ANALISIS PERBEDAAN BERAT BADAN SEBELUM DAN SELAMA MENGGUNAKAN KB SUNTIK 3 BULAN DI BPS NY.ISMIATI DESA JATIRUNGGO KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG WEIGHT DIFFERENCE ANALYSIS BEFORE AND DURING THE 3 MONTHS USING INJECTION CONTRACEPTION IN MIDWIFE CLINIC OF MRS. ISMIATI JATIRUNGGO PRINGAPUS SEMARANG Eko Mardiyaningsih (1), Wulansari (2), Purwanti (3) 1. Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran Abstrak
Kontrasepsi suntik merupakan salah satu jenis kontrasepsi yang populer di Indonesia yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan dari kontrasepsi suntik adalah peningkatan berat badan, amenorrhea, menoragia dan muncul bercak (spotting). Efek samping kontrasepsi suntik yang paling tinggi frekuensinya adalah peningkatan berat badan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan berat badan sebelum dan selama menggunakan KB suntik 3 bulan di BPS Ny. Ismiati Desa Jatirunggo, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang. Desain penelitian analisis komparasi (paired sample). Hasil penelitian menunjukkan berat badan rata-rata sebelum menggunakan KB suntik 3 bulan adalah 46,2 kg dan selama menggunakan 3 bulan KB berat badan rata-rata 50,0 kg, dengan berat badan terendah 40 kg dan tertinggi 60 kg. Analisis data menggunakan Paired t Test didapatkan p value = 0,000<0,05, berarti ada perbedaan berat badan sebelum dan selama menggunakan KB suntik 3 bulan di BPS Ny. Ismiati Desa Jatirunggo, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang. Saran untuk akseptor hendaknya banyak mengikuti informasi-informasi kesehatan. Kata Kunci : KB Suntik, Berat Badan Abstract
Injection contraceptives is one of the popular forms of contraception in Indonesia. Shortage of injectable contraceptives are weight gain, amenorrhea, menorrhagia, and appeared spotting (spotting). Side effects of injection contraceptives is the highest frequency of weight gain. Research purposes are to know the difference of weight before and during the use of 3-month injection
contraceptives in Midwife Clinic of Mrs. Ismiati, Jatirunggo Village, Pringapus district, Semarang regency. The result of the research found out an average weight before using a 3-months injection contraceptives was 46.2 kg. During the using an average weight was 50.0 kg, the lowest weight and the highest were 40 kg and 60 kg. Analysis of data obtained using paired T test p value = 0.000 <0.05, there was a difference in weight before and during the use of 3-month injection contraceptives in Midwife Clinic of Mrs. Ismiati Jatirunggo Village, Pringapus district, Semarang regency. It is suggested that acceptor should join many activities such as health information.
1.
Pendahuluan Program KB mengalami perkembangan yang sangat cepat, baik di tinjau ruang lingkup geografis, pendekatan, cara operasional, dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran. Pada tahun 1950an dan tahun 1960an, tujuan KB yang utama adalah menjarangkan kelahiran. Upaya ini dikaitkan dengan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak. Namun sejak muncul Pelita V, program KB berubah menjadi gerakan KB nasional, dimana gerakan ini mengajak dan menghimpun masyarakat untuk berpatisipasi. Tujuan dari Pelita V adalah mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera (Sarwono, 2007). Mempelajari pola trend terbaru maka Paradigma Program KB Nasional yang lama yaitu Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) diubah menjadi “Keluarga Berkualitas 2015” yang bertujuan untuk mewujudkan keluarga berkualitas yaitu keluarga sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, dan harmonis (Handayani, 2010). Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian.
