IMPLEMENTASI PROGRAM PELAYANAN BAGI ANAK AUTIS MELALUI SEKOLAH KHUSUS DI RUMAH AUTIS BEKASI
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh: FACHRY ARFAN NIM. 109054100023
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar S1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari saya terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya olang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Desember 2013
FACHRY ARFAN
ABSTRAK Fachry Arfan Implementasi Program Pelayanan Bagi Anak Autis Melalui Sekolah Khusus di Rumah Autis Bekasi Pendidikan merupakan salah satu hak asasi yang dimiliki oleh seseorang, tidak terkecuali bagi anak autis. Selama ini, pendidikan bagi anak autis diselenggarakan di Sekolah Luar Biasa (SLB), sementara itu biaya operasional di SLB jauh lebih mahal dibandingkan sekolah reguler, bahkan bagi kalangan yang berada sekalipun. Akibatnya sebagian anak autis terpaksa tidak disekolahkan oleh orangtuanya karena faktor ekonomi. Sedikitnya lembaga sosial yang didirikan dengan tujuan untuk menjembatani kebutuhan akan sekolah bagi penyandang autis menyebabkan banyak orang tua anak autis bingung, pendidikan atau materi apa yang harus diajarkan kepada anaknya. Rumah Autis Bekasi merupakan salah satu lembaga sosial yang dibangun untuk melaksanakan program pendidikan bagi penyandang autis yang berasal dari kaum dhuafa. Berdasarkan hal tersebut penulis sangat tertarik mengadakan penelitian mengenai implementasi program pelayanan bagi anak autis melalui sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi. Penelitian ini merumuskan beberapa masalah yaitu “Bagaimana implementasi program pelayanan bagi anak autis melalui sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi?” Dan “Bagaimana hasil yang dicapai dari implementasi program pelayanan bagi anak autis melalui sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi?”. Untuk menjawab perumusan masalah tersebut peneliti menggunakan Teori Tahapan Pelayanan Kesejahteraan Sosial yang dikemukakan oleh Departemen Sosial dan Teori Indikator Evaluasi Hasil yang dikemukakan oleh Terry Mizrahi dan Larry E. Davis Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yang kemudian dituangkan dalam metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara mendalam mengenai kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Rumah Autis Bekasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah 5 orang, terdiri dari 1 orang ketua Rumah Autis Bekasi, 2 orang pengajar kelas dan 2 orang dari orang tua siswa Rumah Autis Bekasi. Berdasarkan hasil penelitian, implementasi program pelayanan yang dilakukan oleh Rumah Autis Bekasi menempuh tahap-tahap kegiatan. Tahap persiapan mencakup pembuatan kurikulum dan observasi terhadap calon siswa; tahap kedua adalah pengkajian yaitu mengidentifikasi permasalahan yang tengah dihadapi calon siswa; ketiga adalah rencana intervensi yaitu menentukan rencana kedepan untuk calon siswanya; keempat adalah implementasi program, tahap dimana siswa mulai mendapatkan pelayanan berdasarkan dari hasil assessment yang telah dilakukan; kelima adalah monitoring dan evaluasi dan tahap terakhir adalah terminasi. Rangkaian tahapan tersebut berfungsi untuk untuk mengembangkan potensi siswanya secara optimal sesuai kemampuannya. Dan selama implementasi pelayanan program sekolah khusus berlangsung, program ini menurut penulis sudah berhasil memberikan sebuah dampak yang positif bagi para orang tua dan siswa autis dilihat dari adanya perubahan yang sudah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh klien dan adanya kepuasan orang tua siswa dengan pelayanan program sekolah khusus karena anaknya menjadi berkembang dan dapat berkomunikasi dengan baik. i
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa atas cinta dan kasih-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita yakni Rosululloh SAW, para keluarga, para sahabatnya serta para umatnya yang Insya Allah hingga kini terus mencintainya. Penulis menyadari bahwa penulisan skirpsi ini masih jauh dari sempurna, hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan ini, khususnya kepada : 1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak Suparto, MA, M.Ed selaku Wadek I, Bapak Drs. Jumroni, MA selaku Wadek II, Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Wadek III Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Siti Napsiyah, MSW selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Ahmad Zaky, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Wati Nilamsari, M.Si selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan dan bersabar membimbing penulis selama ini. 5. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya kepada Bapak/Ibu Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan sumbangan wawasan keilmuan dan membimbing penulis selama melaksanakan perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Bapak Ardani selaku Ketua Rumah Autis Cabang Bekasi yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Rumah Autis Bekasi. ii
7. Ayah dan Ibu tercinta yang senantiasa memberikan do’a dan kasih sayangnya serta dukungannya selama ini. Maafkan anakmu yang belum bisa membahagiakan kalian. 8. Kakak Saya tercinta Fachrur dan Fachmy terima kasih atas supportnya selama ini. Semoga apa yang kalian harapkan dapat tercapai. 9. Ni’matul Farida, yang selalu setia dan sabar mendampingi diamanapun dan kapanpun baik senang maupun susah. Terima kasih atas semangat dan motivasinya. 10. Kawan-kawan tercinta Kessos angkatan 2009 Dadan, Panji, Aldy, Heru, Maygie, Bimo, Doni, Ugie, dan semua yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih telah menjadi bagian dalam hidupku. Bangga telah mengenal kalian. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaiian penulisan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga karya ini mampu memberikan manfaat, baik bagi penulis, mahasiswa Kesejahteraan Sosial juga pembaca lainnya. Ridha dan keikhlasan dari para Dosen selalu penulis harapkan, semoga ilmu yang diberikan kepada kami dapat bermanfaat untuk pengabdian masyarakat.
Ciputat, Januari 2014
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................... i KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR ISI.......................................................................................................... iv BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.................................................................. 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.............................................5s C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 6 D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 6 E. Metodologi Penelitian ..................................................................... 7 F. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 16 G. Sistematika .................................................................................... 18
BAB II
TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Implementasi Program ................................................ 20 B. Pelayanan Sosial............................................................................ 21 1. Pengertian Pelayanan Sosial ................................................... 21 2. Jenis-Jenis Pelayanan Sosial ................................................... 22 3. Tahapan Pelayanan Sosial....................................................... 24 C. Evaluasi Program .......................................................................... 26 1. Pengertian Evaluasi Program .................................................. 26 2. Jenis-jenis Evaluasi ................................................................. 27 D. Anak Autis .................................................................................... 29 1. Pengertian Anak Autis ............................................................ 29 2. Karakteristik Anak Autis......................................................... 32 3. Jenis Anak Autis ..................................................................... 36 4. Faktor Yang Menyebabkan Anak Autis.................................. 37
iv
E. Sekolah Khusus............................................................................. 40 1. Pengertian Sekolah Khusus..................................................... 40 2. Jenis-Jenis Pendidikan ............................................................ 42 3. Fungsi Sekolah Khusus ........................................................... 43 4. Tujuan Sekolah Khusus .......................................................... 44 5. Penyelenggaraan Pendidikan Khusus ..................................... 44 6. Sasaran Pendidikan Khusus .................................................... 45 BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA A. Sejarah Singkat Rumah Autis ....................................................... 49 B. Visi dan Misi ................................................................................. 50 C. Program Kerja (Bidang yang ditangani) ....................................... 51 D. Staf dan Struktur Lembaga............................................................ 57 E. Penerima Manfaat Layanan Lembaga ( Klien/ Beneficieries ) ..... 59
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA LAPANGAN A. Implementasi Program Pelayanan Bagi Anak Autis Melalui Sekolah Khusus Di Rumah Autis Bekasi...................................... 60 B. Hasil Yang Dicapai Dari Implementasi Program Pelayanan Bagi Anak Autis Melalui Sekolah Khusus Di Rumah Autis Bekasi ..... 79
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................... 84 B. Saran.............................................................................................. 85
DAFTAR PUSTAKA
v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena anak autis dan Anak Berkebutuhan Khsusus (ABK) bukanlah sesuatu hal yang baru, dan ada di sekeliling kita. Anak autis termasuk anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan perilakunya. Perilaku anakanak ini, antara lain terdiri dari wicara dan okupasi, tidak berkembang seperti pada anak yang normal.1 Padahal kedua jenis perilaku ini penting untuk komunikasi dan sosialisasi. Sehingga apabila hambatan ini tidak diatasi dengan cepat dan tepat, maka proses belajar anak-anak tersebut juga akan terhambat. Di era globalisasi sekarang ini, ketika komunikasi antar manusia di seluruh belahan bumi sudah demikian mudahnya, masih ada saja sekelompok manusia yang tersisih. Tersisih karena mereka tidak mampu mengadakan komunikasi dengan orang yang paling dekat sekalipun. Mereka sulit mengekspresikan perasaan dan keinginan. Data UNESCO pada 2011 mencatat, sekitar 35 juta orang penyandang autisme di dunia. Ini berarti rata-rata 6 dari 1000 orang di dunia mengidap autisme. Meski belum ada angka pasti berapa sebenarnya jumlah anak autisme di Indonesia, namun pemerintah merilis data jumlah anak penyandang autisme bisa berada di kisaran 112 ribu jiwa. Angka tersebut diasumsikan dengan prevalensi autisme pada anak yang ada di Hongkong, yaitu 1,68 per 1000
1
Y. Handojo, Autisma: Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi Untuk Mengajar Anak Normal, Autis dan Perilaku Lain (Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer, 2008), h. 6.
1
2
untuk anak di bawah 15 tahun. Jumlah anak penyandang autis di Indonesia meningkat hingga lima kali lipat tiap tahunnya. Jumlah kasus autisme mengalami peningkatan yang signifikan. Jika tahun 2008 rasio anak autis 1 dari 100 anak, maka di 2012 terjadi peningkatan yang cukup memprihatinkan dengan jumlah rasio 1 dari 88 orang anak saat ini mengalami autisme. Di Indonesia, pada 2010, jumlah penderita autisme diperkirakan mencapai 2,4 juta orang. Hal itu berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik. Pada tahun tersebut jumlah penduduk Indonesia mencapai 237,5 juta orang dengan laju pertumbuhan 1,14 persen. Jumlah penderita autisme di Indonesia diperkirakan mengalami penambahan sekitar 500 orang setiap tahun.2 Tentu saja ini sangat meresahkan. Penyandang autisme yang tidak tertangani dengan tepat, kemungkinan sembuhnya akan semakin jauh dan dikhawatirkan akan menjadi generasi yang hilang. Akan tetapi, banyak orang tua anak autis bingung, pendidikan atau materi apa yang harus diajarkan kepada anaknya karena masih sedikitnya lembaga sosial atau sekolah yang didirikan dengan tujuan untuk menjembatani kebutuhan akan sekolah bagi penyandang autis. Pendidikan adalah hak semua warga negara sehingga semua warga negara harus mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan tanpa kecuali. Anak autis juga memiliki hak dan derajat yang sama dengan anak lainnya, mereka juga mempunyai potensi dan bakat. Potensi tersebut masih 2
Cicah Sarianingsih, “Laju Perkembangan Penderita Autisme di Indonesia Terus Meningkat” artikel diakses pada 1 Februari 2014 dari http://lintasfakta.com/laju-perkembangan-penderitaautisme-di-indonesia-terus-meningkat/
3
terpendam dan menunggu untuk dikeluarkan secara optimal sehingga mereka dapat melakukan kewajibannya terhadap masyarakat dan terhadap dirinya sendiri. Pendidikan merupakan salah satu hak asasi yang dimiliki oleh seseorang, tidak terkecuali bagi anak autis. Sebagai sebuah hak yang hakiki, pengaturan mengenai hak atas pendidikan diatur dalam Alinea Keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Dalam Pembukaan Alinea Keempat UUD 1945 ditegaskan bahwa tujuan negara Indonesia adalah: “Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial…”
Berdasarkan hal tersebut, ditegaskan bahwa salah satu tujuan dari pembentukkan negara Indonesia adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Kecerdasan kehidupan berbangsa dan bernegara baru akan tercapai melalui pemberian suatu pendidikan yang terintegrasi dan disesuaikan dengan kebutuhan setiap warga negara. Hak atas pendidikan juga diatur dalam pasal 31 UUD 1945. Dalam ayat (1) berbunyi Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan3. Pasal ini bermakna bahwa negara berkewajiban memenuhi hak atas pendidikan bagi setiap warga negaranya tanpa terkecuali tanpa membedakan suku, ras, agama, atau bahkan keadaan sosial dan ekonominya. Dengan demikian berarti anak-anak yang dengan berkebutuhan khusus seperti
3
Wikisource, “Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945/Perubahan IV,” artikel diakses pada 12 Oktober 2012 dari http://id.wikisource.org/wiki/UndangUndang_Dasar_Negara_Republik_Indonesia_Tahun_1945/Perubahan_IV
4
tunanetra, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras dan anak-anak berkesulitan belajar juga memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa anak autis juga memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan berhak untuk mengembangkan diri sebebas-bebasnya. Hak akan pendidikan berkebutuhan khusus juga tertuang dalam Deklarasi Salamanca di Spanyol pada tanggal 10 Juni 1994 tentang prinsip, kebijakan dan praktek dalam pendidikan kebutuhan khusus. Dalam deklarasi ini diyakini setiap anak mempunyai hak mendasar untuk memperoleh pendidikan,
dan
harus
diberi
kesempatan
untuk
mencapai
serta
mempertahankan tingkat pengetahuan yang wajar. Oleh karena itu pemerintah dan masyarakat dalam rangka memenuhi hak-hak anak autis harus senantiasa meningkatkan dan memajukan programprogram pendidikan yang layak bagi anak autis. Hal ini mengingat anak sebagai aset dan generasi penerus bangsa. Selama ini, pendidikan bagi anak autis diselenggarakan di Sekolah Luar Biasa (SLB), sementara itu biaya operasional di SLB jauh lebih mahal dibandingkan sekolah reguler, bahkan bagi kalangan yang berada sekalipun. Akibatnya sebagian anak autis terpaksa tidak disekolahkan oleh orangtuanya karena faktor ekonomi. Telah banyak upaya yang ditempuh oleh masyarakat guna memenuhi hak-hak warga negara akan suatu pendidikan khususnya anak autis yaitu dengan mendirikan lembaga sosial yang bertujuan untuk menjembatani
5
kebutuhan akan sekolah khusus bagi penyandang autis dari keluarga tidak mampu dengan biaya yang terjangkau bahkan gratis. Rumah Autis Bekasi merupakan sebuah lembaga sosial yang dibangun untuk melaksanakan program pendidikan atau sekolah khusus bagi penyandang autis dari keluarga tidak mampu dengan biaya yang terjangkau bahkan gratis. Maka dengan adanya Rumah Autis Bekasi diharapkan pendidikan terhadap anak autis dapat ditangani dengan tepat dan benar sehingga anak autis mampu hidup dan berbaur secara normal dalam masyarakat luas. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan
pembahasan dengan judul “Implementasi
Program Pelayanan Bagi Anak Autis Melalui Sekolah Khusus di Rumah Autis Bekasi”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Dalam kegiatan penelitian ini terbatas pada masalah bagaimana Rumah Autis Bekasi mengimplementasikan program sekolah khusus bagi anak autis. Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana implementasi program pelayanan bagi anak autis melalui sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi? 2. Bagaimana evaluasi hasil yang dicapai dari implementasi program pelayanan bagi anak autis melalui sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi?
6
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui bagaimana implementasi program pelayanan sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi b. Untuk mengetahui hasil yang dicapai dalam implementasi program pelayanan bagi anak autis melalui sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis Manfaat akademis yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah: a. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan rekomendasi pekerja sosial dan lembaga sosial yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan anak autis dalam melaksanakan program sekolah khusus agar lebih efektif dan aspiratif. b. Memberikan gambaran tentang proses pelayanan sosial yang diberikan oleh Rumah Autis Bekasi terhadap anak penderita autis. c. Diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu kesejahteraan sosial dan sekaligus menjadi bahan untuk penelitian lanjutan tentang masalah yang terkait. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga sebagai bahan kajian bagi para peminat studi kesejahteraan sosial, terutama bagi para mahasiswa kesejahteraan sosial.
7
E. Metodelogi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
secara
triangulasi
(gabungan),
analisis
data
bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.4 Pendekatan kualitatif dapat digunakan bila masalah penelitian belum jelas, masih remang-remang atau mungkin masih gelap.5 Melalui penelitian kualitatif, peneliti akan langsung masuk ke obyek, melakukan penjelajahan dengan grant tour question, sehingga masalah akan dapat ditemukan dengan jelas. Melalui penelitian model ini, peneliti akan melakukan eksplorasi terhadap suatu obyek. Penelitian kualitatif berupaya menggambarkan dan menganalisis pelaksanaan sekolah khusus yang dilakukan oleh Rumah Autis Bekasi. Dalam penelitian ini, penulis akan menggambarkan secara komprehensif melalui pengumpulan data dengan melakukan observasi dan wawancara tentang pelaksaan program sekolah khusus.
4
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D ( Bandung: Alfabeta, 2009), h. 9. 5 Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h. 24.
8
2. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif. Tipe penelitian ini didasarkan pada pertanyaan dasar yaitu bagaimana.6 Kita tidak puas bila hanya mengetahui apa masalahnya secara eksploratif, tetapi ingin mengetahui juga bagaimana peristiwa tersebut terjadi. Temuan-temuan dari penelitian deskriptif akan lebih luas dan lebih teperinci karena kita meneliti tidak hanya masalahnya sendiri, tetapi juga variabel-variabel yang berhubungan dengan masalah itu. Pada jenis penelitian deskriptif, data yang dikumpulkan berupa katakata, gambar dan bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut berasal dari naskah wawancara secara lapangan, catatan atau memo dan dokumentasi lainnya.7 Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan, maka dalam penelitian ini digambarkan tentang bagaimana implementasi pelayanan program sekolah khusus yang dilakukan oleh Rumah Autis Bekasi bagi anak autis.
6
W. Gulo, Metodologi Kualitatif ( Jakarta: Grafindo, 2000), h.19. Burhan Bugin, Analisis Data dan Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), cet. Ke-2, h. 39 7
9
3. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lokasi Rumah Autis Bekasi yang beralamat di Jalan Al Husna No 39 RT 02/01, Jati Kramat, Jati Asih, Kota Bekasi 17421. Penelitian ini berlangsung pada bulan Juli 2013 sampai dengan bulan Desember 2013.
4. Teknik Pengumupulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan interview (wawancara), observasi (pengamatan), dan dokumentasi. a. Observasi Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah prosesproses pengamatan dan ingatan.8 Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dibedakan menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non participant observation.
8
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h.145.
10
Observasi berperan serta yaitu peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Namun dalam observasi nonpartisipan, peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Dalam observasi ini, yang penulis lakukan adalah observasi berperan serta atau terlibat langsung. Penulis terjun langsung ke lapangan dengan mendatangi Rumah Autis Bekasi guna memperoleh data dan informasi yang konkret mengenai hal-hal yang menjadi objek penelitian. Selanjutnya data tersebut penulis tuangkan dalam penulisan ini dan penulis juga melakukan pengamatan tentang kegiatan program sekolah khusus yang dilakukan oleh Rumah Autis Bekasi dan diikuti oleh anak-anak autis. Sambil melakukan pengamatan, penulis juga ikut melakukan kegiatan-kegiatan sekolah khusus yang dilakukan oleh Rumah Autis Bekasi. b. Wawancara Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan
ide
melalui
Tanya
jawab,
sehingga
dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu9. Menurut Dr. Lexy J. Moleong, M.A. dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif, wawancara adalah percakapan dengan maksud tententu.10 Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. 9
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 231. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Dosdakarya, 1999), h. 135. 10
11
Penelitian ini menggunakan wawancara langsung dengan narasumber Ketua Rumah Autis Bekasi serta Pengajar Rumah Autis Bekasi. Peneliti mengadakan Tanya jawab yang berkenaan dengan peran dan pelaksanaan program sekolah khusus dengan pihak-pihak yang mengetahui dan mengusai tentang pendidikan anak autis. c. Dokumentasi Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk karya misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lainlain.11 Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang telah didokumentasikan oleh Rumah Autis Bekasi. Seperti rancangan program (jangka panjang dan jangka pendek) Rumah Autis Bekasi, foto, dan lain-lain.
