HUBUNGAN KELUHAN PESERTA KB SUNTIK DENGAN LAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK DMPA DI DUSUN PAGERSARI KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG
ARTIKEL
Disusun Oleh SITI RAUHUN NIM. 01317101
AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016
INTISARI
Rauhun, Siti. 2016; Hubungan keluhan peserta KB suntik dengan lama pemakaian KB suntik DMPA di Desa Pagersari Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Karya Tulis Ilmiah. DIII Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo. Pembimbing I. Ninik Christiani, S.SiT, M.Kes II. Ari Andayani, S.SiT, M.Kes Latar belakang: keluhan terbanyak para pemakai KB suntik DMPA adalah gangguan perdarahan, baik berupa perdarahan bercak, amenorea dan haid tidak teratur. Hampir 40% kasus mengeluh gangguan haid sampai akhir tahun pertama suntikan DMPA. Di Desa Pagersari Keluhan yang dialami ibu ber KB, pusing 8 (9,6%), perubahan siklus haid 28 (33,7%), perdarahan di luar haid 4 (4,8%), mual muntah 7 (8,4%), kenaikan berat badan 29 (34,9%), keputihan 3 (3,6%), perubahan libido 2 (2,4%) lain-lain 2 (2,4%). Tujuan penelitian: tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan keluhan peserta KB suntik dengan lama pemakaian KB suntik DMPA di Desa Pagersari Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Desain penelitian: penelitian ini meggunakan desain korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu peserta KB suntik DMPA di Desa Pagersari Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang dengan teknik sampling total sampling sehingga di dapatkan sampel sebanyak 63 ibu. Instrumen yang digunakan saat penelitian adalah kuisioner.Data dianalisis menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji Chi Square. Hasil penelitian: sebagian besar responden mengalami keluhan sebanyak 51 responden (81,0%) dan yang tidak mengalami keluhan sebanyak 12 responden (19,0%). Sebagian besar responden memakai KB suntik DMPA selama ≥ 1 tahun sebanyak 56 responden (88,9%) dan < 1 tahun sebanyak 7 responden (11,1%). Ada hubungan antara keluhan peserta KB suntik dengan lama pemakaian KB suntik DMPA di Dusun Pager Sari Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang dengan nilai p=0,000. Simpulan Ada hubungan antara keluhan peserta KB suntik dengan lama pemakaian KB suntik DMPA sehingga bidan diharapkan meningkatkan pemberian penyuluhan tentang efek samping KB suntik sehingga idapat memberikan pelayanan yang nyaman dan tepat kepada klien. Kata Kunci : keluhan peserta KB suntik, lama pemakaian KB suntik DMPA
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah kependudukan dewasa ini merupakan masalah penting yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari peminat dan ahli kependudukan baik diseluruh dunia maupun di seluruh Indonesia. Bahkan jumlah penduduk Indonesia masuk dalam urutan keempat terbanyak di dunia, sebanyak 224,9 juta orang setelah Cina,
India, dan Amerika (www.bkkbn.go.id, 2008) Populasi yang meningkat tidak sejajar dengan tersedianya bahan pangan, sehingga masalah makanan dan sosial akan semakin meningkat (Tjay & Rahardja, 2002). Program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan
penduduk (Hartanto, 2004). KB merupakan suatu cara yang efektif antara lain untuk mencegah mortalitas ibu dan anak dengan menghindari kehamilan risiko tinggi, juga mengatur jarak kehamilan (Tjay & Rahardja, 2002). Kehamilan risiko tinggi antara lain kehamilan pada wanita usia < 18 tahun dan > 35 tahun, kehamilan setelah 4 kelahiran, dan kehamilan dengan jarak < 2 tahun (Hartanto, 2004). Saat ini tersedia metode-metode pengendalian kesuburan yang kuat dan efektif (Cunningham, 2005). Macam-macam metode kontrasepsi tersebut adalah intra uterine devices (IUD), implant, suntik, kondom, metode operatif untuk wanita (tubektomi), metode operatif untuk pria (vasektomi), dan kontrasepsi pil (Mansjoer, 2000). Tidak ada satu pun yang bebas sama sekali dari efek samping dan bahaya. Karena itu, sementara belum ada metode kontrasepsi yang benar-benar aman, dan tanpa kontrasepsi akan lebih berbahaya lagi. Mereka yang meresepkan kontrasepsi harus mengenali dengan baik obat dan metode yang ini tersedia serta efek sampingnya (Cunningham, 2005). Sebagian besar para pasangan usia subur di Indonesia menggunakan kontrasepsi suntik (Rifayani, 2004). Kontrasepsi suntikan yang digunakan di Indonesia adalah long-acting progestin, yaitu Noretisteron Enantat (NETEN) dengan nama dagang Noristrat dan Depo Medroksi Progesterone Acetate (DMPA) dengan nama dagang Depo Provera (Sarwono, 2005). Kontrasepsi suntik yang lebih banyak dipilih adalah DMPA atau kontrasepsi suntik 3 bulan. Kontrasepsi suntik DMPA ini sangat cocok dan sangat baik digunakan oleh para ibu yang sedang menyusui karena tidak mengandung estrogen hanya mengandung progesteron saja. Selain itu efektifitasnya sangat tinggi diperkirakan 0,3 kehamilan dari 100 pemakainnya (Rifayani, 2004). Wanita didunia menilai kontrasepsi suntik progestogen hanya karena lebih aman (bahkan dengan penggunaan jangka panjang), sangat efektif, long acting, reversibel dan bijaksana. Hal ini juga bebas dari efek samping dari estrogen sehingga tepat di atas usia 35
tahun atau ketika ada kontraindikasi untuk menggunakan estrogen. Keterjangkauan relatif dan tingkat kebutuhan administratif yang rendah membuatnya menarik bagi pasien dan penyedia. Memang itu adalah metode praktis di tingkat primer dan sekunder pelayanan kesehatan (Adaji, et al., 2005). Meskipun kontrasepsi injeksi banyak digunakan, tetap saja banyak yang tidak ingin melanjutkan untuk jangka panjang karena sering ditemukan gangguan haid. Gangguan haid merupakan keluhan yang paling sering diutarakan wanita seperti siklus haid yang memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting), tidak haid sama sekali (amenorea) (Baziad, 2002). Keluhan terbanyak para pemakai KB suntik adalah gangguan perdarahan, baik berupa perdarahan bercak, amenorea dan haid tidak teratur. Hampir 40% kasus mengeluh gangguan haid sampai akhir tahun pertama suntikan. Perdarahan bercak merupakan keluhan terbanyak, yang akan menurun dengan makin lamanya pemakaian tetapi sebaliknya jumlah kasus yang mengalami amenorea makin banyak dengan makin lamanya pemakaian (Siswosudarmo, 2004). Beberapa wanita menghentikan penggunaan suntik selama tahun pertama penggunaanya sesuai dengan kejadian perdarahan ireguler (spotting) dan/atau perdarahan yang berlangsung lama, yang terutama lazim selama 3 bulan pertama penggunaan (Stacey, 2010). Data yang didapatkan di Desa Pagersari Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang didapatkan jumlah ibu PUS yang ber KB sebanyak 685 ibu (84,0%) dimana alat KB yang digunakan pil 64 ibu (9,3%), IUD 39 ibu (5,7%), suntik 479 ibu (69,9%), implan 67 ibu (9,8%), Kontap 22 (3,2%), sederhana 2 (0,3%) metode alamiah 12 (1,8%). Keluhan yang dialami ibu ber KB, pusing 8 (9,6%), perubahan siklus haid 28 (33,7%), perdarahan di luar haid 4 (4,8%), mual muntah 7 (8,4%), kenaikan berat badan 29 (34,9%), keputihan 3 (3,6%), perubahan libido 2 (2,4%) lain-lain 2 (2,4%).
