351.770 212 Ind p
PROFIL KESEHATAN INDONESIA 2007
DEPARTEMEN KESEHATAN R.I. JAKARTA 2008
TIM PENYUSUN Pengarah Dr. H. Sjafii Ahmad, MPH Sekretaris Jenderal Depkes
Ketua DR Bambang Hartono, SKM, MSc Kepala Pusat Data dan Informasi Depkes
Editor Bob Susilo Kusumobroto, SKM, MPH rahim, A Hary Purwanto, MKes, MMSi Hasnawati, SKM, MKes Dra. Rahmaniar Brahim, Apt, MKes pt, MKes
Anggota, Sugito, SKM, Mkes; Sunaryadi, SKM, Mkes; Nuning Kurniasih, SSi, Apt; Boga Hardhana, SSi, MM; Evida Manullang, Ssi; M. Syahrul Anam, Dr.; Wardah, SKM; Marlina Indah Susanti, SKM; Supriyono Pangribowo, SKM; Fatta Hatta, Dr.; Dewi Roro Kumbini, SPd; Istiqomah, SS; Rida Sagitarina, Dra; Sariyono; Sondang Tambunan; Maryati; B.B Sigit
Kontributor Badan Pusat Statistik; Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional; Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal; Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat; Ditjen Bina Pelayanan Medik; Ditjen Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; Ditjen Bina Pelayanan Farmasi & Alkes; Badan Litbangkes; Badan PPSDMKes; Biro Perencanaan dan Anggaran; Biro Kepegawaian; Pusat Penanggulangan Krisis
Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI 351.770 212 Ind Indonesia. Departemen Kesehatan. Pusat Data dan Informasi p Profil Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta : Departemen Kesehatan RI 2008 I. Judul 1. HEALTH STATISTICS
Buku ini diterbitkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jalan HR. Rasuna Said Blok X5 Kav 49, Jakarta 12950 Telepon no: 62215229590, 5221432 Fax no: 62215203874 Email:
[email protected] Web site: http://www.depkes.go.id
KATA PENGANTAR
“Profil Kesehatan Indonesia 2007” merupakan kelanjutan dari profil tahuntahun sebelumnya. Profil Kesehatan juga merupakan salah satu wujud akuntabilitas dari Pusat Data dan Informasi. Supaya profil kesehatan ini tidak membingungkan dan dianggap tertinggal, maka data dan informasi yang disajikan adalah sesuai dengan tahun yang tercantum. “Profil Kesehatan Indonesia 2007” selain memuat informasi seperti profil kesehatan sebelumnya dan juga memuat kejadiankejadian penting pada tahun 2007. Namun demikian “Profil Kesehatan Indonesia 2007” masih terdapat keterbatasan karena ada beberapa data yang masih belum bisa terkumpul sehingga untuk beberapa indikator masih tercantum data tahun 2006. Oleh karena itu kami akan masukan data yang belum ada dalam Profil Kesehatan 2007 ke dalam Profil Kesehatan berikutnya. “Profil Kesehatan Indonesia” dengan segala keterbatasannya tetap diupayakan agar dapat terbit lebih cepat daripada tahuntahun sebelumnya. Di samping terbit dalam versi cetak, Profil Kesehatan 2007 dapat diakses lewat internet; http://www.depkes.go.id. Mudahmudahan “Profil Kesehatan Indonesia 2007” ini bermanfaat dalam mengisi kebutuhan data dan informasi kesehatan yang terkini sesuai dengan harapan kita semua.
Jakarta,
2008
Kepala Pusat Data dan Informasi
DR. Bambang Hartono, SKM, MSc NIP. 140 058 225
i
ii
SAMBUTAN SEKRETARIS JENDERAL DEPKES
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Saya sangat bahagia serta bersyukut kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas izinNya “Profil Kesehatan Indonesia 2007” dapat tersusun. Kami bangga karena atas usaha Pusdatin menerbitkan “Profil Kesehatan Indonesia 2007” yang lebih cepat bila dibandingkan dengan tahuntahun sebelumnya. Tantangan dalam penyediaan data dan informasi yang tepat waktu di era globalisasi ternyata banyak sekali, karena data dan informasi dari setiap provinsi maupun program tidak selalu dilaporkan secara lengkap dan tepat waktu. Dengan telah terbitnya “Profil Kesehatan Indonesia 2007” yang juga memuat kejadiankejadian penting di tahun 2007, saya harapkan profil ini dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan yang didasari kepada data dan informasi (evidence based) serta digunakan sebagai salah satu rujukan data dan informasi. Mengingat manfaatnya yang tinggi, kami harapkan di masa datang arus laporan dapat dikirimkan lebih tepat waktu sehingga penerbitan profil kesehatan lebih awal lagi. Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan kontribusi sehingga memungkinkan tersusunnya “Profil Kesehatan Indonesia 2007” dengan baik. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Jakarta, 2008 Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan
Dr. H. Sjafii Ahmad, MPH NIP. 140 086 897
iii
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
SAMBUTAN SEKRETARIS JENDERAL
iii
DAFTAR ISI
v
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I:
PENDAHULUAN
1
BAB II:
GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK A. Keadaan Penduduk B. Keadaan Ekonomi C. Keadaan Pendidikan D. Keadaan Lingkungan E. Keadaan Perilaku Masyarakat
3 3 5 10 14 19
BAB III:
SITUASI DERAJAT KESEHATAN A. Mortalitas B. Morbiditas
22 22 27
BAB IV:
SITUASI UPAYA KESEHATAN A. Pelayanan Kesehatan Dasar B. Pelayanan Kesehatan Rujukan C. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit D. Perbaikan Gizi Masyarakat E. Pelayanan Kesehatan dalam Situasi Bencana
61 61 74 77 94 96
BAB V:
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. Sarana Kesehatan B. Tenaga Kesehatan C. Pembiayaan Kesehatan
v
98 98 109 114
BAB VI:
BAB VII:
PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN NEGARA ANGGOTA ASEAN DAN SEARO A. Kependudukan B. Derajat Kesehatan C. Upaya Kesehatan
117 117 125 135
TINJAUAN ANGKA KEMATIAN MATERNAL
139
A. Angka Kematian Ibu (MMR) B. Penyebab Kematian Ibu C. Upaya Pelayanan dan Program Kesehatan Ibu Maternal
139 140 143
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
***
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 2.1 Lampiran 2.2 Lampiran 2.3 Lampiran 2.3.a Lampiran 2.3.b Lampiran 2.4 Lampiran 2.5
Lampiran 2.5.a
Lampiran 2.5.b
Lampiran 2.6
Lampiran 2.7 Lampiran 2.8 Lampiran 2.8.a
Pembagian Wilayah Administrasi Pemerintahan per Provinsi Tahun 2007 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Provinsi Tahun 2007 Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur Tertentu, Angka Beban Tanggungan dan Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan+Perdesaan) Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur Tertentu, Angka Beban Tanggungan dan Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan) Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur Tertentu, Angka Beban Tanggungan dan Provinsi Tahun 2007 (Perdesaan) Jumlah dan Persentase Daerah Tertinggal Menurut Provinsi Tahun 2004 – 2007 Persentase Rumah Tangga Yang Mendapat Pelayanan Kesehatan Gratis Selama 6 Bulan Referensi Menurut Provinsi dan Jenis Kartu yang Digunakan Tahun 2007 Persentase Rumah Tangga Yang Mendapat Pelayanan Kesehatan Gratis Selama 6 Bulan Referensi Menurut Provinsi dan Jenis Kartu yang Digunakan Tahun 2007 (Perkotaan) Persentase Rumah Tangga Yang Mendapat Pelayanan Kesehatan Gratis Selama 6 Bulan Referensi Menurut Provinsi dan Jenis Kartu yang Digunakan Tahun 2007 (Perdesaan) Persentase Rumah Tangga yang Membeli Beras Murah/Raskin Selama 6 Bulan Referensi dan Jumlah Beras yang Dibeli Menurut Provinsi Tahun 2007 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi dan Daerah, Maret Tahun 2007 Persentase Penduduk menurut Provinsi dan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan Tahun 2007 (Perkotaan+Perdesaan) Persentase Penduduk menurut Provinsi dan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan Tahun 2007 (Perkotaan) vii
Lampiran 2.8.b Lampiran 2.9
Lampiran 2.9.a
Lampiran 2.9.b
Lampiran 2.10 Lampiran 2.10.a Lampiran 2.10.b Lampiran 2.11
Lampiran 2.11.a
Lampiran 2.11.b
Lampiran 2.12 Lampiran 2.12.a Lampiran 2.12.b Lampiran 2.13
Lampiran 2.14 Lampiran 2.15
Persentase Penduduk menurut Provinsi dan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan dan Provinsi Tahun 2007 (Perdesaan) Persentase Kepandaian Membaca Menulis pada Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan+Perdesaan) Persentase Kepandaian Membaca Menulis pada Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan) Persentase Kepandaian Membaca Menulis pada Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Provinsi Tahun 2007 (Perdesaan) Persentase Status Pendidikan pada Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan+Perdesaan) Persentase Status Pendidikan pada Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan) Persentase Status Pendidikan pada Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Provinsi Tahun 2007 (Perdesaan) Persentase Penduduk Indonesia Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki dan Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan+Perdesaan) Persentase Penduduk Indonesia Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki dan Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan) Persentase Penduduk Indonesia Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki dan Provinsi Tahun 2007 (Perdesaan) Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan+Perdesaan) Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan) Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Provinsi Tahun 2007 (Perdesaan) Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum dari Pompa/Sumur/Mata Air Menurut Tipe Daerah, Jarak ke Tempat Penampungan Akhir Kotoran/Tinja Terdekat dan Provinsi Tahun 2007 Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Tempat Buang Air Besar, Tipe Daerah dan Provinsi Tahun 2007 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Kloset dan Provinsi Tahun 2007 viii
Lampiran 2.15.a Lampiran 2.15.b Lampiran 2.16 Lampiran 2.16.a Lampiran 2.16.b Lampiran 2.17 Lampiran 2.18 Lampiran 2.19 Lampiran 2.20
Lampiran 2.20.a
Lampiran 2.20.b
Lampiran 2.21 Lampiran 2.21.a Lampiran 2.21.b Lampiran 2.22 Lampiran 2.23
Lampiran 2.24
Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Kloset dan Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan) Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Kloset dan Provinsi Tahun 2007 (Perdesaan) Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja dan Provinsi Tahun 2007 Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja dan Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan) Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja dan Provinsi Tahun 2007 (Perdesaan) Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Tempat Tinggal (m 2 ), Tipe Daerah dan Provinsi Tahun 2007 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Lantai Terluas (m 2 ) Tahun 2007 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Dinding Terluas (m 2 ) Tahun 2007 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Selama Bulan Referensi Menurut Jenis Keluhan Kesehatan yang Dialami dan Provinsi Tahun 2007 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Selama Bulan Referensi Menurut Jenis Keluhan Kesehatan yang Dialami dan Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan) Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Selama Bulan Referensi Menurut Jenis Keluhan Kesehatan yang Dialami dan Provinsi Tahun 2007 (Perdesaan) Persentase Penduduk Yang Menderita Sakit Selama Bulan Referensi Menurut Provinsi dan Jumlah Hari Sakit Tahun 2007 Persentase Penduduk Yang Menderita Sakit Selama Bulan Referensi Menurut Provinsi dan Jumlah Hari Sakit Tahun 2007 (Perkotaan) Persentase Penduduk Yang Menderita Sakit Selama Bulan Referensi Menurut Provinsi dan Jumlah Hari Sakit Tahun 2007 (Perdesaan) Persentase Penduduk yang Berobat Jalan dan Mengobati Sendiri Selama Bulan Referensi Menurut Tipe Daerah dan Provinsi Tahun 2007 Persentase Penduduk yang Mengobati Sendiri Selama Bulan Referensi Menurut Provinsi, Jenis Obat yang Digunakan dan Tipe Daerah Tahun 2007 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Selama Bulan Referensi Menurut Tempat/Cara Berobat dan Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan+Perdesaan) ix
Lampiran 2.24.a Lampiran 2.24.b Lampiran 3.1
Lampiran 3.2 Lampiran 3.3 Lampiran 3.4 Lampiran 3.5 Lampiran 3.6 Lampiran 3.7 Lampiran 3.8 Lampiran 3.9 Lampiran 3.10
Lampiran 3.11 Lampiran 3.12 Lampiran 3.13 Lampiran 3.14 Lampiran 3.15 Lampiran 3.16.a Lampiran 3.16.b Lampiran 3.17 Lampiran 3.18
Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Selama Bulan Referensi Menurut Tempat/Cara Berobat dan Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan) Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Selama Bulan Referensi Menurut Tempat/Cara Berobat dan Provinsi Tahun 2007 (Perdesaan) Estimasi Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita, Angka Harapan Hidup, Net Reproduction Rate, Angka Kelahiran Kasar dan Angka Fertilitas Total Menurut Provinsi Tahun 2007 Indeks Pembangunan Manusia dan Komponen Menurut Provinsi Tahun 20052006 Distribusi Pasien Rawat Jalan Menurut Bab ICDX di Rumah Sakit di Indonesia Tahun 2006 Distribusi Pasien Rawat Inap Menurut Bab ICDX di Rumah Sakit di Indonesia Tahun 2006 Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Malaria Menurut Provinsi Tahun 2007 Annual Parasite Incidence (API) Malaria di JawaBali Tahun 19972007 Hasil Cakupan Penemuan Kasus Penyakit TB Paru Tahun 2007 Jumlah Kasus Baru TB Paru BTA Positif Menurut Jenis Kelamin dan Provinsi Tahun 2007 Jumlah Kasus Baru TB Paru BTA Positif Menurut Kelompok Umur (Tahun), Jenis Kelamin dan Provinsi Tahun 2007 Jumlah Kumulatif Kasus AIDS, Meninggal, dan Angka Kumulatif Kasus per 100.000 Penduduk Menurut Provinsi sampai dengan 31 Desember 2007 Jumlah dan Persentase Kasus AIDS yang Menggunakan NAPZA Suntikan (IDU) Menurut Provinsi sampai dengan 31 Desember 2007 Jumlah Kasus Baru AIDS Ditemukan per Tri Wulan Menurut Provinsi Tahun 2007 Jumlah Kasus Pneumonia pada Balita Menurut Provinsi Tahun 2007 Situasi Penyakit Kusta Menurut Provinsi Tahun 2007 Jumlah Kasus Baru Kusta dan Kecacatan Menurut Provinsi Tahun 2007 Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum dan Faktor Risiko Menurut Provinsi Tahun 2007 Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum dan Faktor Risiko Menurut Provinsi Tahun 2007 Jumlah Kasus Penyakit Campak dan Status Vaksinasi Campak Menurut Kelompok Umur dan Provinsi Tahun 2007 Frekuensi dan Jumlah Kasus pada KLB Campak Menurut Provinsi Tahun 2007 x
Lampiran 3.19 Lampiran 3.20 Lampiran 3.21 Lampiran 3.22 Lampiran 3.23
Lampiran 3.24 Lampiran 3.25 Lampiran 3.26 Lampiran 4.1 Lampiran 4.2 Lampiran 4.2.a Lampiran 4.2.b Lampiran 4.3 Lampiran 4.3.a Lampiran 4.3.b Lampiran 4.4 Lampiran 4.5
Lampiran 4.5.a
Lampiran 4.5.b
Jumlah Kasus Penyakit Difteri dan Vaksinasi Difteri Menurut Kelompok Umur dan Provinsi Tahun 2007 Jumlah Kasus AFP Menurut Provinsi Tahun 2007 Jumlah Kasus AFP Menurut Kriteria Klasifikasi Klinis dan Provinsi Tahun 2007 Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare Menurut Provinsi Tahun 20032007 Jumlah Penderita, Case Fatality Rate (%), dan Incidence Rate Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD/DHF) Menurut Provinsi Tahun 2003 2007 Jumlah Kabupaten/Kota yang Terjangkit Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD/DHF) Menurut Provinsi Tahun 2005– 2007 Jumlah Penderita Filariasis Menurut Provinsi Tahun 2003 – 2007 Kepesertaan dan Jenis Kasus Kecelakaan Kerja (PT. Jamsostek) Tahun 2007 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4, Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan, dan Kunjungan Neonatus Menurut Provinsi Tahun 2007 Persentase Balita Menurut Provinsi dan Penolong Kelahiran Pertama Tahun 2007 (Perkotaan+Perdesaan) Persentase Balita Menurut Provinsi dan Penolong Kelahiran Pertama Tahun 2007 (Perkotaan) Persentase Balita Menurut Provinsi dan Penolong Kelahiran Pertama Tahun 2007 (Perdesaan) Persentase Balita Menurut Provinsi dan Penolong Kelahiran Terakhir Tahun 2007 (Perkotaan+Perdesaan) Persentase Balita menurut Provinsi dan Penolong Kelahiran Terakhir Tahun 2007 (Perkotaan) Persentase Balita menurut Provinsi dan Penolong Kelahiran Terakhir Tahun 2007 (Perdesaan) Cakupan Deteksi Risiko, Rujukan Kasus Risti dan Penangan Komplikasi Ibu Hamil dan Neonatal Menurut Provinsi Tahun 2007 Persentase Wanita Berumur 10 Tahun ke Atas yang pernah Kawin dan Jumlah Anak yang Dilahirkan Hidup menurut Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan+Perdesaan) Persentase Wanita Berumur 10 Tahun ke Atas yang pernah Kawin dan Jumlah Anak yang Dilahirkan Hidup menurut Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan) Persentase Wanita Berumur 10 Tahun ke Atas yang pernah Kawin dan Jumlah Anak yang Dilahirkan Hidup menurut Provinsi Tahun 2007 (Perdesaan) xi
Lampiran 4.6 Lampiran 4.7
Lampiran 4.8
Lampiran 4.9
Lampiran 4.9.a
Lampiran 4.9.b
Lampiran 4.10 Lampiran 4.11 Lampiran 4.12 Lampiran 4.13 Lampiran 4.14 Lampiran 4.15 Lampiran 4.16 Lampiran 4.17 Lampiran 4.18 Lampiran 4.19 Lampiran 4.20 Lampiran 4.21 Lampiran 4.22
Ratarata Jumlah Anak Lahir Hidup per Wanita Usia 15–49 Tahun menurut Provinsi dan Tipe Daerah Tahun 2007 Proporsi Wanita Berumur 1549 Tahun dan Berstatus Kawin yang Sedang Menggunakan/Memakai Alat KB menurut Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi, Tahun 2007 Persentase Wanita Berumur 1549 Tahun dan Berstatus Kawin yang Pernah Menggunakan/Memakai Alat KB Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi, Tahun 2007 Persentase Wanita Berumur 1549 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan/Dipakai dan Provinsi, Tahun 2007 (Perkotaan+Perdesaan) Persentase Wanita Berumur 1549 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan/Dipakai dan Provinsi, Tahun 2007 (Perkotaan) Persentase Wanita Berumur 1549 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan/Dipakai dan Provinsi, Tahun 2007 (Perdesaan) Hasil Pelayanan Peserta KB Baru Kumulatif Menurut Metoda Kontrasepsi dan Provinsi Tahun 2007 Jumlah dan Proporsi Peserta KB Baru Kumulatif Menurut Tempat Pelayanan dan Provinsi Tahun 2007 Pencapaian Desa Universal Child Immunization (UCI) Menurut Provinsi Tahun 20042007 Cakupan Imunisasi Dasar pada Bayi Menurut Provinsi Tahun 2007 Cakupan Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Menurut Provinsi Tahun 2007 Drop Out Cakupan Imunisasi DPT1Campak pada Bayi Menurut Provinsi Tahun 20032007 Persentase Balita yang Pernah Mendapat Imunisasi Menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Imunisasi, 2007 Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil Menurut Provinsi, Tahun 2007 Indikator Pelayanan Rumah Sakit Umum Depkes dan Pemda Menurut Provinsi Tahun 2006 Utilisasi Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL) dan Rawat Inap Tingkat Lanjut (RITL) Keluarga Miskin Menurut Provinsi Tahun 2007 Penanganan Penyalahgunaan NAPZA di Rumah Sakit Menurut Kepemilikan Tahun 2006 Kinerja Surveilans AFP Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2007 Cakupan TB Paru BTA Positif, Sembuh, Pengobatan Lengkap dan Success Rate (SR) Menurut Provinsi Tahun 2006 xii
Lampiran 4.23 Lampiran 4.24 Lampiran 4.25 Lampiran 4.26 Lampiran 4.26.a Lampiran 4.26.b Lampiran 4.27 Lampiran 5.1 Lampiran 5.2 Lampiran 5.3 Lampiran 5.4 Lampiran 5.5 Lampiran 5.6 Lampiran 5.7 Lampiran 5.8 Lampiran 5.9 Lampiran 5.10 Lampiran 5.11 Lampiran 5.12 Lampiran 5.13 Lampiran 5.14
Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Balita Menurut Provinsi Tahun 2007 Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A Tahun 2007 Cakupan Pemberian Tablet Besi (Fe) pada Ibu Hamil Menurut Provinsi Tahun 2007 Persentase Anak Usia 24 Tahun yang Pernah Disusui dan Lamanya Disusui Menurut Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan+Perdesaan) Persentase Anak Usia 24 Tahun yang Pernah Disusui dan Lamanya Disusui Menurut Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan) Persentase Anak Usia 24 Tahun yang Pernah Disusui dan Lamanya Disusui Menurut Provinsi Tahun 2007 (Perdesaan) Rekapitulasi Kejadian Bencana Tahun 2007 Jumlah Puskesmas serta Sarana Lainnya Menurut Provinsi Tahun 2007 Jumlah Puskesmas dan Rasionya Terhadap Penduduk Menurut Provinsi Tahun 2003 2007 Jumlah Puskesmas dan Puskesmas Perawatan Menurut Provinsi Tahun 20032007 Jumlah Puskesmas Keliling dan Rasio Puskesmas Keliling per Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 20032007 Jumlah Rumah Sakit di Indonesia Menurut Pengelola dan Provinsi Tahun 2007 Jumlah Rumah Sakit Umum Menurut Pengelola Tahun 20032007 Jumlah Rumah Sakit Umum Depkes/Pemda Menurut Kelas dan Provinsi Tahun 2007 Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Umum Menurut Pengelola Tahun 2003 2007 Jumlah Rumah Sakit Khusus dan Tempat Tidurnya Menurut Jenis Rumah Sakit Tahun 2003 2007 Jumlah Sarana Produksi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Menurut Jenis Dan Provinsi Tahun 2002 2006 Jumlah Sarana Distribusi dan Pelayanan Kefarmasian Menurut Provinsi Tahun 2002 2006 Jumlah Sarana Usaha Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) Menurut Provinsi Tahun 2006 Jumlah Posyandu Menurut Tingkat Perkembangannya dan Provinsi Tahun 2006 Jumlah Polindes Menurut Tingkat Perkembangannya dan Provinsi Tahun 2006
xiii
Lampiran 5.15 Lampiran 5.16 Lampiran 5.17 Lampiran 5.18 Lampiran 5.19 Lampiran 5.20 Lampiran 5.21 Lampiran 5.22 Lampiran 5.23 Lampiran 5.24 Lampiran 5.25 Lampiran 5.26 Lampiran 5.27 Lampiran 5.28 Lampiran 5.29 Lampiran 5.30 Lampiran 5.31 Lampiran 5.32 Lampiran 5.33 Lampiran 5.34
Jumlah Pos Obat Desa (POD) Menurut Tingkat Perkembangannya dan Provinsi Tahun 2006 Rekapitulasi Institusi Poltekkes Menurut Jurusan dan Provinsi Tahun 2007 Rekapitulasi Strata Akreditasi Jurusan/Program Studi Poltekkes Kumulatif Sampai Desember Tahun 2007 Jumlah Institusi Diknakes Non Politeknik Kesehatan Menurut Jurusan/Program Studi dan Provinsi Tahun 2007 Rekapitulasi Strata Akreditasi Institusi Non Poltekkes Kumulatif Sampai Desember Tahun 2007 Jumlah Institusi Diknakes NonPoltekkes Menurut Status Kepemilikan Per Desember 2007 Data Sumber Daya Manusia Kesehatan di Rumah Sakit Menurut Provinsi dan Jenis Ketenagaan Tahun 2007 Jumlah dan Jenis Ketenagaan di Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2007 Jumlah Tenaga Kesehatan PTT yang Masih Aktif Menurut Provinsi Tahun 2007 Jumlah dan Jenis Ketenagaan Farmasi di Rumah Sakit Pemerintah/ Swasta dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2006 Jumlah dan Jenis Ketenagaan Farmasi di Sarana Produksi dan Distribusi Menurut Provinsi Tahun 2006 Jumlah Peserta Didik di Poltekkes Menurut Profesi Tahun Ajaran 2007/2008 Jumlah Peserta Didik di Institusi Pendidikan Non Poltekkes Menurut Profesi Tahun Ajaran 2007/2008 Jumlah Peserta Didik Program Khusus Tahun 2007 Jumlah Lulusan Diknakes Poltekkes dan Non Poltekkes Menurut Jenis Tenaga Kesehatan Tahun 2007 Jumlah Lulusan Menurut Poltekkes dan Jurusan/Program Studi Tahun 2007 Jumlah Lulusan Non Poltekkes Menurut Jurusan /Program Studi dan Provinsi Tahun 2007 Jumlah Peserta Diklat yang dilaksanakan Pusdiklat Kesehatan dan Bapelkes Nasional Menurut Jenis Diklat Tahun 2007 Alokasi dan Realisasi Anggaran Departemen Kesehatan Menurut Sumber Dana dan Eselon I Tahun 2007 Distribusi Perkembangan Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Tahun 2007 xiv
Lampiran 5.35 Lampiran 6.1 Lampiran 6.2 Lampiran 6.3
Lampiran 6.4 Lampiran 6.5 Lampiran 6.6 Lampiran 6.7 Lampiran 6.8 Lampiran 6.9
Distribusi Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Menurut Jenis dan Provinsi Tahun 2007 Perbandingan Beberapa Data Kependudukan di Negaranegara ASEAN dan SEARO Tahun 2007 Angka Kelahiran, Angka Kematian, dan Indeks Pembangunan Manusia di Negaranegara ASEAN dan SEARO Penduduk yang Menggunakan Sumber Air Bersih dan yang Menggunakan Sarana Sanitasi Sehat di Negaranegara ASEAN & SEARO Tahun 2005 Perbandingan Data Tuberkulosis di Negaranegara ASEAN dan SEARO Tahun 2005/2006 Angka Estimasi HIV dan AIDS di Negaranegara ASEAN dan SEARO Tahun 2007 Jumlah Kasus Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi di Negaranegara ASEAN dan SEARO Tahun 2007 Perbandingan Cakupan Imunisasi Dasar pada Bayi di Negaranegara ASEAN dan SEARO Tahun 2006 Perbandingan Upaya Kesehatan di Negaranegara ASEAN dan SEARO Tahun 20002006 Pembiayaan Kesehatan di Negaranegara ASEAN dan SEARO Tahun 2005
***
xv
BAB I PENDAHULUAN
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan diperlukan adanya kesadaran, kemauan dan kemampuan semua komponen bangsa untuk mewujudkan rakyat sehat sebagai sumber kekuatan ketahanan bangsa yang akhirnya menjadi landasan dalam membentuk negara yang kuat. Negara kuat dari aspek kesehatan dapat diartikan sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang memiliki ketahanan bangsa yang tangguh dengan basis utamanya dalam wujud semua rakyat sehat secara fisik, mental dan sosial serta memiliki produktivitas yang tinggi. Salah satu ukuran untuk menggambarkan tingkat pencapaian hasil pembangunan suatu negara, termasuk pembangunan bidang kesehatan digunakan suatu indikator yang dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (human development index). Indeks Pembangunan Manusia, ditentukan oleh beberapa indikator yaitu, kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Dari segi kesehatan, indikatornya adalah umur harapan hidup sebagai salah satu ukuran pencapaian derajat kesehatan masyarakat. Tahun 2005, Indonesia berada di peringkat 108 dari 177 negara di dunia, lebih rendah dari negara tetangga ASEAN seperti Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand. Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan pada periode 20052009 memprioritaskan pelayanan kesehatan ibu dan anak sebagai urutan pertama dalam pembangunan kesehatan. Prioritas berikutnya adalah pelayanan kesehatan ba gi masyarakat miskin, pendayagunaan tenaga kesehatan, penanggulangan penyakit menular, gizi buruk, dan krisis kesehatan akibat bencana, serta peningkatan pelayanan kesehatan di daerah terpencil, tertinggal, daerah perbatasan, dan pulaupulau terluar. Penyusunan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2007 ini berupaya untuk menggambarkan secara umum tentang kondisi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan, dan faktorfaktor terkait lainnya. Profil Kesehatan Indonesia 2007 ini terdiri dari 8 (delapan) bab, yaitu: Bab I Pendahuluan. Bab ini menyajikan tentang acuan diterbitkannya Profil Kesehatan Indonesia 2007 ini serta sistimatika penyajiannya. Bab II Situasi Umum dan Lingkungan. Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Indonesia. Selain uraian tentang letak geografis, demografis, pendidikan, ekonomi dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktorfaktor lingkungan dan perilaku.
1
Bab III Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang hasilhasil pembangunan kesehatan sampai dengan tahun 2007 yang mencakup tentang angka kematian, umur harapan hidup dan angka kesakitan. Bab IV Situasi Upaya Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang upayaupaya kesehatan yang telah dilaksanakan oleh bidang kesehatan sampai tahun 2007, untuk tercapainya dan berhasilnya programprogram pembangunan di bidang kesehatan. Gambaran tentang upaya kesehatan yang telah dilakukan itu meliputi persentase pencapaian cakupan pelayanan kesehatan dasar, persentase pencapaian cakupan pelayanan kesehatan rujukan dan berbagai upaya lain yang berupa gambaran pelayanan program kesehatan lainnya. Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang sumber daya pembangunan bidang kesehatan sampai tahun 2007 ini. Gambaran tentang keadaan sumber daya sampai dengan tahun 2007 ini mencakup tentang keadaan tenaga, sarana dan fasilitas kesehatan yang ada. Bab VI Perbandingan Indonesia dengan Negara Anggota ASEAN dan SEARO. Bab ini menyajikan perbandingan beberapa indikator tertentu meliputi data kependudukan, Angka Kelahiran, Angka Kematian, Indeks Pembangunan Manusia, data tuberkulosis, angka estimasi HIV/AIDS, kasus penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi, cakupan imunisasi pada bayi dan upaya kesehatan. Bab VII. Analisis Hipotetik Antar Variabel Kesehatan. Analisis hipotetik dibatasi pada beberapa variabel yang terkait dengan upaya peningkatan kesehatan ibu sebagai strategi dalam penurunan angka kematian (MMR) Bab VIII. Penutup. ***
2
BAB II GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK
Secara administratif wilayah Indonesia pada tahun 2007 terbagi atas 33 provinsi, 370 kabupaten, dan 95 kota. Wilayah tersebut meliputi 6.093 kecamatan, 7.878 kelurahan dan 65.189 desa. Pembagian tersebut berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2008, tanggal 31 Januari 2008. Jika dibandingkan dengan data administratif wilayah tahun 2005, maka dapat dikatakan telah terjadi beberapa pemekaran wilayah. Pembagian wilayah Indonesia secara administratif pada tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 2.1. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di Asia Tenggara, menurut data Bakosurtanal, jumlah pulau di Indonesia 17.508 (17.506 pulau setelah dikurangi Sipadan dan Ligitan). Jumlah pulau itu termasuk yang berada di muara dan tengah sungai, serta delta. Fakta ini membuat Indonesia memiliki keragaman budaya dan adat istiadat dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain. Keragaman dalam berbagai aspek tersebut juga terkait dengan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. Pada bab ini akan diuraikan gambaran umum Indonesia dan perilaku penduduk pada tahun 2007 yang meliputi: keadaan penduduk, keadaan ekonomi, keadaan pendidikan, keadaan lingkungan, dan perilaku penduduk yang berkaitan dengan kesehatan. A. KEADAAN PENDUDUK Berdasarkan data Biro Pusat Statistik, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2007 tercatat sebesar 225.642.124 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 118 per km 2 . Tingkat kepadatan yang tinggi masih didominasi oleh provinsiprovinsi di Pulau Jawa. Provinsi yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi adalah DKI Jakarta, yaitu sebesar 13.651 jiwa per km 2 . Provinsi Jawa Barat merupakan wilayah yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi ke2 dengan kepadatan 1.140 jiwa per km 2 . Provinsi dengan tingkat kepadatan tertinggi ke3 yaitu DI Yogyakarta sebesar 1.096 jiwa per
3
km 2 . Kepadatan penduduk terendah di Provinsi Papua, yaitu hanya 6 jiwa per km 2 , Papua Barat merupakan provinsi dengan tingkat kepadatan penduduk terendah ke2 yaitu sebesar 7 jiwa per km 2 , yang kemudian diikuti oleh Kalimantan Tengah dengan kepadatan 13 jiwa per km 2 . Dari proyeksi jumlah penduduk dapat diketahui terdapat ketimpangan persebaran penduduk antar pulau yang nyata. Lebih dari separuh penduduk Indonesia berada di Pulau Jawa, yaitu sebesar 58,38%, dengan luas hanya 6,77% wilayah Indonesia. Sisanya tersebar di Sumatera sebesar 21,35 %, Sulawesi 7,17%, Kalimantan 5,57%, Kepulauan Nusa Tenggara Bali 1,48%, Papua dan Maluku 2,29%. Jumlah penduduk dan angka kepadatan penduduk per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.2. Melalui proyeksi penduduk berdasarkan hasil SUPAS 2005 kita dapat memperoleh gambaran piramida penduduk sebagai berikut. GAMBAR 2.1 PIRAMIDA PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2007
Sumber : Proyeksi Penduduk Indonesia Per Provinsi Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin 2005 – 2015, BPS, 2007
Komposisi penduduk Indonesia menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda (014 tahun) sebesar 29,30%, yang berusia produktif (15 64 tahun) sebesar 65,05%, dan yang berusia tua (> 65 tahun) sebesar 5,65%. Dengan demikian maka Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) penduduk Indonesia pada tahun 2007 sebesar 53,73%. Angka ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2006 sebesar 49,90%. Provinsi dengan persentase beban tanggungan tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur sebesar 74,81%, diikuti oleh Sulawesi Barat sebesar 69,12%, dan Maluku sebesar 67,84%. Sedangkan provinsi dengan Angka Beban Tanggungan terendah yaitu DKI Jakarta sebesar 38,27%, diikuti oleh Kepulauan Riau sebesar
4
45,29% dan DI Yogyakarta sebesar 46,44%. Berdasarkan tipe daerah, angka beban tanggungan di perdesaan lebih besar dibandingkan perkotaan, yaitu 58,49% berbanding 48,02%. Rincian jumlah penduduk menurut kelompok umur, provinsi, wilayah dan angka beban tanggungan tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 2.3, 2.3.a, dan Lampiran 2.3.b. B. KEADAAN EKONOMI Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara. Data BPS menyebutkan bahwa selama tahun 2006, pertumbuhan ekonomi nasional menunjukkan penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Jika pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi sebesar 5,7%, pada tahun 2006 angka ini turun menjadi 5,5% dan kembali meningkat cukup signifikan pada tahun 2007 menjadi 6,3%. Pertumbuhan ini didukung oleh semua komponen PDB penggunaan, yakni konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5,0%, konsumsi pemerintah sebesar 3,9%, pembentukan modal tetap bruto sebesar 9,2%, serta ekspor maupun impor barang dan jasa, masingmasing meningkat sebesar 8,0% dan 8,9%. Mengkaji kondisi perekonomian tentu saja tidak terlepas dari tingkat inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat selama periode Januari sampai Desember tahun 2007 telah terjadi inflasi sebesar 6,59% atau terjadi kenaikan indeks dari 145,89 pada bulan Desember 2006 menjadi 155,50 dalam bulan Desember 2007. Selama tahun 2007 kelompok bahan makanan memberi kontribusi terbesar pada inflasi sebesar 2,82%. Kelompok lainnya dalam tahun 2007 masingmasing kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar menyumbang sebesar 1,27% pada inflasi nasional, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 1,10%, kelompok sandang 0,48%, kelompok kesehatan 0,17%, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,54% dan kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan 0,21%. Seluruh kelompok pengeluaran selama tahun 2007 mengalami inflasi, masingmasing kelompok bahan makanan 11,26%, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 6,41%, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 4,88%, kelompok sandang 8,42%; kelompok kesehatan 4,31%, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 8,83% dan kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan 1,25%. Selama tahun 2007, jenis barang dan jasa yang dominan memberi kontribusi pada inflasi nasional antara lain beras 0,52%, minyak goreng 0,49%, bawang merah 0,47%, emas perhiasan 0,33%, kontrak rumah 0,30%, rokok kretek filter 0,24%, Akademi/Perguruan Tinggi 0,17%, daging ayam ras 0,16%, tarif air minum/PAM 0,15%; telur ayam ras, uang sekolah SLTA, dan kelapa masingmasing 0,13%; mie dan sewa rumah masingmasing 0,12%; rokok kretek, nasi beserta lauk, upah tukang, dan uang sekolah SD masingmasing 0,11%. Untuk mengetahui tingkat pengangguran, dilakukan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas). Sakernas merumuskan konsep pengangguran sebelum tahun 2001 sebagai angkatan kerja yang tidak bekerja/tidak mempunyai pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan. Sejak tahun 2001 konsep pengangguran menjadi angkatan kerja yang
5
tidak bekerja/tidak mempunyai pekerjaan, yang mencakup angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha (MP), tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan/putus asa (sebelumnya dikategorikan sebagai Bukan Angkatan Kerja) dan yang punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja (sebelumnya dikategorikan sebagai Bekerja). Menurut Sakernas, Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja yang bekerja atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan penganggur. Sementara Bekerja menurut definisi Sakernas adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit satu jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan itu termasuk juga kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu usaha atau kegiatan ekonomi. Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS) dalam bulan Februari 2007 menunjukkan tingkat pengangguran tertinggi masih terjadi di Jawa sebesar 10,39% dan terendah di Bali dan Nusa Tenggara sebesar 5,49%. Selain di pulau Jawa tingkat pengangguran yang tinggi juga terdapat di Pulau Sulawesi dan Sumatera masingmasing sebesar 9,94% dan 9,62%. Perkembangan angkatan kerja, penduduk yang bekerja dan pengangguran menurut wilayah secara rinci adalah sebagai berikut: TABEL 2.1 PERKEMBANGAN JUMLAH ANGKATAN KERJA, PENDUDUK YANG BEKERJA DAN PERSENTASE PENGANGGURAN MENURUT WILAYAH TAHUN 2006 2007 Wilayah Jawa Sumatera Bali dan Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Maluku dan Papua
Angkatan Kerja (juta org)
Februari Tahun 2006 Penduduk % yang Bekerja Pengangguran (juta org)
Angkatan Kerja (juta org)
Februari Tahun 2007 Penduduk % yang Bekerja Pengangguran (juta org)
64,22 21,18
57,41 18,67
10,60 11,85
64,81 21,45
58,07 19,38
10,39 9,62
6,09
5,7
6,42
6,22
5,88
5,49
5,82 6,75 2,21
5,34 6,03 2,02
8,25 10,70 8,65
6,16 7,26 2,24
5,67 6,54 2,04
7,95 9,94 8,77
Sumber: Sakernas, BPS, 20062007
Pembangunan ekonomi yang diupayakan pemerintah diharapkan mampu mendorong kemajuan, baik fisik, sosial, mental dan spiritual di segenap pelosok negeri terutama wilayah yang tergolong daerah tertinggal. Suatu daerah dikategorikan menjadi daerah tertinggal karena beberapa faktor penyebab, yaitu; geografis, sumber daya alam, sumber daya manusia, prasarana dan sarana, daerah rawan bencana dan konflik sosial, dan kebijakan pembangunan. Keterbatasan prasarana terhadap berbagai bidang termasuk di dalamnya kesehatan menyebabkan masyarakat di daerah tertinggal mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial. Unit terkecil daerah tertinggal yang digunakan dalam Strategi Nasional Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (STRANAS PPDT) adalah wilayah administrasi kabupaten. Penetapan kriteria daerah tertinggal dilakukan dengan
6
menggunakan pendekatan berdasarkan pada perhitungan enam (6) kriteria dasar yaitu: perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, prasarana (infrastruktur), kemampuan keuangan lokal (celah fiskal), aksesibilitas dan karakteristik daerah, serta berdasarkan kabupaten yang berada di daerah perbatasan antarnegara dan gugusan pulaupulau kecil, daerah rawan bencana dan daerah rawan konflik. Menurut data Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, pada tahun 2006 jumlah kabupaten tertinggal mencapai 199 dari 440 Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia (45,2%) dan pada tahun 2007 mencapai 199 kabupaten dari 465 Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia (42,8%). Menurut jumlah kabupaten/kota yang tertinggal angka ini mengalami sedikit bertambah dibandingkan tahun 2005, yang menunjukkan jumlah 197 kabupaten tertinggal. Penambahan 2 kabupaten tersebut terdapat pada Provinsi Sumatera Barat yang pada tahun 2005 berjumlah 7 kabupaten kemudian bertambah menjadi 9 kabupaten. Provinsi dengan persentase kabupaten/kota tertinggal tertinggi adalah Sulawesi Barat, yaitu sebesar 100% (20062007), diikuti oleh Papua yang sebesar 95% (2006) dan 90,5% (2007), dan Nusa Tenggara Timur sebesar 93,75% (2006) dan 75% (2007). Jumlah dan persentase kabupaten/kota tertinggal menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.4. GAMBAR 2.2 PERSENTASE KABUPATEN TERTINGGAL TAHUN 2007
Sumber: Strategi Nasional Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Tahun 20042009
Kemiskinan menjadi isu yang cukup menyita perhatian berbagai kalangan termasuk kesehatan. Keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terkait dengan daya beli ekonomi. Kemiskinan juga menjadi hambatan besar dalam pemenuhan kebutuhan terhadap makanan yang sehat sehingga dapat melemahkan daya tahan tubuh yang dapat berdampak pada kerentanan untuk terserang penyakitpenyakit tertentu. Fenomena gizi buruk dan kurang seringkali dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang buruk jika merujuk pada fakta betapa keterbatasan pemenuhan pangan dapat
7
menyebabkan busung lapar, Kwashiorkor, penyakit kekurangan vitamin seperti Xeropthalmia, Scorbut, dan Beriberi. Statistik Kesra Tahun 2007 menyajikan persentase rumah tangga yang mendapatkan pelayanan gratis bidang kesehatan selama 6 bulan referensi. Persentase rumah tangga yang mendapatkan pelayanan gratis pada tahun 2007 meningkat menjadi 15,13% dari angka 12,85% pada tahun 2006. Angka tersebut terdiri dari Askeskin sebesar 51,87%, Kartu Kompensasi BBM sebesar 4,42%, Kartu Sehat sebesar 14,52% dan lainnya sebesar 29,19%. Rincian mengenai persentase rumah tangga yang mendapatkan pelayanan gratis bidang kesehatan selama 6 bulan referensi dan jumlah beras yang dibeli menurut provinsi tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 2.5, 2.5.a, dan Lampiran 2.5.b. Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki ratarata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan (GK) yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penentuan GKM dilakukan berdasarkan pengeluaran penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasar berupa makanan, sedangkan GKNM ditentukan berdasarkan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Tingkat kemiskinan juga dapat diketahui dengan melihat indeks kedalaman kemiskinan dan keparahan kemiskinan. Indeks kedalaman kemiskinan menunjukkan gap antara penghasilan penduduk miskin dengan garis batas kemiskinan, baik makanan maupun non makanan. Sedangkan indeks keparahan kemiskinan mencerminkan gap penghasilan antara sesama penduduk miskin. Dalam kurun waktu 20022006, terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada periode Februari 2005Maret 2006 dibandingkan periode sebelumnya, dari 2,78 menjadi 3,43. Pada periode Maret 2006 – Maret 2007 terjadi penurunan indeks yang cukup tajam dari 3,43 menjadi 2,99. Peningkatan yang sama ditunjukkan oleh indeks keparahan kemiskinan, dimana terdapat peningkatan pada periode Februari 2005 Maret 2006 dibandingkan periode sebelumnya, yaitu dari 0,76 menjadi 1,00. Pada periode Maret 2006 Maret 2007 terjadi penurunan indeks yang cukup signifikan dari 1,00 menjadi 0,84. GAMBAR 2.3 INDEKS KEDALAMAN (P1) DAN KEPARAHAN (P2) KEMISKINAN TAHUN 2002 – 2007
Sumber: BPS, Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan Tahun 2007
8
Pada bulan Maret 2007, jumlah penduduk miskin menurun menjadi 37,17 juta dari 39,3 juta penduduk miskin pada bulan Maret 2006. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan 2,13 juta penduduk miskin. Jika melihat persentase penduduk miskin, peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun 2006. Persentase penduduk miskin yang semula 15,97% pada tahun 2005 meningkat menjadi 17,75% pada tahun 2006 dan menjadi 16,58% pada tahun 2007. Persentase penduduk miskin dari tahun 20032007 disajikan pada Gambar 2.4 berikut ini. GAMBAR 2.4 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN TAHUN 2003 – 2007
Sumber: BPS, Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan Tahun 2007
Karakteristik kemiskinan yang penting di Indonesia adalah banyaknya penduduk yang penghasilannya berada di sekitar garis kemiskinan, atau sangat rentan kemiskinan. Status kemiskinan penduduk dikategorikan ke dalam beberapa klasifikasi seperti miskin, hampir miskin, hampir tidak miskin dan tidak miskin. Dalam dua tahun terakhir, selama periode 2006 2007 terjadi pergeseran posisi status kemiskinan (Tabel 2.2). Dengan memperhatikan pergeseran posisi ini, dapat disimpulkan bahwa selama periode tersebut terjadi pergeseran penduduk yang tergolong dalam transient poor yaitu mereka yang berpenghasilan tidak jauh dari garis kemiskinan. TABEL 2.2 PERSENTASE PENDUDUK MENURUT STATUS KEMISKINAN TAHUN 2006 2007 Tahun Status Kemiskinan 2006
2007
Miskin (<1 GK)
17,75
16,58
Hampir Miskin (1,001,25GK)
13,45
12,38
27,64
14,26
41,16 100,00
56,78 100,00
Hampir Tidak Miskin (1,251,50 GK) Tidak Miskin (>1,50 GK) Jumlah
Sumber: BPS, Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan Tahun 2007 Catatan: GK = Garis Kemiskinan
9
Dari angka kemiskinan tahun 2007 antar provinsi terlihat bahwa ada 6 (enam) provinsi yang dapat dikategorikan memiliki persentase penduduk miskin yang relatif rendah (di bawah 10%), yaitu Bangka Belitung (9,54%), Kalimantan Tengah (9,38%), Banten (9,07%), Kalimantan Selatan (7,01%), Bali (6,63%) dan DKI Jakarta (4,61%). Kemudian 15 (limabelas) provinsi dikategorikan memiliki persentase penduduk miskin antara 1020%, 9 (sembilan) provinsi memiliki persentase penduduk miskin antara 20 30%. Ada 3 (tiga) provinsi yang memiliki persentase penduduk miskin di atas 30%, yaitu Papua (40,78%), Papua Barat (39,31%) dan Maluku (31,14%). Jumlah dan persentase penduduk miskin menurut provinsi dan tipe daerah secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 2.7. Secara nasional, pengeluaran penduduk per kapita yang terbesar berkisar 200.000299.999 rupiah selama sebulan (30,71%), diikuti dengan golongan pengeluaran 300.000499.999 rupiah selama sebulan (24,27%) dan golongan pengeluaran 150.000 199.999 rupiah selama sebulan (19,31%). Adapun persentase golongan pengeluaran terbesar berdasarkan provinsi, untuk golongan pengeluaran 200.000299.999 rupiah selama sebulan adalah Sumatera Selatan (39,93%), diikuti Kalimantan Tengah (37,64%) dan Lampung (36,29%). Sedangkan persentase golongan pengeluaran terbesar berdasarkan provinsi, untuk golongan pengeluaran 300.000499.999 rupiah selama sebulan adalah Kepulauan Bangka Belitung (51,24%), diikuti Riau (39,94%) dan Bali (38,62%). Rincian persentase penduduk menurut provinsi dan golongan pengeluaran per kapita sebulan tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 2.8, 2.8.a dan Lampiran 2.8.b. C. KEADAAN PENDIDIKAN Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara. Melalui pengetahuan, pendidikan berkontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan. Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor pencetus (predisposing) yang berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat. Pada bagian ini akan diuraikan mengenai kemampuan membaca menulis, status pendidikan, dan tingkat kepesertaan sekolah. Kemampuan membaca dan menulis (bacatulis) penduduk tercermin dari Angka Melek Huruf, yaitu persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya. Secara nasional, persentase penduduk yang melek huruf pada tahun 2007 sebesar 92,74%. Sedangkan mereka yang buta huruf sebesar 7,26%. Persentase melek huruf pada lakilaki lebih besar dibandingkan perempuan, yaitu 95,66% berbanding 89,88%. Daerah perkotaan memiliki persentase melek huruf sebesar 96,11%. Angka ini lebih besar dibandingkan daerah perdesaan yang hanya sebesar 90,07%. Provinsi dengan persentase melek huruf tertinggi adalah Sulawesi Utara sebesar 98,96%, diikuti oleh DKI Jakarta sebesar 98,83% dan Riau 97,53%. Sedangkan
10
persentase melek huruf terendah adalah Provinsi Papua sebesar 76,85%, diikuti oleh Nusa Tenggara Barat sebesar 82,44%, dan Bali sebesar 87,32%. Persentase kepandaian membaca menulis pada penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut provinsi, jenis kelamin dan tipe daerah tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 2.9, 2.9.a dan Lampiran 2.9.b. Persentase tertinggi penduduk berumur 10 tahun ke atas yang buta huruf adalah Provinsi Papua (23,15%) dan persentase terendah adalah Sulawesi Utara (1,06%). Selain Papua, ada 8 provinsi yang persentase buta hurufnya lebih dari 10%, yaitu Nusa Tenggara Barat (17,56%), Bali (12,68%), Sulawesi Selatan (12,28%), Sulawesi Barat (12,14%), Nusa Tenggara Timur (11,47%), Jawa Timur (11,34%), DI Yogyakarta (11,14%) dan Jawa Tengah (10,09%). Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang buta huruf menurut provinsi dapat dilihat pada Gambar 2.5 di bawah ini. GAMBAR 2.5 PERSENTASE PENDUDUK UMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG BUTA HURUF TAHUN 2007
Sumber: BPS, Statistik Kesra Tahun 2007
Secara nasional, status pendidikan pada penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut Statistik Kesra Tahun 2007 dapat dilihat menurut status tidak/belum pernah sekolah, masih sekolah (SD/MI, SLTP/MTs, SMU/SMK/MA dan D1/Univ.) dan penduduk yang tidak bersekolah lagi. Persentase penduduk yang tidak/belum pernah sekolah 7,57%. Angka persentase terendah adalah di Provinsi Sulawesi Utara yaitu hanya 0,90%, sedangkan yang tertinggi di Papua sebesar 23,35%.
11
Sementara itu, penduduk usia 10 tahun ke atas yang masih bersekolah adalah sebesar 19,18%, dengan rincian yang bersekolah di SD/MI sebesar 7,81%, di SLTP/MTs sebesar 5,88%, di SMU/SM sebesar 3,92% dan di Akademi/Universitas sebesar 1,57%. Menurut wilayah, persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang tidak/belum pernah sekolah yang tinggal di perdesaan (10,17%) lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang tinggal di perkotaan (4,30%). Ditinjau dari jenis kelamin, persentase penduduk perempuan yang tidak/belum pernah sekolah lebih tinggi (lebih dari dua kali lipat) dari persentase penduduk lakilaki (10,64% berbanding dengan 4,45%). Provinsi dengan persentase tertinggi penduduknya berpendidikan SMU/SMK atau lebih tinggi adalah DKI Jakarta (46,66%), Kepulauan Riau (41,01%) dan DI Yogyakarta (36,85%). Sedangkan yang terendah di Provinsi Sulawesi Barat (15,69%), Nusa Tenggara Timur (15,87%), dan Jawa Tengah (17,80%). Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut status pendidikan per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.10, 2.10.a dan Lampiran 2.10.b. Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Statistik Kesra Tahun 2007 dikategorikan menjadi 3 kelompok umur, yaitu 712 tahun mewakili umur setingkat SD, 1315 tahun mewakili umur setingkat SLTP, dan 1618 tahun mewakili umur setingkat SMU. Secara umum, APS kelompok umur 712 tahun sebesar 97,60%, kelompok umur 1315 tahun sebesar 84,26% dan kelompok umur 1618 tahun sebesar 54,61%. Semakin tinggi kelompok umur, semakin rendah APS, baik bagi lakilaki maupun perempuan. Berdasarkan wilayah, APS penduduk perkotaan lebih besar dibandingkan APS penduduk perdesaan. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.3 di bawah ini. TABEL 2.3 ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH (APS) PENDUDUK UMUR 718 TAHUN MENURUT TIPE DAERAH, JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR TAHUN 2007 Daerah/Jenis Kelamin Perkotaan Lakilaki Perempuan Lakilaki + Perempuan Perdesaan Lakilaki Perempuan Lakilaki + Perempuan Perkotaan + Perdesaan Lakilaki Perempuan Lakilaki + Perempuan Sumber: BPS, Statistik Kesra Tahun 2007
7 12
Kelompok Umur (Tahun) 13 15
16 18
98,29 98,76 98,51
90,31 89,25 89,79
67,07 65,09 66,08
96,76 97,24 96,99
79,66 81,23 80,42
45,30 45,37 45,33
97,37 97,85 97,60
83,99 84,54 84,26
54,71 54,51 54,61
Berbeda dengan APS, Angka Partisipasi Murni (APM) menunjukkan banyaknya penduduk usia sekolah yang masih bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya (Tabel 2.4). Statistik Kesra mengelompokkan APM berdasarkan jenjang pendidikan dan tipe daerah. APM SD di daerah perkotaan sebesar 93,59%, lebih kecil dibandingkan angka di perdesaan yang sebesar 93,89%. Hasil yang berbeda ditunjukkan
12
pada APM SLTP dan SMU. APM SLTP di perkotaan sebesar 71,99%, lebih besar dibandingkan angka di perdesaan sebesar 62,93%. APM SMU di perkotaan juga lebih besar dibandingkan APM SMU di perdesaan, yaitu sebesar 55,66% di perkotaan sedangkan di perdesaan hanya 35,58%. Secara nasional APM SD sebesar 93,75%, APM SLTP sebesar 66,64%, dan APM SMU 44,56%. TABEL 2.4 ANGKA PARTISIPASI MURNI (APM) MENURUT TIPE DAERAH , JENIS KELAMIN DAN JENJANG PENDIDIKAN TAHUN 2007 Daerah/Jenis Kelamin Perkotaan Lakilaki Perempuan Lakilaki + Perempuan Perdesaan Lakilaki Perempuan Lakilaki + Perempuan Perkotaan + Perdesaan Lakilaki Perempuan Lakilaki + Perempuan Sumber: BPS, Statistik Kesra Tahun 2007
SD
Jenjang Pendidikan SLTP
SMU
93,83 93,34 93,59
72,44 71,52 71,99
57,65 53,67 55,66
93,92 93,80 93,89
61,61 64,34 62,93
35,04 36,02 35,58
93,88 93,62 93,75
66,01 67,30 66,64
44,82 44,29 44,56
Pada tahun 2007, persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang tidak memiliki ijazah/STTB di Indonesia sebanyak 27,95%. Persentase ini lebih besar di wilayah perdesaan yang sebesar 35,06% dibandingkan perkotaan yang sebesar 18,97%. Sedangkan secara nasional, persentase penduduk yang sudah memiliki ijazah/STTB yang dimiliki yaitu SD/MI sebanyak 31,19%, tamat SLTP/MTs sebanyak 17,49%, tamat SMU/MA/SMK sebanyak 18,12%, dan tamat Diploma I sampai dengan Universitas sebesar 5,28%. Dengan demikian maka persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang memiliki ijazah SMU/SMK atau pendidikan yang lebih tinggi sebesar 23,37%. Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.11, 2.11.a dan Lampiran 2.11.b.
13
TABEL 2.5 PERSENTASE PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MENURUT TIPE DAERAH , JENIS KELAMIN DAN IJAZAH/STTB TERTINGGI YANG DIPEROLEH TAHUN 2007 Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki
Daerah/Jenis Kelamin
Tidak Memiliki
Perkotaan Lakilaki 16,21 Perempuan 21,65 L + P 18,97 Perdesaan Lakilaki 31,16 Perempuan 38,92 L + P 35,06 Perkotaan + Perdesaan Lakilaki 24,59 Perempuan 31,25 L + P 27,95
SD/ MI
SLTP/ MTs
SMU/ MA
SMK
Dipl I/ Dipl II
Akademi/ Dipl III
Dipl IV/ S1/S2/ S3
Jumlah
23,82 25,72 24,78
19,86 19,34 19,60
20,94 18,40 19,65
9,36 6,40 7,86
0,77 1,41 1,09
2,18 2,21 2,20
6,87 4,88 5,86
100,00 100,00 100,00
36,87 35,66 36,26
17,02 14,65 15,83
9,00 6,71 7,85
3,57 2,03 2,80
0,58 0,76 0,67
0,38 0,41 0,40
1,42 0,86 1,14
100,00 100,00 100,00
31,13 31,25 31,19
18,27 16,73 17,49
14,25 11,90 13,06
6,12 3,97 5,03
0,66 1,05 0,86
1,18 1,21 1,19
3,81 2,64 3,23
100,00 100,00 100,00
Sumber: BPS, Statistik Kesra Tahun 2007
Tabel 2.5 di atas menunjukkan bahwa perbedaan signifikan terjadi pada persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang memiliki ijazah/STTB SMU/MA/SMK hingga Universitas antara wilayah perkotaan dengan perdesaan. Pada perkotaan sebesar 36,66%, sedangkan perdesaan hanya sebesar 12,86%. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin persentase penduduk 10 tahun ke atas yang memiliki ijazah/STTB SMU/MA/SMK hingga Universitas pada lakilaki lebih besar dibandingkan pada kelompok perempuan, yaitu 26,02% berbanding 20,77%. D. KEADAAN LINGKUNGAN Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan menentukan baik buruknya status derajat kesehatan masyarakat. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikatorindikator seperti; persentase rumah tangga terhadap akses air minum, persentase rumah tangga menurut sumber air minum, persentase rumah tangga dengan sumber air minum dari pompa/sumur/mata air menurut jarak ke tempat penampungan akhir kotoran/tinja, dan persentase rumah tangga menurut kepemilikan fasilitas buang air besar. 1. Akses Terhadap Air Minum Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2007 yang diterbitkan oleh BPS mengkategorikan sumber air minum yang digunakan rumah tangga menjadi 2 kelompok besar, yaitu sumber air minum terlindung dan tidak terlindung. Sumber air minum terlindung terdiri dari air kemasan, ledeng, pompa, mata air terlindung, sumur
14
terlindung, dan air hujan. Sedangkan sumber air minum tak terlindung terdiri dari sumur tak terlindung, mata air tak terlindung, air sungai, dan lainnya. Data yang terdapat pada Statistik Kesra BPS Tahun 2007 menyebutkan bahwa persentase rumah tangga yang memiliki sumber air minum terlindung sebesar 81,48%, sedangkan persentase rumah tangga yang memiliki sumber air minum tak terlindung sebesar 18,51%. Provinsi dengan persentase terbesar untuk rumah tangga yang memiliki sumber air minum terlindung adalah DKI Jakarta, yaitu 98,94%, diikuti oleh DI Yogyakarta sebesar 92,10% dan Bali sebesar 90,96%. Persentase rumah tangga yang memiliki sumber air minum terlindung yang paling rendah berada di Provinsi Bengkulu, yaitu sebesar 45,93%, diikuti oleh Papua (51,67%) dan Kalimantan Tengah (54,23%). Pada kelompok sumber air minum terlindung, sebagian besar rumah tangga di Indonesia memiliki sumur terlindung dengan persentase 30,07%. Persentase rumah tangga yang menggunakan sumber air minum pompa menempati urutan ke2 yaitu 17,62%, kemudian ledeng (12,36%), mata air terlindung (7,86%), air kemasan (7,18%) dan air hujan (2,57%). Sedangkan pada kelompok air minum tak terlindung, rumah tangga di Indonesia sebagian besar memanfaatkan sumur tak terlindung dengan persentase 10,32%, diikuti oleh mata air tak terlindung sebesar 4,77%, air sungai sebesar 3,02% dan lainnya sebesar 0,40%. Persentase rumah tangga menurut sumber air minum, provinsi dan wilayah secara lebih rinci disajikan pada Lampiran 2.12, 2.12.a, dan Lampiran 2.12.b. GAMBAR 2.6 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR MINUM TAHUN 2007
Sumber: BPS, Statistik Kesra Tahun 2007
2. Jarak Sumber Air Minum dengan Tempat Penampungan Akhir Kotoran/Tinja Sumber air minum sering menjadi sumber pencemar pada penyakit water borne disease. Oleh karena itu sumber air minum harus memenuhi syarat lokalisasi dan konstruksi. Syarat lokalisasi menginginkan agar sumber air minum terhindar dari pengotoran, sehingga perlu diperhatikan jarak sumber air minum dengan cubluk (kakus)
15
lubang galian sampah, lubang galian untuk air limbah dan sumbersumber pengotor lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan tanah dan kemiringannya. Pada umumnya jarak sumber air minum dengan beberapa sumber pengotor termasuk tempat penampungan akhir (TPA) kotoran/tinja tidak kurang dari 10 meter dan diusahakan agar letaknya tidak berada di bawah sumbersumber tersebut. Statistik Kesra BPS 2007 juga menampilkan persentase rumah tangga dengan sumber air minum dari pompa/sumur/mata air menurut jarak ke tempat penampungan akhir kotoran/tinja terdekat dan provinsi. Data tersebut menyebutkan bahwa secara nasional sebanyak 52,72% rumah tangga memiliki jarak sumber air minum dari pompa/sumur/mata air terhadap tempat penampungan kotoran akhir/tinja sebesar > 10 meter. Sedangkan sebanyak 25,55 % memiliki jarak < 10 meter dan sisanya sebanyak 21,74% tidak tahu. Pada rumah tangga yang memiliki jarak > 10 meter pada sumber air minumnya, persentase terbesar adalah DI Yogyakarta sebesar 69,21%, diikuti oleh Kalimantan Selatan sebesar 68,39% dan Lampung 67,26%. Sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah Papua Barat sebesar 34,86% diikuti oleh Banten sebesar 34,98% dan Nanggroe Aceh Darussalam sebesar 39,38%. Persentase rumah tangga dengan sumber air minum dari pompa/sumur/mata air menurut tipe daerah, jarak ke tempat penampungan akhir kotoran/tinja/ terdekat dan provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.13. GAMBAR 2.7 PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN JARAK SUMBER AIR MINUM KE TPA KOTORAN/TINJA >10 METER TAHUN 2007
Sumber: BPS, Statistik Kesra Tahun 2007
16
3. Fasilitas Tempat Buang Air Besar Statistik Kesra Tahun 2007 membagi rumah tangga berdasarkan kepemilikan fasilitas tempat buang air besar yang terdiri atas: milik sendiri, milik bersama, umum, dan tidak ada. Secara nasional, persentase rumah tangga yang memiliki sendiri fasilitas tempat buang air besar sebesar 59,86%, rumah tangga yang memiliki bersama 12,95%, umum sebesar 4,33% dan tidak ada sebesar 22,85%. Persentase rumah tangga yang memiliki sendiri fasilitas tempat buang air besar di perkotaan dan perdesaan menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Persentase di perkotaan sebesar 72,08%, sedangkan di perdesaan sebesar 50,57%. Provinsi dengan persentase rumah tangga yang memiliki sendiri fasilitas tempat buang air besar tertinggi adalah Riau sebesar 80,37% diikuti oleh Kepulauan Riau sebesar 77,74% dan Kalimantan Timur sebesar 75,81%. Sedangkan persentase rumah tangga yang memiliki sendiri fasilitas tempat buang air besar terendah terdapat di Provinsi Gorontalo sebesar 29,61% diikuti oleh Nusa Tenggara Barat sebesar 35,60% dan Maluku Utara sebesar 39,93%. Persentase rumah tangga menurut fasilitas tempat buang air besar, tipe daerah dan provinsi tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 2.14. GAMBAR 2.8 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KEPEMILIKAN FASILITAS TEMPAT BUANG AIR BESAR TAHUN 2007
Sumber : BPS, Statistik Kesra Tahun 2007
Rumah tangga yang menggunakan jamban leher angsa sebesar 71,50%, cemplung/cubluk sebesar 15,57%, dan yang tidak pakai kloset sebesar 3,88%. Penggunaan jenis kloset leher angsa di perkotaan lebih besar dibanding di perdesaan. Sementara penggunaan jenis kloset cemplung/cubluk di perdesaan 5 kali lipat lebih banyak dibanding di perkotaan. Persentase rumah tangga menurut jenis kloset dan provinsi tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 2.15, 2.15.a dan Lampiran 2.15.b.
17
Berdasarkan tempat akhir pembuangan tinja, terlihat bahwa tangki septik (49,13%) merupakan tempat penampungan akhir tinja yang paling banyak digunakan rumah tangga, terutama di daerah perkotaan yang mencapai 71,06% sedangkan di daerah perdesaan sebesar 32,47%. Namun di provinsi Nusa Tenggara Timur dan Lampung sebagian besar penduduknya memilih lubang tanah sebagai tempat penampungan akhir tinja (48,20% dan 46,39%). Persentase rumah tangga menurut jenis kloset dan provinsi tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 2.16. , 2.16.a dan Lampiran 2.16.b. 4. Luas Lantai Pertambahan penduduk baik di perkotaan maupun perdesaan berdampak negatif terhadap terhadap perbandingan antara jumlah luas lantai hunian terhadap penghuni dan berkurangnya ruang terbuka pada area pemukiman. Hal ini tentu saja memiliki implikasi terhadap status kesehatan masyarakat penduduk. Jumlah penduduk sangat berpengaruh terhadap jumlah koloni kuman. Kuman yang pada umumnya adalah penyebab penyakit menular saluran napas semakin banyak bila jumlah penghuni semakin banyak. Ukuran rumah yang relatif kecil dan berdesakdesakan diketahui juga dapat mempengaruhi tumbuh kembang mental atau jiwa anakanak. Anakanak memerlukan lingkungan bebas, tempat bermain luas yang mampu mendukung daya kreatifitasnya. Dengan kata lain, rumah bila terlampau padat di samping merupakan media yang cocok untuk terjadinya penularan penyakit khususnya penyakit saluran napas juga dapat mempengaruhi perkembangan anak. Statisik Kesra tahun 2007 menunjukkan bahwa sebagian besar rumah tangga memiliki luas lantai 5099 m 2 , sebesar 44,89%, diikuti oleh rumah tangga dengan luas lantai 2049 m 2 , sebesar 35,62% dan rumah tangga dengan luas lantai 100149 m 2 sebesar 10,05%. Persentase rumah tangga menurut luas lantai tempat tinggal (m 2 ), tipe daerah, dan provinsi tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 2.17. 5. Jenis Lantai Apabila dilihat berdasarkan jenis lantai terluas yang ditempati, sebagian besar rumah tangga menempati rumah yang berlantai bukan tanah. Persentase penggunaan lantai “bukan tanah” di seluruh Indonesia sudah mencapai di atas 80%, dimana DKI Jakarta merupakan provinsi yang tertinggi dan Nusa Tenggara Timur merupakan yang terendah dengan persentase masingmasing 97,76% dan 56,81%. Bila dibandingkan menurut daerah tempat tinggal, rumah tangga di perkotaan yang lantai rumahnya bukan dari tanah lebih banyak dibandingkan dengan rumah tangga di perdesaan (94,04% berbanding 80,26%. Persentase rumah tangga menurut jenis lantai terluas, tipe daerah, dan provinsi tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 2.18. 6. Jenis Dinding Untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat juga dapat dilihat menurut penggunaan jenis dinding, yaitu berupa tembok, kayu, bambu atau lainnya. Secara nasional sebanyak 63,74% rumah tangga menggunakan dinding tembok, dengan
18
persentase tertinggi di Bali (92,41%) dan terendah di Kalimantan Tengah (12,17%). Persentase rumah tangga menurut jenis lantai terluas, tipe daerah, dan provinsi tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 2.19. E. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan, akan disajikan beberapa indikator yaitu: persentase penduduk yang menderita sakit selama bulan referensi, persentase penduduk yang berobat jalan dan mengobati sendiri selama sebulan yang lalu, menurut tempat tinggal (perkotaan dan perdesaan), persentase penduduk yang berobat jalan selama sebulan yang lalu menurut tempat/cara berobat. Indikator yang disajikan mengacu pada Statistik Kesra Tahun 2007. 1. Penduduk yang Menderita Sakit selama Sebulan Referensi Salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan derajat kesehatan penduduk adalah angka kesakitan. Berikut ini adalah tabel persentase penduduk yang menunjukkan distribusi penduduk menurut tipe daerah, jenis kelamin dan keluhan kesehatan dalam sebulan terakhir tahun 2007. Ada 3 jenis keluhan yang paling banyak disampaikan dalam sebulan terakhir pada tahun 2007, yaitu batuk (45,01%), pilek (43,67%) dan panas (36,63%). Menurut tipe daerah. persentase penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan lebih tinggi di daerah perdesaan dibandingkan dengan perkotaan. Sedangkan menurut jenis kelamin, persentase lakilaki yang mengalami keluhan kesehatan lebih besar dibandingkan perempuan untuk ketiga jenis penyakit tersebut. Secara rinci dapat dilihat dalam Tabel 2.6 berikut ini. TABEL 2.6 PERSENTASE PENDUDUK MENURUT TIPE DAERAH , JENIS KELAMIN DAN JENIS KELUHAN KESEHATAN DALAM SEBULAN TERAKHIR TAHUN 2007 Keluhan Kesehatan
Daerah/Jenis Kelamin
Panas
Perkotaan Lakilaki 36,14 Perempuan 31,82 L + P 33,96 Perdesaan Lakilaki 40,18 Perempuan 36,88 L + P 38,52 Perkotaan + Perdesaan Lakilaki 38,51 Perempuan 34,78 L + P 36,63
Batuk
Pilek
Asma
Diare/ Buang buang air
Sakit Kepala Berulang
Sakit Gigi
Keluhan lainnya
% Penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan
48,02 41,98 44,97
46,98 41,89 44,42
4,91 4,65 4,78
5,78 5,02 5,40
15,48 19,30 17,41
5,12 4,84 4,98
32,73 37,64 35,21
29,18 29,34 29,26
47,74 42,35 45,03
45,16 41,16 43,15
7,02 6,05 6,53
7,11 6,19 6,65
18,81 23,51 21,18
6,62 6,62 6,62
35,10 38,88 37,00
31,90 32,46 32,18
47,85 42,20 45,01
45,91 41,46 43,67
6,15 5,47 5,81
6,56 5,71 6,13
17,43 21,76 19,61
6,00 5,88 5,94
34,12 38,36 36,26
30,72 31,09 30,90
Sumber : BPS, Statistik Kesra Tahun 2007
19
Persentase rumah tangga menurut jenis keluhan kesehatan, tipe daerah, dan provinsi tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 2.20, 2.20.a dan Lampiran 2.20.b. Penduduk yang sakit sampai mengakibatkan terganggunya pekerjaan, sekolah atau kegiatan seharihari selama sebulan yang lalu diperoleh berdasarkan Susenas 2007 yaitu penduduk Indonesia yang sakit kurang dari 4 hari mencapai 44,94% dan yang mengalami sakit antara 47 hari sebesar 36,80%. Persentase penduduk yang menderita sakit selama bulan referensi menurut provinsi dan jumlah hari sakit dapat dilihat pada Lampiran 2.21, 2.21.a dan Lampiran 2.21.b. 2. Upaya Penduduk dalam Pencarian Pengobatan Statistik Kesra Tahun 2007 menunjukkan bahwa persentase penduduk yang memilih untuk mengobati sendiri keluhan kesehatan yang dialami selama sebulan yang lalu ternyata lebih besar dibandingkan persentase penduduk yang berobat jalan. Sebanyak 65,01% penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu memilih untuk mengobati sendiri. Sedangkan yang memilih untuk berobat jalan hanya sebesar 44,14% dari seluruh penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu. Dari seluruh penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu dan memutuskan untuk berobat jalan sebagian besar berada di Provinsi Bali, yaitu 57,71% yang diikuti oleh Sumatera Barat, 50,21% dan Nusa Tenggara Barat sebesar 48,53%. Sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah Maluku sebesar 27,61%, Kalimantan Tengah sebesar 29,35%, dan Sulawesi Tenggara sebesar 30,07%. Dalam hal keputusan untuk mengobati sendiri keluhan kesehatan yang dialami selama sebulan yang lalu, Provinsi Maluku Utara menempati urutan teratas dengan persentase sebesar 78,99%, diikuti oleh Gorontalo sebesar 77,72% dan Kalimantan Selatan sebesar 75,86%. Sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah Papua sebesar 45,98%, Nusa Tenggara Timur sebesar 51,47% dan Sulawesi Utara sebesar 55,32%. Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.22. Dari penduduk yang mengobati sendiri, 88,59% di antaranya menggunakan obat modern, 28,12% menggunakan obat tradisional dan 8,32% menggunakan jenis obat lainnya. Persentase penduduk yang mengobati sendiri selama bulan referensi menurut provinsi, jenis obat yang digunakan, dan tipe daerah Tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 2.23. 3. Tempat Penduduk Berobat Jalan Persentase penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu dan memutuskan untuk berobat jalan, dikelompokkan berdasarkan tempat berobat, yaitu Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit Swasta, Praktek Dokter, Puskesmas/Pustu (Puskesmas Pembantu), Praktek Nakes (tenaga kesehatan), Praktek Batra (Pengobatan Tradisional) dan Dukun. Menurut Statistik Kesra Tahun 2007, tempat yang paling
20
banyak dikunjungi adalah Puskesmas/Pustu yaitu sebesar 33,93%, diikuti oleh praktek Dokter sebesar 25,21%, dan Petugas Kesehatan sebesar 24,87%. GAMBAR 2.9 PERSENTASE PENDUDUK YANG BEROBAT JALAN KE PUSKESMAS/PUSTU TAHUN 2007
Sumber : BPS, Statistik Kesra Tahun 2007
Pada tahun 2007, tercatat provinsi dengan persentase penduduk yang berobat jalan ke Puskesmas/Pustu terbesar adalah Papua sebesar 65,30%, diikuti oleh Nusa Tenggara Timur sebesar 65,10% dan Sulawesi Barat 62,75%. Sedangkan provinsi dengan persentase penduduk yang berobat jalan ke Puskesmas/Pustu terendah adalah Sumatera Utara sebesar 21,93%, diikuti oleh Jawa Timur sebesar 26,20% dan Bali sebesar 26,25%. Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.24. ***
21
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Gambaran situasi derajat kesehatan masyarakat kerap dipaparkan dengan berbagai indikator yang secara garis besar terdiri dari 2 aspek yaitu mortalitas dan morbiditas. Pada Bab ini kondisi derajat kesehatan masyarakat juga digambarkan melalui dua aspek tersebut. A. MORTALITAS Kejadian kematian dalam suatu kelompok populasi dapat mencerminkan kondisi kesehatan masyarakatnya. Keberhasilan pelayanan kesehatan dan berbagai program pembangunan kesehatan lainnya juga dapat diukur melalui tingkat kematian yang ada. Pada bab ini, kita dapat melihat bagaimana gambaran kejadian kematian di Indonesia dalam periode 3 sampai 5 tahun terakhir. 1. Angka Kematian Bayi (AKB) Infant Mortality Rate atau Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tataran provinsi maupun nasional. Selain itu, programprogram kesehatan di Indonesia banyak yang menitikberatkan pada upaya penurunan AKB. Angka Kematian Bayi merujuk kepada jumlah bayi yang meninggal pada fase antara kelahiran hingga bayi belum mencapai umur 1 tahun per 1000 kelahiran hidup. Badan Pusat Statistik mengestimasikan Angka Kematian Bayi pada tahun 2007 sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan AKB tahun 20022003 yang sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup. Kecenderungan penurunan AKB dapat dipengaruhi oleh pemerataan pelayanan kesehatan berikut fasilitasnya. Pendapatan masyarakat yang meningkat juga dapat berperan melalui perbaikan gizi yang pada gilirannya mempengaruhi daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit. Gambaran perkembangan terakhir mengenai estimasi AKB dari Badan Pusat Statistik dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini.
22
GAMBAR 3.1 ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP TAHUN 1991 S.D TAHUN 2007
Sumber: BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
AKB pada tahuan 2007 menunjukkan angka terendah dimiliki oleh provinsi DIY sebesar sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti Nanggroe Aceh Darussalam sebesar 25 per 1.000 kelahiran hidup dan Kalimantan Timur sebesar 26 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB tertinggi dimiliki oleh Provinsi Sulawesi Barat sebesar 74, diikuti oleh Nusa Tenggara Barat sebesar 72 dan Sulawesi Tengah sebesar 60 per 1.000 kelahiran hidup Jumlah kematian bayi, jumlah lahir mati dan jumlah kelahiran hidup di rumah sakit dalam kurun waktu 20022006 berfluktuasi. Gambaran tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut. TABEL 3.1 JUMLAH KEMATIAN BAYI DAN KELAHIRAN HIDUP DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2002 – 2006 Tahun
Jumlah RS
2002 2003 2004 2005 2006
1.215 1.234 1.246 1.268 1.292
Jumlah Lahir Mati 5.381 3.160 3.321 3.220 3.041
Jumlah Kelahiran Hidup di Rumah Sakit 127.053 135.094 109.297 132.745 116.991
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI
Distribusi Angka Kematian Bayi menurut provinsi di Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 3.1 2. Angka Kematian Balita (AKABA) Angka Kematian Balita atau AKABA menggambarkan peluang untuk meninggal pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa AKABA pada tahun 2007 sebesar 44 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini lebih rendah dibandingkan AKABA pada tahun 20022003 yang sebesar 46 per 1.000 kelahiran hidup. Gambaran perkembangan AKABA pada tahun 1991 – 2007 disajikan pada Tabel 3.2 berikut ini.
23
GAMBAR 3.2 ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA) PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP DI INDONESIA TAHUN 1991 – 2007
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008
Provinsi dengan AKABA tertinggi adalah Sulawesi Barat sebesar 96 per 1000 kelahiran hidup, diikuti oleh Maluku sebesar 93 dan Nusa Tenggara Barat sebesar 92 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan AKABA terendah dimiliki oleh Provinsi DIY sebesar 22 per 1000 kelahiran hidup, diikuti oleh Jawa Tengah sebesar 32 dan Kalimantan Tengah sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup Gambaran AKABA yang disajikan lebih rinci berdasarkan provinsi terdapat pada Lampiran 3.1 3. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) Angka Kematian Ibu Maternal bersama dengan Angka Kematian Bayi senantiasa menjadi indikator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. AKI mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007 menyebutkan bahwa AKI tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini turun dibandingkan tahun AKI 2002 yang mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup. Pada Gambar 3.3 berikut nampak bahwa AKI pada periode 19922007 menampilkan kecenderungan penurunan. GAMBAR 3.3 ANGKA KEMATIAN IBU (PER 100.000 KELAHIRAN HIDUP) TAHUN 19942007
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008
24
Sedangkan jumlah kematian ibu maternal dan jumlah kelahiran hidup di rumah sakit pada tahun 2002 2006 dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut. TABEL 3.2 JUMLAH KEMATIAN IBU MATERNAL DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2002 – 2006 Tahun 2002 2003 2004 2005 2006
Jumlah Kematian Ibu 649 153 956 116 237
Jumlah Lahir Hidup 127.053 135.094 109.297 132.745 116.991
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007
4. Angka Kematian Kasar (AKK) Angka Kematian Kasar (AKK) yang diestimasikan berdasarkan hasil SUPAS 2005, menyebutkan bahwa, AKK tahun 2007 sebesar 6,9 per 1000 penduduk. Angka ini tidak berubah sejak tahun 2005. Sedangkan jumlah seluruh kematian di rumah sakit pada periode 20012006 berada pada kisaran 3,24,7%. TABEL 3.3 ANGKA KEMATIAN DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2001 2006 Tahun
2001 2002 2003 2004 2005 2006
Jumlah Pasien Keluar 2.597.512
Jumlah Mati
%
82.440
3,2
2.346.136
88.441
3,8
2.270.657
81.943
3,6
2.140.954
99.615
4,7
2.561.106
85.567
3,3
2.233.204
84.214
3,8
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007
Tabel 3.4 berikut ini menjelaskan penyebab kematian terbanyak pada penderita rawat inap di rumah sakit pada tahun 2006.
25
TABEL 3.4 10 PENYAKIT UTAMA PENYEBAB KEMATIAN MENURUT DTD DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006 Jumlah Mati
% [a]
No
DTD
ICD
Sebab Sakit
1
155
I 64
Stroke tidak menyebut perdarahan atau infark
4.377
5,20
2 3
153 55
I 60 I 62 A 09
3.677 2.716
4,37 3,23
4
246
P 05 P 07
2.578
3,06
5 6
17 214.9
2.539 2.521
3,01 2,99
7 8 9 10
278 169 104,9 032.1
A 40 A 41 N 17.0.2.9 N 19 S 06 J 12 J 18 E 14 A 91
Perdarahan intrakranial Diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis infeksi) Pertumbuhan janin lamban malnutrisi janin dan gangguan yang berhubungan dengan kehamilan pendek dan berat badan lahir rendah Septisemia Gagal ginjal lainnya Cedera intrakranial Pneumonia Diabetes melitus YTT Demam berdarah dengue
2.519 2.459 2.384 2.223
2,99 2,92 2,83 2,64
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007 Keterangan: [a] persen terhadap total kematian di rumah sakit
Pada tabel 3.4 nampak bahwa stroke (tanpa menyebut perdarahan atau infark) merupakan penyakit yang menempati urutan teratas sebagai penyakit utama penyebab kematian di rumah sakit dengan persentase 5,2%. Sedangkan perdarahan intrakranial serta diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis infeksi) menempati urutan ke2 dan ke3. 5. Umur Harapan Hidup Waktu Lahir Selain AKB dan AKI, Umur Harapan Hidup (UHH) juga digunakan untuk menilai derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat baik kabupaten/kota, provinsi, maupun negara. UHH juga menjadi salah satu indikator dalam mengukur Indeks Prestasi Manusia. Adanya perbaikan pada pelayanan kesehatan melalui keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan dapat diindikasikan dengan adanya peningkatan angka harapan hidup saat lahir. Badan Pusat Statistik mengestimasikan UHH tahun 2007 sebesar 69,09. Estimasi angka harapan hidup waktu lahir tahun 20002025 dapat dilihat pada Diagram berikut.
26
GAMBAR 3.4 ESTIMASI ANGKA HARAPAN HIDUP WAKTU LAHIR (UHH) TAHUN 2000 – 2025
Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia 20002025
Provinsi dengan estimasi UHH tertinggi pada tahun 2007 adalah DIY sebesar 74,56 yang diikuti oleh DKI Jakarta sebesar 74,42 dan Bali sebesar 73,29 tahun. Sedangkan Nusa Tenggara Barat menjadi provinsi dengan UHH terendah sebesar 63,25 tahun yang diikuti oleh Maluku Utara sebesar 66,38 tahun dan Sulawesi Tengah sebesar 66,48 tahun. Informasi lebih rinci terdapat pada Lampiran 3.1. B. MORBIDITAS Tingkat kesakitan suatu negara juga mencerminkan situsai derajat kesehatan masyarakat yang ada di dalamnya. Bahkan tingkat morbiditas penyakit menular tertentu yang terkait dengan komitmen internasional senantiasa menjadi sorotan dalam membandingkan kondisi kesehatan antar negara. Pada bab ini disajikan gambaran morbiditas penyakitpenyakit menular dan tidak menular yang dapat menjelaskan keadaan derajat kesehatan masyarakat di Indonesia sepanjang tahun 2007. Infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya merupakan penyakit yang menempati urutan teratas pada 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit tahun 2006, dengan persentase 9,32%. Tabel 3.5 berikut menyajikan pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit.
27
TABEL 3.5 POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT TAHUN 2006 No 1 2 3 4 5
DTD
Golongan Sebab Sakit
167 145 268 199.9 270.9
Infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya Hipertensi esensial (primer) Demam yang sebabnya tidak diketahui Penyakit kulit dan jaringan subkutan lainnya Gejala tanda dan penemuan klinik dan laboratorium tidak normal lainnya YTK di tempat lain 6 281 Cedera YDT lainnya YTT dan daerah badan multipel 7 007.1 Tuberkulosis paru lainnya 8 294.0 Pengawasan kehamilan normal 9 104.9 Diabetes melitus YTT 10 5 Diare & gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis Inf.) Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007
Jumlah Kunjungan 960.460 480.922 409.632 403.270 397.478
9,32 4,67 3,98 3,91 3,86
347.345 346.906 343.786 342.246 333.066
3,37 3,37 3,34 3,32 3,23
%
Gambaran pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 3.6 di bawah ini. TABEL 3.6 POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT TAHUN 2006 No 1
DTD 5
2 3 4
032.1 2 242.9
ICD A 09
Golongan Sebab Sakit Diare & gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis inf.) Demam berdarah dengue Demam tifoid dan paratifoid Penyulit kehamilan dan persalinan lainnya
A 91 A 01 O 20O 23, O 25 O 29, O 61O 63 O 67, O 6971, O 73 O 75, O81O 83 5 278 S 06 Cedera intrakranial 6 268 R 50 Demam yang sebabnya tidak diketahui 7 281 Cedera YDT lainnya YTT dan daerah badan Multipel 8 169 J 12 J 18 Pneumonia 9 43 B 50 B 54 Malaria (termasuk semua jenis malaria) 10 185 K 30 Dispepsia Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007
Jumlah Pasien
%
177.517
7,95
81.392 72.804 63.580
3,64 3,26 2,85
48.645 46.175 46.081
2,18 2,07 2,06
37.634 36.865 34.029
1,69 1,65 1,52
Tabel 3.6 menunjukkan bahwa penyakit terbanyak yang diderita oleh pasien rawat inap didominasi oleh penyakit infeksi. Diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu merupakan penyakit terbanyak pada pasien rawat inap, dengan persentase 7,95%. Sedangkan demam berdarah dengue serta demam tifoid dan paratifoid berada pada urutan ke2 dan ke3 dengan persentase 3,64% dan 3,26%. Gambaran persentase 10 penyakit utama pada pasien rawat inap di rumah sakit terdapat pada Lampiran 3.4. Sedangkan distribusi pasien menurut Bab ICDX pada pasien rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit Indonesia tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.3 dan 3.4. Gambaran penyakit menular yang perlu mendapatkan perhatian, seperti penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), dan penyakit potensial KLB/wabah, serta situasi penyakit tidak menular diuraikan pada beberapa sub bab berikut ini. 28
1. Penyakit Menular Situasi penyakit menular yang digambarkan pada sub bab ini meliputi Malaria, TB Paru, HIV/AIDS, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Kusta, penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), penyakit potensial wabah, Rabies, Filariasis, Frambusia, dan Antraks. a. Penyakit Malaria Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya penurunan kasusnya terkait dengan komitmen internasional dalam MDGs. Pada tataran provinsi maupun nasional malaria masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat yang berarti. Angka kesakitan malaria dalam kurun waktu 20002007 menunjukkan kecenderungan penurunan. Pada tahun 2000 angka kesakitan malaria sebesar 51,6 per 1000. Angka ini turun menjadi 44,7 pada tahun 2001, yang kemudian terus turun secara signifikan hingga mencapai level 16,44 per 1.000 penduduk pada tahun 2007. Target dan angka kesakitan malaria selama periode tahun 2000 – 2007 secara rinci dapat dilihat pada diagram garis berikut. GAMBAR 3.5 SITUASI ANGKA KESAKITAN MALARIA TAHUN 2000 – 2007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI
Kecederungan fluktuatif ditunjukkan oleh Angka Kematian Malaria pada periode tahun 2000 – 2007. Peningkatan yang tajam terjadi pada rentang 20012003, ketika CFR tahun 2001 sebesar 1,4 % yang kemudian naik secara signifikan menjadi 4,9% pada tahun 2003. Pada tahun 2004 angka ini turun tajam menjadi 1,68%. CFR turun hingga berada pada level 0,56 % pada tahun 2007. Angka ini melebihi target tahun 2007 sebesar 0,4%. Gambar 3.6 berikut menjelaskan dengan lebih rinci.
29
GAMBAR 3.6 SITUASI ANGKA KEMATIAN MALARIA TAHUN 2000 – 2007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI
Upaya penanggulangan penyakit malaria di Indonesia dapat dipantau dengan menggunakan indikator Annual Parasite Incidence (API) untuk JawaBali dan Annual Malaria Incidence (AMI) untuk luar JawaBali. Tren API dan AMI selama kurun waktu 20002007 dapat dilihat pada gambar berikut 3.7 berikut. GAMBAR 3.7 ANNUAL PARASITE INCIDENCE MALARIA (‰) DAN ANNUAL MALARIA INCIDENCE (‰), TAHUN 2000 – 2007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI
Pada gambar 3.7 dapat diketahui baik API maupun AMI menunjukkan kecenderungan penurunan selama periode 20002007. API tahun 2000 yang berada pada angka 0,81 per 1000 penduduk terus turun hingga 0,15 per 1000 penduduk pada tahun 2004. Angka ini meningkat menjadi 0,19 pada tahun 2006, untuk kemudian kembali turun hingga berada pada level 0,16 per 1000 penduduk pada tahun 2007. Kecenderungan penurunan juga ditunjukkan oleh AMI. Pada periode tahun 20002004 AMI turun secara signifikan dari 31,09 menjadi 21,2 per 1000 penduduk. Angka ini naik pada tahun 2005 menjadi 24,75, dan kemudian kembali turun hingga mencapai 19,67 per 1000 penduduk.
30
Gambaran kesakitan malaria di Indonesia pada tahun 2007 menunjukkan pola yang tidak jauh berbeda dengan tahun 2006. Provinsi di luar Jawa dan Bali yang memiliki AMI tertinggi adalah Papua Barat sebesar 346,04 per 1000 penduduk diikuti oleh Papua sebesar 176,84 per 1000 penduduk dan Maluku Utara sebesar 92,04 1000 penduduk. Sedangkan untuk wilayah Jawa dan Bali, API tertinggi adalah provinsi Bali sebesar 0,42 per 1000 penduduk yang diikuti oleh Jawa Barat sebesar 0,37 per 1000 penduduk dan Jawa Timur sebesar 0,18 per 1000 penduduk. Gambaran API dan AMI di seluruh provinsi di Indonesia terdapat pada Lampiran 3.5 dan 3.6 b. Penyakit TB Paru Millenium Development Goals (MDGs) menjadikan penyakit TB paru sebagai salah satu penyakit yang menjadi target untuk diturunkan, selain malaria dan HIV/AIDS. Pada level nasional berbagai upaya telah dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini, diantaranya melalui program Directly Observed Treatment Shortcourse Chemotherapy (DOTS). Angka Insiden kasus baru BTA + per 100.000 penduduk di Indonesia menunjukkan kecenderungan penurunan selama kurun waktu tahun 20002006. Pada tahun 2000 Angka Insiden sebesar 126 per 100.000 peduduk, angka ini terus turun hingga mencapai level 104 per 100.000 penduduk pada tahun 2006. Penurunan ini tidak terlepas dari adanya program pengendalian Penyakit TB GAMBAR 3.8 ANGKA INSIDENS KASUS BARU BTA+ PER 100.000 PENDUDUK DI INDONESIA TAHUN 2000 2006
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI
Jumlah kasus menular TB sepanjang tahun 2007 diperkirakan sebesar 232.358 kasus. Sedangkan cakupan penemuan semua kasus TB paru sebesar 268.042 kasus. Kasus TB paru BTA positif pada tahun tersebut sebesar 160.617 kasus dengan Angka Penemuan Penderita/Case Detection Rate (CDR) sebesar 69,12%. Angka ini lebih rendah dibandingkan tahun 2006 yang sebesar 75,7%. Pencapaian tahun 2007 hampir mendekati global target 70%. Gambar berikut menampilkan CDR nasional dan provinsi di Indonesia pada tahun 2007. 31
GAMBAR 3.9 CAKUPAN PENEMUAN KASUS BARU TB BTA POSITIF (CDR) PER PROVINSI TAHUN 2007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI
Pada gambar 3.9 nampak bahwa terdapat 3 provinsi dengan cakupan penemuan penderita tertinggi yaitu DKI Jakarta sebesar 88,14%, Sulawesi Utara sebesar 81,36% dan Banten sebesar 74,62%. Sedangkan provinsi dengan cakupan penemuan penderita terendah antara lain Kalimantan Tengah cakupan 24,69%, diikuti oleh Riau sebesar 28,47% dan Kalimantan Timur sebesar 30,38%. Jika dilakukan pengamatan selama periode 20032007, cakupan penemuan penderita menunjukkan peningkatan. Namun terdapat penurunan tingkat penemuan kasus pada tahun 2007, dari 76% menjadi 69%. Gambar berikut menyajikan tren CDR dan Success Rate (SR) selama periode 20032007. GAMBAR 3.10 PENEMUAN KASUS BARU DAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TB INDONESIA TAHUN 2003 – 2007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI, 2008
32
Pada gambar 3.10 nampak bahwa angka keberhasilan pengobatan cenderung mengalami peningkatan. Dalam 4 tahun terakhir, SR telah melampaui target yang diinginkan sebesar 85%. TABEL 3.7 PROPORSI KASUS TB PARU MENURUT TIPE (JENIS) TAHUN 20032007 Tolak Ukur Tahun /Kegiatan 2003 2004 2005 2006 BTA Positif 0,52 0,60 0,60 0,60 BTA Negatif 0,43 0,36 0,32 0,32 Relaps/Kambuh 0,02 0,02 0,02 0,01 Ekstra Paru 0,03 0,02 0,06 0,02
2007 0,58 0,37 0,01 0,03
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI, 2008
Tabel diatas menggambarkan proporsi kasus TB paru menurut tipe yang terdiri dari BTA Positif, BTA negatif, relaps/kambuh dan ekstra paru. BTA positif pada tahun 2007 turun dibandingkan tahun sebelumnya, dari 0,6 pada tahun 2006 menjadi 0,58. Sedangkan proporsi BTA negatif dan ekstra paru justru meningkat dibandingkan tahun 2006. Proporsi ekstra paru tahun 2007 sama besar dengan tahun sebelumnya sebesar 0,01. GAMBAR 3.11 PROPORSI KASUS TB PARU MENURUT TIPE (JENIS) TAHUN 2007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI, 2008
Gambaran lebih rinci per provinsi mengenai cakupan penemuan kasus, jumlah kasus baru BTA positif, serta jumlah kasus BTA positif menurut umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Lampiran 3.7, 3.8, dan 3.9. c. Penyakit HIV/AIDS Penyakit HIV/AIDS telah sejak lama menyita perhatian berbagai kalangan, tidak hanya yang terkait dengan domain kesehatan saja. Kasus penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh ini, di Indonesia senantiasa meningkat dari tahun ke tahun. Angka yang dirilis oleh Ditjen PP&PL Depkes menyebutkan bahwa hingga Desember 2007, pengidap 33
HIV positif berjumlah 6.066 orang dengan penderita AIDS sebanyak 11.141 orang. Selama 1 dasawarsa terakhir (19972007) peningkatan kasus AIDS terjadi lebih dari 40 kali. Berbagai upaya penanggulangan telah ditempuh, namun tidak mampu membendung peningkatan kasus yang terjadi. Permasalahan ini tidak dapat dipungkiri bertalian dengan mobilitas penduduk yang meningkat pesat disertai peningkatan perilaku seksual yang tidak aman dan penggunaan NAPZA suntik yang semakin meluas. Laporan triwulan AIDS Ditjen PP&PL Depkes menyebutkan bahwa jumlah kasus baru AIDS sepanjang tahun 2007 sebesar 2.947 kasus. Kasus terbanyak dilaporkan terjadi pada triwulan I sebesar 794. Pada tataran provinsi, Papua memiliki case rate tertinggi sebesar 72,71 per 100.000 penduduk diikuti oleh DKI Jakarta sebesar 33,45 dan Bali sebesar 21,07. Kasus meninggal dunia dilaporkan sebanyak 2.369. Gambaran lebih rinci mengenai kasus kumulatif AIDS dan yang meninggal serta case rate AIDS per 100.000 penduduk dan jumlah kasus baru AIDS per triwulan terdapat pada Lampiran 3.10 dan 3.12. GAMBAR 3.12 JUMLAH KASUS BARU DAN KUMULATIF PENGIDAP HIV YANG TERDETEKSI DARI BERBAGAI SARANA KESEHATAN TAHUN 2001 – 2007
GAMBAR 3.13 JUMLAH KASUS BARU DAN KUMULATIF PENDERITA AIDS YANG TERDETEKSI DARI BERBAGAI SARANA KESEHATAN TAHUN 2001 – 2007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI, 2008
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI, 2008
Persentase kasus AIDS yang pengguna NAPZA suntik tahun 2007 sebesar 49,9%. Banten merupakan provinsi dengan persentase tertinggi sebesar 84,3% diikuti oleh Jawa Barat sebesar 81% dan Lampung sebesar 78,9%. Bahkan sampai dengan 31 Desember 2007, persentase kasus AIDS menurut cara penularan menunjukkan bahwa cara penularan melalui jarum suntik menempati persentase tertinggi sebesar 49,9%. Gambaran kasus AIDS yang menggunakan NAPZA menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 3.11
34
GAMBAR 3.14 PROPORSI PENDERITA AIDS SECARA KUMULATIF (%) MENURUT CARA PENULARAN S.D. TAHUN 2007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI, 2008
Pada gambar diatas nampak bahwa penggunaan narkoba suntik memiliki persentase tertinggi sebesar 49,9% diikuti oleh hubungan seksual pada heteroseksual sebesar 41,9% dan hubungan seksual sejenis (homoseksual) sebesar 3,9%. Penderita AIDS masih didominasi oleh kelompok lakilaki dengan proporsi 79,6% berbanding 19,8% terhadap perempuan. GAMBAR 3.15 PROPORSI PENDERITA AIDS SECARA KUMULATIF MENURUT KELOMPOK UMUR S.D. TAHUN 2007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI, 2008
Pada gambar 3.15 nampak bahwa distribusi penderita AIDS paling banyak terdapat pada kelompok umur 2029 tahun sebesar 54,05% diikuti oleh kelompok umur 3039 tahun sebesar 27,96% dan kelompok umur 4049 tahun sebesar 8.03%. Jika kita menilik pada pengelompokan faktor risiko menurut cara penularan, penggunaan narkoba suntik dan hubungan seksual memiliki prorporsi terbesar. Sejalan dengan hal tersebut kelompok umur 2049 tahun merupakan kelompok usia produktif dan aktif secara seksual. Jika selama ini intervensi banyak dilakukan pada domain penularan melalui hubungan seksual, kini upaya promotif dan preventif pada kelompok pengguna narkoba suntik perlu dioptimalkan lagi.