5. Teknik Pemilihan Subyek Penelitian Teknik yang digunakan oleh penulis untuk pemilihan informan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling (bertujuan) dimana subyek penelitian dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dan dianggap
11
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 240.
12
sebagai orang-orang yang tepat dalam memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.12 Jadi penulis memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan; selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sampel sebelumnya itu, penulis dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap. Konsep sampel dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan bagaimana memilih informan misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan mempermudah peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti.13 Dalam penelitian ini penulis menggali data seluas-luasnya dari berbagai pihak yang terlibat dalam program sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi, pihak-pihak tersebut diantaranya: ketua Rumah Autis Bekasi, pengajar program sekolah khusus, dan orang tua dari anak-anak autis yang mengikuti program sekolah khusus.
12
Soeharto Irawan, Metode Penelitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 63. 13 Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 54
13
Tabel 1 Rancangan Subyek Penelitian Metode No
Subyek Penelitian
Informasi Yang Dicari
Jumlah Pengumpulan Data
Gambaran umum Rumah Autis Bekasi, latar belakang sejarah 1
Ketua Rumah Autis Bekasi
berdirinya, implementasi
1
Wawancara bebas
pelayanan program sekolah
terstruktur
khusus, alur pelayanan Rumah Autis Bekasi, hasil pelayanan
Metode pengajaran yang 2
Pengajar Rumah Autis Bekasi
diterapkan oleh pengajar di dalam program
Wawancara 2
terstruktur
sekolah khusus Pelaksanaan sekolah
3
Orang Tua Anak Autis
khusus dan hasil yang dicapai
bebas
Wawancara 2
bebas terstruktur, observasi
14
6. Sumber Data Bila dilihat dari sumbernya, teknik pengumpulan data terbagi dua bagian, yaitu a. Sumber Primer Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.14 Data primer ini diperoleh melalui pengamatan dan wawancara. Informan dalam data primer ini adalah Kepala serta Pengajar Rumah Autis Bekasi. b. Sumber Sekunder Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen.15 Catatan dan dokumen tersebut berupa internet tentang pendidikan anak autis serta dokumen Rumah Autis Bekasi berupa buku panduan.
7. Analisa Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahanbahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.16 Aktivitas analisis data yang penulis lakukan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi.
14
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 225. Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 225. 16 Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 244. 15
15
Reduksi
data
berarti
merangkum,
memilih
hal-hal
pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dalam hal ini penulis memilih data yang relevan dengan peran Rumah Autis Bekasi dalam pelaksanaan program sekolah khusus terhadap anak autis. Setelah dilakukan reduksi data mengenai peran Rumah Autis Bekasi dalam pelaksanaan program sekolah khusus terhadap anak autis disusun dan disajikan dalam bentuk narasi, gambar, tabel, dan sebagainya. Terakhir, penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal.
8. Keabsahan Data Untuk memeriksa keabsahan data, penulis menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.17 Teknik triangulasi digunakan untuk mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data lainnya. Dalam hal ini penulis menggunakan orang tua klien sebagai pengecekan keabsahan data yang penulis peroleh dari pengurus Rumah Autis Bekasi.
17
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif , h. 241.
16
9. Teknik Penulisan Untuk penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya Imiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Cetakan II tahun 2007 F. Tinjauan Pustaka Dalam penelitian ini, penelitian melakukan tinjauan pustaka terhadap beberapa skripsi terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Ada sebuah hasil penelitian yang hampir sama dengan penelitian yang akan penulis jadikan bahan perbandingan, yaitu: 1. Judul
:
Sikap
Orang
Tua
Dalam
Menghadapi
Anak
Penyandang Autisma Studi Kasus Orang Tua Siswa Di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) 02 Jakarta Nama
: Winda Wulansari
Perguruan Tinggi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi
2. Judul
: Kesejahteraan Sosial
: Pembelajaran Matematika Pada Anak Autis di SD Purba Adhika Lebak Bulus Jakarta Selatan
Nama
: Lu’lu Nailunnajah
Perguruan Tinggi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi
: Pendidikan Matematika
17
Sedangkan judul skripsi penulis adalah Implementasi Program Pelayanan Bagi Anak Autis Melalui Sekolah Khusus di Rumah Autis Bekasi. Adapun perbedaan antara tinjauan pustaka dan skripsi penulis yakni: Tabel 2. Perbedaan Penelitian Tinjauan Pustaka dan Penelitian Penulis Judul Skripsi
Penulis
Sikap Orang Tua Dalam Menghadapi Anak Penyandang Autisma Studi Kasus Orang Tua Siswa Di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) 02 Jakarta
Winda Wulansari
Pembelajaran Matematika Pada Anak Autis di SD Purba Adhika Lebak Bulus Jakarta Selatan
Pembahasan
- Skripsi ini membahas mengenai bagaimana sikap orang tua setelah mengetahui anaknya didiagnosa autis. Apakah orang tua menerima keadaan anak dan selanjutya melakukan tindakan apa saja untuk kemandirian anaknya, atau apakah orang tua menolak keadaan anaknya dan bersikap seperti tidak menghiraukan anaknya. - Menurut penulis kekurangan pada skripsi ini adalah skripsi ini hanya fokus terhadap sikap orang tua dalam menghadapi anak autis tidak menjelaskan program pendidikan bagi anak autis. Lu’lu - Skripsi ini membahas mengenai Nailunnajah bagaimana proses pembelajaran matematika dan permasalahanpermasalahan yang timbul ketika anak autis di Sekolah Dasar Purba Adhika belajar matematika. - Menurut penulis kekurangan pada skripsi ini adalah tidak membahas secara mendalam mengenai keberhasilan program pembelajaran matematika di Sekolah Dasar Purba Adhika.
18
Judul Skripsi Implementasi Program Pelayanan Bagi Anak Autis Melalui Sekolah Khusus di Rumah Autis Bekasi
Penulis
Pembahasan
Fachry Arfan
- Skripsi ini menjelaskan tentang bagaimana implementasi program pelayanan sekolah khusus yang dilakukan Rumah Autis Bekasi dan Bagaimana hasil yang dicapai dari implementasi program pelayanan sekolah khusus tersebut. - Implementasi program pelayanan yang dilakukan oleh Rumah Autis Bekasi menempuh tahap-tahap kegiatan. Dimulai dari tahap persipan, tahap pengkajian, tahap rencana intervensi, tahap implementasi program, tahap evaluasi, dan terakhir tahap terminasi - Untuk melihat keberhasilan program, skripsi ini menggunakan tiga indikator evaluasi hasil yaitu integritas program, dampak program, dan kepuasan.
G. Sistematika BAB I
Pendahuluan. Meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian yang digunakan, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.
BAB II
Tinjauan Teoritis. Dalam bab ini akan membahas landasan teoritis yang digunakan adalah teori-teori yang berkaitan dengan implementasi program, pelayanan sosial, anak autis dan pendidikan khusus.
19
BAB III
Gambaran Umum Rumah Autis Bekasi. Dalam bab ini menggambarkan tentang profil, sejarah, visi dan misi, struktur organisasi, program dan pelayanan dan penerima manfaat layanan lembaga.
BAB 1V Hasil Penelitian dan Analisa. Merupakan hasil dari pengumpulan data mengenai konsep pelaksanaan program sekolah khusus Rumah Autis Bekasi, perananan Rumah Autis Bekasi dalam penanganan anak autis, faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan program sekolah khusus, dan segala hal yang terkait atau berhubungan dengan penelitian yang tengah dilakukan. BAB V
Penutup. Berisi kesimpulan dan saran
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Implementasi Program Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi kata implementasi adalah pelaksanaan atau terapan. Sedangkan definisi kata program adalah rancangan mengenai asas serta usaha (dalam ketatanegaraan, perekonomian, dan sebagainya) yang akan dijalankan.1 Program adalah sederetan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh seseorang atau kelompok organisasi, lembaga, bahkan negara. Suharismi Arikunto mengungkapkan bahwa program adalah sederetan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai kegiatan tertentu.2 Berdasarkan definisi di atas, maka implementasi program adalah pelaksanaan atau penerapan dari rancangan mengenai asas serta usaha yang telah dibuat sebelumnya. Atau dengan kata lain implementasi pogram adalah pelaksanaan atau perencanaan dari rancangan atau program yang telah disusun dan disepakati bersama. Maka implementasi program dalam penelitian ini adalah kita dapat melihat bentuk kongkret atau usaha nyata yang dilakukan lembaga terkait dalam mewujudkan tujuannya terhadap hasil rancangan atau program yang telah dibuat sebelumnya.
1
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet. Ke-4, h. 427. 2 Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Yogyakarta: Bina Aksara, 1998), h.
20
21
B. Pelayanan Sosial 1. Pengertian Pelayanan Sosial Brenda Dubois dan Karl Krogsrud Miley menyebut pelayanan sosial sebagai suatu dukungan untuk meningkatkan keberfungsian social atau untuk memenuhi kebutuhan individu, antar individu maupun lembaga. Siporin menyebutkan bahwa pada dasarnya pelayanan sosial dilakukan untuk merefleksikan kebutuhan-kebutuhan dalam kehidupan masyarakat. Friedlander menggabungkan pelayanan sosial dan lembaga sosial. Menurutnya: “kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan lembaga sosial untuk membantu perorangan, kelompok untuk mencapai standar kehidupan yang memuaskan”.3 Spicker, seorang penulis Inggris menyatakan bahwa pelayanan sosial meliputi jaminan sosial, perumahan, kesehatan, pekerjaan sosial, dan pendidikan. Hal ini hampir sama dengan apa yang dikemukakan oleh Kahn dan Kamerman yang menyatakan bahwa lima pelayanan sosial dasar adalah pendidikan, transfer penghasilan (yang sering disebut sebagai jaminan sosial), kesehatan, perumahan dan pelatihan kerja. Sainbury, professor dalam Social Administration di Inggris menyatakan bahwa dalam arti yang sangat luas, pelayanan-pelayanan sosial adalah pelayanan yang digunakan untuk semua (communal services) yang berkepentingan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial dan mengurangi jenis-jenis masalah sosial tertentu khususnya, kebutuhankebutuhan dan masalah-masalah yang memerlukan penerimaan publik
3
Edi Suharto, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi (Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial, 2004), h. 201.
22
secara umum atas tanggung jawab sosial dan yang tergantung pada pengorganisasian
hubungan-hubungan
sosial
untuk
pemecahannya.
Pelayanan-pelayanan sosial secara luas ini, menurut Sainsbury, meliputi kesehatan, pendidikan, pemeliharaan penghasilan, perumahan dan pelayanan sosial personal. Romanyshyn memberikan arti pelayanan sosial sebagai usaha-usaha untuk mengembalikan, mempertahankan, dan meningkatkan keberfungsian sosial individu-individu dan keluarga-keluarga melalui (1) sumber-sumber sosial pendukung dan (2) proses-proses yang meningkatkan kemampuan individu-individu dan keluarga-keluarga untuk mengatasi stress dan tuntutan-tuntutan kehidupan sosial yang normal.4 2. Jenis-Jenis Pelayanan Sosial Secara empiris lembaga pelayanan sosial sebagai salah satu wujud organisasi pelayanan manusia (human service organization), mempunyai berbagai jenis pelayanan sosial yang diberikan kepada kliennya. Jenisjenis pelayanan tersebut antara lain adalah: a. Pelayanan Pengasramaan Yaitu pelayanan pemberian tempat tinggal sementara kepada klien. Dengan pelayanan ini klien dapat menginap, tidur dan menyimpan miliknya. b. Pelayanan permakanan Yaitu pelayanan pemberian makan dan minum berdasarkan menu yang telah ditetapkan agar tingkat gizi klien terjamin kualitasnya. 4
Adi Fahrudin, Pengantar Kesejahteraan Sosial (Jakarta: Rafika Aditama, 2012, h. 51.
23
c. Pelayanan Konsultasi Yaitu pelayanan bimbingan untuk meningkatkan kemauan dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain, menjalankan peranan sosial, memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah. d. Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Yaitu pelayanan pengontrolan dan pengecekan kesehatan klien oleh tenaga medis, agar diketahui tingkat kesehatan klien. e. Pelayanan Pendidikan Yaitu pelayanan pemberian kesempatan kepada klien untuk mengikuti pendidikan formal. f. Pelayanan Keterampilan Yaitu pelayanan bimbingan keterampilan kerja, seperti: pertukangan, perbengkelan,
perkebunan,
salon,
menjahit,
kerajinan
tangan,
perbaikan jam tv, komputer dan sebagainya. g. Pelayanan Keagamaan Yaitu pelayanan bimbingan mental-spiritual dengan menjalankan aktifitas agama masing-masing klien dan mengikuti ceramah-ceramah keagamaan. h. Pelayanan Hiburan Dan Rekreasi Yaitu pelayanan yang ditujukan untuk memberikan rasa gembira dan senang melalui permainan, musik, media entertainment dan kunjungan ke suatu tempat.
24
i. Pelayanan Transportasi Yaitu pelayanan untuk mempercepat daya jangkau klien, baik ke keluarga, pusat-pusat pelayanan atau lokasi rekreasi.5 3. Tahapan Pelayanan Sosial Pelayanan sosial memilik beberapa tahapan, diantaranya:6 a. Tahapan Pendekatan Awal Yaitu suatu proses penjajagan awal, konsultasi dengan pihak-pihak terkait, sosialisasi program pelayanan, identifikasi calon penerima pelayanan, pemberian motivasi, seleksi, perumusan kesepakatan, penempatan calon penerima layanan, serta identifikasi sarana dan prasarana pelayanan. b. Pengungkapan dan Pemahaman Masalah (assessment) Adalah suatu proses kegiatan dan pengumpulan dan analisis data untuk mengungkapkan dan memahami masalah, kebutuhan dan sistem sumber penerima klien. c. Perencanaan Pemecahan Masalah (planning) Adalah suatu proses perumusan tujuan dan kegiatan pemecahan masalah, serta penetapan berbagai sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut. d. Pelaksanaan Pemecahan Masalah (intervention) Yaitu suatu proses penerapan rencana pemecahan masalah yang telah dirumuskan.
5
Kegiatan
pelaksanaan
pemecahan
masalah
yang
Dwi Heru Sukoco, Kemitraan dalam Pelayanan (Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial, 1997, h. 106-107. 6 Buku Saku Pekerja Sosial (Jakarta: Departemen Sosial, 2004), h.3.
25
dilaksanakan adalah melakukan pemeliharaan, pemberian motivasi, dan pendampingan kepada penerima pelayanan dalam bimbingan fisik, bimbingan keterampilan, bimbingan psikososial, bimbingan sosial, pengembangan masyarakat, resosialisasi dan advokasi. e. Tahapan Bimbingan Yaitu pelayanan yang diberikan kepada klien untuk memenuhi kebutuhan mental, jiwa dan raga klien. Bimbingan ini terdiri dari fisik, ketrampilan, psikososial, sosial, resosialisasi, dan advokasi. f. Tahapan Bimbingan Dan Pembinaan Lanjutan Adalah suatu proses pemberdayaan dan pengembangan agar penerima pelayanan dapat melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan lingkungan sosialnya. g. Tahapan Evaluasi Yaitu proses kegiatan untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan pemecahan masalah atau indikator-indikator keberhasilan pemecahan masalah. h. Tahapan Terminasi Adalah suatu proses kegiatan pemutusan hubungan pelayanan atau bantuan atau pertolongan antar lembaga dan penerima pelayanan (klien). i. Tahapan Rujukan Yaitu
kegiatan
merancang,
melaksanakan,
mensupervisi,
mengevaluasi, dan menyusun laporan kegiatan rujukan penerimaan program pelayanan kesejahteraan sosial.
26
C. Evaluasi Program 1. Pengertian Evaluasi Program Evaluasi program adalah alat penting bagi pekerja sosial. Mempelajari teknik dan keterampilan evaluasi program dapat membantu dalam menentukan apakah ada kebutuhan akan program (studi asesmen kebutuhan), bagaimana proses dan prosedur program dilaksanakan (pemantauan program), dan apakah tujuan program tercapai (evaluasi program berorientasi sasaran).7 Evaluasi program adalah kumpulan sistematis informasi tentang kegiatan, karakteristik, dan hasil program untuk membuat keputusan tentang program, meningkatkan efektivitas program, dan/atau menginformasikan keputusan tentang pemrograman masa depan. (Program evaluation is the systematic collection of information about the activities, characteristics, and outcomes of programs to make judgement about the program, improve program effectiveness, and/or inform decisions about future programming).8
Peneliti menyimpulkan bahwa evaluasi program adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian tujuan program yang telah dilaksanakan. Selanjutnya, hasil evaluasi program digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan pengambilan keputusan berikutnya. Pada penelitian kali ini, peneliti akan memfokuskan penelitian pada hasil yang dicapai dari implementasi
7
Albert R. Robert dan Gilbert J. Greene, Buku Pintar Pekerja Sosial Jilid 2 (Jakarta: Gunung Mulia, 2009), h.472. 8 Michael Quinn Patton, Untilization Focused Evaluation (London: Sage Publication, 1997), h. 23.
27
program pelayanan bagi anak autis melalui sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi. 2. Jenis-jenis Evaluasi Dalam teori evaluasi program, dikenal beberapa jenis evaluasi program yang dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu: a. Evaluasi konteks Evaluasi yang ditujukan untuk mengukur program baik mengenai rasional tujuan latar belakang program, maupun kebutuhan-kebutuhan yang muncul dalam perencanaan. b. Evaluasi input Evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input baik sumberdaya maupun strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan. c. Evaluasi proses Evaluasi yang ditujukan untuk melihat proses pelaksanaan baik mengenai kelancaran proses, kesesuaian dengan rencana, faktor pendukung dan faktor hambatan yang muncul dalam proses pelaksanaan dan sejenisnya. d. Evaluasi hasil atau produk Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai sebagai dasar untuk menentukan keputusan akhir, diperbaiki, di modifikasi, ditingkatkan, atau dihentikan. Dari ke empat jenis evaluasi tersebut peneliti memilih evaluasi hasil untuk melihat keberhasilan dari suatu program.
28
Pertanyaan yang dapat dijawab dengan evaluasi hasil dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori: (The question that can be answered by outcome evaluations can be classified under three general categories):9 a. Integritas Program (Program integrity) Apakah program mencapai perubahan yang diinginkan klien? Sampai pada tingkat apa pelaksanaan program mencapai tujuan programnya? Apakah program mencapai standar minimum pencapaian yang telah ditetapkan (tolak ukur)? (Is the program achieving the desired client change? To what degree is the program accomplishing its program objectives? Is the program achieving predetermined minimum standards of achievement (benchmarks)?)
b. Dampak Program (Program effect) Apakah orang-orang yang telah mengikuti program ini mereka menjadi lebih baik? Apakah mereka lebih baik dibandingkan yang lain yang mengikuti
program
serupa?
berapa
lama
peningkatan
klien
berlangsung? (Are people who have been through the program better for it ? are they better off than others who went through similar program ? how long do client improvements last?) c. Kepuasan (Satisfaction) Apakah stakeholder puas dengan layanan program? (Are stakeholders satisfied with program services?)
