Buletin Sariputra, Juni 2016 Vol. 6 (2) HUBUNGAN POLA MAKAN DAN STRES DENGAN KEJADIAN GASTRITIS PADA PASIEN YANG BEROBAT DI PUSKESMAS REMBOKEN THE RELATION BETWEEN DIETARY HABIT AND STRESS WITH THE INCIDENCE OF GASTRITIS IN PATIENTS WHO SEEK TREATMENT AT REMBOKEN COMMUNITY HEALTH CENTER Wendah Hungan*, Deetje Supit **, Don R.G Kabo *** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon **Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon ***Dosen Politeknik Negeri Manado ABSTRAK Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. Dua jenis gastritis yang paling sering terjadi adalah gastritis akut dan gastritis kronis.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola makan dan stres dengan kejadian gastritis.Penelitian ini adalah jenis penelitian cross sectional dengan mendapatkan data primer dan data sekunder. Sampel ditarik secara sampling aksidental dengan jumlah 65 responden. Dengan variabel independent meliputi Pola Makan dan Stres. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan diolah dengan menggunakan program komputer dengan tingkat kemaknaan α = 0,01. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa ada hubungan antara Pola Makan dengan kejadian Gastritis dengan Koefisien Korelasi (r)=0,491yaitu tingkat korelasi cukupdan nilai (p)=0,000< α (0,01) serta hubungan Stres dengan kejadian Gastritis dengan Koefisien Korelasi (r)=0,599yaitu tingkat korelasi kuatdan nilai (p)=0,000< α (0,01) yang artinya terdapat hubungan antara pola makan dan stres dengan Kejadian Gastritis. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa ada hubungan antara Pola Makan dan Stres dengan kejadian gastritis sehingga peneliti menyarankan agar pasien yang menderita gastritis dapat mengatur pola makannya dengan baik dan menghidari masalah-masalah yang dapat menyebabakan stres. Bagi perawat agar bisa memberikan konseling bagi klien yang menderita gastritis. Kata Kunci: Gastritis, Pola Makan, dan Stres ABSTRACT Gastritis is inflammation of the lining of the stomach mucous and submucous.Two most common types of gastritis are acute gastritis and chronis gastritis. The study aims to determine relation between dietary habit and stress with the incidence of gastritis. In this research we used cross sectional study to obtain primary data and secondary data. The samples were taken by accidental sampling with 65 respondents, with independent variables including dietary habit and stress. The collection of data using questionnaires and processed by a computer program with significance level α = 0,01. From the result of this study, it is found that there is a relation between dietary habit and incidence of gastritis with correlation coefficients (r)=0,491 which is a sufficient degree of correlation and value of (p)=0,000 < α (0,01), also the relation between stress and incidence of gastritis shows correlation coefficients of (r)=0,599 which is a strong correlation and the value of (p)=0,000 < α (0,01) which means that there is a relation between both dietary habit and stress with incidence of gastritis. In this study we concluded that there is a relation between dietary habit and stress with the incidence of gastritis, so the researchers suggested that patients suffering from gastritis should regulate their dietary habit properly and avoid problems that can cause any stress. For nurses to be able to provide counseling for clients who suffer from gastritis. Keywords: Gastritis, Dietary habit, Stress. 92
Buletin Sariputra, Juni 2016 Vol. 6 (2) PENDAHULUAN Saat ini dengan semakin modernya zaman, semakin banyak juga penyakit yang timbul akibat gaya hidup manusia dan penularan bakteri. Salah satunya adalah penyakit gastritis yang terjadi karena inflamasi pada lapisan lambung yang menjadikan sering merasa nyeri pada bagian perut. Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. Secara histopasitologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. Gastritis merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai di klinik. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia tenggara sekitar 583,635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya, prevalensi gastritits dikonfirmasi melalui endoskopi pada (Anonim,2011 dalam Andi Megawati, 2014) Dinas Kesehatan kabupaten Minahasa pada Tahun 2013 menurut urutan 10 besar penyakit menonjol , gastritis menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita sebesar 11.385 kasus(Profil Dinas Kesehatan Kabupaten minahasa 2013). Dan pada tahun 2014 mengalami meningkatan kasus menempati posisi urutan ke-3 dengan jumlah kasus gastritis sebanyak 16.064 kasus(Profil Dinas kesehatan Kabupaten Minahasa 2014). Menurut (Putri dkk, 2010) ada hubungan antara pola makan tidak teratur dengan kejadian gastritis. Bila penyakit ini dibiarkan akan berakibat semakin parah dan akhirnya asam lambung akan menyebabkan luka-luka (ulkus) yang dikenal dengan tukak lambung. Menurut (Aprianto, 2009) gastritis yang tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan komplikasi yang mengarah kepada kanker lambung. Pola makan, mengkonsumsi alkohol, merokok dan stres erat kaitannya dengan kejadian gastritis. Pola makan yangbaik terdiri dari frekuensi makanan, jenis makanan, pola makan yang teratur merupakan salah satu dari penatalaksanaan gastritis dan juga merupakan tindakan preventif dalam mencegah
terjadinya gastritis. Manusia dengan segala aktivitasnya tidak pernah terlepas dari yang namanya stress. Stress Adalah reaksi alami dari dalam tubuh dan jiwa kita, ketika menghadapi teknan atau perubahan, secara tidak langsung dapat menyebabkan iritasi pada lambung (Harlina Pribadi, 2011 ) Stress memiliki efek negatif melalui mekanisme neuroendokrin terhadap saluran pencernaan sehingga beresiko untuk mengalami gastritis. Oleh karna itu, maka kuncinya adalah mengendalikannnya secara effektif dengan cara diet sesuai dengan Pola makan yang benar atau kebutuhan nutrisi, istirahat yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup (Saorinsong, dkk,2014). Berdasarkan survei awal di Puskesmas Remboken pada tanggal 11 November 2015 gastritis menempati urutan ke 3 dari urutan 10 besar penyakit menonjol yang ada di Puskesmas Remboken. Dengan Jumlah kasus gastritis di Puskesmas Remboken pada tahun 2014 adalah 1517 kasus (Profil Puskesmas Remboken, 2014). Studi pendahuluan dilakukan di Puskesmas Remboken pada tanggal 11 november 2015 diketahui bahwa dalam bulan januari – juni 2015 terdapat 468 kasus dengan kejadian Gastritis ( Menurut Laporan Bulanan 2015). Demikian juga dari hasil wawancara dengan 8 pasien yang datang memeriksakan diri di Puskesmas Remboken dengan keluhan nyeri perut bagian atas dan mual didapati bahwa pasien tidak terbiasa makan pagi dan sering mengabaikan atau melupakan jam makan dikarenakan kesibukan mereka. Kesibukan dan rutinitas beban kerja yang melebihi kemampuan diri dan waktu menyebabkan terjadinya stres. Stres memicu produksi asam lambung yang berlebihan,sehingga pasien merasa tidak lapar meskipun tidak mengkonsumsi makanan. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Pola Makan dan Stres dengan Kejadian Gastritis di Puskesmas Remboken.
METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study. Dimana data yang menyangkut variabel bebas dan terikat akan dirampulkan dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Remboken. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang diagnosa gastritis yang berobat di Puskesmas Remboken. Sampel dalam
penelitian ini adalah pasien yang terdiagnosa gastritis dan memenuhi kriteria inklusi.Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 65 responden yang di dapat dengan menggunakan rumus (Nursalam ,2008). Pengumpulan data dengan data primer dari quesioner. Pengolahan data dilakukan dengan: Editing, coding, entri, Prosesing, cleaning.Setelah data terkumpul kemudian ditabulasdalam tabel 93
Buletin Sariputra, Juni 2016 Vol. 6 (2) dengan variabel yang hendak diukur. Analisa data dilakukan melalui tahap editing, koding, tabulasi dan uji statistik.Dengan menggunakan sistem komputerisasi, melalui tahapan-tahapan kemudian data dianalisi dengan menggunakan metode uji statistik univariat dilakukan untuk variabel tunggal yang dianggap terkait dengan penelitian dan analisi bivariat untuk melihat
distribusi atau hubungan beberapa variabel yang dianggap terkait dengan menggunakan uji spearman Rho. Analisis data dilakukan dengan pengujian hipotesis atau hipotesis yang akan ditolak. Batas kemaknaan = 0.01. Jika p < α (0.01) maka hipotesis alternatif diterima yang berarti ada hubungan antara pola makan dan stres dengan kejadian gastris.
