Vol. 2 No. 1 Oktober 2014
HUBUNGAN PROGAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT Probo Sutejo (12130023-ST) Mahasiswa Pendidikan Geografi IKIP Veteran Semarang Abstrak Kegiatan pengelolaan sumber daya hutan tidak dapat dilepaskan dari kondisi social dan ekonomi masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di desa-desa sekitar hutan. Keberhasilan program dipengaruhi oleh besarnya tingkat partisipasi masyarakat dalam tiap tahap kegiatan, baik tahap perencanaan maupun tahap pelaksanaan program. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besar pendapatan penduduk yang mengikuti kegiatan program dan Seberapa besar partisipasi masyarakat desa hutan dalam kegiatan. Tujuan untuk mengetahui besaran sumbangan pendapatan dari program terhadap pendapatan rumahtangga, untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam kegiatan PHBM. Lokasi di RPH Jangglengan KPH Purwodadi Kabupaten Grobogan. Populasi penelitian adalah 120 orang. Sampel penelitian menggunakan proporsional random atas dasar bahwa setiap responden mempunyai kesempatan yang sama sebagai sempel penelitian dengan jumlah 60 responden. Metode pengumpulan data menggunakan metode angket, pengamatan langsung, wawancara dan dokumentasi. Analisis data menggunakan diskriptif persentase dan analisis statistic dengan korelasi peringkat Spearman. Hal ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara pendapatan sebelum program dengan pendapatan sesudah program dan partisipasi tahap perencanaan dengan partisipasi tahap pelaksanaan petani peserta program. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Desa Sumber Jatipohon merupakan daerah pedesaan dengan sebagian wilayahnya digunakan untuk area pertanian dan hutan. Dengan demikian adanya program PHBM dapat meningkatkan pendapatan penduduk desa hutan di RPH Jangglengan serta partisipasi tahap perencanaan dengan tahap pelaksanaan kurang berhubungan nyata. Berdasarkan penelitian adanya program telah meningkat sebesar 55% atau rata-rata perubahan pendapatan petani mencapai 192,28% dari total pendapatan Rp27,927,000 pertahun.Tingkat partisipasi petani dalam kegiatan tahap perencanaan program termasuk kategori sedang, skor dengan rata-rata 2,45. Pada partisipasi tahap pelaksanaan program termasuk kategori sedang dengan rata-rata 9,75. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa Hubungan PHBM terhadap pendapatan penduduk sangat signifikan dengan adanya program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM), ternyata mampu meningkatkan pendapatan petani. Besarnya peningkatan pendapatan yang diperoleh petani dari keikutsertaan secara keseluruhan rata-rata pendapatan dari lahan program terhadap rumah tangga petani peserta selama satu tahun cukup besar 65,54% atauRp 18.262,500 Kata kunci: PHBM, Peningkatan Pendapatan Penduduk PENDAHULUAN Kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan tidak dapat dilepaskan dari kondisi sosial dan ekonomi masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di desa sekitar hutan. Menurut Kartasubrata (2000), lebih dari 60% penduduk desa sekitar hutan hidup dari hasil pertanian, meskipun lahan yang dimiliki hanyalah sepertiga sampai setengah hektar per rumah tangga, bahkan tidak sedikit rumah tangga yang tidak berlahan. Tingkat pendapatan masyarakat desa hutan yang rendah dan luas lahan garapan yang sempit, telah menimbulkan tekanan yang cukup berat terhadap kawasan hutan yang makin lama makin meningkat. Adanya tekanan ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat, yang terjadi akibat peningkatan jumlah penduduk dari tahun ketahun yang tidak diiringi dengan ketersediaan lapangan JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
39
Vol. 2 No. 1 Oktober 2014