Kemudian peneliti melakukan wawancara pada 10 ibu KB suntik DMPA dimana didapatkan data 8 ibu telah ber KB suntik DMPA selama lebih dari 3 tahun, 1 mengeluh pusing, 3 mengeluh perubahan siklus, 2 mengeluh kenaikan berat badan, 2 mengeluh penurunan libido. Satu ibu ber KB suntik DMPA kurang dari 1 tahun dan mengeluh mengalami perubahan siklus menstruasi serta pendarahan, 1 ibu ber KB suntik DMPA selama 2 tahun mengeluh kenaikan berat badan dan keputihan. Berdasarkan penggunaan yang luas dari kontrasepsi DMPA di Indonesia serta banyaknya keluhan menstruasi yang tidak normal berdasarkan lama penggunaan kontrasepsi tersebut maka peneliti ingin meneliti hubungan keluhan peserta KB suntik dengan lama pemakaian KB suntik di Dusun Pagersari Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. METODE PENELITIAN Desain penelitian korelasi menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu peserta KB suntik DMPA di Desa Pagersari Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang sebanyak 63 ibu.Subyek yang diambil adalah semua ibu peserta KB suntik DMPA di Desa Pagersari Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang sebanyak 63 ibu dengan teknik total sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Analisis univariate dilakukan dengan program SPSS untuk mendeskripsikan setiap variabel penelitian yaitu keluhan peserta KB DMPA dan lama pemakaian. Analisis bivariate untuk mencari hubungan antara dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi menggunakan program SPSS uji dengan Chi Square. Etika Penelitian memperhatikan pemberian Informed Consent, Anonimity, Confidentiality (Kerahasiaan)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Univariat a. Keluhan peserta KB suntik DMPA di Desa Pagersari Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tabel 4.1. Distribusi frekuensi keluhan peserta KB suntik DMPA di Desa Pagersari Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Keluhan peserta KB suntik Ya Tidak Total
Frekuensi
Persentase (%)
51 12
81,0 19,0
63
100,0
Tabel 4.1. menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami keluhan sebanyak 51 responden (81,0%) dan yang tidak mengalami keluhan sebanyak 12 responden (19,0%). b. Lama pemakaian KB suntik DMPA di Desa Pagersari Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tabel 4.2. Distribusi frekuensi lama pemakaian KB suntik DMPA di Desa Pagersari Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Lama pemakaian < 1 tahun ≥ 1 tahun Total
Frekuensi
Persentase (%)
7 56
11,1 88,9
63
100,0
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memakai KB suntik DMPA selama ≥ 1 tahun sebanyak 56 responden (88,9%) dan < 1 tahun sebanyak 7 responden (11,1%). 2. Analisis Bivariat a. Hubungan keluhan peserta KB suntik DMPA dengan lama pemakaian KB suntik DMPA di Desa Pagersari Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang
Tabel 4.3 Hubungan antara keluhan peserta KB suntik DMPA dengan lama pemakaian KB suntik DMPA di Desa Pagersari Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Keluhan Ya Tidak Jumlah
Lama Pemakaian < 1 tahun ≥ 1 tahun f % f % 1 2,0 50 98,0 6 50,0 6 50,0 7 11,1 56 88,9
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden yang mengalami keluhan sebagian besar telah memakai KB suntik DMPA > 1 tahun sebanyak 50 responden (98,0%) dan responden yang tidak mengalami keluhan sebagian besar memakai KB suntik DMPA < 1 tahun sebanyak 6 responden (50,0%). Hasil uji fisher exact didapatkan nilai p 0,000 < =0,05 yang artinya Ha diterima sehingga ada hubungan antara keluhan peserta KB suntik DMPA dengan lama pemakaian KB suntik DMPA di Desa Pagersari Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. B. Pembahasan 1. Analisis Univariat a. Keluhan peserta KB suntik DMPA di Desa Pagersari Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami keluhan sebanyak 51 responden (81,0%). Efek samping KB suntik DMPA menurut Glasier dan Gebbie (2004) adalah penundaan pemulihan kesuburan. Hal ini hanya menjadi masalah bagi pemakai DMPA, yang mungkin mengalami interval berkepanjangan sebelum ovulasi normal pulih. Penundaan ini mungkin disebabkan oleh menetapnya DMPA dalam sirkulasi, karena mikro kristal pada obat yang disuntikkan tersebut kadang-kadang larut sangat lambat. Penundaan pemulihan kesuburan rata-rata berlangsung 7 sampai 8 bulan setelah perhitungan efek 3-4 bulan dari suntikan terakhir. Tidak terdapat bukti bahwa DMPA menyebabkan sterilitas permanen.
