HUBUNGAN PERAN ORANGTUA TERHADAP KECERDASAN SPIRITUAL REMAJA DI SMP MARDI RAHAYU UNGARAN KABUPATEN SEMARANG Defriano B. Tafuli *) Zumrotul Choiriyah, S.Kep., Ns. M.Kes **), Gipta Galih Widodo, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB **) *) Mahasiswa PSK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Dosen PSK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK
Masa remaja merupakan masa sulit yang dihadapi oleh setiap individu dan salah satunya adalah kecerdasan spiritual. Banyak faktor yang mempengaruhi kecerdasan spiritual salah satunya adalah tidak adanya pera orangtua atau dukungan dari orangtua atau keluarga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan peran orangtua terhadap kecerdasan spiritual remaja di SMP Mardi Rahayu Ungaran Kabupaten Semarang. Jenis desain dalam penelitian ini yaitu deskriptif korelasi dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian ini adalah remaja di SMP Mardi Rahayu Ungaran dengan jumlah 371 orang dengan sampel 192 dan tekhnik sampling Simple Random Sampling. Alat pengambilan data menggunakan kuesioner. Analisa data yang digunakan adalah Pearson Chi Square . Hasil penelitian di SMP Mardi Rahayu Ungaran menggambarkan bahwa kecerdasan spiritual yang rendah lebih banyak pada peran orangtua yang cukup yaitu 57,4% dan kecerdasan spiritual yang tinggi lebih banyak pada peran orangtua yang baik yaitu 86,6%. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara peran orangtua terhadap kecerdasan spiritual yang dianalisis dengan Pearson Chi Square dengan nilai p-value 0.000. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan orangtua dapat meningkatkan perannya yang cukup pada remaja terkait dengan rendahnya kecerdasan spiritual di SMP Mardi Rahayu Ungaran Kata kunci : Peran orangtua, kecerdasan spiritual Daftar Pustaka : 49 Pustaka (2004-2012)
karena pada masa ini terjadi begitu banyak
PENDAHULUAN Menurut WHO
yang disebut remaja
adalah mereka yang berada pada tahap transisi
antara
masa
kanak-kanak
dan
dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun sedangkan menurut Depkes RI (2009) remaja adalah suatu
masa
mengalami
dimana
seorang
manusia
perubahan
dalam
berbagai
dimensi seperti fisik, mental, berkurangnya ketergantungan, psikologis dan usiayang diperkirakan antara 10-19 tahun dan Depkes
perubahan dalam diri individu baik itu perubahan fisik mauun psikologis, dan pada masa ini remaja juga sedang dalam proses pencarian jadi diri sehingga perlu dukungan dan bimbingan dari orang sekitar (orang tua) agar mereka dapat menjadi remaja yang bertanggung
remaja pertengahan (14-16 tahun), dan masa
dalam
kondisi
ini
biasanya remaja tidak mau lagi dikatakan kanak-kanak maupun dewasa jika dilihat dari berbagai kesehatan yang dimiliki (BKKBN, 2009). Zohar dan Marshal dalam Ari Ginanjar
RI (2009) membagi remaja dalam tiga tahap yaitu: masa remaja awal (10-13 tahun), masa
jawab,
Agustian (2012) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai rasa moral, kemampuan menyesuaikan aturan yang kaku yang sejalan
remaja akhir (17-19 tahun). Masa remaja merupakan masa sulit yang dihadapi setiap individu. Hal ini disebabkan
dengan
pemahaman
dan
cinta
serta
kemampuan setara untuk melihat kapan
cinta dan pemahaman sampai pada
terhadap
perkembangan
spiritual
batasannya, juga memungkinkan diri sendiri
tersebut
dan
tua
bergulat
dan jahat,
mengajarkan, membimbing, melatihkan ajaran
membayangkan yang belum terjadi serta
agama yang dianut kepada anaknya, sehingga
mengangkat diri dari kerendahan.
