Impossible Love Between 2 Worlds Profita Dewi Nadita
Prolog Takut, cemburu, merasa kehilangan, menangis, tersenyum, adalah hal yang manusiawi. Ketika seseorang merasakan pahit dan manisnya hidup, dia akan meresapinya dalam hati lalu mengartikannya. Namun, bagaimana jika rasa takut, cemburu, kehilangan itu datang secara bersamaan? Apakah orang itu akan menangis? Atau malah sebaliknya, tersenyum? Untuk berusaha tegar menerima kenyataan, dia pasti mencoba tersenyum. Lalu bagaimana dengan nasib hidupnya? Apa resiko yang harus dia terima? Separah apa jalan hidupnya setelah bertemu dengan orang yang tak pernah ia harapkan kehadirannya? Sebelum orang itu datang ke kehidupannya. Sebelum semua rasa itu muncul. Rasa takut, rasa sedih itu tak ada. Dia hidup seperti yang lain, menikmati karirnya di dunia musik. Dengan hambar. Hidup terasa monoton baginya. Dia jalani apa adanya sesuai air yang mengalir. Tapi, setelah makhluk mengerikan itu datang dalam hidupnya. Rasa suka, duka, cemburu, mewarnai hari-harinya. 1
Disaat dia menghilang… disaat makhluk itu menjauh darinya… hidupnya tak tau arah, tak ada harapan. Apakah dia bisa bertahan dengan kondisinya sekarang? Terlihat kuat dari luar, namun di dalamnya ternyata… Perbedaan benar-benar terasa nyata. Bukan hanya terasa, tapi memang nyata adanya. Menjadi teman di alam yang berbeda adalah suatu hal yang tak masuk akal pikiran manusia. Tapi, jika itu memang terjadi? Bagaimana bisa dihindari? Bahkan, sebenarnya dia ingin menghindari itu, tapi rasanya sulit. Dia ingin makhluk itu menjauh dari hidupnya untuk selamanya, dan berharap tidak pernah kembali. Tapi saat takdir mengatakan itu, mengatakan bahwa mereka harus berpisah, dia tidak mau. Dia tidak ingin jauh darinya sedetik pun! Pertemanan mereka dilalui oleh banyak kejadian dan tantangan juga larangan. Salah satu syarat pertemanan mereka adalah tidak boleh saling menyukai. Namun, sepertinya itu tidak bisa dilakukan. Ada yang melanggarnya. ADA! Bahkan mereka berdua yang melanggarnya. Perasaan tidak bisa dibohongi. Jika suka, ya suka. Jika sayang, ya sayang. Jika benci, ya benci. Tapi, kebohongan timbul dari perkataan, bukan dari perasaan. Tak ada orang yang bisa membohongi perasaannya sendiri jika hati telah berbicara.
***
2
1 Redupnya langit di sore hari tidak membuat Sakura lelah dan putus asa mengikuti audisi gitaris terbaik di sekolah musiknya, di Bogor. Ratusan peserta dari sekolah tersebut berebut ingin mendapatkan gelar gitaris terbaik. Walaupun hujan yang turun cukup lama tidak membuat semangat mereka pudar. Berjam-jam menunggu, kini giliran Sakura yang masuk ke ruang audisi. Dengan wajah cantiknya, ia membawa sebuah gitar miliknya dengan warna yang ia suka, merah. Rambut panjang yang terurai membuat penampilannya semakin memukau. Dengan terbalut rasa tegang, penampilannya pun selesai. Jarum jam menunjukkan pukul setengah enam sore, murid yang mengikuti audisi berhamburan keluar dari sekolah. Peserta yang kebanyakan diikuti oleh kaum pria tidak membuat Sakura rendah diri. Lagipula ia mengetahui kemampuannya dalam memainkan alat musik.
3
Dengan ditemani kedua temannya, Nadin dan Fena, mereka berjalan menuju gerbang untuk pulang, tanpa disadari, ternyata baju audisi masih ia pakai. Sakura ingin mengganti bajunya, pasalnya pakaian audisi tidak boleh sembarangan dipakai tanpa kepentingan, itu yang dilontarkan kepala panitia audisi. Kedua temannya itu hanya menunggu, mereka tidak ikut audisi karena kurang ahli. Sakura ragu untuk meminta izin kepada kedua temannya untuk mengganti baju di toilet sekolah saja. Walaupun Fena yang mempunyai sikap penakut keberatan untuk mengizinkannya, tapi bagaimana lagi, tak lama setelah sakura minta izin ternyata ponsel Fena berdering, ibunya meminta agar Nadin pulang karena sudah larut. Fena semakin kebingungan. Dia ingin mengantar temannya itu ganti baju dulu, tapi ibunya menyuruhnya pulang. Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang lebih dulu.