9
Terry Mizrahi dan Larry E. Davis, Encyclopedia of Social Work (New York: NASW Press, 2008), h. 430.
29
Evaluasi hasil dalam penelitian ini difokuskan pada hasil yang terjadi selama siswa mengikuti program pelayanan sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi diantaranya adalah peningkatan hasil belajar, peningkatan komunikasi, dan peningkatan keterampilan (skills).
D. Anak Autis 1. Pengertian Anak Autis Autisme adalah gangguan perkembangan pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.10 Untuk memudahkan pemahaman tentang anak autis berikut ini akan dijelaskan beberapa pendapat yang mendeskripsikan tentang pengertian anak autis sebagai berikut:11 Leo Kanner menyatakan autism berasal dari kata auto yang berarti sendiri, penyandang autis seakan-akan hidup dalam dunianya sendiri. Berdasarkan pendapat Kanner ini banyak guru dan orang tua menganggap anak yang tidak dapat melakukan interaksi dengan lingkungan sekitar diidentikan sebagai anak autis, padahal tidak sedikit anak tidak dapat berinteraksi dengan lingkungan disebabkan oleh masalah-masalah yang bersifat psikologis.
10
Dedy Kustawan, Pendidikan Inklusif dan Upaya Implementasinya (Jakarta: PT LUXIMA METRO MEDIA, 2012), h. 29. 11 Deded Koswara, Pendidikan Anak berkebutuhan Khusus (Jakarta: PT LUXIMA METRO MEDIA, 2013),h. 10.
30
Bonny Danuatmaja menjelaskan bahwa autis merupakan suatu kumpulan sindrom (gejala-gejala) akibat kerusakan syaraf dan menggangu perkembangan anak. Mif Baihaqi dan Sugiarmin menjelaskan autis merupakan suatu gangguan yang kompleks dan berbeda-beda dari ringan sampai berat dan mengalami tiga bidang kesulitan, yaitu komunikasi, imajinasi, sosialisasi. Sumarna mendeskripsikan pengertian autis sebagai berikut, autis merupakan bagian dari anak berkelainan dan mempunyai tingkah laku yang khas, memiliki peran yang terganggu dan terpusat pada diri sendiri serta hubungan yang miskin terhadap realitas eksternal. Melly Budiman menjelaskan autis adalah gangguan perkembangan pada anak, oleh karena itu diagnosis ditegakkan dari gejala-gejala yang Nampak dan menunjukkan adanya penyimpangan dari perkembangan yang normal sesuai umurnya. Rudi Sutadi menyatakan autis adalah gangguan perkembangan berat yang antara lain mempengaruhi cara seseorang untuk berkomunikasi dan bereaksi (berhubungan) dengan orang lain, karena penyandang autis tidak mampu berkomunikasi verbal maupun non verbal. Autis adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal, anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitif, aktivitas dan minat yang obsesif. Pada umumnya anak autis mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian yang melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi ini tidak
31
sesuai dengan situasi atau bahkan tidak ada reaksi sama sekali. Mereka menghindari atau tidak merespon terhadap kontak sosial (pandangan mata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak lain dan sebagainya). Anak autis memiliki hambatan dalam interaksi sosial komunikasi, pola bermain, gangguan sensoris, perkembangan lambat atau tidak normal, penampakan gejalan, perilaku, dan emosi. Autisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu autos yang berarti “self”.12 Istilah ini digunakan pertama kali pada tahun 1906 oleh psikiater swiss Uegen Bleuler, untuk merujuk pada gaya berpikir yang aneh pada penderita skizofrenia. Cara berpikir autistik adalah kencenderungan untuk memandang diri sendiri sebagai pusat dari dunia, percaya bahwa kejadiankejadian eksternal mengacu kepada diri sendiri. Autisme (autism), atau gangguan autistic adalah salah satu gangguan terparah di masa kanak-kanak. Autisme bersifat kronis dan berlangsung sepanjang hidup. Anak-anak yang menderita autisme, tampak benar-benar sendiri di dunia, terlepas dari upaya orang tua untuk menjembatani muara yang memisahkan mereka. Autisme adalah gangguan perkembangan berat yang meliputi berbagai aspek yang mempengaruhi cara seseorang untuk berkomunikasi dengan berelasi (berhubungan) dengan orang lain secara berarti serta kemampuannya untuk membangun hubungan dengan orang lain terganggu karena ketidakmampuannya berkomunikasi dan untuk mengerti perasaan orang lain. 12
Agustyawati dan Solicha, Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 236.
32
Menurut Kamus Lengkap Psikologi J.P Chaplin, ada tiga pengertian autisme:13 1. Cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau diri sendiri 2. Menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri dan menolak realitas 3. Keasyikan ekstrim dengan berpikir dan fantasi sendiri Dari semua pengertian autis di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan mencakup komunikasi dari yang ringan sampai yang berat, dan seperti hidup
dalam
dunianya
sendiri,
ditandai
dengan
ketidakmapuan
berkomunikasi secara verbal dan non verbal dengan lingkungan luarnya. 2. Karakteristik Anak Autis Autisme dikategorikan dalam gangguan perkembangan pervasive yaitu kelainan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik (reciprocal) dan dalam pola komunikasi serta minat dan aktivitas yang terbatas stereopik dan berulang. Penyandang autisma mempunyai karakteristik antara lain: 14 1. Selektif berlebihan terhadap rangsang 2. Kurangnya motivasi untuk menjelajahi lingkungan baru 3. Responstimulasi diri sehingga menggangu integrasi sosial 4. Respon unik terhadap imbalan (reinforcement)
13
Agustyawati dan Solicha, Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, h. 236. Y. Handojo, Autisma: Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi Untuk Mengajar Anak Normal, Autis dan Perilaku Lain (Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer, 2008), h. 13. 14
33
Secara umum anak autistik mengalami kelainan dalam berbicara, di samping mengalami gangguan pada kemampuan intelektual serta fungsi saraf. Hal tersebut dapat dilihat dengan adanya keganjilan perilaku dan ketidakmampuan berinteraksi dengan lingkungan masyarakat sekitarnya. Rincian tentang kelainan anak autistik sebagai berikut: 1. Kelainan berbicara Keterlambatan
serta
penyimpangan
dalam
berbicara
menyebabkan anak autistik sukar berkomunikasi serta tidak mampu memahami percakapan orang lain. Walaupun pengucapan kata cukup baik, namun banyak mempunyai hambatan saat mengungkapkan perasaan diri melalui bahasa lisan. Dengan demikian sepertinya anak autistik mengalami afasia (aphasia), kehilangan kemampuan untuk memahami kata-kata disebabkan adanya kelainan pada saraf otak. 2. Kelainan fungsi saraf dan intelektual Umumnya anak autistik mengalami keterbelakangan mental, kira-kira 60% anak autis mempunyai skor IQ 50, sedangkan sebanyak 20% anak antara 50-70% dan hanya 20% anak yang mempunyai IQ lebih dari 70.15 Mereka tergolong tidak mempunyai kecakapan untuk memahami benda-benda abstrak atau simbolik. Namun di sisi lain mereka mampu memecahkan teka-teki yang rumit dan mampu mengalikan suatu bilangan.
15
Chaerita Maulani, Kiat Merawat Gigi: Panduang Orang Tua dalam Merawat dan Menjaga Kesehatan Gigi bagi Anak-Anaknya (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2005), h. 63.
34
3. Perilaku yang ganjil Anak autistik akan mudah sekali marah bila ada perubahan yang dilakukan pada situasi atau lingkungan tempat ia berada sekecil apapun. Mereka sangat tergantung pada sesuatu yang khas bagi dirinya. Seringkali anak autistik juga menunjukan sikap yang berulangulang seperti mengelilingi benda tertentu, berjalan, menjentikkan jari, resistensi terhadap perubahan hal rutin, sensitivitas tinggi terhadap rangsangan sensorik seperti sentuhan, suara, rasa, atau cahaya. Menghindari kontak mata dan seringkali memberikan respon yang tidak tepat, baik dengan kata-kata atau pun suara. Terkadang anak mengalami kesulitan tidur dan mengendalikan emosi serta mengarah pada perilaku agresif terhadap diri sendiri maupun orang lain. 4. Interaksi Sosial Anak autistik kurang suka bergaul dan sangat terisolasi dan lingkungan hidupnya terlihat kurang ceria, tidak pernah menaruh perhatian atau keinginan untuk menghargai perasaan orang lain, dan suka menghindar dengan orang-orang sekitarnya sekalipun itu saudaranya sendiri.
Ciri utama dari autisme adalah gerakan stereotipe berulang yang tidak
memiliki
tujuan
seperti
berulang-ulang
memutar
benda,
mengepakkan tangan, berayun kedepan dan kebelakang dengan memeluk
35
kaki. Sebagian anak autistik menyakiti diri sendiri, bahkan saat mereka berteriak kesakitan. Mereka mungkin membenturkan kepala, menampar wajah, menggit tangan dan pundak, atau menjambak rambut mereka. Bila mereka berada satu ruangan dengan orang lain, maka penderita autisme akan cenderung menyibukkan diri dengan aktivitas yang melibatkan diri mereka sendiri, yang umumnya dengan benda-benda mati. Ketika dipaksa untuk bergabung dengan yang lainnya, mereka akan kesulitan untuk melakukan tatap mata atau berkomunikasi secara langsung dengan orang lain.16 Di samping itu, jika mereka sedang bermain dengan mainan mereka, maka perilaku mereka cenderung agresif atau menggerakgerakkan badannya. Dan mereka condong untuk memainkan permainan yang dapat dilakukan seorang diri. Mereka juga tidak sanggup menghentikan permainannya bila diminta oleh orang lain. Dalam kemampuan komunikasi dan bahasa, anak autis memiliki karakteristik sebagai berikut:17 a. Ekspresi wajah yang datar pada beberapa anak seringkali guru dan orang tua sangat sulit membedakan apakah anak sedang merasa senang, sedih ataupun marah. b. Tidak menggunakan bahasa atau isyarat tubuh. c. Jarang sekali memulai komunikasi d. Tidak meniru aksi atau suara e. Bicara sedikit atau tidak ada
16
Mirza Maulana, Anak Autis Mendidik Anak Autis dan Gangguan Mental Lain Menuju Anak Cerdas dan Sehat (Jogjakarta: KATAHATI, 2008), h. 12. 17 Deded Koswara, Pendidikan Anak berkebutuhan Khusus,h. 13.
36
f. Membeo kata-kata kalimat atau nyanyian g. Intonasi ritme vocal yang aneh h. Tampak tidak mengerti arti kata i. Mengerti dan menggunakan kata secara terbatas j. Pemahaman bahasa kurang k. Tidak melakukan kontak mata saat bicara 3. Jenis Anak Autis Berdasarkan waktu munculnya gangguan, autisme dapat dibedakan menjadi dua yaitu autisme sejak bayi dan autisme regresif. 18 Pada autisme yang terjadi sejak bayi, anak sudah menunjukan perbedaan-perbedaan dibandingkan dengan anak non-autistik sejak ia bayi. Autisme regresif ditandai dengan regresi
(kemunduran kembali)
perkembangan. Kemampuan yang sudah diperoleh jadi hilang, yang awalnya sudah sempat menunjukkan perkembangan normal sampai sekitar usia 1,5 sampai 2 tahun, tiba-tiba perkembangan ini berhenti. Kontak mata yang tadinya sudah bagus, lenyap. Awalnya sudah mulai bisa mengucapkan beberapa patah kata, hilang kemampuan bicaranya. Kasus gangguan autisme yang sejak bayi bisa terdeteksi sekitar usia 6 bulan, sedangkan untuk kasus autisme regresif, orang tau biasanya mulai menyadari ketika anak berusia 1,5 sampai 2 tahun. Dilihat dari jenis perilaku, anak autisme dapat digolongkan dalam 2 jenis, yaitu perilaku yang excessive (berlebihan) dan perilaku yang deficit (berkurangan).19
18
Agustyawati dan Solicha, Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, h. 240.
37
Yang termasuk perilaku excessive adalah hiperaktif, dan tantrum (mengamuk) berupa menjerit, menyepak, menggit, mencakar, memukul dan terjadi anak menyakiti diri sendiri (self abuse). Perilaku deficit ditandai dengan gangguan bicara, perilaku sosial kurang sesuai (naik kepangkuan Ibu bukan untuk kasih sayang tapi untuk meraih kue), deficit sensoris sehingga dikira tuli, bermain tidak benar dan emosi yang tidak tepat, misalnya tertawa tanpa sebab dan melamun. 4. Faktor Yang Menyebabkan Anak Autis Autisme ini dapat terjadi sejak seorang bayi lahir, meskipun tidak sedikit juga anak-anak yang terdeteksi autis saat berusia 18-24 bulan. Artinya ketika lahir, bayi lahir normal, namun pada saat usianya 18-24 bulan, perkembangannya tiba-tiba terhenti karena penyebab tertentu, dan bahkan mengalami kemunduran. Penyebab autis sampai saat ini belum dapat diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor predisposisi yang memungkinkan terjadinya autisme, yaitu: faktor generik, faktor hormoral, kelainan pranatal, proses kelahiran yang kurang sempurna, serta penyakit tertentu yang diderita sang Ibu ketika mengandung atau melahirkan sehingga menimbulkan gangguan pada perkembangan susunan saraf pusat yang mengakibatkan fungsi otak terganggu.20
19 20
Agustyawati dan Solicha, Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, h. 240. Agustyawati dan Solicha, Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, h. 241.
38
Di bawah ini beberapa kelainan yang bisa terjadi pada anak autisme:21 a. Kelainan anatomis otak Kelainan pada bagian-bagian tertentu otak yang meliputi cerebellum (otak kecil), lobus parietalis, dan system limbic ini mencerminkan bentuk-bentuk perilaku berbeda yang muncul pada anak-anak autis. 1. Cerebellum (otak kecil) merupakan bagian otak yang mengatur kemampuan berbahasa, perhatian, kemampuan berpikir, daya ingat, dan proses sensoris. Kelainan pada bagian ini menyebabkan terganggunya fungsi-fungsi yang berkaitan dengan kemampuan di atas. Itu kenapa seringkali juga kita dapati anak autis mengalami kesulitan dalam pemusatan perhatian atau dalam berbahasa. 2. Kelainan pada lobus parietalis ini menyebabkan munculnya perilaku tidak peduli pada lingkungan sekitarnya. 3. System limbic yang terdiri dari hypocampus dan amygdala adalah bagian otak yang bertanggung jawab terhadap pengaturan emosi. Munculnya perilaku agresivitas atau emosi yang ‘naik turun’ dan kesulitan untuk mengendalikannya disebabkan adanya kelainan di bagian
ini.
Amygdala
juga
bertanggung
jawab
terhadap
pengelolaan rasa takut, dan berbagai rangsangan sensoris seperi penciuman,
rasa,
perabaan
dan
penglihatan.
Sedangkan
hypocampus membantu kita dalam proses belajar dan daya ingat dalam menyimpan informasi baru, salah satu ciri yang menandai 21
Christopher Sunu, Panduan Memecahkan Masalah Autisme Unlocking Autisme, (Jogjakarta: Lintang Terbit, 2012), h. 9.
39
autism antara lain adalah adanya perilaku implusif untuk mengulang-ulang gerakan tertentu, ini juga disebabkan adanya kelainan pada hypocampus. b. Faktor pemicu tertentu saat kehamilan Beberapa faktor yang dapat memicu munculnya autism pada masa kehamilan terjadi pada masa kehamilan 0-4 bulan, bisa diakibatkan karena: 1. Polutan logam berat (Pb, Hg, Cd, Al) 2. Infeksi (toksoplasma, rubella, candida, dan sebagainya) 3. Zat aditif (pengawet, pewarna, MSG) 4. Hiperemesis (muntah-muntah berat) 5. Pendarahan berat 6. Alergi berat c. Zat-zat aditif yang mencemari otak anak Beberapa faktor yang berpotensi menjadi penyebab autism pada anak antara lain seperti: 1. Asupan MSG (Monosodiumglutamat) 2. Protein tepung terigu (gluten), protein susu sapi (kasein) 3. Zat pewarna 4. Bahan pengawet 5. Bahkan beberapa ahli juga berpendapat bahwa jenis imunisasi seperti MRR dan Hepatitis B pada bayi dapat juga menjadi pemicu munculnya autisme
40
6. Polutan logam berat. Dari hasil tees pada darah dan rambut beberapa anak autis ditemukan kandungan logam berat dan beracun seperti arsenic, antimony, cadmium (Cd), air raksa (Hg), atau timbale (Pb). Diduga kemampuan tubuh anak autis tidak mampu melakukan sekresi terhadap logam berat akibat air raksa (Hg), atau timbale (Pb). Diduga kemampuan tubuh anak autis tidak mampu melakukan sekresi terhadap logam berat akibat masalah yang sifatnya genetis. d. Kekacauan interpretasi dari sensori yang menyebabkan stimulus dipersepsi secara berlebihan oleh anak sehingga menimbulkan kebingungan juga menjadi salah satu penyebab autism e. Jamur yang muncul di usus anak akibat pemakaian antibiotic yang berlebihan juga dapat memicu gangguan pada otak, karena jamur ini dapat menyebabkan kebocoran usus dan tidak tercernanya kasein dan gluten dengan baik sehingga protein yang ada tidak terpecah dengan sempurna dan terserap dalam aliran darah ke otak. E. Sekolah Khusus 1. Pengertian Sekolah Khusus Pendidikan Khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.22
22
Dedy Kustawan, Pendidikan Inklusif dan Upaya Implementasinya, h. 16.
41
Pemerintah mendefinisikan pendidikan khusus seperti tertuang pada pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebagai berikut: “Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta diidk yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Anak berkebutuhan khusus memerlukan layanan pendidikan yang spesifik yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus ini memiliki apa yang disebut dengan hambatan belajar dan hambatan perkembangan. Mereka memerlukan layanan pendidikan yang sesuai dengan hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang dialami oleh masing-masing anak. Anak autis membutuhkan pelayanan pendidikan khusus agar potensinya dapat berkembang secara optimal. Barang kali masih sulit untuk membedakan antara pendidikan khusus dengan pendidikan inklusif. Maka penulis akan coba menguraikan perbedaan antara pendidikan khusus dan pendidikan inklusif. Pendidikan inklusif adalah pendidikan pada sekolah umum yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa yang memerlukan pendidikan khusus pada sekolah umum dalam satu kesatuan yang sistemik. Pendidikan inklusif adalah sebuah konsep atau pendekatan pendidikan yang berusaha menjangkau semua individu tanpa kecuali. Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang tidak diskriminatif. Pendidikan yang memberikan layanan terhadap semua anak tanpa memandang kondisi fisik, mental,
42
intelektual, social, emosi, ekonomi, jenis kelamin, suku, budaya, tempat tinggal, bahasa dan sebagainya.23 Sedangkan pendidikan khusus adalah lembaga pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Contoh lembaga yang menyelenggarakan pendidikan khusus adalah Rumah Autis Bekasi dengan program sekolah khususnya. 2. Jenis-Jenis Pendidikan Pendidikan merupakan upaya manusia untuk mengubah dirinya atau orang lain selama ia hidup. Pendidikan hendaknya lebih dari sekedar masalah akademik atau perolehan pengetahuan, skill dan mata pelajaran konvensional, melainkan harus mencakup berbagai kecakapan yang diperlukan untuk menjadi manusia lebih baik. Karena itu pendidikan hendaknya meliputi apresiasi terhadap estetika, pembentukan sikap, pembentukan nilai-nilai dan aspirasi dan informasi tentang berbagai hal dalam kehidupan. Philips H. Coombs mengategorikan metode menjadi tiga, yaitu informal, formal dan nonformal.24 a. Pendidikan Informal Proses belajar sepanjang hayat yang terjadi pada setiap individu dalam memperoleh nilai-nilai, sikap, keterampilan dan pengetahuan melalui pengalaman sehari-hari atau pengaruh pendidikan dan sumber-sumber lainnya disekitar lingkungannya. Hampir semua bagian prosesnya 23
24
Dedy Kustawan, Pendidikan Inklusif dan Upaya Implementasinya, h. 8.
