HUBUNGAN PERILAKU MURID SD KELAS V DAN VI PADA KESEHATAN GIGI DAN MULUT TERHADAP STATUS KARIES GIGI DI WILAYAH KECAMATAN DELITUA KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2009
TESIS
Oleh LINDA WARNI 077030021 / IKM
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
HUBUNGAN PERILAKU MURID SD KELAS V DAN VI PADA KESEHATAN GIGI DAN MULUT TERHADAP STATUS KARIES GIGI DI WILAYAH KECAMATAN DELITUA KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2009
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh LINDA WARNI 077030021 / IKM
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Judul Tesis
:
Nama Mahasiswa Nomor Induk Mahasiswa Program Studi Minat Studi
: : : :
HUBUNGAN PERILAKU MURID KELAS V DAN VI PADA KESEHATAN GIGI DAN MULUT TERHADAP STATUS KARIES GIGI DI WILAYAH KECAMATAN DELITUA KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2009 LINDA WARNI 077030021 Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Menyetujui Komisi Pembimbing :
(Prof. Dr. drg. Monang Panjaitan, MS) Ketua
(Drs. Eddy Syahrial, MKes) Anggota
Ketua Program Studi, Tanggal Lulus : 10 September 2009 Dekan, (Dr. Drs. Surya Utama, MS) (dr. Ria Masniari Lubis, MSi)
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Telah diuji Pada tanggal :
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua
:
Prof. drg. Monang Panjaitan, MS
Anggota
:
1. Drs. Eddy Syahrial, MKes 2. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM 3. drg. Iis Faizah Hanum, Mkes
PERNYATAAN HUBUNGAN PERILAKU MURID SD KELAS V DAN VI PADA KESEHATAN GIGI DAN MULUT TERHADAP STATUS KARIES GIGI DI WILAYAH KECAMATAN DELITUA KABUPATEN DELI SERDANG 2009
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk rnemperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, September 2009
Linda Warni
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
ABSTRAK Karies gigi memiliki etiologi yang multi faktor dimana terjadi interaksi dari tiga faktor utama yang ada di dalam mulut, yaitu Host (gigi dan saliva), Mikroorganisme (plak) dan Substrat (diet karbohidrat), dan faktor ke empat : waktu (Reich. E, Lusi. A dan Newbrun. E, 1999). Selain faktor yang ada di dalam mulut yang langsung berhubungan dengan karies, terdapat faktor-faktor yang tidak langsung disebut faktor resiko luar yang merupakan faktor predisiposisi dan faktor penghambat terjadinya karies. Faktor luar antara lain adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, lingkungan dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi. Penelitian ini merupakan survei dengan menggunakan desain potong lintang (cross-sectional). Populasi penelitian ini adalah seluruh murid SD kelas V dan VI di kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang yang berjumlah sebanyak 2.238 murid dari 14 sekolah. Sampel didapat dari rumus Taro Yamane berjumlah 96 orang. Metode pengambilan data secara primer yaitu dengan menggunakan kuesioner dengan langsung menanyakan kepada responden. Hasil penelitian, Status karies gigi murid SD kelas V dan VI Kecamatan Delitua Kabupaten Deliserdang tahun 2008 sudah cukup baik. Dari analisis bivariat dan multivariat didapat faktor Pengetahuan, sikap, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua tidak ada hubungan yang bermakna dengan status karies gigi, hanya variabel tindakan yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan status karies gigi. Mengingat pentingnya peranan kegiatan Usaha Kegiatan Gigi Sekolah (UKGS) dalam upaya pembentukan perilaku kesehatan gigi murid SD, perlu kebijakan untuk lebih meningkatkan dan mengembangkan kegiatan UKGS di sekolah-sekolah dasar (khususnya pelayanan preventif dan promotif). Memfasilitasi kebutuhan dalam kegiatan UKGS antara lain pelatihan bagi tenaga-tenaga pelaksana UKGS di lapangan dan penyediaan alat bantu peraga yang diperlukan dalam kegiatan promotif.
Kata Kunci : Perilaku, Status Karies Gigi
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
ABSTRACT Dental carries have a multifactor etiology in which three main factors found in the oral cavity such as host (teeth and saliva), microorganism (plaque) and substrate (carbohydrate diet) and time (the fourth factor) interact (Reich. E, Lusi. A, and Newbrun. F, 1999). Beside the factors in the oral cavity which are directly in contact with carries, there are indirect factors called external risk factors such as the predisposition actor and the factor that inhibits the incident of carries. The external factors are, among other things, sex, education level, economic status, environment, and behavior related to dental health. The population of this survey study with cross-sectional design was all of the 2.238 grade V and grade VI elementary school students of 14 Elementary Schools in Deli Tua Subdistrict, Deli Serdang District and 96 students were selected to be the samples for this study through the formula developed by Taro Yamane. The primary data for this study were obtained through questionnaire-based interview. The result of this study shows that the status of dental carries of the grade V and grade VI elementary school students in Deli Tua Sub-district, Deli Serdang District in 2008 was good enough. The result of bivariate and multivariate analysis shows that there was no significant relationship between the factors of education, attitude, parents’ education, and parents’ occupation and the status of dental carries. Only the factor of action which has a significant relationship with the status of dental carries. Considering the importance of the role of School Dental Health Initiative (UKGS) activity in the forming of dental health behavior of elementary school students, a policy to increase and develop the activity of UKGS at the elementary schools (especially preventive and promotive services) is needed. The need for UKGS activities can be facilitated through the provision of training for the UKGS field implementers and the provision of visual aids needed in the promotive activities. Key words : Behavior, Dental Carries Status
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini, yang merupakan salah satu kewajiban yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Tesis ini berjudul “Hubungan Perilaku Murid SD Kelas V dan VI pada Kesehatan Gigi dan Mulut terhadap Status Karies Gigi di Wilayah Kecamatan Deli Tua Kab. Deli Serdang 2009”. Sesungguhnya tesis ini tidak akan terwujud tanpa izin dan Tuhan Yang Maha Kuasa, serta bantuan dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam mengatasi segala kendala dan menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada Ayahanda tersayang H.M.Ali,Ibunda tercinta Hj.Marniati dan seluruh keluarga atas bantuan moral dan materi yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini. Selanjutnya ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : 1. Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H., Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
2.
dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
3. Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. 4. Prof. Dr. drg. Monang Panjaitan, MS, selaku pembimbing satu dan Drs. Eddy Syahrial, M.Kes, selaku pembimbing dua yang telah banyak meluangkan waktu dan kesempatan dalam
membimbing
dan
memberikan
masukan demi
kesempurnaan tesis ini. 5. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM dan drg. Iis Faizah Hanum, MKes, selaku penguji satu dan dua yang telah memberikan banyak saran dan masukan untuk kesempurnaan tesis ini. 6. Dra. Hj. Ruzlah, M.Pd, selaku Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang. 7. Jul Asdar Putra Samura sebagai teman dekat yang telah memberi perhatian dan dukungan kepada penulis untuk senantiasa berusaha dalam menyelesaikan studi 8. Seluruh staf pengajar pada Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. 9. Seluruh staf akademik / Administrasi Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat yang telah turut membantu penulis dalam hal surat menyurat.
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
10. Teman–teman mahasiswa- mahasiswi minat studi promosi kesehatan dan ilmu perilaku Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara angkatan 2007 yang telah memberi dukungan kepada penulis.
Akhirnya penulis menyadari tesis ini masih banyak kekurangannya, karena penulis yakin bahwa tidak ada satupun karya dari tangan manusia yang lahir dalam keadaan sempurna, maka segala kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.
Kiranya Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang melindungi dan memberkati kita sekalian disetiap perjalanan hidup kita. Amin.
Deli Serdang, 10 September 2009 Penulis
Linda Warni
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
RIWAYAT HIDUP
Nama penulis adalah Linda Warni, lahir di Simpang Tiga Aceh Selatan tanggal 18 April 1983, jenis kelamin perempuan, agama Islam. Alamat rumah jln. Blang Pidie – Tapak Tuan Kecamatan Sawang. Tapak Tuan Aceh Selatan dan alamat kantor jln. Teben Mahmud RSUD DR. H. Yuliddin Away. Riwayat Pendidikan pada tahun 1989 s/d 1995 tamat SD dari SDN Simpang Tiga Aceh Selatan. Tahun 1995 s/d 1997 tamat SMPN 2 Tapak Tuan Aceh Selatan. Tahun 1999 s/d 2001 tamat SPRG Dep.Kes RI Banda Aceh. Tahun 2003 s/d 2005 tamat AKG Dep.Kes R.I Banda Aceh. Tahun 2005 s/d 2006 tamat DIV Program Perawat Gigi Pendidik UGM Jogjakarta. Riwayat pekerjaan, pada tahun 2001 s/d 2002 Staf RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapak Tuan Aceh Selatan. Tahun 2003 s/d 2005 Tugas belajar AKG Dep.Kes RI Banda Aceh. Tahun 2005 s/d 2006 Tugas belajar DIV Program Perawat Gigi Pendidik UGM Jogjakarta. Tahun 2007 s/d sekarang Tugas belajar pada Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakt Universitas Sumatera Utara.
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK......................................................................................................... i ABSTRACT........................................................................................................ ii KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... vi DAFTAR ISI ................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1.2 Permasalahan ............................................................................. 1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 1.4 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 1.5 Manfaat Penelitian .....................................................................
1 1 6 7 7 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 2.1 Perilaku ....................................................................................... 2.2. Pengetahuan ................................................................................ 2.3. Sikap ........................................................................................... 2.4. Tindakan...................................................................................... 2.5 Hubungan Karaktersitik Individu dengan Perilaku ....................... 2.6 Status Gigi dan Mulut .................................................................. 2.7 Indikator Kesehatan Gigi dan Mulut ............................................ 2.8 Karies Gigi .................................................................................. 2.9 Pengukuran Karies Gigi ............................................................... 2.10 Pencegahan Karies Gigi ............................................................... 2.11 Usaha Kesehatan Gigi Sekolah .................................................... 2.12 Landasan Teori ............................................................................ 2.13 Kerangka Konsep ........................................................................
8 8 13 16 17 19 21 22 23 30 31 33 35 36
BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................... 3.1 Jenis Penelitian .......................................................................... 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 3.3 Populasi dan Sampel .................................................................... 3.4 Metode Pengumpulan Data .......................................................... 3.5 Variabel dan Definisi Operasional................................................ 3.6 Metode Pengukuran .................................................................... 3.7 Metode Analisis Data................................................................... BAB 4 HASIL PENELITIAN ......................................................................
37 37 37 37 39 42 44 47 48
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
BAB 5
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 4.2 Analisis Univariat......................................................................... 4.3 Pengetahuan Kesehatan Gigi........................................................ 4.4 Sikap Kesehatan Gigi................................................................... 4.5 Tindakan Kesehatan Gigi............................................................. 4.6 Kelas Responden.......................................................................... 4.7 Karakteristik Responden.............................................................. 4.8 Informasi...................................................................................... 4.9 Analisis Bivariat........................................................................... 4.10 Hubungan Perilaku Responden.................................................... 4.11 Hubungan Karakteristik Responden............................................. 4.12 Hubungan Informasi..................................................................... 4.13 Analisis Multivariat......................................................................
48 49 49 55 60 65 65 67 68 68 70 72 73
PEMBAHASAN ............................................................................. 5.1 Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang ............................. 5.2 Hubungan Pengetahuan dengan Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang .................................................................................... 5.3 Hubungan Sikap dengan Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang..................................................................................... 5.4 Hubungan Tindakan dengan Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang ..................... ............................................................... 5.5 Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan dengan Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang ............................................... 5.6 Hubungan Pendidikan Orang Tua dengan Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang... ........................................................ 5.7 Hubungan Pekerjaan Orang Tua dengan Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang ........................................................... 5.8 Hubungan Sumber Informasi kesehatan dengan Status Karies Gigi murid SD Kelas V dan VI di wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang ...........................................................
76
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan............................................................................... 6.2 Saran ........................................................................................
76
76
78
79
80
80
80
81
82 83
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
2.1
Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut ...................................................... 12
2.2
Indikator dan Target Derajat Kesehatan Gigi dan Mulut .......................... 22
2.3
Klasifikasi Angka Keparahan Karies Gigi Menurut WHO ...................... 31
3.1
Perhitungan Besar Sampel Penelitian ...................................................... 39
3.2
Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Alat Ukur ......................................... 41
4.1
Nama – Nama Sekolah Dasar di Kecamatan Delitua ................................ 48
4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Status Karies Gigi pada Murid SD Kelas V dan VI diwilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang 2009 ................................................................. 49
4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Status Karies Gigi Sehat.................... 49
4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Kegunaan Gigi Sehat ........................ 50
4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Gigi Berlubang ................................. 50
4.6
Distribusi Responden Berdasarkan Penyebab Gigi Berlubang ................. 51
4.7
Distribusi Responden Berdasarkan Gigi Berlubang dapat Dicegah ......................................................................................... 51
4.8
Distribusi Responden Berdasarkan Cara Mencegah Gigi Berlubang ........................................................................................ 52
4.9
Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Terbaik Menyikat Gigi ......................................................................................... 52
4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Menyikat Gigi Baik dan Benar ................................................................................ 53 Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Bahan Pasta Gigi............................... 53 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Pada Gigi Berlubang ............................................................................... 54 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan pada Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang 2009 ................................................................. 54 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Sikat Gigi Dilakukan Setiap Selesai Makan .............................................................................. 55 4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Sikat Gigi Dilakukan Sebelum Tidur Malam ............................................................................. 55 4.16 Distribusi Responden Berdasarkan Sikat Gigi Dilakukan Sesudah Makan Makanan Yang Manis .................................................... 56 4.17 Distribusi Responden Berdasarkan Pemeriksaan Gigi Secara Rutin ............................................................................................ 56 4.18 Distribusi Responden Berdasarkan Gigi Berlubang Karena Malas Menyikat Gigi ............................................................................... 57 4.19 Distribusi Responden Berdasarkan Mencegah Gigi Berlubang Dengan Menyikat Gigi Teratur Dan Benar .............................................. 57 4.20 Distribusi Responden Berdasarkan Menyikat Gigi Yang Baik Dan Benar Semua Permukaan Gigi Harus Disikat ................................... 58 4.21 Distribusi Responden Berdasarkan Gigi Sakit dan Berlubang Harus Ditambal ....................................................................................... 58 4.22 Distribusi Responden Berdasarkan Gigi Sehat Lebih Baik Dipertahankan Daripada Dicabut ............................................................. 59 4.23 Distribusi Responden Berdasarkan Berobat Gigi Lebih Baik Ke Dokter Gigi/Puskesmas Daripada Ke Dukun ...................................... 59 4.24 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Pada Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang 2009 ................................................................................... 60 Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
4.25 Distribusi Responden Berdasarkan Menyikat Gigi Sebelum Tidur......................................................................................... 60 4.26 Distribusi Responden Berdasarkan Menyikat Gigi Setiap Pagi .............................................................................................. 61 4.27 Distribusi Responden Berdasarkan Yang Dilakukan Selesai Makan ......................................................................................... 61 4.28 Distribusi Responden Berdasarkan Kunjungan ke Dokter Gigi Atau Klinik ............................................................................................. 61 4.29 Distribusi Responden Berdasarkan Memeriksa Gigi Secara Teratur ......................................................................................... 62 4.30 Distribusi Responden Berdasarkan Gigi Kotor Atau Gusi Berdarah ......................................................................................... 62 4.31 Distribusi Responden Berdasarkan Makanan Yang Dikonsumsi Diantara Waktu Makan ........................................................ 63 4.32 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan Makanan Jajanan Dalam Sehari .............................................................................. 63 4.33 Distribusi Responden Berdasarkan Jajanan Manis dan Melekat ............... 63 4.34 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Yang Dilakukan Dalam Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut ........................................ 64 4.35 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Pada Murid SD Kelas Vdan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang 2009 ................................................................................... 64 4.36 Distribusi Responden Berdasarkan Kelas Pada Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang 2009 ................................................................................... 65 4.37 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Orang Tua Pada Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang 2009 ................................................................. 65
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
4.38 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua Pada Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang 2009 ................................................................. 66 4.39 Distribusi Responden Berdasarkan Penjelasan tentang Kesehatan Gigi Pada Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang 2009 ..................................................... 67 4.40 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Pada Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang 2009 ................................................................. 67 4.41 Distribusi Status Karies Gigi Menurut Pengetahuan Responden .............. 68 4.42 Distribusi Status Karies Gigi Menurut Sikap Responden ......................... 69 4.43 Distribusi Status Karies Gigi Menurut Tindakan Responden ................... 69 4.44 Distribusi Status Karies Gigi Menurut Pendidikan Orang Tua ................. 70 4.45 Distribusi Status Karies Gigi Menurut Pekerjaan Orang Tua ................... 71 4.46 Distribusi Status Karies Gigi Menurut Sumber Informasi ........................ 72
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
2.1 Empat Lingkaran yang Menggambarkan Paduan Faktor Penyebab Karies.........................................................................
