HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA SISWA DI SEKOLAH DASAR NEGERI CIPUTAT 02 Skripsi Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Disusun Oleh: ALIF NURUL ROSYIDAH 1110104000013
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
1
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini Saya menyatakan bahwa : 1.
Skripsi ini merupakan hasil karya asli Saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Semua sumber yang Saya gunakan dalam penulisan ini telah Saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang telah berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli Saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka Saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Juli 2014
Alif Nurul Rosyidah
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE SCHOOL OF NURSING ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Undergraduates Thesis, June 2014 Alif Nurul Rosyidah, NIM: 1110104000013 Relationship of Behavior about Handwashing of Students Against Incidence Diarrhea in SDN Ciputat 02 xvii + 78 pages + 8 tables + 3 shemes + 8 attachments
ABSTRACT Diarrhea is a disease that is still a public health problem in developing countries, including in Indonesia. Banten province was ranked the six that have a fairly high prevalence of diarrhea. In the age group 5-14 years the prevalence of diarrhea was 10.3%. To decrease deaths due to diarrhea governance need fast and precise, one hand washing with running water using soap. The purpose of this study was to determine the relationship of the hand washing behavior of the students in the incidence of diarrhea in students in SDN Ciputat 02. This study is a quantitative research design that uses a correlation descriptive cross sectional study. The samples in this study were 56 respondents taken by stratified random sampling. Data collection using questionnaires and observation, data analysis using Fisher's exact test. The results showed that having a good hand-washing behavior was 44.6% and that have less behavior by 55.4%. Elementary school children with diarrhea in the last three months amounted to 80.4%, while children who are not suffering from diarrhea in the last three months was 19.6%. The test results showed statistically (p = 0.015) means that there is a relationship between the behavior of handwashing on the incidence of diarrhea. Researchers suggest that students are expected to apply a clean and healthy lifestyle behaviors by always disciplined practice of washing hands to avoid the risk of diarrhea.
Keywords: Knowledge, behavior, wash their hands, the incidence of diarrhea Reference: 34 (years 2000 – 2013)
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juni 2014 Alif Nurul Rosyidah, NIM: 1110104000013 Hubungan Perilaku Siswa tentang Mencuci Tangan Terhadap Kejadian Diare pada Siswa di Sekolah Dasar Negeri Ciputat 02 xvii + 78 halaman + 8 tabel + 3 skema + 8 lampiran
ABSTRAK Diare merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk di Indonesia. Provinsi Banten menduduki peringkat ke enam yang mempunyai prevalensi diare yang cukup tinggi. Pada kelompok umur 5 – 14 tahun prevalensi diarenya sebesar 10,3%. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat, salah satunya mencuci tangan dengan air mengalir menggunakan sabun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku cuci tangan terhadap kejadian diare pada siswa di SDN Ciputat 02. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif correlation yang menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini sebesar 56 responden diambil secara stratified random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan observasi, analisa data menggunakan uji Fisher. Hasil penelitian menunjukkan yang memiliki perilaku cuci tangan yang baik sebesar 44.6% dan yang memiliki perilaku kurang sebesar 55.4%. Anak SD yang menderita diare dalam tiga bulan terakhir sebesar 80.4%, sedangkan anak yang tidak menderita diare dalam tiga bulan terakhir sebesar 19.6%. Hasil uji statistik menunjukan (p = 0.015) artinya ada hubungan antara perilaku cuci tangan terhadap kejadian diare. Peneliti menyarankan agar siswa diharapkan dapat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan selalu disiplin melakukan praktik cuci tangan agar terhindar dari risiko terjadinya diare. Kata kunci: Pengetahuan, perilaku, cuci tangan, kejadian diare Referensi: 34 (tahun 2000 -2013)
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi dengan Judul
HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA SISWA DI SEKOLAH DASAR NEGERI CIPUTAT 02 Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Disusun Oleh: Alif Nurul Rosyidah NIM: 1110104000013
Pembimbing I
Pembimbing II
Nia Damiati, S.Kp, MSN NIP: 19790114 200501 2 002
Ita Yuanita, S.Kp, M.Kep NIP: 19700122 200801 2 005
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
v
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi dengan Judul
HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA SISWA DI SEKOLAH DASAR NEGERI CIPUTAT 02 Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh: Alif Nurul Rosyidah NIM: 1110104000013 Pembimbing I
Pembimbing II
Nia Damiati, S.Kp, MSN NIP: 19790114 200501 2 002
Ita Yuanita, S.Kp, M.Kep NIP: 19700122 200801 2 005
Penguji I
Penguji II
Ns. Uswatun Khasanah, S.Kp, MNS NIP: 19770401 200912 2 003
Nia Damiati, S.Kp, MSN NIP: 19790114 200501 2 002
Penguji III
Ita Yuanita, S.Kp., M.Kep NIP: 19700122 200801 2 005
vi
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan Judul
HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA SISWA DI SEKOLAH DASAR NEGERI CIPUTAT 02 Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh: Alif Nurul Rosyidah NIM: 1110104000013
vii
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Alif Nurul Rosyidah
Tempat, Tanggal Lahir
: Wonogiri, 11 Januari 1992
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Jl. P. Senopati III No. 21 Rt. 005/017 Kel. Uwung Jaya, Kec. Cibodas, Kota Tangerang - Banten
Telepon
: 081513654678
E-mail
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan
:
1. 1997-1998
: TK Amanah
2. 1998-2004
: SD Islam Amanah
3. 2004-2007
: SMPN 19 Kota Tangerang
4. 2007-2010
: SMAN 7 Kota Tangerang
5. 2010-2014
: S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Riwayat Organisasi
:
1. Paskibraka SMPN 19 Kota Tangerang 2. Sekretaris Umum OSIS SMAN 7 Kota Tangerang 3. Ketua Umum MPK SMAN 7 Kota Tangerang 4. Anggota Dep. Kaderisasi PMII Komfakes 5. Anggota Dep. Kemahasiswaan BEM FKIK UIN Jakarta 6. Kadep. PSDM PMII Komfakes 7. Kadep. Kemahasiswaan BEM FKIK UIN Jakarta 8. Anggota Dep. Pengembangan Seni dan Olahraga PMII Cab. Ciputat viii
Sabar dan ikhlas dua kata yang makin aku pahami maknanya, gampang mengucapkan tapi susah dilaksanakan. Hasil karya ini aku persembahkan untuk 1. Kedua orang tua ku yang selalu mendoakan demi kelancaran penyelasaian skripsi ini dan juga yang telah memberi support baik moril maupun materiil. 2. Adikku serta keluarga besar ku terutama bude darmi dan bude hindun yang selalu mensupport dan memberi masukan untuk menyelesaikan skripsi ini.
ix
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang kami ucapkan, selain memanjatkan puji beserta syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul hubungan perilaku tentang mencuci tangan terhadap kejadian diare pada siswa di SDN Ciputat 02. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak mengalami kesulitan namun berkat pertolongan dari Allah SWT serta bantuan, bimbingan, dan kerjasama dari berbagai pihak sehingga kesulitan tersebut dapat diatasi. Untuk itu, tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. (hc) dr. M.K. Tajudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. dr. H. M. Djauhari Widjajakusumah, AIF., PFK selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu memberikan izin untuk penelitian di instansi terkait 3. Ns. Waras Budi Utomo, S. Kep., MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memotivasi sehingga membuat semangat bagi penulis 4. Nia Damiati, S. Kp., MSN selaku dosen pembimbing I dan Ita Yuanita, S. Kp., M. Kep selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia membimbing penulis serta sabar, tekun, tulus, ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam penyelesaian skripsi ini x
5. Ns. Uswatun Khasanah, MNS selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberi arahan dan motivasi dari awal perkuliahan hingga saat ini 6. Orang tua dan keluarga yang selalu memberi dukungan baik moril maupun materil 7. Sahabat terbaikku “rainbow house” (Desy, Fida, Fitri, Naila, Nina), “cherry house” (Adis, Devica, Hani, Laras, Kiki, Septi) dan Lia Sholeha yang memberikan support untuk cepat menyelesaikan skripsi ini 8. Teman-teman seangkatan PSIK 2010 dan sahabat-sahabati PMII yang selalu memotivasi 9. Serta seluruh pihak yang telah mendukung kelancaran skripsi ini hingga selesai Atas bantuan dan segala amal baiknya, semoga Allah SWT membalas dengan pahala yang setimpal. Besar harapan penulis skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Kritik dan saran sangat diperlukan dalam peningkatan kualitas skripsi ini. Akhir kata semoga kita semua diberikan rahmat, hidayah serta karunia- Nya dari Allah SWT dan apa yang telah penulis peroleh selama pendidikan dapat diamalkan dengan baik. Ciputat, Juni 2014
Penulis
xi
DAFTAR ISI halaman Judul . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Pernyataan Keaslian Karya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Abstract . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Abstrak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Pernyataan Persetujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Lembar Pengesahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Daftar Riwayat Hidup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Lembar Persembahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Daftar Tabel . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Daftar Bagan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Daftar Lampiran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . B. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . C. Pertanyaan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2. Tujuan Khusus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . E. Manfaat Penelitian 1. Bagi profesi keperawatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2. Bagi instansi SDN 02 Ciputat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3. Bagi pelayanan kesehatan Puskesmas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4. Bagi peneliti selanjutnya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Diare 1. Pengertian Diare . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2. Insiden Kejadian Diare . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3. Etiologi Diare . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4. Cara Penularan dan Faktor Risiko . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5. Jenis dan Klasifikasi Diare . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6. Patofisiologi Diare . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7. Manifestasi Klinis Diare . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8. Komplikasi Diare . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
xii
i ii iii iv v vi viii ix x xii xv xvi xvii
1 5 6 6 7 7 7 8 8
9 9 11 12 14 14 17 17
9. Penatalaksanaan Diare . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10. Pencegahan Diare . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . B. Cuci Tangan 1. Konsep Cuci Tangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2. Pengertian Cuci Tangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3. Waktu yang tepat untuk Cuci Tangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4. Cara Cuci Tangan yang Benar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5. Hubungan Cuci Tangan dengan Kesehatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6. Hubungan Cuci Tangan dengan Jenis Kelamin. . . . . . . . . . . . . . . 7. Hubungan Cuci Tangan dengan Sumber Informasi . . . . . . . . . . . . C. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2. Tingkat Pengetahuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4. Kategori Pengetahuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . D. Perilaku 1. Pengertian Perilaku . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2. Pengukuran Perilaku . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3. Domain Perilaku . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4. Proses Terjadinya Perilaku . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5. Perubahan (adopsi) Perilaku dan Indikatornya . . . . . . . . . . . . . . . E. Perilaku Kesehatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . F. Anak Sekolah Dasar 1. Pengertian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2. Karakteristik anak sekolah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3. Perkembangan Motorik. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4. Perkembangan Kognitif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5. Perkembangan Memori . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6. Perkembangan Pemikiran Kritis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7. Perkembangan Kreativitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8. Aspek Psikologis . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9. Perkembangan Bahasa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10. Perkembangan Psikososial . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . G. Penelitian terkait . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . H. Kerangka Teori . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
18 20 20 21 22 23 24 25 26 26 27 28 29 30 31 32 32 33 35 36 36 37 37 38 39 39 39 40 40 41 44
BAB III. KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 45 B. Hipotesis Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 46 C. Definisi Operasional . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 47
xiii
BAB IV. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . B. Lokasi dan Waktu Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . C. Populasi dan Sampel Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . D. Instrumen Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . E. Uji Validitas dan Reabilitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . F. Tahapan Pengambilan Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . G. Analisis Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . H. Etika Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . BAB V. HASIL PENELITIAN A. Gambaran Tempat Penelitian 1. Profil SDN Ciputat 02 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2. Visi dan Misis SDN Ciputat 02 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . B. Hasil Analisis Univariat 1. Karakteristik Responden. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2. Informasi tentang Cuci Tangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3. Pengetahuan Cuci Tangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4. Perilaku Cuci Tangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5. Kejadian Diare . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . C. Hasil Analisis Bivariat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . BAB VI. PEMBAHASAN A. Analisis Univariat 1. Gambaran Karakteristik Responden. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2. Gambaran Informasi tentang Cuci Tangan . . . . . . . . . . . . . . . . . 3. Gambaran Pengetahuan Cuci Tangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4. Gambaran Perilaku Cuci Tangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5. Gambaranan Kejadian Diare . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . B. Analisis Bivariat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . C. Keterbatasan Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . BAB VII. PENUTUPAN A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . B. Saran 1. Bagi SDN Ciputat 02. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2. Bagi Siswa SDN Ciputat 02 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3. Bagi Peneliti Selanjutnya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Daftar Pustaka Lampiran – Lampiran