remaja tersebut dapat melakukan apa yang
dengan ihwal
Faktor
yang
baik
hendaknya
mempengaruhi
sudah diajarkan sesuai dengan ajaran agama,
kecerdasan spiritual menurut Agustin (2006),
Pembawaan (Internal) yaitu setiap manusia
yaitu: Keluarga merupakan lingkungan yang
yang
pertama dan utama bagi remaja oleh karena itu
bersahaja, maupun yang sudah modern, baik
kedudukan keluarga dalam pengembangan
dari orang tua yang saleh maupun yang jahat,
kepribadian anak sangatlah dominan salah
menurut
satunya
fitrah
potensi beragama atau keimanan kepada
beragama (spirtual), karena kepribadian orang
Tuhan atau percaya adanya kekuatan di luar
tua merupakan unsur-unsur pendidikan yang
dirinya yang mengatur hidup dan kehidupan
tidak
alam semesta dalam perkembangannya, fitrah
yaitu
langsung
dapat
orang
remaja
mengembangkan
memberikan
pengaruh
lahir,
baik
fitrah
yang
masih
kejadiannya
primitif,
mempunyai
beragama ini ada yang berjalan secara alamiah
tanpa peraturan anak akan terbiasa hidup liar,
dan ada yang mendapat bimbingan, sehingga
semaunya sendiri, pembuat masalah. Tetapi
fitrah itu berkembang sesuai kehendak Tuhan
dengan aturan atau mendidik, orang tua
Yang Maha Esa, lingkungan (Eksternal)
menyampaikan
(sekolah, masyarakat, teman sebaya, dll) dapat
nilai-nilai hidup, aturan, dan hukum atau bisa
memberikan stimulus yang memungkinkan
juga menggunakan Firman Allah sesuai
spiritual seseorang itu berkembang baik
dengan agama yang dianut sebagai sumber
ataupun tidak.
ajaran atau aturan yang disampaikan adalah
Syaiful (2008) orang tua sebagai orang pertama
pengajaran,
norma-norma,
konsep-konsep dari Firman Allah, karena baik
dalam meletakkan dasar-dasar
itu Alkitab, Al-Quran mempunyai kuasa untuk
pendidikan terhadap anak-anaknya. Orang tua
mendidik, mengajarkan tentang kecerdasan
juga harus bisa
situasi
spiritual karena memiliki wibawa sesuai
pengaruh dan perhatian dengan menanamkan
agama yang dipercayai atau dianut dan aturan
norma-norma untuk dikembangkan dengan
tidak akan berlaku atau tidak dipatuhi dan
penuh keserasian, sehingga tercipta iklim
akan membawa kacau jika tidak ada hukuman
atau suasana keakraban antara orang tua
bagi yang melanggarnya, karena bagian dari
dan
Nurhayati (2008) menjelaskan
mendidik, mengajarkan adalah menghukum
peran orang tua harus memberikan dasar
atau mendidik anak, itu adalah bentuk kasih
pendidikan
dan perhatian serta membangun karakter anak
anak.
agama,
menciptakan
menciptakan
suasana
rumah yang hangat dan menyenangkan, serta
sendiri (Wijanarko, 2005).
memberikan pemahaman akan norma baik dan buruk yang ada dalam masyarakat.
bahwa setiap rangsangan yang diterima anak
Tingkah laku dua orang ayah-ibu dalam bekerjasama
dan
bertanggung
Orang tua yang hendaknya mengetahui
sejak kecil, yang dilakukan sadar maupun
jawab
tidak di sengaja oleh orang tua, akan
berdasarkan keturunan sebagai tokoh panutan
membawa pengaruh negatif maupun positif
anak semenjak terbentuknya pembuahan atau
pada
zigot secara konsisten terhadap stimulus
dikemudian hari dipengaruhi oleh peran orang
tertentu, baik berupa bentuk tubuh, maupun
tua terhadap kecerdasan spiritualnya. Tentu
sikap dan spiritual serta emosional yang
saja
mandiri (Wadnaningsih, 2005).
kedewasaan, tidak hanya ditentukan oleh
arah
tumbuh
perkembangan
kembang
anak
anak
akan
menuju
Selain itu peran orang tua terhadap
potensi anak melainkan juga dipengaruhi oleh
kecerdasan spiritual anak yaitu dengan cara
usaha yang dilakukan orang tua dalam
mengajarkan
perilaku
membesarkan, mendidik, salah satu caranya
dilakukan dengan membuat peraturan karena
dengan membangun kecerdasan spiritual anak,
dan
pembentukan
karena
tidak
cukup
bila
orang
tua
mendambakan anak-anak menjadi anak yang
konselor,
peran
orang
tua
sebagai
teman/sahabat.
sehat, cerdas, bermoral, berbudi pekerti luhur, ceria, mandiri dan kreatif tanpa anak-anak
METODE PENELITIAN
memiliki kecerdasan spiritual yang luas (Kurniasih, 2010).
Penelitian ini meggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional.