H.M. Saleh Marzuki, Pendidikan Nonformal Dimensi dalam Keaksaraan Fungsional, Pelatihan, dan Andagogi (Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2010), h. 137.
43
relatif tidak terorganisasikan dan tidak sistematik. Meskipun demikian, tidak berarti hal ini menjadi tidak penting dalam proses pembentukan kepribadian. b. Pendidikan Formal Proses belajar terjadi secara hierarki, tersktruktur, berjenjang, termasuk studi akademik secara umum, beragam program lembaga pendidikan dengan waktu penuh atau full time, pelatihan teknis dan profesional. c. Pendidikan Nonformal Proses belajar terjadi secara terorganisasikan di luar sistem persekolahan atau pendidikan formal, baik dilaksanakan terpisah maupun merupakan bagian penting dari suatu kegiatan yang lebih besar yang dimaksudkan untuk melayani sasaran didik tertentu dan belajarnya tertentu pula. 3. Fungsi Sekolah Khusus Fungsi pendidikan khusus dilihat dari jenis kebutuhan peserta didik, yaitu fungsi pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan dan fungsi pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa seperti diuraikan pada PP Nomor 17 Tahun 2010, sebagai berikut: a. Pendidikan
khusus
bagi
peserta
didik
berkelainan
berfungsi
memberikan pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial.
44
b. Pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa berfungsi mengembangkan potensi keunggulan peserta didik menjadi prestasi nyata sesuai dengan karakteristik keistimewaannya. 4. Tujuan Sekolah Khusus Tujuan pendidikan khusus terbagi dua kategori tujuan, yaitu tujuan pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan dan tujuan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa seperti dipaparkan di bawah ini:25 a. Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik secara optimal
sesuai
kemampuannya. b. Pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa bertujuan mengaktualisasikan seluruh potensi keistimewaannya tanpa mengabaikan keseimbangan perkembangan kecerdasann spiritual, intelektual, emosional, sosial, estetik, kinestetik dan kecerdasan lain. 5. Penyelenggaraan Pendidikan Khusus a. Pendidikan
khusus
bagi
peserta
didik
berkelainan
dapat
diselenggarakan pada semua jalur dan jenis pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Penyelenggaraan pendidikan khusus dapat dilakukan melalui satuan pendidikan khusus, satuan pendidikan
25
Deddy Kustawan dan Yani Meimulyani, Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus serta Implementasinya (Jakarta: PT LUXIMA METRO MEDIA, 2013), h. 22.
45
umum, satuan pendidikan kejuruan, dan/atau satuan pendidikan keagamaan. Rumah Autis Bekasi merupakan satuan pendidikan khusus yang memiliki program khusus bagi peserta didik yang memiliki kelainan yaitu anak autis dengan memberikan layanan sekolah khusus bagi mereka. b. Pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa dapat diselenggarakan pada satuan pendidikan
formal
TK/RA,
SD/MI,
SMP/MTs,
SMA/MA,
SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat. c. Program pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa dapat berupa: 1) Program percepatan; dan/atau 2) Program pengayaan 6. Sasaran Pendidikan Khusus Dalam usahanya untuk menangani masalah-masalah yang ada, sasaran pendidikan khusus hampir mencakup semua Anak Berkebutuhan Khusus permanen yang memerlukan Pendidikan Khusus. Anak berkebutuhan khusus terdiri dari anak berkebutuhan khusus permanen yang memerlukan Pendidikan Khusus (PK) dan anak berkebutuhan khusus temporer yang memerlukan Layanan Pendidikan Khusus (PLK). Anak berkebutuhan khusus yang bersifat permanen yaitu mereka yang memperoleh hambatan belajar dan hambatan perkembangan karena penyebabnya berasal dari dalam dirinya.
46
Anak berkebutuhan khusus yang bersifat permanen sebagaimana dimaksud terdiri atas: a. Tunanetra Anak tunanetra adalah anak yang memiliki hambatan dalam penglihatan. b. Tunarungu; Anak tunarungu adalah anak yang memiliki hambatan dalam pendengeran yang sedimikian rupa. c. Tunawicara; Anak tunawicara adalah anak yang mengalami kesulitan bicara, yang bisa disebabkan tidak/kurang berfungsinya alat-alat bicara seperti rongga mulut, bibir, lidah, langit-langit, pita suara, dan lainnya. d. Tunagrahita; Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki intelegensi yang signifikan
berada
dibawah
rata-rata
dan
disertai
dengan
ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa perkembangan. e. Tunadaksa; Anak tunadaksa adalah anak yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuromuscular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk cerebral palsy, amputasi polio dan lumpuh.
47
f. Tunalaras; Anak tunalaras adalah anak yang mengalami gangguan dalam mengendalikan emosi dan perilaku atau kontrol sosial. g. Berkesulitan Belajar; Anak berkesulitan belajar adalah anak yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat mempengaruhi kemampuan berpikir, membaca, berhitung, bebricara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, dyslexia,dan afasia perkembangan. h. Lamban Belajar; Anak lamban belajar adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit dibawah normal tetapi belum termasuk tunagrahita. i. Autis; Anak autis adalah gangguan perkembangan pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. j. Memiliki Gangguan Motorik; Anak yang memiliki gangguan motorik mempunyai hambatan yang berat dalam perkembangan koordinasi motorik, yang tidak disebabkan oleh retardasi mental, gangguan neurologis yang didapat maupun kongenital.
48
k. Menjadi Korban Penyalahgunaan Narkoba, Obat Terlarang, Dan Zat Adiktif Lainnya; Anak yang menggunakan narkotika, psikotropika dan zat-zat adiktif lainnya termasuk minuman keras diluar tujuan pengobatan atau tanpa sepengetahuan dokter yang berwenang. l. Tunaganda Anak tunaganda adalah anak yang memiliki dua kelainan atau lebih. Misalnya anak yang mempunyai hambatan pengelihatan dan pendengaran. m. Memiliki Kelainan Lainnya; Masih banyak kelainan lain atau hambatan/gangguan yang tidak disebutkan di atas, seperti anak yang mempunyai tubuh sangat kecil (kretin), ADD, ADHD, dan sebagainya.
Anak berkebutuhan khusus yang bersifat temporer yaitu mereka yang memperoleh hambatan belajar dan hambatan perkembangan karena penyebabnya berasal dari luar dirinya. Contohnya anak yang berasal dari keluarga yang tidak mampu, anak dari masyarakat yang terasing, dan sebagainya.
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA A. Sejarah Singkat Rumah Autis Rumah Autis yang bernaung di bawah bendera Yayasan Cahaya Keluarga Fitrah (CAGAR) merupakan sebuah lembaga sosial yang didirikan dengan tujuan untuk menjembatani kebutuhan akan tempat terapi maupun sekolah bagi penyandang autis maupun anak berkebutuhan khusus (ABK) dari keluarga tidak mampu dengan biaya yang terjangkau bahkan gratis. Gagasan pendiriannya dilatari oleh banyaknya informasi dari orang tua tentang beratnya menangani penyandang autis dan ABK, terutama biayanya yang tergolong mahal, bahkan bagi kalangan yang berada sekalipun.1 Dimulai oleh empat orang pendirinya yakni sepasang suami istri, Deka Kurniawan dan Laili Ulfiati bersama dengan dua terapis muda Ismunawaroh dan Henny Ma’rifah. Pada 9 Desember 2004 Rumah Autis mulai menjalankan kegiatannya. Bertempat di sebuah rumah kontrakan sederhana di kawasan Jati Makmur, Pondok Gede – Bekasi, program terapi pun diberikan kepada beberapa anak penyandang autis dari keluarga yang tidak mampu dengan tanpa dipungut pembayaran/gratis. Biaya operasional maupun peralatan yang masih “seadanya” semua didapatkan dari kemurahan hati beberapa orang donatur. Seiring waktu berjalan, Rumah Autis terus tumbuh dan mendapat sambutan positif dari masyarakat. Terbukti dari cabang-cabang Rumah Autis yang terus bertambah. Di tahun 2012 ini saja, Rumah Autis telah memiliki 7 1
Rumah Autis, “Sejarah Singkat Rumah Autis”, artikel diakses pada 24 Juli 2013 dari http://rumahautis.org/rumahautis/hal-sejarah-singkat-rumah-autis.html
49
50
cabang yang tersebar di wilayah Jakarta, Bogor, Bekasi, Depok dan Karawang. Jumlah siswa yang ditangani saat ini pun melonjak signifikan. Bila pada awal pelayanannya Rumah Autis menangani 4 anak, kini keseluruhan siswa di 7 (tujuh) cabang Rumah Autis mencapai 213 anak. B. Visi dan Misi Dalam menjalankan program kegiatan, Rumah Autis Bekasi memiliki visi dan misi yang dijadikan sebagai suatu pedoman atau acuan untuk dapat mencapai sasaran yang diinginkan. 1. Visi Menjadi lembaga kemanusiaan yang kokoh dalam membangun kehidupan yang mandiri dan berkualitas bagi dunia Anak Berkebutuhan Khusus 2. Misi a. Membangun dan meningkatkan kesadaran serta kepedulian masyarakat dan negara terhadap dunia anak-anak berkebutuhan khusus, terutama dari kalangan tidak mampu (dhuafa) b. Membangun dan menyuburkan pemahaman serta kultur hidup dunia anak berkebutuhan khusus yang sehat secara spiritual, emosional, intelektual maupun material.
51
C. Program Kerja (Bidang yang ditangani) Rumah Autis memiliki 3 (tiga) program layanan utama yang meliputi: Program Terapi, Sekolah Khusus dan Bimbingan Latihan Ketrampilan (BLK). 1. Terapi (One on One) Anak berkebutuhan khusus memiliki hambatan dalam perkembangan perilaku, komunkasi, motorik, sosial, emosional, intelegensinya, dan lainlain yang tidak dapat berkembang dengan optimal, sehingga perlu direspon secara cepat untuk dapat diintervensi secara dini oleh orang tua / terapis / guru. Beberapa terapi yang diberikan di Rumah Autis antara lain: a. Terapi Perilaku Terapi perilaku, berupaya untuk melakukan perubahan pada anak autistik dalam arti perilaku yang berlebihan dikurangi dan perilaku yang berkekurangan (belum ada) ditambahkan. Tujuan penanganan ini terutama adalah untuk: 1. Menghilangkan / mengurangi perilaku bermasalah: tidak merespon saat dipanggil / diajak bicara, stimulasi diri, emosi / tantrum, perilaku stereotiptik, hyperaktifitas dan lain-lain. 2. Membantu anak mempelajari perilaku prososial: melatih kontak mata, meningkatkan kemampuan verbal, menurunkan perilaku distruptif saat masa transisi dan saat sekolah.
b. Terapi Okupasi Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan
52
untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot -otot halusnya dengan benar. Penekanan terapi ini adalah pada sensomotorik dan proses neurologi dengan cara memanipulasi dan memfasilitasi sehingga tercapai peningkatan, perbaikan dan pemeliharaan kemampuan anak. Dengan
memperhatikan
aset
(kemampuan)
dan
limitasi
(keterbatasan) yang dimiliki anak, terapi ini bertujuan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak agar tercapai kemandirian dalam produktivitasnya, kemampuan perawatan diri serta kemampuan penggunaan waktu luang (leisure). c. Terapi Integrasi Sensory Integrasi sensoris berarti kemampuan untuk mengolah dan mengartikan seluruh rangsang sensoris yang diterima dari tubuh maupun lingkungan, dan kemudian menghasilkan respons yang terarah. Sensori Intergrasi membantu secara memadai proses sensorik seorang anak agar tercapai: 1. Kemapuan mengolah informasi secara tepat 2. Kemampuan berkonsentrasi 3. Kemampuan organisasi 4. Self-esteem 5. Kemampuan kontrol diri 6. Percaya diri
53
7. Kemampuan akademis 8. Kemampuan berfikir abstrak d. Terapi wicara Terapi yang diperuntukan bagi individu yang mengalami gangguan komunikasi termasuk di dalamnya adalah gangguan berbahasa bicara dan gangguan motorik mulut lainnya. e. Fisioterapi Terapi gerak yang menitikberatkan untuk menstabilkan atau memperbaiki gangguan fungsi alat gerak atau fungsi tubuh yang terganggu f. Terapi Remedial Terapi ini ditujukan bagi individu yang memiliki permasalahan dalam belajar secara akademik maupun pre-akademik, yang ditujukan guna meningkatkan kemampuan belajarnya sehingga sesuai dengan usia perkembangannya. g. Terapi Snoozelen Snoozelen adalah terapi stimulasi multisensori (visual, auditori, taktil, pembauan) yang digunakan untuk anak-anak dengan hambatan mental, autisma, dementia, cedera otak, dan hambatan tumbuh kembang lainnya. Terapi ini dirancang spesial untuk memberi stimuli pada berbagai indera dengan menggunakan efek lampu, warna, suara, musik, bau, dan lain-lain.
54
h. Terapi Kelompok adalah bentuk psikoterapi dimana satu atau lebih terapis mengobati sekelompok kecil klien bersama-sama sebagai sebuah kelompok. Istilah ini secara sah dapat merujuk kepada segala bentuk psikoterapi ketika disampaikan dalam format kelompok.
2. Sekolah Khusus Program Sekolah Khusus Rumah Autis dimulai sejak tahun 2007 di Rumah Autis Bekasi. Pembukaan layanan program ini karena adanya kebutuhan siswa Rumah Autis akan tambahan pendidikan selain program individual. Usia anak yang sudah melewati batas usia sekolah umum dan kemampuan
siswa
yang
terlihat
masih
cukup
berat
gangguan
perkembangannya, sehingga membutuhkan penanganan secara intensif terutama dari area bina diri dan sosialisasinya. Jam belajarnya dari hari senin sampai jum’at pukul 08.00 – 12.00 WIB. Muatan programnya mencakup organisasi diri (bina diri), pendidikan agama, ketrampilan, kesenian, motorik kasar dan halus, akademik, sosialisasi indoor dan outdoor.
55
Tabel 3 Data Siswa Sekolah Khusus
No 1 2 3 4 5 6
Kelas
Jenis Kelamin
Diagnosa
Jumlah Siswa
Laki-Laki
Perempuan
Autis
4 3 5 7 4 5
3 2 5 6 3 5
1 1
3 3 5 5 3 4
Al-Fattah Al-Latief Al-Alim Ar-Rohim As-Sallam AlQoyyum
1 1
Retardasi Mental 1
Down Syndrome
1 1 1
1
Sumber: Dokumentasi Rumah Autis Bekasi, tahun 2013
Keterangan: Jumlah Siswa Sekolah 28 Siswa, 25 Laki-laki dan 3 Perempuan Jumlah Berdasarkan Diagnosa, 23 Anak Autis, 4Anak Retardasi Mental dan 1 Anak Down Syndrome
3. Bimbingan Latihan ketrampilan (BLK) Program ini dikhususkan bagi siswa yang sudah memasuki umur remaja 11 – 16 tahun. Standarisasi masuk kelas ini adalah anak yang sudah mempunyai kepatuhan yang terarah, kemandirian individu serta kemampuan pemahaman komunikasi yang cukup baik, baik verbal amaupun non verbal. Kegiatan dan program kelas ini sudah meliputi program yang aplikatif dan fungsional antara lain: a. Life Skills Kemandirian bekerja, seperti: ketrampilan membuat kerajinan (hand made: kemoceng, gelang/ kalung dari manik-manik, kaos dan sepatu lukis, dompet, dll), memasak, membersihkan tempat kerja, dll)
56
b. Community Access Skills Programnya berupa aktifitas: berbelanja, berjualan (yang sudah dilaksanakan seperti berjualan jus, makanan ringan di area sekolah), mencuci motor, menabung ke bank, mengambil uang di ATM, foto copy, laminating dan lain-lain. Tetapi program ini belum dapat berjalan secara keseluruhan dikarenakan fasilitas yang belum tersedia seperti mesin foto copy, alat steam, dan lain-lain. c. Functional Academic Programnya berupa aktifitas: berbelanja, berjualan yang sudah dilaksanakan seperti: 1. Penggunaan uang 2. Pengaturan waktu 3. Menulis daftar belanja d.