xiv
51 51 51 53 54 55 58 59
61 61 63 64 65 66 66 67
68 69 70 71 73 75 76
77 78 78 78
DAFTAR TABEL
Halaman 2.1 Dosis oralit berdasarkan berat badan
19
3.1 Definisi operasional
47
5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik responden
63
di SDN Ciputat 02 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan informasi tentang cuci
64
tangan di SDN Ciputat 02 5.3 Distribusi frekuensi responden pengetahuan tentang cuci tangan di
65
SDN Ciputat 02 5.4 Distribusi frekuensi responden perilaku tentang cuci tangan di
66
SDN Ciputat 02 5.5 Distribusi frekuensi responden kejadian responden selama tiga
66
bulan terakhir di SDN Ciputat 02 5.6 Hasil analisis hubungan perilaku cuci tangan terhadap kejadian diare pada siswa di SDN Ciputat 02
xv
67
DAFTAR BAGAN Halaman 2.1 Patofisiologi diare
16
2.2 Kerangka teori
44
3.3 Kerangka konsep
45
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian Lampiran 2. Informed Consent Lampiran 3. Kuesioner Lampiran 4. Lembar Observasi Lampiran 5. Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 6. Rekapitulasi Data Karakteristik Responden, Variabel Pengetahuan Cuci Tangan, Variabel Perilaku Cuci Tangan, Variabel Kejadian Diare pada Siswa di SDN Ciputat 02 Lampiran 7. Hasil Analisis Univariat Lampiran 8. Hasil Analisis Bivariat
xvii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Diare merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk di Indonesia. Hal ini disebabkan karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Pada tahun 2000 sampai tahun 2010 survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan didapatkan insiden diare meningkat. Pada tahun 2000 insiden diare yaitu 301/1000 penduduk, tahun 2003 insiden diare naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 insiden diare naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 insiden diare menjadi 411/1000 penduduk (Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian anak di Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat (Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan pola penyebab kematian semua umur, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-13 dengan proporsi kematian 3,5%. Sedangkan berdasarkan penyakit menular, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-3 setelah Tuberculosis dan Pneumonia (Kemenkes RI,
2
2011). Prevalensi diare dalam riskesdas tahun 2007 diare klinis adalah 9,0% (rentang: 4,2% - 18,9%), tertinggi di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD) sebesar 18,9% dan terendah di Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta sebesar 4,2%. Beberapa provinsi yang mempunyai prevalensi diare klinis >9% (NAD, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tengara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua). Data dari laporan hasil riskesdas Provinsi Banten tahun 2007, menunjukkan prevalensi diare di Provinsi Banten pada kelompok umur 5 – 14 tahun yang pernah didiagnosis diare oleh tenaga kesehaan dalam satu bulan terakhir sebesar 4,8%, sedangkan yang menyatakan pernah, ditanya apakah dalam satu bulan tersebut pernah menderita buang air besar lebih dari tiga kali sehari dengan kotoran lembek/cair sebesar 10,3%, serta yang menderita diare sudah minum oralit atau cairan gula garam sebesar 33,8%. Menurut Ramaiah (2000), tingginya angka kejadian diare anak disebabkan oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko diare yaitu : sanitasi yang buruk, fasilitas kebersihan yang kurang, kebersihan pribadi buruk (tidak mencuci tangan sebelum, sesudah makan, dan setelah buang air). Salah satu langkah dalam pencapaian target Millenium Development Goal’s (MDG’s) Goal ke-4 adalah menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada tahun 2015. Langkah yang dibuat pemerintah untuk mengurangi angka kejadian diare khususnya pada anak usia sekolah adalah dengan mengadakan usaha kesehatan sekolah (UKS) disetiap
3
sekolah dasar (SD). Program ini dibuat di sekolah, karena sekolah adalah institusi yang terorganisir dengan baik dan merupakan wadah pembentukan karakter dan media yang mampu menanamkan pengertian dan kebiasaan hidup sehat (Martianto, 2005). UKS merupakan suatu wadah yang mengurus berbagai hal terkait dengan kesehatan masyarakat sekolah yaitu siswa, guru, kepala sekolah dan semua pegawai di sekolah. UKS juga sebagai sarana yang digunakan oleh programprogram kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan (Suhartinia, 2010). Salah satu program UKS yang dibuat untuk meningkatkan kesehatan siswa adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Sedangkan indikator PHBS di sekolah yaitu mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun, mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah, menggunakan jamban yang bersih dan sehat, olahraga yang teratur dan terukur, tidak merokok di sekolah, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan, membuang sampah pada tempatnya (Kemenkes RI, 2011). Menurut Depkes RI (2009), sebuah ulasan yang membahas sekitar 30 penelitian terkait menemukan bahwa cuci tangan dengan sabun dapat memangkas angka penderita diare hingga separuh. Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan perilaku sehat yang telah terbukti secara ilmiah dapat mencegah penyebaran penyakit menular seperti diare, infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) dan flu burung, bahkan disarankan untuk mencegah penularan influenza. Banyak pihak yang telah memperkenalkan perilaku ini sebagai intervensi kesehatan yang sangat mudah, sederhana dan dapat
4
dilakukan oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Berbagai survei di lapangan menunjukkan menurunnya angka ketidakhadiran anak karena sakit yang disebabkan oleh penyakit-penyakit di atas, setelah diintervensi dengan CTPS (Depkes RI, 2009). Cuci tangan belum menjadi budaya yang dilakukan masyarakat luas di Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak yang mencuci tangan hanya dengan air sebelum makan, cuci tangan dengan sabun justru dilakukan setelah makan. Oleh karena itu kebersihan tangan dengan mencuci tangan perlu mendapat prioritas yang tinggi, walaupun hal tersebut sering disepelekan. Kebiasaan cuci tangan tidak timbul begitu saja, tetapi harus dibiasakan sejak kecil. Anak-anak merupakan agen perubahan untuk memberikan edukasi baik untuk diri sendiri dan lingkungannya sekaligus mengajarkan pola hidup bersih dan sehat. Anak-anak juga cukup efektif dalam memberikan contoh terhadap orang yang lebih tua khususnya mencuci tangan yang selama ini dianggap tidak penting (Batanoa, 2008). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Joni (2012) tentang hubungan tingkat pengetahuan sikap dan perilaku kebersihan siswa SD dengan kejadian diare pada siswa SD dengan sampel 72 siswa SD kelas 4-5 di SDN Pujokusuman 1 didapatkan hubungan antara tingkat pengetahuan sikap dan perilaku kebersihan siswa SD dengan kejadian diare pada siswa SD. Hasil dari penelitian tersebut adalah semakin kurang tingkat pengetahuan sikap dan perilaku siswa tentang kebersihan diri maka kejadian diare semakin tinggi. Hasil observasi siswa kelas V di SDN Ciputat 02 menunjukkan bahwa mereka tidak mencuci tangan sebelum dan setelah makan serta kuku tangan
5
yang terlihat panjang dan kotor. Selain itu juga, saat jam istirahat anak sekolah membeli jajanan tanpa memperhatikan kebersihannya. Melalui wawancara dengan siswa kelas V di SDN Ciputat 02, selama 3 bulan terakhir terdapat 4 siswa dari 10 siswa terkena diare. Setelah ditelusuri anak yang yang pernah mengalami diare kurang memahami dan tidak melakukan CTPS dengan baik dan benar, walaupun sering diajarkan oleh guru dan orang tua dirumah. Melihat kejadian diatas peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan perilaku cuci tangan terhadap kejadian diare pada siswa di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Ciputat 02.
B. RUMUSAN MASALAH Diare merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk di Indonesia. Berdasarkan pola penyebab kematian semua umur, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-13 dengan proporsi 3,5%. Sedangkan berdasarkan penyakit menular, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-3 setelah Tuberculosis dan Pneumonia. Provinsi Banten menduduki peringkat ke enam yang mempunyai prevalensi diare yang cukup tinggi. Pada kelompok umur 5 – 14 tahun prevalensi diarenya sebesar 10,3%. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat, yaitu mencuci tangan dengan air mengalir menggunakan sabun. Hasil observasi siswa kelas V di SDN Ciputat 02 menunjukkan bahwa mereka tidak mencuci tangan sebelum dan setelah makan serta kuku tangan yang terlihat panjang dan kotor. Selain itu juga, saat jam istirahat anak
6
sekolah membeli jajanan tanpa memperhatikan kebersihannya. Melalui wawancara dengan siswa kelas V di SDN Ciputat 02, selama 3 bulan terakhir terdapat 4 siswa dari 10 siswa terkena diare. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin mengetahui hubungan perilaku cuci tangan terhadap kejadian diare pada siswa di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Ciputat 02.
C. PERTANYAAN PENELITIAN Berdasarkan latar belakang diatas didapatkan beberapa pertanyaan penelitian, yaitu: 1. Bagaimana gambaran karakteristik responden pada siswa di SDN Ciputat 02? 2. Bagaimana gambaran informasi tentang cuci tangan pada siswa di SDN Ciputat 02 3. Bagaimana gambaran pengetahuan cuci tangan pada siswa di SDN Ciputat 02? 4. Bagaimana gambaran perilaku cuci tangan pada siswa di SDN Ciputat 02? 5. Bagaimana kejadian diare pada siswa di SDN Ciputat 02? 6. Apakah ada hubungan perilaku cuci tangan terhadap kejadian diare pada siswa di SDN Ciputat 02?
D. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan perilaku cuci tangan terhadap kejadian diare pada siswa di SDN Ciputat 02.
7
2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi gambaran karakteristik responden pada siswa di SDN Ciputat 02 b. Mengidentifikasi gambaran informasi tentang cuci tangan pada siswa di SDN Ciputat 02 c. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan cuci tangan pada siswa di SDN Ciputat 02 d. Mengidentifikasi gambaran perilaku cuci tangan pada siswa di SDN Ciputat 02 e. Mengidentifikasi kejadian diare pada siswa di SDN Ciputat 02 f. Mengidentifikasi hubungan perilaku cuci tangan terhadap kejadian diare pada siswa di SDN Ciputat 02
E. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Profesi Keperawatan Sebagai
informasi
tambahan
untuk
pengembangan
program
pembelajaran keperawatan komunitas ditingkat sekolah khususnya program UKS. 2. Bagi SDN Ciputat 02 Informasi yang diperoleh dapat menjadi masukan bagi guru tentang kejadian diare pada siswa serta sebagai acuan untuk evaluasi dan perencanaan program UKS yang berkaitan dengan perilaku mencuci tangan siswanya.
8
3. Bagi Pelayanan Kesehatan Puskesmas Informasi yang diperoleh dapat memberi masukan bagi pelayanan kesehatan untuk memberikan gambaran di sekolah tentang program UKS terkait dengan kejadian diare. Dapat memberikan penyuluhan di sekolah tentang PHBS.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai informasi atau bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. DIARE 1. Pengertian Diare Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011). Sedangkan menurut Wong (2008), diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi pencernaan, penyerapan dan sekresi. Diare disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari tiga kali sehari (Hidayat, 2006). 2. Insiden Kejadian Diare Diare merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Pada tahun 2000 sampai tahun 2010 survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan didapatkan insiden diare meningkat. Pada tahun 2000 insiden diare yaitu 301/1000 penduduk, tahun 2003 insiden diare naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 insiden diare naik menjadi
10
423/1000 penduduk dan tahun 2010 insiden diare menjadi 411/1000 penduduk (Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan pola penyebab kematian semua umur, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-13 dengan proporsi kematian 3,5%. Sedangkan berdasarkan penyakit menular, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-3 setelah TB dan Pneumonia (Kemenkes RI, 2011). Prevalensi diare dalam riskesdas tahun 2007 diare klinis adalah 9,0% (rentang: 4,2% - 18,9%), tertinggi di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD) sebesar 18,9% dan terendah di Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta sebesar 4,2%. Beberapa provinsi yang mempunyai prevalensi diare klinis >9% (NAD, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tengara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua). Data dari laporan hasil riskesdas Provinsi Banten tahun 2007, menunjukkan prevalensi diare di Provinsi Banten pada kelompok umur 5 – 14 tahun yang pernah didiagnosis diare oleh tenaga kesehaan dalam satu bulan terakhir sebesar 4,8%, sedangkan yang menyatakan pernah, ditanya apakah dalam satu bulan tersebut pernah menderita buang air besar lebih dari tiga kali sehari dengan kotoran lembek/cair sebesar 10,3%, serta yang menderita diare sudah minum oralit atau cairan gula garam sebesar 33,8%.
11
3. Etiologi Diare Menurut Setyowati dan Hurhaeni dalam Hidayat (2006), faktor penyebab diare dibedakan atas: a. Faktor infeksi 1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi : a) Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, dll b) Infeksi virus : Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, dll c) Infestasi parasit : Cacing, Protozoa, Jamur 2) Infeksi parental yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dsb. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun. b. Faktor malabsorbsi 1) Malabsorbsi karbohidrat : Disakarida dan Monosakarida. Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa 2) Malabsorbsi lemak 3) Malabsorbsi protein c. Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan d. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar. Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan (Depkes RI, 2011).
12
4. Cara Penularan dan Faktor Risiko Menurtu Subagyo B dan Nurtjahjo BS (2010), cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak langsung melalui lalat (melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger). Berdasarkan penelitian Budi (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada anak adalah sebagai berikut: a. Sumber Air Didapatkan ada hubungan yang signifikan antara sumber air dengan kejadian diare. Penyakit seperti diare, disentri, dan paratipus dapat dipengaruhi oleh sumber air. Penggunaaan air minum dari sumber air yang tercemar, dapat menyebarkan banyak penyakit salah satunya diare. Dan jika pipa air minum dan persediaan air kita disambung kurang benar, berarti kita membuka diri sendiri terhadap banyak penyakit seperti diare, disentri, paratipus dan lain sebagainya. Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah. b. Jamban Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare. Jamban yang baik sebaiknya berjauhan dengan sumber air minum, paling sedikit 10 meter.