HASIL PENELITIAN 1.
Analisa Univariat
Gambar 1. Karakteristik responden berdasarkan usia Berdasarkan gambar 1 diatas dapat dilihatbahwa dari 65 responden yang diteliti,
paling banyak responden yang berusia 21-35 tahun sebanyak 29 orang ( 44 %)
Gambar 2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Berdasarkan gambar 2 diatas dapat dilihat bahwa dari 65 responden yang diteliti, paling
banyak berjenis kelamin perempuan sebanyak 41orang ( 63 %).
Gambar 3. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Berdasarkan gambar 3 diatas dapat dilihat bahwa dari 65 responden yang diteliti, paling
banyak berjenis kelamin perempuan sebanyak 41orang ( 63 %). 94
Buletin Sariputra, Juni 2016 Vol. 6 (2)
Gambar 4. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Berdasarkan gambar 4 diatas dapat dilihat bahwa dari 65 responden yang diteliti, paling
banyak berjenis kelamin perempuan sebanyak 41orang (63%).
Gambar 5. Karakteristik responden berdasarkan pola makan Berdasarkan gambar 5 diatas dapat dilihat bahwa karakteristik responden berdasarkan
pola makan paling banyak pola makan kurang baik sebesar 32 responden (49%).
Gambar 6. Karakteristik responden berdasarkan stres Berdasarkan gambar 6 diatas dapat dilihat bahwa Karakteristik responden berdasarkan
stres paling banyak orang (49%).
stres ringan sebesar 32
Gambar 7. Karakteristik responden berdasarkan kejadian gastritis. 95
Buletin Sariputra, Juni 2016 Vol. 6 (2)
Berdasarkan gambar 7 diatas dapatdilihat bahwa karakteristikresponden berdasarkan
kejadian gastritis paling banyak mengalami gastritis sebanyak 35 orang (54%).
2. Analisa Bivariat Analisa Data hubungan antar pola makan dan kejadian gastritis pada pasien yang berobat di Puskesmas Remboken. Tabel 1. Hubungan antar pola makan dan kejadian gastritis pada pasien yang berobat di Puskesmas Remboken. Kejadian Gastritis
Pola Makan
Baik Kurang baik Buruk
Total
Tidak .Gastritis 17
%
Gastritis
%
Total
%
26.2
6
9.2
23
35.4
14
21.5
18
27.7
32
49.2
0
0
10
15.4
10
15.4
47.7
34
52.3
65
100
31
Signifikansi (p) = 0,000 Koefesion Korelasi Spearman Rho (r) = 0,491
menunjukan koefesion Korelasi (r) = 0.599 yang merupakan tingkat hubungan yang kuat. Sedangkan Signifikansi dari hubungan kedua variabel tersebut adaalah (p) = 0,000 yang menunjukan nilai tersebut <0.01 dengan demikian H1 di terima atau Ada hubungan antara stres dengan kejadian Gastritis pada pasien yang berobat di Puskesmas Remboken.
Berdasarkan tabel 1 diatas kan tabel tabulasi silang penilaian hubungan antara stres dengan kejadian gastritis pada pasien yang berobat di Puskesmas Remboken.Menunjukan paling banyak yaitu 34 responden atau 52.3% yang stres mengalami kejadian gastritis. Dari hasil analisa hubungan kedua variabel diatasdengan menggunakan uji statistik Spearman Rho
Analisa Data Hungan Antar Stres Dan Kejadian Gastritis pada pasien yang berobat di Puskesmas Remboken Tabel2. Analisa data hubungan antar stres dan kejadian gastritis pada pasien yang berobat di Puskesmas Remboken.