Wong (2009) saat remaja mulai mandiri
Pendekatan cross sectional adalah penelitian
dari orang tua dalam hidupnya remaja perlu
yang menekankan pada waktu pengukuran
menyelesaikan masalah atau konflik sendiri,
atau observasi data variabel independen dan
tetapi remaja juga membutuhkan mereka
dependen hanya dengan satu kali pada satu
(orangtua) dan atau teman sebaya untuk
saat (Nursalam, 2008).
memberikan dukungan atau membantu dalam menyelesaikan masalah mereka.
Penelitian ini dilakukan di SMP Mardi Rahayu
Ungaran,
Kabupaten
Semarang
Kebanyakan gereja dan orang tua sudah
selama 1 hari pada tanggal 15 Agustus 2015.
merasa puas bila melihat para remajanya aktif
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja di
pergi ke gereja atau mengikuti ibadah remaja
SMP Mardi Rahayu Ungaran Kabupaten
dan kegiatan rohani lainnya bahkan melayani
Semarang dengan jumlah yaitu 371 dengan
di dalam gereja. Namun bila semuanya itu
sampel 192 remaja.
mereka lakukan hanya secara seremonial, atau sekedar rutinitas bahkan hanya ikut-ikutan saja, maka mendapatkan
remaja
tersebut
apa-apa,
alias
Instrumen atau alat ukur pada penelitian ini yang digunakan adalah koesioner.
tidak akan kehidupan
spiritualnya tidak terbentuk dengan baik dan benar (Roswitha, 2009).
HASIL PENELITIAN A. Univariat 1. Peran Orangtua
Menurut BKKBN (2009) orang tua
Tabel 4.1
Distribusi
Frekuensi
adalah pendidik utama dan pertama bagi anak-
Responden
anaknya, oleh karena itu dalam mengantarkan
Orangtua di SMP Mardi Rahayu
anaknya ke usia selanjutnya ada beberapa
Ungaran
peran yang harus dijalankan oleh orang tua yaitu: peran orang tua sebagai pendidik, peran
Peran Orangtua Kurang
berdasarkan
Peran
Frekuensi
Persentase (%)
42
21,9
Cukup
orang tua sebagai panutan, peran orang tua
68
35,4
Baik
82
42,7
sebagai pendamping, peran orang tua sebagai
Total
192
100,0
komunikator,
peran
orang
tua
sebagai
Tabel 4.1 menunjukkan peran orangtua paling
sedangkan
banyak kategori baik yaitu sejumlah 82
mempunyai peran orangtua yang baik lebih
responden (42,7%) dan paling sedikit kategori
banyak pada responden kecerdasan spiritual
kurang yaitu sejumlah 42 responden (21,9%).
dengan kategori tinggi (86,6%),
2. Kecerdasan Spiritual Tabel 4.2
responden
yang
Hasil uji Chi Square didapatkan p value
Distribusi
Frekuensi
0,000≤ (alpha 0,05) sehingga ada hubungan
Responden berdasarkan Kecerdasan
yang
Spiritual di SMP Mardi Rahayu
terhadap kecerdasan spiritual remaja di SMP
Ungaran
Mardi Rahayu Ungaran.
Kecerdasan Spiritual Rendah
72
Persentase (%) 37,5
Tinggi
120
62,5
Total
192
100,0
Frekuensi
Tabel 4.2 menunjukkan kecerdasan spiritual responden paling banyak kategori tinggi yaitu sejumlah 120 responden (62,5%) dan paling sedikit kategori rendah yaitu sejumlah 72 responden (37,5%). B. Bivariat Hubungan peran orang tua terhadap kecerdasan spiritual remaja di SMP Mardi Rahayu Ungaran. Tabel 4.3 Hubungan peran orang tua terhadap kecerdasan spiritual remaja SMP Mardi Rahayu Ungaran Kecerdan spiritual Peran Total Rendah Tinggi x2 p value orangtua f % f % f % Kurang 22 52,4 20 47,6 42 100 35,699 0,000 Cukup 39 57,4 29 42,6 68 100 Baik 11 13,4 71 86,6 82 100 Total
persentase
72
37,5 120 62,5 192 100
signifikan
antara
peran
orangtua
PEMBAHASAN A. Gambaran Peran Orangtua di SMP Mardi Rahayu Ungaran Dari hasil penelitian kepada 192 responden didapatkan hasil bahwa peran orang tua yang baik sebanyak 42,7 %, karena
dari
data
yang
didapatkan
dilapangan, remaja mengatakan bahwa orangtua
selalu
mengajarkan,
mendidik menjadi
atau panutan,
pendamping, konselor dan komunikator sehingga remaja dapat melakukan apa yang diharapkan oleh orangtua, dari uraian diatas didukung dengan teori Nurcholis Madjid (2006)
mengatakan
bahwa
orangtua
berperan sebagai orang yang pertama dan utama
dalam
meletakkan
dasar-dasar
pendidikan terhadap anak-anaknya dan sebagai tulada atau teladan dan pola-pola
Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa persentase
hubungannya dengan anak yang dijiwai dan
responden yang mempunyai peran orangtua
disemangati oleh nilai-nilai keagamaan
yang cukup lebih banyak pada kecerdasan
yang menyeluruh.