13
c. Kebiasaan Jajan Kebiasaan jajan anak usia sekolah dasar sangat berpengaruh pada penyakit diare. Demikian pula dengan anak jalanan yang sebagian besar berusia usia sekolah dasar. Mereka lebih sering jajan berupa es atau kue-kue. Tidak banyak anak yang memperoleh kesempatan mempunyai uang saku yang banyak, karena itulah mereka cenderung memilih jenis jajanan yang murah, biasanya makin rendah harga suatu barang atau jajanan makin rendah pula kualitasnya. Hal ini berakibat digunakannya bahan-bahan makanan yang kurang baik dan biasanya sudah tercemar oleh kuman. Itulah sebabnya anak-anak yang telah mulai suka jajan sering terkena penyakit diare. d. Kebiasaan Cuci Tangan Sebelum Makan Perilaku cuci tangan yang buruk berhubungan erat dengan peningkatan kejadian diare dan penyakit yang lain. Perilaku cuci tangan yang baik dapat menghindarkan diri dari diare. Apabila kita selalu mencuci tangan, kondisi tangan kita selalu bersih, sehingga dalam melakukan aktivitas terutama makan tangan yang kita gunakan selalu bersih sehingga tidak ada kuman yang masuk ke dalam tubuh. 5. Jenis dan Klasifikasi Diare Menurut Depkes RI (2011), jenis diare ada dua, yaitu diare akut, diare persisten atau diare kronik. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari, sementara diare persisten atau diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Menurut Hidayat (2005), klasifikasi diare dapat dikelompokkan menjadi lima yaitu:
14
a. Diare Dehidrasi Berat : Diare dehidrasi berat jika terdapat tanda sebagai berikut letargis atau mengantuk atau tidak sadar, mata cekung, serta turgor kulit jelek. b. Diare Dehidrasi Sedang atau Ringan : Diare ini mempunyai tanda seperti gelisah atau rewel, mata cekung, serta turgor kulit jelek. c. Diare Tanpa Dehidrasi : Diare tanpa dehidrasi jika hanya ada salah satu tanda pada dehidrasi berat atau ringan. d. Diare Persisten : Diare persisten apabila terjadi diare sudah lebih dari 14 hari. e. Disentri : Apabila diare disertai darah pada tinja dan tidak ada tanda gangguan saluran pencernaan. 6. Patofisiologi Diare Menurut Setyowati dan Hurhaeni dalam Hidayat (2006), proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan faktor diantaranya: a. Faktor infeksi : Faktor ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan sistem transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.
15
b. Faktor malabsorbsi : Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare. c. Faktor makanan : Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian menyebabkan diare. d. Faktor psikologis : Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare.
16
Faktor
Infeksi
Malabsorpsi
Makanan
Psikologis
Kuman masuk dan berkembang dalam usus
Tekanan osmotik meningkat
Toksin tidak dapat diabsorpsi
hiperperistaltik
Toksin dalam dinding usus halus
Hipersekresi air elektrolit (isi rongga) usus meningkat
hiperperistaltik
Pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus
Kemampuan absorpsi menurun
Kemampuan absorpsi menurun Isi rongga usus meningkat
Diare
Bagan 2.1 Patofisiologi Diare Sumber: Setyowati dan Hurhaeni dalam Hidayat (2006)
17
7. Manifestasi Klinis Diare Infeksi usus menimbulkan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya bila terjadi komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologik. Gejala gastrointestinal bisa berupa diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya. Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik, dan hipovolemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat (Juffrie, 2010). 8. Komplikasi Diare Menurut IDAI (2010), komplikasi dari diare dapat menyebabkan: a. Gangguang elektrolit 1) Hipernatremia edema otak 2) Hiponatremia sering terjadi pada anak dengan shigellosis dan pada anak malnutrisi berat edema 3) Hiperkalemia
18
4) Hipokalemia kelemahan otot, paralitik ileus, gangguan fungsi ginjal dan aritmia jantung b. Kegagalan upaya rehidrasi oral, misalnya pengeluaran tinja cair yang sering dengan volume yang banyak, muntah yang menetap, tidak dapat minum, kembung dan ileus paralitik serta malabsorbsi glukosa c. Kejang, biasanya pada anak yang mengalami dehidrasi 9. Penatalaksanaan Diare Menurut Kemenkes RI (2011), berikut penatalaksanaan diare berdasarkan klasifikasinya: a. Dehidrasi tanpa dehidrasi: 1) Beri cairan lebih banyak dari biasanya a) Beri Oralit sampai diare berhenti dengan ketentuan: umur > 1 tahun diberi 100-200 ml setiap kali berak. Bila muntah, tunggu 10 menit dan dilanjutkan sedikit demi sedikit. 2) Beri obat zinc Beri Zinc 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang. Dengan ketentuan: umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari. 3) Beri makanan untuk mencegah kurang gizi a) Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat b) Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan
19
c) Beri makanan kaya Kalium seperti sari buah segar, pisang, air kelapa hijau. d) Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil (setiap 3-4 jam) e) Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan selama 2 minggu 4) Antibiotic hanya diberikan sesuai indikasi, misalnya: disentri, kolera, dll b. Dehidrasi ringan/sedang: 1) Jumlah oralit yang diberikan dalam tiga jam pertama adalah 75 ml/kg bb. Bila BB tidak diketahui berikan oralit sesuai tabel di bawah ini: Tabel 2.1. Dosis oralit berdasarakan berat badan Umur
2-5 tahun
BB
12-19 kg
Jumlah cairan
900-1400
Sumber: Data Sekunder (2011) 2) Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah. 3) Beri obat Zinc selama 10 hari berturut-turut c. Dehidrasi berat : Pada keadaan ini pasien akan diberikan larutan hidrasi secara intravena (intravenous hydration) dengan kadar 100ml/kgBB/3-6 jam.
20
10. Pencegahan Diare Pengobatan diare penting jika seseorang telah menderita diare. Akan tetapi bagi anak yang masih sehat akan lebih bermakna jika pencegahan diare dapat dilakukan. Karena mencegah lebih baik dari pada mengobati. Menurut WHO (2009) dalam Ernawati (2012), mencuci tangan dengan sabun telah terbukti mengurangi kejadian penyakit diare kurang lebih 40%. Mencuci tangan disini lebih ditekankan pada saat sebelum makan maupun sesudah buang air besar. Cuci tangan menjadi salah satu intervensi yang paling cost effective untuk mengurangi kejadian diare pada anak. Disamping mencuci tangan pencegahan diare dapat dilakukan dengan meningkatkan sanitasi dan peningkatan sarana air bersih. Sebab 88% penyakit diare yang ada di dunia disebabkan oleh air yang terkontaminasi tinja, sanitasi yang tidak memadai, maupun hygiene perorangan yang buruk.
B. CUCI TANGAN 1. Konsep Cuci Tangan Cuci tangan merupakan tindakan pencegahan dan penanggulangan penyakit yang menjadi program perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Sekolah (Kemenkes RI, 2011). PHBS merupakan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran. Sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Munculnya berbagai penyakit
21
yang sering menyerang anak usia sekolah (6-10 tahun), ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak dan dapat dilakukan melalui pendekatan UKS. (Kemenkes RI, 2011). 2. Pengertian Cuci Tangan Cuci tangan adalah salah satu bentuk kebersihan diri yang penting. Selain itu mencuci tangan juga dapat diartikan menggosok dengan sabun secara bersama seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yang kemudian dibilas di bawah air yang mengalir (Potter, 2005) Menurut Garner dan Fayero (1986) dalam Potter dan Perry (2005), mencuci tangan paling sedikit 10-15 detik akan memusnahkan mikroorganisme transient paling banyak dari kulit, jika tangan tampak kotor, dibutuhkan waktu yang lebih lama. Menurut Depkes (2009), cuci tangan pakai sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Mencuci tangan dengan air saja tidak cukup. Penggunaan sabun selain membantu singkatnya waktu cuci tangan, dengan menggosok jemari dengan sabun menghilangkan kuman yang tidak tampak minyak/ lemak/ kotoran di permukaan kulit, serta meninggalkan bau wangi. Perpaduan kebersihan, bau wangi dan perasaan segar merupakan hal positif yang diperoleh setelah menggunakan sabun.
22
Cuci tangan pakai sabun (CPTS) merupakan kebiasaan yang bermanfaat untuk membersihkan tangan dari kotoran dan membunuh kuman penyebab penyakit yang merugikan kesehatan. Mencuci tangan yang baik membutuhkan beberapa peralatan berikut : sabun antiseptic, air bersih, dan handuk atau lap tangan bersih. Untuk hasil maksimal disarankan untuk mencuci tangan selama 20-30 detik (PHBS-UNPAD, 2010). Menurut WHO (2005) dalam Depkes RI (2006), terdapat 2 teknik mencuci tangan, yaitu mencuci tangan dengan sabun dan mencuci tangan dengan larutan berbahan dasar alcohol. 3. Waktu yang Tepat untuk Cuci Tangan Menurut Depkes (2011), waktu yang tepat untuk cuci tangan pakai sabun adalah: a. Sebelum dan setelah makan b. Sebelum memegang makanan c. Sebelum melakukan kegiatan jari-jari ke dalam mulut atau mata d. Setelah bermain/berolahraga e. Setelah BAK dan BAB f. Setelah buang ingus g. Setelah buang sampah h. Setelah menyentuh hewan/unggas termasuk hewan peliharaan i. Sebelum mengobati luka
23
4. Cara Cuci Tangan yang Benar Mencuci tangan yang benar harus menggunakan sabun dan di bawah air yang mengalir. Sedangkan menurut Depkes (2009), langkah-langkah teknik mencuci tangan yang benar adalah sebagai berikut. a. Basahi tangan dengan air di bawah kran atau air mengalir. b. Ambil sabun cair secukupnya untuk seluruh tangan. c. Gosokkan kedua telapak tangan. Gosokkan sampai ke ujung jari. d. Telapak tangan kanan menggosok punggung tangan kiri (atau sebaliknya) dengan jari-jari saling mengunci (berselang-seling) antara tangan kanan dan kiri. Gosok sela-sela jari tersebut. Lakukan sebaliknya. e. Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lainnya dan saling mengunci. f. Usapkan ibu jari tangan kanan dengan telapak kiri dengan gerakan berputar. Lakukan hal yang sama dengan ibu jari tangan kiri. g. Gosok telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya dengan gerakan ke depan, ke belakang dan berputar. Lakukan sebaliknya. h. Pegang pergelangan tangan kanan dengan tangan kiri dan lakukan gerakan memutar. Lakukan pula untuk tangan kiri. i. Bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air mengalir. j. Keringkan tangan dengan menggunakan tissue dan bila menggunakan kran, tutup kran dengan tissue.
24
5. Hubungan Cuci Tangan dengan Kesehatan Menurut Depkes (2009) penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan mencuci tangan dengan sabun adalah: a. Diare, menjadi penyebab kematian kedua yang paling umum untuk anak-anak balita. Sebuah ulasan yang membahas sekitar 30 penelitian terkait menemukan bahwa cuci tangan dengan sabun dapat memangkas angka penderita diare hingga separuh. Penyakit diare seringkali diasosiasikan dengan keadaan air, namun secara akurat sebenarnya harus diperhatikan juga penanganan kotoran manusia seperti tinja dan air kencing, karena kuman-kuman penyakit penyebab diare berasal dari kotoran-kotoran ini. Kuman-kuman penyakit ini membuat manusia sakit ketika mereka masuk mulut melalui tangan yang telah menyentuh tinja, air minum yang terkontaminasi, makanan mentah, dan peralatan makan yang tidak dicuci terlebih dahulu atau terkontaminasi akan tempat makannya yang kotor. b. Infeksi saluran pernapasan adalah penyebab kematian utama untuk anak-anak balita. Mencuci tangan dengan sabun mengurangi angka infeksi saluran pernapasan ini dengan dua langkah: dengan melepaskan patogen-patogen pernapasan yang terdapat pada tangan dan permukaan telapak tangan dengan menghilangkan patogen (kuman penyakit) lainnya (terutama virus entrentic) yang menjadi penyebab tidak hanya diare namun juga gejala penyakit pernapasan lainnya. Bukti-bukti telah ditemukan bahwa praktik-praktik menjaga kesehatan dan kebersihan
25
seperti – mencuci tangan sebelum dan sesudah makan/ buang air besar/kecil – dapat mengurangi tingkat infeksi. c. Infeksi cacing, infeksi mata dan penyakit kulit. Penelitian juga telah membuktikan bahwa selain diare dan infeksi saluran pernapasan penggunaan sabun dalam mencuci tangan mengurangi kejadian penyakit kulit; infeksi mata seperti trakoma, dan cacingan khususnya untuk ascariasis dan trichuriasis. 6. Hubungan Cuci Tangan dengan Jenis Kelamin Jenis kelamin dapat mempengaruhi tahap cuci tangan seseorang, antara laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan kebiasaan mengenai pola hidup bersih (Cupuwatie, 2010). Penelitian yang dilakukan di tujuh kota di Korea Selatan dengan 2800 responden yang diobservasi, Jeong et al (2007) menemukan bahwa 63,4% responden mencuci tangannya setelah menggunakan kamar mandi umum dan yang lebih sering mencuci tangan setelah menggunakan kamar mandi umum adalah yang berjenis kelamin perempuan. Penelitian lain oleh Johnson, et al (2003) mengemukakan bahwa tingginya angka cuci tangan pada wanita dibanding pria dipengaruhi oleh perilaku penglihatan. Pada penelitian yang dilakukan, Johnson, et al memasang tanda peringatan yang mengingatkan orang untuk mencuci tangan di kamar mandi umum, hasil observasi pada 175 responden (95 wanita dan 80 pria) didapatkan 61% wanita dan 37% pria mencuci tangan pada keadaan ada tanda peringatan.