24
2.2 Tiga Faktor Utama dan Satu Faktor Tambahan Penyebab Karies ...................................................................................
25
2.3 Tahapan yang Terjadi Dalam Plak Gigi Pada Permukaan Gigi ..............
28
2.4 Landasan Teori Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Status Karies Gigi ....................................................................
36
2.5 Kerangka Konsep Penelitian..................................................................
36
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut, menjadi perhatian yang sangat penting dalam pembangunan kesehatan yang salah satunya disebabkan oleh rentannya kelompok anak usia sekolah dari gangguan kesehatan gigi. Usia sekolah merupakan masa untuk meletakkan landasan kokoh bagi terwujudnya manusia yang berkualitas dan kesehatan merupakan faktor penting yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan (Ilyas, 2000). Hasil laporan Studi Morbiditas (2001), menunjukkan bahwa kesehatan gigi dan mulut di Indonesia merupakan hal yang perlu diperhatikan, karena penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi yang dikeluhkan oleh masyarakat yaitu sebesar 60%. Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak diderita masyarakat adalah penyakit karies gigi kemudian diikuti oleh penyakit periodontal di urutan ke dua (Surkesnas Balitbangkes Depkes RI, 2002). Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi meluas kearah pulpa. Karies gigi dapat terjadi pada setiap orang yang dapat timbul pada suatu permukaan gigi dan dapat meluas kebagian yang lebih dalam dari gigi (Tarigan, 1990). Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Berdasarkan The World Oral Health, World Health Organization (WHO) Tahun 2003 telah menetapkan indikator dan standar oral secara global pada tahun 2000, dimana 50 % anak berumur 5-6 tahun bebas dari karies gigi. Hasil
Survey
Sosial
Ekonomi
Nasional
(SUSENAS)
tahun
1998,
menunjukkan bahwa keluhan sakit gigi menduduki urutan ke 6 dari 16 jenis penyakit lainnya dan 62,4% penduduk merasa terganggu pekerjaan/sekolah karena sakit gigi, rata-rata 3,86 hari per bulan. Kondisi ini menunjukkan bahwa penyakit gigi walau tidak menimbulkan kematian tetapi dapat menurunkan produktifitas kerja. Di Indonesia laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Depkes RI tahun 2001 menyatakan, diantara penyakit yang dikeluhkan prevalensi penyakit gigi dan mulut adalah tertinggi meliputi 60% penduduk. Penyakit gigi dan mulut yang umumnya banyak ditemukan pada masyarakat adalah karies gigi dan penyakit periodontal. SKRT 1995 menginformasikan bahwa 63% penduduk Indonesia menderita karies aktif. Namun di beberapa provinsi angka tersebut lebih tinggi dari angka nasional, seperti Kalimantan 80,2%, Sulawesi 74%, Sumatera 65,4%. Dilihat dari kelompok umur, golongan umur muda lebih banyak menderita karies gigi aktif dibandingkan umur 45 tahun ke atas, dimana umur 10-24 tahun karies gigi aktifnya adalah 66,8 – 69,5%, umur 45 tahun keatas 53,3% dan pada umur 65 tahun keatas sebesar 43,8%. Keadaan ini menunjukkan karies gigi aktif banyak terjadi pada golongan usia produktif (Depkes, 2000).
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Menurut Laporan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2007, penyakit gigi dan mulut merupakan urutan ke sembilan dari sepuluh penyakit terbesar dengan jumlah kunjungan sebanyak 1.482 kunjungan yang terdiri dari 62,8 % berusia lebih dari 15 tahun, dan 37,2 % kunjungan usia < 15 tahun, kunjungan pasien ke poli gigi umumnya menderita ganguan gigi dan mulut, dan 43,9 % diantaranya menderita karies gigi, dan 56,1 % lainnya menderita ganguan periodontal. Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang tahun 2006, jumlah murid SD di kecamatan Deli Tua sebanyak 6.889 orang dan yang diperiksa sebanyak 415 orang. Dari 415 siswa yang diperiksa yang perlu mendapat perawatan sebanyak 120 orang (28,9%) dan dari 120 orang yang perlu mendapatkan perawatan tersebut hanya 7 orang murid yang mendapat perawatan (5,83%). Dari hasil pendataan 10 penyakit terbesar di Puskesmas Deli Tua bulan Oktober tahun 2008, karies merupakan urutan ke 3 dengan jumlah kasus sebanyak 100 orang. Hal ini menunjukkan bahwa masih tingginya masalah kesehatan gigi pada murid SD. Berdasarkan hasil wawancara (Mei 2008) dengan petugas kesehatan gigi Puskesmas Deli Tua diperoleh informasi bahwa pada umumnya masalah gangguan kesehatan gigi dan mulut pada anak SD adalah karies gigi. Tingginya prevalensi karies gigi dan penyakit periodontal sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor perilaku masyarakat. Pelaksanaan program UKGS dilaksanakan pada semua SD Negeri/Swasta yang ada diwilayah kerja Puskesmas Deli Tua yaitu 14 sekolah. Usaha yang dilakukan selama ini adalah mengadakan penyuluhan tentang Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
pertumbuhan gigi susu/permanent; makanan yang menyehatkan untuk kesehatan gigi; dan cara-cara menggosok gigi. Sedangkan tindakan yang dilakukan adalah pencabutan gigi susu/permanent, penambalan, dan semua tindakan dilakukan di Puskesmas, 6 (enam) bulan sekali dilakukan kegiatan sikat gigi masal di masingmasing SD oleh petugas Puskesmas di Kec. Deli Tua. Sekolah adalah sebagai perpanjangan tangan keluarga dalam meletakkan dasar perilaku untuk kehidupan anak selanjutnya, termasuk perilaku kesehatan. Sementara itu populasi anak sekolah di dalam suatu komunitas cukup besar, antara 40% - 50%. Oleh sebab itu promosi atau pendidikan kesehatan di sekolah adalah sangat penting. Di Indonesia, bentuk promosi kesehatan di sekolah adalah usaha kesehatan sekolah (Notoadmodjo, 2005). Undang – undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyebutkan bahwa penyelenggaraan kesehatan sekolah dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat bagi peserta didik untuk memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Program upaya kesehatan gigi sekolah adalah merupakan salah satu kegiatan pokok dari program puskesmas. Upaya kesehatan gigi sekolah yang ditunjukan bagi anak usia sekolah di lingkungan sekolah dari tingkat pelayanan promotif, preventif hingga pelayanan paripurna, telah membuktikan menurunnya kejadian karies, terutama dengan usaha promotif dengan kampanye sikat gigi dengan pasta mengandung fluor dan usaha pencegahan dengan aplikasi fluor pada gigi dan fissure Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
sealent, atau kumur – kumur larutan fluor. Dari indikator diatas nampak jelas bahwa status kesehatan gigi masyarakat yang optimal bisa dicapai dengan meningkatkan upaya promotif atau preventif sejak usia dini sampai dengan usia lanjut (Depkes, 2004). Karies gigi memiliki etiologi yang multi faktor dimana terjadi interaksi dari tiga faktor utama yang ada di dalam mulut, yaitu Host (gigi dan saliva), Mikroorganisme (plak) dan Substrat (diet karbohidrat), dan faktor ke empat : waktu (Reich. E, Lusi. A dan Newbrun. E, 1999). Selain faktor yang ada di dalam mulut yang langsung berhubungan dengan karies, terdapat faktor-faktor yang tidak langsung disebut faktor resiko luar yang merupakan faktor predisiposisi dan faktor penghambat terjadinya karies. Faktor luar antara lain adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, lingkungan dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi (Suwelo, 1997). Status karies gigi untuk gigi permanen pada individu atau masyarakat dapat diukur dengan menggunakan indeks DMFT (Decay, Missing, Filled Teeth). Indeks ini digunakan untuk melihat keadan gigi seseorang yang pernah mengalami kerusakan (Decayed), hilang karena karies atau sisa akar (Missing), dan tumpatan (Filled) pada gigi tetap (Teeth). Indeks ini mencerminkan besarnya penyebaran karies yang kumulatif pada suatu populasi (Kidd & Bechal, 1992). Masalah kesehatan masyarakat termasuk penyakit ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu faktor perilaku dan non perilaku (Notoatmodjo, 2005). Menurut Bahar Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
(2000) salah satu faktor utama yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut penduduk di Negara berkembang adalah perilaku. Perilaku merupakan hal penting yang dapat mempengaruhi status kesehatan gigi individu atau masyarakat. Perilaku yang dapat mempengaruhi perkembangan karies adalah kebiasaan makan dan pemeliharaan kebersihan mulut, dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor (Reich dkk, 1999; Petersen, 2005). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2001 menunjukan perilaku masyarakat tentang pemeliharaan kesehatan gigi masih rendah, sebagian besar penduduk Indonesia (61,5%) menyikat gigi kurang sesuai dengan anjuran program menyikat gigi yaitu setelah makan dan sebelum tidur, bahkan 16,6% tidak menyikat gigi (surkesnas Balitbangkes Depkes RI, 2002). Menurut WHO (1997), kelompok usia 12 adalah usia yang penting, karena pada usia tersebut anak akan meninggalkan sekolah dasar dan banyak di negara, usia tersebut merupakan kelompok yang mudah dijangkau melalui sistem UKGS, dan pada usia tersebut anak dapat lebih mudah diajak komunikasi. Menurut SKRT (2001), prevalensi karies gigi pada kelompok usia 12 tahun sebesar 44% dan indeks DMFT pada usia ini sebesar 1,1. Target pencapaian gigi sehat Indonesia tahun 2010 pada individu usia 12 tahun untuk indeks DMFT adalah sebesar 1 (Depkes RI, 2004). Karies gigi banyak menyerang anak-anak maupun dewasa, baik gigi sulung maupun gigi permanen. Anak usia sekolah dasar yaitu usia 6-12 tahun merupakan kelompok
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
usia rentan yang perlu mendapatkan perhatian karena pada periode tersebut terdapat gigi sulung dan gigi permanen secara bersamaan dalam mulut (Agtini dkk, 2005).
1.2 Permasalahan Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan penelitian ini adalah apakah ada hubungan perilaku murid SD kelas V dan VI pada kesehatan gigi dan mulut terhadap status karies gigi di wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang.
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan perilaku murid SD kelas V dan VI pada kesehatan gigi dan mulut terhadap status karies gigi (DMFT) di wilayah Kecamatan Delitua tahun 2009.
1.4 Hipotesa Ada hubungan perilaku murid SD kelas V dan VI pada kesehatan gigi dan mulut terhadap status karies gigi di wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang.
1.5 Manfaat Penelitian
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
1. Menjadi masukan bagi Pemda melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dalam membuat kebijakan program kesehatan anak sekolah dalam peningkatan pelayanan usaha kesehatan sekolah di Kecamatan Delitua. 2. Menjadi masukan bagi puskesmas Delitua dalam upaya mewujudkan kesehatan anak usia sekolah khususnya dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut. 3. Sebagai masukan dalam upaya meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut murid SD kelas V dan VI di wilayah kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang. 4. Menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku 2.1.1 Pengertian Perilaku Perilaku menurut Sarwono (1993) diartikan sebagai tindakan yang merupakan segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta tindakannya (praktik) yang berhubungan dengan kesehatan. Menururt Notoatmodjo (2007), perilaku dilihat dari segi biologis adalah kegiatan atau aktivitas organisme (mahluk hidup yang bersangkutan). Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamatai oleh pihak luar.