Untuk optimalisasi manfaat kesehatan KB, diperlukan pelayanan khusus bagi wanita tentang cara menggabungkan dan memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi dan informasi tentang KB (Maryani, 2007). Kontrasepsi merupakan salah salah satu bagian dari gerakan KB nasional untuk pengaturan kelahiran dengan jalan mencegah konsepsi atau mencegah kehamilan. Upaya ini dapat bersifat sementara maupun bersifat permanen dan upaya ini dapat dilakukan menggunakan cara, alat atau obat- obatan. Secara garis besar metode KB dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu, yang pertama metode sederhana seperti metode kontrasepsi tanpa alat (metode kalender, metode suhu badan basal, metode lendir servik, metode kontrasepsi dengan alat (kondom dan Spermisid). Sedangkan metode yang kedua adalah metode modern seperti kontrasepsi hormonal (per-oral, suntikan, implan, Intra Uterine Devices (IUD, AKDR), dan kontrasepsi mantap (Hartanto,2004). Lama penggunaan setiap metode kontrasepsi mempunyai kelebihan dan kekurangan. Namun demikian, meskipun telah mempertimbangkan untung rugi semua kontrasepsi yang tersedia, tetap saja terdapat kesulitan untuk mengontrol
fertilitas secara aman, efektif, dengan metode yang dapat diterima, baik secara perseorangan maupun masyarakat. Dalam agama dijelaskan bahwa membatasi anak merupakan salah satu menolak rejeki. Seperti halnya dalam diskusi etika tentang kontrasepsi yaitu apakah penggunaan IUD diperbolehkan? Dan apakah kontrasepsi mantap diperbolehkan?, maka dari itu tidak mengejutkan apabila banyak wanita merasa bahwa penggunaan kontrasepsi terkadang problematis dan mungkin terpaksa memilih metode yang tidak cocok dengan konsekuensi yang merugikan atau tidak menggunakan metode KB sama sekali (Maryani, 2007). Salah satu jenis kontrasepsi efektif yang menjadi pilihan akseptor adalah KB suntik, ini disebabkan karena aman, efektif, sederhana, dan murah. Cara ini mulai disukai masyarakat kita dan diperkirakan setengah juta pasangan memakai kontrasepsi suntikan untuk mencegah kehamilan (Mochtar,2002). Menurut BKKBN jumlah akseptor KB suntik di Indonesia tahun 2012 sebesar 1.649.256 orang, sedangkan di Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 3.007555 orang dan di Kabupaten Semarang tahun 2010 sebesar 10.196 orang. Beberapa faktor yang menyebabkan ibu menggunakan alat kontrasepsi suntik, faktor tersebut antara lain usia ibu, jumlah keluarga, status pekerjaan ibu, tingkat pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi suntik serta dukungan keluarga khususnya suami. Pengetahuan ibu dalam menggunakan alat kontrasepsi suntik merupakan dominan yang penting untuk terbentuknya tindakan ibu dalam menggunakan kontrasepsi suntik. Tujuan yang ibu ketahui hanya sebatas menggunakan alat kontrasepsi suntik agar tidak hamil (Hartanto, 2004). Kontrasepsi hormonal seperti suntik memiliki daya kerja yang lama, tidak membutuhkan pemakaian setiap hari tetapi
tetap efektif dan tingkat reversibilitasnya tinggi, artinya kembali kesuburan setelah pemakaian berlangsung cepat. Namun demikian KB suntik juga mempunyai banyak efek samping, seperti amenorea (30%), spoting (bercak darah), dan menoragia, seperti halnya dengan kontrasepsi hormonal lainnya dan dijumpai pula keluhan mual, sakit kepala (pusing) (1-17%), galaktorea (90%), perubahan berat badan (7-9%) (Hartanto, 2004). Permasalahan yang paling sering dihadapi akseptor KB suntik adalah peningkatan berat badan. Salah satu jenis KB suntik yang banyak digunakan adalah KB suntik 3 bulan yaitu Depo Provera. Depo Provera merupakan suspensi cair yang mengandung Kristal- kristal Mikro Depot Medroksiprogesteron Asetat (DMPA). DMPA merupakan turunan progesteron (Varney, 2007). Kenaikan berat badan merupakan kelainan metabolisme yang paling sering dialami akseptor KB. Perubahan kenaikan berat badan ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor hormonal yang terkandung dalam kontrasepsi suntik yaitu hormon estrogen dan progesteron. Kenaikan berat badan pada akseptor KB suntik karena pengaruh hormon estrogen dan progesteron akan mempermudah perubahan karbohidrat dan menjadi lemak, sehingga lemak subkutan bertambah. Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1-3 kg dalam tahun pertama. Selain itu hormon estrogen dan progesteron juga menyebabkan nafsu makan meningkat. Hipotesa para ahli, kontrasepsi suntik dapat merangsang pusat pengendali nafsu makan hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak daripada biasanya (Hartanto,2004). Menurut hasil penelitian Fatrina (2011) tentang “Gambaran Perubahan Berat Badan Pada Akseptor KB Suntik 3 Bulan di Kelurahan Simomulyo Kecamatan