***
Dia berjalan menelusuri ruang guru untuk sampai di toilet. Awalnya dia berpikir akan mengganti pakaiannya di toilet putra karena toilet putri agak jauh, tapi tidak ia hiraukan. Takutnya ada lelaki di dalamnya. Kamar mandi putra telah dia lewati, beberapa tikungan lagi sampai di toilet putri. 4
Dan ketika sampai, ia bergegas masuk, menutup pintu lalu menguncinya. Segera ia mengganti bajunya dengan posisi membelakangi pintu. Ketika selesai mengganti pakaian, ia membalikkan tubuh untuk membuka pintu, tapi ternyata….. seseorang menghalanginya. Gitaris itu tersentak, jantungnya mulai terpacu oleh sosok yang ada dihadapannya. Dilihatnya dengan seksama dari ujung rambut sampai ujung kakinya. Seorang laki-laki berparas tampan, bertubuh tinggi dan berkulit sawo matang terang. Perlahan lelaki itu mendekati Sakura yang tak bisa berpikir, membuka mulut saja tidak bisa apalagi berteriak. Darimana datangnya makhluk ini… kenapa dia bisa masuk…. Dengan hati-hati dan lamban gadis itu melangkahkan kakinya ke belakang, mereka saling bertatapan. Kenapa dia terus mendekat? Pikirnya. Detak jantungnya mulai tak terkontrol, nafasnya sesak, dan tubuhnya melemas. Setelah mundur terlalu jauh, punggungnya menyentuh tembok. Keringatnya terus keluar, ia merasakan seluruh tubuhnya tak bisa bergerak. Terasa membeku. Jantungnya berdetak semakin kencang dan hampir copot. Kenapa laki-laki ini bisa masuk? Sedangkan pintu terkunci rapat, pikirnya lagi disela kekacauan diotaknya. Ditengah pikirannya yang sedang melayang, laki-laki itu terus mendekatinya, semakin dekat. Dia menyentuh pipi dan leher Sakura seakan-akan ingin mencekik gadis itu. Ternyata ia 5
membasuh keringat dingin di wajahnya, Sakura pun semakin kaget dan tercengang. Mau apa dia? Pikirnya berkelanjutan. Tak ada yang bisa ia lakukan selain berdo’a, berharap lelaki dihadapannya segera menghilang. Ia memejamkan mata dan berdo’a. Tanpa diduga setelah matanya dibuka, lelaki tersebut tersenyum kepadanya dengan tatapan tajam. Bentuk mata yang indah itu membuatnya semakin takut. Dan reflek, Sakura menyentuh wajah pria itu. Awalnya, dia ingin mendorong lelaki itu dari hadapannya, tapi kulit cerah lelaki itu terasa halus seperti kulit seorang wanita yang membuat Sakura enggan untuk melepaskannya. Tak sadar, Sakura membelai pipi pria di depannya dan menatap bola mata indah itu lekat-lekat. Lelaki itu tersenyum padanya, senyuman termanis yang belum pernah ia dapatkan dari lelaki manapun selama ini. Oh Tuhan, betapa indahnya sosok di hadapanku ini. Akankah aku bisa memilikinya?? Pikiran Sakura semakin tidak karuan, dia berasa seperti gila melihatnya. Tak lama setelah itu, lelaki tersebut merapikan rambut dan baju sakura, kali ini tatapannya lain, seperti orang yang membenci sekaligus menyukainya. Tatapan sinis dan tajam menyatu di dalam matanya. Mata lelaki itu benar-benar jendela hatinya. Ekspresi di wajahnya flat, tanpa ekspresi. Tapi ada ribuan kata melayang di lensa matanya.
6
Mata itu jarang sekali berkedip, bahkan tak berkedip. Begitu tampannya orang ini. Alis bulan sabitnya terukir sempurna mengharmonikan keindahan kelopak matanya. Sakura semakin kaget dengan jantung yang semakin berdebar kencang. Tiba-tiba lelaki tersebut merapatkan diri padanya dengan mendekatkan bibirnya pada bibir gadis itu. Mata Sakura melebar dan dia tak bisa berbuat apa-apa lagi.
***
Tangan Sakura yang sedang menyentuh pipi pria itu tak bisa digerakkan. Kini matanya mulai tertutup. Perasaan pria itu seperti perasaan kepada seseorang yang dia suka sejak lama. Tetapi ia tak tahu alasannya mengapa mencium seseorang yang tidak dikenalnya. Yang jelas Sakura sangat ketakutan dan kembali memejamkan matanya. Rasanya nyata, kecupan seorang lelaki yang tak pernah ia kenal sebelumnya itu sangat lembut dan hangat. Mungkin hipnotis tengah menguasai dirinya. menikmatinya sementara tubuh semakin merapat.
