat
692
9
1.30
522
7
1.34
51
0
0.00
148
1
0.68
880
12
1.36 -
13
Jawa Tengah
-
-
-
53
4
7.55
137
4
2.92
-
-
-
-
-
14
DI Yogyakarta
-
-
-
104
1
0.96
7
0
0.00
-
-
-
-
-
-
15
Jawa Timur
206
-
-
248
2
0.81
349
4
1.15
48
0
-
226
1
0.44
16
Banten
17
Bali
-
-
-
161
4
2.48
43
2
4.65
1,371
26
1.90
-
-
-
106
1
0.94
68
0
0.00
199
0
0.00
-
-
-
-
-
-
18
Nusa Tenggara Barat
-
-
-
-
-
-
15
0
0.00
-
-
-
102
1
0.98
19
Nusa Tenggara Timur
2,986
28
0.94
456
8
1.75
-
-
-
2,194
28
1.28
1,223
45
3.68
20
Kalimantan Barat
49
3
6.12
-
-
-
256
0
0.00
-
-
-
-
-
-
21
Kalimantan Tengah
100
-
-
54
6
11.11
-
-
-
-
-
-
-
-
-
22
Kalimantan Selatan
-
-
-
-
-
-
373
7
1.88
-
-
-
488
7
1.43
23
Kalimantan Timur
-
-
-
352
17
4.83
325
1
0.31
-
-
-
-
-
-
24
Sulawesi Utara
-
-
-
53
2
3.77
139
0
0.00
-
-
-
50
1
2.00 2.60
25
Sulawesi Tengah
89
3
3.37
129
11
8.53
378
5
1.32
69
13
18.84
269
7
26
Sulawesi Selatan
-
-
-
595
34
5.71
42
8
19.05
-
-
-
-
-
-
27
Sulawesi Tenggara
-
-
-
170
0
0.00
369
0
0.00
-
-
-
-
-
-
28
Gorontalo Sulawesi Barat
-
29 30
Maluku
31 32
Maluku Utara Papua
33
Irian Jaya Barat
Indonesia Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006 P = Penderita M = Meninggal C = Case Fatality Rate
-
-
125
1
0.80
-
-
-
-
-
-
177
12
5.65
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
20
3
15.00
296
8
2.70
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
49
4
8.16
-
-
-
-
-
-
133
7
5.26
133
6
5.31
126
12
9.52
38
5
13.16
-
-
-
486
37
7.61
6,544
158
2.41
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5,789
94
1.62
4,622
128
2.77
3,314
1.60
5,051
127
2.51
10,980
277
2.52
53
Lampiran 3.33
JUMLAH PENDERITA, CASE FATALITY RATE (%), DAN INCIDENCE RATE PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD/DHF) MENURUT PROVINSI TAHUN 2002 - 2006 No
Tahun 2002
Provinsi
(1)
(2)
Tahun 2004
Tahun 2003
CFR
IR
P
CFR
IR
P
CFR
IR
P
CFR
IR
P
CFR
IR
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
3
Sumatera Barat
623
1.6
13.74
292
0.7
6.88
514
0.97
4
Riau
978
0.8
19.42
715
0.7
13.98
1,050
2.00
5
Jambi
272
4.0
10.71
80
2.5
2.83
275
1.45
6
Sumatera Selatan
1,406
1.8
19.71
1,403
2.1
17.87
1,270
7
Bengkulu
14
0.0
0.91
2
0.0
0.13
8
Lampung
197
5.1
3.43
624
2.6
9.29
9
Kepulauan Bangka Belitung
29
3.4
3.21
241
4.1
26.68
53
-
-
-
-
-
-
-
10 Kepulauan Riau
Tahun 2006
Tahun 2005
P
92
8.7
2.13
128
3.1
2.76
252
4.37
5.43
629
1.59
14.86
758
1.98
19.43
348
3.7
2.80
878
2.7
7.07
1,093
2.20
8.79
3,657
1.80
30.75
2,125
1.60
16.86
12.11
1,154
1.99
25.89
1,067
1.22
23.87
20.53
1,850
1.73
41.19
948
1.90
21.04
9.74
353
3.12
13.38
365
3.01
13.83
1.34
16.06
1,621
0.56
18.38
2,272
0.09
32.48
204
0.98
13.25
61
3.28
3.60
129
908
1.54
13.51
736
1.63
10.54
1,402
1.00
0
5.65
46
4.35
4.60
58
0.00
-
-
746
3.49
57.58
969
2.89
74.79
0.78
7.61 20.08 5.80
11 DKI Jakarta
5,750
0.9
66.86
14,071
0.4
125.09
20,510
0.43
260.08
23,466
0.34
296.87
24,932
0.16
316.17
12 Jawa Barat
4,817
1.3
13.56
8,683
2.1
23.64
19,014
1.13
52.20
18,590
1.53
47.50
25,851
1.06
66.08
13 Jawa Tengah
6,357
1.6
19.09
8,490
2.3
25.51
9,047
1.80
27.11
6,583
2.29
19.61
10,924
2.01
33.72
992
1.0
28.57
1,553
2.3
47.09
2,206
1.41
66.89
971
1.24
29.44
2,184
1.05
66.22
5,308
1.3
15.04
4,216
1.4
11.94
8,287
1.45
23.48
15,251
1.74
42.94
20,374
1.21
56.19
14 DI Yogyakarta 15 Jawa Timur 16 Banten
713
0.7
8.00
700
3.6
8.17
2577
2.25
30.08
2,045
1.27
23.87
2,306
1.52
26.92
3,986
0.3
130.87
2,364
0.3
76.78
1935
0.41
58.64
3,596
0.50
108.97
5,629
0.53
170.57
18 Nusa Tenggara Barat
232
1.3
5.91
196
4.6
5.06
805
1.99
20.77
1,062
1.41
26.62
623
0.64
15.59
19 Nusa Tenggara Timur
24
4.2
0.63
260
3.2
6.34
1381
3.11
35.00
735
1.36
17.75
251
1.20
6.36
1,910
1.6
49.97
349
2.0
9.13
212
2.36
5.55
1,220
1.07
31.92
2,659
1.32
65.94
17 Bali
20 Kalimantan Barat 21 Kalimantan Tengah
72
2.8
4.00
300
3.0
16.36
453
1.32
24.70
491
0.81
26.75
513
0.78
27.42
22 Kalimantan Selatan
365
0.3
17.04
178
3.4
7.47
378
0.79
10.30
341
2.35
9.29
455
1.54
12.40
23 Kalimantan Timur
2,011
2.0
80.08
1,926
1.5
77.32
2276
1.80
91.37
3,165
2.59
121.74
2,714
2.80
103.64
974
1.4
47.47
369
1.3
15.75
225
4.89
10.56
1,926
1.35
119.89
1,290
1.47
59.62
25 Sulawesi Tengah
81
2.5
3.27
184
1.0
7.47
293
3.41
13.06
780
1.00
31.73
492
2.24
20.01
26 Sulawesi Selatan
2,408
1.6
31.71
2,636
1.5
31.41
3500
0.69
41.70
2,822
1.81
34.65
2,612
0.84
35.03
51
0.0
2.91
43
2.3
2.45
266
0.75
13.89
758
2.90
39.25
95
3.16
4.73
4
0.0
0.31
30
0.0
3.54
14
0.00
1.60
206
0.00
23.50
302
0.66
32.90
27
2.00
2.66
31
3.23
3.06
0.00
0.00
0
0.00
0.00 16.09
24 Sulawesi Utara
27 Sulawesi Tenggara 28 Gorontalo 29 Sulawesi Barat
-
-
-
-
-
-
-
-
-
30 Maluku
0
0.0
0.00
0
0.0
0.00
0
0.00
0.00
31 Maluku Utara 32 Papua 33 Irian Jaya Barat Indonesia Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Ket : IR (Insidens) per 100.000 penduduk
0
63
3.2
7.20
2
1.0
0.23
74
9.46
8.71
24
4.17
2.65
138
2.90
300
1.0
14.19
603
0.8
29.13
390
2.05
18.84
183
1.09
11.02
60
0.00
3.55
-
-
-
-
-
-
-
-
-
184
3.26
32.62
128
0.00
22.69
40,377
1.3
19.24
51,516
1.5
23.87
79,462
1.2
37.11
95,279
1.36
43.42
114,656
1.04
52.48
Lampiran 3.34
JUMLAH KABUPATEN/KOTA YANG TERJANGKIT PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD/DHF) MENURUT PROVINSI TAHUN 2004 - 2006 No
Provinsi
(1)
(2)
2004
2005
2006
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
16
80.0
12
57.1
15
71.4
2
Sumatera Utara
15
65.2
17
68.0
19
76.0
3
Sumatera Barat
9
56.3
10
52.6
12
63.2
4
Riau
14
87.5
11
100.0
11
100.0
5
Jambi
6
Sumatera Selatan
7 8
7
90.0
7
70.0
10
100.0
11
71.4
9
64.3
9
64.3
Bengkulu
5
71.4
3
33.3
7
77.8
Lampung
10
100.0
10
100.0
10
100.0 71.4
9
Kepulauan Bangka Belitung
71.4 -
85.7
5
Kepulauan Riau
5 -
6
10
5
83.3
3
50.0
11
DKI Jakarta
5
83.3
5
83.3
5
83.3
12
Jawa Barat
25
100.0
25
100.0
25
100.0
13
Jawa Tengah
35
100.0
35
100.0
35
100.0
14
DI Yogyakarta
5
100.0
5
100.0
5
100.0
15
Jawa Timur
38
100.0
38
100.0
38
100.0
16
Banten
6
100.0
6
100.0
6
100.0
17
Bali
9
100.0
9
100.0
9
100.0
18
Nusa Tenggara Barat
8
100.0
9
100.0
8
88.9
19
Nusa Tenggara Timur
10
62.5
7
43.8
1
6.3
20
Kalimantan Barat
9
90.0
7
58.3
10
83.3
21
Kalimantan Tengah
11
78.6
6
42.9
6
42.9
22
Kalimantan Selatan
13
100.0
13
100.0
12
92.3
23
Kalimantan Timur
13
100.0
12
92.3
13
100.0
24
Sulawesi Utara
7
87.5
9
100.0
9
100.0
25
Sulawesi Tengah
5
55.6
10
100.0
7
70.0
26
Sulawesi Selatan
23
82.1
21
91.3
20
87.0
27
Sulawesi Tenggara
1
14.3
6
60.0
5
50.0
28
Gorontalo
100.0
5
100.0
Sulawesi Barat
40.0 -
5
29
2 -
1
20.0
2
40.0
30
Maluku
0
0.0
0
0.0
0
0.0
31
Maluku Utara
3
37.5
3
37.5
3
37.5
32
Papua
21.4 -
20.0
3
15.0
Irian Jaya Barat Indonesia
6 -
4
33
326
74.1
4 330
44.4 75.0
2 330
22.2 75.0
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Lampiran 3.35 JUMLAH DAN PERSENTASE KABUPATEN TERJANGKIT DAN JUMLAH KASUS GIGITAN HEWAN TERTULAR RABIES SERTA HASIL PEMERIKSAAN SPECIMEN HEWAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 No
Provinsi
(1)
Jumlah Daerah Tertular Desa Kecamatan
(2)
(3)
Seluruhnya
(4)
Jumlah Kabupaten/Kota Terjangkit
%
(6)
(7)
(5)
Jumlah Kasus GHTR
Pemberian VAR
Lyssa
(8)
(9)
(10)
Jumlah Specimen Hewan Diperiksa Positif (11)
(12)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
32
22
21
18
85.71
270
195
0
2
Sumatera Utara
42
40
25
23
92.00
1,702
1,201
7
6
3
Sumatera Barat
211
142
19
18
94.74
2,538
1,771
10
354
4
Riau
109
22
11
8
72.73
314
210
5
Jambi
59
42
10
10
100.00
465
299
0
286
6
Sumatera Selatan
36
27
14
12
85.71
529
462
7
7
Bengkulu
26
13
9
9
100.00
68
57
4
8
Lampung
21
9
10
8
80.00
597
388
2
8.00
266
214
1
16.67
10
10
9
Kepulauan Bangka Belitung
7
10
Kepulauan Riau
6
11
DKI Jakarta
12
Jawa Barat
13
Jawa Tengah
14
DI Yogyakarta
15
Jawa Timur
16
Banten
6
17
Bali
9
18
Nusa Tenggara Barat
19
Nusa Tenggara Timur
20
Kalimantan Barat
21
19
6 8
8
25
1
1
1
35 5 38
9 68
33
16
6
37.50
1,267
1,129
5
0
1
12
1
8.33
36
0
1
-
Kalimantan Tengah
52
26
14
9
64.29
596
400
2
27
22
Kalimantan Selatan
81
41
13
11
84.62
46
40
0
5
23
Kalimantan Timur
19
23
13
9
69.23
161
98
0
1
24
Sulawesi Utara
9
9
100.00
1,662
317
21
256
25
Sulawesi Tengah
40
19
10
11
110.00
438
271
15
165
26
Sulawesi Selatan
22
112
23
12
52.17
979
433
10
51
27
Sulawesi Tenggara
84
66
10
9
90.00
1,014
775
11
66
28
Gorontalo
73
27
5
5
100.00
105
40
29
Sulawesi Barat
7
0
5
2
40.00
162
150
30
Maluku
28
5
8
3
37.50
502
389
2
23
31
Maluku Utara
13
3
8
3
37.50
202
164
10
32
Papua
33
Irian Jaya Barat
199
45.23
9,013
106
20 Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006 Keterangan :
GHTR = Gigitan Hewan Tertular Rabies VAR/SAR=yang di VAR/SAR Lyssa = meninggal karena rabies
9 1,031
681
440
13,929
1
1,260
Lampiran 3.36
JUMLAH PENDERITA FILARIASIS MENURUT PROVINSI TAHUN 2002 - 2006 No
Provinsi
(1)
(2)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
2002
2003
Tahun 2004
2005
(3)
(4)
(5)
(6)
2006 (8)
1,908
1,940
1,896
2,354
2,359
Sumatera Utara
52
45
102
104
104
3
Sumatera Barat
30
32
30
149
231
4
Riau
267
267
243
532
532
5
Jambi
136
134
220
218
255
6
Sumatera Selatan
91
44
130
191
191
7
Bengkulu
67
55
57
79
94
8
Lampung
73
73
73
74
74
9
Kepulauan Bangka Belitung
73
78
37
160
151 31
10
Kepulauan Riau
21
31
11
DKI Jakarta
12
12
12
53
53
12
Jawa Barat
156
156
78
229
252
136
136
226
224
224
7
7
144
167
13
Jawa Tengah
14
DI Yogyakarta
15
Jawa Timur
16
Banten
17
Bali
18
5
5
119
207
207 67
69
76
67
5
5
5
11
18
Nusa Tenggara Barat
62
62
62
62
62
19
Nusa Tenggara Timur
1,706
1,706
1,706
1,627
1,682
20
Kalimantan Barat
156
156
261
232
232
21
Kalimantan Tengah
123
118
117
202
202
22
Kalimantan Selatan
169
135
249
385
385 409
23
Kalimantan Timur
282
272
195
409
24
Sulawesi Utara
72
72
23
26
30
25
Sulawesi Tengah
82
82
82
451
451
26
Sulawesi Selatan
154
154
110
83
60
27
Sulawesi Tenggara
197
197
182
119
181
14
83
224
224
91
92
28
Gorontalo
29
Sulawesi Barat
30
Maluku
31
Maluku Utara
57
32
Papua
33
Irian Jaya Barat
390 Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
6,217
57
390
6,635
30
30
70
5
12
12
36
1,334
1,132
254
264
355
10,239
10,427
6,430
Lampiran 3.37
JUMLAH KASUS DAN PREVALENSI FRAMBUSIA MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 No
Provinsi
Jumlah Kasus
(1)
(2)
(3)
Prevalensi / 100.000 penduduk (4)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
-
-
2
Sumatera Utara
-
-
3
Sumatera Barat
-
-
4
Riau
-
-
5
Jambi
-
-
6
Sumatera Selatan
-
-
7
Bengkulu
-
-
8
Lampung
-
-
9
Kepulauan Bangka Belitung
-
-
10
Kepulauan Riau
-
-
11
DKI Jakarta
-
-
12
Jawa Barat
-
-
13
Jawa Tengah
-
-
14
DI Yogyakarta
-
-
15
Jawa Timur
-
-
16
Banten
-
-
17
Bali
-
-
18
Nusa Tenggara Barat
-
-
19
Nusa Tenggara Timur
1,172
2.80
20
Kalimantan Barat
-
-
21
Kalimantan Tengah
-
-
22
Kalimantan Selatan
-
-
23
Kalimantan Timur
-
-
24
Sulawesi Utara
-
-
25
Sulawesi Tengah
-
-
26
Sulawesi Selatan
-
-
27
Sulawesi Tenggara
1,517
7.92
28
Gorontalo
-
-
29
Sulawesi Barat
-
-
30
Maluku
152
1.08
31
Maluku Utara
32
Papua
33
Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
-
-
1,850
10.01
849
15.07
5,540
0.25
Lampiran 3.38
SITUASI LEPTOSPIROSIS PADA MANUSIA DI INDONESIA TAHUN 2002 - 2006
No
Provinsi
(1)
(2)
2002 Kasus Meninggal (3)
Tahun 2004 Kasus Meninggal
2003 Kasus Meninggal
(4)
(5)
(6)
(7)
Kasus
(8)
2005 Meninggal
(9)
Kasus
(10)
2006 Meninggal
(11)
(12)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
-
-
-
-
-
-
-
-
49
-
2
Sumatera Utara
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3
Sumatera Barat
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
4
Riau
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5
Jambi
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
6
Sumatera Selatan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
7
Bengkulu
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
8
Lampung
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
9
Kepulauan Bangka Belitung
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
10
Kepulauan Riau
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
11
DKI Jakarta
138
21
65
6
78
6
62
0
51
0
12
Jawa Barat
12
0
0
0
7
0
-
-
-
-
13
Jawa Tengah
-
-
12
0
40
10
34
10
35
9
14
DI Yogyakarta
-
-
-
-
20
1
8
2
-
-
15
Jawa Timur
-
-
8
3
3
0
1
0
1
0
16
Banten
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
17
Bali
-
-
2
1
-
-
-
-
-
-
18
Nusa Tenggara Barat
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
19
Nusa Tenggara Timur
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
20
Kalimantan Barat
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
21
Kalimantan Tengah
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
22
Kalimantan Selatan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
23
Kalimantan Timur
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
24
Sulawesi Utara
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
25
Sulawesi Tengah
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
26
Sulawesi Selatan
-
-
-
-
18
8
9
4
2
2
27
Sulawesi Tenggara
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
28
Gorontalo
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
29
Sulawesi Barat
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
30
Maluku
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
31
Maluku Utara
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
32
Papua
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
33
Irian Jaya Barat Indonesia
150
21
87
10
166
25
114
16
138
11
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Lampiran 3.39
SITUASI TAENIASIS/CYSTICERCOSIS PADA MANUSIA DI INDONESIA TAHUN 2002 - 2006 No
Provinsi
(1)
(2)
Kasus
2002 Diobati
Meninggal
(3)
(4)
(5)
Kasus
2003 Diobati
Meninggal
(6)
(7)
(8)
Kasus
Tahun 2004 Diobati
Meninggal
Kasus
2005 Diobati
Meninggal
Kasus
2006 Diobati
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
Meninggal (17)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2
Sumatera Utara
-
-
-
-
-
-
-
-
-
126
126
0
-
-
-
3
Sumatera Barat
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
4
Riau
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5
Jambi
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
6
Sumatera Selatan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
7
Bengkulu
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
8
Lampung
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
9
Kepulauan Bangka Belitung
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
10 Kepulauan Riau
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
11 DKI Jakarta
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
12 Jawa Barat
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
13 Jawa Tengah
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
14 DI Yogyakarta
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
15 Jawa Timur
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
16 Banten
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
78
78
0
66
66
0
43
43
0
8
8
0
2
2
0
18 Nusa Tenggara Barat
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
19 Nusa Tenggara Timur
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
20 Kalimantan Barat
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
21 Kalimantan Tengah
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
22 Kalimantan Selatan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
23 Kalimantan Timur
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
24 Sulawesi Utara
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
25 Sulawesi Tengah
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
26 Sulawesi Selatan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
27 Sulawesi Tenggara
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
28 Gorontalo
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
29 Sulawesi Barat
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
30 Maluku
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
31 Maluku Utara
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
422
422
0
22
22
0
410
203
0
83
83
0
76
46
0
184
184
0
160
160
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
684
684
0
248
248
0
453
246
0
217
217
0
78
48
0
17 Bali
32 Papua 33 Irian Jaya Barat Indonesia Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Lampiran 3.40
SITUASI ANTRAKS PADA MANUSIA DI INDONESIA TAHUN 2002 - 2006 No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi (2)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Kasus
2002 Diobati
Meninggal
(3)
(4)
(5)
6 2 27 35
6 2 27 35
0 1 7 8
Kasus
2003 Diobati
Meninggal
Kasus
(6)
(7)
(8)
(9)
14 20 6 40
14 20 6 40
0 2 0 2
Jumlah 2004 Diobati Meninggal (10)
69 26 14 109
69 26 14 109
(11)
6 0 2 8
Kasus
2005 Diobati
Meninggal
Kasus
2006 Diobati
Meninggal
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
30 30 16 76
30 30 16 76
0 1 0 1
8 7 15
7 7 14
1 1
Lampiran 3.41
SITUASI PES PADA MANUSIA DI INDONESIA TAHUN 2006 No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi (2)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Jumlah Spesimen Diperiksa Human Rodent (3)
(4)
205 205
Hasil Spesimen Positif Human Rodent (5)
903 345 2,877 4,125
Spesimen Pool Diperiksa Positif
(6)
4 4
(7)
3 3
(8)
194 456 650
0
Lampiran 3.42 KEPESERTAAN DAN JENIS KASUS KECELAKAAN KERJA (PT JAMSOSTEK) TAHUN 2006 Kepesertaan No
Provinsi
(1)
(2)
Perusahaan
Tenaga Kerja
Sembuh
Cacat Fungsi
(3)
(4)
(5)
(6)
Cacat Sebagian (7)
Jenis Kecelakaan Kerja Cacat Meninggal Total (8)
(9)
Jumlah
% Kecelakaan Kerja
(10)
1 Kanwil I
6,337
500,473
12,260
461
268
8
162
13,159
2.63
2 Kanwil II
9,050
896,896
7,938
624
388
48
213
9,211
1.03
3 Kanwil III
18,732
1,857,017
7,515
515
380
24
361
8,795
0.47
4 Kanwil IV
13,056
1949192
27,251
1,284
788
23
351
29,697
1.52
5 Kanwil V
9,086
723,765
10,506
152
169
7
163
10,997
1.52
6 Kanwil VI
13,616
1,090,768
17,009
819
483
10
315
18,636
1.71
7 Kanwil VII
6,283
457,853
2,035
910
304
1
128
3,378
0.74
8 Kanwil VIII
6,192
243,731
1,313
208
138
1
91
1,751
0.72
82,352
7,719,695
85,827
4,973
2,918
122
1,784
95,624
1.24
Indonesia Sumber: Pusat Kesehatan Kerja, 2006 Catatan :
Kanwil I meliputi NAD, Sumatera Utara dan Sumatera Barat Kanwil II meliputi Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, Lampung Kanwil III meliputi DKI Jakarta Kanwil IV meliputi Jawa Barat dan Banten Kanwil V meliputi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta Kanwil VI meliputi Jawa Timur, Bali, NTT, NTB Kanwil VII meliputi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan Kanwil VIII meliputi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara dan Papua
Lampiran 4.1 CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K1 DAN K4, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN KUNJUNGAN NEONATUS MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 Ibu Hamil No
Provinsi
(1)
(2)
Ibu Bersalin
Jumlah
K1
% K1
K4
% K4
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Kunjungan Neonatus
Jumlah
Ditolong Nakes
% Ditolong Nakes
(8)
(9)
(10)
Jumlah
Kunjungan Neonatus1
% KN 1
Kunjungan Neonatus2
% KN2
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
1 Nanggroe Aceh Darussalam
113,856
98,176
86.23
86,698
76.15
108,988
80,032
73.43
103,684
75,524
2 Sumatera Utara
330,560
288,557
87.29
272,738
82.51
317,263
243,848
76.86
304,373
239,112
72.84 78.56
61,653
59.46
219,894
72.24
3 Sumatera Barat
118,348
104,851
88.60
90,197
76.21
112,969
85,404
75.60
107,526
89,186
82.94
89,186
82.94
4 Riau
133,638
123,200
92.19
112,745
84.37
127,382
95,919
75.30
121,683
103,137
84.76
97,005
79.72
73,274
67,388
91.97
61,055
83.32
67,354
52,567
78.05
64,991
56,929
87.60
53,837
82.84
177,915
163,332
91.80
152,756
85.86
170,751
141,337
82.77
163,162
131,763
80.76
126,628
77.61
5 Jambi 6 Sumatera Selatan 7 Bengkulu
45,255
38,865
85.88
34,884
77.08
43,488
31,156
71.64
41,821
31,723
75.85
29,997
71.73
8 Lampung
184,643
172,362
93.35
156,700
84.87
176,250
133,579
75.79
167,855
145,652
86.77
140,763
83.86
29,226
26,850
91.87
25,155
86.07
27,879
23,598
84.64
26,291
23,913
90.96
-
41,426
37,161
89.70
33,107
79.92
38,096
27,839
73.08
37,063
21,625
58.35
20,063
9 Kepulauan Bangka Belitung 10 Kepulauan Riau
54.13
11 DKI Jakarta
205,533
224,827
109.39
188,874
91.89
199,386
164,853
82.68
189,327
161,480
85.29
150,810
79.66
12 Jawa Barat
1,004,738
856,652
85.26
777,660
77.40
925,002
650,643
70.34
555,408
721,953
129.99
732,628
131.91
13 Jawa Tengah
677,918
649,136
95.75
602,304
88.85
654,560
564,198
86.20
628,886
576,258
91.63
574,301
91.32
14 DI Yogyakarta
51,928
49,718
95.74
42,750
82.33
48,137
40,068
83.24
46,433
0.00
38,901
83.78
93.62
559,292
80.57
637,402
547,566
85.91
634,441
565,992
89.21
