Jurnal Keperawatan & Kebidanan – Stikes Dian Husada Mojokerto
HUBUNGAN PENGETAHUAN WANITA USIA > 25 TAHUN TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN PERILAKU MELAKUKAN TES PAPSMEAR Riska Aprilia Wardani Program Studi Kebidanan, STIKES Dian Husada Mojokerto Email :
[email protected]
ABSTRAK
Tes Papsmear adalah suatu alat deteksi dini kanker leher rahim yang mampu mendeteksi kelainan-kelainan perubahan sel-sel rahim. Tes Papsmear sebenarnya sangat dianjurkan kepada semua wanita yang sudah melakukan hubungan seksual, namun kenyataannya sampai saat ini masih banyak wanita Indonesia yang tidak melakukan tes tersebut. Sehingga mayoritas penderita yang datang berobat sudah dalam stadium lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan wanita usia> 25 tahun tentang kanker serviks dengan perilaku melakukan tes Papsmear di Poli Obgyn RSUD Bangil Pasuruan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasinya adalah semua wanita usia> 25 tahun di Poli Obgyn RSUD Bangil Pasuruan, sedangkan sampelnya berjumlah 186 responden, yang diambil dengan tehnik accidental sampling. Data pengetahuan diambil dengan menggunakan close ended kuesioner sedangkan data perilaku dinilai dengan menggunakan lembar observasi. Selanjutnya setelah melalui proses editing, coding, scoring, dan tabulating diuji dengan menggunakan chi square test Dan ditampilkan dalam bentuk diagram pie. Hasil penelitian menunjukkan 43 responden (23%) memiliki pengetahuan baik, 40 responden (22%) berpengetahuan cukup, dan 103 responden (55%) berpengetahuan kurang. Selain itu 32 responden (17%) berperilaku sesuai dan 154 responden (83%) berperilaku tidak sesuai. Hasil uji chi squaredidapatkan nilai signifikansi 0,000 < α = 0,05 menunjukkan bahwa H0 ditolak sedangkan H1 diterima. Kesimpulan penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan wanita usia> 25 tahun tentang kanker serviks dengan perilaku melakukan tes Papsmear di Poli Obgyn RSUD Bangil Pasuruan. Dengan kejadian tersebut maka peneliti berharap dari pihak pemerintah, swasta, dan tenaga kesehatan lebih banyak memberikan informasi di berbagai media yang mudah dijangkau serta memberikan motivasi kepada masyarakat untuk melakukan tes Papsmear. Kata Kunci :Pengetahuan, Perilaku, Tes Papsmear, Wanita usia > 25 tahun
Hal 93
Jurnal Keperawatan & Kebidanan – Stikes Dian Husada Mojokerto
PENDAHULUAN Tes Papsmear adalah suatu alat deteksi dini kanker leher rahim yang mampu mendeteksi kelainan-kelainan perubahan selsel rahim (Nofa, 2003). Dari berbagai sumber menyebutkan bahwa sampai saat ini kematian wanita Indonesia yang disebabkan oleh kanker serviks semakin tahun semakin meningkat, ini disebabkan karena rendahnya pengetahuan wanita Indonesia tentang pentingnya melakukan tes Papsmear. Tes Papsmear sebenarnya sangat dianjurkan kepada semua wanita yang sudah melakukan hubungan seksual. Selain aman, murah, tes tersebut telah teruji bertahun-tahun untuk mendeteksi penyakit kanker serviks, namun kenyataannya sampai saat ini masih banyak wanita Indonesia yang tidak melakukan tes Papsmear.Kalaupun melakukan itu karena mereka sudah didiagnosa kanker serviks sebelumnya, sehingga mayoritas penderita yang datang berobat sudah dalam kondisi kritis dan penyakitnya sudah dalam stadium lanjut. Menurut Susanto (2013), angka kejadian kanker serviks di Indonesia masih sangat tinggi, yaitu pada tahun 2012 tercatat 12 juta pasien baru yang didiagnosis kanker leher rahim. Pada tahun 2020 diperkirakan jumlah kasusnya menjadi 15 juta, sedangkan pada tahun 2030 diperkirakan terjadi kasus baru sebanyak 20 hingga 26 juta jiwa, fenomena ini semakin tahun akan semakin meningkat. Sampai saat ini mayoritas wanita Indonesia masih jarang yang melakukan tes Papsmear, faktanya dari 100.000 penduduk Indonesia hanya 2% yang mengetahui pentingnya melakukan tes Papsmear atau sekitar 2000 wanita Indonesia yang aktif melakukan tes Papsmear. Dari 100.000 penduduk tersebut sekitar 80% (80.000 penduduk) yang datang berobat sudah dalam kondisi kritis dan penyakitnya sudah dalam stadium lanjut. Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Bangil Pasuruan, pada tahun 2008 terdapat 96 kasus kanker serviks, pada tahun 2009 terdapat 108 kasus, sedangkan pada tahun 2010 hingga bulan Maret kemarin terdapat 38 kasus baru kanker serviks. Setelah dilakukan studi pendahuluan dengan melihat rekam medik di Poli Obgyn RSUD Bangil Pasuruan pada tanggal 9-10 Februari 2014, hampir tiap minggunya terdapat 5 kasus baru kanker serviks di RS tersebut. Ironisnya semua penderita kanker tersebut terdeteksi sudah masuk dalam
stadium IIb keatas, dan berdasarkan tehnik wawancara kepada 5 penderita kanker serviks tersebut ada 4 orang yang diketahui tidak pernah melakukan tes papsmear sama sekali. Pada tanggal yang sama didapatkan dari 24 orang yang datang ke poli Obgyn, hanya 5 orang (20,8%) yang melakukan tes papsmear dan mereka mengetahui tentang pentingnya melakukan tes Papsmear, sedangkan 19 orang (79,2%) lainnya tidak mengetahui tentang tes Papsmear. Dari kenyataan tersebut, jelas bahwa kanker serviks baru terdeteksi pada stadium yang kurang menguntungkan. Dengan kata lain deteksi dini masih belum memadai, sebagian besar kasus ditemukan sudah dalam keadaan yang terlambat yang dimungkinkan akibat kurangnya pengetahuan mereka tentang tes Papsmear. Menurut Meutia (2008), faktor pengetahuan tentang kanker serviks memiliki peranan paling penting dalam mempengaruhi perilaku melakukan tes Papsmear, semakin baik pengetahuan seseorang tentang kanker serviks maka kemungkinan besar ia akan melakukan tes Papsmear. Sebenarnya Papsmear sangat dianjurkan pada semua wanita yang telah aktif malakukan hubungan seksual. Karena apabila wanita yang telah aktif melakukan hubungan seksual tidak melakukan tes Papsmear, maka akan berdampak pada kesehatan reproduksinya. Kemungkinan besar, wanita tersebut akan mengalami kanker serviks. Apabila tidak segera ditangani maka akan mengakibatkan komplikasi dan berakhir dengan kematian. Sehingga hal tersebut akan menambah data mortalitas di Indonesia yang disebabkan karena kanker serviks. Rendahnya pengetahuan para wanita yang telah aktif secara seksual tentang kanker serviks merupakan faktor resiko untuk terjangkitnya kanker serviks. Maka dari itu, hendaknya pemerintah, swasta, dan tenaga kesehatan lebih banyak memberikan informasi tentang kankers serviks di berbagai media yang mudah dijangkau oleh masyarakat seperti TV, radio, majalah, dsb. Selain itu menyediakan sarana untuk melakukan tes Papsmear diperbanyak serta lebih meminimalkan biaya pemeriksaan. Tenaga kesehatan juga diharapkan lebih memotivasi para wanita yang telah aktif secara seksual tersebut untuk melakukan tes Papsmear dengan cara menginformasikan manfaat tes Papsmear dan dampak dari Hal 94
Jurnal Keperawatan & Kebidanan – Stikes Dian Husada Mojokerto
penyakit kanker serviks. Serta memberikan vaksin kanker serviks yang terdiri dari 3 dosis dan diberikan pada bulan ke 0, 1 dan bulan ke 6, untuk menekan angka kejadian kanker serviks di Indonesia dan khususnya di wilayah Bangil. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan wanitausia> 25 tahun tentang kanker serviks dengan perilaku melakukan tes Papsmear di Poli Obgyn RSUD Bangil Pasuruan. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik, bentuk pelaksanaan analitik dengan desain Cross Sectional yaitu suatu penelitian yang menekankan waktu pengukuran / observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita usia> 25 tahun di Poli Obgyn RSUD Bangil Pasuruan.Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari wanita usia> 25 tahun di Poli
Obgyn RSUD Bangil Pasuruan dimana berjumlah 186 responden. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan wanita > 25 tahun tentang kanker serviks di Poli Obgyn RSUD Bangil Pasuruan.Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku wanita > 25 tahun dalam melakukan tes papsmear di Poli Obgyn RSUD Bangil Pasuruan. Pengumpulan data denganInstrument yang digunakan adalah kuesioner dan lembar wawancara. Untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dan independen dengan menggunakan uji statistik yaitu uji chisquare (x2) dan tingkat kemaknaanyang digunakan adalah ά=0.05 dimana p < 0,05 maka ada hubungan antara pengetahuan wanita > 25 tahun tentang kanker serviks dengan perilaku melakukan tes Papsmear. Sedangkan p > 0,05 maka tidak ada hubungan pengetahuan wanita > 25 tahun tentang kanker serviks dengan perilaku melakukan tes Papsmear, dan disajikan dalam bentuk tabulasi silang.
HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
2.
Gambar 1. Diagram Pie Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Responden Di Poli Obgyn RSUD Bangil Pasuruan Berdasarkan diagram di atas didapatkan bahwa lebih dari 50% responden berusia 25-35 tahun sebanyak 116 responden (63%). Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan.
Gambar 2. Diagram Pie Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Responden Di Poli Obgyn RSUD Bangil Pasuruan Berdasarkan diagram di atas didapatkan bahwa lebih dari 50% responden tidak bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga sebanyak 114 responden (61%).
Hal 95
Jurnal Keperawatan & Kebidanan – Stikes Dian Husada Mojokerto
3.
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan.
4.
Gambar 3. Diagram Pie Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Responden Di Poli Obgyn RSUD Bangil Pasuruan Berdasarkan diagram di atas didapatkan responden paling banyak berpendidikan SD sebanyak 76 responden (41%). Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan
5.
Gambar 4. Diagram Pie Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Perkawinan Di Poli Obgyn RSUD Bangil Pasuruan Berdasarkan diagram di atas didapatkan hampir seluruh responden sudah menikah yaitu sebanyak 178 responden (95%) Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anak
6.
Gambar 5. Diagram Pie Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Anak Di Poli Obgyn RSUD Bangil Pasuruan Berdasarkan diagram di atas didapatkan responden paling banyak mempunyai anak 2–4 yaitu sebanyak 83 responden (44%). Pengetahuan wanita usia> 25 tahun tentang kanker serviks di Poli Obgyn RSUD Bangil Pasuruan.
Gambar 6. Diagram Pie Distribusi Frekuensi Responden Wanita Usia > 25 Tahun Berdasarkan Pengetahuan Tentang Kanker Serviks Di Poli Obgyn RSUD Bangil Pasuruan Berdasarkan diagram di atas distribusi responden berdasarkan pengetahuan wanita usia > 25 tahun tentang kanker serviks di Poli Obgyn RSUD Bangil Pasuruan lebih dari 50 % responden mempunyai pengetahuan yang kurang mengenai kanker serviks yaitu didapatkan 103 responden (55%).
Hal 96
Jurnal Keperawatan & Kebidanan – Stikes Dian Husada Mojokerto
7.
8.