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu perilaku tertutup (covert behavior) dan perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus yang masih tertutup atau terselubung, yang masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran dan sikap, sehingga belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Perilaku terbuka adalah respon seorang terhadap stimulus sudah dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka, yaitu dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2007). Pembinaan dan peningkatan periaku kesehatan masyarakat perlu dilakukan dengan pendekatan yang tepat yaitu dengan pendidikan kesehatan atau promosi kesehatan, yang mengupayakan agar perilaku individu, kelompok atau masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Agar upaya promosi kesehatan tersebut efektif, maka perlu dilakukan diagnosis atau analisis terhadap masalah perilaku tersebut sebelum upaya promosi kesehatan tersebut dilakukan. Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep dari Green (1980), dimana perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu : 1. Faktor predisposisi (Predisposing factors) Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya. 2. Faktor pemungkin (Enabling factors) Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat seperti ketersediaan sikat gigi dan pasta gigi di rumah. 3. Faktor penguat (Reinforcing factors) Faktor ini meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat, petugas kesehatan, guru dan sebagainya. Selain pengetahuan, sikap dan dukungan fasilitas diperlukan juga perilaku contoh (acuan) dari para tokoh panutan tersebut agar masyarakat berperilaku sehat. Kegiatan pendidikan
kesehatan/promosi kesehatan yang akan dilakukan
dalam upaya pembinaan dan peningkatan perilaku kesehatan masyarakat sebaiknya juga ditujukan pada ketiga faktor tersebut di atas yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. 2.1.2 Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Perilaku pemeliharaan kesehatan merupakan bagian dari perilaku kesehatan, yaitu usaha-usaha yang dilakukan seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha penyembuhan bilamana sakit. Perilaku pemeliharaan kesehatan ini meliputi antara lain perilaku peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit (Notoatmodjo, 2007). 2.1.3 Perilaku Kesehatan Gigi dan Mulut Menurut Blum (1981), status kesehatan baik idividu, kelompok maupun masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu lingkungan (environment), perilaku (behavior), pelayanan kesehatan (health services) dan keturunan (heredity). Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Mengacu pada teori tersebut, maka status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu lingkungan (fisik maupun sosial budaya), perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Perilaku memegang peranan yang penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut secara langsung, perilaku dapat mempengaruhi faktor lingkungan maupun pelayanan kesehatan. Perilaku kesehatan gigi individu atau masyarakat merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan gigi individu atau masyarakat. Perilaku kesehatan gigi positif, misalnya kebiasaan menggosok gigi dan mulut, sebaliknya perilaku kesehatan gigi negatif, misalnya tidak menggosok gigi secara teratur maka kondisi kesehatan gigi dan mulut akan menurun dengan dampak antara lain gigi mudah berlubang (Budiharto, 2000). Perilaku kesehatan yang tercermin dalam kebiasaan makan dan pemeliharaan kebersihan gigi secara teratur menggunakan pasta gigi mengandung fluor, telah mengurangi insiden karies. Pembentukan perilaku, khususnya kebisaan makanan, mempengaruhi kerentanan dan resiko terjadinya karies (Reich. E, 1999). Pencegahan karies gigi dapat dilakukan dengan memutus tiga faktor utama penyebab karies yaitu host, agent dan substrat untuk saling bertemu dan berinteraksi. Menurut Tarigan (1995) dan Sutadi (2000), pencegahan karies yang dapat dilakukan oleh individu antara lain : pengaturan diet karbohidrat, melakukan plak kontrol dengan menyikat gigi secara berkesinambungan dan dengan cara yang benar (meliputi seluruh Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
permukaan gigi), kemudian penggunaan fluor, antara lain dengan pemakaian pasta gigi yang mengandung fluor pada waktu menyikat gigi. Pencegahan karies gigi pada anak meliputi : menghindari makanan yang mengandung gula dan mudah melekat diantara waktu makan, menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung flour, dan menyikat gigi minimal 2 kali sehari sesudah makan dan sebelum tidur (Depkes, 1997). Usaha-usaha pencegahan penyakit gigi dan mulut berdasarkan levell dan Clark dapat terlihat pada tabel 2.1 berikut (Monang, P, 1997 )
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Tabel 2.1 Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut Pencegahan primer
Penyakit
Peningkatan Perlindungan Kesehatan
Khusus
Pencegahan sekunder Diagnosa dini Dan terapi Tepat
Membatasi Ketidak Mampuan - Penambalan Gigi dan perawatan saraf gigi - Ekstrasi Gigi Protesa Cekat dan sebagian
Pencegahan tertier Rahabi-litasi
Karies Gigi
- Penyuluhan - Aplikasi Kes.gigi fluor - Nutrisi yang - Pit dan fisur Baik sealent - Kebersihan - Pembersihan Mulut dan Karang Gigi Pemeriksaan berkala
-Pemeriksaan Detail Secara Periodik - Pengobatan Sistematis
Penyakit Periodontal
-Nutrisi Yang baik
- Pemeriksaan -Gingivectomi Penyakit - Osteyotomi Sistemik - Osteoplasi - Oklusi Yang - Reposisi Balans Gingival Margin - Splinting
Protesa
- Serial Ekstraksi
Protesa
-Kebersihan Mulut -Penyuluhan Kesehatan Gigi Maloklusi
- Prevensi Karies Dengan Tambalan baik - Pembersihan Karang Gigi - Masase Gusi
- Standar - Pencegahan Nutrisi Yang Ortodonti Baik Dengan - Kebersihan Perawatan Mulut Teratur - Kebiasaan - Menjaga Yang Baik Ruangan tetap - Penyuluhan Terbuka Kesehatan (Space Gigi Maintainer)
- Perawatan Ortho pada Waktu yang Tepat
- Protesa Penuh
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
2.1.4 Penilaian Perilaku Menurut Guilbert (2000), pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung dilakukan dengan metode observasi (direct observation) melalui uji praktek, sedangkan pengukuran secara tidak langsung dapat dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan (questionnaires). Cara mengukur indikator perilaku untuk pengetahuan, sikap dan praktik berbeda. Untuk memperoleh data tentang pengetahuan dan sikap cukup dilakukan wawancara, baik wawancara terstruktur maupun wawancara mendalam. Sedangkan untuk memperoleh data perilaku dan praktek yang paling akurat adalah melalui observasi atau pengamatan (Notoadmojo, 2003).
2.2 Pengetahuan Pengetahuan menurut Notoadmojo (2003), merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, raba dan rasa. Sebahagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior). Pengetahuan dapat didefenisikan sebagai suatu ingatan terhadap materi yang dipelajari, yaitu meliputi ingatan terhadap jumlah meteri yang banyak dari fakta– fakta yang khusus, hingga teori-teori yang lengkap (Zaini dkk, 2002). Pengetahuan Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
tentang suatu objek dapat berubah dan berkembang sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, pengalaman dan tinggi rendahnya mobilitas informasi tentang objek tersebut dilingkungannya (Tjirtasa, 1992). Pengetahuan (knowledge) adalah hasil belajar dari pengalaman yang diperoleh secara sengaja maupun tidak sengaja, formal maupun informal. Untuk memperoleh pengetahuan dibutuhkan proses kognitif yang sangat kompleks. Agar pengetahuan dapat disampaikan dengan baik dan diterima dengan tepat perlu melibatkan semua indera. Pengetahuan berkaitan erat dengan empat faktor yaitu : ingatan, belajar, berfikir dan intelegensi (Prawitasari, 1998). Menurut Simon et all (1995) pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting bagi pembentukan perilaku seseorang. Pengetahuan akan merangsang terjadinya perubahan sikap bahkan tindakan seorang individu. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu (Notoadmojo, 2003) : 1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
2. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). 4. Analisis (Analyze) Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis (Syntesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. Dari Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
hasil penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmojo, 2003). Meskipun perilaku merupakan bentuk respon atau reaksi terhadap rangsangan dari luar maupun dari dalam namun memberikan respon sangat cepat tergantung pada karakteristik atau faktor lain dari orang yang bersangkutan (Notoadmojo, 2003). Determinan ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Faktor Internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya. 2. Faktor Eksternal, yakni lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, praktik dan sebagainya. Faktor lingkungan sering merupakan faktor domain yang mewarnai perilaku seseorang.
2.3 Sikap Sikap (attitude) menurut Sarwono (2003) adalah kesiapan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku atau merespon sesuatu baik terhadap rangsangan negatif dari suatu objek rangsangan. Teori yang sering dipakai berupa teori rangsang balas (stimulus respon theory) atau teori penguat (reinforcement-theory) ini dapat digunakan untuk menerangkan berbagai gejala tingkah laku sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan faktor predisposisi bagi seseorang untuk berperilaku (Green, 1980). Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Allen, Guy dan Edgley (1980, cit Anwar, 2005), mengatakan bahwa sikap adalah suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana. Sikap merupakan respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. Struktur sikap terdiri dari tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (effective) dan komponen konatif (conative). Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap mengenai apa yang berlaku atau yang benar bagi objek sikap. Komponen efektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Interaksi antara ketiga komponen adalah selaras dan konsisten, dikarenakan apabila dihadapkan dengan suatu objek sikap yang sama maka ketiga komponen itu harus mempolakan arah sikap yang seragam. Apabila salah satu saja diantara ketiga komponen sikap tidak konsisten dengan yang lain, maka akan terjadi ketidakselarasan yang menyebabkan timbulnya mekanisme perubahan sikap sedemikian rupa sehingga konsistensi itu tercapai kembali (Azwar, 2005).
2.4 Tindakan Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas (Notoadmojo, 2003). Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Setelah sesorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau yang disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik (Notoadmojo, 2003). Terdapat banyak teori yang menerangkan tentang konsep perubahan perilaku, antara lain adalah teori Green (1980) yang menyatakan bahwa derajat kesehatan akan dipengaruhi oleh faktor perilaku dan faktor non perilaku. Faktor perilaku akan ditentukan oleh tiga kelompok faktor yaitu : predisposisi (mempermudah), faktor pendukung dan faktor pendorong. Faktor yang mempermudah (prediposing factors), meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan persepsi yang ada di masyarakat. Faktor pendukung (enabling factors) meliputi lingkungan fisik, fasilitas dan sarana kesehatan yang mendukung. Faktor pendorong (reinforcing factors) yang meliputi pengetahuan, sikap dan perilaku petugas, teman sebaya, orang tua dan tokoh/pamong, juga berbagai faktor demografi seperti sosio ekonomi, umur, jenis kelamin, masa kerja dan ukuran keluarga juga penting sebagai faktor pendorong yang memberi kontribusi atas perilaku kesehatan (Green dkk, 1991).
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
2.5 Hubungan Karakteristik Individu Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penentuan atau penggolongan karakteristik individu dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling terkait antara satu sama lain, yang merupakan riwayat dan identitas diri, yaitu: 1. Umur Secara umum umur individu memiliki hubungan terhadap tinggi rendahnya pengetahuan. Semakin bertambahnya umur seseorang semakin meningkatkan kemampuan inderanya. Kemampuan indera individu yang optimal sangat menunjang dalam proses penerimaan dan penyampaian pengetahuan. Dengan demikian faktor umur berperan dalam tercapainya pengetahuan dalam individu. Demikian juga dengan hubungan umur terhadap sikap seseorang. Jika pertambahan umur berlangsung dapat menciptakan kemampuan pengetahuan terutama kemampuan pengetahuan segi positif dari individu tersebut, sebab pengetahuan terutama kemampuan terciptanya sikap. Sehingga dapat disimpulkan faktor umur memiliki peran terhadap terciptanya suatu pengetahuan dan sikap individu. 2. Jenis kelamin Banyak survei menemukan bahwa anak perempuan memiliki prevalensi karies yang lebih tinggi dari pada anak laki-laki pada umur kronologis yang sama. Diketahui bahwa rata-rata gigi permanen pada anak perempuan lebih dulu erupsi Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
dibandingkan pada anak laki-laki, sehingga lebih lama terpapar dengan serangan karies (Carlos,1981). Selama masa anak dewasa, perempuan memperlihatkan nilai DMFT yang lebih tinggi daripada laki-laki, namun secara umum kebersihan mulut pada perempuan lebih baik dan memiliki lebih sedikit gigi yang hilang dibandingakan dengan laki-laki (Tarigan, 1995). 3. Pendidikan Orang Tua Pendidikan merupakan salah satu faktor sosial penting yang berhubungan dengan prevelensi karies (Reich, 1999). Pendidikan yang rendah sangat berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang, karena tidak mendapat pendidikan yang layak (Budiharto, 2000). Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (2001) menunjukkan kerusakan gigi tertinggi terjadi pada orang dengan pendidikan lulus SD yaitu sebesar 8 gigi per orang, dan pada orang dengan pendidikan lulus SMP ke atas rata-rata 3 gigi mengalami kerusakan per orang. 4. Pekerjaan Orang Tua Pekerjaan merupakan faktor sosial yang dapat mempengaruhi status karies gigi (Reich, 1999). Pekerjaan menunjukkan kelas sosial tertentu. Penelitian menunjukkan adanya penurunan dalam insidensi karies, khususnya pada anakanak dan dewasa muda, terutama pada anak-anak dari keluarga dengan pendapatan rendah.
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
2.6 Status Kesehatan Gigi dan Mulut Dalam menganalisis faktor yang mempengaruhi kualitas kesehatan gigi dan mulut seseorang tidak terlepas dari tiga aspek diatas, yaitu (Julianti, 2001): a. Aspek Fisik Aspek fisik merupakan aspek yang mempengaruhi kualitas kesehatan gigi dan mulut yang disebabkan oleh keadaan yang terdapat didalam mulutnya sendiri, misalnya karena pemberian gizi yang salah pada saat kehamilan menyebabkan struktur gigi rentan terhadap kerusakan gigi, misalnya keadaan gigi yang mengakibatkan
mudahnya
penumpukan
plak
dan
sisa
makanan
berjejal sehingga
mempermudah timbulnya kerusakan gigi. b. Aspek Mental Aspek mental dapat mempenggaruhi tingkah laku orang tersebut. Misalnya apabila seseorang percaya bahwa penyakit gigi dan mulut disebabkan oleh penggaruh guna-guna, tentunya untuk menggobati penyakit tersebut tidak akan pergi ke dokter gigi melainkan pergi ke dukun. Dengan demikian penyakitnya akan bertambah parah. c. Aspek Sosial Aspek sosial yang mempenggaruhi kualitas kesehatan gigi dan mulut biasanya disebabkan oleh nilai budaya yang berkembang didaerahnya. Selain itu, dapat pula disebabkan oleh pengaruh sosioekonomi yang kurang, keadaan inipun akan mempenggaruhi tingkah orang tersebut. Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Dengan kata lain status kesehatan gigi dan mulut adalah kondisi derajat kesehatan gigi dan mulut hasil interaksi kondisi fisik, mental dan sosial yang dapat dilihat dari tingkat keparahan penyakit gigi dan mulut melalui indikator-indikator.
2.7 Indikator Kesehatan Gigi dan Mulut Indikator adalah variabel yang dapat digunakan untuk menggevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan dilakukanya pengumpulan terhadap perubahan– perubahan yang terjadi dari waktu kewaktu (DepKes RI, 2003). Indikator penyakit gigi dan mulut adalah spesifik, dalam arti status kesehatan gigi untuk masing-masing kelompok umur, mempunyai indikator yang berbedabeda WHO telah mendapatkan indikator dan standar ”Oral Global Goal For the Year 2000” yang masih berlaku sampai dengan saat ini, yaitu seperti pada tabel 2.2 dibawah ini:
Tabel 2.2. Indikator dan Target Derajat Kesehatan Gigi dan Mulut No. Indikator Derajat Kesehatan Gigi dan Mulut 1. Anak 5 s/d 6 tahun - bebas karies(mixed dentition) 2. Anak 12 Tahun - DMF-T Index - PTI -> 3 Sextan Gusi Sehat 3. Remaja 18 Tahun -Lengkung/ Jumlah gigi lengkap(Minimal 28 gigi) > 3 Sextan Gusi Sehat 4. Dewasa 35 – 44 tahun - Penduduk dengan Minimal 20 gigi Berfungsi - Penduduk tidak bergigi (ompong)
Target Nasional 50% ≤3 50% 70% 85% 70% 90% 0,25%
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
5.