Stres
Total
Stres Ringan Stres Sedang Stres Berat
Tidak Gastritis 24 7 0
%
Gastritis
%
Total
%
36.9
8
12.3
32
49.2
10.8
15
23.1
22
33.9
0
11
16.9
11
16.9
65
100
31
47.7 34 52.3 Signifikansi (p) = 0,000 Koefesion Korelasi Spearman Rho (r) = 0,599 Kejadian Gastritis
Berdasarkan tabel 2 diatas tabulasi silang hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritispada pasien yang berobat di Puskesmas Remboken di atas, di dapati bahwa
ada 18 responden atau 27.7 % yang memiliki pola makan kurang baik dan kejadian gastritis. Dari hasil analisa hubungan kedua variabel di atas dengan menggunakan uji statistik 96
Buletin Sariputra, Juni 2016 Vol. 6 (2) Spearman Rho menunjukan koefesion korelasi (r) 0,491yang merupakan tingkat hubungan yang cukup. Sedangkan signifikan dari hubungan kedua variabel tersebut adalah (p) =0,000 yang menunjukan nilai tersebut <0,01
dengan demikian H1 di terima atau Ada hubungan pola makan dengan kejadian gastritis ada pasien yang berobat di Puskesmas Remboken.
PEMBAHASAN Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Gastritis pada Pasien yang Berobat di Puskesmas Remboken Hasil penelitian terhadap 65 responden tentang hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis melalui pengujian data pada program SPSS menghasilkan nilai P = 0.000 < α = 0.01 dengan demikian H1 diterima dan H0 di tolak. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pola makan mempengaruhi kejadian gastritis. Jika dilihat dari data demografi responden paling banyak terjadi gastritis adalah pekerjaan lain-lain. Yang dimaksud disini adalah diluar pekerjaan pegawai swasta dan pegawai negeri. Melihat lokasi daerah penelitian, kebanyakan penduduk bekerja sebagai petani, nelayan, pedagang, tukang ojek dan lain sebagainya.Hal ini membuat seseorang tidak memperhatikan pola makannya, kemungkinan karena tingkat pendidikan yang kurang, sehingga pengetahuan tentang pola makan yang baik sangat kurang. Selain pekerjaan, jenis kelamin juga mempengaruhi terhadap kejadian gastritis. Dimana dari data demografi yang terbanyak mengalami gastritis adalah yang berjenis kelamin perempuan.Dapat disimpulkan bahwa perempuan memiliki kecenderungan lebih sibuk
dari laki-laki. Melihat pekerjaan perempuan lebih banyak misalnya mengurus rumah tangga termasuk didalamnya mengurus suami dan anak-anak, serta mengurus berbagai keperluan rumah tangga. Serta perempuan cenderung ingin menjaga penampilannya sehingga mengabaikan pola makan yang sehat. Tabulasi silang Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Gastritis menunjukan pola makan baik – tidak gastritis 17(26.2%), baik – gastritis 6 (9.2%). Pola makan kurang baik – tidak gastritis 14 (21.5%), kurang baik – gastritis 18 (27.7%). Pola makan buruk – tidak gastritis 0 (-%), buruk – gastritis 10 (15.4%). Hal ini didukung oleh pendapat dari Uripi (2002) yang menyatakan bahwa pola makan yang teratur merupakan salah satu dari penatalaksanaan gastritis dan juga merupakan tindakan preventif dalam mencegah terjadinya gastritis. Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa pola makan seseorang sangat berpengaruh terhadap kejadian gastritis.
