HUBUNGAN PENGGUNAAN KB SUNTIK 3 BULAN (DMPA) DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN DI PUSKESMAS CENDRAWASIH KOTA MAKASSAR Sutriani1, Ilham Syam2,A. Arnoli3 1
STIK Makassar Makassar 3 RS Pelamonia Makassar 2 STIK
Alamat Korespondensi :
[email protected]/085240276023 ABSTRAK Keluarga Berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi. Kontrasepsi suntik Depot Medroxy Progesterone Acetat (DMPA) adalah kontrasepsi suntikan yang berisi hormon progesteron saja. Peserta KB suntik bulan Desember 2013 sebanyak 318 peserta dan pada bulan Desember 2014 menjadi 956 peserta dan pada bulan Januari tahun 2015 sebanyak 64 peserta. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui hubungan penggunaan KB suntik 3 bulan (DMPA) dengan kenaikan berat badan di Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar. Jenis penelitian menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah populasi sebanyak 45 orang dan sampel sebanyak 35 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara accidental sampling. Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 35 responden yang menggunakan kb suntik 3 bulan dimana berat badan naik sebanyak 24 responden (54,3%), dan berat badan tetap sebanyak 11 responden (31,4%). Hasil penelitian menunjukkan nilai ρ (0,004) < α (0,05), berarti ada hubungan antara penggunaan KB suntik 3 bulan (DMPA) dengan kenaikan berat badan di Puskesmas Cendrawasih kota Makassar. Diharapkan bagi pelaksana program KB agar selalu menyediakan informasi mengenai KB dan efek sampingnya bagi calon akseptor baik berupa layanan konseling maupun media promosi kesehatan. Kata kunci : KB Suntik 3 Bulan (DMPA), Kenaikan Berat Badan
PENDAHULUAN Ledakan penduduk mengakibatkan laju pertumbuhan yang pesat. Untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah Indonesia telah menerapkan program Keluarga Berencana (KB) sejak tahun 1968. Keluarga Berencana bertujuan untuk mengontrol laju pertumbuhan penduduk melalui kelahiran dan pendewasaan perkawinan, serta untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (Hartanto H, 2004). Keluarga Berencana merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi (Sulistyawtai A,2014). Menurut United Nations pengguna KB suntik tahun 2009 sebanyak (3,5%), 2011 sebanyak (4,1%), dan tahun 2013 pengguna KB suntik tiap negara yang paling terbanyak di Ghana (7,6%), Gambia (3,9%), dan Nigeria (3,2%), sedangkan menurut WHO bahwa sembilan dari sepuluh wanita yang menggunakan kontrasepsi memilih metode modern paling banyak adalah suntikan (37%). Peserta KB suntik di Indonesia pada tahun 2010 sebanyak (43,4%), tahun 2011 menjadi (43,35%) dan terjadi penurunan tahun
2012 dengan jumlah peserta hanya (41,30%). Data pengguna KB suntik sampai bulan Agustus tahun 2013 mengalami peningkatan sebanyak (50,95%) peserta dari tahun sebelumnya (BKKBN, 2013). Berdasarkan hasil rekapitulasi pencatatan dan pelaporan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sulawesi Selatan, jumlah akseptor KB suntik pada tahun 2013 mencapai 439.462 peserta dan meningkat menjadi 461.639 peserta pada tahun 2014 (BKKBN Sul-Sel, 2014).Di kota Makassar pada tahun 2013 sebanyak 48.989 peserta dan tahun 2014 menjadi 53.684 peserta. Berdasarkan data tersebut terlihat adanya peningkatan jumlah pengguna KB suntik dari tahun sebelumnya (BKKBN Sul-Sel, 2014). Berdasarkan data dari Puskesmas Cendrawasih pada bulan Desember 2013 sebanyak 318 peserta dan pada bulan Desember 2014 menjadi 956 peserta, sedangkan data pengguna KB suntik pada bulan Januari tahun 2015 sebanyak 64 orang dimana peserta KB suntik DMPA sebesar 45 orang (Rekam Medik Puskesmas Cendrawasih, 2015).