554,467
87.39
15 Jawa Timur 16 Banten
694,203
649,943
-
269,259
234,996
87.28
189,009
70.20
256,840
161,922
63.04
245,263
94,301
38.45
211,019
86.04
67,187
62,136
92.48
58,198
86.62
64,153
57,826
90.14
61,097
57,769
94.55
57,571
94.23
18 Nusa Tenggara Barat
111,232
106,163
95.44
95,621
85.97
106,421
82,615
77.63
101,254
89,525
88.42
87,448
86.36
19 Nusa Tenggara Timur
122,638
106,537
86.87
77,541
63.23
112,300
77,221
68.76
107,925
87,044
80.65
83,237
77.12
20 Kalimantan Barat
107,981
90,960
84.24
82,756
76.64
103,235
68,214
66.08
98,575
54,858
55.65
52,586
53.35
21 Kalimantan Tengah
58,028
49,467
85.25
42,417
73.10
53,745
38,243
71.16
51,429
39,653
77.10
39,576
76.95
22 Kalimantan Selatan
81,984
75,813
92.47
60,697
74.04
77,743
61,939
79.67
75,018
64,306
85.72
63,970
85.27
23 Kalimantan Timur
78,970
71,170
90.12
62,347
78.95
75,589
55,099
72.89
71,918
57,565
80.04
56,463
78.51
17 Bali
24 Sulawesi Utara
49,780
43,688
87.76
39,021
78.39
45,918
37,811
82.34
45,428
33,967
74.77
31,721
69.83
25 Sulawesi Tengah
60,634
52,309
86.27
46,694
77.01
58,387
45,434
77.82
56,292
47,305
84.04
44,461
78.98
26 Sulawesi Selatan
183,235
171,124
93.39
138,909
75.81
169,113
127,984
75.68
163,280
183,398
112.32
95,842
58.70
27 Sulawesi Tenggara
56,072
47,222
84.22
42,172
75.21
52,783
37,811
71.63
51,894
43,397
83.63
41,907
80.76
28 Gorontalo
25,062
22,724
90.67
19,712
78.65
24,072
16,660
69.21
22,788
18,624
81.73
18,365
80.59
58.05
22,526
13,339
59.22
16,168
71.77
29 Sulawesi Barat
25,428
22,401
88.10
15,688
61.70
24,281
14,096
30 Maluku
34,730
30,546
87.95
23,925
68.89
33,152
20,239
61.05
32,463
20,035
61.72
19,276
59.38
31 Maluku Utara
24,161
19,192
79.43
16,354
67.69
23,194
13,397
57.76
22,229
15,639
70.35
14,139
63.61
32 Papua
55,138
32,486
58.92
17,104
31.02
52,631
16,201
30.78
50,125
12,848
25.63
9,749
19.45
61.93
5,707
29.54
55.46
16,900
5,864
34.70
5,093
30.14
76.40
4,489,348
3,883,684
86.51
3,838,724
85.51
33 Irian Jaya Barat Indonesia
19,317 5,313,297
11,963 4,801,915
Sumber: Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes RI
90.38
4,230,787
79.63
18,556 5,007,020
10,292 3,825,611
Lampiran 4.2 CAKUPAN RUJUKAN KASUS RISTI, DAN PENANGANAN KOMPLIKASI IBU HAMIL DAN NEONATAL MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
No
Provinsi
(1)
(2)
Penanganan Komplikasi Obstetri Neonatal
Rujukan Kasus Risti Maternal Neonatal
Jumlah
Jumlah
Ibu Hamil
Ibu Bersalin
Abs
%
Abs
%
Abs
%
Abs
%
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
113,856
108,988
394
1.73
244
1.07
153
2
Sumatera Utara
330,560
317,263
2,887
4.37
1,134
1.72
3,023
0.95
1,086
3
Sumatera Barat
118,348
112,969
3,723
15.73
450
1.90
3,172
2.81
973
0.86
4
Riau
133,638
127,382
2,079
7.78
232
0.87
4,747
3.73
1,331
1.04
5
Jambi
6
Sumatera Selatan
0.13
101
0.09 0.34
73,274
67,354
2,159
14.73
239
1.63
2,748
4.08
326
0.48
177,915
170,751
4,963
13.95
3,258
9.16
1,846
1.08
678
0.40
7
Bengkulu
45,255
43,488
678
7.49
374
4.13
2,385
5.48
684
1.57
8
Lampung
184,643
176,250
6,660
18.03
540
1.46
8,109
4.60
443
0.25
658
2.36
333
9
Kepulauan Bangka Belitung
29,226
27,879
1,141
19.52
302
5.17
10
Kepulauan Riau
41,426
38,096
277
3.34
76
0.92
11
DKI Jakarta
205,533
199,386
-
0.00
-
0.00
12
Jawa Barat
464,296
322,985
2,638
2.84
919
0.99
13
Jawa Tengah
677,918
654,560
-
0.00
-
0.00
14
DI Yogyakarta
15
Jawa Timur
16
Banten
17
Bali
51,928
0.00 0.00 8,728
2.70
1.19 0.00 0.00
208
0.00
0.06 0.00
48,137
1,384
13.33
277
2.67
3,676
7.64
442
0.92
637,402
21,314
15.35
3,581
2.58
94,839
14.88
6,680
1.05
269,259
256,840
4,727
8.78
1,405
2.61
2,768
1.08
790
0.31
67,187
64,153
1,076
8.01
640
4.76
848
1.32
533
0.83
694,203
18
Nusa Tenggara Barat
111,232
106,421
9,572
43.03
3,262
14.66
8,096
7.61
3,079
2.89
19
Nusa Tenggara Timur
122,638
112,300
4,218
17.20
779
3.18
4,008
3.57
1,673
1.49 1.60
20
Kalimantan Barat
107,981
103,235
2,939
13.61
486
2.25
2,847
2.76
1,655
21
Kalimantan Tengah
58,028
53,745
427
3.68
189
1.63
3,540
6.59
684
1.27
22
Kalimantan Selatan
81,984
77,743
2,191
13.36
693
4.23
1,937
2.49
762
0.98 0.54
23
Kalimantan Timur
78,970
75,589
2,385
15.10
59
0.37
3,507
4.64
411
24
Sulawesi Utara
49,780
45,918
1,047
10.52
217
2.18
1,032
2.25
118
0.26
25
Sulawesi Tengah
60,634
58,387
1,556
12.83
833
6.87
2,631
4.51
3,456
5.92
26
Sulawesi Selatan
183,235
169,113
7,167
19.56
6,440
17.57
14,425
8.53
13,493
7.98
27
Sulawesi Tenggara
56,072
52,783
1,225
10.92
348
3.10
1,826
3.46
327
0.62
28
Gorontalo
25,062
24,072
362
7.22
41
0.82
1,073
4.46
74
0.31
29
Sulawesi Barat
5,461
107.38
2,506
49.28
5,604
23.08
2,506
10.32
25,428
24,281
30
Maluku
34,730
33,152
-
0.00
-
0.00
1,155
3.48
35
0.11
31
Maluku Utara
24,161
23,194
412
8.53
240
4.97
412
1.78
240
1.03
32
Papua
55,138
52,631
440
3.99
99
0.90
1,838
3.49
516
0.98
33
Irian Jaya Barat
-
-
-
-
Indonesia
4,753,538
Sumber: Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes RI
4,386,447
95,502
10.05
29,863
3.14
191,631
4.37
43,637
0.99
Lampiran 4.3 PROPORSI WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN YANG SEDANG MENGGUNAKAN /MEMAKAI ALAT KB MENURUT DAERAH TEMPAT TINGGAL DAN PROVINSI, TAHUN 2006 No
Provinsi
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan + Perdesaan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2006
48.69 46.38 47.37 47.11 57.53 60.15 63.45 58.26 63.64 54.43 55.25 63.07 59.97 56.31 61.91 62.95 64.39 58.14 39.86 55.11 64.72 65.50 56.70 66.89 53.15 40.74 51.59 55.37 36.44 41.57 51.77 43.44 43.91 58.65
41.37 44.04 49.81 57.13 63.13 63.50 72.48 66.12 63.30 59.37 62.60 63.55 66.39 57.91 56.85 70.95 52.96 31.18 60.98 67.45 67.41 52.29 71.52 55.05 43.43 45.56 63.22 39.20 25.70 35.68 27.62 25.91 57.36
43.04 45.08 49.06 53.69 61.63 62.44 70.08 64.49 63.44 55.41 55.25 62.84 62.10 61.13 59.52 60.33 67.43 54.82 32.63 59.49 66.64 66.70 54.67 69.75 54.68 42.59 46.80 61.24 38.82 30.13 39.61 31.22 31.73 57.91
Lampiran 4.4 PROPORSI WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN YANG PERNAH MENGGUNAKAN / MEMAKAI ALAT KB MENURUT DAERAH TEMPAT TINGGAL DAN PROVINSI, TAHUN 2006 No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan + Perdesaan
(2)
(3)
(4)
(5)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2006
71.60 71.70 73.53 75.52 78.52 80.91 84.44 82.11 80.72 77.27 80.08 86.49 81.71 79.21 80.60 83.65 84.16 83.00 64.12 80.60 85.56 86.43 82.21 90.44 77.40 64.88 72.02 79.94 55.77 67.23 71.96 69.35 65.46 81.07
63.40 65.60 73.78 77.88 83.76 83.00 88.03 86.62 82.06 79.11 86.92 84.15 83.62 79.29 81.70 86.81 79.53 53.52 82.07 85.00 86.86 76.04 90.30 77.23 64.88 67.82 83.26 55.58 40.85 55.98 39.75 38.24 78.78
65.27 68.31 73.70 77.07 82.36 82.34 87.07 85.68 81.53 77.64 80.08 86.70 83.16 81.32 79.82 82.81 85.39 80.78 55.29 81.69 85.17 86.70 79.37 90.36 77.26 64.88 68.69 82.42 55.60 48.21 59.88 46.48 47.04 79.76
Lampiran 4.5 PERSENTASE WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN MENURUT ALAT / CARA KB YANG SEDANG DIGUNAKAN / DIPAKAI DAN PROVINSI, TAHUN 2006 Perkotaan+Perdesaan Alat/cara KB yang dipakai No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
MOW/ Tubektomi
MOP/ Vasektomi
AKDR/IUD
Suntikan
Susuk KB
Pil
Kondom
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2006
0.32 4.53 1.85 1.11 0.77 1.39 1.19 0.78 1.14 1.49 1.42 1.47 4.32 3.79 3.72 0.95 4.12 1.74 1.64 1.06 0.14 0.85 2.04 1.98 1.24 0.59 1.41 1.47 0.14 0.84 0.61 1.27 2.08 2.39
0.45 2.04 0.91 1.21 0.68 0.80 1.03 0.80 0.31 0.69 0.83 0.96 1.32 0.62 0.83 1.01 0.69 0.81 0.93 0.88 0.63 0.56 0.71 0.35 0.76 0.65 0.63 0.81 1.06 0.83 0.94 0.49 0.90 0.96
2.18 4.44 8.52 3.33 2.93 2.05 4.07 3.23 2.61 3.94 11.65 7.52 7.67 25.41 10.34 3.67 39.91 6.43 8.05 3.09 0.99 1.72 7.06 9.38 4.21 2.52 2.78 8.44 3.03 3.38 1.04 2.75 6.12 7.60
61.75 45.90 60.37 56.91 56.31 66.46 62.60 66.54 51.95 47.69 54.89 60.42 64.94 49.07 56.34 71.70 41.06 65.45 62.76 54.63 44.19 42.88 44.45 45.77 47.42 57.88 46.17 36.92 48.21 68.86 60.64 32.11 50.87 58.40
1.24 3.46 7.23 2.28 5.45 7.61 6.89 6.46 2.28 2.55 1.87 2.23 6.51 5.16 4.25 2.66 0.80 9.04 4.75 1.92 5.44 2.88 1.78 7.69 5.31 4.22 8.69 13.20 5.24 5.43 8.42 3.00 1.43 4.27
`
31.78 34.46 19.61 33.22 32.23 20.86 23.02 21.21 39.80 42.10 26.95 26.74 14.27 12.06 23.44 19.10 11.61 14.98 17.80 37.28 46.75 50.23 42.15 34.03 39.38 31.70 38.14 38.27 40.95 19.20 25.86 18.78 31.47 24.77
Intravagina/ Alat/Cara tissue Tradisional (10)
0.54 1.69 0.67 0.73 0.45 0.47 0.67 0.36 0.95 0.82 0.81 0.31 0.62 2.71 0.47 0.69 0.73 0.23 0.33 0.31 0.48 0.32 0.86 0.09 0.25 0.17 0.06 0.08 0.17 0.10 0.11 0.46 0.29 0.54
0.19 0.44 0.17 0.09 0.05 0.16 0.11 0.08 0.00 0.00 0.26 0.07 0.11 0.00 0.14 0.08 0.05 0.05 0.45 0.12 0.04 0.02 0.10 0.13 0.14 0.08 0.18 0.05 0.23 0.23 0.22 0.12
(11)
1.56 3.06 0.67 1.13 1.13 0.20 0.41 0.54 0.95 0.72 1.32 0.29 0.26 1.17 0.48 0.15 1.03 1.28 3.29 0.71 1.33 0.54 0.85 0.60 1.29 2.19 1.95 0.76 1.19 1.13 2.16 40.93 6.84 0.93
Jumlah (12)
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Lampiran 4.5.a PERSENTASE WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN MENURUT ALAT/CARA KB YANG SEDANG DIGUNAKAN /DIPAKAI DAN PROVINSI, TAHUN 2006 Perkotaan Alat/Cara KB yang Dipakai No (1)
Provinsi
MOW/ Tubektomi
MOP/ Vasektomi
AKDR/IUD
Suntikan
Susuk KB
Pil
Kondom
Intravagina/ tissue
Alat/Cara Tradisional
Jumlah
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta
0.15 3.69 2.76 1.71 0.91 2.00 1.60 1.75 2.01 1.79 1.42 1.60 5.23 3.97
0.31 2.08 1.02 0.60 0.41 1.36 0.00 1.40 0.41 0.81 0.83 0.75 1.52 0.73
6.01 5.46 14.83 7.59 4.47 2.92 7.86 6.48 5.71 4.89 11.65 12.00 8.93 27.08
55.65 49.60 53.12 59.72 58.26 65.08 54.25 60.27 46.75 45.02 54.89 57.06 63.66 43.69
0.32 2.27 4.77 2.01 2.07 4.48 5.46 3.04 1.96 2.34 1.87 1.69 4.58 3.58
34.00 31.39 21.68 25.65 30.93 22.56 28.63 24.78 40.63 43.52 26.95 25.87 14.38 15.02
1.19 1.84 1.17 1.50 1.39 1.05 1.18 1.07 0.90 0.98 0.81 0.54 1.20 4.81
0.73 0.62 0.09 0.17 0.20 0.26 0.20 0.00 0.00 0.00 0.26 0.10 0.11 0.00
1.64 3.04 0.55 1.03 1.36 0.30 0.83 1.18 1.64 0.65 1.32 0.39 0.39 1.11
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
15 16 17 18 19
Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur
4.64 0.74 3.63 1.82 1.87
0.93 1.28 0.83 1.11 0.91
10.55 5.47 37.76 9.20 16.33
54.56 68.51 40.84 61.95 51.46
3.14 0.88 0.95 8.74 1.49
24.48 22.01 13.15 15.02 22.47
0.80 0.76 1.03 0.30 0.19
0.18 0.13 0.10 0.00 0.00
0.73 0.20 1.72 1.85 5.28
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
1.91 0.29 1.24 2.81 3.11 2.71 0.99 1.15 1.25 0.54 1.42 0.13 2.14 3.94
1.13 0.81 0.88 0.74 0.41 0.52 0.72 0.22 1.00 4.57 1.45 1.47 0.75 1.32
8.24 1.95 3.20 10.47 10.16 6.39 4.52 5.13 16.08 4.37 6.81 1.07 6.20 10.31
52.10 43.23 42.33 42.58 44.84 39.95 58.35 40.72 31.00 53.50 63.44 62.96 45.59 43.25
0.41 2.65 2.41 1.28 3.98 6.95 3.32 7.55 7.15 4.37 4.43 7.28 5.97 -
34.79 48.36 48.64 39.37 36.71 40.20 30.66 41.75 42.33 29.97 22.17 25.32 35.54 40.08
0.45 0.79 0.72 1.29 0.02 0.73 0.08 0.05 0.00 1.34 0.00 0.36 1.08 0.66
0.00 0.12 0.00 0.17 0.23 0.00 0.02 0.00 0.20 0.00 0.71 0.28 -
0.96 1.80 0.59 1.27 0.55 2.55 1.35 3.43 0.99 1.34 0.29 0.71 2.45 0.44
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
2.79
1.02
10.25
56.37
2.75
24.95
0.89
0.16
0.84
100.00
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2006
`
Lampiran 4.5.b PERSENTASE WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN MENURUT ALAT/CARA KB YANG SEDANG DIGUNAKAN /DIPAKAI DAN PROVINSI, TAHUN 2006 Perdesaan Alat/Cara KB yang Dipakai No (1)
Provinsi
MOW/ Tubektomi
MOP/ Vasektomi
AKDR/IUD
Suntikan
Susuk KB
Pil
Kondom
Intravagina/ tissue
Alat/Cara Tradisional
Jumlah
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah
0.38 5.23 1.47 0.85 0.72 1.12 1.06 0.55 0.57 0.37 1.33 3.73
0.50 2.00 0.87 1.47 0.78 0.56 1.35 0.66 0.25 0.24 1.17 1.19
0.85 3.58 5.88 1.49 2.41 1.68 2.87 2.48 0.56 0.37 2.71 6.86
63.87 42.79 63.44 55.70 55.66 67.06 65.24 67.99 55.40 57.65 64.03 65.75
1.56 4.46 8.25 2.39 6.57 8.97 7.34 7.25 2.49 3.33 2.80 7.74
31.01 37.04 18.75 36.48 32.67 20.12 21.26 20.38 39.24 36.81 27.68 14.19
0.31 1.55 0.46 0.40 0.13 0.22 0.51 0.19 0.99 0.21 0.05 0.25
0.00 0.29 0.20 0.06 0.00 0.12 0.08 0.10 0.00 0.00 0.04 0.11
1.53 3.07 0.72 1.17 1.06 0.15 0.28 0.39 0.50 1.01 0.19 0.18
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 0.00 100.00 100.00
14 15 16 17 18
DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat
3.63 3.06 1.26 4.62 1.69
0.52 0.77 0.60 0.55 0.62
23.85 10.18 1.03 42.17 4.73
54.06 57.62 76.36 41.29 67.59
6.63 5.04 5.26 0.65 9.22
9.32 22.69 14.84 10.01 14.95
0.77 0.22 0.57 0.41 0.19
0.00 0.11 0.00 0.00 0.07
1.23 0.30 0.07 0.31 0.92
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
19 20 21 22 23
Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur
1.58 0.80 0.08 0.62 1.05
0.94 0.80 0.56 0.38 0.66
5.93 1.51 0.61 0.87 2.71
65.64 55.40 44.58 43.19 46.83
5.59 2.38 6.57 3.15 2.42
16.61 38.05 46.10 51.15 45.70
0.36 0.27 0.36 0.09 0.30
0.56 0.16 0.01 0.03 0.00
2.79 0.64 1.14 0.52 0.32
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
1.32 0.90 0.42 1.49 1.54 0.08 0.48 0.83 0.87 0.56 2.10
0.31 0.82 0.62 0.75 0.76 0.54 0.44 0.69 0.36 0.56 0.92
8.92 3.70 1.67 2.09 6.17 2.83 1.23 1.02 1.16 2.72 5.60
46.31 49.16 57.68 47.76 38.68 47.43 72.24 59.55 25.86 57.05 59.95
9.85 4.93 4.60 9.02 14.99 5.37 6.06 8.95 1.62 2.58 5.42
32.46 39.19 32.15 37.08 37.07 42.58 17.34 26.12 11.01 24.48 24.64
0.14 0.14 0.20 0.06 0.10 0.16 0.00 0.16 0.28
0.07 0.17 0.10 0.24 0.00 0.38 0.00 0.19 0.10
0.62 0.99 2.56 1.51 0.69 1.17 1.65 2.83 58.75 12.03 1.00
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2006
`
Lampiran 4.6 HASIL PELAYANAN PESERTA KB BARU KUMULATIF MENURUT METODE KONTRASEPSI DAN PROVINSI TAHUN 2006 No
Provinsi
(1)
(2)
1 Nanggroe Aceh Darussalam
IUD
%
MOW
%
MOP
%
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
890
0.77
143
0.12
10
2 Sumatera Utara
12,082
5.28
6,504
2.84
3 Sumatera Barat
4,737
4.53
855
0.82
Metoda Kondom (9)
Kon trasepsi % Implant (10)
(11)
1,176
%
Suntikan
%
Pil
%
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
1.02
56,431
49.14
49,890
43.44
Jumlah (17)
0.01
6,301
5.49
114,841
163
0.07
19,043
8.33
10,154
4.44
93,564
40.91
87,186
38.12
228,696
17
0.02
3,017
2.89
12,315
11.78
60,499
57.86
23,114
22.11
104,554
4 Riau
1,208
2.12
203
0.36
27
0.05
2,293
4.03
1,946
3.42
29,235
51.42
21,948
38.60
56,860
5 Jambi
1,280
1.59
124
0.15
10
0.01
1,273
1.58
5,490
6.80
43,023
53.29
29,527
36.58
80,727
6 Sumatera Selatan
2,268
1.01
1,527
0.68
89
0.04
8,510
3.80
14,263
6.37
114,452
51.12
82,794
36.98
223,903
7 Bengkulu
1,648
2.50
523
0.79
19
0.03
2,274
3.45
4,923
7.46
35,323
53.54
21,260
32.23
65,970
8 Lampung
5,198
2.31
593
0.26
115
0.05
7,915
3.51
18,436
8.18
106,653
47.33
86,437
38.36
225,347
-
706
3.07
1,951
8.49
12,735
55.43
7,106
30.93
22,976
1
0.00
782
3.52
883
3.97
11,182
50.34
8,612
38.77
22,215
9 Kepulauan Bangka Belitung 10 Kepulauan Riau
296
1.29
182
0.79
623
2.80
132
0.59
11 DKI Jakarta
19,950
7.75
1,429
0.55
941
0.37
5,655
2.20
12,427
4.82
136,051
52.82
81,107
31.49
257,560
12 Jawa Barat
111,109
10.24
11,628
1.07
1,272
0.12
10,731
0.99
52,255
4.81
579,569
53.40
318,704
29.37
1,085,268 618,796
13 Jawa Tengah
18,824
3.04
13,516
2.18
1,578
0.26
18,771
3.03
36,768
5.94
418,174
67.58
111,165
17.96
14 DI Yogyakarta
6,757
15.50
1,444
3.31
127
0.29
1,569
3.60
3,674
8.43
25,070
57.53
4,940
11.34
43,581
42,075
5.34
11,007
1.40
973
0.12
8,283
1.05
37,875
4.81
501,053
63.61
186,480
23.67
787,746 157,433
15 Jawa Timur 16 Banten 17 Bali 18 Nusa Tenggara Barat
4,975
3.16
679
0.43
89
0.06
611
0.39
7,965
5.06
90,628
57.57
52,486
33.34
10,083
20.07
1,010
2.01
30
0.06
1,063
2.12
740
1.47
30,422
60.55
6,895
13.72
50,243
7,322
6.14
898
0.75
16
0.01
1,491
1.25
6,123
5.14
78,999
66.27
24,361
20.44
119,210
19 Nusa Tenggara Timur
3,692
5.07
1,196
1.64
143
0.20
1,175
1.61
4,837
6.64
49,204
67.59
12,553
17.24
72,800
20 Kalimantan Barat
1,458
1.71
421
0.49
16
0.02
2,464
2.89
2,213
2.59
43,786
51.30
34,998
41.00
85,356
21 Kalimantan Tengah
242
0.40
382
0.63
1
0.00
1,339
2.20
4,349
7.15
29,499
48.51
24,995
41.11
60,807
22 Kalimantan Selatan
1,180
1.18
588
0.59
19
0.02
1,740
1.74
4,557
4.56
47,144
47.18
44,694
44.73
99,922
23 Kalimantan Timur
2,319
3.56
590
0.91
230
0.35
1,840
2.82
1,944
2.98
33,803
51.88
24,434
37.50
65,160
24 Sulawesi Utara
2,360
5.24
483
1.07
11
0.02
1,230
2.73
5,205
11.55
23,820
52.87
11,948
26.52
45,057
25 Sulawesi Tengah
823
1.80
200
0.44
6
0.01
714
1.56
3,006
6.58
22,253
48.73
18,666
40.87
45,668
26 Sulawesi Selatan
3,355
1.77
1,093
0.58
25
0.01
4,760
2.51
12,346
6.52
99,210
52.42
68,483
36.18
189,272
411
0.87
234
0.50
9
0.02
1,087
2.30
4,198
8.89
21,343
45.19
19,944
42.23
47,226
1,037
3.99
128
0.49
-
673
2.59
2,250
8.65
12,637
48.57
9,295
35.72
26,020
29 Sulawesi Barat
154
0.93
45
0.27
45
0.27
950
5.72
1,110
6.68
7,403
44.56
6,905
41.57
16,612
30 Maluku
532
2.16
179
0.73
3
0.01
780
3.16
1,398
5.66
12,988
52.62
8,801
35.66
24,681
31 Maluku Utara
146
0.70
58
0.28
-
200
0.96
1,918
9.24
11,025
53.11
7,412
35.70
20,759
83
0.98
221
2.60
-
211
2.48
859
10.11
5,476
64.46
1,645
19.36
8,495
33 Irian Jaya Barat
114
1.12
37
0.36
3
0.03
162
1.59
833
8.19
4,918
48.38
4,099
40.32
10,166
Indonesia
269,231
5.30
58,252
1.15
5,988
0.12
119,613
2.35
280,387
5.52
2,847,572
56.01
1,502,884
29.56
5,083,927
27 Sulawesi Tenggara 28 Gorontalo
32 Papua
Sumber: BKKBN
Lampiran 4.7 JUMLAH DAN PROPORSI PESERTA KB BARU KUMULATIF MENURUT TEMPAT PELAYANAN DAN PROVINSI TAHUN 2006 Klinik KB No
Provinsi
(1)
(2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber: BKKBN
Pemerintah Peserta % (3)
76,904 182,472 68,098 30,215 51,671 147,467 48,001 132,203 15,796 13,945 105,063 601,341 311,979 19,126 445,978 109,290 19,315 101,821 70,956 53,891 45,031 63,190 38,850 24,897 38,781 157,116 43,118 20,363 13,842 20,440 18,287 7,630 8,241 3,105,318
(4)
66.97 79.79 65.13 53.14 64.01 65.86 72.76 58.67 68.75 62.77 40.79 55.41 50.42 43.89 56.61 69.42 38.44 85.41 97.47 63.14 74.06 63.24 59.62 55.26 84.92 83.01 91.31 78.26 83.33 82.82 88.09 89.82 81.06 61.08
Swasta Peserta (5)
10,360 22,308 3,616 1,373 429 13,492 602 10,144 1,077 1,240 16,149 90,090 30,168 6,016 23,388 5,031 397 4,176 377 4,659 3,614 3,459 4,637 5,748 2,774 3,501 658 1,419 99 1,314 598 213 16 273,142
Dokter Praktek Swasta
Bidan Praktek Swasta
Jumlah
%
Peserta
%
Peserta
%
Peserta
%
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
9.02 9.75 3.46 2.41 0.53 6.03 0.91 4.50 4.69 5.58 6.27 8.30 4.88 13.80 2.97 3.20 0.79 3.50 0.52 5.46 5.94 3.46 7.12 12.76 6.07 1.85 1.39 5.45 0.60 5.32 2.88 2.51 0.16 5.37
2,511 2,206 1,976 1,824 3,299 6,718 1,750 4,676 133 107 32,563 27,671 20,983 577 16,549 5,155 1,525 996 241 2,136 1,644 881 2,335 3,652 775 2,044 355 473 465 218 24 173 55 146,690
2.19 0.96 1.89 3.21 4.09 3.00 2.65 2.08 0.58 0.48 12.64 2.55 3.39 1.32 2.10 3.27 3.04 0.84 0.33 2.50 2.70 0.88 3.58 8.11 1.70 1.08 0.75 1.82 2.80 0.88 0.12 2.04 0.54 2.89
25,066 21,710 30,864 23,448 25,328 56,226 15,617 78,324 5,970 6,923 103,785 366,166 255,666 17,862 301,831 37,957 29,006 12,217 1,226 24,670 10,518 32,392 19,338 10,760 3,338 26,611 3,093 3,765 2,206 2,709 1,850 479 1,854 1,558,775
21.83 9.49 29.52 41.24 31.37 25.11 23.67 34.76 25.98 31.16 40.30 33.74 41.32 40.99 38.32 24.11 57.73 10.25 1.68 28.90 17.30 32.42 29.68 23.88 7.31 14.06 6.55 14.47 13.28 10.98 8.91 5.64 18.24 30.66
114,841 228,696 104,554 56,860 80,727 223,903 65,970 225,347 22,976 22,215 257,560 1,085,268 618,796 43,581 787,746 157,433 50,243 119,210 72,800 85,356 60,807 99,922 65,160 45,057 45,668 189,272 47,224 26,020 16,612 24,681 20,759 8,495 10,166 5,083,925
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Lampiran 4.8 PENCAPAIAN DESA UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) MENURUT PROVINSI TAHUN 2004 - 2006 No
Provinsi
(1)
(2)
Jumlah Desa
Tahun 2004 Desa UCI
%
Jumlah Desa
Tahun 2005 Desa UCI
%
Jumlah Desa
Tahun 2006 Desa UCI
%
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
6,180
1,476
23.88
6,180
3,090
50.00
6,199
5,316
85.76
2
Sumatera Utara
5,464
4,397
80.47
5,464
4,317
79.01
2,492
2,074
83.23
3
Sumatera Barat
2,567
1,922
74.87
2,567
1,951
76.00
2,787
2,110
75.71
4
Riau
1,625
1,325
81.54
998
808
80.96
5
Jambi
1,186
986
83.14
1,186
1,055
88.95
6
Sumatera Selatan
2,681
2,181
81.35
2,681
2,254
84.07
7
Bengkulu
1,261
890
70.58
1,261
901
71.45
1,286
936
72.78
8
Lampung
2,161
1,988
91.99
2,161
1,945
90.00
2,173
1,732
79.71
9
Kepulauan Bangka Belitung
317
242
76.34
317
250
78.86
321
265
82.55
10
