Jurnal At-Tajdid
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENINGKATAN KUALITAS PERKULIAHAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) DI PERGURUAN TINGGI Jiyanto* Abstract : In the middle of society which tend to primordialistis such as those we see in our country these days, character education program in college should contain efforts to assist students see the real fact critically and push them participate in developing the spirit of nationality which have inklusif pattern. Those programmas, of course, have to be supported by creating honesty/sincerity and real brotherhood in college invironment. Character development (character building) in college include the pillar of Three Dharma College, namely education which consist of curricular learning activity, co-curricular and extra curricular, research and society devotion, and also the development of culture set of higher education which is reflected in the daily activities in so many daily behavioral forms in class, laboratory, sport yard, studio, and in campus society or office, and in campus invironment/office. To face the heavier global challenging, it very needs the mental readiness and strong character of human resources. Therfore, the human resources character should be formed through the formal, non formal, and informal education process, and those three process should be in sinergis. One of effort in forming the students character in college is through the quality improvement of lecturing of civic education to the students, because the course of civic education is designed as the learning subject with aim to develop the individual potency in order to be the Indonesian people/citizen with the holly character, smart, partisipative, and be responsible man. Theoritically, the course of ci vic Education is designed as the learning subject which contain the cognitive, affective, and psychomotoric dimension with the konfluen * Dosen Tetap Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STIKIP) PGRI Pacitan 143
Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Peningkatan Kualitas ...
characteristic or penetrate each other and to be integrated in context of substantie of idea, value, concept and the moral of five principles (Pancasila), democratic citizenship, and nation defence. Consequently, character building for the stronger human resources is very needed to face the heavier global challenging. Keywords: character education, quality improvement of lecturing of civic education
PENDAHULUAN Melalui tulisan ini penulis bermaksud menyampaikan beberapa hal, yang kami pandang layak dipertimbangkan oleh pimpinan sebuah Per guruan Tinggi, yang saat sedang merancang sebuah program pendidik an karakter bagi para mahasiswa, di kampusnya. Menurut pendapat pe nulis, suatu program Pendidikan Karakter yang tidak didasarkan atas pemikiran-pemikiran yang tepat tidaklah akan banyak bermanfaat. Berawal dari sebuah uraian dengan penjelasan singkat tentang Pendidikan Karakter, kemudian kami lengkapi dengan beberapa gagasan tentang misi utama Perguruan Tinggi. Kami berharap bahwa dengan demikian kita mempunyai pemahaman yang kurang lebih sama tentang makna dari judul uraian ini, yakni Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Peningkatan Kualitas Perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Perguruan Tinggi. Dalam membangun karakter bangsa sangatlah dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, baik lingkungan kecil di dalam rumah, di dalam masyarakat, dan selanjutnya meluas di dalam berbagai kehidupan berbangsa dan bernegara bahkan di dalam kehidupan secara global. Kondisi bangsa Indonesia dipengaruhi oleh lingkungan strategis, baik yang bersifat nasional, regional maupun internasional. Sejak tahun 1997/1998 bangsa kita dilanda krisis multidimensi yang dampaknya sedang kita alami hingga saat ini dan tidak kunjung selesai. Berawal dari adanya krisis moneter, ekonomi, hukum, kepercayaan, kepemimpinan, dan yang sangat fatal adalah adanya krisis akhlak dan moral yang mempunyai dampak berkelanjutan sampai hari ini. Krisis yang semula merupakan krisis identitas menjadi lebih dalam karena menyangkut masalah 144
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
Jiyanto
hati nurani yang mencerminkan adanya krisis karakter, terlebih lagi adanya krisis krisis yang berkaitan dengan jati diri. Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasio nal bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pemben�tukan karakter, sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan san tun dan berinteraksi dengan masyarakat. Berdasarkan penelitian ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan. Seperti kita ketahui bersama bahwa bangsa Indonesia tidak pernah berhenti dalam menyelenggaarakan program pendidikan dalam keadaan bagaimanapun juga. Namun hingga saat ini keadaan bangsa kita masih mengalami kondisi yang tidak kondusif. Bahkan berkembangnya prilaku baru yang sebelum era global tidak banyak muncul, kini cenderung meluas, antara lain: (1) meningkatnya kekerasan di kalangan masyarakat; Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
145
Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Peningkatan Kualitas ...