Jumlah f 51 12 63
% 100,0 100,0 100,0
p 0,00 0
NET-EN menyebabkan penundaan yang sangat singkat, tetapi kontrasepsi suntik kombinasi tidak diketahui dapat menimbulkan efek yang berkepanjangan setelah dosis terakhir. Gangguan haid dapat 29 terjadi dan juga dengan keluhan mual, sakit kepala, pusing, menggigil, mastalgia dan berat badan bertambah. Efek samping yang berat jarang dijumpai, kadang ibu mengeluh libido berkurang (Glasier dan Gebbie, 2004). Hasil penelitian dan yang tidak mengalami keluhan sebanyak 12 responden (19,0%). Keluhan yang paling banyak dialami responden adalah penambahan berat badan sebanyak 24 responden (38,1%). Efek samping kontrasepsi suntikan menurut Maryani (2005), umumnya akan terjadi peningkatan berat badan hingga 2 kg. Bila klien mengeluhkan hal ini atau apabila terdapat kecenderungan untuk meningkat lagi, boleh dicoba untuk menurunkan berat badan dengan mengatur pola makan atau mengurangi makan. Apabila klien tidak dapat menerima atau menjadi terganggu dianjurkan untuk alasan kecantikan, maka sebaiknya tidak dilakukan penyuntikan ulangan. Responden ada yang mengalami amenorea sebanyak 15 responden (23,8%). Gangguan ini paling sering terjadi dan yang paling mengganggu. Pola haid yang normal dapat berubah menjadi amenore, perdarahan ireguler, perdarahan bercakbercak, perubahan dalam frekuensi, lama dan jumlah darah yang hilang. Efek pada pola haid tergantung pada lama pemakaian. Perdarahan intermenstrual dan perdarahan bercak berkurang dengan jalannya waktu,
sedangkan kejadian amenore bertambah besar. Bila terjadi amenore, berkurangnya darah haid sebenarnya memberikan efek yang menguntungkan yakni berkurangnya insidens anemia. Insiden yang tinggi dari amenore diduga berhubungan dengan atropi endometrium. Pendarahan yang terganggu dialami oleh 5 responden (7,9%). Perdarahan yang mengganggu, bila perlu diobati, berikan obat anti perdarahan seperti tablet Daflon, Adona AC 17 dan Metergin. Selanjutnya dapat diberikan tablet Lynoral 0,05-0,1 mg per hari selama 7 – 10 hari. Perdarahan yang banyak dan tidak sembuh oleh pengobatan harus dilakukan kuretase (Mochtar, 2005). Keluhan lain yang dilami responden ada yang mengalami kenaikan tekanan darah tinggi, nyeri perut dan sakit kepala. Sakit kepala (terutama yang disertai gangguan penglihatan) dapat dialami akseptor KB suntik, nyeri perut sebelah bawah/ nyeri pinggul (dengan tanda hamil). Rujuk segera bila akseptor mempunyai gejala nyeri perut bawah, untuk tekanan darah tinggi rujuk ke tempat pelayanan untuk penanganan lebih lanjut (BKKBN, 2010). Hasil penelitian didukung oleh penelitian Selfi Elisabeth Kansil (2015) dengan judul Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Suntik Depo Medroksi Progesteron Asetat (Dmpa) Dengan Perubahan Fisiologis Pada Wanita Usia Subur (Wus) di Puskesmas Ranomuut Kota Manado yang hasilnya didapatkan nilai p = 0,028. Ini berarti bahwa nilai p < α (0,05). Kesimpulan yang didapat terdapat hubungan antara penggunaan kontrasepsi suntik DMPA dengan perubahan fisiologis pada WUS di Puskesmas Ranomuut Kota Manado. Penelitian lain mengungkapkan bahwa lama penggunaan kontrasepsi hormonal signifikan dengan kejadian penyakit hipertensi (Lestari, 2012). Hartanto (2010), menyebutkan bahwa kontrasepsi hormonal baik yang mengandung hormon estrogen