Dewasa > 65 Tahun - Penduduk dengan minimal 20 gigi Berfungsi Penduduk tidak bergigi (ompong)
50% 18%
2.8 Karies Gigi 2.8.1 Pengertian Karies Gigi Karies berasal dari kata Yunani yang berarti lubang, menurut Lundeen dan Roberson (1995) yang dikutip Sumawinata (1997), adalah penyakit menular pada gigi yang disebabkan oleh mikroba yang mengakibatkan terlarutnya dan hancurnya jaringan keras gigi. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik, dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Akibatnya terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan perapeks yang dapat menyebabkan nyeri (Kidd & Bechal, 1992; Wilkins, 2005). WHO mendefenisikan karies gigi sebagai “localized, post-eruptive, pathologic process of external origin involving softening of hard tooth tissue and proceeding to the formation of a caviti” (Wilkins, 2005). 2.8.2 Etiologi Karies gigi Karies gigi memiliki etiologi yang multifaktor dimana terjadi interaksi dari tiga faktor utama: Mikroorganisme (plak), Substrat (diet karbohidrat), Host (gigi dan saliva) dan faktor ke empat : waktu (Reich. E, Lusi. A dan Newbrun. E, 1999). Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Karies gigi diklasifikasikan sebagai penyakit infeksi kronik, dimana menurut teori epidemiologi modern merupakan hasil interaksi antara faktor Agen, Host dan Lingkungan. Penelitian-penelitian telah menunjukkan dengan jelas bahwa karies merupakan hasil interaksi dari : mikroorganisme spesifik, host yaitu gigi yang resistensinya kurang dan lingkungan, khususnya lingkungan intra oral sebagai akibat dari konsumsi karbohidrat (Carlos, 1981). Beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan glukosa dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam sehingga PH plak akan menurun sampai di bawah 5 dalam tempo 1-3 menit. Penurunan PH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi yang rentan dan proses kariespun dimulai. Panduan keempat faktor penyebab tersebut kadangkadang digambarkan sebagai empat lingkaran yang saling tumpang tindih, seperti terlihat pada gambar 2.1 (Kidd & Bechal, 1992).
MIKROORGANISME
HOST (gigi dan saliva)
SUBSTRAT
WAKTU
KARIES
Gambar 2.1
Empat Lingkaran Yang Menggambarkan Panduan Faktor Penyebab Karies.
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Sumber : Dasar-dasar Karies, Penyakit dan Penanggulangannya. Kidd & Bechal, 1992 Untuk dapat menjelaskan interaksi dari ke empat faktor tersebut dapat juga digambarkan dalam tiga dimensi (gambar 2.2.).
Gigi & saliva Substrat
KARIES
Mikroorganisme
waktu
Gambar 2.2 Tiga Faktor Utama Dan Satu Faktor Tambahan Penyebab Karies. Sumber : Peranan Pelayanan Kesehatan Gigi Anak Dalam Menunjang Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia Di Masa Mendatang. Suwelo, 1997 Tiga faktor utama digambarkan sebagai tiga selinder, dengan ketebalan (tinggi) silinder menunjukkan faktor waktu artinya ketiga faktor utama berada di dalam mulut pada waktu tertentu. Apabila selinder tersebut saling memotong, maka terjadilah karies. Hasil perpotongan (interaksi) tiga selinder berbentuk
ruangan.
Besarnya ruangan tergantung pada besar peranan masing-masing silinder yaitu besarnya jari-jari silinder (tiga faktor utama karies) dan tinggi selinder (faktor waktu).
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Makin
besar
ruangan
tersebut
makin
besar
kemungkinan
karies
terjadi
(Suwelo,1997). 2.8.2.1 Mikroorganisme Berbagai jenis mikroorganisme terdapat di dalam rongga mulut yang merupakan komunitas kompleks yang terjadi dari macam-macam spesies. Struktur dari komunitas tersebut terdiri dari suatu massa yang berupa matriks yang lengket dan kental yang mengandung glikoprotein serta sel-sel mikroorganisme dan menempel pada permukaan gigi yang dikenal sebagai pelikel. Glikoprotein tersebut merupakan bahan nutrisi bagi mikroorganisme, sehingga mikroorganisme akan tumbuh dan berkembang biak membentuk koloni-koloni mikroorganisme ini kemudia dikenal sebagai plak gigi (Burnett, GW, 1980). Kolonisiasi bakteri pada permukaan gigi diketahui sebagai faktor etiologi kunci dalam penyakit mulut, termasuk juga karies gigi (Axelsson, 1999). Menurut Tarigan (1995), plak terbentuk dari campuran antara bahan-bahan air ludah seperti mucin, sisa – sisa sel jaringan mulut, leukosit, limposit dengan sisa-sisa makanan serta bakteri. Plak merupakan awal terjadinya karies gigi. Plak gigi merupakan bahan yang melekat berisi bakteri beserta produkproduknya, yang terbentuk pada semua permukaan gigi. Akumulasi bakteri ini tidak terjadi secara kebetulan melainkan terbentuk melalui serangkaian tahapan. Jika email yang bersih terpapar di rongga mulut maka akan ditutupi oleh lapisan organik yang amorf yang disebut pelikel. Pelikel ini terutama terdiri atas glikoprotein yang Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
diendapkan dari saliva dan terbentuk segera setelah penyikatan gigi. Sifatnya sangat lengket dan dapat membantu melekatkan bakteri-bakteri tertentu pada permukaan gigi dan yang paling banyak adalah streptokokus. Organisme tersebut tumbuh, berkembang biak dan mengeluarkan gel ekstrasel yang lengket dan akan mengikat berbagai bentuk bakteri yang lain (Kidd & Bechal, 1992) 2.8.2.2 Substrat Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi bakteri mulut dan secara langsung terlibat dalam penurunan PH. Karbohidrat menyediakan substrat untuk membuat asam bagi mikroorganisme dengan sintesa polisakarida ekstra sel. Dibutuhkan waktu tertentu bagi plak dan karbohidrat yang menempel gigi untuk membentuk asam dan mampu mengakibatkan demineralisasi email. Tidak semua karbohidrat sama derajat kariogeniknya. Karbohidrat yang kompleks misalnya pati (polisakrida) relatif tidak berbahaya karena tidak dicerna secara sempurna di dalam mulut, sedangkan karbohidrat dengan berat molekul yang rendah seperti gula akan meresap ke dalam plak dan dimetabolisme dengan cepat oleh bakteri, sehingga makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan PH plak dengan cepat sampai level yang menyebabkan demineralisasi email. Plak akan tetap bersifat asam selama beberapa waktu, untuk kembali ke PH normal sekitar 7, dibutuhkan waktu 30-60 menit. Oleh karena itu, konsumsi gula yang sering dan berulang-ulang akan tetap menahan PH plak di bawah normal dan menyebabkan demineralisasi email (Kidd & Bechal, 1992). Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Makanan Kariogenik
Karbohidrat yang mudah difermentasi Bergabung ke dalam plak Plak Gigi Penurunan PH plak secara cepat Pembentukan Asam
Terbentuk dengan segera Frekuensi terpapar permukaan gigi oleh asam
Demineralisasi
Proses karies dimulai Bercak putih permulaan lesi
Karies Gigi Gambar 2.3 Tahapan yang Terjadi Dalam Plak Gigi Pada Permukaan gigi Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Sumber : Clinical Practice Of The Dental Hygienist. Ninth Edition. Wilkins, 2005
2.8.2.3 Host (gigi dan saliva) Struktur anatomi dari gigi terdiri dari lapisan email di bagian terluar gigi dan lapisan dentin yang terdapat di bawah lapisan email. Struktur email sangat menentukan dalam proses terjadinya karies, dimana permukaan email yang terluar lebih rentan terhadap kemungkinan terjadinya karies, terutama bentuk permukaan gigi yang sukar dibersihkan. Plak yang mengandung bakteri merupakan awal bagi terbentuknya karies. Oleh karena itu kawasan gigi yang memudahkan perlekatan plak sangat mungkin diserang karies (Kidd & Bechal, 1992). Peran saliva juga sangat menentukan dalam kejadian karies gigi. Saliva mampu meremineralisasi karies yang masih dini, karena banyak mengandung ion kalsium dan fosfat. Kemampuan saliva dalam melakukan remineralisasi akan meningkat jika ada ion fluor. Selain mempengaruhi komposisi mikroorganisme di dalam plak, saliva juga mempengaruhi PH dalam mulut. Karena itu jika aliran saliva berkurang akibatnya karies akan tidak terkendali (Kidd & Bechal, 1992). Keberadaan fluor dalam konsentrasi yang optimum pada jaringan gigi dan lingkungannya merangsang efek anti karies. Kadar fluor yang bergabung dengan email selama pertumbuhan gigi bergantung kepada ketersediaan fluor tersebut di Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
dalam air minum atau makanan lain yang mengandung fluor. Email yang mempunyai kadar fluor lebih tinggi, tidak dengan sendirinya resisten terhadap serangan asam, akan tetapi tersedianya fluor disekitar gigi selama proses pelarutan email akan mempengaruhi
proses
remineralisasi
dan
demineralisasi,
terutama
proses
demineralisasi. Disamping itu, fluor mempengaruhi bakteri plak dalam bentuk asam (Kidd & Bechal, 1992) 2.8.2.4 Waktu Karies gigi adalah suatu penyakit yang kronis. Sebab lesi terjadi setelah beberapa bulan/tahun. Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri dari atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh karena itu, bila saliva ada di dalam lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun. Dengan demikian sebenarnya terdapat kesempatan yang baik untuk menghentikan penyakt ini (Kidd & Bechal, 1992).
2.9 Pengukuran Status Karies Gigi Status karies gigi atau angka karies seseorang dapat dilihat dari hasil pengukuran dengan menggunakan ukuran atau indeks DMF-T (Decayed, Missing, Filled Teeth) (Depkes RI, 1995). Indeks DMF-T merupakan indikator penting yang telah ditentukan oleh WHO dan digunakan untuk melihat keadaan gigi seseorang yang mengalami kerusakan Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
(Decayed), hilang karena karies atau sisa akar yang akan dicabut (Missing) dan tumpatan baik (Filled) yang disebabkan oleh penyakit karies dan merupakan penjumlahan dari nilai D,M,F. Indeks ini digunakan untuk mengukur keadaan pada gigi permanen/gigi tetap. Semakin kecil indeks DMF-T semakin baik, dengan rumus ∑DMFT-T = D + M + F DMF-T rata-rata = ∑ DMF-T/N D = Decayed (gigi berlubang) M = Missing (gigi telah dicabut karena karies) F = Filling (gigi dengan tumpatan baik) T = Tooth (gigi tetap) Dibawah ini tabel klasifikasi angka keparahan gigi menurut WHO : Tabel 2.3 Klasifikasi Angka Keparahan Karies Gigi Menurut WHO Tingkat Keparahan Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
DMF – T 0,8-1,1 1,2-2,6 2,7- 4,4 4,5-6,5 6,6 keatas
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (2001), prevalensi karies gigi pada kelompok usia 12 tahun 44% dan indeks DMFT pada usia ini sebesar 1,1. Target pencapaian gigi sehat Indonesia tahun 2010 pada individu usia 12 tahun untuk indeks DMFT adalah sebesar 1 (Depkes RI, 2004).
2.10 Pencegahan Karies Gigi Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Penanggulangan karies masih merupakan problema tersendiri di negaranegara berkembang, termasuk Indonesia. Oleh karena itu upaya pencegahan perlu memperoleh perhatian yang lebih besar, karena pencegahan merupakan pemecahan masalah yang paling ekonomis dan dapat menjangkau masyarakat luas (Sundoro, 1998). Karies merupakan penyakit yang dapat dicegah. Dasar-dasar pencegahan karies adalah modifikasi satu atau lebih dari tiga faktor utama penyebab karies yaitu : plak, substrat karbohidrat yang sesuai dan kerentanan gigi. Secara teori ada tiga cara dalam mencegah karies yaitu, pertama menghilangkan substrat karbohidrat dengan mengurangi frekuensi konsumsi gula dan membatasinya pada saat makan saja, kedua dengan meningkatkan ketahanan gigi dengan memaparkannya dengan fluor secara tepat, dan ketiga dengan menghilangkan plak bakteri (Kidd & Bechal, 1992). Resiko kerusakan gigi yang berkaitan dengan karbohidrat akan sangat berkurang, bila permukaan gigi secara teratur dibersihkan dari plak dan bakteri. Makin sering makan karbohidrat yang mudah difermentasikan/dipecah maka makin cepat terjadi proses demineralisasi dari jaringan keras gigi. Frekuensi konsumsi makanan yang mengandung gula harus sangat dikurangi dengan menghindari makanan kecil diantara jam makan (Tarigan, 1995). Pencegahan yang paling mudah dan relatif murah adalah dengan melakukan sikat gigi secara berkesinambungan dan benar, dengan menggunakan pasta gigi yang
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
mengandung fluor. Upaya ini dapat memutuskan tali ikatan perkembangan bakteri penyebab karies. Menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi mengandung fluor dapat memperkuat gigi (Sutadi, 2000). Hasil uji coba klinik dari pasta gigi yang mengandung fluor memperlihatkan adanya penurunan insidensi karies yang bervariasi antara 17% pada penduduk yang tinggal di daerah mengandung kadar fluor optimum sampai 34% pada penduduk dari daerah yang kandungan fluornya nol. Oleh karena itu penggunaan pasta gigi yang mengandung fluor harus dianjurkan pada semua orang (Kidd & Bechal, 1992). Pencegahan lain yang dapat dilakukan adalah dengan diet karbohidrat, terutama jenis sukrosa yang merupakan faktor utama penyebab kerusakan gigi. Bakteri karies terutama streptokokus mutans dengan fermentasinya akan mengubah sukrosa menjadi asam yang dapat melarutkan email gigi dan merupakan awal terjadinya lesi karies. Oleh karena itu diet karbohidrat terutama makanan manis dan lengket merupakan pilihan untuk mencegah terjadinya karies gigi (Sutadi, 2000).
2.11 Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) Tujuan pembangunan nasional adalah untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia. Undang-Undang
Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 menyebutkan
penyelenggaraan kesehatan sekolah dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat bagi peserta didik untuk memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Dalam Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
rangka meningkatkan kualitas kesehatan gigi anak sekolah telah dilaksanakan kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)(Depkes RI, 1997).
2.11.1 Pengertian UKGS Usaha Kesehatan Gigi Sekolah adalah bagian integara Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara terencana pada siswa terutama siswa Sekolah Tingkat Dasar dalam satu kurun waktu tertentu, diselenggarakan secara berkesinambungan melalui paket UKS sebagai berikut (Depkes RI, 1997) 1. Paket Minimal UKS yaitu UKGS Tahap I yang meliputi : a. Pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi mulut. b. Pencegahan penyakit gigi mulut. 2. Paket Standar UKS yaitu UKGS Tahap II yang meliputi : a. Pelatihan guru dan tenaga kesehatan dalam bidang kesehatan gigi dan mulut. b. Pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut c. Pencegahan penyakit gigi mulut. d. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut siswa kelas I e. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit. f. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada kelas I s/d kelas VI Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
g. Rujukan bagi yang memerlukan 3. Paket Optimal UKS yaitu UKGS Tahap III yang meliputi : a. Pelatihan guru dan tenaga kesehatan dalam bidang kesehatan gigi dan mulut b. Pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut c. Pencegahan penyakit gigi mulut. d. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut siswa kelas I e. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit. f. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada kelas I sampai dengan kelas VI g. Pelayanan medik gigi dasar sesuai kebutuhan pada kelas terpilih. 2.11.2 Tujuan UKGS Tujuan umum dari pelaksanaan UKGS adalah tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut siswa yang optimal. Adapun tujuan khususnya antara lain adalah memiliki sikap atau kebiasaan pelihara diri terhadap kesehatan gigi dan mulut (Depkes RI, 1997).