spiritual dengan kategori rendah (57,4%),
Peran orangtua yang cukup sebanyak 35,4%, karena dari hasil yang ditemukan
dilapangan, remaja mengatakan bahwa
pendamping, konselor, komunikator dan
orangtua kurang memperhatikan dalam
teman
mendidik, menjadi panutan, pendamping
perkembangan remaja, hal ini sejalan
dan konselor dan dari uraian diatas
dengan pernyataan Maulani dkk dalam
didukung dengan teori Syaiful (2008)
(indah pertiwi 2010) orangtua dan keluarga
mengatakan bahwa orangtua yang kurang
berperan
memperhatikan kesulitan-kesulitan belajar
bertanggungjawab sebagai panutan anak
yang dihadapi anak, hubungan antara
semenjak terbentuknya pembuahan atau
keluarga yang tidak harmonis dan keadaan
zigot terhadap stimulus tertentu baik berupa
ekonomi yang kurang mendukung akan
bentuk tubuh maupun sikap moral dan
mempengaruhi
spiritual
kerpribadian
orangtua
atau
sahabat
dalam
dalam
melihat
bekerjasama
(keagamaan)
serta
dan
emosional
dalam mendidik anak dan untuk peran
remaja yang mandiri. Relasi awal dengan
orangtua yang kurang sebanyak 21,9%,
orangtua merupakan pondasi tercapainya
karena
tugas perkembangan remaja, remaja tidak
dari
dilapangan
hasil
remaja
yang
ditemukan
mengatakan
bahwa
hanya
sekedar
mencontoh
orangtua tidak memperdulikan anaknya
membutuhkan
dengan cara mendidik atau memperhatikan,
Dorongan dan motivasi serta arahan bisa
menjadi
serta
muncul dengan sendirinya jika orangtua
komunikator dan konselor. dan dari uraian
mendampingi dan memfasilitasi kegiatan
diatas didukung dengan teori Depdikbud
remaja (Septiarti, 2012).
panutan,
pendamping
(2007) mengatakan bahwa orangtua yang
keteladanan
dan
orangtua.
Hal ini sesuai dengan BKKBN (2009)
kurang perhatian, tidak memperhatikan dan
mengatakan
tidak memperdulikan anak-anaknya akan
memberikan bimbingan dan arahan pada
sangat
remaja sebagai bekal dan benteng agar
berpengaruh
terhadap
bahwa
remaja
hari.
perubahan-perubahan yang akan terjadi
hidup
lantas
bertanggungjawab.
pendidik,
panutan,
menghadapi
agar kelak remaja dapat membetuk rencana
yang mengajarkan tentang keagamaan tidak menjadi
dapat
wajib
keberlangsungan hidup anak di kemudian
Berdasarkan hasil penelitian orangtua
tersebut
orangtua
yang
mandiri,
disiplin
dan
pendamping, konselor, komunikator dan
Hal ini sesuai dengan penelitian
teman atau sahabat karena bisa jadi karena
Sumartini (2010) yang mengatakan bahwa
remaja
Komunikasi
dampak bagi perkembangan remaja apabila
orangtua dan remaja sangat diperlukan
orangtua kurang memberikan perhatian dan
dalam hal sebagai pendidik, panutan,
bimbingan. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut
dipaksa.