26
7. Hubungan Cuci Tangan dengan Sumber Informasi Sumber informasi dapat mempengaruhi tahap cuci tangan seseorang, disebabkan karena sumber informasi tertentu dapat mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang untuk cuci tangan dengan benar (Cupuwatie, 2010). Salah satu sumber informasi yang dapat meningkatkan tingkat kepatuahan cuci tangan adalah orang tua. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Catalina Lopez, et al kepada anak-anak dengan jumlah sampel 645 menunjukkan bahwa anak-anak mencuci tangan setelah mendapat informasi dari orang tua sebesar 88,5%, dari sekolah 66,7%, dari media 56,8%. Selain itu, siswa yang mendapat informasi dari orang tua cenderung dua kali lebih benar dalam mencuci tangan dibandingkan dengan tidak mendapat informasi dari orang tua (Nutbeam, 1998).
C. PENGETAHUAN 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Menurut Bloom dan Skinner pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan atau tulisan, bukti atau tulisan tersebut
27
merupakan suatu reaksi dari suatu stimulasi yang berupa pertanyaan baik lisan atau tulisan (Notoatmodjo, 2003). 2. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengatahuan yang paling rendah b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar
tentang
objek
yang
diketahui
dan
dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah faham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
28
d. Analisis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menyambungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. 3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut
Notoatmodjo
(2003),
pengetahuan
seseorang
dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a. Pengalaman Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain. Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang. b. Tingkat pendidikan Secara umum, orang yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih luas daripada orang yang berpendidikan lebih rendah.
29
c. Keyakinan Biasanya keyakinan diperoleh secara turun-temurun, baik keyakinan yang positif maupun keyakinan yang negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. d. Fasilitas Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah majalah, radio, koran, televisi, buku, dan lain-lain. e. Penghasilan Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun, jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia mampu menyediakan fasilitas yang lebih baik. f. Sosial budaya Kebudayaan
setempat
dan
kebiasaan
dalam
keluarga
dapat
mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu. 4. Kategori Pengetahuan Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu: a. Baik : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari seluruh pertanyaan b. Cukup : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari seluruh pertanyaan c. Kurang : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 40% - 55% dari seluruh pertanyaan
30
D. PERILAKU 1. Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Menurut Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2010), merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku manusia terjadi melalui proses : Stimulus organisme respons, sehingga teori ini disebut teori S-O-R. Skiner membedakan adanya dua respons, yakni: a. Respondent respon atau refleksif, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimuli karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. Misalnya: makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Responden respons ini juga mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya. b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimuli atau perangsang
31
tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimuli atau reinforce, karena memperkuat respons. Misalnya: apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respons terhadap uraian tugasnya atau job diskripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya. Berdasarkan teori S-O-R tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a. Perilaku tertutup (convert behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. b. Perilaku terbuka (overt behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. 2. Pengukuran Perilaku Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua cara, secara langsung, dengan pengamatan (obsevasi), yaitu mengamati tindakan dari subyek dalam rangka memelihara kesehatannya. Sedangkan secara tidak langsung menggunakan metode mengingat
32
kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan terhadap subyek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan obyek tertentu (Notoatmodjo, 2005) 3. Domain Perilaku Perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar), berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk responnya berbeda tiap orangnya. Faktor – faktor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku. Menurut Notoatmodjo (2007) Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu: a. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan bersifat given atau bawaan misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya. b. Faktor eksternal yaitu lingkungan baik fisik, ekonomi maupun politik. Faktor lingkungan ini menjadi faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang. 4. Proses Terjadinya Perilaku Menurut Notoatmodjo (2007), terjadi proses yang berurutan untuk membentuk perilaku: a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu b. Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
33
e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng. 5. Perubahan (Adopsi) Perilaku dan Indikatornya Perubahan atau adopsi perilaku baru adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan waktu yang relative lama. Menurut Notoatmodjo (2007), secara teori perubahan perilaku seseorang menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya melalui 3 tahap: a. Pengetahuan Sebelum seseorang menghadapi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu terlebih dahulu apa arti manfaat perilaku bagi dirinya atau keluarganya. Indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan: 1) Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi: a) Penyebab penyakit b) Gejala dan tanda-tanda penyakit c) Bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencari pengobatan d) Bagaimana cara penularannya e) Bagaimana cara pencegahannya 2) Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat, meliputi:
34
a) Penyakit atau bahaya merokok, minuman keras, narkoba dan sebagainya b) Pentingnya istirahat cukup, relaksasi, rekreasi c) Jenis makanan yang bergizi 3) Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan a) Manfaat air bersih b) Cara-cara pembuangan limbah yang sehat c) Manfaat pencahayaan d) Akibat polusi b. Sikap Sikap adalah penilaian (dapat berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. Oleh sebab itu indicator terhadap sikap kesehatan sejalan dengan pengetahuan kesehatan, yakni: 1) Sikap terhadap sakit dan penyakit 2) Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat 3) Sikap terhadap kesehatan lingkungan c. Praktik/tindakan Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktikan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik kesehatan, atau dapat juga disebut perilaku
35
kesehatan. Oleh sebab itu indikator praktik kesehatan mencakup hal-hal yakni: 1) Tindakan sehubungan dengan penyakit 2) Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan 3) Tindakan kesehatan lingkungan
E. PERILAKU KESEHATAN Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku kesehatan adalah sesuatu respon (organisme) terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terjadi dari 3 aspek: a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah senbuh dari sakit. b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman Menurut
teori
Lawrence
Green
dalam
Notoatmodjo
(2010),
mengemukakan bahwa untuk mencoba menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan orang dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam perilaku (behavioral factors) dan faktor dari luar perilaku (nonbehavioral). Perilaku terbentuk dari tiga faktor yaitu: a. Faktor predisposisi (disposing factor), yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang,
36
antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya. b. Faktor pemungkin (enabling factor), adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Seperti sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya Puskesmas, Posyandu, rumah sakit, tempat pembuangan air, tempat pembuangan sampah, tempat olahraga, makanan bergizi, uang, dan sebagainya. c. Faktor penguat (reinforcing factor), adalah faktor-faktor yang mendorong
atau
terjadinya
perilaku.
Kadang-kadang,
meskipun
seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya.
F. ANAK SEKOLAH DASAR 1. Pengertian Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua. Biasanya pertumbuhan anak putri lebih cepat dari pada putra (Moehji, 2003). 2. Karakteristik anak sekolah Menurut Moehji (2003), karakteristik anak sekolah meliputi: a. Pertumbuhan tidak secepat bayi. b. Gigi merupakan gigi susu yang tidak permanen (tanggal). c. Lebih aktif memilih makanan yang disukai.
37
d. Kebutuhan energi tinggi karena aktivitas meningkat. e. Pertumbuhan lambat. f. Pertumbuhan meningkat lagi pada masa pra remaja. 3. Perkembangan Motorik Dengan terus bertambahnya berat dan kekuatan badan, maka pada masa ini perkembangan motorik menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan awal masa anak-anak. Anak-anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan makin pandai meloncat, anak juga makin mampu menjaga keseimbangan badannya (Wong, 2004) 4. Perkembangan Kognitif Anak Usia Sekolah Menurut teori Piaget dalam Wong (2004), pemikiran anak masa sekolah dasar disebut juga pemikiran operasional kongkrit (concrete operational thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objekobjek peristiwa nyata atau kongkrit.dalam upaya memahami alam sekitarnya mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari panca indera, karena anak mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya. Dalam masa ini, anak telah mengembangkan tiga macam proses yang disebut dengan operasi-operasi, yaitu: a. Negasi (negation), yaitu pada masa kongkrit operasional, anak memahami hubungan-hubungan antara benda atau keadaan yang satu dengan benda atau keadaan yang lain. b. Hubungan timbal balik (resiprok), yaitu anak telah mengetahui hubungan sebab-akibat dalam suatu keadaan.
38
c. Identitas, yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan benda yang ada. Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan. Jadi pada tahap ini anak telah memiliki struktur kognitif yang memungkinkannya dapat berfikir untuk melakukan suatu tindakan tanpa ia sendiri bertindak secara nyata. 5. Perkembangan Memori Menurut Wong (2004), selama periode ini memori jangka pendek anak telah berkembang dengan baik. Akan tetapi, memori jangka panjang tidak terjadi banyak peningkatan dengan disertai adanya keterbatasanketerbatasan. Untuk mengurangi keterbatasan-keterbatasan tersebut, anak berusaha menggunakan strategi memori yaitu merupakan prilaku disengaja yang digunakan untuk meningkatkan memori. Menurut Matlin (1994), menyebutkan empat macam strategi memori yang penting, yaitu: a. Rehalsal (pengulangan), suatu strategi meningkatkan memoridengan cara mengulang berkali-kali informasi yang telah disampaikan. b. Organization
(organisasi),
pengelompokan
dan
pengkategorian
sesuatu yang digunakan untuk meningkatkan memori. Seperti anak SD sering mengingat nama-nama teman sekelasnya menurut susunan dimana mereka duduk dalam satu kelas. c. Imagery (perbandingan), membandingkan sesuatu dengan tipe dari karakteristik pembayangan dari seseorang. d. Retrieval
(pemunculan
kembali),
proses
mengeluarkan
atau
mengangkat informasi dari tempat penyimpanan. Ketika suatu isyarat
39
yang mungkin dapat membantu memunculkan kembali sebuah memori, mereka akan menggunakan secara spontan. Selain strategi-strategi memori diatas, terdapat hal-hal lain yang mempengaruhi memori anak, seperti tingkat usia, sifat anak (termasuk sikap, kesehatan, dan motivasi), serta pengetahuan yang diperolehanak sebelumnya. 6. Perkembangan Pemikiran Kritis Perkembangan pemikiran kritis yaitu pemahaman atau refleksi terhadap permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka, tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber, serta mampu berpikir secara reflektif dan evaluative (Wong, 2004). 7. Perkembangan Kreativitas Dalam
tahap
ini
anak-anak
mempunyai
kemampuan
untuk
menciptakan sesuatu yang baru. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, terutama lingkungan sekolah (Wong, 2004). 8. Aspek Psikologis Pada umur 6-12 tahun energinya disalurkan kepada permainan dan pelajaran. Seorang anak mulai merasa sampai dimana kesanggupannya dan ia mulai mengenal rasa sukses. Bila pada tahun-tahun tersebut ia banyak mengalami kegembiraan, rasa persahabatan dan sukses, maka ia akan memasuki masa adolesen dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri. Pada masa ini yang berbahaya ialah bila timbul rasa inadekuat dan rasa rendah diri pada seseorang anak yang tidak mendapat penghargaan atas
40
usaha-usahanya, sehingga pada masa adolesen ia menjadi seorang yang agresif (Wong, 2004). 9. Perkembangan Bahasa Menurut Wong (2004), perkembangan bahasa meliputi: a. Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal b. Pemahaman terhadap kata-kata mungkin tertinggal dari pengertiannya c. Tidak begitu egosentris dalam orientasi; dapat mempertimbangkan pandangan lain d. Mengerti sebagian besar kata-kata abstrak e. Memakai semua bagian pembicaraan, termasuk kata sifat, kata keterangan, kata penghubung, dan kata depan f. Ikut memakai kalimat mejemuk dan kompleks g. Kosa katanya mencapai 50.000 kata pada akhir masa ini 10. Perkembangan Psikososial Menurut Wong (2004), perkembangan psikososial meliputi: a. Tugas perkembangan belajar mengembangkan rasa keadekuatan terhadap kemampuan dan kompetensi pada saat kesempatan untuk belajar dan interaksi sosial bertambah; anak berusaha agar berhasil di sekolah. b. Krisis perkembangan anak dalam bahaya akibat perkembangan rasa rendah diri jika ia tidak merasa kompeten dalam pencapaian tugas. c. Bermain anak menikmati aktivitas santai bersama teman sebaya (misalkan kasti); permainan cenderung memisahkan kedua lawan jenis; mainan rough dan tumble adalah ciri khas permainan luar rumah yang
41
tidak terstruktur; minat pribadi , aktivitas, dan hobi berkembang pada saat ini. d. Peran keluarga dan orang tua orangtua menjadi figur yang kurang bermakna dalam arti sebagai agens untuk sosialisasi; hubungan dengan teman sebaya cenderung mengurangi pengaruh dominan dari orang tua yang telah ada sebelumnya; orang tua masih merasa dan berespons sebagai otoritas utama; harapan dari guru, pelatih, dan para tokoh keagamaan memberi dampak terhadap perilaku anak. e. Rencana meningkatkan keterlibatan dalam rencana aktivitas sekolah sesuai usia (mis. klub dan olahraga ), ekstrakulikuler (mis. pramuka), dan kelompok sosial dan komunitas (mis. kelompok sukarela) untuk membangun rasa pencapaian dan kebanggaan.