pekerjaan, serta tingkat pendidikan dan keterampilan masyarakat desa hutan yang umumnya rendah, semakin mengancam keberadaan dan pelestarian sumberdaya hutan, serta kegiatan pencurian kayu yang umumnya dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di desa sekitar hutan. Adanya perubahan paradigma pengelolaan hutan dari menejemen hutan berbasis negara menjadi pengelolaan hutan bersama masyarakat, menjadikan kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan tidak lagi didominasi oleh pemerintah, namun telah berkembang menjadi kegiatan yang melibatkan banyak pihak, yaitu masyarakat yang tinggal di desa sekitar hutan serta pihak-pihak lain yang berkepentingan. Salah satu tujuan dari sistem pengelola hutan yang berbasiskan masyarakat ini yaitu agar manfaat dan keberadaan hutan dapat dirasakan oleh semua pihak terutama masyarakat yang tinggal di desa sekitar hutan. Selain itu kegiatan pengelola sumberdaya hutan yang melibatkan masyarakat ini juga bertujuan untuk menanggulangi berbagai permasalahan yang ada dalam kegiatan pengelolaan hutan, seperti masalah perambahan hutan serta pencurian kayu yang dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di desa sekitar hutan. Dengan adanya kegiatan pengelolaan hutan yang melibatkan masyarakat memberikan peluang bagi masyarakat untuk mendapatkan penghasilan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kegiatan pengelolaan hutan yang dilakukan Perhutani bersama-sama masyarakat ini umumnya lebih dikenal dengan nama kegiatan perhutanan sosial. Salah satu kegiatan perhutanan sosial tersebut yaitu kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat. Kegiatan PHBM merupakan suatau bentuk kegiatan pengelola sumberdaya hutan yang dilakukan secara bersama-sama antara Perhutani dengan masyarakat desa hutan atau Perhutani dan masyarakat desa hutan dengan pihakpihak lain yang berkepentingan. Dalam program ini masyarakat dilibatkan dalam setiap tahap kegiatan program, mulai dari tahap perencanaan sampai tahap pelaksanaan program. Hal ini sesuai dengan tujuan dari kegiatan PHBM, yaitu untuk lebih menigkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan. Keberhasilan program sangat dipengaruhi oleh besarnya tingkat partisipasi masyarakat dalam tiap tahap kegiatan program, baik tahap perencanaan maupun tahap pelaksanaan program. Besarnya tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan program, dilihat dari keterlibatan masyarakat petani peserta program dalam berbagai kegiatan pada tahap perencanaan, pengambilan keputusan dan pelaksanaan program. Keterlibatan petani dalam kegiatan program ini baik pada tahap perencanaan, pengambilan keputusan maupun pelaksanaan program dapat berpengaruh terhadap tigkat keberhasilan tanaman yang ada pada lahan PHBM, baik tanaman pokok, tanaman sela, maupun tanaman buahbuahan. Besarnya tingkat keberhasilan tanaman dapat dilihat dari tumbuh tanaman yang ada pada lahan andil petani program (Sudiono, 2000). Adanya program PHBM ini dapat berperan dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga masyarakat, khususnya petani peserta program. Dan dengan adanya peningkatan pendapatan tersebut diharapkan dapat mendorong masyarakat menjadi lebih aktif dalam kegiatan pemeliharaan dan pengelolaan lahan hutan. Selain itu dengan adanya program ini juga diharapkan dapat menumbuhkan JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
40
Vol. 2 No. 1 Oktober 2014
rasa memiliki dan turut bertanggung jawab masyarakat terhadap pentingnya menjaga kelestarian sumberdaya hutan. Sehingga keberadaan hutan dan keberlanjutan fungsi dan manfaat hutan dapat terjaga dengan sebaik-baiknya (Kasryo, 2000). Bertitik tolak pada kondisi di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti dan memilih judul tentang “Pengaruh Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat terhadap Pendapatan Penduduk Desa Hutan di RPH Jangglengan KPH Purwodadi Kabupaten Grobogan ” dengan memenuhi syaratsyarat penulisan ilmiah serta obyektif.