(2) penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk, cenderung tidak menggunakan kata baku; (3) pengaruh peer-group (geng) yang kuat dalam tindak kekerasan; (4) meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol, dan seks bebas; (5) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk; (6) menurunnya etos kerja; (7) sema kin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru; (8) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara; (9) membudayanya ke tidakjujuran; dan (10) adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia, apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan pengembangan kurikulum dan implementasi pembelajaran dan penilaian di Perguruan Tinggi, seharusnya dapat dicapai dengan baik. Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh para mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahannya, pendidikan karakter di Perguruan Tinggi selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilainilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan upaya yang dilaksanakan oleh Kementerian Pendidikan sebagai upaya untuk meningkatkan pendidikan karakter, de ngan mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development), Olah
146
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
Jiyanto
Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Crea tivity development). Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut.
MASALAH PENDIDIKAN KARAKTER Kata karakter memang sulit didefinisikan, tetapi lebih mudah dipahami melalui uraian-uraian yang berisikan pengertian. Ada beberapa pendapat mengenai karakter : Karakter dapat diartikan sebagai kumpul an tata nilai yang mewujud dalam suatu sistem daya juang yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku. Menurut Sumarno Sudarsono, Karakter merupakan nilai-nilai yang terpatri dalam diri kita melalui pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan, dan pengaruh lingkungan, dipadukan dengan nilai-nilai dari dalam diri manusia menjadi semacam nilai isntrinsik yang mewujud dalam sistem daya juang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku kita.1 Karakter adalah keseluruhan kehidupan psikis seseorang hasil interaksi antara faktor-faktor endogen dan faktor eksogen atau pengalaman seluruh pengaruh lingkungan. Kata karakter sudah sering disebutkan dan dipahami arti harfiah nya oleh orang banyak, namun pada kenyataannya masih banyak di antara kita yang mengabaikannya. Karakter itu perlu dengan sengaja dibangun, dibentuk, ditempa, dikembangkan serta dimantapkan. Kita tahu bahwa dalam membangun karakter sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, baik lingkungan yang kecil di dalam rumah, di dalam masyarakat, dan selanjutnya meluas didalam kehidupan berbangsa dan bernegara bahkan di dalam kehidupan secara global. Karakter merupakan aktualisasi potensi dari dalam dan internalisasi nilai-nilai moral dari luar menjadi bagian kepribadiannya. Dari beberapa pengertian dapat kita pahami bahwa karakter harus diwujudkan melalui nilai-nilai oral yang dipatrikan untuk menjadi nilai instrinsik dalam diri kita dan mewujud dalam suatu system daya juang yang akan melandasi pemikiran sikap dan perilaku kita. Karakter tentu tidak da-
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
147
Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Peningkatan Kualitas ...
tang dengan sendirinya, melainkan harus kita bentuk, kita tumbuh kembangkan, dan kita bangun secara sadar dan sengaja. Pendidikan adalah proses internalisasi budaya ke dalam diri se seorang dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat jadi beradab. Pendidikan bukan merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih luas lagi yakni sebagai sarana pembudayaan dan penyaluran nilai (enkulturisasi dan sosialisasi). Anak harus menda patkan pendidikan yang menyentuh dimensi dasar kemanusiaan. Di mensi kemanusiaan itu mencakup sekurang-kurangnya tiga hal paling mendasar, yaitu: (1) afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian unggul, dan kompetensi estetis; (2) kognitif yang tercermin pada kapa sitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali dan mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi; dan (3) psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis, dan kompetensi kinestetis. Ki Hadjar Dewantara dari Taman Siswa di Yogyakarta bulan Okto ber 1949 pernah berkata bahwa “Hidup haruslah diarahkan pada kemajuan, keberadaban, budaya, dan persatuan”. Pada dasarnya baik secara individu dan kelompok, memiliki apa yang jadi penentu watak dan karakternya yaitu dasar dan ajar. Dasar dapat dilihat sebagai apa yang disebut modal biologis (genetik) atau hasil pengalaman yang sudah dimiliki (teori konstruktivisme), sedangkan ajar adalah kondisi yang sifatnya diperoleh dari rangkaian pendidikan atau perubahan yang direncanakan atau diprogram. Pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan bertum buhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita.2 Rumusan tentang landasan, fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut sangat jelas, bahwa melalui pendidikan hendak diwujudkan peserta didik yang secara utuh memiliki berbagai kecerdasan, baik kecerdasan spiritual, emo-