35
Persebaran kantungkantung wilayah penderita AIDS terdapat pada gambar berikut. GAMBAR 3.16 CASE RATE KUMULATIF KASUS AIDS PER 100.000 PENDUDUK MENURUT PROVINSI TAHUN 2007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI, 2008
d. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) kerap bertengger pada urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita. Selain itu, ISPA juga sering berada dalam pada daftar 10 penyakit terbanyak di Rumah Sakit. Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan Pneumonia sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian bayi. Pada survei yang sama menyebutkan bahwa sebanyak 23,6% kematian pada balita disebabkan oleh penyakit ini, yang merupakan proporsi terbesar dari seluruh penyebab kematian pada balita. Dalam 1 dasawarsa terakhir (19972007), cakupan penemuan penderita balita hingga saat ini masih belum mencapai target nasional sebesar 66%. GAMBAR 3.17 CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA BALITA TAHUN 19972007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI, 2008
36
Pada gambar 3.17 nampak bahwa cakupan penemuan pneumonia pada balita tahun 2007 bahkan lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 21,52%. Cakupan penemuan pneumonia pada balita di 33 provinsi di Indonesia digambarkan pada diagram batang berikut. GAMBAR 3.18 CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA BALITA BERDASARKAN PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI, 2008
Pada tahun 2007, provinsi yang memiliki cakupan penemuan penumonia pada balita tertinggi adalah Nusa Tenggara Barat sebesar 61,38% yang diikuti oleh Kepulauan Bangka Belitung sebesar 56,1% dan Kalimantan Selatan sebesar 55,47%. Sepanjang tahun 2007 ditemukan penderita pneumonia pada balita sebanyak 477.420. Informasi lebih rinci mengenai kasus pneumonia pada balita berdasarkan provinsi di Indonesia terdapat pada Lampiran 3.13 e. Penyakit Kusta Indonesia telah mencapai eliminasi penyakit kusta sejak bulan Juni tahun 2000. Namun demikian penyakit infeksi ini masih saja menjadi permasalahan kesehatan masyarakat yang berarti, terbukti dengan adanya kecenderungan peningkatan angka prevalensi kusta selama periode 20002007. Bahkan pada tataran global, Indonesia menjadi negara penyumbang kusta terbesar ketiga setelah India dan Brasil. Strategi Global WHO menetapkan indikator eliminasi kusta yaitu angka penemuan penderita (NCDR) yang menggantikan indikator utama sebelumnya yaitu angka penemuan penderita terdaftar (prevalensi rate < 1/10.000 penduduk)
37
GAMBAR 3.19 PREVALENSI DAN ANGKA PENEMUAN PENDERITA BARU DI INDONESIA TAHUN 2007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI, 2008
Pada gambar di atas nampak bahwa sejak tahun 2000 NCDR menampilkan tren yang meningkat. Namun sejak tahun 2005, NCDR turun dari 0,9 menjadi 0,83 pada tahun 2006 lalu kembali turun pada tahun 2007 menjadi 0,78 per 10.000 penduduk. Jumlah penderita baru yang ditemukan sepanjang tahun 2007 sebesar 17.726 dengan rincian Pausi Basiler (PB) sebanyak 3.643 penderita dan Multi Basiler (MB) sebanyak 14.083 penderita. Pada peta berikut nampak bahwa kantungkantung kusta sebagian besar terdapat di wilayah Indonesia timur. GAMBAR 3.20 ANGKA PENEMUAN PENDERITA BARU (NCDR) DI INDONESIA TAHUN 2007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI, 2008 Sedangkan prevalensi kusta menunjukkan kecenderungan peningkatan. Pada tahun 2000 prevalensi sebesar 0,86 per 10.000 penduduk menjadi 1,05 per 10.000 penduduk pada tahun 2007. Berdasarkan distribusi per provinsi, prevalensi kusta tertinggi terdapat di provinsi Papua Barat sebesar 9,69 diikuti oleh Maluku Utara sebesar 6,66 dan Papua sebesar 4,42 per 10.000 penduduk. Situasi penyakit kusta menurut provinsi terdapat pada Lampiran 3.14
38
Dalam upaya penanggulangan penyakit kusta di Indonesia digunakan angka proprosi cacat tingkat II (kecacatan yang dapat dilihat dengan mata) dan proporsi anak diantara kasus baru. Angka proprosi cacat tingkat II digunakan untuk menilai kinerja petugas dalam upaya penemuan kasus. Angka proporsi cacat tingkat II yang tinggi mengindikasikan adanya keterlambatan dalam penemuan penderita yang dapat diakibatkan rendahnya kinerja petugas dan rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai tandatanda dini penyakit kusta. Sedangkan indikator proprosi anak di antara kasus baru mampu merepresentasikan penularan kusta yang masih terjadi di masyarakat. GAMBAR 3.21 PROPORSI CACAT TINGKAT II DAN PROPORSI ANAK DI ANTARA KASUS BARU DI INDONESIA TAHUN 2007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI, 2008
Pada tahun 2007 angka kecacatan tingkat II di Indonesia mencapai 8,8%. Angka ini masih berada di atas indikator program sebesar 5%. Kalimantan Barat merupakan provinsi dengan persentase kecacatan tingkat II tertinggi sebesar 19,3% yang diikuti oleh Riau sebesar 18,7% dan Sumatera Utara sebesar 17,8%. Masih adanya penularan kusta pada masyarakat di Indonesia yang tercermin oleh proprosi penderita berumur 014 tahun menunjukkan angka 10,2%. Persentase ini juga masih diatas indikator program sebesar 5%. Persentase tertinggi berada pada provinsi Riau sebesar 40%, diikuti oleh Maluku Utara sebesar 20% dan Papua sebesar 16,3%. Angka penemuan penderita baru, kecacatan dan proporsi pada umur 014 tahun menurut provinsi di Indonesia tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 3.15 Tabel berikut menjelaskan gambaran penderita kusta selama 5 tahun terakhir. TABEL 3.8 JUMLAH PENDERITA KUSTA MENURUT TIPE DAN ANGKA PENEMUAN PENDERITA (NCDR) PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2003 – 2007
Tahun Jumlah Kasus Tipe PB 15.549 3.594 2003 16.572 3.615 2004 18.735 3.859 2005 18.300 3.550 2006 17.726 3.643 2007 Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI
39
Tipe MB 11.956 12.957 14.876 14.750 14.083
NCDR (per 100.000) 7,29 7,80 8,68 8,35 7,84
f. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) PD3I (penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi) merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas/ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi. Penyakit yang termasuk kelompok PD3I yang dibahas dalam bab ini mencakup Difteri, Tetanus, Tetanus Neonatorum, Campak, dan Polio. 1) Tetanus Neonatorum Kejadian Tetanus Neonatorum dapat dicegah dengan upayan pertolongan persalinan yang higienis ditunjang dengan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada ibu hamil. Kasus tetanus neonatorum yang terjadi pada tahun 2007 sebanyak 141 kasus dengan 74 orang meninggal. Jumlah kasus tetanus neonatorum dan faktor risikonya menurut provinsi tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 3.16.a dan 3.16.b 2) Campak Frekuensi Kejadian Luar Biasa (KLB) campak dalam kurun waktu tiga tahun terakhir adalah sebesar 72 pada tahun 2005, 86 pada tahun 2006, dan 114 pada tahun 2007. TABEL 3.9 FREKUENSI KLB DAN KASUS CAMPAK TAHUN 2005 2007
Tahun Fr Frekuensi KLB
Kasus
72 3262 2005 86 1595 2006 114 2408 2007 Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI
Tabel 3.9 menunjukkan bahwa frekuensi KLB meningkat dalam tiga tahun terakhir. Jumlah kasus penyakit campak dan status vaksinasi campak menurut kelompok umur dan provinsi tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 3.17. Sedangkan frekuensi dan jumlah kasus pada KLB Campak menurut provinsi terdapat pada Lampiran 3.18. 3) Difteri Pelaksanaan program imunisasi terbukti efektif dalam menurunkan kasus penyakit Difteri. Sepanjang tahun 2005, KLB Difteri terjadi sebanyak 29 kali dengan jumlah kasus 65 dan CFR sebesar 13,85%. Frekuensi KLB pada tahun 2006 turun secara signifikan menjadi 5 kali dengan 15 kasus dan CFR sebesar 6,67%.
40
TABEL 3.10 FREKUENSI KLB, JUMLAH KASUS DAN CFR DIFTERI TAHUN 2002 – 2006
Tahun
Frekuensi KLB Kasus 43 60 2002 54 86 2003 34 106 2004 29 65 2005 5 15 2006 Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI, 2007
CFR (%) 13 23 9,4 13,85 6,67
Jumlah kasus penyakit difteri dan vaksinasi difteri menurut kelompok umur dan provinsi tahun 2007 terdapat pada Lampiran 3.19. 4) Polio dan AFP(Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu Akut) AFP berbeda dengan polio. AFP merupakan penyakit yang ditandai dengan lumpuh layuh akut. Jumlah kasus AFP hingga tahun 2007 sebesar 1.554, dengan AFP rate per 100.000 penduduk 0,68 dan non polio AFP rate per 100.000 penduduk sebesar 2,53. AFP rate per 100.000 penduduk tertinggi terdapat pada provinsi Gorontalo sebesar 1,69 diikuti oleh Papua Barat sebesar 1,3 dan Sumatera Selatan sebesar 1,05. GAMBAR 3.22 AFP RATE PER PER 100.000 PENDUDUK DI INDONESIA TAHUN 2007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI, 2008
Pada tahun 2005, dunia dikejutkan dengan temuan kasus virus polio liar di Cidahu, kabupaten Sukabumi, Jawa Barat mengingat sejak lama Indonesia telah dinyatakan bebas dari Polio. Selama periode Juli 2005 Juni 2006 di Indonesia telah ditemukan kasus AFP yang mengandung virus polio liar sebanyak 305 orang.
41
TABEL 3.11 PENEMUAN VIRUS POLIO LIAR PADA KASUS AFP MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 20052006
No
Provinsi
AFP
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Banten
233 317 79 202
Virus Polio Liar (+) 161 59 26 20
Jawa Barat Lampung Jawa Tengah 274 Jawa Timur 54 Sumatera Utara 36 NAD 50 Sumatera Selatan 71 DKI Jakarta 35 Riau 1351 Total Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI, 2007
Kontak Meninggal (+) 8 0 35 0 0 5
11
0
10
0
6
0
5
0
4
1
0
3
0
305
41
8
Pada tabel 3.11 nampak bahwa sejak ditemukannya virus polio liar di Sukabumi Jawa Barat, hingga Juni 2006 terdapat 10 provinsi dengan temuan kasus AFP yang mengandung virus polio liar yang berjumlah 305 orang. Terdapat 8 kasus meninggal di Provinsi Banten selama rentang waktu tersebut. Peta berikut menggambarkan persebaran wilayah penemuan kasus AFP yang mengandung virus polio liar sejak tahun 2005. Sedangkan sepanjang tahun 2007 tidak ditemukan virus polio liar pada kasus AFP yang dilaporkan. GAMBAR 3.23 WILAYAH KASUS AFP YANG MENGANDUNG VIRUS POLIO LIAR DI INDONESIA TAHUN 20052006
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI, 2008
Jumlah kasus AFP menurut kriteria klasifikasi klinis dan provinsi tahun 2007 terdapat pada Lampiran 3.20.dan 3.21.
42
g. Penyakit Potensial KLB/Wabah Penyakit menular tertentu memiliki potensi menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB), seperti Demam Berdarah Dengue, Diare, dan Chikungunya. Uraian berikut menjelaskan situasi penyakitpenyakit tersebut pada tahun 2007. 1) Demam Berdarah Dengue Penyakit demam berdarah dengue mulai menjangkiti indonesia sejak tahun 1968. Sejak itu penyakit yang diakibatkan oleh virus dengue ini telah menyebar ke seluruh provinsi di Indonesia dan menjadi permasalahan kesehatan masyarakat yang berarti. Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus ini kerap menimbulkan kepanikan di masyarakat karena penyebarannya yang cepat dan potensinya yang menyebabkan kematian. Sepanjang tahun 2007 dilaporkan terjadi 158.115 kasus. Incidence Rate (IR) pada tahun 2007 sebesar 71,78 per 100.000 penduduk dengan CFR sebesar 1,01%. Provinsi DKI Jakarta merupakan wilayah dengan IR tertinggi sebesar 392,64 per 100.000 penduduk. Provinsi lain dengan IR tinggi yaitu Bali sebesar 193,18 dan Kalimantan Timur sebesar 193,15 per 100.000 penduduk. Provinsi dengan angka kematian tertinggi sepanjang tahun 2007 adalah Papua sebesar 3,88% diikuti oleh provinsi Maluku Utara dan Bengkulu masingmasing sebesar 2,55%. GAMBAR 3.24 INCIDENCE RATE DBD PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2003 – 2007
GAMBAR 3.25 CASE FATALITY RATE DBD TAHUN 2003 – 2007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI
Pada 2 gambar diatas nampak bahwa angka insiden DBD dalam 5 tahun terakhir meningkat secara signifikan. Pada tahun 2003 IR berada pada level 23,87 per 100.000 penduduk. Angka ini terus merangkak naik hingga mencapai 71,78 per 100.000 penduduk pada tahun 2007. Sedangkan angka kesakitan dalam 5 tahun terakhir menunjukkan kecenderungan penurunan. Puncak peningkatan kasus pada tahun 2007 terjadi pada bulan JanuariFebruari. Kasus kembali menurun pada bulan Maret yang kemudian mencapai level terendah pada bulan SeptemberOktober. Sepanjang tahun 2007 terdapat 11 provinsi yang dilanda KLB DBD, yaitu ; Jawa Barat, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Kaltim, Sulsel, Sulteng, Jatim, Banten dan DI Yogyakarta.
43
GAMBAR 3.26 SITUASI KLB DEMAM BERDARAH DENGUE DI INDONESIA TAHUN 2007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI, 2008
Jumlah penderita, angka kematian, dan angka insiden penyakit DBD menurut provinsi pada tahun 2003 – 2007 dapat dilihat pada Lampiran 3.23. Sedangkan jumlah kabupaten/kota yang terjangkit penyakit DBD menurut provinsi tahun 2005 – 2007 dapat dilihat pada Lampiran 3.24 2). Diare Pada tahun 2007 terdapat 3.661 penderita dengan jumlah kasus meningal 46 orang (CFR=1,3%). Angka CFR ini turun secara signifikan dibandingkan tahun 2006 dengan CFR 2,52%. Tingkat kematian akibat diare dapat diturunkan dengan adanya tata laksana yang tepat dan cepat, diantaranya melalui pelatihan petugas yang diintegrasikan dengan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit). Selain itu juga dapat dilakukan pengamatan tatalaksana diare ke Puskesmas sentinel. Jumlah provinsi yang dilanda KLB pada tahun 2007 sebanyak 8 provinsi. Jumah ini turun drastis dibandingkan tahun 2006, ketika terdapat 16 provinsi dengan KLB diare. Jumlah provinsi dengan KLB diare, jumlah kasus, meninggal dan angka kematian akibat diare selama tahun 20042007 terdapat pada tabel 3.12 berikut. TABEL 3.12 KLB PENYAKIT DIARE MENURUT JUMLAH PROVINSI DENGAN KLB, JUMLAH KASUS, MENINGGAL, DAN CFR TAHUN 2004 – 2007
Tahun 2004 2005 2006 2007
Jumlah Provinsi Dengan KLB 16 12 16
Jumlah Kasus 3.314 5.051 10.980
Meninggal
CFR (%)
53 127 277
1,60 2,51 2,52
3.661
46
1,3
8
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI, 2008
Jumlah penderita, meninggal dan CFR penyakit Diare tiap provinsi dari tahun 2003 2007 terdapat pada Lampiran 3.22.
44
3) Chikungunya Demam Chikungunya merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus chikungunya dengan penularan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini memiliki gejala diantaranya demam mendadak, nyeri pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang yang disertai ruam (kumpulan bintikbintik kemerahan) pada kulit. Dalam kurun waktu 20012006 sebanyak 13 provinsi di Indonesia telah terjangkit penyakit ini. Pada tahun 2007 terjadi 2.378 kasus tanpa kematian. TABEL 3.13 JUMLAH KASUS PENYAKIT CHIKUNGUNYA TAHUN 20052007 Provinsi Banten Sulawesi Utara Jawa Timur NTB
Tahun 2005 Kasus 86 52 168 34
Periode Juli Desember April Februari Maret Januari Mei
Provinsi Sumatera Selatan Sumatera Utara Banten
Tahun 2006 Kasus 501 37 130
Jawa Barat
850
Kalimantan Tengah
26
340
Periode Agustus Oktober November September Desember Juli Desember Juli
Provinsi Jawa Tengah Jawa Barat Banten DKI Jakarta Jawa Timur
1,544
Tahun 2007 Kasus 374 1138
382 185 299
Periode Januari Februari Januari Desember Januari November Januari Maret Januari Desember
2.378
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI, 2008
Wilayah sebaran kasus chikungunya dalam kurun waktu 3 tahun terakhir terdapat pada Gambar 3.27 berikut. GAMBAR 3.27 SEBARAN KASUS CHIKUNGUNYA TAHUN 2005 – 2007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI, 2008
45
h. Penyakit Rabies Penyakit yang disebabkan oleh virus rabies dan ditularkan melalui gigitan hewan penular rabies ini telah menyerang 23 provinsi di Indonesia. Pada tahun 2007 telah terjadi 9.746 kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) dengan jumlah pemberian Vaksin Anti Rabies sebanyak 6.137. Sedangkan jumlah kasus penyakit rabies yang menyebabkan kematian (Lyssa) sebanyak 87 kasus. GAMBAR 3.28 SITUASI RABIES DI INDONESIA TAHUN 2003 – 2007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI, 2008
Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir (20052007) terjadi penurunan kasus GHPR, dari 17.651 menjadi 9.746. Pola serupa terjadi pada indikator VAR, dari 11.514 menjadi 6.137. Kasus rabies yang menyebabkan kematian juga menurun dalam 3 tahun terakhir. Pada tahun 2005 terdapat 147 kasus Lyssa yang kemudian turun menjadi 136 kasus pada tahun 2006. Angka ini kembali turun menjadi 87 kasus pada tahun 2007. GAMBAR 3.29 JUMLAH SPESIMEN POSITIF RABIES PADA HEWAN TAHUN 2000 – 2007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI, 2008
46
Jumlah spesimen positif rabies berfluktuasi selama tahun 20002007. Jumlah spesimen positif pada tahun 2007 sebanyak 1.396. Angka ini turun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 1.708. Sepanjang tahun 2007 terdapat beberapa provinsi yang berhasil menekan jumlah lyssa menjadi 0 kasus. Provinsi tersebut antara lain ; Jawa Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. i. Filariasis Filariasis merupakan penyakit infeksi menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh vektor nyamuk yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening serta menyebabkan kecacatan seumur hidup. Hingga kini filariasis masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia. Sampai dengan tahun 2007 dilaporkan sebanyak 11.473 kasus kronis filariasis yang tersebar di 33 provinsi dan 304 kabupaten/kota. Kesepakatan global WHO tahun 2000 yaitu ” The Global goal “The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem the year 2020” yang merupakan realisasi dari resolusi WHA pada tahun 1997 menjadi dasar program eliminasi penyakit ini di Indonesia. Program eliminasi filariasis di Indonesia didasari pada 2 pilar kegiatan yaitu : 1. Pengobatan masal kepada semua penduduk di kabupaten endemis penyakit Filariasis dengan menggunakan DEC 6mg/kgBB dikombinasikan dengan Albendazol 400 mg sekali setahun selama 5 tahun guna memutuskan rantai penularan. 2. Tatalaksana kasus klinis penyakit Filariasis guna mencegah dan mengurangi kecacatan. Implementation Unit (IU) yang digunakan dalam program eliminasi filariasis sejak tahun 2005 adalah Kabupaten/Kota. Artinya satuan wilayah terkecil dalam program ini adalah Kabupaten/Kota, baik untuk penentuan endemisitas maupun pengobatan massal. Bila sebuah Kabupaten/Kota sudah endemis filariasis, maka kegiatan pengobatan massal filariasis harus segera dilaksanakan untuk memutus rantai penularan dengan sasaran pengobatan massal adalah semua penduduk di Kabupaten/Kota tersebut kecuali anak berumur < 2 tahun, ibu hamil, orang yang sedang sakit berat, penderita kronis filariasis yang dalam serangan akut dan balita dengan marasmus/kwasiorkor dapat ditunda pengobatannya.
47
GAMBAR 3.30 DISTRIBUSI KASUS KRONIS FILARIASIS TAHUN 20022007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI, 2008
Pada gambar diatas nampak bahwa kasus filariasis dalam 6 tahun terakhir menunjukkan tren peningkatan. Hanya pada tahun 2004, terjadi penurunan kasus. Dari 6.635 kasus pada tahun 2003 menjadi 6.430 kasus pada tahun 2004. Jumlah penderita tahun 2007 sebesar 11.473. Angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2006 sebesar 10.427 kasus. Jumlah penderita penyakit Filariasis yang lebih rinci menurut provinsi pada tahun 2003 – 2007 dapat dilihat pada Lampiran 3.25. j. Frambusia Frambusia merupakan penyakit yang sangat terkait dengan personal hygiene dan sanitasi yang sangat buruk. Penyakit yang banyak terjadi pada masyarakat miskin dengan akses terhadap pelayanan kesehatan yang sulit dijangkau. Penyakit yang disebabkan oleh Treponema pertenue ini kerap menyerang kelompok umur di bawah 15 tahun. Secara nasional, angka prevalensi frambusia berada di bawah level 1 per 100.000 penduduk. Namun demikian angka ini terus naik sejak tahun 20032007. GAMBAR 3.31 PREVALENSI FRAMBUSIA PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 19972007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI, 2008
48
Pada gambar diatas dapat kita ketahui bahwa terjadi penurunan angka prevalensi dari tahun 1997 sampai dengan 2003. Kecenderungan peningkatan ditunjukkan dalam kurun waktu 20032007. Prevalensi pada tahun 2003 sebesar 0,15 terus naik hingga mencapai level 0,63 per 100.000 penduduk pada tahun 2007. Kasus frambusia kini hanya terdapat wilayah tertentu. Beberapa wilayah yang menjadi kantungkantung frambusia adalah provinsi Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Papua. Untuk wilayah Barat antara lain ; NAD, Jambi, Banten dan Jawa Timur. GAMBAR 3.32 WILAYAH KASUS FRAMBUSIA DI INDONESIA TAHUN 2007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI, 2008
k. Antraks Antraks merupakan penyakit menular akut yang disebabkan oleh Bacillus anthraci. Penyakit ini pada umumnya menyerang hewan herbivora, namun dapat juga menginfeksi manusia yang telah terpapar dengan hewan yang terjangkit, jaringan hewan yang tertular maupun spora antraks pada kadar tinggi. Kasus antraks yang dilaporkan sepanjang tahun 2007 berjumlah 74 kasus dengan 5 orang meninggal (CFR = 6,8%). GAMBAR 3.33 JUMLAH KASUS & KEMATIAN ANTRAKS PADA MANUSIA TAHUN 2002 – 2007
GAMBAR 3.34 CASE FATALITY RATE ANTRAKS PADA MANUSIA TAHUN 2002 – 2007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI, 2008
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI, 2008
49
Pada gambar di atas nampak bahwa terjadi peningkatan jumlah kasus yang signifikan pada tahun 2007, dari 15 kasus pada tahun 2006 menjadi 74 kasus. Nampak pula telah terjadi penurunan CFR dari tahun 2002 hingga 2007, meskipun dalam 3 tahun terakhir menunjukkan tren peningkatan. Pada tahun 2005 CFR sebesar 1,3 % yang kemudian naik menjadi 6,7% pada tahun 2006. Angka ini kembali naik menjadi 6,8% pada tahun 2007. Sepanjang tahun 2007, kasus antraks terbanyak dilaporkan dari Kabupaten Sumba Barat sebanyak 14 kasus dengan 5 kasus meninggal (CFR=35,7%). Hingga kini terdapat 11 provinsi yang telah terjangkiti antraks pada hewan, yaitu ; DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sumatera Barat, Jambi, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan DI Yogyakarta. Sedangkan terdapat 5 provinsi yang melaporkan adanya kejadian antraks pada manusia, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan. GAMBAR 3.35 WILAYAH TERJANGKIT ANTRAKS DI INDONESIA S.D TAHUN 2007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI, 2008
l. Pes Surveilans aktif dan pasif terhadap rodent dan pinjalnya masih tetap dilakukan secara rutin di 4 daerah fokus Pes yaitu Provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat, DIY dan Jawa Timur. Pada bulan April tahun 2007 telah dilaporkan adanya kasus/tersangka Pes pada manusia di Dusun Surolowo, Kecamatan Tutur Nongkojajar, Kab.Pasuruan, Jawa Timur. Kasus dilaporkan sebanyak 68 orang dan 1 orang diantaranya meninggal (CFR=1,5%). Bila dibandingkan sejak tahun 2002 sampai dengan 2007, hasil surveilans aktif rodent terbanyak adalah pada tahun 2006 yaitu 4.762 rodent tertangkap dan 3 diantaranya positif Pes. Jenis rodent terbanyak yang ditangkap adalah dari jenis Rr. diardi (tikus rumah), R.exulans (tikus ladang) dan Suncus murinus (cecurut)
50
GAMBAR 3.36 HASIL SURVEILANS RUTIN RODENT PES DI DAERAH FOKUS PES TAHUN 20032007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI
Hasil surveilans aktif dan pasif pada manusia selama tahun 2007 di ke 4 daerah fokus Pes menunjukkan kenaikan jumlah yang diperiksa maupun hasil positif Pes. Kenaikan ini terjadi selain karena KLB Pes di dusun Surolowo, juga adanya kegiatan assesment 10 tahunan. GAMBAR 3.37 SITUASI PES PADA MANUSIA TAHUN 20032007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI
m. Taeniasis / Cysticercosis Daerah endemis Taeniasis/Cysticercosis di Indonesia adalah di Provinsi Sumatera Utara, Bali, Nusa Tenggara Timur, Papua dan Papua Barat dengan 23 kabupaten tertular. Pada tahun 2007 tidak dilaporkan adanya kasus Taeniasis/Cysticercosis dari seluruh kabupaten/kota endemis. Tidak adanya kasus ini kemungkinan disebabkan kabupaten/kota endemis tidak melapor ke Dinas Kesehatan Provinsi.
51
GAMBAR 3.38 SITUASI TAENIASIS / CYSTICERCOSIS DI INDONESIA TAHUN 20042007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI
n. Leptospirosis Kasus penyakit Leptospirosis terutama dilaporkan pada daerahdaerah yang sering terjadi bencana banjir. Selama tahun 2003–2007, kasus Leptospirosis terbanyak adalah di DKI Jakarta bila dibandingkan dengan provinsi endemis Leptospirosis yang lain. Kasus pada tahun 2007 adalah kasus tertinggi dibanding tahuntahun sebelumnya yaitu sebanyak 666 kasus dengan kasus terbanyak di DKI Jakarta sebanyak 470 kasus. GAMBAR 3.39 SITUASI LEPTOSPIROSIS DI INDONESIA TAHUN 20032007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI
\
52
GAMBAR 3.40 SITUASI LEPTOSPIROSIS DI INDONESIA MENURUT PROVINSI TERTULAR TAHUN 2007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI
Pada tahun 2007 terjadi peningkatan kasus Leptospirosis di DKI Jakarta dan Jawa Tengah pada bulan Januari sampai dengan April 2007, dimana sedang terjadi bencana banjir di kedua wilayah tersebut. GAMBAR 3.41 DAERAH TERTULAR LEPTOSPIROSIS DI INDONESIA
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI
o. Avian Influenza (AI) Jumlah kasus kumulatif konfirmasi AI pada tahun 2007 menurun jika dibandingkan pada tahun 2006, tetapi angka kematian (CFR) meningkat menjadi 88,1% dari 81,8% pada tahun 2006.
53
GAMBAR 3.42 JUMLAH KASUS KONFIRMASI AVIAN INFLUENZA, MENINGGAL, DAN CFR DI INDONESIA TAHUN 2005 – 2007
Sumber : Ditjen PPPL, DepkesRI
Pada tahun 2007 terdapat penambahan sebaran kasus konfirmasi di 3 provinsi pada 14 kabupaten/kota yaitu Provinsi Sumatera Selatan, Riau dan Bali, dimana pada tahun tahun sebelumnya di daerah tersebut belum pernah dilaporkan adanya kasus konfirm pada manusia, meskipun sudah termasuk daerah tertular AI pada unggas. TABEL 3.14 SITUASI KASUS KONFIRM AI MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 – 2007
PROVINSI
Kasus
2005 Meninggal
Kasus
2006 Meninggal
Kasus
2007 Meninggal
DKI Jakarta Banten Jawa Barat
8 5 3
7 4 2
11 4 22
10 4 18
8 11 5
7 9 4
Jawa Tengah Jawa Timur Lampung Sumatera Barat
1 3
3 5 2
3 3
5 2 1
5 2 1
Sumatera Utara Sulawesi Selatan Sumatera Selatan Riau
7 1
6 1
1 1 6
1 1 5
13
55
45
2 42
2 37
Bali Total 20 Sumber : Ditjen PPPL, DepkesRI
Kasus konfirmasi AI terbanyak dilaporkan dari provinsi Jawa Barat, kemudian secara berturutturut adalah DKI Jakarta, Banten, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara. Provinsi Lampung dan Sulawesi Selatan pada tahun 2007 sudah tidak dilaporkan adanya kasus konfirmasi pada manusia. Perluasan daerah tertular pada manusia menurun jika dibandingkan dengan tahun 2006, sebanding juga dengan penurunan jumlah kasus konfirmasi pada tahun 2007. 54
GAMBAR 3.43 SEBARAN PENEMUAN KASUS AVIAN INFLUENZA DI INDONESIA S.D TAHUN 2007
Sumber : Ditjen PPPL, DepkesRI
Sejak ditemukan kasus pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2007, jumlah kasus konfirm lakilaki sedikit lebih banyak dibandingkan perempuan, namun perbedaan jumlah ini tidak signifikan. GAMBAR 3.44 KASUS KONFIRM AI MENURUT JENIS KELAMIN TAHUN 20052007
Sumber : Ditjen PPPL, DepkesRI
Kasus konfirm AI paling banyak ditemukan pada kelompok umur 15–30 tahun, atau golongan umur produktif. Meskipun demikian secara epidemiologis belum dapat dikatakan adanya perbedaan kepekaan golongan umur terhadap infeksi virus H5N
55
GAMBAR 3.45 KASUS KONFIRM AI MENURUT GOLONGAN UMUR TAHUN 20052007
Sumber : Ditjen PPPL, DepkesRI
Menurut riwayat kontak penderita AI sebanyak 50% mempunyai riwayat keterpaparan secara langsung dengan unggas sakit, mati atau dengan produk unggas lainnya, 36% riwayat keterpaparan dengan lingkungan, 2% riwayat keterpaparan dengan pupuk dan 12% kasus riwayat keterpaparannya tidak jelas. GAMBAR 3.46 KASUS KONFIRM AI MENURUT RIWAYAT KONTAK TAHUN 20052007
Sumber : Ditjen PPPL, DepkesRI
56
2. Penyakit Tidak Menular a. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Penyakit jantung merupakan salah satu penyakit tidak menular yang sampai saat ini cenderung meningkat, penderitanya tidak terkecuali pada kondisi sosial ekonomi yang mampu dan tidak mampu. Dari beberapa jenis penyakit jantung yang ada, penyakit Gangguan Hantaran dan Aritmia Jantung merupakan jenis penyakit jantung yang case fatality rate (CFR) paling tinggi, yaitu sebesar 13,95% dan yang paling rendah adalah penyakit Jantung Iskemik lainnya sebesar 5,99%. Situasi penyakit jantung di Indonesia Tahun 2006 dapat dilihat pada gambar di bawah ini. GAMBAR 3.47 SITUASI PENYAKIT JANTUNG DI INDONESIA TAHUN 2006
Sumber : Data SIRS, Ditjen Yanmedik.
Penyakit pembuluh darah lainnya yang juga merupakan momok masyarakat yaitu penyakit pembuluh darah otak. Menurut data dari Ditjen Yanmedik pada tahun 2006 penyakit pembuluh darah otak yang memiliki CFR tertinggi adalah Perdarahan Intrakranial sebesar 37,28%, sedang CFR terendah adalah Infark Serebral sebesar 10,07%. GAMBAR 3.48 SITUASI PENYAKIT OTAK DI INDONESIA TAHUN 2006
Sumber : Data SIRS, Ditjen Yanmedik
57
b. Diabetes Melitus (DM) Menurut para pakar jumlah penderita atau penyandang DM dari tahun ke tahun meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat. International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems (ICD10) membagi DM menjadi lima kelompok, yaitu: 1. DM bergantung insulin (termasuk DM tipe 1) 2. DM tidak bergantung insulin (termasuk DM tipe 2) 3. DM berhubungan malnutrisi 4. DM YTD (DM tidak diketahui lainnya) 5. DM YTT (DM yang tertentu) Menurut WHO (2007), penyandang DM tipe 2 adalah yang terbanyak diantara tipe tipe lainnya yaitu sebesar 90%. Sementara, kalangan profesional menyatakan bahwa di Indonesia pada saat ini yang terbanyak juga adalah DM tipe 2 angkanya mencapai 8590% dari total penderita DM. Data mengenai jumlah kasus DM yang ada di Indonesia hingga saat ini berasal laporan Puskesmas Sentinel, laporan dari rumah sakit di seluruh Indonesia dan juga hasil atau produk survey atau penelitian baik di dalam maupun di luar negeri yang dilakukan oleh pakar organisasi atau kelompok dan estimasi atau perkiraan dari Badan Kesehatan Dunia atau WHO. Berdasarkan Kepmenkes 1479/MENKES/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu, dimana laporan kasus DM dari Puskesmas Sentinel menggunakan klasifikasi ICD10 dan semua jenis DM dimasukkan dalam satu tempat yaitu Diabetes Melitus. Demikian juga laporan dari Rumah Sakit mengklasifikasi DM sesuai dengan ICD 10 namun data yang terlaporkan hanya DM tidak bergantung insulin dan DM YTT (yang tertentu). Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menyatakan bahwa prevalensi DM tahun 1995 adalah 1.2%, tahun 2001 meningkat menjadi 7.5% dan tahun 2003 mencapai 14,7% (perkotaan) dan 7.2% (pedesaan). Dari 33 provinsi yang terdapat di Indonesia, hanya 14 provinsi (42%) yang mengirim laporan kasus DM di Puskesmas Sentinel. Pada tahun 2007, jumlah kasus DM yang terbanyak berturutturut di provinsi Jawa Timur, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur dan Sulawesi Tenggara. Dari dari 14 provinsi yang mengirim laporan terlihat kasus DM yang cukup banyak terekam pada tahun 2007, sementara kasus DM tertinggi berada di provinsi Jawa Timur. Provinsi yang mengirim data tahun 2006 dan 2007 (Sumatera Selatan dan Jambi) memperlihatkan peningkatan yang sangat tajam. Beberapa hal yang bisa mempengaruhi kondisi tersebut antara lain; pelaporan dari puskesmas yang lebih baik, dan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengunjungi puskesmas. Pada tahun 2006 terjadi peningkatan jumlah kasus rawat jalan yang disebabkan oleh DM YTT (DM yang tertentu) (yaitu 338.056 kasus pada tahun 2005 menjadi 342.246 kasus pada tahun 2006). Hal yang berbeda terjadi pada kasus DM tidak bergantung insulin (yaitu 170.801 kasus pada tahun 2005 menjadi 156.004 kasus pada tahun 2006). Situasi Kasus DM rawat jalan di rumah sakit Tahun 20052006 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
58
GAMBAR 3.49 SITUASI KASUS DM RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT TAHUN 2005 – 2006
Sumber: SIRS 2007, Ditjen Yanmedik, Depkes
Sedangkan pada jumlah kasus rawat inap di rumah sakit terjadi penurunan jumlah DM YTT (DM yang tertentu) yaitu 31.234 kasus tahun 2005 menjadi 28.743 kasus pada tahun 2006, demikian juga pada DM tidak bergantung insulin yaitu 14.046 kasus tahun 2005 menjadi 12.285 kasus pada tahun 2006. Situasi Kasus DM rawat inap di rumah sakit Tahun 20052006 dapat dilihat pada gambar dibawah ini. GAMBAR 3.50 SITUASI KASUS DM RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT TAHUN 2005 2006
Sumber: SIRS 2007, Ditjen Yanmedik, Depkes
Jumlah kematian yang disebabkan oleh DM YTT terjadi peningkatan yaitu dari 2.086 kasus pada tahun 2005 menjadi 2.384 kasus pada tahun 2006. Jumlah kasus kematian karena DM yang tidak bergantung insulin terjadi penurunan yaitu dari 1.064 kasus pada tahun 2005 menjadi 1.032 kasus pada tahun 2006. Situasi Kematian akibat DM di rumah sakit Tahun 20052006 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
59
GAMBAR 3.51 SITUASI KEMATIAN AKIBAT DM DI RUMAH SAKIT TAHUN 20052006
Sumber: SIRS 2007, Ditjen Yanmedik, Depkes
c. Neoplasma/Tumor Jumlah penderita 10 jenis kanker terbanyak di Indonesia pada tahun 20042006 dapat dilihat pada Gambar berikut. GAMBAR 3.52 SITUASI PENYAKIT KANKER DI INDONESIA TAHUN 20042006
Sumber: SIRS 2007, Ditjen Yanmedik, Depkes
Dari gambar diatas diketahui bahwa jumlah penyakit kanker tertinggi di Indonesia selama tahun 20042006 adalah kanker payudara diikuti dengan kanker leher rahim. Kanker payudara dan kanker nasopharing terlihat terus meningkat selama 3 tahun tersebut, sedangkan kanker leher rahim dan 7 kanker yang lain meningkat pada tahun 2005 kemudian menurun pada tahun 2006. Meskipun data kanker pada SIRS belum merupakan data pasti jumlah penderita kanker, namun data ini dapat memberikan gambaran besaran masalah kanker di Indonesia. *** 60
BAB IV UPAYA KESEHATAN
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dan dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi Departemen Kesehatan dimana salah satu strategi utamanya adalah ”Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas”, maka untuk mencapai keadaan tersebut telah dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat. Berikut ini diuraikan situasi upaya kesehatan lima tahun terakhir khususnya untuk tahun 2007. A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat sudah dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut. 1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar di dalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang sedang hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan anaknya. Kebijakan tentang kesehatan ibu dan bayi baru lahir secara khusus berhubungan dengan pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan di semua jenis fasilitas kesehatan, dari posyandu sampai rumah sakit pemerintah maupun fasilitas kesehatan swasta. a. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)
Masa kehamilan merupakan masa yang rawan kesehatan, baik kesehatan ibu yang mengandung maupun janin yang dikandungnya sehingga dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur. Hal ini dilakukan guna menghindari gangguan sedini mungkin dari segala sesuatu yang membahayakan terhadap kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya. Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan, dan perawat) 61
seperti pengukuran berat badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) serta pemberian tablet besi kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan kunjungan ibu hamil K1 dan K4. Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan Cakupan K4 ibu hamil adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil. Cakupan K1 dan K4 dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut. GAMBAR 4.1 PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K1 DAN K4 IBU HAMIL TAHUN 2003 – 2007
Sumber : Data Indikator SPM Kabupaten/Kota dan Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas.
Persentase cakupan pelayanan K1 dan K4 ibu hamil dari tahun 2003 mengalami peningkatan setiap tahunnya, ini menunjukkan semakin kuatnya program memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama bagi ibu hamil. Cakupan pelayanan K4 menurut provinsi pada tahun 2007, dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut ini.
62
GAMBAR 4.2 PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K4 IBU HAMIL MENURUT PROVINSI TAHUN 2007
Sumber: Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas
Pada tahun 2007, provinsi dengan persentase cakupan pelayanan K4 tertinggi adalah Kepulauan Bangka Belitung (93,31%), DKI Jakarta (90,85%) dan Bali (90,08%), sedangkan cakupan pelayanan K4 terendah adalah Provinsi Papua (24,97%), Papua Barat (36,14%) dan Maluku Utara (64,93%). Cakupan K4 menurut provinsi dibandingkan angka nasional dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut ini. GAMBAR 4.3 PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K4 IBU HAMIL MENURUT PROVINSI TAHUN 2007
Sumber : Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes RI
Data cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4 tahun 2007 menurut provinsi disajikan pada Lampiran 4.1.
63
b. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi Kebidanan
Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan (profesional). Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan berkisar antar 70,62% 77,21%. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2003 – 2007 dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut ini. GAMBAR 4.4 PERSENTASE CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN TAHUN 2003 – 2007
Sumber : Dit. Kesehatan Ibu dan data indikator Kabupaten/Kota
Pada Gambar 4.5 terlihat cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menurut provinsi tahun 2007 dengan cakupan tertinggi adalah Provinsi Bali (95,06%), Kepulauan Bangka Belitung (90,88%) dan Jawa Timur (87,89%), sedangkan provinsi dengan cakupan terendah adalah Papua (33,67%), Sulawesi Barat (49,18%) dan Papua Barat (57,78%), data dapat dilihat dalam Lampiran 4.1. GAMBAR 4.5 PERSENTASE CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2007
Sumber: Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas Depkes RI
64
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan menurut provinsi dibandingkan angka nasional dapat dilihat pada Gambar 4.6 berikut. GAMBAR 4.6 PERSENTASE CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2007
Sumber : Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes RI
Berdasarkan survei sosial ekonomi nasional 2007, persentase balita dengan penolong kelahiran pertama adalah bidan (53.96%), dukun (30,27%) dan dokter (12,32%). Daerah perkotaan, perdesaan terbanyak ditolong oleh bidan (perkotaan: 64,24%, perdesaan: 46,34%), peringkat kedua untuk daerah perkotaan adalah dokter (20,71%) sedangkan untuk daerah perdesaan adalah dukun (42,75%) sedangkan untuk peringkat ke tiga daerah perkotaan adalah dukun (13,4%) daerah perdesaan adalah dokter (6.11%). Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.2, 4.2.a dan 4.2.b. c. Deteksi Risiko, Rujukan Kasus Risti dan Penanganan Komplikasi
Kegiatan deteksi dini dan penanganan ibu hamil berisiko/komplikasi kebidanan perlu lebih ditingkatkan baik di fasilitas pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) maupun dimasyarakat. Deteksi Risiko oleh tenaga kesehatan untuk tahun 2007 sebesar 46,17% sedangkan deteksi risiko oleh masyarakat (kader, tokoh masyarakat, dll) sebesar 22.08%. Risti/komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Risti/komplikasi kebidanan meliputi Hb < 8 g %, Tekanan darah tinggi (sistole > 140 mmHg, diastole > 90 mmHg), oedeme nyata, eklampsia, perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada usia kehamilan > 32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis, persalinan prematur. Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh tenaga bidan di desa dan Puskesmas, beberapa ibu hamil yang memiliki risiko tinggi (Risti) dan memerlukan pelayanan kesehatan karena terbatasnya kemampuan dalam memberikan pelayanan, maka kasus tersebut perlu dilakukan upaya rujukan ke unit pelayanan kesehatan yang memadai. Persentase cakupan ibu hamil dengan Risti yang telah dirujuk tahun 2007 sebesar 11,23% meningkat dari tahun 2006 (10,05%) dan tahun 2005 (2,94%) sedangkan obstetri komplikasi yang ditangani sebesar
65
28,52% meningkat dari tahun 2006 (4,37%) dan tahun 2005 (0,99%). Data selengkapnya per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 4.4. Penanganan neonatus risti/komplikasi yang meliputi asfiksia, tetanus neonatorum, sepsis, trauma lahir, BBLR (Berat Badan Lahir < 2.500 gram), sindroma gangguan pernafasan dan kelainan neonatal yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih, dokter dan bidan di polindes, puskesmas, rumah bersalin dan rumah sakit. Persentase penanganan komplikasi obstetri dan neonatal tahun 2007 sebesar 28,52 dan 12,54. Meningkat dibandingkan dengan tahuntahun sebelumnya yaitu 3,14 dan 0,99 (Gambar 4.7). Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.4. GAMBAR 4.7 PERSENTASE PENANGANAN KOMPLIKASI IBU HAMIL (OBSTETRI) DAN NEONATAL TAHUN 2005 – 2007
Sumber : Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes RI
d. Kunjungan Neonatus (KN1 dan KN2)
Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (028 hari) minimal dua kali, satu kali pada umur 07 hari (KN1) dan satu kali lagi pada umur 828 hari (KN2). Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan di samping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi); pemberian vitamin K; manajemen terpadu balita muda (MTBM); dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan buku KIA. Cakupan kunjungan neonatal (KN2) tahun 2003 2005 cenderung menurun namun pada tahun 2006 meningkat menjadi 85,51% dan turun kembali tahun 2007 menjadi 77,16%. Cakupan KN2 selama periode tahun 2003 – 2007 dapat dilihat pada Gambar 4.8 berikut ini.
66
GAMBAR 4.8 PERSENTASE CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS (KN2) TAHUN 2003 – 2007
Sumber: Dit. Kesehatan Ibu dan Dit.Kes.Anak, Binkesmas, Depkes RI
Tahun 2007 provinsi dengan cakupan kunjungan neonatus (KN2) tertinggi adalah Provinsi Bali (97,63%), Kepulauan Bangka Belitung (91,77%) dan Jawa Timur (90,13%) sedangkan provinsi dengan cakupan terendah meliputi Provinsi Papua (24,71%), Papua Barat (35,67%) dan Nanggroe Aceh Darussalam (47,46%) seperti terlihat pada Gambar 4.9 di bawah ini. GAMBAR 4.9 PERSENTASE CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS (KN2) MENURUT PROVINSI TAHUN 2007
Sumber: Dit. Kesehatan Ibu dan Dit.Kes. Anak, Ditjen Binkesmas Depkes RI
Peta cakupan kunjungan neonatus menurut provinsi dapat dilihat pada Gambar 4.10. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.1.
67
GAMBAR 4.10 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS (KN2) MENURUT PROVINSI TAHUN 2007
Sumber: Dit. Kesehatan Ibu dan Dit.Kes.Anak, Ditjen Binkesmas Depkes RI
2. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
Masa subur seorang wanita memiliki peran penting bagi terjadinya kehamilan sehingga peluang wanita melahirkan menjadi cukup tinggi. Menurut hasil penelitian, usia subur seorang wanita biasanya antara 15 – 49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita/pasangan ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan alat/cara KB. Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2007, persentase wanita berumur 10 tahun keatas yang pernah kawin dengan jumlah anak yang dilahirkan hidup terbesar adalah 2 orang (23,02%), 1 orang (19,52%) dan 3 orang (17,11%) dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut. Data selengkapnya menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 4.5 TABEL 4.1 PERSENTASE WANITA BERUMUR 10 TAHUN KEATAS YANG PERNAH KAWIN DAN JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN HIDUP TAHUN 2007 Jumlah Anak yang dilahirkan Daerah 1
2
3
Perkotaan
20,29
24,49
18,05
Perdesaan
18,96
21,95
16,43
Perkotaan+Perdesaan
19,52
23,02
17,11
Sumber : BPS, Statistik Kesra, 2007
Sedangkan ratarata jumlah anak lahir hidup per wanita usia 15 – 49 tahun adalah 1,79 untuk daerah perkotaan+perdesaan, 1,57 di perkotaan dan 1,98 di perdesaan. Data per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 4.6 Tingkat pencapaian pelayanan keluarga berencana dapat digambarkan melalui cakupan peserta KB yang ditunjukkan melalui kelompok sasaran program yang sedang/pernah menggunakan alat kontrasepsi menurut daerah tempat tinggal, tempat pelayanan serta jenis kontrasepsi yang digunakan akseptor. Cakupan secara lengkap menurut provinsi dari pelayanan KB dapat dilihat pada Lampiran 4.7 sampai dengan Lampiran 4.11. 68
Proporsi wanita umur 1549 berstatus menikah yang pernah menggunakan/memakai alat KB dapat dilihat pada Gambar 4.11 berikut. GAMBAR 4.11 PROPORSI WANITA BERUMUR 1549 TAHUN BERSTATUS KAWIN YANG SEDANG/PERNAH MENGGUNAKAN ALAT KB TAHUN 20042007
Sumber : BPS, Statistik Kesra, 2007
Proporsi wanita umur 1549 berstatus kawin yang sedang menggunakan/memakai alat KB menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2007 sebesar 57,43% sedikit menurun dibandingkan dengan cakupan tahun 2005 dan 2006. Cakupan tertinggi pada Provinsi Kalimantan Tengah (67,46%), Bengkulu (67,30%) dan Bali (67,22%), sedangkan provinsi dengan cakupan terendah adalah Papua Barat (28,29%), Maluku (30,09%) dan Papua (31,92%). Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.7 Proporsi wanita berumur 1549 tahun yang berstatus kawin yang pernah menggunakan/memakai alat KB dari tahun 2004 2007 mengalami peningkatan sebesar 7,19%, walaupun untuk tahun 2007 sedikit menurun dibandingkan dengan tahun 2006. Terdapat 14 provinsi memiliki cakupan ³ 80 dengan angka tertinggi dicapai Sulawesi Utara (88,83%) dan Bengkulu (86,76%), 2 provinsi dengan cakupan £ 50 % yaitu Maluku (47,77%) dan Papua (49%). Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.8. Persentase wanita umur 1549 berstatus kawin menurut alat/cara KB yang sedang digunakan tahun 2007 tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan tahun 20032006 sebagaimana terlihat dalam Gambar 4.12 berikut.
69
GAMBAR 4.12 PERSENTASE WANITA BERUMUR 1549 TAHUN BERSTATUS KAWIN MENURUT ALAT/CARA KB YANG SEDANG DIGUNAKAN TAHUN 20032007
Sumber: BPS, Statistik Kesra dan BKKBN*
Dari Gambar 4.12 di atas menunjukkan bahwa selama tahun 20032007 alat kontrasepsi yang paling banyak diminati adalah suntikan dan pil KB. Pada tahun 2007 jenis kontrasepsi suntik, pil KB,susuk dan AKDR mengalami penurunan persentase. Rincian persentase wanita umur 1549 tahun berstatus kawin menurut alat/cara KB yang sedang digunakan/dipakai tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 4.9 dan 4.10. GAMBAR 4.13 PERSENTASE TEMPAT PELAYANAN PESERTA KB BARU TAHUN 2003 – 2007
Sumber : BKKBN
Tempat pelayanan untuk peserta KB baru di klinik KB pemerintah dari tahun 2003 – 2007 mengalami peningkatan (Gambar 4.13). Walaupun pada tahun 2007 mengalami sedikit penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 0,05% dari 61,08% pada tahun 2006 menjadi 61,03% pada tahun 2007, untuk pelayanan peserta KB di klinik KB swasta cenderung mengalami penurunan dari tahun 20032007. Pelayanan KB baru di bidan praktek swasta dan dokter praktek swasta tahun 20032007 fluktuatif, untuk bidan praktek swasta meningkat dari tahun sebelumnya sedangkan untuk dokter praktek swasta sedikit mengalami penurunan pada tahun 2007. Jumlah dan proporsi peserta KB baru kumulatif menurut tempat pelayanan dan provinsi tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 4.11. 70
3. Pelayanan Imunisasi
Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi untuk bayi umur 0 – 1 tahun (BCG, DPT, Polio, Campak, HB), imunisasi untuk Wanita Usia Subur/Ibu Hamil (TT) dan imunisasi untuk anak SD (kelas1: DT dan kelas 23: TT), sedangkan kegiatan imunisasi tambahan dilakukan atas dasar ditemukannya masalah seperti Desa non UCI, potensial/risti KLB, ditemukan/diduga adanya virus polio liar atau kegiatan lainnya berdasarkan kebijakan teknis. Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan proksi terhadap cakupan atas imunisasi secara lengkap pada sekelompok bayi. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi (herd immunity) terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Dalam hal ini Pemerintah menargetkan pencapaian UCI pada wilayah administrasi desa/ kelurahan. Suatu desa/kelurahan telah mencapai target UCI apabila > 80% bayi di desa/kelurahan tersebut mendapat imunisasi lengkap. Secara nasional, pencapaian UCI tingkat desa/kelurahan tahun 2004 – 2007 fluktuatif. Pada Gambar 4.14 terlihat peningkatan sebesar 6,8% dari 69,43% tahun 2004 menjadi 76,23% tahun 2005 namun terjadi penurunan pada tahun 2006 dan 2007 menjadi 71,18% pada tahun 2007. GAMBAR 4.14 PERSENTASE PENCAPAIAN UCI DI TINGKAT DESA/KELURAHAN MENURUT PROVINSI TAHUN 20042007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI
Dari 33 provinsi yang ada, pada tahun 2006 terdapat 4 provinsi yang telah mencapai target (target tahun 2006 ≥ 89%) UCI desa/kelurahan yaitu Bali (99,28%), Jambi (92,98%), DI Yogyakarta (92,24%) dan Nusa Tenggara Barat (89,91%). Terdapat enam provinsi yang tidak ada datanya yaitu Riau, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, Banten, Sulawesi Barat dan Papua Barat. Sedangkan tahun 2007 terdapat 2 provinsi yang telah mencapai target (target tahun 2007 ≥ 92%) UCI desa/kelurahan yaitu Bali (100%) dan DI Yogyakarta (97,72%). Terdapat tiga provinsi yang tidak ada datanya yaitu Sulawesi Utara, Sulawesi Barat dan Maluku Utara. Pencapaian desa UCI menurut provinsi tahun 2004 – 2007 dapat dilihat pada Lampiran 4.12. Sedangkan gambaran pencapaian UCI tingkat Desa/Kelurahan menurut provinsi pada tahun 2007 dapat dilihat pada Gambar 4.15 berikut ini. 71
GAMBAR 4.15 PERSENTASE PENCAPAIAN UCI DI TINGKAT DESA/KELURAHAN MENURUT PROVINSI PADA TAHUN 2007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI
Target jangkauan imunisasi bayi ditunjukkan dengan cakupan imunisasi DPT1 karena imunisasi ini merupakan salah satu antigen kontak pertama dari semua imunisasi yang diberikan kepada bayi. Sedangkan target tingkat perlindungan imunisasi bayi ditunjukkan dengan cakupan imunisasi campak karena imunisasi ini merupakan antigen kontak terakhir dari semua imunisasi yang diberikan kepada bayi. Angka drop out (DO) DPT1Campak dapat menunjukkan tingkat efektivitas program. Angka drop out (DO) selama tahun 20032007 berkisar antara 1,5% 9,3%, pada tahun 2006 angka drop out meningkat menjadi 9,3% dan menurun kembali pada tahun 2007 menjadi 6,1%. Pada tahun 2007 terdapat 10 (sepuluh) provinsi tidak mencapai target program (drop out cakupan DPT1Campak >10%) yaitu Provinsi Nusa Tenggara Timur, Nanggroe Aceh Darussalam, Papua, Papua Barat, Bengkulu, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Kepulauan Riau dan Sulawesi Utara. Angka drop out cakupan DPT1 Campak menurut provinsi dapat dilihat dalam Lampiran 4.13. Pada tahun 2007 terdapat 7 (tujuh) provinsi tidak mencapai target tingkat perlindungan program (dengan cakupan campak < 80%) yaitu Papua Barat, Sulawesi Utara, Papua, Nanggroe Aceh Darussalam, Gorontalo, Maluku dan Jawa Barat. Provinsi dengan cakupan imunisasi campak tertinggi adalah DKI Jakarta (117,45%), DI Yogyakarta (100,19%) dan Bali (98,98 %); sedangkan provinsi dengan cakupan terendah adalah Papua Barat (49,78%). Gambaran cakupan imunisasi campak tahun 2007 dapat dilihat pada Gambar 4.16 berikut. Sedangkan rincian cakupan imunisasi bayi untuk masingmasing jenis vaksin menurut provinsi selama tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 4.14 4.16.
72
GAMBAR 4.16 PERSENTASE PENCAPAIAN IMUNISASI CAMPAK MENURUT PROVINSI TAHUN 2007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI
Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan salah satu kegiatan imunisasi tambahan yang bertujuan untuk menurunkan jumlah kasus Tetanus Neonatal di setiap Kabupaten hingga < 1 kasus per 1000 kelahiran hidup pertahun. Pada masa lalu sasaran kegiatan MNTE adalah calon penganten dan ibu hamil namun pencapaian target agak lambat, sehingga dilakukan kegiatan akselerasi berupa pemberain TT 5 dosis pada seluruh Wanita usia subur termasuk ibu hamil (usia 15 – 49 tahun). Untuk cakupan imunisasi TT ibu hamil pada tahun 2003 – 2007 dapat dilihat pada Gambar 4.17 berikut ini. GAMBAR 4.17 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL TAHUN 2003 – 2007
Sumber: Ditjen PPPL dan Dit.Kes.Ibu, Depkes RI
Pada kurun waktu 20032005 cakupan imunisasi TT1 dan TT2 pada ibu hamil cenderung menurun namun kembali naik pada tahun 20062007. Provinsi dengan cakupan TT2 tertinggi adalah Bali (93,39%), Nusa Tenggara Timur (86,21%), dan Sumatera Selatan (85,72%); adapun provinsi dengan cakupan TT2 terendah adalah Papua (17,66%), Papua Barat (20,8%) dan Jawa Timur (25,48%). Gambaran cakupan imunisasi TT2 pada ibu hamil menurut provinsi tahun 2007 dapat dilihat pada Gambar 4.18 sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.17. 73
GAMBAR 4.18 CAKUPAN IMUNISASI TT2 PADA IBU HAMIL TAHUN 2007
Sumber: Dit.Kesehatan Ibu, Depkes RI
B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN Salah satu program Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 20042009 adalah upaya kesehatan perorangan yang bertujuan meningkatkan akses, keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan yang aman melalui sarana pelayanan kesehatan perorangan (Puskesmas, rumah sakit, dan fasilitas kesehatan lainnya). Beberapa kegiatan pokok upaya kesehatan perorangan adalah peningkatan pelayanan kesehatan rujukan, pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin di kelas III di rumah sakit, dan lainlain. Berikut adalah uraian singkat tentang pelayan kesehatan rujukan tersebut. 1. Indikator Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit
Upaya kesehatan perorangan dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta untuk memelihara, meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan/memulihkan kesehatan perorangan. Upaya pelayanan kepada masyarakat dilakukan secara rawat jalan bagi masyarakat yang mendapat gangguan kesehatan ringan dan pelayanan rawat inap baik secara langsung maupun melalui rujukan pasien bagi masyarakat yang mendapatkan gangguan kesehatan sedang hingga berat. Penilaian tingkat keberhasilan pelayanan di rumah sakit biasanya dilihat dari berbagai segi yaitu tingkat pemanfaatan sarana, mutu dan tingkat efisiensi pelayanan. Beberapa indikator standar terkait dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang dipantau antara lain pemanfaatan tempat tidur (BOR), ratarata lama hari perawatan (LOS), ratarata tempat tidur dipakai (BTO), ratarata selang waktu pemakaian tempat tidur (TOI), persentase pasien keluar yang meninggal (GDR) dan persentase pasien keluar yang meninggal <24 jam perawatan (NDR). Pada tahun 20032004 indikator pelayanan RS masih menjadi satu namun sejak tahun 2005 indikator pelayanan RS sudah dipisah antara RSU dan RS Khusus. Pencapaian indikator pelayanan kesehatan di RS selama empat tahun terakhir dapat dilihat dalam Gambar 4.19 dan 4.20 berikut ini.
74
Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa pemakaian tempat tidur di rumah sakit selama empat tahun terakhir cenderung meningkat setiap tahunnya walaupun masih di bawah angka ideal yang diharapkan (6085%) berkisar antara 55,2% – 57%, pada tahun 2006 mengalami sedikit peningkatan 0,8% dari tahun 2005 dari 56,2 menjadi 57%. Banyak faktor yang mempengaruhi angka BOR suatu rumah sakit, di antaranya semakin meningkatnya jumlah RS dan tempat tidur yang tersedia sedangkan jumlah populasi yang mencari pelayanan tidak terlalu tinggi. Indikator lamanya hari rawatan (LOS) selama empat tahun terakhir cenderung stabil berkisar 45 hari walaupun masih di bawah angka ideal (69 hari), untuk selang waktu dalam pemakaian tempat tidur (TOI) berfluktuasi antara 3,3 – 9 hari dan masih di atas angka ideal (13 hari). Rincian indikator pelayanan RSU Depkes dan Pemda menurut provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 4.18. 2. Pelayanan Kesehatan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin (JPKMM) Tujuan umum PJKMM adalah terselenggaranya jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin secara berhasil guna dan berdaya guna. Tujuan tersebut dijabarkan ke dalam tujuan khusus yang meliputi: (i) terlaksananya registrasi masyarakat miskin yang tepat sasaran sebagai peserta program jaminan pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin; (ii) terlaksananya pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif dalam meningkatkan pemanfaatan dan taraf kesehatan masyarakat miskin; (iii) terlaksananya pengelolaan keuangan yang akuntabel dan efisien dalam program jaminan kesehatan masyarakat miskin. Salah satu program yang memberi andil besar dalam peningkatan kesehatan masyarakat adalah program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin (JPKMM). Program ini menjadi vital mengingat sebagian penduduk Indonesia masih berada di bawah garis kemiskinan. Mereka yang termasuk kelompok keluarga miskin (gakin) sering kali direpotkan masalah biaya saat berhadapan dengan problem kesehatan. Melalui program ini, gakin bisa terbebas dari beban biaya kesehatan. Sebab, dalam JPKMM pemerintah menanggung biaya pelayanan kesehatan untuk gakin. Realisasi program JPKMM tahun 2005 2007 dapat dilihat pada Gambar 4.21 berikut.
75
GAMBAR 4.21 REALISASI PROGRAM JPKMM TAHUN 2005 2007
Sumber: Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Depkes RI
Pelayanan yang dicakup meliputi rawat jalan dan rawat inap tingkat pertama di puskesmas dan di rumah sakit (RS) kelas III. Tercatat, sejak diluncurkan pada 2005 lalu, program yang memberikan layanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin ini telah menjangkau jutaan rakyat kurang mampu. Pada 2005, jumlah kunjungan rawat jalan yang menggunakan fasilitas JPKMM mencapai 1.453.000. Jumlah itu meningkat menjadi 6.921.000 kunjungan pada 2006 dan untuk periode 2007 terdapat 5.961.712 kunjungan. Demikian juga untuk jumlah kunjungan rawat inap, pada 2005 terdapat 526 ribu kunjungan, pada 2006 tercatat 1.580.000 kunjungan, dan pada periode 2007 terdapat 1.916.198 kunjungan. Dalam program JPKMM, masyarakat tidak hanya mendapat pelayanan kesehatan umum/dasar. Berbagai layanan terapi untuk penyakitpenyakit berat juga bisa diperoleh. Misalnya, hemodialisis, operasi jantung, cesar, dan kanker. Layanan itu telah menyelamatkan nyawa puluhan ribu penduduk miskin. 3. Penanganan Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya)
Penyalahgunaan napza merupakan permasalahan yang kompleks baik faktor penyebab maupun dampaknya. Penanggulangannya memerlukan pendekatan komprehensif multidisiplin, serta keterpaduan lintas sektor pemerintahan, komitmen kuat semua pihak, serta peran serta seluruh masyarakat. Indonesia saat ini tidak hanya sebagai daerah transit dalam masalah penyalahgunaan NAPZA tetapi sudah sebagai daerah sasaran dan produsen. Wabah penyalahgunaan napza menimbulkan ancaman terhadap masa depan dan kelangsungan hidup bangsa, karena pada umumnya merasuki generasi muda. Sekarang, masalah penyalahgunaan napza tidak mengenal strata baik dari sisi ekonomi, usia, pendidikan, desa atau kota. Penyalahgunaan napza menimbulkan dampak buruk yang sangat luas dan mendalam terhadap para pelakunya, keluarganya, masyarakat dan bangsa. Bagi para pelakunya, penyalahgunaan dan ketergantungan napza menimbulkan : gangguan kesehatan fisik, termasuk gangguan fungsi otak, jantung, hati, ginjal, paruparu, serta organ reproduksi organ vital, beban sosial dan ekonomi bagi keluarganya serta masyarakat. Secara nasional, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba menimbulkan 76
biaya sosial dan ekonomi yang sangat tinggi, serta menguras sumbersumber negara, yang bila digunakan untuk belanja pembangunan di bidang kesehatan, pendidikan, pemberantasan kemiskinan dan pengangguran, akan sudah banyak yang dapat dicapai. Penanganan penyalahgunaan NAPZA pada rumah sakit di Indonesia terdiri dari kegiatan kuratif, rehabilitatif dan aftercare dengan jenis NAPZA yang dipergunakan adalah Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya. Tahun 2006 kegiatan kuratif (pengobatan) penyalahgunaan NAPZA pada rumah sakit berjumlah 119 dengan rincian 45 jenis Narkotika, 42 Psikotropika dan 32 zat adiktif lainnya. Kegiatan rehabilitatif berjumlah 25 terdiri dari 10 Narkotika dan 15 Psikotropika. Sedangkan kegiatan aftercare berjumlah 11 dari Psikotropika. Kegiatan penanganan penyalahgunaan NAPZA pada rumah sakit tahun 2006 dapat dilihat pada Gambar 4.22. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.20. GAMBAR 4.22 KEGIATAN PENANGANAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes, 2007
C. PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT
Indonesia menghadapi beban ganda dalam pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya beberapa penyakit menular sementara penyakit tidak menular atau degeneratif mulai meningkat. Di samping itu telah timbul pula berbagai penyakit baru. Program pencegahan dan pemberantasan penyakit bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan dari penyakit menular dan mencegah penyebaran serta mengurangi dampak sosial akibat penyakit sehingga tidak menjadi masalah kesehatan. Upaya pemberantasan penyakit menular lebih ditekankan pada pelaksanaan surveilans epidemiologi dengan upaya penemuan penderita secara dini yang ditindaklanjuti dengan penanganan secara cepat melalui pengobatan penderita. Di samping itu pelayanan lain yang diberikan adalah upaya pencegahan dengan pemberian imunisasi, upaya pengurangan faktor risiko melalui kegiatan untuk peningkatan kualitas lingkungan serta peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya pemberantasan penyakit menular yang dilaksanakan melalui berbagai kegiatan. Uraian singkat berbagai upaya tersebut seperti berikut ini.
77
1. Pengendalian Penyakit Polio
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Polio telah dilakukan melalui gerakan imunisasi polio. Upaya ini juga ditindaklanjuti dengan kegiatan surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasuskasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) kelompok umur <15 tahun hingga dalam kurun waktu tertentu, untuk mencari kemungkinan adanya virus polio liar yang berkembang di masyarakat dengan pemeriksaan spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai. Berdasarkan kegiatan surveilans AFP pada penduduk <15 tahun selama tahun 2003 – 2007, secara nasional diperoleh gambaran sebagaimana terlihat pada Gambar 4.23 berikut. Data selengkapnya per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 4.21. GAMBAR 4.23 PERSENTASE HASIL PENGIRIMAN SPESIMEN ADEKUAT DAN NON POLIO AFP RATE TAHUN 2003 – 2007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI
Setiap kasus AFP yang ditemukan dalam kegiatan intensifikasi surveilans, akan dilakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk mengetahui ada tidaknya virus polio liar yang menyerang masyarakat. Dari gambar di atas menunjukan bahwa persentase spesimen adekuat yang dikirim untuk pemeriksaan virus Polio menjadi semakin meningkat, dengan demikian hasil pemeriksaan yang dilakukan menjadi semakin mewakili kondisi di lapangan. Dari hasil pemeriksaan selama tahun 1998 – 2004 tidak ditemukan adanya infeksi virus Polio liar pada kasus AFP yang ditemukan. Besaran Non Polio AFP Rate selama tahun 1998 – 2004 relatif stabil. Tahun 2005, Sistem Surveilans AFP di Indonesia berhasil mendeteksi kasus virus polio liar impor dari Negara di Timur Tengah. Berdasarkan hasil pemeriksaan Laboratorium Biofarma tanggal 21 April 2005 bahwa telah ditemukan kasus AFP yang pertama kali dari Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi yang mengandung virus polio liar. Distribusi virus polio liar pada kasus AFP tahun 20052007 disajikan pada Tabel 4.2 berikut:
78
TABEL 4.2 DISTRIBUSI VIRUS POLIO LIAR PADA KASUS AFP MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2005 – 2007 No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam Riau DKI Jakarta Sumatera Selatan Jawa Timur Sumatera Utara Jawa Tengah Lampung Jawa Barat Banten T o t a l
AFP
36 35 71 50 274 54 202 79 317 233 1351
Virus Polio Liar (+) 6 3 4 5 11 10 20 26 59 161 305
Kontak (+)
Meninggal
1 5 35 41
0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 8
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI
Bulan Februari 2007 dilaksanakan Crash Program dan catch up campaign fase 4 terintegrasi dengan imunisasi polio tambahan (Sub PIN). Hasil ditampilkan pada Gambar 4.24, Bulan Agustus 2007 dilaksanakan Crash Program dan catch up campaign fase 5 terintegrasi dengan imunisasi polio tambahan (Sub PIN) hasil ditampilkan pada Gambar 4.25 berikut. GAMBAR 4.24 HASIL SUB PIN POLIO BULAN FEBRUARI 2007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI
79
GAMBAR 4.25 HASIL SUB PIN POLIO BULAN AGUSTUS 2007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI
2. Pengendalian TBParu
Upaya pencegahan dan pemberantasan TBParu dilakukan dengan pendekatan DOTS (Directly Observed Treatment Shortcource Chemotherapy) atau pengobatan TBParu dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO). Kegiatan ini meliputi upaya penemuan penderita dengan pemeriksaan dahak di sarana pelayanan kesehatan yang ditindaklanjuti dengan paket pengobatan. Dari upaya penemuan penderita TB selama tahun 20032007 ditemukan gambaran kasus sebagaimana terlihat pada Gambar 4.26 berikut. GAMBAR 4.26 JUMLAH PENDERITA TB BTA+ DAN TB LAIN TAHUN 2003 – 2007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI
Dalam penanganan program, semua penderita TB yang ditemukan ditindaklanjuti dengan paketpaket pengobatan intensif. Melalui paket pengobatan yang diminum secara teratur dan lengkap, diharapkan penderita akan dapat disembuhkan dari penyakit TB yang dideritanya. Namun demikian dalam proses selanjutnya tidak tertutup kemungkinan terjadinya kegagalan pengobatan akibat dari paket pengobatan yang tidak terselesaikan atau 80
drop out (DO), terjadinya resistensi obat atau kegagalan dalam penegakan diagnosa di akhir pengobatan. Selain dengan angka insiden, keberhasilan program pengendalian TB dapat dengan melihat beberapa indikator program pengendalian TB yang antara lain angka penemuan kasus (Case Detection Rate) dan angka keberhasilan pengobatan (Success Rate). Data tahun 2003 2007 dapat dilihat pada Gambar 4.27 berikut. GAMBAR 4.27 PENEMUAN KASUS BARU DAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TAHUN 2003 – 2007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI
Tingkat kesembuhan dari penderita pasca pengobatan biasanya sangat sulit ditegakkan oleh karena kendala dari penderita dalam mengeluarkan dahak yang memenuhi persyaratan, sehingga dalam pemantauan hasil akhir lebih diarahkan pada tingkat kelengkapan pengobatan atau succes rate (SR). Angka keberhasilan pengobatan adalah angka yang menunjukkan persentase pasien TB BTA positif yang menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupun pengobatan lengkap) diantara pasien TB BTA positif yang tercatat, sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2006 telah mencapai target global sebesar 85%. Tahun 2006, 27 provinsi yang telah mencapai target angka keberhasilan pengobatan, 5 (lima) provinsi yang belum mencapai target adalah DIY (84,33%), Maluku Utara (79,96%), Kalimantan Timur (76.61%), Papua (69,95%) dan Kepulauan Riau (65,25%) sedangkan provinsi tidak ada data adalah Papua Barat, dapat dilihat pada Gambar 4.28 berikut.
81
GAMBAR 4.28 ANGKA KEBERHASILAN PENGOBATAN PENDERITA BARU TB BTA POSITIF (SUCCESS RATE) MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI
3. Pengendalian Penyakit ISPA
Upaya Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (P2 ISPA) lebih difokuskan pada upaya penemuan secara dini dan tata laksana kasus yang cepat dan tepat terhadap penderita Pneumonia balita yang ditemukan. Upaya ini dikembangkan melalui suatu manajemen terpadu dalam penanganan balita sakit yang datang ke unit pelayanan kesehatan atau lebih dikenal dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Dengan pendekatan MTBS semua penderita ISPA langsung ditangani di unit yang menemukan, namun bila kondisi balita sudah berada dalam Pneumonia berat sedangkan peralatan tidak mencukupi maka penderita langsung dirujuk ke fasilitas pelayanan yang lebih lengkap. Target penemuan penderita pneumonia balita tahun 20052009 dapat dilihat pada Gambar 4.29 berikut. GAMBAR 4.29 TARGET PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA BALITA TAHUN 2005 – 2009
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI
82
Program pengendalian ISPA menetapkan bahwa semua kasus yang ditemukan harus ditatalaksanakan sesuai standar, dengan demikian angka penemuan kasus ISPA juga menggambarkan penatalaksanaan kasus ISPA. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir hasil penemuan penderita pneumonia pada balita dapat dilihat pada Gambar 4.30, yang mana terlihat bahwa cakupan penemuan penderita dari target (perkiraan penderita) masih relatif rendah. GAMBAR 4.30 PERSENTASE PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA PADA BALITA TAHUN 2003 – 2007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI
Sedangkan gambaran cakupan penemuan balita penderita pneumonia tahun 2007 dibandingkan dengan angka nasional dapat dilihat dalam Gambar 4.31 berikut. GAMBAR 4.31 CAKUPAN PENEMUAN BALITA PENDERITA PNEUMONIA MENURUT PROVINSI TAHUN 2007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI
Pada gambar di atas data cakupan per provinsi belum ada yang mencapai target nasional (66%). Tetapi ada beberapa provinsi yang mendekati target nasional seperti NTB (61,38%), Babel (56,10%) dan Kalsel (55,47%). Rincian data cakupan penemuan penderita menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 4.23.
83
Hambatan yang ditemui dalam meningkatkan cakupan penemuan Pneumonia Balita di Puskesmas: · Tenaga terlatih MTBS/Tatalaksana Standar ISPA tidak melaksanakan di Puskesmas · Pembiayaan (logistik & operasional) terbatas · Pembinaan (bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi) secara berjenjang masih sangat kurang · ISPA merupakan pandemi yang dilupakan/tidak prioritas sedangkan masalah ISPA merupakan masalah multisektoral · Gejala Pneumonia sukar dikenali oleh orang awam maupun tenaga kesehatan yang tidak terlatih 4. Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS dan PMS
Upaya pelayanan kesehatan dalam rangka penanggulangan penyakit HIV/AIDS, di samping ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan juga diarahkan pada upaya pencegahan melalui penemuan penderita secara dini yang dilanjutkan dengan kegiatan konseling. Upaya penemuan penderita dilakukan melalui skrining HIV/AIDS terhadap darah donor, pemantauan pada kelompok berisiko penderita Penyakit Menular Seksual (PMS) seperti Wanita Penjaja Seks (WPS), penyalahguna obat dengan suntikan (IDUs), penghuni Lapas (Lembaga Pemasyarakatan) atau sesekali dilakukan penelitian pada kelompok berisiko rendah seperti ibu rumah tangga dan sebagainya. Hasil pelaksanaan surveilans HIV/AIDS selama lima tahun terakhir menunjukkan peningkatan sebagaimana terlihat dalam Tabel 4.3 berikut. TABEL 4.3 PENEMUAN PENDERITA HIV/AIDS TAHUN 2003 – 2007 Tahun
Pengidap HIV Per tahun
Kumulatif
Penderita AIDS Per tahun
Kumulatif
Penderita AIDS Meninggal Per tahun
Kumulatif
2003
168
2.720
316
1.487
261
479
2004
649
3.369
1.195
2.682
361
740
2005
875
4.244
2.638
5.321
592
1.332
2006
986
5.230
2.873
8.194
539
1.871
2007
836
6.066
2.947
11.141
2.369
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI
Rate kumulatif kasus AIDS Nasional sampai dengan 31 Desember 2007 adalah 4,91 per 100.000 penduduk. Rate kumulatif kasus AIDS tertinggi dilaporkan dari Provinsi Papua (72,71), DKI Jakarta (33,45), Kepulauan Riau (19,86). Dalam perjalanan penyakit dari HIV positif menjadi AIDS dikenal istilah ”windows periods” yang tidak diketahui dengan pasti periodisasinya sehingga kelompok ini menjadi sangat potensial dalam menularkan penyakit. Pada kelompok ini di samping dilakukan pengobatan yang lebih utama adalah dilakukan konseling untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam ikut aktif mencegah terjadinya penularan lebih lanjut. 84
5. Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, sering muncul sebagai KLB dan menimbulkan kepanikan di masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian. Penyebab DBD adalah virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang hidup digenangan air bersih sekitar rumah. Di Indonesia saat ini dikenal 4 serotipe virus dengue yaitu Den1, Den2, Den3, Den4. Dari 4 serotipe tersebut yang paling banyak bersirkulasi adalah serotipe Den3. Kasus umumnya mulai meningkat pada saat musim hujan yaitu antara bulan Oktober – Mei. Upaya pemberantasan demam berdarah terdiri dari 3 hal yaitu 1) Peningkatan kegiatan surveilans penyakit dan surveilans vektor, 2) Diagnosis dini dan pengobatan dini, 3) Peningkatan upaya pemberantasan vektor penular penyakit DBD. Upaya tersebut dititik beratkan pada penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui 3M plus (Menguras, Menutup dan Mengubur) plus menabur larvasida, penyebaran ikan pada tempat penampungan air serta kegiatan kegiatan lainnya yang dapat mencegah/memberantas nyamuk Aedes berkembang biak., Juru Pemantauan Jentik (Jumantik) untuk memantau Angka Bebas Jentik (ABJ), serta pengenalan gejala DBD dan penanganannya di rumah tangga. Angka Bebas Jentik (ABJ) sebagai tolok ukur upaya pemberantasan vektor melalui PSN3M menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat dalam mencegah DBD. Oleh karena itu pendekatan pemberantasan DBD yang berwawasan kepedulian masyarakat merupakan salah satu alternatif pendekatan baru. Pola perkembangan DBD pada tahun 2006 kasus cenderung menurun setiap bulannya sampai dengan bulan Oktober namun terjadi sedikit peningkatan pada bulan November dan Desember. Tahun 2007 kasus mulai januari terus meningkat dengan puncaknya pada bulan februari dan terus menurun sampai dengan bulan septemberoktober. Jumlah penderita DBD yang dilaporkan pada tahun 2007 sebanyak 158.115 kasus dengan jumlah kematian 1.570 orang (CFR=1,01%, dan IR=71,78 per 100.000 penduduk). Sampai akhir 2007 jumlah Kab/Kota terjangkit DBD adalah 354 Kab/Kota dari 465 kab/kota yang ada (76,1%). TABEL 4.4 INDIKATOR PROGRAM P2DBD DAN PENCAPAIAN TARGET TAHUN 2005 – 2007 NO
2005 Target
1
Rumah Yang Bebas Jentik di Daerah Endemis (%)
3
Kejadian DBD ditangani sesuai Standard (%)
5
2007
Realisasi
Target
Realisasi
Desa Endemis DBD me laksanakan PSN DBD (%)
2
4
2006
INDIKATOR
Angka Kesakitan DBD (per 100.000 pddk) Angka Kematian DBD (%)
> 95
< 34 < 1
75,88
43,35 1,4
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI
85
> 95
< 30 < 1
81,5
52,48 1,04
Target
Realisasi
65
60
> 95
84
60
50
< 25 < 1
71,18 1
Pada Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa indikator program P2DBD belum mencapai target yang diinginkan. Adapun permasalahan dalam pengendalian DBD: 1. 2.
3. 4. 5.
6.
Belum ada obat anti virus dan vaksin untuk mencegah DBD, maka untuk memutus rantai penularan, pengendalian vektor dianggap yang paling memadai saat ini. Vektor DBD khususnya Aedes aegypti sebenarnya mudah dikendalikan, karena sarang sarangnya terbatas di tempat yang berisi air bersih dan jarak terbangnya maksimum 100 meter. Tetapi karena vektor tersebar luas, maka untuk keberhasilan pengendaliannya diperlukan total coverage (meliputi seluruh wilayah) agar nyamuk tidak berkembang biak lagi. Untuk itu sangat memerlukan partisipasi seluruh lapisan masyarakat khususnya dalam PSN DBD. Partisipasi masyarakat dalam PSN DBD masih rendah, meskipun pada umumnya pengetahuan tentang DBD dan caracara pencegahannya sudah cukup tinggi. Dengan kondisi keuangan negara saat ini, semakin mempersulit pembiayaan program pengendalian DBD yang sangat mahal di Indonesia. Banyak faktor yang berhubungan dengan peningkatan kejadian DBD dan KLB yang sulit atau tidak dapat dikendalikan seperti, kepadatan penduduk, mobilitas, lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), pergantian musim dan perubahan iklim dunia, kebersihan lingkungan dan perilaku hidup sehat, serta jenis dan keganasan virusnya. Belum optimalnya peran PERS dalam mendukung keberhasilan program pengendalian DBD di Indonesia.
Selain dukungan dana dari APBN, beberapa kegiatan pengendalian DBD mendapat sumber dana dari bantuan luar negeri yaitu WHO. Beberapa kegiatan tahun 2007 yang didanai oleh WHO antara lain: 1. Pengembangan metode COMBI di beberapa kota yaitu: Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Padang, dan Yogyakarta. 2. Kegiatan surveilans yaitu dalam rangka antisipasi KLB DBD di Jawa dan Bali. 3. Workshop dalam rangka update buku Pedoman Tatalaksana Kasus DBD. 4. Kegiatan training of trainer dalam tatalaksana kasus DBD di regional Kalimantan, Sulawesi dan Jawa. 5. Pembuatan buku modul bagi Pengelola Program DBD 6. Pengendalian Penyakit Malaria
Malaria sebagai salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, berdampak kepada penurunan kualitas sumber daya manusia yang dapat menimbulkan berbagai masalah sosial, ekonomi, bahkan berpengaruh kepada keamanan dan pertahanan nasional. Penegakan diagnosa penderita secara cepat dan pengobatan yang tepat merupakan salah satu upaya penting dalam rangka pemberantasan penyakit Malaria di samping pengendalian vektor potensial. Terdapat dua model pendekatan dalam upaya penegakan diagnosa penderita, yaitu wilayah Jawa Bali dilakukan secara aktif (Active Case Detection) oleh Juru Malaria Desa dengan mendatangi warga yang mengeluh gejala klinis Malaria, sedangkan untuk wilayah luar Jawa Bali dilakukan secara pasif dengan menunggu pasien datang berobat ke pelayanan kesehatan. Upaya pengobatan tidak hanya diberikan kepada penderita klinis atau penderita
86
dengan konfirmasi laboratorium namun juga diberikan pada kelompok tertentu untuk tujuan profilaksis. Penderita malaria yang diobati merupakan persentase penderita tersangka malaria dan atau positif malaria yang datang ke sarana kesehatan, diobati sesuai pengobatan standar dalam kurun waktu 1 tahun. Pada tahun 2003 – 2007 persentase pengobatan malaria mencapai angka 100% sesuai dengan target yang diinginkan. Dalam tahun 2007 terjadi peningkatan kasus maupun KLB malaria dibeberapa daerah. Upaya penanggulangan baik dengan pengobatan massal, survei demam, penyemprotan rumah, penyelidikan vektor penyakit dan tindakan lain misalnya pengeringan tempat perindukan telah dilakukan dengan baik. Sampai tahun 2007 masih terjadi KLB dan peningkatan kasus malaria di beberapa tempat yaitu di 8 Provinsi, 13 kabupaten, 15 kecamatan, 30 desa dengan jumlah penderita malaria positif sebesar 1256 penderita, 74 kematian (CFR KLB =5,9%). 7. Pengendalian Penyakit Kusta
Upaya pelayanan terhadap penderita penyakit Kusta antara lain adalah melakukan penemuan penderita melalui berbagai survei anak sekolah, survei kontak dan pemeriksaan intensif penderita yang datang ke pelayanan kesehatan dengan keluhan atau kontak dengan penderita penyakit Kusta. Semua penderita yang ditemukan langsung diberikan pengobatan paket MDT yang terdiri atas Rifampicin, Lampren, dan DDS selama kurun waktu tertentu. Sedangkan untuk penderita yang ditemukan sudah dalam kondisi parah akan dilakukan rehabilitasi melalui institusi pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas pelayanan lebih lengkap. Hasil dari berbagai kegiatan penemuan kasus baru penderita Kusta yang dilakukan selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut. TABEL 4.5 PEMERIKSAAN PENDUDUK, PENEMUAN KASUS BARU (CDR) DAN PENDERITA CACAT TAHUN 2003 2007 Suspek Positif Tahun
CDR
Penderita Cacat (%)
PB
MB
2003
3.594
11.956
7,3
8,0
2004
3.615
12.957
7,8
8,6
2005
4.056
15.639
8,9
8,7
2006
3.506
14.415
8.2
8.7
2007
3.339
20.313
7.84
8.8
Catatan : MB = Multi Basiller, PB = Pausi Basiller, CDR = CaseDetection Rate
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI
Untuk menilai kinerja petugas dalam penemuan kasus, digunakan angka proporsi cacat tingkat II (cacat akibat kerusakan syaraf dan cacat terlihat). Tingginya proporsi cacat tingkat II menunjukan keterlambatan dalam penemuan kasus atau dengan kata lain kinerja petugas yang rendah dalam menemukan kasus serta pengetahuan masyarakat yang rendah. 87
Sementara untuk mengetahui apakah penularan masih terjadi di masyarakat, perhitungan yang digunakan adalah proporsi anak di antara kasus baru. Penderita cacat tingkat II relatif stabil tiap tahunnya, tahun 2007 (8,8%). Proporsi cacat tingkat II dan proporsi anak di antara kasus baru penyakit Kusta masih di atas indikator program (5%), proporsi masih relatif stabil. Hal ini berarti penularan masih terjadi di masyarakat dan kasus ditemukan terlambat sehingga pada saat penemuan penderita sudah mengalami cacat tingkat II. 8. Pengendalian Penyakit Filaria
Filariasis adalah penyakit menular (Penyakit Kaki Gajah) yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun lakilaki. Akibatnya penderita tidak dapat bekerja secara optimal bahkan hidupnya tergantung kepada orang lain sehingga menjadi beban keluarga, masyarakat dan negara. Di Indonesia penyakit kaki gajah tersebar luas hampir di seluruh Provinsi. Program eliminasi filariasis dilaksanakan atas dasar kesepakatan global WHO tahun 2000 yaitu “The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem the year 2020”yang merupakan realisasi dari resolusi WHA (World Health Assembly) pada tahun 1997. Program Eliminasi ini dilaksanakan melalui dua pilar kegiatan yaitu : a. Pengobatan massal kepada semua penduduk di kabupaten endemis filariasis dengan menggunakan DEC 6 mg/kg BB dikombinasikan dengan Albendazole 400 mg sekali setahun selama 5 tahun, guna memutuskan rantai penularan. b. Tatalaksana kasus klinis filariasis guna mencegah dan mengurangi kecacatan. Implementation Unit (IU) yang digunakan dalam program eliminasi filariasis sejak tahun 2005 adalah kabupaten/kota. Artinya satuan wilayah terkecil dalam program ini adalah kabupaten/kota, baik untuk penentuan endemisitas maupun pengobatan massal. Bila sebuah kabupaten/kota sudah endemis filariasis, maka sasaran pengobatan massal adalah semua penduduk di kabupaten/kota tersebut. Semua penduduk harus minum obat, tetapi pengobatan untuk sementara ditunda bagi : anak berumur < 2 tahun, ibu hamil, orang yang sedang sakit berat, penderita kronis filariasis yang dalam serangan akut dan balita dengan marasmus/kwashiorkor. Target dan pencapaian pengobatan massal filariasis tahun 20032007 dapat dilihat pada Gambar 4.32 berikut.
88
GAMBAR 4.32 TARGET DAN PENCAPAIAN PENGOBATAN MASSAL FILARIASIS TAHUN 20032007
Sumber : Ditjen PPPL, Depkes, 2005
Dari 304 Kabupaten/Kota endemis filariasis pada tahun 2007, baru 77 Kabupaten/Kota yang tersebar di 21 Provinsi melaksanakan pengobatan massal. Itupun sasarannya belum semua seluas Kabupaten/Kota, baru 35 Kabupaten/Kota yang sasaran pengobatan massalnya seluas kabupaten. Hal ini menunjukkan bahwa kabupaten yang dapat menurunkan mikrofilaria rate <1% adalah 5,6%. Namun sejak tahun 2005 terjadi peningkatan jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan MDA setiap tahunnya (Gambar 4.33). GAMBAR 4.33 KABUPATEN/KOTA ENDEMIS FILARIASIS YANG MELAKSANAKAN CAKUPAN PENGOBATAN (MDA) TAHUN 20052007
Sumber : Ditjen PPPL, Depkes
Belum semua Kabupaten/Kota yang dapat melakukan pengobatan massal dengan sasaran seluruh penduduknya, disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah karena mahalnya biaya operasional yang harus disediakan oleh Kabupaten/Kota. Padahal biaya operasional menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu perlu diupayakan adanya bantuan luar negeri untuk membantu daerah dalam penyediaan biaya operasional pengobatan massal.
89
Tatalaksana kasus kronis filariasis harus dilakukan pada semua penderita. Tatalaksana ini bertujuan untuk mencegah atau mengurangi kecacatan penderita dan agar penderita menjadi mandiri dalam merawat dirinya. Setiap penderita dibuatkan status rekam medis yang disimpan di Puskesmas, dan mendapatkan kunjungan dari petugas kesehatan minimal 3 kali dalam setahun. 9. Pengendalian Penyakit Antraks
Anthraks adalah penyakit hewan yang dapat menular ke manusia dan bersifat akut. Penyebabnya bakteri Bacillus anthracis, bakteri ini bersifat aerob, memerlukan oksigen untuk hidup. Di alam bebas bakteri ini membentuk spora yang tahan puluhan tahun dalam tanah dan bisa menjadi sumber penularan pada hewan dan manusia. Penularan pada manusia bisa lewat kontak langsung spora yang ada di tanah, tanaman, maupun bahan dari hewan sakit (kulit, daging, tulang atau darah). Mengkonsumsi produk hewan yang kena anthraks atau melalui udara yang mengandung spora, misalnya, pada pekerja di pabrik wool atau kulit binatang. Karenanya ada empat tipe anthraks, yaitu anthraks kulit, pencernaan/anthraks usus, pernapasan/anthraks paru dan anthraks otak. Anthraks otak terjadi jika bakteri terbawa darah masuk ke otak. Situasi antraks pada manusia di Indonesia tahun 2003 – 2007 dapat dilihat pada Gambar 4.34 berikut. GAMBAR 4.34 SITUASI ANTRAKS PADA MANUSIA DI INDONESIA TAHUN 2003 – 2007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI
Untuk mencegah tertular anthraks dianjurkan untuk membeli daging dari tempat pemotongan resmi, memasak daging secara matang untuk mematikan kuman, serta mencuci tangan sebelum makan. Pemerintah menyediakan obat untuk anthraks di seluruh kabupaten endemis anthraks, memberikan pelatihan surveilans dan diagnosis klinis serta laboratorium di empat provinsi endemis, mendistribusikan poster, leaflet, dan buku petunjuk penanganan anthraks. Serta melakukan kerja sama lintas sektoral dalam pemberantasan anthraks dan langkah penanggulangan lain.
90
10. Pengendalian Penyakit Avian Influenza
Penyakit influenza pada unggas (Avian Influenza /AI) yang saat ini kita kenal dengan sebutan flu burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dari Family Orthomyxomiridae. Virus ini dapat menimbulkan gejala penyakit pernafasan pada unggas, mulai dari yang ringan (Low pathogenic) sampai pada yang bersifat fatal (highly pathogenic). Penyakit unggas di Indonesia terdiri dari virus sebanyak 12 jenis diantaranya AI, bakteri 3 jenis, dan parasit 1 jenis. Virus AI dibagi ke dalam subtipe berdasarkan permukaan Hemaglutinin (HA) dan Neoraminidase (NA) ada 15 subtipe HA dan 9 jenis NA. Virus Influenza ada tiga tipe, yaitu tipe A (pada unggas) , tipe B dan C (pada manusia). Influenza tipe A terdiri dari beberapa strain, antara lain H1N1, H3N2, H5N1 dan lainlain. Influenza A (H5N1) merupakan penyebab wabah flu burung yang sangat mematikan di Hongkong, Vietnam, Thailand, Indonesia dan Jepang. Di Indonesia, Virus Influenza tipe A subtipe H5N1 tersebut diatas menyerang ternak ayam sejak bulan Oktober 2003 sampai dengan Februari 2005 akibatnya 14,7 juta ayam mati.Sementara penyebaran virus tersebut pada manusia di Indonesia sejak bulan Juli tahun 2005. Pada tahun 2007 terdapat 3 provinsi (Sumatera Selatan, Riau dan Bali) dan 14 kabupaten/kota tertular baru, dimana tahun sebelumnya (20052006) belum dilaporkan adanya kasus konfirm pada manusia, meskipun sudah termasuk daerah tertular AI pada unggas. Perluasan daerah tertular pada manusia menurun jika dibandingkan dengan tahun 2006, sebanding juga dengan penurunan jumlah kasus konfirmasi pada tahun 2007. TABEL 4.6 KASUS AVIAN INFLUENZA PADA MANUSIA DI INDONESIA TAHUN 2005 – 2007 NO.
PROVINSI
1. 2. 3. 4.