Sedangkan dalam sebuah penelitan yang dilakukan oleh Palimbo, Adriana (2013) menyimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara penggunaan KB suntik 3 bulan dengan kenaikan berat badan. Hal itu dapat dihubungkan dengan kandungan pada DMPA yaitu hormon progesteron, yang dapat merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus. Selain itu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan berat badan adalah Herediter, Bangsa atau suku, gangguan emosi, fisiologi, gangguan hormon, stress dan fisik. Dari uraian diatas terlihat masih banyak masalah pelayanan program Keluarga Berencana, diantaranya efek samping dari kontrasepsi khususnya KB suntik DMPA. Maka penulis tertarik untuk mengetahui “Hubungan Penggunaan KB Suntik 3 Bulan (DMPA) Dengan Kenaikan Berat Badan di Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar.“
mengahasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel yang di teliti Analisis bivariat dilakukan untuk menjawab tujuan penelitian dan menguji hipotesis penelitian. Untuk maksud tersebut, uji statistik yang akan digunakan menggunakan program komputer SPSS 11,5. Hipotesis diuji dengan menggunakan uji statistik chi-square dengan dengan tingkat kemaknaan p <α (dimana tingkat kepercayaan yang digunakan atau α – 0,05), jika p <α maka pada Ho ditolak, kemudian jika p>α maka H1 diterima. HASIL PENELITIAN 1. Analisis univariat Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan umur di Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar tahun 2015 Jumlah
Persen (%)
20-24 25-29 30-35
4 7 24
11,4 20,0 68,6
Jumlah
35
100,0
Umur
BAHAN DAN METODE Penelitian ini menggunakan desain penelitian Observasional Analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study. Peneliti melakukan pengukuran variabel pada siapa saja yang ditemui dan di observasi sekali saja dan pengukuran subyek dilakukan pada saat yang sama untuk mendapatkan hubungan yang jelas tentang penggunaaan KB suntik 3 bulan (DMPA) dengan kenaikan berat badan dipuskesmas Cendrawasih kota Makassar. Lokasi, Populasi Dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar pada tanggal 31 Maret s/d 30 April 2015. Dimana Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu pengguna KB suntik 3 bulan (DMPA) yang berkunjung di Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar yang berjumlah 64 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu pengguna KB suntik 3 bulan (DMPA) pada bulan Januari 2015 sebanyak 45 orang, dengan menggunakan teknik accidental sampling.
Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan di Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar tahun 2015 Pendidikan Tidak Sekolah SD SMA D3/SARJANA Jumlah
Persen (%)
4 9 15 7
11,4 25,7 42,9 20,0
35
100,0
Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar tahun 2015 Jumlah
Persen (%)
IRT Wiraswasta Karyawan PNS
24 5 3 3
68,6 14,3 8,6 8,6
Jumlah
35
100,0
Pekerjaan
Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah dengan mengunakan Lembar wawancara dan observasi dan data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui data rekam medic Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar yaitu data mengenai jumlah ibu-ibu yang menggunakan KB suntik 3 bulan, dan kartu kontrol KB. Analisa Data Analisa univariat dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian. Analisis ini
Jumlah
Tabel 4. Karakteristik responden berdasarkan penggunaan KB suntik 3 bulan (DMPA) di Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar tahun 2015 Penggunaan KB suntik 3 bulan (DMPA) >1 Tahun <1 Tahun
Jumlah
Persen (%)
19 16
54,3 45,7
35
100,0
Jumlah
Tabel 5. Karakteristik responden berdasarkan kenaikan berat badan di Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar tahun 2015 Kenaikan Berat Badan
Jumlah
Persen (%)
Naik Tetap
24 11
68,6 31,4
Jumlah
35
100,0
2. Analisis Bivariat Tabel .6 Hubungan penggunaan KB suntik 3 bulan (DMPA) dengan kenaikan berat badan di Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar tahun 2015 Kenaikan Berat Badan Penggu naan KB suntik 3 bulan
>1 thn <1 thn Jumlah
Jumlah Naik
Tetap
n
%
n
%
17 7 24
89,5 43,8 68,4
2 9 14
10,5 56,3 31,4
Uji Statisti PValue
n 19 16 35
P=0,004
Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 35 responden (100%) penggunaan KB suntik 3 bulan (DMPA) dengan kenaikan berat badan dimana penggunaan >1 tahun sebanyak 19 responden, yang berat badan naik ada 17 responden (89,5%) dan berat badan tetap ada 2 responden (10,5%), dan penggunaan <1 tahun sebanyak 16 responden (45,7%) dimana yang mengalami berat badan naik ada 7 responden (43,8%) dan berat badan tetap ada 9 responden (56,3%). Dari hasil analisis dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p (0,004) < α (0,05). Dimana jika p < α maka hipotesis diterima. Hal ini berarti ada hubungan antara penggunaan KB suntik 3 bulan (DMPA) dengan kenaikan berat badan di Puskesmas Cendrawasuh Kota Makassar. .
PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta KB suntik 3 bulan di Puskesmas Cendrawasih Makassar yang paling banyak adalah berumur 30-35 tahun dan menjadi usia reproduksi sehat dan sasaran langsung KB dimana pada umur tersebut sangat dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi. Berdasarkan teori (Siswosudarmo dkk, 2007) bahwa pada umur 20–35 tahun merupakan kurun reproduksi sehat, pada kurun usia ini merupakan masa yang baik untuk bereproduksi sebab risiko paling rendah untuk proses kehamilan dan persalinan. dari 35 responden (100%), yang memiliki umur 20-24 tahun sebanyak 4 responden (11,4%), umur 25-29 tahun sebanyak 7 responden (20,0%), umur 30-35 tahun sebanyak 24 responden (68,6%). Berdasarkan uraian beberapa teori, maka peneliti berpendapat bahwa usia 20-35 adalah usia yang lebih aman dari risiko kematian maternal, sehingga mengatur kehamilan pada usia tersebut dengan kontrasepsi adalah mengurangi risiko kematian maternal pada bayi. Dengan demikian program KB secara langsung maupun tidak langsung dapat bermanfaat dengan kelangsungan hidup ibu dan bayi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan pendidikan yang tidak sekolah ada 4 responden (11,4%), SD sebanyak 9 responden (25,7%), SMA 15 responden (42,9%) dan D3/Sarjana sebanyak 7 responden (20,0%). Akspetor KB suntik DMPA di Puskesmas Cendrawasih Makassar mengatakan bahwa pendidikan mereka tidaklah tinggi, sehingga mereka lebih memilih jenis kontrasepsi suntikan sebagai cara untuk mencegah kehamilan karena jangka waktunya panjang, harganya cukup murah karena kebanyakan mereka bekerja hanya sebagai IRT. Pendidikan sangat mendukung dalam pemilihan kontrasepsi. Pada seseorang yang memiliki pendidikan yang tinggi maka akan memiliki motivasi dan keingintahuan untuk mencari sesuatu informasi mengenai hal yang ingin dilakukan khususnya informasi mengenai kontrasepsi dan efek sampingnya, kontrasepsi yang cocok dan mengenani keefektifan penggunaannya. Pendidikan yang tinggi umumnya mempunyai pengetahuan tentang KB suntik yang lebih baik dan mempunyai perhatian yang lebih besar dalam hal pemahaman akan manfaat KB dan efek sampingnya. Sedangkan pendidikan rendah kurang mendapatkan tentang informasi
kontrasepsi khususnya suntikan yang aman dan efektif. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini bahwa sebagian besar responden adalah sebagai IRT sebanyak 24 responden (68,6%) yang paling banyak menggunakan KB suntik 3 bulan (DMPA). Pada pemakaian alat kontrasepsi hormonal seperti suntik akseptor pada durasi waktu tertentu harus kembali kepelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan KB (Saifuddin, 2006). Responden yang sebagian besar adalah ibu rumah tangga memiliki ketidakterbatasan waktu untuk melakukan akses pelayanan KB. Pada pemakaian alat kontrasepsi suntik memiliki efektivitas yang tinggi dan jangka panjang sehingga banyak disukai oleh ibu IRT Banyaknya ibu IRT menjadi akseptor KB suntik menjadi salah satu penyebab terjadinya kenaikan berat badan karena kurangya aktifitas mereka. Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hartanto (2004) bahwa penggunaan KB suntik 3 bulan dapat menurunkan aktifitas. Didukung juga oleh Suratun (2013) bahwa salah satu efek samping dari suntik DMPA adalah depresi yaitu rasa lesu, tak bersemangat untuk bekerja dan melakukan aktifitas sehari-hari. Ibu akseptor KB suntik 3 bulan di Puskesmas Cendrawasih Makassar mengatakan bahwa mereka lebih sering makan dan ngemil dan rasa mengantuk saat menngunakan jenis kontrasepsi suntik 3 bulan. Maka peneliti berpendapat bahwa pada ibu yang memiliki pekerjaan sebagai IRT dapat mengalami kenaikan berat badan karena lebih banyak menghabiskan waktu luangnya dirumah. Sehingga pengaruh hormon yang terkandung dalam DMPA yang menyebabkan peningkatan nafsu makan, menyimpan banyak karbohidrat dalam tubuh yang tidak dibakar. Kebiasaan makan atau kekeyangan mengakibatkan seseorang lebih mudah terserang rasa mengantuk, penurunan aktifitas fisik, dan waktu tidur yang lebih banyak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan KB suntik 3 bulan DMPA, yang paling banyak adalah akseptor KB suntik dengan penggunaan >1 tahun sebanyak 19 responden (54,3%) dan paling sedikit adalah akseptor KB suntik dengan penggunaan <1 Tahun sebanyak 16 responden (45,7%). Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Affandi, B (2011) bahwa salah satu jenis kontrasepsi yang disukai kaum ibu adalah KB suntik karena selain penggunaannya jangka panjang juga memiliki efektifitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama
penggunaan, asal penyuntikannya secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. Berat badan yang naik antara 2kg-5kg. Hal ini sesuai teori Hartanto (2004) bahwa pada penggunaan KB suntik DMPA dapat terjadi penambahan berat badan sebanyak 1-5 kg dalam tahun pertama penggunaan, tetapi pada salah seorang responden ditemukan kenaikan berat badannya mencapai 10 kg dari berat badan sebelum menggunakan suntik yaitu 50 kg menjadi 60 kg saat menggunakan suntikan pada 12 bulan pertama. Hal ini terjadi jika responden tersebut memiliki keluarga yang kebiasaan makan banyak dan berkali-kali tiap harinya sehingga saat menggunakan KB suntik DMPA maka frekuensi makan tersebut akan semakin bertambah karena adanya hormon progesteron yang terdapat dalam suntik DMPA dapat mengendalikan pusat nafsu makan dihipotalamus sehingga akseptor makan lebih sering dari biasanya, jika hal ini tidak bisa responden kontrol maka akan memperburuk keadaan khususnya kecepatan kenaikan berat badan. Melihat responden tersebut hanya sebagai IRT maka penambahan berat badannya yang terlalu banyak dapat menyebabkan kurangnya aktifitas. Hal ini disebabkan karena asupan energi yang melebihi kebutuhan tubuh yang biasanya dialami oleh orang kurang olahraga atau kurang aktifitas fisik sehingga energi yang masuk kedalam tubuh tidak dibakar atau digunakan yang kemudian disimpan dalam bentuk lemak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan KB suntik di Puskesmas Cendrawasih yang paling banyak adalah penggunaan >1 tahun yaitu 19 responden (54,3%) dimana yang mengalami kenaikan berat badan sebanyak 17 responden dan berat badan tetap ada 2 responden dan penggunaan KB suntik 3 bulan <1 tahun berjumlah 16 orang dimana yang mengalami kenaikan berat badan sebanyak 7 responden dan berat badan tetap sebanyak 9 responden. Berdasarkan hasil analisis uji chi-square untuk melihat hubungan antara penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan (DMPA) dengan kenaikan berat badan di peroleh bahwa nilai p=0,004 < α =0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang bermakna antara penggunaan KB Suntik 3 bulan (DMPA) dengan kenaikan berat badan di puskesmas Cendrawasih Makassar. Berat badan merupakan parameter yang dapat memberikan gambaran massa tubuh. Perubahan berat badan adalah berubahnya ukuran berat akibat dari konsumsi makanan
