HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KB SUNTIK DMPA DENGAN PENURUNAN LIBIDO PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DMPA DI DESA PAGERSARI KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG
ARTIKEL SKRIPSI
Oleh EVA LATIFAH 030215A028 email :
[email protected]
PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016
LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL
Artikel dengan judul “ Hubungan Lama Penggunaan KB Suntik DMPA dengan Penurunan Libido di Desa Pagersari Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang” yang disusun oleh : Nama : Eva Latifah NIM
: 030215A028
Prodi : DIV Kebidanan Telah dikonsulkan dan disetujui untuk dipublikasikan oleh pembimbing utama skripsi program studi DIV Kebidanan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran.
Ungaran, September 20116 Pembimbing Utama
(Heni Hirawati P, S.SiT.,M.Kes) NIDN. 0602108101
Hubungan Lama Penggunaan Kb Suntik Dmpa Dengan Penurunan Libido Di Desa Pagersari Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. The Correlation between Length of Use of Contraceptive Injection of DMPA and Decreased Libido at Pagersari Village Bergas Sub-District Semarang Regency. Eva Latifah*, Heni Hirawati P**, Rahardjo Apriatmoko*** Program Studi DIV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Email :
[email protected]
ABSTRAK Latar Belakang :Penurunan keinginan seksual (libido) pada akseptor KB suntik DMPA, meskipun jarang terjadi dan tidak dialami pada semua wanita tetapi pada pemakaian jangka panjang dapat timbul karena faktor perubahan hormonal, sehingga terjadi pengeringan pada vagina yang menyebabkan nyeri saat bersenggama, dan pada akhirnya menurunkan keinginan atau gairah seksual. Keadaan ini merupakan keluhan umum yang disampaikan 1 diantara 10-100 akseptor pengguna DMPA Tujuan :Mengetahui hubungan lama penggunaan KB suntik DMPA dengan penurunan libido pada akseptor KB suntik DMPA di Desa Pagersari Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel berjumlah 79 responden yang memakai KB Suntik DMPA. Teknik sampling menggunakan proportional random sampling.Alat pengambilkan data menggunakan kuesioner dan uji yang dilakukan menggunakan uji chi square. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara lama penggunaan KB Suntik DMPA dengan penurunan libido di Desa Pagersari Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang dengan nilai p-value = 0,004 < α (0,05) Simpulan :Ada hubungan antara lama penggunaan KB Suntik DMPA dengan penurunan libido di Desa Pagersari Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Saran :Diharapkan bagi ibu akseptor KB suntik DMPA untuk mengetahui efek samping dari KB suntik DMPA khususnya penurunan libido. Apabila penggunaan dalam jangka waktu lama ibu sudah mengalami tanda-tanda penurunan libido dan itu mengganggu kenyamanan ibu maka dianjurkan untuk menggganti dengan kontrasepsi yang lain. Sehingga ibu akseptor KB suntik DMPA bisa tetap menjaga gairah seksualnya. Kata kunci
: Lama penggunaan KB suntik DMPA, penurunan libido
ABSTRACT Background: Although rarely found and not experienced by every woman, the decreased sexual desire (libido) can occurs in the acceptors of contraceptive injection of DMPA, in long-term use due to hormonal changes, resulting in the drying of vagina that causes pain during intercourse, and eventually decreasing the sexual desire or libido. This is a common complaint submitted by one of 10100 acceptors of contraceptive injection of DMPA. Purpose: This study aims to find the correlation between length of use of contraceptive injection of DMPA and decreased libido in acceptors at Pagersari Village Bergas Sub-district Semarang Regency. Method: This was a correlative study with cross sectional approach. The samplesin this study were 79 respondents of the DMPA acceptors. The data sampling used proportional random sampling technique. The data instrument used questionnaires and data analysis used chi-square test. Result: The results of this study indicate that there is a significant correlation between the length of use of contraceptive