Kepulauan Riau
-
-
-
-
-
-
11
DKI Jakarta
278
220
79.14
278
192
69.06
267
206
77.15
12
Jawa Barat
5,798
4,269
73.63
5,798
4,638
79.99
5,805
3,636
62.64
13
Jawa Tengah
8,052
7,107
88.26
8,052
7,166
89.00
7,204
5,964
82.79
14
DI Yogyakarta
438
438
100.00
438
434
99.09
438
404
92.24
15
Jawa Timur
8,441
4,928
58.38
8,441
6,668
79.00
3,188
2,043
64.08
16
Banten
1,543
1,153
74.72
1,543
1,219
79.00
17
Bali
695
691
99.42
695
695
100.00
18
Nusa Tenggara Barat
778
703
90.36
778
681
87.53
803
722
89.91
19
Nusa Tenggara Timur
2,591
2,000
77.19
2,591
2,047
79.00
2,729
2,278
83.47
20
Kalimantan Barat
1,452
885
60.95
1,452
944
65.01
1,514
1,107
73.12
21
Kalimantan Tengah
1,324
708
53.47
1,324
781
58.99
1,373
496
36.13
22
Kalimantan Selatan
1,955
1,297
66.34
1,955
1,299
66.45
2,172
1,557
71.69
23
Kalimantan Timur
1,334
960
71.96
1,334
960
71.96
1,345
1,073
79.78
24
Sulawesi Utara
1,214
841
69.28
1,214
983
80.97
1,288
990
76.86
25
Sulawesi Tengah
1,447
1,044
72.15
1,447
998
68.97
1,542
1,139
73.87
26
Sulawesi Selatan
3,222
2,370
73.56
2,100
1,638
78.00
2,866
2,268
79.13
27
Sulawesi Tenggara
1,554
1,215
78.19
1,554
1,350
86.87
1,624
1,424
87.68
28
Gorontalo
447
249
55.70
447
224
50.11
490
246
50.20
29
Sulawesi Barat
-
-
-
860
654
76.05
30
Maluku
-
-
-
878
729
83.03
31
Maluku Utara
32
Papua
33
Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
1,253
1,165
-
-
693
-
-
688
957
-
92.98 -
-
99.28
-
586
61.23
720
195
27.08
720
381
52.92
678
180
26.55
1,017
356
35.00
1,017
376
36.97
2,434
361
14.83
-
-
-
-
-
-
-
-
-
67,742
47,036
69.43
67,731
51,628
76.23
55,921
40,966
73.26
Lampiran 4.9 CAKUPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 Imunisasi Provinsi
No (1)
(2)
Sasaran (3)
BCG Jumlah
%
(4)
(5)
DPT1 Jumlah (6)
% (7)
DPT2 Jumlah (8)
% (9)
DPT3 Jumlah (10)
% (11)
Polio1 Jumlah (12)
Bayi POLIO2
Polio3
Polio4
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
Campak Jumlah (20)
DO
% (21)
(22)
1 Nanggroe Aceh Darussalam
101,118
9
0.0
93,197
92.2
88,706
87.7
84,242
83.3
97,255
96.2
92,008
91.0
87,504
86.5
83,384
82.5
83,186
82.3
10.74
2 Sumatera Utara
309,791
312,507 100.9
292,048
94.3
273,004
88.1
265,258
85.6
316,613
102.2
300,074
96.9
290,466
93.8
281,740
90.9
296,772
95.8
-1.62
3 Sumatera Barat
100,458
97,673
97.2
94,100
93.7
86,238
85.8
82,798
82.4
98,466
98.0
93,577
93.2
89,746
89.3
87,727
87.3
84,757
84.4
9.93
4 Riau
112,984
98,997
87.6
97,279
86.1
92,654
82.0
90,188
79.8
95,228
84.3
91,102
80.6
88,182
78.0
87,998
77.9
95,352
84.4
1.98
66,341
64,865
97.8
65,481
98.7
62,864
94.8
62,628
94.4
65,391
98.6
64,242
96.8
62,779
94.6
63,295
95.4
64,987
98.0
1.41
162,182
157,302
97.0
126,032
77.7
117,355
72.4
116,415
71.8
160,013
98.7
153,180
94.4
149,017
91.9
148,266
91.4
150,953
93.1
21.77
5 Jambi 6 Sumatera Selatan 7 Bengkulu
42,172
36,469
86.5
36,252
86.0
34,371
81.5
32,832
77.9
38,776
91.9
37,010
87.8
35,104
83.2
34,163
81.0
35,654
84.5
3.19
8 Lampung
177,128
160,607
90.7
145,253
82.0
141,829
80.1
138,822
78.4
156,912
88.6
152,304
86.0
149,375
84.3
149,039
84.1
154,915
87.5
-6.65
22,804
91.4
21,361
85.6
20,632
82.7
20,348
81.6
22,519
90.3
21,869
87.7
21,206
85.0
21,170
84.9
21,387
85.7
-0.12
30,973
88.6
29,530
84.5
27,814
79.6
27,478
78.6
33,440
95.6
31,251
89.4
30,628
87.6
34,476
98.6
33,365
95.4
-12.99
9 Kepulauan Bangka Belitung 10 Kepulauan Riau
24949 34,961
11 DKI Jakarta
193,262
212,622 110.0
123,254
63.8
106,739
55.2
106,687
55.2
185,802
96.1
178,823
92.5
174,197
90.1
203,849
105.5
196,569
101.7
23.02
12 Jawa Barat
851,548
712,855
83.7
714,835
83.9
708,831
83.2
647,824
76.1
577,891
67.9
532,323
62.5
504,510
59.2
479,596
56.3
664,052
78.0
21.54
13 Jawa Tengah
578,577
603,021 104.2
583,617
100.9
567,416
98.1
559,725
96.7
587,792
101.6
567,378
98.1
551,801
95.4
545,850
94.3
560,101
96.8
4.03
44,898
50,812 113.2
565
1.3
660
1.5
576
1.3
50,505
112.5
46,655
103.9
44,824
99.8
44,054
98.1
46,383
103.3
0.42
14 DI Yogyakarta 15 Jawa Timur
631,092
630,749
99.9
26,007
4.1
25,411
4.0
27,751
4.4
631,894
100.1
605,079
95.9
584,871
92.7
574,277
91.0
601,810
95.4
4.82
16 Banten
240,327
219,504
91.3
202,743
84.4
191,363
79.6
189,758
79.0
215,856
89.8
203,859
84.8
198,361
82.5
191,121
79.5
172,076
71.6
15.13 8.48
19,337
31.7
20,111
33.0
22,560
37.0
63,886
104.9
59,677
98.0
59,628
97.9
57,201
93.9
57,490
94.4
18 Nusa Tenggara Barat
103,736
60,918
99,363
95.8
104,277
100.5
101,732
98.1
101,774
98.1
99,372
95.8
104,419
100.7
101,968
98.3
102,494
98.8
100,720
97.1
3.41
19 Nusa Tenggara Timur
125,764
114,591
91.1
116,080
92.3
110,898
88.2
107,634
85.6
115,373
91.7
111,362
88.5
108,629
86.4
106,379
84.6
117,153
93.2
-0.92
20 Kalimantan Barat
17 Bali
62,118 102.0
102,133
90,352
88.5
89,064
87.2
86,205
84.4
85,209
83.4
90,592
88.7
88,155
86.3
86,735
84.9
84,266
82.5
85,149
83.4
8.09
21 Kalimantan Tengah
49,980
45,402
90.8
44,647
89.3
42,039
84.1
41,612
83.3
46,752
93.5
43,110
86.3
42,700
85.4
41,703
83.4
43,893
87.8
1.69
22 Kalimantan Selatan
73,718
69,322
94.0
67,519
91.6
63,062
85.5
61,531
83.5
56,096
76.1
63,872
86.6
62,115
84.3
61,041
82.8
61,999
84.1
8.18
23 Kalimantan Timur
73,010
68,982
94.5
69,011
94.5
65,357
89.5
65,263
89.4
72,151
98.8
68,818
94.3
67,014
91.8
53,687
73.5
63,657
87.2
7.76
24 Sulawesi Utara
45,492
45,250
99.5
43,918
96.5
42,919
94.3
42,319
93.0
44,017
96.8
43,155
94.9
42,231
92.8
42,270
92.9
42,037
92.4
4.28
25 Sulawesi Tengah
49,780
48,978
98.4
50,098
100.6
45,817
92.0
45,555
91.5
52,615
105.7
49,576
99.6
47,435
95.3
47,129
94.7
46,834
94.1
9.77
26 Sulawesi Selatan
172,092
166,254
96.6
155,862
90.6
143,627
83.5
135,805
78.9
161,502
93.8
151,441
88.0
144,681
84.1
141,862
82.4
147,025
85.4
8.44
27 Sulawesi Tenggara
52,730
53,046 100.6
50,909
96.5
48,844
92.6
48,422
91.8
52,723
100.0
50,056
94.9
48,813
92.6
47,977
91.0
48,890
92.7
3.97
28 Gorontalo
22,634
21,359
94.4
21,537
95.2
19,959
88.2
19,079
84.3
22,164
97.9
20,707
91.5
19,681
87.0
19,568
86.5
19,137
84.5
11.14
29 Sulawesi Barat
23,390
21,422
91.6
18,977
81.1
16,331
69.8
14,886
63.6
19,770
84.5
17,774
76.0
16,272
69.6
15,349
65.6
15,973
68.3
15.83
30 Maluku
45,175
40,165
88.9
39,384
87.2
37,436
82.9
36,144
80.0
38,096
84.3
37,254
82.5
36,292
80.3
35,356
78.3
37,406
82.8
5.02
31 Maluku Utara
22,907
19,195
83.8
19,358
84.5
17,549
76.6
17,300
75.5
20,151
88.0
19,089
83.3
17,416
76.0
17,022
74.3
18,321
80.0
5.36
32 Papua
49,211
32,146
65.3
30,771
62.5
27,303
55.5
25,303
51.4
37,793
76.8
34,122
69.3
30,611
62.2
31,745
64.5
33,366
67.8
-7.73
7,178
5,628
78.4
4,763
66.4
4,291
59.8
3,763
52.4
5,422
75.5
4,618
64.3
4,112
57.3
3,892
54.2
4,399
4,751,636
4,409,714
92.8
3,592,303
75.6
3,435,076
72.3
3,323,726
69.9
4,327,406
91.1
4,133,321
87.0
3,994,792
84.1
3,935,054
82.8
4,201,369
33 Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
-
7.64
88.4
9.30
Lampiran 4.10
CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B PADA BAYI MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Sasaran
(2)
(3)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
101,118 309,791 100,458 112,984 66,341 162,182 42,172 177,128 24949 34,961 193,262 851,548 578,577 44,898 631,092 240,327 60,918 103,736 125,764 102,133 49,980 73,718 73,010 45,492 49,780 172,092 52,730 22,634 23,390 45,175 22,907 49,211 7,178 4,751,636
HB1 (<7hr) Jumlah % (4)
(5)
HB1 (>7hr) Jumlah % (6)
(7)
Status Imunisasi HB1 (total) Jumlah % (8)
11,496 108,410 35,314 34,403 26,490 50,754 14,963 47,041 6,533 10,679 81,522 315,608 452,361 41,111 443,796 41,836 43,142 81,240 38,310 9,460 6,537 17,760 21,964 14,519 5,902 42,842 15,613 5,500 3,063 241 2,839 4,417
11.4 35.0 35.2 30.4 39.9 31.3 35.5 26.6 26.2 30.5 42.2 37.1 78.2 91.6 70.3 17.4 70.8 78.3 30.5 9.3 13.1 24.1 30.1 31.9 11.9 24.9 29.6 24.3 13.1 0.5 12.4 9.0
78,958 151,392 65,596 64,222 38,106 99,850 24,366 85,766 18,772 113,700 290,602 191,570 9,844 122,235 134,309 16,265 10,973 73,626 70,680 38,940 53,206 59,014 24,783 40,789 97,714 34,638 15,986 10,187 25,420 14,362 19,199
78.1 48.9 65.3 56.8 57.4 61.6 57.8 48.4 0.0 53.7 58.8 34.1 33.1 21.9 19.4 55.9 26.7 10.6 58.5 69.2 77.9 72.2 80.8 54.5 81.9 56.8 65.7 70.6 43.6 56.3 62.7 39.0
2,035,666
42.8
2,095,578
44.1
90,454 259,802 100,910 98,625 64,596 150,604 39,329 132,807 6,533 29,451 195,222 606,210 643,931 50,955 566,031 176,145 59,407 92,213 111,936 80,140 45,477 70,966 80,978 39,302 46,691 140,556 50,251 21,486 13,250 26,169 17,201 23,616 5,033 4,131,244
(9)
89.5 83.9 100.4 87.3 97.4 92.9 93.3 75.0 26.2 84.2 101.0 71.2 111.3 113.5 89.7 73.3 97.5 88.9 89.0 78.5 91.0 96.3 110.9 86.4 93.8 81.7 95.3 94.9 56.6 57.9 75.1 48.0 70.1 86.9
HEP. B2 Jumlah % (10)
73,792 237,792 88,075 78,911 57,751 117,849 30,735 113,843 24,085 104,982 448,920 332,136 2,862 48,188 141,251 23,419 105,665.0 65,356 40,922 57,135 63,688 30,719 43,237 113,977 43,372 17,549 14,138 5,813 13,174 24,179 4,224 2,563,515
(11)
73.0 76.8 87.7 69.8 87.1 72.7 72.9 64.3 0.0 68.9 54.3 52.7 57.4 6.4 7.6 58.8 38.4 0.0 84.0 64.0 81.9 77.5 87.2 67.5 86.9 66.2 82.3 77.5 60.4 12.9 57.5 49.1 58.8 54.0
HEP. B3 Jumlah % (12)
70,279 231,247 83,379 75,598 57,106 116,654 27,212 111,463 23,494 109,838 440,998 335,396 2,156 48,747 135,539 22,885 102,249 69,332 39,124 57,490 59,571 29,669 41,990 104,436 40,221 15,780 12,424 23,551 12,211 20,241 3,636 2,520,280
(13)
69.5 74.6 83.0 66.9 86.1 71.9 64.5 62.9 0.0 67.2 56.8 51.8 58.0 4.8 7.7 56.4 37.6 0.0 81.3 67.9 78.3 78.0 81.6 65.2 84.4 60.7 76.3 69.7 53.1 52.1 53.3 41.1 50.7 53.0
Lampiran 4.11
DROP OUT CAKUPAN IMUNISASI DPT1 - CAMPAK PADA BAYI MENURUT PROVINSI TAHUN 2002 - 2006 No
Provinsi
(1)
(2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Tahun 2002
2003
2004
2005
(3)
(4)
(5)
(6)
2006 (7)
7.7 6.6 6.8 7.4 6.2 8.7 5.7 7.5 3.9 7.3 5.3 3.0 5.7 3.3 4.6 8.1 3.8 9.3 6.4 2.6 9.8 10.3 8.4 9.0 5.6 4.3 9.7 2.9 18.5 8.7 5.8
14.3 8.1 11.6 5.3 8.2 9.3 10.1 3.7 6.9 10.2 5.3 4.0 3.8 7.1 4.0 7.1 6.0 18.8 8.8 9.4 7.9 7.5 11.9 16.3 10.6 11.0 18.4 1.3 9.5 18.0 7.6
16.7 7.6 9.7 5.7 6.1 9.6 20.0 2.8 6.0 11.4 3.7 4.2 2.5 5.0 3.1 4.8 7.1 5.9 12.0 0.2 7.2 5.2 5.1 10.1 4.0 5.8 10.9 3.4 20.9 15.7 5.9
7.7 0.0 7.9 1.9 4.8 6.3 5.4 0.0 6.5 10.5 6.4 0.0
10.7 0.0 9.9 2.0 1.4 21.8 3.2 0.0 0.0 0.0 23.0 21.5
0.01 8.7 1.7 0.0 0.2 3.8 0.0 4.7 5.7 6.9 6.6 5.2 7.7 7.6 10.5 11.8 22.3 4.7 14.4 6.9 1.5
4.0 0.4 4.8 15.1 8.5 3.4 0.0 8.1 1.7 8.2 7.8 4.3 9.8 8.4 4.0 11.1 15.8 5.0 5.4 0.0 7.6 9.3
Lampiran 4.12 CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT PROVINSI, TAHUN 2006
No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi (2)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
Sasaran (3)
Imunisasi Ibu Hamil TT2 Jumlah %
TT1 Jumlah
%
(4)
(5)
(6)
TT Ulang
(7)
Jumlah
%
(8)
(9)
115,407
73,253
63.5
63,753
55.2
10,824
9.4
107,039 124,282 73,064 164,427 46,388 186,000 27,570 38,190 213,472 998,515 618,578 49,447 680,259 263,380 67,186 114,110
35,375 88,933 50,450 128,600 26,972 157,660 23,940 27,764 154,222 576,019 382,618 20,228 31,819 211,824 45,626 106,501
33.0 71.6 69.0 78.2 58.1 84.8 87 72.7 72.2 57.7 61.9 40.9 4.7 80.4 67.9 93.3
29,074 79,029 48,922 118,942 24,686 153,208 22,653 24,378 149,360 515,782 370,587 18,031 28,323 192,697 42,223 100,274
27.2 63.6 67.0 72.3 53.2 82.4 82.2 63.8 70.0 51.7 59.9 36.5 4.2 73.2 62.8 87.9
7,629 34,948 12,243 249 21 6,701 5,845 19,109 132,963 17,418 5,349 4,631 16,936 55,496
7.1 28.1 16.8 0.2 0.0 0.0 0.1 17.5 2.7 1.9 21.5 35.2 0.8 1.8 25.2 48.6
101,253 54,616 77,392
54,967 42,433 60,662
54.3 77.7 78.4
47,301 37,098 54,884
46.7 67.9 70.9
2,103 2,267
0.0 3.9 2.9
50,042 54,758 190,772 58,012 24,897 25,495 48,268 24,615 54,131 16,113 4,667,678
37,629 43,597 124,775 29,117 21,018 17,891 30,502 17,030 16,263 3,633 2,641,321
75.2 79.6 65.4 50.2 84.4 70.2 63.2 69.2 30.0 22.5 56.6
34,883 41,020 106,882 25,754 18,099 12,670 27,935 14,955 11,608 2,412 2,417,423
69.7 74.9 56.0 44.4 72.7 49.7 57.9 60.8 21.4 15.0 51.8
6,751
13.5 8.7 9.0 10.5 3.6 0.0 5.8 13.2 5.3 8.1
16,631 5,206 2,625 922 1,431 7,156 855 376,309
Lampiran 4.13.a
JUMLAH KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Pasien Keluar Hidup
%
Pasien Keluar Mati
%
Total Kunjungan Pasien Rawat Inap
Jumlah Hari Perawatan
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber : Ditjen Yanmedik Depkes, 2006
31,792 118,795 64,356 80,928 24,254 98,430 14,948 60,368 13,676 416,573 400,135 528,275 50,624 426,657 67,783 105,868 33,404 49,137 50,278 20,764 31,495 69,829 47,936 34,404 86,257 17,384
9,937 5,277 29,880 9,772 2,999,216
95.50 94.52 94.98 96.23 96.66 95.52 96.73 95.51 95.04 #DIV/0! 97.06 96.93 96.10 96.34 95.53 95.81 96.56 95.74 96.84 96.37 94.88 95.92 97.40 96.35 97.04 96.58 96.76 #DIV/0! #DIV/0! 97.07 96.47 96.88 97.61 96.24
1,499 6,886 3,403 3,172 838 4,616 506 2,839 714 12,636 12,658 21,435 1,923 19,965 2,962 3,768 1,488 1,603 1,892 1,121 1,338 1,866 1,817 1,051 3,050 583
300 193 962 239 117,323
4.50 5.48 5.02 3.77 3.34 4.48 3.27 4.49 4.96 #DIV/0! 2.94 3.07 3.90 3.66 4.47 4.19 3.44 4.26 3.16 3.63 5.12 4.08 2.60 3.65 2.96 3.42 3.24 #DIV/0! #DIV/0! 2.93 3.53 3.12 2.39 3.76
33,291 125,681 67,759 84,100 25,092 103,046 15,454 63,207 14,390
215,742 701,254 379,152 361,781 101,765 479,463 46,433 277,128 48,956
429,209 412,793 549,710 52,547 446,622 70,745 109,636 34,892 50,740 52,170 21,885 32,833 71,695 49,753 35,455 89,307 17,967
2,068,975 1,868,906 2,672,685 272,939 2,372,826 273,246 479,131 137,597 218,122 322,138 96,143 142,094 390,736 289,476 175,861 519,317 153,759 -
10,237 5,470 30,842 10,011 3,116,539
56,666 19,727 134,547 41,129 15,317,694
Lampiran 4.13.b
JUMLAH KUNJUNGAN PASIEN RAWAT JALAN DAN GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Kunjungan Baru
%
Kunjungan lama
%
Total Kunjungan Pasien Rawat Jalan
Kunjungan Pasien Gangguan Jiwa
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber : Ditjen Yanmedik Depkes, 2006
174,054 290,738 243,895 174,802 119,983 197,450 36,829 105,474 11,092 1,175,666 909,868 923,149 155,462 861,127 204,897 342,314 89,991 225,963 104,033 96,243 105,039 196,926 73,820 159,053 241,259 63,500 30,616 8,036 87,935 25,690 7,434,904
50.14 43.99 42.48 52.70 62.40 43.92 44.59 55.57 55.47 #DIV/0! 56.60 51.49 40.89 36.50 47.57 48.96 52.66 55.20 59.97 49.99 59.76 54.75 55.85 40.27 54.77 47.19 58.00 #DIV/0! #DIV/0! 59.04 57.98 58.36 64.68 49.37
173,072 370,201 330,312 156,921 72,310 252,149 45,760 84,342 8,903 901,603 857,077 1,334,701 270,407 948,942 213,627 307,766 73,028 150,818 104,056 64,819 86,813 155,659 109,483 131,342 269,939 45,987 21,242 5,823 62,739 14,029 7,623,870
49.86 56.01 57.52 47.30 37.60 56.08 55.41 44.43 44.53 #DIV/0! 43.40 48.51 59.11 63.50 52.43 51.04 47.34 44.80 40.03 50.01 40.24 45.25 44.15 59.73 45.23 52.81 42.00 #DIV/0! #DIV/0! 40.96 42.02 41.64 35.32 50.63
347,126 660,939 574,207 331,723 192,293 449,599 82,589 189,816 19,995 2,077,269 1,766,945 2,257,850 425,869 1,810,069 418,524 650,080 163,019 376,781 208,089 161,062 191,852 352,585 183,303 290,395 511,198 109,487 51,858 13,859 150,674 39,719 15,058,774
171 7,559 27,915 2,338 930 700 11,339 10 23,258 27,194 62,680 8,478 36,652 2,181 9,185 1,821 634 704 3,676 783 1,609 12,865 5,738 47,400 295,820
Lampiran 4.14 PEMERIKSAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA RUMAH SAKIT UMUM DEPKES DAN PEMDA MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
No
Provinsi
Tumpatan Gigi Tetap
Tumpatan Gigi Sulung
Pengobatan Pulpa/tumpatan Sementara
Pencabutan Gigi Tetap
Pencabutan Gigi Sulung
Pengobatan Periodontal
Pengobatan Abses
Pembersihan Karang Gigi
Prothese Lengkap
Prothese Sebagian
Prothese Cekat
Orthodonsi
Bedah Mulut
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
1 Nanggroe Aceh Darussalam
2,319
403
3,446
5,113
1,462
1,134
806
2,052
317
-
2 Sumatera Utara
1,868
53
2,692
4,202
1,000
3,457
824
3,193
15
-
3 Sumatera Barat
2,926
703
4,732
4,182
1,626
2,010
1,086
742
27
4 Riau
3,612
297
5,549
5,801
1,967
3,652
1,653
1,783
46
5 Jambi
144
14
954
1,614
564
625
204
166
2,675
1,058
2,220
4,028
2,420
2,737
1,212
129
7 Bengkulu
930
229
350
702
259
66
152
26
8 Lampung
1,097
113
1,163
2,137
572
1,222
2,500
260
204
2
33
357
109
26
47
14
-
-
-
-
-
-
-
-
9,153
2,350
12,961
9,691
2,425
4,353
2,531
5,446
6 Sumatera Selatan
9 Kepulauan Bangka Belitung 10 Kepulauan Riau 11 DKI Jakarta
-
94 21
208
101
106
-
-
1
-
8
565
163
330 486
-
2
32
-
15
12
-
7
10
-
1
3
1
-
-
42
1,467
402
6,565
2,345
1 -
-
-
15
-
70 65
-
-
64 -
12 Jawa Barat
6,082
775
10,244
10,105
4,228
4,470
3,076
2,734
34
347
33
3,740
5,150
13 Jawa Tengah
9,683
1,527
13,309
14,221
4,531
10,903
4,536
2,499
60
141
10
436
1,772
14 DI Yogyakarta
1,707
157
1,738
1,229
407
667
251
427
97
64
96
125
60
15 Jawa Timur
5,271
545
8,044
9,728
4,283
6,303
3,766
1,815
64
63
77
172
2,150
-
252
281
255
536
988
-
162
16 Banten 17 Bali
660
133
514
2,032
693
677
525
4,236
4,117
142
8,200
5,422
3,425
3,930
1,843
1,372
21
206
11
18 Nusa Tenggara Barat
448
76
1,202
910
651
1,072
1,116
302
27
22
19 Nusa Tenggara Timur
859
251
3,250
222
1,138
3,336
1,194
792
5
96
20 Kalimantan Barat
2,838
176
2,224
2,990
552
497
457
371
3
9
21 Kalimantan Tengah
1,606
221
2,772
1,429
1,036
1,503
625
847
4
37
22 Kalimantan Selatan
3,275
410
4,182
2,625
2,132
3,523
766
360
34
2
23 Kalimantan Timur
2,778
243
3,480
2,890
1,886
1,649
919
636
265
17
24 Sulawesi Utara
763
46
1,174
991
335
1,075
321
145
-
25 Sulawesi Tengah
770
48
1,455
2,769
907
974
700
96
-
9 -
1 -
-
14 -
6 32
-
-
130 -
3,762
704
78,907
5,453
2,368
4,938
1,760
968
15
10
-
1,027
171
2,025
2,251
867
1,525
575
178
64
23
-
-
-
-
-
-
-
29 Sulawesi Barat
-
-
30 Maluku
132
31 Maluku Utara 32 Papua
39 -
9
217
18
246
-
-
-
-
-
-
-
-
5,966
118
86
62
180
136
-
-
-
-
56
22
74
31 -
256 342 348
-
26 Sulawesi Selatan
-
50 2
27 Sulawesi Tenggara 28 Gorontalo
56 471
7 605
24
197 80
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
33 Irian Jaya Barat
376
45
441
1,199
139
312
102
20
-
-
-
-
304
34 Irian JayaTengah
100
84
194
166
97
194
66
14
-
-
-
-
-
35 Irian Jaya Timur
921
136
3,137
1,142
303
653
545
134
-
-
178
398
3
72,142
11,139
181,055
111,629
42,680
67,705
34,288
31,810
1,149
2,602
1,194
12,902
17,309
Indonesia Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI
Lampiran 4.15 INDIKATOR PELAYANAN RUMAH SAKIT UMUM DEPKES DAN PEMDA MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Provinsi
Jumlah Tempat Tidur
Bed Occupancy Rate (BOR)
Length of Stay (LOS)
Bed Turn Over (BTO)
Turn Over Interval (TOI)
Net Death Rate (NDR)
Gross Death Rate (GDR)
Jumlah Pasien Meninggal <48 jam
Kunjungan Poliklinik / Hari
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Irian Jaya Barat Irian Jaya Tengah Irian Jaya Timur Indonesia
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI, 2006
1,411 3,354 2,199 1,312 695 1,758 541 1,112 279
43.9 40.4 75.5 56.0 56.3 57.8 30.3 52.7 76.8
4.6 5.1 4.6 3.5 3.4 3.6 2.8 4.1 3.5
25.5 19.7 44.9 42.6 44.5 41.6 33.2 33.8 56.0
7.8 13.9 2.4 4.5 8.0 4.4 9.4 4.9 1.1
17.0 35.5 22.4 15.8 15.8 21.1 12.7 19.8 19.4
36.2 65.1 51.7 41.8 45.5 48.8 36.3 49.3 56.7
498 1,339 1,235 986 465 1,632 307 1,088 213
1,157 2,203 1,914 1,106 641 1,499 275 633 67
3,366 5,192 8,375 1,336 8,710 989 1,690 878 1,378 1,119 657 1,176 1,474 1,093 851 2,738 561 400
71.0 78.4 62.5 50.0 66.2 63.3 75.8 63.3 57.3 62.9 43.0 88.8 48.6 52.1 77.0 66.4 38.1 -
4.6 5.6 4.4 4.0 4.5 5.0 3.9 2.7 4.3 4.0 2.9 3.6 3.8 6.1 4.4 4.6 3.9
43.9 53.9 38.8 31.0 42.2 40.1 49.5 77.5 40.8 39.6 31.7 61.2 39.1 22.6 42.1 38.7 20.6 -
2.2 2.5 4.1 8.7 3.7 12.4 3.4 2.0 3.3 4.9 4.7 1.2 9.2 15.0 3.6 4.7 12.7 -
23.0 19.9 19.9 13.6 26.5 25.4 22.5 16.5 17.1 19.6 11.4 16.3 12.7 18.9 13.2 15.4 18.9 -
39.8 42.9 43.1 30.5 57.1 50.9 41.4 42.4 34.1 42.3 40.0 46.5 24.1 38.5 31.1 37.1 37.3 -
2,013 2,964 5,450 195 6,040 491 1,537 882 645 612 701 687 644 391 416 883 179 -
6,924 5,890 7,526 1,420 6,034 1,395 2,167 543 1,256 694 537 640 1,175 611 968 1,704 365 -
665 328 394 236 726 56,993
31.3 36.1 84.6 79.7 38.4 57.0
6.4 3.5 3.3 3.9 3.3 4.0
12.0 26.6 43.6 73.5 28.3 38.7
15.5 6.5 3.2 1.0 11.1 6.0
30.9 10.5 13.8 17.9 16.8 18.1
35.8 18.3 23.6 36 35.9 39.4
23 14 76 157 111 1,027
173 46 132 52 450 50,206
-
Lampiran 4.16 PEMERIKSAAN RADIODIAGNOSTIK PADA RUMAH SAKIT UMUM DEPKES DAN PEMDA MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 2004 No
Provinsi Jumlah RSU
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
(2)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Irian Jaya Barat Irian Jaya Tengah Irian Jaya Timur Indonesia
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI,2006
(3)