Sukomanunggal Surabaya”, penelitian menunjukkan bahwa ibu yang menggunakan KB suntik 3 bulan sebagian besar (63,1%) mengalami kenaikan berat badan, sebagian kecil (15,8%) berat badan tetap, dan sebagian kecil (21%) mengalami penurunan berat badan. Kenaikan berat badan yang berlebihan merupakan salah satu efek samping dari penggunaan kontrasepsi suntik. Masalah berat badan merupakan masalah yang sangat banyak dan sering dipertanyakan oleh pasien jika mengalami kegemukan. Menjadi gemuk merupakan mimpi yang buruk bagi sebagian orang terutama bagi mereka yang sangat memperhatikan bentuk tubuh. Kegemukan juga akan menguras kepercayaan diri seseorang sehingga akan berpengaruh terhadap karir orang yang bersangkutan. Namun tidak semua akseptor KB akan mengalami kenaikan berat badan, karena efek dari obat tersebut tidak selalu sama pada masing- masing individu. Kenaikan berat badan yang berlebihan merupakan salah satu bentuk dari gizi berlebih yang secara umum diartikan sebagai peningkatan rasio lemak baik yang terlokalisir ataupun yang merata di seluruh tubuh (Purwati,2005). Data terakhir Di Indonesia tahun 2012 menunjukkan jumlah perserta KB baru di Indonesia sebanyak 6.152.231 akseptor. Sebagian besar masyarakat Indonesia yang menggunakan alat kontrasepsi memilih yang metode non kontrasepsi jangka panjang atau dapat dikatakan mereka memilih alat kontrasepsi yang memiliki reaksi jangka pendek. Hal tersebut dapat dilihat dari metode kontrasepsi yang dipakai yaitu sebanyak 2.949.633 (47,94 %) akseptor memilih suntik, 1.649.256 (26,81%) akseptor memilih pil, 527.569 (8,58%) akseptor memilih implant, 459.177 (7,46%) akseptor memilih IUD, 87.079 (1,42%) akseptor memilih MOW, 17.331 (0,28%) akseptor memilih MOP, 462.186 (7,51%) akseptor memilih kondom.
Data diatas dapat kita ketahui bahwa sebagaian besar total pengguna alat kontrasepsi jangka pendek mencapai 83,33%, sementara pengguna alat kontrasepsi jangka panjang hanya sebesar 16,67%. Metode kontrasepsi yang mayoritas dipilih oleh masyarakat yaitu metode Suntikan dengan persentase 47,94%, sementara metode yang paling tidak diminati oleh masyarakat Indonesia adalah metode MOP dengan persentase hanya 0,51%. Dari data ini dapat kita ambil suatu asumsi bahwa masyarakat Indonesia sebagian besar masih menginginkan mempunyai anak lagi setelah menggunakan alat kontrasepsi, makanya mereka memilih alat kontrasepsi yang jangka pendek agar ketika mereka memiliki hasrat/keinginan untuk memiliki anak lagi, efek dari alat kontrasepsi tersebut dapat segera dihilangkan dan mereka dapat segera melakukan proses reproduksi untuk mendapatkan keturunan yang mereka inginkan (BKKBN, 2012). Pada tahun 2012 di Provinsi Jawa Tengah jumlah PUS yang menjadi peserta KB aktif tercatat sebanyak 5.287.343 peserta dengan rincian masing-masing per metode kontrasepsi Suntik 3.007.555 (56,88%) akseptor, Pil 824.502 (15,59%) akseptor, IUD 460.128 (8,70%) akseptor, Implant 537.385 (10,16%) akseptor, MOW 289.549 (5,48%) akseptor, MOP 57.387 (1,09%) akseptor, dan Kondom 110.875 (2,10%) akseptor (BKKBN, 2012). Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berancana Nasional (BKKBN) Kabupaten Semarang tercatat pada tahun 2010 jumlah PUS yang menjadi akseptor KB aktif sebanyak 15.369 peserta dengan rincian masing-masing per metode kontrasepsi suntik 10.196 (66,34%) akseptor; pil 1.688 (10,98%) akseptor; kondom 233 (1,51%) akseptor; dan IUD 2.209 (14,37%) akseptor (BKKBN, 2010).