ternyata dampaknya sangat besar bagi
berjiwa kepemimpinan, jiwa pembelajar
perkembangan
secara
dan memiliki prinsip keteraturan sehingga
mengalami
akan memiliki makna dan tujuan hidup
penyimpangan dari aturan dan norma yang
yang jelas dan dari uraian diatas didukung
berlaku sehingga dampaknya akan menjadi
dengan teori Taufik (2009) mengatakan
pemalas dan bahkan dapat terjerumus pada
bahwa orang yang memiliki kecerdasan
kenakalan remaja. Upaya apa yang harus
spiritual yang tinggi akan memiliki tujuan
dilakukan orangtua dalam meningkatkan
dan
peranannya terhadap perkembangan anak
membentuk
usia remaja pentingnya peranan orang
eksistensinya tidak terjadi begitu saja dan
tersebut, maka fungsi orangtua dalam
bukan suatu kebetulan akan tetapi dia sadar
memberikan bimbingan serta arahan pada
sepenuhnya bahwa esksistensinya didunia
remaja merupakan pendidik yang pertama
ini merupakan maha karya dari sang
dan utama, dan ternyata masih ada orangtua
pencipta.
umum
remaja
remaja
tersebut,
akan
yang suka menyerahkan peranannya kapada orang
lain,
sedangkan
mengantisipasi pembinaan
dan
membantu
perkembangan
makna
hidup
yang
jelas,
suatu
kesadaran
serta bahwa
Sedangkan 72 remaja atau (37,5 %)
dalam
memiliki kecerdasan spiritual yang rendah
proses
karena
dari
data
yang
didapatkan
remaja,
dilapangan, remaja mengatakan bahwa
masyarakat secara umum terutama tokoh
kurangnya semangat dalam melakukan
agama dan tokoh masyarakat ikut juga
kegiatan
berperan dalam perkembangan remaja.
disekolah, tidak memiliki tanggung jawab
spiritual
di
rumah
maupun
untuk menyelesaikan tugas dari orang tua B. Gambaran Kecerdasan Spiritual Remaja
semangat dalam menyelesaikan pekerjaan
di SMP Mardi Rahayu Ungaran Berdasarkan
pada
yang menjadi tanggung jawab dan sering
remaja di SMP Mardi Rahayu Ungaran,
ingkar apabila berjanji, dari uarian diatas
yang memiliki kecerdasan spiritual yang
disimpulkan bahwa remaja tersebut kurang
tinggi sebanyak 120 remaja atau (62,5 %)
memiliki
karena
kepemimpinan, berorientasi masa depan
dari
dilapangan
hasil
data
remaja
penelitian
dan atau sekolah, dan tidak memiliki
yang
ditemukan
mengatakan
sering
dan
jiwa
prinsip
pembelajar,
keteraturan
dan
berjiwa
dapat
mengikuti kegiatan keagamaan, memiliki
didukungan dengan teori Zulkifri (2007)
rasa tanggungjawab, dan remaja yang
mengatakan bahwa orang yang memiliki
memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi
kecerdasan spiritual yang rendah akan
akan mempengaruhi prinsip ketuhanan,
mempengaruhi kehidupan seseorang dihari
dengan penelititan yang berasal dari UIN
yang akan datang.
Syarif Hidayatullah pada tahun 2014
Menurut (Taufik, 2009) kecerdasan spiritual
itu
ialah
kecerdasan
mengungkapkan
bahwa
remaja
yang
untuk
memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi
memberikan pemaknaan dalam kehidupan,
mendapatkan bimbingan dan arahan yang
nilai, serta memiliki tujuan yang ingin
ditanamkan oleh orangtua (peran orangtua
dicapai dalam kehidupannya, serta dapat
sebagai pendidik).
memberikan makna spiritual dalam setiap
Menurut Agustin (2006) menyatakan
apa yang dia perbuat dalam kehidupan
bahwa
sehari-hari. Orang yang cerdas secara
disebabkan oleh berbagai macam faktor,
spiritual
antara lain faktor keluarga, faktor internal
membentuk
suatu
kesadaran
kecerdasan
bahwa eksistensinya tidak terjadi begitu
(pembawaan)
saja dan bukan merupakan suatu kebetulan
(eksternal).
dan
spiritual
faktor
dapat
ligkungan
akan tetapi dia sadar sepenuhnya bahwa eksistensinya di dunia merupakan maha
C. Hubungan peran orangtua terhadap
karya dari sang pencipta. Hal ini serupa
kecerdasan spiritual di SMP Mardi
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rahayu Ungaran Kabupaten Semarang
Ekawaty (2013) mengatakan bahwa orang
Berdasarkan hasil analisis data dari
yang sering menunda-nunda pekerjaan atau
penelitian di SMP Mardi Rahayu Ungaran
kegiatan sehari-hari yang berlebih dapat
kabupaten semarang, menunjukkan ada
menyebabkan kecerdasan spiritual yang
hubungan yang sifnifikan antara peran
rendah.