14 25 15 10 7 11 4 6 3 8 28 40 6 43 5 9 6 13 10 10 11 10 6 9 26 5 2 6 2 4 3 4 361
2005
Jumlah RSU Melakukan Pemeriksaan (4)
6 8 13 9 5 7 3 6 1 8 26 40 6 27 3 8 5 9 7 7 4 7 5 6 16 4 0 2 0 2 1 3 254
Jumlah Pemeriksaan
Jumlah RSU
(5)
(6)
16,831 44,754 47,584 32,799 7,545 43,662 12,533 25,567 3,155 160,639 322,144 253,769 46,530 221,615 24,269 69,029 19,381 35,684 21,652 15,412 8,232 50,439 17,562 7,099 20,969 8,700 6,060 7,711 1,798 12,564 1,565,688
14 26 15 12 7 12 4 8 3 8 28 41 6 45 5 9 7 14 13 10 11 10 6 9 26 6 2 6 4 4 3 4 378
2006
Jumlah RSU Melakukan Pemeriksaan (7)
7 9 12 10 7 7 3 6 1 6 19 36 6 24 2 9 5 10 7 6 7 9 6 6 20 4 0 3 1 2 1 4 255
Jumlah Pemeriksaan
Jumlah RSU
(8)
(9)
25,100 54,229 47,206 39,634 21,210 53,123 12,468 43,142 4,362 187,024 383,623 298,996 34,980 200,241 43,550 72,599 28,437 28,821 30,157 36,131 18,058 54,007 15,819 10,128 47,830 14,240 6,621 987 8,310 1,134 11,950 1,834,117
16 29 16 14 7 12 6 8 3 8 28 41 6 45 5 9 7 14 13 10 11 10 6 9 26 7 3 6 4 4 3 4 390
Jumlah RSU Melakukan Pemeriksaan (10)
Jumlah Pemeriksaan (11)
9 8 10 9 5 9 3 6 1
31,024 72,727 40,753 38,889 13,730 48,599 10,886 26,016 3,952
7 14 31 4 24 3 8 6 9 10 8 5 7 4 6 15 3 0
204,798 222,074 239,233 31,239 199,873 22,987 66,955 21,569 23,707 28,366 26,617 18,309 47,215 18,692 15,712 28,987 10,703 -
2 1 2 0 3 232
8,478 1,127 9,232 9,419 1,541,868
Lampiran 4.17
JUMLAH PELAYANAN LABORATORIUM DI RUMAH SAKIT MILIK PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi (2)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber : Ditjen Yanmedik Depkes, 2006
Laboratorium A
Laboratorium B
Laboratorium C
(3)
(4)
(5)
142,302 32,134 234,436 202,837 113,163 240,787 42,702 178,357 27,819 124,188 5,854,686 3,749,123 256,784 2,734,977 969,034 703,646 198,586 469,240 215,565 621,661 243,460 288,332 58,754 132,790 394,487 12,469 11,073 10,799 29,372 60,630 18,354,193
22 23 789 6,895 2,775 4,169 5,473 103 122 20,371
28 1,202 1,919 499 746 477 237 581 1,444 814 6,685 620 1,275 16,527
Lampiran 4.18
UTILISASI PELAYANAN RAWAT JALAN TINGKAT LANJUT (RJTL) DAN RAWAT INAP TINGKAT LANJUT (RITL) KELUARGA MISKIN MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi (2)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Kuota Peserta ( SK Menkes 332)
Kasus R J T L
(3)
(4)
3,381,791 2,867,820 1,083,424 1,036,115 486,409 1,920,001 502,613 2,130,200 129,801 172,816 881,216 7,550,535 10,367,184 769,091 9,181,419 1,814,399 548,357 1,949,507 2,652,342 1,321,714 485,483 670,674 482,183 697,203 730,596 2,001,658 889,657 386,836 362,197 636,318 421,703 1,088,618 400,120 60,000,000
372,867 253,950 152,452 33,781 33,510 175,113 38,299 78,700 8,486 19,569 81,926 562,997 656,520 117,833 467,138 100,324 90,151 67,653 114,372 58,146 21,117 54,064 55,743 67,216 46,274 204,015 39,373 9,035 11,973 22,282 5,115 82,122 31,371 4,133,487
Sumber : Pusat Pembiayaan & Jaminan Kesehatan Depkes RI
Kasus R I T L (5)
52,583 72,570 36,774 15,081 11,405 43,089 13,503 34,761 4,806 8,136 11,444 163,961 264,161 45,400 194,365 26,709 37,191 27,219 74,807 8,137 20,478 22,800 37,125 19,377 62,959 14,181 9,066 3,519 11,628 3,218 24,014 9,695 1,384,162
Total Utilisasi (6)
425,450 326,520 189,226 48,862 44,915 218,202 51,802 113,461 13,292 27,705 93,370 726,958 920,681 163,233 661,503 127,033 127,342 94,872 189,179 58,146 29,254 74,542 78,543 104,341 65,651 266,974 53,554 18,101 15,492 33,910 8,333 106,136 41,066 5,517,649
Lampiran 4.19
PENANGANAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DI RUMAH SAKIT MENURUT KEPEMILIKAN TAHUN 2006 Depkes RI No
Pemda Provinsi
Pemda Kab/Kota
TNI & POLRI
Swasta
Jumlah
Jenis NAPZA Kuratif
(1)
(2)
1 Opiat
Rehabilitatif Aftercare
(3)
(4)
8
a. Heroin
2
(5)
(6)
10 3
Kuratif
-
Rehabilitatif
Aftercare
Kuratif
(7)
(8)
(9)
-
Rehabilitatif Aftercare (10)
(11)
Kuratif
Rehabilitatif
Aftercare
Kuratif
Rehabilitatif
Aftercare
Kuratif
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2 2
(19)
-
-
10
-
-
4
(20)
10
-
3
-
7
-
b. Morfin
6
7
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
6
c. Pethidin
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
d. Kodein
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2 Kokain
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
1
-
-
3 Kanabis/Ganja
9
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
10
-
-
18
-
-
-
-
24
-
-
35
10
0
0
0
19
14
4 Lainnya NARKOTIKA 1 Amfetamin a. Methamfetamin (extacy) b. Shabu c. Lainnya
-
10
-
-
6
-
6
-
-
-
-
-
11
-
-
-
Rehabilitatif Aftercare
-
-
-
-
-
-
-
4 -
-
45
10
-
-
29
14
3
1
-
6
-
-
-
-
11
-
-
-
-
-
-
9
1
13
-
4
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
20
13
-
-
1
a. Barbiturat
-
-
-
b. Benzodiazepin
5
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
c. Lainnya
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3 Inhalan 4 Lainnya
0 11
16
5
2 Sedative
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5
1
0
-
-
-
-
-
-
5
-
-
-
-
-
-
-
8
-
-
0 -
2
0
1 Alkohol
11
-
-
5
-
-
3
-
-
-
-
-
1
-
2 Lainnya
1
-
-
-
-
-
11
-
-
-
-
-
-
-
0
-
-
1
-
-
32
0
0
11
0
-
-
5
-
-
119
25
11
Jumlah
12
0
0
5
77
25
0
17
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes, 2006
0
-
14
-
-
20
-
-
-
-
0
-
-
-
12
-
-
1
0
11
-
-
-
-
-
-
-
ZAT ADIKTIF LAINNYA
-
-
15
-
-
-
6
-
-
-
30
PSIKOTROPIKA
-
-
11
-
-
42
15
-
20
0
-
12
-
11 0 -
Lampiran 4.20
HASIL PEKAN IMUNISASI NASIONAL MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 - 2006 Balita Diimunisasi Polio No
Provinsi
(1)
(2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat
PUTARAN I Target Hasil (3)
(4)
% (5)
PUTARAN II Target Hasil (6)
(7)
%
Target
(8)
(9)
PUTARAN III Hasil (10)
%
Target
(11)
(12)
PUTARAN IV Hasil (13)
%
Target
(14)
(15)
PUTARAN V Hasil (16)
% (17)
548,699
475,835
86.7
536,699
495,623
92.3
536,699
498,163
92.8
498,167
478,895
96.1
498,163
486,533
97.7
1,478,620
1,386,679
93.8
1,478,620
1,466,373
99.2
1,478,620
1,486,547
100.5
1,486,547
1,460,676
98.3
1,486,547
1,516,953
102.0
480,390
477,438
99.4
480,390
492,016
102.4
480,390
496,786
103.4
496,786
494,482
99.5
496,786
501,027
100.9
599,992
617,800
103.0
617,800
635,920
102.9
617,800
640,857
103.7
640,857
642,211
100.2
642,211
652,992
101.7
328,453
298,967
91.0
320,857
305,228
95.1
320,857
306,243
95.4
306,244
307,888
100.5
307,888
311,003
101.0
845,501
846,331
100.1
846,331
861,052
101.7
846,331
863,963
102.1
863,963
862,656
99.8
863,963
871,796
100.9
170,220
166,717
97.9
170,220
173,749
102.1
170,220
170,956
100.4
173,749
170,311
98.0
173,749
173,313
99.7
856,386
781,660
91.3
825,594
815,429
98.8
825,594
815,019
98.7
825,594
815,350
98.8
825,594
821,447
99.5
124,952
110,716
88.6
111,789
118,827
106.3
111,789
115,697
103.5
118,827
120,147
101.1
120,147
117,907
98.1
160,744
149,045
92.7
149,164
149,233
100.0
149,164
146,565
98.3
149,233
162,535
108.9
162,535
159,139
97.9
757,197
852,669
112.6
922,963
888,204
96.2
922,963
900,328
97.5
922,963
878,215
95.2
922,963
903,757
97.9
4,337,474
4,100,337
94.5
4,494,725
4,272,359
95.1
4,494,725
4,327,637
96.3
4,494,725
4,338,951
96.5
4,494,725
4,454,960
99.1
3,103,478
2,816,731
90.8
3,103,478
2,864,189
92.3
3,103,478
2,917,146
94.0
2,917,165
2,917,912
100.0
2,917,912
2,955,195
101.3
229,543
227,207
99.0
228,240
234,916
102.9
228,240
237,084
103.9
237,084
236,808
99.9
237,084
239,936
101.2
3,164,679
3,061,276
96.7
3,059,019
3,158,992
103.3
3,059,019
3,199,042
104.6
3,199,042
3,222,539
100.7
3,222,539
3,257,847
101.1
1,176,113
1,023,290
87.0
1,176,113
1,078,597
91.7
1,176,113
1,095,060
93.1
1,176,113
1,093,205
93.0
1,176,113
1,121,099
95.3
297,604
305,607
102.7
305,607
321,620
105.2
305,607
316,828
103.7
321,620
321,292
99.9
321,620
324,400
100.9
428,833
470,609
109.7
470,609
495,129
105.2
470,609
504,833
107.3
504,833
503,842
99.8
504,833
519,329
102.9
502,545
522,117
103.9
522,117
541,293
103.7
522,117
538,057
103.1
541,293
542,005
100.1
542,005
551,912
101.8
20 Kalimantan Barat 21 Kalimantan Tengah 22 Kalimantan Selatan
513,422
455,733
88.8
489,250
475,644
97.2
489,250
467,484
95.6
475,644
474,201
99.7
475,644
477,870
100.5
232,213
214,586
92.4
232,213
229,890
99.0
232,213
227,135
97.8
229,890
232,173
101.0
232,173
233,846
100.7
357,404
332,612
93.1
352,182
343,934
97.7
352,182
344,441
97.8
344,441
342,237
99.4
352,182
350,893
99.6
23 Kalimantan Timur 24 Sulawesi Utara 25 Sulawesi Tengah 26 Sulawesi Selatan 27 Sulawesi Tenggara 28 Gorontalo 29 Sulawesi Barat
313,552
313,404
100.0
313,552
316,043
100.8
313,552
321,121
102.4
321,121
328,550
102.3
328,550
333,194
101.4
198,338
221,754
111.8
221,331
223,852
101.1
221,331
225,806
102.0
225,806
226,203
100.2
226,203
230,534
101.9
274,107
278,925
101.8
278,925
287,980
103.2
278,925
284,146
101.9
287,980
285,698
99.2
287,980
293,178
101.8
805,769
751,128
93.2
805,769
792,251
98.3
805,769
811,277
100.7
811,277
822,724
101.4
822,724
846,704
102.9
264,662
237,680
89.8
241,470
249,649
103.4
241,470
249,814
103.5
249,814
252,532
101.1
252,532
256,100
101.4
110,650
102,133
92.3
110,650
105,051
94.9
110,650
105,494
95.3
105,494
104,637
99.2
105,494
105,155
99.7
112,363
110,031
97.9
112,363
117,862
104.9
112,363
116,436
103.6
117,862
119,837
101.7
119,837
120,126
100.2
30 Maluku 31 Maluku Utara 32 Papua 33 Irian Jaya Barat Indonesia
181,122
167,920
92.7
171,256
172,335
100.6
171,256
168,572
98.4
172,335
159,536
92.6
172,335
78,830
45.7
97,406
105,748
108.6
97,406
106,123
108.9
97,406
99,803
102.5
106,123
104,123
98.1
106,123
96,957
91.4
286,151
198,035
69.2
286,151
224,794
78.6
286,151
143,948
50.3
224,794
168,821
75.1
224,794
218,639
97.3
13 Jawa Tengah 14 DI Yogyakarta 15 Jawa Timur 16 Banten 17 Bali 18 Nusa Tenggara Barat 19 Nusa Tenggara Timur
Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI
87,574
72,505
82.8
87,574
79,409
90.7
87,574
64,594
73.8
79,409
73,139
92.1
79,409
78,641
99.0
23,426,156
22,253,225
95.0
23,620,427
23,093,566
97.8
23,620,427
23,206,882
98.2
23,626,795
23,264,331
98.5
23,703,357
23,661,212
99.8
Lampiran 4.21
CAKUPAN TB PARU BTA POSITIF, SEMBUH, PENGOBATAN LENGKAP DAN SUCCES RATE (SR) MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Cakupan TB BTA Positif
(2)
(3)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Bengkulu Sumatera Selatan Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber: Ditjen PP dan PL, Depkes RI, 2006
3,156 13,401 3,443 3,175 1,980 1,271 4,821 3,985 851 7,308 28,541 17,523 1,241 21,592 6,240 1,282 3,563 2,320 3,837 1,716 1,648 2,991 3,705 2,195 2,301 9,089 1,342 1,082 567 2,474 158,640
Sembuh Jumlah
%
(4)
(5)
2,488 12,301 2,763 2,032 1,531 1,108 4,059 3,306 763 4,983 24,181 14,942 1,015 17,554 5,374 1,017 2,717 1,967 3,345 1,379 1,017 2,564 3,443 1,979 2,085 8,143 1,154 565 267 1,725 131,767
78.83 91.79 80.25 64.00 77.32 87.18 84.19 82.96 89.66 68.19 84.72 85.27 81.79 81.30 86.12 79.33 76.26 84.78 87.18 80.36 61.71 85.72 92.93 90.16 90.61 89.59 85.99 52.22 47.09 69.73 83.06
Pengobatan Lengkap Jumlah % (6)
276 332 276 632 226 76 340 475 10 1,623 2,182 926 60 1,428 596 68 348 141 227 180 317 138 90 107 76 100 123 291 238 268 12,170
(7)
8.75 2.48 8.02 19.91 11.41 5.98 7.05 11.92 1.18 22.21 7.65 5.28 4.83 6.61 9.55 5.30 9.77 6.08 5.92 10.49 19.24 4.61 2.43 4.87 3.30 1.10 9.17 26.89 41.98 10.83 7.67
SR % (8)
87.58 94.27 88.27 83.91 88.74 93.15 91.25 94.88 90.83 90.39 92.37 90.56 86.62 87.91 95.67 84.63 86.02 90.86 93.09 90.85 80.95 90.34 95.36 95.03 93.92 90.69 95.16 79.11 89.07 80.56 90.73
Lampiran 4.22
CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA BALITA MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi (2)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Bengkulu Sumatera Selatan Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber: Ditjen PP dan PL, Depkes RI, 2006
Target Penemuan (3)
37,925 121,399 45,558 44,914 26,307 17,810 78,835 76,276 12,302 12,655 83,791 402,751 298,600 24,105 305,441 122,352 33,423 53,549 42,603 46,737 19,584 38,942 35,769 21,879 23,457 19,757 79,362 9,148 10,147 15,234 9,095 25,967 6,296 2,201,970
< 1 th
Pneumonia Pada Balita Realisasi 1-4 th
(4)
Jumlah
(5)
(6)
1,123 14,603 4,687 2,949 1,348 1,298 9,776 4,074 2,255 94 1,858 70,786 14,977 137 27,155 6,676 2,573 21,079 5,711 3,845 364 5,121 5,704 1,832 4,993 2,375 5,518 1,669 858 769 2,517 625
4,200 26,704 12,665 6,446 5,594 1,065 18,089 7,261 6,070 139 3,876 128,499 30,390 314 48,625 10,133 4,675 30,802 6,557 6,960 668 6,776 10,905 2,381 8,098 4,959 9,947 2,348 1,648 1,006 4,569 949
229,349
413,318
5,323 41,307 17,352 9,395 6,942 2,363 27,865 11,335 8,325 233 5,734 199,285 45,367 451 75,780 16,809 7,248 51,881 12,268 10,805 1,032 11,897 16,609 4,213 13,091 7,334 15,465 4,017 2,506 1,775 7,086 1,574 33 642,667
% (7)
14.04 34.03 38.09 20.92 26.39 13.27 35.35 14.86 67.67 1.84 6.84 49.48 15.19 1.87 24.81 13.74 21.69 96.89 28.80 23.12 5.27 30.55 46.43 19.26 55.81 37.12 19.49 43.91 24.70 11.65 77.91 6.06 0.52 29.19
Lampiran 4.23
CAKUPAN DISTRIBUSI KAPSUL VITAMIN "A" TAHUN 2006
No
Provinsi
(1)
(2)
Jumlah Bayi ( 6-11 Bln)
Jumlah Anak Balita (1-4 Thn)
(3)
(4)
1 Nanggroe Aceh Darussalam
Cakupan Vitamin A Ibu Nifas (5)
Bayi Diberi Vitamin A (biru) Balita Diberi Vitamin A 2X Jumlah
%
Jumlah
%
(6)
(7)
(8)
(9)
Ibu Nifas diberi Vitamin A Jumlah % (10)
(11)
57,382
286,133
103,691
48,836
85.11
266,948
93.30
55,136
53.17
181,851
1,212,336
304,373
132,782
73.02
991,446
81.78
123,139
40.46
3 Sumatera Barat
64,447
416,106
107,526
53,393
82.85
347,915
83.61
66,831
62.15
4 Riau
88,053
514,563
121,683
65,073
73.90
428,450
83.26
74,392
61.14
5 Jambi
61,608
256,343
64,991
36,279
58.89
235,698
91.95
34,271
52.73
127,044
667,404
163,162
108,127
85.11
86.59
121,526
74.48
7 Bengkulu
41,821
175,121
41,821
23,801
56.91
119,807
68.41
27,684
66.20
8 Lampung
144,549
552,763
167,855
105,535
73.01
449,030
81.23
44,732
26.65
17,251
101,015
26,291
14,703
85.23
83,633
82.79
20,462
77.83
10 Kepulauan Riau
30,007
138,296
37,063
20,002
66.66
116,120
83.96
24,503
66.11
11 DKI Jakarta
78,939
512,203
189,327
75,808
96.03
412,055
80.45
34,190
18.06
12 Jawa Barat
443,535
3,119,991
280,006
398,892
89.93
1,987,539
63.70
128,905
46.04
13 Jawa Tengah
346,611
2,126,061
628,886
339,179
97.86
2,095,473
98.56
554,569
88.18
14 DI Yogyakarta
36,978
190,860
46,433
29,545
79.90
178,414
93.48
32,659
70.34
15 Jawa Timur
633,418
2,430,511
634,441
302,332
47.73
2,070,920
85.21
475,195
74.90
16 Banten
2 Sumatera Utara
6 Sumatera Selatan
9 Kepulauan Bangka Belitung
577,881
142,524
885,372
245,263
123,650
86.76
750,193
84.73
155,016
63.20
17 Bali
41,927
212,784
61,097
35,105
83.73
200,612
94.28
48,998
80.20
18 Nusa Tenggara Barat
61,589
378,372
101,254
56,957
92.48
368,035
97.27
85,536
84.48
19 Nusa Tenggara Timur
90,677
402,696
107,925
64,048
70.63
351,743
87.35
57,592
53.36
20 Kalimantan Barat
80,027
402,004
98,575
49,117
61.38
260,234
64.73
46,769
47.45
21 Kalimantan Tengah
32,511
74.22
41,276
80.26
22 Kalimantan Selatan
47,810
386,807
75,018
37,271
77.96
247,513
63.99
59,980
79.95
23 Kalimantan Timur
56,650
325,659
71,918
48,613
85.81
254,915
78.28
39,016
54.25
22,783
93.50
129,218
89.23
35,060
77.18
98.13
40,706
72.31
222,167
144,814
51,429
24 Sulawesi Utara
24,368
25 Sulawesi Tengah
50,428
26 Sulawesi Selatan
112,609
514,353
27 Sulawesi Tenggara
33,158
202,474
51,894
28 Gorontalo
14,291
91,394
22,788
29 Sulawesi Barat
21,409
67,637
30 Maluku
26,390
31 Maluku Utara
45,428
79.91
164,883
56,292
38,011
75.38
163,280
92,863
82.46
434,261
84.43
122,323
74.92
24,626
74.27
156,778
77.43
26,720
51.49
13,027
91.16
69,219
75.74
15,158
66.52
22,526
15,121
70.63
55,176
81.58
7,813
34.68
147,484
32,463
16,103
61.02
92,449
62.68
21,852
67.31
18,347
93,442
22,229
10,831
59.03
48,471
51.87
16,171
72.75
32 Papua
49,358
194,074
50,125
40,096
81.24
171,105
88.16
2,489
4.97
33 Irian Jaya Barat
16,785
61,098
-
6,479
38.60
18,828
30.82
-
2,474,969
75.59
14,348,045
81.29
Indonesia
Sumber : Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2006
3,274,352
217,146
25,981
17,649,483
4,197,053
213,083
2,640,669
62.92
Lampiran 4.24
CAKUPAN PEMBERIAN TABLET BESI (Fe3) PADA IBU HAMIL MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
No
Provinsi
Jumlah Ibu Hamil
(1)
(2)
(3)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber : Dit. Gizi Kesehatan Masyarakat, Ditjen Binkesmas, Depkes RI, 2006
114,970 329,499 118,348 133,638 79,889 184,051 47,294 179,760 28,757 41,058 212,357 893,391 244,085 51,902 707,312 269,259 68,018 114,903 124,637 115,651 57,202 74,607 78,633 48,797 59,081 186,293 52,727 24,982 24,459 33,374 23,941 48,882 21,874 4,793,631
Ibu Hamil Mendapat 90 Tablet Besi (Fe3) Jumlah
%
(4)
(5)
26,294 161,040 76,110 90,613 14,925 143,311 27,629 136,275 19,272 2,498 74,331 705,756 43,766 39,223 477,935 161,179 30,651 61,991 80,912 60,682 28,952 74,423 60,263 22,838 40,656 110,862 18,764 16,614 12,178 21,108 9,059 33,116 5,436 2,888,662
22.87 48.87 64.31 67.80 18.68 77.86 58.42 75.81 67.02 6.08 35.00 79.00 17.93 75.57 67.57 59.86 45.06 53.95 64.92 52.47 50.61 99.75 76.64 46.80 68.81 59.51 35.59 66.50 49.79 63.25 37.84 67.75 24.85 60.26
Lampiran 4.25
REKAPITULASI KEJADIAN BENCANA TAHUN 2006
No
Jenis Bencana
Jumlah Provinsi
Jumlah Kab/Kota
(1)
(2)
(3)
(4)
1 Banjir
Jumlah Korban Luka Ringan/ Luka Berat/ Rawat Inap Rawat Jalan
Meninggal (5)
(6)
Pengungsi
Hilang
(7)
(8)
(9)
20
44
108
2,576
34,036
79
162,064
2 Banjir Bandang
7
10
251
107
4,208
148
23,056
3 Tanah Longsor
19
19
123
30
335
4
10
6,469
26,983
178,292
5 Angin Topan/Angin Puting Beliung/ Angin Puyuh
11
12
9
6
7
6 Kecelakaan Transportasi
15
15
129
358
164
401
7 Keracunan Makanan
4
4
21
132
389
-
8 Ledakan Granat/Bom
8
8
14
24
15
9 Bencana Kelaparan
1
1
1
6
1
2
157
336
4 Gempa Bumi
10 KLB Diare
Sumber : Pusat Penanggulangan Krisis (PPK), Depkes RI, 2006 * 7 Titik Lokasi Pengungsian di Yogyakarta
-
2,127
82
-
10063*
-
6
-
2
-
-
-
-
3,261
-
-
Lampiran 5.1 JUMLAH PUSKESMAS SERTA SARANA LAINNYA MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 Puskesmas
No
Provinsi
Perawatan
Non
Sarana UKBM Poskesdes
Total
Posyandu
Polindes
Perawatan (1)
(2)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 2 Sumatera Utara
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Sarana Transportasi Puskesmas Pusling
Pos Obat
(8)
Ambulans
Desa
R-4
PB
(9)
(10)
(11)
Sepeda Motor
(12)
(13)
85
189
274
0
5,576
1,473
193
244
2
99
634
145
300
445
391
22,190
644
695
323
3
41
1,571 706
3 Sumatera Barat
81
143
224
200
6,680
834
941
156
8
31
4 Riau
46
108
154
0
4,333
197
57
113
15
25
321
5 Jambi
41
99
140
54
2,882
77
156
155
10
31
789
6 Sumatera Selatan
76
173
249
0
5,786
1,499
175
208
30
42
784
7 Bengkulu
34
92
126
150
1,713
653
137
131
0
37
477
8 Lampung
39
196
235
200
7,380
1,062
214
228
3
11
865
9 Kepulauan Bangka Belitung
17
30
47
0
909
199
59
42
0
10
230
10 Kepulauan Riau
16
29
45
0
503
227
7
46
20
17
160
11 DKI Jakarta 12 Jawa Barat
50
292
342
0
3,841
199
0
76
0
28
464
142
857
999
1,055
43,111
1,511
817
468
0
115
4,349
13 Jawa Tengah
241
617
858
4,322
46,746
4,411
857
867
3
66
3,537
14 DI Yogyakarta
38
79
117
0
5,412
80
111
142
0
36
737
336
594
930
5,148
44,095
4,174
192
962
4
49
3,349 661
15 Jawa Timur 16 Banten
34
143
177
0
8,989
126
94
100
3
23
17 Bali
22
88
110
210
4,589
262
19
127
0
13
596
18 Nusa Tenggara Barat
44
86
130
0
5,256
479
217
135
6
20
656
19 Nusa Tenggara Timur
124
127
251
0
8,046
1,175
412
201
13
32
717
20 Kalimantan Barat
71
134
205
150
3,705
1,094
271
179
104
3
742
21 Kalimantan Tengah
52
102
154
148
1,706
531
38
90
62
32
460
22 Kalimantan Selatan
36
165
201
284
3,411
710
95
197
25
23
826
23 Kalimantan Timur
87
99
186
0
4,409
337
305
115
36
14
632
24 Sulawesi Utara
59
71
130
0
2,068
420
94
91
13
41
281
25 Sulawesi Tengah
64
80
144
215
2,841
848
53
134
11
0
248
26 Sulawesi Selatan
179
183
362
415
8,579
1,159
377
440
15
40
1,310 714
27 Sulawesi Tenggara
52
107
159
0
2,479
349
1,854
104
13
1
28 Gorontalo
17
38
55
0
1,134
266
90
47
3
18
223
29 Sulawesi Barat
22
40
62
0
6,825
81
0
35
1
0
109 108
30 Maluku
54
71
125
0
1,360
208
0
36
34
13
31 Maluku Utara
31
31
62
0
0
-
0
39
24
12
91
121
115
236
0
2,648
302
101
52
11
332
32 Papua 33 Irian Jaya Barat Indonesia Sumber : Pusdatin, Depkes RI, 2006
1,055
41
40
81
0
0
167
13
33
35
4
92
2,497
5,518
8,015
12,942
269,202
25,754
9,598
6,365
548
938
27,771
Lampiran 5.2 JUMLAH PUSKESMAS DAN RASIONYA TERHADAP PENDUDUK MENURUT PROVINSI TAHUN 2002 - 2006
No
Provinsi
(1)
(2)
Jumlah
Rasio Puskesmas/
Puskesmas
Per 100.000 Penduduk
2002
2003
2004
2005
2006
2002
2003
2004
2005