injection of DMPA and decreased libido at Pagersari Village Bergas Sub-district Semarang Regency with the pvalue of 0.004 <α (0.05). Conclusion: There is a correlation between length of use of contraceptive injection of DMPA and decreased libido at Pagersari Village Bergas Sub-district Semarang Regency. Recommendation: The DMPA acceptors are expected to know the side effects of this contraception, particularly the decreased libido. When the use for a long time they are experiencing signs of decreased libido and it disturbs the comfort, it is recommended to replace with another contraception method, so that can keep their sexual desire. Keywords
:Length of use of contraceptive injection of DMPA, decreased libido
PENDAHULUAN Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat, dapat dilihat data jumlah penduduk Indonesia tahun 2014 sebanyak 252.20 juta jiwa, meningkat dibandingkan jumlah tahun 2013 sebanyak 248.80 juta jiwa (BPS, 2015). Pemerintah dalam rangka menurunkan pertambahan penduduk mencanangkan program keluarga berencana dengan berbagai metode kontrasepsi. Di Indonesia metode kontrasepsi yang paling banyakdigunakan oleh peserta KB aktif adalah suntikan (47,54%) dan terbanyak ke dua adalah pil(23,58%). IUD (11,7%), Implan (10,46%), Metoda Operasi Pria (MOP) sebanyak 0,69%, MOW (3,52%) dan kondom sebanyak 3,15% (Profil kesehatan Indonesia, 2015). Data pengguna KB aktif di Jawa Tengah adalah suntikan (56,7%), pil(14,5%), IUD
(8,7%), Implan (11,5%), MOP (1,0%), MOW (5,3%) dan kondom (3,15%) (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2015). Data Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang didapatkan pengguna KB aktif tahun 2014 sebanyak 83,20%. Data yang diperoleh dari Puskesmas Bergas terdapat 158 akseptor KB aktif diantaranya menggunakan metode kontrasepsi yang bersifat jangka panjang yaitu IUD sebanyak 12 akseptor (8,1%), Implan 5 akseptor (3,3%), metode Kontrasepsi mantap (Kontap) MOW 5 akseptor (3,3%), metode kontrasepsi Suntik 80 akseptor (47,3%), Pil 44 akseptor (29,8%) dan Kondom 12 akseptor (8,1%). Dimasyarakat, metode kontrasepsi hormonal paling banyak digunakan. Hampir 70% akseptor KB menggunakan metode kontrasepsi hormonal. Namun demikian banyak juga efek samping yang dikeluhkan akseptor KB berkenaan dengan kontrasepsi yang dipakainya yaitu amenorea, spotting, penambahan berat badan, dan akhirnya banyak kejadian akseptor KB yang drop out karena belum memahami dengan baik bagaimana metode kontrasepsi hormonal tersebut (Handayani, 2010). Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan ini di Indonesia semakin banyak dipakai pada wanita usia reproduksi yaitu 20-35 tahun karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya yang praktis, harganya relatif murah dan aman. Sebelum disuntik, kesehatan ibu harus diperiksa dulu untuk memastikan kecocokannya. Suntikan diberikan saat ibu dalam keadaan tidak hamil. Umumnya pemakai suntikan KB mempunyai persyaratan sama dengan pemakai pil, begitu pula bagi orang yang tidak boleh memakai suntikan KB, termasuk penggunaan cara KB hormonal selama maksimal 5 tahun (Yetti, Anggraini dan Martini, 2011). Efek samping dari Kontrasepsi KB progesteron juga terjadi pada vagina sebagai akibat sampingan dari hormon progesteron. Vagina menjadi kering, sehingga merasa sakit (dispareuni) saat melakukan hubungan seksual, dan jika kondisi ini berlangsung lama akan menimbulkan penurunan gairah atau disfungsi seksual pada wanita (Yetti, Anggraini dan Martini, 2011). Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi dan dapat menimbulkan sakit kepala, nervousitas dan jerawat (Saifuddin, 2006).Penggunaan jangka panjang DMPA (hingga dua tahun) dapat mengacaukan keseimbangan hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh sehingga mengakibatkan terjadi perubahan sel yang normal menjadi tidak normal. Progesterone dalam alat kontrasepsi tersebut berfungsi untuk mengentalkan lendir serviks dan mengurangi kemampuan rahim untuk menerima sel yang telah dibuahi. Namun hormon ini juga mempermudah perubahan karbohidrat menjadi lemak, sehingga sering kali efek sampingnya adalah penumpukan lemak yang menyebabkan berat badan bertambah dan menurunnya gairah seksual.(Mukhdan, 2008). Selain sebab diatas penurunan libido dapat disebabkan oleh faktor psikologis seperti stress, cemas atau gelisah, gangguan komunikasi. Penyebab lain adalah faktor fisik seperti kurang olah raga, kurang tidur, diet dan PMS Berdasarkan studi pendahuluan yang pada bulan April 2016 diDesa Pagersari Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang di Desa Pagersari jumlah PUS 815 dimana yang ber KB adalah 685 dimana akseptor suntikan (69,9%) pil(9,3%),