Vocational Skills Programnya berupa aktifitas: berbelanja, berjualan yang sudah dilaksanakan seperti: 1. Data Entri Komputer (Word & Excel) 2. Program Animasi 3. Praktek Kerja
57
D. Staf dan Struktur Lembaga Gambar 1 STRUKTUR ORGANISASI RUMAH AUTIS CABANG BEKASI
Sumber: Dokumentasi Rumah Autis Bekasi, tahun 2013
58
Tabel 4 Data Relawan dan Relawati
No
Nama
Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki
1 2
Agus Jaelani Ardani
3 4 5 6 7 8 9
Arif Zulkarnain Auliya Bayu Widi Kurniawan Deffu Dewi Anggraini Dilla Rustita Syahdien Dini Arthi
Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Iin Rosidah Iradah DP Midah Murni Nanda Hermawan Paradita Putri Parida Nur Hasanah Qory MA Rahma S Rina Frigantiningsih Rokhyati Supriyanto Titin Supriyatin Valentine Yasmir
Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki
Jabatan Guru Pendamping Kepala Cabang Rumah Autis Bekasi Guru Pendamping Terapis Guru Pendamping Guru Pendamping Terapis Terapis Wakil Kepala Cabang Rumah Autis Bekasi Administrasi Guru Kelas Bagian Umum Guru Pendamping Bagian Umum Terapis Guru Kelas Guru Kelas Guru Pendamping Guru Kelas Terapis Guru Pendamping Guru Kelas Terapis Guru Kelas
Sumber: Dokumentasi Rumah Autis Bekasi, tahun 2013
Keterangan: Laki-laki: 9 orang Perempuan: 15 orang Guru Sekolah: 13 orang Bagian Umum: 4 orang Administrasi: 1 orang Terapis: 6
59
E. Penerima Manfaat Layanan Lembaga ( Klien/ Beneficieries ) Peruntukan pelayanan terapi / sekolah Anak Berkebutuhan Khusus ini antara lain untuk anak yang mengalami gangguan: 1. Autisme 2. Attention Deficit / Hyperactivity Disorder (ADD / ADHD) 3. Down Syndrome 4. Asperger’s Syndrome 5. Kesulitan Belajar 6. Keterlambatan Bicara 7. Keterlambatan Wicara 8. Masalah Perilaku 9. Gangguan Perkembangan (Cerebral Palsy/CP) 10. Sensory Integration Dysfunction 11. Pervasive Developmental Disorder (PDD) 12. Keterlambatan Perkembangan Lainnya
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA LAPANGAN A. Implementasi Program Pelayanan Bagi Anak Autis Melalui Sekolah Khusus Di Rumah Autis Bekasi Dari hasil wawancara dan dokumen yang penulis dapatkan, bahwa program sekolah khusus Rumah Autis Bekasi merupakan kegiatan pelayanan bertujuan untuk mengembangkan potensi siswanya secara optimal sesuai kemampuannya. Dimana setelah mengikuti program pelayanan sekolah khusus
maka
siswanya
diharapkan
dapat
memiliki
kemampuan
berkomunikasi, yang tadinya cenderung bersifat satu arah menjadi dua arah. Dalam arti ada respon timbal balik saat berkomunikasi. Kemudian perubahan lain yang juga diharapkan adalah memiliki keterampilan bantu diri, kemandirian, serta menyatu dan berfungsi dengan baik di lingkungan sekitarnya serta mempunyai wawasan akademik yang cukup sesuai anak seusianya. Pelayanan yang dilakukan oleh Rumah Autis Bekasi melalui program sekolah khusus ini merupakan jenis pelayanan pendidikan. Melalui pengajar dan pengurus, Rumah Autis Bekasi mencoba memberikan sebuah pelayanan pemberian kesempatan kepada anak autis untuk mengikuti pendidikan sekolah khusus berupa kegiatan-kegiatan mencakup organisasi diri (bina diri), pendidikan agama, ketrampilan, kesenian, motorik kasar dan halus, akademik, sosialisasi indoor dan outdoor. Selanjutnya penulis akan memaparkan temuan yang penulis temukan dimana penulis mencoba menganalisis dengan teori tahapan pelayanan
60
61
kesejahteraan sosial yang penulis paparkan pada bab II dengan program sekolah khusus, yaitu: 1. Tahap Persiapan (Engagement) Persiapan adalah suatu proses kegiatan pendekatan awal; sosialisasi program pelayanan, identifikasi calon penerima pelayanan, seleksi, dan penempatan calon penerima pelayanan Sebelum dilaksanakan program sekolah khusus, Rumah Autis Bekasi terlebih dahulu melaksanakan dua kegiatan untuk persiapan awal yaitu : membuat kurikulum sekolah sebagai panduan guru untuk mengajar dan melakukan observasi anak yang akan masuk untuk menentukan program yang akan diberikan. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Ketua Rumah Autis Bekasi sebagai berikut: Ketika persiapan awal program sekolah khusus pertama kita membuat kurikulum sekolah sebagai panduan guru untuk mengajar, kedua kita melakukan observasi. Yaitu mengobservasi anak yang akan masuk untuk menentukan program yang akan diberikan1
Berikut ini sedikit ulasan yang penulis dapatkan mengenai kedua kegiatan tersebut: a. Membuat Kurikulum Sekolah Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum sekolah khusus Rumah Autis Bekasi dirancang secara cermat 1
Wawancara pribadi dengan Ardani Ketua Rumah Autis Bekasi. Jum’at, 13 Desember 2013. Pada pukul 10.00 WIB (lihat lampiran)
62
menyesuaikan dengan kebutuhan khusus anak-anak autis serta senantiasa dikembangkan dan diperbaharui dengan metode-metode pembelajaran yang lebih baik. Pendidikan bagi anak penyandang autis tidak sama dengan anak biasa. Sehingga kurikulum autis harus dibuat berbeda-beda untuk setiap individu. Mengingat setiap anak autis memiliki kebutuhan berbeda. Misalnya ada anak yang butuh belajar komunikasi dengan intensif, ada yang perlu belajar bagaimana mengurus dirinya sendiri dan ada juga yang hanya perlu fokus pada masalah akademis. Bagi Pengajar Rumah Autis Bekasi, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Kegiatan ini menghasilkan kurikulum bersama yang akan dijadikan panduan untuk mengajar. b. Observasi Dalam kegiatan ini, Rumah Autis Bekasi mempersiapkan tenagatenaga yang akan menjadi tim observasi. Tim observasi ini dibentuk untuk mengobservasi calon siswa yang akan masuk untuk menentukan program yang akan diberikan oleh Rumah Autis Bekasi.
63
Berikut alur observasi Rumah Autis Bekasi Gambar 2 Alur Observasi Rumah Autis Bekasi
Sumber: Dokumentasi Rumah Autis Bekasi, tahun 2013
Kemudian di tahap persiapan awal ini Rumah Autis Bekasi juga melakukan seleksi terhadap pengajar dan calon siswanya. a. Pengajar Sebelum melakukan program sekolah khusus, Rumah Autis Bekasi juga melakukan persiapan terhadap calon pengajar. Sebagaimana disampaikan oleh Ketua Rumah Autis Bekasi sebagai berikut: Prosesnya diawali dengan mempersiapkan program sekolah, kedua mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan, ketiga mempersiapkan guru-guru yang akan mengajar, keempat menetapkan kontribusi atau harga yang akan ditawarkan ke orang tua dan yang terakhir itu membuat perjanjian atau akad dengan orang tua2
2
Wawancara pribadi dengan Ardani Ketua Rumah Autis Bekasi. Jum’at, 13 Desember 2013. Pada pukul 10.00 WIB (lihat lampiran)
64
Dimana dalam persiapannya dilakukan pemilihan terhadap para calon pengajar. Calon pengajar akan diseleksi berdasarkan kemampuannya
dan
kesiapannya
untuk
mengajar
anak
berkebutuhan khusus, seperti disampaikan oleh Ketua Rumah Autis Bekasi sebagai berikut: Untuk pengajar awalnya calon pengajar diwawancara tentang kesiapannya mengajar anak berkebutuhan khusus, dan lalu mereka kami trial, mereka diminta terjun langsung berhadapan dengan anak berkebutuhan khusus selama 1 minggu. Nantinya bila mereka merasa tertantang akan dilanjutkan dan menandatangani surat perjanjian kerja tapi apabila tidak merasa tertantang maka akan keluar dari rumah autis3 b. Siswa Pendidikan merupakan salah satu hak asasi yang dimiliki oleh seseorang, tidak terkecuali bagi anak autis. Anak autis juga memiliki hak dan derajat yang sama dengan anak lainnya, mereka juga mempunyai potensi dan bakat. Oleh karena itu Rumah Autis dalam rangka memenuhi hak-hak anak autis harus senantiasa meningkatkan dan memajukan program-program pendidikan yang layak bagi anak autis. Pendapat di atas juga disepakati oleh Ketua Rumah Autis Bekasi sebagai berikut: Karena banyaknya anak usia sekolah yang datang ke rumah autis bekasi sehingga dengan program terapi yang hanya berdurasi 1jam tidak memadai untuk kebutuhan anak tersebut maka dibuatkanlah program yang memadai untuk mengakomodir kebutuhan tersebut4 3
Wawancara pribadi dengan Ardani Ketua Rumah Autis Bekasi. Jum’at, 13 Desember 2013. Pada pukul 10.00 WIB (lihat lampiran) 4 Wawancara pribadi dengan Ardani Ketua Rumah Autis Bekasi. Jum’at, 13 Desember 2013. Pada pukul 10.00 WIB (lihat lampiran)
65
Rumah Autis Bekasi juga melakukan seleksi terhadap siswanya, berikut ini sistem penyeleksiannya: Kriterianya jelas pertama anak berkebutuhan khusus, dan belum mendapatkan layanan. Setelah diterima anak-anak ini kami uji coba dahulu selama 3bulan, kalau selama uji coba anak-anak ini dapat mengikuti maka mereka akan lanjut di Rumah Autis akan tetapi kalau si anak tidak dapat mengikuti, maka kami kembalikan kepada orang tua5 Peruntukkan
pelayanan
terapi
atau
sekolah
anak
berkebutuhan khusus ini antara lain untuk anak yang mengalami gangguan:6 1. Autisme 2. Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder (ADD/ADHD) 3. Down Syndrome 4. Asperger’s Syndrome 5. Kesulitan Belajar 6. Keterlambatan Bicara 7. Masalah Perilaku 8. Gangguan Perkembangan (Cerebral Palsy/CP) 9. Sensory Integration Dysfunction 10. Pervasive Developmental Disorder (PDD) 11. Keterlambatan Perkembangan Lainnya
5
Wawancara pribadi dengan Ardani Ketua Rumah Autis Bekasi. Jum’at, 13 Desember 2013. Pada pukul 10.00 WIB (lihat lampiran) 6 Brosur Rumah Autis
66
2. Tahap Pengkajian (Assessment) Assessment adalah suatu proses kegiatan pengumpulan dan analisis data untuk mengungkapkan dan memahami masalah, kebutuhan penerima pelayanan. Kegiatan pengumpulan data adalah dimana Rumah Autis Bekasi mengumpulkan berbagai data penting mengenai calon siswanya seperti nama,
umur
dan
riwayat
pertolongan
pertama
calon
siswa
mendapatkan pelayanan hingga pada akhirnya sampai di Rumah Autis Bekasi. Pada
tahap
ini
Rumah
Autis
Bekasi
mengidentifikasi
permasalahan yang tengah dihadapi calon siswa. Rumah Autis Bekasi melakukan observasi dan wawancara dengan keluarga calon siswa, penilaian ini perlu dilakukan sebelum sekolah menerima siswa baru. sehingga Rumah Autis Bekasi mengetahui latar belakang, hambatan, dan kondisi lingkungan sosial calon siswanya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Ketua Rumah Autis Bekasi: Untuk orang tua yang mangajukan beasiswa, maka mereka kami observasi dahulu, kita lihat keadaan rumahnya, pekerjaan orang tuanya apa, seperti itu. Agar tepat sasaran juga yaa, karena kalau Cuma data atau surat-surat gampang dipalsuinnya yaa, jadi kita lakuin observasi. Anaknya juga kami identifikasi dulu, ada teamnya nanti, guna mengetahui kondisi si anak, jadi anak ini nantinya akan ditempatkan ke program terapi atau program sekolah7
7
Wawancara pribadi dengan Ardani Ketua Rumah Autis Bekasi. Jum’at, 13 Desember 2013. Pada pukul 10.00 WIB (lihat lampiran)
67
Pada tahap ini juga Rumah Autis melakukan observasi persyaratan beasiswa yaitu mengenai kondisi pekerjaan rumah orang tua calon siswa dan pekerjaan orang tua agar program beasiswa yang dilakukan oleh Rumah Autis Bekasi tepat sasaran. Orang tua siswa bernama Ilyas Nawawi mengakui bahwasanya memang benar adanya wawancara pribadi dan observasi yang dilakukan oleh Rumah Autis Bekasi. Adapun pengakuan dari Bapak Ilyas adalah sebagai berikut: “…Rumah saya juga difoto, tapi itu tidak jadi masalah karena yang penting anak saya bisa sekolah…”8
Ibu Ati Herawati orang tua siswa juga mengakui hal serupa: “Iyaa pihak Rumah Autis Bekasi ke rumah, ambil gambar rumah, keadaan rumah, diwawancara pekerjaannya apa seperti itu mas”9 Tujuan dari observasi atau kunjungan ini adalah untuk memperkuat pengakuan orang tua siswa mengenai kondisi ekonomi dan rumah calon siswanya.
3. Tahap Rencana Intervensi Tahap ketiga adalah tahap rencana intervensi, yang dimaksud dengan rencana intervensi atau pemecahan masalah ini adalah dimana Rumah Autis Bekasi menentukan rencana kedepan untuk calon siswanya. Dalam menentukan rencana intervensi tersebut, Rumah
8
Wawancara pribadi dengan Ilyas Nawawi Orang tua Adinda Fathia Farhana. Rabu, 18 Desember 2013. Pada pukul 09.30 WIB (lihat lampiran) 9 Wawancara pribadi dengan Ati Erawati Orang tua Muhammad Hamzah. Rabu, 18 Desember 2013. Pada pukul 10.30 WIB (lihat lampiran)
68
Autis Bekasi berpedoman pada hasil wawancara saat melakukan assessment. Dari hasil assessment tersebut akan menentukan tindak lanjut seperti apa yang cocok untuk calon siswanya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ardani selaku Ketua Rumah Autis Bekasi: “…Anaknya juga kami identifikasi dulu, ada teamnya nanti, guna mengetahui kondisi si anak, jadi anak ini nantinya akan ditempatkan ke program terapi atau program sekolah…”10
4. Tahap Implementasi Program Tahap implementasi program atau yang biasa dikenal dengan tahap pelaksanaan program adalah tahap dimana siswa mulai mendapatkan pelayanan berdasarkan dari hasil assessment yang telah dilakukan. Muatan programnya meliputi organisasi diri (bina diri), pendidikan agama, ketrampilan, kesenian, motorik kasar dan halus, akademik, sosialisasi indoor dan outdoor. Adapun kegiatan-kegiatan implementasi pelayanan program sekolah khusus itu sendiri adalah sebagai berikut: a. Organisasi Diri (Bina Diri) Program Bina Diri mencakup beberapa hal yang berhubungan dengan kepentingan anak-anak sehari-hari seperti makan, minum, kebersihan diri, dan kerapian diri. Dengan demikian kemampuan mengurus diri sendiri merupakan kecakapan atau keterampilan yang harus dikuasai siswa-siswa Rumah Autis Bekasi agar dapat mengurus dirinya sendiri dalam keperluan sehari-hari tanpa 10
Wawancara pribadi dengan Ardani Ketua Rumah Autis Bekasi. Jum’at, 13 Desember 2013. Pada pukul 10.00 WIB (lihat lampiran)
69
bantuan orang lain. Materi pembelajaran Bina Diri, meliputi: Kebersihan badan, Makan minum, Berpakaian, dan Adaptasi lingkungan. Materi kebersihan badan antara lain melatih cuci tangan, cuci muka, cuci kaki, sikat gigi dan mandi. Materi makan dan minum meliputi makan menggunakan sendok dan minum menggunakan cangkir. Materi berpakaian yaitu belajar menggunakan kaos, mengancingkan kemeja dan menggunakan kaos kaki serta sepatu. b. Motorik Kasar dan Motorik Halus Motorik kasar merupakan gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh.11 Sedangkan Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang kontinu secara rutin.12 Materi yang diberikan oleh Rumah Autis Bekasi untuk melatih gerakan motorik halus siswanya yaitu dengan metode menggambar, mewarnai, bermain puzzle, menyusun balok, memasukan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya, membuat
11
Revina, “Perkembangan Motorik Kasar Anak,” artikel diakses pada 22 Desember 2013 dari http://bidanku.com/perkembangan-motorik-kasar-anak 12 Revina, “Perkembangan Motorik Halus Anak,” artikel diakses pada 22 Desember 2013 dari http://bidanku.com/perkembangan-motorik-halus-anak
70
garis, melipat kertas dan sebagainya. Sedangkan untuk melatih gerakan motorik kasar siswanya yaitu dengan melakukan kegiatan berjalan, berlari, berlompat, merangkak, melompat, bermain di papan titian dan sebagainya. c. Akademik Metode penyampaian atau pengajaran anak normal berbeda dengan anak autis. Anak normal terbiasa dengan pola belajar sistem kelas dan sesuai dengan kurikulum sekolah. Siswa yang belum mengerti materi pelajaran akan tertinggal. Guru sendiri fokus menghabiskan kurikulum. Guru tidak lagi bertujuan mengajarkan semua anak di kelas hingga semua bisa. Cara ini tidak mungkin diterapkan pada anak autis. Dalam prakteknya, pengajaran di Rumah Autis Bekasi dilakukan oleh 1 orang guru kelas dan 1 orang guru pendamping untuk membantu proses siswanya belajar. Setiap anak berbeda-beda, sehingga berbeda-beda juga penanganannya. Materi yang diberikan sesuai dengan kemampuan siswanya. Pengajar tidak akan memajukan materi sebelum anak tersebut mengerti atau paham Sebagaimana disampaikan Ardani Ketua Rumah Autis Bekasi: “pengajar mengajar berdasarkan program individual anak yang telah dibuat”13 13
Wawancara pribadi dengan Ardani Ketua Rumah Autis Bekasi. Jum’at, 13 Desember 2013. Pada pukul 10.00 WIB (lihat lampiran)
71
Dalam implementasi pelayanan program sekolah khusus ini terdapat komponen-komponen yaitu: a. Siswa Berikut ini daftar siswa yang terlibat dalam implementasi pelayanan program sekolah khusus: Tabel 5 Data Siswa Sekolah Khusus Rumah Autis Bekasi NO
NAMA
Kelas: Al-Qoyyum (BLK) 1 Fauriza Dwiky Permana 2 Rifaldy (Saldi) 3 Jalu Baruna Kusuma 4 5
DIAGNOSA
JENIS KELAMIN
Autis
Laki-laki
Autis Retardasi Mental Autis Autis
Laki-laki Laki-laki
Cahyo Noor Saputro Laki-laki Muhammad Malaka Laki-laki Haq Jumlah: Laki-laki= 5 anak, Perempuan= 0 anak Kelas: As-Salam (Pra-BLK) 1 Christoper Maulana S Autis Laki-laki 2 Cetra Ariqa Autis Perempuan 3 Abdul Rohim Autis Laki-laki 4 Huzaifah Ar-Rasyid Autis Laki-laki Jumlah: Laki-laki= 4 anak, Perempuan= 0 anak Kelas: Ar-Rahim (Semi Akademik) 1 Indah Waty Down Perempuan Syndrome 2 Muhammad Fahrian Autis Laki-laki Alfatih 3 Fadhil Abdurrahman Autis Laki-Laki 4 Asril Al-Rasyid Retardasi Laki-Laki Mental 5 Irfan Fauzi Autis Laki-Laki 6 Muhammad Akmal Autis Laki-Laki Rifaldi 7 Lucky Ardana Autis Laki-Laki Jumlah: Laki-laki= 6 anak, Perempuan= 1 anak Kelas: Al-‘Alim (Pemahaman) 1 Dimas Adriananto Autis Laki-laki 2 Nafis Rizky Junitiandi Autis Laki-laki 3 Ilman Fathir Rahim Autis Laki-laki
KET
72
NO 4 5
NAMA
DIAGNOSA
JENIS KELAMIN Laki-laki Laki-laki
KET
Muhammad Hamzah Autis Muhammad Ghifari Autis Alamlah Jumlah: Laki-laki= 5 anak, Perempuan= 0 anak Kelas: Al-Latief (Penenang) 1 Khalid Assadul Autis Laki-laki Mujahidin 2 Fakhri Ilham Yunus Autis Laki-laki 3 Salwa Khoirunnisa Autis Perempuan Jumlah: Laki-laki= 2 anak, Perempuan= 1 anak Kelas: Al-Fattah (Persiapan) 1 Muhamad Ramzy Autis Laki-laki 2 M. Shaqil NR Autis Laki-laki 3 Adinda Fathia Farhana Retardasi Perempuan Mental 4 Roihan Arkaan Autis Laki-laki Jumlah: Laki-laki= 3 anak, Perempuan= 1 anak Sumber: Dokumentasi Rumah Autis Bekasi, tahun 2013
Dari 2 orang tua siswa yang penulis wawancarai mengaku bahwa mereka senang anaknya bisa mendapatkan pelayanan program sekolah khusus tersebut karena adanya manfaat yang sangat mereka rasakan, alasannya seperi biaya yang terjangkau, manambah pengetahuan dan mempererat tali silaturahmi. Seperti yang diungkapkan Ibu Ati Erawati dan Bapak Ilyas Nawawi: “…program sekolah untuk dhuafa di Rumah Autis, membantu banget. Di sini anak saya jadi berkembang, punya banyak teman dan guru, gak kayak pas waktu saya privatin dia. Anak saya juga semakin cerdas…”14 “untuk kegiatan saat ini ya saya tidak merasa terbebani ya. Dalam arti misalnya kegiatan di luar gitu ya, kita tidak terlalu pusing masalah biaya. Karena Rumah Autis ini sangat mengerti kondisi kita, jadi meskipun memang sudah diberikan anggarannya sekian-sekian, tapi kita terima aja. Di sini ada kebijaksanaan, jadi meskipun ada biaya lebih cuma kita bisa apa namanya.. Nego gitu ya, hehe. Jadi gak mutlak anggaran segini, trus kita harus bayar segitu juga. Gak masalah si kalo untuk saya tentang kegiatan Rumah Autis. 14
Wawancara pribadi dengan Ati Erawati Orang tua Muhammad Hamzah. Rabu, 18 Desember 2013. Pada pukul 10.30 WIB (lihat lampiran)
73
Rumah Autis juga selalu mengumpulkan orangtua yg ikut terapis maupun sekolah untuk diberikan pembekalan. Jadi di situ kita dapet penyuluhan tentang bagaimana penanganan anak-anak kita ini. Jadi gak sekedar di sini menitipkan anak tapi banyak kegiatan yang menunjang kita para oranngtua untuk tau tentang anak kita, silaturahmi juga”15 Mereka yang bersekolah di sini berusia antara 6-17 tahun. Ada enam kelas yang dibedakan berdasarkan kemampuan masingmasing anak. Setiap anak yang baru masuk pasti memasuki kelas Al-Fattah (Persiapan) lebih dulu. Di kelas tersebut anak diobservasi sejauh mana kemampuannya selama tiga bulan. Setelah itu, anak ditentukan lanjut ke kelas apa. Di sekolah khusus Rumah Autis Bekasi ini tidak ditentukan lulusnya berapa lama. Tapi, jika perkembangan anak sudah bagus bisa diajukan untuk pindah ke sekolah umum.
15
Wawancara pribadi dengan Ilyas Nawawi Orang tua Adinda Fathia Farhana. Rabu, 18 Desember 2013. Pada pukul 09.30 WIB (lihat lampiran)
74
b. Pengajar Implementasi pelayanan program sekolah khusus disini oleh Guru Kelas dan Guru Pendamping yang terdiri dari:
Table 6 Daftar Pengajar No
Nama
1 2 3 4 5 6
Parida Nur Hasanah Rahma S Qory MA Murni Titin Supriyatin Bayu Widi Kurniawan Supriyanto Iradah DP Agus Jaelani Arif Zulkarnain Rina Frigantiningsih Yasmir Deffu
7 8 9 10 11 12 13
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki
Guru Kelas Guru Pendamping Guru Kelas Guru Pendamping Guru Kelas Guru Pendamping
Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki
Guru Pendamping Guru Kelas Guru Pendamping Guru Pendamping Guru Kelas Guru Kelas Guru Pendamping
Jabatan
Sumber: Dokumentasi Rumah Autis Bekasi, tahun 2013
c. Kegiatan Berikut ini jadwal-jadwal kegiatan yang dilaksanakan oleh Rumah Autis Bekasi pada pelayanan program sekolah khusus, meliputi jadwal kegiatan ekskull, jadwal kegiatan outing dan memasak dan jadwal pelajaran kelas:
75
Table 7 Jadwal Kegiatan Ekskull No
Jam
1 2 3
13.20 13.30 14.30
4
14.45 – 15.00
Senin Sosialisasi Outing Mandi
Selasa Sosialisasi Berenang Mandi
Hari Rabu Sosialisasi Sepeda Mandi
Kamis Sosialisasi Musik Mandi
Jum’at Sosialisasi Masak Mandi
Snack Dan Snack Dan Snack Dan Snack Dan Snack Dan Pulang Pulang Pulang Pulang Pulang
Sumber: Dokumentasi Rumah Autis Bekasi, tahun 2013
Table 8 Jadwal Kegiatan Outing Dan Memasak No 1 2 3
Minggu Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3
Outing Bermain Sepak Bola Bermain Bola Basket Jalan Jarak Jauh Menuju Taman
4
Minggu 4
Bermain Sepak Bola
Sumber: Dokumentasi Rumah Autis Bekasi, tahun 2013
Memasak
76
Table 9 Jadwal Pelajaran Waktu
Senin
08.00 – 08.15 08.15 – 08.30 08.30 – 09.30
Berlari 10x Senam Matematika
09.30 – 10.00 10.00 – 11.00
11.00 – 11.30 11.30 – 12.00
Kemandirian - Menyapu - Mengepel Motorik Halus Evaluasi Shalat
Selasa As-Salam, Ar Rohim Tema: Anggota Tubuh Opening Class Glendomen - Merangkak - Melompat - Papan titian Bahasa
Shalat
Sumber: Dokumentasi Rumah Autis Bekasi, tahun 2013
Rabu Al-Alim, Al-Latif Tema: Sekolah
Opening Class Outing - Lempar Bola - Lari - Balap karung ISTIRAHAT Kemandirian - Mandi - Menggosok gigi
- Mewarnai - Motorik halus
Kamis
Berlari 10x Senam Sains
Kemandirian - Menyapu - Mengepel Evaluasi - Lukis - Tari - IT
Jum’at Al-Qayyum Tema: Buah dan Sayur Opening Class - Memainkan musik - Menyanyi
- Fun Cooking (I dan III) - Market Day (II dan IV)
77
d. Metode Pembelajaran Di sekolah khusus, anak-anak autis juga belajar matematika, tata bahasa, dan lain-lain sama seperti anak lainnya. Berbagai teknik dilakukan untuk mengajar anak-anak autis di sekolah khusus. Dalam implementasi pelayanan program sekolah khusus ini, pengajar juga menggunakan metode pembelajaran sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti agar tujuan pengajaran tercapai. Seperti metode pembelajaran VAK (Visual, Auditory, Kinestethic) dan metode floor time. “Menggunakan metode V.A.K Visual Auditory Kinestethic. Belajar dengan cara melihat (Visual), belajar dengan cara mendengar (Auditory), belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh” 16 “ada, metode floortime, ketika mengajar tugas saya adalah menimbulkan minat dan kreatifitas anak untuk berkembang”17 Sebagai guru perlu mencari tahu metode mana yang membantu anak untuk fokus pada apa yang diajarkan. Beberapa anak lebih cepat menyerap informasi dengan cara mendengar, sementara anak yang lain lebih cenderung pada gaya belajar visual. Pada beberapa anak, media gambar menjadi bahasa pengantar utama dalam belajar. Anak autis cenderung kehilangan minat bila mereka tidak mengerti apa yang diajarkan.
16
Wawancara pribadi dengan Yasmir Pengajar Rumah Autis Bekasi. Kamis, 12 Desember 2013. Pada pukul 14.00 WIB (lihat lampiran) 17 Wawancara pribadi dengan Titin Pengajar Rumah Autis Bekasi. Jumat, 13 Desember 2013. Pada pukul 08.30 WIB (lihat lampiran)
78
5. Tahap Evaluasi Evaluasi pemecahan masalah adalah suatu proses kegiatan untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi implementasi pelayanan program sekolah khusus. Pada tahap ini tugas Rumah Autis Bekasi adalah memantau sejauh mana hasil dari implementasi pelayanan program sekolah khusus, baik yang sedang dijalankan maupun yang sudah dijalankan terhadap siswanya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan siswa atas pelayanan pendidikan yang telah diberikan. Setelah melakukan monitoring, Rumah Autis Bekasi melakukan evaluasi atas perkembangan siswa baik secara akademik dan prakteknya. Pada evaluasi ini terdapat komponen-komponen yang di evaluasi, evaluasi ini dilakukan untuk kemajuan perkembangan siswa. “Evaluasi belajar anak ada 2 yaitu praktek dan tulis. Praktek itu dilakukan dengan cara memberikan tes-tes mandiri seperti praktek sholat, cara mengancingkan baju, dll dalam bentuk praktek kegiatan sehari-hari. Tulis itu dilakukan dengan cara memberikan ujian kepada anak tentang bagaimana cara menebalkan huruf, apakah anak sudah bisa atau tidak.”18
6. Tahap Terminasi Tahap terminasi adalah tahap akhir dari pemberian pelayanan kepada penerima layanan. Berakhirnya pelayanan kepada anak karena proses pelayanan kepada anak telah selesai dan anak dapat kembali ke oang tua/wali, dan atau lembaga lainnya.
18
Wawancara pribadi dengan Ardani Ketua Rumah Autis Bekasi. Jum’at, 13 Desember 2013. Pada pukul 10.00 WIB (lihat lampiran)
79
Pelayanan terhadap siswa berakhir ketika anak sudah mencapai usia 18 tahun dan orang tua siswa memutuskan keluar untuk pindah ke sekolah inklusi. “Pertama sampai usia 18 tahun, atau sampai usia anak-anak, karena fokus kita untuk anak berkebutuhan khusus bukan untuk dewasa berkebutuhan khusus. Dan kedua jika orang tua ingin memasukkan anak ke sekolah inklusi, maka nanti kami akan membuatkan surat keterangan bahwa si anak telah atau pernah mendapatkan pelayanan di rumah autis”19 Dalam hal ini, setelah siswa selesai mendapatkan pelayanan dari Rumah Autis Bekasi, mereka tidak akan mendapatkan pelayanan lagi, Rumah Autis Bekasi tidak melakukan pemantauan atau kunjungan lagi terhadap siswa yang sudah keluar. Hal ini serupa dengan apa yang dikatakan oleh Ardani Ketua Rumah Autis Bekasi: “Kami tidak memberikan pelayanan jika anak sudah keluar dari rumah autis, kalau sudah keluar yasudah pelayanannya pun berakhir”20
B. Hasil Yang Dicapai Dari Implementasi Program Pelayanan Bagi Anak Autis Melalui Sekolah Khusus Di Rumah Autis Bekasi Keberhasilan implementasi pelayanan program sekolah khusus dapat dilihat dari kemajuan dan perubahan yang dicapai dibandingkan dengan kondisi awal para siswa serta manfaat yang dirasakan orang tua siswa setelah mengikuti pelayanan program sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi. Dengan sudah banyaknya perubahan yang dialami oleh siswa-siswa Rumah Autis Bekasi ketika mengikuti pelayanan program sekolah khusus, 19 20
Ibid Ibid
80
maka implementasi pelayanan program sekolah khusus ini dilihat dari segi perubahan penerima manfaatnya sudah bisa dinyatakan berhasil. Penulis akan memaparkan temuan yang penulis temukan dimana penulis mencoba
menganalisis
dengan
teori
indikator
evaluasi
hasil
yang
dikemukakan oleh Terry Mizrahi dan Larry E. Davis dengan implementasi program pelayanan bagi anak autis melalui sekolah khusus di rumah autis bekasi, yaitu: 1. Program Integrity (Integritas Program) Integritas Program adalah program dinyatakan berhasil apabila program mencapai perubahan yang diinginkan klien atau perubahan yang diterima sudah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh klien. Perubahan dari adanya implementasi program pelayanan sekolah khusus yang dilakukan oleh Rumah Autis Bekasi sudah dapat dirasakan perubahannya oleh para siswa-siswi dan Orangtuanya. Berikut harapan Ibu Ati Herawati salah satu wali murid Rumah Autis Bekasi setelah anaknya mengikuti program sekolah khusus adalah: Kalo untuk Hamzah pribadi, semoga Hamzah bisa lebih mandiri lagi, yaa seperti layaknya usianya dia sekarang.21
Perubahan yang dialami oleh siswa-siswa Rumah Autis Bekasi sudah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Orangtua siswa Seperti yang dikatakan oleh Ibu Ati Herawati: Alhamdulillahh. Tadinya kan seperti kayak gini nih andre, dia kan masih suka nangis, gak bisa tenang, hyperaktif, kadang masuk ke 21
Wawancara pribadi dengan Ati Erawati Orang tua Muhammad Hamzah. Rabu, 18 Desember 2013. Pada pukul 10.30 WIB (lihat lampiran)
81
kelas gak mau gitu. Trus mintanya di dorong-dorong kita ikut masuk gitu. Tapi sekarang udah gak. 22
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka pada indikator ini program pelayanan sekolah khusus yang dilakukan oleh Rumah Autis Bekasi dapat dibilang berhasil, karena orang tua siswa mengharapkan anaknya yang menempuh pendidikan di Rumah Autis Bekasi agar bisa melakukan kegiatan secara mandiri. Dan Rumah Autis Bekasi berhasil membuat anaknya yang tadinya sulit melakukan kegiatannya secara sendiri, akan tetapi sekarang anaknya sudah bisa untuk melakukan kegiatannya sendiri.
2. Program Effects (Dampak Program) Program pada Rumah Autis Bekasi dinyatakan berhasil bila orangorang yang telah mengikuti program pelayanan yang diberikan oleh Rumah Autis Bekasi mereka menjadi lebih baik. Dampak dengan adanya program pelayanan sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi juga yang dirasakan oleh Bapak Ilyas Nawawi selaku orang tua siswa. Alhamdulillah Sudah bagus dia komunikasinya sekarang. Nggak kayak dulu sebelum masuk sekolah, jangankan komunikasi, untuk duduk diem beberapa menit aja susah. Asik sendiri dulu dia. ……Komunikasi dia sekarang sudah bagus, Sudah mengerti. Dia bisa bercerita, misalnya dia diajak ngobrol sama mas fachry, pasti dia nanti pulang ke rumah dia cerita. Dia suka cerita tentang kegiatan dia di sekolah. Dia suka cerita di sekolah ada ini, ada itu, siapa aja yg gak masuk sekolah, semua dia ceritain. Dia juga udah bisa cerita kalo misalnya dia sakit, badannya gak enak, dia cerita.23 22
Wawancara pribadi dengan Ati Erawati Orang tua Muhammad Hamzah. Rabu, 18 Desember 2013. Pada pukul 10.30 WIB (lihat lampiran) 23 Wawancara pribadi dengan Ilyas Nawawi Orang tua Adinda Fathia Farhana. Rabu, 18 Desember 2013. Pada pukul 09.30 WIB (lihat lampiran)
82
Sesuai dengan pernyataan tersebut, maka pada indikator ini Rumah Autis Bekasi berhasil mengembangkan siswanya yang tadinya sulit berkomunikasi. Akan tetapi setelah mendapatkan pelayanan pendidikan di Rumah Autis Bekasi anaknya dapatnya berkomunikasi dengan baik.
3. Satisfaction (Kepuasan) Program dinyatakan berhasil tergantung dengan kepuasan atau respon yang diberikan oleh orang tua atau masyarakat terhadap kepuasan mereka dengan kegiatan pelayanan program sekolah khusus. Pada tahap ini, respon Orang tua dan Mayarakat di Rumah Autis Bekasi pada kegiatan program sekolah khusus oleh Rumah Autis Bekasi sangat mendukung dan merasa puas. Karena orang tua siswa sendiri sudah dapat merasakan manfaatnya. Kegiatan-kegiatan yang diberikan sangat mendukung untuk tumbuh kembang anak autis sehingga anakanak ini dapat berkembang sebagaimana usianya. Respon orangtua siswa terhadap kepuasan pelaksanaan pelayanan program sekolah khusus: Program sekolahnya tuh bagus ya. Bagus pelajarannya, sangat melatih motorik anak. Jadi seluruh tubuh anak difungsikan. Kegiatannya juga banyak, semua kegiatan membuat anak melatih dirinya untuk bisa mandiri.24 Tanggapan dari orangtua siswa tersebut mengungkapkan kepuasan mereka dengan pelayanan program sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi. Sedangkan dilihat dari hubungan antara lingkungan masyarakat
24
Wawancara pribadi dengan Ati Erawati Orang tua Muhammad Hamzah. Rabu, 18 Desember 2013. Pada pukul 10.30 WIB (lihat lampiran)
83
dengan Rumah Autis Bekasi, masyarakat sekitar sangat mendukung dengan keberadaan Rumah Autis Bekasi serta dengan kegiatan yang dilakukan Rumah Autis Bekasi karena hampir banyak kegiatan outdoor seperti jalan kaki dan bersepeda dilakukan di area lingkungan masyarakat.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan data-data yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1. Rumah Autis Bekasi telah mengimplementasikan program pelayanan bagi anak autis melalui sekolah khusus berupa pemberian pelayanan pendidikan, dimana sudah memiliki sebuah alur program yang terarah dengan memulai dari yang meliputi tahap-tahap dari tahap persiapan mencakup pembuatan kurikulum dan observasi terhadap calon siswa. Tahap ke dua adalah pengkajian (assessment) yaitu mengidentifikasi permasalahan yang tengah dihadapi calon siswa, Rumah Autis Bekasi mengumpulkan berbagai data penting mengenai calon siswanya seperti nama, umur dan riwayat pertolongan pertama calon siswa mendapatkan pelayanan hingga pada akhirnya sampai di Rumah Autis Bekas. Ke tiga adalah rencana intervensi yaitu menentukan rencana kedepan untuk calon siswanya, rencana tersebut berdasarkan hasil wawancara saat melakukan assessment. Ke empat adalah implementasi program adalah tahap dimana siswa mulai mendapatkan pelayanan berdasarkan dari hasil assessment yang telah dilakukan, muatan programnya meliputi bina diri, ketrampilan, motorik kasar dan halus, akademik dan kesenian. Ke lima adalah monitoring dan evaluasi yaitu Rumah Autis Bekasi memantau sejauh mana hasil implementasi program pelayanan sekolah khusus dan melakukan evaluasi terkait perkembangan siswa baik secara akademik maupun
84
85
prakteknya. Dan tahap terakhir adalah terminasi yaitu tahap dimana pemberian pelayanan kepada penerima layanan berakhir, berakhirnya pelayanan karena siswa sudah melampaui batas usia 18 tahun dan atau siswa ingin melanjutkan pendidikan di sekolah inklusi. 2. Implementasi pelayanan program sekolah khusus telah memberikan sebuah hasil yang baik bagi para orang tua dan siswa autis dilihat dari tiga indikator pertama adalah program integrity (Integritas Program), yaitu hasil yang dicapai dalam implementasi pelayanan program sekolah khusus telah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh klien atau orang tua siswa. Anak autis yang tadinya sulit untuk melakukan kegiatannya secara sendiri, setelah mendapatkan pelayanan pendidikan di Rumah Autis Bekasi sekarang anak-anak tersebut sudah dapat melakukan kegiatannya secara sendiri. Ke dua program effect (Dampak Program) yaitu klien merasa setelah mengikuti program pelayanan yang diberikan oleh Rumah Autis Bekasi mereka menjadi lebih baik, dalam arti siswa menjadi berkembang ketika mendapatkan pendidikan di Rumah Autis Bekasi. Ke tiga Satisfaction (Kepuasan) yaitu orang tua dan masyarakat merasa puas serta mendukung dengan kegiatan pelayanan program sekolah khusus yang dilakukan oleh Rumah Autis Bekasi. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan keseimpulan yang telah dijelaskan dalam skripsi ini, maka ada beberapa saran-saran yang ingin peneliti sampaikan, yaitu:
86
1. Pada tahap implementasi program dalam hal muatan program pendidikan berkomunikasi dan ketrampilan lain seperti memasak, berbelanja atau menyebrang jalan untuk lebih sering diajarkan lagi karena untuk meningkatkan kemandirian anak autis.
Tujuannya adalah agar anak
membangun kemampuan sosialnya dan berkomunikasi sampai tingkat tertinggi. 2. Pada tahap terminasi dan pembinaan lanjutan, Rumah Autis Bekasi perlu membuat program bimbingan dan pembinaan lanjutan terhadap eks penerima layanan program sekolah khusus. Jadi disini Rumah Autis harus tetap melakukan pemantauan perkembangan siswa eks penerima layanan dalam masyarakat dan juga melakukan kunjungan berkala ke rumah siswa eks penerima layanan atau ketempat siswa sekarang melanjutkan pendidikannya. Selain melakukan pemantaun dan kunjungan terhadap siswa eks penerima layanan, Rumah Autis Bekasi harus tetap menjaga hubungan baik atau silaturahmi dengan keluarga siswa eks penerima layanan. 3. Untuk keseluruhan pelayanan program sekolah khusus, Rumah Autis
Bekasi sebaiknya dapat menambah jumlah ruangan atau meningkatkan kapasitas untuk program sekolah khusus, terutama yang berasal dari kaum dhuafa. Sehingga orang tua yang sudah mendaftarkan anaknya untuk mengikuti sekolah khusus dapat segera ditampung. Mengingat begitu banyaknya peminat yang sudah mendaftarkan anaknya akan tetapi mereka masih harus menunggu.
DAFTAR PUSTAKA Agustyawati dan Solicha. Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009. Arikunto, Suharsimi. Penilaian Program Pendidikan. Yogyakarta: Bina Aksara, 1998. Bugin, Burhan. Analisis Data dan Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003. Fahrudin, Adi. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Rafika Aditama, 2012. Gulo, W. Metodelogi Kualitatif. Jakarta: Grafindo, 2000. Handojo, Y. Autisma: Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi Untuk Mengajar Anak Normal, Autis dan Perilaku Lain. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Popular, 2008. Irawan, Soeharto. Metode Penelitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004. Koswara, Deded. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: PT Luxima Metro Media, 2013. Kustawan, Dedi. Pendidikan Inklusif dan Upaya Implementasinya. Jakarta: PT Luxima Metro Media, 2012. Kustawan, Deddy dan Meimulyani, Yani. Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya. Jakarta: PT Luxima Metro Media, 2013. Marzuki, Saleh. Pendidikan Nonformal Dimensi dalam Keaksaraan Fungsional, Pelatihan, dan Andagogi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010. Maulana, Mirza. Anak Autis Mendidik Anak Autis dan Gangguan Mental Lain Menuju Anak Cerdas dan Sehat. Jogjakarta: Katahati, 2008. Maulani, Chaerita. Kiat Merawat Gigi: Panduang Orang tua dalam Merawat dan Menjaga Kesehatan Gigi bagi Anak-anaknya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2005. Mizrahi, Terry dan Davis, Larry E. Encyclopedia of Social Work. New York: NASW Press, 2008. Moleong, Lexy J. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999.
87
88
Patton, Michael Quinn. Untilization Focused Evaluation. London: Sage Publication, 1997. Robert, Albert R dan Greene, Gilbert J. Buku Pintar Pekerja Sosial Jilid 2. Jakarta: Gunung Mulia, 2009. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2009. Suharto, Edi. Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi. Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial, 2004. Sukoco, Dwi Heru. Kemitraan dalam Pelayanan. Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial, 1997. Sunu, Christopher. Panduan Memecahkan Masalah Autisme Unlocking Autisme. Jogjakarta: Lintang Terbit, 2012.
89
Sumber Internet: Eko Sutriyanto, “Enam dari 1.000 Orang di Dunia Kena Autis, Bagaimana dengan Indonesia?,” artikel diakses pada 6 Mei 2013 dari http://www.tribunnews.com/2013/04/09/enam-dari-1000-orang-di-duniakena-autis-bagaimana-dengan-indonesia Revina, “Perkembangan Motorik Halus Anak,” artikel diakses pada 22 Desember 2013 dari http://bidanku.com/perkembangan-motorik-halus-anak Revina, “Perkembangan Motorik Kasar Anak,” artikel diakses pada 22 Desember 2013 dari http://bidanku.com/perkembangan-motorik-kasar-anak Rumah Autis, “Sejarah Singkat Rumah Autis”, artikel diakses pada 24 Juli 2013 dari http://rumahautis.org/rumahautis/hal-sejarah-singkat-rumah-autis.html Wikisource, “Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945/Perubahan IV,” artikel diakses pada 12 Oktober 2012 dari http://id.wikisource.org/wiki/UndangUndang_Dasar_Negara_Republik_Indonesia_Tahun_1945/Perubahan_IV
Lampiran 1. Informan Ketua Rumah Autis Bekasi PEDOMAN WAWANCARA IMPLEMENTASI PELAYANAN SOSIAL BAGI ANAK AUTIS MELALUI PROGRAM SEKOLAH KHUSUS DI RUMAH AUTIS BEKASI Informan: (Ketua Rumah Autis Bekasi) A. Tempat dan Waktu Wawancara 1. Tempat Wawancara
:
2. Hari, Tanggal Wawancara
:
3. Waktu Wawancara
:
B. Identitas 1. Nama
:
2. Pekerjaan
:
3. Alamat
:
4. Status Perkawinan
:
5. Jumlah Anak
:
6. Jenjang Pendidikan
:
C. Isi Wawancara 1. Sejak kapan program sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi dimulai? 2. Apa latar belakang Rumah Autis Bekasi melaksanakan program sekolah khusus? 3. Bagaimana proses pembentukan program sekolah khusus ? 4. Apa saja yang dilakukan oleh Rumah Autis Bekasi ketika persiapan awal program sekolah khusus?
5. Bagaimana mengidentifikasi dan menseleksi calon pengajar? 6. Apa saja criteria yang harus dimiliki oleh calon pengajar? 7. Apa saja yang dilakukan oleh pengajar ketika program sekolah khusus berlangsung? 8. Apa tanggapan anda terhadap kinerja pengajar pada saat ini ? 9. Bagaimana mengidentifikasi dan menseleksi calon siswa atau klien? 10. Apa saja criteria yang harus dimiliki oleh calon siswa atau klien? 11. Apa saja yang dilakukan oleh siswa atau klien ketika sekolah khusus berlangsung? 12. Apa tanggapan anda terhadap klien sekolah khusus pada saat ini? 13. Bagaimana proses program sekolah khusus ini berlangsung? 14. Apa saja kegiatan dalam program sekolah khusus? 15. Apakah terdapat kendala dalam proses sekolah khusus? 16. Sampai kapan siswa atau klien mengikuti program sekolah khusus? 17. Apakah terdapat evaluasi program sekolah khusus? 18. Jika ada evaluasi, komponen-komponen apa saja yang di evaluasi? 19. Apakah Rumah Autis Bekasi tetap memberikan pelayanan terhadap mantan-manta siswa atau klien penerima layanan? 20. Apa manfaat dilaksanakannya program sekolah khusus bagi anda? 21. Apa harapan dari Rumah Autis Bekasi terhadap program sekolah khusus? 22. Menurut anda, apakah tujuan pelaksanaan pelayanan program sekolah khusus tercapai?
Lampiran 2. Informan Pengajar Kelas Rumah Autis Bekasi PEDOMAN WAWANCARA IMPLEMENTASI PELAYANAN SOSIAL BAGI ANAK AUTIS MELALUI PROGRAM SEKOLAH KHUSUS DI RUMAH AUTIS BEKASI Informan: (Pengajar) A. Tempat dan Waktu Wawancara 1. Tempat Wawancara
:
2. Hari, Tanggal Wawancara
:
3. Waktu Wawancara
:
B. Identitas 1. Nama
:
2. Pekerjaan
:
3. Alamat
:
4. Status Perkawinan
:
5. Jumlah Anak
:
6. Jenjang Pendidikan
:
C. Isi Wawancara 1. Apa motivasi anda sebagai pengajar di Rumah Autis Bekasi? 2. Apa saja materi yang anda berikan? 3. Seberapa pentingkah menurut anda pelajaran yang anda ajarkan untuk siswa Rumah Autis Bekasi? 4. Bagaimana pelaksanaan pengajaran selama ini?
5. Metode apa yang anda terapkan dalam proses belajar mengajar di sekolah khusus Rumah Autis Bekasi? 6. Apa harapan anda terhadap materi yang anda berikan untuk siswa atau klien Rumah Autis Bekasi? 7. Apakah materi tersebut efektif digunakan terhadap siswa atau klien Rumah Autis Bekasi? 8. Apa kendala anda dalam pelaksanaan program sekolah khusus ini? 9. Apa saran anda terhadap program sekolah khusus? 10. Apa harapan anda kedepan?
Lampiran 3. Informan Orang Tua Siswa Rumah Autis Bekasi PEDOMAN WAWANCARA IMPLEMENTASI PELAYANAN SOSIAL BAGI ANAK AUTIS MELALUI PROGRAM SEKOLAH KHUSUS DI RUMAH AUTIS BEKASI Informan: (Orang Tua Siswa) A. Tempat dan Waktu Wawancara 1. Tempat Wawancara
:
2. Hari, Tanggal Wawancara
:
3. Waktu Wawancara
:
B. Identitas 1. Nama
:
2. Pekerjaan
:
3. Alamat
:
4. Status Perkawinan
:
5. Jumlah Anak
:
6. Jenjang Pendidikan
:
C. Isi Wawancara 1. Sudah berapa lama anak anda sekolah di Rumah Autis Bekasi? 2. Dari mana mengetahui rumah autis bekasi? 3. Persyaratan apa saja yang berikan untuk masuk di rumah autis bekasi? 4. Kegiatan apa saja yang anda ketahui di rumah autis bekasi? 5. Bagaimana pendapat anda tentang pelaksanaan program sekolah khusus Rumah Autis Bekasi?
6. Manfaat apa yang anda dapatkan dari program sekolah khusus Rumah Autis Bekasi? 7. Seberapa besar pengaruh rumah autis terhadap pendidikan anak ibu 8. Apa harapan anda setelah mengikuti program sekolah khusus Rumah Autis Bekasi?
Lampiran 4. Informan Ketua Rumah Autis Bekasi TRANSKRIP WAWANCARA IMPLEMENTASI PROGRAM PELAYANAN BAGI ANAK AUTIS MELALUI SEKOLAH KHUSUS DI RUMAH AUTIS BEKASI
Informan: Ardani (Ketua Rumah Autis Bekasi) A. Tempat dan Waktu Wawancara 1. Tempat Wawancara
: Rumah Autis Cabang Bekasi
2. Hari, Tanggal Wawancara
: Jumat, 13 Desember 2013
3. Waktu Wawancara
: 10.00 WIB
B. Identitas 1. Nama
: Ardani
2. Pekerjaan
: Kepala Cabang Rumah Autis Bekasi
3. Alamat
: Perum Alamanda Regency Blok K 17 No37 Kabupaten Bekasi
4. Status Perkawinan
: Nikah
5. Jumlah Anak
:1
6. Jenjang Pendidikan
: Mahasiswa / S1
C. Isi Wawancara No Pertanyaan 1 Sejak kapan program sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi dimulai? 2 Apa latar belakang Rumah Autis Bekasi melaksanakan program sekolah khusus?
3
Bagaimana proses pembentukan program sekolah khusus ?
4
Apa saja yang dilakukan oleh Rumah Autis Bekasi ketika persiapan awal program sekolah khusus?
5
Bagaimana mengidentifikasi dan menseleksi calon pengajar?
Jawaban Tahun 2006
Karena banyaknya anak usia sekolah yang datang ke rumah autis bekasi sehingga dengan program terapi yang hanya berdurasi 1jam tidak memadai untuk kebutuhan anak tersebut maka dibuatkanlah program yang memadai untuk mengakomodir kebutuhan tersebut Prosesnya diawali dengan mempersiapkan program sekolah, kedua mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan, ketiga mempersiapkan guru-guru yang akan mengajar, keempat menetapkan kontribusi atau harga yang akan ditawarkan ke orang tua dan yang terakhir itu membuat perjanjian atau akad dengan orang tua Ketika persiapan awal program sekolah khusus pertama kita membuat kurikulum sekolah sebagai panduan guru untuk mengajar, kedua kita melakukan observasi. Yaitu mengobservasi anak yang akan masuk untuk menentukan program yang akan diberikan Untuk pengajar awalnya calon pengajar diwawancara tentang kesiapannya mengajar anak berkebutuhan khusus, dan lalu mereka kami trial, mereka diminta terjun langsung berhadapan dengan anak berkebutuhan khusus selama 1 minggu. Nantinya bila mereka merasa tertantang akan dilanjutkan dan menandatangani surat perjanjian kerja tapi apabila tidak merasa tertantang maka akan keluar
No
6
7
8
9
10
11
12
Pertanyaan
Jawaban dari rumah autis
Apa saja kriteria yang harus Kriterianya minimal pendidikan dimiliki oleh calon pengajar? SMA, mencintai dunia anak, mau bekerja sosial, terus mau belajar itu yang paling penting, dan dapat bekerja dalam team. Udah itu saja Apa saja yang dilakukan oleh Mereka ya mengajar, pengajar pengajar ketika program sekolah mengajar berdasarkan program khusus berlangsung? individual anak yang telah dibuat Apa tanggapan anda terhadap Sangat baik sekali, guru-guru di kinerja pengajar pada saat ini ? rumah autis bekasi mau belajar mengenai anak berkebutuhan khusus Bagaimana mengidentifikasi dan Melalui Observasi tadi. Untuk menseleksi calon siswa atau orang tua yang mangajukan klien? beasiswa, maka mereka kami observasi dahulu, kita lihat keadaan rumahnya, pekerjaan orang tuanya apa, seperti itu. Agar tepat sasaran juga yaa, karena kalau Cuma data atau surat-surat gampang dipalsuinnya yaa, jadi kita lakuin observasi. Anaknya juga kami identifikasi dulu, ada teamnya nanti, guna mengetahui kondisi si anak, jadi anak ini nantinya akan ditempatkan ke program terapi atau program sekolah. Setelah diterima anak-anak ini kami uji coba dahulu selama 3bulan, kalau selama uji coba anak-anak ini dapat mengikuti maka mereka akan lanjut di Rumah Autis akan tetapi kalau si anak tidak dapat mengikuti, maka kami kembalikan kepada orang tua Apa saja kriteria yang harus Kriterianya jelas pertama anak dimiliki oleh calon siswa atau berkebutuhan khusus, dan belum klien? mendapatkan layanan Apa saja yang dilakukan oleh Anak-anak mengikuti kegiatan siswa atau klien ketika sekolah belajar mengajar yang diadakan di khusus berlangsung? sekolah khusus rumah autis Apa tanggapan anda terhadap Anak-anak yang ditangani di rumah klien sekolah khusus pada saat autis banyak kemajuan dan ini? perkembangan yaa, meskipun ada juga anak-anak yang perkembangannya tidak signifikan
No
13
14
15
16
17 18
Pertanyaan
Jawaban tapi tetap ada lah perubahannya
Bagaimana proses program Prosesnya itu, yaa biasa kami sekolah khusus ini berlangsung? membuka layanan sekolah dari hari senin sampai jumat dari jam 08.00 sampai jam 12.00 dan kemudian dilanjutkan ekskul dari jam 1 sampai jam 3 sore. Prosesnya sampai saat ini cukup baik yaa Apa saja kegiatan dalam program Kegiatannya banyak sekali yaa, ada sekolah khusus? bina diri, life skill, ketrampilan, outbond, terus kegiatan belajar diluar atau outdoor yaa setiap 1 bulan sekali, ada renang juga, bersepeda, pesantren kilat dan juga funcooking Apakah terdapat kendala dalam Kendala yang kami hadapi adalah proses sekolah khusus? dari prasarana sekolah yaa, prasarana sekolah yang terbatas karena sekolah kami ini bangunannya adalah ruko dan kami juga belum mempunyai sarana olahraga, padahal itu penting juga untuk kegiatan anak-anak Sampai kapan siswa atau klien Pertama sampai usia 18 tahun, atau mengikuti program sekolah sampai usia anak-anak, karena khusus? fokus kita untuk anak berkebutuhan khusus bukan untuk dewasa berkebutuhan khusus. Dan kedua jika orang tua ingin memasukkan anak ke sekolah inklusi, maka nanti kami akan membuatkan surat keterangan bahwa si anak telah atau pernah mendapatkan pelayanan di rumah autis Apakah terdapat evaluasi Ada program sekolah khusus? Jika ada evaluasi, komponen- Evaluasi belajar anak ada 2 yaitu komponen apa saja yang di praktek dan tulis. Praktek itu evaluasi? dilakukan dengan cara memberikan tes-tes mandiri seperti praktek sholat, cara mengancingkan baju, dll dalam bentuk praktek kegiatan sehari-hari. Tulis itu dilakukan dengan cara memberikan ujian kepada anak tentang bagaimana cara menebalkan huruf, apakah anak
No
Pertanyaan
19
Apakah Rumah Autis Bekasi tetap memberikan pelayanan terhadap siswa yang sudah lulus atau klien penerima layanan? Apa manfaat dilaksanakannya program sekolah khusus bagi anda?
20
21
Apa harapan dari Rumah Autis Bekasi terhadap program sekolah khusus?
22
Menurut anda, apakah tujuan pelaksanaan pelayanan program sekolah khusus tercapai?
Jawaban sudah bisa atau tidak. Kami tidak memberikan pelayanan jika anak sudah keluar dari rumah autis, kalau sudah keluar yasudah pelayanannya pun berakhir Manfaat bagi saya dengan program ini hidup saya menjadi sangat bernilai dan berharga tentunya karena bias membantu para orang tua yang memiliki anak spesial Harapan saya akan lebih banyak lagi anak-anak yang berkebutuhan khusus terutama dari kalangan keluarga ekonomi menengah kebawah yang dapat ditangani dan akan lebih banyak lagi dukungan dari pemerintah dan para dermawan Saya rasa ya tercapai, meskipun masih ada kekurangan dalam pelaksanaannya
Lampiran 5. Informan Pengajar Kelas Rumah Autis Bekasi TRANSKRIP WAWANCARA IMPLEMENTASI PROGRAM PELAYANAN BAGI ANAK AUTIS MELALUI SEKOLAH KHUSUS DI RUMAH AUTIS BEKASI Informan: Yasmir (Pengajar) A. Tempat dan Waktu Wawancara 1. Tempat Wawancara
: Ruang Tunggu Rumah Autis Bekasi
2. Hari, Tanggal Wawancara
: Kamis, 12 Desember 2013
3. Waktu Wawancara
: 14.00 WIB
B. Identitas 1. Nama
: Yasmir
2. Pekerjaan
: Koor. Bimbingan Latihan Keterampilan
3. Alamat
: Jalan Al-Hidayah No 2 Rt 02 Rw 02 Kel. Jati Bening . Kec Pondok Gede Bekasi
4. Status Perkawinan
: Nikah
5. Jumlah Anak
: 2 Anak
6. Jenjang Pendidikan
: SMA
C. Isi Wawancara No Pertanyaan 1 Apa motivasi anda sebagai pengajar di Rumah Autis Bekasi? 2 Apa saja materi yang anda berikan? 3 Seberapa pentingkah menurut anda pelajaran yang anda ajarkan untuk siswa Rumah Autis Bekasi?
4
Bagaimana pelaksanaan pengajaran selama ini?
5
Metode apa yang anda terapkan dalam proses belajar mengajar di sekolah khusus Rumah Autis Bekasi?
6
Apa harapan anda terhadap materi yang anda berikan untuk siswa atau klien Rumah Autis Bekasi? Apakah materi tersebut efektif digunakan terhadap siswa atau klien Rumah Autis Bekasi?
7
8
Apa kendala anda dalam pelaksanaan program sekolah khusus ini?
Jawaban Bekerja sambil beramal Pengubahan perilaku, kemandirian dan skill Sangat penting, karena materi yang saya ajarkan ini berfungsi untuk melatih motorik anak. Seperti yang kita ketahui bahwa anak-anak autis ini kan motoriknya sedikit terhambat. Selama ini saya mengajar selalu berdasarkan program individual anak yang telah dibuat sebelumnya, agar ketika pada tahap evaluasi kita dapat mengetahui apakah memang yang kita lakukan selama ini sesuai dengan program yang tersusun. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahi keberhasilan dari pelaksanaan pengajaran. Menggunakan metode V.A.K Visual Auditory Kinestethic. Belajar dengan cara melihat (Visual), belajar dengan cara mendengar (Auditory), belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh Anak mampu berperilaku wajar kemudian mandiri dan memiliki skill untuk kehidupannya saya Kalau untuk masalah efektif atau tidak sih belum sepenuhnya, karena namanya juga manusia tingkat kepuasannya itu gak pernah ada. Yang penting kita selalu berusaha memberikan pelayanan yang terbaik bagi anak. Kendalanya kalau dalam segi sarana dan prasarana masih kurang karena lahan yang terbatas. Kalau untuk pengajar terutama saya sih ada, karena kebanyakan pengajar di sini rata-rata lulusan SMA sederajat
No
9
10
Pertanyaan
Jawaban saja. Bukan dari lulusan yang memang fokus terhadap anak autis. Jadi keterampilan pengajar khususnya saya pribadi masih kurang. Apa saran anda terhadap program Ajarkan kepada mereka apa yang sekolah khusus? mereka mau, bukan memaksa mereka belajar seperti yang kita mau Apa harapan anda kedepan? Semoga semua lebih kompak lagi dan semoga anak-anak di sini perkembangannya semakin baik.
Lampiran 6. Informan Orangtua Siswa Rumah Autis Bekasi TRANSKRIP WAWANCARA IMPLEMENTASI PROGRAM PELAYANAN BAGI ANAK AUTIS MELALUI SEKOLAH KHUSUS DI RUMAH AUTIS BEKASI Informan: Titin Supriyatin (Pengajar) A. Tempat dan Waktu Wawancara 1. Tempat Wawancara
: Ruang Tunggu Rumah Autis Bekasi
2. Hari, Tanggal Wawancara
: Jumat, 13 Desember 2013
3. Waktu Wawancara
: 08.30 WIB
B. Identitas 1. Nama
: Titin Supriyatin
2. Pekerjaan
: Koordinator Sekolah Khusus
3. Alamat
: Jalan Al-Husna No 4 Rt 01 Rw 01 Bekasi
4. Status Perkawinan
: Nikah
5. Jumlah Anak
: 3 Anak
6. Jenjang Pendidikan
: PGTK
C. Isi Wawancara No Pertanyaan Jawaban 1 Apa motivasi anda sebagai Karena saya senang dengan anakpengajar di Rumah Autis Bekasi? anak dan karena jiwa ngerasa tertantang untuk mengajar anak berkebutuhan khusus 2 Apa saja materi yang anda Perilaku, kemandirian, sosialisasi berikan? 3 Seberapa pentingkah menurut Penting banget untuk kehidupan anda pelajaran yang anda ajarkan masa depan ABK. Agar mereka bisa untuk siswa Rumah Autis Bekasi? menjadi pribadi yang mandiri 4 Bagaimana pelaksanaan Selama ini sih pelaksanaannya pengajaran selama ini? sudah sesuai dengan apa yang telah dirancang sebelumnya. Karena kalau di sini itu kita sebelum pelaksanaan program kita rancang terdahulu programnya, rancangan program individual biasanya. Jadi di sini setiap anak treatment nya tidak selalu sama, tapi berbeda-beda. 5 Metode apa yang anda terapkan metode floortime, ketika mengajar dalam proses belajar mengajar di tugas saya adalah menimbulkan sekolah khusus Rumah Autis minat dan kreatifitas anak untuk Bekasi? berkembang 6 Apa harapan anda terhadap materi Saya sih berharap anak-anak di sini yang anda berikan untuk siswa jauh lebih maju perkembangannya, atau klien Rumah Autis Bekasi? semoga dengan mereka di sini setelah diberikan pelayanan mereka semua bias menjadi anak-anak yang mandiri. 7 Apakah materi tersebut efektif Selama ini sih saya merasa materi digunakan terhadap siswa atau dalam proses pelayanan sudah klien Rumah Autis Bekasi? cukup efektif. Karena sebelum kita berikan pelayanan kita identifikasi dahulu masing-masing anak agar pelayanan menjadi tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan anak itu sendiri. Dan masing-masing anak kebutuhannya berbeda-beda. Itu menurut saya ya. Tapi kalau permasalahan efektif atau tidak ya tidak bisa dari satu pihak saja itu juga harus ditanyakan kepada orangtua juga ya, apakah selama ini orangtua merasa puas dengan materi
No
8
9
10
Pertanyaan
Jawaban atau pelyanan yang sudah kami berikan. Apa kendala anda dalam Kurangnya sarana dan prasarana, pelaksanaan program sekolah karena lahannya ini sangat terbatas, khusus ini? bangunannya saja masih bangunan ruko. Kalau kita ada materi yang harus menggunakan tempat outdoor kita agak kesulitan, kita gak punya lapangan. Paling kita biasanya untuk outdoor pakai lapangan yang ada di komplek perumahan aja. Apa saran anda terhadap program Saran saya kedepannya nanti sekolah khusus? Rumah Autis Bekasi dapat memperbanyak pelajaran di alam dan menekankan ke kegiatan seharihari Apa harapan anda kedepan? Harapannya yaa bisa bikin anakanak ini jadi mandiri. Saya berharap anak-anak ini bisa melakukan kegiatannya sendiri dan mereka bisa berguna gitu
TRANSKRIP WAWANCARA IMPLEMENTASI PROGRAM PELAYANAN BAGI ANAK AUTIS MELALUI SEKOLAH KHUSUS DI RUMAH AUTIS BEKASI Informan: Ilyas Nawawi (Orangtua Siswa) A. Tempat dan Waktu Wawancara 1. Tempat Wawancara
: Ruang Tunggu Rumah Autis Bekasi
2. Hari, Tanggal Wawancara
: Rabu, 18 Desember 2013
3. Waktu Wawancara
: 09.30 WIB
B. Identitas 1. Nama
: Ilyas Nawawi
2. Pekerjaan
:-
3. Alamat
: Jalan Murni Rt 05 Rw 04 Perum Griya Agung Sentosa Blok D1 No 1 Bekasi
4. Status Perkawinan
: Nikah
5. Jumlah Anak
: 2 Anak
6. Jenjang Pendidikan
: SMA
C. Isi Wawancara No Pertanyaan Jawaban 1 Sudah berapa lama anak anda Sudah 3 tahun mas disini sekolah di Rumah Autis Bekasi? 2 Dari mana mengetahui rumah Saya tau dari internet mas fachry, autis bekasi? saya cari-cari sekolah untuk anak autis dari internet 3 Persyaratan apa saja yang Anda Jadi kan begitu saya dapat alamat berikan untuk masuk di rumah Rumah Autis dari internet dan saya autis bekasi? datang, ternyata kan untuk masuk ke sini ada persyaratannya ya, tidak semudah kita daftar di sekolah umum. Ternyata di sini ada daftra tunggu begitu ya, karena memang peminat di sini sangat banyak dan kapasitasnya terbatas, jadi mau gak mau kita harus menunggu untuk masuk ke sini. Alhamdulillahh saya gak terlalu lama menunggunya, termasuk rejeki saya ya, jadi gak sampe 2 minggu saya udah dihubungi. Abis itu saya datang untuk diwawancara mengenai keadaan anak saya trus Rumah Autis menjelaskan bahwa salah satu persyaratan sekolah di sini adalah biaya, diberi tahu segini2 biayanya ternyata biayanya itu mahal seperti sekolah khusus pada umumnya. Langsung pada saat itu juga saya langsung mengundurkan diri, karena saya merasa pendapatan saya tidak mencukupi untuk menyekolahkan anak saya di sini. Dan kemudian dari Rumah Autis e... Tapi ternyata Rumah Autis punya komitmen untuk menolong kita yang dengan kemampuan terbatas gitu, akhirnya kita dicoba untuk diajukan program beasiswa, begitu. Saya gak nunggu lama tapi harus memenuhi persyaratan lain salah satunya aja yang umumnya aja seperti keterangan tidak mampu,
No
Pertanyaan
4
Apakah saat itu Rumah Autis Bekasi melakukan observasi terhadap persyaratan yang anda berikan?
5
Kegiatan apa saja yang anda ketahui di rumah autis bekasi?
6
Bagaimana pendapat anda tentang pelaksanaan program sekolah khusus Rumah Autis Bekasi?
Jawaban foto copu kk dan ktp, semuanya saya penuhi. Ya Alhamdulillahh persyaratan saya masuk semua, anak saya bisa sekolah di sini. Ada, kita diminta foto juga. Rumah saya juga difoto, tapi itu tidak jadi masalah karena yang penting anak saya bisa sekolah, dan itu juga bukan rumah saya, ngontrak. Hahaha.. Jadi daya gak masalah ya Kalo kegiatan untuk anak-anak ya kegiatan program2 pendidikan yang ada untuk anak. Kalo kegiatan untuk orangtua juga ada dari Rumah Autis dan pemberi beasiswa. Jadi kalo anak saya itu kan data beasiswanya itu dari LG elektronik itu kan, nah itu setiap satu bulan sekali kita ada pengajian di Rumah Autis ini di minggu ke-2 atau ke-3 biasanya. Jadi, banyaklah kegiatan untuk anak maupun orangtua. Anak-anak juga kalo habis semester itu ada kegiatan outing. Sekalin di kelas ya ada kegiatan di luar juga. Kalo untuk kegiatan saat ini ya saya tidak merasa terbebani ya. Dalam arti misalnya kegiatan di luar gitu ya, kita tidak terlalu pusing masalah biaya. Karena Rumah Autis ini sangat mengerti kondisi kita, jadi meskipun memang sudah diberikan anggarannya sekian-sekian, tapi kita terima aja. Di sini ada kebijaksanaan, jadi meskipun ada biaya lebih cuma kita bisa apa namanya.. Nego gitu ya, hehe. Jadi gak mutlak anggaran segini, trus kita harus bayar segitu juga. Gak masalah si kalo untuk saya tentang kegiatan Rumah Autis. Rumah Autis juga selalu mengumpulkan orangtua yg ikut terapis maupun sekolah untuk diberikan pembekalan. Jadi di situ kita dapet penyuluhan tentang bagaimana penanganan anak-anak kita ini. Jadi
No
Pertanyaan
7
Manfaat apa yang anda dapatkan dari program sekolah khusus Rumah Autis Bekasi?
8
Seberapa besar pengaruh rumah autis terhadap pendidikan anak anda?
Jawaban gak sekedar di sini menitipkan anak tapi banyak kegiatan yang menunjang kita para oranngtua untuk tau tentang anak kita, silaturahni juga. Alhamdulillah Sudah bagus dia komunikasinya sekarang. Nggak kayak dulu sebelum masuk sekolah, jangankan komunikasi, untuk duduk diem beberapa menit aja susah. Asik sendiri dulu dia. Kalo saya orang yang tidak melihat kemampuan anak dengan standar seperti anak pada umumnya gitu. Artinya saya tidak ngoyo anak saya harus bisa seperti itu. Tapi saya lihat kemampuan anak saya itu sekarang dengan apa namanya kemampuan yang dia sudah dapatkan itu untuk saat ini sudah bangga sekali, sudah bersyukur. Yang penting anak saya bisa mandiri. Jadi saya gak pernah misalnya nuntut dia untuk sudah bisa baca dan tulis, yg penting dia mandiri aja. Orang sekarang dia aja masih belum bisa mengancingkan baju mas, karena motoriknya masih kurang gitu, dia pakai sendal jepit juga masih suka lepas, susah.. Soalnya motoriknya itu. Komunikasi dia sekarang sudah bagus, Sudah mengerti. Dia bisa bercerita, misalnya dia diajak ngobrol sama mas fachry, pasti dia nanti pulang ke rumah dia cerita. Dia suka cerita tentang kegiatan dia di sekolah. Dia suka cerita di sekolah ada ini, ada itu, siapa aja yg gak masuk sekolah, semua dia ceritain. Dia juga udah bisa cerita kalo misalnya dia sakit, badannya gak enak, dia cerita. Tapi Akademis masih kurang, dia untuk menghafalkan angka 1, 2, 3, s.d 10 dia bisa, tapi untuk selanjutnya belum bisa. Kalo uang
No
9
Pertanyaan
Jawaban dia ngerti fungsinya untuk apa, bisa beli ini itu. Tapi untuk berapa nominal uang itu dia belum ngerti. Dia bisa saya suruh ke warung, kalo saya suruh ke warung dia ngerti saya suruh beli ini itu, tapi kalo untuk minta kembaliannya berapaberapa dia gak ngerti. Untuk sosialisasi dia udah gak masalah ya mas. Apa harapan anda setelah Harapan saya untuk anak saya itu mengikuti program sekolah saya gak memakai standar anak khusus Rumah Autis Bekasi? pada umumnya, yang penting dia bisa mandiri, dia bisa melayani apa yang menjadi kebutuhannya sendiri. Kalo untuk ke depan juga saya gak terlalu terbebani dengan hal ini, saya biarkan itu berjalan dengan sendirinya, insya Allah akan ada jalan. Saya tidak mau terjebak dengan pemikiran kalo saya nanti sudah gak ada anak saya hidupnya sama siapa atau gimana, tidak ya.. Soalnya nanti yang ada saya akan takut terus, hidup dalam ketakutan. Kalo harapan saya untuk Rumah Autis, semoga ke depannya lebih baik lagi. Lebih baik dalam segala halnya. Dalam program pendidikannya, trus kapasitasnya lebih banyak, dan teman-teman yang sedang menunggu itu dapat tertampung semuanya, dan semoga banyak donatur yang bersimpati dengan Rumah Autis ini. Karena itu juga dengan banyaknya donatur yang bersedia membantu maka akan banyak juga anak-anak autis yang kurang mampu dapat beasiswa untuk mengenyam pendidikan di sekolah khusus yang mana biayanya itu sangat mahal.
TRANSKRIP WAWANCARA IMPLEMENTASI PROGRAM PELAYANAN BAGI ANAK AUTIS MELALUI SEKOLAH KHUSUS DI RUMAH AUTIS BEKASI Informan: Ati Herawati (Orangtua Siswa) A. Tempat dan Waktu Wawancara 1. Tempat Wawancara
: Ruang Tunggu Rumah Autis Bekasi
2. Hari, Tanggal Wawancara
: Rabu, 18 Desember 2013
3. Waktu Wawancara
: 10.30 WIB
B. Identitas 1. Nama
: Ati Herawati
2. Pekerjaan
: Warung
3. Alamat
: Jalan Al-Husna No 4 Rt 01 Rw 01 Bekasi
4. Status Perkawinan
: Nikah
5. Jumlah Anak
: 3 Anak
6. Jenjang Pendidikan
: SMA
C. Isi Wawancara No Pertanyaan Jawaban 1 Sudah berapa lama anak anda Dari hamzah umur 8 tahun, sekolah di Rumah Autis Bekasi? sekarang udah 14 tahun. Iya yang pertama kan di Jati Makmur terus pindah ke sini. Udah 6 tahun ya. 2 Dari mana mengetahui rumah Saya tau dari selembaran kertas, autis bekasi? brosur yang menyatakan bahwa ada rumah autis di Jati Makmur, tapi itu dapet info dari mahasiswi yang sedang skripsi, dia ngasih brosur dan mengatakan sama saya supaya saya bisa mengarahkan anak saya ke sini 3 Persyaratan apa saja yang berikan Persyaratan Waktu itu pertama untuk masuk di rumah autis komunikasi dulu antar orangtua ya, bekasi? trus udah komunikasi kita diberi satu apa ya.. E.. Pengarahan dari rumah autis. Bahwa kita harus sabar karna Rumah Autis banyak peminatnya sedangkan daya tampung sangat sedikit. Trus kita mengisi formulir, dan saya di sini salah satu penerima beasiswa untuk kalangan keluarga kurang mampu. Syaratnya isi formulir, ktp, kk, surat keterangan tidak mampu dari kelurahan, dan melampirkan gaji suami/pendapatan keluarga 4 Apakah saat itu Rumah Autis Iyaa pihak Rumah Autis Bekasi ke Bekasi melakukan observasi rumah, ambil gambar rumah, terhadap persyaratan yang anda keadaan rumah, diwawancara berikan? pekerjaannya apa seperti itu mas 5 Kegiatan apa saja yang anda Banyak ya, pertama program terapi, ketahui di rumah autis bekasi? trus klu udah slsai tahap terapi ada program sekolah. Program sekolahnya tuh bagus ya. Bagus pelajarannya, sangat melatih motorik anak. Jadi seluruh tubuh anak difungsikan. Kegiatannya juga banyak, semua kegiatan membuat anak melatih dirinya untuk bisa mandiri 6 Bagaimana pendapat anda tentang Pelaksanaannya sudah cukup baik, pelaksanaan program sekolah pengurus di sini juga sangat
No
Pertanyaan khusus Rumah Autis Bekasi?
7
Manfaat apa yang anda dapatkan dari program sekolah khusus Rumah Autis Bekasi?
8
Seberapa besar pengaruh rumah autis terhadap pendidikan anak anda?
9
Apa harapan anda setelah mengikuti program sekolah khusus Rumah Autis Bekasi?
Jawaban cekatan. Membuat anak dari yang tadinya gak bisa jadi bisa, dari yang awalnya gak tau jadi tau, cuma ya memang harus ada peningkatan kualitas lagi program sekolahnya. Kan semakin anak bertumbuh semakin banyak lagi kebutuhannya Manfaatnya banyak mas, dulu saya merawat hamzah bersama keluarga besar saya aja. Saya dibantu orangtua untuk mendatangkan guru privat ke rumah, bela2in juga saya jual-jual barang berharga, tapi ternyata malah gak ada perkembangannya, gitu-gitu aja. Mau sekolah inklusi yang kayak sekolah negeri punya, gak bisa. Mau sekolah di sekolah khusus penyandang autis, biayanya mahal banget. Eh alhamdulillahh deh ada program sekolah untuk dhuafa di Rumah Autis, membantu banget. Di sini anak saya jadi berkembang, punya banyak teman dan guru, gak kayak pas waktu saya privatin dia. Anak saya juga semakin cerdas, alhamdulillahh deh. Alhamdulillahh. Tadinya kan seperti kayak gini nih andre, dia kan masih suka nangis, gak bisa tenang, hyperaktif, kadang masuk ke kelas gak mau gitu. Trus mintanya di dorong-dorong kita ikut masuk gitu. Tapi sekarang udah gak. Semakin banyak orang-orang yang memahami tentang anak-anak autis/abk, tidak ada orang-orang yang suka mencaci anak-anak luar biasa seperti ini. Kalo untuk hamzah pribadi, semoga hamzah bisa lebih mandiri lagi, yaa seperti layaknya usianya dia sekarang. Kalo buat rumah autis sendiri, semoga rumah autis lebih baik lagi, daya tampung anak lebih banyak lagi khususnya buat kaum dhuafa. Soalnya ini
No
Pertanyaan
Jawaban menolong banget loh mas buat orangtua kurang mampu dari segi finansial yg punya anak autis, karena kan di sekolah khusus itu biayanya sangat mahal
Lampiran 7. Foto Kegiatan Rumah Autis Bekasi DOKUMENTASI Gambar 1
Siswa-siswi Rumah Autis Bekasi sedang mengikuti kegiatan funcooking \\ Gambar 2
Siswa-siswi Rumah Autis Bekasi sedang mengikuti kegiatan bersepeda
Gambar 3 .
Siswa Rumah Autis Bekasi kegiatan Market Day, mereka sedang menggoreng tempe untuk di jual Gambar 4
Siswa Rumah Autis Bekasi kegiatan eskul musik, dipimpin oleh salah satu siswa untuk main rebana
Gambar 5
Siswa Bimbingan Latihan Ketrampilan (BLK) Rumah Autis Bekasi sedang belajar desain animasi menggambar truk tentara
Gambar 6
Rumah Autis Bekasi tampil pada salah satu program acara Inbox dalam rangka HUT WALI Band 31 Oktober 2013