2. 12 Landasan Teori Berdasarkan uraian teori tentang terjadinya karies dan faktor-faktor yang berhubungan dengan karies menyebutkan bahwa karies gigi memiliki etiologi multifaktor dimana terjadi interaksi dari tiga faktor utama : Host (gigi dan saliva), mikroorganisme (plak) dan substrat (diet), dan faktor ke empat: waktu (Kidd & Bechal, 1992; Reich. E, Lusi. A & Newbrun. E. 1999). Menurut Suwelo (1997), Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
selain faktor-faktor yang ada di dalam mulut yang langsung berhubungan dengan karies, terdapat faktor-faktor yang tidak langsung yang disebut faktor risiko luar yang merupakan faktor predisposisi dan faktor penghambat terjadi karies. Faktor luar tersebut antara lain adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidik, tingkat ekonomi, lingkungan, sikap dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi, maka dapat digambarkan landasan teori sebagai berikut : Faktor Predisposisi
PERILAKU
Usia Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan Tingkat Ekonomi Lingkungan Pengetahuan Sikap
Faktor Utama
HOST (gigi & Saliva)
SUBSTRAT KARIES MIKRO ORGANISME
WAKTU
Gambar 2.4 Landasan Teori Faktor – faktor yang berhubungan dengan Status Karies Gigi. Sumber: Kidd & Bechal, 1992; Suwelo, 1997; Reich.E, Lusi.A & Newbrun. E, 1999.
2.13 Kerangka Konsep Karakteristik Anak SD - Pendidikan Orang Tua - Pekerjaan Orang Tua Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010. Perilaku
- Pengetahuan - Sikap - Tindakan Sumber Informasi - Petugas Kesehatan
Status Karies Gigi
Gambar 2.5 Kerangka Konsep
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei dengan menggunakan desain potong lintang (cross-sectional) untuk menganalisis hubungan perilaku murid SD kelas V dan VI pada kesehatan gigi dan mulut terhadap status karies gigi (DMFT) di wilayah kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang 2009.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitan Penelitian dilaksanakan di SD Kecamatan Delitua, dengan pertimbangan merupakan salah satu kecamatan yang masih ditemui kasus gangguan gigi dan mulut yaitu sebesar 28,9% dari 415 murid SD yang diperiksa. Penelitian ini terhitung dari bulan November 2008 sampai Agustus 2009.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Populasi penelitian ini adalah seluruh murid SD kelas V dan VI di kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang yang berjumlah sebanyak 2.238 murid dari 14 sekolah. Pemilihan murid SD kelas V dan VI sebagai populasi penelitian karena pertimbangan bahwa rata-rata usia murid SD kelas V dan VI adalah 11-12 tahun, dimana pada usia tersebut semua gigi permanen, kecuali molar tiga, sudah tumbuh sempurna dan pada usia tersebut anak mudah untuk diajak komunikasi. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari murid SD Kelas V dan VI di kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang, yang besar sampel diambil dengan menggunakan rumus
yang dikemukakan oleh Taro Yamane yang dikutip oleh
Notoatmodjo (2003), sebagai berikut: N n= 1 + N (d)2 Keterangan : n = besarnya sampel N = jumlah populasi d = presisi sebesar 99% (d=0,1) 2.238 n= 1 + 2.238 (0.1)2 n=95,72= 96 Murid SD Untuk mengambil 96 Murid SD dilakukan secara proporsional sampling terhadap Murid SD yang tersebar di 14 SD di Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang dengan menggunakan tehnik sample fraction (SF) (Nazir, 2003), yaitu: SF= n/Nx100%= 96/2.238 x 100 = 4,25% Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Untuk mengambil 96 murid SD tersebut dilakukan secara simple random sampling yaitu mengambil sampel secara acak dengan metode undian. Maka besarnya sampel tiap SD pada Murid SD Kelas V dan VI seperti pada Tabel 3.1
Tabel 3.1. Perhitungan Besar Sampel Penelitian No
Nama Sekolah
Kelas V
Kelas VI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
SD NEG NO. 101797 SD NEG NO. 101798 SD NEG NO. 101799 SD NEG NO. 101800 SD NEG NO. 101801 SD NEG NO. 104213 SD NEG NO. 104214 SD NEG NO. 105300 SD NEG NO. 108075 SD SWASTA R.K SD SWASTA MASEHI SD SWASTA Y.P.I SD SWASTA SINGOSARI SD SWASTA YASPENDAR Total
57 79 59 66 118 77 99 99 37 47 28 96 133 120
55 90 46 65 96 63 118 111 33 45 32 109 135 125
Jumlah Murid SD 112 169 105 131 214 140 217 210 70 92 60 205 268 245 2238
Jumlah Sampel 5 8 4 6 9 6 9 9 3 4 3 9 11 10 96
3.4 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data primer baik untuk variabel independen maupun variabel dependen. Pengumpulan data untuk variabel independen yang terdiri dari tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, perilaku, dan sumber Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
informasi. Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan lembar kuesioner, untuk data perilaku kesehatan gigi juga dikumpulkan melalui wawancara menggunakan lembar kuesioner. Variabel dependen berupa status karies gigi (DMFT) dikumpulkan
dengan
melakukan
pemeriksaan
gigi,
menggunakan
alat-alat
pemeriksaan gigi dan dicatat dalam lembar pemeriksaan status karies gigi (DMFT). Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dibantu staf/perawat gigi puskesmas. Sebelum pengumpulan data, dilakukan pelatihan untuk mendapatkan persamaan persepsi dari para pengumpul data, berupa pelatihan pengisian formulir pemeriksaan status karies gigi serta kuesioner yang akan digunakan untuk pengumpulan data. Kuesioner yang telah disiapkan terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap 10 orang murid SD kelas V dan VI di Kecamatan Delitua untuk mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur.
3.4.1 Uji Validitas Validitas menunjukkan sejauh mana skor atau nilai ataupun ukuran yang diperoleh benar-benar menyatakan hasil pengukuran atau pengamatan yang ingin diukur. Uji validitas dilakukan dengan mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel. Cara mengukur validitas data yaitu dengan mencari korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total pada corrected correlation item total pada hasil reability dengan ketentuan: 1. Jika nilai r hitung > r tabel (0,05), maka dinyatakan valid. Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
2. Jika nilai r hitung < r tabel (0,05), maka dinyatakan tidak valid. Nilai r-Tabel untuk responden 10 orang murid SD adalah 0,05. Hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel 3.2.
3.4.2 Uji Reliabilitas Uji Reliabilitas bertujuan untuk melihat bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Teknik yang dipakai untuk menguji kuesioner penelitian, adalah tehnik Alpha Cronbach yaitu dengan menguji coba instrumen kepada kelompok responden pada satu pengukuran (Syahyunan,2004). Taraf kepercayaan pengujian adalah 95%, maka nilai r-Tabel untuk sampel pengujian 10 orang adalah sebesar 0,05, maka ketentuan dikatakan valid, dan reliabel jika: 1. Nilai r hitung variabel ≥ 0, 05 dikatakan valid dan relialibel. 2. Nilai r hitung variabel < 0, 05 dikatakan tidak valid dan relialibel. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur No
Item Pertanyaan
01
Item Informasi Informasi 1 Informasi 2 Nilai Alpha Croncbach Item Pengetahuan Pengetahuan 1 Pengetahuan 2 Pengetahuan 3 Pengetahuan 4
02
Nilai Corrected Item Total
Keterangan
1,000 1,000 1,000
Valid Valid Reliabel
0,1804 0,1804 0,4854 0,5453
Valid Valid Valid Valid
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
03
04
Pengetahuan 5 Pengetahuan 6 Pengetahuan 7 Pengetahuan 8 Pengetahuan 9 Pengetahuan 10 Nilai Alpha Croncbach Item Sikap Sikap 1 Sikap 2 Sikap 3 Sikap 4 Sikap 5 Sikap 6 Sikap 7 Sikap 8 Sikap 9 Sikap 10 Nilai Alpha Croncbach Item Tindakan Tindakan 1 Tindakan 2 Tindakan 3 Tindakan 4 Tindakan 5 Tindakan 6 Tindakan 7 Tindakan 8 Tindakan 9 Tindakan 10 Nilai Alpha Croncbach
0,2691 0,6652 0,8920 0,0799 0,6159 0,8226 0,7954
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Reliabel
0,4676 0,5906 0,0737 0,2825 0,7500 0,7500 0,4065 0,4758 0,6926 0,3171 0,7995
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Reliabel
0,1547 0,1547 0,4551 0,7786 0,5573 0,3433 0,6634 0,2117 0,6080 0,2138 0,7626
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Reliabel
Bedasarkan tabel 3.2. diketahui bahwa pada sampel 10 responden dengan nilai r-hitung > 0,05, maka secara keseluruhan pertanyaan dalam kuesioner tersebut layak untuk dijadikan sebagai instrumen penelitian ini.
3.5 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
3.5.1 Variabel Dependen Status Karies Gigi (DTMFT) adalah Indeks yang dipakai untuk mengukur gigi tetap yang mengalami karies atau tumpatan yang tidak baik (D=Decayed), gigi yang dicabut karena karies (M=Missing) dan gigi dengan tumpatan baik (F=Filling), dan Indeks DMFT = D+M+F pada gigi tetap (T) yang didasarkan pada pemeriksaan gigi oleh perawat gigi atau dokter gigi puskesmas.
3.5.2 Variabel Independen 1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui
oleh Murid SD tentang
perawatan gigi dan gangguan gigi dan mulut 2. Sikap adalah respon atau tanggapan Murid SD terhadap perawatan gigi dan gangguan gigi dan mulut. 3. Tindakan adalah bentuk nyata dari kegiatan yang dilakukan oleh Murid SD untuk merawat giginya dan mencegah terjadi gangguan gigi dan mulut. 4. Karakteristik Murid SD, yaitu segala sesuatu cirri-ciri sosiodemografi yang terdapat pada murid SD dan keluarganya. 5. Pendidikan orang tua adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh orang tua murid SD yang dinyatakan dengan ijazah yang sah. 6. Pekerjaan orang tua adalah jenis kegiatan rutin yang dilakukan oleh orang tua Murid SD yang menghasilkan pendapatan keluarga. Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
7. Sumber informasi adalah pesan atau informasi yang diperoleh oleh Murid SD tentang perawatan gigi dan pencegahan gangguan gigi dan mulut, yaitu : a. Petugas kesehatan adalah :
petugas yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan usaha kesehatan sekolah khususnya dalam pencegahan penyakit gigi dan mulut pada murid SD. b. Orangtua adalah : bapak atau ibu dari murid SD kelas V dan VI.
3.6 Metode Pengukuran 3.6.1 Pengukuran Variabel Dependen Pengukuran variabel status karies gigi didasarkan pada skala ordinal berdasarkan hasil pemeriksaan dokter gigi atau perawat gigi dengan menggunakan alat kaca mulut, sonde, pinset dan dicatat pada formulir pemeriksaan, kemudian variabel status karies gigi dikategorikan menjadi:
Rendah Sedang Tinggi
< 2,7 2,7 – 4,4 > 4,4
3.6.2 Pengukuran Variabel Independen Pengetahuan
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Pengukuran variabel pengetahuan didasarkan pada skala ordinal dari 10 pertanyaan dengan alternatif jawaban “a”b” dan “c”. masing-masing jawaban diberi skor, yaitu untuk jawaban “a” dikatakan baik, dan diberi skor 2, jawaban “b” dikatakan sedang, dan diberi skor 1, dan “c” dikatakan kurang diberi skor 0, maka skor tertinggi adalah 2x10=20, kemudian diakumulasikan menjadi 2 kategori yaitu:
(N + 1)
1.
Baik, jika Murid SD menjawab benar ≥ median
2.
Kurang, jika Murid SD menjawab benar < median
2
(N + 1) 2
Sikap Pengukuran variabel sikap didasarkan pada skala ordinal dari 10 pertanyaan dengan alternatif jawaban “Setuju” diberi skor 2, “Kurang Setuju” diberi skor 1, dan “Tidak Setuju” diberi skor 0, maka total skor adalah 2x10=20, kemudian diakumulasikan menjadi 2 katagori yaitu : 1. Baik, jika Murid SD memperoleh nilai ≥ median
(N + 1)
2. Kurang, jika Murid SD memperoleh nilai < median
2
(N + 1) 2
Tindakan Pengukuran variabel tindakan didasarkan pada skala ordinal dari 10 pertanyaan dengan alternatif jawaban “a, b dan “c”. Masing-masing jawaban diberi Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
skor, yaitu untuk jawaban “a” dikatakan baik dan diberi skor 2, jawaban “b” dikatakan sedang diberi skor 1, dan “c” dikatakan kurang diberi skor 0, maka skor tertinggi adalah 2x10=20, kemudian diakumulasikan menjadi 2 kategori yaitu: 1. Baik, jika Murid SD menjawab benar ≥ median
(N + 1)
2. Kurang, jika Murid SD menjawab benar < median
2
(N + 1) 2
Keterangan : Jika sesudah analisis data yang telah dikategorisasi ditemukan hasil dengan data berdistribusi normal maka akan digunakan nilai mean pada metode pengukuran.
