III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian produksi benih dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri Lampung mulai dari bulan Maret sampai Juni 2009. Pengujian viabilitas benih umur simpan 5 bulan dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan Nopember 2009 sampai dengan Desember 2009.
3.2 Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan adalah benih kedelai varietas Grobogan, pupuk dasar yaitu pupuk tunggal Urea 50 kg/ha, KCl 100 kg/ha, dan SP-36 100 kg/ha, pupuk majemuk NPK (16:16:16), pestisida (insektisida dan fungisida), aquades, aquabides, alkohol, dan larutan chlorox.
Alat yang digunakan adalah alat pengecambah benih atau germinator IPB 73-2B, alat pembagi tepat, karet gelang, plastik ukuran 25 x 40, kertas label, cutter, mistar, konduktivitimeter, oven, neraca analitik, nampan, kertas merang, dan alat tulis.
18 3.3 Metode Penelitian
Untuk menjawab pertanyaan dalam perumusan masalah dan untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan, serta mengetahui pengaruh perlakuan yang telah diberikan maka data dianalisis, dijabarkan, dan disajikan menggunakan histrogam.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
Benih kedelai yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari hasil penanaman produksi benih kedelai di lapangan yang diberi pupuk tambahan pada saat berbunga. Pupuk NPK tambahan diterapkan dengan 2 cara penerapan pupuk yaitu digerus dan dilarutkan. Dosis pupuk NPK tambahan yaitu 0 kg/ha, 20 kg/ha, 40 kg/ha, 60 kg/ha, dan 80 kg/ha.
Benih kedelai yang disimpan diambil dari petak percobaan berukuran 5 m x 3 m pada kombinasi cara penerapan pupuk dan dosis pupuk NPK tambahan. Polong masak adalah polong yang berwarna cokelat dan polong tersebut belum pecah. Polong dikeringkan secara alami di bawah sinar matahari sampai kering. Benih disimpan dalam plastik polietilen kedap udara dan diletakkan dalam ruang berpendingin (air conditioning).
Benih kedelai yang sudah kering dengan kadar air 12—13 % kemudian disimpan. Benih kedelai diuji viabilitasnya pada umur simpan bulan ke-5 setelah panen. Pengujian viabilitas menggunakan uji kertas digulung dan didirikan dalam plastik (UKDdp). Setiap gulung terdiri dari 25 butir benih untuk masing-masing uji daya
19 berkecambah, kecepatan berkecambah, dan keserempakan berkecambah benih, dan 30 butir untuk uji daya hantar listrik.
Pada uji daya berkecambah, kecepatan berkecambah, dan keserempakan berkecambah, benih kedelai sebelum penanaman terlebih dahulu direndam dalam larutan chlorox selama kurang lebih 5 menit. Kertas merang yang sudah direndam untuk media tumbuh, diusahakan tidak terlalu basah. Kertas merang tersebut terdiri 3 lapisan sebagai dasar dan 2 lapisan sebagai penutup. Setelah itu benih kedelai yang sudah diberi chlorox ditanam atau diletakkan di atas kertas merang. Penanaman dilakukan dengan menyusun benih secara berselang-seling dan teratur kemudian ditutup dengan 2 lapisan kertas merang yang telah dipersiapkan lalu digulung dengan rapi. Setelah semua tahap tersebut dilakukan, kertas merang yang berisi benih kedelai tersebut dimasukkan dalam alat pengecambah benih Tipe IPB 73-2B.
3.5 Pengamatan
Untuk menguji kesahihan kerangka pemikiran dan hipotesis, maka dilakukan pengamatan sebagai berikut: 1. Daya berkecambah Pengukuran daya berkecambah dilakukan dengan metode Kertas Digulung Didirikan dalam Plastik (UKDdp). Daya berkecambah benih dihitung berdasarkan persentase kecambah normal pada hitungan pertama (5 x 24 jam) dan hitungan terakhir (7 x 24 jam). Jumlah benih yang ditanam sebanyak 25 butir per satuan pengamatan.
20 Persentase daya kecambah benih dihitung menggunakan rumus: KN I + KN II DB =
x 100% Jumlah benih yang ditanam
Keterangan : DB : Daya berkecambah ∑ KNI : Jumlah kecambah normal pada pengamatan I (5 x 24 jam) ∑ KNII : Jumlah kecambah normal pada pengamatan II (7 x 24 jam)
2. Keserempakan berkecambah Keserempakan berkecambah benih dilakukan pada hari ke-6 setelah tanam dengan menghitung persentase kecambah normal, abnormal, dan mati. Persentase keserempakan berkecambah dihitung dengan rumus:
Keserempakan perkecambahan
kecambah normal x 100% kecambah yang ditanam
3. Bobot kering kecambah normal Pengamatan dilakukan dengan cara menimbang kecambah normal hasil pengamatan keserempakan berkecambah setelah dibuang kotiledonnya kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 600C selama 3 x 24 jam atau sampai konstan bobotnya. Pengukuran bobot kering rata-rata kecambah normal diperoleh dengan membagi angka pengukuran bobot kering tersebut dan jumlah kecambah normal yang ada.
4. Kecepatan berkecambah Pengamatan dihitung berdasarkan jumlah kecambah normal setiap hari (24 jam) dimulai dari hari ke-3 sampai hari ke-7 pada hari ke setelah tanam. Kecepatan berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus:
21
Kecepatan berkecambah
(Xi - X i-1 ) x 100% Ti
Keterangan : Xi = Persentase kecambah normal pada hari ke-i Ti = Hari ke-i
5. Panjang hipokotil kecambah normal Pengukuran kecambah normal dari panjang titik tumbuh sampai pangkal akar. Pengukuran menggunakan kecamabah normal dari uji keserempakan benih pada hari ke-6.
6. Uji daya hantar listrik benih Pengamatan Uji daya hantar listrik dilakukan dengan merendam 30 butir benih yang telah ditimbang bobot basahnya, dengan deionizer water selama 6 jam lalu disaring. Air hasil saringan digunakan untuk pengujian DHL dengan menggunakan alat koduktivitimeter. Rumus yang digunakan adalah
Nilai DHL
nilai terukur pada konduktivi meter bobot basah 30 butir benih