Berdasarkan survei di BPS Ny. Ismiati Desa Jatirunggo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang didapatkan hasil akseptor KB ada 474 PUS di tahun 2012, jumlah yang KB aktif 445 akseptor diantaranya yang menggunakan KB suntik totalnya 421 akseptor, KB suntik ini dibagi menjadi dua tipe yaitu dengan menggunakan KB suntik Progestin 316 (75,06%) akseptor, dan yang menggunakan KB suntik dengan kombinasi 105 (24,94%) akseptor. Sisanya 24 (5.40%) akseptor yang menggunakan implan Dari data diatas dapat kita ketahui bahwa sebagian besar pengguna alat kontrasepsi jangka pendek mencapai 94,6% sementara total pengguna alat kontrasepsi jangka panjang mencapai 5,40%. Metode kontrasepsi yang mayoritas dipilih oleh masyarakat yaitu metode kontrasepsi suntik dengan prosentasi 94,6%.
Ny. Ismiati tersebut jumlah populasi yang memakai KB suntik 3 bulanan pada bulan Januari sampai April 2013 sebanyak 30 responden. Dalam penelitian ini sampel diambil dengan menggunakan tehnik total sampling. Total sampling adalah teknik penentuan sampel bila semua populasi digunakan sebagai sampel. Apabila subjeknya kurang dari 100 maka lebih baik digunakan semua.
Dari 421 akseptor yang memilih kontrasepsi suntik di Desa Jatirunggo, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang dibagi menjadi dua yaitu KB suntik 1 bulan sebanyak 105(24,94%) dan KB suntik 3 bulan sebanyak 316 (75,06%), dari 316 yang memakai KB suntik 3 bulan sebanyak (63,2%) mengalami peningkatan berat badan dan (36,7%) mengalami penurunan berat badan. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui apakah ada pebedaan berat badan ibu sebelum dan selama menggunakan KB suntik 3 bulan di BPS Ny. Ismiati di Desa Jatirunggo, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang.
Berikut akan dibahas mengenai variabel penelitian:
2. Metode Penelitian Desain penelitian analisis komparasi, dua mean dependen (paired sample) yaitu untuk menguji perbedaan mean antara 2 kelompok data. Populasi dalam penelitian ini adalah sejumlah ibu yang memakai KB suntik 3 bulan di BPS Ny. Ismiati. Berdasarkan data yang diambil dari BPS
3.
Hasil dan Pembahasan
Data hasil penelitian yang telah disajikan dalam bentuk tabel dan narasi, dengan jumlah responden 30 responden menunjukkan bahwa ada perbedaan berat badan ibu sebelum dan selama menggunakan KB suntik 3 bulan di PBS Ny. Ismiati Desa Jatirunggo, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang.
1.
Berat Badan Sebelum Menggunakan KB Suntik 3 Bulan Hasil analisis didapatkan rata-rata berat badan sebelum menggunakan KB suntik 3 bulan dari 30 responden adalah 46,2 kg. 2.
Berat Badan Selama Menggunakan KB Suntik 3 bulan Diketahui bahwa responden yang KB suntik di BPS Ny. Ismiati Desa Jatirunggo, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang mengalami perubahan berat badan dengan berat badan terendah adalah 40 kg dan tertinggi 60 kg. DMPA yang digunakan untuk tujuan kontrasepsi perenteral, mempunyai efek progetagen yang kuat dan sangat efektif. Dalam penggunaan jangka panjang DMPA (hingga dua tahun) turut memicu terjadinya peningkatan berat badan, kanker, kekerinagan pada vagina dan jerawat karena penggunaan hormonal yang lama dapat mengacaukan keseimbangan hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh sehinga mengakibatkan terjadi
perubahan sel yang normal menjadi tidak normal (Saifuddin, 2006). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa KB suntik 3 bulan beresiko terjadinya kenaikan berat badan meningkat. Resiko kenaikan berat badan menurut Hartanto (2004:47) kemungkinan disebabkan karena hormon progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga lemak dibawah kulit bertambah dan menurunkan aktifitas fisik, akibatnya pemakaian suntikan dapat menyebabkan berat badan bertambah. 3.