maupun progesteron dapat mempengaruhi tekanan darah. Estrogen merupakan salah satu hormon yang dapat meningkatkan retensi elektrolit dalam ginjal sehingga dapat terjadi peningkatan reabsorbsi natrium dan air yang menyebabkan hipervolemi, kemudian curah jantung meningkat dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Kemudian, keluhan sakit kepala juga terjadi karena pengaruh lamanya pemakaian kontrasepsi suntik. Penelitian yang dilakukan Mato dan Rasyid (2014), menyatakan bahwa ada pengaruh terhadap lama pemakaian kontrasepsi suntik dengan sakit kepala. Hal ini dikarenakan pemakaian kontrasepsi suntik dalam jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, penurunan libido, gangguan emosi, sakit kepala dan dapat menimbulkan jerawat (Saifuddin, 2006). Endah Priyatiningsih (2007), dengan judul Hubungan Lama Pemakaian Dan Pelayanan Konseling Dengan Keluhan Selama Memakai Kontrasepsi Suntik (Studi Pada Akseptor Kontrasepsi Suntik Di Rumah Bersalin Ar-Rohmah Kecamatan Tonjong Kabupaten Brebes Tahun 2007 yang hasilnya menunjukkan sebagian besar akseptor berumur 20-30 tahun (56,25%), mempunyai anak lebih dari atau sama dengan 3 anak (61,25%), berpendidikan dasar yaitu 1-9 tahun (85,0%), menggunakan kontrasepsi suntik jenis DMPA (61,25%), melakukan suntik ulang secara teratur (81,25%), tidak mempunyai riwayat penyakit (56,25%), tidak mempunyai faktor genetik/keturunan (62,5%), tidak menggunakan jamu/obat (72,5%), menggunakan kontrasepsi suntik > 15 bulan (52,5%), pelayanan konseling KB cukup (51,25%), mempunyai keluhan (51,25%). Hasil uji statistik Spearmen Rank ada hubungan lama pemakaian dengan keluhan selama memakai kontrasepsi suntik (p=0,002). Tidak ada hubungan pelayanan konseling dengan keluhan selama memakai kontrasepsi suntik (p=0,067).
c. Lama pemakaian KB suntik DMPA di Dusun Pager Sari Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memakai KB suntik DMPA selama ≥ 1 tahun sebanyak 56 responden (88,9%) dan < 1 tahun sebanyak 7 responden (11,1%). Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut (Maryani, 2005). Kontrasepsi suntikan adalah obat pencegah kehamilan yang pemakaiannya dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat tersebut pada wanita subur. Obat ini berisi Depo Medroxi Progesterone Acetate (DMPA). Penyuntikan dilakukan pada otot Intra Muskuler (IM) di bokong (gluteus) yang dalam atau pada pangkal lengan (deltoid) (Maryani, 2005). Menurut Glasier dan Gebbie (2004), pemberian KB suntik DMPA dilakukan melalui penyuntikan intra muskular dalam di regio gluteus (atau kadang-kadang di deltoid, terutama pada orang yang sangat gemuk). Tempat penyuntikan jangan dipijat karena tindakan ini kadangkadang menyebabkan obat menyebar sehingga kadar awal dalam darah lebih tinggi dan lama kerja menjadi lebih singkat. Dosis DMPA yang dianjurkan adalah 150 mg dan Noretisteron Enantat (NET-EN) adalah 200 mg. Cara kerja KB suntik DMPA dalam mencegah kehamilan menurut Krisnadi (2002), menghentikan (meniadakan) keluarnya sel telur dari induk telur. Membuat sperma sulit memasuki rahim karena mengentalkan lendir mulut rahim (serviks). Tidak dapat mengeluarkan atau menghentikan kehamilan yang sudah terjadi.
Penelitian Septi Riyanti (2015), menyatakan setelah mengalami penyuntikkan dengan DMPA, ada sebagian akseptor KB menyadari ketidaknormalan pada siklus haidnya, yaitu akseptor tidak mendapatkan haid pada tiap bulannya.Sebesar 45 orang (81,8%) diantaranya mengatakan telah lama menggunakan KB suntik DMPA DMPA yaitu selama 1 tahun atau lebih (≥12 bulan). Sedangkan 10 orang lainnya atau 18,2% mengatakan belum lama dalam menggunakan KB suntik DMPA DMPA yaitu kurang dari 1 tahun Efektivitas KB suntik DMPA yang tinggi disebutkan oleh Krisnadi (2002) dengan kegagalan pada pemakai KB suntik DMPA hanya sekitar 0,3 kehamilan dari 100 pemakai pada tahun pertama pemakaian atau 1 dari 333 pemakai masih bisa hamil. b. Hubungan keluhan peserta KB suntik DMPA dengan lama pemakaian KB suntik DMPA di Desa Pagersari Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara keluhan peserta KB suntik DMPA dengan lama pemakaian KB suntik DMPA DMPA di Desa Pagersari Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Adanya hubungan disebabkan responden responden yang mengalami keluhan sebagian besar telah memakai KB suntik DMPA > 1 tahun sebanyak 50 responden (98,0%) dan responden yang tidak mengalami keluhan sebagian besar memakai KB suntik DMPA < 1 tahun sebanyak 6 responden (50,0%). Penelitian Septi Riyanti (2015) menyatakan setelah mengalami penyuntikkan dengan DMPA, ada sebagian akseptor KB menyadari ketidaknormalan pada siklus haidnya, yaitu akseptor tidak mendapatkan haid pada tiap bulannya sebesar 45 orang (81,8%) diantaranya mengatakan telah lama menggunakan KB suntik DMPA yaitu selama 1 tahun atau lebih (≥12 bulan). Sedangkan 10 orang lainnya atau 18,2% mengatakan belum lama
dalam menggunakan KB suntik DMPA yaitu kurang dari 1 tahun. Kontrasepsi DMPA (Depomedroksi Progesteron Asetat) diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg. Kerja Kontrasepsi Suntik DMPA yang menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi sehingga implantasi terganggu (Saifuddin, 2006). Efektifitas Kontrasepsi suntik memiliki efektifitas tinggi, menurut Hartanto (2004), kurang dari 1 % dari 100 wanita akan mengalami kehamilan dalam 1 tahun pemakaian DMPA. Bila dalam waktu 3 bulan gejala menetap atau bertambah berat, hentikan pemakaian suntikan dan ganti cara kontrasepsi nonhormonal. Hasil penelitian didukung oleh penelitian Selfi Elisabeth Kansil (2015), dengan judul Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Suntik Depo Medroksi Progesteron Asetat (Dmpa) Dengan Perubahan Fisiologis Pada Wanita Usia Subur (Wus) Di Puskesmas Ranomuut Kota Manado yang hasilnya didapatkan nilai p = 0,028. Ini berarti bahwa nilai p < α (0,05). Kesimpulan yang didapat terdapat hubungan antara penggunaan kontrasepsi suntik DMPA dengan perubahan fisiologis pada WUS di Puskesmas Ranomuut Kota Manado. Hasil penelitian juga didukung oleh Murniawati tahun 2010 dengan judul Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan dengan Kejadian Kenaikan Berat Badan di Bidan Praktik Mandiri Kota Semarang diantaranya lama penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan dalam kategori lama 65,6% responden. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa lama penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan yang terlalu lama dapat mengakibatkan terjadinya kenaikan berat badan. Dari penelitian ini dapat disarankan bagi tenaga kesehatan untuk dapat memberikan dukungan kepada akseptor KB suntik 3 bulan, bagi tempat penelitian untuk dapat meningkatkan dan memaksimalkan
pelayanan kepada akseptor suntik 3 bulan. C. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian ini adalah pengambilan data secara door to door sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama. Faktor lain yang dapat mempengaruhi keluhan dan lamanya pemakaian tidak dikendalikan oleh peneliti seperti penyakit penyerta dan kelainan alat reproduksi. PENUTUP Kesimpulan 1. Sebagian besar responden mengalami keluhan sebanyak 51 responden (81,0%) dan yang tidak mengalami keluhan sebanyak 12 responden (19,0%). 2. Sebagian besar responden memakai KB suntik DMPA selama ≥ 1 tahun sebanyak 56 responden (88,9%) dan < 1 tahun sebanyak 7 responden (11,1%). 3. Ada hubungan antara keluhan peserta KB suntik dengan lama pemakaian KB suntik DMPA di Desa Pagersari Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang dengan nilai p=0,000. Saran 1. Bagi Responden / Masyarakat Responden atau masyarakat yang mengalami keluhan diharapkan mencari informasi atau berkonsultasi dengan tenaga kesehatan sehingga tahu efek samping dan cara mengatasi keluhannya. 2. Bagi Bidan Bidan diharapkan meningkatkan pemberian penyuluhan tentang efek samping KB suntik sehingga dapat memberikan pelayanan yang nyaman dan tepat kepada klien. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar untuk mengembangkan penelitian yang terkait tentang keluhan peserta KB suntik dengan lamanya pemakaian seperti efek samping yang muncul.
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar. 2005. Sinopsis Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta : EGC ;
Arikunto. 2010. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta. Rhineka Cipta
Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Adaji et al. 2005. Attitude of Nigerian Women to Abnormal Menstrual Beeding from Injectable Progestogen Only Contraceptive. Annals of African Medicine Baziad, A. 2002. Kontrasepsi Hormonal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. BKKBN. 2012. Profil KB Kependudukan Tahun Jakarta: BKKBN, 2010.
dan 2010.
Riwidikdo. 2009. Statiksik kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendekia Press Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Sulistiawati. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba Medica ;
BKKBN . www. Bkkbn Jateng. go.id . Jakarta.
Saifuddin. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta;
Cunningham. ; 2005.Obstetri Williams. Jakarta : EGC
Sugiyono. 2010. Statistika Penelitian. Bandung : alfabetha;
Glasier
Tjay, T.H. 2002.Rahardja, K. Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi VI. Jakarta: Penerbit PT. Elex Media Komputindo ;
& Gebbie. 2006.Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC
Handayani. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarata : Pustaka Rihama Hartanto. 2004. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan Krisnadi. ; 2002. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Intra Uterine Device (IUD). Jakarta: PT Bina Pustaka Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta; Mansjoer. 2008. Kedokteran. Aesculapius
Kapita Selekta Jakarta : Media
Maryani. 2002. Cara tepat memilih alat kontrasepsi keluarga berencana. Jakarta : Puslitbang pelayanan dan teknologi kesehatan
Siswo
Untuk
Sudarmo. 2004. Teknologi Kontrassepsi. Yogyakart: Gajah Mada University
Stacey, K. 2010. What is maother matical Thingking and why is it important (online) tersedia: http://www. Criced Tsukuba.ac.Jp/math/apec/apec201 0/paper_pdf/kaye stacey. Pdf di unduh pada 1 Juli 2016