G. PENELITIAN TERKAIT 1. Penelitian yang dilakukan oleh Joni dan Anggoro (2012), mengenai hubungan tingkat pengetahuan sikap dan perilaku tentang kebersihan diri siswa SD dengan kejadian diare pada siswa SD menggunakan metode penelitian cohort. Penelitian ini menggunakan sampel 72 siswa SDN Pujokusuman 1. Nilai p=0,009 pada tingkat pengetahuan , nilai p=0,000 pada sikap dan perilaku atau semua nilai p<0,05 maka terdapat hubungan yang bermakna secara statistic. Maka hasil penelitian tersebut ada hubungan antara tingkat pengetahuan sikap dan perilaku anak sd tentang kebersihan diri dengan kejadian diare pada anak sd.
42
2. Menurut Fazlin, Suriadi, Sianturi (2013), dalam penelitiannya tentang tingkat pengetahuan siswa tentang teknik mencuci tangan yang benar terhadap kejadian diare di SDN 01 Pontianak Utara dengan menggunakan metode cross sectional. Penelitian ini menggunakan sampel 74 siswa SDN 01 Pontianak Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (39,2%) responden memiliki pengetahuan kurang tentang teknik mencuci tangan yang benar dan yang mengalami kejadian diare tinggi yaitu (51,4%) responden. Hasil uji statistik menunjukkan nilai rho spearman yaitu -310** dengan pvalue = 0,007, artinya ada hubungan yang signifikan (bermakna) dengan korelasi yang lemah dan negatif maksudnya hubungan yang berlawanan arah antara tingkat pengetahuan siswa tentang teknik mencuci tangan yang benar dengan kejadian diare di SDN 01 pontianak utara. Simpulan penelitian ini adalah semakin kurang tingkat pengetahuan siswa tentang teknik mencuci tangan yang benar maka kejadian diare semakin tinggi. Untuk itu diharapkan siswa-siswi untuk menerapkan perilaku hidup sehat dengan selalu disiplin melakukan praktek mencuci tangan yang benar guna meghindari terjadinya resiko diare 3. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rompas, Tuda, Ponidjan (2013), mengenai Hubungan antara perilaku cuci tangan pakai sabun dengan terjadinya diare pada anak usia sekolah di SD GMM 2 Kecamatan Tareran dengan metode crossectional. Penelitian menunjukan bahwa perilaku cuci tangan pakai sabun sebanyak 55 anak (93,2%), dan yang tidak terbiasa 4 anak (6,8%). Anak SD yang menderita diare dalam 3 bulan terakhir sebanyak 11 anak (18.6%) , sedangkan anak yang tidak menderita
43
diare 48 anak (81,4%). Kesimpulan : Ada hubungan antara perilaku cuci tangan pakai sabun dengan terjadinya diare pada anak usia sekolah dasar di SD GMIM 2 Lansot Kecamatan Tareran. Dengan nilai p=0,003 , ini berarti hubungan anatara cuci tangan pakai sabun sangat penting untuk mencegah penyakit termasuk diare
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian dari Fazlin (2013) dengan variabel independen tingkat pengetahuan mencuci tangan dengan tempat serta populasi pun berbeda. Penelitian Rompas (2013) dengan tempat serta populasi yang berbeda. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan variabel independen adalah perilaku siswa tentang mencuci tangan dengan cara ukurnya menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Subyek penelitian yaitu siswa kelas 4 dan 5 pada SDN Ciputat 02 di Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten yang mana belum pernah ada penelitian terkait di Sekolah tersebut.
44
H. KERANGKA TEORI Etiologi: -
Infeksi Malabsorpsi Makanan Psikologis
Cara penularan diare melalui 5 F (faeces, flies, food, fluid, finger) Subagyo B dan Nurtjahjo BS (2010)
Faktor yang mempengaruhi kejadian diare: a. Sumber air b. Jamban c. Kebiasaan jajan d. Kebiasaan cuci tangan Budi (2006)
Hidayat (2006)
Perilaku terbentuk oleh:
Kejadian Diare
Perilaku cuci tangan
a. Faktor predisposisi, seperti: pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, tradisi b. Faktor pemungkin, seperti: sarana dan prasarana c. Faktor penguat Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2010)
Pengetahuan cuci tangan
Faktor yg mempengaruhi pengetahuan: -
Pengalaman Tingkat pendidikan Keyakinan Fasilitas Penghasilan Social budaya
Bagan 2.2 Kerangka teori Notoatmodjo (2003)
Keterangan:
diteliti
tidak diteliti
45
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. KERANGKA KONSEP Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Setiadi, 2007). Penelitian ini mengkaji tiga variabel yang terdiri dua variabel bebas (independen) yang nilainya menentukan variabel lain. Variabel bebas biasanya dimanipulasi, diamati, dan diukur untuk diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain. Variabel dependen (terikat) yang nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel independen adalah perilaku cuci tangan pada siswa, sedangkan variabel dependen adalah kejadian diare pada siswa. Perilaku cuci tangan
Kejadian diare
Faktor yang mempengaruhi kejadian diare: e. Sumber air f. Jamban g. Kebiasaan jajan h. Kebiasaan cuci tangan
Perilaku terbentuk oleh: d. Faktor predisposisi, seperti: pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, tradisi e. Faktor pemungkin, seperti: sarana dan prasarana f. Faktor penguat \
Bagan 3.1 Kerangka konsep
46
B. HIPOTESIS Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian (Nursalam, 2009). Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. H0 = tidak ada hubungan perilaku cuci tangan terhadap kejadian diare pada siswa di SDN Ciputat 02 2. H1 = ada hubungan perilaku cuci tangan terhadap kejadian diare pada siswa di SDN Ciputat 02
47
C. DEFINISI OPERASIONAL Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel, sehingga definisi operasional merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama serta sebagai penjelasan semua variabel dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2007). Tabel 3.1 Definisi Operasional N o 1.
Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Jenis
Karakteristik seksual yang
Mengisi
Kuesioner tentang
Dikelompokkan, dengan
kelamin
dimiliki oleh responden
kuesioner
karakteristik responden,
ketentuan sebagai berikut:
dimana jawaban skor:
a. Laki – laki = 1
1 = laki-laki
b. Perempuan = 2
Skala ukur Nominal
2 = perempuan 2
Umur
Usia responden yang dihitung
Mengisi
Kuesioner tentang
sejak lahir hingga sampai saat
kuesioner
karakteristik responden,
ini, yang diukur dalam tahun
dimana jawaban skor: …. tahun
Rasio
48 3
Kelas
Tingkatan atau jenjang SD
Mengisi
Kuesioner tentang
Dikelompokkan, dengan
kuesioner
karakteristik responden,
ketentuan sebagai berikut:
dimana jawaban skor:
a. Kelas 4
Kelas 4
b. Kelas 5
Ordinal
Kelas 5 4
Waktu
Kapan mendapatkan
Mengisi
Kuesioner tentang
memperoleh
kabar/berita tentang cuci
kuesioner
karakteristik responden,
informasi
tangan
Rasio
dimana jawaban skor: Kelas berapa …
tentang cuci tangan 5
Sumber
Asal mendapatkan kabar/berita
Mengisi
Kuesioner tentang
Dikelompokkan, dengan
informasi
tentang cuci tangan
kuesioner
karakteristik responden,
ketentuan sebagai berikut:
tentang cuci
dimana jawaban skor:
a. Petugas kesehatan = 1
tangan
1 = petugas kesehatan
b. Media cetak = 2
2 = media cetak
c. Media elektronik = 3
3 = media elektronik
d. Guru = 4
4 = guru
e. Orang tua = 5
5 = orang tua
f. Lain – lain = 6
Nominal
6 = lain-lain 6
Pengetahuan
Kemampuan seseorang untuk
Mengisi
Kuesioner tentang
Kuesioner ini mempunyai nilai
Ordinal
49 cuci tangan
7
mengingat kembali tentang
pengetahuan, terdiri dari 14
tertinggi 14 dan terendah 0,
tindakan sanitasi dengan
pernyataan dengan
dengan ketentuan sebagai berikut:
membersihkan tangan dan jari
menggunakan skala
a. Baik: bila skornya 11 – 14
– jemari dengan menggunakan
guttmann dimana jawaban
b. Cukup: bila skornya 8-10
air mengalir dan sabun
skor:
c. Kurang: bila skornya 0-7
(Notoatmodjo, 2003; Depkes
1 = ya
(Arikunto, 2006)
RI, 2009)
2 = tidak
Perilaku cuci
Sesuatu tindakan yang
tangan
kuesioner
Observasi
Lembar observasi tentang
Lembar observasi ini mempunyai
dilakukan seseorang untuk
perilaku, terdiri dari 10
nilai tertinggi 60 dan terendah 0,
membersihkan tangan dan jari
pertanyaan, dimana
dengan ketentuan sebagai berikut:
jemari menggunakan air
jawaban skor:
a. Baik: bila > median
mengalir dan sabun saat
1 = dilakukan
b. Kurang: bila <median
sebelum dan sesudah makan,
0 = tidak dilakukan
Ordinal
setelah bermain/berolahraga, setelah BAK dan BAB, setelah buang ingus, setelah buang sampah. (Depkes RI, 2009) 8
Kejadian
Riwayat buang air besar
Mengisi
Kuesioner tentang
Dikelompokkan, dengan
diare
dengan konsistensi lembek
kuesioner
kejadian diare, terdiri dari 2
ketentuan sebagai berikut:
pernyataan dimana
a. Pernah: bila skornya 1
atau cair, bahkan dapat berupa
Ordinal
50 air saja dan frekuensinya lebih
jawaban skor:
sering (biasanya tiga kali atau
1 = pernah
lebih) dalam jangka waktu tiga
0 = tidak pernah
bulan terakhir (Depkes RI, 2011)
b. Tidak Pernah : bila skornya 0
51
BAB IV METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, dengan desain penelitinan deskriptif correlation, yang menggunakan pendekatan cross sectional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (perilaku cuci tangan pada siswa) dan variabel terikat (kejadian diare diare pada siswa).
B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Ciputat 02, Jl. Pemuda No. 7 Kota Tangerang Selatan-Banten 2. Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada 9 Juni – 17 Juni 2014
C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 1.
Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005). Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang
52
diteliti (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 4 dan 5 SD Ciputat 02 sebanyak 220 siswa, sedangkan populasi keseluruhan 629 siswa. Peneliti hanya mengambil kelas 4 dan 5 karena sesuai dengan kriteria inklusi, sedangkan kelas 6 tidak diikutkan karena sudah tidak aktif sekolah. 2.
Sampel Penelitian Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). Cara mengambil sampel dalam penelitian ini adalah “stratified random sampling”
yakni
pengambilan
sampel
digunakan
bila
anggota
populasinya tidak homogen berstrata secara proporsional (Setiadi, 2007). Dengan kriteria sebagai berikut: a. Kriteria inklusi (kriteria yang layak diteliti) Adapun yang termasuk kriteria inklusi adalah sebagai berikut: 1) Siswa kelas 4 dan 5 SDN Ciputat 02 2) Bersedia menjadi responden 3) Siswa yang bisa membaca dan menulis dengan lancar b. Besar sampel Rumus yang digunakan dalam pengambilan sampel penilitian ini menurut pendapat Arikunto (2006) yaitu 25% dari populasi, maka sampel yang didapatkan adalah 56 siswa. Dengan rumus dan penghitungan sebagai berikut: Proporsi kelas 4 =
x jumlah sampel x 56 = 23 siswa
53
Proporsi kelas 5 =
x jumlah sampel
x 56 = 33 siswa
Pengambilan sampel dengan memisahkan data kelas 4 dan 5. Tekniknya dengan memasukkan kertas yang berisi nomer absen siswa dari tiap kelasnya kedalam kotak, kemudian diambil sebanyak 23 siswa dari kelas 4 dan 33 siswa dari kelas 5.
D. INSTRUMEN PENELITIAN Instrumen penelitian yang digunakan yaitu dengan menggunakan kuesioner dan lembar observasi yang mengacu pada teori yang dibuat oleh peneliti dan telah diuji. Berikut pembahasan kuesioner dan lembar observasi: 1. Kuesioner A: lembar karakteristik responden yang meliputi inisial nama, umur, jenis kelamin dan kelas. 2. Kuesioner B: digunakan untuk mengetahui informasi tentang cuci tangan yang meliputi waktu didapatkan informasi tentang cuci tangan dan sumber informai tentang cuci tangan. 3. Kuesioner C: digunakan untuk mengukur pengetahuan cuci tangan pada siswa, yang terdiri dari 14 pernyataan dengan jawaban diukur dengan skor 1 bila jawaban benar dan skor 0 bila jawaban salah. 4. Kuesioner D: digunakan untuk mengukur kejadian diare pada siswa, yang terdiri dari 2 pernyataan. 5. Lembar Observasi: digunakan untuk mengukur perilaku cuci tangan pada siswa. Jenis observasi yang digunakan adalah observasi sistematis, yang
54
dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan (Arikunto, 2002). Observasi menggunakan 10 pertanyaan, dengan jawaban diukur dengan skor 1 bila jawaban dilakukan dan skor 0 bila jawaban tidak dilakukan.
E. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS Uji Validitas menggunakan content validity dan uji reliabilitas dilakukan di SDN Ciputat 01, yang bertempat dibelakang SDN Ciputat 02 dan memiliki karakteristik yang sama dengan Sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian. 1. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya pengukuran
dan
pengamatan
yang
dilakukan
pada
penelitian
(Notoatmodjo, 2005). Berikut hasil uji validitas kuesioner dan lembar observasi: Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner tersebut mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Arikunto, 2006). Instrumen dalam penelitian ini dilakukan uji validitas tiap item pertanyaan menggunakan content validity. Uji validitas pada penelitian ini menggunakan panel expert yaitu peneliti melakukan konsultasi dengan pembimbing. Uji expert dilakukan oleh 2 orang ahli content serta ahli instrumen dan bahasa, dari uji expert dinyatakan bahwa kuesioner dan lembar observasi tersebut tidak perlu diganti hanya ada beberapa yang perlu diperbaiki.
55
2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan reliabel (Arikunto, 2006). Sebuah instrumen dikatakan reliabel apabila memberikan hasil yang tetap atau relatif sama jika diuji pada objek yang berbeda. Uji reliabilitas ini dilakukan pada 22 orang siswa kelas 4 dan 5 di SDN Ciputat 01. Hasil uji reliabilitas dapat didapatkan nilai α = 0.739. Dengan nilai α terendah 0.698 dan nilai α tertinggi 0.742. Nilai tersebut >0.6 yang menandakan intrumen pengetahuan reliabel. Uji reliabilitas untuk instrumen perilaku dilakukan dengan penyamaan persepsi intrumen oleh kedua observer.
F. TAHAPAN PENGAMBILAN DATA 1. Metode Pengumpulan data Adapun langkah-langkah pengumpulan data adalah sebagai berikut: a. Seteleh proposal penelitian disetujui oleh penguji, peneliti meminta izin untuk melakukan penelitian sesuai judul skripsi kepada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. b. Peneliti mendatangi SDN Ciputat 02 sesuai dengan surat ijin penelitian serta menyerahkan proposal sederhana. c. Setelah ijin penelitian disetujui oleh pihak Sekolah, peneliti terlebih dahulu melakukan uji validitas dan reliabilitas d. Setelah instrumen dinyatakan valid dan reliabel, peneliti menyeleksi calon responden yang sesuai dengan kriteria.
56
e. Peneliti memberikan penjelasan singkat tentang maksud dan tujuan penelitian kepada responden penelitian. Bila responden setuju untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian selanjutnya diberikan lembar persetujuan penelitian. f. Setelah mendapatkan persetujuan dari responden, peneliti memberikan kuesioner pada responden kemudian memberikan penjelasan tentang cara pengisian kuesioner dan diminta untuk memilih jawaban sesuai point yang ada. g. Pengisian kuesioner dilakukan dengan cara mendampingi responden dengan membacakan dan menjelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh responden. Sedangkan pengisian lembar observasi dilakukan oleh peneliti. h. Kuesioner yang telah diisi secara lengkap untuk selanjutnya di serahkan kepada peneliti. i. Pengisian lembar observasi dilakukan oleh dua observer. Satu observer mengamati responden yang melakukan cuci tangan di keran air dengan menanyakan kepada setiap responden nama dan alasan cuci tangan dan mencatat dilembar observasi. Sedangkan observer yang lain mengamati responden yang melakukan cuci tangan dengan menggunakan antiseptik dengan menanyakan kepada setiap responden nama dan alasan cuci tangan dan mencatat dilembar observasi. Pengamatan dilakukan saat responden cuci tangan di jam istirahat selama enam hari.
57
2. Metode Pengolahan Data Menurut Hidayat (2008), setelah data penelitian terkumpul, maka dilakukan proses pengolahan data yang meliputi tahap-tahap sebagai beikut: a. Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. b. Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Koding untuk karakteristik responden diberi kode 1 untuk responden berjenis kelamin laki-laki, dan 2 untuk responden berjenis kelamin perempuan. Pengkodean untuk variabel pengetahuan cuci tangan dengan jawaban ya diberi kode 1 dan tidak diberi kode 0. Variabel perilaku cuci tangan dengan jawaban dilakukan diberi kode 1 dan tidak dilakukan diberi kode 0. Sedangkan untuk varibel kejadian diare dengan jawaban pernah diberi kode 1 dan tidak pernah diberi kode 0. c. Entry Data Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bias juga dengan membuat tabel kontigensi.
58
d. Melakukan teknik analisis Dalam melakukan teknik analisis, khusunya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat analitik, sehingga analisis yang digunakan statistika inferensial (menarik
kesimpulan)
yaitu
statistika
yang
digunakan
untuk
menyimpulkan parameter (populasi) berdasarkan statistik (sampel) atau lebih dikenal dengan proses generalisasi dan inferensial.
G. ANALISIS DATA Analisis data dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian. Untuk alasan tersebut dipergunakan uji statistik yang cocok dengan variabel penelitian (Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini analisis data dibedakan menjadi dua macam yaitu: 1. Analisis univariat yaitu analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Dalam penelitian ini analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan persentase karena data penelitian bersifat kategorik (skala nominal dan ordinal). Analisis
ini
dilakukan
dengan
cara
mendeskripsikan
atau
menggambarkan setiap variabel yang digunakan penelitian, yaitu : perilaku cuci tangan terhadap kejadian diare pada siswa. Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan pada variabel penelitian yang meliputi: a) Karakteristik responden yang terdiri dari jenis kelamin, umur dan kelas; b)
59
Informasi tentang cuci tangan; c) Pengetahuan cuci tangan pada siswa; d) Perilaku cuci tangan pada siswa; e) Kejadian diare pada siswa. 2. Analisa bivariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo,2005). Analisis ini dilakukan untuk melihat ada hubungan antara variabel independen yaitu perilaku cuci tangan dengan variabel dependen kejadian diare pada anak siswa. Teknik analisis dilakukan dengan menggunakan Uji Fisher, dengan menggunakan derajat kepercayaan 95 % dengan α 5%, sehingga jika nilai P (p value) < 0,05 berarti hasil perhitungan statistik bermakna (signifikan) atau menunjukkan ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, dan apabila nilai p value > 0,05 berarti hasil perhitungan statistik tidak bermakna atau tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Uji Fisher merupakan alternatif jika syarat uji Chi-square tidak terpenuhi. Asumsi uji Fisher adalah: (1) Data diukur dengan variabel yang bersifat kategorik dan (2) Jenis tabel 2x2. Pengujian hipotesis dengan Uji Fisher menggunakan program SPSS versi 17.
H. ETIKA PENELITIAN Penelitian memerlukan batasan tertentu agar tidak menyalahgunakan norma yang ada di lingkungan, oleh karena suatu penelitian membutuhkan kode etik. Notoatmodjo (2010) menyebutkan bahwa kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti dan masyarakat
60
yang memiliki dampak dari penelitian tersebut. Tujuan etika penelitian adalah agar penelitian yang dilakukan tidak akan merugikan atau membahayakan bagi subjek penelitian, selama prosedur penelitian berlangsung. Menurut Hidayat (2008), peneliti harus memperhatikan masalah etika penelitian yang meliputi: 1. Persetujuan responden (informed consent) Lembar persetujuan diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah mengumpulkan data. Jika responden penelitian bersedia diteliti, maka responden harus menandatangani lembar persetujuan tersebut, tetapi jika menolak untuk diteliti maka tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden. Selama penelitian responden bersedia untuk mengisi kuesioner dan menandatangani lembar persetujuan. 2. Tanpa nama (Anonimity) Untuk menjaga kerahasiaan responden dalam penelitian, maka peneliti tidak mencantumkan namanya pada lembar kuesioner data, cukup dengan memberi nomor kode pada masing-masing lembar yang hanya diketahui oleh peneliti. 3. Kerahasiaan (Confidentiality) Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset.
61
BAB V HASIL PENELITIAN
A. GAMBARAN TEMPAT PENELITIAN 1. Profil SDN Ciputat 02 Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Ciputat 2, Tangerang Selatan-Banten dengan periode pengumpulan data mulai 9 Juni – 17 Juni 2014. Sekolah ini beralamat di Jalan Pemuda no. 7 Kelurahan Ciputat Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan-Banten. Tahun 2014, siswa SDN Ciputat 2 berjumlah 629 siswa. Dengan rincian 123 siswa kelas I, 121 siswa kelas II, 82 siswa kelas III, 90 siswa kelas IV, 130 siswa kelas V, dan 83 siswa kelas VI. Sekolah ini mempunyai 12 ruang kelas, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang olahraga, 1 ruang UKS/UKGS, 1 ruang mushola, 4 kamar mandi/wc dan 1 ruang kantin. 2. Visi dan Misi SDN Ciputat 02 a. Visi Menciptakan lulusan yang berkualitas, berakhlak mulia serta unggul dalam bidang olah raga di Kota Tangerang Selatan b. Misi 1) Menciptakan suasana belajar yang kondusif 2) Menciptakan strategi dan kondisi KBM melalui pendekatan PAKEM
62
3) Membangun sikap dan perilaku sopan, tanggung jawab, jujur dan dapat dipercaya 4) Menumbuhkan kemampuan dasar berfikir kritis, kreatif, logis dalam memecahkan masalah kehidupan dirinya dan lingkungan masyarakat 5) Menghasilkan lulusan yang berakhlak mulia serta berwawasan IPTEK dan IMTAQ 6) Mengintensifkan sekolah melalui membaca, percobaan dan penelitian 7) Menitikberatkan prestasi siswa pada bidang PENJAS 8) Membina hubungan yang baik antar siswa, kepala sekolah, guru, karyawan, masyarakat dan lembaga terkait.
B. HASIL ANALISIS UNIVARIAT Analisis univariat dilakukan untuk menganalisis variabel-variabel karakteristik individu yang ada secara deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi dan persentase. Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan pada variabel penelitian yang meliputi: karakteristik responden yang terdiri dari jenis kelamin, umur dan kelas; informasi tentang cuci tangan; pengetahuan cuci tangan; perilaku cuci tangan; dan kejadian diare.
63
1. Karakteristik Responden Karakteristik responden yang diamati oleh peneliti adalah jenis kelamin, umur dan kelas. Sebagaimana tabel dibawah ini: Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik di SDN Ciputat 02 (n=56)
Karakteristik Responden Jenis Kelamin Laki – laki Perempuan
N
%
24 32
42,9 57,1
Umur 9 tahun 10 tahun 11 tahun 12 tahun
4 20 27 5
7,1 35,7 48,2 8,9
Kelas Kelas 4 Kelas 5
23 33
41,1 58,9
Tabel 5.1 menunjukan bahwa jenis kelamin responden terbagi rata, terlihat bahwa jenis kelamin laki-laki sebanyak 24 orang (42,9%) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 32 orang (57,1%). Tabel diatas menunjukan bahwa umur responden tidak terbagi rata, terlihat bahwa umur 9 tahun sebanyak 4 orang (7,1%), umur 10 tahun sebanyak 20 orang (35,7%), umur 11 tahun sebanyak 27 orang (48,2%), dan umur 12 tahun sebanyak 5 orang (8,9%). Menunjukan bahwa jumlah responden berdasarkan kelas 4 sebanyak 23 orang (41,1%) dan kelas 5 sebanyak 33 orang (58,9%).
64
2. Informasi Tentang Cuci Tangan Informasi tentang mencuci tangan responden yang diamati oleh peneliti adalah waktu memperoleh informasi dan sumber informasi. Sebagaimana tabel dibawah ini: Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Informasi Tentang Cuci Tangan di SDN Ciputat 02 (n=56)
Informasi tentang Mencuci Tangan Waktu memperoleh informasi Tidak diajarkan TK SD kelas 1 SD kelas 2 SD kelas 3 SD kelas 4 SD kelas 5 Sumber Informasi Tidak diajarkan Petugas kesehatan Media cetak Media elektronik Guru Keluarga
N
%
11 12 4 6 8 3 12
19,6 21,4 7,1 10,7 14,3 5,4 21,4
11 3 0 0 30 12
19,6 5,4 0 0 53,6 21,4
Tabel 5.2 menunjukan bahwa waktu memperoleh informasi tentang cuci tangan sangat bervariasi, bahwa yang tidak pernah diajarkan mencuci tangan sebanyak 11 orang (19,6%), diajarkan saat TK sebanyak 12 orang (21,4%), diajarkan saat SD kelas 1 sebanyak 4 orang (7,1%), diajarkan saat SD kelas 2 sebanyak 6 orang (10,7%), diajarkan saat SD kelas 3 sebanyak 8 orang (14,3%), diajarkan saat SD kelas 4 sebanyak 3 orang (5,4%), diajarkan saat SD kelas 5 sebanyak 12 orang (21,4%).