IUD (5,7%), Implan (9,8%), Kontap (3,2%). Data akseptor KB suntik ada 479 akseptor dimana 355 (74,12%) akseptor KB suntik DMPA dan 124 (25,89%) KB suntik cyclofem. Wawancara dengan bidan, ada beberapa pasangan suami istri yang datang ke bidan mengeluh istrinya sakit ketika diajak berhubungan seksual dan malas ketika diajak berhubungan seksual serta ada pula beberapa ibu akseptor KB suntik DMPA yang datang untuk suntik ulang, juga mengeluh penurunan pada hasrat berhubungan intim dengan suaminya. Ibu yang mengalami penurunan hasrat brhubungan intim tersebut lama pemakaiannya berbeda-beda, ada ibu akseptor KB suntik DMPA yang baru suntik 3x sudah mengalami penurunan libidodan ada juga yang sudah suntik 12x baru mengalami penurunan libido. Data yang didapatkan dari bidan Desa dari 3 orang suami yang istrinya memakai akseptor KB suntik DMPA mereka mengeluh kejadian terjadinya penurunan libido pada istri mereka setelah istri menggunakan KB suntik DMPA, istri tidak mau diajak berhubungan seksual dan istri mengeluh sakit pada kemaluannya ketika diajak berhubungan seksual. Sehingga suami menjadi pendiam dan agak murung. Penurunan libido yang terjadi pada istri tersebut tidak berpengaruh pada hubungan suami istri seperti sampai terjadi perceraian. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui Hubungan lama penggunaan KB suntik DMPA dengan penurunan libido pada akseptor KB suntik DMPA di Desa Pagersari Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan lama penggunaan KB suntik DMPA pada akseptor KB suntik DMPA di Desa Pagersari Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. b. Mendeskripsikanpenurunan libido pada akseptor KB suntik DMPA di Desa Munding Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang c. Menganalisis hubunganlama penggunaan KB suntik DMPA dengan penurunan libido pada akseptor KB suntik DMPA di Desa Pagersari Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Manfaat Penelitian Peneletian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi bidan dalam memberikan pelayanan dan konseling bagi akseptor KB terutama yang mengalami keluhan serta Dapat menjadi masukan bagi masyarakat tentang alat KB terutama tentang kelebihan, kekurangan dan efek samping KB suntik DMPA. Hasil penelitian dapat dijadikan referensi dan masukan bagi penelitian selanjutnya yang sejenis. METODE PENELITIAN Desain penelitian ini merupakan penelitian analitik korelasi, yaitu penelitian yang mencari tingkat hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan secara cross sectional. Penelitian ini sudah dilakukan di Desa PagersariBergas Semarang. Pelaksanaan penelitian ini sudah dilakukan pada bulan 21-29 juli 2016. Populasi
dari penelitian ini adalah adalah seluruh ibu akseptor KB suntik DMPA di Desa Pagersari Semarang sebanyak 355 ibu.Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu akseptor KB suntik DMPA di Desa Pagersari Bergas Semarangsebanyak 355 ibu, dalam penelitian ini digunakan rumus Slovinuntuk memperkecil jumlah sampel sehingga didapat 79 sampel yang sudah memenuhi kriteria inklusi. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan proportionate random sampling. Data dalam penelitian ini diperoleh langsung dari responden dengan menggunakanInstrumen berupa kuesionerlama penggunaan KB suntik DMPA dan wawancara penurunan libido. Kuesioner berbentuk pertanyaan tertutup tentang lama penggunaan KB suntik dan bentuk wawancara dengan jawaban terbuka. Analisis data dinyatakan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase kemudian dianalisis secara univariat untuk menggambarkan lama penggunaan KB suntik DMPA dan penurunan libido. Analisis bivariate yaitu analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoadmojo, 2010). Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi Square yaitu uji yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel dimana datanya berbentuk nominal-nominal atau nominal-ordinal. HASIL PENELITIAN A. Univariat