orangtua terhadap kecerdasan spiritual, hal
Remaja mungkin menolak aktivitas
tersebut ditunjukkan berdasarkan hasil uji
ibadah yang formal tetapi melakukan
chi-square didapatkan nilai p-value 0,000
ibadah secara individual dengan privasi
≤ alpha 0,05.
dalam kamar mereka sendiri, mereka
Presentasi kecerdasan spiritual rendah
mungkin memerlukan eksplorasi terhadap
lebih banyak pada responden dengan peran
konsep
Tuhan.
orangtua yang cukup (57,4%), karena
Membandingkan agama mereka dengan
bimbingan belajar dari orangtua kepada
orang lain dapat menyebabkan mereka
anak akan membawa anak dalam mencapai
mempertanyakan
mereka
tujuan yang akan diraih dan diharapkan
sendiri tetapi pada akhirnya menghasilkan
mencapai tujuan yang diinginkan oleh
perumusan dan penguatan spiritualitas
orangtua salah satu contohnya adalah
mereka (Wong, 2009). Hal ini serupa
tercapainya tujuan belajar yaitu penguasaan
keberadaan
kepercayaan
pengetahuan tentang keagamaan (spiritual),
dihadap. Zohar dan Marshal (dalam Ari
keterampilan dan pengembangan sikap dan
Ginanjar Agustian, 2012).
dapat
menyesuaikan
lingkungan
sekitar
diri
(faktor
dengan eksternal),
Peran orang tua terhadap kecerdasan spiritual
dapat
dipengaruhi
oleh
namun anak yang memiliki kecerdasan
penghayatan orang tua akan agama yang
spiritual yang rendah dipengaruhi oleh
dianut,
faktor
sungguh
eksternal
(lingkungan
yaitu
sehingga
orang
menghayati
sungguh-
kepercayaannya
disekolah, di masyarakat umu), teman
kepada
sebaya, prestasi belajar anak, karena dapat
kecerdasan spiritual anak. Hal ini akan
memberikan stimulus yang memungkinkan
berpengaruh terhadap cara-cara orang tua
kecerdasan
seseorang
mengasuh, memelihara, mengajarkan dan
berkembangan dengan baik atau tidak
mendidik anak-anaknya. Anak yang banyak
(Syaiful 2008).
dibekali dengan ajaran-ajaran agama yang
spiritual
Tuhan
tua
akan
mempengaruhi
Presentasi responden yang mempunyai
dianut oleh orang tua dan hidup dalam
kecerdasan spiritual yang tinggi lebih
kepercayaan dan kesetiaan kepada Tuhan,
banyak pada responden dengan peran
semua itu dapat menjadi dasar yang kuat
orangtua dengan kategori baik (86,6%),
untuk perkembangan moral anak dan
karena orang yang memimiliki kecerdasan
kecerdasan spiritual anak serta keseluruhan
spiritual yang tinggi dapat dipengaruhi oleh
kehidupannya dikemudian hari (Gunarsa,
kemauan seseorang (faktor internal) dalam
2008).
melakukan hal yang baik ataupun buruk
Menurut
Nurhayati
(2008)
peran
dan rasa moral dalam cara menempatkan
orangtua berarti orangtua akan memberikan
dirinya dalam pergaulan sehari-hari, dan
remaja arahan dan dorongan dengan cara
orang yang memiliki kecerdasan spiritual
meningkatkan dukungan dan perhatian
yang tinggi akan menjadi pondasi utama
dalam kegiatan sehari-hari terkait dengan
untuk lebih mengefektifkan kecerdasan
tugas dan perkembangan, dan memberikan
intelektual dan kecerdasan emosional, dan
pendidikan
dipengaruhi oleh cara orangtua mendidik,
menciptakan suasana rumah yang hangat
membimbing, memotivasi, memfasilitasi
dan
serta perhatian dan pengawasan, disitu anak
pemahaman akan norma baik dan buruk
akan memiliki kemampuan dan kemauan
yang ada dalam keluarga serta masyarakat.
dalam
BKKBN
menggunakan
sumber-sumber
spiritual dalam meyelesaikan masalah yang
agama
menyenangkan
(2009)
(spiritual)
serta
orang
dan
memberikan
tua
wajib
memberikan bimbingan dan arahan tentang nilai-nilai
agama
(spiritual)
yang
ditanamkan orangtua kepada anaknya sejak
Dollard
dini merupakan bekal dan benteng untuk
Miller dan Dollard ada dua reward atau
menghadapi
ganjaran, yakni ganjaran primer yang
perubahan-perubahan
yang
akan terjadi.
menurut
memenuhi dorongan primer. Lebih lanjut
Menurut Tanis Helliwell dalam Abdul Wahid
(Notoatmodjo,2007)
(2006)
kecerdasan
mereka membedakan adanya 3 macam
spiritual
mekanisme tingkah laku. Salah satunya
merupakan salah satu bentuk kecerdasan
adalah tingkah laku tergantung (Matched
yang akan menjadi pondasi utama untuk
dependent behaviour). Tingkah laku ini
lebih
kecerdasan
muncul dalam interaksi antara dua pihak.
emosional.
Salah satu pihak mempunyai kelebihan dan
mengefektifkan
intelektual
dan
kecerdasan
Kecerdasan spiritual merupakan bentuk
pihak
kecerdasan
menempatkan
menyesuaikan tingkah laku, seperti contoh
kehidupan individual kita dalam konteks
orang tua yang selalu mengajarkan anaknya
yang lebih luas dan secara menyeluruh atau
tentang keagamaan (berdoa, sholat, pergi
holistik. Kecerdasan spiritual memberi kita
ke pura, dan kegiatan keagamaan lainnya),
makna dan tujuan hidup yang jelas serta
karena ketika orang tua tidak di rumah atau
membuka
tidak
menciptakan
yang
jalan
bisa
bagi
kita
untuk
lain
kurang,
mengajarkan,
maka
maka
akan
anak
akan
kemungkinan-kemungkinan
terbiasa belajar atau melakukan hal-hal
baru (new possibilities). Mendampingi anak
tentang keagamaan (berdoa, sholat, pergi
dalam hal spiritual sangat diperlukan anak
ke pura, dan kegiatan keagamaan lainnya)
karena erat kaitanya dengan kebiasaan
dengan mandiri.
anak. Perilaku orang tua yang perlu diperhatikan salah satunya adalah menjadi
D. Keterbatasan
pendidik, panutan, pendamping, konselor,
Peneliti
komunikator serta teman/sahabat, karena
keterbatasan
anak tidak hanya sekedar mencontoh, anak
mempengaruhi hasil penelitian. Penelitian
tidak hanya membutuhkan keteladanan
ini hanya membahas tentang peran orang
orang tua. Dorongan atau arahan sering
tua terhadap kecerdasan spiritual padahal
lebih penting daripada ajakan. Dorongan
ada
orang tua akan muncul dengan sendirinya
mempengaruhi kecerdasan spiritual yaitu
jika orang tua mendampingi dan atau
(keluarga,
memfasilitasi kegiatan anak.
lingkungan (eksternal yaitu di sekolah,
Hal ini sesuai dengan Teori Belajar social dan tiruan dari N.E. miller dan J.
juga
menyadari pada
peneliti
beberapa
internal
banyak sehingga
faktor
yang
(pembawaan)
dimasyarakat umum, teman sebaya dll).
dan
KESIMPULAN
remaja, selain itu melibatkan orang lain
Berdasarkan hasil pembahasan dapat
termasuk guru juga dapat memberikan
disimpulkan bahwa:
dorongan dan arahan untuk melakukan
1.
Peran orangtua yang baik sebanyak 42,7
atau
%, sedangkan untuk peran orangtua yang
keagamaan
cukup sebanyak 35,4 % dan untuk peran
menambahkan kegiatan atau aktifitas
orangtua yang kurang sebanyak 21,9 %.
tentang keagamaan di sekolah (membuat
Remaja di SMP Mardi Rahayu Ungaran,
lomba tentang cara membaca Al_Quran,
yang memiliki kecerdasan spiritual yang
cerdas cermat tentang isi Alkitab, dll).
2.
tinggi sebanyak 120 remaja atau (62,5 %)
3.
3.
mengerjakan
hal-hal
(spiritual)
dengan
tentang cara
Bagi peneliti selanjutnya
dan 72 remaja atau (37,5 %) memiliki
Mengingat beberapa keterbatasan dalam
kecerdasan spiritual yang rendah.
penelititan ini, maka perlu dilakukan
Ada hubungan yang signifikan antara
penelitian selanjutnya mengenai faktor-
peran
kecerdasan
faktor lain yang menyebabkan atau
spiritual pada remaja, karena berdasarkan
mempengaruhi kecerdasan spiritual yaitu
hasil uji chi-square didapatkan nilai p-
faktor
value 0,000 ≤ (alpha 0,05).