KAJIAN PUSTAKA Pengertian Program PHBM Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat adalah sistem pengelolaan sumberdaya hutan dengan pola kolaborasi yang bersinergi antara Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan atau para pihak yang berkepentingan dalam upaya mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan yang optimal dan peningkatan indeks pembangunan manusia yang bersifat fleksibel, partisipatif dan akomodatif, merupakan suatu sistem pengolahan sumberdaya hutan yang dilakukan bersama oleh Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan atau Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan dengan pihak yang berkepentingan dengan jiwa berbagi, sehingga kepentingan bersama untuk mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan dapat diwujudkan secara optimal dan proposional. PHBM dimaksudkan memberi akses kepada masyarakat atau kelompok masyarakat di sekitar hutan dan para pihak terkait sesuai peran dan fungsinya masing-masing untuk mengelola hutan secara perspektif tanpa mengubah status dan fungsinya hutan berlandas azas manfaat, kelestarian, kebersamaan, kemitraan, keterpaduan, kesederajatan dan sistem sharing/berbagi. Dengan demikian masyarakat dapat ikut berperan serta secara aktif dalam mengelola hutan, sehingga diharapkan akan tumbuh rasa memiliki dan rasa turut tanggung jawab terhadap keberadaan dan kelestarian hutan. Jadi program PHBM merupakan suatu proyek perhutani yang dipandang dapat menyelamatkan hutan. Program PHBM adalah pengelolaan sumberdaya hutan dengan cara berbagi, yang meliputi berbagi dalam pemanfaatan waktu, ruang dan lahan, dan hasil dengan prinsip saling menguntungkan, saling memperkuat dan saling mendukung. Maksud dan Tujuan dari Program PHBM untuk memberikan arah pengelolaan sumberdaya hutan dengan memadukan aspek-aspek ekonomi, ekologi dan sosial secara proposional. Pada dasarnya program ini bertujuan untuk, peningkatkan; kesejahteraan, kualitas hidup, kemampuan dan kapasitas ekonomi dan sosial masyarakat; peran dan tanggung jawab Perhutani, masyarakat desa hutan dan pihak yang berkepentingan terhadap pengelolaan sumberdaya hutan; mutu sumberdaya hutan, produktifitas dan keamanan hutan; mendorong dan menyelaraskan pengelolaan sumberdaya hutan sesuai dengan kegiatan pembangunan wilayah dan sesuai kondisi dinamika sosial masyarakat JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
41
Vol. 2 No. 1 Oktober 2014
desa hutan; dan menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kesempatan berusaha dan meningkatkan pendapatan masyarakat dan negara. Pendapatan Pendapatan rumah tangga adalah kumpulan dari pendapatan angota-anggota rumah tangga dari masing-masing kegiatanya. Menurut (Soeharjo dan Patong 1973 dalam Susandara 2009) di dalam usaha tani pendapatan merupakan balas jasa dari faktor-faktor produksi yang berupa lahan, tenaga kerja, modal dan jasa pengelola. Pendapatan merupakan selisih anatara penerimaan dari penjualan, komsumsi keluarga akan komoditi yang dihasilkan dengan biaya yang
dikeluarkan untuk
menghasilkan komoditi tersebut. Menurut Singarimbun (1984:40) pendapatan adalah arus kesempatan untuk membuat pilihan diantara berbagai alternatif penggunaan sumber-sumber yang langka. Ini berarti bahwa pendapatan dapat berasal dari berbagai sumber pekerjaan yang menjadi alternatif pilihan seseorang. Partisipasi dan peran masyarakat Reuben (1975) dalam Saharudin (2004) mendefinisikan partisipasi bagaimana anggota satu masyarakat
dapat dijamin memberikan kontribusinya
dalam mengembangkan pelayanan dan
kebutuan dari masyarakat. Artinya masyarakat ditempatkan sebagai subyek dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Secara garis besar partisipasi dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu partisipasi pasif dan partisipasi aktif. Partisipasi aktif dapat dilihat dari kegiatan masyarakat yang secara tidak langsung menunjang keberadaan hutan secara lestari, sebagai contoh pedagang pengumpul kayu, dimana kelestarian usahanya ditentukan oleh kontinuitas produksi dari hutan. Partisipasi pasif ini juga akan sangat membantu eksisteni penguasaan hutan yang sehat di daerah setempat. Partisipasi aktif adalah masyarakat yang secara langsung terlibat dalam kegiatan pengelolaan hutan. Tingkat keterlibatan masyarakat dalam kegiatan kehutanan tersebut dapat dibagi menjadi tiga kelompok. Sesuai dengan drajat partisipasinya dapat diturunkan dari drajat terrendah sampai tertinggi yaitu: kelompok yang hanya terlibat dalam pelaksanaan, kelompok yang terlibat sampai perencanaan, kelompok yang terlibat sampai tingkat pengambilan keputusan (Hardjanto, 2003).
METODE PENELITIAN Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat desa hutan yang mendapat kesempatan berusaha di lahan hutan petani, berdomisili sekitar hutan dari wilayah desa hutan yang telah dijadikan lokasi program PHBM. Populasi dalam penelitian ini adalah: masyarakat desa hutan yang berada di sekitar RPH Jangglengan dengan luas 770,5 ha sebagai petani, yaitu: Dusun Ngrijo dengan jumlah 55, dusun Krajan I berjumlah 65 dengan jumlah keseluruan 120 jiwa. Sampel Untuk menentukan sempel maka sampel yang diambil di tunjukan, pada teknik proporsional random sampling yaitu dari jumlah populasi ditentukan jumlah sampel sebagai subyek penelitian. JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
42
Vol. 2 No. 1 Oktober 2014
Pengambilan sampel dilakukan secara acak, sehingga setiap responden mempunyai kesempatan sama sebagai sampel penelitian. Dalam hal ini peneliti mengambil 60 jiwa atau 26% dari jumlah populasi dengan alasan: kemampuan dilihat dari waktu, tenaga dan dana. Sempit dan luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya dana. Besar kecilnya risiko yang ditanggung oleh peneliti yang resikonya besar, tentu saja sampel besar, hasilnya akan lebih baik. Pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel acak kerena secara umum seluruh sampel tersebut akan mampu memberikan estimasi yang lebih akurat terhadap populasi, Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut dengan memilih nomor-nomor genap, gasal atau kelipatan tertentu pada daftar nama program. Setelah Membuat daftar yang berisi semua subjek, objek, peristiwa atau kelompok yang akan diselidiki lengkap dengan nomor urutnya dan mengambil nomor-nomor tertentu, misalnya nomor-nomor gasal semua, kemudian nama-nama sempel dicatat. Variabel Penelitian Adapun variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel bebas (X) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kegiatan (PHBM). Indikator kegiatan program PHBM hutan adalah sebagai berikut. a. Tingkat partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan. b. Jenis kegiatan program PHBM meliputi penanaman, pemeliharan, perlindungan dan pemanenan hasil hutan. c. Luas lahan garapan. d. Lokasi lahan garapan terhadap pemukiman. 2. Variabel terikat (Y) a. Pendapatan pokok petani yang ikut andil dalam kegiatan program PHBM. b. Pendapatan sampingan petani yang ikut andil dalam kegiatan program PHBM. Metode Pengumpulan Data Untuk mencapai tujuan penelitian dibutuhkan data yang berhubungan dengan objek, untuk mencari jawaban dari permasalahan sehingga di butuhkan sumber data yang dapat di peroleh: a. Data tertulis atau lisan dari instasi (Perhutani) b. Data tertulis maupun lisan dari masyarakat dan LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) Metode penggumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Metode angket 2. Metode pengamatan langsung 3. Metode wawancara 4. Metode dokumentasi
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
43
Vol. 2 No. 1 Oktober 2014
HASIL PENELITIAN Pembahasan hasil penelitian ini tentang Pengaruh Program PHBM terhadap Pendapatan Penduduk Desa Hutan di Resort Polisi Hutan (RPH) Jangglengan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Purwodadi, Kabupaten Grobogan
akan dituangkan dalam dua bagian yaitu pendapatan
penduduk dan tingkat partisipasi tahap perencanaan, partisipasi tahap pelaksanaan. Pada program PHBM penduduk desa hutan di Resort Polisi Hutan (RPH) Jangglengan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Purwodadi Kebupaten Grobogan pada penelitian ini di jelaskan. jumlah anggota keluarga dan jarak tempat tinggal petani peserta PHBM di daerah penelitian dapat dilihat pada table 1. Tabel 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Jarak Tempat Tinggal Petani PHBM. Sosial ekonomi N
Jumlah %
Umur < 30 tahun 30 – 49 tahun ≥ 50 tahun Jumlah
10 38 12 60
16,7 63,3 20 100
Pendidikan Tidak Sekolah Tamat SD Tamat SLTP Jumlah
14 34 12 60
23,3 56,7 20 100
14 29 17
23,3 48,3 28,4
60
100
Jarak Tempat Tinggal < 1 Km 1–2 >2 Km Jumlah
Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa sebagian besar petani peserta program PHBM umumnya termasuk kelompok usia produktif (15-54 Tahun) yang mencapai 100% dari total responden, dengan kisaran umur antara 25 sampai 65 tahun. Umur dan tingkat pendidikan, petani peserta program PHBM di daerah penelitian umumnya berpendidikan SD, yang mencapai 56,7% responden, dan sebanyak 23,3% petani tidak pernah sekolah atau tidak tamat SD. Tingkat pendidikan tertinggi petani peserta PHBM yaitu SLTP yang hanya 20,0% dari total responden. Rendahnya tingkat pendidikan petani peserta PHBM di daerah penelitian disebabkan berbagai faktor, antara lain karena kondisi perekonomian petani yang umumnya berpenghasilan rendah, aksesibilitas yang rendah, serta masih minimnya sarana pendidikan yang ada di daerah penelitian. Jarak tempat tinggal rata-rata petani peserta PHBM ke lokasi lahan garapannya yaitu >2 km. Jarak tersebut sudah sesuai dengan jarak konseptual lokasi PHBM yang telah ditentukan oleh Perum JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
44
Vol. 2 No. 1 Oktober 2014
Perhutani yaitu antara 0-5 km, dengan demikian diharapkan tingkat produktifitas petani peserta program PHBM dapat terjaga dengan baik. 1. Hubungan PHBM terhadap pendapatan penduduk dengan adanya program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM), ternyata mampu meningkatkan pendapatan
petani. Besarnya
peningkatan pendapatan yang diperoleh petani dari keikutsertaan secara keseluruhan rata-rata pendapatan dari lahan program terhadap rumah tangga petani peserta selama satu tahun cukup besar 65,54% atau Rp 18.100,00 pada awalnya sebelum mengikuti program rata-rata pendapatan petani 34,44% atau 9.662,500 dengan demikian kegiatan program PHBM dilahan hutan RPH Jangglengan sangat membantu bagi petani desa hutan untuk meningkatkan pendapatan pertaniannya, pendapatan dari program tersebut merupakan dari hasil tanaman pertanian yang ada pada lahan andil petani peserta program. Mengenai besar kecilnya pendapatan petani itu dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dominan, misalnya antara lain jarak hutan dengan pemukiman, jarak tempat tinggal rata-rata petani peserta PHBM ke lokasi lahan garapannya yaitu 4,89 km. Jarak tersebut sudah sesuai dengan jarak konseptual lokasi PHBM yang telah ditentukan oleh Perum Perhutani yaitu antara 0-5 km, dengan demikian diharapkan tingkat produktifitas petani peserta program dapat terjaga dengan baik. Luas lahan yang menjadi garapan petani, rata-rata luas penguasaan lahan petani peserta program 54,28 % dengan adanya program untuk meningkatkan kesejahtraan penduduk desa sekitar hutan dengan cara memberikan peluang kepada petani untuk bercocok tanam guna meningkatkan pendapatan penduduk. Selain itu penduduk desa sekitar hutan diharapkan dapat berperan aktif dalam penyelamatan dan pencegahan kerusakan dilahan hutan. 