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Pemakaian KB Suntik DMPA padaIbu Akseptor KB Suntik DMPA di Desa Pagersari Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Lama Pemakaian
Frekuensi
Persentase (%)
51 28 79
64,6 35,4 100,0
KB Suntik DMPA ≥ 24 Bulan < 24 Bulan Jumlah
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penurunan Libido padaIbu Akseptor KB Suntik DMPA di Desa Pagersari Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Penurunan Libido Ya Tidak Jumlah
B. Univariat
Frekuensi
Persentase (%)
54 25 79
68,4 31,6 100,0
Tabel 4.6 Hubungan antara Lama Penggunaan KB suntik DMPA dengan Penurunan Libido pada Akseptor KB Suntik DMPA di Desa Pagersari Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Penurunan Libido Lama Penggunaan Ya Tidak KB Suntik DMPA % % F F ≥ 24 Bulan 41 80,4 10 19,6 < 24 Bulan 13 46,4 15 53,6 Total 54 68,4 25 31,6
Total f % 51 100 28 100 79 100
p-value OR 0,004
4,7
PEMBAHASAN A. Analisis Univariat
Lama Penggunaan KB Suntik DMPA pada Akseptor KB Suntik DMPA di Desa Pagersari Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana disajikan tabel 4.5 menunjukkan bahwa akseptor KB suntik DMPA di Desa Pagersari, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, yang telah memakai KB suntik DMPA selama ≥ 24 bulan (2 tahun atau lebih) sejumlah 51 orang (64,6%) dan yang memakai memakai KB suntik DMPA selama < 24 bulan sejumlah 28 (35,4%). Ini menunjukkan bahwa sebagian besar akseptor KB suntik DMPA di Desa Pagersari, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, telah memakai KB suntik DMPA selama ≥ 24 bulan (2 tahun atau lebih). Banyak akseptor yang telah lama memakai KB suntik DMPA (2 tahun atau lebih) dikarenakan mereka telah merasakan keefektifan dari KB suntik DMPA. Keefektifannya terbukti dapat mencegah kehamilan dalam jangka waktu yang lama. Karena keefektifannya ini banyak orang yang ingin terus menggunakannya dalam jangka waktu yang lama, apalagi jika mereka memang sudah memiliki cukup anak dan tidak ingin memiliki anak lagi. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Wiknjosastro (2006) bahwa Depo provera adalah 6-alfa-medroksiprogesteron yang digunakan untuk tujuan kontrasepsi perenteral, mempunyai efek progestagen yang kuat dan sangat efektif. Hasil penelitian yang menunjukkan sebagian besar responden menggunakan KB suntik DMPA ≥ 2 tahun, dengan alasan ibu menggunakan KB suntik DMPA dalam jangka waktu lama dikarenakan sangat efektif dan ibu juga tidak perlu mengingat-ingat sudah minum pil atau belum. Ibu akseptor KB suntik DMPA juga tidak memakai MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) seperti IUD atau implan dikarenakan ibu akseptor KB banyak yang merasa takut saat akan dilakukan pemasangan IUD atau implan, jadi ibu banyak yang lebih memilih memakai KB suntik DMPA dibandingkan dengan kontrasepsi yang lain. Menurut Yetti, Anggraini dan Martini (2011) keuntungan dari suntik DMPA yaitu sangat efektif, pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak memiliki pengaruh terhadap ASI, dan tidak perlu menyimpan obat suntik.