Perilaku wanita usia> 25 tahun dalam melakukan tes papsmear di poli Obgyn RSUD Bangil Pasuruan
Gambar 7. Diagram Pie Distribusi Frekuensi Perilaku Wanita Usia > 25 Tahun Dalam Melakukan Tes Papsmear Di Poli Obgyn RSUD Bangil Pasuruan Berdasarkan diagram di atas distribusi responden berdasarkan perilaku wanita usia> 25 tahun dalam melakukan tes papsmear di Poli Obgyn RSUD Bangil Pasuruan didapatkan hampir keseluruhan responden berperilaku tidak sesuai (tidak melakukan tes papsmear sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan), bahkan tidak melakukan tes papsmear sama sekali sejumlah 154 responden (83%). Hubungan pengetahuan wanita usia> 25 tahun tentang karakter kanker serviks dengan perilaku melakukan tes papsmear di Poli Obgyn RSUD Bangil Pasuruan. Berdasarkan tabel1. diketahui responden yang mempunyai pengetahuan baik dan melakukan tes papsmear sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan yaitu terdapat 16 responden (37%), responden yang mempunyai pengetahuan cukup dan melakukan tes papsmear sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan yaitu terdapat 12 responden (30%), sedangkan responden yang mempunyai pengetahuan kurang tetapi melakukan tes papsmear sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan yaitu sebanyak 4 responden (4%). Berdasarkan tabel di atas diketahui responden yang mempunyai pengetahuan baik tetapi tidak melakukan tes papsmear sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan yaitu terdapat 27 responden (63%), responden yang mempunyai pengetahuan cukup tetapi tidak melakukan tes papsmear sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan yaitu sebanyak 28 responden (70%), sedangkan responden yang mempunyai pengetahuan kurang dan tidak melakukan tes papsmear sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan yaitu sebanyak 99 responden (96%). Berdasarkan hasil uji statistic dengan menggunakan uji chi square (x2) didapatkan nilai signifikansi = 0,000, dimana tingkat kemaknaan yang ditetapkan adalah α = 0,05 dan ketentuan yang ditetapkan adalah jika P > 0,05 maka H0(Hipotesa Nol) ditolak karena P = 0,000 < 0,05 maka H1 diterima artinya ada hubungan antara pengetahuan wanita usia > 25 tahun tentang kanker serviks dengan perilaku melakukan tes papsmear di Poli Obgyn RSUD Bangil Pasuruan.
PEMBAHASAN 1. Pengetahuan wanita usia> 25 tahun tentang kanker serviks di Poli Obgyn RSUD Bangil Pasuruan Berdasarkan diagram 6. distribusi responden berdasarkan pengetahuan wanita usia > 25 tahun tentang kanker serviks responden paling banyak mempunyai pengetahuan kurang dimana terdapat 103 responden (55%). Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, dimana pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003). Faktor–faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya usia, status perkawinan dan pendidikan. Ditinjau dari segi usia, Notoatmodjo (2005) berpendapat bahwa semakin cukup usia seseorang, maka semakin baik cara mengekspresikan atau menanggapi masalah, jadi semakin matang usia seseorang, maka dalam memahami sesuatu masalah akan lebih mudah. Dilihat dari status perkawinan juga sangat mempengaruhi pengetahuan, karena hal tersebut dihubungkan dengan pengalaman yang telah diperoleh oleh seseorang (Hendra, 2008). Pendidikan Hal 97
Jurnal Keperawatan & Kebidanan – Stikes Dian Husada Mojokerto
2.
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar seseorang dapat mengembangkan potensi dirinya (Wikipedia, 2008). Hasil penelitian menunjukkan responden paling banyak memiliki pengetahuan kurang tentang kanker serviks yaitu sebanyak 103 responden atau (55%). Dari 103 responden yang berpengetahuan kurang tersebut hapir keseluruhannya salah menjawab soal tentang definisi kanker serviks yang tertera pada soal nomor 1 yaitu sejumlah 99 responden (96%). Hal ini dimungkinkan karena faktor usia, status perkawinan dan pendidikan. Berdasarkan data hasil penelitian dari 103 responden yang berpengetahuan kurang diketahui lebih dari 50% responden berusia 25–35 tahun sebanyak 55 responden (54%), dan hampir keseluruhan responden telah menikah yaitu terdapat 96 responden (93%), serta lebih dari 50% responden berpendidikan SD yaitu sejumlah 65 responden (63%). Berdasarkan teori dan hasil penelitian di atas wanita yang berusia antara 25–35 tahun memang sudah matang dalam memahami dan menanggapi suatu masalah. Akan tetapi, berhubung mereka telah menikah maka usia tersebut lebih banyak digunakan untuk memikirkan berbagai masalah yang ada di keluarganya, sehingga untuk memikirkan masalah kesehatan sering mereka abaikan dan didukung pula dengan pendidikan mereka yang mayoritas hanya lulusan sekolah dasar (SD) sehingga pengetahuan mereka tentang kesehatan sangatlah kurang. Perilaku wanita usia> 25 tahun dalam melakukan tes papsmear di Poli Obgyn RSUD Bangil Pasuruan. Berdasarkan diagram 7. distribusi responden berdasarkan perilaku wanita usia > 25 tahun dalam melakukan tes papsmear hampir seluruh responden tidak melakukan papsmear yaitu sejumlah 154 responden (83%). Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan. Jadi yang dimaksud perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang
3.
tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007). Nursalam dan Pariani (2001) menyatakan bahwa pekerjaan dan paritas sangat mempengaruhi perilaku seseorang. Dengan adanya pekerjaan, seseorang akan membutuhkan banyak waktu dan tenaga untuk menyelesaikan pekerjaan yang dianggap penting dan memerlukan perhatian, sehingga masyarakat yang sibuk bekerja memiliki waktu yang sedikit untuk memeriksakan kesehatannya (Wikipedia, 2008). Jumlah anak menunjukan seberapa banyak pengalaman yang dimiliki seseorang dalam segala hal yang berkaitan dengan anak tersebut. (Sudrajat, 2008). Hasil penelitian menunjukan hampir keseluruhan responden tidak melakukan tes papsmear sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, yaitu diketahui terdapat 154 responden (83%). Hal ini dimungkinkan karena dipengaruhi dari segi pekerjaan dan paritas. Berdasarkan data hasil penelitian mayoritas responden tidak bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 114 responden (61%), dan dari kesemuanya hampir mempunyai anak 2–4 didapatkan 83 responden (44%). Berdasarkan teori dan hasil penelitian di atas wanita yang tidak bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga, memiliki keterbatasan dalam menggunakan sumber dana yang dimiliki untuk keperluan diluar keperluan rumah tangga dan anak. Sehingga mereka memiliki keterbatasan untuk membeli sumber informasi tentang papsmear, hal ini mempengaruhi perilakunya menjadi dalam meningkatkan derajat kesehatannya dan didukung pula dengan kehidupan rumah tangga, semakin banyak anak maka semakin banyak pula biaya yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan anak dan anggota keluarga yang lain, maka para wanita tersebut akan berfikir 2 kali untuk mengeluarkan uang yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Hubungan pengetahuan wanita usia> 25 tahun tentang kanker serviks dengan perilaku melakukan tes papsmear di Poli Obgyn RSUD Bangil Pasuruhan.
Hal 98
Jurnal Keperawatan & Kebidanan – Stikes Dian Husada Mojokerto
Berdasarkan tabel 1. diketahui responden yang mempunyai pengetahuan baik dan melakukan tes papsmear sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan yaitu terdapat 16 responden (50%), responden yang mempunyai pengetahuan cukup dan melakukan tes papsmear sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan yaitu terdapat 12 responden (37,5%), sedangkan responden yang mempunyai pengetahuan kurang tetapi melakukan tes papsmear sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan yaitu sebanyak 4 responden (12,5%). Berdasarkan tabel di atas diketahui responden yang mempunyai pengetahuan baik tetapi tidak melakukan tes papsmear sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan yaitu terdapat 27 responden (18%), responden yang mempunyai pengetahuan cukup tetapi tidak melakukan tes papsmear sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan yaitu sebanyak 28 responden (18%), sedangkan responden yang mempunyai pengetahuan kurang dan tidak melakukan tes papsmear sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan yaitu sebanyak 99 responden (64%). Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square ( ) didapatkan nilai signifikansi = 0,000. Dimana tingkat kemaknaan yang ditetapkan adalah = 0,05 dan ketentuan yang detetapkan adalah jika P > 0,05 maka (Hipotesa Nol) ditolak karena P = 0,000 < 0,05 maka diterima, artinya ada hubungan antara pengetahuan wanita usia > 25 tahun tentang kanker serviks dengan perilaku melakukan tes papsmear di Poli Obgyn RSUD Bangil Pasuruan. Hasil uji chi square menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan wanita usia > 25 tahun tentang kanker serviks dengan perilaku melakukan tes papsmear di Poli Obgyn RSUD Bangil Pasuruan. Rendahnya pengetahuan wanita usia> 25 tahun tentang kanker seriks ini disebabkan karena faktor pendidikan, usia, pekerjaan dan informasi. Namun selain faktor tersebut, disebabkan pula karena mereka belum merasakan suatu gejala, sehingga mereka menganggap pemeriksaan
papsmear tersebut tidak penting bagi kesehatannya. Selain itu karena masyarakat beranggapan bahwa pemeriksaan papsmear tersebut menyakitkan dan butuh biaya yang sangat mahal, dan itupun harus dilakukan di RS. SIMPULAN 1. Pengetahuan wanita usia > 25 tahun tentang kanker serviks di Poli Obgyn RSUD Bangil Pasuruan, hampir keseluruhan dari responden mempunyai pengetahuan yang rendah tentang kanker serviks yaitu didapatkan sebanyak 103 responden (55%). 2. Perilaku wanita usia> 25 tahun dalam melakukan tes Papsmear di Poli Obgyn RSUD Bangil Pasuruan, sebagian besar tidak melakukan tes Papsmear sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan yaitu didapatkan sebanyak 154 responden (83%) 3. Terdapat hubungan antara pengetahuan wanita usia > 25 tahun tentang kanker serviks dengan perilaku melakukan tes Papsmear di Poli Obgyn RSUD Bangil Pasuruan, pada P=0,000 dimana α < 0,05. SARAN 1. Institusi Pendidikan Diharapkan lebih memperbanyak bukubuku bacaan dan materi tentang kanker serviks, sehingga diharapkan mahasiswa dapat lebih memahami dan dapat menerapkan kelak di lapangan kerja. 2. Lokasi Penelitian Diharapkan lebih meningkatkan pemberian informasi tentang pentingnya tes Papsmear pada saat klien memeriksakan diri untuk keperluan lain di Poli Obgyn RSUD Bangil Pasuruan. Selain itu juga bisa dilakukan dengan penyebaran leaflet tentang kanker serviks. 3. Peneliti Selanjutnya Diharapkan dapat melanjutkan penelitian dengan tema serupa, mengingat hasil penelitian menunjukkan pengetahuan tentang kanker serviks yang masih kurang. Maka peneliti selanjutnya dapat mengkaji tentang pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan wanita usia> 25 tahun tentang kanker serviks.
Hal 99
Jurnal Keperawatan & Kebidanan – Stikes Dian Husada Mojokerto
4.
Responden Diharapkan responden lebih meningkatkan pengetahuan tentang kanker serviks melalui berbagai sumber informasi seperti TV, Radio, Majalah, dsb. Terutama dari petugas kesehatan, sebab pengetahuan yang baik akan mendorong responden untuk melakukan pemeriksaan Papsmear
DAFTAR PUSTAKA Alimul, Aziz. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika Budi, Satmoko. 2009. Buku Pintar kanker. Jogjakarta: Power Books (IHDINA) Farrer H. 2001. Perawatan Maternitas.Edisi 2.Jakarta: EGC Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Nursalam dan Siti Pariani. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: CV. Infomedika Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Sukaca, Bertiani E., 2009. Cara Cerdas Menghadapi Kanker Servik (Leher Rahim). Yogyakarta: Genius Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC Susanto, Herman. (2008). Kejadian Kanker Serviks di Indonesia (internet) from: (www.cancer Cervix.com) Utami, Tundjungsari Ratna, Moh Hakimi, Achmad Surjono. (1996). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Cakupan Program Pemberian Kapsul Vitamin A pada Balita di Purworejo Tahun 1996:Laboratorium Pendidikan Kesehatan dan Gizi Masyarakat FK UGM. (Internet) 1996 Available from: (www.docstoc.com) (di akses pada tanggal 21 Februari 2010) Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar).Yogyakarta: Andi Offset
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Hal 100