Internal (pembawaan) dan faktor keluarga
orangtua
terhadap
(eksternal)
atau
1.
tersebut yang mempengaruhi kecerdasan
Diharapkan
orangtua
siswa
dapat
mengantrol
faktor
Saran Bagi orangtua siswa
dapat
lingkungan,
faktor-faktor
spiritual.
meningkatkan bimbingan, arahan dan dorongan kepada remaja dan orang tua
DAFTAR PUSTAKA
harus meningkatkan perhatian kepada
Agustian, A. G. (dalam Wahab & Amiarso, 2011). Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual. Ar-Ruzz Media: Yogyakarta.
anak dengan cara medidik, menjadi panutan, pendamping serta komunikator dan
konselor
yang
terkait
dengan
kecerdasan spiritual di SMP Mardi Rahayu Ungaran Kabupaten Semarang. 2.
Bagi institusi Pihak
sekolah
dapat
memberikan
bimbingan dan arahan kepada siswa siswi untuk melakukan atau mengerjakan halhal yang berkaitan dengan keagamaan sesuai dengan agama yang dianaut oleh
BKKBN. (2009). Pegangan Kader Tentang Pembinaan Anak Remaja. Jakarta : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Direktorat Bina Kesehatan Remaja. Ginanjar, A (dalam Hersan Ananto, 2008). Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasa Spiritual Dan Perilaku Belajar Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. UNDIP Semarang dan UGM Yogyakarta
Kurniasih, I. (2010). Mendidik SQ Anak Menurut Nabi Muhammad SAW. Pustaka Marwa: Yogyakarta. Madjid, N. (2006). Peran Motivasi Orang Tua Dalam Belajar Siswa Siswi SD N 2 Kaponan Mlarak Ponorogo. Volume 2. (http://www.stkipdrnugroho.ac.id) diakses Nevember 2014. Maulana, dkk. (dalam Indah Pratiwi. 2010). http://digilidunila.ac.id/943/3/BAB.II.p df Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. ----------------(2010). Perkembangan Psikologi Remaja.Jakarta: Bumi Aksara. Nurhayati. (2008). Peran Orang Tua Dalam Penyesuaian Diri Anak Tunagrahita (http://www.gunadarma.ac.id/library/ar ticles/graduate/psychology/2009/Artik el_10504152.pdf) diakses oktober 2009) Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Roswitha, J. (2009). Membangun Spiritual Remaja Masa Kini Berdasarkan Amsal 22:6. Yayasan peduli konseling Indonesia. Syaiful. (2008). Hubungan Antara Peran Orang Tua Dan M,otivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Sosiologi Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Karangdowo, Klaten. Juli 2010. Skripsi. Surakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan: Universitas Sebelas Maret Surakarta. --------- (2008). Hubungan Peran Orangtua Sebagai Motivator Dengan Kejadian Enuressi Pada Anak Usia Prasekolah
Di Taman Kanak-kanak Di Kelurahan Nyatnyono. Februari 2015. Skripsi. PSIK. STIKES Ngudi Waluyo Ungaran. Taufik.
(2009). Stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak Pada Periode Prenatal Dalam Perspektif Islam Di Salatiga Bulan Juni 2011. Skripsi. Salatiga : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.
Tenis Helliwell (dalam Abdul Wahid, 2006). Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Penyesuaian Diri Dengan Lingkungan Kampus Pada Mahasiswa Semeter III JurusanTarbiyah STAIN Cirebon. Juni 2008. Tesis. Cirebon: STAIN Cirebon. Wadnaningsih. (2005). Hubungan Peran Orang Tua Dengan Kejadian Bullying Pada Anak Usia Prasekolah Di TK Suko Marsudi Putro II Kelurahan Gedang Anak Ungaran. Juni 2011. Skripsi. Ungaran. PSIK. STIKES Ngudi Waluyo Ungaran. Wijanarko, J. (2005). Mendidik Anak Untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional dan Spiritual. Gramedia Pustaka Utama. Wong,
Donna L. Keperawatan EGC.
(2009). Buku Ajar Pediatrik.Jakarta :
Zohar dan Marshall. (dalam Ari Ginanjar Agustian, 2012). Analisa Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Kariawan Di Hotel “X”. Universitas Kristen Petra: Surabaya.