Banyak akseptor KB yang lebih lama menggunakan KB suntik DMPA juga bisa dikarenakan metode suntik DMPA ini sangat mudah dan praktis dan harganya pun relatif murah dan aman. Hal ini menimbulkan banyak akseptor yang ingin lebih lama untuk menggunakannya. Sebagaimana dinyatakan oleh Yetti dan Martini (2011) bahwa kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan ini di Indonesia semakin banyak dipakai pada wanita usia reproduksi yaitu 20-35 tahun karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya yang praktis, harganya relatif murah dan aman. Sebelum disuntik, kesehatan ibu harus diperiksa dulu untuk memastikan kecocokannya. Suntikan diberikan saat ibu dalam keadaan tidak hamil. Umumnya pemakai suntikan KB mempunyai persyaratan sama dengan pemakai pil, begitu pula bagi orang yang tidak boleh memakai suntikan KB, termasuk penggunaan cara KB hormonal selama maksimal 5 tahun. Selain itu, banyaknya anak yang dimiliki oleh responden juga menjadi penyebab responden lebih lama menggunakan KB suntik DMPA. Hal ini didukung dari data hasil penelitian bahwa dari 79 responden ibu akseptor KB suntik DMPA di Desa Pagersari, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, sebagian besar responden sudah memiliki 2 anak, yaitu sejumlah 30 orang (38,0%) dan yang memiliki 3 anak sejumlah 23 orang (29,1%). Jumlah anak yang dirasa sudah cukup (2 atau lebih) mengakibatkan orang ingin mennggunakan alat kontrasepsi untuk lebih lama agar mereka dapat mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Sesuai dengan pendapat Yetti dan Martini (2011), jumlah anak berkaitan erat dengan program KB karena salah satu misi dari program KB adalah terciptanya keluarga dengan jumlah anak yang ideal yakni dua anak dalam satu keluarga, laki-laki maupun perempuan sama saja. Para wanita umumnya lebih menyadari bahwa jenis kelamin anak tidak penting sehingga bila jumlah anak sudah dianggap ideal maka para wanita cenderung untuk mengikuti program KB. Hasil dari karakteristik responden menunjukkan bahwa akseptor KB suntik DMPA, sebagian besar merupakan ibu rumah tangga (tidak bekerja), yaitu sejumlah 44 orang (55,7%). Responden yang sebagian besar adalah ibu rumah tangga memiliki banyak waktu untuk melakukan akses pelayanan KB. Pada pemakaian alat kontrasepsi suntik memiliki efektivitas yang tinggi dan jangka panjang sehingga banyak disukai oleh ibu IRT Penurunan Libido pada Akseptor KB Suntik DMPA di Desa Munding Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa akseptor KB suntik DMPA di Desa Pagersari, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, yang mengalami penurunan libido sejumlah 54 orang (68,4%), yang tidak mengalami penurunan libido sejumlah 25 orang (31,6%). Ini menunjukkan bahwa sebagian besar akseptor KB suntik DMPA di Desa Pagersari, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, mengalami penurunan libido. Berdasarkan jawaban responden dari item pernyataan dalam kuesioner, bahwa 31 responden (39,2%) ibu mengatakan merasa sakit di vagina bila bersenggama atau berhubungan intim dengan suami. Sesuai dengan DEPKES RI (2008), bahwa penurunan libido terjadi karena efek progesteron terutama yang berisi 9 norsteroid yang menyebabkan vagina menjadi kering. Mukhdan (2008), vagina menjadi
kering sehingga merasa sakit (dispareuni) saat melakukan hubungan seksual dan jika kondisi ini berlangsung lama akan menimbulkan penurunan gairah seksual atau disfungsi seksual pada wanita. Berman (2006), bahwa penurunan produksi hormon estrogen dapat menimbulkan efek samping rasa panas, kekeringan/iritasi pada vagina, menipisnya atau hilangnya elastisitas kulit, keinginan/hasrat yang berubah-ubah. Penurunan libido juga terjadi pada ibu akseptor KB, dimana sebagian besar ibu merasa enggan bila diajak berhubungan intim oleh suami yaitu sejumlah 43 orang (54,4%). Kemudian, ibu juga merasa gairah seksualnya berkurang sejumlah 30 orang (38,0%). Ini artinya ibu akseptor KB suntik DMPA selama menggunakan KB suntik DMPA telah mengalami tanda-tanda penurunan libido yaitu sebelum menggunakan KB, ibu merasa bergairah jika diajak berhubungan intim kemudian setelah menggunakan KB, ibu merasa enggan jika diajak berhubungann intim. Hal ini dikarenakan pemakaian KB suntik DMPA menurut Berman (2006), dapat menyebabkan penurunan hormon testoteron yang menimbulakan efek samping kurangnya tenaga, nafsu/seler, energi, memori gairah seksual dan respon. Sehingga ibu akseptor KB suntik DMPA jika diajak berhubungan seksual dengan suami tidak mau dan hal ini dapat mempengaruhi frekuensi/banyaknya berhubungan seksual dengan suami. Penurunan libido tidak hanya disebabkan oleh KB suntik DMPA, gangguan psikis juga turut mempengaruhi libido. Perasaan takut, kecewa, dan kurang percaya diri karena tidak mampu memuaskan suami juga menjadi penyebab penurunan libido. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan. Bahwa rasa percaya diri yang minim membuat seorang perempuan kehilangan libido. Contoh : karena tidak puas akan kondisi tubuh (kelebihan berat badan atau kekurangan berat badan), tidak nyaman untuk menampilkan diri apa adanya di depan dan akibatnya tidak merasa bergairah jika pasangan mengajak untuk bercinta dan tidak menikmati aktivitas tersebut, ketidakmampuan memuaskan pasangan dan depresi juga jadi faktor penyebab turunnya libido, tujuh puluh lima persen orang depresi dilaporkan mengalami hilangnya gairah seks Hal ini juga sesuai dengan pendapat Mukhdan (2008), Penurunan libido juga bisa terjadi karena gangguan fisik seperti kurang berolahraga, yang mana pada kenyataannya di wilayah Desa Munding, Kecamatan Bergas, jarang sekali ditemui ibu-ibu yang rutin berolahraga. Olahraga turut berperan dalam kehidupan seksual. Dengan berolahraga, seseorang akan lebih bergairah. Olahraga tidak harus berat, cukup joging secara rutin atau bersepeda, aliran darah akan menjadi lancar, demikian juga produksi hormon tubuh. Olahraga membuat sehat baik tubuh maupun kesehatan seksual. Sebaliknya, kurang berolahraga bisa membuat tubuh menjadi lesu dan kurang bergairah, hal ini juga bisa berpengaruh terhadap aktivitas seksualnya. Berdasarkan faktor pekerjaan, tingkat libido dipengaruhi oleh pekerjaan.Hasil dari karakteristik responden ditemukan sebagian besar responden bekerja sebagai ibu rumah tangga sejumlah 44 orang (55,7%). Responden yang bekerja lebih sering berinteraksi dengan teman sejawat atau orang sehingga responden dapat lebih mudah dalam memecahkan segala masalah termasuk masalah seksualnya. Hal ini berbeda dengan ibu rumah tangga yang setiap harinya di rumah saja,
masalah dalam kehidupannya cenderung sulit terpecahkan karena tidak ada teman yang diajak berdiskusi dan berbagi informasi. Hal ini sesuai dengan teori Notoadtmodjo (2010), bahwa pekerjaan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas manusia, pekerjaan memberikan kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktek yang memotivasi seseorang untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu untuk menghindari masalah kesehatan. B. Analisis Bivariat HubunganLama Penggunaan KB Suntik DMPA dengan Penurunan Libido pada Akseptor KB Suntik DMPA di Desa Pagersari Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Hasil tabulasi silang sebagaimana ditunjukkan pada tabel 4.7 diketahui bahwa responden yang sudah memakai KB Suntik DMPA ≥ 24 bulan, sebagian besar mengalami penurunan libido, yaitu sejumlah 41 orang (80,4%). Penggunaan jangka panjang DMPA (hingga dua tahun) turut memicu terjadinya kekeringan pada vagina dan dapat mengacaukan keseimbangan hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh sehingga mengakibatkan turunnya gairah seksual. Hasil ini sesuai dengan Mukhdan(2008), yang menyatakan pada penggunaan KB suntik DMPA yang berisi progesteron sintesis jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan vagina dan menurunkan libido. Responden yang baru memakai KB Suntik DMPA < 24 bulan, sebagian besar tidak mengalami penurunan libido, yaitu sejumlah 15 orang (53,6%). Hal ini dikarenakan efek samping pemakaian KB suntik DMPA terjadi jika akseptor memakainya untuk jangka panjang, sedangkan pada pemakaian jangka pendek (misal < 2 tahun), efek samping tersebut biasanya belum terlihat.Hal ini sesuai dengan Handayani (2010) bahwa efek samping pada KB suntik DMPA seperti kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nervositas, dan jerawat adalah pada penggunaan jangka panjang. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat ibu yang baru memakai KB suntik DMPA < 24 bulan mengalami penurunan libido. Hal ini bisa terjadi karena penurunan libido tidak hanya dipengaruhi oleh kontrasepsi hormonal saja, tetapi ada faktor lain seperti jumlah anak. Hasil karakteristik responden sebagian besar responden sudah memiliki 2 anak sebanyak 30 orang (38,0%), yang memiliki 3 anak sejumlah 23 orang (29,1%), dan bahkan ada yang memiliki 4 anak sejumlah 5 orang (6,3%). Ibu dengan anak yang banyak, tentu waktunya banyak dihabiskan dengan mengurus anak, sehingga urusan berhubungan seksual menjadi agak terabaikan, apalagi untuk melakukan hubungan seksual harus menunggu anak-anak tidur bahkan sampai larut malam. Kondisi ini tentu akan menurunkan gairah seksual ibu karena ibu sudah merasa. Sebagaimana dinyatakan Berman (2006), Melahirkan anak adalah sangat normal bagi wanita untuk mengalami penurunan gairah sesudah kelahiran bayinya. Keletihan dan ketidaknyamanan fisik setelah melahirkan seringkali membuat seks tidak menarik. Banyak wanita yang berkata bahwa sekali mereka melahirkan anak, mereka merasa berubah. Mereka merasa sebagai ibu, bukan makhluk seksual. Kecuali jika ia memahami pentingnya penyesuaian diri terhadap perannya sebagai ibu
sekaligus istri, ia mungkin mulai memusatkan seluruh perhatian pada anakanaknya dan melalaikan semua aspek dari hubungan dalam pernikahannya. Selain itu, dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa terdapat ibu yang sudah memakai KB suntik DMPA dalam jangka waktu yang lama tetapi tidak mengalami penurunan libido. Hal ini terjadi karena ibu telah melakukan upaya agar libidonya tidak mengalami penurunan seperti rutin berolahraga, atau minum obat, dan melakukan gaya hidup yang baik. Hal ini tentu akan meningkatkan kualitas hidupnya, termasuk masalah seksual. Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p-value 0,004. Oleh karena p-value 0,004 < α (0,05), maka disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lama penggunaan KB suntik DMPA dengan penurunan libido pada akseptor KB suntik DMPA di Desa Pagersari Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Dari hasil uji juga diperoleh nilai OR (Odds Ratio) sebesar 4,7. Ini menunjukkan bahwa akseptor yang sudah memakai KB suntik DMPA selama ≥24 bulan beresiko 4,7 kali lebih besar mengalami penurunan libido dibandingkan dengan akseptor yang baru memakai KB suntik DMPA < 24 bulan. Akseptor KB yang sudah lama menggunakan KB suntik DMPA lebih beresiko mengalami penurunan libido dikarenakan pada pemakaian jangka panjang dapat timbul karena faktor perubahan hormonal, sehingga terjadi pengeringan pada vagina yang menyebabkan nyeri saat bersenggama dan pada akhirnya menurunkan keinginan atau gairah seksual. Keadaan ini merupakan keluhan umum yang disampaikan 1 diantara 10-100 akseptor pengguna DMPA (David, 2012). Penggunaan kontrasepsi suntikan DMPA dalam waktu yang lama akan menyebabkan disfungsi seksual berupa penurunan libido (Saroha, 2009). Hasil penelitian di atas juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Ningsi, dkk. (2012) dengan judul “Pengaruh Penggunaan Metode Kontrasepsi Suntikan DMPA terhadap Kejadian Disfungsi Seksual” yang menyimpulkan bahwa ada pengaruh penggunaan suntikan DMPA terhadap kejadian disfungsi seksual pada akseptor (p 0,000 < 0,05). Di mana penggunaan suntikan DMPA lebih mempengaruhi kejadian disfungsi seksual pada akseptor KB di bandingkan dengan penggunaan kontrasepsi non-DMPA. Mekanisme kerja suntikan DMPA yang merupakan long-acting progestational steroid (progesterone) menekan produksi Follicle Stimulating Hormone (FSH) sehingga menghambat peningkatan kadarhormone estrogen. Menurunnya kadar estradiol serum erat hubungannya dengan perubahan mood dan berkurangnya keinginan seksual penggunanya. Hasil-hasil penelitian di atas juga didukung oleh teori yang dinyatakan Mukhdan (2008) bahwa penggunaan jangka panjang DMPA (hingga dua tahun) dapat mengacaukan keseimbangan hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh sehingga mengakibatkan terjadi perubahan sel yang normal menjadi tidak normal. Progesterone dalam alat kontrasepsi tersebut berfungsi untuk mengentalkan lendir serviks dan mengurangi kemampuan rahim untuk menerima sel yang telah dibuahi. Namun hormon ini juga mempermudah perubahan karbohidrat menjadi lemak, sehingga sering kali efek sampingnya adalah penumpukan lemak yang menyebabkan berat badan bertambah dan menurunnya gairah seksual.