yang di ubah menjadi lemak dan disimpan dibawah kulit (Supariasa, 2002). Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hartanto (2004) bahwa dari pemakaian kontrasepsi suntik dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kenaikan berat badan. Umumnya penambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara kurang dari satu kilogram sampai lima kilogram dalam tahun pertama. Karena adanya kandungan hormon progesteron yang merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus yang dapat menyebabkan nafsu makan bertambah dan apabila pemakaian dosis yang tinggi atau berlebih karena dapat merangsang pusat pengendali nafsu makan dihipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya. Teori ini juga sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Wijayanti (2006) bahwa peningkatan berat badan dapat terjadi jika konsumsi makanan sehari-harinya mengandung energi yang melebihi kebutuhan yang bersangkutan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan Palimbo, Adriana (2013) bahwa dari 52 responden dengan penggunaan KB suntik 3 bulan lebih dari satu tahun berjumlah 38 orang yang mengalami kenaikan berat badan sebanyak 26 orang, sedangkan penggunaan kurang dari satu tahun berjumlah 14 orang yang mengalami kenaikan berat badan sebanyak 3 orang. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada hubungan antara KB suntik 3 bulan dengan kenaikan berat badan pada wanita akseptor KB suntik di wilayah kerja puskesmas Lok Baintan Kecamatan Sungai Tabuk dimana hasil analisis uji chi-square diperoleh nilai p= 0,002 < α = 0,05. Hasil penelitian Purnamasari (2009) yang menyimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara lama pemakaian KB suntik DMPA dengan perubahan berat badan dimana didapatkan hasil ρ hitung= 0,587 > ρ tabel= 0,364. Peningkatan berat badan terjadi jika makanan sehari-harinya mengandung energi yang melebihi kebutuhan yang bersangkutan (Khumaidi, 2009). Hal ini menunjukkan pada akseptor KB DMPA lebih banyak mengalami kenaikan berat badan. Pada akseptor KB suktik DMPA dapat mengalami kenaikan berat badan setelah menggunakan KB suntik DMPA dimana hormon progestin yang dikandung oleh jenis KB sunti tersebut.
Responden mengatakan bahwa dalam penggunaan kontrasepsi KB suntik 3 bulan sangatlah mudah dan terasa nyaman, sehingga mereka tidak merasa kesulitan dalam hal biaya karena kontrasepsi suntik 3 bulan dengan harga murah atau terjangkau serta bisa teratur dalam penggunaannya. Pada responden yang berat badannya tetap walaupun memakai kontrasepsi suntik tidak selamanya mengalami kenaikan berat badan dikarenakan responden yang berolahraga, memiliki rutinitas yang padat, dan karena responden merupakan akseptor yang belum lama menggunakan KB suntik 3 bulan. Peneliti menyimpulkan bahwa nafsu makan seseorang adalah besarnya frekuensi seseorang untuk mengkonsumsi makanan. Sistem pengontrol yang mengatur perilaku makanan terletak pada suatu bagian otak yang disebut hipotalamus. Hipotalamus mengandung banyak pembuluh darah, kemudian bertugas menggerakkan nafsu makan sehingga menyebabkan kenaikan berat badan akibat dari nafsu makan yang meningkat.