Hubungan Stres dengan Kejadian Gastritis pada Pasien yang Berobat di Puskesmas Remboken Hasil penelitian terhadap 65 responden tentang hubungan antara stres dengan kejadian gastritis melalui pengujian data pada program SPSS menghasilkan nilai P = 0.000 < α = 0.01 dengan demikian H1 diterima dan H0 di tolak. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa stres mempengaruhi kejadian gastritis. Semakin tinggi tingkatan stres semakin mempengaruhi terjadinya gastritis.Saat stres orang cenderung makan lebih sedikit, stres juga dapat menyebabkan perubahan hormonal dalam tubuh dan merangsang produksi asam lambung dalam jumlah yang berlebihan.Pada karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan, didapati yang memiliki tingkat
pendidikan menengah adalah yang terbanyak mengalami stres. Hal ini tentunya sangat berpengaruh, mengingat pendidikan itu sendirimemiliki peranan yang penting bagi pribadi seseorang. Semakin tinggi pendidikan semakin baik pengetahuannya. Dengan pengetahuan yangbaik orang akan lebih spesifik dalam menilai permasalahan yang dapat menimbulkan stres serta lebih bijak dalam mengontrol stres itusendiri sehingga tidak memicu terjadinya gastritis. Tabulasi silang tingkat stres dengan kejadian gastritis menunjukan stres ringan – tidak gastritis 24(36,9), sedang – tidak gastritis 7(10.8%), berat – tidak gastritis 0(-%), sedang 97
Buletin Sariputra, Juni 2016 Vol. 6 (2) stres ringan – gastritis 8(12.%), sedang – gastritis 15(23.1%), berat – gastritis 11(16.9%). Berdasarkan uraian diatas peneliti dapatmenarik kesimpulan bahwa stres sangat berpengaruh terhadap kejadian gastritis.
Dimana stres yang berlebihan dapat meningkatkan produksi asam lambung dalam jumlah yang berlebihan, dengan demikian memungkinkan terjadinya gastritis.
SIMPULAN 1. Pola makan pada pasien gastritis di Puskesmas Remboken sebagian besar berada pada pola makan kurang baik.
tingkat stres sedang 3. Ada hubungan pola makan dan stres dengan kejadian gastritispada pasien yang berobat di Puskesmas Remboken.
2. Stres pada pasien gastritis di Puskesmas sebagian besar berada pada
SARAN Berdasarkan kesimpulan yang di uraikan diatas maka, saran yang dapat diberikan sebagai berikut:
makan faktor stres harusdipertimbangkan dan menjadi bahan diskusi. 3. Peneliti Memperbanyak pengetahuan penguasaan tentang aspek-aspek pasien gastritis.
1. Bagi tempat penelitian Tenaga kesehatan hendaknya memberikan konseling kepada pasien yang mengalami gastritis untuk menjaga pola makan dan mengontrol tingkat stresnya agar terhindar dari penyakit gastritis.
dan pada
4. Peneliti lain Hasil penelitian ini dapat dijadinya sebagai bahan literatur pembanding dan hendaknya melakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan kejadian gastritis.
2. Institusi pendidikan Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam pembelajaran penyebab gastritis, pola
DAFTAR PUSTAKA Andi Megawati, dkk (2014). Beberapa faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Gastritis Pada Pasien Yang Dirawta di RSUD Labuang Baji Makasar.
Metodologi Peneliatian Ilmu Keperawatan. Jakarta: salemba Medika Putri
Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa, (2015). Profil Kesehatan Kabupaten Minahasa 2013. Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa, (2015). Profil Kesehatan Kabupaten Minahasa 2014. Nursalam (2008). Konsep
RSM, Agustin H, Wulansari.(2010). Hubungan Pola Makan Dengan Timbulnya Gastritis Pada Pasien Di Universitas Muhammadiyah Malang Medical Center
Saroinsong, M, dkk (2014). Hubungan Stres dengan Kejadian Gastritis Pada Remaja kelas XI IPA di SMA Negeri 9 Manado. Jurnal keperawatan. Vol No.2
dan Penerapan
98
Buletin Sariputra, Juni 2016 Vol. 6 (2)
99