2. Partisipasi tahap perencanaan dan partisipasi tahap pelaksanaan program PHBM di Desa Sumber Jatipohon Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan tingkat partisipasi petani peserta PHBM pada tahap perencanaan program umumnya termasuk kategori sedang, ada kecenderungan petani yang menguasai lahan lebih besar, tingkat partisipasinya lebih besar. Tingkat partisipasi terendah pada strata penguasaan lahan II, dengan skor rata-rata 2,45 dan tertinggi pada strata penguasaan lahan IV, dengan skor rata-rata 2,66 termasuk kategori sedang. Hal ini terjadi karena dengan luas lahan yang besar dan tidak ada usaha lain sehingga untuk dapat memenuhi kebutuhannya petani menjadi lebih aktif menggarap lahan program. Partisipasi yang dicapai responden dalam kegiatan tahap pelaksanaan program berkisar dari tingkat partisipasi terendah pada strata penguasaan lahan I dengan sekor rata-rata 9,21 dan tertinggi pada strata penguasaan lahan IV 11,00 termasuk kategori sedang yang mencapai 77,5% dari total responden, dari partisipasi petani dalam berbagai kegiatan pada tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan program termasuk dalam kategori sedang, dengan sekor rata-rata 10,73 tingkat partisipasi yang paling tinggi terjadi pada strata penguasaan lahan IV yang jumlah sekor partisipasinya 13,00 dan terendah pada strata penguasaan lahan I yang jumlah sekornya 10,34 hal tersebut menggambarkan kurangnya keterlibatan petani dalam berbagai kegiatan program PHBM. JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
45
Vol. 2 No. 1 Oktober 2014
Kurangnya keterlibatan petani pada kegiatan program PHBM terjadi karena ada sebagian kegiatan pada tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan program yang masih diatur dan dilakukan oleh Perhutani, dan kurang melibatkan petani peserta program. Misalnya penanaman, pemeliharaan, perlindungan dan pemanenan hasil hutan serta kegiatan penanaman tanaman kehutanan. Tingkat partisipasi petani dalam kegiatan program PHBM ini juga tidak terdapat hubungan yang nyata anatara partisipasi petani tahap perencanaan program dengan partisipasi petani pada tahap pelaksanaan program PHBM dengan menggunakan kofisien korelasi peringkat Spearman hal ini diduga berkaitan dengan tidak berjalan lancarnya kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh Perhutani. Tidak adanya penyuluhan secara teratur menyebabkan petani peserta program PHBM kurang mendapatkan masukan dan informasi yang cukup mengenai peranan dan manfaat berbagai kegiatan pada tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan program. Kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya arti dan peranan tanaman kehutanan, sehingga petani kurang termotifasi untuk memelihara tanaman kehutanan. Sehingga berdampak pada tingkat pertumbuan tanaman kehutanan pada lahan PHBM yang umumnya sedang di Desa Sumber Jatipohon Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan. Tujuan dari program PHBM untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk desa sekitar hutan serta berpartisipasi menjaga hutan
dengan cara memberikan peluang kepada petani untuk
bercocok tanam tanaman pangan guna peningkatan pendapatan penduduk selain itu penduduk di sekitar hutan dapat berperan aktif dalam penyelamatan dan pencegahan kerusakan dilahan hutan. Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat adalah bentuk penggunaan lahan hutan yang permanen penggunaannya, untuk tanaman pohon yang dalamnya ditanam tanaman pertanian secara bersamasama guna kepentingan bersama.
KESIMPULAN 1. Berdasarkan penelitian di Desa Sumber Jatipohon, dari partisipasi petani dalam berbagai kegiatan pada tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan program termasuk dalam kategori sedang, dengan sekor rata-rata 10,73 tingkat partisipasi yang paling tinggi terjadi pada strata penguasaan lahan IV yang jumlah sekor partisipasinya 13,00 dan terendah pada strata penguasaan lahan I yang jumlah sekornya 10,34 hal tersebut menggambarkan kurangnya keterlibatan petani dalam berbagai kegiatan program PHBM. 2. Hubungan PHBM terhadap pendapatan penduduk dengan adanya program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM), ternyata mampu meningkatkan pendapatan
petani. Besarnya
peningkatan pendapatan yang diperoleh petani dari keikutsertaan secara keseluruhan rata-rata pendapatan dari lahan program terhadap rumah tangga petani peserta selama satu tahun cukup besar 65,54% atau Rp 18,262,500. JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
46
Vol. 2 No. 1 Oktober 2014
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Y. 2000. Partisipasi Pasangan Usia Subur dalam Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Menuju norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahteradi Desa Kecitran Kecamatan Purwareja Klampok Kabupaten Banjarnegara. Skripsi. Semarang: Jurusan PPKN FIS UNNES Arifatmi, B. 2001. Studi Tingkat Partisipasi dan Keberhasilan Tanaman Program Perhutanan Sosial. Skripsi. Bogor: Fakultas Kehutanan, Insitut Pertanian Bogor. BPS. 2008. Kecamatan Grobogan Dalam Angka. Kabupaten Grobogan Banowati Eva. 2001. Hubungan Argosilvikultur Dengan Pendapatan Penduduk Desa Hutan Pasanggem di Kecamatan Tumbakromo Kabupaten Pati Jawa Tengah. Tesis, Fakultas Geografi, UGM, Tidak Diterbitkan -------- 2011. Pembangunan sumberdaya Hutan Berbasis Masyarakat di Kawasan Muria Kabupaten Pati Disertasi, Fakultas Geografi, UGM, Tidak Diterbitkan Departemen Kehutanan dan perkebunan, 1994. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Pedoman Teknis Pembuatan Briket Arang. Bogor. Hanafi, S. 2004. Kawasan Hutan Dijungkirbalikan. Semarang: Perum Perhutani Unit I Jateng. Ruas Edisi 07. Halaman 41. Harinaldi, 2005. Prinsip-Prinsip Statistik untuk Teknik dan, Sains. Erlangga: Jakarta Hardjanto. 2003, Setudi Tentang Kehutanan Sosial (social foresti). Proyek Pengembangan Efisiensi Penggunan Sumber-sumber Kehutanan Tahun 2003/2004. Bogor: Fakultas Kehutanan, Insitut Pertanian Bogor. Simon. 2001. Pemberdayaan Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di RPHK wadungan BKPH Temanggung. (Studi Kasus di Purbasari). Skripsi, Semarang: Jurusan Geografi FIS UNNES Kartasubrata, J. 2000. Partisipasi Rakyat dalam Pengelola dan Pemanfaatan Hutan di Jawa. Disertasi. Bogor: Program Pascasarjana, Insitut Pertanian Bogor. Kasryno, F. 1984. Prospek Pembangunan Ekonomi Pedesaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Kusumaningtyas, H. 2003. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelola Hutan Bersama Masyarakat Skripsi. Bogor: Fakultas Kehutanan, Insitut Pertanian Bogor. Perhutani. 2001. Keputusan Ketua Dewan Pengawas Perum Perhutani tantang Pengelolaan Sumberdaya Hutan Besama Masyarakat. Jakarta: Perum Perhutani. Saharuddin. 2004. Pendekatan Partisipatif dalam Penyusun Program Materi Pembekalan Umum KKN IPB. Bogor: Lembaga Peneliti dan Pemberdaya Masyarakat. Soekartawi, S.A, Dillon JL, Mardaker JB. 1986.
Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk
Perkembangan Petani Kecil. Penerbit UI-Press. Jakarta JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
47
Vol. 2 No. 1 Oktober 2014
Sudiono, J. 2000. Pengusahaan dan Pelestarian Hutan dalam Duta Rimbaedisi 179-180/XX/MeiJuni. Semarang: Perum Perhutani Unit I Jateng. Halaman 2. Suestyaningsih. 1992. Evaluasi Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Hutan dan Tingkat Keberhasilan Tanaman pada Program Perhutani Sosial di Wilayah Kerja Prum Perhutani Unit II Jawa Timur Tesis. Bogor: Program Pascasarjana, Insitut Pertanian Bogor. Susandra, I. 2009. Analisis Pendapatan Rumah Tangga Pesangem. Skripsi. Bogor: Fakultas Kehutanan, Insitut Pertanian Bogor. Tim Pustaka Setia. 2002. GBHN 1999-2004. Bandung: CV. Pustaka Setia.
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
48