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
2006 (12)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
230
240
240
266
274
5.76
5.70
6.15
6.60
6.73
2
Sumatera Utara
411
388
423
426
445
3.47
3.27
3.43
3.42
3.52
3
Sumatera Barat
204
206
210
214
224
4.79
4.62
4.62
4.69
4.84
4
Riau
167
142
146
150
154
3.10
2.55
3.21
3.28
2.52
5
Jambi
-
45
47
135
140
-
-
3.92
5.12
5.22
6
Sumatera Selatan
130
127
132
242
249
5.29
4.94
4.89
3.57
3.61
7
Bengkulu
214
235
250
113
126
2.98
3.62
3.68
7.29
8.04
8
Lampung
112
112
113
224
235
6.86
7.38
7.02
3.15
3.26
9
Kepulauan Bangka Belitung
211
219
222
47
47
3.11
3.16
3.10
4.50
4.37
10
Kepulauan Riau
45
45
61
41
45
4.86
4.61
5.99
3.22
-
11
DKI Jakarta
328
329
329
335
342
4.00
3.82
3.61
3.78
3.82
12
Jawa Barat
976
982
982
996
999
2.64
2.59
2.51
2.56
2.52
13
Jawa Tengah
853
855
857
853
858
2.69
2.67
2.60
2.67
2.67
14
DI Yogyakarta
117
117
117
117
117
3.69
3.65
3.57
3.50
3.45
15
Jawa Timur
922
918
907
919
930
2.63
2.54
2.45
2.53
2.54
16
Banten
168
171
172
173
177
1.89
1.91
1.88
1.92
1.92
17
Bali
107
108
109
110
110
3.31
3.22
3.13
3.25
3.21
18
Nusa Tenggara Barat
121
127
125
128
130
2.98
3.17
3.00
3.06
3.05
19
Nusa Tenggara Timur
211
218
220
228
251
5.36
5.35
5.27
5.35
5.76
20
Kalimantan Barat
189
192
195
207
205
4.52
4.86
4.78
5.11
4.98
21
Kalimantan Tengah
118
133
132
134
154
6.05
7.28
6.94
7.00
7.95
22
Kalimantan Selatan
189
189
193
192
201
6.22
5.95
5.95
5.85
6.01
23
Kalimantan Timur
165
167
174
187
186
6.48
6.17
5.90
6.56
6.34
24
Sulawesi Utara
101
108
114
119
130
4.94
5.08
5.28
5.59
6.02
25
Sulawesi Tengah
132
134
135
139
144
5.79
6.06
5.81
6.06
6.13
26
Sulawesi Selatan
367
376
333
347
362
4.43
4.58
4.45
4.09
4.20
27
Sulawesi Tenggara
122
115
138
139
159
6.34
6.13
7.02
7.08
7.94
28
Gorontalo
39
47
44
45
55
4.47
5.33
4.80
4.88
5.84
29
Sulawesi Barat
50
50
62
-
5.17
-
-
30
Maluku
103
109
125
8.48
7.74
8.71
9.83
31
Maluku Utara
32
Papua
33
Irian Jaya Barat
-
52
55
60
81
-
-
9.71
-
-
Indonesia
7,309
7,413
7,550
7,669
8,015
3.46
3.46
3.48
3.50
3.61
Sumber: Ditjen Binkesmas & Pusdatin, Depkes RI
96
98
8.05
49
53
55
56
62
6.60
6.21
6.03
6.33
6.75
215
165
167
168
236
9.19
7.02
9.07
6.67
8.87
Lampiran 5.3 JUMLAH PUSKESMAS DAN PUSKESMAS PERAWATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2002 - 2006 No
Provinsi
(1)
(2)
Jumlah Puskesmas 2003 2004 2005
2002 (3)
(4)
(5)
(6)
2006
2002
(7)
(8)
Jumlah Puskesmas Perawatan 2005 2003 2004 (9)
(11)
(12)
2006 (13)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
230
240
240
266
274
77
78
82
89
85
2
Sumatera Utara
411
388
423
426
445
97
90
97
98
145
3
Sumatera Barat
204
206
210
214
224
62
63
63
64
81
4
Riau
167
142
146
150
154
49
36
38
39
46
5
Jambi
-
45
47
135
140
-
21
21
43
41
6
Sumatera Selatan
130
127
132
242
249
37
36
38
75
76
7
Bengkulu
214
235
250
113
126
67
68
71
24
34
8
Lampung
112
112
113
224
235
25
10
25
31
39
9
Kepulauan Bangka Belitung
211
219
222
47
47
30
28
29
14
17
45
45
61
41
45
10
25
26
17
16
10
Kepulauan Riau
11
DKI Jakarta
328
329
329
335
342
47
46
48
50
50
12
976
982
982
996
999
132
18
132
132
142
13
Jawa Barat Jawa Tengah
853
855
857
853
858
206
128
235
218
241
14
DI Yogyakarta
117
117
117
117
117
32
214
32
32
38
15
Jawa Timur
922
918
907
919
930
283
32
295
310
336
16
Banten
168
171
172
173
177
18
279
18
18
34
17
Bali
107
108
109
110
110
20
20
20
23
22
18
Nusa Tenggara Barat
121
127
125
128
130
43
27
28
46
44
19
Nusa Tenggara Timur
211
218
220
228
251
62
59
60
72
124
20
Kalimantan Barat
189
192
195
207
205
66
66
67
70
71
21
Kalimantan Tengah
118
133
132
134
154
28
33
31
35
52
22
Kalimantan Selatan
189
189
193
192
201
25
26
31
33
36
23
Kalimantan Timur
165
167
174
187
186
68
68
67
70
87
24
Sulawesi Utara
101
108
114
119
130
57
17
59
56
59
25
Sulawesi Tengah
132
134
135
139
144
55
66
59
59
64
26
Sulawesi Selatan
367
376
333
347
362
150
57
140
147
179
27
Sulawesi Tenggara
122
115
138
139
159
36
156
35
45
52
28
Gorontalo
39
47
44
45
55
14
28
14
14
17
29
Sulawesi Barat
-
-
50
50
62
-
-
18
19
22
30
Maluku
96
98
103
109
125
32
30
30
31
54
31
Maluku Utara
32
Papua
33
Irian Jaya Barat Indonesia
49
53
55
56
62
20
16
15
17
31
215
165
167
168
236
78
61
63
64
121
-
52
55
7,309
7,413
7,550
Sumber: Ditjen Binkesmas & Pusdatin, Depkes RI
60 7,669
81
8,015
-
22
23
22
41
1,926
1,924
2,010
2,077
2,497
Lampiran 5.4 JUMLAH PUSKESMAS KELILING DAN RASIO PUSKESMAS KELILING PER PUSKESMAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2002 - 2006 No
Provinsi
(1)
(2)
2002 R-4 PB
Jumlah Puskesmas Keliling 2003 2004 2005 R-4 PB R-4 PB R-4 PB
(3)
(5)
(4)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
192
8
195
8
198
2
Sumatera Utara
237
1
234
1
267
3
Sumatera Barat
188
3
191
3
190
4
Riau
103
5
Jambi
6
Sumatera Selatan
114
7
Bengkulu
149
8
Lampung
102
9
Kepulauan Bangka Belitung
160
10
Kepulauan Riau
30
25
20
11
68
4
70
4
12
DKI Jakarta Jawa Barat
384
2
379
13
Jawa Tengah
665
4
759
14
DI Yogyakarta
108
15
Jawa Timur
871
6
868
5
886
16
Banten
90
1
84
1
17
Bali
110
45
111
45
18
Nusa Tenggara Barat
112
3
117
3
119
3
101
6
135
6
1.0
0.9
1.0
0.8
1.1
19
Nusa Tenggara Timur
173
19
175
21
183
21
186
23
201
13
0.9
0.9
0.9
0.9
0.9
20
Kalimantan Barat
93
58
98
82
112
75
126
71
179
104
0.8
0.9
1.0
1.0
1.4
21
Kalimantan Tengah
77
75
109
83
88
54
106
50
90
62
1.3
1.4
1.1
1.2
1.0
22
Kalimantan Selatan
168
40
164
40
176
29
186
30
197
25
1.1
1.1
1.1
1.1
1.1
23
Kalimantan Timur
113
50
113
48
126
46
138
40
115
36
1.0
1.0
1.0
1.0
0.8
24
Sulawesi Utara
81
17
81
17
67
16
59
15
91
13
1.0
0.9
0.7
0.6
0.8
25
Sulawesi Tengah
96
21
95
19
106
17
118
12
134
11
0.9
0.9
0.9
0.9
1.0
26
Sulawesi Selatan
229
15
243
10
215
8
245
10
440
15
0.7
0.7
0.7
0.7
1.3
27
Sulawesi Tenggara
77
14
84
15
85
9
101
8
104
13
0.7
0.9
0.7
0.8
0.7
28
Gorontalo
23
32
0
47
3
0.6
0.6
0.7
0.7
0.9
29
Sulawesi Barat
30
Maluku
31
Maluku Utara
32
Papua
33
Irian Jaya Barat
46
Indonesia
189
4
244
2
0.9
0.8
0.9
0.7
248
0
323
3
0.6
0.6
0.6
0.6
0.9 0.7
11
209
9
156
8
0.9
0.9
1.0
1.0
0.7 0.8
91
23
96
23
106
24
113
15
0.9
0.8
0.8
0.9
122
27
24
24
123
10
155
10
-
3.3
1.0
1.0
1.2
15
161
4
128
12
180
7
208
30
1.0
1.3
1.1
0.8
1.0
20
104
3
197
10
108
0
131
0
0.8
0.5
0.8
1.0
1.0
166
3
101
185
4
228
3
0.9
1.5
0.9
0.8
1.0
3
44
0
42
0
0.8
0.2
0.8
0.9
0.9
49
1
27
19
46
20
0.7
1.0
0.8
1.1
1.5
70
165
57
4
76
0
0.2
0.2
0.7
0.2
0.2
1
406
1
407
0
468
0
0.4
0.4
0.4
0.4
0.5
6
777
6
820
3
867
3
0.8
0.9
0.9
1.0
1.0
126
0
142
0
0.9
0.9
0.9
1.1
1.2
4
914
3
962
4
1.0
1.0
1.0
1.0
1.0
88
1
103
1
100
3
0.5
0.5
0.5
0.6
0.6
111
46
118
46
127
0
1.4
1.4
1.4
1.5
1.2
-
-
1
36
0
108
-
22
108
0
32
-
27
2
28
2
35
1
-
-
0.6
0.6
0.6
32
37
34
33
36
34
0.6
0.6
0.7
0.6
0.6
32
172
0
26
35
8
Rasio Puskesmas Keliling/ Puskesmas 2002 2003 2004 2005 2006
2006 R-4 PB
27
18
62
17
64
26
65
28
41
39
24
1.6
1.5
1.7
1.2
1.0
118
102
69
61
71
66
75
73
101
52
1.0
0.8
0.8
0.9
0.6
4,984
654
21
29
25
42
25
43
33
35
-
1.0
1.2
1.1
0.8
5,148
673
5,358
805
5,552
591
6,365
548
0.8
0.8
0.8
0.8
0.9
Sumber: Ditjen Binkesmas & Pusdatin, Depkes RI Keterangan: R-4 = Puskesmas keliling kendaraan bermotor roda empat (mobil) PB = Puskesmas keliling perahu bermotor
Lampiran 5.5 JUMLAH RUMAH SAKIT DI INDONESIA MENURUT PENGELOLA DAN PROVINSI TAHUN 2006 No
Provinsi
(1)
(2)
Depkes/Pemda RS RS Jumlah Umum Khusus (3)
(4)
(5)
RS Umum (6)
TNI/POLRI RS Jumlah Khusus (7)
(8)
Departemen Lain/BUMN RS RS Jumlah Umum Khusus (9)
(10)
(11)
RS Umum
Swasta RS Khusus
(12)
(13)
Jumlah
RS Umum
(14)
(15)
Semua RS RS Jumlah Khusus (16)
(17)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
16
1
17
3
0
3
3
0
3
5
2
7
27
3
30
2
Sumatera Utara
29
5
34
7
0
7
17
1
18
61
6
67
114
12
126
3
Sumatera Barat
16
2
18
3
0
3
1
0
1
9
10
19
29
12
41
4
Riau
14
1
15
5
0
5
6
0
6
11
2
13
36
3
39
5
Jambi
7
1
8
2
0
2
2
0
2
2
1
3
13
2
15
6
Sumatera Selatan
12
2
14
2
0
2
5
0
5
8
2
10
27
4
31
7
Bengkulu
6
1
7
1
0
1
0
0
0
1
0
1
8
1
9
8
Lampung
8
1
9
1
0
1
0
0
0
9
3
12
18
4
22
Kepulauan Bangka Belitung
3
1
4
0
0
0
0
0
0
1
0
1
4
9 11
DKI Jakarta
8
7
15
8
1
9
5
1
6
53
35
88
74
44
118
12
Jawa Barat
28
8
36
12
0
12
6
1
7
47
28
75
93
37
130
13
Jawa Tengah
41
8
49
8
0
8
3
0
3
73
40
113
125
48
173
14
DI Yogyakarta
6
1
7
2
0
2
0
1
1
9
15
24
17
17
34
15
Jawa Timur
45
8
53
19
1
20
13
2
15
56
22
78
133
33
166
16
Banten
5
1
6
2
0
2
2
0
2
8
6
14
17
7
24
17
Bali
9
2
11
2
0
2
0
0
0
16
4
20
27
6
33
18
Nusa Tenggara Barat
7
3
10
1
0
1
0
0
0
2
0
2
10
3
13
19
Nusa Tenggara Timur
14
0
14
2
0
2
0
0
0
8
1
9
24
1
25
20
Kalimantan Barat
13
3
16
2
0
2
1
0
1
7
2
9
23
5
21
Kalimantan Tengah
10
0
10
1
0
1
0
0
0
0
0
0
11
22
Kalimantan Selatan
11
2
13
3
0
3
2
0
2
4
4
8
20
6
23
Kalimantan Timur
10
2
12
3
0
3
2
0
2
9
1
10
24
3
27
24
Sulawesi Utara
6
1
7
2
0
2
0
0
0
11
0
11
19
1
20
25
Sulawesi Tengah
9
1
10
1
0
1
0
0
0
4
4
8
14
5
19
26
Sulawesi Selatan
26
7
33
6
0
6
1
1
2
12
7
19
45
15
60
27
Sulawesi Tenggara
7
1
8
2
0
2
1
0
1
3
1
4
13
2
15
28
Gorontalo
3
1
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
1
29
Sulawesi Barat
30
Maluku
6
1
7
3
0
3
0
0
0
6
1
7
15
31
Maluku Utara
4
0
4
2
0
2
0
0
0
0
0
0
6
32
Irian Jaya Tengah
3
0
3
2
0
2
0
0
0
1
0
1
6
33
Irian Jaya Barat
4
0
4
2
0
2
1
0
1
2
0
2
9
34
Irian Jaya Timur
4
2
6
1
0
1
0
0
0
3
0
3
8
2
10
390
74
464
110
2
112
71
7
78
441
197
638
1,012
280
1,292
Indonesia
0
0
0
0
0
0
-
5
Kepulauan Riau
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI
0
1
10
0
-
28 -
-
0
11 26
4 -
2
0 17
0
6 6
-
9
Lampiran 5.6 JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM MENURUT PENGELOLA TAHUN 2002 - 2006 Jumlah Rumah Sakit Umum No
Pengelola
(1)
(2)
2002
2003
2004
2005
(10)
(11)
(12)
(13)
1
Departemen Kesehatan
14
14
13
13
2
Pemerintah Provinsi
45
45
43
43
3
Pemerintah Kab/Kota
287
294
305
322
Depkes + Pemda
346
353
361
378
4
TNI/POLRI
110
110
110
110
5
Departemen Lain / BUMN
70
71
71
71
Pemerintah
526
534
542
559
Swasta
427
432
434
436
953
966
976
995
6
Jumlah Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI
Lampiran 5.7 JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM DEPKES/PEMDA MENURUT KELAS DAN PROVINSI TAHUN 2005 No
Provinsi
Kelas A
Kelas B
(2)
(3)
(4)
(1)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
3
Sumatera Barat
4
Riau
5
Jambi
6
Sumatera Selatan
7
Bengkulu
8
Lampung
9
Kepulauan Bangka Belitung
10
Kepulauan Riau
11
DKI Jakarta
12
Jawa Barat
13
Jawa Tengah
14
DI Yogyakarta
15
Jawa Timur
16
Banten
17
Bali
18
Nusa Tenggara Barat
19
Nusa Tenggara Timur
20
Kalimantan Barat
21
Kalimantan Tengah
22
Kalimantan Selatan
23
Kalimantan Timur
24
Sulawesi Utara
25
Sulawesi Tengah
26
Sulawesi Selatan
27
Sulawesi Tenggara
28
Gorontalo
29
Sulawesi Barat
30
Maluku
31
Maluku Utara
32
Irian Jaya Tengah
33
Irian Jaya Barat
34
Irian Jaya Timur Indonesia
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI
1
1 1 1 1
1
6
Kelas C
Kelas D
(5)
Total
(6)
2 4 2 1 1 1 1 1
9 18 11 8 5 8 3 6 3
5 9 16 1 10 2 5 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1
2 17 24 4 29 3 4 6 3 7 5 9 5 3 5 17 4 2
1
1
2 2 2 3 2
75
231
(7)
3 3 2 3 1 3 1
1 1 5
10 5 4 1 2 2 3 7 1
3 2 1 1 1 66
14 26 15 12 7 12 4 8 3 0 8 28 41 6 45 5 9 7 14 13 10 11 10 6 9 26 6 2 0 6 4 3 4 4 378
Lampiran 5.8
JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT UMUM MENURUT PENGELOLA TAHUN 2002 - 2006 Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Umum No
Pengelola
(1)
(2)
1
Departemen Kesehatan
2
3
2002
2003
2004
2005
2006
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
9,086
8,858
8,505
8,483
8,784
Pemerintah Provinsi
12,872
12,958
12,391
12,902
12,834
Pemerintah Kab/Kota
30,316
30,803
31,959
33,896
35,375
Depkes + Pemda
52,274
52,619
52,855
55,281
56,993
4
TNI/POLRI
10,740
10,718
10,761
10,814
10,842
5
Departemen Lain / BUMN
6,729
6,758
6,537
6,827
6,880
Pemerintah
69,743
70,095
70,153
72,922
74,715
Swasta
41,796
42,284
42,487
43,364
43,789
111,539
112,379
112,640
116,286
118,504
6
Jumlah Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI
Lampiran 5.9 JUMLAH RUMAH SAKIT KHUSUS DAN TEMPAT TIDURNYA MENURUT JENIS RUMAH SAKIT TAHUN 2002 - 2006
No (1)
(2)
2004
2003
2002
Jenis Rumah Sakit
2005
2006
RS
TT
RS
TT
RS
TT
RS
TT
RS
TT
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
1
RS Jiwa
51
7,777
51
7,771
51
8,535
51
8,527
51
8,630
2
RS Kusta
23
2,344
23
2,344
22
2,248
22
2,446
22
2,137
3
RS TP
9
722
9
722
9
751
9
766
9
718
4
RS Mata
10
418
10
418
10
460
10
475
10
459
5
RS OP
1
187
1
187
1
187
1
187
1
187
6
RS Penyakit Infeksi
1
144
1
144
1
144
1
127
1
144
7
RS Jantung
-
-
2
214
2
234
2
234
2
234
8
RS Kanker
-
-
1
129
1
128
1
129
1
172
9
RS Bersalin
55
2,491
55
2,464
55
2,439
56
2,533
57
2,458
63
3,100
64
3,629
69
3,388
10
RS Ibu dan Anak
-
-
63
3,175
11
RS Gigi dan Mulut
-
-
11
-
12
RS Khusus Lainnya
112
4,592
41
1,182
55
1,365
56
1,427
57
1,420
262
18,675
268
18,750
270
19,591
273
20,480
280
19,947
Jumlah Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI
Lampiran 5.10 JUMLAH SARANA PRODUKSI SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN MENURUT JENIS DAN PROVINSI TAHUN 2002 - 2006
No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
(2)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung
Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Obat Tradisional
Industri Farmasi
Provinsi
Industri Obat Tradisional
Perbekalan Kesehatan Rumah tangga (PKRT)
Alat Kesehatan
Industri Kecil Obat Tradisional
Kosmetika
2002
2003
2004
2005
2006
2002
2003
2004
2005
2006
2002
2003
2004
2005
2006
2002
2003
2004
2005
2006
2002
2003
2004
2005
2006
2002
2003
2004
2005
2006
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
0 11 2 0 1 1 0 0 0 40 71 25 1 51 22 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 226
0 11 2 0 1 1 0 0 0 40 72 25 1 42 24 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 220
0 11 2 0 1 3 0 0 0 34 76 31 1 42 24 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 227
11 2 0 1 2 0 34 76 31 1 42 24 1 225
10 1 1 34 76 31 1 51 26 1 1 -
1 2 4 0 0 0 0 0 19 33 10 8 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 84
1 2 0 0 0 0 0 0 13 34 10 8 8 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 82
1 1 2 2 0 1 0 0 11 0 0 0 17 17 117 37 37 184 10 1 37 29 11 8 351 8 8 6 6 9 0 0 1 0 10 0 0 40 0 0 13 0 9 0 0 0 0 0 0 0 817 92 75 1,634
30 70 5 0 7 6 74 143 36 21 343 28 6 8 6 9 3 39 11 9 36 4 894
30 70 5 0 7 6 74 143 36 21 343 28 6 8 6 9 3 39 11 9 36 4 894
0 15 28 0 1 0 0 0 60 54 33 8 11 20 1 1 0 0 0 0 40 0 0 0 0 0 0 0 0 272
0 18 1 0 1 0 0 0 63 59 33 8 67 22 1 1 0 0 0 92
0 18 18 1 0 1 1 0 0 25 31 31 63 63 33 57 8 8 67 67 22 22 1 1 1 1 0 0 99 108 125 0 2 0 57 0 0 0 25 81 586 451
34 14 0 5 2 0 0 0 85 129 33 8 114 55 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 483
37 14 1 5 2 0 3 0 95 152 51 8 125 63 0 0 0 0 0 1 0 4 0 0 0 0 0 0 0 561
1 37 14 1 6 2 0 3 77 168 51 8 125 63 0 0 0 0 0 1 0 4 0 0 0 0 0 0 561
1 37 15 1 6 2 3 77 168 55 8 125 63 1 1 4 567
0 39 5 1 1 0 0 0 181 107 33 4 138 30 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 541
0 39 5 1 1 0 0 0 185 119 45 4 141 32 2 0 0 0 0 29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 603
0 39 5 1 1 0 0 0 102 120 45 4 141 32 2 0 0 0 0 29 0 0 391 0 0 0 0 0 0 912
39 5 1 1 102 120 45 4 144 32 2 29 524
Sumber: Ditjen Bina Yanfar dan Alkes, Depkes RI
233 466
26 26 28 0 70 70 4 5 5 0 0 0 8 8 7 5 6 6 0 0 0 3 3 3 0 0 0 141 160 74 118 129 143 200 208 208 21 21 21 172 313 343 21 28 28 6 6 6 8 9 8 2 6 6 7 7 7 3 3 3 27 27 35 11 11 11 7 7 8 0 1 3 5 2 36 0 0 0 0 0 0 4 4 4 0 0 2 2 2 801 1,062 1,065
0 0 0 0 0 0 0 0 0 366
1 6 88 96 191
0 6 73 185 55 4 125 74 1 1 4 528
1 1 99 45 8 144 38 2 32 370
Lampiran 5.11 JUMLAH SARANA DISTRIBUSI DAN PELAYANAN KEFARMASIAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2002 - 2006
No
Pedagang Besar Farmasi (PBF)
Provinsi
(1)
(2)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
Apotik
Perbekalan Alat Kesehatan
Toko Obat
Penyalur
Sub Penyalur
2002
2003
2004
2005
2006
2002
2003
2004
2005
2006
2002
2003
2004
2005
2006
2002
2003
2004
2005
2006
2002
2003
2004
2005
2006
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
92
28
28
28
38
103
106
103
110
499
95
95
121
124
-
-
-
-
540
-
51
51
51
-
-
-
-
-
499
483
499
386
389
389
389
389
259
-
36
103
36
-
-
-
-
-
86
86
86
100
-
-
-
101
101
165
165
1
1
-
-
-
202
195
3
Sumatera Barat
64
67
67
71
76
158
165
165
105
190
384
397
397
397
360
4
Riau
63
84
84
79
82
122
192
192
216
269
482
650
650
640
606
-
5
Jambi
39
39
37
43
45
75
80
78
94
119
137
309
150
137
141
-
-
92
12
12
6
Sumatera Selatan
76
76
76
76
81
160
137
137
177
183
132
132
130
150
181
-
-
87
35
4
-
7
Bengkulu
8
Lampung
9
Kepulauan Bangka Belitung
10 Kepulauan Riau
41 1 -
13
13
15
14
41
46
57
44
46
51
51
50
54
114
124
127
140
162
21
23
23
41
46
4
101
101
105
3
3
4
6
1
13
20
20
-
-
28
117
90
34
142
116
162
122
81 -
-
-
82 -
78
29
72
-
279
-
29
37
37
32
18
4 -
4 -
-
34
1
21
39
-
-
-
13
-
-
-
-
526
310
310
1,137
1,226
1,226
1,305
1,234
810
962
962
493
493
670
750
750
212
517
349
361
369
1,505
1,566
1,566
1,836
2,073
535
535
535
706
393
30
42
42
84
49
13 Jawa Tengah
225
249
249
249
249
722
879
879
879
1,133
480
600
600
600
600
14 DI Yogyakarta
45
43
43
48
50
208
225
225
225
113
51
45
45
58
58
305
334
290
375
428
1,311
1,331
1,375
1,375
1,721
1
230
1
217
15 Jawa Timur 16 Banten
38
45
45
45
62
345
345
345
345
426
17 Bali
73
79
79
78
72
250
250
250
250
336
48
-
18 Nusa Tenggara Barat
22
23
24
30
32
67
79
84
70
128
60
63
19 Nusa Tenggara Timur
18
19
19
25
27
42
48
48
84
88
81
151
71
-
-
-
-
8
14
51
121
8
12
12
12
27
104
57
76
76
76
1
63
108
118
151
151
160
36
51
-
34
-
-
51 -
205
-
2
71
71
91
-
526
2
34
-
349
-
96
-
494
2
-
-
321
-
96
-
12 Jawa Barat
2
85
-
-
11 DKI Jakarta
-
99
-
1
2 -
57
-
80
1 -
255 -
28
293
399
4 -
-
38
43
43
43
42
62
77
77
87
100
242
301
301
327
323
42
48
48
14
-
-
-
-
12
12
10
49
55
55
59
72
60
81
81
139
153
33
33
33
33
-
-
-
-
-
-
-
51
49
51
57
73
84
115
115
134
233
262
321
640
305
45
50
45
115
144
144
197
197
297
386
386
359
308
24 Sulawesi Utara
41
39
39
41
41
73
80
90
90
89
121
135
149
125
125
25 Sulawesi Tengah
19
13
12
23
23
60
60
55
73
75
137
115
105
157
110
26 Sulawesi Selatan
74
79
79
79
79
352
331
331
331
418
385
450
450
398
398
27 Sulawesi Tenggara
11
13
13
15
15
37
39
39
41
62
133
156
156
134
171
2
2
36
4
18
19
19
28
34
36
36
44
42
-
-
-
-
50
-
-
-
-
28 Gorontalo 29 Sulawesi Barat
-
30 Maluku 31 Maluku Utara 32 Papua
-
Indonesia Sumber: Ditjen Bina Yanfar dan Alkes, Depkes RI
-
-
-
-
-
-
29
-
-
-
-
92
92
92
40
40
15
17
-
55
62
62
62
62
-
-
21
23
23
23
-
-
16
16
16
2
2
14
15
15
29
32
35
41
47
71
75
74
91
94
1
1
1
3
13
17
25
34
34
17
20
23
27
25
36
35
116
92
102
61
49
-
48
57
45
-
-
-
-
1,152
1,639
1,982
1,008
34
34
-
-
-
2,249
2,479
2,445
2,412
9 2,494
109
116
-
-
-
7,767
8,368
8,557
9,095
10,275
39
118
118
-
-
-
-
5,405
6,610
6,806
6,737
7,056
-
12 -
7
12 -
81
16 13
15
-
12
5
1
-
7
2
12
31
33 Irian Jaya Barat
-
82 -
7
60
6
1
99
53
82 -
125
135
55
66
80
70
82
82
-
42
35
59
59
59
59
-
42
42
50
64
-
1
1
21
-
-
-
-
-
-
-
-
-
12
-
-
-
-
-
-
-
-
892
12 52
-
55
-
4 -
38
12
45
-
68
41
45
-
68
10 47
268 295
81
20 Kalimantan Barat
22 Kalimantan Selatan
253 260
81
4
-
28 19
81
-
-
-
21 -
255
21 Kalimantan Tengah
23 Kalimantan Timur
98 -
343
711
38
32
12
12 81 -
819
14 -
2,087
32 108 2 2,507
Lampiran 5.12 JUMLAH SARANA USAHA KESEHATAN BERSUMBER DAYA MASYARAKAT (UKBM) MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
No
Provinsi
(1)
(2)
Jumlah Desa/ Kelurahan (3)
Sarana UKBM
Rasio Sarana UKBM terhadap Desa/Kelurahan
Posyandu
Polindes
Pos Obat Desa
Posyandu
Polindes
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Pos Obat Desa (9)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
6,027
5,576
1,473
193
0.93
0.24
0.03
2
Sumatera Utara
5,379
22,190
644
695
4.13
0.12
0.13
3
Sumatera Barat
2,235
6,680
834
941
2.99
0.37
0.42
4
Riau
1,290
4,333
197
57
3.36
0.15
0.04
5
Jambi
1,227
2,882
77
156
2.35
0.06
0.13
6
Bengkulu
2,721
5,786
1,499
175
2.13
0.55
0.06
7
Sumatera Selatan
1,171
1,713
653
137
1.46
0.56
0.12
8
Lampung
2,155
7,380
1,062
214
3.42
0.49
0.10
9
Kepulauan Bangka Belitung
319
909
199
59
2.85
0.62
0.18
10
Kepulauan Riau
250
503
227
7
2.01
0.91
0.03
11
DKI Jakarta
264
3,841
199
0
14.55
0.75
0.00
12
Jawa Barat
5,769
43,111
1,511
817
7.47
0.26
0.14
13
Jawa Tengah
8,738
46,746
4,411
857
5.35
0.50
0.10
14
DI Yogyakarta
439
5,412
80
111
12.33
0.18
0.25
15
Jawa Timur
8,466
44,095
4,174
192
5.21
0.49
0.02
16
Banten
1,320
8,989
126
94
6.81
0.10
0.07
17
Bali
695
4,589
262
19
6.60
0.38
0.03
18
Nusa Tenggara Barat
778
5,256
479
217
6.76
0.62
0.28
19
Nusa Tenggara Timur
2,510
8,046
1,175
412
3.21
0.47
0.16
20
Kalimantan Barat
1,522
3,705
1,094
271
2.43
0.72
0.18
21
Kalimantan Tengah
1,270
1,706
531
38
1.34
0.42
0.03
22
Kalimantan Timur
2,012
3,411
710
95
1.70
0.35
0.05
23
Kalimantan Selatan
1,143
4,409
337
305
3.86
0.29
0.27 0.08
24
Sulawesi Utara
1,203
2,068
420
94
1.72
0.35
25
Sulawesi Tengah
1,465
2,841
848
53
1.94
0.58
0.04
26
Sulawesi Tenggara
2,812
8,579
1,159
377
3.05
0.41
0.13 1.21
27
Sulawesi Selatan
1,535
2,479
349
1,854
1.61
0.23
28
Gorontalo
419
1,134
266
90
2.71
0.63
0.21
29
Sulawesi Barat
431
6,825
81
0
15.84
0.19
0.00
30
Maluku
1,038
1,360
208
0
1.31
0.20
0.00
31
Maluku Utara
707
0
-
0
0.00
0.00
0.00
32
Papua
1,980
2,648
302
1,055
1.34
0.15
0.53
33
Irian Jaya Barat Indonesia
704
0
167
13
0.00
0.24
0.02
69,994
269,202
25,754
9,598
3.85
0.37
0.14
Sumber : Direktorat Komunitas, Ditjen Binkesmas, Depkes RI
Lampiran 5.13 JUMLAH POSYANDU MENURUT TINGKAT PERKEMBANGANNYA DAN PROVINSI TAHUN 2006
No
Provinsi
Jumlah Posyandu
(1)
(2)
(3)
Pratama
Madya
Purnama
Mandiri
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
5,576
4,679
83.9
661
11.85
236
4.23
0
2
Sumatera Utara
22,190
5,202
23.4
6,583
29.67
2
0.01
68
0.00 0.31
3
Sumatera Barat
6,680
1,326
19.9
2,807
42.02
2.109
0.03
438
6.56
4
Riau
4,333
881
20.3
2,121
48.95
811
18.72
140
3.23
5
Jambi
2,882
1,091
37.9
1,058
36.71
684
23.73
49
1.70
6
Sumatera Selatan
5,786
2,264
39.1
2,280
39.41
1.127
0.02
115
1.99
7
Bengkulu
1,713
620
36.2
634
37.01
382
22.30
75
4.38
8
Lampung
7,380
1,725
23.4
3,503
47.47
2
0.03
263
3.56
9
Kepulauan Bangka Belitung
909
248
27.3
399
43.89
245
26.95
13
1.43
10
Kepulauan Riau
503
149
29.6
220
43.74
116
23.06
18
3.58
11
DKI Jakarta
3,841
556
14.5
2
0.05
1
0.03
162
4.22
12
Jawa Barat
43,111
0
0.0
-
0.00
-
0.00
-
0.00
13
Jawa Tengah
46,746
7,746
16.6
21
0.04
16
0.03
3
0.01
14
DI Yogyakarta
15
Jawa Timur
16 17
5,412
1,180
21.8
1,994
36.84
1,762
32.56
476
8.80
44,095
14,637
33.2
16,981
38.51
11,403
25.86
1,074
2.44
Banten
8,989
4,546
50.6
3,118
34.69
1,050
11.68
223
2.48
Bali
4,589
537
11.7
1,314
28.63
2,538
55.31
200
4.36
18
Nusa Tenggara Barat
5,256
2,924
55.6
1,481
28.18
726
13.81
57
1.08
19
Nusa Tenggara Timur
8,046
99
1.2
845
10.50
3,752
46.63
3,204
39.82
20
Kalimantan Barat
3,705
1,557
42.0
1,341
36.19
725
19.57
64
1.73
21
Kalimantan Tengah
1,706
1,195
70.0
358
20.98
141
8.26
12
0.70
22
Kalimantan Selatan
3,411
1,819
53.3
1,154
33.83
372
10.91
66
1.93
23
Kalimantan Timur
4,409
1,318
29.9
1,623
36.81
1,199
27.19
261
5.92
24
Sulawesi Utara
2,068
645
31.2
743
35.93
678
32.79
58
2.80
25
Sulawesi Tengah
2,841
1,139
40.1
1,070
37.66
580
20.42
52
1.83
26
Sulawesi Selatan
8,579
4,073
47.5
2,924
34.08
1,453
16.94
129
1.50
27
Sulawesi Tenggara
2,479
772
31.1
845
34.09
654
26.38
170
6.86
28
Gorontalo
1,134
565
49.8
431
38.01
138
12.17
0
0.00
29
Sulawesi Barat
6,825
0
0.0
-
0.00
-
0.00
-
0.00
30
Maluku
1,360
1,360
100.0
-
0.00
-
0.00
-
0.00
31
Maluku Utara
0
0
0.0
-
-
-
-
-
32
Papua
2,648
1,178
44.5
880
394
14.88
196
7.40
33
Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber Data : Ditjen Binkesmas, Depkes RI
0
0
0.0
-
269,202
66,031
24.5
57,390
33.23 21.32
-
-
-
-
30,063
11.17
7,586
2.82
Lampiran 5.14 JUMLAH POLINDES MENURUT TINGKAT PERKEMBANGANNYA DAN PROVINSI TAHUN 2006
No
Provinsi
(1)
(2)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
Jumlah
Pratama
Madya
Purnama
Mandiri
Polindes
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
1,473
809
54.92
41
2.78
5
0.34
2
0.14
644
235
36.49
357
55.43
51
7.92
1
0.16
3
Sumatera Barat
834
461
55.28
289
34.65
76
9.11
8
0.96
4
Riau*
197
74
37.56
29
14.72
21
10.66
1
0.51
5
Jambi*
77
62
80.52
12
15.58
2
2.60
1
1.30
6
Sumatera Selatan
1,499
0
-
0
0.00
0
0.00
0
0.00
7
Bengkulu
653
397
60.80
225
34.46
31
4.75
0
0.00
8
Lampung
1,062
1,062
100.00
0
0.00
0
0.00
0
0.00
9
Kepulauan Bangka Belitung
199
199
100.00
0
0.00
0
0.00
0
0.00
10
Kepulauan Riau
227
0
11
DKI Jakarta
199
199
12
Jawa Barat
1,511
0
13
Jawa Tengah*
4,411
2,831
14
DI Yogyakarta*
15
Jawa Timur
-
0
0.00
0
0.00
0
0.00
100.00
0
0.00
0
0.00
0
0.00
64.18
0
0.00
0
0.00
0
0.00
946
21.45
471
10.68
149
3.38
80
24
30.00
15
18.75
6
7.50
6
7.50
4,174
1,577
37.78
1,231
29.49
1,162
27.84
204
4.89
16
Banten
126
126
100.00
0
0.00
0
0.00
0
0.00
17
Bali
262
109
41.60
95
36.26
56
21.37
2
0.76
18
Nusa Tenggara Barat*
479
270
56.37
57
11.90
85
17.75
67
13.99
19
Nusa Tenggara Timur
1,175
839
71.40
193
16.43
129
10.98
14
1.19
20
Kalimantan Barat*
1,094
610
55.76
295
26.97
186
17.00
0
0.00
21
Kalimantan Tengah
531
450
84.75
57
10.73
22
4.14
2
0.38
22
Kalimantan Selatan
710
450
63.38
156
21.97
98
13.80
6
0.85
23
Kalimantan Timur
337
189
56.08
88
26.11
38
11.28
22
6.53
24
Sulawesi Utara
420
308
73.33
83
19.76
0
0.00
0
0.00
25
Sulawesi Tengah
848
584
68.87
188
22.17
59
6.96
17
2.00
26
Sulawesi Selatan*
1,159
488
42.11
2,543
219.41
171
14.75
2
0.17
27
Sulawesi Tenggara*
349
155
44.41
9,900
2836.68
83
23.78
12
3.44
28
Gorontalo
266
212
79.70
49
18.42
5
1.88
0
0.00
29
Sulawesi Barat
81
0
-
0
0.00
0
0.00
0
0.00
30
Maluku*
208
208
100.00
0
0.00
0
0.00
0
0.00
31
Maluku Utara
32
Papua
33
Irian Jaya Barat* Indonesia
Sumber Data : Ditjen Binkesmas, Depkes RI * = data 2004
-
0
-
0
-
0
-
0
-
302
134
44.37
85
28.15
54
17.88
29
9.60
167
167
100.00
0
0.00
25,754
13,229
51.37
16,934
65.75
0 2,811
0.00 10.91
0 545
0.00 57.73
Lampiran 5.15 JUMLAH POS OBAT DESA (POD) MENURUT TINGKAT PERKEMBANGANNYA DAN PROVINSI TAHUN 2006 No
Provinsi
POD
(1)
(2)
(3)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber Data : Ditjen Binkesmas, Depkes RI
193 695 941 57 156 175 137 214 59 7 0 817 857 111 192 94 19 217 412 271 38 95 305 94 53 377 1,854 90 0 0 0 1,055 13 9,598
Pratama
Madya
Purnama
Mandiri
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
152 0 549 0 138 0 96 187 0 0 0 0 547 5 113 93 17 196 301 250 35 63 217 48 42 301 761 89 0 97 0 442 0 4,739
78.76 0.00 58.34 0.00 88.46 0.00 70.07 87.38 0.00 0.00 0.00 63.83 4.50 58.85 98.94 89.47 90.32 73.06 92.25 92.11 66.32 71.15 51.06 79.25 79.84 41.05 98.89 42 0.00 49.37
13 0 280 0 17 0 30 15 0 0 0 0 193 6 18 1 2 18 82 21 2 32 70 34 11 68 637 1 0 0 343 0 1,894
6.74 0.00 29.76 0.00 10.90 0.00 21.90 7.01 0.00 0.00 0.00 22.52 5.41 9.38 1.06 10.53 8.29 19.90 7.75 5.26 33.68 22.95 36.17 20.75 18.04 34.36 1.11 32.51 0.00 19.73
28 0 112 0 1 0 2 8 0 0 0 0 116 0 17 0 0 0 27 0 0 0 14 2 0 7 381 0 0 0 187 0 902
14.51 0.00 11.90 0.00 0.64 0.00 1.46 3.74 0.00 0.00 0.00 13.54 0.00 8.85 0.00 0.00 0.00 6.55 0.00 0.00 0.00 4.59 2.13 0.00 1.86 20.55 0.00 17.73 0.00 9.40
0 0 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 23 0 0 3 2 0 1 0 3 0 0 1 75 0 0 0 77 0 197
0.00 0.00 0.96 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.12 1.80 11.98 0.00 0.00 1.38 0.49 0.00 2.63 0.00 0.98 0.00 0.00 0.27 4.05 0.00 7.30 0.00 2.05
Lampiran 5.16 REKAPITULASI INSTITUSI POLTEKKES MENURUT JURUSAN DAN PROVINSI TAHUN 2006 Jurusan / Program Studi No
KEPERAWATAN
Provinsi
(1)
(2)
Keperawatan
Kebidanan
KEFARMASIAN Kesehatan Gigi
(3)
(4)
(5)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
3
1
1
2
Sumatera Utara
1
3
1
3
Sumatera Barat
2
2
1
4
Riau
2
2
5
Jambi
1
1
1
6
Sumatera Selatan
3
1
1
7
Bengkulu
1
1
8
Lampung
2
2
9
Kepulauan Bangka Belitung
Farmasi (6)
KESMAS
GIZI
Analis Farmasi Kesehatan
Gizi
KETERAPIAN FISIK Fisioterapi
KETEKNISIAN MEDIS
Okupasi
Analis
Teknik
Teknik
Teknik
Ortotik
Terapi
Kesehatan
Elektromedik
Radiodiagnostik
Gigi
Prostetik
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
TOTAL
& Makanan
Lingkungan
(7)
(8)
(9)
1
1
1
1
1
1
7
1
5
1
(10)
7 1
9
1 1
4 1
1
8
1
7
1 1
(17)
3
1
0 0
10 Kepulauan Riau 11 DKI Jakarta
4
3
1
12 Jawa Barat
5
6
13 Jawa Tengah
6
3
14 DI Yogyakarta
1
15 Jawa Timur
8
17 Bali
1
1
1
1
1
1
1
1
16
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
6
1
2
1
1
1
1
1
1
1
18 Nusa Tenggara Barat
2
1
19 Nusa Tenggara Timur
3
1
1
1
1
20 Kalimantan Barat
1
1
1
1
1
21 Kalimantan Tengah
1
1
22 Kalimantan Selatan
1
1
1
1
1
23 Kalimantan Timur
1
2
24 Sulawesi Utara
1
1
1
1
25 Sulawesi Tengah
2
1
26 Sulawesi Selatan
3
1
27 Sulawesi Tenggara
1
1
1
3
28 Gorontalo
1
1
1
3
30 Maluku
3
1
1
1
6
31 Maluku Utara
1
1
1
3
32 Papua
6
1
1
1
9
TOTAL
67
48
18
6
1
20
24
2
1
12
2
2
1
1
%
32.7
23.4
8.8
2.9
0.5
9.8
11.7
1.0
0.5
5.9
1.0
1.0
0.5
0.5
1 1
16
1
1
1
16 6
1
20 0
16 Banten
5
1 1
1
5
1
6
1
6
1
4
8
1
1
1
3
6
1 1
1
1
4 1
1
1
10
0
29 Sulawesi Barat
0
33 Irian Jaya Barat
Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006
205
Lampiran 5.17 REKAPITULASI STRATA AKREDITASI JURUSAN/PROGRAM STUDI POLTEKKES TAHUN 2006
No
Provinsi
(1)
(2)
Strata
Jumlah
Jurusan/Program Studi
A
B
C
Non Akreditasi
Belum Akreditasi
(6)
(7)
(8)
Jumlah
%
(9)
(10)
(3)
(4)
(5)
1
Banda Aceh
7
1
6
2
Medan
9
2
5
3
Pekanbaru
5
2
3
2
40.00
4
Padang
7
5
1
1
6
85.71
5
Jambi
4
2
2
4
100.00
6
Bengkulu
3
2
1
2
66.67
7
Palembang
8
8
8
100.00
8
Tanjung Karang
7
7
7
100.00
9
Jakarta I
3
2
1
3
100.00
10
Jakarta II
7
4
3
7
100.00
11
Jakarta III
6
6
12
Bandung
11
9
13
Tasikmalaya
5
5
14
Yogyakarta
6
4
2
6
100.00
15
Semarang
11
3
8
11
100.00
16
Surakarta
5
2
2
4
80.00
17
Surabaya
13
8
5
13
100.00
18
Malang
7
5
2
7
100.00
19
Denpasar
5
2
3
5
100.00
20
Mataram
5
3
2
5
100.00
21
Kupang
8
22
Pontianak
6
23
Palangkaraya
3
24
Samarinda
25 26
2
2
1
7
100.00
9
100.00
6
100.00
11
100.00
5
100.00
7
1
7
87.50
2
2
2
4
66.67
2
1
2
66.67
4
1
1
2
2
50.00
Banjarmasin
6
3
3
6
100.00
Palu
4
4
4
100.00
27
Makassar
10
28
Kendari
3
3
29
Manado
9
4
30
Ambon
6
4
31
Ternate
3
2
32
Jayapura
9
5
Jumlah
205
% Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006
2
6
2 5
8
80.00
3
100.00
4
44.44
6
100.00
1
2
66.67
4
5
55.56
181
88.29
2
73
104
4
0
24
40.33
57.46
2.21
0.00
13.26
Lampiran 5.18 JUMLAH INSTITUSI DIKNAKES NON POLITEKNIK KESEHATAN MENURUT JURUSAN/PROGRAM STUDI DAN PROVINSI TAHUN 2006
8
2 Sumatera Utara
4
37
33
13 6
3 Sumatera Barat 4 Riau 5 Jambi
1
4
3
1
1
6
1
1
3
8
1
1
1
6
2 6
1
7 Bengkulu
4
1
1
8 Lampung
5
5
9 Kepulauan Bangka Belitung
1 1
2
12 Jawa Barat 13 Jawa Tengah
2
14 DI Yogyakarta 1
16 Banten
1
34
17
2
2
1
1
1
1
2
1
1 1
(20)
(21)
1 1 1
1
Kardiovaskuler
(19)
PTTD
(18)
1
ATEM
AAK (17)
APIKES
ATG (16)
ARO
SMAK (15)
ATRO
AKUPUNTUR (14)
1 2
(22)
(23)
(24)
1
32
1
93
2
30
1
21
1
24
1 2
10
1
6 1
1
12
3
5
4 4 1
1
1
1
42
16
5
3
2
1
5
4
1
4
19 Nusa Tenggara Timur
1
4 6
21 Kalimantan Tengah
3
22 Kalimantan Selatan
6
23 Kalimantan Timur
6
24 Sulawesi Utara
5
25 Sulawesi Tengah
5
27 Sulawesi Tenggara
2
3
18 Nusa Tenggara Barat
1
2
33
2
20 Kalimantan Barat
3 7
10
1
2
(13)
2
1
43
17 Bali
26 Sulawesi Selatan
(12)
3
2
8
15 Jawa Timur
(11)
Jumlah
2
10 Kepulauan Riau 11 DKI Jakarta
(10)
1
11
6 Sumatera Selatan
(9)
1
Keteknisian Medis
ATW
(8)
AKFIS
(7)
AKZI
(6)
12
Keterapian
Gizi
AKL
(5)
Kesmas
AKFAR
(4)
3
AKAFARMA
(3)
1 Nanggroe Aceh Darussalam
SMF
(2)
Kefarmasian
AKBID
(1)
AKPER
Provinsi
SPRG
No
SPK
Keperawatan
23
2
2
2
2
2
1
1
1
2
1
1 3
2 2
1
1
1
2
2
2
1
1
1
4
1
2
5
1
1
4
1
1
113 1
16
1
83 9
1
4
4
1
10 5
3
1
10
1 4
1
1
5
1 1
12 1
8 1
6
2 12
1
5
7
1
1
1
1
1
1
1
1
45 7
28 Gorontalo
0
29 Sulawesi Barat
0
30 Maluku
1
31 Maluku Utara 32 Papua 33 Irian Jaya Barat JUMLAH
81 24
2
1 1
1
1 1
1
1
1
1
1
4 0
17
4
308
169
Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006
32
16
29
13
9
14
1
2
8
2
20
8
8
16
6
2
1
685
Lampiran 5.19 REKAPITULASI STRATA AKREDITASI INSTITUSI NON POLTEKKES TAHUN 2006
No
Provinsi
Strata
Jumlah
Institusi
A
B
C
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat
32
1
18
6
93
4
48
23
30
1
19
2
Jumlah
Jumlah
%
(8)
(9)
(10)
7
25
78.13
17
76
78.13
Non Akreditasi Belum Akreditasi (7)
1
8
22
73.33
21
11
10
11
52.38
10
7
3
7
70.00
4
20
83.33
24
3
12
5
6
5
1
5
83.33
12
7
5
7
58.33
3
2
1
2
66.67
3
2
1
2
66.67
9
72
88.89
81
5
64
3
24
1
16
2
5
19
79.17
113
11
67
5
30
83
73.45
1
16
3
9
83
18
56
9
3
4
4
10
2
1
3
13
81.25
9
74
89.16
5
4
44.44
4
100.00 30.00
1
7
3
3
2
3
60.00
2
5
3
7
70.00
3
2
3
60.00
12
4
4
4
8
66.67
8
2
2
4
4
50.00
2
4
66.67
7
100.00
16
29
64.44
5
2
28.57
1
1
0
-
1
1
0
-
2
2
50.00
518
75.62
5 10 5
6
3
1
7
1
5
1
45
3
22
4
7
2
0
4 685
% Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006
2 61
402
54
1
167
11.78
77.61
10.42
0.19
24.38
Lampiran 5.20 JUMLAH INSTITUSI DIKNAKES NON-POLTEKKES MENURUT STATUS KEPEMILIKAN PER DESEMBER 2006 No.
Jenis Tenaga Kesehatan
(1)
(2)
A
KEPERAWATAN 1 SPK 2 AKPER 3 AKBID 4 SPRG 5 AKG Sub Total
B
C
D
E
F
KEFARMASIAN 1 SMF 2 AKAFARMA 3 AKFAR Sub Total KESEHATAN MASYARAKAT 1 AKL Sub Total GIZI 1 AKZI Sub Total KETERAPIAN FISIK 1 AKFIS 2 AOT 3 ATW 4 AKUPUNKTUR Sub Total KETEKNISIAN MEDIS 1 SMAK 2 AAK 3 ATG 4 PTTD 5 ATRO 6 APIKES 7 ATEM 8 ARO 9 AOP 10 KARDIOVASKULER Sub Total Jumlah %
Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006
Jumlah
Daerah
TNI / Polri
Swasta
(3)
(4)
(5)
(6)
6 69 17
8 12 1 3
3 227 151 1
92
24
382
17 308 169 4 0 498
2
30 17 26 73
32 17 29 78
1 1
11 11
12 12
1 1
8 8
9 9
14
14 0 1 2 17
2 2
1 3
1 2 17 1 2
1 1
1
3 99 14.5
3 30 4.4
6 18 1 2 8 16 5 8 1 65 556 81.2
8 20 2 2 8 16 6 8 0 1 71 685
Lampiran 5.21 REKAPITULASI DATA SDM KESEHATAN PER PROPINSI TAHUN 2005
No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi (2)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau
Jumlah Jumlah Kab/Kota Kab/Kota masuk (3)
(4)
Tenaga Medis
Keperawatan
Dr.Spes
Dr.Umum
Dr.Gigi
S.Kprwt
Perawat
Bidan
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
21 21 142 681 125 80 25 23 350 1,274 469 136 19 19 298 589 227 75 11 5 171 418 137 20 10 10 69 384 170 17 14 14 69 443 104 25 9 9 64 329 60 68 10 10 282 1,163 415 96 7 7 41 145 49 10 6 6 105 309 105 19 DKI Jakarta 6 6 4,833 1,412 896 333 Jawa Barat 25 25 545 2,134 791 2 Jawa Tengah 35 35 563 2,241 642 48 DI Yogyakarta 5 5 27 91 72 29 Jawa Timur 38 38 6,853 1,499 547 Banten 6 2 26 523 110 24 Bali 9 9 395 554 137 54 Nusa Tenggara Barat 9 9 65 327 95 41 Nusa Tenggara Timur 16 15 65 283 61 22 Kalimantan Barat 12 10 79 342 113 71 Kalimantan Tengah 14 12 273 49 47 Kalimantan Selatan 26 26 171 1,622 109 45 Kalimantan Timur 13 12 103 566 341 62 Sulawesi Utara 9 9 217 715 61 14 Sulawesi Tengah 10 10 57 282 67 Sulawesi Selatan 23 23 823 787 663 75 Sulawesi Tenggara 10 10 35 205 46 30 Gorontalo 5 5 1 39 11 2 Sulawesi Barat 5 5 35 16 Maluku 9 8 29 126 24 63 Maluku Utara 8 8 25 81 27 6 Papua 19 19 49 253 51 14 Irian Jaya Barat 7 7 18 51 25 50 Indonesia 451 432 9,717 25,530 7,767 2,125 Sumber : Dinas Kesehatan se Indonesia, melalui pengumpulan data Pusdatin, Depkes RI, Desember 2006
3,128 7,378 2,768 1,940 1,908 2,925 1,603 3,310 922 1,215 13,872 12,871 584 2,147 19,829 1,638 3,360 2,138 3,001 3,169 1,770 2,635 3,307 2,704 2,554 5,055 1,536 535 285 1,319 258 2,646 1,554 115,864
1,997 6,462 2,332 660 1,577 2,274 1,551 2,128 377 543 2,125 6,955 7,462 556 10,359 336 1,302 1,028 2,087 1,370 1,010 1,925 1,192 1,002 1,693 1,967 690 559 118 882 417 1,524 400 66,860
Kefarmasian S1 Ass Apt Farmasi & Apt (11)
Kesmas Tenaga S.Kesmas Sanitarian Gizi
(12)
37 152 117 70 65 94 29 60 22 39 134 183 100 48 705 28 68 64 57 62 33 68 80 49 154 142 56 34 5 8 460 28 289 3,540
390 740 534 193 233 140 119 198 61 105 1,149 790 757 308 1,977 134 230 154 262 178 82 337 186 117
(13)
379 329 262 101 163 203 123 364 94 59 215 510 65 800 69 191 275 91 154 139 319 168 81 259 687 434
312 92 -
3 9 23 45 245 10,103
20 54 31 120 30 6,789
(14)
536 506 986 106 425 422 2 427 70 75 183 1,340 1,175 125 1,342 46 458 371 302 433 232 557 332 311 435 25 333 29 19 164 52 170 91 12,080
Keterapian Keteknisan Kesehatan Non Fisik Medis Kesehatan
(15)
260 598 227 89 147 254 25 233 56 58 425 630 742 89 1,222 72 233 326 208 324 136 375 204 152 170 106 390
(16)
25 119 33 178 8 122 38 6 11 294 2 52 50 311 39 262 19 11 21 20 240 181 18 20 449 19 6
25 223 13 175 39 8,226
8 42 6 8 2,618
(17)
74 560 255 38 242 228 147 332 40 98 1,140 292 121 98 1,924 167 458 320 117 323 170 13 29 54 130 502 164 114 11 21 70 147 10 8,409
(18)
7,854 19,073 8,703 4,121 5,408 7,181 4,242 9,046 1,893 2,741 27,011 27,045 14,487 3,705 47,368 3,212 7,702 5,223 6,567 6,639 3,961 8,416 6,751 5,495 5,821 11,593 4,030 1,330 537 2,930 1,505 5,228 2,810 279,628
(19)
131 343 872 1,082 102 8,714 301 599 5,692 5 15,099 2,264 834 932 1,277 575 418 918 59 117 85 260 40,679
Total (20)
7,854 19,204 8,703 4,464 6,280 8,263 4,344 17,760 2,194 3,340 27,011 32,737 14,487 3,710 62,467 3,212 9,966 5,223 6,567 7,473 4,893 8,416 8,028 5,495 6,396 12,011 4,948 1,389 654 2,930 1,590 5,488 2,810 320,307
Lampiran 5.22 DATA SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN DI RUMAH SAKIT MENURUT PROVINSI DAN JENIS KETENAGAAN TAHUN 2006
No
Provinsi
Medis
Keperawatan
Kefarmasian
Gizi
Kesmas
Keterapian Fisik
Keteknisan Medis
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
Jumlah
Jumlah Tenaga
Jumlah SDM
Tenaga Kesehatan (10)
Non Kesehatan (11)
Kesehatan (12)
393
1,476
129
60
93
40
194
2,385
621
3,006
1,781
7,139
630
298
151
103
644
10,746
4,625
15,371
3
Sumatera Barat
791
2,942
339
136
129
60
317
4,714
1,873
6,587
4
Riau
599
2,918
279
80
67
51
272
4,266
1,873
6,139
5
Jambi
212
855
102
47
58
15
101
1,390
430
1,820
6
Sumatera Selatan
671
2,783
224
115
90
58
214
4,155
1,935
6,090
7
Bengkulu
112
731
60
54
51
18
75
1,101
248
1,349
8
Lampung
308
1,720
110
80
76
36
200
2,530
1,376
3,906
71
371
30
13
9
7
31
532
260
792
-
-
0
28,387
17,284
45,671
9
Kepulauan Bangka Belitung
10
Kepulauan Riau
11
DKI Jakarta
5,205
17,804
1,685
626
415
385
2,267
12
Jawa Barat
3,054
12,034
995
367
323
208
1,183
18,164
10,369
28,533
13
Jawa Tengah
3,132
14,105
1,280
665
391
348
1,607
21,528
13,678
35,206
14
DI Yogyakarta
1,255
3,380
295
91
59
83
412
5,575
2,681
8,256
15
Jawa Timur
3,408
14,597
1,134
545
318
315
1,275
21,592
13,567
35,159
16
Banten
434
2,169
166
56
68
48
235
3,176
1,879
5,055
17
Bali
985
3,252
209
153
185
44
228
5,056
1,615
6,671
18
Nusa Tenggara Barat
208
1,145
57
59
56
19
145
1,689
718
2,407
19
Nusa Tenggara Timur
257
1,416
122
46
35
20
153
2,049
812
2,861 3,623
20
Kalimantan Barat
232
1,609
105
80
85
24
147
2,282
1,341
21
Kalimantan Tengah
140
904
56
40
52
18
83
1,293
265
1,558
22
Kalimantan Selatan
243
1,569
153
113
98
24
162
2,362
761
3,123
23
Kalimantan Timur
413
2,411
184
94
71
41
196
3,410
1,769
5,179
24
Sulawesi Utara
446
1,993
69
64
42
20
58
2,692
1,348
4,040
25
Sulawesi Tengah
182
1,118
74
37
120
22
74
1,627
470
2,097
26
Sulawesi Selatan
1,005
4,337
299
216
267
124
423
6,671
1,990
8,661
27
Sulawesi Tenggara
96
779
45
71
35
19
70
1,115
329
1,444
28
Gorontalo
60
167
12
6
6
4
3
258
51
309
29
Sulawesi Barat
-
-
0
30
Maluku
29
996
506
1,502 449
94
786
20
35
25
7
31
Maluku Utara
35
269
7
11
6
3
18
349
100
32
Irian Jaya Tengah
49
365
28
12
7
4
31
496
311
807
33
Irian Jaya Barat
86
503
22
19
19
8
36
693
154
847
34
Irian Jaya Timur Indonesia %
Sumber : Ditjen Yanmedik, Depkes RI, Desember 2006
135
687
25
43
19
8
106
1,023
483
26,092
108,334
8,945
4,332
3,426
2,184
10,989
164,302
85,722
10.4
43.3
3.6
1.7
1.4
0.9
4.4
65.7
34.3
1,506 250,024
Lampiran 5.23
JUMLAH DAN JENIS KETENAGAAN PUSKESMAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
No
Provinsi
(1)
(2)
Dokter Umum (3)
SKM
Dokter Gigi (4)
Bidan
(5)
Ahli Gizi
(6)
Sanitarian
(7)
(8)
Penyuluh Kesehatan
Perawat
(9)
(10)
Apoteker/
Analis
Ass.Apoteker
Laboratorium
(11)
(12)
Jumlah Tenaga (13)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
312
46
117
2,037
218
332
17
2,038
134
153
5,404
2
Sumatera Utara
924
359
101
6,138
347
323
57
4,204
289
245
12,987
3
Sumatera Barat
266
150
69
1,558
141
202
13
1,264
143
120
3,926
4
Riau
348
155
22
1,035
82
105
12
1,639
78
80
3,556
5
Jambi
248
71
25
1,100
64
185
8
1,212
79
142
3,134
6
Sumatera Selatan
344
91
134
2,135
195
242
94
1,917
168
105
5,425
7
Bengkulu
164
36
23
1,129
74
77
0
749
36
30
2,318
8
Lampung
279
126
49
1,507
122
208
2
1,404
37
87
3,821
94
30
28
288
39
34
4
480
16
20
1,033
127
44
8
295
31
25
14
555
35
20
1,154
9
Kep.Bangka Belitung
10
Kepulauan Riau
11
DKI Jakarta
216
301
32
598
86
56
0
537
48
23
1,897
12
Jawa Barat
1,179
731
565
4,669
485
721
38
5,331
222
393
14,334
13
Jawa Tengah
1,499
582
282
7,072
640
753
91
5,084
225
437
16,665
14
DI Yogyakarta
335
182
46
651
121
145
0
792
46
162
2,480
15
Jawa Timur
1,187
644
84
6,446
1,552
939
209
4,984
270
332
16,647
16
Banten
335
161
61
1,270
61
84
19
1,302
10
30
3,333
17
Bali
243
123
50
860
75
216
8
949
39
34
2,597
18
Nusa Tenggara Barat
196
78
59
955
275
247
32
1,421
59
165
3,487
19
Nusa Tenggara Timur
259
41
20
1,871
156
234
12
1,902
98
54
4,647
20
Kalimantan Barat
209
68
16
1,216
158
226
18
1,715
38
159
3,823
21
Kalimantan Tengah
95
26
7
489
42
60
12
737
12
33
1,513
22
Kalimantan Selatan
289
77
73
1,274
191
293
16
1,208
139
152
3,712
23
Kalimantan Timur
220
123
19
632
75
263
0
1,073
51
45
2,501
24
Sulawesi Utara
210
20
17
708
241
463
0
1,088
19
10
2,776
25
Sulawesi Tengah
173
42
61
1,372
77
247
0
1,480
37
31
3,520
26
Sulawesi Tenggara
434
203
296
1,523
296
305
79
2,437
50
239
5,862
27
Sulawesi Selatan
143
39
49
505
218
167
13
1,101
10
31
2,276
28
Gorontalo
80
17
30
257
59
101
3
384
2
3
936
29
Sulawesi Barat
34
6
13
109
19
32
2
315
2
17
549
30
Maluku
38
4
6
335
50
44
32
418
5
5
937
31
Maluku Utara
38
8
10
283
51
33
3
301
14
6
747
32
Papua
117
14
17
867
72
83
0
1,307
4
68
2,549
33
Irian Jaya Barat
128
33
41
984
102
99
10
1,425
13
121
2,956
10,763
4,631
2,430
52,168
6,415
7,544
818
52,753
2,428
3,552
143,502
Jumlah Sumber : Pusdatin, Depkes RI, 2006
Lampiran 5.24
JUMLAH PTT YANG MASIH AKTIF MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 No
Provinsi
Dokter Umum
Dokter Gigi
Bidan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Jumlah Tenaga (6)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
489
72
4,269
4,830
2
Sumatera Utara
638
184
3,173
3,995
3
Sumatera Barat
469
125
1,063
1,657
4
Riau
285
91
618
994
5
Jambi
375
82
839
1,296
6
Sumatera Selatan
243
49
1,522
1,814
7
Bengkulu
276
50
1,017
1,343
8
Lampung
185
163
1,284
1,632
9
Kep.Bangka Belitung
79
27
172
278
10
Kepulauan Riau
84
31
46
161
11
DKI Jakarta
42
14
0
56
12
Jawa Barat
803
218
2,479
3,500
13
Jawa Tengah
1,026
213
4,599
5,838
14
DI Yogyakarta
146
64
212
422
15
Jawa Timur
533
301
4,334
5,168
16
Banten
146
121
533
800
17
Bali
120
41
378
539
18
Nusa Tenggara Barat
131
38
349
518
19
Nusa Tenggara Timur
457
66
1,756
2,279
20
Kalimantan Barat
172
67
901
1,140
21
Kalimantan Tengah
228
21
778
1,027
22
Kalimantan Selatan
341
98
848
1,287
23
Kalimantan Timur
111
52
113
276
24
Sulawesi Utara
204
16
471
691
25
Sulawesi Tengah
196
12
1,099
1,307
26
Sulawesi Tenggara
195
25
417
637
27
Sulawesi Selatan
236
187
863
1,286
28
Gorontalo
132
26
110
268
29
Sulawesi Barat
110
39
7
156
30
Maluku
102
21
632
755
31
Maluku Utara
66
5
6
77
32
Papua
200
30
4
234
33
Irian Jaya Barat Jumlah
Sumber : Biro Kepegawaian, Depkes
76
6
0
82
8,896
2,555
34,892
46,343
Lampiran 5.25 JUMLAH DAN JENIS KETENAGAAN FARMASI DIRUMAH SAKIT PEMERINTAH/ SWASTA DAN PUSKESMAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 RS PEMERINTAH No
Provinsi
(1)
(2)
RS TNI/POLRI/BUMN
18
42
AA/SMF/ D3 FAR (5) 135
8
15
Sumatera Barat
17
Riau
11
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
3 4
SAR
APT
(3)
(4)
RS KHUSUS
SAR
APT
AA/SMF/ D3 FAR
SAR
APT
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
DI PUSKESMAS AA/SMF/ SARANA D3 FAR (11)
(12)
RS SWASTA
APT
AA/SMF/ D3 FAR
SAR
APT
(13)
(14)
(15)
(16)
AA/SMF/ D3 FAR (17)
-
-
-
-
-
272
-
-
260
-
-
-
30
4
1
2
-
-
-
127
6
44
66
2
11
13
-
3
-
-
-
-
-
220
-
-
-
-
-
16
-
7
6
-
1
2
-
-
5
30
13
9
17
5
Jambi
10
20
77
4
1
-
-
-
-
152
3
101
3
1
6
Bengkulu
-
12
9
-
5
-
5
-
-
213
2
82
-
3
-
7
Sumatera Selatan
4
4
13
2
1
10
-
-
-
96
-
54
2
1
1
8
Lampung
11
21
102
2
2
2
3
4
7
231
2
96
15
15
45
9
Kepulauan Bangka Belitung
8
10
21
-
-
-
-
-
-
47
-
36
3
4
8
10
Kepulauan Riau
5
13
19
4
5
10
-
-
-
46
7
44
11
5
23
11
DKI Jakarta
18
22
34
6
12
32
335
33
130
77
-
-
-
-
-
12
Jawa Barat
34
84
169
16
11
15
-
-
-
965
12
385
63
79
20
13
Jawa Tengah
42
42
-
10
10
-
-
-
-
841
8
436
77
77
-
14
DI Yogyakarta
5
9
20
2
2
5
1
2
3
117
-
66
32
29
68
15
Jawa Timur
41
52
114
32
-
-
-
-
-
928
23
480
70
-
-
16
Banten
5
21
21
2
5
9
-
-
-
180
-
-
18
24
34
17
Bali
11
12
129
3
4
-
-
-
110
2
25
-
18
Nusa Tenggara Barat
-
17
34
2
2
5
8
1
1
130
7
59
-
-
-
19
Nusa Tenggara Timur
2
25
70
-
2
2
-
-
-
176
-
-
-
2
8
20
Kalimantan Barat
13
17
46
4
4
3
3
6
206
6
10
8
21
Kalimantan Tengah
14
14
10
2
-
-
-
-
-
38
4
14
-
-
-
22
Kalimantan Timur
13
26
54
4
2
4
1
1
2
201
4
130
6
6
-
23
Kalimantan Selatan
12
45
79
6
6
27
1
1
3
188
18
66
22
12
21
24
Sulawesi Utara
8
3
4
2
-
2
-
-
-
224
-
23
23
14
5
25
Sulawesi Tengah
11
20
28
2
1
2
1
2
2
144
-
21
9
2
2
26
Sulawesi Tenggara
24
21
84
3
3
-
-
-
-
365
6
211
13
13
10
27
Sulawesi Selatan
7
10
21
3
-
-
2
2
1
156
2
24
9
5
5
28
Gorontalo
6
11
8
2
-
-
-
-
-
51
-
3
1
1
-
29
Sulawesi Barat
-
9
7
-
-
-
-
-
-
-
-
30
Maluku
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
31
Maluku Utara
32
Papua
33
Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber : Direktorat Komunitas, Ditjen Binkesmas, Depkes RI
2
4
9
-
77
-
-
22
1
-
-
-
-
7
15
6
1
-
-
-
-
2
5
3
3
2
10
11
16
4
4
3
-
-
-
175
2
26
3
2
2
4
5
9
3
-
2
-
-
-
73
3
11
4
-
379
657
1,369
136
90
145
361
51
427
11
64
6,488
124
2,848
501
318
304
Lampiran 5.26 JUMLAH DAN JENIS KETENAGAAN FARMASI DISARANA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
No
Provinsi
(1)
SARANA PRODUKSI INDUSTRI FARM. OBAT TRAD. PKRT ALKES KOSMETIKA JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH SAR APT AA SAR APT AA SAR APT AA SAR APT AA SAR APT AA
(2)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
SARANA DISTRIBUSI DAN PELAYANAN APOTIK TO PENYALUR JUMLAH JUMLAH JUMLAH SAR APT AA SAR AA SAR APT AA
PBF JUMLAH SAR APT AA
(3)
(4)
(5)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
-
-
-
-
-
12
-
-
-
-
-
-
-
-
(17)
-
(18)
38
'(19)
2
Sumatera Utara
10
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
110
3
Sumatera Barat
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
4
Riau
-
-
-
-
3
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
(20)
16
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
SUB PENYALUR JUMLAH SAR APT AA
(28)
(29)
(30)
JUMLAH
(31)
SAR
APT
AA
(32)
(33)
(34)
-
124
-
-
540
292
-
-
13
-
-
-
702
16
317
-
-
386
-
-
259
-
-
-
-
-
-
-
765
-
-
76
-
-
190
-
-
360
-
-
-
-
-
-
-
626
-
-
82
-
-
269
269
-
606
606
1
-
-
195
-
188
1,153
272
795 226
5
Jambi
1
-
-
-
-
-
6
-
-
-
-
-
1
-
-
45
-
-
119
-
141
141
-
12
-
-
-
-
85
325
-
6
Bengkulu
1
27
-
11
11
-
-
-
-
1
-
-
1
-
-
81
-
-
183
183
-
181
-
1
-
-
94
-
-
554
221
-
7
Sumatera Selatan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
14
-
1
46
11
15
34
22
-
-
-
1
-
1
95
11
39
8
Lampung
-
-
-
-
-
-
3
-
-
-
-
-
-
-
-
54
-
53
162
162
297
122
-
1
-
1
39
-
39
381
162
390
9
Kepulauan Bangka Belitung
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
6
-
6
46
45
-
72
31
-
-
-
28
4
13
152
49
50
10
Kepulauan Riau
-
-
-
-
-
-
3
-
3
1
-
1
-
-
-
20
20
105
105
169
279
341
13
-
13
19
1
22
440
107
569
117
139
-
73
15
27
-
-
-
99
45
54
310
-
1234
1317
2827
493
-
-
-
-
-
-
-
2,360
1,716
2,908
184
182
2
185
-
-
-
-
-
-
-
-
369
- 363
2073
1804
279
393
393
3379
2069
1019
-
-
-
6,659
4,207
2,056
252
1133
700
600
600
1896
-
-
-
-
-
-
2,150
1,060
2,962
50
113
331
401
58
58
-
-
-
-
-
-
269
341
514
1721
277
2850
217
1
-
-
-
-
-
-
3,037
577
2,940
368
121
-
-
1
11
DKI Jakarta
34
200
12
Jawa Barat
76
152
13
Jawa Tengah
31
100 130
37
210
-
55
-
-
-
-
-
45
47
84
249
14
DI Yogyakarta
1
3
5
29
5
-
4
-
28
6
1
-
8
1
-
50
15
Jawa Timur
51
122
50
351
165
11
125
12
-
-
-
-
144
-
-
428
1
-
16
Banten
26
52
38
6
6
9
74
36
1
-
-
-
38
36
-
62
4
59
426
355
17
Bali
1
2
4
9
8
1
-
-
-
2
2
72
2
72
336
324
2
63
128
128
33
118
88
-
-
160
100
100
-
2
-
-
-
3 -
-
18
Nusa Tenggara Barat
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
2
-
-
-
32
19
Nusa Tenggara Timur
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
27
-
-
20
Kalimantan Barat
-
-
-
10
4
1
-
-
-
-
-
42
-
42
6
-
-
-
21
Kalimantan Tengah
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
10
22
Kalimantan Timur
-
-
-
40
5
35
-
-
-
88
-
-
32
-
32
57
23
Kalimantan Selatan
-
-
-
13
2
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
45
1 -
456
104
277
323
67
-
-
-
-
-
-
753
489
541
1
-
-
52
-
-
578
338
639
69
65
2
63
-
-
-
343
133
230
-
-
-
-
99
-
-
375
-
-
-
-
-
82
-
558
104
494 172
104
87
82
2
72
72
17
153
153
-
-
-
-
-
-
235
72
56
134
-
-
305
321
-
-
-
135
-
-
791
6
444
45
197
197
240
308
207
35
-
17
81
-
81
679
199
591
24
Sulawesi Utara
-
-
-
9
3
6
4
-
2
-
-
-
-
-
-
41
-
41
89
-
-
125
-
82
-
82
-
-
-
350
3
131
25
Sulawesi Tengah
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
23
-
23
75
75
116
110
126
-
-
-
-
-
-
208
75
265
26
Sulawesi Tenggara
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
79
-
-
27
Sulawesi Selatan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
15
-
15
-
1
-
-
4
-
-
-
-
-
-
-
1
-
896
-
-
-
-
312
63
131
42
23
-
30
Maluku
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
15
-
-
47
-
-
94
-
32
-
-
-
31
Maluku Utara
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3
-
3
34
34
26
25
9
-
-
-
-
32
Papua
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
35
-
33
Irian Jaya Barat
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
9
-
370 131
170
2,503
Sumber : Direktorat Komunitas, Ditjen Binkesmas, Depkes RI
85
534
63
62
96
2
3
-
-
-
-
743
-
-
-
-
817
-
-
-
-
-
-
-
64
-
658 227
-
-
78
-
233
-
-
171
Gorontalo
-
-
398
38
Sulawesi Barat
-
-
-
63
28
-
-
-
62
29
Indonesia
-
418
-
9
30
4 -
34 29
9
34
14
24
23
50
-
-
-
-
-
-
-
80
34
42
-
-
-
-
-
79
24
23
-
-
188
-
-
-
-
62
34
38 108
102
-
-
49
-
-
-
-
-
-
108
186
-
57
57
5
45
45
2
-
-
-
-
-
113
57
59
2,071
1,208
825
619
26,454
10,370
17,674
### 10,332 6,667 9,192 7,056 4,929
3,688
5
Lampiran 5.27 JUMLAH PESERTA DIDIK TAHUN AJARAN 2006/2007 DI POLTEKKES MENURUT PROFESI No
Jenis Profesi (2)
(1)
1
(5)
(6)
5,392
4,605
4,367
14,364
3,831
3,484
11,379
1,054
1,120
981
3,155
10,510
9,556
8,832
28,898
KEFARMASIAN Analisa Farmasi dan Makanan
100
80
80
260
Farmasi
470
440
390
1,300
570
520
470
1,560
Kesehatan Lingkungan
1,384
1,390
1,184
3,958
Sub Total
1,384
1,390
1,184
3,958
1,659
1,495
1,330
4,484
1,659
1,495
1,330
4,484
140
160
160
460
50
80
80
210
190
240
240
670
760
821
704
2,285
KESEHATAN MASYARAKAT
GIZI
Sub Total KETERAPIAN FISIK Fisioterapi Okupasi Terapi Sub Total 6
(4)
4,064
Gizi
5
(3)
Jumlah
Kebidanan
Sub Total
4
III
Keperawatan
Sub Total
3
Peserta Didik II
KEPERAWATAN
Kesehatan Gigi
2
I
KETEKNISIAN MEDIS Analis Kesehatan Teknik Gigi
50
80
80
210
Teknik Radiodiagnostik dan Terapi
225
160
180
565
Teknik Elektromedik
220
200
180
600
30
50
40
120
Sub Total
1,285
1,311
1,184
3,780
Jumlah
15,598
14,512
13,240
43,350
Ortetik Prostetik
Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006
Lampiran 5.28 JUMLAH PESERTA DIDIK TAHUN AJARAN 2006/2007 DI NON POLTEKKES MENURUT PROFESI No
Jenis Profesi
Peserta Didik I
II
III
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1
Keperawatan SPK AKPER AKBID SPRG Sub Total
1,485 27,871 10,443 370 40,169
1,320 24,027 6,166 290 31,803
1,665 21,613 5,241 290 28,809
4,470 73,511 21,850 950 100,781
Kefarmasian SMF AKAFARMA AKFAR Sub Total
3,386 1,350 2,125 6,861
2,858 1,150 1,700 5,708
2,679 891 1,208 4,778
8,923 3,391 5,033 17,347
Kesehatan Masyarakat AKL Sub Total
1,160 1,160
900 900
887 887
2,947 2,947
Sub Total
665 665
730 730
494 494
1,889 1,889
Keterapian Fisik AKFIS ATW Akupuntur Sub Total
920 100 120 1,140
730 80 50 860
734 50 80 864
2,384 230 250 2,864
750 1,690 100 140 630 1,225 380 700 60
598 1,380 160 115 390 890 290 460 50
584 1,196 130
1,932 4,266 390 255 1,409 2,961 1,020 1,540 110
2
3
4
Gizi AKZI
5
6
(6)
Keteknisian Medik SMAK AAK ATG PTTD ATRO APIKES ATEM ARO KARDIOVAKULER Sub Total TOTAL
389 846 350 380
5,675
4,333
3,875
13,883
55,670
44,334
39,707
139,711
Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006
Lampiran 5.29 JUMLAH PESERTA DIDIK PROGRAM KHUSUS TAHUN 2006 No
Provinsi
(1)
(2)
Keperawatan
Kebidanan
(3)
(4)
Peserta Didik Kesehatan Gigi Analis Kesehatan
Gizi (5)
(6)
(7)
Jumlah Kesehatan Lingkungan
Farmasi
(8)
(9)
(10)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
185
2
Sumatera Utara
185
85
313
3
Sumatera Barat
398
163
130
4
Riau
293
80
85
5
Jambi
6
Sumatera Selatan
38
190
7
Bengkulu
80
120
200
8
Lampung
80
80
9
Kepulauan Bangka Belitung
10
Kepulauan Riau
11
DKI Jakarta
12
Jawa Barat
220
204
36
13
Jawa Tengah
208
444
40
14
DI Yogyakarta
15
Jawa Timur
16
Banten
17
Bali
168
18
Nusa Tenggara Barat
218
19
Nusa Tenggara Timur
132
20
Kalimantan Barat
21
Kalimantan Tengah
70
110
22
Kalimantan Selatan
137
175
23
Kalimantan Timur
93
50
24
Sulawesi Utara
51
40
25
Sulawesi Tengah
120
26
Sulawesi Selatan
385
27
Sulawesi Tenggara
28
Gorontalo
0
29
Sulawesi Barat
0
30
Maluku
31
Maluku Utara
32
Papua
33
Irian Jaya Barat JUMLAH
165
100
40
140
45
273
0 0 368
30
398 460 57
40
789
45
866
80 499
80 322 80
74
19
99 168
90
308 132
50
40
35
40
239 180
40
50
402 143 91 120
244
75
40
80
744 80
0 40
80
120
115
115 0
3,504
Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006
3,122
85
191
147
54
165
7,268
Lampiran 5.30 JUMLAH LULUSAN DIKNAKES POLTEKKES DAN NON POLTEKKES MENURUT JENIS TENAGA KESEHATAN TAHUN 2006 No
Jenis Tenaga Kesehatan
(1)
(2)
A
KEPERAWATAN 1 SPK 2 AKPER 3 AKBID 4 SPRG 5 AKG Sub Total
B
C
D
E
F
KEFARMASIAN 1 SMF 2 AKAFARMA 3 AKFAR Sub Total KESEHATAN MASYARAKAT 1 AKL Sub Total GIZI 1 AKZI Sub Total KETERAPIAN FISIK 1 AKFIS 2 AOT 3 ATW 4 AKUPUNKTUR Sub Total KETEKNISIAN MEDIS 1 SMAK 2 AAK 3 ATG 4 PTTD 5 ATRO 6 APIKES 7 ATEM 8 ARO 9 AOP 10 KARDIOVASKULER Sub Total Jumlah
Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006
POLTEKKES (3)
Jumlah NON POLTEKKES
Jumlah
(4)
(5)
0 4,231 3,287 0 742 8,260
915 19,580 4,977 209 25,681
915 23,811 8,264 209 742 33,941
0 40 286 326
2,809 874 1,036 4,719
2,809 914 1,322 5,045
1,021 1,021
536 536
1,557 1,557
1,114 1,114
301 301
1,415 1,415
120 40 0 0 160
638 0 60 0 698
758 40 60 0 858
0 478 40 0 120 0 120 0 80 0 838 11,719
532 839 138 70 335 736 294 293 0 0 3,237 35,172
532 1,317 178 70 455 736 414 293 80 0 4,075 46,891
Lampiran 5.31 DISTRIBUSI LULUSAN POLTEKKES BERDASARKAN JURUSAN/PROGRAM STUDI DAN KOTA TAHUN 2006
No
POLTEKKES
(1)
(2)
1
Banda Aceh
2
Keperawatan
Kebidanan
Kes. Ling
(3)
(4)
(5)
Gizi
Kes. Gigi
(6)
Farmasi
(7)
Jurusan/ Program Studi Teknik Teknik Analis Kes. Elektromedik Radiodiagnostik
(8)
(9)
(10)
(11)
Teknik Gigi (12)
AKAFARMA
Fisioterapi
(13)
(14)
Okupasi Terapi
Total
Ortotik Prostetik
(15)
(16)
(17)
254
85
33
69
67
0
0
0
0
0
0
0
0
0
508
Medan
80
200
60
40
50
40
60
0
0
0
0
0
0
0
530
3
Padang
147
166
46
46
16
0
0
0
0
0
0
0
0
0
421
4
Pekanbaru
76
194
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
270
5
Jambi
80
87
43
0
38
0
0
0
0
0
0
0
0
0
248
6
Bengkulu
69
217
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
286
7
Palembang
174
40
0
36
39
36
39
0
0
0
0
0
0
0
364
8
Tanjung Karang
102
119
31
0
49
0
60
0
0
0
0
0
0
0
361
9
Jakarta I
40
40
0
0
40
0
0
0
0
0
0
0
0
0
120
10
Jakarta II
0
0
40
100
0
60
0
40
40
40
40
0
0
0
360
11
Jakarta III
219
129
0
0
0
0
40
0
0
0
0
0
0
0
388
12
Bandung
159
205
35
92
44
0
72
0
0
0
0
0
0
0
607
13
Tasikmalaya
93
106
0
0
33
0
0
0
0
0
0
0
0
0
232
14
Semarang
400
160
80
80
80
0
0
0
80
0
0
0
0
0
880
15
Surakarta
80
40
0
0
0
0
0
0
0
0
0
80
40
80
320
16
Yogyakarta
152
109
90
97
79
0
28
0
0
0
0
0
0
0
555
17
Malang
218
261
0
60
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
539
18
Surabaya
336
199
160
0
40
0
100
80
0
0
0
0
0
0
915
19
Denpasar
181
87
41
46
38
0
0
0
0
0
0
0
0
0
393
20
Mataram
128
40
0
32
0
0
40
0
0
0
0
0
0
0
240
21
Kupang
129
50
41
0
50
40
0
0
0
0
0
0
0
0
310
22
Pontianak
50
50
35
39
39
0
39
0
0
0
0
0
0
0
252
23
Palangkaraya
40
51
0
39
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
130
24
Banjarmasin
25
Samarinda
26 27
0
40
39
50
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
129
40
80
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
120
Menado
160
128
40
90
40
70
0
0
0
0
0
0
0
0
528
Palu
160
80
67
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
307
28
Makasar
200
40
40
40
0
40
0
0
0
0
0
40
0
0
400
29
Kendari
80
62
0
59
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
201
30
Ambon
205
62
50
49
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
366
31
Ternate
79
80
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
159
32
Jayapura
100
80
50
50
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
280
Total
4,231
3,287
1,021
1,114
742
286
478
120
120
40
40
120
40
80
11,719
Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006
Lampiran 5.32 DISTRIBUSI LULUSAN NON POLTEKKES BERDASARKAN JURUSAN /PROGRAM STUDI DAN KOTA TAHUN 2006
AOT
AKUPUNTUR
ATW
SMAK
ATG
AAK
(17)
(18)
(19)
(9)
(10)
(11)
260
-
-
Sumatera Utara
200
-
2,424
843
-
260
130
3
Sumatera Barat
-
-
601
128
-
80
26
4
Riau
-
-
379
-
-
88
48
5
Jambi
-
-
336
-
-
-
6
Sumatera Selatan
-
-
584
-
-
7
Bengkulu
-
-
308
-
-
-
-
-
-
8
Lampung
-
-
510
-
-
-
-
-
-
-
121
-
-
-
-
-
-
-
49
-
-
-
-
-
-
100
-
AKPER
(8)
640
SPRG
(7)
-
Provinsi
SPK
AKL
(16)
AKFAR
(15)
AKAFARMA
(14)
SMF
(13)
AKG
(12)
(6)
50
No
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
9
Kepulauan Bangka Belitung
10
Kepulauan Riau
11
DKI Jakarta
12
Jawa Barat
13 14 15
54 49
91
79
50
89
31
2,099
-
-
314
-
Jawa Tengah
160
-
2,630
740
-
220
DI Yogyakarta
-
-
555
-
-
78
Jawa Timur
-
2,460
389
-
490
80
65
-
-
-
-
69
6
-
-
-
48
-
-
-
-
-
-
41
110
320
-
-
164
80
Banten
-
131
112
-
80
-
80
47
-
18
Nusa Tenggara Barat
69
-
80
-
-
19
Nusa Tenggara Timur
53
-
150
-
-
20
Kalimantan Barat
-
-
320
-
21
Kalimantan Tengah
-
-
154
-
22
Kalimantan Selatan
-
-
292
23
Kalimantan Timur
-
-
228
-
-
-
-
24
Sulawesi Utara
-
-
295
-
-
-
-
25
Sulawesi Tengah
-
-
240
-
-
-
-
56
26
Sulawesi Selatan
200
-
36
27
Sulawesi Tenggara
-
-
266
-
-
-
-
59
28
Gorontalo
-
-
-
-
-
-
-
-
29
Sulawesi Barat
-
-
-
-
-
-
-
-
30
Maluku
-
-
-
-
-
-
-
31
Maluku Utara
-
-
-
-
-
-
32
Papua
-
-
-
-
-
-
33
Irian Jaya Barat
36 80
28 -
63
-
24 -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
120
110
-
-
-
-
-
-
-
-
-
103
150
100
-
-
-
140
-
240
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
128
-
60
-
60
10
50
50
140
50
60
45 60
60
65 220
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
79
64
82
-
-
-
-
19,351
2,985
-
2,294
Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006
-
160
Bali
-
60
82
11
16
209
-
49
17
-
-
-
-
915
-
-
-
JUMLAH
-
-
460
81
-
-
-
953
100
-
255
50
-
-
2,466
39
80
-
140
19
50
Keterapian Fisik
Gizi
AKBID
Kesmas
AKFIS
Kefarmasian
AKZI
Keperawatan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
47
16 -
77
26 -
-
40
-
-
-
-
-
-
-
-
55
-
-
-
-
-
-
-
-
30
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
689
692
838
358
529
-
50
-
-
-
531
110
946
Lampiran 5.33 JUMLAH PELATIHAN YANG DILAKSANAKAN PUSDIKLATKES DAN BAPELKES NASIONAL TAHUN 2006 No
Unit Kerja
Pra Jabatan
Diklat Pimpinan
Diklat Fungsional
Diklat Teknis
Manajemen Kesehatan
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1
Pusdiklat
-
2
8
30
27
67
2
Bapelkes Cilandak
8
7
4
23
10
52
3
Bapelkes Ciloto
4
-
-
6
-
10
4
Bapelkes Lemah Abang
3
-
2
3
6
14
5
Bapelkes Salaman
-
-
-
-
-
-
6
Bapelkes Makassar
7
2
8
46
35
98 -
Jumlah
Sumber : Pusdiklat, Badan PPSDM, Depkes
22
11
22
108
78
241
Lampiran 5.34 JUMLAH DAN PERSENTASE KEPESERTAAN PENDUDUK DALAM JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK) MENURUT JENIS DAN PROVINSI TAHUN 2006 Peserta No
Provinsi
(1)
Jumlah Penduduk (***)
(2)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
(3)
Jumlah MASKIN (4)
Jenis Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)
JPK
%
NON JPK
%
ASKES
%
JAMSOSTEK
%
BPL & PRA BPL JPKM
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
%
Dana Sehat
%
Lain-lain
%
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
4,225,999
3,381,791
3,955,602
0.94
270,397
0.06
179,842
0.05
519
0.00
391,936
0.20
1,514
Sumatera Utara
12,122,520
2,867,820
6,690,825
0.55
5,434,695
0.45
819,352
0.12
219,783
0.30
93,363
1.00
10,215
3
Sumatera Barat
4,528,282
1,083,424
1,696,976
0.37
2,831,306
0.63
441,221
0.26
66,122
0.40
102,622
0.60
4
Riau
4,235,400
1,036,115
1,485,505
0.35
2,749,895
0.65
440,234
0.30
5,394
0.00
5
Jambi
2,568,391
486,409
842,816
0.33
1,725,575
0.67
283,403
0.34
18,569
0.2
6
Sumatera Selatan
6,864,532
1,920,001
3,853,939
0.56
3,010,593
0.44
589,915
0.15
59,102
0.20
7
Bengkulu
1,691,768
502,613
698,241
0.41
993,527
0.59
155,128
0.22
6,682
0.10
8
Lampung
7,028,588
2,130,200
3,433,163
0.49
3,595,425
0.51
420,143
0.12
195,244
0.60
116,180
0.39
0.00
0.00
0.00
9
Kepulauan Bangka Belitung
1,004,623
297,945
0.30
706,678
0.70
10
Kepulauan Riau
1,245,708
172,816
172,816
0.14
1,072,892
0.86
11
DKI Jakarta
8,622,065
881,216
2,823,397
0.33
5,798,668
0.67
7,550,535
12
Jawa Barat
38,152,356
13
Jawa Tengah
32,400,476
14
DI Yogyakarta
15
Jawa Timur
16 17
129,801
10,367,184
738,037
0.26
363,528
0.13
Kartu Sehat/ASKE SKIN
%
(19)
(20)
0.00
0.00
3,381,791
0.85