65
Tabel diatas menunjukan bahwa sumber informasi tentang cuci tangan responden sangat bervariasi, yang tidak pernah diajarkan mencuci tangan sebanyak 11 orang (19,6%), diajarkan oleh petugas kesehatan sebanyak 3 orang (5,4%), diajarkan lewat media cetak dan elektronik tidak ada, diajarkan oleh guru sebanyak 30 orang (53,6%), diajarkan oleh keluarga sebanyak 12 orang (21,4%). 3. Pengetahuan Cuci Tangan Pengetahuan
responden
yang
diamati
oleh
peneliti
adalah
sebagaimana tabel dibawah ini: Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Cuci Tangan di SDN Ciputat 02 (n=56)
Pengetahuan Baik Cukup Kurang Total
N 54 2 0 56
% 96,4 3,6 0 100
Tabel 5.3 menunjukan bahwa responden memiliki pengetahuan baik sebanyak 54 orang (96,4%), responden yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 2 orang (3,6%), dan responden yang memiliki pengetahuan kurang tidak ada.
66
4. Perilaku Cuci Tangan Perilaku responden yang diamati oleh peneliti adalah sebagaimana tabel dibawah ini: Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Perilaku Cuci Tangan di SDN Ciputat 02 (n=56)
Perilaku Baik Kurang Total
N 25 31 56
% 44,6 55,4 100
Tabel 5.4 menunjukan bahwa responden memiliki perilaku baik sebanyak 25 orang (44,6%), responden yang memiliki perilaku kurang sebanyak 31 orang (55,4%). 5. Kejadian Diare Kejadian diare yang diamati oleh peneliti adalah sebagaimana tabel dibawah ini: Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Kejadian Diare selama tiga bulan terakhir di SDN Ciputat 02 Tahun 2014 (n=56)
Kejadian Diare Tidak Pernah Pernah Total
N 45 11 56
% 80,4 19,6 100
Tabel 5.5 menunjukan bahwa responden yang tidak pernah diare selama tiga bulan terakhir sebanyak 45 orang (80,4%) sedangkan responden yang pernah diare selama tiga bulan terakhir sebanyak 11 orang (19,6%).
67
C. HASIL ANALISIS BIVARIAT Analisis bivariat pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara perilaku cuci tangan terhadap kejadian diare dengan menggunakan uji Fisher. 1. Hubungan Perilaku Cuci Tangan Terhadap Kejadian Diare Analisis hubungan perilaku cuci tangan terhadap kejadian diare yang diamati oleh peneliti adalah sebagaimana tabel dibawah ini: Tabel 5.6. Hasil Analisis Hubungan Perilaku Cuci Tangan Terhadap Kejadian Diare pada Siswa di SDN Ciputat 02
Perilaku Baik Kurang Total
Kejadian Diare Pernah Tidak Pernah N % N % 1 1.8 24 42,9 10 17.9 21 37.5 11 19,6 45 80,4
Total N 25 31 56
% 44,6 55,4 100
value 0,015
Tabel 5.6 menunjukan bahwa hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0.015. Hal tersebut menunjukan ada hubungan antara variabel perilaku cuci tangan dengan variabel kejadian diare (p < 0.05).
68
BAB VI PEMBAHASAN
A. ANALISIS UNIVARIAT 1.
Gambaran Karakteristik Responden di SDN Ciputat 02 a. Jenis Kelamin Jenis kelamin termasuk predisposing factor terjadinya perubahan perilaku seseorang, bahwa perbedaan jenis kelamin mungkin bisa mempengaruhi seseorang dalam melakukan pekerjaan sehingga perlu diukur (Green 1980, dalam Notoatmodjo 2007). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan, yaitu sebesar 57,1%, sedangkan responden laki-laki hanya sebesar 42,9%. Hal ini sebanding dengan jumlah populasi yang menjadi tempat penelitian, dimana jumlah populasi sebanyak 119 orang untuk perempuan dan 110 orang untuk perempuan. Selain itu teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik stratified random sampling, dimana sampel yang dikehendaki dapat diambil secara acak dan memiliki peluang yang sama untuk dipilih tanpa pandang bulu. b. Umur Umur merupakan salah satu faktor yang cukup dominan terhadap pembentukan karakteristik seseorang. Umur mempunyai pengaruh
69
terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya. Hasil statistik pada penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata usia responden adalah 11 tahun sebesar 48,2%, menurut teori usia berbanding lurus dengan perilaku. Namun pada penelitian ini usia tertua 12 tahun sebesar 8,9% lebih sedikit, hal ini dikarenakan pada usia tersebut berada di jenjang kelas yang sama, sehingga pengetahuan dan pengalaman yang didapat mereka sama. c. Kelas Kelas merupakan jenjang atau tingkatan pada SD, jumlah siswa pada kelas 4 sebanyak 90 orang dan kelas 5 sebanyak 130 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden dari kelas 4 adalah 23 orang (41,1%) dan responden dari kelas 5 sebanyak 33 orang (58,9%). Hal ini terjadi karena proporsi pengambilan setiap sampel berbeda, dimana sampel yang dikehendaki dikelompokkan menjadi dua setelah itu diambil secara acak. 2.
Gambaran Informasi Cuci Tangan Responden di SDN Ciputat 02 Hasil penelitian mengenai waktu responden diajarkan mencuci tangan menunjukkan bahwa sebanyak 21,4% pernah diajarkan mencuci tangan saat SD kelas 5 dan TK. dan sebanyak 19,6% tidak pernah diajarkan mencuci tangan. Hal ini diperkuat oleh Wong (2004) memori jangka pendek anak mulai berkembang dengan baik, namun memori jangka panjang anak telah berkembang tapi sedikit. Dapat disimpulkan bahwa daya ingat tentang mencuci tangan pada anak yang diajarkan pada SD
70
kelas 5 sangat baik dibuktikan dengan nilai pengetahuan mencuci tangan yang baik pada siswa tersebut. Hasil penelitian mengenai sumber informasi responden mencuci tangan menunjukkan bahwa sebanyak 53,6% diajarkan mencuci tangan oleh guru. dan sebanyak 19,6% tidak pernah diajarkan mencuci tangan. Berdasarkan penelitian Cahyani (2010), bahwa sumber informasi dapat mempengaruhi tahap cuci tangan seseorang, disebabkan karena sumber informasi tertentu dapat mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang untuk cuci tangan dengan benar. Salah satu sumber informasi yang dapat meningkatkan tingkat kepatuahan cuci tangan adalah orang tua. Penelitian yang dilakukan oleh Catalina Lopez, et al kepada anak-anak dengan jumlah sampel 645 menunjukkan bahwa anak-anak mencuci tangan setelah mendapat informasi dari orang tua sebesar 88,5%, dari sekolah sebesar 66,7%, dari media sebesar 56,8%. Selain itu, siswa yang mendapat informasi dari orang tua cenderung dua kali lebih benar dalam mencuci tangan dibandingkan dengan tidak mendapat informasi dari orang tua (Nutbeam, 1998). 3. Gambaran Pengetahuan Cuci Tangan Responden di SDN Ciputat 02 Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan
penginderaan
terhadap
suatu
objek
tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan yang dimiliki seseorang tidaklah sama, melainkan
71
bertingkat-tingkat dimana hal tersebut tergantung pada upaya untuk mempelajarinya lebih dalam. Adanya variasi pengetahuan menunjukkan pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: pengalaman, tingkat pendidikan, informasi, fasilitas dan sosial budaya. Hasil penelitian mengenai pengetahuan menunjukkan bahwa sebagian besar responden sebesar 96,4% memiliki pengetahuan tentang mencuci tangan yang baik, sebesar 3,6% diantaranya memiliki pengetahuan cukup, sementara siswa yang memiliki pengetahuan kurang tidak ada. Penelitian yang dilakukan oleh Syarifah Fazlin, Suriadi, dan Riduan Novaris Sianturi (2013), menunjukkan bahwa sebanyak 39,2% responden memiliki pengetahuan kurang tentang teknik mencuci tangan yang benar dan yang mengalami kejadian diare tinggi sebanyak 51,4% responden. Simpulan penelitian tersebut adalah semakin kurang tingkat pengetahuan siswa tentang teknik mencuci tangan yang benar maka kejadian diare semakin tinggi. 4.
Gambaran Perilaku Cuci Tangan Responden di SDN Ciputat 02 Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
72
Hasil penelitian mengenai perilaku menunjukkan bahwa sebagian besar (44,6%) memiliki perilaku cuci tangan yang kurang, dan (55,4%) memiliki perilaku cuci tangan yang baik. Hal ini sejalan dengan teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2010) bahwa perilaku terbentuk karena tiga faktor yaitu faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya), faktor pemungkin (sarana dan prasarana atau fasilitas yang memadai), faktor penguat. Berdasarkan segi fasilitas, masih kurangnya fasilitas yang memadai untuk siswa mencuci tangan seperti; kurang mencukupinya sabun, tidak adanya keran air ditempat strategis (tempat yang sering dikunjungi anak-anak) dan tidak adanya poster tentang pentingnya mencuci tangan. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Kemenkes RI (2010) Jika seseorang telah paham pentingnya CTPS belum tentu mereka otomatis mempraktikkanya. Kenyataan yang menunjukkan bahwa pengenalan pentingnya CTPS di Indoensia telah dimulai sejak tahun 80an, namun survey perilaku CTPS di Indonesia terhadap 5 waktu penting CTPS menunjukkan hasil yang sangat rendah yaitu: 12% setelah ke jamban, 9% setelah BAB, 14% sebelum makan, 7% sebelum memegang makanan, dan hanya 6% sebelum menyiapkan makan. Penyampaian pesan harus dilakukan berulang kali agar pemahaman dapat sejalan dengan praktik perilaku tersebut.
73
5.
Gambaran Kejadian Diare Pada Responden di SDN Ciputat 02 Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011). Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari tiga kali sehari (Hidayat, 2006). Hasil penelitian mengenai kejadian diare menunjukkan bahwa sebanyak 19,6% pernah mengalami diare selama tiga bulan terakhir dan 80,4% tidak pernah mengalami diare selama tiga bulan terakhir. Diambil tiga bulan terkahir karena daya ingat anak-anak masih cukup kuat untuk mengingat kejadian tersebut, hal ini diperkuat oleh Wong (2004) memori jangka panjang anak telah berkembang dengan baik walaupun sedikit. Faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada anak adalah: sumber air, jamban, kebiasaan jajan, dan kebiasaan cuci tangan (Budi, 2006). Berdasarkan sumber air, penggunaan air yang tercemar dapat menyebarkan banyak penyakit. Jamban, pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare. Kebiasaan jajan anak usia sekolah dasar sangat berpengaruh pada penyakit diare, tidak banyak anak yang memperoleh kesempatan mempunyai uang saku yang banyak, karena itulah mereka cenderung memilih jenis jajanan yang murah, biasanya makin rendah harga suatu barang atau jajanan makin
74
rendah pula kualitasnya. Kebiasaan cuci tangan, perilaku cuci tangan yang buruk berhubungan erat dengan peningkatan kejadian diare dan penyakit yang lain.Perilaku cuci tangan yang baik dapat menghindarkan diri dari diare. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Sopi dengan judul prevalensi diare dan faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada anak SD di wilayah kerja Puskesmas Mulyorejo Kota Surabaya, menunjukkan bahwa ada prevalensi diare sebesar 51,5%. Analisis Chi-square menunjukkan bahwa ada korelasi yang signifikan antara insiden Diare dengan pengetahuan (p = 0,005), kebiasaan mencuci tangan (p = 0,012), kebiasaan mengkonsumsi makanan jalan (p = 0,028), kebiasaan makan beli di kantin sekolah (p = 0,017), kebiasaan makan beli di warung di luar sekolah (p = 0,001), kebiasaan makan beli di pedagang keliling (p = 0,015), dan juga dengan perilaku hidup sehat dan bersih (p = 0,012). Kesimpulannya bahwa pengetahuan, kebiasaan mencuci tangan, kebiasaan mengkonsumsi makanan jalanan dan juga perilaku hidup sehat dan bersih dapat mempengaruhi kejadian diare di kalangan siswa sekolah dasar
75
B. ANALISIS BIVARIAT 1. Hubungan Perilaku Cuci Tangan Tehadap Kejadian Diare pada Siswa di SDN Ciputat 02 Analisa bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji Fisher. Hasil uji statistik menunjukan ada hubungan antara variabel perilaku cuci tangan dengan variabel kejadian diare (p = 0,015). Dimana perilaku yang baik maka kemungkinan terkena diare kecil, sedangkan perilaku yang kurang baik maka semakin besar kemungkinan untuk terkena diare. Hal tersebut sesuai dengan pendapat WHO (2009) dalam Ernawati (2012), mencuci tangan dengan sabun telah terbukti mengurangi kejadian penyakit diare kurang lebih 40%. Mencuci tangan disini lebih ditekankan pada saat sebelum makan maupun sesudah buang air besar. Cuci tangan menjadi salah satu intervensi yang paling cost effective untuk mengurangi kejadian diare pada anak. Selain itu Depkes RI (2009) membuat kesimpulan, bahwa sekitar 30 penelitian terkait menemukan bahwa cuci tangan dengan sabun dapat memangkas angka penderita diare hingga separuh. Penyakit diare seringkali diasosiasikan dengan keadaan air, namun secara akurat sebenarnya harus diperhatikan juga penanganan kotoran manusia seperti tinja dan air kencing, karena kuman-kuman penyakit penyebab diare berasal dari kotoran-kotoran ini. Kuman-kuman penyakit ini membuat manusia sakit ketika mereka masuk mulut melalui tangan yang telah menyentuh tinja, air minum yang terkontaminasi, makanan mentah, dan peralatan makan yang tidak dicuci terlebih dahulu atau terkontaminasi akan tempat makannya yang kotor. Kebiasaan cuci
76
tangan, perilaku cuci tangan yang buruk berhubungan erat dengan peningkatan kejadian diare dan penyakit yang lain.Perilaku cuci tangan yang baik dapat menghindarkan diri dari diare (Budi, 2006). Hal ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Rompas, Tuda, dan Ponidjan (2013), menunjukan bahwa perilaku cuci tangan pakai sabun sebanyak 55 anak (93,2%), dan yang tidak terbiasa 4 anak (6,8%). Anak SD yang menderita diare dalam 3 bulan terakhir sebanyak 11 anak (18.6%), sedangkan anak yang tidak menderita diare 48 anak (81,4%). Kesimpulan : Ada hubungan antara perilaku cuci tangan pakai sabun dengan terjadinya diare pada anak usia sekolah dasar di SD GMIM 2 Lansot Kecamatan Tareran. Dengan nilai p=0,003, ini berarti hubungan anatara cuci tangan pakai sabun sangat penting untuk mencegah penyakit termasuk diare
C. KETERBATASAN PENELITIAN Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini. Keterbatasan penelitian tersebut antara lain adalah sebagai berikut:. 1. Houthrone effect; subjek penelitian mengetahui bahwa dirinya sedang diteliti sehingga dapat mempengaruhi jawaban responden. 2. Penelitian bersamaan dengan berlangsungnya class meeting, sehingga menyebabkan tidak kondusif dalam penelitian
77
BAB VII PENUTUPAN
A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Gambaran karakteristik siswa di SDN Ciputat 02 yang menjadi responden dalam penelitian ini, yaitu: persentase jenis kelamin laki-laki sebesar 42,9% dan perempuan sebesar 57,1%, sedangkan untuk umur berkisar antara 9-12 tahun. 2. Sebagian besar responden (96,4%) memiliki pengetahuan yang baik tentang mencuci tangan. Tingkat pengetahuan responden tersebut dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan praktik hidup bersih dan sehat. Hal ini terjadi karena pengetahuan merupakan bekal yang paling esensial dalam pembentukan perilaku seseorang. 3. Sebagian besar responden (55,4%) memiliki perilaku yang kurang tentang mencuci tangan di sekolah. Hal ini disebabkan minimnya fasilitas untuk mencuci tangan, seperti: keran air ditempat strategis, sabun, dan poster tentang mencuci tangan. 4. Sebagian kecil responden (19,6%) pernah mengalami diare selama tiga bulan terakhir. Hal ini disebabkan minimnya kebiasaan mencuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun.