Pendidikan Pengukuran variabel pendidikan orang tua didasarkan pada skala ordinal, dengan 3 kategori yaitu: 1. Pendidikan Dasar, jika orang tua murid SD berpendidikan Sekolah Dasar dan SLTP; 2. Pendidikan Menengah, jika orang tua murid SD berpendidikan SLTA 3. Pendidikan Lanjutan, jika orang tua murid SD berpendidikan Diploma/S1 Pekerjaan Pengukuran variabel pekerjaan orang tua didasarkan pada skala nominal, dengan kategori :
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
1. Bekerja, jika orang tua murid SD mempunyai pekerjaan tetap seperti petani/buruh/PNS/Pegawai Swasta atau wiraswasta 2. Tidak Bekerja, jika orang tua murid SD tidak mempunyai pekerjaan tetap atau sebagai ibu rumah tangga. Sumber Informasi Pengukuran sumber informasi didasarkan pada skala nominal, dan dikategorikan menjadi: 1. Petugas Kesehatan 2. Orang Tua
3.7 Metode Analisa Data Metode analisis data dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut : 1. Untuk melihat gambaran data perilaku Murid SD, karakteristik murid SD, sumber informasi dan status karies gigi secara tunggal disajikan dalam bentuk tabulasi dan dideskripsikan. 2. Untuk melihat hubungan perilaku Murid SD dengan status karies gigi secara bivariat dilakukan dengan uji Chi Square pada taraf kepercayaan 95% (α=0,05). 3. Untuk melihat hubungan beberapa variabel independen terhadap variabel dependen dilakukan Uji Multivariat dengan uji regresi logistic ganda. Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Delitua terletak pada 257 dan 3160 LU. Luas kecamatan yaitu 9,36 km2 dengan jumlah 3 desa, 3 kelurahan, dan 45 dusun. Jumah sekolah dasar di Kecamatan Delitua sebanyak 14 SD yang terdiri dari 9 SD negeri dan 4 SD swasta. Kecamatan Delitua berbatasan dengan : -
Sebelah Utara
: Kecamatan Medan Johor
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
-
Sebelah Selatan
: Kecamatan Biru-Biru
-
Sebelah Barat
: Kecamatan Namorambe
-
Sebelah Timur
: Kecamatan Patumbak
Tabel 4.1. Nama – Nama Sekolah Dasar di Kecamatan Delitua No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Sekolah SDN 101797 SDN 101798 SDN 101799 SDN 101800 SDN 101801 SDN 104213 SDN 104214 SDN 105300 SDN 108075 SD Swasta R.K SD Swasta Masehi SD Swasta Y.P.I SD Swasta Singosari SD Swasta Yaspendar Total
Jenis Kelamin Kelas V dan VI Laki-Laki Perempuan 63 49 92 77 61 44 59 72 124 90 73 67 113 104 96 114 34 36 49 43 44 26 111 94 133 135 112 33
Frekuensi
Persentase (%)
112 169 105 131 214 140 217 210 70 92 70 205 268 145 2148
5,21 7,86 4,88 6,09 9,96 6,51 10,10 9,77 3,25 4,28 3,25 9,54 12,47 6,75 100
4.2. Analisis Univariat Analisis
univariat
dilakukan
untuk
menggambarkan/mendeskripsikan
karakteristik masing-masing variabel yang diteliti yaitu variabel dependen dan variabel independen. Gambaran karakteristik masing-masing variabel adalah sebagai berikut : 4.2.1. Status Karies Gigi Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Status Karies Gigi Pada Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deliserdang 2009. Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Status Karies Gigi 1.Rendah 2.Sedang Total
Jumlah 71 25 96
Persentase (%) 74,0 26,0 100,0
Berdasarkan pengelompokan status karies gigi, didapat gambaran responden yang mempunyai status karies gigi rendah sebanyak 71 orang (74,0%) dan status karies gigi sedang sebanyak 25 orang (26%).
4.3. Pengetahuan Kesehatan Gigi Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Gigi Sehat Pertanyaan 1
1. Tdk Berlubang, Tdk Sakit, Bersih, Segar 2. Gigi yang tidak sakit Total
Jumlah 91 5 96
Persentase (%) 94,8 5,2 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat dikatakan gigi sehat adalah tidak berlubang, tidak sakit, bersih, dan segar sebanyak 91 orang (94,8%), dan responden yang mengatakan gigi yang tidak sakit sebanyak 5 orang (5,2%).
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kegunaan Gigi Pertanyaan 2
1.Mengunyah makanan 2.Untuk Berbicara dan kecantikan 3.Tidak Tahu
Jumlah 90 4 2
Persentase (%) 93,8 4,2 2,1
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Total
96
100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat kegunaan gigi adalah untuk mengunyah makanan sebanyak 90 orang (93,8%), responden yang mengatakan untuk berbicara dan kecantikan sebanyak 4 orang (4,2%), dan responden yang tidak tahu sebanyak 2 orang (2,1%).
Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Gigi Berlubang Pertanyaan 3
1.Gigi Sakit dan Bengkak 2.Gigi Tidak Bersih 3.Tidak Tahu Total
Jumlah 52 36 8 96
Persentase (%) 54,2 37,5 8,3 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat gigi berlubang adalah gigi sakit dan bengkak sebanyak 52 orang (54,2%), responden yang mengatakan gigi yang tidak bersih sebanyak 36 orang (37,5%), dan responden yang tidak tahu sebanyak 8 orang (8,3%).
Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Penyebab Gigi Berlubang Pertanyaan 4
1.Makanan manis dan melekat 2.Makanan yang panas, malas sikat gigi
Jumlah 87 6
Persentase (%) 90,6 6,3
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
3.Tidak Tahu Total
3 96
3,1 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat penyebab gigi berlubang adalah makan makanan yang manis sebanyak 87 orang (90,6%), responden yang mengatakan makan makanan yang panas sebanyak 6 orang (6,3%), dan responden yang tidak tahu sebanyak 3 orang (3,1%).
Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Gigi Berlubang Dapat Dicegah Pertanyaan 5
1.Ya 2.Tidak 3.Tidak Tahu Total
Jumlah 86 8 2 96
Persentase (%) 89,6 8,3 2,1 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat gigi berlubang dapat dicegah sebanyak 86 orang (89,6%), responden yang mengatakan gigi berlubang tidak dapat dicegah sebanyak 8 orang (8,3%), dan responden yang tidak tahu sebanyak 2 orang (2,1%). Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Cara Mencegah Gigi Berlubang Pertanyaan 6
1. Menyikat gigi teratur dan benar 2. Mengurangi makanan manis dan lengket 3. Tidak Tahu Total
Jumlah 75 19 2 96
Persentase (%) 78,1 19,8 2,1 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat cara mencegah gigi berlubang dengan menyikat gigi teratur dan benar sebanyak 75 orang Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
(78,1%), responden yang mengatakan mengurangi makanan manis dan lengket sebanyak 19 orang (19,8%), dan responden yang tidak tahu sebanyak 2 orang (2,1%).
Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Terbaik Menyikat Gigi Pertanyaan 7
1. Sesudah makan pagi dan sebelum tdr mlm 2. Sewaktu mandi 3. Tidak Tahu Total
Jumlah 80 15 1 96
Persentase (%) 83,3 15,6 1,0 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat waktu terbaik menyikat gigi adalah sesudah makan dan sebelum tidur sebanyak 80 orang (83,3%), responden yang mengatakan sewaktu mandi sebanyak 15 orang (15,6%), dan responden yang tidak tahu sebanyak 1 orang (1,0%).
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Menyikat Gigi Baik dan Benar
1. Semua permukaan gigi harus disikat 2. Gerakannya harus keras dan cepat 3. Tidak Tahu Total
Jumlah 91 2 3 96
Persentase (%) 94,8 2,1 3,1 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat cara menyikat gigi yang baik dan benar adalah semua permukaan gigi harus disikat sebanyak 91 orang (94,8%), responden yang mengatakan gerakannya harus keras dan cepat sebanyak 2 orang (2,1%), dan responden yang tidak tahu sebanyak 3 orang (3,1%).
Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Bahan Pasta Gigi Pertanyaan 9
1.Fluor 2.Vitamin Lain 3.Tidak Tahu Total
Jumlah 60 16 20 96
Persentase (%) 62,5 16,7 20,8 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat bahan pasta gigi adalah fluor sebanyak 60 orang (62,5%), responden yang mengatakan vitamin lain sebanyak 16 orang (16,7%), dan responden yang tidak tahu sebanyak 20 orang (20,8%).
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Pada Gigi Berlubang Pertanyaan 10
Jumlah 37 55 4 96
1. Dirawat dan ditambal 2. Dicabut 3. Tidak Tahu Total
Persentase (%) 38,5 57,3 4,2 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat tindakan pada gigi berlubang adalah dirawat dan ditambal sebanyak 37 orang (38,5%), responden yang mengatakan dicabut sebanyak 55 orang (57,3%), dan responden yang tidak tahu sebanyak 4 orang (4,2%).
Tabel 4.13.
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Pada Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deliserdang 2009.
Pengetahuan 1. Baik 2. Kurang Total
Jumlah 51 45 96
Persentase (%) 53,1 46,9 100,0
Berdasarkan pengelompokan pengetahuan tentang kesehatan gigi, didapat gambaran responden yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 51 orang (53,1%), sedangkan pengetahuan kurang sebanyak 45 orang (46,9%).
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
4.4. Sikap Kesehatan Gigi Tabel 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Sikat Gigi Dilakukan Setiap Selesai Makan Pertanyaan 1
1.Sangat Setuju 2.Kurang Setuju 3.Tidak Setuju Total
Jumlah 70 23 3 96
Persentase (%) 72,9 24,0 3,1 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat sangat setuju menyikat gigi dilakukan selesai makan sebanyak 70 orang (72,9%), responden yang kurang setuju sebanyak 23 orang (24,0%), dan responden yang tidak setuju sebanyak 3 orang (3,1%).
Tabel 4.15. Distribusi Responden Berdasarkan Sikat Gigi Dilakukan Sebelum Tidur Malam Pertanyaan 2
1. Sangat Setuju 2. Kurang Setuju 3. Tidak Setuju Total
Jumlah 68 20 8 96
Persentase (%) 70,8 20,8 8,3 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat sangat setuju menyikat gigi dilakukan sebelum tidur malam sebanyak 68 orang (70,8%), responden yang kurang setuju sebanyak 20 orang (20,8%), dan responden yang tidak setuju sebanyak 8 orang (8,3%).
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Tabel 4.16. Distribusi Responden Berdasarkan Sikat Gigi Dilakukan Sesudah Makan Makanan Yang Manis Pertanyaan 3
1.Sangat Setuju 2.Kurang Setuju 3.Tidak Setuju Total
Jumlah 45 33 18 96
Persentase (%) 46,9 34,4 18,8 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat sangat setuju menyikat gigi dilakukan sesudah makan makanan yang manis sebanyak 45 orang (46,9%), responden yang kurang setuju sebanyak 33 orang (34,4%), dan responden yang tidak setuju sebanyak 18 orang (18,8%).
Tabel 4.17. Distribusi Responden Berdasarkan Pemeriksaan Gigi Secara Rutin Pertanyaan 4
1. Sangat Setuju 2. Kurang Setuju 3. Tidak Setuju Total
Jumlah 56 28 12 96
Persentase (%) 58,3 29,2 12,5 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat sangat setuju memeriksa gigi secara rutin sebanyak 56 orang (58,3%), responden yang kurang setuju sebanyak 28 orang (29,2%), dan responden yang tidak setuju sebanyak 12 orang (12,5%).
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Tabel 4.18. Distribusi Responden Berdasarkan Gigi Berlubang Karena Malas Menyikat Gigi Pertanyaan 5
1. Sangat Setuju 2. Kurang Setuju 3. Tidak Setuju Total
Jumlah 72 13 11 96
Persentase (%) 75,0 13,5 11,5 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat sangat setuju penyebab gigi berlubang karena malas menyikat gigi sebanyak 72 orang (75,0%), responden yang kurang setuju sebanyak 13 orang (13,5%), dan responden yang tidak setuju sebanyak 11 orang (11,5%).
Tabel 4.19. Distribusi Responden Berdasarkan Mencegah Gigi Berlubang Dengan Menyikat Gigi Teratur Dan Benar Pertanyaan 6
1. Sangat Setuju 2. Kurang Setuju Total
Jumlah 87 9 96
Persentase (%) 90,6 9,4 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat sangat setuju mencegah gigi berlubang dengan menyikat gigi teratur dan benar sebanyak 87 orang (90,6%), dan responden yang kurang setuju sebanyak 9 orang (9,4%).
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Tabel 4.20. Distribusi Responden Berdasarkan Menyikat Gigi Yang Baik Dan Benar Semua Permukaan Gigi Harus Disikat Pertanyaan 7
1. Sangat Setuju 2. Kurang Setuju Total
Jumlah 86 10 96
Persentase (%) 89,6 10,4 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat sangat setuju menyikat gigi yang baik dan benar semua permukaan gigi harus disikat sebanyak 86 orang (89,6%), dan responden yang kurang setuju sebanyak 10 orang (10,4%).
Tabel 4.21. Distribusi Responden Berdasarkan Gigi Sakit dan Berlubang Harus Ditambal Pertanyaan 8
1. Sangat Setuju 2. Kurang Setuju 3. Tidak Setuju Total
Jumlah 48 36 12 96
Persentase (%) 50,0 37,5 12,5 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat sangat setuju gigi sakit dan berlubang harus ditambal sebanyak 48 orang (50,0%), responden yang kurang setuju sebanyak 36 orang (37,5%), dan responden yang tidak setuju sebanyak 12 orang (12,5%).
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Tabel 4.22. Distribusi Responden Berdasarkan Dipertahankan Daripada Dicabut Pertanyaan 9
1. Sangat Setuju 2. Kurang Setuju 3. Tidak Setuju Total
Gigi Sehat
Jumlah 76 14 6 96
Lebih
Baik
Persentase (%) 79,2 14,6 6,3 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat sangat setuju gigi sehat lebih baik dipertahankan sebanyak 76 orang (79,2%), responden yang kurang setuju sebanyak 14 orang (14,6%), dan responden yang tidak setuju sebanyak 6 orang (6,3%).
Tabel 4.23. Distribusi Responden Berdasarkan Berobat Gigi Lebih Baik Ke Dokter Gigi/Puskesmas Daripada Ke Dukun Pertanyaan 10
1. Sangat Setuju 2. Kurang Setuju 3. Tidak Setuju Total
Jumlah 78 12 6 96
Persentase (%) 81,3 12,5 6,3 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat sangat setuju berobat gigi lebih baik ke dokter gigi/puskesmas dari pada ke dukun sebanyak 78 orang (81,3%), responden yang kurang setuju sebanyak 12 orang (12,5%), dan responden yang tidak setuju sebanyak 6 orang (6,3%).
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Tabel 4.24.
Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Pada Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deliserdang 2008.
Sikap 1. Baik 2. Kurang Total
Jumlah 49 47 96
Persentase (%) 51,0 49,0 100,0
Berdasarkan pengelompokan sikap tentang kesehatan gigi, didapat gambaran responden yang mempunyai sikap baik sebanyak 49 orang (51,0%), sedangkan sikap kurang sebanyak 47 orang (49,0%).
4.5. Tindakan Kesehatan Gigi Tabel 4.25. Distribusi Responden Berdasarkan Menyikat Gigi Sebelum Tidur Pertanyaan 1
1. Ya, setiap hari 2. Ya, sekali-kali apabila tidak lupa 3. Tidak pernah karena tidak kotor Total
Jumlah 73 19 4 96
Persentase (%) 76,0 19,8 4,2 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang setiap hari menyikat gigi sebelum tidur sebanyak 73 orang (76,0%), responden sekali-kali apabila tidak lupa sebanyak 19 orang (19,8%), dan responden tidak pernah karena tidak kotor sebanyak 4 orang (4,2%).
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Tabel 4.26. Distribusi Responden Berdasarkan Menyikat Gigi Setiap Pagi
Pertanyaan 2
1. Ya, sambil mandi pagi 2. Sekali-kali Total
Jumlah 88 8 96
Persentase (%) 91,7 8,3 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang menyikat gigi sambil mandi pagi sebanyak 88 orang (91,7%), dan responden yang sekali-kali menyikat gigi setiap pagi sebanyak 8 orang (8,3%).