Banten DKI Jakarta Lampung Jawa Barat
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Jawa Tengah Sumatera Utara Jawa Timur Sumatera Barat Sulawesi Selatan Sumatera Selatan Riau Bali Total
Kasus 5 8 3 3
2005 Mati 4 7 0 2
2006 Kasus Mati 4 4 11 10 0 0 22 18
1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
3 7 5 2 1 0
3 6 3 0 1 0
20
13
55
45
2007 Kasus Mati 11 8 0
9 7 0
5 5 1 2 1 0
4 5 1 2 1 0
1 6 2 42
1 5 2 37
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI
Upaya pencegahan penularan tentu saja dilakukan dengan cara menghindari bahan yang terkontaminasi tinja dan sekret unggas, dengan beberapa tindakan seperti: - Mencuci tangan dengan sabun cair pada air yang mengalir sebelum dan sesudah melakukan suatu pekerjaan - Melaksanakan kebersihan lingkungan - Melakukan kebersihan diri - Tiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari saluran cerna unggas harus menggunakan pelindung (masker, kacamata khusus) 91
- Bahan yang berasal dari saluran cerna unggas, seperti tinja harus ditata laksana dengan baik (ditanam atau dibakar) agar tidak menjadi sumber penularan bagi orang di sekitarnya - Alatalat yang digunakan dalam peternakan harus dicuci dengan desinfektan - Kandang dan tinja tidak boleh dikeluarkan dari lokasi peternakan - Mengkonsumsi daging ayam yang telah dimasak dengan suhu 800 derajad celcius selama satu menit, telur unggas dipanaskan dengan suhu 640 derajad celcius selama lima menit 11. Surveilans Vektor
Surveilans vektor dilakukan melalui kegiatan pemantauan jentik oleh petugas kesehatan maupun juru/kader pemantau jentik (jumantik/kamantik). Pengembangan sistem surveilans vektor secara berkala perlu terus dilakukan terutama dalam kaitannya dengan perubahan iklim dan pola penyebaran kasus. Pengendalian vektor dilakukan dengan berbagai macam cara/metode seperti pengendalian secara fisik, biologis, kimiawi, dan bentuk pengendalian vektor yang dianjurkan sekarang adalah pengendalian secara terpadu atau yang lebih dikenal Integreted Vector Control/IVM. Dalam kondisi tertentu jumlah populasi vektor meningkat tajam dan kasus meningkat secara signifikan. Perlu adanya upayaupaya untuk menurunkan populasi vektor secara cepat dan penggunaan bahan insektisida merupakan pilihan yang tidak bisa dihindarkan. Penggunaan insektisida secara terus menerus di suatu wilayah tertentu akan dapat menyebabkan resistensi terhadap spesies sasaran. Penggunaan insektisida untuk pengendalian vektor malaria telah menyebabkan Anopheles aconitus di daerah Jawa Tengah resisten terhadap DDT. Demikian pula penggunaan secara terus menerus malathion terhadap Aedes aegypti telah menyebabkan resistensi vektor tersebut terhadap Malathion. Untuk mencegah terjadinya resistensi vektor terhadap insektisida diperlukan kebijakan penggunaan insektisida sesuai dengan SOP. Perlu adanya rotasi penggunaan insektisida. a. Vektor DBD dan Chikungunya
Vektor yang berperan dalam penularan DBD dan Chikungunya adalah nyamuk Aedes aegypti dan vektor potensialnya nyamuk Aedes albopictus yang hidup digenangan air bersih sekitar rumah. Di Indonesia saat ini dikenal 4 serotipe virus dengue yaitu Den1, Den2, Den 3, Den4. Dari 4 serotipe tersebut yang paling banyak bersirkulasi adalah serotipe Den3. Kasus umumnya mulai meningkat pada saat musim hujan yaitu antara bulan Oktober – Mei. Penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue sudah menyeluruh hingga ke kecamatan/desa. Jentik Aedes aegypti banyak ditemukan di bak mandi, drum, tempat penampungan air dispenser, tempat penampungan air refrigerator, ban bekas , vas bunga, talang rumah, kolam ikan hias yang terbengkalai/ tidak digunakan lagi, sedangkan untuk larva Aedes albopictus lebih banyak ditemukan di luar rumah seperti pada ketiak pohon, lubanglubang pohon, potongan banbu dan pada berbagai barangbarang bekas yang berada di luar rumah. Dari informasi petugas entomologi di wilayah Nusa Tenggara Timur ada indikasi telah terjadi perubahan perilaku menggigit nyamuk Aedes yang biasanya hanya menggigit 92
pada siang hari sekarang nyamuk tersebut juga menggigit pada malam hari, hal ini perlu dilakukan pengamatan lebih lanjut untuk memastikan kebenaranya. Sejak tahun 2004 sampai dengan 2006 data angka bebas jentik tidak dilaporkan oleh daerah, dikarenakan program Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) di daerah belum menjadi prioritas program. Selain kegiatan surveilans vektor yang dilakukan oleh daerah melalui kegiatan PJB, petugas Pusat melakukan kegiatan survai jentik dalam bentuk evaluasi PSN yang dilakukan pada tahun 2004. Kegiatan ini dilakukan di 10 kota yaitu di Kota Bogor, Denpasar, Jambi, Kendari, Palangkaraya, Mataram, Palu, Pekanbaru, Surabaya dan Yogyakarta. Ratarata Angka Bebas Jentik (ABJ) yang diperoleh dari kegiatan itu adalah 79,04%. Keterangan itu menunjukkan bahwa ABJ di 10 kota masih di bawah 95%, hal ini menjelaskan bahwa partisipasi masyarakat untuk mencegah penyakit DBD dengan cara 3M di lingkungannya masingmasing belum optimal, sehingga kasus DBD masih sering terjadi terutama di wilayahwilayah endemis DBD. b. Vektor Malaria
Sampai dengan tahun 2007 jumlah vektor penyakit malaria yang tercatat di Subdit Pengendalian Vektor dan diambil dari berbagai sumber sebanyak 25 spesies (lihat tabel 2). Akhirakhir ini dibeberapa daerah seperti Provinsi NTT, Purworejo, dan Sukabumi An. vagus positip parasit malaria, padahal dari berbagai penelitian yang pernah dilakukan An. vagus lebih menyukai darah binatang dibandingkan dengan manusia. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui kemungkinan telah terjadi perubahan bionomic. Vektor malaria menyebar di seluruh provinsi di Indonesia. Jenis vektor dan penyebarannya dapat dilihat pada Gambar 4.35 berikut ini : GAMBAR 4.35 PENYEBARAN VEKTOR MALARIA DI INDONESIA TAHUN 2008
Keterangan : 1. An.aconitus 2. An.balabacensis 3. An.bancrofti 4. An.barbirostris 5. An.farauti 21. An.tesellatus 25.An.annullari
6. An. flavirostris 7. An. koliensis 8. An.letifer 9. An.leucosphyrus 10. An.karwari 22. An.parangensis
11. An. ludlowi 12. An.maculates 13. An.minimus 14.An.nigerrimus 15. An.punctulatus 23.An. kochi
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI,2008
93
16. An. sinensis 17. An.subpictus 18 An.sundaicus 19. An. vagus 20. An. umbrosus 24.An.ludlowi
c. Vektor Filaria
Ada 4 generasi nyamuk yang menjadi vektor filariasis di Indonesia yaitu Culex, Anopheles, Mansonia dan Aedes, genera terakhir (Aedes) merupakan vektor filariasis di Papua. Brugia timori merupakan filariasis yang hanya ada di Indonesia tepatnya di Provinsi NTT, sedangkan Brugia malayi dan Wuchereria bancrofti menyebar dihampir seluruh provinsi (Gambar 4.36). GAMBAR 4.36 PENYEBARAN VEKTOR PENYAKIT FILARIASIS DI INDONESIA TAHUN 2007
Sumber: Ditjen PPPL, Depkes RI
D. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
Upaya perbaikan gizi masyarakat pada hakikatnya dimaksudkan untuk menangani permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Berdasarkan pemantauan yang telah dilakukan ditemukan beberapa permasalahan gizi yang sering dijumpai pada kelompok masyarakat antara lain kekurangan vitamin A dan anemia gizi besi. 1. Pemberian Kapsul Vitamin A
Upaya perbaikan gizi juga dilakukan pada beberapa sasaran yang diperkirakan banyak mengalami kekurangan terhadap vitamin A, yang dilakukan melalui pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi dan balita yang diberikan sebanyak 2 kali dalam satu tahun (Februari dan Agustus) dan pada ibu nifas diberikan 1 kali . Vitamin A adalah salah satu zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) dan kesehatan mata. Anak yang menderita kurang vitamin A, bila terserang campak, diare atau penyakit infeksi lain, penyakit tersebut akan bertambah parah dan dapat mengakibatkan kematian. Infeksi akan menghambat kemampuan tubuh untuk menyerap zatzat gizi dan pada saat yang sama akan mengikis habis simpanan vitamin A dalam tubuh. Kekurangan vitamin A untuk jangka waktu lama juga akan mengkibatkan terjadinya gangguan pada mata, dan bila anak tidak segera mendapat vitamin A akan mengakibatkan kebutaan. Pemberian kapsul vitamin A menurut sasaran tahun 2007 dapat dilihat pada Gambar 4.37 berikut. 94
GAMBAR 4.37 PERSENTASE PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A MENURUT SASARAN TAHUN 2007
Sumber: Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes RI
Persentase cakupan pemberian kapsul vitamin A pada bayi, anak balita, dan ibu nifas tahun 2007 menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 4.24. 2. Pemberian Tablet Besi
Pelayanan pemberian tablet besi (Fe) dimaksudkan untuk mengatasi kasus Anemia serta meminimalisasi dampak buruk akibat kekurangan Fe khususnya yang dialami ibu hamil. Perkembangan cakupan pemberian tablet besi pada ibu hamil 30 tablet (Fe1) dan 90 tablet (Fe3) pada tahun 2003 – 2007 dapat dilihat pada Gambar 4.38 di bawah ini. GAMBAR 4.38 PERSENTASE CAKUPAN PEMBERIAN TABLET BESI PADA IBU HAMIL TAHUN 2003 – 2007
Sumber: Dit.Gizi Masy. dan Dit.Kes.Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes
Pada gambar di atas terlihat bahwa tren cakupan pemberian tablet besi (Fe1 dan Fe3) dari tahun 2003 2007 menunjukkan peningkatan, namun tahun 2005 sedikit mengalami penurunan. Pada tahun 2007 provinsi dengan cakupan Fe3 tertinggi adalah Kepulauan Bangka Belitung (89,84%), Sumatera Selatan (87,68%) dan Nusa Tenggara Barat (82,52%) sedangkan provinsi dengan cakupan Fe3 terendah yaitu Papua Barat (19,18%), Jawa Timur (25,99%) dan Lampung (46,86%). Cakupan pemberian tablet besi (Fe3) kepada ibu hamil menurut provinsi tahun 2007 dapat dilihat pada Gambar 4.39 dan Lampiran 4.25. 95
GAMBAR 4.39 CAKUPAN PEMBERIAN TABLET BESI (Fe3) PADA IBU HAMIL MENURUT PROVINSI TAHUN 2007
Sumber: Dit.Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes
E. PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI BENCANA
Bencana di Indonesia dapat dikategorikan menjadi 2 macam yaitu bencana lingkungan hidup dan bencana alam. Bencana lingkungan hidup terjadi akibat dari kerusakan lingkungan seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, kecelakaan industri, tumpahan minyak di laut, sedangkan bencana alam terjadi sebagai akibat aktifitas lapisan/kerak bumi/fenomena alam seperti gempa bumi, gelombang tsunami, letusan gunung berapi, badai atau angin ribut yang kejadiannya sulit diprediksi. Berdasarkan hasil pemantauan Pusat Penanggulangan Krisis, sepanjang tahun 2007 tercatat 205 kali kejadian bencana yang mengakibatkan krisis kesehatan dan terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Jenisnya pun beraneka ragam seperti banjir, tanah longsor, kecelakaan transportasi, angin puting beliung, kecelakaan industri dan konflik sosial. Beberapa di antaranya merupakan bencana besar yang meyebabkan puluhan korban jiwa dan ratusan bahkan ribuan korban lukaluka serta adanya pengungsi, yaitu kejadian banjir di Prov. DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat, banjir dan tanah longsor di Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Tengah, gempa bumi tektonik Prov. Bengkulu dan Sumatera Barat dan yang cukup menarik perhatian di akhir tahun adalah kejadian banjir yang melanda sejumlah kabupaten/kota di Prov. Jawa Timur dan Jawa Tengah. Terdapat 11 jenis bencana pada tahun 2007 yang mengakibatkan krisis kesehatan dengan jumlah korban yang signifikan, yaitu banjir, tanah longsor, banjir disertai tanah longsor, angin puting beliung, gempa bumi, gelombang pasang, peningkatan aktifitas gunung api, kecelakaan transportasi, kecelakaan industri, KLB keracunan makanan dan ledakan bom. Selama periode bulan Januari sampai Desember 2007, bencana terjadi di 28 provinsi dengan frekuensi yang bervariasi. Jawa Timur merupakan provinsi yang paling banyak tertimpa bencana yaitu 31 kali kejadian disusul oleh Jawa Barat 25 kali kejadian kemudian Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan sebanyak 20 kali kejadian bencana. Oleh karena itu, penguatan sumber daya kesehatan dengan ditunjuknya Surabaya sebagai Pusat Penanggulangan Krisis (PPK) Regional Jawa Timur dirasakan sangat tepat dan penting dalam 96
upaya menanggulangi bencana di wilayahnya. Begitu pula dengan pembentukan PPK Regional Jawa Tengah dan PPK Regional Sulawesi Selatan. Banjir merupakan bencana yang paling sering terjadi dengan frekuensi 48,29% dari seluruh kejadian bencana. Jenis kejadian bencana lain yang juga sering terjadi berturutturut yaitu angin puting beliung (10,73%), banjir yang disertai tanah longsor (9,76%), dan tanah longsor (8,78%). Angka kematian tertinggi diakibatkan dari kejadian banjir disertai tanah longsor dengan jumlah yang cukup jauh melampaui kejadian lainnya yaitu 265 jiwa. Peringkat kedua dan ketiga yaitu banjir 140 jiwa dan gempa bumi 99 jiwa. Korban rawat inap akibat bencana sepanjang tahun 2007 tertinggi diakibatkan oleh banjir yaitu sebanyak 2.303 jiwa, kedua dan ketiga tertinggi diperoleh dari gempa bumi 468 jiwa dan kecelakaan transportasi 263 jiwa. Sedangkan untuk korban rawat jalan akibat bencana dalam tahun 2007 paling tinggi diakibatkan oleh banjir sebanyak 299.414 jiwa, diikuti gempa bumi 36.385 jiwa dan banjir disertai tanah longsor 7.660 jiwa. Jumlah pengungsi tertinggi pada tahun 2007 diakibatkan oleh bencana banjir sebanyak 610.065 jiwa, sedangkan gempa bumi 139.494 jiwa dan banjir yang disertai tanah longsor 20.237 jiwa. Untuk korban hilang tertinggi diakibatkan oleh kecelakaan transportasi sebanyak 399 jiwa, jauh dibandingkan bencana lainnya yang juga mengakibatkan korban hilang. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.27 Upaya yang telah dilakukan antara lain evakuasi korban, mendirikan pos kesehatan di lokasi, memberikan pelayanan rawat inap dan rawat jalan, melakukan pemantauan di daerah bencana, memberikan penyuluhan kesehatan, pencarian orang hilang, merujuk korban luka berat ke rumah sakit, mengirim obatobatan dan paket MPASI, dll. Demikian gambaran singkat mengenai situasi upaya kesehatan di Indonesia sampai dengan tahun 2007.
***
97
BAB V SUMBER DAYA KESEHATAN
Gambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan dikelompokkan menjadi sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan. A. SARANA KESEHATAN
Sarana kesehatan meliputi puskesmas, rumah sakit (rumah sakit umum dan rumah sakit khusus), sarana Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), sarana produksi dan distribusi farmasi dan alat kesehatan, dan institusi pendidikan tenaga kesehatan. 1. Puskesmas
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dari Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota yang berada di wilayah kecamatan yang melaksanakan tugastugas oprasional pembangunan kesehatan. Pembangunan puskesmas di tiap kecamatan memiliki peran yang sangat penting dalam memelihara kesehatan masyarakat. Pada tahun 2007 jumlah puskesmas di seluruh Indonesia sebanyak 8.234 unit. Jika dilihat dari tahun 2003 – 2007 terlihat adanya peningkatan. Peningkatan yang cukup besar, yaitu 4,51% terjadi pada tahun 2006. Jumlah puskesmas pada tahun 20032007 dapat dilihat pada Gambar 5.1. Dalam periode tahun 20032007, rasio puskesmas terhadap 100.000 penduduk meningkat dari 3,46 per 100.000 penduduk pada tahun 2003 menjadi 3,65 per 100.000 penduduk pada tahun 2007. Ini berarti bahwa pada periode tahun itu setiap 100.000 penduduk dilayani oleh 3 4 unit puskesmas. Rasio puskesmas terhadap 100.000 penduduk pada tahun 2003 – 2007 disajikan pada Gambar 5.2. Bila dilihat per provinsi, rasio puskesmas per 100.000 penduduk terendah berada di Provinsi Banten yaitu sebesar 1,91 dan yang tertinggi di Provinsi Papua Barat yaitu sebesar 11,59. Gambaran rasio pPuskesmas per 100.000 penduduk menurut provinsi disajikan pada Gambar 5.3. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.1 dan Lampiran 5.2.
98
GAMBAR 5.1 JUMLAH PUSKESMAS TAHUN 20032007
GAMBAR 5.2 RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 20032007
Sumber : Ditjen Binkesmas, Depkes RI
GAMBAR 5.3 RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2007
Sumber : Ditjen Binkesmas, Depkes RI
Bila melihat wilayah kerja puskesmas, rasio puskesmas pada tahun 20032007 sudah memenuhi konsep wilayah kerja puskesmas, yaitu ratarata satu unit puskesmas melayani 30.000 penduduk, yang berarti secara nasional puskesmas diharapkan sudah dapat menjangkau penduduk sasaran di wilayah kerjanya. Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di puskesmas, beberapa puskesmas telah ditingkatkan menjadi puskesmas perawatan. Jumlah puskesmas pada tahun 2007 sebanyak 8.234 unit dan 2.683 unit di antaranya merupakan puskesmas perawatan. Pada tahun 2003 – 2007 perkembangan jumlah puskesmas perawatan cenderung bertambah, pertambahan yang paling besar terjadi pada tahun 2006 yaitu bertambah 20.22%, kemudian pada tahun 2007 bertambah 7,45%. Perkembangan jumlah puskesmas dan puskesmas perawatan pada tahun 2003 – 2007 disajikan pada Gambar 5.6 berikut ini, sedangkan jumlah puskesmas menurut provinsi disajikan pada Lampiran 5.3.
99
GAMBAR 5.6 JUMLAH PUSKESMAS DAN PUSKESMAS PERAWATAN TAHUN 2003 – 2007
Sumber: Ditjen Binkesmas dan Pusdatin, Depkes RI
Sementara itu, jumlah puskesmas keliling kendaraan bermotor roda empat (R4/mobil) pada tahun 20032007 terjadi peningkatan dari tahun ke tahun, peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 14,6%. Jumlah puskesmas keliling roda empat pada tahun 2007 sebesar 6.631 unit dan puskesmas keliling perahu bermotor berjumlah 838 unit. Rasio puskesmas keliling terhadap puskesmas pada tahun 20032007 berkisar antara 0,8 – 0,9. Jumlah puskesmas keliling dan rasionya terhadap puskesmas pada tahun 2003 – 2007 disajikan pada Gambar 5.7 berikut ini. Sedangkan jumlah dan rasionya menurut provinsi disajikan pada Lampiran 5.4. GAMBAR 5.7 JUMLAH PUSKESMAS KELILING DAN RASIONYA TERHADAP PUSKESMAS TAHUN 2003 – 2007
Sumber: Ditjen Binkesmas, Depkes RI
Sarana transportasi puskesmas lainnya adalah ambulans dan sepeda motor. Pada tahun 2007 jumlah ambulans di puskesmas sebanyak 2.465 unit. Jumlah ambulans di puskesmas yang terbanyak tercatat di Provinsi Jawa Tengah (672 ambulans) dan yang paling sedikit di Provinsi Sulawesi Tengah (1 ambulans). Untuk sepeda motor pada tahun 2007 tercatat sebanyak 32.369 unit, ini berarti setiap puskesmas ratarata mempunyai 34 sepeda motor.
100
2. Rumah Sakit
Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan menghitung jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta rasionya terhadap jumlah penduduk. Pada tahun 2007 jumlah rumah sakit di seluruh Indonesia sebanyak 1.319 unit. Rumah sakit yang dikelola pemerintah yang terdiri atas rumah sakit milik Departemen Kesehatan, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, TNI/POLRI, dan departemen lain/BUMN sebanyak 667 unit (50,57%) dan yang dikelola swasta sebanyak 652 unit (49,43%) Pada tahun 2003 – 2007, perkembangan jumlah rumah sakit (umum dan khusus) di Indonesia terus meningkat dengan peningkatan sebesar 6,89%. Perkembangan jumlah rumah sakit (umum dan khusus) di Indonesia tahun 2003 – 2007 disajikan pada Tabel 5.1 di bawah ini, sedangkan jumlahnya menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5.5. TABEL 5.1 PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (UMUM & KHUSUS) DI INDONESIA TAHUN 2003 – 2007 No.
Pengelola/Kepemilikan
2003
2004
2005
2006
2007
31
31
31
31
31
1
Departemen Kesehatan
2
Pemerintah Provinsi/ Kab/Kota
396
404
421
433
446
4
TNI/POLRI
112
112
112
112
112
5
BUMN/Departemen Lain
78
78
78
78
78
6
Swasta
617
621
626
638
652
1.234
1.246
1.268
1.292
1.319
Jumlah
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI
Jumlah rumah sakit umum di Indonesia tahun 2007 sebanyak 1.033 unit yang terdiri atas rumah sakit umum milik pemerintah sebanyak 582 unit (56,34%) dan rumah sakit umum swasta sebanyak 451 unit (43,66%). Pada periode tahun 2003 – 2007 jumlah rumah sakit umum (pemerintah dan swasta) terus meningkat sesuai dengan meningkatnya kebutuhan terhadap fasilitas pelayanan kesehatan. Bila dilihat berdasarkan kepemilikannya, jumlah rumah sakit umum milik pemerintah bertambah 8,98% dengan kenaikan yang paling besar pada tahun 2005 (bertambah 3,14%), sedangkan jumlah rumah sakit umum milik swasta naik sebesar 4,39% dengan kenaikan yang paling besar pada tahun 2007 (bertambah 2,28%). Jumlah rumah sakit umum di Indonesia tahun 2007 menurut provinsi dan pengelolanya dapat dilihat pada Lampiran 5.6.
101
GAMBAR 5.8 PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM TAHUN 2003 – 2007
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI
Pada tahun 2007, jumlah rumah sakit umum milik Depkes dan Pemda yang tergolong kelas A sebanyak 8 rumah sakit (1,99%) yang tersebar di 8 provinsi yaitu Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali dan Sulawesi Selatan. Rumah sakit kelas B sebanyak 79 rumah sakit (19,70%), kelas C sebanyak 246 rumah sakit (61,35%), dan kelas D sebanyak 68 rumah sakit (16,96%). Rincian dapat dilihat pada Lampiran 5.7 Jumlah rumah sakit khusus (pemerintah dan swasta) pada periode tahun 2003 2007 juga meningkat yang dapat dilihat pada Gambar 5.9. Bila dilihat berdasarkan kepemilikan, jumlah rumah sakit khusus milik pemerintah pada tahun 20032006 tetap yaitu sebanyak 83 rumah sakit. Pada tahun 2007 terdapat penambahan sebanyak 2 rumah sakit khusus sehingga menjadi 85 rumah sakit. Sedangkan jumlah rumah sakit khusus milik swasta pada periode yang sama bertambah 6,71% (dengan pertambahan yang paling besar pada tahun 2006). Jumlah rumah sakit khusus di Indonesia tahun 2007 menurut provinsi dan pengelolanya dapat dilihat pada Lampiran 5.5. GAMBAR 5.9 PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT KHUSUS TAHUN 2003 – 2007
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI
Selain jumlah rumah sakit, untuk menggambarkan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan perlu pula disajikan data jumlah tempat tidur rumah sakit. Pada tahun 2003 2007 ada kenaikan jumlah tempat tidur rumah sakit (umum dan khusus) yang dapat
102
dilihat pada Gambar 5.10 di bawah ini. Rincian jumlah tempat tidur rumah sakit umum dan rumah sakit khusus dapat dilihat pada Lampiran 5.8 dan Lampiran 5.9. GAMBAR 5.10 PERKEMBANGAN JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT TAHUN 20032007
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI
Untuk menggambarkan tingkat ketersediaan sarana pelayanan kesehatan rujukan berikut ini disajikan rasio tempat tidur rumah sakit per 100.000 penduduk yang dihitung berdasarkan jumlah keseluruhan tempat tidur, baik rumah sakit umum maupun rumah sakit khusus. Pada tahun 2003 – 2007, rasio tempat tidur rumah sakit per 100.000 penduduk berkisar antara 61 – 62 per 100.000 penduduk. Jumlah tempat tidur rumah sakit dan rasionya per 100.000 penduduk pada tahun 2003 – 2007 disajikan pada Gambar 5.11 di bawah ini. GAMBAR 5.11 JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT DAN RASIONYA PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2003 – 2007
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI
103
3. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Salah satu indikator penting untuk menggambarkan ketersediaan sarana kesehatan adalah jumlah sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan. Jumlah sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Jumlah sarana produksi sediaan farmasi dan alat kesehatan menurut jenis tahun 20022006 disajikan pada Gambar 5.12 di bawah ini, sedangkan rincian menurut provinsi pada tahun 2002 – 2006 dapat dilihat pada Lampiran 5.10. GAMBAR 5.12 JUMLAH SARANA PRODUKSI SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN MENURUT JENIS TAHUN 20022006
Sumber: Ditjen POM dan Ditjen YanfarAlkes, Depkes RI
Jumlah sarana distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan menurut jenis dari tahun 2002 – 2006 disajikan pada Gambar 5.13 di bawah ini, sedangkan jumlah menurut provinsi pada tahun 2002 – 2006 dapat dilihat pada Lampiran 5.11. GAMBAR 5.13 JUMLAH SARANA DISTRIBUSI SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN MENURUT JENIS TAHUN 2002 2006
Sumber: Ditjen POM dan Ditjen YanfarAlkes, Depkes RI
104
4. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada, termasuk yang ada di masyarakat. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) di antaranya adalah Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), Polindes (Pondok Bersalin Desa), Toga (Tanaman Obat Keluarga), POD (Pos Obat Desa), dan sebagainya. Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal di masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare. Untuk memantau perkembangannya, Posyandu dikelompokan ke dalam 4 strata, yaitu Posyandu Pratama, Posyandu Madya, Posyandu Purnama, dan Posyandu Mandiri. Pada tahun 2006 jumlah Posyandu sebanyak 269.202 buah. Jumlah Posyandu ini menurun dari tahun sebelumnya, seperti terlihat pada Gambar 5.15 berikut ini. GAMBAR 5.15 JUMLAH POSYANDU DI INDONESIA TAHUN 20022006
Sumber: Ditjen Binkesmas, Depkes RI
Rasio Posyandu terhadap desa/kelurahan adalah 3,85 atau ratarata pada tiap desa/kelurahan terdapat 4 Posyandu. Rasio Posyandu terhadap desa/kelurahan terbesar berada di Provinsi Sulawesi Barat (15,84), DKI Jakarta (14,55) dan Jawa Barat (7,47). Sedangkan rasio terkecil di Provinsi NAD (0,93), Maluku (1,31) dan Papua (1,34). Jumlah dan rasio posyandu menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5.12. Polindes merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam rangka mendekatkan pelayanan kebidanan, melalui penyediaan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak, termasuk Keluarga Berencana. Polindes ini juga dikelompokkan ke dalam 4 strata atau tingkat perkembangannya yaitu Polindes Pratama, Polindes Madya, Polindes Purnama, dan Polindes Mandiri. Pada tahun 2006, jumlah Polindes sebanyak 25.754 buah. Rasio Polindes terhadap desa/kelurahan adalah 0,37. Rasio Polindes terhadap desa/kelurahan terbesar adalah di Provinsi Kepulauan Riau (0,91), DKI Jakarta (0,75) dan Gorontalo (0,63). Sedangkan rasio terkecil di Provinsi Jambi (0,06), Banten (0,10) dan Sumatera Utara (0,12). Pos Obat Desa (POD) dikelompokkan ke dalam 4 strata atau tingkat perkembangannya yaitu POD Pratama, POD Madya, POD Purnama, dan POD Mandiri. Pada tahun 2006, jumlah POD dilaporkan sebanyak 9.598 buah. Rasio POD terhadap desa/kelurahan adalah 0,14. Rasio POD terhadap desa/kelurahan terbesar berada di Provinsi Sumatera Barat (0,42), Nusa Tenggara Barat (0,28) dan Kalimantan Selatan 105
(0,27). Sedangkan rasio terkecil berada di Provinsi Jawa Timur (0,02), Kepulauan Riau (0,03) dan Kalimantan Tengah (0,03). Rincian jumlah UKBM menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5.12. 5. Pos Kesehatan Desa ( Poskesdes) Salah satu kriteria desa siaga adalah memiliki minimal satu Poskesdes. Tenaga Poskesdes minimal 1 (satu) orang bidan dan 2 (dua) orang kader. Pada tahun 2006 jumlah Poskesdes dilaporkan sebanyak 27.322 unit. Juka dibandingkan dengan jumlah desa/kelurahan yang ada, maka rasio Poskesdes terhadap desa/kelurahan adalah sebesar 0,39. Rincian jumlah Poskesdes menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5.1. 6. Desa Siaga Desa siaga merupakan salah satu pendukung untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat. Jumlah desa siaga pada tahun 2006 sebanyak 12.300 desa seperti terlihat pada Tabel 5.2. Sedangkan target Departemen Kesehatan untuk tahun 2006 sebanyak 12.000 desa siaga. Ini berarti target Departemen Kesehatan untuk tahun 2006 sudah tercapai. TABEL 5.2 JUMLAH DESA SIAGA TAHUN 2006
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Provinsi Nanggroe Aceh Darrusalam Sumatera Utara Lampung Sumatera Barat Bengkulu Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Jumlah Keseluruhan
Jumlah Desa Siaga 250 500 200 200 150 1.000 4.300 5.000 150 150 100 300 12.300
Sumber: Ditjen Binkesmas, Depkes RI
7. Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan
Pendidikan tenaga kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan ketersediaan dan kualitas tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pendidikan tenaga kesehatan diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta melalui berbagai institusi pendidikan dan jenjang pendidikan. Dari seluruh institusi pendidikan tenaga kesehatan (Diknakes) yang ada, hanya sebagian yang menjadi
106
tanggung jawab Departemen Kesehatan dalam koordinasi dan pembinaannya, yang dikelompokkan ke dalam institusi Politeknik Kesehatan (Poltekkes) dan institusi Diknakes Non Poltekkes. Perkembangan jumlah institusi Diknakes di provinsi saat ini semakin bertambah, baik jumlah maupun jenis/jurusan/program studinya. Sampai dengan Desember 2007 jumlah institusi Diknakes baik Poltekkes maupun Non Poltekkes sebanyak 954 institusi yang terdiri dari Poltekkes sebanyak 208 jurusan/program dan Non Poltekkes sebanyak 746 institusi. Dari 208 jurusan Poltekkes yang diselenggarakan, proporsi jurusan Keperawatan sebesar 64,4%, Gizi 12%, Kesehatan Masyarakat 9,6%, Keteknisian Medis 8,7%, Kefarmasian 3,4%, dan Keterapian Fisik sebesar 1,9% seperti yang terlihat pada Gambar 5.16 di bawah ini. GAMBAR 5.16 PERKEMBANGAN JUMLAH DAN JENIS POLTAKES DI INDONESIA TAHUN 2004 – 2007
Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
Sementara itu, jumlah institusi di luar Poltekkes pada tahun yang sama sebanyak 746 institusi, dengan proporsi terbesar untuk jurusan Keperawatan (74,3%), sedangkan selebihnya adalah jurusan Kefarmasian (10,6%), Keteknisian Medis (9,9%), Kesehatan Masyarakat (1,7%), Keterapian Fisik (2,3%), dan Gizi (1,2%), yang dapat dilihat pada Gambar 5.17 di bawah ini.
107
GAMBAR 5.17 PERKEMBANGAN JUMLAH DAN JENIS NON POLTAKES DI INDONESIA TAHUN 2004 – 2007
Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
Untuk melihat perubahanperubahan yang terjadi dalam Poltekkes, mulai tahun 2004 Pusdiknakes sudah melakukan akreditasi. Sampai dengan Desember 2007, 184 (88,46%) jurusan Poltekkes telah diakreditas (Lampiran 5.17). Dari akreditas yang sudah dilakukan, 78 jurusan (42,39%) termasuk dalam strata “A”, 99 jurusan (53,80%) termasuk dalam strata “B”, dan 7 jurusan (3,80%) termasuk dalam strata “C”. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.18 di bawah ini. GAMBAR 5.18 PERKEMBANGAN STRATA AKREDITAS JURUSAN POLTEKKES TAHUN 20042007
Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
Sedangkan untuk institusi non Poltekkes, sebanyak 478 institusi (64,08%) sudah diakreditasi. Dari institusi yang sudah diakreditasi tersebut, sebanyak 60 institusi (12,55%) termasuk dalam strata “A”, 373 institusi (78,03%) termasuk dalam strata “B”, 44 institusi (9,21%) termasuk dalam strata “C”, dan 1 institusi (0,21%) termasuk dalam ”Non Akreditas”. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.19 di bawah ini.
108
GAMBAR 5.19 PERKEMBANGAN STRATA AKREDITAS INSTITUSI NON POLTEKKES TAHUN 20042007
Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
Bila dilihat menurut kepemilikannya, jumlah institusi Diknakes Non Poltekkes pada tahun 2007 sebanyak 83,11% adalah milik swasta, sedangkan selebihnya adalah milik Pemerintah Daerah (13%), dan TNI/POLRI (3,89%). Jumlah institusi Diknakes Non Poltekkes menurut jenis jurusan atau program studi dan status kepemilikan pada tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 5.18, Lampiran 5.19, dan Lampiran 5.20. B. TENAGA KESEHATAN 1. Perencanaan Tenaga Kesehatan
Berdasarkan Rencana Strategis Departemen Kesehatan tahun 20052009, ratio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk berdasarkan kategori pada tahun 2010 diharapkan mencapai angka/target sebagai berikut: TABEL 5.3 RATIO TENAGA KESEHATAN PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2010
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Jenis Tenaga Dokter Spesialis Dokter Umum Dokter Gigi Perawat Bidan Perawat Gigi Apoteker Asisten Apoteker Sarjana Kesmas Sanitarian Gizi Keterapian Fisik Keteknisan Medis
Rasio per 100.000 penduduk 9 30 11 158 75 16 9 18 8 10 18 4 6
Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
109
Berdasarkan rasio tenaga kesehatan di atas, dengan menggunakan data proyeksi penduduk pada tahun 2010, maka sampai tahun 2010 jumlah kebutuhan tenaga kesehatan dapat dilihat pada Gambar 5.20 di bawah ini. GAMBAR 5.20 KEBUTUHAN TENAGA KESEHATAN TAHUN 2010 UNTUK MENCAPAI INDONESIA SEHAT 2010 MENURUT JENIS TENAGA
Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
2. Persebaran SDM Kesehatan
Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan Depkes RI membuat prediksi jumlah dan rasio tenaga kesehatan tahun 2006 berdasarkan tenaga kesehatan tahun 2003 ditambahkan dengan lulusan per tahunnya. Prediksi jumlah dan rasio tenaga kesehatan tahun 2006 seperti terlihat pada Tabel 5.4 di bawah ini. TABEL 5.4. JUMLAH TENAGA KESEHATAN DAN RASIO TENAGA KESEHATAN PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2006
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Jenis Tenaga Dokter Spesialis Dokter Umum Dokter Gigi Perawat Bidan Perawat Gigi Apoteker Asisten Apoteker Sarjana Kesmas Sanitarian Gizi Keterapian Fisik Keteknisan Medis
Jumlah Tenaga 12.374 44.564 11.289 308.306 79.152 8.230 10.207 39.106 9.739 18.094 15.342 5.290 10.318
Sumber : Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM
110
Rasio per 100000 penduduk 5,53 19,93 5,05 137,87 35,4 3,68 4,56 17,49 4,36 8,09 6,86 2,37 4,61
a. SDM Kesehatan di Rumah Sakit
Berdasarkan laporan Ditjen Bina Pelayanan Medik, jumlah sumber daya manusia (yang bekerja di rumah sakit pada tahun 2007 sebanyak 257.555 orang, yang terdiri atas 168.126 orang (65,28%) tenaga kesehatan dan 89.429 orang (34,72%) tenaga non kesehatan. Provinsi dengan jumlah tenaga kesehatan di rumah sakit terbanyak adalah Provinsi DKI Jakarta (27.718 orang), diikuti Jawa Tengah (22.885 orang), dan Jawa Timur (20.563 orang). Sedangkan provinsi dengan jumlah tenaga kesehatan di rumah sakit yang terendah adalah Provinsi Gorontalo (258 orang) dan Maluku Utara (462 orang). Berdasarkan profesinya, dari 168.126 orang tenaga kesehatan yang ada, terbanyak adalah tenaga keperawatan 109.210 orang (64,95%) dan tenaga medis 26.790 orang (15,93%). Rincian jumlah SDM yang bekerja di rumah sakit per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5.21. b. SDM Kesehatan di Puskesmas
Jumlah sumber daya manusia yang bertugas di Puskesmas pada tahun 2007 tercatat sebanyak 184.445 orang, yang terdiri atas 155.816 orang (84,48%) tenaga kesehatan dan 28.629 orang (15,52%) tenaga non kesehatan. Jumlah dokter umum yang bekerja di Puskesmas sebanyak 11.701 orang. Dibandingkan dengan jumlah Puskesmas yang sebanyak 8.234 unit, maka ratarata tiap Puskesmas dilayani oleh 1,4 orang dokter umum. Jumlah dokter gigi yang bekerja di Puskesmas sebanyak 5.246 orang, yang berarti belum semua Puskesmas memiliki tenaga dokter gigi. Beberapa puskesmas telah memiliki tenaga dokter spesialis. Jumlah dokter spesialis yang bekerja di puskesmas pada tahun 2007 tercatat sebanyak 109 orang, 63 orang di antaranya bekerja di Provinsi DKI Jakarta. Jumlah perawat tercatat sebanyak 56.727 orang sehingga setiap Puskesmas ratarata memiliki 7 orang tenaga perawat. Jumlah bidan sebanyak 56.408 orang sehingga setiap Puskesmas ratarata memiliki 7 orang tenaga bidan. Data selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran 5.22. 3. SDM Kesehatan Status Pegawai Tidak Tetap
Departemen Kesehatan memiliki 3 jenis tenaga kesehatan sebagai Pegawai Tidak Tetap (PTT) yaitu dokter umum, dokter gigi, dan bidan. Sampai dengan Desember 2007, tenaga kesehatan PTT yang masih aktif di lapangan tercatat sebanyak 41.658 orang, yang terdiri atas 5.887 orang dokter umum, 1.826 orang dokter gigi, dan 33.945 orang bidan. Dokter umum PTT terbanyak bertugas di Provinsi Jawa Tengah (648 orang), Sumatera Utara (445 orang), dan Nanggroe Aceh Darussalam (322 orang). Untuk tenaga dokter gigi PTT, provinsi dengan jumlah tenaga terbanyak adalah Provinsi Jawa Timur (198 orang), Jawa Tengah (154 orang), dan Sulawesi Selatan (126 orang). Bidan PTT terbanyak bertugas di Provinsi Jawa Tengah (4.817 orang), Sumatera Utara (4.738 orang), dan Jawa Timur (4.327 orang). Provinsi DKI Jakarta dilaporkan tidak mempunyai
111
tenaga kesehatan yang berstatus PTT. Rincian tenaga kesehatan sebagai PTT menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5.23. 4. Peserta Didik pada Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan
Jumlah peserta didik pada institusi pendidikan tenaga kesehatan dikelompokkan menjadi peserta didik Poltekkes & Non Poltekkes dan peserta didik program khusus. a. Peserta Didik Poltekkes dan Non Poltekkes
Pada tahun ajaran 2007/2008 jumlah peserta didik sebanyak 201.231 orang terdiri atas peserta didik Poltekkes sebanyak 38.820 orang (19,29%) dan peserta didik non Poltekkes sebanyak 162.411 orang (80,71%). Proporsi peserta didik di Poltekkes yang tertinggi adalah jenis profesi Keperawatan (63,30%) dan Gizi (11,19%). Demikian juga untuk peserta didik Non Poltekkes yang terbanyak adalah untuk jenis profesi Keperawatan (72,29%). Rincian jumlah peserta didik poltekkes dan non poltekkes menurut jenis profesi dapat dilihat pada Lampiran 5.26 dan Lampiran 5.27. Bila dilihat periode 2003/2004 – 2007/2008 jumlah peserta didik pada semua institusi pendidikan tenaga kesehatan (Diknakes) cenderung meningkat, yang dapat dilihat pada Gambar 5.24. GAMBAR 5.24 JUMLAH PESERTA DIDIK PADA INSTITUSI DIKNAKES TAHUN 2003/20042007/2008
Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
b. Peserta Didik Program Khusus
Selain peserta didik yang berasal dari jalur umum terdapat peserta didik program khusus (Progsus) yang diselenggarakan oleh institusi Poltekkes dan institusi non Poltekkes dengan persyaratan institusi/program studi yang telah memenuhi kriteria akreditas strata B dengan nilai minimal 80. Jumlah peserta didik Progsus pada tahun 2007 berjumlah 8.242 peserta didik, dengan jumlah terbanyak untuk jenis pendidikan Keperawatan sebesar 4.029 peserta (48,88%) dan Kebidanan sebesar 3.402 peserta
112
(41,27%). Perkembangan peserta didik progsus tahun 20042007 dapat dilihat pada Tabel 5.6. Rincian peserta didik program khusus menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5.28. TABEL 5.6 PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK PROGRAM KHUSUS BERDASARKAN JENIS TENAGA KESEHATAN TAHUN 20042007 NO
JENIS PENDIDIKAN
2004 1 Keperawatan 4.209 2 Kebidanan 2.095 3 Gizi 160 4 Kesehatan Gigi 99 5 Analisis Kesehatan 116 6 Kesehatan Lingkungan 16 7 Farmasi 0 Total 6.695 Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
2005 4.333 2.252 165 125 341 53 40 7.309
TAHUN 2006 3.504 3.122 85 191 147 54 165 7.268
2007 4.029 3.402 103 345 255 28 80 8.242
5. Lulusan
Jumlah lulusan Poltekkes dan Non Poltekkes pada tahun 2007 sebanyak 54.346 lulusan dengan jumlah terbanyak untuk jenis tenaga kesehatan Keperawatan, yaitu sebanyak 40.884 (75,2%). Jumlah lulusan poltekkes dan non poltekkes menurut jenis dapat dilihat dari Tabel 5.7 di bawah ini. TABEL 5.7 PERKEMBANGAN JUMLAH LULUSAN POLTEKKES DAN NON POLTEKKES BERDASARKAN JENIS TENAGA KESEHATAN TAHUN 2004 – 2007 No
JENIS TENAGA KESEHATAN 2004 1 Keperawatan 33.716 2 Kefarmasian 4.143 3 Kesehatan Masyarakat 1.923 4 Gizi 1.368 5 Keterapian Fisik 740 6 Keteknisan Medis 3.674 Total 45.562 Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
JUMLAH LULUSAN 2005 2006 31.179 33.941 4.130 5.045 1.855 1.557 1.519 1.415 739 858 3.898 4.075 43.320 46.891
2007 40.884 5.098 1.396 1.693 1.010 4.265 54.346
Jumlah lulusan Poltekkes dan Non Poltekkes tahun 2007 yang sebanyak 54.346 orang tersebut, sebagian besar dihasilkan oleh institusi Non Poltekkes yaitu sebanyak 14.185 lulusan (26,10%) dan sisanya dihasilkan institusi Poltekkes yaitu sebanyak 40.161 lulusan (73,90%). Untuk Poltekkes, lulusan terbanyak adalah jenis tenaga Keperawatan (73,30%) dan Gizi (8,61%). Demikian juga untuk Non Poltekkes, lulusan yang terbanyak adalah 113
jenis tenaga Keperawatan (75,91%). Rincian jumlah lulusan menurut jenis tenaga kesehatan dapat dilihat pada Lampiran 5.29. Tiga provinsi terbanyak menghasilkan lulusan tenaga kesehatan institusi non poltekkes pada tahun 2007 adalah Provinsi Jawa Tengah (6.802 lulusan), Sumatera Utara (6.173 lulusan), dan Jawa Timur (5.356 lulusan). Untuk institusi Poltekkes yang terbanyak menghasilkan lulusan tenaga kesehatan adalah Poltekkes Malang (1.556 lulusan), Poltekkes Bandung (899 lulusan), dan Poltekkes Surabaya (813 lulusan). Rincian jumlah lulusan institusi diknakes non poltekkes menurut provinsi dan jenis ketenagaan dapat dilihat pada Lampiran 5.31. 6. Peserta Pendidikan dan Pelatihan Pegawai
Pendidikan dan pelatihan dimaksudkan untuk membina profesionalitas pegawai dalam rangka meningkatkan kualitas tenaga kesehatan. Pelatihan bagi tenaga kesehatan terdiri atas pelatihan prajabatan atau pratugas, pelatihan struktural, pelatihan fungsional, dan pelatihan teknis. Data pelatihan bagi tenaga kesehatan didapat dari laporan kegiatan Bapelkes dan dari permintaan sertifikat pelatihan ke Pusdiklat. Sedangkan data pelatihan lainnya yang tidak dilaksanakan di Bapelkes dan sertifikatnya tidak diperoleh melalui Pusdiklat, tidak tersedia. Jenis pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan Pusdiklat dan Bapelkes nasional tahun 2007 yang tertinggi adalah diklat teknis (52,56%) dan prajabatan (22,64%), sebagaimana disajikan dalam Gambar 5.25 berikut ini. GAMBAR 5.25 PROPORSI PELATIHAN YANG DILAKSANAKAN PUSDIKLATKES DAN BAPELKES NASIONAL TAHUN 2007
Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, Depkes RI
C. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Pembiayaan kesehatan di Indonesia terdiri atas pembiayaan kesehatan oleh pemerintah dan pembiayaan kesehatan oleh masyarakat yaitu mengenai pengeluaran rumah tangga untuk kesehatan dan jaminan pemeliharaan kesehatan. 1. Pembiayaan Kesehatan oleh Pemerintah
Alokasi anggaran Departemen Kesehatan tahun 2007 menurut Eselon I sebesar 18.341,41 milyar. Alokasi terbesar adalah Ditjen Bina Yanmed sebesar 8.466,57 milyar 114
(51,61%), sedangkan alokasi terkecil pada Inspektorat Jendral sebesar 36,71 milyar (0,29%). Realisasi anggaran Departemen Kesehatan tahun 2007 adalah 15.429,82 milyar (84,13%), dengan persentase realisasi terbesar adalah Ditjen Bina Yanmed (89,44%), sedangkan persentase realisasi terkecil adalah Ditjen Bina Yanfar (65,72%). Alokasi dan realisasi anggaran Departemen Kesehatan menurut sumber dana dan Eselon 1 pada tahun 2007 dapat dilihat pada lampiran 5.33. Pada periode tahun 20032007, jumlah alokasi anggaran Departemen Kesehatan meningkat dan dapat dilihat pada Gambar 5.26 di bawah ini. Peningkatan yang cukup tinggi pada tahun 2005 yaitu bertambah 73,34% dari tahun 2004. Sedangkan realisasinya dari tahun 20032007 di atas 60% . GAMBAR 5.26 ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN DEPKES TAHUN 2003 – 2007
Sumber: Biro Keuangan dan Perlengkapan, Depkes RI
2. Pembiayaan Kesehatan oleh Masyarakat
Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembiayaan kesehatan, sejak lama sudah dikembangkan berbagai cara untuk memberikan jaminan kesehatan bagi masyarakat. Pembiayaan kesehatan masyarakat berdasarkan sumber pembiayaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dan pembiayaan non JPK tahun 2003 – 2007 dapat kita lihat pada Gambar 5.27. Proporsi pembiayaan non JPK dalam kurun waktu tersebut menurun sedangkan pembiayaan JPK meningkat. Hal ini disebabkan oleh peningkatan kartu sehat sejak tahun 2003 seperti yang terlihat pada Gambar 5.28.
115
GAMBAR 5.27 PROPORSI PEMBIAYAAN KESEHATAN MASYARAKAT BERDASARKAN SUMBER PEMBIAYAAN TAHUN 2003 2007
Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan
Rincian jumlah dan persentase kepesertaan penduduk dalam jaminan pemeliharaan kesehatan tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 5.34 dan Lampiran 5.35. GAMBAR 5.28 PERSENTASE KEPESERTAAN PENDUDUK DALAM JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN TAHUN 2003 – 2007
Sumber: Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan
***
116
BAB VI PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN NEGARANEGARA ASEAN DAN SEARO
Perhimpunan Bangsabangsa Asia Tenggara (PERBARA) atau lebih populer dengan sebutan Association of Southeast Asia Nations (ASEAN) merupakan sebuah organisasi geopolitik dan ekonomi dari negaranegara di kawasan Asia Tenggara, yang didirikan di Bangkok, 8 Agustus 1967 melalui Deklarasi Bangkok oleh Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan negaranegara anggota, serta memajukan perdamaian di tingkat regional. Pada tahun 2007, jumlah anggota ASEAN sebanyak 10 negara. Kesepuluh negara tersebut adalah Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja (Cambodia), Laos (Lao People's Democratic Republic), Malaysia, Myanmar, Singapura (Singapore), Thailand, dan Vietnam. Sedangkan berdasarkan pengelompokan negara menurut WHO, Indonesia termasuk dalam negara SEARO (South East Asia Region/SEARO) bersama 10 negara lainnya, yaitu Bangladesh, Bhutan, Korea Utara (Democratic People's Republic of Korea), India, Maladewa (Maldives), Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Thailand, dan Timor Leste. Perbandingan antar negara, baik dengan negaranegara ASEAN maupun SEARO, dilakukan untuk melihat posisi Indonesia terhadap negaranegara lain dalam kawasan yang sama. Dalam bab ini akan dibahas perbandingan antara Indonesia dengan negara ASEAN dan SEARO dari aspek kependudukan, derajat kesehatan, dan upaya kesehatan. A. KEPENDUDUKAN Informasi tentang penduduk penting diketahui agar pembangunan dapat diarahkan sesuai kebutuhan penduduk sebagai pelaku pembangunan. Jumlah penduduk yang besar dapat dipandang sebagai beban sekaligus juga modal dalam pembangunan. Beberapa indikator yang digunakan untuk mengetahui keadaan penduduk yaitu jumlah penduduk, kepadatan penduduk, laju pertumbuhan penduduk, angka beban tanggungan, dan angka kelahiran.
Beberapa negara selain sebagai anggota ASEAN juga merupakan negara yang berada di kawasan SEARO, yaitu Indonesia, Myanmar, dan Thailand. Untuk memudahkan membaca gambar dan membedakan antara negaranegara ASEAN dan SEARO, maka pada gambar yang disajikan ke3 negara tersebut diletakkan di tengah dengan warna yang berbeda dengan negara lainnya sebagai pembatas antara negara di kawasan ASEAN dan SEARO
117
1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut World Populations Data Sheet 2007, pada pertengahan tahun 2007, Indonesia adalah negara dengan penduduk terbanyak di antara negara anggota ASEAN lainnya dengan jumlah penduduk 231,6 juta jiwa. Dengan wilayah negara terluas, Indonesia selalu menempati rangking satu negara dengan jumlah penduduk tertinggi di ASEAN. Sedangkan Brunei Darussalam memiliki jumlah penduduk paling rendah yaitu 0,4 juta jiwa. Jika di kawasan ASEAN, Indonesia menempati peringkat pertama dengan penduduk terbesar, di kawasan SEARO Indonesia menempati peringkat kedua setelah India. India merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar di antara negara SEARO bahkan menduduki peringkat kedua di dunia setelah China dengan jumlah penduduk 1.131,9 juta jiwa. Sedangkan 9 negara lainnya berpenduduk kurang dari 150 juta jiwa, bahkan terdapat beberapa negara dengan jumlah penduduk 1 juta atau kurang, yaitu Timor Leste (1 juta), Bhutan (0,9 juta), dan Maladewa (0,3 juta). Gambar 6.1 memperlihatkan, di antara kedua kawasan tersebut, Indonesia menempati peringkat kedua untuk jumlah penduduk terbanyak setelah India dengan perbedaan nilai yang sangat besar yaitu 231,6 juta penduduk Indonesia dan 1.131,9 juta penduduk India. GAMBAR 6.1 JUMLAH PENDUDUK DI NEGARANEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2007
Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2007
GAMBAR 6.2 KEPADATAN PENDUDUK DI NEGARA ASEAN & SEARO (per km 2 ) TAHUN 2007
Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2007
Sementara bila dilihat berdasarkan kepadatan penduduk, Singapura tercatat sebagai negara yang paling padat di kawasan ASEAN yaitu 6.785 penduduk per km 2 . Angka tersebut jauh di atas negara anggota ASEAN lainnya yang mempunyai kepadatan penduduk di bawah 300 per km 2 . Namun, dibandingkan tahun 2006 Singapura dan Myanmar mengalami penurunan kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk Myanmar dari 75 per km 2 pada tahun 2006 menjadi 74 per km 2 pada tahun 2007, sedangkan Singapura mengalami penurunan cukup besar dari 7174 penduduk per km 2 menjadi 6785 penduduk per km 2 . Kepadatan penduduk terendah terjadi di Laos yaitu 25 penduduk per km 2 . Sedangkan di kawasan SEARO, walaupun memiliki jumlah penduduk terkecil, dengan luas wilayah yang juga relatif kecil Maladewa merupakan negara dengan kepadatan penduduk kedua tertinggi di kawasan SEARO setelah Bangladesh yaitu 1.020 jiwa per km 2 . Kepadatan penduduk terendah adalah Bhutan yaitu 19 jiwa per km 2 . Sementara di Indonesia terdapat 122 penduduk per km 2 . Kepadatan tersebut meningkat dibandingkan tahun 2006 yaitu 118 penduduk per km 2 .
118
2. Laju Pertumbuhan Penduduk Indikator tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah penduduk di suatu wilayah atau negara dimasa yang akan datang. Dengan diketahuinya jumlah penduduk yang akan datang, diketahui pula kebutuhan dasar penduduk di segenap bidang kehidupan. Indikator tersebut biasa dikenal dengan laju pertumbuhan penduduk. Laju pertumbuhan penduduk dipengaruhi tiga faktor, yakni kelahiran, kematian, dan migrasi. GAMBAR 6.3 LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK DI NEGARANEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 19962006
Sumber: World Population Data Sheet 2007, USAID
Selama periode waktu 19962006, laju pertumbuhan penduduk yang tertinggi di antara negara anggota ASEAN terjadi di Brunei Darussalam dan Kamboja dengan laju pertumbuhan penduduk masingmasing 2,3%. Sedangkan Thailand dan Myanmar merupakan negara dengan laju pertumbuhan penduduk paling lambat yaitu masingmasing 0,9% dan 1%. Berdasarkan sumber yang sama selama periode waktu 19902005 laju pertumbuhan penduduk di negaranegara SEARO berkisar antara 0,5 dan 2,7 dengan laju tertinggi terjadi di Timor Leste. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk terendah terjadi di Sri Lanka. Di antara 18 negara di kawasan ASEAN dan SEARO, Indonesia menduduki peringkat ke5 terendah untuk laju pertumbuhan penduduk yaitu sebesar 1,3%. 3. Penduduk Menurut Kelompok Umur Salah satu indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang adalah rasio ketergantungan (dependency ratio). Semakin tinggi persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif (kelompok umur 014 tahun) dan tidak produktif lagi (kelompok umur 65 tahun keatas). Dilihat dari persentase penduduk menurut kelompok umur 014 tahun dan kelompok umur 65 tahun keatas untuk keadaan tahun 2007, Laos dan Kamboja merupakan negara yang terbesar untuk kelompok umur tersebut dibandingkan negaranegara lain di kawasan ASEAN, masingmasing adalah 44% dan 37% untuk kelompok umur 0 – 14 tahun serta 4% dan 3% untuk kelompok umur 65 tahun ke atas. Sebaliknya Singapura dan Thailand merupakan negara dengan komposisi penduduk kelompok umur 0 – 14 tahun dan kelompok umur 65 tahun ke atas terendah. Gambar 6.4 berikut ini memperlihatkan komposisi penduduk 119
usia produktif (kelompok umur 1564 tahun) dan penduduk non produktif (kelompok umur 0 14 tahun dan 65 tahun keatas). Di antara negaranegara di kawasan SEARO, Timor Leste adalah negara dengan komposisi penduduk usia non produktif tertinggi yaitu 48% (45% kelompok usia 014 tahun dan 3% kelompok usia 65 tahun ke atas). Sebaliknya, negara dengan penduduk non produktif terendah di kawasan tersebut adalah Thailand yaitu 30% (23% kelompok usia 014 tahun dan 7% kelompok usia 65 tahun ke atas). GAMBAR 6.4 KOMPOSISI PENDUDUK DI NEGARANEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2007
Sumber: World Population Data Sheet 2007, USAID
Persentase penduduk non produktif yaitu kelompok umur 0 – 14 tahun dan kelompok umur 65 tahun ke atas memberikan pengaruh terhadap rasio beban tanggungan (dependency ratio). Rasio beban tanggungan mengukur seberapa besar tanggung jawab sosial ekonomi yang ditanggung oleh kelompok umur pekerja/produktif yaitu penduduk yang berumur 1564 tahun. Dengan distribusi penduduk seperti yang telah digambarkan diatas, Laos merupakan negara dengan angka beban tanggungan tertinggi (92) di kawasan ASEAN. Sedangkan Singapura merupakan negara dengan angka beban tanggungan terendah (37). Di kawasan SEARO, Timor Leste merupakan negara dengan angka beban tanggungan tertinggi sedangkan Thailand merupakan negara dengan angka beban tanggungan terendah. Sementara Indonesia memiliki angka beban tanggungan 61, hal tersebut berarti setiap 100 orang usia produktif di Indonesia menanggung 61 orang yang belum produktif dan yang dianggap tidak produktif lagi. Komposisi penduduk menurut kelompok umur serta besar angka beban tanggungan di negaranegara kawasan ASEAN dan SEARO secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 6.1.
120
4. Indeks Pembangunan Manusia HDI memberikan suatu ukuran gabungan tiga dimensi tentang pembangunan manusia: panjang umur dan menjalani hidup sehat (diukur dari usia harapan hidup), terdidik (diukur dari tingkat kemampuan baca tulis orang dewasa dan tingkat pendaftaran di sekolah dasar, lanjutan dan tinggi) dan memiliki standar hidup yang layak (diukur dari paritas daya beli/ PPP, penghasilan). Namun, indeks tersebut bukanlah suatu ukuran yang menyeluruh tentang pembangunan manusia. Berdasarkan standar internasional, indeks pembangunan manusia dikategorikan tinggi jika IPM > 0,799, sedang jika IPM 0,5000,799, dan rendah jika IPM < 0,500. Menurut kategori tersebut, pada tahun 2005, 70% negara anggota ASEAN masuk dalam kategori sedang, termasuk juga Indonesia dengan IPM 0,728. Sedangkan 30% negara lainnya masuk dalam kategori tinggi, negara tersebut adalah Singapura, Brunei Darussalam, dan Malaysia. Berdasarkan peringkat dunia, Singapura merupakan negara dengan peringkat IPM tertinggi di antara negara ASEAN lainnya, yakni peringkat ke25 dan terendah adalah Kamboja dengan peringkat 131 dunia. GAMBAR 6.5 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI NEGARANEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2005
Sumber: Human Development Report 2007/2008
Pada tahun 2005 seluruh negara di SEARO (tanpa Korea Utara) memiliki indeks pembangunan manusia antara 0,5000,799 termasuk juga Indonesia. Hal itu berarti seluruh negara di kawasan tersebut masuk dalam kategori IPM sedang. IPM tertinggi adalah Thailand (0,781) dan terendah adalah Timor Leste (0,514). Di kawasan SEARO, Thailand merupakan negara dengan peringkat IPM tertinggi yaitu peringkat ke78 dunia dan terendah adalah Timor Leste dengan peringkat ke150 dunia. Indonesia memiliki indeks pembangunan manusia sebesar 0,728 dan di antara 177 negara di dunia, Indonesia mencapai peringkat ke107 indeks pembangunan manusia.
121
5. Total Fertility Rate TFR merupakan gambaran mengenai ratarata jumlah anak yang dilahirkan seorang perempuan dari usia 15 sampai 49 tahun. Perbandingan angka TFR antar negara dapat menunjukkan keberhasilan negara dalam melaksanakan pembangunan sosial ekonominya. Angka TFR yang tinggi merupakan cerminan ratarata usia kawin yang rendah, tingkat pendidikan yang rendah terutama perempuannya, tingkat sosial ekonomi rendah atau tingkat kemiskinan yang tinggi. Selain itu tentu saja menunjukkan tingkat keberhasilan program keluarga berencana yang dilaksanakan di daerah tersebut. Diketahuinya TFR untuk suatu daerah akan membantu para perencana program pembangunan untuk meningkatkan ratarata usia kawin, dan meningkatkan program pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan ibu hamil dan perawatan anak. Angka Kesuburan Wanita atau Total Fertility Rate (TFR) dapat diklasifikasikan menjadi 3 tingkatan yaitu rendah, sedang, dan tinggi (ADB, Key Indicators 2002). Kesuburan rendah terjadi ketika angka kesuburan wanita 2,1 atau kurang; kesuburan sedang antara 2,2 3,9; dan kesuburan tinggi jika angka kesuburan wanita 4 atau lebih. Dengan menggunakan klasifikasi tersebut, maka pada tahun 2007 negaranegara yang termasuk dalam kategori angka kesuburan wanita rendah adalah Singapura (1,3) dan Thailand (1,7). Sedangkan Laos merupakan satusatunya negara anggota ASEAN yang termasuk dalam kategori angka kesuburan wanita tinggi yaitu 4,8. Sedangkan Indonesia masuk dalam kategori sedang dengan angka kesuburan wanita 2,4 yang berarti untuk setiap wanita di Indonesia ratarata memiliki anak 2 sampai 3 orang selama hidupnya. Pada tahun 2007, diantara 11 negara di SEARO, Thailand, Sri Lanka, dan Korea Utara termasuk negara dengan angka fertilitas total berkategori rendah. Indonesia, Myanmar, Maladewa, Bhutan, India, Bangladesh, dan Nepal masuk dalam kategori sedang. Sedangkan Timor Leste merupakan satusatunya negara di SEARO yang masuk dalam kategori tinggi yaitu 7. Besaran angka kesuburan total per negara dapat dilihat pada Gambar 6.6 berikut ini. GAMBAR 6.6 ANGKA KESUBURAN WANITA DI NEGARANEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2007
Sumber: World Population Data Sheet 2007, USAID
122
Pada Lampiran 6.2 dapat dilihat bahwa tingginya angka kesuburan wanita mempengaruhi angka kelahiran kasar per 1000 penduduk. Semakin tinggi angka kesuburan wanita maka semakin tinggi angka kelahiran kasar begitu pula sebaliknya semakin rendah angka kesuburan wanita semakin rendah angka kelahiran kasar. Tingginya angka kelahiran kasar juga memberikan kontribusi pada persentase penduduk kelompok umur 014 tahun dan akhirnya memberi dampak pada angka beban tanggungan. Maka negara yang memiliki angka kesuburan wanita tinggi kemungkinan memiliki angka beban tanggungan tinggi seperti yang terjadi pada Laos dan Timor Leste. Sementara negara yang memiliki angka kesuburan wanita rendah memiliki kemungkinan angka beban tanggungan yang rendah pula seperti terjadi pada Singapura dan Thailand. 6. Angka Kelahiran Kasar Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR) adalah angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran pada tahun tertentu per 1000 penduduk pada pertengahan tahun yang sama. Tingkat kelahiran di masa lalu mempengaruhi tingginya tingkat fertilitas masa kini. Jumlah kelahiran yang besar di masa lalu disertai dengan penurunan kematian bayi akan menyebabkan bayibayi tersebut tetap hidup dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan tahuntahun sebelumnya disaat kematian bayi masih tinggi. Gambar 6.7 memperlihatkan angka kelahiran kasar pada tahun 2007 di negaranegara ASEAN dengan kisaran 10 sampai 36 per 1000 penduduk. Angka tertinggi, seperti tahun tahun sebelumnya, terjadi di Laos dengan angka kelahiran kasar 36 per 1000 penduduk dan diikuti oleh Kamboja yaitu 30 per 1000 penduduk. Sedangkan Singapura memiliki angka kelahiran kasar terendah yaitu 10 kelahiran per 1.000 penduduk. Indonesia sendiri memiliki angka kelahiran kasar sebesar 21 kelahiran untuk setiap 1.000 penduduk. GAMBAR 6.7 ANGKA KELAHIRAN KASAR DI NEGARANEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2007
Sumber: World Population Data Sheet 2007, USAID
Pada tahun 2007 kisaran angka kelahiran kasar di negaranegara SEARO antara 14 sampai 44 per 1000 penduduk. Terendah adalah Thailand (14) dan DPR Korea (16) sedangkan tertinggi Timor Leste (44) dan Nepal (28). Gambar 6.6 memperlihatkan perbandingan angka kelahiran kasar negaranegara kawasan ASEAN dan SEARO. Sementara di Indonesia terdapat 21 kelahiran per 1000 penduduk pada tahun 2007.
123
7. Sosial Ekonomi Pendapatan Nasional merupakan salah satu indikator untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pendapatan Nasional Bruto perkapita (Gross National Income) terdiri dari sejumlah nilai barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara, beserta pendapatan yang diterima dari negara lain. Berdasarkan Gambar 6.8 pendapatan nasional bruto perkapita tertinggi di antara negara anggota ASEAN (tidak termasuk Brunei Darussalam dan Myanmar) adalah Singapura (31.710 US$ perkapita) diikuti oleh Malaysia (11.300 US$ per capita). Sedangkan negara negara lain di ASEAN memiliki pendapatan nasional bruto perkapita kurang dari 10.000 US$. Laos dan Kamboja merupakan negara dengan pendapatan nasional bruto perkapita terendah yaitu masingmasing 2.050 US$ dan 2.920 US$. Sedangkan Indonesia memiliki pendapatan nasional bruto perkapita 3.950 US$. GAMBAR 6.8 PENDAPATAN NASIONAL BRUTO DI NEGARA ANGGOTA ASEAN & SEARO TAHUN 2006
Sumber: World Population Data Sheet 2007, USAID
Dari tujuh negara di SEARO (4 negara tidak terdapat data), pendapatan nasional bruto perkapita tertinggi adalah Thailand, 9.140 US$. Sedangkan enam negara lainnya, yaitu Bhutan, Sri Lanka, Indonesia, India, Bangladesh, dan Nepal memiliki pendapatan nasional bruto perkapita kurang dari 6000 US$. Jika dibandingkan dengan 7 negara di SEARO, Indonesia berada di peringkat ke4 tertinggi pendapatan nasional bruto per kapita.
124
B. DERAJAT KESEHATAN MORTALITAS 1. Angka Kematian Bayi Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan dan umumnya disebabkan oleh faktorfaktor yang dibawa anak sejak lahir yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi eksogen atau kematian post neo natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktorfaktor yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan luar. Angka kematian bayi diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu rendah jika AKB kurang dari 20; sedang 2049; tinggi 5099; dan sangat tinggi jika AKB di atas 100. GAMBAR 6.9 ANGKA KEMATIAN BAYI DI NEGARANEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2007
Sumber: World Population Data Sheet 2007, USAID
Berdasarkan Gambar 6.9 dengan menggunakan klasifikasi tersebut maka 40% negara ASEAN yaitu Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Vietnam termasuk negara dengan angka kematian bayi rendah. 30% negara yaitu Thailand, Filipina, dan Indonesia termasuk kelompok sedang. Sedangkan 30% negara lainnya masuk dalam kelompok negara yang memiliki angka kematian bayi tinggi. Tidak ada negara yang masuk dalam kelompok angka kematian bayi sangat tinggi (>100). Berdasarkan klasifikasi yang sama maka 18,18% negara di SEARO, yaitu Sri Lanka dan Maladewa masuk dalam kategori negara dengan angka kematian bayi rendah, 36,36% kategori sedang dan sisanya, yaitu 45,45% termasuk kategori tinggi. Tidak ada negara yang masuk dalam kelompok angka kematian bayi sangat tinggi akan tetapi angka kematian bayi 125
di Timor Leste telah mencapai 98 kematian per 1000 kelahiran hidup. Hal itu berarti Timor Leste hampir masuk dalam kelompok angka kematian bayi sangat tinggi. Besaran angka kematian bayi di negaranegara ASEAN dan SEARO antara 2,6 dan 98. Indonesia memiliki angka kematian bayi 35 per 1000 kelahiran hidup dan berada di peringkat 10 di antara 18 negara tersebut. 2. Angka Kematian Balita Penurunan kasus kematian pada anak merupakan salah satu hal yang dianggap penting dalam tujuan pembangunan milenium. Pada kasus kematian yang tinggi biasanya jumlah kematian terbanyak terjadi pada usia balita ketika saat itu mereka rentan terhadap penyakit. Statistik menunjukkan bahwa lebih dari 70% kematian disebabkan diare, pneumonia, campak, malaria, dan malnutrisi. GAMBAR 6.10 ANGKA KEMATIAN BALITA DI NEGARANEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2006
Sumber: World Health Statistics 2008
Data yang didapat dari “World Health Statistics 2008” memperlihatkan perbedaan yang mencolok angka kematian balita di antara negaranegara anggota ASEAN pada tahun 2006. Angka kematian balita terendah dicapai Singapura yaitu 3 kematian per 1000 kelahiran hidup sedangkan tertinggi dicapai Myanmar 104 kematian per 1000 kelahiran hidup. Sebagian besar negara ASEAN memiliki angka kematian balita kurang dari 50 per 1000 kelahiran hidup, hanya Myanmar, Kamboja, dan Laos yang memiliki angka kematian balita diatas 50 per 1000 kelahiran hidup, bahkan angka kematian balita Myanmar di atas 100. Sedangkan di Indonesia terdapat 36 kematian balita per 1000 kelahiran hidup. Gambar 6.10 memperlihatkan angka kematian balita di sepuluh negara ASEAN. Menurut sumber yang sama, angka kematian balita di SEARO berkisar antara 13 sampai 104. Myanmar merupakan negara dengan angka kematian balita tertinggi, sedangkan terendah adalah Sri Lanka. Jika di ASEAN hanya terdapat 3 negara (dari 10 negara) dengan AKABA lebih dari 50 per 1000 kelahiran hidup, sebaliknya di SEARO hanya 3 negara (dari 11 negara) dengan AKABA kurang dari 50. Berdasarkan gambar 6.10 terlihat bahwa negaranegara di ASEAN memiliki angka kematian balita relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan negaranegara di SEARO. Telah dipaparkan sebelumnya bahwa sebagian besar kematian balita disebabkan oleh diare, 126
pneumonia, dan malnutrisi. Hal itu berarti negaranegara di ASEAN mungkin memiliki sanitasi dan keadaan ekonomi yang lebih baik dibandingkan negaranegara di SEARO. Sementara di antara dua kawasan tersebut, Indonesia berada pada urutan ke9 (dari 18 negara) terendah dengan angka kematian balita 36 kematian per 1000 kelahiran hidup. 3. Angka Kematian Maternal Selama tahun 2005 terdapat 536.000 wanita yang meninggal disebabkan komplikasi kehamilan dan persalinan, maka didapatkan 400 ibu yang meninggal setiap 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian maternal di negara maju adalah 9 per 100.000 kelahiran hidup dan di negara berkembang mencapai 450 per 100.000 kelahiran hidup, 900 di subSaharan Afrika. Hal itu berarti, 99% wanita yang meninggal disebabkan kehamilan dan persalinan terdapat di negaranegara berkembang. Lebih dari setengah kematian tersebut terjadi di sub Sahara Afrika dan sepertiganya terjadi di Asia Selatan. Jika digabungkan antara negaranegara di sub Sahara Afrika dan Asia Selatan maka negaranegara di 2 kawasan tersebut memberikan kontribusi lebih dari 85% kematian dari seluruh kematian maternal di dunia. Berdasarkan klasifikasi angka kematian maternal dari WHO adalah sebagai berikut; <15 per 100.000 kelahiran hidup; 15199 per 100.000; 200499 per 100.000; 500999 per 100.000; dan ≥1000 per 100.000. GAMBAR 6.11 ANGKA KEMATIAN MATERNAL DI NEGARANEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2005
Sumber: World Health Statistics 2008
Pada tahun 2005 hanya 20% negaranegara ASEAN yaitu Brunei Darussalam dan Singapura yang mencapai angka kematian maternal <15 masingmasing 13 dan 14 per 100.000 kelahiran hidup. Negaranegara dengan angka kematian maternal > 500 di ASEAN pun mencapai 20%, yaitu Laos (660) dan Kamboja (540). Pada tahun yang sama, negaranegara di SEARO tidak ada yang mencapai angka kematian maternal <15—termasuk Indonesia—memiliki angka kematian maternal 200499 per 100.000 kelahiran hidup. Dan 18% memiliki angka kematian maternal >500, yaitu Nepal (830) dan Bangladesh (570). 127
Diantara kedua kawasan tersebut, Indonesia berada di peringkat ke12 (dari 18 negara di ASEAN dan SEARO) untuk angka kematian maternal terendah yaitu 420 per 100.000 kelahiran hidup. 4. Angka Kematian Kasar Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate) adalah angka yang menunjukkan berapa besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1000 penduduk. Angka ini disebut kasar sebab belum memperhitungkan umur penduduk. Penduduk tua mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang masih muda. Jika tidak ada indikator kematian yang lain angka ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai keadaan kesejahteraan penduduk pada suatu tahun yang bersangkutan. GAMBAR 6.12 ANGKA KEMATIAN KASAR DI NEGARA ANGGOTA ASEAN & SEARO TAHUN 2007
Sumber: World Population Data Sheet 2007, USAID
Di antara negaranegara anggota ASEAN, pada tahun 2007 Laos merupakan negara dengan Angka Kematian Kasar atau Crude Death Rate (CDR) tertinggi, yakni sebesar 13 per 1000 penduduk. Tidak ada perbedaan yang tajam di antara negaranegara di kawasan tersebut jika melihat dari angka kematian kasar terendah yang dicapai oleh Brunei Darussalam yaitu 3 kematian per 1.000 penduduk. Keadaan jumlah kematian kasar di negaranegara kawasan SEARO, tidak berbeda jauh dengan negaranegara di kawasan ASEAN. Timor Leste merupakan negara dengan Angka Kematian Kasar tertinggi yaitu 11 dan terendah adalah Maladewa (3 kematian per 1.000 penduduk). Sementara di Indonesia terdapat 7 kematian per 1.000 penduduk. 5. Usia Harapan Hidup Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari suatu negara. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat akan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya. 128
Usia harapan hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Usia harapan hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan. Gambar 6.13 memperlihatkan bahwa pada tahun 2007 di antara kesepuluh negara anggota ASEAN, Singapura merupakan negara dengan usia harapan hidup waktu lahir (Expectation of Life at Birth) paling tinggi yaitu 80 tahun. Negara yang memiliki umur harapan hidup waktu lahir terendah adalah Laos yaitu 55 tahun. Sedangkan Indonesia memiliki umur harapan hidup 69 tahun. GAMBAR 6.13 USIA HARAPAN HIDUP DI NEGARANEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2007
Sumber: World Population Data Sheet 2007, USAID
Gambar 6.13 memperlihatkan umur harapan hidup di negaranegara kawasan SEARO pada tahun 2007. Timor Leste adalah satusatunya negara di kawasan SEARO yang masih memiliki umur harapan hidup kurang dari 60 tahun, yaitu 58 tahun. Sedangkan 4 negara memiliki angka harapan hidup 70 tahun ke atas, yaitu Sri Lanka, Korea Utara, Thailand, dan Maladewa. Sementara 6 negara lain di SEARO memiliki harapan hidup antara 6069 tahun, termasuk Indonesia dengan umur harapan hidup 69 tahun. Jika dibandingkan antara negaranegara di kawasan ASEAN dan SEARO, umur harapan hidup waktu lahir hampir seluruh negara ratarata harapan hidup penduduknya di atas 60 tahun. Bahkan ratarata penduduk Singapura memiliki umur harapan hidup 80 tahun. Hanya Laos dan Timor Leste dengan umur harapan hidup kurang dari 60 tahun. Sementara Indonesia memiliki umur harapan hidup 69 tahun.
129
MORBIDITAS 1. Prevalensi Tuberkulosis (TBC) Tuberkulosis masih merupakan penyebab utama kematian di dunia. Berdasarkan estimasi terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2005, 7,4 juta di antaranya terdapat di Asia dan subSahara Afrika. Akibat Tuberkulosis 1,6 juta manusia meninggal, termasuk 195.000 pasien yang terinfeksi HIV. Gambar 6.14 menunjukkan besarnya perbedaan prevalensi tuberkulosis per 100.000 penduduk dan kematian yang berhubungan dengan tuberkulosis per 100.000 penduduk di negaranegara ASEAN dan SEARO yang diambil dari “World Health Statistics 2008”. Angka prevalensi tuberkulosis pada tahun 2006 di negaranegara anggota ASEAN berkisar antara 25 sampai 665 per 100.000 penduduk. Kamboja merupakan negara dengan prevalensi Tuberkulosis tertinggi di ASEAN yaitu 665 per 100.000 penduduk. Sedangkan Singapura dan Brunei Darussalam memiliki prevalensi tuberkulosis di bawah 100 kasus per 100.000 penduduk yaitu masingmasing 25 dan 99 kasus per 100.000 ribu penduduk. Masih menurut sumber yang sama, kematian akibat tuberkulosis pada tahun 2005 tertinggi terjadi di Kamboja yaitu 76 per 100.000 penduduk. Sedangkan kasus kematian akibat tuberkulosis terendah terjadi di Singapura dan Brunei Darussalam masingmasing 2 dan 9 kematian per 100.000 penduduk. GAMBAR 6.14 PREVALENSI DAN KEMATIAN AKIBAT TUBERKULOSIS DI NEGARANEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2005/2006
Sumber: World Health Statistics 2008
Seperti halnya negaranegara di ASEAN, angka prevalensi tuberkulosis pada tahun 2006 di negaranegara SEARO memiliki kesenjangan yang cukup besar, berkisar antara 54 sampai 789 per 100.000 penduduk. Negara dengan prevalensi tuberkulosis tertinggi tahun 2006 adalah Timor Leste (789 per 100.000 penduduk) dan terendah adalah Maladewa (54 per 100.000 penduduk). Sedangkan kematian akibat tuberkulosis di negaranegara kawasan SEARO berkisar antara 4 sampai 98 per 100.000 penduduk. Seperti angka prevalensi tuberkulosis, angka kematian tertinggi akibat tuberkulosis juga terjadi di Timor Leste yaitu 98 kematian per 100.000 penduduk. Begitu pula dengan angka terendah kematian akibat tuberkulosis terjadi di Maladewa (4 per 100.00 penduduk). Namun, bila membandingkan angka kematian dengan 130
prevalensi, maka Indonesia termasuk yang tertinggi di kawasan SEARO dan terendah adalah Myanmar. Di antara 18 negara di ASEAN dan SEARO, Indonesia termasuk negara dengan prevalensi tuberkulosis di bawah 300 per 100.000 penduduk bersama 13 negara lainnya, bahkan 4 negara di antaranya yaitu Singapura, Maladewa, Sri Lanka, dan Brunei Darussalam memiliki prevalensi di bawah 100. Empat negara lainnya (Timor Leste, Kamboja, Filipina, dan Bangladesh) memiliki prevalensi di atas 300 per 100.000 penduduk. Perbandingan prevalensi dan insidens tuberkulosis serta kematian akibat tuberkulosis antara Indonesia dengan negaranegara di ASEAN dan SEARO dapat dilihat pada Lampiran 6.4. 2. Avian Influenza Kemunculan strain virus influenza yang baru pada manusia (strain H5N1) pertama kali terdeteksi di Hongkong. Akibatnya sebanyak 18 orang harus dirawat di rumah sakit, dan 6 diantaranya meninggal dunia. Ditemukan fakta pertama kali bahwa virus avian influenza dapat menular langsung dari unggas ke manusia. Sebelum tahun 1997, ilmuwan meyakini penularan virus influenza dari unggas ke manusia tidak terjadi secara langsung. Avian influenza pertama kali masuk ke wilayah ASEAN pada tahun 2003 melalui Vietnam, 3 orang dinyatakan menderita penyakit tersebut dan seluruhnya meninggal. Hingga akhir tahun 2008 4 negara di wilayah ASEAN telah terinfeksi avian influenza yaitu Vietnam, Thailand, Indonesia, dan Kamboja. GAMBAR 6.15 JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN AKIBAT AVIAN INFLUENZA DI NEGARANEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 20032007
Sumber: WHO, 2008
Gambar 6.15 memperlihatkan jumlah kasus dan kematian akibat avian influenza di wilayah ASEAN sejak tahun 2003 sampai 2007. Kasus pertama kali menyerang vietnam dengan menyerang 3 korban yang keseluruhannya berakhir pada kematian. Tahun 2004 jumlah kasus meningkat menjadi 46 dengan 32 kematian. Pada tahun tersebut selain Vietnam, Thailand pun telah terinfeksi virus H5N1 ini. Akhir tahun 2005 jumlah penderita dan negara yang terinfeksi avian influenza terus bertambah, 90 orang menjadi korban. Namun kali ini jumlah kematian bisa ditekan, jika sebelumnya hampir 100% berakhir pada kematian, tahun 2005 dari 90 penderita 42,22% meninggal. Semenjak itu jumlah kasus avian influenza terus menurun, namun tidak dengan CFRnya. Pada tahun 2007 terdapat 54 kasus dari 5 negara di ASEAN dengan CFR 83%. 131
TABEL 6.1 JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN AKIBAT AVIAN INFLUENZA MENURUT NEGARA TAHUN 20032007 NEGARA Kamboja Laos Vietnam Indonesia Myanmar Thailand ASEAN SEARO
2003 2004 2005 2006 2007 Total K M K M K M K M K M K M 0 0 0 0 4 4 2 2 1 1 7 7 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 2 2 3 3 29 20 61 19 0 0 8 5 101 47 0 0 0 0 20 13 55 45 42 37 117 95 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 17 12 5 2 3 3 0 0 25 17 3 0
3 0
46 17
32 12
90 25
38 15
60 58
50 48
54 43
45 253 168 37 143 112
Sumber: WHO, 2007 Keterangan: K = Kasus M = Meninggal
Tabel 6.1 memperlihatkan bahwa Vietnam dan Thailand mampu mengendalikan penyebaran virus avian influenza sehingga terjadi penurunan jumlah kasus avian influenza, bahkan pada tahun 2007 di Thailand tidak ditemukan kasus. Kamboja pun mampu mengendalikan penyebaran virus ini, sehingga tidak terjadi lonjakan kasus, bahkan data di atas memperlihatkan penurunan kasus dari tahuntahun sebelumnya. Penyakit avian influenza mulai menyerang manusia di kawasan SEARO pada tahun 2004, yaitu di Thailand. Negaranegara di SEARO yang terjangkit avian influenza sejak 2004 adalah negaranegara yang juga tergabung dalam ASEAN. Negaranegara tersebut adalah Thailand dan Indonesia. Pada tahun 2007, sejak pertama kalinya sejak empat tahun terakhir, 1 penduduk Myanmar terserang virus ini walaupun tidak mengakibatkan kematian. 3. POLIO Beberapa penyakit dapat menular dengan cepat sehingga berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa. Namun, diantara penyakitpenyakit tersebut terdapat penyakit yang dapat dicegah dengan melakukan imunisasi. Penyakit tersebut biasa disingkat dengan PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi). Penyakitpenyakit tersebut adalah Difteri, Pertusis, Tetanus, Tetanus Neonatorum, Campak, dan Polio. TABEL 6.2 JUMLAH KASUS POLIO PER NEGARA TAHUN 20042007 NEGARA
2004
2005
2006
2007
Kamboja
0
1
1
0
Laos
1
0
0
0
Indonesia
0
349
2
0
Myanmar
0
0
1
15
Bangladesh
0
0
18
0
India
134
66
676
873
Nepal
0
4
5
5
ASEAN
1
350
4
15
SEARO
134
419
702
893
Sumber: Incidence Series Immunization, WHO, 2007
132
Semenjak tahun 2001 kasus polio tidak ditemukan di negaranegara di ASEAN. Namun, pada tahun 2004 virus polio liar kembali menyerang penduduk di kawasan ASEAN. Dilaporkan terdapat 1 kasus ditemukan di Laos. Pada tahun 2005 jumlah kasus polio mencapai puncaknya, sebanyak 350 penduduk dari 2 negara di ASEAN yaitu Kamboja dan Indonesia terserang penyakit polio, 349 di antaranya terjadi di Indonesia. Tahun 2006 penularan penyakit polio mulai dapat dikendalikan, sehingga hanya ditemukan 4 penderita di kawasan ini, 2 penderita berasal dari Indonesia dan masingmasing 1 penderita berasal dari Kamboja dan Myanmar. Pada tahun 2007, di antara negaranegara anggota ASEAN, hanya Myanmar yang masih ditemukan kasus polio bahkan jumlahnya meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya ditemukan 1 kasus. Indonesia yang pada tahun 2005 terjadi kejadian luar biasa dengan ditemukannya 349 kasus polio mampu mengendalikan kejadian tersebut sehingga pada tahun 2007 tidak ditemukan lagi kasus polio. GAMBAR 6.16 JUMLAH KASUS POLIO DI NEGARANEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 20042007
Sumber: WHO, 2007
Jika dibandingkan dengan kawasan ASEAN, jumlah seluruh kejadian polio di kawasan SEARO cukup tinggi sejak tahun 2002 dan tahuntahun sebelumnya. Semenjak 2004 sampai 2006 jumlah kasus lambat laun kembali meningkat. Tingginya angka kejadian ini karena kontribusi jumlah kasus yang sangat besar oleh India yang merupakan salah satu dari 4 negara endemis polio. Pada tahun 2007 kejadian polio di SEARO sebesar 893 kasus, 98% di antaranya terjadi di India.
133
4. Tetanus Neonatorum Kasus tetanus banyak dijumpai di sejumlah negara tropis dan negara yang masih memiliki kondisi kesehatan rendah. Data organisasi kesehatan dunia WHO menunjukkan, kematian akibat tetanus di negara berkembang adalah 135 kali lebih tinggi dibanding negara maju. Tetanus adalah salah satu penyakit menular dan paling berisiko mengakibatkan kematian. Tetanus pada bayi, dikenal dengan istilah tetanus neonatorum, karena umumnya terjadi pada bayi baru lahir atau usia di bawah satu bulan. Penyebabnya, spora Clostridium tetani yang masuk melalui luka tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan. Pada tahun 2007 jumlah kasus tetanus neonatorum di antara 8 negara ASEAN, tertinggi terjadi di Filipina dan Indonesia. Jumlah penderita di kedua negara tersebut melebihi 100 orang. Akan tetapi jika dibandingkan dengan jumlah penduduk, angka tertinggi kasus tetanus neonatorum terjadi di Kamboja, Indonesia justru berada di urutan ke5. Sedangkan Singapura dan Thailand merupakan negara dengan kasus terendah, baik dari jumlah kasus maupun jika dibandingkan dengan jumlah penduduk. Di Singapura dilaporkan tidak ada kasus tetanus neonatorum. Berdasarkan Incidence Series Immunization, pada tahun 2007 jumlah kasus tetanus neonatorum yang terjadi di India jauh melebihi kasus di negara lain di kawasan ASEAN, yaitu 937 kasus bila dibandingkan dengan jumlah kasus kedua dan ketiga terbesar di kawasan ini yaitu Bangladesh dan Indonesia masingmasing 206 dan 127 kasus. Sedangkan di Bhutan, Korea Utara, dan Maladewa dilaporkan tidak ada kasus tetanus neonatorum. Namun, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk, maka angka kasus tertinggi terjadi di Timor Leste dan Bangladesh. India justru menempati urutan ke5 angka kasus tetanus neonatorum tertinggi. Jumlah kasus penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi di negaranegara ASEAN dan SEARO tahun 2006 secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6.6.
134
C. UPAYA KESEHATAN 1. Cakupan Imunisasi Imunisasi merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mencegah kematian pada bayi dengan memberikan vaksin. Beberapa imunisasi yang wajib diberikan pada bayi adalah imunisasi polio, BCG, dan campak. BCG seringkali digunakan sebagai cerminan proporsi anakanak yang dilindungi dari bentuk tuberkulosis yang parah selama 1 tahun pertama hidupnya, dan juga digunakan sebagai salah satu indikator akses ke pelayanan kesehatan. Selain BCG, vaksin lain yang wajib diberikan pada bayi adalah polio. Imunisasi polio merupakan imunisasi untuk mencegah penyakit polio. Tidak seperti imunisasi BCG atau campak yang membutuhkan 1 dosis, imunisasi polio membutuhkan 3 dosis. Maka untuk mengukur keberhasilan upaya kesehatan yang digunakan adalah polio3 yaitu ketika bayi telah mendapatkan imunisasi polio sebanyak 3 dosis (3 kali). Di antara penyakit pada anakanak yang dapat dicegah dengan vaksin, campak adalah penyebab utama kematian anak. Oleh karena itu pencegahan campak merupakan faktor penting dalam mengurangi angka kematian balita. Dari 22 tujuan yang disepakati dalam pertemuan dunia tentang anak, salah satunya adalah mempertahankan cakupan imunisasi campak sebesar 90%. Di seluruh negara ASEAN dan SEARO, imunisasi campak diberikan ratarata umur 912 bulan dan merupakan imunisasi terakhir yang diberikan kepada bayi di antara imunisasi wajib lainnya (BCG, DPT, Polio, Hepatitis, dan Campak). Dengan demikian, diasumsikan bayi yang mendapatkan imunisasi campak telah mendapatkan imunisasi lengkap. Berarti besarnya cakupan imunisasi campak juga menggambarkan besarnya cakupan bayi yang telah mendapat imunisasi lengkap. Jika dibandingkan dengan imunisasi lainnya pada gambar 6.17 cakupan imunisasi BCG pada bayi lebih tinggi. Hal tersebut terjadi karena jadwal pemberian imunisasi BCG yang relatif lebih awal dibandingkan dengan imunisasi yang lain—bahkan beberapa negara memberikan imunisasi BCG sesaat setelah bayi dilahirkan—sehingga bayi masih dalam pantauan petugas kesehatan. Pada tahun 2006 cakupan imunisasi BCG tertinggi di antara negara anggota ASEAN dicapai Thailand dan Malaysia 99% dan terendah Laos 61%. Di kawasan SEARO, 7 dari 11 negara mencapai cakupan imunisasi BCG 90%. Negaranegara tersebut adalah Thailand, Bangladesh, Bhutan, Korea Utara, Maladewa, Nepal, dan Sri Lanka. Sedangkan Timor Leste merupakan negara dengan cakupan imunisasi BCG terendah yaitu 72%.
135
GAMBAR 6.17 CAKUPAN BEBERAPA IMUNISASI DI NEGARANEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2006
Sumber: WHO vaccine preventable diseases: monitoring system 2007
Pada tahun 2006, 50% negara anggota ASEAN telah mencapai cakupan imunisasi polio 90%. Cakupan tertinggi dicapai oleh Brunei Darussalam yaitu 99% dan terendah adalah Laos yaitu 56%. Menurut sumber yang sama, 55% negara di kawasan SEARO telah mencapai cakupan imunisasi polio3 90%. Cakupan imunisasi polio3 tertinggi adalah Korea Utara, Maladewa, dan Sri Lanka dengan masingmasing 98% dan terendah adalah India dengan 58%. Pada tahun yang sama, 60% negara anggota ASEAN juga telah mencapai target imunisasi campak yaitu 90%. Negaranegara tersebut adalah Brunei Darussalam, Filipina, Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Thailand. Brunei Darussalam merupakan negara dengan cakupan imunisasi campak tertinggi yaitu 97%. Sedangkan yang terendah adalah Laos dengan cakupan campak sebesar 48%. Hampir di seluruh negara ASEAN dan SEARO imunisasi hepatitis merupakan imunisasi dasar yang diberikan pada bayi, namun tidak dengan yang terjadi India. Di India imunisasi hepatitis bukan merupakan imunisasi dasar, maka pada Lampiran 7 dapat dilihat hanya India negara dengan persentase bayi yang diberi imunisasi hepatitis3 6%, sedangkan negaranegara lain telah mencapai imunisasi tersebut di atas 50%, bahkan beberapa di antaranya telah melebihi 90%. Sementara di Indonesia sebanyak 82% bayi telah mendapatkan imunisasi BCG3, 70% mendapatkan imunisasi polio3, dan 72% mendapatkan imunisasi campak. Cakupan 5 imunisasi dasar di ASEAN dan SEARO lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6.7. 2. Pengendalian TB Paru WHO telah menetapkan target untuk temuan kasus TB Paru melalui strategi DOTS 70% dan angka kesembuhan 85%. Sementara pencapaian secara global di dunia kasus temuan TB Paru adalah 60% dan angka kesembuhan mencapai 84%. Hal tersebut berarti pencapaian kedua indikator tersebut belum mencapai target walaupun untuk angka kesembuhan hampir mencapai target. Pada tahun 2006, 90% negaranegara ASEAN telah mencapai target penemuan penderita yang ditetapkan WHO yaitu 70%. Bahkan beberapa negara telah mencapai 100% 136
yaitu Myanmar dan Singapura. Hanya Kamboja yang belum mencapai target penemuan penderita penyakit paru (62%). Tidak banyak berbeda dengan negaranegara ASEAN, dari 11 negaranegara di kawasan SEARO hanya 64% negara yang sudah mencapai target penemuan penderita Tuberkulosis. Negaranegara tersebut adalah Bhutan, Korea Utara, Indonesia, Maladewa, Myanmar, Sri Lanka, dan Thailand. Penemuan penderita tuberkulosis terendah terdapat di Timor Leste. Sedangkan penemuan kasus Tuberkulosis tertinggi adalah Bhutan dan Myanmar yang telah mencapai 100%. GAMBAR 6.18 PENEMUAN PENDERITA TB PARU DI NEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2006
GAMBAR 6.19 ANGKA KESEMBUHAN TB PARU DI NEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2005
Sumber: World Health Statistic 2008
Sumber: World Health Statistic 2008
Menurut sumber yang sama, pada tahun 2004 terdapat 60% negara di ASEAN dengan angka kesembuhan mencapai target (85%). Indonesia termasuk salah satu negara yang mencapai target untuk angka kesembuhan ini, yaitu 90%. Brunei, Malaysia, Singapura, dan Thailand termasuk negara yang belum mencapai target penyembuhan penderita. Angka kesembuhan tertinggi dicapai Kamboja dengan 93% dan terendah adalah Malaysia dengan 70%. Pada Gambar 6.19 terlihat bahwa 82% negara di kawasan SEARO telah mencapai angka penyembuhan penderita. Tertinggi dicapai Bangladesh, Bhutan, dan Indonesia dengan angka penyembuhan masingmasing 91% dan terendah adalah Thailand dengan angka penyembuhan 75%. Dari Gambar 6.18 dan 6.19 terlihat bahwa Indonesia telah mencapai target yang ditetapkan terhadap indikator case detection rate (angka penemuan penderita) dan succes rate (angka kesembuhan). Bahkan untuk angka kesembuhan, Indonesia mencapai angka kesuksesan tertinggi di kawasan SEARO. 3. Sumber Air Bersih dan Sanitasi Pada tahun 2005, di antara 9 negara anggota ASEAN, penduduk yang menggunakan sumber air bersih yang telah mencapai 80% atau lebih sebanyak 78%. Hanya Kamboja dan Laos dengan persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air bersih kurang dari 80%. Persentase tertinggi dicapai Singapura yaitu 100% dan terendah Laos dengan 60%. 137
Pada tahun yang sama, di antara negaranegara di kawasan SEARO hampir seluruh negara dengan penduduk yang menggunkakan sumber air bersih 80% atau lebih. Hanya Timor Leste dengan persentase penduduk yang menggunakan sumber air bersih 62%. Negara dengan persentase tertinggi adalah Korea Utara yaitu 100%. Sementara 80% penduduk Indonesia telah memiliki akses terhadap sumber air bersih.
GAMBAR 6. 20 PERSENTASE PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN SUMBER AIR BERSIH DAN SARANA SANITASI SEHAT DI NEGARANEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2005
Sumber: World Health Statistics 2008
Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa di antara negaranegara di ASEAN terdapat perbedaan persentase yang besar antar negara dengan penduduk yang menggunakan sarana sanitasi sehat tertinggi dan yang terendah dengan kisaran 28% dan 100%. Negara dengan cakupan 28% adalah Kamboja dan negara dengan cakupan 100% adalah Singapura. Dibandingkan persentase penduduk yang menggunakan sumber air bersih, maka persentase penduduk yang menggunakan sarana sanitasi sehat relatif rendah, masih terdapat 56% negara di kawasan ini dengan penduduk yang menggunakan sarana sanitasi sehat di bawah 80%. Sedangkan di antara negaranegara di kawasan SEARO hanya terdapat 30% negara dengan penduduk yang menggunakan sarana sanitasi sehat di atas 80%, yaitu Thailand, Myanmar, dan Sri Lanka. 70% lainnya adalah negara dengan penduduk yang menggunakan sarana sanitasi sehat di bawah 80%, Indonesia termasuk salah satunya. Bahkan sebagian di antara adalah negara dengan penduduk yang menggunakan sarana sanitasi sehat tidak sampai 50%. ***
138
BAB VII TINJAUAN ANGKA KEMATIAN IBU MATERNAL
Pada dasarnya upaya pembangunan di bidang kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui berbagai upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan secara menyeluruh, terpadu dan berkualitas serta terjangkau. Beragamnya kondisi lingkungan, sosial ekonomi serta perilaku antar daerah, menyebabkan adanya keragaman faktor risiko serta permasalahan kesehatan yang pada muaranya menyebabkan adanya perbedaan derajat kesehatan masyarakat. Upaya pelayanan kesehatan dan intervensi program dalam menekan risiko permasalahan kesehatan selalu dikembangkan sejalan dengan perkembangan teknologi serta kondisi masyarakat. Walaupun dari waktu ke waktu hasilnya menunjukkan peningkatan ke arah yang lebih baik, namun sangat disadari bahwa peningkatan dimaksud belum sepenuhnya dapat dicapai di seluruh wilayah maupun program kesehatan. Derajat kesehatan masyarakat yang menjadi tujuan akhir dari upaya pembangunan kesehatan yang sering digunakan sebagai indikator dalam keberhasilan pembangunan kesehatan di antaranya adalah angka kematian (khususnya kematian ibu, kematian bayi, dan kematian balita), angka kesakitan (penyakit menular dan tidak menular) serta masalah gizi masyarakat. Tetapi sangat disayangkan bahwa upaya pengukuran indikator derajat kesehatan dimaksud tidak mudah dilaksanakan dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Pada BAB VII Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2007 ini, akan dilakukan analisis hipotetik terhadap beberapa variabel terkait dengan cara membandingkan definisi operasional dengan hasil kegiatan program tertentu. A. ANGKA KEMATIAN IBU (MMR) Angka Kematian Ibu Maternal (MMR) bukan saja digunakan untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat namun sering juga digunakan untuk melihat tingkat kesejahteraan suatu masyarakat. Semakin tinggi angka MMR berarti tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah/negara itu dapat dikatakan masih rendah, oleh karena faktor utama terjadinya kematian ibu sangat terkait dengan masih terbatasnya aksesibilitas dan mutu pelayanan terhadap ibu maternal serta faktor sosial ekonomi masyarakat. Upaya peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas selama beberapa tahun terakhir telah mampu menurunkan angka kematian ibu maternal, demikian pula dengan kejadian kematian ibu maternal di Rumah Sakit selama lima tahun terakhir (20022006) yang dapat dilihat pada tabel berikut : 139
TABEL 7.1 ANGKA KEMATIAN IBU MATERNAL DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2002 – 2006 Tahun 2002 2003 2004 2005 2006
Jumlah Kematian Ibu 649 153 956 116 237
Jumlah Lahir Hidup 127.053 135.094 109.297 132.745 116.991
Kematian Per 100.000 KH
510 110 860 90 200
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007
Kematian ibu maternal yang terjadi di fasilitas kesehatan (rumah sakit) menunjukkan angka yang tidak konsisten, oleh karenanya untuk mengukur indikator MMR digunakan angka yang berasal dari masyarakat (community base). Disadari bahwa penghitungan angka kematian ibu (MMR) di masyarakat di samping sangat sulit juga memerlukan sumberdaya yang cukup besar, sehingga pengukuran indikator dimaksud tidak dapat dilakukan setiap tahun dan biasanya hanya terbatas untuk tingkat nasional dan propinsi; meskipun indikator MMR sangat diperlukan untuk mengukur kinerja pembangunan kesehatan ibu sampai tingkat kabupaten/kota. Pengukuran MMR di masyarakat sebenarnya tidak perlu dilakukan, seandainya registrasi vital penduduk yang mencakup pencatatan seluruh peristiwa kependudukan seperti kelahiran, kematian, migrasi, dan perkawinan dapat terselenggara dengan baik. Dari hasil registrasi dimaksud kita dapat langsung menghitung indikator kelahiran dan kematian pada setiap wilayah. B. PENYEBAB UTAMA KEMATIAN IBU Hasil dari beberapa studi serta pengamatan atas peristiwa kematian ibu maternal, mengungkapkan bahwa penyebab utama kematian dapat dikelompokkan menjadi penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung biasanya terkait erat dengan kondisi kesehatan ibu sejak proses kehamilan, proses persalinan, dan pasca persalinan. Sedangkan penyebab tidak langsung lebih terkait dengan kondisi sosial, ekonomi, geografi serta perilaku budaya masyarakat yang terangkum dalam 4 Terlalu (terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak, terlalu sering/rapat) dan 3 Terlambat (terlambat mengambil keputusan, terlambat membawa, dan terlambat mendapat pelayanan)
140
Gambaran dari penyebab utama kematian ibu maternal dimaksud dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut : GAMBAR 7.2 PENYEBAB LANGSUNG KEMATIAN IBU MATERNAL Lainlain 11 %
Komplikasi Puerperium 8 %
Perdarahan 28 %
Trauma Obstetrik 5 %
Emboli Obstetrik 3 %
Partus macet/lama 5 %
Infeksi 11 %
Abortus 5 %
Eklamsia 24 %
Sumber : SDKI 2001
Adapun penyebab tidak langsung yang paling dominan dapat dilihat pada tabel berikut : TABEL 7.2 PENYEBAB TIDAK LANGSUNG KEMATIAN IBU MATERNAL
No 1 2 3 4 5
Faktor Risiko Penyebab Kematian Ibu Bumil Anaemia Terlalu Muda Usia (<20 th) Terlalu Tua Usianya ( >35 th) Terlalu Banyak anak ( > 34 org) Terlalu dekat jaraknya • kurang dari 24 bln ( <24 bln) • kurang dari 36 bln ( <36 bln)
% 51,0 10,3 11,0 19,3 15,0 36,0
Sumber: SDKI 2001
Pada penelitian lainnya mengungkapkan adanya hubungan positif yang sangat erat secara statistik, antara penolong persalinan oleh tenaga kesehatan dengan angka kematian ibu maternal dengan koefisien R 2 sebesar 0,74. Di mana semakin tinggi cakupan pertolongan kesehatan oleh tenaga kesehatan yang kompeten maka angka kematian ibu maternal akan mengalami penurunan dan sebaliknya bila cakupannya rendah maka angka MMR akan meningkat seperti terlihat dalam gambar berikut :
141
GAMBAR 7.3 HUBUNGAN SALIN NAKES DENGAN KEMATIAN IBU MATERNAL 2000 1800 2
R = 0.74 1600
Y
Log. (Y)
80
90
1400
Maternal Mortality Rate Maternal Mortality Rate
1200 1000 800 600 400 200 0 0
10
20
30
40
50
60
70
100
Per Cent Births Attended by trained health personnel
Sumber : WHO
Dalam hal ini tenaga kesehatan yang dimaksudkan adalah tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dalam pertolongan persalinan yaitu tenaga bidan atau dokter. Bila dicermati lebih mendalam, sebenarnya risiko kejadian kematian ibu maternal dilihat dari aspek siklus kehamilan – persalinan – pasca persalinan tergambar dalam grafik berikut : GAMBAR 7.4 TINGKAT RISIKO KEMATIAN IBU MATERNAL MENURUT SIKLUS KEHAMILANPERSALINANPASCA PERSALINAN
Sumber: Dit. Kesehatan Ibu & Dit.Kesehatan Anak, Ditjen Binkesmas
Dari gambaran hasil riset dan pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa risiko kematian ibu maternal dapat terjadi sejak awal kehamilan hingga pasca persalinan (nifas) dengan risiko paling tinggi terjadi pada periode persalinan. Sedangkan penyebab utama yang secara langsung menyebabkan kematian ibu maternal adalah timbulnya perdarahan, eklamsia dan infeksi serta komplikasi puerperium. Risiko ini akan semakin meningkat apabila dalam kehamilanya menderita anaemia dan masuk dalam kategori 4 Terlalu (terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak anak, dan terlalu dekat jarak kehamilanya), serta akan menjadi semakin parah apabila dalam pencarian pelayanan kesehatan mengalami 3 Terlambat (terlambat ambil keputusan, terlambat membawa, dan terlambat mendapat pelayanan kesehatan). 142
C. UPAYA PELAYANAN DAN PROGRAM KESEHATAN IBU MATERNAL Berdasarkan beberapa fakta di atas, upaya pelayanan dan program kesehatan ibu maternal difokuskan pada peningkatan aksesibilitas serta kualitas pelayanan terkait dengan berbagai faktor risiko yang menjadi penyebab utama kematian ibu maternal. Upaya peningkatan aksesibilitas pelayanan kesehatan dilakukan dengan mendekatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat melalui paket penempatan tenaga bidan dan polindes di berbagai pelosok pedesaan serta tenaga dokter di daerah terpencil atau sangat terpencil. Sedangkan dari aspek peningkatan kualitas pelayanan, dilakukan melalui upaya peningkatan kemampuan/kompetensi tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan dasar dan rujukan (PONED/PONEK) serta berbagai program intervensi seperti peningkatan cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, deteksi dini risiko tinggi, dan rujukan pada kelompok risti yang ditemukan. Pada siklus kehamilan, focus pelayanan diarahkan pada pelayanan kesehatan ibu hamil atau antenatal care (ANC) yang dilakukan sejak awal kehamilan. Melalui pelayanan ANC yang berkualitas sebenarnya perkembangan kesehatan ibu hamil (bumil) setiap saat bisa dipantau dan secara dini dapat dilakukan tindakan/intervensi dalam rangka mengeliminir berbagai faktor risiko kejadian kematian ibu maternal. Pemantauan pelayanan ANC dilakukan pada pelayanan K1 sebagai aksesibilitas ibu hamil terhadap pelayanan kesehatan dan K4 yang dianggap sebagai mutu terhadap pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil. Ibu hamil dengan status K4, sedikitnya telah mendapatkan pelayanan 5T (timbang berat badan, pengukuran tinggi fundus, pengukuran tekanan darah, mendapat suntikan TT, dan mendapat tablet besi) selama minimal 4 kali kunjungan mulai dari Trimester I sebanyak satu kali, Trimester II satu kali, dan Trimester III sebanyak dua kali. Dengan demikian faktor risiko terkait dengan anaemia, perdarahan, eklamsi, infeksi atau beberapa faktor risiko tidak langsung lainnya dapat dicegah termasuk dengan melakukan rujukan ke tingkat pelayanan yang lebih lengkap. Perkembangan capaian pelayanan ANC selama beberapa tahun terakhir secara nasional dapat dilihat pada gambar berikut : GAMBAR 7.5 PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K1 DAN K4 IBU HAMIL TAHUN 2003 – 2007
Sumber : Data Indikator SPM Kabupaten/Kota dan Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas.
143
Melalui pelayanan ANC yang berkualitas , seharusnya tenaga kesehatan yang dibantu masyarakat dapat mendeteksi lebih awal beberapa faktor risiko kehamilan, sehingga kasus komplikasi obstetri yang dialami ibu hamil mendapatkan penanganan secara cepat dan tepat sesuai permasalahannya. Kriteria komplikasi kebidanan antara lain meliputi kadar Hb < 8 g %, tekanan darah tinggi (sistole > 140 mmHg, diastole > 90 mmHg), oedeme nyata, eklampsia, perdarahan per vaginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada usia kehamilan > 32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis, dan persalinan prematur. Hasil deteksi dini dan penanganan faktor risiko komplikasi obstetri dan neonatal yang dilakukan petugas kesehatan dan masyarakat selama beberapa tahun terakhir telah mengalami peningkatan sebagaimana tersaji pada gambar berikut : GAMBAR 7.6 PERSENTASE PENANGANAN KOMPLIKASI IBU HAMIL DAN NEONATAL TAHUN 2005 – 2007
Sumber : Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes RI
Meskipun hasil pelaksanaan deteksi dini masih belum sesuai dengan harapan, setidaknya deteksi dini beberapa kasus komplikasi obstetri dan neonatal yang ditindaklanjuti dengan penanganan sesuai dengan standard atau dirujuk pada fasilitas pelayanan yang lebih lengkap dapat mengurangi risiko kematian ibu maternal. Sementara itu menurut definisi operasional pada program kesehatan ibu, semua ibu hamil yang dinyatakan menerima pelayanan K4 (berkualitas) berarti secara paripurna ibu hamil dimaksud telah mendapatkan pelayanan imunisasi TT2 dan mendapat tablet Fe3 atau dengan kata lain cakupan K4 maksimal sama atau lebih rendah dari cakupan TT2 dan Fe3. Adapun cakupan pemberian TT2 dan ulangan serta pemberian tablet Fe3 (90 tablet) adalah sebagai berikut :
144
GAMBAR 7.6 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL TAHUN 2003 – 2007
Sumber: Ditjen PPPL dan Dit.Kes.Ibu, Depkes RI
GAMBAR 7.7 PERSENTASE CAKUPAN PEMBERIAN TABLET BESI PADA IBU HAMIL TAHUN 2003 – 2007
Sumber: Dit.Gizi Masy. dan Dit.Kes.Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes
Dari data cakupan K4, TT2 bumil dan pemberian tablet Fe3 selama beberapa tahun terakhir tidak terlihat adanya keterkaitan atau sinkronisasi antar variabel dimaksud seperti terangkum pada tabel berikut : TABEL 7.3 PERBANDINGAN CAKUPAN K4, TT2 DAN Fe3 PADA IBU HAMIL TAHUN 20032007 No 1 2 3 4 5
Tahun Kegiatan 2007 2006 2005 2004 2003
K4 80,3 79,6 77,1 77,0 76,3
145
% Cakupan TT2 59 52 49 64 66
Fe3 58 NA 65 71 60
Bila diperhatikan secara terpisah, maka cakupan K4 di atas sudah sesuai dengan target yang diharapkan dan secara kualitas dianggap telah memberi perlindungan kepada kelompok ibu hamil dari beberapa faktor risiko penyebab kematian ibu maternal. Namun demikian dalam 5 tahun terakhir cakupan K4 selalu berada di atas cakupan TT2 maupun Fe3. Secara sepintas hal ini mengindikasikan bahwa kualitas cakupan K4 dipertanyakan, walaupun kecil kemungkinan adanya perbedaan jumlah ibu hamil yang menjadi sasaran program (ANC, TT dan Fe) sekaligus merupakan denominator pada penghitungan cakupan program. Hal ini bisa terjadi apabila tingkat kelengkapan data yang dikumpulkan berbedabeda dari sumber dan melalui mekanisme yang berbeda pula. Pada siklus persalinan, focus pelayanan diarahkan pada peningkatan aksesibilitas serta kualitas pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan. Melalui penanganan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi dimaksud, diharapkan berbagai faktor risiko kematian dalam proses persalinan seperti perdarahan persalinan, eklamsia, infeksi dan sebagainya dapat ditangani dengan benar sehingga tidak menimbulkan kematian ibu maternal. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dalam beberapa tahun terakhir tersaji pada gambar berikut : GAMBAR 7.8 PERSENTASE CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN TAHUN 2003 – 2007
Sumber : Dit. Kesehatan Ibu dan data indikator SPM Kesehatan di Kabupaten/Kota
Indikator persalinan oleh tenaga kesehatan (dengan kompetensi kebidanan) merupakan indikator proxy yang sangat kuat dalam memotret angka kematian ibu maternal. Bila cakupan pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan sebagaimana terlihat pada Gambar 7.8 dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan, kemudian diproyeksikan pada Gambar 7.3, maka angka kematian ibu maternal seharusnya berada pada kisaran antara 200 – 300 per 100.000 kelahiran hidup. Secara sederhana, langkah awal untuk meyakinkan bahwa kualitas pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan telah sesuai dengan standard operasi, dapat dilakukan dengan cara menghitung ratio bidan dengan persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan.
146
Bila angka ratio persalinan terhadap jumlah bidan dalam kurun waktu tertentu dirasakan masih sangat tinggi, maka kualitas pelayanan persalinan patut dipertanyakan. Kondisi ini dengan sendirinya akan mempengaruhi besaran angka kematian ibu maternal.
****
147
DAFTAR PUSTAKA
ASEAN. 2005. ASEAN Statistical Yearbook 2005. The Asean Secretariat, Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2006. Estimasi Parameter Demografi SUPAS 2005. BPS, Jakarta. ___________. 2003. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2002. BPS, Jakarta. ___________. 2004. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2003. BPS, Jakarta. ___________. 2005. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2004. BPS, Jakarta. ___________. 2006. Statistik Kesejahtraan Rakyat 2005. BPS, Jakarta. ___________. 2007. Statistik Kesejahtraan Rakyat 2006. BPS, Jakarta. ___________. 2008. Statistik Kesejahtraan Rakyat 2007. BPS, Jakarta. ___________. 2005. Beberapa Indikator Penting SosialEkonomi Indonesia 2005. BPS, Jakarta. ___________. 2007. Beberapa Indikator Penting mengenai Indonesia. BPS, Jakarta. ___________. 2007. Analisis Dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan 2007. BPS, Jakarta. ___________. 2004. Statistik Indonesia 2003. BPS, Jakarta. ___________. 2005. Statistik Indonesia 2004. BPS, Jakarta. ___________. 2006. Statistik Indonesia 2005/2006. BPS, Jakarta. ___________. 2007. Statistik Indonesia 2007. BPS, Jakarta. ___________. 2004. Statistik Kesehatan 2004. BPS, Jakarta. ___________. 1998. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1997. ORC Macro. Calverton, Maryland, USA. ___________. 2003. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 20022003. ORC Macro. Calverton, Maryland, USA.
Badan Pusat Statistik, BAPPENAS, UNFPA. 2005. Proyeksi Penduduk Indonesia (Indonesia Population Projection 2000 2025). BPS, Jakarta. Departemen Dalam Negeri. 2005. Kode Dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan 2005. Depdagri, Jakarta. Departemen Kesehatan. 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2005, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. ___________. 2007. Profil Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan 2006. Depkes, Jakarta. ___________. 2006. Profil Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Kesehatan 2005. Depkes, Jakarta. ___________. 2006. Statistik Rumah Sakit Di Indonesia Seri 1: Kegiatan Pelayanan. Depkes, Jakarta. ___________. 2006. Statistik Rumah Sakit Di Indonesia Seri 2: Ketenagaan. Depkes, Jakarta. ___________. 2006.Statistik Rumah Sakit Di Indonesia Seri 3:Morbiditas/Mortalitas. Depkes, Jakarta. ___________.1996. Publikasi Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga 1995. Badan Litbangkes, Jakarta. ___________. 2005. Publikasi Hasil Analisis Data Survei Kesehatan Nasional 2004. Badan Litbangkes, Depkes RI, Jakarta. ___________. 2006. Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan Tahun 2006. Pusdiknakes, Depkes RI, Jakarta. Kementrian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal RI, 2007. Strategi Nasional Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal 20042009. Jakarta. Population Reference Bureau, 2008. 2007 Population Data Sheet. USAID, USA. The United Nations Development Programme. 2008. Human Development Report 2007/2008. UNDP, New York. Umar Fahmi Achmadi, Dr, MSc Phd. 30 Juni 1990. Makalah Seminar Perumahan, Lingkungan dan Kesehatan. Jakarta UNAIDS, 2008. 2008 Report on The Global AIDS Epidemic. WHO, UNAIDS. UNICEF. 2008. The State of the World’s Children 2008. UNICEF, New York.
___________. 2008. Incidence Series Immunization 2007. UNICEF, New York. ___________. 2008. Immunization Summary: The 2007 Edition. UNICEF/WHO, New York. ___________. 2008. World Health Statistics 2007. WHO Press, Geneva.
***
Lampiran 2.1
PEMBAGIAN WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PER PROVINSI TAHUN 2007 J u m l a h No
Provinsi
(1)
(2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat
Indonesia
Kabupaten
Kota
Kab + Kota
Kecamatan
Kelurahan
Desa
Kel. + Desa
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
18 21 12 9 9 11 8 9 6 4 1 17 29 4 29 4 8 7 19 12 13 11 10 9 9 20 10 5 5 7 6 20 8
5 7 7 2 1 4 1 2 1 2 5 9 6 1 9 3 1 2 1 2 1 2 4 4 1 3 2 1 0 2 2 1 1
23 28 19 11 10 15 9 11 7 6 6 26 35 5 38 7 9 9 20 14 14 13 14 13 10 23 12 6 5 9 8 21 9
263 372 165 150 114 212 99 188 36 56 44 615 568 78 657 152 56 112 254 164 117 140 135 130 115 300 162 47 55 64 71 302 100
112 577 324 201 143 354 132 174 54 129 267 625 767 45 786 257 79 130 297 85 128 122 207 293 136 755 319 65 48 31 109 82 45
6,180 5,041 573 1,354 1,136 2,589 1,117 1,987 267 194 5,197 7,807 393 7,683 1,246 616 741 2,387 1,426 1,262 1,838 1,194 974 1,396 2,132 1,464 429 402 864 811 3,340 1,149
6,292 5,618 897 1,555 1,279 2,943 1,249 2,161 321 323 267 5,822 8,574 438 8,469 1,503 695 871 2,684 1,511 1,390 1,960 1,401 1,267 1,532 2,887 1,783 494 450 895 920 3,422 1,194
370
95
465
6,093
7,878
65,189
73,067
Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 6 tahun 2008, tanggal 31 Januari 2008
Lampiran 2.2
LUAS WILAYAH, JUMLAH PENDUDUK DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT PROVINSI TAHUN 2007
No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Luas Wilayah 2 (Km )[a]
Jumlah Penduduk (Jiwa)[b]
Kepadatan Penduduk per Km2
(2)
(3)
(4)
(5)
57,956.00 72,981.23 42,012.89 87,023.66 50,058.16 91,592.43 19,919.33 34,623.80 16,424.06 8,201.72 664.01 35,377.76 32,800.69 3,133.15 47,799.75 9,662.92 5,780.06 18,572.32 48,718.10 147,307.00 153,564.50 38,744.23 204,534.34 13,851.64 61,841.29 46,717.48 38,067.70 11,257.07 16,787.18 46,914.03 31,982.50 319,036.05 97,024.27
4,223,805 12,834,403 4,697,803 5,071,008 2,742,206 7,020,003 1,616,705 7,289,801 1,106,699 1,392,902 9,064,605 40,329,111 32,380,302 3,434,505 36,895,610 9,423,402 3,479,801 4,292,509 4,448,900 4,178,502 2,028,304 3,396,704 3,024,806 2,186,801 2,396,204 7,700,309 2,031,502 960,297 1,016,706 1,302,001 944,301 2,015,600 716,007
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat
Indonesia
1,910,931.32
Sumber: (a) Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 6 tahun 2008, tanggal 31 Januari 2008 (b) Badan Pusat Statistik, Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2005 2015, Jakarta 2007
225,642,124
73 176 112 58 55 77 81 211 67 170 13,651 1,140 987 1,096 772 975 602 231 91 28 13 88 15 158 39 165 53 85 61 28 30 6 7 118
Lampiran 2.3
PERSENTASE PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR TERTENTU, ANGKA BEBAN TANGGUNGAN DAN PROVINSI, TAHUN 2007 Perkotaan+Perdesaan Lakilaki No
Provinsi
(1)
(2)
Perempuan
Kelompok Umur 014
1564
65+
(3)
(4)
(5)
Jumlah (6)
Lakilaki + Perempuan
Kelompok Umur 014
1564
65+
(7)
(8)
(9)
Jumlah (10)
Kelompok Umur 014
1564
65+
(11)
(12)
(13)
Jumlah (14)
Angka Beban Tanggungan (15)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
32.98
63.39
3.63
100.00
29.62
65.78
4.60
100.00
31.28
64.60
4.12
100.00
54.80
2
Sumatera Utara
35.02
61.07
3.90
100.00
32.88
62.13
4.99
100.00
33.95
61.60
4.45
100.00
62.34
3
Sumatera Barat
34.06
60.57
5.36
100.00
30.85
62.03
7.11
100.00
32.43
61.32
6.25
100.00
63.08
4
Riau
33.60
63.37
3.03
100.00
32.43
64.35
3.21
100.00
33.03
63.85
3.12
100.00
56.62
5
Jambi
31.47
64.97
3.56
100.00
30.08
66.25
3.67
100.00
30.78
65.60
3.62
100.00
52.44
6
Sumatera Selatan
30.22
65.74
4.04
100.00
29.12
66.09
4.79
100.00
29.68
65.91
4.41
100.00
51.72
7
Bengkulu
31.84
63.68
4.47
100.00
30.66
64.71
4.63
100.00
31.26
64.19
4.45
100.00
55.63
8
Lampung
30.70
63.97
5.33
100.00
31.04
63.21
5.75
100.00
30.86
63.60
5.53
100.00
57.22
9
Kepulauan Bangka Belitung
29.49
66.71
3.80
100.00
28.73
66.64
4.63
100.00
29.12
66.68
4.21
100.00
49.99
10
Kepulauan Riau
31.52
66.10
2.38
100.00
26.44
71.38
2.18
100.00
28.89
68.83
2.28
100.00
45.29
11
DKI Jakarta
25.09
71.58
3.33
100.00
23.38
73.05
3.57
100.00
24.23
72.32
3.45
100.00
38.27
12
Jawa Barat
30.19
64.63
5.18
100.00
29.29
65.21
5.50
100.00
29.74
64.92
5.34
100.00
54.04
13
Jawa Tengah
28.22
64.59
7.19
100.00
25.84
65.83
8.33
100.00
27.03
65.21
7.76
100.00
53.35
14
DI Yogyakarta
22.45
68.51
9.04
100.00
20.55
68.06
11.39
100.00
21.49
68.28
10.22
100.00
46.44
15
Jawa Timur
26.43
67.04
6.53
100.00
24.31
66.86
8.83
100.00
25.35
66.95
7.71
100.00
49.38
16
Banten
31.51
65.59
2.90
100.00
30.34
66.11
3.55
100.00
30.93
65.85
3.23
100.00
51.88
17
Bali
26.82
66.31
6.87
100.00
25.39
66.67
7.94
100.00
26.10
66.49
7.41
100.00
50.40
18
Nusa Tenggara Barat
33.37
61.79
4.83
100.00
29.98
64.30
5.72
100.00
31.60
63.11
5.30
100.00
58.47
19
Nusa Tenggara Timur
39.64
55.63
4.73
100.00
35.89
58.76
5.35
100.00
37.76
57.21
5.04
100.00
74.81
20
Kalimantan Barat
32.64
63.47
3.89
100.00
31.56
64.34
4.10
100.00
32.12
63.89
3.99
100.00
56.52
21
Kalimantan Tengah
31.07
65.61
3.33
100.00
31.76
65.14
3.10
100.00
31.40
65.38
3.22
100.00
52.95
22
Kalimantan Selatan
30.49
66.14
3.37
100.00
28.57
66.88
4.55
100.00
29.53
66.51
3.96
100.00
50.35
23
Kalimantan Timur
30.66
66.97
2.38
100.00
30.83
66.52
2.64
100.00
30.74
66.76
2.50
100.00
49.79
24
Sulawesi Utara
28.23
66.51
5.26
100.00
27.40
65.72
6.88
100.00
27.82
66.12
6.05
100.00
51.23
25
Sulawesi Tengah
34.08
62.52
3.41
100.00
33.26
63.01
3.74
100.00
33.67
62.76
3.57
100.00
59.34
26
Sulawesi Selatan
32.71
62.08
5.21
100.00
29.03
64.44
6.53
100.00
30.81
63.30
5.89
100.00
57.98
27
Sulawesi Tenggara
37.24
58.88
3.88
100.00
34.79
60.92
4.30
100.00
36.01
59.90
4.09
100.00
66.94
28
Gorontalo
34.72
62.05
3.23
100.00
32.37
64.19
3.44
100.00
33.54
63.12
3.34
100.00
58.43
29
Sulawesi Barat
38.15
58.33
3.52
100.00
35.59
59.93
4.49
100.00
36.87
59.13
4.00
100.00
69.12
30
Maluku
36.78
59.02
4.20
100.00
35.47
60.14
4.39
100.00
36.12
59.58
4.30
100.00
67.84
31
Maluku Utara
36.94
59.74
3.33
100.00
35.31
61.45
3.23
100.00
36.15
60.57
3.28
100.00
65.10
32
Papua
37.51
61.39
1.11
100.00
36.06
63.05
0.90
100.00
36.81
62.18
1.01
100.00
60.82
33
Papua Barat
38.16
60.18
1.66
100.00
37.91
60.55
1.54
100.00
38.04
60.36
1.60
100.00
65.67
30.21
64.65
5.14
100.00
28.39
65.46
6.15
100.00
29.30
65.05
5.65
100.00
53.73
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
Lampiran 2.3.a
PERSENTASE PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR TERTENTU, ANGKA BEBAN TANGGUNGAN DAN PROVINSI TAHUN 2007 Perkotaan Lakilaki No
Provinsi
(1)
(2)
Perempuan
Kelompok Umur
Kelompok Umur
Jumlah
014
1564
65+
(3)
(4)
(5)
(6)
Lakilaki + Perempuan Kelompok Umur
Jumlah
014
1564
65+
(7)
(8)
(9)
(10)
Jumlah
014
1564
65+
(11)
(12)
(13)
Angka Beban Tanggungan
(14)
(15)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
29.64
67.72
2.64
100.00
26.62
70.06
3.32
100.00
28.12
68.90
2.98
100.00
45.14
2
Sumatera Utara
32.20
64.29
3.51
100.00
30.59
65.17
4.25
100.00
31.39
64.73
3.88
100.00
54.49
3
Sumatera Barat
32.40
63.06
4.54
100.00
28.88
65.27
5.85
100.00
30.60
64.19
5.21
100.00
55.79
4
Riau
31.78
65.61
2.61
100.00
30.44
66.34
3.22
100.00
31.13
65.97
2.91
100.00
51.60
5
Jambi
29.31
67.67
3.01
100.00
27.91
69.04
3.05
100.00
28.62
68.35
3.03
100.00
46.31
6
Sumatera Selatan
28.23
68.25
3.52
100.00
28.10
67.49
4.41
100.00
28.17
67.87
3.96
100.00
47.34
7
Bengkulu
31.89
64.67
3.44
100.00
28.68
67.80
3.51
100.00
30.28
66.24
3.48
100.00
50.97
8
Lampung
30.27
65.89
3.83
100.00
29.61
65.65
4.74
100.00
29.94
65.77
4.28
100.00
52.03
9
Kepulauan Bangka Belitung
28.59
67.06
4.35
100.00
25.87
69.02
5.11
100.00
27.26
68.02
4.72
100.00
47.02
10
Kepulauan Riau
31.61
66.48
1.91
100.00
25.32
72.89
1.79
100.00
28.32
69.83
1.85
100.00
43.20
11
DKI Jakarta
25.09
71.58
3.33
100.00
23.38
73.05
3.57
100.00
24.23
72.32
3.45
100.00
38.27
12
Jawa Barat
29.38
66.10
4.52
100.00
27.99
67.36
4.65
100.00
28.69
66.73
4.58
100.00
49.86
13
Jawa Tengah
27.32
66.55
6.13
100.00
25.16
67.26
7.58
100.00
26.23
66.91
6.86
100.00
49.45
14
DI Yogyakarta
22.37
70.95
6.68
100.00
21.26
69.67
9.07
100.00
21.81
70.30
7.89
100.00
42.25
15
Jawa Timur
26.55
67.96
5.48
100.00
24.43
68.27
7.31
100.00
25.46
68.12
6.42
100.00
46.80
16
Banten
29.16
68.39
2.45
100.00
27.62
69.28
3.10
100.00
28.39
68.83
2.78
100.00
45.29
17
Bali
27.22
66.89
5.89
100.00
25.66
67.94
6.41
100.00
26.43
67.41
6.15
100.00
48.33
18
Nusa Tenggara Barat
31.42
64.40
4.17
100.00
29.40
65.57
5.03
100.00
30.38
65.00
4.62
100.00
53.85
19
Nusa Tenggara Timur
32.44
64.72
2.83
100.00
31.47
65.19
3.35
100.00
31.94
64.96
3.09
100.00
53.93
20
Kalimantan Barat
29.82
66.35
3.84
100.00
28.85
66.84
4.31
100.00
29.34
66.59
4.07
100.00
50.17
21
Kalimantan Tengah
29.97
67.38
2.65
100.00
29.49
67.77
2.75
100.00
29.74
67.57
2.70
100.00
48.01
22
Kalimantan Selatan
29.75
66.73
3.52
100.00
27.23
68.55
4.23
100.00
28.49
67.64
3.87
100.00
47.84
23
Kalimantan Timur
29.33
68.55
2.12
100.00
29.29
67.89
2.82
100.00
29.31
68.23
2.46
100.00
46.56
24
Sulawesi Utara
27.27
68.39
4.34
100.00
26.20
67.73
6.07
100.00
26.74
68.06
5.20
100.00
46.93
25
Sulawesi Tengah
32.30
65.20
2.50
100.00
30.85
65.82
3.33
100.00
31.57
65.51
2.92
100.00
52.65
26
Sulawesi Selatan
30.83
65.44
3.73
100.00
27.40
67.48
5.12
100.00
29.06
66.49
4.45
100.00
50.40
27
Sulawesi Tenggara
33.82
63.44
2.74
100.00
31.21
65.99
2.80
100.00
32.49
64.74
2.77
100.00
54.46
28
Gorontalo
34.66
61.58
3.76
100.00
29.64
67.47
2.89
100.00
32.10
64.58
3.32
100.00
54.85
29
Sulawesi Barat
35.42
61.38
3.20
100.00
28.77
66.04
5.19
100.00
32.08
63.72
4.20
100.00
56.94
30
Maluku
32.19
64.47
3.34
100.00
30.39
66.08
3.54
100.00
31.27
65.29
3.44
100.00
53.16
31
Maluku Utara
31.86
64.97
3.18
100.00
30.51
66.70
2.79
100.00
31.17
65.85
2.98
100.00
51.86
32
Papua
34.49
64.19
1.32
100.00
31.83
66.84
1.33
100.00
33.21
65.47
1.32
100.00
52.74
33
Papua Barat
35.34
62.71
1.94
100.00
32.97
65.52
1.51
100.00
34.16
64.12
1.73
100.00
55.97
28.54
67.08
4.38
100.00
26.71
68.04
5.25
100.00
27.62
67.56
4.82
100.00
48.02
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
Lampiran 2.3.b
PERSENTASE PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR TERTENTU, ANGKA BEBAN TANGGUNGAN DAN PROVINSI TAHUN 2007 Perdesaan Lakilaki No
Provinsi
(1)
(2)
Perempuan
Kelompok Umur
Jumlah
014
1564
65+
(3)
(4)
(5)
(6)
Lakilaki + Perempuan
Kelompok Umur
Kelompok Umur
Jumlah
014
1564
65+
(7)
(8)
(9)
(10)
Jumlah
014
1564
65+
(11)
(12)
(13)
Angka Beban Tanggungan
(14)
(15)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
34.01
62.05
3.93
100.00
30.53
64.48
4.99
100.00
32.25
63.29
4.47
100.00
58.02
2
Sumatera Utara
37.29
58.50
4.21
100.00
34.70
59.73
5.58
100.00
35.98
59.12
4.90
100.00
69.15
3
Sumatera Barat
34.81
59.46
5.73
100.00
31.75
60.57
7.68
100.00
33.25
60.03
6.72
100.00
66.58
4
Riau
34.58
62.17
3.26
100.00
33.52
63.27
3.21
100.00
34.07
62.70
3.23
100.00
59.49
5
Jambi
32.33
63.89
3.78
100.00
30.96
65.12
3.92
100.00
31.65
64.50
3.85
100.00
55.04
6
Sumatera Selatan
31.25
64.44
4.31
100.00
29.67
65.33
5.00
100.00
30.48
64.87
4.65
100.00
54.15
7
Bengkulu
31.82
63.31
4.86
100.00
31.45
63.48
5.07
100.00
31.64
63.40
4.97
100.00
57.74
8
Lampung
30.82
63.43
5.75
100.00
31.46
62.49
6.05
100.00
31.13
62.98
5.89
100.00
58.78
9
Kepulauan Bangka Belitung
30.11
66.47
3.42
100.00
30.75
64.96
4.29
100.00
30.42
65.74
3.84
100.00
52.11
10
Kepulauan Riau
31.19
64.71
4.10
100.00
31.17
64.99
3.84
100.00
31.18
64.85
3.97
100.00
11
DKI Jakarta
12
Jawa Barat
31.10
62.98
5.93
100.00
30.77
62.76
6.48
100.00
30.93
62.87
6.20
100.00
59.06
13
Jawa Tengah
28.87
63.18
7.95
100.00
26.34
64.78
8.88
100.00
27.60
63.98
8.42
100.00
56.30
14
DI Yogyakarta
22.58
64.78
12.64
100.00
19.43
65.56
15.00
100.00
21.00
65.18
13.83
100.00
53.44
15
Jawa Timur
26.35
66.35
7.30
100.00
24.22
65.83
9.95
100.00
25.26
66.08
8.66
100.00
51.33
16
Banten
34.35
62.21
3.44
100.00
33.75
62.13
4.12
100.00
34.05
62.17
3.78
100.00
60.85
17
Bali
26.38
65.67
7.95
100.00
25.09
62.25
9.67
100.00
25.73
65.46
8.81
100.00
52.77
18
Nusa Tenggara Barat
34.60
60.15
5.25
100.00
30.33
63.55
6.12
100.00
32.34
61.95
5.71
100.00
61.42
19
Nusa Tenggara Timur
41.05
53.85
5.10
100.00
36.79
57.45
5.76
100.00
38.92
55.65
5.43
100.00
79.69
20
Kalimantan Barat
33.69
62.41
3.91
100.00
32.59
63.39
4.02
100.00
33.16
62.88
3.96
100.00
59.03
21
Kalimantan Tengah
31.52
64.87
3.61
100.00
32.71
64.05
3.24
100.00
32.09
64.47
3.43
100.00
55.10
22
Kalimantan Selatan
30.94
65.78
3.28
100.00
29.39
65.87
4.74
100.00
30.16
65.82
4.02
100.00
51.93
23
Kalimantan Timur
32.18
65.16
2.66
100.00
32.75
64.82
2.43
100.00
32.44
65.00
2.55
100.00
53.83
24
Sulawesi Utara
28.78
65.44
5.78
100.00
28.11
64.53
7.35
100.00
28.45
65.00
6.55
100.00
53.85
25
Sulawesi Tengah
34.52
61.84
3.64
100.00
33.90
62.25
3.85
100.00
34.22
62.05
3.74
100.00
61.18
26
Sulawesi Selatan
33.59
60.51
5.90
100.00
29.80
63.01
7.19
100.00
31.64
61.80
6.56
100.00
61.81
27
Sulawesi Tenggara
38.19
57.61
4.20
100.00
35.82
59.45
4.73
100.00
37.00
58.53
4.46
100.00
70.84
28
Gorontalo
34.74
62.22
3.04
100.00
33.40
62.96
3.64
100.00
34.07
62.59
3.34
100.00
59.77
29
Sulawesi Barat
38.63
57.79
3.58
100.00
36.81
58.83
4.36
100.00
37.72
58.31
3.97
100.00
71.50
30
Maluku
38.59
56.86
4.54
100.00
37.58
57.67
4.75
100.00
38.09
57.26
4.65
100.00
74.64
31
Maluku Utara
38.58
58.05
3.37
100.00
37.04
59.56
3.39
100.00
37.84
58.78
3.38
100.00
70.13
32
Papua
38.64
60.33
1.02
100.00
37.65
61.61
0.74
100.00
38.17
60.95
0.89
100.00
64.09
33
Papua Barat
39.43
59.04
1.53
100.00
40.26
58.19
1.55
100.00
39.83
58.63
1.54
100.00
70.56
31.50
62.77
5.73
100.00
29.71
63.43
6.86
100.00
30.61
63.10
6.30
100.00
58.49
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
54.20
Lampiran 2.4
JUMLAH DAN PERSENTASE DAERAH TERTINGGAL MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 2007 No
Provinsi
(1)
2005
2006
2007
Jumlah Kab/Kota
Kabupaten Tertinggal
(%)
Jumlah Kab/Kota
Kabupaten Tertinggal
(%)
Jumlah Kab/Kota
Kabupaten Tertinggal
(%)
(5)
(8)
(11)
(3)
(4)
(6)
(7)
(9)
(10)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
(2)
21
16
76.19
21
16
76.19
23
16
69.57
2
Sumatera Utara
25
6
24.00
25
6
24.00
28
6
21.43
3
Sumatera Barat
19
7
36.84
19
9
47.37
19
9
47.37
4
Riau
11
2
18.18
11
2
18.18
11
2
18.18
5
Jambi
10
2
20.00
10
2
20.00
10
2
20.00
6
Sumatera Selatan
14
6
42.86
14
6
42.86
15
6
40.00
7
Bengkulu
9
8
88.89
9
8
88.89
9
8
88.89
8
Lampung
10
5
50.00
10
5
50.00
11
5
45.45
9
Kepulauan Bangka Belitung
7
3
42.86
7
3
42.86
7
3
42.86
10
Kepulauan Riau
6
1
16.67
6
1
16.67
6
1
16.67
11
DKI Jakarta
6
0
0.00
6
0
0.00
6
0
0.00
12
Jawa Barat
25
2
8.00
25
2
8.00
26
2
7.69
13
Jawa Tengah
35
3
8.57
35
3
8.57
35
3
8.57
14
DI Yogyakarta
5
2
40.00
5
2
40.00
5
2
40.00
15
Jawa Timur
38
8
21.05
38
8
21.05
38
8
21.05
16
Banten
6
2
33.33
6
2
33.33
7
2
28.57
17
Bali
9
1
11.11
9
1
11.11
9
1
11.11
18
Nusa Tenggara Barat
9
7
77.78
9
7
77.78
9
6
66.67
19
Nusa Tenggara Timur
16
15
93.75
16
15
93.75
20
15
75.00
20
Kalimantan Barat
12
9
75.00
12
9
75.00
14
10
71.43
21
Kalimantan Tengah
14
7
50.00
14
7
50.00
14
7
50.00
22
Kalimantan Selatan
13
0
0.00
13
0
0.00
13
2
15.38
23
Kalimantan Timur
13
5
38.46
13
5
38.46
14
3
21.43
24
Sulawesi Utara
9
2
22.22
9
2
22.22
13
2
15.38
25
Sulawesi Tengah
10
9
90.00
10
9
90.00
10
9
90.00
26
Sulawesi Selatan
23
13
56.52
23
13
56.52
23
13
56.52
27
Sulawesi Tenggara
10
8
80.00
10
8
80.00
12
8
66.67
28
Gorontalo
5
4
80.00
5
4
80.00
6
4
66.67
29
Sulawesi Barat
5
5
100.00
5
5
100.00
5
5
100.00
30
Maluku
8
7
87.50
8
7
87.50
9
7
77.78
31
Maluku Utara
8
6
75.00
8
6
75.00
8
6
75.00
32
Papua
20
19
95.00
20
19
95.00
21
19
90.48
33
Papua Barat
9
7
77.78
9
7
77.78
9
7
77.78
440
197
44.77
440
199
45.23
465
199
42.80
Jumlah Sumber: Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Lampiran 2.5
PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN GRATIS SELAMA 6 BULAN REFERENSI MENURUT PROVINSI DAN JENIS KARTU YANG DIGUNAKAN TAHUN 2007 Perkotaan + Perdesaan
Jenis Kartu
No
Provinsi
% Rumah Tangga Mendapat Pelayanan Gratis
Askeskin
Kompensasi BBM (KKB)
Kartu Sehat
Lainnya
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat
I n d o n e s i a Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
Jumlah (8)
38.47 10.21 17.41 18.14 9.39 11.68 13.20 9.87 20.11 14.49 7.95 13.59 17.02 15.38 12.33 10.44 12.76 16.17 39.86 15.28 12.98 18.52 15.80 14.17 16.98 19.03 22.76 23.95 32.55 18.51 26.10 39.23 41.37
75.77 46.80 41.76 25.97 41.55 70.31 67.25 58.79 23.66 39.93 24.75 52.73 51.76 53.30 53.42 50.75 28.11 41.38 59.43 72.30 51.51 27.75 53.91 49.80 66.00 57.67 60.80 72.24 40.25 62.27 25.35 39.99 60.80
2.96 3.98 4.13 3.23 9.95 6.93 3.70 3.74 1.41 2.08 5.48 3.30 3.15 2.21 5.04 6.94 2.49 2.99 2.39 4.68 5.92 5.02 2.74 3.87 3.44 7.11 4.15 2.55 1.55 1.73 1.33 29.17 1.07
11.68 12.90 20.93 15.81 18.65 5.94 11.55 5.27 12.22 25.24 15.86 20.86 11.43 10.94 12.25 19.01 6.29 31.09 19.67 4.05 8.37 13.38 10.23 16.04 13.20 10.91 10.34 5.67 10.63 20.87 30.21 13.91 16.46
9.59 36.31 33.17 54.99 29.85 16.82 17.50 32.20 62.71 32.75 53.91 23.11 33.66 33.54 29.29 23.30 63.11 24.54 18.51 18.96 34.20 53.85 33.12 30.30 17.36 24.32 24.71 19.54 47.57 15.14 43.11 16.93 21.68
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
15.13
51.87
4.42
14.52
29.19
100.00
Lampiran 2.5.a
PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN GRATIS SELAMA 6 BULAN REFERENSI MENURUT PROVINSI DAN JENIS KARTU YANG DIGUNAKAN TAHUN 2007 Perkotaan Jenis Kartu
No
Provinsi
% Rumah Tangga Mendapat Pelayanan Gratis
Askeskin
Kompensasi BBM (KKB)
Kartu Sehat
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat
I n d o n e s i a Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
Lainnya (7)
Jumlah (8)
25.58 9.77 14.20 18.18 10.36 14.92 11.84 15.63 14.81 12.42 7.95 11.71 18.24 12.39 12.79 8.69 11.15 19.40 30.03 15.61 10.98 18.59 14.99 13.97 14.95 18.39 20.37 24.14 23.41 9.77 12.01 13.25 17.69
54.26 48.93 37.13 22.13 51.17 68.95 65.45 53.11 32.03 39.60 24.75 49.53 46.47 48.50 46.32 46.22 24.81 47.36 52.54 59.12 39.10 28.89 53.16 42.97 54.41 49.24 57.11 76.16 61.25 49.12 35.59 48.96 65.79
4.25 5.87 3.87 3.45 2.86 5.07 4.28 1.85 1.75 2.53 5.48 4.46 2.69 2.17 4.83 4.44 1.19 2.35 3.01 4.53 5.13 9.27 1.63 3.16 4.97 7.01 2.98 1.61 1.38 3.51 0.54 5.18 0.00
13.78 12.13 28.58 14.87 7.52 4.58 9.53 3.81 8.36 31.56 15.86 17.86 10.19 8.78 11.75 14.90 7.83 30.28 12.60 5.10 11.76 11.60 5.10 15.33 11.29 16.33 14.46 5.93 8.00 16.59 36.64 17.56 11.13
27.71 33.08 30.42 59.54 38.45 21.39 20.74 41.23 57.86 26.31 53.91 28.15 40.65 40.55 37.10 34.44 66.17 20.01 31.84 31.24 44.00 50.25 40.11 38.54 29.33 27.41 25.44 16.31 29.37 30.78 27.23 28.29 23.09
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
13.33
46.08
4.06
13.55
36.31
100.00
Lampiran 2.5.b
PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN GRATIS SELAMA 6 BULAN REFERENSI MENURUT PROVINSI DAN JENIS KARTU YANG DIGUNAKAN TAHUN 2007 Perdesaan Jenis Kartu
No
Provinsi
% Rumah Tangga Mendapat Pelayanan Gratis
Askeskin
Kompensasi BBM (KKB)
Kartu Sehat
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat
I n d o n e s i a Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
42.12 10.55 18.86 18.12 9.03 10.13 13.70 8.36 23.59 23.26
79.48 45.28 43.33 27.97 37.43 71.26 67.83 61.59 20.21 40.67
2.74 2.64 4.22 3.12 12.99 8.25 3.51 4.66 1.27 1.05
Lainnya (7)
11.31 13.46 18.34 16.29 23.42 6.90 12.20 5.99 13.81 11.01
Jumlah (8)
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
6.46 38.62 34.11 52.62 26.17 13.59 16.47 27.75 64.71 47.27
15.54 16.17 20.50 12.00 12.65 14.63 13.34 41.71 15.16 13.82 18.48 16.78 14.28 17.49 19.33 23.45 23.88 34.10 22.10 30.72 48.56 53.99
55.24 55.88 58.27 58.76 54.69 31.01 36.79 60.37 77.14 55.62 27.06 54.71 53.63 68.48 61.42 61.71 70.74 37.81 64.66 24.03 39.12 59.93
2.39 3.50 2.26 5.19 9.12 3.65 3.48 2.30 4.74 6.18 2.47 3.93 4.27 3.11 7.15 4.44 2.91 1.56 1.40 1.43 31.52 1.26
23.21 12.40 13.17 12.63 22.60 4.93 31.71 20.62 3.67 7.24 14.45 15.70 16.44 13.61 8.49 9.32 5.57 10.94 21.64 29.39 13.55 17.39
19.16 28.22 26.29 23.42 13.59 60.41 28.02 16.70 14.45 30.95 56.01 25.65 25.67 14.80 22.94 24.53 20.77 49.69 12.29 45.14 15.82 21.43
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
16.50
55.42
4.63
15.12
24.83
100.00
Lampiran 2.6
PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MEMBELI BERAS MURAH/RASKIN SELAMA 6 BULAN REFERENSI DAN JUMLAH BERAS YANG DIBELI MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 Jumlah Beras yang Dibeli (Kg)
No
Provinsi
% RT yang Membeli Beras Murah/Raskin
< 10
1130
> 31
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat
I n d o n e s i a Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
Jumlah (7)
76.55 33.35 30.69 35.14 36.65 43.20 43.99 61.93 13.97 27.46 12.75 54.70 71.67 47.02 59.73 36.80 34.11 78.68 78.46 41.21 42.45 34.31 25.27 38.47 55.37 31.68 66.89 44.72 57.29 47.41 54.04 44.85 65.94
46.23 44.91 51.16 53.49 43.74 52.26 46.26 32.52 61.86 64.70 85.70 51.65 25.62 17.95 53.55 90.55 69.03 50.26 9.41 47.62 40.52 48.18 30.51 69.72 39.59 38.96 31.98 37.66 43.82 33.84 19.30 36.07 8.93
36.27 31.96 27.56 40.17 40.31 35.43 40.19 54.22 22.72 29.21 11.72 44.45 67.50 53.96 43.25 8.48 27.04 48.44 56.24 43.79 42.73 40.68 51.05 23.09 39.30 40.36 43.40 31.88 42.18 47.91 58.61 47.21 64.07
17.50 23.13 21.28 6.34 15.95 12.31 13.55 13.26 15.42 6.09 2.58 3.90 6.88 28.09 3.20 0.97 3.93 1.30 34.35 8.59 16.75 11.14 18.44 7.19 21.11 20.68 24.62 30.46 14.00 18.25 22.09 16.72 27.00
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
51.85
44.25
46.94
8.81
100.00
Lampiran 2.7
JUMLAH DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MENURUT PROVINSI DAN DAERAH MARET 2007 No
Provinsi
(1)
(2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat
I n d o n e s i a
Jumlah Penduduk Miskin (000 jiwa)
Persentase Penduduk Miskin (%)
Kota
Desa
K + D
Kota
Desa
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
218.80 833.50 149.20 246.40 137.20 545.90 135.60 366.00 38.60 76.80 405.70 2,654.60 2,687.30 335.30 2,575.70 399.40 119.80 570.90 124.90 144.10 51.20 83.10 136.10 79.00 67.10 152.80 31.30 30.70 55.10 49.10 11.70 35.40 11.00 13,559.30
Sumber: Susenas Panel Maret 2007, Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan 2007
864.90 935.00 380.00 328.10 144.70 785.90 235.00 1,295.70 56.50 71.60 2,803.30 3,869.90 298.20 4,579.60 486.80 109.30 547.70 1,038.70 440.20 159.10 150.40 188.70 171.10 490.30 930.60 434.10 211.20 134.80 355.60 98.20 758.00 255.80 23,609.00
1,083.70 1,768.50 529.20 574.50 281.90 1,331.80 370.60 1,661.70 95.10 148.40 405.70 5,457.90 6,557.20 633.50 7,155.30 886.20 229.10 1,118.60 1,163.60 584.30 210.30 233.50 324.80 250.10 557.40 1,083.40 465.40 241.90 189.90 404.70 109.90 793.40 266.80 37,168.30
18.68 14.21 9.78 9.53 15.42 20.30 23.00 18.11 8.09 10.08 4.61 11.21 17.23 15.63 14.71 6.79 6.01 30.44 16.41 11.45 6.72 6.01 7.44 8.31 12.86 6.18 6.24 11.08 16.53 14.49 4.29 7.97 7.14 12.52
K + D (8)
29.87 13.63 13.01 12.90 7.81 18.43 21.66 23.70 10.87 10.54 16.88 23.45 25.03 25.02 12.52 7.47 21.06 29.95 13.47 10.76 7.72 16.98 13.80 24.97 17.87 25.84 34.76 20.29 37.02 15.22 50.47 48.82 20.37
26.65 13.90 11.90 11.20 10.27 19.15 22.13 22.19 9.54 10.30 4.61 13.55 20.43 18.99 19.98 9.07 6.63 24.99 27.51 12.91 9.38 7.01 11.04 11.42 22.42 14.11 21.33 27.35 19.03 31.14 11.97 40.78 39.31 16.58
Lampiran 2.8 PERSENTASE PENDUDUK MENURUT PROVINSI DAN GOLONGAN PENGELUARAN PER KAPITA SEBULAN TAHUN 2007 Perkotaan + Perdesaan Golongan pengeluaran per Kapita sebulan (rupiah)
No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi (2)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
≤ 100.000 (3)
1.13 0.67 0.92 0.25 0.47 0.43 1.32 1.96 0.07 0.34 1.06 1.56 0.69 1.62 1.07 0.09 1.61 13.39 0.69 0.30 0.46 0.27 0.81 2.57 2.11 2.85 5.64 4.26 4.16 2.49 9.07 1.75 1.52
100.000 149.999 150.000 199.999 200.000 299.999 300.000 499.999 500.000 749.999 750.000 999.999 (4)
(5)
7.62 7.11 6.46 3.03 6.36 6.78 14.47 14.94 0.46 1.34 0.11 9.24 16.15 8.62 16.34 8.92 1.78 19.52 34.29 9.59 4.77 5.08 3.00 7.64 18.52 15.95 18.03 23.26 25.47 18.49 12.41 15.57 10.90 11.72
(6)
16.10 17.08 16.68 8.50 15.37 19.28 23.95 24.43 3.55 3.72 0.93 16.86 26.69 17.95 24.34 15.04 7.90 27.15 23.41 19.91 14.72 14.65 7.19 15.94 23.73 22.79 25.07 23.25 27.74 21.08 19.81 16.31 15.41 19.31
(7)
35.40 36.28 34.60 29.18 35.27 39.93 34.14 36.29 23.33 13.15 7.10 31.14 33.82 26.52 31.88 24.60 28.60 29.08 17.50 36.06 37.64 34.34 21.02 34.34 30.86 32.66 30.56 26.80 25.91 28.82 29.10 19.39 26.04 30.71
(8)
29.29 29.07 29.90 39.94 32.96 26.48 20.05 19.03 51.24 33.11 31.68 26.67 16.73 25.78 19.35 29.77 38.62 17.85 8.61 27.00 33.64 31.55 37.82 30.14 17.62 20.12 17.08 16.67 12.97 18.49 24.51 23.89 33.10 24.27
(9)
7.25 6.59 9.25 13.68 7.54 5.15 4.37 2.88 17.74 27.07 33.82 9.50 3.71 12.06 4.72 16.02 14.91 3.52 2.19 5.59 6.73 9.84 19.92 8.11 4.22 4.77 4.41 3.59 2.67 6.44 8.94 11.24 9.99 8.33
2.00 1.74 1.63 3.31 1.45 1.32 1.19 0.37 2.46 15.19 14.31 3.37 0.74 4.06 1.15 3.32 5.17 0.89 0.47 0.88 1.51 2.06 6.51 2.04 1.52 1.10 1.04 0.73 0.48 1.61 2.01 3.18 1.95 2.50
≥ 1.000.000
Jumlah
(10)
(11)
1.20 1.46 0.57 2.12 0.59 0.64 0.52 0.09 1.15 6.08 12.06 2.17 0.59 4.33 0.60 1.26 2.92 0.38 0.13 0.28 0.69 2.01 4.26 0.97 0.95 0.49 0.97 0.06 0.49 0.91 0.73 1.34 0.85 1.64
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Lampiran 2.8.a PERSENTASE PENDUDUK MENURUT PROVINSI DAN GOLONGAN PENGELUARAN PER KAPITA SEBULAN TAHUN 2007 Perkotaan Golongan pengeluaran per Kapita sebulan (rupiah)
No
Provinsi
(1)
(2)
≤ 100.000 (3)
100.000 149.999 150.000 199.999 200.000 299.999 300.000 499.999 500.000 749.999 750.000 999.999 (4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
≥ 1.000.000
Jumlah
(10)
(11)
1 Nanggroe Aceh Darussalam
0.18
2.61
7.15
21.79
38.65
18.98
6.25
4.40
100.00
2 Sumatera Utara
0.09
2.95
10.51
32.63
36.22
11.11
3.44
3.05
100.00
3 Sumatera Barat
0.12
1.81
7.18
25.71
42.16
18.26
3.58
1.18
100.00
4 Riau
0.27
1.03
3.76
19.18
41.82
21.51
7.15
5.28
100.00
5 Jambi
0.33
3.42
9.46
26.40
40.41
14.54
3.65
1.79
100.00
6 Sumatera Selatan
0.30
2.90
9.22
32.94
37.93
11.51
3.46
1.75
100.00
7 Bengkulu
3.18
9.75
31.37
37.43
12.81
3.79
1.68
100.00
8 Lampung
0.16
5.02
14.48
32.62
36.71
9.88
0.92
0.22
100.00
0.11
0.80
13.87
51.34
26.69
4.77
2.43
100.00
0.07
0.54
2.05
9.48
30.73
31.21
18.54
7.38
100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 10 Kepulauan Riau 11 DKI Jakarta 12 Jawa Barat
0.11
0.93
7.10
31.68
33.82
14.31
12.06
100.00
0.71
4.57
10.58
26.75
33.09
14.70
5.77
3.82
100.00
13 Jawa Tengah
0.59
9.14
20.83
35.45
24.96
6.44
1.41
1.19
100.00
14 DI Yogyakarta
0.49
3.75
10.81
23.39
30.68
17.74
6.33
6.81
100.00
15 Jawa Timur
0.63
7.85
16.66
33.17
29.29
9.02
2.25
1.12
100.00
16 Banten
0.68
2.24
6.86
18.24
38.51
25.91
5.47
2.09
100.00
1.02
4.72
19.93
39.39
21.32
8.47
5.15
100.00
18 Nusa Tenggara Barat
0.70
12.76
21.56
30.27
25.21
7.11
1.62
0.77
100.00
19 Nusa Tenggara Timur
1.99
10.20
17.90
27.75
29.16
9.97
2.31
0.71
100.00
20 Kalimantan Barat
0.50
3.07
12.70
24.95
40.45
14.50
2.90
0.92
100.00
21 Kalimantan Tengah
0.14
2.14
7.19
26.52
44.70
13.69
3.82
1.78
100.00
22 Kalimantan Selatan
0.09
1.99
6.01
24.37
39.47
18.91
4.42
4.74
100.00
23 Kalimantan Timur
0.09
0.56
2.96
15.22
39.03
24.91
10.05
7.18
100.00
24 Sulawesi Utara
0.35
3.67
7.20
27.68
40.54
14.77
4.06
1.72
100.00
25 Sulawesi Tengah
0.21
3.81
11.62
27.71
33.28
13.40
6.18
3.79
100.00
26 Sulawesi Selatan
0.68
6.23
11.25
30.81
34.94
11.90
2.90
1.28
100.00
27 Sulawesi Tenggara
0.59
3.08
10.12
26.31
37.10
14.90
3.83
4.07
100.00
28 Gorontalo
1.75
10.97
16.79
30.14
31.55
6.84
1.73
0.23
100.00
29 Sulawesi Barat
13.06
22.69
34.69
21.12
5.67
1.35
1.41
100.00
30 Maluku
3.12
10.11
30.54
31.38
17.52
4.40
2.93
100.00
31 Maluku Utara
1.25
3.93
5.05
14.99
38.71
27.10
6.72
2.27
100.00
32 Papua
0.53
1.60
3.36
14.44
38.72
27.79
9.40
4.15
100.00
1.08
6.01
15.90
45.78
23.39
5.21
2.62
100.00
0.48
4.84
11.45
26.52
32.78
15.36
5.10
3.48
100.00
17 Bali
33 Papua Barat Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
Lampiran 2.8.b PERSENTASE PENDUDUK MENURUT PROVINSI DAN GOLONGAN PENGELUARAN PER KAPITA SEBULAN TAHUN 2007 Perdesaan Golongan pengeluaran per Kapita sebulan (rupiah)
No
Provinsi
(1)
(2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
≤ 100.000
100.000 149.999
150.000 199.999
(3)
(4)
(5)
1.43 1.13 1.27 0.24 0.53 0.50 1.82 2.48 0.11 1.41 1.44 2.27 1.01 2.35 1.56 0.19 2.17 15.68 0.76 0.36 0.69 0.49 1.08 3.18 2.78 3.50 7.07 5.02 5.84 2.91 12.29 2.56 2.34
9.15 10.42 8.54 4.11 7.54 8.84 18.83 17.80 0.71 4.52 14.52 21.23 16.15 22.57 17.13 2.64 23.64 39.11 12.03 5.86 6.98 5.91 9.95 22.32 20.52 22.26 27.74 27.68 24.73 15.30 20.84 15.44 17.06
18.85 22.32 20.94 11.07 17.74 24.60 29.44 27.29 5.47 10.38 23.95 30.93 28.97 29.98 25.09 11.46 30.55 24.51 22.61 17.86 19.96 12.23 21.01 26.87 28.21 29.30 25.61 28.64 25.54 24.83 21.20 19.75 25.42
200.000 299.999 300.000 499.999 500.000 749.999 750.000 999.999 ≥ 1.000.000 (6)
(7)
39.58 39.18 38.59 34.61 38.83 43.63 35.21 37.35 29.93 27.71 36.09 32.65 31.35 30.94 32.41 38.31 28.35 15.44 40.21 42.27 40.46 27.94 38.21 31.68 33.53 31.76 25.59 24.34 28.12 33.91 21.26 30.72 33.98
26.42 23.37 24.39 38.93 29.96 20.42 13.34 13.95 51.17 42.53 19.41 10.77 18.21 12.05 19.03 37.76 13.38 4.50 21.97 29.04 26.69 36.38 24.10 13.57 13.16 11.42 11.23 11.52 13.26 19.68 18.29 27.24 17.65
(8)
(9)
3.65 2.99 5.20 9.43 4.73 1.78 1.11 0.87 11.50 10.64 3.62 1.73 3.28 1.55 3.86 7.73 1.33 0.64 2.26 3.83 4.28 13.97 4.25 1.85 1.42 1.44 2.40 2.13 1.94 2.75 5.00 3.80 2.87
(10)
0.70 0.40 0.75 1.22 0.57 0.18 0.18 0.21 0.85 1.91 0.66 0.26 0.55 0.34 0.66 1.48 0.44 0.11 0.12 0.55 0.61 2.29 0.86 0.32 0.25 0.25 0.36 0.33 0.48 0.41 0.84 0.45 0.47
0.22 0.20 0.30 0.40 0.11 0.06 0.07 0.06 0.25 0.91 0.30 0.16 0.49 0.21 0.25 0.43 0.15 0.02 0.04 0.24 0.34 0.79 0.53 0.21 0.12 0.09 0.33 0.08 0.21 0.28 0.04 0.21
Jumlah (11)
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Lampiran 2.9
PERSENTASE KEPANDAIAN MEMBACA MENULIS PADA PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KEATAS MENURUT JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2007 Perkotaan+Perdesaan Lakilaki No
Provinsi
(1)
(2)
Perempuan
Lakilaki+Perempuan
Huruf
Huruf
Huruf Latin
Buta
Huruf
Huruf
Huruf Latin
Buta
Huruf
Huruf
Huruf Latin
Buta
Latin
Lainnya
+ Lainnya
Huruf
Latin
Lainnya
+ Lainnya
Huruf
Latin
Lainnya
+ Lainnya
Huruf
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
94.94
54.16
52.19
3.09
89.93
53.37
49.86
6.56
92.38
53.76
51.00
4.87
2
Sumatera Utara
97.67
22.31
21.64
1.66
94.82
23.67
22.73
4.24
96.22
23.00
22.19
2.96
3
Sumatera Barat
97.16
31.89
31.49
2.44
94.78
32.29
31.59
4.52
95.93
32.10
31.54
3.51
4
Riau
97.75
53.15
52.40
1.50
95.00
53.49
51.98
3.49
96.41
53.32
52.20
2.47
5
Jambi
96.94
28.34
27.77
2.48
91.67
27.70
26.16
6.79
94.33
28.02
26.97
4.61
6
Sumatera Selatan
97.23
36.32
35.28
1.73
93.85
38.27
36.49
4.37
95.55
37.28
35.87
3.03
7
Bengkulu
96.41
19.49
18.92
3.02
91.32
18.98
18.21
7.91
93.89
19.24
18.57
5.44
8
Lampung
96.02
23.02
22.52
3.48
90.26
22.68
21.84
8.90
93.24
22.85
22.19
6.10
9
Kepulauan Bangka Belitung
95.70
35.27
33.96
2.99
91.71
36.48
34.80
6.61
93.75
35.86
34.37
4.76
10
Kepulauan Riau
96.18
51.03
50.13
2.92
93.93
52.59
51.42
4.90
94.99
51.85
50.81
3.97
11
DKI Jakarta
99.36
39.51
39.08
0.21
97.12
37.53
36.76
2.11
98.23
38.51
37.91
1.17
12
Jawa Barat
96.76
47.60
46.60
2.24
92.23
47.83
46.14
6.08
94.51
47.71
46.37
4.15
13
Jawa Tengah
93.42
36.80
36.06
5.85
84.73
34.45
33.42
14.24
89.02
35.60
34.72
10.09
14
DI Yogyakarta
94.15
36.54
35.87
5.18
82.44
32.87
32.22
16.90
88.21
34.68
34.02
11.14
15
Jawa Timur
92.23
39.17
37.94
6.54
82.18
36.68
34.69
15.82
87.04
37.89
36.26
11.34
16
Banten
96.23
42.02
40.66
2.42
91.63
41.00
38.69
6.05
93.92
41.50
39.67
4.24
17
Bali
92.77
56.37
56.07
6.92
81.30
42.69
42.38
18.38
87.01
49.50
49.19
12.68
18
Nusa Tenggara Barat
88.15
23.39
22.89
11.35
76.50
18.82
18.38
23.06
81.97
20.97
20.50
17.56
19
Nusa Tenggara Timur
90.12
3.55
3.19
9.35
86.28
3.23
2.84
13.33
88.16
3.38
3.01
11.47
20
Kalimantan Barat
92.97
16.63
15.30
5.69
85.27
15.91
14.44
13.25
89.21
16.28
14.88
9.39
21
Kalimantan Tengah
97.63
23.47
22.98
1.88
94.73
22.99
21.97
4.25
96.23
23.24
22.49
3.02
22
Kalimantan Selatan
96.19
45.35
44.66
3.12
90.98
46.52
44.97
7.47
93.54
45.95
44.82
5.33
23
Kalimantan Timur
97.16
40.14
39.58
2.28
93.59
39.74
38.94
5.61
95.45
39.95
39.27
3.87
24
Sulawesi Utara
98.91
9.50
9.26
0.85
98.40
10.91
10.59
1.27
98.66
10.20
9.92
1.06
25
Sulawesi Tengah
95.45
31.76
30.53
3.32
92.36
33.82
32.30
6.13
93.92
32.77
31.40
4.71
26
Sulawesi Selatan
89.36
32.35
31.31
9.61
83.73
31.37
29.83
14.73
86.42
31.84
30.54
12.28
27
Sulawesi Tenggara
93.93
28.60
28.00
5.47
88.16
30.81
30.13
11.17
91.01
29.72
29.08
8.36
28
Gorontalo
94.62
29.12
28.45
4.71
95.46
40.32
39.47
3.69
95.04
34.78
34.02
4.19
29
Sulawesi Barat
89.09
20.81
19.70
9.80
84.32
18.84
17.61
14.44
86.68
19.81
18.64
12.14
30
Maluku
97.69
19.88
19.63
2.05
96.00
17.81
17.43
3.63
96.84
18.83
18.52
2.84
31
Maluku Utara
96.45
19.05
18.49
2.99
92.81
15.99
15.44
6.64
94.66
17.54
16.99
4.78
32
Papua
81.33
15.37
14.67
17.97
70.51
13.87
13.03
28.66
76.08
14.64
13.87
23.15
33
Papua Barat
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
91.53
19.35
18.24
7.36
87.60
19.03
18.10
11.47
89.60
19.19
18.17
9.38
94.76
36.78
35.89
4.34
88.48
35.70
34.30
10.12
91.59
36.24
35.09
7.26
Lampiran 2.9.a
PERSENTASE KEPANDAIAN MEMBACA MENULIS PADA PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KEATAS MENURUT JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2007 Perkotaan Lakilaki No
Provinsi
(1)
(2)
Perempuan
Lakilaki+Perempuan
Huruf
Huruf
Huruf Latin
Buta
Huruf
Huruf
Huruf Latin
Buta
Huruf
Huruf
Huruf Latin
Buta
Latin
Lainnya
+ Lainnya
Huruf
Latin
Lainnya
+ Lainnya
Huruf
Latin
Lainnya
+ Lainnya
Huruf
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
98.42
51.45
50.79
0.92
96.44
52.44
50.85
1.96
97.41
51.95
50.82
1.45
2
Sumatera Utara
98.68
22.56
21.81
0.57
97.14
23.72
22.88
2.02
97.90
23.14
22.35
1.30
3
Sumatera Barat
98.21
24.95
24.53
1.37
97.56
25.41
24.90
1.93
97.87
25.19
24.72
1.66
4
Riau
98.80
54.60
53.98
0.59
97.49
55.37
54.19
1.32
98.16
54.08
54.08
0.95
5
Jambi
98.85
25.97
25.57
0.75
96.35
24.57
23.66
2.75
97.61
25.27
24.62
1.74
6
Sumatera Selatan
97.30
47.28
45.57
0.99
95.26
51.57
49.09
2.26
96.28
49.41
47.32
1.62
7
Bengkulu
98.88
26.39
26.03
0.76
96.93
26.25
26.00
2.82
97.88
26.31
26.01
1.81
8
Lampung
97.67
25.58
25.25
2.00
94.11
25.72
25.30
5.47
95.90
25.65
25.28
3.73
9
Kepulauan Bangka Belitung
97.31
32.48
31.94
2.15
95.26
34.56
33.76
3.94
96.30
33.51
32.84
3.04
10
Kepulauan Riau
97.46
49.58
48.63
1.59
95.63
52.21
51.12
3.29
96.48
51.00
49.98
2.51
11
DKI Jakarta
99.36
39.51
39.08
0.21
97.12
37.53
36.76
2.11
98.23
38.51
37.91
1.17
12
Jawa Barat
98.01
46.28
45.29
0.99
94.83
47.28
45.73
3.63
96.42
46.78
45.51
2.31
13
Jawa Tengah
96.40
37.24
36.59
2.95
88.88
36.13
35.22
10.21
92.58
36.67
35.89
6.64
14
DI Yogyakarta
97.35
41.29
40.75
2.11
88.25
39.17
38.55
11.13
92.73
40.21
39.63
6.68
15
Jawa Timur
95.95
39.89
38.95
3.11
88.93
39.19
37.32
9.20
92.31
39.52
38.10
6.26
16
Banten
96.98
42.38
41.30
1.94
93.42
43.49
41.74
4.83
95.18
42.94
41.52
3.40
17
Bali
95.84
58.80
58.65
4.01
87.16
47.50
47.18
11.52
91.47
53.11
52.87
8.30
18
Nusa Tenggara Barat
91.31
22.23
21.88
8.33
81.76
18.91
18.44
17.77
86.34
20.50
20.09
13.24
19
Nusa Tenggara Timur
97.35
7.63
7.41
2.43
96.03
7.06
6.67
3.58
96.67
7.34
7.03
3.02
20
Kalimantan Barat
93.14
27.73
24.84
3.98
87.53
25.97
23.40
9.90
90.37
26.86
24.13
6.91
21
Kalimantan Tengah
97.85
27.31
26.81
1.65
96.41
26.17
25.54
2.96
97.15
26.76
26.19
2.28
22
Kalimantan Selatan
98.30
51.34
50.86
1.22
95.62
51.99
51.10
3.49
96.93
51.67
50.98
2.38
23
Kalimantan Timur
98.50
48.99
48.49
1.00
95.86
48.58
47.81
3.37
97.22
48.79
48.16
2.15
24
Sulawesi Utara
99.44
9.33
9.09
0.32
98.54
10.32
9.69
0.82
98.99
9.83
9.39
0.57
25
Sulawesi Tengah
95.64
49.13
45.73
0.96
95.12
52.90
49.46
1.45
95.37
51.05
47.63
1.21
26
Sulawesi Selatan
96.66
35.58
35.08
2.84
92.51
33.66
32.56
6.39
94.48
34.57
33.76
4.70
27
Sulawesi Tenggara
96.87
43.96
42.88
2.05
94.59
47.77
46.99
4.63
95.69
45.92
45.00
3.39
28
Gorontalo
96.65
39.53
38.54
2.36
97.36
46.79
45.75
1.61
97.01
43.28
42.27
1.97
29
Sulawesi Barat
94.42
20.07
19.48
5.00
92.85
18.47
18.08
6.76
93.62
19.25
18.77
5.89
30
Maluku
99.28
19.99
19.80
0.53
98.53
17.08
16.88
1.26
98.90
18.49
18.30
0.91
31
Maluku Utara
98.75
21.51
20.94
0.68
96.46
17.56
17.14
3.12
97.58
19.49
19.00
1.93
32
Papua
98.60
28.62
28.09
0.88
96.72
27.74
26.55
2.09
97.68
28.19
27.34
1.47
33
Papua Barat
98.73
40.20
39.84
0.91
96.90
38.96
38.56
2.70
97.80
39.57
39.19
1.82
97.33
39.52
38.72
1.87
92.89
39.14
37.88
5.85
95.07
39.32
38.29
3.89
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
Lampiran 2.9.b
PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT PROVINSI, JENIS KELAMIN, DAN KEPANDAIAN MEMBACA DAN MENULIS TAHUN 2007 Perdesaan Lakilaki No
Provinsi
(1)
(2)
Perempuan
Lakilaki+Perempuan
Huruf
Huruf
Huruf Latin
Buta
Huruf
Huruf
Huruf Latin
Buta
Huruf
Huruf
Huruf Latin
Buta
Latin
Lainnya
+ Lainnya
Huruf
Latin
Lainnya
+ Lainnya
Huruf
Latin
Lainnya
+ Lainnya
Huruf
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
93.83
55.01
52.63
3.78
87.89
53.66
49.55
7.99
90.79
54.32
51.05
5.94
2
Sumatera Utara
96.83
22.10
21.50
2.57
92.93
23.63
22.61
6.04
94.84
22.88
22.06
4.33
3
Sumatera Barat
96.69
35.03
34.63
2.92
93.51
35.46
34.68
5.71
95.05
35.25
34.65
4.35
4
Riau
97.18
52.36
51.54
2.00
93.62
52.45
50.76
4.68
95.45
52.40
51.16
3.30
5
Jambi
96.17
29.31
28.66
3.18
89.75
28.99
27.19
8.45
93.01
29.16
27.94
5.78
6
Sumatera Selatan
97.18
30.50
29.82
2.13
93.07
30.99
29.59
5.52
95.17
30.75
29.71
3.79
7
Bengkulu
95.48
16.91
16.26
3.87
89.02
16.02
15.03
9.99
92.33
16.47
15.66
6.86
8
Lampung
95.56
22.32
21.77
3.89
89.10
21.76
20.79
9.94
92.47
22.05
21.30
6.78
9
Kepulauan Bangka Belitung
94.58
37.22
35.37
3.57
89.11
37.89
35.56
8.57
91.93
37.54
35.46
5.98
10
Kepulauan Riau
91.64
56.17
55.43
7.62
86.42
54.31
52.76
12.03
89.11
55.27
54.14
9.76
11
DKI Jakarta
12
Jawa Barat
95.35
49.09
48.08
3.64
89.25
48.47
46.62
8.90
92.34
48.78
47.36
6.24
13
Jawa Tengah
91.25
36.47
35.67
7.95
81.68
33.21
32.09
17.20
86.43
34.83
33.87
12.61
14
DI Yogyakarta
89.28
29.28
28.43
9.87
73.69
23.38
22.68
25.61
81.33
26.27
25.50
17.89
15
Jawa Timur
89.52
38.65
37.20
9.03
77.28
34.86
32.78
20.63
83.20
36.70
34.92
15.03
16
Banten
95.28
41.54
39.85
3.02
89.32
37.79
34.75
7.64
92.34
39.69
37.33
5.30
17
Bali
89.42
53.72
53.25
10.11
74.81
37.36
37.06
24.89
82.09
45.51
45.13
17.52
18
Nusa Tenggara Barat
86.14
24.12
23.53
13.27
73.37
18.77
18.35
26.21
79.28
21.25
20.75
20.22
19
Nusa Tenggara Timur
88.57
2.67
2.28
11.05
84.16
2.40
2.01
15.45
86.32
2.53
2.14
13.29
20
Kalimantan Barat
92.91
12.40
11.66
6.35
84.40
11.97
10.93
14.57
88.77
12.20
11.31
10.35
21
Kalimantan Tengah
97.54
21.87
21.38
1.98
94.01
21.63
20.44
4.80
95.84
21.75
20.93
3.34
22
Kalimantan Selatan
94.90
41.67
40.86
4.28
88.11
43.14
41.18
9.94
91.45
42.41
41.02
7.15
23
Kalimantan Timur
95.58
29.75
29.11
3.78
90.69
28.50
27.66
8.47
93.30
29.16
28.43
5.97
24
Sulawesi Utara
98.61
9.60
9.36
1.15
98.32
11.26
11.12
1.54
98.47
10.41
10.22
1.34
25
Sulawesi Tengah
95.40
27.30
26.63
3.92
91.59
28.55
27.56
7.42
93.53
27.92
27.09
5.64
26
Sulawesi Selatan
85.88
30.80
29.51
12.82
79.55
30.28
28.53
18.70
82.58
30.53
29.00
15.89
27
Sulawesi Tenggara
93.09
24.20
23.74
6.45
86.21
25.68
25.03
13.14
89.63
24.94
24.39
9.82
28
Gorontalo
93.88
25.36
24.80
5.55
94.73
37.83
37.05
4.49
94.30
31.60
30.93
5.02
29
Sulawesi Barat
88.08
20.95
19.74
10.71
82.68
18.92
17.52
15.92
85.36
19.93
18.62
13.33
30
Maluku
97.03
19.84
19.56
2.70
94.84
18.12
17.67
4.71
95.94
18.99
18.62
3.69
31
Maluku Utara
95.65
18.19
17.64
3.79
91.43
15.40
14.80
7.98
93.61
16.84
16.27
5.82
32
Papua
74.73
10.30
9.54
24.50
60.31
8.48
7.77
38.99
67.76
9.24
8.68
31.50
33
Papua Barat
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
88.20
9.71
8.26
10.34
82.83
8.81
7.60
15.97
85.61
9.27
7.49
13.05
92.76
34.64
33.68
6.28
84.95
32.96
31.44
13.54
88.83
33.79
32.55
9.93
Lampiran 2.10
PERSENTASE STATUS PENDIDIKAN PADA PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 Perkotaan+Perdesaan No
Provinsi
Tidak/Belum Pernah Sekolah
(1)
(2)
(3)
Masih Sekolah SD/MI
SLTP/ MTs.
SMU/ SMK/MA
DI/Univ.
(4)
(5)
(6)
(7)
Jumlah yang Masih Sekolah
Tidak Bersekolah Lagi
(3)+(8)+(9)
(8)
(9)
(10)
Jumlah
1
Nanggroe Aceh Darussalam
5.37
8.61
7.65
6.56
3.32
26.14
68.48
100.00
2
Sumatera Utara
2.81
9.43
7.92
5.70
1.61
24.66
72.52
100.00
3
Sumatera Barat
2.50
9.22
6.51
4.67
2.54
22.94
74.56
100.00
4
Riau
3.27
9.19
6.68
4.99
1.62
22.48
74.25
100.00
5
Jambi
5.69
8.03
6.11
4.34
1.63
20.11
74.21
100.00
6
Sumatera Selatan
4.11
8.18
6.05
4.29
1.50
20.02
75.86
100.00
7
Bengkulu
5.24
8.37
6.70
4.98
2.07
22.12
72.64
100.00
8
Lampung
5.76
8.35
6.61
3.66
1.04
19.66
74.59
100.00
9
Kepulauan Bangka Belitung
5.60
7.55
4.82
3.99
0.96
17.32
77.08
100.00
10
Kepulauan Riau
4.58
6.32
5.33
4.00
1.15
16.80
78.63
100.00
11
DKI Jakarta
1.75
5.40
4.87
4.27
2.94
17.48
80.78
100.00
12
Jawa Barat
5.35
7.82
5.98
3.30
1.31
18.41
76.23
100.00
13
Jawa Tengah
9.88
7.13
5.82
3.55
1.04
17.54
72.57
100.00
14
DI Yogyakarta
10.63
5.13
4.98
3.93
6.56
20.60
68.77
100.00
15
Jawa Timur
11.76
6.58
5.00
3.41
1.10
16.09
72.15
100.00
16
Banten
6.21
9.11
6.00
4.11
1.54
20.76
73.03
100.00
17
Bali
12.42
6.52
4.62
3.50
1.70
16.34
71.24
100.00
18
Nusa Tenggara Barat
15.63
8.87
6.89
4.86
2.05
22.67
61.69
100.00
19
Nusa Tenggara Timur
9.54
11.27
5.30
3.47
1.19
21.23
69.23
100.00
20
Kalimantan Barat
11.43
9.79
5.51
3.57
1.11
19.98
68.58
100.00
21
Kalimantan Tengah
3.44
9.51
5.95
3.92
1.40
20.78
75.79
100.00
22
Kalimantan Selatan
5.08
8.12
5.75
3.34
1.36
18.57
76.35
100.00
23
Kalimantan Timur
3.88
7.36
6.01
4.58
1.70
19.65
76.46
100.00
24
Sulawesi Utara
0.90
6.53
5.61
4.29
1.33
17.76
81.34
100.00
25
Sulawesi Tengah
4.25
8.70
5.60
3.93
2.00
20.23
75.52
100.00
26
Sulawesi Selatan
11.92
8.38
5.68
3.81
2.45
20.32
67.76
100.00
27
Sulawesi Tenggara
8.14
9.78
7.07
5.07
2.46
24.38
67.48
100.00
28
Gorontalo
2.20
8.96
5.47
3.66
1.51
19.60
78.21
100.00
29
Sulawesi Barat
10.45
10.49
5.64
3.25
1.24
20.62
68.92
100.00
30
Maluku
3.29
9.21
7.77
6.47
2.36
25.81
70.9
100.00
31
Maluku Utara
3.90
9.71
7.12
5.46
1.92
24.21
71.89
100.00
32
Papua
23.35
10.42
5.78
4.13
1.71
22.04
54.61
100.00
33
Papua Barat
7.73
11.80
5.48
4.50
1.27
23.05
69.22
100.00
7.57
7.81
5.88
3.92
1.57
19.18
73.24
100.00
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
Lampiran 2.10.a
PERSENTASE STATUS PENDIDIKAN PADA PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 Perkotaan No
Provinsi
Tidak/Belum Pernah Sekolah
(2)
(3)
(1)
Masih Sekolah SLTP/ MTs.
SD/MI (4)
SMU/ SMK/MA
(5)
DI/Univ.
(6)
(7)
Jumlah yang Masih Sekolah
Tidak Bersekolah Lagi
Jumlah
(8)
(9)
(10)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2.03
6.75
7.20
7.25
6.81
28.01
69.96
100.00
2
Sumatera Utara
1.31
8.04
7.38
6.43
2.80
24.65
74.04
100.00
3
Sumatera Barat
1.00
7.84
6.49
5.97
6.04
26.34
72.67
100.00
4
Riau
2.08
7.44
6.72
6.22
2.66
23.04
74.88
100.00
5
Jambi
3.53
6.77
5.81
5.85
3.01
21.44
75.03
100.00
6
Sumatera Selatan
2.07
6.90
6.48
6.15
3.47
23.00
74.93
100.00
7
Bengkulu
1.54
7.25
7.06
6.92
5.45
26.68
71.78
100.00
8
Lampung
3.17
7.36
6.69
5.63
2.93
22.61
74.22
100.00
9
Kepulauan Bangka Belitung
3.09
6.02
5.39
5.30
1.52
18.23
78.68
100.00
10
Kepulauan Riau
3.04
5.69
5.13
4.19
1.26
16.27
80.69
100.00
11
DKI Jakarta
1.75
5.40
4.87
4.27
2.94
17.48
80.78
100.00
12
Jawa Barat
3.12
7.12
6.16
4.35
2.12
19.75
77.13
100.00
13
Jawa Tengah
7.07
6.57
6.08
4.81
1.80
19.26
73.67
100.00
14
DI Yogyakarta
6.57
4.87
4.91
3.99
10.13
23.90
69.53
100.00
15
Jawa Timur
6.36
6.05
5.40
4.58
1.97
18.00
75.64
100.00
16
Banten
4.57
7.36
5.96
5.11
2.33
20.76
74.67
100.00
17
Bali
8.13
6.42
4.66
4.00
2.55
17.63
74.24
100.00
18
Nusa Tenggara Barat
12.45
8.28
6.79
5.81
3.38
24.26
63.29
100.00
19
Nusa Tenggara Timur
2.60
7.79
7.28
9.22
4.67
28.96
68.44
100.00
20
Kalimantan Barat
7.07
7.32
6.29
5.38
2.61
21.60
71.34
100.00
21
Kalimantan Tengah
2.45
7.99
5.59
5.74
3.52
22.84
74.70
100.00
22
Kalimantan Selatan
2.85
7.25
5.97
4.40
2.39
20.01
77.13
100.00
23
Kalimantan Timur
2.07
6.41
5.98
5.24
2.45
20.08
77.85
100.00
24
Sulawesi Utara
0.60
5.98
5.15
5.38
2.52
19.03
80.37
100.00
25
Sulawesi Tengah
0.91
7.61
5.58
7.07
6.23
26.49
72.59
100.00
26
Sulawesi Selatan
5.65
7.06
5.39
5.44
5.79
23.68
70.67
100.00
27
Sulawesi Tenggara
2.83
7.56
6.97
7.39
6.73
28.65
68.53
100.00
28
Gorontalo
1.15
7.32
6.88
5.34
2.78
22.32
76.53
100.00
29
Sulawesi Barat
5.58
7.66
6.92
6.16
2.64
23.38
71.05
100.00
30
Maluku
1.11
6.49
8.46
9.63
5.69
30.27
68.62
100.00
31
Maluku Utara
2.64
6.25
7.18
8.41
6.16
28.00
69.36
100.00
32
Papua
1.88
7.12
6.80
6.45
4.02
24.39
73.73
100.00
33
Papua Barat
1.45
7.97
7.03
6.92
2.23
24.15
74.39
100.00
4.30
6.71
5.94
4.96
2.76
20.37
75.32
100.00
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
Lampiran 2.10.b
PERSENTASE STATUS PENDIDIKAN PADA PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 Perdesaan No
Provinsi
Tidak/Belum Pernah Sekolah
(2)
(3)
(1)
Masih Sekolah SLTP/ MTs.
SD/MI (4)
SMU/ SMK/MA
(5)
DI/Univ.
(6)
(7)
Jumlah yang Masih Sekolah
Tidak Bersekolah Lagi
Jumlah
(8)
(9)
(10)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
6.42
9.20
7.79
6.35
2.23
25.57
68.02
100.00
2
Sumatera Utara
4.04
10.58
8.37
5.10
0.64
24.69
71.27
100.00
3
Sumatera Barat
3.19
9.85
6.52
4.07
0.94
21.38
75.42
100.00
4
Riau
3.92
10.14
6.67
4.32
1.05
22.18
73.90
100.00
5
Jambi
6.56
8.55
6.32
3.72
1.06
19.65
73.88
100.00
6
Sumatera Selatan
5.21
8.87
5.82
3.29
0.44
18.42
76.37
100.00
7
Bengkulu
6.69
8.81
6.55
4.22
0.75
20.33
72.98
100.00
8
Lampung
6.51
8.63
6.59
3.09
0.49
18.80
74.70
100.00
9
Kepulauan Bangka Belitung
7.39
8.64
4.42
3.05
0.56
16.67
75.94
100.00
10
Kepulauan Riau
10.68
8.82
6.08
3.25
0.69
18.84
70.47
100.00
11
DKI Jakarta
12
Jawa Barat
7.90
8.62
5.77
2.12
0.39
16.90
75.19
100.00
13
Jawa Tengah
11.93
7.53
5.63
2.64
0.49
16.29
71.77
100.00
14
DI Yogyakarta
16.78
5.52
5.08
3.84
1.15
15.59
67.63
100.00
15
Jawa Timur
15.68
6.97
4.72
2.56
0.47
14.72
69.61
100.00
16
Banten
8.31
11.34
6.05
2.83
0.53
20.75
70.94
100.00
17
Bali
17.15
6.62
4.58
2.95
0.76
14.91
67.94
100.00
18
Nusa Tenggara Barat
17.59
9.24
6.95
4.29
1.24
21.72
60.70
100.00
19
Nusa Tenggara Timur
11.04
12.02
4.87
2.23
0.44
19.56
69.40
100.00
20
Kalimantan Barat
13.12
10.75
5.22
2.87
0.53
19.37
67.51
100.00
21
Kalimantan Tengah
3.86
10.15
6.10
3.15
0.50
19.90
76.24
100.00
22
Kalimantan Selatan
6.46
8.66
5.61
2.69
0.72
17.68
75.87
100.00
23
Kalimantan Timur
6.10
8.52
6.05
3.77
0.79
19.13
74.76
100.00
24
Sulawesi Utara
1.07
6.85
5.88
3.65
0.64
17.02
81.90
100.00
25
Sulawesi Tengah
5.14
8.99
5.61
3.09
0.87
18.56
76.30
100.00
26
Sulawesi Selatan
14.90
9.01
5.82
3.04
0.85
18.72
66.37
100.00
27
Sulawesi Tenggara
9.70
10.44
7.10
4.39
1.20
23.13
67.17
100.00
28
Gorontalo
2.60
9.57
4.94
3.03
1.03
18.57
78.83
100.00
29
Sulawesi Barat
11.39
11.04
5.40
2.69
0.98
20.11
68.51
100.00
30
Maluku
4.24
10.41
7.47
5.09
0.89
23.86
71.90
100.00
31
Maluku Utara
4.36
10.96
7.10
4.39
0.39
22.84
72.81
100.00
32
Papua
31.62
11.69
5.39
3.24
0.82
21.14
47.24
100.00
33
Papua Barat
10.78
13.66
4.73
3.33
0.80
22.52
66.70
100.00
10.17
8.67
5.84
3.09
0.64
18.24
71.59
100.00
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
Lampiran 2.11
PERSENTASE PENDUDUK INDONESIA BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT IJAZAH/STTB TERTINGGI YANG DIMILIKI DAN PROVINSI TAHUN 2007 Perkotaan+Perdesaan Tidak No
Provinsi
Mempunyai Ijazah
(1)
(2)
(3)
Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki SD/MI (4)
SLTP/ MTs. (5)
SMU/ MA
SMK
(6)
(7)
DI/DII
Ak/
S1/
DIII
DIV
(9)
(8)
Jumlah
S2S3 (11)
(10)
(12)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
23.56
28.30
21.32
18.37
2.37
1.22
1.45
3.22
0.19
100.00
2
Sumatera Utara
23.29
26.70
21.17
17.51
6.38
0.73
1.05
3.07
0.10
100.00
3
Sumatera Barat
29.05
25.55
17.70
14.21
6.40
1.33
1.62
3.93
0.20
100.00
4
Riau
24.00
29.50
19.66
16.29
5.17
1.07
1.43
2.70
0.18
100.00
5
Jambi
26.83
31.88
18.28
13.83
4.08
1.15
1.03
2.86
0.06
100.00
6
Sumatera Selatan
26.52
33.69
17.93
14.12
3.68
0.74
1.00
2.21
0.11
100.00
7
Bengkulu
27.65
28.12
19.05
15.93
4.00
0.98
0.86
3.28
0.13
100.00
8
Lampung
30.73
30.60
19.49
10.42
5.01
0.83
0.81
2.05
0.07
100.00
9
Kepulauan Bangka Belitung
31.42
31.86
15.17
11.12
5.73
0.98
1.56
2.06
0.12
100.00
10
Kepulauan Riau
20.69
22.13
16.16
24.08
11.44
0.85
1.79
2.67
0.18
100.00
11
DKI Jakarta
12.55
20.50
20.29
23.84
9.87
0.83
3.77
7.57
0.78
100.00
12
Jawa Barat
25.18
36.69
16.56
11.50
4.98
0.86
1.37
2.65
0.21
100.00
13
Jawa Tengah
30.31
34.80
17.09
8.93
4.72
0.80
1.00
2.25
0.10
100.00
14
DI Yogyakarta
23.21
22.66
17.30
18.00
9.24
1.06
2.58
5.52
0.45
100.00
15
Jawa Timur
31.04
31.55
16.99
10.86
5.01
0.70
0.67
3.03
0.16
100.00
16
Banten
26.75
31.33
17.83
12.99
5.82
0.62
1.39
2.93
0.35
100.00
17
Bali
29.03
26.50
14.59
17.65
5.22
1.69
1.15
3.82
0.35
100.00
18
Nusa Tenggara Barat
38.28
26.44
15.87
13.40
1.89
0.89
0.65
2.49
0.10
100.00
19
Nusa Tenggara Timur
40.73
32.11
11.30
8.77
3.21
0.67
0.88
2.2
0.14
100.00
20
Kalimantan Barat
38.38
26.82
15.96
12.30
3.19
0.80
0.85
1.63
0.07
100.00
21
Kalimantan Tengah
23.05
36.13
20.79
12.52
3.16
1.18
0.85
2.25
0.07
100.00
22
Kalimantan Selatan
29.22
31.52
17.97
12.99
3.44
1.02
0.91
2.75
0.19
100.00
23
Kalimantan Timur
22.43
24.86
19.33
19.79
6.53
1.06
1.66
4.07
0.29
100.00
24
Sulawesi Utara
21.11
25.03
22.03
21.10
5.10
0.81
0.97
3.68
0.17
100.00
25
Sulawesi Tengah
25.33
33.54
18.62
14.15
3.00
1.37
0.82
2.99
0.18
100.00
26
Sulawesi Selatan
33.52
26.74
15.26
15.06
3.11
0.87
1.03
4.12
0.28
100.00
27
Sulawesi Tenggara
29.46
27.52
18.53
16.12
2.52
1.17
0.92
3.58
0.17
100.00
28
Gorontalo
37.57
31.88
12.16
10.69
3.43
0.96
0.74
2.42
0.14
100.00
29
Sulawesi Barat
36.59
33.86
13.86
9.13
2.95
1.10
0.59
1.79
0.13
100.00
30
Maluku
20.16
32.05
19.68
18.93
4.25
1.33
0.82
2.76
0.02
100.00
31
Maluku Utara
29.11
29.14
17.76
15.96
3.06
1.17
0.66
2.96
0.19
100.00
32
Papua
42.10
21.82
13.86
12.86
4.48
0.52
1.00
3.19
0.17
100.00
33
Papua Barat
31.14
28.02
17.60
13.31
5.48
0.58
0.95
2.86
0.07
100.00
27.95
31.19
17.49
13.06
5.03
0.86
1.19
3.03
0.2
100.00
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
Lampiran 2.11.a
PERSENTASE PENDUDUK INDONESIA BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT IJAZAH/STTB TERTINGGI YANG DIMILIKI DAN PROVINSI TAHUN 2007 Perkotaan Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki
Tidak No
Provinsi
Mempunyai Ijazah
(1)
(2)
(3)
SD/MI (4)
SLTP/ MTs. (5)
SMU/ SM
SMK
(6)
(7)
DI/DII (8)
Ak/
S1/
DIII
DIV
(9)
Jumlah
S2S3
(10)
(11)
(12)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
12.97
18.56
20.49
30.13
4.42
1.67
3.34
7.75
0.67
100.00
2
Sumatera Utara
15.84
22.44
21.78
23.56
8.20
0.87
1.69
5.40
0.22
100.00
3
Sumatera Barat
18.25
17.68
18.54
21.87
10.07
1.68
3.47
7.92
0.53
100.00
4
Riau
15.31
19.88
20.79
24.48
8.95
1.54
3.12
5.49
0.45
100.00
5
Jambi
17.12
23.53
19.55
23.21
6.61
1.34
2.20
6.25
0.19
100.00
6
Sumatera Selatan
17.17
23.54
19.98
23.79
6.53
1.18
2.35
5.16
0.28
100.00
7
Bengkulu
14.71
18.12
19.58
26.25
7.55
1.94
2.13
9.26
0.44
100.00
8
Lampung
20.57
22.61
18.83
19.42
8.76
1.37
2.23
5.93
0.28
100.00
9
Kepulauan Bangka Belitung
20.49
25.59
18.66
16.62
9.90
1.52
2.97
4.01
0.25
100.00
10
Kepulauan Riau
15.06
18.62
17.09
28.95
13.91
0.88
2.13
3.15
0.22
100.00
11
DKI Jakarta
12.55
20.50
20.29
23.84
9.87
0.83
3.77
7.57
0.78
100.00
12
Jawa Barat
18.37
29.12
19.35
17.53
7.37
1.18
2.34
4.36
0.37
100.00
13
Jawa Tengah
23.31
28.82
19.58
13.91
7.21
1.06
1.80
4.09
0.22
100.00
14
DI Yogyakarta
17.19
17.84
16.58
23.94
11.12
1.18
3.69
7.79
0.69
100.00
15
Jawa Timur
20.94
26.05
19.73
17.17
8.04
0.96
1.27
5.52
0.32
100.00
16
Banten
18.93
23.31
21.24
19.15
9.01
0.73
2.37
4.68
0.58
100.00
17
Bali
22.70
22.31
15.23
22.50
6.89
2.12
1.74
5.97
0.54
100.00
18
Nusa Tenggara Barat
32.01
23.91
17.01
17.70
2.83
0.92
1.02
4.35
0.25
100.00
19
Nusa Tenggara Timur
19.58
19.87
19.17
21.41
7.42
1.25
2.61
8.01
0.69
100.00
20
Kalimantan Barat
25.90
21.09
18.31
20.17
6.78
1.09
2.05
4.39
0.23
100.00
21
Kalimantan Tengah
16.65
24.49
21.89
22.27
5.44
1.79
1.86
5.38
0.23
100.00
22
Kalimantan Selatan
20.99
24.17
20.09
20.38
5.82
1.07
1.64
5.37
0.47
100.00
23
Kalimantan Timur
16.58
19.93
19.70
24.29
9.40
1.22
2.52
5.91
0.46
100.00
24
Sulawesi Utara
16.09
18.32
22.62
28.24
5.90
0.63
1.42
6.38
0.41
100.00
25
Sulawesi Tengah
14.53
18.71
20.23
26.46
6.16
1.88
2.37
8.97
0.69
100.00
26
Sulawesi Selatan
19.75
19.79
17.41
25.54
4.92
0.97
2.1
8.75
0.78
100.00
27
Sulawesi Tenggara
15.93
17.14
19.17
27.95
5.38
1.60
2.49
9.7
0.63
100.00
28
Gorontalo
23.49
26.00
16.49
19.23
6.21
1.49
1.53
5.21
0.36
100.00
29
Sulawesi Barat
21.60
29.45
17.03
15.92
6.10
2.16
1.64
5.34
0.76
100.00
30
Maluku
10.33
19.53
20.90
30.99
7.35
1.55
2.08
7.25
0.02
100.00
31
Maluku Utara
17.13
17.44
20.13
28.08
6.66
1.53
1.48
6.94
0.61
100.00
32
Papua
12.83
19.33
18.09
26.56
9.97
0.84
2.56
9.31
0.51
100.00
33
Papua Barat
16.66
20.13
21.99
22.23
10.28
0.76
1.98
5.75
0.22
100.00
18.97
24.78
19.60
19.65
7.86
1.09
2.20
5.45
0.41
100.00
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
Lampiran 2.11.b
PERSENTASE PENDUDUK INDONESIA BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT IJAZAH/STTB TERTINGGI YANG DIMILIKI DAN PROVINSI TAHUN 2007 Perdesaan Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki
Tidak No
Provinsi
Mempunyai
(1)
(2)
SLTP/
SD/MI
Ijazah (3)
MTs.
(4)
(5)
SMU/SM
SMK
(6)
(7)
DI/DII (8)
Ak/
S1/
DIII
DIV
(9)
Jumlah
S2S3
(10)
(11)
(12)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
26.90
31.37
21.58
14.67
1.73
1.07
0.86
1.79
2
Sumatera Utara
29.43
30.21
20.66
12.52
4.89
0.61
0.53
1.15
3
Sumatera Barat
33.98
29.14
17.31
10.71
4.73
1.18
0.78
2.12
0.05
100.00
4
Riau
28.77
34.79
19.04
11.79
3.10
0.81
0.50
1.17
0.03
100.00
5
Jambi
30.79
35.29
17.76
10.00
3.04
1.08
0.56
1.48
0.01
100.00
6
Sumatera Selatan
31.56
39.15
16.82
8.92
2.15
0.50
0.27
0.63
0.01
100.00
7
Bengkulu
32.71
32.03
18.84
11.89
2.61
0.61
0.37
0.95
8
Lampung
33.65
32.91
19.68
7.82
3.93
0.68
0.40
0.93
0.01
100.00
9
Kepulauan Bangka Belitung
39.23
36.34
12.67
7.18
2.76
0.59
0.55
0.66
0.03
100.00
10
Kepulauan Riau
43.03
36.09
12.48
4.75
1.64
0.75
0.45
0.80
0.02
100.00
11
DKI Jakarta
12
Jawa Barat
32.93
45.32
13.38
4.62
2.26
0.48
0.27
0.69
0.03
100.00
13
Jawa Tengah
35.41
39.15
15.27
5.31
2.92
0.61
0.42
0.90
0.01
100.00
14
DI Yogyakarta
32.33
29.96
18.38
8.99
6.39
0.88
0.90
2.08
0.08
100.00
15
Jawa Timur
38.39
35.55
14.99
6.26
2.80
0.52
0.23
1.22
0.04
100.00
16
Banten
36.67
41.52
13.50
5.16
1.76
0.48
0.14
0.70
0.05
100.00
17
Bali
36.02
31.13
13.88
12.29
3.37
1.20
0.51
1.46
0.14
100.00
18
Nusa Tenggara Barat
42.13
28.00
15.16
10.75
1.32
0.87
0.42
1.35
100.00
19
Nusa Tenggara Timur
45.30
34.75
9.60
6.03
2.30
0.54
0.50
0.94
0.02
100.00
20
Kalimantan Barat
43.21
29.03
15.04
9.25
1.80
0.69
0.39
0.56
0.02
100.00
21
Kalimantan Tengah
25.76
41.04
20.32
8.40
2.20
0.93
0.42
0.93
100.00
22
Kalimantan Selatan
34.28
36.05
16.67
8.43
1.96
0.98
0.46
1.14
0.02
100.00
23
Kalimantan Timur
29.56
30.88
18.87
14.31
3.04
0.86
0.60
1.81
0.07
100.00
24
Sulawesi Utara
24.04
28.95
21.68
16.93
4.64
0.92
0.71
2.10
0.03
100.00
25
Sulawesi Tengah
28.20
37.48
18.19
10.88
2.16
1.23
0.41
1.41
0.05
100.00
26
Sulawesi Selatan
40.08
30.06
14.24
10.08
2.24
0.82
0.52
1.92
0.04
100.00
27
Sulawesi Tenggara
33.45
30.57
18.34
12.64
1.68
1.04
0.46
1.78
0.04
100.00
28
Gorontalo
42.84
34.08
10.55
7.50
2.39
0.76
0.45
1.38
0.06
100.00
29
Sulawesi Barat
39.46
34.70
13.25
7.83
2.35
0.90
0.39
1.11
0.01
100.00
30
Maluku
24.47
37.54
19.15
13.65
2.89
1.23
0.27
0.79
0.02
100.00
31
Maluku Utara
33.44
33.36
16.90
11.57
1.76
1.03
0.37
1.52
0.04
100.00
32
Papua
53.38
22.77
12.23
7.58
2.36
0.40
0.40
0.83
0.04
100.00
33
Papua Barat
38.18
31.86
15.46
8.97
3.14
0.49
0.45
1.45
100.00
35.06
36.26
15.83
7.85
2.80
0.67
0.40
1.11
0.03
100.00
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
0.03
100.00 100.00
100.00
Lampiran 2.12
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR MINUM DAN PROVINSI TAHUN 2007 Perkotaan+Perdesaan No
Provinsi
(1)
(2)
Air
Leding
Leding
kemasan
meteran
eceran
(3)
(4)
(5)
Pompa (6)
Sumur
Sumur
Mata air
Mata air
terlindung
tak terlindung
terlindung
tak terlindung
(7)
(8)
(9)
(10)
Air sungai
Air hujan
Lainnya
Jumlah
(11)
(12)
(13)
(14)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
6.73
8.76
3.42
4.92
41.58
21.41
3.55
3.16
4.76
1.14
0.58
100.00
2
Sumatera Utara
3.19
19.07
2.35
18.39
25.98
11.21
6.11
6.42
4.44
2.15
0.70
100.00
3
Sumatera Barat
4.10
20.30
2.41
7.81
28.71
13.94
5.41
11.46
3.15
2.21
0.50
100.00
4
Riau
10.63
1.94
0.64
10.22
28.28
18.38
0.29
0.78
2.33
25.85
0.65
100.00
5
Jambi
3.69
16.11
0.60
4.16
29.79
22.66
1.30
1.32
7.36
12.72
0.29
100.00
6
Sumatera Selatan
5.13
13.91
3.91
2.42
37.35
16.50
1.15
1.50
9.69
7.75
0.69
100.00
7
Bengkulu
2.92
9.48
1.67
2.80
25.78
46.53
3.25
5.06
2.02
0.03
0.48
100.00
8
Lampung
4.27
2.13
1.95
4.65
42.99
34.71
2.21
3.06
2.27
1.48
0.28
100.00
9
Kepulauan Bangka Belitung
11.43
1.77
0.33
9.63
49.54
23.61
0.75
1.27
1.49
0.15
0.03
100.00
10
Kepulauan Riau
30.07
21.96
3.51
3.37
20.88
10.70
3.03
2.64
0.48
1.90
1.46
100.00
11
DKI Jakarta
31.26
24.18
10.08
32.16
1.06
0.29
0.03
0.06
0.17
0.69
100.00
12
Jawa Barat
6.89
8.12
3.26
28.63
28.04
8.65
8.65
7.03
0.44
0.10
0.19
100.00
13
Jawa Tengah
2.47
10.87
3.84
14.94
42.40
7.60
11.84
4.30
0.94
0.58
0.22
100.00
14
DI Yogyakarta
12.24
9.88
0.37
8.86
55.56
6.12
2.03
1.75
0.03
3.16
0.02
100.00
15
Jawa Timur
6.93
11.53
4.83
22.17
33.46
6.40
9.94
3.47
0.46
0.37
0.46
100.00
16
Banten
16.61
5.85
3.37
34.81
20.28
7.21
3.22
3.76
4.13
0.06
0.71
100.00
17
Bali
19.55
33.75
1.11
4.88
12.16
1.81
15.39
4.55
2.32
4.12
0.35
100.00
18
Nusa Tenggara Barat
5.71
12.61
2.11
8.42
47.15
9.61
9.98
2.62
1.76
0.03
100.00
19
Nusa Tenggara Timur
0.83
11.48
2.66
1.11
17.69
11.65
25.41
20.73
5.44
1.31
1.68
100.00
20
Kalimantan Barat
3.28
6.27
1.16
2.00
6.50
8.97
4.12
2.95
22.99
41.62
0.14
100.00
21
Kalimantan Tengah
2.39
13.97
1.73
13.42
12.90
8.29
1.34
1.59
35.70
8.48
0.19
100.00
22
Kalimantan Selatan
1.95
22.51
12.79
13.78
11.98
14.09
0.72
0.54
18.87
2.43
0.33
100.00
23
Kalimantan Timur
9.17
40.16
7.54
5.04
7.89
7.73
1.65
1.66
11.35
6.83
0.98
100.00
24
Sulawesi Utara
6.96
15.55
4.09
9.38
30.81
12.17
13.67
4.88
0.51
1.63
0.33
100.00
25
Sulawesi Tengah
4.53
11.42
3.38
16.52
21.32
11.69
14.75
7.37
7.48
0.80
0.75
100.00
26
Sulawesi Selatan
4.92
18.43
4.83
15.52
25.18
14.68
8.52
5.43
1.83
0.60
0.06
100.00
27
Sulawesi Tenggara
0.59
17.46
2.95
4.99
30.52
17.48
15.63
6.11
2.20
1.85
0.21
100.00
28
Gorontalo
1.03
15.44
2.54
4.72
52.79
11.86
4.26
1.82
5.42
0.03
0.09
100.00
29
Sulawesi Barat
0.93
6.84
3.42
7.29
33.82
15.40
12.02
11.11
8.73
0.24
0.21
100.00
30
Maluku
0.73
12.06
5.60
5.77
34.71
10.12
20.79
6.44
1.46
1.71
0.60
100.00
31
Maluku Utara
0.85
15.10
1.81
2.08
42.69
18.36
6.16
1.99
6.39
4.49
0.08
100.00
32
Papua
5.00
12.24
2.19
3.60
9.06
10.20
6.35
22.61
14.44
13.23
1.09
100.00
33
Papua Barat
10.14
14.88
12.14
2.59
13.28
7.77
9.13
9.14
10.60
9.90
0.43
100.00
7.18
12.36
3.82
17.62
30.07
10.32
7.86
4.77
3.02
2.57
0.40
100.00
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
Lampiran 2.12.a
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR MINUM DAN PROVINSI. TAHUN 2007 Perkotaan No
Provinsi
(1)
(2)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Air
Leding
Leding
kemasan
meteran
eceran
(3)
(4)
(5)
Pompa (6)
Sumur
Sumur
Mata air
Mata air
terlindung
tak terlindung
terlindung
tak terlindung
(7)
(8)
(9)
(10)
Air sungai
Air hujan
Lainnya
Jumlah
(11)
(12)
(13)
(14)
22.87
23.13
6.15
6.64
29.66
7.37
1.01
0.66
0.55
1.47
0.47
100.00
Sumatera Utara
6.14
39.18
4.18
16.06
25.68
5.22
1.76
0.81
0.41
0.18
0.37
100.00
3
Sumatera Barat
11.76
37.20
2.01
12.25
25.08
6.16
2.96
1.22
0.27
0.86
0.24
100.00
4
Riau
26.12
4.33
0.75
21.06
23.54
6.72
0.42
0.14
0.20
15.55
1.16
100.00
5
Jambi
10.14
35.35
0.49
7.03
21.81
8.24
1.33
0.23
0.27
16.02
0.08
100.00
6
Sumatera Selatan
12.81
36.05
9.51
1.76
28.36
6.85
0.58
0.40
2.59
0.71
0.37
100.00
7
Bengkulu
8.90
24.19
1.32
5.21
24.96
34.04
0.47
0.71
0.21
100.00
8
Lampung
12.46
7.45
8.41
12.23
39.54
17.61
1.36
0.77
0.18
100.00
9
Kepulauan Bangka Belitung
20.99
4.00
0.50
16.81
43.75
12.30
0.17
1.11
0.30
0.08
100.00
10
Kepulauan Riau
37.04
27.06
3.51
3.61
18.47
4.28
1.27
1.11
0.19
2.08
1.37
100.00
11
DKI Jakarta
31.26
24.18
10.08
32.16
1.06
0.29
0.03
0.06
0.17
0.69
100.00
12
Jawa Barat
11.53
13.36
3.78
36.66
23.92
4.88
3.99
1.61
0.04
0.24
100.00
13
Jawa Tengah
4.69
19.57
6.60
17.39
42.02
5.52
2.82
0.83
0.15
0.41
100.00
14
DI Yogyakarta
19.07
7.54
0.11
11.99
58.36
2.87
0.04
0.04
100.00
15
Jawa Timur
13.66
20.15
9.35
24.07
25.25
3.15
3.58
0.42
0.01
0.18
0.18
100.00
16
Banten
26.71
8.49
2.10
45.63
12.32
2.22
0.32
0.72
0.54
0.96
100.00
17
Bali
34.08
32.45
1.11
7.19
13.21
1.33
7.76
0.79
1.66
10.17
0.24
100.00
18
Nusa Tenggara Barat
11.74
21.73
3.19
9.06
42.08
6.30
3.17
0.84
1.84
0.04
100.00
19
Nusa Tenggara Timur
3.75
47.64
2.47
2.09
23.54
7.07
3.24
1.18
0.54
8.47
100.00
20
Kalimantan Barat
9.49
13.63
0.82
2.32
5.25
2.92
0.26
0.55
1.98
62.66
0.12
100.00
21
Kalimantan Tengah
7.16
33.36
4.29
28.28
8.65
3.46
2.37
0.21
9.40
2.64
0.19
100.00
22
Kalimantan Selatan
3.83
45.65
22.88
5.96
10.62
4.55
0.48
0.08
5.63
0.08
0.24
100.00
23
Kalimantan Timur
11.80
58.38
10.94
4.71
4.16
1.64
0.58
0.32
2.46
4.31
0.70
100.00
24
Sulawesi Utara
16.33
25.31
4.96
18.49
24.27
7.51
1.02
0.87
0.12
0.53
0.57
100.00
25
Sulawesi Tengah
20.24
29.22
1.82
32.95
5.10
2.18
6.63
0.89
0.35
0.62
100.00
26
Sulawesi Selatan
13.22
45.60
9.97
11.27
12.45
4.31
1.23
0.79
0.98
0.04
0.14
100.00
27
Sulawesi Tenggara
2.33
51.00
2.36
11.18
18.63
6.93
5.96
1.36
0.08
0.17
100.00
28
Gorontalo
1.28
40.47
2.99
9.20
40.04
2.91
2.81
0.19
0.10
100.00
29
Sulawesi Barat
4.44
36.12
8.76
15.42
27.43
3.87
3.63
0.32
100.00
30
Maluku
2.36
35.81
9.37
11.60
20.82
2.18
15.76
0.41
0.14
0.21
1.33
100.00
31
Maluku Utara
2.57
48.15
2.15
6.41
28.20
6.15
0.19
0.49
5.37
0.31
100.00
32
Papua
14.11
39.81
6.43
6.98
9.17
5.00
3.49
3.68
0.88
6.66
3.79
100.00
33
Papua Barat
27.74
34.13
10.42
1.78
13.05
2.51
0.90
0.79
1.42
6.40
0.87
100.00
14.45
21.82
6.09
23.41
24.30
4.43
2.53
0.80
0.45
1.28
0.44
100.00
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
Lampiran 2.12.b
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR MINUM DAN PROVINSI. TAHUN 2007 Perdesaan No
Provinsi
(1)
(2)
Air
Leding
Leding
kemasan
meteran
eceran
(3)
(4)
(5)
Pompa (6)
Sumur
Sumur
Mata air
Mata air
terlindung
tak terlindung
terlindung
tak terlindung
(7)
(8)
(9)
(10)
Air sungai
Air hujan
Lainnya
Jumlah
(11)
(12)
(13)
(14)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2.14
4.68
2.64
4.43
44.96
25.40
4.27
3.87
5.95
1.05
0.61
100.00
2
Sumatera Utara
0.90
3.56
0.95
20.18
26.21
15.84
9.47
10.74
7.54
3.67
0.95
100.00
3
Sumatera Barat
0.63
12.67
2.59
5.80
30.35
17.45
6.51
16.08
4.46
2.83
0.62
100.00
4
Riau
2.59
0.69
0.58
4.60
30.75
24.43
0.23
1.11
3.43
31.20
0.39
100.00
5
Jambi
1.29
8.93
0.63
3.08
32.77
28.04
1.66
1.73
10.01
11.49
0.36
100.00
6
Sumatera Selatan
1.45
3.31
1.23
2.73
41.66
21.12
1.42
2.02
13.10
11.13
0.84
100.00
7
Bengkulu
0.70
4.03
1.80
1.90
26.08
51.15
4.28
6.67
2.77
0.03
0.58
100.00
8
Lampung
2.12
0.73
0.25
2.65
43.90
39.21
2.44
3.66
2.87
1.86
0.31
100.00
9
Kepulauan Bangka Belitung
5.16
0.30
0.23
4.92
53.35
31.03
1.13
1.37
2.47
0.05
10
Kepulauan Riau
0.61
0.42
3.48
2.35
31.06
37.80
10.48
9.13
1.72
1.10
11
DKI Jakarta
12
Jawa Barat
2.06
2.67
2.73
20.28
32.33
12.58
13.50
12.66
0.85
0.21
0.13
100.00
13
Jawa Tengah
0.94
4.88
1.93
13.24
42.67
9.04
18.05
6.70
1.49
0.98
0.09
100.00
14
DI Yogyakarta
0.54
13.88
0.81
3.51
50.78
11.67
5.44
4.74
0.07
8.56
15
Jawa Timur
2.18
5.45
1.64
20.82
39.25
8.69
14.42
5.62
0.77
0.50
0.66
100.00
16
Banten
3.81
2.50
4.99
21.09
30.36
13.54
6.89
7.62
8.67
0.13
0.39
100.00
17
Bali
2.72
35.25
1.10
2.21
10.96
2.37
24.23
8.91
3.08
8.70
0.47
100.00
18
Nusa Tenggara Barat
2.29
7.42
1.50
8.06
50.03
11.49
13.86
3.63
1.71
0.02
100.00
19
Nusa Tenggara Timur
0.28
4.66
2.69
0.93
16.59
12.52
29.59
24.42
6.37
1.56
0.40
100.00
20
Kalimantan Barat
1.06
3.65
1.29
1.89
6.95
11.13
5.50
3.80
30.48
34.11
0.15
100.00
21
Kalimantan Tengah
0.40
5.87
0.67
7.21
14.68
10.31
0.90
2.16
46.68
10.92
0.19
100.00
22
Kalimantan Selatan
0.82
8.69
6.77
18.46
12.79
19.80
0.86
0.81
26.79
3.84
0.39
100.00
23
Kalimantan Timur
6.02
18.40
3.48
5.44
12.35
15.01
2.92
3.27
21.98
9.83
1.31
100.00
24
Sulawesi Utara
1.59
9.95
3.60
4.15
34.56
14.84
20.94
7.18
0.73
2.26
0.20
100.00
25
Sulawesi Tengah
0.60
6.96
3.77
12.41
25.38
14.07
16.78
8.99
9.26
0.99
0.78
100.00
26
Sulawesi Selatan
1.03
5.72
2.43
17.50
31.14
19.53
11.93
7.61
2.22
0.86
0.03
100.00
27
Sulawesi Tenggara
0.10
7.87
3.12
3.23
33.92
20.50
18.39
7.47
2.81
2.38
0.22
100.00
28
Gorontalo
0.94
5.99
2.37
3.03
57.61
15.24
4.81
2.50
7.40
0.12
100.00
29
Sulawesi Barat
0.33
1.88
2.51
5.91
34.90
17.36
13.44
12.94
10.20
0.28
0.25
100.00
30
Maluku
0.06
2.29
4.05
3.37
40.43
13.39
22.86
8.92
2.01
2.32
0.30
100.00
31
Maluku Utara
0.29
4.26
1.70
0.66
47.44
22.36
8.12
2.48
8.48
4.20
32 Papua
1.72
2.34
0.66
2.39
9.03
12.06
7.37
29.41
19.31
15.59
0.12
33
0.76
4.63
13.06
3.02
13.40
10.57
13.52
13.58
15.49
11.77
0.19
100.00
1.65
5.18
2.10
13.22
34.46
14.80
11.90
7.79
4.98
3.54
0.38
100.00
Papua Barat
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
100.00 1.86
100.00
100.00
100.00 100.00
Lampiran 2.13
PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN SUMBER AIR MINUM DARI POMPA/SUMUR/MATA AIR MENURUT TIPE DAERAH, JARAK KE TEMPAT PENAMPUNGAN AKHIR KOTORAN/TINJA TERDEKAT DAN PROVINSI TAHUN 2007
No
Provinsi
(1)
(2)
<= 10 m (3)
Perkotaan > 10 m Tidak Tahu (4)
(5)
Jumlah
<= 10 m
(6)
(7)
Perdesaan > 10 m Tidak Tahu (8)
(9)
Jumlah
<= 10 m
(10)
(11)
Perkotaan + Perdesaan > 10 m Tidak Tahu (12)
(13)
Jumlah (14)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
39.84
38.18
21.97
100.00
29.71
39.57
30.72
100.00
31.08
39.38
29.54
100.00
2
Sumatera Utara
41.16
48.01
10.83
100.00
23.38
53.08
23.54
100.00
29.01
51.47
19.51
100.00
3
Sumatera Barat
32.41
48.90
18.68
100.00
22.18
54.26
23.57
100.00
24.43
53.08
22.49
100.00
4
Riau
40.96
49.12
9.92
100.00
26.74
60.33
12.92
100.00
31.09
56.90
12.00
100.00
5
Jambi
32.30
62.66
5.05
100.00
19.71
59.27
21.02
100.00
21.89
59.85
18.26
100.00
6
Sumatera Selatan
31.67
58.70
9.63
100.00
22.71
57.65
19.64
100.00
24.58
57.87
17.55
100.00
7
Bengkulu
45.47
47.01
7.53
100.00
24.84
50.24
24.92
100.00
29.21
49.55
21.23
100.00
8
Lampung
34.35
55.30
10.36
100.00
20.13
69.72
10.16
100.00
22.55
67.26
10.19
100.00
9
Kepulauan Bangka Belitung
27.66
59.22
13.12
100.00
21.40
53.73
24.87
100.00
23.57
55.63
20.80
100.00
10
Kepulauan Riau
33.57
50.91
15.52
100.00
15.21
56.39
28.40
100.00
25.71
53.26
21.03
100.00
11
DKI Jakarta
47.39
44.33
8.28
100.00
47.39
44.33
8.28
100.00
12
Jawa Barat
39.40
42.11
18.49
100.00
30.79
42.79
26.43
100.00
34.64
42.48
22.88
100.00
13
Jawa Tengah
26.69
54.55
18.75
100.00
16.21
58.28
25.51
100.00
19.83
57.00
23.18
100.00
14
DI Yogyakarta
26.98
65.15
7.87
100.00
15.03
75.89
9.07
100.00
22.47
69.21
8.33
100.00
15
Jawa Timur
28.96
55.84
15.21
100.00
15.93
62.28
21.79
100.00
19.96
60.28
19.75
100.00
16
Banten
49.45
36.31
14.25
100.00
25.91
33.68
40.41
100.00
37.53
34.98
27.49
100.00
17
Bali
30.50
55.30
14.19
100.00
16.02
57.80
26.18
100.00
22.08
56.75
21.16
100.00
18
Nusa Tenggara Barat
32.31
43.83
23.86
100.00
20.73
45.74
33.53
100.00
24.04
45.20
30.76
100.00
19
Nusa Tenggara Timur
34.13
55.41
10.46
100.00
9.21
64.60
26.20
100.00
11.12
63.89
24.99
100.00
20
Kalimantan Barat
20.83
73.58
5.59
100.00
17.09
59.40
23.52
100.00
17.54
61.11
21.35
100.00
21
Kalimantan Tengah
43.44
41.39
15.17
100.00
25.01
55.78
19.22
100.00
31.22
50.93
17.85
100.00
22
Kalimantan Selatan
23.05
70.48
6.47
100.00
15.36
67.88
16.76
100.00
16.88
68.39
14.73
100.00
23
Kalimantan Timur
29.41
48.03
22.56
100.00
15.17
68.73
16.10
100.00
18.85
63.37
17.77
100.00
24
Sulawesi Utara
32.49
54.66
12.85
100.00
25.92
52.97
21.11
100.00
27.68
53.42
18.89
100.00
25
Sulawesi Tengah
44.93
24.78
30.29
100.00
18.01
42.38
39.61
100.00
21.60
40.04
38.36
100.00
26
Sulawesi Selatan
32.75
47.02
20.23
100.00
17.41
46.65
35.94
100.00
19.53
46.70
33.77
100.00
27
Sulawesi Tenggara
25.05
63.61
11.33
100.00
14.02
61.67
24.31
100.00
15.47
61.92
22.61
100.00
28
Gorontalo
45.58
40.90
13.52
100.00
26.90
40.06
33.04
100.00
30.63
40.23
29.14
100.00
29
Sulawesi Barat
17.06
63.74
19.20
100.00
15.15
51.92
32.93
100.00
15.33
53.01
31.67
100.00
30
Maluku
24.24
53.21
22.54
100.00
15.57
55.98
28.45
100.00
17.22
55.46
27.33
100.00
31
Maluku Utara
35.56
45.12
19.32
100.00
26.82
44.94
28.24
100.00
28.08
44.97
26.96
100.00
32
Papua
23.27
44.44
32.29
100.00
7.36
60.94
31.70
100.00
9.65
58.56
31.79
100.00
33
Papua Barat
12.51
55.25
32.24
100.00
12.25
31.04
56.72
100.00
12.29
34.86
52.85
100.00
34.99
49.18
15.83
100.00
20.70
54.54
24.76
100.00
25.55
52.72
21.74
100.00
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
Lampiran 2.14
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT FASILITAS TEMPAT BUANG AIR BESAR, TIPE DAERAH DAN PROVINSI TAHUN 2007
No
Provinsi
(1)
(2)
1
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan + Perdesaan
Sendiri
Bersama
Umum
Tidak Ada
Jumlah
Sendiri
Bersama
Umum
Tidak Ada
Jumlah
Sendiri
Bersama
Umum
Tidak Ada
Jumlah
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
Nanggroe Aceh Darussalam
76.84
10.85
3.99
8.31
100.00
42.82
7.68
9.98
39.52
100.00
50.35
8.38
8.65
32.62
100.00
2
Sumatera Utara
88.49
7.14
1.26
3.11
100.00
59.12
6.72
5.99
28.18
100.00
71.90
6.90
3.93
17.26
100.00
3
Sumatera Barat
68.29
18.25
3.68
9.78
100.00
40.55
10.06
8.69
40.70
100.00
49.18
12.61
7.13
31.08
100.00
4
Riau
88.77
8.68
1.03
1.51
100.00
76.01
7.99
2.03
13.97
100.00
80.37
8.23
1.69
9.71
100.00
5
Jambi
86.09
8.83
1.31
3.77
100.00
54.56
10.01
4.98
30.46
100.00
63.13
9.69
3.98
23.20
100.00
6
Sumatera Selatan
78.72
12.26
3.76
5.26
100.00
53.16
10.19
3.92
32.72
100.00
61.44
10.86
3.87
23.83
100.00
7
Bengkulu
78.77
15.71
2.56
2.95
100.00
51.70
8.25
2.41
37.64
100.00
59.02
10.27
2.45
28.26
100.00
8
Lampung
76.55
11.90
2.15
9.41
100.00
60.94
10.87
1.81
26.38
100.00
64.19
11.09
1.88
22.84
100.00
9
Kepulauan Bangka Belitung
81.74
7.66
1.66
8.93
100.00
46.38
3.43
2.19
48.00
100.00
60.39
5.11
1.98
32.52
100.00
10
Kepulauan Riau
81.30
16.04
0.99
1.66
100.00
62.69
8.71
4.84
23.76
100.00
77.74
14.64
1.73
5.89
100.00
11
DKI Jakarta
73.40
19.65
6.30
0.64
100.00
73.40
19.65
6.30
0.64
100.00
12
Jawa Barat
73.61
13.48
5.57
7.35
100.00
49.86
12.05
11.89
26.20
100.00
61.96
12.78
8.67
16.59
100.00
13
Jawa Tengah
66.87
13.00
3.15
16.98
100.00
52.99
12.19
3.76
31.07
100.00
58.65
12.52
3.51
25.32
100.00
14
DI Yogyakarta
58.06
32.79
0.87
8.28
100.00
75.78
17.17
0.32
6.73
100.00
64.59
27.03
0.67
7.71
100.00
15
Jawa Timur
68.33
14.65
2.20
14.81
100.00
49.28
15.70
1.57
33.45
100.00
57.16
15.26
1.83
25.74
100.00
16
Banten
69.19
18.10
2.20
10.50
100.00
33.00
5.49
1.79
59.72
100.00
53.23
12.54
2.02
32.21
100.00
17
Bali
67.68
23.48
0.40
8.44
100.00
49.26
17.18
0.20
33.36
100.00
59.14
20.56
0.31
19.99
100.00
18
Nusa Tenggara Barat
47.15
16.28
2.96
33.61
100.00
29.04
11.15
1.81
58.00
100.00
35.60
13.01
2.23
49.16
100.00
19
Nusa Tenggara Timur
73.38
20.74
1.04
4.83
100.00
57.31
9.69
1.67
31.33
100.00
59.86
11.44
1.57
27.13
100.00
20
Kalimantan Barat
88.60
5.29
0.96
5.15
100.00
46.61
7.00
4.06
42.34
100.00
57.65
6.55
3.24
32.56
100.00
21
Kalimantan Tengah
69.68
14.67
8.20
7.45
100.00
42.85
14.62
8.91
33.62
100.00
50.75
14.63
8.70
25.91
100.00
22
Kalimantan Selatan
74.93
9.88
6.96
8.23
100.00
49.84
14.60
10.03
25.53
100.00
59.22
12.83
8.88
19.06
100.00
23
Kalimantan Timur
85.02
9.22
3.24
2.52
100.00
64.80
10.57
7.87
16.75
100.00
75.81
9.83
5.35
9.01
100.00
24
Sulawesi Utara
73.04
19.07
3.23
4.66
100.00
55.65
15.67
3.66
25.02
100.00
61.99
16.91
3.51
17.60
100.00
25
Sulawesi Tengah
68.39
13.84
6.15
11.63
100.00
39.22
6.82
3.25
50.71
100.00
45.06
8.22
3.83
42.89
100.00
26
Sulawesi Selatan
71.62
19.48
2.17
6.74
100.00
51.79
9.37
1.26
37.57
100.00
58.11
12.59
1.55
27.75
100.00
27
Sulawesi Tenggara
74.09
14.96
2.72
8.23
100.00
51.84
6.27
2.85
39.04
100.00
56.78
8.20
2.82
32.20
100.00
28
Gorontalo
50.03
26.37
7.20
16.40
100.00
21.91
15.40
8.01
54.68
100.00
29.61
18.41
7.79
44.19
100.00
29
Sulawesi Barat
63.63
10.00
2.39
23.98
100.00
37.77
6.30
2.95
52.98
100.00
41.52
6.84
2.87
48.78
100.00
30
Maluku
71.00
15.22
6.00
7.78
100.00
35.35
4.56
8.21
51.89
100.00
45.74
7.67
7.56
39.03
100.00
31
Maluku Utara
68.08
20.35
2.49
9.08
100.00
30.71
11.15
16.53
41.61
100.00
39.93
13.42
13.06
33.58
100.00
32
Papua
77.97
13.81
7.12
1.09
100.00
35.06
10.57
3.38
50.99
100.00
46.40
11.43
4.37
37.81
100.00
33
Papua Barat
62.41
21.84
9.55
6.19
100.00
30.42
12.26
15.08
42.24
100.00
41.54
15.59
13.16
29.70
100.00
72.08
14.85
3.57
9.50
100.00
50.57
11.51
4.92
33.00
100.00
59.86
12.95
4.33
22.85
100.00
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
Lampiran 2.15
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT JENIS KLOSET DAN PROVINSI TAHUN 2007 Perkotaan + Perdesaan No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Leher angsa
"Plengsengan"
Cemplung/cubluk
Tidak pakai
Jumlah
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
59.33 65.84 68.67 59.88 59.40 57.85 72.68 59.86 78.88 67.42 87.57 74.76 75.24 83.59 67.31 87.81 95.40 79.55 38.57 65.63 49.40 57.13 70.37 84.88 75.70 76.68 64.00 87.09 68.80 68.67 84.59 44.17 54.27
8.41 9.02 7.21 16.99 9.90 8.90 7.11 8.73 11.77 17.15 9.82 9.86 6.59 2.17 7.29 5.99 2.94 15.77 22.80 13.43 7.35 11.57 12.91 8.37 11.63 9.57 6.37 5.13 8.03 18.99 8.29 19.89 25.62
24.40 20.28 17.44 18.60 24.95 27.69 14.97 29.66 8.50 13.66 1.91 8.97 15.77 14.19 23.82 4.37 1.06 2.18 31.55 14.39 29.09 18.13 13.45 5.26 8.95 11.19 25.38 4.64 18.43 5.62 3.24 23.00 13.87
7.86 4.85 6.69 4.52 5.75 5.56 5.24 1.74 0.84 1.78 0.70 6.41 2.41 0.05 1.57 1.83 0.59 2.50 7.08 6.54 14.16 13.18 3.27 1.48 3.73 2.56 4.25 3.14 4.75 6.72 3.88 12.94 6.24
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
71.50
9.05
15.57
3.88
100.00
Lampiran 2.15.a
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT JENIS KLOSET DAN PROVINSI TAHUN 2007 Perkotaan No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Leher angsa
"Plengsengan"
Cemplung/cubluk
Tidak pakai
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
Jumlah (7)
78.45 81.54 85.61 79.76 76.15 84.16 91.00 86.33 82.99 72.28 87.57 83.46 88.30 96.89 85.53 90.62 96.67 76.20 69.61 87.34 78.19 69.88 75.97 86.67 80.11 90.86 87.41 92.21 89.57 80.82 93.74 61.46 61.54
9.96 7.42 6.40 13.45 10.76 6.65 6.41 7.76 8.23 18.65 9.82 9.45 4.79 2.08 6.83 5.49 2.79 19.43 18.05 7.84 6.65 15.44 16.08 7.67 15.87 6.31 8.52 4.54 4.92 14.43 3.94 24.81 25.51
9.94 9.72 5.91 5.86 11.97 7.03 1.74 5.34 8.05 8.04 1.91 4.29 5.81 1.03 6.93 2.89 0.40 1.21 10.28 3.82 10.63 10.82 5.95 5.32 2.12 2.08 3.23 1.18 3.68 2.97 1.81 12.22 8.95
1.65 1.33 2.09 0.93 1.12 2.16 0.86 0.56 0.73 1.03 0.70 2.80 1.09 0.71 1.01 0.14 3.17 2.06 1.00 4.52 3.87 2.00 0.33 1.90 0.75 0.84 2.08 1.84 1.77 0.50 1.52 3.99
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
85.11
8.27
5.16
1.47
100.00
Lampiran 2.15.b
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT JENIS KLOSET DAN PROVINSI TAHUN 2007 Perdesaan No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Leher angsa
"Plengsengan"
Cemplung/cubluk
Tidak pakai
Jumlah
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
51.10 49.52 57.03 48.08 50.74 40.10 62.12 51.29 74.16 40.93 63.41 64.40 61.20 50.85 79.90 93.40 82.56 30.47 52.90 32.64 47.74 62.54 83.58 73.72 66.78 53.93 83.52 63.11 59.08 79.91 31.65 47.98
7.75 10.68 7.76 19.10 9.46 10.42 7.51 9.04 15.85 9.01 10.38 8.08 2.33 7.71 7.38 3.17 12.49 24.04 16.72 7.75 8.72 8.47 8.88 9.72 11.85 5.45 5.55 8.88 22.59 10.51 16.32 25.71
30.62 31.28 25.36 26.17 31.65 41.63 22.60 37.54 9.02 44.24 15.07 24.03 36.35 39.08 8.56 2.12 3.05 37.10 20.58 39.83 23.50 23.95 5.22 12.01 17.55 34.91 7.05 22.47 7.71 3.97 30.80 18.13
10.53 8.52 9.85 6.65 8.15 7.84 7.76 2.12 0.97 5.82 11.13 3.50 0.12 2.35 4.16 1.31 1.90 8.39 9.80 19.77 20.04 5.05 2.32 4.55 3.82 5.71 3.89 5.55 10.62 5.60 21.22 8.18
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
57.53
9.85
26.27
6.36
100.00
Lampiran 2.16
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR TINJA DAN PROVINSI TAHUN 2007 Perkotaan + Perdesaan No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Tangki/septik
Kolam/sawah
Sungai/danau/laut
Lobang tanah
Pantai/kebun
Lainnya
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
Jumlah (9)
38.12 53.92 39.11 47.23 38.16 43.15 34.34 36.54 55.68 54.04 86.75 49.96 49.84 70.34 46.49 55.07 76.26 41.52 19.98 35.01 23.75 32.26 57.89 61.20 39.94 52.95 41.69 41.62 33.26 41.94 55.64 32.35 37.90
1.56 1.32 14.76 2.08 1.09 2.16 1.62 3.35 0.42 0.59 0.66 14.78 5.32 1.49 1.18 6.26 0.46 2.29 0.29 1.95 0.35 0.52 0.94 0.49 1.39 1.47 0.81 1.15 1.09 2.11 0.34 0.97 1.87
22.85 13.80 30.00 11.73 30.89 25.46 21.92 11.50 3.89 14.99 5.53 22.50 21.90 7.35 21.94 14.47 6.47 30.89 0.75 24.80 45.40 33.29 15.56 11.91 24.84 8.48 11.78 15.39 22.74 13.29 5.95 8.49 20.32
22.52 20.74 11.41 34.32 26.78 24.89 33.05 46.39 11.81 25.84 5.91 9.89 20.00 20.06 25.58 7.85 3.86 7.16 48.20 24.15 28.19 30.87 22.43 20.03 14.66 18.29 25.96 12.64 20.61 8.80 5.93 20.87 18.51
11.86 5.52 2.06 3.79 1.65 2.51 7.20 1.09 25.37 4.11 0.01 1.32 1.86 0.15 4.11 15.03 12.19 17.04 23.69 11.56 1.64 1.92 2.33 3.34 14.84 17.07 17.66 27.26 20.59 29.30 30.87 29.74 19.98
3.08 4.70 2.66 0.84 1.44 1.82 1.88 1.14 2.83 0.44 1.15 1.55 1.08 0.61 0.70 1.32 0.76 1.10 7.10 2.53 0.66 1.14 0.85 3.03 4.34 1.75 2.09 1.94 1.70 4.55 1.26 7.58 1.42
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
49.13
4.89
19.24
19.54
5.54
1.65
100.00
Lampiran 2.16.a
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR TINJA DAN PROVINSI TAHUN 2007 Perkotaan No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Tangki/septik
Kolam/sawah
Sungai/danau/laut
Lobang tanah
Pantai/kebun
Lainnya
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
Jumlah (9)
71.60 79.77 69.26 74.24 71.34 78.92 70.02 70.52 78.98 61.20 86.75 61.44 67.78 80.55 69.79 77.09 89.83 55.46 45.79 72.11 55.77 55.17 76.68 77.25 75.59 82.69 83.63 75.61 64.32 79.27 87.86 75.44 73.08
0.74 1.12 6.36 1.36 0.64 1.48 2.20 1.84 0.29 0.58 0.66 6.32 2.10 1.53 0.91 4.19 0.35 0.64 0.44 1.03 0.59 0.24 0.97 0.46 0.44 1.25 0.51 1.02 1.29 2.37 0.31 1.28 2.37
7.06 5.40 13.57 4.33 10.79 9.39 2.72 9.98 3.37 8.50 5.53 22.24 18.46 8.80 15.63 6.70 4.52 29.88 0.53 5.97 18.99 20.25 9.16 3.62 12.14 3.36 5.25 7.50 5.00 3.42 1.96 6.86 10.65
16.27 10.80 7.37 18.90 14.46 8.73 21.37 15.96 10.37 28.00 5.91 7.32 9.85 8.71 12.39 7.03 1.18 6.97 47.79 18.75 23.74 23.04 11.62 15.35 7.85 8.88 6.75 5.44 11.18 2.56 1.19 15.35 9.50
2.95 0.80 1.18 0.68 1.08 0.47 0.83 0.38 5.60 1.46 0.01 0.48 0.92 0.85 4.03 3.79 5.83 4.24 1.67 0.59 0.27 0.98 0.63 1.44 2.95 2.65 8.76 17.69 8.96 7.75 0.28 3.91
1.38 2.11 2.26 0.50 1.70 1.01 2.86 1.32 1.39 0.26 1.15 2.21 0.88 0.41 0.42 0.95 0.33 1.22 1.20 0.47 0.32 1.03 0.58 2.68 2.54 0.87 1.20 1.67 0.53 3.42 0.93 0.79 0.50
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
71.06
2.52
13.84
10.16
1.18
1.23
100.00
Lampiran 2.16.b
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR TINJA DAN PROVINSI TAHUN 2007 Perdesaan No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Tangki/septik
Kolam/sawah
Sungai/danau/laut
Lobang tanah
Pantai/kebun
Lainnya
Jumlah
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
28.62 33.99 25.49 33.21 25.78 26.02 21.13 27.59 40.39 23.81 38.03 37.48 52.87 30.05 27.16 60.55 33.59 15.12 21.77 10.38 18.57 35.44 51.99 31.02 39.04 29.71 28.79 28.00 26.58 45.08 16.88 19.15
1.79 1.47 18.56 2.46 1.25 2.49 1.40 3.75 0.50 0.61 23.58 7.55 1.41 1.37 8.89 0.57 3.23 0.26 2.28 0.26 0.68 0.89 0.50 1.62 1.57 0.90 1.19 1.06 2.01 0.35 0.86 1.61
27.34 20.27 37.42 15.57 38.39 33.15 29.03 11.90 4.23 42.40 22.76 24.27 4.88 26.40 24.32 8.73 31.47 0.79 31.52 56.43 41.08 23.21 16.66 28.01 10.88 13.65 18.37 25.75 17.35 7.26 9.07 25.47
24.30 28.41 13.23 42.33 31.38 32.63 37.37 54.40 12.76 16.69 12.57 26.99 39.49 34.88 8.90 6.97 7.27 48.27 26.08 30.05 35.56 35.35 22.72 16.37 22.69 31.45 15.36 22.21 11.38 7.49 22.85 23.31
14.39 9.16 2.46 5.41 1.86 3.48 9.56 1.28 38.34 15.30 2.19 2.50 0.40 6.40 28.96 21.92 23.41 27.35 15.09 2.08 2.91 3.94 4.90 18.19 23.67 21.95 34.24 21.08 37.68 38.45 40.31 28.55
3.56 6.70 2.84 1.02 1.34 2.21 1.52 1.09 3.78 1.20 0.86 1.22 0.95 0.90 1.78 1.27 1.03 8.21 3.26 0.80 1.20 1.17 3.23 4.79 2.16 2.34 2.05 1.90 5.01 1.37 10.02 1.91
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
32.47
6.69
23.35
26.67
8.85
1.98
100.00
Lampiran 2.17
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT LUAS LANTAI TEMPAT TINGGAL (M2), TIPE DAERAH DAN PROVINSI TAHUN 2007 Luas Lantai (m2) No
Provinsi
(1)
(2)
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan/Perdesaan
<19
2049
5099
100149
150+
Jumlah
<19
2049
5099
100149
150+
Jumlah
<19
2049
5099
100149
150+
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
Jumlah (20)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
3.75
40.02
37.59
11.71
6.93
100.00
3.39
56.99
32.97
5.00
1.65
100.00
3.47
53.24
34.00
6.48
2.82
100.00
2
Sumatera Utara
1.82
31.72
48.13
12.29
6.05
100.00
3.59
49.22
41.65
4.56
0.97
100.00
2.82
41.60
44.48
7.93
3.18
100.00
3
Sumatera Barat
5.62
35.02
42.09
11.46
5.81
100.00
4.54
39.37
45.87
7.97
2.25
100.00
4.88
38.02
44.69
9.06
3.36
100.00
4
Riau
2.28
38.36
40.13
12.67
6.56
100.00
1.19
44.47
44.84
7.61
1.89
100.00
1.56
42.39
43.23
9.34
3.48
100.00
5
Jambi
2.19
36.14
44.47
13.53
3.67
100.00
2.35
43.50
46.61
6.22
1.32
100.00
2.31
41.50
46.03
8.21
1.96
100.00
6
Sumatera Selatan
7.38
43.84
35.29
8.18
5.31
100.00
3.84
47.65
42.56
4.40
1.55
100.00
4.98
46.42
40.21
5.62
2.77
100.00
7
Bengkulu
8.14
37.42
38.72
10.23
5.49
100.00
4.20
48.20
42.78
3.65
1.17
100.00
5.27
45.28
41.68
5.43
2.34
100.00
8
Lampung
3.25
29.41
51.75
10.39
5.20
100.00
1.56
27.54
58.22
10.49
2.20
100.00
1.91
27.93
56.87
10.47
2.82
100.00
9
Kepulauan Bangka Belitung
1.35
35.71
48.98
10.11
3.85
100.00
1.49
39.22
46.01
10.62
2.67
100.00
1.44
37.83
47.18
10.42
3.14
100.00
10
Kepulauan Riau
11.09
37.09
39.37
9.00
3.46
100.00
5.34
48.49
36.88
6.86
2.43
100.00
9.98
39.27
38.89
8.59
3.26
100.00
11
DKI Jakarta
22.31
33.01
25.54
10.38
8.76
100.00
22.31
33.01
25.54
10.38
8.76
100.00
12
Jawa Barat
6.86
34.94
43.04
10.74
4.42
100.00
2.52
49.61
41.84
4.77
1.27
100.00
4.73
42.13
42.45
7.81
2.88
100.00
13
Jawa Tengah
2.72
21.04
53.67
15.44
7.13
100.00
0.44
17.03
59.13
16.65
6.75
100.00
1.37
18.67
56.90
16.16
6.91
100.00
14
DI Yogyakarta
20.81
22.10
36.97
12.75
7.38
100.00
0.37
14.69
57.59
17.92
9.44
100.00
13.27
19.37
44.57
14.65
8.14
100.00
15
Jawa Timur
6.98
27.37
47.72
12.01
5.92
100.00
0.83
29.14
53.26
12.11
4.65
100.00
3.38
28.41
50.97
12.07
5.18
100.00
16
Banten
12.62
27.66
38.12
13.19
8.41
100.00
2.79
42.38
46.98
6.03
1.82
100.00
8.29
34.15
42.03
10.03
5.50
100.00
17
Bali
19.01
25.28
35.19
11.94
8.59
100.00
4.86
42.63
41.49
8.08
2.93
100.00
12.45
33.32
38.11
10.15
5.97
100.00
18
Nusa Tenggara Barat
12.68
50.25
28.32
4.97
3.78
100.00
8.24
63.38
25.84
2.08
0.46
100.00
9.85
58.62
26.74
3.13
1.66
100.00
19
Nusa Tenggara Timur
12.00
47.08
29.47
7.58
3.86
100.00
5.57
62.42
28.43
3.03
0.56
100.00
6.59
59.99
28.59
3.75
1.08
100.00
20
Kalimantan Barat
1.25
32.44
47.08
11.97
7.27
100.00
3.22
54.30
36.29
5.02
1.17
100.00
2.70
48.55
39.13
6.85
2.77
100.00
21
Kalimantan Tengah
7.22
44.59
37.62
7.08
3.49
100.00
3.48
52.35
39.71
3.69
0.77
100.00
4.58
50.06
39.09
4.69
1.57
100.00
22
Kalimantan Selatan
6.84
43.82
35.96
8.79
4.59
100.00
3.37
43.81
46.16
5.69
0.97
100.00
4.66
43.82
42.34
6.85
2.33
100.00
23
Kalimantan Timur
6.07
38.34
38.38
10.87
6.33
100.00
1.87
48.04
40.93
6.56
2.59
100.00
4.16
42.76
39.54
8.91
4.63
100.00
24
Sulawesi Utara
6.27
47.07
34.51
8.41
3.74
100.00
5.01
60.97
28.79
3.89
1.34
100.00
5.47
55.90
30.87
5.54
2.22
100.00
25
Sulawesi Tengah
7.45
39.59
32.52
13.51
6.92
100.00
3.86
47.42
40.16
6.63
1.92
100.00
4.58
45.85
38.64
8.01
2.92
100.00
26
Sulawesi Selatan
10.15
29.75
39.33
12.55
8.22
100.00
1.88
32.41
52.37
10.87
2.46
100.00
4.52
31.57
48.22
11.40
4.29
100.00
27
Sulawesi Tenggara
10.81
29.08
39.33
13.79
7.00
100.00
2.85
44.46
43.03
7.42
2.23
100.00
4.62
41.04
42.21
8.84
3.29
100.00
28
Gorontalo
3.93
43.83
38.81
9.60
3.83
100.00
8.30
56.10
27.67
6.32
1.61
100.00
7.10
52.74
30.72
7.22
2.21
100.00
29
Sulawesi Barat
3.58
34.15
47.82
10.02
4.43
100.00
6.20
45.70
42.05
4.96
1.10
100.00
5.82
44.03
42.88
5.69
1.58
100.00
30
Maluku
7.74
45.64
35.40
6.95
4.27
100.00
3.82
56.10
35.27
3.86
0.96
100.00
4.96
53.05
35.31
4.76
0.92
100.00
31
Maluku Utara
8.12
20.87
43.90
18.15
8.96
100.00
0.78
38.38
52.54
7.09
1.21
100.00
2.60
34.05
50.40
9.82
3.12
100.00
32
Papua
10.41
53.31
25.08
8.83
2.37
100.00
30.71
53.37
14.47
0.91
0.54
100.00
25.35
53.35
17.27
3.01
1.02
100.00
33
Papua Barat
10.26
52.70
28.18
7.14
1.72
100.00
4.18
74.75
19.01
1.64
0.40
100.00
6.30
67.09
22.20
3.56
0.86
100.00
8.36
31.39
42.39
11.73
6.13
100.00
2.60
38.84
46.80
8.78
2.98
100.00
5.09
35.62
44.89
10.05
4.34
100.00
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
Lampiran 2.18 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT PROVINSI, TIPE DAERAH, DAN JENIS LANTAI TERLUAS (m2), TAHUN 2007
Perkotaan No
Perdesaan
Perkotaan+Perdesaan
Provinsi
(1)
(2)
Bukan tanah
Tanah
Jumlah
Bukan Tanah
Tanah
Jumlah
Bukan Tanah
Tanah
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Jumlah (11)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
94.81
5.19
100.00
84.01
15.99
100.00
86.40
13.60
100.00
2
Sumatera Utara
97.38
2.62
100.00
92.47
7.53
100.00
94.61
5.39
100.00
3
Sumatera Barat
98.55
1.45
100.00
95.92
4.08
100.00
96.74
3.26
100.00
4
Riau
96.11
3.89
100.00
95.66
4.34
100.00
95.81
4.19
100.00
5
Jambi
97.73
2.27
100.00
93.85
6.15
100.00
94.91
5.09
100.00
6
Sumatera Selatan
96.59
3.41
100.00
85.10
14.90
100.00
88.82
11.18
100.00
7
Bengkulu
98.64
1.36
100.00
86.62
13.38
100.00
89.87
10.13
100.00
8
Lampung
94.92
5.08
100.00
76.31
23.69
100.00
80.19
19.81
100.00
9
Kepulauan Bangka Belitung
98.23
1.77
100.00
97.35
2.65
100.00
97.70
2.30
100.00
10 Kepulauan Riau
94.63
5.37
100.00
95.75
4.25
100.00
94.85
5.15
100.00
11 DKI Jakarta
97.76
2.24
100.00
97.76
2.24
100.00
12 Jawa Barat
95.80
4.20
100.00
90.67
9.33
100.00
93.29
6.71
100.00
13 Jawa Tengah
86.14
13.86
100.00
61.73
38.27
100.00
71.69
28.31
100.00
14 DI Yogyakarta
92.51
7.49
100.00
80.82
19.18
100.00
88.20
11.80
100.00
15 Jawa Timur
92.54
7.46
100.00
69.30
30.70
100.00
78.91
21.09
100.00
16 Banten
94.11
5.89
100.00
83.94
16.06
100.00
89.62
10.38
100.00
17 Bali
96.55
3.45
100.00
90.35
9.65
100.00
93.68
6.32
100.00
18 Nusa Tenggara Barat
93.57
6.43
100.00
85.42
14.58
100.00
88.37
11.63
100.00
19 Nusa Tenggara Timur
87.56
12.44
100.00
51.02
48.98
100.00
56.81
43.19
100.00
20 Kalimantan Barat
96.54
3.46
100.00
96.38
3.62
100.00
96.42
3.58
100.00
21 Kalimantan Tengah
96.30
3.70
100.00
96.20
3.80
100.00
96.23
3.77
100.00
22 Kalimantan Selatan
98.34
1.66
100.00
97.37
2.63
100.00
97.73
2.27
100.00
23 Kalimantan Timur
95.60
4.40
100.00
95.88
4.12
100.00
95.72
4.28
100.00
24 Sulawesi Utara
96.62
3.38
100.00
89.05
10.95
100.00
91.81
8.19
100.00
25 Sulawesi Tengah
95.87
4.13
100.00
88.51
11.49
100.00
89.99
10.01
100.00
26 Sulawesi Selatan
97.12
2.88
100.00
95.56
4.44
100.00
96.06
3.94
100.00
27 Sulawesi Tenggara
96.38
3.62
100.00
86.56
13.44
100.00
88.74
11.26
100.00
28 Gorontalo
96.66
3.34
100.00
90.36
9.64
100.00
92.09
7.91
100.00
29 Sulawesi Barat
93.70
6.30
100.00
91.51
8.49
100.00
91.82
8.18
100.00
30 Maluku
94.48
5.52
100.00
75.14
24.86
100.00
80.78
19.22
100.00
31 Maluku Utara
94.86
5.14
100.00
74.44
25.56
100.00
79.48
20.52
100.00
32 Papua
95.84
4.16
100.00
63.45
36.55
100.00
72.00
28.00
100.00
33 Papua Barat
94.36
5.64
100.00
84.27
15.73
100.00
87.77
12.23
100.00
94.04
5.96
100.00
80.26
19.74
100.00
86.21
13.79
100.00
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
Lampiran 2.19 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT PROVINSI, TIPE DAERAH, DAN JENIS DINDING TERLUAS (m2), TAHUN 2007
Perkotaan No
Perdesaan
Perkotaan+Perdesaan
Provinsi Tembok
Kayu
Bambu
Lainnya
Jumlah
Tembok
Kayu
Bambu
Lainnya
Jumlah
Tembok
Kayu
Bambu
Lainnya
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
Jumlah
(1)
(2)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
50.79
47.22
0.80
1.19
100.00
28.33
66.23
3.70
1.74
100.00
33.29
62.03
3.06
1.62
100.00
2
Sumatera Utara
66.32
28.23
4.83
0.62
100.00
33.71
58.69
6.83
0.77
100.00
47.91
45.43
5.96
0.70
100.00
3
Sumatera Barat
78.60
20.25
0.76
0.39
100.00
64.02
33.07
1.96
0.94
100.00
68.56
29.08
1.59
0.77
100.00
4
Riau
65.65
33.54
0.25
0.56
100.00
33.59
63.72
0.29
2.40
100.00
44.55
53.41
0.27
1.77
100.00
5
Jambi
62.45
37.43
0.06
0.06
100.00
43.17
55.20
1.18
0.45
100.00
48.41
50.37
0.87
0.34
100.00
6
Sumatera Selatan
67.56
31.96
0.34
0.14
100.00
30.66
65.97
2.78
0.59
100.00
42.61
54.96
1.99
0.44
100.00
7
Bengkulu
81.08
16.93
1.76
0.23
100.00
45.01
48.50
5.79
0.71
100.00
54.76
39.96
4.70
0.58
100.00
8
Lampung
81.59
10.04
8.01
0.36
100.00
56.85
28.01
14.21
0.93
100.00
62.00
24.27
12.91
0.81
100.00
9
Kepulauan Bangka Belitung
70.40
28.71
0.13
0.75
100.00
50.77
45.93
0.53
2.77
100.00
58.55
39.11
0.37
1.97
100.00
10 Kepulauan Riau
75.58
23.69
0.31
0.42
100.00
23.74
74.53
1.02
0.72
100.00
65.65
33.43
0.44
0.48
100.00
11 DKI Jakarta
89.67
8.81
0.42
1.10
100.00
89.67
8.81
0.42
1.10
100.00
12 Jawa Barat
88.83
2.63
8.27
0.26
100.00
61.23
4.73
33.43
0.62
100.00
75.30
3.66
20.61
0.43
100.00
13 Jawa Tengah
82.09
12.19
5.46
0.26
100.00
56.05
30.66
12.54
0.76
100.00
66.67
23.13
9.65
0.55
100.00
14 DI Yogyakarta
92.38
3.42
3.85
0.36
100.00
67.66
10.76
21.15
0.43
100.00
83.26
6.12
10.23
0.39
100.00
15 Jawa Timur
88.77
4.98
5.72
0.53
100.00
65.77
17.81
15.44
0.98
100.00
75.28
12.51
11.42
0.80
100.00
16 Banten
91.27
2.75
5.81
0.18
100.00
58.61
4.59
36.30
0.50
100.00
76.86
3.56
19.26
0.32
100.00
17 Bali
93.96
1.59
3.80
0.65
100.00
90.62
2.42
6.65
0.32
100.00
92.41
1.97
5.12
0.49
100.00
18 Nusa Tenggara Barat
81.15
5.74
12.84
0.27
100.00
59.14
15.87
24.56
0.43
100.00
67.12
12.19
20.31
0.37
100.00
19 Nusa Tenggara Timur
56.29
6.68
16.62
20.41
100.00
21.63
10.65
38.81
28.92
100.00
27.12
10.02
35.29
27.57
100.00
20 Kalimantan Barat
69.13
28.98
0.21
1.68
100.00
39.18
56.50
0.76
3.56
100.00
47.06
49.27
0.61
3.06
100.00
21 Kalimantan Tengah
28.33
71.09
0.39
0.19
100.00
5.42
93.96
0.33
0.29
100.00
12.17
87.23
0.35
0.26
100.00
22 Kalimantan Selatan
20.87
78.33
0.09
0.71
100.00
7.60
91.01
0.76
0.63
100.00
12.56
86.27
0.51
0.66
100.00
23 Kalimantan Timur
43.35
55.91
0.31
0.43
100.00
10.53
88.31
0.52
0.64
100.00
28.40
70.67
0.40
0.53
100.00
24 Sulawesi Utara
73.45
22.02
2.14
2.39
100.00
53.49
36.62
9.16
0.73
100.00
60.77
31.30
6.60
1.33
100.00
25 Sulawesi Tengah
62.27
36.96
0.23
0.54
100.00
38.57
56.35
3.84
1.24
100.00
43.31
52.47
3.12
1.10
100.00
26 Sulawesi Selatan
61.16
27.31
4.78
6.74
100.00
20.93
54.06
14.79
10.23
100.00
33.75
45.53
11.60
9.12
100.00
27 Sulawesi Tenggara
56.24
41.28
1.69
0.78
100.00
26.82
66.95
5.39
0.84
100.00
33.36
61.24
4.56
0.83
100.00
28 Gorontalo
78.40
8.76
11.65
1.20
100.00
49.63
24.89
24.69
0.80
100.00
57.51
20.47
21.11
0.91
100.00
29 Sulawesi Barat
41.15
50.31
3.69
4.85
100.00
20.27
68.73
6.16
4.84
100.00
23.30
66.06
5.80
4.84
100.00
30 Maluku
71.07
24.73
1.82
2.37
100.00
62.83
27.46
3.33
6.38
100.00
65.23
26.67
2.89
5.21
100.00
31 Maluku Utara
81.88
14.45
1.04
2.63
100.00
60.17
32.31
4.53
2.99
100.00
65.53
27.90
3.67
2.90
100.00
32 Papua
67.28
28.82
0.15
3.75
100.00
12.67
76.06
0.24
11.02
100.00
27.10
63.58
0.22
9.10
100.00
33 Papua Barat
70.58
24.63
1.16
3.63
100.00
29.68
59.54
1.27
9.60
100.00
43.90
47.35
1.23
7.52
100.00
81.33
12.90
4.98
0.78
100.00
50.36
32.14
15.37
2.13
100.00
63.74
23.83
10.89
1.55
100.00
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
(17)
Lampiran 2.20
PERSENTASE PENDUDUK YANG MEMPUNYAI KELUHAN KESEHATAN SELAMA BULAN REFERENSI MENURUT JENIS KELUHAN KESEHATAN YANG DIALAMI DAN PROVINSI TAHUN 2007 Perkotaan + Perdesaan Keluhan Kesehatan No
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
(2)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
Panas
Sakit Kepala
Batuk
Pilek
Diare/ Buang Buang Air
(3)
(8)
(4)
(5)
(6)
Asma/Nafas Sesak (7)
Sakit Gigi
Keluhan Lainnya
% Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan
(8)
(10)
(11)
49.95 39.07 41.30 43.63 35.38 29.52 36.76 33.12 34.25 42.95 28.97 35.15 30.86 25.51 34.20 32.57 48.63 48.09 53.83 41.60 39.20 33.03 33.96 45.93 47.47 36.21 45.74 69.80 43.46 41.04 55.06 47.04 38.11
27.49 16.15 21.26 24.59 16.42 20.84 16.81 20.95 25.61 19.42 18.12 17.01 19.77 13.52 16.27 23.52 19.14 23.68 26.85 24.43 27.39 21.38 18.08 21.92 28.17 19.70 24.90 19.35 29.11 17.45 25.40 20.27 18.72
52.78 41.22 41.99 47.33 40.24 42.52 45.73 45.55 48.69 51.77 49.67 41.28 44.59 47.77 46.32 41.31 45.59 44.62 62.06 45.95 46.16 41.52 46.10 54.81 46.43 35.15 42.36 58.16 42.11 50.35 51.56 45.01 46.57
48.71 36.70 40.91 44.04 38.05 44.06 44.93 44.00 48.15 48.30 49.11 42.30 44.87 48.17 43.50 42.00 45.01 45.15 57.95 42.95 42.66 37.82 45.39 51.75 41.32 35.19 37.38 48.05 37.62 43.90 34.82 44.32 45.67
9.71 9.72 7.35 8.10 7.43 5.29 6.21 6.58 5.23 6.90 6.61 5.76 4.84 3.28 5.09 5.69 5.17 6.36 7.95 6.02 6.91 6.30 6.23 7.07 8.62 5.77 5.89 8.97 8.78 6.73 7.66 7.04 6.27
7.98 5.68 5.96 5.90 6.03 6.07 6.37 4.70 8.55 5.82 4.13 6.62 4.52 4.86 4.91 6.77 6.19 6.94 7.20 7.99 7.59 5.95 5.05 4.64 7.77 6.50 6.76 7.73 7.43 6.16 6.56 5.59 4.58
12.15 5.01 6.98 8.66 5.45 6.52 9.27 6.58 7.68 7.21 3.36 5.28 4.63 4.63 5.46 4.37 4.63 5.54 7.72 7.35 8.24 6.82 6.50 9.94 8.73 6.29 8.83 8.96 10.51 10.05 7.09 6.95 5.92
33.36 35.30 36.69 29.03 34.41 37.29 33.09 41.34 37.27 22.88 28.99 40.38 40.54 36.52 34.36 35.51 35.46 41.04 35.24 34.58 29.74 33.81 29.31 28.44 37.29 35.78 30.23 22.39 31.38 32.80 31.21 37.11 33.30
40.81 25.40 31.74 30.49 21.03 31.34 32.18 35.98 36.93 30.43 32.16 28.89 28.49 38.41 30.12 29.53 36.17 37.79 45.70 32.81 27.13 34.34 27.58 35.05 39.12 29.88 35.64 44.10 34.21 31.60 35.18 32.09 32.21
36.63
19.61
45.01
43.67
6.13
5.81
5.94
36.26
30.90
Lampiran 2.20.a
PERSENTASE PENDUDUK YANG MEMPUNYAI KELUHAN KESEHATAN SELAMA BULAN REFERENSI MENURUT JENIS KELUHAN KESEHATAN YANG DIALAMI DAN PROVINSI TAHUN 2007 Perkotaan Keluhan Kesehatan No
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
(2)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
Panas
Sakit Kepala
Batuk
Pilek
Diare/ Buang Buang Air
(3)
(8)
(4)
(5)
(6)
Asma/Nafas Sesak (7)
Sakit Gigi
Keluhan Lainnya
% Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan
(8)
(10)
(11)
47.93 37.71 41.46 44.41 38.55 30.34 37.79 32.97 32.65 41.93 28.97 34.29 28.79 27.53 33.70 28.75 46.63 49.76 40.89 37.49 31.10 31.74 33.04 37.56 39.17 34.24 43.98 60.13 31.63 33.68 50.24 47.18 38.11
26.10 12.86 18.24 23.84 12.47 19.60 14.84 18.70 24.52 16.43 18.12 15.72 17.34 15.04 14.19 20.83 19.32 22.66 18.66 23.84 21.37 21.69 17.02 20.16 30.24 15.79 28.88 12.24 30.42 13.62 33.67 26.13 21.40
50.31 42.70 44.51 47.17 40.16 42.42 46.99 44.48 48.74 51.96 49.67 42.54 42.90 48.23 47.51 39.48 46.97 47.02 60.41 42.15 41.13 43.02 44.21 52.71 44.92 38.17 43.68 47.11 38.88 45.99 47.20 45.55 48.27
50.80 38.29 43.47 45.88 40.42 41.69 47.26 42.95 50.40 49.04 49.11 42.40 43.01 49.19 45.61 40.04 48.01 47.63 66.26 39.87 39.88 41.36 43.56 52.25 45.32 41.84 45.58 35.11 31.24 41.96 41.17 42.88 51.12
8.40 8.65 6.17 6.58 8.58 4.62 4.56 6.20 4.43 6.07 6.61 5.41 4.10 3.45 4.73 4.99 4.61 5.60 4.43 3.99 5.01 6.60 5.95 5.59 6.23 4.89 5.65 8.13 8.30 5.69 6.79 8.38 4.21
6.46 4.39 4.63 4.38 5.12 4.78 4.94 4.64 7.13 4.20 4.13 5.65 3.87 4.91 4.26 5.32 5.63 6.17 4.87 6.30 7.14 5.42 4.35 3.81 7.08 3.81 5.81 4.53 4.46 3.99 3.83 6.16 4.88
11.33 4.78 6.18 7.71 4.64 5.82 7.15 6.52 6.88 5.95 3.36 5.06 3.92 5.16 4.42 4.51 3.30 5.39 7.95 6.58 4.82 6.92 6.07 5.59 9.17 4.57 9.50 5.65 8.94 7.42 7.17 11.56 6.14
31.00 34.07 34.99 27.44 36.34 37.40 35.81 39.30 39.40 21.71 28.99 39.33 41.81 34.22 33.58 34.96 32.62 33.66 29.20 36.11 33.87 30.98 30.89 27.22 42.22 30.96 26.98 26.91 36.99 34.04 30.84 39.73 31.95
36.63 22.00 30.16 32.32 17.92 31.34 33.46 35.66 33.13 28.94 32.16 26.31 27.72 37.77 29.83 29.95 32.72 36.35 41.10 31.60 23.72 39.29 26.84 27.42 37.59 28.94 39.29 30.10 18.57 31.86 33.71 38.81 31.56
33.96
17.41
44.97
44.42
5.40
4.78
4.98
35.21
29.26
Lampiran 2.20.b
PERSENTASE PENDUDUK YANG MEMPUNYAI KELUHAN KESEHATAN SELAMA BULAN REFERENSI MENURUT JENIS KELUHAN KESEHATAN YANG DIALAMI DAN PROVINSI TAHUN 2007 Perdesaan Keluhan Kesehatan No
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
(2)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
Panas
Sakit Kepala
Batuk
Pilek
Diare/ Buang Buang Air
(3)
(8)
(4)
(5)
(6)
Asma/Nafas Sesak (7)
Sakit Gigi
Keluhan Lainnya
% Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan
(8)
(10)
(11)
50.48 39.92 41.16 43.17 34.36 29.09 36.34 33.17 35.19 46.18 35.96 32.28 22.54 34.57 37.41 50.45 47.13 56.11 43.06 42.01 34.03 35.00 49.30 49.52 37.09 46.30 71.96 44.52 44.06 56.61 46.95 38.11
27.86 18.19 22.52 25.03 17.70 21.49 17.61 21.59 26.25 28.86 18.22 21.44 11.28 17.78 26.94 18.96 24.25 28.30 24.64 29.47 21.13 19.27 22.63 27.66 21.46 23.62 20.94 29.00 19.02 22.74 16.64 17.74
53.43 40.30 40.94 47.43 40.27 42.57 45.22 45.86 48.66 51.19 40.10 45.76 47.08 45.45 43.62 44.32 43.24 62.35 47.31 47.91 40.36 48.23 55.65 46.80 33.79 41.94 60.63 42.40 52.13 52.96 44.68 45.95
48.15 35.71 39.83 42.95 37.28 45.31 43.97 44.29 46.84 45.93 42.20 46.16 46.66 41.98 44.48 42.28 43.73 56.49 44.05 43.62 35.08 47.44 51.54 40.34 32.21 34.75 50.94 38.19 44.70 32.78 45.20 43.67
10.05 10.39 7.85 9.00 7.06 5.64 6.89 6.69 5.69 9.49 6.08 5.35 3.03 5.34 6.57 5.69 6.80 8.58 6.74 7.56 6.07 6.55 7.66 9.21 6.17 5.96 9.16 8.82 7.16 7.94 6.21 7.02
8.39 6.48 6.51 6.81 6.32 6.75 6.96 4.71 9.38 10.95 7.53 4.97 4.80 5.39 8.61 6.71 7.39 7.61 8.60 7.74 6.35 5.84 4.98 7.94 7.71 7.06 8.45 7.69 7.05 7.44 5.23 4.47
12.37 5.15 7.31 9.23 5.71 6.89 10.13 6.60 8.14 11.18 5.48 5.13 3.84 6.21 4.18 5.84 5.63 7.68 7.62 9.42 6.74 6.98 11.69 8.63 7.07 8.61 9.70 10.65 11.13 7.07 4.11 5.84
33.99 36.06 37.40 29.98 33.78 37.23 31.98 41.92 36.03 26.59 41.37 39.66 39.93 34.92 36.21 38.06 45.26 36.31 34.03 28.31 35.98 27.53 28.93 36.07 37.94 31.28 21.38 30.88 32.30 31.32 35.49 33.79
42.08 28.10 32.45 29.49 22.28 31.33 31.68 36.07 39.57 36.36 31.81 29.04 39.40 30.33 29.01 40.03 38.67 46.62 33.27 28.55 31.31 28.46 39.48 39.52 30.32 34.61 49.22 37.00 31.50 35.69 28.98 32.45
38.52
21.18
45.03
43.15
6.65
6.53
6.62
37.00
32.18
Lampiran 2.21
PERSENTASE PENDUDUK YANG MENDERITA SAKIT SELAMA BULAN REFERENSI MENURUT PROVINSI DAN JUMLAH HARI SAKIT TAHUN 2007 Perkotaan + Perdesaan Jumlah hari sakit No
Provinsi
Jumlah <= 3
(1)
(2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
4 7
(3)
8 14
(4)
15 21
(5)
22 30
(6)
(7)
(8)
42.94 43.61 41.02 50.50 45.19 47.19 42.00 47.18 51.28 54.72 58.74 41.24 47.69 52.87 44.67 44.35 57.31 34.45 37.29 45.68 49.07 52.74 48.31 46.56 40.48 43.64 42.67 36.04 40.25 37.39 35.17 45.89 49.98
40.86 35.49 35.90 33.50 37.07 35.74 41.51 36.66 33.28 33.51 31.06 38.08 34.59 29.81 36.44 37.36 27.78 43.34 43.35 38.11 36.46 33.06 37.16 38.14 42.25 35.12 40.04 42.83 38.61 43.87 43.59 41.07 38.02
7.64 6.92 6.71 5.43 5.86 6.21 7.18 5.63 5.80 4.83 4.98 8.33 5.82 5.99 6.80 7.95 5.62 10.36 9.73 6.93 5.38 4.20 6.09 8.11 8.66 8.45 8.92 12.64 9.71 9.74 12.11 8.54 7.18
3.59 3.76 6.65 3.33 3.84 3.62 3.46 4.85 3.47 1.84 1.90 4.03 4.23 3.63 4.10 3.52 2.65 4.50 2.56 2.69 3.16 3.82 2.64 1.98 3.26 3.56 3.48 3.52 3.60 3.47 2.63 1.38 1.64
4.96 10.22 9.71 7.24 8.04 7.24 5.85 5.68 6.16 5.11 3.32 8.32 7.67 7.70 7.99 6.81 6.65 7.36 7.07 6.59 5.94 6.18 5.81 5.21 5.34 9.23 4.89 4.96 7.83 5.53 6.51 3.12 3.18
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
44.94
36.80
7.19
3.73
7.33
100.00
Lampiran 2.21.a
PERSENTASE PENDUDUK YANG MENDERITA SAKIT SELAMA BULAN REFERENSI MENURUT JUMLAH HARI SAKIT DAN PROVINSI TAHUN 2007 Perkotaan Jumlah hari sakit No
Provinsi
Jumlah <= 3
(1)
(2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
4 7
(3)
8 14
(4)
15 21
(5)
22 30
(6)
(7)
(8)
43.85 47.91 45.79 54.42 52.32 49.86 46.84 53.22 53.36 58.92 58.74 44.37 50.28 54.80 49.04 49.40 62.09 38.20 50.91 45.82 51.22 55.74 51.01 49.33 47.48 52.25 48.84 45.15 36.55 51.52 48.59 49.69 52.67
41.18 33.38 33.40 32.08 34.94 32.17 37.10 30.61 31.76 30.98 31.06 36.75 32.68 26.98 33.72 33.40 25.32 43.65 32.20 36.92 32.44 31.20 34.84 37.34 38.37 31.01 37.73 41.25 36.06 33.83 35.69 37.10 36.95
7.19 5.89 6.23 4.11 4.92 5.38 6.72 6.59 5.06 3.82 4.98 7.98 5.64 6.68 5.98 7.54 5.07 8.37 6.54 7.19 5.39 3.32 5.45 6.85 6.59 7.58 6.96 7.04 13.83 6.27 9.30 7.24 5.66
2.29 3.48 6.02 1.97 2.16 2.43 2.12 4.09 2.92 1.06 1.90 3.39 3.82 3.36 3.55 3.06 1.85 4.17 2.44 2.77 3.66 3.58 2.03 1.07 1.79 2.56 2.20 2.13 3.95 2.20 1.54 2.05 1.16
5.49 9.35 8.56 7.41 5.65 10.15 7.21 5.49 6.90 5.21 3.32 7.51 7.59 8.18 7.71 6.59 5.67 5.62 7.92 7.30 7.29 6.17 6.66 5.41 5.76 6.60 4.26 4.43 9.62 6.18 4.88 3.93 3.56
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
49.61
33.96
6.41
3.11
6.91
100.00
Lampiran 2.21.b
PERSENTASE PENDUDUK YANG MENDERITA SAKIT SELAMA BULAN REFERENSI MENURUT JUMLAH HARI SAKIT DAN PROVINSI TAHUN 2007 Perdesaan Jumlah hari sakit No
Provinsi
Jumlah <= 3
(1)
(2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
8 14
4 7
(3)
(4)
15 21
(5)
22 30
(6)
(7)
(8)
42.69 41.36 39.33 48.66 42.92 46.09 40.28 45.69 50.11 42.90 38.35 46.08 50.80 41.87 38.49 53.81 32.32 35.61 45.64 48.41 51.15 45.63 45.51 39.05 40.17 41.10 33.94 40.53 33.13 31.96 44.61 48.13
40.77 36.60 36.79 34.17 37.75 37.20 43.08 38.15 34.14 40.62 39.31 35.78 32.85 38.19 41.96 29.57 43.16 44.72 38.47 37.69 34.05 39.45 38.45 43.05 36.78 40.63 43.20 38.80 46.89 45.47 42.41 38.76
7.77 7.46 6.88 6.05 6.15 6.55 7.34 5.39 6.22 7.66 8.65 5.94 5.25 7.33 8.43 6.02 11.48 10.12 6.86 5.37 4.67 6.72 8.58 9.09 8.80 9.42 13.94 9.40 10.79 12.78 8.98 8.22
3.96 3.91 6.87 3.96 4.38 4.11 3.94 5.04 3.78 4.02 4.62 4.48 3.92 4.44 4.04 3.24 4.69 2.58 2.66 3.00 3.95 3.23 2.33 3.56 3.96 3.81 3.85 3.58 3.86 2.89 1.16 1.97
4.81 10.67 10.12 7.16 8.80 6.04 5.36 5.73 5.75 4.81 9.07 7.72 7.19 8.17 7.07 7.36 8.34 6.97 6.38 5.53 6.18 4.97 5.13 5.26 10.29 5.05 5.08 7.70 5.33 6.89 2.84 2.92
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
42.07
38.55
7.67
4.11
7.59
100.00
Lampiran 2.22 PERSENTASE PENDUDUK YANG BEROBAT JALAN DAN MENGOBATI SENDIRI SELAMA BULAN REFERENSI MENURUT TIPE DAERAH DAN PROVINSI TAHUN 2007 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi (2)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
Perkotaan
Perdesaan
Persentase Penduduk yang Mengobati Sendiri
Perkotaan+ Perdesaan
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan + Perdesaan
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
47.98 42.72 52.75 45.68 47.80 35.66 43.92 51.47 42.49 39.43 46.64 50.27 45.86 42.41 45.42 44.81 54.00 45.62 41.58 45.35 34.98 33.10 44.24 37.03 33.06 40.67 30.23 48.40 38.37 37.41 38.72 35.22 37.93 45.93
47.53 42.44 49.15 37.68 38.94 31.66 36.44 41.16 39.52 42.08 46.04 46.06 51.70 44.78 38.94 61.11 50.19 48.88 35.59 27.41 32.60 39.48 46.16 38.85 35.28 30.03 41.46 32.48 23.59 35.84 42.44 44.76 43.08
47.63 42.55 50.21 40.67 41.10 33.04 38.61 43.45 40.61 40.07 46.64 48.08 45.98 46.15 45.05 42.22 57.71 48.53 47.79 38.15 29.35 32.82 42.00 43.54 37.70 36.95 30.07 42.73 32.97 27.61 36.54 39.68 42.93 44.14
60.40 63.06 57.31 60.72 54.45 62.45 62.57 62.58 75.16 68.91 62.55 65.76 61.05 64.59 63.64 65.49 56.53 61.68 60.51 64.25 71.74 76.24 62.60 53.76 68.94 64.58 69.53 59.82 54.32 62.53 76.79 64.53 60.79 63.58
64.65 66.79 60.33 69.73 73.53 70.23 70.44 71.77 68.89 64.28 71.30 60.81 50.11 64.45 72.96 54.22 58.71 49.88 73.20 76.03 75.56 64.94 66.63 73.38 67.06 74.25 81.72 70.18 75.69 79.70 54.14 40.56 66.03
63.76 65.36 59.44 66.37 68.87 67.54 68.16 69.73 71.20 67.80 62.55 68.62 60.91 58.75 64.11 68.78 55.32 59.79 51.47 70.85 74.93 75.86 63.70 62.93 72.50 66.29 73.11 77.72 68.88 71.86 78.99 58.11 45.98 65.01
Lampiran 2.23
PERSENTASE PENDUDUK YANG MENGOBATI SENDIRI SELAMA BULAN REFERENSI MENURUT PROVINSI, JENIS OBAT YANG DIGUNAKAN, DAN TIPE DAERAH TAHUN 2007
No
Provinsi
(1)
(2)
Jenis obat yang digunakan di perkotaan
Jenis obat yang digunakan di perdesaan
Jenis obat yang digunakan di perkotaan dan perdesaan
Modern
Tradisional
Lainnya
Modern
Tradisional
Lainnya
Modern
Tradisional
Lainnya
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
92.13
23.93
10.11
83.30
46.65
15.48
85.06
42.12
14.41
2
Sumatera Utara
90.25
24.09
6.90
88.55
28.86
9.03
89.18
27.09
8.24
3
Sumatera Barat
84.94
27.93
8.40
73.59
50.50
7.96
76.81
44.09
8.09
4
Riau
89.88
22.57
8.95
85.50
35.67
11.19
87.00
31.20
10.43
5
Jambi
88.10
26.06
6.46
88.20
33.33
6.56
88.18
31.93
6.54
6
Sumatera Selatan
90.15
19.23
10.66
88.39
36.60
11.08
88.96
31.04
10.95
7
Bengkulu
89.96
21.09
4.83
84.21
39.80
10.09
85.74
34.82
8.69
8
Lampung
89.12
19.53
9.46
90.45
23.96
11.53
90.18
23.08
11.12
9
Kepulauan Bangka Belitung
92.40
18.86
13.17
93.42
20.41
11.37
93.02
19.81
12.07
10
Kepulauan Riau
86.94
30.99
7.37
88.19
25.98
8.16
87.23
29.85
7.55
11
DKI Jakarta
88.86
19.66
7.90
88.86
19.66
7.90
12
Jawa Barat
92.36
17.94
6.98
93.15
22.19
7.18
92.79
20.22
7.09
13
Jawa Tengah
90.17
24.97
6.83
90.10
26.95
7.23
90.13
26.14
7.07
14
DI Yogyakarta
89.76
23.90
6.71
85.26
28.88
7.55
88.21
25.61
7.00
15
Jawa Timur
88.07
30.91
8.53
84.59
37.69
11.28
86.04
34.86
10.13
16
Banten
87.03
21.31
8.91
93.15
27.61
6.32
89.89
24.26
7.70
17
Bali
84.05
40.24
4.32
75.45
55.75
4.79
79.65
48.18
4.56
18
Nusa Tenggara Barat
89.73
18.82
3.78
83.90
32.96
5.26
86.09
27.65
4.70
19
Nusa Tenggara Timur
89.06
14.04
4.23
76.95
37.43
8.57
79.09
33.31
7.80
20
Kalimantan Barat
89.32
18.65
6.76
88.68
34.89
11.13
88.83
31.03
10.09
21
Kalimantan Tengah
91.53
17.87
7.63
90.76
28.44
10.17
90.95
25.84
9.54
22
Kalimantan Selatan
95.26
12.41
4.05
92.98
24.55
8.04
93.97
19.24
6.29
23
Kalimantan Timur
89.27
26.83
10.69
87.45
33.70
10.67
88.40
30.13
10.68
24
Sulawesi Utara
89.38
13.21
10.74
92.41
18.04
7.16
91.67
16.85
8.04
25
Sulawesi Tengah
92.40
15.11
7.28
89.85
25.12
8.95
90.33
23.24
8.63
26
Sulawesi Selatan
90.77
25.00
6.83
85.36
37.08
7.12
86.99
33.44
7.03
27
Sulawesi Tenggara
93.91
15.12
4.23
89.48
29.28
6.97
90.51
26.01
6.34
28
Gorontalo
95.63
11.13
4.33
95.50
32.75
4.07
95.52
29.71
4.10
29
Sulawesi Barat
85.28
21.93
4.66
83.13
39.42
4.49
83.27
38.29
4.50
30
Maluku
94.42
9.81
3.04
87.00
39.11
4.02
88.88
31.69
3.77
31
Maluku Utara
86.92
15.15
13.25
88.51
39.46
4.69
88.13
33.71
6.72
32
Papua
91.06
26.49
7.96
76.35
52.32
7.25
82.60
41.36
7.55
33
Papua Barat
88.00
26.89
16.46
65.23
53.13
10.84
73.31
43.82
12.83
89.87
22.82
7.58
87.72
31.73
8.82
88.59
28.12
8.32
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
Lampiran 2.24
PERSENTASE PENDUDUK YANG BEROBAT JALAN SELAMA BULAN REFERENSI MENURUT TEMPAT/CARA BEROBAT DAN PROVINSI TAHUN 2007 Perkotaan+Perdesaan Tempat/Cara Berobat No
Provinsi
(1)
(2)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Rumah Sakit Pemerintah
Rumah Sakit Swasta
Total RS
Praktek Dokter
(3)
(4)
(5)
(6)
Puskesmas/ Pustu Petugas Kesehatan (7)
(8)
Praktek Batra
Dukun
(9)
(10)
Lainnya (11)
10.41
2.02
12.43
13.65
45.20
20.70
2.73
0.57
4.71
Sumatera Utara
5.70
5.58
11.28
22.38
21.93
32.65
3.91
0.41
7.45
3
Sumatera Barat
8.05
2.30
10.35
12.08
37.20
28.61
7.76
0.64
3.36
4
Riau
7.79
8.40
16.19
27.49
36.23
14.52
1.51
0.78
3.28
5
Jambi
7.32
1.35
8.67
25.87
40.33
18.44
2.73
0.60
3.37
6
Sumatera Selatan
6.52
4.92
11.44
23.56
29.53
28.41
1.97
0.71
4.38
7
Bengkulu
6.28
1.43
7.71
22.38
36.69
24.19
2.95
0.48
5.60
8
Lampung
4.05
1.29
5.34
21.04
28.59
40.38
1.56
0.40
2.69
9
Kepulauan Bangka Belitung
6.50
8.16
14.66
20.49
42.52
15.08
2.56
0.31
4.39
10
Kepulauan Riau
10.58
11.61
22.19
23.86
37.39
11.21
1.91
0.41
3.05
11
DKI Jakarta
8.34
9.26
17.60
43.06
31.16
2.16
1.39
0.28
4.37
12
Jawa Barat
5.16
3.44
8.60
30.75
32.76
22.52
1.45
0.36
3.55
13
Jawa Tengah
5.49
3.18
8.67
27.16
30.25
28.40
2.28
0.24
3.01
14
DI Yogyakarta
7.01
8.99
16.00
32.87
28.11
19.64
1.43
0.22
1.74
15
Jawa Timur
4.66
3.23
7.89
23.89
26.20
36.50
1.94
0.37
3.21
16
Banten
4.61
5.23
9.84
36.90
27.58
17.51
2.06
0.48
5.62
17
Bali
4.98
2.46
7.44
34.88
26.25
25.95
2.24
0.61
2.62
18
Nusa Tenggara Barat
4.00
0.19
4.19
20.34
39.10
26.32
6.32
0.50
3.24
19
Nusa Tenggara Timur
5.81
2.35
8.16
8.78
65.10
11.01
0.52
0.20
6.25
20
Kalimantan Barat
6.21
2.38
8.59
16.53
39.95
28.04
2.57
1.00
3.32
21
Kalimantan Tengah
8.77
0.93
9.70
16.23
46.65
23.58
1.02
0.02
2.78
22
Kalimantan Selatan
6.35
1.02
7.37
17.01
39.48
29.11
1.43
0.45
5.16
23
Kalimantan Timur
8.37
4.52
12.89
27.11
46.21
9.28
0.67
0.53
3.31
24
Sulawesi Utara
7.88
3.04
10.92
29.23
31.66
25.06
0.48
0.59
2.06
25
Sulawesi Tengah
6.47
0.83
7.30
15.37
46.63
24.81
2.83
0.18
2.88
26
Sulawesi Selatan
9.71
2.09
11.80
18.06
46.89
18.42
1.10
0.27
3.47
27
Sulawesi Tenggara
8.88
1.65
10.53
11.63
60.96
9.86
3.33
0.58
3.11
28
Gorontalo
3.15
0.30
3.45
25.80
43.88
20.68
3.72
0.46
2.01
29
Sulawesi Barat
6.08
0.78
6.86
9.39
62.75
13.45
1.70
0.54
5.31
30
Maluku
11.60
2.95
14.55
16.45
53.86
11.00
0.45
0.20
3.50
31
Maluku Utara
9.00
0.77
9.77
19.34
47.80
18.21
0.56
0.21
4.10
32
Papua
18.91
4.56
23.47
10.37
62.52
1.60
0.28
0.03
1.73
33
Papua Barat
11.71
2.78
14.49
13.32
65.30
3.34
0.43
0.15
2.96
6.06
3.60
9.66
25.21
33.93
24.87
2.17
0.40
3.76
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
Lampiran 2.24.a
PERSENTASE PENDUDUK YANG BEROBAT JALAN SELAMA BULAN REFERENSI MENURUT TEMPAT/CARA BEROBAT DAN PROVINSI TAHUN 2007 Perkotaan Tempat/Cara Berobat No
Provinsi
Rumah Sakit Pemerintah
Rumah Sakit Swasta
Total RS
Praktek Dokter
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Puskesmas/ Pustu Petugas Kesehatan (7)
(8)
Praktek Batra
Dukun
(9)
(10)
Lainnya (11)
18.16
5.17
23.33
21.14
32.51
13.30
4.14
0.99
4.59
Sumatera Utara
6.86
7.71
14.57
28.20
20.58
22.15
4.91
0.35
9.25
3
Sumatera Barat
10.44
4.21
14.65
15.37
37.43
23.64
5.76
0.37
2.78
4
Riau
8.30
14.83
23.13
31.99
31.72
9.00
0.88
0.09
3.17
5
Jambi
8.05
1.27
9.32
29.67
36.07
18.61
3.60
0.20
2.53
6
Sumatera Selatan
8.12
8.91
17.03
42.71
25.65
10.35
0.51
0.20
3.54
7
Bengkulu
8.36
2.24
10.60
31.45
32.80
15.31
1.90
0.71
7.23
8
Lampung
7.64
2.75
10.39
30.54
31.73
23.68
0.71
9
Kepulauan Bangka Belitung
9.46
13.68
23.14
24.12
34.90
10.83
2.51
0.25
4.26
10
Kepulauan Riau
12.23
16.51
28.74
31.09
26.99
8.12
1.51
0.31
3.24
11
DKI Jakarta
8.34
9.26
17.60
43.06
31.16
2.16
1.39
0.28
4.37
12
Jawa Barat
6.57
5.43
12.00
34.32
32.90
14.15
1.71
0.39
4.53
13
Jawa Tengah
6.99
4.24
11.23
32.46
31.21
19.57
2.35
0.11
3.08
14
DI Yogyakarta
8.87
13.27
22.14
32.09
27.81
14.53
1.20
0.18
2.06
15
Jawa Timur
6.89
5.39
12.28
32.09
27.70
23.83
1.79
0.12
2.19
16
Banten
5.27
8.00
13.27
44.93
20.88
10.10
2.68
0.47
7.67
17
Bali
7.41
4.74
12.15
42.28
24.72
17.39
1.66
0.28
1.52
18
Nusa Tenggara Barat
6.40
0.34
6.74
28.78
37.98
16.93
4.38
0.66
4.53
19
Nusa Tenggara Timur
15.76
3.32
19.08
21.07
47.55
7.93
0.27
0.03
4.06
20
Kalimantan Barat
7.87
3.03
10.90
28.22
39.89
14.84
1.10
0.86
4.18
21
Kalimantan Tengah
16.99
0.73
17.72
30.86
28.13
18.13
1.97
0.06
3.13
22
Kalimantan Selatan
9.80
1.86
11.66
26.08
38.29
17.66
1.89
0.51
3.91
23
Kalimantan Timur
8.79
6.20
14.99
34.78
40.33
5.52
0.38
0.19
3.81
24
Sulawesi Utara
13.97
4.42
18.39
37.62
24.08
14.83
1.27
0.67
3.14
25
Sulawesi Tengah
13.13
2.71
15.84
28.14
42.13
9.75
2.02
0.11
2.00
26
Sulawesi Selatan
13.23
4.22
17.45
25.92
41.80
11.43
0.53
0.14
2.73
27
Sulawesi Tenggara
21.81
2.55
24.36
25.05
39.41
6.62
1.17
0.44
2.95
28
Gorontalo
1.91
0.40
2.31
38.18
46.67
8.72
2.75
29
Sulawesi Barat
12.93
12.93
33.73
22.88
25.29
0.55
1.28
3.34
30
Maluku
13.46
5.04
18.50
27.76
41.90
6.29
0.07
0.29
5.19
31
Maluku Utara
8.79
1.28
10.07
49.76
34.79
3.23
2.14
32
Papua
22.31
4.16
26.47
34.28
30.33
6.30
2.64
33 Papua Barat
17.72
10.68
28.40
26.95
40.66
2.45
0.35
0.11
1.08
7.93
6.06
13.99
33.71
30.81
15.23
1.99
0.29
3.99
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
2.94
1.37
Lampiran 2.24.b
PERSENTASE PENDUDUK YANG BEROBAT JALAN SELAMA BULAN REFERENSI MENURUT TEMPAT/CARA BEROBAT DAN PROVINSI TAHUN 2007 Perdesaan Tempat/Cara Berobat No
Provinsi
(1)
(2)
Rumah Sakit Pemerintah
Rumah Sakit Swasta
Total RS
Praktek Dokter
(3)
(4)
(5)
(6)
Puskesmas/ Pustu Petugas Kesehatan (7)
(8)
Praktek Batra
Dukun
(9)
(10)
Lainnya (11)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
8.36
1.20
9.56
11.70
48.52
22.64
2.36
0.46
4.74
2
Sumatera Utara
4.96
4.24
9.20
18.71
22.78
39.29
3.28
0.44
6.31
3
Sumatera Barat
7.10
1.55
8.65
10.77
37.11
30.59
8.56
0.75
3.59
4
Riau
7.44
4.00
11.44
24.40
39.32
18.29
1.95
1.25
3.35
5
Jambi
7.06
1.37
8.43
24.52
41.85
18.38
2.42
0.74
3.66
6
Sumatera Selatan
5.64
2.72
8.36
13.03
31.66
38.34
2.78
0.99
4.84
7
Bengkulu
5.20
1.01
6.21
17.67
38.72
28.80
3.49
0.35
4.75
8
Lampung
2.76
0.77
3.53
17.60
27.45
46.61
1.87
0.54
2.60
9
Kepulauan Bangka Belitung
4.64
4.70
9.34
18.21
47.30
17.74
2.59
0.35
4.47
10
Kepulauan Riau
6.95
0.87
7.82
8.04
60.14
17.96
2.77
0.62
2.64
11
DKI Jakarta
12
Jawa Barat
3.69
1.37
5.06
27.04
32.61
31.25
1.19
0.32
2.54
13
Jawa Tengah
4.51
2.49
7.00
23.72
29.62
34.14
2.23
0.33
2.97
14
DI Yogyakarta
4.84
3.97
8.81
33.79
28.46
25.61
1.70
0.27
1.36
15
Jawa Timur
3.11
1.74
4.85
18.20
25.17
45.29
2.04
0.54
3.91
16
Banten
3.66
1.20
4.86
25.20
37.36
28.31
1.14
0.50
2.63
17
Bali
3.13
0.73
3.86
29.23
27.42
32.48
2.68
0.86
3.46
18
Nusa Tenggara Barat
2.83
0.11
2.94
16.20
39.64
30.93
7.27
0.42
2.60
19
Nusa Tenggara Timur
4.29
2.20
6.49
6.91
67.76
11.48
0.55
0.22
6.58
20
Kalimantan Barat
5.34
2.05
7.39
10.42
39.97
34.93
3.34
1.08
2.87
21
Kalimantan Tengah
5.07
1.02
6.09
9.64
55.01
26.04
0.59
0.01
2.62
22
Kalimantan Selatan
3.73
0.38
4.11
10.16
40.38
37.77
1.08
0.41
6.10
23
Kalimantan Timur
7.86
2.48
10.34
17.84
53.32
13.83
1.02
0.96
2.70
24
Sulawesi Utara
5.89
2.60
8.49
26.49
34.13
28.39
0.23
0.56
1.70
25
Sulawesi Tengah
5.14
0.46
5.60
12.83
47.53
27.81
2.99
0.19
3.06
26
Sulawesi Selatan
7.90
0.99
8.89
14.03
49.50
22.01
1.39
0.34
3.85
27
Sulawesi Tenggara
4.95
1.38
6.33
7.56
67.50
10.84
3.99
0.62
3.16
28
Gorontalo
3.45
0.27
3.72
22.78
43.20
23.60
3.95
0.57
2.17
29
Sulawesi Barat
5.40
0.85
6.25
6.95
66.74
12.26
1.82
0.47
5.51
30
Maluku
10.55
1.77
12.32
10.09
60.59
13.65
0.66
0.15
2.55
31
Maluku Utara
9.07
0.60
9.67
8.81
52.31
23.40
0.76
0.29
4.78
32
Papua
19.46
1.70
21.16
2.63
72.73
1.20
0.25
33
Papua Barat
8.63
2.39
11.02
7.24
75.45
2.48
0.56
0.19
3.06
4.71
1.83
6.54
19.08
36.19
31.82
2.30
0.47
3.60
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007
2.04
Lampiran 3.1 ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI, ANGKA HARAPAN HIDUP, NET REPRODUCTION RATE, ANGKA KELAHIRAN KASAR, DAN ANGKA FERTILITAS TOTAL MENURUT PROVINSI TAHUN 2007
No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
*Angka Kematian Bayi (IMR)
*Angka Kematian Balita (AKABA)
(2)
(3)
(4)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
Sumber: BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 (Laporan Pendahuluan) * : Periode lima tahunan sebelum survei.
25 46 47 37 39 42 46 43 39 43 28 39 26 19 35 46 34 72 57 46 30 58 26 35 60 41 41 52 74 59 51 41 36 34
E s t i m a s i Angka Harapan Hidup Net Reproduction Rate (NRR) (eo) (5)
45 67 62 47 47 52 65 55 46 58 36 49 32 22 45 58 38 92 80 59 34 75 38 43 69 53 62 69 96 93 74 62 64 44
68.21 70.25 68.84 70.65 69.09 69.67 68.28 69.27 69.66 71.58 74.42 68.62 70.80 74.56 69.32 67.83 73.29 63.25 67.25 68.86 70.72 66.69 70.84 72.59 66.48 68.55 67.94 67.24 68.55 67.45 66.38 67.51 67.35 69.09
(6)
1.180 1.245 1.225 1.174 1.108 1.082 1.080 1.104 1.081 1.180 0.785 1.051 0.995 0.667 0.796 1.075 0.841 1.208 1.439 1.228 1.093 1.031 1.102 0.936 1.140 1.117 1.353 1.086 1.115 1.329 1.270 1.288 1.319 1.045
Angka Kelahiran Kasar (CBR) (7)
Angka Fertilitas Total (TFR) (8)
23.0 23.4 22.3 23.2 21.4 21.4 21.4 20.7 20.1 26.9 17.4 20.2 17.5 12.4 14.5 21.7 14.8 25.5 26.5 23.6 20.8 20.5 20.9 16.3 22.3 21.9 26.6 20.2 20.9 24.6 24.0 23.9 23.5 19.8
2.410 2.476 2.460 2.360 2.297 2.207 2.212 2.277 2.200 2.360 1.542 2.199 2.022 1.388 1.668 2.290 1.688 2.480 2.866 2.465 2.229 2.179 2.240 1.913 2.339 2.291 2.667 2.273 2.289 2.714 2.657 2.689 2.722 2.177
Lampiran 3.2 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KOMPONEN MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 2006
No.
Provinsi
Angka Harapan Hidup (tahun)
Ratarata Lama Sekolah (tahun)
2005 Angka Melek Huruf (%)
Pengeluaran Riil/ Kapita (Rp 000)
IPM
Peringkat
Angka Harapan Hidup (tahun)
Ratarata Lama Sekolah (tahun)
2006 Angka Melek Huruf (%)
Pengeluaran Riil/ Kapita (Rp 000)
IPM
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(1)
Reduksi Peringkat Short Fall (14)
(15)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
68.0
8.4
96.0
588.9
69.0
18
68.3
8.5
96.2
589.5
69.4
18
1.15
2
Sumatera Utara
68.7
8.5
97.0
618.0
72.0
8
68.9
8.6
97.0
621.4
72.5
8
1.55
3
Sumatera Barat
68.2
8.0
96.0
618.2
71.2
9
68.5
8.0
96.0
622.5
71.6
9
1.58
4
Riau
70.7
8.4
97.8
623.2
73.6
3
70.8
8.4
97.8
625.0
73.8
3
0.69
5
Jambi
68.1
7.5
96.0
620.8
71.0
11
68.5
7.6
96.0
621.7
71.3
10
1.17
6
Sumatera Selatan
68.3
7.5
95.9
610.3
70.2
13
68.8
7.6
96.6
615.3
71.1
13
2.90
7
Bengkulu
68.8
8.0
94.7
617.1
71.1
10
68.9
8.0
94.7
618.7
71.3
11
0.66
8
Lampung
68.0
7.2
93.5
605.1
68.8
19
68.5
7.3
93.5
607.0
69.4
19
1.70
9
Kepulauan Bangka Belitung
68.1
6.6
95.4
628.0
70.7
12
68.3
6.9
95.4
630.2
71.2
12
1.71
10
Kepulauan Riau
69.5
8.1
96.0
621.9
72.2
7
69.6
8.4
96.0
625.5
72.8
7
2.02
11
DKI Jakarta
72.5
10.6
98.3
619.5
76.1
1
72.6
10.8
98.4
619.9
76.3
1
1.08
12
Jawa Barat
67.2
7.4
94.6
619.7
69.9
14
67.4
7.5
94.9
621.1
70.3
14
1.28
13
Jawa Tengah
70.6
6.6
87.4
621.4
69.8
16
70.8
6.8
88.2
621.7
70.3
15
1.57
14
DI Yogyakarta
72.9
8.4
86.7
638.0
73.5
4
73.0
8.5
86.7
638.8
73.7
4
0.76
15
Jawa Timur
68.5
6.8
85.8
622.2
68.4
22
68.6
6.9
87.1
626.0
69.2
20
2.39
16
Banten
64.0
8.0
95.6
619.2
68.8
20
64.3
8.1
95.6
620.0
69.1
21
0.98
17
Bali
70.4
7.4
86.2
618.2
69.8
15
70.5
7.6
86.2
620.2
70.1
16
0.96
18
Nusa Tenggara Barat
60.5
6.6
78.8
623.2
62.4
32
60.9
6.7
80.1
623.9
63.0
32
1.64
19
Nusa Tenggara Timur
64.9
6.3
85.6
589.8
63.6
31
66.5
6.4
86.5
591.2
64.8
31
3.39
20
Kalimantan Barat
65.2
6.6
89.0
609.6
66.2
28
66.0
6.7
89.0
613.9
67.1
28
2.58
21
Kalimantan Tengah
70.7
7.9
97.5
623.6
73.2
5
70.8
8.0
97.5
624.4
73.4
5
0.68
22
Kalimantan Selatan
62.1
7.3
95.3
622.7
67.4
26
62.4
7.4
95.3
623.8
67.7
26
0.94
23
Kalimantan Timur
70.3
8.7
95.3
621.4
72.9
6
70.4
8.8
95.5
623.6
73.3
6
1.20
24
Sulawesi Utara
71.7
8.8
99.3
616.1
74.2
2
71.8
8.8
99.3
616.9
74.4
2
0.62
25
Sulawesi Tengah
65.4
7.6
94.9
610.3
68.5
21
65.6
7.7
94.9
613.2
68.8
22
1.19
26
Sulawesi Selatan
68.7
7.0
84.6
616.8
68.1
23
69.2
7.2
85.7
618.3
68.8
23
2.35
27
Sulawesi Tenggara
66.8
7.6
91.3
598.9
67.5
24
67.0
7.6
91.3
601.0
67.8
25
0.85
28
Gorontalo
65.0
6.8
95.0
607.8
67.5
25
65.6
6.8
95.7
608.7
68.0
24
1.70
29
Sulawesi Barat
66.4
6.0
83.4
616.3
65.7
29
67.0
6.3
85.9
619.4
67.1
29
3.90
30
Maluku
66.2
8.5
98.0
597.3
69.2
17
66.6
8.6
98.0
599.3
69.7
17
1.46
31
Maluku Utara
64.2
8.5
95.2
590.3
67.0
27
64.8
8.6
95.2
592.1
67.5
27
1.70
32
Papua
67.3
6.2
74.9
585.2
62.1
33
67.6
6.3
75.4
589.3
62.8
33
1.77
33
Papua Barat
66.9
7.2
85.4
584.0
64.8
30
67.3
7.2
88.6
588.0
66.1
30
3.54
68.1
7.3
90.9
619.9
69.6
68.5
7.4
91.5
621.3
70.1
Indonesia
Sumber: Badan Pusat Statistik, Indeks Pembangunan Manusia 2005 2006, Jakarta 2008
1.68
Lampiran 3.3 DISTRIBUSI PASIEN RAWAT JALAN MENURUT BAB ICDX DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006 No
Bab
(1)
(2)
1 2
I II
001 057,9 A 00B 99 Penyakit Infeksi & Parasit Tertentu 058.0096.9 C 00D 48 Neoplasma
3
III
097100
D 50D 89
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI
101 111 112119.9 120129 130 139,10 140 142,9 143164.9 165.0179.9 180197 198 199 200,0 210 211 233 234244 245253.9
E 00E 90 Penyakit Endokrin, Nutrisi & Metabolik F 00F 99 Gangguan Mental & Perilaku G 00G 99 Penyakit Susunan Syaraf H 00H 59 Penyakit Mata dan Adneksa H 60H 95 Penyakit Telinga dan Pros. Mastoideus I 00I 99 Penyakit Sistem Sirkulasi Darah J 00J 99 Penyakit Sistem Napas K 00K 93 Penyakit Sistem Cerna L 00L 99 Penyakit Kulit & Jaringan Subkutan M 00M 99 Penyakit Sistem Muskuloskeletal dan Jaringan Ikat N 00N 99 Penyakit Sistem Kemih Kelamin O 00O 99 Kehamilan, Persalinan & Masa Nifas P 00P 96 Kondisi Tertentu yang bermula pada masa Perinatal
17
XVII
254266.9
Q 00Q 99 Malformasi, Deformasi Kongenital & Kelainan Kromosom
18
XVIII
19
DTD
ICDX
Golongan Sebab Sakit
(3)
(4)
(5)
267270.9
R 00R 99
XIX
271289
S 00T 98
20
XX
299.0306.13 V 00Y 98
21
XXI
290.0298
Z 00Z 99
Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI, 2007 Keterangan: DTD (Daftar Tabulasi Dasar)
Penyakit Darah & Organ Pembuat Darah & Gangguan tertentu yang Melibatkan Mekanisme Imun
Gejala, Tanda & Penemuan Laboratorium, Klinik Abnormal YTK Cedera, Keracunan dan Akibat Sebab Luar Tertentu Lainnya Sebab Luar Morbiditas & Mortalitas Faktor yg Mempengaruhi Keadaan Kesehatan & yg Berhubungan dengan Pelayanan Kesehatan J u m l a h
Pasien Baru Jumlah
Jumlah Admission Rate Kunjungan
Lakilaki
Perempuan
(6)
(7)
415,367 44,022
376,260 101,393
791,627 145,415
1,507,944 323,225
1.90 2.22
9,575
11,933
21,508
43,987
2.05
94,417 44,024 69,250 268,354 108,043 247,772 675,444 426,318 141,268 125,290 94,676 6,134
111,978 34,060 76,044 296,032 104,970 217,297 632,815 479,897 180,004 156,272 170,542 75,466 7,142
206,395 78,084 145,294 564,386 213,013 465,069 1,308,259 906,215 321,272 281,562 265,218 75,466 13,276
714,502 241,001 359,784 824,210 325,626 1,355,461 2,162,905 1,550,085 567,233 663,410 498,012 101,603 17,128
3.46 3.09 2.48 1.46 1.53 2.91 1.65 1.71 1.77 2.36 1.88 1.35 1.29
13,004
10,530
23,534
45,728
1.94
318,826
276,376
595,202
932,385
1.57
297,129
178,406
475,535
732,316
1.54
136,505
89,365
225,870
258,599
1.14
349,051
643,316
992,367
1,871,700
1.89
3,884,469
4,230,098
8,114,567
15,096,844
1.86
(8)
(9)
(10)
Lampiran 3.4 DISTRIBUSI PASIEN RAWAT INAP MENURUT BAB ICDX DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006 No
Bab
DTD
ICDX
Golongan Sebab Sakit
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1 2
I II
001 057,9 A 00B 99 Penyakit Infeksi & Parasit Tertentu 058.0096.9 C 00D 48 Neoplasma
3
III
097100
D 50D 89
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI
101 111 112119.9 120129 130 139,10 140 142,9 143164.9 165.0179.9 180197 198 199 200,0 210 211 233 234244 245253.9
E 00E 90 Penyakit Endokrin, Nutrisi & Metabolik F 00F 99 Gangguan Mental & Perilaku G 00G 99 Penyakit Susunan Syaraf H 00H 59 Penyakit Mata dan Adneksa H 60H 95 Penyakit Telinga dan Pros. Mastoideus I 00I 99 Penyakit Sistem Sirkulasi Darah J 00J 99 Penyakit Sistem Napas K 00K 93 Penyakit Sistem Cerna L 00L 99 Penyakit Kulit & Jaringan Subkutan M 00M 99 Penyakit Sistem Muskuloskeletal dan Jaringan Ikat N 00N 99 Penyakit Sistem Kemih Kelamin O 00O 99 Kehamilan, Persalinan & Masa Nifas P 00P 96 Kondisi Tertentu yang bermula pada masa Perinatal
17
XVII
254266.9
Q 00Q 99 Malformasi, Deformasi Kongenital & Kelainan Kromosom
18
XVIII
267270.9
R 00R 99
19
XIX
271289
S 00T 98
20
XX
299.0306.13 V 00Y 98
21
XXI
290.0298
Z 00Z 99
Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI, 2007 Keterangan: DTD (Daftar Tabulasi Dasar)
Penyakit Darah & Organ Pembuat Darah & Gangguan tertentu yang Melibatkan Mekanisme Imun
Gejala, Tanda & Penemuan Laboratorium, Klinik Abnormal YTK Cedera, Keracunan dan Akibat Sebab Luar Tertentu Lainnya Sebab Luar Morbiditas & Mortalitas Faktor yg Mempengaruhi Keadaan Kesehatan & yg Berhubungan dengan Pelayanan Kesehatan J u m l a h
Pasien Baru Lakilaki
Perempuan
Jumlah
(6)
(7)
(8)
273,107 19,537
234,156 35,701
3,164 30,476 12,848 13,742 14,137 1,791 94,579 94,837 100,272 7,593 11,591 51,021
Pasien Mati
CFR (%)
(9)
(10)
507,263 55,238
15,984 3,378
3.15 6.12
3,889
7,053
129
1.83
37,388
39,207 10,183 12,331 12,538 2,032 83,108 78,186 91,686 6,631 11,189 48,065 285,904 36,585
69,683 23,031 26,073 26,675 3,823 177,687 173,023 191,958 14,224 22,780 99,086 285,904 73,973
5,242 227 2,894 287 35 19,361 6,156 5,739 189 235 3,750 1,318 9,567
7.52 0.99 11.10 1.08 0.92 10.90 3.56 2.99 1.33 1.03 3.78 0.46 12.93
5,735
6,626
12,361
541
4.38
65,345
58,772
124,117
3,296
2.66
111,564
59,234
170,798
4,770
2.79
23,572
12,749
36,321
1,010
2.78
74,390
94,001
168,391
925
0.55
1,046,689
1,222,773
2,269,462
85,033
Lampiran 3.5 JUMLAH KASUS DAN ANGKA KESAKITAN PENYAKIT MALARIA MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 No
Provinsi
Jumlah Penderita
API/AMI
(1)
(2)
(3)
(4)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2008 Keterangan: API = Annual Parasite Incidence (di P. Jawa + Bali) AMI = Annual Malaria Incidence (di luar P. Jawa + Bali)
50,616 33,179 2,446 18,499 19,122 2,132 16,148 24,406 31,080 15,424
12.57 3.75 0.54 4.00 6.86 0.40 9.21 3.34 29.30 11.54
22,240 171,924 2,458 9,167 2,692 17,925 51,963 332,114 40,857 31,297 8,297 5,919 20,129 34,686 2,132 20,356 10,674 15,552 39,488 88,937 390,264 242,722 1,774,845
0.37 0.12 0.05 0.18 0.05 0.42 12.51 81.32 11.89 18.08 2.50 8.44 9.30 19.87 0.34 9.21 11.53 13.59 28.51 92.04 176.84 346.04 16.44
Lampiran 3.6 ANNUAL PARASITE INCIDENCE (API) MALARIA DI JAWABALI TAHUN 1997 2007 Annual Parasite Incidence (API) per 1.000 Penduduk No
Provinsi
(1)
(2)
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
1
DKI Jakarta
0.00
0.00
0.00
0.07
0.01
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
2
Jawa Barat
0.04
0.07
0.04
0.03
0.02
t.a.d
t.a.d
0.16
0.96
0.52
0.37
3
Jawa Tengah
0.32
0.65
1.06
1.74
1.46
t.a.d
t.a.d
0.51
0.06
0.13
0.12
4
DI Yogyakarta
0.52
3.54
6.76
11.73
10.43
t.a.d
t.a.d
0.97
0.06
0.10
0.05
5
Jawa Timur
0.04
0.03
0.05
0.17
0.12
t.a.d
t.a.d
0.08
0.47
0.18
0.18
6
Banten
t.a.d
t.a.d
t.a.d
0.00
0.02
0.05
7
Bali
0.03
0.03
0.04
0.04
0.08
t.a.d
t.a.d
0.03
0.02
0.55
0.42
0.12
0.30
0.52
0.81
0.62
0.47
0,22
0.15
0.15
0.19
0.16
JawaBali Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2008 Ket :
tad = tidak ada data
Lampiran 3.7
HASIL CAKUPAN PENEMUAN KASUS PENYAKIT TB PARU TAHUN 2007 No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Perkiraan Kasus Menular
(2)
(3)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep.Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2008
Cakupan Penemuan Semua Kasus
Case Detection Rate (CDR) %
BTA Pos
(4)
(5)
(6)
6,512 20,417 7,126 8,440 4,413 12,448 2,909 12,019 1,602 2,180 9,431 43,277 34,368 2,140 38,352 10,525 2,219 9,435 8,912 9,545 4,740 7,023 6,218 4,613 5,246 16,067 4,611 1,862 2,200 2,463 1,678 4,097 1,446
3,424 15,799 5,449 3,570 2,611 7,721 1,690 7,067 1,015 1,209 23,774 54,726 33,098 2,341 37,500 15,735 2,902 5,384 5,229 4,914 1,761 4,802 3,016 4,395 2,506 1,075 2,733 1,335 1,075 2,327 963 5,375 1,521
2,551 13,369 3,660 2,403 1,957 4,941 1,333 4,541 821 774 8,312 29,243 16,481 1,139 22,945 7,853 1,362 3,000 3,276 3,936 1,170 3,200 1,889 3,753 1,954 6,336 2,231 1,157 822 1,104 601 1,839 664
232,358
268,042
160,617
39.2 65.5 51.4 28.5 44.3 39.7 45.8 37.8 51.3 35.5 88.1 67.6 48.0 53.2 59.8 74.6 61.4 31.8 36.8 41.2 24.7 45.6 30.4 81.4 37.3 39.4 48.4 62.1 37.4 44.8 35.8 44.9 45.9 69.12
Lampiran 3.8
JUMLAH KASUS BARU TB PARU BTA POSITIF MENURUT JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2007 Jenis Kelamin No
Lakilaki
Provinsi Jumlah
(1)
(2)
Perempuan %
(3)
Jumlah
(4)
Lakilaki+ Perempuan
%
(5)
(6)
(7)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
1,712
67.11
839
32.89
2,551
2
Sumatera Utara
8,776
65.64
4,593
34.36
13,369
3
Sumatera Barat
2,377
64.95
1,283
35.05
3,660
4
Riau
1,554
64.67
849
35.33
2,403
5
Jambi
1,221
62.39
736
37.61
1,957
6
Sumatera Selatan
3,067
62.07
1,874
37.93
4,941
7
Bengkulu
840
63.02
493
36.98
1,333
8
Lampung
2,687
59.17
1,854
40.83
4,541
9
Kep. Bangka Belitung
539
65.65
282
34.35
821
494
63.82
280
36.18
774
11 DKI Jakarta
5,047
60.72
3,265
39.28
8,312
12 Jawa Barat
16,627
56.86
12,616
43.14
29,243
9,248
56.11
7,233
43.89
16,481
701
61.55
438
38.45
1,139
12,600
54.91
10,345
45.09
22,945
4,626
58.91
3,227
41.09
7,853
785
57.64
577
42.36
1,362
18 Nusa Tenggara Barat
1,771
59.03
1,229
40.97
3,000
19 Nusa Tenggara Timur
1,820
55.56
1,456
44.44
3,276
20 Kalimantan Barat
2,535
64.41
1,401
35.59
3,936
21 Kalimantan Tengah
735
62.82
435
37.18
1,170
22 Kalimantan Selatan
1,963
61.34
1,237
38.66
3,200
23 Kalimantan Timur
1,219
64.53
670
35.47
1,889
24 Sulawesi Utara
2,309
61.52
1,444
38.48
3,753
25 Sulawesi Tengah
1,174
60.08
780
39.92
1,954
26 Sulawesi Selatan
3,641
57.47
2,695
42.53
6,336
27 Sulawesi Tenggara
1,292
57.91
939
42.09
2,231
28 Gorontalo
636
54.97
521
45.03
1,157
29 Sulawesi Barat
475
57.79
347
42.21
822
30 Maluku
600
54.35
504
45.65
1,104
10 Kep.Riau
13 Jawa Tengah 14 DI Yogyakarta 15 Jawa Timur 16 Banten 17 Bali
31 Maluku Utara 32 Papua 33 Papua Barat Indonesia Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2008
362
60.23
239
39.77
601
1,039
56.50
800
43.50
1,839
336
50.60
328
49.40
664
94,808
59.03
65,809
40.97
160,617
Lampiran 3.9
JUMLAH KASUS BARU TB PARU BTA POSITIF MENURUT KELOMPOK UMUR (TAHUN), JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2007
No
0 14
Provinsi
15 24
K e l o m p o k U m u r ( t a h u n) 35 44 45 54
25 34
55 64
> 65
Total
L
P
L
P
L
P
L
P
L
P
L
P
L
P
L
P
T
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(1)
(2)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
15
9
218
134
351
192
340
173
359
155
319
147
110
29
1,712
839
2,551
2
Sumatera Utara
53
48
1,071
821
1,714
1,045
1,882
1,018
2,242
936
1,222
504
592
221
8,776
4,593
13,369
3
Sumatera Barat
19
23
365
238
488
303
405
233
446
209
385
184
269
93
2,377
1,283
3,660
4
Riau
25
22
226
180
364
207
304
155
321
159
207
89
107
37
1,554
849
2,403
5
Jambi
9
12
173
136
277
189
232
143
237
129
200
86
93
41
1,221
736
1,957
6
Sumatera Selatan
34
45
437
343
710
453
541
399
602
327
497
228
246
79
3,067
1,874
4,941
7
Bengkulu
7
8
129
97
151
100
146
90
162
90
168
74
77
34
840
493
1,333
8
Lampung
16
26
314
324
594
473
540
363
514
321
448
260
261
87
2,687
1,854
4,541
9
Kep. Bangka Belitung
4
3
53
62
127
79
113
38
113
51
93
36
36
13
539
282
821
10
Kep.Riau
49
21
69
68
138
84
83
34
61
34
56
28
38
11
494
280
774
11
DKI Jakarta
84
55
1,090
880
1,483
908
1,002
580
796
464
411
270
181
108
5,047
3,265
8,312
12
Jawa Barat
150
165
3,329
3,028
4,541
3,462
3,223
2,598
2,630
1,835
1,891
1,140
863
388
16,627
12,616
29,243
13
Jawa Tengah
65
83
1,478
1,582
1,914
1,664
1,728
1,447
1,783
1,213
1,446
900
834
344
9,248
7,233
16,481
14
DI Yogyakarta
2
5
112
99
131
94
122
82
128
68
121
54
85
36
701
438
1,139
15
Jawa Timur
116
125
1,638
1,904
2,343
2,263
2,469
2,125
2,694
2,035
2,369
1,440
971
453
12,600
10,345
22,945
16
Banten
33
42
864
652
1,191
800
994
710
782
581
535
333
227
109
4,626
3,227
7,853
17
Bali
1
2
106
114
203
163
129
116
139
77
137
65
70
40
785
577
1,362
18
Nusa Tenggara Barat
7
10
252
221
366
274
327
227
351
244
370
214
98
39
1,771
1,229
3,000
19
Nusa Tenggara Timur
21
34
283
233
368
329
318
251
282
268
323
229
225
112
1,820
1,456
3,276
20
Kalimantan Barat
19
24
276
227
566
336
495
261
550
262
422
216
207
75
2,535
1,401
3,936
21
Kalimantan Tengah
4
8
86
76
160
107
165
94
152
96
117
40
51
14
735
435
1,170
22
Kalimantan Selatan
18
10
237
186
378
262
412
264
453
254
344
214
121
47
1,963
1,237
3,200
23
Kalimantan Timur
7
6
155
139
270
165
259
128
251
125
188
80
89
27
1,219
670
1,889
24
Sulawesi Utara
12
23
284
229
436
333
445
279
490
258
377
183
265
139
2,309
1,444
3,753
25
Sulawesi Tengah
6
7
128
129
224
184
264
166
263
148
209
114
80
32
1,174
780
1,954
26
Sulawesi Selatan
12
16
533
430
693
633
759
537
678
500
693
444
273
135
3,641
2,695
6,336
27
Sulawesi Tenggara
11
11
157
157
265
202
271
207
259
163
243
143
86
56
1,292
939
2,231
28
Gorontalo
3
7
98
86
131
124
162
123
133
102
75
60
34
19
636
521
1,157
29
Sulawesi Barat
3
1
60
48
100
89
99
64
91
60
84
63
38
22
475
347
822
30
Maluku
15
12
107
84
128
133
98
87
93
91
90
55
69
42
600
504
1,104
31
Maluku Utara
12
18
92
59
77
56
56
48
48
30
48
21
29
7
362
239
601
32
Papua
10
33
331
307
317
241
161
118
133
62
59
35
28
4
1,039
800
1,839
33
Papua Barat Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2008
7
6
84
98
98
108
62
53
47
44
29
16
9
3
336
328
664
849
920
14,835
13,371
21,297
16,055
18,606
13,211
18,283
11,391
14,176
7,965
6,762
2,896
94,808
65,809
160,617
Lampiran 3.10 JUMLAH KUMULATIF KASUS AIDS, MENINGGAL, DAN ANGKA KUMULATIF KASUS per 100.000 PENDUDUK MENURUT PROVINSI s.d 31 DESEMBER 2007 No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Jumlah Kasus
(2)
(3)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep.Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat J u m l a h
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2008
16 420 155 166 112 124 28 123 69 238 3,048 1,675 389 103 1,091 51 735 82 92 553 3 15 12 124 2 143 8 3 0 157 7 1,339 58 11,141
Meninggal
Case Rate
(4)
(5)
3 77 54 61 31 29 9 37 4 102 429 330 167 15 311 11 120 24 16 106 2 6 10 45 1 62 1 1 0 62 5 238 0 2,369.0
0.41 3.41 3.41 3.65 4.15 1.82 1.74 1.72 6.78 19.86 33.45 4.28 0.99 3.14 2.94 0.56 21.07 1.97 2.20 13.56 0.16 0.46 0.41 5.74 0.09 1.91 0.41 0.33 0.00 11.80 0.77 72.71 10.24 4.91
Lampiran 3.11 JUMLAH DAN PERSENTASE KASUS AIDS YANG MENGGUNAKAN NAPZA SUNTIKAN (IDU) MENURUT PROVINSI s.d 31 DESEMBER 2007 No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Jumlah Kasus Kumulatif
(2)
(3)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep.Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat J u m l a h
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2008
Kasus AIDS yang Menggunakan NAPZA Suntik (IDU) Jumlah % (4)
16 420 155 166 112 124 28 123 69 238 3,048 1,675 389 103 1,091 51 735 82 92 553 3 15 12 124 2 143 8 3 0 157 7 1,339 58 11,141
(5)
2 195 114 38 71 70 18 97 20 23 2,214 1,356 112 61 570 43 182 41 10 106 1 7 5 27 1 91 1 2 66 2 4 5 5,555
12.5 46.4 73.5 22.9 63.4 56.5 64.3 78.9 29.0 9.7 72.6 81.0 28.8 59.2 52.2 84.3 24.8 50.0 10.9 19.2 33.3 46.7 41.7 21.8 50.0 63.6 12.5 66.7 42.0 28.6 0.3 8.6 49.9
Lampiran 3.12 JUMLAH KASUS BARU AIDS DITEMUKAN PER TRIWULAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 No
Provinsi
(1)
(2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep.Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat J u m l a h Persentase
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2008
Triwulan I
Triwulan II
Jumlah Kasus Baru Triwulan III
Triwulan IV
(3)
(4)
(5)
(6)
3 88 28 2 2 20 0 0 8 5 56 165 28 3 67 0 89 1 33 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 17 1 175 0 794 26.94
0 83 0 1 5 10 0 20 7 18 92 121 20 10 55 1 72 6 18 0 2 0 0 23 0 0 2 0 0 11 2 122 0 701 23.79
6 3 39 63 6 3 0 1 0 12 136 219 31 0 58 0 68 5 8 0 0 0 2 0 0 0 3 0 0 7 1 24 0 695 23.58
Total (7)
1 4 24 3 16 0 5 0 4 0 199 230 20 1 48 8 107 8 4 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 3 0 71 0 757 25.69
10 178 91 69 29 33 5 21 19 35 483 735 99 14 228 9 336 20 63 0 2 3 2 23 0 0 6 0 0 38 4 392 0 2,947 100.00
Lampiran 3.13 JUMLAH KASUS PNEUMONIA PADA BALITA MENURUT PROVINSI TAHUN 2007
No
Provinsi
(1)
(2)
Jumlah Penduduk Target Penemuan Usia Balita Wil. PKM Pneumonia Balita (10%) Program (3)
(4)
Realisasi Penemuan Penderita Pneumonia Balita < 1 Tahun
1 4 Tahun
Jumlah
%
(5)
(6)
(7)
(8)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
422,225
42,223
1,264
4,030
5,294
12.54
2
Sumatera Utara
1,276,070
127,607
15,176
25,639
40,815
31.98
3
Sumatera Barat
473,156
47,316
4,630
11,317
15,947
33.70
4
Riau
449,139
44,914
3,188
6,473
9,661
21.51
5
Jambi
276,874
27,687
1,608
3,945
5,553
20.06
6
Sumatera Selatan
688,927
68,893
9,959
18,550
28,509
41.38
7
Bengkulu
175,372
17,537
178
376
554
3.16
8
Lampung
698,370
69,837
2,616
5,011
7,627
10.92
9
Kep. Bangka Belitung
107,478
10,748
1,793
4,236
6,029
56.10
10 Kep.Riau
134,838
13,484
101
270
371
2.75
11 DKI Jakarta
904,161
90,416
1,501
2,533
4,034
4.46
12 Jawa Barat
3,923,864
392,386
59,574
108,764
168,338
42.90
13 Jawa Tengah
3,290,885
329,089
21,205
39,432
60,637
18.43
344,384
34,438
198
573
771
2.24
3,729,162
372,916
8,402
15,927
24,329
6.52
16 Banten
926,018
92,602
549
1,195
1,744
1.88
17 Bali
285,507
28,551
2,187
3,925
6,112
21.41
18 Nusa Tenggara Barat
424,923
42,492
10,253
15,829
26,082
61.38
19 Nusa Tenggara Timur
416,029
41,603
3,387
4,632
8,019
19.28
20 Kalimantan Barat
409,846
40,985
1,480
2,988
4,468
10.90
21 Kalimantan Tengah
163,470
16,347
473
1,523
1,996
12.21
22 Kalimantan Selatan
324,010
32,401
5,976
11,998
17,974
55.47
23 Kalimantan Timur
282,508
28,251
1,234
1,796
3,030
10.73
24 Sulawesi Utara
221,515
22,152
3,607
5,747
9,354
42.23
25 Sulawesi Tengah
237,235
23,724
1,712
3,355
5,067
21.36
26 Sulawesi Selatan
721,468
72,147
2,566
6,106
8,672
12.02
27 Sulawesi Tenggara
217,317
21,732
486
1,015
1,501
6.91
95,090
9,509
582
790
1,372
14.43
29 Sulawesi Barat
101,460
10,146
462
732
1,194
11.77
30 Maluku
130,506
11,788
366
538
904
7.67
97,645
9,765
520
942
1,462
14.97
181,096
18,110
62,964
6,296
22,193,512
2,218,089
167,233
310,187
477,420
21.52
14 DI Yogyakarta 15 Jawa Timur
28 Gorontalo
31 Maluku Utara 32 Papua 33 Papua Barat Indonesia Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2008
Lampiran 3.14 SITUASI PENYAKIT KUSTA MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 No
Provinsi
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
(2)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia %
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2008 Ket:
PB= Pausi Basiler MB= Multi Basiler
PB (3)
113 23 15 27 6 41 3 33 14 8 209 530 167 9 574 92 8 133 65 42 5 35 24 67 71 188 35 20 34 54 113 274 307 3,339 14.12
Kasus Tercatat MB
Jumlah
(4)
(5)
484 188 99 175 60 326 13 189 45 20 1,625 2,832 1,702 86 5,463 499 132 549 428 238 77 378 222 417 237 1,229 262 204 217 379 532 612 394 20,313 85.88
Angka Prevalensi /10.000 Penduduk (6)
597 211 114 202 66 367 16 222 59 28 1,834 3,362 1,869 95 6,037 591 140 682 493 280 82 413 246 484 308 1,417 297 224 251 433 645 886 701 23,652 100.00
1.41 0.17 0.25 0.42 0.24 0.54 0.09 0.29 0.55 0.26 2.03 0.81 0.58 0.28 1.62 0.64 0.42 1.60 1.18 0.68 0.42 1.26 0.84 2.15 1.28 1.86 1.42 2.44 1.82 3.02 6.66 4.42 9.69 1.05
Lampiran 3.15 JUMLAH KASUS BARU KUSTA DAN KECACATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 No
Provinsi
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
(2)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2008 Ket:
PB= Pausi Basiler MB= Multi Basiler
Hide
PB
Kasus Baru MB
Jumlah
Case Detection Rate/ 100,000
(3)
(4)
(5)
(6)
104 41 29 19 17 29 3 28 15 8 159 356 196 8 806 124 20 119 32 27 8 19 19 82 103 362 47 26 82 83 154 312 206 3,643
272 150 88 56 83 182 13 140 42 20 1,076 1,458 964 54 4,704 369 98 243 78 165 60 128 140 390 239 1,026 222 155 183 312 287 505 181 14,083
376 191 117 75 100 211 16 168 57 28 1,235 1,814 1,160 62 5,510 493 118 362 110 192 68 147 159 472 342 1,388 269 181 265 395 441 817 387 17,726
Cacat Tkt. 2 Jumlah % (7)
8.91 1.50 2.57 1.56 3.61 3.12 0.91 2.18 5.30 2.60 13.66 4.35 3.61 1.81 14.77 5.32 3.55 8.50 2.63 4.66 3.47 4.47 5.41 20.92 14.23 18.19 12.85 19.69 19.24 27.51 45.51 40.74 53.51 7.84
20 34 15 14 20 1 22 5 1 27 213 151 7 568 47 13 9 2 37 9 12 12 16 34 147 26 15 9 16 28 16 12 1,558
(8)
5.3 17.8 12.8 18.7 9.5 6.3 13.1 8.8 3.6 2.2 11.7 13.0 11.3 10.3 9.5 11.0 2.5 1.8 19.3 13.2 8.2 7.5 3.4 9.9 10.6 9.7 8.3 3.4 4.1 6.3 2.0 3.1 8.8
0 14 Tahun Jumlah % (9)
11 22 5 30 0 10 1 6 2 3 72 185 106 5 638 66 5 42 6 30 6 10 7 54 30 79 22 7 28 43 88 133 56 1,808
(10)
2.9 11.5 4.3 40.0 4.7 6.3 3.6 3.5 10.7 5.8 10.2 9.1 8.1 11.6 13.4 4.2 11.6 5.5 15.6 8.8 6.8 4.4 11.4 8.8 5.7 8.2 3.9 10.6 10.9 20.0 16.3 14.5 10.2
Lampiran 3.16.a
JUMLAH KASUS TETANUS NEONATORUM DAN FAKTOR RISIKO MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 Faktor Risiko No
Provinsi
Total Kasus
Pelayanan Antenatal Care Bidan/ Perawat
Dokter (1)
(2)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
(3)
Status Imunisasi
Penolong Persalinan
Meninggal
(4)
(5)
Dukun Bersalin
(6)
(7)
Tidak Mendapatkan
Tidak Diketahui
TT2 +
(8)
(9)
10)
TT1 (11)
Tidak Diimunisasi
Tidak Diketahui
Dokter
(12)
(13)
(14)
Bidan/ Perawat
Dukun Bersalin
(15)
Tidak Diketahui
(16)
(17)
7
3
0
4
0
0
3
0
2
4
1
0
2
5
0
2 Sumatera Utara
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3 Sumatera Barat
1
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
4 Riau
5
1
0
2
0
2
1
4
0
1
0
0
2
2
1
5 Kepulauan Riau
1
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
6 Jambi
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7 Bengkulu
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
8 Sumatera Selatan
9
6
0
1
0
7
1
0
1
2
6
0
0
6
3
9 Bangka Belitung
2
2
0
1
0
1
0
0
0
2
0
0
0
2
0
12
9
0
9
2
1
0
4
1
7
0
0
1
10
1
11 DKI Jakarta
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
12 Banten
5
0
0
0
0
0
5
0
0
0
5
0
0
0
5
35
17
0
8
8
12
7
4
2
23
6
0
2
27
6
14 Jawa Tengah
5
2
1
1
0
3
0
2
0
3
0
0
1
4
0
15 DI Yogyakarta
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
16 Jawa Timur
7
5
0
4
1
2
0
2
0
5
0
0
4
2
1
18
10
0
0
4
8
6
0
0
16
2
0
0
10
8
18 Kalimantan Tengah
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
19 Kalimantan Selatan
5
0
0
4
1
0
0
0
2
3
0
0
0
5
0
20 Kalimantan Timur
1
1
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
21 Sulawesi Utara
3
3
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
0
2
1
22 Gorontalo
5
4
0
1
3
1
0
1
0
4
0
0
3
2
0
23 Sulawesi Tengah
1
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
24 Sulawesi Selatan
7
5
0
4
0
1
2
4
0
2
1
0
1
5
1
25 Sulawesi Barat
1
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
26 Sulawesi Tenggara
4
0
0
0
4
0
0
0
0
0
4
0
0
4
0
27 Bali
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
28 Nusa Tenggara Barat
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
29 Nusa Tenggara Timur
1
1
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
30 Maluku
2
2
0
2
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
2
31 Maluku Utara
2
1
0
1
0
1
0
1
1
0
0
0
1
1
0
32 Papua
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
33 Papua Barat
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
141
74
3
43
29
40
26
24
15
77
25
1
18
93
29
10 Lampung
13 Jawa Barat
17 Kalimantan Barat
Total Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2008
Lampiran 3.16.b JUMLAH KASUS TETANUS NEONATORUM DAN FAKTOR RISIKO MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 Perawatan Tali Pusar No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Total Kasus
Meninggal
(2)
(3)
(4)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Bengkulu Sumatera Selatan Bangka Belitung Lampung DKI Jakarta Banten Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Total
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2008
7 0 1 5 1 0 1 9 2 12 0 5 35 5 0 7 18 0 5 1 3 5 1 7 1 4 0 0 1 2 2 0 1 141
Alk/iod Tradisional (5)
3 0 1 1 0 0 0 6 2 9 0 0 17 2 0 5 10 0 0 1 3 4 1 5 0 0 0 0 1 2 1 0 0 74
(6)
0 0 0 2 1 0 0 3 0 4 0 0 6 1 0 0 0 0 4 0 2 2 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 27
(7)
0 0 1 3 0 0 1 3 0 6 0 0 4 0 0 5 12 0 1 0 0 2 0 2 1 0 0 0 1 0 1 0 0 43
Pemotongan Tali Pusar
Tidak Lainnya Gunting Diketahui (8)
1 0 0 0 0 0 0 0 1 2 0 0 19 4 0 2 4 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 37
(9)
6 0 0 0 0 0 0 3 1 0 0 5 6 0 0 0 2 0 0 0 0 0 1 3 0 3 0 0 0 2 1 0 1 34
Bambu 10)
5 0 1 3 1 0 0 2 1 6 0 0 21 2 0 6 6 0 4 0 2 5 0 3 1 0 0 0 1 0 2 0 0 72
(11)
0 0 0 0 0 0 0 2 1 3 0 0 4 2 0 1 11 0 1 1 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 28
Perawatan Rumah Sakit
Tidak Lainnya Diketahui (12)
2 0 0 2 0 0 0 2 0 3 0 0 4 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 18
0 0 0 0 0 0 1 3 0 0 0 5 6 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 4 0 0 0 2 0 0 0 23
Ya
Tidak
Tidak Diketahui
(13)
(14)
(15)
7 0 0 1 1 0 1 5 2 10 0 0 25 5 0 6 18 0 5 1 3 2 1 4 1 0 0 0 0 2 1 0 1 102
0 0 1 0 0 0 0 0 0 2 0 0 4 0 0 1 0 0 0 0 0 3 0 1 0 3 0 0 1 0 1 0 0 17
0 0 0 4 0 0 0 4 0 0 0 5 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 22
Lampiran 3.17 JUMLAH KASUS PENYAKIT CAMPAK DAN STATUS VAKSINASI CAMPAK MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2007
< 1 Tahun No.
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
(2)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Bengkulu Sumatera Selatan Bangka Belitung Lampung DKI Jakarta Banten Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Total
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2008
1 4 Tahun
Jumlah Divaksinasi Kasus (3)
21 7 53 74 52 18 9 83 8 75 46 251 676 277 172 25 38 29 79 13 19 59 164 4 1 7 2 10 7 22 2,301
(4)
35 21 3 5 23 2 22 70 9 4 9 9 55 3 7 9 51 1 1 1 340
Kasus Campak 5 9 Tahun 10 14 Tahun
> 14 Tahun
Total
Jumlah Kasus
Divaksinasi
Jumlah Kasus
Divaksinasi
Jumlah Kasus
Divaksinasi
Jumlah Kasus
Divaksinasi
Jumlah Kasus
Divaksinasi
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
10)
(11)
(12)
(13)
(14)
42 59 177 203 110 25 21 148 23 141 200 825 1,678 360 591 137 107 71 96 28 40 124 379 42 32 29 20 2 24 16 16 5,766
10 6 128 73 9 1 16 73 20 64 171 38 60 43 24 73 2 20 74 171 4 7 7 9 4 3 1,110
28 26 177 252 60 31 13 110 9 174 87 662 1,452 528 490 134 92 71 107 22 29 99 344 11 10 8 15 10 6 5 5,062
5 112 56 13 8 51 6 82 175 36 48 62 22 57 3 7 58 132 1 2 1 4 3 944
11 16 82 125 48 17 7 59 10 115 44 204 735 174 303 26 59 53 66 3 9 39 206 2 2 13 7 2 3 4 2,444
2 28 31 20 3 21 5 38 124 15 7 23 19 42 3 5 66 1 453
37 38 148 142 49 13 12 79 7 127 51 124 937 230 528 30 53 46 11 2 12 18 215 1 1 1 3 2,915
7 31 14 5 4 20 2 29 46 1 2 22 11 2 1 55 1 253
139 146 637 796 319 104 62 479 57 632 428 2,066 5,478 1,569 2,084 352 349 270 359 68 109 339 1,308 60 45 57 44 2 47 33 50 18,488
10 20 334 195 50 1 36 188 32 235 485 99 121 159 85 227 8 39 147 489 5 9 9 16 8 3 3,010
Lampiran 3.18 FREKUENSI DAN JUMLAH KASUS PADA KLB CAMPAK MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 No
Provinsi
(1)
(2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Bengkulu Sumatera Selatan Bangka Belitung Lampung Jakarta Banten Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2008
2005
2006
2007
Frekuensi
Total
Frekuensi
Total
Frekuensi
Total
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1 1 1 1 33 13 3 4 7 2 6 72
12 13 9 115 664 239 29 15 242 1,773 151 3,262
1 6 4 3 28 1 3 8 3 3 17 9 86
19 93 125 78 348 2 113 126 53 106 320 212 1,595
1 2 2 2 2 11 4 2 12 4 4 1 4 7 22 19 7 3 2 1 2 114
36 52 10 22 42 103 27 4 170 127 216 45 267 69 354 411 156 199 47 33 18 2,408
Lampiran 3.19 JUMLAH KASUS PENYAKIT DIFTERI DAN VAKSINASI DIFTERI MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2007
< 1 tahun No
Provinsi
(1)
(2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Bengkulu Sumatera Selatan Bangka Belitung Lampung DKI Jakarta Banten Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Total
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2008
Jumlah Kasus (3)
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
1 4 tahun
Divaksinasi
Jumlah Kasus
(4)
(5)
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah Divaksinasi Divaksinasi Kasus (6)
0 0 0 1 0 0 0 8 0 0 0 4 11 9 0 18 0 0 0 0 0 0 0 1 0 3 0 0 0 0 0 0 0 55
Difteri 10 14 tahun
5 9 tahun
(7)
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13
(8)
0 0 0 0 0 0 0 4 0 1 0 6 8 8 0 50 0 0 1 0 1 1 0 3 0 0 0 0 1 0 0 0 0 84
Jumlah Kasus (9)
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 8 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11
>= 15 tahun
(10)
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 2 0 5 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 16
Total
Jumlah Divaksin Jumlah % Divaksinasi Divaksinasi Meninggal CFR (%) Kasus asi Kasus Divaksinasi (11)
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5
(12)
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11 8 0 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 26
(13)
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
0 0 0 1 0 0 0 12 0 1 0 10 38 27 0 81 0 0 2 0 1 1 0 5 0 3 0 0 1 0 0 0 0 183
(14)
(15)
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 20 0 9 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 32
0 0 0 0 0 0 0 0 0 100.0 0 0 0 74.1 0 11.1 0 0 0 0 0 0 0 40.0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17.5
(16)
(17)
0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 11
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6.01
Lampiran 3.20 JUMLAH KASUS AFP MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 No
Provinsi
Jumlah Kasus AFP
AFP Rate / 100.000 penduduk
Non Polio AFP Rate / 100.000 penduduk
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
41 106
0.97 0.80
3.42 2.56
3
Sumatera Barat
39
0.86
2.79
4
Riau
46
0.98
3.29
5
Jambi
18
0.64
2.25
6
Sumatera Selatan
79
1.05
3.39
7
Bengkulu
11
0.64
2.20
8
Lampung
41
0.56
1.82
9
Kepulauan Bangka Belitung
11
1.04
3.67
10
Kepulauan Riau
12
0.86
3.00
11
DKI Jakarta
64
0.83
2.91
12
Jawa Barat
240
0.59
2.22
13
Jawa Tengah
207
0.61
2.40
14
DI Yogyakarta
19
0.55
3.00
15
Jawa Timur
214
0.57
2.70
16
Banten
59
0.64
2.11
17
Bali
32
0.95
4.00
18
Nusa Tenggara Barat
31
0.71
2.21
19
Nusa Tenggara Timur
36
0.85
2.57
20
Kalimantan Barat
29
0.70
2.07
21
Kalimantan Tengah
8
0.40
1.33
22
Kalimantan Selatan
24
0.70
2.67
23
Kalimantan Timur
17
0.55
2.13
24
Sulawesi Utara
20
0.91
4.00
25
Sulawesi Tengah
17
0.67
2.43
26
Sulawesi Selatan
64
0.84
2.74
27
Sulawesi Tenggara
17
0.85
2.43
28
Gorontalo
16
1.69
5.00
29
Sulawesi Barat
5
0.48
1.67
30
Maluku
7
0.50
1.50
31
Maluku Utara
6
0.62
2.00
32
Papua
9
0.42
1.40
33
Papua Barat
9
1.30
3.00
0.68
2.53
Indonesia Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2008
1,554
Lampiran 3.21 JUMLAH KASUS AFP MENURUT KRITERIA KLASIFIKASI KLINIS DAN PROVINSI TAHUN 2007 No
Provinsi
(1)
(2)
Klasifikasi Klinis Kompatibel
Virus Polio Liar (3)
(4)
Bukan Polio (5)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
0
0
41
2
Sumatera Utara
0
1
105
3
Sumatera Barat
0
0
39
4
Riau
0
0
46
5
Jambi
0
0
18
6
Sumatera Selatan
0
1
78
7
Bengkulu
0
0
11
8
Lampung
0
1
40
9
Kepulauan Bangka Belitung
0
0
11
10 Kepulauan Riau
0
0
12
11 DKI Jakarta
0
0
64
12 Jawa Barat
0
0
240
13 Jawa Tengah
0
0
206
14 DI Yogyakarta
0
0
18
15 Jawa Timur
1
0
213
16 Banten
0
0
59
17 Bali
0
0
32
18 Nusa Tenggara Barat
0
0
31
19 Nusa Tenggara Timur
0
0
36
20 Kalimantan Barat
0
0
29
21 Kalimantan Tengah
0
0
8
22 Kalimantan Selatan
0
0
24
23 Kalimantan Timur
0
0
17
24 Sulawesi Utara
0
0
20
25 Sulawesi Tengah
0
0
17
26 Sulawesi Selatan
0
0
63
27 Sulawesi Tenggara
0
0
17
28 Gorontalo
0
1
15
29 Sulawesi Barat
0
0
5
30 Maluku
0
0
6
31 Maluku Utara
0
0
6
32 Papua
0
0
7
33 Papua Barat
0
0
Indonesia Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2008
1
4
9 1,543
Lampiran 3.22 KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DIARE TAHUN 2003 2007 No
Provinsi
(1)
(2)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
P
2003 M
CFR
P
(3)
(4)
(5)
(6)
2004 M
CFR
(7)
(8)
P
2005 M
(9)
(10)
CFR
P
2006 M
(11)
(12)
(13)
CFR
P
(14)
(15)
2007 M
CFR
(16)
(17)
401
10
2.5
267
6
2.3
163
5
3.1
Sumatera Utara
67
2
3.0
145
6
4.1
401
13
3.2
390
7
1.8
3
Sumatera Barat
442
7
1.6
367
10
2.7
40
4
Riau
113
5
4.4
5
Jambi
9
131
5
3.8
6
Sumatera Selatan
442
1
0.2
95
1
1.1
46
7
Bengkulu
218
6
2.8
8
Lampung
20
1
5.0
133
7
5.3
95
2
2.1
9
Kepulauan Bangka Belitung
5.0
10
Kepulauan Riau
11
D K I
12
Jawa Barat
522
7
1.3
51
148
1
0.7
880
12
1.4
13
Jawa Tengah
53
4
7.6
137
4
2.9
14
DI Yogyakarta
104
1
1.0
7
15
Jawa Timur
248
2
0.8
349
4
1.2
48
226
1
0.4
1,468
8
0.5
16
Banten
161
4
2.5
43
2
4.7
1,371
26
1.9
1,057
3
0.3
17
Bali
68
199
18
Nusa Tenggara Barat
15
102
1
1.0
19
Nusa Tenggara Timur
456
8
1.8
2,194
28
1.3
1,223
45
3.7
104
3
2.9
20
Kalimantan Barat
21
Kalimantan Tengah
22
Kalimantan Selatan
23
Kalimantan Timur
24
Sulawesi Utara
25
256
54
6
11.1
120
3
2.5
373
7
1.9
488
7
1.4
163
6
3.7
352
17
4.8
325
1
0.3
53
2
3.8
139
50
1
2.0
Sulawesi Tengah
129
11
8.5
378
5
1.3
69
13
18.8
269
7
2.6
66
11
16.7
26
Sulawesi Selatan
595
34
5.7
42
8
19.1
27
Sulawesi Tenggara
170
369
293
5
1.7
28
Gorontalo
125
125
0.8
177
12
6.8
29
Sulawesi Barat
20
3
15.0
30
Maluku
31
Maluku Utara
133
7
5.3
133
6
4.5
32
Papua
486
37
7.6
6,544
158
2.4
33
Papua Barat
38
5
13.2
4,622
252
2.8
3,314
53
1.6
5,051
127
2.5
10,980
277
2.5
3,661
46
1.3
Indonesia Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2008 P = Penderita M = Meninggal C = Case Fatality Rate
Lampiran 3.23 JUMLAH PENDERITA, CASE FATALITY RATE (%), DAN INCIDENCE RATE PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD/DHF) MENURUT PROVINSI TAHUN 2003 2007
No
Tahun 2003
Provinsi
(1)
(2)
Tahun 2005
Tahun 2004
Tahun 2006
Tahun 2007
P
CFR
IR
P
CFR
IR
P
CFR
IR
P
CFR
IR
P
M
CFR
IR
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
1 Nanggroe Aceh Darussalam
128
3.1
2.76
252
4.37
5.43
629
1.59
14.86
758
1.98
19.43
1,569
13
0.83
38.92
2 Sumatera Utara
878
2.7
7.07
1,093
2.20
8.79
3,657
1.80
30.75
2,125
1.60
16.86
3,990
34
0.85
31.66
3 Sumatera Barat
292
0.7
6.88
514
0.97
12.11
1,154
1.99
25.89
1,067
1.22
23.87
2,189
24
1.10
48.05
4 Riau
715
0.7
13.98
1,050
2.00
20.53
1,850
1.73
41.19
948
1.90
21.04
795
15
1.89
18.46
5 Jambi
80
2.5
2.83
275
1.45
9.74
353
3.12
13.38
365
3.01
13.83
309
5
1.62
11.20
1,403
2.1
17.87
1,270
1.34
16.06
1,621
0.56
18.38
2,272
0.09
32.48
3,480
13
0.37
48.17
7 Bengkulu
2
0.0
0.13
204
0.98
13.25
61
3.28
3.60
129
0.78
7.61
274
7
2.55
15.62
8 Lampung
624
2.6
9.29
908
1.54
13.51
736
1.63
10.54
1,402
1.00
20.08
4,470
23
0.51
64.01
9 Kepulauan Bangka Belitung
241
4.1
26.68
53
5.65
46
4.35
4.60
58
5.80
145
2
1.38
13.67
746
3.49
57.58
969
2.89
74.79
950
11
1.16
73.33
11 DKI Jakarta
14,071
0.4
125.09
20,510
0.43
260.08
23,466
0.34
296.87
24,932
0.16
316.17
31,836
86
0.27
392.64
12 Jawa Barat
8,683
2.1
23.64
19,014
1.13
52.20
18,590
1.53
47.50
25,851
1.06
66.08
30,536
288
0.94
78.05
13 Jawa Tengah
8,490
2.3
25.51
9,047
1.80
27.11
6,583
2.29
19.61
10,924
2.01
33.72
20,391
327
1.60
61.96
14 DI Yogyakarta
1,553
2.3
47.09
2,206
1.41
66.89
971
1.24
29.44
2,184
1.05
66.22
2,462
26
1.06
74.65
15 Jawa Timur
4,216
1.4
11.94
8,287
1.45
23.48
15,251
1.74
42.94
20,374
1.21
56.19
25,950
372
1.43
69.95
700
3.6
8.17
2577
2.25
30.08
2,045
1.27
23.87
2,306
1.52
26.92
5,587
98
1.75
65.22
2,364
0.3
76.78
1935
0.41
58.64
3,596
0.50
108.97
5,629
0.53
170.57
6,375
14
0.22
193.18
18 Nusa Tenggara Barat
196
4.6
5.06
805
1.99
20.77
1,062
1.41
26.62
623
0.64
15.59
720
2
0.28
16.90
19 Nusa Tenggara Timur
260
3.2
6.34
1381
3.11
35.00
735
1.36
17.75
251
1.20
6.36
518
11
2.12
13.13
20 Kalimantan Barat
349
2.0
9.13
212
2.36
5.55
1,220
1.07
31.92
2,659
1.32
65.94
508
7
1.38
12.98
21 Kalimantan Tengah
300
3.0
16.36
453
1.32
24.70
491
0.81
26.75
513
0.78
27.42
696
8
1.15
35.54
22 Kalimantan Selatan
178
3.4
7.47
378
0.79
10.30
341
2.35
9.29
455
1.54
12.40
1,321
16
1.21
35.59
1,926
1.5
77.32
2276
1.80
91.37
3,165
2.59
121.74
2,714
2.80
103.64
5,341
102
1.91
193.15
24 Sulawesi Utara
369
1.3
15.75
225
4.89
10.56
1,926
1.35
119.89
1,290
1.47
59.62
1,865
24
1.29
86.15
25 Sulawesi Tengah
184
1.0
7.47
293
3.41
13.06
780
1.00
31.73
492
2.24
20.01
1,338
17
1.27
54.02
26 Sulawesi Selatan
2,636
1.5
31.41
3500
0.69
41.70
2,822
1.81
34.65
2,612
0.84
35.03
2,732
30
1.10
36.79
27 Sulawesi Tenggara
43
2.3
2.45
266
0.75
13.89
758
2.90
39.25
95
3.16
4.73
944
7
0.74
48.20
28 Gorontalo
30
0.0
3.54
14
1.60
206
23.50
302
0.66
32.90
236
4
1.69
25.71
29 Sulawesi Barat
27
2.00
2.66
31
3.23
3.06
2
0
0.20
30 Maluku
0
0.0
0
0
31 Maluku Utara
2
1.0
0.23
74
9.46
8.71
24
4.17
2.65
138
2.90
16.09
275
7
2.55
29.22
603
0.8
29.13
390
2.05
18.84
183
1.09
11.02
60
3.55
103
4
3.88
6.09
184
3.26
32.62
128
22.69
208
2
0.96
28.76
51,516
1.5
23.87
1.20
37.11
95,279
1.36
43.42
114,656
1.04
52.48
158,115
1,599
1.01
71.78
6 Sumatera Selatan
10 Kepulauan Riau
16 Banten 17 Bali
23 Kalimantan Timur
32 Papua 33 Papua Barat Indonesia Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2008 Ket : IR (Insidens) per 100.000 penduduk
79,462
0
0
0
Lampiran 3.24 JUMLAH KABUPATEN/KOTA YANG TERJANGKIT PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD/DHF) MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 2007
No
Provinsi
(1)
(2)
Tahun 2006
Jumlah Kab/Kota 2005/2006
Jumlah Kab/Kota 2007
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
2005
2007
1
Nanggroe Aceh Darussalam
21
23
12
57.1
15
71.4
15
65.2
2
Sumatera Utara
25
28
17
68.0
19
76.0
20
71.4
3
Sumatera Barat
19
19
10
52.6
12
63.2
15
78.9
4
Riau
11
11
11
100.0
11
100.0
11
100.0
5
Jambi
10
10
7
70.0
10
100.0
8
80.0
6
Sumatera Selatan
14
15
9
64.3
9
64.3
12
80.0
7
Bengkulu
9
9
3
33.3
7
77.8
9
100.0
8
Lampung
10
11
10
100.0
10
100.0
10
90.9
9
Kepulauan Bangka Belitung
7
7
6
85.7
5
71.4
7
100.0
10 Kepulauan Riau
6
6
5
83.3
3
50.0
4
66.7
11 DKI Jakarta
6
6
5
83.3
5
83.3
6
100.0
12 Jawa Barat
25
26
25
100.0
25
100.0
25
96.2
13 Jawa Tengah
35
35
35
100.0
35
100.0
35
100.0
14 DI Yogyakarta
5
5
5
100.0
5
100.0
5
100.0
38
38
38
100.0
38
100.0
38
100.0
16 Banten
6
7
6
100.0
6
100.0
6
85.7
17 Bali
9
9
9
100.0
9
100.0
9
100.0
15 Jawa Timur
18 Nusa Tenggara Barat
9
9
9
100.0
8
88.9
8
88.9
19 Nusa Tenggara Timur
16
20
7
43.8
1
6.3
5
25.0
20 Kalimantan Barat
12
14
7
58.3
10
83.3
10
71.4
21 Kalimantan Tengah
14
14
6
42.9
6
42.9
12
85.7
22 Kalimantan Selatan
13
13
13
100.0
12
92.3
13
100.0
23 Kalimantan Timur
13
14
12
92.3
13
100.0
13
92.9
9
13
9
100.0
9
100.0
9
69.2
25 Sulawesi Tengah
10
10
10
100.0
7
70.0
9
90.0
26 Sulawesi Selatan
23
23
21
91.3
20
87.0
21
91.3
27 Sulawesi Tenggara
10
12
6
60.0
5
50.0
7
58.3
28 Gorontalo
5
6
5
100.0
5
100.0
5
83.3
29 Sulawesi Barat
5
5
1
20.0
2
40.0
1
20.0
30 Maluku
8
9
0
0.0
0
0.0
0
0.0
31 Maluku Utara
8
8
3
37.5
3
37.5
6
75.0
20
21
4
20.0
3
15.0
4
19.0
9
9
4 330
44.4 75.0
2 330
22.2 75.0
3 361
33.3 77.6
24 Sulawesi Utara
32 Papua 33 Papua Barat Indonesia Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2008
440
465
Lampiran 3.25 JUMLAH PENDERITA FILARIASIS MENURUT PROVINSI TAHUN 2003 2007 No
Provinsi
(1)
(2)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
2003
2004
T a h u n 2005
2006
(3)
(4)
(5)
(6)
2007 (7)
1,940
1,940
2,318
2,359
2,359
Sumatera Utara
52
45
91
104
104
3
Sumatera Barat
32
32
88
231
274
4
Riau
267
267
529
532
532
5
Jambi
134
134
273
255
255
6
Sumatera Selatan
91
91
182
191
191
7
Bengkulu
67
71
71
94
94
8
Lampung
73
73
73
74
74
9
Kepulauan Bangka Belitung
37
37
122
151
207
10
Kepulauan Riau
27
27
31
31
11
DKI Jakarta
12
12
12
53
53
12
Jawa Barat
156
156
306
252
265
13
Jawa Tengah
136
136
209
224
395
14
DI Yogyakarta
7
7
7
5
37
15
Jawa Timur
167
167
167
207
238
16
Banten
69
119
125
67
67
17
Bali
5
11
11
18
18
18
Nusa Tenggara Barat
62
62
62
62
69
19
Nusa Tenggara Timur
1,706
1,478
1,478
1,682
1,682
20
Kalimantan Barat
156
156
219
232
244
21
Kalimantan Tengah
123
118
118
202
226
22
Kalimantan Selatan
135
381
381
385
385
23
Kalimantan Timur
282
272
247
409
409
24
Sulawesi Utara
72
72
23
30
30
25
Sulawesi Tengah
115
329
376
451
451
26
Sulawesi Selatan
154
135
51
60
60
27
Sulawesi Tenggara
197
197
220
181
208
28
Gorontalo
14
14
82
224
224
29
Sulawesi Barat
58
92
92
30
Maluku
57
57
15
70
70
31
Maluku Utara
12
12
12
12
12
32
Papua
390
390
36
1,132
1,132
33
Papua Barat Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2008
254
355
985
6,720
6,998
8,243
10,427
11,473
Lampiran 3.26 KEPESERTAAN DAN JENIS KASUS KECELAKAAN KERJA (PT JAMSOSTEK) TAHUN 2007 Kepesertaan No
Provinsi
(1)
(2)
Perusahaan
Tenaga Kerja
Sembuh
Cacat Fungsi
(3)
(4)
(5)
(6)
Cacat Sebagian (7)
Akibat Kecelakaan Kerja Cacat Meninggal Total (8)
(9)
Jumlah
% Kecelakaan Kerja
(10)
(11)
1 Kanwil I
6,421
510,277
10,270
368
264
8
133
11,043
2.16
2 Kanwil II
9,379
942,783
6,073
680
346
4
234
7,337
0.78
3 Kanwil III
19,132
1,990,718
8,503
375
291
7
382
9,558
0.48
4 Kanwil IV
13,474
1,938,112
22,144
1,015
641
11
390
24,201
1.25
5 Kanwil V
9,217
717,771
10,391
90
152
128
10,761
1.50
6 Kanwil VI
13,766
1,096,787
14,667
607
381
11
361
16,027
1.46
7 Kanwil VII
6,420
479,676
2,215
732
220
2
115
3,284
0.68
8 Kanwil VIII
6,270
264,893
1,062
182
105
14
140
1,503
0.57
84,079
7,941,017
75,325
4,049
2,400
57
1,883
83,714
1.05
Indonesia
Sumber: Pusat Kesehatan Kerja, 2008 Catatan : Kanwil I meliputi NAD, Sumatera Utara dan Sumatera Barat Kanwil II meliputi Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, Lampung Kanwil III meliputi DKI Jakarta Kanwil IV meliputi Jawa Barat dan Banten Kanwil V meliputi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta Kanwil VI meliputi Jawa Timur, Bali, NTT, NTB Kanwil VII meliputi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan Kanwil VIII meliputi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara dan Papua
Lampiran 4.1 CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K1 DAN K4, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN KUNJUNGAN NEONATUS MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 Ibu Hamil No
Ibu Bersalin
Provinsi
(1)
(2)
Kunjungan Neonatus
Jumlah
K1
% K1
K4
% K4
Jumlah
Ditolong Nakes
% Ditolong Nakes
Jumlah
Kunjungan Neonatus1
% KN 1
Kunjungan Neonatus2
% KN2
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
110,083
96,083
87.28
79,280
72.02
105,722
80,833
76.46
101,213
52,779
52.15
48,039
47.46
2
Sumatera Utara
328,266
296,393
90.29
275,102
83.80
317,623
247,730
77.99
304,373
248,561
81.66
225,526
74.10
3
Sumatera Barat
113,979
101,204
88.79
96,688
84.83
108,781
90,142
82.87
103,527
92,563
89.41
86,554
83.61
4
Riau
141,027
131,012
92.90
117,679
83.44
136,839
88,224
64.47
129,853
109,041
83.97
103,949
80.05
5
Jambi
76,515
70,226
91.78
63,067
82.42
72,877
55,343
75.94
69,100
55,691
80.59
55,687
80.59
6
Sumatera Selatan
182,790
173,144
94.72
160,946
88.05
174,618
147,466
84.45
167,154
141,763
84.81
136,628
81.74
7
Bengkulu
47,821
42,108
88.05
37,227
77.85
46,139
35,499
76.94
43,488
34,830
80.09
33,856
77.85
8
Lampung
184,642
165,073
89.40
150,707
81.62
176,250
133,798
75.91
167,855
102,663
61.16
99,652
59.37
9
Kepulauan Bangka Belitung
27,603
27,448
99.44
25,756
93.31
26,345
23,942
90.88
25,094
24,491
97.60
23,028
91.77
10
Kepulauan Riau
42,364
38,104
89.94
33,773
79.72
39,296
31,760
80.82
39,284
30,994
78.90
30,997
78.90
11
DKI Jakarta
221,655
233,857
105.50
201,384
90.85
211,606
178,323
84.27
201,494
161,969
80.38
153,891
76.37
12
Jawa Barat
1,035,300
886,927
85.67
800,683
77.34
988,706
689,865
69.77
951,968
743,390
78.09
753,988
79.20
13
Jawa Tengah
641,845
611,256
95.23
557,889
86.92
608,185
526,686
86.60
590,710
514,036
87.02
432,845
73.28
14
DI Yogyakarta
49,657
47,641
95.94
41,761
84.10
47,498
40,250
84.74
45,166
15,983
35.39
39,226
86.85
15
Jawa Timur
686,377
642,484
93.61
567,917
82.74
630,218
553,919
87.89
623,978
572,308
91.72
562,417
90.13
16
Banten
267,229
257,105
96.21
200,593
75.06
256,148
173,594
67.77
237,466
181,919
76.61
192,597
81.11
17
Bali
66,152
64,693
97.79
59,591
90.08
62,645
59,550
95.06
59,634
59,433
99.66
58,221
97.63
18
Nusa Tenggara Barat
111,242
106,081
95.36
96,092
86.38
106,577
86,376
81.05
101,265
91,326
90.19
87,615
86.52
19
Nusa Tenggara Timur
120,913
104,717
86.61
79,273
65.56
111,872
84,303
75.36
109,377
91,893
84.01
87,537
80.03
20
Kalimantan Barat
106,584
95,679
89.77
87,657
82.24
101,801
74,804
73.48
97,073
69,941
72.05
70,975
73.12
21
Kalimantan Tengah
57,667
50,528
87.62
44,035
76.36
53,784
39,443
73.34
51,314
40,708
79.33
40,257
78.45
22
Kalimantan Selatan
80,177
76,040
94.84
63,001
78.58
76,084
63,516
83.48
72,919
67,181
92.13
63,033
86.44
23
Kalimantan Timur
80,116
75,563
94.32
65,967
82.34
76,324
57,499
75.34
72,110
47,634
66.06
59,441
82.43
24
Sulawesi Utara
51,231
44,764
87.38
38,833
75.80
48,812
30,626
62.74
46,565
27,774
59.65
27,292
58.61
25
Sulawesi Tengah
55,255
52,844
95.64
45,608
82.54
52,320
41,456
79.24
49,992
41,065
82.14
41,730
83.47
26
Sulawesi Selatan
193,419
179,378
92.74
147,053
76.03
184,504
139,525
75.62
175,268
129,055
73.63
113,933
65.01
27
Sulawesi Tenggara
59,281
47,265
79.73
41,939
70.75
54,780
39,709
72.49
53,516
44,199
82.59
40,079
74.89
28
Gorontalo
25,963
23,335
89.88
18,501
71.26
51,946
32,148
61.89
48,624
42,724
87.87
35,008
72.00
29
Sulawesi Barat
27,289
22,613
82.86
18,010
66.00
19,255
9,469
49.18
20,746
10,243
49.37
9,906
47.75
30
Maluku
37,171
31,996
86.08
26,242
70.60
32,636
21,442
65.70
32,576
23,016
70.65
22,258
68.33
31
Maluku Utara
25,033
19,731
78.82
16,255
64.93
24,056
14,119
58.69
22,888
16,202
70.79
15,018
65.62
32
Papua
56,584
34,457
60.90
14,129
24.97
54,012
18,186
33.67
51,440
14,308
27.81
12,712
24.71
33
Papua Barat
22,381
16,149
72.15
8,089
36.14
21,364
12,345
57.78
20,346
8,466
41.61
7,258
35.67
5,333,611
4,865,898
91.23
4,280,727
80.26
5,079,623
3,921,890
77.21
4,887,376
3,908,149
79.96
3,771,153
77.16
Indonesia
Sumber: Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes RI
Lampiran 4.2
PERSENTASE BALITA MENURUT PROVINSI DAN PENOLONG KELAHIRAN PERTAMA TAHUN 2007 Perkotaan + Perdesaan
No (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi (2) Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat INDONESIA
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2007
Penolong waktu lahir Dokter
Bidan
(3)
(4)
Tenaga Medis Lain (5)
D u k u n
Famili
Lainnya
Jumlah
(6)
(7)
(8)
(9)
7.87 11.12 12.07 13.14 6.71 11.20 8.09 6.32 10.27 30.30 30.64 10.58 12.97 27.88 14.26 13.54 30.09 6.45 5.13 7.73 4.99 8.40 16.00 24.96 8.30 9.23 4.45 6.45 2.23 7.67 5.88 11.06 7.19
68.41 70.04 70.45 54.38 48.91 57.77 63.19 54.50 61.12 57.33 65.37 46.01 60.89 67.93 65.11 39.45 60.78 44.29 30.86 42.36 45.60 53.52 58.34 48.29 37.51 43.61 28.80 26.21 18.21 30.06 24.65 33.39 42.39
0.63 0.81 0.55 0.86 0.41 0.26 0.38 0.58 0.30 0.45 0.33 0.38 0.22 0.16 0.18 0.17 0.61 1.44 1.13 0.52 1.40 0.52 0.91 2.73 1.41 0.27 0.24 0.49 0.45 0.50 0.79 3.69 2.04
22.13 14.61 16.25 30.01 42.61 29.68 24.59 36.95 26.91 11.18 2.19 42.45 25.08 3.41 19.61 46.06 6.20 42.96 45.74 45.00 46.09 34.36 20.54 22.10 47.47 35.18 61.31 58.22 65.97 59.56 62.23 15.76 21.16
0.94 3.06 0.54 1.25 1.36 0.96 3.60 1.52 1.41 0.73 1.41 0.47 0.73 0.48 0.64 0.66 1.96 4.56 15.53 4.12 1.81 3.01 3.84 1.69 4.64 11.27 4.85 8.60 12.77 1.91 5.84 35.03 26.06
0.03 0.36 0.14 0.35 0.13 0.15 0.12 0.06 0.11 0.11 0.14 0.20 0.12 0.36 0.30 1.61 0.26 0.11 0.20 0.38 0.23 0.67 0.44 0.35 0.04 0.37 0.30 0.62 1.07 1.16
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
12.32
53.96
0.52
30.27
2.69
0.24
100
Lampiran 4.2.a
PERSENTASE BALITA MENURUT PROVINSI DAN PENOLONG KELAHIRAN PERTAMA TAHUN 2007 Perkotaan No
Provinsi
(1)
(2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat INDONESIA
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2007
Penolong waktu lahir Dokter
Bidan
(3)
(4)
Tenaga Medis Lain (5)
D u k u n
Famili
Lainnya
Jumlah
(6)
(7)
(8)
(9)
20.50 18.58 17.55 23.72 14.53 22.41 19.40 12.85 18.49 36.11 30.64 16.50 19.27 35.26 20.27 22.07 40.38 11.68 17.35 17.73 9.03 14.97 22.86 41.82 22.62 18.77 14.01 13.01 5.74 21.67 12.86 28.38 12.44
75.75 77.83 77.56 67.12 69.00 69.14 74.64 77.29 75.91 59.40 65.37 57.08 66.71 62.99 70.63 55.69 54.81 51.24 52.85 65.54 65.60 71.08 66.24 43.85 51.30 61.89 54.79 45.87 46.93 55.67 49.26 53.62 60.32
0.35 0.19 0.43 0.60 0.05 0.11 0.84 0.40 0.09 0.27 0.33 0.42 0.15 0.25 0.17 0.23 0.52 2.37 0.27 0.14 0.87 0.35 0.39 1.28 1.78 0.19 0.15 0.94 0.91 0.23 4.11 0.99
3.37 2.86 4.18 7.44 14.24 7.67 4.73 9.01 5.08 3.74 2.19 25.25 12.98 1.01 8.06 20.90 3.33 32.12 19.41 14.90 22.85 12.68 8.56 12.05 20.78 14.14 28.34 32.62 46.91 20.76 34.91 3.95 19.27
0.03 0.47 0.28 1.13 2.18 0.67 0.39 0.23 0.44 0.48 1.41 0.65 0.74 0.49 0.62 1.11 0.89 2.60 8.46 1.17 1.43 0.92 1.79 0.98 3.52 4.31 2.55 7.55 0.42 0.21 2.58 9.64 6.56
0.07 0.20 0.06 0.10 0.15 0.24 0.08 0.65 0.51 0.23 0.16 0.02 0.69 0.16 0.77 0.16 0.29 0.42
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
20.71
64.25
0.39
13.40
1.12
0.13
100
Lampiran 4.2.b
PERSENTASE BALITA MENURUT PROVINSI DAN PENOLONG KELAHIRAN PERTAMA TAHUN 2007 Perdesaan No (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi (2) Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat INDONESIA
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2007
Penolong waktu lahir Dokter
Bidan
(3)
(4) 4.25 5.90 9.67 7.18 3.60 5.36 3.85 4.47 4.89 5.31 3.97 8.52 14.17 9.51 4.08 17.60 3.42 3.09 4.31 3.25 4.19 7.67 15.62 4.88 4.78 1.96 4.28 1.73 2.66 3.76 3.83 4.87 6.11
Tenaga Medis Lain (5) 66.31 64.60 67.33 47.20 40.91 51.85 58.89 48.03 51.45 48.45 33.67 56.77 77.12 60.75 21.44 68.03 40.27 27.20 34.42 37.00 42.30 48.75 50.75 34.21 35.08 22.01 19.70 14.10 20.90 17.18 24.95 34.46 46.34
0.71 1.25 0.60 1.01 0.55 0.34 0.20 0.63 0.44 1.23 0.34 0.26 0.19 0.11 0.73 0.91 1.10 0.65 1.63 0.63 1.53 3.53 1.32 0.31 0.27 0.34 0.52 0.35 0.96 3.51 2.51 0.61
D u k u n
Famili
Lainnya
(6)
(7)
(8)
27.49 22.82 21.54 42.73 53.90 41.14 32.03 44.87 41.18 43.21 61.61 33.64 7.86 28.73 73.96 9.67 49.24 50.12 55.32 56.08 48.21 35.09 27.67 53.85 45.00 69.91 66.68 68.70 73.44 70.52 20.69 22.00 42.75
1.20 4.87 0.65 1.32 1.04 1.12 4.81 1.89 2.04 1.79 0.27 0.72 0.45 0.65 0.17 3.27 5.69 16.70 5.13 1.98 4.34 6.32 2.08 4.90 14.52 5.46 8.95 14.54 2.52 6.82 45.63 34.67 3.86
Jumlah (9) 0.03 0.56 0.20 0.55 0.20 0.21 0.10 0.13 0.08 0.40 0.17 0.24 0.71 0.47 1.77 0.18 0.06 0.32 0.64 0.34 0.84 0.32 0.40 0.05 0.42 0.14 0.76 1.39 1.49 0.33
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Lampiran 4.3
PERSENTASE BALITA MENURUT PROVINSI DAN PENOLONG KELAHIRAN TERAKHIR TAHUN 2007 Perkotaan + Perdesaan No (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi (2) Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat INDONESIA
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2007
Penolong waktu lahir Dokter
Bidan
(3)
(4)
Tenaga Medis Lain (5)
D u k u n
Famili
Lainnya
Jumlah
(6)
(7)
(8)
(9)
9.03 12.28 14.20 14.58 7.64 11.49 8.95 8.15 12.45 32.48 32.68 11.59 14.91 32.22 16.08 14.43 31.01 7.57 5.71 8.26 5.47 9.31 17.37 26.79 9.45 9.23 4.85 8.07 3.79 7.98 9.43 10.74 7.43
70.63 70.70 70.98 59.93 58.08 61.16 68.85 61.56 67.32 56.70 64.56 49.69 64.47 62.50 65.47 49.37 61.96 60.72 35.36 48.71 53.17 61.68 61.48 52.11 46.61 52.06 40.61 46.25 38.59 32.56 26.95 36.60 45.41
0.74 1.02 0.59 1.74 1.06 0.84 0.45 1.22 0.57 0.69 0.38 0.50 0.50 0.77 0.32 0.26 0.76 1.57 1.40 2.24 2.28 1.12 1.23 4.33 2.18 1.48 0.90 3.24 1.12 0.59 1.59 4.93 3.15
18.69 12.91 13.84 22.57 32.02 25.15 20.35 27.92 18.95 9.54 2.15 37.65 19.75 4.23 17.01 35.24 4.21 27.84 41.78 38.34 36.00 26.94 17.02 15.68 38.63 32.18 50.38 42.01 50.46 55.62 57.32 16.21 19.64
0.76 2.65 0.28 0.86 1.13 1.11 1.28 1.14 0.35 0.51 0.21 0.39 0.25 0.16 0.87 0.58 1.75 2.07 14.41 2.13 2.86 0.77 2.62 0.90 2.80 4.71 2.92 0.38 5.68 3.06 4.29 30.32 22.44
0.15 0.44 0.11 0.33 0.07 0.26 0.12 0.37 0.09 0.17 0.11 0.12 0.25 0.12 0.31 0.22 1.35 0.33 0.22 0.18 0.29 0.20 0.33 0.34 0.34 0.04 0.37 0.19 0.42 1.21 1.93
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
13.64
58.00
0.89
25.31
1.91
0.25
100
Lampiran 4.3.a
PERSENTASE BALITA MENURUT PROVINSI DAN PENOLONG KELAHIRAN TERAKHIR TAHUN 2007 Perkotaan No (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi (2) Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat INDONESIA
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2007
Penolong waktu lahir Dokter
Bidan
(3)
(4)
Tenaga Medis Lain (5)
D u k u n
Famili
Lainnya
Jumlah
(6)
(7)
(8)
(9)
22.06 20.09 20.30 24.94 15.87 22.41 20.45 14.91 19.85 38.12 32.68 17.73 21.54 39.35 22.40 23.14 40.90 13.71 18.32 17.99 9.27 15.22 24.89 41.65 26.12 16.90 13.32 14.46 8.99 21.79 25.28 25.99 15.46
74.62 76.72 77.11 70.72 72.38 71.57 74.34 75.82 74.48 57.69 64.56 58.42 66.64 57.69 68.83 68.07 57.33 72.08 62.35 73.64 77.98 73.40 68.14 44.92 53.55 68.57 55.79 55.86 60.04 55.62 40.08 56.71 60.78
0.55 0.39 0.32 0.63 0.05 0.48 0.59 0.69 0.23 0.28 0.38 0.57 0.49 0.81 0.14 0.20 0.80 2.55 1.56 2.60 1.12 0.88 0.46 1.54 1.56 3.15 0.98 3.04 0.29 0.84 0.64 4.43 0.77
2.51 2.38 2.16 2.68 11.36 4.72 4.34 8.45 4.85 3.43 2.15 22.58 11.17 1.90 7.48 8.34 0.19 10.51 10.65 5.02 10.36 9.98 5.71 11.21 17.73 9.32 26.79 26.41 30.69 20.61 32.20 3.52 17.78
0.26 0.23 0.11 0.95 0.34 0.64 0.28 0.13 0.44 0.45 0.21 0.59 0.10 0.25 0.91 0.25 0.70 1.15 6.65 0.24 1.05 0.46 0.67 0.66 1.04 1.56 2.96 0.23 0.80 1.64 9.06 4.61
0.20 0.07 0.18 0.15 0.04 0.12 0.06 0.25 0.08 0.48 0.51 0.23 0.06 0.12 0.02 0.51 0.16 0.34 0.16 0.29 0.61
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
22.25
65.81
0.64
10.51
0.66
0.13
100
Lampiran 4.3.b
PERSENTASE BALITA MENURUT PROVINSI DAN PENOLONG KELAHIRAN TERAKHIR TAHUN 2007 Perdesaan No (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi (2) Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat INDONESIA
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2007
Penolong waktu lahir Dokter
Bidan
(3)
(4) 5.30 6.83 11.53 8.74 4.36 5.80 4.64 6.23 7.61 8.19 4.76 10.23 18.99 11.08 4.78 19.00 4.02 3.61 4.92 3.84 5.53 8.23 18.55 5.46 5.64 2.64 5.96 3.05 3.04 4.62 4.37 3.88 7.27
Tenaga Medis Lain (5)
69.49 66.49 68.30 53.84 52.39 55.75 66.80 57.52 62.64 52.43 39.97 62.94 71.43 62.82 28.62 67.58 54.15 30.86 40.17 42.51 54.19 53.39 56.09 44.95 44.36 36.65 43.08 35.51 24.31 22.97 28.21 38.63 52.22
0.80 1.46 0.71 2.36 1.46 1.03 0.40 1.38 0.79 2.49 0.43 0.51 0.70 0.46 0.33 0.71 1.01 1.37 2.11 2.78 1.27 2.16 5.87 2.32 0.69 0.87 3.31 1.24 0.50 1.88 5.13 4.20 1.07
D u k u n
Famili
Lainnya
Jumlah
(6)
(7)
(8)
(9)
23.32 20.27 18.95 33.78 40.24 35.78 26.35 33.44 28.17 35.83 54.44 25.82 8.53 24.54 65.06 9.09 37.88 46.96 49.76 47.01 37.78 30.75 18.16 43.62 42.85 56.54 47.17 53.29 68.14 64.94 21.50 20.46 36.27
0.90 4.35 0.36 0.80 1.45 1.35 1.65 1.43 0.29 0.76 0.17 0.36 0.84 0.96 3.02 2.61 15.70 2.77 3.64 0.97 4.98 1.03 3.23 6.19 2.91 0.43 6.49 3.87 5.09 39.19 30.32 2.83
0.19 0.60 0.15 0.48 0.10 0.30 0.16 0.51 0.31 0.23 0.14 0.35 0.25 0.24 0.59 0.34 1.50 0.26 0.22 0.26 0.49 0.30 0.41 0.26 0.39 0.05 0.42 0.14 0.50 1.59 2.52 0.34
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Lampiran 4.4 CAKUPAN DETEKSI RISIKO, RUJUKAN KASUS RISTI, DAN PENANGANAN KOMPLIKASI IBU HAMIL DAN NEONATAL MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 Deteksi Risiko No
Provinsi
(1)
(2)
Rujukan Kasus Risti
Nakes
Masyarakat
Jumlah
Jumlah
Ibu Hamil
Bayi
Jumlah
%
(3)
(4)
(5)
(6)
%
(7)
(8)
%
(5)
(6)
Nanggroe Aceh Darussalam
110,083
101,213
13,854
62.93
2,163
9.82
1,147
2
Sumatera Utara
328,266
304,373
34,646
52.77
10,979
16.72
3
Sumatera Barat
113,979
103,527
16,243
71.25
4,365
19.15
4
Riau
141,027
129,853
21,245
75.32
3,081
5
Jambi
76,515
69,100
12,039
78.67
6
Sumatera Selatan
182,790
167,154
24,489
7
Bengkulu
47,821
43,488
5,578
8
Lampung
184,642
167,855
9
Kepulauan Bangka Belitung
27,603
25,094
10
Kepulauan Riau
42,364
11
DKI Jakarta
221,655
12
Jawa Barat
1,035,300
13
Jawa Tengah
641,845
14
DI Yogyakarta
49,657
15
Jawa Timur
686,377
16
Banten
267,229
237,466
9,200
17
Bali
66,152
59,634
18
Nusa Tenggara Barat
111,242
101,265
19
Nusa Tenggara Timur
120,913
109,377
20
Kalimantan Barat
106,584
97,073
21
Kalimantan Tengah
57,667
22
Kalimantan Selatan
80,177
23
Kalimantan Timur
24
Sulawesi Utara
25
Sulawesi Tengah
55,255
26
Sulawesi Selatan
193,419
27
Sulawesi Tenggara
59,281
28
Gorontalo
29 30 31
Obstetri %
(7)
(8)
850
3.86
3,800
5.79
1,594
2.43
6,472
28.39
733
3.22
10.92
3,791
13.44
2,621
9.29
1,614
10.55
1,114
7.28
210
66.99
6,375
17.44
2,738
7.49
58.32
3,006
31.43
678
7.09
7,230
19.58
2,748
7.44
8,855
1,945
35.23
2,957
53.56
39,284
5,166
60.97
1,277
15.07
201,494
20,673
46.63
4,144
9.35
951,968
77,892
37.62
26,836
12.96
43,304
590,710
90,037
70.14
48,750
37.98
45,166
6,635
66.81
623,978
(10)
% (12)
5.93
8.00
5,579
9.16
50.83
971
4.69
5,399
19.14
1,333
5.13
1.37
1,759
11.49
548
578
1.58
3,014
8.24
827
2.47
374
3.91
2,859
29.89
2,454
28.21
23.98
822
2.23
8,639
23.39
670
2.00
495
8.97
324
5.87
511
9.26
324
6.46
907
10.70
267
3.15
1,536
18.13
335
4.26
50,245
24.27
17,967
9.44
24,839
19.35
11,863
10.04
20.91
2,334
9,176
17.17
10,170
76.87
1,577
17,927
80.58
8,571
11,128
46.02
1,964
12,983
60.91
4,033
51,314
5,688
49.32
50
0.43
366
72,919
10,068
62.79
3,939
24.56
2,525
80,116
72,110
13,068
81.56
1,751
10.93
605
51,231
46,565
6,420
62.66
1,074
10.48
49,992
8,504
76.95
2,966
175,268
25,206
65.16
12,161
53,516
5,849
49.33
25,963
48,624
4,477
Sulawesi Barat
27,289
20,746
Maluku
37,171
32,576
Maluku Utara
25,033
22,888
32
Papua
56,584
51,440
33
Papua Barat Indonesia
23.50
5,930
2.86
235
2.37
3.97
4,487
45.18
609
6.74
108,015
78.68
40,948
32.81
2.50
8,831
16.52
15,782
33.23
1,414
2.65
11.92
1,418
10.72
615
4.65
8,131
61.46
3,655
30.65
38.52
16,781
75.43
3,779
16.99
9,479
42.61
3,779
18.66
8.12
3,230
13.36
682
2.82
7,067
29.22
2,194
10.03
18.92
2,727
12.79
751
3.52
3,398
15.94
716
3.17
66
0.57
948
8.22
241
2.35
15.75
773
4.82
7,142
44.54
1,829
12.54
3.78
106
0.66
1,418
8.85
329
2.28
1,467
14.32
163
1.59
818
7.98
97
1.04
26.84
1,754
15.87
442
4.00
2,347
21.24
3,546
35.47
31.44
7,168
18.53
1,032
2.67
7,728
19.98
1,652
4.71
1,750
14.76
2,068
17.44
244
2.06
2,548
21.49
401
3.75
86.22
342
6.59
362
6.97
3,736
71.95
1,608
16.54
4,638
84.98
1,924
35.25
678
12.42
354
6.49
27
0.65
1,355
18.23
97
1.30
146
1.96
45
0.69
1,558
31.12
38
0.76
734
14.66
158
3.16
734
14.66
158
3.45
4,739
41.88
425
3.76
783
6.92
134
1.18
3,179
28.09
674
1,820
40.66
14
0.31
2,330
52.05
241
5.92
492,470
46.17
2.36
304,279
28.52
122,603
12.54
29 235,574
0.65
93
2.08
22.08
119,808
11.23
1,334
6,087
(11)
5,253
17.21
20,346
(9)
Jumlah
11,588
0.23
4,887,376
%
1,201
47.63
Neonatal
Jumlah
27.65
23
Sumber: Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes RI
Jumlah 5.21
65,389
22,381
Neonatal
Jumlah
1
5,333,611
Penanganan Komplikasi
Maternal
Jumlah
25,185
68
1.25
3.69
6.55
Lampiran 4.5 PERSENTASE WANITA BERUMUR 10 TH KE ATAS YANG PERNAH KAWIN DAN JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN HIDUP MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 Perkotaan+Perdesaan No
Provinsi
(1) 1
(2) Nanggroe Aceh Darussalam
2
Jumlah anak yang di lahirkan hidup 0
1
2
3
4
5
6
8.58
(4) 15.05
(5) 19.98
(6) 17.93
(7) 13.10
(8) 10.03
Sumatera Utara
5.53
13.27
16.80
16.78
14.04
3
Sumatera Barat
5.75
13.44
17.93
18.08
4
Riau
6.85
18.63
21.11
5
Jambi
6.04
20.50
6
Sumatera Selatan
5.48
7
Bengkulu
8
7
9
>=10
Jumlah
6.02
(11) 2.52
(12) 1.53
(13) 1.42
10.57
7.58
5.21
3.93
2.39
3.90
100
12.79
10.46
6.75
5.05
3.87
2.37
3.52
100
17.12
12.35
7.97
5.51
3.86
2.43
1.70
2.47
100
22.47
17.67
11.39
7.05
4.80
3.58
2.57
1.69
2.24
100
17.30
20.11
17.27
12.82
9.09
6.59
4.51
2.75
1.64
2.44
100
5.08
16.83
22.57
18.63
12.53
8.37
5.11
4.43
2.47
1.63
2.33
100
Lampung
4.82
18.86
20.40
16.69
11.25
8.56
6.63
4.40
3.08
1.89
3.32
100
9
Kepulauan Bangka Belitung
6.12
21.91
22.00
15.70
9.91
7.33
4.81
4.84
2.79
1.81
2.79
100
10
Kepulauan Riau
9.79
22.80
26.59
19.02
9.58
4.51
3.22
1.58
1.08
0.74
1.08
100
11
DKI Jakarta
8.77
23.70
25.95
17.84
10.19
5.67
3.09
1.76
1.18
0.67
1.18
100
12
Jawa Barat
6.62
19.93
22.85
16.96
10.70
7.38
5.08
3.42
2.49
1.70
2.85
100
13
Jawa Tengah
6.01
19.13
23.92
17.63
11.64
7.54
4.92
3.58
2.22
1.57
1.84
100
14
DI Yogyakarta
6.69
21.19
28.95
16.56
10.05
6.10
4.52
2.61
1.83
0.82
0.69
100
15
Jawa Timur
7.85
22.93
26.53
16.90
9.85
5.74
3.71
2.56
1.63
1.00
1.30
100
16
Banten
6.37
20.69
21.16
16.11
10.06
8.01
4.85
3.96
3.23
2.05
3.51
100
17
Bali
5.45
18.87
31.37
18.88
10.27
5.27
3.64
1.99
1.69
1.05
1.52
100
18
Nusa Tenggara Barat
7.28
17.84
18.30
14.81
10.74
8.05
6.25
5.16
3.95
2.87
4.73
100
19
Nusa Tenggara Timur
6.37
14.58
15.72
15.98
13.81
11.15
8.04
5.85
3.64
2.19
2.67
100
20
Kalimantan Barat
6.38
17.59
19.98
17.94
12.81
8.61
5.81
3.96
2.68
1.67
2.56
100
21
Kalimantan Tengah
7.19
20.62
23.96
16.99
11.46
7.57
4.14
3.06
1.95
1.21
1.84
100
22
Kalimantan Selatan
8.45
21.85
23.26
16.58
10.08
6.30
4.44
2.70
1.68
1.96
2.71
100
23
Kalimantan Timur
8.04
21.63
25.12
17.51
11.23
6.95
3.74
2.10
1.45
0.91
1.33
100
24
Sulawesi Utara
4.75
20.62
29.12
19.57
11.34
5.56
3.43
2.23
1.61
0.91
0.86
100
25
Sulawesi Tengah
6.52
17.36
22.12
17.23
13.36
7.46
5.37
4.01
2.54
1.64
2.38
100
26
Sulawesi Selatan
8.28
15.85
18.77
16.32
12.43
8.82
6.47
4.79
3.24
2.19
2.84
100
27
Sulawesi Tenggara
5.90
15.45
18.90
16.67
13.29
9.60
6.55
5.05
3.15
2.32
3.11
100
28
Gorontalo
6.34
19.01
24.55
17.55
10.83
7.88
5.03
2.98
1.98
1.93
1.93
100
29
Sulawesi Barat
6.79
15.06
18.99
15.91
13.51
8.76
6.71
5.25
3.04
3.32
2.65
100
30
Maluku
6.93
15.48
18.91
17.55
14.29
9.49
6.34
4.26
2.86
2.07
1.82
100
31
Maluku Utara
6.50
16.70
19.22
17.07
14.67
9.26
6.07
3.74
2.51
1.72
2.52
100
32
Papua
10.16
19.03
21.92
18.85
12.09
8.12
4.72
2.39
1.54
0.71
0.49
100
33
Papua Barat
10.08
17.87
22.61
15.22
12.13
8.34
5.63
3.99
1.80
1.39
0.93
100
6.80
19.52
23.02
17.11
11.25
7.50
5.05
3.52
2.39
1.57
2.27
100
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2007
(9)
8
(10) 3.85
Indonesia
(3)
(14)
100
Lampiran 4.5.a PERSENTASE WANITA BERUMUR 10 TH KE ATAS YANG PERNAH KAWIN DAN JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN HIDUP MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 Perkotaan No
Provinsi
(1)
(2)
Jumlah anak yang di lahirkan hidup 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
>=10
Jumlah
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
9.49
16.07
23.27
19.12
13.49
7.99
4.45
2.31
1.69
1.18
0.94
100
2
Sumatera Utara
5.99
14.88
19.73
18.57
14.20
10.18
5.92
3.65
3.10
1.42
2.35
100
3
Sumatera Barat
6.33
14.85
20.04
20.32
11.92
9.61
5.19
4.42
2.60
1.83
2.89
100
4
Riau
7.47
18.51
22.80
17.37
12.96
7.41
4.99
2.89
1.89
1.34
2.37
100
5
Jambi
6.91
20.04
23.53
18.96
11.93
5.87
4.31
2.88
1.88
1.59
2.10
100
6
Sumatera Selatan
6.56
17.28
18.93
18.42
13.51
9.73
6.00
3.54
2.14
1.13
2.76
100
7
Bengkulu
6.98
16.11
22.40
21.11
13.12
7.31
3.97
2.66
2.22
1.46
2.65
100
8
Lampung
4.77
17.78
21.45
18.80
10.21
9.11
6.69
3.74
2.10
1.88
3.47
100
9
Kepulauan Bangka Belitung
5.98
20.53
23.99
17.20
10.31
7.80
4.29
3.86
2.28
1.26
2.49
100
10
Kepulauan Riau
10.18
23.98
27.89
19.35
9.30
3.34
2.71
1.11
0.98
0.52
0.65
100
11
DKI Jakarta
8.77
23.70
25.95
17.84
10.19
5.67
3.09
1.76
1.18
0.67
1.18
100
12
Jawa Barat
6.28
20.13
23.85
17.88
10.69
7.08
4.73
3.13
2.06
1.43
2.74
100
13
Jawa Tengah
6.37
18.83
24.11
18.26
11.31
7.34
4.66
3.54
2.07
1.47
2.04
100
14
DI Yogyakarta
6.96
21.15
30.55
17.07
9.43
5.89
4.00
1.95
1.36
0.83
0.80
100
15
Jawa Timur
7.44
22.15
27.23
18.14
10.68
5.50
3.37
2.03
1.48
0.84
1.14
100
16
Banten
6.20
23.19
24.58
16.94
9.49
6.89
3.33
3.49
2.65
1.40
1.83
100
17
Bali
5.64
20.29
31.89
19.79
9.95
4.25
2.97
1.67
1.64
0.89
1.03
100
18
Nusa Tenggara Barat
6.77
19.20
19.90
15.95
11.00
6.86
4.97
5.18
2.93
2.57
4.66
100
19
Nusa Tenggara Timur
6.67
17.70
19.24
17.82
12.58
9.68
5.94
4.37
2.26
1.63
2.12
100
20
Kalimantan Barat
7.10
17.05
21.45
19.40
11.89
7.43
5.62
3.69
2.25
1.60
2.52
100
21
Kalimantan Tengah
8.93
23.17
24.84
16.09
10.70
6.76
2.73
2.74
1.69
0.82
1.53
100
22
Kalimantan Selatan
8.95
23.84
23.98
18.27
9.61
5.19
3.30
2.01
1.27
1.76
1.83
100
23
Kalimantan Timur
7.91
22.25
25.71
16.86
11.66
6.34
3.48
1.83
1.60
0.86
1.49
100
24
Sulawesi Utara
6.14
21.96
30.26
20.08
11.14
4.53
2.35
1.13
1.07
0.85
0.49
100
25
Sulawesi Tengah
7.04
20.20
22.98
17.88
12.98
6.55
5.38
2.66
2.11
1.17
1.06
100
26
Sulawesi Selatan
9.72
17.63
19.98
17.09
11.87
7.80
5.87
3.44
2.42
1.78
2.40
100
27
Sulawesi Tenggara
6.85
16.99
19.95
17.76
13.90
7.98
5.11
4.65
2.00
2.02
2.80
100
28
Gorontalo
5.31
22.16
27.86
20.42
9.83
5.91
3.27
1.77
1.01
1.14
1.32
100
29
Sulawesi Barat
7.81
14.76
16.58
17.15
13.99
8.49
8.70
4.49
2.50
2.14
3.40
100
30
Maluku
6.76
15.81
22.99
19.84
14.29
7.76
4.71
2.45
1.75
1.92
1.72
100
31
Maluku Utara
6.21
19.10
22.52
16.76
12.96
7.85
6.02
3.34
2.18
1.34
1.72
100
32
Papua
8.37
21.87
23.56
17.54
11.42
7.29
4.66
2.24
1.57
0.71
0.76
100
33
Papua Barat
7.50
20.02
28.14
16.32
11.32
6.20
4.43
2.16
1.85
1.31
0.77
100
6.97
20.29
24.49
18.05
11.05
6.85
4.29
2.86
1.93
1.25
1.97
100
Indonesia
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2007
Lampiran 4.5.b PERSENTASE WANITA BERUMUR 10 TH KE ATAS YANG PERNAH KAWIN DAN JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN HIDUP MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 Perdesaan No
Provinsi
(1)
(2)
Jumlah anak yang di lahirkan hidup 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
>=10
Jumlah
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
8.32
14.75
19.01
17.58
12.99
10.63
6.48
4.30
2.77
1.63
1.56
100
2
Sumatera Utara
5.19
12.04
14.57
15.42
13.92
10.87
8.85
6.39
4.55
3.13
5.07
100
3
Sumatera Barat
5.52
12.86
17.08
17.16
13.15
10.80
7.38
5.30
4.38
2.59
3.77
100
4
Riau
6.52
18.69
20.21
16.99
12.02
8.26
5.79
4.38
2.72
1.88
2.52
100
5
Jambi
5.72
20.67
22.08
17.19
11.19
7.49
4.98
3.84
2.82
1.73
2.29
100
6
Sumatera Selatan
4.95
17.31
20.68
16.72
12.49
8.79
6.57
4.98
3.05
1.88
2.28
100
7
Bengkulu
4.42
17.08
22.64
17.76
12.33
8.75
5.51
5.06
2.55
1.69
2.22
100
8
Lampung
4.96
19.14
20.13
16.13
11.53
8.41
6.61
4.58
3.35
1.89
3.28
100
9
Kepulauan Bangka Belitung
6.22
22.91
20.56
14.61
9.62
6.98
5.18
5.55
3.15
2.20
3.01
100
10
Kepulauan Riau
8.48
18.73
22.14
17.89
10.54
8.55
4.98
3.20
1.44
1.50
2.56
100
11
DKI Jakarta
12
Jawa Barat
6.98
19.71
21.82
16.00
10.72
7.70
5.46
3.72
2.94
1.98
2.97
100
13
Jawa Tengah
5.76
19.33
23.80
17.21
11.86
7.68
5.09
3.60
2.32
1.64
1.70
100
14
DI Yogyakarta
6.35
21.23
26.97
15.94
10.82
6.36
5.17
3.43
2.40
0.79
0.55
100
15
Jawa Timur
8.12
23.44
26.07
16.07
9.31
5.90
3.94
2.92
1.72
1.11
1.40
100
16
Banten
6.56
17.68
17.04
15.11
10.75
9.36
6.69
4.52
3.93
2.83
5.53
100
17
Bali
5.25
17.42
30.85
17.97
10.60
6.31
4.31
2.32
1.74
1.22
2.02
100
18
Nusa Tenggara Barat
7.57
17.07
17.39
14.16
10.59
8.74
6.97
5.15
4.54
3.04
4.77
100
19
Nusa Tenggara Timur
6.32
14.04
15.11
15.66
14.03
11.41
8.41
6.10
3.88
2.28
2.76
100
20
Kalimantan Barat
6.13
17.79
19.45
17.41
13.14
9.04
5.88
4.06
2.84
1.69
2.57
100
21
Kalimantan Tengah
6.47
19.55
23.60
17.37
11.78
7.91
4.73
3.19
2.06
1.37
1.97
100
22
Kalimantan Selatan
8.15
20.66
22.83
15.57
10.36
6.97
5.13
3.11
1.93
2.07
3.23
100
23
Kalimantan Timur
8.19
20.90
24.42
18.27
10.73
7.66
4.05
2.41
1.26
0.97
1.14
100
24
Sulawesi Utara
3.96
19.87
28.47
19.28
11.45
6.14
4.04
2.85
1.92
0.94
1.07
100
25
Sulawesi Tengah
6.40
16.69
21.92
17.08
13.45
7.68
5.37
4.33
2.64
1.76
2.69
100
26
Sulawesi Selatan
7.67
15.10
18.26
16.00
12.67
9.26
6.72
5.36
3.58
2.36
3.02
100
27
Sulawesi Tenggara
5.66
15.06
18.64
16.40
13.14
10.01
6.91
5.15
3.44
2.40
3.19
100
28
Gorontalo
6.71
17.88
23.37
16.52
11.18
8.58
5.66
3.41
2.33
2.21
2.14
100
29
Sulawesi Barat
6.61
15.12
19.41
15.69
13.42
8.81
6.37
5.38
3.14
3.53
2.52
100
30
Maluku
7.00
15.35
17.31
16.64
14.29
10.17
6.98
4.97
3.30
2.13
1.85
100
31
Maluku Utara
6.00
15.93
18.15
17.17
15.24
9.72
6.09
3.87
2.62
1.84
2.77
100
32
Papua
10.81
18.00
21.33
19.32
12.33
8.42
4.73
2.44
1.52
0.71
0.40
100
33
Papua Barat
11.35
16.83
19.90
14.68
12.52
9.39
6.21
4.89
1.78
1.43
1.02
100
6.68
18.96
21.95
16.43
11.39
7.98
5.59
3.99
2.74
1.81
2.48
100
Indonesia
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2007
Lampiran 4.6
RATA RATA JUMLAH ANAK LAHIR HIDUP PER WANITA USIA 1549 TAHUN MENURUT PROVINSI DAN TIPE DAERAH, 2007 No
Provinsi
Perkotaan
Perdesaan
(1)
(2)
(3)
(4)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
1.44 1.75 1.58 1.68 1.59 1.65 1.61 1.79 1.59 1.09 1.33 1.69 1.62 1.19 1.52 1.59 1.46 1.78 1.44 1.73 1.63 1.58 1.59 1.46 1.60 1.44 1.62 1.58 1.77 1.49 1.61 1.67 1.62 1.57
Perkotaan + Perdesaan (5)
1.81 2.30 2.15 2.04 1.98 2.08 2.04 2.09 1.90 1.91 2.10 1.88 1.49 1.72 2.31 1.75 1.97 2.27 2.13 1.96 1.94 1.93 1.71 2.12 1.88 2.29 1.97 2.19 2.19 2.27 2.09 2.06 1.98
1.71 2.04 1.96 1.91 1.86 1.93 1.91 2.02 1.77 1.23 1.33 1.87 1.77 1.30 1.63 1.88 1.59 1.90 2.10 1.01 1.85 1.80 1.74 1.61 2.00 1.73 2.12 1.86 2.12 1.96 2.08 1.94 1.94 1.79
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2007
Lampiran 4.7 PROPORSI WANITA BERUMUR 1549 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN YANG SEDANG MENGGUNAKAN /MEMAKAI ALAT KB MENURUT DAERAH TEMPAT TINGGAL DAN PROVINSI, TAHUN 2007 No
Provinsi
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan + Perdesaan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2007
44.34 47.35 49.41 48.12 64.27 55.54 60.97 59.76 60.51 49.13 54.69 62.42 58.79 53.42 60.11 58.47 63.45 54.46 35.78 55.59 65.90 62.88 53.24 59.72 54.40 43.40 45.28 64.93 35.36 39.40 42.59 39.21 35.59 57.35
42.30 44.08 47.93 57.29 64.81 65.01 69.57 65.14 65.66 59.15
62.14 61.90 59.94 59.33 54.35 71.41 51.28 34.07 63.19 68.12 63.52 58.71 71.31 57.41 43.80 46.97 63.98 38.98 26.49 41.67 29.48 24.69 57.49
42.80 45.53 48.37 54.17 64.66 61.97 67.30 64.03 63.57 51.20 54.69 62.28 60.65 56.11 59.65 56.64 67.22 52.44 34.35 61.26 67.46 63.27 55.80 67.07 56.83 43.67 46.61 64.22 38.47 30.09 41.90 31.92 28.29 57.43
Lampiran 4.8 PROPORSI WANITA BERUMUR 1549 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN YANG PERNAH MENGGUNAKAN / MEMAKAI ALAT KB MENURUT DAERAH TEMPAT TINGGAL DAN PROVINSI, TAHUN 2007 No
Provinsi
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan + Perdesaan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2007
72.62 69.52 75.53 72.53 84.23 79.17 83.71 80.91 82.60 78.17 79.93 85.23 80.00 73.98 79.99 82.77 83.65 79.92 60.49 81.62 85.10 85.21 79.09 84.81 76.52 66.14 68.57 85.10 53.21 66.56 68.19 62.28 63.99 79.93
66.81 63.95 72.00 78.32 84.83 83.93 87.85 86.29 83.97 80.51
86.60 82.09 79.80 78.48 79.98 87.94 78.06 54.30 83.07 85.28 84.87 79.59 91.15 79.50 65.32 71.25 84.94 59.28 40.51 63.90 42.45 45.38 78.59
68.23 66.42 73.06 76.35 84.66 82.40 86.76 85.18 83.41 78.66 79.93 85.88 81.25 76.38 79.10 81.53 85.68 78.74 55.31 82.70 85.22 84.99 79.32 88.83 78.93 65.57 70.68 84.98 58.43 47.77 64.95 49.00 50.05 79.16
Lampiran 4.9 PERSENTASE WANITA BERUMUR 1549 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN MENURUT ALAT / CARA KB YANG SEDANG DIGUNAKAN / DIPAKAI DAN PROVINSI, TAHUN 2007 Perkotaan+Perdesaan Alat/cara KB yang dipakai No
Provinsi
(1)
(2)
MOW/
MOP/
Tubektomi
Vasektomi
(3)
(4)
AKDR/IUD
Suntikan
Susuk KB
Pil
Kondom
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
tissue
Alat/Cara Tradisional
Jumlah
(10)
(11)
(12)
Intravagina/
1
Nanggroe Aceh Darussalam
0.78
0.93
3.23
63.02
1.21
28.04
1.26
0.10
1.43
100
2
Sumatera Utara
6.73
1.93
5.26
45.41
4.04
32.05
1.29
0.21
3.07
100
3
Sumatera Barat
1.99
0.94
9.33
59.49
7.92
17.64
1.37
0.23
1.09
100
4
Riau
1.31
0.83
4.17
58.84
3.01
29.41
1.24
0.10
1.10
100
5
Jambi
1.06
0.39
3.72
57.92
5.62
29.97
0.58
0.27
0.45
100
6
Sumatera Selatan
1.47
1.03
2.01
68.06
7.46
18.64
1.40
0.10
0.83
100
7
Bengkulu
1.01
0.65
4.17
63.04
8.76
20.71
0.72
0.22
0.71
100
8
Lampung
1.47
0.63
3.72
65.99
4.98
21.85
0.57
0.07
0.71
100
9
Kepulauan Bangka Belitung
1.24
0.64
1.84
53.96
2.64
38.21
0.96
0.51
100
10
Kepulauan Riau
1.89
1.18
6.21
47.23
1.85
38.39
1.95
0.06
1.24
100
11
DKI Jakarta
1.61
0.69
10.04
56.17
2.09
26.57
1.55
0.22
1.05
100
12
Jawa Barat
2.15
1.03
7.97
57.69
2.12
28.16
0.40
0.08
0.41
100
13
Jawa Tengah
5.34
1.45
6.90
65.66
5.55
13.75
0.79
0.11
0.46
100
14
DI Yogyakarta
5.65
0.65
22.14
46.29
3.75
13.40
3.05
0.14
4.93
100
15
Jawa Timur
4.87
0.99
8.31
56.61
4.38
23.45
0.55
0.08
0.75
100
16
Banten
1.31
0.01
5.06
70.27
2.07
19.23
0.61
0.05
0.38
100
17
Bali
4.14
0.91
36.13
42.36
1.02
12.97
1.12
0.12
1.24
100
18
Nusa Tenggara Barat
1.58
0.65
7.10
69.07
7.69
13.03
0.51
0.37
100
19
Nusa Tenggara Timur
2.23
1.38
8.17
61.93
4.91
15.46
0.31
0.08
5.54
100
20
Kalimantan Barat
1.44
0.77
2.82
62.34
2.19
29.55
0.33
0.20
0.36
100
21
Kalimantan Tengah
0.88
0.51
1.27
50.98
4.62
41.02
0.24
0.12
0.37
100
22
Kalimantan Selatan
1.57
0.69
1.67
44.05
3.11
48.19
0.37
0.13
0.23
100
23
Kalimantan Timur
1.91
1.08
6.02
42.48
3.10
43.24
0.89
0.42
0.86
100
24
Sulawesi Utara
1.72
0.75
7.34
46.23
9.76
33.33
0.14
0.07
0.67
100
25
Sulawesi Tengah
1.32
0.55
3.99
44.05
5.53
43.38
0.15
0.02
1.02
100
26
Sulawesi Selatan
0.95
0.67
3.07
56.78
4.80
31.71
0.23
0.08
1.71
100
27
Sulawesi Tenggara
1.14
0.98
2.52
44.67
9.38
38.24
0.20
0.06
2.79
100
28
Gorontalo
1.06
0.86
8.88
42.05
15.71
31.11
0.12
0.21
100
29
Sulawesi Barat
1.09
0.72
2.12
44.10
6.95
44.46
0.56
100
30
Maluku
0.99
0.36
4.41
64.23
4.30
24.32
0.24
1.17
100
31
Maluku Utara
0.79
1.24
2.35
66.82
7.75
19.79
0.05
1.22
100
32
Papua
1.76
1.09
1.94
37.88
4.73
16.21
0.40
35.90
100
33
Papua Barat
1.62
0.53
1.97
56.52
4.26
28.86
6.22
100
3.13
1.03
7.23
58.25
4.16
24.37
0.68
0.11
1.04
100
Indonesia Sumber : BPS, Statistik Kesra 2007
`
(0.90)
Lampiran 4.9.a PERSENTASE WANITA BERUMUR 1549 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN MENURUT ALAT/CARA KB YANG SEDANG DIGUNAKAN /DIPAKAI DAN PROVINSI, TAHUN 2007 Perkotaan Alat/Cara KB yang Dipakai No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi (2)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2007
MOW/
MOP/
Tubektomi
Vasektomi
(3)
(4)
1.27 7.76 2.44 2.89 2.12 2.73 1.42 3.02 1.71 2.13 1.61 2.71 5.97 5.71 6.09 1.67 4.81 2.21 2.91 1.97 0.83 1.44 2.55 2.24 2.42 1.54 1.77 1.84 3.32 1.03 1.96 0.96 3.81
AKDR/IUD (5)
0.92 1.49 1.49 1.19 0.59 0.97 0.69 1.09 0.45 0.81 0.69 0.98 1.66 0.48 1.15 1.29 0.56 0.32 1.58 1.03 0.68 1.29 1.21 1.56 0.58 1.06 1.78 0.76 1.73 0.25 1.29 1.21 1.11
Suntikan
Susuk KB
(6)
9.77 7.39 13.25 10.56 4.99 3.58 8.17 8.75 3.66 8.10 10.04 11.55 8.93 26.35 9.82 7.85 35.08 13.06 17.15 7.66 1.85 3.23 9.99 8.47 6.73 6.41 8.20 18.15 3.71 6.18 2.46 4.18 3.09 10.33
(7)
53.09 41.33 54.63 54.43 53.90 63.86 56.10 60.24 48.72 45.72 56.17 53.98 61.61 42.12 51.72 62.76 39.41 59.52 44.54 51.80 50.03 41.88 41.83 49.89 40.82 55.82 39.39 37.60 50.21 55.92 65.50 57.98 56.47 53.99
(8)
0.68 3.32 4.85 2.23 3.91 4.41 6.02 2.40 2.16 1.87 2.09 1.73 3.74 1.84 3.02 1.10 0.46 7.81 4.50 1.25 1.96 2.00 2.76 5.58 3.25 3.96 6.72 6.70 5.20 1.32 6.84 2.63 1.92 2.68
`
Pil
Kondom (9)
30.69 33.18 19.04 23.63 30.97 22.17 23.04 21.43 40.15 37.18 26.57 27.75 15.64 13.01 25.86 23.64 15.99 15.94 19.45 34.22 43.62 48.95 38.71 31.43 44.13 29.10 37.23 34.59 35.03 34.68 22.21 28.93 36.59 25.57
1.87 1.77 2.32 2.84 1.87 0.42 2.37 1.99 2.05 2.51 1.55 0.52 1.47 4.18 1.08 0.94 1.59 0.65 0.76 0.91 0.50 0.84 1.56 0.19 0.35 0.54 0.70 0.19 0.51 1.17
Intravagina/
Alat/Cara
tissue
Tradisional
(10)
(11)
0.08 0.30 0.45 0.23 0.68 0.22 0.53 0.15 0.08 0.22 0.15 0.21 0.25 0.08 0.09 0.08 0.51 0.30 0.20 0.06 0.20 0.02 0.10 0.13 (0.67) 0.17
Jumlah (12)
1.62 3.46 1.52 2.01 0.98 1.65 1.66 0.94 1.09 1.59 1.01 0.61 0.76 6.05 1.18 0.65 2.02 0.49 9.11 0.65 0.24 0.17 1.33 0.43 1.72 1.54 4.12 0.36 0.79 1.53 0.47 1.27 0.96 1.18
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Lampiran 4.9.b PERSENTASE WANITA BERUMUR 1549 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN MENURUT ALAT/CARA KB YANG SEDANG DIGUNAKAN /DIPAKAI DAN PROVINSI, TAHUN 2007 Perdesaan Alat/Cara KB yang Dipakai No (1)
Provinsi
1
(2) Nanggroe Aceh Darussalam
2
MOW/
MOP/
Tubektomi
Vasektomi
(3)
(4)
AKDR/IUD
Suntikan
Susuk KB
Pil
Kondom
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Intravagina/
Alat/Cara
tissue
Tradisional
(10)
(11)
Jumlah (12)
0.62
0.93
1.04
66.35
1.38
27.16
1.06
0.11
1.36
100
Sumatera Utara
5.85
2.31
3.43
48.92
4.66
31.08
0.88
0.13
2.74
100
3
Sumatera Barat
1.78
0.69
7.59
61.64
9.28
17.02
0.96
0.13
0.90
100
4
Riau
0.62
0.68
1.39
60.75
3.35
31.91
0.54
0.04
0.71
100
5
Jambi
0.68
0.32
3.27
59.37
6.24
29.61
0.12
0.12
0.26
100
6
Sumatera Selatan
0.96
1.05
1.38
69.75
8.69
17.22
0.40
0.05
0.50
100
7
Bengkulu
0.88
0.64
2.92
65.23
9.63
19.98
0.20
0.12
0.41
100
8
Lampung
1.10
0.53
2.53
67.36
5.60
21.95
0.23
0.05
0.65
100
9
Kepulauan Bangka Belitung
0.94
0.76
0.68
57.28
2.94
36.98
0.27
0.15
100
10
Kepulauan Riau
1.11
2.36
0.15
52.08
1.80
42.23
0.15
0.13
100
11
DKI Jakarta
12
Jawa Barat
1.55
1.09
4.10
61.68
2.53
28.59
0.27
0.19
100
13
Jawa Tengah
4.94
1.31
5.60
68.26
6.71
12.53
0.35
0.04
0.27
100
14
DI Yogyakarta
5.57
0.85
16.79
51.59
6.18
13.89
1.62
3.51
100
15
Jawa Timur
4.01
0.87
7.25
60.05
5.33
21.75
0.18
0.09
0.46
100
16
Banten
0.83
0.64
1.30
80.40
3.37
13.29
0.17
100
17
Bali
3.47
1.25
37.17
45.28
1.58
9.98
0.65
0.15
0.47
100
18
Nusa Tenggara Barat
1.20
0.86
3.45
74.93
7.61
11.24
0.42
0.30
100
19
Nusa Tenggara Timur
2.09
1.34
6.34
65.47
5.00
14.64
0.22
0.10
4.81
100
20
Kalimantan Barat
1.28
0.70
1.38
65.48
2.47
28.15
0.15
0.11
0.28
100
21
Kalimantan Tengah
0.90
0.44
1.04
51.36
5.71
39.96
0.13
0.04
0.42
100
22
Kalimantan Selatan
1.64
0.32
0.73
45.35
3.77
47.73
0.08
0.09
0.27
100
23
Kalimantan Timur
1.24
0.94
1.92
43.16
3.45
47.90
0.20
0.80
0.38
100
24
Sulawesi Utara
1.46
0.35
6.79
44.47
11.78
34.24
0.12
0.78
100
25
Sulawesi Tengah
1.07
0.55
3.37
44.78
6.05
43.21
0.10
0.02
0.86
100
26
Sulawesi Selatan
0.68
0.49
1.57
57.20
5.18
32.88
0.09
0.10
1.79
100
27
Sulawesi Tenggara
0.97
0.78
1.07
46.03
10.06
38.50
0.07
0.05
2.45
100
28
Gorontalo
0.79
0.89
5.65
43.61
18.86
29.90
0.16
0.16
100
29
Sulawesi Barat
0.76
0.57
1.88
43.20
7.21
45.86
0.52
100
30
Maluku
1.56
0.42
3.39
68.99
6.00
18.38
0.30
0.96
100
31
Maluku Utara
0.71
1.23
2.31
67.25
8.05
18.99
1.46
100
32
Papua
1.67
1.04
0.94
28.94
5.22
10.55
51.30
100
33
Papua Barat
2.10
0.91
1.18
56.55
5.93
23.37
9.97
100
2.61
0.97
4.92
61.43
5.27
23.48
0.32
0.06
0.94
100
Indonesia
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2007
`
0.34
Lampiran 4.10 HASIL PELAYANAN PESERTA KB BARU KUMULATIF MENURUT METODE KONTRASEPSI DAN PROVINSI TAHUN 2007
No
Provinsi
(1)
(2)
1 Nanggroe Aceh Darussalam
M e t o d a K o n t r a s e p s i IUD
%
MOW
%
MOP
%
Kondom
%
Implant
%
Suntikan
%
Pil
%
Jumlah
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
1,312
1.42
115
0.12
23
0.02
4,599
4.99
1,167
1.27
44,761
48.57
40,188
43.60
92,165
2 Sumatera Utara
12,814
5.38
8,374
3.52
185
0.08
18,208
7.65
14,196
5.96
95,557
40.14
88,728
37.27
238,062
3 Sumatera Barat
4,579
4.24
1,203
1.11
65
0.06
3,766
3.48
15,317
14.17
60,520
55.97
22,672
20.97
108,122
4 Riau
1,781
1.97
329
0.36
20
0.02
2,912
3.23
3,526
3.91
47,140
52.26
34,489
38.24
90,197
5 Jambi
1,616
1.75
132
0.14
31
0.03
1,910
2.07
7,188
7.80
47,877
51.95
33,407
36.25
92,161
6 Sumatera Selatan
2,181
0.80
1,564
0.57
127
0.05
10,257
3.75
19,852
7.25
138,981
50.76
100,817
36.82
273,779
7 Bengkulu
1,635
2.51
565
0.87
26
0.04
2,911
4.46
5,406
8.29
32,901
50.45
21,771
33.38
65,215
8 Lampung
6,857
2.53
657
0.24
298
0.11
9,207
3.40
16,265
6.01
130,273
48.10
107,291
39.61
270,848
318
1.03
153
0.50
1,255
4.06
1,576
5.10
16,918
54.74
10,685
34.57
30,905
483
1.68
155
0.54
1,606
5.60
617
2.15
14,187
49.47
11,631
40.56
28,679
11 DKI Jakarta
24,673
8.32
1,373
0.46
811
0.27
7,241
2.44
7,683
2.59
155,596
52.48
99,131
33.43
296,508
12 Jawa Barat
9 Kepulauan Bangka Belitung 10 Kepulauan Riau
112,678
9.24
14,405
1.18
3,006
0.25
14,286
1.17
42,520
3.49
644,020
52.82
388,461
31.86
1,219,376
13 Jawa Tengah
20,443
2.74
16,676
2.23
2,745
0.37
18,720
2.51
50,584
6.77
504,481
67.56
133,053
17.82
746,702
14 DI Yogyakarta
6,779
15.07
2,298
5.11
203
0.45
2,206
4.90
3,494
7.77
24,735
54.98
5,273
11.72
44,988
43,992
5.20
11,195
1.32
1,192
0.14
8,858
1.05
42,589
5.03
535,012
63.23
203,242
24.02
846,080 189,240
15 Jawa Timur 16 Banten
5,598
2.96
1,199
0.63
68
0.04
1,698
0.90
8,709
4.60
105,418
55.71
66,550
35.17
10,520
20.27
1,109
2.14
41
0.08
1,319
2.54
860
1.66
31,318
60.34
6,733
12.97
51,900
18 Nusa Tenggara Barat
5,879
4.88
602
0.50
37
0.03
1,470
1.22
7,993
6.64
80,306
66.72
24,073
20.00
120,360
19 Nusa Tenggara Timur
3,002
3.98
1,858
2.46
120
0.16
1,793
2.38
7,160
9.50
48,693
64.60
12,752
16.92
75,378
20 Kalimantan Barat
1,626
1.75
609
0.66
21
0.02
2,099
2.26
3,153
3.40
49,791
53.65
35,503
38.26
92,802
21 Kalimantan Tengah
304
0.49
206
0.33
24
0.04
1,063
1.72
4,593
7.43
31,493
50.92
24,164
39.07
61,847
22 Kalimantan Selatan
1,114
1.03
497
0.46
11
0.01
3,135
2.91
6,743
6.26
49,903
46.36
46,246
42.96
107,649
23 Kalimantan Timur
2,282
3.69
488
0.79
10
0.02
1,559
2.52
1,961
3.17
33,990
54.91
21,616
34.92
61,906
24 Sulawesi Utara
2,715
5.53
722
1.47
67
0.14
2,549
5.19
7,198
14.65
23,185
47.20
12,681
25.82
49,117
25 Sulawesi Tengah
1,227
2.07
147
0.25
31
0.05
487
0.82
4,751
8.03
27,654
46.76
24,838
42.00
59,135
26 Sulawesi Selatan
3,255
1.45
1,143
0.51
107
0.05
11,517
5.13
12,788
5.70
102,703
45.74
93,034
41.43
224,547
27 Sulawesi Tenggara
327
0.75
263
0.60
68
0.16
1,383
3.16
2,824
6.45
20,151
46.01
18,783
42.88
43,799
28 Gorontalo
871
3.76
169
0.73
247
1.07
2,303
9.93
12,166
52.48
7,428
32.04
23,184
29 Sulawesi Barat
237
1.10
16
0.07
4
0.02
1,231
5.73
1,743
8.11
9,050
42.10
9,213
42.86
21,494
30 Maluku
499
1.49
159
0.47
14
0.04
930
2.77
1,988
5.93
17,819
53.15
12,119
36.15
33,528
31 Maluku Utara
114
0.53
83
0.38
258
1.19
3,201
14.78
11,620
53.67
6,375
29.44
21,651
32 Papua
94
0.79
259
2.18
1
0.01
496
4.18
993
8.36
7,331
61.72
2,704
22.76
11,878
33 Papua Barat
50
0.46
51
0.47
1,174
10.76
546
5.01
5,590
51.24
3,498
32.07
10,909
281,855
4.94
68,774
1.21
9,356
0.16
142,350
2.50
311,487
5.46
3,161,140
55.42
1,729,149
30.31
5,704,111
17 Bali
Indonesia
Sumber: BKKBN, 2008
Lampiran 4.11 JUMLAH DAN PROPORSI PESERTA KB BARU KUMULATIF MENURUT TEMPAT PELAYANAN DAN PROVINSI TAHUN 2007 Klinik KB No
Provinsi
(1)
(2)
1 Nanggroe Aceh Darussalam
Pemerintah
Dokter Praktek Swasta
Swasta
Bidan Praktek Swasta
Jumlah
Peserta
%
Peserta
%
Peserta
%
Peserta
%
Peserta
%
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
62,525
67.84
8,947
9.71
1,622
1.76
19,071
20.69
92,165
100
2 Sumatera Utara
190,435
79.99
21,766
9.14
2,509
1.05
23,352
9.81
238,062
100
3 Sumatera Barat
70,156
64.89
1,661
1.54
2,155
1.99
34,150
31.58
108,122
100
4 Riau
45,231
50.15
2,125
2.36
2,824
3.13
40,017
44.37
90,197
100
5 Jambi
58,717
63.71
580
0.63
3,662
3.97
29,202
31.69
92,161
100
181,736
66.38
13,970
5.10
8,575
3.13
69,498
25.38
273,779
100
7 Bengkulu
45,653
70.00
675
1.04
1,718
2.63
17,169
26.33
65,215
100
8 Lampung
160,620
59.30
7,630
2.82
7,492
2.77
95,106
35.11
270,848
100
19,836
64.18
1,580
5.11
246
0.80
9,243
29.91
30,905
100
18,527
64.60
89
0.31
413
1.44
9,650
33.65
28,679
100
11 DKI Jakarta
112,062
37.79
17,146
5.78
35,126
11.85
132,174
44.58
296,508
100
12 Jawa Barat
692,463
56.79
87,551
7.18
29,683
2.43
409,679
33.60
1,219,376
100
13 Jawa Tengah
374,097
50.10
37,297
4.99
25,540
3.42
309,768
41.48
746,702
100
14 DI Yogyakarta
18,131
40.30
5,682
12.63
858
1.91
20,317
45.16
44,988
100
15 Jawa Timur
489,079
57.81
29,812
3.52
17,175
2.03
310,014
36.64
846,080
100
16 Banten
124,258
65.66
6,010
3.18
5,016
2.65
53,956
28.51
189,240
100
20,472
39.45
185
0.36
1,153
2.22
30,090
57.98
51,900
100
18 Nusa Tenggara Barat
102,339
84.89
3,870
3.21
563
0.47
13,788
11.44
120,560
100
19 Nusa Tenggara Timur
74,066
98.26
102
0.14
82
0.11
1,128
1.50
75,378
100
20 Kalimantan Barat
58,059
62.56
4,481
4.83
1,374
1.48
28,888
31.13
92,802
100
21 Kalimantan Tengah
45,782
74.02
2,143
3.47
961
1.55
12,961
20.96
61,847
100
22 Kalimantan Selatan
69,529
64.59
2,147
1.99
742
0.69
35,231
32.73
107,649
100
23 Kalimantan Timur
33,627
54.32
5,639
9.11
2,070
3.34
20,570
33.23
61,906
100
24 Sulawesi Utara
29,137
59.32
5,237
10.66
3,167
6.45
11,576
23.57
49,117
100
25 Sulawesi Tengah
53,970
91.27
2,291
3.87
282
0.48
2,592
4.38
59,135
100
26 Sulawesi Selatan
190,937
85.03
2,316
1.03
5,008
2.23
26,286
11.71
224,547
100
27 Sulawesi Tenggara
39,742
90.74
688
1.57
383
0.87
2,986
6.82
43,799
100
28 Gorontalo
17,123
73.86
835
3.60
337
1.45
4,889
21.09
23,184
100
29 Sulawesi Barat
18,472
85.94
26
0.12
203
0.94
2,793
12.99
21,494
100
30 Maluku
26,358
78.61
2,406
7.18
886
2.64
3,878
11.57
33,528
100
31 Maluku Utara
18,506
85.47
1,694
7.82
189
0.87
1,262
5.83
21,651
100
32 Papua
10,349
87.13
793
6.68
88
0.74
648
5.46
11,878
100
9,204
84.37
379
3.47
9
0.08
1,317
12.07
10,909
100
3,481,198
61.03
277,753
4.87
162,111
2.84
1,783,249
31.26
5,704,311
100
6 Sumatera Selatan
9 Kepulauan Bangka Belitung 10 Kepulauan Riau
17 Bali
33 Papua Barat Indonesia
Sumber: BKKBN, 2008
Lampiran 4.12 PENCAPAIAN DESA UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) MENURUT PROVINSI TAHUN 2004 2007
No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi (2)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2008
Jumlah Desa
Tahun 2004 Desa UCI
%
Jumlah Desa
Tahun 2005 Desa UCI
%
Jumlah Desa
Tahun 2006 Desa UCI
%
Jumlah Desa
Tahun 2007 Desa UCI
%
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(9)
(10)
(11)
6,149 5,540 2,567 1,675 1,186 2,681 770 2,178 317 272 5,798 8,054 438 8,483 1,543 693 778 2,591 1,452 1,254 1,955 1,200 1,217 1,586 3,222 1,554 575 1,239 734 1,017 68,718
1,723 4,354 1,922 1,372 986 2,181 530 2,013 242 220 4,595 7,106 438 6,618 1,153 689 703 2,000 885 708 1,297 840 974 1,066 2,370 1,215 241 1,020 271 356 50,088
28.02 78.59 74.87 81.91 83.14 81.35 68.83 92.42 76.34 80.88 79.25 88.23 100.00 78.01 74.72 99.42 90.36 77.19 60.95 56.46 66.34 70.00 80.03 67.21 73.56 78.19 41.91 82.32 36.92 35.00 72.89
6,180 5,464 2,567 998 1,186 2,681 1,261 2,161 317 278 5,798 8,052 438 8,441 1,543 695 778 2,591 1,452 1,324 1,955 1,334 1,214 1,447 2,100 1,554 447 860 878 720 1,017 67,731
3,090 4,317 1,951 808 1,055 2,254 901 1,945 250 192 4,638 7,166 434 6,668 1,219 695 681 2,047 944 781 1,299 960 983 998 1,638 1,350 224 654 729 381 376 51,628
50.00 79.01 76.00 80.96 88.95 84.07 71.45 90.00 78.86 69.06 79.99 89.00 99.09 79.00 79.00 100.00 87.53 79.00 65.01 58.99 66.45 71.96 80.97 68.97 78.00 86.87 50.11 76.05 83.03 52.92 36.97 76.23
6,199 5,464 2,787 1,424 1,253 2,816 1,286 2,173 321 200 267 5,805 8,052 438 8,441 1,543 693 803 2,729 1,514 1,373 2,172 1,345 1,288 1,542 2,866 1,624 490 860 957 720 2,434 71,879
5,316 4,540 2,210 1,178 1,165 2,368 936 1,732 265 176 206 3,636 6,564 404 5,525 938 688 722 2,278 1,107 496 1,557 1,073 990 1,139 2,268 1,424 246 654 586 280 361 53,028
85.76 83.09 79.30 82.72 92.98 84.09 72.78 79.71 82.55 88.00 77.15 62.64 81.52 92.24 65.45 60.79 99.28 89.91 83.47 73.12 36.13 71.69 79.78 76.86 73.87 79.13 87.68 50.20 76.05 61.23 38.89 14.83 73.77
6,199 5,643 3,127 1,158.00 1,252 2,919 1,295 2,155 321 200.00 282 5,828 8,569 438 6,359 1,481 702 803 2,745 1,603 1,603 1,962 1,345 1,591 2,866 1,709 493 1,048 1,315 17,434 84,231
5,316 4,097 2,288 854.00 1,065 2,602 926 1,883 269 175.00 211 3,893 7,156 428 5,302 881 702 700 2,318 1,223 1,223 1,269 1,119 1,080 2,369 1,405 250 726 744 7,812 59,955
85.76 72.60 73.17 73.75 85.06 89.14 71.51 87.38 83.80 87.50 74.82 66.80 83.51 97.72 83.38 59.49 100 87.17 84.44 76.29 76.29 64.68 83.20 67.88 82.66 82.21 50.71 69.27 56.58 44.81 71.18
Lampiran 4.13 CAKUPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI MENURUT PROVINSI TAHUN 2007
I m u n i s a s i B a y i No
Provinsi
Sasaran
BCG
DPT1
Polio1
Polio4
Campak DO
(1)
(2)
(3)
Jumlah
%
(4)
(5)
Jumlah
%
(6)
(7)
Jumlah
%
(8)
(9)
Jumlah
%
(10)
(11)
Jumlah
%
(12)
(13)
(14)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
105,809
90,071
85.1
102,055
96.5
95,574
90.3
79,330
75.0
80,004
75.6
2
Sumatera Utara
314,407
298,512
94.9
292,306
93.0
307,648
97.9
279,490
88.9
291,843
92.8
1.3
3
Sumatera Barat
103,883
101,337
97.5
108,538
104.5
105,123
101.2
91,780
88.3
92,248
88.8
15.0
4
Riau
123,829
122,094
98.6
127,791
103.2
124,831
100.8
116,586
94.2
118,550
95.7
7.2
5
Jambi
69,004
64,503
93.5
67,344
97.6
65,934
95.6
62,185
90.1
62,085
90.0
7.8
6
Sumatera Selatan
169,763
150,796
88.8
157,026
92.5
157,579
92.8
146,094
86.1
146,244
86.1
6.9
7
Bengkulu
40,143
36,482
90.9
42,361
105.5
37,722
94.0
32,490
80.9
34,828
86.8
17.8
8
Lampung
177,120
162,115
91.5
156,320
88.3
162,574
91.8
155,096
87.6
158,057
89.2
1.1
9
Kepulauan Bangka Belitung
25,334
23,548
93.0
24,222
95.6
24,417
96.4
23,367
92.2
23,253
91.8
4.0
10
Kepulauan Riau
36,087
33,315
92.3
35,097
97.3
34,047
94.3
31,198
86.5
31,342
86.9
10.7
11
DKI Jakarta
192,072
218,316
113.7
226,956
118.2
220,582
114.8
209,602
109.1
225,592
117.5
0.6
12
Jawa Barat
943,445
831,868
88.2
794,397
84.2
795,160
84.3
715,323
75.8
748,849
79.4
5.7
13
Jawa Tengah
584,171
588,753
100.8
589,086
100.8
594,106
101.7
568,277
97.3
563,746
96.5
4.3
14
DI Yogyakarta
44,316
50,226
113.3
44,034
99.4
46,028
103.9
39,029
88.1
44,400
100.2
0.8
15
Jawa Timur
613,230
621,371
101.3
628,192
102.4
633,300
103.3
602,257
98.2
591,197
96.4
5.9
16
Banten
239,908
225,312
93.9
213,043
88.8
240,830
100.4
202,161
84.3
210,063
87.6
1.4
17
Bali
59,661
61,697
103.4
61,808
103.6
62,012
103.9
58,994
98.9
59,054
99.0
4.5
18
Nusa Tenggara Barat
105,282
99,223
94.2
103,904
98.7
99,486
94.5
99,668
94.7
99,696
94.7
4.0
19
Nusa Tenggara Timur
122,990
108,986
88.6
147,647
120.0
117,132
95.2
112,640
91.6
114,075
92.8
22.7
20
Kalimantan Barat
100,347
84,644
84.4
98,655
98.3
87,348
87.0
78,568
78.3
85,775
85.5
13.1
21
Kalimantan Tengah
51,874
46,562
89.8
47,511
91.6
47,844
92.2
45,092
86.9
45,941
88.6
3.3
22
Kalimantan Selatan
71,712
68,610
95.7
69,627
97.1
69,372
96.7
62,149
86.7
64,730
90.3
7.0
23
Kalimantan Timur
73,553
71,377
97.0
70,476
95.8
72,333
98.3
66,095
89.9
67,474
91.7
4.3
24
Sulawesi Utara
47,599
36,177
76.0
37,099
77.9
36,013
75.7
32,728
68.8
33,148
69.6
10.6
25
Sulawesi Tengah
54,758
49,364
90.1
55,544
101.4
52,923
96.6
48,808
89.1
49,447
90.3
11.0
26
Sulawesi Selatan
174,461
152,390
87.3
160,535
92.0
168,059
96.3
147,852
84.7
153,854
88.2
4.2
27
Sulawesi Tenggara
53,883
53,322
99.0
52,679
97.8
53,448
99.2
47,483
88.1
49,600
92.1
5.8
28
Gorontalo
23,207
18,801
81.0
18,890
81.4
19,906
85.8
18,226
78.5
17,611
75.9
6.8
29
Sulawesi Barat
25,838
21,596
83.6
21,992
85.1
21,483
83.1
15,596
60.4
22,312
86.4
1.5
30
Maluku
36,780
26,126
71.0
29,797
81.0
29,099
79.1
27,829
75.7
28,784
78.3
3.4
31
Maluku Utara
22,805
21,127
92.6
21,157
92.8
22,410
98.3
17,560
77.0
19,634
86.1
7.2
32
Papua
50,175
27,292
54.4
43,527
86.8
43,177
86.1
32,780
65.3
36,510
72.8
21.6
33
Papua Barat
17,434
10,212
58.6
10,824
62.1
11,288
64.7
7,972
45.7
8,678
49.8
19.8
4,874,880
4,576,125
93.9
4,660,440
95.6
4,658,788
95.6
4,274,305
87.7
4,378,624
89.8
6.1
Indonesia
Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2008
21.6
Lampiran 4.14
CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B PADA BAYI MENURUT PROVINSI TAHUN 2007
Status Imunisasi No
Provinsi
(1)
(2)
Sasaran
(3)
HB0 < 7 HARI
HB0 (7 28) HARI
HB0 TOTAL
HEP. B2
HEP. B3
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
105,809
15,747
14.9
33,267
31.4
49,014
46.3
87,470
82.7
82,074
77.6
2
Sumatera Utara
314,407
118,793
37.8
94,493
30.1
213,286
67.8
279,571
88.9
270,138
85.9
3
Sumatera Barat
103,883
44,317
42.7
38,731
37.3
83,048
79.9
96,502
92.9
95,804
92.2
4
Riau
123,829
43,142
34.8
57,897
46.8
101,039
81.6
112,469
90.8
106,846
86.3
5
Jambi
69,004
34,550
50.1
15,125
21.9
49,675
72.0
64,838
94.0
63,698
92.3
6
Sumatera Selatan
169,763
78,128
46.0
78,128
46.0
151,241
89.1
147,700
87.0
7
Bengkulu
40,143
16,070
40.0
12,666
31.6
28,736
71.6
34,830
86.8
30,748
76.6
8
Lampung
177,120
75,491
42.6
34,345
19.4
109,836
62.0
153,792
86.8
152,299
86.0
9
Kepulauan Bangka Belitung
25,334
10,729
42.4
351
1.4
11,080
43.7
23,547
92.9
22,901
90.4
10
Kepulauan Riau
36,087
17,191
47.6
14,922
41.4
32,113
89.0
37,341
103.5
35,339
97.9
11
DKI Jakarta
192,072
101,567
52.9
64,971
33.8
166,538
86.7
254,861
132.7
246,588
128.4
12
Jawa Barat
943,445
557,329
59.1
557,329
59.1
819,313
86.8
794,882
84.3
13
Jawa Tengah
584,171
492,052
84.2
96,490
16.5
588,542
100.7
574,140
98.3
563,293
96.4
14
DI Yogyakarta
44,316
40,563
91.5
6,792
15.3
47,355
106.9
43,735
98.7
43,108
97.3
15
Jawa Timur
613,230
499,437
81.4
53,119
8.7
552,556
90.1
619,855
101.1
611,326
99.7
16
Banten
239,908
88,205
36.8
88,205
36.8
212,132
88.4
196,747
82.0
17
Bali
59,661
52,358
87.8
6,782
11.4
59,140
99.1
60,760
101.8
60,223
100.9
18
Nusa Tenggara Barat
105,282
80,736
76.7
10,319
9.8
91,055
86.5
100,607
95.6
101,934
96.8
19
Nusa Tenggara Timur
122,990
35,383
28.8
75,622
61.5
111,005
90.3
135,655.0
110.3
131,323
106.8
20
Kalimantan Barat
100,347
22,539
22.5
21,942
21.9
44,481
44.3
136,533
136.1
89,814
89.5
21
Kalimantan Tengah
51,874
9,566
18.4
38,234
73.7
47,800
92.1
42,749
82.4
43,302
83.5
22
Kalimantan Selatan
71,712
22,445
31.3
25,759
35.9
48,204
67.2
41,315
57.6
65,768
91.7
23
Kalimantan Timur
73,553
31,939
43.4
64,347
87.5
86,393
117.5
77,698
105.6
24
Sulawesi Utara
47,599
10,408
21.9
33,610
70.6
32,118
67.5
25
Sulawesi Tengah
54,758
14,259
26.0
10,069
18.4
24,328
44.4
47,831
87.3
53,214
97.2
26
Sulawesi Selatan
174,461
67,651
38.8
67,651
38.8
152,884
87.6
148,207
85.0
27
Sulawesi Tenggara
53,883
22,485
41.7
11,906
22.1
33,824
62.8
50,233
93.2
47,755
88.6
28
Gorontalo
23,207
7,019
30.2
18,277
78.8
25,296
109.0
17,730
76.4
17,125
73.8
29
Sulawesi Barat
25,838
6,047
23.4
11,154
43.2
17,201
66.6
13,863
53.7
18,318
70.9
30
Maluku
36,780
19,368
52.7
19,368
52.7
29,679
80.7
29,556
80.4
31
Maluku Utara
22,805
6,065
26.6
60
0.3
6,125
26.9
19,656
86.2
17,953
78.7
32
Papua
50,175
7,656
15.3
10,869
21.7
18,525
36.9
22,460
44.8
26,349
52.5
33
Papua Barat
17,434
2,349
13.5
4,451
25.5
6,800
39.0
3,311
19.0
2,763
15.8
4,874,880
2,641,176
54.2
768,613
15.8
3,452,038
70.8
4,560,906
93.6
4,426,911
90.8
Indonesia
Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2008
Lampiran 4.15
DROP OUT CAKUPAN IMUNISASI DPT1 CAMPAK PADA BAYI MENURUT PROVINSI TAHUN 2003 2007 No
Provinsi
(1)
(2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2008
2003
2004
(3)
(4)
14.3 8.1 11.6 5.3 8.2 9.3 10.1 3.7 6.9 10.2 5.3 4.0 3.8 7.1 4.0 7.1 6.0 18.8 8.8 9.4 7.9 7.5 11.9 16.3 10.6 11.0 18.4 1.3 9.5 18.0 7.6
T a h u n 2005 (5)
0.1 7.6 9.7 5.7 6.1 9.6 20.0 2.8 6.0 11.4 3.7 4.2 2.5 5.0 3.1 4.8 7.1 5.9 12.0 0.2 7.2 5.2 5.1 10.1 4.0 5.8 10.9 3.4 20.9 15.7 7.7
2006
2007
(6)
(7)
7.7 1,6 7.9 3,1 4.8 6.3 5.4 2,5 12.2 17.1 6.4 6,8
10.7 9.9 2.0 1.4 21.8 3.2 23.0 21.5
21.6 1.3 15.0 7.2 7.8 6.9 17.8 (1.1) 4.0 10.7 0.6 5.7
8.8 1.7 0,9 0.2 3.7 0,8 4.7 5.7 6.9 6.6 5.2 7.6 7.6 10.5 11.8 22.3 4.7 14.4 6.9 1.4
4.0 0.4 4.8 15.1 8.5 3.4 8.1 1.7 8.2 7.8 4.3 9.8 8.4 4.0 11.1 15.8 5.0 5.4 7.6 9.3
4.3 0,8 5.9 1.4 4.5 4.0 22.7 13.1 3.3 7.0 4.3 10.6 11.0 4.2 5.8 6.8 1.5 3.4 7.2 21.6 19.8 6.1
Lampiran 4.16
PERSENTASE BALITA YANG PERNAH MENDAPAT IMUNISASI MENURUT PROVINSI, TIPE DAERAH DAN JENIS IMUNISASI, 2007 Perkotaan
No
Provinsi
(1)
(2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat INDONESIA
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2007
Perdesaan
Perkotaan + Pedesaan
BCG
DPT
Polio
Campak
Hepatitis B
BCG
DPT
Polio
Campak
Hepatitis B
BCG
DPT
Polio
Campak
Hepatitis B
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
86.07 86.07 89.99 90.57 89.69 93.18 93.01 92.85 89.77 95.75 96.60 93.72 96.10 98.87 96.02 91.54 97.01 95.69 96.52 84.00 85.68 91.51 95.70 95.47 94.02 92.54 89.13 96.97 86.60 92.98 91.60 92.92 92.40 93.71
83.28 83.58 86.07 87.28 86.74 86.85 91.66 87.16 87.93 92.00 94.61 90.30 93.54 96.35 92.48 86.50 95.09 93.35 92.57 79.95 84.72 87.15 92.94 92.23 92.47 89.93 87.55 94.50 83.12 91.75 87.53 88.71 88.03 90.49
88.80 88.06 88.54 90.65 88.79 90.99 93.15 87.89 90.41 92.38 94.50 93.42 94.55 96.63 94.24 91.66 95.73 93.16 92.81 82.70 85.23 85.75 93.65 90.26 92.89 91.23 88.26 94.61 84.55 93.48 90.95 89.87 90.02 92.54
75.17 70.89 69.86 75.02 75.05 74.76 76.00 77.20 76.43 81.74 82.98 78.87 80.66 83.00 82.08 76.12 82.10 82.53 81.09 64.21 72.63 72.99 80.11 76.43 77.73 77.98 77.88 84.68 74.10 85.03 78.62 79.48 74.42 78.75
77.58 75.37 81.66 82.67 83.98 81.31 89.70 86.38 84.07 87.44 90.84 85.59 89.94 95.99 87.84 76.70 92.63 88.97 91.64 77.03 77.49 79.07 88.58 87.81 89.44 85.28 86.63 88.36 76.22 91.17 83.95 86.56 84.03 85.79
72.66 74.97 83.91 84.72 88.28 87.25 92.07 91.06 87.78 83.43 88.27 94.72 99.25 87.81 73.79 94.39 93.08 90.07 80.44 80.05 84.38 88.96 95.21 81.37 83.58 85.92 87.87 73.30 73.83 72.81 74.94 83.89 86.22
70.18 72.26 80.53 82.22 86.24 85.17 90.72 88.25 85.05 82.65 84.00 92.06 94.80 85.14 73.82 91.40 89.49 88.17 77.70 78.45 81.34 86.95 91.75 78.16 80.18 83.81 84.31 70.82 71.99 69.80 74.58 81.87 83.44
81.42 81.34 83.57 86.09 86.98 87.72 90.13 90.48 88.03 89.48 91.41 93.40 95.60 88.63 85.91 91.53 89.49 88.51 79.83 81.32 83.59 88.29 92.32 83.17 82.87 85.07 87.06 77.14 77.04 77.18 76.65 83.41 87.54
64.64 60.86 70.18 72.12 76.20 77.39 80.57 77.67 78.81 78.40 75.70 80.79 79.77 75.61 64.57 78.03 80.29 79.27 67.04 70.84 68.87 78.58 79.27 68.93 70.16 75.36 77.93 66.14 65.15 67.14 63.04 61.93 73.80
62.24 58.53 73.77 73.98 79.35 78.15 86.12 84.81 82.48 79.69 77.41 87.90 94.53 79.75 54.49 91.33 82.91 83.14 69.50 73.83 71.33 80.72 86.90 73.43 75.99 81.39 80.38 67.42 66.93 63.77 60.41 57.48 76.69
75.64 79.54 85.76 86.83 88.68 89.28 92.33 91.46 88.57 93.42 96.60 91.14 95.29 99.00 91.43 83.12 95.83 94.04 90.99 81.35 81.74 87.16 92.66 95.30 83.81 86.43 86.58 90.13 74.97 78.88 77.18 80.23 86.50 89.40
73.09 76.92 82.22 84.04 86.38 85.75 90.98 88.01 86.19 90.23 94.61 87.32 92.68 95.81 88.38 80.49 93.42 90.90 88.80 78.28 80.34 83.61 90.23 91.92 80.92 83.28 84.59 86.84 72.36 77.20 73.92 78.74 83.76 86.44
83.06 84.10 85.09 87.73 87.50 88.84 90.95 89.91 88.97 91.83 94.50 92.47 93.87 96.27 91.10 88.93 93.84 90.84 89.12 80.56 82.50 84.43 91.23 91.58 85.05 85.53 85.73 88.94 78.07 81.37 80.38 80.54 85.44 89.67
66.98 64.99 70.08 73.17 75.88 76.49 79.32 77.57 77.86 81.11 82.98 77.37 80.74 81.87 78.47 70.64 80.26 81.11 79.53 66.32 71.38 70.48 79.41 78.26 70.63 72.65 75.88 79.61 67.13 70.39 69.81 67.88 65.76 75.90
65.65 65.46 76.17 77.12 80.67 79.23 87.09 85.16 83.11 85.98 90.84 81.72 88.75 95.48 83.32 66.17 92.04 85.13 84.35 71.42 74.93 74.35 85.03 87.23 76.52 78.95 82.47 82.37 68.52 73.32 68.47 68.11 65.61 80.57
Lampiran 4.17 CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT PROVINSI, TAHUN 2007 Imunisasi Ibu Hamil No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi (2)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
Sumber: Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes RI
Sasaran (3) 110,083 328,266 113,979 141,027 76,515 182,790 47,821 184,642 27,603 42,364 221,655 1,035,300 641,845 49,657 686,377 267,229 66,152 111,242 120,913 106,584 57,667 80,177 80,116 51,231 55,255 193,419 59,281 25,963 27,289 37,171 25,033 56,584 22,381 5,333,611
TT1
TT2
Jumlah
%
Jumlah
%
(4)
(5)
(6)
(7)
68,944 291,586 45,544 99,290 55,075 168,483 34,175 138,688 21,234 29,283 116,707 821,138 326,102 18,343 154,782 178,196 65,264 89,427 108,647 61,411 46,395 62,536 35,557 33,303 47,426 167,808 20,351 23,294 24,098 29,328 20,067 11,952 6,696 3,421,130
62.6 88.8 40.0 70.4 72.0 92.2 71.5 75.1 76.9 69.1 52.7 79.3 50.8 36.9 22.6 66.7 98.7 80.4 89.9 57.6 80.5 78.0 44.4 65.0 85.8 86.8 34.3 89.7 88.3 78.9 80.2 21.1 29.9 64.1
58,903 274,633 71,807 89,650 56,497 156,688 31,495 128,559 20,217 25,020 100,943 738,765 290,325 16,467 174,922 157,964 61,779 83,808 104,234 63,288 41,300 56,564 34,911 30,040 45,417 135,731 18,429 16,482 18,871 25,660 15,142 9,993 4,655 3,159,159
53.5 83.7 63.0 63.6 73.8 85.7 65.9 69.6 73.2 59.1 45.5 71.4 45.2 33.2 25.5 59.1 93.4 75.3 86.2 59.4 71.6 70.5 43.6 58.6 82.2 70.2 31.1 63.5 69.2 69.0 60.5 17.7 20.8 59.2
Lampiran 4.18 INDIKATOR PELAYANAN RUMAH SAKIT UMUM DEPKES DAN PEMDA MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Provinsi
Jumlah Tempat Tidur
Bed Occupancy Rate (BOR)
Length of Stay (LOS)
Bed Turn Over (BTO)
Turn Over Interval (TOI)
Net Death Rate (NDR)
Gross Death Rate (GDR)
Jumlah Pasien Meninggal <48 jam
Kunjungan Poliklinik / Hari
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Irian Jaya Tengah Irian Jaya Timur Indonesia
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI, 2007
1,411 3,354 2,199 1,312 695 1,758 541 1,112 279
43.9 40.4 75.5 56.0 56.3 57.8 30.3 52.7 76.8
4.6 5.1 4.6 3.5 3.4 3.6 2.8 4.1 3.5
25.5 19.7 44.9 42.6 44.5 41.6 33.2 33.8 56.0
7.8 13.9 2.4 4.5 8.0 4.4 9.4 4.9 1.1
17.0 35.5 22.4 15.8 15.8 21.1 12.7 19.8 19.4
36.2 65.1 51.7 41.8 45.5 48.8 36.3 49.3 56.7
498 1,339 1,235 986 465 1,632 307 1,088 213
1,157 2,203 1,914 1,106 641 1,499 275 633 67
3,366 5,192 8,375 1,336 8,710 989 1,690 878 1,378 1,119 657 1,176 1,474 1,093 851 2,738 561 400
71.0 78.4 62.5 50.0 66.2 63.3 75.8 63.3 57.3 62.9 43.0 88.8 48.6 52.1 77.0 66.4 38.1
4.6 5.6 4.4 4.0 4.5 5.0 3.9 2.7 4.3 4.0 2.9 3.6 3.8 6.1 4.4 4.6 3.9
43.9 53.9 38.8 31.0 42.2 40.1 49.5 77.5 40.8 39.6 31.7 61.2 39.1 22.6 42.1 38.7 20.6
2.2 2.5 4.1 8.7 3.7 12.4 3.4 2.0 3.3 4.9 4.7 1.2 9.2 15.0 3.6 4.7 12.7
23.0 19.9 19.9 13.6 26.5 25.4 22.5 16.5 17.1 19.6 11.4 16.3 12.7 18.9 13.2 15.4 18.9
39.8 42.9 43.1 30.5 57.1 50.9 41.4 42.4 34.1 42.3 40.0 46.5 24.1 38.5 31.1 37.1 37.3
2,013 2,964 5,450 195 6,040 491 1,537 882 645 612 701 687 644 391 416 883 179
6,924 5,890 7,526 1,420 6,034 1,395 2,167 543 1,256 694 537 640 1,175 611 968 1,704 365
665 328 394 236 726 56,993
31.3 36.1 84.6 79.7 38.4 57.0
6.4 3.5 3.3 3.9 3.3 4.0
12.0 26.6 43.6 73.5 28.3 38.7
15.5 6.5 3.2 1.0 11.1 6.0
30.9 10.5 13.8 17.9 16.8 18.1
35.8 18.3 23.6 36 35.9 39.4
23 14 76 157 111 1,027
173 46 132 52 450 50,206
Lampiran 4.19
UTILISASI PELAYANAN RAWAT JALAN TINGKAT LANJUT (RJTL) DAN RAWAT INAP TINGKAT LANJUT (RITL) KELUARGA MISKIN MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 No
REGIONAL
PROVINSI
MASKIN (Sasaran Jamkesmas)
KASUS R J T L
KASUS R I T L
TOTAL UTILISASI
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1
REGIONAL I.
NAD, SUMUT
6,806,532
685,134
194,676
879,810
2
REGIONAL II.
RIAU, KEPRI, JAMBI, SUMBAR
3,654,623
405,099
120,453
525,552
3
REGIONAL lII.
SUMSEL, BENGKULU, LAMPUNG, BABEL
6,688,325
452,519
156,139
608,658
4
REGIONAL IV.
DKI JKT, KALBAR, BANTEN
5,170,675
203,286
53,539
256,825
5
REGIONAL V.
JABAR
10,700,175
950,454
240,793
1,191,247
6
REGIONAL VI.
JATENG, DIY
12,658,010
1,127,471
414,175
1,541,646
7
REGIONAL VII.
JATIM
10,710,051
758,134
211,815
969,949
8
REGIONAL VIII.
KALTIM, KALSEL, KALTENG
2,518,318
144,846
56,886
201,732
9
REGIONAL IX.
SULSEL, SULBAR, SULTRA
4,068,001
317,858
104,430
422,288
10
REGIONAL X.
SULUT, SULTENG, GRTALO, MALUT
2,069,846
294,805
99,910
394,715
11
REGIONAL XI.
BALI, NTB, NTT
5,375,979
402,257
197,855
600,112
12
REGIONAL XII.
PAPUA, IRJABAR, MALUKU
3,305,755
219,849
65,527
285,376
13
ANAK TERLANTAR, PNT ASUHAN, MASY TDK PUNYA KTP
5,961,712
1,916,198
7,877,910
Indonesia
2,673,710
76,400,000
Cat : Berdasarkan Laporan Pelaksanaan Program Askeskin 2007 PT Askes Indonesia Sumber : Pusat Pembiayaan & Jaminan Kesehatan Depkes RI
Lampiran 4.20
PENANGANAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DI RUMAH SAKIT MENURUT KEPEMILIKAN TAHUN 2006 Depkes RI No
Pemda Provinsi
Pemda Kab/Kota
TNI & POLRI
Swasta
Jumlah
Jenis NAPZA
(1)
(2)
1 Opiat
Kuratif
Rehabilitatif
Aftercare
Kuratif
Rehabilitatif
Aftercare
Kuratif
Rehabilitatif
Aftercare
Kuratif
Rehabilitatif
Aftercare
Kuratif
Rehabilitatif
Aftercare
Kuratif
Rehabilitatif
Aftercare
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
8
10
2
10
4
10
6
7
6
c. Pethidin
d. Kodein
2 Kokain
1
1
3 Kanabis/Ganja
9
1
10
18
6
24
35
10
0
0
0
19
14
a. Methamfetamin (extacy) b. Shabu c. Lainnya
10
6
11
2
b. Morfin
1 Amfetamin
2
NARKOTIKA
a. Heroin
4 Lainnya
3
4
10
29
14
3
1
6
11
9
1
13
4
20
13
a. Barbiturat
b. Benzodiazepin
5
1
c. Lainnya
1
0
5
8
2
0
12
0
1 Alkohol
11
5
3
1
2 Lainnya
1
11
12
0
0
5
77
25
0
17
Jumlah
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes, 2007
0
14
20
11
0
11
5
11
15
6
30
ZAT ADIKTIF LAINNYA
0 11
16
1
PSIKOTROPIKA
45
4 Lainnya
7
3 Inhalan
5
2 Sedative
3
1
0
42
15
20
0
12
11 0
0
1
32
0
0
0
5
119
25
11
Lampiran 4.21
KINERJA SURVEILANS AFP MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2007
No.
Provinsi
Minimal Kasus AFP Setahun (2/100.000 populasi < 15 tahun)
(1)
(2)
(3)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 2 Sumatera Utara 3 Sumatera Barat 4 Riau 5 Kepulauan Riau 6 Jambi 7 Bengkulu 8 Sumatera Selatan 9 Bangka Belitung 10 Lampung 11 Jakarta 12 Banten 13 Jawa Barat 14 Jawa Tengah 15 DI Yogyakarta 16 Jawa Timur 17 Kalimantan Barat 18 Kalimantan Tengah 19 Kalimantan Selatan 20 Kalimantan Timur 21 Sulawesi Utara 22 Gorontalo 23 Sulawesi Tengah 24 Sulawesi Selatan 25 Sulawesi Barat 26 Sulawesi Tenggara 27 Bali 28 Nusa Tenggara Barat 29 Nusa Tenggara Timur 30 Maluku 31 Maluku Utara 32 Papua 33 Papua Barat Indonesia Sumber: Ditjen PP dan PL, Depkes RI, 2008
Indikator
Zero Reporting (%) Kelengkapan
Jumlah Kasus AFP (4)
24 82 28 28 8 16 10 46 6 44 44 56 216 172 12 158 28 12 18 16 10 6 14 46 6 14 16 28 28 8 6 10 6 1,222
Klasifikasi
41 106 39 46 12 18 11 79 11 43 64 59 240 207 19 214 29 8 24 17 20 16 17 64 6 17 32 31 36 7 6 9 9 1,557
Ketepatan NonPolio Vaccine Spesimen Virus Polio AFP Rate Kompatibel Bukan Polio Derived Adekuat (%) Liar (2/100.000) Polio Virus Puskesmas Rumah Sakit Puskesmas (5)
(6)
3 3 3 3 3 2 2 3 4 2 3 2 2 2 3 3 2 1 3 2 4 5 2 3 2 2 4 2 3 2 2 2 3 3
(7)
68 89 92 87 33 89 82 94 82 74 89 71 82 85 84 79 100 63 83 94 80 94 82 94 33 100 84 90 94 86 67 67 78 84
(8)
(9)
1 1 1 1 4
41 105 39 46 12 18 11 78 11 42 64 59 240 207 19 214 29 8 24 17 20 15 17 64 6 17 32 31 36 7 6 9 9 1,553
(10)
(11)
(12)
64 70 92 75 64 82 79 88 86 85 93 60 84 82 69 71 98 58 83 46 93 100 88 80 94 88 100 92 79 66 48 17 31 76
(13)
78 76 100 90 46 100 85 95 97 96 98 19 82 84 70 94 100 79 87 85 93 100 97 65 87 79 100 100 81 94 57 44 63 84
52 62 76 58 47 61 65 68 77 65 75 25 58 58 55 46 98 42 42 36 89 89 63 60 92 70 91 65 78 66 24 8 22 58
Lampiran 4.22
CAKUPAN TB PARU BTA POSITIF, SEMBUH, PENGOBATAN LENGKAP DAN SUCCES RATE (SR) MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Sembuh
Pengobatan Lengkap
Provinsi
Cakupan TB BTA Positif
Jumlah
%
(2)
(3)
(4)
(5)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
Sumber: Ditjen PP dan PL, Depkes RI, 2008
3,251 16,678 3,650 2,597 2,610 5,101 1,343 4,614 785 823 7,301 30,515 17,330 1,232 23,068 7,745 1,374 3,756 3,772 4,513 1,623 3,577 2,056 4,149 2,430 8,446 3,187 1,509 1,135 1,546 529 3,075
2,607 15,284 3,020 1,369 2,145 4,295 1,252 3,785 695 292 4,583 25,382 14,709 981 19,253 6,955 1,016 3,123 3,150 3,847 1,348 3,113 1,321 3,907 2,102 7,527 2,764 1,354 923 816 275 1,479
175,320
144,672
80.19 91.64 82.74 52.71 82.18 84.20 93.22 82.03 88.54 35.48 62.77 83.18 84.88 79.63 83.46 89.80 73.94 83.15 83.51 85.24 83.06 87.03 64.25 94.17 86.50 89.12 86.73 89.73 81.32 52.78 51.98 48.10 82.52
Jumlah
%
(6)
(7)
307 474 297 994 243 457 41 549 20 245 1,814 2,634 1,078 58 1,445 537 163 272 272 267 150 148 254 94 205 139 220 106 76 538 148 672 14,917
SR % (8)
9.44 2.84 8.14 38.27 9.31 8.96 3.05 11.90 2.55 29.77 24.85 8.63 6.22 4.71 6.26 6.93 11.86 7.24 7.21 5.92 9.24 4.14 12.35 2.27 8.44 1.65 6.90 7.02 6.70 34.80 27.98 21.85 8.51
89.63 94.48 90.88 90.99 91.49 93.16 96.28 93.93 91.08 65.25 87.62 91.81 91.10 84.33 89.73 96.73 85.81 90.39 90.72 91.16 92.30 91.17 76.61 96.43 94.94 90.76 93.63 96.75 88.02 87.58 79.96 69.95 91.03
Lampiran 4.23
CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA BALITA MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi (2)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
Sumber: Ditjen PP dan PL, Depkes RI, 2008
Target Penemuan
< 1 th
Pneumonia Pada Balita Realisasi 14 th
(3)
(4)
(5)
42,223 127,607 47,316 44,914 27,687 68,893 17,537 69,837 10,748 13,484 90,416 392,386 329,089 34,438 372,916 92,602 28,551 42,492 41,603 40,985 16,347 32,401 28,251 22,152 23,724 72,147 21,732 9,509 10,146 11,788 9,765 18,110 6,296 2,218,089
1,264 15,176 4,630 3,188 1,608 9,959 178 2,616 1,793 101 1,501 59,574 21,205 198 8,402 549 2,187 10,253 3,387 1,480 473 5,976 1,234 3,607 1,712 2,566 486 582 462 366 520 167,233
4,030 25,639 11,317 6,473 3,945 18,550 376 5,011 4,236 270 2,533 108,764 39,432 573 15,927 1,195 3,925 15,829 4,632 2,988 1,523 11,998 1,796 5,747 3,355 6,106 1,015 790 732 538 942 310,187
%
Jumlah (6)
(7)
5,294 40,815 15,947 9,661 5,553 28,509 554 7,627 6,029 371 4,034 168,338 60,637 771 24,329 1,744 6,112 26,082 8,019 4,468 1,996 17,974 3,030 9,354 5,067 8,672 1,501 1,372 1,194 904 1,462 477,420
12.54 31.98 33.70 21.51 20.06 41.38 3.16 10.92 56.10 2.75 4.46 42.90 18.43 2.24 6.52 1.88 21.41 61.38 19.28 10.90 12.21 55.47 10.73 42.23 21.36 12.02 6.91 14.43 11.77 7.67 14.97 0.00 0.00 21.52
Lampiran 4.24
CAKUPAN DISTRIBUSI KAPSUL VITAMIN "A" TAHUN 2007
No
Provinsi
(1)
(2)
Jumlah
Jumlah
Bayi
Anak Balita
Cakupan Vitamin A
( 611 Bln)
(14 Thn)
Ibu Nifas
Februari
Agustus
Februari
Agustus
(3)
(4)
(5)
(6)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
3
Sumatera Barat
4
Riau
70,957
5
Jambi
6
Bayi Diberi Vitamin A
(7)
Februari
Balita Diberi Vitamin A
Agustus
Februari
Ibu Nifas diberi Vitamin A
Agustus
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
73,124
97,224
368,491
356,158
84,486
66,076
90.36
85,407
87.85
343,920
93.33
336,364
94.44
60,182
71.23
393,216
380,438
1,073,532
1,073,532
141,643
295,549
75.16
301,658
79.29
823,911
76.75
903,982
84.21
48,271
34.08
367,698
367,698
111,409
55,942
87.87
54,095
84.97
343,608
93.45
341,879
92.98
68,755
61.71
81,311
521,815
523,490
130,000
64,721
91.21
72,524
89.19
429,978
82.40
451,813
86.31
48,390
37.22
41,815
47,768
261,752
241,927
65,919
35,818
85.66
39,797
83.31
210,836
80.55
212,472
87.82
46,028
69.83
Sumatera Selatan
132,618
132,618
627,315
657,157
162,558
115,550
87.13
115,550
87.13
84.11
564,084
85.84
119,395
90.03
7
Bengkulu
39,551
39,551
151,354
151,354
46,139
26,501
67.00
28,440
71.91
122,691
81.06
128,218
84.71
16,116
34.93
8
Lampung
170,437
173,847
776,968
794,113
184,405
109,332
64.15
115,049
66.18
517,798
66.64
641,213
80.75
68,900
37.36
9
Kepulauan Bangka Belitung
14,400
14,616
106,732
107,670
25,229
14,244
98.92
13,636
93.30
92,438
86.61
86,519
80.36
16,844
66.76
31,876
32,864
141,191
142,793
39,080
19,981
62.68
20,653
62.84
119,826
84.87
116,993
81.93
24,390
62.41
11 DKI Jakarta
107,175
85,437
619,706
600,417
211,937
97,478
90.95
60,923
71.31
584,937
94.39
405,122
67.47
57,059
26.92
12 Jawa Barat
443,535
443,535
3,119,991
3,119,991
981,011
430,718
97.11
420,314
94.76
3,095,360
99.21
2,861,819
91.73
644,718
65.72
13 Jawa Tengah
305,567
323,140
2,131,693
2,116,076
505,338
303,208
99.23
319,230
98.79
2,122,703
99.58
2,091,791
98.85
375,924
74.39
14 DI Yogyakarta
32,135
29,469
154,209
153,279
47,898
25,255
78.59
23,315
79.12
154,805
100.39
166,673
108.74
35,911
74.97
15 Jawa Timur
386,935
300,587
2,506,296
2,146,870
572,529
299,954
77.52
262,310
87.27
2,103,961
83.95
1,821,405
84.84
340,746
59.52
16 Banten
131,927
159,776
857,860
891,942
209,296
122,723
93.02
152,570
95.49
790,901
92.19
761,478
85.37
55,185
26.37
17 Bali
41,382
36,640
206,941
211,056
62,645
33,996
82.15
32,973
89.99
197,531
95.45
205,684
97.45
42,454
67.77
18 Nusa Tenggara Barat
59,625
56,129
391,470
397,541
107,267
55,188
92.56
52,163
92.93
368,135
94.04
377,006
94.83
92,096
85.86
19 Nusa Tenggara Timur
86,005
90,317
382,522
386,156
78,018
65,445
76.09
73,630
81.52
306,444
80.11
330,284
85.53
65,389
83.81
20 Kalimantan Barat
75,181
71,158
423,592
438,894
110,803
49,894
66.37
49,174
69.11
308,763
72.89
375,553
85.57
39,145
35.33
21 Kalimantan Tengah
37,584
37,584
51,287
35,114
93.43
35,114
93.43
72.82
156,869
78.97
27,703
54.02
22 Kalimantan Selatan
52,860
45,651
284,916
276,189
75,319
41,660
78.81
35,445
77.64
224,786
78.90
235,369
85.22
42,593
56.55
23 Kalimantan Timur
44,024
44,024
322,942
322,942
73,535
37,565
85.33
39,227
89.10
253,443
78.48
272,328
84.33
35,942
48.88
24 Sulawesi Utara
21,983
21,805
135,409
143,052
47,844
19,697
89.60
20,557
94.28
120,450
88.95
138,758
97.00
33,806
70.66
25 Sulawesi Tengah
43,356
43,104
47,636
36,196
83.49
35,566
82.51
87.21
204,688
90.05
36,725
77.10
26 Sulawesi Selatan
119,142
95,426
523,578
494,684
176,933
99,909
83.86
81,896
85.82
477,567
91.21
456,278
92.24
83,800
47.36
27 Sulawesi Tenggara
30,596
31,691
194,692
200,304
46,474
24,299
79.42
26,404
83.32
151,371
77.75
171,737
85.74
32,854
70.69
28 Gorontalo
16,237
16,658
84,447
84,882
21,564
13,287
81.83
12,982
77.93
70,700
83.72
73,060
86.07
14,364
66.61
29 Sulawesi Barat
20,974
16,806
77,616
67,217
11,627
17,905
85.37
14,595
86.84
68,802
88.64
61,537
91.55
7,629
65.61
30 Maluku
32,463
32,463
175,728
175,728
33,152
15,598
48.05
15,849
48.82
95,913
54.58
105,259
59.90
22,513
67.91
31 Maluku Utara
15,542
16,698
97,274
100,886
24,419
9,659
62.15
9,922
59.42
52,595
54.07
56,811
56.31
12,641
51.77
32 Papua
50,125
50,125
207,052
207,052
52,631
16,836
33.59
16,836
33.59
56,109
27.10
43,711
21.11
11,560
21.96
33 Papua Barat
18,284
19,023
39,800
60,473
4,460
24.39
7,928
41.68
13,824
34.73
28,185
46.61
5,981
21.58
17,744,875
17,437,478
2,659,758
83.01
2,645,732
84.50
87.24
15,184,942
87.08
10 Kepulauan Riau
Indonesia
63,661
3,204,292
63,661
3,131,144
198,648
211,645
198,648
227,307
27,720 4,567,751
Ket : Provinsi yg belum lengkap data kabupatennya : Sumatera Utara, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Papua Barat dan Papua (16 Mei 2008) Sumber : Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2008
527,654
144,651
184,577
15,480,988
2,634,009
57.67
Lampiran 4.25
CAKUPAN PEMBERIAN TABLET BESI (Fe) PADA IBU HAMIL MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 Cakupan Fe Ibu Hamil No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Fe1
Jumlah Ibu Hamil
(2)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
Sumber : Dit. Gizi Kesehatan Masyarakat, Ditjen Binkesmas, Depkes RI, 2008
(3)
110,083 328,266 113,979 141,027 76,515 182,790 47,821 184,642 27,603 42,364 221,655 1,035,300 641,845 49,657 686,377 267,229 66,152 111,242 120,913 106,584 57,667 80,177 80,116 51,231 55,255 193,419 59,281 25,963 27,289 37,171 25,033 56,584 22,381
5,333,611
Fe3
Jumlah
%
Jumlah
%
(4)
(5)
(6)
(7)
62,371 276,505 90,230 118,896 57,898 171,172 37,985 96,187 26,403 34,096 171,877 897,587 570,230 33,301 218,741 173,277 49,333 104,267 88,220 85,243 48,082 68,550 58,182 39,625 49,270 155,209 37,415 23,573 22,767 30,926 20,835 7,218 3,925,471
56.66 84.23 79.16 84.31 75.67 93.64 79.43 52.09 95.65 80.48 77.54 86.70 88.84 67.06 31.87 64.84 74.58 93.73 72.96 79.98 83.38 85.50 72.62 77.35 89.17 80.24 63.11 90.79 83.43 83.20 83.23 0.00 32.25 73.60
56,536 268,197 78,031 116,148 53,510 160,273 32,734 86,517 24,798 26,974 154,104 835,383 521,437 30,710 178,360 140,915 44,430 91,794 78,900 76,059 43,245 58,087 44,659 35,445 43,300 123,410 35,327 19,278 15,683 26,337 16,875 4,293 3,521,749
51.36 81.70 68.46 82.36 69.93 87.68 68.45 46.86 89.84 63.67 69.52 80.69 81.24 61.84 25.99 52.73 67.16 82.52 65.25 71.36 74.99 72.45 55.74 69.19 78.36 63.80 59.59 74.25 57.47 70.85 67.41 0.00 19.18 66.03
Lampiran 4.26 PERSENTASE ANAK USIA 24 TAHUN YANG PERNAH DISUSUI DAN LAMANYA DISUSUI MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 Perkotaan + Perdesaan No
Provinsi
(1)
(2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Bengkulu Sumatera Selatan Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesra, 2007
≤ 5
6 11
(3)
(4)
3.61 5.25 3.77 5.88 3.81 1.24 3.22 2.96 8.78 14.89 7.51 4.04 4.54 5.56 7.93 7.42 3.76 1.26 1.60 6.23 3.44 9.72 6.33 4.42 5.20 2.51 3.36 5.26 2.22 4.61 2.56 4.18 8.08 5.06
Lama disusui ( bulan ) 18 23 12 17 (5)
8.70 13.16 5.68 8.16 6.63 4.48 6.38 5.70 9.83 13.73 14.04 4.51 4.95 6.02 7.90 5.38 6.73 3.94 6.76 6.06 5.51 8.33 6.48 12.33 8.11 7.98 8.85 11.58 7.06 18.62 14.47 11.30 11.94 7.26
(6)
18.34 30.38 15.91 19.01 13.31 13.59 17.09 19.50 19.25 19.15 22.93 13.61 12.78 12.13 17.29 15.67 21.49 14.91 36.13 10.65 16.00 19.63 9.74 34.46 19.61 24.85 30.87 22.23 26.02 45.75 34.29 29.79 30.52 18.70
≥ 24
Jumlah
(7)
32.13 21.08 28.33 21.13 26.00 29.18 20.32 25.84 17.76 9.84 15.32 20.46 18.66 14.54 21.17 23.98 28.46 23.50 19.25 11.19 16.67 12.99 18.74 13.81 12.79 18.95 17.51 9.12 18.45 10.13 16.74 17.86 20.87 20.25
(8)
37.21 30.13 46.31 45.81 50.25 51.51 52.99 46.00 44.38 42.39 40.22 57.38 59.08 61.75 45.71 47.54 39.56 56.38 36.26 65.86 58.39 49.34 58.72 34.98 54.28 45.71 39.40 51.80 46.24 20.89 31.95 36.86 28.59 48.73
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Lampiran 4.26.a PERSENTASE ANAK USIA 24 TAHUN YANG PERNAH DISUSUI DAN LAMANYA DISUSUI MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 Perkotaan No
Provinsi
(1)
(2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Bengkulu Sumatera Selatan Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesra, 2007
≤ 5
6 11
(3)
(4)
6.00 8.39 3.82 6.34 6.98 6.10 1.45 3.84 16.02 15.63 7.51 5.48 6.12 6.48 10.53 11.88 5.90 1.36 3.70 17.63 6.67 8.90 12.57 5.38 9.69 5.18 6.87 7.56 2.41 8.69 5.44 4.27 5.82 7.45
Lama disusui ( bulan ) 18 23 12 17 (5)
10.99 14.66 8.73 10.47 9.51 10.72 7.69 9.15 12.72 14.11 14.04 5.46 6.58 8.26 9.95 7.23 6.38 5.58 9.43 16.52 7.15 11.35 9.24 12.54 12.50 10.62 9.24 15.41 9.43 20.90 10.19 10.49 14.00 9.11
(6)
19.92 27.24 17.08 17.87 11.04 15.34 12.75 21.10 16.65 20.11 22.93 14.93 15.40 13.62 18.25 16.69 22.50 11.63 30.16 12.41 20.24 11.31 19.38 35.72 19.21 30.36 21.78 23.71 23.75 32.32 26.54 28.25 33.86 18.51
≥ 24
Jumlah
(7)
27.01 19.41 25.19 20.16 22.29 16.79 28.69 21.43 15.57 9.47 15.32 20.14 16.90 15.61 18.18 17.36 28.47 25.19 17.88 8.49 16.54 15.33 12.15 11.76 9.98 13.62 17.02 8.03 20.44 12.87 18.29 20.36 10.52 18.16
(8)
36.06 30.31 45.18 45.16 50.17 51.05 49.42 44.47 39.04 40.69 40.22 54.00 55.00 56.03 43.08 46.84 36.75 56.25 38.83 44.95 49.40 53.11 46.67 34.60 48.61 40.22 45.09 45.29 43.97 25.22 39.53 36.62 35.80 46.77
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Lampiran 4.26.b PERSENTASE ANAK USIA 24 TAHUN YANG PERNAH DISUSUI DAN LAMANYA DISUSUI MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 Perdesaan No
Provinsi
(1)
(2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Bengkulu Sumatera Selatan Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
≤ 5
6 11
(3)
(4)
2.95 3.22 3.75 5.64 2.60 1.85 1.17 2.70 4.58 11.71 2.52 3.43 3.78 5.88 2.89 1.33 1.21 1.27 2.71 2.11 4.84 6.56 3.93 4.14 2.56 1.43 4.61 2.20 3.15 1.80 9.52 3.56 3.37
Lama disusui ( bulan ) 18 23 12 17 (5)
8.07 12.18 4.44 6.92 5.53 4.33 3.42 4.68 8.14 12.10 3.50 3.81 1.71 6.29 3.50 7.13 3.01 6.34 2.82 4.83 3.67 7.31 12.21 7.06 8.06 7.66 10.49 6.77 17.80 15.60 12.49 10.27 5.95
(6)
17.90 32.43 15.43 19.63 14.18 17.92 13.87 19.03 20.76 14.98 12.22 10.94 9.25 16.54 14.65 20.36 16.79 37.08 10.11 14.25 8.84 19.91 33.83 19.71 31.10 25.62 21.81 26.30 50.55 36.35 31.37 28.23 18.84
≥ 24
Jumlah
(7)
33.54 22.16 29.61 21.66 27.41 22.00 29.34 27.14 19.03 11.42 20.81 19.89 12.49 23.52 30.72 28.44 22.53 19.46 12.03 16.72 20.71 13.93 14.85 13.46 19.24 19.43 9.43 18.21 9.15 16.33 21.05 20.68 21.72
(8)
37.53 30.01 46.77 46.16 50.28 53.90 52.20 46.45 47.48 49.78 60.96 61.93 72.77 47.78 48.24 42.75 56.46 35.85 72.33 62.08 61.94 52.30 35.17 55.63 39.04 45.87 53.66 46.52 19.35 29.93 25.56 37.27 50.12
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Sumber: BPS, Statistik Kesra, 2007
Lampiran 4.27
REKAPITULASI KEJADIAN BENCANA TAHUN 2007
No
Jenis Bencana
Jumlah Provinsi
(1)
(2)
(3)
1 Banjir
2 Banjir Bandang
J u m l a h K o r b a n Luka Berat/ Luka Ringan/ Rawat Inap Rawat Jalan
Meninggal (4)
23
(5)
140
(6)
2,303
Pengungsi
Hilang (7)
299,414
(8)
50
610,065
3,545
3 Tanah Longsor
9
46
18
187
4 Gempa Bumi
7
99
468
36,385
139,494
11
10
35
568
208
65
263
228
399
265
129
6,868
50
20,237
5 Angin Topan/Angin Putting Beliung/ Angin Puyuh 6 Kecelakaan Transportasi
7 Banjir dan Tanah Longsor
10
8 Ledakan Granat/Bom
4
4
9 Banjir Bandang dan Tanah Longsor
2
8
10
186
10 KLB
Sumber : Pusat Penanggulangan Krisis (PPK), Depkes RI, 2008
3
8
5,951
1
716
22
Lampiran 5.1 JUMLAH PUSKESMAS SERTA SARANA LAINNYA MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 Puskesmas
No
Provinsi
(1)
(2)
Perawatan
Non Perawatan (4)
(3)
Sarana UKBM *) Poskesdes
Total (5)
(6)
Posyandu (7)
Sarana Transportasi Puskesmas Pusling
Pos Obat
Polindes
Desa (9)
(8)
R4 (10)
Sepeda
Ambulans PB (11)
Motor (13)
(12)
1 Nanggroe Aceh Darussalam
125
186
311
1,913
5,576
1,473
193
260
2
128
747
2 Sumatera Utara
122
341
463
2,468
22,190
644
695
391
26
125
2,126
3 Sumatera Barat
84
144
228
846
6,680
834
941
245
120
62
1,264
4 Riau
49
107
156
291
4,333
197
57
133
15
16
406
5 Jambi
59
89
148
225
2,882
77
156
192
11
41
1,028
6 Sumatera Selatan
86
173
259
1,571
5,786
1,499
175
215
54
66
910
7 Bengkulu
35
105
140
333
1,713
653
137
176
1
29
775
8 Lampung
80
168
248
735
7,380
1,062
214
261
11
38
819
9 Kepulauan Bangka Belitung
19
32
51
178
909
199
59
49
5
16
284
10 Kepulauan Riau
17
34
51
353
503
227
7
45
29
17
270
11 DKI Jakarta 12 Jawa Barat
50
291
341
0
3,841
199
0
66
0
51
485
150
852
1,002
1,132
43,111
1,511
817
532
3
224
3,102
13 Jawa Tengah
269
602
871
3,355
46,746
4,411
857
780
38
672
3,006
14 DI Yogyakarta
38
79
117
114
5,412
80
111
144
0
5
665
365
564
929
5,158
44,095
4,174
192
731
4
319
4,455
16 Banten
34
146
180
39
8,989
126
94
140
0
22
678
17 Bali
23
89
112
220
4,589
262
19
118
0
71
641
18 Nusa Tenggara Barat
58
76
134
534
5,256
479
217
180
6
23
959
19 Nusa Tenggara Timur
111
142
253
1,297
8,046
1,175
412
216
29
119
1,281
20 Kalimantan Barat
71
140
211
1,312
3,705
1,094
271
191
88
23
929
21 Kalimantan Tengah
54
109
163
543
1,706
531
38
130
86
51
695
22 Kalimantan Selatan
40
164
204
1,008
3,411
710
95
219
34
47
1,064
23 Kalimantan Timur
82
110
192
359
4,409
337
305
179
72
39
722
24 Sulawesi Utara
65
77
142
393
2,068
420
94
116
21
58
457
25 Sulawesi Tengah
64
81
145
837
2,841
848
53
147
14
1
420
26 Sulawesi Selatan
189
185
374
694
8,579
1,159
377
333
18
58
1,838
27 Sulawesi Tenggara
48
105
153
297
2,479
349
1,854
132
11
19
899
28 Gorontalo
18
37
55
258
1,134
266
90
52
3
11
248
29 Sulawesi Barat
24
42
66
91
6,825
81
0
40
0
28
435
30 Maluku
59
83
142
38
1,360
208
0
29
16
24
88
31 Maluku Utara
30
34
64
313
0
0
0
37
28
18
137
132
114
246
203
0
167
13
115
61
36
354
33
50
83
214
2,648
302
1,055
37
32
8
182
2,683
5,551
8,234
27,322
269,202
25,754
9,598
6,631
838
2,465
32,369
15 Jawa Timur
32 Papua 33 Papua Barat Indonesia Sumber: Ditjen Binkesmas & Pusdatin, Depkes RI *) data tahun 2006
Lampiran 5.2 JUMLAH PUSKESMAS DAN RASIONYA TERHADAP PENDUDUK MENURUT PROVINSI TAHUN 2003 2007
No
Provinsi
(1)
(2)
Rasio Puskesmas/
Jumlah Puskesmas
Per 100.000 Penduduk
2003
2004
2005
2006
2007
2003
2004
2005
2006
2007
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
240
240
266
274
311
5.70
6.15
6.60
6.73
7.36
2
Sumatera Utara
388
423
426
445
463
3.27
3.43
3.42
3.52
3.61
3
Sumatera Barat
206
210
214
224
228
4.62
4.62
4.69
4.84
4.85
4
Riau
142
146
150
154
156
2.55
3.21
3.28
2.52
3.08
5
Jambi
45
47
135
140
148
3.92
5.12
5.22
5.40
6
Sumatera Selatan
127
132
242
249
259
4.94
4.89
3.57
3.61
3.69
7
Bengkulu
235
250
113
126
140
3.62
3.68
7.29
8.04
8.66
8
Lampung
112
113
224
235
248
7.38
7.02
3.15
3.26
3.40
9
Kepulauan Bangka Belitung
219
222
47
47
51
3.16
3.10
4.50
4.37
4.61
10
Kepulauan Riau
45
61
41
45
51
4.61
5.99
3.22
3.66
11
DKI Jakarta
329
329
335
342
341
3.82
3.61
3.78
3.82
3.76
12
Jawa Barat
982
982
996
999
1,002
2.59
2.51
2.56
2.52
2.48
13
Jawa Tengah
855
857
853
858
871
2.67
2.60
2.67
2.67
2.69
14
DI Yogyakarta
117
117
117
117
117
3.65
3.57
3.50
3.45
3.41
15
Jawa Timur
918
907
919
930
929
2.54
2.45
2.53
2.54
2.52
16
Banten
171
172
173
177
180
1.91
1.88
1.92
1.92
1.91
17
Bali
108
109
110
110
112
3.22
3.13
3.25
3.21
3.22
18
Nusa Tenggara Barat
127
125
128
130
134
3.17
3.00
3.06
3.05
3.12
19
Nusa Tenggara Timur
218
220
228
251
253
5.35
5.27
5.35
5.76
5.69
20
Kalimantan Barat
192
195
207
205
211
4.86
4.78
5.11
4.98
5.05
21
Kalimantan Tengah
133
132
134
154
163
7.28
6.94
7.00
7.95
8.04
22
Kalimantan Selatan
189
193
192
201
204
5.95
5.95
5.85
6.01
6.01
23
Kalimantan Timur
167
174
187
186
192
6.17
5.90
6.56
6.34
6.35
24
Sulawesi Utara
108
114
119
130
142
5.08
5.28
5.59
6.02
6.49
25
Sulawesi Tengah
134
135
139
144
145
6.06
5.81
6.06
6.13
6.05
26
Sulawesi Selatan
376
333
347
362
374
4.58
4.45
4.09
4.20
4.86
27
Sulawesi Tenggara
115
138
139
159
153
6.13
7.02
7.08
7.94
7.53
28
Gorontalo
47
44
45
55
55
5.33
4.80
4.88
5.84
5.73
29
Sulawesi Barat
50
50
62
66
5.17
6.49
30
Maluku
98
103
109
125
142
7.74
8.71
9.83
10.91
31
Maluku Utara
32
Papua
33
Papua Barat Indonesia
Sumber: Ditjen Binkesmas & Pusdatin, Depkes RI
8.05
53
55
56
62
64
6.21
6.03
6.33
6.75
6.78
165
167
168
236
246
7.02
9.07
6.67
8.87
2.05
52
55
60
81
83
9.71
11.59
7,413
7,550
7,669
8,015
8,234
3.46
3.48
3.50
3.61
3.65
Lampiran 5.3 JUMLAH PUSKESMAS DAN PUSKESMAS PERAWATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2003 2007
No
Provinsi
(1)
(2)
Jumlah Puskesmas 2003 (3)
2004 (4)
2005 (5)
Jumlah Puskesmas Perawatan 2006 (6)
2007 (7)
2003 (8
2004 (9)
2005 (10)
2006 (11)
2007 (12)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
240
240
266
274
311
78
82
89
85
125
2
Sumatera Utara
388
423
426
445
463
90
97
98
145
122
3
Sumatera Barat
206
210
214
224
228
63
63
64
81
84
4
Riau
142
146
150
154
156
36
38
39
46
49
5
Jambi
45
47
135
140
148
21
21
43
41
59
6
Sumatera Selatan
127
132
242
249
259
36
38
75
76
86
7
Bengkulu
235
250
113
126
140
68
71
24
34
35
8
Lampung
112
113
224
235
248
10
25
31
39
80
9
Kepulauan Bangka Belitung
219
222
47
47
51
28
29
14
17
19
45
61
41
45
51
25
26
17
16
17
10
Kepulauan Riau
11
DKI Jakarta
329
329
335
342
341
46
48
50
50
50
12
Jawa Barat
982
982
996
999
1,002
18
132
132
142
150
13
Jawa Tengah
855
857
853
858
871
128
235
218
241
269
14
DI Yogyakarta
117
117
117
117
117
214
32
32
38
38
15
Jawa Timur
918
907
919
930
929
32
295
310
336
365
16
Banten
171
172
173
177
180
279
18
18
34
34
17
Bali
108
109
110
110
112
20
20
23
22
23
18
Nusa Tenggara Barat
127
125
128
130
134
27
28
46
44
58
19
Nusa Tenggara Timur
218
220
228
251
253
59
60
72
124
111
20
Kalimantan Barat
192
195
207
205
211
66
67
70
71
71
21
Kalimantan Tengah
133
132
134
154
163
33
31
35
52
54
22
Kalimantan Selatan
189
193
192
201
204
26
31
33
36
40
23
Kalimantan Timur
167
174
187
186
192
68
67
70
87
82
24
Sulawesi Utara
108
114
119
130
142
17
59
56
59
65
25
Sulawesi Tengah
134
135
139
144
145
66
59
59
64
64
26
Sulawesi Selatan
376
333
347
362
374
57
140
147
179
189
27
Sulawesi Tenggara
115
138
139
159
153
156
35
45
52
48
28
Gorontalo
47
44
45
55
55
28
14
14
17
18
29
Sulawesi Barat
50
50
62
66
18
19
22
24
30
Maluku
98
103
109
125
142
30
30
31
54
59
31
Maluku Utara
53
55
56
62
64
16
15
17
31
30
32
Papua
165
167
168
236
246
61
63
64
121
132
33
Papua Barat Indonesia
Sumber: Ditjen Binkesmas & Pusdatin, Depkes RI
52
55
7,413
7,550
60 7,669
81 8,015
83 8,234
22
23
1,924
2,010
22 2,077
41 2,497
33 2,683
Lampiran 5.4 JUMLAH PUSKESMAS KELILING DAN RASIO PUSKESMAS KELILING PER PUSKESMAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2002 2007 Jumlah Puskesmas Keliling No
Provinsi
(1)
2003 R4 PB
(2)
(3)
(4)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
144
3
Sumatera Barat
73
4
Riau
73
5
Jambi
6
Sumatera Selatan
7
2
2005 R4 PB
2006 R4 PB
R4
PB
(5)
(7)
(9)
(11)
(12)
(6)
198
8
267
(8)
(10)
2003
2004
2005
2006
2007
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
189
4
244
2
260
2
0.0
0.9
0.7
0.9
0.8
248
0
323
3
391
26
0.4
0.6
0.6
0.7
0.9
190
11
209
9
156
8
245
120
0.4
1.0
1.0
0.7
1.6
7
96
23
106
24
113
15
133
15
0.6
0.8
0.9
0.8
0.9
28
11
24
24
123
10
155
10
192
11
0.9
1.0
1.0
1.2
1.4
66
6
128
12
180
7
208
30
215
54
0.6
1.1
0.8
1.0
1.0
Bengkulu
110
20
197
10
108
0
131
0
176
1
0.6
0.8
1.0
1.0
1.3
8
Lampung
34
185
4
228
3
261
11
0.3
0.9
0.8
1.0
1.1
9
Kepulauan Bangka Belitung
109
Rasio Puskesmas Keliling/Puskesmas
2007
2004 R4 PB
101 4
172
3
44
0
42
0
49
5
0.5
0.8
0.9
0.9
1.1
10 Kepulauan Riau
96
49
1
27
19
46
20
45
29
2.1
0.8
1.1
1.5
1.5
11 DKI Jakarta 12 Jawa Barat
24
70
165
57
4
76
0
66
0
0.1
0.7
0.2
0.2
0.2
42
406
1
407
0
468
0
532
3
0.0
0.4
0.4
0.5
0.5
6
820
3
867
3
780
38
0.2
0.9
1.0
1.0
0.9
126
0
142
0
144
0
4.3
0.9
1.1
1.2
1.2
13 Jawa Tengah
150
1
777
14 DI Yogyakarta
500
6
108
15 Jawa Timur
59
16 Banten
886
4
914
3
962
4
731
4
0.1
1.0
1.0
1.0
0.8
529
2
88
1
103
1
100
3
140
0
3.1
0.5
0.6
0.6
0.8
17 Bali
87
2
111
46
118
46
127
0
118
0
0.8
1.4
1.5
1.2
1.1
18 Nusa Tenggara Barat
45
1
119
3
101
6
135
6
180
6
0.4
1.0
0.8
1.1
1.4
19 Nusa Tenggara Timur
69
7
183
21
186
23
201
13
216
29
0.3
0.9
0.9
0.9
1.0
20 Kalimantan Barat
58
67
112
75
126
71
179
104
191
88
0.7
1.0
1.0
1.4
1.3
21 Kalimantan Tengah
53
24
88
54
106
50
90
62
130
86
0.6
1.1
1.2
1.0
1.3
22 Kalimantan Selatan
83
4
176
29
186
30
197
25
219
34
0.5
1.1
1.1
1.1
1.2
23 Kalimantan Timur
50
17
126
46
138
40
115
36
179
72
0.4
1.0
1.0
0.8
1.3
24 Sulawesi Utara
11
67
16
59
15
91
13
116
21
0.1
0.7
0.6
0.8
1.0
25 Sulawesi Tengah
17
106
17
118
12
134
11
147
14
0.3
0.9
0.9
1.0
1.1
215
8
245
10
440
15
333
18
0.0
0.7
0.7
1.3
0.9
9
101
8
104
13
132
11
1.8
0.7
0.8
0.7
0.9
32
0
47
3
52
3
0.4
0.7
0.7
0.9
1.0
26 Sulawesi Selatan
27 Sulawesi Tenggara 28 Gorontalo
17
183
19
85
16
5
32
29 Sulawesi Barat
27
2
28
2
35
1
40
0
0.6
0.6
0.6
0.6
30 Maluku
16
7
32
37
34
33
36
34
29
16
0.2
0.7
0.6
0.6
0.3
31 Maluku Utara
27
46
26
65
28
41
39
24
37
28
1.4
1.7
1.2
1.0
1.0
32 Papua
32
24
71
66
75
73
101
52
37
32
0.3
0.8
0.9
0.6
0.8
33 Papua Barat
11
18
25
42
25
43
33
35
115
61
0.6
1.2
1.1
0.8
0.7
838
0.4
0.8
0.8
0.9
0.9
Indonesia
2,795
317 5,358
805 5,552
Sumber: Ditjen Binkesmas & Pusdatin, Depkes RI Keterangan: R4 = Puskesmas keliling kendaraan bermotor roda empat (mobil) PB = Puskesmas keliling perahu bermotor
591 6,365
548 6,631
Lampiran 5.5 JUMLAH RUMAH SAKIT DI INDONESIA MENURUT PENGELOLA DAN PROVINSI TAHUN 2007 No
Provinsi
(1)
(2)
Depkes/Pemda RS RS Jumlah Umum Khusus (3)
(4)
(5)
TNI/POLRI RS Jumlah Khusus
RS Umum (6)
(7)
Departemen Lain/BUMN RS RS Jumlah Umum Khusus
(8)
(9)
(10)
(11)
RS Umum
Swasta RS Khusus
(12)
(13)
Jumlah
RS Umum
(14)
(15)
Semua RS RS Jumlah Khusus (16)
(17)
1 Nanggroe Aceh Darussalam
18
2
20
3
0
3
3
0
3
5
2
7
29
4
33
2 Sumatera Utara
31
5
36
7
0
7
17
1
18
62
6
68
117
12
129
3 Sumatera Barat
16
2
18
3
0
3
1
0
1
9
10
19
29
12
41
4 Riau
14
1
15
5
0
5
6
0
6
12
2
14
37
3
40
8
1
9
2
0
2
2
0
2
3
1
4
15
2
17
13
3
16
2
0
2
5
0
5
7
2
9
27
5
32
7 Bengkulu
6
1
7
1
0
1
0
0
0
1
0
1
8
1
9
8 Lampung
8
1
9
1
0
1
0
0
0
9
2
11
18
3
21
9 Kepulauan Bangka Belitung
7
5 Jambi 6 Sumatera Selatan
4
1
5
0
0
0
0
0
0
2
0
2
6
1
10 Kepulauan Riau
11 DKI Jakarta
8
7
15
8
1
9
5
1
6
55
36
91
76
45
121
12 Jawa Barat
29
8
37
12
0
12
6
1
7
51
29
80
98
38
136
13 Jawa Tengah
41
8
49
8
0
8
3
0
3
73
41
114
125
49
174
14 DI Yogyakarta
6
1
7
2
0
2
0
1
1
9
15
24
17
17
34
45
8
53
19
1
20
13
2
15
56
22
78
133
33
166
16 Banten
5
1
6
2
0
2
2
0
2
8
8
16
17
9
26
17 Bali
9
2
11
2
0
2
0
0
0
16
4
20
27
6
33
18 Nusa Tenggara Barat
7
3
10
1
0
1
0
0
0
2
0
2
10
3
13
19 Nusa Tenggara Timur
14
0
14
2
0
2
0
0
0
8
1
9
24
1
25
20 Kalimantan Barat
13
3
16
2
0
2
1
0
1
7
2
9
23
5
28
21 Kalimantan Tengah
10
0
10
1
0
1
0
0
0
0
0
0
11
0
11
22 Kalimantan Selatan
11
2
13
3
0
3
2
0
2
4
4
8
20
6
26
23 Kalimantan Timur
11
2
13
3
0
3
2
0
2
9
1
10
25
3
28
24 Sulawesi Utara
6
1
7
2
0
2
0
0
0
11
0
11
19
1
20
25 Sulawesi Tengah
9
1
10
1
0
1
0
0
0
4
4
8
14
5
19
26 Sulawesi Selatan
26
7
33
6
0
6
1
1
2
13
7
20
46
15
61
27 Sulawesi Tenggara
7
1
8
2
0
2
1
0
1
3
1
4
13
2
15
28 Gorontalo
3
1
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
1
4
29 Sulawesi Barat
30 Maluku
7
1
8
3
0
3
0
0
0
6
1
7
16
2
18
31 Maluku Utara
4
0
4
2
0
2
0
0
0
0
0
0
6
0
6
32 Irian Jaya Tengah
4
0
4
2
0
2
0
0
0
1
1
2
7
0
7
33 Papua Barat
4
0
4
2
0
2
1
0
1
2
0
2
9
0
9
34 Irian Jaya Timur
4
2
6
1
0
1
0
0
0
3
0
3
8
2
10
401
76
477
110
2
112
71
7
78
451
201
652
1033
286
1319
15 Jawa Timur
Indonesia Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI
Lampiran 5.6 JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM MENURUT PENGELOLA TAHUN 2003 2007 Jumlah Rumah Sakit Umum No
Pengelola
(1)
(2)
2003
2004
2005
2006
2007
(3
(4)
(5)
(6)
(7)
1
Departemen Kesehatan
14
13
13
13
13
2
Pemerintah Provinsi
45
43
43
43
43
3
Pemerintah Kab/Kota
294
305
322
334
345
Depkes + Pemda
353
361
378
390
401
4
TNI/POLRI
110
110
110
110
110
5
Departemen Lain / BUMN
71
71
71
71
71
Dikelola Pemerintah/BUMN
534
542
559
571
582
Dikelola Swasta
432
434
436
441
451
Jumlah
966
976
995
1,012
1,033
6
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI
Lampiran 5.7 JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM DEPKES/PEMDA MENURUT KELAS DAN PROVINSI TAHUN 2007 No
Provinsi
Kelas A
(1)
(2)
(3)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 2 Sumatera Utara 3 Sumatera Barat 4 Riau 5 Jambi 6 Sumatera Selatan 7 Bengkulu 8 Lampung 9 Kepulauan Bangka Belitung 10 Kepulauan Riau 11 DKI Jakarta 12 Jawa Barat 13 Jawa Tengah 14 DI Yogyakarta 15 Jawa Timur 16 Banten 17 Bali 18 Nusa Tenggara Barat 19 Nusa Tenggara Timur 20 Kalimantan Barat 21 Kalimantan Tengah 22 Kalimantan Selatan 23 Kalimantan Timur 24 Sulawesi Utara 25 Sulawesi Tengah 26 Sulawesi Selatan 27 Sulawesi Tenggara 28 Gorontalo 29 Sulawesi Barat 30 Maluku 31 Maluku Utara 32 Irian Jaya Tengah 33 Papua Barat 34 Irian Jaya Timur Indonesia Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI 1september 2008
Kelas B
Kelas C
(4)
Kelas D
(5)
Total
(6)
(7)
1 1 1 1 1 1 1 1
2 4 2 1 1 1 1 1 6 11 16 1 11 2 4 1 1 1 1 1 3 1 2 1 1 1 1
10 21 12 10 6 10 3 6 3
6 5 2 3 1 2 2 1 1
1 16 23 4 29 3 4 6 3 8 5 9 6 4 6 20 5 2 2 2 2 3 2
1 1
8
79
246
4 10 4 4 1 2 1 1 4 1 1 4 2 2 1 1 68
18 31 16 14 8 13 6 8 4 0 8 29 41 6 45 5 9 7 14 13 10 11 11 6 9 26 7 3 0 7 4 4 4 4 401
Lampiran 5.8
JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT UMUM MENURUT PENGELOLA TAHUN 2003 2007 Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Umum No
Pengelola
(1)
(2)
1
Departemen Kesehatan
2
3
2003
2004
2005
2006
2007
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
8,858
8,505
8,483
8,784
8,777
Pemerintah Provinsi
12,958
12,391
12,902
12,834
13,182
Pemerintah Kab/Kota
30,803
31,959
33,896
35,375
37,575
Depkes + Pemda
52,619
52,855
55,281
56,993
59,534
4
TNI/POLRI
10,718
10,761
10,814
10,842
10,836
5
Departemen Lain / BUMN
6,758
6,537
6,827
6,880
6,851
Dikelola Pemerintah/BUMN
70,095
70,153
72,922
74,715
77,221
Dikelola Swasta
42,284
42,487
43,364
43,789
45,074
112,379
112,640
116,286
118,504
122,295
6
Jumlah Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI
Lampiran 5.9 JUMLAH RUMAH SAKIT KHUSUS DAN TEMPAT TIDURNYA MENURUT JENIS RUMAH SAKIT TAHUN 2003 2007
No (1)
(2)
2004
2003
Jenis Rumah Sakit
2005
2006
2007
RS
TT
RS
TT
RS
TT
RS
TT
RS
TT
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
1 RS Jiwa
51
7,771
51
8,535
51
8,527
51
8,630
51
8726
2 RS Kusta
23
2,344
22
2,248
22
2,446
22
2,137
22
2133
9
722
9
751
9
766
9
718
10
757
10
418
10
460
10
475
10
459
10
418
5 RS OP
1
187
1
187
1
187
1
187
1
187
6 RS Penyakit Infeksi
1
144
1
144
1
127
1
144
1
144
7 RS Jantung
2
214
2
234
2
234
2
234
2
234
8 RS Kanker
1
129
1
128
1
129
1
172
1
172
9 RS Bersalin
55
2,464
55
2,439
56
2,533
57
2,458
57
2635
10 RS Ibu dan Anak
63
3,175
63
3,100
64
3,629
69
3,388
74
3556
11 RS Khusus Lainnya
41
1,182
55
1,365
56
1,427
57
1,420
57
1450
257
18,750
270
19,591
273
20,480
280
19,947
286
3 RS TP 4 RS Mata
Jumlah Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI
20,412
Lampiran 5.10 JUMLAH SARANA PRODUKSI SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN MENURUT JENIS DAN PROVINSI TAHUN 2002 2006
No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
(2)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
Obat Tradisional
Industri Farmasi
Provinsi
Industri Obat Tradisional
Perbekalan Kesehatan Rumah tangga (PKRT)
Alat Kesehatan
Industri Kecil Obat Tradisional
Kosmetika
2002
2003
2004
2005
2006
2002
2003
2004
2005
2006
2002
2003
2004
2005
2006
2002
2003
2004
2005
2006
2002
2003
2004
2005
2006
2002
2003
2004
2005
2006
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
0 11 2 0 1 1 0 0 0 40 71 25 1 51 22 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 226
0 11 2 0 1 1 0 0 0 40 72 25 1 42 24 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 220
0 11 2 0 1 3 0 0 0 34 76 31 1 42 24 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 227
11 2 0 1 2 0 34 76 31 1 42 24 1 225
Sumber: Ditjen Bina Yanfar dan Alkes, Depkes RI
10 1 1 34 76 31 1 51 26 1 1 233 466
1 2 4 0 0 0 0 0 19 33 10 8 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 84
1 2 0 0 0 0 0 0 13 34 10 8 8 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 82
1 2 0 0 0 0 0 0 17 37 10 11 8 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 92
1 2 1 11 17 117 37 184 1 37 29 8 351 8 6 9 1 10 40 0 13 9 817 75 1,634
26 26 28 0 70 70 4 5 5 0 0 0 8 8 7 5 6 6 0 0 0 3 3 3 0 0 0 141 160 74 118 129 143 200 208 208 21 21 21 172 313 343 21 28 28 6 6 6 8 9 8 2 6 6 7 7 7 3 3 3 27 27 35 11 11 11 7 7 8 0 1 3 5 2 36 0 0 0 0 0 0 4 4 4 0 0 2 2 2 801 1,062 1,065
30 70 5 0 7 6 74 143 36 21 343 28 6 8 6 9 3 39 11 9 36 4 894
30 70 5 0 7 6 74 143 36 21 343 28 6 8 6 9 3 39 11 9 36 4 894
0 15 28 0 1 0 0 0 60 54 33 8 11 20 1 1 0 0 0 0 40 0 0 0 0 0 0 0 0 272
0 18 1 0 1 0 0 0 63 59 33 8 67 22 1 1 0 0 0 92 0 0 0 0 0 0 0 0 0 366
0 18 1 0 1 0 0 25 31 63 33 8 67 22 1 1 0 0 99 108 0 2 0 0 0 0 25 81 505
18 1 31 63 57 8 67 22 1 1 125 57 451
1 6 88 96 191
34 14 0 5 2 0 0 0 85 129 33 8 114 55 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 483
37 14 1 5 2 0 3 0 95 152 51 8 125 63 0 0 0 0 0 1 0 4 0 0 0 0 0 0 0 561
1 37 14 1 6 2 0 3 77 168 51 8 125 63 0 0 0 0 0 1 0 4 0 0 0 0 0 0 561
1 37 15 1 6 2 3 77 168 55 8 125 63 1 1 4 567
0 6 73 185 55 4 125 74 1 1 4 528
0 39 5 1 1 0 0 0 181 107 33 4 138 30 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 541
0 39 5 1 1 0 0 0 185 119 45 4 141 32 2 0 0 0 0 29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 603
0 39 5 1 1 0 0 0 102 120 45 4 141 32 2 0 0 0 0 29 0 0 391 0 0 0 0 0 0 912
39 5 1 1 102 120 45 4 144 32 2 29 524
1 1 99 45 8 144 38 2 32 370
Lampiran 5.11 JUMLAH SARANA DISTRIBUSI DAN PELAYANAN KEFARMASIAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2002 2006
No
Pedagang Besar Farmasi (PBF)
Provinsi
(1)
(2)
Apotik
Perbekalan Alat Kesehatan
Toko Obat
Penyalur
Sub Penyalur
2002
2003
2004
2005
2006
2002
2003
2004
2005
2006
2002
2003
2004
2005
2006
2002
2003
2004
2005
2006
2002
2003
2004
2005
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
1 Nanggroe Aceh Darussalam
28
28
28
38
2006 (27)
95
95
121
124
540
51
51
51
98
2 Sumatera Utara
92
103
106
103
110
499
499
483
499
386
389
389
389
389
259
36
103
36
3 Sumatera Barat
64
67
67
71
76
158
165
165
105
190
384
397
397
397
360
78
86
86
86
100
101
101
4 Riau
63
84
84
79
82
122
192
192
216
269
482
650
650
640
606
165
165
1
1
202
195
5 Jambi
39
39
37
43
45
75
80
78
94
119
137
309
150
137
141
92
12
12
57
96
96
99
85
6 Sumatera Selatan
76
76
76
76
81
160
137
137
177
183
132
132
130
150
181
87
35
4
34
91
13
13
15
14
41
46
57
44
46
28
117
90
34
37
37
34
1
41
51
51
50
54
114
124
127
140
162
142
116
162
122
29
29
32
18
1
21
39
9 Kepulauan Bangka Belitung
1
3
3
4
6
21
23
23
41
46
81
82
72
4
4
2
21
28
10 Kepulauan Riau
1
13
20
20
4
101
101
105
279
13
19
11 DKI Jakarta 12 Jawa Barat
494
526
526
310
310
1,137
1,226
1,226
1,305
1,234
810
962
962
493
493
670
750
750
212
517
253
268
321
349
349
361
369
1,505
1,566
1,566
1,836
2,073
535
535
535
706
393
30
42
42
84
49
205
255
255
260
295
13 Jawa Tengah
225
249
249
249
249
722
879
879
879
1,133
480
600
600
600
600
14 DI Yogyakarta
45
43
43
48
50
208
225
225
225
113
51
45
45
58
58
2
2
2
2
8
80
81
81
81
28
1
230
1
217
14
51
68
68
293
399
121
8
12
12
12
27
1
4
4
4
12 52
7 Bengkulu
8 Lampung
15 Jawa Timur
305
334
290
375
428
1,311
1,331
1,375
1,375
1,721
16 Banten
38
45
45
45
62
345
345
345
345
426
17 Bali
73
79
79
78
72
250
250
250
250
336
48
71
71
71
104
57
76
76
76
1
18 Nusa Tenggara Barat
22
23
24
30
32
67
79
84
70
128
60
63
63
108
118
36
51
34
51
60
6
19 Nusa Tenggara Timur
18
19
19
25
27
42
48
48
84
88
81
151
151
151
160
38
38
1
99
20 Kalimantan Barat
41
43
43
43
42
62
77
77
87
100
242
301
301
327
323
42
48
48
14
53
82
21 Kalimantan Tengah
10
12
12
12
10
49
55
55
59
72
60
81
81
139
153
33
33
33
33
22 Kalimantan Selatan
47
51
49
51
57
73
84
115
115
134
233
262
321
640
305
82
92
92
92
125
135
23 Kalimantan Timur
45
45
45
50
45
115
144
144
197
197
297
386
386
359
308
40
40
15
17
55
55
66
80
24 Sulawesi Utara
41
39
39
41
41
73
80
90
90
89
121
135
149
125
125
55
62
62
62
62
70
82
82
25 Sulawesi Tengah
19
13
12
23
23
60
60
55
73
75
137
115
105
157
110
21
23
23
23
42
35
26 Sulawesi Selatan
74
79
79
79
79
352
331
331
331
418
385
450
450
398
398
16
16
16
16
59
59
59
59
27 Sulawesi Tenggara
11
13
13
15
15
37
39
39
41
62
133
156
156
134
171
2
2
2
5
42
42
50
64
2
2
36
4
18
19
19
28
34
36
36
44
42
13
1
1
21
14
29
50
12
15
14
15
15
29
32
35
41
47
71
75
74
91
94
7
12
12
12
38
32
32
28 Gorontalo 29 Sulawesi Barat 30 Maluku 31 Maluku Utara 32 Papua 33 Papua Barat Indonesia
1
1
1
1
3
13
17
25
34
34
17
20
23
27
25
12
12
12
31
34
34
36
35
109
116
116
92
102
39
118
118
61
49
7
81
7
81
108
2,249
Sumber: Ditjen Bina Yanfar dan Alkes, Depkes RI
2,479
2,445
2,412
9 2,503
7,767
8,368
8,557
48 9,143
57 10,332
5,405
6,610
6,806
6,737
45 7,056
1,152
1,639
1,982
1,008
892
343
711
819
2,087
2 2,509
Lampiran 5.12 JUMLAH SARANA USAHA KESEHATAN BERSUMBER DAYA MASYARAKAT (UKBM) MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
No
Provinsi
Jumlah Desa/ Kelurahan
(1)
(2)
(3)
Sarana UKBM
Rasio Sarana UKBM terhadap Desa/Kelurahan
Posyandu
Polindes
Pos Obat Desa
Posyandu
Polindes
Pos Obat Desa
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
6,027
5,576
1,473
193
0.93
0.24
0.03
2
Sumatera Utara
5,379
22,190
644
695
4.13
0.12
0.13
3
Sumatera Barat
2,235
6,680
834
941
2.99
0.37
0.42
4
Riau
1,290
4,333
197
57
3.36
0.15
0.04
5
Jambi
1,227
2,882
77
156
2.35
0.06
0.13
6
Bengkulu
2,721
5,786
1,499
175
2.13
0.55
0.06
7
Sumatera Selatan
1,171
1,713
653
137
1.46
0.56
0.12
8
Lampung
2,155
7,380
1,062
214
3.42
0.49
0.10
9
Kepulauan Bangka Belitung
319
909
199
59
2.85
0.62
0.18
10
Kepulauan Riau
250
503
227
7
2.01
0.91
0.03
11
DKI Jakarta
264
3,841
199
0
14.55
0.75
0.00
12
Jawa Barat
5,769
43,111
1,511
817
7.47
0.26
0.14
13
Jawa Tengah
8,738
46,746
4,411
857
5.35
0.50
0.10
14
DI Yogyakarta
439
5,412
80
111
12.33
0.18
0.25
15
Jawa Timur
8,466
44,095
4,174
192
5.21
0.49
0.02
16
Banten
1,320
8,989
126
94
6.81
0.10
0.07
17
Bali
695
4,589
262
19
6.60
0.38
0.03
18
Nusa Tenggara Barat
778
5,256
479
217
6.76
0.62
0.28
19
Nusa Tenggara Timur
2,510
8,046
1,175
412
3.21
0.47
0.16
20
Kalimantan Barat
1,522
3,705
1,094
271
2.43
0.72
0.18
21
Kalimantan Tengah
1,270
1,706
531
38
1.34
0.42
0.03
22
Kalimantan Timur
2,012
3,411
710
95
1.70
0.35
0.05
23
Kalimantan Selatan
1,143
4,409
337
305
3.86
0.29
0.27
24
Sulawesi Utara
1,203
2,068
420
94
1.72
0.35
0.08
25
Sulawesi Tengah
1,465
2,841
848
53
1.94
0.58
0.04
26
Sulawesi Tenggara
2,812
8,579
1,159
377
3.05
0.41
0.13
27
Sulawesi Selatan
1,535
2,479
349
1,854
1.61
0.23
1.21
28
Gorontalo
419
1,134
266
90
2.71
0.63
0.21
29
Sulawesi Barat
431
6,825
81
0
15.84
0.19
0
30
Maluku
1,038
1,360
208
0
1.31
0.20
0
31
Maluku Utara
32
Papua
1.34
0.15
0.53
33
Papua Barat Indonesia
Sumber : Direktorat Komunitas, Ditjen Binkesmas, Depkes RI
707 1,980 704 69,994
2,648
302
1,055
0
167
13
0
0.24
0.02
269,202
25,754
9,598
3.85
0.37
0.14
Lampiran 5.13 JUMLAH POSYANDU MENURUT TINGKAT PERKEMBANGANNYA DAN PROVINSI TAHUN 2006
No
Provinsi
Jumlah Posyandu
(1)
(2)
(3)
Pratama
Madya
Purnama
Mandiri
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
5,576
4,679
83.91
661
11.85
236
4.23
0
0.00
2
Sumatera Utara
22,190
5,202
23.44
6,583
29.67
2
0.01
68
0.31
3
Sumatera Barat
6,680
1,326
19.85
2,807
42.02
2.109
0.03
438
6.56
4
Riau
4,333
881
20.33
2,121
48.95
811
18.72
140
3.23
5
Jambi
2,882
1,091
37.86
1,058
36.71
684
23.73
49
1.70
6
Sumatera Selatan
5,786
2,264
39.13
2,280
39.41
1.127
0.02
115
1.99
7
Bengkulu
1,713
620
36.19
634
37.01
382
22.30
75
4.38
8
Lampung
7,380
1,725
23.37
3,503
47.47
2
0.03
263
3.56
9
Kepulauan Bangka Belitung
909
248
27.28
399
43.89
245
26.95
13
1.43
10
Kepulauan Riau
503
149
29.62
220
43.74
116
23.06
18
3.58
11
DKI Jakarta
3,841
556
14.48
2
0.05
1
0.03
162
4.22
12
Jawa Barat
43,111
0
0
0
0
0
0
0
0
13
Jawa Tengah
46,746
7,746
16.57
21
0.04
16
0.03
3
0.01
14
DI Yogyakarta
15
Jawa Timur
16
5,412
1,180
21.80
1,994
36.84
1,762
32.56
476
8.80
44,095
14,637
33.19
16,981
38.51
11,403
25.86
1,074
2.44
Banten
8,989
4,546
50.57
3,118
34.69
1,050
11.68
223
2.48
17
Bali
4,589
537
11.70
1,314
28.63
2,538
55.31
200
4.36
18
Nusa Tenggara Barat
5,256
2,924
55.63
1,481
28.18
726
13.81
57
1.08
19
Nusa Tenggara Timur
8,046
99
1.23
845
10.50
3,752
46.63
3,204
39.82
20
Kalimantan Barat
3,705
1,557
42.02
1,341
36.19
725
19.57
64
1.73
21
Kalimantan Tengah
1,706
1,195
70.05
358
20.98
141
8.26
12
0.70
22
Kalimantan Selatan
3,411
1,819
53.33
1,154
33.83
372
10.91
66
1.93
23
Kalimantan Timur
4,409
1,318
29.89
1,623
36.81
1,199
27.19
261
5.92
24
Sulawesi Utara
2,068
645
31.19
743
35.93
678
32.79
58
2.80
25
Sulawesi Tengah
2,841
1,139
40.09
1,070
37.66
580
20.42
52
1.83
26
Sulawesi Selatan
8,579
4,073
47.48
2,924
34.08
1,453
16.94
129
1.50
27
Sulawesi Tenggara
2,479
772
31.14
845
34.09
654
26.38
170
6.86
28
Gorontalo
1,134
565
49.82
431
38.01
138
12.17
0
0
29
Sulawesi Barat
6,825
0
0
0
0
0
0
0
0
30
Maluku
1,360
1,360
100.00
0
0
0
0
0
0
31
Maluku Utara
0
0
0
0
0
0
0
0
32
Papua
2,648
1,178
44.49
880
394
14.88
196
7.40
33
Papua Barat Indonesia
Sumber Data : Ditjen Binkesmas, Depkes RI
0 33.23
0
0
0
0
0
0
0
0
0
269,202
66,031
24.5
57,390
21.32
30,063
11.17
7,586
2.82
Lampiran 5.14 JUMLAH POLINDES MENURUT TINGKAT PERKEMBANGANNYA DAN PROVINSI TAHUN 2006
No
Provinsi
(1)
(2)
1 Nanggroe Aceh Darussalam
Jumlah
Pratama
Madya
Purnama
Mandiri
Polindes
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
1,473
809
54.92
41
2.78
5
0.34
2
0.14
2 Sumatera Utara
644
235
36.49
357
55.43
51
7.92
1
0.16
3 Sumatera Barat
834
461
55.28
289
34.65
76
9.11
8
0.96
4 Riau*
197
74
37.56
29
14.72
21
10.66
1
0.51
77
62
80.52
12
15.58
2
2.60
1
1.30
1,499
0
0
0.00
0
0.00
0
0
7 Bengkulu
653
397
60.80
225
34.46
31
4.75
0
0
8 Lampung
1,062
1,062
100.00
0
0
0
0
0
0
199
199
100.00
0
0
0
0
0
0
10 Kepulauan Riau
227
0
0
0
0
0
0
0
11 DKI Jakarta
199
199
100.00
0
0
0
0
0
0
12 Jawa Barat
1,511
0
0
0
0
0
0
0
13 Jawa Tengah*
4,411
2,831
64.18
946
21.45
471
10.68
149
3.38
5 Jambi* 6 Sumatera Selatan
9 Kepulauan Bangka Belitung
14 DI Yogyakarta*
80
24
30.00
15
18.75
6
7.50
6
7.50
4,174
1,577
37.78
1,231
29.49
1,162
27.84
204
4.89
16 Banten
126
126
100.00
0
0
0
0
0
0
17 Bali
262
109
41.60
95
36.26
56
21.37
2
0.76
18 Nusa Tenggara Barat*
479
270
56.37
57
11.90
85
17.75
67
13.99
19 Nusa Tenggara Timur
1,175
839
71.40
193
16.43
129
10.98
14
1.19
20 Kalimantan Barat*
1,094
610
55.76
295
26.97
186
17.00
0
0.00
21 Kalimantan Tengah
531
450
84.75
57
10.73
22
4.14
2
0.38
22 Kalimantan Selatan
710
450
63.38
156
21.97
98
13.80
6
0.85
23 Kalimantan Timur
337
189
56.08
88
26.11
38
11.28
22
6.53
24 Sulawesi Utara
420
308
73.33
83
19.76
0
0.00
0
0.00
25 Sulawesi Tengah
848
584
68.87
188
22.17
59
6.96
17
2.00
1,159
488
42.11
2,543
219.41
171
14.75
2
0.17
27 Sulawesi Tenggara*
349
155
44.41
9,900
2836.68
83
23.78
12
3.44
28 Gorontalo
266
212
79.70
49
18.42
5
1.88
0
0
81
0
0
0
0
0
0
0
0
208
208
100.00
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
302
134
44.37
85
28.15
54
17.88
29
9.60
167
167
100.00
0
0.00
25,754
13,229
51.37
16,934
65.75
15 Jawa Timur
26 Sulawesi Selatan*
29 Sulawesi Barat 30 Maluku* 31 Maluku Utara 32 Papua 33 Papua Barat* Indonesia Sumber Data : Ditjen Binkesmas, Depkes RI * = data 2004
0
2,811
0.00 10.91
0
545
0
57.73
Lampiran 5.15 JUMLAH POS OBAT DESA (POD) MENURUT TINGKAT PERKEMBANGANNYA DAN PROVINSI TAHUN 2006 No
Provinsi
POD
(1)
(2)
(3)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
Sumber Data : Ditjen Binkesmas, Depkes RI
193 695 941 57 156 175 137 214 59 7 817 857 111 192 94 19 217 412 271 38 95 305 94 53 377 1,854 90 1,055 13 9,598
Pratama
Madya
Purnama
Mandiri
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
152 549 138 96 187 547 5 113 93 17 196 301 250 35 63 217 48 42 301 761 89 97 442 4,739
78.76 58.34 88.46 70.07 87.38 63.83 4.50 58.85 98.94 89.47 90.32 73.06 92.25 92.11 66.32 71.15 51.06 79.25 79.84 41.05 98.89 41.90 49.37
13 280 17 30 15 193 6 18 1 2 18 82 21 2 32 70 34 11 68 637 1 343 1,894
6.74 29.76 10.90 21.90 7.01 22.52 5.41 9.38 1.06 10.53 8.29 19.90 7.75 5.26 33.68 22.95 36.17 20.75 18.04 34.36 1.11 32.51 19.73
28 112 1 2 8 116 17 27 14 2 7 381 187 902
14.51 11.90 0.64 1.46 3.74 13.54 8.85 6.55 4.59 2.13 1.86 20.55 17.73 9.40
9 1 2 23 3 2 1 3 1 75 77 197
0.96 0.12 1.80 11.98 1.38 0.49 2.63 0.98 0.27 4.05 7.30 2.05
Lampiran 5.16 REKAPITULASI INSTITUSI POLTEKKES MENURUT JURUSAN DAN PROVINSI TAHUN 2007 Jurusan / Program Studi No
KEPERAWATAN
Provinsi
Keperawatan
Kebidanan
KEFARMASIAN Kesehatan
Farmasi
Gigi (1)
(2)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 2 Sumatera Utara 3 Sumatera Barat 4 Riau 5 Jambi 6 Sumatera Selatan 7 Bengkulu 8 Lampung 9 Kepulauan Bangka Belitung 10 Kepulauan Riau 11 DKI Jakarta 12 Jawa Barat 13 Jawa Tengah 14 DI Yogyakarta 15 Jawa Timur 16 Banten 17 Bali 18 Nusa Tenggara Barat 19 Nusa Tenggara Timur 20 Kalimantan Barat 21 Kalimantan Tengah 22 Kalimantan Selatan 23 Kalimantan Timur 24 Sulawesi Utara 25 Sulawesi Tengah 26 Sulawesi Selatan 27 Sulawesi Tenggara 28 Gorontalo 29 Sulawesi Barat 30 Maluku 31 Maluku Utara 32 Papua 33 Papua Barat TOTAL % Sumber: Pusdiknakes, PPSDM,Depkes
(3)
(4)
3 1 2 2 1 3 2 2 0 0 4 5 6 1 8 0 1 2 3 1 1 1 1 1 2 2 1 1 0 3 1 7 0 68 32.7
1 3 2 2 1 1 1 2 0 0 3 6 4 1 6 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 48 23.1
(5)
(6)
1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 2 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 18 8.7
0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 6 2.9
KESMAS
Analis Farmasi Kesehatan & Makanan
Lingkungan
(7)
(8)
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0.5
KETERAPIAN FISIK
GIZI Gizi
Fisioterapi
(9)
1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 2 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 20 9.6
(10)
1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 25 12.0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 1.0
Okupasi
KETEKNISIAN MEDIS
TOTAL
Analis
Teknik
Teknik
Teknik
Ortotik
Terapi
Terapi Wicara
Kesehatan
Elektromedik
Radiodiagnostik
Gigi
Prostetik
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0.5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0.5
0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 12 5.8
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1.0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1.0
(17)
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0.5
(18)
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0.5
7 9 7 5 4 8 4 8 0 0 16 16 18 6 20 0 5 5 8 6 3 6 3 6 4 9 3 3 0 6 3 10 0 208
Lampiran 5.17 REKAPITULASI STRATA AKREDITASI JURUSAN/PROGRAM STUDI POLTEKKES KUMULATIF SAMPAI DESEMBER TAHUN 2007
No
Poltekkes
(1)
(2)
S t r a t a
Jumlah Jurusan/
Program Studi
A
(3)
B
(4)
C
(5)
(6)
Non Akreditasi
Jumlah
(7)
(8)
% Strata Terakreditasi
Belum Akreditasi (9)
(10)
1
Banda Aceh
7
1
6
0
0
7
0
100.00
2
Medan
9
2
5
2
0
9
0
100.00
3
Pekanbaru
5
0
2
0
0
2
3
40.00
4
Padang
7
5
1
0
0
6
1
85.71
5
Jambi
4
2
2
0
0
4
0
100.00
6
Bengkulu
4
2
0
0
0
2
2
50.00
7
Palembang
8
0
8
0
0
8
0
100.00
8
Tanjung Karang
8
0
7
0
0
7
1
87.50
9
Jakarta I
3
2
1
0
0
3
0
100.00
10
Jakarta II
7
4
3
0
0
7
0
100.00
11
Jakarta III
6
6
0
0
0
6
0
100.00
12
Bandung
11
9
2
0
0
11
0
100.00
13
Tasikmalaya
5
5
0
0
0
5
0
100.00
14
Yogyakarta
6
4
2
0
0
6
0
100.00
15
Semarang
12
9
2
0
0
11
1
91.67
16
Surakarta
6
2
2
0
0
4
2
66.67
17
Surabaya
13
8
5
0
0
13
0
100.00
18
Malang
7
5
2
0
0
7
0
100.00
19
Denpasar
5
2
3
0
0
5
0
100.00
20
Mataram
5
3
2
0
0
5
0
100.00
21
Kupang
8
0
7
0
0
7
1
87.50
22
Pontianak
6
2
2
0
0
4
2
66.67
23
Palangkaraya
3
0
2
0
0
2
1
66.67
24
Samarinda
3
1
1
0
0
2
1
66.67
25
Banjarmasin
6
3
3
0
0
6
0
100.00
26
Palu
4
0
4
0
0
4
0
100.00
27
Makassar
9
1
7
0
0
8
1
88.89
28
Kendari
3
0
3
0
0
3
0
100.00
29
Manado
6
0
4
0
0
4
2
66.67
30
Gorontalo
3
0
0
3
0
3
0
100.00
31
Ambon
6
0
4
2
0
6
0
100.00
32
Ternate
3
0
2
0
0
2
1
66.67
33
Jayapura
10
0
5
0
0
5
5
50.00
208
78 42.39
99 53.80
7 3.80
0 0.00
184 100.00
24 11.54
88.46
Jumlah % Sumber: Pusdiknakes, PPSDM,Depkes
Lampiran 5.18
(6)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
13
13
0
1
1
1
0
2
0
0
2 Sumatera Utara
3
0
40
38
4
3
1
1
2
2
0
0
3 Sumatera Barat
0
0
13
8
1
1
3
0
1
1
0
0
4 Riau
0
0
7
13
1
1
1
0
0
1
0
0
1
5 Jambi
0
0
6
2
0
0
1
0
0
0
0
6 Sumatera Selatan
0
0
12
12
1
2
2
0
1
0
7 Bengkulu
0
0
4
1
1
0
0
0
0
0
8 Lampung
0
0
5
6
0
1
0
0
0
9 Kepulauan Bangka Belitung
(18)
(19)
0
1
1
0
2
1
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
(21)
PTTD
Kardiovaskuler
(20)
ATEM
(17)
0
AAK
(16)
2
ATRO
Keteknisian Medis AKUPUNTUR
ATW
AKFIS
AKZI
AKFAR
AKAFARMA
SMF
AKBID
(5)
Keterapian
APIKES
(4)
Gizi
ARO
(3)
Kesmas
ATG
(2) 1 Nanggroe Aceh Darussalam
Kefarmasian
SMAK
(1)
SPRG
Provinsi
SPK
No
AKPER
Keperawatan
AKL
JUMLAH INSTITUSI DIKNAKES NON POLITEKNIK KESEHATAN MENURUT JURUSAN/PROGRAM STUDI DAN PROVINSI TAHUN 2007
(22)
(23)
Jumlah
(24)
(25)
1
1
0
0
37
1
0
1
0
0
100
0
1
2
0
0
0
32
0
0
1
0
0
0
27
1
0
0
0
0
0
0
10
0
0
0
0
1
0
0
0
31
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
13 4
1
1
0
2
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10 Kepulauan Riau
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
11 DKI Jakarta
1
2
35
20
7
2
2
0
2
2
1
0
2
1
1
2
2
1
1
1
85
12 Jawa Barat
0
0
13
10
4
1
0
0
1
0
0
0
0
2
1
1
1
0
0
34
13 Jawa Tengah
2
0
44
39
4
3
6
3
2
2
0
0
2
0
4
1
2
6
2
0
0
122
14 DI Yogyakarta
0
0
8
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
1
0
17
15 Jawa Timur
0
1
42
16
5
3
2
1
2
1
0
2
1
1
4
0
1
2
0
0
0
84
16 Banten
0
0
5
8
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
14
17 Bali
1
0
2
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
18 Nusa Tenggara Barat
1
0
4
4
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10
19 Nusa Tenggara Timur
2
0
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
20 Kalimantan Barat
0
0
6
3
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10
21 Kalimantan Tengah
0
0
3
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
5
22 Kalimantan Selatan
0
0
6
4
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
12
23 Kalimantan Timur
0
0
6
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
8
24 Sulawesi Utara
0
0
4
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
25 Sulawesi Tengah
0
0
5
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
26 Sulawesi Selatan
1
1
24
12
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
0
0
45
27 Sulawesi Tenggara
0
0
6
2
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
11
28 Gorontalo
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
29 Sulawesi Barat
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
30 Maluku
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
31 Maluku Utara
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
32 Papua
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
4
33 Papua Barat
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
15
4
318
217
32
16
31
13
9
14
1
2
8
2
21
8
8
18
6
2
1
746
JUMLAH Sumber: Pusdiknakes, PPSDM,Depkes
1
Lampiran 5.19 REKAPITULASI STRATA AKREDITASI INSTITUSI NON POLTEKKES KUMULATIF SAMPAI DESEMBER TAHUN 2007
No
Provinsi
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
(2)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Jumlah %
Sumber: Pusdiknakes, PPSDM,Depkes
S t r a t a
Jumlah
Institusi
A
(3)
B
(4)
C
(5)
(6)
Non Akreditasi
Jumlah
(7)
(8)
Belum Akreditasi
% Strata Terakreditasi
(9)
(10)
37
1
16
6
0
23
14
62.16
100
4
49
14
1
68
32
68.00
32
2
17
2
0
21
11
65.63
27
1
11
0
0
12
15
44.44
10
0
8
0
0
8
2
80.00
31
2
9
4
0
15
16
48.39
6
1
3
0
0
4
2
66.67
13
0
6
1
0
7
6
53.85
4
0
2
0
0
2
2
50.00
2
0
0
0
0
0
2
85
5
57
1
0
63
22
74.12
0
34
3
12
0
0
15
19
44.12
122
10
62
8
0
80
42
65.57
17
3
9
0
0
12
5
70.59
84
17
54
0
0
71
13
84.52
14
0
4
0
0
4
10
28.57
4
0
2
1
0
3
1
75.00
10
1
3
0
0
4
6
40.00
5
0
2
0
0
2
3
40.00
10
2
5
0
0
7
3
70.00
5
0
3
0
0
3
2
60.00
12
4
5
0
0
9
3
75.00
8
2
4
1
0
7
1
87.50
5
0
4
1
0
5
0
100.00
7
1
5
1
0
7
0
100.00
45
1
13
4
0
18
27
40.00
11
0
7
0
0
7
4
63.64
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
1
4
0
1
1
3
25.00
746
60
373
44
1
478
268
12.55
78.03
9.21
0.21
100.00
35.92
0
64.08
Lampiran 5.20 JUMLAH INSTITUSI DIKNAKES NONPOLTEKKES MENURUT STATUS KEPEMILIKAN PER DESEMBER 2007 No.
Jenis Tenaga Kesehatan
Daerah
TNI / Polri
Swasta
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
A
B
C
D
E
F
KEPERAWATAN 1 Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) 2 Akademi Keperawatan (AKPER) 3 Akademi Kebidanan (AKBID) 4 Sekolah Pengatur Rawat Gigi (SPRG) Sub Total KEFARMASIAN 1 Sekolah Menengah Farmasi (SMF) 2 Akademi Analis Farmasi dan Makanan (AKAFARMA) 3 Akademi Farmasi (AKFAR) Sub Total KESEHATAN MASYARAKAT 1 Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL) Sub Total GIZI 1 Akademi Gizi (AKZI) Sub Total KETERAPIAN FISIK 1 Akademi Fisioterapi (AKFIS) 2 Akademi Terapi Wicara (ATW) 3 Akademi Akupunktur Sub Total KETEKNISIAN MEDIS 1 Sekolah Menengah Analis Kesehatan (SMAK) 2 Akademi Analis Kesehatan (AAK) 3 Akademi Tekniker Gigi (ATG) 4 Pendidikan Teknik Transfusi Darah (PTTD) 5 Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (ATRO) 6 Akademi Perekam Informasi Kesehatan (APIKES) 7 Akademi Teknik Elektromedik (ATEM) 8 Akademi Refraksionis Optisi (ARO) 9 Akademi Teknik Kardiovaskuler Sub Total Total %
Sumber: Pusdiknakes, PPSDM,Depkes
6 68 16 0 90
5 14 1 3 23
4 236 200 1 441
15 318 217 4 554
0 0 2 2
2 0 1 3
30 16 28 74
32 16 31 79
1 1
0 0
12 12
13 13
1 1
0 0
8 8
9 9
0 0 0 0
0 0 0 0
14 1 2 17
14 1 2 17
1 2 0 0 0 0 0 0 0 3 97 13.00
1 0 1 0 0 0 1 0 0 3 29 3.89
6 19 1 2 8 18 5 8 1 68 620 83.11
8 21 2 2 8 18 6 8 1 74 746 100.00
Lampiran 5.21 DATA SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN DI RUMAH SAKIT MENURUT PROVINSI DAN JENIS KETENAGAAN TAHUN 2007
No
Provinsi
Medis
Keperawatan
Kefarmasian
Gizi
Kesmas
Keterapian Fisik
Keteknisan Medis
Jumlah
Jumlah Tenaga
Jumlah SDM
Tenaga Kesehatan
Non Kesehatan
Kesehatan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
362
1,681
130
58
103
51
220
2,605
673
2
3,278
Sumatera Utara
1,332
7,426
609
299
166
109
662
10,603
4,658
15,261
3
Sumatera Barat
803
3,000
352
134
163
67
335
4,854
1,778
6,632
4
Riau
629
3,232
319
82
87
55
294
4,698
2,015
6,713
5
Jambi
248
926
113
48
60
17
113
1,525
487
2,012
6
Sumatera Selatan
673
2,810
219
112
111
69
241
4,235
1,970
6,205
7
Bengkulu
115
725
70
46
61
18
66
1,101
274
1,375
8
Lampung
362
2,245
122
79
78
40
210
3,136
1,423
4,559
9
Kepulauan Bangka Belitung
63
398
31
12
9
7
31
551
264
815
10
Kepulauan Riau
11
DKI Jakarta
5,409
16,559
1,795
634
398
407
2,516
12
Jawa Barat
3,212
12,452
1,081
389
355
249
13
Jawa Tengah
3,259
14,896
1,454
672
416
358
14
DI Yogyakarta
1,417
3,518
312
98
73
15
Jawa Timur
3,385
13,464
1,158
573
16
Banten
17
Bali
18
27,718
17,502
45,220
1,381
19,119
11,354
30,473
1,830
22,885
14,479
37,364
83
450
5,951
2,828
8,779
351
311
1,321
20,563
13,314
33,877
511
2,089
216
49
74
58
256
3,253
1,933
5,186
1,085
3,318
255
160
159
45
280
5,302
2,455
7,757
Nusa Tenggara Barat
218
1,086
63
66
51
22
146
1,652
756
2,408
19
Nusa Tenggara Timur
247
1,557
129
47
37
22
167
2,206
879
3,085
20
Kalimantan Barat
261
1,816
120
80
69
22
167
2,535
1,407
3,942
21
Kalimantan Tengah
153
956
66
41
57
17
88
1,378
338
1,716
22
Kalimantan Selatan
238
1,369
157
102
110
26
173
2,175
754
2,929
23
Kalimantan Timur
473
2,480
176
94
68
39
194
3,524
1,840
5,364
24
Sulawesi Utara
440
1,855
73
64
52
15
56
2,555
1,341
3,896
25
Sulawesi Tengah
191
1,213
78
40
147
25
76
1,770
473
2,243
26
Sulawesi Selatan
1,087
4,454
335
234
305
140
474
7,029
2,173
9,202
27
Sulawesi Tenggara
120
814
53
78
45
22
80
1,212
320
1,532
28
Gorontalo
60
167
12
6
6
4
3
258
51
309
29
Sulawesi Barat
30
Maluku
101
810
22
37
26
8
28
31
Maluku Utara
50
354
8
13
8
3
32
Irian Jaya Barat
84
447
20
21
18
8
33 34
Irian Jaya Tengah Irian Jaya Timur Indonesia %
52 150
432 661
35 30
18 40
11 41
26,790
109,210
9,613
4,426
10.40
42.40
3.73
1.72
Sumber : Ditjen Bina Pelayanan Medik, Depkes RI
1,032
502
1,534
26
462
100
562
37
635
161
796
6 11
37 80
591 1,013
397 530
988 1,543
3,715
2,334
12,038
168,126
89,429
257,555
1.44
0.91
4.67
65.28
34.72
100.00
Lampiran 5.22
JUMLAH DAN JENIS KETENAGAAN DI PUSKESMAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2007
No
Provinsi
Dokter Spesialis
(2)
(3)
(1)
Dokter Umum Dokter Gigi (4)
SKM
(5)
(6)
Bidan
Gizi
(7)
(8)
Sanitarian
Perawat
Kefarmasian
Keterapian Fisik
Keterapian Medis
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
Jumlah Tenaga Jumlah Tenaga Kesehatan Non Kesehatan (14)
(15)
Jumlah SDM Kesehatan (16)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
3
362
72
147
3,221
229
366
2,417
266
4
149
7,236
483
7,719
2
Sumatera Utara
1
920
383
123
6,126
326
321
4,397
535
1
213
13,346
704
14,050
3
Sumatera Barat
4
306
167
130
2,154
167
213
1,731
406
2
133
5,413
636
6,049
4
Riau
3
369
165
19
1,164
93
118
1,687
139
0
75
3,832
357
4,189
5
Jambi
0
248
71
25
1,070
64
193
1,212
79
0
142
3,104
213
3,317
6
Sumatera Selatan
8
365
104
226
2,189
193
285
2,338
759
0
46
6,513
836
7,349
7
Bengkulu
0
246
75
66
1,597
67
83
1,203
166
5
24
3,532
528
4,060
8
Lampung
1
278
114
99
1,877
137
238
1,814
128
0
30
4,716
766
5,482
9
Kep.Bangka Belitung
0
88
29
43
323
19
33
563
46
0
10
1,154
255
1,409
10
Kepulauan Riau
2
180
71
7
353
21
21
668
65
0
17
1,405
157
1,562
11
DKI Jakarta
63
582
511
59
1,074
197
152
1,302
361
10
56
4,367
1516
5,883
12
Jawa Barat
5
1,241
758
622
4,721
437
604
5,439
434
33
242
14,536
2448
16,984
13
Jawa Tengah
8
1,708
690
352
8,169
638
706
5,904
1,234
26
186
19,621
6744
26,365
14
DI Yogyakarta
3
292
163
52
636
120
132
829
92
0
128
2,447
983
3,430
15
Jawa Timur
5
1,301
736
142
6,704
1,597
1,161
5,288
477
1
209
17,621
5971
23,592
16
Banten
0
335
161
61
1,270
61
103
1,302
10
0
30
3,333
492
3,825
17
Bali
3
254
146
75
1,137
90
220
1,189
125
1
11
3,251
603
3,854
18
Nusa Tenggara Barat
0
153
59
60
810
139
127
1,134
74
0
73
2,629
421
3,050
19
Nusa Tenggara Timur
0
269
68
28
1,919
136
234
2,047
239
0
25
4,965
647
5,612
20
Kalimantan Barat
0
210
71
15
1,009
126
196
1,729
67
0
121
3,544
656
4,200
21
Kalimantan Tengah
0
149
41
10
814
61
84
1,120
64
0
28
2,371
290
2,661
22
Kalimantan Selatan
0
295
78
73
1,349
182
290
1,283
155
0
150
3,855
474
4,329
23
Kalimantan Timur
0
220
123
19
632
75
263
1,073
51
0
45
2,501
504
3,005
24
Sulawesi Utara
0
232
21
12
532
57
140
1,014
80
0
1
2,089
173
2,262
25
Sulawesi Tengah
0
173
47
80
1,325
64
262
1,417
42
0
22
3,432
164
3,596
26
Sulawesi Tenggara
0
402
206
281
1,469
239
350
2,181
119
0
179
5,426
762
6,188
27
Sulawesi Selatan
0
130
40
75
687
128
130
1,048
45
2
271
2,556
215
2,771
28
Gorontalo
0
77
15
27
250
70
126
410
6
0
3
984
72
1,056
29
Sulawesi Barat
0
67
22
43
235
42
46
529
30
4
19
1,037
113
1,150
30
Maluku
0
35
3
7
376
46
83
493
6
0
13
1,062
51
1,113
31
Maluku Utara
0
38
8
10
283
51
36
301
14
0
6
747
58
805
32
Papua
0
122
16
13
747
49
60
1,197
33
0
43
2,280
96
2,376
33
Papua Barat Jumlah
Sumber : Pusdatin, Depkes RI, 2008
0
54
12
21
186
45
41
468
42
0
42
911
109
11,701
5,246
3,022
56,408
5,966
7,417
56,727
6,389
89
2,742
155,816
241 28,629
1,152 184,445
Lampiran 5.23
JUMLAH TENAGA KESEHATAN PTT YANG MASIH AKTIF MENURUT PROVINSI TAHUN 2007
No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Dokter Umum
(2)
(3)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep.Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Jumlah
Sumber : Biro Kepegawaian, Depkes
Bidan
Dokter Gigi (4)
322 445 280 214 251 163 158 145
49 76 0 293 648 76 284 112 123 87 285 141 154 178 87 177 97 131 250 91 128 141 52 163 86 5,887
Jumlah Tenaga
(5)
65 115 95 92 40 30 24 67 14 42 0 115 154 43 198 46 36 28 93 62 35 79 30 18 13 28 126 14 49 38 6 12 19 1,826
(6)
4,108 4,738 1,201 780 886 1,684 853 1,232 130 93 0 2,194 4,817 149 4,327 571 293 205 918 588 383 492 80 242 895 354 1,011 57 135 491 32 0 6 33,945
4,495 5,298 1,576 1,086 1,177 1,877 1,035 1,444 193 211 0 2,602 5,619 268 4,809 729 452 320 1,296 791 572 749 197 437 1,005 513 1,387 162 312 670 90 175 111 41,658
Lampiran 5.24 JUMLAH DAN JENIS KETENAGAAN FARMASI DI RUMAH SAKIT PEMERINTAH/ SWASTA DAN PUSKESMAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 RS PEMERINTAH No
Provinsi
(1)
(2)
RS TNI/POLRI/BUMN
18
42
AA/SMF/ D3 FAR (5) 135
Sumatera Utara
8
15
3
Sumatera Barat
17
4
Riau
11
5
Jambi
6 7 8
Lampung
9
Kepulauan Bangka Belitung
10
Kepulauan Riau
11 12
SAR 1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
(3)
APT (4)
RS KHUSUS
SAR
APT
AA/SMF/ D3 FAR
(6)
(7)
(8)
SAR (9)
DI PUSKESMAS
APT
AA/SMF/ D3 FAR
SAR
(10)
(11)
(12)
RS SWASTA
APT
AA/SMF/ D3 FAR
SAR
APT
(13)
(14)
(15)
(16)
AA/SMF/ D3 FAR (17)
272
260
30
4
1
2
127
6
44
66
2
11
13
3
220
16
7
6
1
2
5
30
13
9
10
20
77
4
1
152
3
101
3
1
17
Bengkulu
12
9
5
5
213
2
82
3
Sumatera Selatan
4
4
13
2
1
10
96
54
2
1
1
11
21
102
2
2
2
3
4
7
231
2
96
15
15
45
8
10
21
47
36
3
4
8
5
13
19
4
5
10
46
7
44
11
5
23
DKI Jakarta
18
22
34
6
12
32
335
33
130
77
Jawa Barat
34
84
169
16
11
15
965
12
385
63
79
20
13
Jawa Tengah
42
42
10
10
841
8
436
77
77
14
DI Yogyakarta
5
9
20
2
2
5
1
2
3
117
66
32
29
68
15
Jawa Timur
41
52
114
32
928
23
480
70
16
Banten
5
21
21
2
5
9
180
18
24
34
17
Bali
11
12
129
3
4
110
2
25
18
Nusa Tenggara Barat
17
34
2
2
5
8
1
1
130
7
59
19
Nusa Tenggara Timur
2
25
70
2
2
176
2
8
20
Kalimantan Barat
13
17
46
4
4
3
3
6
206
6
10
8
21
Kalimantan Tengah
14
14
10
2
38
4
14
22
Kalimantan Timur
13
26
54
4
2
4
1
1
2
201
4
130
6
6
23
Kalimantan Selatan
12
45
79
6
6
27
1
1
3
188
18
66
22
12
21
24
Sulawesi Utara
8
3
4
2
2
224
23
23
14
5
25
Sulawesi Tengah
11
20
28
2
1
2
1
2
2
144
21
9
2
2
26
Sulawesi Tenggara
24
21
84
3
3
365
6
211
13
13
10
27
Sulawesi Selatan
7
10
21
3
2
2
1
156
2
24
9
5
5
28
Gorontalo
6
11
8
2
51
3
1
1
29
Sulawesi Barat
9
7
1
30
Maluku
31
Maluku Utara
7
15
6
1
2
5
3
3
2
32
Papua
10
11
16
4
4
3
175
2
26
3
2
2
33
Papua Barat Indonesia
4
5
9
3
2
73
3
11
4
379
657
Sumber : Direktorat Komunitas, Ditjen Binkesmas, Depkes RI
1,369
2
136
90
4
9
145
361
51
427
11
6,488
124
64
77
2,848
501
318
22
304
Lampiran 5.25 JUMLAH DAN JENIS KETENAGAAN FARMASI DISARANA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 SARANA PRODUKSI No
Provinsi
INDUSTRI FARM.
OBAT TRAD.
SARANA DISTRIBUSI DAN PELAYANAN
PKRT
ALKES
KOSMETIKA
PBF
SAR APT AA SAR APT (1)
(2)
AA SAR APT AA SAR APT AA SAR APT AA SAR APT (6) (7) (18) '(19) (18) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) 12 38 16
(3)
(4)
(5)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
10
3
Sumatera Barat
4
Riau
5
Jambi
1
6
Bengkulu
1
27
7
Sumatera Selatan
8
Lampung
9
Kepulauan Bangka Belitung
10
Kepulauan Riau
11
DKI Jakarta
34
200
12
Jawa Barat
76
152
13
Jawa Tengah
31
100 130
14
DI Yogyakarta
1
3
5
15
Jawa Timur
51
122
50
16
Banten
26
52
38
6
6
17
Bali
1
2
4
9
8
18
Nusa Tenggara Barat
19
Nusa Tenggara Timur
1
20
Kalimantan Barat
10
4
21
Kalimantan Tengah
22
Kalimantan Timur
40
5
23
Kalimantan Selatan
13
2
24
Sulawesi Utara
9
25
Sulawesi Tengah
26
Sulawesi Tenggara
27
Sulawesi Selatan
28
Gorontalo
29
Sulawesi Barat
30
APT
(21)
(22)
TO AA (23)
PENYALUR
SAR
AA
SAR
(24)
(25)
(26)
(27)
JUMLAH
SUB PENYALUR AA
APT
SAR APT
(28)
(29)
(30)
AA
SAR
APT
AA
(31)
(32)
(33)
(34)
124
540
292
13
702
16.00
317
110
386
259
765
76
190
360
626
3
1
82
269
269
606
606
1
195
188
1153
272
795
6
1
45
119
141
141
12
85
325
226
11
11
1
1
81
183
183
181
1
94
554
221
14
1
46
11
15
34
22
1
1
95
11
39
3
54
53
162
162
297
122
1
1
39
39
381
162
390
6
6
46
45
72
31
28
4
13
152
49
50
3
3
1
1
20
20
105
105
169
279
341
13
13
19
1
22
440
107
569
1
73
15
27
99
45
54
310
2
185
369
37 210
55
45
47
84
249
29
5
4
28
6
1
8
1
50
351 165
11
125
12
144
428
1
9
74
36
1
62
4
1
72
2
1
2
1
35
88
1
3
6
4
2
1
Maluku
31
Maluku Utara
32
Papua
33
Papua Barat Indonesia
Sumber : Direktorat Komunitas, Ditjen Binkesmas, Depkes RI
(20)
SAR
184 182
233
AA
117 139
1
APOTIK
38
36
2
2
2
32
27
42
10
32
32
57
45
658 227 817 743
2
6
85
534
63
62
96
3
1234
1317
2827
493
2360
1716
2908
363
2073
1804
279
393
393
3379
2069
1019
6659
4207
2056
252
1133
700
600
600
1896
2150
1060
2962
50
113
331
401
58
58
269
341
514
1721
277
2850
217
1
3037
577
2940
59
426
355
368
121
72
336
324 456
63
128
128
33
118
88
160
42
100 277
323
67
753
489
1
52
578
338
69
65
2
63
343
133
99
375
82
82
558
104
104
87
541 639 230 494
2
72
72
17
153
153
235
72
172
56
134
305
321
135
791
6
444
45
197
197
240
308
207
35
17
81
81
679
199
591
41
41
89
125
82
82
350
3
131
23
23
75
75
116
110
126
208
75
265
79
418
398
896
15
15
62
63
38
171
78
64
312
63
131
4
4
34
34
14
42
23
80
34
42
29
24
23
79
24
23
15
47
94
32
188
3
3
34
34
26
25
9
62
34
38
35
108
9
2
3 370 131
170 2,503
100
104
1
30
9
50
102
49
108
186
57
57
5
45
45
2
113
57
1,179 10,332
6,667 9,192 7,056
4,929
3,688
2,071
1,208
825
5
619 26,454 10,370
59 17,674
Lampiran 5.26 JUMLAH PESERTA DIDIK DI POLTEKKES MENURUT PROFESI TAHUN AJARAN 2007/2008 No
Jenis Profesi (2)
(1)
1
(5)
(6)
4,605
14,542
4,014
3,781
7,831
1,035
1,054
112
2,201
5,776
10,300
8,498
24,574
Analisa Farmasi dan Makanan
125
100
80
305
Farmasi
285
470
440
1,195
410
570
520
1,500
1,380
1,384
1,380
4,144
1,380
1,384
1,380
4,144
1,250
1,599
1,495
4,344
1,250
1,599
1,495
4,344
102
140
160
402
80
50
80
210
KEFARMASIAN
Sub Total KESEHATAN MASYARAKAT Kesehatan Lingkungan Sub Total G I Z I G i z i Sub Total KETERAPIAN FISIK Fisioterapi Okupasi Terapi Terapi Wicara
60 SUB TOTAL
6
(4)
5,232
Sub Total
5
(3)
Jumlah
36
Kesehatan Gigi
4
III
4,705
Kebidanan
3
Peserta Didik II
KEPERAWATAN Keperawatan
2
I
0
0
60
242
190
240
672
Analis Kesehatan
615
760
821
2,196
Teknik Gigi
100
50
80
230
Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi
190
225
160
575
Teknik Elektromedik
225
120
100
445
60
30
50
140
SUB TOTAL
1,190
1,185
1,211
3,586
TOTAL
10,248
15,228
13,344
38,820
KETEKNISIAN MEDIS
Ortetik Prostetik
Sumber: Pusdiknakes, PPSDM,Depkes
Lampiran 5.27 JUMLAH PESERTA DIDIK DI INSTITUSI PENDIDIKAN NON POLTEKKES MENURUT PROFESI TAHUN AJARAN 2007/2008 No
Jenis Profesi
(1)
(2)
1
6
(4)
(5)
(6)
1,425 30,026 13,816 400 45,667
1,485 27,871 10,443 370 40,169
1,320 24,217 5,856 170 31,563
4,230 82,114 30,115 940 117,399
3,320 1,545 2,740 7,605
3,386 1,350 2,125 6,861
2,858 1,210 1,610 5,678
9,564 4,105 6,475 20,144
1,020 1,020
1,160 1,160
1,080 1,080
3,260 3,260
605 605
665 665
710 710
1,980 1,980
1,140 100 120 1,360
920 100 120 1,140
960 80 50 1,090
3,020 280 290 3,590
800 1,705 200 160 650 1,285 480 720 60
750 1,690 100 630 1,225 380 700 60
583 1,410 140 440 980 360 480 50
2,133 4,805 440 160 1,720 3,490 1,220 1,900 170
Gizi Akademi Gizi (AKZI) Sub Total
5
(3)
Jumlah
Kesehatan Masyarakat Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL) Sub Total
4
III
Kefarmasian Sekolah Menengah Farmasi (SMF) Akademi Analis Farmasi dan Makanan (AKAFARMA) Akademi Farmasi (AKFAR) Sub Total
3
II
Keperawatan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) Akademi Keperawatan (AKPER) Akademi Kebidanan (AKBID) Sekolah Pengatur Rawat Gigi (SPRG) Sub Total
2
Peserta Didik I
Keterapian Fisik Akademi Fisioterapi (AKFIS) Akademi Terapi Wicara (ATW) Akademi Akupunktur Sub Total Keteknisian Medik Sekolah Menengah Analis Kesehatan (SMAK) Akademi Analis Kesehatan (AAK) Akademi Tekniker Gigi (ATG) Pendidikan Teknik Transfusi Darah (PTTD) Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (ATRO) Akademi Perekam Informasi Kesehatan (APIKES) Akademi Teknik Elektromedik (ATEM) Akademi Refraksionis Optisi (ARO) Akademi Teknik Kardiovaskuler Sub Total TOTAL
Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2008
6,060
5,535
4,443
16,038
62,317
55,530
44,564
162,411
Lampiran 5.28 JUMLAH PESERTA DIDIK PROGRAM KHUSUS TAHUN 2007 No
Provinsi
(1)
(2)
Keperawatan
Kebidanan
Gizi
(3)
(4)
(5)
Peserta Didik Kesehatan Gigi Analis Kesehatan Kesehatan Lingkungan (6)
(7)
(8)
Jumlah
Farmasi (9)
(10)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
100
0
0
40
0
0
0
140
2
Sumatera Utara
160
190
0
0
0
0
0
350
3
Sumbar
96
0
0
0
0
0
0
96
4
Riau
210
275
0
0
0
0
0
485
5
Jambi
6
Sumatera Selatan
7
45
85
0
0
0
0
0
130
110
140
0
0
0
0
0
250
Bengkulu
80
120
0
0
0
0
0
200
8
Lampung
0
90
0
0
0
0
0
90
9
Kepulauan Bangka Belitung
10
Kepulauan Riau
97
0
0
0
0
0
0
97
11
DKI Jakarta
320
45
0
0
0
0
0
365
12
Jawa Barat
40
82
0
120
40
0
0
282
13
Jawa Tengah
420
457
28
40
40
0
0
985
14
DI Yogyakarta
40
0
0
0
50
0
0
90
15
Jawa Timur
630
600
35
55
35
0
0
1355
16
Banten
164
0
0
0
0
0
0
164
17
Bali
49
82
0
90
0
0
0
221
18
Nusa Tenggara Barat
295
60
0
0
0
0
0
355
19
Nusa Tenggara Timur
78
40
0
0
0
0
0
118
20
Kalimantan Barat
80
0
0
0
0
28
0
108
21
Kalimantan Tengah
85
80
0
0
0
0
0
165
22
Kalimantan Selatan
40
120
0
0
0
0
0
160
23
Kalimantan Timur
131
120
0
0
0
0
0
251
24
Sulawesi Utara
80
0
0
0
25
Sulawesi Tengah
90
80
0
0
0
0
0
170
26
Sulawesi Selatan
489
485
0
0
90
0
80
1144
27
Sulawesi Tenggara
0
171
40
0
0
0
0
211
28
Gorontalo
0
40
0
0
0
0
0
40
29
Sulawesi Barat
30
Maluku
0
0
0
0
0
0
0
0
31
Maluku Utara
0
40
0
0
0
0
0
40
32
Papua
100
0
0
0
0
0
0
100
33
Papua Barat JUMLAH
Sumber: Pusdiknakes, PPSDM,Depkes
4,029
3,402
103
345
0
255
28
80
80
8,242
Lampiran 5.29 JUMLAH LULUSAN DIKNAKES POLTEKKES DAN NON POLTEKKES MENURUT JENIS TENAGA KESEHATAN TAHUN 2007 No
Jenis Tenaga Kesehatan
(1)
(2)
A
B
C
D
E
F
KEPERAWATAN 1 SPK 2 AKPER 3 AKBID 4 SPRG 5 AKG Sub Total KEFARMASIAN 1 SMF 2 AKAFARMA 3 AKFAR Sub Total KESEHATAN MASYARAKAT 1 AKL Sub Total GIZI 1 AKZI Sub Total KETERAPIAN FISIK 1 AKFIS 2 AOT 3 ATW 4 AKUPUNKTUR Sub Total KETEKNISIAN MEDIS 1 SMAK 2 AAK 3 ATG 4 PTTD 5 ATRO 6 APIKES 7 ATEM 8 ARO 9 AOP 10 KARDIOVASKULER Sub Total Jumlah
Sumber: Pusdiknakes, PPSDM,Depkes
POLTEKKES (3)
J u m l a h NON POLTEKKES (4)
Jumlah (5)
0 5,011 4,530 0 857 10,398
1,180 20,189 8,847 270 30,486
1,180 25,200 13,377 270 857 40,884
0 45 325 370
2,813 675 1,240 4,728
2,813 720 1,565 5,098
848 848
548 548
1,396 1,396
1,222 1,222
471 471
1,693 1,693
93 38 45 0 176
715 0 69 50 834
808 38 114 50 1,010
0 732 25 0 162 0 161 0 91 0 1,171 14,185
547 908 63 74 265 692 75 470 0 0 3,094 40,161
547 1,640 88 74 427 692 236 470 91 0 4,265 54,346
Lampiran 5.30 JUMLAH LULUSAN MENURUT POLTEKKES DAN JURUSAN/PROGRAM STUDI TAHUN 2007
No
POLTEKKES
Keperawatan Kebidanan Kes. Ling Gizi Kes. Gigi Farmasi
(1)
(2)
1
Banda Aceh
206
106
15
43
50
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
Medan
115
336
32
76
57
35
75
0
0
0
0
0
0
0
0
3
Padang
83
196
41
55
71
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
Pekanbaru
114
111
0
29
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
Jambi
47
45
37
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6
Bengkulu
68
158
0
26
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
Palembang
175
40
0
65
38
35
34
0
0
0
0
0
0
0
0
8
Tanjung Karang
125
103
30
0
40
0
70
0
0
0
0
0
0
0
0
9
Jakarta I
77
83
0
0
14
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10
Jakarta II
0
0
68
108
0
96
0
101
67
25
45
0
0
0
0
11
Jakarta III
234
156
0
0
0
0
78
0
0
0
0
0
0
0
0
12
Bandung
272
314
47
94
70
0
102
0
0
0
0
0
0
0
0
13
Tasikmalaya
165
156
0
0
28
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
14
Semarang
393
124
33
62
63
0
0
0
95
0
0
0
0
0
15
Surakarta
40
64
0
0
0
0
0
0
0
0
39
38
91
45
16
Yogyakarta
37
81
70
73
40
0
75
0
0
0
0
0
0
0
0
17
Malang
493
891
0
86
86
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
18
Surabaya
261
258
112
0
51
0
71
60
0
0
0
0
0
0
0
19
Denpasar
98
78
22
45
31
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
20
Mataram
47
53
0
32
0
41
0
0
0
0
0
0
0
0
21
Kupang
187
54
80
0
38
41
0
0
0
0
0
0
0
0
0
22
Pontianak
85
133
60
60
33
0
54
0
0
0
0
0
0
0
0
23
Palangkaraya
31
300
0
19
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
24
Banjarmasin
40
36
23
33
65
0
48
0
0
0
0
0
0
0
0
25
Samarinda
73
74
0
0
0
0
40
0
0
0
0
0
0
0
0
26
Menado
162
162
16
43
19
26
0
0
0
0
0
0
0
0
0
27
Palu
141
66
41
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
28
Makasar
300
32
54
74
113
92
44
0
0
0
0
54
0
0
0
29
Kendari
137
81
0
80
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
30
Ambon
255
114
32
43
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
31
Ternate
51
89
0
26
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
32
Jayapura
499
36
35
50
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Total
5,011
4,530
848 1,222
943
325
732
161
162
25
45
93
38
91
45
Sumber: Pusdiknakes, PPSDM,Depkes
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
J u r u s a n / P r o g r a m S t u d i Analis Teknik Teknik Okupasi Ortetik Terapi Teknik Gigi AKAFARMA Fisioterapi Kes. Elektromedik Radiodiagnostik Terapi Prostetik Wicara
36
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
Lampiran 5.31
ATG
AAK
ATRO
ARO
APIKES
ATEM
PTTD
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(26)
49
37
120
77
75
55
15
50
63
20
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
72
223
110
75
26
60
147
180
213
29
32
50
AKL
(19)
AKFAR
(18)
AKAFARMA
(17)
SMF
(16)
AKBID
(15)
110
AKPER
(13)
SPRG
SMAK
(12)
Provinsi
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(8)
(9)
(10)
(11)
240
733
666
2 Sumatera Utara
280
2,394
3 Sumatera Barat
4 Riau
5 Jambi
18
69
26
2,509
340
97
15
60
868
295
80
11
105
501
467
80
80
64
285
50
64
6 Sumatera Selatan
932
621
60
116
7 Bengkulu
296
50
80
8 Lampung
352
171
134
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
80
140
1,982
810
538
250
400
2,016
400
55
9 Kepulauan Bangka Belitung 10 Kepulauan Riau 11 DKI Jakarta
80
12 Jawa Barat
788
13 Jawa Tengah
160
2,901
14 DI Yogyakarta
776
15 Jawa Timur
16 Banten
3,077
725
500
318
181
60
18 Nusa Tenggara Barat
100
236
19 Nusa Tenggara Timur
100
159
20 Kalimantan Barat
314
21 Kalimantan Tengah
97
22 Kalimantan Selatan
370
23 Kalimantan Timur
456
24 Sulawesi Utara
180
25 Sulawesi Tengah
351
17 Bali
26 Sulawesi Selatan 27 Sulawesi Tenggara
80
80
50
1,224
40
84 95
Keteknisian Medis
Jumlah
No
1 Nanggroe Aceh Darussalam
Keterapian Fisik
ATW
Gizi
AKUPUNTUR
Kesmas
AKFIS
Kefarmasian
SPK
Keperawatan
AKZI
JUMLAH LULUSAN NON POLTEKKES MENURUT JURUSAN/PROGRAM STUDI DAN PROVINSI TAHUN 2007
38
163
148
42
65
172
80
30 83
75
50
50
80
80
17
1,991
11
6,173
29
1,596
50
1,342
445
1,902
426
577
214
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
69
153
60
80
33
170
35
74
4,886
55
24
60
26
80
46
3
14
231
80 80
60
221
7 30
1,404
6,802
50
1,070
106
5,356
499
140
376
259
402
97
100
526
553
230
69
420
185
100
35
1,854
45 56
80
43
69
40
28
13
50
50
47
60
10
326
52
50
428
28 Gorontalo
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
29 Sulawesi Barat
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
139
139
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
30 Maluku 31 Maluku Utara 33 Papua 32 Papua Barat JUMLAH Sumber: Pusdiknakes, PPSDM,Depkes
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
15
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
30
t.a.d
t.a.d
9
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
54
1,180
270
20,189
8,847
2,813
675
1,240
548
471
715
50
69
547
63
908
265
470
692
75
74
40,161
Lampiran 5.32 JUMLAH PESERTA DIKLAT YANG DILAKSANAKAN PUSDIKLAT KESEHATAN DAN BAPELKES NASIONAL MENURUT JENIS DIKLAT TAHUN 2007 No
Unit Kerja
Pra Jabatan
Diklat Pimpinan
Diklat Fungsional
Diklat Teknis
Manajemen Kesehatan
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1
Pusdiklat
76
126
138
1,678
520
2,538
2
Bapelkes Cilandak
689
64
36
0
35
824
3
Bapelkes Ciloto
240
0
52
177
583
1,052
4
Bapelkes Lemah Abang
360
0
30
30
0
420
5
Bapelkes Salaman
386
110
44
2,003
137
2,680
6
Bapelkes Makassar
235
0
300
723
0
1,258
1,986
300
600
4,611
1,275
8,772
Jumlah Sumber : Pusdiklat, Badan PPSDM, Depkes
Lampiran 5.33 ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN DEPARTEMEN KESEHATAN MENURUT SUMBER DANA DAN ESELON I TAHUN 2007
RUPIAH MURNI No
ESELON 1
(1)
(2)
PINJAMAN LUAR NEGERI
RUPIAH MURNI PENDAMPING
P N B P
ALOKASI
REALISASI
%
ALOKASI
REALISASI
%
ALOKASI
REALISASI
%
ALOKASI
REALISASI
%
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
1
SEKRETARIAT JENDERAL
2,128,025,436,000
1,592,349,707,370
74.83
0
0
0
10,248,901,000
2
INSPEKTORAT JENDERAL
49,710,908,000
36,710,658,912
73.85
3,500,000,000
0
0
0
3
DITJEN BINKESMAS
2,453,284,949,000
2,069,822,845,747
84.37
334,518,832,850
177,491,462,194
53.06
2,789,002,000
1,915,911,115
68.70
120,302,619,150
67,449,008,587
56.07
4
DITJEN BINA YANMED
7,543,804,333,000
6,406,695,903,165
84.93
122,677,086,000
21,515,766,978
17.54
1,799,854,173,000
2,038,357,491,477
113.25
3,789,193,000
2,406,828,000
63.52
5
DITJEN PPPL
1,195,319,799,000
1,053,907,120,897
88.17
261,907,353,600
122,466,689,467
46.76
11,412,857,000
8,572,470,960
75.11
60,453,487,400
27,343,650,820
45.23
6
DITJEN BINA YANFAR & ALKES
979,332,087,000
643,596,056,124
65.72
0
0
0.00
7
BADAN LITBANGKES
277,379,312,000
243,339,564,214
87.73
0
0
0.00
8
BADAN PPSDMKES
810,879,283,396
87.52
155,084,428,855
85.12
476,558,347,494
52.67
J u m l a h
926,477,762,000 15,553,334,586,000
12,857,301,139,825
82.67
182,196,717,000 904,799,989,450
0 210,490,000 58,767,102,000 1,883,282,525,000
7,157,750,732 0
0 162,240,925 39,791,286,816 2,095,957,152,025
69.84
0
0
0
0
0
0
0
0.00
0
0
0
77.08
0
0
0
67.71 111.29
5,372,160,000 189,917,459,550
2,992,589,528 100,192,076,935
55.71 52.76
Lampiran 5.34 DISTRIBUSI PERKEMBANGAN PESERTA JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK) TAHUN 2007 Peserta No
Provinsi
(1)
Jenis Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)
Jumlah MASKIN
JPK
%
NON JPK
%
ASKES
%
JAMSOSTEK
%
BPL & PRA BPL JPKM
%
Dana Sehat
%
Kartu Sehat/ASKESKIN
%
LAIN LAIN
%
(3)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(4)
(5)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
(2)
2,682,285
3,256,096
77.05
969,903
22.95
179,842
5.52
519
0.02
391,936
12.04
1,514
0.05
2,682,285
82.38
0
0
2
Sumatera Utara
4,124,247
7,947,252
65.56
4,175,268
34.44
819,352
10.31
219,783
2.77
93,363
1.17
10,215
0.13
4,124,247
51.90
2,680,292
33.73
3
Sumatera Barat
1,361,281
1,825,729
40.32
2,702,553
59.68
417,774
22.88
42,531
2.33
3,715
0.20
428
0.02
1,361,281
74.56
0
0
4
Riau
1,230,911
1,680,301
39.67
2,555,099
60.33
440,234
26.20
5,394
0.32
0
0
3,762
0.22
1,230,911
73.26
0
0
5
Jambi
784,842
1,141,249
44.43
1,427,142
55.57
283,403
24.83
18,569
1.63
0
0
54,435
4.77
784,842
68.77
0
0
6
Sumatera Selatan
2,793,317
4,727,255
68.86
2,137,277
31.14
589,915
12.48
59,102
1.25
1,056
0.02
1,216,089
25.73
2,793,317
59.09
67,776
1.43
7
Bengkulu
632,098
827,726
48.93
864,042
51.07
155,128
18.74
6,682
0.81
6,883
0.83
21,556
2.60
632,098
76.37
5,379
0.65
8
Lampung
3,146,184
4,449,147
63.30
2,579,441
36.70
420,143
9.44
195,244
4.39
0
0
111,357
2.50
3,146,184
70.71
576,219
12.95
9
Kepulauan Bangka Belitung
0
284,870
28.36
719,753
71.64
116,180
40.78
0
0
51,964
18.24
0
0
116,726
40.98
0
10 Kepulauan Riau
277,589
116,726
277,589
22.28
968,119
77.72
0
0
0
0
0
0
0
0
277,589
100.00
0
0
11 DKI Jakarta
675,718
2,617,899
30.36
6,004,166
69.64
738,037
28.19
363,528
13.89
98,722
3.77
0
0
675,718
25.81
741,894
28.34
12 Jawa Barat
10,700,175
19,352,822
50.73
18,799,534
49.27
4,150,776
21.45
1,085,992
5.61
715,170
3.70
1,475,372
7.62
10,700,175
55.29
1,225,337
6.33
13 Jawa Tengah
11,715,881
15,744,734
48.59
16,655,742
51.41
2,027,083
12.87
395,827
2.51
1,507,848
9.58
96,945
0.62
11,715,881
74.41
1,150
0.01
14 DI Yogyakarta
942,129
1,544,103
45.62
1,840,339
54.38
435,897
28.23
6,204
0.40
99,581
6.45
0
0
942,129
61.01
60,292
3.90
10,710,051
15,168,392
41.89
21,037,668
58.11
1,807,703
11.92
462,012
3.05
262,741
1.73
1,924,623
12.69
10,710,051
70.61
1,262
0.01
2,910,506
4,379,410
48.78
4,598,486
51.22
383,017
8.75
571,359
13.05
11,195
0.26
1,265
0.03
2,910,506
66.46
502,068
11.46 8.16
15 Jawa Timur 16 Banten 17 Bali
548,617
1,721,686
50.73
1,672,144
49.27
488,348
28.36
74,274
4.31
212,806
12.36
257,228
14.94
548,617
31.87
140,413
18 Nusa Tenggara Barat
2,028,491
2,409,208
59.64
1,630,226
40.36
358,000
14.86
11,537
0.48
8,897
0.37
2,283
0.09
2,028,491
84.20
0
0
19 Nusa Tenggara Timur
2,798,871
3,174,637
75.86
1,010,037
24.14
234,712
7.39
27,984
0.88
83,639
2.63
17,462
0.55
2,798,871
88.16
11,969
0.38
20 Kalimantan Barat
1,584,451
1,935,441
52.11
1,778,374
47.89
287,869
14.87
18,674
0.96
20,234
1.05
24,213
1.25
1,584,451
81.87
0
0
21 Kalimantan Tengah
763,556
1,003,748
53.77
863,119
46.23
209,559
20.88
1,487
0.15
0
0
19,120
1.90
763,556
76.07
10,026
1.00
22 Kalimantan Selatan
843,837
1,272,850
39.28
1,967,875
60.72
313,517
24.63
45,529
3.58
24,686
1.94
25,379
1.99
843,837
66.30
19,902
1.56
23 Kalimantan Timur
910,925
1,751,609
65.30
930,883
34.70
426,858
24.37
179,260
10.23
1,514
0.09
1,097
0.06
910,925
52.01
231,955
13.24
24 Sulawesi Utara
485,084
830,154
38.63
1,318,960
61.37
205,771
24.79
59,783
7.20
3,098
0.37
75,894
9.14
485,084
58.43
524
0.06
25 Sulawesi Tengah
851,027
947,976
41.38
1,342,746
58.62
71,280
7.52
15,022
1.58
10,647
1.12
0
0
851,027
89.77
0
0
26 Sulawesi Selatan
2,449,737
2,973,853
39.24
4,604,907
60.76
307,058
10.33
13,227
0.44
70
0
35,860
1.21
2,449,737
82.38
167,901
5.65
27 Sulawesi Tenggara
1,144,447
1,365,770
68.63
624,344
31.37
210,165
15.39
11,158
0.82
0
0
0
0
1,144,447
83.80
0
0
28 Gorontalo
431,299
645,512
71.75
254,141
28.25
97,696
15.13
9,641
1.49
12,885
2.00
93,991
14.56
431,299
66.82
0
0
29 Sulawesi Barat
473,817
473,817
47.61
521,297
52.39
0
0
0
0
0
0
0
0
473,817
100.00
0
0
30 Maluku
840,680
959,923
75.26
315,575
24.74
107,177
11.17
1,075
0.11
204
0.02
880
0.09
840,680
87.58
99,907
10.41
31 Maluku Utara 32 Papua 33 Papua Barat Asuhan Masyarakat TDK Jumlah
302,436
383,831
44.70
474,825
55.30
56,685
14.77
13,846
3.61
72
0.02
924
0.24
302,436
78.79
9,868
2.57
1,943,517
1,986,021
99.73
5,339
0.27
238,329
12.00
6,975
0.35
0
0
27,454
1.38
1,943,517
97.86
168,130
8.47
521,558
521,558
89.25
62,802
10.75
0
0
0
0
0
0
0
0
521,558
100.00
0
0
0 73,726,290
Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan
2,673,710
100.00
112,255,878
51.10
0 107,412,126
0 48.90
16,577,508
14.77
3,922,218
3.49
3,622,926
3.23
5,499,346
4.90
73,726,290
65.68
6,722,264
5.99
Lampiran 5.35 DISTRIBUSI PESERTA JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK) MENURUT JENIS DAN PROVINSI TAHUN 2007
No
Provinsi
Jumlah MASKIN
(2)
(3)
(1)
ASKES
JAMSOSTEK
(4)
(5)
Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (Jiwa) JPKM Dana Sehat Kartu Sehat BAPEL PRABAPEL (6)
(7)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2,682,285
179,842
519
2
Sumatera Utara
4,124,247
819,352
219,783
3
Sumatera Barat
1,361,281
417,774
42,531
0
4
Riau
1,230,911
440,234
5,394
0
5
Jambi
784,842
283,403
18,569
0
6
Sumatera Selatan
2,793,317
589,915
59,102
0
7
Bengkulu
632,098
155,128
6,682
0
8
Lampung
3,146,184
420,143
195,244
0
9
Kepulauan Bangka Belitung
116,180
0
0
10
Kepulauan Riau
277,589
0
0
0
11
DKI Jakarta
675,718
738,037
363,528
89,896
12
Jawa Barat
10,700,175
4,150,776
1,085,992
35,500
13
Jawa Tengah
11,715,881
2,027,083
395,827
20,076
14
DI Yogyakarta
942,129
435,897
6,204
99,581
15
Jawa Timur
10,710,051
1,807,703
462,012
101,577
16
Banten
2,910,506
383,017
571,359
17
Bali
548,617
488,348
74,274
18
Nusa Tenggara Barat
2,028,491
358,000
11,537
19
Nusa Tenggara Timur
2,798,871
234,712
27,984
20
Kalimantan Barat
1,584,451
287,869
18,674
0
21
Kalimantan Tengah
763,556
209,559
1,487
0
22
Kalimantan Selatan
843,837
313,517
45,529
0
23
Kalimantan Timur
910,925
426,858
179,260
24
Sulawesi Utara
485,084
205,771
25
Sulawesi Tengah
851,027
26
Sulawesi Selatan
27
Sulawesi Tenggara
28
(8)
(9)
Total
(10)
(11)
( % ) (12)
391,936
1,514
2,682,285
0
3,256,096
77.05
57,059
10,215
4,124,247
2,680,292
7,947,252
65.56
3,715
428
1,361,281
0
1,825,729
40.32
0
3,762
1,230,911
0
1,680,301
39.67
0
54,435
784,842
0
1,141,249
44.43
1,056
1,216,089
2,793,317
67,776
4,727,255
68.86
6,883
21,556
632,098
5,379
827,726
48.93
111,357
3,146,184
576,219
4,449,147
63.30
0
116,726
0
284,870
28.36
0
277,589
0
277,589
22.28
0
675,718
741,894
2,617,899
30.36
1,475,372
10,700,175
1,225,337
19,352,822
50.73
96,945
11,715,881
1,150
15,744,734
48.59
0
942,129
60,292
1,544,103
45.62
161,164
1,924,623
10,710,051
1,262
15,168,392
41.89
11,195
1,265
2,910,506
502,068
4,379,410
48.78
257,228
548,617
140,413
1,721,686
50.73
8,897
2,283
2,028,491
0
2,409,208
59.64
20,091
17,462
2,798,871
11,969
3,174,637
75.86
20,234
24,213
1,584,451
0
1,935,441
52.11
19,120
763,556
10,026
1,003,748
53.77
24,686
25,379
843,837
19,902
1,272,850
39.28
450
1,064
1,097
910,925
231,955
1,751,609
65.30
59,783
0
3,098
75,894
485,084
524
830,154
38.63
71,280
15,022
0
10,647
0
851,027
0
947,976
41.38
2,449,737
307,058
13,227
0
70
35,860
2,449,737
167,901
2,973,853
39.24
1,144,447
210,165
11,158
0
0
0
1,144,447
0
1,365,770
68.63
Gorontalo
431,299
97,696
9,641
0
93,991
431,299
0
645,512
71.75
29
Sulawesi Barat
473,817
0
0
0
0
0
473,817
0
473,817
47.61
30
Maluku
840,680
107,177
1,075
0
204
880
840,680
9,907
959,923
75.26
31
Maluku Utara
302,436
56,685
13,846
0
72
924
302,436
9,868
383,831
44.70
32
Papua
1,943,517
37,529
4,975
0
0
0
1,943,517
0
1,986,021
99.73
33
Papua Barat
521,558
0
0
0
0
0
521,558
0
521,558
89.25
Anak terlantar, Pnt Asuhan Masy. Tdk punya KTP J u m l a h Persentase Berdasarkan Jumlah Penduduk Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan
116,726
73,726,290
16,376,708
3,920,218
7.46
1.78
0
Lainlain
36,304
0 212,806
0 63,548
12,885
672,623 1.69
0 51,964
0 8,826
679,670 1,487,772
0
0
0
2,950,303
5,471,892
73,726,290
6,464,134
2.49
33.56
2.94
2,673,710
112,255,878
51.10
Lampiran 6.1
PERBANDINGAN BEBERAPA DATA KEPENDUDUKAN DI NEGARANEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2007
No
Negara
Jumlah Penduduk (Juta Jiwa)
(1)
(2)
(3)
1 Brunei Darussalam
Persentase Laju Persentase Kepadatan Persentase Persentase Angka Beban GNI PPP per Penduduk di Pertumbuhan Penduduk Usia Penduduk Penduduk Usia Penduduk Usia Tanggungan kapita (US$) Daerah Penduduk 1996 65 Tahun Ke (per Km²) 014 Tahun 15 64 Tahun (%) Tahun 2006 Perkotaan 2006 (%) Atas (4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
0.4
65
72
2.3
30
67
3
49
2 Filipina
88.7
296
48
2.1
35
61
4
58
5,980
3 Kamboja
14.4
79
15
1.9
37
60
3
60
2,920
5.9
25
57
1.8
44
52
4
72
2,050
27.2
82
62
2.1
33
63
4
55
11,300
4.6
6,785
100
2.0
19
73
8
40
31,710
85.1
257
27
1.4
29
64
7
54
3,300
8 Indonesia
231.6
122
71
1.3
34
62
4
57
3,950
9 Myanmar
49.8
74
29
1.0
27
67
6
49
10 Thailand
65.7
128
33
0.9
23
70
7
45
9,140
149.0
1,035
23
1.9
33
63
4
55
2,340
0.9
19
31
2.4
33
62
5
57
5,690
1,131.9
344
28
1.7
33
62
5
57
3,800
23.3
193
60
0.7
27
65
8
52
0.3
1020
27
1.7
34
62
4
57
16 Nepal
27.8
189
14
2.2
41
55
4
67
1,630
17 Sri Lanka
20.1
306
15
0.5
27
67
6
49
5,010
1.0
70
22
2.7
45
52
3
72
4 Laos 5 Malaysia 6 Singapura 7 Vietnam
11 Bangladesh 12 Bhutan 13 India 14 Korea Utara 15 Maladewa
18 Timor Leste
Sumber : World Population Data Sheet, USAID, 2007 The State of The Worlds Children, 2007 : Laju pertumbuhan penduduk World Health Statistics 2008, WHO: GNI PPP per kapita
Lampiran 6.2
ANGKA KELAHIRAN, ANGKA KEMATIAN, DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI NEGARANEGARA ASEAN & SEARO
No
Negara
(1)
(2)
Angka Angka Usia Harapan Hidup Waktu Indeks Angka Total Fertility Kelahiran Kematian Lahir Pembangunan Kematian Bayi Rate (TFR) Kasar per 1000 Kasar per 1000 Manusia (AKB) Penduduk Penduduk L+P L P 2005 2007
Peringkat IPM dunia
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
Angka Kematian Balita (AKABA) L
P
Angka Kematian Maternal (per 100.000 lahir hidup)
L+P 2005
2006 (13)
(14)
(15)
(16)
1 Brunei Darussalam
30
0.894
75
72
77
2,3
19
3
7
10
8
9
13
2 Filipina
90
0.771
69
66
72
3,4
27
5
27
37
26
32
230
3 Kamboja
131
0.598
63
61
65
3,4
26
9
71
89
75
82
540
4 Laos
130
0.601
55
53
57
4,8
36
12
85
79
70
75
660
5 Malaysia
63
0.811
74
72
76
2,9
23
5
10
13
11
12
62
6 Singapura
25
0.922
80
78
82
1,3
10
4
2,6
3
3
3
14
7 Vietnam
105
0.733
72
70
73
2,1
19
5
18
17
16
17
150
8 Indonesia
107
0.728
69
67
71
2,4
21
7
34
36
31
34
420
9 Myanmar
132
0.583
60
57
63
2,3
20
10
75
114
91
104
380
78
0.781
71
68
75
1,7
14
7
20
8
7
8
110
11 Bangladesh
140
0.547
62
62
63
3,0
27
8
65
73
65
69
570
12 Bhutan
133
0.579
64
62
65
2,9
20
7
40
75
65
70
440
13 India
128
0.619
64
63
64
2,9
24
8
58
72
81
76
450
71
68
73
2,0
16
7
21
57
53
55
370
15 Maladewa
100
0.741
70
70
70
2,8
19
3
15
34
27
30
120
16 Nepal
142
0.534
62
62
63
3,1
28
9
51
60
59
59
830
99
0.743
74
72
76
2,0
18
7
11
15
11
13
58
150
0.514
58
57
59
7,0
44
11
98
63
48
55
380
10 Thailand
14 Korea Utara
17 Sri Lanka 18 Timor Leste
Sumber : World Population Data Sheet, USAID, 2007 Human Development Report 2007/2008: Indeks Pembangunan Manusia World Health Statistics 2008, WHO: AKABA, Angka kematian maternal
Lampiran 6.3 PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN SUMBER AIR BERSIH DAN YANG MENGGUNAKAN SARANA SANITASI SEHAT DI NEGARANEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2005
No
Negara
(1)
(2)
1
Brunei Darussalam
2
Penduduk Yang Menggunakan Sumber Air Bersih (%)
Penduduk Yang Menggunakan Sarana Sanitasi Sehat (%)
Perkotaan
Perdesaan
Total
Perkotaan
Perdesaan
Total
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Filipina
96
88
93
81
72
78
3
Kamboja
80
61
65
62
19
28
4
Laos
86
53
60
87
38
48
5
Malaysia
100
96
99
95
93
94
6
Singapura
100
100
100
100
7
Vietnam
98
90
92
88
56
65
8
Indonesia
89
71
80
67
37
52
9
Myanmar
80
80
80
85
81
82
10
Thailand
99
97
98
95
96
96
11
Bangladesh
85
78
80
48
32
36
12
Bhutan
98
79
81
71
50
52
13
India
96
86
89
52
18
28
14
Korea Utara
100
100
100
15
Maladewa
98
76
83
100
42
59
16
Nepal
94
88
89
45
24
27
17
Sri Lanka
98
79
82
89
86
86
18
Timor Leste
77
56
62
64
32
41
Sumber : World Health Statistics 2008, W HO
Lampiran 6.4
PERBANDINGAN DATA TUBERKULOSIS DI NEGARANEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2005/2006
No
Negara
Prevalensi TB Paru Insidens TB Paru per 100.000 Penduduk per 100.000 Penduduk 2006
(1)
(2)
1
Brunei Darussalam
2
(3)
(4)
Kematian yang berhubungan dengan TB Paru per 100.000 penduduk
Proporsi kasus TB Paru melalui DOTS Case Detection Rate
Succes Rate
1990
2000
2006
2006
2005
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
99
83
13
6
9
91
71
Filipina
432
287
80
58
45
77
89
3
Kamboja
665
500
105
80
76
62
93
4
Laos
292
152
38
27
23
77
90
5
Malaysia
125
103
21
16
14
80
70
6
Singapura
25
26
6
4
2
107
83
7
Vietnam
225
173
39
23
21
85
92
8
Indonesia
253
234
90
61
38
73
91
9
Myanmar
169
171
49
37
12
109
85
10 Thailand
197
142
24
18
16
73
75
11 Bangladesh
391
225
74
58
45
65
91
96
96
17
9
7
112
91
13 India
299
168
42
40
28
64
86
14 Korea Utara
180
178
59
37
14
97
89
54
45
8
6
4
87
86
244
176
51
28
22
64
88
80
60
10
10
8
85
86
789
556
125
121
98
33
82
12 Bhutan
15 Maladewa 16 Nepal 17 Sri Lanka 18 Timor Leste Sumber : World Health Statistics 2008, WHO Keterangan : CDR = Case Detection Rate (Penemuan kasus baru) SR = Succes Rate (Angka kesembuhan)
Lampiran 6.5
ANGKA ESTIMASI HIV DAN AIDS DI NEGARANEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2007
1. Angka Estimasi HIV
No
Negara
(1)
(2)
1 Brunei Darussalam 2 Filipina 3 Kamboja 4 Laos
Dewasa dan Anakanak
Dewasa (15+)
2. Kematian Akibat AIDS
Dewasa (15–49) Rate (%)
Wanita (15+)
Dewasa dan Anakanak
Estimasi
[estimasi rendah – estimasi tinggi]
Estimasi
[estimasi rendah – estimasi tinggi]
Estimasi
[estimasi rendah – estimasi tinggi]
Estimasi
[estimasi rendah – estimasi tinggi]
Estimasi
[estimasi rendah – estimasi tinggi]
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
…
…
…
…
…
…
…
…
8,300
[ 6.000 11.000 ]
8,200
[ 5.900 11.000 ]
…
[ < 0.1 ]
2,200
[ 1.600 3.100 ]
< 200
75,000
[ 67.000 84.000 ]
70,000
[ 63.000 80.000 ]
0.8
[ 0,7 0,9 ]
20,000
[ 17.000 23.000 ]
…
5,500
[ 3.300 13.000 ]
5,400
[ 3.300 13.000 ]
0.2
[ 0,1 0,4 ]
5 Malaysia
80,000
[ 52.000 120.000 ]
79,000
[ 51.000 120.000]
0.5
[ 0,3 0,8 ]
21,000
[ 13.000 34.000 ]
6 Singapura
4,200
[ 2.600 7.300 ]
4,100
[ 2.500 7.200 ]
0.2
[ 0,1 0,3 ]
1,200
[ <1.000 2.100]
7 Vietnam
290,000
8 Indonesia
270,000
[ 190.000 400.000 ]
270,000
[ 190.000 400.000 ]
0.2
9 Myanmar
240,000
[ 160.000 370.000 ]
240,000
[ 150.000 360.000 ]
…
10 Thailand
610,000
[ 410.000 880.000 ]
600,000
[ 400.000 860.00 ]
1.4
11 Bangladesh
12,000
12 Bhutan
< 500
13 India
…
[ 180.000 470.000 ]
[ 7.700 19.000 ] [ <1000 ]
2,400,000 [ 1.800.000 3.200.000 ]
280,000
12,000
[ 170.000 470.000]
0.5
[ 0,3 0,9 ] [ 0,1 0,3 ] … [ 0,9 2,1 ]
[ 7.600 19.000 ]
…
[ < 0,1 ]
[ <1000 ]
0.1
[ < 0,1 0,2 ]
2,300,000 [ 1.700.000 3.100.000 ]
0.3
[ 0,2 0,5 ]
< 500
1 300
[ <1.000 3.100 ]
<100 3,100 < 200
… [ <100 <500 ] … [ <200 ] [ 2.100 4.500 ] [ <100 <500 ]
76,000
[ 46.000 120.000 ]
20,000
[ 12.000 33.000 ]
54,000
[ 36.000 87.000 ]
8,700
[ 4.900 13.000 ]
…
…
…
…
…
[ 1.200 3.400 ]
< 500
[ <1000 ]
[ < 200 ]
…
[ <100 ]
880,000 [ 670.000 1.200.000 ]
…
…
250,000 2,000 < 100
… [ 170.000 360.000 ]
14 Korea Utara
…
[ <100 ]
…
[ <100 ]
…
[ < 0,1 ]
…
[ <100 ]
…
[ <100 ]
15 Maladewa
…
[ <100 ]
…
[ <100 ]
…
[ < 0,1 ]
…
[ <100 ]
…
[ <100 ]
16 Nepal 17 Sri Lanka 18 Timor Leste
70,000
[ 50.000 99.000 ]
68,000
[ 49.000 97.000 ]
0.5
[ 0,4 0,7 ]
17,000
[ 12.000 25.000 ]
4,900
[ 3.400 7.300 ]
3,800
[ 2.800 5.100 ]
3,700
[ 2.800 5.000 ]
…
[ < 0,1 ]
1,400
[ 1.000 1.800 ]
…
< 500
…
…
…
…
…
…
…
Sumber: 2008 Report on the global AIDS epidemic, UNAIDS/WHO
…
…
…
Lampiran 6.6
JUMLAH KASUS PENYAKIT MENULAR YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI DI NEGARANEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2007
No
Negara
Difteri
Pertusis
Tetanus
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1
Brunei Darussalam
2
Filipina
3
Tetanus Neonatorum (6)
Campak
Polio
(7)
(8)
0
39
17
1,261
121
530
0
Kamboja
5
561
242
50
394
0
4
Laos
2
13
17
15
1678
0
5
Malaysia
0
6
Singapura
0
38
0
0
15
0
7
Vietnam
32
183
116
36
17
0
8
Indonesia
183
127
127
19,456
0
9
Myanmar
5
13
259
49
1088
15
10 Thailand
3
23
136
4
3,893
0
86
87
1,034
206
2,924
0
0
0
0
11
0
3,354
70,729
7,005
937
36,900
873
14 Korea Utara
0
1,250
0
0
0
15 Maladewa
0
0
0
0
20
0
44
879
155
32
1,415
5
17 Sri Lanka
0
0
44
0
44
0
18 Timor Leste
0
0
6
4
0
0
A S E A N
269
848
2,158
402
27,071
15
S E A R O
3,675
72,981
8,766
1,359
65,751
893
11 Bangladesh 12 Bhutan 13 India
16 Nepal
Sumber : Incidence Series Immunization, WHO, 2007
Lampiran 6.7
PERBANDINGAN CAKUPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI NEGARANEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2006
No
Negara
BCG (%)
DPT3 (%)
Polio3 (%)
Campak (%)
Hepatitis B3 (%)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1 Brunei Darussalam
96
99
99
97
99
2 Filipina
91
88
88
92
77
3 Kamboja
87
80
80
78
80
4 Laos
61
57
56
48
57
5 Malaysia
99
96
96
90
87
6 Singapura
98
95
95
93
94
7 Vietnam
95
94
94
93
93
8 Indonesia
82
70
70
72
70
9 Myanmar
85
82
82
78
75
10 Thailand
99
98
98
96
96
11 Bangladesh
96
88
88
81
88
12 Bhutan
92
95
96
90
95
13 India
78
55
58
59
6
14 Korea Utara
96
89
98
96
96
15 Maladewa
99
98
98
97
98
16 Nepal
93
89
91
85
69
17 Sri Lanka
99
99
98
99
98
18 Timor Leste
72
67
66
64
Sumber : WHO vaccine preventable diseases: monitoring system, 2007
Lampiran 6.8
PERBANDINGAN UPAYA KESEHATAN DI NEGARANEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 20002006
No
Negara
(1)
(2)
Persentase KB aktif pada WUS
Pemeriksaan antenatal (4 kali)
Persalinan oleh Anak dengan ASI Anak disusui tenaga kesehatan eksklusif (< 6bulan) sampai 2023 bulan 20002006
2006
1 Brunei Darussalam
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
100
2 Filipina
36
70
60
34
32
3 Kamboja
27
27
44
60
54
4 Laos
29
19
23
47
5 Malaysia
30
100
29
12
6 Singapura
73
100
7 Vietnam
66
29
88
17
23
8 Indonesia
57
81
66
40
59
9 Myanmar
33
66
57
15
67
10 Thailand
70
74
97
5
19
11 Bangladesh
47
16
20
37
89
12 Bhutan
31
51
13 India
49
51
47
46
14 Korea Utara
58
95
97
65
37
15 Maladewa
35
91
84
10
16 Nepal
44
29
19
53
95
17 Sri Lanka
50
97
53
73
9
30
19
31
35
18 Timor Leste Sumber : World Health Statistics 2008, W HO
World Population Data Sheet, USAID, 2007 : Persentase KB aktif
Lampiran 6.9
PEMBIAYAAN KESEHATAN DI NEGARANEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2005
No
Negara
Persentase Keseluruhan Pengeluaran di Bidang Kesehatan terhadap Produk Domestik Bruto
(1)
(2)
(3)
1 Brunei Darussalam
Persentase Pengeluaran Pemerintah di Bidang Kesehatan terhadap Seluruh Pengeluaran di Bidang Kesehatan
Persentase Pengeluaran Sektor Swasta di Bidang Kesehatan terhadap Seluruh Pengeluaran di Bidang Kesehatan
(4)
(5)
Persentase Pengeluaran Pengeluaran per Kapita di Pemerintah di Bidang Bidang Kesehatan Oleh Kesehatan terhadap Pemerintah (PPP Seluruh Pengeluaran int. $) Pemerintah (6)
(7)
2
79.6
20.4
5.1
335
2 Filipina
3.2
36.6
63.4
5.5
73
3 Kamboja
6.4
24.2
75.8
12
41
4 Laos
3.6
20.6
79.4
4.1
16
5 Malaysia
4.2
44.8
55.2
7
203
6 Singapura
3.5
31.9
68.1
5.6
322
6
25.7
74.3
5.1
57
8 Indonesia
2.1
46.6
53.4
5.1
36
9 Myanmar
2.2
10.6
89.4
1.1
4
10 Thailand
3.5
63.9
36.1
11.3
207
11 Bangladesh
2.8
29.1
70.9
5.5
17
12 Bhutan
4
71
29
6.5
60
13 India
5
19
81
3.5
19
3.5
85.6
14.4
6
41
12.4
85.6
14.4
17.7
751
16 Nepal
5.8
28.1
71.9
8.4
21
17 Sri Lanka
4.1
46.2
53.8
7.8
88
13.7
86.6
13.4
19.1
126
7 Vietnam
14 Korea Utara 15 Maladewa
18 Timor Leste Sumber : World Health Statistics 2008, W HO