78
5. Hasil uji statistik pada penelitian ini menunjukan ada hubungan antara variabel perilaku mencuci tangan dengan variabel kejadian diare (p = 0.015). Dapat disimpulkan bahwa perilaku mencuci tangan yang baik maka kemungkinan terkena diare kecil, sedangkan perilaku mencuci tangan yang kurang baik maka semakin besar kemungkinan untuk terkena diare.
B. SARAN 1. Bagi Sekolah di SDN Ciputat 02 Sekolah perlu menyediakan fasilitas untuk memenuhi perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu, sekolah perlu bekerja sama dengan tenaga kesehatan atau instansi kesehatan setempat dalam penerapan perilaku hidup bersih dan sehat. 2. Bagi Siswa di SDN Ciputat 02 Diharapkan kepada siswa dapat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan menggunakan fasilitas masing-masing. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat diteruskan oleh peneliti lain dengan menambah jumlah variabel dan jumlah sampel penelitian.
Lampiran 1
Lampiran 2 Informed Consent (Pernyataan Kesediaan untuk Ikut Penelitian)
Setelah mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan serta memahami penelitian yang dilakukan dengan judul : “HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA SISWA DI SDN CIPUTAT 02” Dengan ini saya menyatakan kesediaan untuk berperan serta menjadi subjek penelitian dan bersedia melakukan pemeriksaan sesuai dengan data yang diperlukan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Ciputat,
2014 Ttd,
_______________________
Lampiran 3 KODE KUESIONER TENTANG HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA SISWA DI SDN CIPUTAT 02 Petunjuk Pengisian Adik-adik dimohon untuk mengisi identitas diri (nama, umur, jenis kelamin, kelas) dan sumber informasi Baca dan jawablah pertanyaan yang menurut kamu paling benar Berilah tanda (X) pada salah satu jawaban dari pertanyaan yang ada A. Identitas Responden 1. Nama
: ……………………………………
2. Jenis Kelamin :
Laki-laki
3. Umur
: ………. Tahun
4. Kelas
:
Perempuan
IV (empat)
V (lima)
B. Sumber Informasi 1. Apakah kamu pernah diajarkan mencuci tangan
:
2. Jika ya, saat kelas berapa kamu diajarkan
: ………………….
Siapa yang mengajari kamu cara mencuci tangan
Ya
Tidak
:
Petugas kesehatan Media cetak (Koran, majalah) Media elektronik (televisi, radio) Guru Keluarga (orang tua, kakak, dll) Lain-lain, sebutkan ……………. C. Kuesioner Pengetahuan Mencuci Tangan No 1
Pertanyaan Mencuci tangan adalah membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air mengalir dan sabun
Ya
Tidak
2
Mencuci tangan dengan bersih dapat mencegah penyakit dan memutus mata rantai kuman
3
Mengusapkan antiseptic (seperti antis, detol) pada tangan dan jari, merupakan bagian dari cuci tangan
4
Sebelum dan sesudah makan diperlukan mencuci tangan pakai sabun
5
Mencuci tangan pakai sabun diperlukan setelah kita bermain/berolahraga
6
Waktu yang tepat untuk cuci tangan pakai sabun adalah setelah buang air kecil
7
Setelah buang air besar diperlukan mencuci tangan pakai sabun
8
Setelah buang ingus harus mencuci tangan pakai sabun
9
Waktu yang tepat untuk cuci tangan pakai sabun adalah setelah buang sampah
10
Mencuci tangan pakai sabun diperlukan setelah menyentuh hewan/unggas termasuk hewan peliharaan
11
Mencuci tangan pakai sabun diperlukan sebelum mengobati luka
12
Apabila tidak mencuci tangan pakai sabun dapat menyebabkan diare
13
Selain diare, apabila tidak mencuci tangan pakai sabun dapat menyebabkan infeksi cacing
14
Setelah mencuci tangan tangan diperlukan mengeringkan tangan dengan lap kering/ tissue
D. Kuesioner Kejadian Penyakit Diare 1 Apakah kamu pernah diare (BAB lebih dar tiga kali dalam sehari selama tiga bulan terakhir (April-Juni 2014)? Ya, pernah Tidak pernah 2 Bila ya, bulan apa kamu pernah diare dan berapa lama?
Lampiran 4 KODE Lembar Observasi Perilaku Cuci Tangan Nama
: ……………………………………
Jenis Kelamin :
Laki – laki
Perempuan
Kelas
IV (empat)
V (lima)
:
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tindakan
1
2
Hari ke 3 4
5
6
Mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun Sebelum makan mencuci tangan Sesudah makan mencuci tangan Setelah bermain/berolahraga mencuci tangan Setelah buang air kecil/pipis mencuci tangan Setelah buang air besar/pup/berak mencuci tangan Setelah buang ingus mencuci tangan Setelah buang sampah mencuci tangan Setelah menyentuh hewan mencuci tangan atau mengobati luka Setelah mencuci tangan mengeringkan dengan tissue atau lap
Keterangan: 0 = tidak dilakukan 1 = dilakukan
Catatan: __________________________________________________________________
_________________________________________________________________
Lampiran 5 Hasil Uji Reliabilitas Pengetahuan Cuci Tangan
Case Processing Summary N Cases
%
Valid Excluded
a
Total
42
100.0
0
.0
42
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .736
15 Item-Total Statistics Cronbach's
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
pth1
25.98
7.634
.456
.725
pth2
26.00
7.512
.413
.722
pth3
25.95
8.046
.000
.740
pth4
26.00
7.805
.162
.736
pth5
26.00
7.024
.854
.698
pth6
25.98
7.438
.694
.715
pth7
26.05
7.071
.562
.707
pth8
25.98
7.438
.694
.715
pth9
25.98
7.634
.456
.725
pth10
26.00
7.512
.413
.722
pth11
25.98
7.438
.694
.715
pth12
26.02
7.097
.635
.705
pth13
25.98
7.438
.694
.715
pth14
25.98
8.024
-.001
.742
skortotal
13.48
2.012
1.000
.805
Lampiran 6 Rekapitulasi Data Karakteristik Responden, Variabel Pengetahuan Cuci Tangan, Variabel Perilaku Cuci Tangan, Variabel Kejadian Diare pada Siswa di SDN Ciputat 02 No
JK
Umur
Kelas
Nilai Pengetahuan Cuci Tangan
Nilai Perilaku Cuci Tangan
Kejadian Diare
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1
10 10 11 10 11 10 10 9 10 9 9 11 10 10 11 10 10 10 11 10 9 10 12 11 12 11 10 10 10 11 11 11 11 11 11 12 11 10 11
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
13 12 11 14 13 13 12 14 14 14 14 14 14 14 14 13 10 11 14 14 12 14 14 14 14 12 14 14 14 13 14 14 14 13 14 14 9 14 14
8 8 0 36 32 32 0 0 0 32 0 0 37 0 0 0 0 0 0 32 0 0 0 36 36 0 0 2 2 2 36 2 0 2 2 2 2 0 2
1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2
10 11 11 11 11 11 11 11 12 11 11 10 12 11 11 11 10
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4
14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 12 14 14 14
36 37 38 34 26 34 36 34 38 34 42 34 34 34 34 34 34
Keterangan Jenis Kelamin: 1 = Laki-laki, 2 = Perempuan Kejadian Diare: 0 = tidak pernah diare, 1 = pernah diare
0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
Lampiran 7 Hasil Analisis Univariat
Jeniskelamin Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Laki-laki
24
42.9
42.9
42.9
Perempuan
32
57.1
57.1
100.0
Total
56
100.0
100.0
Usia Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
9
4
7.1
7.1
7.1
10
20
35.7
35.7
42.9
11
27
48.2
48.2
91.1
12
5
8.9
8.9
100.0
56
100.0
100.0
Total
kelas Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
4
23
41.1
41.1
41.1
5
33
58.9
58.9
100.0
Total
56
100.0
100.0
informasi Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak diajarkan
11
19.6
19.6
19.6
TK
12
21.4
21.4
41.1
SD kelas 1
4
7.1
7.1
48.2
SD Kelas 2
6
10.7
10.7
58.9
SD Kelas 3
8
14.3
14.3
73.2
SD Kelas 4
3
5.4
5.4
78.6
SD Kelas 5
12
21.4
21.4
100.0
Total
56
100.0
100.0
sumberinfo Cumulative Frequency Valid
tidak diajarkan
Percent
Valid Percent
Percent
11
19.6
19.6
19.6
3
5.4
5.4
25.0
guru
30
53.6
53.6
78.6
keluarga
12
21.4
21.4
100.0
Total
56
100.0
100.0
petugas kesehatan
katpengetahuan Cumulative Frequency Valid
baik
Percent
Valid Percent
Percent
54
96.4
96.4
96.4
cukup
2
3.6
3.6
100.0
Total
56
100.0
100.0
katobservasi Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
baik
25
44.6
44.6
44.6
kurang
31
55.4
55.4
100.0
Total
56
100.0
100.0
Statistics Observasi N
Valid
56
Missing
0
Std. Error of Mean
2.280
Median
5.00
Std. Deviation
17.065
Variance
291.226
Skewness
.164
Std. Error of Skewness
.319
Kurtosis
-1.970
Std. Error of Kurtosis
.628
Range
42
Minimum
0
Maximum
42
Kejadiandiare Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak pernah
45
80.4
80.4
80.4
pernah
11
19.6
19.6
100.0
Total
56
100.0
100.0
Lampiran 8 Hasil Analisis Bivariat
katobservasi * Kejadiandiare Crosstabulation Kejadiandiare tidak pernah katobservasi
baik
Count Expected Count % of Total
kurang
Count Expected Count % of Total
Total
Count Expected Count % of Total
pernah
Total
24
1
25
20.1
4.9
25.0
42.9%
1.8%
44.6%
21
10
31
24.9
6.1
31.0
37.5%
17.9%
55.4%
45
11
56
45.0
11.0
56.0
80.4%
19.6%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df
Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.008
5.325
1
.021
8.103
1
.004
7.001 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
.015 6.876
1
.009
56
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.91. b. Computed only for a 2x2 table
.008