Tabel 4.27. Distribusi Responden Berdasarkan Yang Dilakukan Selesai Makan Pertanyaan 3
1. Cukup kumur-kumur saja 2. Minum Total
Jumlah 2 94 96
Persentase (%) 2,1 97,9 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang melakukan kumurkumur saja selesai makan sebanyak 2 orang (2,1%), dan responden yang minum selesai makan sebanyak 94 orang (97,9%).
Tabel 4.28. Distribusi Responden Berdasarkan Kunjungan ke Dokter Gigi Atau Klinik Pertanyaan 4
1. Pernah, karena sakit gigi 2. Tidak pernah karena tidak ada keluhan Total
Jumlah 2 94 96
Persentase (%) 2,1 97,9 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang pernah mengunjungi dokter gigi atau klinik gigi karena sakit gigi sebanyak 2 orang (2,1%), dan responden Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
yang tidak pernah mengunjungi dokter gigi atau klinik gigi karena tidak ada keluhan sebanyak 94 orang (97,9%).
Tabel 4.29. Distribusi Responden Berdasarkan Memeriksa Gigi Secara Teratur Pertanyaan 5
1. Ya, setiap 6 bulan atau setahun sekali 2. Ya, tidak tentu 3. Tidak pernah Total
Jumlah 1 82 13 96
Persentase (%) 1,0 85,4 13,5 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang setiap 6 bulan atau setahun sekali memeriksa gigi secara teratur sebanyak 1 orang (1,0%), responden yang tidak tentu memeriksa gigi sebanyak 82 orang (85,4%), dan responden tidak pernah memeriksa gigi sebanyak 13 orang (13,5%).
Tabel 4.30. Distribusi Responden Berdasarkan Gigi Kotor Atau Gusi Berdarah Pertanyaan 6
1. Memeriksa atau membersihkan karang gigi 2. Menyikat gigi 3. Dibiarkan Total
Jumlah 1 90 5 96
Persentase (%) 1,0 93,8 5,2 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang memeriksa atau membersihkan karang gigi sebanyak 1 orang (1,0%), responden yang menyikat gigi sebanyak 90 orang (93,8%), dan responden yang membiarkan saja sebanyak 5 orang (5,2%).
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Tabel 4.31. Distribusi Responden Berdasarkan Makanan Yang Dikonsumsi Diantara Waktu Makan Pertanyaan 7 Jumlah Persentase (%) 1. Buah-buahan 61 63,5 2. Kue-kue 31 32,3 3. Jajanan (permen,coklat,biskuit,cake,dll,) 4 4,2 Total 96 100,0 Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang memakan buahbuahan diantara waktu makan sebanyak 61 orang (63,5%), responden yang memakan kue-kue sebanyak 31 orang (32,3%), dan memakan jajanan sebanyak 4 orang (4,2%). Tabel 4.32. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan Makanan Jajanan Dalam Sehari Pertanyaan 8
1. Kurang dari 2 kali 2. Lebih dari 2 kali 3. Tidak pernah Total
Jumlah 61 27 8 96
Persentase (%) 63,5 28,1 8,3 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang kurang 2 kali dalam sehari makan makanan jajanan sebanyak 61 orang (63,5%), responden yang memakan lebih dari 2 kali sebanyak 27 orang (28,1%), dan responden yang tidak pernah memakan jajanan sebanyak 8 orang (8,3%).
Tabel 4.33. Distribusi Responden Berdasarkan Jajanan Manis dan Melekat Pertanyaan 9
1. Tidak suka 2. Kadang-kadang 3. Ya, suka Total
Jumlah 1 90 5 96
Persentase (%) 1,0 93,8 5,2 100,0
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang tidak suka makan jajanan yang manis dan melekat sebanyak 1 orang (1,0%), responden yang kadangkadang memakan jajanan yang manis dan melekat sebanyak 90 orang (93,8%), dan responden yang suka memakan jajanan tersebut sebanyak 5 orang (5,2%).
Tabel 4.34. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Yang Dilakukan Dalam Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut Pertanyaan 10
1. Menyikat gigi secara teratur meski bersih 2. Menyikat gigi apabila gigi kotor 3. Tidak perlu menyikat gigi, ckp mkn vitamin Total
Jumlah 2 81 13 96
Persentase (%) 2,1 84,4 13,5 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang melakukan tindakan dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut adalah menyikat gigi secara teratur meski masih bersih sebanyak 2 orang (2,1%), responden yang menyikat gigi apabila kotor sebanyak 81 orang (84,4%), dan responden yang tidak perlu menyikat gigi hanya cukup minum vitamin sebanyak 13 orang (13,5%).
Tabel 4.35.
Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Pada Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang 2009.
Tindakan 1.Baik 2.Kurang Total
Jumlah 59 37 96
Persentase (%) 61,5 38,5 100,0
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Berdasarkan pengelompokan tindakan tentang kesehatan gigi, didapat gambaran responden yang mempunyai tindakan baik sebanyak 57 orang (61,5%), sedangkan tindakan kurang sebanyak 37 orang (38,5%).
4.6. Kelas Responden Tabel 4.36. Distribusi Responden Berdasarkan Kelas Pada Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang 2009. Kelas 1.Kelas V 2.Kelas VI Total
Jumlah 31 65 96
Persentase (%) 32,3 67,7 100,0
Berdasarkan pengelompokan Kelas responden, didapat gambaran responden yang berada di Kelas V sebanyak 31 orang (32,3%), sedangkan responden yang berada di Kelas VI sebanyak 65 orang (67,7%).
4.7. Karakteristik Responden 4.7.1. Pendidikan Orang Tua Tabel 4.37.
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Orang Tua Pada Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang 2009.
Pendidikan Orang Tua 1.Tamat SD 2.Tamat SLTP 3.Tamat SLTA 4.Tamat DIII/S1 Total
Jumlah 27 28 30 11 96
Persentase (%) 28,1 29,2 31,3 11,5 100,0
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Berdasarkan pengelompokan Pendidikan Orang Tua, didapat gambaran responden yang pendidikan orang tuanya tamat SD sebanyak 27 orang (28,1%), responden yang pendidikan orang tuanya tamat SLTP sebanyak 28 orang (29,2%), responden yang pendidikan orang tuanya tamat SLTA sebanyak 30 orang (31,3%), dan responden yang pendidikan orang tuanya tamat DIII/S1 sebanyak 11 orang (11,5%). 4.7.2. Pekerjaan Orang Tua Tabel 4.38.
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua Pada Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang 2009.
Pekerjaan Orang Tua 1. Petani/Buruh 2. PNS/POLRI 3. Peg. Swasta/Wrsta 4. Tidak Bekerja Total
Jumlah 12 9 72 3 96
Persentase (%) 12,5 9,4 75,0 3,1 100,0
Berdasarkan pengelompokan Pekerjaan Orang Tua, didapat gambaran responden yang pekerjaan orang tuanya Petani/Buruh sebanyak 12 orang (12,5%), responden yang pekerjaan orang tuanya PNS/POLRI sebanyak 9 orang (9,4%), responden yang pekerjaan orang tuanya peg. Swasta/wiraswasta sebanyak 72 orang (75,0%), dan responden yang pekerjaan orang tuanya tidak bekerja sebanyak 3 orang (3,1%).
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
4.8. Informasi 4.8.1. Penjelasan Tentang Kesehatan Gigi Tabel 4.39. Distribusi Responden Berdasarkan Penjelasan tentang Kesehatan Gigi Pada Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang 2009. Penjelasan Kesehatan Gigi
1. Belum Pernah 2. Sudah Pernah Total
Jumlah 46 50 96
Persentase (%) 47,9 52,1 100,0
Berdasarkan pengelompokan Penjelasan Tentang Kesehatan Gigi, didapat gambaran responden yang belum pernah mendapatkan penjelasan tentang kesehatan gigi sebanyak 46 orang (47,9%), sedangkan responden yang sudah pernah mendapatkan penjelasan tentang kesehatan gigi sebanyak 50 orang (52,1%).
4.8.2. Sumber Informasi Tabel 4.40. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Pada Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang 2009. Sumber Informasi 1. Petugas Kesehatan 2. Orang Tua Total
Jumlah 47 3 50
Persentase (%) 94,0 6,0 100,0
Berdasarkan pengelompokan Sumber Informasi, didapat gambaran responden yang mendapatkan informasi dari petugas kesehatan sebanyak 47 orang (94,0%), sedangkan responden yang mendapatkan informasi dari orang tua sebanyak 3 orang (6,0%).
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
4.9. Analisis Bivariat Hubungan antara variabel independen dan variabel pendukung dengan variabel dependen dilihat dengan melakukan analisis bivariat menggunakan uji chisquare.
4.10. Hubungan Perilaku Responden 4.10.1. Hubungan Pengetahuan dengan Status Karies Gigi Tabel 4.41. Distribusi Status Karies Gigi Menurut Pengetahuan Responden
Pengetahuan Baik Kurang Jumlah p = 0,716
Status Karies Gigi Rendah Sedang N % N % 39 40,6 12 12,5 32 33,3 13 13,5 71 74,0 25 26,0
Total N 51 45 96
% 53,1 46,9 100,0
Dari tabel di atas terlihat bahwa murid SD yang paling banyak ditemukan adalah yang berstatus karies gigi rendah yang tingkat pengetahuannya baik sebanyak 39 orang (40,6%) sedangkan pengetahuan kurang sebanyak 32 orang (33,3%). Untuk murid SD yang status karies gigi sedang dan berpengetahuan kurang adalah paling banyak ditemukan yaitu sebanyak 13 orang (13,5%) sedangkan berpengetahuan baik sebanyak 12 orang (12,5%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa P = 0,716 (P>0,05) dengan kata lain Ho diterima, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan status karies gigi. Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
4.10.2. Hubungan Sikap dengan Status Karies Gigi Tabel 4.42. Distribusi Status Karies Gigi Menurut Sikap Responden
Sikap Baik Kurang Jumlah p = 0,904
Status Karies Gigi Rendah Sedang N % N % 37 38,5 12 12,5 34 35,5 13 13,5 71 74,0 25 26,0
Total N 49 47 96
% 51,0 49,0 100,0
Dari tabel di atas terlihat bahwa murid SD yang paling banyak ditemukan adalah yang berstatus karies gigi rendah yang sikapnya baik sebanyak 37 orang (38,5%) sedangkan sikapnya kurang sebanyak 34 orang (35,5%). Untuk murid SD yang status karies gigi sedang dan sikapnya kurang adalah paling banyak ditemukan yaitu sebanyak 13 orang (13,5%) sedangkan sikapnya baik sebanyak 12 orang (12,5%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa P = 0,904 (P>0,05) dengan kata lain Ho diterima, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan status karies gigi.
4.10.3. Hubungan Tindakan dengan Status Karies Gigi Tabel 4.43. Distribusi Status Karies Gigi Menurut Tindakan Responden Status Karies Gigi Total Tindakan Rendah Sedang N % N % N % Baik 39 40,6 20 20,8 59 61,5 Kurang 32 33,4 5 5,2 37 38,5 71 74,0 25 26,0 96 100,0 Jumlah p = 0,048 Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Dari tabel di atas terlihat bahwa murid SD yang paling banyak ditemukan adalah yang berstatus karies gigi rendah yang tindakannya baik sebanyak 39 orang (40,6%) sedangkan tindakannya kurang sebanyak 32 orang (33,4%). Untuk murid SD yang status karies gigi sedang dan tindakannya baik adalah paling banyak ditemukan yaitu sebanyak 20 orang (20,8%) sedangkan tindakannya kurang sebanyak 5 orang (5,2%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa P = 0,048 (P<0,05) dengan kata lain Ho ditolak, artinya ada hubungan yang bermakna antara tindakan dengan status karies gigi.
4.11. Hubungan Karakteristik Responden 4.11.1. Hubungan Pendidikan Orang Tua dengan Status Karies Gigi Tabel 4.44. Distribusi Status Karies Gigi Menurut Pendidikan Orang Tua
Pendidikan Orang Tua Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat DIII/S1 Jumlah p = 0,208
Status Karies Gigi Rendah Sedang N % N % 17 17,7 10 10,4 23 24,0 5 5,2 21 21,9 9 9,4 10 10,4 1 1,0 71 74,0 25 26,0
Total N 27 28 30 11 96
% 28,1 29,2 31,3 11,5 100,0
Dari tabel di atas terlihat bahwa murid SD yang paling banyak ditemukan adalah yang berstatus karies gigi rendah yang pendidikan orang tuanya tamat SLTP sebanyak 23 orang (24,0%) sedangkan yang paling sedikit ditemukan adalah yang Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
berstatus karies sedang yang pendidikan orang tuanya tamat DIII/S1 sebanyak 1 orang (1,0%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa P = 0,208 (P>0,05) dengan kata lain Ho diterima, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan orang tua dengan status karies gigi.
4.11.2. Hubungan Pekerjaan Orang Tua dengan Status Karies Gigi Tabel 4.45. Distribusi Status Karies Gigi Menurut Pekerjaan Orang Tua
Pekerjaan Orang Tua Petani/Buruh PNS/POLRI Peg.Swasta/Wrsta Tidak Bekerja Jumlah p = 0,263
Status Karies Gigi Rendah Sedang N % N % 8 8,3 4 4,2 8 8,3 1 1,0 54 56,3 18 18,8 1 1,0 2 2,1 71 74,0 25 26,0
Total N 12 9 72 3 96
% 12,5 9,4 75,0 3,1 100,0
Dari tabel di atas terlihat bahwa murid SD yang paling banyak ditemukan adalah yang berstatus karies gigi rendah yang pekerjaan orang tuanya Pegawai swasta/Wiraswasta sebanyak 54 orang (56,3%) sedangkan yang paling sedikit ditemukan adalah yang berstatus karies rendah yang orang tuanya tidak bekerja sebanyak 1 orang (1,0%) dan yang berstatus karies sedang sebanyak 1 orang (1,0%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa P = 0,263 (P>0,05) dengan kata lain Ho diterima, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan orang tua dengan status karies gigi. Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
4.12. Hubungan Informasi 4.12.1. Hubungan Sumber Informasi Kesehatan dengan Status Karies Gigi Tabel 4.46. Distribusi Status Karies Gigi Menurut Sumber Informasi
Sumber Informasi Petugas Kesehatan Orang Tua Jumlah p = 0,652
Status Karies Gigi Rendah Sedang N % N % 33 66,0 14 28,0 3 6,0 0 0,0 36 72,0 14 28,0
Total N 47 3 50
% 94,0 6,0 100,0
Dari tabel di atas terlihat bahwa murid SD yang paling banyak ditemukan adalah yang berstatus karies gigi rendah yang mendapatkan informasi kesehatan gigi dari petugas kesehatan sebanyak 33 orang (66,0%) dan mendapatkan informasi kesehatan gigi dari orang tua sebanyak 3 orang (6,0%). Sedangkan yang berstatus karies gigi sedang yang mendapatkan informasi kesehatan gigi dari petugas kesehatan sebanyak 14 orang (28,0%) dan mendapatkan informasi kesehatan gigi dari orang tua tidak ada (0,0%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa P = 0,652 (P>0,05) dengan kata lain Ho diterima, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara sumber informasi kesehatan dengan status karies gigi.
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
4.13. Analisis Multivariat Untuk memperoleh jawaban faktor mana memiliki hubungan yang paling kuat terhadap status karies gigi maka perlu dilakukan analisis multivariat. Tahapan analisis multivariat meliputi: pemilihan variabel kandidat multivariat, pembuatan model, dan analisis interaksi.
4.13.1. Pemilihan Variabel Kandidat Multivariat Dalam penelitian ini ada 3 variabel yang diduga berhubungan terhadap status karies gigi, yaitu prilaku kesehatan gigi (pengetahuan, sikap, tindakan). Untuk membuat model multivariat ketiga variabel tersebut terlebih dahulu dilakukan analisis bivariat dengan dependen (status karies gigi). Menurut Mickey dan Greenland (1989), variabel yang pada saat dilakukan uji G (Rasio log-likelihood) memiliki p<0,25 dan mempunyai kemaknaan secara substansi dapat dijadikan kandidat yang akan dimasukkan kedalam model multivariat. Hasil analissis bivariat antara independen dengan dependen disajikan dalam tabel di bawah ini: No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Variabel Pengetahuan Sikap Tindakan Pendidikan Orang Tua Pekerjaan Orang Tua Sumber Informasi
Log-Likelihood 109,754 109,985 104,869 108,416 110,042 57,251
G 00,356 00,125 05,242 01,695 00,069 02,045
P Value 0,551 0,724 0,022 0,193 0,793 0,153
Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa terdapat 3 variabel yang p valuenya < 0,25 yaitu tindakan, pendidikan orang tua, dan sumber informasi kesehatan, sedangkan variabel yang lainnya p valuenya > 0,25. Dengan demikian variabel yang Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
terus masuk kedalam model multivariat adalah tindakan, pendidikan orang tua dan sumber informasi.
4.13.2. Pembuatan Model Faktor Penentu Status Karies Gigi Analisis multivariat bertujuan mendapatkan model yag terbaik dalam menentukan determinan status karies gigi. Dalam permodelan ini semua variabel kandidat dicobakan bersama-sama. Model terbaik akan mempertimbangkan dua penilaian, yaitu nilai signifikansi ratio log-likelihood (p≤0,05) dan nilai signifikansi p wald (p≤0,05). Pemilihan model dilakukan secara hirarki dengan cara semua variabel independen (yang telah lulus sensor) dimasukkan ke dalam model, kemudian variabel yang p-waldnya tidak signifikan dikeluarkan dari model secara berurutan dimulai dari p-wald yang terbesar. Hasil analisis model pertama hubungan ketiga variabel independen yang meliputi tindakan, pendidikan orang tua, dan sumber informasi kesehatan dengan dependen disajikan dalam tabel di bawah ini: Variabel Tindakan Pendidikan Orang Tua Sumber Informasi -2 Log Likelihood = 54,114
B -1,354 0,028
P Wald 0,110 0,935
-10,360
0,999 p value = 0,159
Dari hasil di atas terlihat bahwa signifikasi log-likelihood < 0,05 (p = 0,159). Namun secara signifikan P Wald semua variabel p value nya > 0,05. Dengan demikian perlu dilakukan pengeluaran variabel dari model. Pengeluaran variabel Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
dilakukan bertahap satu persatu dimulai dari variabel yang p value nya tertinggi. Untuk hasil di atas terlihat bahwa variabel sumber informasi mempunyai p-value terbesar, sehingga proses model selanjutnya dengan tidak mengikuti variabel sumber informasi. Hasil modelnya terlihat pada model kedua berikut ini: Variabel Tindakan Pendidikan Orang Tua -2 Log Likelihood = 101,897
B -1,358 -0,428
P Wald 0,018 0,092 p value = 0,016
Dari hasil di atas terlihat bahwa signifikasi log-likelihood < 0,05 (p = 0,016). Terdapat p value nya < 0,05 yaitu variabel tindakan, yang artinya variabel tindakan merupakan variabel yang berhubungan terhadap status karies gigi.
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Hasil penelitian menunjukkan bahwa keadaan status karies gigi cukup baik dilihat dari tidak adanya status karies gigi yang tinggi (0%). Dari hasil penelitian yang paling banyak terdapat pada status karies gigi yang rendah sebanyak 71 orang (74,0%), artinya dominan responden memiliki status karies gigi yang baik. Sedangkan status karies gigi yang sedang sebanyak 25 orang (26%). Tingginya prevalensi dan derajat keparahan karies gigi disebabkan berbagai faktor. Menurut Newburn (1978), karies gigi dapat terjadi akbiat terjadi interkasi keempat faktor: host, agen penyebab penyakit, lingkungan, dan frekuensi mengkonsumsi karbohidrat dan lamanya pelekatan karbohidrat pada email.
5.2. Hubungan Pengetahuan dengan Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Hasil analisis bivariat, hubungan antara pengetahuan dengan status karies gigi diperoleh nilai P=0,716 (P>0,05), sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan status karies gigi. Sama halnya dengan analisis multivariat, nilai yang diperoleh adalah P=0,551(P>0,25), artinya pengetahuan tidak berhubungan terjadinya karies gigi.
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Nurbayani (2008) terhadap siswa SD di Kecamatan Cibodas menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan status karies gigi. Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Ariningrum (2006) pada siswa SD Kecamatan Penjaringan menunjukkan bahwa indeks DMFT dipengaruhi skor variabel pengetahuan. Demikian juga hasil penelitian Wargiati (2007) menunjukkan adanya hubungan bermakna antara pengetahuan dengan status karies gigi. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Kebiasaa membersihkan gigi dan mulut sebagai bentuk perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan mempengaruhi baik atau buruknya kebersihan gigi dan mulut, selanjutnya juga akan mempengaruhi angka karies gigi. Mengenai hasil hubungan yang tidak bermakna ini menurut penulis karena pengetahuan kesehatan gigi seseorang tidak berhubungan secara langsung dengan status karies giginya. Seseorang yang berpengetahuan tinggi saja belum cukup untuk mempengaruhi status karies giginya menjadi rendah apabila pengetahuan tersebut belum diterapkan dalam perilaku sehari-hari. Diperlukan upaya-upaya untuk memotivasi murid agar pengetahuan kesehatan gigi yang dimilkinya dapat diwujudkan alam perilaku kesehatan giginya sehari-hari. Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
5.3. Hubungan Sikap dengan Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Hasil analisis bivariat, hubungan antara sikap dengan status karies gigi diperoleh nilai P=0,904 (P>0,05), sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan status karies gigi. Sama halnya dengan analisis multivariat, tahapan awal permodelan nilai yang diperoleh adalah P=0,724 (P>0,25), artinya sikap tidak berhubungan terjadinya karies gigi. Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak langsung dilihat tetautupi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari adalah reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Mengenai hasil hubungan yang tidak bermakna ini menurut penulis murid SD yang menjadi responden memiliki sikap yang baik terhadap kesehatan giginya. Sikap yang dimiliki sangat bernilai positif terhadap kesehatan giginya. Tingkatan sikap (menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung jawab) mereka lakukan dengan sistematis walaupun tidak sempurna. Hal tersebut sesuai dengan tingkat pendidikan mereka yang masih sekolah dasar yang pengetahuannya masih rendah.
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
5.4. Hubungan Tindakan dengan Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Hasil analisis bivariat, hubungan antara tindakan dengan status karies gigi diperoleh nilai P=0,048 (P<0,05), sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara tidakan dengan status karies gigi. Sama halnya dengan analisis multivariat, setelah dilakukan tahapan permodelan nilai yang diperoleh adalah P=0,018 (P<0,05), artinya tindakan berhubungan terjadinya karies gigi. Tindakan adalah realisasi dari pengetahuan dan sikap menjadi suatu perbuatan nyata. Tindakan juga merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Secara aplikatif terdapat hal yang berbanding terbalik antara tindakan terhadap karies gigi. Semakin baik tindakan seseorang maka semakin rendah pula status karies giginya. Hal tersebut dilihat dari apa yang telah dilakukan sesuai dengan tingkatan kesehatan yang didapat. Sebaliknya, jika tindakan yang tidak baik akan tinggi status karies giginya.
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
5.5. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan dengan Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Sesuai dengan hasil analisis yang didapat bahwa pengetahuan dan sikap tidak berhubungan signifikan dengan status karies gigi. Sedangkan tindakan terdapat hubungan yang signifikan dengan status karies gigi. Pengetahuan, sikap, dan tindakan merupakan 3 tingkatan perilaku. Banyak yang bisa dikaitkan dari ketiga tingkatan tersebut. Pengetahuan yang baik, sikap yang baik, belum tentu tindakan yang dilakukan baik juga. Hal tersebut terjadi karena pengetahuan dan sikap sebatas perilaku tertutup, artinya masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi. Sedangkan tindakan merupakan perilaku terbuka, artinya telah dilakukan atau telah dipraktekkan.
5.6. Hubungan Pendidikan Orang Tua dengan Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Hasil analisis bivariat, hubungan antara pendidikan orang tua dengan status karies gigi diperoleh nilai P=0,208 (P>0,05), sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan orang tua dengan status karies gigi. Sama halnya dengan analisis multivariat, setelah dilalui oleh tahapan permodelan diperoleh nilai adalah P=0,092 (P>0,05), artinya pendidikan orang tua tidak berhubungan terjadinya karies gigi. Pendidikan merupakan salah satu faktor sosial penting yang berhubungan dengan prevalensi karies gigi. Pendidikan yang rendah sangat berpengaruh terhadap Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
pengetahuan seseorang karena tidak mendapat pendidikan yang layak. Hasil Survey Kesehatan Runah Tangga (2001) menunjukkan kerusakan gigi tertinggi terjadi pada orang dengan pendidikan tidak lulus SD yaitu sebesar 8 gigi per orang. Pada orang dengan pendidikan lulus SD rata-rata 4 gigi mengalami kerusakan dan pada orang dengan pendidikan lulus SMP ke atas rata-rata 3 gigi mengalami kerusakan. Mengenai hasil penelitian ini penulis berasumsi tidak terdapatnya hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan orang tua dengan status karies gigi kemungkinan disebabkan karena tingkat pendidikan tidak secara langsung mempengaruhi status karies gigi anaknya, tetapi peran ibu sangat penting dalam membina perilaku kesehatan gigi anaknya sejak dini.
5.7. Hubungan Pekerjaan Orang Tua dengan Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Hasil analisis bivariat, hubungan antara pendidikan orang tua dengan status karies gigi diperoleh nilai P=0,263 (P>0,05), sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan orang tua dengan status karies gigi. Sama halnya dengan analisis multivariat, pada tahap awal nilai yang diperoleh adalah P=0,793 (P>0,25), artinya sikap tidak mempengaruhi terjadinya karies gigi. Menurut Reich (1999), pekerjaan merupakan faktor sosial yang dapat berhubungan status karies gigi. Menurut Kent dan Blinkhorn (2005), pekerjaan menunjukkan kelas sosial tertentu dimana penelitian menunjukkan adanya penurunan dalam insidensi karies, khususnya pada anak-anak dewasa muda, terutama pada anakLinda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
anak kelompok sosioekonomi tinggi. Semakin meningkatnya keadaan sosioekonomi seseorang maka akan lebih menjamin terlaksananya pemeliharaan kesehatan gigi dan mempunyai kesadaran serta perilaku ke arah positif sehingga lebih menyadari pentingnya pencegahan karies gigi.
5.8. Hubungan Sumber Informasi Kesehatan dengan Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Hasil analisis bivariat, hubungan antara sumber informasi kesehatan dengan status karies gigi diperoleh nilai P=0,652 (P>0,05), sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara sumber informasi kesehatan dengan status karies gigi. Sama halnya dengan analisis multivariat, setelah dilalui oleh bertahap-tahap model didapat nilai yang diperoleh adalah P=0,999 (P>0,05), artinya variabel sumber informasi tidak berhubungan terhadap status karies gigi. Pada kenyataannya petugas kesehatan dan orang tua peran aktifnya kurang maksimal dalam memberikan informasi tentang kesehatan gigi. Kemungkinan hal ini terjadi disebabkan oleh waktu petugas kesehatan yang sempit dalam memberikan informasi atau penyuluhan dan tingkat pengetahuan orang tua yang kurang tentang kesehatan gigi.
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: status karies gigi murid SD kelas V dan VI di Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang tahun 2009 sudah cukup baik dengan hasil status karies gigi rendah sebanyak 71 orang (74,0%). Kemudian setelah dalakukan analisis bivariat dengan α=0,05 diperoleh yaitu : tidak ada hubungan yang bemakna antara pengetahuan, sikap, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan sumber informasi dengan status karies gigi. Tindakan merupakan hasil analisis yang dapat berhubungan dengan status karies gigi Hasil selanjutnya dalam bentuk analisis multivariat didapat hasil sebagai berikut: tidak ada hubungan antara penggetahuan, sikap, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan sumber informasi terhadap status karies gigi. Tindakan merupakan variabel yang dapat berhubungan dengan status karies gigi. Dari hal tersebut dapat disimpulkan variabel tindakan adalah variabel yang dapat berhubungan terhadap status karies gigi.
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
6.2 Saran 1. Mengingat pentingnya peranan kegiatan Usaha Kegiatan Gigi Sekolah (UKGS) dalam upaya pembentukan perilaku kesehatan gigi murid SD, perlu kebijakan untuk lebih meningkatkan dan mengembangkan kegiatan UKGS di sekolahsekolah dasar (khususnya pelayanan preventif dan promotif). 2. Memfasilitasi kebutuhan dalam kegiatan UKGS antara lain pelatihan bagi tenagatenaga pelaksana UKGS, termasuk guru sekolah yang bertugas dalam kegiatan UKGS dan penyediaan alat bantu peraga yang diperlukan dalam kegiatan promotif. 3. Perlu meningkatkan kembali kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) di setiap SD secara berkesinambungan dengan membuat perencanaan yang baik. 4. Melaksanakan promosi kesehatan khususnya tentang kesehatan gigi yang berkaitan dengan perilaku masyarakat. Memberikan pengetahuan yang cukup dan memberikan contoh atau sikap yang baik terhadap kesehatan gigi. 5.
Membanggun komunikasi yang baik dengan orang tua murid supaya ikut andil dalam menjaga kesehatan gigi anaknya.
6. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan desain dan variabel yang berbeda. Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Lampiran 3 Jadwal Penelitian
Kegiatan Penelusuran Pustaka
November Minggu I II III IV
Desember Minggu I II III IV
I
Januari Minggu II III IV
I
Februari Minggu II III IV
I
Maret Minggu II III IV
I
Penyusunan Proposal Kolokium Perbaikan Proposal Pengumpulan data Pengolahan data Seminar Hasil Perbaikan tesis Komprehensif
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
April Minggu II III IV
I
M II
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.