148
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
Jiyanto
sional, sosial, intelektual maupun kecerdasan kinestetika. Pendidikan nasional mempunyai misi mulia terhadap individu peserta didik. Pendidikan karakter bukanlah suatu hal yang baru dalam sistem pen didikan nasional kita karena tujuan pendidikan nasional dalam semua Undang-Undang yang pernah berlaku, yakni Undang-Undang Nomor, 4 tahun 1950 ; Undang-Undang Nomor, 12 tahun 1954; Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989, walaupun secara substantif rumusannya berbeda namun didalamnya semua Undang-Undang tersebut memuat tentang pendidikan karakter. Kemudian dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3, jelas sekali adanya komitmen tentang pendidikan karakter yang antara lain dise butkan: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Jika dicermati semua elemen dari tujuan tersebut terkait erat dengan karakter. Karakter bangsa Indonesia akan muncul pada saat seluruh kom ponen bangsa menyatakan perlunya memiliki perilaku kolektif kebang saan yang unik dan baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa serta bernegara dari hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang bangsa Indonesia. Karakter bangsa Indonesia akan menentukan perilaku kolektif kebangsaan Indonesia yang unik dan baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, dan karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap NKRI. Proses pembentukan karakter bangsa dimulai dari penetapan karakter pribadi yang sama-sama diharapkan sama berakumulasi menjadi karakter masyarakat dan pada akhirnya menjadi karakter bangsa. Untuk kemajuan negara Republik Indonesia diperlukan Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
149
Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Peningkatan Kualitas ...
karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, berbudi luhur, toleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi iptek yang semuanya dijiwai iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Tampak bahwa ka rakter bangsa Indonesia adalah karakter yang berlandaskan Pancasila yang memuat elemen kepribadian yang sama-sama diharapkan sama sebagai jadi diri bangsa. Adapun karakter bangsa Indonesia yang dijiwai kelima sila Panca sila secara utuh dan komprehensif menurut Budimansyah dalam desain induk pembangunan karakter bangsa 2010-2025 dapat dijelaskan sebagai berikut:3 1.
Bangsa yang Berke-Tuhan-an Yang Maha Esa Berke-Tuhan-an Yang Maha Esa adalah bentuk kesadaran dan perilaku iman dan takwa serta akhlak mulia sebagai karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter Berke-Tuhan-an Yang Maha Esa tercermin antara lain dalam sikap saling menghormati, saling menghargai, dan saling bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut kepercayaan; saling menghormati kebebasan menjalan kan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya itu; tidak memaksakan agama dan kepercayaanya itu kepada orang lain.
2.
Bangsa yang Menjunjung Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Sikap dan perilaku menjunjung tinggi kemanusiaan yang adil dan beradab diwujudkan dalam perilaku saling menghormati antarwarga negara sebagai karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter kemanusiaan seseorang tercermin antara lain dalam peng akuan atas persamaan derajat, hak, dan kewajiban; saling mencintai; tenggang rasa; tidak semena-mena terhadap orang lain; gemar melakukan kegiatan kemanusiaan; menjunjung tinggi nilai kemanusiaan; berani membela kebenaran dan keadilan; merasakan dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia; serta mengem-
150
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
Jiyanto
bangkan sikap saling menghormati dan saling menghargai antar sesama manusia. 3.
Bangsa yang Mengedepankan Persatuan dan Kesatuan Bangsa Komitmen dan sikap yang selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan Indonesia di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan merupakan karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Ka rakter kebangsaan seseorang tercermin dalam sikap menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa di atas kepentingan pribadi atau golongan; rela berkorban untuk kepen tingan bangsa dan negara; bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta menjunjung tinggi bahasa Indonesia; memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
4.
Bangsa yang Demokratis dan Menjunjung Tinggi Hukum dan Hak Asasi Manusia. Sikap dan perilaku demokratis yang dilandasi nilai dan sema ngat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan merupakan karakteristik pribadi warga negara Indonesia. Karakter kerakyatan seseorang tercermin dalam perilaku yang mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara; tidak memaksakan kehendak kepada orang lain; mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama; beritikad baik dan bertanggung jawab dalam melaksanakan keputusan bersama; menggunakan akal sehat dan nurani luhur dalam melakukan musyawarah; berani meng ambil keputusan yang secara moral dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta nilai-nilai kebenaran dan nilainilai keadilan.
5.
Bangsa yang Mengedepankan Keadilan dan Kesejahteraan Komitmen dan sikap untuk mewujudkan keadilan dan kese jahteraan merupakan karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter keadilan sosial seseorang tercermin antara lain dalam
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
151
Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Peningkatan Kualitas ...
perbuatan yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan; sikap adil; menjaga keharmonisan antara hak dan kewajiban; hormat terhadap hakhak orang lain; suka menolong orang lain; menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain; tidak boros; tidak bergaya hidup mewah; suka bekerja keras; menghargai karya orang lain.
Misi Utama Perguruan Tinggi Dalam UU Sisdiknas, Perguruan Tinggi adalah sebuah lembaga yang mempunyai misi utama untuk mendidik para mahasiswa, mengadakan penelitian ilmiah, dan melaksanakan pengabdian bagi masyarakat.4 Pendidikan bagi para mahasiswa itu terutama dilakukan oleh para do sen, yakni melalui pengajaran dan praktikum. Sementara itu penelitian ilmiah dan pengabdian bagi masyarakat dilaksanakan oleh para dosen dan para mahasiswa senior. Misi utama Perguruan Tinggi itu dapat dirumuskan secara lebih mendalam. Misalnya : sebuah Perguruan Tinggi adalah sebuah komunitas akademis, yang terpanggil untuk secara cermat dan kritis melindungi dan meningkatkan martabat manusia dan warisan budaya, melalui pendidikan, penelitian, dan pelayanan. Dengan perkataan lain, Perguruan Tinggi dipanggil atau diutus untuk melindungi dan meningkatkan martabat manusia, terutama melalui kegiatan-kegiatan akademis. Tri Dharma perguruan Tinggi itu bukanlah tiga misi yang terpisahpisah, melainkan tiga aspek dari satu misi saja, yakni misi kemanusiaan. Dengan mendidik para mahasiswa sebaik mungkin, misalnya, para do sen sebenarnya melaksanakan sebuah pengabdian yang sangat penting dan berguna bagi masyarakat, yang pasti tidak mampu memberikan pendidikan tinggi bagi anak-anak mereka dirumah-rumah mereka sendiri. Melalui penelitian, para dosen dan para mahasiswa senior sebenarnya juga meningkatkan mutu ilmiah dari pengajaran dan studi mereka, sekaligus melaksanakan pengabdian bagi masyarakat, yang membutuhkan sumbangan-sumbangan kreatif dari Perguruan Tinggi demi kemajuan hidup mereka. Dan akhirnya melalui program-program yang langsung
152
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
Jiyanto
dimaksud sebagai pengabdian bagi masyarakat. Mutu dari program pendidikan dan program penelitan juga meningkat, sebab program-program itu tidak didasarkan pada wishful and textbook thinking, melainkan pada real needs dari masyarakat Dalam rangka mengemban misi itu, pimpinan perguruan tinggi tentu saja haruslah mencari, menemukan, dan menerapkan strategi dan kebijakan dasar yang tepat. Maka, misalnya, program pendidikan moral di Perguruan Tinggi sebaiknya dirancang berdasarkan hasil suatu analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, opportunities, and Threats) yang obyektif serta dilaksanakan pada jadwal, personalia, anggaran, dan sistem evaluasi yang berdaya guna dan berhasil guna. Di tengah masyarakat yang korup dan cenderung primordialistis seperti yang kita saksikan di negeri kita dewasa ini, misalnya, program pendidikan moral di Perguruan Tinggi haruslah memuat usaha untuk membantu para mahasiswa melihat kenyatan tersebut secara kritis dan mendorong mereka ikut serta dalam usaha seluruh masyarakat dalam memberantas korupsi dan mengembangkan semangat kebangsaan yang bercorak inklusif. Program itu, tentu saja, harus didukung dengan menciptakan kejujuran dan persaudaraan sejati di lingkungan Perguruan Tinggi sendiri. Sementara itu, mengingat kenyataan bahwa masyarakat internasional cenderung semakin materialistis dan semakin kompetitif, program pendidikan karakter di Perguruan Tinggi haruslah memuat usaha untuk mendorong para mahasiswa untuk bersikap waspada terhadap arus global tersebut dan menghargai nilai-nilai spiritual dan semangat kesetiakawanan, terutama terhadap mereka yang malang dan tersingkir, program itu tentu saja harus didukung dengan menciptakan suasana pergaulan yang diwarnai sikap-sikap non materialistis dan solider di lingkungan perguruan tinggi sendiri.
PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010, Pasal 82 ayat 2a dinyatakan bahwa pendidikan tinggi antara lain bertujuan "...
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
153
Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Peningkatan Kualitas ...
menghasilkan insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur, sehat, berilmu dan cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri dan berjiwa wirausaha, serta toleran, peka sosial dan lingkungan, demokratis dan bertanggung jawab”. Dengan demikian Pendidikan Tinggi sebagai satuan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi sepenuhnya terikat dan harus merujuk pada fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang secara substantif mengandung visi dan misi pendidikan karakter. Oleh karena itu secara imperatif Perguruan Tinggi merupakan salah satu situs pendidikan karakter yang mengejawantahkan pembangunan karakter bangsa. Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada mahasiswa yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di Perguruan Tinggi semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponenkomponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan materi kuliah, pengelolaan lembaga, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja dari semua civitas akademika. Pengembangan Karakter di Perguruan Tinggi mencakup pilar Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni Pendidikan yang mencakup kegiat an pembelajaran secara kurikuler, ko-kurikuler dan ekstra kurikuler, penelitian dan pengembangan kepada masyarakat, serta pengembangan budaya satuan pendidikan tinggi yang tercermin dalam kegiatan keseharian dalam berbagai bentuk perilaku keseharian di kelas, laboratorium, lapangan olah raga, studio, dan dalam masyarakat kampus atau kantor, dan lingkungan kampus/kantor. Dalam kegiatan pendidikan di kelas pengembangan karakter dilaksanakan dengan menerapkan pendekatan dengan terintegrasi da-
154
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
Jiyanto
lam semua mata kuliah (embeded Aproach). Khusus untuk mata kuliah Pendidikan Pancasila, sesuai dengan misi kurikulumnya mengembangkan nilai dan sikap maka pengembangan pendidikan karakter terus menjadi fokus utama yang dapat menggunakan berbagai strategi/metode pendidikan nilai. (value/character education). Khusus untuk mata kuliah tersebut nilai/karakter harus dikembangkan sebagai dampak pembelajaran dan juga dampak pengiring. Sementara itu untuk mata kuliah lainnya, yang secara formal memiliki misi akademik utama selain pengembangan nilai/karakter, wajib dikembangkan berbagai kegiat an yang diyakini memiliki dampak pengiring (nurturant effects) bagi berkembangnya nilai/karakter dalam diri mahasiswa. Dalam lingkungan satuan pendidikan tinggi, suasana kehidupan kampus (riil untuk Perguruan Tinggi tatap muka dan/atau virtual/sistemik untuk PTJJ) seyogyanya dikondisikan agar lingkungan fisik dan alam akademik, sosial kultural dan lingkungan komunitas elektronik pada satuan pendidikan memungkinkan para mahasiswa bersama dengan civitas akademika dan tenaga kependidikannya terbiasa membangun kegiatan keseharian di satuan pendidikannya yang memang mencerminkan perwujudan nilai/karakter. Dalam kegiatan kokurikuler, yakni kegiatan belajar di luar kelas atau di luar website yang terkait langsung pada suatu materi dari suatu mata pelajaran seperti di studio, labora torium dan sejenisnya, atau kegiatan ekstra kurikuler, Upaya untuk mengimplementasikan pendidikan karakter adalah melalui pendekatan holistik, yaitu mengintegrasikan perkembangan karakter ke dalam setiap aspek kehidupan kampus. Berikut ini ciri-ciri pendekatan holistik menurut Freeddy Elkind dkk :5 1. Segala sesuatu di Perguruan Tinggi diatur berdasarkan perkem bangan hubungan antara Mahasiswa, Dosen dan masyarakat. 2. Perguruan Tinggi merupakan masyarakat ilmiah yang peduli di mana ada ikatan yang jelas yang menghubungkan mahasiswa, dosen, dan Lembaga. 3. Pembelajaran emosional dan sosial setara dengan pembelajaran akademik. Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
155
Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Peningkatan Kualitas ...
4.
Kerja sama dan kolaborasi di antara mahasiswa menjadi hal yang lebih utama dibandingkan persaingan. 5. Nilai-nilai seperti keadilan, rasa hormat, dan kejujuran menjadi bagian pembelajaran sehari-hari baik di dalam maupun di luar kampus. 6. Mahasiswa diberikan banyak kesempatan untuk mempraktekkan prilaku moralnya melalui kegiatan-kegiatan seperti pembelajaran memberikan pelayanan. 7. Disiplin menjadi fokus dalam memecahkan masalah dibandingkan hadiah dan hukuman. Model pembelajaran yang berpusat pada dosen harus ditinggalkan dan beralih kekelas demokrasi di mana dosen dan mahasiswa berkumpul untuk membangun kesatuan, norma, dan memecahkan masalah. Sementara itu peran lembaga pendidikan dalam mengimplementasikan pendidikan karakter mencakup (1) mengajak para mahasiswa bersama-sama mengidentifikasi dan mendefinisikan unsur-unsur karakter yang mereka ingin tekankan, (2) memberikan pelatihan bagi dosen tentang bagaimana mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam kehidupan dan budaya kampus, (3) menjalin kerja sama dengan masyarakat agar mahasiswa dapat mendengar bahwa prilaku karakter itu penting untuk keberhasilan di lembaga dan di kehidupannya, dan (4) memberikan kesempatan kepada dosen, orangtua dan masyarakat untuk menjadi model prilaku sosial dan moral. Mengacu pada konsep pendekatan holistik dan dilanjutkan dengan upaya yang dilakukan lembaga pendidikan, kita perlu meyakini bahwa proses pendidikan karakter tersebut harus dilakukan secara berkelan jutan (continually) sehingga nilai-nilai moral yang telah tertanam dalam pribadi seorang mahasiswa tidak hanya sampai pada tingkatan pendidikan tertentu atau hanya muncul di lingkungan keluarga atau masyarakat saja. Selain itu praktik-praktik moral yang dibawa maha-
156
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
Jiyanto
siswa tidak terkesan bersifat formalitas, namun benar-benar tertanam dalam diri mahasiswa.
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI MELALUI PENINGKATAN KUALITAS PERKULIAHAN PENDIDIKAN KE WARGANEGARAAN. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) merupakan salah satu bidang kajian yang mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui koridor “value-based education”. Konfigurasi atau kerangka sistemik Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dibangun atas dasar paradigma sebagai berikut. Pertama, PKn secara kurikuler dirancang sebagai subjek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga negara Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab. Kedua, PKn secara teoretik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang bersifat konfluen atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks substansi ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara. Ketiga, PKn secara programatik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (content embedding values) dan pengalaman belajar (learning experiences) dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntunan hidup bagi warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sebagai penjabaran lebih lanjut dari ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela Negara.6 Jika memperhatikan uraian tersebut, maka tampak bahwa PKn merupakan program pendidikan yang sangat penting untuk upaya pembangunan karakter bangsa.
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
157
Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Peningkatan Kualitas ...
Sebagai suatu program pendidikan yang amat strategis bagi upaya pendidikan karakter, PKn perlu memperkuat posisinya menjadi “subjek pembelajaran yang kuat” (powerful learning area) yang secara kurikuler ditandai oleh pengalaman belajar secara kontekstual dengan ciri-ciri: bermakna (meaningful), terintegrasi (integrated), berbasis nilai (value based), menantang (challenging), dan mengaktifkan (activating). Melalui pengalaman belajar semacam itulah para mahasiswa difasilitasi untuk dapat membangun pengetahuan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang demokratis dalam koridor psiko-pedagogis-konstruktif. Menurut Dasim Budimansyah,7 salah satu model adaptif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PKn sebagai wahana pendidikan karakter adalah melalui Project Citizen. Dengan demikian, tujuan penggunaan model Project Citizen dalam pembelajaran PKn di Perguruan Tinggi adalah sebagai berikut: 1.
Pembelajaran menjadi Lebih Bermakna.
Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di perguruan tinggi sering kali dianggap enteng atau mudah oleh para mahasiswa bukan karena secara substansial tidak penting, melainkan perkuliahan ha nya dilakukan untuk menghafal sejumlah fakta, data, konsep, dan paling untung menghafal teori. Celakanya fakta, data, konsep, dan teori yang telah mereka pelajari itu amat berbeda dengan realitas kehidupan seharihari. Oleh karena itu, apa-apa yang telah mereka pelajari itu dirasakan tidak bermakna. Dengan mengubah strategi belajar menjadi berbasis masalah (problem based-learning), maka para mahasiswa pada hakikatnya belajar ber-PKn untuk meningkatkan civic literacy, yakni kemampuan memecahkan masalah-masalah kewarganegaraan. 2.
Pembelajaran menjadi Lebih Terintegrasi.
Persoalan kewarganegaraan itu amat kompleks dan berdimensi jamak. Jika tidak ditangani secara komprehensif maka persoalan akan semakin rumit dan sulit dipahami. Dengan menggunakan multisumber, model pembelajaran Project Citizen dapat melatih para mahasiswa untuk menggunakan pendekatan yang terintegrasi dalam setiap langkah
158
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
Jiyanto
dalam memecahkan masalah. Dengan demikian, para mahasiswa akan dibiasakan untuk bekerja dengan pendekatan multi skala dan berpikir yang sangat komprehensif. 3.
PKn di Perguruan Tinggi menjadi Lebih Berbasis Nilai.
Sesuai dengan karakteristik PKn yang menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (content embedding values) dan pengalaman belajar (learning experiences) dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, maka pembelajaran tidak selayaknya mengutamakan pada penguasaan pengetahuan (knowledge based) melainkan pada pembinaan karakter atau watak yang diperlukan untuk mendukung kehidupan demokrasi konstitusional. 4.
Mata Kuliah PKn di Perguruan Tinggi menjadi Lebih Menantang.
Mata kuliah PKn di Perguruan Tinggi menjadi lebih menantang karena mahasiswa tidak lagi diposisikan sebagai botol kosong yang harus diisi ilmu pengetahuan, melainkan sebagai insan potensial yang dibina untuk mengoleksi pengalaman belajar (learning experience) sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya, maka mata kuliah ini akan lebih menantang bagi para mahasiswa untuk menempa dirinya menjadi seorang warga negara dewasa yang berkarakter baik. 5.
Model Pembelajaran PKn Berbasis Project Citizen Menggunakan Pendekatan Belajar Aktif.
Semenjak langkah awal sampai langkah akhir pembelajaran para mahasiswa terlibat aktif baik fisik maupun mentalnya. Hal ini sekali lagi ingin mengubah kekeliruan “kaprah” umum yang menyatakan bahwa perkuliahan itu hanya datang, duduk, dengar, dan catat. Para mahasiswa perlu disiapkan menjadi generasi yang berkarakter cerdas, yakni cerdas secara komprehensif: intelektual, spiritual, emosional, sosial, dan cerdas secara kinestetik. Disamping itu menurut Azumardi Azra,8 penanaman nilai karakter di perguran tinggi juga dapat dilaksanakan :
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
159
Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Peningkatan Kualitas ...
1.
2.
3.
4.
5.
Seorang pengajar perlu terlibat dalam proses pembelajaran, diskusi, dan mengambil inisiatif sebagai upaya membangun pendidikan karakter; Seorang pengajar bertanggungjawab untuk menjadi model yang memiliki nilai-nilai moral dan memanfaatkan kesempatan untuk mempengaruhi mahasiswanya. Artinya pendidik di lingkungan Per guruan Tinggi hendaklah mampu menjadi “uswah hasanah” yang hidup bagi setiap peserta didik. Mereka juga harus terbuka dan siap untuk mendiskusikan dengan peserta didik tentang berbagai nilainilai yang baik tersebut; Seorang pengajar perlu memberikan pemahaman bahwa karakter itu tumbuh melalui kerja sama dan berpartisipasi dalam mengambil keputusan; Seorang pengajar perlu melakukan refleksi atas masalah moral berupa pertanyaan-pertanyaan rutin untuk memastikan bahwa mahasiswa yang bersangkutan mengalami perkembangan karakter. Seorang pengajar perlu menjelaskan atau mengklarifikasikan ke pada mahasiswa secara terus menerus tentang berbagai nilai yang baik dan yang buruk.
Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia, apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan pengembangan kurikulum dan implementasi pembelajaran dan penilaian di Perguruan Tinggi, seharusnya dapat dicapai dengan baik. Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh para mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahannya, pendidikan karakter di Perguruan Tinggi selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilainilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan upaya yang dilaksanakan oleh Kementerian Pendidikan Republik Indonesia adalah : Sebagai upaya untuk meningkatkan pendidikan karakter, dengan mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. 160
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
Jiyanto
Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembang an, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidik an. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokkan dalam: Olah Hati (spiritual and emotional development), Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development). Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut.
PENUTUP Sebagai penutup, saya simpulkan bahwa pembentukan karakter SDM yang kuat sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan global yang lebih berat. Karakter SDM dibentuk melalui proses pendidikan formal, non formal, dan informal yang ketiganya harus bersinergis. Untuk menyinergiskan, peran pendidik dalam pendidikan karakter menjadi sangat vital sehingga anak didik atau SDM Indonesia menjadi manusia yang religius, moderat, cerdas, dan mandiri sesuai dengan cita-cita dan tujuan pendidikan nasional serta watak bangsa Indonesia. Berbagai penelitian empirik menunjukkan bahwa faktor guru/do sen memainkan peran yang sangat besar dalam pembentukan karakter kepada murid/mahasiswanya. Diperoleh data bahwa ada kecenderung an makin tinggi level lembaga pendidikan formal makin rendah peran dan kontribusi guru/pendidik dalam penanaman pendidikan karakter9 diantaranya adalah : PAUD/TK sampai >90%, SD/MI sekitar 80-90%, SMP/MTS sekitar 70-80%, SMA/MA/SMK sekitar 60-70%, Mahasiswa S1 sekitar 40-50%, S2 sekitar 20-30%, dan S3 sekitar 10%, atau mungkin bisa kurang. [ ]
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
161
Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Peningkatan Kualitas ...
ENDNOTES 1
2 3
4 5
6
7
8
9
Soemarno Soedarsono, Membangun Kembali Jati Diri Bangsa, ( Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2008), hlm. 16 Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta, 2010, hlm. 1 Dasim Budimansyah, Pendidikan Nilai-Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan, (Bandung: Laboratorium PKn UPI, 2006), hlm. 40. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 Freeddy Elkind, David H. dan Sweet, How to Do Character Education, artikel yang diterbitkan p ada bulan September/Oktober 2004, hlm. 65. Winataputra, “Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Demokrasi” disertasi (Bandung: Program Pascasarjana UPI., 2001), hlm. 73. Dasim Budimansyah dkk, Model Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi (Bandung: Laboratorium PKn UPI, 2010), hlm. 18. Azyumardi Azra, Agama, Budaya, dan Pendidikan Karakter Bangsa ( Jakarta: 2006), hlm. 21. Suyatno, Peran Pendidikan Sebagai Modal Utama Membangun Karakter Bangsa: (Makalah Seminar, 2010) hlm. 23
DAFTAR PUSTAKA Azra, Azyumardi. Agama, Budaya, dan Pendidikan Karakter Bangsa, Ja karta.2006 Budimansyah, Dasim. Pendidikan Nilai-Moral dalam Dimensi Pendidik an Kewarganegaraan, Bandung: Laboratorium PKn UPI. 2006 _____________ dkk. Model Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi : Bandung: Laboratorium PKn UPI.2010 Elkind, David H. dan Sweet, Freddy, How to Do Character Education, Artikel yang diterbitkan pada bulan September/Oktober.2004 Soedarsono, Soemarno. Membangun Kembali Jati Diri Bangsa, Jakarta: PT Elex M edia Komputindo.2008 Suyatno. Peran Pendidikan Sebagai Modal Utama Membangun Karakter Bangsa: M akalah Seminar.2010 Winataputra. “Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Demokrasi”, Disertasi, Bandung: Program Pascasar jana UPI. 2001 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional.2003 162
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012