Perbedaan Berat Badan Ibu Sebelum dan Selama Menggunakan Kb suntik 3 Bulan Dari hasil analisis data menggunakan Paired T Test didapatkan p value = 0,000<0,05, berarti ada perbedaan berat badan ibu sebelum dan selama menggunakkan KB suntik 3 bulan dibuktikan dengan terjadi perubahan berat badan pada 30 responden dengan rata-rata 3,8. Menurut Hartanto (2004) sistem pengontrol yang mengatur prilaku makanan terletak pada suatu bagian otak yang di sebut hipotalamus. Hipotalamus mengandung banyak pembuluh darah, kemudian hipotalamus bertugas menggerakkan nafsu makan sehingga menyebabkan pertambahan berat badan akibat terjadi perubahan nafsu makan. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Universiti of Texas Medical Branch (UMBT), wanita yang menggunakan kontrasepsi (DMPA) atau dikenal dengan KB suntik 3 bulan, rata- rata mengalami peningkatan berat badan sebanyak 5,5 kg dalam waktu 3 tahun pemakaian, berdasarkan penelitian yang dilakukan melibabtkan 703 wanita PUS. Peneliti membandingkan penggunaan DMPA memiliki resiko 2 kali lipat dibandingkan pengguna kontrasepsi lainnya untuk mengalami obesitas selama 3 tahun pemakaian. Penelitian ini masih
memerlukan penelitian lanjutan untuk lebih memastikan mengenai penyebab kenaikan berat badan pada penggunaan kontrasepsi DMPA. Hasil penelitian Agustina (2008) menunjukkan adanya pengaruh penggunaan kontrasepsi DMPA terhadap perubahan berat badan. Dari 57 responden yang diamati 31 mengalami perubahan berat badan dan 19 tidak mengalami perubahan berat badan. Hasil penelitian tersebut semakin memperkuat dugaan adanya keterkaitan penggunaan kontrasepsi DMPA terhadap perubahan berat badan. 4.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan analisis perbedaan berat badan sebelum dan selama menggunakan KB suntik 3 bulan di BPS Ny. Ismiati Desa Jatirunggo, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut Berat badan rata-rata sebelum menggunakan KB suntik 3 bulan adalah 46,2 kg, selama menggunakan 3 bulan KB berat badan rata-rata 50,0 kg, dengan berat badan terendah 40 kg dan tertinggi 60 kg, berdasarkan hasil analisis menggunakan Paired T Test didapatkan p value = 0,000<0,05, berarti ada perbedaan berat badan sebelum dan selama menggunakan KB suntik 3 bulan di BPS Ny. Ismiati Desa Jatirunggo, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang.
Daftar Acuan 1.
2.
Arikunto, S.(2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hanafi. (2004). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
3.
Handayani, S. (2010). Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihana. 4. Hartanto. (2004). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. 5. Hidayat, A.A. ( 2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika. 6. Maryani.(2007). Cara Tepat Memilih Alat Kontrasepsi Keluarga Berencana Bagi Wanita. Puslitbang Pelayanan dan Teknologi Kesehatan, Depkes RI. 7. Mochtar, R. (2007). Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 8. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 9. Nursalam. (2003). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 10. Prawirohardjo, S. ( 2005). Ilmu Kandungan. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 11. Profil Kesehatan. (2010). Peserta KB Baru Menurut Kumulatif Metode Kontrasepsi 2012,.
12.
13.
14.
15.
16.
17. 18.
19. 20. 21.
http://www.BKKBN.go.id:, Diperoleh pada tanggal 19 Maret 2013. _________. http://www.BKKBN.go.id:, Diperoleh pada tanggal 19 Maret 2013. Saifuddin, dkk. (2010). Buku panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Setiawan. (2011). Metode Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1 dan S2. Yogyakarta: Nuha Medika. Setyaarum, D.N. (2011). Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Yogyakarta: Numed Bobak dkk. 2004. BUKU Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC. Soetjiningsih. (2003). Tumbuh Kembang Anak, Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak Universitas Airlangga, Surabaya. Sugiono. (2008). Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Sulistyawati, A. (2011). Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika. Supariasa, I.N. (2001). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Varney H. (2004). Buku Ajar Ilmu Kebidanan. Jakarta: EGC. Wiknjosastro, Hanafi. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.