Dia
Lelaki itu melingkarkan satu tangannya di pinggang Sakura dan tangan yang lain memegang lehernya. Sedangkan tangan Sakura meyentuh pipi pria itu, tangan kirinya meremas pundak 7
si lelaki bertubuh tegap itu. Merasakan suatu getaran di dalam tubuhnya. Sakura merasakan betapa kuatnya otot lelaki itu ketika ia menyentuhnya. Sekarang dia menyentuh leher si lelaki dan memberikan kesempatan kepadanya untuk merasakan lidahnya. Si tampan sepertinya sangat mendambakan ciuman itu. Dia mengecupnya, melumatnya lembut. Disatu sisi ciuman gila itu didasari oleh kebencian yang tidak jelas dari si lelaki, tapi disisi lain rasanya terdapat ikatan di antara mereka. Lalu… apa arti dari ciuman ini? Apakah itu hanya ciuman nakal biasa, atau ada sesuatu dibalik semuanya yang sedang terjadi. Sakura tersadar dari hipnotisnya tetapi tak lama setelah itu ia kembali terhipnotis. Ketika ia terhipnotis, ia ingin tetap merasakan ciuman itu. Tetapi jika tersadar kembali, rasanya dia ingin melepaskan semuanya. Kali ini benar-benar ingin sosok dihadapannya segera menghilang… menghilang dan tak kembali lagi.
***
Sakura membuka matanya kembali. Keadaan sedikit membaik, sosok di hadapannya enyah tak tahu kemana. Bibirnya terasa panas dan basah. Ia sadar bahwa dirinya harus 8
keluar dari tempat itu. Dia berlari membawa gitar dan tasnya keluar dari toilet… Masih di koridor toilet, di tikungan toilet putra, ia tiba-tiba berhenti dan merasakan sesuatu melintas dibelakangnya. Dengan gesitnya ia tengok ke belakang, tapi tak ada siapapun. Dia kembali melangkahkan kakinya untuk keluar dari lingkungan sekolah dan menutup tasnya yang terbuka. Tapi… dilihatnya di dalam tas… kosong… Hanya sebuah kotak pensil dan sebuah buku. Terus, gitarnya? “Aneh, perasaan tadi tas gitarnya sudah kubawa deh. Terus bukunya, ko’ cuma satu sih!” Sakura bingung dan berdiri terdiam di tengah lapang. Pikirannya kacau… rasa takut, gelisah dan khawatir tercampur aduk. “Masa harus balik lagi sih, ke tempat itu? Iihhhh….” Ocehnya seorang diri. “Balik lagi jangan yah, aduh bagaimana ini.” Karena itu adalah gitar kesayangannya, dia terpaksa kembali ke tempat tadi untuk mengambil gitar itu. Dia mengendap-endap di koridor kamar mandi seperti pencuri. Hatinya terus berdo’a demi kesalamatannya. Dibukalah pintu kamar mandi tempat dia berganti pakaian tadi, ternyata memang ada tas gitar beserta isinya. “Syukurlah ada, coba kalau gak ada, gawat,” senangnya di dalam kamar mandi tersebut. 9
Bbbrruuuukk…. Pintunya tertutup sendiri. Sakura diam tanpa bergerak. Jantungnya mulai berdetak gak karuan lagi. “Ya Tuhan, sebenarnya ada apa di sini,” Tanya Sakura pelan dengan suara yang mulai gemetar. Dia menengok ke kanan dan kiri, ke belakang kemudian ke depan, tak ada apapun. Tetapi sekali lagi ia melihat kearah belakang, lelaki tadi telah berdiri tepat di belakangnya. Sakura menjerit pelan dan berjongkok sambil menutup matanya. Membiarkan gitarnya tergeletak di lantai. Ruangan untuk ganti baju berukuran kecil membuat mereka berdekatan. Lelaki itu berjongkok juga, tepat di hadapannya. Sakura terjatuh hingga duduk, mundur dan terus mundur ketakutan. Si misterius terus maju untuk mendekati Sakura. Tatapannya seperti ingin menolong Sakura, tapi si gitaris ini malah semakin takut. “Tidak perlu takut,” katanya lembut. Menyentuh tangan Sakura. Sakura menatap lelaki itu kaget saat ia mengeluarkan beberapa patah kata barusan. “Biarkan aku keluar dari sini,” pintanya dengan gemetar. Sang lelaki mengangguk pelan lalu menghilang diikuti oleh pintu yang terbuka dengan sendirinya. ***
10