KESIMPULAN 1. Akseptor KB suntik 3 bulan DMPA yang terbanyak adalah umur 30-35 tahun sebanyak 24 responden (68,6%), pendidikan terbanyak SMA 15 responden (42,9%), pekerjaan terbanyak IRT sebanyak 24 responden (68,6%). 2. Penggunaan KB suntik 3 bulan (DMPA) yang terbanyak adalah >1 tahun sebanyak 54,3% pada akseptor KB suntik. 3. bu yang mengalami kenaikan berat badan sebanyak (68.6%) pada akseptor KB suntik 3 bulan (DMPA). 4. Ada hubungan antara penggunaan KB suntik 3 bulan (DMPA) dengan kenaikan berat badan dimana nilai (ṕ value =0,004
< α = 0,05). SARAN Setelah dilakukan penelitian dan diperoleh suatu kesimpulan, maka peneliti memberikan beberapa saran antara lain sebagai berikut : a. Bagi akseptor KB agar pada usia 20-35 tahun untuk menggunakan kontrasepsi karena pada usia ini dianggap aman dan sangat baik untuk mengatur jarak kelahiran. Sebaiknya untuk menunda kehamilan jika umur <20 tahun atau >35 tahun karena sangat berisiko bagi bayi dan ibunya. b. Bagi akseptor KB suntik DMPA yang lama penggunaannya >1 tahun jika mengalami efek samping yang
c.
mengganggu, sebaiknya untuk mengganti dengan metode kontrasepsi lain. Tetapi, jika tetap menggunakannya agar lebih memperhatikan efek sampingnya samping yang dialami. Bagi akseptor yang mengalami efek samping dari KB suntik DMPA khususnya kenaikan berat badan agar rutin mengecek berat badannya dan lebih memperhatikan efek samping yang
dialami seperti berolahraga, mengontrol frekuensi makan dan melakukan aktifitas. d. Bagi pelaksana program KB dan staf terkait dalam memberikan pelayanan KB di Puskesmas Cendrawasih Makassar agar selalu memberikan penyuluhan tentang jenis-jenis KB, tujuan KB dan efek samping yang ditimbulkan khususnya suntikan, melihat banyaknya peminatan masyarakat pada metode kontrasepsi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Affandi B, dkk. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta. Hartanto H. 2004. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan : Jakarta. Handayani S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Pustaka Rihama : Yogyakarta. Khumaidi. 2009. Menuju Gizi Baik Yang Merata Dipedesaan dan Dikota. Gaja Mada Universitas Press : Yogyakarta. Pinem Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi Dan Kontrasepsi. Trans Info Media : Jakarta. Proverawati A, dkk. 2010. Panduan Memilih Kontrasepsi. Nuha Medika : Yogyakarta. Pawenrusi Puji E, dkk. 2015. Pedoman Penulisan Skripsi Edisi 11. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar : Makassar. Palimbo A, 2013. Hubungan Penggunaan KB Suntik 3 Bulan Dengan Kenaikan Berat Badan Pada Wanita Akseptor KB Diwilayah Kerja Puskesmas Lok Baintan.(Online),(http://www.jurnal.dinamikakesehatan.ac.id/images/artcles/vol12/no12.pdf) Diakses 12 Februari 2015. Saifuddin, dkk. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta. Supariasa, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta. Suratun, dkk. 2013 . Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi. Trans Info Media : Jakarta. Sulistyawati A. 2014. Pelayanan Keluarga Berencana. Salemba Medika : Jakarta. Siswosudarmo dkk. 2007. Teknologi Kontrasepsi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Varney, dkk. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 1. EGC : Jakarta. BKKBN.
2013. Persentase Pemakaian Alat Kontrasepsi (http://www.bkkbn.go.id. Diakses 18 Februari 2015).
Modern/Nasional.
(Online),
BKKBN Sul-Sel. 2014. Jumlah Akseptor KB Aktif Sulawesi Selatan. (Online), (http://www.bkkbn sulsel.go.id. Diakses 18 Februari 2015) United
Nations. 2014. World Contraceptive-Prevalency-Patterns-2013, (Online) (http://www.un.org/en/development/desa/population/publications/pdf/family/worldcontraceptive patternswallchart2013.pdf). Diakses 23 Februari 2015.