0.00 2,680,292
0.40
2,867,820
0.43
3,587
0.00
0.00
1,083,424
0.64
0.00
3,762
0.00
0.00
1,036,115
0.70
0.0
54,435
0.6
0.00
486,409
0.58
1,056
0.00
1,216,089
0.32
0.20
1,920,001
0.50
6,883
0.10
21,556
0.30
5,379
0.10
502,613
0.72
0.00
111,357
0.30
576,219
0.17
2,130,200
0.62
0.00
129,801
0.44
0.00
172,816
0.10
0.26
881,216
0.31
51,964
0.17
67,776
0.00
0.00 98,722
0.30
0.00
741,894
16,203,182
0.42
21,949,174
0.58
4,150,776
0.26
1,085,992
0.7
715,170
0.4
1,475,372
14,396,037
0.44
18,004,439
0.56
2,027,083
0.14
395,827
0.3
1,507,848
0.10
96,945
0.1
0.9 1,225,337 1,150
0.8
7,550,535
0.47
0.00
10,367,184
0.72
0.00
60,292
0.4
769,091
0.56
1,924,623
0.14
1,262
0.00
9,181,419
0.67
769,091
1,371,065
0.41
2,013,377
0.59
435,897
0.32
6,204
0.00
99,581
0.7
36,206,060
9,181,419
13,639,760
0.38
22,566,300
0.62
1,807,703
0.13
462,012
0.3
262,741
0.2
Banten
8,977,896
1,814,399
3,283,303
0.37
5,694,593
0.63
383,017
0.12
571,359
0.17
11,195
0.00
1,265
0.00
502,068
0.15
1,814,399
0.55
Bali
3,393,830
548,357
1,721,426
0.51
1,672,404
0.49
488,348
0.28
74,274
0.4
212,806
0.12
257,228
0.15
140,413
0.8
548,357
0.32
0.00
1,949,507
0.84
11,969
0.00
2,652,342
0.88
0.00
1,321,714
0.79
0.1
485,483
0.67
3,384,442
18
Nusa Tenggara Barat
4,039,434
1,949,507
2,330,224
0.58
1,709,210
0.42
358,000
0.15
11,537
0.00
8,897
0.00
2,283
0.00
19
Nusa Tenggara Timur
4,184,674
2,652,342
3,028,108
0.72
1,156,566
0.28
234,712
0.8
27,984
0.1
83,639
0.3
17,462
0.1
20
Kalimantan Barat
3,713,815
1,321,714
1,672,704
0.45
2,041,111
0.55
287,869
0.17
18,674
0.1
20,234
21
Kalimantan Tengah
1,866,867
485,483
725,675
0.39
1,141,192
0.16
209,559
0.29
1,487
0.00
22
Kalimantan Selatan
3,240,725
670,674
1,099,687
0.34
2,141,038
0.66
313,517
0.29
45,529
0.4
23
Kalimantan Timur
2,682,492
482,183
1,322,867
0.49
1,359,625
0.51
426,858
0.32
179,260
0.14
24
Sulawesi Utara
2,149,114
697,203
1,042,273
0.48
1,106,841
0.52
205,771
0.20
59,783
25
Sulawesi Tengah
2,290,722
730,596
827,545
0.36
1,463,177
0.64
71,280
0.9
15,022
26
Sulawesi Selatan
7,578,760
2,001,658
2,525,774
0.33
5,052,986
0.67
307,058
0.12
27
Sulawesi Tenggara
1,990,114
889,657
1,110,980
0.56
879,134
0.44
210,165
28
Gorontalo
899,653
386,836
601,049
0.67
298,604
0.33
97,696
29
Sulawesi Barat
995,114
362,197
362,197
0.36
632,917
0.64
30
Maluku
1,275,498
636,318
755,561
0.59
519,937
0.41
107,177
0.14
1,075
0.00
204
0.00
880
0.00
31
Maluku Utara
858,656
421,703
503,098
0.59
355,558
0.41
56,685
0.11
13,846
0.3
72
0.00
924
0.00
32
Papua
1,797,008
1,088,618
1,529,506
0.85
267,502
0.15
238,329
0.16
6,975
0.00
0.00
27,454
0.2
33
Irian Jaya Barat
584,360
400,120
400,120
0.68
184,240
0.32
0.00
0.00
60,000,000
96,403,366
Jumlah
216,799,942
Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan
120,399,576
0.1
24,213
0.1
0.00
19,120
0.3
24,686
0.2
25,379
0.2
19,902
0.2
670,674
0.61
1,514
0.00
1,097
0.00
231,955
0.18
482,183
0.36
0.6
3,098
0.00
75,894
0.7
524
0.00
697,203
0.67
0.2
10,647
0.1
0.00
730,596
0.88
13,227
0.1
70
0.00
0.7
2,001,658
0.79
0.19
11,158
0.1
0.00
0.00
889,657
0.80
0.16
9,641
0.2
0.16
0.00
386,836
0.64
0.00
0.00
362,197
100.00
9,907
0.1
636,318
0.84
9,868
0.2
421,703
0.84
168,130
0.11
1,088,618
0.71
0.00
400,120
100.00
0.00
0.00
0.00 16,600,955
3,945,809
0.00 35,860
0.00 12,885
0.2
93,991
0.00
3,721,833
10,026
0.1
167,901
0.00 5,502,505
6,632,264
60,000,000
Lampiran 5.35 DISTRIBUSI PESERTA JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK) MENURUT JENIS DAN PROVINSI TAHUN 2006
No
Provinsi
(1)
(2)
Jumlah Penduduk (***)
Jumlah MASKIN
(3)
(4)
ASKES
JAMSOS TEK
(5)
(6)
BAPEL (7)
4,225,999
3,381,791
179,842
519
Sumatera Utara
12,122,520
5,867,820
819,352
219,783
3
Sumatera Barat
4,528,282
1,083,424
441,221
66,122
4
Riau
4,235,400
1,036,115
440,234
5
Jambi
2,568,391
486,409
6
Bengkulu
1,691,768
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (Jiwa) JPKM Dana Sehat Kartu Sehat PRA-BAPEL (8)
(9)
(10)
391,936
1,514
3,381,791
36,304
57,059
10,215
2,867,820
98,907
3,715
3,587
5,394
283,403
18,569
502,613
589,915
59,102
6,883 1,056
7
Sumatera Selatan
6,864,532
1,920,001
155,128
6,682
8
Lampung
7,028,588
2,130,200
420,143
195,244
116,180
9
Kepulauan Bangka Belitung
1,004,623
129,801
10
Kepulauan Riau
1,245,708
172,816
11
DKI Jakarta
8,622,065
891,216
738,037
363,528
89,896
Lain-lain
Total
(11)
(12)
(%) (13)
3,955,602
93.60
6,690,825
55.19
1,083,424
1,696,976
37.48
3,762
1,036,115
1,485,505
35.07
54,435
486,409
842,816
32.81
1,216,089
1,920,001
3,859,766
228.15
2,680,292
67,776
21,556
502,613
5,379
692,414
10.09
111,357
2,130,200
576,219
3,433,163
48.85
129,801
297,945
29.66
172,816
172,816
13.87
51,964
8,826
881,216
741,894
2,823,397
32.75
12
Jawa Barat
38,152,356
7,550,535
4,150,776
1,085,992
35,500
679,670
1,475,372
7,550,535
1,225,337
16,203,182
42.47
13
Jawa Tengah
32,400,476
10,367,184
2,027,083
395,827
20,076
1,487,772
96,945
10,367,184
1,150
14,396,037
44.43
14
DI Yogyakarta
3,384,442
769,091
435,897
6,204
99,581
769,091
60,292
1,371,065
40.51
15
Jawa Timur
36,206,060
9,181,419
1,807,703
462,012
101,577
1,924,623
9,181,419
1,262
13,639,760
37.67
16
Banten
8,977,896
1,814,399
383,017
571,359
17
Bali
3,393,830
548,357
488,348
74,274
18
Nusa Tenggara Barat
4,039,434
1,949,507
358,000
11,537
19
Nusa Tenggara Timur
4,184,674
2,652,342
234,712
27,984
20
Kalimantan Barat
3,713,815
1,321,714
287,869
18,674
21
Kalimantan Tengah
1,866,867
485,483
209,559
1,487
22
Kalimantan Timur
2,682,492
482,183
313,517
45,529
23
Kalimantan Selatan
3,240,725
670,674
426,858
179,260
24,686
24
Sulawesi Utara
2,149,114
697,203
205,771
59,783
3,098
25
Sulawesi Tengah
2,290,722
730,596
71,280
15,022
10,647
26
Sulawesi Tenggara
1,990,114
889,657
307,058
13,227
27
Sulawesi Selatan
7,578,760
2,001,658
210,165
11,158
28
Gorontalo
899,653
386,836
97,696
9,641
29
Sulawesi Barat
995,114
362,197
30
Maluku
1,275,498
636,318
107,177
1,075
204
880
636,318
31
Maluku Utara
858,656
421,703
56,685
13,846
72
924
32
Papua
1,797
1,088,618
238,329
6,975
27,454
33
Irian Jaya Barat Jumlah Persentase Berdasarkan Jumlah Penduduk
Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan
584,360 215,004,731
161,164
1,265
1,814,399
502,068
3,283,303
36.57
257,228
548,357
140,413
1,721,426
50.72
8,897
2,283
1,949,507
2,330,224
57.69
20,091
17,462
2,652,342
3,028,108
72.36
20,234
24,213
1,321,714
1,672,704
45.04
19,120
485,483
10,026
725,675
38.87
25,379
670,674
19,902
1,076,515
40.13
1,097
482,183
231,955
1,346,039
41.54
75,894
697,203
524
1,042,273
48.50
11,195 212,806
63,548
450
1,064
730,596
3,945,809
7.72
1.84
771,530 1.73
2,950,303
126.91
889,657
1,111,050
14.66
93,991
386,836
601,049
66.81
362,197
362,197
36.40
9,907
755,561
59.24
421,703
9,868
503,098
58.59
1,088,618
168,130
1,529,506
85,114.41
400,120 16,600,955
36.13
2,525,704
2,001,658
400,120 63,010,000
167,901
827,545
35,860 70 12,885
11,969
400,120
5,502,505
60,000,000
6,632,264
2.56
27.91
3.08
96,403,366
44.84
Lampiran 6.1
PERBANDINGAN BEBERAPA DATA KEPENDUDUKAN DI NEGARA ASEAN TAHUN 2006
No
Negara
(1)
(2)
1
Brunei Darussalam
2
Jumlah Kepadatan Penduduk (Juta Penduduk Jiwa) (per Km²) (3)
(4)
Laju Persentase Persentase Persentase Angka Beban GNI PPP per Pertumbuhan Persentase Penduduk Usia Penduduk di Tanggungan kapita (US$) Penduduk Penduduk Usia Penduduk Usia 65 Tahun Ke Daerah 0-14 Tahun 15 - 64 Tahun (%) Tahun 2005 1990-2005 Atas Perkotaan (%) (5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
0.4
63
72
2.5
30
67
3
49
-
Indonesia
225.5
118
42
1.4
29
66
5
51
3,950
3
Kamboja
14.1
77
15
2.5
37
60
3
60
2,920
4
Laos
6.1
25
19
2.4
43
53
4
70
2,050
5
Malaysia
26.9
81
62
2.3
33
63
4
55
11,300
6
Myanmar
51.0
75
29
1.4
32
63
5
55
-
7
Filipina
86.3
287
48
2.0
35
61
4
58
5,890
8
Singapura
4.5
7,174
100
2.4
20
72
8
42
31,700
9
Thailand
65.2
127
33
1.1
23
70
7
45
9,140
10 Vietnam
84.2
253
26
1.6
29
64
7
54
3,300
Sumber : - World Population Data Sheet, USAID, 2006 - The State of The Worlds Children, 2007 : Laju pertumbuhan penduduk
Lampiran 6.2
PERBANDINGAN BEBERAPA DATA KEPENDUDUKAN DI NEGARA-NEGARA SEARO TAHUN 2006
No
Negara
(1)
(2)
1
Bangladesh
2
Bhutan
3
DPR Korea
4
India
5
Indonesia
6
Jumlah Kepadatan Penduduk (Juta Penduduk Jiwa) (per Km²) (3)
(4)
Persentase Penduduk di Daerah Perkotaan
Laju Persentase Persentase Persentase Angka Beban GNI PPP per Pertumbuhan Penduduk Usia Penduduk Usia Penduduk Usia Tanggungan kapita (US$) Penduduk 65 Tahun Ke 0-14 Tahun 15 - 64 Tahun (%) Tahun 2005 1990-2005 Atas (%)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
146.6
1,014
23
2.1
35
62
3
62
2,090
0.9
19
31
1.8
33
62
5
61
-
23.1
191
60
0.9
27
65
8
54
-
1,121.8
340
29
1.7
36
60
4
67
3,460
225.5
118
42
1.4
29
66
5
51
3,950
Maldives
0.3
990
27
2.8
33
62
5
61
-
7
Myanmar
51.0
75
29
1.4
32
63
5
55
-
8
Nepal
26.0
176
14
2.3
41
55
4
82
1,530
9
Sri Lanka
19.9
302
20
1.0
26
67
7
49
4,520
10
Thailand
65.2
127
33
1.1
23
70
7
45
9,140
11
Timor Leste
1.0
65
22
1.6
43
54
3
69
-
Sumber : - World Population Data Sheet, USAID, 2006 - The State of The Worlds Children, 2007 : Laju pertumbuhan penduduk
Lampiran 6.3
PERBANDINGAN ANGKA KELAHIRAN, ANGKA KEMATIAN, DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI NEGARA ASEAN
No
Negara
(1)
(2)
Indeks Pembangunan Manusia
Usia Harapan Hidup Waktu Lahir
Total Fertility Rate (TFR)
(4)
(5)
Angka Kematian Kasar per 1000 Penduduk
Angka Kematian Bayi (AKB)
(7)
(8)
Tahun 2006
Tahun 2005 (3)
Angka Kelahiran Kasar per 1000 Penduduk (6)
Angka Kematian Balita (AKABA)
Angka Kematian Ibu yang dilaporkan
Tahun 2005
1990 - 2005
(9)
(10)
1 Brunei Darussalam
0.894
75
2.4
20
3
9
9
0
2 Indonesia
0.728
69
2.4
20
6
35
36
310
3 Kamboja
0.598
60
3.7
30
9
91
143
440
4 Laos
0.601
54
4.8
36
13
88
79
410
5 Malaysia
0.811
74
2.6
20
4
10
12
30
6 Myanmar
0.583
60
2.5
21
10
75
105
230
7 Filipina
0.771
70
3.4
27
5
27
33
170
8 Singapura
0.922
80
1.2
10
4
2
3
6
9 Thailand
0.781
71
1.7
14
7
20
21
24
10 Vietnam
0.733
72
2.1
19
5
18
19
170
Sumber : - World Population Data Sheet, USAID, 2006 - Human Development Report 2007/2008 : Indeks Pembangunan Manusia - Immunization Summary 2007 : Angka Kematian Balita - The State of The Worlds Children, 2007 : Angka Kematian Ibu
Lampiran 6.4
PERBANDINGAN ANGKA KELAHIRAN, ANGKA KEMATIAN, DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI NEGARA-NEGARA SEARO
No
Negara
(1)
(2)
Indeks Pembangunan Manusia
Usia Harapan Hidup Waktu Lahir
Total Fertility Rate (TFR)
(4)
(5)
Angka Kelahiran Kasar per 1000 Penduduk
Angka Kematian Kasar per 1000 Penduduk
Angka Kematian Bayi (AKB)
(7)
(8)
Tahun 2006
Tahun 2005 (3)
(6)
Angka Kematian Balita (AKABA)
Angka Kematian Ibu yang dilaporkan
Tahun 2005
1990 - 2005
(9)
(10)
1 Bangladesh
0.547
61
3.0
27
8
65
73
320
2 Bhutan
0.579
63
2.9
20
7
40
75
260
-
71
2.0
16
7
21
55
110
4 India
0.619
63
2.9
24
8
58
74
540
5 Indonesia
0.728
69
2.4
20
6
35
36
310
6 Maldives
0.741
70
2.8
18
3
15
42
140
7 Myanmar
0.583
60
2.5
21
10
75
105
230
8 Nepal
0.534
62
3.7
31
9
64
74
540
9 Sri Lanka
0.743
74
2.0
19
6
11
14
43
10 Thailand
0.781
71
1.7
14
7
20
21
24
11 Timor Leste
0.514
56
6.3
42
15
88
61
-
3 DPR Korea
Sumber : - World Population Data Sheet, USAID, 2006 - Human Development Report 2007/2008 : Indeks Pembangunan Manusia - Immunization Summary 2007 : Angka Kematian Balita - The State of The Worlds Children, 2007 : Angka Kematian Ibu
Lampiran 6.5
PERBANDINGAN DATA TUBERKULOSIS DI NEGARA ASEAN TAHUN 2004/2005 Insidens TB Paru per 100.000 Penduduk Tahun 2005
Kematian yang berhubungan dengan TB Paru per 100.000 penduduk (2004)
No
Negara
Prevalensi TB Paru per 100.000 Penduduk Tahun 2005
CDR (2005)
SR (2004)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Proporsi kasus TB Paru melalui DOTS
1
Brunei Darussalam
63
54
5
112
71
2
Indonesia
262
239
46
66
90
3
Kamboja
703
506
94
66
91
4
Laos
306
155
25
68
86
5
Malaysia
131
102
16
73
56
6
Myanmar
170
171
21
95
84
7
Filipina
450
291
48
75
87
8
Singapura
28
29
5
100
81
9
Thailand
204
142
19
74
74
10
Vietnam
235
175
13
93
93
Sumber : World Health Statistic, 2007 Keterangan : - CDR = Case Detection Rate (Penemuan kasus baru) - SR = Succes Rate (Angka kesembuhan)
Lampiran 6.6
PERBANDINGAN DATA TUBERKULOSIS DI NEGARA-NEGARA SEARO TAHUN 2004/2005 Kematian yang Insidens TB Paru per berhubungan dengan TB 100.000 Penduduk Tahun Paru per 100.000 penduduk 2005 (2004)
No
Negara
Prevalensi TB Paru per 100.000 Penduduk Tahun 2005
CDR (2005)
SR (2004)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Proporsi kasus TB Paru melalui DOTS
1
Bangladesh
406
237
51
59
90
2
Bhutan
174
103
20
31
83
3
DPR Korea
179
178
13
99
89
4
India
299
168
30
61
86
5
Indonesia
262
239
46
66
90
6
Maldives
53
47
4
94
95
7
Myanmar
170
171
21
95
84
8
Nepal
244
180
24
67
87
9
Sri Lanka
80
60
9
86
85
10
Thailand
204
142
19
74
74
11
Timor Leste
713
556
85
44
80
Sumber : World Health Statistic, 2007 Keterangan : - CDR = Case Detection Rate (Penemuan kasus baru) - SR = Succes Rate (Angka kesembuhan)
Lampiran 6.7
ANGKA ESTIMASI HIV DAN AIDS DI NEGARA ASEAN TAHUN 2005 2. Kematian Akibat AIDS
1. Angka Estimasi HIV
Dewasa dan Anak-anak No
Dewasa (15–49) Rate (%)
Dewasa (15+)
Wanita (15+)
Dewasa dan Anak-anak
Negara
(1)
(2)
1
Brunei Darussalam
2
Estimasi
[estimasi rendah – estimasi tinggi]
Estimasi
[estimasi rendah – estimasi tinggi]
Estimas i
[estimasi rendah – estimasi tinggi]
Estimasi
[estimasi rendah – estimasi tinggi]
Estimasi
[estimasi rendah – estimasi tinggi]
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
<100
[<200]
<100
[<200]
<0,1
[<0.2]
Indonesia
170,000
[100.000 – 290.000]
170,000
[100.000 – 290.000]
0.1
[0.1 – 0.2]
29,000
[15.000 – 52.000]
5,500
[3.300 – 8.300]
3
Kamboja
130,000
[74.000 – 210.000]
130,000
[70.000 – 200.000]
1.6
[0.9 – 2.6]
59,000
[28.000 – 99.000]
16,000
[8.500 – 26.000]
4
Laos
3,700
[1.800 – 12.000]
3,600
[1.700 – 12.000]
0.1
[0.1 – 0.4]
5
Malaysia
69,000
[33.000 – 220.000]
67,000
[32.000 – 220.000]
0.5
[0.2 – 1.5]
17,000
[7.300 – 57.000]
4,000
[2.100 – 7.200]
6
Myanmar
360,000
[200.000 – 570.000]
350,000
[200.000 – 550.000]
1.3
[0.7 – 2.0]
110,000
[53.000 – 190.000]
37,000
[20.000 – 62.000]
7
Filipina
12,000
[7.300 – 20.000]
12,000
[7.200 – 20.000]
<0,1
[<0.2]
3,400
[1.800 – 6.000]
<1000
[<1.000]
8
Singapura
5,500
[3.100 – 14.000]
5,500
[3.000 – 14.000]
0.3
[0.2 – 0.7]
1,500
[700 – 3.700]
<100
[<200]
9
Thailand
580,000
[330.000 – 920.000]
560,000
[320.000 – 900.000]
1.4
[0.7 – 2.1]
220,000
[100.000 – 370.000]
21,000
[14.000 – 42.000]
10 Vietnam
260,000
[150.000 – 430.000]
250,000
[150.000 – 420.000]
0.5
[0.3 – 0.9]
84,000
[43.000 – 150.000]
13,000
[7.800 – 20.000]
Sumber: 2006 Report on the global AIDS epidemic, UNAIDS/WHO, May 2006
<100
<1000
[<200]
[260 – 2.000]
<100
<100
[<200]
[<200]
Lampiran 6.8
ANGKA ESTIMASI HIV DAN AIDS DI NEGARA-NEGARA SEARO TAHUN 2005 2. Kematian Akibat AIDS
1. Angka Estimasi HIV
Dewasa dan Anak-anak No
Dewasa (15–49) Rate (%)
Dewasa (15+)
Wanita (15+)\
Dewasa dan Anak-anak
Negara
(1)
(2)
1
Bangladesh
2
Bhutan
3
DPR Korea
4
India
5
Indonesia
6
Estimasi
[estimasi rendah – estimasi tinggi]
Estimasi
[estimasi rendah – estimasi tinggi]
Estimas i
[estimasi rendah – estimasi tinggi]
Estimasi
[estimasi rendah – estimasi tinggi]
Estimasi
[estimasi rendah – estimasi tinggi]
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
11,000
[6.400 - 18.000]
11,000
<500
[<2000]
<500
-
-
-
5,700,000
[3.400.000 - 9.400.000]
[6.400 - 18.000]
<0,1
[<0,2]
1,400
[<2000]
<0,1
[<0,2]
<100
[<0,2]
-
-
-
5,600,000
[3.400.000 - 9.300.000]
0.9
[0,5 - 1,5]
1,600,000
[100.000 – 290.000]
0.1
[0,1 – 0,2]
29,000
[<0,2]
-
[710 - 2500]
[<200]
-
<500
<100
-
[820.000 - 2.800.000]
[<200]
-
[270.000 - 680.000]
170,000
[100.000 – 290.000]
170,000
Maldives
-
-
-
7
Myanmar
360,000
[200.000 – 570.000]
350,000
[200.000 – 550.000]
1.3
[0,7 – 2,0]
110,000
[53.000 – 190.000]
8
Nepal
75,000
[41.000 - 180.000]
74,000
[40.000 - 180.000]
0.5
[0,3 - 1,3]
16,000
[7.500 - 40.000]
5,100
[2.800 - 8.400]
9
Sri Lanka
5,000
[3.000 - 8.300]
5,000
[3.000 - 8.300]
< 0,1
[<0,2]
<1000
[<1000]
<500
[<1000]
580,000
[330.000 – 920.000]
560,000
[320.000 – 900.000]
1.4
[0,7 – 2,1]
220,000
[100.000 – 370.000]
[< 0,2]
-
10 Thailand
11 Timor Leste
-
-
Sumber: 2006 Report on the global AIDS epidemic, UNAIDS/WHO, May 2006
-
-
-
-
-
[15.000 – 52.000]
[<1000]
-
-
5,500
-
37,000
21,000
-
[3.300 – 8.300]
-
[20.000 – 62.000]
[14.000 – 42.000]
-
Lampiran 6.9
JUMLAH KASUS PENYAKIT MENULAR YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI DI NEGARA ASEAN TAHUN 2006 No
Negara
Difteri
Pertusis
Tetanus
Tetanus Neonatorum
Campak
Polio
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
-
-
-
-
-
0
Indonesia
432
3,356
318
118
20,422
2
Kamboja
0
474
-
69
188
1
Laos
2
182
17
8
58
0
Malaysia
0
6
28
11
564
0
Myanmar
3
13
224
41
735
1
Filipina
47
41
1,232
161
9
0
Singapura
0
2
0
0
23
0
Thailand
3
98
236
4
3,499
0
Vietnam
25
144
57
27
1,978
0
ASEAN
512
4,316
2112
439
27,476
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Brunei Darussalam
Sumber : Incidence Series Immunization, WHO, 2006
Lampiran 6.10
JUMLAH KASUS PENYAKIT MENULAR YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI DI NEGARA-NEGARA SEARO TAHUN 2006 No
Negara
Difteri
Pertusis
Tetanus
Tetanus Neonatorum
Campak
Polio
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Bangladesh
34
46
1,224
256
6,180
18
Bhutan
0
1
-
1
0
0
DPR Korea
0
409
0
0
0
0
2,472
22,616
2,587
600
60,751
676
Indonesia
432
3,356
318
118
20,422
2
Maldives
0
0
0
0
47
0
Myanmar
3
13
224
41
735
1
Nepal
72
1,092
240
42
2,838
5
Sri Lanka
0
0
37
2
0
0
Thailand
3
98
236
4
3,499
0
Timor Leste
0
26
-
9
90
0
3,016
27,657
4,866
1,073
94,562
702
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
India
South East Asia Region
Sumber : Incidence Series Immunization, WHO, 2006
Lampiran 6.11
PERBANDINGAN CAKUPAN IMUNISASI PADA BAYI DI NEGARA ASEAN TAHUN 2005 No
Negara
BCG (%)
DPT3 (%)
Polio3 (%)
Hepatitis B3 (%)
Campak (%)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1
Brunei Darussalam
96
99
99
99
97
2
Indonesia
82
70
70
70
72
3
Kamboja
87
82
82
-
79
4
Laos
65
49
50
49
41
5
Malaysia
99
90
90
90
90
6
Myanmar
76
73
73
62
72
7
Filipina
91
79
80
44
80
8
Singapura
98
96
96
96
96
9
Thailand
99
98
98
96
96
10 Vietnam
95
95
94
94
95
Sumber : Immunization Summary, UNICEF-WHO, 2007
Lampiran 6.12
PERBANDINGAN CAKUPAN IMUNISASI PADA BAYI DI NEGARA-NEGARA SEARO TAHUN 2005 No
Negara
BCG (%)
DPT3 (%)
Polio3 (%)
Hepatitis B3 (%)
Campak (%)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1
Bangladesh
99
88
88
62
81
2
Bhutan
99
95
95
95
93
3
DPR Korea
94
79
97
92
96
4
India
75
59
58
8
58
5
Indonesia
82
70
70
70
72
6
Maldives
99
98
98
98
97
7
Myanmar
76
73
73
62
72
8
Nepal
87
75
78
41
74
9
Sri Lanka
99
99
99
99
99
10 Thailand
99
98
98
96
96
11 Timor Leste
70
55
55
-
48
Sumber : Immunization Summary, UNICEF-WHO, 2007
Lampiran 6.13
PERBANDINGAN UPAYA KESEHATAN DI NEGARA ASEAN
No
Negara
Persentase KB aktif pada WUS 2006
Pemeriksaan K1 1990-2005
Pemeriksaan K4 2001-2003
Persalinan oleh tenaga kes 2003-2006
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
-
-
100
100
-
-
2 Indonesia
57
92
81
72
40
59
3 Kamboja
19
38
9
44
12
59
4 Laos
29
27
29
-
23
47
5 Malaysia
30
74
-
100
-
12
6 Myanmar
33
76
76
68
-
67
7 Filipina
33
88
70
88
34
32
8 Singapura
55
-
-
100
-
-
9 Thailand
79
92
86
-
-
-
10 Vietnam
66
86
29
90
15
26
1 Brunei Darussalam
Sumber : - The State of The Worlds Children, 2007 - World Population Data Sheet, USAID, 2006 : Persentase KB aktif - World Statistic, 2007 : Persalinan oleh tenaga kesehatan, Pemeriksaan K4
Anak dengan ASI Anak disusui sampai eksklusif (< 6bulan) 20-23 bulan 19961996-2005 2005
Lampiran 6.14
PERBANDINGAN UPAYA KESEHATAN DI NEGARA-NEGARA SEARO Anak dengan ASI Anak disusui sampai eksklusif (< 6bulan) 20-23 bulan 19962005 1996-2005
No
Negara
Persentase KB aktif pada WUS 2006
Pemeriksaan K1 1990-2005
Pemeriksaan K4 1998-2003
Persalinan oleh nakes 2003-2006
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1 Bangladesh
47
49
11
13
69
90
2 Bhutan
31
51
-
32
-
-
3 DPR Korea
59
-
-
-
31
37
4 India
46
60
30
48
44
66
5 Indonesia
57
92
81
72
75
59
6 Maldives
35
81
81
-
85
-
7 Myanmar
33
76
-
68
66
67
8 Nepal
35
28
15
19
66
92
9 Sri Lanka
50
100
98
-
-
73
10 Thailand
79
92
86
-
71
27
11 Timor Leste
9
61
-
18
82
35
Sumber : - The State of The Worlds Children, 2007 - World Population Data Sheet, USAID, 2006 : Persentase KB aktif - World Health Statistic, 2007 : Persalinan oleh tenaga kesehatan, Pemeriksaan K4