Saroha (2009) juga menambahkan bahwa Suntikan DMPA hanya berisi hormon progesteron yang memiliki efek utama yaitu mencegah ovulasi dengan kadar progestin yang tinggi akan menghambat lonjakan LH (Lutenizing Hormone) secara efektif. Hal ini lambat laun akan menyebabkan gangguan fungsi seksual berupa penurunan libido dan potensi seksual lainnya. Terjadi pada 1-5 % akseptor yang mengeluhkan penurunan libido dan kemampuan orgasme.Sedangkan menurut Berman (2006) bahwa pemakaian KB suntik (dengan pemberian tambah hormon estrogen/progesteron) dalam jangka waktu lama dapat mempengaruhi hasrat seks (libido), dikarenakan penurunan/perubahan produksi hormon estrogen menimbulkan efek samping rasa panas, kekeringan/iritasi pada vagina, menipisnya atau hilangnya elastisitas kulit, keinginan/hasrat yang berubah-ubah. Sedangkan penurunan hormon testosteron menimbulkan efek samping kurangnya tenaga, nafsu/seler, energi, gairah seksual dan respon. Jadi pada dasarnya setiap pemberian hormon dari luar akan menekan produksi hormon ovarium baik cepat atau lambat. KESIMPULAN 1. Penelitian ini menunjukan bahwa Akseptor KB suntik DMPA di Desa Pagersari Bergas Semarang, sebagian besar telah memakai KB suntik DMPA selama ≥ 24 bulan (2 tahun atau lebih), sejumlah 51 orang (64,6%). 2. Peneitian ini menunjukan bahwa Akseptor KB suntik DMPA di Desa Pagersari, Bergas Semarang, sebagian besar mengalami penurunan libido, yaitu sejumlah 54 orang (68,4%). 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara lama penggunaan KB suntik DMPA dengan penurunan libido pada akseptor KB suntik DMPA di Desa Bergas Kabupaten Semarang dengan p-value 0,004 < α (0,05). Saran Diharapkan bagi ibu akseptor KB suntik DMPA untuk mengetahui efek samping dari KB suntik DMPA khususnya penurunan libido. Apabila penggunaan dalam jangka waktu lama ibu sudah mengalami tanda-tanda penurunan libido dan itu mengganggu kenyamanan ibu maka dianjurkan untuk bisa ganti dengan kontrasepsi yang lain. Sehingga ibu akseptor KB suntik DMPA bisa tetap menjaga gairah seksualnya. Bagi bidan diharapkan untuk selalu memberikan pendidikan kesehatan pada ibu akseptor KB suntik DMPA terutama mengenai lama pemakaian KB suntik DMPA yaitu apabila sudah menggunakan KB suntik DMPA ≥ 2 tahun atau telah terjadi efek samping berupa penurunan libido untuk segera ganti dengan kontrasepsi lain. Bagi Masyarakatkhususnya calon akseptorKeluarga Berencana agar datang dan mencari informasi yang sejelas-jelasnya sebelummenggunakan salah satu metode kontrasepsi. Sehingga dapat mengetahui resiko dan efek samping ketika memutuskan untuk memilih suatu alat kontrasepsi. Bagi Peneliti Selanjutnyadiharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut baik tentang efek samping lain dari pemakaian KB suntik DMPA maupun tentang faktor-faktor yang menyebabkan penurunan libido padaakseptor KB suntik DMPA, seperti: gaya hidup, aktivitas fisik, dan tingkat stres.
DAFTAR PUSTAKA Anggrainidan Martini. (2011). Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Rohima Press. Arikunto. (2010).Prosedur penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta : Rhineka Cipta. BKKBN . www. Bkkbn Jateng. go.id . Jakarta. 2013 Baziad, A. 2002. Kontrasepsi Hormonal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo Berman. 2006. Buku PanduanPraktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi 2, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Prawiro harjo David. (2012). Sex-Starved Marriage. Alih bahasa : Susi Purwoko. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama anggota IKAPI. Depkes RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2007.Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Dwi Sunar. (2005). Buku Pintar ASI Ekslusif. Yogyakarta: Diva Press. Ningsi, dkk, 2012, Pengaruh Penggunaan Metode Kontrasepsi Suntikan DMPA Terhadap Kejadian Disfungsi Seksual, Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta Handayani. (2010). Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarata : Pustaka Rihama. Hartanto. (2010).Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan; 2004. Hidayat. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisis Data.Jakarta : Salemba Medika. Kasdu D (2005).Kesehatan Wanita.Jakarta :Puspaswara. Wikipedia. (2008). Libido.http://en.wikipedia.org/wiki/Libido. July 29th.. Muchdan. (2008). 3 Faktor Yang Mempengaruhi Libido Perempuan.http://mukhdan.wordpress.com/2008/08/17/3-faktor-yangmempengaruhi-libido-perempuan. Diakses 13 April 2016 Notoatmodjo. (2010)Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Profil Kesehatan Indonesia 2015 Profil Kesehatan Jawa Tengah 2015 Pro-health. (2008). Kontrasepsi Suntik.http://puskesmas-oke.blogspot.com/2008/11/kontrasepsi-suntik.html. Diakses 14 April 2016 Sarwono. (2008). Ilmu kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka. Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi.Jakarta : CV. Trans Info Media.
Saifuddin. (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta. Sugiyono. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : alfabetha; 2010. Sulistyawati. (2011).Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.Yogjakarta: Andi Offset Wikipedia. (2008). Libido.http://en.wikipedia.org/wiki/Libido. July 29th.. Wiknjosastro. (2006). Ilmu kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka.